Perbandingan Resiko Sukuk Dan Obligasi Konvensional

download Perbandingan Resiko Sukuk Dan Obligasi Konvensional

If you can't read please download the document

description

perbandingan resiko sukuk dan obligasi

Transcript of Perbandingan Resiko Sukuk Dan Obligasi Konvensional

19PERBANDINGAN RISIKO SUKUK DAN OBLIGASI KONVENSIONAL PERSPEKTIF FIQIH KONTEMPORERDisusun Oleh:Faridatuz ZakiyahF14224254Dosen Pengampu:Dr. H. Ahmad Imam Mawardi, M.A.PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAHUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA2014PERBANDINGAN RISIKO SUKUK DAN OBLIGASI KONVENSIONAL PERSPEKTIF FIQIH KONTEMPORERFaridatuz ZakiyahMahasiswa Pascasarjana Program Studi Ekonomi Syariah UIN Sunan Ampel SurabayaAbstrakPertumbuhan sukuk yang semakin meningkat haruslah dilihat sebagai perkembangan instrumen Ekonomi Islam bagian dari penerapan perspektif Islam dalam bidang Ekonomi. Sukuk merupakan obligasi yang berbasis Sharah Islam, atau obligasi Syariah, dan tentunya sangat berbeda dengan obligasi konvensional. Perbedaan itu cukup banyak, diantaranya dari segi risiko dan mashlahahnya. Sukuk dan obligasi konvensional merupakan salah satu penyertaan yang di perdagangkan di pasar sekunder (Bursa Efek Indonesia). Namun adakalanya banyak yang masih bingung dengan perbedaan risiko antara sukuk dan obligasi konvensional. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan antara teori investasi sukuk dan obligasi konvensional yang menyatakan bahwa high risk high return. Affandi Wahdy, Perbandingan Resiko Dimbal Hasil Sukuk dan Obligasi Konvensional di Pasar Sekunder: Studi Kasus di Bursa Efek Surabaya 2004-2006, Tesis S2. Universitas Indonesia Teori tersebut menyatakan bahwa obligasi memiliki keuntungan yang tinggi tetapi risikonya pun juga tinggi, sedangkan sukuk merupakan instrumen investasi yang memiliki imbal hasil yang lebih tinggi dan risiko yang lebih rendah. Paper ini akan membahas bagian per bagian risiko sukuk dan obligasi konvensional.PENDAHULUANLatar BelakangDewasa ini, tumbuh semangat cinta Islam (ghrah Islamiyah) dan kesadaran masyarakat di sejumlah lapisan masyarakat muslim Indonesia, khususnya kalangan muda dan terpelajar. Hal ini cukup menggembirakan, karena potensi yang dimiliki kaum muda merupakan salah satu syarat penegakan Sharah Islam. Daud Rasyid, Peluang dan Tantangan Penerapan Syariat Islam di Indonesia (Jakarta: PT. Globalmedia Cipta Publishing, 2004), hlm. 59 Kesadaran akan Sharah Islam itu juga terlihat dari antusiasme dalam bermuamalah sesuai Sharah Islam, salah satunya menggunakan penyertaan sukuk atau investasi dengan menggunakan instrumen sukuk.Sukuk merupakan kekayaan pendukung, pendapatan yang stabil, dapat diperdagangkan dan sertifikat kepercayaan yang sesuai Sharah. Umi Karomah Yaumidin, Investasi Syariah: Implementasi Konsep pada Kenyataan Empirik (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008), hlm. 342 Selain itu, sukuk yang disebut juga dengan cek oleh ilmuwan Ekonomi Islam, Ahmad Y. Al-Hassan dan Donald R. Hill, berkembang sebagai pengganti uang tunai. Cek atau cheque atau sukuk ini diciptakan abad 7 Masehi, yang mencapai puncaknya pada abad 9 Masehi, dengan tujuan memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri karena mata uang dinar dan dirham dirasa memiliki banyak risiko dan tidak efisien. Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Quran (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), hlm. 364Perkembangan sukuk di dunia diawali oleh Timur Tengah, hal itu menjadi kajian yang menarik, apalagi sistem ekonomi Syariah terbukti tidak terpengaruh oleh krisis dunia pada tahun 1998 lalu. Kemudian, sukuk berkembang secara signifikan di dunia, investor sukuk dunia ini berasal dari beberapa negara, diantaranya Saudi Arabia, Qatar, Iran, Turki, UK, Perancis, Jerman, Jordan, Bahrain, Hongkong, Jepang, Singapura, Korea Selatan, Malaysia, dan Indonesia. Berikut pertumbuhan sukuk yang meningkat cukup signifikan di seluruh dunia.Gambar 1Pertumbuhan dan Perkembangan Ekonomi Syariah (termasuk sukuk) di seluruh duniaSumber: Seminar Bank Indonesia, Desember 2013Di Indonesia, penerbitan sukuk pertama kali diawali oleh PT Indosat pada tahun 2002, dapat dilihat pada tabel 1. PT Indosat merupakan perusahaan yang notabene konvensional bukan perusahaan atau lembaga keuangan Syariah, dapat dilihat pada tabel 2. Sedangkan perusahaan/ lembaga keuangan yang berbasis Syariah baru menerbitkan sukuk pada tahun 2003, tercatat penerbit pertama sukuk dari penerbit Syariah, dan penerbit keempat dari penerbit pertama, yaitu oleh PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Pertumbuhan dan perkembangan sukuk di Indonesia meningkat cukup signifikan. Grafik 1 menggambarkan bahwa perkembangan penerbitan sukuk selalu meningkat setiap tahun, bahkan pada tahun 2008 dan 2009 saat krisis sukuk juga mengalami peningkatan.Menurut kompas.com 20 Maret 2014, selama tahun 2013, terdapat 10 penerbitan sukuk korporasi dan 16 sukuk negara dengan total nilai mencapai Rp 51,4 triliun. www.kompas.com 20 Maret 2014, OJK: Potensi Sukuk di Indonesia Besar. Sedangkan laporan yang dipetik dari metrotv.com, 4 September 2014, penerbitan sukuk global senilai US $ 1,5 miliar oleh pemerintah Indonesia pada 10 September 2014, diminati oleh kelompok investor domestik dan internasional. Berdasarkan wilayahnya, sebaran investor sukuk global ini meliputi 35% investor Syariah dan Timur Tengah, 10% investor Indonesia, 20% investor Asia selain Indonesia, 20% investor Amerika dan 15% investor Eropa. www.metrotvnews.com 4 September 2014, Sukuk Global RI Banjir Peminat. Fakta tersebut menggambarkan bahwa sukuk sudah mulai diterima dan menjadi instrumen yang menarik di Indonesia. Grafik 1Perkembangan Penerbitan Sukuk dan Sukuk Korporasi OutstandingSumber: ojk.co.id www.ojk.co.id, diakses pada 13 Desember 2014Tabel 1Perkembangan Emisi Sukuk KorporasiSumber: ojk.co.id Ibid.Tabel 2Penerbitan Sukuk Pertama di Indonesia, dan sudah dilunasiNo.Nama SukukStruktur/ AkadNama Penerbit EfekTgl EfektifTgl PncatatnTgl Jatuh TempoNilai Nominal1OS Mudharabah Indosat th 2002MudharabahPT Indosat Tbk30-Okt-028-Nov-026-Nov-07175.000.000.0002OS Berlian Laju Tanker Syariah Mudharabah th 2003MudharabahPT Berlian Laju Tanker Tbk12-Mei-032-Juni-0328-May-0860.000.000.0003OS Mudharabah Bank Bukopin th 2003MudharabahPT Bank Bukopin Tbk30-Juni-0315-Juli-0310-Jul-0845.000.000.0004OS I Subordinasi Bank Muamalat Indonesia th 2003MudharabahPT Bank Muamalat Indonesia Tbk30-Juni-0321-Jul-0315-Jul-09200.000.000.0005OS Mudharabah Ciliandra Perkasa th 2003MudharabahPT Ciliandra Perkasa18-Sept-031-Okt-0326-Sept-0860.000.000.0006OS Mudharabah Bank Syariah Mandiri th 2003MudharabahPT Bank Syariah Mandiri22-Okt-033-Nov-0331-Okt-08200.000.000.0007OS Mudharabah PTPN VII th 2004MudharabahPT PTPN VII (Persero)18-Maret-0429-Maret-0426-Maret-0975.000.000.0008OS Ijarah I Matahari Putra Prima th 2004IjarahPT Matahari Putra Prima Tbk28-April-0412-Mei-0411-Mei-09150.000.000.0009OS Ijarah Sona Topas Tourism Industry th 2004IjarahPT Sona Topas Tourism & Industry Tbk14-Juni-0428-Juni-0425-Juni-09100.000.000.00010OS Citra Sari Makmur