PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ANAK BALITA DARI ORANG TUA LENGKAP DENGAN ORANG TUA BERCERAI Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pelayanan Kedokteran Keluarga Yusuf Alam Romadhon S 520 908 013 PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

Page 1: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ANAK BALITA DARI ORANG TUA LENGKAP

DENGAN ORANG TUA BERCERAI

Tesis

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan

Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pelayanan Kedokteran Keluarga

Yusuf Alam Romadhon

S 520 908 013

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ANAK BALITA DARI ORANG TUA LENGKAP

DENGAN ORANG TUA BERCERAI

Disusun oleh :

Yusuf Alam Romadhon

S 520 908 013

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Pada tanggal : ..........................................

Nama Tanda tangan Pembimbing I : Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr. MS .......................................... NIP. 194811071973101003 Pembimbing II : dra. Suci Murti Karini, MSi .......................................... NIP. 195405271980032001

Ketua Program Studi

Magister Kedokteran Keluarga

Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. MM. M.Kes. PAK NIP. 194803131976101001

Page 3: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ANAK BALITA DARI ORANG TUA LENGKAP

DENGAN ORANG TUA BERCERAI

oleh :

Yusuf Alam Romadhon

S 520 908 013

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Pada tanggal : ..........................................

Jabatan Nama Tanda tangan Ketua Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. MM. M.Kes. PAK .......................... Sekretaris Prof Dr dr Harsono Salimo SpA (K) ........................

Anggota Penguji

1. Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr. MS .......................... 2. dra. Suci Murti Karini, MSi ..........................

Surakarta, .....................................

Mengetahui Ketua Program Studi

Direktur PPs UNS Magister Kedokteran Keluarga

Prof. Drs. Suranto MSc, PhD Prof.Dr.dr. Didik Tamtomo,PAK MM,MKes. NIP. 195708201985031004 NIP. 194803131976101001

Page 4: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Yusuf Alam Romadhon

NIM : S 520 908 013

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Perbedaan Status Gizi

Dan Perkembangan Antara Anak Balita Dari Orang Tua Lengkap Dengan Orang

Tua Bercerai adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya

dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apablia dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik.

Surakarta, 13 Mei 2011

Yang membuat pernyataan

Yusuf Alam Romadhon

Page 5: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, sholawat dan salam kepada nabi Muhammad SAW. Saya

bersyukur kepada Allah SWT, karena dengan karunia-Nya tesis ini akhirnya dapat

diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan derajat Magister Kedokteran

Keluarga.

Banyak hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikan penulisan tesis ini,

namun atas kehendak Allah SWT dan bantuan yang tulus dan motivasi yang luar

biasa dari semua pihak, akhirnya hambatan dan kesulitan itu bisa teratasi. Dengan

selesainya penelitian dan penulisan tesis ini, penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sebelas Maret, Prof. Dr. Ravik Karsidi. M.S. yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program Magister

di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Prof. drs. Suranto,

MSc.PhD yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti

program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

3. Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Prof. Dr. dr. Didik

Tamtomo, PAK, MM, MKK yang telah memberikan kesempatan kepada saya

untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret.

4. Ketua Minat Utama Pelayanan Profesi Kedokteran, dr. Balgis MSc CMFM,

yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program

Page 6: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

Magister Kedokteran Keluarga di Program Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret, atas dukungan, dorongan yang memotivasi. Dengan segala hormat

saya mengucapkan terimakasih.

5. Pembimbing I, Prof. Dr. dr. Ahmad Arman Subijanto, MS yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk memberikan konsultasi dan membimbing saya,

di antara padatnya waktu beliau dalam memimpin Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret. Dengan segala hormat saya mengucapkan terima

kasih atas bantuan dan kepeduliannya.

6. Pembimbing II, dra. Suci Murti Karini, Msi, yang telah membimbing saya

sehingga bisa lebih mendalami proses tumbuh kembang anak balita beserta

pengukurannya. Dengan segala hormat saya mengucapkan terimakasih atas

bantuan dan kepeduliannya.

7. Penguji tesis, Prof. Dr. dr. Harsono Salimo SpA (K), atas segala saran,

masukan dan kepeduliannya saya mengucapkan terimakasih.

8. dr. Putu Suriasa, MS, PKK, SpOK, atas segala saran, masukan, motivasi dan

kepeduliannya saya mengucapkan terima kasih.

9. Semua guru-guru saya di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga,

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, terima kasih atas bekal ilmu yang telah diberikan, semoga

menjadi amal jariyah yang tiada terputus.

10. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang

telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti program

Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Page 7: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

11. Rekan-rekan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Surakarta, atas kebersamaan dan bantuannya selama

mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret

12. Kedua orang tua penulis yang telah berjuang berkorban dan mendidik,

membesarkan, memberikan kasih sayang dan membekali diri saya.

13. Keluarga saya, istri tercinta Yuni Prastyo Kurniati, atas dukungan, dorongan

dan doa kepada saya ntuk mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Kedua pangeranku yang gagah berani, Arrizqi Hafidh Abdussalaam dan

Syauqi Hanif Arrantissi memberikan inspirasi yang luar biasa dalam

menyelesaikan penulisan tesis ini. Semoga kalian menjadi anak yang sholih

dan mampu memberikan kontribusi yang hebat bagi bangsa dan umat serta

yang lebih utama mendapatkan ridho dari Allah SWT. Amin.

14. Kepala Puskesmas Kartasura drg Prasetyo Nugroho MM yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayahnya,

serta fasilitas dan bantuan yang diberikan.

15. Ibu-ibu bidan yang telah membantu saya dalam mencari data, ibu Ismaya, ibu

Larni, ibu Mela, dan semua bidan desa, tanpa bantuan dari ibu-ibu

pelaksanaan penelitian ini akan lebih berat bagi saya.

16. Mbak Vinda, mas Ilham, mas Arya, mas Hidayat, mbak Dila, mbak Jayanti,

mas Brian, mbak Revina, terima kasih atas bantuannya dalam pelaksanaan

penelitian ini, tanpa dukungan kalian, pelaksanaan penelitian ini akan lebih

berat bagi saya.

Page 8: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

17. Mbak Indri Hapsari, mas Endri, terimakasih atas segala bantuannya berupa

apapun serta dorongan semangat agar saya dapat menyelesaikan studi.

18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis yang tidak

mungkin dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi yang

berkepentingan pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Penulis

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tesis ini. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.

Surakarta, 13 Mei 2011

Yusuf Alam Romadhon

Page 9: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING.......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS.......................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................... iv

KATA PENGANTAR.................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xv

ABSTRAK.................................................................................................... xvi

ABSTRACT.................................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

1. Tujuan Umum .............................................................................. 4

2. Tujuan Khusus ............................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

1. Manfaat Teoritis .......................................................................... 5

2. Manfaat Praktis ............................................................................ 5

Page 10: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 7

1. Status Gizi ................................................................................... 7

a. Definisi status gizi ................................................................. 7

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi ....................... 8

c. Penilaian status gizi ............................................................... 8

d. Klasifikasi status gizi ............................................................. 10

2. Perkembangan Anak .................................................................... 10

a. Definisi perkembangan anak ................................................. 10

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak ....... 11

c. Kebutuhan dasar anak untuk perkembangannya ................... 12

d. Tahap-tahap perkembangan anak .......................................... 12

e. Penilaian perkembangan anak ............................................... 15

f. Interpretasi dan kesimpulan pemeriksaan Denver II ............ 17

3. Anak Balita .................................................................................. 17

4. Perceraian .................................................................................... 19

a. Definisi perceraian ................................................................. 19

b. Penyebab perceraian .............................................................. 20

c. Dampak perceraian ................................................................ 20

5. Perbedaan status gizi dan perkembangan antara anak balita dari

orang tua lengkap dengan orang tua bercerai ..............................

24

6. Penelitian mengenai penentu status gizi dan perkembangan

balita di Surakarta dan sekitarnya ................................................

27

Page 11: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

B. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 29

C. Hipotesis ............................................................................................ 30

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 32

A. Jenis Penelitian .................................................................................. 32

B. Subyek Penelitian .............................................................................. 32

C. Besar Sampel...................................................................................... 32

D. Teknik Pengambilan Sampel.............................................................. 32

E. Identifikasi Variabel .......................................................................... 33

F. Definisi Operasional Variabel ........................................................... 33

1. Status perkawinan orang tua anak balita...................................... 33

2. Status gizi anak balita................................................................... 33

3. Status perkembangan anak balita................................................. 34

G. Sumber Data ...................................................................................... 35

H. Instrumen Penelitian .......................................................................... 36

I. Alur Penelitian ................................................................................... 36

J. Analisis Statistik ................................................................................ 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 38

A. Diskripsi Hasil Penelitian .................................................................. 38

1. Karakteristik Responden.............................................................. 39

2. Hasil Analisis Perbedaan Variabel-variabel Penelitian .............. 49

B. Pembahasan ....................................................................................... 51

1. Pembahasan Teoretis................................................................... 51

2. Pembahasan Metode Penelitian................................................... 54

Page 12: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 55

D. Kelebihan Penelitian .......................................................................... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 57

A. Kesimpulan ........................................................................................ 57

B. Saran ................................................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 59

LAMPIRAN – LAMPIRAN ....................................................................... 66

Page 13: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan kelompok usia 39

Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan status gizi berat badan (BB/U) 40

Tabel 3 Distribusi responden berdasar status gizi tinggi badan (TB/U) 41

Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan status perkembangan umum 42

Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan status perkembangan

personal sosial

43

Tabel 6 Distribusi Responden Berdasar Perkembangan Motorik Halus 44

Tabel 7 Distribusi Responden Berdasar Perkembangan Bahasa 45

Tabel 8 Distribusi responden berdasar status perkembangan motorik

kasar

46

Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan pendapatan orang tua 47

Tabel 10 Uji normalitas berdasarkan two – sample Klomogorov –

Smirnov test

48

Tabel 11 Hasil Uji Statistik Non Parametrik untuk menguji kemaknaan

statistik perbedaan variabel pendapatan orang tua antara

kelompok orang tua lengkap dan cerai

49

Tabel 12 Hasil uji t untuk menguji kemaknaan statistik perbedaan

variabel status gizi tinggi badan (TB/U), status gizi berat badan

(BB/U), status perkembangan umum, status personal sosial,

motorik halus, bahasa dan motorik kasar anak balita antara

kelompok orang tua lengkap dan bercerai

50

Page 14: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka pemikiran perbedaan status gizi dan

perkembangan antara anak balita dari keluarga lengkap

dengan keluarga bercerai

29

Gambar 3.1. Alur penelitian perbedaan status gizi dan perkembangan

antara anak balita dari keluarga lengkap dengan keluarga

bercerai

36

Page 15: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Instrumen Penilaian Perkembangan Denver II

Lampiran 3 Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Perkembangan Denver II

Lampiran 4 Data Dasar Hasil Penelitian

Lampiran 5 Hasil Pengolahan Data Dengan Menggunakan SPSS versi 16

Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian

Page 16: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

ABSTRAK

Yusuf Alam Romadhon, S 520 908 013. Perbedaan Status Gizi Dan Perkembangan Antara Anak Balita Dari Orang Tua Lengkap Dengan Orang Tua Bercerai. Pembimbing I : Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr. MS, Pembimbing II : dra. Suci Murti Karini, Msi. Tesis untuk Program Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2011

Secara global mulai bertambah jumlah anak yang dibesarkan oleh orang tua yang bercerai. Di Amerika lebih dari 1 juta anak mengalami peristiwa perceraian orang tua mereka. Di Indonesia data anak yang mengalami peristiwa perceraian orang tua belum ada, laju angka perceraian meningkat 10 kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Sejauh ini masih terbatas jumlah penelitian yang mengkaji perbedaan status gizi dan perkembangan antara anak balita dari kelompok orangtua bercerai dengan kelompok orang tua lengkap.

