Percobaan 2

33
I PERCOBAAN 2 PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK

description

Laporan Praktikum Kimia Lingkungan

Transcript of Percobaan 2

Page 1: Percobaan 2

I

PERCOBAAN 2

PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN

2013

Page 2: Percobaan 2

ABSTRAK

Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan. Untuk itu diperlukan praktikum dan pada praktikum cara ini akan dilaksanakan cara pembuatan dan standarisasinya. Adapun tujuan dari penelitian pembuatan larutan dan standarisasinya ini adalah pembuatan larutan HCL 0,1 N,pembuatan larutan NaOH 0,1 N,standarisasi larutan HCL 0,1 N dengan larutan Na2CO3 0,1 N indikator PP metil orange, standarisasi larutan HCL 0,1 N dengan larutan Na2CO3

indikator PP dan penentuan konsentrasi NaOH 0,1 N dengan HCL 0,1 N. Pada pembuatan larutan HCL,konsentrasi HCL yang didapat dalam berbagai satuan adalah 0,85 %(w/w), 0,83 %(v/v), 0,03 N, 0,235 molalitas, 0,01 ppm dan 0,016 mol. Pada pembuatan larutan NaOH konsentrasi yang didapat adalah 0,1 M dan 0,4 %(w/w). Kosentrasi HCL setelah di tittrasi dengan Na2CO3 adalah 0,0025 N. Konsentrasi NaOH setelah di titrasi dengan Na2CO3 adalah 0,0035 N dan konsentrasi NaOH yang telah di titrasi dengan HCL adalah sebesar 0,0045 N.

Kata Kunci : Titrasi, Molalitas, Molaritas, AgNO

II-1

Page 3: Percobaan 2

II-2

PERCOBAAN 2

PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN

2.1. PENDAHULUAN

2.1.1. Tujuan Percobaan

1. Membuat larutan NaOH dan larutan HCl.

2. Melakukan pengenceran larutan dan perhitungan konsentrasi larutan dengan

beberapa satuan.

3. Menentukan konsentrasi larutan asam dengan Na2SO3.

2.1.2. Latar Belakang

Dalam ilmu kimia penertian larutan sangat pentin karna hampir semua

reaksi terjadi dalam bentuk larutan. Larutan dapat didefenisikan sebagai

campuran serba sama dari dua komponen atau lebih yang saling berdiri sendiri.

Dinamakan campuran karna terdapat pada molekul – molekul, atom – atom, ion –

ion, dari dua zat tersebut.Larutan dikatakan homogen apabila campuran zat

tersebut kompoen penyusunnya tidak dapat dibedakan satu sama lain

Pembuatan larutan harus dilakukan seteliti mungkin atau menggunakan

perhitungan tepat. Sehingga hasil yang didapat sesuai dengan harapan. Untuk

mengetahui konsentrasi yang sebenarnya dari larutan yang dihasilkan maka

dilakukan standarisasi.

Aplikasi titrasi pada bidang industri misalnya, penentuan kadar alkohol

dengan iodin atau dapat pula dengan kalium karbonat. Selain itu dalam bidang

teknik lingkungan, larutan dan standarisasinya dapat berguna untuk mengetahui

apakah air dalam sungai dan danau sudah tercemar atau belum. Sehingga

diharapkan kita dapat memakai pengetahuan ini agar kehidupan menjadi lebih

baik.

Page 4: Percobaan 2

II-3

2.2. DASAR TEORI

Larutan merupakan campuran karena terdiri dari dua bahan dan disebut

homogen, karena sifat – sifatnya sama disebuah cairan. Zat yang ada dalam

jumlah yang relatif besar disebut pelarut (solvent). Sedangkan zat yang ada dalam

jumlah yang relatif lebih sedikit disebut terlarut (solut). Baik solut maupun

solvent dapat berupa zat padat, cair, ataupun gas dalam bentuknya.

Jenis larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan

dalam air atau aquadest. Larutan yang mengandung zat terlarut sedikit, dinamakan

encer. Biasanya pelarut cair dengan cairan, padat, gas, sebagai zat – zat terlarut

dalam sebuah larutan yang ada (Abidin. 2011) .

