PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V DI SD ...€¦ · penelitian adalah siswa kelas V...
Transcript of PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V DI SD ...€¦ · penelitian adalah siswa kelas V...
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
KELAS V DI SD NEGERI SUMBEREJO 01 DAN SD
NEGERI UJUNG-UJUNG 02 PABELAN ANTARA
MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING DAN MENGGUNAKAN MODEL
KOOPERATIF THINK PAIR SHARE
ARTIKEL
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Oleh
Kurnia Destrianto
292012157
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
1
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V DI
SD NEGERI SUMBEREJO 01 DAN SD NEGERI UJUNG-UJUNG 02
PABELAN ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING DAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF
THINK PAIR SHARE
Kurnia Destrianto
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Matematika adalah pelajaran yang penting, tetapi sulit. Matematika harus
diajarkan dengan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar. Tujuan
penelitian untuk mendeskripsikan dan mengetahui adakah perbedaan signifikan hasil
belajar Matematika siswa kelas V SD Negeri Sumberejo 01 dan SD Negeri Ujung-
Ujung 02 Pabelan antara menggunakan model Problem Based Learning dibandingkan
menggunakan model Kooperatif Think Pair Share.
Penelitian menggunakan desingn Quasi Eksperimental Research. Subjek
penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Sumberejo 01 berjumlah 19 orang sebagai
kelas eksperimen 1 dan siswa kelas V SD Negeri Ujung-Ujung 02 berjumlah 19 orang
sebagai kelas eksperimen 2. Teknik pengumpulan data dengan melakkukan tes hasil
belajar kognitif siswa dalam bentuk pretest dan posttest yang sudah diuji validitas dan
reliabilitasnya. Kemudian data diuji normalitas, homogenitas, kesamaan dua rata-rata
pretest, dan perbedaan dua rata-rata posttest menggunakan uji Independent Samples T-
Test.
Hasil penelitian menujukkan hasil belajar siswa meningkat tetapi tidak ada
perbedaan signifikan hasil belajar matematika antara menggunakan model Problem
Based Learning dan model Kooperatif Think Pair Share. Berdasarkan hasil yang
diperoleh, disarankan untuk menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning dan Kooperatif Think Pair Share agar dapat meningkatkan hasil belajar
siswa meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan.
Kata Kunci : PBL, TPS, Hasil Belajar, Matematika
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Matematika adalah pelajaran yang dekat dengan kehidupan kita. dalam Permendikbud
nomor 57 tahun 2014 yang menyatakan bahwa matematika menjadi salah satu mata pelajaran
2
umum Kelompok A yang dipelajari dengan tujuan mengembangkan sikap, pengetahuan dan
keterampilan siswa agar kemampuan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
meningkat.
Matematika merupakan mata pelajaran yang penting tetapi sulit dipelajari karena
menurut Ruseffendi (dalam Heruman, 2010: 01), matematika “adalah bahasa symbol; ilmu
deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan
struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang
didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.”
Selanjutnya dalam Permendiknas nomor 22 Tahun 2006, diungkapkan bahwa
Matematika dalam pelaksanaan proses pembelajaran difokuskan dengan penggunaan
pendekatan pemecahan masalah. Pembelajaran matematika hendaknya selalu diawali dengan
pengenalan masalah, masalah yang digunakan hendaknya masalah yang sesuai dengan situasi
atau bisa disebut contextual problem. Peserta didik yang telah mengetahui dan menerima
permasalahan kemudian dibimbing agar dapat menguasai konsep matematika. Pembelajaran
matematika dengan penggunaan pendekatan pemecahan masalah yang sesuai dengan situasi
antara dapat dilakukan dengan menggunakan model Problem Based Learning, Cooperative
Learning, Project Based Learning, Service Learning, Pembelajaran Berbasis Kerja, Concept
Learning, dan Value Learning.
