Percobaan 1 analisis intrumen

38
PERCOBAAN I ANALISIS MULTI KOMPONEN CAMPURAN KOBALT DAN KROM I. Tujuan Percobaan Menganalisis multi komponen campuran kobalt dan krom dengan variasi konsentrasi dengan menghitung nilai k. II. Tinjauan Pustaka Prinsip dasar dari analisis multi komponen dengan spektrofotometri adsorpsi molekuler yaitu bahwa total absorpsi larutan adalah jumlah absorpsi dari tiap – tiap komponennya. Hal ini tentu saja akan berlaku jika komponen – komponen tersebut tidak berinteraksi dalam bentuk apapun. Secara teori bisa saja terdapat banyak komponen tetapi dalam praktek, lebarnya puncak absorpsi dalam spektrometri UV – sinar tampak memastikan bahwa tidak ada panjang gelombang yang cukup sesuai untuk penentuan sampel dengan jumlah komponen yang banyak (Wiryawan, dkk, 2008). Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan

description

analisis multi komponen campuran kobal dan krom

Transcript of Percobaan 1 analisis intrumen

Page 1: Percobaan 1 analisis intrumen

PERCOBAAN I

ANALISIS MULTI KOMPONEN CAMPURAN KOBALT DAN KROM

I. Tujuan Percobaan

Menganalisis multi komponen campuran kobalt dan krom dengan variasi

konsentrasi dengan menghitung nilai k.

II. Tinjauan Pustaka

Prinsip dasar dari analisis multi komponen dengan spektrofotometri adsorpsi

molekuler yaitu bahwa total absorpsi larutan adalah jumlah absorpsi dari tiap

– tiap komponennya. Hal ini tentu saja akan berlaku jika komponen –

komponen tersebut tidak berinteraksi dalam bentuk apapun. Secara teori bisa

saja terdapat banyak komponen tetapi dalam praktek, lebarnya puncak

absorpsi dalam spektrometri UV – sinar tampak memastikan bahwa tidak ada

panjang gelombang yang cukup sesuai untuk penentuan sampel dengan

jumlah komponen yang banyak (Wiryawan, dkk, 2008).

Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada

pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna

pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator

prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Benda bercahaya seperti

matahari atau bohlam listrik memancarkan spektrum yang lebar terdiri atas

panjang gelombang. Panjang gelombang yang dikaitkan dengan cahaya

tampak itu mampu mempengaruhi selaput pelangi mata manusia dan

karenanya menimbulkan kesan subyektif akan ketampakan (vision). Dalam

analisis secara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjanggelombang

elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200 – 380nm), daerah

visible (380  –  700 nm), daerah inframerah (700 – 3000 nm)(Khopkar, 1990).

Pada spektrofotometer sinar tampak, sumber cahaya biasanya menggunakan

lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram. Wolfram merupakan

salah satu unsur kimia, dalam tabel periodik unsur wolfram termasuk

Page 2: Percobaan 1 analisis intrumen

golongan unsur transisi tepatnya golongan VIB atau golongan 6 dengan

simbol W dan nomor atom 74. Wolfram digunakan sebagai lampu pada

spektrofotometri tidak terlepas dari sifatnya yang memiliki titik didih yang

sangat tinggi yakni 5930 °C (Anonim, 2014).

Absorbansi dari larutan sampel yang diukur Spektrofotometer UV-Vis

digunakan untuk mengukur intensitas sinar yang dilalui menuju sample (I) dan

membandingkannya dengan intensitas sinar sebelum dilewatkan ke sampel

tersebut (I0). Rasio I/I0 disebut transmitan (T), sedangkan absorban diperoleh

dari transmitan tersebut dengan rumus A= -log T sesuai dengan hukum

dasarnya yaitu hukum Lambert Beer. Hukum Lambert-Beer ini juga memiliki

kelemahan, yaitu kenaikan konsentrasi menjadi 2x atau 3x konsentrasi tidak

mengubah nilai serapan menjadi 2x atau 3x serapan mula-mula.