Suatu larutan jenuh didefenisikan sebagai larutan yang mengandung zat

terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya keseimbangan antara zat

telarut dan tak jenuh, tak larut. Pembentukan larutan jenuh dipercepat dengan

pengadukan yang kuat dan zat terlarut berlebih. Lazimnya kelarutan dinyatakan

dalam gram zat terlarut yang berlebih per 100 cm3 atau 100 gram pelarut pada

temperatur yang ditentukan.

Perhatikan bahwa suatu larutan jenuh tak perlu larutan pekat misalnya,

bila batu kapur (kalsium karbonat) tetap bersentuhan dengan sekuantitas air,

sampai tercapai kesetimbangan antara kalsium karbonat terlarut dan tak terlarut,

larutan jenuh itu sangat encer, karena kalsium karbonat tidak sangat larut. Suatu

larutan tak jenuh (unsur turated) lebih pekat (lebih encer) dari pada suatu larutan

lewat jenuh biasanya dibuat dengan membuat larutan jenuh pada temperatur yang

lebih tinggi. Zat terlarut lebih banayak larut dalam pelarut panas dari pada pelarut

dingin. Jika tersisa zat terlarur yang belum larut, sisa itu disingkirkan. Larutan

panas itu kemudian didinginkan dengan hati – hati untuk menghindari pengikisan.

Artinya larutan itu tak boleh digetarkan atau digoncang, ada zat terlarut yang

memisahkan diri selama pendinginan, maka larutan dingin itu bersifat lewat jenuh

(Keenan, 1984) .

Daya gabung larut gas dalam cairan tergantung dari jenis gas dan pelarut.

Bila gas tidak larut dalam zat cair, seperti oksigen dalam air, daya larutnya kecil.

Page 5: Percobaan 2

II-4

Daya larutanya menjadi besar, bila gas bereaksi denga pelarut seperti hidrogen

klorida dan karbon dioksida dalam air.

Hukum Henry tidak berlaku untuk gas yang larut dalam zat cair namun

bereaksi dengan pelarut seperti NH 3dan HCl dalam air. Bila ada campuran gas,

maka, hukum Henry berlaku untuk masing – masing gas sedangkan tekanan

diambil diantara tekanan parsial gas yang bersangkutan apabiala dua cairan

dicampurkan dan kemudian digojog, kedua – duanya dapat bercampur sempurna.

Sifat – sifat kedua jenis campuran ini yaitu pasangan zat cair yang bercampur

sempurna dan tidak bercampur.

Ada beberapa zat cair, seperti air dan fenol, air dan sebagainya yang

bercampur sebagai (particially miscible). Kalua misalnya kita campurkan fenol

dan bagian bawahnya diperoleh fenol dalam cair. Pada 20 °C lapisan berisi : 27,8

% air dan 72,2 % fenol presentasi ini tetap selama temperaturnya masih tetap.

Kalau temperatur dinaikan, maka daya campur kedua cairan bertambah

dan pada temperatur 65,85 °C kedua cairan membentuk campuran homogen.

Diatas temperatur ini. Campuran selalu homogen. Temperatur tersebut dinamakan

temperatur pelarut krisis atau temperatur konsulate (Sukarjo, 1985).

Suatu larutan yang dapat menahan perubahan ph yang besar ketika ion –

ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larut itu diencerkan,

disebutkan larutan penyangga. Kita telah menemui larutan semacam itu dalam

titrasi asam lemah dengan basa kuat.

Kapasitas suatu penyangga merupakan ukuran keefektifan dalam menahan

perubaha ph pada penambahan asam atau basa. Semakin besar konsentrasi asam

basa konjugatnya, semakin besar kapasitasnya penyangga. Dalam kapasitas

penyangga dapat didefenifikan secara lebih kuantitatif dengan jumlah mol basa

kuat dibutuhkan untuk merubah ph 1 liter larutan sebesar 1 ph satuan. Perubahan

ph yang cukup besar saat pengenceran akan terjadi jika konsentrasi komponen

penyangga berada di bawah sekitar 10−4 M. Pada konsentrasi serendah itu,

penguraian molekul air dapat menjadi suatu faktor penting. Namun, normalitasnya

kita tidak menggunakan suatu penyangga sangat lemah (Santoso. 2012).

