Percobaan 2
-
Upload
garuujwala -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
description
Transcript of Percobaan 2
I
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
2013
ABSTRAK
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan. Untuk itu diperlukan praktikum dan pada praktikum cara ini akan dilaksanakan cara pembuatan dan standarisasinya. Adapun tujuan dari penelitian pembuatan larutan dan standarisasinya ini adalah pembuatan larutan HCL 0,1 N,pembuatan larutan NaOH 0,1 N,standarisasi larutan HCL 0,1 N dengan larutan Na2CO3 0,1 N indikator PP metil orange, standarisasi larutan HCL 0,1 N dengan larutan Na2CO3
indikator PP dan penentuan konsentrasi NaOH 0,1 N dengan HCL 0,1 N. Pada pembuatan larutan HCL,konsentrasi HCL yang didapat dalam berbagai satuan adalah 0,85 %(w/w), 0,83 %(v/v), 0,03 N, 0,235 molalitas, 0,01 ppm dan 0,016 mol. Pada pembuatan larutan NaOH konsentrasi yang didapat adalah 0,1 M dan 0,4 %(w/w). Kosentrasi HCL setelah di tittrasi dengan Na2CO3 adalah 0,0025 N. Konsentrasi NaOH setelah di titrasi dengan Na2CO3 adalah 0,0035 N dan konsentrasi NaOH yang telah di titrasi dengan HCL adalah sebesar 0,0045 N.
Kata Kunci : Titrasi, Molalitas, Molaritas, AgNO
II-1
II-2
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN
2.1. PENDAHULUAN
2.1.1. Tujuan Percobaan
1. Membuat larutan NaOH dan larutan HCl.
2. Melakukan pengenceran larutan dan perhitungan konsentrasi larutan dengan
beberapa satuan.
3. Menentukan konsentrasi larutan asam dengan Na2SO3.
2.1.2. Latar Belakang
Dalam ilmu kimia penertian larutan sangat pentin karna hampir semua
reaksi terjadi dalam bentuk larutan. Larutan dapat didefenisikan sebagai
campuran serba sama dari dua komponen atau lebih yang saling berdiri sendiri.
Dinamakan campuran karna terdapat pada molekul – molekul, atom – atom, ion –
ion, dari dua zat tersebut.Larutan dikatakan homogen apabila campuran zat
tersebut kompoen penyusunnya tidak dapat dibedakan satu sama lain
Pembuatan larutan harus dilakukan seteliti mungkin atau menggunakan
perhitungan tepat. Sehingga hasil yang didapat sesuai dengan harapan. Untuk
mengetahui konsentrasi yang sebenarnya dari larutan yang dihasilkan maka
dilakukan standarisasi.
Aplikasi titrasi pada bidang industri misalnya, penentuan kadar alkohol
dengan iodin atau dapat pula dengan kalium karbonat. Selain itu dalam bidang
teknik lingkungan, larutan dan standarisasinya dapat berguna untuk mengetahui
apakah air dalam sungai dan danau sudah tercemar atau belum. Sehingga
diharapkan kita dapat memakai pengetahuan ini agar kehidupan menjadi lebih
baik.
II-3
2.2. DASAR TEORI
Larutan merupakan campuran karena terdiri dari dua bahan dan disebut
homogen, karena sifat – sifatnya sama disebuah cairan. Zat yang ada dalam
jumlah yang relatif besar disebut pelarut (solvent). Sedangkan zat yang ada dalam
jumlah yang relatif lebih sedikit disebut terlarut (solut). Baik solut maupun
solvent dapat berupa zat padat, cair, ataupun gas dalam bentuknya.
Jenis larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan
dalam air atau aquadest. Larutan yang mengandung zat terlarut sedikit, dinamakan
encer. Biasanya pelarut cair dengan cairan, padat, gas, sebagai zat – zat terlarut
dalam sebuah larutan yang ada (Abidin. 2011) .
