PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA...
Transcript of PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA...
PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DENGAN METODE DISKUSI DAN CERAMAH
TERHDAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMK GRAFIKA
YAYASAN LEKTUR LEBAK BULUS
Skrpisi Diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana pendidikan (S.Pd.)
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
HENDRI PRADIYANTO
NIM: 107013000864
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
i
ABSTRAK
PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN
METODE DISKUSI DAN CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA KELAS XI SMK GRAFIKA YAYASAN LEKTUR LEBAK BULUS
Nama : Hendri Pradiyanto
NIM : 107013000864
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Skripsi ini bertujuan mengetahui apakah terdapat tingkat perbedaaan hasil
belajar bahasa Indonesia siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan
ceramah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi-
eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMK Grafika
Yayasan Lektur Lebak Bulus. Teknik penentuan sampel mengikuti pola cluster
random sampling dengan jumlah 57 siswa yang terbagi dalam kelompok
eksperimen (yang dalam pembelajarannya menggunakan metode diskusi) dan
kelompok kontrol (yang dalam pembelajarannya menggunakan metode diskusi).
Instrument penelitian berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal
yang sudah diuji validitas, homogenitas, daya beda soal, dan indeks kesukarnnya.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t, dan
berdasarkan perhitungan uji-t diperoleh thitung 0,54 dan ttabel 1,67 pada taraf
signifikansi 5% yang berarti thitung < ttabel (0,54 < 1,67).
Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan diperoleh nilai
rata-rata hasil belajar kelas eksperimen adalah 84, 66, median 85, 925, modus 87,
dan standar deviasi 7,85. Sedangkan pada kelas control rata-rata 81,259, median
sebesar 81, 0625, modus 80, 75, dan standar deviasi 6, 892. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaaan hasil belajar yang signifkan antara
siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan ceramah.
Kata kunci : Metode diskusi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi Robbil Alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, Tuhan semesta alam atas rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga
selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya yang meniti jalan perjuangannya hingga akhir.
Penulis menyadari sepenuhnya banyak sekali kesulitan dan hambatan yang
dihadapi baik dari faktor materi, pengumpulan bahan-bahan, motivasi dalam diri
penulis, serta hambatan-hambatan lainnya. Namun berkat izin dan pertolongan
Allah, kesungguhan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dra. Nurlena Rifa’I, M.A, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra Mahmudah Fitriyah, M.Pd. dan Hindun, M.Pd. selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan, serta seluruh dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Drs. H. Cecep Suhendi, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu
sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing penulis dalam
membuat skripsi ini.
4. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Drs. Turyono, M.Pd. selaku kepala SMK Grafika Yayasan Lektur serta
segenap guru dan karyawan sekolah yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
iii
6. Paling istimewa untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang kasih
sayangnya terus mengalir penuh keihlasan dalam membesarkan,
mendidik, serta tak bosan-bosannya memberikan dukungan moril,
materil, semangat dan doa untuk penulis.
7. Kakaku tercinta Masruri, Nursoleh, Rokhiman, Siti Nur Elis, dan Nunung
sulastri, yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk terus
berusaha dan berdoa. Adik dan ponakanku tercinta. Marzuki Rahmat dan
Bima Bagusan Jaya, Fatih Faiz Binasrillah, Rafi Nizar Adicandra, Refka
Azmi Imtihana, serta Haidar Aji Pratama. Karena merekalah penulis
terpacu untuk terus semangat dan berusaha menyelesaikan skripsi ini.
8. Imam Syafi’i, M.Eng., Masroni, M.Ag.,Anang Rachmad, S.Pd., dan
Zamroni, S.Pd.I. (Guru MAN Babakan Lebaksiu Tegal) yang dengan
sabar dan ikhlas membuka hatinya untuk penulis mengadu semua
permasalahan (share) dalam hidup penulis.
9. Sahabat-sahabat Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat. M.Z. Dhofier, S.
Pd. Fatkhul Muin, Kamal Fuadi, S.Pd. Zaenal Muttaqin, M. Aqib Malik,
M S. Rizqi, Abdul Latif, Ikbal Kaukabuddin, Atfiyanah, Tatu Mulyanah,
Aenul Yaqin, dan seluruh sahabat-sahabat IMT Ciputat yang tidak bisa
saya sebutkan namanya satu persatu. Karena kalianlah penulis merasa
berada dalam satu keluarga selama di Ciputat.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007, Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang selalu memberikan canda dan tawa dalam
setiap langkah penulis selama di kampus.
Penulis berharap dan berdo’a kepada Allah SWT, agar seluruh
pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis, akan mendapatkan balasan
yang setimpal disisiNya, jazakumullah akhsanal jaza.
Jakarta, November 2011
Penulis,
Hendri Pradiyanto
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 7
D. perumusan Masalah ..................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
G. Sistematika Penulisan ................................................................. 9
BAB II KAJIAN TEORI
A. METODE DISKUSI ................................................................... 10
1. Pengertian Metode Diskusi ................................................... 10
2. Jenis-jenis Metode diskusi .................................................... 11
a. Whole Group ................................................................... 12
b. Diskusi Kelompok ........................................................... 12
c. Buzz Group ..................................................................... 12
d. Panel ................................................................................ 13
e. Syndicate Group .............................................................. 13
f. Simposium ...................................................................... 14
g. Informal Debate .............................................................. 14
h. Fish Bowl ........................................................................ 14
i. The open Discussion Group ............................................ 15
j. Brainstorming .................................................................. 15
3. Kebaikan dan Kekurangan Metode Diskusi .......................... 17
v
a. Kebaikan ......................................................................... 17
b. Kelemahan....................................................................... 17
B. METODE CERAMAH ............................................................... 35
1. Pengertian Metode Ceramah ................................................. 18
2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah ........................ 20
a. Kelebihan ........................................................................ 20
b. Kelemahan....................................................................... 21
C. HASIL BELAJAR ...................................................................... 23
1. Pengertian Hasil Belajar ........................................................ 23
2. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar.............................................. 25
a. Segi Kognitif ................................................................... 26
b. Segi Afektif ..................................................................... 28
c. Segi Psikomotorik ........................................................... 29
3. Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar .......... 31
a. Faktor Internal Siswa ...................................................... 33
b. Faktor Eksternal Siswa .................................................... 33
c. Faktor Pendekatan Belajar .............................................. 34
D. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA ............................. 35
1. Hakikat dan Ciri pembelajaran.............................................. 35
2. Prinsip-prinsip Pembelajarn .................................................. 36
3. Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia ...................... 39
4. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ............................... 43
5. Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia ................................ 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 46
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 46
B. Metode dan Desain Penelitian ..................................................... 46
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .................. 47
D. Instrumen Penelitian.................................................................... 47
1. Uji Validitas ............................................................................ 47
2. Uji Reliabilitas ........................................................................ 48
3. Pengujian Taraf Kesukaran ..................................................... 49
vi
4. Daya Pembeda Soal................................................................. 50
E. Teknik pengumpulan data ........................................................... 52
F. Teknik Analisa Data .................................................................... 52
1. Uji Normalitas ........................................................................ 52
2. Uji Homogenitas ...................................................................... 54
G. Uji Hipotesis ............................................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 56
A. Gambaram Umum SMK Grafika ................................................ 56
1. Latar belakang sekolah .......................................................... 56
2. Visi, Misi, dan Tujuan SMK Grafika .................................... 60
3. Struktur Organisasi ............................................................... 62
4. Kurikulum ............................................................................. 62
5. Keadaan Guru, siswa, dan Karyawan ................................... 63
6. Keadaan Sarana dan Prasarana.............................................. 64
7. Kegiatan Ekstrakulikuler ....................................................... 65
B. Deskripsi Data ............................................................................. 66
1. Hasil Belajar Kelas Eksperimen .............................................. 67
2. Hasil Belajar Kelas kontrol ..................................................... 71
C. Teknik Analisis Data ................................................................... 76
1.Uji Normalitas ............................................................................. 76
2.Uji Homogenitas ......................................................................... 77
D. Analisis Data Uji Hipotesis ......................................................... 78
E. Hopotesis Penelitian .................................................................... 79
F. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 81
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 83
A. Simpulan ..................................................................................... 83
B. Saran ............................................................................................ 84
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar pada intinya adalah proses memeroleh berbagai pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotrik), dan sikap (afektif). Proses belajar ini
dapat terjadi di sekolah maupun di luar sekolah. Sebagai salah satu lembaga
yang menyelenggarakan pendidikan formal, sekolah mempunyai peranan
penting dalam mendewasakan peserta didik agar menjadi masyarakat yang
berguna. Untuk tujuan tersebut, sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar dan kurikulum sebagai wadah dan bahan mentahnya.
Dalam proses belajar mengajar, guru memegang peranan yang sangat
penting, tetapi tidak bisa dipisahkan peranan siswa dalam pencapaian tujuan
pendidikan, khususnya dalam hal penerimaan materi pelajaran. Agar
pembelajaran lebih efektif guru dituntut untuk menguasai manajemen kelas
atau sering juga disebut pengelolaan kelas. Di dalam kelas guru tidak hanya
bertugas menyampaikan materi saja, tetapi juga harus mampu mewujudkan
suasana belajar yang menyenangkan. Oleh karena itu, beban yang diemban
sekolah, dalam hal ini guru sangat berat. Karena guru yang berada pada baris
depan dalam membentuk pribadi siswa. Guru juga yang menentukan berhasil
atau tidaknya siswa dilihat dari hasil belajar.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan
pada semua jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah
2
Menengah Pertama (SMP/MTS), Sekolah Menengah Atas (SMA/MA) bahkan
sampai Perguruan Tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran Bahasa
Indonesia itu memang penting kedudukannya. Diajarkannya Bahasa Indonesia
dalam semua jenjang pendidikan ternyata tidak membuat prestasi siswa dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan data dari Kemendiknas, sebagian besar kasus ketidaklulusan
siswa dalam Ujian Nasional (UN) SMA, SMK, dan MA tahun 2010
disebabkan rendahnya nilai pelajaran Bahasa Indonesia. Kemendiknas
menemukan, rata-rata mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi masalah bagi
siswa SMA, SMK, dan MA di semua jurusan. “Banyak siswa yang tidak lulus
UN dan harus mengulang karena salah satu mata pelajaran tidak memenuhi
syarat, terutama bahasa Indonesia,” kata Nuh (26/4).
Rendahnya nilai (angka) bahasa Indonesia sesungguhnya bukan hanya
terjadi pada UN tahun 2010. UN tahun 2009 yang lalu, nilai bahasa Indonesia
juga rendah. Suyatno, Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
(Uhamka) menegaskan hal itu dalam orasi ilmiahnya saat dikukuhkan sebagai
guru besar bidang Ilmu Pendidikan Bahasa, Kamis (20/8/09).
Dalam orasinya yang berjudul “Bahasa Indonesia sebagai Sarana
Pengembangan Guru Profesional”, Suyatno menampilkan data yang ironis itu.
Data laporan hasil Ujian Nasional SMP Negeri dan Swasta tahun 2008/2009
secara nasional menunjukkan, dari 3.441.815 peserta UN, peserta yang
rentang nilainya 7,00 sampai 7,99 hanya 32,86 persen atau 1.131.121 orang.
Adapun yang mendapat nilai 10 hanya 834 orang(0,02 persen).
3
Untuk tingkat SMA/MA, hasil UN tahun 2008/2009 menunjukkan, dari
621.840 peserta jurusan IPA, tidak ada satu pun yang mendapat nilai 10.
Peserta yang rentang nilainya 7,00 hingga 7,99 ada 252.460 orang (40,6
persen). Di jurusan IPS, dari 854.206 peserta UN, tidak seorang pun yang
mendapat nilai 10. Siswa yang mendapat nilai antara 7,00 hingga 7,99 justru
lebih kecil lagi, yaitu hanya 240.815 peserta atau sekitar 28,2 persen. Di
jurusan bahasa (yang mestinya nilai bahasa Indonesia harus lebih baik), dari
43.688 peserta UN, peserta yang mendapat nilai antara 7,00 hingga 7,99 hanya
13.445orang atau sekitar 30,7 persen. Yang agak menyenangkan, di jurusan
bahasa ini, ada 6 orang siswa (atau sekitar 0,01 persen) yang mendapat nilai
sempurna (nilai 10). 1
Seolah mengulang hasil Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas atau
Madrasah Aliyah (UN SMA atau MA), UN Sekolah Menengah Pertama atau
Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS) Tahun ajaran 2010-2011 kembali menjadi
masalah siswa, terutama pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Data Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memperlihatkan
nilai akhir mata pelajaran (mapel) itu memiliki nilai minumum 0,8. Hasil ini
sebanding dengan mapel Matematika. Sementara untuk nilai bahasa Inggris
dan ilmu pengetahun alam (IPA) masing-masing bernilai minimum 0,9 dan
1,0.
"Memang Bahasa Indonesia termasuk yang rendah. Ini akan menjadi
1 Y. Priyono. Menyoal hasil UN Bahasa Indonesia. http://www.borneotribune.com/citizen-
jurnalism/menyoal-hasil-un-bahasa-indonesia.html. Kamis, 12 Mei 2011. pukul 20.30.
4
pokok bahasan berikutnya," ujar Menteri pendidikan nasional (mendiknas)
Mohammad Nuh kepada para wartawan, di Jakarta, Rabu (1/6).
Sebelumnya, untuk tingkat SMA atau MA, ada kurang lebih 1.786 siswa
ketidaklulusan Ujian Nasional (UN) 2011, akibat mata pelajaran (mapel)
bahasa dan sastra Indonesia kurang dari 4. Jumlah itu merupakan jumlah yang
terbanyak kedua setelah mata pelajaran (mapel) Matematika2.
Dari data di atas menunjukkan rendahnya kemampuan bahasa Indonesia
siswa. Rendahnya nilai kemampuan bahasa Indonesia siswa setidaknya
disebabkan karena dua faktor. Pertama, faktor siswa, yang cenderung lebih
menyepelekan pelajaran bahasa Indonesia karena kebanyakan siswa
menganggap bahwa bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang mudah
berbeda dengan Matematika, Fisika, Kimia, dan pelajaran lainnya. Kedua
faktor guru, sistem pengelolaan kelas termasuk di dalamnya strategi
pembelajaran yang kurang tepat menjadi salah satu faktor rendahnya nilai
bahasa Indonesia.
Strategi merupakan suatu rencana tentang cara-cara penggunaan dan
pemanfaatan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan aktivitas dan
efesiensi dalam pembelajaran. Pada umumnya kegiatan belajar mengajar di
Indonesia selama ini masih bercorak tradisonal, pengajaran yang dimaksud
2 Arif Hulwan, UN Bahasa Indonesia Kembali Jadi Momok.
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/01/230703/293/14/UN-Bahasa-Indonesia-Kembali-
Jadi-Momok. Kamis, 28 Juli 2011.
5
adalah bentuk pengajaran klasikal yang umumnya masih berpusat pada guru
yakni dengan menggunakan metode ceramah.
Metode ceramah merupakan bentuk penyajian informasi secara lisan,
baik yang formal dan berlangsung selama 45 menit, maupun yang informal
hanya berlangsung selama lima menit. Walaupun terdapat kelemahan-
kelemahan yang mencolok dalam metode ceramah seperti tidak memberi
siswa kesempatan untuk mempraktikkan perilaku yang relevan (selain
mencatat), ceramah masih dapat bermanfaat bagi siswa berapapun usianya.
Ceramah memungkinkan si guru untuk menyampaikan topik dengan perasaan;
dapat lewat cara penyampaiannya, dapat dengan intonasi tertentu, dengan
tekanan suaranya, ataupun dengan gerak-gerik tangannya. Topik yang
sederhana dapat dibuat menarik, atau sebaliknya, yang menarik dapat
membosankan.
Berbeda dengan metode ceramah, metode diskusi tidak lagi diarahkan
oleh guru, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan ide-ide mereka
sendiri. Melalui metode diskusi pula dapat mengubah pola perilaku afektif
siswa secara konkret. Dalam hal sikap atau nilai, perubahan sukar sekali
dilakukan jika siswa tidak diberi kesempatan untuk menyatakan perasaannya.
terlepas dari kelebihannya, metode diskusi membutuhkan banyak waktu,
dalam membahas suatu topik atau pokok permasalahan. 3
Dengan memperhatikan kelebihan dan kelemahan metode ceramah dan
metode diskusi di atas, penulis tertarik untuk mengetahui manakah di antara
3 W. James Popham dan Eva L. Baker, Bagaimana Mengajar secara Sistematis, (Yogyakarta:
Kanisius, 1994), Cet. VI. h. 96.
6
kedua metode tersebut yang lebih efektif untuk dipergunakan dalam
pengajaran Bahasa Indonesia terhadap siswa menengah kejuruan.
