PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PADA PEROKOK...

12
23 PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PADA PEROKOK AKTIF DAN PEROKOK PASIF DI KECAMATAN MADYOPURO TAHUN 2015 Oleh Nugroho Tristyanto Akademi Analis Kesehatan Malang ABSTRAK Perokok aktif dan pasif berhubungan dengan peningkatan resiko intoleransi glukosa. Kandungan rokok dapat mengakibatkan peningkatan sementara glukosa darah dengan cara merusak sensitivitas organ dan jaringan terhadap aksi insulin. Asupan nikotin dapat meningkatkan kadar hormon seperti kortisol, yang dapat mengganggu efek insulin. Penelitian ini dirancang untuk meneliti perbandingan kadar gula darah pada perokok aktif dan perokok pasif di Kecamatan Madyopuro tahun 2015. Data dari 32 orang perokok aktif dan 32 orang perokok pasif yang diambil secara consecutive sampling diperoleh dari pengisian kuisioner dan pemeriksaan kadar gula darah puasa dengan metode stik. Hasilnya adalah nilai rerata kadar gula darah puasa kelompok perokok aktif adalah 112,7 (SD 35,8) mg/dL , sedangkan rerata kadar gula darah puasa kelompok perokok pasif adalah 107,8 ( SD 18,6 ) mg/dL . Dengan uji Mann Whitney, didapatkan nilai p=0,317. Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah kelompok perokok aktif dan perokok pasif. Kata Kunci : Perokok aktif, perokok pasif, kadar gula darah, Madyopuro. PENDAHULUAN Merokok merupakan kebiasaan yang sangat umum di kalangan masyarakat, bahkan bagi golongan tertentu sudah merupakan gaya hidup. Kebiasaan merokok dapat ditemukan pada berbagai golongan usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Saat ini banyak anak-anak dan remaja yang sudah menjadi perokok aktif (Novitasari, 2014). Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan bahwa terdapat 300 juta perokok di negara maju, sedangkan di negara berkembang mendekati 3 kali lipat yaitu sebanyak 800 juta. WHO melaporkan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari 5 negara yang terbanyak perokoknya di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 prevalensi perokok di Indonesia sebanyak 29,2% dan pada data Riskesdas 2012 prevalensi perokok di Indonesia telah menjadi 34,7%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan prevalensi perokok di Indonesia. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status serta kelompok umur yang berbeda ( Djokja, 2013). Perilaku merokok merupakan perilaku yang sangat merugikan dilihat dari berbagai aspek. Dari bidang kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, CO (karbonmonosida) dan tar, dapat menimbulkan berbagai penyakit (Martini, 2014). Efek yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok sangat banyak, salah satunya merokok dapat mengakibatkan peningkatan sementara glukosa darah. Selain itu, merokok juga dapat merusak sensitivitas organ dan jaringan terhadap aksi insulin. Asupan nikotin dapat meningkatkan kadar hormon seperti kortisol, yang dapat mengganggu efek insulin (Leoni, 2012).

Transcript of PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PADA PEROKOK...

Page 1: PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PADA PEROKOK …journalhealthyscience.com/wp-content/uploads/2016/12/03-032016... · Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional : a. Diabetes

23

PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PADA PEROKOK AKTIF DAN

PEROKOK PASIF DI KECAMATAN MADYOPURO TAHUN 2015

Oleh

Nugroho Tristyanto Akademi Analis Kesehatan Malang

ABSTRAK

Perokok aktif dan pasif berhubungan dengan peningkatan resiko intoleransi

glukosa. Kandungan rokok dapat mengakibatkan peningkatan sementara glukosa darah

dengan cara merusak sensitivitas organ dan jaringan terhadap aksi insulin. Asupan nikotin

dapat meningkatkan kadar hormon seperti kortisol, yang dapat mengganggu efek insulin.

Penelitian ini dirancang untuk meneliti perbandingan kadar gula darah pada perokok aktif

dan perokok pasif di Kecamatan Madyopuro tahun 2015. Data dari 32 orang perokok

aktif dan 32 orang perokok pasif yang diambil secara consecutive sampling diperoleh dari

pengisian kuisioner dan pemeriksaan kadar gula darah puasa dengan metode stik.

Hasilnya adalah nilai rerata kadar gula darah puasa kelompok perokok aktif adalah 112,7

(SD 35,8) mg/dL , sedangkan rerata kadar gula darah puasa kelompok perokok pasif

adalah 107,8 ( SD 18,6 ) mg/dL . Dengan uji Mann Whitney, didapatkan nilai p=0,317.

Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah kelompok

perokok aktif dan perokok pasif.

Kata Kunci : Perokok aktif, perokok pasif, kadar gula darah, Madyopuro.

PENDAHULUAN

Merokok merupakan kebiasaan yang sangat umum di kalangan masyarakat,

bahkan bagi golongan tertentu sudah merupakan gaya hidup. Kebiasaan merokok dapat

ditemukan pada berbagai golongan usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Saat ini

banyak anak-anak dan remaja yang sudah menjadi perokok aktif (Novitasari, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan bahwa terdapat 300

juta perokok di negara maju, sedangkan di negara berkembang mendekati 3 kali lipat

yaitu sebanyak 800 juta.

WHO melaporkan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari 5

negara yang terbanyak perokoknya di dunia.

