PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB...

54
PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON JAGUNG DAN SORGHUM YANG DIBERI BAHAN ADITIF BERBEDA (Skripsi) Oleh: HERDIYON BANU SANJAYA JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Transcript of PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON JAGUNG DANSORGHUM YANG DIBERI BAHAN ADITIF BERBEDA

(Skripsi)

Oleh:

HERDIYON BANU SANJAYA

JURUSAN PETERNAKANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

ABSTRAK

PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON JAGUNG DANSORGHUM YANG DIBERI BAHAN ADITIF BERBEDA

Oleh

Herdiyon Banu Sanjaya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan protein kasar, serat kasar,dan pH silase tebon jagung dan sorghum yang diberikan berbagai jenis bahanaditif (dedak, molases, sorghum). Penelitian ini dilaksanakan pada Mei--Juli 2018di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, FakultasPertanian, Universitas Lampung. Rancangan percobaan yang digunakan adalahRancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 4 kali ulangan. Faktor yangditeliti adalah (1) jenis hijauan, yang terdiri dari dua jenis yaitu sorghum dantebon jagung dan (2) bahan aditif, yang terdiri dari tiga jenis yaitu dedak, onggok,dan molases. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi (P>0,05)antara penggunaan jenis hijauan dan bahan aditif terhadap kandungan proteinkasar, serat kasar, dan pH. Penggunaan jenis hijauan yang berbeda berpengaruhnyata (P<0,05) terhadap kandungan protein kasar, namun tidak berpengaruh nyata(P>0,05) terhadap kandungan serat kasar dan nilai pH. Penggunaan jenis bahanaditif yang berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan protein kasardan serat kasar, namun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai pH.Penggunaan sorghum dengan bahan aditif molases menghasilkan kandunganprotein kasar terbaik (7,52%).

Kata kunci: Bahan aditif, pH, Protein kasar, Serat kasar, Silase, Sorghum, Tebonjagung

Page 3: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

ABSTRACT

COMPARISON NUTRITIONAL QUALITY OF SILAGE SORGHUM ANDCORN STOVER ARE GIVEN DIFFERENT ADDITIVES

By

Herdiyon Banu Sanjaya

The research has been conducted to determine crude protein, crude fiber, and pHof silage corn stover and sorghum with various types of additives (rice bran,cassava and molasses). The research was conducted in May--July 2018 atNutrition and Feed Laboratory, Department of Animal Husbandry, Faculty ofAgriculture, University of Lampung. The experiment was arranged byCompletely Randomized Design (CRD) factorial design with four replications.The treatment in this research is (1) the type of forage, which consists of twotypes of sorghum and corn stover; and (2) additive type, which consists of threetypes of rice bran, cassava and molasses. The result showed there was nointeraction (P>0.05) between types of forage and additives on crude protein, crudefiber, and pH value. The use of different types of forage significant effect(P<0.05) to the crude protein content, but did not significant (P>0.05) to the crudefiber content and pH values. The use of different types of additives significanteffected (P<0.05) to crude protein and crude fiber, but did not significant (P>0.05)to pH values. The use of sorghum with molasses additives generate the best crudeprotein (7.52%).

Keywords: Additives, Corn stover, Crude fiber, Crude protein, pH, Silage,Sorghum

Page 4: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON JAGUNG DANSORGHUM YANG DIBERI BAHAN ADITIF BERBEDA

Oleh

HERDIYON BANU SANJAYA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSarjana Peternakan

Pada

Jurusan PeternakanFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 5: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan
Page 6: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan
Page 7: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada 27 Februari 1996. Penulis merupakan

anak pertama dari dua bersaudara, anak dari Bapak Edy Suyono dan Ibu

Hermawati. Penulis mempunyai seorang adik laki-laki yang bernama Muhammad

Hary Panuju.

Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak Yustikarini pada 2002;

Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Labuhan Ratu pada 2008; Sekolah Menengah

Pertama Negeri (SMPN) 22 Bandarlampung pada 2011; dan Sekolah Menengah

Atas Negeri (SMAN) 14 Bandarlampung pada 2014. Pada tahun 2014 Penulis

terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung.

Penulis pernah berorganisasi sebagai pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah

(OSIS) di SMAN 14 Bandarlampung pada 2012--2014, dan anggota Himpunan

Mahasiswa Peternakan (HIMAPET) periode 2014--2015. Selama masa studi

Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Manajemen Usaha

Ternak Unggas, Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, dan Teknologi Pengolahan

Pakan. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Balairejo,

Kabupaten Lampung Tengah pada Januari--Maret 2017 dan melaksanakan Praktik

Umum (PU) di Sumberrejo Farm, Lampung Tengah pada Juli--Agustus 2017.

Page 8: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

Tuntutlah ilmu, tetapi tidak melupakan ibadah, dan kerjakanlahibadah, tetapi tidak melupakan ilmu

(Hasan al-Bashri)

A good motto is: use friendliness but do not use your friends(Frank Crane)

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnyabersama kesulitan ada kemudahan

(Q.S. Al-Insyirah: 5--6)

Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu,dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik

bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui(Q.S. Al-Baqarah: 216)

Mulailah darimana Anda berada. Gunakan apa yang anda miliki.Lakukan apa yang anda bisa

(Arthur Ashe)

Salah satu penyakit terbesar adalah tidak menjadi siapa-siapa bagisiapapun

(Mother Teresa)

Page 9: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

Alhamdulillahirabbil’alaamiin…….Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya dankepada suri tauladanku Nabi Muhammad SAW yang menjadi panutan hidup dan

pemberi syafaat di hari akhir

Ibunda dan ayahanda tercinta, terimakasih atas segala doa dan pengorbananmuyang telah membawaku menuju kesuksesan

Mungkin inilah yang mampu kubuktikan kepadamu bahwa aku tak pernah lupaakan keringat dan air mata yang jatuh dalam memperjuangkanku, aku tak pernah

lupa nasihat dan dukunganmu, aku tak pernah lupasegalanya dan selamanya

Ku persembahkan mahakarya yang sederhana ini kepada:Ibunda (Hermawati), Ayahanda (Edy Suyono), adiku (Muhammad Hary Panuju),Guru, Dosen, serta teman seperjuangan atas waktu, motivasi, dan pengorbanan

kalian yang telah membantuku dalam menyelesaikan skripsi iniSerta

Almamater tercinta yang turut dalam membentuk pribadiku menjadi lebih dewasadalam berpikir, berucap, dan bertindak

Page 10: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

SANWACANA

Penulis ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan

Kualitas Nutrisi Silase Tebon Jagung dan Sorghum yang Diberi Bahan Aditif

Berbeda”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.--selaku Dekan Fakultas

Pertanian--yang telah memberikan izin;

2. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.--selaku Ketua Jurusan Peternakan-- yang

senantiasa memberikan arahan, nasihat, dan dukungan dalam menyelesaikan

penyelesaian skripsi ini;

3. Bapak Dr. Kusuma Adhianto, S.Pt., M.P.--selaku Sekretaris Jurusan

Peternakan--yang telah memberikan dukungan;

4. Bapak Liman, S.Pt., M.Si.--selaku Dosen Pembimbing Utama--atas ide

penelitian, arahan, bimbingan, dan nasihat yang telah diberikan selama

penelitian dan penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S.--selaku Dosen Pembimbing Anggota--

yang senantiasa memberikan waktu, dukungan, motivasi, dan pemahaman;

6. Bapak Dr. Ir. Erwanto, M.S.--selaku Dosen Penguji--yang senantiasa

memberikan waktu, dukungan, dan pemahaman;

Page 11: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

7. Ibu Dr. Ir. Sulastri, M.P.--selaku Dosen Pembimbing Akademik--yang

senantiasa memberikan waktu, dukungan, dan bimbingan;

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, yang telah memberikan

pembelajaran dan pemahaman yang berharga;

9. Keluarga tercinta, atas kasih sayang, doa, semangat, dan motivasi

kebersamaan dan kebahagiaan yang diberikan selama ini;

10. Sahabat-sahabat, Indah Setiawati, Prakarsa Putra Laksana, Agung Nurmanto,

Seto Febri Pradana, Muhammad Zain Fikri, Fiqri Alghazali, Eko Purwanto,

Melly Haryanti, Riski Nanda Amelia, Restu Erma Junita, dan Anggi Derma

Tungga Dewi atas segala waktu yang telah diberikan.