I Syariah Ijarah th 2004IjarahPT Citra Sari Makmur30-Juni-0412-Juli-049-Juli-09100.000.000.000Sumber: ojk.co.id Ibid.Pertumbuhan dan perkembangan sukuk tidak terlepas dari hambatan, salah satu hambatannya adalah risiko yang tidak dapat dikendalikan. Risiko itu pasti selalu ada pada setiap lingkup kerja perusahaan, sehingga manajemen risiko merupakan hal yang sangat penting. Jika risiko tidak dapat dikendalikan, maka hasil yang dicapai tidak akan sesuai harapan, bahkan ada kemungkinan ia menyebabkan kerugian. Terdapat risiko yang terkait dengan aktivitas lembaga keuangan yang menerbitkan sukuk atau obligasi konvensional ini, diantaranya risiko pasar, risiko pembiayaan, risiko operasional, dan risiko reputasi. Menurut Samsul dalam Indah Yuliana, kinerja dan risiko yang dihadapi perusahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal perusahaan. Indah Yuliana, Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Penetapan Tingkat Sewa Obligasi Syarah Ijarah di Indonesia, Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang, tidak diterbitkan, hlm. 2Pengendalian risiko itu juga telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. ketika berdagang ke Syam. Dalam sejarah perekonomian Islam, Nabi menerapkan faktor kehati-hatian (prudential) dalam perniagaan ke negeri Syam, hal ini dikategorikan sebagai bentuk penanggulangan risiko. Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Quran (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), hlm. 382 Bank Indonesia memperkuat screening terhadap para bankir dan lembaga lainnya dalam mengelola risiko atas perusahaannya. Bank Indonesia juga mengharapkan pada perbankan Syariah dan lainnya terus memperkuat kemampuan pengelolaan risiko, sejalan dengan prinsip-prinsip pengelolaan risiko yang digariskan dalam regulasi Bank Indonesia. Secara spesifik bank syariah dan lembaga keuangan lainnya diarahkan agar melakukan pengendalian risiko yang memadai dengan meningkatkan kualitas penerapan manajemen risiko dalam rangka kepentingan bank maupun nasabah terkait produk atau aktivitas di bank yang antara lain dilakukan melalui peningkatan kualitas pelaporan produk atau aktivitas bank dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, aspek hukum, kompetensi pegawai, dan kesiapan infrastruktur. Bank Indonesia, Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2012, hlm. 29Pada triwulan I tahun 2014 ini, April, OJK juga telah melaksanakan serangkaian langkah untuk mengoptimalkan pengawasan dan pengaturan secara berkelanjutan terhadap industri Perbankan, Pasar Modal dan IKNB, salah satunya adalah pembentukan-pembentukan unit kerja pengawasan terintegrasi, simulasi krisis dan penyusunan blueprint sistem informasi Risk Based Supervision serta penyiapan infrastruktur untuk mendukung implementasi pedoman pemeriksaan berdasarkan risiko (Risk Based Examination/RBE) bagi bank umum konvensional dan penilaian tingkat kesehatan (TKS) bank syariah berdasarkan risiko atau Risk Based Bank Rating (RBBR) Syariah. Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Triwulanan Otoritas Jasa Keuangan Triwulan I-2014, tidak diterbitkan, hlm. vPerusahaan, perbankan maupun pemerintah yang menerbitkan sukuk maupun obligasi konvensional memiliki risiko yang besar. Pengendalian yang benar merupakan manajemen risiko yang harus diutamakan oleh pelaku usaha, baik investor maupun penerbit. Paper ini akan membahas kajian tentang risiko secara umum, risiko sukuk dan obligasi dan bagaimana cara mengendalikannya. Rumusan MasalahDari hasil pemaparan latar belakang sebelumnya, maka rumusan masalah yang didapat adalah sebagai berikut:Apa saja kajian risiko secara umum dan secara Islami?Bagaimana bentuk risiko sukuk dan pengendaliannya, sehingga sistem sukuk ini dapat diterima sesuai dengan mekanisme di pasar sekunder/Bursa Efek yang tentunya tetap menjalankan prinsip Sharah?Bagaimana bentuk dan risiko obligasi konvensional?Apakah obligasi konvensional memiliki resiko yang sama besar atau lebih tinggi dari risiko sukuk? PEMBAHASANPengertian dan Jenis-jenis Sukuk dan Obligasi KonvensionalMenurut Ibnu Manzur dalam Nazaruddin, Sukuk dari segi bahasa dapat diartikan sebagai akar kata sakk jamak dari sukuk atau sakaik yang artinya memukul atau membentur, bisa juga diartikan pencetakan atau menempa, sehingga kalau dikatakan sakkan nukud maka artinya pencetakan atau penempahan uang. Nazaruddin Abdul Wahid, Sukuk: Memahami & Membedah Obligasi pada Perbankan Syariah (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 92 Menurut Firdaus dalam Wardi Muslich, sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip Syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang sukuk yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana sukuk pada saat jatuh tempo. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 582 Sedangkan menurut The Accounting and Auditing Organisation of Islamic Financial Institutions (AAOIFI) mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu asset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.Jenis-jenis sukuk ada tiga bagian, pertama, dari segi penerbitnya ada obligasi korporasi dan obligasi negara. Kedua, obligasi negara ada empat macam, yaitu obligasi rekap, obligasi ritel, obligasi sukuk, dan Surat Utang Negara (SUN). Ketiga, dari akadnya ada enam bagian, yaitu obligasi syariah mudharabah, obligasi syariah musyarakah, obligasi syariah murabahah, obligasi syariah salam, obligasi syariah istishna, dan obligasi syariah ijarah. Ibid., hlm. 584-585Sedangkan obligasi konvensional adalah surat pengakuan utang dari suatu perusahaan atau lembaga yang sering disebut dengan istilah bonds issue. Obligasi konvensional juga diartikan sebagai surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (pemodal) dengan yang diberi pinjaman (emiten) dan memenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan, diantaranya mengenai jatuh tempo, pelunasan utang, bunga yang dibayarkan, besarnya pelunasan dan ketentuan lainnya. Ibid., hlm. 573Jenis-jenis obligasi konvensional ada tiga bagian, pertama dari segi pengalihannya, ada obligasi atas unjuk dan obligasi atas nama. Kedua, obligasi dari segi jaminan, ada obligasi dengan jaminan dan obligasi tanpa jaminan. Ketiga, obligasi dari segi penetapan dan pembayaran ada 8 macam, yaitu obligasi dengan bunga tetap, obligasi dengan bunga mengambang, obligasi tanpa bunga, obligasi abadi, obligasi berdasarkan nilai perusahaan, obligasi berdasarkan konvertibilitas, obligasi berdasarkan badan penerbit, dan obligasi berdasarkan waktu jatuh tempo. Ibid., hlm. 573-574Tabel 3Perbedaan sukuk dan obligasi konvensionalSukukObligasi KonvensionalSukuk IjarahSukuk MudharabahPengertian Surat berharga atau sertifikat kepemilikan atas suatu asetSurat berharga atau sertifikat kepemilikan atas suatu asetPengakuan utangPenerbit PemerintahKorporat PemerintahKorporat PemerintahKorporatMetode PenerbitanLelangBook BuildingPrivate PlacementLelangBook BuildingPrivate PlacementLelangBook BuildingPrivate PlacementTipe InstrumenSyariah /KonvensionalSyariah /KonvensionalKonvensionalKeuntungan InvestorMargin, Fee (upah)Bagi HasilBunga/ kupon, capital gainDokumen yang DiperlukanDokumen Pasar Modal SyariahDokumen Pasar Modal SyariahDokumen Pasar ModalUnderlying AssetPerluPerluTidak PerluPenggunaan Hasil Penjualan (Proceed)Harus sesuai SyariahHarus sesuai SyariahBebasLembaga TerkaitSPV, Trustee, Agen PembayaranSPV, Trustee, Agen PembayaranTrustee, Agen PembayaranPengesahan Dewan SyariahPerluPerluTidak PerluAkad (Transaksi)Ijarah (Sewa/Lease)Mudharabah (Bagi Hasil)Tidak AdaJenis TransaksiErtainty ContractUncertinty Contract-SifatInvestasiInvestasiSurat UtangHarga Penawaran100%100%100%Pokok Obligasi saat Jatuh Tempo100%100%100%KuponImbalan/FeePendapatan/Bagi HasilBungaReturn Ditentukan SebelumnyaIndikatif Berdasarkan Pendapatan/IncomeFloat/TetapFatwa Dewan Syariah NasionalNo. 