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan comparative study. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah pada bulan Januari 2011 sampai dengan Februari 2011. Populasi penelitian adalah anak balita yang menjadi anggota posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo, sebanyak 10.165 anak balita (N) yang tersebar di duabelas desa. Sampel sebanyak 58 anak balita (n) terdiri dari 29 anak balita dari kelompok orang tua bercerai dan 29 anak balita dari orang tua lengkap. Data dianalisis menggunakan software SPSS versi 16, analisis perbedaan dengan memakai Mann Whitney untuk variabel pendapatan orang tua (non parametrik), memakai uji t untuk variabel status gizi berat badan (BB/U), status tinggi badan (TB/U), status perkembangan umum, perkembangan personal sosial, status perkembangan motorik halus, status perkembangan bahasa, dan status perkembangan motorik kasar (parametrik).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan signifikan terdapat pada status gizi berat badan (BB/U) [p = 0,014], status perkembangan umum [p = 0,011], status perkembangan personal sosial [p = 0,007], status perkembangan motorik halus [p = 0,044], status perkembangan bahasa [p = 0,016], dan pendapatan keluarga dibanding UMK [p = 0,001].

Kata kunci : perceraian, status gizi, status perkembangan, anak balita

Page 17: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

ABSTRACT

Yusuf Alam Romadhon, 2011, S 520 908 013. The difference of nutritional and developmental status between children before five year from complete and divorce parent. First Supervisor : Prof. Dr. A.A. Subiyanto, dr. MS, Second supervisor : dra. Suci Murti Karini, Msi. Thesis : Masters Program in Family Medicine, Post-Graduate Programe, Sebelas Maret University.

Globally, there are growing number children lived with divorce parent. In US more than 1 milion children experience divorce of their parents. In Indonesia, no available data about number of children lived with divorce parent, the divorce rate increase 10 time in recent decade. Until recent, restricted study that explore the difference of nutritional and developmental status between children before five year from complete and divorce parent.

Study design is analytic using comparative study approach. The study was conducted in Kartasura, Sukoharjo, Central Java, between January and February 2011. The population study is children under five year that regristered as member of comprehensive care station (posyandu) in Center of Community Health Care (Puskesmas) Kartasura district, 10.165 children (N) distribute in tweleve villages. 58 children included as sample (n) in this study, comprise 29 children from divorce parent group and 29 children from complete parent group. The statistical significant difference variables were analyzed by use of Mann Whitney for parent income variable (non parametric) and use of t test for weight status (weight-for-age), height status (height-for-age), general development status, social personal developmental status, fine motoric developemental status, language developental status, gross motoric developmental status. All analysis employing SPSS version 16 software.

Results of the study show, there are significant difference in nutritional status (weight-for-age) [p = 0,014], general developmental status [p = 0,011], social personal developmental status [p = 0,007], fine motoric developmental status [p = 0,044], language developmental status [p = 0,016], and family income compare with regional minimum salary [p = 0,001].

Key words : divorce, nutritional status, developmental status, children under five

Page 18: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Periode penting tumbuh kembang anak adalah masa balita. Pada masa

ini terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Perkembangan anak akan optimal bila

interaksi sosial berjalan sesuai dengan kebutuhan anak pada setiap tahap

perkembangannya (Soetjiningsih, 1998). Idealnya proses tumbuh kembang

anak balita didampingi oleh kedua orang tuanya secara utuh bersama. Keluarga

yang stabil dan berfungsi baik, terdiri dari dua orang tua beserta anak,

berpotensi memberikan keamanan dan dukungan dalam menciptakan

lingkungan pengasuhan yang optimal bagi tumbuh kembang anak (American

Academic of Pediatric, 2003; Thomas et al, 2007).

Dalam perkembangan di masyarakat terakhir, muncul fenomena baru

yaitu mulai bertambahnya jumlah anak yang dibesarkan oleh orang tua yang

bercerai (Fergusson et al, 2007; Kliegman et al, 2007). Di Amerika Serikat

setiap tahun, terdapat lebih dari 1 juta anak mengalami perceraian orang tua

mereka. Di tahun 1995, kurang dari 60% anak-anak Amerika hidup dengan

kedua orang tua biologis, hampir 25% tinggal dengan ibu, sekitar 4 % tinggal

bersama ayah dan sisanya tinggal bersama keluarga sambung, keluarga adopsi,

atau keluarga angkat (Bryner, 2001). Angka perceraian mencapai puncaknya di

Page 19: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

tahun 1979 – 1981 pada angka 5,3 per 1000 orang, turun pada tahun 1995

mencapai 4,4 per 1000 orang (Cohen, 2002). Separoh lebih pernikahan pertama

maupun kedua berakhir dengan perceraian (Cohen, 2002; Kliegman et al,

2007; Grable et al, 2007). Di tahun 2005 angka perceraian di Amerika Serikat

mencapai 3,6 per seribu penduduk (sekitar 1,07 juta perceraian), merupakan

salah satu tertinggi di dunia, walaupun turun di beberapa tahun terakhir

(Roustit et al, 2007; Amato & Marriot, 2007). Sedangkan di Kanada dalam 40

tahun terakhir, perubahan struktur keluarga berpengaruh signifikan terhadap

kesehatan jiwa populasi remaja dan kesehatan masyarakat. Setelah diterimanya

Undang-undang Perceraian tahun 1968, angka perceraian meningkat lima kali

dari akhir 1960an sampai pertengahan tahun 1980an; dan di akhir tahun

1980an terdapat hampir 74.000 anak dari perceraian (Roustit et al, 2007).

Secara nasional di Indonesia, perceraian meningkat 10 kali lipat dalam

sepuluh tahun terakhir. Di tahun 1998 rata-rata angka perceraian mencapai

20.000 kasus setiap tahunnya, melonjak tajam menjadi 200.000 kasus pada

tahun 2008 (Umar, 2009). Di antara negara Islam, angka perceraian setiap

tahun di Indonesia berada di peringkat tertinggi. Setiap tahun ada 2 juta

perkawinan, tetapi setiap 100 orang yang menikah, 10 pasangan bercerai,

sebagian besar baru berumah tangga (Umar, 2007). Perceraian di kabupaten

Sukoharjo, dengan penduduk lebih dari 800 ribu dengan 12 kecamatan, dalam

periode 6 bulan terakhir rata-rata 100 kasus per bulannya (Pengadilan Agama

Sukoharjo, 2010).

Page 20: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Dari kepustakaan lebih banyak didapatkan penelitian yang mengaitkan

perceraian dengan aspek yang bersifat psikologis dan perilaku pada anak yang

telah menginjak fase perkembangan remaja dan dewasa awal. Penelitian-

penelitian tersebut menyebutkan bahwa, perceraian membuat anak berisiko

menjadi perokok dan peminum dini sebelum usia 14 tahun (Anda et al, 1999;

Kestila et al, 2006; Rothman et al, 2008), mengalami depresi dan gangguan

psikiatri lainnya (Gilman et al, 2003; Schilling et al, 2007), melakukan

percobaan bunuh diri (Dube et al, 2001), menderita ADHD (Strohschein,

2007), menunjukkan perilaku rivalry dengan saudara kandung (Setiawati &

Zulkaida, 2007), melakukan aktivitas sex pranikah (Wong et al, 2009),

mendertia DM tipe 1 autoimun (Sepa et al, 2005), menderita sindrom

metabolik (Thomas et al, 2008). Sedangkan penelitian yang menunjukkan

pengaruh perceraian terhadap tumbuh kembang anak balita masih terbatas dan

sebagian hasilnya saling bertentangan. Diantaranya meliputi, pengaruh

perceraian terhadap tumbuh kembang anak balita tidak jelas pada

perkembangan motorik halus maupun kasar (Sacker et al, 2006) maupun

terhadap kejadian wasting dan stunting saat diare (Engebretsen et al, 2008).

Perceraian mempunyai pengaruh signifikan terhadap perkembangan kognitif

(Grable et al, 2007) dan tinggi badan anak laki-laki saat berusia pra remaja (Li

et al, 2004; Richards & Wadsworth, 2004). Sebagian peneliti menganggap

perceraian sebagai faktor risiko gagal tumbuh (Block et al, 2005), sedangkan

yang lain tidak (Blair et al, 2004).

Page 21: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Sejauh ini penelitian yang membahas mengenai pengaruh perceraian

terhadap status gizi dan perkembangan anak balita masih terbatas. Berdasarkan

hal tersebut maka peneliti berkeinginan untuk mengadakan penelitian

mengenai perbedaan status gizi dan perkembangan antara anak balita dari

orang tua lengkap dengan orang tua bercerai di Kecamatan Kartasura.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada perbedaan status gizi dan perkembangan antara anak balita

dari orang tua lengkap dengan orang tua bercerai di Kecamatan Kartasura?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan status gizi dan perkembangan

antara anak balita dari orang tua lengkap dan orang tua bercerai di Kecamatan

Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk membandingkan berat badan menurut umur anak balita dari orang

tua lengkap dengan orang tua bercerai di kecamatan Kartasura kabupaten

Sukoharjo.

b. Untuk membandingkan tinggi badan menurut umur anak balita dari orang

tua lengkap dengan orang tua bercerai di kecamatan Kartasura kabupaten

Sukoharjo.

c. Untuk membandingkan perkembangan umum anak balita dari orang tua

lengkap dengan orang tua bercerai di kecamatan Kartasura kabupaten

Sukoharjo.

Page 22: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

d. Untuk membandingkan perkembangan kepribadian / tingkah laku sosial

anak balita dari orang tua lengkap dengan orang tua bercerai di kecamatan

Kartasura kabupaten Sukoharjo.

e. Untuk membandingkan perkembangan gerakan motorik halus anak balita

dari orang tua lengkap dengan orang tua bercerai di kecamatan Kartasura

kabupaten Sukoharjo.

f. Untuk membandingkan perkembangan bahasa anak balita dari orang tua

lengkap dengan orang tua bercerai di kecamatan Kartasura kabupaten

Sukoharjo.

g. Untuk membandingkan perkembangan motorik kasar anak balita dari

orang tua lengkap dengan orang tua bercerai di kecamatan Kartasura kabupaten

Sukoharjo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan informasi dan data mengenai perbedaan status gizi dan

perkembangan antara anak balita dari orang tua lengkap dengan orang tua

bercerai di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo

b. Sebagai pelengkap penelitian-penelitian sebelumnya mengenai perbedaan

status gizi dan perkembangan antara anak balita dari orang tua lengkap dengan

orang tua bercerai.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat digunakan sebagai bahan informasi mengenai faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap status gizi dan perkembangan anak balita.

Page 23: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

b. Sebagai masukan kepada semua pihak terkait agar dapat memberikan

perhatian terhadap status gizi dan perkembangan anak balita baik dari orang

tua lengkap maupun orang tua bercerai.

Page 24: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Status Gizi

a. Definisi status gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan yang menggambarkan seberapa

baik kebutuhan nutrisi esensial tubuh bisa terpenuhi dari berbagai macam

makanan yang dikonsumsi dan bagaimana penggunaannya secara optimal

(McLaren & Frigg, 2001; Supariasa et al, 2002; Almatsier, 2003; Schlenker &

Long, 2007; Wardlaw & Smith, 2009). Dibedakan menjadi status gizi buruk,

kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2003; Schlenker & Long, 2007; Wardlaw &

Smith, 2009). Status gizi baik atau status gizi optimal, terjadi bila tubuh

memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga

memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan

kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang,

terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial.

Status gizi lebih, terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah

berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Almatsier,

2003; Schlenker & Long, 2007; Wardlaw & Smith, 2009).

Page 25: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu 1) konsumsi makanan,

dipengaruhi oleh : a) pendapatan, lapangan kerja, pendidikan dan kemampuan

sosial, b) kemampuan keluarga dalam mengolah makanan, c) keterlibatan

bahan makanan dan kemudahan dalam memperoleh bahan makanan tersebut

(Graham, 2005) 2) tingkat kesehatan, dipengaruhi oleh : a) faktor pejamu,

meliputi faktor genetik, tinggi badan ibu (Subramanian et al, 2009), umur, jenis

kelamin, kelompok etnis, fisiologis, imunologis dan kebiasaan seseorang

(misalnya kebersihan, makanan, kontak perorangan, pekerjaan, rekreasi,

pemanfaatan pelayanan kesehatan), b) faktor sumber penyakit, meliputi faktor

gizi, zat kimia dari luar tubuh, zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh, faktor

faali dalam kondisi tertentu, genetik, psikis, tenaga dan kekuatan fisik serta

faktor biologis dan parasit, c) faktor lingkungan, meliputi lingkungan fisik,

lingkungan biologis dan lingkungan sosial ekonomi (Supariasa et al, 2002;

Graham, 2005; Bawdekar & Ladusingh, 2008).

c. Penilaian status gizi

Penilaian status gizi didasarkan pada 1) data antropometri, 2)

pengamatan klinis, 3) pemeriksaan biokimia dan 4) evaluasi diet (Supariasa et

al, 2002; Almatsier, 2003; Schlenker & Long, 2007; Wardlaw & Smith, 2009).

