PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN...

78
PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN AMIEN RAIS TENTANG HUBUNGAN ISLAM DAN NEGARA DI INDONESIA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh: M. Marfirozi 1112112000010 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN...

Page 1: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

DAN AMIEN RAIS TENTANG HUBUNGAN ISLAM DAN

NEGARA DI INDONESIA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh:

M. Marfirozi

1112112000010

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul

Perbandingan Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais Tentang

Hubungan Islam dan Negara di Indonesia

1. Merupakana karya asli saya yang diajukan untuk mengetahui salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata sarjana 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian terbukti karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Jakarta (UIN) Syarif Hidayatullah.

Ciputat, 23 April 2019

M. Marfirozi

Page 3: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini pembimbing skripsi menyatakan bahwa mahasiswa

Nama : M. Marfirozi

NIM : 1112112000010

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

Perbandingan Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais Tentang

Hubungan Islam dan Negara di Indonesia

dan telah diuji pada Hari/tanggal Rabu 8 Mei 2019.

Ciputat, 8 Mei 2019

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Iding Rosyidin, M.Si

NIP: 19701013200501100

Dr. Sirojuddin Aly, M.A

NIP: 195406052001121001

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Page 4: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

iii

SKRIPSI

PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN

AMIEN RAIS TENTANG HUBUNGAN ISLAM DAN NEGARA DI

INDONESIA

Oleh:

M. Marfirozi

1112112000010

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 May

2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Iding Rosyidin, M.Si Suryani, M.Si

NIP. 197010132005011003 NIP.197704242007102003

Pengguji I, Penguji II,

Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si Dr. Shobahussurur, MA

NIP. 197204122003121000 NIP. 196411301988031001

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 8 Mey 2019.

Ketua Program Studi Ilmu Politik

Dr. Iding Rosyidin M.Si

NIP. 197010132005011003

Page 5: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

iv

ABSTRAK

Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana pemikiran Ahmad Syafi’i

Ma’arif dan Amien Rais dalam melihat hubungan antara Islam dan negara di

Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untukmengetahui perbedaan dan

persamaan dalam pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais tentang

hubungan Islam dan negara di Indonesia. Teori yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teori politik Islam dan teori hubungan Islam dan negara. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, diman tehnik

pengambilan datanya menggunakan studi pustaka dengan cara mempelajari dan

menganalisis sumber-sumber yang terkait dengan masalah penelitian, dan

diperkuat dengan wawancara. Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa

meskipun sulit untuk membedakan pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien

Rais tentang hubungan Islam dan Negara di Indonesia, namun ada beberapa hal

yang membedakannya seperti dalam hal melihat partai politik di Idnonesia Ahmad

Syafi’i Ma’arif memebrikan kritikan terhadap penggunaan Islam sebagai ideologi

partai, sementara Amien Rais berannggapan bahwa hal tesebut tidak menjadi

masalah. Kemudian Ahmad Syafi’i Ma’arif dalam politik Islam nilai etik adalah

hal yang paling utama untuk diperjuangkan, sementara Amien Rais beranggapan

bahwa justru nilai politik Islamnya yang harus diperjuangkan. Sementara itu

Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais memiliki pemahaman yang sama bahwa

Pancasila merupakan keputusan akhir sebagai dasar negara yang sejalan dengan

nilai-nilai Islam.

Kata Kunci: Politik Islam, Negara, Hubungan Islam dan politik

Page 6: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, yang telah

memberikan segala rahmatnya kepada umatnya dan semesta. Serta salam dan

shalawat kucurahkan kepada baginda besar junjungan kita Nabi Muhammad

SAW, sang membawa pencerahan dari kegelapan menuju alam terang benderang

bagi umat manusia sebagai tauladan terbaik dalam mengarungi kehidupan, baik

itu dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Penulis menyadari jika penulisan skripsi ini jauh dari sempurna dan tidak

selesai tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun

materil. Oleh karena itu dengan tulus penulis mengucapkan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua beserta teman-teman Ilmu Politik.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari berbagai pihak. Peneliti juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf dan jajarannya

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)

3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Suryani, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

vi

5. Dosen pembimbing Dr. Sirojuddin Aly, M.A. Terimakasih telah

membimbing dengan sabar dan ikhlas, beserta bersedia meluangkan

waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan beserta nasehat dan

motivasi selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.

6. Segenap dosen Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Jakarta yang

tidak bisa saya sebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat

penulis kepada beliau.

7. Kepada kedua orang tua tercinta Ichwandi dan Novia Yeni yang telah

memberikan doa dan dukungan selama menyusun skripsi ini.

8. Segenap sahabat seperjuangan di kampus Fakultas Imu Sosial dan

Ilmu Politik terkhusus sahabat seperjuangan Ilmu Politik Angkatan

2012 yang tidak pernah lelah memberikan masukan, dialog dan juga

pengalamannya sehingga skripsi ini terselesaikan.

9. Segenap senior sebagai rekan seperjuangan yang tidak bisa disebutkan

satu persatu yang telah memberikan spirit dan masukan sehingga

penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan

pemikiran untuk semua khususnya penulis sendiri.

Ciputat, 23 April 2019

M. Marfirozi

Page 8: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

vii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME...............................................................i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI...........................................................ii

ABSTRAK......................................................................................................................iv

KATA PENGANTAR...................................................................................................v

DAFTAR ISI................................................................................................................vii

DAFTAR TABEL................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................

A. Pernyataan Masalah..................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.......................................................7

D. Tinjauan Pustaka.............................................................................8

E. Metode Penelitian...................................................................................9

a. Jenis Penelitian.........................................................................10

b. Teknik Pengumpulan Data.......................................................10

c. Teknik Analisis Data...............................................................11

F. Sistematika Penulisan....................................................................11

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN KONSEPTUAL .....................................

A. Politik Islam..................................................................................14

1. Pengertian politik Islam..........................................................15

2. Tipologi Politik Islam.............................................................17

B. Hubungan Islam dan Negara.........................................................20

1. Pengertian Negara...................................................................20

2. Negara dalam Pandangan Islam. ............................................21

3. Relasi Antara Agama dan Negara ................................................ 23

BAB III BIOGRAFI AHMAD SYAFI'I MA'ARIF DAN AMIEN RAIS..................

A. Biografi Ahmad Syafi'i Ma'arif...............................................................26

1. Riwayat Hidup........................................................................26

2. Pendidikan...............................................................................29

3. Karya-karya.............................................................................31

B. Biografi Amien Rais.......................................................................32

1. Riwayat Hidup..........................................................................32

Page 9: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

viii

2. Pendidikan ....................................................................................... 34

3. Karya-Karya .................................................................................... 35

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN AHMAD SYAFI'I MA'ARIF DAN AMIEN RAIS

TENTANG HUBUNGAN ISLAM DAN NEGARA DI

INDONESIA.............................................................................................

A. Pemikiran Ahmad Syafi'i Ma'arif .................................................. 39

1. Pemikiran Keislaman Ahmad Syafi'i Ma'arif.....................................39

2. Pandangan Ahmad Syafi'i Ma'arif Tentang Dasar Negara.................43

3. Pandangan Tentang Hubungan Islam dan Negara..............................44

B. Pemikiran Amien Rais ................................................................... 51

1. Paradigma Pemahaman Keagamaan Amien Rais .................... 51

2. Pandangan Amien Rais tentang Konsep Negara ..................... 53

3. Hubungan antara Islam dan Negara ......................................... 55

C. Analisis Persamaan dan Perbedaan Pemikiran Ahmad Syafi'i .........

Ma'arif dan Amien Rais.................................................................58

1. Persamaan Pemikiran Ahmad Syafi'i Ma'arif dan Amien Rais

Tentang Hubungan Islam dan Negara di Indonesia..........................59

2. Perbedaan Pemikiran Ahmad Syafi'i Ma'arif dan Amien Rais

Tentang Hubungan Islam dan Negara di Indonesia..........................60

BAB V PENUTUP ............................................................................................................

A. Kesimpulan .......................................................................................... 63

B. Saran ...................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 65

Page 10: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

ix

DAFTAR TABEL

Tabel IV.C.1 Persamaan dan Perbedaan Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif dan

Amien Rais.....................................................................................62

Page 11: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Islam dan politik adalah dua kata yang menjadi perbincangan dalam

khasanah intelektual muslim sebagai ide Islam dan keyataan sepanjang sejarah1.

Islam melalui sumber primernya Al-Quran dan Sunah telah memberikan patokan

dasar moral serta hukum bagi kaum muslim dalam mengekspresikan pikiran dan

perilaku bagi kehidupan bermasyarakat. Perbedaan tentang bentuk negara dan

mekanisme pemerintah dalam negara yang berdasarkan sunnah Rasul dan doktrin

kitab suci Al-Quran sangat membutuhkan waktu dan penyesuaian dengan kondisi

negara yang didasarkan atas landasan teritorial, geografis dan kultur masing-

masing sehingga ekspresi atau perwujudan wajah dari politik Islam saat ini sangat

berbeda antara Negara Muslim yang satu dengan yang lainnya.2

Persoalan ini semakin menjadi bahan diskusi publik yang berkepanjangan

sejak wafatnya Nabi Saw hingga masa sekarang. Perdebatan ini terasa semakin

seru ketika kaum muslimin memasuki periode modern, apalagi ketika ideologi

besar di dunia seperti kapitalisme dan sosialisme menanamkan pengaruhnya di

dunia Islam. Salah satu dari topik diskusi adalah apakah agama harus bersatu

dengan negara atau dipisahkan.3 Persoalan antara Islam dan negara dalam masa

modern ialah salah satu subjek penting yang belum terpecahkan secara tuntas dan

1 John L Esposito, Islam dan Politik, terj. H. M. Joesoef Sou’yb (Jakarta: Bulan Bintang,

1990), h. 39 2 Sigit Prayitno, Skripsi: “Pemikiran Amin Rais Tentang Politik Islam” (Yogyakarta:

UIN Sunan Kalijaga, 2008), h. 2 3 Yusril Ihza Mahendra, Harun Nasution Tentang Islam dan Masalah Kenegaraan

(Jakarta: LP3ES, 1999), h. 219

Page 12: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

2

barangkali akan terus menjadi bahan bahasan dan ranah diskusi sepanjang hidup

manusia. Diskusi tentang hal itu belakangan semakin hangat tatkala kebangkita

Islam melanda hampir seluruh dunia Islam. Pengalaman masyarakat Muslim di

berbagai belahan dunia khususnya sejak perang dunia II mengisyaratkan adanya

hubungan yang canggung antara Islam dan negara, berbagai eksperimen dilakukan

untuk menyelaraskan antara Islam dengan konsep dan kultur politik masyarakat

Muslim. Eksperimen ini dalam banyak hal beragam, tingkat penetrasi Islam ke

dalam negara dan politik juga berbeda-beda.4 Kesenjangan antara Islam dan

negara sejalan dengan keragaman sosial, kultur dan politik yang mereka hadapi.

Hal ini selain mengandung arti bahwa konsepsi tersebut sangat dipengaruhi oleh

budaya masyarakat juga mengandung arti bahwa konsepsi tersebut lahir dalam

konstelasi politik tertentu, karena memiliki tujuan dan motif politik.5

Dengan mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia memakai konsep

demokrasi dalam perjalanan politiknya. Berbagai persoalan muncul mengenai

hubungan antara negara dengan agama di Indonesia. Bahtiar Effendi

mengemukakan adanya tiga periode mengenai hubungan Islam dan Negara di

Indonesia. Pertama periode pra kemerdekaan atau disebut kesatuan Islam dan

Negara. Ketika itu terjadi perseteruan antara kubu Islam yang diwakili M.Natsir

dan Agus Salim yang menginginkan ditetapkannya cita-cita politik Islam dengan

Soekarno yang berfahan nasionalis sekuler yang meyakini bahwa penyatuan

antara Islam dan negara hanya berakibat kemunduran dan politisasi Islam. Kedua

periode pasca revolusi yang berintikan seruan perjuangan Islam sebagai dasar

4 Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam dan Fundamentalisme, Modernisasi hingga

Post Modernisme (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 1 5

M. Din Syamsudin, “Usaha Pencarian Konsep Dalam Sejarah Pemikiran Politik

Islam,”Jurnal Ulumul Quran vol iv, 1993, h. 5

Page 13: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

3

ideologi negara. Ketika itu Masyumi sebagai partai pemenang pemilu 1955,

berusaha menggolkan cita-cita politik Islam di Majlis Konstituante, namun karena

tidak ada satupun yang berhasil meperoleh 2/3 untuk menggolkan frekuensinya,

kemudian Presiden Soekarno memutuskan untuk kembali ke UUD 1945 yang

yang berintikan Pancasila sebagai dasar Negara. Ketiga masa Orde Baru yang

berintikan pengayoman idealisme dan aktivitas politik Islam. Pemerintah Orde

Baru curiga terhadap artikulasi politik umat Islam, legalistik dan formalistik

seperti tuntunan Islam agar Piagam Jakarta dilegalkan kembali pada sidang MPRS

1986.6

Sampai saat ini pemikiran-pemikiran mengenai hubungan antara Islam dan

negara terus berkembang. Banyak para tokoh dan akademisi di Indonesia

menuangkan berbagai pikirannya mengenai hubungan Islam dan negara dalam

bentuk buku dan bebagai karya ilmiah lainnya. Ada dua tokoh yang akan

dianalisis dalam hal ini.

Pertama pemikiran Amien Rais tentang hubungan Islam dan negara di

Indonesia. Dalam gagasannya yang dimuat di majalah Panji Masyarakat dengan

tema “Tidak Ada Negara Islam”, Amien Rais berpendapat bahwa Negara Islam

tidak ada dalam Al-quran maupun dalam Sunnah.7 Bagi Amien Rais dalam

Kehidupan politik yang Islami tidak memberikan ruang bagi sekularisasi, politik

yang didasarkan kepada paham sekularisasionisme merupakan politik yang tidak

berdasarkan kepada dasar-dasar nilai agama. Oleh karena itu politik seperti ini

akan searing bertabrakan dengan tujuan dakwah baik secara potensial maupun

6 Bahtiar Efendy, Islam dan Negara,Trasformasi Pemikiran dan Praktek PolitikIslam di

Indonesia, cet. 1 (Jakarta: Paramadina, 1998), h. 62 7 M. Amien Rais, Cakrawala Islam, Antara Cita dan Fakta, cet. IV (Bandung: Mizan,

1993), h. 30

Page 14: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

4

aktual. Maka politik Islam merupakan hal yang tidak mengenal istilah pemisahan

antara urusan negara dengan urusan akhirat. Diantara keduanya itu bersifat

terpadu dan berkelanjutan, sekularisasi dalam bentuk apapun merupakan bagian

dari sekularisme.8

Amien melihat ideologi sebagai sesuatu yang serba mencakup (integral)

atas seluruh kehidupan manusia, termasuk dalam bernegara (politik). Sebagai

sesuatu yang serba mencakup, ideologi dalam pandangan Amien kemudian

diidentikkan dengan Islam. Dalam konteks ini Islam kemudian diposisikan

sebagai ideologi, dalam pandangannya, Syariah merupakan suatu sistem hukum

yang lengkap dan terpadu serta telah meletakkan dasar-dasar tidak hanya sebagai

hukum kostitusional, tapi juga hukum administrasi, pidana, perdata dan bahkan

hukum internasional.9

Dalam pandangan Amien negara yang berlandaskan Pancasila saja sah,

selama Pancasila dimengerti secara wajar dan benar, nilai yang terdapat dalam

Pancasila tidak satupun yang tidak sejalan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu

negara dengan model ini justru bisa bernilai lebih Islami jika prinsip-prinsip Islam

termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.10

Kedua adalah Ahmad Syafi’i Ma’arif sebagai salah satu tokoh yang

menuangkan pemikirannya tentang hubungan antara negara dan agama yang lebih

spesifik merujuak kepada hubungan antara Islam dan Ideologi Pancasila di

Indonesia. Menurut Syafii Maarif sebutan negara Islam tidak diperlukan lagi,

tetapi bahwa moral Islam harus menyinari masyarakat luas adalah sebuah

8

M. Amien Rais, Cakrawala Islam, Antara Cita dan Fakta, cet. IV (Bandung:

Mizan,1993), h. 29 9 M. Amien Rais, Cakrawala Islam, Antara Cita dan Fakta, Vol. IV h. 29

10 Sigit Prayitno, Pemikiran Amien Rais Tentang Politik Islam, (Yogyakarta:

Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008),h. 5

Page 15: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

5

keniscayaan jika memang Indonesia ingin menjadi sebuah negara yang adil dan

makmur.11

Pandangan Syafii Maarif tentang pola hubungan antara negara dan agama

secara garis besar bukan sekedar pola hubungan dikotomis yang saling

meniadakan, pola hubungan Islan dan negara adalah dimana Islam bukan semata-

mata sebagai ritual peribadatan hamba kepada tuhannya saja, tetapi lebih dari itu

Islam menyangkut hal-hal tentang bagaimana kaedah-kaedah, batas-batas dalam

muamalah dan bersosial dalam masyarakat. Selanjutnya Syafi’i Ma’arif juga

menolak pendapat yang mengatakan bahwa Islam adalah negara dan agama,

dalam pandangannya negara adalah sesuatu yang mutable (berubah) sesuai dengan

tuntunan ruang dan waktu, sedangkan agama merupakan sesuatu yang immutable

(tetap) tidak lekang oleh ruang dan waktu.12

Pada dasarnya Syafi’i Ma’arif melihat bahwa nilai-nilai Islam itu sejalan

dengan Pancasila, dalam artian bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila

sejalan dengan syariat Islam itu sendiri. Maka Ideologi Pancasila harus bisa

diamalkan oleh masyarakat Indonesia agar tercapai kehidupan yang rukun dan

damai.

