Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

26
Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014 55 Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi, Respirasi Dan Suhu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit R. Syamsudin, SH. Kota Sukabumi Sri Janatri 1 , Elly Nurachmah 2 , Setiawati 3 Sri Janatri : Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (S-2) Kekhususan Keperawatan Anak, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendelal Achmad Yani Cimahi Email : [email protected] Abstrak Bayi berat lahir rendah, merupakan masalah kesehatan perinatal, membutuhkan perawatan untuk meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi. Tanggung jawab mandiri perawat membantu menjaga kesetabilan nadi, respirasi dan suhu yang merupakan indicator kesehatan bayi, dengan memberikan posisi prone. Tujuan penelitian untuk membuktikan adanya perbedaan efek posisi prone dan supine terhadap nadi, respirasi dan suhu BBLR. Metode penelitian menggunakan quasi experiment design, dengan sampel 34 BBLR pada dua kelomok intervensi. Hasil uji hipotesis terdapat efek posisi prone terhadap nadi dan respirasi masing-masing p- value 0.001, tetapi tidak terdapat efek pada suhu p- value 0.056, posisi supine tidak terdapat efek pada nadi, respirasi dan suhu p- value 0.058, 0.085, 1.000, pada uji t independen terdapat perbedaan efek posisi prone dan supine terhadap nadi p- value 0.001, tetapi tidak terdapat pebedaan terhadap respirasi dan suhu p- value 0.056 dan 0.206. Rekomendasikan: intervensi prone tepat diberikan pada bayi nadi dan respirasi normal/diatas normal. Kata Kunci : Efek, nadi, prone, respirasi, suhu, supine ABSTRACT Low birth weight babies, a perinatal health problem, requiring treatment to increase the chances of a period of self-responsibility transition. Nurse responsibility helps maintain pulse stability, respiration and temperature is the indicator of infant health, by providing the prone position. Purpose this study to prove the existence of differences in the effects of prone and supine position on pulse, respiration and temperature of LBW. Methods with quasi experiment design, with 34 samples in two groups LBW intervention. Results uji hypothesized effects are prone to pulse position and respiration p-value 0.001, but no effect on the temperature p-value 0.056, supine position there is no effect on pulse, respiration and temperature p-value 0.058, 0.085, 1.000, independent t test found the differences in the effects of prone and supine positions to pulse p-value of 0.001, but there is no average difference between the respiration and temperature p-value 0.056 and 0.206. Recommendation: prone more appropriate intervention given to infants above normal pulse and respiration. Keywords : Effect, prone, pulse, respiration, supine, temperature

Transcript of Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Page 1: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

55

Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi, Respirasi Dan Suhu Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit R. Syamsudin, SH. Kota Sukabumi

Sri Janatri1, Elly Nurachmah2, Setiawati3

Sri Janatri : Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (S-2) Kekhususan Keperawatan Anak,

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendelal Achmad Yani Cimahi

Email : [email protected]

Abstrak

Bayi berat lahir rendah, merupakan masalah kesehatan perinatal, membutuhkan perawatan untuk

meningkatkan kesempatan menjalani masa transisi. Tanggung jawab mandiri perawat membantu

menjaga kesetabilan nadi, respirasi dan suhu yang merupakan indicator kesehatan bayi, dengan

memberikan posisi prone. Tujuan penelitian untuk membuktikan adanya perbedaan efek posisi prone dan

supine terhadap nadi, respirasi dan suhu BBLR. Metode penelitian menggunakan quasi experiment

design, dengan sampel 34 BBLR pada dua kelomok intervensi. Hasil uji hipotesis terdapat efek posisi

prone terhadap nadi dan respirasi masing-masing p- value 0.001, tetapi tidak terdapat efek pada suhu p-

value 0.056, posisi supine tidak terdapat efek pada nadi, respirasi dan suhu p- value 0.058, 0.085, 1.000,

pada uji t independen terdapat perbedaan efek posisi prone dan supine terhadap nadi p- value 0.001, tetapi

tidak terdapat pebedaan terhadap respirasi dan suhu p- value 0.056 dan 0.206. Rekomendasikan:

intervensi prone tepat diberikan pada bayi nadi dan respirasi normal/diatas normal.

Kata Kunci : Efek, nadi, prone, respirasi, suhu, supine

ABSTRACT

Low birth weight babies, a perinatal health problem, requiring treatment to increase the chances of a

period of self-responsibility transition. Nurse responsibility helps maintain pulse stability, respiration

and temperature is the indicator of infant health, by providing the prone position. Purpose this study to

prove the existence of differences in the effects of prone and supine position on pulse, respiration and

temperature of LBW. Methods with quasi experiment design, with 34 samples in two groups LBW

intervention. Results uji hypothesized effects are prone to pulse position and respiration p-value 0.001,

but no effect on the temperature p-value 0.056, supine position there is no effect on pulse, respiration and

temperature p-value 0.058, 0.085, 1.000, independent t test found the differences in the effects of prone

and supine positions to pulse p-value of 0.001, but there is no average difference between the respiration

and temperature p-value 0.056 and 0.206. Recommendation: prone more appropriate intervention given

to infants above normal pulse and respiration.

Keywords : Effect, prone, pulse, respiration, supine, temperature

Page 2: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

56

Pendahuluan

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari setandar normal biasa disebut dengan bayi

berat lahir rendah (BBLR). Bayi berat lahir rendah dapat dikelompokan menjadi prematuritas

murni dan dismaturitas. Prematuritas murni yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37

minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan.

“Bayi berat lahir rendah masih merupakan masalah di bidang kesehatan terutama

kesehatan perinatal.

Pada waktu kelahiran, sejumlah adaptasi fisiologis mulai terjadi pada tubuh bayi baru

lahir. Karena perubahan dramatis ini, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan

bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya di luar uterus (Bobak,

2006).

Hipotermi merupakan factor resiko pada semua bayi baru lahir terlebih pada BBLR,

karena mempunyai lapisan lemak yang lebih tipis.. Pencegahan terjadinya hipotermi salah satu

cara efektif dalam mempertahankan kisaran suhu yang diinginkan pada BBLR adalah

penggunaan inkubator terkontrol manual atau otomatis (Wong, 2009). Asuhan keperawatan

yang komperhensif kepada semua bayi baru lahir pada saat ada di ruang rawat perlu dilakukan

dengan baik, untuk membantu melewati masa transisi.

Tingginya AKB di Indonesia menjadi salah satu faktor penilai belum membaiknya derajat

kesehatan di Indonesia hal ini terlihat dengan AKB di Indonesia 248 /100.000 kelahiran

(Kemenkes, 2009).

Kematian neonatal dapat disebabkan oleh beberapa hal. Proporsi pola penyebab kematian

neonatal kelompok umur 0-7 hari tertinggi adalah premature dan berat badan lahir rendah/LBW

(35%), serta asfiksia lahir (33,6%). Menurut data dari WHO, Indonesia merupakan negara

dengan jumlah kematian neonatal terbesar di seluruh dunia. Angka kematian bayi di Indonesia

35 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003. Prevalensi BBLR di Indonesia antara 2-

17,2% (Depkes, RI, 2007).

Angka Kematian Bayi (AKB) di Propinsi Jawa Barat masih tinggi bila dibandingkan

dengan angka nasional yaitu 321,15 per 100.000 kelahiran hidup (BPS, 2003).

Dalam penatalaksanaan BBLR yang harus dilakukan adalah 1) menjaga dan memantau suhu

bayi pada suhu normal (36,5 – 37.5˚C), 2) meminimalisir terjadinya infeksi, 3) memfasilitasi

Page 3: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

57

agar istirahat dan tidur lebih lama sehingga kebutuhan energi minimal,

4) memberikan kenyamanan pada bayi agar mampu beradaptasi pada lingkungan yang baru, 5)

Mencegah terjadinya hipoglikemia dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) sesuai dengan

kebutuhan.