Indonesia merupakan salah satu negara

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 prevalensi perokok di Indonesia

sebanyak 29,2% dan pada data Riskesdas 2012 prevalensi perokok di Indonesia telah

menjadi 34,7%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan prevalensi perokok di

Indonesia. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status serta kelompok umur yang

berbeda ( Djokja, 2013).

Perilaku merokok merupakan perilaku yang sangat merugikan dilihat dari

berbagai aspek. Dari bidang kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung

rokok seperti nikotin, CO (karbonmonosida) dan tar, dapat menimbulkan berbagai

penyakit (Martini, 2014). Efek yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok sangat banyak,

salah satunya merokok dapat mengakibatkan peningkatan sementara glukosa darah.

Selain itu, merokok juga dapat merusak sensitivitas organ dan jaringan terhadap aksi

insulin. Asupan nikotin dapat meningkatkan kadar hormon seperti kortisol, yang dapat

mengganggu efek insulin (Leoni, 2012).

Page 2: PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PADA PEROKOK …journalhealthyscience.com/wp-content/uploads/2016/12/03-032016... · Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional : a. Diabetes

24

DM merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa

darah (gula darah) melebihi nilai normal (Utami, 2014). Hal tersebut terjadi jika sel beta

pada pulau langerhans pankreas mengalami kerusakan, sehingga jumlah insulin yang

disekresikan berkurang dan menyebabkan timbulnya hiperglikemia, yaitu konsentrasi

glukosa darah melebihi kisaran normal, 60-120 mg/dl (Anugrah, 2013).

Data dari Global status report on Noncommunicable Diseases (NCD) World

Health Organization (WHO) DM menempati peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian.

International Diabetes Federation (IDF) memperhitungkan angka kejadian DM di dunia

pada tahun 2012 adalah 371 juta jiwa, tahun 2013 meningkat menjadi 382 juta jiwa dan

diperkirakan pada tahun 2035 DM akan meningkat menjadi 592 juta jiwa. Di Indonesia

angka kejadian DM termasuk urutan terbesar ke-7 dunia yaitu sebesar 7,6 juta jiwa

sedangkan angka kejadian penderita ulkus diabetikum sebesar 15% dari penderita DM.

Bahkan angka kematian dan amputasi masih tinggi yaitu sebesar 32,5% dan 23,5%

(Utami, 2014).

Berdasarkan data dari Coronary Artery Risk Development in Young Adults study,

merokok aktif dan pasif berhubungan dengan peningkatan resiko intoleransi glukosa.

Studi ini dilakukan selama 15 tahun, dimulai dari tahun 1985 dengan 1.386 current

smokers, 621 mantan perokok, 1.452 bukan perokok dengan pajanan pasif, dan 1.113

bukan perokok yang tidak terpajan secara pasif. Insiden intoleransi glukosa, yakni kadar

glukosa darah minimal 100 mg/dl atau menggunakan agen antidiabetik oral, tertinggi

terjadi pada current smokers (21,8%), disusul oleh bukan perokok tapi terpajan secara

pasif (17,2%), kemudian bekas perokok (14,4%), dan yang terendah pada bukan perokok

yang tidak terpajan secara pasif (11,5%) (Suparmin, 2010).

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai Perbedaan Kadar Gula Darah pada Perokok Aktif dan

Perokok Pasif Usia 20-40 Tahun di Kecamatan Madyopuro Malang Tahun 2015.

Tinjauan Pustaka

Definisi rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm

dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah di cacah.

Rokok merupakan salah satu produk industri dan komoditi internasional yang

mengandung sekitar 300 bahan kimiawi (Ambarwati, 2014). Rokok merupakan salah satu

olahan tembakau dengan menggunakan bahan ataupun tanpa bahan tambahan. Rokok

dengan bahan tambahan berupa cengkeh disebut rokok kretek, sedangkan rokok tanpa

bahan tambahan cengkeh disebut sebagai rokok putih.

Selain salah satu olahan tembakau,

rokok juga merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan

bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat (Batubara, 2013).

Kandungan rokok

Komponen toksik utama yang terdapat dalam asap rokok, yaitu :

1. Karbonmonoksida merupakan gas racun yang tidak berwarna dan tidak berbau.

Karbonmonoksida dapat menyebabkan berkurangnya pengiriman dan pemanfaatan

oksigen pada jaringan tubuh.

2.

Nikotin merupakan senyawa yang diserap ke dalam sistem pembuluh darah melalui

paru-paru dan selanjutnya disirkulasikan ke otak dalam waktu yang sangat cepat serta

dapat menyebabkan penurunan kadar hormon testosteron.

3. Tar merupakan bahan karsinogenik yang tidak sederhana, tetapi merupakan campuran

yang sangat kompleks yang dapat menyebabkan berbagai penyakit diantaranya

Page 3: PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PADA PEROKOK …journalhealthyscience.com/wp-content/uploads/2016/12/03-032016... · Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional : a. Diabetes

25

kanker, penyakit jantung, bronchitis, gangguan kehamilan, dan impotensi (Batubara,

2013).

Definisi Gula Darah

Glukosa merupakan karbohidrat terpenting untuk penyediaan energi di dalam

tubuh sebab semua jenis karbohidrat, baik monosakarida, disakarida maupun polisakarida

yang dikonsumsi oleh manusia akan terkonversi menjadi glukosa di dalam hati. Glukosa

ini kemudian akan berperan sebagai salah satu molekul utama bagi pembentukan energi

di dalam tubuh (Suparmin, 2010).