Pemikiran mengenai hubungan antara Islam dan Negara ini terus

berkembang dan menagalami dinamika di Indonesia. Walaupun Pancasila sudah

final menjadi ideologi bangsa Indonesia namun masih ada pihak-pihak tertentu

yang tidak bisa menerima kenyataan tersebut, sehingga gejolak perbedaan

pandangan tersebut terus menjadi isu yang tidak pernah tuntas untuk di bahas.

11

Lia Hilyah, Dinamika Pemikiran Politik Ahmad Syafi’i Ma’arif (Tinjauan Terhadap

Ideologi Negara), (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2009), h. 18 12

Ahmad Sholikin, “Pemikiran Politik Negara Dan Agama Ahmad Syafii Maarif, Jurnal

Politi Muda, Vol 2 No 1, (Januari-Maret 2012), h. 196

Page 16: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

6

Melalui pemikiran kedua tokoh di atas Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien

Rais penulis dapat menganalisa lebih mendalam terkait pemikiran hubungan Islam

dan negara di Indonesia. Walaupun secara garis besar kedua tokoh ini memiliki

pemikiran yang tidak jauh berbeda, bahwa pada intinya Islam tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan bernegara, dan Pancasila merupakan ideologi yang

sejalan dengan nilai-nilai Syariat Islam itu sendiri.

Ada perbedaan mendasar yang terdapat pada pemikiran Ahmad Syafi’i

Ma’arif dan Amien Rais dalam melihat hubungan Islam dan negara, perbedaan

tersebut terlihat pada praktek atau implementasi dari ajaran Islam terhapad

kehidupan politik. Ahmad Syafi’i Ma’arif cenderung cenderung tidaksetuju

dengan penerapan Islam sebagai ideologi dalam hal apapun baik sebagai negara

mapun sebagai partai politik, karena dalam pandangan Syafi’i Ma’arif Islam

merupakan ajaran yang memiliki nilai tinggi yang tidak bisa dijadikan sebagai

simbol-simbol tertentu. Sementara Amien Rais perpendapat lain bahwa, nilai-nilai

Isla harus dipraktekkan dalam kehidupan politik, karena politik pada dasarnya

adalah dakwah. Untuk menemukan lebih dalam lagi mengenai persamaan dan

perbedaan pemikiran Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais, penulis akan mencoba

membandingkan pemikiran kedua tokoh tersebut untuk menemukan karakteristik

pemikiran masing-masing kedua tokoh.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang disampaikan dalam pernyataan masalah di atas,

maka penulis membatasi masalah penelitian ini pada pemikiran yang dapat

dibandingkan antara satu dengan yang lainnya mengenai hubungan antara Islam

dan negara di Indonesia.

Page 17: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

7

Dari batasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian ke

dalam pertanyan berikut:

1. Bagaimana pemikiran politik Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais

tentang hubungan Islam dan negara di Indonesia?

2. Apa perbedaan dan persamaan pemikiran politik Ahmad Syafi’i Ma’arif

dan Amien Rais tentang hubungan Islam dan negara di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

Pertama, menjelaskan pandangan Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais

tentang hubungan Islam dan negara di Indonesia. Penulis akan mendeskripsikan

pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais dalam melihat hubungan antara

Islam dan politik di Indonesia.

Kedua, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mencari

persamaan serta perbedaan antara pemikiran politik Ahmad Syafi’i Ma’arif

dengan Amien Rais tentang hubungan antara Islam dan negara di Indonesia.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Menambah pengetahuan penulis tentang pemikiran politik Islam, terutama

mengenai pokok-pokok pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais

tentang hubungan Islam dan Politik di Indonesia.

b. Menambah referensi pengetahuan pada bidang ilmu sosial dan politik

tentang hubungan yang berkembang antara Islam dan negara di Indonesia.

Page 18: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

8

c. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pengetahuan dan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan secara umum dan studi ilmu sosial secara khusus.

d. Memberikan tambahan referensi tentang topik yang berhubungan dengan

hubungan Islam dan negara di Indonesia terutama terkait perbedaan

pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa sumber referensi

terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian sebagai acuan dalam

memudahkan penelitian.

Pertama, skripsi dari Sigit Prayitno mahasiswa jurusan Sejarah dan

Kebudayaan Islam Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta, dengan tema “Pemikiran Amien Rais Tentang Politik Islam”. Dalam

sikripsi Sigit Prayitno secara umum menjelaskan tentang bagaimana awal

munculnya pemikiran Amien Rais tentang politik Islam di Indonesia samapai

kepada peran pemikran Amien Rais tentang politik Islam terhadap perkembangan

politik di Indonesia.

Kedua, skripsi dari Lia Hilyah mahasiswa jurusan Jinayah Siyasah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Isalam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, dengan tema: “Dinamika Politik Ahmad Syafi’i Ma’arif (Tinjauan

Terhadap Ideologi Negara)”. Dalam skripsi Lia Hilyah ini menjelaskan bagaimana

perjalanan pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif tentang Islam dan Pancasila sebagai

ideologi negara sebelum dan pasca kuliah di Chicago.

Page 19: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

9

Ketiga, buku Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan

Sebuah Refleksi Sejarah, dalam buku ini dijelaskan bagaimana pemikiran Ahmad

Syafi’i Ma’arif dalam melihat perkembangan dan perjalanan Islam sebagai agama

mayoritas penduduk Nusantara mulai dari awal kemunculan Islam di Indonesia

sampai kepada Islam Indonesia yang mampu memberikan solusi terhadapat

masalah-masalah bangsa yang dilihat dalam sebuah refleksi sejarah.13

Keempat, jurnal yang ditulis oleh Ahmad Sholikin dengan judul Pemikiran

Politik Negara dan Agama Ahmad Safi’i Ma’arif, jurnal ini menjelaskan

pemikiran politik Negara dan Agama Ahmad Safi’i Ma’arif serta latar belakang

pemikiran tersebut dengan menggunakan teori politik Islam Al-Maududi dan teori

sosiologi Karl Manheim dalam menganalisis pemikiran politik dan latar belakang

pemikiran Ahmad Safi’i Ma’arif.14

Dari tinjauan pustaka di atas tidak terdapat kesamaan pembahasan yang

akan dibahas dalam skripsi ini. Dalam skripsi ini penulis akan mencoba

membandingkan dan menganalisis pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien

Rais tentang hubungan antara Islam dan negara di Indonesia.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian sosial adalah cara sistematik yang digunakan peneliti

dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam proses identifikasi dan

penjelasan fenomena sosial yang tengah diteliti.15

Metodologi penelitian berguna

13 Ahmad Safii Maarif, Islam Dalam Bingkai Keindonesian dan Kemanusiaan Sebuah

Refleksi Sejarah (Bandung: Mizan, 2009).

14

Ahmad Sholikin, “Pemikiran Politik Negara Dan Agama Ahmad Syafii Maarif, Jurnal

Politik Muda, Vol 2 No 1, (Januari-Maret 2012). 15

Gumilar Rusliwa Somantri, “Memahami Metode Kualitatif,” Makara, Sosial

Humaniora, Vol. 9, No. 2, h. 57.

Page 20: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

10

untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian secara sistematis sehingga

dapat membantu dalam mendekati permasalahan yang diteliti dan mencari

jawaban yang diharapkan.

a. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Metode

kualitatif dipengaruhi oleh paradigma naturalistik-interpretatif Weberian, yang

membuat penelitian ini berusaha untuk mengkonstruksi realitas dan memahami

maknanya. Sehingga penelitian kualitatif sangat memperhatikan proses, peristiwa

dan otentitas yang diteliti.16

Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif, dengan maksud untuk

memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai perbandingan pemikiran

Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais tentang hubungan Islam dan negara di

Indonesia. Selain itu penelitian ini menggunakan tipe deskriptif-analitis yaitu

analisis yang dilakukan dengan dengan mencari informasi terhadap sumber yang

berasal dari karya-karya ilmiah yang ditulis secara lansuang oleh kedua tokoh.

b. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan

studi dokumenter, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari sumber-sumber

informasi milik obyek yang ditulis secara lansung tanpa perantara penulis lainnya.

Untuk memperoleh data penulis menggunakan metode pengumpulan data

sebagai berikut:

16

Gumilar Rusliwa Somantri, “Memahami Metode Kualitatif,” Makara, Sosial

Humaniora, h. 57.

Page 21: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

11

Pertama; Data Primer, yaitu sumber utama yang diperoleh secara lansung

dari objek yang diteliti. Seperti buku-buku,atau karya tulis yang ditulis oleh

Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais yang terkait dengan permasalahan yang

diteliti, wawancara dengan Abd. Rohim Ghazali yang memiliki kopetensi

dibidang permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.

Kedua; Data Sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh secara tidak

lansung, yang berkaitan dengan pembahasan penulis, yaitu berupa artikel, jurnal,

majalah, surat kabar yang ditulis oleh penulis lainnya yang memiliki keterkaitan

dengan masalah yang diteliti. Wawancara dengan akademisi yang memiliki

konsen dengan tema penelitian, dengan tujuan untuk menambah data yang dapat

meperkuat hasil penelitian.

c. Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis data penulis menggunakan analisis deskriptif

komparatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan membandingkan bagaimana

perkembangan pemikiran antara kedua tokoh dengan menggunakan teori politik

Islam dan teori hubungan Islam dan Negara sebagaimana yang telah dijelaskan

dalam kerangka teoretis. Mulai dari menggambarkan secara garis besar tentang

pemikiran, kemudian melihat latar belakang dan faktor yang mempengaruhi

pemikiran. Setelah itu baru mengkomparasikan kedua pemikiran tokoh tersebut

sehingga diperoleh persamaan dan perbedan dari pemikiran kedua tokoh tersebut

tentang hubungan Islam dan Negara di Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika yang dirangka dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Page 22: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

12

Bab I Pendahuluan. Berisi tentang pernyataan masalah yang akan dibahas

dalam penelitian, rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian, tujuan dan

manfaat dari penelitian, tinjauan pustaka, dan metodelogi yang digunakan dalam

penelitian.

Bab II Kerangka Teoretis. Bab ini berisi tentang teori yang digunakan

dalam menganalisis pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais tentang

hubungan Islam dan negara di Indonesia, yaitu terdiri dari teori politik Islam dan

teori Hubungan Islam dan negara.

Bab III Biografi Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais. Bab ini berisi

tentang bagaimana riwayat hidup, pendidikan dan pengalaman serta karya-karya

Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais.

Bab IV Analisis Terhadap Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien

Rais tentang Hubungan Islam dan negara di Indonesia. Bab ini memuat tentang

analisis komparatif tentang pemikiran kedua tokoh mengenai hubungan Islam dan

negara di Indonesia. Diantaranya adalah pemikiran politik Ahmad Syafi’i Ma’arif

tentang Islam dan Negara di Indonesia, pemikiran politik Amien Rais tentang

hubungan Islam dan negara di Indonesia, analisis perbandingan pemikiran Ahmad

Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais tentang hubungan Islam dan negara di Indonesia,

dan perbedaan serta persamaan pemikiran politik Ahmad Syafi’i Ma’arif dan

Amien Rais tentang hubungan Islam dan negara di Indonesia.

Bab V Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan

dari keseluruhan pembahasan dan hasil penelitian tentang perbandingan pemikiran

Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais tentang hubungan Islam dan negara di

Page 23: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

13

Indonesia. Dan saran-saran yang berguna bagi perbaikan terhadap kekurangan-

kekurangan yang terdapat dalam penelitian ini.

Page 24: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

14

BAB II

KERANGKA TEORETIS DAN KONSEPTUAL

A. Politik Islam

Politik tidak bisa terlepas dari kajian-kajian historis perkembangan

ilmu politik itu sendiri. Begitu juga kaitannya dengan ajaran Islam, politik

merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Islam itu

sendiri. Dilihat dari sisi sejarah, Islam memiliki perkembangan politik

yang sangat luar biasa dimulai dari sejak zaman Nabi, khalifah, kerajaan-

kerajaan Islam sampai kemunduran kekuasaan Islam itu sendiri.

Perkembangan politik Islam itu sendiri terus menjadi pembahasan yang

tidak pernah selesai dalam kajian-kajian ilmu politik.

Islam terus berkembang sebagai gerakan keagamaan dan politik

dimana agama menjadi satu dengan masyarakatnya, namun tetap

menjadikan Al-Quran dan Sunah sebagai pedoman hidup yang tidak bisa

dibantah. Hal tersebut tergambar melalu sejarah kehidupan politik umat

Islam itu sendiri.17

Dalam mempelajari politik Islam tidak dapat dilepaskan dari aspek

historis yang memiliki beragam penafsiran dari kalangan tokoh pemikiran

politik Islam itu sendiri. Di satu sisi umat Islam percaya bahwa pentingnya

prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan politik dan penagturan sebuah

negara. Dengan adanya sifat yang multiinterpretatif terhadap Islam, maka

tidak ada pandangan yang tunggal mengenai bagaimana Islam dan politik

17 John L Esposito, Islam dan Politik, terj. H. M. Joesoef Sou’yb (Jakarta: Bulan Bintang,

1990), h. 1

Page 25: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

15

dapat dikaitkan secara pas. Oleh karena itu melahirkan berbagai

pandangan dalam memahami bagaimana Islam mengaajarkan cara-cara

mengelola suatu negara dan pemerintahannya.18

1. Pengertian Politik Islam

Dalam bahasa latin politik diartikan sebagai politicus, atau dalam

bahasa Yunani disebut politicos yang berasal dari kata polis yang berarti

kota. Politik diartikan sebagai cara mengurus dan mengatur sebuah negara

yang mencakup berbagai kegiatan dalam sebuah sistem untuk mengatur

warga negaranya.19

Menurut pandangan Miriam Budiarjo politik diartikan sebagai

suatu cara yang digunakan dalam suatu sistem atau negara yang

menyangkut proses penenentuan tujuan dan cara untuk mencapai tujuan

tersebut.20

Smentara itu Deliar Noer berpendapat bahwa politik adalah

semua aktifitas yang berhubungan dengan kukuasaan dalam kehidupan

bermasyarakat.21

Dari kedua pandangan di atas dapat dilihat bahwa politik tidak

hanya berbicara tentang kekuasaan saja, Deliar Noer memiliki pandangan

yang lebih luas bahwa politik juga dapat dilihat dari perspektif

18 Bahtiar Effendy, Islam dan Negara, Trasformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam di

Indonesia, terj.Ihsan Ali Fauzi dan Rudy Harisyah Alam, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,

2009), h.26.

19

Fauzan Naufal, “Hubungan Agama dan Negara dalam Pemikiran Politik Islam di

Indonesia (Analisi Pemikiran Politik Bahtiar Effendy)”, Skripsi (Lampung: UIN Raden Intan

Lampung, 2017), h. 13.

20

Jubair Situmorang, Model Pemikiran dan Penelitian Politik Islam, (Bandung: Pustaka

Setia, 2014), h. 20.

21

Ayi Sofyan, Etika Politik Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 61.

Page 26: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

16

kesejarahan, yaitu bagaimana sejarah bangsa Indonesia sejak zaman

sebelum kemerdekaan sampai masa Orde Baru.22

Politik secara umum dapat diartikan sebagai semua kegiatan yang

menyangkut cara mengatur suatu negara atau masyarakatnya untuk

mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati. Sperti misalnya

pengelolahan pemerintahan, distribusi kekuasaan, pemilihan presiden dan

wakil rakyat dan pembuatan Undang-Undang, semua itu dapat disebut

sebagai kegiatan politik.

