PERBANDINGAN SISTEM PENGHIMPUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3620/1...i...
Transcript of PERBANDINGAN SISTEM PENGHIMPUNAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3620/1...i...
i
PERBANDINGAN SISTEM PENGHIMPUNAN DANA
(FUNDRAISING)WAKAF UANG PADA DOMPET
DHUAFA REPUBLIKA DAN BADAN WAKAF
INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
RISCHA ASTUTY HANDAYANI
NIM. 1070 4630 2306
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1432 H/2011 M
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Mei 2011 M
Jumadil1432 H
Penulis
v
MOTTO
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halamannya tinggalkan
negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah, kau akan dapatkan
pengganti dari kerabat dan kawan, berlelah lelahlah manisnya hidup terasa setelah
lelah berjuang.
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan, jika mengalir jernih, jika tidak
akan keruh menggenang,
Singa jika tak tinggalkan sarangnya maka ia tak akan mendapatkan mangsanya,
Anak panah jika tak tinggalkan busurnya maka tak akan kena sasaran,
Jika matahari diorbitnya tidak bergerak dan terus diam tentu manusia bosan padanya
dan enggan memandang,
Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang,
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.
(Imam Syafi‟i)
PERSEMBAHAN
1) Kedua orangtuaku, yang telah membesarkan dan mendidik dengan cinta,
kesabaran dan pengorbanannya.
2) Adikk-adikku tercinta, Rifa Nuraini H, Rafif dan Ramlan yang selalu
memberikan semangat dan dukungan pada setiap langkahku.
3) Kekasihku Azis Ariyanto, yang dengan kesabaran memberikan semangat dan
motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
vi
ABSTRACT
Waqf is an Islamic economic instruments that have not been empowered
optimally in Indonesia. Whereas in some other countries, like Egypt and Bangladesh,
endowments have been developed in such a way that a funding source inexhaustible
for the economic development race. In conditions such as the middle of the economic
slump experienced by Indonesia at this time, it would be nice if we consider the
development of this waqf instrument.
The core teachings contained in the deeds themselves waqf waqf property
requires that it should not be simply buried with no results that will be enjoyed by
people in need. More and more the result of waqf property that can be enjoyed by
people, the greater the rewards that will flow to the wakif. Funds can be raised
through Cash Waqf Certificate this will be managed by an investment management.
Investment management in this case acts as Nadzhir (waqf fund manager) who will
be responsible for managing waqf property. The issue is now how to model and
mechanism for implementation of Cash Waqf Certificate can be applied in Indonesia,
involving pre-existing infrastructure and adapt them to the structure of Indonesian
society and culture itself. With the weigh and accommodate the group objected to the
legal status of cash waqf as the Shafi'i madhhab that alarming ending principal
endowments, it is very urgent to be formulated and formulated a model and a kind of
early warning mechanisms to control and avoid the risk reduction of capital
endowments in the context of risk management, although funds played in the real
sector investment, as well as alternative uses conventional methods and underwriting
of Islamic insurance. Tergalinya tremendous potential of waqf funds is expected
through Cash Waqf Certificate impelemntasi the welfare of society as a
terkoordinatif, synergetic, systematically and professionally. In addition to
professionalism, integrity challenge trust and confidence (trust) for the management
of social funds (volunteer).
This research approach using Empirical Legal namely a method or procedures
used to solve the problem by first examining the existing secondary data and then
proceed with a study of the primary data in the field. The data used are primary data
that is data obtained directly from the field by using questionnaires or interviews, as
well as secondary data obtained by literature study method. Analysis of the data used
is a qualitative analysis drawing conclusions deductively. Based on the research, can
know how the system Endowment Money-raising conducted by the state
Endowments Institute (BWI) and Private Endowments Institute (Wallet Dhuafa
Republika), comparing the advantages and disadvantages of the system of raising
money waqf endowments in both institutions, as well as to identify the opportunity
and challenges faced in conducting fund raising and development of waqf waqf
money on Wallets Dhuafa Indonesia Republika and the National Endowments
Keywords: Fund Raising Waqf, Endowments Money, Nazhir.
vii
ييب الل ب ينب وم ب الل س ينب اللي ب س
KATA PENGANTAR
Dengan Rahmat Allah SWT, dan didorong oleh keinginan yang luhur,
Alhamdulillah penulis telah dapat menyelesaikan penulisan skripsiyang berjudul
“PERBANDINGAN SISTEM PENGHIMPUNAN DANA
(FUNDRAISING)WAKAF UANG PADA DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
DAN BADAN WAKAF INDONESIA”. Sebagai suatu syarat untuk mendapatkan
derajat sarjana S1 pada Program Studi Muamalat Jurusan Perbankan Syariah UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penulisan skripsi ini sejak penyusunan rancangan penelitian, studi
kepustakaan, pengumpulan data di lapangan serta pengolahan hasil penelitian sampai
terselesaikannya penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan
baik sumbangan pemikiran maupun tenaga yang tak ternilai harganya dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini perkenakanlah penulis dengan segala
kerendahan hati dan penuh keikhlasan untuk menyampaikan rasa terima kasih yang
tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H, M.A, M.M., sebagai Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang selalu memberikan motivasi kepada seluruh mahasiswa di Fakultas
viii
Syariah dan Hukum, baik semasa perkuliahan berlangsung, ataupun pada saat
penyelesaian tugas akhir.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.A., sebagai Ketua Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam)
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta,yang selalu memberikan dorongan kepada mahasiswa untuk selalu giat
dalam mengikuti perkuliahan.
3. Bapak Dr. Alimin Mesra, M.Ag., sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah
sangat banyak meluangkan waktu dan pikirannya, dan perhatian membantu
penulis dalam memberikan pengarahan dan petunjuk tata cara penulisan skripsi.
4. Bapak Afwan Faizin, sebagai Pembimbing Akademik yang juga senantiasa
mengingatkan dan mengarahkan penulis semasa mengikuti perkuliahan hingga
akhirnya menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Segenap pihak Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian dan wawancara serta banyak
membantu dalam pembuatan skripsi ini khusunya kepadaBapak Hendra Djatnika
dan Bapak Sigit Indra Priantoyang telah banyak membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian di Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf
Indonesia.
6. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan ilmu yang tidak ternilai,
hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ix
7. Orang Tua ku Tercinta Bapak Lugimin Hadi Sugianto dan Ibu Iis Handayani,
AdikuTersayang Rifa Nur‟aini Hadi, Rafif Izhar Hadi dan Ramlan Haidar
Hadidan seluruh keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang serta doa
restunya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Kekasihku Azis Ariyanto, yang dengan kesabaran memberikan semangat dan
motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Untuk teman-temanku di Jurusan Ziswaf‟07 (Nova, Marni, Faiz, Afifah, Putri,
Sifa, Ratih, Ela, Diah, Winda, Sela, Rikat, Riyan Sanjaya dan teman- teman
seperjuangan dari awal hingga akhir dalam perkuliahan dan penulisan skripsi
terima kasih atas dukungannya kepada penulis sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
10. Untuk semua teman-teman tercinta di Fakultas Syariah dan Hukum khususnya
Jurusan Manajemen Zakat dan Wakaf angkatan 2007.
Penulis hanya mampu berharap semoga bantuan yang telah diberikan dalam
bentuk apapun dapat menjadi amal baik yang diterima disisi Allah SWT. Semoga
skripsi yang sederhana dan masih jauh dari sempurna ini bermanfaat bagi penulis dan
semua pihak. Penulis sangat mengharapkan masukan berupa saran dan kritik dari
pembaca yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini di masa mendatang.
Jakarta, 26 Mei 2011 M
Jumadil 1432 H
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN v
ABSTRAK vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI x
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 7
D. Review Studi Terdahulu 7
E. Kerangka Teori 9
F. Metode Penelitian 12
G. Sistematika Penulisan 16
BAB II : LANDASAAN TEORI TENTANG WAKAF UANG 18
A. Tinjauan Wakaf Secara Umum 18
B. Wakaf Uang 22
C. Nazhir 39
D. Sertifikat Wakaf Tunai 40
E. Pengertian Sistem 41
F. Penghimpunan Dana (Fundraising) 43
xi
BAB III : PROFIL DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN BADAN WAKAF
INDONESIA 51
A. Dompet Dhuafa Republika 51
1. Sejarah Pendirian 50
2. Struktur Organisasi 55
3. Visi, Misi dan Strategi 56
B. Badan Wakaf Indonesia 64
1. Sejarah Pendirian 57
2. Struktur Organisasi 62
3. Visi, Misi dan Strategi 66
BAB IV : ANALISIS PERBANDINGAN PENGHIMPUNAN DANA WAKAF
UANG PADA DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN BADAN
WAKAF INDONESIA 69
A. Mekanisme fundraising wakaf uang 69
1. Dompet Dhuafa Republika 69
2. Badan Wakaf Indonesia 79
B. Peluang dan Tantangan Fundraising Wakaf uang 89
1. Dompet Dhuafa Republika 89
2. BadanWakaf Indonesia 91
BAB V : PENUTUP 94
A. Kesimpulan 94
B. Saran 95
DAFTAR PUSTAKA 97
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wakaf telah dikenal dan dilaksanakan umat Islam sejak lama. Tetapi selama
ini kebanyakan umat Islam, khususnya di Indonesia, memahami wakaf hanya sebatas
pemberian berbentuk barang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan. Karena itu,
wakaf di Indonesia pada umumnya digunakan untuk membangun masjid, musholla,
kuburan, pondok pesantren, rumah yatim piatu, dan madrasah. Pemanfaatan benda
wakaf masih berkisar pada hal-hal bersifat fisik, sehingga tidak memberikan dampak
ekonomi secara signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat.
Wakaf belum banyak dieksplorasi semaksimal mungkin, padahal wakaf sangat
potensial sebagai salah satu instrumen untuk pemberdayaan ekonomi umat Islam.
Karena itu, institusi wakaf menjadi sangat penting untuk dikembangkan. Apalagi
wakaf dapat dikategorikan sebagai amal jariyah yang pahalanya tidak pernah putus,
walau yang memberi wakaf telah meninggal dunia.1 Wakaf merupakan salah satu
instrumen ekonomi yang sangat potensial untuk menopang kesejahteraan masyarakat
banyak. Namun, sampai saat ini, peran wakaf belum dirasakan manfaatnya oleh
kepentingan umum.
1 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai (Jakarta:
Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 39.
2
Jika melihat data Kementrian Agama RI, sebenarnya kesadaran umat Islam di
Indonesia untuk memberikan tanah wakaf cukup tinggi, berdasarkan data
Kementerian Agama RI tahun 2010, jumlah tanah wakaf di Indonesia sebanyak
3.312.883.317,83 meter persegi (3,3 miliar m²) dan tersebar di 454,635 lokasi di
perkotaan dan perdesaan.2 Namun karena wakaf masih berorientasi pembangunan
fisik yang tidak produktif, maka tanah seluas itu tidak memberikan perubahan
ekonomi yang lebih baik kepada masyarakat. Padahal, jika tanah seluas itu dikelola
secara produktif, maka berpotensi menjadi instrumen yang positif bagi upaya
peningkatan kualitas hidup masyarakat. Ternyata, sebagian besar aset wakaf tidak
produktif, karena belum dimanfaatkan secara optimal.
Untuk itu, perlu adanya paradigma baru dan terobosan untuk mengembangkan
perwakafan di Indonesia. Salah satunya adalah melalui wakaf uang. Ide untuk
mengimplementasikan wakaf uang baru muncul kembali pada abad 15 Hijriyah. Hal
itu ditandai dengan munculnya tindakan operasional wakaf uang yang
diimplementasikan oleh Social Investment Bank Limited (SIBL) di Bangladesh yang
dipelopori oleh M.A.Mannan.
Di Indonesia, gagasan untuk mengimplementasikan wakaf uang , mulai populer
setelah sejumlah ekonomi syariah Indonesia mempelajari SIBL tersebut. Pada tahun
2002, Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa dibolehkannya wakaf uang
pada tanggal 11 Mei 2002, sehingga masyarakat lebih tertarik dengan adanya wakaf
2 Rahmat Hidayat, Alumni PhD Ekonomi Islam Universitas Kebangsaan Malaysia dan
bekerja di Kementerian Perumahan Rakyat RI, “ Tanah Wakaf Untuk Rakyat”, artikel diakses pada
tanggal 27 Februari 2011 http://ekonomiislami.wordpress.com/2011/02/27/tanah-wakaf-untuk-rakyat.
3
uang karena besaran nominal untuk berwakaf dapat menyesuaikan kemampuan waqif.
Dalam kondisi keterpurukan ekonomi seperti yang tengah dialami Indonesia saat ini,
alangkah baiknya bila kita mempertimbangkan pengembangan instrumen wakaf ini.
Pengelolaan dan pengembangan harta wakaf yang ada di Indonesia memerlukan
komitmen bersama antara pemerintah, ulama, dan masyarakat.
Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan Fatwa Tentang Wakaf Uang
sebagai berikut :3
1. Wakaf Uang (Cash Wakaf/Waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan
seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang
tunai.
2. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
3. Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh)
4. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
dibolehkan secara syar' i
5. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual,
dihibahkan, dan atau diwariskan.
Namun karena implementasi wakaf uang tersebut memerlukan regulasi, maka
muncullah keinginan untuk membuat regulasi yang berupa peraturan perundang-
undangan. Sehingga, pada tahun 2004 lahirlah Undang-Undang Nomor 41 Tahun
3 Keputusan Fatwa, Komisi Fatwa MUI tentang wakaf uang.
4
2004 Tentang Wakaf dan kemudian pada tahun 2006 menyusul disahkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaannya.
Wakaf uang merupakan salah satu usaha yang tengah dikembangkan dalam
rangka meningkatkan peran wakaf dalam bidang ekonomi, karena wakaf uang
memiliki kekuatan yang bersifat umum dimana setiap orang dapat menyumbangkan
harta tanpa batas-batas tertentu. Model wakaf uang sangat tepat memberikan jawaban
yang menjanjikan dalam mewujudkan kesejahteraan sosial dan membantu mengatasi
krisis ekonomi Indonesia kontemporer. Wakaf uang harus mendapat perhatian lebih
untuk membiayai berbagai proyek sosial malalui pemberdayaan sebagai salah satu
upaya agar penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan produktif.4
Sejak disahkannya Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut, maka
dasar hukum wakaf uang bertambah semakin kuat. Dalam Undang-Undang tersebut
juga mengamanatkan bahwa untuk mengoptimalkan pengelolaan dan pengembangan
wakaf pemerintah akan membentuk lembaga independen yang disebut Badan Wakaf
Indonesia.5 Untuk itu upaya-upaya pengembangan wakaf terus dilakukan oleh
berbagai pihak mulai dari Pemerintah (dalam hal ini Departemen Agama), LSM
maupun lembaga-lembaga kenazhiran seperti Dompet Dhuafa Republika dengan
menerbitkan Sertifikat Wakaf Tunai (SWT) dan Sertifikat Wakaf Investasi (SWI),
4 Achmad Junaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif (Jakarta: Mitra
Abadi Press), h. 78-79. 5 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan
Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 48.
5
dan lain-lain.6 Lembaga nirlaba berbeda dari lembaga lainnya terutama karena
tujuannya bukan untuk mencari keuntungan pribadi namun lebih pada upaya memberi
manfaat bagi orang lain. Umumnya lembaga akan mencantumkan misi organisasi
yang menjelaskan secara spesifik kontribusi apa yang akan diberikan, apakah
mendukung peningkatan pendidikan, kesehatan, lingkungan, lapangan kerja,
kesadaran hukum, hak asasi manusia dan sebagainya. Program yang akan dijalankan
memerlukan dana.
Kegiatan menghimpun dana dan sumber lainnya dari masyarakat (baik individu,
kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk
membiayai program dan kegiatan operasional lembaga yang pada akhirnya adalah
untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut.7 Penghimpunan dana
(fundraising) merupakan kegiatan yang sangat penting bagi lembaga atau organisasi
sosial dalam upaya mendukung jalannya program dan menjalankan roda operasional
lembaga atau organisasi sosial tersebut dapat mencapai maksud dan tujuan yang telah
digariskan.
Kegiatan penghimpunan dana (fundraising) di awali dari sumber dana yang
jelas yang mempunyai target sumber dana yang potensial dan terjadwalkan dalam
proses pencapaiannya. Lembaga nirlaba baik yang dikelola oleh pemerintah maupun
swasta memiliki sistem penghimpunan yang berbeda-beda, karena suatu lembaga
mempunyai perbedaan misi.
6 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di
Indonesia (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 6-7. 7 Hendra Sutisna, Fundraising Database (Jakarta: Piramedia, 2006), h. 1.
6
Dengan melihat dasar itulah, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian, memberikan gambaran apa dan bagaimana Praktek Penghimpunan Dana
(Fundraising)Wakaf Uang, sehingga penulis tertarik mengambil judul :
” PERBANDINGAN SISTEM PENGHIMPUNAN DANA (FUNDRAISING)
WAKAF UANG PADA DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN BADAN
WAKAF INDONESIA”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas serta menjaga
kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi ini, maka dalam penulisan
ini, penulis memfokuskan dan membatasi pembahasan hanya dalam ruang lingkup
sistem penghimpunan dana (fundraising) wakaf uang Pada Dompet Dhuafa
Republika dan Badan Wakaf Indonesia.
2. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana mekanisme penghimpunan dana (fundraising) wakaf uang pada
Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia?
b. Apa peluang dan tantangan fundraising wakaf uang pada Dompet Dhuafa
Republika dan Badan Wakaf Indonesia?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menjelaskan mekanisme fundraising wakaf uang pada Dompet
Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia.
b. Untuk menjelaskan peluang dan tantangan fundraising wakaf uang pada
Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang bisa ditimbulkan dari penelitian ini, penulis ingin
agar penelitian ini bisa memberikan manfaat:
a. Secara Akademis, dapat dijadikan pedoman atau referensi untuk bahan
perkuliahan
b. Secara Praktis, merupakan saran, informasi dan referensi kepada
pemegang kebijakan untuk memperbaiki dan mendorong sistem
penghimpunan dana (fundraising) wakaf uang.
D. Review Studi Terdahulu
Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa peneliti
sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa apa yang menjadi masalah pokok
penelitian ini tampaknya terkait subyek peneliti di antaranya sebagai penelitian
terdahulu yang ditulis oleh, di antaranya:
8
Ikhsanuddin Fadhilah,8 dengan judul skripsi “Strategi Penghimpunan,
Pengelolaan dan Pengembangan Harta Wakaf di Majelis Wakaf dan ZIS Pimpinan
Cabang Muhammmadiyah Jakarta” pada tahun 2007. Hasil penelitiannya adalah
bahwa dalam penghimpunan wakaf, selain menunggu masyarakat mewakafkan,
Nazhir wakaf melakukan langkah-langkah sosialisasi dalam menghimpun wakaf,
kemudian dalam pengelolaan dapat dibagi menjadi pengelolaan wakaf secara
tradisional dan secara profesional. Majelis Wakaf dan ZIS Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Jakarta menghimpun dana wakaf secara kolektif dari masyarakat.
Anita Chairani,9 dengan judul skripsi “Peluang dan Tantangan Pengelolaan
Wakaf Uang pada Perbankan Syariah Pasca UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf”
pada tahun 2008. Hasil penelitiannya adalah bahwa nazhir boleh menginvestasikan
dana wakaf dalam bentuk mudharabah, musyarakah, ijarah dan murabahah. Selain itu
dana wakaf uang juga dapat ditempatkan pada reksadana syariah, obligasi syariah dan
deposito syariah.