Dalam presentasi menyampaikan makalah, penulis bersama teman-teman
pada saat perkuliahan Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia disimpulkan
bahwa metode diskusi lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah
dalam pengajaran bahasa Indonesia khususnya siswa Sekolah Menengah Atas
baik SMA/MA/SMK, pertimbangannya adalah karena siswa SMA/MA/SMK
telah dapat berfikir dewasa dan kritis dalam menyikapi berbagai masalalah.
Akan tetapi bagi penulis jawaban tersebut kurang memuaskan, karena
belum ada pembuktian sendiri, sehingga penulis berminat untuk mencari
jawabannya secara langsung dengan melakukan penelitian pada salah satu
Sekolah Menengah Kejuruan yang ada di Jakarta. Akhirnya penulis
memutuskan memilih SMK Grafika Yayasan Lektur Lebak Bulus Jakarta
Selatan sebagai objek penelitian.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis merumuskan dalam sebuah judul
skripsi yaitu: “Perbandingan pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode
diskusi dan ceramah terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMK Grafika
Yayasan Lektur Lebak Bulus ”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang dapat
teridentifikasi sebagai berikut:
1. Proses Pembelajaran bahasa Indonesia kelas XI yang menggunakan
metode diskusi dan ceramah
7
2. Hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia siswa yang menggunakan
metode diskusi dan ceramah
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
4. Perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode diskusi dan
ceramah
5. Tingkat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode diskusi
dan ceramah
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebi terarah dan operasional,
penulis membatasi masalah kepada:
1. Perbandingan hasil belajar siswa yang menggunakan metode diskusi
dengan metode ceramah pada kelas XI SMK Grafika Yayasan Lektur.
2. Seberapa besar tingkat perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia siswa
yang diajarkan dengan metode diskusi dan ceramah
D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas maka penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan
dengan metode diskusi dan ceramah?
2. Seberapa besar tingkat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan
dengan metode dan ceramah?
8
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini mempunyai
beberapa tujuan antara lain:
1. mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan
ceramah
2. mengetahui seberapa besar tingkat perbedaan hasil belajar antara siswa
yang diajarkan dengan metode diskusi dan ceramah
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara
teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak, sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini
menjadi sumbangan gagasan dan tawaran solusi terhadap pelaksanaan
metode pembelajaran di sekolah.
2. Manfaat praktis kepada berbagai pihak antara lain
a. Guru,
sebagai bahan rujukan dan pedoman dalam pelaksanaan metode
diskusi
b. Siswa,
mengambangkan cara berfikir ilmiah dan sifat demokratis dalam
belajar
c. Penulis,
pengalaman langsung dalam menerapkan metode diskusi dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia
9
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika
penulisan yang terdiri dari beberapa bab, dan bab-bab tersebut memiliki
beberapa sub-bab yaitu:
Bab I. Pendahuluan, terdiri dari: Latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II. Landasan Teori, terdiri atas: Diskusi (pengertian, jenis, serta
kebaikan dan kelemahan), Ceramah (Pengertian serta kebaikan dan
kelemahan), Hasil belajar (pengertian, sasaran evaluasi hasil belajar, dan
faktor yang mempengaruhi belajar), dan pembelajaran Bahasa Indonesia
Bab III. Metodelogi penelitian, terdiri atas: tempat dan waktu penelitian,
metode penelitian, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan pengajuan
hipotesis.
Bab IV. Hasil dan pembahasan, terdiri dari atas: latar belakang sekolah,
deskripsi data, teknik analisis data (uji normalitas dan uji homogenitas),
analisis data uji hipotesis, hipotesis penelitian, dan pembahasan hasil
penelitianan.
Bab V. Simpulan dan saran.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. METODE DISKUSI
1. Pengertian Metode Diskusi
Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar-mengajar yang dilakukan
oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses interaksi antara dua
atau lebih individu yang terlibat, saling tukar pengalaman, informasi,
memecahkan masalah, dapat juga terjadi semuanya aktif tidak ada yang pasif
sebagai pendengar saja.4
Menurut E. Mulyasa dalam bukunya menjadi guru yang professional
berpendapat bahwa diskusi dapat diartikan sebagai percakapan responsif yang
dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematis yang diarahkan untuk
memecahkan masalah. Hal tersebut sejalan dengan pengertian yang
dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa diskusi
adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah.
Dalam diskusi selalu ada pokok permasalahan yang perlu dipecahkan.5
berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diskusi adalah
salah satu bentuk komunikasi dua arah, di mana terjadi proses tukar pikiran
atau ide, baik antara siswa dan siswa ataupun siswa dan guru untuk
memecahakan suatu masalah.
4. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta. 2008), Cet. Ketujuh, h. 5
5 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional ; Menciptakan Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan,
(Bandung: Rosda Karya, 2006), h. 116.
11
Metode diskusi merupakan metode yang biasanya dipergunakan dalam
pembelajaran orang dewasa, karena mereka dapat berpartisipasi aktif untuk
menyumbangkan pemikiran, gagasan dalam kegiatan diskusi. Kalau dalam
metode ceramah hanya terjadi komunikasi satu arah, maka metode diskusi
terjadi banyak arah. Dengan demikian, metode diskusi adalah mengemukakan
pendapat dan gagasan dalam musyawarah untuk mencapai mufakat. Bisanya
siswa dihadapkan pada suatu atau sejumlah persoalan atau masalah yang
mungkin disodorkan guru. Mahasiswa dapat pula menentukan sendiri topik
yang perlu dipecahkan bersama. Tujuan diskusi pada umunnya adalah mencari
pemecahan masalah, dari sinilah muncul bermacam-macam jawaban yang
perlu dipilih satu atau dua jawaban yang logis dan tepat guna dari bermacam-
macam jawaban yang lain untuk mencapai mufakat atau persetujuan.6
2. Jenis-jenis Metode Diskusi
Selama ini, dalam pembelajaran orang dewasa, dikenal banyak macam
metode diskusi dan seorang guru atau fasilitator dapat memilih salah satu atau
gabungan dari berbagi teknik ini sehingga mampu memberikan berbagai
variasi bagi siswa dalam belajar sehingga tidak menimbulkan kebosanan.
Adapun macam-macam diskusi adalah sebagai berikut:
6 Sudiyono, Triyo Supriyanto, dan Moh Padli, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan
Tinggi, (Malang: UIN Malang Press,2006), h. 125.
12
a. Whole group
Whole group merupakan bentuk diskusi kelas di mana para pesertanya
duduk setengah lingkaran. Dalam diskusi ini guru bertindak sebagai
pemimpin, dan topik yang akan dibahas telah direncanakan sebelumnya.7
b. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok biasanya dapat berupa diskusi kelompok kecil yang
terdiri dari empat sampai enam orang peserta, dan diskusi kelompok besar
yang terdiri dari tujuh sampai lima belas orang. Dalam diskusi tersebut
dibahas tentang suatu topik tertentu dan dipimpin oleh seorang ketua dan
seorang sekretaris. Para anggota diskusi diberi kesempatan berbicara atau
mengemukakan pendapat dalam pemecahan masalah. Sementara itu, Kang
dan Song mendefinisikan diskusi kelompok sebagai pertemuan atau
percakapan antara dua orang atau lebih yang membahas topik tertentu
yang menjadi pusat perhatian bersama.8
c. Buzz grup
Bentuk diskusi ini terdiri dari kelas yang dibagi-bagi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang terdiri tiga sampai empat orang peserta.
Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar para siswa dapat bertukar
pikiran dan bertatap muka dengan mudah. Diskusi ini biasanya diadakan
di tengah-tengah pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud
7 M, Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.
40 8 Suprijanto. Pendidikan Orang Dewasa; dari Teori Hingga Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), Cet. Kedua, h. 97.
13
memperjelas dan mempertajam kerangka bahan pelajaran atau sebagai
jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
d. Panel
Yang dimaksud panel di sini adalah suatu bentuk diskusi yang terdiri
dari tiga sampai enam orang peserta untuk mendiskusikan suatu topik
tertentu dan duduk dalam semi melingkar yang dipimpin oleh moderator.
Panel ini secara fisik dapat berhadapan langsung dengan audien atau dapat
juga secara tidak langsung. Sebagai contoh diskusi panel yang terdiri dari
para ahli ini para audien tidak turut bicara, namun dalam forum tertentu
para audien diperkenankan untuk memberikan tanggapannya.9
e. Syndicate group
Adalah suatu kelompok besar dibagi menjadi kelompok kecil dengan
anggota tidak lebih dari lima orang. Masing-masing kelompok kecil
tersebut melakukan diskusi tertentu, dan tugas ini bersifat sementara.
Fasilitator dalam hal ini guru memberikan penjelasan secara umum dan
garis besar permasalahan, kemudian tiap-tiap kelompok kecil (syndicate)
diberi tugas mempelajari suatu parkrik tertentu yang berbeda dengan
kelompok kecil lainya. Jika memungkinkan seorang guru menyediakan
referensi. Setelah kelompok bekerja sendiri-sendiri, kemudian masing-
masing kelompok menyajikan hasil diskusinya dalam sidang pleno untuk
dibahas lebih lanjut.10
9 M, Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Opcit, h. 41.
10 Sudiyono, Triyo Supriyatno, dan Moh. Padli, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan
Tinggi, Opcit, h. 128.
14
f. Simposium
Dalam simposium biasanya terdiri dari pembawa makalah,
moderator, dan notulis, serta beberapa peserta symposium. Pembawa
makalah diberi kesempatan untuk menyampaikan makalahnya di muka
peserta secara singkat (antara sepuluh sampai lima belas menit).
Selanjutnya diikuti oleh penyanggah dan tanggapan para audien. Bahasan
diskusi kemudian disimpulkan dalam bentuk rumusan hasil simposium.
g. Informal debate
Biasanya bentuk diskusi ini kelas dibagi menjadi dua tim yang agak
seimbang besarnya dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk
diperdebatkan. Fasilitator memberikan persoalan yang sama kepada kedua
kelompok tersebut, dan memberikan tugas yang bertentangan, yaitu satu
kelompok yang “pro” dan satu kelompok yang kontra.
h. Fish bowl
Bentuk diskusi ini terdiri dari beberapa orang peserta dan dipimpin
oleh seorang ketua untuk mencari suatu keputusan. Tempat duduk diatur
setengah melingkar dengan dua atau tiga kursi yang kosong menghadap
peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok
diskusi yang seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah
mangkok. Selama diskusi, kelompok pendengar yang ingin
menyumbangkan pendapatnya dapat duduk di kursi yang kosong yang
telah disediakan. Apabila ketua diskusi mempersilahkannya bicara, maka
15
dia boleh bicara dan kemudian meninggalkan kursi tersebut setalah selesai
bicara.
i. The open discussion group
Kegiatan dalam bentuk diskusi ini akan dapat mendorong siswa agar
lebih tertarik untuk berdiskusi dan belajar keterampilan dasar dalam
mengemukakan pendapat, mendengarkan dengan baik, dan
memperhatikan suatu pokok pembicaraan dengan tekun. Jumlah kelompok
yang baik terdiri antara tiga sampai sembilan orang peserta. Dengan
diskusi ini dapat membantu para siswa belajar mengemukakan pendapat
secara jelas, memecahkan masalah, memahami apa yang dikemukakan
oleh orang lain dan dapat menilai kembali pendapatnya.
j. Brainstorming
Bentuk diskusi ini akan menjadi baik bila jumlah anggotanya terdiri
delapan samapi dua belas orang peserta. Setiap anggota kelompok
diharapkan dapat menyumbangkan ide dalam pemecahan masalah. Hasil
belajar yang diinginkan adalah menghargai pendapat orang lain,
menumbuhkan rasa percaya diri dalam upaya mengembangkan ide-ide
yang ditemukan atau dianggap benar.11
Berbeda dengan pendapat yang dikemukakan di atas, Engkoswara, Dalam
bukunya Dasar-dasar Metodologi Pengajaran hanya membagi jenis diskusi
menjadi lima, tiga di antaranya telah disebutkan sebelumnya yakni
11
M, Basyirudin Usman, Metodologi pembelajaran agama islam, Opcit, h. 42-43
16
simposium, diskusi panel, dan buzz group. Adapun yang belum dijelaskan
yaitu:
a. Diskusi kelas
Guru mengajukan persoalan kepada seluruh kelas, kemudian ditanggapi
oleh anak-anak. Buru berfungsi sebagai pengatur, pendorong, dan pengarah
pembicaraan. Pimpinan diskusi dapat juga dilakukan oleh anak. Diskusi
semacam ini tampaknya agak formal karena itu ada kalanya disebut juga
sebagai diskusi formal. Pembicaraan diatur oleh ketua diskusi. Siapa saja yang
mau berbicara kadang-kadang harus mencatatkan diri, baru kemudian
diperkenakan bicara. Segala pembicaraan dicatat oleh penulis dan pada akhir
diskusi diajukan beberapa kesimpulan untuk ditanggapi anggotanya.
b. Diskusi Kuliah
Seorang pembicara, guru atau seorang anak berbicara di muka kelas
mengemukakan persoalannya sekitar 20 atau 30 menit. Setelah itu diadakan
pertanyaan-pertanyaan. Diskusi terbatas pada satu persoalan yang
dikemukakan pembicara, sehingga melalui diskusi semacam itu persoalan
diharapkan dibicarakan dan dipelajari secara mendalam.
Pembagian jenis-jenis diskusi itu pada dasarnya sama, yang membedakan
dari kedua penjelasan itu adalah teknik penyajian materi dan jumlah
pembagaian siswa dalam setiap kelompok diskusi.12
12
Engkoswara, Dasar-dasar Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara. 1988), Cet. Kedua.
h. 52
17
3. Kebaikan dan Kekurangan Metode Diskusi
Diskusi sebagai salah satu metode yang dapat digunakan untuk mecapai
tujuan pendidikan tentunya tidak terlepas dari kelemhahan dan
kelebihannnya.
a. Kebaikan
1) Suasana kelas hidup dan dinamis
2) Mempertinggi partisipasi siswa untuk mengeluarkan pendapatnya
baik secara individu atau kelompok
3) Merangsang siswa untuk mencari jalan pemecahan masalah yang
dihadapi bersama, dengan jalan bermusayawarah dan urun rembuk
bersama-sama.
4) Melatih sikap kretaif dan dinamis dalam berpikir
5) Menumbuhkan sikap toleransi dalam berpendapat maupun bersikap
6) Hasil diskusi dapat disimpulkan dan mudah dipahami
7) Memperluas cakrawala dan wawasan berpikir peserta diskusi
b. Kelemahan
1) Kemungkinan siswa yang tidak ikut aktif dijadikan kesempatan
untuk bermain-main, dan menggangu temannya yang lain
2) Apabila suasana kelas tidak dapat dikuasai, kemungkinan
penggunaam waktu tidak efektif, dan dapat berakibat tujuan
pengajaran tidak tercapai
18
3) Sulit memprediksi arah penyelesaian diskusi. Hal ini terjadi jika
proses jalannya diskusi hanya merupakan ajang perbedaan
pendapat yang tidak ada ujung penyelesainnya.
4) Siswa mengalami kesulitan untuk mengeluarkan pendapat secara
sistematis. Terutama bagi siswa yang memeiliki sifat pemalu dan
rasa takut mengeluarkan pendapat
5) Kesulitan mencari tema diskusi yang aktual, hangat, dan menarik
untuk didiskusikan. 13
B. METODE CERAMAH
1. Pengertian Metode Ceramah
Metode ceramah yang berasal dari kata lecture, memiliki arti dosen atau
metode dosen, metode ini lebih banyak dipergunakan di kalangan dosen,
karena dosen memberikan kuliah mimbar dan disampaikan dengan ceramah
dengan pertimbangan dosen berhadapan dengan banyak mahasiswa yang
mengikuti perkuliahan. Metode ini berbentuk penjelasan konsep, prinsip, dan
fakta. 14
Yang dimaksud dengan metode ceramah yaitu cara menyampaikan suatu
pelajaran tertentu dengan jalan penuturan secara lisan kepada anak didik atau
khalayak ramai. 15
Adapun menurut Slameto ceramah ialah pidato yang
13
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 45. 14
Martinis Yamin, Strategi Pembelajarn Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Gaung Persada Press,
2005) , Cet. Ketiga, h. 65. 15
Ibid. h. 41.
19
disampaikan oleh seorang guru di depan sekelompok siswa atau kelas. 16
Pengertian senada disampaikan oleh H. Sudiyono dkk., bahwa metode
ceramah merupakan metode yang memberikan penjelasan atau memberi
deskripsi lisan secara sepihak (oleh seorang fasilitator) tentang suatu materi
pembelajaran tertentu.17
Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa
diskusi adalah metode penyampaian informasi atau pengetahuan (bahan
pelajaran) yang dilakukan oleh guru secara lisan di hadapan murid atau
peserta didik.
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode
tradisonal, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan anatara guru dengan anak didik dalam proses belajar
mengajar . meski metode ini banyak menuntut keaktifan guru daripada anak
didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam
kegiatan pengajaran. Apalagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisonal,
seperti dipedesaan yang kekurangan fasilitas.
Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai teknik
kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan
keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta
masalah secara lisan.18
16
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), h. 100. 17
Sudiyono, dkk., Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi , Opcit, h. 120. 18
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar , (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), h. 97.
20
Teknik ceramah memang dapat digunakan untuk menyampaikan
informasi, terutama kepada mereka yang termotivasi. Artinya, seseorang
yang termotivasi untuk mendapatkan informasi tertentu. Di dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, teknik ceramah ini dapat digunakan untuk
melatih keterampilan mendengar (menyimak). Siswa dilatih untuk membuat
intisari dari ceramah yang didengarnya, kemudian mencertikan kembali
dengan bahasanya ssendiri. Teknik ceramah dapat juga dirangkaikan dengan
teknik yang lain, misalnya teknik tanya jawab, jika memang telah
direncanakan setelah ceramah selesai siswa diberi kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan ceramah yang
baru didengarnya.19
2. Kelebihan dan Kelamahan Metode Ceramah
Sebagaimana metode-metode pengajaran yang lain, metode ceramah pun
tidak terlepas dari kelebihan dan kelemahan.
a. Kelebihan
1) Dalam waktu yang singkat guru dapat menyampaikan bahan sebanyak-
banyaknya.
2) Organisasi kelas lebih sederhana tidak perlu mengadakan
pengelompokan murid seperti pada metode yang lain.
3) Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah
murid cukup banyak.
19
Solchan, dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia di SD.,(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h.
3.17
21
4) Guru sebagai penceramah berhasil baik, maka dapat menimbulkan
semangat, dan kreasi yang konstruktif.
5) Fleksibel, dalam arti bahwa jika waktu sedikit bahan dapat
dipersingkat, diambil yang penting-penting saja, jika waktu banyak
dapat disampaikan sebanyak-banyaknya dan mendalam.
b. Kelamahan
1) Guru sulit mengetahui pemahaman anak didik terhadap bahan-bahan
yang diberikan
2) Kadang-kadang guru cenderung ingin menyampaikan bahan yang
sebanyak-banyaknya hingga menjadi bersifat pemompaan.
3) Anak didik cenderung menjadi lebih pasif dan ada kemungkinan
kurang tepat dalam mengambil kesimpulan, berhubung guru dalam
menyampaikan bahan pelajaran dengan lisan
4) Jika guru tidak memperhatikan segi psikologis dari anak didik,
ceramah dapat bersifat melantur dan membosankan. Sebaliknya kalau
guru berlebih-lebihan berusaha untuk menimbulkan inti dan isi
ceramah menjadi kabur.20
Mengingat adanya berbagai kelemahan yang ada dalam metode ceramah,
maka perencanaan yang matang sangat diperlukan. Untuk itu hal-hal yang
dapat membantu daya ingat peserta didik dalam belajar perlu mendapat
perhatian yang cukup dari seorang guru. Dalam hal ini, Bligh memberikan
beberapa saran yang cukup baik untuk di simak dan dipertimbangkan yang
20
Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia, 2005)
Cet. II. h. 56.
22
berupa faktor-faktor yang dapat membantu daya ingat peserta didik dalam
belajar, yaitu:
1. Membuat pembelajaran bermakna
Pembelajaran yang bermakna mempunyai pengaruh yang sangat besar
bagi peserta didik dalam belajar. Kata bermakna di sini dapat berarti
sejauh mana informasi yang disampaikan oleh guru atau dosen sesuai
dengan informasi yang dimiliki peserta didik, atau sejauh mana informasi
tersebut memenuhi harapan mereka.
2. Keseluruhan atau parsial
Pembicaraan tentang keseluruhan atau parsial ini terus menjadi bahan
diskusi bagi para pendidik dan ahli psikologi. Yang dimaksud dengan
keseluruhan semua topik materi dalam satu waktu tertentu diberikan
dalam satu waktu. Sementara parsial adalah materi diberikan sepotong-
potong. Jadi sejumlah materi yang akan diberikan dalam jangka waktu
tertentu, seperti jam pelajaran, diberikan sedikit demi sedikit dan disellingi
dengan waktu jeda.
3. Pengaturan materi dengan baik
Materi atau pelajaran yang disampaikan dengan urutan yang logis, akan
lebih mudah dipahami oleh peserta didik dibandingkan dengan materi
yang tidak teratur. Beberapa bentuk penyusunan materi dengan metode
ceramah anatara lain adalah bentuk hirarki dan mata rantai.
23
4. Reharsing the material (mengingat-ingat materi)
Para ahli psikologi percaya bahwa mengingat kembali materi yang baru
saja diberikan oleh pengajar adalah faktor penting dalam membantu daya
ingat peserta didik. Cara seperti ini dalam dilakukan dengan menyatakan
kembali dalam hati atau mengulang materi dengan teman-teman.
5. Pengulangan oleh guru atau dosen
Mengulang-ulang penjelasan terhadap suatu materi dapat membantu
peserta didik dalam mengingat pelajaran. Pengulangan ini dilakukan
dengan porsi yang tidak berlebihan dengan maksud memberi penekanan
terhadap materi yang dianggap materi.21
C. HASIL BELAJAR
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar” . pengertian hasil (product)
menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau
proses yang mengakibatkannya berubahnya input secara fungsional. Hasil
produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan
mengubah bahan (raw material) menjadi barang jadi (finished good). Hal
yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil
penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus input-
proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat
21
Zaini Hisyam, bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajran Aktif,
(Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008) , h. 94-96.
24
perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegaiatan belajar mengajar,
setelah mengalami belajar, peserta didik berubah perilakunya disbanding
sebelumnya. Hubungan itu digambarkan oleh Grounlound sebagai berikut:
Belajar adalah proses dalam individu yang berinteraksi dengan
lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Perubahan ini
diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu
yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.
Belajar merupakan proses yang unik dan kompleks. Keunikan tersebut
disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar,
tidak pada orang laindan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang
berbeda. Perbedaan penampilan itu disebabkan karena setiap individu
mempunyai karakteristik individual yang khas, seperti minat, intelegensi,
perhatian, bakat, dan sebagainya.
Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat
peserta didik belajar. Proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran
merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan
pengajaran (goal directed). Dalam konteks demikian maka hasil belajar
merupakan perolehan dari proses belajar peserta didik sesuai dengan tujuan
pengajaran (ends are being attained).22
22
Ahmad Qurtubi, Pengantar teori evaluasi pendidikan, (Tanggerang: Bintang Harapan
Sejahtera. 2009), h. 49.
25
2. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar
Dalam sejarah pengukuran dan penilaian pendidikan tercatat, bahwa
pada kurun waktu tahun empat puluhan, beberapa orang pakar pendidikan di
Amerika Serikat yaitu Benjamin S. Bloom, M. D. Englehart, E. Furst, W. H.
Hill, Daniel R. Kratwohl dan didukung pula oleh Ralph A. Tylor,
mengembangkan suatu metode pengklasifikasian tujuan pendidikan yang
disebut taxonomy. Ide untuk membuat taksonomi itu muncul setelah lebih
kurang lima tahun mereka berkumpul dan mendiskusikan pengelompokan
tujuan pendidikan, yang pada akhirnya melahirkan sebuah karya Bloom dan
kawan-kawannya itu, dengan judul Taxonomy of educational objectives.
Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan berpendapat bahwa taksonomi
(pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu pada tiga
jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik
yaitu; ranah proses berfikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap
(affective domain), dan ranah keterampilan (psychomotor domain).23
Mengingat ranah-ranah yang terkandung dalam suatu tujuan pendidikan
merupakan sasaran evaluasi hasil belajar, maka kita perlu mengenal secara
terperinci. Pengenalan terhadap ranah tersebut akan sangat membantu pada
saat memilih dan menyusun instrumen evaluasi hasil belajar. Adapun ranah-
ranah tersebut sebagai berikut:
23
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2009), h. 49.
26
a. Segi Kognitif
Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau
pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta
pengembanagan keterampilan intelektual (Jaralinek dan Foster).
Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom,
mengemukakan adanya 6 (enam) kelas atau tingkat yaitu:
1) Pengetahuan (knowledge)
Merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa
pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan
tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti
mempelajari. Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih
salah satu dari dua atau lebih jawaban.
2) Pemahaman (comprehension)
Merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa
kemampuan memahami atau mengerti tentang pelajaran yang
dipelajari tanpa perlu menghubungkan dengan isi pelajaran
lainnya. Dalam pemahaman siswa diminta untuk membuktikan
bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-
fakta atau konsep.
3) Penerepan (aplikasi)
Penerapan merupakan kemamapuan menggunakan generalisasi
atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkret atau
situasi baru. Dalam penerapan, siswa dituntut untuk memiliki
27
kemampuan untuk menyeleksi generalisasi atau abstraksi tertentu
(konsep, dalil, hukum, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk
diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara
benar.
4) Analisis
Analisis merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke
bagaian-bagian yang menjadi dasar unsur pokok. Untuk analisis,
siswa diminta untuk menganalisis hubungan atau situasi yang
kompleks atau konsep-konsep dasar.
5) Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur
pokok ke dalam struktur yang baru. Dalam sintesis, siswa diminta
untuk melakukan generalisasi.
6) Evaluasi
Evaluasi merupakan kemampuan meniliai isi pelajaran untuk
suatu maksud atau tujuan tertentu. Dalam evaluasi siswa diminta
untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah
dimiliki untuk menilai suatu kasus 24
24
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran , (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) , Cet. Ketiga,
h. 203-205
28
b. Segi Afektif
Segi afektif dapat diuraikan menjadi lima taraf, yaitu:
1) Memperhatikan (Receiving/attending)
Taraf pertama ini berkaitan dengan kepekaan pelajar terhadap
rangsangan fenomena yang datang dari luar. Taraf ini dibagi lagi
ke dalam tiga kategori, yaitu kesadaran akan fenomena, kesedian
menerima fenomena, dan perhatian yang terkontrol atau terseleksi
terhadap fenomena.
2) Merespons (Responding)
Pada taraf ini pelajar tidak lagi sekedar memperhatikan fenomena.
Ia sudah memiliki motivasi yang yang cukup, sehingga tidak saja
mau memperhatikan, tetapi juga bereaksi terhadap rangsangan.
Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan
dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
3) Menghayati nilai (Valuing)
Pada taraf ini tampak bahwa pelajar sudah menghayati dan
menerima nilai. Perilakunya dalam situasi tertentu sudah cukup
konsisten, sehingga sudah dipandang sebagai orang yang sudah
mengahayati nilai.
4) Mengorganisasikan
Pada taraf ini pelajar mengembangkan nilai-nilai ke dalam satu
sistem organisasi, dan menentukan hubungan satu nilai dengan
nilai yang lain, sehingga menjadi satu sistem nilai. Termasuk
29
dalam proses organisasi ini adalah memantapkan dan
memprioritaskan nilai-nilai yang telah dimilikinya. Nilai itu
terdapat dalam berbagai situasi dan pelajaran, terutama sejarah
dan agama.
5) Menginternalisasikan nilai
Pada taksonomi afektif tertinggi ini, nilai-nilai yang dimiliki
pelajar telah mendarah daging serta memengaruhi pola
kepribadian dan tingkah laku. Dengan demikian, ia sudah dapat
digolongkan sebagai orang yang memegang nilai.
c. Segi Psikomotorik
Segi psikomotorik dapat diuraikan ke dalam taraf-taraf di bawah ini:
1) Persepsi
Taraf pertama dalam melakukan kegiatan yang bersifat motorik
ialah menyadri objek, sifat, atau hubungan melalui alat indra.
Taraf ini mencakup kemampuan menafsirkan rangsangan, peka
terhadap rangsangan, dan mendiskriminasikan rangsangan. Taraf
ini merupakan bagian utama dalam rangkaian situasi yang
menimbulkan kegiatan motorik.
2) Kesiapan (set)
Pada taraf ini terdapat kesiapan untuk melakukan tindakan atau
untuk beraksi terhadap sesuatu kejadian menurut cara tertentu.
Kesiapan mencakup tiga aspek, yaitu intelektual, fisis, dan
emosional. Karena pada taraf ini terlihat tindakan seseorang
30
bahwa ia sedang berkonsentrasi dan menyiapkan diri secara fisis
maupun mental.
3) Gerakan terbimbing (respon terbimbing)
Taraf ini merupakan permulaan pengembangan keterampilan
motorik. Yang ditekankan ialah kemampuan yang merupakan
bagian dari keterampilan yang lebih kompleks. Respon terbimbing
adalah perbuatan individu yang dapat diamati, yang terjadi dengan
bimbingan individu lain yang memberi contoh.
4) Gerakan terbiasa (respon mekanistis)
Pada taraf ini pelajar sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit
banyak terampil melakukan suatu perbuatan. Di dalamnya sudah
terbentuk kebiasaan untuk memberi respon sesuai dengan jenis-
jenis perangsang dan situasi yang dihadapi. Jadi pelajar sudah
berpegang pada pola.
5) Gerakan (respon) kompleks
Pada taraf ini pelajar dapat melakukan perbuatan motorik yang
kompleks, karena pola gerakan yang dituntut memang sudah
kompleks. Perbuatan itu dapat dilakukan secara lancar, luwes,
supel, gesit, atau lincah, dengan menggunakan tenaga dan waktu
yang sedikit.
Taraf yang disebut terakhir ini masih bias dikembangkan dengan
keterampilan menyesuaikan diri dan bervariasi. Lebih tinggi dari itu
31
muncul kreativitas untuk berinisiatif dan mencipatakan sesuatu yang
baru.25
3. Faktor yang Memengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Belajar sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada yang
diproses (masukan atau input) dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau
output). Jadi dalam hal ini kita dapat menganalisis kegiatan belajar itu
dengan pendekatan analisis system. Dengan pendekatan sistem ini sekaligus
kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses
dan hasil belajar. Dengan pendekatan sistem, kegiatan belajar dapat
digambarkan sebagai berikut:
25
Munzier Suparta dan Hery Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Opcit, h. 52.
TEACHING – LEARNING
PROCESS
INSTRUMENTAL INPUT
ENVIRONMENTAL INPUT
OUTPUT RAW INPUT
32
Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input)
merupakan bahan baku yang perlu diolah, dalam hal ini diberi pengalaman
belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar (teaching-learning process).
Di dalam proses bejaja-mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor
lingkungan (environmental input), dan berfungsi sejumlah faktor yang
sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) guna
menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output). Berbagai faktor
tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu.
Di dalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud
masukan mentah atau raw input adalah siswa, sebagai raw input siswa
memiliki karakteristik tertentu , baik fisiolgis maupun psikologis. Mengenai
faktor fisiologis ialah bagaimana kondisi fisik, panca indera, dan
sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah: minat, tingkat
kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif, dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang
sengaja dirancang dan dimanipulasikan adalah; kurikulum atau bahan
pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta
manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam
keseluruhan sistem, maka instrumental input merupakan faktor yang sangat
penting pula dan paling menentukan dalam pencapaian hasil atau output
yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan
33
bagaimana proses belajar-mengajar itu akan terjadi di dalam dan diri si
pelajar.26
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yakni; faktor internal (faktor dari dalam
siswa), faktor eksternal (faktor dari luar siswa), dan faktor pendekatan
belajar (approach to learning).
a). Faktor internal siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendri meliputi dua aspek,
yakni: 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); 2) aspek psikologis
(yang bersifat rahaniah)
Pertama, Aspek fisiologis. Aspek fisiologis meliputi Kondisi umum
jasmani dan tonus (tegangan otat) yang menandai tingkat kebugaran organ-
organ tubuh dan sendi-sendi, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kedua, Aspek psikologis. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis
yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa pada umumnya
dipandang esensial itu adalah sebagai berikut; tingkat kecerdasan atau
intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.
b) Faktor Eksternal Siswa
Seperti faktor internal siswa, fator eksternal siswa juga terdiri atas dua
macam yakni faktor lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial.
26
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung: Rosda Karya, 2010), Cet. Keduapuluh
Empat, h. 106.
34
Faktor lingkungan sosial meliputi para guru, para staf administrasi,
teman-teman sekelas, masyarakat dan tetangga, serta teman-teman
sepermainan. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
Faktor lingkungan nonsosial meliputi gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan
cuaca dan waktu belajar yanag digunakan siswa.
c) Faktor pendekatan belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang
digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efesiensi dalam proses
pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat
langkah operasional yang direkayasa sedemikan rupa untuk memecahkan
masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. 27
Sedangkan menurut Wasty Soemanto, banyak sekali faktor yang
mempengaruhi belajar. Namun, dari sekian banyak faktor yang
mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu, faktor
stimulasi belajar, faktor metode belajar, dan faktor-faktor individual.
Pertama, faktor stimulasi belajar. Yang dimaksud dengan stimulasi
belajar di sini yaitu segala hal di luar individu yang merangsang individu itu
untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Yang termasuk faktor-
faktor stimulasi belajar yaitu panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan
27
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2007) , h. 144
35
pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringanya tugas, dan suasana
lingkungan eksternal.
