PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

34
Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan Leasing Yuoky Surinda, SH 24 April 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan sebagai suatu lembaga pembiayaan telah mengalami keberhasilan dan kegagalan. Perbankan telah berperan sangat besar dalam pengembangan dan pertumbuhan masyarakat yang membutuhkan modal bagi; produksi berskala besar dan besarnya modal yang dilibatkan tidak mungkin dicapai tanpa bantuan Bank. Oleh karena tujuan utama Bank adalah memperoleh keuntungan, mereka selalu cenderung memperoleh keuntungan dengan bunga yang pasti dan dengan jangka yang pendek, tetapi memberikan hasil yang besar, tanpa memperdulikan kepentingan seseorang maupun kebutuhan orang – orang tertentu saja. Pendekatan yang tepat, untuk mengkaji perbankan modern terlepas dari baiknya suatu okum1dan menemukan jalan serta sarana yang bermanfaat tanpa adanya pungutan bunga. Sekarang masyarakat sudah tumbuh dengan perbankan Barat serta mempunyai keyakinan dan kepercayaan sepenuhnya akan kelangsungan kehebatan lembaga tersebut. Untuk membangkitkan kepercayaan masyarakat akan kredibilitas Bank Islam, yang mutlak dibutuhkan untuk Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 1

description

Penjelasan Perbedaan Produk Perbankan Syariah Al Ijarah dengan Leasing

Transcript of PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Page 1: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perbankan sebagai suatu lembaga pembiayaan telah mengalami

keberhasilan dan kegagalan. Perbankan telah berperan sangat besar dalam

pengembangan dan pertumbuhan masyarakat yang membutuhkan modal bagi;

produksi berskala besar dan besarnya modal yang dilibatkan tidak mungkin

dicapai tanpa bantuan Bank.

Oleh karena tujuan utama Bank adalah memperoleh keuntungan, mereka

selalu cenderung memperoleh keuntungan dengan bunga yang pasti dan dengan

jangka yang pendek, tetapi memberikan hasil yang besar, tanpa memperdulikan

kepentingan seseorang maupun kebutuhan orang – orang tertentu saja.

Pendekatan yang tepat, untuk mengkaji perbankan modern terlepas dari

baiknya suatu okum1dan menemukan jalan serta sarana yang bermanfaat tanpa

adanya pungutan bunga. Sekarang masyarakat sudah tumbuh dengan perbankan

Barat serta mempunyai keyakinan dan kepercayaan sepenuhnya akan

kelangsungan kehebatan lembaga tersebut.

Untuk membangkitkan kepercayaan masyarakat akan kredibilitas Bank

Islam, yang mutlak dibutuhkan untuk mencapai keberhasilannya, setiap

pemerintah 1okum1 Islam harus memberikan dukungan sepenuhnya.1

Apabila kita mempertanyakan tugas dan tujuan bank - bank Islam secara

singkat dapat dijawab bahwa tugas dan tujuan pokok bank - bank Islam ini adalah

memberikan alternatif Islami sebagai ganti dari hukum perbankan konvensional

yang berdasarkan atas bunga rente. Ini bukan saja berarti bahwa tugas bank - bank

Islam adalah semata-mata mencegah adanya interaksi rente. Akan tetapi, karena

1okum1 perbankan Islam adalah merupakan bagian dari 1okum1 ekonomi Islam,

malah salah satu sarananya, maka untuk mengenal tugas bank-bank Islam ini

perlu mengenal secara jelas dan konprehensif prinsip-prinsip ekonomi Islam.

Ekonomi Islam, prinsip dasarnya terambil dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

1 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 4, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1996, hlm 337&341-342.

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 1

Page 2: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

Maka proses wujudnya bersifat dinamisme. Artinya, tidak memiliki hukum statis,

memuat semua perincian hukumnya.2

Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem2perbankan

yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan

2okum2 ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun

meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi

untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal2: usaha yang berkaitan

dengan produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak islami dll),

dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem2perbankan konvensional.3

Latar belakang didirikannya Bank Islam dilatar belakangi oleh keinginan

umat Islam untuk mempunyai alternatif pilihan dalam mempergunakan jasa-jasa

perbankan yang dirasakannya lebih sesuai.4

Dalam menjalankan kegiatan usahanya bank - bank Islam mengeluarkan

produk - produk yang beraneka ragam. Itu semua didasarkan pada perjanjian

dengan nasabahnya. Untuk itu, mengenai konsep perjanjian Islam ini memegang

peran yang penting.5

Dasar utama pendirian Bank Islam di Indonesia adalah untuk berusaha

sebisa mungkin untuk beroperasi sebagai sebuah bank perniagaan yang

berlandaskan kepada hukum - hukum Islam, untuk memberikan kemudahan-

kemudahan dan jasa - jasa bank kepada semua umat Islam dan rakyat di negeri ini,

dengan mencapai keteguhan dan upaya untuk berkembang maju dari waktu ke

waktu.6

Dasar2hukum bank syariah adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

2 Mahmoud al-Anshari, Ismail Hasan, Samir Mutawalli, Perbankan Islam Sejarah, Prinsip & Operasional, Minaret, Jakarta, 1993, hlm 41.