Ketidaklinieran hubungan antara serapan dengan konsentrasi tersebut

dinamakan penyimpangan dari hukum Lambert-Beer (Harvey, 2000).

Panjang gelombang yang digunakan untuk melakukan analisis adalah panjang

gelombang dimana suatu zat memberikan penyerapan paling tinggi yang

disebut λmaks. Hal ini disebabkan jika pengukuran dilakukan pada panjang

gelombang yang sama, maka data yang diperoleh makin akurat atau kesalahan

yang muncul makin kecil.

Berdasarkan hukum Beer absorbansi akan berbanding lurus dengan

konsentrasi, karena b atau l harganya 1 cm dapat diabaikan dan ε merupakan

suatu tetapan. Artinya konsentrasi makin tinggi maka absorbansi yang

dihasilkan makin tinggi, begitupun sebaliknya konsentrasi makin rendah

absorbansi yang dihasilkan makin rendah.

Kobalt adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang

Co dan nomor atom 27. Elemen ini biasanya hanya ditemukan dalam bentuk

campuran di alam. Elemen bebasnya, diproduksi dari peleburan reduktif,

adalah logam berwarna abu-abu perak yang keras dan berkilau. Ketersediaan

unsur kimia kobal tersedia di dalam banyak formulasi yang mencakup kertas

perak, potongan, bedak, tangkai, dan kawat (Anonim, 2014).

Page 3: Percobaan 1 analisis intrumen

Krom adalah  logam berbentuk kristal dan berwarna putih bening yang

dilambangkan dengan “Cr”, mempunyai nomor atom 24 dan mempunyai berat

atom 51,996, massa jenis 650 gr/cm3, titik lebur 1903°C pada tekanan 1 atm,

titik didih 2642°C pada tekanan 1 atm. Nilai serapan optimum untuk Cr(III)

yaitu pada panjang gelombang 410 nm sedangkan pada Cr(VI) pada panjang

gelombang 560 nm. Kromium merupakan logam industri yang penting karena

rerupakan polutan utama, yang bersifat karsinogen, mutagenik, dan sangat

beracun. Kromium memiliki dua bentuk oksidatif dalam lingkungan perairan.

Pertama adalah Cr(VI) yang diketahui sebagai bentuk Cr yang sangat beracun,

dan yang lain adalah Cr(III) yang sedikit pergerakannya, tidak beracun, dan

bahkan merupakan unsur yang esensial bagi manusia dan hewan (Darwono,

1995).

Menurut Anonim (2012), kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel

periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Kromium trivalen

(Cr(III), atau Cr3+) diperlukan dalam jumlah kecil dalam metabolisme gula

pada manusia. Kekurangan kromium trivalen dapat menyebabkan penyakit

yang disebut penyakit kekurangan kromium (chromium deficiency). Kromium

merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat dipoles menjadi

mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak digunakan sebagai

pelapis pada ornamen-ornamen bangunan, komponen kendaraan, seperti

knalpot pada sepeda motor, maupun sebagai pelapis perhiasan seperti emas,

emas yang dilapisi oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih.

Kromium dan ion kobalt menyerap cahaya tampak meskipun maximal

absorbansi mereka cukup baik dipisahkan. Dengan mengukur absorbansi pada

dua panjang gelombang yang berbeda dari larutan yang mengandung ion,

adalah mungkin untuk secara bersamaan menentukan konsentrasi dari setiap

ion dalam larutan. Sebuah larutan tidak diketahui mengandung spesies di

analisis menggunakan spektrofotometer (Anonim, 2014).

Page 4: Percobaan 1 analisis intrumen

Menurut Sikanna, R. (2014), Terdapat dua kemungkinan apabila dua

komponen yang berlainan dicampurkan dalam satu larutan. Adanya interaksi

akan merubah spektrum absorpsi dimana absorpsi larutan campuran akan

merubah jumlah aljabar dari absrpsi dua larutan dari masing-masing

komponen yang terpisah. Jadi, spektrum absorpsinya merupakan campuran

bersifat aditif.

