PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
description
Transcript of PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 1/26
1
PR MIKROBIOLOGI
“PERBEDAAN DINDING SEL BAKTERI DAN ARCHAEA”
Oleh:
NAMA : SUSILAWATI. S
NIM : ACD 214 004
MATA KULIAH : MIKROBIOLOGI
DOSEN: Dr. YANETRI ASI NION, M.Si
Dr. LISWARA NENENG, M. Si
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN BIOLOGI
JENJANG : MAGISTER PENDIDIKAN (S-2)
PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
BULAN OKTOBER TAHUN 2015
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 2/26
2
1. BAKTERI
a.
Struktur sel Bakteri dan Bagian Bagian Sel BakteriStruktur sel bakteri pada umumnya semuanya hampir sama yaitu nukleous
yang berbentuk nukleoida. adanya dinding sel bakteri, serta kromosom minor
berupa plasmid dan terdapat pilus atau pili dan ribosom. membran plasma, dan
mesosom. Tambahan lain seperti flagellum (flagella), lapisan S,karboksisome,
magnetosome dapat anda temukan pada bakteri tertentu. Berikut gambar struktur
sel bakteri:
Struktur Sel Bakteri
Dinding sel bakteri tersusun atas peptidoglikan. Peptidoglikan adalah
rantai polisakarida yang tersusun atas Asam N-Asetilmuramik (NAM) dan N-
Asetilglukosamin (NAG). Dinding sel bakteri berfungsi dalam mempertahankan
bentuk sel, menjaga tekanan dalam sel atau turgor sel dikarenakan banyaknya
kandungan protein dalam sel. Dinding sel pada bakteri terbagi atas dua jenis yaitu
gram positif dan gram negatif. Perbedaan keduanya terletak pada jumlah
peptidoglikan dan karakteristik khusus pada membran sitoplasmanya.
Membran Plasma Bakteri atau membran sitoplasma, Pada umumnya
tersusun atas phospholipid bilayer. Akan tetapi khusus untuk bakteri gram negatif,
memiliki membran terluar dan periplasma sebelum mencapai membran sitoplasma
sehingga terlihat seperti tiga lapisan. Lapisan membran luar tersusun atas
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 3/26
3
lipopolisakarida dan protein. Hal ini yang membedakan antara gram negatif dan
bakteri gram positif.
Struktur Dinding Sel bakteri
Lapisan membran sel bakteri
Flagella atau flagellum (tunggal) pada sel bakteri berfungsi sebagai alat
gerak bakteri. Terdapat beberapa macam flagella pada bakteri berdasarkan
letaknya dan jumlahnya pada sel bakteri tersebut. Untuk lebih jelasnya tentang
pembagian sel bakteri berdasarkan flagellanya silahkan baca pada artikel motilitas
bakteri ini.
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 4/26
4
Fimbriae atau rambut sel merupakan tabung protein yang berada pada
bagian luar sel. Fimbriae utamanya berfungsi dalam pelekatan akan tetapi pada
beberapa kasus seperti Myxococcus dapat berfungsi dalam motilitas bakteri untuk
membentuk badan buah. Selain fimbriae, ada juga pili, memiliki struktur yang
sama dengan fimbriae akan tetapi lebih panjang dan lebih sedikit jumlahnya pada
bakteri. Hal ini karena fungsinya yang lebih spesifik untuk konjugasi serta
memperkuat pelekatan bakteri.
Bagian dalam sel bakteri terdapat ribosom yang berperan dalam sintesis
protein. Ribosom pada sel bakteri berbeda dengan sel eukariot dari segi ukuran.
Ukuran ribosom bakteri adalah 70 S (S = Svedber g), dengan subunit besar 50 S
dan subunit kecil 30 S. Selain ribosom juga terdapat sitoskeleton. Fungsi
sitoskeleton pada sel bakteri sama dengan sitoskeleton pada eukariot. Terdapat
juga inklusi pada sel bakteri seperti droplet lemak, kristal, glikogen, dan pigmen.
Inklusi sel bakteri tidak memiliki membran dan tidak melakukan proses
metabolisme. Selain itu, terdapat juga vakuola gas. Akan tetapi vakuola gas hanya
terdapat pada bakteri tertentu seperti bakteri plankton dan cyanobakteria. Sel
bakteri juga memiliki DNA yang berbentuk sirkuler dan pada beberapa bakteri
terdapat DNA yang linear. Selain itu, bakteri juga memiliki plasmid atau DNA
mini yang berfungsi dalam meneruskan informasi tertentu. Plasmid sering disebut
sebagai ekstrakromosomal DNA.