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Data

antropometri dapat melihat ketidakseimbangan asupan energi dan protein, yang

tercermin dari proporsi jaringan tubuh (Supariasa et al, 2002; Fatimah et al,

2008). Data antropometri didapatkan dari pengukuran berat dan tinggi/panjang

Page 26: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

badan, lingkar dan ketebalan dari bagian tubuh (Wardlaw & Smith, 2009).

Indeks antropometri dinyatakan dengan berat badan banding umur (BB/U),

tinggi/panjang badan banding umur (TB/U) atau berat badan banding

tinggi/panjang badan (BB/TB), kemudian dibandingkan dengan standar median

(World Health Organization, 2010).

Status gizi dapat dilihat dari pengamatan klinis, pemeriksaan fisik,

melihat kemungkinan adanya tanda-tanda malnutrisi serta mengaitkannya

dengan tanda-tanda vital dan pemeriksaan medis dan keperawatan (Supariasa

et al, 2002; Schlenker & Long, 2007).

Pengukuran biokimia mengukur fungsi-fungsi biokimiawi yang terkait

dengan fungsi suatu zat gizi, misalnya mengukur konsentrasi zat gizi melalui

produknya maupun aktivitas enzimnya di dalam darah dan jaringan tubuh

lainnya (Supariasa, 2002; Wardlaw & Smith, 2009). Dengan demikian

pemeriksaan biokimia dapat mengetahui keadaan malnutrisi yang belum

tampak secara klinis (subklinis) (Tanumihardjo, 2004; Graebner et al, 2007).

Pemeriksaan biokimia meliputi pemeriksaan protein dalam plasma darah

seperti albumin serum, prealbumin, hemoglobin, thyroxin binding protein,

transferin serum, atau total iron binding capacity (TIBC). Pemeriksaan lain

yakni pemeriksaan metabolisme protein dengan menggunakan pemeriksaan

urin 24 jam untuk mengukur kadar kreatinin urin dan urea nitrogen (Schlenker

& Long, 2007).

Penilaian status gizi lewat evaluasi diet dilakukan dengan cara

pencatatan secara hati-hati makanan yang dikonsumsi beberapa hari

Page 27: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

sebelumnya (Supariasa et al, 2002; Almatsier, 2003; Schlenker & Long, 2007;

Wardlaw & Smith, 2009).

d. Klasifikasi status gizi

Di Indonesia, ukuran baku hasil pengukuran status gizi belum ada

(Supariasa, 2002). Sehingga, klasifikasi status gizi dalam penelitian ini

mengacu nilai z – score BB/U atau TB/U pada baku rujukan WHO 2005, yaitu

sebagai berikut : 1) status gizi lebih, dengan kriteria: z – score lebih dari 2 SD,

2) status gizi normal, dengan kriteria: z – score antara – 2 SD dan 2 SD, 3)

status gizi kurang, dengan kriteria: z – score antara – 3 SD dan – 2 SD, 4)

status gizi buruk, dengan kriteria: z –score kurang dari – 3 SD (World Health

Organization, 2006).

Untuk memudahkan penghitungan z – score ini dapat menggunakan

suatu program aplikasi komputer yang dinamakan software WHO

anthroversion 2.02 (World Health Organization, 2005).

2. Perkembangan Anak

a. Definisi perkembangan anak

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Proses ini melibatkan aspek

biologis, yakni proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-

organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-

masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga aspek perkembangan

emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

Page 28: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

lingkungannya (Soetjiningsih, 1998; Departemen Kesehatan RI dan Ikatan

Dokter Anak Indonesia, 2005; Kliegman et al, 2007; Narendra et al, 2008).

Perkembangan anak merupakan suatu proses dinamik yang terkadang

sulit untuk diukur (Sandler et al, 2001; Gupte, 2004). Aspek perkembangan ini

beraneka ragam, saling berhubungan satu sama lain dan sangatlah kompleks,

meliputi kemampuan motorik halus, motorik kasar, bahasa, kognitif dan

penyesuaian sikap (Sandler et al, 2001; Departemen Kesehatan RI dan Ikatan

Dokter Anak Indonesia, 2005).

Perkembangan adalah suatu ukuran kematangan fungsi. Hal ini ditandai

dengan dicapainya kemampuan mental dan kemampuan sosial (Mansjoer et al,

2000; Gupte, 2004).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu : 1) faktor genetik

atau keturunan atau bawaan, yang merupakan modal dasar dalam mencapai

hasil akhir proses tumbuh kembang anak, misalnya berbagai faktor bawaan

yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa

(Soetjiningsih, 1998; Departemen Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Anak

Indonesia, 2005; Kliegman et al, 2007; Stutzman et al, 2009), 2) faktor

lingkungan, dimana lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan

tercapai atau tidaknya potensi bawaan, mencakup lingkungan bio-fisiko-psiko-

sosial yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai

akhir hayatnya (Soetjiningsih, 1998; Departemen Kesehatan RI dan Ikatan

Dokter Anak Indonesia, 2005; Kliegman et al, 2007; Stutzman et al, 2009).

Page 29: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

c. Kebutuhan dasar anak untuk perkembangannya

Kebutuhan dasar anak untuk perkembangannya meliputi : 1) kebutuhan fisik

biomedis (asuh); yang terdiri dari nutrisi, perawatan kesehatan dasar,

pemukiman yang layak, higiene perorangan, sanitasi lingkungan, sandang,

kesegaran jasmani, rekreasi, bermain, dan sebagainya, 2) kebutuhan emosi atau

kasih sayang (asih); yang meliputi perhatian, kasih sayang, rasa aman,

dilindungi, dibantu dan dihargai, yang akan menciptakan ikatan yang erat dan

kepercayaan dasar, 3) kebutuhan akan stimulasi mental (asah); meliputi

stimulasi dini pada semua indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan,

pembau, pengecap), sistem motorik kasar dan halus, komunikasi, emosi –

sosial dan rangsangan untuk berpikir. Stimulasi mental ini merupakan cikal

bakal dalam proses belajar pada anak yang berpengaruh terhadap

perkembangan kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama,

kepribadian, moral – etika, produktivitas dan sebagainya (Soetjiningsih, 1998;

Departemen Kesehatan RI, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005).

d. Tahap-tahap perkembangan anak

Tahap perkembangan anak balita adalah sebagai berikut (Skala Yaumil

Mimi cit Soetjiningsih, 1998; Kliegman et al, 2007) : 1) usia 0 – 3 bulan, pada

usia ini anak balita menunjukkan kemampuan : a) belajar mengangkat kepala,

b) belajar mengikuti obyek dengan matanya, c) melihat ke muka orang dengan

tersenyum, d) bereaksi terhadap suara atau bunyi, e) mengenal ibunya dengan

penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, f) menahan barang yang

dipegangnya, g) mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh; 2) usia 3 –

Page 30: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

6 bulan, pada usia ini anak balita menunjukkan kemampuan : a) mengangkat

kepala sembilan puluh derajat dan mengangkat dada dengan bertopang tangan,

b) mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau di luar

jangkauannya, c) menaruh benda-benda di mulutnya, d) berusaha memperluas

lapangan pandangan, e) tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak

bermain, g) mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang; 3) usia 6 – 9

bulan, pada usia ini anak balita menunjukkan kemampuan: a) dapat duduk

tanpa dibantu, b) dapat tengkurap dan berbalik sendiri, c) dapat merangkak

meraih benda atau mendekati seseorang, d) memindahkan benda dari satu

tangan ke tangan yang lain, e) memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari

telunjuk, f) bergembira dengan melempar benda-benda, g) mengeluarkan kata-

kata yang tanpa arti, h) mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut

kepada orang asing / orang lain, i) mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk

tangan dan sembunyi-sembunyian; 4) usia 9 – 12 bulan, pada usia ini anak

menunjukkan kemampuan: a) dapat berdiri sendiri tanpa dibantu, b) dapat

berjalan dengan dituntun, c) menirukan suara, d) mengulang bunyi yang

didengarnya, d) belajar menyatakan satu atau dua kata, e) mengerti perintah

sederhana dan larangan, f) memperhatikan minat yang besar dalam

mengeksplorasi sekitarnya, ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-

benda ke mulutnya, g) berpartisipasi dalam permainan; 5) usia 12 – 18 bulan,

pada usia ini anak menunjukkan kemampuan: a) berjalan dan mengeksplorasi

rumah serta sekeliling rumah, b) menyusun dua atau tiga kotak, c) dapat

mengatakan lima sampai sepuluh kata, d) memperlihatkan rasa cemburu dan

Page 31: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

bersaing; 6) usia 18 – 24 bulan, pada usia ini anak menunjukkan kemampuan:

a) naik turun tangga, b) menyusun enam kotak, c) menunjuk mata dan

hidungnya, d) menyusun dua kata, e) belajar makan sendiri, f) menggambar

garis di kertas atau pasir, g) mulai belajar mengontrol buang air besar dan

kencing, h) menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih

besar, i) memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain dengan mereka;

7) usia 2 – 3 tahun, pada usia ini anak menunjukkan kemampuan: a) belajar

meloncat, memanjat, dan melompat dengan satu kaki, b) membuat jembatan

dengan tiga kotak, c) mampu menyusun kalimat, d) mempergunakan kata-kata

saya, bertanya, mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya, e) menggambar

lingkaran, f) bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya

lingkungan lain di luar lingkungannya; 8) usia 3 – 4 tahun, pada usia ini anak

menunjukkan kemampuan : a) berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga, b)

berjalan pada jari kaki, c) belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri, d)

menggambar garis silang, e) menggambar orang terdiri dari kepala dan badan,

f) mengenal dua atau tiga warna, g) berbicara dengan baik, h) menyebut nama,

jenis kelamin, dan umurnya, i) banyak bertanya, j) bertanya bagaimana anak

dilahirkan, k) mengenal sisi atas, bawah, depan dan belakang, l) mendengarkan

cerita-cerita, m) bermain dengan anak lain, n) menunjukkan rasa sayang

kepada saudara-saudaranya, o) dapat melakukan tugas-tugas sederhana; 9) usia

4 – 5 tahun, pada usia ini anak menunjukkan kemampuan: a) melompat dan

menari, b) menggambar orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan, c)

menggambar segi empat dan segi tiga, d) pandai berbicara, e) dapat

Page 32: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

menghitung jari-jarinya, f) dapat menyebutkan hari-hari dalam seminggu, g)

mendengar dan mengulang hal-hal penting dan bercerita, h) minat pada kata-

kata baru dan artinya, i) memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya, j)

mengenal 4 warna, k) memperkirakan bentuk dan besarnya benda, l) menaruh

minat kepada kegiatan orang dewasa (Soetjiningsih, 1998; Mansjoer et al,

2000; Departemen Kesehatan RI, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005).

Dengan mengetahui tahap-tahap perkembangan ini, maka akan

memudahkan dalam menilai perkembangan seorang anak balita (Soetjiningsih,

1998). Perhatian orang tua terhadap perkembangan anaknya sangat diperlukan

dalam deteksi dini gangguan perkembangan (American Academic of Pediatric,

2001; Theeranate et al, 2005).

e. Penilaian perkembangan anak

Uji skrining untuk deteksi dini gangguan perkembangan anak ada

bermacam-maam. Uji skrining ini sangat berguna dalam menegakkan diagnosis

dan terapi gangguan tumbuh kembang anak sehingga dapat kembali optimal

(Soetjiningsih, 1998; American Academic of Pediatrics, 2003). Adapun uji

skrining perkembangan anak yang paling sering digunakan adalah tes Denver

II. Dinamakan Denver karena tes skrining ini dibuat di kota Denver, Amerika

Serikat (Soetjiningsih, 1998). Tes Denver II ini merupakan hasil revisi dari

DDST (Denver Developmental Screening Test). Tes ini diperuntukkan untuk

anak-anak usia satu sampai enam tahun (Soetjiningsih, 1998; Frankenburg &

Dodds, 2004).