Page 5: Percobaan 1 analisis intrumen

III. Alat dan Bahan

I.1 Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain labu ukur 25 ml,

gelas kimia 100 ml, botol semprot, gelas ukur 10 ml, spektrofotometer

UV-Vis, kuvet, pipet mikro dan pipet tetes.

I.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain larutan krom (III)

klorida 0,05 M, larutan kobalt (II) klorida 0,188 M, aquades, tissue dan

cutton bud.

Page 6: Percobaan 1 analisis intrumen

IV. Prosedur Kerja

1. Keaditifan absorbans larutan Cr3+ dan Co2+

a. Menyiapkan larutan

Cr3+ 0,02 M

Co2+ 0,075 M

Larutan campuran Cr3+ + Co2+ yang mengandung 0,02 M Cr3+ dan

0,075 Co2+ dengan perbandingan 1 : 1.

b. Mengukur absorban ketiga larutan di atas pada panjang gelombang 200-

900 nm, menggunakan aquades sebagai blanko. Kemudian membuat

dalam satu kertas grafik spektrum absorbsi masing-masing dari ketiga

larutan tersebut berdasarkan data yang diperoleh kemudian

menjumlahkan spektrum absorpsi Cr3+ dan Co2+. Memeriksa

keaditifannya.

2. Nilai k

a. Menentukan nilai atau letak puncak maksimum spektrum Cr3+ dan Co2+

dari grafik di atas.

b. Menyiapkan larutan Cr3+ dan Co2+ dengan konsentrasi:

Cr3+ : 0,01; 0,02; 0,03; 0,04; 0,05 M

Co2+: 0,0188; 0,0376; 0,0564; 0,0752 M

Mengukur absorbans masing-masing pada λCr dan λCo, maka dapat

dibuat 4 (empat) kurva standar :

Cr3+ pada λCr

Cr3+ pada λCo

Co2+ pada λCr

Co2+ pada λCo

Menghitung nilai k pada masing – masing panjang gelombang tersebut.

3. Analisa contoh campuran

Menetapkan komposisi campuran yang diberikan dengan jalan mengukur

A (absorban) larutan itu pada λCr dan λCo dan dari nilai–nilai k yang sudah

diperoleh di atas.

Page 7: Percobaan 1 analisis intrumen

V. Hasil dan Pembahasan

5.1 Hasil Pengamatan

1. Keaditifan absorbansi larutan Cr3+ 0,02 M, Co2+ 0,075 M dan larutan

campuran Cr3+ + Co2+ yang mengandung 0,02 M dan 0,075 M.

λmaks

Absorbansi (A)

Cr3+ Co2+ Campuran Cr3+ + C02+

412.23 0,384 -

511.74 - 0,352 -

2. Nillai K

a. Untuk Larutan Cr3+

SampelA (λmaks Cr

= 412.23 nm)

A (λmaks Co

= 511.74 nm)

0,01 0.169 0.206

0,02 0.332 0.252

0,03 0.473 0.308

0,04 0.641 0.358

0,05 0.810 0.417

b. Untuk Larutan Co2+

SampelA (λmaks Cr

= 412.23 nm)

A (λmaks Co

= 511.74 nm)

0,0188 0.048 0.225

0,0376 0.062 0.314

0,0576 0.055 0.368

0,0752 0.094 0.510

Page 8: Percobaan 1 analisis intrumen

3. Analisa Contoh Campuran

SampelA (λmaks Cr

= 412.23 nm)

A (λmaks Co

= 511.74 nm)