Kadar glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa

menurun karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas

melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di hati. Kemudian sel-sel ini

mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa

dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan kadar gula darah (Mashudi,

2011).

Metabolisme Glukosa dalam Tubuh

Beberapa organ dalam tubuh manusia, seperti otak, sangat tergantung pada

glukosa sehingga jumlah glukosa di dalam tubuh harus dijaga agar tetap normal. Sel beta

pankreas, pada keadaan normal, dalam hal ini insulin, mengatur glukosa sedemikian rupa

sehingga kadar glukosa di dalam darah tetap terjaga, baik dalam keadaan puasa maupun

sesudah makan (Leoni, 2012).

Menurut Powers (2003), setelah makan, insulin :

a. Memungkinkan glukosa masuk ke sel untuk digunakan sebagai energi atau disimpan

b. Memungkinkan lemak masuk ke sel untuk digunakan sebagai energi atau disimpan

c. Memungkinkan protein digunakan untuk memperbaiki sel-sel, organ, dan otot

Jika insulin tidak tersedia atau tidak dapat melakukan tugasnya :

a. Glukosa dalam darah tetap

b. Lemak dalam darah tetap

c. Protein tidak digunakan untuk memperbaiki sel-sel, organ, dan otot

Insulin

Insulin merupakan hormon polipeptida yang dihasilkan sel β pulau Langerhans

dari proinsulin. Insulin mengandung dua rantai, yaitu rantai A yang terdiri dari 21 asam

amino dan rantai B yang mempunyai 30 asam amino. Strktur insulin berbagai spesies

berbeda dalam susunan asam aminonya. Perbedaan tersebut tidak menyebabkan

perbedaan aktivitas biologis, tetapi menyebabkan perbedaan imunologik (Suparmin,

2010).

Sekresi insulin diatur ketat dengan tujuan untuk mendapatkan kadar glukosa

darah yang stabil, baik sesudah makan maupun selama puasa. Pengaturan kadar glukosa

darah ini dicapai melalui koordinasi peran berbagai nutrien, hormon saluran cerna,

hormon pancreas, dan neurotransmitter otonom (Suparmin, 2010).

Diabetes Militus

Diabetes Melitus (DM) adalah kondisi abnormalitas metabolisme karbohidrat

yang disebabkan oleh defisiensi insulin. Hal tersebut terjadi jika sel beta pada pulau

langerhans pankreas mengalami kerusakan, sehingga jumlah insulin yang disekresikan

berkurang. Hal tersebut menyebabkan timbulnya hiperglikemia, yaitu konsentrasi glukosa

darah melebihi kisaran normal, 60-120 mg/dl (Anugrah,2013).

Page 4: PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PADA PEROKOK …journalhealthyscience.com/wp-content/uploads/2016/12/03-032016... · Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional : a. Diabetes

26

DM biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat menjadi

penyebab berbagai penyakit seperti hipertensi, stroke, jantung koroner, gagal ginjal,

katarak, glaukoma, kerusakan retina mata yang dapat membuat buta, impotensi, gangguan

fungsi hati, luka yang lama sembuh mengakibatkan infeksi hingga akhirnya harus

diamputasi terutama pada kaki (Azhara, 2014).

Tipe Diabetes Militus

Ada beberapa jenis Diabetes Mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe I, Diabetes

Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional :

a. Diabetes Militus Tipe 1

Pada DM Tipe 1, sel-sel beta pancreas yang dalam keadaan normal menghasilkan

hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses autoimun. Sebagai akibatnya,

penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah.

b. Diabetes Militus Tipe 2

Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh

kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau

ganguan fungsi insulin (resistensi insulin).

c. Diabetes Militus Tipe Gestasional

DM gestasional adalah DM yang timbul selama kehamilan, meliputi 2 % hingga 5 %

dari keseluruhan DM (Soegondo, et al, 2007).

Tanda dan Gejala Diabetes Militus

Diagnosis pada DM dipastikan bila :

A. Terdapat keluhan khas DM (poliuri, polidipsi, polifagi dan penurunan berat badan

yang tidak dapat dijelaskan sebabnya) disertai dengan satu nilai pemeriksaan glukosa

darah tidak normal ( glukosa darah sewaktu = 200 mg/dl atau glukosa darah puasa =

126 mg/dl )

B. Terdapat keluhan khas yang tidak lengkap atau terdapat keluhan tidak khas (lemah,

kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi, pruritus) disertai dua nilai pemeriksaan

glukosa darah tidak normal ( glukosa darah sewaktu = 200 mg/dl dan/atau glukosa

darah puasa =126 mg/dl yang diperiksa pada hari yang sama atau pada hari yang

berbeda)

Tabel 1. Gula Kadar Gula Darah Puasa dan Sewaktu

Bukan DM Belum pasti DM DM

Kadar Gula

Darah Sewaktu

Plasma Vena <110 110-199 >200

(mg/dl) Darah Kapiler <90 90-199 >200

Kadar Gula

Darah Puasa

Plasma Vena <110 110-125 >126

(mg/dl) Darah Kapiler <90 90-109 >126

Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

Pemeriksaan kadar glukosa darah yang dilakukan di laboratorium dengan metode

oksidasi glukosa atau o-toluidin memberiksan hasil yang lebih akurat. Oleh karena itu

untuk menentukan diagnosis DM disarankan pemeriksaan kadar glukosa laboratorium.

