Percobaan BOD

29
PRAKTIKUM PEMISAHAN KIMIA PENETAPAN KEBUTUHAN OKSIGEN BIOKIMIA (BOD) 15 April 2015 KELOMPOK 6 OFFERING – C NAMA ANGGOTA KELOMPOK : 1. PUTRI PUJI UTAMI (120331420934) 2. RATNA ANGGI S. (120331420946) 3. RATNA AYU A. (120331420978) 4. RELY ANDRIANTO (120331420959) 5. RICHA AYU A. (120331420965) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2015

description

penentuan BOD air sungai

Transcript of Percobaan BOD

PRAKTIKUM PEMISAHAN KIMIA

PENETAPAN KEBUTUHAN OKSIGEN BIOKIMIA (BOD)

15 April 2015

KELOMPOK 6

OFFERING – C

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. PUTRI PUJI UTAMI (120331420934)

2. RATNA ANGGI S. (120331420946)

3. RATNA AYU A. (120331420978)

4. RELY ANDRIANTO (120331420959)

5. RICHA AYU A. (120331420965)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting

bagi hidup dan kehidupan seluruh makhluk hidup, termasuk manusia. Tanpa air, berbagai

proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Air merupakan merupakan sumberdaya alam

yang dapat diperbaharui (renewable) oleh alam, sehingga air diangap sebagai sumber

daya alam yang tidak akan habis. Tetapi jika air itu tercemar maka air tidak dapat lagi

digunakan sebagaimana diperuntukannya fungsi air itu bagi kehidupan makhluk hidup.

Air limbah domestik merupakan salah satu sumber pencemar terbesar bagi perairan.

Tingginya kandungan bahan organik dalam air limbah domestik meningkatkan

pencemaran pada badan air penerima. Semakin meningkatnya pencemaran dapat

menurunkan derajat kesehatan masyarakat. Peningkatan pencemaran berdampak pada

kehidupan organisme perairan dan penurunan kualitas perairan sehingga tidak sesuai

dengan peruntukkannya.

Bahan pencemar adalah jumlah berat zat pencemar dalam satuan waktu tertentu yang

merupakan hasil perkalian dari kadar pencemar dengan debit limbah cair (SK Gub. No.61

tahun 1999) . Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kadar bahan

pencemar antara lain BOD. Kadar BOD yang tinggi dapat menyebabkan penurunan

kandungan oksigen terlarut di perairan, yang dapat mengakibatkan kematian organisme

akuatik. Oleh karena pencemaran lingkungan mempunyai dampak yang sangat luas dan

sangat merugikan manusia maka perlu dilakukan pengurangan pencemaran lingkungan

atau apabila mungkin ditiiadakan sama sekali. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka

dilakukan percobaan Penetapan BOD yang bertujuan untuk menentukan nilai BOD dalam

suatu sampel air sungai

1.2 Tujuan Pratikum

Menetapkan kebutuhan oksigen biokimia dengan metode Winkler

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sering kita membaca di media masa bahwa air sungai mengalami pencemaran, bahkan

menurut evaluasi bahwa kandungan BOD melampaui ambang batas baku mutu. Air yang

merupakan kebutuhan mutlak bagi makhluk hidup. Untuk itu pengadaannya serta

sirkulasinya harus dapat menjamin keseimbang ekosistem yang ada.

Kebutuhan oksigen Biokimia atau BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme untuk menguraikan bahan organiknya yang mudah terurai. Bahan organik

yang tidak mudah terurai umumnya berasal dari limbah pertanian, pertambangan dan industri.

Sehingga makin banyak bahan organik dalam air, makin besar BOD nya sedangkan DO

(Dissolved Oxygen ) akan makin rendah. DO adalah oksigen terlarut yang terkandung di

dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan

oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk

mikroorganisme seperti bakteri.

Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5

ppm (part per million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi

bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang.

Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik,

sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan

nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen

terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan

kerang akan mati. Penyebab bau busuk dari air yang tercemar berasal dari gas NH3 dan H2S

yang merupakan hasil proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob.