11. Teman seperjuangan Jurusan Peternakan Angkatan 2014, terimakasih atas

dukungan, dan kebersamaan selama perkuliahan;

12. Teman-teman Angkatan 2012 dan 2013, serta adik-adik Angkatan 2015,

2016, dan 2017 Jurusan Peternakan yang telah memberikan semangat, saran,

dan motivasi;

13. Seluruh pihak yang terlibat selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis sadar masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini dan Penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 7 November 2018

Herdiyon Banu Sanjaya

Page 12: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang dan Masalah ............................................................ 1

B. Tujuan Penelitian .............................................................................. 2

C. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3

D. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 3

E. Hipotesis ........................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7

A. Tebon Jagung .................................................................................... 7

B. Sorghum ............................................................................................ 10

C. Silase ................................................................................................. 12

D. Jenis dan Kandungan Nutrisi Zat Aditif Silase ................................ 17

E. Penggunaan Dedak, Onggok, dan Molases ....................................... 20

F. Perubahan Nutrisi pada Silase .......................................................... 21

G. Uji Organoleptik Silase..................................................................... 23

III. METODE PENELITIAN .................................................................. 25

A. Waktu dan Tempat ............................................................................ 25

Page 13: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

vii

B. Alat dan Bahan ................................................................................ 25

1. Alat ............................................................................................ 25

2. Bahan ........................................................................................ 25

C. Metode Penelitian ............................................................................ 26

D. Peubah yang Diamati ...................................................................... 27

E. Prosedur Penelitian .......................................................................... 27

1. Pembuatan silase ....................................................................... 27

2. Persiapan sampel analisis .......................................................... 29

3. Kadar protein kasar ................................................................... 29

4. Kadar serat kasar ....................................................................... 31

F. Analisis Data .................................................................................... 33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 34

A. Pengaruh Perlakuan Perbedaan Jenis Hijauan dan Bahan Aditif

terhadap Kandungan Protein Kasar Silase ....................................... 34

B. Pengaruh Perlakuan Perbedaan Jenis Hijauan dan Bahan Aditif

terhadap Kandungan Serat Kasar Silase .......................................... 35

C. Pengaruh Perlakuan Perbedaan Jenis Hijauan dan Bahan Aditif

terhadap pH Silase ........................................................................... 37

D. Pengaruh Perlakuan Perbedaan Jenis Hijauan dan Bahan Aditif

terhadap Organoleptik Silase ........................................................... 39

V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 42

A. Simpulan .......................................................................................... 42

B. Saran ................................................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 43

LAMPIRAN

Page 14: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan nutrisi tebon jagung berdasarkan umur panen .................. 10

2. Kriteria penilaian silase ........................................................................ 16

3. Kandungan nutrisi berbagai zat aditif .................................................. 19

4. Nilai ukur kualitas silase ...................................................................... 28

5. Kandungan protein kasar silase ............................................................ 34

6. Kandungan serat kasar silase ............................................................... 36

7. Pengukuran pH silase ........................................................................... 38

8. Hasil pengamatan organoleptik silase .................................................. 39

9. Kandungan protein kasar silase hasil penelitian .................................. 49

10 Analisis ragam kandungan protein kasar silase hasil penelitian .......... 49

11. Uji BNT rata-rata kandungan protein kasar pada perlakuan jenis

jenis hijauan ......................................................................................... 49

12. Uji BNT rata-rata kandungan serat kasar pada perlakuan bahan aditif 50

13. Kandungan serat kasar silase hasil penelitian ...................................... 51

14. Analisis ragam kandungan serat kasar silase hasil penelitian .............. 51

15. Uji BNT rata-rata kandungan serat kasar hasil pada perlakuan zat

aditif ..................................................................................................... 51

16. pH silase hasil penelitian ...................................................................... 52

17. Analisis ragam pH silase hasil penelitian ............................................ 52

Page 15: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak penelitian ............................................................................. 27

2. Pembuatan silase .................................................................................. 53

3. Penyimpanan silase .............................................................................. 53

4. Uji organoleptik silase.......................................................................... 54

5. Penjemuran sampel .............................................................................. 54

6. Analisis protein kasar........................................................................... 55

7. Analisis serat kasar............................................................................... 55

Page 16: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

ternak. Tebon jagung digunakan sebagai pakan ternak karena produksinya tinggi

dalam waktu yang singkat dan mempunyai nilai nutrisi yang baik. Penggunaan

tebon jagung sebagai pakan ternak mempunyai kekurangan yakni bersaing dengan

kebutuhan pangan manusia. Sorghum dapat menjadi solusi sebagai alternatif

hijauan pengganti tebon jagung. Nilai nutrisi dan tingkat produksi sorghum relatif

sama dengan tebon jagung.

Hijauan memiliki kekurangan yakni ketersediaannya yang tidak konsisten.

Ketersediaan hijauan melimpah saat musim hujan dan menurun saat musim

kemarau. Saat musim hujan, ketersediaan hijauan melimpah, tetapi terbuang

akibat mengalami pembusukan. Sedangkan saat musim kemarau ketersediaan

hijauan berkurang, sehingga menjadi masalah karena ternak kekurangan pakan.

Diperlukan usaha khusus untuk mengawetkan hijauan pada musim hujan,

sehingga dapat digunakan pada musim kemarau. Usaha yang tepat dilakukan

untuk mengawetkan hijauan adalah dengan metode silase.

Silase adalah hasil fermentasi dari bahan pakan yang berkadar air tinggi, dalam

keadaan kedap udara (anaerob) oleh bakteri asam laktat (Subekti dkk., 2013).

Page 17: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

2

Prinsip pembuatan silase adalah menciptakan keadaan anaerob dimana bakteri

asam laktat dapat tumbuh dan bakteri pembusuk tidak dapat tumbuh. Kondisi

tersebut dapat menghambat proses pembusukan, sehingga hijauan dapat disimpan

lama. Selain itu, proses pembuatan silase dapat meningkatkan nilai nutrisi bahan

pakan yang berasal dari bakteri dan penguraian serat.

Proses pembuatan silase memanfaatkan bakteri asam laktat. Penambahan zat

aditif yang mengandung gula pada pembuatan silase dapat membantu bakteri

asam laktat dalam mempercepat proses dan meningkatkan kualitas silase.

Terdapat berbagai macam bahan aditif yang dapat digunakan dalam proses

pembuatan silase, yakni dedak, molases, dan onggok. Bahan-bahan tersebut

mengandung gula-gula sederhana yang dibutuhkan oleh bakteri asam laktat.

Berdasarkan uraian pada paragraf sebelumnya, peneliti ingin mengetahui

pengaruh jenis hijauan dan bahan aditif terhadap kualitas silase. Oleh sebab itu,

dilakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Kualitas Nutrisi Silase Tebon

Jagung dan Sorghum yang Diberi Bahan Aditif Berbeda”.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini:

1. mengetahui pengaruh perbedaan jenis hijauan terhadap kualitas nutrisi silase;

2. mengetahui pengaruh perbedaaan jenis bahan aditif terhadap kualitas nutrisi

silase;

3. mengetahui adanya interaksi antara jenis hijauan dan bahan aditif yang

digunakan dalam pembuatan silase.

Page 18: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

3

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peternak

mengenai penggunaan zat aditif yang baik dalam pembuatan silase tebon jagung

dan sorghum. Informasi yang didapat kemudian dapat diaplikasikan untuk

mengatasi keterbatasan pakan pada musim kemarau.

D. Kerangka Pemikiran

Tebon jagung adalah seluruh tanaman jagung termasuk batang, daun dan buah

jagung muda yang umumnya dipanen pada umur tanaman 45--65 hari (Umiyasih

dan Wina, 2008). Rangkuti (1987) menyatakan bahwa kandungan zat makanan

hijauan jagung muda pada Berat Kering (BK) 90% adalah Protein Kasar (PK)

11,33%, Serat Kasar (SK) 28,00%, Lemak Kasar (LK) 0,68%, Bahan Ekstrak

Tanpa Nitrogen (BETN) 49,23%, Abu 10,76%, Neutral Detergent Fiber (NDF)

64,40%, Acid Detergent Fiber (ADF) 32,64% dan Total Digestible Nutrient

(TDN) 53,00%. Tanaman jagung yang dipanen muda, maka kadar air tanaman

jagung akan tinggi, tetapi kadar air akan menurun dengan semakin tuanya umur

tanaman jagung tersebut, terutama pada biji (Lubis, 1992).

Sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman serealia yang

potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan sebagai pakan ternak

ruminansia, khususnya pada daerah-daerah marginal dan kering di Indonesia.

Sorghum tumbuh tegak dan mempunyai daya adaptasi agroekologi yang luas,

tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, membutuhkan input lebih sedikit serta

Page 19: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

4

lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman pangan lain.

Sorghum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, 332 kilo kalori dan 11.0 g

protein/100 g biji pada biji, dan bagian vegetatifnya 12,8% protein kasar, sehingga

dapat dibudidayakan secara intensif sebagai sumber pakan hijauan bagi ternak

ruminansia terutama pada musim kemarau (OISAT, 2011). Sorghum (Sorghum

bicolor (L.) Moench ) adalah tanaman yang mirip dengan jagung dalam hal

agronomi dan nutrisi. Kandungan nutrisi sorghum dengan perlakuan pupuk

kotoran ayam dengan dosis 25 (ton/Ha) adalah sebesar 11,13% protein kasar dan

34,38% (Liman dkk., 2018). Nilai nutrisi yang dikandung sorghum pada fase

vegetatif adalah 13,76%--15,66% PK dengan 26,06%--31,85% kadar SK

(Purnomohadi, 2006).

Pakan jenis hijauan memiliki kelemahan, yakni mudah rusak. Tingginya kadar air

pada bahan pakan tersebut menyebabkan berbagai organisme perusak seperti

jamur dan bakteri pengurai dapat hidup bebas. Akibatnya, pakan cepat

mengalami pembusukan. Hal ini menyebabkan hijauan tidak dapat disimpan

dalam waktu yang lama. Diperlukan metode pengolahan khusus untuk mengatasi

keterbatasan hijauan.

Metode yang dapat dilakukan untuk mengawetkan pakan adalah dengan ensilase.

Ensilase adalah proses fermentasi anaerobik dari bahan hijauan pakan dengan

hasil berupa silase (Ohmomo dkk., 2002). Fermentasi anaerobik silase

memanfaatkan bakteri fermentasi dalam prosesnya. Hasil samping dari proses

fermentasi adalah asam laktat. Asam laktat dapat menurunkan pH dimana bakteri

Page 20: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

5

pembusuk tidak dapat hidup. Dengan begitu, proses pembusukan pakan dapat

terhenti, sehingga hijauan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama.