3 http://xa.yimg.com/kq/groups/3902414/911599260/name/_2__Perbankan_syariah.doc diunduh tanggal 13 April 2011

4 Karnaen Perwataatmadja & Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1992, hlm 1-6.

5 Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, Citra Media, Yogyakarta, 2006, hlm 5-6.

6 Hamid Basyaib (Editor), Bank Tanpa Bunga, Mitra Gama Widya, Yogyakarta, 1993, hlm 1-30, dalam Muchammad Parmudi, Sejarah & Doktrin Bank Islam, Kutub, Yogyakarta, 2005, hlm 59-60.

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 2

Page 3: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

Perbankan pasal 1 ayat 3 huruf menetapkan bahwa salah satu bentuk usaha bank

adalah “menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan

prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia”.7

Hubungan antara subyek hukum dalam Islam salah satunya tercipta

melalui hubungan kontraktual, yaitu dengan membuat suatu perjanjian atau akad.

Pokok-pokok dalam perjanjian Islam, banyak dipakai oleh setiap orang yang

menghendaki adanya transaksi yang bebas bunga, sebagai upaya menghindari

riba.

Karena sifatnya yang berdasarkan syariah, maka produk-produk bank

syariah tidak sama dengan produk - produk bank konvensional, yakni adanya

larangan memakai sistem bunga bank, yang dikategorikan sebagai riba, larangan

melakukan transaksi yang mengandung unsur maisyir (judi), gharar

(ketidakpastian), dan bathil.8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang masalah diatas, pada kesempatan ini,

maka makalah ini membahas tentang:

“Perbedaan Produk Al Ijarah dengan Leasing”

BAB II

7 Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2009, hlm 152.

8 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah Di Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2007, hlm 64

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 3

Page 4: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

ISI

I. Pengertian, Dasar Hukum dan Tujuan Berdirinya

A. Pengertian

Bank syariah terdiri atas dua kata yaitu bank dan syariah. Kata bank

bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan

dua pihak, yaitu pihak yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana.

Kata syariah dalam versi bank syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian

berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain penyimpanan dana

dan/atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum

Islam.

Penggabungan kedua kata dimaksud, menjadi “bank syariah”. Bank

syariah adalah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak

yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha

dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam. Selain itu, bank syariah biasa

disebut Islamic banking atau interest fee banking, yaitu sistem perbankan dalam

pelaksanaan operasional tidak menggunakan sistem bunga (riba), spekulasi

(maisyir), dan ketidakpastian atau ketidakjelasan (gharar).9

Menurut Karnen A Perwaaatmadja, bank syariah adalah bank yang

beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, yakni bank dengan tata cara dan

operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam. Salah satu unsur yang

harus dijauhi dalam muamalah Islam adalah praktik-praktik yang mengandung

unsur riba.

Sedangakan Warkum Sumitro mengatakan bahwa bank Islam berarti bank

yang tata cara operasinya didasarkan pada tata cara bermuamalah secara Islami,

yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan hadist. Dalam

operasionalnya, bank Islam harus mengikuti atau berpedoman kepada praktik-

praktik usaha yang dilakukan pada zaman Rasulullah, bentuk-bentuk yang sudah

ada sebelumnya tetapi tidak dilarang oleh Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha

baru sebagai hasil ijtihad para ulama atau cendikiawan Muslim yang tidak

menyimpang dari ketentuan Al-Qur’an dan hadist.

9 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm 1

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 4

Page 5: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

Senada dengan perngertian diatas, Amin Azis juga berpendapat bahwa bank

Islam adalah lembaga perbankan yang menggunakan sistem dan operasi

berdasarkan syariah Islam. Hal ini berarti, operasional bank syariah harus sesuai

dengan tuntunan Al Qur’an maupun hadist, yaitu menggunakan sistem bagi hasil

dan imbalan lainnya sesuai dengan syariah Islam.10

Di dalam UU RI NO.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Bab 1 Pasal

1 menjelaskan pengertian perbankan syariah adalah sesuatu yang menyangkut

tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan

usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.11

Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi 3 kegiatan utama

yaitu:

1. Menghimpun dana

2. Menyalurkan dana

3. Memberikan jasa lainnya

Dalam perbankan konvensional, keuntungan diperoleh dari bunga serta biaya-

biaya administrasi dan jasa yang ditawarkan. Sedangkan pada perbankan syariah

tidak beroperasi dengan  mengandalkan pada bunga.

Bank syariah sendiri adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta

peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah

Islam.12

Menurut Syafi’I Antonio dan Karnaen Perwataatmadja, membedakan antara bank

Islam dan bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam13yaitu :

1. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

2. Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan

Al Qur’an dan Hadits.