Tujuan perubahan posisi pada BBLR adalah terutama untuk mengurangi stress bayi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi stress bayi adalah posisi tidur. Ada beberapa posisi tidur

yang diberikan pada bayi yaitu posisi lateral, prone dan supine. Posisi prone dapat

meningkatkan kualitas tidur bayi sehingga mendorong peningkatan perkembangan

neuromuskuler (Miyata,at al, 2012).

Posisi prone adalah posisi bayi ketika lahir lutut fleksi di bawah abdomen dan posisi

badan telungkup (Wong, et al., 2003). Dengan meletakkan bayi pada posisi prone, gravitasi

dapat menarik lidah ke anterior sehingga jalan nafas lebih baik, dengan demikian udara dapat

masuk keparu-paru, alveoli dan keseluruh jaringan tubuh. Posisi yang terbaik untuk bayi adalah

posisi fleksi, posisi tersebut hanya didapatkan pada posisi prone.

Tujuan memposisikan prone pada bayi dengan BBLR adalah untuk 1) meningkatkan

oksigenasi, 2) meningkatkan mekanika pernapasan, 3) homogenisasi gradient tekanan pleura,

4) meningkatkan volume paru-paru dan memfasilitasi kelancaran sekresi (Pelosi, Brazzi,

Gattinoni, 2002). Pendapat lain mengemukakan bahwa “Posisi prone pada bayi merupakan

posisi yang sangat menghemat energi, karena posisi ini akan menurunkan kehilangan panas

dibandingkan dengan posisi supine. Hal ini disebabkan karena posisi prone, kaki bayi fleksi

sehingga menurunkan metabolisme tubuh akibatnya terjadi penurunan kehilangan panas

(Hegner & Cadwel, 2003). Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa dengan memberikan

posisi prone pada BBLR dapat meningkatkan oksigenasi, sehingga kekurangan oksigen dalam

tubuh bisa diatasi, dengan demikian angka kejadian komplikasi dan kematian pada BBLR dapat

diminimalisir.

Demikian juga hasil penelitian dari (Kusumaningrum , 2011), dalam penelitian yang

berjudul “ The Effect of Prone Position on Fio2 Level in Premature Baby Who Received

Ventilator”, Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari Fio2

pada bayi dengan ventilator sebelum dan setelah diposisiskan prone.

Rumah Sakit R. Syamsudin, SH. Kota Sukabumi, memiliki beberapa ruangan untuk

perawatan anak, khusus untuk perawatan bayi, memiliki ruang Perinatologi, Neonatal Intensive

Page 4: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

58

Care Unit (NICU) dan High Care Unit (HCU). Ruang Perinatologi terpisah dari ruangan yang

lain, ruang ini mempunyai 19 box bayi dan memiliki 5 inkubator.

Ruang rawat bayi di Perinatologi setiap hari dikondisikan suhu ruangan antara 25˚C

sampai dengan 30˚C. Catatan harian di ruang tersebut enam bulan terahkir tahun 2012, jumlah

kejadian 8 kondisi bayi baru lahir dari 1322 kelahiran adalah Bayi Normal Cukup Bulan (NCB)

Sesuai Masa Kehamilan (SMK) 917 bayi (69,36 %), BBLR Neonatal Kurang Bulan (NKB) 103

bayi (7,79 %), BBLR Neonatal Cukup Bulan (NCB)126 bayi (9,53 %), Asfiksia Berat 57 bayi

(4,31 %), Asfiksia Sedang 64 bayi (4,84 %), Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) Neonatal

Kurang Bulan (NKB) 17 bayi (1,28 %), dan MAS 17 bayi (1,28 %), Besar Masa Kehamilan

(BMK) Neonatal Cukup Bulan (NCB) 21 bayi (1,59 %).

Kejadian kematian bayi enam bulan terahkir tahun 2012 dengan berbagai penyebab di

Ruang Perinatologi rumah sakit tersebut berjumlah 36 bayi, dengan Asfiksia berat 16 (44,44

%), Asfiksia sedang 4 bayi (11,11%), BBLSR 6 ( 16,66 %), BBLR Neonatal Kurang Bulan 10

bayi (27,77 %). Pada data tersebut tergambarkan bahwa di Ruang Perinatologi Rumah Sakit

tersebut , dalam waktu 6 bulan merawat 1.322 bayi, sedangkan bayi dengan BBLR (NCB) dan

BBLR (NKB) mendapatkan peringkat ke 2 dan ke 3 dari total masalah bayi baru lahir di ruang

tersebut.

Tujuan penelitian ini mengetahui “Seberapa besar signifikansi perbedaan efek posisi

prone dan supine terhadap nadi, respirasi dan suhu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang

Perinatologi Rumah Sakit R. Syamsudin, SH. Kota Sukabumi “.

Beberapa penyebab terjadinya BBLR dapat ditinjau dari beberapa faktor, diantaranya adalah :

komplikasi obstetric, kondisi kesehatan ibu saat kehamilan, dan faktor sosial ekonomi (May &

Mahimesh, 2004). Beberapa penyebab yang menjadi komplikasi obstetric diantaranya adalah

malformasi uterus, kehamilan ganda, kelainan bentuk tulang servik (Inkompeten Serviks),

chrorioamnistis, pre eklampsia berat, plasenta previa, riwayat prematur, dan RH

insoimunisation.

. Adaptasi BBLR terhadap kehidupan ekstrauterin terberat yang pasti terjadi pada

neonatus adalah transisi dari sirkulasi janin atau plasenta ke respirasi independen. Hilangnya

hubungan plasenta menyebabkan hilangnya dukungan metabolis seutuhnya, terutama suplai

oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Stres normal yang terjadi selama persalinan dan

kelahiran menyebabkan perubahan pola pertukaran gas plasenta, keseimbangan asam basa darah,

Page 5: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

59

dan aktivitas kardiovaskuler bada bayi. Penyesuaian bayi baru lahir pada kehidupan ekstrauterin

adalah sebagai berikut.

Perubahan fisiologis paling kritis dan segera harus dilakukan oleh bayi begitu lahir adalah

mulai bernapas (Wong, 2009). Faktor suhu primer adalah suhu dingin mendadak pada bayi pada

saat keluar dari lingkungan rahim ibu yang hangat. Proses respirasi dipengaruhi oleh cairan

surfaktan yang ada dalam paru. Cairan yang melapisi alveoli dan jalan nafas ini sangat

membantu proses pengembangan paru saat inspirasi dan mencegah terjadinya kolaps alveoli saat

ekspirasi (MacGregor, 2008). Setelah respirasi dilakukan, pola respirasi dangkal dan tidak teratur

berkisar antara 30 sampai 60 tarikan napas per menit (Bobak, 2006).

Nadi merupakan indicator kerja jantung, jika terjadi masalah pada kerja jantung, maka

dapat diketahui dari frekuensi nadi. Nilai normal frekuensi nadi pada neonatus adalah 120-160

kali/menit (Bobak, 2006).

Termoregulasi, regulasi panas tubuh merupakan hal yang paling kritis terhadap ketahanan

hidup bayi. Meskipun kapasitas produksi panas bayi cukup memadai, tetapi ada beberapa faktor

predisposisi terjadinya kehilangan panas berlebihan. Faktor predisposisi tersebut adalah 1) Area

permukaan kulit bayi yang luas memudahkan kehilangan panas dari tubuh ke lingkungan,

meskipun sebagian dapat dikompensasi oleh posisi fleksi, 2) tipisnya lapisan subkutis bayi

merupakan isolasi yang buruk untuk mempertahankan suhu dan 3) Mekanisme bayi untuk

menghasilkan panas tidak bisa dengan respon menggigil, tetapi menghasilkan panas dengan

nonshivering thermogenesis, yang mencakup peningkatan metabolisme dan kebutuhan oksigen

(Wong, 2009).