Seringkali pemeriksaan darah dilakukan dengan uji strip, dengan metode enzimatik.

Pemeriksaan dengan cara ini dapat dilakukan dengan lebih cepat, mudah dan cukup

akurat walaupun relative agak mahal dibandingkan dengan cara kimia basah. Bila cara

tersebut dilakukan secara benar melalui prosedur yang baku maka hasilnya cukup baik

untuk evaluasi pengobatan. Dengan adanya uji strip glukosa baik yang menggunakan

Page 5: PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PADA PEROKOK …journalhealthyscience.com/wp-content/uploads/2016/12/03-032016... · Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional : a. Diabetes

27

glukometer maupun secara kasat mata, memungkinkan pasien melakukan pemeriksaan

kadar glukosa sendiri dirumah. Sehubungan dengan cara pengambilan sampel darah,

perlu diperhatikan bahwa kadar glukosa plasma atau serum 10-15% lebih tinggi

dibandingkan kadar glukosa darah biasa. Dibandingkan dengan pemeriksaan glukosa

urin, pemeriksaan kadar glukosa darah lebih akurat karena bersifat langsung.

Pemeriksaan kadar glukosa darah dengan uji strip menggunakan glukometer lebih baik

dibanding tanpa glukometer karena informasi yang diberikan lebih obyektif kuantitatif

(Soegondo, 2007)

Cara pengukuran glukosa darah yaitu pengambilan setetes darah dari ujung jari

tangan, aplikasi darah tersebut pada strip pereaksi khusus, dan kemudian darah tersebut

dibiarkan pada strip selama periode waktu tertentu biasanya antara 45-60 detik sesuai

ketentuan pabrik. Beberapa produk, darah diapus dari strip (dengan menggunakan kapas

atau tissue sesuai ketentuan pabrik). Bantal pereaksi pada strip akan berubah warnanya

dan kemudian dapat dicocokkan dengan peta warna pada kemasan produk atau disisipkan

ke dalam alat pengukur yang memperlihatkan angka digital kadar glukosa darah sewaktu

ataupun pengambilan glukosa darah puasa. Pemeriksaan glukosa darah sewaktu adalah

pengambilan glukosa darah tanpa persiapan bertujuan untuk melihat kadar glukosa darah

sesaat sebelum puasa dan tanpa pertimbangan waktu setelah makan, dilakukan untuk

penjajakan awal pada klien yang diduga DM sebelum dilakukan pemeriksaan yang benar-

benar dipersiapkan. Sedangkan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa adalah

pemeriksaan gula darah saat klien puasa 12 jam (gula darah puasa atau nuchter) atau 2

jam puasa setelah makan (postprandial). Pemeriksaan glukosa darah toleransi adalah

pemeriksaan kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral), 1 jam setelah

diberi glukosa dan 2 jam setelah diberi glukosa. Pemeriksaan ini bertujuan untuk toleransi

tubuh terutama insulin terhadap pemberian glukosa dari waktu ke waktu pada klien

dengan DM. Cara pengukuran gula darah ini merupakan salah satu cara untuk melakukan

pemantauan terhadap angka kadar glukosa darah, masih dalam batas normal ataukah

sudah terjadi hiperglikemia atau hipoglikemia (Smeltzer & Bare,2002)

Hubungan Merokok dengan Kadar Glukosa Darah

Terpapar asap rokok adalah merokok atau sering berada di dekat perokok.

Merokok adalah salah satu faktor risiko terjadinya DM Tipe 2. Asap rokok dapat

meningkatkan kadar gula darah. Pengaruh rokok (nikotin) merangsang kelenjar adrenal

dan dapat meningkatkan kadar glukosa (Latu, 1983).

Sejumlah studi telah memeriksan hubungan antara merokok dan insiden

abnormalitas glukosa dan telah menunjukkan bahwa merokok berasosiasi dengan

intoleransi glukosa, kelainan glukosa puasa, dan diabetes militus tipe 2. Ada 25 studi

yang dipublikasikan dalam rentang waktu 1992 hingga 2006. Jumlah peserta setiap studi

terbentang dari 630 hingga 709.827, sehingga berjumlah total 1,2 juta peserta. Selama

periode follow up yang berkisar antara 5 hingga 30 tahun, telah dilaporkan sebanyak

45.844 kasus baru diabetes. Hasil analisis data menunjukkan perokok aktif mempunyai

resiko 44% lebih tinggi untuk menderita diabetes tipe 2 dibandingkan dengan bukan

perokok. Analisis lebih lanjut menunjukkan adanya hubungan antara dosis merokok dan

diabetes. Perokok berat (merokok 20 batang atau lebih dalam sehari) mempunyai resiko

61% lebih tinggi untuk terkena diabetes. Perokok ringan memiliki risiko 23% lebih tinggi

untuk terkena diabetes.Asosiasinya juga lebih lemah untuk perokok pasif (resiko terkena

diabetes meningkat 23%) ( Willi C, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Houston dari Birmingham Veteran Affairs

Medical Centre, Alabama, AS menyatakan bahwa perokok pasif memungkinkan

menghisap racun sama seperti perokok aktif. Penelitian tersebut mendapatkan bahwa

Page 6: PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PADA PEROKOK …journalhealthyscience.com/wp-content/uploads/2016/12/03-032016... · Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional : a. Diabetes

28

perokok aktif memilik risiko 22% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2 dibanding

orang yang tidak merokok, sedangkan pada perokok pasif ditemukan memiliko risiko

17% lebih tinggi untuk terserang diabetes dibanding dengan yang tidak terpajan

(Rmexpose dalam Irawan, 2010).