Mesosome yang sebelumnya dikenal sebagai sebuah pelipatan membran
yang dihasilkan oleh sel bakteri sebagai organel atau interseluler membran
ternyata ditemukan sebagai sebuah artifak yang disebabkan oleh proses dalam
melakukan pengamatan menggunakan mikroskop elektron. Akan tetapi, terdapat
beberapa macam interselular membran pada bakteri seperti Kromatofor pada
bakteri fototrofik, yang mengandung bakterioklorofil dan karotenoid. Selain itu
terdapat juga mikrokompartemen pada bakteri seperti karboksisome dan
magnetosome. Mikrokompartemen berfungsi dalam metabolisme tertentu pada
bakteri tertentu dan dibungkus oleh protein sehingga tidak mengandung lipid
karena tidak dibungkus oleh membran. Sepertinya hampir semua bagian dan
struktur bakteri sudah anda pelajari. Untuk lebih jelasnya saya sarankan anda baca
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 5/26
5
buku khusus tentang bakteri seperti buku bakteriologi. Bakteri merupakan
organisme prokariotik yang memiliki dinding sel yang tersusun dari
peptidoglikan. Hal ini berbeda dengan tumbuhan yang dinding selnya tersusun
dari selulosa, pektin, maupun lignin. Dinding sel bakteri memiliki struktur yang
agak kaku yang terletak di luar membran sel. Peranan dinding sel tersebut adalah
untuk mempertahankan bentuk sel dan mencegah sel mengalami lisis.
Komponen utama dari dinding sel bakteri adlah peptidoglikan atau disebut
juga dengan murein. Peptidoglikan merupakan suatu polimer yang berukuran
besar yang dihubungkan dengan ikatan kovalen. Peptidoglikan terdiri dari dua
macam derivat polisakarida, yakni N-acetylglucosamine dan N-acetylmuramic
acid serta asam amino seperti L-alanine, D-alanine, dan D-glutamic acid . Pada
polimer peptidoglikan molekul N-acetylglucosamine bergantian dengan molekul
N-acetylmuramic acid yang saling berpaut silang membentuk glycan tetrapeptide
(Gambar 1). glycan tetrapeptide ini melalui tetrapeptida, empat asam amino.
Sebagian besar bakteri gram positif memiliki asam amino ketiga berupa lisin
sedangkan sebagian besar bakteri negatif berupa asam diaminophimelat.
Gambar 1. Struktur peptidoglikan yang setiap unit mengalami repetisimembentuk glycan tetrapeptide.
Rantai panjang dari peptidoglikan ini disintesis secara berdampingan
untuk membentuk suatu lembaran yang melingkupi suatu sel (Gambar paling
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 6/26
6
atas). Rantai-rantai peptidoglikan tersebut dihubungkan secara menyilang oleh
asam amino. Sementara ikatan glikosida menghubungkan gula di dalam untaian
glikan secara kovalen (Gambar 2).
Gambar 2. Struktur peptidoglikan pada Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus.
Pada dinding sel bakteri gram positif memiliki molekul tambahan berupa
asam teikoat yang terdiri atas gliserol, fosfat, dan ribitol gula alkohol dalam
bentuk polimer dengan panjang 30 unit. Polimer-polimer tersebut terkadang
memanjang sampai keluar dari dinding sel dan kapsul (Gambar 3). Pada bakteri
gram positif memiliki lapisan peptidoglikan yang relatif tebal dengan ukuran 20-
80 nm. Lapisan peptidoglikan tersebut menempel pada permukaan luar membran
sel. Bakteri jenis ini tidak memiliki membran luar maupun ruang periplasmik.
Sehingga dengan menggunakan pewarnaan gram (Hans Christian Gram), maka
bakteri ini akan nampak berwarna ungu.
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 7/26
7
Gambar 3. (a) struktut asam teikoat; (b) ilustrasi dinding sel bakteri gram positif.
Adapun pada bakteri gram negatif memiliki struktur yang lebih kompleks
dibandingkan dengan bakteri gram positif. Komposisi peptidoglikan sekitar 10-
20% dan sisanya berupa polisakarida, protein, dan lipid. Dinding sel terdiri atasmembran luar yang menyusun permukaan luar dinding dan berbatasan dengan
ruang periplasmik yang sangat sempit (Gambar 4). Pada pewarnaan gram, bakteri
ini tidak bisa mempertahankan warna kristal violet pada tahap dekolorisasi. Hal
ini dikarenakan dinding selnya sangat tipis dan jumlah lipoprotein serta
lipopolisakarida banyak pada dinding sel.
Gambar 4. Diagram dinding sel bakteri gram negatif.
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 8/26
8
Perbedaan antara bakteri gram positif dan negatif disajikan dalam Gambar 5 dan
Tabel 1 berikut ini.
Gambar 5. Perbedaan gram positif dan gram negatif.
Tabel 1. Perbedaan bakteri gram (+) dan gram (-).