Page 6: Percobaan 2

II-5

Dalam menyiapkan suatu penyangga dengan ph yang diinginkan,analisi

harus memilih suatu sistem asam garam atau basa garam dimana pka asam asam

tersebut sedekat mungkin ke ph yang diinginkan. Dengan pemilihan ini, rasio

peningkatan atau penurunan ph didapatkan peroleh keefektifan maksimal. Banyak

proses kimia dan biologi yang sangat peka terhadap perubahan ph dari larutan,

dan masing – masing memang sangat penting untuk menjaga ph sekonstan

mungkin, oleh sebab itu larutan penyangga mendapat perhatian yang besar dalam

ilmu pengetahuan kimia dan biologi (Underwood, 1998).

Page 7: Percobaan 2

II-6

2.3. METODOLOGI

2.3.1. Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Erlenmeyer 50 ml, buret

50 ml, gelas piala 100 ml, labu takar 100 ml, pipet tetes, propipet, corong,

termometer, statif, pipet gondok 10 ml, gelas arloji, neraca analitik, botol semprot,

pemanas listrik, pipet mohr 1 ml, dan sudip. Untul lebih jelasnya dapat dilihat

dalam rangkaian alat titrasi berikut ini :

Keterangan :

1. Statif

2. Buret 50 ml

3. Erlenmeyer 50 ml

Gambar 2.1 Rangkaian Alat Titrasi

2.3.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah HCl 0,1 N, NaOH 0,1

N, Na2CO3 0,1 N, indikator pp, indikator metil orange, dan akuades.

2.3.3. Prosedur Kerja

2.3.3.1. Pembuatan larutan HCl 0,1 N

1. Labu takar 100 ml ditimbang,diisi dengan aquadest hingga 34 - nya

kemudian ditimbang lagi dan diukur suhunya.

2. Gelas ukur kosong ditimbang, diisi dengan HCl kedalam gelas ukur

kemudian ditimbang lagi, diukur volume dan suhunya dengan termometer

Page 8: Percobaan 2

0,38 % ml HCl pekat 37 % dan Aquades hingga 100 ml

Aquadest dari 100 ml labu takar Labu Takar 100ml

Gelas UkurHCl 1 ml Ditimbang dan diukur suhunya

Labu Takar

Dikocok hingga homogen, ditimbang dan diukur suhu

Ditimbang dan diukur suhunya.

II-7

3. Dituangkan 0,83 HCl pekat 37% secara hati – hati kedalam labu takar,

ditambahkan aquadest hingga 100 % ml, dikocok agar homogen,

ditimbang dan ukur suhunya (persamaan 1).

Diagram Alur

2.3.3.2 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N

1. Ditimbang NaOH padat 0,4 gram dengan neraca analitik (persamaan 2)

2. Dilarutkan dalam gelas piala, NaOH dengan sedikit air yang baru

dingatkan.

3. Dirasakan apakah terasa lebih panas, atau lebih dingin dari sebelumnya.

4. Larutan dipindahkan dalam labutakar 100 ml, gelas dibilas dengan

aquadest.

5. Diencerkan sampai tanda terra, dikocok agar homogen.

Page 9: Percobaan 2

NaOH padat 0,4 gramNeraca Analitik Ditimbang

Gelas pialaLarutan NaOH dan sedikit air yang dipanaskan. Dilarutkan dan dirasakan perubahan suhunya.

0,38 % ml HCl pekat 37 % dan Aquades hingga 100 ml

Labu Takar 100mlDiencerkan hingga homogen

II-8

Diagram Alur

2.3.3.3. Standarisasi Larutan HCl Dengan 0,1 N dengan Na2CO3

1. Larutan HCl dari larutan ( 2.3.3.1) Sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam

erlenmeyer.