41/DSN-MUI/III/2004No.33/DSN-MUI/IX/2002Tidak AdaJenis InvestorSyariah/KonvensionalSyariah/KonvensionalKonvensionalSumber: Laksono dan Achsien dalam Zuraidah Zuraidah, Sukuk Negara Sebagai Pendorong Pertumbuhan Pasar Keuangan Syariah Indonesia, Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, hlm. 5-6Sukuk pada prinsipnya mirip seperti obligasi konvensional, perbedaan pokoknya adalah penggunaan konsep margin, fee (upah) dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, produk dan objek investasinya halal/tidak mengandung ghrr, adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau penjanjian antara para pihak yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara syariah agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba, ghrr dan maysr. Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Mengenal Sukuk: Instrumen Investasi dan Pembiayaan Berbasis Syariah, Tidak Dipublikasikan.Kajian Risiko Secara Islami dan UmumDikatakan Islam merupakan agama yang universal adalah benar, hal itu terlihat dari adanya bentuk pengelolaan risiko yang dibahas di dalam kitab suci al-Quran. Bentuk risiko ini meliputi berbagai bentuk risiko, baik itu risiko yang berhasil diatasi atau ditanggulangi maupun bentuk risiko yang dihadapkan Tuhan kepada manusia sebagai ujian hidup. Manajemen risiko versi al-Quran meliputi berikut: Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Quran (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), hlm. 384Bentuk kealpaan terhadap risikoLalai terhadap larangan TuhanKetika Nabi Adam dan Siti Hawa memakan buah khuldi, maka risiko yang mereka hadapi adalah tertanggalnya baju/terbukanya aurat mereka, dan mereka harus meninggalkan surga saat itu juga. Allah berfirman dalam QS. Thaha (20): 117. QS. Thaha (20): 120. Larangan memakan buah khuldi QS. Al-Baqarah (2): 35. Akhirnya mereka mendapat hukuman QS. Araf (7): 22.Kisah Nabi Adam dan Siti Hawa tersebut dapat dikaitkan dengan moral hazard yang terjadi di dunia usaha saat ini. Keinginan memakan buah khuldi adalah hawa nafsunya Siti Hawa, sedangkan hawa nafsunya Nabi Adam adalah perempuan (Siti Hawa). Risiko yang mereka hadapi terpikirkan tetapi tidak dikendalikan dan tidak dihiraukan, akhinya risiko yang mereka terima sangat besar, yaitu dikeluarkan dari surga.Meninggalkan tugas yang belum rampungKaum Nabi Yunus yang ingkar membuat Nabi Yunus berputus asa dan berkata pada kaumnya bahwa adzab Allah akan segera diturunkan, kemudian Nabi Yunus meninggalkan mereka. Namun, akhirnya kaumnya tersebut taubat dan Allah mengampuninya dan termaktub dalam QS. Yunus (10): 98. Sedangkan Nabi Yunus melanjutkan perjalanannya tanpa berfikir tentang risiko, Dia naik kapal dan tidak terduga ada badai yang akhirnya salah satu penumpangnya harus dibuang ke laut. Nabi Yunus terpilih dan akhirnya dimakan oleh ikan paus, hal itu sesuai dengan firman Allah dalam QS. Ash-shaffat (37): 139-142. Akhirnya Nabi Yunus bertaubat seperti dalam QS. Al-Anbiya (21): 87.Lupa terhadap komitmen awalKisah Nabi Musa yang berguru pada Nabi Khidir, menggambarkan bahwa Nabi Khidir menolak mengajarkan ilmu kepada Nabi Musa karena Nabi Musa tidak akan dapat menahan hawa nafsunya dalam menahan diri dan bersabar atas apa yang dilihatnya. Hal ini termaktub dalam QS. Al-Kahfi (18): 68. Nabi Musa tetap bersikeras dan sungguh-sungguh ingin berguru. Seperti dalam QS. Al-Kahfi (18): 69. Akhirnya Nabi Khidir menyetujuinya dengan syarat, hal ini seperti dalam firman Allah dalam QS. Al-Kahfi (18): 70. Dan terbukti bahwa Nabi Musa tidak dapat bersabar dan tidak dapat menahan diri ketika berguru pada Nabi Khidir, kisah tersebut ada dalam QS. Al-Kahfi (18): 71-82. Manajemen risiko yang dapat diterapkan Nabi Khidir ada tiga, pertama Nabi Khidir melobangi kapal orang miskin adalah agar terlihat jelek sehingga tidak dirampok oleh orang dzalim. Risiko kerugian yang diakibatkan Nabi Khidir jauh lebih kecil daripada risiko yang diakibatkan oleh orang dzalim yang akan merampok kapal. Kedua, Nabi Khidir membunuh anak kecil yang dipastikan akan menyesatkan orang tuanya ketika dewasa. Risiko yang dikendalikan oleh Nabi Khidir adalah meminimalisir kesesatan yang mungkin akan terjadi di masa mendatang.Ketiga, Nabi Khidir membangun rumah yang hampir roboh tanpa upah sedikitpun adalah meminimalisir risiko kerugian atas rumah yang dibawahnya ada peninggalan harta warisan untuk anak yatim. Jika rumah itu roboh, maka harta warisan itu pun akan rusak atau musnah, sehingga pengendalian risikonya adalah dengan membangun rumah tersebut. Bentuk kehati-hatian terhadap risikoProgram penyelamatan diri dari bahaya banjir Nabi NuhNabi Nuh diberikan kepekaan oleh Allah terhadap risiko yang akan terjadi di masa mendatang. Allah memberikan solusi dan penanggulangan secara cerdas dan efektif. Hal itu telah termaktub dalam QS. Al-Mukminun (23): 27.Program penyelamatan diri dari bahaya kelaparan Nabi YusufKetika terjadi paceklik di Mesir, Nabi Yusuf sudah tidak terbebani karena sudah melakukan pengendalian risiko atas paceklik tersebut. Allah memberikan tanda-tanda bahwa akan ada paceklik lewat mimpi raja Mesair yang ditakwil oleh Nabi Yusuf. Hal itu seperti yang tertulis dalam QS. Yusuf (12): 43-49. Nabi Yusuf mengendalikan risiko atas paceklik tersebut dengan solusi yang cerdas dan luar biasa.Nabi Yusuf memberikan gambaran bahwa akan ada musim subur dan panen raya selama 7 tahun, kemudian akan ada paceklik selama 7 tahun. Sehingga solusi yang terbaik untuk menanggulanginya adalah melipatgandakan hasil pertanian dan menyimpannya untuk 7 tahun di masa paceklik. Sehingga ketika musim paceklik datang, akan terlewati dengan aman, damai dan tenteram.Program penyelamatan diri Nabi Musa dari murka FiraunRisiko yang dihadapi oleh Nabi Musa sewaktu bayi adalah terbunuh oleh Firaun, akibat ketakutan akan lahir laki-laki yang akan menentangnya dan menghancurkan singgasananya. Allah memberikan ilham kepada ibu Nabi Musa untuk menghanyutkannya di sungai, yang akhirnya ditemukan istri Firaun dan diasuhnya seperti anaknya sendiri. Manajemen risiko yang dilakukan ibunya Nabi Musa dapat dijadikan hikmah dan pelajaran bagaimana mengelola risiko agar terkendali dengan benar.Risiko yang dihadapi lembaga keuangan, yang berkaitan dengan sukuk dan obligasi konvensional adalah penurunan nilai pendapatan dan nilai aset bagi pihak-pihak yang berkontrak, yang dengannya dapat menyebabkan kerugian. Penurunan nilai pendapatan dan nilai