Smentara itu dalam bahasa Arab politik berasal dari kata siyasah

yang memiliki makna mengatur, mengurus, dan memerintah.23

Pada

dasarnya siyasah berkaitan dengan cara untuk mengatur dan mengurus

kehidupan manusia dalam bermasyarakat dan bernegara dengan tujuan

untuk membawa kepada kebaikan dan menjauhakan dari keburukan.24

Dalam politik Islam dikenal istilah siyasah shar’iyyah yang

memiliki makna ketentuan kebijakan-kebijakan dalam pengurusan suatu

negara yang didasarkan kepada syariat Islam. Hal-hal yang masuk

kedalam ketentuan dan tata cara pengelolaan suatu masyarakat atau negara

yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan suatu bangsa dan

menjauhkannya dari hal-hal buruk yang tidak diinginkan disebut sebagai

siyasah shar’iyyah.25

22 Fauzan Naufal, “Hubungan Agama dan Negara dalam Pemikiran Politik Islam di

Indonesia (Analisis Pemikiran Politik Bahtiar Effendy)”, Skripsi (Lampung: UIN Raden intan

Lampung, 2017), h. 13.

23

Ahmad Ilyas Hidayat, “Kekuasaan Perspektif Politik Islam”, Skripsi (Makassar: UIN

Alauddin Makassar, 2012), h. 32.

24

Ahmad Ilyas Hidayat, “Kekuasaan Perspektif Politik Islam”, Skripsi, h. 33.

25

Rif’at, “Pemikiran Politik Islam Fachry Ali”, Skripsi (Jakarta: UIN Jakarta, 2011), h.

10.

Page 27: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

17

Munawir Sjadzali mendefenisikan politik Islam kedalam dua

bagian, yaitu Islam substantif dan Islam fundamental. Aliran pemikiran

Islam substantif berpendapat bahwa pentingnya nilai-nilai politik Islam

diterapkan dalam pengelolaan suatu negara walaupun negara tersebut tidak

berasaskan Islam. Sedangkan aliran fundamental berpandangan bahwa

nilai serta keseluruhan ajaran Islam harus diterapkan dalam pengelolaan

suatu negara.26

Banyak yang beranggapan bahwa politik Islam dengan Islam

politik memeliki makna yang sama, akan tetapi pada dasarnya politik

Islam dalam pandangan Syafi’i Ma’arif merupakan sebuah upaya untuk

menjadikan prinsip-prinsip dasar dalam Islam sebagai pedoman dalam

membuat suatu kebijakan.27

Sementara Islam politik dapat diartikan

sebagai bagian dari peristiwa politik yang dilakukan oleh seseorang atau

komunitas Muslim tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.28

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa politik

Islam merupakan suatu cara dalam penentuan kebijakan-kebijakan untuk

mengatur kehidupan suatu negara atau masyarakat berdasarkan nilai-nilai

yang terkandung dalam ajaran Islam.

2. Tipologi Politik Islam

Dalam pembahasan politik Islam banyak melahirkan berbagai

pandangan tentang bagaimana cara seorang muslim dalam menyikapi

26 Rif’at, “Pemikiran Politik Islam Fachry Ali”, Skripsi (Jakarta: UIN Jakarta, 2011), h.

8.

27

Ahmad Syafi’i Ma’arif, Islam dan Politik: Upaya Membingkai Peradaban, (Cirebon:

Pustaka Dinamika, 1999), h. 70.

28

Rif’at, “Pemikiran Politik Islam Fachry Ali”, Skripsi (Jakarta: UIN Jakarta, 2011), h.

8-9.

Page 28: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

18

politik. Karena pada dasarnya Islam dan politik adalah dua hal yang saling

memiliki keterkaitan satu sama lain. Ketika ada pembahasan mengenai

sejarah peradaban Islam itu sendiri maka kajiannya tidak terlepas dari

kegiatan-kegiatan yang terkait dengan politik.

Dalam pandangan A. Djazuli yang dikutip oleh Rif’at dalam

skripsinya yang bejudul Pemikiran Politik Islam Fachry Ali, politik Islam

dikelompokkan ke dalam tiga tipe berdasarkan karakteristiknya. Pertama,

liberal (sekuler) yaitu negara menolak hukum Islam secara penuh. Kedua,

fundamental yaitu negara melaksanakan hukum Islam secara penuh.

Ketiga, moderat yaitu negara yang tidak menjadikan Islam sebagai suatu

kekuatan struktural.29

Tetapi mengimplementasikan nilai-nilai ajaran Islam

dalam kehidupan masyarakat dan negara.

a. Tipologi Liberal

Liberal dapat diartikan sebagai kebebasan secara harfiah. Ketika

dikaitkan dengan suatu kelompok masyarakat maka masyarakat liberal

dapat diartikan masyarakat yang memiliki kebebasan untuk berpedapat,

kebebasan memeluk agama dan kebebasan atas terpenuhinya Hak-Hak

Asasi (HAM).

Tipologi liberal ini beranggapan bahwa Islam memiliki kesamaan

dengan agama-agama lainnya dalam memandang suatu negara dan

kekuasaan. Dimana Islam tidak mengajarkan secara terperinci mengenai

pengaturan kehidupan masyarakat dalam suatu negara. Kelompok ini

beranggapan bahwa agama merupakan sesuatu yang sifatnya universal

29 Rif’at, “Pemikiran Politik Islam Fachry Ali”, Skripsi (Jakarta: UIN Jakarta, 2011), h.

11.

Page 29: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

19

sementara negara adalah sesuatu yang bersifat partikular (individu). Jadi

diantara keduanya tidak dapat disatukan karena memiliki ranah pemikiran

yang berbeda. Dalam arti spesifik dapat dikatakan bahwa tipologi liberal

adalah negara dalam berbagai kebijakan telah melepaskan diri dari ajaran

agama manapun.

b. Tipologi Fundamental

Secara umum fundamental dapat diartikan sebagai sesuatu yang

mendasar, yang biasanya ditujukan kepada sikap politik yang ekstrim,

fanatik dan keras kepala. Kelompok fundamental ini berpandangan bahwa

Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur seluruh aspek

kehidupan manusia, termasuk di dalamnya tata cara mengelola suatu

negara dan masyarakatnya.30

Dalam ajaran Islam diatur tentang aspek-aspek kehidupan

bernegara. Hal tersebut merujuk kepada adanya pandangan dan tuntunan

yang diberikan Nabi ketika memimpin kota Madinah. Kepemimpinan

Nabi tersebut dianggap sebagai pedoman dalam mengatur dan mengurus

masyarakat dalam suatu Negara. Jadi dapat dikatakan bahwa pendirian

negara Islam adalah hal yang mutlak bagi penganut tipologi fundamental

ini.

c. Tipologi Moderat

Tipologi ini berpandangan bahwa dalam Islam tidak ada aturan

yang pasti mengenai masalah-masalah politik dan tata negara, namun ada

prinsip-prinsip tertentu dalam ajaran Islam yang harus diterapkan dalam

30 Ahmad Ilyas Hidayat, “Kekuasaan Perspektif Politik Islam”, Skripsi (Makassar: UIN

Alauddin Makassar, 2012), h. 38.

Page 30: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

20

kehidupan politik suatu negara. dalam Islam terdapat prinsip-prinsip moral

atau etika bagi kehidupan bernegara, yang untuk pelaksanaannya umat

Islam bebas memilih sistem manapun yang terbaik.31

Tipologi ini tentunya menolak klaim pada tipologi pertama yaitu

Islam tidak bisa disatukan dengan urusan politik dan negara. dan juga

meolak klaim tipologi kedua yaitu Islam merupakan agama yang lengkap

yang mengatur kehidupan umat manusia termasuk mengenai politik dan

pemerintahan.

B. Hubungan Islam dan Negara

1. Pengertian Negara

Ditinjau dari pengertian secara bahasa negara diterjemahkan

sebagai (staat) dalam bahasa Belanda, (state) dalam bahasa Inggris, (e’tat)

dalam bahasa Prancis yang semuanya memiliki arti negara. Dalam bahasa

latin negara disebut status atau statum artinya menempatkan, membuat

berdiri. Smentara itu secara terminologi negara diartikan sebagai

organisasi tertinggi dalam suatu kelompok masyarakat yang memiliki cita-

cita untuk bersatu, dan terdapat pemerintahan yang berdaulat.32

Dalam pandangan Roger H. Soltau negara dapat diartikan sebagai

agen atau kewenangan yang mengatur dan menegndalikan persoalan-

persoalan bersama atas nama masyarakat.33

Sementara itu Max Weber

beranggapan bahwa negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai

31Ahmad Ilyas Hidayat, “Kekuasaan Perspektif Politik Islam”, Skripsi h. 46

32

A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan, Pancasila,

Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Edisi Revisi, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 119.

33

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2013), h. 49

Page 31: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

21

monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu

wilayah.34

Dalam pandangan tokoh-tokoh Islam seperti misalnya Al-Mawardi

dan Ibnu Khaldun, keduanya memandang negara sebagai suatu misi

kelanjutan Nabi untuk melindungi agama dan menagatur peradaban

dunia.35

Di Indonesia sendiri juga banyak pandangan-pandangan para tokoh

terkait pembahasan mengenai negara. Menurut pandangan Miriam

Budiardjo negara diartikan sebagai sebuah organisasi yang terdapat dalam

suatu teritori atau kawasan dimana nantinya organisasi tersebut mampu

mewujudkan kekuasaannya secara legal terhadap kekuasaan lain yang ada

dalam wilayah tersebut, dan mampu menetapkan tujuan yang ingin dicapai

dari proses kehidupan bersama.36

Secara umum dari berbagai pandangan para ahli diatas dapat

diartikan bahwa negara merupakan suatu bentuk organisasi yang terdiri

dari masyarakat yang memiliki tujuan hidup yang ingin dicapai secara

bersama yang berada dalam sebuah kedaulatan wilayah.

2. Negara Dalam Pandangan Islam

Agama sebagai sumber etika dan moral memiliki peran yang

sangat penting dalam perjalanan sebuah negara. dalam hal ini agama dapat

dijadikan sebagai alat ukur dari suatu kebenaran, karena agama dapat

34 M. Fauzan Naufal, “Hubungan Agama dan Negara dalam Pemikiran Politik Islam di

Indonesia: Analisis Pemikiran PolitikBahtiarEffendy”, Skripsi, (Lampung: UIN Raden Intan

Lampung, 2017), h. 22

35

M. Fauzan Naufal, “Hubungan Agama dan Negara dalam Pemikiran Politik Islam di

Indonesia: Analisis Pemikiran PolitikBahtiarEffendy”, Skripsi, (Lampung: UIN Raden Intan

Lampung, 2017), h. 22

36

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2013), h. 49

Page 32: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

22

menjadi pedoman bagi tingkah laku bagi masyarakat dalam suatu negara

untuk menjalani proses kehidupan.

Parsudi Suparlan memandang agama sebagai sitem keyakinan yang

dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh suatu kelompok atau

masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi respon terhadap apa

yang dirasakan dan diyakini sebagai sesuatu yang ghaib dan suci.37

Islam

diartikan sebagai ketundukan dan kepatuhan terhadap segala hal yang di

sampaikan dan diajarka oleh Rasulullah.38

Suatu negara adalah kebutuhan bagi setiap masyarakat atau bangsa,

hal itu dikarenakan setiap individu merasa memiliki hak untuk berbuat

sesuatu menurut kehendaknya tanpa memperhatikan hak orang lain, oleh

karena itu untuk terwujudnya ketentraman dan kesejahteraan hidup

manusia negara harus dibentuk.39

Ibnu Kaldun berpendapat bahwa sebagai

manusia keliru bahwa menegakkan kepemimpinan tidak wajib baik secara

akal maupun hukum, sebagaimana dikatan oleh golongan Mu’tazilah dan

Khawarij, menurut mereka yang wajib bagi umat manusia adalah

menyampaikan informasi tentang hukum, apabila manusia telah sadar

akan keadilan pelaksanaan hukum, maka figur seorang pemimpin tidak

dibutuhkan lagi.40

Sedangkan dalam pandangan Ibnu Taimiyah, negara dan agama

saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Tanpa adanya kekuasaan

37Mamun Murad Al- Brebesy, Menyikap Pemikiran Politik Gus Dur dan Amien Rais

Tentang Negara (Jakarta:Raja Grafindo,1999), h. 30

38

Miriam Budiharjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 2000), h. 40

39

Sigit Prayitno, Pemikiran Amien Rais Tentang Politik Islam, (Yogyakarta:

Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008), h. 9

40

Dawan Raharjo, Ensiklopedia Alquran: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep

Kunci, cet.1 (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 357.

Page 33: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

23

negara yang sifatnya memaksa, maka agama berada dalam bahaya,

sebaliknya tanpa adanya disiplin hukum wahyu, maka negara pasti akan

menjadi sebuah organisasi yang tirani.41

3. Relasi Antara Agama dan Negara

Perbincangan mengenai hubungan agama dan negara merupakan

persoalan yang banyak menimbulkan perdebatan yang terus berlangsung

dikalangan para ahli. Hal ini dipengaruhi oleh adanya perbedaan

pandangan dalam menerjemahkan agama sebagai bagian dari negara atau

negara merupakan bagian dari dogma agama.42

Dalam teori Islam klasik tujuan dibentuknya suatu negara tidak

hanya untuk pemenuhan kebutuhan lahiriyah manusia saja, akan tetapi

juga terdapat kebutuhan ruhaniyah. Untuk kepentingan ini agama

dijadikan sebagai landasan kehidupan bernegara. Dari pengertian ini

mucul istilah al-Islam huwa al-din wa al-daulah (Islam adalah agama dan

negara). Sementara itu disisi lain kaum sekuler berpandangan bahwa

negara merupakan urusan kepentingan bersama sementara agama

mencakup pemahaman yang sifatnya pribadi, jadi anatara agama dan

negara tidak dapat dipersatukan.43

41 M. Fauzan Naufal, “Hubungan Agama dan Negara dalam Pemikiran Politik Islam di

Indonesia: Analisis Pemikiran PolitikBahtiarEffendy”, Skripsi, (Lampung: UIN Raden Intan

Lampung, 2017), h.30

42

Muhammad Jawahir, “Analisi Pemikiran Nurcholis Majid tentang Politik Islam”,

Skripsi, (Semarang: UIN Walisongo Semarang, 2016), h. 29

43

M. Fauzan Naufal, “Hubungan Agama dan Negara dalam Pemikiran Politik Islam di

Indonesia: Analisis Pemikiran PolitikBahtiarEffendy”, Skripsi, (Lampung: UIN Raden Intan

Lampung, 2017), h. 31

Page 34: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

24

Secara garis besar perbedaan pendapat tentang bentuk negara dan

hubungannya dengan agama dikalangan para pemikir politik Islam dapat

dikelompokkan menjadi tiga aliran:44

a. Paradigma Integralistik

Paradigma Integralistik, kelompok ini berpendirian bahwa Islam

bukanlah semata-mata agama dalam pengertian barat yaitu hanya

menyangkut hubungan antara manusia dengan Tuhan, sebaliknya Islam

adalah agama yang sempurna dan lengkap dengan peraturan bagi segala

aspek kehidupan manusia termasuk kehidupan bernegara, sehingga agama

dan negara merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan. Oleh

karena itu disamping sebagai institusi politik, negara juga sebagai institusi

agama. Diantara tokoh-tokoh politik Islam yang berpandangan seperti ini

adalah Hasan Al Bana, Sayyid Qutub, Rasyid Ridha, dan yang paling

vokal adalah Abu A’la Al-Maududi. 45

b. Paradigma Sekularistik

Paradigma sekularistik, menurut kelompok ini negara adalah

lembaga politik yang terpisah dari agama, oleh karena itu, kepala negara

hanya mempunyai hubungan dengan urusan kenegaraan, sebagaimana

dalam pengertian Barat. Dalam pengertian mereka Nabi Muhammad SAW

hanyalah seorang Rasul biasa seperti halnya Rasul-Rasul sebelumnya

dengan tugas mengajar manusia kembali kepada kehidupan yang mulia

dengan menjunjung tinggi budi pekerti luhur, Nabi SAW tidak pernah

44

Din Samsudin, Etika Agama Dalam Mebangun Masyarakat Madani, ( Jakarta: Logos Wacana

Ilmu, 2002), h. 45-46.

45

Munawir Sadjali, Islam dan Tatanegara: Ajaran Sejarah dan Pemikiran, edisi. 5

(Jakarta: universitas Indonesia Press, 1993), h. 1-2.

