PERCOBAAN III - Alchemist08's Blog | this is the real me, , , · Web viewAsam amino yang lazim...

48
PERCOBAAN II Judul : Titrasi Potensiometri Asam Amino Tujuan : Untuk mempelajari reaksi-reaksi asam amino dengan ion-ion hidrogen Hari/ Tanggal : Rabu / 16 Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin I. DASAR TEORI Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH 2 pada atom karbon α dari posisi gugus –COOH. Rumus umum untuk asam amino : Rumus ion dipolar asam amino : Gambar 1. Struktur Asam Amino Asam amino larut dalam air dan pelarut polar lainnya, tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar seperti dietileter atau benzena. Asam amino mempunyai momen dipol yang besar. Asam amino biasa merupakan senyawa yang agak sederhana, dan sintesis campuran

Transcript of PERCOBAAN III - Alchemist08's Blog | this is the real me, , , · Web viewAsam amino yang lazim...

PERCOBAAN II

Judul : Titrasi Potensiometri Asam Amino

Tujuan : Untuk mempelajari reaksi-reaksi asam amino dengan ion-ion

hidrogen

Hari/ Tanggal : Rabu / 16 Maret 2011

Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin

I. DASAR TEORI

Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam

amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada

atom karbon α dari posisi gugus –COOH.

Rumus umum untuk asam amino : Rumus ion dipolar asam amino :

Gambar 1. Struktur Asam Amino

Asam amino larut dalam air dan pelarut polar lainnya, tetapi tidak larut

dalam pelarut nonpolar seperti dietileter atau benzena. Asam amino mempunyai

momen dipol yang besar. Asam amino biasa merupakan senyawa yang agak

sederhana, dan sintesis campuran rasemik kemudian dapat dipisahkan untuk

menghasilkan asam amino enantiomer murni.

Semua asam amino adalah amfoter yaitu mempunyai paling sedikit satu

gugus karboksilat dan satu gugus amino. Gugsan-gugusan yang mudah mengion

pada asam-asam amino yang dapat dijumpai selain gugusan karboksilat dan

gugusan amino adalah gugusan p-hidroksifenil, sulfidril, gusnine, dan imidazol.

Dalam eksperimen ini akan dipelajari reaksi-reaksi asam-asam amino dengan ion-

ion hidrogen.

Asam-asam amino yang terdapat dalam protein adalah asam α-

aminokarboksilat. Asam amino yang tersederhana adalah asam aminoasetat yang

disebut glisina, yang tidak memiliki rantai samping dan karena itu tidak

mengandung satu karbon kiral. Asam amino tidak selalu bersifat seperti senyawa

organik. Asam amino larut dalam air dan pelarut polar lainnya, tetapi tidak larut

dalam pelarut nonpolar seperti dietileter atau benzena. Asam amino mempunyai

momen dipol yang besar dan ia juga kurang bersifat asam dibandingkan sebagian

besar asam karboksilat dan kurang basa dibandingkan sebagian besar amina sebab

asam amino mempunyai gugus karboksilat yang bersifat asam dan satu gugus

amino yang bersifat basa.

Suatu asam amino mengalami reaksi asam basa internal yang

menghasilkan suatu ion dipolar yang disebut Zwitterion. Karena terjadinya

muatan ion, suatu asam amino mempunyai banyak sifat garam. pKa asam amino

bukan berasal dari gugus –CO2H, melainkan dari gugus –NH3+ dan pKb bukan dari

gugus amino yang bersifat basa, melainkan dari gugus –CO2- yang bersifat basa

sangat lemah.

Asam amino yang lazim terdapat dalam protein antara lain alanin, glisin,

lisin, asam aspartat, arginin, asparagin, sistein, asam glutamat, glutamin, histidin,

isoleusin, leusin, metionina, fenilalanin, prolin, serin, treonin, triptofan, tirosin

dan valin.

Potensiometri merupakan salah satu cara pemeriksaan fisikokimia yang

menggunakan peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda indikator.

Besarnya potensial elektroda indikator ini bergantung pada kepekatan ion-ion

tertentu dalam larutan. Elektroda indikator untuk pengukuran potensiometri terdiri

atas dua jenis, yaitu elektroda indikator logam dan elektroda indikator selaput.

