PERBEDAAN METODE AUDIO VISUAL DAN METODE BUKU …
Transcript of PERBEDAAN METODE AUDIO VISUAL DAN METODE BUKU …
PERBEDAAN METODE AUDIO VISUAL DAN METODE BUKU SAKU
TERHADAP PENGETAHUAN PENCEGAHAN PENYAKIT DIARE
PADA SISWA KELAS V DI SD N 18 KAMPUNG BARU
TAHUN 2018
Skripsi
Diajukan ke Program Studi D 4 Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Padang sebagai Pemenuhan Syarat Skripsi Sarjana
Terapan Kesehatan Lingkungan dalam menyelesaikan Pendidikan
Diploma 4 Politeknik Kementerian Kesehatan Padang
Oleh :
YEFRISYAM
NIM: 131210758
PROGRAM STUDI D4 KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
2018
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yefrisyam
Tempat/ Tanggal Lahir : Balai Selasa/ 05 April 1995
Status : Belum Menikah
Alamat : Jalan Taruko No. 16 RT 2 RW 6 Kelurahan Kampung
Baru, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang
Agama : Islam
No. Hp/Telp. : 0812-6640-0420
Email : [email protected]
Nama Orang Tua :
Ayah : Fardinal
Ibu : Yelismarni
Riwayat Pendidikan :
2000 - 2001 : TK Adi Karya
2001 - 2007 : SD N 30 Cengkeh
2007 - 2010 : SMP N 8 Padang
2010 - 2013 : SMA N 14 Padang
2013 - 2018 : Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes
Kemenkes Padang
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Perbedaan Metode Audio Visual Dan Buku Saku Terhadap
Pengetahuan Pencegahan Penyakit Diare Pada Siswa Kelas V Di SD N 18
Kampung Baru Tahun 2018 Kota Padang”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Selama proses pembuatan skripsi ini penulis tidak terlepas dari peran dan
dukungan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam
penyelesaian skripsi ini :
1. Bapak H. Sunardi selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Padang.
2. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang.
3. Bapak H. Asep Irfan, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi D 4
Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang.
4. Bapak Erdinur, SKM, M.Kes selaku pembimbing I yang telah
mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam pembuatan skripsi ini.
iv
5. Bapak Evino Sugriarta, SKM, M.Kes selaku pembimbing II yang telah
mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam pembuatan skripsi ini.
6. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan dorongan sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis
sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan semoga
segala bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.
Padang, Juli 2018
Penulis
Y
v
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN PENGUJI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ v
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan ............................................................................................... 5
D. Manfaat ............................................................................................. 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare ................................................................................................ 8
B. Promosi Kesehatan ......................................................................... 10
C. Kerangka Teori ............................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Disain Penelitian .............................................................................. 28
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 28
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 29
D. Kerangka Konsep ............................................................................ 29
E. Defenisi Operasional ........................................................................ 29
F. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 30
G. Instrumen Penelitian ........................................................................ 30
H. Cara Pengumpulan Data .................................................................. 31
I. Prosedur Pengolahan Data .............................................................. 31
J. Analisis Data ................................................................................... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi ................................................................... 33
B. Hasil Penelitian ................................................................................... 34
C. Pembahasan ........................................................................................ 38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 48
B. Saran ................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Konsep Hl. Blum……………………………….…………………….27
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Angket Penelitian
Lampiran B : Lembaran Konsul
Lampiran C : Lokasi penelitian
Lampiran D : Dokumentasi
Lampiran E : Master Tabel
Lampiran F : Output SPSS
Lampiran G : Satuan Acara Penyuluhan
viii
DAFTAR SINGKATAN
AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome
AVA : Audio Visual Aids
BAB : Buang Air Besar
CDR : Case Detection Rate
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KLB : Kejadian Luar Biasa
MDGs : Millenium Development Goals
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
SD : Sekolah Dasar
SDGs : Sustainable Development Goals
SLA : Sekolah Lanjut Atas
SLP : Sekolah Lanjut Pertama
UKS : Usaha Kesehatan Sekolah
WHA : World Health Assembly
WHO : World Health Organization
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Siswa Kelas V di SD N 18 Kampung Baru
Kota Padang Tahun 2018
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Siswa Kelas V di SD N 18
Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Sebelum dilakukan
Promosi Kesehatan Metode Buku Saku Siswa Kelas V di SD N 18
Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Sesudah dilakukan
Promosi Kesehatan Metode Buku Saku Siswa Kelas V di SD N 18
Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Sebelum dilakukan
Promosi Kesehatan Metode Audio Visual Siswa Kelas V di SD N 18
Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Sesudah dilakukan
Promosi Kesehatan Metode Audio Visual Siswa Kelas V di SD N 18
Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018
Tabel 7. Pengetahuan Responden Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Promosi
Kesehatan Metode Audio Visual Terhadap Pengetahuan Pencegahan
Penyakit Diare
Tabel 8. Pengetahuan Responden Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Promosi
Kesehatan Metode Buku Saku Terhadap Pengetahuan Pencegahan
Penyakit Diare
9
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan di Indonesia, adalah sebuah kesepakatan pembangunan baru
pengganti Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs). SDGs berisi 17 tujuan, salah
satu tujuannya adalah kesehatan untuk semua umur.1
Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Perilaku merupakan salah satu yang mempengaruhi derajat kesehatan dan
mempunyai peran yang sangat penting dalam derajat kesehatan.2
Manusia menjadi sehat atau sakit karena perilakunya sendiri. Dalam
pendidikan kesehatan amatlah penting mengenali hal apa saja yang menyebabkan,
menyelesaikan, atau mencegah timbulnya suatu masalah. Demikian pula dengan
cara pengobatan terhadap suatu penyakit. Salah satu penyakit yang diakibatkan
perilaku adalah diare.3
Diare merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan
konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan
menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga
kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24
jam.4
Penyakit Diare merupakan masalah global yang menjadi penyebab kematian
pada anak nomor dua setelah pneumonia. Diare merupakan salah satu penyakit
menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena angka
2
kesakitan masih tinggi dan berpotensi menyebabkan kematian, terutama apabila
penanganan penderitanya terlambat dilakukan. Penyakit diare merupakan penyakit
endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB) yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB
Diare yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1.
213 orang dan kematian 30 orang.5
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti
memberikan air susu ibu kepada bayi, memasak air sebelum di minum, mengambil
air di sumur atau mata air yang terlindung, mencuci tangan dengan sabun dan air
bersih sebelum dan sesudah makan, dan mencuci peralatan makan dengan air dan
sabun.3
Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015 memperkirakan jumlah
penderita diare di fasilitas kesehatan sebanyak 5.097.247 orang, sedangkan jumlah
penderita diare yang dilaporkan ditangani di fasilitas kesehatan sebanyak
4.017.861 orang atau 74,33% dan targetnya sebesar 5.405.235 atau 100%.5
Penyakit Diare sampai saat ini masih termasuk dalam urutan 10 penyakit
terbanyak di Kota Padang. Penyakit Diare yang banyak ditemukan adalah
gastroentritis yang disebabkan oleh kuman. Laporan Dinas Kesehatan Kota Padang
Tahun 2014, target penemuan kasus diare pada tahun 2014 adalah 18.765 dari
876.880 penduduk Kota Padang.4
Kota Padang memiliki 22 puskesmas yang salah satunya adalah Puskesmas
Lubuk Begalung yang terletak di Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang. Data
kasus Diare pada tahun 2015 di Puskesmas Lubuk Begalung Kota Padang dari
bulan Januari s/d Desember 2015 adalah 398 kasus. Kasus Diare di wilayah kerja
3
Puskesmas Lubuk Begalung yang tertinggi terletak di Kelurahan Kampung Baru
dengan kasus sebanyak 77 kasus.
Diare bila tidak diatasi dengan cepat dapat menyebabkan kematian.