Parameter BOD merupakan salah satu parameter yang di lakukan dalam pemantauan

parameter air, khusunya pencemaran bahan organik yang tidak mudah terurai. BOD

menunjukkan jumlah oksigen yang dikosumsi oleh respirasi mikro aerob yang terdapat dalam

botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20oC selama lima hari, dalam keadaan tanpa

cahaya (Boyd,1998). Air yang bersih adalah yang BOD nya kurang dari 1 mg/latau 1 ppm,

jika BOD nya di atas 4ppm, air dikatakan tercemar. Kadar oksigen terlarut mempunyai

peranan penting untuk kehidupan mikroorganisme. Sejumlah oksigen yang dibutuhkan oleh

mikroorganime tersebut kemudian dikenal dengan pengertian Biologycal Oxygen Demand

(BOD). Jelaslah BOD adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk

mendekomposisi dan menstabilkan sejumlah bahan organic di dalam ekosistem air melalui

proses aerobic. Dalam hal ini jumlah oksigen yang diperlukan adalah oksigen yang

dihabiskan dalam kondisi percobaan / penetapan (inkubasi selama 5 hari pada temperature

20oC) oleh mikroorganisme yang aerobic untuk penguraian senyawa organic yang terkandung

dalam contoh air.

Penetapan BOD merupakan pelaksanaan proses penguraian bahan orgnik di

laboratorium sebagaimana terjadi dalam lingkungan alamiah. Penguraian bahan organic

tersebut sejalan dengan pemakaian oksigen. Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya adalah

mengukur kandungan oksigen terlarut awal (DO) dari sampel segera setelah pengambilan

contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah diinkubasi

selama 5 hari pada kondisi gelap pada suhu 20oC yang sering disebut DO5. Selisih DO0 dan

DO5 merupakan nilai BOD yang dinyatakan dalm milligram oksigen per liter (mg/L).

Sehingga dalam penetapan BOD, yang dianalisis adalah kadar oksigen terlarutnya pada saat t

= 0 hari dan t = 5 hari, pada temperatur 20oC. Untuk memperoleh hasil yang lebih teliti,

kondisi yang harus dipenuhi antara lain:

a. Bebas bahan beracun sehingga tidak mengganggu pertumbuhan dan kehidupan

mikroorganisme.

b. Cukup bahan nutrisi yang diperlukan oleh mikroorganisme.

c. Temperatur standart (20oC).

d. Ada mikroorganisme dalam jumlah yang cukup.

Uji BOD mempunyai beberapa kelemahan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan anorganik

atau bahan-bahan tereduksi lainnya yang disebut juga intermediate oxygen demand.

2. Uji BOD memerlukan waktu yang cukup lama yaitu minimal 5 hari.

3. Uji Bod yang dilakukan selama 5 hari masih belum dapat menunjukkan nilai total

BOD melainkan hanya kira-kira 68 persen dari total BOD.

4. Uji BOD tergantung dari adanya senyaa penghambat di dalam air tersebut.

Air yang hampir murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1 ppm dan air yang mempunyai

nilai BOD 3 ppm dianggap cukup murni, tetapi kemurnian air diragukan jika nilai BOD-nya

mencapai 5 ppm atau lebih. Sebagai akibat menurunnya oksigen terlarut di dalam air adalah

menurunnya kehidupan hewan dan tanaman air. Jika konsentrasi oksigen terlarut sudah

terlalu rendah, maka mikroorganisme aerobik tidak dapat hidup dan berkembang biak, tetapi

sebaliknya mikroorganisme yang bersifat anaerob akan menjadi aktif memecah bahan-bahan

tersebut secara anaerobik karena tidak adanya oksigen. Senyawa-senyawa hasil pemecahan

secara anaerobik mempunyai bau yang menyengat.

BAB II

METODE

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Waktu : Rabu, 15 april 2015

Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang dipergunakan :

Buret Pipet Takar

Statif Pipet Tetes

Klem Buret Pipet Ukur

Erlenmeyer Botol Winkler

Bahan yang dipergunakan :

Sampel air

Larutan MnSO4 50%

Indikator Amilum

Larutan H2SO4 4 N

Larutan Na2S2O3 0,1 N

Larutan NaOH + KI

3.3 Prosedur Kerja

Langkah awal adalah disiapkan botol Winkler untuk BOD 0 hari dan BOD 5 hari.