Elektroda indikator selaput disebut juga sebagai elektroda selektif-ion atau

elektroda khas-ion.

II. ALAT DAN BAHAN

2.1 Alat yang digunakan:

1) pH meter 1 buah

2) Pipet tetes 4 buah

3) Gelas ukur 10 mL 1 buah

4) Gelas kimia 200 mL 2 buah

5) Neraca analitik 1 buah

6) Batang pengaduk 2 buah

2.2 Bahan yang digunakan:

1) Alanin

2) Glisin

3) NaOH 2 N

4) H2SO4 2 N

5) Akuades

III. PROSEDUR KERJA

A. Alanin

1. Menitrasi akuades dengan H2SO4 2 N hingga pH 1,2 sebagai blanko.

2. Menitrasi larutan alanin dengan H2SO4 2 N hingga 1,2.

3. Menitrasi alanin dengan NaOH 2 N hingga pH 12.

4. Mencatat tiap penambahan dan perubahan pH yang terjadi.

B. Glisin

1. Menitrasi akuades dengan NaOH 2 N hingga pH 12 sebagai blanko.

2. Menitrasi glisin dengan NaOH 2 N hingga pH 12.

3. Menitrasi glisin dengan H2SO4 2 N hingga 1,2.

4. Mencatat tiap penambahan dan perubahan pH yang terjadi.

IV. HASIL PENGAMATAN

4.1 Titrasi Akuades (blanko) dengan H2SO4 2 N.

H2SO4 (tetes) pHAwal

5

10

16

21

6,7

2

1,8

1,7

1,6

31

41

58

59

1,5

1,4

1,3

1,3

4.2 Titrasi Akuades (blanko) dengan NaOH 2 N.

NaOH 2 N (tetes) pH

0

3

7,7

13,2

4.3 Titrasi Alanin dengan H2SO4 2 N.

H2SO4 (tetes) pHAwal

5

10

15

20

25

35

45

55

75

92

93

5,6

2,5

2,4

2

1,9

1,8

1,7

1,6

1,5

1,4

1,3

1,2

4.4 Titrasi Alanin dengan NaOH 2 N.

NaOH pHAwal

2

3

4

7,6

9,9

10,1

10,2

5

6

8

10

12

14

16

18

21

23

26

28

10,3

10,4

10,5

10,6

10,8

10,9

11,0

11,1

11,2

11,3

11,4

11,5

4.5 Titrasi Glisin dengan H2SO4 2 N.

H2SO4

(tetes)pH

Awal

5

10

15

20

30

40

55

65

84

85

5,3

2,4

2,1

1,9

1,8

1,7

1,6

1,5

1,4

1,3

1,2

4.6 Titrasi Glisin dengan NaOH 2 N.

NaOH pHAwal

1

2

3

4

5

6

8

10

12

14

16

19

21

23

26

30

33

35

37

39

7,4

9,3

9,5

9,8

10,0

10,1

10,3

10,4

10,5

10,7

10,8

10,9

11,0

11,1

11,2

11,3

11,5

11,6

11,7

11,8

12,0

V. ANALISIS DATA

5.1 Titrasi Alanin

Alanin dilarutkan dalam akuades, maka alanin akan melarut dalam air

dengan membentuk ion amfoter atau zwitter ion atau ion dipolar, dengan

strukturnya :

Gambar 2. Struktur Zwitter Ion Alanin

Zwitter ion pada alanin terbentuk karena alanin memiliki gugus karboksilat

(-COOH) dan gugus amina (-NH2), yang apabila dalam larutan dapat membentuk

ion karboksilat (-COO-) dan ion amonium (-NH3+) dalam sebuah molekul alanin

dengan melepaskan proton dari masing-masing gugus. Karenanya alanin bersifat

amfoter, yakni dapat bereaksi dengan asam ataupun dengan basa. Adapun pH

awal larutan alanin sebelum dititrasi yakni 5,6 yang menunjukkan sifat larutan

asam. Titrasi berakhir pada pH = 1,2 , yaitu semua alanin dalam bentuk positif

sebagai kation dan bersifat asam.