2. Ditambahkan 3 tetes metil Orange.

3. Diisi buret dengan Na2CO3 0,1 N dibaca miniskus awal dan dititrasi

larutan HCl hingga terjadi perubahan warna, dicatat berapa volume larutan

Na2CO3 0,1 N yang diperlukan utuk titrasi.

4. Dihitung normalitas HCl hingga 4 decimal, dengan persamaan berikut :

N HCl actual = N N a2C O3 ∙V N a2 C O3

V HCl(2.1)

Page 10: Percobaan 2

Larutan HCl dari larutan (2.3.3.1) 10 mlDan 3 tetes metil orange

Erlenmeyer

Buret dengan NC 0,1 N

Larutan HCl 0,1 N

Dibaca miniskusnyaNC Buret

Dititrasi larutan HCl 0,1 N

II-9

Diagram Alur

2.3.3.4. Penentuan Konsentrasi NaOH dan HCl

1. Dimasukkan larutan NaOH ( langkah 2.3.3.2) sebanyak 10 ml kedalam

erlenmeyer.

2. Ditambahkan 3 tetes indikator pp

3. Diisi buret dengan larutan HCl 0,1 N ( langkah 2.3.3.1) dibaca miniskus

awalnya

4. Dititrasi laruatn dan pembacaan volume akhir dicatat setelah terjadi

perubahan warna pada larutan.

5. Dihitung konsentrasi NaOH

N NaOH actual = N HCL ∙ V HCL

V NaOH (2.2)

Page 11: Percobaan 2

Larutan NaOH (langkah 2.3.3.3) dan 3 tetes indikator pp.

Erlenmeyer 10 ml

BuretHCl 0,1 NDibaca miniskusnya

Larutan NaOH O,1 N Buret dengan HCl 0,1 N Dititrasia larutan HCl 0,1 N

II-10

Diagram Alur

2.3.3.5. Penetuan Faktor Normalitas dari HCl dan NaOH yang telah distandarisasi

1. Dihitung faktor normalitas dari HCl dan NaOH yang telah distandarisasi

dengan persamaan :

Faktor normalitas HCl = N HCL actualH HCl teoritis (2.3)

2. Dihitung faktor normalitas dari NaOH terstandarisasi dengan persamaan :

Faktor normalitas NaOh = N NaOH actualN NaOH teoritis (2.4)

Page 12: Percobaan 2

II-11

Page 13: Percobaan 2

II-12

2.4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 2.1. Membuat Larutan HCl O,1 NNo

Prosedur Kerja Hasil

1.

2.

3.

4.

5.

Menimbang labu takar 100 ml Mengisi dengan aquadest dan mengukur suhunya.Menimbang gelas ukur kosong.

Mengisi gelas ukur denagn HCl

dan mengukur suhunya.

Menambahkan aquadest ke dalam

gelas ukur dan mengukur suhunya.

Berat = 67 gramBerat = 76,4 gramSuhu = 31 °C

Berat = 98,1 gram

Berat = 98,94 gram

Suhu = 32 °C

Berat total = 197,1 gram

Suhu = 33 °C

Tabel 2.2. Membuat Larutan NaOH 0,1 NNo

Prosedur Kerja Hasil

1.2.

Menimbang gelas arloji kosong .Menimbang gelas ukur 100 ml kosong

Berat = 38,3 garmBerat = 100,8 gram

Tabel 2.3. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N dengan Larutan Na2CO3

0,1 N

No

Prosedur Kerja Hasil

1. Menambahkan 3 tetes indikator metil orange

Larutan berwarna merah , setelah dititrasi berubah

Page 14: Percobaan 2

II-13

2.dalam tabung 10 ml larutan HCl didalam erlenmeyer.Diisi buret dengan larutan 50 ml Na2CO3 , memulai titrasi.

menjadi kuning

Titrasi I : V awal = 50 ml V akhir = 46,mlTitrasi II : V awal = 46,5 ml V akhir = 43 ml

Tabel 2.4. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N dengan Larutan Na2C

O3 0,1 N

No

Prosedur Kerja Hasil

1.

