Perbenihan Akuakultur...industri akuakultur di Tanah Air adalah sektor perbenihan. Bahkan,...

73
Perbenihan Akuakultur DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA DIREKTORAT PERBENIHAN 2014

Transcript of Perbenihan Akuakultur...industri akuakultur di Tanah Air adalah sektor perbenihan. Bahkan,...

  • PerbenihanAkuakultur

    DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn

    2014

  • Perbenihan aKUaKULTUrii DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn iii

    Judul Buku:

    Perbenihan AkuakulturCopyright @2014

    Pertama kali diterbitkan oleh

    Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

    Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

    Gedung Menara 165 Lantai 23 Jalan Tb. Simatupang Kav. 1 Jakarta Selatan

    PelindungSharif C. Sutardjo

    Menteri Kelautan dan Perikanan

    Pengarah1. Slamet Soebjakto

    Direktur Jenderal Perikanan Budidaya

    2. Moh. Abduh Nurhidayat

    Penanggung JawabDjumbuh Rukmono

    Direktur Perbenihan

    EditorAgung Witjaksono

    PenyusunRokhmat M. Rofiq

    PendukungRudi Hartono

    Ris Dewi Nowita

    Sampul & Tata LetakAry Kusnari

    Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang

    Dilarang mengutip, menyalin, memperbanyak, dan menyebarluaskan

    sebagian maupun keseluruhan isi buku ini, dengan cara apapun,

    tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta.

  • Perbenihan aKUaKULTUriv DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn vPerbenihan aKUaKULTUriv DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn v

  • Perbenihan aKUaKULTUrvi DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn vii

    Prakata

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Salam sejahtera untuk kita semua.

    Program industrialisasi perikanan budidaya yang tengah digalakkan oleh pemerintah ternyata mendapat sambutan luar biasa dari seluruh pemangku kepentingan di bidang ini. Hal tersebut tercermin begitu jelas dari peningkatan produksi setiap

    tahun. Sebagai contoh, sepanjang 2012 lalu, produksi perikanan

    budidaya mencapai 9,4 juta ton, naik dibanding produksi tahun

    2011 sebesar 6,8 juta ton. Sementara pada 2013, produksi perikanan

    budidaya meningkat menjadi 13,7 juta ton atau naik 36% dibanding

    tahun sebelumnya. Adapun target produksi sebesar 14 juta ton di 2014

    pun diyakini bakal terlampaui.

    Tentu saja, peningkatan produksi perikanan budidaya

    (akuakultur) ini merupakan buah manis dari kerjasama seluruh pihak

    terkait, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku

    usaha, peneliti, hingga para pembudidaya. Keberhasilan tersebut juga

    sekaligus menjadi penanda bahwa rantai produksi hulu-hilir industri

    akuakultur semakin kuat. Artinya, kekuatan produksi ikan konsumsi di

    tingkat hilir perikanan budidaya tak pelak ditopang sangat kokoh oleh

    industri perbenihan di level paling hulu.

    Mengapa demikian? Industri perbenihan dan pembesaran

    ikan terjalin dalam mata rantai produksi yang terikat satu sama lain.

    Maksudnya, besar-kecilnya produksi ikan konsumsi maupun ikan hias

    tergantung pada produktivitas benih secara keseluruhan. Itu sebabnya,

    untuk menunjang dan mendukung keberhasilan industrialisasi

    perikanan budidaya—baik perbenihan ikan air tawar, ikan air payau

    maupun ikan air laut, diperlukan benih unggul dalam jumlah yang

    memadai dan berkesinambungan.

    Nah, beberapa program dan kebijakan pun telah digalakkan

    Perbenihan aKUaKULTUrvi DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn vii

  • Perbenihan aKUaKULTUrviii DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn ix

    Daftar IsI

    Prakata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Daftar Isi

    BAgiAn i MEngEnAL USAhA PErBEnihAn Usaha Perbenihan Ikan A. Pusat Induk dan Benih B. Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) C.

    BAgiAn ii TEknoLogi PErBEnihAn Teknologi Pembenihan Ikan Air Tawar A. Teknologi Pembenihan Ikan Air Payau B. Teknologi Pembenihan Ikan Air Laut C. Teknologi Pembibitan Rumput Laut D. Teknologi Penyediaan Pakan Benih E.

    BAgiAn iii BEnih UnggUL Produksi Benih Unggul A. Distribusi Benih Unggul B. Pusat Benih Unggul C.

    BAgiAn iV indUk UnggUL Produksi Induk Unggul A. Distribusi Induk Unggul B. Pusat Induk Unggul C.

    BAgiAn V UniT PEMBEnihAn Unit Pembenihan Skala Kecil A. Unit Pembenihan Skala Besar B. Unit Pembenihan Bersertifikat C.

    BAgiAn Vi kiSAh SUkSES UniT PEMBEnihAn Unit Pembenihan Rakyat (UPR) A. Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) B. Unit Pembenihan Skala Besar C. Unit Pembibitan Rumput Laut D.

    Penutup direktur Perbenihan Pustaka

    oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Kementerian

    Kelautan dan Perikanan (KKP) guna memenuhi kebutuhan benih

    ikan yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Program tersebut

    antara lain adalah penerapan teknologi dalam produksi benih

    ikan. Toh, penerapan teknologi perbenihan sudah terbukti mampu

    meningkatkan produksi benih secara nasional, bahkan membantu

    para pembudidaya bibit ikan dalam menjalankan kegiatan produksi

    yang efisien, murah, dan produktif.

    Sementara kebijakan sertfikasi Cara Pembenihan Ikan yang

    Baik (CPIB) selain menghasilkan benih unggul juga merupakan cara

    efektif untuk meningkatkan daya saing produk benih ikan baik secara

    nasional maupun global. Di pihak lain, pengembangan pusat induk

    dan benih (Broodstock Center) di beberapa wilayah di Indonesia

    turut membantu pasokan benih unggul dan berkelanjutan buat

    para pembudidaya. Keseluruhan program tersebut terbukti berhasil

    mendongkrak total produksi benih perikanan budidaya dari 87 miliar

    ekor di 2012 menjadi 92 miliar ekor sepanjang 2013.

    Apapun, buku “Perbenihan Akuakultur” ini sejatinya bisa

    menjadi potret dari perkembangan dan kemajuan sektor perbenihan

    selama ini. Paling tidak, buku yang sederhana ini mampu menjadi

    sumber informasi atau rujukan seluruh pemangku kepentingan dalam

    memahami secara lebih komprehensif terkait dengan produktivitas,

    distribusi, penerapan teknologi, dan kisah sukses usaha perbenihan

    nasional. Akhir kata, kami ucapkan selamat membaca dan menelusiri

    substansi dari buku ini.

    Wassalamualaikum Wr. Wb.

    Jakarta, 17 Agustus 2014

    Slamet Soebjakto

    direktur Jenderal Perikanan Budidaya

  • DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 1

    MengenalUsaha PeMbenihan1

  • Perbenihan aKUaKULTUr2 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 3

    kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahkan menjadi pilar penting

    untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

    Akan tetapi, peningkatan produksi ikan di Indonesia tidak

    bisa dilepaskan dari gerakan industrialisasi perikanan budidaya

    yang dikomandoi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

    Di satu sisi, gerakan nasional yang secara teknis dilaksanakan oleh

    Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) itu telah terbukti

    mampu mendorong para pembudidaya menggenjot produksinya.

    Di lain pihak, industrialisasi sektor akuakultur tersebut juga mampu

    memperkuat hulu-hilir produksi perikanan budidaya secara

    keseluruhan.

    Keberhasilan gerakan industrialisasi perikanan budidaya

    sangat terkait dengan kekuatan dukungan di bagian hulu dari rantai

    a. Usaha PerbenIhan Ikan

    Perikanan budidaya (akuakultur) kini semakin berkembang di

    Indonesia. Dari tahun ke tahun, produktivitasnya terus meningkat.

    Sepanjang 2011 produksi perikanan budidaya menembus angka 6,8

    juta ton. Kemudian meningkat menjadi 9,4 juta ton di tahun 2012.

    Sementara pada 2013, produksi perikanan budidaya naik menjadi

    13,7 juta ton dan di 2014 target produksi mencapai 14 juta ton.

    Produksi perikanan budidaya yang mencapai belasan juta ton

    per tahun dan akan terus bertambah tak pelak memberikan kontribusi

    besar pada kebutuhan gizi masyarakat. Hal ini sejalan dengan naiknya

    konsumsi ikan per kapita dari waktu ke waktu. Sehingga tak heran,

    sektor perikanan semakin diakui berperan penting dalam memenuhi

  • Perbenihan aKUaKULTUr4 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 5

    produksi. Adapun bagian hulu paling penting dan utama dalam

    industri akuakultur di Tanah Air adalah sektor perbenihan. Bahkan,

    perbenihan menjadi faktor penentu proses produksi perikanan

    budidaya, baik budi daya air tawar, air payau, maupun air laut.

    Itu sebabnya, untuk me nunjang dan mendukung ke berh-

    asilan industrialisasi peri kanan budidaya, diperlukan induk dan

    benih unggul dalam jumlah yang memadai dan ber kesinambungan.

    Sehingga, ke tersediaan induk dan benih unggul perlu mendapatkan

    per hatian khusus dari seluruh pihak terkait. Tentunya, peme nuhan

    kebutuhan benih dan induk tersebut bukan hanya tugas pemerintah.

    Pasalnya, pe merintah tidak dapat bekerja sendiri, sehingga perlu

    adaya sinergi dan kerjasama dengan semua pemangku kepentingan

    yang terlibat dalam sub sektor perbenihan perikanan.

    Para pihak yang terkait langsung dengan industri perbenihan

    dan mesti bekerjasama secara sinergis antara lain adalah pemerintah,

    pengumpul induk, pemulia, unit pembenihan baik skala kecil maupun

    skala besar dan juga para pembudidaya ikan. Sinergi antar pemangku

    kepentingan ini niscaya bakal menunjang kegiatan produksi yang

    tengah giat-giatnya dilakukan oleh para pelaku usaha budidaya ikan.

    Berbeda dengan jenis bisnis akuakultur lainnya, usaha

    perbenihan perikanan merupakan suatu usaha dengan perputaran

    permodalan yang cepat. Dengan kebutuhan ukuran tebar benih yang

    semakin besar, maka usaha perbenihan dapat dilakukan dengan

    segmentasi usaha perbenihan. Ukuran tebar ikan yang semakin besar

    akan mengurangi resiko kematian benih atau meningkatkan rasio

    hidup ikan yang ditebar. Dengan demikian diharapkan hasil panen

  • Perbenihan aKUaKULTUr6 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 7

    akan meningkat.

    Yang tak kalah penting, kebutuhan beragam

    ukuran bibit ikan bakal membuka segmentasi

    usaha pembenihan mulai dari telur menjadi benih,

    kemudian benih menjadi tokolan, bahkan sampai

    tokolan menjadi ukuran siap tebar. Semakin banyak

    segmentasi usaha pembenihan ikan akan semakin

    banyak menyerap tenaga kerja dan mendorong

    perekonomian di kawasan budidaya dan pada

    gilirannya meningkatkan kesejahteraan pembenih

    ikan.

    b. PUsat InDUk Dan benIhGuna memenuhi induk dan benih unggul

    dalam jumlah dan kualitas yang memadai,

    Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB)

    telah menerapkan strategi yang cukup jitu. Yakni,

    pembangunan dan pengembangan pusat induk

    dan benih (Broodstock Center) di beberapa wilayah

    di Indonesia. Baik National Broodstock Center

    (NBC) maupun Regional Broodstock Center (RBC)

    bekerja secara bersama-sama mengumpulkan

    induk dan benih alam dari berbagai lokasi, untuk

    kemudian digunakan memproduksi calon induk

    hasil budidaya melalui serangkaian metode dan

    proses seleksi.