Page 35: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

25

memaksudkan untuk mendirikan negara dan dan memimpin suatu negara.

pandangan ini dikemukakan oleh Ali Abdul Raziq, Thaha Husein, Ahmad

Lutfi Sayyid (yang menyebutnya sebagai Islam modernis). 46

c. Paradigma Simbiotik

Paradigma Simbiotik. Memandang agama dan negara memiliki

hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara satu sama lain,

dalam hal ini negara membutuhkan agama sebagai pedoman moral bagi

kehidupan masyarakat, sebaliknya agama membutuhkan negara sebagai

alam untuk mengontrol kekuasaan agar tidak terbentuk negara tirani.

Kelompok ini menyadari bahwa tidak terdapat aturan secara

menyeluruh dalam hal mengatur sebuah negara dalam ajaran Islam.

Meskipun terdapat ungkapan dalam Al-Quran yang merujuk kepada

kekusaan, politik dan pemerintahan, tetapi ungkapan ini hanya bersifat

insidental dan tidak ada kaitannya terhadapa teori-teori dalm politik.47

Al-Mawardi adalah salah satu tokoh Islam yang medukung

pandangan paradigma ini. al- Mawardi menegaskan bahwa kepemimpinan

negara merupakan instrumen untuk meneruskan misi kenabian,

memelihara agama dan mengatur dunia. Pemeliharaan agama dan

pengaturan dunia adalah dua hal yang berbeda, tetapi keduanya memiliki

hubungan yang bersifat simbiotik.48

46Munawir Sadjali, Islam dan Tatanegara: Ajaran Sejarah dan Pemikiran, Edisi. V, h. 2-

3.

47

Din Samsudin, Etika Agama Dalam Mebangun Masyarakat Madani, (Jakarta: Logos

Wacana Ilmu, 2002), h. 60

48

Fauzan Naufal, “Hubungan Agama dan Negara dalam Pemikiran Politik Islam di

Indonesia: Analisis Pemikiran PolitikBahtiarEffendy”, Skripsi, (Lampung: UIN Raden Intan

Lampung, 2017), h. 35.

Page 36: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

26

BAB III

BIOGRAFI AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN AMIEN RAIS

A. Biografi Ahmad Syafi’i Ma’arif

1. Riwayat Hidup Ahmad Syafi’i Ma’arif

Ahmad Syafi’i Ma’arif terkenal dengan panggilan “buya” oleh

orang-orang disekitarnya, panggilan ini di dapat karena taat dalam

beribadah serta sebagai tenaga pendidik dan cendekiawan muslim yang

memeliki intelektual yang sangat tinggi, tetapi sosok Ahmad Syafi’i

Ma’arif sendiri menyarankan kepada semunya untuk memanggilnya

dengan sebutan nama saja tidak dengan sebutan “buya”.49

Ahmad Syafi’i Ma’arif lahir pada hari Sabtu, 31 Mei 1935 di Bumi

Calau Sumpur Kudus “Makkah Darat”, Sumatera Barat dari pasangan

Ma’rifah dan Fathiyah. Dalam bahasa Minang Smpur Kudus “ Makkah

Darat” sering disebut dengan (Makkah Darek) ungkapan ini selalu disebut

oleh setiap kalangan elit maupun rakyat biasa di Minang.50

Sewaktu kecil pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif hanyalah sebatas

nagari Sumpur Kudus saja. Hari-hari yang di jalani dalam kehidupan

bersama teman-teman hanya untuk mengadu sapi, mengadu ayam,

menjala, menembak burung dengan senapan angin serta memancing di

sungai. Tidak adanya pengaruh yang masuk dari perkotaan ke nagari

49

Abd. Rohim Ghazali dan Saleh Partaonan Daulay (editor), Refleksi 60 Tahun Ahmad

Syafii Maarif Cermin Untuk Semua, (Jakarta : Maarif Institute, 2005), h. 37

50

Ahmad Syafii Maarif, Titik-Titik Kisar di Perjalanan Ku, (Yogyakarta : Ombak, 2006),

h. 3

Page 37: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

27

Sumpur Kudus dan tidak adanya media televisi mengakibatkan anak-anak

yang bertempat tinggal di nagari Sumpur kudus tidak memiliki cita-cita

agar bisa melebihi orang-orang lain di kampungnya.51

Ma’rifah ayah dari Ahmad Syafi’i Ma’arif lahir pada tahun 1900,

sebelum diangkat sebagai kepala nagari tahun 1936 Ma’rifah merupakan

seorang saudagar gambir yang terpandang di daerahnya, serta sebagai

kepala suku melayu yang bergelarkan Datuk Rajo Malayu yang di sandang

sampai wafat. Ayah Syafi’i Ma’arif merupakan seseorang yang cerdas dan

termasuk dalam kategori elit, Ma’rifah merupakan tempat mengadu

masyakat baik dalam masalah ekonomi maupun masalah adat yang terjadi

di nagari tersebut, setiap masyarakat yang datang pasti dengan rasa hormat

dan sopan karena kepribadian Ma’rifah yang baik.52

Fathiyah ibu dari Ahmad Syafi’i Ma’arif lahir pada tahun 1905 di

Tepi Balai dan meninggal dunia pada tahun 1937 pada usia 32 tahun

ketika Ahmad Syafi’i Ma’arif baru berusia 18 bulan. Ahmad Syafi’i

Ma’arif tidak mengenal sedikit pun tentang ibundanya, bagaimana

senyumnya , seperti apa Ahmad Syafi’i Ma’arif di gendong dan di susui

selama 2 tahun, semuanya tidak terbayangkan karna tidak ada foto atau

kenangan yang bisa dilihat, walaupun semua orang mengatakan ibundanya

adalah sosok wanita yang cukup cantik dan selalu menunggangi kuda

51Ahmad Syafii Maarif, Titik-Titik Kisar di Perjalanan Ku, (Yogyakarta : Ombak, 2006),

h. 82.

52

Ahmad Syafii Maarif, Titik-Titik Kisar di Perjalanan Ku, (Yogyakarta : Ombak, 2006),

h. 66.

Page 38: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

28

untuk bepergian jauh.53

Setelah ditinggal ibundanya Ahmad Syafi’i

Ma’arif tingggal bersama Bainah (yang dipanggil etek) yang berjarak

sekitar 500 meter dari tempat kelahiranya.

Ahmad Syafi’i Ma’arif menikah ketika berumur 30 tahun dengan

seorang gadis bernama Nurkhalifah dari kawasan Mandahiling pada 5

Februari 1965. Dari pernikahanya Ahmad Syafi’i Ma’arif memiliki 3

orang anak. Anak pertama lahir di Yogyakarta pada tahun 1966 yang

diberi nama Salman, akan tetapi Salaman menghembuskan nafas terakhir

ketika umur kurang sedikit dari 20 bulan setelah lama sakit di Padang,

keadaan ini membuat Ahmad Syafi’i Ma’arif sangat terpukul seperti kata-

kata yang keluar dari mulut Ahmad Syafi’i Ma’arif “sungguh nak,

kepergianmu menyebabkan batin ayah sangat terguncang, tetapi inilah

kenyataan pahit dan perih yang harus dilalui. Hanya iman saja yang dapat

menolong agar tidak terus berlarut dalam suasana ketidak stabilan jiwa”.54

Pada November tahun 1968 Nurkhalifah melahirkan anak kedua

yang diberi nama Iwan dan wafat pada Oktober 1973. Pada 25 Maret 1974

Nurkhalifah melahirkan anak ketiganya dengan berat badan 2.20 kg yang

di beri nama Mohammad Hafiz. Mohammad hafiz adalah anak satu

satunya dari Ahmad Syafi’i Ma’arif yang hidup hingga dewasa. Mereka

hidup bersama dengan penuh suka dan duka dan hanya denga rasa syukur

53Ahmad Syafii Maarif, Titik-Titik Kisar di Perjalanan Ku, (Yogyakarta : Ombak, 2006),

h. 73

54

Ahmad Syafii Maarif, Titik-Titik Kisar di Perjalanan Ku, (Yogyakarta : Ombak, 2006),

h. 186

Page 39: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

29

yang tidak terlupakan sebagai perekat rumah tangga yang terdiri dari tiga

orang anggota keluarga.

2. Pendidikan

Masa kecil Ahmad Syafi’i Ma’arif dihabiskan di kampung

halamannya. pendidikan pertama yang diterima adalah di Sekolah Rakyat

(SR) Sumpur Kudus. Selanjutnya di sekolah Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah Sumpur Kudus hingga selesai pada tahun 1947. Setelah

lulus Ahmad Syafi’i Ma’arif melanjutkan sekolahnya di Madrasah

Mu’allimin Muhammadiya di Balai Tangah Lintau hingga selesai pada

tahun1953. Ahmad Syafi’i Ma’arif tidak hanya menamatkan

pendidikannya di Madrasah Mu’allimin Lintau tetapi juga di Madrasah

Mu’allimin Yogyakarta. Setelah pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan

pendidikan semuanya tidak seperti yang dibayangkan, karna kualitas

pendidikan di Mu’alimin lain dan di Yogyakarta sangat berbeda yang

mengakibatkan Ahmad Syafi’i Ma’arif akan mengalami kesulitan jika

tetap melanjutkan ke kelas 4, serta bangku kelas 4 yang telah penuh

menjadi halangan bagi Ahmad Syafi’i Ma’arif untuk Melanjutkan

Pendidikannyan. Pada akhirnya Ahmad Syafi’i Ma’arif tidak bisa berbuat

apa-apa dan harus mengulang pendidikan pada kuartal terakhir kelas 3.55

Yang akhirnya menamatkan pendidikan pada tahun 1956.56

Setelah menyelesaikan pendidikan di Madrasah Mua’alimin

Yogyakarta, Ahmad Syafi’i Ma’arif melanjutkan pendidikan di Surakarta

55Ahmad Syafii Maarif, Titik-Titik Kisar di Perjalanan Ku, (Yogyakarta : Ombak, 2006),

h. 106

56

Suara Karya, Ketua Umum ; Muhammadiyah tetap sebagai organisasi sosial, (Jakarta :

10 Juli 2000)

Page 40: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

30

tepatnya di Universitas Cokroaminoto Surakarta Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan (FKIP) atas bantuan saudaranya. Ahmad Syafi’i Ma’arif

hanya menjalankan perkuliahan selama satu tahun dikarenakan jalur pulau

Jawa dan Sumatera terputus akibat pemberontakan PRRI/Permesta.

Karena hubungan yang trerputus akhirnya Ahmad Syafi’i Ma’arif

memutuskan untuk mengajar di desa Baturetno, Wonogiri, Jawa Tengah.57

Sambil menjadi tenaga pendidik, Ahmad Syafi’i Ma’arif melanjutkan

kuliahnya dan hanya tamat Sarjana Muda (BA) pada tahun 1964. Dengan

motivasi belajar yang sangat tinggi akhirnya pada Agustus 1968 Ahmad

Syafi’i Ma’arif memperoleh gelar sarjana (Drs) dari FKIS IKIP

Yogyakarta dengan skripsi yang berjudul “Gerakan Komunis Vietnam

()1930-1954 dibawah bimbingan dosen sejarah Asia Tenggara yaitu

Dharmono Hardjowidjono58

Tahun 1973 dan 1980 Ahmad Syafi’i Ma’arif melanjutkan

perkuliahannya di Nothern Illionis University dan Ohio State University

Amerika Serikat sampai menerima gelar MA dengan tesis “Islamic

Politics Under Guided Democracy in Indonesia”(1959-1965) dibawah

bimbingan Prof. William H. Frederick, Ph.D. Disana Ahmad Syafi’i

Ma’arif tinggal dengan teman-teman yang berasal dari Malaysia dan juga

ativis (Muslim Student’s Associantion).59

Pada Desember 1983 ketika

Ahmad Syafi’i Ma’arif berumur 47 tahun dia mencapai puncak prestasi

57Ahmad Syafii Maarif, Independensi Muhammadiyah di Tengah PergumulanPemikiran

Islam dan Politik, (Jakarta : Cidesindo, 2000). h. 172

58

Ahmad Syafii Maarif, Independensi Muhammadiyah di Tengah PergumulanPemikiran

Islam dan Politik , (Jakarta : Cidesindo, 2000). h. 172-173

59

Ahmad Syafii Maarif, Titik-Titik Kisar di Perjalanan Ku, (Yogyakarta : Ombak, 2006),

h. 209

Page 41: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

31

akademiknya dengan mencapai gelar, Ph.D (Doctor Of Philosophy) dari

Negara yang menyebut dirinya adalah bapak Demokrasi tepatnya di

University Of Chicago, Amerika Serikat.

3. Karya-Karya

Ahmad Syafi’i Ma’arif merupakan salah satu penulis yang banyak

menghsilkan karya-karya baru, sebagian karangan Ahmad Syafi’i Ma’arif

adalah mengenai Islam, ia mulai menulis semenjak belajar di Mu’alimin

Yogyakarta hingga usianya mencapai setengah abad. Diantara karya-

karyanya adalah :

a. Islam dalam Bingkai Keindonesian dan Kemanusiaan ( Bandung;

MIzan, 2009)

b. Menerobos Kemelut Refleksi Cendikiawan Muslim (2006)

c. Titi-Titik Kisar di Perjalanan KU (Yogyakarta: Ombak 2006)

d. Menggugah Nurani Bangsa (2005)

e. Mencari Autentitas dalam kegalauan ( Jakarta : Psap, 2004)

f. Independensi Muhammadiyah ;di Tengah PergumulanPemikiran Islam

dan Politik (Jakarta : Cidesindo, 2000).

g. Islam dan Politik Membingkai Peradaban (1999)

h. Islam kekuatan Doktrin dan Keagamaan Umat (1997)

i. Keterkaitan antara Sejarah, Filsafat, dan Agama (Yogyakarta : Institut

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta, 1997)

j. Islam dan Politik ; Teori Belah Bambu Masa Demokrasi Terpimpin

(Jakarta:Gema Insani Press, 1995)

Page 42: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

32

k. Muhammadiya dalam Konteks Intelektual Muslim (Bandung : Mizan,

1995)

l. Membumikan Islam (1995)

m. Percik-Percik Pemikiran Iqbal (Yogyakarta, Salahuddin Press, 1994)

n. Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia (Jakarta : Mizan, 1994)

o. Islam dan Politik di Indonesia (1988)

p. Al-Quran, Realitas Sosial dan Limbo Sejarah (Bandung:Pustaka,1985)

q. Islam dan Masalah Kenegaraan ; Studi tentang Percaturan dalam

Konstituante (Jakarta: LP3ES, 1985)

r. Dinamika Islam (Yogyakarta, Shalahuddin Press,1984)

s. Islam, Mengapa Tidak? (Yogyakarta, Shalahuddin Pres,1983)

t. Islam, Politik dan Demokrasi di Indonesia dalam Aspirasi Umat Islam

Indonesia (Jakarta : LEPPENAS,1983)

u. Mengapa Vietnam Jatuh Seluruhnya ke Tangan Komunis (Yogyakarta:

Yayasan FKIS IKIP Yogyakarta, 1975)

Dalam tulisan-tulisanya, Ahmad Syafi’i Ma’arif memeiliki tujuan

akan tampilnya Islam sebagai agama yang memiliki transformasi bagi

kehidupan ummat, walaupun tujuan tersebut masih jauh.60

B. Biografi Amin Rais

1. Riwayat Hidup Amien Rais

Amien Rais adalah putra kedua dari enam bersaudara dari H.

Syuhud Rais dan HJ. Sudalmiyah lahir pada 22 April 1944 di Solo.

60Abd. Rohim Ghazali dan Saleh Pertaonan Daulay, Muhammadiyah dan Politik Islam

Inklusif, h. 20

Page 43: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

33

Semenjak kecil Amien Rais telah di tanamkan pendidikan keagamaan

yang dipengaruhi oleh berbagai tradisi Muhammadiyah. Ibu Sudalmiah

selalu mengatakan bahwa segala sesutau yang dikerjakan adalah ibadah.