Page 33: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Tes Denver II ini memenuhi semua persyaratan yang diperlukan

sebagai metoda skrining yang baik. Tes ini mudah dilakukan dan hanya

memerlukan waktu tiga puluh sampai empat puluh lima menit. Tes ini dapat

mendeteksi gangguan neurologis, misalnya kelumpuhan serebral (cerebral

palsy) pada neonatus dan gangguan-gangguan perkembangan lainnya pada

anak-anak (Halpern et al, 2000; Needlmen, 2000).

Tes Denver II terdiri dari 125 item yang dibagi menjadi empat bagian

sebagai berikut: 1) kepribadian / tingkah laku sosial (personal social); meliputi

aspek-aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi,

dan berinteraksi dengan lingkungannya; 2) gerakan motorik halus (fine motor

adaptive), meliputi aspek-aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian

tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat. Misalnya, kemampuan untuk menggambar, memegang

suatu benda, dan lain-lain; 3) bahasa (language), meliputi kemampuan untuk

memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan;

4) perkembangan motorik kasar (gross motor adaptive); meliputi aspek-aspek

yang berhubungan dengan pergerakan umum otot besar dan sikap tubuh,

misalnya duduk, berjalan dan melompat (Soetjiningsih, 1998; Halpen et al,

2000, Denver Developmental Materials Inc, 2006; Departemen Kesehatan RI

dan Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005).

Page 34: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

f. Interpretasi dan kesimpulan pemeriksaan Denver II

Interpretasi dan kesimpulan pemeriksaan Denver II (Frankenburg & Dodds,

2004). Interpretasi dari penilaian meliputi: 1) “lebih” bila anak “lulus” pada

tugas perkembangan tes yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan

perkembangan anak lebih pada tes tersebut, karena anak “lulus” pada tes

dimana kebanyakan anak tidak lulus sampai umurnya lebih tua, 2) “normal”,

dimana tugas perkembangan yang gagal atau ditolak tidak menunjukkan

keterlambatan dalam perkembangan, yang dikarenakan hanya 25 % anak-anak

pada sampel baku tidak dapat “lewat” sampai umurnya lebih tua, 3)

“peringatan” bila anak “gagal” atau “menolak” melakukan tugas

perkembangan tes dimana garis umur terletak pada atau antara 75% dan 90%,

yang menunjukkan lebih dari 75% anak lebih muda dapat “lewat”

dibandingkan usia anak yang sedang dites, 4) “terlambat” bila anak “gagal”

atau “menolak” melakukan tugas perkembangan tes yang terletak jelas berada

di sebelah kiri garis umur, 5) “tidak ada kesempatan” bila anak tidak ada

kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan.

Kesimpulan tes Denver II meliputi : 1) normal, bila tidak ada “terlambat” dan

sedikitnya satu “peringatan”, 2) diduga ada keterlambatan, bila terdapat ³ dua

“peringatan” dan atau ³ satu “terlambat” setelah diulang satu sampai dua

minggu tetap menunjukkan hasil yang sama.

3. Anak Balita

Teori-teori klasik psikologi seperti psikoanalisa dari Freud, psikososial

dari Erickson, kognitif dari Piaget dan moral dari Kohlberg, pentahapan

Page 35: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

perkembangan anak meliputi : 1) bayi berusia 0 – 1 tahun, 2) toddlerhood

berusia 2 – 3 tahun, 3) prasekolah berusia 3 – 6 tahun, 4) masa sekolah berusia

6 – 12 tahun dan 5) remaja berusia 12 – 20 tahun (Kliegman et al, 2007).

Standar-standar pertumbuhan yang dikeluarkan oleh WHO untuk kelompok

anak (child) menunjukkan suatu kelompok usia dari 0 bulan sampai 5 tahun

(World Health Organization, 2006). Demikian juga KMS (kartu menuju sehat)

yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI mengikuti WHO hanya

memuat usia anak dari 0 – 60 bulan (0 – 5 tahun) (Departemen Kesehatan RI,

2009).

Alasan pengelompokan anak balita (bawah lima tahun) menjadi

kelompok tersendiri dan memerlukan perhatian yang lebih khusus, karena

perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional

dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan

berikutnya. Pada usia ini juga dibentuk perkembangan moral serta dasar-dasar

kepribadian. Sehingga, setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun

apabila tidak terdeteksi apalagi tidak tertangani dengan baik akan mengurangi

kualitas sumber daya manusia di kemudian hari (Soetjiningsih, 1998).

Pada penelitian ini, pengolompokkan usia anak dengan mengacu dari

WHO dan Departemen Kesehatan RI yaitu anak balita (bawah lima tahun)

adalah anak yang berusia 0 – 60 bulan (0 – 5 tahun).

Page 36: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

4. Perceraian

a. Definisi perceraian

Secara hukum perceraian didefinisikan sebagai penghapusan

perkawinan dengan putusan hakim atas tuntutan salah satu pihak dalam

perkawinan itu setelah gagal dalam usaha mendamaikan kedua belah pihak

(Achmad, 1990). Dari kepustakaan, selain pernikahan yang mendahului

perceraian dalam definisi hukum perceraian tersebut, juga ada istilah kohabitasi

yang merujuk pada bentuk lain keluarga yang hubungan suami istrinya tanpa

adanya status hukum yang sah (Ono & Yeilding, 2009; Bradatan & Kulcsar,

2008). Hubungan kohabitasi bisa pula berakhir perceraian (Ono & Yeilding,

2009), dengan risiko yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pernikahan

resmi (Wilson, 2004).

Secara umum, perceraian adalah berakhirnya unit keluarga, merupakan

peristiwa yang menyakitkan biasanya diikuti dengan penyesuaian psikologis,

sosial dan keuangan (Atwater, 1983; Cohen, 2002). Banyak pernikahan yang

tidak mendatangkan kebahagiaan tetapi tidak diakhiri dengan perceraian karena

pernikahan tersebut didasari oleh pertimbangan agama, moral, kondisi ekonomi

dan alasan lainnya, tetapi banyak juga pernikahan yang diakhiri dengan

perpisahan dan pembatalan secara hukum maupun dengan diam-diam dan ada

juga yang salah satu (suami/istri) meninggalkan keluarga (Amato & Marriott,

2007).

Page 37: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

b. Penyebab perceraian

Perceraian diawali dengan ketidakharmonisan pernikahan (Murtagh, 1998;

Amato & Cheadle, 2008). Penyebab ketidakharmonisan (Murtagh, 1998)

meliputi : 1) mementingkan diri sendiri, 2) harapan yang tidak realistik, 3)

masalah keuangan (Grabel et al, 2007), 4) tidak saling dengar satu sama

lainnya, 5) adanya penyakit (yang berlarut-larut seperti depresi), 6) kecanduan

obat atau alkohol, (Amato & Cheadle, 2008) 7) cemburu, terutama pada pria,

8) cerewet (tidak toleran terhadap kesalahan-kesalahan kecil), 8) “ada main”

satu sama lain, 9) dorongan ambisi, 10) tidak matang (Grabel et al, 2007;

Amato & Marriott, 2007), 11) komunikasi yang buruk.

c. Dampak perceraian

Peristiwa perceraian akan diikuti dengan keadaan-keadaan yang tidak

menguntungkan bagi anak yakni, transisi perkawinan seperti tidak hadirnya

orang tua yang tidak memiliki hak asuh (ayah) tanpa alasan yang sejelas

kematian, berlanjutnya perselisihan orang tua, menurunnya standar kehidupan,

anak berhadapan dengan orang tua sambung dan berubahnya pola hubungan

anggota keluarga besar. Keseluruhan keadaan ini merupakan peristiwa yang

menegangkan bagi anak dan juga orang tua (Nelson & Israel, 2006; Amato &

Cheadle, 2007).

Dampak perceraian bagi anak-anak secara umum adalah anak-anak berisiko

tinggi dengan permasalahan emosional dan perilaku (depresi dan prestasi

akademik yang menurun di sekolah) karena ketidakmampuan dalam

melakukan penyesuaian (Nelson & Israel, 2006; Amato & Cheadle, 2007).

Page 38: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Perceraian merupakan pengalaman menegangkan bagi anak dan kedua orang

tuanya (Bryner, 2001; Cohen, 2002). Lebih lanjut dampak perceraian meliputi

4 reaksi atau dampak. 1) Reaksi segera anak; manifestasi klinik perceraian

pada anak tergantung pada beberapa variabel, meliputi usia anak, tingkat fungsi

psikososial keluarga, kemampuan orang tua dalam mengendalikan kemarahan,

kehilangan dan ketidaknyamanan serta memusatkan perhatian pada perasaan

dan kebutuhan anak dan kecocokan temperamen antara orang tua dan anak

(Bryner, 2001; Cohen, 2002; Nelson & Israel, 2006). Bayi dan anak yang

berusia kurang dari 3 tahun akan berbeda reaksinya dengan anak yang berusia

4 – 5 tahun, demikian juga dengan anak usia sekolah dan remaja. Bayi berumur

3 tahun mengalami regresi perkembangan, sementara anak umur 4 – 5 tahun

menjadi keras kepala, pada anak usia sekolah menunjukkan penurunan prestasi

belajar, sedangkan pada remaja menunjukkan perilaku asusila dan sebagainya.

Secara umum anak cenderung merasa bersalah dan bertanggung jawab

terhadap perpisahan dan merasa bahwa mereka harus mencoba memulihkan

perkawinan (orang tuanya) (Cohen, 2002; Amato & Cheadle, 2007). 2) Reaksi

segera orang tua; orang tua menderita efek merusak akibat dari perceraian dan

berwujud pada bermacam reaksi yang negatif dan tidak nyaman. Ibu cenderung

reaktif terhadap stresor harian dan peristiwa-peristiwa besar yang tidak

diinginkan dengan mengonsumsi lebih banyak alkohol, lebih banyak

memanfaatkan layanan kesehatan untuk depresi, kecemasan, atau perasaan

terhina; dan merasa sangat terbebani dan kurang mampu berperan sebagai

orang tua (Cohen, 2002). Ayah merasa dikesampingkan, kurang mendapat

Page 39: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

penerimaan oleh anak-anaknya, dan juga bisa menderita depresi, kecemasan,

dan penyalahgunaan zat. Kakek dan nenek juga sering menerima penurunan

kualitas hubungan dengan cucu-cucu mereka, tetapi dengan pengaturan

pemeliharaan akan lebih punya pengaruh saat jadwal kunjungan walaupun

dengan jarak geografis jauh (Cohen, 2002). 3) Terjadinya hambatan peran

orang tua pada perceraian; dari aspek teoretis dalam menjelaskan kaitan antara

perceraian dengan hasil yang negatif pada anak didasarkan pada 2 komponen

dasar tumbuh kembang anak : fungsi keluarga dan lingkungan sosioekonomis.

Dari perspektif keluarga menekankan asumsi bahwa kompetensi menjadi orang

tua harus bisa berkompromi dengan distress psikologis orang tua sebagai akibat

perpisahan dalam perkawinan atau kesulitan keuangan, sedangkan dari

perspektif investasi berpendapat bahwa kesejahteraan anak akan menurun

dengan kemungkinan penurunan yang drastis dibandingkan standar hidup

(setempat) dari orang tua yang mendapatkan hak asuh, setelah terjadinya

perceraian (Cohen, 2002). Di tahun 1990 sekitar 10% anak-anak di

Skandinavia tinggal dengan keluarga ibu tunggal dengan kondisi rumah tangga

yang memrihatinkan, dimana gambaran yang serupa di Amerika Serikat terjadi

sebesar sekitar 60% (Roustit et al, 2007). Orang tua dapat memberikan bantuan

pada saat perceraian dengan menyiapkan anak-anak mereka mengenai apa

yang terjadi. Penyiapan harus sesuai usia dan tingkat perkembangan si anak.