Sholomo Sharan (2012: 411) mengungkapkan bahwa adalah hal yang wajar dan tidak
mengejutkan jika banyak siswa dan orang dewasa yang berusaha menghindari bahkan takut
dengan matematika. Siswa dan juga orang dewasa itu seringkali percaya bahwa sedikit orang
berbakat yang bisa meraih kesuksesan dalam matematika. Selanjutnya dikatakan bahwa
pembelajaran kooperatif menempati tempat utama dalam pembelajaran matematika, karena
dalam pembelajaran kooperatif, semua anggota kelompok memiliki kesempatan untuk dapat
berhasil dalam matematika. Interaksi dalam kelompok membantu setiap siswa untuk dapat
mempelajari konsep dan strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah. Dalam model
pembelajaran kooperatif terdapat berbagai metode diantaranya Student Team Learning,
Student Team-Achievment Division, Teams-Games-Tournaments, Jigsaw, Learning Together,
Cooperative Learning Structures, Group Investigation, Complex Instruction, Team
Accelerated Instructiom, Cooperative Integrated Reading and Composition, Structured
Dyadic Methods, Spontaneous Group Discussion, Numbered Heads Together, Team Product,
Cooperative Review, Think-Pair-Share, Discussion Group dan Group Project.
3
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa model Problem
Based Learning menunjukkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan menggunakan
model lain. Penelitian yang dilakukan Alim di SD Mangunsari 04 dan SD Mangunsari 07
Salatiga pada tahun 2012 menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan Problem Based
Learning (PBL) dengan teori Dienes lebih baik dari pada siswa yang diajar menggunakan
pembelajaran mekanistik. Nilai rata-rata kelas yang diajar menggunakan Problem Based
Learning adalah 85, sedangkan nilai rata-rata kelas yang diajar menggunakan metode
mekanistik adalah 73,9.
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya juga menunjukkan bahwa penggunaan
model Kooperatif Think Pair Share menghasilkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan
dengan model yang lainnya. Penelitian yang dilakukan Juli Rahayu di SD Gugus Hasanudin
Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali pada tahun 2012 membuktikan bahwa model
cooperative learning tipe TPS efektif terhadap hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor
siswa kelas V SD. Nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 70,9 dan kelas kontrol adalah 60,9.
Dari penelitian yang telah dilakukan maka memunculkan pertanyaan adakah
perbedaan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based
Learning dan model Kooperatif Think Pair Share. Maka penelitian ini akan meneliti
Perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas 5 SD Negeri Sumberejo 01 dan SD Negeri
Ujung-Ujung 02 Pabelan denggan menggunakan model Problem Based Learning dan model
Kooperatif Think Pair Share.
Tujuan Penelitian
Untuk mendeskripsikan dan mengetahui apakah ada perbedaan signifikan hasil belajar
Matematika siswa kelas V SD Negeri Sumberejo 01 dan SD Negeri Ujung-Ujung 02 Pabelan
antara menggunakan model Problem Based Learning dibandingkan menggunakan model
Kooperatif Think Pair Share.
Manfaat Penelitian
Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Dapat melatih siswa untuk bekerja secara ilmiah.
Bagi Guru
a. Memberi arahan kepada guru dalam penyampaian mata pelajaran matematika yang
lebih kreatif dan inovatif.
4
b. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
c. Memberi dorongan kepada guru agar lebih kreatif dalam merencanakan kegiatan
pembelajaran supaya siswa tidak jemu dalam mengikuti pembelajaran.
Bagi Sekolah
a. Pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning dan Think Pair Share
dapat diterapkan untuk meningkatkan pembelajaran matematika
b. Menjadi masukan dalam peningkatan hasil belajar di setiap kelas, sehingga kualitas
pendidikan pada setiap SD Negeri Ujung-ujung 02 dan SD Negeri Sumberejo 01
Pabelan dapat meningkat.
KAJIAN TEORI
Hakikat Pembelajaran Matematika
Ibrahim dan Suparni (2012) menyatakan bahwa orang awam umumnya hanya akrab
dengan matematika elementer yang disebut aritmatika atau ilmu hitung. Ilmu tentang berbagai
bilangan yang bisa langsung diperoleh dari bilangan-bilangan bulat 0,1,-1,2,-2 dan seterusnya
melalui beberapa operasi dasar adalah pengertian aritmatika.
Selanjutnya diungkapkan 6 hal tentang matematika yaitu:
1. Matematika sebagai Ilmu Deduktif. Kebenaran dalam generalisasi matematika harus
dapat dibuktikan secara umum atau deduktif.