Syuhud Rais ayah dari Amien Rais berasal dari keluarga Umar

Rais yang dibesarkan di Purbalingga, Jawa Tengah. Syuhud Rais dalah

Guru Agama dan kepala kantor Depag di Solo, selain itu ia juga sebagai

pengurus pendidikan Muhammadiayah cabang Surakarta. Sedangkan

Sudalmiyah berasal dari keluarga Priyayi. Ayahnya Sudalmiyah Wiryo

Sudarmono dari Gombong yang bernama kecil Sukiman salah seorang

putra nyonya Rakilah, sesorang yang sangat disegani di masanya.61

Sudalmiyah adalah aktifis Aisyah di Surakarta sekligus sebagai guru

agama di SGKP (Sekolah Guru Kependidikan Putri) dan SPK (Sekolah

Perawat Kesehatan) di Aisyah Surakarta.62

Pada tahun 1966 Amien Rais menikahi seorang gadis yang

bernama Kusniarti Sri Rahayu. Mereka dikaruniai 5 orang anak, tiga putra

dan dua orang putri, yaitu Ahmad Hanafi, Hanum Salsabila, Ahmad

Mumtaz, Taznim Fauzia, dan Ahmad Baihaqi. Mereka membekali semua

anaknya dengan kepandain seperti dengan mengikuti les matematika,

bahasa ingris, piano ,gitar dan sebagainya.63

61 Zaim Uchrowi, Muhammad AMien Rais Memimpin Dengan Nurani; in Authorized

Biography, (Jakarta : Teraju Mizan,2004),h.18-19

62

M. Amie Rais, Membangaun Politik Adiluhung, Membumikan Tauhid Sosial,

Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, Idy Subandy Ibrahim,(ed), (Bandung:Zaman Wacana

Mulia), h. 46-47

63

M. Amien Rais, Membangaun Politik Adiluhung, Membumikan Tauhid Sosial,

Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, Idy Subandy Ibrahim,(ed), (Bandung:Zaman Wacana

Mulia), h. 48-49

Page 44: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

34

2. Pendidikan

Semenjak Amien Rais menginjak usia memasuki fase pendidikan

formal, Amien Rais menghabiskan pendidikan dari TK hingga SMA di

sekolah Muhammadiayah. Bahkan jikalau sewaktu itu telah ada kampus

Muhammadiayah maka sang ibu akan mamasukan Amien Rais ke kampus

Muhammadiyah.64

Pada tahun 1959 Amien Rais mulai memasuki jenjang pendidikan

awal di sekolah dasar Hukum Muhammadiayah dilanjutkan Sekolah

Menengah Pertama 1959 dan Sekolah Menegah Atas tahun 1962, selain

itu ia juga mengikuti pendidikan agama di Mambaul Ulum dekat masjid

Agung Surakarta yang kemudian pindah ke madrasah Al-Islam. Pada masa

itu sistem pengajaran yang di pakai sekolah swasta masih berinduk kepada

pemerintah.65

Setelah tamat di SMA Amien Rais diterima di fakultas FISIPOL

karena berniat untuk menjadi diplomat, tetapai di lain sisi Amien Rais

Juga mendaftar di fakultas Ilmu Tarbiyah di IAIN Sunan Kalijaga demi

menyenangakn hati ibunya dan di terima hingga mencapai sarjana muda

karena adanya larangan pemerintah untuk studi ganda, dan Amien Rais

meninggalkan IAIN Sunan Kalijaga pada tahun 1967.

Amien Rais menyelesaikan sarjananya pada tahun 1968 dengan

skripsi yang berjudul “Mengapa Politik Luar Negri Israel Berorientasi Pro

Barat” yang mengantarnya untuk melanjutkan studi di University of Notre

64M. Amien Rais, Membangaun Politik Adiluhung, Membumikan Tauhid Sosial,

Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, Idy Subandy Ibrahim,(ed), (Bandung:Zaman Wacana

Mulia), h. 51-52

65

Firdaus Syam, Amien Rais Politisi yang Merakyat dan Intelektual yang Shaleh, (Jakarta:

Al-Kautsar, 2003),h.260-261

Page 45: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

35

Dame di Amerika, yang selesai pada tahun 1974 dengan tesis “ Politik

Luar Negeri Mesir di Bawah Anwar Sadat dengan Moscow” . setelah itu ia

mendapat sertifikat untuk studi tentang Soviet dan Negara Eropa Timur.66

3. Karya-Karya

Amien Rais merupakan didikan Muhammadiyah yang pada

akhirnya Amien Rais bergabung dan aktif di perserikatan, karena

kecerdasan intelektual yang dimiliki, dia lansung menduduki posisi-posisi

penting di Muhammadiyah. Sebagai seorang cendekiawan dan akademisi

Amien Rais telah banyak menghasilkan karya-karya yang dituangkan

dalam bentuk artikel dan sebagainya seperti:

a. Prospek Perdamaian Timur Tengah 1980 (Jakarta: Litbang

Deplu,1980)

b. Perubahan Politik Eropa TImur (Litbang Deplu Kerjasama Teknologi

Negara-negara Berkembanga,1980)

c. Zionis : Arti dan Fungsi (Yogyakarta: Fisipol UGM,1989)

d. Kepentingan Nasional Indonesia dan Perkembangan Timur Tengah

1990 (Litbang Deplu, Jakarta, 1981)

e. Politik dan Pemerintah TImur Tengah (PAU-UGM,1980)

f. Orientalisme dan Humanise Sekuler (Yogyakarta : Shahaludin

Press,1983)

g. Cakrawala Islam Antara Fakta dan Cita (Bandung: Mizan,1987)

h. Politik Internasional Dewasa Ini (Usaha Nasional Surabaya, 1989)

i. Timur Tengah dan Krisis Teluk (Surabaya: Amre Press, 1990)

66M. Najib dan Kuat, Amien Rais, h. 18-19

Page 46: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

36

j. Keajaiban Kekuasan (Yogyakarta : Banteng PPSK,1994)

k. Moralitas Politik Muhammadiyah (Yogyakarta : Dinamika, 1995)

l. Tangan Kecil (Jakarta: Universitas Muhammadiyah Press,1995)

m. Puasa dan Keunggulan Kehidupan Rohani (Yogyakarta: PT. Mitra

Pena Cendekia,1996

n. Tugas cendikiawan Muslim (Yogyakarta: Sholahuddin Press,1985)

o. Demi kepentingan bangsa (Yogyakarta: Puataka Pelajar, 1997)

p. Visi dan Misi Muhammadiyah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1997)

q. Amien Rais Menuntut Perubahan (Yogyakarta: PT. Mitra Pena

Cendikia, 1998)

r. Melangkah Karena Dipaksa Sejarah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1998)

s. Refleksi Amien dari Persoalan Semut hingga Gajah (Jakarta: Gema

Insani Press, 1997)

t. Demi Politik Saya Siap Jadi Presiden (Yogyakarta: Tirani,1997)

u. Suksesi Keajaiban Kekuasaan (Yogyakarta, Pustaka Pelajar,1997)

v. Amien Berjuang Menuntut Perubahan (Yogyakarta: PT. Mitra Pena

Cendikia, 1998)

w. Membangun Politik Adiluhung Membumikan Tauhid Sosial,

Menegakkan Amar Maruf Nahi Munkar (Bandung: Mizan, 1998)

x. Islam Indonesia Suatu Ikhtiar Mengaca Diri (Jakarta: Rajawali, 1986)

y. Golkar dan Demokratisasi di Indonesia (Yogyakarta: Pengantar PPSK,

1993)

Page 47: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

37

z. ICMI Antar Status Quo dan Demokratisasi (Bandung Artikel,

Mizsn,1995)

Sementara skripsinya berjudul “Mengapa Politik Luar negeri

Berorientasi Pro Barat”. Sedangkan tesisnya berjudul “Politik Luar

Negeri di Bawah Anwar Sadat yang dekat dengan Moscow” dan

terkhir desertasinya adalah “The Muslim Brotherhod in Egypt, it’s

Rise, Demise and Resurgence” tahun 1981.67

67http://www.Biografi.Tokoh.com/ensiklopedia/a/amien-rais/Index/2.shtml

Page 48: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

38

BAB IV

ANALISIS PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN AMIEN RAIS

TENTANG HUBUNGAN ISLAM DAN NEGARA DI INDONESIA

Perkembangan politik Islam di Indonesia dewasa ini cenderung lebih

mengedepankan pendekatan yang lebih inklusif atau integratif. Generasi baru

kaum intelektual dan aktivis Muslim Indonesia dewasa ini lebih berusaha

merumuskan aspirasi-aspirasi politik Islam dalam arah yang inklusif. Hal tersebut

dapat terlihat dari cara mereka mengekspresikan gagasan sosial politik mereka

dan bagaimana mereka berupaya merealisasikan tujuan-tujuan sosial-politik

Islam.68

Generasi baru intelektual dan aktivis Muslim Indonesia seperti Nurcholish

Majid, Abdurrahman Wahid, M. Dawan Rahardjo, Ahmad Syafi’i Ma’arif dan M.

Amien Rais, mereka lebih tertarik kepada masalah-masalah yang memiliki

dampak yang lebih nyata bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia secara

keseluruhan. Pandangan-pandangan mereka dapat disimpulkan bahwa gagasan

mengenai baldah thayyibah wa rabb gafur dan al-amr bi al ma’ruf wa al nahy’an

al-munkar dalam politik Islam di Indonesia tidak diartikan lagi sebagai konteks

subjektivisme ideologis dan simbolis. Sebaliknya gagasan itu lebih diartikan

68 Bahtiar Effendy, Islam dan Negara, Trasformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam di

Indonesia, terj.Ihsan Ali Fauzi dan Rudy Harisyah Alam, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,

2009), h. 230-231.

Page 49: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

39

sebagai agenda yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat Indonesia

secara keseluruhan.69

Dalam melihat konteks Indonesia mengenai permasalahan hubungan Islam

dan negara pertanyaan yang harus dimunculkan adalah jenis Islam yang mana atau

gagasan-gagasan dan praktek politik Islam yang manakah yang dapat menjamin

terbentuknya hubungan yang besifat membangun kearah kebaikan antara

hubungan Islam dan negara di Indonesia?.70

Dalam hal ini penulis lebih menitik beratkan kepada pandangan Syafi’i

Ma’arif dan Amien Rais dalam melihat hubungan Islam dan negara, keduanya

merupakan tokoh Muhammadiyah yang memiki peran besar terhadap

perkembangan politik di Indonesia.

A. Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif Tentang Hubungan Islam dan

Negara di Indonesia

1. Pemikiran Keislaman Ahmad Syafi’i Ma’arif

Islam merupakan ajaran yang bersumber kepada Al-Quran. Al-

Quran membicarakan tentang Tuhan, manusia dan alam, ketiga tema yang

berulang-ulang disebutkan dalam Al-Quran ini jika dipahami dengan baik

dan benar serta dilaksanakan, maka akan ada harapan besar bahwa suatu

peradaban yang ramah dan bermartabat dapat diwujudkan sebagai

69 Bahtiar Effendy, Islam dan Negara, Trasformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam di

Indonesia, terj.Ihsan Ali Fauzi dan Rudy Harisyah Alam, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,

2009), h. 232.

70

Bahtiar Effendy, Islam dan Negara, Trasformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam di

Indonesia, terj.Ihsan Ali Fauzi dan Rudy Harisyah Alam, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,

2009), h. 16.

Page 50: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

40

pengganti dari peradaban yang rakus dan kurang menjunjung nilai-nilai

kemanusiaan.71

Pendapat Dr. Imad al-Din Khalil yang dikutip Syafi’i Ma’arif

dalam bukunya Membumukan Islam mengatakan bahwa, “manusia dengan

posisinya sebagai khalifah Allah di muka bumi diberikan kekuasaan

(quddira lahu) untuk menciptakan peristiwa-peristiwa sejarahnya dengan

kemauan dan ikhtiarnya, untuk tujuan negatif ataupun positif”.72

Maka

tergantung kepada manusia itu sendiri untuk menempuh jalan negatif

ataupun jalan yang positif. Dari penjelasan di atas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa Islam pada dasarnya merupakan agama yang

mengandung nilai-nilai moral yang menjadi pedoman bagi umat manusia

dalam menjalankan kehidupannya di buma bumi.

Al- Quran membutuhkan umat Islam yang cerdas dan mempunyai

wawasan Islam yang luas, oleh karena itu maruah umat Islam sangat

tergantung kepada ada atau tidaknya nilai-nilai ini dalam kehidupan

kolektif manusia. Al-Quran diturunkan untuk seluruh umat manusia

seluruhnya, bukan untuk golongan elit saja, maka wawasan Islam yang

luas sudah tentu menjadi milik semua umat Islam, namun ada perbedaan

tingkatan-tingkatan wawasan tersebut, hal tersebut tergantung kepada

tingkat sensitivitas jiwa umat Islam dalam menangkap sinyal-sinyal

kebenaran.73

71 Ahmad Syafi’i Ma’arif, Membumikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yogyakarta,

1995), h. 3.

72

Ahmad Syafi’i Ma’arif, Membumikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yogyakarta,

1995), h. 19

73 Ahmad Syafi’i Ma’arif, Membumikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yogyakarta,

1995), h. 31

Page 51: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

41

Ahmad Syafi’i Ma’arif berpendapat bahwa dakwa dalam Islam

merupakan kewajiban bagi seluruh umat. Dalam bukunya yang berjudul

Membumikan Islam Ahmad Syafi’i Ma’arif menulis sebagai berikut.

“Ahmad Syafi’i Ma’arif berpandangan bahwa kerja dakwah adalah

kerja yang menggarami kehidupan umat manusia dengan nilai-nilai

iman, Islam dan taqwa demi kebahagiaan umat Islam. Selama

denyut nadi kegiatan duniawi manusia masih berlansung, selama

itu pula umat Islam berkewajiban menyampaikan pesan risalah

kenabian dalam kondisi dan situasi yang bagaimanapun coraknya.

Komunitas Muslim adalah suatu komunitas yang ditegakkan atas

sendi-sendi moral iman, Islam dan taqwa yang dipahami secara

padu, utuh dan benar, ini adalah suatu komunitas yang tidak

eksklusif karena ia berfungsi sebgai komunitas teladan di tengah-

tengah arus kehidupan yang penuh dinamika, tantangan dan

pilihan-pilihan yang kadang sangat dilematis, maka hanya dengan

ketajaman iman dan kecerdasan sajalah umat Islam dapat

menetapkan pilihan yang tepat dalam mengahapi perubahan yang

terjadi dalam masyarakat, dan sekaligus memberi arah moral

kepada perubahan itu”.74

Dari kutipan tulisan Ahmad Syafi’i Ma’arif di atas dapat

disimpulkan bahwa dakwah Islam adalah dakwah yang mengajak kepada

kebaikan, tujuan dakwah adalah untuk menegakkan sendi-sendi keimanan,

Islam dan taqwa dalam komunitas umat Muslim, dengan tujuan untuk

mencapai kebenaran dan kebajikan.

Ahmad Syafi’i Maarif mengkritik pemahaman kaum Islam radikal,

kritikan tersebut terbagi ke dalam tiga unsur.75

Pertama, kelompok Islam

radikal hanya memahami syariat Islam secara kaku. Syariat Islam

dipahami hanya sebagai hukum dan fiqih saja, misalnya saja hukum rajam

dan potong tangan dalam Islam. Hal ini merupakan pemahaman yang

74 Ahmad Syafi’i Ma’arif, Membumikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Yogyakarta,

1995), h. 101

75 Syafii Anwar, “Syafii Maarif, Bung Hatta dan Deformalisasi Syariat”, dalam Lia

Hilyah, Dinamika Pemikiran Politik Ahmad Syafi’i Ma’arif (Tinjauan Terhadap Ideologi Negara),

(Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2009), h.175-176.

Page 52: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

42

membawa implikasi negatif terhadap Islam itu sendiri, karena orang akan

memandang bahwa Islam adalah agama yang menakutkan.

Kedua, Syafi’iMa’arif mengkritik pemahaman Islam radikal yang

memandang syariah semata-mata disandarkan pada pendekatan hukum

(fiqih) serta pengamatan parsial (hitam-putih) saja. Mereka tidak melihat

ariti pengalaman historis dan membandingkan penerapan syariat Islam di

negara-negara Islam yang ada di dunia. Kebanyakan negara Islam seperti

Sudan dan Pakistan sampai saat sekarang tetap dirundung berbagai macam

persoalan. Kelompok Islam radikal tidak pernah mengambil pembelajaran

dari pengalaman kelompok, golongan dan partai-partai Islam di masa lalu

yang selalu gagal dalam memperoleh dukungan mayoritas.

Ketiga, Syafi’i Ma’arif mrngingatkan bahwa masalah terbesar umat

Islam Indonesia adalah bagaimana cara mengatasi masalah sosial,

ekonomi dan politik. Kelompok ini hanya ingin menerapkan syariat Islam

secara total tanpa memperhatikan realitas permasalahan bangsa secara

kritis.

Dari kritikan di atas sangat jelas bahwa Syafi’i Ma’arif menolak

fomalisasi syariat, karena tuntutan tersebut tidak realistis dan tidak

memiliki pondasi intelektual yang kuat. Menurutnya Islam bukan hanya

cita-cita moral dan nasehat keagamaan saja, tetapi Islam perlu sarana

untuk mewujudakan cita-cita moralnya yang meliputi seluruh aspek

kehidupan, karena itulah diperlukan kehadiran negara. Pandangan politik

Syafi’i Ma’arif lebih setetuju pada nilai-nilai substantif Islam seperti

Page 53: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

43

persamaan, keadilan, kesejahteraan dan kebebasan. Negara dan segala

kepentingannya bukan hal yang sangat fundamental dalam Islam. 76

2. Pandangan Ahmad Syafi’i Ma’arif Tentang Dasar Negara

Dalam pembahasan mengenai dasar negara Ahmad Syafi’i Ma’arif

mempunyai beberapa pandangan:

Syafi’i Ma’arif menganggap bahwa Nabi Muhammad SAW tidak

pernah membuat pengakuan bahwa dia adalah kepala negara. Fakta ini

memberikan sebuah interpretasi bahwa politik hakikatnya hanyalah sarana,

sebagai alat bagi agama, dan bahkan sebagai sebuah perwujudan (suatu

eksistensi) dari agama itu sendiri. Apalagi fakta bahwa Sunnah Nabi

maupun realitas Al-Quran memang tidak memberikan pola teori

kenegaraan secara baku, karena Al-Quran lebih merupakan petunjuk etik

bagi manusia., bukan sebuah kitab politik. Umat Islam diberi kebebasan

untuk membangun sistem politiknya sendiri sesuai dengan tantangan

zaman dan tuntutan masyarakat. Tujuan terpenting dalam Al-Quran lebih

terarah kepada upaya agar nilai dan perintah etiknya dijunjung tinggi dan

bersifat mengikat atas berbagai kegiatan sosio-politik dan sosio-kultural

uamat Islam. Maka atas dasar nilai-nilai etik Al-Quran itu bangunan

politik Islam dan bangunan sosio-kultural wajib ditegakkan.77

Dalam hal ini Syafi’i Ma’arif memberikan kritikan terhadap

gagasan negara Islam itu sendiri. Menurutnya, negara Islam tidak memiliki

76 Ahmad Sholikin, “Pemikiran Politik Negara Dan Agama Ahmad Syafii Maarif, Jurnal

Politik Muda, Vol 2 No 1, (Januari-Maret 2012), h.198-200.

77

Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi tentang Pancasila dan

Konstituante, h. 16-18, dikutip dalam Lia Hilyah, Dinamika Pemikiran Politik Ahmad Syafi’i

Ma’arif (Tinjauan Terhadap Ideologi Negara), (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2009),

h. 172.

Page 54: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

44

basis religio-intelektual yang kuat, tidak ditemukannya sepanjang sejarah

Islam klasik tentang bagaimana bentuk dan sistem yang harus dimiliki

oleh suatu negara, termasuk dalam Piagam Madinah itu sendiri, karena di

dalam Piagam tersebut tidak menyebutkan bahwa Islam adalah sebuah

negara. Meskipun demikian Islam tetap sangat membutuhkan sebuah

negara untuk mewujudkan cita-cita dan ajaran moral kepada

masyarakatnya sesai dengan panduan yang telah disyariatkan dalam Al-

Quran dan Sunnah.78

Menurut Syafi’i Ma’arif dari zaman pasca

kemerdekaan belum ada satupun cendikiawan dan tokoh-tokoh Muslim di

Indonesia yang mampu menulis secara sistematis dan ilmiah tentang

bagaimana bentuk suatu negara Islam yang bisa diterapkan di Indonesia.79

Kritikan tersebut dapat diartikan bahwa Islam tidak mesti harus

dijadikan sebagai landasan suatu negara, karena pada dasarnya Islam

merupakan ajaran yang sifatnya universal yang mengandung nilai-nilai

moral terkait dengan masalah kebaikan terhadap umat manusia.

3. Pandangan Tentang Hubungan Islam dan Negara

Perdebatan mengenai masalah hubungan Islam dan Politik terus

beralangsung samapai saat sekarang, seakan tidak ada titik temu yang pas

untuk mempersatukan keduanya. Bahkan di Indonesia sendiri perdebatan

ini terus mengalami pasang surut pada setiap masanya. Sejak abad ke-20

setelah berakhirnya kolonialisme yang dilakukan Barat, negara-negara

muslim seperti (Turki, Pakistan, Mesir, Sudan, Aljazair) justru mengalami

78 Ahmad Asroni, Pemikiran Ahmad Syafii Maarif Tentang Negara dan Syariat Islam di

Indonesia, Millah, Vol. 10, No.2Maarif da (Februari 2011), 361.

79

Ahamd Syafi’i Ma’arif, Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara: Studi Tentang

Perdebatan dalam Kostituante, ( Bandung: Mizan, 2017 ), h. 127.

Page 55: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

45

kesulitan dalam menjalankan nilai-nilai Islam dalam sistem

pemerintahannya. Meskipun masyarakatnya didominasi oleh kaum

Muslim tetapi sering terjadi peartikaian-pertikaian tajam ditengah-tengah

masyarakat muslim dengan pemerintahan yang berkuasa pada saat itu.80

Memasuki zaman modern ini hubungan Islam dan politik kembali

menguat dan terus menjadi perdebatan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat

dari munculnya berbagai macam organisasi-organisasi Islam yang terus

menunjukkan eksistensinya di perjalanan politik Indonesia. Diskusi

mengenai Islam dan politik di Indonesia lebih kepada perdebatan

mengenai ideologi negara. Meskipun Pancasila sudah menjadi kesepakatan

bersama sebagai ideologi bangsa, namun keingian-keinginan untuk

menjadikan Islam sebagai dasar negara terus diupayakan. Keberadaan

Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia justru tidak menjadi jaminan

hadirnya Islam sebagi ideologi negara.

Upaya untuk menjadikan Islam sebagai ideologi seakan menemui

jalan buntu, mulai sejak zaman Presiden Soekarno samapai Presiden

Soeharto. Rezim yang berkuasa pada saat itu memandang bahwa

kehadiran kelompok-kelompok Islam yang tergabung ke dalam berbagai

partai yang belandasakn Islam sebagai ancaman besar terhadap Ideologi

bangsa. Sehingga kebijakan-kebijakan yang dihasilkan pemerintah

berupaya untuk melemahkan kekuatan-kekuatan kelompok Islam tersebut.

Ahmad Syafi’i Ma’arif merupakan salah satu tokoh cedekiawan

Muslim yang memberikan perhatian lebih terhadapat hubungan Islam dan

80 Bahtiar Effendy, Islam dan Negara, Trasformasi Gagasan dan Praktik Politik Islam di

Indonesia, terj.Ihsan Ali Fauzi dan Rudy Harisyah Alam, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,

2009), h. 2.

Page 56: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

46

negara di Indonesia. Syafi’i Ma’arif beranggapan, secara doktrinal dalam

Islam tidak ada penetapan dan penegasan mengenai bentuk negara, baik

dalam Al-Quran maupun Sunnah tidak memberikan petunjuk yang rinci

mengenai bentuk negara dan tata kelola suatu negara.81

Perjalanan pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif terjadi dalam dua

fase. Pertama fase sebelum kuliah di Universitas Chicago. Pada saat masih

menempuh pendidikan di Madrasah Mu’alimin Jogjakarta sampai saat

belajar di Universitas Ohio di Athens AS, Syafi’i Maarif mempunyai

ambisi besar agar bisa terwujudnya negara Islam di Indonesia sebagai cita-

cita politiknya. Pemikiran Syafi’i Ma’arif masih merujuk kepada

pemahaman Al-Maududi tentang negara Islam. Menurut pandangan

Syafi’i Ma’arif yang menjadi cita-cita bagi umat Islam Indonesia adalah

dibentuknya negara nasional Islam agar terjamin dan terlaksananya ajaran-

ajaran Islam secara kolektif bagi masyarakat.82

Setelah menempuh pendidikan di Universitas Chicago pemikiran

Ahmad Syafi’i Ma’arif mengalami perubahan drastis. Syafi’i Ma’arif

mengalami kebangkitan spiritual dan intelektual yang baru. Hal tersebut

terjadi karena pola pemikiran Islam di Barat jauh lebih berkembang dan

maju dibandingkan di Timur Tengah. Peran Fazlur Rahman sebagi

gurunya membawa perubahan pada corak pemikirannya. Setelah melalui

pergolakan pemikiran yang intensif dan mendasar Syafi’i Ma’arif sampai

kepada pemahaman bahwa bagaimana mensinergikan antara nilai-nilai

81 Ahmad Asroni, Pemikiran Ahmad Syafii Maarif Tentang Negara dan Syariat Islam di

Indonesia, Millah, Vol. 10, No.2Maarif da (Februari 2011), 361.

82

Lia Hilyah, “Dinamika Pemikiran Politik Ahmad Syafi’i Ma’arif (Tinjauan Terhadap

Ideologi Negara”), skripsi (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2009), h. 172

Page 57: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

47

Islam ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa harus

menjadikan Islam sebagai dasar negara.

Pandangan Syafi’i Ma’arif terhadap hubungan Islam dan negara

bukan sekedar hanya pola hubungan dikotomis yang saling meniadakan.

Pola hubungan Islam dengan negara memberikan penjelasan bahwa Islam

bukan hanya sekedar ritual rohani manusia kepada Tuhannya saja, namus

Islam juga mengajarkan tentang pola hubungan muamalah dan

bersosialisasi dalam masyarakat. Supaya pola dan patokan-patokan dalam

bermuamalah tersebut dapat terjaga dan berjalan dengan baik, maka

diperlukan negara atau kekuasaan politik yang melindunginya.83

Dalam konteks Indonesia rekaman sejarah perjalan Islam di

Indonesia ada sebagian kalangan yang ingin menjadikan Islam sebagai

dasar negara. hal tersebut berasal dari asumsi bahwa mayoritas penduduk

Indonesia adalah muslim. Salah satu tokoh yang sangat mendukung

pemahaman tersebut adalah M. Natsir. Dalam pidatonya di depan Majelis

Kostituante, Natsir menyampaikan pandangan bahwa hanya ada dua

kemungkinan pilihan ideologi bagi dasar negara yaitu sekularisme (la

Diniyyah) dan Islam (din). Dalam pandangan Natsir negara sebagai

kekuatan dunia adalah sesuatu yang mutalk dalam Al-Quran dan hanya

melalui kekuasaan negara aturan-aturan dan ajaran-ajaran Islam dapat

diaplikasiakan dalam kehidupan bermasyarakat.84

83 Ahmad Sholikin, “Pemikiran Politik Negara Dan Agama Ahmad Syafii Maarif, Jurnal

Politik Muda, Vol 2 No 1, (Januari-Maret 2012), h. 198.

84

Ahmad Sholikin, “Pemikiran Politik Negara Dan Agama Ahmad Syafii Maarif, Jurnal

Politik Muda, Vol 2 No 1, (Januari-Maret 2012), h.200

Page 58: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

48

Syafi’i Ma’arif mrngkritik pandangan-pandangan tokoh terdahulu

mengenai penerapan Islam sebagai ideologi negara. menurutnya Islam

tidak mempermasalahkan apapun nama dan bentuk pemerintahan yang

dipakai oleh pemimpin Islam, hal terpenting adalah bagaiman moral dan

etika dapat berjalan dengan baik di negara tersebut. Tujuan terpenting Al-

Quran dan Islam adalah bagaiman nilai-nilai dan perintah etiknya dapat

dijunjung tinggi serta dapat mengikat terhadap kegiatan sosio-politik umat

Islam. Agar dapat terwujudnya syariat Islam tersebut maka diperlukan

negara sebagai penyokong agama. Akan tetapi bagi Syafi’i Ma’arif negara

hanya sebagai alat untuk keberlansungan beragama, dan melolak secara

tegas menjadikan Islam sebagai dasar negara.85

Hal tersebut menjadi dasar bagi Syafi’i Ma’arif dan tokoh-tokoh

Islam lainnya sperti KH. Hasyim Muzadi dan Nurcholis Majid menolak

tuntutan pembahasan kembali Piagam Jakarta pada tahun 2001 dan upaya

menformalisasikan syariat yang disuarakan oleh kelompok-kelompok

radikal dan partai-partai Islam lainnya, yang pada akhirnya sebagian dari

kelompok Muhammadiyah dan ormas Islam dari kelompok modernis

revivalis mengecap Syafi’i Ma’arif sebagai tokoh Islam yang anti syariat.86

Dalam pandangan Syafi’i Ma’rif tidak ada alasan yang kuat untuk

menolak penerapan sistem demokrasi di Indonesia, meskipun demokrasi

itu sendiri berasal dari Barat. Bagi Syafi’i Ma’arif tidak ada penyebutan

negara Islam, yang ada hanyalah moral Islam yang mampu menyinari

85 Ahmad Sholikin, “Pemikiran Politik Negara Dan Agama Ahmad Syafii Maarif, Jurnal

Politik Muda, Vol 2 No 1, (Januari-Maret 2012), h.200.

86

Abd. Rohim Ghazali dan Shaleh Pataonan Daulay, Muhammadiyah dan Politik Islam

Inklusif,(Jakarta: Maarif Istitut, 2005), h.35.

Page 59: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

49

seluruh masyarakat Indonesia, perangakat-perangkat hukum dapat

disinergikan dengan nilai-nilai Islam dalam demokratisasi. Yang

terpenting adalah prinsip moral Islam terhadap tegaknya keadilan tetap

dijunjung tinggi di dalam demokrasi.87

Di Indonesia doktrin etika moral

yang terdapat dalam Al-Quran lebih menonjol dalam retorika dan bahkan

dimanfaatkan untuk kepentingan politik para politisi, sementara doktrin

syariat sebagai pedoman hidup sehari-hari justru sering terabaikan. Dalam

hal isi Safi’i Maarif mengutip perkataan Bung Hatta, “Janganlah gunakan

filsafat gincu, tampak tapi tak terasa, pakailah filsafat garam, tak tampak

tapi terasa”.88

Maksudnya adalah dalam prakteknya Islam jangan hanya

fokus terhadap seremoni dan simbol, tetapi lupa akan substansi dari Islam

itu sendiri. Syafi’i Ma’arif menginginkan bahwa nilai-nilai Islam

seharusnya dapat dicerminkan dalam moral dan etika masyarakat

Indonesia itu sendiri.

Sementara itu dalam hal melihat hubungan Islam dan Pancasila

Syafi’i Ma’arif berpendapat bahwa setelah diteliti lebih jauah ternyata

belum ada konsep lain yang dipandang lebih tepat dan rasional dapat

mengukuhkan persatuan bangsa selain Pancasila. Kelima sila yang

terdapat dalam Pancasila diyakini Syafi’i Ma’arif sebgai dasar dan pijakan

yang tepat bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan kostitusinya.

Syafi’i Ma’arif selalu mengajak masyarakat Indonesia untuk terus

mendukung nation-state karena menurutnya Pancasila merupakan tujuan

87 Lia Hilyah, “Dinamika Pemikiran Politik Ahmad Syafi’i Ma’arif (Tinjauan Terhadap

Ideologi Negara”), skripsi (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2009), h. 178.

88

Z. Yasni, Bung Hatta Menjawab, (Jakarta: Gunung Agung, 1979), h. 179, dikutip

dalam Lia Hilyah, “Dinamika Pemikiran Politik Ahmad Syafi’i Ma’arif (Tinjauan Terhadap

Ideologi Negara)”, skripsi (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Jakarta, 2009), h. 179

Page 60: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

50

akhir yang hendak dicapai oleh seluruh masyarakat di Tanah air. Alasan

mendasarnya adalah, pertama, Negara Indonesia tidak hanya menjamin

kebebasan uamat Islam menjalankan syariat Islam, akan tetapi negara juga

menyediakan fasilitas. Kedua, konstitusi negara tidak bertentangan dengan

syariat Islam, bahkan hingga pada taraf-taraf tertentu merefleksikan

ajaran-ajaran tauhid Islam.89

Ahmad Syafi’i Ma’arif berpendapat bahwa Pancasila dapat

disebandingakan meski tidak persis sama dengan Piagam Madinah.

Alasannya. Pertama, secara subsatntif Pancasila maupun Piagam madinah

sama-sama mengakui adanya kaitan antara nilai-nilai agama dan masalah-

msalah kenegaraan. Kedua, secara fungsional Pancasila dan Piagam

Madinah mencerminkan titik temu (cammon platform), yang menjadi

prinsip-prinsip yang mengatur sebuah masyarakat politik yang memiliki

latar belakang sosial keagamaan yang beragam.90

Dalam pandangan Syafi’i Ma’arif Pancasila sebagai dasar negara

di Indonesia pada dasarnya memiliki nilai-nilai yang sejalan dengan Islam.

