PERBANDINGAN INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN GLIKEMIK...

74
i PERBANDINGAN INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN GLIKEMIK MAKANAN SEREAL TANPA DAN DENGAN SUSU DISERTAI PERBEDAAN SUHU PENYAJIAN JUDUL Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: Frizky Ramadhan NIM: 11141030000001 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2017 M

Transcript of PERBANDINGAN INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN GLIKEMIK...

i

PERBANDINGAN INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN

GLIKEMIK MAKANAN SEREAL TANPA DAN

DENGAN SUSU DISERTAI PERBEDAAN SUHU

PENYAJIAN

JUDUL

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

Frizky Ramadhan

NIM: 11141030000001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2017 M

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 17 Juli 2017

Frizky Ramadhan

iii

PERBANDINGAN INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN

GLIKEMIK MAKANAN TANPA DAN DENGAN SUSU

DISERTAI PERBEDAAN SUHU PENYAJIAN LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperolah

Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Frizky Ramadhan

NIM: 11141030000001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2017 M

Pembimbing I

dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK

NIP. 19711023 201101 2 003

Pembimbing II

dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS

NIP. 19721103 200604 1 001

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul Perbandingan Indeks Glikemik dan Beban

Glikemik Makanan Sereal Tanpa dan Dengan Susu Disertai Perbedaan

Suhu Penyajian yang diajukan oleh Frizky Ramadhan (NIM: 11141030000001),

telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada

tanggal 7 Agustus 2017. Laporan Penelitian ini telah diterima sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi

Kedokteran dan Profesi Dokter.

Ciputat, 7 Agustus 2017

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK

NIP. 19711023 201101 2 003

PIMPINAN FAKULTAS

Pembimbing I

dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK

NIP. 19711023 201101 2 003

Pembimbing II

dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS

NIP. 19721103 200604 1 001

Penguji I

dr. Femmy Nurul Akbar, SpPD-KGEH

NIP. 19731005 200604 2 001

Penguji II

Dr. Endah Wulandari, M.Biomed

NIP. 19711009 200501 2 005

DEKAN FKIK UIN

Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes

NIP. 19650808 198803 1 002

Kaprodi PSKPD

dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS

NIP. 19721103 200604 1 001

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.

Shalawat serta salam tak lupa juga penulis junjungkan kepada Nabi Muhammad

SAW yang atas perjuangan beliau kita semua masih dapat memeluk agama Islam.

Penulis tidak menyelesaikan laporan penelitian ini seorang diri. Oleh karena itu

izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran

2. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS dan Dr. Endah Wulandari,

M.Biomed selaku Kepala dan Sekretaris Program Studi Kedokteran dan

Profesi Dokter

3. Seluruh civitas academica UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya

PSKPD yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini

4. Chris Adhiyanto, M.Biomed, PhD selaku penanggung jawab riset Program

Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan 2014 yang senantiasa

mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan penelitian ini

5. dr. Bisatyo Mardjikoen, SpOT selaku pembimbing akademik yang selalu

membimbing penulis dari pertama kali duduk di bangku kuliah hingga

sekarang

6. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku pembimbing 1 yang senantiasa

menyediakan waktunya untuk penulis repotkan sejak semester 2 demi

menyelesaikan penelitian ini

7. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS selaku pembimbing 2 yang

selalu memberikan kritik dan saran yang membangun

8. dr. Femmy Nurul Akbar, SpPD-KGEH dan Dr. Endah Wulandari,

M.Biomed selaku penguji 1 dan penguji 2 yang sudah meluangkan

waktunya untuk menguji sidang penelitian ini

9. Papa, mama, kakak, mbah, om lihin, mba tris atas kasih sayangnya yang tak

terhingga kepada penulis

vi

10. Teman-teman sejawat CAROTIS 2014 yang selalu membagikan ilmunya

untuk menyelesaikan penelitian ini

11. Alvin, Jamal, Pandu, Iko, Rizki, Pujah, Nida, Rafidah, Rissa, Nada, Tiya,

Maya selaku responden yang rela meluangkan waktu dan rasa sakitnya agar

peneliti bisa mengumpulkan data penelitian ini

12. Teman-teman grup Neo-KAORI yang selalu membuat penulis selalu

tersenyum karena canda yang tidak terkontrol

13. Teman-teman pengurus ISMKI, khususnya bidang Public Relation dan

Executive Board yang sering memberikan penulis waktu untuk rehat sejenak

dari kesibukan perkuliahan

14. Dina dan Silma selaku kelompok riset yang selalu saling tolong menolong

dalam penelitiannya

15. Orang-orang yang memberikan penulis hiburan dalam bentuk anime,

manga, light novel, visual novel, game, dan lain-lain

16. Dewi Maulidina Azizah yang selalu setia mendampingi penulis dalam

keadaan senang maupun sedih

Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia, termasuk penelitian

ini. Penulis mengharapkan banyak kritik dan saran yang membangun terhadap

penelitian ini. Demikian laporan penelitian ini penulis susun, semoga tujuan dan

manfaatnya dapat tercapai.

Ciputat, 22 Juli 2017

Frizky Ramadhan

vii

ABSTRAK

Frizky Ramadhan. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Perbandingan Indeks Glikemik dan Beban Glikemik Makanan Sereal Tanpa

dan Dengan Susu Disertai Perbedaan Suhu Penyajian. 2017

Pola makan tidak sehat merupakan salah satu penyebab meningkatnya penderita

diabetes melitus (DM). Indeks Glikemik (IG) adalah laju suatu makanan dalam

meningkatkan kadar glukosa darah. Beban Glikemik (BG) adalah perhitungan

antara IG dan jumlah karbohidrat dalam satu porsi makanan. Konsumsi makanan

rendah IG dan BG menurunkan risiko penyakit DM dan komplikasinya. Sereal

sering diiklankan sebagai makanan sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

dan membandingkan nilai IG dan BG masing-masing variasi sajian sereal pada

sepuluh responden. Kadar glukosa darah responden diperiksa setelah mengonsumsi

makanan standar berupa dekstrosa dan makanan uji berupa sereal, sereal dengan

susu, dan sereal dengan susu dingin. Masing-masing makanan uji memiliki nilai IG

59,60%; 57,46%; dan 50,57% dan nilai BG 13,11; 14,37; dan 12,64. Hasil uji

repeated measures ANOVA menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

signifikan pada nilai IG (p=0,743) dan BG (p=0,708) antar makanan uji.

Kata Kunci: Glukosa darah, indeks glikemik, beban glikemik, sereal, susu

ABSTRACT

Frizky Ramadhan. Medicine and Physician Profession Study Program.

Glycemic Index and Glycemic Load Comparison of Cereals Without and With

Milk, Including a Difference in Serving Temperature. 2017

One cause of the increasing number of diabetes mellitus (DM) patients is unhealthy

food diet. Glycemic Index (GI) is a rate of a food to increase blood sugar. Glycemic

Load (GL) accounts of a food GI and its amount of carbohydrates in one portion.

Low GI and GL food consumption lessen the risk of DM and the complications.

Cereals often advertised as a healthy food. This study aimed to find and compare

GI and GL of several cereal cervings in ten subjects. Blood sugar was sampled after

the subjects consumed dextrose as reference food and cereal, cereal with milk, and

cereal with cold milk as test foods. Each test food had a GI value of 59,60%;

57,46%; and 50,57% and a GL value of 13,11; 14,37; and 12,64. Repeated measures

ANOVA test resulted that there was no significant difference between GI (p=0,743)

and GL (p=0,708) values between test foods.

Keywords: Blood sugar, glycemic index, glycemic load, cereal, milk

viii

DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv KATA PENGANTAR ........................................................................................... v ABSTRAK ........................................................................................................... vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiii BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 1.3. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 2

1.4. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2 1.4.1. Tujuan Umum ................................................................................... 2 1.4.2. Tujuan Khusus .................................................................................. 3

1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3 1.5.1. Untuk Peneliti ................................................................................... 3

1.5.2. Untuk Institusi .................................................................................. 3 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4

2.1. Landasan Teori ............................................................................................. 4 2.1.1. Karbohidrat ....................................................................................... 4

2.1.2. Pencernaan Karbohidrat ................................................................... 6 2.1.3. Penyerapan Karbohidrat ................................................................... 7 2.1.4. Homeostasis Glukosa ....................................................................... 8

2.1.5. Indeks Glikemik ............................................................................. 10 2.1.6. Prosedur Pengukuran Indeks Glikemik .......................................... 12 2.1.7. Faktor yang Memengaruhi Hasil Indeks Glikemik ........................ 13

2.1.8. Beban Glikemik .............................................................................. 14 2.1.9. Pengaruh Indeks Glikemik dan Beban Glikemik Terhadap

Kesehatan ................................................................................................... 15 2.1.10. Sereal .............................................................................................. 15 2.1.11. Susu ................................................................................................ 17

2.1.12. Penelitian Indeks Glikemik dan Beban Glikemik Yang Sudah

Dilakukan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................................ 19 2.2. Kerangka Teori ........................................................................................... 21 2.3. Kerangka Konsep ....................................................................................... 22

2.4. Definisi Operasional ................................................................................... 23 BAB 3. METODE PENELITIAN ...................................................................... 24

3.1. Desain Penelitian ........................................................................................ 24

ix

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 24 3.3. Kriteria Inklusi, Eksklusi, dan Dropout ..................................................... 24

3.3.1. Kriteria Inklusi................................................................................ 24 3.3.2. Kriteria Eksklusi ............................................................................. 24 3.3.3. Kriteria Dropout ............................................................................. 24

3.4. Populasi dan Sampel .................................................................................. 24 3.5. Besar dan Pengambilan Sampel ................................................................. 25 3.6. Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................... 25 3.7. Alur Penelitian ............................................................................................ 26 3.8. Cara Kerja Penelitian ................................................................................. 27

3.9. Rencana Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 28 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 30

4.1. Karakteristik Responden ............................................................................ 30 4.2. Makanan Standar dan Makanan Uji ........................................................... 30

4.3. Perhitungan Kadar Glukosa Darah ............................................................. 31 4.4. Nilai Indeks Glikemik ................................................................................ 33 4.5. Nilai Beban Glikemik ................................................................................. 34

4.6. Kelebihan Penelitian .................................................................................. 34 4.7. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 34

BAB 5. PENUTUP ............................................................................................... 35 5.1. Simpulan ..................................................................................................... 35

5.2. Saran ........................................................................................................... 35 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36 LAMPIRAN ......................................................................................................... 42

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Metabolisme glukosa ............................................................................ 9

Tabel 2.2 kontrol hormon terhadap kadar glukosa darah .................................... 10

Tabel 2.3 Klasifikasi indeks glikemik ................................................................. 11

Tabel 2.4 Klasifikasi beban glikemik.................................................................. 15

Tabel 2.5 Manfaat konsumsi makanan dengan IG atau BG rendah .................... 15

Tabel 2.6 Nutrisi dalam 100 gram biji gandum utuh .......................................... 17

Tabel 2.7 Variasi kandungan lemak dalam 8 ons (236,5 ml) susu sapi .............. 18

Tabel 2.8 Penelitian indeks glikemik dan beban glikemik yang sudah dilakukan di

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. ............................................................. 19

Tabel 4.1 Kandungan gizi pada 1 porsi makanan standar dan makanan uji ....... 29

Tabel 4.2 Kandungan nilai gizi pada makanan uji .............................................. 30

Tabel 4.3 Persentase kenaikan kadar glukosa darah dari menit ke-0 .................. 31

Tabel 4.4 Persentase perubahan kadar glukosa darah ......................................... 32

Tabel 4.5 Hasil indeks glikemik ......................................................................... 32

Tabel 4.6 Nilai beban glikemik ........................................................................... 33

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur monosakarida ...................................................................... 4

Gambar 2.2 Struktur disakarida ............................................................................ 5

Gambar 2.3 Sintesis, dehidrasi, dan hidrolisis (dengan modifikasi) ..................... 5

Gambar 2.4 Sumber karbohidrat ........................................................................... 6

Gambar 2.5 Proses pencernaan pati ...................................................................... 7

Gambar 2.6 Absorpsi karbohidrat ......................................................................... 8

Gambar 2.7 Hipotesis efek pemberian makanan dengan IG rendah (A) dan IG

tinggi (B) terhadap absorpsi glukosa di sistem gastrointestinal dan kadar glukosa

darah .................................................................................................................... 11

Gambar 2.8 Incremental area under the curve ................................................... 12

Gambar 2.9 Struktur tanaman gandum ............................................................... 16

Gambar 2.10 Kandungan susu (dengan modifikasi) ........................................... 18

Gambar 4.1 Rerata kadar glukosa darah ............................................................. 30

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Surat Persetujuan Responden

Lampiran 2 Lembar Status Kesehatan Responden

Lampiran 3 Data Hasil Pemeriksaan Kesehatan Responden

Lampiran 4 Informasi Nilai Gizi Makanan Uji

Lampiran 5 Perhitungan Kebutuhan Makanan Uji

Lampiran 6 Perhitungan Nilai Indeks Glikemik Dan Beban Glikemik

Lampiran 7 Hasil Uji Statistik

Lampiran 8 Dokumentasi

Lampiran 9 Riwayat Hidup Peneliti

xiii

DAFTAR SINGKATAN

DM : Diabetes melitus

IDF : International Diabetes Federation

WHO : World Health Organization

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

IG : Indeks glikemik

BG : Beban glikemik

FAOSTAT : Food And Agriculture Organization Statistics

ICQC : International Carbohydrate Quality Consortium

IAUC : Incremental area under the curve

UHT : Ultra High Temperature

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya

yang menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga terjadi

penumpukan glukosa di dalam darah yang disebut hiperglikemia.1 Diabetes

melitus dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi mikrovaskular dan

makrovaskular, seperti retinopati, neuropati perifer, nefropati, stroke,

hingga infark miokard.1-3

International Diabetes Federation (IDF) menyatakan pada tahun

2015 jumlah penderita DM umur 20 sampai 79 tahun di Indonesia adalah 10

juta orang dan menempati posisi ke-7 di dunia. Sedangkan pada tahun 2040

IDF memprediksi jumlah tersebut akan naik menjadi 16,2 juta orang, yaitu

posisi ke-6 di dunia.4 World Health Organization (WHO) menyatakan pada

tahun 2014 sebanyak 6% dari total kematian pada umur 30 sampai 70 tahun

di Indonesia disebabkan oleh penyakit DM.5 Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) tahun 2013 menyatakan prevalensi DM pada umur di atas

15 tahun di Indonesia meningkat dari 5,7% pada tahun 2007 menjadi 6,9%.3

Pengendalian kadar glukosa darah dalam batas normal merupakan

tujuan dari terapi DM. Kadar glukosa darah yang normal akan mencegah

terjadinya komplikasi penyakit DM. Pilar terpenting terapi DM adalah

modifikasi gaya hidup, salah satunya adalah mengatur asupan karbohidrat

dengan memanfaatkan pengetahuan tentang indeks glikemik dan beban

glikemik makanan.1

Indeks Glikemik (IG) menurut WHO adalah respons glukosa darah

seseorang yang diukur sesuai prosedur sebagai area di bawah kurva setelah

mengonsumsi makanan uji sebagai persentase terhadap area di bawah kurva

makanan standar yang dikonsumsi oleh orang yang sama di hari yang

berbeda.6 Beban Glikemik (BG) merupakan perhitungan antara IG dan

jumlah karbohidrat dalam satu porsi makanan. Nilai IG dan BG makanan

2

berkaitan erat dengan fluktuasi kadar glukosa darah pasca makan.7 Selain

memperbaiki kadar glukosa darah, konsumsi makanan yang memiliki IG

dan BG rendah dapat memperpanjang waktu kenyang, menurunkan kadar

kolesterol, dan menurunkan risiko penyakit jantung koroner dan kanker.7-19

Dewasa ini, seiring dengan modernisasi dan berkembangnya

teknologi, masyarakat cenderung untuk memilih makanan siap saji. Sereal

sering diiklankan di televisi sebagai menu sarapan yang praktis dan baik

untuk kesehatan. Food And Agriculture Organization Statistics

(FAOSTAT) menyatakan Indonesia adalah negara dengan konsumsi sereal

per kapita tertinggi ke-15 di dunia pada tahun 2011 dan terdapat peningkatan

konsumsi sereal dari 180 ton pada tahun 2008 menjadi 196 ton per kapita

pada tahun 2012.8 Penyajian sereal bermacam-macam, bergantung pada

selera konsumen, umumnya dikonsumsi dengan susu, dilengkapi dengan

buah, atau dikonsumsi langsung tanpa tambahan apa pun. Berdasarkan

penelitian, suhu penyajian makanan yang dingin dapat menurunkan nilai IG.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh perbedaan suhu

penyajian, yang pada penelitian ini suhu dingin dengan suhu ruangan,

terhadap nilai IG.6,32

Berkaca pada situasi dan kondisi yang telah dipaparkan, penulis

tertarik untuk meneliti IG dan pengaruh suhu pada sajian sereal terhadap

respons glikemik tubuh.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana perbandingan nilai IG dan BG antara sereal tanpa dan

dengan susu disertai perbedaan suhu penyajian?

1.3. Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan pada nilai IG dan BG antara sereal yang disajikan

tanpa dan dengan susu disertai perbedaan suhu penyajian.

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui perbandingan nilai IG dan BG antara sereal tanpa dan

dengan susu disertai perbedaan suhu penyajian.

3

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengukur nilai IG dan BG masing-masing sajian sereal

2. Mengklasifikasikan masing-masing nilai IG dan BG sajian sereal

3. Mengetahui efek suhu penyajian makanan terhadap nilai IG dan

BG

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Untuk Peneliti

1. Meningkatkan ilmu tentang penelitian untuk digunakan pada

jenjang pendidikan atau karier selanjutnya

2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

kedokteran dan melanjutkan ke pendidikan profesi

1.5.2. Untuk Institusi

1. Dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian-penelitian lain

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Karbohidrat

Karbohidrat adalah komponen organik yang tersusun dari karbon,

hidrogen, dan oksigen dengan rasio 1:2:1. Karbohidrat menyusun 1-3%

dari seluruh sel tubuh dan merupakan sumber energi terpenting dalam

tubuh. Secara garis besar, karbohidrat diklasifikasikan menjadi

monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida.20-24

1. Monosakarida

Monosakarida adalah karbohidrat simpleks yang terdiri dari tiga

hingga tujuh atom karbon. Bergantung pada jumlah atom karbonnya,

monosakarida dapat berbentuk triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, atau

heptosa. Heksosa, dengan struktur C6H12O6, merupakan

monosakarida yang penting untuk memenuhi kebutuhan metabolik

tubuh, sedangkan pentosa, dengan struktur C5H10O4 dan C5H10O5

berfungsi untuk menyusun DNA dan RNA tubuh.20-24 Gambar 2.1

menjelaskan tentang struktur monosakarida.

Gambar 2.1 Struktur monosakarida.20

2. Disakarida

Disakarida tersusun dari dua molekul monosakarida dan memiliki

struktur C12H22O11. Contoh disakarida adalah sukrosa (glukosa dan

fruktosa), maltosa (dua glukosa), dan laktosa (galaktosa dan

5

glukosa).20-24 Gambar 2.2 menjelaskan tentang struktur disakarida.

Gambar 2.2 Struktur disakarida.20

Penggabungan dua molekul monosakarida melibatkan sintesis dan

dehidrasi, yaitu pelepasan OH dari satu monosakarida dan H dari satu

monosakarida lainnya sehingga dihasilkan satu disakarida dan satu

molekul air (H2O). Sedangkan pemecahan disakarida melibatkan

proses yang disebut hidrolisis, yaitu penambahan satu molekul air

(H2O) pada disakarida sehingga OH dan H masing-masing

ditambahkan ke monosakarida.20-24 Gambar 2.3 menjelaskan tentang

proses sintesis, dehidrasi, dan hidrolisis.

Gambar 2.3 Sintesis, dehidrasi, dan hidrolisis (dengan modifikasi).21

3. Oligosakarida

Oligosakarida tersusun dari 3 hingga 20 monosakarida.

Oligosakarida bukan sumber energi. Oligosakarida ditemukan di

permukaan luar sel seluruh tubuh dan sebagian besar berfungsi

sebagai self-antigen yang membedakan sel yang terdapat dalam

tubuh sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga

dapat diketahui oleh sistem imun tubuh.23

Penbentukan disakarida sukrosa pada proses sintesis dan dehidrasi. Glukosa dan

fruktosa berikatan dengan cara dilepaskannya satu molekul air

Pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa pada proses hidrolisis. Hidrolisis merupakan

kebalikan dari sintesis dan dehidrasi; sukrosa dipecah dengan cara penambahan satu molekul air

6

4. Polisakarida

Polisakarida tersusun dari ribuan molekul glukosa yang membentuk

rantai polisakarida lurus atau bercabang. Polisakarida yang penting

bagi tubuh manusia adalah pati, glikogen, dan selulosa. Pati adalah

rantai bercabang glukosa yang banyak terdapat dalam makanan,

seperti kentang, nasi, jagung, dan roti. Glikogen adalah glukosa

dengan rantai yang sangat kompleks. Glikogen adalah bentuk

penyimpanan glukosa dalam tubuh. Selulosa, sering dikenal sebagai

serat, adalah rantai lurus dari molekul glukosa yang diproduksi oleh

sel tumbuhan. Selulosa tidak dapat dicerna oleh tubuh, namun

berperan penting dalam kelancaran pencernaan.20-24 Gambar 2.4

menjelaskan tentang sumber karbohidrat.

Gambar 2.4 Sumber karbohidrat.20

2.1.2. Pencernaan Karbohidrat

Karbohidrat berbentuk pati akan mulai dicerna di mulut, sedangkan

sukrosa, laktosa, dan fruktosa tidak mengalami proses pencernaan di

mulut.25 Enzim amilase yang terdapat pada air liur akan memotong ikatan

1:4α pada pati hingga menjadi maltosa, maltotriosa, dan oligomer

glukosa. Enzim amilase tidak dapat menghidrolisis ikatan 1:6α pada pati

sehingga polimer glukosa masih memiliki ikatan 1:6α setelah dicerna

oleh enzim ini, yang disebut α-limit dextrin.28 Kerja amilase berhenti di

lambung karena HCl pada lambung membuat enzim amilase menjadi

inaktif.21 Di duodenum, pati yang tidak sempat dicerna oleh enzim

amilase air liur akan dicerna kembali oleh enzim amilase pankreas

7

sehingga dihasilkan rantai yang lebih pendek.27 Sedangkan disakarida

akan dihidrolisis oleh enzim disakaridase yang dihasilkan oleh brush

border, yaitu kumpulan tonjolan mikrovilus yang berada di permukaan

luminal sel epitel usus halus.26 Enzim disakaridase terbagi menjadi empat,

yaitu isomaltase, maltase, sukrase, dan laktase.20,28 Isomaltase

menghidrolisis ikatan 1:6α pada α-limit dextrin menjadi maltosa. Maltase

menghidrolisis maltotriosa dan maltosa menjadi glukosa. Sukrase

menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Laktase

menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.28 Gambar 2.5

menjelaskan tentang proses pencernaan pati.

Gambar 2.5 Proses pencernaan pati.28

2.1.3. Penyerapan Karbohidrat

Glukosa dan galaktosa masuk ke sel epitel usus halus melalui

SGLT (sodium-glucose linked transporter) dengan mekanisme transpor

aktif sekunder. Mekanisme ini dipengaruhi oleh konsentrasi natrium dan

jumlah ATP. Fruktosa masuk ke sel epitel usus halus melalui GLUT5

(glucose transporter 5) dengan mekanisme difusi terfasilitasi yang tidak

memerlukan ATP secara langsung. Glukosa, laktosa, dan fruktosa keluar

dari sel epitel usus halus dan masuk ke peredaran darah melalui

8

GLUT2.26,28 Gambar 2.6 menjelaskan tentang proses penyerapan

karbohidrat.

Gambar 2.6 Absorpsi karbohidrat.26

2.1.4. Homeostasis Glukosa

Setelah diabsorpsi, hampir seluruh galaktosa dan fruktosa dibawa

ke hepar untuk diubah menjadi glukosa.29 Sekitar 30% dari glukosa

eksogen mengalami metabolisme di hepar, sedangkan 70% sisanya

didistribusikan ke otak, otot, dan organ-organ lainnya. Glukosa adalah

bahan utama untuk memproduksi energi dalam bentuk ATP. Hampir

seluruh glukosa yang diabsorpsi mengalami katabolisme, yaitu

memasuki siklus glikolisis dan asam sitrat untuk membentuk ATP. Sisa

glukosa yang tidak digunakan untuk menghasilkan ATP disimpan dalam

bentuk glikogen di hepar dan otot.20

Kadar normal glukosa darah manusia yang belum makan dalam

waktu tiga hingga empat jam adalah sekitar 90 mg/dl. Glukosa darah

9

akan meningkat menjadi sekitar 120 mg/dl hingga 140 mg/dl dalam satu

jam pertama setelah makan. Setelah dua jam kadar glukosa akan turun

kembali menjadi sekitar 90 mg/dl. Proses ini dipengaruhi oleh kecepatan

metabolisme glukosa dan regulasi hormon.29

Metabolisme glukosa pada manusia terdiri dari empat jalur, yaitu

glikolisis, glikogenesis, glikogenolisis, dan glukoneogenesis. Proses ini

dirangkum pada tabel 2.1 sebagai berikut.26

Tabel 2.1 Metabolisme glukosa.26

Proses metabolik Reaksi Konsekuensi

Glikolisis Glukosa → ATP Glukosa darah ↓

Glikogenesis Glukosa → Glikogen Glukosa darah ↓

Glikogenolisis Glikogen → Glukosa Glukosa darah ↑

Glukoneogenesis Asam amino

glukogenik → Glukosa

Gliserol → Glukosa

Glukosa darah ↑

Pulau Langerhans, kumpulan beberapa sel pada pankreas berfungsi

sebagai sel endokrin pankreas. 25% dari pulau langerhans adalah sel beta

pankreas yang memproduksi insulin dan 20% dari pulau langerhans

adalah sel alfa pankreas yang memproduksi glukagon.20

Dalam keadaan pasca makan, saat tubuh menyerap nutrien, insulin

mendominasi metabolisme karbohidrat. Glukosa yang diserap digunakan

untuk produksi energi dan kelebihan glukosa akan disimpan sebagai

glikogen atau lemak. Asam amino akan mengalami sintesis menjadi

protein.20

Dalam keadaan puasa, regulasi metabolik mencegah terjadinya

hipoglikemia dengan meningkatkan sekresi glukagon. Saat glukagon

mendominasi, hepar memakai glikogen, asam amino, dan gliserol untuk

sintesis glukosa yang akan dilepaskan ke peredaran darah.20

Selain insulin dan glukagon, hormon lain seperti epinefrin, kortisol,

dan growth hormone juga mempengaruhi kadar glukosa darah seperti

yang dijelaskan pada tabel 2.2 di bawah ini.26

10

Tabel 2.2 kontrol hormon terhadap kadar glukosa darah.26

Hormon Efek terhadap

glukosa darah

Stimulus

untuk sekresi

Peran pada

metabolisme

Insulin Menurun

↑ Penggunaan

glukosa

↑ Glikogenesis

↓ Glikogenolisis

↓ Glukoneo-

genesis

↑ Glukosa

darah

↑ Asam amino

darah

Regulator pada

keadaan

postabsorpsi

Glukagon Meningkat

↑ Glikogenolisis

↑ Glukoneo-

genesis

↓ Glikogenesis

↓ Glukosa

darah

↓ Asam amino

darah

Proteksi

terhadap

hipoglikemi

Epinefrin Meningkat

↑ Glikogenolisis

↑ Glukoneo-

genesis

↓ Sekresi insulin

↑ Sekresi

glukagon

Stimulasi

simpatik saat

stres dan

beraktivitas

Penyedia energi

dalam waktu

cepat

Kortisol Meningkat

↑ Glukoneo-

genesis

↓ Pemakaian

glukosa oleh

organ selain

otak

Stres Adaptasi

terhadap stres

Growth

hormone

Meningkat

↓ Pemakaian

glukosa oleh

otot

Tidur

Stres

Aktivitas

Puasa

Pertumbuhan

tinggi badan

2.1.5. Indeks Glikemik

Istilah Indeks Glikemik (IG) pertama kali diperkenalkan pada tahun

1981 oleh Jenkins dkk.31 Istilah ini digunakan sebagai cara untuk

mengklasifikasikan bahan makanan sumber karbohidrat berdasarkan

respons glikemik yang diakibatkannya.32 Respons glikemik adalah

perubahan kadar glukosa darah setelah mengonsumsi makanan atau

minuman yang mengandung karbohidrat. Nilai IG ditentukan dengan

cara mengukur kadar gula darah beberapa kali setelah mengonsumsi

bahan makanan sumber karbohidrat dengan interval yang telah

ditentukan lalu hasilnya dibandingkan dengan makanan standar. IG

11

dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi menurut

International Carbohydrate Quality Consortium (ICQC) pada tahun

2015 seperti pada tabel 2.3 di bawah ini.33

Tabel 2.3 Klasifikasi indeks glikemik.33

Kategori Nilai IG

Rendah ≤ 55%

Sedang 55-70%

Tinggi ≥ 70%

Perbedaan nilai IG antar makanan diduga karena perbedaan laju

penyerapan glukosa di usus halus. Lambatnya absorpsi glukosa setelah

mengonsumsi makanan atau minuman dengan IG rendah akan

menurunkan laju peningkatan kadar glukosa darah sehingga kadar

glukosa darah menjadi relatif lebih rendah dibandingkan konsumsi

makanan atau minuman dengan IG tinggi.35 Gambar 2.7 menjelaskan

tentang perbedaan konsumsi makanan dengan IG rendah dan IG tinggi

terhadap absorpsi glukosa di sistem gastrointestinal dan kadar glukosa

darah.

Gambar 2.7 Hipotesis efek pemberian makanan dengan IG rendah (A)

dan IG tinggi (B) terhadap absorpsi glukosa di sistem gastrointestinal

dan kadar glukosa darah.35

12

2.1.6. Prosedur Pengukuran Indeks Glikemik

Jumlah subjek penelitian minimal 10 orang.32 Jumlah subjek yang

lebih banyak hanya diperlukan jika membutuhkan akurasi tinggi dan

terdapat dana mencukupi. Rasio jumlah laki-laki dan perempuan tidak

mempengaruhi hasil penelitian. Subjek penelitian harus sehat dan tidak

memiliki kelainan metabolisme glukosa. Makanan standar dapat berupa

glukosa murni atau roti putih hingga kandungan karbohidrat tanpa serat

mencapai 50 gram atau 55 gram jika menggunakan dekstrosa (glucose

monohydrate).12 Makanan harus dihabiskan dalam waktu 10-20 menit

dan diperkenankan untuk minum air mineral yang tidak berkalori

sebanyak 250ml.6,10,32

Uji makanan dilakukan sebelum pukul 10 pagi setelah subjek

berpuasa selama 10-14 jam. Subjek sebaiknya tidak melakukan aktivitas

berat sehari sebelum uji makanan, tidak diperkenankan merokok di hari

dilakukan uji makanan hingga uji makanan di hari itu dinyatakan selesai.

Uji makanan dilakukan dalam interval minimal 2 hari. Seluruh uji

makanan harus diselesaikan dalam waktu 4 bulan. 6,10,32

Pengambilan sampel darah disarankan menggunakan darah kapiler

yang lebih sensitif terhadap peningkatan kadar glukosa darah daripada

darah vena. Pengambilan darah pertama kali dilakukan di menit ke-0 saat

keadaan berpuasa. Selanjutnya diambil pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90,

dan 120 setelah gigitan pertama. Penghitungan IG menggunakan cara

incremental area under the curve (IAUC), tanpa menghitung area yang

ada di bawah garis glukosa darah puasa seperti pada gambar 2.8 berikut.

6,10,32

13

Gambar 2.8 Incremental area under the curve.32

2.1.7. Faktor yang Memengaruhi Hasil Indeks Glikemik

Selain kandungan karbohidrat, berikut adalah hal-hal yang dapat

mempengaruhi hasil IG.6,32,36-39

1. Lama pemasakan

Makin lama dimasak akan memecah karbohidrat sehingga lebih cepat

diserap dan meningkatkan nilai IG.

2. Protein dan lemak

Makin tinggi kadar protein dan lemak akan menurunkan nilai IG.

3. Serat

Serat akan memperlambat pencernaan karbohidrat sehingga akan

menurunkan nilai IG.

4. Konsistensi makanan

Makin encer makanan akan mempermudah proses pencernaan

karbohidrat yang meningkatkan nilai IG dan juga sebaliknya.

5. Suhu penyajian

Gelatinisasi adalah proses penguraian struktur kristal pada butir-butir

pati yang terjadi akibat pemanasan menggunakan air di atas suhu

50°C. Gelatinisasi membuat pati menjadi lebih encer sehingga lebih

mudah dicerna oleh enzim amilolitik. Dengan demikian proses

gelatinisasi dapat meningkatkan nilai IG. Retrogradasi adalah

pembentukan kembali struktur kristal yang telah hilang dalam proses

gelatinisasi. Retrogradasi terjadi jika makanan yang telah mengalami

14

gelatinisasi disimpan dalam suhu yang rendah. Retrogradasi lebih

cepat terjadi pada amilosa. Pati yang telah mengalami retrogradasi

akan menjadi lebih resisten terhadap enzim amilase, dan disebut

resistant starch. Pemanasan pada suhu 70°C dibutuhkan untuk

menguraikan kembali struktur kristal padat yang telah terbentuk pada

amilopektin yang mengalami retrogradasi, sedangkan untuk amilosa

dibutuhkan suhu lebih tinggi, yaitu 140°C. Dari penelitian didapatkan

bahwa penyimpanan spageti pada suhu rendah setelah dimasak secara

signifikan meningkatkan resistant starch sekaligus menurunkan nilai

IG.48,49,50

2.1.8. Beban Glikemik

Konsep Beban Glikemik (BG) pertama kali diperkenalkan oleh

Willett dkk. pada tahun 1997.34 BG dihitung dengan memasukkan nilai

IG lalu dikali dengan jumlah karbohidrat dalam satu porsi makanan dan

dibagi 100. Hubungan antara IG dan BG tidak selalu sama. Hal ini

disebabkan oleh jumlah karbohidrat dalam satu porsi makanan berbeda-

beda sedangkan dalam pengukuran IG porsi makanan harus disesuaikan

hingga makanan yang diujikan mengandung 25 atau 50 gram karbohidrat.

Contohnya adalah semangka yang memiliki nilai IG tinggi, tetapi BG-

nya rendah, sedangkan makaroni memiliki nilai IG rendah, tetapi BG-

nya tinggi. Perbedaan ini disebabkan oleh jumlah karbohidrat dalam satu

porsi semangka jauh lebih sedikit dibanding dengan jumlah karbohidrat

dalam satu porsi makaroni. Karena itu, untuk pengaturan asupan

karbohidrat dalam upaya pengendalian kadar glukosa darah, tidak cukup

hanya dengan memperhatikan nilai IG saja. Seperti IG, BG juga dibagi

menjadi 3 kategori seperti tercantum dalam tabel 2.4.6

Tabel 2.4 Klasifikasi beban glikemik.6

Kategori Nilai BG

Rendah ≤ 10

Sedang 10-20

Tinggi ≥ 20

15

2.1.9. Pengaruh Indeks Glikemik dan Beban Glikemik Terhadap

Kesehatan

International Carbohydrate Quality Consortium (ICQC) dalam

International Scientific Consensus Summit pada tahun 2015 memaparkan

beberapa manfaat konsumsi makanan dan minuman dengan nilai IG dan

BG rendah yang dirangkum dalam tabel 2.5 berikut ini.33

Tabel 2.5 Manfaat konsumsi makanan dengan IG atau BG rendah.33

Risiko Rendah IG

dan tinggi BG

Rendah BG

dan tinggi IG

Risiko DM tipe 2 ↓↓↓ ↓↓↓

Risiko penyakit jantung koroner ↓↓ ↓↓↓

Risiko kanker kolorektal ↓↓ -

Risiko kanker payudara ↓ -

Risiko kanker endometrium - ↓

Kadar HbA1c pada diabetes ↓↓ ↓↓

Kadar glukosa darah setelah makan ↓↓↓ ↓↓↓

Kadar insulin setelah makan ↓↓↓ ↓↓↓

Resistensi insulin ↓↓ ↓↓

Kolesterol LDL ↓ -

Kolesterol HDL ? ↑

Trigliserida ↓ ↓↓

C-reactive protein ↓↓ ↓

Tekanan darah ? ?

Berat badan ↓ ↓↓

Massa lemak tubuh ↓↓ ↓↓

Keterangan: ↓ penurunan sedikit; ↓↓ penurunan sedang; ↓↓↓ penurunan

besar; - tidak ada efek; ? tidak cukup penelitian untuk menentukan hasil;

↑ kenaikan sedikit

2.1.10. Sereal

Sereal merupakan bahan makanan sumber karbohidrat yang dapat

dikonsumsi sebagai sarapan maupun camilan. Sereal sebagai makanan

sarapan yang sering ditemukan di pasaran umumnya berbahan dasar biji

gandum. Sereal sering dipromosikan oleh produsen sebagai makanan

yang tinggpi serat dan dikemas dengan menggunakan gambar kartun

untuk menarik minat konsumen, terutama anak-anak. Cara mengonsumsi

sereal umumnya dengan memakan secara langsung atau disiram dengan

susu.

Berdasarkan strukturnya gandum tersusun dari empat bagian, yaitu

husk, bran, germ, dan endosperm. Husk adalah lapisan paling luar yang

16

melindungi biji gandum dari pengaruh lingkungan. Husk biasanya tidak

disertakan ke dalam pembuatan sereal. Bran adalah lapisan luar yang

mengisi sekitar 14,5% berat biji gandum yang mengandung banyak serat

dan mineral. Germ adalah embrio atau organ yang hanya mengisi 2,5%

dari berat biji gandum yang akan menjadi tumbuhan baru dan

mengandung banyak vitamin B dan vitamin E. Endosperm adalah bagian

terbesar yang mengisi sekitar 83% dari berat biji gandum yang

mengandung banyak karbohidrat kompleks.40 Gambar 2.9 menunjukkan

struktur tanaman gandum.

Gambar 2.9 Struktur tanaman gandum.40

Bran, germ, dan endosperm memiliki jumlah nutrisi yang berbeda

seperti yang dijelaskan pada tabel 2.6 berikut ini.

Tabel 2.6 Nutrisi dalam 100 gram biji gandum utuh.41,42,43

Energi

(kkal)

Karbohidrat

(gram)

Protein

(gram)

Lemak

(gram)

Serat

(gram)

Bran

(14,5%)

31 9,35 2,25 0,62 6,2

Germ

(2,5%)

9 1,3 0,58 0,24 0,3

Endosperm

(83%)

302 63,34 8,57 0,81 2.2

Total 342 73,99 11,4 1,67 8,7

17

Berdasarkan proses pengolahannya, gandum dibagi menjadi dua,

yaitu whole grain dan refined grain. Whole grain mengandung

keseluruhan dari komponen biji gandum, yaitu endosperm, germ, dan

bran. Sedangkan refined grain merupakan gandum yang melewati proses

penghalusan sehingga hanya mengandung endosperm saja. Produk sereal

yang bertanda whole grain mengandung lebih banyak serat daripada

produk refined grain.40

Berdasarkan penelitian, konsumsi gandum pada penderita DM

dapat mengurangi risiko memburuknya toleransi glukosa,44 menurunkan

kebutuhan penggunaan insulin pada DM gestasional,45 menurunkan

kadar glukosa darah puasa,46 dan menurunkan kadar glukosa darah

postprandial.47

2.1.11. Susu

Susu merupakan minuman yang mengandung protein yang berisi

seluruh asam amino esensial, kaya akan vitamin B, vitamin A, vitamin D,

dan kalsium. Sebanyak 80% kalsium yang dikonsumsi oleh orang

Amerika berasal dari olahan susu. Susu sangat penting bagi kehidupan

karena berperan dalam pertumbuhan dan kekuatan tulang. Susu

mengandung sedikit vitamin C, vitamin E, dan zat besi.40

Dalam susu terkandung 87,4% air dan 12,6% sisanya adalah

karbohidrat, lemak, protein, dan mineral.40 Gambar 2.9 menjelaskan

tentang kandungan susu.

18

Gambar 2.10 Kandungan susu (dengan modifikasi).40

Berdasarkan kandungan lemaknya, susu dapat dibagi menjadi

empat kategori yang terdapat pada tabel 2.7.40

Tabel 2.7 Variasi kandungan lemak dalam 8 ons (236,5 ml) susu sapi.40

Produk susu Energi

(kkal)

Lemak

(gram)

Tanpa lemak (susu skim) 86 0

Rendah lemak (1%) 102 3

Rendah lemak (2%) 121 5

Whole Milk 150 8

Susu merupakan media pertumbuhan yang sangat baik bagi

mikroorganisme seperti bakteri dan jamur yang dapat membawa penyakit

bagi manusia. Oleh karena itu dalam pengolahan susu diadakan proses

pemanasan yang salah satu tujuannya adalah membunuh

mikroorganisme pembawa penyakit. Semakin tinggi suhu pemanasan

maka semakin sedikit mikroorganisme merugikan yang terdapat dalam

susu sehingga susu dapat bertahan lebih lama. Berdasarkan suhu

pemanasannya, susu dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu (1) susu

pasteurisasi, dipanaskan antara 63-71.5°C selama 30 menit, (2) susu

Susu

Air 87,4%

Padatan susu 12,6%

Lemak susu 3,7%

Padatan susu bukan lemak 8,9%

Mineral 0,7%

Protein 3,4%

Laktosa 4,8%

Kasein 2,8%

Whey 0,6%

19

pasteurisasi suhu tinggi, dipanaskan pada suhu 138°C selama 2 detik, dan

(3) susu UHT (ultra high temperature), dipanaskan pada suhu 150°C

selama 2 detik.40

2.1.12. Penelitian Indeks Glikemik dan Beban Glikemik Yang Sudah

Dilakukan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2.8 merangkum hasil penelitian indeks glikemik dan beban

glikemik terhadap beberapa makanan dan minuman yang sudah

dilakukan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tabel 2.8 Penelitian indeks glikemik dan beban glikemik yang sudah

dilakukan di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nama

peneliti

Tahun

penelitian

Makanan uji Nilai IG Nilai

BG

Keterangan

Apriani S53 2015 Bubur kacang

hijau

Bubur kacang

hijau dengan

ketan hitam

96,45%

94,91%

64,71

47,74

Amilosa

pada ketan

hitam

menurunkan

nilai IG

Daroh

RR54

2015 Biskuit

gandum selai

susu dan

coklat

Snackbar

berlapis

coklat

93,12%

103,2%

24,21

15,48

Lemak dan

serat

menurunkan

nilai IG

Enhas

AR55

2014 Nasi goreng

Nasi putih

dengan lauk

93,92%

97,46%

-

-

Lemak

menurunkan

nilai IG

Kautsar

MF56

2014 Susu full

cream

Susu cokelat

Susu low fat

85,82%

95,07%

85,17%

-

-

-

Disakarida

diabsorpsi

lebih lambat

dari mono-

sakarida

Lachtaria

T57

2013 Siomay

Siomay

campur sayur

Batagor

107,97%

97,39%

101,33%

-

-

-

Gelatinisasi

meningkat-

kan nilai IG

Tambahan

gula

meningkat-

kan nilai IG

Lemak dan

serat

menurunkan

nilai IG

20

Tabel 2.8 (sambungan)

Luvi NZ58 2015 Bubur ayam

instan

Bubur ayam

tradisional

112,2%

109,24%

-

-

Lemak

menurunkan

nilai IG

Gelatinisasi

meningkat-

kan nilai IG

Mulyadi

EP59

2014 Roti keju

Roti cokelat

79%

101%

14,2

26,3

Lemak

menurunkan

nilai IG

Na'imah

A60

2013 Mie instan

dengan telur

Mie instan

dengan sayur

Mie instan

dengan telur

dan sayur

91,28%

91,15%

97,06%

-

-

-

Retrogradasi

menurunkan

nilai IG

Lemak dan

serat

menurunkan

nilai IG

Rahmawati

HZ61

2015 Roti lapis

daging ayam

Burger

daging

109,65%

89,06%

57,02

46,31

Lemak dan

protein

menurunkan

nilai IG

Ro'fah S62 2013 Donat

topping gula

tepung

Donat

topping

cokelat

Donat

topping sereal

98,12%

97,22%

89,28%

-

-

-

Tambahan

gula

meningkat-

kan nilai IG

Lemak dan

serat

menurunkan

nilai IG

Sidik AJ63 2014 Biskuit isi

selai

Biskuit

gandum

102,53%

90,22%

24,61

11,73

Gula

sederhana

meningkat-

kan nilai IG

Lemak, serat,

dan protein

menurunkan

nilai IG

Sugiarto

EG64

2015 Ketoprak

Lontong

sayur

99,42%

101,86%

66,71

51,23

Gelatinisasi

meningkat-

kan nilai IG

21

2.2. Kerangka Teori

Lama

pemasakan

Sereal sebagai makanan olahan gandum yang

sering diiklankan sebagai makanan sehat

Faktor pengolahan

Faktor nutrien

Jenis

karbohidrat

Kadar

protein

Kadar

lemak

Kadar

serat

Konsistensi

makanan

Kadar

glukosa

darah

Suhu

penyajian

Nilai indeks glikemik

dan beban glikemik

Mengurai

karbohidrat

Makanan

cair lebih

mudah

dicerna

Panas

Gelatinisasi Retrogradasi

Dingin Kerbohidrat

kompleks

Mempelambat

pencernaan

Mempercepat

pencernaan

Gandum sebagai salah

satu sumber karbohidrat

Meningkatnya

jumlah penderita

DM di Indonesia

Modifikasi gaya

hidup sebagai

pilar terpenting

terapi DM

Pemilihan makanan

berdasarkan nilai IG

dan BG

22

2.3. Kerangka Konsep

Indeks glikemik dan

beban glikemik

Kadar

glukosa

darah

meningkat

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Dekstrosa dalam

satu gelas air

mineral

(standar)

Koko Krunch cokelat

dengan

Susu Diamond Milk UHT

low fat high calcium

dalam suhu kulkas 3°C

Koko Krunch cokelat

dengan

Susu Diamond Milk UHT

low fat high calcium

dalam suhu ruangan

Koko Krunch

cokelat

23

2.4. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Skala

ukur

Hasil

ukur

1 Kadar

glukosa

darah

Jumlah

glukosa

dalam aliran

darah setelah

mengonsumsi

makanan

standar

maupun

makanan uji

Pengambilan

darah

kapiler di

ujung jari

tangan

dengan

blood

glucose test

strip

Easytouch®

GCU meter

Easytouch®

GCU meter

Numerik Nilai

glukosa

darah

(mg/dl)

2 Indeks

glikemik

Perbandingan

antara

peningkatan

kadar glukosa

darah setelah

mengonsumsi

makanan

standar

dengan

makanan uji

yang masing-

masing

mengandung

50 gram

karbohidrat

dan diukur

selama 2 jam

setelah

gigitan

pertama

IAUC pada

makanan uji

dibagi IAUC

pada

makanan

standar lalu

dikali 100

- Numerik Nilai

indeks

glikemik

(%)

3 Beban

glikemik

Kemampuan

satu porsi

makanan

dalam

meningkatkan

kadar gula

darah

Nilai indeks

glikemik

dikali

jumlah

karbohidrat

dalam satu

porsi

penyajian

makanan

dibagi 100

- Numerik Nilai

beban

glikemik

24

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik jenis cross

sectional untuk mengetahui perbedaan nilai IG dan BG pada 3 variasi sajian

makanan sereal.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2017 hingga bulan Mei

2017 di lingkungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3.3. Kriteria Inklusi, Eksklusi, dan Dropout

3.3.1. Kriteria Inklusi

a) Orang dewasa sehat berusia 17-24 tahun, tidak sedang hamil dan/atau

menyusui

b) Tidak memiliki riwayat kelainan metabolisme glukosa yang

dibuktikan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah sebelum

penelitian

3.3.2. Kriteria Eksklusi

a) Memiliki riwayat intoleransi laktosa

b) Memiliki riwayat alergi terhadap makanan uji

c) Tidak dapat berpuasa selama minimal 10 jam karena alasan tertentu

3.3.3. Kriteria Dropout

a) Sakit sehingga tidak dapat melanjutkan penelitian

b) Menolak untuk melanjutkan penelitian di tengah penelitian

c) Meninggal dunia

3.4. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa preklinik Program

Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

25

3.5. Besar dan Pengambilan Sampel

Responden dalam penelitian ini terdiri dari laki-laki dan perempuan

berjumlah 10 orang.32 Pemilihan responden dilakukan dengan cara

consecutive sampling.51

Penentuan responden dilakukan dengan cara anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Anamnesis meliputi identitas, riwayat penyakit sekarang,

dan riwayat penyakit dahulu. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan

antropometri, yaitu pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk

menentukan indeks massa tubuh dan pemeriksaan tanda vital yang

mencakup tekanan darah, suhu tubuh, frekuensi nadi, dan frekuensi napas.

Terakhir adalah pemeriksaan glukosa darah puasa. Hasil anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan glukosa darah puasa dilakukan untuk

memenuhi kriteria inklusi dan menyingkirkan kriteria eksklusi.

3.6. Alat dan Bahan Penelitian

a) Easytouch® GCU meter beserta blood glucose test strip

b) Makanan standar berupa dekstrosa

c) Air mineral gelas 240 ml

d) Makanan uji berupa sereal Nestle® Koko Krunch rasa cokelat dan

Diamond Milk® Susu UHT low fat high calcium

e) Timbangan gram digital

f) Gelas beker

g) Termometer makanan

h) Kulkas

26

3.7. Alur Penelitian

Pengambilan darah dari kapiler ujung jari-jari

tangan pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120

Pemilihan responden

sesuai kriteria

Responden puasa 10-14 jam,

tidak boleh beraktivitas berat

Minggu 1:

Dekstrosa dalam

satu gelas air

mineral

Minggu 4:

Koko Krunch cokelat

dengan

Susu Diamond Milk UHT

low fat high calcium

dalam suhu kulkas 3°C

Minggu 3:

Koko Krunch cokelat

dengan

Susu Diamond Milk UHT

low fat high calcium

dalam suhu ruangan

Minggu 2:

Koko Krunch

cokelat

Pengukuran kadar

glukosa darah

Nilai indeks glikemik

Hitung beban

glikemik dalam 1

porsi makanan sereal

Membandingkan

indeks glikemik

antar makanan uji Membandingkan

beban glikemik

antar makanan uji

27

3.8. Cara Kerja Penelitian

a) Dari populasi diambil 10 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dengan

metode consecutive sampling

b) Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan glukosa

darah puasa untuk menyingkirkan kriteria eksklusi

c) Responden berpuasa selama 10-14 jam sebelum dilaksanakan penelitian

pukul 10 pagi

d) Responden tidak diperkenankan melakukan aktivitas berat selama puasa

e) Responden mengonsumsi makanan dan minuman seperti biasa sebelum

puasa

f) Pengambilan data pertama dengan menggunakan makanan standar

g) Responden mengonsumsi makanan standar berupa 55 gram dekstrosa

dalam satu gelas air mineral dalam 10-20 menit

h) Pengambilan darah pertama kali dilakukan di menit ke-0 saat keadaan

berpuasa

i) Pengambilan darah berikutnya dilakukan tepat 15 menit setelah gigitan

pertama makanan atau tegukan pertama minuman.

j) Pengambilan darah selanjutnya dilakukan di menit ke-30, 45, 60, 90,

dan 120

k) Pencatatan kadar glukosa darah setiap kali pemeriksaan

l) Hasil pencatatan dikemas dalam bentuk kurva gula darah

m) Selang 6-8 hari dilakukan pengambilan data dengan menggunakan

makanan uji 1, selang 6-8 hari lagi menggunakan makanan uji 2, selang

6-8 hari lagi menggunakan makanan uji 3

n) Makanan uji 1 berupa Nestle® Koko Krunch rasa cokelat dengan porsi

yang telah dihitung hingga mengandung 50 gram karbohidrat

i) Makanan uji 2 berupa Nestle® Koko Krunch rasa cokelat dan Diamond

Milk® Susu UHT low fat high calcium pada suhu ruangan dengan porsi

yang telah dihitung hingga mengandung 50 gram karbohidrat

j) Makanan uji 3 berupa Nestle® Koko Krunch rasa cokelat dan Diamond

Milk® Susu UHT low fat high calcium pada suhu kulkas (3 °C) dengan

porsi yang telah dihitung hingga mengandung 50 gram karbohidrat

28

o) Pengambilan data untuk makanan uji 1, 2, dan 3 menggunakan cara yang

sama dengan pengambilan data untuk makanan standar

p) IAUC pada masing-masing makanan uji dibagi IAUC pada makanan

standar lalu dikali 100 untuk mencari nilai indeks glikemik

q) Nilai indeks glikemik masing-masing makanan uji dikali jumlah

karbohidrat dalam satu porsi penyajian makanan dibagi 100 untuk

mencari nilai beban glikemik

r) Membandingkan nilai indeks glikemik dan beban glikemik antara

makanan uji

3.9. Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Menghitung IAUC makanan standar dan makanan uji dengan cara

kadar glukosa darah pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120

dimasukkan ke dalam kurva lalu hitung luas pada daerah yang terbentuk

antara kurva dengan kadar glukosa darah pada menit ke-0 sebagai sumbu X.

Jumlahkan luas seluruh area yang ada di atas sumbu X dengan

menggunakan rumus luas trapesium atau rumus luas segi tiga siku-siku

tergantung pada area yang terbentuk.

Rumus luas trapesium:

L =jumlah sisi − sisi sejajar

2∗ tinggi

Rumus luas segi tiga siku-siku:

L =panjang alas ∗ tinggi

2

IAUC masing-masing makanan uji dibagi IAUC makanan standar lalu

dikali 100% untuk mendapatkan nilai indeks glikemik.

Nilai indeks glikemik masing-masing makanan uji dikali jumlah

karbohidrat dalam satu porsi penyajian makanan lalu dibagi 100 untuk

mencari nilai beban glikemik.

Penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel

2016 dan IBM SPSS 22. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan

metode Shapiro-Wilk karena jumlah responden kurang dari 50 orang. Jika

distribusi data normal maka selanjutnya uji signifikansi dengan

29

menggunakan metode repeated measures ANOVA. Jika distribusi data tidak

normal maka selanjutnya uji signifikansi dengan metode Friedman.52

30

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini berjumlah 10 orang dewasa muda yang

terdiri dari 3 laki-laki dan 7 perempuan. Usia responden berkisar antara 19

hingga 21 tahun dengan median 20 tahun. Glukosa darah puasa responden

dalam batas normal dengan rerata (SD) 86,5 (7,863) mg/dl.

4.2. Makanan Standar dan Makanan Uji

Makanan standar yang digunakan adalah dekstrosa. Makanan uji

terdiri dari dua jenis, yaitu sereal Nestle® Koko Krunch rasa cokelat dan

Diamond Milk® Susu UHT low fat high calcium. Makanan standar dan

makanan uji sudah tersedia dalam kemasan. Tabel 4.1 menjelaskan

kandungan nilai gizi dalam masing-masing makanan.

Tabel 4.1 Kandungan gizi pada 1 porsi makanan standar dan makanan uji

Makanan Sajian Karbohidrat

total tanpa

serat (gr)

Gula

(gr)

Serat

(gr)

Protein

(gr)

Lemak

(gr)

Energi

(kkal)

Dekstrosa 20 g 18,00 18,00 0 0 0 73,00

Sereal 30 g 22,00 9,00 1,00 2,00 1,00 110,00

Susu 200

ml

6,00 4,00 5,00 5,00 2,50 90,00

Seluruh makanan uji ditimbang hingga jumlah karbohidrat total tanpa

serat mencapai 50 gram. Pemberian dekstrosa dilarutkan terlebih dahulu

dalam 1 gelas air mineral 240 ml. Perbandingan jumlah sereal dan susu yang

diberikan berdasarkan rekomendasi dari informasi nilai gizi yang tertera

pada kemasan sereal, yaitu 30 gram sereal dengan setengah gelas susu.

Tabel 4.2 menjelaskan kandungan nilai gizi pada makanan uji yang telah

ditimbang hingga mengandung 50 gram karbohidrat total tanpa serat.

31

Tabel 4.2 Kandungan nilai gizi pada makanan uji

Makanan Sajian Karbohidrat

total tanpa

serat (gr)

Gula

(gr)

Serat

(gr)

Protein

(gr)

Lemak

(gr)

Energi

(kkal)

Sereal 68 g 49,87 20,4 2,27 4,53 2,27 249,33

Sereal +

susu

60 g +

200

ml

50,00 22,00 7,00 9,00 4,50 310,00

Sereal +

susu

dingin

60 g +

200

ml

50,00 22,00 7,00 9,00 4,50 310,00

4.3. Perhitungan Kadar Glukosa Darah

Rerata kadar glukosa darah pada makanan standar dan masing-

masing makanan uji dijelaskan dalam gambar 4.1.

Gambar 4.1 Rerata kadar glukosa darah

Puncak kadar glukosa darah pada makanan standar dan sereal terjadi

di menit ke-45, sedangkan untuk sereal dengan susu dan sereal dengan susu

dingin terjadi di menit ke-30. Grafik 4.1 akan dianalisis lebih dalam pada

tabel 4.3

0 15 30 45 60 90 120

Makanan standar 86.5 132.4 168.0 180.5 168.8 135.9 103.6

Sereal 85.1 102.8 140.6 141.7 134.8 113.8 94.9

Sereal + susu 83.6 111.0 140.2 140.2 123.4 108.8 86.2

Sereal + susu dingin 87.6 113.8 140.3 137.8 126.9 104.9 90.3

80.0

90.0

100.0

110.0

120.0

130.0

140.0

150.0

160.0

170.0

180.0

190.0

GLU

KO

SA D

AR

AH

(mg/

dl)

WAKTU PENGAMBILAN DARAH(MENIT)

HASIL KADAR GLUKOSA DARAH

32

Tabel 4.3 Persentase kenaikan kadar glukosa darah dari menit ke-0

Makanan Persentase kenaikan kadar glukosa darah dari

menit ke-0

Menit 15 30 45 60 90 120

Makanan

standar

53,06 94,22 108,67 95,14 57,11 19,77

Sereal 20,80 65,22 66,51 58,40 33,73 11,52

Sereal +

susu

32,78 67,70 67,70 47,61 30,14 3,11

Sereal +

susu

dingin

29,91 60,16 57,31 44,86 19,75 3,08

Sama seperti grafik 4.1, tabel 4.3 juga menunjukkan puncak kadar

glukosa darah pada makanan standar dan sereal terjadi di menit ke-45,

sedangkan sereal dengan susu dan sereal dengan susu dingin terjadi di menit

ke-30. Pada menit ke-120, sereal dengan susu dingin menunjukkan kadar

glukosa terendah dibanding makanan lainnya di menit yang sama.

Sereal dengan susu dan sereal dengan susu dingin mencapai puncak

kadar glukosa darah lebih cepat bisa disebabkan oleh adanya susu yang

memiliki bentuk cair daripada sereal saja sehingga proses pencernaan

berlangsung lebih cepat. Kadar glukosa darah makanan standar lebih tinggi

di tiap waktu pengambilan dan mencapai puncak kadar glukosa darah yang

jauh lebih tinggi dibanding makanan uji lainnya karena makanan standar

memiliki jumlah karbohidrat simpleks yang lebih banyak dan

konsistensinya yang lebih cair dibanding makanan uji lainnya sehingga

proses pencernaan dan absorpsi berlangsung lebih cepat.36-38

Sereal dengan susu dan sereal dengan susu dingin mencapai kadar

glukosa darah relatif lebih rendah di menit ke-120 dibanding makanan

standar dan sereal dapat disebabkan oleh jumlah serat yang lebih banyak

sehingga kadar glukosa darah menjadi lebih rendah.36-38 Perubahan kadar

glukosa darah tiap waktu dijelaskan di tabel 4.4.

33

Tabel 4.4 Persentase perubahan kadar glukosa darah

Makanan Persentase perubahan kadar glukosa darah

Menit 15’ 30’ 45’ 60’ 90’ 120’

Makanan

standar

53,06 26,89 7,44 -6,48 -19,49 -23,77

Sereal 20,80 36,77 0,78 -4,87 -15,58 -16,61

Sereal +

susu

32,78 26,31 0,00 -11,98 -11,83 -20,77

Sereal +

susu dingin

29,91 23,29 -1,78 -7,91 -17,34 -13,92

Makanan standar mengalami persentase perubahan kadar glukosa

darah tertinggi di menit ke-15 dibanding makanan lainnya dapat disebabkan

oleh karbohidrat yang terdapat di makanan standar seluruhnya berupa

karbohidrat simpleks dan bentuknya yang paling cair sehingga lebih cepat

dicerna dan diabsorpsi. Sebaliknya, sereal mengalami persentase perubahan

kadar glukosa darah terendah di menit ke-15 dibanding makanan lainnya

dapat disebabkan oleh sedikitnya jumlah karbohidrat simpleks dan

bentuknya yang paling padat sehingga lebih lambat dicerna dan

diabsorpsi.36-38 Penurunan kadar glukosa darah paling besar terjadi pada

makanan standar di menit ke-120 dapat disebabkan oleh tingginya kadar

glukosa darah pada makanan standar seperti yang dijelaskan di grafik 4.1

sehingga hormon insulin dikeluarkan lebih banyak untuk menurunkan kadar

glukosa darah.26

4.4. Nilai Indeks Glikemik

Nilai IG makanan uji disajikan dalam tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil indeks glikemik

Makanan Indeks Glikemik

Rerata (SD)

Kategori Indeks

Glikemik

Nilai p

Sereal 59,60 (20,20) Sedang 0,743

Sereal + susu 57,46 (20,48) Sedang

Sereal + susu dingin 50,57 (23,55) Rendah

Sereal dan sereal dengan susu dikategorikan sebagai makanan dengan

IG sedang, sedangkan sereal dengan susu dingin dikategorikan sebagai

makanan dengan IG rendah. Sereal memiliki nilai IG tertinggi dibanding

makanan lainnya dapat disebabkan oleh jumlah serat, lemak, dan protein

yang paling sedikit. Sereal dengan susu dingin memiliki nilai IG yang lebih

rendah daripada sereal dengan susu yang memiliki komposisi yang sama

34

disebabkan oleh suhu rendah yang mengakibatkan terjadinya retrogradasi

sehingga nilai IG menurun.36-39 Uji repeated measures ANOVA dengan nilai

p>0,05 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nilai IG yang

signifikan antara ketiga makanan uji.

4.5. Nilai Beban Glikemik

Nilai BG makanan uji disajikan dalam tabel 4.6

Tabel 4.6 Nilai beban glikemik

Makanan Beban Glikemik

Rerata (SD)

Kategori Beban

Glikemik

Nilai p

Sereal 13,11 (6,64) Sedang 0,708

Sereal + susu 14,37 (5,12) Sedang

Sereal + susu dingin 12,64 (5,89) Sedang

Seluruh makanan uji dikategorikan sebagai makanan dengan BG

sedang. Nilai BG sereal lebih rendah dibanding sereal dengan susu dapat

disebabkan oleh jumlah karbohidrat per porsi sereal (22 gram) lebih rendah

dibanding jumlah karbohidrat per porsi sereal dengan susu (25 gram). Sereal

dengan susu dingin memiliki nilai BG terendah dibanding makanan uji

lainnya. Uji repeated measures ANOVA dengan nilai p>0,05 menunjukkan

bahwa tidak terdapat perbedaan nilai BG yang signifikan antara ketiga

makanan uji.

4.6. Kelebihan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian IG dan BG pertama pada variasi

sajian makanan sereal yang membandingkan efek suhu sajian. Pelaksanaan

penelitian sudah sesuai dengan prosedur yang direkomendasikan. Penelitian

IG dan BG secara umum memberikan informasi mengenai makanan yang

lebih baik untuk dikonsumsi oleh penderita DM.

4.7. Keterbatasan Penelitian

Karena keterbatasan dana, pengambilan data hanya dilakukan satu

kali. Peneliti tidak mengetahui proses pembuatan makanan uji secara detail

yang mungkin dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Peneliti juga tidak

memantau makanan yang dikonsumsi responden dan aktivitas yang

dilakukan responden secara detail sebelum mengambil data, serta lamanya

responden mengunyah makanan uji.

35

BAB 5

PENUTUP

5.1. Simpulan

1. Sereal tanpa dan dengan susu memiliki nilai IG sedang

2. Seluruh makanan uji, yaitu sereal, sereal dengan susu, dan sereal dengan

susu dingin memiliki nilai BG sedang

3. Sereal yang disajikan dengan suhu rendah memiliki nilai IG rendah dan

BG sedang

5.2. Saran

1. Penderita DM jika ingin mengonsumsi makanan sereal

direkomendasikan untuk disajikan bersama dengan susu dingin

2. Sebaiknya penelitian serupa dapat mengambil data untuk makanan yang

sama lebih dari satu kali untuk mengurangi bias sehingga mendapat

hasil yang lebih akurat

3. Makanan dan minuman yang dikonsumsi serta aktivitas fisik yang

dilakukan responden sebaiknya dipantau untuk mengurangi bias pada

hasil pemeriksaan

36

DAFTAR PUSTAKA

1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi B, Syam AF. Buku

ajar ilmu penyakit dalam edisi keenam. Jakarta: Interna Publishing; 2014.

2. Omar MS, Khudada K, Safarini S, Mehanna S, Nafach J. DiabCare survey

of diabetes management and complications in the Gulf countries. Indian J

Endocrinol Metab 2016;20:219–27.

3. Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan analisis diabetes. Jakarta:

Kementerian Kesehatan; 2014.

4. Aguiree F, Brown A, Cho NH, Dahlquist G, Dodd S, Dunning T, et al. IDF

diabetes atlas 7th edition. Brussels: International Diabetes Federation; 2015.

5. Riley L, Cowan M. Noncommunicable diseases country profiles 2014.

Geneva: World Health Organization; 2014.

6. Food and Agriculture Organization. Carbohydrates in human nutrition:

Report of a Joint FAO/WHO Expert Consultation. FAO Food Nutr Pap

1998;66:1-140.

7. Galgani J, Aguirre C, Díaz E. Acute effect of meal glycemic index and

glycemic load on blood glucose and insulin responses in humans. Nutr J

2006;5:22.

8. Food and Agriculture Organization Statistics [Internet]. Cereal consumption

per capita (Excluding Beer) in Indonesia. [dikutip 21 Mei 2016] Tersedia

pada: http://faostat3.fao.org/browse/FB/CC/E.

9. Jenkins DJA, Srichaikul K, Kendall CWC, Sievenpiper JL, Abdulnour S,

Mirrahimi A, et al. The relation of low glycaemic index fruit consumption

to glycaemic control and risk factors for coronary heart disease in type 2

diabetes. Diabetologia 2011;54:271.

10. Levis SP, McGowan CA, McAuliffe FM. Methodology for adding and

amending glycaemic index values to a nutrition analysis package. Br J Nutr

2011;105:1117–32.

11. Silva FM, Kramer CK, Crispim D, Azevedo MJ. A high-glycemic index,

low-fiber breakfast affects the postprandial plasma glucose, insulin, and

37

ghrelin responses of patients with type 2 diabetes in a randomized clinical

trial. J Nutr 2015;145:736–41.

12. Wolever TMS, Brand-Miller JC, Abernethy J, Astrup A, Atkinson F,

Axelsen M, et al. Measuring the glycemic index of foods: interlaboratory

study. Am J Clin Nutr 2008;87:247S–257S.

13. Augustin LS, Dal Maso L, La Vecchia C, Parpinel M, Negri E, Vaccarella

S, et al. Dietary glycemic index and glycemic load, and breast cancer risk:

a case-control study. Ann Oncol 2001;12:1533–8.

14. Augustin LSA, Polesel J, Bosetti C, Kendall CWC, La Vecchia C, Parpinel

M, et al. Dietary glycemic index, glycemic load and ovarian cancer risk: a

case-control study in Italy. Ann Oncol 2003;14:78–84.

15. Franceschi S, Dal Maso L, Augustin L, Negri E, Parpinel M, Boyle P, et al.

Dietary glycemic load and colorectal cancer risk. Ann Oncol 2001;12:173–

8.

16. Augustin LSA, Gallus S, Bosetti C, Levi F, Negri E, Franceschi S, et al.

Glycemic index and glycemic load in endometrial cancer. Int J Cancer

2003;105:404–407.

17. Augustin LSA, Galeone C, Dal Maso L, Pelucchi C, Ramazzotti V, Jenkins

DJA, et al. Glycemic index, glycemic load and risk of prostate cancer. Int J

Cancer 2004;112:446–50.

18. Lennerz BS, Alsop DC, Holsen LM, Stern E, Rojas R, Ebbeling CB, et al.

Effects of dietary glycemic index on brain regions related to reward and

craving in men. Am J Clin Nutr 2013;98:641–7.

19. Krog-Mikkelsen I, Sloth B, Dimitrov D, Tetens I, Björck I, Flint A, et al. A

low glycemic index diet does not affect postprandial energy metabolism but

decreases postprandial insulinemia and increases fullness ratings in healthy

women. J Nutr 2011;141:1679–84.

20. Silverthorn DU, Ober WC, Garrison CW, Silverthorn AC. Human

physiology: an integrated approach 6th edition. San Francisco:

Pearson/Benjamin Cummings; 2013.

38

21. Martini FH, Nath JL, Bartholomew EF. Fundamentals of anatomy &

physiology 10th edition. San Francisco: Pearson/Benjamin Cummings;

2015.

22. Martini FH, Ober WC, Bartholomew EF, Nath JL. Visual essentials of

anatomy & physiology. USA: Pearson Education; 2013.

23. Scanlon VC, Sanders T. Essentials of anatomy and physiology 7th edition.

New York: F.A. Davis Company; 2011.

24. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy & physiology 14th edition.

USA: John Wiley & Sons; 2014.

25. Mulroney SE, Myers AK. Netter’s essential physiology. Philadelphia:

Saunders; 2009.

26. Sherwood L. Human physiology – from cells to systems 7th edition.

Canada: Cengage Learning; 2010.

27. Marieb EN, Hoehn K. Human anatomy & physiology 9th edition. USA:

Pearson Education; 2013.

28. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong’s review of

medical physiology 24th edition. USA: McGraw-Hill; 2013.

29. Hall JE. Guyton and Hall textbook of medical physiology 12th ed.

Philadelphia: Saunders; 2011.

30. Fox SI. Human physiology 12th edition. USA: McGraw-Hill; 2013.

31. Jenkins DJ, Wolever TM, Taylor RH, Barker H, Fielden H, Baldwin JM, et

al. Glycemic index of foods: a physiological basis for carbohydrate

exchange. Am J Clin Nutr 1981;34:362–6.

32. Brouns F, Bjorck I, Frayn KN, Gibbs AL, Lang V, Slama G, et al.

Glycaemic index methodology. Nutr Res Rev 2005;18:145–71.

33. Augustin LSA, Kendall CWC, Jenkins DJA, Willett WC, Astrup A, Barclay

AW, et al. Glycemic index, glycemic load and glycemic response: An

International Scientific Consensus Summit from the International

Carbohydrate Quality Consortium (ICQC). Nutr Metab Cardiovasc Dis

2015;25:795–815.

39

34. Salmerón J, Manson JE, Stampfer MJ, Colditz GA, Wing AL, Willett WC.

Dietary fiber, glycemic load, and risk of non-insulin-dependent diabetes

mellitus in women. JAMA 1997;277:472–7.

35. Jenkins DJA, Kendall CWC, Augustin LSA, Franceschi S, Hamidi M,

Marchie A, et al. Glycemic index: overview of implications in health and

disease. Am J Clin Nutr 2002;76:266S–73S.

36. Kirpitch AR, Maryniuk MD. The 3 R’s of glycemic index:

recommendations, research, and the real world. Clin Diab. 2011;29:155.

37. Zhu Y, Hsu WH, Hollis JH. Increased number of chews during a fixed-

amount meal suppresses postprandial appetite and modulates glycemic

response in older males. Physiol Behav 2014;133:136–40.

38. Kinnear T, Wolever TMS, Murphy AM, Sullivan JA, Liu Q, Bizimungu B.

Effect of preparation method on the glycaemic index of novel potato clones.

Food Funct 2011;2:438–44.

39. Ratnayake WS, Jackson DS. Starch gelatinization. Adv Food Nutr Res

2009;55:221–68.

40. