perber mahkejapol, kemenkumham, kemensos, kemenkes dan bnn

11
PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA M.ENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR NOMOR NOMOR NOMOR NOMOR NOMOR NOMOR 01lPBlMNillt2o14 03 TAHUN 2014 11 TAHUN 2014 03 TAHUN 2014 PER-005/A/JA/03/2014 1 TAHUN 2014 PERBERYO1/III/201 4/BNN TENTANG PENANGANAN PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNA,AN NARKOTIKA KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI DENGAN RAHfuIAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang i a. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, serta Hakim dalam memutus perkara Penyalah Guna Narkotika wajib memperhatikan ketentuan Pasal 127 ayat (2) dan aYat (3); b. Bahwa jurilah Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika sebagai Tersangka, Terdakwa, atau Narapidana dalam Tindak Pidana Narkotika senakin meningkat serta upaya pengobatan dan/atau perawatannya belum dilakukan secara optimal dan terpadu;

description

-Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Menteri Sosial Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Nomor 01/PB/MA/III/2014, Nomor 03 Tahun 2014, Nomor 11 Tahun 2014, Nomor 03 Tahun 2014, Nomor PER-005/A/JA/03/2014, Nomor 1 Tahun 2014, Nomor PERBER/01/III/2014/BNN tentang Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 465)

Transcript of perber mahkejapol, kemenkumham, kemensos, kemenkes dan bnn

  • PERATURAN BERSAMA

    KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIAMENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

    M.ENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAMENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIAJAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

    KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIAKEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

    NOMORNOMORNOMORNOMORNOMORNOMORNOMOR

    01lPBlMNillt2o1403 TAHUN 201411 TAHUN 201403 TAHUN 2014PER-005/A/JA/03/20141 TAHUN 2014PERBERYO1/III/201 4/BNN

    TENTANG

    PENANGANAN PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNA,ANNARKOTIKA KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

    DENGAN RAHfuIAT TUHAN YANG MAHA ESA

    KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIAMENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

    MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAMENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIAJAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

    KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIAKEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

    Menimbang i a. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35Tahun 2009 tentang Narkotika, Pecandu Narkotika dan KorbanPenyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medisdan rehabilitasi sosial, serta Hakim dalam memutus perkaraPenyalah Guna Narkotika wajib memperhatikan ketentuanPasal 127 ayat (2) dan aYat (3);

    b. Bahwa jurilah Pecandu Narkotika dan KorbanPenyalahgunaan Narkotika sebagai Tersangka, Terdakwa,atau Narapidana dalam Tindak Pidana Narkotika senakinmeningkat serta upaya pengobatan dan/atau perawatannyabelum dilakukan secara optimal dan terpadu;

  • e.

    Bahwa penjelasan Pasal 21 ayat (4) huruf b Undang-UndangNomor I Tahun 1981 tentang Hukum Acara pidana,menyaiaka.n bahwa Tersangka atau- Terdakwa pecanduNarkotika sejauh mungkin ditahan di tempat tertentu yangsekaligus merupakan tempat perawatan;Bahwa untuk memulihkan dan/atau mengembangkankemampuan fisik, mental, dan sosial Tersangka, Terdakwa,atau Narapidana dalam Tindak Pidana Narkotika perludilakukan program pengobatan, perawatan dan pemulihansecara terpadu dan terkoordinasi;tsahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkanPeraturan Bersama antara Ketua Mahkamah Agung Republiklndonesia, Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republiklndonesia, Menteri Kesehatan Republik lndonesia, MenteriSosial Republik lndonesia, Jaksa Agung Republik lndonesla,Kepala Kepolisian Negara Republik lndonesia, dan KepalaBadan Narkotika Nasional Republik lndonesia tentangPenanganan Pecandu Narkotika dan Korban PenyalahgunaanNarkotika ke Dalam Lembaga Rehabilitasi;

    Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum AcaraPidana (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1981Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesiaNomor 3209);Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentangPemasyarakatan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun1995 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Republiklndonesia Nomor 3614);Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang KepolisianNegara Republik lndonesia (Lembaran Negara Republiklndonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran NegaraRepublik lndonesia Nomor 41 68);Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 67,Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor4001);Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang PerubahanKedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentangMahkamah Agung.Undang:gn6spn Nomor 1 1 Tahun 2OOg tentang KesejahteraanSosial (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2009Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Rpublik lndonesiaNomor 4967);

    7. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotlka(Lembaran I'kgara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor143, Tambahari Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor5062);

    Mengingat : 1 .

    3.

    4.

    5.

    o.

  • 8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2OOg Nomor144, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor5063);

    9. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang KekuasaanKehakiman (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2OOgNomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesiaNomor 5076);

    10. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang SistemPeradilan Pidana Anak (Lembaran Negara Republik lndonesiaTahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran NegaraRepublik lhdonesia Nomor 5332);

    11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentangPelaksanaan Kitab Und.ang-Undang Hukum Acara Pidana(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36,Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor3258);

    12. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 201 1 {entangPelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika (LembaranNegara Republik lndonesia Tahun 2011 Nomor 46, TambahanLembaran Negara Republik lndonesia Nomor 521 1);

    13. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang BadanNarkotika Nasional;

    14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor2415/MENKESiPER/XIU20'11 tentang Rehabititasi MedisPecandu, Penyalahguna dan Korban PenyalahgunaanNarkotika (Berita Negara Republik lndonesia Tahun 2011Nomor 8ZE);

    15. Peraturan Menteri Sosial Nomor 03 Tahun 2012 tentangStandar Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban PenyalahgunaanNarkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya;

    16. Peraturan Menteri Sosial Nomor 26 Tahun 2012 tentangStandar Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NarkotikaPsikotropika dan Zat Adiktif Lainnya.

    M EMUTUS KAN:

    Menetapkan : PERA,TURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNGR,EPUBLIK INDONESIA, MENTERI HUKUM DAN HAK ASASIMANUSIA REPUBLIK INDONESIA, MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA, MENTERI SOSIAL REPUBLIKINDONESIA, JAKSA,A,GUNG REPUBLIK INDONESIA, KEPALAKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, KEPALABADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIATENTANG *NANGANAN PECANDU NARKOTIKA DANKORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA KE DALAMLEMBAGA REHABILITASI.

  • BAB IKETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Bersama ini, yang dimaksud dengan:

    1. Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakanNarkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisikrnaupun psikis.

    2. Penyalah Guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak ataumelawan hukum. .'i

    3. Korban Penyalahgunaan Narkotika adalah seseorang yang tidak sengajamenggunakan narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa dan/ataudiancam untuk menggunakan Narkotika.

    4. Ketergantungan Narkotika adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untukmenggunakan Narkotika secara terus-menerus dengan takaran yang meningkatagar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunaannya dikurangidan/atau dihentikan secara tiba{iba, menimbulkan Eejala lisik dan psikis yangkhas.

    5.

    6.

    Narkotika Pemakalan Satu Hari adalah Narkotika jumlah tertentu yang dibawa,dimiliki, disimpan dan dikuasai untuk digunakan oleh penyalah guna Narkotika.Tim Asesmen Terpadu adatah tim yang terdiri dari Tim Dokter dan Tim Hukumyang ditetapkan oleh pimpinan satuan kerja setempat berdasarkan suratkeputusan Kepala Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Nasional Propinsi,Badan Narkotika Nasional Kab/Kota.Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpaduuntuk membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika.Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baikfisik, mental maupun sosiali agar bekas pecandu Narkotika dapat kembalimelaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan bermasyarakat.Lembaga Rehabilitasi Medis adalah Fasilitas pelayanan kesehatan yangmelaksanakan. rehabilitasi medis bagi Pecandu, Korban Penyalagunaan danPenyalah Guna Narkotika yang dikelola oleh pemerintah.Lembaga Rehabilitasi Sosial adalah Tempat atau panti yang melaksanakanrehabilitasi sosial bagi Pecandu, Korban Penyalahgunaan dan Penyalah GunaNarkotika yang dikelola oleh pemerintah.Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untukmelaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan.Rumah Tahanan Negara yang selaniutnya disebut RUTAN adalah tempattersangka atau terdakwa selama proses penyidikan, penuntutan, danpemeriksaan disidang pengadilan.Komplikasi Medis adalah gangguan fisik atau penyakit serius terkait kondisi AIDS,Hepatitis, penyakit infeliii dan penyakit non infeksi lainnya seperti kanker,diabetes melitus.Komplikasi Psikiatris adalah gangguan psikiatris atau jiwa dalam hal paslenmengalami halusinasi, waham, kecemasan dan depresi serius.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    12.