Ketika larutan alanin dititrasi dengan asam sulfat maka dapat membentuk

suatu kation, sedangkan ketika larutan alanin dititrasi dengan NaOH maka dapat

menghasilkan suatu anion, dengan persamaan reaksi seperti berikut ini :

Alanin dalam asam :

Alanin dalam basa :

Gambar 3. Reaksi Asam-Basa Alanin

Penambahan H2SO4 pada larutan alanin akan mengakibatkan konsentrasi ion

H+ yang tinggi sehingga mampu berikatan dengan ion –COO-, dan terbentuk

gugus –COOH dan dengan demikian alanin terdapat dalam bentuk kationnya.

Sedangkan alanin yang ditambahkan dengan basa, NaOH, maka alanin akan

terdapat dalam bentuk anionnya karena ion OH- yang tinggi mampu mengikat ion-

ion H+ yang terdapat pada gugus –NH3+, membentuk gugus NH2 dan H2O.

Asam amino alanin yang tergolong asam amino netral tidak bersifat betul-

betul netral melainkan bersifat agak asam karena keasaman gugus –NH3+ lebih

kuat daripada kebasaan gugus –COO-. Akibat perbedaan dalam keasaman dan

kebasaan ini adalah bahwa larutan berair alanin mengandung lebih banyak anion

asam amino daripada kation. Dikatakan bahwa alanin mengemban muatan negatif

netto dalam larutan berair. Berikut ini gambar alanin mengemban muatan negatif

netto pada pH 7 :

Gambar 4. Alanin pada pH 7

Penambahan asam pada larutan ini, akan memperbesar jumlah H3O+

sehingga sebagai akibatnya adalah bergesernya kesetimbangan ke arah kiri. Pada

pH tertentu, alanin tidak mengemban muatan ion netto yang didefinisikan sebagai

titik isolistrik. Dari literatur, titik isolistrik alanin adalah pada pH 6, dapat dilihat

pada gambar berikut :

Gambar 5. Alanin tidak mengemban muatan netto pada pH 6

Ketika zwiter ion ini dititrasi dengan basa (NaOH) maka menyebabkan

larutan kelebihan ion OH-. Hal ini menyebabkan ion OH- dan basa menangkap

unsur H dari gugus amina alanin, sehingga menyebabkan terbentuknya anion dan

air.

CH3CHCO2-+ OH- CH3CHCO2

- + H2O +NH3

NH2

Pada awal titrasi, zwiter ion alanin akan kehilangan proton dari gugus

aminanya.

CH3CHCO2 - CH3CHCO2

- +NH3

NH2

Dapat dilihat bahwa dalam suasana asam (pH rendah) ion dipol alanin

mengikat ion H+ membentuk kation alanin sehingga ion amfoter alanin bersifat

basa sedangkan dalam suasana basa (pH tinggi) mengikat OH- menghasilkan

anion dan ion dipol alanin bersifat asam.

Titik isolistrik dapat juga ditetapkan dengan titrasi. Dari hasil perhitungan

didapatkan harga isoelektrik untik alanin adalah 6,925, hasil perhitungan pada

percobaan ini hanya sedikit berbeda dengan nilai isoelektrik menurut di literatur

yaitu 6,00. Perbedaannya tidak terlalu jauh, yaitu hanya selisih 0,925.

Pada titrasi alanin dengan H2SO4 2N, kurva antara pH Vs volume (tetes)

pada hasil percobaan, volume koreksi ataupun volume mili ekivalen memberikan

bentuk kurva yang hampir sama. Begitu juga dengan titrasi alanin dengan NaOH

2N.

5.2 Titrasi Glisin

Pada percobaan ini glisin dilarutkan dalam akuades, sehingga glisin akan

melarut dalam air dengan membentuk ion amfoter atau zwitter ion atau ion

dipolar, dengan strukturnya :

Gambar 6. Struktur Zwitter Ion Glisin

Glisin bersifat amfoter, yakni dapat bereaksi dengan asam ataupun dengan

basa. pH awal glisin sebelum dititrasi oleh asam sulfat yakni 5,3 sedangkan pH

awal glisin sebelum dititrasi oleh NaOH yakni 7,4 . Hal ini mungkin dapat terjadi

akibat zat yang diukur pHnya di dalamnya terkandung zat lain, sedangkan

elektrode itu merupakan alat yang sangat sensitif sehingga terbaca oleh

potensiometer harga pHnya menjadi berbeda.

