PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

107
UNIVERSITAS INDONESIA PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI INDONESIA DAN INDEPENDENT COMMISSION AGAINST CORRUPTION HONG KONG TUGAS KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kriminologi MUHAMMAD FARHAN 0906634901 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI KRIMINOLOGI DEPOK JANUARI 2013 Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Transcript of PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

Page 1: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

1 Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN

TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI INDONESIA DAN

INDEPENDENT COMMISSION AGAINST CORRUPTION

HONG KONG

TUGAS KARYA AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kriminologi

MUHAMMAD FARHAN

0906634901

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI KRIMINOLOGI

DEPOK

JANUARI 2013

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 2: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

ii

Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas Karya Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Muhammad Farhan

NPM : 0906634901

Tanda Tangan :

Tanggal : 17 Januari 2013

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 3: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

iii

Universitas Indonesia

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 4: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

iv

Universitas Indonesia

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan juga

rahmat-Nya, saya akhirnya dapat menyelesaikan tugas karya akhir ini. Penulisan tugas

karya akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Sosial Jurusan Kriminologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia.

Tugas Karya Akhir ini membahas mengenai permasalahan yang telah begitu berat

melanda negeri ini yakni korupsi. Sudah terlalu banyak kerugian dan derita yang dihadapi

oleh bangsa ini akibat tangan-tangan kotor para koruptor. Sudah selayaknya Indonesia

melakukan gebrakan perubahan baru dalam memberantas korupsi agar akar permasalahan

ini dapat benar-benar tercabut. Tugas Karya Akhir ini adalah salah satu upaya penulis

dalam kontribusinya pada perubahan negeri ini dalam memberantas korupsi, sesuai

dengan kapasitasnya selaku akademisi.

Akhirnya, penulis berharap Allah SWT akan berkenan dalam membalas segala kebaikan

seluruh pihak yang telah membantu penulis selama ini. Semoga tugas karya akhir ini

tidak hanya menjadi sebuah hiasan di jajaran rak buku, namun dapat memberikan

kebermanfaatan bagi perubahan Indonesia dan pengembangan ilmu pengetahuan

manusia.

Depok, 17 Januari 2013

Penulis

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 5: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

v

Universitas Indonesia

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa selesainya Tugas Akhir Ini tidak lepas dari peran

mereka yang senantiasa memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan bagi penulis.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Muhammad Mustofa, MA, selaku dosen pembimbing yang telah merelakan

waktu, tenaga, serta menyumbang pemikirannya yang brilian untukmengarahkan

penulis dalam proses penyusunan tugas karya akhir ini

2. Bapak Dr. Ferdinand T. Andi Lolo S.H., LL.M., Ph.D, selaku penguji ahli yang telah

memberikan masukan dan kritik yang memperluas pengetahuan penulis dalam

menyempurnakan tulisan ini

3. Mas Iqrak Sulihin S.Sos., M.Si., selaku ketua sidang, dan Bang M. Irvan Olii S.Sos.,

M.Si., selaku sekretaris sidang, yang telah memberikan masukan yang amat berharga

bagi penyempurnaan tulisan ini

4. Mbak Dra. Ni Made Martini Puteri, M.Si, selaku pembimbing akademik penulis

selama menempuh proses studi kriminologi. Terima kasih atas masukan dan

bimbingannya selama ini

5. Mas Arief Effendy, yang selama ini selalu membantu penulis dalam menyelesaikan

segala urusan administrasi selama proses studi

6. Orangtua dan adik-adik, yang selalu mendukung penulis dalam menempuh

semuanya, baik moral maupun materi. Terima kasih penulis ucapkan sedalam-

dalamnya. Berkat restu mereka, penulis dapat menyelesaikan studinya

7. Om Fahri Hamzah, sebagai pencetus ide awal topik Tugas Karya Akhir ini, dan

pembimbing non formal bagi penulis dalam menyelesaikan tulisan ini. Tulisan-

tulisannya sangat menginspirasi selama ini. Terima kasih dan semoga selalu

dilindungi oleh Allah SWT

8. Even Apillyadi, anda yang memberi ide tentang Hong Kong bung. Doakan penulis

agar segera menyusul kesuksesan anda. Gilang Reffi dan Galih Ramadian Nugroho,

terimakasih atas bimbingan teknis pengutipan dan metode melalui chat. Rahmi

Suci Ramadhani dan Syafiq Al Madihidj, terima kasih atas bantuan membuat

abstraknya. Delia Wildianti, terima kasih atas bantuan dalam membuat daftar

isinya.

9. Mia Amelinda, rekan bimbingan dan berjuang mengejar deadline. M.Topan Raharjo,

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 6: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

vi

Universitas Indonesia

rekan bimbingan dan berjuang yang berpengalaman dalam sidang. Okta Nugraha,

rekan berjuang dan rekan mengoreksi revisi. Zikriana Novitia dan Yogi Gunawan

yang menonton sidang.

10. Rekan-rekan Mares Club dan Tim Turbulence, Askar, Insan, Ardi, Rachmat, Jodi,

Angga, Ovan, Lydia, Rizky, Bagas, serta rekan-rekan Kriminologi 2009

11. Engkau, waktu akan menjawab semua.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah mendukung

penulis dalam menyelesaikan tulisan ini

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 7: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

vii

Universitas Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Farhan

NPM : 0906634901

Program Studi : Kriminologi

Departemen : Kriminologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jenis Karya : Tugas Karya Akhir

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-Free

Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Perbandingan Pola Kerja Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi oleh Komisi

Pemberantasan Korupsi Indonesia dan Independent Commission Against Corruption

Hong Kong

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif

ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format- kan, mengelola

dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir

saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai

pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 17 Januari 2013

Yang menyatakan

(...............................................................)

Muhammad Farhan

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 8: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

viii

Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Muhammad Farhan

Program Studi : Kriminologi

Judul : Perbandingan Pola Kerja Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia dan

Independent Commission Against Corruption Hong Kong

Tugas karya akhir ini membahas perbandingan pola kerja yang dilakukan oleh

lembaga antikorupsi di Indonesia dan Hong Kong yakni Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) dan Independent Commission Against Corruption (ICAC). Penulisan ini dilakukan

untuk mengetahui pola kerja apa yang membedakan antara kedua lembaga sehingga

ICAC dianggap lebih berhasil dalam memberantas korupsi daripada KPK. Dengan

demikian, maka dapat diketahui langkah evaluasi apa yang dibutuhkan oleh KPK. Hasil

penulisan menyarankan bahwa diperlukan adanya penyempurnaan undang-undang

pendukung KPK, penyusunan ulang rencana strategi KPK secara efektif dan efisien, serta

penyempurnaan pola kelembagaan di dalam tubuh KPK.

Kata kunci: pola kerja, korupsi, pemberantasan korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi,

Independent Commission Against Corruption

ABSTRACT

Name : Muhammad Farhan

Major : Criminology

Title : The Comparison of Work Pattern on Corruption Eradication

by Indonesia Corruption Eradication Commission and Hong

Kong Independent Commission Against Corruption

This paper discusses the comparison of work pattern among the anti-corruption

institutions in Indonesia and Hong Kong, known consecutively as Corruption Eradication

Commission (KPK) and Independent Commission Against Corruption (ICAC). This

paper aims to determine the differences of work pattern between those two institutions as

ICAC is deemed to achieve better results in combating corruption than KPK. Thus, the

discussion of this paper is able to find out the evaluation steps which should be done by

KPK. The results suggest that the legislation supporting the KPK is need to be improved.

In addition, redesigning KPK's strategic plans is necessary to be done effectively and

efficiently, as well as improvement in institutional pattern within KPK's body.

Keywords: work pattern, corruption, corruption eradication, Komisi Pemberantasan

Korupsi, Independent Commission Against Corruption

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 9: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

ix

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................... ....................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ iii

KATA PENGANTAR .......................... .......................................................................... iv

UCAPAN TERIMA KASIH.............................. .............................................................. v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................................... vii

ABSTRAK ............................................................... ...................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xi

1. PENDAHULUAN ................... ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................... ................................. 1

1.2 Permasalahan ....................................................................... ........................... 5

1.3 Rumusan Masalah .. ......................................................................................... 6

1.4 Tujuan Penulisan ........................................................... .................................. 6

1.5 Signifikansi Penulisan .. .................................................................................. 6

1.5.1 Signifikansi Akademis ................................................................ ......... 6

1.5.2 Signifikansi Praktis ..................................................................... ......... 7

1.6 Metode Analisis ............................................................................................... 7

1.7 Sistematika Penulisan ................................. .................................................... 8

2. KAJIAN LITERATUR ..... ................................................................................. 9

2.1 Pola Kerja ........................................................................................................ 9

2.1.1 Pengertian Pola Kerja .................................................................... ....... 9

2.2 Korupsi ........................................................................................................... 10

2.2.1 Pengertian Korupsi ..................................................................... .......... 10

2.2.2 Penyebab Korupsi ....................................................................... ......... 12

2.2.3 Dampak Korupsi ......................................................................... ......... 14

2.3 Pemberantasan Korupsi ................................................................................... 15

2.4 United Nations Convention Against Corruption (UNCAC)... ......................... 18

3. POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN INDEPENDENT

COMMISSION AGAINST CORRUPTION .................. ..................................... 22

3.1 Pola Kerja Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi oleh Komisi

Pemberantasan Korupsi .............................. ......................................... 22

3.1.1 Latar Belakang KPK dan Korupsi di Indonesia........... .............. 22 3.1.2 Strategi KPK........................................... .............................................. 23

3.1.3 Pola Kerja KPK....................................... .............................................. 29

3.2 Pola Kerja Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi oleh Independent

Commission Against Corruption ................................................................... 39

3.2.1 Latar Belakang ICAC dan Korupsi di Hong Kong ............... ............... 39

3.2.2 Strategi ICAC ........................................................................................ 43

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 10: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

x

Universitas Indonesia

3.2.3 Pola Kerja ICAC ................................................................................... 48

4. ANALISIS PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK

PIDANA KORUPSI OLEH KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN

INDEPENDENT COMMISSION AGAINST CORRUPTION ............. ............ 57

4.1 Dasar Hukum dan Proses Pembentukan .. ...................................................... 57

4.1.1 Dasar Hukum.. ..................................................................................... 57

4.1.2 Latar Belakang dan Proses Pembentukan ............................................ 60

4.2 Struktur Organisasi............................................... ........................................... 63

4.2.1 Struktur Lembaga................ .................................................................. 63

4.2.2 Rencana Strategis Organisasi ................................................................ 66

4.2.3 Strategi Teknis ...................................................................................... 69

4.3 Strategi Umum Jangka Panjang ....................................................................... 76

4.4 Hasil Kerja ....................................................................................................... 77

4.4.1 Ringkasan Laporan Tahunan (2007-2011)............................................ 77

4.4.2 Penilaian Kinerja (Corruption Perception Index)..... ............................ 86

4.5 Tantangan yang Dihadapi... ............................................................................ 87

5. PENUTUP......................... .......................................................................................... 89

5.1Kesimpulan ...................................................................................................... 89

5.2 Saran ................................................................................................................ 90

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..…………...... ......... 92

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 11: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

xi

Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Perbandingan Dasar Hukum.. .................................................................. 57

Tabel 4.2 Perbandingan Latar Belakang dan Proses Pembentukan.. ...................... 60

Tabel 4.3 Perbandingan Struktur Lembaga..................................... ......................... 63

Tabel 4.4 Perbandingan Rencana Strategis Organisasi................... ......................... 66

Tabel 4.5 Perbandingan Strategi Teknis......................................... ......................... 69

Tabel 4.6 Perbandingan Strategi Umum Jangka Panjang................. ....................... 76

Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Penindakan dan Operasi............. ............................. 77

Tabel 4.8 Perbandingan Hasil Pencegahan................................ .............................. 79

Tabel 4.9 Perbandingan Hasil Pendidikan dan Hubungan Masyarakat. .................. 82

Tabel 4.10 Perbandingan Jumlah Pegawai dan Anggaran.......... ............................... 84

Tabel 4.11 Perbandingan CPI.................................................. ................................. 86

Tabel 4.12 Perbandingan Tantangan yang Dihadapi........................... ...................... 87

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 12: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

1 Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korupsi merupakan permasalahan yang menimpa hampir setiap negara

yang ada di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Masalah korupsi telah melanda

Indonesia sejak Indonesia berada di bawah kekuasaan penjajah. Menurut Direktur

Jenderal Pajak Fuad Rahmany, korupsi adalah sebuah penyakit kronis yang ada di

Indonesia. Menurutnya, masalah ini sudah sampai pada taraf kronis disebabkan

permasalahan ini sudah sangat lama terjadi bahkan sejak zaman VOC berkuasa di

Indonesia (finance.detik.com, 2011). Sampai saat ini, setelah Indonesia merdeka

dan telah melewati berbagai era pemerintahan mulai dari orde lama, orde baru,

hingga era reformasi, korupsi secara nyata tetap terjadi.

Pemerintah tentu saja tidak tinggal diam terkait dengan permasalahan

korupsi. Dalam salah satu bukunya, Fahri Hamzah mengemukakan bahwa

perjalanan pemberantasan korupsi di Indonesia telah berlangsung sejak lama.

Sejak masa pemerintahan Orde Lama, sebenarnya telah ada strategi pemerintah

dalam rangka penanganan korupsi, meskipun tidak diketahui apakah strategi

tersebut ada dengan didasari oleh niat untuk mencari dukungan politik,

meningkatkan citra positif pemerintah, ataukah memang benar-benar untuk

mengurangi kebocoran keuangan negara (Hamzah, 2012). Di masa Orde Lama

hingga Orde Baru, pemerintah membentuk berbagai tim dan lembaga untuk

memberantas korupsi, tetapi hampir seluruhnya berjalan dengan seadanya.

Langkah besar yang dilakukan oleh pemerintah terjadi di masa reformasi pada

tahun 2003. Didasari oleh Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dibentuklah Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK). KPK adalah lembaga yang diberi amanat untuk melakukan

pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan. Selain

itu, KPK diharapkan menjadi trigger mechanism, yakni sebagai pendorong agar

upaya pemberantasan korupsi oleh lembaga-lembaga lain di luar KPK menjadi

lebih efektif dan efisien (Komisi Pemberantasan Korupsi, 2011).

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 13: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

13

Universitas Indonesia

Akan tetapi sejak KPK berdiri hingga saat ini, kasus-kasus korupsi tetap

saja bermunculan di berbagai media massa. Masyarakat dapat melihat bahwa

hampir setiap tahun terdapat kasus korupsi baru yang terkuak oleh media. Contoh

kasus yang sempat muncul adalah kasus Century. Kasus ini benar-benar

menghebohkan masyarakat karena diduga merugikan negara sebanyak Rp 6,7

Triliun. Ini bermula dari kesulitan yang dialami oleh Bank Century. Karena

dikhawatirkan akan berdampak sistemik apabila dibiarkan bangkrut, pemerintah

memberikan dana talangan kepada bank ini. Belakangan, hal tersebut terkuak

menjadi masalah besar yang diduga terdapat praktik korupsi di dalamnya. Kasus

ini menjadi kasus yang cukup pelik dan kompleks disebabkan adanya dugaan

keterlibatan dari penguasa yang sedang memangku jabatan, yang otomatis telah

“mengguncang” konstalasi politik dan menimbulkan ketidakpastian (Hamzah,

2011). Kasus ini juga mengundang perbincangan yang dikaitkan dengan isu

pelemahan KPK dan keterlibatan dari pejabat teras POLRI (Atmasasmita, 2012).

Kasus lain yang juga sempat menyita perhatian masyarakat adalah kasus proyek

Hambalang. Di dalam kasus Hambalang ini disinyalir terjadi aliran dana suap

yang mengalir kepada salah satu pihak pejabat di parlemen. Dana suap ini berasal

dari kontraktor proyek pembangunan tersebut, yakni PT Adhi Karya. Dana yang

masuk kepada salah satu pejabat tersebut diduga digunakan untuk membantu

pemenangan dalam pemilihan internal ketua umum partai (nasional.kompas.com,

2012).

Maraknya kasus-kasus korupsi yang terjadi belakangan ini menunjukkan

bahwa perlu dilakukan evaluasi terhadap langkah-langkah kebijakan atas

penanganan tindak pidana korupsi di Indonesia. Lembaga Transparency

International memiliki suatu standar kuantitatif untuk menilai tingkat persepsi

korupsi suatu negara yang disebut CPI atau Corruption Perception Index. Indeks

ini adalah merupakan pengukuran persepsi yang diambil dari gabungan hasil

survey. Setiap tahun, Transparency International mengeluarkan publikasi CPI

secara global yang berisi peringkat negara-negara di dunia dalam hal persepsi

korupsi. Tujuan peluncuran CPI ini secara rutin untuk selalu mengingatkan bahwa

korupsi masih merupakan bahaya besar yang mengancam dunia (ti.or.id, 2011).

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 14: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

14

Universitas Indonesia

Pada tahun 2011, Transparency International melakukan pengukuran CPI

di 183 negara, dengan rentang indeks dengan skala 1 sampai dengan 10. Skor 0

berarti negara tersebut dipersepsikan sangat korup dan skor 10 berarti negara

tersebut dipersepsikan sangat bersih dari korupsi. Pada tahun 2011, Indonesia

mendapat skor 3,0 dari sebelumnya 2,8. Hasil yang menempatkan Indonesia pada

peringkat yang cukup rendah yakni pada posisi urutan ke-100 dari 182 negara.

Metode pengukuran CPI ini mensyaratkan bahwa apabila suatu negara ingin

dianggap memiliki perubahan persepsi maka skor yang diperoleh antar tahun

adalah perubahan skor minimal sejumlah 0,3 yang didukung oleh perubahan yang

konsisten atau bersifat searah dari minimal setengah dari sumber data penyusun

indeks. Perubahan skor di Indonesia yang hanya sebesar 0,2 tidak berarti apa-apa

secara metodologi. Kesimpulannya, penanganan korupsi di Indonesia

dipersepsikan tidak mengalami perbaikan berarti atau masih jalan di tempat.

Padahal, pemerintah telah menetapkan target CPI sebesar 5,0. Namun, hasil skor

3,0 tersebut menunjukkan bahwa tidak ada upaya berarti di Indonesia terkait

upaya pencapaian target tersebut (ti.or.id, 2011). Di tahun berikutnya yakni tahun

2012, ternyata posisi Indonesia malah semakin turun dari sebelumnya urutan 100

menjadi urutan 118 dari 176 negara dengan skor 77 dalam skala 1-100

(Transparency International, 2012). Dengan penurunan ini semakin terbukti

bahwa Indonesia tidak memberantas korupsi dengan efektif.

Lembaga Transparency International juga pernah melakukan survey

terhadap sejumlah responden yang terkait dengan kegiatan bisnis di setiap negara.

Pertanyaan tunggal di dalam survey tersebut mempertanyakan apakah dalam 12

bulan terakhir, responden merasakan bahwa perusahaan mereka telah gagal dalam

memenangkan suatu kontrak atau mendapatkan bisnis baru dalam negara mereka

yang diakibatkan oleh kompetitor mereka yang melakukan korupsi dengan

penyelenggara lelang atau kontrak. Hasil yang didapat dari survey tersebut adalah

bahwa di Indonesia, sebanyak 47% responden menjawab setuju dan sisanya

sebanyak 53% responden menjawab tidak setuju (transparency.org, 2012). Angka

ini menunjukkan bahwa masih ada hampir separuh kalangan bisnis di Indonesia

yang merasa bahwa korupsi telah hadir dan mengganggu aktivitas bisnis mereka.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 15: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

15

Universitas Indonesia

Data-data tersebut menunjukkan bahwa hingga saat ini permasalahan

korupsi di Indonesia dinilai masih belum diberantas secara signifikan. Bahkan,

institusi seperti POLRI yang juga memiliki direktorat tersendiri yang khusus

menangani tindak pidana korupsi pun tidak lepas dari deraan kasus korupsi. Ini

terlihat jelas dari munculnya dugaan kasus korupsi pengadaan simulator SIM di

dalam tubuh Korlantas. Yang lebih parah lagi, kasus ini memicu konflik kecil

yang terjadi antara KPK dan Bareskrim POLRI yang masing-masing memiliki

versi tersendiri dalam menjelaskan penanganan kasus tersebut

(nasional.kompas.com, 2012).

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, korupsi adalah permasalahan yang

menimpa hampir setiap negara di dunia. Di negara-negara Asia, masalah ini juga

menjadi penghambat kemajuan suatu negara. Akan tetapi, setiap negara juga

memiliki sistem penanganan terhadap korupsi yang berbeda pula sehingga ada

negara yang mampu secara sukses menanggulanginya dan ada yang masih

berjalan di tempat seperti di Indonesia. Salah satu negara yang sukses dalam

melakukan penanganan korupsi adalah Hong Kong. Lembaga antikorupsi yang

dimiliki Hong Kong adalah Independent Commission Against Corruption (ICAC).

ICAC adalah lembaga pemberantasan korupsi independen yang telah menjadi

rujukan bagi banyak negara di dunia sebagai percontohan lembaga antikorupsi

yang efektif. Di tahun 2012, Hong Kong menempati urutan 14 dunia dalam

perolehan angka CPI dengan skor 77, sehingga menempatkannya sebagai salah

satu dari lembaga antikorupsi terbaik di Asia (Transparency International, 2012).

Mirip seperti di Indonesia, sebelum memiliki lembaga pemberantasan korupsi,

tingkat korupsi di masyarakat Hong Kong sangat parah. Kemudian, dengan sifat

pemberantasan lembaga yang sama dengan KPK yakni pemberantasan model

universal, ICAC dapat menekan angka korupsi di Hong Kong hanya dalam waktu

singkat dan terus menjaganya hingga saat ini (Hamzah, 2012).

Skidmore pernah melakukan kajian tentang ICAC dan menarik

kesimpulan bahwa lembaga tersebut telah melakukan pekerjaannya dengan

sukses. Padahal, sebelum ICAC dibentuk, korupsi merajalela di berbagai sektor

dengan pusatnya di lembaga kepolisian. Menurut Skidmore, ICAC tidak hanya

telah berhasil mengeliminasi banyak kasus korupsi, tetapi juga telah mampu

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 16: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

16

Universitas Indonesia

mengubah pola perilaku dari masyarakat Hong Kong. Langkah yang ditempuh

oleh ICAC tidak hanya dengan melakukan penindakan terhadap para koruptor,

tetapi yang lebih utama adalah dengan melakukan pencegahan di segala lini.

ICAC menggunakan seluruh sumber dayanya untuk mengubah perilaku dari

masyarakat (Skidmore, 1996).

Setiap tahunnya, ICAC mengeluarkan laporan survey yang berisi hasil

survey terhadap masyarakat Hong Kong terkait dengan topik korupsi dan ICAC

itu sendiri. Survey dilakukan oleh lembaga riset independen yang dipilih dengan

melalui mekanisme tender sehingga terjaga objektivitasnya (icac.org.hk). Pada

tahun 2011, seperti di tahun sebelumnya, hasil survey tersebut menunjukkan

kinerja ICAC terhadap penanganan korupsi yang baik di Hong Kong. Dari sekian

banyak pertanyaan, salah satunya adalah mengenai kepuasan masyarakat terhadap

ICAC. Sebanyak 87,8% responden berpendapat bahwa ICAC bekerja secara

efektif dan sebanyak 98% responden mengemukakan bahwa mereka mendukung

ICAC. Dari 98% responden yang mendukung ICAC, sebanyak 32,3% beralasan

bahwa ICAC mampu menjaga kondisi masyarakat yang bersih dari korupsi.

Sebanyak 27,9% mengatakan bahwa ICAC mampu memunculkan keadilan, dan

sebanyak 16,5% mengatakan bahwa ICAC telah melakukan investigasi yang

efisien terhadap kasus-kasus korupsi. Data-data hasil survey tersebut

menunjukkan bahwa keberhasilan ICAC memang diakui bahkan oleh masyarakat

Hong Kong sendiri (ICAC Annual Survey 2011, 2011).

1.2 Permasalahan

Langkah pemberantasan korupsi di Indonesia dengan Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga yang khusus dibentuk untuk

tujuan tersebut, masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Kasus-kasus

korupsi tetap saja muncul dari waktu ke waktu. Sementara itu, data menunjukkan

bahwa di Hong Kong, lembaga anti korupsi yang telah dibentuk yakni

Independent Commission Against Corruption (ICAC) telah sukses bekerja

memberantas korupsi sehingga permasalahan korupsi di Hong Kong dapat diatasi

secara signifikan. Berkat kinerja dari ICAC, saat ini Hong Kong menjadi negara

dengan urutan 14 dalam prestasi angka CPI (Corruption Perception Index) versi

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 17: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

17

Universitas Indonesia

Transparency International. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

pola kerja antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Independent Commission

Against Corruption sehingga kinerja yang dihasilkan pun berbeda antara

keduanya.

1.3 Rumusan Masalah

Didasari oleh permasalahan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka

penulis menetapkan rumusan masalah berikut:

“Apa perbedaan pola kerja yang dilakukan oleh Independent Commission

Against Corruption Hong Kong dan Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia

sehingga Independent Commission Against Corruption Hong Kong dipandang

berhasil menanggulangi korupsi di Hong Kong dibandingkan Komisi

Pemberantasan Korupsi Indonesia?”

1.4 Tujuan Penulisan

Penulisan ini dilakukan dengan cara melakukan perbandingan terhadap

pola kerja pemberantasan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh lembaga

negara antikorupsi di Indonesia dan Hong Kong, yaitu KPK dan ICAC. Dengan

penulisan ini maka diharapkan dapat diketahui langkah evaluasi apa yang

diperlukan oleh KPK sebagai lembaga negara antikorupsi di Indonesia untuk

pemberantasan korupsi di masa mendatang

1.5 Signifikansi Penulisan:

1.5.1 Signifikansi Akademis

Dalam konteks akademis, penulisan ini dilakukan untuk memenuhi tugas

karya akhir dalam memperoleh gelar sarjana bagi penulis. Di samping itu,

penulisan ini juga memberikan kebermanfaatan dalam menambah koleksi naskah

akademis yang mengkaji tentang perbandingan pola kerja pemberantasan tindak

pidana korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dan Independent Commission

Against Corruption.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 18: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

18

Universitas Indonesia

1.5.2 Signifikansi Praktis

Dalam konteks praktis, hasil penulisan ini diharapkan dapat digunakan

sebagai acuan bagi para pembuat kebijakan termasuk di dalamnya pimpinan

lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan pemerintah secara umum

dalam menyusun kebijakan terkait dengan upaya pemberantasan korupsi di

Indonesia.

1.6 Metode Analisis

Dalam penulisan Karya Akhir ini, penulis melakukan analisa deskriptif

yang terkait dengan pokok permasalahan mengenai perbandingan pola kerja

pemberantasan tindak pidana korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dan

Independent Commission Against Corruption.

Dalam rangka membuat perbandingan, penulis mendeskripsikan strategi

dan pola kerja apa yang telah dilakukan oleh kedua lembaga, mencakup

perbandingan dasar hukum, latar belakang dan proses pembentukan, struktur

lembaga, rencana strategis organisasi, strategi teknis, strategi umum jangka

panjang, hasil penindakan dan operasi, hasil pencegahan, hasil pendidikan dan

hubungan masyarakat, jumlah pegawai dan anggaran, skor Corruption Perception

Index, serta tantangan yang dihadapi oleh masing-masing lembaga sehingga dapat

dilakukan perbandingan antara keduanya dan menemukan jawaban atas

pertanyaan penulisan. Poin-poin tersebut dijadikan bahan perbandingan karena

dinilai paling mencerminkan keseluruhan pola kerja dari lembaga terkait.

Untuk mengetahui pola kerja yang diambil oleh kedua lembaga, penulis

melakukan penelusuran data literatur sekunder yang berasal dari berbagai sumber,

baik dari buku, tulisan ilmiah, serta media, baik itu media cetak maupun media

online.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 19: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

19

Universitas Indonesia

1.7 Sistematika Penulisan

1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang penulisan, rumusan masalah,

pertanyaan penulisan, tujuan penulisan, signifikansi penulisan, metode analisa,

dan sistematika penulisan

2. BAB II KAJIAN LITERATUR

Dalam bab ini dibahas mengenai beragam konsep yang relevan dengan topik

penulisan.

3. BAB III POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

KORUPSI OLEH KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN

INDEPENDENT COMMISSION AGAINST CORRUPTION

Dalam bab ini dibahas mengenai pola kerja apa saja yang dilakukan oleh kedua

lembaga

4. BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN POLA KERJA

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI DAN INDEPENDENT COMMISSION

AGAINST CORRUPTION

Dalam bab ini dilakukan analisis perbandingan terhadap pola kerja yang

dilakukan oleh kedua lembaga

5. BAB V PENUTUP

Dalam bab ini dibahas mengenai kesimpulan serta saran dari penulisan ini.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 20: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

20

Universitas Indonesia

BAB II

KAJIAN LITERATUR

2.1 Pola Kerja

2.1.1 Pengertian Pola Kerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola didefinisikan sebagai sistem

atau cara kerja (kbbi.web.id, 2012). Kemudian menurut Kamus Merriam-Webster

(2012), pola adalah A reliable sample of traits, acts, tendencies, or other

observable characteristic of a person, group, or institution. Jika diterjemahkan,

maka pola menurut Kamus Merriam-Webster adalah sebuah sampel mengenai

sifat, tindakan, kecenderungan, atau karakteristik lainnya yang dapat diamati dari

seorang individu, kelompok, atau lembaga. Pengertian lain datang dari Kamus

Oxford (2012). Menurut kamus ini, pola adalah a regular and intelligible form or

sequence discernible in the way in which something happens or is done. Jika

diterjemahkan, pola adalah suatu bentuk teratur yang dapat dimengerti dan

memiliki urutan yang dapat dilihat sebagai cara di mana sesuatu terjadi atau

dilakukan.