Suhu tubuh bayi yang meningkat akan menyebabkan metabolisme dalam tubuh juga

akan meningkat. Peningkatan metabolisme membutuhkan jumlah kadar oksigen yang juga akan

meningkat, karena suhu tubuh khususnya jika bayi prematur mengalami demam akan

menurunkan saturasi oksigen (MacGregor, 2008). Suhu tubuh inti atau biasa disebut suhu aksilar

pada bayi termasuk BBLR bervariasi sesuai dengan periode reaktivitas, namun biasanya

berkisar 36,5˚C sampai dengan 37,5˚C (Bobak, 2006).

Pada mulkuloskeletal kecenderunagn posisi ekstensi tentunya akan meningkatkan

metabolisme dalam tubuh, sementara posisi terbaik adalah posisi yang dapat menurunkan

kebutuhan energi seperti posisi fleksi.

Page 6: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

60

Ada beberapa posisi tidur bayi antara lain adalah terlentang (supine), miring kanan atau

miring kiri (lateral), tengkurap (prone). Posisi yang paling umum digunakan pada bayi adalah

adalah posisi supine, karena pada umumnya posisi ini dianggap paling aman (Potter & Perry,

2009).

Posisi prone adalah posisi bayi ketika lahir lutut fleksi di bawah abdomen dan posisi

badan telungkup (Wong, 2009). Pendapat lain mengemukakan bahwa “Posisi prone pada bayi

merupakan posisi yang sangat menghemat energi, karena posisi ini akan menurunkan kehilangan

panas dibandingkan dengan posisi supine. Hal ini disebabkan karena posisi prone, kaki bayi

fleksi sehingga menurunkan metabolisme tubuh akibatnya terjadi penurunan kehilangan panas

(Hegner & Cadwel, 2003). Dengan meletakkan bayi pada posisi prone, gravitasi dapat menarik

lidah ke anterior sehingga jalan nafas lebih baik, dengan demikian udara dapat masuk keparu-

paru, alveoli dan keseluruh jaringan tubuh. Posisi yang terbaik untuk bayi adalah posisi fleksi.

Posisi fleksi tersebut hanya didapatkan pada posisi prone. Tujuan memposisikan prone pada

bayi dengan BBLR adalah untuk 1) meningkatkan oksigenasi, 2) meningkatkan mekanika

pernapasan, 3) homogenisasi gradient tekanan pleura, inflasi alveolar dan distribusi ventilasi, 4)

meningkatkan volume paru-paru dan mengurangi jumlah area paru yang mengalami aktelektasis,

5) memfasilitasi kelancaran sekresi dan 6) untuk mengurangi cidera paru akibat penggunaan

ventilator (Pelosi, Brazzi dan Gattinoni, 2002).

Posisi supine adalah posisi yang sering digunakan pada bayi normal maupun bayi

dengan perawatan di rumah sakit. Posisi terlentang atau supine pada bayi adalah posisi yang

berlawanan dengan posisi prone. Posisi supine pada bayi merupakan posisi yang sangat

membutuhkan energi berlebih, karena posisi ini akan meningkatkan kehilangan panas

dibandingkan dengan posisi prone. Hal ini disebabkan karena posisi supine, kaki bayi dalam

kondisi ekstensi, sehingga berdampak terhadap peningkatan metabolisme tubuh, akibatnya

terjadi peningkatan kehilangan panas (Hegner & Cadwel, 2003).

Metode Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah experiment

research.,bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat

perlakuan posisi prone dan supine terhadap nadi, respirasi dan suhu BBLR.

Page 7: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

61

Untuk memilih sampel penelitian menggunakan Consecutive sampling. Dalam

menentukan sampel kelompok intervensi prone dan supine, dari sampel yang memenuhi kriteria

dilakukan random sampel yang mendapatkan random nomor ganjil maka dimasukan anggota

kelompok intervensi prone dan pada sampel yang mendapatkan random nomor genap maka

dimasukan anggota kelompok intervensi supine, dengan sampel 17 BBLR setiap kelompok,

sihingga total sampel adalah 34 BBLR.

Penelitian ini dilakukan di Ruang Perinatologi Rumah Sakit R.Syamsudin,SH. Kota

Sukabumi.dan dilakukan dalam waktu 6 bulan, yang dimulai dari tanggal 04 Maret sampai

dengan tanggal 31 Agustus 2013 .

Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen pengkajian yang

meliputi karakteristik, nadi, respirasi dan suhu, yang dirancang sendiri oleh peneliti baik untuk

posisi prone maupun supine.

Pada tahap ini peneliti melakukan pengambilan data pada 2 kelompok intervensi prone

dan supine , secara simultan dalam artian jika pada waktu bersamaan mendapatkan BBLR yang

sesuai dengan kriteria penelitian pada kelompok posisi prone dan supine , maka peneliti

melakukan pengukuran dan perlakuan secara bergantian, agar masing-masing responden

terpantau dengan baik.

Pada kelompok intervensi posisi prone melakukan pengukuran nadi, respirasi, suhu,

memberikan posisi prone selama 20 menit (pemantauan ketat selama perlakuan), kemudian

melakukan pengukuran secara berurutan nadi, respirasi dilanjutkan pengukuran suhu,

memberikan posisi supine.

Pada kelompok posisi supine

Melakukan pengukuran nadi, respirasi, suhu, memberikan posisi supine selama 20 menit

(pemantauan ketat selama intevensi), kemudian melakukan pengukuran nadi, respirasi, suhu,

memberikan posisi miring kanan dan semua data didokumentasikan pada instrument.

1. Analisa Deskriptif

Dalam analisis deskriptif ini terdiri dari analisis deskriptif terhadap karakteristik responden

dilakukan dengan distribusi frekuensi dan persentase. Sedangkan analisis deskriptif untuk

Page 8: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

62

variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan nilai rerata, median ,simpangan baku dan

nilai maksimum-minimum.

2. Analisa Inferens

Dalam penelitian ini analisis inferens untuk menguji hipotesis pengaruh intervensi terhadap

Berat Bayi Lahir Rendah dilakukan dengan menggunakan uji T 2 sampel independen sedangkan

untuk menguji hipotesis perbedaan pengaruh antar intervensi menggunakan uji t 2 sampel

berpasangan.

Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Uji Kolmogorov-

Smirnov dan didapatkan data mengikuti distribusi yang normal.

Untuk menguji perbedaan pengaruh dua kelompok intervensi maka digunakan uji t 2

sampel independen.

Hasil Penelitian

1. Analisis Data Karakteristik Responden

Hasil analisis data karakteristik responden Berdasarkan Usia, Berat Badan Lahir dan Panjang

Badan Lahir baik yang dikenai perlakuan posisi prone dan supine didasarkan pada nilai mean,

median, simpangan baku, nilai minimal dan nilai maksimal dapat terlihat pada tabel 4.1 berikut

ini :

Tabel 4.1

Distribusi Responden berdasarkan Usia, Berat Badan Lahir dan Panjang Badan Lahir

N = 34

Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi prone nilai rerata usia

30.88 jam, median 30.00 jam, simpangan baku 4.14 dan nilai maksimal-minimal adalah 26-38

Karak-teristik

Respon-den

Kelompok

Intervensi

Mean

Median

SD

Min-Mak

Usia (jam)

Prone

30.88 30.00 4.14 26-38

Supine

30.47 29.00 5.25 24-44

BBL (gram)

Prone

2015 2.000 0.25 1650-2400

Supine

1998 2050 0.33 1500-2425

PB (cm)

Prone

44.00 44.00 1.69 40-47

Supine

42.38 42.00 2.63 38-47

Page 9: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

63

jam, sedangkan pada kelompok intervensi supine nilai rerata 30.47 jam, median 29.00 jam ,

simpangan baku 5.25 dan nilai maksimal-minimal 24-44 jam.