Kedua, faktor metode belajar. Metode mengajar yang dilakukan oleh
guru sangat mempengaruhi metode balajar yang dipakai oleh si pelajar.
Dengan perkataan lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan
perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor metode belajar
menyangkut hal berikut: kegiatan berlatih atau praktik, overlearning dan
drill, resitasi selama belajar, pengenalan tentang hasil belajar, belajar dengan
keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan modalitas indra,
bimbingan dalam belajar, dan kondisi insentif.
Ketiga, Faktor individual. Faktor individual sangat besar pengaruhnya
terhadap belajar seseorang. Adapun yang termasuk faktor individual yaitu:
kematangan, faktor usia kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin,
pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani,
kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.28
D. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
1. Hakikat dan Ciri Pembelajaran
Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian ekstrim
yang berperan terhadap rangkaian kejadian intern yang berlangsung dialami
siswa. Sementara Gagne, mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan
28
Wasty Soemanto. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rieneka Cipta, 2006) Cet. Kelima. h. 113.
36
peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan
membuatnya berhasil guna. Dalam pengertian lainnya, Winkel
mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan dan penciptaan kondisi-
kondisi ekstrem sedemikian rupa, sehingga menunjang proses belajar siswa
dan tidak menghambatnya.
Pengertian pembelajaran yang lain dikemukakan oleh Miarso,
menyatakan bahwa pembelajaran adalah usaha pendidikan yang
dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali.
Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan di
atas, maka dapat disimpulkan beberapa ciri pembelajaran sebagai berikut:
a. Merupakan upaya sadar dan disengaja.
b. Pembelajaran harus membuat siswa belajar.
c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan
d. Pelaksanaannya terkendali, baik isi, waktu , proses, maupun hasilnya.29
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Sesuai dengan hakikat pembelajaran yang telah disebutkan di atas, ada
sejumlah prinsip yang harus diperhatikan ketika mengelola kegiatan
pembelajaran, di antaranya sebagai berikut.
a. Berpusat pada siswa
Prinsip ini mengandung makna bahwa dalam proses pembelajaran siswa
menempati posisi sentral sebagai subjek belajar. Keberhasilan proses
29
Evaline Siregara dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2010), h. 14.
37
pembalajaran tidak diukur dari sejauh mana materi pembelajaran telah
disampaikan guru akan tetapi sejuah mana siswa telah berhasil
menguasai materi pembelajaran.
b. Belajar dengan melakukan
Prinsip ini mengandung makna bahwa belajar adalah berbuat (learning
by doing) dan bukan hanya mendengarkan, mencatat sambil duduk di
bangku. Dengan kata lain, belajar adalah proses beraktivitas. Siswa
bukan hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi dengan cara
menghafal, akan tetapi memperoleh informasi secara mandiri dan
kreatif melalui aktivitas mencari dan menemukan.
c. Mengembangkan kemampuan sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Sejak lahir sampai akhir hayat tidak
mungkin hidup sendiri. Ia membutuhkan komunikasi dan bantuan orang
lain. Berdasarkan kenyataan tersebut maka proses pembelajaran bukan
hanya mengembangkan kemampuan intelektual akan tetapi kemampuan
sosial.
d. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah manusia.
Rasa keingintahuan adalah fitrah yang dimiliki manusia dan tidak
dimiliki oleh makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Perkembangan
kebudayaan manusia yang menakjubkan seperti sekarang ini, didorong
oleh fitrah dan keingintahuan manusia. Oleh karena itu, proses
pembelajaran harus mampu melatih kepekaan dan keingintahuan setiap
individu terhadap segala sesuatu yang terjadi.
38
e. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
Kehidupan manusia tidak terlepas dari masalah yang harus diselesaikan.
Pengetahuan yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran harus dapat
dijadikan sebagai alat untuk memecahkan masalah.
f. Mengembangkan kreativiitas siswa
Salah satu tujuan kurikulum adalah untuk membentuk manusia yang
kreatif dan inovatif. Selain untuk mengembangkan kemampuan sisi
akademik, proses pembelajaran juga dapat mendorong kreativitas siswa.
g. Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi
Dalam kehidupan globalisasi sekarang ini teknologi sudah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia.
Ketergantungan manusia terhadap hasil-hasil teknologi begitu tinggi,
dari mulai teknologi sederhana sampai penggunaan alat-alat transportasi
dan komunikasi yang modern. Semua ini harus menjadi pertimbangan
dalam pengelolaan pendidikan. Pendidikan dituntut membekali setiap
individu agar mampu memanfaatkan hasil-hasil teknologi. Pengenalan
dan kemampuan memanfaatkan hasil-hasil teknologi harus menjadi
bagian dalam proses pembelajaran.
h. Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
Salah satu kelemahan pendidikan saat ini adalah kelemahan dalam
menciptakan lulusan yang memiliki kesadaran terhadap aturan dan
norma kemasyarakatan. Kurikulum pada zaman sekarang setiap guru
39
mata pelajaran memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan
manusia yang sadar dan penuh tanggung jawab sebagai warga negara.
i. Belajar sepanjang hidup
Kehidupan manusia selalu berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Apa yang dipelajari dewasa ini belum tentu
relevan dengan keadaan pada masa yang akan datang. Maka dari itu,
proses belajar mestinya tidak terbatas pada pendidikan formal waktu
sekolah saja. Akan tetapi, setiap manusia harus terus belajar untuk
mengikuti perkembangan zaman, agar mampu beradaptasi dalam setiap
perubahan. Oleh karena itu, proses belajar sepanjang hayat harus terus
diciptakan.30
3. Karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia
Menurut Mulyana Istilah karakteristik dalam terminologi dapat
ditafsirkan sebagai ciri-ciri atau kekhasan yang tampak dalam cara kerja
atau aturan tentang bagaimana ilmu itu dioperasikan. Ciri-ciri itu kemudian
mewujud menjadi kekhasan sebuah kajian yang pada akhirnya kita pahami
sebagai sifat.
Sebagai sebuah ilmu, pengajaran bahasa Indonesia memiliki kekhasan
sendiri. Pengajaran bahasa Indonesia memiliki dua dimensi, yaitu dimensi
kebahasaan sebagai objek kajian dan dimensi pengajaran sebagai cara atau
alat untuk menerapkan teori. Adapun karakteristik pembelajaran bahasa
Indonesia sebagai berikut.
30
Yusi Rosdiana dan Lis setiawati, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia , (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.27.
40
a. Bersifat komunikatif
Salah satu doktrin yang selalu didengung-dengungkan dalam
pengajaran bahasa, yaitu belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa
dirancang untuk menciptakan kompetensi komunikatif bagi para
pembelajar. Kompetensi komunikatif merupakan bekal utama bagi para
siswa untuk menjalankan aktivitas komunikasinya di lingkungan sosial
masyarakat. Selain itu, kompetensi kominikatif pun merupakan
landasan bagi siswa untuk beroleh ilmu pengetahuan, memaknai
pengalaman dan mengembangkan norma kedewasaan yang berlaku di
lingkungan sosialnya.
b. Bersifat kontekstual
Pembelajaran bahasa Indonesia bersifat kontekstual artinya
pembelajaran harus berhubungan dengan kebutuhan pembelajar dan
kebermaknaan bagi anak. Tujuan kehidupan mereka berangkat dari
pengalaman awal mereka. Dengan demikian, konteks sangat penting
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Penyampaian materi
pembelajaran bahasa Indonesia harus menciptakan kondisi lingkungan
belajar yang realistik. Hal ini penting agar relevansi antara materi yang
dipelajari siswa di kelas dan kenyataan yang mereka hadapi di
lingkungan masyarakat tidak bias. Seyogianya, materi yang mereka
pelajari di kelas harus dapat memberikan manfaat terhadap lingkungan
kehidupannya di masyarakat.
c. Bersifat sistematis (Berurutan)
41
Salah satu sifat bahasa adalah sistematis, yaitu bahasa tersusun atas
beberapa sistem satuan terkecil (bunyi) hingga sistem satuan yang
terbesar (kalimat). Sistem tersebut berurutan dan berewujud dalam
suatu pola. Hal ini memberikan implikasi bahwa dalam pengajaran
bahasa, materi yang diberikan harus berurutan. Dalam menyampaikan
materi bahasa mengenal adanya prinsip dasar, yaitu dari dekat ke jauh,
mudah ke sukar, dan konkret ke abstrak.
d. Menantang pembelajar memecahkan masalah nyata
Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan mampu menerapkan prinsip
kebermaknaan kepada para pembelajar. Karena dengan kebermaknaan
para pembelajar akan mampu memahami konsep materi dengan
sempurna. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Indonesia
diharapkan mampu memfasilitasi para pembelajar untuk berlatih
memecahkan masalah-masalah nyata dalam kehidupan. Untuk
mencapai hal tersebut sudah seyogianya para pembelajar dibawa pada
konflik pengetahuan dan penyusunan konsep baru untuk menafsirkan
hal yang belum pasti sehingga mereka dapat memaknai setiap peristiwa
yang terjadi.
e. Membawa pembelajar kepada pembelajaran aktif
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu merangsang
minat dan motivasi siswa untuk giat berlatih dan bertanggung jawab
terhadap keberhasilan proses belajar. Guru harus mampu merangsang
sikap siswa agar terlibat secara penuh terhadap aktivitas belajar, melalui
42
kegiatan belajar yang aktif. Pembelajar dapat berpikir kritis dan
menyusun makna dari sesuatu yang dipelajari untuk merefleksikan
secara kritis pula dalam kehidupannya.
f. Penyusunan bahan dilakukan guru sesuai dengan minat dan keperluan
pembelajar
Dalam konteks belajar mengajar, guru merupakan sosok penting yang
turut serta menentukan ketercapaian tujuan belajar. Guru adalah kreator
yang harus mampu menangkap dan memahami kebutuhan pembelajar.
Aktivitas yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar harus
didasarkan pada analisis kebutuhan pembelajar. Bahan-bahan yang
diberikan dalam pembelajatran harus benar-benar didasarkan pada
kebutuhan dan minat pembelajar. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengaitkan antar pengembangan dan pengetahuan pembelajar.31
4. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan sosial
dan intelektual peserta didik dan merupakan penunjang dalam mempelajari
semua pelajaran. Pembelajaran bahasa dapat diharapakan membantu
peserta didik mengenal diri budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat,
menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang
ada dalam dirinya.
31
Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2008), h. 7.3.
43
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan pada peningkatan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
yang baik dan benar, secara lisan dan tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya sastra.
Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi,
kedudukan, dan fungsi bahasa pelajaran bahasa Indonesia Pendidikan
Menengah Umum (PMU) ke dalam tiga kelompok mata pelajaran yaitu:
a. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian bertujuan :
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaaan dan cinta tanah air. Tujuan ini dicapai melalui muatan atau
kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni, dan
budaya.
b. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan:
mengembangkan logika, kemampuan berfikir, dan analisis peserta
didik. Tujuan ini dicapai melalui muatan atau kegiatan bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam (IPA), ilmu pengetahuan sosial
(IPS), keterampilan atau kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi
(TIK), serta muatan lokal yang relevan
c. Kelompok mata pelajaran estetika bertujuan: membentuk karakter
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman
budaya. Tujuan ini dicapai melalui muatan atau kegiatan bahasa, seni,
dan budaya, keterampilan, dan mutan lokal yang relevan.
44
Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajaran bahasa Indonesia
diarahkan untuk membakali PMU dengan kemampuan minimal dalam hal:
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif
terhadap bahasa Indonesia. Secara spesifik, tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa Persatuan dan bahasa Negara
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa
6. Mengahargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.32
5. Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Sebagai mata pelajaran yang wajib dipelajari pada jenjang pendidikan,
bahasa Indonesia memiliki beraneka ragam fungsi. Secara umum, fungsi
32
M. Umar muslim, KTSP dan Pembelejaran Bahasa Indonesia, http://www.scribd.com. Kamis,
28 Juli 2011.
45
pembelajaran bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
fungsi intrinsik dan fungsi instrumentatif.
Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi secara intrinsik, yaitu
pembelajaran difungsikan sebagai proses pembinaan dan pengembangan
bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk berbagai keperluan.
Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi sebagai sebuah proses untuk
membina dan mengembangkan bahasa Indonesia agar tercapai kondisi
kebahasaan yang bersifat mantap, dinamis, dan terbuka.
Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi secara instrumentatif, yaitu
bahwa pembelajaran bahasa digunakan sebagai instrumen untuk
mengembangkan sistem nilai ilmu pengetahuan dan sistem nilai norma
kedewasaan yang berlaku di masyarakat. Pembelajaran bahasa Indonesia
dijadikan sebagai sebuah sarana untuk mentransfer segala bentuk
pengetahuan dan nilai-nilai positif yang berlaku di masyarakat. Fungsi
instrumentatif bermakna juga bahwa bahasa Indonesia adalah sarana untuk
menumbuh kembangkan sikap toleransi, saling menghargai, dan sikap
tanggung jawab.33
33
Ma’mur saadie, dkk, Startegi Pembalajaran Bahasa indonesia, Opcit. h. 7.6.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Grafika Yayasan Lektur Lebak Bulus
Jakarta Selatan. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini kurang lebih
selama satu bulan setengah atau selama empat kali pertemuan mulai dari 11
Juli sampai dengan 23 Agutus 2011 tahun pelajaran 2011-2012.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
quasi-eksperimen. Penelitian ini membandingkan dua kelompok yang diberi
perlakuan dengan metode diskusi (kelas eksperimen) dan metode ceramah
(kelas kontrol), kemudian membandingkan hasil belajar dari dua kelompok
yang diberi perlakuan tersebut dengan tujuan mengetahui perbedaan hasil
belajar yang siswa dapatkan setelah diadakan perlakuan
Desain Penelitian
Kelas Treatment Tes
Eksperimen Metode diskusi Hasil Belajar (X)
Kontrol Metode konvensional (ceramah) Hasil Belajar (Y)
47
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK
Grafika Yayasan Lektur, dengan jumlah kurang lebih 120 siswa. Peneliti
mengambil 50% dari populasi yang ada maka didapat 57 siswa. Peneliti
mengambil sampel dengan cara cluster random sampling (CSR) dan didapat
kelas XI A dan XIB, di mana kelas XI A kelas yang dalam pembelajarannya
menggunakan metode diskusi sedangkan XI B kelas yang dalam
pembelajarannya menggunakann metode ceramah.
D. Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas Item
Validitas item dari suatu item adalah ketepatan mengukur yang dimiliki
oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai
suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item
tersebut. Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi
atau dapat dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir-butir item yang
bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor
totalnya, atau dengan bahasa statistik; ada korelasi positif yang signifikan
antara skor item dengan skor totalnya.34
34
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan. Opcit. h. 182-184.
48
Adapun untuk mengetahui validitas item dari suatu soal kita bisa
menggunakan rumus:
rpbi =
q
p
SD
MM
t
tp dengan SDt =
2
22
)(
)(
N
X
N
X tt
rpbi = koefisien korelasi point biserial yang melambangkan kekuatan
korelasi antara variabel I dengan variabel II, yang dalam hal ini
dianggap sebagai koefisien validitas item
Mp = Skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir
item yang bersangkutan telah dijawab dengan betul
Mt = skor rata-rata dari skor total
SDt = Deviasi standar total (Deviasi Standar dari skor total).
p = Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang
sedang diuji validtas itemnya
q = proporsi testee yang menjawabsalah terhadap butir item yang
sedang diuji validitas itemnya
2. Uji Reliabilitas
Realibilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tepat. Pengertian realibilitas tes, berhubungan dengan
masalah ketepatan hasil tes.
49
Uji reliabilitas tes bentuk pilihan ganda dengan rumus KR-20:35
r11 =
2
2
1 S
pqS
k
k
Keterangan:
r11 = reliabilitas menggunakan persamaan KR-20
p = proporsi peserta tes menjawab benar
q = proporsi peserta tes menjawab salah (q = 1 – p)
pq = jumlah perkalian antara p dan q
k = banyaknya soal yang valid
S = standar deviasi atau simpangan baku merupakan akar varian
yang dapat dicari dengan persamaan: S = N
x 2
N = jumlah peserta tes
x2 = jumlah deviasi dari rerata kuadrat
3. Pengujian Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sulit. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi
usaha memcahkannya. Sebalikknya, soal yang terlalu sukar akan
menyebabakan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat
untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.
35
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidkan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),Edisi
Revisi. Cet. 11. h. 101.
50
Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai
dengan 0,1. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal
dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlau sukar.
Sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal terlalu mudah.
Indeks kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus:36
P = JS
B
Keterangan:
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah seluruh peserta tes
P = Indeks kesukaran
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).
36
Ibid. h. 208.
- Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
- Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
- Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah
51
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat D (d besar). Seperti halnya indeks kesukaran, indeks
diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar 0,00 samapai 1,00. Soal yang baik
adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai, begitu
juga sebaliknya.