Melky Wahyudi,10
dengan judul skripsi “Efektifitas Pelaksanaan Undang-
Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Tunai pada Lembaga Tabung Wakaf
Indonesia” pada tahun 2010. Hasil penelitiannya adalah Pelaksanaan Undang-
Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Tunai wakaf oleh TWI telah dilakukan
8 Skripsi ini ditulis oleh Ikhsanuddin Fadhilah, Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah
dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. 9 Skripsi ini ditulis oleh Anita Chairani, Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. 10
Skripsi ini ditulis oleh Melky Wahyudi, Jurusan Peradilan Agama Program Studi Akhwal
Syakhsiyyah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
9
secara efektif. Pengelolaan wakaf yang dijalankan oleh Tabung Wakaf Indonesia
memberikan kepercayaan baik kepada masyarakat.
Sedangkan dalam penelitian skripsi ini membahas tentang ” Perbandingan
Sistem Penghimpunan Dana (Fundraising) Wakaf Uang Pada Dompet Dhuafa
Republika dan Badan Wakaf Indonesia. Yang mana dalam hal ini membahas
mengenai bagaimana mekanisme penghimpunan dana (fundraising) wakaf uang serta
melakukan studi perbandingan yaitu pada Dompet Dhuafa Republika yaitu lembaga
kenazhiran dan Badan Wakaf Indonesia yaitu lembaga independen yang dibentuk
pemerintah.
E. Kerangka Teori
Kata ”wakaf” atau ”waqf” berasal dari bahasa Arab ”Waqafa”. Asal kata
”Waqafa” berarti ”menahan” atau ”berhenti” atau ”diam di tempat” atau ”tetap
berdiri”. 11
Wakaf adalah institusi sosial Islami yang tidak memiliki rujukan yang
eksplisit dalam Al-Qur‟an dan sunnah.
Ulama berpendapat bahwa perintah wakaf merupakan bagian dari perintah
untuk melakukan al-khayr (secara harfiah berarti kebaikan).12
Dasarnya adalah
firman Allah, sebagai berikut:
11 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Fiqh Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal
Bima Islam Departemen Agama RI, 2003), h. 1-2. 12 Jaih Mubarok, Wakaf Produktif (Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 7.
10
“ Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.”(QS.Al-
Hajj [22] : 77).
Dalam hadis dikatakan bahwa wakaf disebut sedekah jariyah. Dalam perspektif
ini, wakaf dijadikan sebagai bagian dari sedekah. Imam Muslim meriwayatkan dari
Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw. Bersabda:
ن ا ا ن ن ن قطع م الن م ن ثالث، صد ة ذ : ن ن ن د إنن م ت ن
ل ن تفع ن لد ص لح دن ن نن ( ه م )ج ة، ن
”Apabila anak adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya, keculai
tiga perkara : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang
mendoakan orangtuanya”. (HR.Muslim).
Wakaf sebagai suatu lembaga mempunyai unsur-unsur pembentuknya. Tanpa
unsur itu, wakaf tidak dapat berdiri. Unsur-unsur pembentuk yang merupakan rukun
wakaf itu adalah (1) orang yang berwakaf (yang mewakafkan hartanya) atau waqif,
(2) harta yang diwakafkan atau mauquf, (3) tujuan wakaf atau yang berhak menerima
hasil wakaf, disebut mauquf ‟alaih, dan (4) pernyataan wakaf dari waqif, yang disebut
sighat atau ikrar wakaf.
Pengembangan wakaf selalu dikembangkan diantaranya tentang wakaf uang,
sudah dipertegas dengan lahirnya fatwa MUI tentang wakaf uang selanjutnya dalam
peraturan pemerintah Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf terdapat klausul
mengenai obyek wakaf berupa uang dan surat berharga.13
13 Jaih Mubarok, Wakaf Produktif (Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 121.
11
Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan
lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.14
Metode penghimpunan dana
(fundrising) yaitu bagaimana wakaf uang itu dimobilisasikan. Dalam hal ini,
sertifikasi merupakan salah satu cara paling mudah, yaitu bagaimana dengan
menerbitkan sertifikat dengan nilai nominal yang berbeda-beda untuk kelompok
sasaran yang berbeda. Aspek inilah yang merupakan keunggulan wakaf uang
dibandingkan wakaf harta lainnya, karena besarannya dapat menyesuaikan
kemampuan calon waqif.
Lembaga perlu membangun etika fundrising dengan mengacu pada misi
lembaga, secara mudah etika fundrising ini merupakan ketentuan tentang sumber
dana mana yang dapat diterima karena sejalan dengan misi lembaga dan sumber daya
mana yang tidak dapat diterima karena bertentangan dengan misi lembaga. Etika ini
mencegah lembaga terjebak dalam benturan kepentingan (conflict of interests). Etika
fundrising juga mengarah pada terbentuknya dukungan konstituen yang memiliki
misi yang sama. 15
Definisi sistem adalah sebuah cara, proses atau prosedur yang teratur. Definisi
sistem lebih menekankan pada prosedur adalah suatu jaringan kerja dan prosedur-
prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu
14 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai (Jakarta:
Direktorat Jenderal Bimas Islam, Departemen Agama RI, 2005), h. 1. 15
Darwina Widjajanti, Rencana Strategis Fundrising (Jakarta: PIRAMEDIA, 2006), Cet 1,
h.4
12
kegiatan atau menyelesaikan sasaran tertentu.16
Jadi yang dimaksud sistem adalah
sebuah kesatuan dari bagian atau komponen yang saling berhubungan dalam prosedur
kerja tertentu untuk mencapai tujuan dalam mengolah masukan untuk menghasilkan
keluaran.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah perpaduan dari penelitian kepustakaan dan penelitian
lapangan, karena diawali dengan telaah bahan pustaka dan literatur. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk desain deskriptif dan
metode pegumpulan data dengan cara observasi. Deskriptif menurut
pengertiannya adalah:17
Penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (penulisan :
gambaran) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam pengertian ini
penelitian deskriptif menggunakan data dasar deskriptif semata, tidak perlu
mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat
ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi. Pendapat lainnya mengatakan
bahwa ”metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang
16
Syopiansyah jaya Putra dan A‟ang Subiyakto, Pengantar Sistem Informasi (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 24 17 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 2002), h.18-19.
13
tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari
gejala tertentu”18
.
2. Pendekatan Penelitian
Adapun tipe atau pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
berupa penelitian langsung pada Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf
Indonesia dalam rangka Mengetahui Perbandingan sistem penghimpunan dana
wakaf uang yang dilaksanakan. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan
dokumen (content analisys) yaitu melakukan pengumpulan data dan informasi
melalui arsip dan dokumen.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis data yaitu data
kualitatif berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka, kalaupun ada angka-
angka sifatnya hanya sebagai penunjang19
. Serta menggunakan dua sumber data
yaitu:
a. Sumber Data Primer
Merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data. Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan pihak Dompet
Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia yang kompeten dan ahli
mengenai sistem penghimpunan dana (Fundraising) wakaf uang.
b. Sumber Data Sekunder
18 Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta: Rajawali Press,
2004), h. 22. 19 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002), h. 51.
14
Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti
buku-buku serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi
ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah:
a) Arsip Dokumen
Arsip dokumen yaitu bahan tertulis yang sudah lama digunakan dalam
penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber
data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalakan atau
bisa juga disebut penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan
mempelajari data-data atau bahan-bahan dari berbagai daftar kesusastraan yang
ada. Dengan cara membaca, mempelajari, mencatat, dan merangkum teori-teori
yang ada kaitannya dengan masalah pokok pembahasan melalui buku-buku,
skripsi terdahulu, majalah, surat kabar, artikel, buletin, brosur, internet dan media
lainnya yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini.
b) Wawancara
Penulis menggunakan teknik wawancara atau interview ini dengan
narasumber yang cakap dan berkompeten pada bidangnya untuk memberikan
keterangan dari masalah yang sedang dibahas.
15
c) Observasi (penelitian lapangan)
Secara mudah observasi sering disebut juga sebagai metode pengamatan.
Ringkasnya metode observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan secara cermat dan sistematik. Dalam hal ini penulis
mengamati secara lansung analisis perbandingan sistem penghimpunan dana
(fundraising) wakaf uang pada Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf
Indonesia.20
5. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif-analitis, yakni penelitian yang menggambarkan data dan
informasi yang berlandaskan fakta-fakta yang diperoleh dilapangan mengenai
sistem penghimpunan dana wakaf uang pada Dompet Dhuafa Republika dan
Badan Wakaf Indonesia.
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan
“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2007”.
20 Sugiono, Metodologi Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 130.
16
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, penulis mengurai beberapa hal yang berkaitan dengan
penelitian, bagian awal diuraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori,
metode penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II Landasan teori, yang dikemukakan tentang pengertian sistem fundraising
wakaf uang. Penulis juga menguraikan mengenai pengertian wakaf secara umum,
tentang wakaf uang, nazhir atau pengelola wakaf, dan pengertian sistem serta
penghimpunan dana (fundraising).
BAB III Profil Dompet Dhuafa dan Badan Wakaf Indonesia, dalam bab ini penulis
memaparkan gambaran secara umum mengenai Dompet Dhuafa Republika dan
Badan Wakaf Indonesia dari sejarah berdirinya, visi, misi dan strategi, serta struktur
organisasi.
BAB IV Analisis perbandingan Fundraising wakaf uang pada Dompet Dhuafa
Republika dan Badan Wakaf Indonesia, penulis akan membandingkan sistem
penghimpunan dana (fundraising) wakaf uang pada Dompet Dhuafa Republika dan
Badan Wakaf Indonesia, dan peluang serta tantangan fundraising wakaf uang pada
Dompet Dhuafa Republika dan Badan Wakaf Indonesia.
17
BAB V Penutup, merupakan bagian terakhir penulisan yang akan
menunjukkan pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan ini. Bagian ini
menunjukkan jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas pada bagian
permasalahan di atas yang berisi kesimpulan dan saran.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Wakaf Secara Umum
Kata “Wakaf” atau “Waqf” berasal dari bahasa Arab “Waqafa”. Asal kata
“Waqafa” berarti “menahan” atau “berhenti” atau “diam di tempat” atau tetap
berdiri”. Kata “Waqafa-Yaqifu-Waqfan” artinya dengan “Habasa-Yahbisu-Tahbisan.”
21 Kata al-Waqf dalam bahasa Arab mengandung beberapa pengertian Artinya:
والتسبيل التحبيس بمعنى الوقف
Menahan, menahan harta untuk diwakafkan, tidak dipindahmilikkan
Definisi wakaf yang dibuat oleh para ahli fiqih pada umumnya memasukan
syarat-syarat wakaf sesuai dengan madzhab yang dianutnya. Al-Manawi misalnya
mendefinisikan wakaf sebagaimana berikut: “menahan harta benda yang dimiliki dan
menyalurkan manfaatnya dengan tetap menjaga pokok barang dan keabadiaannya
yang berasal dari para dermawan atau pihak umum selain dari harta maksiat
semata-mata karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT”.22
21 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Fiqih Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal
Bimas Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 1. 22
Munzir Qahaf, Manajemen wakaf produktif (Jakarta: Khalifa, 2007), h. 340.
19
Sedangkan Al-Kabisi dalam kitab Anis Al‟Fuqaha mendefinisikan wakaf
sebagaimana berikut: “menyedahkan manfaatnya kepada orang-orang miskin dengan
tetap menjaga keutuhan bendanya”.23
Berdasarkan definisi tersebut ditemukan bahwa Al-Munawi yang bermazhab
Syafi‟i dalam definisinya mempertegas makna keabadian sebagaimana mazhab
Hanafi yang mempertegas makna “masih berlanjut kepemilikan waqif”. Namun Al-
Kabasi mengemukakan definisi alternatif dan mengatakan bahwa wakaf yaitu
menahan harta yang secara hukum menjadi milik Allah SWT.
Sementara menurut pendapat Mazhab Maliki, sebagaimana disampaikan oleh
Al-Kattab dalam kitabnya Al-jalil menyebutkan definisi Ibnu Arafah dan mengatakan
bahwa wakaf adalah: “memberikan manfaat sesuatu ketika sesuatu itu ada dan
bersifat lazim dalam kepemilikan pemberinya sekalipun harta bersifat simbolis.24
Jika kita perhatikan definisi di atas, maka akan tampak bahwa setiap definisi
itu mencantumkan syarat yang ditetapkan oleh madzhabnya masing-masing. Pengikut
madzhab Maliki misalnya menyebutkan bahwa wakaf itu tetap menjadi milik waqif
dan adanya syarat tertentu ketika benda itu ada untuk memperjelas arti penahanan
manfaat wakaf dan diperbolehkannya batasan waktu wakaf. Sedangkan pengikut
madzhab Syafi‟i menekankan pada kalimat “ terlepas dari campur tangan wakif dan
tetap menjaga keutuhan wakaf untuk menjelaskan bahwa yang boleh diwakafkan
23 Munzir Qahaf, Manajemen wakaf produktif (Jakarta: Khalifa, 2007), h. 47. 24 Munzir Qahaf, Manajemen wakaf produktif (Jakarta: Khalifa, 2007), h. 48.
20
adalah harta benda dan tidak termasuk manfaat barang serta bergantinya
kepemilikan wakaf yang secara hokum menjadi milik Allah SWT.25
Adapun pengikut madzhab Hanafi mengatakan bahwa wakaf tetap menjadi
milik waqif untuk menjelaskan bahwa wakaf tidak bersifat harus dan
diperbolehkannya waqif untuk mencabut wakaf kembali. Disini Abdul Hadi tidak
mengomentari definisi Al-Muqanna karena tidak menyebutkan syarat-syarat yang ada
pada madzhab Hambali.26
Sebagai satu istilah dalam syariah Islam, wakaf diartikan sebagai penahanan
hak milik atas materi benda (al-„ain) untuk tujuan menyedekahkan manfaat atau
faedahnya. Sedangkan dalam buku-buku fiqh, para ulama berbeda pendapat dalam
memberi pengertian wakaf. Perbedaan tersebut membawa akibat yang berbeda pada
hukum yang ditimbulkan. Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah sebagai berikut:
Menurut Hanafiyah, mengartikan wakaf sebagai menahan materi benda (al-
„ain) milik waqif dan menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada siapapun
yang diinginkan untuk tujuan kebajikan. Definisi wakaf tersebut menjelaskan bahawa
kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau terhenti di tangan waqif itu sendiri.
Dengan pengertian, waqif masih menjadi pemilik harta yang diwakafkannya,
manakala perwakafan hanya terjadi ke atas manfaat harta tersebut, bukan termasuk
aset hartanya.
25 Munzir Qahaf, Manajemen wakaf produktif, (Jakarta: Khalifa, 2007), h. 48.
21
Menurut Malikiyah berpendapat, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu
harta yang dimiliki (walaupun pemilikannya dengan cara sewa) untuk diberikan
kepada orang yang berhak dengan satu akad (shighat) dalam jangka waktu tertentu
sesuai dengan keinginan waqif. Definisi wakaf tersebut hanya menentukan pemberian
wakaf kepada orang atau tempat yang berhak saja.
Menurut Syafi„iyah mengartikan wakaf dengan menahan harta yang bisa
memberi manfaat serta kekal materi bendanya (al-„ain) dengan cara memutuskan hak
pengelolaan yang dimiliki oleh Wakif untuk diserahkan kepada Nazhir yang
dibolehkan oleh syariah. Golongan ini mensyaratkan harta yang diwakafkan harus
harta yang kekal materi bendanya (al-„ain) dengan pengertian bahwa harta yang tidak
mudah rusak atau musnah serta dapat diambil manfaatnya secara terus menerus.
Menurut Hanabilah mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana,
yaitu menahan asal harta (tanah) dan menyedekahkan manfaat yang dihasilkan. Itu
menurut para ulama ahli fiqih. Dalam Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004, wakaf
diartikan dengan perbuatan hukum waqif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan
kesejahteraan umum menurut syariah.27
27 Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf (Jakarta: Iman, 2009), h. 8.
22
Dengan demikian yang dimaksud wakaf adalah suatu hal kebajikan (sosial)
berupa sedekah jariyah yang kepemilikannya tetap, yang dirasakan manfaat dari
pemanfaatan benda tersebut atau kepemilikan tersebut yang diberikan kepada mauquf
„alaih. Wakaf bertujuan untuk memberikan manfaat atau faedah harta yang
diwakafkan kepada orang yang berhak dan dipergunakan sesuai dengan ajaran
syariah Islam. Hal ini sesuai dengan fungsi wakaf yang disebutkan pasal 5 UU no. 41
tahun 2004 yang menyatakan wakaf berfungsi untuk mewujudkan potensi dan
manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk
memajukan kesejahteraan umum.
B. Wakaf Uang
Munculnya pemikiran wakaf uang yang dipelopori oleh M.A. Mannan, seorang
ekonom yang berasal dari Bangladesh pada dekade ini merupakan momen yang
sangat tepat untuk mengembangkan instrumen wakaf untuk membangun
kesejahteraan umat.
Sebelum Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf ada, pada
tanggal 11 Mei 2002 Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa yang
membolehkan wakaf uang (cash wakaf/waqf al nuqud) dengan syarat nilai pokok
wakaf harus dijamin kelestariannya.
Beberapa pendapat ulama yang menjadi rujukan komisi fatwa MUI dalam
wakaf uang yaitu:
23
1. Pendapat ulama Imam Zuhri bahwa mewakafkan dinar hukumnya boleh, dengan
cara menjadikan dinar tersebut sebagai modal usaha kemudian keuntungannya
disalurkan kepada mauquf alaih.
2. Muttaqaddimin dari ulama madzhab Hanafi membolehkan wakaf uang dinar dan
dirham sebagai pengecualian atas dasar istihsan bi Al-Urfi, bahwa yang
dipandang baik oleh kaum muslimin, maka dipandang baik juga dalam
pandangan Allah SWT dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin maka
dalam pandangan Allahpun buruk.
3. Pendapat sebagian ulama madzhab Syafi‟i meriwayatkan bahwasannya Imam
Syafi‟i memperbolehkan wakaf dinar dan dirham (uang).28
Dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia dikemukakan yang dimaksud dengan
wakaf uang (cash wakaf/waqf al_Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang,
kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.29
Termasuk ke
dalam pengertian uang tersebut adalah surat-surat berharga. Selain itu, dalam Fatwa
Majelis Ulama Indonesia tersebut dikemukakan rumusan definisi wakaf sebagaimana
pendapat rapat Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia pada tanggal 11 Mei 2002.
Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa tentang wakaf uang sebagai
berikut :30
28
Rahmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),h.109. 29
Rahmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2009),h.106. 30 Keputusan Fatwa, Komisi Fatwa MUI tentang Wakaf Uang.
24
6. Wakaf Uang (Cash Wakaf/Waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan
seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang
tunai.
7. Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
8. Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh).
9. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan
secara syar' i.
10. Nilai pokok Wakaf Uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual,
dihibahkan, dan atau diwariskan.
Pengertian wakaf sebagaimana dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 tentang Wakaf, diperluas lagi berkaitan dengan harta benda wakaf
(obyek wakaf) yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1) yang menyatakan harta benda
wakaf meliputi:
a. Harta benda wakaf terdiri atas benda tidak bergerak dan benda bergerak;
b. Benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a adalah
1) Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
baik yang sudah maupun yang belum terdaftar;
2) Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah sebagaimana
dimaksud pada huruf a;
3) Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;
4) Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku;
25
5) Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundangan yang berlaku;
c. Benda bergerak sebagaimana yang dimaksud pada Ayat 1 huruf b adalah harta
benda yang tidak habis karena dikonsumsi, meliputi uang, logam mulia, surat
berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual, hak sewa, serta benda
bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundangan yang
berlaku.