Orang tua harus menunjukkan komitmen yang kuat pada anak-anak mereka.

Anak-anak akan melakukan coping lebih bagus pada perceraian bila orang tua

bisa bekerja sama satu sama lain dan mau menerima perilaku “bersama untuk

Page 40: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

anak kita walaupun kita berpisah” (Cohen, 2002). 4) Dampak perceraian pada

masing-masing anggota keluarga yakni a) suami; beresiko menjadi sakit,

perokok, pecandu obat dan alkohol, pola makan tidak sehat (Ikeda et al, 2007;

Fukuda et al, 2005; Fukuda et al, 2005; Eng et al, 2005); b) istri; beresiko

menjadi sakit, perokok, pecandu obat dan alkohol, penurunan status finansial,

dukungan jejaring sosial, harapan sehat (Weitoft et al, 2002; Ikeda et al, 2007;

Fukuda et al, 2005; Fukuda et al, 2005; Lee et al, 2005); c) Anak; beresiko

menjadi perokok dan peminum dini sebelum usia 14 tahun (Anda et al, 1999;

Kestila et al, 2006; Rothman et al, 2008), alami depresi dan gangguan psikiatri

lain (Gilman et al, 2003; Schilling et al, 2007), lakukan percobaan bunuh diri

(Dube et al, 2001), menderita ADHD (Strohschein, 2007), menunjukkan

perilaku rivalry dengan saudara kandung (Setiawati & Zulkaida, 2007),

lakukan aktivitas sex pranikah (Wong et al, 2009), mendertia DM tipe 1

autoimun (Sepa et al, 2005), menderita sindrom metabolik (Thomas et al,

2008). Tidak jelas pengaruh pada perkembangan motorik halus maupun kasar

(Sacker et al, 2006) maupun pada kejadian wasting dan stunting saat diare

(Engebretsen et al, 2008). Adanya pengaruh bermakna pada perkembangan

kognitif dan tinggi badan anak laki-laki saat berusia pra remaja (Li et al, 2004;

Richards & Wadsworth, 2004). Sebagai faktor risiko gagal tumbuh (Block et

al, 2005), sedangkan yang lain tidak (Blair et al, 2004). d) Ibu menyusui; tidak

berpengaruh terhadap pola inisiasi ASI (Rosem et al, 2009).

Page 41: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

5. Perbedaan status gizi dan perkembangan antara anak balita dari orang tua

lengkap dengan orang tua bercerai.

Dari kepustakaan didapatkan bahwa faktor lingkungan biopsikososial

berpengaruh pada status gizi (Supariasa et al, 2002; Graham, 2005; Bawdekar

& Ladusingh, 2008) dan perkembangan anak (Soetjiningsih, 1998; Departemen

Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005; Kliegman et al, 2007;

Stutzman et al, 2009). Sedangkan peristiwa perceraian merupakan peristiwa

yang didahului dengan ketidakharmonisan keluarga, konflik, dan ketegangan,

(Murtagh, 1998; Amato & Cheadle, 2008) dilanjutkan dengan proses-proses

penyesuaian yang melibatkan aspek emosional, psikologis, sosial dan ekonomi

keluarga adalah peristiwa yang menegangkan bagi semua anggota keluarga.

(Nelson & Israel, 2006; Amato & Cheadle, 2007). Pada saat yang sama anak

sedang menjalani proses tumbuh kembang (Stutzman, 2009).

Penelitian-penelitian yang mengaitkan perceraian dengan status tumbuh

kembang anak relatif lebih sedikit dijumpai ketimbang yang mengaitkannya

dengan aspek perilaku dan psikologis anak (Stutzman, 2009).

Richard dan Wadsworth (2004) melakukan penelitian yang

menghubungkan perceraian dengan perkembangan kognitif anak di Inggris.

Dalam penelitian ini didapatkan bahwa anak-anak yang orang tuanya bercerai,

skor kemampuan kognitifnya pada usia 8 tahun lebih rendah. Sedangkan pada

anak-anak yang orang tuanya bercerai antara usia 8 – 15 tahun secara

signifikan lebih lambat perkembangan kognitifnya

Page 42: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Masih dari negara Inggris, Li et al (2004), melakukan penelitian

longitudinal pada keluarga yang orang tuanya bercerai saat anak berusia dini,

secara signifikan berhubungan dengan tinggi badan saat anak-anak. Dalam

penelitian ini didapatkan anak laki-laki yang orang tuanya bercerai pada usia

antara 4 – 7 tahun, secara signifikan lebih pendek daripada anak laki-laki

seusianya. Mereka yang orang tuanya bercerai sebelum usia 4 tahun tidak

berbeda tinggi badannya dibandingkan dengan anak-anak yang orang tuanya

tidak bercerai. Anak perempuan tidak menunjukkan adanya hubungan dengan

perbedaan tinggi badan.

Engebresten et al (2008) di Uganda, telah melakukan penelitian cross-

sectional di Kabupaten Mbale, Uganda Timur pada 723 ibu yang memiliki bayi

yang berusia di bawah 1 tahun. Engebresten et al bermaksud meneliti faktor-

faktor determinan yang mempengaruhi pertumbuhan anak-anak di bawah 1

tahun, dengan menggunakan pengukuran berat badan dibanding panjang badan

(WLZ), berat badan dibandingkan umur (WAZ) serta tinggi atau panjang

badan berbanding umur (LAZ) dan dinilai kesesuaiannya dengan Baku

Pertumbuhan WHO. Kriteria wasting dalam penelitian ini bila WLZ < - 2 dan

stunting bila LAZ < -2. Secara umum disimpulkan bahwa kejadian wasting

lebih berkaitan dengan faktor diare itu sendiri. Anak laki-laki lebih mudah

mengalami stunting daripada anak perempuan, memiliki saudara perempuan

atau laki-laki bagi anak merupakan faktor protektif terhadap stunting dan

wasting. Makanan pengganti ASI bukan merupakan faktor protektif. Faktor

sosial ekonomi rendah merupakan faktor yang menonjol pengaruhnya.

Page 43: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Walaupun status orang tua tunggal, cerai atau menjanda sudah dimasukkan

dalam penelitian ini, ternyata secara statistik tidak bermakna sebagai faktor

yang mempengaruhi kejadian wasting atau stunting (wasting OR 0,33 ; CI 95%

0,04 – 2,60 pada stunting OR 1,91 ; CI 95% 0,99 – 3,66).

Blair et al (2004) melakukan penelitian kohor longitudinal pada orang

tua dan anak dengan melibatkan 11.718 bayi yang lahir aterm di tahun 1991 –

1992. Penelitian ini menghubungkan antara gagal tumbuh dengan faktor

sosioekonomi dan prenatal. Kriteria gagal tumbuh yang digunakan yakni, berat

badan di bawah persentil 5 dengan mengacu rujukan negara Inggris atau z –

score dibawah –1,645 dalam dua periode waktu pengukuran; lahir sampai 6 –

8 minggu, 6 – 8 minggu sampai 9 bulan. Dari penelitian ini didapatkan bahwa

faktor prenatal dan faktor sosio ekonomi (termasuk perceraian) tidak

mempunyai pengaruh terhadap gagal tumbuh. Pengaruh signifikan berasal dari

aspek fisik seperti tinggi orang tua dan pada paritas keempat atau lebih.

Hal ini bertolak belakang dengan apa yang dikemukakan oleh Block et

al (2005) bahwa faktor psiko sosial perlu diperhatikan oleh dokter terhadap

kemungkinan terjadinya gagal tumbuh. Selengkapnya seperti yang Block et al

tulis: Faktor-faktor resiko yang harus diperhatikan oleh dokter anak terhadap

kemungkinan pengabaian pada anak sebagai penyebab dari gagal tumbuh

(failure to thrive) yaitu : a) orang tua depresi, stress, percekcokan perkawinan,

perceraian, b) riwayat kekerasan pada anak di keluarga, c) orang tua menderita

retardasi mental dan kelainan psikologis, d) ibu muda dan tunggal tanpa

dukungan sosial, e) kekerasan dalam rumah tangga, f) penyalahgunaan obat

Page 44: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dan alkohol, g) kekerasan pada anak sebelumnya dalam keluarga, h) isolasi

sosial dan / atau kemiskinan, i) orang tua yang skill sosial dan adaptasinya

tidak adekuat, j) orang tua yang terlalu fokus pada karier dan / atau aktivitas di

luar rumah, k) gagal untuk mendapatkan bantuan-bantuan medis, l) kekurang

pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan normal dan / atau, m)

bayi dengan berat badan lahir rendah atau masuk rumah sakit dalam waktu

lama.

6. Penelitian mengenai penentu status gizi dan perkembangan balita di

Surakarta dan sekitarnya.

Lestari (2006) melakukan penelitian yang menghubungkan antara status

gizi dengan skor perkembangan psikomotor pada anak berusia enam bulan

sampai dengan duapuluh empat bulan di kecamatan Kartasura. Dari penelitian

tersebut didapatkan bahwa faktor yang memungkinkan peningkatan

perkembangan psikomotor adalah tingkat pendidikan ibu, dimana tingkat

pendidikan SLTP/SMA dan perguruan tinggi mempunyai peluang lebih baik

pencapaian skor perkembangan psikomotor pada anak baduta mereka.

Trimanto (2006) melakukan penelitian yang menghubungkan antara

tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga dan modal sosial dengan status

gizi anak balita di kabupaten Sragen. Penelitian tersebut mendapatkan

kesimpulan bahwa tingkat pendidikan ibu berpengaruh pada status gizi anak

balita. Semakin tinggi pendidikan ibu, semakin baik status gizi anak balita

mereka. Demikian juga pada pendapatan keluarga, semakin tinggi pendapatan

keluarga, semakin baik status gizi balita. Lingkungan tempat tinggal dengan

Page 45: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

modal sosial tinggi juga berpengaruh dalam meningkatkan status gizi anak

balita.

Ariani (2009) meneliti korelasi pola hubungan orangtua – anak dan

keberfungsian keluarga dengan perkembangan anak usia prasekolah di

Jombang Jawa Timur. Dari penelitian ini didapatkan bahwa, semakin baik pola

hubungan orangtua – anak dan keberfungsian keluarga, semakin baik

perkembangan anak usia prasekolah.

Page 46: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1. Kerangka pemikiran perbedaan status gizi dan perkembangan antara anak balita dari keluarga lengkap dengan keluarga bercerai

Penjelasan kerangka pemikiran

Perceraian didahului dengan permusuhan pasangan dan ketidakharmonisan

keluarga. Setelah terjadinya perceraian ada anggota keluarga yang tidak lagi

Reaksi pasangan pria

Perceraian

Reaksi pasangan wanita

Ketidakharmonisan keluarga

Gangguan pada pola asah, asih dan asuh

Transisi fungsi keluarga

Gangguan Perilaku

Penyakit fisik Status Gizi Status Perkembangan

diteliti

tidak diteliti

Reaksi anak

Perubahan psiko – sosio – emosional

Konflik dan permusuhan pasangan

Page 47: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

bersama (terutama ayah), mengakibatkan perubahan pada aspek psikologis,

aspek sosial dalam hal ini keluarga besar, teman, relasi, dan jaringan sosial,

juga aspek emosional. Peristiwa yang menegangkan ini menimbulkan

berbagaimacam jenis reaksi baik pada pasangan pria, wanita maupun pada

anak sendiri sesuai dengan usia, tahap pertumbuhan dan perkembangannya dan

kepribadian masing-masing. Reaksi anggota keluarga pasca perceraian

ditambah dengan sisa rasa permusuhan yang terus berlangsung berakibat

terjadinya perubahan besar dalam pola asah, asih dan asuh dalam pengasuhan

anak balita. Kemungkinan ini akan berpengaruh besar pada status gizi,

perkembangan anak balita, dan kesehatan baik fisik, perilaku dan

psikososialnya pula.