Karakteristik Bakteri Gram
(+)
Bakteri Gram (-)
Peptidoglikan Lapisan tebal Lapisan tipis
Asam Teikoat Sering dijumpai Tidak ada
Membran Luar Tidak ada Ada
Ruang Periplasmik Tidak ada Ada
Bentuk Sel Kaku Kaku dan
fleksibel
Hasil Pencernaan Enzim Protoplas Spheroplast
Sensitivitas terhadap
Warna dan Antibiotik
Paling sensitif Kurang sensitif
2. ARCHAEA
2.1. Bentuk dan Ukuran Sel
Secara umum struktur sel Archaea memiliki bentuk yang hampir sama
seperti bakteri, dan bentuknya cukup beragam. Beberapa Archaea berbentuk
batang/basil, bulat/kokus, atau spiral. Bahkan terdapat beberapa Archaea yang
memiliki bentuk “tidak biasa” , yaitu segitiga dan persegi panjang. Meskipun
morfologi sel relatif mudah untuk diamati, tetapi terkadang sulit untuk
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 9/26
9
membedakan bakteri dan Archaea, karena keduanya memiliki ragam bentuk yang
hampir sama.
Gambar 3. Beberapa bentuk morfologi yang terdapat pada Archaea (a)
ethanobrevibacter smithii; (b) Methanobacterium uliginosum; (c)ethanosphaera stadtmanae; (d) Methanoplanus limicola ; (e) Methanospirillum
hungatei; (f) Halobacteriumhalobium; (g) Halococcus morrhuae; (h)
Thermoplasma acidophilum; (i) Methanolobus vulcani; (j) Pyrococcus furiosus;(k) Haloferax mediterranei; (l) Thermofilum ‘librum’; (m) Pyrodictium occultum;
(n) Thermoproteus tenax.
Archaea merupakan organisme yang berukuran sangat kecil, yaitu sekitar
1.5-2.5 µm (Beveridge, 2001). Ukuran yang kecil ini memberikan keuntungan
tersendiri bagi sel tersebut. Sel yang berukuran lebih kecil memiliki luas
permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan volume sel, jika dibandingkan
dengan sel yang berukuran lebih besar. Sehingga memiliki rasio permukaan
terhadap volume lebih tinggi. Rasio permukaan/volum memberikan beberapa
akibat pada kehidupannya. Sebagai contoh pada pertukaran nutrisi, sel yang
memiliki rasio permukaan/volum lebih tinggi akan mendukung pertukaran nutrisi
lebih cepat dibanding yang lebih rendah, oleh karena itu sel yang lebih kecil akan
tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sel yang lebih besar karena memiliki
rasio yang lebih tinggi. Sedangkan secara genetik, hal ini dapat berdampak pada
evolusi karena sel Archaea adalah haploid, sehingga mutasi akan diekspresikan
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 10/26
10
secara langsung. Sedangkan mutasi itu sendiri adalah sumber dari suatu evolusi.
Oleh sebab itu Archaea dapat lebih cepat menanggapi perubahan lingkungan.
2.2 Membran sitoplasma pada Archaea
Struktur dasar dari membran sel Archaea tersusun atas fosfolipid. Struktur
ini tersusun dari molekul gliserol yang berikatan dengan fosfat pada ujung
pertama (kepala) dan berikatan dengan rantai samping yang berupa isoprenoid
pada ujung lainnya (ekor).
Gambar 4. membran sel Archaea.
Karena sifatnya yang hidrofilik maka ketika membran sel berada pada
lingkungan cair, ujung molekul yang mengandung gugus fosfat akan berada pada
permukaan luar membran yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar
sel, dan sisi lainnya yang bersifat hidrofobik akan berada dibagian dalam.
Pelapisan seperti ini menciptakan penghalang kimia yang sangat efektif disekitar
sel dan membantu dalam menciptakan keseimbangan kimiawi. Secara komposisi,
membran sel Archaea memiliki perbedaan dengan membran sel bakteri dan
eukaria. Perbedaan tersebut antara lain adalah perbedaan kiralitas gliserol yang
menjadi penyusun membran sel, ikatan antara gliserol dan rantai samping
isoprenoid berupa ikatan eter, rantai samping berupa isoprenoid bukan asam
lemak seperti pada bakteri dan eukaria, dan memiliki rantai samping yang
bercabang.
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 11/26
11
2.2.1. Kiralitas dari gliserol
Gliserol yang digunakan Archaea untuk membentuk fosfolipid merupakan
stereoisomer dari gliserol yang digunakan untuk membentuk membran sel pada
bakteri dan eukaria. Dua molekul yang stereoisomer adalah cerminan satu sama
lain. Pada membran sel bakteri dan eukaria, gliserol yang menyusun membran
selnya berupa D-Gliserol, sedangkan pada arkaea berupa L-gliserol.
Gambar 5. Struktur penyusun membran sel Archaea dan bakteri/eukaria.
2.2.2. Ikatan eter
Pada kebanyakan organisme, gliserol yang terdapat pada membran selnya
akan berikatan dengan rantai samping menggunakan ikatan ester. Namun tidak
demikian halnya pada membran sel Archaea. Ikatan yang terbentuk antara gliserol
dan rantai samping pada membran sel Archaea adalah ikatan eter. Hal ini
memberikan fosfolipid yang dihasilkan memiliki sifat mekanik kimia yang
berbeda dari lipid membran organisme lain.
Gambar 6. Ikatan yang terbentuk pada membran sel bakteri/eukaria dan Archaea.