Pengertian wakaf sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf, berkaitan dengan harta benda wakaf (obyek
wakaf) yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1) yang menyatakan harta benda wakaf
adalah:
Kemudian wakaf benda bergerak berupa uang dalam Undang-Undang No. 41
Tahun 2004 ayat 16 tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam Bagian Kesepuluh Pasal
28,29,30 dan 31.31
Pasal 28
Waqif dapat mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui Lembaga
Keuangan Syariah yang ditunjuk oleh Menteri.
Pasal 29
31 Direktorat Pengembangan Zakat dan wakaf , Peraturan Perundangan Perwakafan
(Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 14-15.
26
(1) Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
dilaksanakan oleh waqif dengan pernyataan kehendak waqif yang dilakukan
secara tertulis.
(2) Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan dalam bentuk sertifikat wakaf uang.
(3) Sertifikat wakaf uang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan dan
disampaikan oleh lembaga keuangan syariah kepada Waqif dan Nazhir sebagai
bukti penyerahan harta benda wakaf.
Dengan adanya Undang-Undang ini maka semakin jelaslah bahwa perwakafan
di indonesia tidak sahnya berupa benda tidak bergerak saja, tetapi dapat juga berupa
benda bergerak yang boleh diwakafkan termasuk uang tunai.
Dengan demikian yang dimaksud wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan
seseorang, kelompok orang dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.
Juga termasuk kedalam pengertian uang adalah surat-surat berharga, seperti saham,
cek, dan lainnya.
Selintas wakaf uang ini memang tampak seperti instrumen keuangan Islam
lainnya seperti zakat, infaq, sedekah (ZIS). Padahal ada perbedaan antara instrumen-
instrumen keuangan tersebut. Berbeda dengan wakaf tunai, ZIS bisa saja dibagi-
bagikan langsung dana pokoknya kepada pihak yang berhak. Sementara pada wakaf
uang, uang pokoknya akan diinvestasikan terus menerus, sehingga umat memiliki
dana yang selalu ada dan Insya Allah bertambah terus seiring dengan bertambahnya
jumlah waqif yang beramal, baru kemudian keuntungan investasi dari pokok itulah
27
yang akan mendanai kebutuhan rakyat miskin. Oleh karena itu, instrumen wakaf tunai
dapat melengkapi ZIS sebagai instrumen penggalangan dana masyarakat.
Dasar Hukum Wakaf Uang
Wakaf adalah institusi sosial Islami yang tidak memiliki rujukan yang eksplisit
dalam Al-Qur‟an dan sunnah. Ulama berpendapat bahwa perintah wakaf merupakan
bagian dari perintah untuk melakukan al-khayr (secara harfiah berarti kebaikan).32
Dalil yang menjadi dasar disyariatkannya ibadah wakaf bersumber dari ayat Al-
Qur‟an dan sunnah Rasulullah SAW.
a). Ayat Al-Qur‟an
Dasarnya adalah firman Allah, sebagai berikut:
( ٧٧: لحج )
“ Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS. Al-
Hajj [22] : 77)
Dalam Surat Al-Hajj ayat 77, menjelaskan bahwa yang menguraikan
mengenai wakaf terletak pada kata “kebajikan”. Ayat ini memerintahkan agar semua
umat Islam berbuat kebaikan, sebab amalan-amalan wakaf pun termasuk salah satu
macam perbuatan yang baik dan terpuji. Selanjutnya dalam surat Ali-Imran ayat 92,
32 Jaih Mubarok, Wakaf Produktif (Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 7.
28
menguraikan mengenai perintah untuk berbuat kebajikan dengan menafkahkan
sebagian harta, sebab obyek wakaf adalah harta.
Dasarnya adalah firman Allah, sebagai berikut:
( ا م :
٩٢)
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan
Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali-Imran [3] : 92)
Menurut keumuman dua ayat ini menunjukkan di antara cara mendapatkan
kebaikan itu adalah dengan menginfaqkan sebagian harta yang dimiliki seseorang
diantaranya melalui sarana wakaf.
b). Sunnah Rasulullah saw.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah yang menyatakan bahwa
Nabi Muhammad saw. Bersabda:
سه يس م ب س هلم سلم م م ب م ه م م ام م للنم م ام , م م م م ب لم س لل ه م ام ب م س لمه : مىل م ه وم سه م سقمطمعم م مم ب بذم هم تم سيه مدم
يس م م ث م م م ث هب ب , م ب م ث , ب ال س م معه ب لسنث م س ب امه . م س ام ث م ابحث م س ه م س لبنس ) م م ه هه س .( م
Dari Abu Hurairah ra. Bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: Apabila ada
orang yang meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara yaitu
sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakannya. (HR.
Muslim).33
Dalam hadis ini dikatakan sebagai wakaf disebut dengan sedekah jariyah.
Pahala yang diperoleh manusia setelah meninggal dunia ada sedekah yang pahalanya
senantiasa mengalir selamanya yaitu sedekah jariyah.
33Al-Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani, Terjemah Bulughul Maram (Surabaya: Mutiara Ilmu,
1995), h.393.
29
Adapun hadis Nabi yang lebih tegas mengambarkan dianjurkannya ibadah
wakaf, yaitu perintah Nabi kepada Umar untuk mewakafkan tanahnya yang ada di
Khaibar:
لم م ام وم يب سيب ه سه م س ض ب م س ملم : م م لم م ب م ه م وم ه فب سم م م ام ه له للنم م س مأسهب م م ب لم س لل ه م : فمقم ام , فمأم م ال ب م
سه س ب هب س م ه ب م م ن م م س ه م س ض ب م سلض امنس ه ب س هم ض م ط ه ام ه ب س م مصم لقم : م م ه لمم ئس م م م س م م س م ام بىس شب
لم : بم وم م , مام فم مصم لقم بم ه له ه م ه م عه م س ل س م ه , م م ه , م م ه س م , م م ه ب اسقهلس ف م ب , فم مصم لقم بم ف ب اس هقملم اب ف م
ب م ب س ب ب , الن م اب ف س ب , م سيب ا ل ب س ب , م له س م ب اسوم س ه م هباب م م مىس مأس م يس م هم ل م م م نم م ب مقض , م الل س ب م ه م هطس ب
اث هم ض ن ب ). م سلم هه موم لم س لبنث ,هه م م ق م م الل س ه ابوه س )
Dari Ibnu Umar dia berkata: Umar penah mendapatkan sebidang tanah di
khaibar, lalu datang kepada nabi mohon perintah beliau tentang pengelolaannya
serta berkata: wahai rasulullah, saya mendapatkan tanah yang lebih baik daripada
tanah tersebut. Beliau bersabda: kalau engkau mau mewakafkan pohonnya dan
buahnya kau sedekahkan. Perawi hadist berkata: lalu Umar mewakafkannya dengan
syarat pohonnya tidak boleh dijual, tidak boleh diwaris, dan tidak boleh diberikan.
Hasilnya dia sedekahkan kepada kaum fakir, kerabat-kerabat, para budak, orang
orang yang membela agama Allah, musyafir yang kehabisan bekal, tamu, bagi
pengurusnya boleh makan hasilnya dengan baik, dan memberi makan teman-
temannya yang tidak mempunyai uang. (Muttafaq Alaih. Lafadh hadist riwayat
Muslim).34
Dalam hadis ini dikatakan sebagai menjelaskan bahwa Umar Ibn al-Khatab
datang kepada Nabi saw, meminta petunjuk pemanfaatan tanah miliknya di Khaibar.
Wakaf yang berarti menyedekahkan dari harta yang kita miliki. Obyek wakaf tersebut
adalah tanah.
Pada Keputusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) tentang wakaf uang
menyebutkan beberapa pendapat, diantaranya:35
34
Al-Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani, Terjemah Bulughul Maram (Surabaya: Mutiara Ilmu,
1995), h.394. 35 Keputusan Fatwa, Komisi Fatwa MUI tentang Wakaf Uang.
30
1. Pendapat Imam Al-Zuhri bahwa mewakafkan dinar hukumnya boleh, dengan
cara menjadikan dinar tersebut sebagai modal usaha, kemudian
keuntungannya disalurkan kepada mauquf „alaih;
2. Mutaqiddimin dari ulama mazhab Hanafi membolehkan wakaf uang dinar dan
dirham sebagai pengecualian, atas dasar istihsan bi al-„urfi, berdasarkan atas
Abdullah bin Mas‟ud ra., bahwa “apa yang dipandang baik oleh kaum
muslimin, maka dalam pandangan Allah adalah baik, dan apa yang dipandang
buruk oleh kaum muslimin, maka dalam pandangan Allah pun buruk;
3. Pendapat sebagian ulama mazhab Asy-Syafi‟i, di mana “Abu Tsyar
meriwayatkan dari Imam Asy-Syafi‟i tentang kebolehan wakaf dinar dan
dirham (uang)”.
4. Pendangan dan pendapat rapat Komisi Fatwa MUI pada hari Sabtu, tanggal 23
Maret 2002, antara lain tentang perlunya dilakukan peninjuaan dan
penyempurnaan (pengembangan) definisi wakaf yang telah umum diketahui,
dengan memperhatikan hadis, antara lain, riwayat Ibnu Umar.
5. Pandangan rapat Komis Fatwa MUI pada hari Sabtu, tanggal 11 Mei 2002
tentang rumusan definisi wakaf sebagai berikut:
Yakni “ menahan harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya
atau pokoknya, dengan cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda
tersebut (menjual, memeberikan, atau mewariskannya), untuk disalurkan
(hasilnya) pada sesuatu yang mubah (tidak haram) yang ada”
31
6. Surat Direktur Pengembangan Zakat dan Wakaf Depag, (terakhir) nomor Dt,
1.III/5/BA.03.2/2772/2002, tanggal 26 April 2002.
Sejarah Wakaf Uang
Sebenarnya praktik wakaf produktif sudah dimulai sejak zaman sahabat nabi
Muhammad SAW. Sahabat mewakafkan tanah pertanian untuk dikelola dan diambil
hasilnya, guna dimanfaatkan bagi kemaslahatan umat. Nabi Muhammad SAW pada
tahun ketiga Hijriah juga mewakafkan tujuh kebun kurma di Madinah.36
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa ada tiga perbuatan yang tak
putus pahalanya kendati orang itu sudah meninggal dunia yakni anak sholeh, ilmu
yang bermanfaat, dan sedekah jariyah. Wakaf adalah sedekah jariyah yang dimaksud.
Pada masa dinasti Ayyubiah di Mesir perkembangan wakaf sangat
menggembirakan. Pada masa ini, wakaf tidak hanya sebatas pada benda tidak
bergerak, tapi juga benda bergerak semisal wakaf tunai. Selain memanfaatkan wakaf
untuk kesejahteraan masyarakat seperti para ulama, dinasti Ayyubiah juga
memanffatkan wakaf untuk kepentingan politiknya dan misi alirannya.
Sejarah mencatat wakaf uang (cash wakaf) telah dijalankan sejak awal awal
abad kedua Hijriah. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Imam Az-Zuhri (124 H)
salah seorang ulama terkemuka dan peletak dasar tadwin al hadits telah menetapkan
fatwa. Masyarakat Muslim dianjurkan menunaikan wakaf menggunakan dinar dan
36 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai
(Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 6-7.
32
dirham untuk pembangunan sarana dakwah, sosial, serta pendidikan umat Islam.
Caranya menjadikan uang itu sebagai usaha produktif kemudian hasil keuntungannya
untuk wakaf.
Wakaf uang (cash wakaf/waqf al-Nuqud) telah lama dipraktikkan di berbagai
negara seperti Malaysia, Bangladesh, Mesir, Kuwait, dan negara-negara Islam di
Timur Tengah lainnya. Di luar negeri, sebenarnya wakaf uang sudah lama
dipraktikkan. Misalnya di Mesir, Universitas Al-Azhar menjalankan aktivitasnya
dengan menggunakan wakaf. Di Kuwait, dana wakaf uang sudah berbentuk bangunan
perkantoran. Areal tersebut disewakan dan hasilnya digunakan untuk kegiatan umat
Islam.
Dalam konteks Indonesia, wakaf uang digagas oleh Mannan direspon secara
positif oleh beberapa lembaga sosial keagamaan seperti Dompet Dhuafa Republika
(DDR), Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU), UII Yogyakarta dan beberapa lembaga
lainnya.
Di Indonesia praktik wakaf uang baru mendapat dukungan Majelis Ulama
Indonesia pada tahun 2002 seiring dengan di keluarkan Keputusan Fatwa Komisi
fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Wakaf Uang tanggal 28 Shafar 1423
Hijriah/11 Mei 2002 guna menjawab Surat Direktur Pengembangan Zakat dan Wakaf
Departemen Agama Nomor Dt.1.III/5/BA.03.2/2772/2002 tanggal 26 April 2002
yang berisi tentang permohonan fatwa tentang wakaf uang.
Wakaf tunai bagi umat islam di Indonesia memang masih relatif baru. Hal ini
bisa dilihat dari peraturan yang melandasinya MUI baru memberikan fatwanya pada
33
pertengahan Mei 2002, sedangkan Undang-Undang Tentang Wakaf No. 41 Tahun
2004 disahkan Pada Tanggal 27 Oktober 2004 oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, yang selanjutnya disusul oleh kelahiran Peraturan Pemerintah No. 42
tahun 2006. Dengan demikian, wakaf uang telah diakui dalam hukum positif di
Indonesia. Lahirnya Undang-Undang RI No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
diarahkan untuk memberdayakan wakaf yang merupakan salah satu instrumen dalam
membangun kehidupan sosial ekonomi umat Islam. Kehadiran Undang-Undang
wakaf ini menjadi momentum pemberdayaan wakaf secara produktif, sebab di
dalamnya terkandung pemahaman yang komprehensif dan pola manajemen
pemberdayaan potensi wakaf secara modern.
Rukun dan Syarat Wakaf Uang
Pada dasarnya rukun dan syarat wakaf uang adalah sama dengan rukun dan
syarat wakaf tanah. Adapun rukun wakaf uang, yaitu:37
1. Al-Wakif atau orang yang melakukan perbuatan wakaf, hendaklah dalam keadaan
sehat rohaninya dan tidak dalam keadaan terpaksa atau dalam keadaan dimana
jiwanya tertekan;
2. Al-Mauquf atau harta benda yang akan diwakafkan harus jelas wujudnya atau
zatnya dan bersifat abadi. Artinya, bahwa harta itu tidak habis sekali pakai dan
dapat diambil manfaatnya untuk jangka waktu yang lama;
37
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: UI Press, 1998),
h. 84.
34
3. Al-Mauquf alaih atau sasaran yang berhak menerima hasil atau manfaat wakaf,
dapat dibagi menjadi dua macam: wakaf khairy dan wakaf dzurry;
4. Sighat atau pernyataan pemberian wakaf, baik dengan lafadz, tulisan maupun
isyarat.
Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 terdapat tambahan rukun
wakaf, yaitu:
1. Ada orang yang menerima harta yang diwakafkan dari waqif sebagai pengelola
wakaf;
2. Ada jangka waktu wakaf (wakaf tertentu).
Rukun wakaf tersebut harus memenuhi syaratnya masing-masing sebagaimana
pada wakaf tanah. Adapun yang menjadi syarat umum sahnya wakaf uang adalah:
1. Wakaf harus kekal (abadi) dan terus menerus;
2. Wakaf harus dilakukan secara tunai, tanpa digantungkan kepada akan terjadinya
sesuatu peristiwa di masa akan datang, sebab pernyataan wakaf berakibat
lepasnya hak milik seketika setelah waqif menyatakan berwakaf;
3. Tujuan wakaf harus jelas, maksudnya hendaklah wakaf itu disebutkan dengan
terang kepada siapa diwakafkan;
4. Wakaf merupakan hal yang harus dilaksanakan tanpa syarat boleh khiyar, artinya
tidak boleh membatalkan atau melangsungkan wakaf yang telah dinyatakan
sebab pernyataan wakaf berlaku tunai dan untuk selamanya.
35
Sebagai upaya yang konkrit agar wakaf tunai dapat diserap dan dipraktekkan di
tengah-tengah masyarakat yang perlu diperhatikan adalah:38
1. Metode penghimpunan dana (fundrising), yaitu bagaimana wakaf tunai itu
dimobilisasikan. Dalam hal ini, sertifikat merupakan salah satu cara yang paling
mudah, yaitu dengan menerbitkan sertifikat dengan nilai yang berbeda-beda
untuk kelompok sasaran yang berbeda. Aspek inilah yang merupakan
keunggulan wakaf uang dibandingkan wakaf harta tetap lainnya, karena
besarannya dapat menyesuaikan kemampuan calon waqif.
2. Pengelolaan dana yang berhasil dihimpun. Orientasi dalam mengelola dana
tersebut adalah bagaimana pengelolaan tersebut mampu memberikan hasil yang
semaksimal mungkin (income generating orientation). Implikasinya adalah
bahwa dana-dana tersebut mesti diinvestasikan pada usaha-usaha produktif.
3. Distribusi hasil yang dapat diciptakan kepada para penerima manfaat
(beneficiaries). Dalam mendistribusikan hasil ini yang perlu diperhatikan adalah
tujuan atau orientasi dari distribusi tersebut, yang dapa berupa penyantunan
(charity), pemberdayaan (empowerment), investasi sumber daya insani (human
investment), maupun investasi infrastruktur (infrastructure investment).
38 Direktorat Pengembangan Zakat dan wakaf, Proses Lahirnya Undang-Undang No.41
Tahun 2004 Tentang Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2006),
h. 7.
36
Macam-Macam Wakaf
Adapun macam-macam wakaf yang dijelaskan di bawah ini adalah wakaf segi
peruntukan ditujukan kepada siapa wakaf itu, maka wakaf dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
1. Wakaf Ahli
Wakaf ahli adalah wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, seorang
atau lebih, keluarga si waqif atau bukan. Wakaf seperti ini juga disebut wakaf Dzurri.
Wakaf ahli juga disebut wakaf khusus, maksudnya adalah wakaf yang khusus
diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, seseorang atau lebih baik ia keluarga waqif
maupun orang lain. Wakaf ahli atau dzurri jenis ini kadang-kadang juga disebut
wakaf „alal aulad, yaitu wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan dan jaminan
sosial dalam lingkungan keluarga, lingkungan kerabat sendiri.39
Apabila ada seseorang mewakafkan sebidang tanah kepada anaknya, lalu
kepada cucunya, wakafnya sah dan yang berhak mengabil manfaatnya adalah mereka
yang ditunjuk dalam pernyataan wakaf.
2. Wakaf Khairi
Wakaf khairi adalah wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama
(keagamaan) maupun dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan seperti
untuk kemaslahatan (kebajikan umum).40
Seperti wakaf yang diserahkan untuk
39 Sayyid Sabiq, Fiqih as-Sunnah (Lebanon: Dar al-„Arabi, 1971), h. 378. 40 Sayyid Sabiq, Fiqih as-Sunnah (Lebanon: Dar al-„Arabi, 1971), h. 378.
37
keperluan pembangunan masjid, sekolah, jembatan, rumah sakit, panti asuhan anak
yatim dan lain sebagainya.
Secara substansinya, wakaf inilah yang merupakan salah satu segi dari
membelanjakan harta (memanfaatkan) harta di jalan Allah SWT. dan bila dilihat dari
manfaat kegunaannya merupakan salah satu sarana pembangunan, baik di bidang
keagamaan, khususnya peribadatan, perekonomian, kebudayaan, kesehatan,
keamanan, dan lain sebagainya. Dengan demikian, benda wakaf tersebut benar-benar
terasa manfaatnya untuk kepentingan kemanusiaan (umum), tidak hanya untuk
kepentingan keluarga atau kerabat terbatas.
Manfaat dan Tujuan Wakaf Uang
Dibandingkan dengan wakaf tanah dan benda lainnya, peruntukkan wakaf uang
jauh lebih fleksibilitas (keluwesan) dan memiliki kemaslahatan lebih besar yang tidak
dimiliki oleh benda lainnya.