Pada tabel 4.1 ini juga dapat terlihat rerata berat bayi lahir pada kelompok intervensi

prone 2.015 gram, midian 2.000 gram, simpangan baku 0.25 dan nilai maksimal-minimal 1650-

2400 gram, sedangkan pada kelompok intervensi supine nilai rerata 1.998 gram, median 2.050

gram, simpangan baku 0.33 dan nilai maksimal - minimal adalah 1500-2425 gram.

Demikian juga terlihat pada tabel 4.1 bahwa rerata panjang badan responden pada

kelopok intervensi prone 44.00 cm, median 44.00 cm, simpangan baku 1.69 dan nilai maksimal-

minimal adalah 38-47 cm, sedangkan pada kelompok inervensi supine dengan nilai rerata 42.38

cm, median 42.00 cm, simpangan baku 2.63 dan nilai maksimal-minimal 38-47 cm.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin baik yang dikenai perlakuan

posisi prone dan supine didasarkan pada distribusi frekuensi dan persentase, selengkapnya

dijelaskan pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelami

N = 34

Terlihat pada tabel 4.2 bahwa dari kedua kelompok intervensi, responden sebagian besar

dengan jenis kelamin laki-laki yaitu 64.7% kelompok intervensi prone dan 52.9% pada

kelompok intervensi supine.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Gestasi baik yang dikenai perlakuan posisi

prone dan perlakuan posisi supine didasarkan pada distribusi frekuensi dan persentase.

Perlakuan Jenis

Kelamin

Frekuensi %

Posisi

Prone

Laki-Laki 10 64.7

Perempuan 7 35.3

Jumlah 17 100

Posisi

Supine

Laki-Laki 9 52.9

Perempuan 8 47.1

Jumlah 17 100

Page 10: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

64

Hasil selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Gestasi

N = 34

Pada tabel 4.3 dapat terlihat bahwa masa gestasi pada kedua kelompok intervensi sebagian besar

dengan masa gestasi 34-35 minggu sebesar 47.1% pada kelompok intervensi prone dan 41.2%

pada kelompok intervensi supine.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Persalinan baik yang dikenai perlakuan

posisi prone dan posisi supine didasarkan pada distribusi frekuensi dan persentase diuraikan pada

tabel 4.4 berikut

Perlakuan Masa

Gestasi

Frekuensi %

Posisi

Prone

28-29 0 0.0

29-30 1 5.9

31-32 1 5.9

32-33 1 5.9

33-34 2 11.8

34-35 8 47.1

35-36 4 23.5

Jumlah 17 100.0

Posisi

Supine

28-29 1 5.9

29-30 1 5.9

31-32 2 11.8

32-33 1 5.9

33-34 1 5.9

34-35 7 41.2

35-36 4 23.5

Jumlah 17 100.0

Page 11: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

65

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Persalinan

N = 34

Pada tabel 4.4 diketahui bahwa dari 17 responden baik pada kelompok posisi prone dan posisi

supine keduanya sebagian besar dengan jenis persalinan spontan. Jika dibandingkan antara

kelompok posisi prone dan kelompok posisi supine masih lebih banyak kelompok posisi prone

untuk jenis persalinan spontan yaitu dengan 94.1% dan supine 76.5 %.

d. Hasil uji normalitas data nadi, respirasi dan suhu sebelum dan sesudah intervensi prone dan

supine sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan menggunakan dapat dijelaskan pada

tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas Data Nadi, Respirasi dan Suhu Sebelum dan Sesudah Intervensi

Prone dan Supine

N = 34

Intervensi

Variabel

p-value

Hasil Uji

Normalitas

Prone

Sebelum

Nadi 0.588 Nolmal

Respirasi 0.559 Nolmal

Suhu 0.216 Nolmal

Sesudah

Nadi 0.828 Nolmal

Respirasi 0.837 Nolmal

Perlakuan Jenis

Persalinan

Frekuensi %

Posisi

Prone

Spontan 16 94.1

Sectio Caesar 1 5.9

Jumlah 17 100.0

Posisi

Supine

Spontan 13 76.5

Sectio Caesar 4 23.5

Jumlah 17 100.0

Page 12: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

66

Suhu 0.152 Nolmal

Supine

Sebelum

Nadi 0.616 Nolmal

Respirasi 0.438 Nolmal

Suhu 0.114 Nolmal

Sesudah

Nadi 0.897 Nolmal

Respirasi 0.158 Nolmal

Suhu 0.114 Nolmal

Berdasarkan Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa hasil uji normalitas data nadi, respirasi dan suhu

sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok intervensi menghasilkan nilai p-value

semuanya >0.005, hal ini menunjukkan bahwa semua data baik sebelum dan sesudah intervensi

mengikuti distribusi normal.

e. Gambaran nadi, respirasi dan suhu sebelum dilakukan intervensi pada kedua kelompok

intervensi prone dan kelompok intervensi supine sebelum dilakukan intervensi,

selengkapnya hasil analisis terdapat pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6

Distribusi Nadi, Respirasi dan Suhu Responden

Sebelum Dilakukan Intervensi

N = 34

Variabel Kelompok

Intervensi Mean Median SD Min-Mak

Nadi Prone 154.59 151.00 8.80 143-167

Supine 150.71 150.00 5.25 143-160

Respirasi Prone 53.59 52.00 9.51 40-68

Supine 48.94 47.00 5.89 40-60

Suhu Prone 37.05 37.10 0.31 36.3-37.6

Supine 37.06 36.90 0.46 36.8-37.3

Berdasarkan Tabel 4.6 menjelaskan bahwa pada posisi prone memiliki nadi minimal 143

kali/menit dan maksimal 167 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing-

Page 13: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

67

masing 154.59 kali/menit, 151.00 kali/menit dan 8.80. Sedangkan pada kelompok posisi supine

memiliki nadi minimal 143 kali/menit dan maksimal 160 kali/menit dengan rerata, median dan

simpangan baku masing-masing 150.71 kali/menit, 150.00 kali/menit dan 5.25.

Berdasarkan Tabel 4.6 juga memperlihatkan bahwa untuk posisi prone memiliki respirasi

rate minimal 40 kali/menit dan maksimal 68 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan

baku masing-masing 53.59 kali/menit, 52.00 kali/menit dan 9.51, sedangkan pada posisi supine

memiliki respirasi rate minimal 40 kali/menit dan maksimal 60 kali/menit dengan rerata, median

dan simpangan baku masing-masing 48.94 kali/menit, 47.00 kali/menit dan 5.89.