2. Matematika sebagai Pola Hubungan. Matematika sering mempelajari tentang
keseragaman seperti keterurutan dan keterkaitan pola-pola.
3. Matematika sebagai Bahasa. Bahasa adalah sistem yang terdiri dari simbol-simbol,
lambing-lambang, kata-kata, dan kalimat-kalimat yang disusun menurut aturan tertentu.
Dengan begitu matematika yang merupakan sekumpulan simbol yang memiliki makna
dapat digolongkan sebagai bahasa.
4. Matematika sebagai Ilmu tentang Struktur yang Terorganisasikan. Matematika
berkembang dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma
atau postulat, ke teorema.
5. Matematika sebagai Seni. Matematika mengandung unsur keteraturan, keruntutan, dan
konsisten di dalamnya sehingga matematika dapat dikatakan sebagai seni.
6. Matematika sebagai Aktifitas Manusia. Seringkali matematika dianggap sebagai limu
yang jauh dari kehidupan. Pada kenyataannya matematika adalah hasil karya manusia dan
dapat dikatakan bahwa matematika adalah kebudayaan manusia.
5
Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, matematika perlu
diberikan mulai dari Sekolah Dasar agar semua peserta didik dapat berfikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif dan juga dapat bekerja sama. Kemampuan-kemampuan itu
diperlukan oleh setiap peserta didik agar dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola,
dan memanfaatkan informasi agar dapat bertahan dalam persaingan hidup yang makin
kompetitif selalu berubah dan tidak pasti.
Ruang lingkup mata pelajaran Matematika SD yang dicantumkan di Permendiknas No
22 Tahun 2006 meliputi:
1. Bilangan
2. Geometri dan Pengukuran
3. Pengolahan Data
Standar kompetensi matematika kelas V SD meliputi:
1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah.
3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
4. Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.
5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun.
Dalam penelitian ini digunakan standar kompetensi ke 6 yaitu memahami sifat-sifat
bangun dan hubungan antar bangun. Kompetensi dasar yang terdapat di dalam standar
kompetensi 6 yaitu:
6.1. Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar.
6.2. Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
6.3. Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana.
6.4. Menyelidiki sifat-sifat kebangunan dan simetri.
6.5. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang
sederhana.
Model Pembelajaran Problem Based Learning
Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya
menggunakan masalah pada kehidupan sehari-hari untuk membuat siswa berpikir kritis dan
mampu menggunakan kemampuannya guna mencari pemecahan masalah dan dilaksanakan
dengan menggunakan metode Problem Based Learning yang memiliki sintak:
6
1. Fase 1 : Melakukan orientasi masalah pada siswa
2. Fase 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar
3. Fase 3 : Mendukung Kelompok Infestigasi
4. Fase 4 : Mengembangkan dan menyajikan artefak dan memamerkannya
5. Fase 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah
Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
Model pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran yang dilakukan atau
diikuti siswa secara berkelompok dengan menggunakan metode pembelajaran Think Pair
Share yang memiliki sintak:
1. Siswa duduk berpasangan.
2. Guru melakukan presentasi dan kemudian mengajukan pertanyaan.
3. Mula mula siswa diberi kesempatan berpikir secara mandiri.
4. Siswa kemudian saling berbagi bertukar pikiran dengan pasangannya untuk
menjawab pertanyaan guru
5. Guru memandu pleno kecil atau diskusi dimana setiap kelompok mengemukakan
hasil diskusinnya.
6. Guru memberi penguatan tentang perinsip-perinsip apa yang harus dibahas,
menambahkan pengetahuan atau konsep yang luput dari perhatian siswa saat
berdiskusi dengan pasangannya
7. Simpulan dan refleksi
Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa. Dalam penelitian ini hasil
belajar yang akan digunakan adalah hasil belajar matematika kelas 5 pada standar kompetensi
6 yaitu memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun dalam aspek kognitif atau
pengetahuan yang diukur menggunakan tes pilihan ganda.
Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan Alim di SD Mangunsari 04 dan SD Mangunsari 07 Salatiga
pada tahun 2012 menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan Problem Based Learning
(PBL) dengan teori Dienes lebih baik dari pada siswa yang diajar menggunakan pembelajaran
mekanistik. Nilai rata-rata kelas yang diajar menggunakan Problem Based Learning adalah 85
sedangkan nilai rata-rata kelas yang menggunakan metode mekanistik adalah 73,9 (Widya
Sari Vol 15 No 2, Mei 2013: 28).
7
Penelitian yang dilakukan Juli Rahayu di SD Gugus Hasanudin Kecamatan Andong
Kabupaten Boyolali pada tahun 2012 membuktikan bahwa model cooperative learning tipe
TPS efektif terhadap hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor siswa kelas V SD. Nilai
rata-rata kelas eksperimen adalah 70,9 dan kelas kontrol adalah 60,9.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dirumuskan suatu hipotesis sebagai
berikut.
H0: Tidak ada perbedaan signifikan hasil belajar matematika yang signifikan dalam
penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran
Kooperatif Think Pair Share pada siswa kelas V SD Negeri Sumberejo 01 dan SD
Negeri Ujung-Ujung 02 Pabelan.
Ha: Ada perbedaan hasil signifikan belajar matematika yang signifikan dalam penerapan
model pembelajaran Problem Based Learning dan model pembelajaran Kooperatif
Think Pair Share pada siswa kelas V SD Negeri Sumberejo 01 dan SD Negeri
Ujung-Ujung 02 Pabelan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu
(quasi eksperimental research). Penelitian ini menggunakan desain Pretest dan Posttest
dengan Kelompok Pengendali Tidak Diacak.
Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri Ujung-ujung 02 yang berjumlah
21 orang dan siswa kelas 5 SD Negeri Sumberejo 01 yang berjumlah 21 orang. Untuk kelas 5
SD Negeri Sumberejo 01 sebagai kelas eksperimen 1 dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning, dan kelas 5 SD Negeri Ujung-ujung 02 sebagai kelas
eksperimen 2 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share.
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua variable bebas diantaranya model pembelajaran
Problem Based Learning dan model Kooperatif Think Pair Share. Variable terikat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar Matematika.
Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Instrumen Pengumpulan Data
8
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil belajar Matematika SD
kelas V. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan teknik tes. Penelitian ini menggunakan
instrument berupa lembar soal pra tes dan pasca tes berupa pilihan ganda.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis terdiri dari Uji Prasyarat, Uji Beda Mean, dan Uji Hipotesis. Uji
Prasyarat yaitu dilakukan dengan uji normalitas yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh distribusinya normal atau tidak. Selain uji normalitas, juga terdapat uji
homogenitas, untuk mengetahui tingkat kesetaraan subjek yang akan diteliti. Kemusian
dilakukan uji t (uji beda mean atau rata-rata) yang akan digunakan untuk menguji hipotesis.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis Variabel Pembelajaran
Dari hasil observasi yang dilaksanakan, dapat dilihat bahwa langkah-langkah
pembelajaran Problem Based Learning telah berhasil dilaksanakan dengan presentase 100%
oleh guru dan siswa. Dari hasil observasi yang dilaksanakan, dapat dilihat pula bahwa
langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Think Pair Share telah 100% berhasil dilaksanakan
oleh guru dan siswa.
Analisis Variabel Hasil Belajar Matematika
Hasil Belajar Matematika
Pretest Posttest
Eksperimen 1
Problem
Based
Learning
Eksperimen 2
Kooperatif
Think Pair
Share
Eksperimen 1
Problem
Based
Learning
Eksperimen 2
Kooperatif
Think Pair
Share
Rata-Rata 54,53 52,58 73,26 74,47
Tertinggi 86 73 100 91
Terendah 21 17 43 52
Hasil pretes kelas eksperimen 1 yang akan menerima pembelajaran dengan model
Problem Based Learning rata-rata nilainya adalah 54,53. Nilai tertinggi adalah 86 dan nilai
terendah adalah 21. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model Problem Based
Learning, nilai posttest yang didapat dari kelas eksperimen 1 rata-ratanya adalah 73,26. Nilai
tertingginya adalah 100 dan terendah 43.