2.

Menambahkan 3 tetes indikator pp dalam tabung 10 ml larutan NaOH didalam erlenmeyer.Diisi buret dengan larutan 50 ml Na2CO3, memulai titrasi.

Larutan berwarna merah , setelah dititrasi berubah menjadi kuning

Titrasi I : V awal = 50 ml V akhir = 46,mlTitrasi II : V awal = 46 ml V akhir = 31 ml

Tabel 2.5. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N dengan Larutan HCl 0,1 N

No

Prosedur Kerja Hasil

1. Menambahkan 3 tetes indikator pp dalam tabung

Larutan berwarna merah , setelah dititrasi berubah

Page 15: Percobaan 2

II-14

2.10 ml larutan NaOH didalam erlenmeyer.Diisi buret dengan larutan 50 ml HCl

memulai titrasi.

menjadi kuning

Titrasi I : V awal = 50 ml V akhir = 0,mlTitrasi II : V awal = 50 ml V akhir = 30,5 ml

2.4.2 Pembahasan

Pembuatan HCl, terlebih dahulu menimbang labu takar agar dapat

diketahui berat larutan sebenarnya. Melarutkan 0,84 ml HCl dengan aquadest

kemudian mengocoknya. Pengocokan dilakukan agar larutan bercampur atau

homogen. Pengenceran ini bertujuan untuk menurunkan konsentrasi dan

mempermudah dalam dalam titrasi. Setelah dilakukan perhitungan hasil yang

diperoleh adalah massa HCl sebesar 1,11 gr, massa campuran sebesar 130 gr dan

massa aquadest sebesar 128,89 gr, melalui beberapa satuan yaitu : 0,85 % (ww ) ;

0,83 % (vv ) ; 0,03 M ; 0,235 molalitas ; 0,01 ppm dan 0,016 fraksi mol.

Pembuatan NaOH,digunakan 0,4 gr NaOH padat yang dilarutkan dengan

air yang sudah dihangatkan terlebih dahulu, tujuannya untuk menjaga kebasaan

NaOH. Proses selanjutnya melakukan pengadukan yang berfungsi mempercepat

kelarutan NaOH dalam air dan larutan NaOH akan cepat homogen. Larutan

NaOH akan bersifat eksoterm yakni reaksi pembebasan energi. Jika reaksi dalam

kalorimetri berlangsung eksoterm, maka kalor yang akan dibebaskan dalam

larutan itu, mengakibatkan satu larutan naik. Menurut perhitungan didapat

konsentrasi NaOH sebesar 0,1 M dan 0,4 % (wv ).

Page 16: Percobaan 2

II-15

Proses selanjutnya yakni standarisasi larutan HCl dengan Na2CO3, proses

ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi dari larutan HCl. Percobaan ini

menggunakan indikator metil orange yangmerubah warna larutan menjadi

merah.Setelah itu barulah dilakukan titrasi dengan Na2CO3. Ketika terjadi

percampuran awal, warna larutan masih merah, namun saat molasam habis karna

digunakan untuk bereaksi dengan mol basa atau telah mencapai titik ekuivalen,

maka warna larutan tersebut berubah warna menjadi kuning. Dilakukan titrasi

sebanyak 2 kali dengan rentan ph 4,2 – 6,3 dan didapatkan volume rata – rata

sebesar 3,5 ml. Menurut perhitungan didapat konsentrsi HCl sebesar 0,035 N.

Tahap selanjutnya standarisasi larutan HCl dengan larutan Na2CO3

sebagai titran. Warna dari larutan NaOH berubah menjadi ungu setelah ditetesi

indikator pp, karena indikator pp memiliki trayek ph 8,0 – 9,6 warnanya berubah

dari bening ke pink Indikator digunakan bertujuan untuk memudahkan dalam

mengetahui apakah titrasi sudah mencapai titik ekuivalen atau belum. Titik

ekuivalen adalah titik dimana konsentrsi basa dan konsentrasi asam telah habis

bereaksi bereaksi. Hingga diperoleh volume rata – rata sebesar 4,5 m dan

konsentrasi NaOH sebesar 0,045 M.