Suatu larutan jenuh didefenisikan sebagai larutan yang mengandung zat
terlarut dalam jumlah yang diperlukan untuk adanya keseimbangan antara zat
telarut dan tak jenuh, tak larut. Pembentukan larutan jenuh dipercepat dengan
pengadukan yang kuat dan zat terlarut berlebih. Lazimnya kelarutan dinyatakan
dalam gram zat terlarut yang berlebih per 100 cm3 atau 100 gram pelarut pada
temperatur yang ditentukan.
Perhatikan bahwa suatu larutan jenuh tak perlu larutan pekat misalnya,
bila batu kapur (kalsium karbonat) tetap bersentuhan dengan sekuantitas air,
sampai tercapai kesetimbangan antara kalsium karbonat terlarut dan tak terlarut,
larutan jenuh itu sangat encer, karena kalsium karbonat tidak sangat larut. Suatu
larutan tak jenuh (unsur turated) lebih pekat (lebih encer) dari pada suatu larutan
lewat jenuh biasanya dibuat dengan membuat larutan jenuh pada temperatur yang
lebih tinggi. Zat terlarut lebih banayak larut dalam pelarut panas dari pada pelarut
dingin. Jika tersisa zat terlarur yang belum larut, sisa itu disingkirkan. Larutan
panas itu kemudian didinginkan dengan hati – hati untuk menghindari pengikisan.
Artinya larutan itu tak boleh digetarkan atau digoncang, ada zat terlarut yang
memisahkan diri selama pendinginan, maka larutan dingin itu bersifat lewat jenuh
(Keenan, 1984) .
Daya gabung larut gas dalam cairan tergantung dari jenis gas dan pelarut.
Bila gas tidak larut dalam zat cair, seperti oksigen dalam air, daya larutnya kecil.
II-4
Daya larutanya menjadi besar, bila gas bereaksi denga pelarut seperti hidrogen
klorida dan karbon dioksida dalam air.
Hukum Henry tidak berlaku untuk gas yang larut dalam zat cair namun
bereaksi dengan pelarut seperti NH 3dan HCl dalam air. Bila ada campuran gas,
maka, hukum Henry berlaku untuk masing – masing gas sedangkan tekanan
diambil diantara tekanan parsial gas yang bersangkutan apabiala dua cairan
dicampurkan dan kemudian digojog, kedua – duanya dapat bercampur sempurna.
Sifat – sifat kedua jenis campuran ini yaitu pasangan zat cair yang bercampur
sempurna dan tidak bercampur.
Ada beberapa zat cair, seperti air dan fenol, air dan sebagainya yang
bercampur sebagai (particially miscible). Kalua misalnya kita campurkan fenol
dan bagian bawahnya diperoleh fenol dalam cair. Pada 20 °C lapisan berisi : 27,8
% air dan 72,2 % fenol presentasi ini tetap selama temperaturnya masih tetap.
Kalau temperatur dinaikan, maka daya campur kedua cairan bertambah
dan pada temperatur 65,85 °C kedua cairan membentuk campuran homogen.
Diatas temperatur ini. Campuran selalu homogen. Temperatur tersebut dinamakan
temperatur pelarut krisis atau temperatur konsulate (Sukarjo, 1985).
Suatu larutan yang dapat menahan perubahan ph yang besar ketika ion –
ion hidrogen atau hidroksida ditambahkan, atau ketika larut itu diencerkan,
disebutkan larutan penyangga. Kita telah menemui larutan semacam itu dalam
titrasi asam lemah dengan basa kuat.
Kapasitas suatu penyangga merupakan ukuran keefektifan dalam menahan
perubaha ph pada penambahan asam atau basa. Semakin besar konsentrasi asam
basa konjugatnya, semakin besar kapasitasnya penyangga. Dalam kapasitas
penyangga dapat didefenifikan secara lebih kuantitatif dengan jumlah mol basa
kuat dibutuhkan untuk merubah ph 1 liter larutan sebesar 1 ph satuan. Perubahan
ph yang cukup besar saat pengenceran akan terjadi jika konsentrasi komponen
penyangga berada di bawah sekitar 10−4 M. Pada konsentrasi serendah itu,
penguraian molekul air dapat menjadi suatu faktor penting. Namun, normalitasnya
kita tidak menggunakan suatu penyangga sangat lemah (Santoso. 2012).