Pencegahan penyakit Diare dapat dilakukan sedini mungkin, salah satu upaya
untuk melakukan pencegahan diare yaitu dengan melakukan promosi kesehatan.4
Promosi Kesehatan menurut Departemen Kesehatan RI adalah upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari, oleh,
untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Promosi kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
pemberdayaan masyarakat, yaitu memperoleh pembelajaran dari, oleh dan
bersama masyarakat sesuai dengan lingkungan sosial budaya setempat, agar
masyarakat dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan.2
Promosi kesehatan tidak lepas dari media karena melalui media,
pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga
sasaran dapat mempelajari pesan tersebut dan sasaran dapat memutuskan untuk
mengadopsinya perilaku yang positif. Metode penyampaian pesan dan informasi
dalam promkes diantaranya adalah metode audio visual (lihat-dengar) dan metode
cetak (buku saku) yang masing-masing metode memiliki kelebihan dan
kekurangan.3
Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan–pesan kesehatan
dalam bentuk buku yang berisi tulisan dan gambar-gambar. Booklet merupakan
sebuah buku berukuran kecil dan tipis,tidak lebih dari 24 lembar atau halaman.
4
Audiovisual adalah alat bantu pendidikan yang dalam penggunaanya
menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran. Audiovisual adalah media
intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar.
Contoh alat bantu dengar dan lihat (audio visual aids) seperti TV, film, video.
Promosi kesehatan di sekolah merupakan langkah yang strategis dalam
upaya peningkatan kesehatan masyarakat, karena hal ini didasarkan pemikiran
bahwa sekolah merupakan lembaga yang dengan sengaja didirikan untuk
membina dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik fisik, mental,
moral, maupun intelektual.6
Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan
dasar perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan.
Sementara itu populasi anak sekolah di dalam suatu komunitas cukup besar,
antara 20% - 30%. Oleh sebab itu, promosi atau pendidikan kesehatan di sekolah
sangatlah penting. Di Indonesia, bentuk promosi kesehatan di sekolah adalah
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan sekaligus UKS merupakan salah satu upaya
kesehatan masyarakat di sekolah. Komunitas sekolah yang terdiri dari murid, guru
dan karyawan sekolah, baik ditingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan
Pertama (SLP), dan Sekolah Lanjutan Atas (SLA) adalah merupakan sasaran
promosi kesehatan di sekolah. Di dalam kehidupan bangsa, anak-anak sekolah
tidak dapat diabaikan, karena mereka inilah sebagai generasi penerus bangsa.7
Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kecamatan Lubuk Begalung Kota
Padang berjumlah 39 Sekolah Dasar. Dan Kelurahan Kampung Baru mempunyai
2 Sekolah Dasar, salah satunya adalah SD N 18 Kampung Baru Kota Padang.
5
Berdasarkan uraian diatas yang menjelaskan bahwa kasus diare di Wilayah
Kerja Puskesmas Lubuk Begalung tertinggi terjadi di Kelurahan Kampung Baru
dengan jumlah kasus sebanyak 77 kasus, sementara promosi kesehatan di sekolah
merupakan langkah yang strategis dalam upaya peningkatan kesehatan
masyarakat dan siswa Sekolah Dasar merupakan kelompok yang sangat peka
untuk menerima pembaruan atau perubahan karena berada dalam taraf
pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena SD N 18 Kampung Baru terletak di
Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Begalung dan terletak di pusat Kelurahan
Kampung Baru, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SD N 18
Kampung Baru Kota Padang tentang perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan
promosi kesehatan metode audio visual dan buku saku terhadap pengetahuan
pencegahan penyakit Diare pada siswa kelas V di SD N 18 Kampung Baru Kota
Padang Tahun 2018.
B. Rumusan masalah:
Rumusan masalah dari latar belakang di atas adalah apakah ada perbedaan
promosi kesehatan metode audio visual dibandingkan dengan metode buku saku
terhadap pengetahuan pencegahan penyakit Diare pada siswa kelas V di SD N 18
Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya perbedaan promosi kesehatan metode audio visual
dibandingkan dengan metode buku saku terhadap pengetahuan pencegahan
penyakit Diare pada siswa kelas V di SD N 18 Kampung Baru Kota Padang
Tahun 2018.
6
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya pengetahuan sebelum dilakukan promosi kesehatan
dengan metode audio visual dan metode buku saku terhadap
pengetahuan pencegahan penyakit Diare pada siswa kelas V di SD
N 18 Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018.
b. Diketahuinya pengetahuan sesudah dilakukan promosi kesehatan
dengan metode buku saku dan metode buku saku terhadap
pengetahuan pencegahan penyakit Diare pada siswa kelas V di SD
N 18 Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018.
c. Diketahuinya perbedaan promosi kesehatan metode audio visual
dengan metode buku saku terhadap pengetahuan pencegahan
penyakit Diare pada siswa kelas V di SD N 18 Kampung Baru Kota
Padang Tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
a. Bagi Puskesmas Lubuk Begalung Kota Padang
Memberi informasi yang berguna tentang perbedaan promosi
kesehatan metode audiovisual dengan metode buku saku terhadap
pengetahuan pencegahan penyakit Diare pada siswa kelas V di SD N 18
Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018. Dan memberi masukan
mengenai media yang digunakan selanjutnya untuk pencegahan penyakit
Diare.
7
b. Bagi Poltekkes Kemenkes Padang
Memberi informasi dan menjadi referensi tentang perbedaan
promosi kesehatan metode audio visual dengan metode buku saku
terhadap pengetahuan pencegahan penyakit Diare pada siswa kelas V di
SD N 18 Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018.
2. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengalaman kepada peneliti tentang
perbedaan promosi kesehatan metode audio visual dengan metode buku saku
terhadap pengetahuan pencegahan penyakit Diare pada siswa kelas V di SD N
18 Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018.
3. Bagi Sekolah Dasar
a. Sebagai masukan kepada guru dan menambah pengetahuan guru
tentang perbedaan promosi kesehatan metode audio visual dengan
metode buku saku terhadap pengetahuan pencegahan penyakit
Diare.
b. Menambah wawasan siswa-siswi tentang pencegahan penyakit diare
metode audio visual dan metode buku saku.
E. Ruang Lingkup
Untuk membatasi terlalu luasnya pembahasan dalam penelitian ini, maka
penulis membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada perbedaan promosi
kesehatan metode audio visual dengan metode buku saku terhadap pengetahuan
pencegahan penyakit Diare pada siswa kelas V di SD N 18 Kampung Baru Kota
Padang Tahun 2018.
8
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Diare
1. Pengertian Diare
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health
Organization (WHO) pada tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai berak
cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam). Para ibu mungkin
mempunyai istilah tersendiri seperti lembek, cair, berdarah, berlendir, atau
dengan muntah (muntaber).7
2. Etiologi
Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi :
a. Virus: Rotavirus (40-60%), Adenovirus.
b. Bakteri: Escherichia coli (20-30%), Shigella sp. (1-2%), Vibrio
cholerae, dan lain-lain.
c. Parasit: Entamoeba histolytica (<1%), Giardia lamblia,
Crystosporidium (4-11%).
d. Keracunan makanan.
e. Malabsorbsi: karbohidrat, lemak dan protein.
f. Alergi: Makanan, susu sapi.
g. Imunodefisiensi: Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).7
3. Gejala dan Tanda
Beberapa gejala dan tanda diare antara lain:
a. Gejala umum
1) Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare.
9
2) Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.
3) Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.
4) Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun,
apatis, bahkan gelisah.7
b. Gejala spesifik
1) Vibrio Cholera: diare hebat, warna tinja seperti cucian beras
dan berbau amis
2) Disenteriform: tinja berlendir dan berdarah7
Diare yang berkepanjangan dapat menyebabkan:
a) Dehidrasi (kekurangan cairan)
Tergantung dari persentase cairan tubuh yang hilang,
dehidrasi dapat terjadi ringan, sedang dan berat.7
b) Gangguan Sirkulasi
Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam
waktu yang singkat. Bila kehilangan cairan ini lebih dari 10%
berat badan, pasien dapat mengalami syok atau presyok yang
disebabkan oleh berkurangnya volume darah (hipovolemia).7
c) Gangguan asam basa
Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit
(bikarbonat) dari dalam tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh
akan bernapas cepat untuk membantu meningkatkan pH arteri.7
d) Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya
mengalami malnutrisi (kurang gizi). Hipoglikemia dapat
10
mengakibatkan koma. Penyebab yang pasti belum diketahui,
kemungkinan karena cairan ekstraseluler menjadi hipotonik dan
air masuk kedalam cairan intraseluler sehingga terjadi edema
otak yang mengakibatkan koma.7
4. Pencegahan Diare
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan beberapa tindakan
seperti memasak air sebelum di minum, mengambil air di sumur atau mata air
yang terlindung, mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum dan
sesudah makan, dan mencuci peralatan makan dengan air dan sabun.3
Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain:
a. Menggunakan air bersih. Tanda-tanda air bersih adalah ‘3 Tidak,’
yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.
b. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan
sebagian besar kuman penyakit.
c. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah
makan, dan sesudah Buang Air Besar (BAB).
d. Menggunakan jamban yang sehat.3
B. Promosi Kesehatan
1. Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan
kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
11
berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat
mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan
kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, serta mampu
pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut
terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.8
2. Hubungan Kesehatan dan Promosi Kesehatan
Kesehatan merupakan totalitas dari faktor lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan yang saling mempengaruhi satu
sama lain. Lingkungan merupakan faktor terbesar, salin langsung
mempengaruhi kesehatan dan memengaruhi perilaku, begitu pula sebaliknya,
perilaku juga memengaruhi lingkungan dan faktor-faktor yang lain
(pelayanan kesehatan dan keturunan). Status kesehatan akan tercapai secara
optimal, jika keempat faktor secara bersama-sama memiliki kondisi yang
optimal pula.3
Telah banyak hal yang diperdebatkan sejak awal tahun 70-an tentang
kepentingan relatif dari berbagai faktor determinan kesehatan. Satu perhatian
sentral adalah peningkatan kesadaran bahwa kedokteran, sebagai praktik
profesional, secara mengagetkan dan mengecewakan telah memberikan
pengaruh yang kecil (hanya 5%) terhadap kesehatan penduduk. Lebih lanjut,
diungkapkan bahwa praktek kedokteran barat sesungguhnya mengandung
ancaman yang berbahaya. Efek samping pengobatan, komplikasi yang terjadi
setelah pembedahan, dan ketergantungan pada obat yang diresepkan
merupakan contoh untuk hal ini.3
12
Sejauh ini, kesehatan merupakan konsep yang kompleks. Di samping
itu, derajat “perasaan sehat” barkaitan erat dengan kemampuan seseorang
dalam mencapai potensi mereka secara penuh. Hal tersebut dipengaruhi
berbagai faktor yang secara luas diklasifikasikan sebagai faktor perilaku yang
berurusan dengan tingkah laku kesehatan perorangan, faktor-faktor sosial,
ekonomi, dan lingkungan yang lebih besar, seperti jaringan dukungan sosial,
pekerjaan, penghasilan, dan perubahan. Tekanan pada pendekatan perilaku
berarti pemusatan pada upaya pendidikan kesehatan.3
WHO pada World Health Assembly (WHA) ke-30 tahun 1977,
menyatakan bahwa target sosial pokok dari pemerintah WHO pada dasawarsa
mendatang harus berupa pencapaian status kesehatan yang memungkinkan
seluruh warga dunia di tahun 2000 mempunyai kehidupan yang produktif,
baik secara ekonomi maupun sosial. Hal ini membawa pada perkembangan
strategi regional WHO Eropa tahun 1980. Strategi regional ini menghimbau
perubahan-perubahan mendasar dalam kebijakan kesehatan dari
negara-negara anggotanya, melalui pemberian prioritas yang lebih besar pada
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.9
3. Visi dan Misi Promosi Kesehatan
Visi adalah impian, cita-cita, atau harapan yang ingin dicapai oleh
suatu kegiatan program. Promosi kesehatan sebagai suatu lembaga atau
institusi atau suatu program seyogianya mempunyai visi dan misi yang jelas.
Sebab dengan visi dan misi tersebut institusi atau program mempunyai arah
dan tujuan yang akan dicapainya. Oleh sebab itu, visi promosi kesehatan
(khususnya di Indonesia) tidak terlepas visi pembangunan kesehatan di
13
Indonesia, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan RI No.
36 Tahun 2009, yakni: “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomi”. Oleh sebab itu promosi kesehatan
sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia, harus
mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di
Indonesia tersebut. Sehingga promosi kesehatan dapat dirumuskan:
“Masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya”.
Dari visi tersebut terdapat empat kata kunci, yaitu :10
a. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
b. Mampu (abillity) memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
c. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit,
melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan, dan mencari
pertolongan pengobatan yang profesional bila sakit.
d. Menigkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan
kesehatannya. Kesehatan perlu ditingkatkan, karenaderajad
kesehatan baik individual, kelompok, atau masyarakat itu bersifat
dinamis, tidak statis.10
Untuk mewujudkan visi promosi kesehatan, yakni masyarakat mau dan
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya, diperlukan
upaya-upaya. Upaya-upaya untuk mewujudkan visi ini disebut “misi promosi
kesehatan”, yaitu apa yang harus dilakukan untuk mencapai visi. Secar umum
misi promosi kesehatan ini sekurang-kurangnya ada tiga hal, yaitu:10
14
a. Advokat (advocate):
Kegiatan advokat ini dilakukan terhadap para pengambil
keputusan dari berbagai tingkat, dan sektor terkait dengan kesehatan.
Tujuan kegiatan ini adalah menyakinkan para pejabat pembuat keputusan
atau penetu kebijakan, bahwa program kesehatan yang akan dijalankan
tersebut penting. Oleh sebab itu, perlu dukungan kebijakan atau
keputasan dari para pejabat tersebut.10
b. Menjembatani (Mediate)
Promosi kesehatan juga mempunyai misi “mediator” atau
“menjembatani” antara sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai
mitra. Dengan perkataan lain promosi kesehatan merupakan perekat
kemitraan di bidang pelayanan kesehatan. Kemitraan adalah sangat
penting, sebab tanpa kemitraan, niscaya sekor kesehatan mampu
menangani masalah-masalah kesehatannya yang begitu kompleks dan
luas.10
c. Memampukan (Enable)
Sesuai dengan visi promosi kesehatan, yaitu masyarakat mau dan
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya, promosi kesehatan
mempunyai misi utama untuk memampukan masyarakat. Hal ini berarti,
baik secara langsung atau melalui tokoh-tokoh masyarakat, promosi
kesehatan harus memberikan keterampilan-keterampilan kepada
masyarakat agar mereka mandiri di bidang kesehatan. Telah kita sadari
bersama, bahwa kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor di luar
kesehatan seperti pendidikan, ekonomi, sosial dan sebagainya. Oleh
15
sebab itu dalam rangka memberdayakan masyarakat dibidang kesehatan,
maka keterampilan dibidang ekonomi (pertanian, perternakan,
perkebunan), pendidikan, dan sosial lainnya, perlu dikembangkan melalui
promosi kesehatan ini.10
4. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Cakupan pendidikan kesehatan, baik sebagai ilmu maupun seni sangat
luas. Cakupan tersebut dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu: a) dimensi aspek
pelayanan kesehatan, dan b) dimensi tatanan (setting) atau tempat
pelaksanaan promosi kesehatan.10
a. Ruang Lingkup Berdasarkan aspek Kesehatan
Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat
itu mencakup empat aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatf. Ahli lain hanya membaginya menjadi dua aspek, yakni: a)
aspek promotif preventif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan b)
aspek kuratif (penyembuhan) dan rehabilitatif dengan sasaran kelompok
orang yang berisiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.