Pada Tabel 4.6 juga memperlihatkan bahwa untuk posisi prone memiliki suhu minimal

36.3ºC dan maksimal 37.6ºC dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing

37.05ºC, 37.1ºC dan 0.31, sedangkan pada intervensi supine memiliki suhu minimal 36.8 ºC dan

maksimal 38.8ºC dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 37.06ºC, 36.9ºC

dan 0.46.

f. Gambaran Nadi, Respirasi dan Suhu Setelah Dilakukan Intervensi pada BBLR dapat

dilihat pada Table 4.7 berikut ini :

Tabel 4.7

Distribusi Nadi, Respirasi dan Suhu Responden Setelah Dilakukan Intervensi

N = 34

Variabel Kelompok

Intervensi

Mean Median SD Min-Mak

Nadi

Prone

149.71 148.00 7.51 140-160

Supine

152.12 151.00 6.99 143-165

Respirasi

Prone

50.24 51.00 8.93 38-66

Supine

50.24 49.00 7.28 40-60

Suhu

Prone

37.02 37.10 0.30 36.3-37.5

Supine

36.94 36.90 0.122 36.8-37.3

Berdasarkan Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa posisi prone nadi minimal 140 kali/menit

dan maksimal 160 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 149.71

kali/menit, 148.00 kali/menit dan 7.51, sedangkan posisi supine memiliki nadi minimal 143

Page 14: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

68

kali/menit dan maksimal 165 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing-

masing 152.12 kali/menit, 151.00 kali/menit dan 6.99.

Berdasarkan Tabel 4.7 juga memperlihatkan pada posisi prone memiliki respirasi rate

minimal 38 kali/menit dan maksimal 66 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku

masing-masing 50.24 kali/menit, 51.00 kali/menit dan 8.93, sedangkan pada posisi supine

memiliki respirasi rate minimal 40 kali/menit dan maksimal 60 kali/menit dengan rerata dan

simpangan baku masing-masing 50.24 kali/menit, 49.00 kali/menit dan 7.28.

Pada Tabel 4.7 juga memperlihatkan bahwa posisi prone memiliki suhu minimal 36.3ºC

dan maksimal 37.5ºC dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 37.02ºC,

37.10ºC dan 0.30, sedangkan pada kelompok posisi supine memiliki suhu minimal 36.8ºC dan

maksimal 37.3ºC dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 36.9ºC, 36.90ºC

dan 0.122.

g. Perbedaan Efek Posisi Prone dan Posisi Supine Terhadap Nadi, Respirasi dan Suhu

Responden

Sebelum dijelaskan hasil analisa perbedaan efek posisi prone dan supine terhadap nadi,

respirasi dan suhu BBLR, maka akan dijelaskan terlebih dahulu pengaruh efek dari kedua

intervensi sebagaimana dijelaskan pada tabel 4.8 berikut ini :

Tabel 4.8 Perbedaan Efek Sebelum dan Sesudah Posisi Prone dan Efek Sebelum dan Sesudah

Posisi Supine Terhadap Nadi, Respirasi dan Suhu Responden N = 34

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji hipotesis Efek Posisi Prone Terhadap Nadi p-value

0.001. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H0) secara signifikan ditolak yang memiliki makna

Inter-

vensi

Varia-bel Rerata

sebelum

Rerata

sesudah

t

Hitung

p- Value Korelasi

Prone

Nadi 154.59 149.71 6.811 0.001 0.947

Respi-rasi 53.59 50.24 4.401 0.001 0.944

Suhu 37.05 37.02 2.063 0.056 0.982

Supine

Nadi 151.71 152.12 -2.041 0.058 0.883

Respirasi 48.94 50.24 -1.833 0.085 0.924

Suhu 37.06 36.94 1.049 1.000 -0.050

Page 15: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

69

terdapat efek posisi prone terhadap nadi, dengan nilai indeks korelasi 0.947 menunjukkan terdapat efek

yang sangat kuat posisi prone terhadap nadi.

Pada Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji hipotesis Pengaruh Posisi Prone Terhadap Respirasi Rate

menghasilkan p-value 0.001. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H0) secara signifikan ditolak

yang memiliki makna terdapat efek posisi prone terhadap respirasi rate, dengan nilai indeks korelasi

0.944 menunjukkan terdapat efek yang sangat kuat posisi prone terhadap respirasi rate.

Berdasarkan Tabel 4.8 juga menunjukkan hasil uji hipotesis Efek Posisi Prone Terhadap Suhu

menghasilkan p-value 0.056. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H0) diterima yang memiliki

makna tidak terdapat efek posisi prone terhadap suhu.

Demikian juga Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji hipotesis Efek Posisi Supine Terhadap Nadi

menghasilkan p-value 0.058. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H0) diterima yang memiliki

makna tidak terdapat efek posisi supine terhadap nadi.

Pada Tabel 4.8 juga menunjukkan hasil uji hipotesis pengaruh posisi supine terhadap respirasi rate

menghasilkan p-value 0.085. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H0) diterima yang memiliki

makna tidak terdapat efek posisi supine terhadap respirasi rate.

Tabel 4.8 juga menunjukkan hasil uji hipotesis efek posisi supine terhadap suhu menghasilkan p-

value 1.000. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H0) diterima yang memiliki makna tidak

terdapat efek posisi supine terhadap suhu.

Adapun hasil analisis perbedaan selisih efek posisi prone dan supine terhadap nadi, respirasi dan suhu

BBLR akan dijelaskan pada tabel 4.9 berikut ini.

Tabel 4.9 Perbedaan Selisih Efek Posisi Prone dan Posisi Supine Terhadap Nadi, Respirasi dan

Suhu Responden N = 34

Varia-

bel

Prone Supine Leven

Test

t

Hitung

p

value

Se-

belum

Sesu-

dah

Sebe-

lum

Sesu-

dah

Nadi 154.59 149.71 151.71 152.12 0.611 3.484 0.001

Respi- rasi 53.59 50.24 48.94 50.23 0.976 1.982 0.056

Suhu 37.05 37.02 37.06 36.94 0.102 1.290 0.206

Page 16: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

70

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa hasil Uji Levene menghasilkan p-value 0.611 yang

memiliki makna bahwa kedua data posisi prone dan supine memiliki varians yang sama (terjadi

homogenitas varians). Berdasarkan nilai p-value 0.001 pada uji t independen memperlihatkan

bahwa hipotesis nol (H0) ditolak yang menunjukkan terdapat perbedaan efek antara posisi prone

dengan posisi supine terhadap Nadi.

Tabel 4.9 juga menunjukkan bahwa hasil Uji Levene menghasilkan p-value 0.976 yang

memiliki makna bahwa kedua data posisi prone dan supine memiliki varians yang sama (terjadi

homogenitas varians). Berdasarkan nilai p-value 0.056 pada uji t independen memperlihatkan

bahwa hipotesis nol (H0) diterima yang berarti menunjukkan tidak terdapat perbedaan efek antara

posisi prone dengan posisi supine terhadap Respirasi Rate.

Pada Tabel 4.9 menunjukkan juga bahwa berdasarkan hasil Uji Levene menghasilkan p-

value 0.102 yang memiliki makna bahwa kedua data posisi prone dan supine memiliki varians

yang sama (terjadi homogenitas varians). Berdasarkan nilai p-value 0.206 pada uji t independen

memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H0) diterima yang berarti menunjukkan tidak terdapat

perbedaan efek antara posisi prone dengan posisi supine terhadap Suhu.

Interprestasi dan Diskusi

1. Karakteristik Responden

a. Usia, berat bayi lahir dan panjang lahir

Rerata usia responden pada kelompok intervensi prone yaitu 30.88 jam dan 30.47 jam

pada kelompok intervensi supine. Rentang usia pada kelompok prone antara 26 hingga 38 jam

dan pada kelompok supine antara 24 hingga 44 jam. Bobak (2006) menyatakan usia bayi lebih

dari 24 jam sudah melewati masa reaktifitas tahap dua, sehingga secara fisiologis bayi sudah bisa

beradaptasi dengan lingkungan luar rahim.

Rerata berat bayi lahir 2.015 gram pada kelompok intervensi prone dan 1.998 gram

pada kelompok intervensi supine. Hal ini sesuai dengan pendapat Krisnadi, Effendi dan Pribadi

(2009) bahwa BBLR adalah berat bayi lahir antara 1.500-2500 gram.