Co2+ 0,02 M + Cr3+ 0,075 M 0.192 0.384

C = 0.0120 C = 0.0530

Page 9: Percobaan 1 analisis intrumen

5.2 Analisa Data

1. Pengenceran

Pembuatan larutan Cr3+ 0,02 M dari larutan krom (III) klorida 0,05M

Larutan 0,02 M Cr3+

V 1=V 2 M 2

M 1

V 1=25 ml x 0,02 M

0,05 M

V 1=10 ml

a. Larutan Cr3+

Larutan Cr3+0,01 M

V 1=V 2 M 2

M 1

V 1=25 ml x 0,01 M

0,05 M

V 1=5 ml

Larutan Cr3+0,02 M

V 1=V 2 M 2

M 1

V 1=25 ml x 0,02 M

0,05 M

V 1=10 ml

Larutan Cr3+0,03 M

V 1=V 2 M 2

M 1

V 1=25 ml x 0,03 M

0,05 M

V 1=15 ml

Larutan Cr3+0,04 M

Page 10: Percobaan 1 analisis intrumen

V 1=V 2 M 2

M 1

V 1=25 ml x 0,04 M

0,05 M

V 1=20ml

Larutan Cr3+0,05 M

V 1=V 2 M 2

M 1

V 1=25 ml x 0,05 M

0,05 M

V 1=25ml

Pembuatan larutan Co2+ 0,075 M dari larutan kobalt (II) klorida 0,0188 MLarutan Co2+0,075 M

V 1=V 2 M 2

M 1

V 1=25 ml x 0,075 M

0,188 M

V 1=9,97ml

b. Larutan Co2+

Larutan Co2+0,0188 M

V 1=V 2 M 2

M 1

V 1=25 ml x 0,0188 M

0,188 M

V 1=2,5 ml

Larutan Co2+0,0376 M

V 1=V 2 M 2

M 1

V 1=25 ml x 0,0376 M

0,188 M

V 1=5 ml

Larutan Co2+0,0564 M

Page 11: Percobaan 1 analisis intrumen

V 1=V 2 M 2

M 1

V 1=25 ml x 0,0564 M

0,188 M

V 1=7,5ml

Larutan Co2+ 0,0752 M

V 1=V 2 M 2

M 1

V 1=25 ml x 0,0752 M

0,188 M

V 1=10ml

Page 12: Percobaan 1 analisis intrumen

2. Penentuan Regresi

a. Untuk Cr3+ pada λCr

Konsentrasi

(x)

Absorbans

(y)x2 x y

0,01

0,02

0,03

0,04

0,05

0.169

0.332

0.473

0.641

0.810

0,0001

0,0004

0,0009

0,0016

0,0025

0,0016

0,0066

0,0141

0,0256

0,0405

Ʃ x = 0,15 Ʃ y = 2,425 Ʃ x2= 0,0055 Ʃ xy = 0,0884

x=∑ xn

=0,155

=0,03

y=∑ yn

=2,4255

=0,485

b=n (∑ xy ) – (∑x )(∑ y)

n ( ∑ x2 ) – (∑ x)2

b=5 (0,0884 ) – (0,15 )(2,425)

5 (0,0055 ) – (0,15)2

b=¿15,65

y= y+b ( x−x )

y1=0,485+15,65 (0,01−0,03 ) = 0,172

y2=0,485+15,65 (0,02−0,03 ) = 0,3285

y3=0,485+15,65 (0,03−0,03 ) = 0,485

y4=0,485+15,65 (0,04−0,03 ) = 0,6415

y5=0,485+15,65 (0,05−0,03 ) = 0,798

Page 13: Percobaan 1 analisis intrumen

Grafik Sebelum Regresi

0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.060

0.050.1

0.150.2

0.250.3

0.350.4

0.45

Hubungan antara Konsentrasi Cr3+ dan Absorbansinya pada λCr Regresi

Konsentrasi

Abso

rban

si

Grafik Sesudah Regresi

Menghitung Nilai k Cr3+ pada λCr (k11)

k=dydx

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.50

0.10.20.30.40.50.60.70.80.9

Hubungan antara Konsentrasi Cr3+ dan Absorbansinya pada λCr Regresi

Konsentrasi

Abso

rban

si

Page 14: Percobaan 1 analisis intrumen

k=(0,485−0,328 )

(0,03−0,02 )

k=15,65

b. Untuk Cr3+ pada λCo

Konsentrasi

(x)