    Adanya pusat induk dan benih ini terbukti

    cukup berhasil untuk komoditas ikan lele, nila,

    udang vaname dan kerapu. Bahkan rumput laut

    Adanya pusat induk dan benih ini terbukti cukup berhasil untuk komoditas ikan lele, nila, udang vaname dan kerapu. Bahkan rumput laut melalui hasil kultur jaringan telah menghasilkan

    bibit rumput laut yang unggul untuk dapat

    dikembangkandi masyarakat.

    DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 7

  • Perbenihan aKUaKULTUr8 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 9

    melalui hasil kultur jaringan telah menghasilkan bibit rumput laut

    yang unggul untuk dapat dikembangkan di masyarakat. Sehingga,

    strategi ini juga akan diterapkan untuk komoditas lain seperti ikan

    patin, gurame, udang windu dan yang lainnya.

    Lalu, untuk menyebarluaskan atau mendistribusikan benih

    unggul secara merata ke masyarakat, maka dikembangkan kawasan

    perbenihan baik benih ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan

    air laut. Sebagai contoh pengembangan telur atau nauplii untuk

    memenuhi kebutuhan telur kerapu dan juga nauplii udang. Kemudian

    didukung dengan PL Center (Post Larva center) dan Benih Centre.

    Pengembangan sentra-sentra ini, selain merupakan implementasi

    dari segmentasi usaha pembenihan juga sekaligus membantu

    distribusi benih unggul kepada masyarakat pembudidaya ikan, baik

    skala kecil maupun skala besar.

    Di lain pihak, Gerakan Penggunaan Induk Unggul (GAUL)

    terus digalakkan untuk mengembangkan usaha budidaya ikan yang

    berkelanjutan (sustainable). Pelaku usaha pembenihan ikan semakin

    diberikan pemahaman bahwa penggunaan induk unggul mutlak

    dilakukan untuk menghasilkan benih berkualitas. Pemenuhan

    kebutuhan bibit berkualitas ini juga terus dilakukan melalui sentra

    benih dan induk unggul yang sudah ada dan dibantu oleh balai-

    balai benih yang tergabung dalam Jejaring Perbenihan Perikanan

    Nasional.

    Sederhananya, untuk memproduksi benih ikan unggul dalam

    jumlah besar diperlukan industri perbenihan. Sedangkan untuk

    mendukung industri perbenihan diperlukan revolusi perbenihan.

    GAUL akan mendukung revolusi perbenihan ini agar penggunaan

    induk ikan unggul semakin masif dan menjadi kebutuhan masyarakat

    pembudidaya ikan secara nasional.

    DJPB bekerja secara bersama-sama mengumpulkan induk dan benih alam dari berbagai lokasi, untuk kemudian digunakan memproduksi calon induk hasil budidaya melalui serangkaian metode dan proses seleksi.

    Perbenihan aKUaKULTUr8

  • Perbenihan aKUaKULTUr10 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 11

    C. Cara PembenIhan Ikan yang baIk (CPIb)

    Direktorat Jenderal Pe-

    ri kanan Budidaya telah mem-

    bangun sebuah model dalam

    upaya meningkatkan daya

    saing industri benih ikan se-

    cara nasional, yakni dengan pe-

    nerapan Cara Pembenihan Ikan

    yang Baik (CPIB). Penerapan

    CPIB ini merupakan syarat mutlak

    dalam menghasilkan benih ung-

    gul dan juga mengelola induk

    unggul. Dengan menerapkan

    CPIB maka benih yang dihasilkan

    merupakan benih berkualitas

    yang akan dapat digunakan oleh

    para pembudidaya yang juga

    harus menerapkan Cara Bu-

    didaya Ikan yang Baik (CBIB).

    Kebijakan CPIB dan CBIB

    ini merupakan integrasi hulu

    dan hilir dalam sistem perikanan

    budidaya nasional yang dikem-

    bangkan DJPB. Input yang ba-

    gus, proses yang sesuai aturan

    akan menghasilkan output yang

    Perbenihan aKUaKULTUr10

  • Perbenihan aKUaKULTUr12 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 13

    induk, pemeriksaan kesehatan ikan, emeriksaan kualitas air, sampai

    dengan panen dan pengemasan, mempunyai data rekaman selama

    proses produksi, dan didampingi satu orang bersertifikat Manager

    Pengendali Mutu (MPM) Perbenihan.

    Di tengah ketatnya persaingan bisnis akuakultur di tingkat

    global dan regional, apalagi memasuki ajang pasar bebas ASEAN

    (Masyarakat Ekonomi ASEAN) tahun 2015, maka Indonesia harus

    mampu swasembada benih dan induk nasional. Hal ini penting selain

    untuk membendung penetrasi produk impor, juga untuk menghindari

    masuknya penyakit dari negara lain. Swasembada benih dan induk ini

    akan mudah dicapai, salah satunya dengan menerapkan CPIB. Jika

    CPIB diterapkan secara masif, maka pada akhirnya, kebutuhan induk

    dan benih berkualitas bakal tercukupi di seluruh Indonesia.

    optimal dengan kualitas yang baik. Sertifikasi CPIB dan tentu CBIB ini

    terus digalakkan untuk meningkatkan daya saing perikanan budidaya

    menyambut persaingan global yang kian ketat. Produksi induk dan

    benih unggul dengan sertifikasi ini tentu juga dimaksudkan untuk

    mendukung semakin bergairahnya usaha budidaya ikan nasional.

    Adapun syarat sertifikasi CPIB, antara lain surat keterangan dari

    desa, lokasi bebas banjir dan cemaran, air tersedia sepanjang tahun

    dan tidak tercemar (dibuktikan dengan hasil analisis laboratorium),

    fasilitas unit lengkap (ada gudang, tempat pengemasan), menerapkan

    biosecurity, pakan bersertifikat, atau melampirkan bahan/formula dan

    menyerahkan sampel apabila menggunakan pakan buatan sendiri,

    induk memiliki Surat Keterangan Asal (SKA), mempunyai Standard

    Operasional Prosedur (SOP) dari pengolahan kolam, pengadaan

  • Perbenihan aKUaKULTUr14 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 15

    TeknologiPeMbenihan2

  • Perbenihan aKUaKULTUr16 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 17

    Karena itu, seleksi induk harus dilakukan secara teliti dan akurat

    berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Pemijahan dapat

    dilakukan secara buatan melalui pemberian rangsangan hormon

    untuk proses pematangan akhir gonad, pengurutan untuk proses

    pengeluaran telur dan pembuahan dengan mencampur sperma dan

    telur. Bahan yang digunakan merangsang ovulasi pada ikan patin yang

    sudah dikenal seperti ovaprim, HCG dan hipofisa ikan mas.

    Di lain pihak, standarisasi perbenihan diperlukan dalam

    rangka penerapan sistem jaminan mutu. Penetapan standar yang

    bertanggung jawab adalah Badan Standarisasi Nasional (BSN) melalui

    proses perumusan standar menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI)

    yang diperlukan sebagai acuan dalam penerapan Cara Pembenihan

    Ikan Yang Baik (CPIB) dan Sistem Mutu Perbenihan.

    a. teknologI PembenIhan I kan aIr tawar

    Penerapan teknologi dalam kegiatan pembenihan ikan

    merupakan jawaban atas berbagai kendala yang dialami oleh para

    pelaku usaha di sektor ini. Berbagai kendala tersebut antara lain bisa

    datang dari musim yang kurang bersahabat, keterbatasan lahan,

    problem genetika, rendahnya produktivitas, ataupun hama dan

    penyakit. Penerapan teknologi dalam usaha pembenihan ini pada

    gilirannya membantu para pembudidaya bibit ikan dalam menjalankan

    kegiatan produksi yang efisien, murah, produktif dan berdaya saing.

    Dalam budidaya ikan air tawar, teknologi seleksi induk

    merupakan langkah awal dalam usaha pembenihan. Langkah ini

    sangat menentukan keberhasilan pembenihan secara keseluruhan.

  • Perbenihan aKUaKULTUr18 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 19

    a-1. InsemInasI bUatan

    Proses inseminasi (pembuahan) buatan dilakukan dengan

    cara mencampur telur dan sperma dengan larutan sodium 0,9%

    dan diaduk secara perlahan menggunakan bulu ayam. Setelah

    diaduk secara merata dan telur terbungkus oleh sperma, langkah

    selanjutnya adalah pencampuran larutan tanah merah yang berguna

    untuk menghilangkan daya rekat telur kemudian diaduk sempurna

    hingga telur tidak menempel satu sama lain. Untuk menghilangkan

    larutan tanah merah pada telur dilakukan beberapa kali pembilasan

    menggunakan air bersih hingga telur bersih sempurna. Telur yang telah

    bersih kemudian siap untuk dimasukan dalam corong penetasan.

    a-2. PemelIharaan larva Dan benIh

    Kegiatan pemeliharaan larva dan benih ikan, misalnya ikan

    patin, sebaiknya dilakukan di dalam ruangan tertutup agar dapat

    dijaga suhu airnya serta menghindari kontaminan yang dapat masuk

    ke dalam media pemeliharaan larva. Wadah pemeliharaan larva dapat

    terdiri dari berbagai macam jenis mulai dari akuarium, bak fiber, bak

    semen maupun bak kayu. Padat tebar larva adalah sekitar 60-80 ekor/

    liter. Larva dipelihara selama 15 hari, dimana larva ikan akan mencapai

    ukuran tiga perempat inchii.

    Kemudian larva ikan diberikan pakan naupli artemia dari umur

    30 jam hingga 7 hari. Pada hari ke-8 hingga ke-15 larva diberi pakan

    cacing sutra. Suhu optimal untuk pemeliharaan larva ikan patin adalah

    antara 29-30 Derajad Celcius. Selama pemeliharaan larva dilakukan

  • Perbenihan aKUaKULTUr20 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 21

    penyiponan sisa pakan dan kotoran secara rutin. Penambahan dan

    pergantian air dapat dilakukan setelah 4 hari pemeliharaan dan

    dilakukan secara rutin minimal setiap 2 hari sekali atau sesuai dengan

    kebutuhan.

    a-3. Pengelolaan Pakan

    Larva ikan patin dapat diberikan pakan berupa nauplius artemia

    setelah berumur 30-35 jam setelah menetas hingga larva berumur 7

    hari. Frekwensi pemberian pakan berupa nauplius artemia sebanyak

    5 kali dengan interval waktu 4 jam sekali. Pada hari ke-2 dan ke-3

    sebaiknya frekwensi pemberian pakan ditingkatkan menjadi 6 kali

    dengan interval waktu 4 jam sekali. Hal ini dikarenakan pada umur

    tersebut tingkat kanibalisme larva tinggi, sedangkan pada hari ke-4

    hingga hari ke-7 frekwensi pemberian pakan kembali diturunkan

    menjadi 5 kali dengan interval waktu 4 jam sekali. Setelah berumur

    lebih dari 7 hari larva diberikan pakan pengganti berupa cacing sutra

    (tubifek). Cacing sutra yang diberikan harus dicincang terlebih dahulu

    karena ukuran bukaan mulut larva yang masih terlalu kecil.

    a-3-1. Cara PemberIan Pakan artemIa

    Cyste artemia ditetaskan dengan cara perendaman dengan air

    laut atau air garam dengan salinitas 20-30 ppt. Selama penetasan cyste

    artemia pada corong penetasan diberikan aerasi kuat agar cyste dapat

    teraduk dan tidak mengumpul di bawah corong penetasan artemia.

    Cyste akan menetas sempurna dan siap untuk dipanen setelah 24-

    28 jam. Cara penen nauplius artemia dengan mematikan aerasi atau

    mengangkat selang aerasi kemudian diamkan selama 10 menit. Setelah

    itu cangkang cyste artemia akan mengapung di permukaan nauplius

    akan mengendap di dasar corong penetasan.