Page 17: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

71

Pada penelitian ini rerata panjang badan responden adalah 44.00 cm pada kelompok

intervensi prone dan 42.38 cm pada kelompok intervensi supine. Panjang badan ini sesuai yang

dikemukakan Bobak (2006) bahwa panjang badan bayi prematur dari kepala sampai ujung tumit

kurang dari 45 cm. Panjang badan merupakan salah satu indicator pertumbuhan janin/bayi dalam

rahim, semakin baik pertumbuhan janin tentu saja panjang badan akan sebanding dengan berat

badan. Pada penelitian ini peneliti menetapkan kriteria inklusi BBLR dengan premature murni,

sehingga panjang badan responden rerata tidak jauh berbeda dengan literatur.

b. Jenis kelamin

Proporsi laki-laki dari kedua kelompok intervensi lebih besar dibandingkan dengan

perempuan dalam penelitian ini, pada kelompok intervensi prone jenis kelamin laki-laki 64.7%

dan pada kelompok intervensi supine 52.9%. Hal ini dimungkinkan terjadi karena penelitian

tidak berdasarkan randomisasi jenis kelamin, sehingga memungkinkan jenis kelamin tertentu

bisa lebih banyak/sedikit atau sama bisa terjadi. Peneliti belum menemukan literature bahwa

jenis kelamin mempengaruhi terjadinya BBLR.

c. Masa Gestasi

Masa gestasi pada kedua kelompok intervensi sebagian besar dengan masa gestasi 34-35

minggu sebesar 47.1% pada kelompok intervensi prone dan 41.2% pada kelompok intervensi

supine, tetapi jika dibandingkan pada kedua kelompok didapatkan kelompok intervensi prone

lebih banyak pada masa gestasi 34-35 minggu. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Heimann (2009) pada masa gestasi rerata 28 minggu dengan masa gestasi

responden antara 24-32 minggu. Hasil penelitian sesuai dengan Bobak (2006) persalinan

prematur adalah pesalinan pada usia kehamilan 20-37 minggu. Mengamati usia gestasi pada

kedua penelitian tersebut masih dalam batas usia gestasi bayi prematur.

d. Jenis Persalinan

Pada penelitian ini diketahui bahwa dari 17 responden baik pada kelompok posisi prone

dan kelompok posisi supine keduanya lebih banyak dengan jenis persalinan spontan. Jika

dibandingkan antara kelompok posisi prone dan kelompok posisi supine masih lebih banyak

kelompok posisi prone untuk jenis persalinan spontan yaitu dengan 94.1% dan kelompok

inervensi supine 76,5%.

Page 18: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

72

Hal ini sesuai dengan (Bobak, 2006) bahwa bayi dengan berat badan lebih kecil akan lahir

dengan persalinan spontan. Sebagian kecil responden dengan jenis persalinan seksio caesar hal

tersebut didukung oleh Short, Gray dan Dodge (2010) bahwa persalinan seksio caesar

diperlukan sekalipun pada bayi kecil apabila terjadi kelainan obstetric.

1. Gambaran Nadi, Respirasi dan Suhu Sebelum Dilakukan Intervensi

Pada penelitian ini hasil pengukuran nadi untuk posisi prone memiliki nadi minimal 143

dan maksimal 167 dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 154.59, 151.00

dan 8.80. Sedangkan pada kelompok posisi supine memiliki nadi minimal 143 dan maksimal

160 dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 150.71, 150.00 dan 5.25. Hasil

ini sesuai dengan Bobak (2006) bahwa denyut nadi bayi baru lahir tanpa memperhitungkan masa

gestasi, berkisar antara 140-180 kali/menit. Pada responden kelompok posisi prone memiliki

respirasi rate minimal 40 kali/menit dan maksimal 68 kali/menit dengan rerata, median dan

simpangan baku masing-masing 53.59 kali/menit, 52.00 kali/menit dan 9.51, sedangkan untuk

posisi supine memiliki respirasi rate minimal 40 kali/menit dan maksimal 60 kali/menit dengan

rerata, median dan simpangan baku masing-masing 48.94 kali/menit, 47.00 kali/menit dan 5.89.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suek (2012) memiliki rerata frekuensi

pernapasan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi prone masing-masing adalah 34.16

kali/menit dan 32.35 kali/menit (SD: 6.36; 95% CI: 30.64-37.69). Kedua penelitian ini rerata

respisai ratenya dalam batas fisiologi.

Nilai maksimal-minimal, Rerata, median dan simpangan baku untuk suhu tubuh BBLR

sebelum dilakukan intervensi pada kelompok posisi prone masing-masing 36.3-37.6ºC, 37.05ºC,

37.10ºC dan 0.31, sedangkan pada kelompok intervensi supine nilai maksimal-minimal, rerata,

median dan simpangan baku masing-masing 36.8-37.3ºC, 37,06ºC, 36.90ºC dan 0.46.

Suhu tubuh inti atau biasa disebut suhu aksilar pada bayi termasuk BBLR bervariasi

sesuai dengan periode reaktivitas, namun biasanya berkisar 36,5˚C sampai dengan 37,5˚C

(Bobak, 2006). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bayuningsih

(2011) yang mempunyai rerata suhu bayi premature pada kelompok kontrol dan kelompok

intervensi prone adalah 36,76ºC dan 36,53ºC.

Page 19: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

73

Hal ini terjadi kesamaan dimungkinkan karena sampelnya sama-sama bayi prematur dan dirawat

dengan inkubator. Suhu ruang inkubator selalu diatur antara 36ºC sampai dengan 36,5ºC, hal ini

cara efektif untuk mempertahankan suhu yang diinginkan pada bayi Blake dan Murray (1998,

dalam Wong, 2009:291).

2. Gambaran Nadi, Respirasi dan Suhu Setelah Dilakukan Intervensi

Setelah dilakukan intervensi pada kelompok prone memiliki nadi minimal 140

kali/menit dan maksimal 160 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing-

masing 149.71 kali/menit, 148.00 kali/menit dan 7.51, sedangkan pada kelompok posisi supine

memiliki nadi minimal 143 kali/menit dan maksimal 165 kali/menit dengan rerata, median dan

simpangan baku masing-masing 152.12 kali/menit, 151.00 kali/menit dan 6.99.

Pada kelompok posisi prone memiliki respirasi rate minimal 38 kali/ menit dan maksimal

66 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 50.24 kali/menit,

51.00 kali/menit dan 8.93, sedangkan pada posisi supine didapatkan respirasi rate minimal 40

kali/menit dan maksimal 60 kali/menit dengan rerata, median dan simpangan baku masing-

masing 50.24 kali/menit, 49.00 kali/menit dan 7.28.

Setelah dilakukan intervensi posisi prone mendapatkan hasil suhu minimal 36.3ºC dan

maksimal 37.5ºC dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 37.02ºC, 37.10ºC

dan 0.30, sedangkan untuk posisi supine memiliki suhu minimal 36.8 dan maksimal 37.3ºC

dengan rerata, median dan simpangan baku masing-masing 36.94ºC, 36.90ºC dan 0.122.

Dari ketiga variable tersebut setelah dilakukan intervensi memiliki hasil dalam batas

normal, sesuai dengan Bobak (2006) bahwa pola respirasi dangkal dan tidak teratur berkisar

antara 30 sampai 60 tarikan napas per menit pada neonatus merupakan hal fisiologi, demikian

juga disebutkan bahwa suhu tubuh inti atau biasa disebut suhu aksilar pada bayi termasuk BBLR

bervariasi sesuai dengan periode reaktivitas, namun biasanya berkisar 36,5˚C sampai dengan

37,5˚C dan nilai normal frekuensi nadi pada neonatus adalah 120-160 kali/menit. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian Bayuningsih (2011) rereta nadi 146.87 kali/menit pada

kelompok control, 137.93 kali /menit pada kelompok intevensi dan rerata suhu 36.67ºC pada

kelompok control serta 36.55 pada kelompok intervensi. Hasil penelitian keduanya sama

dimungkinkan karena fisiologisnya sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan.