Penambahan zat aditif dapat meningkatkan kecepatan proses pembuatan silase.

Van Soest (1994) menyatakan bahwa penambahan beberapa aditif pada pembuatan

silase dapat meningkatkan komposisi dan kualitas nutrisi silase, sehingga kandungan

nutrisi yang berbeda pada setiap akselerator dapat memengaruhi perubahan

kandungan nutrisi silase. Molases, tepung gaplek dan dedak padi cocok digunakan

sebagai akselerator karena kandungan BK yang tinggi dan mudah didapat (Fathul

dkk., 2003). Zat aditif tersebut dapat menjadi akselerator karena mengandung

karbohidrat sederhana seperti glukosa, selulosa dan pati. Karbohidrat sederhana yang

terdapat pada bahan-bahan tersebut difermentasi oleh bakteri asam laktat menjadi

asam laktat. Kandungan asam laktat dapat menurunkan pH dimana kondisi

lingkungan menjadi asam, sehingga bakteri pembusuk tidak dapat tumbuh.

Perbedaan jenis hijauan menjadi faktor penentu kualitas silase. Kandungan SK

pada hijauan dapat mempengaruhi kecepatan proses silase. Rangkuti (1987) dan

Purnomohadi (2006) menyatakan bahwa kandungan SK hijauan jagung muda

adalah 28,00%, sedangkan sorghum 26,06%--31,85%. Kandungan SK yang lebih

rendah pada tebon jagung dapat mempercepat proses dan meningkatkan kualitas

silase.

Penggunaan berbagai zat aditif yang berbeda menentukan kecepatan dan kualitas

silase. Proses terjadinya silase membutuhkan karbohidrat sederhana sebagai

makanan mikroba asam laktat. Dedak, onggok, dan molases mengandung

karbohidrat sederhana yang mampu mempercepat proses silase. Dedak

Page 21: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

6

mengandung selulosa dan pati; onggok mengandung pati; dan molases

mengandung sukrosa. Berdasarkan data dari Laboratorium Nutrisi dan Makanan

Ternak UNILA (2015) dan Fathul dkk. (2015) kandungan BETN pada molases

(79,02%) lebih tinggi daripada dedak padi (46,61%) dan onggok (67,94%).

Berdasarkan keterangan tersebut, molases mengandung nutrisi paling baik yang

dibutuhkan dalam proses silase.

E. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini, yakni:

1. adanya pengaruh perbedaan jenis hijauan terhadap kualitas silase;

2. adanya pengaruh perbedaan jenis bahan aditif terhadap kualitas silase;

3. adanya interaksi antara perbedaan jenis hijauan dan bahan aditif yang

digunakan terhadap kualitas silase.

Page 22: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tebon Jagung

Jagung merupakan sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras yang

dalam beberapa tahun terakhir ini kebutuhannya sebagai bahan baku pakan ternak

terus meningkat tiap tahun dengan laju kenaikan sebesar 20%, sedangkan untuk

kebutuhan pangan justru cenderung menurun. Keberadaan limbah tanaman

jagung diharapkan dapat mengatasi masalah kekurangan pakan ternak ruminansia

pada musim kemarau. Pendayagunaan limbah tanaman jagung dipandang perlu

dilakukan sebagai upaya untuk mengolah limbah berlebihan setelah musim panen

agar tidak terbuang percuma dan dapat dijadikan sebagai cadangan makanan

ternak bila memasuki musim paceklik (Karimuna dkk., 2009)

Ada beberapa istilah lokal/Indonesia dari bagian-bagian tanaman jagung yang

perlu diketahui sehingga nantinya tidak terjadi kesalahan dalam menyusun

ransum/pakan konsentrat untuk ruminansia diantaranya:

1. Tebon jagung adalah seluruh tanaman jagung terdiri dari batang, daun-daunan

dan buah jagung muda yang biasanya dipanen pada umur 45--65 hari.

Sebagian petani juga ada yang menyebut tebon jagung tanpa memasukkan

jagung muda ke dalamnya.

Page 23: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

8

2. Jerami jagung/brangkasan adalah bagian batang dan daun jagung yang

dibiarkan mengering di ladang setelah buah jagungnya dipanen.

3. Kulit buah jagung/klobot adalah kulit luar yang membungkus biji jagung.

4. Tongkol jagung/janggel adalah sisa hasil dari perontokkan biji jagung.

5. Tumpi adalah hasil samping dari proses perontokkan/pemipilan biji jagung

selain tongkol dan merupakan bagian pangkal dari biji jagung.

6. Homini (empok) adalah hasil samping dari industri jagung semolina yaitu

hasil samping dari proses penggilingan kering jagung (dry milling).

Limbah tanaman jagung dan agroindustrinya cukup potensial sebagai pakan

ternak ruminansia. Namun karena nilai nutrisi yang terkandung di dalamnya pada

umumnya rendah, sebaiknya dikombinasikan/disuplementasi dengan bahan pakan

lain sebagai sumber protein. Pengayaan terhadap limbah tanaman jagung dapat

pula dilakukan melalui fermentasi, amoniasi, dibuat hay maupun silase, sekaligus

sebagai upaya memperpanjang daya simpan. (Umiyasih dan Wina, 2008).

Rangkuti (1987) menyatakan bahwa kandungan zat makanan hijauan jagung muda

pada BK 90% adalah PK 11,33%, SK 28,00%, LK 0,68%, BETN 49,23%, Abu

10,76%, NDF 64,40%, ADF 32,64% dan TDN 53,00%. Tanaman jagung yang

dipanen muda, maka kadar air tanaman jagung akan tinggi, tetapi kadar air akan

menurun dengan semakin tuanya umur tanaman jagung tersebut, terutama pada

biji (Lubis, 1992).

Bagian tanaman jagung terdiri dari batang, daun, dan buah jagungnya. Batang

jagung memiliki ruas yang jumlahnya bervariasi antara 10--40 ruas yang

Page 24: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

9

umumnya tidak bercabang. Tanaman jagung memiliki panjang batang berkisar

antara 60--300 cm (tergantung tipe jagung), sedangkan panjang daunnya

bervariasi mulai dari 30--150 cm dengan lebar 4--5 cm. Buah jagung yang telah

dipanen memiliki komposisi klobot dengan persentase (9,70%), biji jagung

75,40% dan tongkol jagung 14,40%. Jagung manis memiliki komposisi yang

berbeda yaitu persentase klobot lebih tinggi 36% serta tongkol dan biji 64%

dikarenakan tanaman ini dipanen saat masih muda. Kandungan protein tanaman

jagung yang dipanen pada umur 60--70 hari tidak kalah dengan rumput raja yaitu

rata-rata sebesar 12,57% lebih tinggi dibanding rumput raja yang hanya 10,63%,

sedangkan untuk energinya yang terkandung dalam tanaman jagung sebesar

34,78% lebih tinggi dibanding rumput raja sebesar 13,60%. Lemak yang

terkandung dari kedua bahan diatas relatif rendah sebesar 3% (Kushartono dan

Iriani, 2003). Limbah jagung yang biasa disebut dengan tebon jagung juga

mengandung banyak karbohidrat terlarut yang akan mendukung

perkembangbiakan mikroorganisme penghasil asam laktat dapat berjalan dengan

baik, sehingga proses penurunan pH menjadi asam terjadi lebih cepat dan tercapai

fase stabil (Rif’an, 2009).

Berdasarkan penelitian Rahayu dkk. (2017), kualitas nutrisi silase tebon jagung

terbaik adalah yang dibuat dengan penambahan fermentor Lignochloritik

sebanyak 20 ml, dan disimpan selama 1,5 bulan. Hasilnya silase tebon jagung

tersebut memiliki kandungan air dan SK terendah, yaitu 78,07% dan 25,21%, PK

dan LK tertinggi, yaitu 10,41% dan 2,13%.

Page 25: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

10

Tabel 1. Kandungan nutrisi tebon jagung berdasarkan umur panen

No. Jenis Bahan BK (%) PK (%) LK (%) SK (%) TDN(%)1 Tebon jagung umur

panen 34--56 hari91,1 10,7 2,1 30,5 59

2 Tebon jagung umurpanen 56--70 hari

92,2 9,9 1,9 29,6 54,3

3 Tebon jagung umurpanen 99--112 hari

91,3 9,2 2,3 25,7 49,6

Sumber: Fitri (2015)

Keterangan:BK : Bahan Kering SK : Serat KasarPK : Protein Kasar TDN : Total Digestible NutrientLK : Lemak Kasar

B. Sorghum

Sorghum sp merupakan salah satu jenis rumput yang mempunyai potensi cukup

besar untuk dikembangkan di Indonesia. Rumput ini mampu tumbuh pada tanah

yang sangat bervariasi, tahan terhadap hama dan penyakit, curah hujan yang

cukup dimana tanaman serelia lainnya sering mengalami kegagalan karena

kekurangan air (Yusmin, 1998).