Absorbans

(y)x2 x y

0,01

0,02

0,03

0,04

0,05

0.206

0.252

0.308

0.358

0.417

0,0001

0,0004

0,0009

0,0016

0,0025

0,0020

0,0050

0,0092

0,0143

0,0208

Ʃ x = 0,15 Ʃ y = 1,541 Ʃx2 = 0,0055 Ʃxy = 0,0513

x=∑ xn

=0,155

=0,03

y=∑ yn

=1,5415

=0,3082

b=n (∑ xy ) – (∑x )(∑ y)

n ( ∑ x2 ) – (∑ x)2

b=5 (0,0513 ) – (0,15 )(1,541)

5 (0,0055 ) – (0,15)2

b=¿5,07

y= y+b ( x−x )

y1=0,3082+5,07 (0,01−0,03 ) = 0,2068

y2=0,3082+5,07 (0,02−0,03 ) = 0,2575

y3=0,3082+5,07 (0,03−0,03 ) = 0,3082

y4=0,3082+5,07 (0,04−0,03 ) = 0,3589

y5=0,3082+5,07 (0,05−0,03 ) = 0,4096

Page 15: Percobaan 1 analisis intrumen

Grafik sebelum Regresi

0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.060

0.05

0.10.150.2

0.250.3

0.350.4

0.45

Hubungan antara Konsentrasi Cr3+ dan Absorbansinya pada λCo

Konsentrasi

Abso

rban

si

Grafik Sesudah Regresi

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.50

0.050.1

0.150.2

0.250.3

0.350.4

0.45

Hubungan antara Konsentrasi Cr3+ dan Absorbansinya pada λCo Regresi

Konsentrasi

Abso

rban

si

Menghitung Nilai k Cr3+ pada λCo(k12)

Page 16: Percobaan 1 analisis intrumen

k=dydx

k=(0,3082−0,2575)

(0,03−0,02)

k=5,07

c. Untuk Co2+ pada λCr

Konsentrasi

(x)

Absorbans

(y)x2 x y

0,0188

0,0376

0,0564

0,0752

0,048

0,062

0,055

0,094

0,0003

0,0014

0,0032

0,0057

0,0009

0,0023

0,0031

0,0070

∑x = 0,188 ∑y = 0,259 ∑x2 = 0,0232 ∑xy = 0,0133

x=∑ xn

=0,1884

=0,047

y=∑ yn

=0,2594

=0 ,0647

b=n (∑ xy ) – (∑x )(∑ y)

n ( ∑ x2 ) – (∑ x)2

b=4 (0,0133 ) – (0,188 )(0,259)

4 (0,0232 ) – (0,188)2

b=¿0,0784

y= y+b ( x−x )

y1=0 , 0647+0,0784 (0,0188−0,047 ) = 0,0624

y2=0 ,0647+0,0784 (0,0376−0,047 ) = 0,0639

y3=0 ,0647+0,0784 (0,0564−0,047 ) = 0,0654

y4=0 ,0647+0,0784 ( 0,0752−0,047 )= 0,0669

Page 17: Percobaan 1 analisis intrumen

Grafik Sebelum Regresi

0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.080

0.010.020.030.040.050.060.070.080.090.1

Grafik Hubungan antara Konsentrasi Co2+ dan Absorbansinya pada λCr

Konsentrasi (C)

Abso

rban

si (A

)

Grafik Sesudah Regresi

Page 18: Percobaan 1 analisis intrumen

0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.080.06

0.061

0.062

0.063

0.064

0.065

0.066

0.067

0.068

Hubungan antara Konsentrasi Cr3+ dan Absorbansinya pada λCr Regresi

Kosentrasi

Abso

rban

si

Menghitung Nilai k Co2+ pada λCr (k21)

k=dydx

k=(0,0654−0,0639)(0,0564−0,0376)

k=0,0797

d. Untuk Co2+ pada λCo

Konsentrasi

(x)