10 Muhammad Firdaus, Sofyaniyah Ghufron, Muhammad Aziz Hakim, Mukhtar Alshodiq, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Konsep dan Implementasi Bank Syariah, Renaisan, Jakarta, 2005, hlm 18-19

11 UU RI NO.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Bab 1 Pasal 112 http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/05/15/konsep-dasar-bank-syariah/ diunduh

tanggal 13 April 201113 Karnaen Perwataatmadja dan Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,PT Dana

Bhakti Wakaf,Yogyakarta,1997,hal 1

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 5

Page 6: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

Jadi antara bank syariah dengan bank konvensional terdapat beberapa

perbedaan yang mendasar selain beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip

syariah Islam yang sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Hadist, bank syariah

juga dalam pelaksanaan operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga (riba),

spekulasi (maisyir), dan ketidakpastian atau ketidakjelasan (gharar) dapat kita

lihat perbedaan yang mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional

pada tabel di bawah ini:

Parameter Bank Syariah Bank KonvensionalLandasan hukum UU Perbankan dan

Landasan SyariahUU Perbankan

Return Bagi hasil, margin pendapatan sewa, komisi/fee

Bunga, komisi/fee

Hubungan dengan nasabah Kemitraan, Investor-investor, investor-pengusaha

Debitur-kreditur

Fungsi dan kegiatan Bank Intermediasi, manager investasi, investor, sosial, jasa keuangan

Intermediasi, jasa keuangan

Prinsip dasar operasi Anti riba dan anti maysir Tidak anti riba dan maysir

Prioritas pelayanan 1. Tidakbebas nilai (prinsip syariah Islam)

2. Uang sebagai alat tukar dan bukan komoditi

3. Bagi hasil, jual beli, sewa

1. Bebas nilai (prinsip materialis)

2. Uang sebagai komoditi

3. Bunga

Orientasi Kepentingan publik Kepentingan pribadiBentuk usaha Tujuan social-ekonomi

Islam, keuntunganKeuntungan

Evaluasi nasabah Bank komersial, bank pembangunan, bank universal, atau multi purpose

Bank komersial

Hubungan nasabah Lebih hati-hati karena partisipasi dalam risiko

Kepastian pengembalian pokok dan bunga

Suber likuiditas jangka pendek

Erat sebagai mitra usaha Terbatas debitur-kreditur

Pinjaman yang diberikan Terbatas Pasar uang, bank sentralPrinsip usaha Komersial dan

nonkomersial, berorentasi Komersial dan nonkomersial,

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 6

Page 7: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

laba dan nirlaba berorientasi labaPengelolaan dana Pasiva ke Aktiva Aktiva ke PasivaLembaga penyelesaian sengketa

Pengadilan, arbitrase Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasional

Risiko Investasi 1. Dihadapi bersama antara bank dan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran

2. Tidak mungkin terjadi negative spread

1. Risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank

2. Kemungkinan terjadi negative spread

Monitoring pembiayaan/Kredit

Memungkinkan bank ikut dalam manajemen nasabah

Terbatas pada administrasi

Struktur Organisasi Pengawas

Dewan komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional

Dewan komisaris

Criteria pembiayaan Bankable, Halal Bankable, Halal atau haram

Sumber: Veitzal Rifai

Dari tabel diatas terdapat perbedaan mendasar antara bank konvensional

dan bank syariah:

Pertama, dari segi akad dan aspek legalitas. Akad yang praktikkan dalam bank

syariah memiliki konsekwensi duniawi dan ukhrawi, dunia dan akhirat, karena

akad yang dilakukan berdasarkan hukum atau syari’at Islam. Jika terjadi

perselisihan antara nasabah dan bank, maka bank syariah dapat merujuk kepada

Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) yang penyelesaiannya dilakukan

berdasarkan hukum Islam.

Kedua, dari sisi struktur organisasi, bank syariah dapat memiliki struktur yang

sama dengan bank konvensional, namun unsur yang membedakannya adalah

bahwa bank syariah harus memilki Dewan Pengawas Syariah yang bertugas

mengawasi operasional dan produk-produk bank agar sesuai dengan ketentuan-

ketentuan syari’ah Islam. Eksistensi Dewan Syariah di dalm struktur organisasi

bank syariah adalah wajib, bahkan bagi setiap bank yang berskala kecil sekalipun,

seperti Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) atau Baitul Mal Wat Tamwil

(BMT) harus mempunyai Dewan Pengawas Syariah.

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 7

Page 8: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

Ketiga, berkenaan dengan bisnis dan usaha yang dibiayai, haruslah bisnis dan

usaha yang diperkenankan atau dihalalkan oleh syari’at Islam. Kehalalan bisnis

dan usaha merupakan syarat mutlak agar suatu bidang usaha itu halal untuk

dibiayai oleh perbankan syariah. Karena itulah, secara langsung atau tidak

langsung perbankan Islam tidaklah semata-mata merupakan institusi ekonomi,

tetapi juga sebagai institusi yang ikut bertanggung jawab menjaga moral dan

akhlak masyarakat.