Sejalan dengan uraian ini, maka ruang lingkup pendidikan/promosi
kesehatan juga dikelompokkan menjadi dua.10
1) Promosi kesehatan pada aspek preventif-promotif
Sasaran promosi kesehatan pada aspek promotif adalah
kelompok orang sehat. Selama ini kelompok orang sehat kurang
memperoleh perhatian dalam upaya keehatan masyarakat. Padahal
kelompok orang sehat disuatu komunitas sekitar 80-85% dari
populasi. Apabila jumlah ini tidak dibina kesehatannya, maka jumlah
16
ini akan meningkat. Oleh sebab itu pendidikan kesehatanpada
kelompok ini perlu ditingkatkan atau dibina agar tetap sehat, atau
lebih menongkat lagi. Derajat kesehatan bersifat dinamis, oleh sebab
itu meskipun seseorangsudah dalam kondisi sehat, tetap perlu
ditingkatkan dan dibina kesehatannya.10
2) Promosi kesehatan pada aspek penyembuhan dan pemulihan
(kuratif-rehabilitatif)
Pada aspek ini upaya promosi kesehatan mencakup tiga upaya
atau kegiatan, yakni :
a) Pencegahan tingkat pertama (primary prventif)
Sasaran promos kesehatan pada aspek ini adalah
kelompok masyarakat yang berisiko tinggi (high risk) misalnya
kelompok ibu hamil dan menyusui, para perokok obesitas
(orang-orang yang kegemukan), para pekerja seks (wanita atau
pria) dan sebagainya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada
kelompok ini adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau terkena
penyakit.10
b) Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para
penderita penyakit kronis, misalnya asma, diabetes melitus,
tuberkulosis, rematik, tekanan darah tinggi, dan sebagainya.
Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar
penderita mampu mencegah penyakitnya menjadi lebih parah.10
17
c) Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention)
Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah
kelompokm pasien yang baru sembuh (recovery) dari suatu
penyakit. Tujuannya adalah agar mereka segera pulih kembali
kesehatannya. Dengan kata lain menolong para penderita yang
baru sembuh dari penyakitnya ini agar tidak menjadi cacat atau
mengurangi kecacatan seminimal mungkin (rehabilitasi).10
b. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan pelaksanaan
Berdasarkan tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi
atau pendidikan kesehatan, maka ruang lingkup promosi kesehatan ini
dapat dikelompokkan menjadi:10
1) Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil.
Oleh sebab itu untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus
dimulai di masing-masing keluarga.10
2) Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah
Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan
kesehatan bagi keluarga. Kunci pendidikan kesehatan disekolah
adalah guru, oleh sebab itu guru harus dikondisikan melalui
pelatihan-pelatihan kesehatan, seminar, lokakarya dan sebagainya.10
3) Pendidikan kesehatan di tempat kerja
Tempat kerja merupakan tempat orang dewasa memperoleh
nafkah untuk keluarga. Pemilik, pemimpin atau menejer dari institusi
tempat kerja termasuk perkantoran merupakan sasaran promosi
18
kesehatan sehingga mereka peduli terhadap kesehatan para
pekerjanya dan mengembangkan unit pendidikan kesehatan di
tempat kerja.10
4) Pendidikan di tempat-tempat umum
Tempat-tempat umum disini mecakup pasar, terminal bus,
bandar udara, tempat-tempat perbelanjaan, tempat-tempat olahraga,
taman-taman kota dan sebagianya. Para pengelola tempat-tempat
umum merupakan sasaran promosi kesehatan agar mereka
melengkapi tempat-tempat umum dengan fasilitas yang dimaksud,
disamping melakukan himbauan-himbauan kebersihan dan kesehatan
bagi pemakai tempat umum atau masyarakat melalui pengeras suara,
poster, leaflet dan sebagainya.10
5) Fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan ini mencakup rumah sakit,
puskesmas, poliklinik, rumah bersalin dan sebagainya. Pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan merupakan sasaran utama promosi
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan ini. Mereka inilah yang
beranggung jawab atas terlaksananya pendidikan atau promosi
kesehatan di institusinya tersebut. Kepada pemimpin atau manajer
institusi-institusi pelayanan kesehatan ini diperlukan kegiatan
advokasi. Sedangkan bagi para karyawannya diperlukan
pelatihan-pelatihan tentang promosi kesehatan.10
19
b. Ruang lingkup berdasarkan tingkat pelayanan
Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan
kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five
level of prevention) dari leavel and clark.10
1) Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya
dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi
lingkungan, kesehatan perorangan dan sebagianya.10
2) Perlindungan khusus (Specifik Protection)
Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan
perlindungan khusus ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan
terutama di negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran
masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan
terhadap penyakit pada orang dewasa maupun pada anak-anaknya
masih rendah.10
3) Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early diagnosis and
prompt treatment)
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka
penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat sering sulit
terdeteksi. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau
diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan
masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Oleh
sebab itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.10
20
4) Pembatasan cacat (Disability limitation)
Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit, seringkali mengakibatkan masyarakat tidak
melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Mereka tidak melakukan
pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan
orang yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki
ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu
pendidikan kesehatan juga perlu dilakukan pada tahap ini.10
5) Rehabilitas (Rehabilitation)
Setelah sembuh dari penyakit tertentu, kadang-kadang orang
menjadi cacat. Unutk memulihkan cacatnya tersebut diperlukan
latihan-latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan
kesadaran orang tersebut, ia tidak atau segan melakukan
latihan-latihan yang dianjurkan. Oleh sebab itu jelas pendidikan
kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut,
tetapi juga untuk masyarakat.10
5. Sasaran pendidikan/promosi kesehatan
Berdasarkan penahapan promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam
tiga kelompok sasaran:
a. Sasaran Primer (Primary Target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala
upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan
kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi, kepala
21
keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk
masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah untuk kesehatan
remaja dan sebagainya. Upaya promosi kesehatan dilakukan terhadap
sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat.11
b) Sasaran Sekunder (Secondary target)
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya.
Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan
kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok
ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sekitarnya.
Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini
adalah sejalan dengan strategi dukungan sosial.11
c) Sasaran Tersier (Tertiary target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat
pusat maupun daerah adalah sasaran tertier pendidikan kesehatan dengan
kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini
akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat
(sasaran sekunder) dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer).
Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran tertier ini
sejalan dengan strategi advokasi.11
6. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Berikut ini uraian mengenai beberapa pengertian dari Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat, yang disebutkan oleh beberapa sumber:
a. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku
yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
22
keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.12
b. PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan
informasi, dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku melalui pendidikan pimpinan (advokasi),
binasuasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat
(empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat
mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri dalam tatanan
masing-masing agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam
rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan.12
7. Manfaat PHBS
Keluarga yang melaksanakan PHBS maka setiap rumah tangga akan
meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit. Rumah tangga yang sehat
dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga. Dengan
meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk investasi lain yang dapat
meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga. Salah satu indikator
menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dibidang kesehatan
adalah pelaksanaan PHBS. PHBS juga bermanfaat untuk meningkatkan citra
pemerintah daerah dalam bidang kesehatan, sehingga dapat menjadi
percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.13
23
8. Metode dan Media Promosi Kesehatan
a. Metode
Metode diartikan sebagai cara atau pendekatan tertentu. Di proses
belajar, pendidik harus dapat memilih dan menggunakan metode (cara)
mengajar yang cocok atau relevan, sesuai dengan kondisi setempat.