Ketika larutan glisin dititrasi dengan asam sulfat maka dapat membentuk

suatu kation, sedangkan ketika larutan glisin dititrasi dengan NaOH maka dapat

menghasilkan suatu anion, dengan persamaan reaksi seperti berikut ini :

Glisin dalam asam :

Glisin dalam basa :

Gambar 7. Reaksi Asam-Basa Glisin

Larutan glisin yang dititrasi dengan H2SO4 akan mengakibatkan

meningkatnya konsentrasi ion H+ sehingga dapat berikatan dengan ion –COO-

membentuk gugus –COOH sehingga glisin terdapat dalam bentuk kationnya.

Titrasi berakhir pada pH = 1,2, yaitu semua glisin dalam bentuk positif sebagai

kation dan bersifat asam.

Sedangkan glisin yang ditambahkan dengan NaOH, akibatnya glisin akan

terdapat dalam bentuk anionnya karena konsentrasi ion OH- yang tinggi mampu

mengikat ion-ion H+ yang terdapat pada gugus –NH3+, membentuk gugus NH2 dan

H2O. Titrasi sempurna terjadi pada pH = 12. pada saat ini sebagian besar glisin

berbentuk anion, sehingga larutan bersifat basa.

Titik isolistrik dapat ditetapkan dengan titrasi. Titrasi kation dari glisin,

N3H+CH2CO2H dengan basa, ketika basa ditambahkan, ion yang terprotonkan

sempurna diubah menjadi ion dipolar yang netral, H3N+-CH2CO2-. Dari literaratur

diketahui tetapan isoelektriknya adalah 6,06. Sedangkan harga titik isoelektrik

hasil percobaan dari hasil perhitungan didapatkan sebesar 6, 875. Jadi, hasil

perhitungan harga titik isolistrik dibandingkan dengan di literatur tidak terlalu

jauh berbeda (6,06), hanya selisih 0,815.

Pada titrasi glisin dengan H2SO4 2N, kurva antara pH Vs volume (tetes)

pada hasil percobaan, volume koreksi ataupun volume mili ekivalen memberikan

bentuk kurva yang hampir sama. Begitu juga dengan titrasi alanin dengan NaOH

2N.

Bila dibandingkan antara titrasi dengan H2SO4 dan NaOH, maka titrasi

dengan NaOH lebih cepat dalam memberikan perubahan pH sehingga jumlah

tetesan NaOH yang diperlukan lebih sedikit. Hal ini disebabkan oleh ion OH-

yang tinggi mampu mengikat ion-ion H+ yang terdapat pada gugus –NH3+,

membentuk gugus NH2 dan H2O.

VI. KESIMPULAN

1) Asam amino di dalam air akan membentuk ion dipol atau zwitter ion

atau ion amfoter dimana gugus karboksilat dan gugus amina akan

kehilangan satu protonnya sehingga membentuk ion karboksilat dan ion

amonium.

2) Larutan alanin dititrasi dengan asam sulfat maka dapat membentuk suatu

kation, sedangkan ketika larutan alanin dititrasi dengan NaOH maka

dapat menghasilkan suatu anion.

3) larutan glisin dititrasi dengan asam sulfat maka dapat membentuk suatu

kation, sedangkan ketika larutan glisin dititrasi dengan NaOH maka

dapat menghasilkan suatu anion.

4) Hasil perhitungan harga titik isolistrik alanine adalah 6,925 sedangkan

besarnya titik isoelektrik alanine menurut literature adalah 6,00.

5) Hasil perhitungan harga titik isolistrik Glisin dalam percobaan ini adalah

6,875. Namun jika melihat pada literature, besarnya titik isoelektrik

Glisin adalah 6,06.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil, Bambang Purnowo, Harno Dwi Pranowo dan Tutik Dwi

Wahyuningsih. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta :

Depdikbud.

Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid I (terjemahan). Jakarta : Erlangga.