Kemudian dimasukkan ±500 mL sampel air dalam beaker glass 750 mL, lalu diaerasi sampel

tersebut selama 2 menit (30 kali aerasi). Langkah selanjutnya diisi ke dalam masing-masing

botol Winkler dengan air sampel yang telah diaerasi hingga penuh, kemudian ditutup pelan-

pelan dan jangan sampai terdapat gelembung udara. Pada botol Winkler untuk BOD 5 hari

disimpan di tempat gelap dan tanpa diberi perlakuan apa-apa.

Pada botol Winkler untuk BOD 0 hari dilakukan hal-hal sebagai berikut. Pertama,

dibuka tutup botol Winkler, lalu dimasukkan 1 mL MnSO4 50% dengan menggunakan pipet

ke dalam botol Winkler. Ujung pipet harus tercelup ke dalam air sampel dalam botol

Winkler. Kedua dengan cara yang sama ditambahkan 1 mL larutan NaOH + K. lalu ditutup

botol Winkler tersebut secara pelan-pelan sehingga tidak terdapat gelembung udara

didalamnya. Kemudian dikocok dengan cara dibolak-balikkan botol tersebut. Selanjutnya

biarkan selama 10 menit.

Semua larutan dalam botol di atas dipindahkan ke dalam Erlenmeyer. Kemudian

ditambahkan ±4 mL larutan H2SO4 4 N hingga semua endapan larut, lalu dibiarkan selama

±5 menit. Selanjutnya dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N sampai timbul warna

kuning muda, kemudian ditambahkan 5 tetes indikator amilum hingga larutan berwarna biru.

Dilanjutkan titrasi sampai terjadi perubahan dari biru menjadi jernih (tidak berwarna). Dicatat

volume Na2S2O3 0,1 N yang digunakan.

Data Hasil Pengamatan

Lokasi pengambilan sampel : Sungai di belakang gedung kimia FMIPA UM, yang

terbagi menjadi 8 titik.

1. Penetapan DO0 hari

No Lokasi Volume Na2S2O3 0,1 N

yang digunakan (mL)

Volume botol

winkler (mL)

DO0 hari

(mg/L)

1 Titik 1 2,8 125 18,211

2 Titik 2 2,3 130 14,375

3 Titik 3 3,8 140 22,029

4 Titik 4 3,7 148 20,273

5 Titik 5 3,5 148 19,178

6 Titik 6 3,8 140 22,028

7 Titik 7 3,1 148 16,986

8 Titik 8 3,6 150 19,459

2. Penetapan DO5 hari

No Lokasi Volume Na2S2O3 0,1 N

yang digunakan (mL)

Volume botol

winkler (mL)

DO5 hari

(mg/L)

1 Titik 1 0,5 140 2,898

2 Titik 2 0,7 142 4

3 Titik 3 0,5 136 2,985

4 Titik 4 0,7 132 4,307

5 Titik 5 1 156 5,194

6 Titik 6 0,5 137 2,962

7 Titik 7 0,6 152 3,2

8 Titik 8 0,8 131 4,961

3. Penetapan BOD

No Lokasi DO0 hari

(mg/L)

DO5 hari

(mg/L)

BOD

(mg/L)