Selain itu ada 4 (empat) manfaat sekaligus keunggulan wakaf uang
dibandingkan dengan wakaf benda tetap yang lain, yaitu:41
1. Wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi, seseorang yang memiliki dana terbatas
sudah bisa mulai memberikan dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi
tuan tanah terlebih dahulu.
41
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 114.
38
2. Melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa
mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah lahan pertanian.
3. Dana wakaf uang juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan
Islam yang cash flow-nya terkadang kembang-kempis dan menggaji civitas
akademik ala kadarnya.
4. Pada gilirannya, umat Islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan dunia
pendidikan tanpa harus terlalu tergantung pada anggaran pendidikan Negara
yang semakin lama terbatas.
Adapun tujuan wakaf uang adalah:
1. Melengkapi perbankan Islam dengan produk wakaf uang yang berupa sertifkat
berdominasi yang diberikan kepada para waqif sebagai bukti keikutsertaan;
2. Membantu penggalangan tabungan sosial melalui Sertifikat Wakaf Tunai yang
dapat diatasnamakan orang-orang tercinta baik yang masih hidup maupun yang
telah meninggal, sehingga dapat memperkuat integrasi kekeluargaan di antara
umat,
3. Meningkatkan investasi sosial dan mentransformasikan tabungan sosial
menjadi modal sosial dan membantu pengembangan pasar modal sosial;
4. Menciptakan kesadaran orang kaya terhadap tanggung jawab sosial mereka
terhadap masyarakat sekitarnya, sehingga keamanan dan keadilan sosial dapat
tercapai.
39
C. Nazhir (Pengelola Wakaf)
Nazhir adalah salah satu unsur penting dalam perwakafan, berfungsi atau
tidaknya wakaf sangat tergantung pada kemampuan nazhir. Nazhir adalah orang
yang paling bertanggung jawab terhadap harta wakaf yang dipegangnya, baik
terhadap harta wakaf itu sendiri maupun terhadap hasil upaya-upaya
pengembangannya. Setiap kegiatan Nazhir terhadap harta wakaf harus dalam
pertimbangan kesinambungan harta wakaf untuk mengalirkan manfaatnya untuk
kepentingan al-mawquf „alaih.42
Dalam pengelolaan harta wakaf produktif, pihak yang paling berperan
berhasil tidaknya dalam pemanfaatan harta wakaf adalah nazhir wakaf. untuk itulah
profesionalisme nazhir menjadi ukuran penting dalam pengelolaan jenis wakaf
apapun.43
Di berbagai Negara yang wakafnya dapat berkembang dan berfungsi untuk
memberdayakan umat, wakaf dikelola oleh nazhir yang profesional. Wakaf uang
memberikan manfaat yang riil terhadap masyarakat luas, seyogyanyalah lembaga
pengelola wakaf uang menngunakan manajemen yang professional. Manajemen
wakaf uang melibatkan tiga pihak, yaitu (1) pemberi wakaf (waqif), (2) pengelola
wakaf (nazhir). Nazhir ini, nantinya juga bertindak sebagai manajer investasi, dan (3)
Beneficiary (mauquf „alaih/masyarakat yang diberi wakaf). Dan Waqif akan
42 Mustafa Edwin Nasution dan Dr. Uswatun Hasanah, Wakaf Tunai Inovasi Finansial Islam
(Jakarta: PSTTI-UI, 2006), h. 95. 43
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan
dan Wakaf (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 93.
40
memberikan uangnya sebagai wakaf kepada lembaga pengelola wakaf dan
keuntungannya didistribusikan kepada masyarakat luas yang membutuhkan. Karena
itu, lembaga pengelola wakaf uang harus memenuhi kriteria adalah memiliki akses
yang baik kepada calon waqif, memiliki kemampuan untuk menginvestasikan dana
wakaf, mampu mendistribusikan hasil atau keuntungan dari investasi dana wakaf,
memiliki kemampuan untuk mencatat atau membukukan segala hal yang berkaitan
dengan beneficiary, misalkan rekening dan peruntukannya, lembaga pengelola wakaf
uang hendaknya di percaya oleh masyarakat dan kinerjanya di kontrol sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku terhadap lembaga pengelola dana
publik.
Berdasarkan ketentuan dalam pasal 9 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
tentang wakaf, nazhir wakaf yang selama ini tradisional terdapat perbedaan mengarah
pada nazhir professional yang terdiri dari perorangan, organisasi, atau badan hukum.
Adapun tugas-tugas nazhir adalah:
a. Melakukan pengadministrasian;
b. Mengelola dan mengembangkan sesuai dengan tujuan, fungsi dan
peruntukannya;
c. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf;
d. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia (BWI).
41
D. Sertifikat Wakaf Tunai
Peluncuran sertifikat wakaf tunai yang dipelopori M. A. Mannan dengan
Social Investment Bank Limited (SIBL). SIBL merupakan sebuah model perbankan
tiga sektor di luar perbankan konvensional dan beroperasi secara bersama-sama
dengan tujuan menghapuskan kemiskinan dan memberdayakan keluarga melalui
investasi sosial berlandaskan sistem ekonomi partisipatif.44
Berbagai macam kegiatan
bank dilakukan melalui sektor formal, non formal dan voluntary. Dalam proses
pengorganisasian operasi pasar modal sosial pada sektor voluntary, pengenalan
Sertifikat Wakaf Tunai merupakan yang pertama kalinya dalam sejarah perbankan.
Sertifikat Wakaf Tunai ini dimaksudkan sebagai intrumen pemberdayaan keluarga
kaya dalam memupuk investasi sosial sekaligus mewujudkan kesejahteraan sosial.
Wakaf tunai membuka peluang yang unik bagi penciptaan investasi dbidang
keagamaan, pendidikan, dan pelayanan sosial. Tujuan dari produk Sertifikat Wakaf
Tunai (SWT) adalah:45
1. Penggalangan tabungan sosial dan mentransformasikan tabungan sosial
menjadi modal sosial serta membantu mengembangkan pasar modal sosial;
2. Meningkatkan investasi sosial;
44 M.A. Mannan, Sertifikat Wakaf Tunai (Jakarta : CIBER PKTTI – UI, 2001), h.136. 45 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di
Indonesia (Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 13.
42
3. Menyisihkan sebagian keuntungan dari sumber daya orang kaya
(berkecukupan) mengenai tanggung jawab sosial mereka terhadap masyarakat
sekitarnya;
4. Menciptakan integrasi antara keagamaan sosial dan kedamaian sosial serta
meningkatkan kesejahteraan umat.
E. Pengertian Sistem
Sistem dapat diartikan sebagai sebuah cara, proses, atau prosedur yang teratur.
kita dapat mendefinisikan sistem dengan dua pendekatan yaitu penekanan pada
prosedur dan penekanan pada komponen.46
Prosedur adalah urut-urutan yang tepat
dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa yang dikerjakan, siapa yang
mengerjakannya, kapan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Jadi, definisi
sistem yang lebih menekankan pada prosedur adalah suatu jaringan kerja dari
prosedur-prosedur saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan
suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu.47
Dari penjelasan di atas tentang sistem dan dua pendekatan dengan penekanan
pada prosedur dan komponennya, kita dapat mendefinisikan sistem adalah sebuah
kesatuan dari bagian atau komponen yang saling berhubungan dalam prosedur kerja
46 Syopiansyah Jaya Putra dan A‟ang Subiyakto, Pengantar Sistem Informasi (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h 24. 47 Syopiansyah Jaya Putra dan A‟ang Subiyakto, Pengantar Sistem Informasi (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), h. 25.
43
tertentu untuk mencapai tujuan dalam mengolah masukan untuk menghasilkan
keluaran.
Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian saling berkaitan yang beroperasi
bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Berarti sebuah sistem
bukanlah seperangkat unsur yang tersusun tak teratur, tetapi terdiri dari unsur yang di
kenal sebagai saling melengkapi karena satunya maksud, tujuan, atau sasaran.48
F. Penghimpunan Dana (Fundraising)
Salah satu hal penting dalam sebuah organisasi nirlaba adalah sistem
fundraising yang merupakan tulang punggung sebuah organisasi. Untuk mendapatkan
hasil yang maksimal fundraising membutuhkan strategi dan pendekatan yang tepat
yaitu strategi menggalang dana. Strategi penggalangan dana adalah tulang punggung
kegiatan menggalang dana.49
Oleh karena itu langkah awal organisasi saat melakukan
penggalangan dana harus menentukan arahan yang benar demi keberlanjutan langkah
berikutnya.50
Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan menghimpun dana dan
sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi,
perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan
48
Gordon B. Davis, Manajemen Sistem Informasi. Penerjemah Andreas S. Adiwardana
(Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 2002), h. 67. 49 Norton Michael, Menggalang Dana: Penuntun bagi Lembaga Swadaya masyarakat dan
Organisasi Sukarela di Negara-negara Selatan. Penerjemah Masri Maris (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia atas bantuan, 2002), h. 51. 50
Mustaine, “Fundraising yang Efektif”, artikel diakses pada tanggal 25 April 2011 dari
http://www.dompetdhuafa.org/?p=5945.
44
kegiatan operasional lembaga yang pada akhirnya adalah untuk mencapai misi dan
tujuan dari lembaga tersebut.51
Komponen lembaga atau organisasi memiliki komitmen untuk
mengimplementasikan program yang telah dirancang sebelumnya oleh lembaga
maupun organisasi.52
Fundraising adalah suatu kegiatan penggalangan dana dari
individu, organisasi, maupun badan hukum. Begitu penting peran fundraising itu
sendiri dapat dikatakan sebagai faktor pendukung lembaga dalam membiayai
program dan membiayai kegiatan operasional lembaga adalah ketersediaan dana yang
cukup. Fundraising juga merupakan proses mempengaruhi masyarakat.53
Aktivitas menggalang dana (fundraising) adalah aktivitas proaktif dan
meyakinkan, imajinasi dan kreativitas, juga pertemanan dan kepercayaan.54
Dalam
hal ini, lembaga perlu membangun etika fundraising dengan mengacu pada misi
lembaga.55
Dalam fundraising, selalu ada proses mempengaruhi. Proses ini meliputi
kegiatan memberitahukan, mengingatkan, mendorong, membujuk, merayu termasuk
juga melakukan penguatan stressing, jika hal tersebut memungkinkan atau
diperbolehkan. Fundraising sangat berhubungan dengan kemampuan perseorangan,
51 Hendra Sutisna, Fundraising Database (Jakarta: Piramedia, 2006), h. 1. 52
Setiyo Iswoyo dan Hamid Abidin, In Kind Fundraising,Cet I, (Depok: PIRAMEDIA,
2006), h. 23. 53
Hendrakholid.net dan Redaksi, “ Fundraising VS Marketing”, artikel diakses Pada
Tanggal 25 Februari 2011 dari http://hendrakholid.net/blog. 54 Herri Setaiawan, Membership Fundraising,Cet I, (Jakarta: Piramedia, 2006), h. 1. 55 Darwina Widjajanti, Rencana Strategis Fundraising, Cet I, (Jakarta: PIRAMEDIA, 2006),
h. 4.
45
organisasi, badan hukum untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain sehingga
nenimbulkan kesadaran dan kepedulian.
Fundraising tidak identik hanya dengan uang semata. Ruang lingkupnya
begitu luas dan mendalam, pengaruhnya sangat berarti bagi eksistensi dan
pertumbuhan lembaga. Oleh karenanya, tidak begitu mudah untuk memahami ruang
lingkup fundraising. Dengan usaha-usaha inilah kita dapat memenuhi biaya
operasional lembaga dan program-program sosial yang kita tangani. 56
Untuk
memahaminya terlebih dahulu dibutuhkan pemahaman tentang substansi dari pada
fundraising tersebut. Adapun subtansi dasar dari pada fundraising dapat diringkas
kepada tiga hal, yaitu motivasi, program, dan metode.
Motivasi adalah serangkaian pengetahuan, nilai-nilai, keyakinan dan alasan-
alasan yang mendorong donator untuk mengeluarkan sebagian hartanya. Dalam
kerangka fundraising, Nazhir harus terus melakukan edukasi, sosialisasi, promosi dan
transfer informasi sehingga menciptakan kesadaran dan kebutuhan pada calon waqif.
Program adalaah kegiatan pemberdayaan implementasi visi dan misi lembaga
perwakafan (nazhir) yang jelas sehingga masyarakat yang mampu tergerak untuk
melakukan perbuatan wakaf.
56
Zaim Saidi, dkk, Strategi dan Pola Penggalangan Dana Sosial di Indonesia, Cet I,
(Jakarta: Piramedia dengan dukungan Ford Foundation, 2003), h. 48.
46
Metode Fundraising adalah pola bentuk atau cara-cara yang dilakukan oleh
sebuah lembaga dalam rangka menggalang dana dari dari kegiatan usaha yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan distribusi barang dan
jasa yang dapat memuaskan keinginan pasar sasaran untuk mencapai tujuan
perusahaan.57
Dari definisi diatas, maka terlihat bahwa pemasaran merupakan suatu
sarana perencanaan, penciptaan, serta pengembangan suatu produk dalam hal ini
produk wakaf guna masyarakat. Metode fundraising harus mampu memberikan
kepercayaan, kemudahan, kebanggaan dan manfaat lebih bagi masyarakat donatur.
Metode ini pada dasarnya dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu metode langsung
(direct fundraising) dan metode tidak langsung (indirect fundraising).
a. Metode Fundraising Langsung (Direct Fundraising)
Metode fundraising adalah metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-
cara yang melibatkan partisipasi waqif secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk
fundraising di mana proses interaksi dan daya akomodasi terhadap respon waqif bisa
seketika (langsung) dilakukan. Dengan metode ini apabila dalam diri waqif muncul
keinginan untuk melakukan donasi setelah mendapatkan promosi dari fundraiser
lembaga, maka segera dapat melakukan dengan mudah dan semua kelengkapan
informasi yang diperlukan untuk melakukan donasi sudah tersedia. Sebagai contoh
57
Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail untuk Fundraising, Cet I, (Jakarta: Piramedia, 2005),
h. 8-9.
47
dari metode ini yaitu, direct mail, direct advertising, Telefundraising dan presentasi
langsung.
b. Metode Fundraising Tidak langsung (Indirect Fundraising).
Metode ini adalah suatu metode yang menggunakan teknik-teknik atau cara-
cara yang tidak melibatkan partisipasi waqif secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk
fundraising di mana tidak dilakukan dengan memberikan daya akomodasi langsung
terhadap respon waqif seketika. Metode ini misalnya dilakukan dengan metode
promosi yang mengarah kepada pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa
diarahkan untuk transaksi donasi pada saat itu. Sebagai contoh dari metode ini adalah:
advertorial, image compaign dan penyelenggaraan event, melalui perantara, menjalin
relasi, melalui referensi, dan mediasi para tokoh, dll.
Pada umumnya sebuah lembaga melakukan kedua metode fundraising ini baik
langsung maupun tidak langsung). Karena keduanya memiliki kelebihan dan
tujuannya sendiri-sendiri. Metode fundraising langsung diperlukan karena tanpa
metode langsung, waqif akan kesulitan untuk mendonasikan dananya. Sedangkan jika
semua bentuk fundraising dilakukan secara langsung, maka tampak akan menjadi
kaku, terbatas daya tembus lingkungan calon waqif dan berpotensi menciptakan
kejenuhan. Kedua metode tersebut dapat digunakan secara fleksibel dan semua
48
lembaga harus pandai mengkombinasikan kedua metode tersebut. Aktivitas
fundraising memiliki tujuan, adapun tujuan pokok fundraising yaitu:58
1. Menghimpun dana adalah merupakan tujuan fundraising yang paling
mendasar. Dana dimaksudkan adalah dana wakaf maupun dana operasi
pengelolaan wakaf. Termasuk dalam pengertian dana adalah barang atau jasa
yang memiliki nilai material. Tujuan inilah yang paling pertama dan utama
dalam pengelolaan wakaf dan ini pula yang menyebabkan mengapa dalam
pengelolaan wakaf fundraising harus dilakukan. Tanpa aktifitas fundraising
kegiatan lembaga pengelola wakaf akan kurang efektif. Bahkan lebih jauh
dapat dikatakan bahwa aktifitas fundraising yang tidak menghasilkan dana
sama sekali adalah fundraising yang gagal meskipun memiliki bentuk
keberhasilan lainnya. Karena pada akhirnya apabila fundraising tidak
menghasilkan dana maka tidak ada sumber daya, maka lembaga akan
menghilangkan kemampuan untuk terus menjaga kelangsungan programnya,
sehingga pada akhirnya lembaga akan melemah.
2. Tujuan kedua dari fundraising adalah menambah calon waqif, menambah
populasi waqif. Nazhir yang melakukan fundraising harus terus menambah
jumlah donator atau waqif-nya. Untuk dapat menambah jumlah donasi, maka
ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu menambah donasi dari setiap waqif
atau menambah jumlah waqif baru. Di antara kedua pilihan tersebut, maka
58
I Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail untuk Fundraising, Cet I, (Jakarta: Piramedia,
2005), h. 5-7.
49
menambah waqif adalah cara yang relatif lebih mudah dari pada menaikan
jumlah donasi dari setiap waqif. Dengan alasan ini maka, mau tidak mau
fundraising dari waktu ke waktu juga harus berorientasi dan berkonsentrasi
penuh untuk terus manambah jumlah wakif memperbanyak donator atau
waqif.
3. Meningkatkan atau membangun citra lembaga, bahwa aktifitas fundraising
yang dilakukan oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), baik
secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap citra
lembaga. Fundraising adalah garda terdepan yang menyampaikan informasi
dan berinteraksi dengan masyarakat. Hasil informasi dan interaksi ini akan
membentuk citra lembaga dalam benak khalayak. Citra ini dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan dampak positif. Dengan citra ini
setiap orang akan menilai lembaga dan pada akhirnya menunjukan sikap atau
perilaku terhadap lembaga. Jika yang ditunjukan adalah citra yang positif,
maka dukungan dan simpati akan mengalir dengan sendirinya terhadap
lembaga. Dengan demikian demikian tidak ada lagi kesulitan dalam mencari
waqif, karena dengan sendirinya donasi akan memberikan kepada lembaga,
dengan citra yang baik akan sangat mudah sekali mempengaruhi masyarakat
untuk memberikan donasi kepada lembaga.
4. Menghimpun relasi dan pendukung, kadang kala ada seseorang atau
sekelompok orang yang telah berinteraksi dengan aktifitas fundraising yang
dilakukan oleh sebuah Organisasi Pengelola Wakaf atau Lembaga Swadaya
50
Masyarakat. Mereka punya kesan positif dan bersimpati terhadap lembaga
tersebut. Akan tetapi pada saat itu mereka tidak mempunyai kemampuan
untuk memberikan dana kepada lembaga tersebut sebagai donasi karena
ketidakmampuan mereka. Kelompok seperti ini kemudian menjadi relasi dan
pendukung lembaga meskipun tidak menjadi waqif. Kelompok seperti ini
harus diperhitungkan dalam aktifitas fundraising, meskipun mereka tidak
mempunyai donasi, mereka akan berusaha melakukan dan berbuat apa saja
untuk mendukung lembaga dan akan fanatik terhadap lembaga. Kelompok
seperti ini pada umumnya secara natural bersedia menjadi promotor atau
informasi positif tentang lembaga kepada orang lain. Kelompok seperti ini
sangat diperlukan oleh lembaga sebagai pemberi kabar informasi kepada
orang yang memerlukan. Dengan adanya kelompok ini, maka kita telah
memiliki jaringan informal yang sangat menguntungkan dalam aktifitas
fundraising.