    13.

    14.

  • BAB IITUJUAN

    Pasal 2

    Peraturan Bersama ini bertujuan untuk:a. Mewujudkan koordinasi dan kerjasama secara optimal penyelesaian

    permasalahan Narkotika dalam rangka menurunkan jumlah Pecandu Narkotikadan Korban Penyalahgunaan Narkotika melalui program pengobatan, perawatan,dan pemulihan dalam penanganan Pecandu Narkotika dan KorbanPenyalahgunaan Narkotika sebagai tersangka, terdakwa, atau narapidana,dengan tetap melaksanakan pemberantasan peredaran gelap Narkotika;

    b. Menjadi pedoman teknis dalam penanganan Pecandu Narkotika dan KorbanPenyalahgunaan Narkotika sebagai tersangka, terdakwa, atau narapidana untukmenjalani rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosial;

    c. Terlaksananya proses rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial di tingkatpenyidikan, penuntutan, persidangan dan pemidanaan secara sinergis danierpadu.

    BAB IIIPELAKSANAAN

    Pasal 3

    Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika sebagai tersangkadan/atau terdakwa dalam penyalahgunaan Narkotika yang sedang menjalaniproses penyidikan, penuntutan, dan persidangan di pengadilan dapat diberikanpengobatan, perawatan dan pemulihan pada lembaga rehabilitasi medis dan/ataulembaga rehabilitasi sosial.

    Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika sebagaimanadimaksud pada ayat (1) yang menderita komplikasi medis dan/atau komplikasipsikiatris, dapat ditempatkan di rumah sakit Pemerintah yang biayanyaditanggung oleh keluarga atau bagi yang tidak mampu ditanggung pemerintahsesuai ketentuan yang berlaku.

    Dalam hal Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotikasebagaimana dimaksud pada ayat (2) memilih ditempatkan di rumah sakit swastayang ditunjuk Pemerintah, maka biaya menjadi tanggungan sendiri,Keamanan dan pengawasan Pecandu Nakotika dan Korban PenyalahgunaanNarkotika yang ditempatkan dalam lembaga rehabilitasi medis, lembagarehabilitasi sosial, dan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat(2), dan ayat (3), dilaksanakan oleh rumah sakit dan/atau lembaga rehabilitasiyang memenuhi standar keamanan tertentu serta dalam pelaksanaannya dapatberkoordinasi dengan pih'iik Polri.

    Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika sebagai tersangkadan/atau terdakwa yang telah dilengkapi surat hasil asesmen dari Tim AsesmenTerpadu, dapat ditempatkan pada lembaga rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasisosial sesuai dengan kewenangan institusi masing-masing.

    (1)

    (2)

    (3)

    (4)

    (s)

  • Pasal 4

    (1) Pecandu Narkotika dan Korban penyalahgunaan Narkotika sebaqai brsanqkadan/atau rerdakwa peny.a.rahgunaan Narkotiria yang ditangkap tetapi-tanpa barintbukti Narkotika dan positif menggunakan Narkotiki sesuii dengan hasil'.es urine]darah atau rambut dapat ditempatkan di lembaga rehabilitali medis can/ataulembaga rehabilitasi sosial yang dikelola oleh pemerintah setelah dibuatkan BeritaAcara Pemeriksaan Hasil Laboratorium dan Berita Acara pemeriksaan ot"tPenyidik dan telah dilengkapi dengan surat hasil asesmen Tim Asesmen 1-erpadu.