II-5
Dalam menyiapkan suatu penyangga dengan ph yang diinginkan,analisi
harus memilih suatu sistem asam garam atau basa garam dimana pka asam asam
tersebut sedekat mungkin ke ph yang diinginkan. Dengan pemilihan ini, rasio
peningkatan atau penurunan ph didapatkan peroleh keefektifan maksimal. Banyak
proses kimia dan biologi yang sangat peka terhadap perubahan ph dari larutan,
dan masing – masing memang sangat penting untuk menjaga ph sekonstan
mungkin, oleh sebab itu larutan penyangga mendapat perhatian yang besar dalam
ilmu pengetahuan kimia dan biologi (Underwood, 1998).
II-6
2.3. METODOLOGI
2.3.1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Erlenmeyer 50 ml, buret
50 ml, gelas piala 100 ml, labu takar 100 ml, pipet tetes, propipet, corong,
termometer, statif, pipet gondok 10 ml, gelas arloji, neraca analitik, botol semprot,
pemanas listrik, pipet mohr 1 ml, dan sudip. Untul lebih jelasnya dapat dilihat
dalam rangkaian alat titrasi berikut ini :
Keterangan :
1. Statif
2. Buret 50 ml
3. Erlenmeyer 50 ml
Gambar 2.1 Rangkaian Alat Titrasi
2.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah HCl 0,1 N, NaOH 0,1
N, Na2CO3 0,1 N, indikator pp, indikator metil orange, dan akuades.
2.3.3. Prosedur Kerja
2.3.3.1. Pembuatan larutan HCl 0,1 N
1. Labu takar 100 ml ditimbang,diisi dengan aquadest hingga 34 - nya
kemudian ditimbang lagi dan diukur suhunya.
2. Gelas ukur kosong ditimbang, diisi dengan HCl kedalam gelas ukur
kemudian ditimbang lagi, diukur volume dan suhunya dengan termometer
0,38 % ml HCl pekat 37 % dan Aquades hingga 100 ml
Aquadest dari 100 ml labu takar Labu Takar 100ml
Gelas UkurHCl 1 ml Ditimbang dan diukur suhunya
Labu Takar
Dikocok hingga homogen, ditimbang dan diukur suhu
Ditimbang dan diukur suhunya.
II-7
3. Dituangkan 0,83 HCl pekat 37% secara hati – hati kedalam labu takar,
ditambahkan aquadest hingga 100 % ml, dikocok agar homogen,
ditimbang dan ukur suhunya (persamaan 1).
Diagram Alur
2.3.3.2 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
1. Ditimbang NaOH padat 0,4 gram dengan neraca analitik (persamaan 2)
2. Dilarutkan dalam gelas piala, NaOH dengan sedikit air yang baru
dingatkan.
3. Dirasakan apakah terasa lebih panas, atau lebih dingin dari sebelumnya.
4. Larutan dipindahkan dalam labutakar 100 ml, gelas dibilas dengan
aquadest.
5. Diencerkan sampai tanda terra, dikocok agar homogen.
NaOH padat 0,4 gramNeraca Analitik Ditimbang
Gelas pialaLarutan NaOH dan sedikit air yang dipanaskan. Dilarutkan dan dirasakan perubahan suhunya.
0,38 % ml HCl pekat 37 % dan Aquades hingga 100 ml
Labu Takar 100mlDiencerkan hingga homogen
II-8
Diagram Alur
2.3.3.3. Standarisasi Larutan HCl Dengan 0,1 N dengan Na2CO3
1. Larutan HCl dari larutan ( 2.3.3.1) Sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam
erlenmeyer.