Lebih khusu pada sila pertama yang memiliki nilai-nilai monoteisme

Tuhan, hal ini sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran

Islam.

Pada akhirnya Syafi’i Ma’arif berkeyakinan bahwa Islam di

Indonesia diharapkan memberikan dasar-dasar spiritual, etis dan moral

bagi pembangunan nasional, karena Islam dimengerti sebagai ruh dan

89 Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Msalah Kenegaraan: Studi TentangPercaturan dalam

Konstituante, (Jakarta: LP3ES, 1985), h. 144, dikutip dalam Maarif Istitut dan Serambi, Muazin

Bangsa dari Makkah Darat, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2015), h. 88.

90

Bahtiar effendy, Islam dan Negara Trasformasi Pemikiran dan Politik Islam di

Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1998), h. 243.

Page 61: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

51

spirit yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45. Pancasila

bahkan ideologi yang mencerminkan nilai-nilai Islam seperti monoteisme,

prinsip keadilan, prinsip syura, prinsip kebebasan bersuara dan

berpendapat, prinsip persamaan dan pertanggung jawaban pemimpin.

Dengan ungkapan lain, Islamyang harus ditawarkan adalah sebuah Islam

yang bersedia bergandengan tangan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang

beradap.91

B. Pemikiran Amien Rais Tentang Hubungan Islam dan Negara di

Indonesia

1. Paradigma Pemahaman Keagamaan Amien Rais

Tauhid sebagai sumber dasar bagi penegakan keadilan. Menurut

pemahaman Amien Rais ada dua jenis tauhid, yaitu tauhid akidah dan

tauhid sosial. Tauhid akidah merupakan tauhid yang mengandung

nilai-nilai dasar keislaman yaitu terdiri dari tauhid uluhiyya dan tauhid

rububiyyah. Sementara itu tauhid sosial mengandung makna tauhid

yang telah tercantum dalam ibadah mahdah seperti misalnya shalat,

zakat, puasa dan haji.92

Konsep tauhid secara sosio-kultural memiliki misi untuk

membangun peradaban masyarakat yang egaliter dan memiliki

kesamaan derajat. Maka tujuan inti dari tauhid sosial adalah

terwujudnya masyarakat yang adil dan mendapatkan ridha dari Tuhan.

Dalam pandangan Amien Rais keadilan adalah hal utama yang

91 Maarif Istitut dan Serambi, Muazin Bangsa dari Makkah Darat, (Jakarta: PT. Serambi

Ilmu Semesta, 2015), h. 88-89.

92

Sigit Prayitno, “Pemikiran Amien Rais Tentang Politik Islam”, skripsi (Yogyakarta:

Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008), h. 43.

Page 62: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

52

menjadi dasar ajaran Islam. Maka dari itu tindakan-tindakan yang

diskriminasi terhadap suku, ras, agama bahasa dan etnis tidak

dibenarkan dalam ajaran Islam.93

Implementasi dari tauhid sosial adalah penegakan keadilan. Dalam

penegakan keadilan ini dapat dilakukan dengan dua cara dalam

pandangan Amien Rais. Pertama, bersifat jangka pendek (sementara),

yaitu dengan cara menyantuni orang-orang yang serba kekurangan.

Kedua, uapaya jangka panjang, yaitu menyelesaikan persoalan dengan

cara melakukan pengamanan mendasar tentang persoalan yang

menjadi sumber terjadinya ketidak adilan sosial tersebut.94

Dengan adanya tauhid sebagai titik sentral kehidupan, maka umat

Islam dapat menarik dan mendeduksi nilai-nilai etik, moral dan norma-

norma pokok dalam ajaran Islam sebagai landasan dasar bagi

kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pemikiran yang berpusat

pada tauhid melahirkan teori-teori yang bertumpu pada syariah.

Sedangkan syariah merupakan prinsip dasar atau aturan yang bersifat

universal. Dengan demikina umat Islam tidak mungkin mengambil

sistem di luar syariah. Dalam pemahaman Amien Rais, Syariah

memiliki posisi sentral dalam kehidupan masyarakat dan hasil

pewahyuan Al-Quran dan Sunnah, Syariah ungkapnya adalah

kehendak Allah yang harus dijadikan sumber hukum dalam

93 Solihin, “Pandangan Amien Rais tentang Politik Islam Indonesia (Telaah Hubungan

Islam dan Negara Periode 1985-2000)”, Executive Summary, (Bandung: Lembanga Penelitian

UIN SGD Bandung, 2007), h. 8.

94

Solihin, “Pandangan Amien Rais tentang Politik Islam Indonesia (Telaah Hubungan

Islam dan Negara Periode 1985-2000)”, Executive Summary, (Bandung: Lembanga Penelitian

UIN SGD Bandung, 2007), h. 8.

Page 63: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

53

masyarakat Islam. Syariah bagi Amin Rais merupakan sistem hukum

yang lengkap dan terpadu. Yang telah meletakkan dasar-dasar

(fundamental), tidak hanya bagi hukum kostitusional, tetapi juga

hukum administratatif, pidana, perdata, bahkan hukum Internasional.95

2. Pandangan Amien Rais Tentang Konsep Negara

Terdapat pandangan yang mejadi pembeda kekuasaan yang

bernuansa politis dan yang tidak. Kekuasaan dalam konsep politis

berarti merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk

berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang

mempengaruhinya. Sementara kekuasaan yang tidak bernuansa politis

dapat dilihat misalnya kemampuan Kiyai atau Pendeta dalam hal

mempengaruhi jama’ah agar melaksanakan ajaran agama. Dalam hal

ini, kekuasaan tidak menyangkut kewenangan pemerintah, melainkan

menyangkut lingkungan masyarakat yang lebih terbatas.96

Amien Rais dalam bukunya Cakrawala Islam antara Cita dan

Fakta meberi gambaran apa yang dimaksud hubungan kekuasaaan dan

politik.

“Politik dapat didefenisikan dengan berbagai cara, tetapi

bagaimanapun ia didefenisikan satu hal yang sudah pasti bahwa

politik menyangkut kekuasaan dan cara penggunaan kekuasaan. Di

samping itu, dalam pengertian sehari-hari politik juga berhubungan

dengan cara dan proses pengelolaan pemerintahan suatu negara.

Oleh karena itu politik merupakan salah satu kegiatan penting,

mengingat bahwa suatu masyarakat hanya bisa hidup secara teratur

95 Solihin, “Pandangan Amien Rais tentang Politik Islam Indonesia (Telaah Hubungan

Islam dan Negara Periode 1985-2000)”, Executive Summary, (Bandung: Lembanga Penelitian

UIN SGD Bandung, 2007), h. 8-9.

96

Ramalan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT Grasindo Jakarta, 1997), Cet.

IV, h. 6, Dikutip dalam 96

Solihin, “Pandangan Amien Rais tentang Politik Islam Indonesia

(Telaah Hubungan Islam dan Negara Periode 1985-2000)”, Executive Summary, (Bandung:

Lembanga Penelitian UIN SGD Bandung, 2007), h.10-11

Page 64: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

54

kalau ia hidup dan tinggal dalam sebuah negara dengan segala

perangkat kekuasaannya. Sedemikian pentingnya peran politik

masyarakat modern, sehingga banyak orang berpendapat bahwa

politik adalah panglima, artinya politik sangat menentukan corak

sosial, ekonomi, budaya, hukum dan berbagai aspek kehidupan

lainnya”.97

Dalam pandangan di atas dapat di simpulkan bahwa dalam

Islam politik sangat penting, karena pada dasarnya politik berbicara

tentang kekuasaan dan cara-cara mempertahankannya. Kekuasaan

tersebut harus sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran

Islam.

Menurut Amien Rais Islam dapat menerima sistem pemerintahan

republik, selama kehendak rakyat masih selaras dengan ajaran Al-

Quran. Akan tetapi apabila ada perbedaan anatra sistem pemerintahan

dengan ajaran Al-Quran dan Sunnah, maka harus dilawan dan ditolak.

Oleh karena itu Islam bisa menerima konsep musyawarah, demokrasi

dan republik. Persoalan politik mesti mencakup sember otoritas. Pada

wilayah ini sering terjadi perdebatan antara aliran politik. Dalam

politik Islam menurut Amien Rais sumber utama legitimasi kekuasaan

adalah Allah, segala legitimasi kekuasaan semuanya harus

dikembalikan kepada Allah. Sementara itu dalam politik sekuler

kekuasaan dikembalikan kepada rakyat.98

Hal lain yang menjadi prinsip dasar negara adalah keterbukaan.

Menurut Amien Rais keterbukaan adalah tuntutan yang mutalak harus

dipenuhi dalam pengelolaan negara. Pertanggung jawaban penguasa

97 Amien Rais, Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta, (Bandung: Mizan, 1993), h. 27.

98

Solihin, “Pandangan Amien Rais tentang Politik Islam Indonesia (Telaah Hubungan

Islam dan Negara Periode 1985-2000)”, Executive Summary, (Bandung: Lembanga Penelitian

UIN SGD Bandung, 2007), h. 10.

Page 65: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

55

terhadap rakyat merupakan prinsip dasar yang terakhir yang harus

dimiliki negara. Penyelenggaraan negara harus terbuka bersifat

trasparan terhadap rakyat dan Allah. Maka dari itu penguasa yang

mengabaikan prisip pertanggung jawaban terhadap rakyat dan Allah

ini harus dilawan dan ditolak.

3. Hubungan antara Islam dan Negara

Menurut pandangan Amien Rais Islam adalah agama wahyu yang

meberikan pandangan etika bagi pangelolaan seluruh kehidupan

manusia. Termasuk kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Pemikiran mengenai tidak ada negara Islam tencantum dalam

wawancara antara Amien Rais dan majalah Panji Masyarakat, dalam

wawancara tersebut Amien Rais berpendapat bahwa konsep negara

Islam tidak tercantum dalam Al-Quran dan Sunnah, oleh sebab itu

tidak ada perintah untuk mendirikan negara Islam. Yang paling penting

dari sebuah negara adalah menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan

menegakkan keadilan bagi seluruh masyarakat. 99

Amien Rais sangat menolak adanya sekularisasi terhadapa Islam,

sekularisasi dalam jenis apapun jelas bertentangan dengan syariat

Islam. Hal tersebut disampaikan dalam bukunya Cakrawala Islam

antara Cita dan Fakta, sebagai berikut:

“Dalam sebuah kesempatan saya pernah mengatakan bahwa

Al-Quran dan Sunnah tidak ada perintah yang menyatakan:

“Dirikanlah negara Islam”. Bila pernyataan ini dilepaskan sama

sekali dari konteks ajaran Islamyang luas, maka pernyataan ini

memang merupakan pernyataan seorang sekularis yang

menganggap bahwa Islam adalah agama yang mengurus soal-soal

99 Sigit Prayitno, “Pemikiran Amien Rais Tentang Politik Islam”, skripsi (Yogyakarta:

Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008), h. 68.

Page 66: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

56

keakhiratan melulu, dan impoten dalam memecah masalah-

masalah manusia di bidang kenegaraan, keadilan sosial, keadilan

ekonomi, hubungan internasional, kebudayaan dan sebagainya.

Tetapi saya bukanlah seorang sekularis, pernyataan tersebut segera

saya ikuti dengan pernyataan berikut, antara lain bahwa Islam

sebagai agama wahyu memberikan etik yang terlalu jelas bagi

pengelolaan seluruh kehidupan manusia, termasuk kehidupan

bernegara dan berpemerintahan. Kehidupan seorang Muslim

adalah utuh (integrated), tidaak ada keretakan dan keterpecahan

(split)”.100

Amien Rais tidak berbicara mengenai Islam secara formalistik,

akan tetapi lebih mementingakan fungsi ajaran Islam dalam

pengelolaan negara. Justru keabadian wahyu Allah terletak pada tidak

adanya penerapan negara Islam, karena menurut pandangannya apabila

ada pemaksaan terhadap pendirian negara Islam, maka negara tersebut

tidak akan mampu bertahan lama, karena Islam merupakan ajaran yang

bersifat universal sementara negara berada pada bagiat kecil yang

bekaitan dengan urusan duniawi manusia.

Bagi Amien Rais politik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

muslim, sangat heran jika ada kaum muslim yang bersikap menjauhi

atau menutup diri dari kehidupan politik. Kehidupan politik harus

direbut dan dilaksanakan sesuai dengan ajaran-ajaran Tuhan.

Dalam melihat hubungan Islam dan negara Amien Rais

mendasarkan pemikirannya kepada konsep tauhid. Dalam pemahaman

Amien Rais semangat pembebasan dan trasformasi merupakan sesuatu

yang inhern dalam rumusan tauhid, dalam artian Islam membawa

watak revolusioner sejak kelahirannya. Dalam pandangan Amin Rais

100 Amien Rais, Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta, (Bandung: Mizan, 1993), h. 41-

42

Page 67: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

57

revolusi bukan sesuatu yang tidak terelakkan, revolusi dapat dihindari

dengan cara mendukung terealisasinya nilai-nilai demokrasi. Prisip-

pinsip dakwah dalam politik sangat penting, karena pada dasarnya

politik dan dakwah mempunyai hubungan yang bersifat integral,

kegiatan politik tidak berdiri sendiri, dengan kata lain terdapat

hubungan organik yang sangat erat antara dakwah dan politik. Politik

harus berkaitan dengan moralitas agama, jika moralitas agama

ditegakkan dalam politik maka tidak ada lagi pandangan-pandangan

buruk terhadap politik itu sendiri.101

Setelah menolak gagasan mengenai negara Islam, Amien Rais

mendukung sepenuhnya praktek demokrasi dalam suatu negara. Amien

Rais tetap mendasarkan pemikirannya pada Syariah, bentuk negara

demokrasi yang diinginkan Amien Rais yaitu: Pertama, negara harus

dibangun atas dasar keadilan seluas-luasnya. Bukan hanya keadilan

secara hukum saja, namun juga keadilan dibidang ekonomi dan sosial.

Kedua, negara harus dibangun dengan mekanisme musyawarah.

Ketiga, negara harus menegakkan prinsip persamaan, yang di

dalamnya terkandung prinsip persaudaraan.102

Ada tiga alasan mengapa Amien Rais menerima demokrasi.

Pertama, demokrasi tidak hanya bentuk vital dan sebagai

pemerintahan yang mungkin diciptakan, tetapi juga doktrin luhur yang

akan memberikan manfaat bagi kebanyakan negara. Kedua, demokrasi

101 Solihin, “Pandangan Amien Rais tentang Politik Islam Indonesia (Telaah Hubungan

Islam dan Negara Periode 1985-2000)”, Executive Summary, (Bandung: Lembanga Penelitian

UIN SGD Bandung, 2007), h.16-19.

102

Haryanto Kurniawan, “Studi Pemikiran M. Amien Rais Tentang Relasi islam dan

Negara”, Skripsi (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2010), h. 83-84.

Page 68: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

58

sebagai sistem plitik dan pemerintahan mempunyai akar sejarah yang

panjang sampai ke Yunani Kuno, sehingga ia tahan banting dan dapat

menjamin keberlansungan suatu lingkungan politik stabil. Ketiga,

demokrasi merupakan sistem yang paling alami dan manusiawi,

sehingga semua rakyat dibelahan negara manapun akan memilih

demokrasi bila ia diberi kebebasan untuk memilih.103

Pada intinya Amien Rais dalam memandang hubungan Islam

dengan negara lebih menekankan aspek substansial dibandingkan

bentuk. Apapun bentuk suatu negara selama syariat Islam dapat masih

digunakan sebagai pedoman moral bagi kehidupan masyarakatnya

maka tidak akan menjadi masalah. Aspek substansi ini berkaitan

dengan nilai-nilai dasar yang terdapat dalam syariat Islam, seperti

prinsip keadilan dan kesamaan hak. Ini menjadi hal yang paling utama

yang menjadi dasar dalam sebuah penyelenggaraan pemerintahan

suatu negara.

C. Analisis Persamaan dan Perbedaan Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif

dan Amien Rais

Dari paparan tentang masing-masing padangan Ahmad Syafi’i

Ma’arif dan Amien Rais dalam melihat hubungan Islam dan Negara di

Idnonesia penulis menganalisa beberapa perbedaan dan persamaan dari

kedua pemikiran tokoh tersebut.