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 12/26
12
2.2.3. Rantai Isoprenoid
Archaea memiliki rantai samping penyusun fosfolipid yang berbeda
dengan bakteri dan eukaria. Rantai samping penyusun fosfolipid pada bakteri dan
eukaria adalah asam lemak, sedangkan pada Archaea rantai samping yang
dimilikinya adalah isoprenoid. Isoprenoid merupakan hidrokarbon yang memiliki
20 atom C dan merupakan anggota paling sederhana dari kelas bahan kimia yang
disebut terpene. Menurut definisi, terpene adalah molekul yang menghubungkan
molekul isoprenoid bersama-sama.
Gambar 7. Struktur membran monolayer pada Archaea.
Lipid yang terdapat pada Archaea termoasidodfil dan metanogen adalah
tetralipid, dimana ujung rantai samping phytanil pada struktur tetralipid berikatan
secara kovalen dengan molekul gliserol yang lain. Sehingga akan membentuk
struktur monolayer. Struktur seperti ini tidak memiliki area tengah yang kosong
seperti pada struktur lipid bilayer. Sehingga struktur seperti ini memiliki resistensi
yang lebih terhadap temperatur tinggi dibandingkan struktur lipid bilayer. Pada
umumnya Archaea yang hidup optimal pada suhu tinggi, membran selnya terdiri
dari lipid monolayer ataupun kombinasi antara lipid bilayer dan monolayer.
Gambar 8. Membran monolayer dan bilayer.
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 13/26
13
2.2.4. Rantai samping yang Bercabang
Tidak hanya rantai samping Archaea yang dibentuk dari komponen yang
berbeda. Akan tetapi rantai sampingnya memiliki struktur fisik yang juga berbeda.
Rantai samping pada membran sel Archaea memiliki cabang, karena penggunaan
isoprenoid untuk membentuk rantai sampingnya. Asam lemak pada bakteri dan
eukariot tidak memiliki rantai cabang, sehingga sifat ini menjadikan membran
Archaea yang memiliki karakter unik. Hal ini menciptakan beberapa properti
yang menarik di membran Archaea. Rantai samping isoprenoid bisa bergabung
bersama-sama antara dua rantai samping fosfolipid tunggal atau bergabung ke
rantai fosfolipid sisi lain di sisi lain membran (membentuk fosfolipid
transmembran). Rantai samping tersebut juga dapat mempunyai kemampuan
untuk membentuk cincin karbon. Hal ini terjadi ketika salah satu cabang
mengelilingi dan mengikat atom bawah rantai untuk membuat cincin lima atom
karbon. Cincin tersebut diperkirakan memberikan stabilitas struktural membran.
2.3 Dinding Sel Archaea
Archaea memiliki keragaman dalam hal lapisan yang menyelubungi
selnya. Beberapa Archaea memiliki lapisan protein permukaan atau S-layer.
Lapisan ini terdiri dari protein monomolekular yang identik atau lebih dikenal
dengan sebutan glikoprotein (Kandler dan Konig, 1993). Lapisan ini secara
langsung berhubungan dengan bagian luar membran plasma dan berfungsi untuk
melindungi dari lisis osmotik. Lapisan ini juga dapat berfungsi sebagai penyeleksi
molekul yang dapat masuk kedalam sel.
Gambar 9. S-Layer.
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 14/26
14
Selain S-Layer, diketahui beberapa Archaea juga memiliki struktur yang
mirip dengan dinding sel pada bakteri, namun berbeda dalam hal komposisi kimia
penyusunnya. Dinding sel Archaea tidak memiliki peptidoglikan namun memiliki
molekul yang mirip dengan peptidoglikan yang disebut pseudomurein.
Pseudomurein dibangun dari N-Asetil glukosamin dengan Asam N-Asetil
talosamin uronat yang berikatan dengan ikatan glikosidik pada β-1,3 hal ini
berbeda dengan peptidoglikan pada bakteri yang dibangun menggunakan N-Asetil
glukosamin dan N-Asetil muramat yang berikatan pada β-1,4.
Gambar 10. Struktur pseudomurein.
Perbedaan lainnya adalah asam amino yang terdapat pada pseudomurein
semuanya berupa L-Steroisomer. Struktur seperti ini memberikan dampak yang
menguntungkan pada Archaea, yaitu dinding sel mereka resisten terhadap
antibiotik dan juga tidak terpengaruh terhadap aktivitas lisosim dan protease yang
umum (Konig, 2001). Beberapa Archaea tidak memiliki pseudomurein namun
memiliki polisakarida lainnya, yaitu glutaminylglycan, heterosakarida,
methanochondroitin.
2.4. Struktur Permukaan Sel Archaea, Inklusi Sel, dan Vesikula Udara
Penelitian mengenai struktur tambahan pada permukaan sel Archaea telah
banyak dilakukan dengan memanfaatkan observasi elektron mikroskopis pada
beberapa jenis Archaea. Penelitian ini menunjukkan beberapa tipe struktur
tambahan pada permukaan sel Archaea, seperti pili dan flagella yang tampak
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 15/26
15
seperti struktur yang ada pada bakteri, tetapi ternyata memiliki perbedaan. Selain
itu struktur lain seperti cannulae (kanula), Hami, Iho670 Fibers, dan bindosome
muncul sebagai struktur unik lain yang dimiliki oleh Archaea.