Page 20: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

74

3. Efek Posisi Prone dan Supine terhadap Nadi, Respirasi dan Suhu Setelah Dilakukan

Intervensi

Setelah dilakukan intervensi pada dua kelompok, uji hipotesis Efek Posisi Prone

Terhadap Nadi menghasilkan p-value 0.001. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H0)

secara signifikan ditolak yang memiliki makna terdapat efek posisi prone terhadap nadi, dengan

nilai indeks korelasi 0.947 menunjukkan terdapat efek yang sangat kuat posisi prone terhadap

nadi. Hal ini didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Maynard, Bignall dan Kitchen

(2000) penelitiannya pada bayi prematur tanpa menggunakan ventilator, dengan memberikan

posisi prone selama 20 menit, hasil penelitiannya didapatkan rerata frekuensi nadi dengan

perlakukan prone lebih kecil dibandingkan dengan sebelum diberikan posisi prone dengan nilai p

value 0,0008 diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi nadi pada

posisi prone. Hasil penelitian ini sama karena sampel dengan masa gestasi kurang dari 37

minggu tanpa menggunakan ventilator dan yang peneliti lakukan pada BBLR dengan masa

gestasi antara 28-29 sampai dengan 35-36 minggu juga tanpa ventilator.

Uji hipotesis Pengaruh Posisi Prone Terhadap Respirasi Rate menghasilkan p-value

0.001. Hasil ini memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H0) secara signifikan ditolak yang

memiliki makna terdapat efek posisi prone terhadap respirasi rate, dengan nilai indeks korelasi

0.944 menunjukkan terdapat efek yang sangat kuat posisi prone terhadap respirasi rate. Hasil

penelitian ini didukung (Pelosi, Brazzi dan Gattinoni, 2002). yang menyatakan bahwa,

meletakkan bayi pada posisi prone, gravitasi dapat menarik lidah ke anterior sehingga jalan nafas

lebih baik, dengan demikian udara dapat masuk keparu-paru, alveoli dan keseluruh jaringan

tubuh. Posisi yang terbaik untuk bayi adalah posisi fleksi posisi fleksi tersebut hanya didapatkan

pada posisi prone. Hasil ini sejalan dengan penelitian Kusumaningrum (2009) dengan perlakuan

posisi prone pada bayi neonatal di Ruang NICU, dengan hasil terdapat perbedaan yang bermakna

antara SaO2 sebelum 92% dan 98% sesudah perlakuan prone dengan p-value 0,0016. Hasil ini

juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pelosi, Brazzi dan Gattinoni (2002) hasil

penelitian menunjukkan bahwa posisi prone meningkatkan oksigenasi pada 70 sampai 80 % bayi

dengan RDS acut awal.

Page 21: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

75

Kedua peneliti ini mengambil sampel pada bayi premature dengan menggunakan ventilator,

sehingga sampelnya dengan gangguan pernapasan dan dalam pemantauannya dengan melihat

hasil pada monitor, tetapi yang peneliti lakukan dengan menghitung pernapasan secara manual.

Uji hipotesis Efek Posisi Prone Terhadap Suhu menghasilkan p-value 0.056. Hasil ini

memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H0) diterima yang memiliki makna tidak terdapat efek

posisi prone terhadap suhu. Suhu tubuh bayi dapat dipengruhi oleh beberapa factor antara lain

lingkungan, patologi, cairan. Uji hipotesis Efek Posisi Supine Terhadap Nadi, Respirasi dan

Suhu menghasilkan masing-masing p-value 0.058, 0.085 dan 1.000. Dari ketiga hasil ini

memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H0) diterima yang memiliki makna tidak terdapat efek

posisi supine terhadap nadi, respirasi dan suhu BBLR. Hasil ini tidak sesuai literature yang

menyatakan bahwa, “ Posisi supine pada bayi merupakan posisi yang sangat membutuhkan

energi berlebih, karena posisi ini akan meningkatkan kehilangan panas dibandingkan dengan

posisi prone, hal ini disebabkan karena posisi supine, kaki bayi dalam kondisi ekstensi, sehingga

berdampak terhadap peningkatan metabolisme tubuh, akibatnya terjadi peningkatan

kehilangan panas (Hegner & Cadwel, 2003). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Maynard, Bignall dan Kitchen (2000) penelitiannya pada bayi premature tanpa menggunakan

ventilator, dengan memberikan posisi supine pada kelompok kontrol selama 20 menit, hasil

penelitiannya didapatkan rerata frekuensi nadi 161.94 kali/menit, hasil ini dinyatakan lebih besar

dengan hasil rerata pada posisi prone 157.51 kali per menit, pada hasil penelitiannya juga

dinyatakan tidak ada perbedaan yang bermakna antara sesudah dan sebelum dilakukan intervensi

pada kelompok kontrol pada nadi.

Usia responden lebih dari 24 jam sehingga sudah melewati masa reaktivitas tahap dua,

memungkinkan fungsi fisiologi tubuh sudah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan,

dengan demikian nadi, respirasi dan suhu tubuh tidak ada perubahan setelah diberikan posisi

supine.

Page 22: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

76

4. Perbedaan Selisih Efek Posisi Prone dan Posisi Supine Terhadap Nadi, Respirasi

dan Suhu BBLR

Pada nadi menunjukkan bahwa berdasarkan hasil Uji Levene menghasilkan p-value 0.611

yang memiliki makna bahwa kedua data posisi prone dan supine memiliki varians yang sama

(terjadi homogenitas varians). Berdasarkan nilai p-value 0.001 pada uji t independen

memperlihatkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak yang berarti menunjukkan terdapat perbedaan

efek antara posisi prone dengan posisi supine terhadap Nadi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Maynard, Bignall dan Kitchen (2000) penelitiannya pada

bayi premature tanpa menggunakan ventilator, dengan memberikan posisi prone selama 20

menit, dan hasilnya dibandingkan dengan kelompok kontrol hasil penelitiannya didapatkan rerata

frekuensi nadi dengan perlakukan prone lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol

dengan nilai p value 0,0008 diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi

nadi posisi prone dan posisi supine.

Hasil penelitian ini juga didukung hasil penelitian Louis at all. (2004) yang melakukan

penelitian pada sampel 29 bayi dengan rerata berat bayi 1.915 gram ± 939, rerata masa gestasi

36 minggu ± 2, dengan hasil kekuatan denyut nadi posisi supine rerata 32.60 dan min-mak

(23.12-59.90) yang secara signifikan lebih tinggi dari pada posisi prone rerata 25.87 dan min-

mak (14.94, 35.57) dan menyimpulkan bahwa posisi prone berpengaruh terhadap penurunan

kekuatan denyut nadi.

Pada respirasi dan suhu hasil analisis menunjukkan bahwa berdasarkan hasil Uji Levene

menghasilkan p-value masing-masing adalah 0.976 dan 0.102 yang memiliki makna bahwa

kedua data posisi prone dan supine memiliki varians yang sama (terjadi homogenitas varians).