2. Ditambahkan 3 tetes metil Orange.
3. Diisi buret dengan Na2CO3 0,1 N dibaca miniskus awal dan dititrasi
larutan HCl hingga terjadi perubahan warna, dicatat berapa volume larutan
Na2CO3 0,1 N yang diperlukan utuk titrasi.
4. Dihitung normalitas HCl hingga 4 decimal, dengan persamaan berikut :
N HCl actual = N N a2C O3 ∙V N a2 C O3
V HCl(2.1)
Larutan HCl dari larutan (2.3.3.1) 10 mlDan 3 tetes metil orange
Erlenmeyer
Buret dengan NC 0,1 N
Larutan HCl 0,1 N
Dibaca miniskusnyaNC Buret
Dititrasi larutan HCl 0,1 N
II-9
Diagram Alur
2.3.3.4. Penentuan Konsentrasi NaOH dan HCl
1. Dimasukkan larutan NaOH ( langkah 2.3.3.2) sebanyak 10 ml kedalam
erlenmeyer.
2. Ditambahkan 3 tetes indikator pp
3. Diisi buret dengan larutan HCl 0,1 N ( langkah 2.3.3.1) dibaca miniskus
awalnya
4. Dititrasi laruatn dan pembacaan volume akhir dicatat setelah terjadi
perubahan warna pada larutan.
5. Dihitung konsentrasi NaOH
N NaOH actual = N HCL ∙ V HCL
V NaOH (2.2)
Larutan NaOH (langkah 2.3.3.3) dan 3 tetes indikator pp.
Erlenmeyer 10 ml
BuretHCl 0,1 NDibaca miniskusnya
Larutan NaOH O,1 N Buret dengan HCl 0,1 N Dititrasia larutan HCl 0,1 N
II-10
Diagram Alur
2.3.3.5. Penetuan Faktor Normalitas dari HCl dan NaOH yang telah distandarisasi
1. Dihitung faktor normalitas dari HCl dan NaOH yang telah distandarisasi
dengan persamaan :
Faktor normalitas HCl = N HCL actualH HCl teoritis (2.3)
2. Dihitung faktor normalitas dari NaOH terstandarisasi dengan persamaan :
Faktor normalitas NaOh = N NaOH actualN NaOH teoritis (2.4)
II-11
II-12
2.4. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.4.1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1. Membuat Larutan HCl O,1 NNo
Prosedur Kerja Hasil
1.
2.
3.
4.
5.
Menimbang labu takar 100 ml Mengisi dengan aquadest dan mengukur suhunya.Menimbang gelas ukur kosong.
Mengisi gelas ukur denagn HCl
dan mengukur suhunya.
Menambahkan aquadest ke dalam
gelas ukur dan mengukur suhunya.
Berat = 67 gramBerat = 76,4 gramSuhu = 31 °C
Berat = 98,1 gram
Berat = 98,94 gram
Suhu = 32 °C
Berat total = 197,1 gram
Suhu = 33 °C
Tabel 2.2. Membuat Larutan NaOH 0,1 NNo
Prosedur Kerja Hasil
1.2.
Menimbang gelas arloji kosong .Menimbang gelas ukur 100 ml kosong
Berat = 38,3 garmBerat = 100,8 gram
Tabel 2.3. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N dengan Larutan Na2CO3
0,1 N
No
Prosedur Kerja Hasil
1. Menambahkan 3 tetes indikator metil orange
Larutan berwarna merah , setelah dititrasi berubah
II-13
2.dalam tabung 10 ml larutan HCl didalam erlenmeyer.Diisi buret dengan larutan 50 ml Na2CO3 , memulai titrasi.
menjadi kuning
Titrasi I : V awal = 50 ml V akhir = 46,mlTitrasi II : V awal = 46,5 ml V akhir = 43 ml
Tabel 2.4. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N dengan Larutan Na2C
O3 0,1 N
No
Prosedur Kerja Hasil
1.
2.