2.4.1. Struktur Permukaan Sel Archaea
a. Pili
Fimbriae dan pili merupakan struktur filamen yang tersusun atas protein
yang memanjang dari permukaan sel dan memiliki banyak fungsi. Fimbriae
memungkinkan sel untuk menempel pada suatu permukaan. Secara umum pili
mirip dengan fimbriae, tetapi pili lebih panjang dan hanya satu atau sebagian kecil
pili yang bisa melekat pada permukaan sel. Fungsi pili itu sendiri adalah untuk
memfasilitasi pertukaran gen di antara sel pada suatu proses yang disebut sebagai
konjugasi. Walaupun sebenarnya proses konjugasi tidak selalu diperantarai oleh
pili.
Gambar 11. Tanda panah menunjukkan pili pada struktur permukaan sel.
b. Cannula, Hami, Iho670 Fibers, dan Bindosome
Struktur permukaan sel Archaea terdiri dari banyak bagian, yaitu kanula,
hami, Cannula, Hami, Iho670 Fibers, dan Bindosome. Struktur permukaan
tersebut tidak banyak dibahas seperti halnya pili dan flagella, hal ini disebabkan
karena sistem genetik di dalam struktur tersebut tidak mudah untuk dipelajari dan
tidak ditemukan pada semua jenis Archaea.
c. Cannulae (Kanula)
Kanula merupakan jaringan tubula yang sampai saat ini hanya ditemukan
pada genus Pyrodictium. Kanula berupa pipa berongga berdiameter luar 25 nm
(Gambar 12) yang sangat resisten terhadap panas dan proses denaturasi (Rieger et
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 16/26
16
al ., 1995). Strukturnya hampir sama dengan struktur permukaan sel lainnya yaitu
terbentuk atas lapisan glikoprotein, yang memiliki tiga subunit glikoprotein yang
homolog. Kanula menunjukkan aktivitasnya sebagai penghubung intraseluler
antar ruang periplasmik sel yang berbeda (Nickell et al ., 2003). Walaupun fungsi
kanula belum diketahui secara jelas, tetapi dapat diasumsikan bahwa dengan
adanya kanula, sel dapat melakukan pertukaran nutrisi atau bahkan materi genetik.
Gambar 12. Kanula (Rieger et al ., 1995).
d. Hami
Struktur permukaan Archaea yang lain adalah hamus atau hami (Gambar 13).
Hami banyak ditemukan pada Archaea yang hidup di daerah suhu rendah yang
mengandung kadar sulfat tinggi (cold sulphidic springs). Strukturnya
menunjukkan filamen-filamen yang sangat kompleks dengan kenampakan seperti
kawat berduri yang ujungnya memiliki kait dengan diameter 60 nm (Moissl et al .,
2005). Masing-masing sel dikelilingi oleh sekitar 100 hami. Hami stabil pada
kisaran temperatur dan pH yang luas yaitu antara 0-70 oC dan 0,5-11,5. Hami
dapat bertindak sebagai perantara proses adesi seluler permukaan terhadap
komposisi kimia yang berbeda sebagaimana adesi yang berlangsung di antara sel.
Hami juga terbukti menjadi komponen protein utama dalam pembentukan biofilm
Archaea, dimana sel membentuk susunan tiga dimensi yang jaraknya konstan
melalui proses perlekatan antar sel Archaea (Henneberger et al ., 2006).
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 17/26
17
Gambar 13. (a) Sekitar 100 hami keluar secara melingkar di permukaan sel. (b)
Kenampakan kait yang berada di ujung hami. Tanda panah menunjukkan lokasi
kait. (c) Hami menunjukkan kenampakan seperti kawat berduri (Moissl et al .,2005).
e. Bindosome
Bindosome (Gambar 14) adalah struktur Archaea yang diduga mempunyai
fungsi unik pada Sulfolobus solfataricus (Albers dan Pohlschröder, 2009).
Komponen struktural bindosome yang utama adalah substrat pengikat protein
(substrat binding protein/SBP) yang diketahui sebagai glikoprotein (Elferink et
al., 2001), yang disusun oleh Pilin tipe IV seperti pada sekuen peptida sinyal dan
mengandung protein khas yang diketahui mampu membentuk struktur oligomerik
pada Archaea dan bakteri. Susunan oligomerik komplek berperan dalam
penyerapan gula, hal ini dapat membantu S. solfataricus untuk dapat tumbuh pada
substrat yang bervariasi (Ng et al ., 2008).
Gambar 12. Gambar asli bindosome belum diketahui secara pasti, dan gambar
diatas merupakan formasi alternatif yang menunjukkan bindosome terletak pada
S-layer (Ng et al., 2008).