Berdasarkan nilai p-value 0.056 dan 0.206 pada uji t independen memperlihatkan bahwa

hipotesis nol (H0) diterima yang berarti menunjukkan tidak terdapat perbedaan efek antara posisi

prone dengan posisi supine terhadap respirasi rate dan suhu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Suek (2011), dengan sampel 15 bayi

diberikan posisi prone dan posisi supine pada 15 bayi kelompok kontrol, menyatakan bahwa

tidak ada perbedaan respirasi antara kelompok kontrol dan kelompok inervensi sesudah

dilakukan perlakuan dengan nilai p- 0.209.

Page 23: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

77

Beberapa faktor predisposisi terjadinya kehilangan panas berlebihan pada neonates menurut

(Wong, 2009) adalah 1) Area permukaan kulit bayi yang luas memudahkan kehilangan panas

dari tubuh ke lingkungan, meskipun sebagian dapat dikompensasi oleh posisi fleksi, 2) Tipisnya

lapisan subkutis bayi merupakan isolasi yang buruk untuk mempertahankan suhu dan 3)

Mekanisme bayi untuk menghasilkan panas tidak bisa dengan respon menggigil, tetapi

menghasilkan panas dengan nonshivering thermogenesis, yang mencakup peningkatan

metabolisme dan kebutuhan oksigen.

Simpulan

Terdapat efek yang bermakna dengan nilai p- value < alpa pada nadi dan respirasi, tetapi tidak

ada efek yang bermakna pada suhu dengan p-value > alpa pada posisi prone, sedangkan pada

posisi supine pada nadi, respirasi dan suhu mempunyai nilai p- value > alpa. Terdapat perbedaan

efek posisi prone dan supine pada nadi dengan p- value < alpa, tetapi tidak ada perbedaan efek

pada respirasi dan suhu dengan p- value > alpa.

Saran

Bagi Layanan Bayi Berat Lahir Rendah, Pemberian posisi prone selama 20 menit per 6 jam

sekali dapat dijadikan Standar Operasional Prosedur (SOP), khususnya pada BBLR yang tidak

mengalami kontraindikasi diberikan posisi prone, karena dilihat manfaatnya dapat menurunkan

frekuensi respirasi dan nadi serta meminimalkan energi untuk respirasi sehingga energi tidak

terbuang, tetapi dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Page 24: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

78

DAFTAR PUSTAKA

Alligood M.R., & Tomey, A.M. (2006). Nursing Theorists and Their Work, 6 Ed, USA: Mosby

Inc.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.

Berman, A., Snyder, S., Kozier, B., alih bahasa Meiliya, Wahyuningsih, dan Yulianti (2009).

Praktik Keperawatan Klinis. EGC, Jakarta.

Bobak, (2006). Maternity Women’s Health Care, St. Louis : Missouri Mosby Inc.

Budiman, (2011). Penelitian Kesehatan Buku Pertama, PT Refika Aditama , Bandung.

Burn, N., & Grove, S. K., (2009). Understanding Nursing Research, Philadelphia W.B.Saunders

Company.

Candra, B. (2010). Biostatistik Untuk Kedokteran & Kesehatan, EGC, Jakarta.

Cooper, L. G. at al. (2007). Impact of a family-centered care initiative on NICU care, staff and

families, Journal of Perinatology, 27, S32–S37.

Dahlan, S.M.,(2008). Langkah- langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan

kesehatan, CV. Sagung Seti, Jakarta.

Depkes. RI, (2000). Millenium development goals (MDGs), Departemen Kesehatan Republik

Indonesia , Jakarta.

Dharma, K. K., (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan, Jakarta : TIM.

Jane W.B., Ruth C. & Bindler, (2003). Pediatric Nursing Caring For Children, Wasihington.

Helmann, K. at al. , (2009). Impact of Skin to Skin Care, Prone and Supine Positioning on

Cardiorespiratory Parameters and Thermoregulation in Premature Infants, European

Respiratory Jurnal,20(10),1017-1028.

Hidayat, (2009). Metode Penelitian Dan Teknik Analisa Data, Salemba Medika, Jakarta.

Jarus, T. at al. , (2011). Infant Behavior and Development Effects of prone and supine positions

on sleep state and stress responses in preterm infants, Neonatology Jurnal 34 (2011)

257–263.

Jean, M. et al, (2004). Power Spectral Analysis of Heart Rate in Relation to Sleep position,

Jurnal ,Biology of the Neonate; 2004; 86, 2; ProQuest pg. 81

Johnson, R. & Taylor, W., alih bahasa Samba, S. (2001). Praktik Kebidanan, EGC. Jakarta.

Page 25: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

79

Kemenkes RI, (2010). Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak ,Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia , Jakarta.

Krisnadi, S. R., Effendi, J. S. dan Pribadi, A. (2009). Prematuritas, PT Refika Aditama,

Bandung.

Kusumaningrum, A. (2011). Prone position in acute respiratory distress syndrome ,

International Jurnal of Pablic Health Research Special Issu, pp (20-24).

---------, (2011). The Effect of Prone Position on Fio2 Level in Premature Baby Who Received

Ventilator, Jurnal of Pablic Health Research Special Issu, pp ( 20-24).

Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, (2013). Pedoman Penulisan Dan Petunjuk

Pembuatan Tesis, STIKES A.Yani, Cimahi.

MacGregor,J., (2008). Introduction to the anatomy and physiology of children: A guid for

student of nursing, child care and health, New York.

May,K.A. & Mahimesh,L.R., (2004). Maternal & neonatal nursing family centered care, JB

Lippincot, Co, Pennsylania.

Maynard, V. Bignall, S., & Kitchen,S. (2000). Effec of Positioning on Respiratory Synchrony in

Ventilated Pre-term Infant. Physiotherapy Research International, 5(2), 96-110.

Miyata, S. at al., (2012). The Effek of the Prone Potition on the Psysiological Function in

Healthy Students. The Open General and Medicine Journal, 2012(5), 9-12.

Muscari, M. E. (2001). Advanced Pediatric Clinical Assessment Skill and Procedures,

Lippincott, Philadelphia New York.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Pelosi, P,. Brazzi, L., & Gattinoni, L. (2002). Prone position in acut respiratory distress

syndrom. European Respiratory Jurnal,20(10),1017-1028.

Potter, P. A. & Perry, A. G. alih bahasa Asih dkk, (2009). Buku ajar fundamental keperawatan;

terjemahan. EGC , Jakarta.

Reeder, Martin, Griffin, alih bahasa Afiyanti, Rachmawati, Djuwitaningsih, (2012).

Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga, Ed.18, EGC, Jakarta.

Relvas, M.S., Silver, P.C., & Sagy, M., (2003). Prone Positioning of Pediatric Patients with

ARDS Results in Improvement in Oxygenation if Maintained > 12 h daily. CHEST

Journal, 124, 269-274.

Sastroasmoro, S, & Ismael, S., (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, edisi 4,

Sagung Seto, Jakarta.

Page 26: Perbedaan Efek Posisi Prone Dan Supine Terhadap Nadi ...

Jurnal Kesehatan Kartika Vol. 9 No. 1, April 2014

80

Short, Gray, Dodge, alih bahasa Erik Gultom, (2010). Sinopsis Pediatri, Binarupa Aksara,

Tangerang.

Suek, D., O. (2012). Pengaruh Pemberian Posisi Pronasi Terhadap Status Hemodinamik Anak

Yang Menggunakan Ventilasi Mekanik di Ruang PICU RSAB Harapan Kita Jakarta,

Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta.

Wong, D, L. at al., (2009). Wong’s Essetials of Pediatric Nursing, (6th edition), Missouri :

Mosby Inc.

Ishikawa, T. at al., (2002). Prone Position Increases Collapsibility of the Passive Pharynx in

Infants and Small Children. American Journal of Respiratory and

Critical Care Medicine,166 (5), 760-

764.