5. Meningkatkan kepuasan donatur, tujuan kelima dari fundraising adalah
memuaskan wakif. Tujuan ini adalah tujuan yang tertinggi dan bernilai untuk
jangka panjang, meskipun dalam pelaksanaannya kegiatannya secara teknis
dilakukan sehari-hari. Kemudian, mereka akan mendonasikan dananya kepada
lembaga secara berulang-ulang, bahkan menginformasikan kepuasannya
terhadap lembaga secara positif kepada orang lain. Disamping itu, waqif yang
puas akan menjadi tenaga fundraiser alami (tanpa diminta, tanpa dilantik dan
tanpa dibayar). Dengan cara ini secara bersamaan lembaga mendapat dua
51
keuntungan. Oleh karenanya dalam hal ini benar-benar diperhatikan, karena
fungsi pekerjaan fundraising lebih banyak berinteraksi dengan waqif, maka
secara otomatis kegiatan fundraising juga harus bertujuan untuk memuaskan
waqif.
52
BAB III
PROFIL LEMBAGA DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN
BADAN WAKAF INDONESIA
A. DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
1. Sejarah Pendirian
Dompet Dhuafa Republika (DDR) adalah lembaga nirlaba milik masyarakat
Indonesia yang bertujuan untuk mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum
dhuafa dengan dana ZISWAF (zakat, infaq, shadaqah, wakaf), serta dana lainya
yang halal dan legal, dari perorangan, kelompok,perusahaan/lembaga.
Berdirinya Dompet Dhuafa berawal dari empati kolektif komunitas jurnalis
yang banyak berinteraksi dengan masyarakat miskin yang sekaligus sering
berinteraksi dengan kaum kaya. Dalam sebuah kegiatan di Gunung Kidul, sebuah
terpencil di Yogyakarta, pada saat musibah kelaparan menimpa daerah tersebut,
telah menarik perhatian beberapa pejabat senior berhasil Republika pada saat itu.
Para wartawan menyaksikan aktivitas pemberdayaan kaum miskin yang didanai
mahasiswa. Dengan menyisihkan uang saku, mahasiswa membantu masyarakat
miskin.
Aktivitas sosial yang telah dilakukan sambilan di lingkungan republika pun
terdorong untuk dikembangkan. Kemudian digagaslah manajemen galang
kebersamaan dengan siapapun yang peduli kepada nasib dhuafa. Maka dimulailah
53
upaya penggalangan dana bagi masyarakat Gunung Kidul itu dengan
mengumpulkan sumbangan dari karyawan Republika. Masing-masing karyawan
di himbau untuk menyerahkan 2,5 persen dari penghasilan bulanan. Dana tersebut
disalurkan langsung kepada dhuafa yang kerap dijumpai saat mereka bertugas.
Dengan manajemen dana yang dilakukan pada waktu itu sia-sia, tentu saja
penghimpinaan maupun pendayagunaan dana tidak dapat maksimal dan dana
yang terkumpul tidak mencukupi untuk membantu korban bencana.
Akhirnya pada 2 juli 1993 manajemen Republika memutuskan untuk
memberi ruang menggalang dana dari pembaca.59
Kolom penggalangan dananya
dinamakan Dompet Dhuafa, yang berarti sumbangan buat kaum lemah. Inisiatif
ini terbukti efektif karena tiap hari kolom dipenuhi sumbamngan dari
pembencana.
Dompet Dhuafa, sejak berdiri 1993 dan kemudian dikukuhkan sebagai
lembaga sosial terbuka berbentuk yayasan di tahun 1994 telah menorehkan jejak
tebal dalam dunia layanan sosial, khususnya pada lingkup dunia perzakatan
nasional. Bergerak dari sebuah kesadaran akan aktivitas peduli yang diinisiasi
oleh segenap awak Harian Umum Republika pimpinan Parni Hadi, pada tahun-
tahun awal DD mampu menunjukkan inovasi dan mencatat berbagai pencapaian
penting dalam aktivitas sosial kemasyarakatan berbasis pengumpulan dana
ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah, Wakaf, dan Donasi). Dan semenjak dikukuhkan
59 Annual Report Dompet Dhuafa Tahun 2009, h. 24.
54
sebagai lembaga Amil Zakat nasional Pertama, 2001, Kiprah Dompet Dhuafa di
dunia lembaga makin kuat.60
Sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, Dompet Dhuafa tercatat di
Departemen Sosial RI sebagai organisasi yang berbentuk yayasan, yang dilakukan
di hadapan Notaris H. Abu Yusuf, S.H. tanggal 14 September 1994 dan terdaftar
dengan dengan SP No. 300/DD/Sk-Bp/v1/2000 (H. Abu Yusuf SH/ YN 41,
No.163/A) Yay /HKM/ 1996 PN jaksel. Berdasarkan Undang-undang RI Nomor
38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat, DD meripikan institusi pengolaan
zakat yang dibentuk oleh masyarakat. Tanggal 8 oktober 2001, Mentri Agama
Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001
tentang PENGUKUHAN DOMPET DHUAFA REPUBLIKA sebagai Lembaga
Amil Zakat (LAZ) tingkat nasional. Seawal pendirnya DD, maka digaraplah visi
dan misi lembaga sebagai garis besar tujuan DD, sebagai sebuah LAZ yang
diakui.
Sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, Dompet Dhuafa tercatat di
Departemen Sosial RI sebagai organisasi yang berbentuk Yayasan. Pembentukan
yayasan dilakukan di hadapan Notaris H. Abu Yusuf, SH tanggal 14 September
1994, diumumkan dalam Berita Negara RI No. 163/A. YAY. HKM/1996/
PNJAKSEL.
60 Annual Report Dompet Dhuafa Tahun 2008.
55
Dompet Dhuafa Republika (DD) beralamat di Jl. Ir. H. Juanda No. 50
Ciputat Indah Permai C 28-29 Ciputat Jakarta 15419. Email: dompetdhuafa.org
Telp: (021) 7416050 Fax: (021) 7426070.
Dompet Dhuafa mulai mengumpulkan wakaf uang sejak 9 tahun lalu sejak
disahkannya Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang Wakaf Uang. Menurut
Hendra Djatnika wakaf uang ini digunakan sebagai alternatif untuk
mensejahterakan umat.61
Sebagian besar masyarakat menilai wakaf yang selama
ini dikenal adalah wakaf tanah. Pada saat ini, wakaf uang menjadi alternatif
dalam berwakaf. Dengan mengusung program “Wakaf Terbaik” yaitu berupa
wakaf produktif yang akan menjadi sumber-sumber keuangan bagi umat di
bidang pendidikan, kesehatan dan sosial ekonomi.
Potensi wakaf uang ini sangat besar karena wakaf uang ini digunakan untuk
wakaf dalam kegiatan produktif. Wakaf uang ini digunakan untuk membiayai
aset-aset wakaf yang digunakan untuk program-program wakaf yang produktif
seperti halnya Layanan Kesehatan Cuma-Cuma, dan lain-lain.
Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) adalah obyek wakaf uang yang
efektif, memberi cerah harapan semangat hidup sehat kaum dhuafa. Dengan
adanya lembaga layanan kesehatan ini, golongan masyarakat dhuafa bisa
memperoleh haknya tanpa perlu dibebankan biaya-biaya seperti halnya rumah
sakit.
61
Wawancara Pribadi dengan Hendra Djatnika (Head of Productive Waqfraising). Jakarta, 4
April 2011.
56
Dengan dikeluarkannya Fatwa MUI Tentang Wakaf Uang, terlihat jelas
bahwa wakaf uang ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan wakaf tanah.
Keberadaan wakaf uang, wakaf uang dapat menyesuaikan kemampuan calon si
waqif untuk berwakaf dan mendapatkan Sertifikat Wakaf Uang yang diterbitkan
oleh Dompet Dhuafa. Berdasarkan pengertian wakaf itu sendiri haruslah kekal
oleh karena itu kepemilikannya tidak boleh habis, hanya boleh dimanfaatkan atau
dikelola, setelah dikelola dan memperoleh hasil atas pemnafaatannya itu
kemudian disalurkan kepada sasaran wakaf (mauquf „alaih).
Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf, Dompet Dhuafa mengoptimalkan peran Lembaga Keuangan Syariah.
Lembaga ini telah bekerja sama dengan beberapa bank syariah sebagai Lembaga
Keuangan Syariah Penerima Wakaf uang (LKS-PWU) di antaranya yaitu BCA,
bank Muamalat, bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, BII Syariah dan bank
Danamon Syariah. Dalam hali ini, LKS-PWU hanya bertindak sebagai kasir
dalam melakukan fundraising wakaf uang.
2. Struktur Organisasi Dompet Dhuafa Republika
Dewan Wali Amanah
Ketua Dewan Wali Amanah : Chairman
Anggota Dewan Wali Amanah
1. Houtman Z.Arifin
2. Eri Sudewo
57
3. Rahmat Riyadi
4. S. Sinansari Ecip
5. Haidar Bagir
Dewan Direksi
Presiden Direktur Dompet Dhuafa : Ismail A. Said
Direktur Eksekutif : Ahmad Juwaini
Direktur Komunikasi : M.Arifin Purwakadanta
Direktur Program : Yuli Pujihardi
Direktur Keuangan : Rini Suprihartini
Direktur Pengembangan Bisnis : Kusnandar
Dewan Syariah
Ketua Dewan Syariah : Prof. KH. Muhammad Amin
Suma
Anggota Dewan Syariah :
1. Izzudin Abdul Manaf, Lc.
2. Bobby Herwibowo
3. Visi, Misi dan Strategi Dompet Dhuafa Republika
Visi
”Terwujudnya masyarakat berdaya yang bertumpu pada sumber daya lokal
melalui sistem yang berkeadilan”.
58
Misi
1. Membangun nilai kemanusiaan dan kemandirian
2. Melakukan optimalisasi penggalangan sumber daya masyarakat
3. Mendorong sinergi program dan jaringan organisasi pemberdayaan
masyarakat global
4. Mengembangkan zakat sebagai pilihan alternatif dalam pengentasan
kemiskinan
5. Menumbuhkembangkan dan mendayagunakan asset masyarakat melalui
ekonomi berkeadilan
Strategi Utama
1. Penguatan Kelembagaan
2. Inovasi
3. kemitraan
4. Aliansi
5. Transformasi Nilai
59
B. BADAN WAKAF INDONESIA
1. Sejarah Pendirian Badan Wakaf Indonesia
Kelahiran Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan perwujudan
amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang
wakaf. Kehadiran BWI, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 47, adalah untuk
memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia. Untuk pertama kali,
Keanggotaan BWI diangkat oleh Presiden Republik Indonesia, sesuai dengan
Keputusan Presiden (Kepres) No. 75/M tahun 2007, yang ditetapkan di Jakarta,
13 Juli 2007.62
Jadi, BWI adalah lembaga independen untuk mengembangkan
perwakafan di Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat bebas dari
pengaruh kekuasaan manapun, serta bertanggung jawab kepada masyarakat.
Badan Wakaf Indonesia (BWI) beralamat di Gedung laboratorium Halal,
Jl. Pondok Gede, Pinang Ranti, Jakarta Timur 13560. Email: bwi.or.id Telp:
(021)-80884988, (021) 80877955 Fax: (021) 80877955. BWI berkedudukan di
ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dapat membentuk perwakilan
di Provinsi dan Kabupaten atau Kota sesuai dengan kebutuhan.
Dalam kepengurusan, Badan Wakaf Indonesia terdiri atas Badan Pelaksana
dan Dewan Pertimbangan, masing-masing dipimpin oleh oleh satu orang Ketua
62 Web Master, “Profil Badan Wakaf Indonesia”, Sabtu 12 Juni 2004, artikel diakses pada
tanggal 21 Juli 2010 dari http://www.bwi.or.id.
60
dan dua orang Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh para anggota. Badan
pelaksana merupakan unsur pelaksana tugas, sedangkan Dewan Pertimbangan
adalah unsure pengawas pelaksanaan tugas BWI. Jumlah anggota Badan Wakaf
Indonesia terdiri dari paling sedikit 20 (dua puluh) orang dan paling banyak 30
(tiga puluh) orang yang berasal dari unsur masyarakat. (Pasal 51-53, UU
No.41/2004).
Keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden. Keanggotaan Perwakilan Badan Wakaf Indonesia di daerah diangkat
dan diberhentikan oleh Badan Wakaf Indonesia. Keanggotaan Badan Wakaf
Indonesia diangkat untuk masa jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Untuk pertama kali, pengangkatan
keanggotaan Badan Wakaf Indonesia diusulkan kepada Presiden oleh Menteri.
Pengusulan pengangkatan keanggotaan Badan Wakaf Indonesia kepada Presiden
untuk selanjutnya dilaksanakan oleh Badan Wakaf Indonesia. (Pasal 55, 56, 57,
UU No.41/2004).
Untuk berjalannya tugas Badan Wakaf Indonesia, pemerintah wajib
membantu opearsional. Adapun Badan Wakaf Indonesia memiliki tugas dan
wewenang sesuai dengan UU No. 41/2004 Pasal 49 ayat 1 disebutkan:
61
a) Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan mengembangkan
harta benda wakaf.
b) Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskala nasional
dan internasional.
c) Memberikan persetujuan dan atau izin atas perubahan peruntukan dan status harta
benda wakaf.
d) Memberhentikan dan mengganti nazhir.
e) Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf.
f) Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyusunan
kebijakan di bidang perwakafan.
Pada ayat 2 dalam pasal yang sama dijelaskan bahwa dalam melaksanakan
tugasnya Badan Wakaf Indonesia dapat bekerjasama dengan instansi Pemerintah baik
Pusat maupun Daerah, organisasi masyarakat, para ahli, badan internasional, dan
pihak lain yang dianggap perlu. Dalam melaksanakan tugas-tugas itu BWI
memperhatikan saran dan pertimbangan Menteri dan Majelis Ulama Indonesia,
seperti tercermin dalam pasal 50. Terkait dengan tugas dalam membina nazhir, BWI
melakukan beberapa langkah strategis, sebagaimana disebutkan dalam PP No.4/2006
pasal 53, meliputi:
1) Penyiapan sarana dan prasarana penunjang operasional nazhir wakaf baik
perseorangan, organisasi dan badan hukum.
62
2) Penyusunan regulasi, pemberian motivasi, pemberian fasilitas, pengkoordinasian,
pemberdayaan dan pengembangan terhadap harta benda wakaf.
3) Penyediaan fasilitas proses sertifikasi Wakaf.
4) Penyiapan dan pengadaanmisalnya blanko-blanko Akta Ikrar Wakif (AIW), baik
wakaf benda tidak bergerak dan benda bergerak.
5) Penyiapan penyuluh penerangan di daerah untuk melakukan pembinaan dan
pengembangan wakaf kepada nazhir sesuai dengan lingkupnya.
6) Pemberian fasilitas masuknya dana-dana wakaf dari dalam dan luar negeri dalam
pengembangan dan pemberdayaan wakaf.
Untuk merealisasikan visi, misi dan strategi tersebut, Badan Wakaf Indonesia
mempunyai 5 divisi, yakni divisi pembinaan nazhir, divisi pengelolaan dan
pemberdayaan wakaf, divisi kelembagaan, divisi hubungan masyarakat, dan divisi
peneltian dan pengembangan wakaf.
Pembentukan Badan wakaf Indonesia (BWI) merupakan campur tangan
pemerintah dalam melakukan pengaturan dan pengawasan pelaksanaan wakaf di
Indonesia. Hal ini di karenakan, semua nazhir yang ada di daerah harus melaporkan
segala hal yang berkaitan dengan wakaf yang dikelolanya kepada Badan Wakaf
Indonesia (BWI). Keberadaan Badan Wakaf Indonesia (BWI), yang dibentuk
berdasarkan amanat UU No. 41 tahun 2004 untuk mengembangkan perwakafan, baik
skala nasional maupun internasional, belum banyak diketahui khalayak. Saat ini,
63
berwakaf bagi sebagian besar orang dipahami hanya bisa dilakukan dengan
memberikan “benda mati” seperti tanah atau bangunan. Padahal, wakaf juga bisa
berupa benda bergerak, seperti uang.63
Wakaf uang, pada kenyataannya, kurang
dikenal oleh masyarakat. Masyarakat lebih kenal dengan zakat, infak, dan shadaqah.
Sosialisasi ini tak sekedar pengenalan, tapi juga berorientasi pada penghimpunan
wakaf uang. Mensosialisasikan BWI dan program wakaf produktif, khususnya wakaf
uang, kepada masyarakat.adapun tujuan wakaf uang antara lain: memberikan
informasi kepada masyarakat tentang tatacara berwakaf uang, bersama-sama
Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) menghimpun
“wakaf uang” untuk kesejahteraan, menanam “brand image” BWI yang kuat di
masyarakat, sebagai bagian dari lembaga filantropi yang punya kekuatan besar untuk
membangun perekonomian masyarakat.
63 Wawancara pribadi dengan Sigit Indra Prianto. Tanggal 8 Mei 2011
64
2. Struktur Organisasi Badan Wakaf Indonesia
Dewan Pertimbangan
Ketua : Dr. H.M. Anwar Ibrahim
Wakil Ketua : Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA
: Drs. H. Ahmad Djunaidi
Anggota : Dr. Mulya E. Siregar
: H. Muhammad Abbas Aula, Lc. MHI
Badan Pelaksana
Ketua : Prof. Dr. KH. Muhammad Tholhah Hasan
Wakil Ketua I : H. Mustafa Edwin Nasution, Ph.D
Wakil Ketua II : Drs. KH. A. Hafizh Utsman
Sekretaris : Dr.Sumuran Harahap, M.Ag.MM.MH
Wakil Sekretaris : H.M. Cholil Nafis, Lc., Ph.D
Bendahara : Drs. H. Siradjul Munir (alm.)
Wakil Bendahara : Prof. Dr. Suparman, MSc
65
Divisi-divisi
1. Pembinaan Nazhir:
Dr. KH. Maghfur Usman
Dr. H. Jafril Khalil, MCL. Drs. FIIS
2. Pengelolaan Wakaf:
Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA
Ir. Suhaji Lestiadi
3. Hubungan Masyarakat:
Prof. Dr. Masykuri Abdillah, MA
Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS
4. Kelembagaan:
Dr. Wahiduddin Adams, SH. MA
5. Penelitian dan Pengembangan:
Prof. Dr. Uswatun Hasanah, MA
Dian Masyita, SE. MT
Untuk merealisasikan visi, misi dan strategi, Badan Wakaf Indonesia
mempunyai lima Divisi yaitu Divisi Pembinaan Nazhir (Nazhir Training Division),
Divisi Pengelolaan Wakaf (Waqf Management and Empowerment Division), Divisi
66
Hubungan Masyarakat (Public Relation Division), Divisi Kelembagaan (Institutional
Division) dan Divisi Penelitian dan Pengembangan (Waqf Research and Development
Division).
1. Pembinaan Nazhir
Hal-hal yang terkait dengan tugas Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai
pembina nazhir, akan diimplementasikan melalui divisi pembinaan nazhir.
Pembinaan ini diarahkan untuk membentuk nazhir professional, baik perseorangan,
organisasi, atau badan hukum. Adapun program dari divisi ini adalah sebagai berikut:
1. Menyusun kurikulum dan modul untuk pelatihan nazhir.
2. Menyelenggarakan pelatihan atau workshop untuk nazhir.
3. Menyusun standar etika dan profesionalitas nazhir.
4. Mendata dan memetakan nazhir
2. Divisi Pengelolaan Wakaf
Sesuai dengan namanya, divisi ini berperan untuk mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf ke arah produktif. Program-programnya adalah
sebagian berikut:
1. Memetakan tanah wakaf untuk tujuan produktif
2. Mengatur dan mengembangkan wakaf uang
67
3. Membangun Gedung Wakaf Centre
4. Mengembangkan program investasi harta benda wakaf
3. Divisi Hubungan Masyarakat
Divisi Humas berperan sebagai pusat informasi Badan Wakaf Indonesia, baik
dari dalam ke luar atau sebaliknya. Kebijakan-kebijakan serta program-program BWI
harus dapat tersosialisasikan dengan baik melalui divisi ini. Program-programnya
meliputi:
1. Sosialisasi Badan Wakaf Indonesia
2. Sosialisasi Wakaf Uang
3. Publikasi dan Edukasi Publik tentang perwakafan, khususnya BWI, melalui
berbagai media, antara lain: konferensi pers, seminar, talkshow, penerbitan, dan
website.