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 18/26
18
f. Iho670 Fibers
Pada pertengahan tahun 2009 telah dilakukan penelitian oleh Muller et al .
mengenai struktur permukaan Ignicoccus hospitalis, hasilnya menunjukkan
adanya tambahan permukaan sel baru yang kemudian diberi nama Iho670 fiber
(Gambar 15). Iho670 fiber merupakan struktur yang sangat rapuh, berbeda dengan
flagella dan pili yang memliliki struktur primer dari protein. Hal ini juga
menunjukkan bahwa Iho670 fiber bukan salah satu organel sel yang motil. yang
menjadi bagian menarik adalah bahwa komponen utama Iho670 fiber disintesis
oleh Pilin tipe IV seperti peptida sinyal dan diproses oleh peptidase prepilin
homolog. Karena Pilin tipe IV seperti sistem ini juga digunakan untuk flagela, pili
tertentu, dan bindosome dalam Archaea, Pilin tipe IV menjadi jalur yang sangat
banyak digunakan oleh Archaea dalam hal perakitan struktur permukaan.
Gambar 13. Hasil analisis serat Ignicoccus hospitalis menggunakan TEM
(Transmission Electron Microscopy) yang mengindikasikan adanya Iho670 fibers.
2.4.2. Inklusi Sel
Di dalam sel prokariotik biasanya terdapat senyawa lain yang menyertai
sel di dalam sitoplasma yang disebut dengan inklusi sel. Inklusi sel berfungsi
sebagai energi cadangan atau sebagai tempat penyimpanan struktur building
blocks. Penyimpanan karbon atau senyawa lain di dalam inklusi yang t idak larut
dalam air bermanfaat bagi sel karena dapat mengurangi tekanan osmotik yang
dapat mungkin terjadi apabila senyawa dalam jumlah yang sama terlarut dalam
sitoplasma (Madigan et al ., 2012).
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 19/26
19
Gambar 16. Tanda panah menunjukkan poly-β-hydroxyalkanoat (PHA) (Madigan
et al., 2012).
Salah satu jenis inklusi sel yang paling banyak ditemukan di dalam organ
prokariotik adalah asam poly-β-hydroxybutirat (PHB). PHB adalah lipid yang
tersusun atas unit-unit asam β-hydroxybutirat. Sedangkan polimer yang
diproduksi oleh Archaea adalah poly-β-hydroxyalkanoat (PHA) (Gambar 16).
PHA disintesis oleh Archaea di dalam polimer penyimpanan ketika sel mengalami
kondisi pertumbuhan yang tidak seimbang. PHA merupakan salah satu jenis
komoditas plastik yang dapat dirombak menjadi karbondioksida dan air melalui
proses mineralisasi mikrobiologis secara alami.
2.4.3. Vesikula Udara
Salah satu jenis Archaea yang bersifat planktonic dan mampu hidup di air
laut adalah Nitrosopumilus maritimus dari kelompok Crenarchaeota (Brochier-
Armanet et al., 2011). Jenis organisme ini mampu mengapung di air laut karena
memiliki vesikula udara. Kemampuan mengapung yang dimilikinya
memungkinkan untuk menempatkan diri dalam kolom air untuk dapat merespon
kondisi lingkungan.
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 20/26
20
Gambar 17. Vesikula udara pada struktur permukaan sal Archaea.
Secara umum struktur vesikula udara tersusun atas protein yang berbentuk
kumparan, berongga namun kaku dengan panjang dan diameter yang bervariasi
(Gambar 17). Panjang vesikula udara yang dihasilkan oleh masing-masing
organisme berbeda-beda, mulai dari 300 sampai lebih dari 1000 nm dengan lebar
45 sampai 120 nm, tetapi kisaran ukuran tersebut masih bisa berubah-ubah.
Jumlah vesikula dalam satu organisme sangat bervariasi mulai dari sedikit hingga
ratusan tiap selnya, kedap air dan larut dalam gas (Madigan et al ., 2012).
2.5 Pergerakan Sel Archaea
a. Flagella Archaea
Flagella Archaea berukuran sangat kecil hingga mencapai setengah dari
ukuran flagella bakteri, yaitu 10-13 nm (Madigan et al ., 2012). Flagella Archaea
memberikan kemampuan terhadap sel Archaea untuk dapat bergerak memutar
seperti halnya bakteri. Flagella Archaea tidak hanya sebagai alat untuk bergerak,
tetapi juga berperan dalam interaksi di dalam sel dan sebagai pengenal pada
permukaan sel sebagai syarat terbentuknya biofilm pada beberapa Archaea.
Flagella ditemukan pada semua sub kelompok utama Archaea Crenarchaeota dan
Euryarchaeota yaitu halofil, haloalkalofil, metanogen, hipermetrofil, dan
termoasidofil. Sampai saat ini telah dilaporkan berbagai macam Archaea yang
memiliki flagella, termasuk Methanococcus, Halobacterium, Sulfolobus,
Natrialba, Thermococcus dan Pyrococcus (Ng et al ., 2006).
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 21/26
21
Gambar 18. (a) Sel Methanococcus maripaludis dengan diameter 1μm
menunjukkan banyaknya flagella yang terdapat di permukaan selnya dan (b)
flagella yang telah dimurnikan dari sel Methanococcus maripaludis. Tanda panah
menunjukkan kait di ujung flagella.