C. Hipotesis

a. Status gizi berat badan anak balita pada orang tua bercerai lebih buruk

dibandingkan anak balita dari orang tua lengkap.

b. Status gizi tinggi badan anak balita pada orang tua bercerai lebih buruk

dibandingkan anak balita dari orang tua lengkap.

c. Status perkembangan umum anak balita pada orang tua bercerai lebih

buruk dibandingkan anak balita dari orang tua lengkap.

d. Status perkembangan personal sosial anak balita pada orang tua bercerai

lebih buruk dibandingkan anak balita dari orang tua lengkap.

e. Status perkembangan motorik halus anak balita pada orang tua bercerai

lebih buruk dibandingkan anak balita dari orang tua lengkap.

Page 48: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

f. Status perkembangan bahasa anak balita pada orang tua bercerai lebih

buruk dibandingkan anak balita dari orang tua lengkap.

g. Status perkembangan motorik kasar anak balita pada orang tua bercerai

lebih buruk dibandingkan anak balita dari orang tua lengkap.

Page 49: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan

pendekatan studi comparative.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah anak balita dari orang tua bercerai dan

orangtua lengkap yang menjadi anggota posyandu di wilayah kerja Puskesmas

Kartasura Sukoharjo.

C. Besar Sampel

Besar sampel ditentukan dari banyaknya anak balita yang bisa

dikumpulkan dari orang tua bercerai di kecamatan Kartasura selama periode

penelitian, ditambah dengan kelompok anak balita dari orang tua lengkap

dalam jumlah yang sama dengan jumlah anak balita dari orang tua bercerai

tersebut.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Secara umum teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik convenience sampling. Seluruh anak balita dari

orang tua bercerai yang berhasil dikumpulkan selama periode waktu penelitian

dan bersedia mengikuti penelitian dijadikan sebagai sampel untuk kelompok

anak balita dari orang tua bercerai. Sedangkan kelompok anak balita dari orang

tua lengkap diperoleh dengan cara, dari dua belas desa dipilih secara purposif

Page 50: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

dua desa yang mewakili desa rural dan urban, kemudian masing-masing desa

yang terpilih diambil satu posyandu secara random, di masing-masing

posyandu ini dipilih secara random hingga mencapai jumlah yang sama dengan

anak balita dari kelompok orang tua bercerai.

E. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : status perkawinan orang tua anak balita.

2. Variabel terikat : status gizi dan perkembangan anak balita.

F. Definisi Operasional Variabel

1. Status perkawinan orang tua anak balita

Status perkawinan orang tua anak balita adalah status hukum perkawinan atau

perceraian orang tua anak balita. Ada dua macam status perkawinan dalam

penelitian ini, yaitu a) status kawin bila masih berstatus menikah secara

hukum, b) status bercerai bila sudah ada putusan cerai dari pengadilan agama

atau pengadilan negeri atau bila tidak serumah lagi dengan pasangannya lebih

dari 2 tahun.

Skala pengukurannya adalah nominal, dengan rincian a) status kawin diberi

label k, b) status bercerai diberi label c.

2. Status gizi anak balita

Status gizi anak balita adalah indeks antropometri yang menunjukkan

kecukupan gizi dari anak balita setelah dibandingkan dengan baku rujukan

WHO 2005.

Indeks antropometri yang digunakan dalam penelitian ini adalah berat

badan menurut umur (BB/U) dan tinggi badan menurut umur (TB/U). Hasilnya

Page 51: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

diklasifikasikan dalam kategori sebagai berikut: a) status gizi lebih, dengan

kriteria : z-score BB/U atau TB/U lebih dari 1 SD, b) status gizi normal,

dengan kriteria : z-score BB/U atau TB/U antara – 2 SD dan 2 SD, c) status

gizi kurang, dengan kriteria : z-score BB/U atau TB/U antara – 3 SD dan – 2

SD, d) status gizi buruk, dengan kriteria : z-score BB/U atau TB/U kurang dari

– 3 SD (World Health Organization, 2006).

Skala pengukurannya adalah ordinal, dengan pemberian label sebagai

berikut: a) status gizi lebih; diberikan label = 3, b) status gizi normal; diberikan

label = 2, c) status gizi kurang; diberikan label = 1, d) status gizi buruk;

diberikan label = 0.

3. Status perkembangan anak balita

Status perkembangan anak balita adalah kemampuan perkembangan

yang dicapai anak balita dengan berdasar Tes Denver II.

Pada penelitian ini perkembangan anak balita yang dinilai, mengacu

pada Tes Denver II meliputi kemampuan personal sosial, gerak motorik halus,

bahasa dan gerak motorik kasar. Interpretasi dari penilaian meliputi: a) “lebih”

bila anak “lulus” pada tugas perkembangan tes yang terletak di kanan garis

umur, b) “normal”, bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba

di sebelah kanan garis umur, c) “peringatan” bila anak “gagal” atau “menolak”

melakukan tugas perkembangan tes dimana garis umur terletak pada atau

antara 75% dan 90%, d) “terlambat” bila anak “gagal” atau “menolak”

melakukan tugas perkembangan tes yang terletak jelas berada di sebelah kiri

Page 52: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

garis umur, e) “tidak ada kesempatan” bila anak tidak ada kesempatan untuk

melakukan tugas perkembangan (Frankenburg & Dodds, 2004).

Dari interpretasi penilaian individual tersebut, hasilnya diklasifikasikan

menjadi 3 kategori, yaitu : a) lambat, kriterianya adalah bila didapatkan 1 atau

lebih keterlambatan pada sektor perkembangan yang harusnya dicapai dengan

memperhatikan umur, b) normal, kriterianya adalah bila dapat melalui semua

tugas pada setiap sektor sesuai dengan umurnya, c) lebih, kriterianya adalah

bila anak dapat melalui semua tugas pada setiap sektor sesuai dengan umurnya

dan dapat melakukan tugas yang seharusnya dapat dilakukan oleh anak yang

lebih tua dari usianya.

Skala pengukurannya adalah ordinal, dengan pemberian label sebagai

berikut : a) lambat, diberikan label = 0, b) normal, diberikan label = 1, c) lebih,

diberikan label = 2.

G. Sumber Data

Data diambil dari data primer yang diperoleh melalui pengukuran status

gizi berdasarkan berat badan dibanding umur (BB/U) dan tinggi badan menurut

umur (TB/U) berdasarkan baku WHO 2005 dan penilaian perkembangan anak

dengan tes Denver II pada kemampuan personal sosial, gerak motorik halus,

bahasa dan gerak motorik kasar.

Page 53: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

H. Instrumen Penelitian

Penelitian ini memerlukan alat dan bahan sebagai berikut :

1. Lembar formulir Tes Denver II.

2. Alat peraga Tes Denver II : benang wol merah, manik-manik, kubus warna

merah, kuning, hijau dan biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel

kecil, kertas dan pensil (Soetjiningsih, 1998; Denver Developmental

Materials Inc, 2006).

3. Alat pengukur berat badan : timbangan Dacin.

I. Alur Penelitian

Gambar 3.1. Alur penelitian perbedaan status gizi dan perkembangan antara anak balita dari keluarga lengkap dengan keluarga bercerai

Anak balita dari orang tua lengkap

Anak balita dari orang tua bercerai

1. Penilaian status gizi anak balita dengan pengukuran antropometri. 2. Penilaian perkembangan anak balita dengan Tes Denver II

Interpretasi hasil dan skoring

Analsis Mann – Whitney untuk data non parametrik dan uji t untuk data parametrik dengan bantuan Software SPSS 16

Populasi anak balita anggota Posyandu Puskesmas Kartasura

Convenience sampling

Page 54: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

J. Analisis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah menguji atau

membandingkan 2 kelompok sampel independen berskala nominal, yaitu status

perkawinan orang tua anak balita, di mana variabel dependen masing-

masingnya berskala ordinal, yaitu status gizi dan perkembangan anak balita.

Uji statistik untuk menilai kemaknaan perbedaan ditentukan setelah

mengetahui normalitas data. Bila data parametrik maka uji statistik yang

digunakan adalah uji t, sedangkan bila data non parametrik, uji statistik yang

digunakan adalah Mann Whitney. (Mahfoedz, 2008) Uji statistik dibantu

dengan menggunakan software SPSS 16.

Page 55: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Hasil Penelitian

Subyek penelitian ini adalah seluruh anak balita yang menjadi anggota

posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo, sebanyak 10.165

anak balita yang tersebar di duabelas desa. Didapatkan sebanyak tiga puluh

lima anak balita dari orang tua bercerai, sedangkan yang bersedia mengikuti

penelitian sebanyak dua puluh sembilan anak balita. Dua puluh sembilan anak

balita dari kelompok orang tua lengkap diperoleh secara random dari dua

posyandu yang mewakili rural dan urban. Data tentang anak balita diperoleh

dengan cara pengukuran secara langsung mengenai berat badan, tinggi badan,

status perkembangan di bidang personal sosial, motorik halus, bahasa dan

motorik kasar, sedangkan untuk umur, berat badan lahir, lama kehamilan

ditanyakan kepada ibunya melalui wawancara. Data tentang ibu anak balita

diperoleh dengan cara wawancara dengan panduan kuesioner yang meliputi:

umur ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jenis pekerjaan dan

pendapatan keluarga per bulan.

Data yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam worksheet

program SPSS versi 16 untuk dilakukan pengolahan secara kuantitatif,

sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai penelitian ini.

Page 56: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

1. Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan kelompok usia

Status perkawinan

orang tua

Kelompok usia anak balita Jumlah total

0 - 2 tahun 2 - 3 tahun 3 - 5 tahun

Lengkap 15 5 9 29

Cerai 15 7 7 29

Total 30 12 16 58

Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa dari 58 responden yang berada pada

kelompok usia 0 – 2 tahun sebanyak 30 anak, kelompok usia 2 – 3 tahun

sebanyak 12 anak dan pada kelompok usia 3 – 5 tahun sebanyak 16 anak.

Dengan memperhatikan status perkawinan orang tua, didapatkan pada

kelompok orang tua bercerai, 15 anak berusia 0 – 2 tahun, 7 anak berusia 2 – 3

tahun, dan 7 anak berusia 3 – 5 tahun. Pada kolompok orang tua lengkap,

didapatkan 15 anak berusia 0 – 2 tahun, 5 anak berusia 2 – 3 tahun dan 9 anak

berusia 3 – 5 tahun.

Distribusi anak balita berdasarkan status gizi berat badan (BB/U) pada

kelompok orang tua lengkap maupun bercerai dapat dilihat pada tabel 2.

Page 57: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan status gizi berat badan (BB/U) Status perkawinan

orang tua

Status Gizi (BB/U) Jumlah total

Buruk Kurang Normal Lebih

Lengkap 0 2 25 2 29

Cerai 1 7 21 0 29

Jumlah total 1 9 46 2 58

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan terdapat 1 anak

balita berstatus gizi buruk, 9 anak berstatus gizi sedang, 46 anak berstatus gizi

normal dan 2 anak berstatus gizi lebih. Dengan memperhatikan status

perkawinan orang tua anak balita, didapatkan pada kelompok orang tua

lengkap, tidak terdapat anak balita berstatus buruk, 2 anak balita berstatus gizi

kurang, 25 anak balita berstatus gizi normal, 2 anak balita berstatus gizi lebih.

Pada kelompok orang tua bercerai didapatkan 1 anak balita berstatus gizi

buruk, 7 anak balita berstatus gizi kurang, 21 anak balita berstatus gizi normal,

dan tidak ada anak balita yang berstatus gizi lebih.

Distribusi status gizi tinggi badan (TB/U) anak balita pada kelompok

orang tua bercerai dan lengkap dapat dilihat pada tabel 3.

Page 58: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tabel 3. Distribusi responden berdasar status gizi tinggi badan (TB/U) Status perkawinan

orang tua

Status gizi tinggi badan (TB/U) Jumlah total

Buruk Kurang Normal Lebih

Lengkap 1 1 27 0 29

Cerai 2 5 20 2 29

Jumlah total 3 6 47 2 58

Dari tabel 3 didapatkan bahwa secara keseluruhan terdapat 3 anak balita

yang berstatus gizi buruk, 6 anak balita berstatus gizi kurang, 47 anak balita

berstatus gizi normal dan 2 anak balita berstatus gizi lebih. Pada kelompok

orang tua bercerai didapatkan 2 anak balita berstatus gizi buruk, 5 anak balita

berstatus gizi kurang, 20 anak balita berstatus gizi lebih. Pada kelompok orang

tua lengkap, didapatkan 1 anak balita berstatus gizi buruk, 1 anak balita

berstatus gizi kurang, 27 anak balita berstatus gizi normal dan tidak terdapat

anak balita yang berstatus gizi lebih.