Hasil postes kelas eksperimen 2 yang nantinya akan mendapat pembelajaran dengan
model Kooperatif Think Pair Share, rata-ratanya adalah 52,58. Nilai tertinggi adalah 73 dan
9
terendah 17. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model Kooperatif Think Pair Share,
didapatkan rata-rata nilai posttest adalah 74,47. Nilai tertinggi adalah 91 dan nilai terendah
52.
Uji Kesamaan Dua Rata-rata nilai Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2
Hasil Uji Persamaan Dua Rata-rata Pretest
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Skor Equal
variances
assumed
.472 .496 .379 36 .707 1.947 5.139 -8.475 12.369
Equal
variances not
assumed
.379 35.453 .707 1.947 5.139 -8.480 12.375
Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretest menunjukkan signifikansi pada F tes sebesar
0,496 dan signifikansi pada T-test sebesar 0,707. Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa
signifikansi pada F tes maupun T-test lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan kemampuan siswa pada kelas eksperimen 1 dengan rata-rata 54,53 dan
kelas eksperimen 2 dengan rata-rata 52,58.
Uji Hipotesis
Hasil Posttest
Dapat dilihat kelas eksperimen 1 memiliki nilai terendah 43 yang diperoleh 1 anak dan
nilai tertinggi 100 yang diperoleh 1 anak. Untuk kelas eksperimen 2 nilai terendah adalah 52
yang diperoleh 3 anak dan nilai tertinggi adalah 95 yang diperoleh satu anak. Dari Histogram
dapat dilihat rentang nilai kelas eksperimen 1 lebih luas dari kelas eksperimen 2.
10
Untuk menguji perbedaan dua rata-rata posttest di kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen
2 digunakan aplikasi SPSS dengan melakukan uji Independent Samples T-Tes.
Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Posttest
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Skor Equal
variances
assumed
1.591 .215 -.235 36 .816 -1.211 5.152 -11.660 9.239
Equal
variances
not
assumed
-.235 34.463 .816 -1.211 5.152 -11.676 9.255
Dari hasil pengujian didapatkan signifikansi pada F tes adalah 0,215 dan signifikansi
T-test adalah 0,816. Hasil F tes dan T-test signifikansinya lebih besar dari 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan siswa pada kelas eksperimen 1 yang
mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based Learning dan kelas eksperimen 2 yang
mengikuti pembelajaran dengan model Kooperatif Think Pair Share. Rata-rata posttest kelas
eksperimen 1 adalah 73,26 dan rata-rata posttest kelas eksperimen 2 adalah 74,47.
Dari hasil pengujian, diketahui bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara hasil
belajar matematika siswa kelas V di SD Negeri Sumberejo 01 dan SD Negeri Ujung-ujung 02
antara menggunakan model Problem Based Learning dan menggunakan model Kooperatif
Think Pair Share sehingga H0 diterima dan Ha ditolak
Pembahasan
Hasil posttest menunjukkan kelas eksperimen 1 memiliki skor terendah 43 yang
diperoleh 1 orang siswa dan skor tertinggi 100 yang diperoleh 1 orang siswa. Kelas
eksperimen 2 memiliki skor terendah 52 diperoleh 3 orang siswa dan skor tertinggi 95
diperoleh 1 orang siswa. Rentang nilai pada kelas eksperimen 1 lebih lebar dibandingkan
rentang nilai kelas eksperimen 2. Rata-rata posttest kelas eksperimen 1 adalah 73,26 dan rata-
rata posttest kelas eksperimen 2 adalah 74,47. Nilai rata-rata kelas eksperimen 2 lebih tinggi
dari nilai rata-rata kelas eksperimen 1. Dari hasil pengujian perbedaan nilai rata-rata posttest
didapatkan signifikansi pada F tes adalah 0,215 dan signifikansi T-test adalah 0,816. Hasil F
tes dan T-test signifikansinya lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan kemampuan yang signifikan siswa pada kelas eksperimen 1 yang mengikuti
11
pembelajaran dengan model Problem Based Learning dan kelas eksperimen 2 yang mengikuti
pembelajaran dengan model Kooperatif Think Pair Share.