Keempat, berkaitan dengan lingkungan kerja dan budaya perusahaan perbankan

(Corporate culture). Dalam hal etika, sifat shiddiq (jujur), amanah (dapat

dipercaya), fathanah (cerdas, professional) dan tabligh (komunikatif, ramah,

keterbukaan) harus melandasi setiap tindakan para pelaku perbankan syariah.

Dalam hal reward and punishment yang berlaku dalam perbankan syariah

dipraktikkan dengan prinsip berkeadilan dan sesuai dengan syari’ah.

Dengan demikian, perbankan syariah adalah perbankan yang beroperasi

atas dasar prinsip-prinsip syari’ah. Prinsip syari’ah merupakan aturan dasar atau

pokok yang berdasarkan hukum Islam. Prinsip ini menjadi landasan dan acuan

dalam mengatur hubungan antara perbankan dan pihak-pihak lain serta di dalam

usaha menghimpun dan menyalurkan dana dan aktivitas perbankan syariah

lainnya. Selain itu, dalam operasional perbankan syariah pada prinsipnya dapat

melakukan kegiatan usaha sepanjang tidak bertentangan dengan petunjuk dan

ketentuan syari’ah, peraturan perundang-undangan yang berlaku serta persetujuan

Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional.

B. Dasar Hukum

Pemerintah terhadap legalitas perbankan syari’ah muncul jauh setelah

bergulirnya wacana bank syari’ah di luar negeri. Eksistensi Bank Syari’ah secara

hukum positif dimungkinkan pertama kali melalui Pasal 6 huruf m Undang-

undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Pasal 6 huruf m beserta

penjelasannya tidak mempergunakan sama sekali istilah Bank Islam atau Bank

Syariah. UU tersebut hanya menyebutkan: “menyediakan pembiayaan bagi

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 8

Page 9: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

dalam Peraturan Pemerintah." 

Di dalam Pasal 5 ayat (3) PP No. 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum pun

hanya disebutkan frasa kemudian ditegaskan lagi dalam penjelasanya “Bank

berdasarkan prinsip bagi hasil”. Begitu pula dalam Pasal 6 ayat (2) PP No. 71

Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat hanya menyebutkan frasa “Bank

Perkreditan Rakyat yang akan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi

hasil” yang dalam penjelasannya disebut “Bank Perkreditan Rakyat yang

berdasarkan bagi hasil”. 

Kesimpulan bahwa “bank berdasarkan prinsip bagi hasil” merupakan

istilah bagi Bank Islam atau Bank Syariah baru dapat ditarik dari Penjelasan Pasal

1 ayat (1) PP No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil.

Dalam penjelasan ayat tersebut ditetapkan bahwa yang dimaksud dengan prinsip

bagi hasil adalah prinsip muamalat berdasarkan Syari’at dalam melakukan

kegiatan usaha bank.

Melihat ketentuan-ketentuan yang ada dalam PP No. 72 Tahun 1992,

keleluasaan untuk mempraktekkan gagasan perbankan berdasarkan syariat Islam

terbuka luas, terutama berkenaan dengan jenis transaksi yang dapat dilakukan.

Namun demikian, dalam UU tersebut masih ada ketidak leluasaan bagi bank

konvensional yang ingin membuka cabang syari’ah. Pasal 6 PP No 72/1992

menyebutkan:

1. Bank Umum atau bank Perkreditan Rakyat yang kegiatan usahanya

semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil, tidak diperkenankan

melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil.

2. Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat yang kegiatan usahanya tidak

berdasarkan prinsip bagi hasil tidak diperkenankan melakukan kegiatan

usaha yang berdasarkan prinsip bagi hasil. 

Pasal ini menegaskan bahwa bank yang sudah terlanjur berpraktek secara

konvensional tidak diberi peluang untuk membuka cabang syari’ah. Sementara

itu, cukup disadari oleh banyak kalangan bahwa, keberadaan bank syari’ah cukup

mendominasi dari aspek infra strukturnya.

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 9

Page 10: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

Market share sudah banyak dikuasi oleh perbankan jenis ini. Jika

perbankan konvensional menginginkan untuk berpraktek secara syar’i, maka

menurut UU tidak bisa membuka cabang syari’ah, dan harus mendirikan lembaga

baru. Maka, dari aspek kebutuhan infra struktur, UU tersebut masih mengandung

kelemahan.

Baru melalui perubahan dengan UU 10/1998 secara terang-terangan

dinyatakan bahwa dua sistem perbankan di Indonesia ini adalah: Konvensional

dan Syariah.14

Di dalam Al Qu’ran dapat kita lihat dalam surat:

1. Al-baqarah ayat 275

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan

seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit

gila Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata

(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai

kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),

maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);

dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),

maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

14 http://kaffahrevolt.multiply.com/journal/item/19 diunduh pada tanggal 13 April 2011