Daya pembeda tiap butir soal ditentukan dengan rumus:37
DP = JB
BB
JA
BA
Keterangan:
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar.
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar.
JA = banyaknya peserta kelompok atas.
JB = banyaknya peserta kelompok bawah.
DP = daya pembeda.
Klasifikasi daya pembeda:
37
Ibid. h.213 s.d. 214
D : 0,00 – 0,20 : Jelek (poor)
D : 0,20 – 0,40 : Cukup (satisfactory)
D : 0,40 – 0,70 : Baik (good)
D : 0,70 – 1,00 : Baik sekali (excellent)
52
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Dokumentasi. Cara pengumpumpulan data ini dengan mengambil data
siswa yang terdapat di SMK Grafika Yayasan Lektur Lebak Bulus.
Data yang dimaksud berupa daftar absensi siswa dan hasil belajar siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2. Tes. Pengumpulan data melalui tes dalam penelitian ini menggunakan
tes tertulis jenis pilihan ganda sebanyak 20 soal yang telah diuji
validitas, homogenitas, daya beda soal, dan indeks kesukarannya.
3. Observasi. Dalam tahap ini penulis melakukan observasi terhadap kelas-
kelas yang akan dijadikan kelompok kontrol maupun ekperimen.
Bentuk observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan wawancara dengan guru bahasa Indonesia terkait dengan
metode pembelajaran yang sering digunakan.
F. Teknik Analisis data
1. Uji Normalitas
Menguji normalitas data kerapkali disertakan dalam suatu analisis
statistika inferensial untuk satu arah atau lebih kelompok sampel. Normalitas
sebaran data menjadi sebuah asumsi yang menjadi syarat untuk menentukan
jenis statistik apa yang dipakai dalam penganalisisan.
53
Asumsi normalitas senantiasa disertakan dalam penelitian pendidikan
karena erat kaitannya dengan sifat atau objek penelitian pendidikan, yaitu
berkenaan dengan kemampuan seseorang dalam kelompoknya. Galton,
seorang ahli dalam teori pembelajaran, mengatakan bahwa apabila sejumlah
anak atau orang dikumpulkan dalam suatu kelas kemudian diukur
kemampuaannya (kepandaian, kebiasaan, keterampilan), hasil pengkurannya
yang berupa skor kemampuan akan berdistribusi menyerupai kurva
normalitas.38
Tes normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan rumus kai kuadrat (chi square) dengan cara:
a. Data dikelompokkan ke dalam daftar distribusi frekuensi absolute
dan tentukan batas intervalnya.
b. Tentukan nilai Z, di mana Z = 𝑋−𝑋
𝑠
c. Hitunglah peluang untuk tiap Z (bila Z positf, Maka F(z)= 0,5+ Ztabel,
bila negatif maka F(z) = 1-(0,5+ Ztabel )
d. Hitunglah selisih luas kelas interval
e. Tentukan Fe untuk tiap kelas interval sebagai hasil kali peluang tiap
kelas dengan n (ukuran sampel)
f. Gunakan rumus Chi-kuadrat, apabila X2
hitung < X2
tabel maka sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal
X2
tabel = (𝜎 = 5%,𝑑𝑏)
38
Subana, Moersetyo, Sudrajat, Opcit, h. 123.
54
2. Uji Homogenitas
Setelah melakukan uji normalitas, selanjutnya yaitu mengetes
homogenitas. Adapun prosedur perhitungan uji homogenitas sebagai
berikut
a. Rumuskan hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi yang homogen
Ha : sampel berasal dari populasi yang tidak homogen
b. Buat Kriteria pengujian
Tolak Ho jika Fhitung > F tabel
c. Hitung variansi dari tiap kelompok (kelompok eksperimen dam
kelompok control) dengan rumus
)1(
)( 22
nn
fxfxn ii
d. Gunakan rumus Fisher
F = 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
e. Tenukan Db
f. Bandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel
g. Penarikan kesimpulan
55
G. Uji hipotesis
Hipotesis diuji dengan rumus t-tes untuk dua sampel kecil yang tidak ada
hubungannya yang satu dengan yang lain, yaitu dengan rumus:
thitung < ttable : Ho diterima
thitung > ttable : Ho ditolak
Ho : Tidak Terdapat perbedaan mean yang signifikan pengaruh
penggunaan metode diskusi terhadap hasil belajar bahasa Indonesia
kelas XI daripada metode ceramah
Ha : Terdapat perbedaan mean yang signifikan pengaruh penggunaan
metode diskusi terhadap hasil belajar siswa kelas XI daripada metode
ceramah
X 1: Kelas yang menggunakan metode ceramah
X2 : Kelas yang menggunakan metode diskusi
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Grafika
1. Latar Belakang Sekolah
Lembaga pendidikan Grafika yang bernama “Pusat Latihan
Grafika” itu didirikan dan dibiayai sepenuhnya oleh yayasan Lektur, dan
diprakarsai serta disetujui oleh Bapak Menteri Pendidikan, Pengajaran,
dan Kebudayaan, pada waktu itu Bapak Mr. M. Yamin.
Gedung Pusat Latihan (PLG) dibangun di Jalan Melawai Raya no.
4 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, dan sekarang sudah menjadi kompleks
pertokoan “Melawai Plaza”, semenjak pindah ke Jalan Pasar Jumat, Lebak
Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan.
Pusat Latihan Grafika merupakan suatu lembaga swasta, namun
semenjak pendiriannya senantiasa memperoleh perhatian besar dari
Departemen Pendidikandan Kebudayaan yang diwujudkan dengan
pemberian bantuan beberapa orang guru. Ijazah yang dikeluarkan oleh
PLG mempunyai efek dan secara resmi diakui setara dengan ijazah
Sekolah Teknik Negeri.
Dalam sejarah dan perkembangan industri grafika di negeri kita ini,
tercatat perkembangan jumlah perusahaan grafika yang cukup
menggembirakan dari tahun ke tahun, sehingga tidak dapat dihindarkan
peningkatan kebutuhan akan tenaga kerja yang bertanggung jawab serta
57
memiliki keterampilan yang diperlukan guna melayani berbagai mesin dan
peralatan yang kian hari bertambah modern dan canggih.
Dengan memperhatikan akan perkembangan dan pertumbuhan
industri grafika, maka mulai ajaran 1968, dengan persetujuan Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, PLG „terpaksa‟ ditingkatkan menjadi
Sekolah Teknik Menengah Grafika (STM Grafika).
Dengan peningkatan status menjadi STM grafika, juga penerimaan
siswa/siswi tidak lagi lulusan sekolah dasar, tetapi harus lulusan Sekolah
Menengah Pertama (SMP).
Perubahan ini sangat besar artinya bagi pendidikan tenaga kerja
grafika untuk kepentingan perkembangan industri grafika, mengingat para
lulusan mencapai usia yang lebih tinggi dan dapat dipercayakan untuk
menangani mesin-mesin dan alat perlengkapan dengan penuh tanggung
jawab. Kemudian dalam perkembangannya STM Grafika Lektur ini,
terhitung mulai 1 Januari 1976 oleh Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan memperoleh status STM bersubsidi.
Langkah-langkah pembaruan dalam bidang pendidikan yang
dilancarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, berdampak
pula bagi lembaga pendidikan Grafika Yayasan Lektur suatu keharusan
akan penyesuaian, sehingga sejalan dengan rencana pemerintah. Sejak
tahun 1977 kurikulum baru dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
mulai diterapkan. Mulai tahun 1979 kurikulum baru itu diikuti sepenuhnya
oleh STM Grafika Yayasan Lektur. Nama sekolah pun diganti dan
58
disesuaikan menjadi SEKOLAH MENENGAH TEKNOLOGI GRAFIKA
YAYASAN LEKTUR (bersubsidi).
Sekolah Grafika Yayasan Lektur, senantiasa diusahakan untuk
dapat mempertahankan mutu dan nama baik. Para siswa lulusan, baik PLG
dahulu maupun STM atau SMT umumnya segera mendapatkan lapangan
kerja di perusahaan-perusahaan grafika di berbagai daerah. Belum ada
terdengar keluhan-keluhan terhadap siswa lulusan sekolah Grafika
Yayasan Lektur.
Adapun hasil-hasil yang cukup baik itu, dapat dicapai, karena ada
dua faktor yaitu :
1. Perhatian dan ketekunan para guru dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan mata diklat masing-masing.
2. Latihan yang cukup luas dan terarah yang diberkan kepada para
siswa.
Sampai tahun 1990 STM Grafika Yayasan Lektur hanya memiliki
peralatan atau mesin cetak letter press ( cetak tinggi ). Untuk
keperluan sarana praktek foto reproduksi dan cetak offset, Yayasan
Lektur mohon bantuan Percetakan Negara Republik Indonesia
(PNRI), Balai Pustaka, percetakan AKA, dan Pertamina tempat
latihan para siswa.
Atas kemurahan dan kebaikan hati para direksi atau pimpinan
perusahaan-perusahaan Grafika yang bersangkutan, pada tempatnyalah
pula disampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas
59
segala bantuannya. Barulah pada akhir tahun 1977 sekolah Grafika
Yayasan Lektur dapat membeli dua buah mesin cetak offset baru dan
membangun bagian reproduksi yang agak modern waktu itu.
Pada tahun 1982 atau 1983 proyek rehabilitasi Sekolah Menengah
Grafika Jakarta memberi bantuan satu mesin cetak offset solna 154, satu
mesin susun huruf foto comugrafik dan satu mesin camera vertikal.
Dalam pengamatan semenjak 5 sampai 10 tahun belakangan ini
kita cacat bahwa kemajuan teknologi grafika bergerak cepat sekali,
sehingga peralatan dan mesin-mesin yang ada sekarang ini, hakikatnya
sudah sangat ketinggalan sekali, terutama dalam bidang-bidang susunan
huruf. Lebih-lebih lagi dengan sudah masuknya peralatan komputer dalam
berbagai bentuk dan kecanggihan yang dipakai dalam industri grafika.
Begitu pula denga bidang reproduksi dan disebut orang sekarang ini
bersama-sama dengan peralatan susunan huruf sebagai bidang “ pra
cetak”.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa berbagai kemajuan teknologi,
juga dalam mesin-mesin serta peralatan cetak misalnya sudah menjadi
kenyataan sehari-hari untuk mana dunia pendidikan grafika tidak dapat
menutup mata. Tidaklah mungkin bagi suatu sekolah untuk tidak
mengidentifikasi segi-segi kemajuan teknologi grafika yang tidak dapat
ditahan-tahan munculnya sebagaimana kita tidak dapat menahan terbitnya
matahari.
60
Pembina atau perintis sekolah grafika ini yang telah diberikan
kepada pertumbuhan sekolah semasa hidupnya:
1. Bapak Oemar Siswosoebroto, ketua badan pengurus Yayasan Lektur
wafat dalam usia 81 tahun pada tanggal 27 Juli 1983
2. Ibu Sri Oemijati Soewajid Poetro, anggota badan pengurus dan
pendiri Sekolah Grafika Yayasan Lektur, wafat pada usia 86 pada
tanggal 31 Oktober 1989
3. Bapak H.G. Sirie, ketua badan pengurus Yayasan Lektur wafat pada
usia 73 tahun pada tanggal 18 Agustus 1992.
4. Bapak P.H. Ajawaila, ketua satu badan pengurus Yayasan Lektur,
wafat dalam usia 81 tahun pada tanggal 6 Oktober 2004
2. Visi, Misi, dan Tujuan SMK Grafika Yayasan Lektur
Visi dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan
Lektur yaitu mampu berdaya saing dalam menghadapi era globalisasi,
serta mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Sedangkan misi dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika
Yayasan Lektur, yaitu :
a. Mengembangkan system pendidikan kejuruan grafika yang adaptif,
fleksibel dan berwawasan global berdasarkan iman dan taqwa serta
berbudi pekerti luhur.
b. Mengintegrasikan pendidikan menengah kejuruan grafika yang
berwawasanmutu dan keunggulan profesi serta berorientasi masa
depan
61
c. Mewujudkan pelayanan prima dalam upaya pemberdayaan sekolah dan
masyarakat
d. Mengembangkan iklim belajar berakar pada norma dan nilai budaya
bangsa Indonesia serta mengembangkan meteri pembelajaran sesuai
kebutuhan dunia usaha/dunia industry dan perkembangan IPTEK
e. Menghasilkan lulusan yang berkarakter baik, cerdas, trampil, dan
professional dalam bidang kejuruan grafika serta dapat
mengembangkan diri secara berkesinambungan
Tujuan dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan
Lektur, yaitu:
a. Turut serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju dan
sejahtera, khususnya melalui bidang pendidikan
b. Untuk mendidik dan melatih calon-calon tenaga kerja yang dibutuhkan
oleh dunia industri grafika serta untuk memberikan layanan dan
fasilitas pendidikan bagi masyarakat
62
3. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi SMK Grafika Yayasan Lektur
4. Kurikulum
SMK Grafika mengalami beberapa perubahan kurikulum. Sejak tahun 1977
kurikulum baru dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mulai
diterapkan. Kurikulum yang dipergunakan pada Sekolah Menengah Kejuruan
Badan Pengurus Yayasan Lektur
Kepala sekolah
KA. Prog Persiapan
Wali kelas
Siswa
Tata Usaha
Pembina OSIS
Komite sekolah Pengawas sekolah
Wakasek
UR.
PSDM
Wakasek
UR. Hub.
Industri
Wakasek
UR.
Kesiswaan
Wakasek
UR.
Kurikulum
Asisten
kep. Sek. UR.PDE
Asisten kep.
Sek. SA.
Prasaranaa
KA. Prog Produksi
Guru
perpus
63
(SMK) Grafika Yayasan Lektur adalah kurikulum yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional, yaitu Kurilum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Semua Pelajaran yang di berikan kepada siswa di sesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku.
5. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan
a. Keadan guru
Guru atau tenaga pendidik adalah salah satu faktor pendidikan yang
tidak dapat ditinggalkan, maka kemampuan profesionalitas serta kualitas
perlu diperhatikan. Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika
Yayasan Lektur jumlah tenaga pendidik seluruhnya 48 orang. Adapun data
tenaga pendidik di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan
Lektur dapat di lihat pada tabel lampiran 1.
b. Keadaan karyawan
Mengenai karyawan yang bekerja di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Grafika Yayasan Lektur terdiri dari 22 orang. Keberadaan karyawan
sangat membantu dalam menyelesaikan hal-hal yang berkenaan dengan
tugas operasional dan administrasi yang diperlukan oleh siswa. Adapun
data karyawan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan
Lektur dapat dilihat pada tabel lampiran 1.
c. Keadaan siswa
Mengenai keadaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Grafika Yayasan Lektur terdiri dari tiga jenjang kelas dengan jumlah kelas
X 200 siswa, kelas XI 178 siswa, kelas XII 156 siswa. Jenjang Kelas X
64
terdiri dari X-A, X-B, X-C, X-D, X-E. Jenjang kelas XI dan XII terbagi
menjadi dua konsentrasi kejuruan yaitu persiapan Grafika dan produksi
grafika.
6. Keadaan Sarana dan Prasarana
Keberadaan sarana dan prasarana adalah sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran di sekolah. Sarana dan prasarana di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Grafika Yayasan Lektur dapat dikatakan baik dan memadai. Adapun
data tentang sarana dan prasarana di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Grafika Yayasan Lektur sebagai berikut
a. Ruangan kelas yang terdiri dari 10 kelas
b. Masjid/musholla yang langsung dikelola kepala sekolah dan satu orang
sebagai penanggung jawab
c. Perpustakaan dikelola oleh petugas perpus Ibu Ny. Sri Rohaeni, SE.
d. Lapangan olah raga, di SMK Grafika terdapat lapangan olahraga meliputi:
lapangan basket, lapangan sepak bola/futsal, lapangan voli dan tenis meja
e. Ala-alat kesenian berupa alat-alat marawis dan ruang band beserta alatnya
f. Alat ketrampilan. Ketrampilan ini berupa ketrampilan sablon yang wajib
diikuti oleh seluruh siswa yang dibina oleh guru mata pelajaran desain
grafis
g. Laboratorium. Laboratorium fisika, kimia, komputer, elektro, bahasa
h. Ruang aula yang bisa menampung 300 orang
i. Ruangan OSIS yang berrfungsi sebagai tempat siswa-siswa belajar
berorganisasi
65
j. Ruang UKS
k. Kantin dan koperasi
7. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler untuk membantu siswa dalam mengembangkan
bakat dan minatnya pada bidang tertentu. Adapun kegiatan ekstrakurikuler
yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan Lektur
adalah:
a. Palang Merah Remaja
b. Pengajian siswa/lembaga dakwah siswa (rohis). Rohis ini mempunyai
kegiatan mengaji setelah shalat Jumat yang di bina oleh guru agama Islam
c. Buletin/majalah siswa yang bernama Alfabet
d. Seni musik dan marawis
e. Seni lukis/kaligrafi
f. Olah raga (sepak bola, basket, voly, tenis meja) yang semuanya
dibina/dilatih oleh guru olah raga. Selain itu, ada olah raga bela diri (silat)
g. Sablon
66
B. Deskripsi Data
Proses penelitian ini dilakukan selama empat kali pertemuan. Materi
Bahasa Indoneisa yang diajarkan pada penelitian ini adalah materi dengan
pokok bahasan kedua, ketiga, dan keempat dalam kompetensi dasar yakni
menyimak untuk memahami perintah yang diungkapkan, kalimat perintah
kerja tertulis, dan membaca untuk memahami kata, bentuk kata, dan
ungkapan. Pada proses pembelajaran kedua kelompok mendapatkan
perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen dengan pembelajaran
menggunakan metode diskusi, sedangkan kelas kontrol dengan metode
konvensional atau ceramah. Oleh karena itu, adanya perubahan yang terjadi
setelah perlakuan (kelas eksperimen) disebabkan karena adanya perlakuan
dalam pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan metode diskusi,
sedangkan kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran ceramah.