Sementara itu, kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu atau yang

dilakukan (kbbi.web.id). Menurut Kamus Oxford (2012), kerja adalah task or

tasks to be undertaken atau suatu tugas atau tugas yang harus dilakukan. Kerja

juga dapat berarti activity involving mental or physical effort done in order to

achieve a result. Jika diartikan, kerja adalah sebuah kegiatan yang melibatkan

usaha mental atau fisik yang dilakukan untuk mencapai hasil.

Berdasarkan makna kata pola dan kerja, dapat disimpulkan bahwa pola

kerja adalah suatu sistem, tindakan, dan karakteristik yang dapat diamati dan

bersifat teratur dari sebuah individu, institusi, atau kelompok mengenai tugas dan

kegiatannya yang dilakukan untuk mencapai hasil.

Brantingham (1984) mengemukakan bahwa tujuan dari mempelajari pola

kejahatan dari waktu ke waktu adalah menemukan sifat keteraturan yang dapat

membantu memahami fenomena kejahatan tersebut. Dari pernyataan tersebut,

dapat diambil satu poin penting dari sebuah pola, yakni adanya sifat keteraturan.

9

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 21: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

21

Universitas Indonesia

Dikaitkan dengan pola kerja sebuah organisasi maka sifat keteraturan dari kerja

sebuah organisasi tersebut tentunya dapat dimanfaatkan untuk memahami lebih

jauh mengenai organsiasi tersebut.

2.2 Korupsi

2.2.1 Pengertian Korupsi

Saat ini, telah banyak studi yang dilakukan terkait dengan permasalahan

korupsi. Studi-studi tersebut memunculkan banyak definisi korupsi. Pada

dasarnya, tidak mudah untuk merumuskan definisi korupsi secara seragam. Hal ini

disebabkan pemahaman atas korupsi berbeda-beda pada tiga tingkatan yakni:

1. Korupsi yang didefinisikan oleh kalangan penegak hukum

2. Korupsi yang berdampak kepada kehidupan masyarakat

3. Korupsi yang diinterpretasikan oleh masyarakat umum yang

berkembang menjadi opini publik (Hamzah, 2012)

Gjalt de Graaf dalam tulisannya telah mendefinisikan korupsi yang

berbunyi, “Behavior of public officials which deviates from accepted norms in

order to serve private ends”. Dalam definisi tersebut dikatakan bahwa korupsi

adalah perilaku dari pejabat publik yang menyimpang dari norma yang telah

disepakati dalam tujuannya untuk kepentingan pribadi (Graaf, 2007).

Korupsi juga adalah sebuah penggambaran dari hubungan antara negara

dan sektor swasta. Terkadang, yang memiliki kekuasaan dan menjadi pelaku

dominan adalah pemerintah, dan terkadang juga sektor swasta. Kekuasaan tawar

menawar antara keduanya akan menentukan dampak keseluruhan dari korupsi

terhadap masyarakat (Rose-Ackerman, 2006).

Definisi lain disampaikan oleh Zihua Liu dalam disertasinya. Menurutnya,

tindakan korupsi adalah perilaku yang menyimpang dari kewajiban formal dalam

peranan publik yang disebabkan oleh mendahulukan kepentingan pribadi (diri

sendiri, keluarga dekat, kelompok pribadi) dalam hal keuangan atau mendapatkan

status (Liu, 2007).

Dalam artian luas, korupsi memiliki arti menggunakan jabatan untuk

kepentingan pribadi. Dalam suatu jabatan, terdapat wewenang. Individu yang

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 22: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

22

Universitas Indonesia

melakukan korupsi menggunakan wewenang tersebut untuk kepentingan

pribadinya. Korupsi juga dapat berarti memungut uang bagi layanan yang sudah

seharusnya diberikan atau menggunakan wewenang untuk mencapai tujuan yang

tidak sah (Klitgaard dkk, 2002).

Azyumardi Azra (2002) juga telah memberikan definisi tentang korupsi.

Definisi tersebut mencakup pengertian luas yang terdiri dari tiga jenis korupsi.

Pertama, korupsi yang berpusat pada kantor publik (public office centered

corruption). Korupsi ini dimaknai sebagai sebagai tingkah laku dan tindakan

pejabat publik yang menyimpang dari tugas-tugas publik formal. Tujuan dari

korupsi adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi pribadi atau orang-orang

yang dekat dengannya. Kedua, korupsi yang berpusat kepada dampaknya terhadap

kepentingan umum (public interest-centered). Menurut definisi ini, korupsi terjadi

ketika pemegang kekuasaan atau fungsionaris pada kedudukan publik melakukan

tindakan-tindakan tertentu demi kepentingan orang-orang dengan imbalan.

Ketiga, korupsi yang berpusat pada pasar (market-centered). Konsep ini

didasarkan pada analisa korupsi menggunakan teori pilihan publik dan sosial serta

pendekatan ekonomi dalam kerangka analisa politik. Menurut pengertiannya,

individu atau kelompok menggunakan korupsi sebagai “lembaga” ekstra legal

untuk tujuan mempengaruhi kebijakan oleh birokrasi.

Azra juga memberikan pengertian lain. Menurutnya, korupsi adalah

penyalahgunaan kepercayaan untuk kepentingan pribadi. Dua hal tersebut menjadi

kata kunci, yakni kepercayaan dan untuk kepentingan pribadi. Lebih jauh, Azra

mengemukakan pendapatnya mengenai tipologi korupsi. Terdapat enam jenis

korupsi. Yang pertama adalah korupsi transaktif. Korupsi ini dilakukan

berdasarkan kesepakatan antara pemberi dan penerima yang bertujuan untuk

mendapatkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Yang kedua adalah korupsi

ekstortif. Jenis ini menggunakan pendekatan kekerasan atau pemaksaan untuk

menghindari bahaya bagi mereka yang terlibat. Yang ketiga adalah jenis korupsi

investif. Korupsi investif adalah korupsi yang diawali oleh tawaran sebagai

“investasi” di masa yang akan datang. Yang keempat adalah korupsi nepotistik,

yakni korupsi yang terjadi karena adanya hubungan dekat dengan tujuan

mendapatkan keuntungan. Yang kelima adalah korupsi otogenik yakni korupsi

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 23: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

23

Universitas Indonesia

yang dilakukan dengan tujuan mendapat keuntungan yagng dilakukan oleh

pejabat tertentu sebagai orang yang memiliki informasi terbatas yang bersifat

rahasia. Yang keenam, korupsi suportif, yakni korupsi yang dilakukan untuk

melindungi tindakan korupsi lain (Azra, 2002).

2.2.2 Penyebab Korupsi

Kejahatan apapun memiliki sebab dan motif. Tidak terkecuali dengan

kejahatan korupsi. Salah satu sebab terjadinya tindakan korupsi adalah

modernisasi. Modernisasi menyebabkan tidak berimbangnya sektor publik dan

sektor privat. Sektor publik tidak dapat mengikuti perkembangan sektor privat.

Oleh karena itu, kolaborasi akan terjadi di antara perjabat sektor publik dan para

pelaku sektor privat. Selain itu, korupsi disebabkan oleh lemahnya apresiasi yang

diberikan terhadap pegawai negeri sebagai karyawan negara. Ini terlihat dari

angka penghasilan mereka yang rendah. Alasan lain adalah sentralisasi kekuasaan

pada satu lembaga maupun individu tertentu dalam suatu jabatan tertentu. Hal ini

juga didukung oleh sistem administrasi negara yang tidak ditata dengan baik dan

pengawasan yang kurang (Parwadi, 2010).

Redatin Parwadi melakukan penelitian yang mengkaji proyek yang

dilakukan dengan dana APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).

Hasilnya menunjukkan bahwa sebab mengapa terjadi korupsi adalah adanya

pemberian setoran atau upeti yang ditujukan kepada pejabat tinggi daerah dengan

eselon yang lebih tinggi yang memiliki keterkaitan dengan proyek yang sedang

dilakukan. Ini dilakukan untuk memuluskan proyek yang dijalankan. Beberapa

tahun kemudian Parwadi kembali melakukan penelitian terhadap para pejabat

birokrat yang ada di Kalimantan Barat. Hasilnya menunjukkan bahwa secara

umum, birokrat melakukan korupsi. Hal ini disebabkan oleh faktor penghasilan

yang kurang, tingkat religiusitas yang lemah, budaya hukum yang mendukung,

tingkat ketaatan pada budaya lokal yang rendah, dan yang terakhir adalah dari

faktor lingkungan yang cenderung korup. Alasan terakhir adalah faktor utama

yang menyebabkan birokrat menjadi korup (Parwadi, 2010).

Parwadi juga menjelaskan bahwa terdapat lima faktor yang menyebabkan

terjadinya korupsi. Yang pertama, adanya kedekatan sistem dan kontak yang

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 24: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

24

Universitas Indonesia

intensif dilakukan antara bagian ekonomi dan administrasi. Yang kedua, arus

informasi yang masuk tidak bersifat mencolok. Ketiga, terjadi pemusatan

kompetensi kepada pekerja ahli tertentu. Hal ini menyebabkan mereka memiliki

kesempatan untuk mengambil keputusan. Keempat, terdapat ketidakjelasan

mengenai batas antara hal yang dapat diterima secara sosial dan perbuatan yang

dianggap melanggar hukum. Kelima, kurangnya kesadaran korban kejahatan

korupsi bahwa mereka diperlakukan dengan tidak adil (Parwadi, 2010).

Perkembangan globalisasi akan berpengaruh pada perkembangan

demokrasi dan reformasi ekonomi di dunia. Hal ini rupanya juga berpengaruh

kepada kecenderungan masyarakat dunia dalam kaitannya dengan korupsi. Dilihat

dari perspektif jangka panjang, tentunya masyarakat di setiap belahan dunia

menginginkan korupsi yang berkurang, seiring dengan persaingan politik dan

ekonomi yang makin terbuka sebagai dampak dari perkembangan dunia. Ini

disebabkan keterbukaan akan semakin mereduksi kesempatan untuk berbuat

sewenang-wenang. Akan tetapi jika dilihat dalam perspektif jangka pendek,

persaingan dalam politik dan ekonomi justru akan memacu peluang terjadinya

korupsi karena keduanya akan mengakibatkan perubahan yang cepat pada aturan

main yang ada. Hal ini menyebabkan munculnya persaingan bebas tanpa

diimbangi oleh aturan main yang relevan. Pada umumnya, korupsi terjadi karena

perubahan kebijaksanaan yang tepat, tetapi dilaksanakan oleh lembaga yang sakit,

yang mengakibatkan persekongkolan dan permainan dengan orang dalam,

pertukaran konsesi politik, dan pemerintah daerah yang diperlukan semaunya oleh

berbagai pihak (Klitgaard dkk, 2002).

Sebuah rumusan korupsi yang dikemukakan oleh Klitgaard dapat

menjelaskan alasan terjadinya korupsi secara praktis. Rumusan tersebut:

C = M + D – A

Dalam persamaan tersebut, C adalah Corruption/Korupsi, M adalah Monopoly

Power/Kekuasaan Monopoli, D adalah Discretion by Official/Wewenang Pejabat,

dan A adalah Accountability/Akuntabilitas. Dalam rumus ini, dijelaskan bahwa

korupsi akan terjadi, apabila terdapat individu yang memiliki monopoli atas suatu

barang atau jasa tertentu dan diiringi dengan wewenang untuk menentukan siapa

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 25: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

25

Universitas Indonesia

yang berhak atas barang atau jasa tersebut dan seberapa banyak kuantitasnya, dan

pada saat yang bersamaan tidak terdapat mekanisme akuntabilitas bagi individu

tersebut. Apabila kondisi tersebut ditemukan dalam suatu organisasi,

kemungkinan besar akan terjadi korupsi di organisasi tersebut. Hal ini berlaku,

baik di sektor swasta dan sektor publik, negara kaya atau miskin (Klitgaard dkk,

2002).

Andvig menjelaskan dalam tulisannya bahwa kondisi pemerintahan juga

dapat menjadi salah satu faktor terjadinya korupsi di suatu negara. Korelasi

antara korupsi dan demokrasi akan berbentuk seperti lonceng atau bel. Sistem

paling otoriter akan mampu mongontrol tingkat korupsi yang terjadi sehingga

korupsi hanya terjadi pada batas yang secara ekonomi masih dianggap layak.

Sementara itu, kondisi pemerintahan yang paling demokratis juga akan menekan

angka korupsi, karena adanya transparansi yang utuh pada sistem

pemerintahannya. Dengan demikian, proses pengawasan akan berjalan ketat

sehingga meminimalkan kesempatan korupsi. Kondisi yang paling riskan adalah

ketika masih berada di masa transisi antara sistem yang otoriter menuju

demokrasi. Ini akan terjadi saat kendali otoriter hancur oleh adanya liberalisasi

ekonomi dan demokratisasi politik, akan tetapi belum digantikan sepenuhnya oleh

mekanisme check and balances yang demokratis, serta institusi yang mendapat

pengakuan dan dapat dipertanggungjawabkan. Pada kondisi ini, tingkat korupsi

akan semakin meningkat dan mencapai puncaknya sebelum akan turun kembali

oleh adanya perbaikan sedikit demi sedikit menuju sistem pemerintahan yang

demokratis (Hamzah, 2012).

2.2.3 Dampak Korupsi

Tindak pidana korupsi memiliki dampak atau efek yang beraneka ragam

baik itu kepada individu, korporasi, maupun kepada negara. Korupsi yang telah

terjadi secara sistematis akan membawa dampak yang sangat mematikan bagi

masyarakat. Korupsi sistematis akan menimbulkan kerugian yang bersifat

ekonomi, politik, dan sosial. Kerugian ekonomi karena mengacaukan insentif,

kerugian politik karena meremehkan lembaga-lembaga pemerintahan, dan

kerugian sosial karena kekayaan dan kekuasaan jatuh ke tangan orang yang tidak

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 26: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

26

Universitas Indonesia

berhak. Korupsi akan melumpuhkan pembangunan ekonomi dan politik.

Meskipun korupsi adalah hal yang terjadi di semua negara di dunia, tetapi dampak

yang terjadi di negara-negara miskin akan cenderung lebih merusak karena di

negara-negara tersebut korupsi cenderung menyebabkan hak milik tidak

dihormati, aturan hukum dianggap enteng, serta insentif untuk investasi menjadi

kacau (Klitgaard dkk, 2002).

Dalam lingkup kecil dan jangka pendek, korupsi dapat mengurangi hak

warga negara, memfasilitasi terjadinya perbuatan-perbuatan yang tidak transparan,

serta hilangnya kontrol politik dan hukum. Namun, jika dilihat dalam jangka

panjang, korupsi juga dapat mengurangi legitimasi dari pemerintah, fondasi

peraturan hukum, serta sistem demokrasi itu sendiri. Jika dilihat lebih jauh,

korupsi akan cenderung bersifat menyebar dari satu agen ke agen lain, lalu dari

satu lembaga ke lembaga lain. Hal ini berkaitan dengan tindak kejahatan

terorganisir, para mafia, dan tindak pidana pencucian uang. (Argandona, 2007).

2.3 Pemberantasan Korupsi

Upaya pemberantasan korupsi tidak sesederhana membalikkan telapak

tangan. Pada kenyataannya, negara-negara di dunia memiliki tingkat keberhasilan

pemberantasan korupsi yang berbeda-beda. Banyak negara yang dapat dinilai

gagal dalam menangani korupsi. Hasil ini terjadi termasuk di negara-negara yang

memiliki badan khusus pemberantasan korupsi.

Menurut de Speville, terdapat beberapa alasan mengapa badan antikorupsi

dapat gagal. Yang pertama adalah kemauan politik yang lemah. Ini terjadi ketika

pemimpin berada dalam posisi tidak berdaya diakibatkan tekanan dan kepentingan

lain yang mendesak. Kemudian, yang kedua adalah tidak ada sumber daya. Badan

tersebut tidak memiliki anggaran yang cukup untuk melaksanakan upaya

pemberantasan secara maksimal. Alasan selanjutnya adalah campur tangan politik

yang mengendalikan badan antikorupsi tersebut secara sadar atau tidak sadar oleh

pejabat politik untuk kepentingannyasendiri. Alasan keempat adalah badan

tersebut tidak memiliki keinginan untuk menggeser status quo. Alasan kelima,

badan tersebut memiliki target harapan yang tidak realistis. Upaya melawan

korupsi sistemik tidak dapat dilaksanakan dalam waktu singkat. Kemudian yang

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 27: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

27

Universitas Indonesia

keenam, badan tersebut terlalu bergantung pada penegakan hukum dan melupakan

fungsi pencegahan korupsi dan berfokus pada penindakan. Alasan ketujuh, Badan

tersebut mengabaikan siasat melenyapkan peluang untuk korupsi dan terlalu

bergantung pada penindakan setelah korupsi terjadi. Alasan kedelapan, undang-

undang yang dijadikan landasan berpijak tidak memadai. Badan antikorupsi tidak

dapat bekerja secara maksimal tanpa adanya dukungan konstitusional yang kuat.

Selanjutnya, badan akan tidak optimal jika dibebani tumpukan perkara masa lalu.

Kasus-kasus di masa lalu yang menumpuk menyebabkan terhambatnya pekerjaan

badan tersebut. Alasan selanjutnya, badan tersebut gagal melibatkan masyarakat

luas. Hal ini dapat menghambat pemberantasan korupsi, karena pemberantasan

korupsi memerlukan gerakan dari seluruh elemen termasuk masyarakat umum.

Alasan selanjutnya adalah akuntabilitas yang kurang, semangat yang kendur

karena ketidakpercayaan masyarakat, dan yang terakhir, badan tersebut

diindikasikan melakukan korupsi (Hamzah, 2012).

Alasan-alasan tersebutlah yang menjadikan upaya pemberantasan korupsi

di suatu negara dapat gagal. Dalam mengatasinya, tidak cukup hanya dengan

membenahi sebagian poin akan tetapi semua poin harus diselesaikan dan

disolusikan.

Fahri Hamzah menjelaskan empat pendekatan dalam melakukan

pemberantasan korupsi. Pemberantasan korupsi harus menggunakan empat

pendekatan tersebut, yakni pendekatan hukum, pendekatan moralistik dan

keimanan, pendekatan edukatif, serta pendekatan sosiokultural. Pendekatan

hukum berarti bahwa pemberantasan korupsi didukung oleh hukum ideal yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara atau hak ekonomi dan sosial rakyat

berada di atas kepentingan negara yang lain. Pendekatan moralistik dan keimanan

berkaitan dengan pemaknaan sila pertama pancasila, yakni Ketuhanan Yang Maha

Esa. Negara dan penyelenggara penegakan hukum wajib tetap berpedoman

kepada prinsip tersebut. Pendekatan edukatif, adalah pendekatan yang berpusat

kepada peningkatan kesadaran terhadap isu korupsi. Hal ini mencakup

peningkatan daya nalar sehingga masyarakat memahami latar belakang, faktor

pendukung, serta pencegahan dari korupsi. Pendekatan terakhir adalah pendekatan

sosiokultural, yakni pendekatan yang berfokus kepada pembangunan budaya

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 28: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

28

Universitas Indonesia

masyarakat yang memandang negatif tindakan korupsi. Jika hal ini tercapai,

masyarakat dengan sendirinya akan memiliki budaya antikorupsi sebagai barrier

yang mencegah mereka tergiur untuk melakukan korupsi (Hamzah, 2012)

Klitgaard (1998) dalam salah satu bukunya menjelaskan salah satu model

pendekatan dalam menganalisis korupsi, yakni model atasan-pegawai-klien.

Model ini menganalogikan bahwa atasan adalah pemimpin lembaga negara

misalnya lembaga pemungut pajak, lalu pegawai adalah pegawai pemungut pajak

yang berinteraksi langsung dengan klien, yang adalah seorang wajib pajak. Jika

melihat dari sudut pandang pegawai dan klien, mereka akan mengkalkulasikan

untung rugi dari melakukan tindakan korupsi. Bagi seorang atasan, korupsi yang

dilakukan oleh pegawainya dapat dimanfaatkan untuk menguntungkan dirinya

sendiri melalui “uang tutup mulut” apabila ia mengetahui dengan pasti dan jelas

perihal korupsi yang dilakukan pegawainya. Namun, seringkali atasan tidak

mengetahui dengan jelas korupsi yang terjadi sehingga akan terjebak dalam situasi

yang serba salah. Keberadaan korupsi di dalam lembaga yang ia pimpin saja

sudah menjadi kerugian atau “faktor negatif”. Selain itu ia harus mematok gaji

dan hukuman bagi pegawai tersebut tanpa ia mengetahui tentang produktivitas

pegawai tersebut maupun tindakan korupsi yang menyulitkannya yang dilakukan

oleh pegawai tersebut. Mungkin seorang atasan akan membuat sebuah mekanisme

tertentu untuk mengetahui dan mengumpulkan informasi tentang apa saja yang

dilakukan oleh pegawai. Namun, hal ini akan memakan biaya mahal.

Terkait dengan pendekatan tersebut, Klitgaard juga mengemukakan

pandangannya tentang analisis penyusunan kebijakan alternatif yang dapat

dilakukan oleh atasan. Menurut Klitgaard, terdapat lima langkah yang dapat

dilakukan, yakni memilih pegawai dengan cermat, mengubah imbalan dan

hukuman sehingga pegawai akan tertarik untuk berlaku jujur, mengumpulkan

informasi agar para pegawai selalu merasa terawasi, mengatur kembali hubungan

atasan-pegawai-klien agar tidak tercipta peluang untuk memonopoli keputusan,

serta mengubah sikap bersama dalam menghadapi korupsi. Model tersebut dapat

diaplikasikan ke dalam kebijakan lembaga anti korupsi secara nasional. Lembaga

antikorupsi dapat merancang strategi pemberantasan korupsi dengan didasari oleh

kelima langkah tersebut (Klitgaard, 1998).

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 29: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

29

Universitas Indonesia

2.4 United Nations Convention Against Corruption (UNCAC)

Masyarakat internasional pada dasarnya memiliki kepedulian terhadap

fenomena korupsi. Salah satu alasannya adalah korupsi yang dilakukan di satu

negara akan sangat mungkin memiliki dampak di negara lain yang memiliki

hubungan dengan negara tersebut. Menurut Argandona, bentuk perbuatan korupsi

akan ditiru dan akan saling menular antar negara. Dalam kaitannya dengan hal

tersebut, negara-negara di dunia juga telah berusaha untuk menghentikan

permasalahan korupsi. Upaya penanggulangan korupsi tidak hanya dibutuhkan

hanya sebatas di negara yang mengalaminya saja, tetapi juga harus dilakukan

secara global bersama-sama. Ini dilakukan dengan maksud untuk memastikan

metode pengukuran yang dianut di banyak negara tetap konsisten dan adil. Salah

satu inisiatif kerjasama yang telah dilakukan adalah United Nation Convention

Against Corruption (UNCAC). Ini adalah upaya pertama dalam pencegahan dan

penanggulangan korupsi yang dilakukan di tingkat internasional. Konvensi ini

adalah konvensi yang diprakarsai oleh PBB, dilaksanakan selama tiga hari, yakni

pada 9-11 Desember 2003. Hasil konvensi ini ditandatangani oleh 140 negara

(Argandona, 2007).

Masih menurut Argandona, konvensi ini adalah instrumen global pertama

yang dibuat secara resmi, dengan melibatkan konsensus yang luas, dan partisipasi

internasional yang cukup banyak mewakili jumlah negara-negara di dunia.

Sebelumnya memang terdapat beberapa upaya serta deklarasi yang menyatakan

perang terhadap korupsi di berbagai belahan dunia, tetapi yang membedakan

UNCAC dengan itu semua adalah karena hasil konvensi ini menjadi sebuah

kesepakatan global, bukan regional, dan oleh karena itulah diharapkan seluruh

negara di dunia sebagai bagian dari komunitas internasional mematuhi,

menjalankan, serta mendukungnya. Tujuan dari konvensi ini adalah pencegahan

praktik korupsi dan aliran dana gelap, serta melawannya secara efektif. Konvensi

ini juga bertujuan untuk mengkriminalisasi serta menekan praktik korupsi dan

mempromosikan, memfasilitasi, serta mendukung kerjasama internasional.

Kemudian konvensi ini juga diperuntukkan demi mengembalikan dana ilegal

kepada negara dan mempromosikan integritas, akuntabilitas, serta manajemen

pelayanan publik yang baik (Argandona, 2007).

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 30: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

30

Universitas Indonesia

Secara umum, UNCAC berisi beberapa chapter yang berisikan artikel-

artikel pokok yang lebih rinci. Chapter tersebut antara lain

1. General Provisions

2. Preventive Measures

3. Criminalization and Law Enforcement

4. International Cooperation

5. Asset Recovery

6. Technical Assistance and Information Exchange

7. Mechanisms for Implementation

8. Final Provisions

Konvensi ini menetapkan langkah-langkah preventif apa yang harus

dilakukan oleh negara peserta dalam rangka pencegahan korupsi. Pada dasarnya

tergantung kepada tiap negara untuk mengimplementasikan kebijakan antikorupsi

yang efektif serta membentuk organisasi yang secara spesifik diperuntukkan

untuk melawan korupsi. Di dalam butir-butir artikel di dalam konvensi ini

dijelaskan pula bahwa negara peserta harus berupaya untuk memastikan bahwa

pelayanan publik mereka aman dan menjunjung tinggi integritas, transparansi,

serta akuntabilitas di antara pegawai sipilnya dan melakukan rekrutmen

didasarkan oleh efisiensi dan kebaikan. Setelah direkrut, pejabat publik harus

mematuhi aturan perilaku yang ditetapkan. Di samping itu negara peserta juga

wajib untuk menjunjung tinggi transparansi dan akuntabilitas di sektor

pendapatan publik serta manajemen keuangan publik. Negara peserta juga harus

berupaya untuk menjaga integritas di dalam area-area kritis seperti pengadilan dan

kejaksaan dan mencegah praktek pencucian uang (United Nations, 2004)

Argandona (2007) mengemukakan pandangannya tentang langkah lanjutan

yang harus diambil setelah ditandatanganinya UNCAC. Langkah pertama adalah

perlunya pemerintah melakukan intensifikasi perlawanan terhadap korupsi. Hal

ini berlaku bagi seluruh pemerintahan yang ada di dunia. Tujuannya bukanlah

untuk membasmi kasus-kasus secara individu, tetapi lebih kepada mengurangi

kultur korupsi secara sistem. Langkah kedua adalah menekan pemerintah-

pemerintah yang tidak menandatangani UNCAC atau yang belum melakukan

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 31: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

31

Universitas Indonesia

ratifikasi atas konvensi tersebut. Ini tentu dimaksudkan untuk memperluas

jangkauan perlawanan terhadap korupsi di dunia. Menurut Argandona, akan

sangat berguna apabila dibentuk sebuah lembaga sekretariat di bawah PBB untuk

mendukung hasil konvensi ini. Langkah ketiga adalah membantu pemerintah di

berbagai negara dalam hal upaya mereka untuk mengimplementasikan konvensi

ini. Sekretariat akan berkontribusi dalam membantu pemerintah dengan

melakukan studi yang relevan, contohnya menganalisis hambatan-hambatan yang

muncul di tiap negara. Langkah keempat, negara-negara anggota memiliki tugas

penting untuk mengkoreksi keterbatasan dari isi konvensi, termasuk mengubah

rekomendasi menjadi kewajiban, memperluas cakupan konvensi hingga masuk ke

kasus korupsi di sektor privat sehingga kasus korupsi di partai politik juga dapat

ditangani, dan lain sebagainya. Lembaga sekretariat dapat dimanfaatkan pula

untuk membantu hal ini. Langkah kelima, harus dibentuk sebuah desain dan

implementasi dari proses pengawasan yang efektif dan mekanisme kontrol.

Langkah keenam, sekretariat, dan jika memungkinkan termasuk pula institusi-

institusi internasional lain, dapat melakukan kontribusi positif. Ini berarti

konvensi ini harus didukung oleh segenap lembaga-lembaga baik itu privat

maupun publik yang ada di tiap belahan negara. Langkah ketujuh, konvensi ini

dapat dijadikan instrumen bagi lembaga-lembaga antikorupsi di manapun. Dengan

demikian, upaya mereka dapat didasari oleh sebuah konsensus yang resmi dan

diakui.

Tiga langkah terakhir secara umum menggambarkan bahwa hasil konvensi

ini dapat dijadikan sumber edukasi bagi institusi atau perusahaan internasional.

Dewasa ini, perusahaan harus mengajari para manajer dan pegawai bagaimana

menghindari peluang melakukan penyuapan, menghadapi pemerasan, dan juga

apa yang harus dilakukan apabila mereka mengetahui telah terjadi tindak korupsi

di suatu tempat. Hal ini dapat dijadikan pelajaran dan bahkan dapat mengubah

budaya di dalam perusahaan tersebut. Dalam era gobalisasi, korporasi, terutama

korporasi multinasional, harus menjalankan peran kunci di dalam upaya perang

terhadap korupsi.

Sebagai salah satu negara yang berpartisipasi dalam UNCAC, Indonesia

juga melakukan upaya dukungan terhadap hasil konvensi tersebut. Hal ini

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 32: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

32

Universitas Indonesia

ditunjukkan oleh dilakukannya ratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 7 tahun

2006 (UU7/2006). Undang-undang ini berisi pengesahan United Nations

Convention Against Corruption. Dengan dilaksanakannya ratifikasi ini maka

menjadikan Indonesia sebagai anggota dari upaya kerjasama internasional dalam

perang terhadap praktek korupsi (Indonesia Corruption Watch, 2008).