Menambahkan 3 tetes indikator pp dalam tabung 10 ml larutan NaOH didalam erlenmeyer.Diisi buret dengan larutan 50 ml Na2CO3, memulai titrasi.
Larutan berwarna merah , setelah dititrasi berubah menjadi kuning
Titrasi I : V awal = 50 ml V akhir = 46,mlTitrasi II : V awal = 46 ml V akhir = 31 ml
Tabel 2.5. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N dengan Larutan HCl 0,1 N
No
Prosedur Kerja Hasil
1. Menambahkan 3 tetes indikator pp dalam tabung
Larutan berwarna merah , setelah dititrasi berubah
II-14
2.10 ml larutan NaOH didalam erlenmeyer.Diisi buret dengan larutan 50 ml HCl
memulai titrasi.
menjadi kuning
Titrasi I : V awal = 50 ml V akhir = 0,mlTitrasi II : V awal = 50 ml V akhir = 30,5 ml
2.4.2 Pembahasan
Pembuatan HCl, terlebih dahulu menimbang labu takar agar dapat
diketahui berat larutan sebenarnya. Melarutkan 0,84 ml HCl dengan aquadest
kemudian mengocoknya. Pengocokan dilakukan agar larutan bercampur atau
homogen. Pengenceran ini bertujuan untuk menurunkan konsentrasi dan
mempermudah dalam dalam titrasi. Setelah dilakukan perhitungan hasil yang
diperoleh adalah massa HCl sebesar 1,11 gr, massa campuran sebesar 130 gr dan
massa aquadest sebesar 128,89 gr, melalui beberapa satuan yaitu : 0,85 % (ww ) ;
0,83 % (vv ) ; 0,03 M ; 0,235 molalitas ; 0,01 ppm dan 0,016 fraksi mol.
Pembuatan NaOH,digunakan 0,4 gr NaOH padat yang dilarutkan dengan
air yang sudah dihangatkan terlebih dahulu, tujuannya untuk menjaga kebasaan
NaOH. Proses selanjutnya melakukan pengadukan yang berfungsi mempercepat
kelarutan NaOH dalam air dan larutan NaOH akan cepat homogen. Larutan
NaOH akan bersifat eksoterm yakni reaksi pembebasan energi. Jika reaksi dalam
kalorimetri berlangsung eksoterm, maka kalor yang akan dibebaskan dalam
larutan itu, mengakibatkan satu larutan naik. Menurut perhitungan didapat
konsentrasi NaOH sebesar 0,1 M dan 0,4 % (wv ).
II-15
Proses selanjutnya yakni standarisasi larutan HCl dengan Na2CO3, proses
ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi dari larutan HCl. Percobaan ini
menggunakan indikator metil orange yangmerubah warna larutan menjadi
merah.Setelah itu barulah dilakukan titrasi dengan Na2CO3. Ketika terjadi
percampuran awal, warna larutan masih merah, namun saat molasam habis karna
digunakan untuk bereaksi dengan mol basa atau telah mencapai titik ekuivalen,
maka warna larutan tersebut berubah warna menjadi kuning. Dilakukan titrasi
sebanyak 2 kali dengan rentan ph 4,2 – 6,3 dan didapatkan volume rata – rata
sebesar 3,5 ml. Menurut perhitungan didapat konsentrsi HCl sebesar 0,035 N.
Tahap selanjutnya standarisasi larutan HCl dengan larutan Na2CO3
sebagai titran. Warna dari larutan NaOH berubah menjadi ungu setelah ditetesi
indikator pp, karena indikator pp memiliki trayek ph 8,0 – 9,6 warnanya berubah
dari bening ke pink Indikator digunakan bertujuan untuk memudahkan dalam
mengetahui apakah titrasi sudah mencapai titik ekuivalen atau belum. Titik
ekuivalen adalah titik dimana konsentrsi basa dan konsentrasi asam telah habis
bereaksi bereaksi. Hingga diperoleh volume rata – rata sebesar 4,5 m dan
konsentrasi NaOH sebesar 0,045 M.