4. Divisi Penelitian dan Pengembangan
Divisi-divisi ini berperan penting sebagai sentral riset Badan Wakaf Indonesia
yang diharapkan dapat meningkatkan keupayaan divisi-divisi lain. Riset ini juga
dilakukan dengan bersinergi dan berkoordinasi dengan divisi-divisi yang berkaitan
dengan bidang yang diteliti, dan program-program yang dikembangkan. Adapun
program kerja Divisi Penelitian dan Pengembangan adalah sebagai berikut:
68
1. Inventarisasi dan pemetaan aset-aset wakaf di seluruh Indonesia
2. Pemetaan dan analisis potensi ekonomi aset-aset wakaf
3. Publikasi ilmiah dan populer terkait dengan perwakafan
4. Studi banding
3. Visi, Misi dan Strategi Badan Wakaf Indonesia
VISI
“Terwujudnya lembaga Independen yang dipercaya masyarakat, mempunyai
kemampuan dan integritas untuk mengembangkan perwakafan nasional dan
internasional”.
MISI
“Menjadikan Badan Wakaf Indonesia sebagai lembaga profesional yang mampu
mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda untuk kepentingan ibadah dan
pemberdayaan masyarakat”.
STRATEGI
Adapun strategi untuk merealisasikan Visi dan Misi Badan wakaf Indonesia adalah
sebagai berikut:64
64 Badan Wakaf Indonesia, Pencanangan gerakan nasional wakaf uang oleh presiden RI di
Istana Negara, Jumat 8 Januari 2010 (Jakarta: Badan Wakaf Indonesia, 2010), hal. 45-46.
69
1. Meningkatkan kompetensi dan jaringan Badan wakaf Indonesia, baik nasional
maupun internasional.
2. Membuat peraturan dan kebijakan di bidang perwakafan.
3. Meningkatkan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk berwakaf.
4. Meningkatkan profesionalitas dan keamanahan nazhir dalam pengelolaan dan
pengembangan harta wakaf.
5. Mengkoordinasi dan membina seluruh nazhir wakaf.
6. Menertibkan pengadministrasian harta benda wakaf.
7. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf.
8. Menghimpun, mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf yang berskala
nasional dan internasional.
70
BAB IV
ANALISIS PERBANDINGAN PELAKSANAAN FUNDRAISING WAKAF
UANG PADA DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DAN BADAN WAKAF
INDONESIA
A. Mekanisme Fundraising Wakaf Uang
1. Dompet Dhuafa Republika
Bagi Dompet Dhuafa Republika dalam melakukan aktivitas fundraising
wakaf uang harus mempunyai perencanaan fundraising untuk menjalankan misi
Dompet Dhuafa Republika. Dalam tahap perencanaan ini, DD menentukan
program wakaf produktif yang akan dilaksanakan, karena bagi DD wakaf uang
untuk membiayai kegiatan produktif.
Program wakaf produktif DD yang akan dibiayai dari surplus wakaf,
diantaranya bidang pendidikan yaitu Sekolah Menengah Unggulan Bebas Biaya
(SMART Ekselensia) Indonesia, beasiswa mahasiswa, serta program
peningkatan kualitas guru, bidang kesehatan yaitu Layanan Kesehatan Cuma-
Cuma (LKC) dan Rumah Sehat Terpadu (RST) adalah sebuah rumah sakit gratis
untuk masyarakat kurang mampu yang memadukan sistem pengobatan medis
barat dan timur dan bidang sosial ekonomi yaitu ekonomi mikro, kecil dan
menengah pasa sektor riil dan bantuan sosial yaitu kebutuhan infrastruktur jalan,
jembatan, taman, kota, lahan terbuka hijau, penyediaan air bersih, jalan desa,
drainase, rumah susun, dapur umum, ataupun dana penanggulangan bencana.
71
Dalam menghimpun dan menginvestasikan wakaf uang, Dompet Dhuafa
Republika membuat program investasi wakaf uang yang digunakan untuk
membiayai wakaf produktif antara lain:
1. Depok Waqf Junction (DWJ)
Depok Waqf Junction (DWJ) terletak di Jl. Keadilan No. 13 Bakti Jaya
Sukmajaya Depok. Bangunan seluas 378 m/2 ini, 2 lantai. Lantai 1 terdiri dari 3
toko, satu menghadap Jl. Keadilan Raya dan 2 menghadap jalan Musi Raya.
Keriga took disewakan per tahun sementara lantai 2 digunakan untuk Rumah
Baca.
2. Ciputat Waqf Junction (CWJ)
Ciputat Waqf Junction adalah program investasiwakaf berbentuk 4 lokal toko,
2 kafe, 1 kantin dan lapangan futsal. CWJ berlokasi di Jl. Menjangan raya
Pondok Ranji Ciputat. Saat ini CWJ sedang dalam tahap pembangunan dan
direncanakan akan rampung pada Juli 2011.
3. Wakala Al wakif
Wakala Al Wakif adalah outlet pembelian dinar emas dan dirham perak.
Masyarakat bisa membeli dinar dan dirham melalui Wakala Al Wakif untuk
kpeerluan transaksi dan investasi.
72
4. Saham
Dompet Dhuafa menerima dan mengelola wakaf Saham dari donatur, saat ini,
jumlah saham yang dikelola telah mencapai nilai lebih dari 500 juta rupiah.
Deviden saham-saham tersebut lansgung diterima oleh Dompet Dhuafa dan
disalurkan sesuai amanah donatur.
5. Gedung Institut Kemandirian (Wardah)
Dompet Dhuafa memiliki amanah asset wakaf berupa Gedung Wardah di
Islamic di Islamic Village Karawaci banten. Gedung ini disewakan untuk
berbagai acara pelatihan dan seminar. Fasilitas Gedung yang bisa disewa terdiri
atas 4 ruangan. Satu ruangan di lantai satu berkapasitas 50 orang dan 3 ruangan di
lantai 2 yang maisng-masing berkapasitas 20 orang. Selain disewakan, gedung ini
juga digunakan untuk kegiatan kursus-kursus gratis yang digawangi Institut
Kemandirian Dompet Dhuafa.
6. Zamrud Waqf Junction (Zawaf)
Zawaf adalah aset wakaf berupa food court yang terdiri dari 6 kios untuk
disewakan kepada para pedagang. Selain bisa menyewa tempat untuk berusaha,
para pedagang merasa senang karena uang sewa yang mereka bayarkan
digunakan untuk membantu sesama yang kurang mampu.
73
7. Ruko
Ruko Mekarsari dan Graha Harapan adalah 2 ruko yang dikelola oleh Dompet
Dhuafa dengan skema sewa (ijarah). Ruko-ruko ini berlokasi di samping RS
Mekarsari Kodya Bekasi dan Komplek Garaha Harapan Bekasi Timur.
8. Kebun Karet
Dompet Dhuafa bekerjasama dengan masyarakat Lubuk Tuba Lahat Sumatera
Selatan menanam karet seluas 20 hektar sejak tahun 2007. Tujuan dari program
ini adalah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat serta berperan dalam
upaya reboisasi dan rehabilitasi hutan di kawasan Lahat yang sudah mulai gundul.
9. Baitul Mal Watamwil (BMT)
Dompet Dhuafa bekerjasma dengan BMT Kopontren Ibnu Syakur (Nusya)
Tuban Jawa Timur menghimpun dan menginvestasikan Wakaf Uang untuk
permodalan di sektor mikro (micro finance).
Untuk merealisasikan program wakaf produktif, Dompet Dhuafa mempunyai
tim kerja fundraising wakaf uang agar pengumpulan dana menjadi lebih efektif
74
dan efisien.65
Adapun struktur organisai fundraising wakaf uang Dompet Dhuafa
meliputi:
Gambar 1.1
Struktur organisasi fundraising wakaf uang
Sumber : Dompet Dhuafa Republika
Dari bagan di atas menjelaskan bahwa Dompet Dhuafa Republika
mempunyai organisasi tersendiri untuk melaksanakan job-job fundraising.
Pertama, wakaf departement manager bertanggungjawab atas penentuan strategi
fundraising yang akan dilaksanakan kemudian head of productive wakaf raising
bertanggungjawab atas pelaksanaan strategi dan mengkomunikasikan kepada
wakaf raising officer untuk melaksanakan fundraising.
65
Wawancara Pribadi dengan Hendra Djatnika (Head of Productive Waqfraising). Jakarta, 4
April 2011
Wakaf Departement
Manager
Head of Productive
Wakaf Raising Head of
Wakaf RST
Wakaf Raising
Officer
Wakaf raising
Officer
75
Strategi fundraising yang dilaksanakan oleh fundraiser Dompet Dhuafa
meliputi, direct mail yaitu strategi penghimpunan dan dengan mengirimkan surat
kepada calon donatur yang potensial; media campaign yaitu suatu strategi untuk
menggalang dana dengan mengkampanyekan suatu program di media massa;
membership yaitu suatu strategi penggalangan dana dengan merekrut dan
membuat kenggotaan donatur; special event yaitu salah satu strategi
penggalangan dana dengan membuat event-event atau memanfaatkan event-event
tertentu; dan corporate fund yaitu Dompet Dhuafa melakukan kerja sama dengan
perusahaan lain.
Untuk melaksanakan strategi fundraising tersebut digunakan metode
fundraising antara lain, pertama metode fundraising above the line misalnya
televisi, radio, media cetak (koran, majalah, tabloid, buletin) dan media online.
Kedua, metode fundraising below the line (BTL) misalnya billboard, spanduk,
umbul-umbul, poster, flyer, brosur dan sticker.
Mekanisme pembayaran wakaf uang pada yang dilakukan oleh Dompet
Dhuafa dapat melalui cash berupa waqif dapat membayar wakaf di kantor dan
gerai penerimaan wakaf Dompet Dhuafa serta penjemputan wakaf untuk nominal
1 juta Rupiah ke rumah waqif Dompet Dhuafa. Selain itu, Dompet Dhuafa
melakukan kerjasama dengan pihak bank yang bertugas sebagaik kasir, yang
ditunjuk oleh DD dalam menghimpun wakaf uang antara lain, bank Muamalat,
76
BCA, bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, BII Syariah dan bank Danamon
Syariah. Adapun yang skema penghimpunan wakaf uang pada Dompet Dhuafa
sebagai berikut:
Gambar 1.2
Skema Penghimpunan Wakaf Uang Dompet Dhuafa Republika
Sumber : Dompet Dhuafa Republika
Dalam skema di atas dapat digambarkan bahwa, waqif dapat mewakafkan
dananya dengan memilih melalui perantara Bank yang ditunjuk oleh Dompet
Dhuafa dalam menghimpun dana wakaf dan dapat melalui wakaf officer Dompet
Dhuafa. Waqif mengisi formulir keikutsertaan wakaf. Selanjutnya waqif
menentukan kemana arah program wakaf produktif yang diminati, misalnya
bidang pendidikan, kesehatan dan bantuan sosial. Dan kemudian waqif akan
mendapatkan Sertifikat Wakaf Uang apabila jumlah dana yang diwakafkan
mencapai Rp. 1.000.000,00-.
Wakif Bank
Wakaf Officer
Dompet Dhuafa
Investasi Mauquf
„alaih
77
Prosedur yang dilaksanakan Dompet Dhuafa Republika dalam fundraising
wakaf uang, antara lain, bukti pembayaran wakaf; kwitansi pembayaran
diberikan kepada waqif untuk pembayaran wakaf secara tunai sesuai mauquf
„alaih yang diinginkan oleh waqif; kemudian bukti transfer sebagai bukti
pembayaran via bank misalnya waqif dapat mentransfer wakaf uangnya melalui
rekening wakaf Dompet Dhuafa dan waqif dapat menggunakan standing
instruction untuk wakaf rutin bulanan. Kemudian, waqif melakukan konfirmasi
dengan mengirimkan bukti transfer berikut formulir wakaf dan Dompet Dhuafa
akan mengirimkan laporan konsolidasi sebagai konfirmasi penerimaan wakaf
dari setiap waqif, laporan ini dikirimkan setiap bulan.
Untuk pendistribusian dana wakaf dilaksanakan melalui program
pemberdayaan wakaf yaitu Tabung Wakaf Indonesia yang didirikan oleh Dompet
Dhuafa pada tanggal 14 Juli 2005. Tabung Wakaf Indonesia membantu
pelaksanaan program wakaf produktif berdasarkan hasil dana wakaf uang yang
dihimpun oleh tim fundraising Dompet Dhuafa. Selain bentuk wakaf bergerak
seperti uang, wakif dapat juga berwakaf dengan aset natura (tanah, bangunan, dan
lain-lain).66
Berdasarkan penerimaan wakaf uang pada tahun 2010 Dompet Dhuafa
Republika menerima penerimaan wakaf uang sebesar Rp. 10. 531.797.254.
66
Berita TWI Properti, diakses pada tanggal 12 April 2011,
(http://www.tabungwakaf.com/index.php?option=com_content&view=article&id=53:katalog-alih-
wakaf-rumah-dan-tanah&catid=4:news&Itemid=2)
78
bentuk program wakaf produktif, berdasarkan data KPAI 2009 menyebutkan
jumlah anak putus sekolah di 33 Provinsi di Indonesia berjumlah 11,7 juta anak
pada tahun 2009. Lebih dari 155 ribu siswa diantaranya berkeliaran di jalan dan
sekitar 2,1 juta menjadi pekerja di bawah umur. Dompet Dhuafa berusaha
menjawab permasalahan ini dengan menggulirkan program wakaf produktif
untuk pendidikan, dengan beberapa program pendidikan Dompet Dhuafa yang
akan dibiayai dari surplus wakaf produktif diantaranya adalah Sekolah
Menengah Unggulan Bebas Biaya (SMART) Ekselensia Indonesia, beasiswa
mahasiswa, serta program peningkatan kualitas guru, yang telah memberikan
manfaat langsung kepada 11.792 orang guru dan siswa. Dompet Dhuafa
menggulirkan pula program wakaf produktif untuk Kesehatan guna
mengoptimalkan fungsi wakaf dalam membantu peningkatan kualitas kesehatan
masyarakat kurang mampu. Program Dompet Dhuafa yang akan dibiayai dari
surplus wakaf produktif yaitu Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) yaitu
klinik untuk masyarakat kurang mampu, yang telah melayani 544.538 pasien.
Perlu adanya pengembangan dan peningkatan pada akses layanan kesehatan bagi
masyrakat miskin, DD mendirikan Rumah Sehat Terpadu (RST) yang
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan cuma-cuma berbentuk rumah sakit.
Kebutuhan infrastruktur jalan, jembatan, taman, kota, lahan terbuka hijau,
penyediaan air bersih, jalan desa, drainase, rumah susun, dapur umum, ataupun
dana penanggulangan bencana yang menjadi prioritas dan mengoptimalkan
pendayagunaan dana wakaf produktif untuk bantuan sosial.
79
2. Badan Wakaf Indonesia
Dalam mekanisme penghimpunan wakaf uang Badan Wakaf Indonesia
membangun rencana strategi penggalangan dana untuk mendukung terlaksananya
program. Awal perencanaan yang dilakukan Badan Wakaf Indonesia adalah
menginvestasikan dana wakaf untuk proyek pembangunan Rumah Sakit Ibu dan
Anak (RSIA) Komersial di Serang Banten, di bidang pendidikan, BWI akan
menginvestasikan proyek mengembangkan Universitas UNINDRA, di bidang
perekonomian rakyat BWI akan menginvestasikan dana wakaf dalam usaha kecil
menengah dengan mendirikan sharia micro bank, di bidang peternakan, BWI
akan menginvestasikan agribisnis kambing dengan melibatkan petani, dan di
bidang pertambangan BWI melakukan kerjasama dengan PT. Gamai Mineral
Persada (GMP) yang bermaksud untuk menawarkan investor nasional maupun
internasional berpartisipasi pada penambangan emas di nabire, Irian Barat.
Untuk menjalankan program yang dilaksanakan, Badan Wakaf Indonesia
mempunyai tim kerja fundraising wakaf. Tahap berikutnya Tim fundraising
wakaf pada BWI bergerak untuk mengkomunikasikan dan mensosialisasikan
kepada masyarakat banyak. Adapun tim fundraising wakaf pada Badan Wakaf
Indonesia sebagai berikut :
80
Gambar 1.3
Struktur Organisasi Fundraising Badan Wakaf Indonesia
Sumber : Badan Wakaf Indonesia
Dari bagan di atas menjelaskan bahwa Badan Wakaf Indonesia memiliki tim
fundraising yang bertugas mengkomunikasikan atau mencari donatur agar
berwakaf uang. BWI merekrut relawan dari kalangan mahasiswa untuk
mensosialisasikan wakaf uang. Tim fundraising ini dikelola di bawah
penanganan Divisi Pengelolaan dan Pengembangan Badan Wakaf Indonesia.
Tahap selanjutnya BWI memiliki pola penghimpunan dana wakaf uang antara
lain penghimpunan pola umum dan penghimpunan pola khusus.
1. Penghimpunan pola umum ( general cash waqaf )
Penghimpunan pola umum adalah suatu program penghimpunan dana
wakaf yang di lakukan BWI secara umum tanpa dikaitkan atas suatu projek
investasi tertentu. Dalam melakukan penghimpunan dana wakaf uang ini,
maka BWI bekerja sama dengan Bank Syariah , dimana BWI akan
membuka rekening di Bank Syariah tersebut, dan para waqif (yang
Manager Marketing
Marketing
Communication
Customer Relationship
Management
81
memenuhi syarat untuk menyerahkan wakaf kepada BWI) dapat
menyerahkan ke BWI melalui kantor-kantor layanan Bank Syariah di
maksud. Dana wakaf yang diperoleh dari program ini akan di kumpulkan
dalam suatu rekening penempungan investasi sebagai bentuk pool of found,
untuk selanjutnya akan diinvestasikan dalam projek investasi harta wakaf
yang sesuai dengan kriteria investasi.
2. Penghimpunan pola khusus ( special / restricted cash waqf )
Penghimpunan pola khusus yakni terkait pada project investasi harta
wakaf yang akan dilaksanakan BWI dan atau terkait pada aspek peruntukan
harta wakaf, misalnya project pemberdayaan ekonomi masyarakat dan atau
masalah sosial di satu tempat. Melalui pola ini waqif dapat menetapkan
jenis investasi wakaf atau bahkan ikut serta mengelola investasi tersebut
dan atau terlibat pada penyaluran peruntukan harta wakaf. Strategi
fundraising yang dilakukan oleh BWI meliputi, melalui media cetak dan
online misalnya kerjasama rubrik, iklan sosial via media dan
penghimpunan dan peliputan kegiatan, melalui via televisi dan radio
misalnya talkshow wakaf uang dan melalui roadshow wakaf uang misalnya
seminar dan talkshow serta pelatihan nazhir. Adapun metode fundraising
yang direncanakan meliputi metode fundraising langsung dan metode
82
fundraising tidak langsung. Metode fundraising langsung meliputi, antara
lain:
Program kampanye, yang dilakukan dengan berbagai kegiatan
yang fungsinya memberi informasi langsung dan mengajak sasaran untuk
berdonasi. Kampanye dilakukan dengan komunikasi promosi dengan media
out door, demo, sampling, pameran, kunjungan, kuis, hadiah, penjualan
produk fundrasing, lelang fundraising, kupon, malam amal, dan lain-lain.
Iklan respon yaitu pesan dengan bermacam media dapat dibuat agar
mampu memudahkan pembacanya dengan untuk memberi tanggapan
langsung. Pesan ini dapat berbentuk iklan koran, iklan sms, poster, kartu
balasan dan lain-lain.
Direct mail dengan mengirimkan surat secara langsung dengan
menyertakan brosur, profil, prospek, investasi, formulir donasi, dan
sebagainya.
Telemarketing adalah salah satu bentuk direct marketing yang
efektif terutama untuk donasi berulang. Telemarketing mampu memberikan
kesan dekat dan interaktif. Cara ini mahal dibanding media cetak.
Pengembangan telemarketing adalah contact center. Penggunaan mesin
bicara dapat meringankan biaya namun menurunkan efek interaktif dan
kedekatan manusia. Dapat melalui media elektronik, antara lain, faxmail,
email, voicemail dan mobile mail seperti SMS, MMS.
83
Konter adalah alat fundrasing langsung yang cukup baik. Konter
akan memberikan interaktifitas yang terbaik kepada donatur. Konter harus
mudah dikenali dan layanan yang diberikan memiliki standar. Konter
bergerak dapat dilakukan untuk menjangkau wilayah tertentu. Konter dapat
bekerjasama dengan outlet produk lainnya melalui kerjasama. Pengurus
Masjid Pondok Indah sudah siap dijadikan konter wakaf uang BWI,
pembukaan konter atau gerai yang menyatu dengan LKS PWU.
Metode fundraising tidak langsung, menggunakan pula metode
fundraising tidak langsung diantaranya: pemotongan penjualan, kegiatan ini
terlaksana dengan kerjasama lembaga dengan produsen penjual produk
tertentu untuk waktu tertentu; pengumpulan donasi dilakukan dengan
kompensasi donasi tertentu untuk setiap pembelian produk; produk
campuran, mix product untuk fundrasing dilakukan dengan kerjasama
dengan produk pembayaran tertentu. Contohnya adalah mix produk investasi
dengan produk wakaf dan setiap dana yang disetor adalah 90% investasi dan
10% wakaf uang. Mix Product ini dapat dikembangkan ke berbagai produk
pembayaran lainnya seperti asuransi, iuran, pembayaran sekolah dan lain-
lain. Ada pula dengan kerjasama promo charity, kegiatan ini berupa
kerjasama kampanye charity dengan lembaga atau perusahaan lain.
Kegiatan ini berupa aktifitas komunikasi promo bersama suatu program
untuk menghasilkan respon donasi bagi sebuah kegiatan charity tertentu,
84
atau dengan kesepakatan dana yang terkumpul dibagi menjadi dua bagian.
Selanjutnya, event fundraising adalah event biasa yang diselenggarakan
dengan maksud sosial. Kegiatan ini dapat bersifat masal dengan pendaftaran
dengan biaya yang terjangkau. Biaya penyelenggaraan harus dapat ditutup
oleh pendapatan sponsor.
Setelah penentuan strategi dilakukan untuk menghimpun dana dari
para donatur, adapun mekanisme pembayaran wakaf uang pada yang
dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia dapat melalui gerai penerimaan
wakaf seperti konter yang menyatu dengan LKS PWU dan melalui bank-
bank syariah. Adapun praktik wakaf uang yang benar itu dilakukan melalui
Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS PWU). UU No
41/2004 tentang Wakaf Pasal 28 menyebutkan bahwa waqif dapat
mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui lembaga keuangan
syariah yang ditunjuk oleh menteri (agama). Setelah menyerahkan wakaf
uangnya kemudian LKS akan menerbitkan dan menyampaikan sertifikat
wakaf uang kepada waqif dan nazhir sebagai bukti penyerahan harta benda
wakaf (Pasal 29 ayat 3).
Dalam pergerakan wakaf uang, BWI telah bekerjasama dengan lima
Lembaga Keuangan Syariah penerima wakaf uang (LKS-PWU) antara lain:
85
bank Muamalat, bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, bank Mega Syariah,
bank DKI Syariah yang ruang lingkup perjanjiannya berupa kerjasama:
a) Penerima setoran wakaf uang kepada pihak pertama.
b) Pencairan dana wakaf uang kepada pihak pertama.
c) Pelaporan wakaf uang kepada pihak kedua.
Adapun tujuan dilakukannya perjanjian ini adalah untuk mendorong
pengembangan implementasi Wakaf Uang di Indonesia dengan cara
memberikan kemudahan bagi waqif untuk menyalurkan dana wakafnya,
memberi kemudahan bagi waqif untuk menarik dana wakafnya dalam hal
wakaf uang dengan jangka waktu tertentu, memberikan kemudahan bagi
para pihak dalam hal melakukan pelaporan kepada pihak terkait sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Adapun gambar dalam
penghimpunan wakaf uang sebagai berikut :
Gambar 1.4
Skema Penghimpunan Wakaf Uang Badan Wakaf Indonesia
Wakif LKS PWU
Wadiah
Deposito/Tabungan
Mudharabah
Muqayyadah
Program
Umum
Tanah Wakaf
86
Sumber : Badan Wakaf Indonesia
Dalam skema diatas, waqif mewakafkan dananya dengan
menempatkan dana pada account Nazhir (BWI) yang ada di LKS PWU,
yang pada awalnya berbetuk deposito/tabungan.67
Waqif akan mendapatkan
Sertifikat Wakaf Uang apabila jumlah dana yang diwakafkan mencapai Rp.
1.000.000,-. Sertifikat Wakaf Tunai tersebut diterbitkan oleh BWI dan
dititipkan di bank Syariah. Sertifikat Wakaf Tunai tersebut akan
diadministrasikan secara terpisah dari kekayaan bank. Karena bank Syariah
hanya berfungsi sebagai kustodi maka tanggung jawab terhadap waqif
terletak pada BWI. Dana wakaf yang ada di rekening BWI kemudian akan
dikelola oleh Badan Wakaf Indonesia dan hasil pengelolaan dana untuk al-
mauquf „alaih (sasaran) juga akan disalurkan oleh BWI. 68
Selanjutnya, waqif akan dapat menempatkan program yang telah
dirancang oleh BWI. Kemudian nazhir meminta LKS PWU untuk
mencarikan pihak ketiga atau investor bermudharabah muqayyadah dengan
nazhir dalam rangka membangung ruko di atas tanah wakaf. Adapaun cara
wakaf uang melalui Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf uang
(LKS_PWU) adalah sebagai berikut :
67 Badan Wakaf Indonesia, Pencanangan gerakan nasional wakaf uang oleh presiden RI di
Istana Negara, Jumat 8 Januari 2010 (Jakarta: Badan Wakaf Indonesia, 2010), h. 35. 68
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf , Strategi Pengembangan Wakaf Tunai
(Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI,2005), h. 43.
87
1. Waqif datang ke Lembaga keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang
(LKS-PWU).
2. Mengisi akta ikrar wakaf ( AIW ) dan melampirkan foto kopi kartu
identitas yang berlaku.
3. Waqif menyetor nominal wakaf dan secara otomatis dana akan masuk
ke rekening BWI.
4. Waqif mengucapkan shighat wakaf dan menandatangani Akta Ikrar
Wakaf (AIW) bersama dengan 2 orang saksi dan 1 pejabat bank
sebagai pejabat pembuat AIW.
5. Lembaga keuangan syariah penerima wakaf uang mencetak sertifikat
wakaf uang dan menyerahkan kepada waqif.
Pada rekapitulasi penerimaan wakaf uang BWI pada tahun 2010 mencapai
Rp. 2.177.621.238. Pada bulan Juni tahun 2010 rekapitulasi pengelolaan dan
pengembangan wakaf meliputi dari giro 5 LKS PWU untuk investasi sebesar
Rp. 426.505.238 dengan hasil investasi sebesar Rp. 2.169.490, dari deposito
bank syariah mandiri untuk investasi sebesar Rp. 500.000 dengan hasil
investasi sebesar Rp. 6.543.812 dan pembiayaan Rumah Sakit Ibu dan Anak
(RSIA) sebesar Rp. 500.000. dan untuk rekapitulasi Pemanfaatan hasil
investasi wakaf diperuntukkan dalam bidang pendidikan berupa bantuan
sarana pendidikan santri pesantren Nurul Huda di Bekasi, Jawa Barat sebesar
Rp. 5.000.000 untuk mauquf‟alaih.
88
Dari uraian di atas dapat dilihat, persamaan mekanisme fundraising
wakaf uang pada Dompet Dhuafa dan Badan Wakaf Indonesia adalah
bergerak dalam bidang pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
serta memberikan pelayanan yang berkualitas dalam rangka penggalangan
dana (fundraising) dengan memanfaatkan kemudahan teknologi yang ada dan
dapat menjangkau oleh masyarakat untuk berwakaf. Meskipun demikian,
tetap saja antara DD dan BWI terdapat perbedaan dalam hal fundraising,
diantaranya, dari pelaksanaan Dompet Dhuafa hanya dapat melakukan
kerjasama dengan pihak bank untuk menghimpun dana wakaf uang, bank
hanya sebagai kasir dan dalam hal pengelolaan wakaf uang DD lebih
menekankan pada promosi fundraising melalui pengemasan program wakaf
produktif dengan berbagai bentuk pengelolaan produktif yang hasil dari
pemanfaatan tersebut diberikan untuk membiayai program produktif DD.
Maka BWI dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf mengandalkan
pihak bank.
B. Peluang dan Tantangan Fundraising Wakaf Uang
1. Dompet Dhuafa Republika
Berdasarkan analisis swot, dapat dilihat kelebihan maupun kekurangan
kedua lembaga. Hasil analisis swot tersebut adalah sebagai berikut:
89
a. Kekuatan (strength)
Dompet Dhuafa Republika sebagai institusi yang cukup berpengalaman
dalam pengelolaan filantropi Islam sering disebut sebagai pionir dalam
penggalangan dan pemberdayaan dana umat, khususnya wakaf uang. Dompet
Dhuafa memiliki citra yang positif dalam membangun trust karena didukung
dengan beberapa program wakaf produktif, diantaranya bidang pendidikan,
kesehatan dan sosial. Dalam mengembangkan strategi fundraising wakaf uang,
Dompet Dhuafa memiliki kekuatan terbesar yaitu “penjemputan wakaf”.
b. Kelemahan (weaknes)
Sesuai dengan jaringan Dompet Dhuafa merupakan LAZ tingkat nasional.
Untuk memaksimalkan pelaksanaan fundraising DD belum mempunyai media
massa dengan tujuan untuk lebih meningkatkan sosialisasi penghimpunan wakaf
uang.
c. Peluang (opportunity)
Melihat potensinya, wakaf memiliki peluang yang besar, karena sebagian
besar masyarakat Indonesia bergama Islam dan banyak orang kaya. Hingga saat
ini belum begitu banyak lembaga-lembaga independen yang khusus menangani
wakaf, apalagi wakaf tunai uang. Sementara ini fenomena yang berkembang
adalah dibukanya unit-unit usaha yang menerima wakaf tunai tetapi belum
90
berdiri sendiri. Wakaf Tunai Muamalat, misalnya, merupakan salah satu produk
dari bank Muamalat, bukan lembaga khusus yang menangani permasalahan
wakaf. Begitu pula unit wakaf di Baitul Mal Hidayatullah, sub kerja ini adalah
salah satu bagian kecil dari kerja baitul mal untuk mengumpulkan dana umat.
Dengan demikian, berpeluang menjadi pioneer lembaga pengelola wakaf,
khususnya wakaf tunai.
d. Tantangan (Threath)
Tantangan yang saat ini sedang menghadang Dompet Dhuafa adalah adanya
hukum positif mengurangi peran nazhir dalam mengimpun wakaf uang yang
tertulis pada Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 28,
Undang-Undang ini menyebutkan bahwa wakif mewakafkan benda bergerak
berupa uang melalui lembaga keuangan syariah yang ditunjuk oleh menteri.
Munculnya kebijakan bahwa penyerahan dana wakaf uang melalui LKS-PWU
merupakan bagian dari skenario pemusatan uang ke Bank.
2. Badan Wakaf Indonesia
a. Kekuatan (Strength)
Kekuatan terbesar yang dimiliki adalah Badan Wakaf Indonesia melakukan
kerjasama dengan LKS PWU dalam investasi wakaf uang. Pihak LKS PWU akan
melakukan kerjasama dalam rangka pembinaan terhadap kegiatan perwakafan di
91
Indonesia yang terdapat dalam Undang-Undang No.41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf Bab VII Pasal 55. BWI adalah lembaga independen yang dibentuk oleh
pemerintah.
b. Kelemahan ( Weakness)
Badan Wakaf Indonesia dalam mengembangkan pengelolaan wakaf secara
produktif masih dalam masa pertumbuhan. Padahal, seharusnya BWI memberikan
percontohan pengembangan wakaf secara baik.
c. Peluang (Oppurtinity)
Badan Wakaf Indonesia dalam menginvestasikan wakaf uang sebagimana
pada Peraturan Badan Wakaf Indonesia No. 01 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Pengeloaan dan Pengembangan Wakaf uang Pasal 10 bahwa investasi wakaf uang
dapat dilakukan melalui deposito di bank syariah dan ekspetasi bagi hasil yang
menguntungkan dan investasi wakaf uang secara langsung sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui produk dengan akad mudharabah
muqayyadah di LKS.
d. Tantangan (Threat)
Telah banyak lembaga Nazhir wakaf yang lebih maju dalam hal kesiapan
mengembangkan wakaf uang, dan peran sdm yang lebih mengandalkan pada
92
relawan yaitu dari kalangan mahasiswa untuk melaksanakan fundraising wakaf
uang.
Dari uraian di atas, Dompet Dhuafa memiliki keunggulan, yang disebabkan
oleh beberapa hal, diantaranya DD lebih menekankan citra postif sehingga
adanya kepercayaan (trust), sistem fundarising yang baik terletak pada
“penjemputan wakaf” sehingga memudahkan wakif. Dan didukung dengan
program investasi wakaf yang banyak, dan berpeluang menjadi pioneer lembaga
pengelola wakaf, khususnya wakaf tunai. Bagi Badan Wakaf Indonesia adalah
lembaga independen yang dibentuk pemerintah yang memiliki kerjasama yang
kuat, hal ini disebabkan beberapa hal yaitu pihak bank dalam mengelola
pengembangan wakaf uang itu sendiri. Namun, program pengembangan wakaf
tersebut masih dalam tahap proses.
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1. Dalam aktivitas fundraising wakaf uang pada Dompet Dhuafa digunakan
untuk membiayai kegiatan produktif seperti bidang pendidikan, kesehatan dan
sosial ekonomi yang diperoleh dari surplus wakaf. Dompet Dhuafa memiliki
khusus tim kerja fundraising wakaf uang dengan menggunakan strategi
fundraising diantaranya, direct mail, media campaign, membership, special
event dan corporate fund dengan metode-metode fundraising yaitu above the
line dan below the line. Mekanisme pembayaran wakaf dapat dilakukan
melalui bank yang ditunjuk oleh Dompet Dhuafa dan penjemputan wakaf.
sedangkan, Badan Wakaf Indonesia bekerjasama dengan Lembaga Keuangan
Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) untuk menghimpun “wakaf
uang” untuk kesejahteraan dan menanam “brand image” BWI yang kuat di
masyarakat. Untuk pengelolaan dan pengembangan wakaf BWI melakukan
kerjasama dengan pihak bank untuk mencarikan investor.
2. Dari analisis swot dapat disimpulkan bahwa Dompet Dhuafa memiliki
keunggulan bahwa Dompet Dhuafa memiliki citra yang positif sehingga trust
pun tercipta, keunggulan pada sistem fundraising terletak pada sistem
94
organisasi yang cukup profesional terlihat pada jumlah penerimaan wakaf
uang pada tahun 2010, namun disamping itu, DD memiliki kelemahan yaitu
DD tidak melaksanakan aturan perundang-undangan yang berlaku sebagimana
dalam penetapan bank sebagai penerima wakaf uang harus berdasarkan
keputusan menteri. Badan Wakaf Indonsia memiliki keunggulan, hal ini
disebabkan oleh kerjasama yang kuat dengan pihak bank syariah, selain
menghimpun dana wakaf uang, bank menjalin kerjasama pengelolaan dan
pengembangan wakaf uang seperti deposito dan mudharabah muqayyadah.
Namun, pengembangan wakaf uang yang dilakukan BWI masih tahap proses
pembangunan, contohnya RSIA di Serang, Banten.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dari kajian dan pembahasan ini maka, ada beberapa
yang perlu penulis sarankan yaitu sebagai berikut:
1. Memperhatikan betapa berperannya wakaf tunai bagi perkembangan
perekonomian umat dan kemajuan duani Islam itu sendiri, maka
direkomendasikan, agar wakaf tunai disosialisasikan, supaya masyarakat Islam
memahami akan arti pentingnya wakaf tunai dan selanjutnya
mengimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Bila perlu disinergikan
dengan perda yang ada di setiap daerah agar peran wakaf itu bisa berfungsi
dengan baik dan benar sesuai dengan syariat agama.
95
2. Perlu adanya usaha memberikan penerangan kepada masyarakat tentang wakaf
uang, yang saat ini masih terbatas pada cara-cara yang lazim saja.
3. Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan lagi masalah perwakafan di
Indonesia. Khususnya yang berkaitan dengan wakaf uang. Karena wakaf ini
masih tergolong baru. Salah satu caranya adalah dengan memperhatikan lembaga-
lembaga yang ditunjuk untuk mengelola dan mengembangkan perwakafan
tersebut. Karena sampai saat ini lembaga-lembaga yang telah mendapat
rekomendasi untuk mengelola dan mengembangkan wakaf tunai masih ada yang
awam dengan wacana tersebut.
96
DAFTAR PUSTAKA
Abid, Muhammad. Hukum Wakaf. Jakarta: Iman, 2009.
Al-Bukhari, Shahih Bukhari. Jilid III Beirut: Dar Al-Fikr, 1992.
Ali, Daud Muhammad. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI Press,
1998.
Antonio, Muhammad Syafi‟i. Pengelolaan wakaf Secara Produktif, dalam Achmad
Junaidi, Menuju Era Wakaf Produktif, Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006
Badan Wakaf Indonesia. Pencanangan gerakan nasional wakaf uang oleh presiden
RI di Istana Negara. Jumat 8 Januari 2010 Jakarta: Badan Wakaf
Indonesia, 2010.
Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002.
Davis, Gordon. Manajemen Sistem Informasi. Penerjemah Andreas S.Adiwaedana.
Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo, 2002.
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Fiqih Wakaf. Jakarta: Dirjen Bimas
Islam, 2003.
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Pedoman pengelolaan wakaf tunai
Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2005.
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Pedoman Pengelolaan dan
Pengembangan Wakaf. Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2005.
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Peraturan Perundangan Perwakafan.
Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2005.
97
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Proses lahirnya Undang-Undang No.41
Tahun 2004 Tentang Wakaf. Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2006.
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di
Indonesia. Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 2005.
Ibnu, Al-Hafidh. Terjemah Bulughul Maram. Jakarta: Mutiara Ilmi, 1995.
Ibnu Hajar al-„Asqalani, Fath al Bari Bi Syarthi Shahihi al Bukhari. Jilid V Beirut
Daar al-Fikr, 1996.
Iswoyo, Setiyo dan Hamid Abidin. In Kind Fundraising,cet I. Depok: PIRAMEDIA,
2006.