Akan tetapi, sebuah penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan antara

penggunaan alcohol dan merokok terhadap intoleransi glukosa menunjukkan bahwa

merokok sama sekali tidak berhubungan dengan intoleransi glukosa. Studi ini dilakukan

pada 3038 pria yang berusia 75 gram. Studi ini menyimpulkan bahwa merokok tidak

memperburuk toleransi glukosa ( Sakai Y, 2006).

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan bersifat observasional dengan desain cross sectional analitik

yaitu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan efek melalui

pendekatan dan observasi atau pengumpulan data dalam satu waktu.

Populasi dalam penelitian ini adalah perokok aktif dan perokok pasif usia 20-45

tahun di Desa Madyopuro. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Consecutive

sampling, yaitu merekrut semua subjek yang memenuhi kriteria tertentu. Menurut

Sastroasmoro, (2006), consecutive sampling merupakan jenis non-probability sampling

yang paling baik dan paling sering digunakan dalam studi klinis.

Kriteria Subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah :

Pria / Wanita

Berusia 20-45 tahun

Perokok aktif atau perokok pasif

Tidak memiliki riwayat diabetes mellitus

Langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Permohonan izin untuk melakukan penelitian

2. Penentuan besar sampel

3. Pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi secara consective sampling

4. Memberikan penjelasan dan meminta persetujuan subjek melalui informed consent

5. Pengumpulan data dari pengisian kuisioner dan pengukuran kadar glukosa darah puasa

menggunakan teknik tindik jari

6. Mengolah data

7. Melaporkan hasil peneliti

Variabel Penelitian

Variabel dependen : Kadar Glukosa Darah

Variabel independen : Perokok aktif dan perokok pasif

Definisi merokok adalah sebagai berikut :

a. Menurut WHO, definisi perokok aktif adalah mereka yang menghisap atau menghirup

asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok setiap hari/hampir setiap hari selama

minimal 6 bulan selama hidupnya dan masih merokok saat penelitian dilakukan

b. Perokok adalah orang yang saat survei memiliki kebiasaan merokok dalam bentuk

apapun baik setiap hari maupun kadang-kadang dan telah merokok minimal sebanyak

100 batang rokok sepanjang hidupnya.

c. Perokok pasif adalah orang yang terpapar secara pasif dengan asap dan minimal 100

batang rokok di lingkungannya.

Keterangan : 100 batang rokok kira-kira sama dengan merokok satu batang rokok

per hari selama 3-4 bulan, atau merokok kadang-kadang selama 1 tahun.

Page 7: PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PADA PEROKOK …journalhealthyscience.com/wp-content/uploads/2016/12/03-032016... · Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional : a. Diabetes

29

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dari hasil

pengukuran kadar glukosa darah pada subjek dan kuisioner.

Untuk analisis data kadar glukosa darah yang merupakan data numeric,

digunakan uji untuk 2 kelompok tidak berpasangan, yakni uji t tidak berpasangan. Jika

syarat uji parametric tidak terpenuhi, maka digunakan uji alternative, yakni Mann

Whitney. Uji hipotesis ini akan dilakukan dengan program SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Dari 32 sampel kelompok perokok aktif dan 32 sampel kelompok perokok pasif,

diperoleh sebaran data sebagai berikut :

Tabel 2. Penggolongan Kelompok Usia pada Sampel

Kelompok Usia Perokok

Aktif (n, %) x Gula Darah

± SD

Perokok

Pasif (n, %) x Gula Darah

± SD

20 – 25 tahun 6 (18,8 %) 107,5 ± 8,6 5 (15,6 %) 100 ± 4,6

26 – 30 tahun 9 (28,1 %) 108,4 ± 12,3 2 (6,3 %) 110 ± 21,2

31 – 35 tahun 6 (18,8 %) 102 ± 14,1 5 (15,6 %) 109 ± 19,9

36 – 40 tahun 4 (12,5 %) 96,5 ± 14,1 9 (28,1 %) 101.5 ± 5,5

41 – 45 tahun 7 (21,8 %) 126,7 ± 57,4 11 (34,4 %) 110,9 ± 20,5

Total 32 (100%) 32 (100%) Sumber: data diolah

Tabel 2 menunjukkan bahwa 9 orang dari 32 sampel perokok aktif berusia 26-30

tahun. Pada kelompok perokok pasif, 11 orang dari 32 orang perokok pasif berada dalam

rentang usia 41-45 tahun. Rerata usia kelompok perokok aktif pada penelitian ini adalah

32,9 (SD 8,2) tahun, sedangkan kelompok perokok pasif adalah 35,8 (SD 7,9) tahun.

Rata-rata kadar gula darah tertinggi pada perokok aktif terdapat pada 7 rentan usia 41 –

45 tahun yaitu 126,7 (SD 57,4), sedangkan rata-rata kadar gula darah tertinggi pada

perokok pasif juga terdapat pada rentan usia 41-45 tahun yaitu 110,9 ± 20,5.