Proses terakhir ialah standarisasi larutan NaOH dengan larutan HCl 0,1 N.
Tahap ini dimaksudkan untuk mendapatkan kosentrasi dari larutan NaOH.
Digunakan indikator pp dalam proses ini yang akan merubah warna larutan
menjadi ungu. Indikator pp memiliki range ph 8,9 – 9,6 sehingga baik digunakan
pada larutan basa. Ketika terjadi pencampuran atau selama titrasi awal, warna
larutan akan tetap berwarna ungu , namun ketika mencapai titik ekuivalen larutan
HCl akan berikatan denga indikator pp, sehingga terjadi perubahan warna dari
pink ke bening. Berdasarkan perhitngan didapatkan konsentrasi NaOH sebesar
0,4025 N dan volume rata – rata sebesar 40,25 ml. Pada proses ini indikator tidak
mempengaruhi konsentrasi.
II-16
2.5. PENUTUP
2.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Proses pengenceran ialah penambaha pelarut ke dalam suatu larutan
dimana prinsipnya jumlah mol zat sebelum dan sesudah diencerkan tetap.
Sedangkan proses yang digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan
disebut dengan standarisasi.
2. Pada pembuatan HCl 0,1 N konsentrasi HCl yang didapat dalam bebagai
satuan adalah 0,853 % (ww ) ; 0,83 % (
wv ) ; 0,03 m ; 0,253 molalitas ; 0,01
ppm dan 0,016 mol .
3. Pada pembuatan larutan NaOH, konsetarsi yang didapat adalah 0,1 M
(molaritas) dan 0,4 % (wv ).
4. Konsentrasi HCl setelah dititrasi dengan Na2CO3 adalah 0,035 N dan
konsentrasi NaOH setelah ditirasi dengan Na2CO3 adalah 0,045 M
5. Konsentrsi NaOH setelah dititrasi dengan HCl adalah 0,4025 N.
2.5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam percobaan ini di harapkan praktikan
bisa lebih memahami konsep dari praktikum ini agar tidak terjadi kelainan –
kelainan saat percobaan yang bisa jadi merusak hasil percobaan.
II-17
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2011. Pembuatan larutan dan standarisasinya.
http://kimia- analisis.com/2011/05/.html
Diakses pada 01 November 2013
Keenan, Charles.W. 1984. Ilmu Kimia Untuk Universitas.
Bina aksara : Yogyakarta : Hal 377-379
Santoso. 2012. Pembuatan Larutan dan standarisasinya.
http://hermingsantoso.com/2012/05/laporan-i-pembuatan larutan .html
Diakses pada 04 Oktober 2013
Sukarjo. 1984. Kimia Organik. Bina aksara : Yogyakarta : Hal 37-40
Underwood, A.L. dan R.A. Day. Jr. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif.