1 Titik 1 18,211 2,898 15,313

2 Titik 2 14,375 4 10,375

3 Titik 3 22,029 2,985 19,044

4 Titik 4 20,273 4,307 15,966

5 Titik 5 19,178 5,194 13,984

6 Titik 6 22,028 2,962 19,066

7 Titik 7 16,986 3,2 13,786

8 Titik 8 19,459 4,961 14,498

Analisis Prosedur

Langkah awal adalah disiapkan botol Winkler untuk BOD 0 hari dan BOD 5 hari. Pada

percobaan ini dilakukan untuk menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi dapat

diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelum dan setelah

inkubasi. Kemudian dimasukkan ±500 mL sampel air dalam beaker glass 750 mL, lalu

diaerasi sampel tersebut selama 2 menit (30 kali aerasi). Aerasi dilakukan untuk

menambahkan konsentrasi oksigen yang terkandung dalam air sungai, agar proses oksidasi

biologi oleh mikroba dapat berjalan dengan baik. Langkah selanjutnya diisi ke dalam masing-

masing botol Winkler dengan air sampel yang telah diaerasi hingga penuh, kemudian ditutup

pelan-pelan dan jangan sampai terdapat gelembung udara. Pada botol Winkler untuk BOD 5

hari disimpan di tempat gelap dan tanpa diberi perlakuan apa-apa.

Pada botol Winkler untuk BOD 0 hari dilakukan hal-hal sebagai berikut. Pertama,

dibuka tutup botol Winkler, lalu dimasukkan 1 mL MnSO4 50% dengan menggunakan pipet

ke dalam botol Winkler. Ujung pipet harus tercelup ke dalam air sampel dalam botol

Winkler. Kedua dengan cara yang sama ditambahkan 1 mL larutan NaOH + K. Fungsi

penambahan MnSO4 50% dan NaOH+KI adalah agar oksigen terlarut dalam air akan berealsi

dengan ion mangan (II) dalam suasana basa menjadi hidroksida mangan dengan valensi yang

lebih tinggi (Mn IV) dan akan terbentuk endapan MnO2, lalu ditutup botol Winkler tersebut

secara pelan-pelan sehingga tidak terdapat gelembung udara didalamnya. Kemudian dikocok

dengan cara dibolak-balikkan botol tersebut. Selanjutnya biarkan selama 10 menit.

Semua larutan dalam botol di atas dipindahkan ke dalam Erlenmeyer. Kemudian

ditambahkan ±4 mL larutan H2SO4 4 N hingga semua endapan larut, Fungsi penambahan

H2SO4 agar ion iodida (I) berada dalam suasana asam. Adanya ion iodide (I) dalam suasana

asam menyebabkan ion mangan (IV) akan kembali menjadi ion mangan (II) dengan

membebaskan iodin (I2) yang setara dengan oksigen terlarut. lalu dibiarkan selama ±5 menit.

Selanjutnya dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N sampai timbul warna kuning muda,

kemudian ditambahkan 5 tetes indikator amilum hingga larutan berwarna biru. Indikator

amilum ini berfungsi sebagai indikator yang mengikat ion-ion yang ada pada larutan alkali-

iodida-azida karena warna biru tua kompleks pati – iod berperan sebagai uji kepekaan

terhadap iod Dilanjutkan titrasi sampai terjadi perubahan dari biru menjadi jernih (tidak

berwarna). Dicatat volume Na2S2O3 0,1 N yang digunakan.

Reaksi yang terjadi:

MnSO4 (aq) + 2 NaOH (aq) → Mn(OH)2 (aq) + Na2SO4 (aq)

2 Mn(OH)2 (aq) + O2 (l) → 2 MnO2 (s) + 2 H2O (l)

MnO2 (s) + 2 KI (aq) + 2 H2O (l) → Mn(OH)2 (aq) + I2 (aq) + 2 KOH (aq)

I2 (aq) + 2 Na2S2O3 (aq) → Na2S4O6 (aq) + 2 NaI (aq)