Proses terakhir ialah standarisasi larutan NaOH dengan larutan HCl 0,1 N.

Tahap ini dimaksudkan untuk mendapatkan kosentrasi dari larutan NaOH.

Digunakan indikator pp dalam proses ini yang akan merubah warna larutan

menjadi ungu. Indikator pp memiliki range ph 8,9 – 9,6 sehingga baik digunakan

pada larutan basa. Ketika terjadi pencampuran atau selama titrasi awal, warna

larutan akan tetap berwarna ungu , namun ketika mencapai titik ekuivalen larutan

HCl akan berikatan denga indikator pp, sehingga terjadi perubahan warna dari

pink ke bening. Berdasarkan perhitngan didapatkan konsentrasi NaOH sebesar

0,4025 N dan volume rata – rata sebesar 40,25 ml. Pada proses ini indikator tidak

mempengaruhi konsentrasi.

Page 17: Percobaan 2

II-16

2.5. PENUTUP

2.5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini adalah :

1. Proses pengenceran ialah penambaha pelarut ke dalam suatu larutan

dimana prinsipnya jumlah mol zat sebelum dan sesudah diencerkan tetap.

Sedangkan proses yang digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan

disebut dengan standarisasi.

2. Pada pembuatan HCl 0,1 N konsentrasi HCl yang didapat dalam bebagai

satuan adalah 0,853 % (ww ) ; 0,83 % (

wv ) ; 0,03 m ; 0,253 molalitas ; 0,01

ppm dan 0,016 mol .

3. Pada pembuatan larutan NaOH, konsetarsi yang didapat adalah 0,1 M

(molaritas) dan 0,4 % (wv ).

4. Konsentrasi HCl setelah dititrasi dengan Na2CO3 adalah 0,035 N dan

konsentrasi NaOH setelah ditirasi dengan Na2CO3 adalah 0,045 M

5. Konsentrsi NaOH setelah dititrasi dengan HCl adalah 0,4025 N.

2.5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan dalam percobaan ini di harapkan praktikan

bisa lebih memahami konsep dari praktikum ini agar tidak terjadi kelainan –

kelainan saat percobaan yang bisa jadi merusak hasil percobaan.

Page 18: Percobaan 2

II-17

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2011. Pembuatan larutan dan standarisasinya.

http://kimia- analisis.com/2011/05/.html

Diakses pada 01 November 2013

Keenan, Charles.W. 1984. Ilmu Kimia Untuk Universitas.

Bina aksara : Yogyakarta : Hal 377-379

Santoso. 2012. Pembuatan Larutan dan standarisasinya.

http://hermingsantoso.com/2012/05/laporan-i-pembuatan larutan .html

Diakses pada 04 Oktober 2013

Sukarjo. 1984. Kimia Organik. Bina aksara : Yogyakarta : Hal 37-40

Underwood, A.L. dan R.A. Day. Jr. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif.

Erlangga : Jakarta : Hal 144

Page 19: Percobaan 2

II-18

LAMPIRAN

DATA HASIL PERHITUNGAN

A. Pembuatan Larutan HCl

Diketahui :

massa labu takar 100 ml kosong = 67,1 gr

massa labu takar 100 ml +aquadest = 76,4 gr

massa gelas ukur kosong = 98,1 gr

massa gelas ukur + HCl = 99,21 gr

massa labu takar + aquadest+ HCl = 197,1 gr

volume pengenceran = 100 ml

volume HCl = 0,84 ml

BM HCl = 36,5 gr/mol

BM aquadest(H2O) = 18 gr/mol

Ditanya :

a) % (W/W)

b) % (V/V)

c) Molaritas (M)

d) Molalitas (m)

e) Ppm

f) Fraksi mol

Jawab :

- Massa HCl = (m gelas ukur + HCl) – (massa gelas ukur kosong)

= 99,21 gr – 98,1 gr

= 11,1 gr

- Massa campuran = (m labu takar + aquadest+ HCl) -

(massa labu takar kosong)