Matsjeh, Sabirin, Hardjono Sastrihamidjojo dan Respati Sastrosajdono. 1996.

Kimia Organik II. Jakarta : Depdikbud.

Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:

UI-Press.

Syahmani dan Sudarsih. 2011. Petunjuk Praktikum Biokimia. Banjarmasin : FKIP

UNLAM. (Tidak dipublikasikan).

LAMPIRAN I

Perhitungan

1. Titrasi 0,4 g alanin + 40 mL akuades dengan H2SO4 2 N. pH awal larutan 5,6

Volum koreksi (volume H2SO4 yang diperlukan oleh alanin berdasarkan teori)

V titrasi alanin = 93 tetes

V blanko = 58 tetes

Volume mili ekivalen asam :

Tabel 1. Titrasi Alanin dengan H2SO4 2 N

H2SO4 2 N

(tetes)pH

Volum koreksi

(tetes)

Volum mili

ekivalen

0 5,6 0 0

5 2,5 1,882 0,941

10 2,2 3,763 1,8815

15 2 5,645 2,8225

20 1,9 7,526 3,763

25 1,8 9,408 4,704

30 1,7 11,290 5,645

35 1,7 13,172 6,586

40 1,6 15,053 7,5265

45 1,6 16,935 8,467

50 1,5 18,817 9,408

55 1,5 20,698 10,349

60 1,4 22,580 11,290

65 1,4 24,460 12,231

70 1,4 26,344 13,172

75 1,4 28,225 14,112

80 1,3 30,107 15,053

85 1,3 31,989 15,994

86 1,3 32,365 16,182

87 1,3 32,742 16,371

88 1,3 33,118 16,559

89 1,3 33,495 16,747

90 1,3 33,870 16,935

91 1,3 34,247 17,123

92 1,3 34,623 17,311

93 1,2 35 17,5

Grafik 1. Kurva Titrasi Alanin dengan H2SO4 2 N

Grafik 2. Kurva Titrasi Alanin dengan Volum Koreksi H2SO4 2 N

Grafik 3. Kurva Titrasi Alanin dengan Volum Mili Ekivalen H2SO4 2 N

2. Titrasi 0,4 g Glisisn + 40 mL akuades dengan NaOH 2 N. pH awal larutan

5,842

Volum koreksi (volume NaOH yang diperlukan oleh glisin berdasarkan teori)

V titrasi asam amino = 39 tetes

V blanko = 3 tetes

Volume mili ekivalen asam

, dan seterusnya

Tabel 2. Titrasi Glisin dengan NaOH 2 N

NaOH 2 N

(tetes)pH

Volum koreksi

(tetes)

Volum mili

ekivalen

0 7,4 0 0

1 9,3 0,923 0,923

2 9,5 1,846 1,846

3 9,8 2,769 2,769

4 10 3,692 3,692

5 10,1 4,615 4,615

6 10,3 5,538 5,538

8 10,4 7,384 7,384

10 10,5 9,230 9,230

12 10,7 11,077 11,077

14 10,8 12,923 12,923

16 10,9 14,769 14,769

19 11 17,538 17,538

21 11,1 19,584 19,584

23 11,2 21,230 21,230

26 11,3 24 24

30 11,5 27,692 27,692

33 11,6 30,462 30,462

35 11,7 32,307 32,307

37 11,8 34,153 34,153

39 12,0 36 36

Grafik 4. Kurva Titrasi Glisisn dengan NaOH 2 N

Grafik 5. Kurva Titrasi Glisin dengan Volum Koreksi NaOH 2 N

Grafik 6. Kurva Titrasi Glisin dengan Volum Mili Ekivalen NaOH 2 N

3. Titrasi 0,4 g glisin + 40 mL akuades dengan H2SO4 2 N. pH awal larutan 5,3

Volum koreksi (volume H2SO4 yang diperlukan oleh Glisin berdasarkan teori)

V titrasi asam amino = 85 tetes

V blanko = 58 tetes

Volume mili ekivalen asam

Tabel 3. Titrasi Glisin dengan H2SO4 2 N

H2SO4 2 N

(tetes)pH

Volum

koreksi

(tetes)