Distribusi status perkembangan umum anak balita pada kelompok

orang tua lengkap maupun bercerai disajikan pada tabel 4.

Page 59: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan status perkembangan umum

Status perkawinan

orang tua

Status Perkembangan Umum Jumlah total

Lebih Normal Lambat

Lengkap 8 19 2 29

Cerai 2 20 7 29

Jumlah total 10 39 9 58

Dari tabel 4 didapatkan bahwa secara keseluruhan 9 anak balita

berstatus perkembangan umum lambat, 39 anak balita berstatus perkembangan

umum normal, dan 10 anak balita berstatus perkembangan umum lebih. Pada

kelompok orang tua bercerai didapatkan 7 anak balita berstatus perkembangan

umum lambat, 20 anak balita berstatus perkembangan umum normal dan 2

anak berstatus perkembangan umum lebih. Pada kelompok orang tua lengkap

didapatkan 2 anak balita berstatus perkembangan umum lambat, 19 anak balita

berstatus perkembangan umum normal dan 8 anak balita berstatus

perkembangan umum lebih.

Distribusi status perkembangan personal sosial anak balita baik pada

kelompok orang tua lengkap maupun bercerai disajikan pada tabel 5.

Page 60: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan status perkembangan personal sosial

Status perkawinan

orang tua

Status perkembangan personal sosial Jumlah total

Lambat Normal Lebih

Lengkap 1 21 7 29

Cerai 5 23 1 29

Jumlah total 6 44 8 58

Dari tabel 5, total kedua kelompok didapatkan bahwa 6 anak balita

dengan status perkembangan personal sosial lambat, 44 anak balita dengan

status perkembangan personal sosial normal dan 8 anak balita status

perkembangan personal sosialnya lebih. Untuk kelompok orang tua bercerai, 5

anak balita dengan status perkembangan personal sosial lambat, 23 anak balita

dengan status perkembangan personal sosial normal dan 1 anak balita dengan

status perkembangan personal sosial lebih. Pada kelompok orang tua lengkap,

1 anak balita dengan status perkembangan personal sosial lambat, 21 anak

balita dengan status perkembangan personal sosial normal, dan 7 anak balita

dengan status perkembangan personal sosial lebih.

Distribusi status perkembangan motorik halus anak balita dari

kelompok orang tua bercerai maupun orang tua lengkap disajikan pada tabel 6.

Page 61: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasar Perkembangan Motorik Halus

Status perkawinan

orang tua

Status perkembangan motorik halus Jumlah total

Lambat Normal Lebih

Lengkap 1 21 7 29

Cerai 5 21 7 29

Jumlah total 6 42 14 58

Dari tabel 6, secara keseluruhan dari kedua kelompok baik orang tua

bercerai maupun lengkap, didapatkan 6 anak balita dengan status

perkembangan motorik halus lambat, 42 anak balita dengan status

perkembangan motorik halus normal, dan 10 anak dengan status perkembangan

motorik halus lebih. Pada kelompok orang tua bercerai didapatkan 5 anak

balita dengan status perkembangan motorik halus lambat, 21 anak balita

dengan status perkembangan motorik halus normal dan 3 anak balita dengan

status perkembangan motorik halus lebih. Pada kelompok orang tua lengkap

didapatkan 1 anak balita dengan status perkembangan motorik halus lambat, 21

anak balita dengan status perkembangan motorik halus normal dan 7 anak

balita dengan status perkembangan motorik halus lebih. Pada kelompok orang

tua bercerai didapatkan 5 anak balita dengan status perkembangan motorik

halus lambat, 21 anak balita dengan status perkembangan motorik normal, dan

3 anak balita dengan status perkembangan motorik lebih.

Distribusi status perkembangan bahasa pada kelompok orang tua

bercerai dan lengkap disajikan pada tabel 7.

Page 62: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasar Perkembangan Bahasa

Status perkawinan

orang tua

Status perkembangan bahasa Jumlah total

Lambat Normal Lebih

Lengkap 3 19 7 29

Cerai 9 18 2 29

Jumlah total 12 37 9 58

Dari tabel 7, didapatkan bahwa secara keseluruhan didapatkan 12 anak

balita dengan status perkembangan bahasa lambat, 37 anak balita dengan status

perkembangan bahasa normal dan 9 anak balita dengan status perkembangan

bahasa lebih. Pada kelompok orang tua normal didapatkan 3 anak balita dengan

status perkembangan bahasa lambat, 19 anak balita dengan status

perkembangan bahasa normal dan 7 anak balita dengan status perkembangan

bahasa lebih. Pada kelompok orang tua bercerai didapatkan 9 anak balita

dengan status perkembangan bahasa lambat, 18 anak balita dengan status

perkembangan bahasa normal, 2 anak balita dengan status perkembangan

bahasa lebih. Pada kelompok orang tua lengkap didapatkan 3 anak balita

berstatus perkembangan bahasa lambat, 19 anak balita berstatus perkembangan

bahasa normal dan 7 anak balita berstatus perkembangan bahasa lebih.

Distribusi status perkembangan motorik kasar disajikan pada tabel 8.

Page 63: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tabel 8. Distribusi responden berdasar status perkembangan motorik kasar

Status perkawinan

orang tua

Status perkembangan motorik kasar Jumlah total

Lambat Normal Lebih

Lengkap 1 22 6 29

Cerai 5 20 4 29

Jumlah total 6 42 10 58

Dari tabel 8 didapatkan bahwa, dari total 58 responden terdapat 6 anak

balita dengan status perkembangan motorik kasar lambat, 42 anak balita

dengan status perkembangna motorik kasar normal dan 10 anak balita dengan

status perkembangan motorik kasar lebih. Pada kelompok orang tua bercerai,

terdapat 5 anak balita dengan status perkembangan motorik kasar lambat, 20

anak balita dengan status perkembangan motorik kasar normal dan 4 anak

balita dengan status perkembangan motorik kasar lebih. Pada kelompok orang

tua lengkap didapatkan 1 anak balita dengan status perkembangan motorik

kasar lambat, 22 anak balita dengan status perkembangan motorik kasar normal

dan 6 anak balita dengan status perkembangan motorik kasar lebih.

Distribusi responden berdasarkan pendapatan orang tua dibandingkan

upah minimum kabupaten (UMK) Sukoharjo disajikan pada tabel 9.

Page 64: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 9. Distribusi responden berdasarkan pendapatan orang tua

Status perkawinan

orang tua

Pendapatan orang tua dibandingkan UMK Jumlah

total Di atas UMK Di bawah UMK

Lengkap 26 3 29

Cerai 14 15 29

Jumlah total 40 18 58

Dari tabel 9, secara keseluruhan didapatkan 40 anak balita dengan

pendapatan orang tua di atas UMK dan 18 anak balita dengan pendapatan

orang tua di bawah UMK. Pada kelompok orang tua bercerai terdapat 14 anak

balita dengan pendapatan orang tua di atas UMK dan 15 anak balita dengan

pendapatan orang tua di bawah UMK. Pada kelompok orang tua lengkap

didapatkan 26 anak balita dengan pendapatan orang tua di atas UMK dan 3

anak balita dengan pendapatan orang tua di bawah UMK.

Uji normalitas data dengan uji two – sample Kolmogorov – Smirnov

dari dua kelompok yaitu orang tua lengkap dan orang tua bercerai disajikan

pada tabel 10.

Page 65: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Tabel 10. Uji normalitas berdasarkan two – sample Kolmogorov –

Smirnov test

Variabel Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Status Gizi TB/U 0,657 0,782

Status Gizi BB/U 0,788 0,564

Status Perkembangan Umum 0,788 0,564

Personal Sosial 0,788 0,564

Motorik Halus 0,525 0,945

Bahasa 0,788 0,564

Motorik Kasar 0,525 0,945

Pendptan orang tua 1,576 0,0134

Dari tabel 10, dengan melihat nilai p pada variabel pendapatan orang

tua [p = 0,0134 dimana p < 0,05] maka distribusi populasi pada penelitian ini

adalah tidak normal, maka selanjutnya uji statistik untuk menganalisis

perbedaan variabel pendapatan orang tua pada kelompok bercerai dan lengkap

menggunakan uji Mann – Whitney dengan bantuan software SPSS 16.0 for

windows. Sedangkan nilai p pada variabel status gizi tinggi badan (TB/U) [p =

0,782], status gizi berat badan (BB/U) [p = 0,564], status perkembangan umum

[p = 0,564], status perkembangan personal [p = 0,564], status perkembangan

motorik halus [p = 0,945], status perkembangan bahasa [p = 0,564] dan status

perkembangan motorik kasar [p = 0,945], besar nilai p > 0,05. Maka distribusi

Page 66: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

populasi pada variabel-variabel tersebut adalah normal. Selanjutnya uji statistik

untuk menganalisis perbedaan variabel-variabel terakhir menggunakan uji t.

2. Hasil Analisis Perbedaan Variabel-variabel Penelitian

Dengan menggunakan uji Mann – Whitney, kemaknaan statistik

mengenai perbedaan variabel pendapatan antara kelompok orang tua lengkap

dan bercerai disajikan pada tabel 11.

Tabel 11. Hasil Uji Statistik Non Parametrik untuk menguji kemaknaan statistik perbedaan variabel pendapatan orang tua antara kelompok orang tua lengkap dan cerai

Pendapatan orang tua

Mann-Whitney U 246.500

Z -3.376

Asymp. Sig. (2-tailed) .001

Dari tabel 11, dengan menggunakan uji non parametrik Mann –

Whitney didapatkan bahwa pada variabel pendapatan orang tua, terdapat

perbedaan secara bermakna antara kelompok orang tua lengkap dengan orang

tua bercerai [p = 0,001].

Dengan menggunakan uji t, kemaknaan statistik mengenai perbedaan

variabel status gizi tinggi badan (TB/U), status gizi berat badan (BB/U), status

perkembangan umum, personal sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik

kasar antara kelompok orang tua lengkap dan bercerai disajikan pada tabel 12.

Page 67: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tabel 12. Hasil uji t untuk menguji kemaknaan statistik perbedaan variabel status gizi tinggi badan (TB/U), status gizi berat badan (BB/U), status perkembangan umum, status personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar anak balita antara kelompok orang tua lengkap dan bercerai Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Diff

Std. Error

Diff

95% Conf Int of

the Diff

Lower Upper

Status Gizi

TB/U

8.250 .006 -.926 56 .358 -.138 .149 -.436 .160

-.926 45.552 .359 -.138 .149 -.438 .162

Status Gizi

BB/U

13.595 .001 -2.531 56 .014 -.310 .123 -.556 -.065

-2.531 50.055 .015 -.310 .123 -.557 -.064

Perkemba-

ngan

umum

.175 .677 -2.630 56 .011 -.379 .144 -.668 -.090

-2.630 55.925 .011 -.379 .144 -.668 -.090

Personal

Sosial

1.104 .298 -2.812 56 .007 -.345 .123 -.590 -.099

-2.812 55.362 .007 -.345 .123 -.591 -.099

Motorik

Halus

.421 .519 -2.056 56 .044 -.276 .134 -.545 -.007

-2.056 55.683 .044 -.276 .134 -.545 -.007

Bahasa .333 .566 -2.496 56 .016 -.379 .152 -.684 -.075

-2.496 55.997 .016 -.379 .152 -.684 -.075

Motorik

Kasar

.009 .926 -1.517 56 .135 -.207 .136 -.480 .066

-1.517 54.104 .135 -.207 .136 -.480 .067

Dari tabel 12 didapatkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan

bermakna antara anak balita dari kelompok orang tua lengkap dan bercerai

pada variabel status gizi berat badan (BB/U) [p = 0,014], status perkembangan

umum [p = 0,011], status perkembangan personal sosial [p = 0,007], status

perkembangan motorik halus [p = 0,044], status perkembangan bahasa [p =

0,016]. Pada variabel status gizi tinggi badan (TB/U) [p = 0,358] dan status

Page 68: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

perkembangan motorik kasar [p = 0,135], tidak terdapat perbedaan bermakna

antara anak balita dari kelompok orang tua lengkap dan bercerai.