Tabel 3. Penggolongan Tingkat Pendidikan pada Sampel

Pendidikan Perokok

Aktif (n, %) x Gula Darah

± SD

Perokok

Pasif (n, %) x Gula Darah

± SD

Tidak Sekolah 0 (0%) - 0 (0%) -

Tamat SD 1 (3%) 94 12 (37%) 105,4 ± 17,6

Tamat SMP 6 (19%) 103,8 ± 14,9 9 (28%) 108,3 ± 18,3

Tamat SMA 15 (47%) 115, 5 ± 40,8 5 (16%) 106,8 ± 11,0

Perguruan Tinggi 10 (31%) 105,5 ± 7,8 6 (19%) 104,2 ± 11,0

Total 32 (100%) 32 (100%)

Sumber: data diolah

Tabel 3 menunjukkan dari 32 perokok aktif, jumlah tertinggi berdasarkan tingkat

pendidikan yaitu tamat SMA sebesar 15 orang, dan rata-rata kadar gula darah tertinggi

pada perokok aktif 115,5 ± 40,8 juga pada tingkat pendidikan tamat SMA. Sedangkan

pada perokok pasif, jumlah tertinggi yaitu tamat SD sebesar 12 orang, dan rata-rata kadar

gula darah tertinggi pada perokok pasif 108,3 ± 18,3 yaitu pada tingkat pendidikan tamat

SMP.

Page 8: PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PADA PEROKOK …journalhealthyscience.com/wp-content/uploads/2016/12/03-032016... · Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional : a. Diabetes

30

Tabel 4. Penggolongan Aktifitas Fisik pada Sampel

Aktifitas Fisik Perokok

Aktif (n, %) x Gula Darah

± SD

Perokok

Pasif (n, %) x Gula Darah

± SD

Ringan 7 (22%) 102 ± 5,7 5 (16%) 100 ± 4,6

Sedang 15 (47%) 109,1 ± 11,1 26 (81%) 108,6 ± 16,4

Berat 10 (31%) 115,6 ± 51,0 1 (3%) 94

Total 32 (100%) 32 (100%)

Sumber: data diolah

Tabel 4 menunjukkan dari 32 sampel perokok aktif, 15 diantaranya memiliki

aktifitas sedang, sedangkan rata-rata kadar gula darah tertinggi 115,6 ± 51,0 memiliki

aktifitas berat. Pada perokok pasif, dari 32 sampel 26 diantaranya juga memiliki aktifitas

sedang dan rata-rata kadar gula darah tertinggi 108,6 ± 16,4 juga memiliki aktifitas fisik

sedang.

Tabel 5. Penggolongan Berat Badan pada Sampel

Berat Badan Perokok

Aktif (n, %) x Gula Darah

± SD

Perokok

Pasif (n, %) x Gula Darah

± SD

≤ 25 Kg 0 (0 %) - 0 (0%) -

≤ 50 Kg 3 (9,4 %) 96,3 ± 2,1 12 (37,5 %) 101,9 ± 11,4

≤ 75 Kg 23 (71,9 %) 104,1 ± 11,8 19 (59,4 %) 109,3 ± 17,3

≤ 100 Kg 6 (18,7 %) 137,2 ± 58,7 1 (3,1 %) 100

Total 32 (100%) 32 (100%)

Sumber: data diolah

Tabel 5 menunjukkan bahwa 41 orang dari 64 orang sampel mempunyai berat

badan ≤ 75 Kg. Rerata berat badan perokok aktif pada penelitian ini adalah 63,9 (SD

11,2) Kg, sedangkan kelompok perokok pasif adalah 54,7 (SD 10,9) Kg.

Nilai rata-rata kadar gula darah tertinggi pada perokok aktif yaitu 137,2 ± 58,7

memiliki berat badan ≤ 100 Kg dan nilai rata-rata kadar gula darah tertinggi pada perokok

pasif yaitu 109,3 ± 17,3 memiliki berat badan ≤ 75 Kg.

Gambar 1. Diagram Usia Mulai Merokok pada Sampel

Diagram 1 menunjukkan bahwa mayoritas sampel (27 orang) mulai merokok

pada usia ≤ 20 tahun. Rerata usia mulai merokok pada kelompok perokok aktif adalah 16

( SD 2,5) tahun. Dari 32 orang perokok aktif, tiga orang lupa kapan ia mulai merokok.

0

5

10

15

20

< 15 16 - 20 21 - 25 26 - 30 Lupa

Fre

kue

nsi

(o

ran

g)

Usia Mulai Merokok (tahun)

Page 9: PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PADA PEROKOK …journalhealthyscience.com/wp-content/uploads/2016/12/03-032016... · Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional : a. Diabetes

31

Gambar 2. Diagram Jumlah Rokok yang Dikonsumsi Per Hari

Diagram 2 menunjukkan bahwa 11 orang dari 32 orang sampel perokok aktif

mengonsumsi 16 batang rokok perharinya. Rerata jumlah rokok yang dikonsumsi per hari

adalah 10,5 (SD 5,8).