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 10

Page 11: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

2. Ar-Rum ayat 39 yang artinya:

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada

harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang

kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan

Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan

(pahalanya).”15

Oleh karena di Indonesia sistem perbankan syariah masih terdengar asing

bagi masyarakat maka di Indonesia khusunya mengenai perbankan menganut dual

banking system. Dual banking System maksudnya adalah terselenggaranya dua

sistem perbankan (knovensional dan syariah secara berdampingan) yang

pelaksanaannya diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Sehingga yang terjadi adalah bank syariah tidak berdiri sendiri secara

mandiri yang membuat operasionalisasinya masih menginduk kepada bank

konvensional.16

C. Tujuan Berdiri

Tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan syariah ini

adalah sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan

ekonominya berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah.17

Tujuan bank syariah secara umum adalah mendorong dan mempercepat

kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan,

finansial, komersial dan investasi sesuai dengan kaidah syariah. Hal inilah yang

membedakan dengan bank konvensional yang tujuan utamanya adalah pencapaian

keuntungan setinggi-tingginya (profit maximization).18

Ada 5 (lima) tujuan didirikannya bank syariah adalah:

1. Menyediakan lembaga keuangan perbankan sebagai sarana meningkatkan

kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat banyak.

15 http://xa.yimg.com/kq/groups/3902414/466683724/name/Perbankan+Syariah.doc diunduh tanggal 11 April 2011

16 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah Di Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2007, hlm 33-34

17 Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, 200118 Abdul Ghofur Anshori,.......op.cit,hlm 34

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 11

Page 12: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

2. Meningkatkan partisipasi masyarakat luas dalam proses pembangunan,

terutama dalam bidang ekonomi.

3. Menyediakan perbankan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Islam, yang

pada awalnya enggan behubungan dengan bank. Karena mereka

menganggap bahwa bank konvensional adalah bank yang berdasarkan

bunga dan itu sama dengan riba yang dilarang.

4. Berkembang lembaga dan sistem perbankan yang sehat berdasarkan

efisiensi dan keadilan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan

partisipasi masyarakat, sehingga menggalakkan usaha-usaha ekonomi

masyarakat.

5. Untuk mendidik masyarakat agar berpikir secara ekonomis, berperilaku

bisnis dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.19

D. Prinsip Perbankan Syariah

Islam telah menjelaskan prinsip-prinsip dasar pekonomiannya, bahkan

banyak sekali istilah-istilah bisnis yang dipakai dalam bahasa Quran dan Hadits

seperti kredit (alqard), jual beli (albae), gadai (arrahn) dan lainnya.

Adapun prinsip-prinsip dasar ekonomi Syariat yang selama ini kita kenal

melalui Bank Syariah adalah nilai-nilai etika dan norma ekonomi yang universal

dan komprehensif. Keuniversalan itu sengaja diberikan pada umat untuk

memberikan kesempatan padanya agar berinovasi (ijtihad) dan berkreasi (jihad)

dalam mengatur sistem ekonominya dengan syarat tidak keluar dari kerangka

umumnya. Dengan begitu sistem ekonomi Islam akan senantiasa valid dan cocok

untuk setiap perubahan waktu dan perbedaan tempat dan mampu memerankan

fungsinya sebagai khalifah di muka bumi ini.

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara

bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan

usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.

Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara

lain :

19 Muhammad Firdaus, Sofyaniyah Ghufron, Muhammad Aziz Hakim, Mukhtar Alshodiq, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Konsep dan Implementasi Bank Syariah, Renaisan, Jakarta, 2005, hlm 27

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 12

Page 13: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai

pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.

Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat

hasil usaha institusi yang meminjam dana.

Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya

merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki

nilai intrinsik.

Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua

belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh

dari sebuah transaksi.

Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan

dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh

perbankan syariah.

II. Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan Leasing

Perbedaan antara ijarah dan murabahah terletak pada objek transaksi yang

diperjual belikan yaitu dalam pembiayaan murabahah yang menjadi objek

transaksi adalah barang, seperti tanah, rumah, mobil dan sebagainya, sedangkan

dalam pembiayan ijarah, objek transaksinya adalah jasa, baik manfaat atas barang

maupun manfaat atas tenaga kerja, sehingga dengan skim ijarah, bank syari’ah

dan lembaga keuangan syari’ah lainnya dapat melayani nasabah yang

membutuhkan jasa.20

A. Pengertian Al-Ijarah

Undang-undang Sipil Islam kerajaan Jordan dan Uni Emirat Arab (UAE)

mendefenisikan Ijarah sebagai berikut: “Ijarah atau sewa yaitu memberi penyewa

kesempatan untuk mengambil pemanfaatan dari barang sewaan untuk jangka

waktu tertentu dengan imbalan yang besarnya telah disepakati bersama”.21

20 http://www.pa-tanahgrogot.net/pdf/01-Ijarah.pdf, diakses 12 Desember 2009.21 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, UII Press, Yogyakarta,

2000, hlm 34.

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 13

Page 14: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui

pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (Ownership) atas

barang itu sendiri. Dalam perkembangannya kontrak Al-Ijarah dapat pula

dipadukan dengan kontrak jual-beli yang dikenal dengan istilah “sewa-beli” yang

artinya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang oleh si penyewa pada

akhir periode penyewaan.