Meskipun berlaku pedoman umum bahwa tidak ada satupun metode
belajar yang paling baik dan tidak ada satupun metode belajar yang
berdiri sendiri. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang cukup
tentang penerapan metode sesuai dengan sasaran, tempat, dan waktu yang
berbeda.3
b. Media atau alat peraga
Media adalah alat peraga yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahasa pendidikan atau pengajaran. Media pendidikan
kesehatan disebut juga sebagai alat peraga karena berfungsi membantu
dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan atau pengajaran.
Prinsip pembuatan alat peraga atau media bahwa pengetahuan yang ada
pada setiap orang diterima atau ditangkap melalui panca indera. Disebut
media promosi kesehatan karena alat tersebut digunakan untuk
mempermudah penerimaan pesan‐pesan kesehatan bagi masyarakat atau
klien.3
Menurut Notoatmodjo alat bantu yang dapat digunakan antara lain
alat bantu lihat (visual), alat bantu dengar (audio), dan alat bantu dengar
dan lihat atau audio visual aids (AVA), sedangkan media tulis dapat
berupa leaflet, buku saku (booklet), lembar balik, flipchart.3
24
Manfaat Media
Media memiliki peranan penting dalam suatu proses pembelajaran.
Beberapa manfaat penggunaan media, diantaranya:
1) Menumbuhkan motivasi belajar karena proses pembelajaran
akan lebih menarik apabila menggunakan media.
2) Penyampaian pesan melalui media akan lebih mudah sehingga
dapat lebih dipahami sehingga tujuan pembelajaran yang
diinginkan dapat dicapai.
3) Proses belajar menjadi tidak membosankan untuk siswa dan
akan memberikan kemudahan bagi pengajar dalam
menyampaikan pesan.
4) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar lebih banyak
karena dengan menggunakan media, siswa tidak hanya belajar
mendengarkan akan tetapi juga dituntut untuk mengamati,
mendemostrasikan, dan lain-lain.3
9. Metode Audiovisual
Audiovisual adalah alat bantu pendidikan yang dalam penggunaanya
menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran. Audiovisual adalah media
intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar.
Contoh alat bantu dengar dan lihat (audio visual aids) seperti TV, film, video.
Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar, media ini dibagi dalam:
25
a. Audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan
gambar diam seperti film bingkai suara, film rangkai suara, cetak
suara.
b. Audo visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan
unsur-unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan
kaset video.14
Kelebihan dan kekurangan audiovisual
a. Kelebihan
1) Sudah dikenal masyarakat.
2) Mengikutsertakan semua panca indera.
3) Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak.
4) Bertatap muka.
5) Penyajian dapat dikendalikan.
6) Jangkauan relatif lebih besar.
7) Sebagai alat diskusi dan dapat diulang-ulang.
b. Kelemahan
1) Biaya lebih tinggi.
2) Sedikit rumit.
3) Perlu listrik.
4) Perlu alat canggih untuk produksinya.
5) Perlu persiapan matang.
6) Peralatan selalu berkembang dan berubah.
7) Perlu keterampilan penyimpanan.
8) Perlu terampil dalam pengoperasian.15
26
10. Metode Buku Saku (Booklet)
Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan–pesan
kesehatan dalam bentuk buku yang berisi tulisan dan gambar-gambar. Booklet
merupakan sebuah buku berukuran kecil dan tipis,tidak lebih dari 24 lembar
atau halaman.14
Kelebihan dan Kekurangan buku saku (booklet)
a. Kelebihan
1) Tahan lama.
2) Mencakup banyak orang.
3) Biaya tidak tinggi.
4) Tidak perlu listrik.
5) Dapat dibawa kemana-mana.
6) Dapat mengungkit rasa keindahan.
7) Mempermudah pemahaman.
8) Meningkatkan gairah belajar.
b. Kelemahan
1) Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek
gerak.
2) Mudah terlipat.15
27
C. Kerangka Teori
Derajat kesehatan menurut Hendrik L. Blum di pengaruhi oleh 4 faktor:
Derajat Kesehatan
Gambar 1. Konsep Hl. Blum
Faktor Pelayanan
Kesehatan
- Promotif
- Preventif
- Kuratif
- Rehabilitatif
Faktor Perilaku
- Sikap
- Gaya hidup
Faktor Penduduk
- Herediter
Faktor Lingkungan
- Fisik
- Biologis
- Sosiokultural
35
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Disain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode quasi
experimental dengan pendekatan pre test-post test two group yaitu melihat
perbedaan metode audio visual dengan metode buku saku terhadap pengetahuan
pencegahan penyakit Diare pada siswa Kelas V di SD N 18 Kampung Baru
Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang Tahun 2018.
Kelompok eksperimen
Pre test Perlakuan Post test
01 X 02
Pre test Perlakuan Post test
03 X 04
Keterangan:
01 : Pengukuran pertama metode audio visual (pre test)
02 : Pengukuran kedua metode audio visual (post test)
03 : Pengukuran pertama metode buku saku (pre test)
04 : Pengukuran kedua metode buku saku (post test)
X : Perlakuan (eksperimen)
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD N 18 Kampung Baru Kecamatan Lubuk
Begalung Kota Padang Tahun 2018 pada bulan Mei s/d Juni 2018.
29
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas V di SD N 18
Kampung Baru Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang dengan jumlah
seluruh siswa kelas V sebanyak 40 siswa, sebanyak 20 orang. seluruh siswa
kelas V di SD N 18 Kampung Baru Kecamatan Lubuk Begalung sebanyak 40
siswa.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari jumlah populasi
yaitu sebanyak 40 siswa, terdiri dari 20 orang siswa kelas V A dan 20 orang
siswa kelas V B.
D. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
E. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Dependen
1 Pengetahua
n
pencegahan
penyakit
Diare
Pengetahuan
pencegahan
penyakit Diare
adalah
pengetahuan
untuk mencegah
keadaan dimana
terjadi
Kuesioner Angket Skor
Ratio
Pengetahuan Pencegahan
penyakit Diare
Metode Audio Visual
Metode Buku Saku
30
pengeluaran feses
sebanyak lebih
dari tiga kali
sehari dengan
konsistensi encer
Variabel Independen
1 Media
penyuluhan
Media
penyuluhan
adalah media atau
alat yang
digunakan untuk
membantu
sesuatu dalam
proses
penyuluhan
0. Audio
visual
1. Buku saku
Nominal
F. Hipotesa Penelitian
Ho : Tidak ada perbedaan metode audio visual dengan metode buku saku
terhadap pengetahuan pencegahan penyakit Diare pada siswa Kelas V di
SD N 18 Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018.
Ha : Ada perbedaan metode audio visual dengan metode buku saku terhadap
pengetahuan pencegahan penyakit Diare pada siswa Kelas V di SD N 18
Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Angket.
31
2. Media buku saku (booklet).
3. Media audiovisual.
4. Laptop
5. Infocus.
6. Alat tulis.
H. Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari promosi
kesehatan di SD N 18 Kampung Baru dengan pembagian angket kepada
responden atau siswa kelas V.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Puskesmas Lubuk
Begalung Kota Padang berupa data 10 penyakit terbanyak untuk mengetahui
jumlah kasus penyakit Diare dan data yang diperoleh dari SD N 18 Kampung
Baru Kota Padang berupa data jumlah siswa kelas V.
I. Prosedur Pengolahan data
1. Editing
Dilakukan pemeriksaan langsung data setiap instrumen yang berkaitan
dengan kelengkapan pengisian dan kejelasan penelitian.
2. Coding
Pemberian kode pada setiap instrumen yang terkumpul untuk
memudahkan melakukan pengolahan data.
32
3. Entry Data
Data yang sudah diberi kode, dimasukkan ke dalam komputer untuk
diketik, menjadikannya dalam bentuk master table menggunakan aplikasi
pengolahan data.
4. Cleaning
Data yang sudah diolah diperiksa kembali untuk melihat dan
memastikan data yang dibuat sudah benar.