Sorghum merupakan tanaman serealia yang dapat memberikan banyak manfaat,

diantaranya dari biji menghasilkan tepung sebagai pengganti gandum, dari batang

dapat menghasilkan nira yang dapat dimanfaatkan sebagai gula dan hijauan pakan

ternak. Sorghum merupakan salah satu jenis tanaman serelia yang memiliki

potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah

adaptasi yang luas. Sorghum cukup toleran terhadapat tanah yang kurang subur

atau tanah kritis, sehingga lahan-lahan yang kurang produktif atau lahan tidur bisa

ditanami. Tanaman sorghum cukup toleran terhadap kekeringan dan genangan

Page 26: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

11

air, dapat berproduksi pada lahan marginal serta relatif tahan terhadap gangguan

hama dan penyakit. Sorghum tidak memerlukan teknologi dan perawatan khusus

sebagaimana tanaman lain. Untuk mendapatkan hasil maksimal, sorghum

sebaiknya ditanam pada musim kemarau karena sepanjang hidupnya memerlukan

sinar matahari penuh (Prihandana dan Hendroko, 2008).

Sorghum adalah genus yang terdiri dari 20 jenis rumputan, asal-usul sorghum

berasal dari wilayah tropis sampai subtropis di Afrika Timur, dengan salah satu

jenisnya berasal dari Negara Meksiko. Sorghum ditanam dan dikembangkan di

Eropa Selatan, Amerika Tengah, dan Asia Selatan. Sorghum adalah tanaman dari

family Poaceae dan marga Shorghum. Dari sekitar 32 spesies, yang paling

banyak dibudidayakan yaitu jenis bicolor (japonicum). Oleh masyarakat di Jawa

disebut dengan nama “Cantel”, sorghum ini satu family dengan tanaman lainnya

seperti padi, jagung, gandum, dan tanaman lainnya seperti tebu. (Anonim, 2016)

Sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman serealia yang

potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan sebagai pakan ternak

ruminansia, khususnya pada daerah-daerah marginal dan kering di Indonesia.

Sorghum tumbuh tegak dan mempunyai daya adaptasi agroekologi yang luas,

tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, membutuhkan input lebih sedikit serta

lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman pangan lain.

Sorghum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, 332 kilo kalori dan 11,0 g

protein/100 g biji pada biji, dan bagian vegetatifnya 12,8% PK, sehingga dapat

dibudidayakan secara intensif sebagai sumber pakan hijauan bagi ternak

ruminansia terutama pada musim kemarau (OISAT, 2011). Nilai nutrisi yang

Page 27: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

12

dikandung sorghum pada fase vegetatif adalah 13,76%--15,66% PK dengan

26,06%--31,85% kadar SK (Purnomohadi, 2006). Hijauan sorghum juga

dimanfaatkan sebagai hay. Hay sorghum yang berasal dari hijauan yang dipanen

pada umur 50 hari mengandung 16,2% PK dalam BK. Kandungan gula dan sari

buah yang terdapat pada tangkainya menyebabkan sorghum menjadi salah satu

dari tanaman yang terbaik untuk dijadikan silase (Miller dan Stroup, 2004).

Penelitian Koten (2012) menyimpulkan tanaman sorghum varietas lokal Rote

yang dipanen pada umur 90 hari dengan dosis pupuk urea 100 kg/ha,

memproduksi BK, BO, dan PK tertinggi dibandingkan dengan umur panen 50 dan

70 hari.

C. Silase

Silase adalah proses pengawetan hijauan pakan segar dalam kondisi anaerob

dengan pembentukan atau penambahan asam. Asam yang terbentuk yaitu asam-

asam organik antara lain laktat, asetat, dan butirat sebagai hasil fermentasi

karbohidrat terlarut oleh bakteri sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan

derajat keasaman (pH). Turunnya nilai pH, maka pertumbuhan mikroorganisme

pembusuk akan terhambat (Stefani dkk., 2010).

Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk memaksimumkan pengawetan

kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan pakan ternak lainnya,

agar bisa disimpan dalam kurun waktu yang lama, untuk kemudian diberikan

sebagai pakan bagi ternak, sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam

mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau. Akan tetapi, fermentasi yang

Page 28: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

13

terjadi di dalam silo (tempat pembuatan silase), sangat tidak terkontrol prosesnya,

akibatnya kandungan nutrisi pada bahan yang diawetkan menjadi berkurang

jumlahnya. Oleh sebab itu, untuk memperbaiki berkurangnya nutrisi tersebut,

beberapa jenis zat tambahan (additive) harus digunakan agar kandungan nutrisi

dalam silase tidak berkurang secara drastis, bahkan bisa meningkatkan

pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi ternak yang memakannya. Pembuatan silase

dapat juga menggunakan bahan tambahan, yang kegunaannya tergantung dari

bahan tambahan yang akan digunakan (Siregar, 1996).

Kualitas silase tergantung dari kecepatan fermentasi membentuk asam laktat,

sehingga dalam pembuatan silase terdapat beberapa bahan tambahan yang biasa

diistilahkan sebagai additive silage. Macam-macam additive silage seperti water

soluble carbohydrat, bakteri asam laktat, garam, enzim, dan asam. Penambahan

bakteri asam laktat ataupun kombinasi dari beberapa additive silage merupakan

perlakuan yang sering dilakukan dalam pembuatan silase. Pemilihan bakteri asam

laktat sangat penting dalam proses fermetasi untuk menghasilkan silase yang

berkualitas baik. Proses awal dalam fermentasi asam laktat adalah proses aerob,

udara yang berasal dari lingkungan atau pun yang berasal dari hijauan menjadikan

reaksi aerob terjadi. Hasil reaksi aerob yang terjadi pada fase awal fermentasi

silase menghasilkan asam lemak volatile, yang menjadikan pH turun (Stefani

dkk., 2010).

Bakteri asam laktat (BAL) epifit memfermentasi karbohidrat terlarut air dalam

tanaman menjadi asam laktat dan sebagian kecil diubah menjadi asam asetat.

Produksi asam tersebut, pH materi yang diensilasi menurun dan mikroba perusak

Page 29: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

14

dihambat pertumbuhannya (Chen dan Weinberg, 2008). Nilai pH yang baik untuk

pembuatan silase yang baik adalah 4,5 sedangkan kadar bahan keringnya berkisar

28--35% (Bolsen dkk., 1978). Bila pH > 5,0 dan kadar bahan kering 50% maka

bakteri beracun Clostridia akan tumbuh, sedangkan nilai pH yang terlalu rendah <

4,1 dan bahan kering 15% akan mengaktifkan mikroba kontaminan (Tangendjaja

dkk., 1992). Pengukuran pH silase dilakukan menggunakan pH meter digital

setelah silase dipanen. Sebelum dilakukan penetapan pH, sampel diberi aquades

dengan perbandingan antara sampel dan aquades adalah 1:10 (Nahm, 1992).

Menurut Elferink dkk. (2000), karbohidrat terlarut air dan BAL yang rendah serta

kadar serat yang tinggi menghasilkan silase berkualitas rendah. Agar

mendapatkan silase yang baik, kadar air hijauan perlu diturunkan 60%--70%,

meningkatkan kandungan karbohidrat terlarut air sehingga BAL dapat tumbuh

dengan baik, menghindari pertumbuhan jamur dan mikroba yang merugikan,

menurunkan kehilangan BK, dan PK selama ensilasi (Nishino dkk., 2003).

Menurut Weinberg and Muck (1996), proses ensilasi dalam silo/fermentor kedap

udara terbagi dalam 4 tahap, yaitu:

Tahap I – Fase aerobik

Tahap ini pada umumnya hanya memerlukan waktu beberapa jam saja, fase

aerobik terjadi karena keberadaan oksigen di sela-sela partikel tanaman. Jumlah

oksigen yang ada akan berkurang seiring dengan terjadinya proses respirasi pada

material tanaman serta pertumbuhan mikroorganisme aerobik dan fakultatif

aerobik, seperti khamir dan enterobakteria. Selanjutnya, enzim pada tanaman

Page 30: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

15

seperti protease dan carbohydrase akan teraktivasi, sehingga kondisi pH pada

tumpukan hijauan segar tetap dalam batas normal (pH 6,5--6,0).

Tahap II – Fase fermentasi

Tahap ini dimulai ketika kondisi pada tumpukan silase menjadi anaerobik, kondisi

tersebut akan berlanjut hingga beberapa minggu, tergantung pada jenis dan

kandungan hijauan yang digunakan serta kondisi proses ensilase. Jika proses

fermentasi berlangsung dengan sempurna, BAL akan berkembang dan menjadi

dominan, pH pada material silase akan turun hingga 3,8--5,0 karena adanya

produksi asam laktat dan asam-asam lainnya.

Tahap III – Fase stabil

Tahap ini akan berlangsung selama oksigen dari luar tidak masuk ke dalam

silo/fermentor. Sebagian besar jumlah mikroorganisme yang berkembang pada

fase fermentasi akan berkurang secara perlahan. Beberapa jenis mikroorganisme

toleran asam dapat bertahan dalam kondisi stasioner (inactive). Pada fase ini,

mikroorganisme lainnya seperti clostridia dan bacilli bertahan dengan

menghasilkan spora. Hanya beberapa jenis mikroorganisme penghasil enzim

protease dan carbohydrase toleran asam serta beberapa mikroorganisme khusus,

seperti Lactobacillus buchneri yang dapat tetap aktif pada level rendah.