Secara umum penampakan flagella Archaea (Gambar 18) mirip dengan
flagella bakteri tetapi flagella Archaea memiliki pergerakan yang unik seperti
pada pili bakteri tipe IV (Jarrell et al ., 2007). Kemiripan ini meliputi struktur
flagella termasuk keberadaan jumlah gen pada masing-masing struktur. Pada awal
penelitian mengenai flagella Archaea, diketahui kemiripan antara flagella Archaea
dengan pili bakteri tipe IV adalah pada N-termini (Faguy et al ., 1994) dan adanya
pilin tipe IV yang mirip sinyal peptide (Kalmokoff and Jarrell, 1991). Penelitian
terbaru menyebutkan bahwa protein yang ada pada flagella Archaea maupun pili bakteri tipe IV adalah ATPase (Bayley and Jarrel, 1998), membran protein
(Peabody et al ., 2003) dan sinyal peptidase (FlaK/PibD) (Bardy and Jarrel, 2002).
Salah satu perbedaan antara flagella Archaea dengan flagella bakteri
diketahui pada penelitian yang dilakukan tahun 2008 oleh Streif et al . mengenai
pergerakan memutar pada flagella Archaea, hasilnya menunjukkan bahwa
pergerakan flagella tersebut didukung oleh proses hidrolisis ATP dan bukan dari
proton atau natrium seperti yang digunakan oleh flagella bakteri.
b. Kemotaksis Archaea
Kemotaksis merupakan respon gerakan Archaea terhadap rangsangan dari
senyawa kimia. Walaupun Archaea termasuk ke dalam kelompok yang berbeda
dari bakteri, tetapi banyak spesies Archaea yang memiliki sifat kemotaksis.
Berbagai macam protein yang mengatur proses kemotaksis pada bakteri juga
ditemukan pada Archaea yang mampu bergerak (motil).
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 22/26
22
2.6. Pengemasan DNA Archaea
Dalam filogenetik Archaea berbeda dengan bakteri, walaupun keduanya
memiliki beberapa kemiripan dalam struktur sel. Perbedaan ini lebih pada taraf
molekular antara keduanya, dimana Archaea memiliki banyak kesamaan dengan
eukaria. Salah satu contohnya adalah pengemasan DNA pada Archaea. DNA pada
Archaea dikemas dalam bentuk sirkular, dimana pada beberapa Archaea
pengemasannya melibatkan DNA-girase dan protein histon untuk membentuk
struktur DNA superkoil. Hal ini berbeda dengan bakteri yang membentuk struktur
DNA superkoil dengan bantuan DNA-girase saja. Pengemasan DNA
menggunakan protein histon seperti ini mirip dengan pengemasan DNA pada
eukaria. Protein histon yang ditemukan pada Archaea berukuran lebih pendek
dibandingkan dengan protein histon eukaria, tetapi keduanya memiliki sekuen
asam amino dan struktur 3 dimensi yang homolog.
Pada beberapa Archaea juga ditemukan beberapa titik awal replikasi,
dimana protein yang mengenali titik awal replikasi dan sintesis DNA memiliki
banyak kemiripan dengan eukaria dibandingkan dengan bakteri. Selain itu
Archaea juga memiliki beberapa RNA polimerase. Hal ini berbeda dengan bakteri
yang hanya memiliki satu RNA polimerase. Faktor transkripsi yang dimiliki
Archaea juga memiliki kemiripan dengan faktor transkripsi pada eukaria.
Beberapa gen penyandi tRNA dan rRNA Archaea memiliki intron. Intron yang
terdapat pada Archaea diproses dengan mekanisme yang sedikit berbeda dengan
intron pada eukaria. Sedangkan pada bakteri tidak ditemukan intron.
Pada saat sintesis protein Archaea membutuhkan ribosom yang fungsional
serta beberapa faktor translasi. Ribosom yang terdapat pada Archaea mirip dengan
ribosom pada bakteri, yaitu sama-sama 70S. Namun faktor translasi yang
ditemukan pada Archaea ternyata dua kali lebih banyak dibanding dengan yang
ada pada bakteri. Bakteri dan Archaea menggunakan asam amino yang berbeda
pada awal proses translasi. Asam amino yang digunakan bakteri adalah N-formil
metionin, sedangkan Archaea adalah metionin. Metionin juga merupakan asam
amino yang digunakan eukaria untuk awal proses translasi. Secara keseluruhan,
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 23/26
23
perbandingan sekuen menunjukkan beberapa kesamaan antara eukaria dan
Archaea dalam hal RNA dan protein yang digunakan untuk membentuk
translation machine.
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 24/26
24
DAFTAR PUSTAKA
Albers S dan Pohlschr¨oder M. 2009. Diversity of Archaeal type IV pilin-like structures,” Extremophiles, vol. 13, no. 3, pp. 403–410.