aset itu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya harga, kadar faedah, perubahan nilai tukar asing ($), inflasi, terganggunya penawaran atau permintaan dalam pasar barang, dan bencana alam. Perubahan harga maupun inflasi dapat mempengaruhi perubahan pasar secara keseluruhan, misalnya ketika harga pasar turun, maka harga seluruh pasar akan turun pada kadar tertentu. Hal itu akan mengakibatkan pendapatan yang diperoleh institusi keuangan dan individu juga berkurang. Hal itu juga berlaku ketika terjadi inflasi, maka terjadi peningkatan harga secara umum yang mengakibatkan berkurangnya nilai aset yang dipegang, terutama aset dalam bentuk utang.Risiko dilihat dari bentuk risiko, ada 3 macam:Risiko yang dapat dikurangi.Risiko yang dapat ditransfer kepada pihak lain.Risiko yang dapat dikelola oleh institusi sendiri.Risiko dilihat dari jenisnya ada dua, yaitu:Risiko pengukuran (risk measurment), berhubungan dengan kuantitas risiko yang dihadapi.Risiko manajemen (risk management), berhubungan dengan keseluruhan proses yang dilakukan institusi, baik itu menentukan strategi mengidentifikasi risiko, kuantitas risiko maupun memahami dan menghadapi risiko tersebut.Menurut Nazaruddin dalam disertasinya mengatakan bahwa produk sukuk digemari oleh penerbit dan investor karena manfaatnya lebih besar dan risikonya relatif kecil, serta pengurusannya lebih mudah. Nazaruddin Abdul Wahid, Sukuk: Memahami & Membedah Obligasi pada Perbankan Syariah (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 260 Risiko yang relatif kecil itu akan menjadi besar jika tidak dipahami cara pengendalian yang benar. Ada beberapa manfaat bagi penerbit dan investor untuk memahami risiko sukuk, yaitu:Untuk menghindari para pihak dari kemungkinan kerugian yang terjadi disebabkan kontrak sukuk yang dilaksanakan.Untuk kepentingan pihak penerbit bagi membuat syarat-syarat kontrak sukuk masing-masing.Untuk membuat kontrak sukuk lebih inovatif dalam menghadapi komungkinan risiko.Terhindar dari bentuk-bentuk kontrak sukuk yang mengandung unsur ghrr yang berlebihan, sehingga menyebabkan tidak selaras dengan ketentuan syara.Pandangan Fiqih Mengenai RisikoIslam melihat bahwa risiko atau mukhatarah adalah persoalan penting dalam sistem pembiayaan Islam yang berhubungan dengan konsep harta (aset), ketentuan harga (price), dan pengetahuan rekanan dalam pembentukan suatu akad. Islam menganalisa konsep yang berhubungan dengan risiko dengan ghrr, adh-dhaman, dan konsep khiyar.Risiko yang disebabkan oleh ghrrGhrr berarti penipuan, keraguan, ketidakpastian, dan bahaya. Ibnu Rusyd dalam Nazaruddin memandang ghrr memiliki tiga tingkatan, yaitu ghrr yang berlebihan (ghrr al-katsir), ghrr yang sederhana (ghrr al-mutawassith) dan ghrr yang sedikit (ghrr al-yasir). Ghrr yang berlebihan dapat menyebabkan batalnya akad, sehingga yang demikian dilarang oleh Sharah Islam. Ghrr yang sederhana melihat kepentingan atau hajat orang banyak, jika dikehendaki banyak orang dibolehkan, namun jika dijadikan helah untuk perniagaan maka diharamkan. Sedangkan terhadap ghrr yang dimaafkan adalah yang sedikit dan diperlukan oleh banyak orang, ghrr itu pun sulit untuk dihindari.Ghrr terhadap obyek akadGhrr yang berlebihan itu menyebabkan batalnya obyek akad. Ibnu Juzay mengatakan, kontrak yang rusak itu ketika tidak dapat terpenuhinya syarat-syarat yang telah disepakati atau tidak dicapainya pengiriman seperti jual beli kuda liar, jual beli harganya atau obyeknya yang tidak diketahui, jual beli tertunda yang periode penundaannya tidak tertentu, jual beli binatang yang sedang dalam keadaan sakit dan lainnya, jual beli tersebut sudah dilakukan oleh orang-orang Arab sebelum Islam. Ada dua pandangan keberadaan objek akad ini, yaitu pertama, bay ghrr, seperti menjual burung di udara atau menjual ikan di laut. Kedua, bay majhul, seperti jual beli sesuatu yang tersembunyi atau jual beli sesuatu dalam karung. Kedua ghrr tersebut sama namun berbeda dalam hal lainnya, bay majhul merupakan jual beli yang tidak mampu dihadirkan dalam majlis akad, sedangkan bay ghrr merupakan keraguan atas kempuan menyerahkan barang tepat waktu. Menurut Madzhab Maliki, kebanyakan ulama telah melakukan bay al-majhul, yaitu melakukan konsep tersebut dalam bentuk pertukaran dan tidak terdapat kesalahan padanya. Ibnu Qayim Al-Jauziyyah dan Al-Sanhuri mengatakan, bahwa tidak ada dalil yang berisi larangan atas jual beli yang tidak ada obyek jualnya, namun Sharah Islam hanya melarang ghrr obyek jualnya.Ibnu Qayyim mengkritik larangan bay al-madum, yaitu jual beli yang obyek jualnya tidak ada namun dipastikan akan ada di waktu yang akan datang. Bay al-madum dibagi menjadi empat kategori, diantaranya:Jika obyek jual pada dasarnya ada tetapi ia hadir kemudian dalam bentuk yang sesuai.Jika obyek jual tidak ada pada saat kontrak dibuat namun ia pasti ada dalam waktu akan datang.Jika obyek jual tidak ada pada saat kontrak namun sebenarnya ada, tetapi keberadaannya pada waktu akan datang adalah tidak pasti.Jika obyek jual tidak ada pada saat kontrak dan dapat diperkirakan juga untuk tidak ada pada masa akan datang.Empat kategori yang ada tersebut ada dua pertama yang terdapat ghrr/risiko sedikit, dan itu tidak membatalkan akad. Dalam konteks bay al-madum, dikaitkan dengan future trading (jual beli yang akan datang) terhadap komoditas. Ulama sudah mendalami kajian yang terkait dengan future trading, yaitu keberadaan komoditas, teknik jualan, prosedur pelaksanaan, dan juga clearinghouse. Clearinghouse ini dapat mencegah adanya ketidakpastian prospek pengiriman, seperti kualitas barang, waktu penyerahan, dan bayaran harga. Jika bentuk future trading dihalalkan karena mampu membebaskan kontrak dari sifat ghrr, maka bentuk kontrak sukuk salam, istishna dan sebagian sukuk ijarah biasanya menganut konsep future trading, dimana objek jual maupun objek sewanya baru ada di waktu yang akan datang. Segala konsekuensi risiko yang dihadapi dapat diatasi dengan mekanisme kontrak yang dibuat antara para pihak yang terlibat.Ghrr terhadap hargaPakar hukum Islam sepakat bahwa persetujuan bersama hanya akan terwujud jika para pihak mengetahui harga yang tepat dari obyek yang diperjualbelikan dan harus ditentukan pada saat kontrak dibuat. Harga adalah sesuatu kadar tertentu yang cukup jelas dipahami dan disetujui oleh para pihak dan mampu menghindarkan konflik, jika tidak disebutkan suatu bentuk harga yang tepat.Ulama berpendapat jika terdapat kesamaan dalam harga, maka ia termasuk dalam kategori ghrr yang berlebihan yang dapat merusakkan jual beli. Penentuan harga merupakan suatu kepastian nilai kesatuan mata uang atau kadar yang pasti dari kedua jenis barang jika dalam kasus barter. Menurut Madzhab Syafii, Maliki, dan Zahiri sepakat bahwa pengabaian harga akan merusakkan jual beli dan ia termasuk kategori ghrr yang dilarang.Madzhab Hambali, Ibnu Taimiyyah, dan Ibnu Qayyim sepakat bahwa cara penentuan harga pada saat kontrak, yaitu dengan bentuk tsaman al-mitsli. Tsaman al-mitsli adalah suatu harga yang orang lain yang orang lain pun membayar demikian atau disebut harga pasar, hal ini cukup aman untuk mengurangi risiko kegagalan. Ahmad