Volum mili

ekivalen

0 5,3 0 0

5 2,4 1,580 0,79

10 2,1 3,176 1,588

15 1,9 4,764 2,382

20 1,8 6,352 3,176

25 1,7 7,941 3,971

30 1,7 9,529 4,764

35 1,6 11,117 5,558

40 1,6 12,705 6,352

45 1,5 14,294 7,147

50 1,5 15,882 7,941

55 1,5 17,470 8,735

60 1,4 19,058 9,529

65 1,4 20,647 10,323

70 1,3 22,235 11,118

75 1,3 23,825 11,912

76 1,3 24,141 12,070

77 1,3 24,458 12,229

78 1,3 24,776 12,388

79 1,3 25,094 12,547

80 1,3 25,411 12,705

81 1,3 25,729 12,864

82 1,3 26,047 13,023

83 1,3 26,364 13,182

84 1,3 26,682 13,341

85 1,2 27 13,5

Grafik 7. Kurva Titrasi Glisin dengan H2SO4 2 N

Grafik 8. Kurva Titrasi Glisin dengan Volum Koreksi H2SO4 2 N

Grafik 9. Kurva Titrasi Glisin dengan Volum Mili Ekivalen H2SO4 2 N

4. Titrasi 0,4 g Alanin + 40 mL akuades dengan NaOH 2 N. pH awal larutan 8,12

Volum koreksi (volume NaOH yang diperlukan oleh Alanin berdasarkan teori)

V titrasi asam amino = 37 tetes

V blanko = 3 tetes

2,756

3,67

6

4,594

Volume mili ekivalen asam

, dan seterusnya

Tabel 4. Titrasi Alanin dengan NaOH 2 N

NaOH 2 N

(tetes)pH

Volum

koreksi (tetes)

Volum mili

ekivalen

0 7,6 0 0

2 9,9 1,837 1,837

NaOH 2 N

(tetes)pH

Volum

koreksi (tetes)

Volum mili

ekivalen

3 10,1 2,756 2,756

4 10,2 3,676 3,676

5 10,3 4,594 4,594

6 10,4 5,513 5,513

8 10,5 6,974 6,974

10 10,6 9,189 9,189

12 10,8 11,027 11,027

14 10,9 12,864 12,864

16 11,0 14,703 14,703

18 11,1 16,540 16,540

21 11,2 19,297 19,297

23 11,3 21,135 21,135

26 11,4 23,891 23,891

28 11,5 25,729 25,729

31 11,6 28,486 28,486

34 11,7 31,243 31,243

36 11,9 33,081 33,081

37 12,0 34 34

Grafik 10. Kurva Titrasi Alanin dengan NaOH 2 N

Grafik 11. Kurva Titrasi Alanin dengan Volum Koreksi NaOH 2 N

Grafik 12. Kurva Titrasi Glisin dengan Volum Mili Ekivalen NaOH 2 N

Titrasi Aquades dengan H2SO4 2 N

H2SO4 (tetes) pHAwal 6,7

5

10

16

21

31

41

58

59

2

1,8

1,7

1,6

1,5

1,4

1,3

1,3

Grafik 13. Kurva Titrasi Aquades dengan Volum H2SO4 2 N

Grafik Titrasi Aquades dengan NaOH 2 N

NaOH 2 N (tetes) pH

0

3

7,7

13,2

Grafik 14. Kurva Titrasi Aquades dengan Volum NaOH 2 N

5. Titik isolistrik untuk titrasi Alanin

Untuk titrasi alanin dengan asam sulfat :

Mr alanin = 89 g/mol

m alanin = 0,4 g

M H2SO4 = 2 N = 4 M

Mol alanin = ( massa / Mr ) Alanin = 0,4 gr / 89 gr.mol-1 = 0, 0045 mol

V H2SO4 pada saat titik ekivalen adalah pada saat mol H2SO4 sama dengan

mol alanin,

mol H2SO4 = mol alanin

(M x V) H2SO4 = mol alanin

V H2SO4 = 0,0045 mol / 4 M = 0, 001125 L = 1, 125 mL

1,125 mL = 23 tetes

pH pada saat V = 23 tetes adalah 1,85

[alanin] = [H2SO4], maka pH = pK1, jadi pK1 = 1,85

Untuk titrasi alanin dengan NaOH:

Mr alanin = 89 g/mol

m alanin = 0,4 g

M NaOH = 2 N = 2 M

Mol alanin = ( massa / Mr ) Alanin = 0,4 gr / 89 gr.mol-1 = 0, 0045 mol

V NaOH pada saat titik ekivalen adalah pada saat mol NaOH sama dengan

mol alanin,

mol NaOH = mol alanin

(M x V)NaOH = mol alanin

V NaOH = 0, 0045 mol / 2 M = 0, 00225 L = 2, 25 mL

2,25 mL = 45 tetes

pH pada saat V = 45 tetes adalah 12,0

[alanin] = [NaOH], maka pH = pK2, jadi pK2 = 12,0

Jadi, titik isolistrik alanin :

pl = ( 1,85+ 12,0 ) / 2 = 6, 925

Jadi, hasil perhitungan harga titik isolistrik dibandingkan dengan di literatur

tidak terlalu jauh berbeda (6,00), hanya selisih 0,925.

6. Harga titik isolistrik untuk Glisin dari percobaan adalah :

Untuk titrasi glisin dengan H2SO4:

Mr glisin =75 g/mol

m glisin = 0,4 g

M H2SO4 = 2 M = 4 M

V H2SO4 pada saat titik ekivalen,

mol H2SO4 = mol glisin

(M x V) H2SO4 = mol glisin

1,3325 mL = 26,65 tetes = 27 tetes

pH pada saat V = 27 tetes adalah 1,75

[glisin] = [NaOH], maka pH = pK1, jadi pK1 = 1,75

Untuk titrasi glisin dengan NaOH:

Mr glisin =75 g/mol

m glisin = 0,4 g

M NaOH = 2 N = 2 M

V NaOH pada saat titik ekivalen,

mol NaOH = mol glisin

(M x V)NaOH = mol glisin

2,665 mL =53,3 tetes = 53 tetes

pH pada saat V = 53 tetes adalah 12

[glisin] = [NaOH], maka pH = pK2, jadi pK2 = 12

Jadi, titik isolistrik glisin :

pl = ( 1,7 + 12,0 ) / 2 = 6, 875

Jadi, hasil perhitungan harga titik isolistrik dibandingkan dengan di literatur

tidak terlalu jauh berbeda (6,06), hanya selisih 0,815.

LAMPIRAN II

Tugas dan Pertanyaan

Pertanyaan :

1. Buatlah kurva titrasi asam amino yang diselidiki (pH vs mL H2SO4 2 N dan

NaOH 2 N) yang telah dikoreksi!

2. Buatlah kurva titrasi asam amino yang diselidiki (pH vs mili ekivalen asam dan

alkali)!

3. Hitung titik-titik isoionik dari pada asam amino yang diselidiki lewat harga-

harga pKa yang diperoleh dan bandingkanlah ini dengan titik isoionik yang

diperoleh lewat harta pKa literatur!

Jawaban :

1. Kurva titrasi alanin dengan V H2SO4 2 N yang telah dikoreksi :

Kurva titrasi alanin dengan V NaOH 2 N yang telah dikoreksi :

Kurva titrasi glisin dengan V H2SO4 2 N yang telah dikoreksi :

Kurva titrasi glisin dengan V NaOH 2 N yang telah dikoreksi :

2. Kurva titrasi alanin dengan V mili ekivalen H2SO4 2 N :

Kurva titrasi alanin dengan V mili ekivalen NaOH 2 N :

Kurva titrasi glisin dengan V mili ekivalen H2SO4 2 N :

Kurva titrasi glisin dengan V mili ekivalen NaOH 2 N :

3. menentukan titik isoelektrik

a. Titik isoelektrik alanin

Untuk titrasi alanin dengan asam sulfat :