Sehingga pada akhir pembelajaran kedua kelompok diberikan post tes yang
digunakan untuk mengetahui kelompok yang memiliki hasil belajar bahasa
Indonesia yang lebih tinggi.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
hasil belajar bahasa Indonesia yang terdiri dari 20 butir soal berbentuk pilihan
ganda. Instrumen tersebut telah diujicobakan dan telah dianalisis
karakteristiknya, meliputi validitas, reliabilitas, taraf kesukaran butir soal, dan
daya pembeda butir soal.
67
Setelah adanya uji coba instrumen tentang soal yang akan digunakan
dalam penenlitian ini, maka didapat hasil belajar siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol sebagai berikut.
1. Hasil belajar kelas eksperimen (kelas A )
No Siswa Nilai (X1)
1 A 75
2 B 70
3 C 75
4 D 90
5 E 70
6 F 90
7 G 85
8 H 90
9 I 90
10 J 95
11 K 70
12 L 85
13 M 80
14 N 75
15 O 80
16 P 90
17 Q 75
68
18 R 70
19 S 85
20 T 80
21 U 75
22 V 85
23 W 85
24 Q 85
25 Y 85
26 Z 95
27 AA 85
28 BB 95
29 CC 80
30 DD 90
a. Tabel distribusi frekuensi
Rentang = Nilai tertinggi – Nilai terendah
= 95 -70
= 25
Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 (1,477)
= 1 + 4.87
= 5,87
69
Panjang kelas = B
J
=256
4,16
Tabel I
Gambaran Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas Eksperimen
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang
didapat pada kelas ekperimen yakni kelas yang menggunakan metode
diskusi adalah 95 dan terendah adalah 70. Terdapat 3 siswa yang
memperoleh nilai tertinggi, sedangkan yang memperoleh nilai terendah
sebanyak 4 siswa.
Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa nilai yang paling
banyak diperoleh oleh siswa kelompok eksperimen terletak pada interval 85 –
NO Interval Nilai Frekuensi Titik
tengah
Frekunsi
relative
(%)
Frekuensi
komulatif
1 70 – 74 4 72 13.333 4
2 75 – 79 5 77 16.667 9
3 80 – 84 4 82 13.333 13
4 85 – 89 8 87 26.667 20
5 90 – 94 6 92 20 27
6 95 – 99 3 97 10 30
30
100
70
89 yaitu 8 siswa atau 26,667 %. Siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata
sebanyak 56,667 %, yaitu siswa pada kelompok interval 85 – 89, 90 – 94, 95
- 99. Sedangkan, siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak
43,33 %, yaitu siswa pada kelompok interval 70 – 74 , 75 – 79 dan 80 – 84.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 84,66 median
sebesar 85,925 modus sebesar 87, standar deviasi 7,85. Untuk perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi frekuensi hasil belajar
bahasa Indonesia kelompok eksperimen tersebut dapat pula disajikan dalam
grafik berikut
Histogram dan poligon kelas eksperimen (Kelas A)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
69,5 74,5 79,5 84,5 89,5 94,5
nilia
FREKUENSI
71
2. Hasil belajar kelas kontrol (kelas B)
NO SISWA NILAI (X1)
1 A 80
2 B 75
3 C 75
4 D 70
5 E 85
6 F 80
7 G 90
8 H 65
9 I 80
10 J 80
11 K 90
12 L 80
13 M 70
14 N 80
15 O 75
16 P 75
17 Q 80
18 R 70
19 S 80
20 T 75
72
21 U 85
22 V 75
23 W 75
24 X 95
25 Y 85
26 Z 85
27 AA 85
a. Table distribusi frekuensi
Rentang = Nilai tertinggi – Nilai terendah
= 95-65
= 30
Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 27
= 1 + 3,3 (1,4313)
= 1 + 4.72
= 5,72 = 6
Panjang kelas =B
J
=30
6
= 5
73
Tabel II
Gambaran hasil belajar kelas kontrol
No Interval Nilai Frekuensi
Nilai
Tengah
Frekuensi
Relatif
frekuensi
Komulatif
1 65 – 69 1 67 3.703704 1
2 70 – 74 3 72 11.11111 4
3 75 – 79 7 77 25.92593 11
4 80 – 84 8 82 29.62963 19
5 85 – 89 5 87 18.51852 24
6 90 – 94 2 92 7.407407 26
7 95 – 99 1 97 3.703704 27
27
100
Berdasarkan penghitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai
tertinggi yang didapat pada kelas kontrol yakni kelas yang menggunakan
metode ceramah adalah 95 dan terendah adalah 65.
Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa nilai yang paling
banyak diperoleh oleh siswa kelompok eksperimen terletak pada interval 80 –
84 yaitu sebesar 29,62963 %. Siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata
sebanyak 8 siswa 29,629631 %, yaitu siswa pada kelompok interval 85 – 89,
90 – 94, 95 - 99. Sedangkan, siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata
sebanyak 70,37369 %, yaitu siswa pada kelompok interval 65 – 69 , 70 – 74,
75 – 80, dan 81-84. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata
74
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
64,5 69,5 74,5 79,5 84,5 89,5 94,5
frekuensi
nilai
sebesar 81,259 median sebesar 81,0625 modus sebesar 80,75, standar deviasi
6, 892. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Distribusi frekuensi hasil belajar bahasa Indonesia kelompok eksperimen
tersebut dapat pula disajikan dalam histogram dan poligon berikut
Histogram dan poligon kelas Kontrol (Kelas B)
Berdasarkan uraian mengenai hasil belajar bahasa Indonesia siswa
kelompok eksperimen dan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelompok
kontrol di atas, terlihat adanya perbedaan. Untuk lebih memperjelas
perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia antara kelompok eksperimen
(kelompok yang dalam pembelajarannya menggunakan metode diskusi)
dengan kelompok kontrol (kelompok yang dalam pembelajarannya
menggunakan metode konvensional atau ceramah), dapat dilihat pada tabel
berikut:
75
Perbandingan Hasil Belajar Bahasa indonesia Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Hasil Belajar
Kelompok
Eksperimen
Kelompok Kontrol
Nilai terendah 70 65
Nilai tertinggi 95 95
Jumlah 2540 2194
Mean 84,66 81,28
Median 85,75 81,0625
Modus 87 80,75
Varians 61,609 47,507
Standar deviasi 7,85 6,89
76
C. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan
adalah uji chisquare.
Dari hasil perhitungan uji normalitas data, untuk kelas eksperimen
diperoleh nilai Xhitung atau Xh sebesar 3,88 dan pada tabel harga Xtabel atau Xt
untuk n = 30 pada taraf signifikan 05,0 adalah 5.99. Karena Xh Xt
)99,588,3( maka sampel pada kelas eksperimen berdistribusi normal.
Sedangkan untuk kelas kontrol (lampiran) diperoleh nilai Xhitung atau Xh
sebesar 0,606 dan pada tabel harga kritis Lt untuk n = 27 pada taraf signifikan
05,0 adalah 7,81. karena Xh Xt )81,7,606,0( maka sampel pada kelas
kontrol berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas tes hasil belajar bahasa indonesia siswa disajikan
pada tabel dibawah ini:
Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kelompok
Jumlah
sampel
Xhitung
Xtabel
(0,05)
Keterangan
Eksperimen 30 3,88 5,99 Normal
Kontrol 27 0,606 7,81 Normal
77
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua
populasi, uji homogenitas dilakukan dengan uji fisher.
Dari hasil perhitungan (lampiran), diperoleh nilai varians kelas
eksperimen adalah 1196,92 dan varians kelas kontrol adalah 1367,89.
sehingga diperoleh nilai Fhit = 1,14. Dengan taraf signifikan 05,0 untuk
dkpembilang = 27 dan dkpenyebut = 30 didapat nilai Ftabel = 1,93. Karena Fhitung <
Ftabel (1,02 < 1,93) maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampel berasal dari varians yang sama/homogen.
Hasil uji homogenitas tes akhir hasil belajar matematika siswa kedua
kelas tersebut disajikan pada tabel di bawah ini:
Hasil Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen dan
Kontrol
Kelompok Varians Fhitung
Ftabel
(0,05)
Keterangan
Eksperimen 1196,92
1,14 1,93 Homogen
Kontrol 1367,89
78
D. Analisis data uji hipotesis
No (X1) X12
NO X2 X22
1 75 5625 1 80 6400
2 70 4900 2 75 5625
3 75 5625 3 75 5625
4 90 8100 4 70 4900
5 70 4900 5 85 7225
6 90 8100 6 80 6400
7 85 7225 7 90 8100
8 90 8100 8 65 4225
9 90 8100 9 80 6400
10 95 9025 10 80 6400
11 70 4900 11 90 8100
12 85 7225 12 80 6400
13 80 6400 13 70 4900
14 75 5625 14 80 6400
15 80 6400 15 75 5625
16 90 8100 16 75 5625
17 75 5625 17 80 6400
18 70 4900 18 70 4900
19 85 7225 19 80 6400
20 80 6400 20 75 5625
79
21 75 5625 21 85 7225
22 85 7225 22 75 5625
23 85 7225 23 75 5625
24 85 7225 24 90 8100
25 85 7225 25 85 7225
26 95 9025 26 85 7225
27 85 7225 27 85 7225
28 95 9025
29 80 6400
30 90 8100
JUMLAH 2480 206800
2135 169925
S 7,85
S 6,90
S2 61.609
S2 47.507
Mean 84,66
Mean 81,25
E. Hipotesis Penelitian
Setelah dilakukan pengujian prasyarat analisis data, diketahui
bahwa data tersebut berdistribusi normal dan homogen. Langkah selanjutnya
adalah melakukan pengujian hipotesis statistik dengan uji t. Pengujian
dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia
siswa pada kelompok eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan
metode diskusi lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar
80
bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah.
Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ho : µX1 > µX2
Ha : µX1 < µX2
thitung < ttable : Ho diterima
thitung > ttable : Ho ditolak
Ha :Terdapat perbedaan mean yang siginifikan pengaruh penggunaan
metode diskusi terhadap hasil belajar bahasa indonesia kelas XI
daripada metode ceramah
Ho :Tidak terdapat perbedaan mean yang signifikan pengaruh penggunaan
metode diskusi terhadap hasil belajar siswa kelas XI daripada metode
ceramah
X 1: Kelas yang menggunakan metode ceramah
X2 : Kelas yang menggunakan metode diskusi
Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan uji t, dengan kriteria
pengujian yaitu, jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.
Sedangkan, jika thitung > ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak, pada taraf
kepercayaan 95% atau taraf signifikansi α = 5%. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh thitung sebesar 0,54 dan ttabel sebesar 1,67 (lampiran).
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung < ttabel (0,54 < 1,67).
Dengan demikian, H0 diterima dan Ha ditolak, atau dengan kata lain tidak
terdapat perbedaan rata-rata atau mean yang signifikan hasil belajar bahasa
Indonesia siswa anatar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
81
Meskipun terdapat perbedaan rata-rata namun perbedaan tersebut tidak
signifikan, karena keduanya masih dalam mean atau rata-rata yang sama
yakni angka delapan.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil
bahwa thitung berada daerah penerimaan H0 atau dengan kata lain H0 diterima.
Dengan demikian, hipotesis alternatif (Ho) yang menyatakan bahwa rata-rata
hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan metode diskusi lebih
tinggi dibandingkan dengan yang diberi pembelajaran dengan metode
ceramah atau konvensional ditolak pada taraf signifikan 5%. Hal ini berarti
tidak terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran yang menggunakan
metode diskusi terhadap hasil belajar bahasa Indonesia.
Meskipun terdapat perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen
(dengan metode diskusi) dan kelas kontrol (dengan metode ceramah) namun
jika dilihat dari aspek hasil belajar tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara kelas ekperimen dan kelas kontrol.
Hal ini wajar saja, karena faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
tidak seratus persen murni karena pengaruh penggunaan metode pembelajaran,
namun dipengaruhi pula oleh berbagai faktor lain seperti kondisi kelas,
kesiapan siswa, dan sebagainya. Namun, setidaknya dengan menggunakan
metode diskusi siswa lebih mampu mengungkapkan gagasan atau buah
pikirnya di depan teman-temannya. Hal ini sangat penting karena dengan
82
adanya keberanian itu nantinya siswa akan lebih mudah berinteraksi dalam hal
ini berdiskusi bukan hanya di kelas namun di lingkungan sekitar rumah.
Kondisi seperti ini tidak terjadi pada kelas kelompok kontrol (kelas IX
B). Antusias belajar mereka terlihat biasa-biasa saja. Dalam pengertian ada
respon yang berbeda. Hal ini disebabkan karena banyaknya guru yang
menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran.
83
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dengan melihat deskripsi data hasil
pengujian hipotesis maka simpulannya sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan
metode diskusi dan siswa yang diajarkan dengan metode ceramah.
Perbedaan tersebut dapat dilihat pada nilai rata-rata, median, modus, dan
standar deviasi. Nilai rata-rata kelas ekperimen adalah 84,66, median 85,
925, modus 87, dan standar deviasi 7,85. Sedangkan pada kelas kontrol
nilai rata-rata 81,259, median 81, 0625, modus 80,75 dan standar deviasi
6, 892.
2. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan tingkat perbedaan hasil belajar
antara siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan siswa yang
diajarkan dengan metode ceramah adalah sebesar 0,30. Dengan
menggunakan rumus uji-t didapat thitung 0,54 dan ttabel 1,67 (0,54 < 1, 67).
Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaaan hasil belajar yang
signifikan anatara siswa yang diajarkan degan metode diskusi dan siswa
yang diajarkan dengan metode ceramah.
84
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti dapat
memberi saran sebagai berikut:
1. Hendaknya dijelaskan bahwa peran siswa dalam proses pembelajaran.
Bahwasanya siswa dituntut agar selalu aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran. Sedangkan guru hanya memberikan fasilitas dalam proses
belajar tersebut.
2. Sebaiknya siswa diarahkan pada pemahaman bahwa bahasa Indonesia
merupakan pelajaran yang sangat penting yang berguna bagi kehidupan
sehari–hari, sehingga tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dapat
tercapai.
3. Sebaiknya guru dalam memilih strategi pembelajaran harus lebih kreatif
Karena pada hakikatnya, antara metode yang satu dengan yang lain
saling mempengaruhi.
85
DAFTAR PUSTAKA
- Ahmad, Abu dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung:
Pustaka Setia, Cet. II, 2005.
- Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi pendidkan, Jakarta: Bumi Aksara,
Edisi Revisi. Cet. 11, 2010.
- Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta,
Cet. Ketiga, 2006.
- Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
- E. Mulyasa, Menjadi guru professional: Menciptakan Pembelajaran Aktif
dan Menyenangkan, Bandung: Rosda Karya, 2006.
- Engkoswara, Dasar-dasar metodologi pengajaran, Jakarta: Bina Aksara,
Cet. Kedua, 1988.
- Hisyam, Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi
Pembelajran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008.
- Hulwan, Arif, UN Bahasa Indonesia Kembali Jadi Momok,
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/01/230703/293/14/UN-
Bahasa-Indonesia-Kembali-Jadi-Momok, Kamis, 28 Juli 2011.
- Muslim, M. Umar, KTSP dan Pembelejaran Bahasa Indonesia,
http://www.scribd.com. Kamis, 28 Juli 2011.
- Popham, W. James dan Eva L. Baker, Bagaimana mengajar secara
sistematis, Yogyakarta: Kanisius, Cet. VI, 1994.
- Priyono Y, Menyoal Hasil UN Bahasa Indonesia,
http://www.borneotribune.com/citizen-jurnalism/menyoal-hasil-un-bahasa-
indonesia.html. Kamis, 12 Mei 2011.
- Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, Cet.
Keduapuluh Empat, 2010.
- Qurtubi, Ahmad. Pengantar teori evaluasi pendidikan, Tanggerang: Bintang
Harapan Sejahtera. 2009.
- Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 7, 2008.