    (2) Pecandu Narkotika dan Korban penyalahgunaan Narkotika yang ditangkap ataulertangkap tangan dan tefdapat barang bukti dengan jumlah iertentu deigan atautidak memakai Narkotika sesuai hasir tes urine, darah, rambut atau DNA s.:ramaproses peradilannya berlangsung dalam jangka waktu tertenlu dapat ditempatkandi lembaga rehabilitasi medis dan rumah sakit yang dikelola oieh pemeriatah,setelah dibuatkan Berita Acara pemeriksaan Hasit Laboratorium dan Berita AcaraPemeriksaan oleh Penyidik ?olri dan/atau penyidik BNN dan telah dilengkapidengan surat hasil asesmen Tim Asesmen Terpailu.

    (3) Barang bukti dengan jumlah tertentu sebagaimana dimaksud pada ayet (2) sesuaidengan ketentuan yang berlaku.

    (4) Pecandu Narkotika dan Korban penyalahgunaan Narkotika sebagai tersangkadan/atau terdakwa penyalahgunaan Narkotika yang ditangkap dJngan baringbukti.-melebihi dari jumlah tertentu sebagaimana dimaksud pada alat 13) daipositif memakai Narkotika berdasarkan hasil tes urine, darah, rambui atau' DNAsetelah dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan Hasil Laboratorium dan Berita AcaraPemeriksaan oleh Penyidik dan telah dinyatakan dengan hasil asesmen dari rimAssesmen Terpadu, tetap ditahan dl Rumah Tahanan Negara atau CabangRumah rahanan Negara.di bawah naungan Kementerian Hurium dan Hak AsaiiManusia Republik lndonesia serta dapat diberikan pengobatan dan perawatandalam rangka rehabilitasi.

    (5) Hasil asesmen dari Tim Asesmen Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1),ayat (2), dan ayat (4) wajib disimputkan paling tama 6 (enam) frari seja'iditerimanya permohonan dari Penyidik.

    Pasal 5

    (1) Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika sebagai tersangkadan/atau terdakwa yang merangkap pengedar Narkotika, ditahan di RumahTahanan Negara dan bagi yang bersangkutan dapat memperoleh rehabilitasimedjs dan/atau rehabilitasi sosial yang dilaksanakan di Rumah Tahanan Negaraatau Lembaga Pemasyarakatan.

    (2) Selama proses penyidikan dan/atau penuntutan perkara berjalan, penyidikdan/atau Jaksa Penuntut Umum melakukan koordinasi dengan pihak lembagarehabilitasi dalam hal proses pengiriman dan penjemputan tersangka atauterdakwa dalam Tindak Pidana Narkotika.

  • (1)

    (2\

    (3)

    Pasal 6

    (1) Terdakwa atau terpidana Pecandu Narkotika atau Korban PenyalahgunaanNarkotika yang telah mendapatkan penetapan atau putusan pengadilan yangmemiliki kekuatan hukum tetap untuk menjalani pengobatan dan/atau perawatanmelalui rehabilitasi diserahkan oleh pihak kejaksaan ke lembaga rehabilitasimedis dan/atau lembaga rehabilitasi sosial yang ditunjuk.

    (2) Penyerahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas dilakukan denganprosedur dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

    Pasal 7

    Bagi narapidana yang termasuk dalam kategori Pecandu Narkotika dan KorbanPenyalahgunaan Narkotika, dan bukan pengedar atau bandar atau kurir atauprodusen dapat dilakukan rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosial yangdilaksanakan di dalam Lapas atau Rutan dan/atau lembaga rehabilitasi yang telahditunjuk oleh Pemerintah.Bagi narapidana yang termasuk dalam kategori pecandu Narkotika yangmempunyai fungsi ganda sebagai pengedar dapat dilakukan rehabilitasi medisdan/atau rehabilitasi sosial di dalam Lapas atau Rutan.Pelaksanaan rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosial sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan berdasarkan hasil asesmen dariTim Asesmen Terpadu dan sesuai dengan kelentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    BAB IVTIM ASESMEN TERPADU