Tahap IV – Fase pemanenan (feed-out/aerobic spoilage)

Fase ini dimulai segera setelah silo/fermentor dibuka dan silase terekspos udara

luar. Hal tersebut tidak terhindarkan, bahkan dapat dimulai terlalu awal jika

penutup silase rusak sehingga terjadi kebocoran. Jika fase ini berlangsung terlalu

Page 31: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

16

lama, maka silase akan mengalami deteriorasi atau penurunan kualitas silase

akibat terjadinya degradasi asam organik yang ada oleh khamir dan bakteri asam

asetat. Proses tersebut akan menaikkan pH pada tumpukan silase dan selanjutya

akan berlangsung tahap spoilage ke-2 yang mengakibatkan terjadinya kenaikan

suhu, dan peningkatan aktifitas mikroorganisme kontaminan, seperti bacilli,

moulds dan enterobacteria (Honig dan Woolford, 1980).

Karakteristik silase yang baik menurut Cullison (1975) dan Utomo (1999) yakni:

1. warna silase, silase yang baik umumnya berwarna hijau kekuningan atau

kecoklatan, sedangkan warna yang kurang baik adalah coklat tua atau

kehitaman;

2. bau, sebaiknya bau silase agak asam atau tidak tajam, bebas dari bau manis,

bau ammonia, dan bau H2S;

3. tekstur, kelihatan tetap dan masih jelas. tidak menggumpal, tidak lembek,

dan tidak berlendir;

4. keasaman, kualitas silase yang baik mempunyai pH 4,5 atau lebih rendah dan

bebas jamur.

Tabel 2. Kriteria penilaian silase

KriteriaPenilaian

Baik Sekali Baik Sedang Buruk

Jamur Tidak ada Sedikit Lebih banyak BanyakBau Asam Asam Kurang asam BusukpH 3,2--4,5 4,2--4,5 4,5--4,8 >4,8

Kadar N-NH3 <10% 10--15% <20% >20%

Sumber: Deptan (1980)

Page 32: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

17

D. Jenis dan Kandungan Nutrisi Zat Aditif Silase

Proses pembuatan silase akan berjalan optimal apabila pada saat proses ensilase

diberi penambahan akselerator. Akselerator dapat berupa inokulum bakteri asam

laktat ataupun karbohidrat mudah larut. Fungsi dari penambahan akselerator

adalah untuk menambahkan bahan kering, untuk mengurangi kadar air silase,

membuat suasana asam pada silase, mempercepat proses ensilase, menghambat

pertumbuhan bakteri pembusuk dan jamur, merangsang produksi asam laktat dan

untuk meningkatkan kandungan nutrien dari silase (Komar, 1984). Rukmana

(2005) menyatakan bahwa penambahan aditif pada bahan baku silase berfungsi

untuk menstimulir fermentasi asam laktat sehingga akan mempercepat

pertumbuhan bakteri asam laktat, menekan pertumbuhan Clostridium dan

membantu penurunan pH. Bahan pakan yang digunakan sebagai aditif silase

sebaiknya mengandung karbohidrat yang mudah larut karena merupakan substrat

terpenting bagi perkembangan bakteri asam laktat yang jarang ditemui pada

hijauan akan tetapi banyak terdapat dalam ensilase (Wijiyanto dkk., 2005).

Molases adalah hasil ikutan dari limbah perkebunan tebu yang berwarna hitam

kecoklatan. Kandungan gizi yang cukup baik di dalamnya sangat baik digunakan

sebagai bahan tambahan pakan ternak. Selain itu, molases juga mengandung

vitamin B kompleks dan unsur-unsur mikro yang penting bagi ternak seperti

Kobalt, Boron, Iodium, Tembaga, Mangan dan Seng. Molases memiliki

kelemahan yakni kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare bila

dikonsumsi terlalu banyak. Keuntungan penggunaan molases untuk pakan ternak

Page 33: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

18

adalah kadar karbohidrat tinggi (48--60% sebagai gula), kadar mineral cukup dan

disukai ternak (Yudith, 2010).

Molases adalah bahan aditif berupa sumber karbohidrat yang berfungsi sebagai

bahan dengan pembentukan asam laktat pada proses ensilase yang sempurna

(Bolsen dkk., 1995). Fungsi lain untuk mempercepat terbentuknya asam laktat

serta menyediakan sumber energi yang cepat tersedia dalam bakteri (Sumarsih

dkk., 2009).

Onggok merupakan limbah dari industri tapioka. Onggok adalah hasil ikutan

pengolahan dari ubi kayu menjadi tapioka (Kolopita dan Sutardi, 1997).

Suharyono dkk. (1982) menyatakan bahwa komposisi nutrisi onggok adalah

89,38% BK, 87,60% bahan organik (BO), 1,60% PK, dan kecernaan bahan

keringnya sebesar 82.0% berfungsi untuk mempercepat tercapainya kondisi asam,

memacu terbentuknya asam laktat dan asetat, mendapatkan karbohidrat mudah

terfermentasikan sebagai sumber energi bagi bakteri yang berperan dalam

fermentasi, menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri lain dan jamur yang

tidak dikehendaki, mengurangi oksigen yang ada baik secara langsung maupun

tidak langsung, mengurangi produksi air dan menyerap beberapa asam yang tidak

diinginkan.

Safarina (2009) menyatakan selama proses ensilase, pati yang terkandung di

dalam tepung gaplek diubah menjadi gula melalui proses sakarisasi sebelum

proses fermentasi, sedangkan molases mengandung karbohidrat (sukrosa) yang

merupakan golongan disakarida sehingga mudah dimanfaatkan mikrobia selama

Page 34: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

19

proses fermentasi berlangsung untuk memproduksi asam laktat dan menyebabkan

penurunan pH yang menghasilkan silase berbau asam.

Penambahan dedak padi sebagai sumber karbohidrat diharapkan dapat mudah

larut dan dapat dengan cepat dimanfaatkan oleh BAL sebagai nutrisi untuk

pertumbuhannya (Hartadi dkk., 1993). Silase batang pisang yang ditambah dedak

padi menghasilkan bau silase yang tidak berbau. Hal ini disebabkan oleh

karbohidrat yang terdapat pada dedak padi (pati dan selulosa), serta SK 11,6% dan

BETN 48,3% yang menyebabkan penguraian karbohidrat oleh BAL untuk

memproduksi asam laktat tercapainya lambat, sehingga pH yang dihasilkan di atas

empat (McDonald, 1981). Gunawan (1975) menyatakan bahwa fungsi dedak

dalam fermentasi adalah sebagai bahan pemadat dan pengikat sehingga bentuk

produk hasil fermentasi akan menarik, disamping itu penambahan dedak dalam

substrat akan dimanfaatkan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi untuk

pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga menyebabkan mikroba cepat

tumbuh dan mudah berkembang biak.

Tabel 3. Kandungan nutrisi berbagai zat aditif

NamaBahan

Hasil Analisis (%)Kadar Air Protein Kasar Serat Kasar BETN

KadarAir

DM Segar DM Segar DM Segar DM

DedakPadi

11,53 88,47 10,2 11,5 8,21 9,3 46,61 52,69,

Onggok 13,20 89,12 - 2,72 - 8,71 - 67,94Molases 41,44 58,6 2,44 4,17 0,28 0,5 44,88 76,64

Keterangan : DM= Dry matterSumber: Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak UNILA (2015) dan Fathuldkk. (2015)

Page 35: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

20

E. Penggunaan Dedak, Onggok, dan Molases

Perlakuan antara level dedak padi DP l% dan DP 5% tidak memberikan perbedaan

yang nyata terhadap beberapa parameter kualitas silase yaitu bahan organik, abu,

bahan kering, suhu panen, % rusak, jumlah koloni bakteri asam laktat akhir dan

asam laktat. Level dedak dalam aplikasi pernbuatan silase dapat berpengaruh

terhadap kualitas silase dan dapat digunakan sebagai tambahan mulai l% w/w

sampai 5% w/w. (Ridwan dkk., 2005). Berdasarkan penelitian Jasin (2014)

dikatakan bahwa kandungan asam laktat silase rumput gajah yang dihasilkan

dengan penambahan dedak padi nyata lebih tinggi dibandingkan dengan yang

tidak mendapat tambahan dedak padi dan pemberian dedak padi sebanyak 5%

menghasilkan kandungan asam laktat tertinggi yaitu mencapai 107,92 g/kg BK

akan tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan penambahan

dedak padi 1% dan 3%.

Hasil penelitian Supartini (2011) disimpulkan bahwa penambahan onggok hingga

4% dari bahan baku pada pembuatan silase campuran daun ubi kayu dan gamal

mampu menekan penurunan kandungan nutrien silase yang dihasilkan. Pengaruh

penambahan onggok dengan level berbeda pada setiap perlakuan memberikan

dampak terhadap penurunan kandungan BK, BO, dan PK. Penurunan kandungan

BK, BO, dan PK tertinggi terdapat pada P0 dan penurunan kandungan BK, dan

PK terendah terdapat pada perlakuan P3. Penurunan kandungan nutrien silase

dari bahan baku dapat dikatakan bahwa penambahan aditif onggok 4% (P3)

ternyata mampu menekan penurunan kandungan nutrien silase campuran daun

ubikayu dan gamal. Tetapi tampak bahwa persentase penurunan yang terbesar

Page 36: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

21

justru terdapat pada kandungan PK meskipun secara fisik (warna, tekstur dan bau)

silase terlihat tidak ada perbedaan antar perlakuan. Hal ini diduga karena

kurangnya pasokan karbohidrat mudah larut yang merupakan substrat penting

bagi perkembangan bakteri asam laktat sehingga dalam proses ensilase bakteri

asam laktat memanfaatkan nutrien yang terkandung di dalam bahan baku yang

mengakibatkan turunnya kandungan nutrien silase.