Secara umum sulit untuk menemukan pebedaan antara pemikran

Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais dalam melihat hubungan Islam dan

103 Sigit Prayitno, “Pemikiran Amien Rais Tentang Politik Islam”, skripsi (Yogyakarta:

Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008), h. 69-70.

Page 69: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

59

Negara di Indonesia. Kedua tokoh tersebut memiliki persamaan dan

perbedaan pemikiran dalam melihat hubungan Islam dan Negara.

1. Persamaan Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais

Tentang Hubungan Islam dan Negara di Indonesia

Faktor kedekatan dan persahabatan antara Syafi’i Ma’arif

dan Amien Rais menjadi titik yang membuat kecenderungan tidak

adanya perbedaan pemikiran keduanya dalam melihat hubungan

Islam dan negara. Ada beberapa hal yang menjadi titik persamaan

pemikiran Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais. Pertama, dalam

melihat hubungan antara Islam dan Negara Syafi’i Ma’arif dan

Amien Rais memiliki pandangan yang cederung sama bahwa tidak

adanya konsep yang utuh dan ilmiah dalam Al-Quran dan Sunnah

yang menjelaskan bagaimana bentuk sebuah negara. Maka

pendirian negara Islam bukan menjadi hal yang mutlak bagi

mereka.

Kedua, dilihat dari pemikiran Syafi’i Ma’arif dan Amien

Rais tentang hubungan Isalm dan negara, mereka tergolong

kelompok moderat (simbiotik) dimana dalam pandangannya Islam

tidak harus dijadikan sebagai dasar negara, karena pada dasarnya

Islam bersifat universal yang mengatur segala aspek kehidupan

manusia. Nilai-nilai Islam dijadikan sebagai etika moral dalam

tuntunan perilaku masyarakat suatu negara.

Ketiga, memiliki pandangan yang sama dalam demokrasi,

dalam hal hubungan Islam dan negara di Indonesia Syafi’i Ma’arif

Page 70: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

60

dan Amien Rais memiliki pandangan bahwa Pancasila sebagai

dasar negara merupakan keputusan final dan tidak perlu

diperdebatkan lagi. Karena pada dsarnya nilai-nilai Pancasila itu

sendiri sejalan dengan nilai-nilai Islam.

2. Perbedaan Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais

tentang Hubungan Islam dan Negara di Indonesia

Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais merupakan tokoh

yang memiliki latar belakang keorganisasian yang sama, yaitu

sama-sama berasal organisasi Islam Muhammadiyah. Dan sama-

sama pernah menjabat sebagai ketua umum PP Muhammadiyah

Indonesia. Persahabatan kedua tokoh ini sedikit banyaknya

membawa pengaruh terhadap arah pemikiran politiknya.

Dalam hal perbedaan pemikiran antara kedua tokoh

tersebut, penulis dapat mengidentifikasi adanya beberapa celah

yang bisa dilihat untuk membedakan antara keduanya. Perbedaan

tersebut lebih menonjol pada praktek atau implementasi dari

pemikiran masing-masing tokoh. Jalan politik yang ditempuh oleh

Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais memiliki sedikit perbedaan.

Berdasakan hasil wawancara penulis dengan Abd. Rohim Ghazali

sebagi akademisi yang banyak meneliti pemikiran kedua tokoh

tersebut dapat dilihat beberapa perbedaan:

Pertama, Syafi’i Ma’arif mengedepankan bahwa dalam

politik Islam yang paling utama harus diperjuangkan adalah nilai-

nilai etiknya, bukan politik Islamnya. Sementara Amien Rais

Page 71: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

61

berpandangan bahwa justru politik Islam tersebut harus

diperjuangkan, karena bagi Amien Rais politik merupakan bagian

dari dakwah. Jadi pada dasaarnya perbedaannya terletak pada

perjunagan simbolik dan perjuangan substantantif.

“Dalam politik Islam Amien Rais ada kecenderungan

pemahaman bahwa politik Islam itu harus diperjuangkan.

Sedangkan dalam pandangan Syafi’i Ma’arif bukan politik

Islam yang harus diperjuangkan, nilai-nilai etiknya yang

harus diperjuangkan, nilai etik tersebut adalah nilai etik

yang bersifat universal bukan hanya terbatas pada simbol-

simbol Islamnya saja. Oleh karena itu menur Syafi’i

Ma’arif nilai-nilai etik ini punya hak untuk diperjuankan

oleh siapa saja, termasuk oleh partai-partai politik yang

sekuler sekalipun.”104

Kedua, jika dihubungkan dengan landasan teori yang

membagi hubungan Islam dan negara kedalam tiga paradigma

seperti yang dijelaskan dalam bab dua. Meskipun secara umum

Syafi’i Ma’arif pemikirannya berada pada tataran moderat

(simbiotik) dalam melihat hubungan Islam dan negara, namun

Syafi’i Ma’arif ada kecenderungan pemikirannya pada pemahaman

sekularisme, karena adanya kritikan Syafi’i Ma’arif bahwa Islam

itu bukan dalam bentuk partai Islam maupun negara Islam, tetapi

berada dalam bentuk nilai-nilai yang menjadi landasan etika dalam

kehidupan berbangsan dan bernegara. Sedangkan Amien Rais

beranggapan bahwa tidak ada masalah dengan penerapan ideologi

Islam dalam partai politik.105

104 Wawancara dengan Abd. Rohim Ghazali, Jakarta 15 April 2019 di kantor KSP.

105

Wawancara dengan Abd. Rohim Ghazali, Jakarta 15 April 2019 di kantor KSP.

Page 72: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

62

Tabel IV.C.1. Persamaan dan Perbedaan Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif

dan Amien Rais

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN AMIEN RAIS

TENTANG HUBUNGAN ISLAM DAN NEGARA DI INDONESIA

NO. PERSAMAAN PERBEDAAN

1. Dalam melihat hubungan antara Islam dan Negara

Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais memiliki

pandangan yang cederung sama bahwa tidak

adanya konsep yang utuh dan ilmiah dalam Al-

Quran dan Sunnah yang menjelaskan bagaimana

bentuk sebuah negara.

Syafi’i Ma’arif mengedepankan bahwa dalam politik

Islam yang paling utama harus diperjuangkan adalah

nilai-nilai etiknya, bukan politik Islamnya. Sementara

Amien Rais berpandangan bahwa justru politik Islam

tersebut harus diperjuangkan, karena bagi Amien

Rais politik merupakan bagian dari dakwah. Jadi

pada dasaarnya perbedaannya terletak pada

perjunagan simbolik dan perjuangan substantantif.

2. Dari pemikiran Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais

tentang hubungan Islam dan negara, mereka

tergolong kelompok moderat (simbiotik) dimana

dalam pandangannya Islam tidak harus dijadikan

sebagai dasar negara, karena pada dasarnya Islam

bersifat universal yang mengatur segala aspek

kehidupan manusia. Nilai-nilai Islam dijadikan

sebagai etika moral dalam tuntunan perilaku

masyarakat suatu negara.

Syafi’i Ma’arif ada kecenderungan pemikirannya

pada pemahaman sekularisme, karena adanya

kritikan Syafi’i Ma’arif bahwa Islam itu bukan

dalam bentuk partai Islam maupun negara Islam,

tetapi berada dalam bentuk nilai-nilai yang menjadi

landasan etika dalam kehidupan berbangsan dan

bernegara. Sedangkan Amien Rais beranggapan

bahwa tidak ada masalah dengan penerapan ideologi

Islam dalam partai politik.

3. Memiliki pandangan yang sama dalam demokrasi,

dalam hal hubungan Islam dan negara di Indonesia

Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais memiliki

pandangan bahwa Pancasila sebagai dasar negara

merupakan keputusan final dan tidak perlu

diperdebatkan lagi. Karena pada dsarnya nilai-

nilai Pancasila itu sendiri sejalan dengan nilai-

nilai Islam.

Page 73: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menegnai pemikiran

politik Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais tentang hubungan Islam

dan negara di Indonesia, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Menurut pandangan Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais Hubungan

Islam dan negara di Indonesia memiliki hubungan yang

simbiotik. Pembentukan negara Islam bukan hal yang mutlak,

karena pada dasarnya Islam merupakan ajaran yang bersifat

universal yang sudah mengatur kehidupan manusia. Dalam

politik perdebatan Islam dan negara sudah final dengan adanya

Pancasila sebagai dasar negara. Karena tidak ada pertentangan

nilai-nilai Pancasila dengan nilai-nilai Islam.

2. Secara umum dapat diidentifikasi adanya perbedaan pemikiran

Ahmad Syafi’i Ma’arif dengan Amien Rais dalam melihat

hubungan Islam dan negara di Indonesia. Syafi’i Ma’arif

memandang bahwa dalam politik Islam yang paling utama

dipejuangkan adalah nilai-nilai etikanya, bukan politik.

Sementara menurut Amien Rais justru politik Islamlah yang

paling utama untuk diperjuangkan. Kemudian dalam hal

pembentukan partai politik, Syafi’i Ma’arif cenderung

mengkritik penerapan nilai-nilai Islam sebagai ideologi partai,

Page 74: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

64

sementara Amien Rais beranggapan bahwa tidak ada masalah

dengan penerapan Islam sebagai ideologi partai. Sedangkan

persamaan pemikiran Syafi’i Ma’arif dan Amien Rais adalah

sama-sama menolak pembentukan negara Islam di Indonesia,

dan mendukung Pancasila sebagai ideologi bangsa serta

penerapan sistem demokrasi di Indonesia.

B. Saran

Kajian dan penelitian tentang hubungan Islam dan Negara di

Indonesia harusnya tidak membuat terjadinya perpecahan antar umat

beragama di Indonesia. Penerimaan pancasila sebagi dasar negara harus

diterima dan diamalkan oleh semua rakyat Indonesia sehingga masalah-

masalah yang menyangkut masalah perbedaan suku, ras, etnik agama, dan

pandangan polik dapat teratasi serta keadilan dan kesejahteraan yang

merata dapat terpenuhi bagi masyarakat Indonesia.

Dengaan adanya penelitian terkait masalalah ini mudah-mudahan

dapat membangkitkan semangat bagi para akademisi dan kaum terpelajar

untuk terus mengupayakan penyelesaian berbagai masalah sosial yang

terjadi di Indonesia hari ini.

Penulis menyadari keterbatasan dan begitu banyak kekurangan

pada penelitian ini, namun dari kekurangan tersebut diharapkan ada

perbaikan dan pengembangan yang lebih baik lagi dari penelitian-

penelitian berikutnya terkait dengan hubungan Islam dan negara di

Indonesia.

Page 75: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

65

DAFTAR PUSTAKA

Al Brebesi, Mamun Murad. Menyikap Pemikiran Politik Gus dur dan

Amien Rais Tentang Negara. Jakarta: Raja Grafindo, 1999.

Asroni Ahmad, Pemikiran Ahmad Syafii Maarif Tentang Negara dan

Syariat Islam di Indonesia, Millah, Vol. 10, No.2, Februari 2011.

Azra, Azyumardi. Pergolakan Politik Islam dan Fundamentalisme,

Modernisasi hingga Post Modernisme. Jakarta: Paramadina, 1996.

Budiarjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia, 2000.

Efendi, Bahtiar. Islam dan Negara, trasformasi Pemikiran dan Praktek

Politik Islam di Indonesia. Jakarta: Paramadina, 1998

Esposito, John L. Islam dan Politik (Terjemahan H.M. Joesoef Sou’yb.

Jakarta:Bulan Bintang, 1990.

Ghazali, Abd. Rohim dan Saleh Partaonan Daulay (editor). Refleksi 60

Tahun Ahmad Syafii Maarif Cermin Untuk Semua. Jakarta :

Maarif Institute, 2005.

Ghazali, Abd Rohim dan Saleh Pertaonan Daulay, Muhammadiyah dan

Politik Islam Inklusif. Jakarta: Ma’arif Institut, 2005.

Hidayat, Ahmad Ilyas. “Kekuasaan Perspektif Politik Islam”, Skripsi.

Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2012.

Hilyah, Lia. Dinamika Pemikiran Politik Ahmad Safii Maarif(Tinjauaan

Terhadap Ideologi Negara. Jakarta: Perpustakaan Utama UIN

Jakarta, 2000.

Page 76: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

66

http://www.Biografi.Tokoh.com/ensiklopedia/a/amien-rais/Index/2.shtml.

Istitut, Ma’arif dan Serambi. Muazin Bangsa dari Makkah Darat. Jakarta:

PT. Serambi Ilmu Semesta, 2015.

Jawahir, Muhammad. “Analisi Pemikiran Nurcholis Majid tentang Politik

Islam”, Skripsi. Semarang: UIN Walisongo Semarang, 2016.

Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah.

Jakarta: Gramedia, 1993.

Karya, Suara. Ketua Umum ; Muhammadiyah tetap sebagai organisasi

sosial. Jakarta : 10 Juli 2000.

Kurniawan, Haryanto. “Studi Pemikiran M. Amien Rais Tentang Relasi

islam dan Negara”, Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,

2010.

Maarif, Ahmad Syafii. Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan

Keislaman Sebuah Refleksi Sejarah. Bandung: Mizan,2009.

Ma’arif Ahmad Syafi’i. Titik-Titik Kisar di Perjalanan Ku. Yogyakarta :

Ombak, 2006.

Ma’arif, Ahmad Syafi’i. Independensi Muhammadiyah; di Tengah

PergumulanPemikiran Islam dan Politik. Jakarta : Cidesindo,

2000.

Ma’arif, Ahmad Syafi’i. Islam dan Politik: Upaya Membingkai

Peradaban. Cirebon: Pustaka Dinamika, 1999.

Page 77: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

67

Ma’arif, Ahmad Syafi’i. Islam dan Msalah Kenegaraan: Studi

TentangPercaturan dalam Konstituante. Jakarta: LP3ES, 1985.

Ma’arif, Ahmad Syafi’i. Membumikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Yogyakarta, 1995.

Mahendra, Yusril Ihza. Harun Nasution Tentang Islam dan Masalah

Kenegaraan. Jakarta: LP3ES, 1999.

Naufal, Fauzan. “Hubungan Agama dan Negara dalam Pemikiran Politik

Islam di Indonesia (Analisi Pemikiran Politik Bahtiar Effendy)”,

Skripsi. Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2017.

Prayitno, Sigit. Pemikiran Amien Rais Tentang Politik Islam. Yogyakarta:

Perpustakaan Digitan UIN Jogja, 2008.

Raharjo, Dawan. Ensiklopedia Alquran: Tafsir Sosial Berdasarkan

Konsep-Konsep Kunci. Jakarta: Paramadina, 1996.

Rais, Amien. Cakrawala Islam, Antara Cinta dan Fakta. Bandung: Mizan,

1993.

Rais, M. Amien. Membangaun Politik Adiluhung, Membumikan Tauhid

Sosial, Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar,Idy Subandy

Ibrahim,(ed). Bandung:Zaman Wacana Mulia

Rif’at. “Pemikiran Politik Islam Fachry Ali”, Skripsi . Jakarta: UIN

Jakarta, 2011.

Sadjali, Munawir. Islam dan Tatanegara: Ajaran Sejarah dan Pemikiran.

Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1993.

Situmorang, Jubair. Model Pemikiran dan Penelitian Politik Islam.

Bandung: Pustaka Setia, 2014.

Page 78: PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46420... · 2019-08-02 · PERBANDINGAN PEMIKIRAN AHMAD SYAFI’I MA’ARIF

68

Sholikin, Ahmad. “Pemikiran Politik Negara danAgama Ahmad Syafii

Maarif.” Politik Muda Vol.02 No.01, 2012.

Solihin. “Pandangan Amien Rais tentang Politik Islam Indonesia (Telaah

Hubungan Islam dan Negara Periode 1985-2000)”, Executive

Summary. Bandung: Lembanga Penelitian UIN SGD Bandung,

2007.

Somantri, Gumilar Rusliwa. “Memahami Metode Kualitatif.” Makara,

Sosial Humaniora 09:02-57

Syam, Firdaus. Amien Rais Politisi yang Merakyat dan Intelektual yang

Shaleh. Jakarta: Al-Kautsar, 2003.

Syamsudin, M. Din. Etika Agama Dalam Mebangun Masyarakat Madani.

Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002.

Syamsudin. M. Din. Usaha Pencarian Konsep dalam Sejarah Pemikiran

Politik Islam. Ulumul Quran Vol. IV, 1993.

Ubaedillah, A dan Abdul Rozak. Pendidikan Kewarganegaraan,

Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, Edisi

Revisi. Jakarta: Kencana, 2012.

Uchrowi, Zaim. Muhammad AMien Rais Memimpin Dengan Nurani; in

Authorized Biography. Jakarta : Teraju Mizan,2004.