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 33: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

33

Universitas Indonesia

BAB III

POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

KORUPSI OLEH KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

DAN INDEPENDENT COMMISSION AGAINST CORRUPTION

3.1 Pola Kerja Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi oleh Komisi

Pemberantasan Korupsi

3.1.1 Latar Belakang KPK dan Korupsi di Indonesia

Seperti yang sudah dipahami, korupsi di Indonesia sudah ada sejak masa

penjajahan, hingga masuk ke dalam periode kemerdekaan. Bahkan, pada masa

kerajaan, korupsi merupakan hal yang lumrah, karena didasari oleh kultur atau

budaya setempat (Soedarso, 2009). Sebelum Komisi Pemberantasan Korupsi

lahir, periode pemberantasan korupsi di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga

periode yakni pada masa orde lama, orde baru, serta era reformasi (Hamzah,

2012).

Menurut Kaligis, pada masa orde lama, terdapat setidaknya tiga upaya

umtuk memberantas korupsi. Yang pertama adalah Panitia Retooling Aparatur

Negara (PARAN). Panitia ini dibentuk dengan dasar hukum Undang-Undang

Keadaan Bahaya. PARAN tidak berhasil memberantas korupsi karena rata-rata

para pejabat yang menjadi tersangka berlindung di balik perlindungan presiden.

Oleh karena tidak efektif, maka PARAN dibubarkan dan diganti dengan Operasi

Budhi. Operasi Budhi menargetkan penangkapan para koruptor di perusahaan-

perusahaan milik negara dan lembaga-lembaga negara hingga ke pengadilan.

Setelah mulai bekerja, dalam waktu hanya tiga bulan, Operasi Budhi berhasil

menyelamatkan keuangan negara sebanyak kurang lebih 11 milyar rupiah. Akan

tetapi, karena dianggap mengganggu nama baik presiden maka Operasi Budhi

dibubarkan dan pada akhirnya diganti dengan Komando Tertinggi Retooling

Aparat Revolusi (KOTRAR) dengan dipimpin oleh Presiden Soekarno sendiri.

Namun, pada titik ini, upaya pemberantasan oleh KOTRAR berjalan di tempat

(Hamzah, 2012).

22

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 34: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

34

Universitas Indonesia

Setelah Soekarno jatuh dan Indonesia memasuki era orde baru, terdapat

tiga upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh pemerintah. Presiden

Soeharto membentuk Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) yang diketuai oleh

Jaksa Agung dengan dibantu oleh Kapolri, Panglima ABRI, serta Menteri

Kehakiman. Tim ini dibentuk berdasarkan pidato kenegaraan pada tanggal 16

Agustus 1967. Kemudian pada tahun 1970, dibentuk Komisi Empat yang

beranggotakan Mohammad Hatta, Anwar Tjokroaminoto, Herman Johannes, serta

Soetopo Yoewono dengan Hatta sebagai ketua. Komisi ini memiliki target

memberantas korupsi di Pertamina, BULOG, penebangan hutan, serta BUMN.

Lalu pada tahun 1977, pemerintah melaksanakan Operasi Penertiban (Opstib)

dengan diketuai oleh Pangkopkamtib Laksamana Soedomo dengan target

menangani 1127 kasus. Akan tetapi, Opstib tidak terdengar kiprahnya, dan hingga

Soeharto jatuh pada tahun 1998, pemberantasan korupsi tidak dilakukan secara

transparan (Hamzah, 2012).

Setelah Soeharto jatuh, Indonesia memasuki babak baru reformasi dengan

semangat yang menggebu-gebu untuk membenahi pemerintahan. Pada tahun

1999, muncullah Undang-Undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi. Di dalamnya diamanatkan tentang pembentukan KPK.

Kemudian sembari menunggu terbentuknya KPK, Presiden Gus Dur membentuk

Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK) yang dipimpin

oleh Jaksa Agung namun sayangnya dibubarkan oleh Mahkamah Agung. Pada

tahun 2002 disahkan Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi

Pemberantasan Tidak Pidana Korupsi yang di dalamnya mencakup berbagai

ketentuan hukum mengenai KPK. Di tahun berikutnya, KPK resmi dibentuk

(Hamzah, 2012).

3.1.2 Strategi KPK

KPK memiliki struktur kelembagaan yang diatur sesuai dengan pasal 26

dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002. Pimpinan KPK terdiri dari satu

orang ketua komisi dan empat orang wakil ketua komisi. Kemudian struktur di

bawahnya mencakup:

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 35: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

35

Universitas Indonesia

1) Deputi Bidang Pencegahan

a. Subbidang Pendaftaran dan Pemeriksaan Laporan Harta

Kekayaan Penyelenggara Negara

b. Subbidang Gratifikasi

c. Subbidang Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat

d. Subbidang Penelitian dan Pengembangan

2) Deputi Bidang Penindakan

a. Subbidang Penyelidikan (Dengan Satuan Tugas)

b. Subbidang Penyidikan (Dengan Satuan Tugas)

c. Subbidang Penuntutan (Dengan Satuan Tugas)

3) Deputi Bidang Informasi dan Data

a. Subbidang Pengolahan Informasi dan Data

b. Subbidang Pembinaan Jaringan Kerja Antar Komisi dan

Instansi

c. Subbidang Monitor

4) Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat

a. Subbidang Pengawasan Internal

b. Subbidang Pengaduan Masyarakat

5) Sekretariat Jenderal

a. Biro Perencanaan dan Keuangan

b. Biro SDM

c. Biro Hukum

d. Biro Humas

e. Biro Umum

Sekretariat Jenderal bertugas untuk membantu KPK melaksanakan tugas dan

wewenangnya. Sesuai undang-undang, Sekretariat Jenderal diangkat dan

diberhentikan oleh presiden dan bertanggung jawab kepada pimpinan KPK (Djaja,

2008).

Komisi Pemberantasan Korupsi mempublikasikan rencana strategisnya

dalam memberantas korupsi di Indonesia yang diperbaharui setiap periode

tertentu. Hal ini tertuang dalam Renstra KPK 2004-2007, Renstra KPK 2008-

2011, Renstra KPK 2011-2015, serta tambahan Road Map KPK tahun 2011-2023.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 36: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

36

Universitas Indonesia

3.1.2.1 Renstra KPK 2004-2007

Pada masa bakti 2004 sampai dengan 2007, KPK berjalan dengan

dilandasi Visi Mewujudkan Indonesia yang Bebas Korupsi dan Misi Penggerak

Perubahan untuk Mewujudkan Bangsa yang Anti Korupsi. Misi tersebut

dituangkan ke dalam empat tujuan (KPK, 2004), yaitu:

1) Pembangunan Kelembagaan

Di masa awal KPK, pembangunan kelembagaan menjadi sesuatu yang

vital. Ini terwujud ke dalam 12 kegiatan, yakni menyusun struktur

organisasi, kode etik, rencana strategis, rencana kinerja, anggaran,

prosedur operasi standar, sistem manajemen SDM, sistem manajemen

keuangan, teknologi informasi pendukung, mekanisme pengawasan

internal, rekrutmen dan pengembangan penasihat serta pegawai, dan

penyediaan peralatan dan fasilitas.

2) Penindakan

KPK menjabarkan strategi penindakan dalam lima kegiatan. Yang pertama

adalah pengembangan sistem dan prosedur peradilan pidana korupsi yang

langsung ditangani oleh KPK. Kemudian pelaksanaan penyelidikan,

penyidikan, dan penuntutan dilakukan seluruhnya oleh KPK. Ketiga,

pengembangan mekanisme supervisi KPK terhadap penyelesaian tindak

pidana korupsi oleh Kepolisian dan Kejaksaan. Keempat, identifikasi

kelemahan undang-undang, dan yang terakhir adalah pemetaan aktivitas

yang diindikasikan sebagai korupsi.

3) Pencegahan

Dalam rangka pencegahan, KPK mencanangkan lima kegiatan pokok.

Pertama, meningkatkan efektifitas sistem pelaporan kekayaan

penyelenggara negara. Kedua, penyusunan sistem pelaporan gratifikasi

dan sosialisasi. Kemudian selanjutnya adalah penyusunan sistem pelaporan

pengaduan masyarakat. keempat, mengkaji dan memberi masukan atas

sistem administrasi pemerintah yang berindikasikan korupsi dan yang

terakhir penelitian dan pengembangan teknik dan metode yang mendukung

pemberantasan korupsi.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 37: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

37

Universitas Indonesia

4) Penggalangan Keikutsertaan Masyarakat

KPK menginginkan agar terwujud sebuah partisipasi aktif dan

keikutsertaan dari segenap komponen masyarakat dalam memberantas

korupsi. KPK mencanangkan agar terjadi hubungan kerjasama antara KPK

dengan lembaga-lembaga publik, lembaga kemasyarakatan, sosial,

keagamaan, profesi, dunia usaha, LSM, dengan merumuskan peran

masing-masing. Selain itu, KPK ingin mengembangkan kerjasama dengan

lembaga antikorupsi negara lain. Kemudian, melakukan kampanye anti

korupsi dan mengembangkan penyediaan akses terkait informasi korupsi

kepada masyarakat

3.1.2.2 Renstra KPK 2008-2011

Sehubungan dengan pergantian kepemimpinan KPK di tahun 2007, KPK

memperbaharui rancangan strateginya termasuk visi dan misinya. Pada periode

ini, Visi KPK adalah Menjadi Lembaga yang Mampu Mewujudkan Indonesia

yang Bebas dari Korupsi dan Misinya adalah Pendobrak dan Pendorong

Indonesia yang Bebas dari Korupsi, dan Menjadi Pemimpin dan Penggerak

Perubahan untuk Mewujudkan Indonesia yang Bebas dari Korupsi. Berkenaan

dengan hal tersebut, maka KPK mencanangkan empat kebijakan (KPK, 2008)

1) Koordinasi dan Supervisi

KPK memiliki tugas khusus sebagai trigger bagi lembaga penegak hukum

lain, yakni Kejaksaan dan Kepolisian. Dalam kebijakan ini, KPK

mencanangkan untuk menindaklanjuti MoU yang dibuat antara ketiga

lembaga tersebut, mendorong penanganan kasus-kasus korupsi ke daerah,

memantau penanganan kasus oleh kedua lembaga lain dan mengambil

alihnya apabila diperlukan.

2) Penindakan

Dalam porsi penindakan, KPK telah mencanangkan bahwa penindakan

korupsi dilakukan bersama dengan aparat penegak hukum lainnya. KPK

berfokus kepada penanganan kasus yang belum selesai dikerjakan oleh

pimpinan lama dan kasus-kasus yang memiliki dampak besar. Kasus kecil

diserahkan pada aparat penegak hukum di daerah. Untuk penanganan

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 38: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

38

Universitas Indonesia

korupsi di tubuh TNI, KPK menindaklanjuti MoU dengan Departemen

Pertahanan.

3) Pencegahan

Dalam porsi pencegahan, KPK mencanangkan program mendorong

segenap instansi, lembaga, dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran

anti korupsi dan peran serta masing-masing pihak, serta mengantisipasi

kerawanan korupsi di wilayahnya masing-masing. Kerawanan tersebut

diperoleh KPK dari investigasi proaktif untuk mengenali dan

memprediksinya.

4) Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Negara

KPK mencanangkan sebuah kajian atas sistem administrasi negara dan

sistem pengawasan terhadap lembaga negara secarfa selektif demi

melaksanakan perubahan sistem. KPK juga ingin meningkatkan integritas

serta efektifitas fungsi pengawasan di tiap instansi.

3.1.2.3 Renstra KPK 2011-2015

Pada rencana strategis tahun 2011-2015, terjadi pergantian visi dan misi

kembali. Visi KPK adalah Menjadi Lembaga Penggerak Pemberantasan Korupsi

yang Berintegritas, Efektif, dan Efisien, dengan misi terbagi menjadi lima poin

yakni koordinasi dan supervisi dengan instansi penegak hukum lain, melakukan

penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap korupsi, melakukan tindakan

pencegahan, dan yang terakhir melakukan pengawasan atau memonitor

penyelenggaraan pemerintahan negara. Renstra tahun 2011-2015 ini sebenarnya

adalah sebuah revisi atas renstra sebelumnya (2010-2014) yang diubah karena

perubahan kepemimpinan di tubuh KPK (KPK, 2011)

1) Penanganan kasus Grand Corruption serta penguatan APGAKUM

(Aparat Penegak Hukum)

Grand Corruption adalah tindak pidana korupsi yang melibatkan

pengambil keputusan terhadap kebijakan, melibatkan aparat penegak

hukum, berdampak luas, dan kejahatan yang tersindikasi, sistemik, dan

terorganisir. Apgakum adalah lembaga penegak hukum lain yang

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 39: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

39

Universitas Indonesia

memiliki tugas pemberantasan korupsi. Penguatan Apgakum dilakukan

dengan koordinasi dan supervisi.

2) Perbaikan sektor strategis terkait kepentingan nasional

Sektor strategis yang dimaksud oleh KPK adalah ketahanan pangan plus,

ketahanan energi dan lingkungan, penerimaan negara, dan bidang

infrastruktur.

3) Pembangunan pondasi SIN (Sistem Integritas Nasional)

Sistem Integritas Nasional adalah sistem yang berlaku secara nasional

dalam rangka pemberantasan korupsi secara terintegrasi yang melibatkan

semua pilar penting bangsa.

4) Penguatan sistem politik berintegritas dan masyarakat (CSO)

paham integritas

5) Persiapan Fraud Control

3.1.2.4 Road Map KPK 2011-2023

Hal yang berbeda dilakukan KPK pada periode sekarang. Selain

merancang strategi yang akan dijalankan pada periode 2011 sampai dengan 2014,

KPK juga mencanangkan road map yakni rencana strategi jangka panjang hingga

tahun 2023. Selain fase I yakni renstra KPK 2011-2015, terdapat fase II yakni

tahun 2015-2019, dan fase III yakni tahun 2019-2023. Hal ini dilakukan agar

terjadi kesinambungan program kerja KPK sehingga setiap strategi yang

dijalankan tidak terputus di tengah jalan akibat pergantian renstra dari pimpinan

baru.

1) Fase II (2015-2019)

Fase II direncanakan berfokus kepada beberapa strategi lama yakni

penanganan kasus grand corruption dan APGAKUM, perbaikan sektor

strategis, aksi Sistem Integritas Nasional, serta perkembangan lebih lanjut

dari persiapan fraud control yakni implementasinya.

2) Fase III (2019-2023)

Pada fase III, KPK tidak banyak memberikan perubahan. Secara umum

hanya merupakan tindak lanjut dari fase sebelumnya yakni optimalisasi

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 40: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

40

Universitas Indonesia

penanganan sektor strategis, optimalisasi Sistem Integrasi Nasional (SIN),

dan penanganan fraud yang dilakukan oleh penyelenggara negara.

3.1.3 Pola Kerja KPK

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh lembaga baru adalah

mendapatkan orang-orang dengan kompetensi terbaik untuk menduduki posisi-

posisi strategis di dalam strukturnya. Hal ini juga dialami oleh KPK. Di masa

awal, KPK memiliki pegawai yang berasal dari kepolisian, kejaksaan, dan auditor

dari BPKP serta beberapa staf profesional. Pada pertengahan tahun 2005, KPK

untuk pertama kalinya mulai melakukan perekrutan pegawai dan melakukan

pelatihan terhadap 32 orang calon pegawai. Hal tersebut terus berlangsung setiap

tahun untuk menutup kekurangan jumlah pegawai yang diperlukan. Investigator

dan penuntut yang dimiliki KPK dipinjamkan dari Kejaksaan dan Kepolisian, dua

institusi yang memiliki pengalaman dalam hal menangani korupsi. Namun hal ini

menyebabkan KPK menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan

independensinya dari Kejaksaan dan Kepolisian bersamaan dengan kebutuhan

untuk bekerjasama dengan kedua lembaga tersebut. KPK yang memiliki peran inti

sebagai trigger mechanism atau pendorong bagi lembaga lain dalam penegakan

hukum pemberantasan korupsi tentunya harus menjalin keharmonisan dengan

kedua lembaga tersebut, namun efektivitas KPK akan berkurang apabila berada

terlalu jauh atau terlalu dekat dengan kedua lembaga tersebut. Apabila terlalu

jauh, maka fungsi koordinasi dan supervisi tidak akan berjalan lancar karena ada

tembok penghalang antar lembaga. Jika terlalu dekat, maka dikhawatirkan akan

terjadi kerjasama dalam hal penyimpangan atau saling merekayasa untuk

kepentingan masing-masing lembaga. Langkah KPK menyelenggarakan

perekrutan dan pelatihan sendiri adalah untuk meminimalisir penyimpangan

loyalitas pegawai kepada dua institusi tersebut. Akan tetapi, KPK masih belum

memiliki jumlah pegawai yang sesuai dengan yang mereka butuhkan. Contohnya,

pada Departemen Pencegahan, jumlah pegawai yang tersedia hanya seperempat

dari yang mereka butuhkan (Davidsen dkk, 2006).

Landasan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi di Indonesia cukup

banyak. LAN (2007), mengutip dari situs resmi Indonesia Corruption Watch,

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 41: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

41

Universitas Indonesia

menjelaskan bahwa terdapat lebih dari 10 peraturan baik itu langsung atau tidak

langsung. Peraturan itu terdiri dari TAP MPR, undang-undang, peraturan

pemerintah, instruksi presiden, keputusan presiden, surat edaran serta peraturan

daerah. Dari sekian banyak jenis peraturan tersebut, yang paling kuat dasar

hukumnya adalah undang-undang. Undang-undang yang terkait dengan

pemberantasan korupsi secara umum antara lain:

1) UU 20/2001 Pemberantasan Tidak Pidana Korupsi

2) UU 30/2002 Komisi Pemberantasan Korupsi

3) UU 31/1999 Pemberantasan Korupsi. Telah diperbaharui

menjadi UU No 20 Tahun 2001

4) UU 11/1980 tentang Anti Suap

5) UU 15/2002 tentang tindak pidana anti pencucian uang.

UU ini telah dirubah menjadi UU No 25 tahun 2003

6) UU 25/2003 tentang perubahan UU No 15/2002 tentang

tindak pidana anti pencucian uang

7) UU No 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara

yang bersih dan bebas dari KKN

8) UU No 7 Tahun 2006 Tentang Pengesahan Konvensi

Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003

9) UU No 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik

Masalah pidana

Dari sekian banyak peraturan tersebut, landasan hukum yang secara

eksplisit mengatur mengenai peranan KPK adalah Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2002. Dalam undang-undang tersebut, dijelaskan mengenai tanggung

jawab KPK yang meliputi:

1) Koordinasi dengan institusi lain untuk memberantas korupsi

2) Melakukan supervisi atas institusi lain yang berwenang dalam

rangka pemberantasan korupsi

3) Melakukan investigasi, pendakwaan, serta penuntutan dalam kasus

korupsi

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 42: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

42

Universitas Indonesia

4) Mengambil langkah untuk mencegah korupsi yang mencakup

pemeriksaan laporan kekayaan dan gratifikasi, melaksanakan

pendidikan anti korupsi serta program sosialisasi, serta terlibat

dalam kerjasama bilateral dan multilateral dalam memberantas

korupsi

5) Mengawasi proses administrasi yang terdapat dalam institusi-

institusi negara dan memberikan rekomendasi agar membuat

mereka tidak melakukan korupsi

Undang-undang tersebut secara otomatis memberikan kekuatan luar biasa kepada

KPK. KPK memiliki kewenangan antara lain melakukan pengawasan terhadap

institusi negara lain berkaitan dengan tugas memberantas korupsi, melakukan

penyadapan, merekam pembicaraan dan akses terhadap catatan bank dan pajak.

Selain itu, KPK juga dapat mengambil alih penanganan kasus yang dilakukan oleh

Kepolisian atau Kejaksaan dengan pertimbangan bahwa dalam kasus tersebut

terjadi penundaan penanganan yang terlampau lama tanpa penjelasan, bias dalam

menangani kasus, adanya intervensi dari eksekutif, peradilan, serta legislatif yang

menghambat, tidak dilakukannya pelaporan kepada publik, serta kondisi lain yang

menyebabkan Kepolisian dan Kejaksaan tidak mampu menangani kasus tersebut

(Davidsen, 2006).

Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 mengatur bahwa kasus yang

ditangani oleh KPK adalah kasus yang mencakup tiga hal. Pertama, melibatkan

pejabat penegak hukum, pegawai peradilan, pegawai negeri, serta pihak ketiga

yang terkait. Kedua, memancing perhatian publik dan atau mengakibatkan

kerugian negara lebih dari satu miliar rupiah (KPK, 2006). Akan tetapi, pada

kenyataannya KPK juga harus melakukan seleksi kembali atas kasus-kasus yang

benar-benar menjadi prioritas mereka untuk ditangani. Contohnya, di tahun 2011

KPK mengaku terhambat dalam hal kuantitas sumber daya manusia. Di tahun

tersebut, ketika kasus besar yang melibatkan salah satu tokoh politik Nazaruddin

tengah menjadi sorotan, ketua KPK Busyro Muqoddas mengatakan bahwa KPK

punya keterbatasan SDM sehingga harus memilih kasus yang memiliki alat bukti

yang cukup untuk dilanjutkan karena jumlah penyidik tidak cukup jika harus

menangani seluruh kasus (republika.co.id, 2011).

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 43: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

43

Universitas Indonesia

Untuk menentukan siapa yang berhak duduk di kursi kepemimpinan KPK,

dijalankan mekanisme seleksi yang ketat yang dilakukan oleh panitia seleksi.

Panitia seleksi berisikan unsur pemerintah dan masyarakat. Setelah panitia seleksi

terbentuk, maka dilakukan pengumuman penerimaan calon dan setelah para calon

mendaftar maka akan diumumkan pada masyarakat untuk ditanggapi. Kemudian,

nama-nama calon tersebut diajukan pada presiden. Tahap selanjutnya, presiden

akan mengajukannya ke DPR untuk dipilih. Setelah terpilih oleh DPR, nama

ketua dan empat wakil ketua disampaikan pada presiden kembali untuk disahkan

(Djaja, 2008)

Mengenai kepegawaian, KPK memiliki tiga jenis pegawai yakni Pegawai

Tetap, Pegawai Negeri yang dipekerjakan, serta Pegawai Tidak Tetap. Pegawai

Tetap adalah pegawai yang memenuhi syarat yang diangkat oleh pimpinan KPK.

Pegawai Negeri yang dipekerjakan adalah pegawai negeri yang memenuhi syarat

untuk bekerja di KPK, dengan masa tugas di KPK paling lama empat tahun

dengan hanya dapat diperpanjang satu kali. Kemudian Pegawai Tidak Tetap

adalah pegawai yang terikat dalam perjanjian kerja dengan KPK untuk waktu

tertentu. Pegawai Tidak Tetap tidak dapat duduk di jabatan struktural KPK.

Pegawai Tetap KPK tidak berstatus sebagai pegawai negeri sehingga apabila

Pegawai Negeri yang dipekerjakan di KPK diangkat menjadi Pegawai Tetap,

maka akan diberhentikan secara hormat sebagai pegawai negeri (Djaja, 2008).

Mengenai rekrutmen pegawai, KPK secara reguler melakukan rekrutmen pegawai

baru setiap tahun dengan proses seleksi yang dilakukan oleh KPK yakni program

seleksi Indonesia Memanggil. Setiap calon pegawai KPK harus mengikuti empat

tahap dalam proses seleksi, antara lain tahap administrasi, potensi, dan

kompetensi. Setiap tingkatan terdapat skala nilai antara 1-4, yang harus dipenuhi

oleh calon pegawai. Menurut pimpinan KPK, cukup sedikit calon yang dapat

menembus standar tersebut sehingga jabatan tertentu masih kosong karena tidak

mendapatkan calon yang sesuai standar. Di KPK, pegawai yang terbukti

melakukan korupsi akan segera diproses dan tidak diberikan pengampunan

(nasional.kompas.com, 2012)

Bagaimana tentang anggaran keuangan KPK setiap tahunnya? Setiap tahun

KPK selalu mendapat kenaikan jumlah anggaran oleh DPR. Pada tahun 2011,

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 44: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

44

Universitas Indonesia

anggaran KPK adalah sebesar Rp 576 miliar. Angka ini adalah sebuah kenaikan

yang cukup besar dari sebelumnya di tahun 2010 hanya sebesar Rp 431 miliar.

Sementara itu, anggaran untuk tahun 2012 adalah sebesar Rp 635 miliar

(Soesatyo, 2010). Pegawai KPK mendapatkan gaji yang cukup besar. Gaji

penyidik KPK lebih besar dari penyidik di Kepolisian. Menurut Biro Penerangan

Masyarakat Mabes POLRI, penyidik KPK memiliki gaji lebih besar hingga 400%

dari penyidik POLRI (nasional.kompas.com, 2012).

Sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban kepada publik atas apa yang

telah dilakukan selama setahun, KPK menerbitkan Laporan Tahunan setiap akhir

tahun. Di dalamnya tercantum mengenai apa saja kegiatan-kegiatan KPK, laporan

keuangan KPK, serta data statistik lain terkait KPK (Laporan Tahunan KPK,

2011). KPK memiliki Tim Penasihat yang terdiri dari empat orang. Anggota dari

tim ini dipilih berdasarkan hasil seleksi yang dilakukan oleh panitia seleksi yang

dibentuk oleh KPK. Panitia seleksi ini akan mengumumkan penerimaan calon dan

mengumpulkan calon anggota berdasarkan keinginan dan masukan dari

masyarakat. Calon anggota yang didapat kemudian diumumkan ke publik untuk

mendapat tanggapan. Kemudian, panitia seleksi akan mengajukan delapan orang

calon untuk dipilih oleh KPK. KPK mengangkat anggota tersebut dengan didasari

oleh kepakarannya. Fungsi dari Tim Penasihat ini adalah untuk memberikan

nasihat serta pertimbangan untuk KPK sesuai dengan kepakarannya. Di samping

itu, untuk mekanisme pengawasan internal, KPK memiliki Direktorat Pengawasan

Internal (Djaja, 2008).

Dalam upaya mengurangi korupsi birokrasi di tingkat daerah, KPK

menargetkan sebelas instansi yang menjadi prioritas untuk dilakukan koordinasi

dan supervisi yakni imigrasi, pertanahan, pelayanan SIM, pelayanan STNK, Dinas

Perhubungan, Kantor Layanan Terpadu, Dinas Koperasi dan Perindag, Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil, Inspektorat, serta rumah sakit umum daerah.

Hal ini dilakukan bekerjasama dengan sebanyak mungkin instansi terkait seperti

KemenPAN dan RB, Ombudsman, BPK, BPKP, LKPP, Inspektorat, serta Komisi

Informasi dalam mendorong adanya perbaikan dan optimalisasi pemanfaatan

teknologi informasi. Metodologi dalam melakukan hal tersebut dilakukan dengan

banyak cara seperti evaluasi terbuka, rapat evaluasi, pemantauan tertutup, serta

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 45: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

45

Universitas Indonesia

pemantauan terbuka secara mendadak. Selama kurun waktu 2011, KPK telah

melakukan 30 kegiatan tersebut di 10 provinsi di Indonesia (Laporan Tahunan

KPK, 2011).

Untuk memicu perkembangan per wilayah, KPK juga membangun Zona

Integritas, yakni program pengembangan daerah yang bebas korupsi. Zona

Integritas merupakan wilayah yang ada di sebuah daerah yang dikembangkan

sebagai wujud penerapan usaha-usaha nyata dalam pencegahan dan

pemberantasan korupsi. Ini dilakukan dengan cara meningkatkan kualitas sistem

kelembagaan dan sumber daya manusia dalam rangka penguatan komitmen anti

korupsi. Dengan dibentuknya Zona Integritas, maka pemerintah kota atau

kabupaten dapat mengajukan diri untuk menjadi Wilayah Bebas Korupsi (WBK)

dan meminta KPK untuk menilai kelayakan kota tersebut sebagai WBK. Sampai

saat ini, baru Surabaya yang mengajukan diri. KPK juga menyelenggarakan

Integrity Fair yakni sebuah pameran yang bertujuan mengkampanyekan nilai-nilai

integritas sebagai upaya mencegah dan memberantas korupsi. Pameran ini telah

dilakukan di empat kota yakni Palembang, Bandung, Surabaya, dan Makassar.

Upaya-upaya tersebut adalah program KPK untuk mengajak pemerintah daerah

agar bersama-sama mencegah dan memberantas korupsi (Laporan Tahunan KPK,

2011).

Dalam upaya menekan korupsi di sektor bisnis, KPK melaksanakan

program Studi Prakarsa Anti Korupsi (SPAK). Melalui SPAK, KPK melakukan

penilaian terhadap sektor bisnis dan sebagai tindak lanjut, KPK memberikan

rekomendasi terhadap pihak yang dinilai tersebut. Karena program ini baru

dilaksanakan, maka sasarannya masih terbatas pada BUMN, namun akan tetap

direncanakan untuk menyasar pada sektor swasta di kemudian hari. Sampai saat

ini, sudah empat BUMN yang melaksanakannya. Program SPAK ini hampir

serupa dengan Penilaian Inisiatif Anti Korupsi (PIAK). Yang menjadi perbedaan,

PIAK dilakukan terhadap kementerian/lembaga negara. PIAK tahun 2011

dilakukan terhadap 18 kementerian/lembaga dan 11 Pemda. KPK juga

memperluas cakupan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN)

agar pemantauan terhadap kekayaan penyelenggara negara semakin luas. LHKPN

adalah mekanisme pengawasan berupa wajib lapor bagi pegawai negara kepada

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 46: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

46

Universitas Indonesia

KPK untuk melaporkan kekayaannya. Pada tahun 2011, wajib lapor meningkat

menjadi 28.000 orang dari sebelumnya 8000 orang (Laporan Tahunan KPK,

2011).