Bardy SL dan Jarrell KF. 2002. Flak of the archaeon Methanococcus maripaludis
possesses preflagellin peptidase activity, FEMS Microbiology Letters, vol. 208,
no. 1, pp. 53– 59.
Bayley DP dan Jarrell KF. 1998. Further evidence to suggest that Archaeal
flagella are related to bacterial type IV pili,Journal of Molecular Evolution, vol.
46, no. 3, pp. 370–373.
Brochier-Armanet, CP. Deschamps, P. López-García, Y. Zivanovic, F. Rodríguez-
Valera and D. Moreira. 2011. Complete-fosmid and fosmid-end sequences reveal
frequent horizontal gene transfers in marine uncultured planktonic Archaea. TheISME Journal. Vol. 5. p.1291-1302.
Elferink MGL, Albers S, Konings W, and Driessen AJM. 2001. Sugar transportin Sulfolobus solfataricus ismediated by two families of binding protein-dependent
ABC transporters. Molecular Microbiology, vol. 39, no. 6, pp.1494–1503.
Faguy DM, Jarrell KF, Kuzio J, and Kalmokoff ML. 1994. Molecular analysis of
Archaeal flagellins: similarity to the type IV pilin—transport superfamily
widespread in bacteria. Canadian Journal of Microbiology, vol. 40, no. 1, pp. 67–
71.
Henneberger R, Moissl C, Amann T, Rudolph C, dan Huber R. 2006. New
insights into the lifestyle of the cold-loving SM1 euryarchaeon: natural growth asa monospecies biofilm in the subsurface, Applied and Environmental
Microbiology, vol. 72, no. 1, pp. 192–199.
Jarrell KF, S. Y. Ng, and Chaban B. 2007. Flagellation and chemotaxis, in
Archaea: Molecular and Cellular Biology, R. Cavicchioli, Ed., pp. 385–410,
ASM Press, Washington, DC, USA.
Kalmokoff ML dan Jarrell KF. 1991. Cloning and sequencing of a multigene
family encoding the flagellins of Methanococcus voltae, Journal of Bacteriology,
vol. 173, no. 22, pp. 7113–7125
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 25/26
25
Konig H. 2001. Archaeal cell wall . Di dalam: Encyclopedia of life science.
Chichester : 1486-1493
Moissl C, Rachel R, Briegel A , Engelhardt H, and Huber R. 2005. The unique structure of Archaeal ’hami’, highly complex cell appendages with nano-
grappling hooks, Molecular Microbiology, vol. 56, no. 2, pp. 361–370.
Muller, D.W., C. Meyer, S. Gurster, U. Kuper, H. Huber, R. Rachel, G. Wanner,
R. Wirth, and A. Belack. 2009. The Iho670 fibers of Ignicoccus hospitalis: a new
type of Archaeal cell surface appendage. Journal of Bacteriology. Vol. 191, No.
20. p. 6465–6468
Ng S.Y., B. Zolghadr, A.J.M. Driessen, S. J. Albers, and K. F. Jarelli. 2008. Cell
surface structures of Archaea. Journal of Bacteriology. Vol. 190. No. 18. P.
6039–6047.
Ng, S. Y., B. Chaban, and K. F. Jarrell. 2006. Archaeal flagella, bacterial flagella
and type IV pili: a comparison of genes and posttranslational modifications. J.
Mol. Microbiol. Biotechnol. 11:167–191.
Nickell R, Hegerl R, Baumeister W, and Rachel R. 2003. Pyrodictium cannulae
enter the periplasmic space but do not enter the cytoplasm, as revealed by cryo-electron tomography, Journal of Structural Biology, vol. 141, no. 1, pp. 34–42.
Peabody CR, Chung YJ, Yen MR, Vidal-Ingigliardi D, Pugsley AP, and Saier
MH. 2003. Type II protein secretion and its relationship to bacterial type IV pili
and Archaeal flagella, Microbiology, vol. 149, no. 11, pp. 3051–3072.
Rieger G,Rachel R, Hermann R, dan Stetter KO. 1995. Ultrastructure of the
hyperthermophilic archaeon Pyrodictiumabyssi, Journal of Structural Biology,
vol. 115, no. 1, pp. 78– 87.
Streif S, Staudinger WF, Marwan W, and Oesterhelt D. 2008. Flagellar rotation
in the archaeon Halobacterium salinarum depends on ATP , Journal of Molecular
Biology, vol. 384, no. 1, pp. 1–8.
Thoma C, Frank M, Rachel R. 2008. The Mth60 fimbriae of
Methanothermobacter thermoautotrophicus are functional adhesins,
Environmental Microbiology, vol. 10, no. 10, pp. 2785–2795.
7/17/2019 PERBEDAAN BAKTERI DAN ARCHAEA.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/perbedaan-bakteri-dan-archaeapdf 26/26
Woese C, Kandler O, dan Wheelis ML. 1990. Towards a natural system of
organisms: Proposal for the domains Archaea, Bacteria, and Eucarya. Proc. Nati.
Acad. Sci. 8
Yuwono T. 2005. Biologi molekular . Safitria, editor. Jakarta : Erlangga.