Pemberian molases berpengaruh terhadap kandungan bahan kering dan bahan

organik, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan HCN silase.

Penambahan molases pada pembuatan silase kulit umbi singkong yang

menghasilkan kandungan bahan kering dan bahan organik paling tinggi adalah

5%. (Fathurrohman dkk., 2015). Berdasarkan penelitian Jasin (2014) yang

menyatakan bahwa kandungan asam laktat silase rumput gajah yang dihasilkan

dengan penambahan molases nyata lebih tinggi dibandingkan kontrol dan

pemberian molases sebanyak 5% menghasilkan kandungan asam laktat tertinggi

yaitu mencapai 10.65% akan tetapi hasil ini tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata dibandingkan dengan penambahan molases 1% dan 3%.

F. Perubahan Nutrisi pada Proses Pembuatan Silase

Proses kimiawi yang terjadi selama proses fermentasi dapat menurunkan

kandungan SK (Sandi dkk., 2010). Tinggi rendahnya penurunan kandungan SK

ditentukan oleh fraksi SK berupa lignin. Lignin yang tinggi menyebabkan bakteri

akan sulit mendegradasi bahan sehingga penurunan SK akan rendah. Daun

mengandung lignin sebesar 25,4%, 22,6% selulosa, dan 13,3% hemiselulosa

Page 37: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

22

(Aregheore, 2000). Umumnya, yang mempengaruhi SK adalah waktu panen,

semakin lama waktu panen tanaman, maka kandungan SK semakin tinggi.

Peningkatan umur tanaman menyebabkan tanaman memasuki fase pertumbuhan

dimana tanaman mengalami penuaan, sehingga bagian tanaman mengandung

selulosa dan lignin yang tinggi. (Liman dkk., 2018)

Kelompok bakteri Lactobacillus dalam proses fermentasi akan menghasilkan

sejumlah besar enzim mencerna SK seperti selulase dan mannase. Keuntungan

kelompok bakteri ini dalam mencerna SK adalah karena bakteri tidak

menghasilkan SK dalam aktivitasnya, sehingga lebih efektif dalam menurunkan

SK dari pada ragi dan jamur (Hanafiah, 1995). Mikroba akan mendegradasi

bahan organik seperti gula, protein, pati, hemiselulosa dan selulosa untuk

pertumbuhannya (Kalsum dan Sjofjan, 2008).

Hidrolisis protein dilakukan oleh enzim protease hijauan menjadi asam amino

kemudian menjadi amina dan amonia. Laju kecepatan penguraian protein

(proteolisis) tergantung pada kecepatan penurunan pH. Nilai pH yang turun pada

awal ensilase sangat bermanfaat untuk mencegah perombakan protein hijauan.

Aktivitas protease optimal pada pH 4--7 tergantung kepada materi yang

digunakan (Slottner dan Bertillsson, 2006). Givens dan Rulquin (2004)

menyatakan bahwa kandungan protein kasar mengalami penurunan 0,6%--0,8%

selama awal ensilase. Mikroba akan mendegradasi bahan organik seperti gula,

protein, pati, hemiselulosa dan selulosa untuk pertumbuhannya.

Page 38: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

23

G. Uji Organoleptik Silase

Uji organoleptik adalah cara untuk mengukur, menilai atau menguji mutu

komoditas dengan menggunakan kepekaan alat indra manusia, yaitu mata, hidung,

mulut dan ujung jari tangan. Uji organoleptik juga disebut pengukuran subyektif

karena didasarkan pada respon subyektif manusia sebagai alat ukur (Soekarto,

1990).

Reksohadiprodjo (1998), menyatakan bahwa perubahan warna yang terjadi pada

tanaman yang mengalami proses ensilase disebabkan oleh proses respirasi aerobic

yang berlangsung selama persediaan oksigen masih ada, sampai gula tanaman

habis. Gula akan teroksidasi menjadi CO2 dan air, panas juga dihasilkan pada

proses ini sehingga temperatur naik. Temperatur yang tidak dapat terkendali akan

menyebabkan silase berwarna coklat tua sampai hitam. Hal ini menyebabkan

turunnya nilai kandungan nutrisi pakan, karena banyak sumber karbohidrat yang

hilang dan kecernaaan protein turun. Menurut Ensminger dan Olentine (1978),

menyatakan bahwa warna coklat tembakau, coklat kehitaman, karamel (gula

bakar) atau gosong menunjukan silase kelebihan panas.

Utomo (1999) menyatakan bahwa aroma silase yang baik agak asam, bebas dari

bau manis, bau ammonia, dan bau H2S. Silase dengan atau tanpa penambahan

starter memiliki aroma cenderung asam, sehingga setiap perlakuan yang berbeda

tidak mempengaruhi aroma silase.

Menurut Siregar (1996), secara umum silase yang baik mempunyai ciri-ciri, yaitu

tekstur masih jelas, seperti alamnya. Apabila kadar air hijauan pada saat dibuat

Page 39: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

24

silase masih cukup tinggi, maka tekstur silase dapat menjadi lembek. Agar tekstur

silase baik, hijauan yang akan dibuat silase diangin-anginkan terlebih dahulu,

untuk menurunkan kadar airnya. Selain itu, pada saat memasukkan hijauan ke

dalam silo, hijauan dipadatkan dan diusahakan udara yang tertinggal sedikit

mungkin.

Page 40: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan selama dua bulan pada Mei--Juli 2018 di Laboratorium

Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain plastik ukuran 1 kg, tali

plastik, baskom/ nampan, sarung tangan silikon, dan pH meter. Alat yang

digunakan untuk analisis proksimat adalah kertas saring, oven, labu kjedahl, alat

destruksi, erlenmeyer, gelas ukur, alat destilasi, alat titrasi, corong, botol semprot,

desikator, tanur, cawan porselen, soxhlet, kondensor, timbangan analitik dan

kompor listrik.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tebon jagung dengan umur

panen 50 hari, hijauan sorghum dengan umur panen 50 hari, molases, onggok,

dedak padi, dan air. Bahan yang digunakan dalam analisis proksimat antara lain

Page 41: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

26

H2SO4 pekat, air suling, H2BO3, indikator NaOH 45%, HCl 0,1N, H2SO4 0,25N,

NaOH 0,313N, dan aseton.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial 2x3.

Perlakuan yang diberikan sebagai berikut:

P1 : Silase sorghum dengan penambahan dedak padi 5%.

P2 : Silase sorghum dengan penambahan onggok 5%.

P3 : Silase sorghum dengan penambahan molasses 5%.

P4 : Silase tebon jagung dengan penambahan dedak padi 5%.

P5 : Silase tebon jagung dengan penambahan onggok 5%.

P6 : Silase tebon jagung dengan penambahan molasses 5%.

Penelitian ini menggunakan 6 kombinasi perlakuan dan 4 kali ulangan. Jumlah

bahan yang digunakan yakni hijauan sorghum 12 kg dan tebon jagung 12 kg.

Masing-masing perlakuan dan ulangan menggunakan 1 kg bahan baku.

Page 42: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

27

Tata Letak Penelitian

P1U4 P5U1 P4U4 P3U2

P6U1 P2U2 P1U2 P6U3

P1U3 P1U1 P5U4 P5U2

P5U3 P3U1 P2U1 P2U4

P2U3 P6U4 P6U2 P3U3

P4U2 P3U4 P4U1 P4U3

Gambar 1. Tata letak penelitian

D. Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah warna, aroma, tekstur, pH,

kandungan PK, dan kandungan SK dari silase.

E. Prosedur Penelitian

1. Pembuatan silase:

1.) Memanen tebon jagung dan sorghum, kemudian timbang bobotnya;

2.) melayukan selama 12 jam dan timbang bobotnya;

3.) memotong tebon jagung dan sorghum menjadi kecil (kurang lebih 5 cm);

4.) mencampur bahan baku dengan zat aditif sesuai dengan perlakuan;

5.) memasukan campuran bahan baku dan bahan aditif ke dalam wadah plastik;

6.) memadatkan campuran hingga tidak ada udara di dalam plastik;

7.) menutup rapat kantung plastik dan menyimpannya selama 6 minggu;

8.) melakukan pengujian sampel meliputi uji organoleptik dan pH pada minggu

ke-6;

Page 43: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

28

9.) mengukur keasaman silase dengan pH meter.

Pengukuran nilai pH silase menggunakan prosedur Nahm (1992). Pengukuran

pH silase dilakukan menggunakan pH meter digital setelah silase dipanen.

Sebelum dilakukan penetapan pH, sampel diberi aquades dengan

perbandingan antara sampel dan aquades adalah 1:10.

10.) menganalisis karakteristik wangi, rasa, warna, dan tekstur dengan

menggunakan skor pembobotan mengacu pada Direktorat Pakan Ternak

(2012) (Tabel 4).