J. Analisa Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik
masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan
melihat data numerik berupa mean, median, standar deviasi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan uji statistik uji Paired t test (dependen t test)
dengan tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05) yaitu untuk melihat perbedaan
rata-rata pre test – post test pengetahuan kelompok metode audio visual dan
kelompok buku saku, jika p value dibandingkan dengan α 5 % ≤ 0,05 maka
ada perbedaan rata-rata pre test – post test pengetahuan kelompok metode
audio visual dan kelompok buku saku. Sedangkan bila p value dibandingkan
dengan α 5 % > 0,05 maka tidak ada perbedaan rata-rata pre test – post test
pengetahuan kelompok metode audio visual dan kelompok buku saku. 18
Selanjutnya analisis bivariat dilakukan uji statistik uji independen t test
dengan tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05) yaitu untuk melihat perbedaan
promosi kesehatan pengetahuan pencegahan penyakit Diare antara metode
33
audiovisual dengan metode buku saku, jika p value dibandingkan dengan α
5 % ≤ 0,05 maka ada perbedaan antara metode audio visual dengan metode
buku saku, Sedangkan bila p value dibandingkan dengan α 5 % > 0,05 maka
tidak ada perbedaan antara metode audio visual dengan metode buku saku. 18
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi
1. Keadaan Geografis
SD N 18 Kampung Baru Kota Padang terletak di Jalan Caniago,
Kelurahan Kampung Baru Nan XX Kecamatan Lubuk Begalung Kota Padang
Provinsi Sumatera Barat. Dengan luas tanah 604 m2
yang terdiri dari luas
bangunan 504 m2, luas pekarangan 100m
2, luas lapangan olahraga 100 m
2,
batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Cengkeh
Sebelah Barat : Kelurahan Cengkeh
Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Kilangan
Sebelah Selatan : Kelurahan Kampung Jua
2. Keadaan Demografi
Jumlah siswa di SD N 18 Kampung Baru Kota Padang berjumlah 220
siswa terdiri dari 123 siswa laki-laki dan 97 siswa perempuan. Jumlah guru
sebanyak 1 orang.
35
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Umur
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Umur Siswa Kelas V di SD N 18 Kampung Baru
Kota Padang Tahun 2018
No Umur f %
1 10 Tahun 2 5.0
2 11 Tahun 26 65.0
3 12 Tahun 8 20.0
4 13 Tahun 2 5.0
5 14 Tahun 2 5.0
Total 40 100.0
Tabel 1. menunjukkan bahwa sebagian besar umur siswa kelas V
SDN 18 Kampung Baru Kota Padang adalah umur 11 tahun (65.0%).
b. Jenis Kelamin
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Siswa Kelas V di SD N 18
Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018
No Jenis Kelamin f %
1 Laki-Laki 20 50.0
2 Perempuan 20 50.0
Total 40 100.0
Tabel 2. menunjukkan bahwa jenis kelamin siswa kelas V SDN 18
Kampung Baru Kota Padang adalah sama banyak antara laki-laki dan
perempuan yaitu masing-masing 20 orang (50.0%).
c. Kategori Pengetahuan
1) Metode Buku Saku
36
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Sebelum dilakukan
Promosi Kesehatan Metode Buku Saku Siswa Kelas V
di SD N 18 Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018
No Kategori Pengetahuan f %
1 Kurang 5 12.5
2 Cukup Baik 12 30.0
3 Baik 3 7.5
Total 20 100.0
Tabel 3. menunjukkan bahwa sebagian besar kategori
pengetahuan sebelum dilakukan promosi kesehatan Metode Buku Saku
siswa kelas V SDN 18 Kampung Baru Kota Padang adalah cukup baik
sebanyak 12 orang (30.0%).
Tabel 4.
Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Sesudah dilakukan
Promosi Kesehatan Metode Buku Saku Siswa Kelas V
di SD N 18 Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018
No Kategori Pengetahuan f %
1 Kurang 4 10.0
2 Cukup Baik 11 27.5
3 Baik 5 12.5
Total 20 100.0
Tabel 4. menunjukkan bahwa sebagian besar kategori
pengetahuan sesudah dilakukan promosi kesehatan Metode Buku Saku
siswa kelas V SDN 18 Kampung Baru Kota Padang adalah cukup baik
sebanyak 11 orang (27.5%).
2) Metode Audio Visual
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Sebelum
dilakukan Promosi Kesehatan Metode Audio Visual
Siswa Kelas V di SD N 18 Kampung Baru
Kota Padang Tahun 2018
No Kategori Pengetahuan f %
1 Kurang 4 10.0
37
2 Cukup Baik 13 32.5
3 Baik 3 7.5
Total 20 100.0
Tabel 5. menunjukkan bahwa sebagian besar kategori
pengetahuan sebelum dilakukan promosi kesehatan Metode Audio
Visual siswa kelas V SDN 18 Kampung Baru Kota Padang adalah
cukup baik sebanyak 13 orang (32.5%).
Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Sesudah
dilakukan Promosi Kesehatan Metode Audio Visual
Siswa Kelas V di SD N 18 Kampung Baru
Kota Padang Tahun 2018
No Kategori Pengetahuan f %
1 Kurang 2 5.0
2 Cukup Baik 12 30.0
3 Baik 6 15.0
Total 20 100.0
Tabel 6. menunjukkan bahwa sebagian besar kategori
pengetahuan sesudah dilakukan promosi kesehatan Metode Audio
Visual siswa kelas V SDN 18 Kampung Baru Kota Padang adalah
cukup baik sebanyak 12 orang (30.0%).
2. Analisis Bivariat
a. Distribusi Rata-Rata Pengetahuan Responden Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Promosi Kesehatan Metode Audio Visual
Tabel 7.
Pengetahuan Responden Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Promosi
Kesehatan Metode Audio Visual Terhadap Pengetahuan Pencegahan
Penyakit Diare
Pengetahuan Mean SD p value Kesimpulan
Sebelum 12,65 4,171 0,0001 Ho ditolak
Sesudah 16,40 4,370
38
Tabel 7. menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan sebelum
dilakukan promosi kesehatan dengan metode audio visual adalah 12,65
dengan standar deviasi 4,171. Sedangkan rata-rata pengetahuan sesudah
dilakukan promosi kesehatan dengan metode audio visual adalah 16,4
dengan standar deviasi 4,37. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value
0,0001, terdapat perbedaan antara pengetahuan sebelum dan pengetahuan
sesudah dilakukan promosi kesehatan dengan media audio visual.
b. Distribusi Rata-Rata Pengetahuan Responden Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Promosi Kesehatan Metode Buku Saku
Tabel 8.
Pengetahuan Responden Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Promosi
Kesehatan Metode Buku Saku Terhadap Pengetahuan
Pencegahan Penyakit Diare
Pengetahuan Mean SD p value Kesimpulan
Sebelum 11,45 4,174 0,0001 Ho ditolak
Sesudah 15,25 4,471
Tabel 8. menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan sebelum
dilakukan promosi kesehatan dengan metode buku saku adalah 11,45
dengan standar deviasi 4,174. Sedangkan rata-rata pengetahuan sesudah
dilakukan promosi kesehatan dengan metode buku saku adalah 15,25
dengan standar deviasi 4,471. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value
0,0001, terdapat perbedaan antara pengetahuan sebelum dan
pengetahuan sesudah dilakukan promosi kesehatan dengan media buku
saku.
39
c. Distribusi Rata-Rata Pengetahuan Responden Sesudah Dilakukan
Promosi Kesehatan Dengan Metode Audio Visual Dan Metode Buku
Saku
Tabel 9.