Masih bersumber dari Laporan Tahunan KPK, KPK setiap tahunnya

menerima sekitar 600 undangan untuk mengisi diklat di berbagai wilayah di

Indonesia. Namun, hanya sekitar 400 undangan yang dapat dipenuhi oleh KPK.

Untuk itu, dalam rangka optimalisasi pendidikan anti korupsi, KPK telah

melaksanakan program Anti Corruption Learning Center (ACLC), yakni sebuah

program pelatihan untuk mencetak fasilitator, mentor, dan pengajar materi-materi

anti korupsi yang sangat dibutuhkan saat ini. Sasarannya diklasifiaksikan dengan

modul untuk pegawai negeri, swasta, serta masyarakat umum (Laporan Tahunan

KPK, 2011). KPK juga meluncurkan film bertemakan anti korupsi untuk

mengedukasi masyarakat secara lebih ringan dan agar pesan yang dimaksud dapat

meresap dengan lebih baik (kpk.go.id, 2012).

Sebagai media penghubung kepada masyarakat, KPK memiliki website

yang memuat informasi-informasi yang berhubungan dengan KPK dan

pemberantasan korupsi di Indonesia. KPK menerbitkan beberapa buku digital

yang dapat diunduh secara gratis. Buku ini antara lain menjelaskan tentang

gratifikasi, pemahaman tentang korupsi, serta kode etik KPK. Selain itu, KPK

juga menerbitkan majalah Integrito, yaitu majalah digital yang dapat diunduh

secara gratis di website KPK. Majalah ini adalah salah satu media yang digunakan

KPK untuk mengedukasi masyarakat tentang pemahaman anti korupsi (kpk.go.id,

2012).

Masyarakat dapat melaporkan adanya dugaan tindak pidana korupsi

dengan menghubungi nomor telepon KPK yang dapat dilihat di website resmi

KPK. Selain itu, masyarakat dapat menghubungi lewat media lain seperti pesan

teks singkat, surat, atau email. KPK juga memiliki KPK whistleblower system

(KWS) yakni sebuah mekanisme pelaporan secara dini kepada KPK atas adanya

dugaan tindak korupsi. KWS ini berupa perangkat lunak yang dipasang di

beberapa kantor instansi pemerintah yang langsung terhubung dengan KPK. Saat

ini sudah ada enam instansi yang menerapkan KWS yakni LPSK, Pertamina,

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 47: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

47

Universitas Indonesia

Ditjen Pajak, Bea Cukai, Kementrian Pertanian, serta PLN (Laporan Tahunan

KPK, 2010)

Untuk menilai kinerja KPK dan pemberantasan korupsi di Indonesia,

Davidsen pernah melakukan kajian tentang upaya-upaya pemberantasan korupsi

yang telah dilakukan di Indonesia Menurut penelitian Davidsen dkk, sebenarnya

KPK memiliki satu keistimewaan yakni terdapatnya Pengadilan Tindak Pidana

Korupsi (Tipikor) di sistem peradilan Indonesia. Pengadilan Tipikor dibentuk

sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 30 tahun 2002. Para hakim Pengadilan

Tipikor menerima pelatihan khusus mengenai keuangan dan akuntansi untuk

meningkatkan integritas dan kompetensi mereka dalam menganalisis perkara

korupsi yang seringkali berisi transaksi finansial yang rumit. Akan tetapi, menurut

Davidsen dkk, Pengadilan Tipikor terhambat oleh adanya satu masalah yakni

kurangnya pendanaan. Masalah yang paling serius adalah tidak terbayarnya gaji

para hakim (Davidsen dkk, 2006).

Davidsen dkk (2006) juga menyatakan bahwa KPK memiliki beberapa

tantangan dalam memberantas korupsi di Indonesia. Pertama, KPK tidak memiliki

kapasitas untuk menindaklanjuti rekomendasinya untuk perbaikan institusi.

Kemampuan KPK untuk mendorong institusi-institusi pemerintah agar merombak

diri masih sangat terbatas. Kedua, terdapat persepsi bahwa KPK tidak

menginvestigasi koruptor kelas “kakap” dan pengaruh politik mempengaruhi

siapa yang menjadi target KPK. Hal ini telah dibantah oleh pimpinan KPK sendiri

yang menyatakan bahwa undang-undang tidak mengizinkan mereka untuk

menginvestigasi korupsi yang dilakukan sebelum tahun 1999, dan mereka

menyeleksi dan memprioritaskan hanya kasus-kasus yang memiliki cukup bukti

dan kemungkinan untuk sukses diselesaikan. Ketiga, masih terlalu dini untuk

menganggap bahwa telah terbangun peningkatan berarti dalam hubungan dan

kerjasama antara KPK, Kejaksaan, Kepolisian, dll. Keempat, terlihat bahwa KPK

masih kurang agresif dalam menginvestigasi laporan kekayaan pejabat

pemerintahan senior. Kelima, KPK belum maksimal dalam area pencegahan

korupsi. Keenam, meskipun telah membangun kerjasama dengan beberapa

pemerintahan provinsi dan kabupaten, namun tetap saja jangkauan KPK terhadap

area-area di luar Jakarta sangat terbatas.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 48: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

48

Universitas Indonesia

KPK memiliki kewenangan yang amat luas. Lembaga tersebut dapat

melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan, mencekal seorang tersangka,

meminta keterangan kepada bank maupun lembaga keuangan lain tentang kondisi

keuangan tersangka, memerintahkan lembaga-lembaga terkait untuk mendukung

KPK dalam memburu tersangka yang terdapat di lembaga tersebut, dan dapat

meminta bantuan pada lembaga-lembaga penegak hukum lain di dalam sistem

peradilan pidana (Soekardi, 2009).

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 mengamanatkan pencegahan

sebagai inti dari undang-undang tersebut. Pada masa transisi dari sistem politik

otoriter menuju sistem demokrasi seperti yang sedang dialami Indonesia sekarang

ini, reformasi belumlah berjalan di seluruh institusi-institusi pemerintah. Sebagian

besar institusi tersebut masih didominasi oleh “orang-orang lama” atau orang

dengan “mental lama”. Selain itu, peraturan perundang-undangan belum

sepenuhnya dapat berjalan beriringan dengan semangat reformasi yang transparan

dan menjunjung akuntabilitas. Ini menyebabkan KPK haruslah melakukan fokus

pada pembenahan sistem. Lembaga penegak hukum lain yang berwenang atas

pemberantasan korupsi harus diperkuat dan bekerja bersama-sama sehingga

amanat trigger mechanism yang diberikan kepada KPK dapat tercapai (Hamzah,

2012).

Masih menurut Hamzah (2012), fungsi pencegahan oleh KPK telah

tergeser sehingga KPK lebih banyak melakukan fungsi penindakan. Penindakan

adalah sesuatu yang penting, seperti yang telah diatur di dalam undang-undang.

Namun, seandainya KPK berfokus pada pencegahan, berarti KPK meneliti,

membenahi, serta mengkoordinasikan lembaga-lembaga lain untuk menjamin tata

kelola, hukum, serta perundang-undangan yang tidak memiliki potensi untuk

berlaku menyimpang. Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002, sebenarnya

penindakan adalah pintu darurat dalam upaya memberantas korupsi. KPK

seharusnya menindak hanya kasus-kasus yang menghalangi pencegahan.

Lebih lanjut, Hamzah juga mengatakan bahwa di dalam sistem peradilan

terkait dengan wewenang pemberantasan korupsi terjadi kompetisi antar lembaga

yang tidak sehat. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 mengatur bahwa

penyidikan terhadap tindak pidana korupsi dilakukan oleh tiga lembaga negara

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 49: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

49

Universitas Indonesia

yakni Kejaksaan, Kepolisian, serta KPK. Sementara itu, wewenang penuntutan

diberikan pada dua institusi yakni Kejaksaan dan KPK. Sebelum KPK lahir,

wewenang pemberantasan korupsi jatuh pada Kejaksaan dan Kepolisian. Pada

prakteknya, akibat dari perbedaan pemahaman kedua lembaga terhadap undang-

undang yang berlaku, kedua institusi tersebut saling bertindihan dan masing-

masing merasa bahwa domain penegakan hukum terkait korupsi adalah milik

mereka tanpa ada koordinasi yang signifikan. Hal ini tentu saja berdampak pada

tidak efektifnya pemberantasan korupsi karena di dua institusi tersebut, terdapat

perbedaan metode dalam mengimplementasikan kewenangannya. Selain itu,

keduanya juga memiliki visi dan misi yang berbeda. Pada situasi seperti inilah,

KPK lahir dengan harapan dapat melakukan supervisi dan pemantauan terhadap

Kejaksaan dan Kepolisian serta mengambil alih kewenangan tersebut dalam

kondisi tertentu. Namun, pada kenyataannya terdapat beberapa peristiwa yang

menunjukkan bahwa KPK belum mampu menjalankan fungsi tersebut dan bahkan

muncul konflik antara KPK dengan Kepolisian, misalnya dalam kasus “Cicak dan

Buaya”. Perpecahan seperti ini akan terus terjadi jika masing-masing lembaga

masih berlomba untuk menindak dan mengabaikan pentingnya koordinasi antar

lembaga (Hamzah, 2012).

Hal senada juga diungkapkan oleh Ginting (2004) dalam tesisnya. Menurut

Ginting, karena ada kewenangan yang mirip antara KPK, Kepolisian, dan

Kejaksaan, maka hal ini dapat memicu terjadinya benturan antar lembaga tersebut

dalam menjalankan tugas fungsionalnya. Kemudian terkait dengan fungsi

koordinasi dan supervisi oleh KPK terhadap lembaga lain, aturan perundangan

yang dijadikan dasar yakni Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tidak

mengatur secara jelas mengenai sanksi yang dapat dijatuhkan apabila lembaga-

lembaga tersebut tidak mengikuti atau mematuhi arahan dari KPK sebagai

lembaga supervsi. Yang terakhir, kewenangan KPK sebenarnya tidak diikuti oleh

pertanggungjawaban yang jelas atas kewenangan tersebut. Pertanggungjawaban

yang diatur adalah kepada publik, sedangkan makna “publik” itu sendiri sangat

luas.

Di dalam melaksanakan kewenangannya, KPK pasti akan bersinggungan

dengan lembaga-lembaga lain yang juga memiliki kewenangan tersendiri.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 50: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

50

Universitas Indonesia

Misalnya, KPK akan berhubungan dengan Kepolisian, Kejaksaan, Bank

Indonesia, Badan Intelijen Negara, dll. Apabila tidak terdapat aturan yang jelas

dalam undang-undang mengenai sanksi dan prosedur koordinasi antar lembaga

tersebut, maka tugas KPK dalam melaksanakan pemberantasan korupsi akan

terhambat(Ginting, 2004).

Apabila dibandingkan, anggaran penanganan perkara antara KPK,

Kejaksaan dan Kepolisian sangat berbeda. Untuk tahun 2011, anggaran

penyelesaian kasus yang dimiliki KPK adalah sebesar Rp 170 miliar atau rata-rata

Rp 400 juta per kasus. Di tahun 2012, angka ini ditingkatkan menjadi Rp 736 juta

per kasus. Ini adalah anggaran secara keseluruhan yaitu untuk penyelidikan,

penyidikan, sampai penuntutan. Bagaimana dengan anggaran di POLRI? Pada

tahun 2011, anggaran penyelesaian per kasus adalah sebesar Rp 37,8 juta.

Sedangkan pada tahun 2012, anggaran per kasus adalah sebesar Rp 68 juta. Di

kejaksaan, untuk tahun 2011, anggaran penyelesaian per kasus adalah sebesar Rp

48,6 juta dan untuk tahun 2012 meningkat menjadi Rp 81 juta per kasus

(Soesatyo,2010).

3.2 Pola Kerja Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi oleh Independent

Commission Against Corruption

3.2.1 Latar Belakang ICAC dan Korupsi di Hong Kong

Sistem kenegaraan di Hong Kong sedikit berbeda dengan sistem hukum di

negara lain. Sejak tanggal 1 Juli 1997, Hong Kong dikembalikan kepada

kedaulatan Republik Rakyat Cina. Sebelumnya, Hong Kong adalah milik Inggris

berdasarkan Konvensi Peking yang menyatakan bahwa Hong Kong disewakan

pada Inggris selama 99 tahun sejak 1898 hingga 1997. Berdasarkan deklarasi

bersama antara Inggris dan RRC, Hong Kong menjadi suatu wilayah khusus yang

disebut Special Administrative Region atau SAR. Sistem hukum yang dianut

Hong Kong adalah berdasarkan pada Undang-Undang Dasar Republik Rakyat

Cina, yakni wilayah dengan prinsip satu negara dua sistem yang memiliki Basic

Law. Basic Law ini mengatur tentang prinsip umum, hubungan Hong Kong

dengan pemerintah pusat di Beijing, hak-hak dasar dan kewajiban penduduk,

struktur politik, ekonomi, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan, olahraga,

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 51: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

51

Universitas Indonesia

agama, tenaga kerja, tugas sosial, masalah luar negeri, interpretasi dan

pengubahan Basic Law, serta ketentuan tambahan (Djaja, 2008).

Cara hidup sosialis seperti di daratan Cina tidak diterapkan di Hong Kong.

Hong Kong menjalani cara hidup kapitalis sampai dengan 50 tahun ke depan sejak

1 Juli 1997. Sesuai Hukum Dasar, Hong Kong memiliki independensi dari RRC

termasuk dalam bidang eksekutif, legislatif, serta yudikatif. Sistem hukum setelah

peralihan antara sebelum tahun 1997 dan setelah tahun 1997 tidak banyak

berubah. Sistem peradilan tetap memakai sistem Jury yang dipertahankan

sebagaimana di Inggris. Prinsip Presumption of Innocence sebelum adanya

keputusan hakim pun tetap dipertahankan (Djaja, 2008).

Hong Kong saat ini telah dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki

tingkat korupsi paling rendah di dunia. Di tahun 2012, Hong Kong mendapatkan

skor 77 dengan peringkat 12 dunia (Transparency International, 2011). Lembaga

kepolisian Hong Kong saat ini dikenal sebagai lembaga kepolisian yang paling

efektif dan tidak korup di Asia.

Akan tetapi, jauh sebelum kondisi ini tercapai, Hong Kong pernah

mengalami situasi di mana korupsi begitu merajalela. Sekitar tahun 1960-an

sampai 1970-an, korupsi begitu merajalela di sektor publik. Contoh nyata yang

dapat menggambarkan betapa parahnya kondisi saat itu misalnya ketika seseorang

hendak dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan mobil ambulan, maka ia

harus memberikan suap terlebih dahulu kepada petugas ambulan tersebut. Contoh

lain, apabila seorang pasien rumah sakit ingin dilayani, maka ia juga harus

memberikan suap. Hal tersebut terjadi secara wajar di Hong Kong pada masa

tersebut. Korupsi paling besar terutama dilakukan di institusi kepolisian.

Penyelewengan terjadi di seluruh struktur hierarkis kepolisian dari tingkat

terendah hingga pimpinan di tingkat atas (icac.org.hk, 2012).

Menurut Klitgaard (1998), terdapat tiga perbuatan korupsi yang lazim

dilakukan oleh kepolisian pada masa itu. Tiga perbuatan tersebut adalah peredaran

obat terlarang, perjudian dan pelacuran, serta yang terakhir adalah pelanggaran

lalu lintas.

Sejak abad ke-19, Hong Kong telah menjadi pusat dari kegiatan produksi

dan ekspor ulang obat-obatan terlarang. Sekitar awal 1970-an, diperkirakan

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 52: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

52

Universitas Indonesia

sebanyak 50 ton candu dan 10 ton morfin dikirim menuju Hong Kong setiap

tahunnya dari wilayah “segitiga emas” yang berada di perbatasan Birma, Laos,

dan Thailand. Jumlah sebesar itu dikonsumsi oleh sekitar 80.000 pecandu di Hong

Kong. Para pengedar dan pebisnis obat terlarang secara rutin melakukan

pembayaran dalam rangka pembagian keuntungan kepada para perwira kepolisian.

Ini dilakukan sebagai upaya agar bisnis mereka tidak diganggu. Jumlah yang

dibayarkan kurang lebih sebanyak 10.000 dolar Hong Kong yang diberikan

kepada para perwira kepolisian. Selain sebagai imbalan tutup mulut, keuntungan

lainnya adalah para pebisnis obat terlarang ini akan diberikan isyarat dini tentang

adanya rencana penyerbuan oleh eselon-eselon yang lebih tinggi. Untuk

memuaskan pihak atasan, biasanya perwira-perwira ini melakukan penangkapan

palsu atau berpura-pura agar disangka bahwa mereka tetap menjalankan tugasnya

dengan baik. Polisi juga memiliki sindikat tersendiri. Para perwira menengah

bertugas melakukan penarikan uang dari pusat-pusat obat terlarang. Perwira polisi

yang jabatannya lebih tinggi kemudian menerima sebagian besar uang tersebut

sebagai uang tutup mata. Hal ini terjadi secara terus menerus dan terorganisir

Menurut Klitgaard, selain dalam bisnis obat-obatan terlarang, kepolisian

juga turut berperan dalam memakmurkan bisnis judi dan pelacuran. Serupa

dengan bisnis obat terlarang, bisnis perjudian juga memberikan suap kepada pihak

kepolisian yang korup sehingga mereka dapat menerima informasi jika akan

dilakukan penyergapan mendadak oleh polisi. Kasino-kasino besar di Hong Kong

setiap harinya membayar hingga 10.000 dolar Hong Kong demi mendapatkan

perlindungan usaha mereka yang memiliki volume harian sebesar 600.000 dolar

Hong Kong dan memiliki laba harian sebesar 25.000 dolar Hong Kong. Para

bandar judi pacuan kuda di Hong Kong setiap minggunya membayar antara 1.500

hingga 3000 dolar Hong Kong kepada polisi, tergantung besar taruhan yang

dilakukan. Dalam bidang pelacuran, polisi disuap untuk mengabaikan penegakan

peraturan tentang perekrutan pelacur, tempat-tempat pelacuran yang tidak

memiliki izin, serta aksi mereka dalam menarik pelanggan.

Selain dalam bidang prostitusi, Klitgaard juga mengemukakan bahwa

polisi lalu lintas turut serta mengambil bagian dalam korupsi. Polisi lalu lintas

biasanya menerima suap dari para pengguna jalan seperti supir taksi dan

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 53: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

53

Universitas Indonesia

pengemudi truk untuk membereskan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan.

Apabila para pelanggar lalu lintas ini telah membayar kepada polisi lalu lintas,

maka mereka tidak perlu lagi menerima tuntutan pengadilan, atau akan menerima

hukuman yang lebih ringan. Pemasukan dari hal tersebut kurang lebih sebesar

65.000 dolar Hong Kong setiap bulan. Di dalam sindikat kepolisian sendiri, uang

tersebut lalu dibagi secara sistematis dan rapi. Pembagiannya antara lain 50 dolar

Hong Kong untuk seorang kopral satu, 150 dolar Hong Kong untuk seorang

sersan, 500 dolar Hong Kong untuk seorang inspektur, 1000 dolar Hong Kong

untuk inspektur kepala, 3000 dolar Hong Kong untuk letnan kolonel polisi, dan

4000 dolar Hong Kong untuk kolonel polisi.

Masih menurut Klitgaard, polisi yang melakukan penarikan uang kepada

para pebisnis tersebut terkadang melakukan pemerasan dan intimidasi. Hal ini

mengakibatkan masyarakat merasa takut untuk berurusan dengan polisi. Para

polisi pun menjadi bersikap angkuh kepada masyarakat karena dalam setiap

kesempatan selalu mencari uang suap untuk menyelesaikan masalah mulai dari

karcis parkir hingga tuntutan hukum. Hal ini menyebabkan rusaknya citra

lembaga kepolisian di Hong Kong. Ini berimplikasi kepada menurunnya

kepercayaan terhadap pemerintah. Rusaknya kepercayaan tersebut berdampak

buruk terhadap Hong Kong secara nasional maupun internasional. Sebuah studi

memperlihatkan bahwa pada masa itu, 70 persen berita tentang Hong Kong di

Inggris adalah seputar praktek korupsi (Klitgaard, 1998).

Setelah bertahun-tahun bertahan dengan kondisi demikian, pada akhirnya

di awal tahun 1970-an masyarakat Hong Kong mulai menekan pemerintah untuk

segera melakukan tindakan nyata terkait korupsi yang merajalela. Salah satu titik

puncak dari pergolakan masyarakat adalah ketika terjadi peristiwa pelarian salah

satu perwira kepolisian bernama Peter Godber. Godber adalah seorang polisi

dengan pangkat Chief Police Superintendent yang memiliki aset dari hasil korupsi

sebesar 4,3 juta dolar Hong Kong. Masyarakat Hong Kong yang marah segera

turun ke jalan dan menuntut keras pemerintah untuk menuntaskan korupsi dan

menangkap Godber. Gubernur Sir Murray MacLehose selaku Chief Executive atau

pemimpin pemerintahan Hong Kong segera merespon kondisi ini. Ia kemudian

menginstruksikan Sir Alastair Blair-Kerr, seorang hakim senior, untuk

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 54: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

54

Universitas Indonesia

mempelajari apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Blair-Kerr memberikan dua laporan, yang pertama adalah mengenai analisis

keberhasilan Godber melarikan diri, dan yang kedua adalah pernyataan bahwa

perlu dibentuk sebuah lembaga anti korupsi independen yang terpisah dari

kepolisian. Sebelumnya di kepolisian terdapat ACO (Anti Corruption Office) yang

dibentuk pada tahun 1972. Akan tetapi, penegakan hukum dan pemberantasan

korupsi oleh ACO yang masih termasuk ke dalam jajaran kepolisian yang

memang korup, tidak berjalan mulus. Kaburnya Godber adalah bukti

ketidakberdayaan polisi. Berdasarkan laporan Blair-Kerr, MacLehose kemudian

mengumumkan dalam sebuah pertemuan legislatif bahwa akan dibentuk suatu

badan independen dengan tugas spesifik menangani korupsi. Tindak lanjut dari

pernyataan MacLehose akhirnya terwujud pada Februari 1974 dengan

didirikannya ICAC (icac.org.hk, 2012).

Dalam perkembangan berikutnya hingga sekarang, ICAC dipandang

berhasil dalam upayanya mengurangi kasus korupsi. Selain itu, kepercayaan

masyarakat Hong Kong tumbuh dan serta merta mendukung lembaga ini. Tugas

penting pertama yang dilakukan ICAC adalah menangkap Peter Godber, yang

berhasil dilakukan pada tahun 1975. Godber berhasil ditangkap dan diekstradisi

menuju Hong Kong dari Inggris. Sampai saat ini, ICAC terus bekerja menangani

korupsi di Hong Kong dan menunjukkan hasil yang memuaskan (LAN, 2007)

3.2.2 Strategi ICAC

Dalam memberantas korupsi di Hong Kong, ICAC memiliki tiga fokus

utama yakni penindakan, pencegahan, dan pendidikan. Ketiga fokus kerja tersebut

tertuang ke dalam tiga departemen yang ada di dalam struktur organisasi ICAC:

1) Departemen Operasi (Operation Department)

2) Departemen Pencegahan Korupsi (Corruption Prevention

Department)

3) Departemen Hubungan Masyarakat (Community Relations

Department).

Selain tiga departemen tersebut, terdapat Administration Branch yang bertugas

melayani ketiga departemen secara administrasi dan kepegawaian. Berikut ini

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 55: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

55

Universitas Indonesia

adalah rancangan strategi yang dijalankan oleh masing-masing departemen yang

dikutip dari website resmi ICAC (icac.org.hk, 2012).

3.2.2.1 Departemen Operasi

Departemen Operasi adalah departemen yang memiliki fungsi penindakan.

Fungsi tersebut dilaksanakan dengan beberapa langkah. Pertama, departemen ini

menerima dan mempertimbangkan pengaduan atau laporan terjadinya praktek

korupsi. Kemudian, departemen ini menginvestigasi pengaduan tersebut dengan

berdasarkan pada aturan yang jelas yakni ICAC Ordinance, Prevention of Bribery

Ordinance, dan Election (Corrupt and Illegal Conduct) Ordinance. Fungsi

penyidikan yang dilakukan oleh Departemen Operasi terbagi ke dalam dua sektor

yakni penyidikan sektor pemerintah dan penyidikan sektor swasta. Ini berarti

ICAC tidak hanya membatasi diri pada korupsi yang dilakukan oleh lembaga

pemerintah saja namun juga turut berperan dalam pemberantasan korupsi di sektor

privat/swasta. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Departemen Operasi

mencanangkan empat strategi:

1) Investigasi Proaktif

Strategi ini didasari oleh pemikiran bahwa tindak pidana korupsi adalah

kejahatan yang bersifat rahasia dan sulit untuk dideteksi. Dalam

melakukan investigasi, pegawai ICAC berusaha aktif dengan cara

memelihara hubungan dengan kontak-kontak tertentu di sektor privat dan

sektor publik untuk bertukar informasi dan memperoleh kerjasama.

Kemudian, dalam melakukan investigasi, ICAC memanfaatkan teknologi

informasi untuk memperoleh serta menganalisa data kriminal. ICAC juga

memiliki informan serta agen yang menyamar untuk tujuan investigasi.

2) Kerjasama Lembaga

Dalam memberantas korupsi, ICAC bekerjasama secara aktif dengan

lembaga-lembaga lain. Salah satunya, ICAC bekerjasama dan menjalin

hubungan yang baik dengan penegak hukum, baik itu di Hong Kong,

Daratan Utama (RRC), maupun dengan negara lain. Selain itu, ICAC juga

bekerjasama dengan lembaga-lembaga pemerintahan dalam upaya

meminimalisir peluang melakukan korupsi di sektor pelayanan publik

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 56: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

56

Universitas Indonesia

3) Hubungan Internasional

ICAC mengembangkan dan mengkonsolidasikan jaringan internasional

untuk membantu pemberantasan korupsi. Hal ini terurai dalam tiga

aktivitas. Pertama, saling bertukar informasi, mengadakan kunjungan, dan

dilatih oleh berbagai lembaga penegak hukum di negara lain di dunia,

misalnya FBI, The London Metropolitan Police, The Royal Canadian

Mounted Police, dan banyak lembaga penegak hukum lainnya. Aktivitas

yang kedua adalah turut berpartisipasi dalam inisiatif pergerakan anti

korupsi internasional, konferensi, simposium, dan kelompok kerja,

contohnya dalam Interpol Group of Experts on Corruption dan The Anti-

Corruption and Transparency Task Force of the Asia-Pacific Economic

Cooperation. Yang terakhir, ICAC menyelenggarakan ICAC Symposium

serta menerbitkan ICAC International Anti-Corruption Newsletter untuk

bertukar pengalaman dan mempererat kerjasama antar lembaga penegak

hukum.

4) Teknologi yang Mutakhir dan Spesialisasi Kemampuan

ICAC menekankan pada peralatan dan teknologi informasi yang mutakhir

serta kemampuan yang terspesialisasi untuk memberantas korupsi

diantaranya perekam video dan audio untuk mewawancara tersangka

dengan dukungan penuh dari pengadilan serta pengacara, kemampuan

komputer forensik yang handal untuk mendapatkan data bukti pengadilan,

serta kemampuan khusus investigasi keuangan untuk melacak bukti

korupsi.

3.2.2.2 Departemen Pencegahan Korupsi

Departemen Pencegahan Korupsi adalah departemen yang menjalankan

fungsi pencegahan korupsi di Hong Kong. Sesuai ICAC Ordinance, maka

tugasnya adalah memeriksa praktek dan prosedur departemen-departemen milik

pemerintah serta badan publik dan mengevaluasi segala hal yang dapat memicu

korupsi, serta berdasarkan permintaan, memberikan saran terhadap organisasi

swasta atau individu tentang bagaimana mencegah korupsi. Departemen ini

memiliki rancangan strategi sebagai berikut:

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 57: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

57

Universitas Indonesia

1) “Pencegahan Lebih Baik dari Pengobatan”

ICAC percaya bahwa pencegahan lebih baik dari pengobatan. Oleh karena

itu, Departemen Pencegahan Korupsi mengembangkan sebuah konsep

yang dapat menghilangkan kesempatan terjadinya korupsi yakni prosedur

yang transparan dan akuntabel, kontrol dan kepemimpinan yang efektif,

serta upaya penjagaan dan sistem kontrol yang telah dioptimalkan.

2) Pemeriksaan Mendalam pada Area Rawan Korupsi

ICAC melalui Departemen Pencegahan Korupsi melakukan peninjauan

dan revisi atas praktek dan prosedur yang terjadi di departemen milik

pemerintah dan badan-badan publik. Area-area tersebut dijadikan prioritas,

dan ICAC bekerja secara dekat dengan organisasi klien untuk

mengidentifikasi fungsi dan sistem yang rentan terhadap dilakukannya

praktek korupsi.

3) Saran yang Tepat Waktu

Departemen Pencegahan Korupsi percaya bahwa pencegahan sejak awal

akan efektif untuk mencegah korupsi. Oleh karena itu, ICAC melalui

Departemen Pencegahan Korupsi melakukan pemantauan terhadap segala

perkembangan di kebijakan publik, serta inisiatif pemerintahan dan hukum

untuk dapat memberikan saran dan nasehat yang tepat pada waktunya

kepada lembaga-lembaga pemerintah, departemen milik pemerintah, serta

badan publik untuk memastikan upaya anti korupsi telah ada di dalamnya

sejak awal.