Tabel 4. Nilai ukur kualitas silase

Indikator Bobot Penjelasan NilaiWangi 25 Wangi seperti buah-buahan dan sedikit asam

Bau asam wangi Tidak ada bau Seperti jamur dan kompos bau tidak sedap

2520100

Rasa 25 Manis, sedikit asam seperti yoghurt Sedikit asam Tidak ada rasa Tidak sedap

2520100

Warna 25 Hijau kekuning-kuningan Coklat agak kehitaman Hitam mendekati warna kompos

25100

Sentuhan 25 Kering tapi kalau dipegang terasa lembut danlunak

Kandungan airnya terasa sedikit banyak tapitidak bersih

Terasa basah sedikit becek

25200

Jumlah 100 Jumlah wangi+ warna+ rasa+ sentuhanSumber: Direktorat Pakan Ternak (2012)

Page 44: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

29

2. Persiapan sampel analisis:

a. menimbang sampel analisis;

b. menjemur sampel di bawah sinar matahari selama sekitar 3 hari, kemudian

ditimbang;

c. menggiling sampel hingga lolos saringan 40 mesh;

d. mengaduk hingga homogen dan memasukkan ke dalam botol yang telah

diberi label.

Analisis proksimat menggunakan metode sesuai dengan Fathul (2015). Analisis

yang dilakukan yakni perhitungan kadar protein kasar dan serat kasar:

3. Kadar protein kasar

Tahap pelaksanaan analisis protein adalah sebagai berikut :

1. menimbang kertas saring biasa (6 x 6 cm²) dan mencatat bobotnya (A);

2. memasukkan sampel analisa sebanyak 0,1 g dan kemudian mencatat

bobotnya (B);

3. memasukkan sampel ke dalam labu Kjeldahl, kemudian menambahkan 15

ml H2SO4 pekat dan 0,2 g campuran garam;

4. menyalakan alat destruksi, kemudian mengerjakan destruksi, lalu

mematikan alat destruksi apabila sampel berubah warna menjadi jernih

kehijauan, selanjutnya mendiamkan sampai menjadi dingin;

5. menambahkan 200 ml air suling dan menyiapkan 25 ml H2BO3 di gelas

erlenmeyer, kemudian meneteskan 2 tetes indikator (larutan berubah

Page 45: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

30

menjadi biru), lalu memasukkan ujung alat kondensor ke dalam gelas

tersebut dan harus dalam posisi terendam;

6. menyalakan alat destilasi dan menambahkan 50 ml NaOH 45% ke dalam

labu Kjeldahl, kemudian mengangkut ujung alat kondensor yang terendam,

apabila larutan telah menjadi sebanyak 2/3 bagian dari gelas tersebut dan

matikan alat destilasi.

7. membilas ujung kondensor dengan air suling menggunakan botol semprot,

menyiapkan alat untuk titrasi dan mengisi buret dengan larutan HCl 0,1N,

selanjutnya mengamati dan membaca angka pada buret kemudian mencatat

(L1);

8. menghentikan titrasi apabila larutan berubah warna menjadi hijau,

mengamati buret dan membaca angka, kemudian mencatatnya (L2);

9. menghitung kadar protein kasar dengan rumus berikut:

N = ( Lblanko – Lsampel) x Nbasa x N/1000

B - A

Keterangan:

N = besarnya kandungan nitrogen (%)

Lblanko = volume titran untuk blanko (ml)

Lsampel = volume titran untuk sampel (ml)

Nbasa = normalitas NaOH sebesar 0,1

N = berat atom nitrogen 14

A = bobot kerta saring biasa (gram)

B = bobot kertas saring biasa berisi sampel (gram)

x 100%

Page 46: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

31

Menghitung kadar protein dengan rumus sebagai berikut :

KP = N x FP

Keterangan:

KP = kadar protein kasar (%)

N = kandungan nitrogen

FP = angka faktor protein untuk pakan nabati sebesar 6,25.

4. Kadar serat kasar

Tahap pelaksanaan analisis serat kasar adalah sebagai berikut :

1. menimbang kertas dan mencatat bobotnya (A);

2. memasukkan sampel analisis sebanyak 0,1 g, kemudian mencatat bobotnya

(B);

3. menuangkan sampel analisa ke dalam gelas erlenmeyer, menambahkan 200

ml H2SO4 0,25 N, menghubungkan gelas erlenmeyer dengan alat kondensor

dan menyalakan panas, selanjutnya memanaskan selama 30 menit terhitung

sejak awal mendidih;

4. menyaring dengan corong kaca beralas kain linen serta membilas dengan air

suling panas dengan menggunakan botol semprot sampai bebas asam,

selanjutnya melakukan uji kertas lakmus untuk mengetahui bebas asam,

kemudian memasukkan residu kembali ke gelas erlenmeyer;

5. menambahkan 200 ml NaOH 0,313 N, menghubungkan gelas erlenmeyer

dengan alat kondensor, kemudian memanaskan selama 30 menit terhitung

sejak awal mendidih, selanjutnya menyaring dengan menggunakan corong

kaca beralas kertas saring whatman ashles yang diketahui bobotnya (C);

Page 47: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

32

6. membilas dengan air suling panas dengan menggunakan botol semprot

sampai bebas basa, kemudian melakukan uji kertas lakmus untuk

mengetahui bebas basa, lalu bilas dengan aseton;

7. melipat kertas saring whatman ashles berisi residu, memanaskan didalam

oven 1050C selama 6 jam, kemudian mendinginkan di dalam desikator

selama 15 menit, menimbang dan mencatat bobotnya (D);

8. meletakkan ke dalam cawan porselin yang sudah diketahui bobotnya (E);

9. mengabukan di dalam tanur 6000C selama 2 jam, lalu matikan tanur, dan

mendiamkan sampai warna merah membara pada cawan sudah tidak ada,

selanjutnya memasukkan ke dalam desikator, sampai mencapai suhu kamar,

lalu menimbang mencatat bobotnya (F);

10. menghitung kadar serat kasar dengan rumus berikut:

(D – C) – (F – E)KS = X 100 %

(B – A)

Keterangan:

KS = kadar serat kasar (%)

A = bobot kertas (gram)

B = bobot kertas berisi sampel analisa (gram)

C = bobot kertas saring Whatman Eashles (gram)

D = bobot kertas saring Whatman Eashles berisi residu (gram)

E = bobot cawan porselin (gram)

F = bobot cawan porselin berisi abu (gram).

Page 48: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

33

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan

kemudian dilakukan analisis secara statistik. Data yang diperoleh dianalisis

dengan sidik ragam pada taraf nyata 5%. Jika hasilnya berbeda nyata dilakukan uji

lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT).

Page 49: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Perbedaan jenis hijauan berpengaruh nyata terhadap kandungan PK silase,

tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan SK silase.

2. Perbedaan jenis bahan aditif berpengaruh nyata terhadap kandungan PK dan

SK silase.

3. Tidak terjadi interaksi antara perbedaan jenis hijauan dan perbedaan bahan

aditif silase.

B. Saran

Saran agar diperoleh hasil yang lebih baik dalam penelitian ini yakni, sebaiknya

silase dibuat dengan skala yang lebih besar.

Page 50: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Sorghum untuk Pakan Ternak. https://www.peternakankita.com/sorgum-untuk-pakan-ternak/ diakses pada 19 Desember 2017

Aregheore, E. M. 2000. Chemical composition and nutritive value some tropicalby-product feedstuf for small ruminant in vivo and in vitro degistibility.Anim. Feed. Sci. Technol. 85: 99--109

Bolsen, K.K., G. Ashbell, and J. M. Wilkinnson. 1995. Silage Additives. VCHVerlagsgesellschaft. Weinheim

Chen, Y. and Z. G. Weinberg. 2008. Changes during aerobic exposure of wheatsilages. Anim. Feed Sci. Technol. 154 (2): 76--82

Cullison, A. E. 1975. Feed and Feding . University of George Reston PublishingCompany Inc. Virginia

Departemen Pertanian Direktorat Jendral Perkebunan. 1980. PedomanPelaksanaan Unit Pelaksana Proyek pada Budidaya Tebu. DepartemenPertanian Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Direktorat Pakan Ternak.2012. Silase. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.Jakarta

Elferink, S. J. W. H. O., F. Driehuis, J. C. GoĴschal and S. F. Spoelstra. 2000.Silage fermentation processes and their manipulation. FAO PlantProduction and Protection Paper. 161: 17--30

Ensminger, M. E. and C. G. Olentine. 1978. Feed and Nutrition Complate. TheEnsminger Publishing Company. Clovis. California

Fathul, F., N. Purwaningsih, dan S. Tantalo. 2003. Bahan Pakan dan FormulasiRansum. Buku Ajar Universitas Lampung. Bandar Lampung

Fathul, F., Liman, N. Purwaningsih, dan S. Tantalo. 2015. Pengetahuan Pakan danFormulasi Ransum. Buku Ajar Universitas Lampung. Bandar Lampung

Page 51: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

44

Fathurrohman, F., A. Budiman, dan T. Dhalika. 2015. Pengaruh tingkatpenambahan molasaes pada pembuatan silase kulit umbi singkong(Mannihot esculenta) terhadap kandungan bahan kering, bahan organik,dan HCN. Jurnal Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. 4 (1): 1--8

Fitri. 2015. Keunggulan Tebon Jagung Sebagai Hijauan Pakan Ternak Berkualitasdan Disukai Ternak. http://www.agrobisnisinfo.com/2015/07/keunggulan-tebon-jagung-sebagai-hijauan.html. Diakses pada 19 Desember 2017

Givens. D. I. dan H. Rulquin. 2004. Utilization by ruminant of nitrogen compundsin silage base diet. Anim. Feed Sci. Technol. 114: 1--18

Gunawan, C. 1975. Percobaan Membuat Inokulum untuk Tempe dan Oncom.Makalah Ceramah Ilmiah LKN. LIPI Bandung