Tabel 6. Uji Normalitas Data Kolmogorov-Smirnov untuk Kadar

Gula Darah pada Perokok Aktif dan Perokok Pasif

Status Merokok x Gula Darah ± SD Kolmogorov

Smirnov (p)

Signifikasi

Mann Whitney

Perokok Aktif 112,7 ± 35,8 0.000

Perokok Pasif 107,8 ± 18,6 0.000

Sumber: data diolah

Kelompok perokok aktif memiliki nilai rata-rata kadar gula darah lebih tinggi dari

pada kelompok perokok pasif, yaitu 112,7 dengan nilai standar deviasi 35,8. Analisis data

kadar gula darah puasa kelompok perokok aktif dan perokok pasif menunjukkan bahwa

sebaran data kadar gula darah pada kelompok perokok aktif dan perokok pasif tidak

normal (nilai p < 0,05).Karena sebaran data tidak terdistribusi normal, maka uji yang

digunakan adalah uji non parametrik Mann Whitney. Ternyata didapatkan nilai p = 0,317

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui

ada tidaknya perbedaan kadar gula darah pada perokok aktif dan perokok pasif. Penelitian

ini dilaksanakan pada penduduk desa Madyopuro Kabupaten Malang. Jumlah

keseluruhan subjek penelitian ini adalah sebanyak 64 orang subjek yang terdiri dari 32

perokok aktif dan 32 perokok pasif yang memenuhi kriteria dalam pengambilan sampel

penelitian.

Berdasarkan data yang didapat, diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang

bermakna kadar glukosa darah pada perokok aktif dan perokok pasif (p = 0,317). Hasil ini

bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Houston dari Birmingham, Veteran

Affairs Medical Centre, Alabama, AS yang menyatakan bahwa perokok pasif

memungkinkan menghisap racun sama seperti perokok aktif. Penelitian tersebut

mendapatkan bahwa perokok aktif memilik risiko 22% lebih tinggi untuk terserang DM

Tipe 2 dibanding orang yang tidak merokok, sedangkan pada perokok pasif ditemukan

memiliko risiko 17% lebih tinggi untuk terserang diabetes dibanding dengan yang tidak

terpajan (Rmexpose dalam Irawan, 2010). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa

0

2

4

6

8

10

12

3 6 7 9 16 19

Fre

kue

nsi

(o

ran

g)

Jumlah Rokok Per Hari (Batang)

Page 10: PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PADA PEROKOK …journalhealthyscience.com/wp-content/uploads/2016/12/03-032016... · Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional : a. Diabetes

32

merokok aktif berhubungan dengan peningkatan resiko intoleransi glukosa. Penelitian

dari Willi, et.al juga menunjukkan hasil yang serupa.

Menurut Journal of the American Medical Association menyatakan bahwa

merokok dan diabetes memang saling terkait sebab merokok dapat menyebabkan diabetes

dan merokok akan memperparah penyakit gula seseorang. Namun, penelitian yang telah

dilakukan tidak sejalan dengan teori yang ada karena selain Kebiasaan merokok penyakit

diabetes militus juga dipengaruhi banyak faktor salah satunya umur, tingkat pendidikan,

berat badan dan aktifitas fisik.

Penelitian antara umur dengan kejadian diabetes mellitus menunjukan adanya

hubungan yang signifikan. Kelompok umur > 40 tahun pada kelompok perokok aktif dan

perokok pasif memiliki rata-rata kadar gula darah yang lebih tinggi dari pada kelompok

umur < 40 tahun.. Penelitian Iswanto (2004) juga menemukan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara umur dengan kejadian diabetes mellitus. Selain itu, studi yang dilakukan

Sunjaya (2009) juga menemukan bahwa kelompok umur yang paling banyak menderita

diabetes mellitus adalah kelompok umur 45-52 (47,5%). Peningkatan diabetes risiko

diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan

karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses

penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi

insulin (Sunjaya, 2009). Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat

penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan

peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin.

Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit Diabetes

Melitus. Orang yang tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan memiliki banyak

pengetahuan tentang kesehatan. Dengan adanya pengetahuan tersebut oarang akan

memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatannya (Irawan, 2010). Pendidikan sebagian

besar responden kelompok perokok aktif adalah tamat SMA, sedangkan kelompok

perokok pasif adalah tamat SD. Berdasarkan analisis hubungan antara pendidikan dengan

kejadian DM, didapatkan kesimpulan yang didapat adalah tidak ada hubungan yang

signifikan antara pendidikan dengan kejadian DM.

Jenis pekerjaan juga erat kaitannya dengan kejadian DM. Pekerjaan seseorang

mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya. Aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah.

Glukosa akan diubah menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik

mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan

berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh

tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak

mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul DM

(Kemenkes,2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memiliki aktivitas fisik sedang dan berat, namun rata-rata kadar gula darah pada perokok

aktif tertinggi terdapat pada aktifitas berat dan rata-rata kadar gula darah perokok pasif

tertinggi terdapat pada aktifitas sedang. Hasil tersebut bertentangan dengan teori yang

ada, faktor resiko lain seperti umur dan berat badan juga mempengaruhi hasil kadar gula

darah seseorang.