    Pemanenan nauplius artemia adalah dengan mengambil

    cangkang cyste artemia dengan menggunakan seser secara perlahan

    agar tidak te ra duk. Cara lain adalah dengan menyipon nauplius

    artemia dengan se lang kecil secara perlahan. Nauplius artemia

    kemudian disaring dengan menggunakan saringan plankton atau

    dengan kain mori. Setelah artemia disaring, dilakukan pembilasan

    dengan menggunakan air tawar bersih. Nauplius artemia kemudian

    dilarutan dalam air tawar dan ditebar pada media pemeliharaan larva

    secara merata.

    a-3-2. Cara PemberIan Pakan CaCIng sUtra

    Pemberian cacing sutra pada masa peralihan pakan dari nauplius

    artemia ke cacing sutra harus dicincang terlebih dahulu sampai halus.

    Setelah cukup halus menggunakan saringan atau seser halus potongan

    cacing tersebut dibilas dengan air sampai bersih. Potongan cacing

    yang telah bersih dapat ditebarkan pada kolam pemeliharaan larva.

    Dengan pertambahan umur ukuran ikan menjadi lebih besar sehingga

    pemberian pakan cacing sutra tidak harus dicincang halus lagi, tetapi

    cukup langsung diberikan.

    Usaha pembenihan ikan patin cukup menguntungkan karena

    memiliki perputaran produksi yang cukup cepat dimana larva satu

    hari ikan patin sudah bisa terjual di pasaran yang hanya membutuhkan

    waktu kurang lebih satu minggu. Hal ini menyebabkan banyak sekali

    para pembenih melakukan usaha pembenihan ikan patin. Di samping

    itu segmentasi usaha pembenihan ikan patin cukup banyak mulai dari

    larva, benih tiga perempat inchi, benih 1 inchi, benih 1,5 inchi dan

    terakhir benih 2–3 inchi yang digunakan untuk pembesaran.

    Perbenihan aKUaKULTUr20 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 21

  • Perbenihan aKUaKULTUr22 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 23

    b. teknologI PembenIhan Ikan aIr PayaU

    Penerapan teknologi pada budidaya benih ikan air payau

    dicontohkan pada ikan bandeng. Ikan bandeng termasuk dalam

    famili Chanidae (milk fish) yaitu jenis ikan yang mempunyai bentuk

    memanjang, padat, pipih (compress) dan oval. Pembenihan dimulai

    dari seleksi induk yang bertujuan untuk memperbaiki genetik dari

    induk ikan yang akan digunakan. Oleh karena itu dengan melakukan

    seleksi ikan yang benar akan dapat memperbaiki genetik ikan tersebut

    sehingga dapat melakukan pemuliaan ikan. Induk yang unggul akan

    menurunkan sifat-sifatnya kepada keturunannya. Ciri-cirinya antara

    lain bentuk normal, perbandingan panjang dan berat ideal, ukuran

    kepala relatif kecil, di antara satu peranakan pertumbuhannya paling

    cepat, susunan sisik teratur, licin, mengkilat, tidak ada luka, gerakan

    lincah dan normal, dan berumur antara 4-5 tahun.

    Perbenihan aKUaKULTUr22 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 23

  • Perbenihan aKUaKULTUr24 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 25

    b-1. Proses PemIjahan Pada ikan bandeng, pemijahan dapat dilakukan dengan dua cara,

    yaitu:

    1. Pemijahan Alami

    Ukuran bak induk 30-100 ton dengan kedalaman 1,5-3,0 a)

    meter berbentuk bulat dilengkapi aerasi kuat menggunakan

    “diffuser” sampai dasar bak serta ditutup dengan jaring.

    Pergantian air minimal 150 % setiap hari.b)

    Kepadatan tidak lebih dari satu induk per 2-4 m3 air.c)

    Pemijahan umumnya pada malam hari. Induk jantan d)

    mengeluarkan sperma dan induk betina mengeluarkan telur

    sehingga fertilisasi terjadi secara eksternal.

    2. Pemijahan Buatan

    Pemijahan buatan dilakukan melalui rangsangan hormonal. a)

    Hormon berbentuk cair diberikan pada saat induk jantan

    dan betina sudah matang gonad sedang hormon berbentuk

    padat diberikan setiap bulan (implantasi).

    Induk bandeng akan memijah setelah 2-15 kali implantasi b)

    tergantung dari tingkat kematangan gonad. Hormonyang

    digunakan untuk implantasi biasanya LHRH –a dan 17 alpha

    methyltestoterone pada dosis masingmasing 100-200 mikron

    per ekor induk (> 4 Kg beratnya).

    Pemijahan induk betina yang mengandung telur berdiameter c)

    lebih dari 750 mikron atau induk jantan yang mengandung

    sperma tingkat tiga dapat dipercepat dengan penyuntikan

    hormon LHRH-a pada dosis 5.000-10.000 IU per Kg berat

    tubuh.

    Perbenihan aKUaKULTUr24 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 25

  • Perbenihan aKUaKULTUr26 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 27

    b-3. PemelIharaan larva Dan benIh

    Air media pemeliharaan larva yang bebas dari pencemaran,

    suhu 27-310C salinitas 30 ppt, pH 8 dan oksigen 5-7 ppm diisikan ke

    dalam bak tidak kurang dari 100 cm yang sudah dipersiapkan dan

    dilengkapi sistem aerasi dan batu aerasi dipasang dengan jarak antara

    100 cm.

    Larva umur 0-2 hari kebutuhan makanannya masih dipenuhi

    oleh kuning telur sebagai cadangan makanannya. Hari kedua setelah

    ditetaskan diberi pakan alami yaitu chlorella dan rotifera. Masa

    pemeliharaan berlangsung 21-25 hari saat larva sudah berubah

    b-2. Penetasan telUr

    Telur bandeng yang dibuahi berwarna transparan, mengapung

    pada permukaan. Sedangkan yang tidak terbuahi akan tenggelam dan

    berwarna putih keruh. Untuk mempermudah dalam hal pengumpulan

    terus, bak pemijahan dirancang dengan sistem pembuangan air

    permukaan. Selama ini inkubasi telur harus diaerasi dengan cukup

    sehingga telur mencapai tingkat embrio dan sebelum dipindahkan,

    aerasi dihentikan. Setelah telur dipanen dilakukan desinfeksi dalam

    larutan formain selama 10–15 menit untuk mencegah pertumbuhan

    bakteri atau parasit.

    Perbenihan aKUaKULTUr26 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 27

  • Perbenihan aKUaKULTUr28 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 29

    menjadi nener. Pada hari ke nol telur-telur yang tidak menetes,

    cangkang telur larva yang baru menetas perlu disipon sampai hari ke

    8-10 larva dipelihara pada kondisi air stagnan dan setelah hari ke 10

    dilakukan pergantian air 10% meningkat secara ber tahap sampai 100%

    menjelang pa nen. Kepa datan telur yang ditebar pada bak penetasan

    atau pemeliharaan larva yaitu sekitar 12 sampai 20 butir/liter air.

    Untuk menjaga kualitas air media pemeliharaan agar tetap optimal

    bagi pemeliharaan larva ikan bandeng yaitu dengan cara penyiponan,

    pergantian air, dan sirkulasi air. Faktor yang perlu diperhatikan dalam

    pemberian pakan pada larva ikan bandeng antara lain jenis makanan,

    kandungan gizi, jumlah pakan, waktu dan frekuensi serta cara

    pemberian pakan. Pertumbuhan rata-rata panjang larva ikan bandeng

    yang didapatkan yaitu rata-rata 5,0 sampai dengan 16,2 mm dari umur

    1 sampai 25 hari.

    C. teknologI PembenIhan Ikan aIr laUt

    C-1. ProDUksI Calon InDUk UDang vanameI

    Produksi calon induk udang vanamei (Litopenaeus Vannamei)

    dengan sistem resirkulasi tertutup pada bak raceway memiliki

    beberapa manfaat antara lain biosekuriti dan mengurangi resiko

    kontaminasi air dari penyakit dan organisme pembawa penyakit.

    Manfaat lain, sistem ini membuat kestabilan kualitas air lebih terjaga.

    Sistem ini sangat bergantung kepada penggunaan probiotik untuk

    mempertahankan kestabilan parameter kualitas airnya. Probiotik

    diharapkan bisa menekan pertumbuhan bakteri baik dari lingkungan

    maupun dalam saluran pencernaan yang akan membantu dalam

    proses pencernaan dan penyerapan dalam usus sehingga diharapkan

    semua nutrisi bisa terserap dan akan mempercepat pertumbuhan.

    DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 29

  • Perbenihan aKUaKULTUr30 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 31

    menunjukkan performa pertumbuhan selama 240 hari yang optimal:

    nilai pertumbuhan harian (ADG) 0.16 g/hr, bobot akhir 39 g, SR akhir

    29%. Selain itu, penerapan sistem tertutup dengan kualitas air yang

    stabil: pH, salinitas, TAN, alkalinitas dan bahan organik dan penerapan

    biosekuriti standar baku terbukti menjamin kualitas bebas virus calon

    induk dari virus: WSSV, TSV, IMNV, dan IHHNV.

    C-2. ProDUksI PenggelonDongan keraPU tIkUs

    Model sistem resirkulasi tertutup pada produksi

    penggelondongan kerapu tikus (Cromileptes Altivelis) memiliki

    tujuan terkait tingkat kelangsungan hidup (SR) lebih besar dari

    50%. Sasarannya adalah mendapatkan model yang efektif dalam

    memproduksi benih kerapu tikus. Bahan yang digunakan adalah

    benih kerapu tikus, pakan pendederan, probiotik dan vitamin C serta

    menggunakan alat bak larva kapasitas 1,5 meter

    kubik, protein skimmer, ultra violet, dan

    pompa air laut.

    Pada perekayasaan ini

    parameter yang diamati adalah

    kinerja kultur yang optimal dari

    model sistem resirkulasi yang

    meliputi tingkat kehidupan

    (survival rate), pertumbuhan

    benih yang tinggi dan

    kualitas air yang

    Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan calon induk siap pijah

    dengan berat ♀: 30-35 gram ♂: 25-30 gram.

    Breeding Program (program pembenihan) yang dilakukan

    pada tahap awal ini adalah melakukan cross breeding (kawin silang)

    dan selektif breeding yang menerapkan seleksi individu. Dengan

    data-data yang diperoleh dari hasil perekayasaan maupun hasil uji

    multi lokasi di beberapa tempat, diperoleh data bahwa induk udang

    vanamei yang dihasilkan oleh Tim Pemulia Broodstock Center

    Udang Vanamei Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo ini

    dapat menjadi induk alternatif sebagai pengganti induk vanamei

    impor dan dapat menurunkan biaya produksi karena harganya jauh

    lebih murah.

    Hasil kegiatan rekayasa breeding program induk udang vanamei

    telah menghasilkan satu varietas udang vanamei unggul yang

    baru dan telah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada

    tanggal 23 Oktober 2009. Salah satu bagian penting dalam proses

    tersebut adalah proses pemeliharaan calon induk itu sendiri dalam

    bentuk perbanyakan (multiplikasi) dengan menggunakan teknologi

    resirkulasi tertutup pada bak raceway.

    Sistem resirkulasi tertutup pada bak raceaway menggunakan

    prinsip biosecurity yang ketat untuk mencegah masuknya patogen.

    Yang menjadi subjek pada sistem ini adalah benur PL10 sebanyak 180

    ribu ekor dengan menggunakan bahan yaitu pakan, probiotik, kapur

    (CaCo2), kaporit, air laut, air tawar dan vitamin C. Metodologi yang

    digunakan adalah manajemen air, manajemen pakan, manajemen

    kesehatan, dan aplikasi probiotik.

    Berdasarkan data diketahui bahwa pada pemeliharaan

    calon induk udang vanamei dengan sistem resirkulasi tertutup

  • Perbenihan aKUaKULTUr32 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 33

    mendukung kehidupan benih selama perekayasaan berlangsung.