Yusuf Sulaiman dan Ahmad Hasan juga mendukung kesepakatan tersebut, bahwa jual beli itu sah jika didasarkan ketentuan harga pasar.Berkaitan dengan penentuan harga, mengenai konsep deposit yang sering digunakan peniaga khususnya dalam future contract, maka diberlakukan konsep bay urbun. Deposit atau bayaran yang didahulukan dalam kontrak jual beli merupakan masalah yang sesuai dengan syara, sebab yang demikian itu dianggap sebagai suatu kebaikan pembeli. Deposit dalam bentuk jual beli tertunda biasanya dalam bentuk sukuk ijarah, sukuk murabahah, dan sukuk istishna. Ketika terjadi fluktuasi harga, maka deposit bisa meningkat bersamaan dengan meningkatnya harga (underlying commodity).Contoh sukuk istishna yang memakai konsep bay urbun, calon pembeli proyek mendepositkan dananya terlebih dahulu untuk pernyataan kepastian akan membeli proyek yang disediakan penyuplai. Deposit demikian membayar harga secara angsuran sesuai kadar proyek yang telah selesai dibangun. Kemungkinan risiko penyuplai adalah jika terjadi kegagalan pelunasan harga disebabkan kelalaian pihak pembeli. Hal tersebut dapat terjadi jika proyek tidak sesuai dengan kriteria yang dimaksudkan pembeli, atau pembeli enggan melunasi sisa harga kepada penyuplai.Ghrr terhadap pengetahuan counterpartPara pihak yang menjual dan membeli diwajibkan untuk saling mengetahui tentang substansi obyek jual dan nilai harganya, pengetahuan ini yang dapat mengurangi adanya risiko kegagalan yang timbul terhadap akad. Madzhab Hanafi mengatakan bahwa jual beli tidak melihat obyek jualnya tidak akan merusakkan akad, itu sudah lazim dan biasa, dan pihak pembeli pun memberikan jaminan. Sedangkan madzhab Syafii mengatakan bahwa pengetahuan obyek dan harga merupakan syarat sah dan mutlak suatu jual beli, jika pembeli tidak melihat obyek jual maka jual beli menjadi fasik/batal karena ghrr yang berlebihan. Sedangkan Imam Malik mengatakan bahwa hal demikian ghrr-nya hanya sedikit.Berkaitan dengan sukuk dan obligasi konvensional, sertifikat yang dipegang oleh investor memenuhi dari syarat aset riil. Namun, perlu diketahui bahwa investor tidak pernah melihat aset yang akan dibeli dan hanya percaya pada Special Purpose Vehicle (SPV) sebagai trustee acency dalam risiko kegagalan penyerahan aset originator. Risiko dalam konsep adh-dhamanAdh-dhaman artinya pemindahan suatu tanggungjawab dari debitur (orang yang dijamin) kepada penjamin. Pengertiannya, dengan jaminan ini maka debitur terbebas dari tanggungjawab, sekiranya jaminan diberikan dalam bentuk utang maka debitur terbebas dari utang dan mengalihkan kepada penjamin.Ibnu Qudamah dalam Nazaruddin mengatakan bahwa ada tiga bentuk jaminan, yaitu:Jaminan atas barang, adalah memberikan suatu jaminan terhadap barang atau aset yang digunakan oleh orang lain, dengan syarat penjamin akan menggantikan sekiranya barang itu rusak atau hilang, bukan disebabkan kelalaian pengguna.Jaminan atas penjual, adalah jaminan yang diberikan kepada pihak pembeli atas akibat membeli barang dari salah seornag yang tidak mengenalnya, atau membeli barang curian.Jaminan atas kecacatan, adalah jaminan terhadap kecacatan obyek jual atau disebut juga dengan garansi.Surat jaminan dipersamakan dengan adh-dhaman atau kafalah, karena keduanya menguatkan kedudukan modal pihak yang dijamin (investor) oleh pihak yang mengambil manfaat modal (penerbit) dimaksud dalam memberikan jaminan ketenteraman dari risiko yang dihadapi.Risiko dalam konsep al-khiyarIbnu Rusyd dalam Nazaruddin mengatakan bahwa Abu Hanifah berpendapat mengenai para pihak dalam kontrak jual beli yang tidak akan mengalami kerugian selama pembeli dijamin dengan pilihan (options). Nazaruddin Abdul Wahid, Sukuk: Memahami & Membedah Obligasi pada Perbankan Syariah (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 274 Kajian mendalam mengenai jenis-jenis options ini diantaranya: call options (ikhtiyar at-thalab), put options (ikhtiyar al-daf), options period (fatrah al-ikhtiyar ), simple options (ikhtiyar al-basitah), double options (ikhtiyar al-murakabah), dan double quantity options (ikhtiyar al-mudafaah).Kebolehan options dalam kontrak pembiayaan Islam karena transaksi ini termasuk dalam khiyar, ada yang mengatakan sebagai bay urbun, ada juga ynag mengatakan sebagai bay al-manfaah. Adiwarman Karim mengatakan bahwa jika sekiranya transaksi options ini tidak ada tuntutan sejumlah kompensasi uang sebagai hak yang diberikan kepada penjual, maka transaksi options dalam berbagai jenis dibolehkan.Berkaitan dengan sukuk, jika memasukkan khiyar dalam kontrak sukuk maka tidak ada yang akan mengalami kerugian. Contohnya, sukuk dengan model call options maka sukuk holders dapat memilih untuk meneruskan kontrak sampai masa mendatang, atau membatalkan kontrak dengan melakukan likuiditas baik likuiditas dalam bentuk menjual kembali kepada penerbit atau menjualnya dalam mekanisme pasar modal.Analisis Risiko Sukuk dan Obligasi KonvensionalAnalisis risiko secara umu ada dua bagian, yaitu: Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006), hlm. 241Analisis Sensitivitas yaitu menilai risiko yang terjadi diluar perhitungan, misalnya terjadi cost over run sebagai akibat meningkatnya harga/inflasi atau tidak/belum diperhitungkannya komponen biaya tertentu (biaya tidak resmi) dalam capital cost.Analisis Probabilitas yaitu penilaian yang didasarkan pada perhitungan statistik bahwa setiap proyek mempunyai unsur probability yang menunjukkan suatu forecast apakah suatu proyek riskan atau tidak.Risiko Sukuk terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:Risiko Kontrak SukukKontrak sukuk biasanya melibatkan pihak-pihak dan melalui tahapan-tahapan tertentu, yang menimbulkan risiko yang akan dialami oleh masing-masing pihak yang berkontrak. Tahapan-tahapan yang dimaksud adalah:Kontrak sukuk melibatkan partnership (originator, SPV, dan investor), keadaan risiko semacam ini disebut counterparty risks. Risiko lainnya adalah moral hazard, hal itu disebabkan oleh kelalaian kemitraan dalam melaksanakan kewajiban.Kontrak sukuk melibatkan tiga tahapan, yaitu:antara originator dengan SPV pada saat pembentukan underlying assets, kontrak antara sejumlah SPV dengan sejumlah investor saat pengeluaran dan penjualan sertifikat sukuk,kontrak saat penebusan setelah jatuh tempo.Kontrak sukuk yang melibatkan aset riil sebagai objek akad, ketika objek jual atau aset hilang dan musnah karena bencana alam, perpindahan hak milik (warisan), kematian, pengurangan nilai aset akibat perubahan harga (inflasi), maka akan memberikan pengaruh pada underlying assets dalam bentuk risiko aset dan risiko pasar.Pengeluaran sukuk oleh SPV menggunakan kontrak baik ijarah, musyarakah, mudharabah, salam maupun istishna masih menjadi perdebatan yang beragam hukumnya.Sukuk yang dijual antar negara berarti menggunakan mata uang US dollar. Risiko yang ditimbulkan oleh penjualan sukuk antarnegara tersebut adalah kesesuaian undang-undang antarnegara, hubungan politik dari satu bangsa ke lain bangsa, dan risiko kadar tukar mata uang asing. Jika investor ingin mencairkan dananya sebelum jatuh tempo, maka investor akan mengalami risiko likuiditas atau investor tidak dapat menukar bentuk investasi baru yang lebih unggul. Contohnya, investor memiliki sukuk mudharabah, namun karena sukuk ijarah lebih menguntungkan, maka investor ingin mencairkan dananya sebelum jatuh tempo dan ingin menukarkan pada sukuk ijarah, dan hal itu sulit dilakukan. Risiko terakhir adalah penebusan oleh SPV kepada investor ketika jatuh tempo, risiko yang mungkin timbul adalah jika SPV gagal membayar modal dan keuntungan kepada investor. Hal ini disebut risiko kredit dan risiko operasional.Oleh karena itu, berdasarkan bentuk kontrak dan hubungan para pihak, maka risiko sukuk secara keseluruhan dapat dikelompokkan ke dalam beberapa risiko, diantaranya:Gambar 2Risiko Sukuk dalam Pasar Modal Risiko pasarRisiko pasar secara sistematis disebabkan oleh pergerakan harga pasar secara menyeluruh. Sedangkan risiko pasar secara tidak sistematis disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi penyebab utamanya, yaitu risiko nilai tukar asing, risiko kadar faedah, dan risiko likuiditas. Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Quran (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), hlm. 426Risiko nilai tukar asing adalah suatu konsekuensi sehubungan dengan pergerakan atau fluktuasi nilai tukar terhadap rugi laba bank. Meskipun sukuk tidak berpengaruh terhadap kurs secara langsung karena ada syarat tidak boleh ada transaksi yang bersifat spekulasi (seperti forward, margin trading, option, dan swap), tetapi transaksi sukuk tetap tidak akan bisa terlepas dari valuta asing. Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006), hlm. 474 Dalam sukuk, transaksi yang diperbolehkan adalah untuk kebutuhan transaksi dan berjaga-jaga (simpanan) dan transaksi harus tunai atau spot. Tunai ialah pembayaran cek, pemindahbukuan, transfer dan sarana pembayaran tunai lainnya. Risiko pasar dapat disebabkan juga oleh perubahan harga aset, yang mengakibatkan kemungkinan, yaitu jika pensekuritian aset menggunakan bay al-wafa, dan jika pensekuritian aset menggunakan bay mutlaqah.Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakcakapan syarat-syarat operasional yang dijalankan suatu firma sehingga dapat mengurangi kemampuan mendapatkan cash pada kadar biaya yang layak atau kesukaran menjual aset dalam waktu singkat atay ketika jatuh tempo. Berkaitan dengan sukuk, yaitu terjadi disebabkan kemampuan mendapatkan cash secara utang yang didasarkan faedah merupakan sesuatu yang dilarang Sharah Islam.Risiko Operasional Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Quran (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), hlm. 431Risiko operasional merupakan risiko yang diakibatkan oleh lemahnya sistem informasi atau sistem pengawasan intern perusahaan. Risiko ini disebabkan oleh kesalahan manusia (human error) atau disebut juga moral hazard. Risiko kreditRisiko yang dihubungkan dengan kualitas aset atau pinjaman yang kemungkinan tidak dapat diperoleh lagi, apabila terjadi kelalaian para pihak dalam penyelesaiannya. Risiko dalam hal ini dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya 1) risiko kegagalan proses, 2) risiko pengurangan nilai, 3) risiko counterparty, dan 4) risiko penyelesaian kontrak.Risiko asetRisiko aset dapat dilihat berdasarkan benda aset (akibat bencana alam, kebakaran dll) dan nilai aset (perubahan harga/inflasi dll). Oleh karena itu jika aset turun nilai, maka pemilik asal aset akan mengalami kerugian disebabkan ia melakukan kontrak tersebut. Risiko lainnya adalah ketika aset yang telah dijadikan jaminan sukuk tidak dapat dijual, disewakan, atau dijadikan sebagai jaminan dalam kontrak lain, sekalipun dalam pengawasan pihak SPV.Risiko negaraRisiko negara disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya perbedaan jenis mata uang, perbedaan undang-undang cukai, perbedaan hak kepemilikan bagi penduduk asing, perbedaan penggunaan standar hukum Syariah, perbedaan aturan regulasi dan aturan mengenai financial reporting. Risiko counterpartyMoral hazard mendominasi dalam bentuk risiko ini, dimana pihak yang berkontrak dituntut menjalankan tanggungjawab secara benar dan jujur karena ia merupakan amanah.Risiko kesesuaian SyariahRisiko ini timbul akibat pemahaman teoritikal fiqih yang beragam, akibatnya akan berpengaruh terhadap sukuk yang diamalkan. Contohnya, menurut sarjana Muslim kontrak sukuk murabahah hanya mengikat penjual dan tidak mengikat pembeli. Sedangkan pakar fiqih lainnya berpendapat bahwa sukuk murabahah mengikat keduanya dalam pembentukan kontrak. Risiko terbesarnya adalah pembeli dapat kapan saja membatalkan konraknya secara sepihak, hal itu dapat mengakibatkan pihak lain mengalami kerugian.Risiko Khusus SPV pada SukukRisiko yang mungkin dihadapi oleh SPV adalah bentuk kegagalan pihak-pihak lain seperti originator dan investor dalam melaksanakan tanggungjawabnya masing-masing. Kegagalan investor mentrasfer aset, kelalaian membayar keuntungan, sewa, mark-up, ataupun diskon yang mengakibatkan SPV menghadapi kerugian.Risiko Obligasi KonvensionalObligasi merupakan salah satu jenis efek yang memberikan pendapatan tetap (fixed income securities/FIS). Namun, dengan pendapatan tetap risiko yang dimiliki obligasi relatif besar. Obligasi konvensional diterbitkan oleh pemerintah, perusahaan, pemerintah negara bagian dan atau pemerintah asing/perusahaan asing. Risiko obligasi konvensional ada 10 macam, diantaranya risiko tingkat bunga pasar, risiko daya beli, risiko wanprestasi, risiko likuiditas, risiko jangka waktu jatuh tempo (maturity risk), risiko mata uang, risiko call, political risk, dan industry sector risk. M. Kurnia Rahman Abadi, Obligasi (Bond), disampaikan dalam mata kuliah Manajemen Investasi Pasar Modal, Program Studi Keuangan Islam, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, tidak diterbitkan. Risiko suku bunga, Ibid. Merupakan resiko penurunan obligasi yang disebabkan karena penurunan suku bunga. Resiko suku bunga berhubungan dengan nilai obligasi dalam portofolio.Resiko tingkat reinvestasi, Ibid. Merupakan resiko penurunan suku bunga yang akan menyebabkan penurunan pendapatan dari portofolio obligasi. Pemegang obligasi jangka panjang akan menghadapi resiko suku bunga, namun tidak menghadapi resiko tingkat investasi. Pemegang obligasi jangka pendek terjadi sebaliknya.Resiko kegagalan, Ibid. Adalah resiko yang disebabkan karena kegagalan penerbitnya. Risiko kegagalan dipengaruhi oleh kekuatan keuangan penerbit obligasi maupun jangka waktu kontrak obligasi, terutama apakah jaminan telah disediakan untuk menjamin obligasi yang diterbitkannya.Risiko waktu, Fabozzi, (2000), hlm. Adalah risiko ini melekat pada callable bonds, yakni obligasi yang dapat ditarik sewaktu-waktu oleh emitennya dengan harga yang telah ditetapkan. Risiko waktu terjadi jika: pola aliran kas emiten tidak pasti, penarikan dilakukan pada saat suku bunga rendah dan potensi kenaikan harga obligasi lebih tinggi dari harga call-nya.Risiko inflasi, Adalah risiko inflasi disebut pula risiko terhadap daya beli. Risiko inflasi merupakan risiko bahwa return yang direalisasikan dalam investasi obligasi tidak akan cukup untuk menutupi kerugian menurunnya daya beli