Absorbans

(y)x2 x y

0,0188

0,0376

0,0564

0,0752

0.225

0.314

0.368

0.510

0,0003

0,0014

0,0032

0,0057

0,0042

0,0118

0,0207

0,0383

∑x = 0,188 ∑y = 1,417 ∑x2 = 0,0232 ∑xy = 0,0751

x=∑ xn

=0,1884

=0,047

y=∑ yn

=1,4174

=0 ,3542

b=n (∑ xy ) – (∑x )(∑ y)

n ( ∑ x2 ) – (∑ x)2

Page 19: Percobaan 1 analisis intrumen

b=4 (0,0751 ) – (0,188 )(1,417)

4 (0,0232 ) – (0,188)2

b=¿0.5918

y= y+b ( x−x )

y1=0 , 3542+0.5849 (0,0188−0,047 ) = 0,3375

y2=0 ,3542+0.5849 (0,0376−0,047 ) = 0,3487

y3=0 ,3542+0.5849 (0,0564−0,047 ) = 0,3597

y4=0 ,3542+0.5849 (0,0752−0,047 )= 0,3709

Grafik Sebelum Regresi

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.50

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

Hubungan antara Konsentrasi Co2+ dan Absorbansinya pada λCo

Kosentrasi

Abso

rbab

si (A

)

Page 20: Percobaan 1 analisis intrumen

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.50.32

0.33

0.34

0.35

0.36

0.37

0.38

Hubungan antara Konsentrasi Co2+ dan Absorbansinya pada λCo

Kosentarsi

Abso

rban

si (A

)

Menghitung Nilai k Co2+ pada λCo(k22)

k=dydx

k=(0 , 3597−0 ,3487)(0,0564−0,0376)

k=0.5904

3. Pembuktian Nilai Konsentrasi

a. Cr3+

0,01 M

C = Ak

C = 0,16915,9

C = 0,01 M

0,02 M

C = Ak

C = 0,33215,9

C = 0,02 M

Page 21: Percobaan 1 analisis intrumen

0,03 M

C = Ak

C = 0,47315,9

C = 0,03 M

0,04 M

C = Ak

C = 0,64115,9

C = 0,04 M

0,05 M

C = Ak

C = 0,81015,9

C = 0,05 M

b. Co2+

0,0188 M

C = Ak

C = 0,225

0.5904

C = 0,0376 M

0,0376 M

C = Ak

Page 22: Percobaan 1 analisis intrumen

C = 0,314

0.5904

C = 0,5318 M

0,0564 M

C = Ak

C = 0,368

0.5904

C = 0,6233 M

0,0752 M

C = Ak

C = 0,510

0.5904

C = 0,8638 M

4. Menentukkan Komposisi Campuran

A1 = k11C1 + k12C2..............(1)

A2 = k21C1 + k22C2 ..............(2)

0.192= (15,9 x C1) + (5,17 x C2 ) x 0,0851

0.384= (0,0745x C1) + (0.5851x C2) x 15,9

Page 23: Percobaan 1 analisis intrumen

0,014304 = 1,35309 C1 + 0,448477 C2

6,1056 = 1,35309 C1 + 9,38736 C2

-6,091296 = -8,938883 C2

C2 = 0,6812 M

Subtitusi nilai C2 pada persamaan (2)

0.384 = (0,0851x C1) + (0.5904 x 0,6812)

0,384 = 0,0851 C1+ 0,40218048

0,0745 C1 = 0,384 – 0,40218048

C1 = -4,6808 M

Sehingga diperoleh konsentrasi untuk campuran yaitu :

C1 = -4,6808 M dan C2 = 0,6812 M.

5.3 Pembahasan

Prinsip dasar dari analisis multi komponen dengan spektrofotometri adsorpsi

molekuler yaitu bahwa total absorpsi larutan adalah jumlah absorpsi dari tiap

– tiap komponennya. Dalam percobaan dilakukan analisis multi komponen

campuran krom dan kobalt. Pada percobaan ini digunakan larutan CrCl3

Page 24: Percobaan 1 analisis intrumen

sebagai sumber Cr3+ dengan warna biru dan CoCl2 sebagai sumber Co2+

dengan warna merah muda.