    Secara keseluruhan penggunaan model sistem resirkulasi tertutup

    berpengaruh positif terhadap survival rate dan pertumbuhan

    benih ikan kerapu tikus. Sistem resirkulasi menunjukan kestabilan

    kualitas air terutama kadar amoniak, nitrit, pH dan kadar oksigen,

    dari analisa kandungan bakteri vibrio didapatkan data bahwa

    penggunaan probiotik pada pemeliharaan larva kerapu tikus

    berdampak positif.

    Kandungan bakteri vibrio pada media pemeliharaan tiap

    uji coba dapat tertekan dengan penambahan bakteri probiotik.

    Semakin tinggi konsentrasi probiotik yang diberikan, kandungan

    bakteri vibrio dalam media pemeliharaan semakin rendah. Kualitas

    air dan kandungan bakteri selama perekayasaan berlangsung.

    Kualitas air media pemeliharaan sangat berperan dalam

    menunjang keberhasilan produksi benih kerapu tikus. Kualitas air

    yang berperan terhadap kelangsungan hidup pada pertumbuhan

    ikan kerapu tikus meliputi suhu air, oksigen terlarut, kadar garam,

    pH air, amonia, dan nitrit.

    Yang sangat berperan dan memerlukan perhatian khusus

    dalam perekayaan model ini adalah suhu, oksigen terlarut, derajat

    keasaman (pH), kandungan amonia dalam air, pertumbuhan dan

    tingkat kelangsungan hidup (SR). Dalam perekayasaan model ini

    didapatkan :

    Telah meningkatkan SR sampai 91,20 % - 92,50 %1)

    Penggunaan probiotik berpengaruh positif dalam pemeliharaan 2)

    benih kerapu tikus yaitu dapat meningkatkan kualitas air media

    pemeliharaan.

    Bakteri probiotik dapat menekan populasi bakteri vibrio dalam 3)

    media pemeliharaan larva kerapu tikus.

    Perbenihan aKUaKULTUr32 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 33

  • Perbenihan aKUaKULTUr34 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 35

    Teknologi resirkulasi tertutup pada bak raceway Teknologi resirkulasi tertutup pada bak raceway

    Perbenihan aKUaKULTUr34 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 35

  • Perbenihan aKUaKULTUr36 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 37

    Pembibittan rumput laut

    Perbenihan aKUaKULTUr36 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 37

  • Perbenihan aKUaKULTUr38 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 39

    D. teknologI PembIbItan rUmPUt laUt

    D-1. kUltUr jarIngan

    Tahapan Kultur Jaringan Rumput Laut:

    Aklimatisasi indukan rumput laut di rumah kaca. 1)

    Aklimatisasi ini dilakukan selama 1-2 minggu,

    dalam aquarium dengan sistem resirkulasi

    selama 1-2 minggu. Tujuan dari aklimatisasi ini

    adalah untuk mengadaptasikan induk rumput

    laut yang akan digunakan sebagai eksplan

    dengan lingkungan yang baru, juga untuk

    memisahkan induk dari kotoran yang dibawa

    dari habitat asal.

    Aklimatisasi indukan rumput laut di 2)

    laboratorium. Rumput laut yang dikulturkan

    pada media air laut steril di laboratorium.

    Thallus dipilih yang masih muda, yaitu berwarna

    hijau/coklat muda, bersih dari kotoran dan

    epiphyt. Kultur rumput laut tersebut disimpan

    pada rak kultur yang diberi penyinaran lampu

    TL dengan intensitas cahaya 1500 lux. Lamanya

    penyinaran diatur 12 jam menyala dan 12 jam

    padam. Temperatur ruangan diatur antara 22-

    25ºc dengan menggunakan AC. Media air laut

    di ganti seminggu sekali dengan yang baru.

    Aklimatisasi ini tidak perlu dilakukan apabila

    aklimatisasi di rumah kaca dirasa sudah cukup.

    DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 39

  • Perbenihan aKUaKULTUr40 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 41

    Pemeliharaan eksplan dimedia padat. Eksplan ditanam di media 1)

    agar yang telah diberi pupuk dan zat pengatur tumbuh. Setelah 2-4

    bulan akan muncul kalus yang berupa serabut-serabut menyerupai

    jamur yang disebut filamentaous callus. Penggantian media

    dilakukan setiap 2 bulan. Selama masa penanaman, lampu tidak

    dinyalakan.

    Pemeliharaan eksplan di media cair. Gumpalan kalus-kalus yang 2)

    muncul kemudian dipisahkan dari eksplan/thalus. Dengan cara

    diiris tipis kemudian disub kultur dimedia padat selama 2 bulan.

    Setelah menunjukkan terjadi pertumbuhan kalus embriogenik

    (ciri-ciri kalus embriogenik adalah berwarna hijau atau hijau

    kecoklatan, kalus remah mudah terpisah-pisah) disubkultur dalam

    media cair yang telah diberi pupuk pes dan dishaker.

    Sterilisasi eksplan rumput laut. Proses sterilisasi yang harus 3)

    dilakukan adalah sebagai berikut:

    Pemilihan dan pembersihan eksplan thallus rumput laut a)

    kotoni.

    Perendaman dalam larutan sabun;b)

    Perendaman dalam betadin;c)

    Perendaman dalam media antibiotik sambil dishaker sekitar 40 d)

    - 48 jam;

    Penanaman di media kultur untuk diamati kondisi eksplan e)

    setelah sterilisasi dan persentase kontaminasi.

    Selanjutnya dilakukan proses penanaman eksplan ke media PES

    padat, dengan tahapan sebagai berikut:

  • Perbenihan aKUaKULTUr42 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 43

    Gambar 1. Kultur dalam Media PES cair dan dishaker

    Pada tahap ini muncul mikropopagul yang ditandai dengan

    penebalan warna kalus, muncul titik-titik berwarna hijau tua atau

    coklat tua, berbentuk oval atau bulat. Setelah dua bulan di media pes

    cair, mikropropagule telah mengalami germinasi dimana selain telah

    terbentuk “holdfast”,mikropropagul mulai membentuk tunas thalus

    dengan panjang 2-5 mm. Percabangan pertama dari thalus mulai

    terjadi setelah 3 bulan di media pes cair. Penggantian media dilakukan

    1 bulan sekali.

    Mikropropagul di media pes cair yang ditempatkan pada rotary

    shaker, disubkultur ke botol ukuran 1 liter berisi 500 – 1000 ml media

    pes cair. Kultur diberi aerasi dengan menggunakan aerator. Media

    diganti dengan media yang baru seminggu sekali.

    Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menumbuhkan

    mikropropagul yang dihasil kan dari tahap sebelumnya menjadi

    propagul atau thallus muda yang siap diaklimatisasi, dimana ukuran

    panjang thalus antara 3-5 cm.

  • Perbenihan aKUaKULTUr44 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 45

    aklImatIsasI rUmPUt laUt

    Proses ini bertujuan untuk mengadap tasikan plantlet dari in vitro

    ke lingkungan baru yaitu akuarium yang disimpan di dalam rumah

    kaca. Dengan sistim resirkulasi, air laut dalam akuarium dialirkan ke

    wadah filter yang terdiri dari lapisan kapas, arang aktif, karang dan

    arang aktif, kemudian air dialirkan kembali dengan menggunakan

    pompa dan pipa PVC ke akuarium tempat pemeliharaan rumput laut.

    Akuarium juga dilengkapi de ngan aerator, dan pompa untuk membuat

    arus buatan.

    Gambar 2. Aklimatisasi rumput laut muda di rumah kaca

    D-2. vegetatIf

    Kultivasi secara vegetatif dapat menjamin preservasi dan

    ketersediaan bibit. Bibit harus dipilih yang segar, Warna cerah, talus

    keras, kenyal dan tidak layu. Bibit dipilih dari ujung talus yang masih

    muda, bersih dari segala kotoran yang menempel.Yang diambil adalah

    bagian ujung-ujungnya dan dipotong kira-kira sepanjang 10 – 20

    cm. Dipilih bagian ujung tanaman karena bagian ini terdiri dari sel

    dan jaringan muda sehingga akan memberikan pertumbuhan yang

    optimal.

    PenImbangan rUmPUt laUt

    Dalam waktu 6 minggu, mikropropagul berkembang menjadi

    propagul atau thalus muda. Perkembangan mikropropagul ditan dai

    dengan meningkatnya panjang thalus hingga mencapai panjang 10-

    15 mm, begitu pula diameter thalus menjadi lebih besar mencapai

    1.5 mm. Laju pertumbuhan harian propagule selama 6 minggu dalam

    kultur beraerasi mencapai 4.76 ± 0.58 % (rata-rata ± std.dev).

  • Perbenihan aKUaKULTUr46 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 47

    Gambar 3. Euheuma cottoni, Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottoni (sakul)

    Syarat bibit unggul rumput laut metoda vegetatif memiliki kriteria

    sebagai berikut:

    Memiliki a) thallus bercabang banyak, rimbun dan runcing.

    Thallusb) rumput laut secara morfologi sehat, bersih, segar dan

    berwarna merah.

    Bibit awal harus berumur antara 25 - 30 hari (untuk kotonic) ) dan 20

    - 30 hari (untuk gracilaria).

    Berat bibit antara 50 – 100 gr per rumpun, sebanyak 500 – 1.000 kg.d)

    Thalluse) tidak berlendir, tidak rusak, tidak patah dan tidak berbau

    busuk pada saat akan dilakukan penanaman awal (untuk rumput

    laut cotonii). Batang thallus silindris, bersih, segar, keras, tidak

    berlendir, tidak berbau amis dan tidak pucat (untuk rumput laut

    graciliaria).

    Thallusf) rumput laut bebas dari penyakit (bercak-bercak putih dan

    terkelupas) dan biofouling (organism penempel).

    Pangkal g) thallus sebaiknya tidak dijadikan bibit untuk diseleksi.

    Pemotongan h) thallus sebaiknya menggunakan pisau yang tajam

    agar struktur thallus tidak rusak.

    Bentuk i) thallus proporsional antara besar dan panjangnya.

    Bibit dengan percabangan banyak dan tumbuh memusat dari satu j)

    bagian pangkal dan menyebar.

    Bibit harus seragam dan tidak tercampur dengan jenis lain.k)

  • Perbenihan aKUaKULTUr48 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 49

    Pengikatan bibitrumput laut

    Perbenihan aKUaKULTUr48 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 49

  • Perbenihan aKUaKULTUr50 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 51

    e. teknologI PenyeDIaan Pakan benIh

    e-1. Pakan alamI/CaCIng sUtraUsaha pembenihan ikan kini semakin berkembang di

    masyarakat. Seiring dengan itu kebutuhan pakan alami cacing sutra

    cukup besar sehingga tidak dapat dipenuhi dari tangkapan alam.

    Pembenih ikan lele dan ikan gurame di Yogyakarta, misalnya, setiap

    harinya membutuhkan pakan alami cacing sutra sebesar 500-600

    liter/hari. Melihat potensi tanah di Dusun Gancahan yang secara

    alami bisa menghasilkan cacing pada beberapa tempat, maka Asosiasi

    Cacing Sutra Yogyakarta (ACY) melalukan kegiatan yang bermanfaat

    dimasyarakat yaitu budidaya cacing sutra dimana produksi yang dapat

    dihasilkan oleh asosiasi sebanyak 125-150 liter/hari.

    Usaha ini diharapkan dapat memenuhi ketersediaan pakan

    alami bagi pembenihan lele dan gurame sepanjang tahun mengingat

    kondisi saat ini pakan tersebut hanya dapat terpenuhi pada saat

    Usaha budidaya cacing sutra ini diharapkan

    dapat memenuhi ketersediaan pakan

    alami bagi pembenihan lele dan gurame sepanjang tahun

    mengingat kondisi saat ini pakan tersebut hanya

    dapat terpenuhi pada saat musim kemarau yang ditangkap atau

    dikumpulkan dari daerah pinggiran aliran sungai.

    DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 51

  • Perbenihan aKUaKULTUr52 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 53

    di Gancahan VII, Sidomulyo,

    Godean, Sleman, Yoyakarta.

    Lahan yang digunakan untuk

    membudidayakan pakan alami

    cacing sutra seluas 10.500

    meter persegi dan dipasarkan

    dengan harga Rp 12.000,-/liter.

    Fasilitas yang digunakan

    terdiri dari kolam permanen (terpal)

    3 meter x 5 meter sebanyak 6 kolam sebagai tandon

    air. Pemupukan kolam dengan pupuk organik kering dari kotoran ayam

    atau burung puyuh (fermentasi) dan diisi air dari sumur bor selama

    2-3 hari. Kemudian diberikan tetes tebu sebanyak 4 liter sambil air

    dari kolam dialirkan lahan budidaya secara perlahan. Budidaya cacing

    sutra pada luasan 300 meter persegi menghasilkan panen sebanyak 4-7

    liter/hari, sehingga dari lahan 1 hektar baru dapat menghasilkan 125-

    150 liter/hari. Pemanenan dilakukan setiap hari pada pagi hari dan

    dipanen secara langsung pada tanah yang tampak banyak cacingnya,

    kemudian dibiarkan selama 2 jam pada ember plastik agar cacing

    terpisah dari substratnya (tanah yang menempel). Setelah bersih

    cacing ditempatkan pada akuarium dengan aerasi (gambar) dan siap

    dipasarkan.

    e-2. Pakan bUatan/Pasta

    Larva /benih ikan memiliki sistem percernaan yang berbeda

    dengan ikan dewasa. Sistem percenakan benih ikan terbangun

    secara bertahap sesuai dengan umur, dimulai semenjak yolkegg

    habis dikonsumsi. Kondisi besarnya yolkegg berbeda dari satu

    musim kemarau yang ditangkap atau dikumpulkan dari daerah

    pinggiran aliran sungai. Pada saat musim hujan, cacing sutra hilang

    terbawa arus aliran sungai. Dengan berjalannya budidaya pakan alami

    untuk larva/benih ikan ini maka dapat memenuhi kebutuhan tanpa

    ketidaktergantungan pada pabrik pakan sekaligus mendapatkan

    keuntungan akan pakan murah dan berkualitas baik.

    ACY telah memproduksi dengan kapasitas produksi mencapai

    2 ton/hari dan mampu memenuhi kebutuhan pakan ikan alami

    untuk keperluan 63 kelompok pembenih ikan lele dan gurame.

    ACY beranggotakan sebanyak 45 orang yang berasal dari kota

    Yogyakarta, kabupaten Kulon Progo, Sleman dan Bantul, berlokasi

  • Perbenihan aKUaKULTUr54 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 55

    Alur pembuatan secara massal pakan pasta untuk larva/benih

    ikan sebagai berikut:

    jenis ikan ke ikan lain dan kecepatan perkembangan larva (embrio)

    sangat dipengaruhi oleh temperatur air dan waktu. Perbedaan

    sistem pencernakan ini menuntun ikan untuk mencari makanan

    sesuai dengan kebutuhannya dan dituntun oleh insting akan

    kebutuhan makan. Larva ikan cenderung memakan makanan alami

    (phytoplankton, zooplankton) yang kaya akan enzyme merupakan

    selective feeding secara alami.

    Untuk memenuhi pakan benih dapat dilakukan dengan

    pemberian pakan berupa pasta. Komposisi pakan buatan berupa pasta

    didasarkan pada formulasi pakan larva dimana partikel penyusun diet

    memiliki ukuran penyusun partikel yang halus dan mudah dicerna.

    Komposisi diet terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, asam amino,

    asam lemak, vitamin dan mineral yang disesuaikan dengan kebutuhan

    serta memiliki attractibility yang dikenal oleh indra larva/benih.

    komPosIsI Pakan Pasta

    no BAhAn inTi BAhAn TAMBAhAn

    1 Telur Bebek Vit C

    2 Telur Ayam ras Vit B12

    3 gandum Vit Ad

    4 Susu Skim Microalgae

    5 Potato powder Attractant

    6 Tepung kedelai Enzyme

    7 Backing powder na-benzoat

    8 Air Mineral mix

    Gambar 5. Kemasan pakan pasta untuk larva/benih

  • Perbenihan aKUaKULTUr56 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 57

    bibiTUnggUl3

  • Perbenihan aKUaKULTUr58 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 59

    a. ProDUksI benIh UnggUl

    Produksi benih ikan menjadi salah satu pilar industrialisasi

    perikanan budidaya nasional. Melonjaknya produksi benih ikan air

    tawar, ikan air payau dan ikan air laut menjadi prestasi di tingkat hulu

    sektor perikanan budidaya (akuakultur). Juga, besarnya produktivitas

    benih ini menjadi indikator positif bagi peningkatan produksi ikan

    konsumsi yang pada gilirannya turut mendongkrak kesejahteraan

    masyarakat, khususnya para pelaku usaha perikanan, baik skala besar

    maupun skala kecil.

    Keberadaan benih unggul di Indonesia tidak hanya terus

    meningkat belakangan ini. Namun, capaiannya secara komulatif

    melebihi target yang dicanangkan. Contohnya, pada tahun 2013,

    secara akumulatif, produktivitas benih nasional 92,18 miliar ekor, jauh

    lebih besar dari target yang dipatok sebesar 60,7 miliar ekor. Capaian

    angka produksi benih 92,18 miliar ekor ini setara dengan 151,86% dari

    target indikator kinerja jumlah benih dengan mutu terjamin sepanjang

    2013.

    tahUn 2012 tahUn 2013

    92

    .18

    1.9

    2287.258.199

    Gambar 1.Realisasi Produksi Benih Tahun 2012-2013

    Perbenihan aKUaKULTUr58 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 59

  • Perbenihan aKUaKULTUr60 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 61

    a-1. benIh PatIn

    Kendati secara akumulatif produksi benih ikan nasional

    meningkat tajam, namun khusus untuk produksi benih ikan

    patin memang mengalami pasang surut. Capaian produksi benih

    patin dari tahun 2012 hingga 2013 mengalami penurunan yang

    cukup signifikan yaitu pada tahun 2012 capaian produksi benih

    patin sebesar 284,50% dan ditahun 2013 mengalami penurunan

    mencapai 59,057%. Capaian produksi benih patin sebesar 816.768

    ribu ekor dari jumlah 2.312.946 ribu ekor di tahun 2012.

    tahUn 2012 tahUn 2013

    2.3

    21

    .94

    6 81

    6.7

    68

    Gambar 2.Realisasi Produksi Benih Ikan Patin Tahun 2012-2013

    Perbenihan aKUaKULTUr60 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 61

  • Perbenihan aKUaKULTUr62 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 63

    tahUn 2012 tahUn 2013

    11.502.620.000

    20

    .11

    0.9

    79

    .00

    0

    Gambar 3.Realisasi Produksi Benih Ikan Lele Tahun 2012-2013

    a-2. benIh leleCapaian produksi benih ikan lele jika dilihat dari prosentase

    tahun 2012 - 2013 mengalami kenaikan yaitu tahun 2012 memiliki

    capaian sebesar 298,77% dan tahun 2013 sebesar 348,45% dari

    target. Dilihat dari jumlah benih yang diproduksi mengalami

    peningkatan dari 11,50 miliar ekor di tahun 2012 menjadi 20,11

    miliar ekor di tahun 2013.

    Perbenihan aKUaKULTUr62 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 63

  • Perbenihan aKUaKULTUr64 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 65

    a-3. benIh nIla

    Produksi benih nila dari tahun 2012 hingga 2013 mengalami

    penurunan yaitu pada tahun 2012 didapatkan capaian sebesar

    342,59% dan di tahun 2013 didapatkan capaian sebesar 279,46%.

    Sedangkan jumlah benih yang diproduksi mengalami peningkatan

    dari 14,23 miliar ekor di tahun 2012 menjadi 15,09 miliar ekor di

    tahun 2013.

    tahUn 2012 tahUn 2013

    15

    .09

    3.7

    20

    .00

    0

    14

    .23

    4.7

    88

    .00

    0

    Gambar 4.Realisasi Produksi Benih Ikan Nila Tahun 2012-2013

    Perbenihan aKUaKULTUr64 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 65

  • Perbenihan aKUaKULTUr66 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 67

    a-4. benIh mas

    Capaian produksi benih ikan mas mengalami penurunan

    produksi benih yang cukup signifikan yaitu pada tahun 2012

    memiliki angka capaian sebesar 1.392,09% dan tahun 2012 menurun

    menjadi 728,86%. Sedangkan capaian produksi benih ikan mas

    tahun 2012 sudah mencapai 20.881.349 ribu ekor menurun menjadi

    11.843.390 ribu ekor.

    tahUn 2012 tahUn 2013

    20

    .88

    1.3

    49

    11.843.390

    Gambar 5.Realisasi Produksi Benih Ikan Mas Tahun 2012-2013

    Perbenihan aKUaKULTUr66 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 67

  • Perbenihan aKUaKULTUr68 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 69

    a-5. benIh gUrame

    Produksi benih gurame tahun 2012 - 2013 menunjukkan

    kinerja yang sangat bagus. Pada tahun 2012 produksi mencapai

    698.468 ribu ekor atau sebesar 629,25% dari tahun sebelumnya.

    Realisasi produksi benih gurame mengalami peningkatan pada

    tahun 2013 sebesar 1.254.683 ribu ekor atau sebesar 1.081,62% dari

    dibanding tahun sebelumnya.

    tahUn 2012 tahUn 2013

    1.2

    54

    .68

    3

    69

    8.4

    68

    Gambar 6.Realisasi Produksi Ikan Gurame Tahun 2012-2013

    Perbenihan aKUaKULTUr68 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 69

  • Perbenihan aKUaKULTUr70 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 71

    a-6. benIh banDeng

    Realisasi dan capaian produksi benih ikan bandeng dari

    tahun 2012–2013 telah mengalami peningkatan, dimana pada

    tahun 2012 mencapai sebesar 103,07% dan meningkat sebesar

    135,81% di tahun 2013. Realisasi produksi benih pada tahun 2013

    sebesar 2,5 miliar ekor di tahun 2012 dan meningkat sebesar 4,1

    miliar ekor ditahun 2013.

    tahUn 2012 tahUn 2013

    4.1

    01

    .72

    3.0

    00

    2.5

    94

    .47

    5.0

    00

    Gambar 7.Realisasi Produksi Ikan Bandeng Tahun 2012-2013

    Perbenihan aKUaKULTUr70 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 71

  • Perbenihan aKUaKULTUr72 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 73

    tahUn 2012 tahUn 2013

    8.8

    95

    .53

    2

    Gambar 8.Realisasi Produksi Benih Udang windu Tahun 2012-2013

    7.3

    99

    .95

    5

    a-7. benIh UDang wInDU

    Produksi benih udang windu pada tahun 2012 sebesar

    8.895.532 ribu ekor dengan persentase 103,07% dari target,

    menurun pada 2013 mencapai sebesar 7.399.955 ribu ekor dengan

    persentase 78,05% dari target. Sedangkan capaian benih udang

    windu pada tahun 2013 sebesar 7.399.955 ribu ekor.

    Perbenihan aKUaKULTUr72 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 73

  • Perbenihan aKUaKULTUr74 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 75

    a-8. benIh UDang vanameI

    Capaian produksi benih jika dilihat dari prosentase tahun

    2012-2013 mengalami peningkatan yaitu tahun 2012 memiliki

    capaian sebesar 88,59% dan pada tahun 2013 mencapai 109,37%.