Pengetahuan Responden Sesudah Dilakukan Promosi Kesehatan
Dengan Metode Audio Visual Dan Metode Buku Saku Terhadap
Pengetahuan Pencegahan Penyakit Diare
Pengetahuan Sesudah Mean SD p value Kesimpulan
Metode Audio Visual 16,50 4,419 0,0001 Ho ditolak
Metode Buku Saku 15,25 4,471
Tabel 9. menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan sesudah
dilakukan promosi kesehatan dengan metode buku saku adalah 15,25
dengan standar deviasi 4,471. Sedangkan rata-rata pengetahuan sesudah
dilakukan promosi kesehatan dengan metode audio visual adalah 16,5
dengan standar deviasi 4,419. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value
0,0001. ditolak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
bermakna antara peningkatan pengetahuan terhadap pencegahan penyakit
diare sebelum dan sesudah dilakukan promosi kesehatan pada siswa kelas
V di SD N 18 Kampung Baru Kota Padang menggunakan media booklet
maupun audiovisual.
C. Pembahasan
1. Analisa Univariat
a. Umur
Dari hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan sebagian besar
umur siswa kelas V SDN 18 Kampung Baru Kota Padang adalah umur 11
tahun (65.0%).
40
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan
seseorang berdasarkan tingkatannya dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain : umur, pendidikan, pengalaman, informasi, sosial budaya,
ekonomi, dan lingkungan.
b. Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian tabel 2 menunjukkan bahwa jenis kelamin
siswa kelas V SDN 18 Kampung Baru Kota Padang adalah sama banyak
antara laki-laki dan perempuan yaitu masing-masing 20 orang (50.0%).
Jenis kelamin merupakan salah satu karakteristik reponden dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini laki-laki dan perempuan sama banyak
jumlahnya dan memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda-beda satu
dengan yang lainnya.
c. Kategori Pengetahuan
1) Metode Buku Saku
Hasil penelitian tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar
kategori pengetahuan sebelum dilakukan promosi kesehatan metode
buku saku siswa kelas V SDN 18 Kampung Baru Kota Padang adalah
cukup baik sebanyak 12 orang (30.0%).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan yang didapat melalui pancaindera manusia yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
41
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan sebelum
dilakukan promosi kesehatan metode buku saku siswa kelas V SDN 18
Kampung Baru Kota Padang adalah cukup baik.
Hasil penelitian tabel 4. menunjukkan bahwa sebagian besar
kategori pengetahuan sesudah dilakukan promosi kesehatan metode
buku saku siswa kelas V SDN 18 Kampung Baru Kota Padang adalah
cukup baik sebanyak 11 orang (27.5%).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan yang didapat melalui pancaindera manusia yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan sesudah
dilakukan promosi kesehatan metode buku saku siswa kelas V SDN 18
Kampung Baru Kota Padang adalah cukup baik.
2) Metode Audio Visual
Hasil penelitian pada tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar
kategori pengetahuan sebelum dilakukan promosi kesehatan Metode
Audio Visual siswa kelas V SDN 18 Kampung Baru Kota Padang
adalah cukup baik sebanyak 13 orang (32.5%).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan yang didapat melalui pancaindera manusia yaitu indera
42
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan sebelum
dilakukan promosi kesehatan metode buku saku siswa kelas V SDN 18
Kampung Baru Kota Padang adalah cukup baik.
Hasil penelitian pada tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar
kategori pengetahuan sesudah dilakukan promosi kesehatan Metode
Audio Visual siswa kelas V SDN 18 Kampung Baru Kota Padang
adalah cukup baik sebanyak 12 orang (30.0%).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan yang didapat melalui pancaindera manusia yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan sesudah
dilakukan promosi kesehatan metode buku saku siswa kelas V SDN 18
Kampung Baru Kota Padang adalah cukup baik.
2. Analisa Bivariat
a. Distribusi Rata-Rata Pengetahuan Responden Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Promosi Kesehatan Metode Audio Visual
Dari hasil penelitian pada tabel 7. menunjukkan bahwa rata-rata
pengetahuan sebelum dilakukan promosi kesehatan dengan metode audio
visual adalah 12,65 dengan standar deviasi 4,171. Sedangkan rata-rata
pengetahuan sesudah dilakukan promosi kesehatan dengan metode audio
43
visual adalah 16,4 dengan standar deviasi 4,37. Terlihat nilai mean
perbedaan antara pengetahuan sebelum dan pengetahuan sesudah
dilakukan promosi kesehatan dengan metode audio visual adalah 3,75
dengan standar deviasi 0,199. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value
0,000, terdapat perbedaan antara pengetahuan sebelum dan pengetahuan
sesudah dilakukan promosi kesehatan dengan media audio visual.
Dilihat dari nilai rata- rata tersebut diketahui bahwa terjadi
kenaikan nilai rata- rata setelah dilakukan promosi kesehatan. Terdapat
perbedaan rata-rata pengetahuan responden antara sebelum dan sesudah
dilakukan promosi kesehatan media audiovisual sebesar 3,75. Hal ini
menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan responden tentang
pencegahan terhadap penyakit diare sebelum dan sesudah dilakukan
promosi kesehatan.
Pendidikan kesehatan dengan media atau alat peraga dapat
mengubah pengetahuan melalui panca indera yang ditangkap oleh
seseorang. Media audiovisual adalah alat bantu pendidikan yang dalam
penggunaannya menstimulasi indera penglihatan dan pendengaran. Media
audiovisual merupakan alat bantu pendidikan yang memiliki unsur suara
dan gambar, yang sifatnya mampu meningkatkan persepsi, mampu
meningkatkan pengertian dan meningkatkan ingatan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nazarwin tahun 2011 bahwa ada pengaruh pengetahuan setelah dilakukan
pendidikan kesehatan dengan media audiovisual.21
44
Penelitian lain oleh Hastuti tahun 2010 mengatakan bahwa ada
pengaruh pendidikan kesehatan gigi menggunakan metode ceramah
dengan lembar balik dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
gigi.20
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pengetahuan setelah dilakukan promosi kesehatan menggunakan media
audio visual terhadap pencegahan penyakit diare pada siswa kelas V di SD
N 18 Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018.
b. Distribusi Rata-Rata Pengetahuan Responden Sebelum Dan Sesudah
Dilakukan Promosi Kesehatan Metode Buku Saku
Dari hasil penelitian pada tabel 8. menunjukkan bahwa rata-rata
pengetahuan sebelum dilakukan promosi kesehatan dengan metode buku
saku adalah 11,45 dengan standar deviasi 4,174. Sedangkan rata-rata
pengetahuan sesudah dilakukan promosi kesehatan dengan metode buku
saku adalah 15,25 dengan standar deviasi 4,471. Terlihat nilai mean
perbedaan antara pengetahuan sebelum dan pengetahuan sesudah
dilakukan promosi kesehatan dengan metode buku saku adalah 3,8 dengan
standar deviasi 0,297. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,000,
terdapat perbedaan antara pengetahuan sebelum dan pengetahuan
sesudah dilakukan promosi kesehatan dengan media buku saku.
Dilihat dari nilai rata-rata tersebut diketahui bahwa terjadi
kenaikan nilai rata-rata pada kelompok buku saku setelah dilakukan
promosi kesehatan. Berdasarkan analisa sebelum dan sesudah dilakukan
promosi kesehatan menggunakan media buku saku maka terdapat
45
perbedaan rata-rata pengetahuan responden antara sebelum dan sesudah
dilakukan promosi kesehatan media buku saku sebesar 3,8. Hal ini
menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan responden tentang
pencegahan terhadap penyakit diare sebelum dan sesudah dilakukan
promosi kesehatan.
Media atau alat peraga adalah alat yang digunakan oleh pendidik
untuk membantu dan menerangkan sesuatu dalam proses pendidikan atau
pengajaran. Media bermanfaat menimbulkan minat sasaran, merangsang
sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain, dan memudahkan
penyampaian informasi. Media booklet adalah buku yang tipis dan
lengkap informasinya, yang memudahkan media tersebut untuk dibawa.