Mr alanin = 89 g/mol

m alanin = 0,4 g

M H2SO4 = 2 N = 4 M

Mol alanin = ( massa / Mr ) Alanin = 0,4 gr / 89 gr.mol-1 = 0, 0045 mol

V H2SO4 pada saat titik ekivalen adalah pada saat mol H2SO4 sama dengan mol

alanin,

mol H2SO4 = mol alanin

(M x V) H2SO4 = mol alanin

V H2SO4 = 0,0045 mol / 4 M = 0, 001125 L = 1, 125 mL

1,125 mL = 23 tetes

pH pada saat V = 23 tetes adalah 1,85

[alanin] = [H2SO4], maka pH = pK1, jadi pK1 = 1,85

Untuk titrasi alanin dengan NaOH:

Mr alanin = 89 g/mol

m alanin = 0,4 g

M NaOH = 2 N = 2 M

Mol alanin = ( massa / Mr ) Alanin = 0,4 gr / 89 gr.mol-1 = 0, 0045 mol

V NaOH pada saat titik ekivalen adalah pada saat mol NaOH sama dengan

mol alanin,

mol NaOH = mol alanin

(M x V)NaOH = mol alanin

V NaOH = 0, 0045 mol / 2 M = 0, 00225 L = 2, 25 mL

2,25 mL = 45 tetes

pH pada saat V = 45 tetes adalah 12,0

[alanin] = [NaOH], maka pH = pK2, jadi pK2 = 12,0

Jadi, titik isolistrik alanin :

pl = ( 1,85+ 12,0 ) / 2 = 6, 925

Jadi, hasil perhitungan harga titik isolistrik dibandingkan dengan di literatur

tidak terlalu jauh berbeda (6,00), hanya selisih 0,925.

b. Harga titik isolistrik untuk Glisin dari percobaan adalah :

Untuk titrasi glisin dengan H2SO4:

Mr glisin =75 g/mol

m glisin = 0,4 g

M H2SO4 = 2 M = 4 M

V H2SO4 pada saat titik ekivalen,

mol H2SO4 = mol glisin

(M x V) H2SO4 = mol glisin

1,3325 mL = 26,65 tetes = 27 tetes

pH pada saat V = 27 tetes adalah 1,75

[glisin] = [NaOH], maka pH = pK1, jadi pK1 = 1,75

Untuk titrasi glisin dengan NaOH:

Mr glisin =75 g/mol

m glisin = 0,4 g

M NaOH = 2 N = 2 M

V NaOH pada saat titik ekivalen,

mol NaOH = mol glisin

(M x V)NaOH = mol glisin

2,665 mL =53,3 tetes = 53 tetes

pH pada saat V = 53 tetes adalah 12

[glisin] = [NaOH], maka pH = pK2, jadi pK2 = 12

Jadi, titik isolistrik glisin :

pl = ( 1,7 + 12,0 ) / 2 = 6, 875

Jadi, hasil perhitungan harga titik isolistrik dibandingkan dengan di literatur

tidak terlalu jauh berbeda (6,06), hanya selisih 0,815.

LAMPIRAN III

Foto-Foto Percobaan Titrasi Potensiometri Asam Amino

Gambar 1. Saat ditirasi dengan H2SO4

Gambar 2. Alat-alat yg digunakan dalam potensiometri

Gambar 3. Mencuci pH meter sebelum digunakan

Gambar 4. Glisin dititrasi dengan NaOH

LAMPIRAN IV

FLOWCHART

PERCOBAAN TITRASI POTENSIOMETRI ASAM AMINO

1. Titrasi Alanin dengan H2SO4 2 N

NB : melakukan perlakuan yang sama terhadap sampel aquades dan Glisin

2. Titrasi Alanin dengan NaOH 2 N

NB : melakukan perlakuan yang sama terhadap sampel aquades dan Glisin

0,4 g alanin + 40 mL aquadest

Larutan

Larutan dengan pH 1,2

- Melarutkan

- Menitrasi dengan H2SO4 2 N dengan menggunakan pH meter,dan pengaduk magnetik- Mencatat tiap-tiap penambahan dan perubahan pH yang terjadi- Meneruskan titrasi sampai tercapai pH 1,2

0,4 g alanin + 40 mL aquadest

Larutan

Larutan dengan pH 12

- Melarutkan

- Menitrasi dengan NaOH 2 N dengan menggunakan pH meter,dan pengaduk magnetik- Mencatat tiap-tiap penambahan dan perubahan pH yang terjadi- Meneruskan titrasi sampai tercapai pH 12