4) Kerjasama dengan Manajemen

Departemen Pencegahan Korupsi selalu siap sedia untuk membantu sektor

publik dan privat untuk mencegah korupsi. Hal ini dilakukan dengan

langkah membuat suatu kerjasama dengan departemen pemerintah dan

badan publik dengan membentuk Grup Pencegahan Korupsi yang

mengidentifikasi area rawan korupsi dan merancang strategi pencegahan.

Selain itu, berdasarkan permintaan, Departemen Pencegahan Korupsi

menyelenggarakan jasa konsultasi gratis dan rahasia kepada perusahaan-

perusahaan swasta untuk mencegah korupsi yang dijalankan oleh Advisory

Service Group.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 58: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

58

Universitas Indonesia

3.2.2.3 Departemen Hubungan Masyarakat

Departemen ketiga di dalam struktur ICAC adalah Departemen Hubungan

Masyarakat. Departemen ini memiliki tugas yakni mendidik masyarakat agar turut

serta melawan korupsi, dan berupaya memperoleh dukungan masyarakat dalam

memberantas korupsi. Dua tugas tersebut tertuang ke dalam tiga strategi:

1) Penggunaan Media Massa

ICAC melalui Departemen Hubungan Masyarakat menggunakan berbagai

jenis media untuk menyebarkan pesan anti korupsi kepada masyarakat

Hong Kong. Terdapat empat media yang digunakan. Pertama, iklan

melalui televisi, radio, serta media cetak yang menginformasikan usaha

serius ICAC untuk memberantas korupsi agar mendapatkan dukungan dari

publik Hong Kong. Kedua, kisah drama berseri yang ditayangkan di

televisi dan radio yang berdasarkan kasus korupsi nyata untuk

menggambarkan efektivitas ICAC dalam membawa koruptor kepada

hukum. Ketiga, departemen melakukan konferensi pers yang membahas

kasus yang sedang ditangani dan aktivitas-aktivitas ICAC lain. Terakhir,

Departemen Hubungan Masyarakat membuat website yang menyediakan

kepada masyarakat berita-berita terbaru ICAC, informasi tentang

pencegahan korupsi, serta akses kepada produk-produk audio visual ICAC

dan publikasi-publikasi lainnya.

2) Kontak Langsung

ICAC bersentuhan langsung dengan masyarakat melalui tujuh cabang

regional yang berlokasi strategis di seluruh Hong Kong. Terdapat tiga

strategi yang dijalankan terkait dengan hal ini yakni mengorganisir

program pencegahan korupsi dan aktivitas distrik untuk masyarakat

setempat, mengunjungi masyarakat secara individu maupun organisasi

untuk memperoleh dukungan mereka, serta mengorganisir aktivitas

bersama dengan organisasi lain.

3) Program Tailor-Made (Penyesuaian Kebutuhan Sasaran)

ICAC mengimplementasikan strategi dan memberikan pesan anti korupsi

dengan disesuaikan pada sasaran yang akan dituju. Sejak tahun 1991,

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 59: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

59

Universitas Indonesia

Departemen Hubungan Masyarakat mengadopsi Programme Plan

Approach untuk menjangkau sektor-sektor masyarakat yang berbeda.

Departemen bekerja bersama-sama dengan kelompok spesifik di

masyarakat seperti pebisnis, profesional, pegawai pelayanan publik, para

pemuda, dan menjalankan pendidikan serta pelatihan yang disesuaikan

dengan kebutuhan dari tiap individu di dalam kelompok tersebut,

kemudian departemen juga membuat program pencegahan korupsi untuk

kelompok yang spesifik tersebut. Terpisah dari kelompok-kelompok

tersebut, Departemen Pencegahan Korupsi juga mempromosikan pesan-

pesan spesifik anti korupsi seputar pemilihan umum yang bersih dan adil

serta perihal pengaduan korupsi (icac.org.hk, 2012)

3.2.3 Pola Kerja ICAC

Commissioner pertama ICAC adalah Sir Jack Cater. Di masa awal

penyusunan struktur, ia merasa bahwa tidak mungkin untuk merekrut pegawai

dari kepolisian dan pegawai negeri Hong Kong secara sembarangan. ICAC

memerlukan pegawai yang benar-benar berkualitas dan jujur. Cater kemudian

merekrut para perwira polisi berpengalaman dari Inggris dan menunjuk beberapa

polisi senior Hong Kong yang sudah terjamin integritasnya. Ia juga merekrut

pemuda-pemuda Hong Kong dan melatih mereka. Seluruh pegawai ICAC disaring

secara ketat dan diselidiki latar belakangnya. Anggaran pemerintah Hong Kong

yang diberikan kepada ICAC sangat besar, yang menunjukkan bahwa pemimpin

Hong Kong memberikan dukungan yang kuat terhadap badan baru ini. Sementara

itu, selang beberapa waktu, masyarakat juga mendukung ICAC karena melihat

kesungguhan dan efektivitas dari ICAC dalam menangani pelaku-pelaku korupsi

kelas berat seperti Peter Godber (Klitgaard, 1998).

Sejak didirikan tahun 1974, ICAC didukung oleh pegawai yang terdiri dari

dua kategori. Yang pertama adalah Commission Against Corruption Officer

(CACO) yang secara khusus dibentuk untuk tugas pemberantasan korupsi.

Kemudian di tahun 1976, dilakukan penambahan tingkatan yakni Commission

Against Corruption Investigator (CACI). CACI adalah tingkatan pegawai lanjutan

yang memiliki kemampuan khusus pengawasan. Kategori pegawai yang kedua

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 60: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

60

Universitas Indonesia

adalah pegawai negeri yang sama dengan pegawai negeri lain di pemerintahan

Hong Kong, akan tetapi dengan penambahan gelar Commission Against

Corruption (CAC) di akhiran pangkat pegawai negeri mereka. Mereka

mendapatkan gaji yang sama besarnya dengan pegawai negeri lain. ICAC

memiliki struktur kepangkatan tersendiri. Selain Commissioner yang bertanggung

jawab langsung pada Chief Executive, terdapat enam tingkatan pangkat di tingkat

direktorat, lima tingkatan di CACO, dan lima tingkatan di CACI. Gaji pegawai

ICAC berbeda dengan gaji pegawai negeri biasa. Pada tahun 1989, untuk

menegaskan status spesial ICAC dan independensinya dari pegawai pemerintah,

dibuatlah ICAC Pay Scale (IPS). Sebelumnya, gaji dan remunerasi pegawai ICAC

secara umum sama dengan Kepolisian Hong Kong (JSSCS, 2012).

ICAC memiliki anggaran tahunan yang cukup besar. Pada tahun 2010,

ICAC memiliki anggaran sebesar 814,2 juta dollar Hong Kong. Kemudian di

tahun berikutnya di 2011, anggaran ICAC bertambah menjadi 824,1 juta dollar

Hong Kong. Di tahun 2012, ICAC menambah anggaran secara cukup signifikan

hingga sebanyak 875,5 juta dollar Hong Kong (gov.hk, 2012). Apabila dikonversi

pada rupiah menurut kurs saat ini, maka rata-rata anggaran ICAC adalah berada

sedikit di atas 1 Triliun rupiah. Contohnya, di tahun 2012, anggaran ICAC adalah

Rp 1,085 Triliun.

Klitgaard menjelaskan bahwa sejak awal, Sir Jack Cater menerapkan

aturan ketat bagi pegawai-pegawai baru ICAC. Ia menyusun strategi imbalan dan

hukuman yang tegas yang dimaksudkan untuk menjaga integritas dan moralitas

dari pegawai. Kaidah-kaidah pegawai negeri biasa tidak berlaku bagi pegawai

ICAC. Peningkatan karir dapat dilakukan tergantung dengan prestasi pegawai

tersebut, berbeda dengan pegawai negeri pada umumnya. Pimpinan ICAC juga

dapat sewaktu-waktu benar-benar memecat pegawai ICAC sendiri yang

diindikasikan korupsi. Kehidupan kelas mewah bukanlah kehidupan yang

dilakukan di antara para pegawai ICAC. Sejak tahun 1997 yakni setelah Hong

Kong diserahkan kembali oleh Inggris, commissioner ICAC dipilih dengan cara

ditunjuk oleh Dewan Negara Republik Rakyat Cina berdasarkan rekomendasi dari

Chief Executive Hong Kong (Klitgaard, 1998).

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 61: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

61

Universitas Indonesia

Secara konsisten, ICAC menjalankan strateginya yang berkesinambungan

yang terbagi ke dalam tiga fase. Fase awal adalah membangun kepercayaan dan

legislasi, fase kedua pemberian layanan dan informasi, dan fase ketiga yang

dilakukan sampai sekarang yakni mengedepankan leadership, ownership, dan

partnership. Pada fase awal di tahun 1974 hingga tahun 1980-an, ICAC berupaya

membangun kepercayaan publik dengan cara menangani koruptor kelas kakap dan

menuntaskannya. Masyarakat yang sebelumnya tidak percaya menjadi mulai

percaya dengan melihat keseriusan dan keberanian ICAC. Kemudian di fase

kedua antara tahun 1980-an awal hingga awal tahun 1990-an, ICAC berfokus

pada pemberian layanan kepada departemen-departemen dan badan publik serta

sektor privat dengan melatih mereka, memberikan materi-materi anti korupsi, dan

memberi informasi cara menghindari korupsi. Di fase terakhir yakni tahun 1990-

an hingga sekarang, ICAC berfokus pada peningkatan keteladanan para

pemimpin, meningkatkan rasa memiliki pegawai pemerintahan pada institusinya,

serta membangun kemitraan antar lembaga pemerintahan (Hamzah, 2012).

Dalam melakukan pekerjaannya, ICAC memiliki landasan konstitusi yang

jelas yang terdiri dari tiga peraturan. Yang pertama adalah The Independent

Commission Against Corruption Ordinance yang mengatur tentang wewenang

komisioner, wewenang penyidik, parameter dilakukannya investigasi, prosedur

terhadap tersangka dan barang bukti, serta kewenangan-kewenangan ICAC

lainnya. Secara garis besar, The Independent Commission Against Corruption

Ordinance adalah instrumen yang memberikan kekuatan kepada ICAC untuk

menjalankan fungsinya sekaligus membatasi kekuatan tersebut.

Peraturan kedua adalah The Prevention of Bribery Ordinance. Peraturan

ini mendefinisikan secara spesifik tentang penyuapan yang melibatkan pelayanan

publik, badan publik, serta pegawai sektor privat atau swasta. Selain itu, peraturan

ini menegaskan kekuatan ICAC untuk membongkar dan mengidentifikasi

transaksi dan aset yang disamarkan oleh praktek korupsi. Dalam rangka mencegah

kaburnya pelaku korupsi, peraturan ini juga memberikan kewenangan untuk

menahan dokumen perjalanan tersangka. Yang terakhir, peraturan ini berfungsi

untuk menjaga kerahasiaan dari aktivitas investigasi ICAC.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 62: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

62

Universitas Indonesia

Peraturan ketiga mengatur hal yang lebih spesifik yakni pemilihan umum.

The Elections (Corrupt and Illegal Conduct) Ordinance diberlakukan untuk

memastikan pemilihan umum yang dilakukan di Hong Kong bersifat adil, terbuka,

jujur, dan bebas dari praktek kotor korupsi (icac.org.hk, 2012)

Setiap tahunnya ICAC menerbitkan sebuah dokumen (ICAC Annual

Report) yang berisi penjelasan tentang kebijakan objektif yang dijalankan.

Terdapat empat hal pokok yang tercantum dalam dokumen tersebut:

1) Policy Objectives, berisikan hasil akhir yang harus dicapai oleh

suatu program dan hasil yang telah tercapai

2) Key Result Areas, berisikan penjelasan mengenai unsur-unsur yang

diperlukan dalam mewujudkan policy objectives dan kemajuan

yang telah dicapai

3) Indicators, berisikan penjelasan mengenai bagaimana pemerintah

melakukan uraian kerja dalam mencapai hasil yang terdapat dalam

key result areas

4) Initiatives, berisi penjelasan mengenai langkah-langkah khusus

yang dilakukan atau akan dilakukan guna mencapai hasil dalam

key result areas dan sasaran yang dicapai atau akan dicapai (Djaja,

2008)

Laporan tersebut adalah suatu bentuk transparansi program yang dilakukan oleh

ICAC kepada masyarakat luas sehingga masyarakat mengetahui apa saja yang

telah dilakukan oleh ICAC serta dapat memberikan penilaian terhadap kinerja

ICAC. Selain itu, setiap tahun dilakukan evaluasi terhadap kinerja ICAC (ICAC

Annual Survey) yang dilakukan oleh lembaga survey swasta yang dipilih melalui

mekanisme tender dan bukan dilakukan oleh ICAC sendiri. Hasil Survey ini

dipublikasi setiap tahun. Survey ini dilakukan terhadap warga Hong Kong untuk

mengetahui sejauh mana kepuasan masyarakat terhadap kinerja ICAC dan untuk

mengetahui persepsi masyarakat Hong Kong terhadap korupsi dan pemberantasan

korupsi di Hong Kong (ICAC Annual Survey 2011).

Djaja (2008) juga menjelaskan bahwa untuk mengawasi kinerja ICAC di

tingkat pimpinan atau Commissioner, Chief Executive Hong Kong membentuk

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 63: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

63

Universitas Indonesia

suatu dewan penasihat yakni Advisory Committee on Corruption. Dewan ini

menjalankan fungsi kontrol terhadap ICAC agar tetap berada pada jalurnya. Tugas

dari Advisory Committee on Corruption antara lain memberi nasihat kepada para

Commissioner mengenai setiap aspek permasalahan korupsi yang dihadapi oleh

ICAC. Untuk tugas ini, dewan bertugas untuk menjaga agar setiap kebijakan

ICAC tetap terawasi. Selain itu, dewan juga memberi nasehat mengenai tindakan

yang perlu dilakukan ICAC, menerima laporan tentang tindakan disiplin yang

dilakukan oleh Commissioner ICAC, mempertimbangkan perkiraan anggaran

ICAC, meneliti laporan tahunan ICAC dan kemudian melaporkannya kepada

Chief Executive Hong Kong. Dewan ini adalah perpanjangan tangan dari Chief

Executive untuk mengawasi ICAC secara ketat karena ICAC memang

bertanggung jawab kepada pemimpin Hong Kong. Kemudian, sebagai upaya

untuk mencegah pegawai ICAC sendiri melakukan praktek korupsi, terdapat suatu

sistem pengawasan internal oleh Internal Investigation and Monitoring Group

yang melakukan penyidikan ke dalam tubuh ICAC sendiri agar integritas ICAC

dan pegawainya tetap terjaga. Apabila terjadi praktek korupsi di dalam ICAC,

maka dapat secepatnya diambil tindakan.

Pada tingkat departemen, terdapat komite pengawas yang bertugas

mengawasi kinerja dan memberikan rekomendasi terhadap departemen. Komite-

komite ini beranggotakan unsur-unsur masyarakat. Pada Departemen Operasi,

terdapat Operations Review Committee. Pada departemen Pencegahan korupsi,

terdapat Corruption Prevention Advisory Committee, dan pada Departemen

Hubungan Masyarakat, terdapat Citizen Advisory Committee on Community

Relations. Komite-komite tersebut tidak hanya memberikan rekomendasi kepada

departemen, akan tetapi juga memastikan rekomendasinya dijalankan oleh

departemen terkait (Djaja, 2008). ICAC juga memiliki ICAC Complaints

Committee yang berfungsi menerima keluhan masyarakat (ICAC, 2011).

Bagaimanakah ICAC menyelesaikan setiap kasus korupsi yang

dilaporkan? Dalam bukunya, Djaja (2008) juga menjelaskan bahwa kasus-kasus

yang masuk akan melalui empat tahapan penyelesaian perkara meliputi tahap

pelaporan, tahap penyelidikan, tahap penyidikan, dan tahap penuntutan. Selain

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 64: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

64

Universitas Indonesia

berasal dari laporan, ICAC juga memiliki intelijen yang dapat mendeteksi

terjadinya tindak korupsi.

Dalam proses pelaporan, ICAC memiliki Report Centre atau pusat

pelaporan yang berlokasi di markas besar ICAC. Pusat pelaporan ini memiliki

enam seksi yang melayani laporan selama 24 jam secara bergiliran. Di pusat

pelaporan ini juga terdapat Quick Response Team yang bertujuan untuk melayani

laporan masyarakat dengan cepat. Pusat pelaporan ini sangat efisien karena

memiliki peralatan yang canggih dan sangat terbuka. Masyarakat dapat

menghubungi nomor hotline dan dapat mengirimkan laporan lewat pos. Selain

lewat kantor pelaporan di markas besar, masyarakat juga dapat melapor kepada

kantor cabang/regional yang tersebar di tujuh wilayah strategis di Hong Kong

melalui surat, telepon, datang langsung, dan bertemu langsung dengan pejabat

ICAC. Kerahasiaan identitas dari pelapor tindakan korupsi akan dirahasiakan dan

semua akan diperlakukan sama. Dalam memperlakukan laporan ini, tidak ada

campur tangan apapun dari luar, kecuali Chief Eexecutive Hong Kong itu sendiri

dalam rangka pengarahan (Djaja, 2008).

Dalam proses penyelidikan, divisi yang bertanggung jawab adalah B3 atau

Investigation Branch. Metode yang digunakan mencakup dua hal. Yang pertama

adalah intelijen taktis, yakni melakukan rekrutmen dan pengendalian informan,

serta melakukan penyamaran atau undercover yang teregistrasi dengan kode,

bukan dengan nama. Informan dan para penyamar ini mengumpulkan data dan

informasi yang diserahkan kepada ICAC. Penggunaan taktik ini dilakukan hanya

dalam keadaan tertentu, misalnya ketika cara-cara konvensional tidak berhasil,

atau menyangkut target tersangka yang sulit karena pengendalian informan dan

penyamaran membutuhkan dana yang besar. Metode intelijen kedua adalah

intelijen strategis, yang mengendalikan data, baik yang diperoleh sendiri oleh

ICAC maupun dari luar. Proses analisis data ini menggunakan sistem yang sangat

canggih, dan jaringannya dibuat secara khusus, tidak terhubung dengan jaringan

komputer ICAC biasa (Djaja, 2008).

ICAC dapat melakukan penyadapan telepon dan sensor surat secara

selektif dengan terlebih dahulu meminta izin kepada Chief Executive Hong Kong

dengan alasan yang dapat dibenarkan. Cara seperti ini terbukti sangat efektif

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 65: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

65

Universitas Indonesia

dalam melacak koruptor di Hong Kong. ICAC juga dapat meminta kepada bank

untuk memberikan keterangan rekening milik tersangka yang sedang diperiksa

(Mochtar, 2006).

Proses penyidikan di ICAC dilakukan dengan interview, yang bersifat

tanya jawab yang selalu direkam dengan audio-video dan kemudian dibuat

transkripnya. Di kantor ICAC terdapat banyak ruangan pemeriksaan untuk

melakukan hal tersebut. Setiap ruangan dilengkapi dengan perangkat perekam

yang mencakup dua buah kamera, satu untuk merekam secara layar lebar dan satu

untuk merekam wajah secara close-up. Dalam rekaman tersebut akan tertera

petunjuk tanggal dan jam. Kemudian, terdapat pula tiga alat video recorder serta

sebuah cermin berukuran besar untuk menunjukkan pantulan gambar di dinding di

belakang kamera agar terlihat keseluruhan isi ruangan sehingga apabila terjadi

intimidasi apapun oleh penyidik akan terungkap. Hasil rekaman akan dibuat

rangkap tiga, satu untuk tersangka, satu untuk penyidik, dan satu lagi untuk

digunakan sebagai alat bukti di persidangan. Ruangan interview didesain

sedemikian rupa untuk proses ini. Ruangan dibuat kedap suara, dan pada

dindingnya terdapat tulisan mengenai hak tersangka yang sedang diperiksa (Djaja,

2008).

Masih menurut Djaja (2008), mirip dengan yang dilakukan oleh FBI di

Amerika Serikat, untuk mengenali tersangka oleh para saksi, dilakukan sistem line

up, yakni para tersangka dijejerkan di dalam suatu ruangan dengan kaca satu

arah, dan saksi melihat dari balik kaca. Para tersangka tidak dapat melihat saksi

dan saksi dapat melihat tersangka, namun suara apapun dapat terdengar dari kedua

belah pihak sehingga tersangka dapat mengetahui apabila ternyata saksi

diintimidasi oleh penyidik ICAC. Sistem penahanan tersangka juga sangat

canggih, terdapat petugas khusus berseragam dengan identitas yang jelas dan para

penyidik ICAC tidak dapat sewenang-wenang menggunakan mereka untuk

menekan tersangka korupsi. Seluruh proses penyidikan oleh ICAC dapat

dikatakan sangat baik dan canggih karena seluruhnya dirancang secara khusus

oleh satu bagian bernama Technical Support.

ICAC tidak memiliki kewenangan dalam hal penuntutan terhadap

tersangka korupsi. Izin penuntutan diberikan oleh Sekretaris Departemen Yustisi.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 66: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

66

Universitas Indonesia

Akan tetapi, jika terdapat kasus-kasus yang tidak ditindaklanjuti penuntutannya

akan ditinjau kembali oleh Operation Reviews Committee atau ORC. ORC akan

meninjau kembali kasus tersebut dan dapat meminta penyidik ICAC untuk

kembali mencari bukti tambahan sehingga kasus dapat dilanjutkan ke tahap

penuntutan. Selain dalam hal peninjauan tersebut, sebagai komite pengawas, ORC

memiliki beberapa tugas pokok, antara lain menerima informasi dari

Commissioner tentang bagaimana kasus-kasus ditangani oleh ICAC, laporan-

laporan terkait hasil penyidikan, jumlah perintah penggeledahan, dan lain

sebagainya. Selain itu yang cukup penting adalah memberikan laporan-laporan

Departemen Operasi tersebut kepada Chief Executive Hong Kong (Djaja, 2008).

Masih dalam penjelasan Djaja, dalam implementasi strategi pendidikan

anti korupsi kepada masyarakat Hong Kong, ICAC benar-benar menjalankan

Departemen Hubungan Masyarakat dengan efektif dan efisien. ICAC meyakini

bahwa tugas pemberantasan korupsi tidak mungkin berhasil tanpa adanya

dukungan penuh dari masyarakat. Maka, ICAC menggunakan semua jalur yang

ada untuk menanamkan pesan dan nilainya kepada masyarakat.

Sebagai media publikasi, ICAC menggunakan banyak hal secara masif

seperti tayangan televisi, film, siaran radio, surat kabar, majalah, iklan-iklan,

poster-poster, selebaran, dan bahkan melalui serial drama. Sejak tahun 1974,

yakni segera setelah ICAC berdiri, televisi di Hong Kong mulai secara rutin

menyampaikan pesan anti korupsi dalam bentuk iklan. Seluruh konten media

tersebut berisikan nilai-nilai anti korupsi, perlunya pemberantasan korupsi, dan

juga sebagai upaya mendapatkan dukungan masyarakat terhadap ICAC (Djaja,

2008). Apabila masyarakat membuka website resmi ICAC, maka akan

menemukan banyak sekali informasi tentang ICAC, metode pemberantasan

korupsi ICAC, sejarah korupsi di Hong Kong, serta konten-konten bermanfaat

bagi upaya pemberantasan korupsi. Seluruhnya dapat diakses dengan mudah dan

bebas. Desain dan pengaturan website ini dibuat sedemikian rupa sehingga

menarik dan tidak monoton. ICAC juga menyediakan buku panduan mencegah

korupsi bagi berbagai kalangan secara gratis yang dapat diunduh kapan saja.

Nomor kontak bagi mereka yang menyaksikan tindakan korupsi pun selalu

terpampang jelas. Tidak hanya di dunia maya, ICAC juga gencar menyampaikan

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 67: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

67

Universitas Indonesia

nilai anti korupsi dan mempromosikan diri secara langsung ke masyarakat. salah

satunya dengan ICAC Mobile Exhibition Truck, yakni sebuah bis/truk yang

berkeliling ke perumahan-perumahan, pusat perbelanjaan, serta sekolah-sekolah.

Dengan demikian, ICAC sangat dikenal oleh masyarakat Hong Kong dari segala

lapisan (icac.org.hk).

ICAC melalui Departemen Hubungan Masyarakat melakukan klasifikasi

sasaran informasi yakni pada sektor bisnis, generasi muda, guru, sampai anak-

anak dari tingkat taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah

pertama. Setiap masing-masing kelompok masyarakat diberikan informasi dan

bantuan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan mereka. ICAC juga melakukan

program pelatihan, survei tentang pandangan publik tentang korupsi, wawancara

telepon, kuesioner, serta pandangan publik atas kinerja ICAC. Yang tak kalah

penting, ICAC juga secara berkala melakukan pertemuan dengan kalangan pers

(Djaja, 2008).

Sekitar tahun 1990-an, korupsi di Hong Kong pernah mengalami

peningkatan yang cukup berarti. Secara garis besar, terdapat beberapa alasan yang

diperkirakan menjadi pemicu hal ini. Pertama, adanya investasi yang masuk dari

RRC. ICAC pernah melakukan survei atas hal ini dan menemukan bahwa terdapat

kalangan bisnis Hong Kong dengan pusat produksi di RRC yang menjadi korban

atas kebiasaan korupsi yang terjadi di RRC. Dengan demikian, mereka turut

melakukan hal yang dianggap korupsi di Hong Kong seperti pemberian

gratifikasi. Kedua, arus migrasi yang datang dari RRC ke Hong Kong. Para

pendatang yang telah terbiasa dengan praktek korupsi di wilayah asalnya di RRC

turut berkontribusi pada peningkatan angka korupsi di sekitar tahun 1990-an.

Alasan ketiga, pensiun dini para pegawai negeri. Banyak para pegawai negeri

yang mengambil hak pensiun sebelum waktunya karena khawatir dengan

peralihan kekuasaan yang akan terjadi di tahun 1997. Mereka ingin lebih cepat

pensiun karena tidak ingin mengambil resiko pensiun pada masa Hong Kong

kembali di bawah kekuasaan RRC. Hal ini memicu kenaikan angka korupsi di

Hong Kong (Manion, 2004).

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 68: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

68

Universitas Indonesia

BAB IV

ANALISIS PERBANDINGAN POLA KERJA

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN INDEPENDENT

COMMISSION AGAINST CORRUPTION

4.1 Dasar Hukum dan Proses Pembentukan

4.1.1 Dasar Hukum

Tabel 4.1. Perbandingan Dasar Hukum

ICAC KPK

1)The Independent Commission Against

Corruption Ordinance

2) The Prevention of Bribery Ordinance

3) The Elections (Corrupt and Illegal

Conduct) Ordinance

1) UU 20/2001 Pemberantasan Tidak

Pidana Korupsi

2) UU 30/2002 Komisi Pemberantasan

Korupsi

3) UU 31/1999 Pemberantasan Korupsi.

Telah diperbaharui menjadi UU No 20

Tahun 2001

4) UU 11/1980 tentang Anti Penyuapan

5) UU 15/2002 tentang tindak pidana anti

pencucian uang. UU ini telah dirubah

menjadi UU No 25 tahun 2003

6) UU 25/2003 tentang perubahan UU No

15/2002 tentang tindak pidana anti

pencucian uang

7) UU No 28 Tahun 1999 Tentang

Penyelenggaraan Negara yang bersih

dan bebas dari KKN

8) UU No 7 Tahun 2006 Tentang

Pengesahan Konvensi Perserikatan

Bangsa-Bangsa tentang Anti Korupsi,

2003

9) UU No 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan

Timbal Balik Masalah pidana

Sumber: Diolah dari berbagai sumber oleh peneliti

57

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 69: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

69

Universitas Indonesia

Dari tabel perbandingan di atas, terlihat bahwa Hong Kong memiliki tiga

undang-undang yang dapat dijadikan landasan ICAC untuk melakukan

permberantasan korupsi, sedangkan Indonesia memiliki sembilan undang-undang

yang dapat dijadikan dasar oleh KPK untuk melakukan pemberantasan korupsi.

Ini belum termasuk peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan instrumen

hukum lain selain undang-undang. Di antara undang-undang yang dimiliki oleh

Indonesia, terdapat beberapa yang telah mengalami perubahan dan pembaharuan

sejalan dengan perkembangan yang terjadi.

Landasan hukum yang dimiliki oleh Hong Kong dan Indonesia sudah

cukup lengkap, lalu mengapa terdapat perbedaan hasil kinerja dalam

pemberantasan korupsi di antara kedua negara? Hal yang perlu dicermati adalah

tingkat efektifitas terkait isi undang-undang tersebut dan penerapannya.

Dari segi isi, terdapat kelemahan di dalam undang-undang di Indonesia.

Masih terdapat celah dalam peraturan yang telah disahkan, atau dengan kata lain

peraturan tersebut belum secara komprehensif mengatur segala kemungkinan

yang dapat terjadi terkait dengan penegakan hukum anti korupsi. Misalnya, telah

diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 bahwa KPK memiliki fungsi

dan kewenangan melakukan supervisi terhadap lembaga penegak hukum lain.

Akan tetapi, dalam undang-undang tersebut tidak terdapat sanksi yang jelas dan

tegas apabila ternyata didapati bahwa lembaga penegak hukum lain tidak patuh

atau tidak bekerjasama secara optimal dengan KPK. KPK seolah-olah memiliki

sebuah tugas dan tanggung jawab yang besar, namun tidak didukung oleh

kekuatan yang nyata. Lagipula, dalam undang-undang tersebut tidak jelas

tercantum kepada siapa KPK bertanggung jawab. KPK hanya bertanggung jawab

kepada publik, namun mekanisme pertanggung jawabannya sangat minim.