Dari data yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model
Problem Based Learning dan model Kooperatif Think Pair Share dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas V di SD Negeri Sumberejo 01 dan SD Negeri Ujung-ujung
02. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning membuat prestasi siswa meningkat,
meningkatkan fokus siswa pada pembelajaran, membuat siswa lebih terdorong untuk berfikir
dalam memecahkan masalah, membuat siswa mau bekerja secara berkelompok, dan membuat
siswa termotifasi untuk belajar seperti pendapat yang diungkapkan M. Taufiq Amir
(2010:27). Pembelajaran dengan model Kooperatif Think Pair Share membuat siswa terbiasa
untuk berfikir secara mandiri dalam belajar, membuat siswa berdiskusi dengan pasangannya,
dan membuat siswa menjadi aktif dan tidak hanya diam dalam mengikuti pembelajaran
seperti yang diungkapkan Miftahul Huda (2014:136). Tidak ada perbedaan yang signifikan
hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based Learning
dan model Kooperatif Think Pair Share.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang sudah dilaksanakan, peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dan model
Kooperatif Think Pair Share telah berhasil dilaksanakan oleh guru dan siswa. Dan dari hasil
analisis data dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar
matematika siswa kelas V SD Negeri Sumberejo 01 dan SD Negeri Ujung-ujung 02 Pabelan
antara menggunakan model Problem Based Learning dan model Kooperatif Think Pair Share.
Penggunaan model Problem Based Learning dan model Kooperatif Think Pair Share
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa terbukti dari hasil posttest siswa yang meningkat
dari hasil pretest meskipun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model
Problem Based Learning dan model Kooperatif Think Pair Share.
Saran
1. Bagi Siswa
Apabila siswa terlibat langsung dan aktif dalam pembelajaran, hasil belajar akan
meningkat meskipun tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model
Problem Based Learning dan model Kooperatif Think Pair Share. Dengan melakukan diskusi
12
siswa akan belajar untuk bersosialisasi dan saling membantu untuk memahami pembelajaran
sehingga lebih mudah untuk memahami pembelajaran.
2. Bagi Guru
Bagi guru yang memiliki siswa yang pasif dalam pembelajaran dan hasil belajarnya
kurang maksimal, gunakanlah model pembelajaran yang menarik dan membuat siswa aktif
untuk belajar diantaranya adalah model pembelajaran Problem Based Learning dan model
pembelajaran Kooperatif Think Pair Share meskipun tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara penggunaan model Problem Based Learning dan model Kooperatif Think
Pair Share.
3. Bagi Sekolah
Bagi sekolah yang memiliki siswa dengan karakter pasif dan hasil belajarnya kurang
maksimal, dapat diberikan saran kepada guru-guru untuk menggunakan model pembelajaran
yang menarik dan membuat siswa aktif seperti model pembelajaran Problem Based Learning
dan model pembelajaran Kooperatif Think Pair Share.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq. 2010. “Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning”. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Heruman, 2010. “Model Pembelajaran Matematika”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Huda, Miftahul. 2014. “Cooperative Learning”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ibrahim; Suparni. 2012. “Pembelajaran Matematika Teori dan Aplikasinya”. Yogyakarta :
SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga.
Rahayu, Juli. 2012. “Efektivitas Model Cooperative Learning Tipe Tps (Think-Pair-Share)
Terhadap Hasil Belajar Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa pada Pelajaran
Matematika Bangun Ruang Kelas V SD Gugus Hasanudin Kecamatan Andong
Kabupaten Boyolali”. 2 Desember 2015.
http://repository.uksw.edu/handle/123456789/779.
Republik Indonesia. 2006. “Peraturan Mentri Pendidikan Nasional”. Jakarta: Sekertariat
Negara.
Republik Indonesia. 2014. “Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan”. Jakarta:
Sekertariat Negara.
Sharman, Shlomo. 2012. “Handbook of Cooperative Learning”. Yogyakarta: Familia.
Slameto, 2015. “Metodologi Penelitian dan Inovasi Pendidikan”. Salatiga: Satya Wacana
University Press.
13
Tim Widya Sari Press. Vol 15 No. 2. Mei 2013. “Widya Sari”. Salatiga : Widya Sari.
Warsono; Hariyanto. 2013. “Pembelajaran Aktif”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.