    Pasal IDalam melakukan asesmen terhadap Pecandu Narkotika dan KorbanPenyalahgunaan Narkotika sebagai tersangka dan/atau narapidana. sebagaiPenyalah Guna Narkotika dibentuk Tim Asesmen Terpadu.Tim Asesmen Terpadu yang dimaksud dalam ayat (1) diusulkan oleh masing-masing pimpinan instansi terkait di tingkat Nasional, Propinsi dan Kab/Kota danditetapkan oleh Kepala Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika NasionalPropinsi, Badan Narkotika Nasional Kab/Kota.Tim Asesmen Terpadu terdiri dari :a. Tim Dokter yang meliputi Dokter dan Psikologb. Tim Hukum terdiri dari unsur Polri, BNN, Kejaksaan dan KemenkumhamTim Hukum sebagaimana, Pasal (3) huruf b khusus untuk penanganan tersangkaanak melibatkan Balai Petlrasyarakatan.

    (1)

    (2)

    (3)

    IL\

  • (1)

    (2)

    Pasal 9

    Tim Asesmen Terpadu mempunyai tugas untuk melakukan:a. analisis terhadap seseorang yang ditangkap dan/atau tertangkap tangan

    dalam kaitan peredaran gelap Narkotika dan penyalahgunaan Narkotika.b. asesmen dan analisis medis, psikososial, serta merekomendasi rencanaterapi dan rehabilitasi seseorang sebagaimana dimaksud dalam ayat 1huruf a.

    Tim Asesmen Terpadu .sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat ('1)mempunyai kewenangan:a. atas permintaan Penyidik untuk melakukan analisis peran seseorang yang

    ditangkap atau tertangkap tangan sebagai Korban PenyalahgunaanNarkotika, Pecandu Narkotika atau pengedar Narkotika;

    b. menentukan kriteria tingkat keparahan penggunaan Narkotika sesuaidengan jenis kandungan yang dikonsumsi, situasi dan kondisi ketikaditangkap pada tempat kejadian perkara; dan

    c. merekomendasi rencana terapi dan rehabilitasi terhadap PecanduNarkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika sebagaimana dimaksudpada huruf b.

    Pelaksanaan asesmen dan analisis sebagaimana dimaksud pada ayat ('l )dilakukan oleh:a. Tim Hukum bertugas melakukan analisis dalam kaitan peredaran getap

    Narkotika dan Prekursor Narkotika dan penyalahgunaan Narkotikaberkoordinasi dengan Penyidik yang menangani perkara;

    b. Tim DoKer bertugas melakukan asesmen dan analisis medis, psikososialserta merekomendasi rencana terapi dan rehabilitasi Penyalah GunaNarkotika.

    Pasal 10

    Hasil asesmen dan analisis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 digunakansebagai bahan pertimbangan Tim Asesmen Terpadu dalam mengambil keputusanterhadap permohonan.Hasil asesmen dan analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat rahasiasesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    BAB VPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

    Pasal 1 1

    lnstansi yang menaungi lembaga rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosialmelakukan pembinaan untuk meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi.Dalam melakukan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), instansiterkait berkoordinasi antar Kementerian atau Lembaga.Untuk menjamin kualitas penyelenggaraan rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasisosial, Pimpinan instansi yang menaungi lembaga rehabilitasi medis daniataurehabilitasi sosial melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan programrehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosial.

    (3)

    (1)

    (2)

    (1)

    (2)

    (3)

  • (4)

    (5)

    Lembaga rehabilitasi yang menyelenggarakan program rehabilitasi medisdan/atau rehabilitasi sosial terhadap tersangka, terdakwa, terpidana dalampenyalahgunaan Narkotika menyampaikan perkembangan program rehabilitasikepada penegak hukum yang meminta dilakukannya rehabilitasi sesuai dengantingkat proses peradilan.

    Terhadap putusan hakim yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap, putusanrehabilitasi dilaksanakan oleh Jaksa Penuntut Umum ke lembaga rehabilitasi yangditunjuk oleh Pemerintah sesuai dengan putusan hakim.