= 197,1 gr - 67,1 gr

= 128,89 gr

Page 20: Percobaan 2

II-19

- Massaaquadest = (m labu takar +aquadest+HCl) - (m labu takar +

m HCl)

= 197,1 gr – (67,1 gr + 1,11 gr)

= 128,89 gr

a)% (W /W )= m HCl

m campuran×100 %=1 ,11 gr

130 gr×100 %=0 ,85 %

b)% (V /V )= Volume HCl

Volume campuran×100 %=0 , 83 ml

100 ml×100 %=0 , 83 %

c)Molaritas( M )= mol HCl

V campuran

mol HCl=MassaBM

=1 ,11 gr36 ,5gr /mol

=0 ,0304 mol

M HCl=molVolume

=0 ,003 mol0 ,83 liter

=0 ,03 M

d)Molalitas=1000

P× M HCl

BM HCl=1000

128 , 89 gr× 1 ,11 gr

36 , 5 gr /mol=0 ,235 M

e)Ppm= massa HCl

V campuran=1, 11

100=0 ,01 Ppm

f)Fraksi mol= mol HCl

mol campuran=0 , 03

1 , 88=0 , 016 mol

B. Pembuatan Larutan NaOH

Diketahui :

- massa NaOH = 0,4 gr

- volume pengenceran 100 ml = 0,1 L

- BM NaOH = 40 gr/mol

Ditanya :

a) Molaritas NaOH

b) % (W/V)

Page 21: Percobaan 2

II-20

Jawab :

a)Molaritas= mol NaOH

Vol pengenceran=M NaOH / BM NaOH

Vol pengenceran

=0,4 gr / 40(gr /mol)

0,1l=0,1 M

b)% (W /V )= M NaOH

Vol pengenceran×100 %= 0,4 gr

100 ml×100 %=0,4 %

C. Pengenceran Larutan HCl

Diketahui : V1 = 0,83 ml

M1 = 0,03 M

V2 = 100 ml

Ditanya : Konsentrasi HCl hasil pengenceran (M2) =…..?

Jawab :

V1. M1=V 2⋅M 2

0,083 ml . 0,03 M = 100 ml . M2

M2 = 0,0024 M

D. Titrasi Asam terhadap Basa (0,1 N HCl terhadap 0,1 N NaOH)

Diketahui :

- V NaOH = 10 ml

- Titrasi 1 : - V0 HCl = 0 ml

- Vt HCl = 50 ml

- V1 HCl = 50 ml

Titrasi 2 : - V0 HCl = 0 ml

- Vt HCl = 30,5 ml

- V2 HCl = 30,5 ml

Page 22: Percobaan 2

II-21

V HCl (rata-rata) =

ΔV 1+ΔV 2

2=50 ml+30 , 5ml

2=40 ,25 ml

- N HCL = 0,1 N

Ditanya : Konsentrasi (N) NaOH =…..?

Jawab : V NaOH . N NaOH = V HCl . N HCl

10 ml . N NaOH =40,25 ml . 0,1 N

N NaOH = = 0,4025 N

E. Penentuan konsentrasi HCL dengan Na2CO3

a) menggunakan indikator metil orange

Diketahui :

- M Na2CO3 = 0,1M

- V HCl = 10 ml

- V Na2CO3 = 3,5 ml

Ditanya : Konsentrasi (M) HCL =…..?

Jawab : V HCl . M HCl = V Na2CO3 . M Na2CO3

10 ml . M HCL = 3,5 ml . 0,1M

M Na2CO3 =

3,5 ml .0,1 M10ml

= 0,035 M

b) Menggunakan indikator PP

Diketahui : V NaOH = 10 ml

V Na2CO3 (rata-rata) = 4,5 ml

M Na2CO3= 0,1M

Ditanya : Konsentrasi (M) NaOH=…..?

Jawab : V NaOH . M NaOH = V Na2CO3 . M Na2CO3

10 ml . M NaOH = 4,5 ml . 0,1M

M Na2CO3 =

4,5 ml . 0,1 M10 ml

= 0,045M

Page 23: Percobaan 2

II-22