86
- Rosdiana, Yusi dan Lis setiawati, Pengembangan kurikulum dan
pembelajaran bahasa Indonesia , Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
- Saadie, Ma’mur, dkk., Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008.
- Siregara, Evalina dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010.
- Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, Jakarta:
Bumi Aksara, 1991.
- Solchan, dkk., Pendidikan Bahasa Indonesia di SD, Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008.
- Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta, Cet. Kelima,
2006.
- Subanam, Moersetyo Rahadi, dan Sudrajat. Statistik Pendidikan, Bandung:
Pustaka Setia, 2000.
- Sudiyono, Triyo Supriyanto, dan Moh Padli, Strategi Pembelajaran
Partisipatori di Perguruan Tinggi, Malang: UIN Malang Press, 2006.
- Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta; Raja Grafindo
Persada, 2009.
- Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, Cet.
Kesembilan, 2010.
- Suprijanto, Pendidikan orang dewasa; dari Teori Hingga Aplikasi, Jakarta:
Bumi Aksara, Cet. Kedua, 2008.
- Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2007.
- Usman, M, Basyarudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:
Ciputat Pers, 2002.
- Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Ciputat:
Gaung Persada Press, Cet. Ketiga, 2005.
- Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan
Bahasa Arab, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Langkah-Langkah Perhitungan Validitas
Test Pilihan Ganda
Contoh mencari validitas item soal nomor 1 :
Menentukan nilai p = siswaseluruh Jumlah
1nomor soalbenar menjawab yang siswabanyak
= 31
9
= 0,297
Menentukan nilai q = 1 – p
= 1- 0,297
= 0,71
Menentukan nilai Mp = rata-rata skor siswa yang menjawab benar soal
nomor 1
9
20
1820191820151520
= 9
165
= 18,33
Menentukan nilai Mt = rata-rata skor total
= 31
556
= 17,93
Menentukan nilai SDt = standar deviasi dari skor total
=
22
N
X
N
X
=
2
2
31
556
31
082.10
= 1,88
Menentukan nilai rpbi = koefisien korelasi poin biserial
= q
p
SDt
MtMp
= 0,124
Mencari rtabel, dengan dk = n -2 = 31 – 2 = 29 dan tingkat signifikansi sebesar
5%,diperoleh nilai rtabel = 0,367
Langkah selanjutnya adalah,konsultasikan nilai rpbi = 0,124 dengan nilai rtabel =
0,367,karena rpbi <rtabel (0,124<0,367) maka soal nomor 1 tidak valid.
Untuk nomor 2 dan seterusnya perhitungannya sama dengan perhitungan validitas
pada soal nomor 1.
Langkah-langkah Perhitungan Reliabilitas
Test Pilihan Ganda
Contoh perhitungan Reliabilitas item soal nomor 2
Menentukan nilai p = siswaseluruh Jumlah
nomor2 soalbenar menjawab yang siswabanyak
= 31
20
= 0,645
Menentukan nilai q = 1- p
= 1 - 0,645
= 0,355
Menentukan nilai p q = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
= 0,229
Menentukan nilai S = standar deviasi dari tes
=
22
N
X
N
X
=
2
2
31
502
31
8320
= 2,48
Menentukan nilai k = banyaknya item soal yaitu 20
Menentukan nilai r11 =
2
2
1 S
pqS
k
k
=
2
2
48.2
8306.32,348.2
120
20
= 0,567
Berdasarkan kriteria reliabilitas, nilai r11 = 0,567 berada diantara kisaran
nilai 0,50 – 1,00 maka test bentuk pilihan ganda tersebut memiliki reliabilitas
sedang
Langkah-Langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran
Soal Pilihan Ganda
Contoh perhitungan tingkat kesukaran untuk soal nomor 1 adalah sebagai berikut :
Menentukan nilai B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan
benar
Jumlah siswa (JS) = 30
Menentukan IK = Indeks/Tingkat Kesukaran
IK = JS
B
= 31
9
= 0,290
Berdasarkan klasisifikasi indeks kesukaran, nilai IK = 0,290 berada diantara
kisaran 0,00 – 0,30 : (soal sukar), maka soal nomor 1 memiliki tingkat
kesukaran soal ”sukar ”
Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, perhitungan tingkat kesukarannya sama
dengan perhitungan tingkat kesukaran pada soal nomor 1
Langkah-Langkah Perhitungan DayaPembeda
Soal Pilihan Ganda
Menentukan nilai BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab
soal dengan benar
Menentukan nilai BB = banyaknya kelompok bawah yang
menjawab
soal dengan benar
Menentukan nilai JA = banyaknya peserta test kelompok atas
Menentukan nilai JB = banyaknya peserta test kelompok bawah
Misal, untuk soal nomor 1 perhitungan daya pembedanya sebagai berikut :
BA = 15, BB = 11, JA = 15, JB = 15
Menentukan DP = JB
BB
JA
BA
= 15
4
16
5
= 0,046
Berdasarkan klarifikasi daya pembeda, nilai DP = 0,046 berada pada kisaran
nilai 0,00 < DP 0,20 : (jelek), maka soal nomor 1 tersebut memiliki daya
pembeda yang ”Jelek”.
Untuk nomor 2 dan seterusnya perhitungannya sama dengan perhitungan daya
pembeda pada soal nomor 1.
.
UJI NORMALITAS
a. Uji normalitas kelompok eksperimen
NO
interval
nilai
batas
kelas F z f (z)
luas tiap
interval
kelas Fe fo-fe (fo-fe)2 (fo-fe)2/fe
1 70 - 74 69.5 4 -1.93 0.0268 0.0717 2.151 1.849 3.418801 1.58940074
2 75 - 79 74.5 5 -1.29 0.0985 0.1437 4.311 0.689 0.474721 0.11011853
3 80 - 84 79.5 4 -0.65 0.2422 0.2498 7.494
-
3.494 12.208036 1.62904137
4 85 - 89 84.5 8 -0.02 0.492 0.2371 7.113 0.887 0.786769 0.11061001
5 90 - 94 89.5 6 0.61 0.7291 0.1653 4.959 1.041 1.083681 0.21852813
6 95 - 99 94.5 3 1.25 0.8944 0.0762 2.286 0.714 0.509796 0.22300787
7 99.5 1.89 0.9706 0 0 3.88070666
30
Dari proses penghitungan didapat thitung = 3,88
Sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% = 5,99
b. Uji normalitas kelompok kontrol
NO
interval
nilai
batas
kelas F z f (z)
luas tiap
interval
kelas Fe fo-fe (fo-fe)2 (fo-fe)2/fe
1 65 - 69 64,5 1 -2.32 0.0102 0.0344 0.9288 0.0712 0.0050694 0.005458053
2 70 - 74 69,5 3 -1.7 0.0446 0.1214 3.2778
-
0.2778 0.0771728 0.023544097
3 75 - 79 74,5 7 -0.97 0.166 0.2353 6.3531 0.6469 0.4184796 0.065870144
4 80 - 84 79,5 8 -0.25 0.4013 0.2795 7.5465 0.4535 0.2056622 0.027252667
5 85 - 89 84,5 5 0.47 0.6808 0.2022 5.4594
-
0.4594 0.2110484 0.038657794
6 90 - 94 89,5 2 1.195 0.883 0.0896 2.4192
-
0.4192 0.1757286 0.072639153
7 95 - 99 94,5 1 1.92 0.9726 0.0203 0.5481 0.4519 0.2042136 0.372584583
99,5 2.64 0.9959 0.606006491
27
Dari proses penghitungan didapat thitung = 0,606
Sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% = 7,81
Uji Homogenitas
Uji homogenitas antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
dilakukan dengan uji Fisher, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
Ho : Data memiliki varians homogen
Ha : Data tidak memiliki varians homogen
1. Jumlah sampel
ne = 30
nk = 27
2. Derajat kebebasan
Db1 = ne-1 = 30 - 1 = 29
Db2 = nk-1 = 32 - 1 = 26
Rumus Uji Fisher Fhitung = terkecilvar
terbesarvar
ians
ians=
2
2
2
1
S
S dengan S
2=
)1(
)( 22
nn
fxfxn ii
3. Menentukan kriteria pengujian:
Jika F hitung < F tabel maka terima ho
Jika F hitung > F tabel maka terima ha
4. Menentukan F tabel
Dari tabel distribusi F diperoleh nilai F(0,05:29,27) = 1,93
a. Uji homogenitas nilai test akhir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
Diketahui : Varians Eksperimen : 1196,92
Varians Kontrol : 1367,89
F hitung: 92,1196
89,1367 1,14
F hitung = 1,14
F tabel = 1,93
Karena Fhitung < Ftable (1,14 < 1,93 ), maka Ho diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai tes akhir kelompok kontrol dan eksperimen memiliki
varians yang homogen.
Perhitungan Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Perumusan hipotesis
Ho : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 > µ2
Keterangan:
µ1 = Rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajarakan
dengan metode diskusi
µ2 = Rata-rata hasil belajar bahasa indonesia siswa yang diajarkan dengan
metode ceramah
b. Menentukan kriteria pengujian
Terima Ho, Jika thitung < ttabel, dalam hal lainnya Ha ditolak.
c. Menentukan uji statistik
Stotal =
2
11
21
2
22
2
11
nn
SnSn
=
22730
61.4712762.61130
= 55
86.123798.1786
= 997,54
= 7,415
t =
21
21
11
nnS
xx
total
=
27
1
30
1415.7
25,8166.84
=703,0415.7
41.3
=217.6
41.3
= 0.56
Nilai thitung = 0.56
Untuk menentukan ttabel , dapat ditentukan dengan cara seagai berikut,
ttabel = t(1-α)(db).
Dengan db = (n1 + n2 – 2) = (30 + 27 – 2) = 55 dan taraf signifikan α = 0,05,
didapat (1 – (0,05)) = 0,95. Jadi ttabel = t(0,95)(64) adalah 1,67.
Maka ttabel = 1,67
d. Pengambilan kesimpulan
Karena thitung > ttabel (0.54 > 1,67), maka Ho diterima atau Ha ditolak. Kesimpulan yang
diambil adalah tidak terdapat pengaruh yang signifikan nilai tes akhir antara siswa
yang diajar dengan metode diskusi dengan siswa yang diajar dengan metode
konvensional atau ceramah.
Lampiran 19
LAMPIRAN
UJI VALIDITAS
VALIDITAS BUTIR SOAL
No Nama Butir soal
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 X X2
1 A 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 20 400
2 B 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 20 400
3 C 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 15 225
4 D 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 15 225
5 E 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 19 361
6 F 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 14 196
7 G 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 16 256
8 H 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 15 225
9 I 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 361
10 J 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400
11 K 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 18 324
12 L 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 17 289
13 M 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 19 361
14 N 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 20 400
15 O 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 19 361
16 P 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400
17 Q 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 16 256
18 R 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 15 225
19 S 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 18 324
20 T 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 15 225
21 U 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 18 324
22 V 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 19 361
23 W 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19 361
24 Q 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400
25 Y 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324
26 Z 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 18 324
27 AA 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400
28 BB 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 361
29 CC 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400
30 DD 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324
31 EE 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 17 289
jmlah 9 20 23 25 27 25 29 3 18 28 4 30 27 29 11 30 25 23 21 14 24 27 26 25 29 556 10082
P 0,290 0,645 0,742 0,806 0,870 0,806 0,935 0,096 0,580 0,903 0,129 0,967 0,870 0,935 0,354 0,967 0,806 0,742 0,674 0,451 0,774 0,870 0,838 0,806 0,935
q 0,71 0,355 0,258 0,194 0,13 0,194 0,065 0,904 0,42 0,097 0,871 0,033 0,13 0,065 0,646 0,033 0,194 0,258 0,326 0,549 0,226 0,13 0,162 0,194 0,065
pq 0,205 0,237 0,191 0,156 0,113 0,156 0,607 0,086 0,243 0,063 0,112 0,031 0,113 0,607 0,228 0,031 0,156 0,191 0,219 0,247 0,174 0,113 0,135 0,156 0,607
Mt 17,93
SDt 1,88
Mp 17,88 18,75 18,91 18,32 18,29 18,28 18,13 17,66 18,55 18,36 18,25 18 18,22 18,13 17,81 18 18,12 18,47 18,90 18,42 19,62 18,33 18,26 18,28 18,13
rpbi -16 0,587 0,883 0,421 0,493 0,379 0,402 -46 0,386 0,790 0,065 1,082 0,398 0,758 0,04 0,379 0,383 0,474 0,733 0,235 1,646 0,548 0,398 0,368 0,402
Ket Tv V V v v v v tv v V tv v v v tv v v v v tv v v v v v
DAYA BEDA SOAL
No Nama Butir soal
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 X
1 A 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 20
2 B 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 20
3 C 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
4 D 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 20
5 E 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
6 F 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 20
7 G 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
8 H 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20
9 I 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 19
10 K 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
11 K 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 19
12 L 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 19
13 M 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 19
14 N 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19
15 O 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19
16 P 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 18
BA 5 13 14 16 16 14 16 1 9 15 2 16 15 16 4 16 14 15 10 8 15 16 16 14 16 311
17 A 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 18
18 B 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 18
25 C 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
26 D 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 18
20 E 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18
21 F 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 17
22 G 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 17
23 H 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 16
24 I 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 16
25 J 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 15
26 K 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 15
27 L 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 15
28 M 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 15
29 N 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 15
30 O 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 14
BB 4 7 9 9 11 11 13 2 10 13 2 14 12 13 7 14 11 8 10 6 9 11 9 11 13 245
DP 0.046 0.346 0.275 0.4 0.267 0.142 0.133
-
0.07
-
0.1 0.07
-
0.008 0.067 0.138 0.133
-
0.22 0.067 0.142 0.404
-
0.042 0.1 0.338 0.267 0.4 0.1417 0.133 3.1042
J C C B C J J TT TT J TT J J J TT TT J B TT J C C B J J
INDEKS KESUKARAN
Nama BUTIR SOAL
no Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 X X2
1 A 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 20 400
2 B 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 20 400
3 C 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 15 225
4 D 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 15 225
5 E 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 19 361
6 F 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 14 196
7 G 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 16 256
8 H 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 15 225
9 I 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 361
10 J 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400
11 K 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 18 324
12 L 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 17 289
13 ,M 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 19 361
14 N 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 20 400
15 O 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 19 361
16 P 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400
17 Q 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 16 256
18 R 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 15 225
19 S 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 18 324
20 T 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 15 225
21 U 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 18 324
22 V 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 19 361
23 W 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19 361
24 X 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400
25 Y 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324
26 Z 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 18 324
27 AA 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400
28 BB 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 361
29 CC 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 400
30 DD 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324
31 EE 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 17 289
Jmlah 9 20 23 25 27 25 29 3 18 28 4 30 27 29 11 30 25 23 21 14 24 27 26 25 29 556 10082
P 0,290 0,645 0,742 0,806 0,870 0,806 0,935 0,096 0,580 0,903 0,129 0,967 0,870 0,935 0,354 0,967 0,806 0,742 0,674 0,451 0,774 0,870 0,838 0,806 0,935
Criteria SS S M M M M M SS S M SS M M M S M M S S S S M M M M
RELIABILITAS
Nama Butir soal yang Valid
NO Siswa 2 3 4 5 6 7 9 10 12 13 14 16 17 18 19 21 22 23 24 25 X X2
1 A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 18 324
2 B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 17 289
3 C 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 11 121
4 D 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 10 100
5 E 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19 361
6 F 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 18 324
7 G 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 13 169
8 H 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 12 144
9 I 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324
10 J 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 289
11 K 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 324
12 L 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324
13 M 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 324
14 N 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 289
15 O 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 19 361
16 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324
17 Q 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 15 225
18 R 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 14 196
19 S 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 14 196
20 T 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 14 196
21 U 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 14 196
22 V 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13 169
23 W 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324
24 X 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17 289
25 Y 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 16 256
26 Z 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 16 256
27 AA 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 361
28 BB 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324
29 CC 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 361
30 DD 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 324
31 EE 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 16 256
jmlah 20 23 25 25 25 25 19 28 30 27 29 30 25 23 21 24 27 25 25 29 502 8320
P 0.645 0.742 0.806 0.806 0.806 0.806 0.613 0.903 0.968 0.871 0.935 0.968 0.806 0.742 0.677 0.774 0.871 0.806 0.806 0.935
Q 0.355 0.258 0.194 0.194 0.194 0.194 0.387 0.097 0.032 0.129 0.065 0.032 0.194 0.258 0.323 0.226 0.129 0.194 0.194 0.065
Pq 0.229 0.191 0.156 0.156 0.156 0.156 0.237 0.087 0.031 0.112 0.060 0.031 0.156 0.191 0.219 0.175 0.112 0.156 0.156 0.060 2.830
SDt 2,48
R11 0,567
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RPP
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : XI/I
Pertemuan ke : 1 dan 2
Alokasi Waktu : 4 X 45 menit ( 2 kali pertemuan)
Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setera tingkat Madia
Kompetensi Dasar : Memahami perintah lisan baik yang diungkapkan maupun
yangtidak.