Baru-baru ini, muncul wacana revisi atas undang-undang yang menjadi

senjata utama KPK yakni Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 meskipun

mengundang kontroversi terkait pemikiran bahwa revisi tersebut justru akan

melemahkan kekuatan KPK karena isi yang akan diubah tidak menyempurnakan

poin yang sebelumnya menjadi kelemahan-kelemahan undang-undang tersebut,

tapi justru hal yang akan semakin memangkas kekuatan KPK.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 70: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

70

Universitas Indonesia

Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah penerapan dari isi

undang-undang tersebut. Poin yang menarik dalam undang-undang tersebut

adalah mengenai perbedaan kewenangan atas kasus korupsi antara kedua

lembaga. ICAC adalah lembaga permanen yang memiliki fungsi penyidikan

monopolistik. Ini berarti, lembaga yang berwenang melaksanakan penegakan

hukum terkait segala jenis tindak pidana korupsi di Hong Kong hanya ICAC. Hal

tersebut akan semakin meningkatkan efektivitas dari pemberantasan korupsi

karena ICAC akan lebih fokus menjalankan tugasnya dengan tidak dibayangi oleh

lembaga penegak hukum lain dan tidak akan menemui masalah-masalah seperti

yang ada di Indonesia. Di Indonesia, sesuai Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2002, KPK berbagi fungsi dengan kepolisian dan kejaksaan. KPK tidak sendirian

dalam memberantas korupsi di Indonesia melainkan harus berkoordinasi dengan

dua lembaga tersebut, dan masing-masing memiliki domain sendiri terkait kasus

korupsi yang menjadi kewenangannya. KPK berwenang untuk menyidik dan

menuntut dalam kasus korupsi yang masuk dalam kriterianya yakni dilakukan

oleh pejabat negara atau yang terkait dengan korupsi yang dilakukan oleh pejabat

negara, meresahkan masyarakat, dan menimbulkan kerugian di atas Rp 1 Miliar.

Setiap kasus tindak pidana korupsi yang tidak masuk ke dalam kriteria tersebut

akan ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan. Permasalahannya, terkadang antara

KPK dan kepolisian tidak memiliki kesamaan pandangan dalam menentukan

siapa yang berhak menangani kasus yang dihadapi, misalnya pada kasus korupsi

pengadaan simulator SIM di Korlantas Mabes POLRI. Jika ini tidak dicari

solusinya, maka akan selalu muncul potensi konflik dan perbedaan persepsi antar

lembaga penegak hukum. Kasus Cicak Versus Buaya adalah salah satu peristiwa

yang dapat dikaitkan dengan hal ini. Kondisi ini tentu akan menyebabkan

penerapan undang-undang terkait pemberantasan korupsi tidak berjalan maksimal.

Sesuai amanat konstitusi, KPK seharusnya menjalankan fungsi trigger

mechanism atau pendorong penegakan hukum oleh kepolisian dan kejaksaan

sehingga lebih optimal dalam memberantas korupsi. Inilah mengapa KPK hanya

berstatus lembaga ad hoc. KPK pada saatnya nanti akan dibubarkan jika

kehadirannya sudah tidak dibutuhkan, yakni ketika kepolisian dan kejaksaan telah

dipandang berhasil dalam menanggulangi korupsi secara utuh di Indonesia. Akan

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 71: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

71

Universitas Indonesia

tetapi, hal tersebut sampai sekarang masih juga tidak terjadi. Realitanya, KPK

justru berkonflik dengan kepolisian sehingga fungsi trigger mechanism sama

sekali tidak berjalan.

4.1.2 Latar Belakang dan Proses Pembentukan

Tabel 4.2. Perbandingan Latar Belakang dan Proses Pembentukan

ICAC KPK

Latar belakang

1. Institusi kepolisian sarat dengan korupsi

2. Anti Corruption Office (ACO) tidak mampu

menjalankan pemberantasan korupsi

3. Dibentuk ICAC

Proses Pembentukan

1. Mendatangkan perwira polisi dari Inggris, polisi

senior Hong Kong yang terjamin integritasnya, dan

pemuda Hong Kong

2. Menetapkan strategi secara jangka panjang dan

berdasarkan akar masalah

Latar belakang

1. Negara penuh dengan kasus korupsi

2. Pemberantasan korupsi yang dilakukan penegak

hukum tidak pernah efektif

3. Dibentuk KPK

Proses Pembentukan

1. Meminjam penyidik dari Kejaksaan dan

Kepolisian

2. Strategi selalu berubah, tidak didasari oleh

pemahaman akar masalah

Sumber: Diolah dari berbagai sumber oleh peneliti

Dari tabel dapat dilihat persamaan dan perbedaan latar belakang

munculnya kedua lembaga anti korupsi di Hong Kong dan Indonesia. Pada

dasarnya, kondisi kedua negara sangat marak dengan korupsi sebelum didirikan

badan antikorupsi. Di Hong Kong, korupsi berjalan secara sistematis dan

terstruktur rapi dengan pusatnya di lembaga kepolisian. Meski berkutat di

kepolisian, imbasnya berdampak pada berbagai sektor karena peran vital

kepolisian yang berhubungan dengan berbagai lini kehidupan masyarakat Hong

Kong. Kemudian pada akhirnya dibentuklah ICAC, menggantikan peran

kepolisian dalam menangani korupsi. Indonesia juga mengalami kondisi yang

tidak jauh berbeda. Perkara korupsi banyak bermunculan ke permukaan setelah

pers memiliki kembali kebebasan yang tidak dimiliki di masa Orde Baru. Korupsi

pada masa Presiden Soeharto sebenarnya sangat banyak namun terjadi secara

tersentralisasi di pusat dan disembunyikan dengan kekuatan otoriter Presiden

Soeharto. Ketika memasuki era reformasi dan Indonesia masuk ke masa transisi,

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 72: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

72

Universitas Indonesia

korupsi malah terjadi secara luas diakibatkan dari sistem desentralisasi yang tidak

diiringi dengan siapnya perangkat penegakan hukum yang belum teradaptasikan

dengan kondisi baru ini. Perbedaan dengan Hong Kong, apabila di Hong Kong

korupsi berpusat di kepolisian, maka di Indonesia korupsi mewabah di hampir

seluruh instansi pemerintahan. Kondisi ini terus bergulir hingga KPK didirikan

sampai sekarang. KPK hadir dalam kondisi pemberantasan korupsi oleh lembaga

penegak hukum gagal menangani korupsi, sama dengan di Hong Kong. Namun

perbedaannya, apabila di Hong Kong kewenangan ICAC benar-benar secara

penuh menangani korupsi tanpa ada turut campur dari kepolisian, maka KPK di

Indonesia menangani korupsi namun tetap berbagi peran dengan kepolisian dan

kejaksaan. Selain itu, KPK juga diamanatkan sebagai lembaga supervisi bagi dua

lembaga tersebut.

Di masa awal, ICAC dan KPK sama-sama harus memikirkan darimana

mendapatkan pegawai yang tepat. ICAC mengambil langkah merekrut pegawai

baru yang berasal dari elemen-elemen yang dapat dipercaya seperti para pemuda,

polisi senior yang terjamin integritasnya dan telah diselidiki latar belakangnya,

serta mendatangkan perwira-perwira polisi Inggris. Sementara itu, KPK

meminjam pegawai dari lembaga penegak hukum yang sebenarnya tidak dapat

dipastikan independensinya dari lembaga asalnya dan loyalitasnya terhadap KPK.

Lebih jauh, sebenarnya lembaga tempat KPK meminjam pegawai adalah lembaga

yang juga memiliki catatan korupsi. Peristiwa baru-baru ini saat Kepolisian

menarik kembali sejumlah penyidiknya dari KPK adalah salah satu contoh

ketidakefektifan dari sistem pinjam meminjam pegawai. Jika POLRI dapat

sewaktu-waktu menarik kembali pegawainya yang dipinjamkan kepada KPK,

maka seolah-olah pegawai tersebut adalah berada di bawah kontrol kepolisian. Ini

tentu memiliki dampak pada bagaimana para pegawai tersebut bekerja.

Hal yang mendasar tapi sangat penting bagi upaya pemberantasan yang

dilakukan adalah memahami latar belakang permasalahan terjadinya wabah

korupsi di negara masing-masing. ICAC memahami apa yang menjadi

permasalahan mendasar di Hong Kong sehinggadapat merancang strategi yang

efektif. Penyebab parahnya korupsi di Hong Kong lebih diakibatkan pada sistem

kontrol yang tidak berjalan serta monopoli kekuasaan yg tertumpuk pada

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 73: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

73

Universitas Indonesia

kepolisian. Dasar terjadinya wabah korupsi di kepolisian Hong Kong adalah

kenyataan bahwa lembaga tersebut tidak memiliki perangkat kontrol yang kuat

sehingga dapat bertindak sewenang-wenang dan memeras masyarakat. Kondisi

sistem di kepolisian yang secara institusi memang sudah sangat parah, juga

ditambah kondisi masyarakat yang putus asa kala itu, disadari betul oleh

pemerintah Hong Kong sehingga strategi yang dilakukan oleh ICAC pun disusun

untuk memecahkan persoalan tersebut tahap demi tahap. Sementara itu, Indonesia

memiliki akar masalah yang berbeda dengan Hong Kong. Korupsi di Indonesia

pada dasarnya tercipta dari ketidaksiapan perangkat-perangkat permerintahan

yang sedang berada di masa transisi antara sistem kekuasaan otoriter menuju

demokrasi, dan tidak efektifnya penegakan hukum oleh kepolisian. Kebijakan

yang dilakukan oleh KPK sejak awal pembentukannya hingga saat ini tidak

disusun dengan didasari oleh pemahaman tersebut, atau kebijakan pemberantasan

korupsi yang dilakukan tidak menyentuh akar permasalahan tersebut sehingga

sampai saat ini KPK tidak mampu menekan angka korupsi secara signifikan

Semestinya KPK menyusun kebijakan dengan dasar pemahaman bahwa

kondisi Indonesia sedang berada pada masa transisi politik menuju ke arah sistem

demokratis. Dengan demikian, KPK harus berupaya mendorong agar tercipta

perangkat negara yang siap dengan kondisi demokrasi seutuhnya. Perbaikan pola

institusi serta penyempurnaan mekanisme check and balance merupakan hal yang

diperlukan untuk menyeimbangkan pergeseran sistem menuju demokrasi yang

semakin berkembang.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 74: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

74

Universitas Indonesia

4.2 Struktur Organisasi

4.2.1 Struktur Lembaga

Tabel 4.3. Perbandingan Struktur Lembaga

ICAC KPK

a. Commissioner

b. Departemen Operasi

c. Departemen Pencegahan

Korupsi

d. Departemen Hubungan

Masyarakat

e. Administration Branch

a. Pimpinan KPK

b. Penasehat

c. Deputi Bidang Pencegahan

d. Deputi Bidang Penindakan

e. Deputi Bidang Informasi dan Data

f. Deputi Bidang Pengawasan Internal dan

Pengaduan Masyarakat

g. Sekretariat Jenderal

Sumber: Diolah dari berbagai sumber oleh peneliti

Menelaah struktur lembaga dari kedua lembaga, dapat terlihat beberapa

persamaan dan perbedaan antara keduanya. Secara umum, struktur yang dibangun

hampir mirip. Di puncak terdapat pimpinan yang disebut commissioner di ICAC,

dan ketua serta wakil ketua yang disebut pimpinan di KPK. Tugas mereka kurang

lebih sama yakni memimpin dan melakukan koordinasi atas satuan-satuan di

bawahnya. Kemudian dari tingkatan departemen atau divisi, terdapat perbedaan

yakni jumlah divisi yang lebih sedikit pada ICAC. ICAC memiliki pembagian

divisi yang lebih sederhana yakni Departemen Operasi, Pencegahan Korupsi, dan

Hubungan Masyarakat. Hal ini menunjukkan fokus kerja ICAC yang dikerucutkan

pada tiga hal tersebut. Di struktur ICAC, urusan administrasi diatur oleh

Administration Branch yang tidak sejajar dengan ketiga departemen melainkan

memiliki garis koordinasi berada di antara commissioner dan departemennya. Dari

Commissioner

Operation Department

Corruption Prevention

Department

Community Relation

Department

Administration Branch

Pimpinan KPK

Deputi Bidang Pencegahan

Deputi Bidang Penindakan

Deputi Bidang Informasi dan Data

Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat

Sekretariat Jendera;

Penasihat

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 75: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

75

Universitas Indonesia

hal ini dapat ditafsirkan bahwa ICAC menempatkan prioritas yang berbeda antara

urusan administrasi lembaga dan urusan teknis pemberantasan korupsi yang

dijalankan oleh departemen. Fungsi utama tentu saja berada di tataran

departemen. Fungsi administrasi yang tidak sejajar dengan departemen dan berada

di posisi antara commissioner dan departemen menunjukkan bahwa

Administration Branch bersifat sebagai penyokong dari ketiga departemen.

Apabila mengamati website resmi dari ICAC, dapat terlihat gambaran dari hal ini

yakni ditonjolkannya ketiga departemen di halaman muka tanpa menonjolkan

Administration Branch. Akan tetapi, dalam laporan tahunan, Administration

Branch memiliki porsi pembahasan yang sama dengan ketiga departemen karena

tidak dapat dipungkiri bahwa keempat elemen tersebut sama pentingnya dan

bekerja secara sinergis.

Hal yang berbeda dapat dilihat pada struktur KPK. Tidak seperti pada

struktur ICAC yang sederhana dengan hanya memiliki tiga divisi, KPK memiliki

lima divisi. Kelima divisi tersebut adalah Deputi Bidang Pencegahan, Penindakan,

Informasi dan Data, Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat, serta satu

Sekretariat Jenderal. Terdapat dua divisi yang sama di ICAC dan KPK yakni

pencegahan dan penindakan/operasi. Hal ini dirasa wajar karena memang secara

garis besar, kegiatan memberantas korupsi berkutat di kedua hal tersebut. yang

tidak dimiliki oleh ICAC adalah divisi informasi dan data serta pengawasan

internal dan pengaduan masyarakat yang berdiri sendiri. Pemisahan kedua bidang

tersebut dari divisi lain dapat dilihat melalui dua perspektif. Yang pertama, hal ini

menunjukkan bahwa struktur KPK tidak efisien dan dianggap melakukan

pemborosan pembagian divisi. Untuk apa membuat deputi bidang baru jika tugas

dan fungsinya dapat dilebur ke dalam deputi bidang lain? di ICAC, kedua fungsi

bidang tersebut dimasukkan ke dalam departemen lain. Kedua, hal ini dapat

dilihat secara positif dengan pemikiran bahwa dengan berdiri sendiri dan dipisah

secara lebih spesifik, maka kerja yang dilakukan akan lebih fokus dan menambah

optimalisasi fungsinya.

Di KPK, fungsi administrasi ditangani oleh Sekretariat Jenderal dengan

Sekretaris Jenderal sebagai pimpinannya. Sekjen di pilih oleh presiden namun

bertanggung jawab pada pimpinan KPK. Dalam struktur dapat dilihat bahwa

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 76: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

76

Universitas Indonesia

posisi antara empat Deputi Bidang dan Sekretariat Jenderal yang bertanggung

jawab secara administrasi adalah sejajar secara hierarki. Dengan demikian, maka

tidak terdapat pihak yang lebih atas atau bawah. Hal ini dirasa cukup berbeda jika

dibandingkan dengan struktur ICAC yang menempatkan bagian administrasi

terpisah dan tidak sejajar secara hierarki. Jika ingin mencari perbandingan, bahkan

dalam struktur organisasi Kepolisian, bagian administrasi (Renmin) diposisikan

terpisah dan tidak sejajar karena fungsinya yang bersifat menyokong. Posisi unik

Sekretariat Jenderal yang berada sejajar dengan Deputi Bidang sepatutnya

menjadi pertanyaan.

Yang terakhir, terlihat satu perbedaan lagi dalam struktur kedua lembaga.

Pada struktur KPK, terdapat Penasehat di antara Pimpinan dan kelima divisi di

bawahnya. Penasehat ini berfungsi memberikan saran dan masukan pada

pimpinan KPK. Hal ini tidak ditemui pada struktur ICAC. Fungsi penasehat pada

ICAC terdapat pada komite-komite tambahan yang tidak hanya ada di tingkat

Commissioner akan tetapi terdapat di setiap tingkatan termasuk tingkatan

departemen. Komite-komite tersebut juga mencakup fungsi kontrol internal. Pada

KPK, fungsi kontrol internal terdapat pada Direktorat Pengawasan Internal yang

bernaung di bawah Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan

Masyarakat. Posisi bidang pengawasan internal yang sejajar dengan departemen

lain juga dapat memicu ketidakefisienan kinerjanya karena seharusnya fungsi

pengawasan dan kontrol internal memiliki posisi lebih independen dan berada

terpisah secara struktur dengan bidang-bidang yang diawasi olehnya. Jika

terbentuk secara sejajar, maka dikhawatirkan akan menimbulkan kecenderungan

untuk tidak mematuhi pengawasan yang dilakukan oleh divisi pengawasan yang

terkait.

Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, struktur organisasi KPK

dibentuk dan didesain dengan landasan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

sehingga apabila ingin melakukan perubahan atau pembaharuan struktur, otomatis

undang-undang tersebutlah yang harus direvisi.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 77: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

77

Universitas Indonesia

4.2.2 Rencana Strategis Organisasi

Tabel 4.4. Perbandingan Rencana Strategis Organisasi

ICAC KPK

1) Departemen Operasi

- investigasi proaktif

- kerjasama antar lembaga domestik dan

Internasional

- hubungan jaringan internasional

- teknologi dan spesialisasi kemampuan

2) Departemen Pencegahan Korupsi

- prosedur serta kontrol yang optimal

untuk mencegah korupsi

- pemeriksaan mendalam pada area

rawan Korupsi

- saran yang tepat waktu (pencegahan

sejak awal)

- kerjasama dengan manajemen sektor

privat dan publik

3) Departemen Hubungan Masyarakat

- penggunaan media massa

- kontak langsung dengan masyarakat

- penyesuaian kebutuhan sasaran

1) Renstra KPK 2004-2007

- pembangunan Kelembagaan

- penindakan

- pencegahan

- penggalangan keikutsertaan masyarakat

2) Renstra KPK 2008-2011

- koordinasi dan supervisi

- penindakan

- pencegahan

- pengawasan terhadap penyelenggaraan

negara

3) Renstra KPK 2011-2015

- Penanganan grand corruption,penguatan

“apgakum”

- perbaikan sektor strategis terkait

kepentingan nasional

- pembangunan pondasi Sistem Integrasi

Nasional (SIN)

- penguatan sistem politik berintegritas

dan masyarakat (CSO) paham integritas

- persiapan fraud control

4) Road Map KPK 2011-2023

- fase II, penanganan grand corruption

APGAKUM, perbaikan sektor strategis,

aksi Sistem Integritas Nasional, serta

perkembangan lebih lanjut dari persiapan

fraud control yakni implementasinya.

- fase III, optimalisasi penanganan sektor

strategis, optimalisasi Sistem Integrasi

Nasional (SIN), dan penanganan fraud

yang dilakukan oleh penyelenggara

negara

Sumber: Diolah dari berbagai sumber oleh peneliti

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 78: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

78

Universitas Indonesia

Rencana strategis yang dipaparkan pada tabel adalah strategi yang

dipublikasi oleh lembaga terkait. Dari perbandingan tersebut, dapat terlihat

beberapa perbedaan yang mendasar. Pertama, ICAC merumuskan strateginya

dengan dilekatkan kepada departemen yang ada di dalam strukturnya, atau dapat

juga diasumsikan bahwa susunan departemen tersebut justru merupakan bagian

dari strategi ICAC. Ini merupakan sebuah gagasan yang cukup cerdik, karena

dengan demikian setiap departemen memiliki rancangan strategi yang khusus

menjadi tanggung jawab dari departemen itu sendiri. Jika melihat kepada yang

dirancang oleh KPK, maka terlihat bahwa strategi yang dirancang adalah sebuah

strategi yang berlaku secara umum dan belum difokuskan kepada tiap-tiap Deputi

Bidang di dalamnya. Maka, rencana strategis yang sejak awal telah dirancang

tidak dilekatkan pada Deputi Bidang tertentu kecuali Deputi Bidang Penindakan

dan Deputi Bidang Pencegahan karena di dalam rencana strategis KPK, hanya dua

hal tersebut yang secara spesifik dicantumkan dan tetap konsisten dari satu

rancangan ke perubahan rancangan berikutnya. Sisanya, tidak secara eksplisit

menjadi tanggung jawab Deputi Bidang tertentu.

Poin kedua yang harus dicermati selanjutnya adalah, strategi-strategi yang

disusun oleh ICAC adalah strategi yang dirancang dan dijalankan secara konsisten

sejak awal pembentukannya hampir 40 tahun yang lalu. Perubahan-perubahan

kecil mungkin saja dilakukan seiring dengan perkembangan sosial dan politik di

masyarakat Hong Kong, akan tetapi hal itu tidak mengubah strategi secara garis

besar. Sisi positifnya, hal ini menunjukkan konsistensi dari ICAC terhadap

rencana strategi yang telah disusun. Dengan demikian, setiap strategi dapat

diimplementasikan secara terus menerus sehingga semakin lama akan semakin

matang dan menjadi pola tanpa perlu terpotong oleh hal-hal semacam pergantian

strategi maupun kepemimpinan. Sisi negatifnya, jika strategi yang sama terus

menerus diterapkan, maka dikhawatirkan akan tercipta celah yang dapat dipelajari

oleh calon pelanggar hukum. Kejahatan akan semakin berkembang seiring dengan

perkembangan masyarakat, maka tentunya penegakan hukum juga harus terus

dievaluasi dan diinovasikan untuk mengimbanginya.

Perihal konsistensi tersebut, terdapat perbedaan antara ICAC dengan KPK.

KPK selalu mengubah rencana strategisnya dalam setiap periode pergantian

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 79: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

79

Universitas Indonesia

pemimpin. Visi dan Misi pun selalu berganti pada setiap periode kepemimpinan.

Dampak dari perubahan-perubahan ini adalah, muncul potensi tidak tercapainya

keberhasilan dari strategi yang direncanakan, terutama apabila dalam rencana

strategis berikutnya, strategi tersebut tidak ikut dicantumkan. Akan tetapi, hal ini

juga dapat berdampak positif, yakni strategi yang dijalankan akan selalu

beriringan dengan perkembangan sosial masyarakat dan pola korupsi yang terjadi.

Dengan perubahan-perubahan yang terjadi, penyesuaian kebutuhan

pemberantasan korupsi di Indonesia dapat dilakukan. Namun kenyataan yang

terjadi tidak mengarah kepada dugaan bahwa pergantian rencana strategis

dilakukan berdasarkan substansi perkembangan kebutuhan pemberantasan korupsi

tetapi lebih kepada alasan pergantian kepemimpinan saja. Ini tercermin pada

rencana strategis tahun 2011-2015. Rencana strategis tersebut adalah sebuah revisi

dari rencana strategis sebelumnya yang sudah dicanangkan yakni Renstra KPK

2010-2014. Revisi dilakukan karena perubahan visi, misi, tujuan, serta sasaran

strategis dari pimpinan KPK itu sendiri. Inkonsistensi ini lebih mengarahkan

kepada ketidakefektifan kinerja dari KPK daripada keefektifannya, jika dilihat

dari hasil kinerja pemberantasan korupsi secara umum.

Konsistensi dan kesinambungan yang diharapkan baru muncul pada

periode terakhir kepemimpinan KPK yakni melalui rancangan Road Map KPK

dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun 2011-2023. Dalam rancangan

tersebut, dirancang bagaimana rencana KPK dalam tiga fase dari mulai tahun

2011 lalu hingga nanti tahun 2023. Rancangan ini dibentuk tentunya dengan

harapan bahwa dengan adanya pergantian kepemimpinan selanjutnya, maka

pemimpin selanjutnya akan patuh dan konsisten kepada rancangan jangka panjang

ini. Apabila ternyata di kepemimpinan berikutnya tidak mengikuti strategi jangka

panjang ini, maka akan sia-sia saja rancangan road map ini disusun. Pergantian

strategi yang tidak sesuai dengan road map ini sebenarnya sangat mungkin terjadi

mengingat budaya periode-periode sebelumnya yang selalu mengganti visi, misi,

serta strateginya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh kepemimpinan baru

KPK.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 80: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

80

Universitas Indonesia

4.2.3 Strategi Teknis

Tabel 4.5. Perbandingan Strategi Teknis

ICAC KPK

1) Seleksi pegawai

Di masa awal, pegawai diambil dari perwira

polisi inggris, polisi senior Hong Kong yang

terpercaya, serta pemuda Hong Kong yang

diseleksi ketat dan diselidiki latar belakangnya.

Sampai sekarang, pegawai ICAC diseleksi

secara ketat sesuai standar yang sama.

Commissioner ditunjuk oleh Dewan Negara

Republik Rakyat Cina berdasarkan

rekomendasi dari Chief Executive Hong Kong

2) Kepegawaian

- klasifikasi pegawai direktorat, CACO,

CACI serta pegawai negeri dengan

gelar tambahan CAC

- gaji CACO dan CACI berbeda dengan

pegawai negeri (ICAC Pay Scale)

- peningkatan karir sesuai prestasi,

reward and punishment terhadap

pegawai

3) Wilayah Kasus

Seluruh kasus korupsi

4) Akuntabilitas

- Bertanggung jawab kepada Chief

Executive

- Penerbitan ICAC Annual Report

- ICAC Annual Survey

5) Pengawasan Internal

- Advisory Committee on Corruption

- Internal Investigation and Monitoring

Group

1) seleksi pegawai

Di masa awal, pegawai diambil dari institusi

kepolisian dan kejaksaan untuk menutup

kebutuhan penyidik dan penuntut. Saat ini,

masih terdapat pegawai dari dua institusi

tersebut. KPK juga melakukan seleksi sendiri

(Indonesia Memanggil) dengan standar tes

yang cukup tinggi dengan skala kualitas nilai 1-

4. Ketua KPK diseleksi oleh tim seleksi dan

melalui proses fit and proper test di DPR

2) Kepegawaian

- klasifikasi pegawai tetap, pegawai

negeri yang diperkerjakan, pegawai tidak

tetap (kontrak)

- gaji pegawai KPK lebih besar dari

pegawai instansi pemerintah lain

- zero tolerance terhadap perbuatan

korupsi yang dilakukan oleh pegawainya

3) Wilayah Kasus

- melibatkan penyelenggara negara atau orang

yang terkait dengan korupsi yang dilakukan

pemyelenggara negara

- Meresahkan masyarakat

- kerugian negara minimal Rp 1 Miliar

4) Akuntabilitas

- Bertanggung jawab kepada publik

- Penerbitan Laporan Tahunan KPK

- Survei Persepsi Masyarakat

5)Pengawasan Internal

- Penasihat KPK

- Direktorat Pengawasan Internal

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 81: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

81

Universitas Indonesia

Tabel 4.5. (Sambungan)

ICAC KPK

- Operation Review Committee, Corruption

Prevention Advisory Committee, Citizens

Advisory Committee on Community Relation

- ICAC Complaints Committee

6) Fasilitas dan Keterjangkauan

- gedung mewah dengan fasilitas canggih

di North Point dengan 7 kantor cabang

6) Fasilitas dan Keterjangkauan

- gedung dengan kapasitas terbatas di

Kuningan tanpa kantor cabang

Sumber: Diolah dari berbagai sumber oleh peneliti

Selain strategi tertulis yang telah dipublikasi oleh masing-masing lembaga

dalam paparan rencana strategis, terdapat pula strategi yang disusun terkait

dengan sistem kelembagaan. Dalam tabel perbandingan di atas, poin paling

penting yang dijadikan perbandingan mencakup enam hal yakni bagaimana

mekanisme seleksi pegawai, mekanisme kepegawaian, wilayah kasus yang

ditangani, mekanisme akuntabilitas lembaga, pengawasan atau kontrol internal

dari masing-masing lembaga, dan yang terakhir mengenai fasilitas yang dimiliki

serta keterjangkauan lembaga terhadap wilayah yurisdiksinya. Dari beberapa poin

tersebut didapati beberapa persamaan dan perbedaan.

Mengenai bagaimana tiap lembaga melakukan pengisian pegawai, ICAC

dan KPK sama-sama memiliki sejarah mendatangkan pegawai baru dari lembaga

penegak hukum yang sudah ada sebelumnya. ICAC mendatangkan perwira

kepolisian dari Inggris dan dari polisi Hong Kong senior. Tentunya keduanya

diselidiki latar belakangnya demi menjamin integritas dan kejujuran. Hal ini

sangat vital karena kondisi Hong Kong saat itu yang cukup genting dan

membutuhkan gerakan yang total dari ICAC. Sementara itu, KPK mendatangkan

penyidik dari Kejaksaan dan Kepolisian. Seperti sudah dibahas di uraian

sebelumnya, hal ini sebenarnya memiliki potensi dampak negatif karena tidak

adanya jaminan integritas dan loyalitas dari pegawai yang didatangkan tersebut.

Kemudian selain mendatangkan pegawai dari lembaga penegak hukum yang

sudah ada, ICAC dan KPK sama-sama memiliki mekanisme seleksi pegawai yang

dilakukan secara mandiri. ICAC selalu membuka lowongan yang terbuka sesuai

dengan kebutuhan. Calon pegawai dapat sewaktu-waktu melihat pengumuman di

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 82: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

82

Universitas Indonesia

website ICAC dan mendapatkan secara jelas deskripsi pekerjaan yang dibuka serta

keterangan lainnya secara lengkap. Sementara itu, KPK secara rutin melakukan

rekrutmen yag dinamakan Indonesia Memanggil. IM sudah dilaksanakan

beberapa tahun dengan melakukan proses seleksi yang ketat. Standar yang

diberlakukan di kedua lembaga untuk menerima pegawai baru cukup tinggi.

Bahkan di KPK, apabila tidak ada calon yang berhasil memenuhi kualifikasi,

maka jabatan atau posisi yang ditawarkan tersebut akan tetap kosong. Akan tetapi,

yang menjadi persoalan adalah mekanisme pemilihan ketua lembaga. Di ICAC,

commissioner ditunjuk oleh Dewan Negara RRC setelah direkomendasikan oleh

Chief Executive. Dengan demikian, tidak ada kemungkinan terdapat intervensi

dari kalangan politisi dalam proses pemilihannya. Di KPK, untuk menjadi ketua

KPK harus mengikuti fit and proper test di Komisi III DPR. Hal ini membuka

peluang terjadinya intervensi kepentingan kelompok politik tertentu karena DPR

berisi wakil-wakil partai politik.

Status pegawai di ICAC dan KPK secara garis besar sama. Pegawai utama

dari kedua lembaga bukanlah berstatus pegawai negeri pemerintah melainkan

pegawai yang bersifat independen dimiliki oleh lembaga. Pegawai ICAC sebagian

besar adalah pegawai tingkatan CACO dan CACI dengan keterikatan kontrak

kerja dan pegawai negeri yang juga dipekerjakan di ICAC. Di KPK, selain

pegawai tetap, terdapat pegawai kontrak dan pegawai negeri yang dipekerjakan.

Tingkatan tertinggi adalah pegawai tetap KPK. Pegawai kontrak dan pegawai

negeri yang dipekerjakan dapat naik menjadi pegawai tetap.

Mengenai gaji, keduanya juga sama-sama memiliki gaji yang berada di

atas pegawai negeri biasa di masing-masing negara. Aturan yang dijalankan juga

sama-sama ketat, yakni penerapan reward and punishment. Ketika salah satu

pegawai dari kedua lembaga terbukti melakukan korupsi, akan segera diproses

tanpa diberi kelonggaran. Dengan demikian, secara kepegawaian kedua lembaga

tersebut secara garis besar menerapkan kebijakan yang sama.

Poin berikutnya yakni tentang wilayah kasus menunjukkan adanya

perbedaan yang sangat mencolok. ICAC berwenang menangani kasus korupsi

yang dilakukan oleh penyelenggara negara dan yang terkait dengan korupsi yang

dilakukan oleh penyelenggara negara, sama dengan kewenangan yang dimiliki

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 83: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

83

Universitas Indonesia

oleh KPK. Namun, KPK memiliki tambahan syarat yakni kasus tersebut termasuk

dalam kategori meresahkan masyarakat banyak dan dengan potensi kerugian

sebesar minimal Rp 1 Miliar. Dua persyaratan tambahan ini cukup menarik untuk

ditelaah lebih lanjut. Poin pertama adalah korupsi tersebut haruslah mendapat

perhatian sehingga meresahkan masyarakat. Hal ini sebenarnya cukup terdengar

ganjil dan dapat dipertanyakan. Secara akal sehat, apakah ada masyarakat yang

tidak resah apabila aparatur negaranya melakukan korupsi? Apakah masyarakat,

yang membayar pajak dan menggantungkan harapan perbaikan negara pada

pejabat-pejabat pemerintahan, tidak resah jika mengetahui bahwa uang yang

mereka berikan lewat pajak ternyata justru diselewengkan? Tentunya warga

negara yang waras akan merasa resah dan terganggu dengan hal ini. Lagipula,

tidak terdapat adanya indikasi dan parameter yang jelas mengenai perkara korupsi

yang meresahkan masyarakat dan tidak meresahkan masyarakat. Perkara yang

meresahkan masyarakat biasanya adalah perkara korupsi yang besar sehingga

media kemudian memberitakannya kepada khalayak luas sehingga masyarakat

mengetahui dan mencium kasus tersebut. Apabila kasus tersebut secara kebetulan

tidak tercium oleh media dan tidak diberitakan, apakah masyarakat akan resah?

Bagaimana bisa masyarakat resah apabila bahkan mereka sendiri tidak

mengetahui kasus korupsi sedang terjadi?

Jika dilihat lebih dalam, hal ini sebenarnya merupakan sebuah celah

hukum yang dapat dimanfaatkan baik oleh pelaku korupsi maupun penegak

hukum di KPK yang mau diajak bekerjasama. Poin kedua adalah mengenai

jumlah minimal kerugian yang diderita oleh negara yang berada di angka minimal

Rp 1 Miliar. Kasus korupsi yang jumlah kerugiannya di bawah angka tersebut

merupakan kewenangan dari penegak hukum lain. Persoalannya, dalam

menangani suatu kasus korupsi, jumlah kerugian hanya dapat ditaksir dan

tentunya angka taksiran tersebut belum tentu tepat jika belum mendapat cukup

bukti dan putusan. Adanya pembagian peran berdasarkan jumlah kerugian

tersebut mungkin memang didasari oleh tujuan efisiensi agar beban kerja KPK

yang masih terbilang lembaga baru tidak terlalu banyak atau dengan alasan agar

tercipta wilayah kasus bagi penegak hukum lain untuk ditangani. Apapun

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 84: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

84

Universitas Indonesia

alasannya, yang jelas hal ini perlu implementasi yang rapi di lapangan agar tidak

tercipta konflik antar penegak hukum dan KPK.

Poin berikutnya yang juga menjadi pokok dari strategi kedua lembaga

adalah mengenai akuntabilitas. Secara garis besar, ICAC dan KPK memiliki

mekanisme akutabilitas yang sama yakni adanya laporan tahunan serta survei

tahunan. ICAC bertanggung jawab langsung kepada Chief Executive Hong Kong,

sedangkan KPK bertanggung jawab kepada publik dan juga harus menyampaikan

laporan secara terbuka dan berkala kepada Presiden RI, Dewan Perwakilan

Rakyat, serta Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam melakukan tanggung jawabnya

kepada publik, KPK harus melakukan audit terhadap kinerja dan keuangannya,

menerbitkan laporan keuangan, serta membuka akses informasi. Jika hanya

bertanggung jawab kepada publik maka sebenarnya terjadi kerancuan di poin ini.

Makna publik sangat luas. Jika hanya dianggap bahwa mengaudit, menerbitkan

laporan tahunan, dan membuka akses informasi, maka kontrol dari publik atas hal

tersebut sebenarnya kurang kuat. Presiden dan jajaran DPR serta BPK yang

menerima laporan secara terbuka dan berkala tidak dapat dianggap sebagai sebuah

pengontrol atas KPK karena KPK tidak bertanggung jawab pada mereka.

Di satu sisi, independensi ini berarti bahwa KPK adalah lembaga yang

tidak dicampuri oleh campur tangan pihak manapun dan dengan demikian bekerja

tanpa adanya kepentingan luar yang bermain. Akan tetapi jika melihat

keberhasilan ICAC yang memiliki tanggung jawab langsung pada pemimpin

tertinggi Hong Kong, maka sebenarnya kontrol dari pemimpin yang lebih tinggi,

jika diiringi pengawasan dari luar yang kuat seperti ICAC di Hong Kong akan

membuat KPK lebih disiplin dalam melaksanakan tugas pemberantasan korupsi.

Seandainya di dalam tubuh KPK sendiri terdapat perbuatan korupsi, maka KPK

akan sangat bebas dan hanya perlu menyerahkan laporan pada publik melalui

laporan tahunan yang kemungkinan terburuknya dapat dimanipulasi dan kepada

presiden, DPR, dan BPK tanpa perlu bertanggung jawab pada siapapun secara

langsung.

Bagaimana tentang pengawasan internal di dalam tubuh kedua lembaga?

Pada poin pengawasan internal ini, ICAC lebih maju karena memiliki mekanisme

pengawasan internal yang lebih lengkap. Di setiap tingkatan struktur, ICAC

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 85: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

85

Universitas Indonesia

memiliki komite pengawas dan pemberi saran yang beranggotakan unsur-unsur

yang independen, contohnya dari unsur masyarakat. Pengawasan ICAC dan

commissioner dilakukan oleh komite tersendiri, begitu juga di tiap departemen.

Seluruh departemen memiliki komite pengawas sendiri sehingga tugas

pengawasan dapat dilakukan secara lebih spesifik dan terfokus. Pada KPK, hanya

terdapat penasehat KPK dan Direktorat Pengawasan Internal yang berada di

bawah naungan Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat.

Sistem pengawasan ini dapat dikatakan kurang memadai karena melihat besarnya

struktur KPK, satu direktorat saja yang kedudukannya bahkan berada di bawah

satu Deputi Bidang tidak akan cukup optimal dalam melakukan pengawasan

terhadap seluruh jajaran KPK. Hal ini harus digaris bawahi, karena pengawasan

internal adalah sesuatu yang penting dalam setiap lembaga agar tidak terjadi

penyelewengan di dalam lembaga itu sendiri.

Yang terakhir, perlu dicermati mengenai fasilitas dan keterjangkauan dari

ICAC dan KPK. ICAC sudah beberapa kali berpindah gedung sejak awal berdiri.

Kepindahan gedung tersebut dimaksudkan untuk menambah kapasitas dan

kualitas fasilitas gedung sehingga dapat mendongkrak kinerja ICAC itu sendiri.

Saat ini, ICAC menempati gedung yang sangat canggih dengan fasilitas mewah

yang berlokasi di North Point, lokasi yang strategis di Hong Kong. Fasilitas yang

terdapat di dalam gedung tersebut digunakan semaksimal mungkin untuk

menjalankan strategi-strategi ICAC. Kepindahan kantor ICAC ke arah yang

semakin baik dari waktu ke waktu menunjukkan bahwa pemerintah Hong Kong

benar-benar mendukung upaya ICAC dalam memberantas korupsi. Selain kantor

pusat, ICAC juga memiliki tujuh kantor cabang yang tersebar di seluruh wilayah

strategis di Hong Kong. Hal ini memungkinkan ICAC untuk lebih menjangkau

setiap sudut Hong Kong dan lebih dekat dengan masyarakat. Selain itu juga hal ini

menyebabkan tidak bertumpuknya beban kerja hanya di satu gedung kantor.

Sistem kantor pusat dan cabang-cabangnya ini berlaku di wilayah Pulau Hong

Kong yang cukup kecil. Oleh karena wilayahnya yang tidak terlalu luas, ditambah

lagi dengan adanya kantor cabang yang cukup banyak, menyebabkan ICAC tidak

menghadapi kesulitan untuk menjangkau seluruh elemen masyarakat Hong Kong.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 86: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

86

Universitas Indonesia

Sementara itu, KPK hanya memiliki satu kantor di Jalan Rasuna Said di

wilayah Kuningan. Kantor ini tidak dapat disebut layak karena kapasitasnya yang

sudah terlalu penuh untuk menampung pegawai KPK. Saat ini, kapasitas gedung

sudah terlampaui oleh jumlah pegawai KPK sehingga membutuhkan gedung baru.

Wacana mengenai gedung baru ini sebenarnya telah bergulir di tahun 2012 namun

tidak tercapai karena beberapa alasan. Padahal, KPK sangat membutuhkan gedung

yang layak demi hasil kinerja yang optimal. Yang lebih parah lagi, KPK tidak

memiliki kantor cabang yang tersebar di wilayah Indonesia. Otomatis, untuk

melaksanakan operasi atau program pencegahan di daerah di luar Jakarta, KPK

harus mengeluarkan angggaran dan biaya untuk perjalanan dan akomodasi selama

di daerah tujuan. Dapat dibayangkan, dengan luas wilayah Indonesia yang sangat

luas, lembaga anti korupsi yang dimiliki hanya menempati satu gedung kecil di

Jakarta. Jangan harap bahwa KPK dapat menjangkau seluruh elemen masyarakat

secara berkesinambungan di seluruh pelosok Indonesia, karena memang secara

nyata hal tersebut sangat sulit dengan keterbatasan yang dihadapi saat ini. Tentu

sangat tidak efisien jikaanggaran yang terbatas terlalu banyak digunakan untuk

sekedar membiayai transportasi serta akomodasi pegawai KPK jika ingin pergi ke

daerah. Padahal, menyentuh wilayah di luar Jakarta sangat penting bagi KPK jika

ingin memberantas korupsi secara holistik dan secara sistemik.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 87: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

87

Universitas Indonesia

4.3 Strategi Umum Jangka Panjang

Tabel 4.6. Perbandingan Strategi Umum Jangka Panjang

ICAC KPK

1) fase pertama, 1974 hingga 1980an

Fokus pada membangun kepercayaan

dan Legislasi

2) fase kedua, 1980-an awal hingga awal

1990-an

Fokus pada pemberian layanan dan

informasi

3) fase ketiga, 1990-an hingga sekarang

Fokus pada peningkatan keteladanan

pemimpin, meningkatkan rasa memiliki,

membangun kemitraan antar lembaga

publik

1) 2003-2011

Visi dan misi serta strategi umum

disesuaikan seiring pergantian periode

kpemimpinan

2) road map 2011-2023

Fokus pada penanganan kasus besar dan

penguatan Apgakum, sektor strategis,

sistem integrasi nasional, fraud control

Sumber: Diolah dari berbagai sumber oleh peneliti

Dari tabel perbandingan di atas, sudah cukup jelas bahwa ICAC memiliki

strategi jangka panjang yang dijalankan secara berkesinambungan sementara KPK

tidak memilikinya. ICAC membagi strategi jangka panjang tersebut ke dalam tiga

fase. Tiap fase ini disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan dari masyarakat

Hong Kong. Pada fase pertama, ICAC lebih fokus pada pembangunan

kepercayaan, karena saat itu ICAC masih merupakan lembaga yang baru dan

masyarakat masih didera rasa putus asa karena sebelumnya institusi kepolisian

begitu rusak oleh perilaku korupsi. Di fase kedua, arah fokus berganti kepada

pemberian layanan dan informasi kepada sektor privat dan publik agar tercipta

sistem internal yang tidak membuka jalan bagi terjadinya korupsi. Kemudian di

fase ketiga hingga sekarang, ICAC lebih berfokus pada bagaimana menciptakan

peningkatan keteladanan pemimpin, meningkatkan rasa memiliki di antar

pegawai-pegawai pemerintah, serta membangun kemitraan antar lembaga publik.

Meskipun terjadi pergantian kepemimpinan secara berkala di dalam

struktur ICAC, strategi jangka panjang tersebut tetap dijadikan fokus utama

hingga kini. Strategi jangka panjang KPK hanya tersusun pada tahun 2011, yang

rencananya akan dijalankan hingga tahun 2023 nanti. Dengan demikian, strategi

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 88: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

88

Universitas Indonesia

yang dirancang untuk jangka panjang ini belum terbukti apakah benar-benar

dijalankan atau tidak. Sebelumnya, selalu terjadi pergantian strategi secara

sendiri-sendiri antar pemimpin KPK. Setiap pimpinan memiliki fokus yang

berbeda sehingga tidak tercipta kesinambungan dalam hal pemberantasan korupsi

di Indonesia.

Semestinya KPK dapat mencontoh ICAC dalam hal ini sejak awal masa

pembentukannya. Namun yang terjadi, baru di tahun 2011 hal ini dirancang.

Meskipun demikian, keterlambatan masih lebih baik daripada tidak sama sekali.

Yang harus dilakukan sekarang oleh pimpinan KPK adalah memastikan bahwa

strategi jangka panjang yang telah disusun tersebut akan dijalankan oleh periode

kepemimpinan berikutnya. Jika melihat dari jangka waktunya, maka setidaknya

akan terjadi dua kali lagi pergantian ketua dan wakil ketua KPK. Dengan

demikian, apabila nanti Abraham Samad kembali terpilih, masih ada satu periode

lagi di saat Abraham tidak dapat memegang jabatan ketua KPK untuk ketiga

kalinya, dan saat itu akan muncul ketua baru.

4.4 Hasil Kerja

4.4.1 Ringkasan Laporan Tahunan (2007-2011)

4.4.1.1 Penindakan dan Operasi

Tabel 4.7. Perbandingan Hasil Penindakan dan Operasi

ICAC KPK

1) Investigasi Proaktif

- penindaklanjutan ratusan laporan terkait

pemilihan umum

-peningkatan penggunaan informan dan

intelijen yang efektif

- Quick Respond Team

2) Kerjasama lembaga domestik, internasional

- pertukaran informasi dan pengalaman

dengan penegak hukum RRC dan negara lain

-pelatihan bersama dengan penegak hukum

negara lain

- merancang program kerjasama dengan

1) selain melakukan penyelidikan,

penyidikan, dan penuntutan, juga

melakukan koordinasi dan supervisi

penanganan TPK yang dilakukan

kepolisian dan kejaksaan

2) koordinasi dilakukan dengan kejaksaan

dan kepolisian berbagai daerah

3) pemantauan penerimaan surat perintah

dimulainya penyidikan (SPDP) dari

kepolisian dan kejaksaan

4) KPK Online MonitoringSystem

5) pengembangan asset tracing dan IT

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 89: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

89

Universitas Indonesia

Tabel 4.7. (Sambungan)

ICAC KPK

Macau dan RRC

- koordinasi dengan kontak-kontak

tertentu di sektor privat maupun publik untuk

memperoleh informasi terkini

3) Hubungan jaringan internasional

- Aktif dalam menindaklanjuti UNCAC

- ratusan kunjungan dari penegak hukum

negara lain setiap tahun

- mengikuti dan menyelenggarakan banyak

konferensi anti korupsi internasional

4) teknologi dan spesialisasi kemampuan

- optimalisasi Computer Forensic Section

(CFS) serta Financial Investigation Section

(FIS)

- Kepindahan ke gedung baru, peningkatan

fasilitas, peralatan, dan profesionalisme

pegawai

Forensic

Sumber: Diolah dari berbagai sumber oleh peneliti

Dari tabel perbandingan di atas dapat terlihat bahwa ICAC memiliki pola

penindakan yang sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan di awal.

ICAC memaparkan program-program yang telah dilakukan yang semuanya

didasari oleh rencana strategis. Sementara itu, KPK pada laporan tahunannya

lebih banyak memaparkan tentang bagaimana KPK berkoordinasi dengan penegak

hukum lain di dalam sistem peradilan. Selain itu KPK juga lebih banyak

memaparkan laporan penindakan seperti penyidikan dan penuntutan, serta

menonjolkan informasi mengenai kegiatan supervisi yang telah dilakukan

terhadap Kejaksaan dan Kepolisian.

Mengenai strategi yang dijalankan, terdapat kesamaan yakni misalnya

peningkatan optimalisasi pelacakan kasus, yang dicerminkan dari quick respond

team dan kerjasama dengan kontak tertentu di sektor privat dan publik di ICAC

dan online monitoring system di KPK. Keduanya adalah pola penindakan yang

dilakukan untuk melacak terjadinya kasus secara cepat. Kemudian, dalam hal

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 90: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

90

Universitas Indonesia

spesialisasi kemampuan penyidik, kedua lembaga memiliki fokus yang sama

yakni dalam hal investigasi keuangan dan forensik komputer. Di ICAC,

pengembangan ini dapat dilihat pada optimalisasi CIS dan FIS, sedangkan pada

KPK terletak pada pengembangan asset tracing dan IT Forensic. Kesamaan ini

hal yang wajar karena keduanya memang sebuah kemampuan yang sangat penting

dalam melakukan investigasi perkara korupsi. Sektor penindakan ICAC juga

didukung oleh fasilitas yang baik dan terkini. Gedung baru memberikan banyak

peningkatan teknologi dan sokongan terhadap proses penindakan yang dilakukan.

Salah satu perbedaan antara pemaparan laporan tahunan ICAC dan KPK

dalam hal penindakan adalah bahwa ICAC banyak menjabarkan teknik-teknik

penindakan ynag dilakukan secara luas, sedangkan KPK lebih banyak

memaparkan angka statistik. Dari hasil laporan tahunan tersebut dapat dilihat

bahwa ICAC memiliki banyak cara dan metode penindakan, lebih banyak dari

KPK. Kemudian, jika dikaitkan dengan keterjangkauan yang dimiliki oleh ICAC

yang dapat menyentuh seluruh sudut Hong Kong, maka terlihat bahwa memang

KPK memiliki kelemahan dalam hal keterjangkauan. Strategi yang dilakukan oleh

KPK memang sudah baik, mirip dengan yang dilakukan di Hong Kong. Akan

tetapi, strategi tersebut dijalankan tidak di seluruh sudut instansi dan lembaga

publik seluruh Indonesia. Ini salah satunya yang menjadi hambatan bagi proses

penindakan yang dilakukan oleh KPK.

4.4.1.2 Pencegahan

Tabel 4.8. Perbandingan Hasil Pencegahan

ICAC KPK

1)prosedur serta kontrol yang optimal

untuk mencegah korupsi

- pembentukan divisi khusus untuk

memberikan saran secara berkala kepada

institusi pemerintah

- bekerjasama dengan stakeholder sektor

privat untuk menjaga pola perusahaan agar

terhindar dari korupsi

- menawarkan pelatihan anti korupsi pada

badan-badan pemerintah

1) optimalisasi pendaftaran dan pemeriksaan

LHKPN

2) penanganan gratifikasi

- sosialisasi, penyuluhan, tentang gratifikasi

- peningkatan jumlah pelaporan gratifikasi

secara signifikan dan telah dilakukan

pemeriksaan atasnya

3) Penelitian dan Pengembangan

- kajian atas pelayanan terpadu pemerintah

dalam bentuk buku, CD interaktif, dan

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 91: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

91

Universitas Indonesia

Tabel 4.8. (Sambungan)

ICAC KPK

2) pemeriksaan mendalam pada area

rawan Korupsi

- penelitian tentang korupsi di instansi

pemerintahan

3) saran yang tepat waktu (pencegahan

sejak awal)

- Advisory Service Group, konsultasi

gratis bagi lembaga swasta

- membuat modul praktis pencegahan

korupsi

bagi para stakeholder sektor privat

-ICAC menciptakan metode yang dapat

dimanfaatkan oleh perusahaan untuk

mengawasi kerja para pegawainya dalam

hal pencegahan korupsi

- lebih dari 300 saran telah diberikan kepada

berbagai instansi pemerintah per tahun

- eksaminasi kerentanan badan-badan

publik dan lembaga pemerintah dan

memberi saran untuk meminimalkan

terjadinya korupsi

4) kerjasama dengan manajemen sektor

privat dan publik

- pembentukan Civil Service Bureau (CSB)

- Ethic Officer di berbagai instansi

pemerintah, bekerjasama denga CSB

- seminar dan workshop

- program pencegahan di perusahaan besar

serta kecil dan menengah Hong Kong

- “after sales”, follow up setelah

memberikan saran kepada berbagai

instansi

VCD

- penelitian persepsi masyarakat tentang

KPK

- kajian atas berbagai masalah institusi

Negara

4) Monitoring

- SPAK (sektor privat) masih terbatas

pada BUMN, saat ini baru terealisasi

pada 4 BUMN

- PIAK (sektor publik), pada tahun 2011

telah mencapai 18 kementerian/lembaga

dan 11 Pemda

- KPK Whistleblower System, telah

dilakukan pada enam instansi

5) Trigger Activities

- E-Announcement

- Konferensi Nasional Pemberantasan

Korupsi

- pertemuan rutin tiap 2 minggu dengan

BPK, Mahkamah Agung, Depkeu, dan

Kemeneg PAN

- MoU dengan Kepolisian dan Kejaksaan

- Zona Integritas, Wilayah Bebas Korupsi

- Studi Prakarsa Anti Korupsi dan

Peniliaian Inisiatif Anti Korupsi

- koordinasi dan evaluasi dengan 11 jenis

instansi pelayanan publik di daerah

(telah berjalan 30 kegiatan di 10

provinsi)

6) Follow Up

- pemantauan hasil rekomendasi di beberapa

instansi

7) kerjasama dengan lembaga dari negara lain

- GTZ, EU, ADB

- Lembaga anti korupsi negara lain

- kerjasama dengan ASEAN

Sumber: Diolah dari berbagai sumber oleh peneliti

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 92: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

92

Universitas Indonesia

Dari tabel hasil laporan pencegahan yang telah dilakukan oleh kedua

lembaga, sebenarnya dapat disimpulkan bahwa kedua lembaga sama-sama

memiliki program-program pencegahan yang serupa. Tiga poin penting yang

menjadi inti dari pencegahan oleh kedua lembaga adalah adanya kerjasama

dengan sektor privat, publik, serta dengan lembaga internasional, adanya

pengkajian atas penyebab korupsi di berbagai sektor, serta adanya kontrol dan

follow up dari lembaga terhadap hasil rekomendasi yang telah diberikan pada

sasaran pencegahan.

Secara garis besar, kedua lembaga sudah memiliki pola yang sama dalam

hal pencegahan. Akan tetapi, karena KPK memiliki satu tambahan tugasyang

tidak dimiliki oleh ICAC yakni fungsi trigger mechanism, maka KPK banyak

memiliki program tambahan dalam kaitannya dengan optimalisasi fungsi

tambahan tersebut.

Masalah yang dapat dilihat pada umumnya sama dengan yang telah

dibahas sebelumnya yakni mengenai pola keterjangkauan. Pencegahan adalah

sektor yang penting, dan sangat membutuhkan adanya keterjangkauan terhadap

seluruh lapisan elemen dan wilayah di negaranya jika ingin mendapatkan hasil

yang efektif dan progresif. Di Hong Kong, tentu saja penanganannya dilakukan

secara menyeluruh mengingat ICAC memiliki tujuh buah kantor cabang, dan luas

wilayahnya pun cukup kecil sehingga memudahkan untu dijangkau. KPK tidak

memiliki kelebihan itu semua sehingga dapat dilihat dari laporan tahunan bahwa

program-program pencegahan KPK hanya mampu berjalan pada beberapa

institusi saja. Sebagai gambaran, lihatlah program SPAK dan PIAK. Kedua

program tersebut sangat bagus untuk diterapkan sebagai bagian dari pola

pencegahan. Akan tetapi, jumlah instansi publik maupun swasta yang dijadikan

sasaran masih sangat terbatas. Ini dikarenakan masih adanya keterbatasan KPK

dalam keterjangkauan. Dari ratusan badan publik serta privat/swasta, jumlah yang

berhasil dijalankan program SPAK dan PIAK dapat dihitung dengan jari. Tentu

saja pencegahan dengan pola kuantitas yang amat minim seperti ini tidak banyak

memberikan dampak secara makro.

Dalam melakukan porsi pencegahan, KPK juga masih membatasi diri pada

pencegahan di sekitar badan atau instansi milik pemerintah. Sektor privat yang

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 93: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

93

Universitas Indonesia

menjadi sasaran juga masih berkutat pada BUMN dan belum menyentuh pihak

swasta secara murni. Padahal, pihak swasta juga harus diberikan pemahaman yang

baik agar tidak mencoba-coba bermain dengan pejabat di sektor publik. Ini hal

yang penting karena secara umum, korupsi harus diberantas secara sistem tanpa

ada satu bagian pun yang dilewatkan. Melihat kondisi saat ini, rupanya KPK

masih belum mampu menjalankannya secara menyeluruh.

4.4.1.3 Pendidikan dan Hubungan Masyarakat

Tabel 4.9. Perbandingan Hasil Pendidikan dan Hubungan Masyarakat

ICAC KPK

1) penggunaan media massa

- pembuatanwebsite tematik serta video

pelatihan bagi para pemilik perusahaan

- drama televisi “ICAC Investigators 2007”

- melakukan sosialisasi pemilihan umum yang

bersih lewat media massa seperti TV, radio,

koran, dll

2) kontak langsung dengan masyarakat

- ribuan orang memadati hari anti korupsi

internasional 9 Desember

- mobile exhibition vehicle

- lomba membuat iklan anti korupsi

- konferensi pers

- ICAC Mobile Exhibition Truck

3) penyesuaian kebutuhan sasaran

- Youth Summit

- ICAC Ambassadors untuk kalangan

Mahasiswa

- pemberian materi anti korupsi kepada lebih

dari 2000 mahasiswa baru tiap tahun

- modul materi anti korupsi untuk pelajar

- buku cerita elektronik berisi pesan moral

untuk anak-anak yang didistribusikan ke

seluruh taman kanak-kanak dan SD

- spesifikasi sasaran pendidikan

1) Sosialisasi pengaduan masyarakat

2) Dukungan media terhadap KPK, lokakarya

bagi jurnalis

3) Kampanye anti Korupsi di beberapa kota

4) mobil layanan masyarakat di Jakarta dan

Jawa Barat

5) perpustakaan KPK

6) Pendidikan anti korupsi

- pelaksanaan program Train of Trainers

dengan sasaran mahasiswa

- mahasiswa hasil TOT memberi pendidikan

anti korupsi pada siswa SMA, SMP, dan

SD. Hal ini telah dilakukan di beberapa

kota

- FGD dengan mahasiswa

- buku dongeng anti korupsi untuk siswa

TK

- kampanye dan sosialisasi lewat media

massa, iklan TV, film, dan radio

- menyebarkan konsep warung kejujuran

- menyelenggarakan acara tahunan

peringatan hari anti korupsi 9 Desember

- penggalangan kerjasama pemberantasan

korupsi dengan komunitas dan LSM

- Diklat dan seminar di daerah, 400

undangan yang dapat dipenuhi dari 600

undangan

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 94: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

94

Universitas Indonesia

Tabel 4.9. (Sambungan)

ICAC KPK

- Anti Corruption Learning Center

- website KPK (informasi, majalah digital

Integrito)

- Acara- acara dengan partisipasi

masyarakat bertemakan anti korupsi

Sumber: Diolah dari berbagai sumber oleh peneliti

Dari segi pendidikan masyarakat, ICAC dan KPK memiliki banyak sekali

kemiripan program. Mulai dari program penyuluhan pada berbagai kalangan,

penggunaan media massa sebagai cara sosialisasi, serta penggalangan dukungan

masyarakat melalui acara-acara bertemakan anti korupsi. ICAC dan KPK bahkan

juga sama-sama memiliki kendaraan yang berfungsi sebagai sosialisator nilai-nilai

anti korupsi. Tidak perlu lagi rasanya secara spesifik membahas satu persatu

perbandingan program-program yang telah dijalankan karena sangat serupa.