    Sedangkan realisasi produksi benih untuk tahun 2012 ke tahun

    2013 juga mengalami peningkatan dari 21,59 miliar ekor pada

    tahun 2012 menjadi 31,37 miliar ekor pada tahun 2013.

    tahUn 2012 tahUn 2013

    21

    .59

    3.9

    71

    .00

    0

    31

    .37

    4.8

    03

    .00

    0

    Gambar 9.Realisasi Produksi Benih Udang Vanamei Tahun 2012-2013

    Perbenihan aKUaKULTUr74 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 75

  • Perbenihan aKUaKULTUr76 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 77

    a-9. benIh kakaP

    Produksi benih kakap tahun 2012 sebesar 16.112.000 ekor,

    meningkat pada tahun 2013 menjadi 163.502.000 ekor, sedangkan

    capaian produksi benih kakap sampai dengan bulan Desember

    tahun 2013 sebesar 908,34%.

    tahUn 2012 tahUn 2013

    16

    3.5

    02

    .00

    0

    16

    .11

    2.0

    00

    Gambar 10.Realisasi Produksi Benih Ikan Kakap Tahun 2012-2013

    Perbenihan aKUaKULTUr76 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 77

  • Perbenihan aKUaKULTUr78 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 79

    a-10. benIh keraPU

    Capaian produksi benih ikan kerapu tahun 2012 sebesar

    18.221.000 ekor, dan pada tahun 2013 sebesar 20.467.000 ekor.

    Sedangkan produksi benih ikan kerapu tahun 2013 sudah mancapai

    55,31%. Pencapaian produksi benih kerapu pada tahun 2012-2013

    mengalami penurunan.

    tahUn 2012 tahUn 2013

    18

    .22

    1.0

    00

    20

    .46

    7.0

    00

    Gambar 11.Realisasi Produksi Benih Ikan Kerapu Tahun 2012-2013

    Perbenihan aKUaKULTUr78 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 79

  • Perbenihan aKUaKULTUr80 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 81

    oleh Unit-Unit Pembenihan untuk proses pembesaran menjadi ikan

    konsumsi dengan cara pengiriman benih dari suatu wilayah ke wilayah

    lain. Pendistribusian benih dari pusat benih bermutu masing-masing

    komoditas adalah sebagai berikut;

    Produksi benih ikan mas dari Jawa Barat didistribusikan ke Provinsi 1)

    Jambi, sedangkan yang berasal dari Jawa Timur didistribusikan ke

    Bali dan Kalimantan.

    Produksi benih ikan nila asal Jawa Barat didistribusikan ke Banten, 2)

    Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Sedangkan benih dari Jawa

    Timur didistribusikan ke Bali dan Kalimantan.

    Produksi benih ikan gurame dari Jawa Tengan didistribusikan 3)

    ke Jawa Barat dan Jawa Timur, sedangkan benih dari Jawa Barat

    didistribusikan ke Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara,

    Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan

    Sulawesi Utara.

    Produksi benih ikan lele asal Jawa Timur didistribusikan ke Bali, 4)

    Kalimantan dan Palu. Sedangkan untuk daerah asal Jawa Barat

    didistribusikan ke Banten.

    Produksi benih ikan patin dari Jambi didistribusikan ke Riau dan 5)

    Sumatera Selatan. Sedangkan benih ikan patin asal Jawa Barat

    didistribusikan ke Jambi, Sumatera Selatan, Riau, Jawa Tengah dan

    DI Yogyakarta.

    C. PUsat benIh UnggUlDemi mendukung pemenuhan dan pemerataan benih bermutu,

    Direktorat Perbenihan DJPB mengembangkan pusat-pusat benih

    induk unggul, baik ikan air tawar, ikan air payau, maupun ikan air

    laut. Untuk ikan air tawar, pusat-pusat benih yang dibudidayakan

    Sebagai catatan, pencapaian target produksi benih bandeng

    pada 2013 silam didukung melalui beberapa kegiatan Direktorat

    Perbenihan DJPB antara lain:

    Produksi induk unggul (pelepasan penilaian varietas unggul, a)

    sosialisasi protokol induk, workshop jaringan pemuliaan dan

    produksi induk, penyusunan draft peraturan permen tentang

    penilaian pelepasan ikan, pembinaan dan pengembangan jaringan

    produksi dan distribusi induk unggul, bantuan paket sarana

    perbenihan).

    Jumlah benih dengan mutu terjamin (forum perbenihan skala kecil, b)

    koordinasi industrialisasi bandeng, penyusunan buku pembinaan

    skala kecil, bantuan paket sarana perbenihan, temu koordinasi

    perbenihan skala besar UPTD dan swasta, forum perbenihan,

    peningkatan kerja UPTD, pembinaan perbenihan skala kecil ikan

    air payau laut).

    Pembenihan yang bersertifikat (harmonisasi dan standardisasi c)

    CPIB).

    Jumlah data informasi dan distribusi perbenihan (updating d)

    dan pengisian data perbenihan, apresiasi dan pengawasan data

    distribusi perbenihan, peningkatan evaluasi data perbenihan

    daerah industrialisasi, penyusunan buku data produksi dan

    distribusi perbenihan, penyusunan buku peta).

    b. DIstrIbUsI benIh UnggUl

    Produksi benih bermutu atau benih unggul diperoleh dari Pusat-

    Pusat Benih Bermutu yang sudah ditetapkan oleh Menteri Kelautan

    dan Perikanan Republik Indonesia. Benih bermutu dibutuhkan

  • Perbenihan aKUaKULTUr82 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 83

    merupakan komoditas unggulan adalah ikan nila, lele, mas, gurame,

    dan patin. Sementara untuk ikan air payau atau ikan air laut, pusat-

    pusat benih yang dikembangkan mencakup komoditas ikan kakap,

    bandeng, udang windu serta udang vanname.

    Benih yang dihasilkan melalui proses produksi yang baik dan

    benar dicirikan oleh beberapa karakteristik, antara lain pertumbuhan

    cepat, seragam, sintasan tinggi, adaptif terhadap lingkungan

    pembesaran, bebas terhadap parasit dan tahan terhadap penyakit,

    efisien dalam menggunakan pakan serta tidak mengandung residu

    bahan kimia dan obat-obatan yang dapat merugikan bagi manusia

    dan lingkungan.

    Perbenihan aKUaKULTUr82 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 83

  • Perbenihan aKUaKULTUr84 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 85

    indUkUnggUl4

  • Perbenihan aKUaKULTUr86 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 87

    a. ProDUksI InDUk UnggUl

    Direktorat Perbenihan terus mengembangkan inovasi teknologi

    dalam rangka menciptakan induk-induk unggul dengan proses

    pemuliaan, domestikasi, introduksi dan rekayasa genetika. Hal ini

    tentu dilakukan untuk mendukung upaya menyediakan induk unggul

    yang mencukupi dan berkesinambungan. Produksi induk unggul

    dilakukan oleh Broadstock Center yang tersebar di beberapa daerah.

    Hasil dari pemuliaan tersebut berupa induk-induk ikan unggul dari

    beberapa jenis.

    Program pengelolaan induk ikan dilaksanakan melalui beberapa

    kegiatan operasional, yaitu:

    Identifikasi potensi sumberdaya induk dan benih.a)

    Penilaian pelepasan jenis dan/atau varietas ikan unggul.b)

    Percepatan operasionalisasi dan produksi serta distribusi induk c)

    unggul pada pusat induk dalam jaringan perbenihan.

    Penyediaan induk unggul serta mendorong pendistribusian induk d)

    unggul kepada seluruh stakeholder (pemangku kepentingan),

    melalui Gerakan Penggunaan Induk Ikan Unggul (GAUL).

    Penyusunan regulasi dan perbanyakan protokol induk ikan e)

    unggul.

  • Perbenihan aKUaKULTUr88 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 89

    Pembangunan /pengembangan Balai Benih Ikan (BBI) air tawar di a)

    provinsi/kabupaten/kota, baik melalui Dekon maupun DAK hingga

    saat ini 60% dari 660 unit BBI operasional.

    Pembangunan/pengembangan Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) b)

    dan Balai Benih Udang (BBU) di provinsi/kabupaten/kota melalui

    Dekon dan DAK, sebanyak 31 BBIP, yang terdiri dari 27 BBIP

    Provinsi dan 4 BBIP Kabupaten, BBU 35 buah, yang terdiri dari 13

    BBU Provinsi dan 22 BBU Kabupaten.

    Pembenihan swasta, khususnya hatchery udang, saat ini ada 23 c)

    unit hatchery swasta di 12 provinsi yang masih operasional. Kondisi

    perbenihan udang swasta belum optimal seperti masa sebelumnya,

    namun dengan keberhasilan pengembangan induk udang unggul

    nasional udang vaname Nusantara-1 dan udang vaname Global-

    gen dari swasta (PT. Komindo), usaha pembenihan udang nasional

    Tabel 1. Produksi Induk Ikan Nasional Tahun 2013

    NO KOMODITAS JUMLAH

    1 Mas 393.054

    2 Nila 6.518.969

    3 Lele 9.442.984

    4 Gurame 105.583

    5 Patin 513.713

    6 Bandeng 7.802

    7 Kerapu 3.742

    8 Kakap 5.080

    9 U.Windu 259.793

    10 U.Vaname 2.549.019

    11 U.Galah 105.956

    12 Lainnya 212.978

    Jumlah 20.118.673

    b. DIstrIbUsI InDUk UnggUlInduk unggul diperlukan untuk memenuhi sasaran produksi

    perikanan budidaya. Keberadaan induk unggul jelas akan mendukung

    terlaksananya industri perbenihan secara masif dan berkualitas. Hal

    inilah yang sejalan dengan revolusi perbenihan. Revolusi perbenihan

    diwujudkan dalam bentuk peremajaan induk unggul di masyarakat,

    yakni pergantian induk-induk unggul yang telah tua dan kurang

    produktif dengan induk-induk unggul yang produktif. Revolusi

    perbenihan diwujudkan dalam bentuk Gerakan Penggunaan Induk

    Ikan Unggul (GAUL).

    Adapun keragaan unit pembenihan untuk memproduksi induk

    unggul dan benih bermutu, baik yang dibangun oleh pemerintah pusat

    maupun daerah sebagai berikut:

  • Perbenihan aKUaKULTUr90 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 91

    induk unggul. Salah satu tugas jejaring pemuliaan dan produksi induk

    unggul ini adalah melaksanakan National Broodstock Center (NBC)

    dan Regional Broodstock Center (RBC).

    Pelaksanaan NBC dan RBC bersama-sama tim ahli melakukan

    pengumpulan induk dan benih alam dari berbagai lokasi. Masing-

    masing NBC dan RBC diharapkan dapat mengumpulkan induk atau

    calon induk dari lokasi yang berbeda. Lanjutan dari kegiatan ini adalah

    memproduksi induk hasil budidaya melalui serangkaian metode dan

    proses seleksi.

    Direktorat Perbenihan DJPB membentuk dan mengembangkan

    jejaring pemuliaan ikan yang salah satu tugasnya adalah

    mengembangkan induk ikan jenis baru yang mempunyai sifat-sifat

    unggul. Induk-induk unggul tersebut akan disebarluaskan balai-balai

    benih ikan untuk menghasilkan benih ikan yang bermutu.

    bangkit kembali.

    Pembangunan untuk pengembangan pembenihan skala kecil d)

    dilakukan melalui pemberdayaan Unit Pembenihan Rakyat (UPR)

    dan Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) Kabupaten/Kota, baik

    melalui paket bantuan langsung maupun bergulir.