B. Pembahasan

1. Pembahasan Teoretis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan status gizi dan

status perkembangan antara anak balita dari kelompok orang tua bercerai

dengan orang tua lengkap. Dari hasil penelitian didapatkan dua variabel yang

tidak didapatkan adanya perbedaan bermakna yaitu status gizi tinggi badan

(TB/U) dan status perkembangan motorik kasar karena tidak bermakna secara

statistik. Hal ini ditunjukkan pada hasil analisis tabel 12, nilai p = 0,358 untuk

status gizi tinggi badan (TB/U) dan nilai p = 0,135 untuk status perkembangan

motorik kasar.

Dari kepustakaan didapatkan bahwa, dampak perceraian pada anak

yang masih dini usia meliputi kecemasan, psikosomatis, gangguan makan,

penurunan berat badan (Kristiani dan Tedjasaputra, 2010). Demikian juga

Block et al (2005) menyebutkan bahwa perceraian merupakan salah satu faktor

yang menyebabkan anak mengalami gagal tumbuh. Penelitian ini sejalan

dengan pernyataan tersebut, perceraian pada orang tua yang mempunyai anak

balita berdampak secara akut pada penurunan berat badan (BB/U), tetapi tidak

berpengaruh pada status gizi dalam jangka panjang yang ditunjukkan dengan

status gizi tinggi badan (TB/U). Hasil ini berbeda dengan yang didapatkan Li et

al (2004) perceraian yang terjadi pada orang tua saat anak berusia 4 – 7 tahun,

membuat anak laki-laki secara signifikan lebih pendek daripada anak laki-laki

Page 69: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

seusianya. Demikian juga dengan penelitian Engebresten et al (2008) di

Uganda, dimana perceraian tidak berpengaruh terhadap status gizi tinggi badan

(TB/U) maupun berat badan (BB/U). Tetapi Engebresten et al (2008)

menemukan bahwa keberadaan saudara perempuan atau laki-laki merupakan

faktor protektif terhadap wasting (status gizi berat badan [BB/U] kurang)

maupun stunting (status gizi tinggi badan [TB/U] kurang). Hasil penelitian ini

juga berbeda dengan penelitian Blair et al (2004) dimana perceraian tidak

berpengaruh terhadap gagal tumbuh.

Secara tidak langsung berkaitan dengan penelitian ini, Trimanto (2006)

berkesimpulan pendapatan keluarga yang makin baik akan meningkatkan status

gizi anak balita. Pada penelitian ini, kelompok orang tua bercerai menonjol

proporsi jumlah anggotanya yang berpendapatan di bawah UMK (secara

statistik bermakna p = 0,001). Dengan pendapatan yang turun pada keluarga

bercerai meningkatkan peluang anak balita mereka menurun status gizinya.

Ketika orang tua mengalami masalah dalam pernikahan, mereka

cenderung menghabiskan banyak energi memikirkan masalah pernikahannya

sehingga kurang mempunyai waktu dengan anak dan menjadi tidak konsisten

dalam pengasuhannya (Kristiani dan Tedjasaputra, 2010). Hasil penelitian

Ariani (2009) berkesimpulan bahwa, semakin baik pola hubungan orangtua –

anak dan keberfungsian keluarga, semakin baik perkembangan anak usia

prasekolah. Pernyataan-pernyataan tersebut bisa menjelaskan mengapa dalam

penelitian ini status perkembangan umum, personal sosial, motorik halus dan

bahasa pada anak dari kelompok orang tua bercerai lebih menonjol jumlah

Page 70: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

anggotanya yang lambat dibandingkan anak balita dari kelompok orang tua

lengkap. Orang tua yang mengalami masalah dengan pernikahan yang berujung

pada perceraian membuat perhatian dan konsistensi pengasuhan pada anak

tidak optimal, dan membuat keberfungsian keluarga dalam peran asah, asih dan

asuh yang diperlukan dalam perkembangan anak tidak optimal pula. Akibatnya

anak balita dari kelompok orang tua bercerai lebih menonjol proporsi jumlah

anggotanya yang lambat status perkembangan personal sosial, motorik halus

dan bahasanya, daripada anak balita dari kelompok orang tua lengkap. Hasil ini

sejalan dengan penelitian Richard dan Wadsworth (2004) di Inggris,

mendapatkan bahwa perceraian orang tua membuat anak menjadi lambat

perkembangan kognitifnya.

Hasil penelitian selanjutnya yang tidak sesuai dengan hipotesis adalah

status perkembangan motorik kasar secara statistik tidak bermakna

perbedaannya antara anak dari kelompok orang tua bercerai dengan orang tua

lengkap (p = 0,135). Hal ini bisa dijelaskan menurut Olney et al (2006) bahwa,

ukuran dan proporsi tubuh serta kekuatan otot dan tulang mempengaruhi

perkembangan keterampilan lokomosi. Demikian juga penelitian Siegel et al,

(2005) menunjukkan bahwa status gizi yang baik, tanpa adanya anemia dan

diet yang baik, merupakan prediktor independent terhadap capaian status

perkembangan motorik kasar. Dalam penelitian ini status gizi jangka panjang

(TB/U) anak balita dari kelompok orang tua bercerai tidak berbeda secara

bermakna dengan anak balita dari kelompok orang tua lengkap.

Page 71: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Mengenai pendapatan keluarga yang di bawah upah minimum

kabupaten (UMK) Sukoharjo Rp 790.500,-, didapatkan bahwa, kelompok

orang tua bercerai lebih menonjol proporsi yang pendapatannya di bawah

UMK dibandingkan keluarga orang tua lengkap (p = 0,001). Sebagian besar

pengasuh anak balita dari kelompok orang tua bercerai yang utama adalah ibu.

Setelah mereka bercerai, dampaknya bagi para ibu ini, akan mengalami

pengurangan dukungan keuangan dari mantan suami mereka. Kenyataan ini

selaras dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa

perceraian bagi istri membuatnya beresiko menjadi sakit, perokok, pecandu

obat dan alkohol, penurunan status finansial, dukungan jejaring sosial dan

harapan sehat (Weitoft et al, 2002; Ikeda et al, 2007; Fukuda et al, 2005;

Fukuda et al, 2005; Lee et al, 2005). Pada penelitian ini, sejalan dengan hasil-

hasil penelitian tersebut.

2. Pembahasan Metode Penelitian

a. Metode yang dipakai menggunakan desain comparative study

Metoda ini mengukur variabel faktor risiko dan akibatnya dalam tempo

bersamaan (Murti, 2008), padahal status gizi merupakan hasil akumulasi

pertumbuhan anak dalam waktu yang lama, sedangkan perkembangan dapat

dilihat hasil/akibatnya dari pertumbuhan anak yang memerlukan jangka waktu

lama tersebut. Sehingga desain penelitian dengan pendekatan cohort lebih tepat

untuk penelitian semacam ini.

Page 72: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

b. Jumlah sampel penelitian kurang besar

Dalam penelitian ini jumlah sampelnya sebanyak 58, hal ini hanya

memenuhi kriteria ukuran sampel minimal menurut kriteria Hair. Dengan

memperbesar jumlah sampel maka akan memperbaiki presisi.

c. Akurasi pengukuran variabel

Pengamat dalam penelitian ini adalah orang yang telah dilatih terlebih

dahulu mengenai pemeriksaan berat badan dan pengukuran tinggi badan anak

balita, demikian juga dengan pengamatan mengenai pengujian perkembangan

anak balita dengan menggunakan Denver Test II. Pengamat pada penelitian ini

mengetahui asal usul anak balita apakah ia berasal dari kelompok orang tua

bercerai atau orang tua lengkap. Tidak ada perlakuan “blinded” bagi pengamat,

sehingga tidak menutup kemungkinan adanya bias pengamatan.

C. Keterbatasan Penelitian

Desain penelitian ini yang bersifat comparative study mempunyai

kelemahan dalam menilai hubungan temporal, yakni hubungan waktu yang

berkaitan dengan sebab akibat dalam inferensi kausal (Murti, 2008). Sebagai

contoh dalam penelitian ini didapatkan risiko status gizi kurang lebih menonjol

pada aspek BB/U yang signifikan ketimbang TB/U. Bisa jadi setelah

pengamatan dalam periode waktu tertentu, kedepannya bisa menimbulkan

dampak pada status gizi aspek TB/U.

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah

merupakan batas minimal penentuan sampel menurut Hair.

Page 73: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Sehingga untuk penelitian lanjutan diperlukan jumlah sampel yang

lebih besar dan waktu pengamatan yang lebih panjang, serta ada perlakuan

“blinded” bagi pengamat, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

D. Kelebihan Penelitian

Kelebihan penelitian ini adalah pada permasalahan penelitian yang

jarang diteliti di Indonesia, yaitu yang membandingkan status gizi dan

perkembangan antara anak balita dari kelompok orang tua bercerai dan orang

tua lengkap.

Page 74: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan pada aspek

status gizi berat badan (BB/U), status perkembangan umum, personal sosial,

motorik halus, bahasa antara anak balita dari kelompok orang tua bercerai

dengan orang tua lengkap. Anak balita dari kelompok orang tua bercerai

berisiko mendapatkan status gizi berat badan (BB/U) kurang, status

perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa lambat dibandingkan

dengan anak balita dari kelompok orang tua lengkap. Kelompok orang tua

bercerai berisiko pula untuk berpendapatan di bawah UMK dibandingkan

kelompok orang tua lengkap.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara anak balita dari

kelompok orang tua bercerai dibandingkan orang tua lengkap pada aspek status

gizi (TB/U) dan status perkembangan motorik kasar.

B. Saran

Dari hasil penelitian tersebut, maka diusulkan saran-saran sebagai

berikut: 1) ketahanan keluarga; dengan peningkatan program promotif bagi

keluarga yang sehat bagi remaja, pasangan baru dan lama, serta program

proteksi khusus keluarga yang bermasalah dengan konseling keluarga 2)

pendampingan untuk meningkatkan aspek asah, asih dan asuh untuk anak

balita dari orang tua bercerai, sehingga dapat meningkatkan status gizi dan

Page 75: PERBEDAAN STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN ANTARA ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

mengejar aspek-aspek perkembangan yang mengalami keterlambatan dan 3)

penelitian selanjutnya, perlu menggunakan desain studi longitudinal untuk

lebih memastikan hasil pengamatan pengaruhnya pada status gizi dan status

perkembangan, selain itu juga diperlukan jumlah sampel yang lebih besar

untuk mendapatkan presisi yang lebih baik.

Implikasi yang diharapkan dari penelitian ini adalah bagi dokter keluarga; agar

waspada mengenai tanda-tanda dari disfungsi pernikahan dan perceraian yang

impending, mendiskusikan fungsi keluarga dalam memberikan panduan yang

antisipatif dan menawarkan advis yang tepat, berperan dalam advokasi anak-

anak yang keluarganya mengalami disfungsi hingga perceraian, merujuk anak-

anak bermasalah ini ke tempat layanan yang protektif bagi anak,

mendiskusikan masalah perceraian dan perpisahan di antara orang tua dengan

menekankan pada cara mengatasi reaksi anak dan memberikan bahan bacaan

yang sesuai. Bagi kantor pengadilan agama (tempat putusan cerai dijatuhkan)

agar menyediakan tempat konsultasi atau mewajibkan konsultasi ke dokter

keluarga atau psikiater bagi keluarga pasangan yang sudah turun putusan

cerainya. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan

pendampingan anak-anak dari keluarga yang bercerai. Bagi petugas kesehatan

di layanan primer terutama posyandu; agar waspada akan keberadaan anak-

anak yang keluarganya bermasalah dan memberikan catatan khusus kepada

bidan dan struktur organisasi di atasnya untuk kepentingan surveilans. Bagi

bidan dan dokter di puskesmas dapat meningkatkan perannya sebagaimana

peran dokter keluarga yang telah disebutkan sebelumnya.