Booklet berisi informasi yang jelas, tegas dan mudah dimengerti selain itu
juga berisi tulisan dan gambar.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wibowo tahun 2013 bahwa ada pengaruh pengetahuan responden setelah
dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode buku saku.22
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
pengetahuan setelah dilakukan promosi kesehatan menggunakan media
buku saku terhadap pencegahan penyakit diare pada siswa kelas V di SD
N 18 Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018.
c. Distribusi Rata-Rata Pengetahuan Responden Sesudah Dilakukan
Promosi Kesehatan Dengan Metode Audio Visual Dan Metode Buku
Saku
46
Dari hasil penelitian pada tabel 9. menunjukkan bahwa rata-rata
pengetahuan sesudah dilakukan promosi kesehatan dengan metode buku
saku adalah 15,25 dengan standar deviasi 4,471. Sedangkan rata-rata
pengetahuan sesudah dilakukan promosi kesehatan dengan metode audio
visual adalah 16,5 dengan standar deviasi 4,419. Terlihat nilai mean
perbedaan antara pengetahuan sesudah dilakukan promosi kesehatan
dengan metode audio visual dan metode buku saku adalah 1,25 dengan
standar deviasi 0,052. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,000 dan
Ho ditolak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna
antara peningkatan pengetahuan terhadap pencegahan penyakit diare
sebelum dan sesudah dilakukan promosi kesehatan pada siswa kelas V di
SD N 18 Kampung Baru Kota Padang menggunakan media booklet
maupun audiovisual, karena didapatka nilai p value sebesar 0,0001.
Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata antara kelompok
media buku saku dan kelompok media audio visual. Didapat kesimpulan
bahwa Ho ditolak menunjukkan bahwa media audio visual lebih efektif
meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan penyakit diare daripada
media buku saku. Hal ini terjadi karena pada media audio visual
melibatkan 2 alat penginderaan yaitu penglihatan dan pendengaran,
sedangkan pada media buku saku hanya melibatkan 1 penginderaan yaitu
penglihatan saja. Selain itu pengaruh lingkungan atau kondisi ketika
responden duduk atau bisa berinteraksi dengan yang lain sehingga mampu
47
mengurangi konsentrasi dan membuat kondisi tidak kondusif pada
pengisian kuesioner.
Informasi dan pengalaman pribadi merupakan faktor yang
mempengaruhi pengetahuan. Informasi adalah sesuatu yang dapat
diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer
pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-
macam media yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang
inovasi baru, dan adanya inovasi baru mengenai suatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal baru
tersebut. Selain informasi yang didapat, adanya pengalaman pribadi juga
dapat sebagai sumber pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu. Penerimaan perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bertahan lama. Tetapi sebaliknya,
jika perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan dan sikap yang
positif maka perilaku tersebut tidak bertahan lama. Dalam hal ini, guru
juga perlu mengetahui metode apa yang bagus digunakan dalam
penyuluhan kepada siswa agar penyuluhan lebih efektif dan ilmu yang
disampaikan dapat di serap dengan baik oleh siswa.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Farinta tahun
2018 menyatakan bahwa ada perbedaan atau peningkatan antara
pengetahuan ibu tentang MP ASI sebelum dan sesudah pendidikan gizi
menggunakan media leaflet, buku saku dan video.24
48
Penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muthmainah tahun 2015 tentang pengaruh penyuluhan dengan media audio
visual dan leaflet terhadap pengetahuan ibu tentang pemberian makanan
pendamping ASI dengan hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh
penyuluhan dengan media audio visual dan media leaflet.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara
pengetahuan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan dengan media buku
saku dan dengan metode buku saku terhadap pencegahan penyakit diare
pada siswa kelas V di SD N 18 Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018.
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Ada pengaruh pengetahuan setelah dilakukan promosi kesehatan
menggunakan media media audio visual terhadap pencegahan
penyakit diare pada siswa kelas V di SD N 18 Kampung Baru Kota
Padang Tahun 2018.
2. Ada pengaruh pengetahuan setelah dilakukan promosi kesehatan
menggunakan media media buku saku terhadap pencegahan penyakit
diare pada siswa kelas V di SD N 18 Kampung Baru Kota Padang
Tahun 2018.
3. Ada perbedaan antara pengetahuan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan dengan media buku saku dan dengan metode buku saku
terhadap pencegahan penyakit diare pada siswa kelas V di SD N 18
Kampung Baru Kota Padang Tahun 2018.
B. Saran
Adapun saran dari penelitian ini adalah
1. Agar dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai dasar untuk
penelitian selanjutnya.
2. Perlunya penyuluhan tentang pencegahan penyakit Diare bagi siswa
sekolah dasar untuk mengurangi penyakit Diare
3. Guru juga perlu mengetahui metode yang digunakan untuk melakukan
penyuluhan tentang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mickael B. Hoelman, Panduan SDGs, Internasional NGO Forum on
Indonesian Development, November 2015
2. Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta, 2007.
3. Tjitarsa Ida Bagus, Pendidikan Kesehatan Pedoman Pelayanan Kesehatan
Dasar, Penerbit ITB, Bandung, 1992.
4. Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2014.
5. Profil Kesehatan Indonesia 2015.
6. Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta, 2005.
7. Notoatmodjo Soekidjo, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
8. Widoyono, Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya, Penerbit Erlangga, Semarang, 2005.
9. Ahmad Kholid, Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku,
Media, Dan Aplikasinya, Penerbit RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012.
10. Maulana Heri, Promosi Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
2009.
11. Notoatmodjo Soekidjo, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
12. , Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta, 2012.
13. Maryunani Anik, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Penerbit CV.
Trans Info Media, Jakarta, 2013.
14. Maria Agustin, Irdawati, Efektivitas Pendidikan Kesehatan Media Booklet
Dibandingkan Dengan Audiovisual Terhadap Pengetahuan Orang Tua Dengan
Karies Gigi Pada Anak Usia 5-9 Tahun Di Desa Makam Haji, Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2014.
15. Proverawati Atikah, Eni Rahmawati, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), Penerbit Nuha Medika, Yogyakarta, 2012.
16. Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta, 2003.
17. , Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta, 2005.
18. Susanto Priyo Hastono, Analisis Data Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, Depok 2011.
19. Maria Agustin, Efektifitas Pendidikan Kesehatan Media Booklet
Dibandingkan Media Audiovisual Terhadap Pengetahuan Orang Tua Tentang
Karies Gigi Pada Anak Usia 5-9 Tahun Di Desa Makamhaji, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta 2014. Skripsi.
Diakses tanggal 20 November 2016
20. Hastuti, Sri dan Andriyani, A. Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Gigi Dalam Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Pada Anak Di
SD Negeri 2 Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Thesis. 2010.
http://library.stikes.ac.id. Diakses tanggal 20 November 2016.
21. Nazarwin, Saputra, Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan HIV AIDS
Dengan Metode Curah Pendapat dan Ceramah Menggunakan Media Audiovisual
Terhadap Pengetahuan Siswa SMAN 4 Tangerang. 2011 Thesis.
http://lib.syarif.ac.id. Diakses 20 November 2016.
22. Wibowo, Surya & Suryani, Dyah. Pengaruh Promosi Kesehtan Metode
Audiovisual Dan Metode Buku Saku Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Penggunaan Monosodium Glutamat (MSG) Pada Ibu Rumah Tangga. Jurnal
Kesmas ISSN: 1978-0575, Vol.7 No.2. 2013 Http://lib.ugm.ac.id. Diakses tanggal
21 November 2016.
23. Notoatmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan Jilid 2. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
24. Farinta Isna Nur Fauziyyah, Efektifitas Penggunaan Media Untuk
Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI
(MP ASI) Di Desa Kenep Kabupaten Sukoharjo, Ilmu Gizi Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2018 Skripsi. Diakses Tanggal
24 Mei 2018.