yang disebabkan inflasi. Bila inflasi meningkat dan tingkat bunga obligasi tetap, maka terjadi penurunan daya beli yang harus ditanggung investor.Risiko kurs valuta asing, Jual beli obligasi di perusahaan berbeda negara akan mengalami kerugian perbedaan kurs valuta asing (foreign exchange risk).Risiko likuidasi, Risiko yang mengacu pada seberapa mudah investor dapat menjual obligasinya, sedekat mungkin dengan nilai dari obligasi tersebut. Cara untuk mengukur likuiditas adalah dengan melihat besarnya spread (selisih) antara harga permintaan dan harga penawarannya yang dipasang oleh perantara pedagang efek. Semakin besar spread tersebut, makin besar risiko likuiditas yang dihadapi.Event risk, Seringkali kemampuan emiten untuk membayar bunga dan pokok hutang tanpa terduga berubah karena bencana alam dan pengambil-alihan.Solusi Menghadapi Risiko SukukBentuk dan risiko sukuk sudah dikenal pasti, sudah dijelaskan pula pada bahasan sebelumnya, sehingga pada bahasan ini akan mengulas tentang solusinya dalam mengendalikan risiko, antara lain.Mengendalikan risiko pasarDalam membahas cara mengendalikan risiko pasar, maka akan dibahas satu per satu dari tiga bagian risiko pasar. Pertama, untuk mengendalikan risiko kadar faedah ada dua cara, yaitu 1) menggunakan kaidah floating rate return (kadar keuntungan terapung), dan 2) melakukan evaluasi dalam jangka masa tertentu dan memperbarui kontrak sesuai harga terbaru. Kedua, untuk mengendalikan risiko nilai pertukaran asing dapat menggunakan standard LIBOR, dimana kontrak sukuk dihubungkan sesuai nilai tukar (harga pasar) atau banchmarck, dalam hal ini menggunakan konsep urbun dan band al-ihsan. Ketiga, cara mengatasi risiko likuiditas adalah tersedia fasilitas liquidity (kecairan) bagi produk sukuk dengan nilai likuiditas yang tinggi di pasar. Ali Arsalan Tariq dan Humayon Dar dalam penelitiannya memberikan referensi agar harga pasar menggunakan LIBOR, yang mana ada kompetisi yang sehat, return sukuk disepakati pada underlying assets atau sesuai nilai tukar harga pasar yang berlaku saat itu. Ali Arsalan Tariq dan Humayon Dar, Risks of Sukuk Structures: Implications for Resource Mobilization, thunderbird International Business Review, Vol. 49 (2) 203-223, March-April 2007, hlm. 206Mengendalikan risiko kreditUntuk mengatasi risiko kredit juga bisa dilakukan kontrak swaps, dimana kesepakatan antara dua firma untuk menukar cash flows pada masa sebelumnya dengan masa yang akan datang. Kontrak sukuk ini dihubungkan dengan kaidah sebagai berikut; 1) floating rate sukuk (FRS), 2) Zero-coupon sukuk (ZCS).Mengendalikan risiko asetUntuk mengendalikan risiko aset adalah dilakukan pensekuritian, yaitu memastikan nilai aset boleh diperjualbelikan. Sedangkan untuk mengendalikan risiko perubahan harga aset atau pengurangan nilai harga aset dapat dilakukan dengan menyandarkan aset pada kadar nilai pasaran atau menyandarkan pada alat tukar yang mempunyai nilai tetap (seperti emas).Mengendalikan risiko negaraUntuk mengendalikan risiko negara dapat dilakukan dengan kontrak dan perjanjian yang disetujui bersama. Perjanjian ini dibenarkan oleh Sharah Islam dan undang-undang sipil. Ada beberapa penguatan infrastruktur yang diperlukan untuk menanggulangi risiko sukuk negara, yaitu:Memperkuat infrastruktur pendukung proses teknis yang berhubungan dengan pembiayaan sukuk.Menyediakan persediaan infrastruktur pasar uang intar-bank yang kuat.Menyediakan aturan standar praktik regulasi, akunting, dan auditing yang baik dan seragam.Memperkuat dukungan secara undnag-undang, khususnya terhadap kelalaian yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.Memperkuat sarana promosi dan infrastruktur monitoring terhadap pembiayaan sukuk.Penyediaan undang-undang pasar likuiditas yang sempurna yang didukung oleh ketentuan pasar modal antarbangsa.Mengendalikan risiko counterpartySuatu cara untuk menanggulangi adanya moral hazard adalah institusi keuangan Islam bertindak sebagaimana institusi keuangan konvensional yaitu meminta jaminan yang berbentuk ekuitas atau berbentuk garantor, tujuannya adalah untuk menghindari moral hazard.Mengendalikan risiko operasional Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Quran (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), hlm. 431-432Berikut ini berbagai istilah yang digunakan untuk pengendalian risiko operasional:Hazard,yaitu kondisi yang potensial dapat menyebabkan terjadinya kerugian atau kerusakan.Exposure, yaitu sumber-sumber risiko yang kemungkinan besar diakibatkan oleh peristiwa yang telah terjadi atau pengulangan kejadian yang sama.Risk control, yaitu tindakan yang dirancang untuk mengurangi risiko seperti perubahan prosedur, perbaikan fasilitas dan lain sebagainya.Risk management, yaitu pengambilan keputusan yang rasional dalam keseluruhan proses penanganan risiko.Gambling, yaitu pengambilan keputusan risiko tanpa adanya assessment yang rasional atau prudent, ataupun keterlibatan manajemen risiko.Mengendalikan risiko kesesuaian SyariahUntuk menanggulangi risiko sukuk bagian kesesuaian Syariah ini adalah dengan membentuk suatu bentuk regulasi yang sesuai standar fiqih untuk setiap jenis kontrak sukuk. Standar regulasi diperlukan untuk menjadi alat evaluasi terhadap jenis-jenis sukuk yang berkembang di pasar. Standar regulasi tersebut telah tersedia dalam AAOIFI, namun belum semua pihak telah terikat dalam standar tersebut.Pada zaman Nabi, sistem pengendalian risiko ini sudah menjadi salah satu faktor utama yang perlu diterapkan dengan benar. Sistem pengendalian yang diterapkan Nabi Muhammad SAW. diantaranya adalah: Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Quran (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), hlm. 382-383Menempatkan Maesaroh sebagai pemantau, yang mengamati dan mengingatkan Nabi ketika teledor. Pengawasan ini dapat dikatakan sebagai sistem pengawasan dini (early warning system).Adanya sensitivitas yang tinggi terhadap risiko dan hambatan lalu lintas dalam perdagangan, yaitu dengan menguasai peta bumi dan jalur perdagangan, memahami suku/adat suku Badui, seluk beluk unta sebagai alat transportasi, besar kecilnya kafilah dan karakteristik komoditas yang diperdagangkan di pasar dunia.Upaya Nabi merealisir turn over yang tinggi, namun dalam batas-batas yang menguntungkan, hal ini sebagai bentuk kehati-hatian terhadap barang yang rusak atau hilang.Meningkatkan efektivitas bagi hasil.Sikap dan akhlak Nabi Muhammad SAW. sebagai pelaku usaha yang jujur, ulet, perencanaan yang baik, tingkat kehati-hatian yang tinggi yang akhirnya mendapat berkah dari Tuhan. Risiko terbesar dari risiko ini adalah moral hazard, hal ini yang sekarang menjadi tantangan terbesar untuk melahirkan generasi yang bersikap baik/berakhlak mulia.Ada satu hadits mengenai perdagangan dengan syarat (mudhrabah) yang ditawarkan Abbas bin Abdul Munthalib, contoh tersebut menggambarkan langkah yang konkrit untuk memperkecil risiko. ( , , , ) , , ( ) . Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Atsqlani, Bulughl Marm (Beirut: Maktabah Al-Tijariyah Al-Kubro, 1956), hlm. 193Dari Hakim Ibnu Hizam RA. bahwa Sesungguhnya ada seseorang yang mensyaratkan pada orang yang dipinjamkan hartanya sebagai qiradh, yaitu tidak boleh dibelikan hewan ternak yang sakit/tidak dapat bergerak/tidak dapat berjalan, tidak menyeberangi lautan, dan tidak memindahkannya ke tengah air yang mengalir. Jika engkau melakukan salah satunya, maka engkaulah yang menanggungnya Riwayat Dar Quthni dengan perawi yang dapat dipercaya, Malik berkata dalam kitab Muwaththa dari Ala Ibnu Abdurrahman Ibnu Yaqub dari bapaknya dari kakeknya: sesungguhnya dia pernah menjalankan modal Utsman dan mereka memperoleh keuntungan yang dibagi keduanya. Hadits Mauquf Shohih.Dilihat dari segi risiko, syarat tersebut bertujuan untuk meminimalisir risiko, baik risiko jiwa maupun materi. Tujuan lainnya adalah untuk menghindari moral hazard, setiap orang cenderung menghindar dan tidak berupaya untuk menghadapinya dengan hati-hati dan penuh perhitungan. Husaini Mandur dan Dhani Gunawan Idat, Dimensi Perbankan dalam Al-Quran (Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi, 2007), hlm. 383 Gambar 2 berikut menjelaskan mengenai pendapat Adiwarman Karim bagaimana manajemen risiko yang ada di bank konvensional dan bank Sharah. Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006), hlm. 256Gambar 2Perbandingan Manajemen Risiko Operasional antara Bank Shariah dan KonvensionalIdentifikasi RisikoGeneral Banking ResponseSyariah Banking ResponseGeneral Banking ActivitiesSyariah Spesific ActivitiesMonitoring RisikoAntisipasi RisikoPenilaian RisikoMonitoring RisikoAntisipasi RisikoPenilaian RisikoPenilaian RisikoShariah Specific RiskGeneral Banking RiskGeneral BankingKonvensionalShriahYusuf Kalla mengatakan bahwa ada cara meminimalisir semua jenis risiko keuangan yang mengarah pada krisis, yaitu dengan good corporate governance (GCG). Pengelolaan perusahaan dengan baik merupakan satu hal utama yang harus diterapkan sejak awal. www.republika.co.id 18 November 2014, JK: Mengelola Risiko Keuangan Melalui GCG, diakses pada tanggal 15 Desember 2014 pukul 13:50PENUTUPKesimpulanSejak zaman Nabi risiko sudah menjadi bagian tersendiri ynag tidak boleh diabaikan oleh pelaku usaha bahkan oleh siapapun yang menjalani kehidupan di dunia ini. Hal itu juga berlaku untuk sukuk dan obligasi konvensional. Seiring perkembangan sukuk dan obligasi konvensional yang pesat dengan situasi lingkungan internal dan eksternal, penerbit dan investor selalu berhadapan dengan berbagai jenis risiko dengan tingkat kompleksitas yang beragam. Berikut bentuk-bentuk risiko sukuk beserta pengendaliannya, antara lain.risiko pasar, cara pengendaliannya adalah dengan membuat kontrak baru sesuai harga pasar yang berlaku.risiko aset, cara pengendaliannya adalah dengan pensekuritian, sedangkan pada risiko nilai aset yaitu dengan menyandarkan pada kadar nilai pasaran atau pada alat yang niainya tetap seperti emas.risiko kredit, cara pengendaliannya adalah dengan kontrak swaps.risiko negara, cara pengendaliannya adalah dengan membuat kontrak/perjanjian yang disepakati bersama.risiko counterpart, cara pengendaliannya adalah dengan meminta jaminan berupa ekuitas.risiko kesesuaian Syariah/kepatuhan, cara pengendaliannya adalah dengan membentuk standar regulasi, seperti AAOIFI, tetapi karena belum memadai maka perlu dibentuk yang lebih memadai.Sedangkan untuk risiko obligasi konvensional diantaranya risiko tingkat bunga pasar, risiko daya beli, risiko wanprestasi, risiko likuiditas, risiko jangka waktu jatuh tempo (maturity risk), risiko mata uang, risiko call, political risk, dan industry sector risk.Risiko sukuk lebih rendah dari risiko obligasi konvensional, dan return dari sukuk juga lebih tinggi dari return obligasi. Ada beberapa alasan mengenai itu, pertama di dalam obligasi Shriah ada pengendalian moral bagi pelakunya/pegawainya sehingga risiko counterpart dapat diminimalisir. Kedua, meskipun dalam obligasi Shriah ada risiko inflasi tetapi tidak memiliki pengaruh yang cukup tinggi, begitu juga suku bunga yang bukan menjadi tolak ukur dalam sukuk/ obligasi Shriah. Ketiga, sukuk tidak memperbolehkan adanya transaksi yang mengandung ghrr, riba, maupun spekulasi. Produk/transaksi yang dibiayai oleh sukuk adalah usaha yang riil/nyata dan proyek/transaksi yang halal. Sukuk juga tidak memperbolehkan adanya spekulasi, seperti margin trading, forward dan option. Hal itu berbeda dengan obligasi konvensional, yang memperbolehkan segala bentuk transaksi atau proyek yang didanai.Dewasa ini, baru diketahui bahwa adanya instrumen sukuk akibat dari desakan investor muslim yang tidak ingin melakukan investasi di dalam aktivitas ghrr, riba dan sybhat. Oleh karena itu, perlu dikaji ulang dan ditingkatkan lagi mengenai ke-shriah-an sukuk ini. DAFTAR PUSTAKAAl-Quran Al-Karim.Bank Indonesia. Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2012..Otoritas Jasa Keuangan. Laporan Triwulanan I 2014. Otoritas Jasa Keuangan. Statistik Pasar Modal Syariah.Muslich, Ahmad Wardi. 2013. Fiqh Muamalat. Jakarta: Amzah.Al-Khalil, Ahmad bin Muhammad. 1424 H. Al-Asham wa As-Sanadat wa Ahkamuha fi al-Fiqhi al-Islamy. Dar Ibnu Al-Jauzi.Ibnu Hajar Al-Atsqlani, Al-Hafidz. 1956. Bulughl Marm. Beirut: Maktabah Al-Tijariyah Al-Kubro.Karomah, Umi Yaumidin. 2008. Investasi Syariah: Implementasi Konsep pada Kenyataan Empirik. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Mandur, Husaini dan Gunawan, Dhani Idat. 2007. Dimensi Perbankan dalam Al-Quran. Jakarta: PT. Visi Cita Kreasi.Karim, Adiwarman A.. 2006. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.Sudaryanti, Neneng dan Affandi, Akhmad Mahfidz dan Wulandari Ries. Analisis Determinan Peringkat Sukuk dan Peringkat Obligasi di Indonesia. Jurnal TAZKIA: Islamic Finance & Business Review, Vol. 6 No. 2, Agustus Desember 2011.Wahdy, Affandi. Perbandingan Resiko Imbal Hasil Sukuk dan Obligasi Konvensional di Pasar Sekunder: Studi Kasus di Bursa Efek Surabaya 2004-2006. Tesis. Jakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Indonesia.Rasyid, Daud. 2004. Peluang dan Tantangan Penerapan Sharah Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Globalmedia Cipta Publishing.Yuliana, Indah. Kinerja Keuangan Perusahaan terhadap Penetapan Tingkat Sewa Obligasi Syarah Ijarah di Indonesia. Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang. Tidak Diterbitkan.Abdul Wahid, Nazaruddin. 2010. Sukuk: Memahami & Membedah Obligasi pada Perbankan Syariah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.Zuraidah. Sukuk Negara Sebagai Pendorong Pertumbuhan Pasar Keuangan Syariah Indonesia. Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Tidak Diterbitkan.Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan. Mengenal Sukuk: Instrumen Investasi dan Pembiayaan Berbasis Syariah, Tidak Dipublikasikan.Abadi, M. Kurnia Rahman. 2011. Obligasi (Bond). disampaikan dalam mata kuliah Manajemen Investasi Pasar Modal. Program Studi Keuangan Islam, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, tidak diterbitkan.www.liputan6.com 5 Februari 2014, Pemerintah Biayai 3 Proyek dengan Sukuk.www.liputan6.com 18 Juni 2014, Sukuk Bantu Perkembangan Industri Keuangan Syariah. www.metrotvnews.com 04 September 2014, Sukuk Global RI Banjir Peminat.