Perlakuan pertama yaitu mengukur keaditifan dari larutan Cr3+ dan larutan

Co2+. Langkah yang dilakukan yaitu menyiapkan larutan baku dari Cr3+

dengan konsentrasi 0,02 M, Co2+ dengan konsentrasi 0,075 M dan campuran

keduanya. Adapun prinsip dasar dari keaditifan ini yaitu dua macam kromofor

yang berbeda akan mempunyai kekuatan absorpsi cahaya yang berbeda pada

satu panjang gelombang tertentu sehingga diperoleh persamaan hubungan

antara absorpsi dengan konsentrasi pada dua panjang gelombang, akibatnya

konsentrasi masing – masing komponen dapat dihitung. Absorban dari masing

– masing komponen bersifat aditif apabila komponen – komponennya tidak

saling bereaksi. Kemudian mengukur absorbansi dari larutan Cr3+, Co2+ dan

campuran dari keduanya dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada

panjang gelombang 200-900 nm, hal ini disebabkan karena Serapan cahaya uv

mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital

keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi

lebih tinggi. Pengukuran ini bertujuan untuk memperoleh panjang gelombang

maksimum dari Cr3+ dan Co2+.

Prinsip Kerja Spektrofotometri UV-Vis yaitu Cahaya yang berasal dari lampu

deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan melalui

lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada

fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis

menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan

panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung

suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang

diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan

ini kemudian di terima oleh detektor. Detektor kemudian akan menghitung

cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel.

Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung

Page 25: Percobaan 1 analisis intrumen

dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara

kuantitatif.

Dari hasil pengukuran diperoleh kurva antara menghubungkan konsentrasi

larutan dengan absorbansi. Di mana berdasarkan kurva tersebut, diketahui

bahwa panjang gelombang maksimum untuk Cr3+ yaitu 412,23 nm dengan

nilai absorbansi sebesar 0,384. Untuk Co2+ diperoleh panjang gelombang

maksimum 511,74 nm dan nilai absorbansi sebesar 0,352. Menurut Wiryawan

(2008), panjang gelombang untuk Cr(III) terletak pada panjang gelombang

575 nm sedangkan untuk Co(II) terletak pada panjang gelombang 510 nm.

Hasil yang diperoleh untuk Cr(III) berbeda dengan literatur, hal ini mungkin

disebabkan adanya zat lain dalam larutan, pengaruh suhu, pengaruh jenis

pelarut maupun pengaruh pH larutan

Menurut Sikanna, R. (2012), apabila dua komponen yang berlainan

dicampurkan dalam satu larutan dan dengan adanya interaksi maka akan

merubah spektrum absorbsinya hal ini disebabkan oleh interaksi dua

komponen tersebut yang dapat mengubah kemampuan komponen untuk

menyerap panjang gelombang tertentu dari sumber radiasi. Karena luasnya interaksi

bergantung terhadapat konsentrasi. Dari hasil pengamatan diperoleh larutan

bersifat aditif karena terdapat perbedaan pada panjang gelombang maksimum

campuran Cr3+ dan Co2+ dengan larutan Cr3+ dan larutan Co2+. Campuran

dikatakan aditif apabila menghasilkan absorbansi berbeda dari jumlah

absorbansi komponennya.

Lalu melakukan pengukuran absorbansi Cr3+ dan Co2+ pada berbagai

konsentrasi menggunakan panjang gelombang maksimum Cr dan Co.

Melakukan pengukuran pada panjang gelombang maksimum karena di sekitar

panjang gelombang maksimum ini, bentuk kurva serapan adalah datar

sehingga hukum Lambert-Beer akan terpenuhi dengan baik, sehingga

kesalahan yang ditimbulkan pada panjang gelombang maksimum dapat

diperkecil. Variasi kosentrasi dari larutan Cr3+ yang digunakan yaitu 0,01 M;