Junaidi, Achmad dan Thobieb Al-Asyhar. Menuju Era Wakaf Produktif. Jakarta:
Mitra Abadi Press, 2007.
Juwaini, Ahmad. Panduan Direct Mail untuk Fundraising, cet.I. Jakarta: Piramedia,
2005
Keputusan Fatwa, Komisi Fatwa MUI Tentang wakaf Uang
Mannan, M.A. Sertifikat Wakaf Tunai. Jakarta : CIBER PKTTI – UI, 2001.
Michael, Norton. Menggalang Dana: Penuntun bagi Lembaga Swadaya Masyarakat
dan Organisasi Sukarela di Negara-negara Selatan. Penerjemah: Masri
Maris. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia atas bantuan, 2002.
Mubarok, Jaih. Wakaf Produktif. Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2008.
Nasution, Mustafa Edwin dan Uswatun Hasanah. Wakaf Tunai Inovasi Finansial
Islam. Jakarta: PSTTI-UI, 2006.
98
Putra, Syopiansyah dan Subiyakto, A‟ang. Pengantar Sistem Informasi. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006.
Qahaf, Munzir. Manajemen Wakaf Produktif. Jakarta: Khalifa, 2007.
Sabiq, Sayyid. Fiqh as-Sunnah. Lebanon: dar al-„Arabi, 1971
Saidi, Zaim dkk. Strategi dan Pola Penggalangan Dana Sosial di Indonesi,cet I.
Jakarta: Piramedia dengan dukungan Ford Foundation, 2003.
Setiawan, Herri. Membership Fundraising, cet.I. Jakarta: Piramedia, 2006.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia, 2008.
Sugiono. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, CV, 2007.
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 2002.
Sutisna, Hendra. Fundraising Database. Jakarta: Piramedia, 2006.
Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali
Press, 2004.
Usman, Rachmadi. Hukum Perwakafan Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Widjajanti, Darwina. Rencana Strategis Fundrising, cet.I. Jakarta: Piramedia, 2006.
Annual Report Dompet Dhuafa Tahun 2008
Annual Report Dompet Dhuafa Tahun 2009
Wawancara
Wawancara pribadi dengan Hendra Djatnika (Head of Productive Waqfraising).
Jakarta. 4 April 2011.
99
Wawancara pribadi dengan Sigit Indra Prianto (Staf Divisi Pengelolaan dan
Pengembangan Wakaf). Jakarta. 8 Mei 2011.
Dokumen Dari Media Internet
Berita TWI Properti, diakses pada tanggal 12 April 2011 dari
http://www.tabungwakaf.com/index.php?option_content&view=article&id=5
3:katalog-wakaf-rumah-dan –tanah&catid=4:news&Itemed=2.
Hendrakholid.net dan redaksi. Fundraising VS Marketing, artikel diakses pada
tanggal 25 Februari 2011 dari http://hendrakholid.net/blog.
Hidayat, Rahmat. Alumni PhD Ekonomi Islam Universitas Kebangsaan Malaysia
dan bekerja di Kementrian Perumahan Rakyat RI, “Tanah Wakaf Untuk
Rakyat”, artikel diakses pada tanggal 27 Februari 2011 dari
http://ekonomiislami.wordpress.com/2011/02/27/tanah-wakaf-untuk-rakyat.
Mustaine. Fundraising yang Efektif, artikel diakses pada tanggal 25 April 2011 dari
http://www.dompetdhuafa.org/?p=5945
Web Master. Profil Badan Wakaf Indonesia, artikel diakses pada tanggal 21 Juli 2010
dari http://www.bwi.or.id.
100
101
Badan Wakaf Indonesia
Sumber : Sigit Indra Prianto (Staf Divisi Pengelolaan dan Pengembangan)
Tanggal : 08 Mei 2011
Hasil Wawancara
1. Apa latar belakang serta tujuan Badan Wakaf Indonesia menghimpun
dana wakaf uang?
Jawab : Keberadaan Badan Wakaf Indonesia (BWI), yang dibentuk
berdasarkan amanat UU No. 41 tahun 2004 untuk mengembangkan
perwakafan, baik skala nasional maupun international, belum banyak
diketahui khalayak. Saat ini, berwakaf bagi sebagian besar orang dipahami
hanya bisa dilakukan dengan memberikan “benda mati” seperti tanah atau
bangunan. Padahal, wakaf juga bisa berupa benda bergerak, seperti uang.
Wakaf uang, pada kenyataannya, kurang dikenal oleh masyarakat. Masyarakat
lebih kenal dengan zakat, infak, dan shadaqah. Sosialisasi ini tak sekedar
pengenalan, tapi juga berorientasi pada penghimpunan wakaf uang.
Tujuan antara lain:
a. Mensosialisasikan BWI dan program wakaf produktif, khususnya wakaf uang,
kepada masyarakat.
102
b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang tatacara berwakaf uang.
c. Bersama-sama Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-
PWU) menghimpun “wakaf uang” untuk kesejahteraan.
d. Menanam “brand image” BWI yang kuat di masyarakat, sebagai bagian dari
lembaga filantropi yang punya kekuatan besar untuk membangun
perekonomian masyarakat.
2. Bagaimana sistem peghimpunan dana (Fundraising) wakaf uang yang
dilaksanakan Badan Wakaf Indonesia?
Jawab : Salah satu kegiatan BWI selain mengelola dana wakaf, juga
melakukan penghimpunan dana wakaf. Pada awal bulan Januari 2011 BWI
mencanangkan gerakan wakaf uangyang dilakukan oleh Presiden RI yaitu
Presiden Bambang Susilo Yudhoyono, artinya titik point pertama kali
fundraising secara massif. Fundraising saat ini dibawahi Divisi Pengelolaan
dan Pengembangan Investasi Wakaf. Fundraising BWI belum memiliki pola
fundraising . oleh karena itu BWI merekrut dari mahasiswa untuk menjadi
relawan fundraising, itu diambil dari 7 sampai 10 mahasiswa. Pola kerja sama
yang dilakukan oleh BWI dengan mahasiwa itu adalah part time, artinya
pendapatan relawan berdasarkan target yang dicapai. Mengenai bentuk-bentuk
fundraising wakaf uang ini pada tahun 2010 dilihat dari sisi teori dan pasar
cukup baik. Bisa dengan telemarketing, media massa, direct/langsung,
103
membuka konter-konter tempat publik yang diharapkan akan berjalan massif
dari segi pendapatannya. Bisa juga melalui direct mail (surat), BWI
mengirimkan surat kepada yang bersifat corporate atau kelembagaan, setelah
itu BWI mengadakan audience (pertemuan). BWI juga bekerja sama dengan
Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) yang telah
ditunjuk yaitu Bank Mandiri Syariah, BNI Syariah, Bank Muamalat, Bank
DKI Syariah dan bank Mega Syariah. Kelima bank syariah ini dapat
menghimpun dana wakaf uang atas nazhir Badan Wakaf Indonesia. LKS
PWU sebagai kasir, BWI yang pertama kali mebuka rekening Deposito untuk
hal sosialisasinya seperti banner, leaflet itu pihak LKS PWU yang mengcreate
itu semua. BWI melaksanakan project yang berskala nasional. LKS PWU
lebih berkompeten, lebih maksimal dalam melakukan instrument
pengelolaanya yaitu “mudharabah muqayyadah”. Wakif akan mendapatkan
Sertifikat Wakaf uang setelah berwakaf minimal sebesar Rp. 1.000.00,-,
setelah itu wakif akan medapatkan Sertifikat Wakaf Uang yang akan
dikeluarkan oleh pihak LKS PWU dan yang diberi gambaran format oleh
BWI. Tetapi sejauh ini yang saya ketahui bahwa meskipun LKS PWU ada
sistem pengelolaan “mudharabah muqayyadah” namun realitanya belu
dipakai. Yang ada BWI mencari investor sendiri tanpa adanya perantara LKS
PWU. Idealnya sebenarnya instrument dari LKS PWU itu sendiri lebih baik.
Karena selain mencari dana wakaf, BWI juga mencari investor untuk dapat
mengelola tanah wakaf. Untuk saat ini, BWI membuat rencana dengan
104
membuat “wakaf sms” yang akan bekerja sama dengan pihak bakrie Telkom
dan Telkomsel namun masih negosiasi. Artinya, kalau kita ingin berwakaf,
kita bisa dengan cara pemotongan pulsa untuk berwakaf uang dengan nominal
berapa saja. BWI memiliki proram fundraising, dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Direct fundraising
a. Kampanye
b. Iklan respon
c. Direct mail (Biasa dan Elektronik)
d. Telemarketing
e. Direct dialogue
f. Konter
2. Indirect Fundraising
a. Pemotongan penjualan
b. Produk Campuran
c. Kerjasama Promo Charity
d. Event Fundraising
3. Tahap-tahap apa saja yang dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia
dalam melaksanakan fundraising wakaf uang?
Jawab : Awalnya adalah membuat perencanaan program terlebih dahulu
kemudian membuat anggaran serta jangka waktu, jika melalui pihak LKS-
PWU, Bank Syariah akan mencreate atau membuat inovasi-inovasi agar wakif
105
lebih tertarik untuk dapat membantu berjalannya program tersebut. Dari
program ini akan lebih memudahkan wakif atau masyarakat. BWI
melaksanakan project yang berskala nasional, sebenarnya peran LKS PWU
lebih banyak dalam menghimpun dana wakaf uang ini karena BWI lebih
banyak untuk membina. Karena BWI yang memayungi semua Nazhir tetapi
akuntabilitasnya masih belum maksimal. BWI mempunyai program
Sosialisasi Penghimpunan Wakaf Uang diantaranya Kerjasama Rubrik, Iklan
Sosialisasi Via Media dan Penghimpunan Peliputan Kegiatan, Seminar dan
talkshow, Pelatihan Nazhir Penganugrahan “BWI Award” untuk “Nazhir
Profesional.
4. Bagaimana potensi dan peluang wakaf uang itu sendiri dalam
memberdayakan kesejahteraan masyarakat?
Jawab : Wakaf uang sangat berpotensi baik untuk investasi dan hasil dari
pemanfaatannya akan diberikan kepada sasaran yang tepat. Dan dilihat pada
saat ini, wakaf masih berorientasi pembangunan fisik yang tidak produktif,
maka tanah seluas itu tidak memberikan perubahan ekonomi yang lebih baik
kepada masyarakat. Padahal, jika tanah seluas itu dikelola secara produktif,
maka berpotensi menjadi instrumen yang positif bagi upaya peningkatan
kualitas hidup masyarakat. Ternyata, mayoritas asset wakaf tidak produktif,
karena belum dimanfaatkan secara optimal. Misalnya, 20 juta penduduk
Indonesia mau mewakafkan hartanya masing-masing sebesar Rp. 1.000.000,-
106
per tahun, maka akan terkumpul dana sebesar Rp. 20 triliun. Dan jika 50 juta
orang yang berwakaf, akan terkumpul uang sebesar Rp. 60 triliun. Jumlah
yang luar biasa ini akan sangat bermanfaat jika dikelola secara produktif dan
hasilnya dapatdimanfaatkan untuk pembangunan sarana ibadah, dakwah dan
social, pendidikan, perekonomian, kesehatan, pemberantasan kemiskina , dan
lain-lain. Akumulasi capital dari pembangunan wakaf tidak bergerak (tanah)
dan wakaf bergerak (uang) yang sukses itu, pasti akan memberikan kontribusi
besar dalam memberdayakan dan menyejahterakan masyarakat.
5. Apa yang menjadi hambatan/ tantangan dalam proses penghimpunan
dana wakaf uang yang dilaksanakan oleh Badan wakaf Indonesia?
Jawab : BWI masih membangun dan membenahi sistem yang ada, minimnya
Sumber Daya Manusia (SDM), sistem fundraisingnya masih tergolong
sederhana. Fundraising yang dilaksanakan BWI masih professional atau
individu, BWI mendapat kesulitan terkait dengan paradigma masyarakat akan
kurangnya pemahaman tentang konsep wakaf itu sendiri. Karena wakaf ini
tidak boleh dipaksakan. Seharusnya adanya dukungan PEMDA ikut
membantu dalam melakukan penghimpunan wakaf uang ini, karena bisa
membantu masyarakat. Untuk melakukan pengelolaan wakaf itu sendiri, BWI
mencari investor artinya bagaimana cara membuat tanah itu dikelola secara
produktif yang pastinya akan berpotensi baik. Karena keterbatasan dana
107
wakaf itu sehingga menjadi hambatan dalam BWI melakukan pengelolaan
tanah wakaf agar dikelola secara produktif.
Jakarta, 08 Mei 2011
Hormat saya,
(Sigit Indra Prianto)
108
Dompet Dhuafa Republika
Narasumber : Hendra Djatnika (Head of Productive Waqfraising)
Tanggal : 04 April 2011
Hasil Wawancara
1. Apa latar belakang serta tujuan dikeluarkannya wakaf uang?
Jawab: Wakaf uang untuk mencari alternatif mensejahterakan umat yang
selama ini wakaf yang hanya dikenal yaitu wakaf tanah. Alternatifnya yaitu
sekarang wakaf uang, yang dimana potensinya sangat besar karena wakaf
uang ini digunakan untuk wakaf produktif. Wakaf uang ini digunakan untuk
membiayai asset-aset wakaf yang digunakan untuk program-program wkaf
yang produktif. Apalagi sudah didukung dengan adanya Fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) tentang wakaf uang. Terlihat jelas bahwa wakaf uang ini
memiliki kelebihan dibandingkan dengan wakaf tanah. Dengan adanya wakaf
uang, orang yang mampu untuk berwakaf, tidak harus menunggu menjadi
tuan tanah dulu untuk berwakaf. Sekarang dengan uang pun dapat berwakaf
dan dapat menyesuaikan kemampuan si waqif-nya dan juga waqif akan
mendapat Sertifikat Wakaf Tunai yang diberikan langsung dari Dompet
Dhuafa, tapi hanya untuk waqif yang berwakaf sebesar Rp. 1.000.000,- baru
mendapat Sertifikat Wakaf Tunai. Kalau di wakaf uang ini si waqif bisa
memilih uangnya diwakafkan itu untuk program apa saja, disini ada program
109
untuk pendidikan “Smart Ekselensia”, kesehatan ada “LKC (Layanan
Kesehatan Cuma-Cuma), sekarang juga lagi dibangun Rumah Sehat Terpadu
(RST) yang ada di wilayah Parung-Bogor, jadi orang-orang yang sakit
membutuhkan biaya bisa datang ke sana, ada juga investasi, dan lain-lain.
Karena arti wakaf itu sendiri haruslah kekal oleh karena itu kepemilikannya
tidak boleh habis, hanya boleh dimanfaatkan atau dikelola, nah apabila sudah
ada hasilnya dari pemanfaatan wakaf tersebut itu diberikan kepada mauquf
„alaih. Dana wakaf uang ini tidak hanya dana dari waqif yang diberikan
langsung ke Dompet Dhuafa yang melalui bank maupun penjemputan wakaf,
namun diperoleh melalui investasi wakaf uang di antaranya, Depok Waqf
Junction (DWJ), Ciputat Waqf Junction (CWJ), Wakala al Waqif, saham,
Gedung Institut Kemandirian (Wardah), Zamrud Waqf Junction (Zawaf),
ruko, kebun karet dan BMT.
2. Bagaimana sistem penghimpunan wakaf uang yang dilaksanakan oleh
Dompet Dhuafa?
Jawab : Hal pertama yang dilakukan adalah alurnya buat program
pemberayaan wakaf, kemudian tugas “Fundraising” untuk
mengkomunikasikan dan mensosialisasikannya kepada masyarakat banyak.
Sistemnya untuk berwakaf uang minimal Rp. 1.000.000,- baru mendapat
Sertifikat Wakaf Tunai. Sistemnya Tabung Wakaf Indonesia itu sendiri yang
110
menerbitkan Sertifikat Wakaf Tunai. Bentuk cara untuk menghimpun dana
wakaf uang ini bisa melalui bank, layanan jemput, dan lain-lain.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain :
1. Sosialisasi
Upaya memasyarakatkan pentingnya wakaf uang yang dikelola secara
professional, dengan berbagai media, Dompet Dhuafa berusaha menjembatani
kesenjangan informasi wakaf uang. Stasiun-stasiun televisi, radio, harian
umum nasional, mingguan berita, majalah profesi, berpadu bersama DD.
2. Kerjasama Lembaga
Dompet Dhuafa melakukan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan
yang mengaktualisasikan kepeduliannya.
3. Event
Setiap event yang diselenggarakan Dompet Dhuafa bermuara untuk
penguatan program bagi keberdayaan dhuafa.
Payment Channel meliputi : yang berhubungan dengan Bank, DD melakukan
kerja sama dengan pihak bank dalam menghimpun dana wakaf uang.
Pola dan Strategi Penghimpunan Dana a. Direct mail
Direct mail adalah strategi penghimpunan dan dengan mengirimkan
surat (direct mail) kepada calon donatur yang potensial.
b. Media campaign
111
Media campaign adalah suatu strategi untuk menggalang dana dengan
mengkampanyekan suatu program di media massa.
c. Membership
Membership adalah suatu strategi penggalangan dana dengan merekrut,
membuat kenggotaan donatur.
d. Special event
Special event adalah salah satu strategi penggalangan dana dengan
membuat event-event atau memanfaatkan event-event tertentu.
e. Corporate Fund
Dompet Dhuafa melakukan kerja sama dengan perusahaan lain.
Di Dompet Dhuafa ada 3 divisi yaitu:
a. Divisi Fundraising (menghimpun dana)
b. Divisi Asset Management (pengelolaan)
c. Divisi Grand Management (penyaluran)
Di bagian fundraising wakaf uang ada tim fundraising-nya antara lain:
Wakaf Departement Manger ini tugasnya buat menentukan strategi
fundraising apa yang akan dilakukan, lalu Head of Productive Waqfraising
yang bertugas bertanggung jawab atas pelaksanaan strategi fundraising yang
dilaksanakan oleh lembaga dan bergabung dengan Head of Rumah Sehat
Terpadu yang sama tanggung jawabnya, RST ini sedang dalam tahap
pembangunan yang digunakan untuk membantu para kaum dhuafa, kemudian
Wakaf Raising Officer yang bertanggung untuk menjalankan
mensosialisasikan dan mengkomunikasikan kepada masyarakat. Wakaf uang
112
tidak hanya uang saja, bisa emas, perak, dinar dirham, surat berharga, saham,
kekayaan inteketual, dan sebagainya.
4. Bagaimana potensi dan peluang wakaf uang itu sendiri dalam
memberdayakan kesejahteraan masyarakat?
Jawab : a. potensinya sangat besar untuk masyarakat penduduk islam
b. memudahkan masyarakat membayar wakaf uang tanpa terlebih
dahulu menjadi tuan tanah
c. hasil dari pemanfaatan wakaf uang itu dapat digunakan untuk
kepentingan umum seperti pendidikan, kesehatan, investasi, dan
lain-lain.
Strategi pengembangan:
a. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat
b. Meningkatkan pelayanan kepada layanan berwakaf
c. Terfokus pada segmentasi orang-orang kaya
d. Menyusun segmentasi yang kuat untuk berwakaf
5. Apa yang menjadi hambatan/ tantangan dalam proses penhimpunan
dana wakaf uang dari aspek teknis dan aspek SDM?
Jawab :
Aspek Teknis :
a. Lembaga belum mempunyai media massa
113
b. Dana sosialisasi terbatas
Aspek SDM
a. Perlu adanya peningkatan dan profesionalisme divisi Fundraising
b. Ada pelatihan yang lebih baik dalam meningkatkan kualitas Nazhir
Jakarta, 04 April 2011
Hormat Saya,
(Hendra Djatnika)
114