Erlangga : Jakarta : Hal 144
II-18
LAMPIRAN
DATA HASIL PERHITUNGAN
A. Pembuatan Larutan HCl
Diketahui :
massa labu takar 100 ml kosong = 67,1 gr
massa labu takar 100 ml +aquadest = 76,4 gr
massa gelas ukur kosong = 98,1 gr
massa gelas ukur + HCl = 99,21 gr
massa labu takar + aquadest+ HCl = 197,1 gr
volume pengenceran = 100 ml
volume HCl = 0,84 ml
BM HCl = 36,5 gr/mol
BM aquadest(H2O) = 18 gr/mol
Ditanya :
a) % (W/W)
b) % (V/V)
c) Molaritas (M)
d) Molalitas (m)
e) Ppm
f) Fraksi mol
Jawab :
- Massa HCl = (m gelas ukur + HCl) – (massa gelas ukur kosong)
= 99,21 gr – 98,1 gr
= 11,1 gr
- Massa campuran = (m labu takar + aquadest+ HCl) -
(massa labu takar kosong)
= 197,1 gr - 67,1 gr
= 128,89 gr
II-19
- Massaaquadest = (m labu takar +aquadest+HCl) - (m labu takar +
m HCl)
= 197,1 gr – (67,1 gr + 1,11 gr)
= 128,89 gr
a)% (W /W )= m HCl
m campuran×100 %=1 ,11 gr
130 gr×100 %=0 ,85 %
b)% (V /V )= Volume HCl
Volume campuran×100 %=0 , 83 ml
100 ml×100 %=0 , 83 %
c)Molaritas( M )= mol HCl
V campuran
mol HCl=MassaBM
=1 ,11 gr36 ,5gr /mol
=0 ,0304 mol
M HCl=molVolume
=0 ,003 mol0 ,83 liter
=0 ,03 M
d)Molalitas=1000
P× M HCl
BM HCl=1000
128 , 89 gr× 1 ,11 gr
36 , 5 gr /mol=0 ,235 M
e)Ppm= massa HCl
V campuran=1, 11
100=0 ,01 Ppm
f)Fraksi mol= mol HCl
mol campuran=0 , 03
1 , 88=0 , 016 mol
B. Pembuatan Larutan NaOH
Diketahui :
- massa NaOH = 0,4 gr
- volume pengenceran 100 ml = 0,1 L
- BM NaOH = 40 gr/mol
Ditanya :
a) Molaritas NaOH
b) % (W/V)
II-20
Jawab :
a)Molaritas= mol NaOH
Vol pengenceran=M NaOH / BM NaOH
Vol pengenceran
=0,4 gr / 40(gr /mol)
0,1l=0,1 M
b)% (W /V )= M NaOH
Vol pengenceran×100 %= 0,4 gr
100 ml×100 %=0,4 %
C. Pengenceran Larutan HCl
Diketahui : V1 = 0,83 ml
M1 = 0,03 M
V2 = 100 ml
Ditanya : Konsentrasi HCl hasil pengenceran (M2) =…..?
Jawab :
V1. M1=V 2⋅M 2
0,083 ml . 0,03 M = 100 ml . M2
M2 = 0,0024 M
D. Titrasi Asam terhadap Basa (0,1 N HCl terhadap 0,1 N NaOH)
Diketahui :
- V NaOH = 10 ml
- Titrasi 1 : - V0 HCl = 0 ml
- Vt HCl = 50 ml
- V1 HCl = 50 ml
Titrasi 2 : - V0 HCl = 0 ml
- Vt HCl = 30,5 ml
- V2 HCl = 30,5 ml
II-21
V HCl (rata-rata) =
ΔV 1+ΔV 2
2=50 ml+30 , 5ml
2=40 ,25 ml
- N HCL = 0,1 N
Ditanya : Konsentrasi (N) NaOH =…..?
Jawab : V NaOH . N NaOH = V HCl . N HCl
10 ml . N NaOH =40,25 ml . 0,1 N
N NaOH = = 0,4025 N
E. Penentuan konsentrasi HCL dengan Na2CO3
a) menggunakan indikator metil orange
Diketahui :
- M Na2CO3 = 0,1M
- V HCl = 10 ml
- V Na2CO3 = 3,5 ml
Ditanya : Konsentrasi (M) HCL =…..?
Jawab : V HCl . M HCl = V Na2CO3 . M Na2CO3
10 ml . M HCL = 3,5 ml . 0,1M
M Na2CO3 =
3,5 ml .0,1 M10ml
= 0,035 M
b) Menggunakan indikator PP
Diketahui : V NaOH = 10 ml
V Na2CO3 (rata-rata) = 4,5 ml
M Na2CO3= 0,1M
Ditanya : Konsentrasi (M) NaOH=…..?
Jawab : V NaOH . M NaOH = V Na2CO3 . M Na2CO3
10 ml . M NaOH = 4,5 ml . 0,1M
M Na2CO3 =
4,5 ml . 0,1 M10 ml
= 0,045M
II-22