Dalam aplikasi, Al Ijarah dapat dioperasikan dalam bentuk operating lease

maupun financial lease, namun pada umumnya Lembaga Keuangan biasanya

menggunakan Al Ijarah dalam bentuk sewa-beli karena lebih sederhana dari sisi

pembukuan, dan Lembaga Keuangan tidak direpotkan untuk pemeliharaan asset,

baik saat leasing ataupun sesudahnya.22

Akad sewa menyewa barang antara kedua belah pihak, untuk memperoleh

manfaat atas barang yang disewa. Akad sewa yang terjadi antara lembaga

keuangan (pemilik barang) dengan nasabah (penyewa) dengan cicilan sewa yang

sudah termasuk cicilan pokok harga barang sehingga pada akhir masa perjanjian

penyewa dapat membeli barang tersebut dengan sisa harga yang kecil atau

diberikan saja oleh bank. Karena itu biasanya Ijarah ini dinamai dengan “al Ijarah

waliqtina” atau “al Ijarah alMuntahia Bittamliik”.23

Al ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al 'iwadhu (ganti). Oleh

karena itu, al-tsawab (pahala) dinamai al ajru (upah). Menurut pengertian syara',

al ijarah ialah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan

penggantian.

Karena itu, menyewakan pohon untuk dimanfaatkan buahnya, tidaklah

sah, karena pohon bukan sebagai manfaat. Begitu juga dengan menyewakan dua

jenis mata uang (emas dan perak), makanan untuk dimakan, barang yang dapat

ditakar dan ditimbang. Karena jenis barang-barang ini tidak dapat dimanfaatkan

kecuali dengan menggunakan barang itu sendiri. Akad ijarah menghendaki

manfaat bukan barangnya itu sendiri.

22http://www.ekonomisyariah.net/index.php?page=Rubrik:ViewDetailPageDetail&id=1, diakses 12 Desember 2009.

23http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/16564550-3006-45B7-AB35-99C006334BF5/1488/IstilahPopulerPerbankanSyariah.pdf, diakses 12 Desember 2009.

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 14

Page 15: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

Manfaat, terkadang berbentuk manfaat barang seperti rumah untuk

ditempati, mobil untuk dikendarai atau terkadang dalam bentuk karya seperti

karya seorang insinyur pekerja bangunan, tukang tenun, tukang pewarna, penjahit,

dan tukang binatu. Terkadang manfaat itu berbentuk sebagai kerja pribadi

seseorang yang mencurahkan tenaga seperti khadam (pembantu). Pemilik yang

menyewakan manfaat disebut mu'ajjir sedang orang yang menyewa yang

mengambil manfaat disebut musta'jir.

B. Landasan Hukum Al-Ijarah

Landasan hukum dari al ijarah adalah firman Allah SWT dalam surat Al

Baqarah ayat 233: ''Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka

tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.

Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa

yang kamu kerjakan.'' Sedang hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Ibnu

Majah berbunyi: ''Berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelum keringatnya

kering.''

Hikmah disyariatkannya al ijarah karena manusia membutuhkannya.

Mereka butuh rumah sebagai sarana tempat tinggal, mereka butuh kendaraan

mobil sebagai alat transportasi. Begitu juga mereka butuh binatang yang bisa

dijadikan alat kendaraan dan angkutan. Mereka membutuhkan berbagai alat berat

yang dapat digunakan untuk bercocok tanam.24

C. Akad Al-Ijarah

Akad ialah ikatan atau kesepakatan antara nasabah dengan bank yakni

pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan kabul (pernyataan penerimaan

ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh pada obyek perikatan,

misalnya akad pembukaan rekening simpanan atau akad pembiayaan.

Al ijarah menjadi sah dengan adanya ijab kabul lafal sewa atau kuli dan

yang berhubungan dengannya serta lafal (ungkapan) apa saja yang dapat

menunjukkan hal tersebut. Untuk kedua belah pihak yang melakukan akad

disyaratkan berkemampuan yakni keduanya harus berakal dan dapat

membedakan. Jika salah seorang yang berakad itu dalam kondisi gila atau anak

24http://www.republika.co.id/berita/8245/Al_Ijarah, diakses 12 Desember 2009.

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 15

Page 16: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

kecil yang belum dapat membedakan, maka akad menjadi tidak sah. Mazhab

Imam Syafi'i dan Hambali menambahkan satu syarat lagi yakni baligh. Menurut

mereka, akad anak kecil sekalipun sudah dapat membedakan, dinyatakan tidak

sah.  disarikan dari buku fikih sunnah karya sayyid sabiq/dam.25

D. Jenis-jenis Al-Ijarah

Dalam Hukum Islam ada dua jenis ijarah, yaitu:26

a. Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa

seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang

mempekerjakan disebut mustajir, pihak pekerja disebut ajir dan upah

yang dibayarkan disebut ujrah.

b. Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu

memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada

orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan

leasing (sewa) pada bisnis konvensional. Pihak yang menyewa (lessee)

disebut mustajir, pihak yang menyewakan (lessor) disebut mu’jir/muajir

dan biaya sewa disebut ujrah.

Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan

syari’ah, sementara ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk investasi

atau pembiayaan di perbankan syari’ah.

E. Rukun dan Syarat Al-Ijarah

1. Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi adalah :

a. Pelaku akad, yaitu mustajir (penyewa), adalah pihak yang menyewa

aset dan mu’jir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik yang

menyewakan aset.

b. Objek akad, yaitu ma’jur (aset yang disewakan) dan ujrah (harga sewa).

c. Sighat yaitu ijab dan qabul.

2. Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-ketentuan hukum

Islam, sebagai berikut :

25http://www.republika.co.id/berita/8245/Al_Ijarah, diakses 12 Desember 2009.26Ascarya, Akad dan Produk Syari’ah, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta , 2007, hal.99.

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 16

Page 17: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

a. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan

tersebut harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah

pihak.

b. Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung

jawab pemeliharaannya, sehingga aset tersebut harus dapat memberi

manfaat kepada penyewa.

c. Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti

memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam

periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku.

d. Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang ditetapkan

sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila asset akan dijual

harganya akan ditentukan pada saat kontrak berakhir.

Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 09/DSNMUI/IV2000

tanggal 13 April 2000 Tentang Pembiayan Ijarah ditetapkan:

1. Rukun dan Syarat Ijarah

a. Pernyataan ijab dan qabul.

b. Pihak-pihak yang berakad (berkontrak): terdiri atas pemberi sewa

(lessor, pemilik aset, Lembaga Keuangan Syariah) dan penyewa

(Lessee, pihak yang mengambil manfaat dari penggunaan aset,

nasabah).

c. Objek kontrak: pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan aset.

d. Manfaat dari penggunaan aset dalam ijarah adalah objek kontrak yang

harus dijamin, karena ia rukun yang harus dipenuhi sebagai ganti dari

sewa dan bukan aset itu sendiri.

e. Sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang

berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain yang equivalent,

dengan cara penawaran dari pemilik aset (lembaga keuangan syariah)

dan penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah).

2. Ketentuan Objek Ijarah:

a. Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau jasa.

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 17

Page 18: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

b. Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam

kontrak.

c. Pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan.

d. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan

syariah.

e. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk

menghilangkan jahalah (ketidak tahuan) yang akan mengakibatkan

sengketa.

f. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka

waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.

g. Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada

lembaga keuangan syariah sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang

dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa dalam

ijarah.

h. Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang

sama dengan obyek kontrak.

i. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa dapat diwujudkan

dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.

3. Kewajiban Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dan Nasabah dalam

Pembiayaan Ijarah:

Kewajiban Lembaga Keuangan Syariah sebagai pemberi sewa:

a. Menyediakan aset yang disewakan.

b. Menanggung biaya pemeliharaan aset.

c. Penjamin bila terdapat cacat pada aset yang disewakan.

Kewajiban nasabah sebagai penyewa:

a. Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan

aset yang disewa serta menggunakannya sesuai dengan kontrak.

b. Menanggung biaya pemeliharaan aset yang sifatnya ringan

(materiil).

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 18

Page 19: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

Jika aset yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dan penggunaan

yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penyewa dalam menjaganya,

ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.

F. Perbedaan Ijarah dengan Leasing

Ijarah adalah akad yang mengatur pemanfaatan hak guna tanpa terjadi

pemindahan kepemilikan.27 Sedangkan Leasing adalah suatu kegiatan pembiayaan

kepada perusahaan (badan hukum) atau perorangan dalam bentuk pembiayaan

barang modal. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri

Perindustrian dan Menteri Perdagangan RI No. Kep-122/MK/IV/2/1974,

32/M/SK/2/1974, 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Febuari 1974, pengertian leasing di

Indonesia didefinisikan sebagai berikut:

”Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan

barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka

waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai

dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal

yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai

sisa yang telah disepakati bersama.”28

Sehingga banyak yang menyamakan ijarah dengan leasing. Hal ini terjadi

karena kedua istilah itu sama-sama mengacu hal ihwal sewa menyewa. Akan

tetapi walaupun ada persamaan antara ijarah dengan leasing, terdapat beberapa

karakteristik yang membedakannya, antara lain:

a. Objek

Objek yang disewakan dalam leasing hanya berlaku untuk sewa menyewa

barang saja, terbatas pada manfaat barang saja, tidak berlaku untuk

manfaat tenaga kerja. Sedangkan objek yang disewakan dalam ijarah bisa

berupa barang dan jasa/tenaga kerja. Ijarah bila diterapkan untuk

mendapatkan manfaat barang disebut sewa menyewa dan untuk

mendapatkan manfaat tenaga kerja/jasa disebut upah mengupah. Objek

yang disewakan dalam ijarah adalah manfaat barang dan manfaat tenaga27 http://www.pa-tanahgrogot.net/pdf/01-Ijarah.pdf, diakses 12 Desember 2009.28 Subagyo, Sri Fatmawati, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi Ke 2, STIE

YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm 223.

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 19

Page 20: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

kerja. Dengan demikian, bila dilihat dari segi objeknya, ijarah mempunyai

cakupan yang lebih luas dari pada leasing.

b. Metode Pembayaran

Dari segi metode pembayaran, leasing hanya memiliki satu metode

pembayaran yaitu yang bersifat not contingent to formance artinya

pembayaran tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa.

Pembayaran ijarah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang

pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewa (contingent to

formance) dan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja

objek yang disewa (not contingent to formance). Ijarah yang

pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewa disebut ijarah,

gaji, sewa. Sedangkan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada

kinerja objek yang disewa disebut jualah atau success fee.

c. Pemindahan Kepemilikan (Transfer of Title)

Dari aspek perpindahan kepemilikan dalam leassing dikenal dua jenis

yaitu operating lease dimana tidak terjadi pemindahan kepemilikan baik di

awal maupun di akhir periode sewa dan financial lease. Ijarah sama

seperti operating lease yakni tidak ada transfer of title baik di awal

maupun di akhir periode, namun pada akhir sewa dapat dijual barang yang

disewakan kepada nasabah yang dalam perbankan syariah dikenal dengan

ijarah muntahia bi al-tamlik. Harga sewa dan harga jual disepakati pada

awal perjanjian. 29

G. Dasar Hukum Al-Ijarah dan Leasing

Al-Ijarah diatur dalam Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan Nomor: PER-03/BL/2007 tentang Kegiatan Perusahaan

Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah30, Fatwa DSN-MUI

No.09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah, dan Fatwa DSN-MUI

No.27/DSN-MUI/III/2002 tentang Al-Ijarah Al-Mutahiyah bi Al-Tamlik.31

29 http://www.pa-tanahgrogot.net/pdf/01-Ijarah.pdf, diakses 12 Desember 2009.30http://www.bapepam.go.id/p3/regulasi_p3/peraturan_p3/Kegiatan%20PP%20Syariah.pdf ,

diakses 27 Januari 2010.31 Abdul Ghofur Anshori, Payung Hukum Perbankan Syariah (UU Di Bidang Perbankan,

Fatwa DSN-MUI, dan Peraturan Bank Indonesia), UII Press, Yogyakarta, 2007, hlm 100-103.

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 20

Page 21: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

Sedangkan Leasing diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor

1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing), Pasal 1 ayat

(9), Pasal 8 ayat (1).32

Berdasarkan dasar hukum atau peraturan yang mengatur tentang Al-Ijarah dan

Leasing, maka terdapat perbedaan antara Al-Ijarah dan Leasing, Meski keduanya

merupakan kegiatan pembiayaan yang pembayarannya dilakukan secara angsuran, tetapi

Al-Ijarah harus berdasarkan prinsip syariah dan ada akad.

BAB III

PENUTUP

32 http://www.ifsa.or.id/files/regulation/1169.pdf, diakses 27 Januari 2010.

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 21

Page 22: PERBEDAAN PRODUK AL IJARAH DENGAN LEASING

Perbedaan Produk Al Ijarah Dengan LeasingYuoky Surinda, SH

24 April 2011

Kesimpulan

Produk Al Ijarah dengan Leasing bukanlah suatu produk yang sama

walaupun keduanya sama-sama mangacu dalam hal sewa menyewa. Kedua

produk ini sama-sama menawarkan jasanya dalam bidang pembiayaan keuangan

yang namun terdapat perbedaan yang sangat mendasar dari kedua produk ini.

Perbedaan ini dapat kita dari beberapa sisi selain objek yang menjadi sewa

menyewa ini cara serta metode pembayaran yang dilakukan keduanya juga

berbeda leasing hanya memiliki satu metode pembayaran yaitu yang bersifat not

contingent to formance artinya pembayaran tidak tergantung pada kinerja objek

yang disewa sedangkan dalam Ijarah dibedakan menjadi 2 metode pembayaran

yaitu ijarah yang pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewa

(contingent to formance) dan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada

kinerja objek yang disewa (not contingent to formance) selain itu pula perbedaan

yang lain dalam pemindahan kepemilikan leassing dikenal dua jenis yaitu

operating lease dimana tidak terjadi pemindahan kepemilikan baik di awal

maupun di akhir periode sewa dan financial lease sedangkan dalam Ijarah sama

dengan operating lease namun pada akhir sewa dapat dijual barang yang

disewakan kepada nasabah yang dalam perbankan syariah dikenal dengan ijarah

muntahia bi al-tamlik. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian.

Inilah yang menjadi perbedaan yang mendasar dari kedua produk ini

walaupun kedua produk ini sama-sama menawarkan kegiatan pembiayaan yang

pembayarannya dilakukan secara angsuran, tetapi Al-Ijarah harus berdasarkan prinsip

syariah dan ada akad.

Copyright Tugas Paper Magister FH - UII, Yogyakarta, all right reserved Page 22