Analisis Data

1. Penetapan DO0 hari

Titik 1

DO0 hari = 1000× V 1× NNa2 S2 O3

(V 2−2) × 8

= 1000× 2,8 mL× 0,1 N

(125−2) × 8

= 18,211 mg/L

= 18,211 ppm

Titik 2

DO0 hari = 1000× V 1× NNa2 S2 O3

(V 2−2) × 8

= 1000× 2,3 mL× 0,1 N

(130−2) × 8

= 14,375 mg/L

= 14, 375 ppm

Titik 3

DO0 hari = 1000× V 1× NNa2 S2 O3

(V 2−2) × 8

= 1000× 3,8 mL×0,1 N

(140−2) × 8

= 22,029 mg/L

= 22,029 ppm

Titik 4

DO0 hari = 1000× V 1× NNa2 S2 O3

(V 2−2) × 8

= 1000× 3,7 mL× 0,1 N

(148−2) × 8

= 20,273 mg/L

= 20,273 ppm

Titik 5

DO0 hari = 1000× V 1× NNa2 S2 O3

(V 2−2) × 8

= 1000× 3,5 mL×0,1 N

(148−2) × 8

= 19,178 mg/L

= 19,178 ppm

Titik 6

DO0 hari = 1000× V 1× NNa2 S2 O3

(V 2−2) × 8

= 1000× 3,8 mL×0,1 N

(140−2) × 8

= 22,028 mg/L

= 22,028 ppm

Titik 7

DO0 hari = 1000× V 1× NNa2 S2 O3

(V 2−2) × 8

= 1000× 3,1 mL×0,1 N

(148−2) × 8

= 16,986 mg/L

= 16,986 ppm

Titik 8

DO0 hari = 1000× V 1× NNa2 S2 O3

(V 2−2) × 8

= 1000× 3,6 mL× 0,1 N

(150−2) × 8

= 19,459 mg/L

= 189,459 ppm

2. Penetapan DO5 hari

Titik 1

DO5 hari = 1000× V 1× NNa2 S2 O3

(V 2−2) × 8

= 1000× 0,5 mL× 0,1 N

(140−2) × 8

= 2,898 mg/L

= 2,898 ppm

Titik 2

DO5 hari = 1000× V 1× NNa2 S2 O3

(V 2−2) × 8

= 1000× 0,7 mL× 0,1 N

(142−2) × 8

= 4 mg/L

= 4 ppm

Titik 3

DO5 hari = 1000× V 1× NNa2 S2 O3

(V 2−2) × 8

= 1000× 0,5 mL× 0,1 N

(136−2) × 8

= 2,985 mg/L

= 2,985 ppm

Titik 4

DO5 hari = 1000× V 1× NNa2 S2 O3

(V 2−2) × 8

= 1000× 0,7 mL× 0,1 N

(132−2) × 8

= 4,307 mg/L

= 4,307 ppm

Titik 5

DO5 hari = 1000× V 1× NNa2 S2 O3

(V 2−2) × 8

= 1000× 1 mL×0,1 N

(156−2) × 8

= 5,194 mg/L

= 5,194 ppm

Titik 6

DO5 hari = 1000× V 1× NNa2 S2 O3

(V 2−2) × 8

= 1000× 0,5 mL× 0,1 N

(137−2) × 8

= 2,962 mg/L

= 2,962 ppm

Titik 7

DO5 hari = 1000× V 1× NNa2 S2 O3

(V 2−2) × 8

= 1000× 0,6 mL× 0,1 N

(152−2) × 8

= 3,2 mg/L

= 3,2 ppm

Titik 8

DO5 hari = 1000× V 1× NNa2 S2 O3

(V 2−2) × 8

= 1000× 0,8 mL× 0,1 N

(131−2) × 8

= 4,961 mg/L

= 4,961 ppm

3. Penetapan BOD

Titik 1

BOD = DO0 hari – DO5 hari

= (18,211 – 2,989) mg/L

= 15,313 mg/L

= 15,313 ppm

Titik 2

BOD = DO0 hari – DO5 hari

= (14, 375 – 4) mg/L

= 10,375 mg/L

= 10,375 ppm

Titik 3

BOD = DO0 hari – DO5 hari

= (22,029 – 2,985) mg/L

= 19,044 mg/L

= 19,044 ppm

Titik 4

BOD = DO0 hari – DO5 hari

= (20,273 – 4,307) mg/L

= 15,966 mg/L

= 15,966 ppm

Titik 5

BOD = DO0 hari – DO5 hari

= (19,178 – 5,194) mg/L

= 13,984 mg/L

= 13,984 ppm

Titik 6

BOD = DO0 hari – DO5 hari

= (22,028 – 2,9862) mg/L

= 19,066 mg/L

= 19,066 ppm

Titik 7

BOD = DO0 hari – DO5 hari

= (16,986 – 3,2) mg/L

= 13,786 mg/L

= 13,786 ppm

Titik 8

BOD = DO0 hari – DO5 hari

= (19,459 – 4,961) mg/L

= 14,498 mg/L

= 14,498 ppm

Pembahasan

Percobaan penentuan BOD dilakukan dengan menggunakan sampel air sungai di

belakang gedung kimia O2. Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu

mengukur kandungan oksigen terlarut awal (DO0) dari sampel segera setelah pengambilan

contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah diinkubasi

selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20oC) yang sering disebut dengan DO5.

Selisih DO0 dan DO5 (DO0 - DO5) merupakan nilai BOD yang dinyatakan dalam miligram

oksigen per liter (mg/L). Pada air yang bersih dan jernih, pada umunya memiliki BOD 5 di bawah 1 mg/L. Hal

tersebut didukung oleh pendapat Fardiaz (1992) yang menyatakan bahwa air murni

mempunyai nilai BOD5 kira-kira 1 mg/L dan air bersih mempunyai BOD5 3 mg/L.

UNESCO/WHO/UNEP (1992) di dalam Agus (2011) menyatakan kadar maksimum BOD5

yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme

akuatik adalah 3.0-6.0 mg/L. Selain itu, Lee et al, (1978) di dalam Gusti (2004)

mengemukakan kriteria pencemaran berdasarkan nilai BOD5 yaitu konsentrasi BOD5 2,90

mg/l tergolong perairan yang tidak tercemar, konsentrasi BOD5 3,00 – 5,00 mg/l

menandakan perairan berada dalam kondisi tercemar ringan, konsentrasi BOD5 5,00 – 15,00

mg/l tergolong perairan tercemar sedang dan konsentrasi BOD5 15,00 mg/l mengindikasikan

perairan berada dalam kondisi tercemar berat.

Dari hasil analisa BOD ini dihasilkan angka BOD sebagai berikut, pada titik (1) 15,313

ppm, titik (2) 10,375 ppm, titik (3) 19,044 ppm, titik (4) 15,966 ppm, titik (5) 13,984 ppm,

titik (6) 19,066 ppm, titik (7) 13,786 ppm, dan titik (8) 14,498 ppm. Berdasarkan pernyataan

tersebut, maka dapat dikatakan bahwa sampel air yang diteliti dikatakan dalam kondisi

tercemar berat.

Kesimpulan

1. Angka BOD pada titik (1) 15,313 ppm, titik (2) 10,375 ppm, titik (3) 19,044 ppm, titik

(4) 15,966 ppm, titik (5) 13,984 ppm, titik (6) 19,066 ppm, titik (7) 13,786 ppm, dan titik

(8) 14,498 ppm

2. Sampel air yang diteliti dikatakan dalam kondisi tercemar berat.

Daftar Pustaka

Sukadi. 1999. Pencemaran sungai akibat buangan limbah dan pengaruhnya terhadap BOD

dan DO. Makalah. Bandung: Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Institut

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung.

Gusti, D. 2004. Kualias perairan pantai Pulau Batam Kepulauan Riau berdasarkan

karakteristik fisika-kimia dan struktur komunitas plankton. Skripsi. Bogor: Fakutlas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

Agus, I. 2011. Penilaian kualitas air dan kajian potensi Situ Salam sebagai wisata air di

Univesitas Indonesia Depok. Tesis. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Indonesia.

ANONIMOUS. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No. 5 1 Tahun 2004.

Tentang : Baku Mutu Air Laut. 2004. 11 hal.

PESCOD, M. D. 1973. Investigation of Rational Effluen and Stream Standards for Tropical

Countries. A.I.T. Bangkok, 59 pp

SAWYER, C.N and P.L., MC CARTY, 1978. Chemistry for Environmental Engineering. 3rd

ed. Mc Graw Hill Kogakusha Ltd.: 405 - 486 pp.

http://jequesgros.blogspot.com/2013/03/bod-tugas-kimia-lingkungan.html (online, diakses 21

April 2015)

http://driverhutapadang.blogspot.com/2013/02/percobaan-biologycal-oxygen-demand-

bod.html (online, diakses 21 April 2015)

Jawaban Pertanyaan

1. Faktok-faktor apa sajakah yang mempengaruhi perbedaan hasil penetapan

kebutuhan oksigen? Jelaskan masing” secara singkat!