Akan tetapi, sama seperti permasalahan yang telah dibahas sebelumnya

pada sisi penindakan dan pencegahan, keterjangkauan KPK terhadap keseluruhan

sektor dan lapisan masih amat minim. KPK tidak mampu menjangkau seluruh

wilayah di Indonesia secara intensif dan berkesinambungan karena masih

terkendala jarak dan keterbatasan. Seandainya KPK memiliki cabang-cabang di

daerah, maka tentu KPK akan mampu melaksanakan program-programnya secara

lokal dan intensif seperti yang dilakukan oleh ICAC.

Tujuan dari pendidikan anti korupsi salah satunya adalah meningkatkan

awareness masyarakat mengenai tindak pidana korupsi di sekitarnya dan

menumbuhkan semangat bersama pemberantasan korupsi karena pemberantasan

korupsi tidak mungkin dilakukan tanpa adanya dukungan dari masyarakat. Karena

KPK tidak melakukan pendidikan anti korupsi yang dapat menjangkau seluruh

lapisan masyarakat secara intensif dan berkesinambungan, maka tujuan tersebut

tidak tercapai secara baik. Hal ini dapat dilihat misalnya dari atensi masyarakat

pada acara-acara bertemakan anti korupsi yang diselenggarakan, misalnya pada

perayaan Hari Anti Korupsi Sedunia pada 9 Desember. Di Hong Kong, acara

semacam ini dihadiri oleh ribuan warga yang antusias. Sedangkan di Indonesia,

jumlah pengunjung yang memadati jauh lebih sedikit. Ini menunjukkan bahwa di

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 95: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

95

Universitas Indonesia

masyarakat belum terbentuk sikap kepedulian pada isu anti korupsi secara penuh

dan belum semua percaya dengan kapabilitas KPK dalam menangani korupsi.

Survei yang dilakukan oleh KPK (Survei Persepsi Masyarakat) sendiri

menunjukkan bahwa masyarakat tidak secara bulat memiliki kepercayaan pada

KPK. Padahal di Hong Kong, hasil survei tahunan telah menunjukkan bahwa

masyarakat mendukung ICAC hampir secara bulat.

4.4.1.4 Jumlah Pegawai dan Anggaran

Tabel 4.10. Perbandingan Jumlah Pegawai dan Anggaran

ICAC KPK

1) 2007

- Jumlah pegawai 1200, Departemen Operasi –

856, Departemen Pencegahan Korupsi – 55,

Departemen Hubungan Masyarakat - 169,

Administrasi – 120

- Anggaran 641,5 juta HKD, bagian

pencegahan 47,3 juta

HKD; operasi 537 juta HKD; pendidikan 57,2

juta HKD

2) 2008

- Jumlah pegawai 1263, Departemen Operasi

– 936, Departemen Pencegahan Korupsi – 53,

Departemen Hubungan Masyarakat - 157,

Administrasi – 117

- Anggaran 691,1 juta HKD, bagian

pencegahan 52,3 juta

HKD, operasi 575,2 juta HKD, pendidikan

63,6 juta HKD

3) 2009

- Jumlah pegawai 1268, Departemen Operasi –

941, Departemen Pencegahan Korupsi – 51,

Departemen Hubungan Masyarakat - 159,

Administrasi – 117

- Anggaran 738,2 juta HKD, bagian

pencegahan 55,5 juta

HKD, operasi 615 juta HKD, pendidikan

67,7 juta HKD

1) 2007

- Jumlah pegawai 449, Penindakan – 120,

pencegahan – 80, PPIM – 45, Setjen – 73,

lain-lain – 131

- Anggaran Rp 247 M, bagian penindakan

Rp 30,7 M; pencegahan Rp 20,5 M; setjen

Rp 139,6 M; PPIM Rp 4,3 M; INDA Rp

52,3 M

2) 2008

- Jumlah pegawai 540, Penindakan – 157,

pencegahan – 107, PPIM – 59, Setjen –109,

lain-lain – 108

- Anggaran Rp 232,6 M, bagian penindakan

Rp 13,9 M; pencegahan Rp 18,2 M; setjen

Rp 147,2 M; PPIM Rp 5,4 M; INDA Rp

47,6 M

3) 2009

- Jumlah pegawai 652, Penindakan – 187,

pencegahan – 122, PPIM – 74, Setjen –129,

lain-lain – 140

- Anggaran Rp 315,2 M, bagian penindakan

Rp 24,2 M; pencegahan Rp 22,8 M; setjen

Rp 211,9 M; PPIM Rp 6,8 M; INDA Rp

49,3 M

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 96: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

96

Universitas Indonesia

Tabel 4.10. (Sambungan)

ICAC KPK

4) 2010

- Jumlah pegawai 1321, rincian tidak

tercantum dalam laporan tahunan

- Anggaran 814,2 juta HKD, rincian tidak

tercantum dalam laporan tahunan

5) 2011

- Jumlah pegawai 1298, Departemen Operasi

– 947, Departemen Pencegahan Korupsi – 59,

Departemen Hubungan Masyarakat - 177,

Administrasi – 115

- Anggaran 875,5 juta HKD, rincian tidak

tercantum dalam laporan tahunan

4) 2010

- Jumlah pegawai 638, Penindakan – 30,1%,

pencegahan – 18,3%, PPIM – 11,4%,

Setjen –19,3%, lain-lain - 20,8%

- Anggaran Rp 431 M, bagian penindakan

Rp 24,85 M; pencegahan Rp 21,9 M;

setjen Rp 285,9 M; PPIM Rp 6,3 M;

INDA Rp 91,9 M

5) 2011

- Jumlah pegawai 752, Penindakan – 266,

pencegahan – 136, PPIM – 76, Setjen –138,

lain-lain – 136

- Anggaran Rp 576 M, bagian penindakan

Rp 25 M; pencegahan Rp 53,4 M; setjen

Rp 404 M; PPIM Rp 4,8 M; INDA Rp

89,1 M

Sumber: Diolah dari berbagai sumber oleh peneliti

Dari perbandingan jumlah pegawai dan jumlah anggaran yang dimiliki

oleh ICAC dan KPK, terlihat bahwa berdasarkan alokasi pegawai, keduanya

sama-sama menitikberatkan pada porsi penindakan. Hal ini dirasa tepat, karena

pos tersebut adalah ujung tombak dalam menangani koruptor sehingga

membutuhkan sumber daya manusia yang banyak. Kemudian jika melihatnya dari

segi anggaran terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara kedua lembaga.

ICAC menitikberatkan anggarannya sesuai dengan jumlah pegawai yakni terpusat

pada penindakan. Anggaran untuk penindakan dialokasikan sangat besar, jauh

lebih besar dari anggaran departemen lain. Hal ini berbeda dengan yang dilakukan

oleh KPK. Terkait anggaran, KPK justru lebih mengalokasikan anggarannya

secara lebih besar pada segi administrasi yakni pada Sekretariat Jenderal, melebihi

bahkan keempat Deputi Bidang lain.

Dari perbandingan secara umum tentang jumlah anggaran dan jumlah

pegawai, terlihat bahwa secara jumlah, ICAC jauh berada di atas KPK. Hal ini

cukup memprihatinkan mengingat kondisi wilayah Hong Kong yang lebih kecil

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 97: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

97

Universitas Indonesia

cakupannya dari wilayah Indonesia. Dengan demikian maka perbandingan jumlah

pegawai dengan jumlah masyarakat yang menjadi tanggung jawabnya amat jauh

antara ICAC dan KPK. Ini tentu saja menjadi satu hal yang perlu dikaji ualng.

Bagaimana mungkin segelintir orang mampu menangani ribuan kasus korupsi

yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang begitu luas? Padahal di Hong

Kong saja yang memiliki luas wilayah yang kecil masih didukung oleh jumlah

pegawai yang banyak dan didukung pula oleh anggaran yang besar. Dapat

dibayangkan betapa besarnya perbedaan anggaran antara ICAC dan KPK yakni

hingga hampir dua kali lipat. Tentunya hal ini akan memiliki dampak pada

efektivitas pemberantasan korupsi di Indonesia.

4.4.2 Penilaian Kinerja (Corruption Perception Index)

Tabel 4.11. Perbandingan CPI

Hong Kong

(ICAC)

Indonesia

(KPK)

1) 2009 : 8,2

2) 2010 : 8,4

3) 2011 : 8,4

4) 2012 : 77

1) 2009 : 2,8

2) 2010 : 2,8

3) 2011 : 3,0

4) 2012 : 32

Sumber: Transparency International, diolah kembali oleh penulis

Hasil CPI inilah yang menjadi dasar pemikiran bahwa secara umum, Hong

Kong dipersepsikan sukses menangani masalah korupsi sedangkan di Indonesia

masih belum optimal. CPI yang dikeluarkan oleh lembaga Transparecy

International merupakan salah satu tolak ukur persepsi korupsi yang telah diakui

dan digunakan secara global. Angka penilaian ini menunjukkan perbedaan yang

sangat jauh antara kedua negara. Secara umum, terlihat bahwa peringkat

Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan Hong Kong.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 98: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

98

Universitas Indonesia

4.5 Tantangan yang Dihadapi

Tabel 4.12. Perbandingan Tantangan yang Dihadapi

ICAC KPK

1) Potensi perubahan pola akibat

pergantian sistem negara 50 tahun

setelah tahun 1997

2) Potensi terulangnya peristiwa “1990-

an”

1) Wacana Pelemahan lembaga KPK dan

“Kriminalisasi” pimpinan KPK

2) Tidak memiliki kapasitas untuk

menindaklanjuti rekomendasi

3) Dianggap kurang maksimal dalam

menangani kasus dengan tersangka

pejabat senior

4) Dianggap kurang maksimal dalam area

pencegahan korupsi

Sumber: Diolah dari berbagai sumber oleh peneliti

Dalam perjalanan pemberantasan korupsi, setiap lembaga di dunia

memiliki tantangan-tantangannya tersendiri yang harus dihadapi. Tantangan yang

dihadapi oleh ICAC mencakup dua hal. Yang pertama adalah potensi perubahan

drastis yang akan terjadi apabila masa pemberlakuan sistem kenegaraan

demokratis seperti sekarang ini harus berakhir ketika masa perjanjiannya telah

habis. Apabila Hong Kong di kemudian hari berubah sistem kenegaraannya

menjadi sama dengan RRC, maka tentu akan ada perubahan dalam pola

pemberantasan korupsi yang terjadi. Ini dikhawatirkan akan memundurkan hasil

pencapaian yang telah diraih ICAC saat ini. Kemudian, perubahan sistem

kenegaraan juga dikhawatirkan akan kembali memicu terjadinya perubahan sosial

di masyarakat seperti yang terjadi pada masa 1990-an yang meningkatkan angka

korupsi secara signifikan akibat kekhawatiran atas peralihan kekuasaan dari

Inggris ke RRC di tahun 1997. Hal ini harus diantisipasi oleh ICAC.

Di Indonesia, tantangan yang dihadapi oleh KPK cukup banyak dan masih

dialami sampai sekarang. Diantaranya, isu yang beredar bahwa belakangan ini

KPK sedang diserang oleh berbagai pihak agar menjadi semakin lemah. Beberapa

tahun ke belakang, pimpinan KPK juga sempat terjerat hukum dan menjadi

tersangka. Bahkan salah satu ketua KPK sampai sekarang masih berada di balik

tembok lembaga pemasyarakatan. Meskipun isu tentang upaya pelemahan KPK

ini masih belum dapat dibuktikan, namun mau tidak mau hal ini akan menjadi

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 99: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

99

Universitas Indonesia

batu sandungan bagi KPK dalam melakukan pemberantasan korupsi di Indonesia.

KPK harus memikirkan bagaimana agar isu ini tidak berlanjut dan upaya

pemberantasan korupsi yang sedang dijalankan tidak terganggu.

KPK juga dianggap tidak memiliki kekuatan untuk menindaklanjuti hasil

rekomendasinya yang telah diberikan kepada instansi-instansi pemerintah. Ini

adalah tantangan yang cukup berat mengingat dalam undang-undang yang

menjadi dasar hukum KPK, tidak secara jelas diatur mengenai kewajiban dan

sanksi terkait untuk menjalankan rekomendasi dari KPK. Saran dan masukan dari

KPK akan terasa sia-sia jika tidak benar-benar diikuti dan dijalankan oleh instansi

pemerintah yang terkait. KPK juga harus melakukan pengawasan terhadap

instansi tersebut agar memastikan perubahan benar-benar terjadi.

Tantangan berikutnya yang dihadapi adalah anggapan bahwa KPK tidak

berani menyentuh koruptor-koruptor kelas kakap, atau pihak yang sedang

berkuasa. Isu ini tentu saja muncul lantaran masyarakat tidak melihat ada gelagat

yang kuat dari KPK ketika menghadapi beberapa kasus yang diduga melibatkan

jajaran elit pemerintahan.

Berbagai tantangan yang muncul dan dihadapi oleh masing-masing

lembaga seharusnya dapat menjadi cambuk dan menumbuhkan inisiatif baru

dalam merumuskan strategi pemberantasan korupsi yang lebih efektif dan efisien.

Sewajarnya ICAC dan KPK dapat melihat tantangan tersebut secara positif agar

dapat menarik pelajaran untuk perbaikan kualitas di masa mendatang.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 100: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

100

Universitas Indonesia

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan di bab sebelumnya, maka dapat

disimpulkan bahwa apabila ditarik sebuah perbandingan antara pola kerja ICAC

dan KPK, terdapat beberapa perbedaan pola yang menjadikan ICAC mampu

memberantas korupsi secara lebih baik di Hong Kong daripada KPK di Indonesia.

Secara garis besar, terdapat beberapa pola kerja yang sama, dan beberapa pola

kerja yang berbeda.

Dari segi dasar hukum, pemahaman latar belakang, hingga proses

pembentukan lembaga di masa awal, ICAC memiliki kelebihan dari KPK. Dasar

hukum yang digunakan ICAC lebih efektif sehingga tidak memunculkan celah

hukum dan hambatan bagi penerapannya. Dalam melihat akar permasalahan dan

kesesuaian dengan strategi awal yang dibangun, ICAC benar-benar merancang

strategi sesuai dengan kebutuhan dengan menyentuh akar permasalahan,

sedangkan apa yang dilakukan KPK tidak menyentuh akar masalah tersebut.

ICAC juga lebih baik dalam menyusun kebijakan perekrutan di awal

pembentukan, yakni dari cara mendapatkan pegawai baru yang lebih dapat

diandalkan dari KPK. Dari segi struktur lembaga, masing-masing memiliki

karakteristik yang berbeda yang memiliki keuntungan dan kerugian.

Kemudian, melihat perbandingan rencana strategis lembaga dan

penyusunan strategi jangka panjang, ICAC memiliki kelebihan yaitu lebih

terfokus dan efisien karena dilekatkan pada departemen yang sudah ditentukan.

Selain itu, rencana strategis dan jangka panjang KPK selalu berubah-ubah dan

tidak berjalan secara berkesinambungan.

Mengenai perbandingan strategi teknis, ICAC dan KPK memiliki

kesamaan dalam seleksi pegawai serta pengaturan kepegawaian. Akan tetapi jika

melihat ketentuan wilayah kasus yang ditangani, akuntabilitas, pengawasan

internal, serta fasilitas dan keterjangkauan, maka KPK masih amat tertinggal dari

ICAC. Akan tetapi, jika dilakukan kajian terhadap laporan tahunan masing-

89

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 101: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

101

Universitas Indonesia

masing lembaga, sebenarnya ICAC dan KPK memiliki kesamaan pola strategi

yang dijalankan. Namun, yang dilakukan oleh ICAC lebih efektif karena

dilakukan dengan menjangkau seluruh sudut wilayah yurisdiksinya serta

menyentuh seluruh tingkatan masyarakat. KPK tidak mampu melaksanakannya

karena terkendala dengan keterbatasan tingkat keterjangkauan. Selanjutnya, jika

mencermati jumlah anggaran dan jumlah pegawai masing-masing lembaga, maka

ICAC masih berada di atas KPK, dengan jumlah anggaran dan pegawai yang jauh

lebih besar dari KPK.

Berbagai perbedaan pola kerja tersebut pada akhirnya tercermin secara

lugas dari hasil survei CPI oleh Transparency International yang menempatkan

Indonesia di jajaran peringkat bawah negara-negara terkorup dan menempatkan

Hong Kong di jajaran peringkat teratas bersama negara-negara bersih lainnya.

Meskipun begitu, masing-masing tetap memiliki permasalahan dan tantangan

masing-masing yang harus dihadapi serta dipersiapkan jalan keluarnya.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

terdapat beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi pemimpin KPK

dan pemerintah Indonesia untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pertama, karena landasan hukum KPK dinilai masih belum efektif dan

belum dapat diandalkan untuk menjadi “senjata” ampuh seutuhnya, maka perlu

adanya perubahan atau pembaharuan undang-undang. Pembaharuan tersebut harus

dapat menutupi celah-celah hukum yang terbuka, bersifat mendukung, serta harus

mencakup keseluruhan dari kebutuhan-kebutuhan yang harus dimiliki KPK dalam

melakukan pemberantasan korupsi. Tentunya hal ini juga mencakup

penyempurnaan mengenai ketentuan klasifikasi wilayah kasus mana yang

merupakan kewenangan KPK dan mana yang menjadi kewenangan lembaga lain

agar tidak terjadi tumpang tindih antara lembaga-lembaga tersebut.

Penyempurnaan undang-undang ini juga harus memberikan kejelasan mengenai

kewenangan dan kekuatan apa yang seharusnya dapat dilakukan dan tidak dapat

dilakukan oleh KPK.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 102: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

102

Universitas Indonesia

Kedua, karena rencana strategi KPK dinilai masih belum terlalu berfokus

pada satu hal yang konsisten dari waktu ke waktu, maka diperlukan adanya

penyusunan ulang strategi tersebut agar memenuhi paling tidak dua hal, yakni

fokus pada akar permasalahan yang utama yakni pembenahan sistem, serta harus

bersifat jangka panjang dan berkesinambungan antara satu periode kepemimpinan

ke periode selanjutnya.

Ketiga, perlu adanya penyempurnaan pola kelembagaan di dalam tubuh

KPK yakni dalam kaitannya dengan mekanisme akuntabilitas, pengawasan

internal, fasilitas, serta keterjangkauan. Jumlah anggaran dan jumlah pegawai juga

harus ditambah secara realistis sesuai dengan ketersediaan dan kebutuhan.

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 103: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

103

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Atmasasmita, Romli. Globalisasi dan Kejahatan Bisnis. Jakarta: Kencana, 2010

Brantingham, P and Brantingham, P. Patterns in Crime. New York: Macmillan

Publishing Company, 1984

Djaja, Ermansjah. Memberantas Korupsi Bersama KPK (Komisi Pemberantasan

Korupsi). Jakarta: Sinar Grafika, 2008

Davidsen, S, Vishnu Juwono, and David G. T. Curbing Corruption in Indonesia

2004-2006. Yogyakarta: Kanisius Printing House, 2006

Hamzah, Fahri. Demokrasi, Transisi, Korupsi: Orkestra Pemberantasan Korupsi

Sistemik. Jakarta: Yayasan Faham Indonesia, 2012

-----------------.Kemana Ujung Century?: Penelusuran dan Catatan Mantan

Anggota Pansus Hak Angket Bank Century DPR-RI. Jakarta:

Yayasan Faham Indonesia, 2011

Klitgaard, R. Membasmi Korupsi.(diterjemahkan oleh Hermojo). Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 1998.

Klitgaard, R., Maclean-Abaroa, R. and Parris, H.L Penuntun Pemberantasan

Korupsi Dalam Pemerintahan Daerah, (diterjemahkan oleh Masri

Maris). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002.

Manion, Melanie. Corruption by Design: Building Clean Government in

Mainland China and Hong Kong. USA: Harvard University Press,

2004

Mochtar, Akil. Memberantas Korupsi: Efektivitas Sistem Pembalikan Beban

Pembuktian dalam Gratifikasi. Jakarta: Penerbit Q-Communication,

2006

Parwadi, Redatin. Koruptologi.Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2010

Rose-Ackerman, Susan. Korupsi dan Pemerintahan: Sebab, Akibat,dan

Reformasi, (diterjemahkan oleh Toenggoel P. Siagin) Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan, 2006

Soedarso, Boesono. Latar Belakang Sejarah dan Kultural Korupsi di Indonesia.

Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2009

Soekardi, Sugriwadi. Dibawah Cengkeraman KPK: Pergulatan Para Korban

Penyalahgunaan Kewenangan KPK. Jakarta: Penerbit CV Ricardo, 2009

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 104: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

104

Universitas Indonesia

Soesatyo, Bambang. Perang-Perangan Melawan Korupsi, Pemberantasan

Korupsi di Bawah Pemerintahan SBY. Jakarta: Penerbit Ufuk, 2010

Skripsi, Tesis, dan Disertasi

Ginting, Lowryanta. Analisis Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

terhadap Penyidikan dan Penuntutan Tindak Pidana Korupsi

dalam Rangka Penegakan Hukum, Tesis Magister Ilmu Hukum,

Program Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Indonesia, 2004

Liu, Zihua, Disertasi Doctor of Philosophy, Faculty of the Graduate School of the

State of University of New York, 2007

Publikasi Lembaga

Independent Commission Against Corruption (Hong Kong Special Administrative

Region). 2007-2011 Annual Report. Hong Kong: Independent

Commission Against Corruption, 2007-2011

Indonesia Corruption Watch. Independent Report,Corruption Assessment and

Compliance United Nation Convention Against Corruption (UNCAC)-

2003 in Indonesian Law. Jakarta: Penerbit Indonesia Corruption

Watch, 2008

Komisi Pemberantasan Korupsi. Laporan Tahunan KPK 2007-2011. Jakarta:

Komisi

Pemberantasan Korupsi, 2007-2011

Komisi Pemberantasan Korupsi. Kumpulan Undang-Undang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi,

2006

Komisi Pemberantasan Korupsi. Rencana Stratejik Komisi Pemberantasan

Korupsi 2008- 2011. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi,

2008

Komisi Pemberantasan Korupsi. Rencana Strategis Komisi Pemberantasan

Korupsi 2004- 2007. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi,

2004

Komisi Pemberantasan Korupsi. Rencana Strategis Komisi Pemberantasan

Korupsi Tahun 2011-2015. Jakarta: Komisi Pemberantasan

Korupsi, 2011

United Nations. United Nations Convention Against Corruption. New York:

Penerbit United Nations, 2004

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 105: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

105

Universitas Indonesia

Transparency International. Corruption Perception Index 2011. Penerbit

Transparency International, 2011

Transparency International. Corruption Perception Index 2012. Penerbit

Transparency International, 2012

Lembaga Administrasi Negara, Pusat Kajian Administrasi Internasional. Strategi

Penanganan Korupsi di Negara-Negara Asia Pasifik. Jakarta:

Penerbit LAN, 2007

Artikel Jurnal

Azra, A. Korupsi Dalam Perspektif Good Governance. Jurnal Kriminologi

Indonesia, Vol. 2 No.1 (Januari 2002): 31-36

Argandona, A. The United Nations Convention against Corruption and Its Impact

on International Companies. Journal of Business Ethics, Vol. 74, No. 4,

Ethics in and of Global Organizations: The EBEN 19th Annual

Conference in Vienna (Sep., 2007): 481-496

Carlson, J.: “Money Laundry and Corruption: Two Sides of the Same Coin”, No

Longer Business as Usual dalam Argandona, A. The United

Nations Convention against Corruption and Its Impact on International

Companies. Journal of Business Ethics, Vol. 74, No. 4, Ethics in and

of Global Organizations: The EBEN 19th Annual Conference in Vienna

(Sep., 2007): 481-496

de Graaf, G. Causes of Corruption: Towards a Contextual Theory of Corruption,

Public Administration Quarterly, vol. 31, No 1/2 (Spring-Summer 2007):

39-86

Skidmore, Max. Promise and Peril in Combating Corruption: Hong Kong’s

ICAC, Annals of the American Academy of Political and Social

Science, Vol. 547, The Future of Hong Kong (Sep., 1996): 118-130

Publikasi Elektronik

Aidilla, Tahta. “Kekurangan Penyidik, KPK Kesulitan Tangani Puluhan Kasus

Nazaruddin”

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/08/17/lq1wpc

-kekurangan- penyidik-kpk-kesulitan-tangani-puluhan-kasus-nazaruddin

(Diakses pada 29 November 2012)

Daniel, Wahyu. “Dirjen Pajak: Korupsi, Penyakit Kronis Sejak Zaman VOC”.

http://finance.detik.com/read/2011/12/06/100522/1783593/4/dirjen

-pajak-korupsi- penyakit-kronis-sejak-zaman-voc (Diakses 19

November 2012)

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 106: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

106

Universitas Indonesia

Gatra, Sandro. “Para Politisi Minta Standar Seleksi Pegawai KPK Diturunkan”.

http://nasional.kompas.com/read/2012/06/21/22553981/Para.Polit

isi.Minta.Standar.S eleksi.Pegawai.KPK.Diturunkan.(diakses 9

Desember 2012)

GovHK. “ICAC budget report 2012”.

www.budget.gov.hk/2012/eng/pdf/head072.pdf (diakses 4 Desember

2012)

GovHK. “ICAC budget report 2011”.

www.budget.gov.hk/2011/eng/pdf/head072.pdf (diakses 4 Desember

2012)

GovHK. “ICAC budget report 2010”.

www.budget.gov.hk/2010/eng/pdf/head072.pdf (diakses 4 Desember

2012)

Independent Commission Against Corruption (Hong Kong). “ICAC Annual

Survey 2011, Executive Summary”.

http://www.icac.org.hk/en/useful_information/sd/sd/index.html

(Diakses 29 November 2012)

Independent Commission Against Corruption (Hong Kong). “History”.

http://www.icac.org.hk/new_icac/eng/abou/history/main_2.html

(diakses 13 November 2012)

Independent Commission Against Corruption (Hong Kong). “Homepage”

http://www.icac.org.hk/en/home/index.html (Diakses 17 November

2012)

Independent Commission Against Corruption (Hong Kong). “Legal

Empowerment” http://www.icac.org.hk/en/about_icac/le/index.html

(Diakses 18 Novermber 2012)

JSSCS GovHK. “Chapter 10 ICAC Overview” www.jsscs.gov.hk/.../gs_ch10.pdf

(diakses 9 Desember 2012)

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. “Pola” http://kbbi.web.id/ (Diakses 3

Desember 2012)

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. “Kerja” http://kbbi.web.id/ (Diakses 3

Desember 2012)

Komisi Pemberantasan Korupsi . “Peluncuran Film’Kita versus Korupsi’:

Kampanye Antikorupsi melalui

Film”http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid =2518

(diakses 2 Desember 2012)

Maharani, Esthi. “Kasus Wisma Atlet dan Hambalang, Kejahatan Terorganisasi”.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/06/24/m6480

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013

Page 107: PERBANDINGAN POLA KERJA PEMBERANTASAN TINDAK ...

107

Universitas Indonesia

h-kasus-wisma- atlet-dan-hambalang-kejahatan-terorganisasi

(Diakses 24 November 2012)

Maharani, Dian. “Kronologi Penyelidikan Kasus Simulator Versi Polri”

http://nasional.kompas.com/read/2012/08/04/10353221/Kronologi.

Penyelidikan.Kasu s.Simulator.Versi.Polri (Diakses 24 November

2012)

Masduki, Teten. “Corruption Perception Index 2011 Indonesia Masih Berada di

Jajaran Bawah Negara-negara Terbelenggu Korupsi”

http://www.ti.or.id/index.php/publication/2011/12/01/corruption-

perception-index- 2011. (Diakses 19 November 2012)

Merriam-Webster Dictionary. “Pattern”. http://www.merriam-

webster.com/dictionary/pattern (diakses 3 Desember 2012)

Oxford Dictionaries. “Pattern”

http://oxforddictionaries.com/definition/english/pattern?q= pattern

(Diakses 3 Desember 2012)

Oxford Dictionaries. “work”

http://oxforddictionaries.com/definition/english/work?q= work (Diakses

3 Desember 2012)

Santoso, Ferry. “Gaji Penyidik di KPK Lebih Besar 400 Persen”

http://nasional.kompas.com/read/2012/10/12/15294581/Gaji.Penyi

dik.di.KPK.Lebih.

Besar.400.Persen.utm.source.WP.utm.medium.box.utm.campaign.

Kpopwp (Diakses 11 Desember 2012)

Transparency International. Survey: Putting Corruption Out of Business,

Question 1. http://www.transparency.org/research/bps2011/ (Mei-Juli,

diakses 29 November 2012)

Perbandingan pola ..., Muhammad Farhan, FISIP UI, 2013