Page 26: Percobaan 1 analisis intrumen

0,02 M; 0,03 M; 0,04 M dan 0,05 M. Dan nilai absorbansi yang diperoleh

berturut-turut yaitu 0,169; 0,332; 0,473; 0,641 dan 0,810 nm. Sedangkan

untuk larutan Co2+ yaitu 0,0188 M; 0,0376 M; 0,0564 M dan 0,0752 M. Dan

nilai absorbansi yang diperoleh berturut-turut yaitu 0,048; 0,062; 0,055 dan

0,094 nm. Hasil yang diperoleh pada grafik setelah regresi yaitu semakin

tinggi kosentrasi semakin tinggi absorbansi suatu larutan atau berbanding

lurus. Menurut harvey, (2000), berdasarkan hukum Beer absorbansi akan

berbanding lurus dengan konsentrasi. Jadi semakin besar konsentrasi maka

semakin tinggi nilai absorbansi yang diperoleh.

Setelah ditentukan nilai regresinya maka dapat ditentukan nilai k dari setiap

larutan. Nilai k digunakan untuk mengetahui konsentrasi masing-masing

larutan. Di mana nilai k ini diperoleh dari perbandingan nilai dy (y2-y1) dan dx

(x2-x1). Sehingga diperoleh nilai k untuk tiap komponen pada masing-masing

panjang gelombang pada k11 sebesar 15,9; k12 sebesar 5,27; k21 sebesar 0,0851;

dan k22 sebesar 0,8904. Nilai k adalah nilai tetapan dalam hokum lambert beer,

tergantung pada sistem kosentrasi yang di gunakan. Dari hasil K yang

diperoleh dapat ditentukan nilai komposisi campuran yaitu pada C1 sebesar -

4,6808 M dan C2 sebesar 0,6812 M, sedangkan C1 dan C2 pada

spektrofotometri UV-Vis berturut-turut yaitu 0,0120 M dan 0,0530 M.

Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh

terdapat kesalahan di mana konsentrasi dari hasil perhitungan berbeda dengan

nilai konsentrasi dari larutan yang digunakan, yaitu untuk larutan Cr3+ 0,02 M

sedangkan untuk larutan Co2+ 0,075 M. Hal ini disebabkan oleh tidak tepatnya

volume larutan pada saat dilakukan pengenceran.

VI. Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa:

Page 27: Percobaan 1 analisis intrumen

1. Kobalt adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki

lambang Co dan nomor atom 27. Dan kromium adalah sebuah unsur kimia

dalam tabel periodik yang memiliki lambang Cr dan nomor atom 24.

3. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin tinggi pula absorbansi larutan,

konsentrasi dan absorbansi berbanding lurus.

4. Dari percobaan ini diperoleh nilai k untuk tiap komponen pada masing –

masing panjang gelombang yaitu, k11 sebesar 15,9; k12 sebesar 5,27; k21

sebesar 0,0851; dan k22 sebesar 0,8904.

5. Dari nilai k yang ada dapat diperoleh komposisi campuran,untuk C1

sebesar -4,6808 M dan C2 sebesar 0,6812 M.

Page 28: Percobaan 1 analisis intrumen

Daftar Pustaka

Anonim. 2014. Analisis Instrumen. (http://www.chem-is-try.org) diakses pada tanggal 29 Jakarta.November 2014

Anonim. 2014. Analisis Multi Komponen Campuran Kobalt dan Krom dengan Spektrofotometri Visibel. (http://fatmakyoshiuzumaki.wordpress.com) diakses pada tanggal 29 November 2014.

Darwono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Hidup. Jakarta: UI-Press. Jakarta

Harvey D. 2000. Modern Analitycal  Chemistry. Ed Internasional. Boston : McGraw-Hill.

Khopkar SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analalitik. penerjemah. UI-P. Jakarta.

Wiryawan, A dkk. 2008. Kimia Analitik Untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Sikanna, R. 2014. Kompleksasi Fe(III) – kuersetin pada media miselar dan penggunaannya untuk penentuan Fe(III). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 29: Percobaan 1 analisis intrumen

Lembar Asistensi

Nama : Budi Hermanto Madjaga

Stambuk : G 301 12 034

Kelompok : IV

Asisten : Adianti Putri

No Hari / Tanggal Perbaikan Paraf