Penelitian menurut Sunjaya (2009) menemukan bahwa individu yang mengalami

obesitas mempunyai risiko 2,7 kali lebih besar untuk terkena diabetes mellitus

dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami obesitas. Hal ini disebabkan oleh

kurangnya aktivitas fisik serta tingginya konsumsi karbohidrat, protein dan lemak yang

merupakan factor risiko dari obesitas. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya Asam

Lemak atau Free Fatty Acid (FFA) dalam sel. Peningkatan FFA ini akan menurunkan

translokasi transporter glukosa ke membrane plasma, dan menyebabkan terjadinya

resistensi insulinpada jaringan otot dan adipose (Teixeria-Lemos dkk,2011). Pada

Page 11: PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PADA PEROKOK …journalhealthyscience.com/wp-content/uploads/2016/12/03-032016... · Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional : a. Diabetes

33

penelitian ini, responden pada kelompok perokok aktif dan perokok pasif yang memiliki

berat badan lebih dari lebih dari 75 Kg memiliki nilai rata-rata kadar gula darah yang

lebih tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pada penelitian ini telah dilakukan uji kadar gula darah pada perokok aktif dan

perokok pasif di Kecamatan Madyopuro dengan menggunakan uji Mann Whitney

didapatkan hasil bahwa tidak ditemukannya perbedaan yang bermakna pada kadar gula

darah pada perokok aktif dan perokok pasif didaerah Madyopuro dengan didapatkan nilai

p=0,317 (p > 0,05).

Saran

Dalam penelitian ini, masih terdapat faktor perancu yang belum terantisipasi,

untuk itu diharapkan dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan cara

mengidentifikasi faktor-faktor perancu yang dapat membuat hasil penelitian tidak valid.

Faktor gaya hidup selain merokok, seperti olahraga, minum kopi, dan konsumsi alkohol,

serta pola makan juga dapat berpengaruh.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. Ayu Khoirotul U. Fifit Kurniawati1. Tika Diah K1. Saroh Darojah.

2014.Media Leaflet, Video dan Pengetahuan Siswa SD Tentang Bahaya

Merokok (Studi Pada Siswa SDN 78 Sabrang Lor Mojosongo Surakarta). Vol.10

No. 1 : 7-13.

Anugrah, Suriyanti Hasbullah, Suarnianti. 2013. Hubungan Obesitas, Aktivitas

Fisik,Dan Kebiasaan Merokok Dengan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 Pada

Pasien Rawat Jalan RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Vo. 1 No. 6.

Batubara, Immanuel Van Donn. Benny Wantouw. 2013. Pengaruh Paparan Asap Rokok

Kretek Terhadap Kualitas Spermatozoa Mencit Jantan (MUS MUSCULUS).

Jurnal e-Biomedik (eBM). Vol. 1. No. 1 :330-337.

Djokja, Rizki Mulyana,

B. S. Lampus, Christy Mintjelungan, 2013. Gambaran Perokok

Dan Angka Kejadian Lesi Mukosa Mulut Di Desa Monsongan Kecamatan

Banggai Tengah. Jurnal e-GiGi (eG). Vol.1. No. 1 : 38-44.

Irawan, Dedi 2010. Prevalensi Dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Militus Tipe 2 Di

Daerah Urban Indonesia

Latu, Jeanne. 1983. Menafsirkan Hasil Tes Laboratorium. Cermin Dunia Kedokteran

No.30 1983 : Halaman 3 – 6.

Leoni, Astrine Permata. 2012. “Hubungan Umur, Asupan Protein, dan Faktor Lainnya

dengan Kadar Gula Darah Puasa pada Pegawai SATLANTAS dan DUMDA di

POLRESTA DEPOK tahun 2012”. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Indonesia.

Martini, Sih, 2014. Makna Merokok pada Remaja Perokok (Smoking Meaning In Young

Women Smokers). JURNAL Psikologi Pendidikan dan Perkembangan. Vol. 3.

No. 2.

Mashudi.2011. “Pengaruh Progressive muscle Relaxation Terhadap Kadar Glukosa

Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Raden

Mattaher Jambi”.Tesis. Depok : Fakultas Indonesia.

Page 12: PERBEDAAN KADAR GULA DARAH PADA PEROKOK …journalhealthyscience.com/wp-content/uploads/2016/12/03-032016... · Mellitus Tipe II, Diabetes Mellitus Tipe Gestasional : a. Diabetes

34

Novitasari, M.K., Vonny Wowor, Wulan P. J. Kaunang, 2014. Gambaran Tingkat

Pengetahuan Siswa Sma Negeri 1 Manado Tentang Dampak Merokok Bagi

Kesehatan Gigi Dan Mulut. Jurnal e-GiGi (eG). Vol.2. No. 2.

Sakai Y, Yamaji T, Tabata S, Ogawa S, Yamaguchi K, Mineshita M, et al. Relation of

alcohol use and smoking to glucose tolerance status in Japanesemen. Diabetes

Research and Clinical Practice. 2006 Jul; 73(1): 83-8

Smeltzer,S.C., & Bare, B.G.(2002).Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner &

Suddarth (Vols 2 edisi 8) (H.Y Kuncara,Andri Hartono, Monica Ester, Yasmin

Asih, Penerjemah.). Jakarta : EGC.

Soegondo, S., Soewondon, P., & Subekti, I.(Ed).(2007).Penatalaksanaan diabetes

terpadu :Sebagai panduan penatalaksanaan diabetes militus bagi dokter dan

educator. Jakarta :FK-UI.

Suparmin, Siskawati. 2010. “Beda Kadar Glukosa Darah pada Perokok dan Bukan

Perokok Tembakau Usia 20-60 Tahun di Salemba Tahun 2009-2010”. Skripsi.

Jakarta : Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia.

Utami, Desni Tri. Darwin Karim. Agrina. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus dengan Ulkus Diabetikum. Vol 1. No. 2.

Willi C, Bodenmann P, Ghali WA, Faris PD, Cornuz J. Active Smoking and the Risk of

Type 2 Diabetes. JAMA.2007,298(22): 2654-64.