Waktu pengambilan sampel

Perubahan kualitas air yang terus menerus perlu dipertimbangkan dalam

penentuan waktu pengambilan contoh pada sumber air. Contoh perlu diambil pada

waktu tertentu dan periode yang tetap sehingga data dapat digunakan untuk

mengevaluasi perubahan kualitas air, akan tetapi kualitas air pada saat tersebut

tidaklah menggambarkan kualitas air pada saat-saat yang lain. Hal ini terjadi terutama

pada kualitas air yang berubah setiap waktu.

Titik pengambilan sampel

Lokasi pengambilan sampel pada aliran sungai perlu ditetapkan karena untuk

mengetahui perubahan kualitas air akibat aktivitas lingkungan sekitarnya. Kualitas air

alamiah diukur pada lokasi dihulu sungai yang belum mengalami perubahan oleh

kegiatan manusia, sedangkan perubahan kualitas air diambil pada bagian hilir.

Penentuan titik pengambilan sampel air dilakukan bertujuan utk mendapatkan contoh

air yang andal. Sampel air yang andal adalah contoh air yang mewakili keadaan

kualitas sumber air tersebut. Agar diperoleh contoh air yang andal tersebut. Maka titik

pengambilan contoh air yang dipilih adalah tempat dimana air sungai yang betul-betul

tercampur dengan baik berdasarkan kecepatan aliran dan lebar sungai.

Waktu pengamatan

Pengamatan yang kurang tepat saat dilakukannya titrasi akan mempengaruhi

perhitungan oksigen terlarut dalam air, sehingga juga akan mempengaruhi nilai BOD.

2. Jika suatu perairan sungai terdapat banyak tumbuhan maupun

mikroorganisme, apakah harga kebutuhan oksigen mengalami penurunan atau

kenaikan? jelaskan!

Harga kebutuhan oksigen (BOD) akan mengalami kenaikan, karena organisme

banyak yang menggunakan oksigen dalam air untuk mengoksidasi zat organik sebagai

bahan makanan makanan mereka. Jika dilihat nilai DO5 hari akan lebih kecil

dibandingkan DO0 hari, sehingga selisih antara keduanya merupakan nilai BOD yang

menyatakan banyaknya oksigen dalam air yang di konsumsi oleh organisme.

3. Tuliskan reaksi yang mendasari pemeriksaan BOD diatas ?

4. Didasari pada apakah pemeriksaaan BOD? Jelaskan!

Pemeriksaan BOD didasarkan pada pemakaian oksigen oleh jasad-jasad renik yang

membongkar bahan organik yang larut dalam air. Jumlah oksigen sebelum proses

pembongkaran dan sesudah proses pembongkaran itulah yang dipakai sebagai ukuran

(relatif) dan banyaknya bahan organik yang larut dalam air

5. Gambarkan proses penguraian bahan organic oleh bakteri dalam penetapan

kadar BOD?

Pada penguraian bahan organik oleh bakteri dalam penetapan kadar BOD, didasarkan

pada reaksi berikut,

CnHaObNc + (n + a/4 - b/2 – 3c/4) O2 → nCO2 + (a/2 – 3c/2) + H2O + c NH3

MnCl2 + NaoH Mn(OH)2 + 2 NaCl

2 Mn(OH)2 + O2 2 MnO2 + 2 H2O

MnO2 + 2 KI + 2 H2O Mn(OH)2 + I2 + KOH

I2 + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI

Bakteri/mikroorganisme akan mengoksidasi bahan organik dengan membutuhkan

oksigen menghasilkan karbon dioksida, air, dan ammonia. Sehingga kadar oksigen

terlarut dalam air menjadi berkurang akibat aktivitas mikroorganisme.