Hanafiah, A. 1995. Peningkatan Nilai Nutrisi Empulur Sagu (Metroxylon sp)sebagai Bahan Pakan Monogastrik melalui Teknologi FermentasiMenggunakan Aspergillus niger. Skripsi. IPB. Bogor

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A. D. Tillman. 1993. Tabel KomposisiPakan untuk Indonesia. Cetakan Ketiga. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta

Honig, H. and M. K.Woolford. 1980. Changes in silage on exposure to air.Journal Institut fur Grundland- und Futterpflanzenforschung. 11: 76--87

Jasin, I. 2014. Pengaruh penambahan dedak padi dan inokulum bakteri asamlaktat dari cairan rumen sapi peranakan ongole terhadap kandungan nutrisisilase rumput gajah. Jurnal Fakultas Peternakan Universitas Darul UlumIslamic Centre Sudirman Guppi. 11 (2): 59--63

Kalsum, U dan O. Sjofjan. 2008. Pengaruh waktu inkubasi campuran ampas tahudan onggok yang difermentasi dengan Neurosporasitophila terhadapkandungan zat makanan. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakandan Veteriner Bogor. Puslitbang Peternakan, Bogor. 226--232

Karimuna, L., Safitri, dan L.O. Sabaruddin. 2009. Pengaruh jarak tanam danpemangkasan terhadap kualitas silase dua varietas jagung (Zea mays L.).Agripet. 9 (1): 17--25

Kolopita, M. dan T. Sutardi. 1997. Pencernaan ampas onggok dalam rumen sapidan kerbau. Bull. 3 (12): 236--244

Komar, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jerami Sebagai Makanan Ternak.Yayasan Dian Grahita. Jakarta

Page 52: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

45

Koten, B. B., R. D. Soetrisno, N. Ngadiyono, dan B. Suwignyo. 2012. Produksitanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) moench) varietas lokal rotesebagai hijauan pakan ruminansia pada umur panen dan dosis pupuk ureayang berbeda. Bulletin Peternakan 36 (3): 150--155

Kushartono, B. dan N. Iriani. 2003. Prospek Pengembangan Tanaman JagungSebagai Sumber Hijauan Pakan Ternak. Prosiding Temu TeknisFungsional Non Peneliti. Balai Penelitian Ternak Bogor. 26--31

Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak. 2015. Hasil Analisis Proksimat SilaseLimbah Sayuran. Universitas Lampung. Bandarlampung

Liman, A. K. Wijaya, S. Tantalo, Muhtarudin, Septianingrum, W. P. Indriyantiand K. Adhianto. 2018. Effect type and levels of manure on forageproduction and nutrient quality of sorghum (Sorghum bicolor (l.) moench)plant. Asian J. Crop Sci., 10 (3): 115--120

Lubis, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan. Jakarta

McDonald, P. 1981. Biochemistry of Silage. John Wiley and Sons. New York

Miller, F. R and J. A. Stroup. 2004. Growth and management of sorghums forforage production. Proceedings National Alfalfa Symposium: 1--10

Nahm, K. H. 1992. Practical Guide to Feed, Forage and Water Analysis.Copyright by Yoo Han Publishing Inc. Seoul

Nishino, N., H. Harada., and E. Sakaguchi. 2003. Evaluation of fermentation andaerobic stability of wet brewers’ grains ensiled alone or in combinationwith various feeds as a total mixed ration. J. Sci. Food. Agric. 883: 557--563

Ohmomo, S., O. Tanaka, H. K. Kitamoto and Y. Cai. 2002. Silage and microbialperformance, oldstory but new problems. J. JARQ 36 (2): 59--71

OISAT. 2011. Sorghum. PAN Germany Pestizid Aktions-Netzwerk e.V. PANGermany

Prihandana, R dan R. Hendroko. 2008. Energi Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.

Purnomohadi, M. 2006. Potensi penggunaan beberapa varietas sorgum manis(Sorghum bicolor (L.) Moench) sebagai tanaman pakan. Berkala PenelitianHayati. 12: 41--44

Page 53: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

46

Rahayu, I. D., L. Zalizar, A. Widianto dan M. I. Yulianto. 2017. Karakteristik danKualitas Silase Tebon Jagung (Zea Mays) Menggunakan Berbagai TingkatPenambahan Fermentor yang Mengandung Bakteri Lignochloritik.Procceding Seminar Nasional dan Gelar Produk. UniversitasMuhamadiyah Malang. Malang

Rangkuti, M. 1987. Meningkatkan Pemakaian Jerami Jagung Sebagai PakanTernak Ruminansia dengan Suplementasi. Bioconvertion ProjectWorkshop on Crop Residues For Feed and Other Purposes. Grati

Reksohadiprojdo, S. 1998. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.Edisi Ketiga. BPFE. Yogyakarta

Ridwan, R., S. Ratnakomala, G. Kartina, dan Y. Widyastuti. 2005. PengaruhPenambahan Dedak dan Lactobaillus plantarum 1 BL-2 dalam PembuatanSilase Rumbut Gajah (Pennisteum purpureum). Bogor: Pusat PenelitianBioteknologi LIPI. 28 (3): 117--123

Rif’an, M. 2009. Pengaruh Lama Fermentasi Pakan Komplit dan Silase TebonJagung Terhadap Perubahan pH dan Kandungan Nutrien. Skripsi.Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. UniversitasBrawijaya. Malang

Rukmana, R. 2005. Silase dan Permen Ternak Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta

Safarina. 2009. Optimalisasi Kualitas Silase Daun Rami (Boehmeria nivea, L.GAUD) Melalui Penambahan Beberapa Zat Aditif. Skripsi. Jurusan IlmuNutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor

Sandi, S. E., B. Laconi, A. Sudarman, K. G. Wiryawan, dan D. Mangundjaja.2010. Kualitas Nutrisi Silase Berbahan Baku Singkong yang Diberi EnzimCairan Rumen Sapi dan Leuconostoc mesenteroides. Media Peternakan.33: 25--30

Siregar, M. E. 1996. Pengawetan Pakan Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta

Slottner, D. dan J. Bertilsson. 2006. Effect of Ensiling Technology on ProteinDegradation during Ensilage. Anim Feed Sci. Technol. 127: 101--111

Soekarto. 1990. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan HasilPertanian. Bhatara Aksara. Jakarta

Stefani, J. W. H. F. Driehuis., J. C. Gottschal, and S. F. Spoelstra. 2010. Silagefermentation processes and their manipulation. Electronic conference ontropical silage. Food. Agri. Org. 8 (3): 6--33

Page 54: PERBANDINGAN KUALITAS NUTRISI SILASE TEBON …digilib.unila.ac.id/54527/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Tebon jagung dan sorghum dikenal sebagai hijauan yang baik sebagai pakan

47

Subekti, G., Suwarno, dan N. Hidayat, 2013. Penggunaan beberapa aditif danbakteri asam laktat terhadap karakteristik fisik silase rumput gajah padahari ke- 14. JIP 1 (3): 835--841

Supartini, N. 2011. Penggunaan onggok sebagai aditif terhadap kandungan nutriensilase campuran daun ubikayu dan gamal. Jurnal Fakultas Pertanian,Universitas Tribhuwana Tunggadewi. 11 (1): 91--96

Suharyono, Z. Abidin, Hendratno, C. N. G. Yates, dan R. Bahaudin. 1982.Pengaruh penambahan kombinasi sera onggok dengan urea terhadapperubahan metabolisme rumen kerbau yang diberi rumput lapangansebagai makanan basal. Proc. Seminar Ilmiah Ruminansia Besar. Bogor.

Sumarsih, S., C. I. Sutrisno., dan B. Sulistiyanto. 2009. Kajian Penambahan TetesSebagai Aditif Terhadap Kualitas Organoleptik dan Nutrisi Silase KulitPisang. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan. Semarang

Tangendjaja, B. E. Wina, T. M. Ibrahim, dan B. Palmer. 1992. Kaliandra(Calliandra calothyrsus) dan Manfaatnya. Balai Penelitian Ternak dan TheAustralian Centre For Institute Agricultural Research: 13--42

Umiyasih, U. dan E. Wina. 2008. Pengolahan dan Nilai Nutrisi Limbah TanamanJagung Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Wartazoa. 18 (3): 127--136

Utomo, R. 1999. Teknologi Pakan Hijauan. Fakultas Peternakan, UniversitasGadjah Mada. Yogyakarta

Van Soest, P. J. 1994. Nutrient Ecology of The Ruminant. Ruminant Metabolism,Nutritional Strategies, The Cellulolytic Fermentation and Chemistry ofForages and Plant Fiber 2nd Edition. Cornell University. New York

Weinberg, Z.G. and R.E. Muck. 1996. New trends and opportunities in thedevelopment and use of inoculants for silage. FEMS Microbiol. Rev. 19:53--68

Wijiyanto, T., Koentjoko dan O. Sjofjan. 2005. Pengaruh Waktu Inkubasi danKetebalan Media Onggok Terfermentasi Oleh Bacillus coagulansTerhadap Kandungan Nutrisi dan Produksi Asam Laktat sebagai AditifPakan. http://pakanternak.brawijaya.ac.id/index.php?option=comcontent&task=view&id=75&Itemid=22. Diakses 25 Maret 2018

Yudith T. A., 2010. Pemanfaatan Pelepah Sawit dan Hasil Ikutan Industri KelapaSawit terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Simental Fase Pertumbuhan.Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan

Yusmin, H. D. 1998. Budidaya Sorghum Cocok untuk Daerah Kering. KedaulatanRakyat. Yogyakarta