Indikator:
1. Dipahami penegrtian, ciri-ciri, dan jenis kalimat perintah
2. Dirumuskan kembali isi perintah (secara lisan, maupun tulisan)
3. Disebutkan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan isi perintah secara
lisan/tertulis
4. Dikonfirmasikan kebenaran rencana kegiatan yang telah direncanakan
sesuai dengan rencana pemberi perintah
5. Dilaksanakan perintah sesuai dengan isi perintah.
I. Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat memahami pengertian, ciri-ciri, dan jenis kalimat perintah
2. Siswa dapat merumuskan kembali isi perintah (secara lisan, maupun
tulisan)
3. Siswa dapat menyebutkan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan isi
perintah secara lisan atau tertulis
4. Siswa dapat mengonfirmasikan kebenaran rencana kegiatan yang telah
direncanakan sesuai dengan rencana pemberi perintah
5. Siswa dapat melaksanakan perintah sesuai dengan isi perintah.
II. Meteri Ajar:
- Pengertian, ciri-ciri, dan jenis kalimat perintah
- Teknik merespon kalimat perintah
III. Metode pembelajaran:
- Diskusi
- Tanya jawab
- Penugasan
IV. Langkah-langkah Pembelajaran:
Pertemuan Pertama
A. Kegiatan Awal :
- Salam dan Absensi
- Appersepsi
B. Kegiatan Inti :
- Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran dalam
pertemuan ini
- Guru memberikan kesempatan siswa untuk melakukan diskusi dengan
kelompoknya masing-masing.
C. Kegiatan Akhir :
Siswa bersama-sama menyimpulkan inti KBM
Pertemuan Kedua
A. Kegiatan Awal:
Siswa mengulang kembali pelajaran yang lalu dengan mengungkapkan
secara ringkas
B. Kegiatan Inti :
- Siswa mendengarkan informasi dari teman yang mendapat perintah guru.
- Siswa menyampaikan isi informasi yang mengandung perintah kepada
temannya secara bergiliran.
- Siswa mengonfirmasikan isi perintah yang diterima dari temannya kepada
guru
- Siswa merencanakan apa yang akan dilakukan berdasarkan isi perintah.
C. Kegiatan Akhir :
Siswa bersama-sama menyimpulkan inti KBM, kemudian mengerjakan
evaluasi
V. Alat / Bahan / Sumber Belajar:
- Modul Bahasa Indonesia Kelas XI karya Drs. Wahyu Prastowo
- Modul bahasa Indonesia karya Drs. Nanang C. Anwar, M. Pd
VI. Penilaian:
Jenis : Proses dan tes tertulis
Bentuk : pengamatan dan Essay
VII. Butri soal dan Kunci jawaban
Terlampir
VIII. Penskoran
Penilaian Proses bentuk pengamatan (TERLAMPIR)
Tes tertulis : Essay
Pedoman penilaian:
No. Soal Bobot
1. 20 2. 20 3. 20 4. 20 5. 20
Skor Nilai 100
Nilai Akhir
No Penilaian Proses Nilai
1
No Essay Nilai
1
Nilai Akhir : N1+N2
N
Jakarta, 8 Juli 2011
Guru Pend. Bahasa Indonesia Mahasiswa PBSI
Dra. Supadmi Hendri Pradiyanto
Mengetahui
Kepala SMK Grafika Yayasan Lektur
Drs. Turyono, M.Pd.
Soal
1. Sebutkan jenis kalimat perintah (minimal tiga) disertai dengan contoh!
2. Buatlah dua buah contoh perintah berisi permohonan!
3. Berdasarkan kalimat di bawah ini, ubahlah kalimat perintah
a. Andi tidak pernah menghormati ibunya sehingga hidupnya sengsara
b. Ia tidak pernah membaca buku pelajarannya
4. Bagaimana cara merumuskan kembali isi kalimat perintah
5. Bagaimana cara mengonfirmasi kembali isi kalimat perintah
Jawaban
1. a. Kalimat perintah biasa. Contoh. Bangunlah, hari sudah siang!
b. kalimat perintah harapan contoh : saya minta kamu dapat membuang sampah
pada tempatnya
c. kalimat perintah larangan. Contoh. Jangan kau main petasan!
2. contoh kalimat perintah berisi permohonan.
- saya mohon teman-teman semua mengerti keadaan Andi yang sedang sedih.
- saya minta kalian semua membaca buku setelah pulang dari sekolah.
3. a. Andi, hormatilah ibumu agar hidupmu tidak sengsara
b. bacalah buku pelajaranmu!
4. a. merumuskan/menulis kembali isi perintah
b. dismapaiakn agar mudah diingat
c. isi perintah ditulis dalam bentuk bagan/kerangka/tabel kegiatan
5. a. mendaftar pekerjaan yang akan dilakukan, kemudian membacakannya dihadapan
untuk ditanggapi
b. pemberi perintah diminta untuk mengevaluasi dengan menanyakan langkah kerja
yang telah dan akan dilakukan
c. memberikan daftra pekerjaan dan program kerja kemudian meminta kepada
pemberi perintah untuk memberi tanda
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RPP
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : XI / 1
Pertemuan ke : 3 dan 4
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia tingkat media
Kompetensi Dasar : Memahami perintah kerja tertulis.
Indikator :
1. Diidentifikasi perintah kerja tertulis dalam bentuk surat
2. Dibedakan bentuk-bentuk perintah kerja tertulis
3. Dipahami bagian-bagian dari perintah kerja tertulis dalam bentuk surat
4. Dirumuskan perintah kerja tertulis
5. Dibuat surat perintah kerja tertulis dalam bentuk surat
I. Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat mengidentifikasi perintah kerja tertulis dalam bentuk surat
2. Siswa dapat membedakan bentuk-bentuk perintah kerja tertulis
3. Siswa dapat memahami bagian-bagian dari perintah kerja tertulis dalam bentuk
surat
4. Siswa dapat merumuskan perintah kerja tertulis
5. Siswa dapat membuat surat perintah kerja tertulis
II. Meteri Ajar:
1. Teks perintah kerja tertulis (surat edaran, pengumuman, memo, disposisi)
2. Bagian-bagian surat perintah kerja tertulis
3. Menggali informasi mengenai peraturan atau budaya kerja yang berlaku di tempat
kerja
III. Metode Pembelajaran
1. Diskusi
2. Tanya Jawab
3. Latihan dan Penugasan
IV. Langkah-langkah Pembelajaran:
Pertemuan Ketiga
A. Kegiatan Awal :
1. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru tentang pelajaran lalu
2. Siswa diberi motivasi dengan cara diberikan contoh-contoh surat yang berisi
perintah kerja
3. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang diberikan oleh guru
B. Kegiatan Inti :
1. Siswa menggali informasi yang berkaiatan dengan budaya kerja yang berlaku
di tempat kerja melalui diskusi dengan teman kelompoknya
2. Siswa disajikan surat lalu diminta merumuskan inti perintah kerja berdasarkan
catatan yang dibuat pada waktu membaca informasi dari perintah kerja tertulis
melalui diskusi dengan teman kelompoknya
C. Kegiatan Akhir :
Siswa dapat membuat simpulan isi materi yang diajarkan guru.
Pertemuan Keempat
A. Kegiatan Awal :
Siswa mengulang pelajaran lalu dengan menyampaikan secara ringkas
B. Kegiatan Inti :
1. Siswa disajikan surat untuk ditindaklanjuti dengan merencanakan isi perintah
berdasarkan catatan yang dibuat pada waktu membaca informasi dari perintah
kerja tertulis.
2. Siswa membuat bagan/prosedur kerja berdasarkan perintah kerja tertulis.
3. Siswa menginformasikan rencana kegiatan yang akan dilakukan (lisan/tulis)
kepada pemberi perintah
C. Kegiatan Akhir :
1. Siswa bersama-sama menyimpulkan isi materi yang diajarkan guru.
V. Alat / Bahan / Sumber Belajar:
- Contoh-contoh surat perintah kerja
- Modul Bahasa Indonesia Kelas XI karya Drs. Wahyu Prastowo
- Modul bahasa Indonesia karya Drs. Nanang C. Anwar, M. Pd
VI. Penilaian
Jenis : Proses dan tes tertulis
Bentuk : pengamatan dan Tugas
VII. Butir soal dan kunci jawaban
Terlampir
VIII. Penskoran
Penilaian proses (terlampir)
Pedoman penilaian tugas:
Sangat baik : 100
Baik : 80
Cukup : 60
Kurang : 50
Nilai Akhir
No Penilaian Proses Nilai
1
No Tugas Nilai
1
Nilai Akhir : N1+N2
N
Jakarta, 15 Juli 2011
Guru Pend. Bahasa Indonesia Mahasiswa PBSI
Dra. Supadmi Hendri Pradiyanto
Mengetahui
Kepala SMK Grafika Yayasan Lektur
Drs. Turyono, M.Pd.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RPP
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semeseter : XI/I
Pertemuan ke : 5 & 6
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit (2 kali pertemuan)
Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat media
Kompetensi Dasar : Memahami makan kata, bentuk kata, ungkapan, dan kalimat
dalam konteks bekerja
Indikator:
1. Dikelompokkan kata, bentuk kata, ungkapan, dan kalimat berdasarkan kelas kata
dan makn kata
2. Didaftar kata-kata yang berpotensi memiliki sinonim dan antonim dalam teks
bacaan
3. Dipahami makna kata yang terdapat dalam teks
I. Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat mengelompokkan kata, bentuk kata, ungkapan, dan kalimat
berdasarkan kelas kata dan makna kata
2. Siswa dapat mendafatar kata-kata yang berpotensi memiliki sinonim dan
antonim dalam teks bacaan
3. Siswa dapat memahami kata yang terdapat dalam teks
II. Materi Ajar:
- Hubungan anatar makana kata, bentuk kata, dan pemakaian kata
- Makna leksikal dan makna gramatikal
- Relasi makna (sinonim dan antonim, ungkapan, idiomatik, dan bentuk
kata)
III. Metode Pembelajaran:
- Diskusi
- Tanya jawab
- Penugasan
IV. Langakah-langkah Pembelajaran;
- Pertemuan Kelima
A. Kegiatan Awal
- Pemberian salam, absensi, dan appersepsi
B. Kegiatan Inti
- Guru memberikan penjelasan tentang penggolongan kata beserta
conothnya
- Siswa diberi contoh wacana dan mendiskusikan dengan temannya
- Siswa ditumtut umtuk memahami wacana dan mengelompokan
kata berdasarkan kelas kata
C. Kegiatan Akhir
Siswa menyampaikan dan mengonfirmasikan hasilnya kepada guru
- Pertemuan Keenam
A. Kegiatan Awal
- Siswa dipandu gurru mengulang pelajaran lalu dengan aktif
menjawab pertanyaan yang disampaikan guru
B. Kegiatan Inti
- Pemakalah (kelompok) menjelaskan tenteng pengertian sinonim,
antonim, ungkapan, dan hiponim disertai dengan contohnya masing-
masing
- siswa diminta untuk memberikan contoh yang berbeda dari yang
telah dismapaikan guru
C. Kegiatan Akhir
Menyimpulkan materi pelajaran secara bersama-sama
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar:
- Modul Bahasa Indonesia Kelas XI Karya Drs. Wahyu Prastowo
- Modul Bahasa Indonesia Kelas XI karya Drs. Nanang C. Anwar, M.Pd.
VI. Penilaian
Jenis : Proses dan tulis
Bentuk : Pengamatan dan Tugas
VII. Butir Soal dan Kunci Jawaban
terlampir
VIII. Penskoran
Penilaian proses (terlampir)
Pedoman penilaian tugas (diskusi) dan pembuatan dialog
Sangat baik : 100 Baik : 80 Cukup : 60 Kurang : 50
Nilai Akhir
No Penilaian Proses Nilai
1
No tugas / diskusi Nilai
1
Nilai Akhir : N1+N2
N
Jakarta, 22 Juli 2011
Guru Pend. Bahasa Indonesia Mahasiswa PBSI
Dra. Supadmi Hendri Pradiyanto
Mengetahui
Kepala SMK Grafika Yayasan Lektur
Drs. Turyono, M.Pd.
Soal dan Jawaban
1. apa yang anda ketahui tentang kata, frasa, kalusa?
2. Dari bentuknya, kata dapat dibedakan menjadi empat macam. Sebutkan dan
berikan contohnya masing-masing?
3. Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan di bawah ini!
a. Makan garam
b. Buah tangan
c. Kambing hitam
4. Jelaskan pengertian dan berikan contoh dari
a. Makna konotasi
b. Makna denotasi
c. Idiomatik (ungkapan)
d. Sinonim
e. Antonim
Jawaban
1. Kata : Satuan terkecil dari tatarana bahasa yang bermakna
Frasa : Kumpulan dari beberapa kata yang tidak memiliki fungsi predikatif
Klausa : Kumpulan adari bebrapa kata yang telah atau sudah memiliki predikat
atau fungsi predikatif
2. Kata benda : Meja, kursi, dan pensil
Kata kerja : Makan, Minum, dan belajar
Kata sifat : pintar, bodoh, dan malas
Kata tugas : di, ke, dan dari.
3. Bapak sudah makan garam dalm menjalani kehidupan ini
Ayah membawa buah tangan setelah pulang dari jakarta
Andi menjadi kambing hitam dalam permasalahn ini
4. Makna konotasi : Makna yang bukan sebenarnya “dalam setiap musim pemilu,
para politikus berlomba memperebutkan kursi pemerintahan”
Makna denotasi : Makna yang sebenarnya “ ayah membeli kursi baru kemarin di
toko cendana”
Idiomatik : makna leksikal yang dibangun dari beberapa kata yang tidak
dapat dijelaskan lagi lewat makna kata-kata pembentukannya.
“kaki tangan : Orang kepercayaan”
Sinonim : kata atau kelompok kata yang maknanya hampir sama atau
mirip “ Pintar = Pandai”
Antonim : Pasangan kata yang maknanya berbeda „Pintar X Bodoh”
LEMBAR UJI REFERNSI
NO Referensi pembimbing
1 Y. Priyono. Menyoal hasil UN Bahasa Indonesia,
http://www.borneotribune.com/citizen-jurnalism/menyoal-hasil-un-
bahasa-indonesia.html.
2 Arif Hulwan, UN Bahasa Indonesia Kembali Jadi Momok,
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/01/230703/293/14/UN-
Bahasa-Indonesia-Kembali-Jadi-Momok
3 W. James Popham dan Eva L. Baker, Bagaimana Mengajar Secara
Sistematis, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), Cet. VI. h. 96.
4 Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta. 2008),
Cet 7. h. 5
5 E. Mulyasa, Menjadi guru profesional ; menciptakan pembelajaran
aktif dan menyenangkan, (Bandung: Rosda Karya, 2006). h. 116.
6 Sudiyono, Triyo Supriyanto, dan Moh Padli. . Strategi Pembelajaran
Partisipatori di Perguruan Tinggi, (Malang: UIN Malang
Press,2006), h. 125
7 M, Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam.
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 40
8 Suprijanto, Pendidikan orang dewasa; dari teori hingga aplikasi,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. Kedua, h. 97
9 Engkoswar, Dasar-dasar metodologi pengajaran, (Jakarta: Bina
Aksara. 1988), Cet. Kedu,. h. 52
10 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan
Bahasa Arab, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 45
11 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi,
(Ciputat: Gaung Persada Press, 2005) .Cet. Ketiga. h. 65
12 Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 100.
13 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 97.
14 Solchan, dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia di SD, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008), h. 3.17
15 Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar,
(Bandung : Pustaka Setia, 2005), Cet. II, h. 56.
16 Zaini Hisyam, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi
Pembelajran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), h. 94-
96.
17 Ahmad Qurtubi, Pengantar teori evaluasi pendidikan, (Tanggerang:
Bintang Harapan Sejahtera. 2009), H. 49.
18 Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta; Raja
Grafindo Persada, 2009), H. 49
19 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), Cet. Ketiga, H. 203-205
20 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya,
2010), Cet. Keduapuluh empat. H. 106-107
21 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
2007), h. 144-155.
22 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rieneka Cipta,
2006), Cet. Kelim, h. 113-121
23 Evaline Siregara dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 14
24 Yusi Rosdiana dan Lis setiawati, Pengembangan kurikulum dan
pembelajaran bahasa Indonesia , (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007) , h. 1.27-1.30
25 Ma’mur Saadie, dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 7.3-7.4
26 M. Umar muslim, KTSP dan Pembelejaran Bahasa Indonesia,
http://www.scribd.com. Kamis, 28 Juli 2011
27 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010)
Cet. Ke 9, h. 107.
28 Subanam, Moersetyo Rahadi, dan Sudrajat. Statistik Pendidikan,
(Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 29.
29 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidkan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), Edisi Revisi. Cet. 11.
Jakarta, 3 November 2011
Pembimbing
Drs. H. Cecep Suhendi, M.Pd.