    Pasal 12

    Bagi narapidana Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotikaditempatkan dalam blok ierpisah dengan narapidana yang termasuk dalamkategori kurir, pengedar, produsen, importir yang illegal.

    Narapidana yang termasuk dalam kategori kurir, pengedar, produsen, importiryang ilegal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan di Lapas atauRutan yang terpisah antara Pecandu Narkotika dan Korban PenyalahgunaanNarkotika apabila sarana dan prasarana sudah terpenuhi.

    Pasal 13

    Pelaksana teknis Peraturan Bersama ini dilaksanakan oleh:a. Kepala Badan Reserse Kriminal Polri;b. Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Republlk lndonesia;c. Deputi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Republik lndonesia;d. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Kejaksaan Republik lndonesia;e. Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi

    Manusia Republik lndonesia;l. Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik

    lndonesia; danS. Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Republik

    lndonesia.

    Ketentuan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ini akan diatur lebihlanjut masing-masing oleh Kepala Badan Reserse Kriminal Folri, DeputiPemberantasan BNN dan Deputi Rehabilitasi BNN, Jaksa Agung Muda TindakPidana Umum, dan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum danHAM, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan, danDirektur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial.

    BAB VIPEMBIAYAAN

    Pasal '14

    Biaya rehabilitasi medis bagi terdakwa yang sudahdibebankan pada anggaran Kementerian Kesehatan.Biaya rehabilitasi sosial bagi terdakwa yang sudahdibebankan pada anggaran Kementerian Sosial.

    diputus oleh pengadilan

    (1)

    (2)

    (1)

    (2)

    (1)

    (2) diputus oleh pengadilan

  • to,

    IA\

    (5)

    Biaya rehabilitasi medis dan/atau rehabilitasi sosial bagi tersangka dan/alauterdakwa sebagai Pecandu Narkotika dan Korban peny'alahgunjan Narkotikayang masih dalam proses peradilan dibebankan pada inggaran BadanNarkotika Nasional.Biaya Pelaksanaan asesmen yang dilakukan oleh Tim Asesmen Terpadudibebankan pada anggaran Badan Narkotika Nasional.Segala biaya yang timbul terkait dengan pelaksanaan peraturan Bersama inidibebankan kepada masing-masing lnstansi kecuali ditentukan lain dalamPeraturan Bersarna ini.

    BAB VIIKETENTUAN LAIN

    Pasal 15

    (1) Pelaksanaan Peraturan Bersama ini, dievaluasi setiap 3 (tiga) tahun secarapglioqik atau apabila dipandang perlu dapat dilakukan kurang daii 3 (tiga) tahunoleh Tim Evaluasi yang terdiri atas ahli-ahti yang ditunjuk oleh masing-masinginstansi yang terkait.(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan padapimpinan masing-masing untuk ditindaklanjuti.

    Pasal 1 6

    Lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud dalam pasal54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Surat EdaranMahkamah Agung Republik.&donesia Nomor 04 rahui ZOtO tentang F;;p;i;;Fenyalahguna, Koroan Penyalahgunaan dan pecandu NarkoUka dalam Lampiian l,Sqrat Edaran JMahkamah Agung Republik lndonesia Nomor 03 Tahun 2011 ientangPenempatan Korban Penyalahgunaan Narkotika di dalam Lembaqa Rehabilitasi Medildan Rehabilitasi Sosial dan Surat Edaran Jaksa Agung Nomor sE-OO2/A,rl NOA2O13tanggal 15 Februari 2013 tentang Penempatan Korban penyalahgunaan Narkotika KeLembaga Rehabilitasi Medis Dan Rehabilitasi sosial, perituran- Menteri KesehatanNomor 241siMENI

  • AGUNG M DAN HAK ASASIIN.DONESIA

    JAKSA AGUNG

    KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

    MENTERI Hl.iKUM DAN HAK ASASI MANUSIAREPUBLIK INDONESIA,

    ,,\MIR SYAMSUDIN