    C. PUsat InDUk UnggUlPusat Induk Unggul merupakan produsen induk dari unit

    pembenihan milik pemerintah ataupun swasta yang telah menerapkan

    standar operasional produksi yang dibuat oleh pemerintah dan telah

    tersertifikasi serta melakukan proses penjualan induk ke pasar secara

    mandiri. Melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

    09/KEPMEN-KP/2014 telah dibentuk jejaring pemuliaan dan produksi

  • Perbenihan aKUaKULTUr92 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 93

    UniTPeMbenihan5

  • Perbenihan aKUaKULTUr94 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 95

    a. UnIt PembenIhan skala keCIl

    Unit Pembenihan Skala Kecil terdiri dari Unit Pembenihan

    Air Tawar (UPR) dan Unit Pembenihan Air Payau/Laut lebih dikenal

    dengan Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT). Lebih jelasnya, Unit

    Pembenihan Rakyat (UPR) merupakan unit pembenihan skala kecil

    yang bidang usahanya khusus melakukan pembenihan ikan air tawar.

    UPR mempunyai kriteria sebagai berikut:

    Memiliki dan/atau mengelola lahan usaha pembenihan ikan.1)

    Modal usaha < Rp 50 juta.2)

    Merupakan unit pembenihan lengkap (memiliki induk) maupun 3)

    unit pembenihan sepenggal (tanpa induk).

    Produksi benih per tahun berkisar antara 50.000 – 2.000.000 ekor.4)

    Memiliki tenaga kerja sebanyak 2 - 5 orang untuk UPR mandiri/5)

    perorangan.

    Komoditas yang dikembangkan adalah komoditas air tawar.6)

    b. UnIt PembenIhan skala besarUnit Pembenihan Skala Besar dibedakan dengan Unit

    Pembenihan Skala Kecil berdasarkan nomenklatur dan Tugas Pokok

    dan fungsi Unit Pembenihan Skala Besar terdiri dari Unit Pembenihan

    milik Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah dan Unit Pembenihan

    milik swasta.

    Sampai saat ini pembenihan skala besar ikan payau laut

    dilakukan oleh pembenihan udang (hatchery udang vanamae) maupun

    unit pembenihan ikan kerapu dan bandeng, diketahui perusahaan

    pembenihan udang vanamae di Indonesia yang masih operasional

    sekitar 57 perusahaan (hatchery). Perusahaan tersebut tersebar di

    wilayah Lampung (5 perusahaan), Banten (8 perusahaan), Jawa

    Barat (4 perusahaan), Jawa Timur/Tuban (7 perusahaan), Jawa Timur

    Situbondo (24 perusahaan) dan Sulawesi Selatan (9 perusahaan).

    Capaian unit-unit pembenihan skala besar yaitu UPTD dan

    swasta ikan air tawar dan air payau operasional sampai tahun 2013.

  • Perbenihan aKUaKULTUr96 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 97

    D. UnIt PembenIhan bersertIfIkatCara mengembangbiakan ikan dengan cara melakukan

    manajemen induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva/

    benih dalam lingkungan yang terkontrol, melalui penerapan teknologi

    yang memenuhi persyaratan biosecurity, mampu telusur (traceability)

    dan keamanan pangan (food safety) merupakan unit-unit pembenihan

    bersertifikat Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB).

    Perbenihan aKUaKULTUr96 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 97

  • Perbenihan aKUaKULTUr98 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 99

    kisah sUksesPeMbenihan6

  • Perbenihan aKUaKULTUr100 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 101

    a. UnIt PembenIhan rakyat (UPr)

    a-1. UPr “DUmboys”

    Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) “Dumboys” melaku-

    kan kegiatan pembenihan lele dan sekaligus pembesarannya. Pok-

    dakan ini berdiri pada tanggal 20 Juli 2006 dan diketuai oleh Suminto.

    Kelompok ini termasuk dalam kategori kelas kelompok utama,

    dengan jumlah anggota hingga saat ini mencapai 20 orang. Kelompok

    “Dumboys” terletak di Desa Mandiraja Kulon RT 03/RW 01, Kecamatan

    Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.

    Komoditas yang dibudidayakan oleh kelompok “Dumboys”

    adalah ikan lele sangkuriang. Guna meningkatkan kualitas dan hasil

    produksi benih lele, pada tahun 2011 unit pembenihan ini telah

    disertifikasi dan sudah menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik

    (CPIB). Hal ini dapat dilihat dari hasil produksi kelompok “Dumboys”

    yang mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir, dengan produksi

    benih rata-rata 2 juta ekor/bulan ukuran 1-3 cm. Ketersediaan induk

    kelompok “Dumboys” sebanyak 360 ekor jantan dan betina dengan

    rata-rata produktifitas 50.000 – 70.000 ekor / kg induk.

    Pokdakan “Dumboys” melakukan sistem kerjasama kemitraan

    dengan kelompok-kelompok pembenih ataupun pembudidaya

    lainnya serta bekerjasama dengan koperasi Dinas Perikanan

    Kabupaten Banjarnegara. Selain itu “Dumboys” telah diterima oleh

    keberadaannya oleh Bank BRI, sehingga dapat mengakses pinjaman

    modal usaha sebesar Rp 3,5 miliar. Beberapa prestasi berhasil diraih

    oleh kelompok “Dumboys”, diantaranya adalah Juara I Penilaian

    Kinerja Kelompok dan Kelembagaan Bidang Perikanan Budidaya

    Tingkat Nasional Tahun 2013.

    Tujuan dibentuknya Pokdakan “Dumboys” antara lain:

    Meningkatkan produksi lele.1)

    Meningkatkan jumlah konsumsi ikan/orang.2)

    Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa 3)

    Mandiraja Kulon.

    Meningkatkan fungsi kelembagaan kelompok Dumboys, 4)

    membangun kemitraan dengan lembaga keuangan dalam akses

    permodalan usaha perikanan budidaya.

  • Perbenihan aKUaKULTUr102 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 103

    a-2. UPr mUlyorejo I

    Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mulyorejo I

    merupakan kelompok Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang bergerak

    dalam bidang pembenihan ikan lele. Kelompok Mulyorejo I didirikan

    pada tanggal 15 Oktober 2009 dengan jumlah anggota 13 orang. Saat

    ini jumlah anggota berkembang menjadi 90 orang dan termasuk

    dalam kategori kelas kelompok utama. Kelompok Mulyorejo I terletak

    di Desa Maguan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, Provinsi

    Jawa Timur.

    UPR Mulyorejo I memiliki kolam pembenihan sebanyak 702

    unit dengan luas 7.807 meter persegi. Komoditas yang dibudidayakan

    adalah lele sangkuriang dengan produksi benih rata-rata 2,5 juta ekor/

    1,5 bulan ukuran 1-3 cm. Ketersediaan induk kelompok ini mencapai

    700 ekor jantan dan betina dengan rata-rata produktifitas UPR 30.000

    – 50.000 ekor/kg induk. UPR Mulyorejo I telah disertifikasi CPIB

    pada tahun 2011 dan sampai saat ini secara konsisten menerapkan

    biosecurity dan kaidah-kaidah CPIB di dalam kegiaatan pembenihan.

    Dampak dari penerapan sistem CPIB adalah meningkatnya produksi

    benih selama kurun waktu 3 tahun terakhir.

    Guna menunjang kegiatan pembenihan dan pembudidayaan,

    kelompok Mulyorejo I menerapkan sistem kerjasama kemitraan

    dengan pembeli benih ikan skala besar, dan toko pakan ikan. Selain

    itu kolompok Mulyorejo I juga menjalin kemitraan dengan Bank BRI

    sehingga mendapatkan kesempatan untuk mengakses dana pinjaman

    modal usaha sebesar Rp 1,5 miliar.

    Beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh kelompok Mulyorejo

    I, di antaranya:

    Juara I Lomba intensifikasi perikanan tingkat Kabupaten Malang 1)

    untuk kategori kelompok UPR ikan lele pada tahun 2010

    Juara I Lomba kelompok UPR Tingkat propinsi Jawa Timur2)

    Juara II Penilaian Kinerja Kelompok dan Kelembagaan Bidang 3)

    Perikanan Budidaya Tingkat Nasional Tahun 2013

    Sampai saat ini merupakan penyumbang benih lele terbesar di 4)

    Kabupaten Malang, Jawa Timur.

    Adapun tujuan dari pembentukan kelompok ini adalah:

    Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Desa Maguan.1)

    Mengurangi angka kemiskinan di Desa Maguan.2)

    Mengurangi Jumlah Pengangguran di Desa Maguan.3)

    Meningkatkan hasil panen pada lahan perikanan khususnya air 4)

    tawar.

  • Perbenihan aKUaKULTUr104 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 105

    a-3. UPr tanggUak raPek

    Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Tangguak Rapek

    didirikan pada tanggal 12 Januari 2006, dan diketuai oleh Jama’an.

    Anggota kelompok yang berjumlah 17 orang. Pokdakan ini termasuk

    dalam kategori kelas kelompok lanjut yang berkedudukan di

    Jorong Pincurang, Gadang Nagari Andaleh, Kecamatan Luak,

    Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Komoditas

    yang dibudidayakan adalah ikan gurame dengan produksi rata-rata

    2.350.550 ekor/tahun. Ketersediaan Induk dari kelompok ini sebanyak

    751 ekor jantan dan 407 ekor betina dengan rata-rata produktifitas

    2.000 ekor benih/kg induk.

    Kegiatan kelompok ini terbagi kedalam 3 kegiatan usaha, yakni

    menjual telur, lalu menjual bibit ukuran 3-5 cm, dan menjual bibit 7-10

    cm. Selain melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, kelompok

    ini juga melakukan diversifikasi usaha yaitu melakukan ternak sapi.

    Hasilnya hingga saat ini setiapanggota kelompok memiliki 1-3 ekor

    sapi.

    Unit Pembenihan Rakyat Tangguak Rapek belum disertifikasi,

    namun dalam pengelolaan kegiatan pembenihannya kelompok

    tersebut menerapkan CPIB. Penerapan sistem CPIB berdampak pada

    peningkatan produksi benih dari tahun 2006 hingga tahun 2013. Oleh

    karena itu untuk ke depannya kelompok Tangguak Rapek berencana

    untuk melakukan sertifikasi CPIB.

    Prestasi yang pernah dicapai oleh kelompok Tangguak Rapek,

    di antaranya:

    Juara II lomba masak gemar ikan tingkat Kabupaten Tahun 20081)

    Juara III Lomba pokdakan tingkat Kabupaten Lima Puluh Kota 2)

    Tahun 2010

    Juara I Lomba Pokdakan UPR Tingkat Kabupaten Lima Puluh Kota 3)

    Tahun 2012

    Juara III Penilaian Kinerja Kelompok dan Kelembagaan Bidang 4)

    Perikanan Budidaya Tingkat Nasional Tahun 2013

    Sampai saat ini merupakan penyumbang benih gurame terbesar 5)

    di Provinsi Sumatera Barat

  • Perbenihan aKUaKULTUr106 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 107

    a-4. UPr jaya mUktI

    Kelompok Pembudidaya Ikan

    (Pokdakan) Jaya Mukti adalah kelompok

    pembenih dan pembudidaya ikan mas,

    nila dan lele yang berkedudukan di Desa

    Kambitin Raya, Kecamatan Tanjung,

    Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan

    Selatan. Kelompok Jaya Mukti didirikan

    pada tahun 1993 dengan jumlah anggota

    11 orang. Seiring dengan berjalannya

    waktu, pada tahun 2013 anggota kelompok

    bertambah menjadi 23 orang yang diketuai

    oleh Muhidin.

    Kelompok Jaya Mukti termasuk dalam

    kategori kelas kelompok madya. Pada awal

    berdiri kelompok ini hanya mengembangkan

    komoditas ikan mas, namun beberapa tahun

    belakangan pembenihan dan pembesaran

    ikan nila menjadi kegiatan usaha utama

    kelompok ini.

    Pokdakan ini sempat vakum

    hingga tahun 2005. Stelah itu dilakukan

    pembaharuan kelompok baik dari segi

    struktur organisasi maupun rencana kerja.

    Pembaharuan kelompok tersebut rupanya

    menarik minat para pembenih lain untuk

    bergabung kedalam kelompok jaya mukti.

    Adapun rencana kerja kelompok jaya

    mukti adalah:

    Perbenihan aKUaKULTUr106

  • Perbenihan aKUaKULTUr108 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 109

    Mengatur pola dan melakukan produksi benih bagi semua anggota 1)

    ke lompok yang disesuaikan dengan waktu dan jumlah permintaan

    pasar.

    Menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB), dalam 2)

    proses produksi benih.

    Mengatur pemasaran dan harga benih.3)

    Menjalin kemitraan secara tertulis dengan pelaku usaha atau 4)

    instansi terkait lainnya.

    Luas lahan yang dimiliki oleh kelompok Jaya Mukti adalah

    19,4 hektar dengan jumlah kolam ±197 buah. Sebagian besar kolam

    yang dimiliki saat ini masih terbuat dari tanah. Induk-induk yang

    digunakan berasal dari Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT)

    Mandiangin, dengan rata – rata produksi telur untuk ikan gurame

    adalah 10.000–20.000 butir/kg induk, dan produksi benih ikan nila

    700.000–1.000.000 ekor/bulan.

    Berikut adalah beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh

    kelompok Jaya Mukti :

    Juara I Lomba Kelompok Budidaya Ikan Nila tingkat Kab. 1)

    Tabalolong, Tahun 2011

    Juara I Lomba Kelompok Budidaya Ikan Nila tingkat Prop. KalSel, 2)

    Tahun 2011

    Juara III Lomba Kinerja Kelembagaan Tingkat Nasional, Tahun 3)

    2011

    Juara I Lomba Kelompok Budidaya Ikan Nila tingkat Kab. 4)

    Tabalolong, Tahun 2012

    Juara I Lomba Kelompok Budidaya Ikan Nila tingkat Prop. KalSel, 5)

    Tahun 2012

    Juara Harapan I Lomba Kinerja Kelembagaan Bidang Perikanan 6)

    Budidaya Tingkat Nasional, Tahun 2013

    a-5. UPr mItra tanI

    Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mitra Tani dibentuk

    pada tanggal 5 Mei 2008, yang berkedudukan di Kampung Jampang

    Pulo, Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Provinsi

    Jawa barat. Pada awal pembentukannya kelompok ini beranggotakan

    15 orang pembenih lele dengan Nadi Heri sebagai ketuanya. Namun

    seiring dengan berjalannya waktu hingga tahun 2013 anggota

    kelompok sudah berjumlah 26 orang. Kelompok Mitra Tani termasuk

    dalam kategori kelas kelompok madya yang telah dikukuhkan oleh

    Bupati Bogor. Komoditas utama yang dibudidayakan oleh kelompok

    Mitra Tani adalah ikan lele.

  • Perbenihan aKUaKULTUr110 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 111

    Guna melaksanakan peran dan fungsinya

    dalam mengembangkan usahanya, kelompok Mitra

    Tani membuat visi, misi, dan motto. Visinya adalah

    menjadikan kelompok Mitra Tani sebagai sentra

    pembenihan lele di Kabupaten Bogor. Misinya adalah

    meningkatkan kualitas dan kuantitas benih lele sehingga

    dapat mensejahterakan anggota kelompok. Motto

    Bersama dalam berkarya, berbagi dalam sejahtera.

    Pokdakan Mitra Tani saat ini memiliki 301 kolam

    yang terdiri dari 118 kolam pemijahan dan 183 kolam

    pendederan pertama. Jumlah induk lele yang dimiliki

    sebanyak 2.820 ekor, yang terdiri dari 970 ekor induk

    jantan dan 1.850 ekor induk betina dengan jumlah

    produksi benih lele rata – rata perbulannya mencapai

    4.973.000 ekor. Secara bertahap jumlah produksi benih

    lele di kelompok mengalami peningkatan dari tahun ke

    tahun.

    Dalam upaya meningkatkan kegiatan dan

    kelancaran pengembangan usaha, maka dilakukan

    kerjasama kemitraan dengan pihak terkait, seperti:

    Kerjasama dengan Koperasi Serba Usaha (KSU) 1)

    UPP Mina Kahuripan (Penyediaan sarana produksi

    perikanan berupa pakan, obat-obatan, dan lain-

    lain).

    Kerjasama dengan kelompok pembudidaya ikan lele 2)

    sebagai penyedia benih.

    Kerjasama dengan distributor pakan.3)

    Kerja sama dengan STP Cikaret, untuk meningkatkan 4)

    pengetahuan dan keterampilan budidaya ikan lele.

    DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 111

  • Perbenihan aKUaKULTUr112 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 113

    b. hatChery skala rUmah tangga (hsrt)

    b-1. hsrt sarI benUr

    HSRT Sari Benur didirikan pada tahun 1992 oleh Sumarsono.

    HSRT Sari Benur terletak di Desa Jatisari, Kecamatan Sluke, Kabupaten

    Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Awal pembentukan HSRT ini hanya

    mempunyai 5 bak dengan kapasitas masing-masing bak 8 meter kubik.

    Saat ini HSRT Sari Benur telah memiliki 28 bak yang memiliki fungsi

    dan kegunaan berbeda-beda. Pada awal pendiriannya hingga tahun

    2001 HSRT Sari Benur hanya memproduksi benur udang windu dan

    vaname. Baru pada tahun 2002 memproduksi naupli udang windu.

    Dalam menjalankan usahanya, HSRT Sari Benur bekerja sama

    dalam beberapa bidang, di antaranya:

    Perbenihan aKUaKULTUr112 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 113

  • Perbenihan aKUaKULTUr114 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 115

    Bidang Pendidikan. HSRT Sari Benur merupakan Tempat Praktek

    Kerja Lapangan atau penelitian bagi mahasiswa S1/ S2 dari Fakultas

    Kelautan dan Perikanan Universitas Diponegoro (UNDIP), tempat

    Praktek Kerja mahasiswa Akademi Komunitas Negeri Rembang, dan

    tempat Praktek Kerja Industri (Prakerin) bagi siswa SMKN 2 Rembang

    dan SMKN 1 Jepara.

    Bidang Teknologi. HSRT Sari Benur bekerja sama dengan CV.

    Sri Putra Bakti dalam pembenihan udang dengan menggunakan

    Probiotik SMS Migro Tambak dan SMS Migro Suplemen.

    Saat ini HSRT Sari Benur memproduksi nauplius windu rata-

    rata per bulan mencapai 350 juta ekor, dimana data produksi pada

    tahun 2008 sebanyak 6,1 miliar ekor, 2009 sebanyak 5,4 miliar ekor,

    2010 sebanyak 5,4 miliar ekor, 2011 sebanyak 5,3 miliar ekor dan pada

    tahun 2012 sebanyak 5,1 miliar ekor. Daerah pemasaran nauplius

    windu ini meliputi Rembang, Tuban, Lamongan, Situbondo, Pati,

    Tegal, Balikpapan dan Tarakan.

    Selama melakukan usaha pembenihan, HSRT Sari Benur telah

    berhasil mendapatkan beberapa prestasi, di antaranya:

    Juara Pertama Lomba Perikanan Budidaya Kategori Hatchery 1)

    Skala Rumah Tangga Tingkat Kabupaten 2011.

    Juara Pertama Lomba Perikanan Budidaya Kategori Hatchery Skala 2)

    Rumah Tangga Tingkat Propinsi Jawa Tengah 2012.

    Juara Pertama Lomba Kinerja Kelembagaan Bidang Perikanan 3)

    Budidaya Tingkat Nasional, Tahun 2013.

    b-2. hsrt sUmber makmUr

    Kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) Sumber Makmur

    didirikan dari tahun 2008 dengan komoditas yang dibudidayakan

    adalah udang vaname dan windu. Kelompok Sumber Makmur

    yang juga HSRT ini berada di desa Tasikmadu, Kecamatan Palang,

    Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur. Pada awal pendiriannya

    jumlah anggota kelompok hanya 5 orang. Seiring berjalannya waktu

    banyak pembenih lain yang melihat bahwa dengan berkelompok

    mendatangkan manfaat terutama meningkatkan kesejahteraan

    anggotanya. Saat ini anggota kelompok Sumber Makmur berjumlah

    17 orang.

    Guna meningkatkan produksi benur udang, maka kelompok

    sumber makmur beralih dari penggunaan teknologi sederhana

    menjadi teknologi yang telah ditetapkan dalam CPIB. Selain itu untuk

    melakukan kontrol terhadap kegiatan usaha pembenihan, Kelompok

    Sumber Makmur telah memiliki Manajer Pengendali Mutu (MPM)

    yang berintegritas tinggi. Saat ini kelompok Sumber Makmur masuk

    kedalam kategori kelas kelompok madya. Kegiatan berkelompok

    dapat menjadi landasan usaha ekonomi produktif yang diharapkan

    dapat menjadi salah satu alternatif solusi menyongsong pasar global.

    Penerapan teknologi yang ramah lingkungan telah meningkatkan

    produksi hasil pembenihan udang vaname. Dalam penerapan

    teknologi untuk para anggota disesuaikan dengan kemampuan SDM

    maupun fasilitas produksi/peralatan yang dimiliki.

  • Perbenihan aKUaKULTUr116 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 117

    b-3. hsrt wInDU sehatI

    Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) Windu Sehati

    dibentuk pada tanggal 12 Maret 2008, dan berkedudukan di Desa

    Mappakalompo, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Provinsi

    Sulawesi Selatan. Pembentukkan kelompok Windu Sehati yang

    komoditas utamanya adalah udang windu dikarenakan salah satu

    program pemerintah yang ingin membangkitkan kembali budidaya

    udang di Sulawesi Selatan. Kelompok ini beranggotakan 8 orang

    dengan Haruna sebagai ketuanya. Saat ini kelompok Windu Sehati

    masuk dalam kategori kelas kelompok lanjutan.

    Banyaknya HSRT di sekitar kelompok Windu Sehati yang

    “gulung tikar” akibat terjadinya penurunan produksi yang disebabkan

    oleh penyakit yang menyerang membuat kelompok ini memutuskan

    untuk menerapkan CPIB dalam kegiatan usahanya. Baru pada tanggal

    25 Juli 2011 kelompok ini melakukan sertifikasi CPIB. Luas total lahan

    produksi Kelompok Windu Sehati adalah 0,3 hektar dengan produksi

    rata–rata tiap tahun adalah 40 juta ekor.

    Selama melakukan usaha pembenihan, Kelompok Windu

    Sehati telah berhasil mendapatkan beberapa prestasi, di antaranya:

    Juara I Kelompok HSRT se-Kabupaten Takalar, Tahun 2012.1)

    Juara I Lomba Penilaian Kinerja HSRT Tingkat Provinsi Sulawesi 2)

    Selatan, Tahun 2012

    Juara III Lomba Kinerja Kelembagaan Bidang Perikanan Budidaya 3)

    Tingkat Nasional, Tahun 2013.

    b-4. hsrt UD. PUtra jaya manUnggal

    UD. Putra Jaya Manunggal dibentuk pada tahun 2008, yang

    berkedudukan di Jalan Pesisir, Desa Rajabasa, Kecamatan Rajabasa,

    Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. UD. Putra Jaya

    Manunggal dipimpin oleh Ujang Firman S. Dengan komuditas utama

    dari kegiatan pembenihannya adalah benih ikan kerapu. Semakin

    berkembangnya budidaya kerapu di Lampung membuat UD. Putra

    Jaya Manunggal meningkatkan produksi benihnya, dari 34 bak

    pada awal pendiriannya saat ini telah ada 63 bak dengan fungsi dan

    kegunaan yang berbeda-beda. Luas lahan yang dimiliki UD. Putra Jaya

    Manunggal seluas ±1.000 meter persegi dengan rata–rata produksi

    tiap bulannya sebanyak 1 0.000 ekor (ukuran 5 cm).

    Dalam rangka menjaga keamanan pangan da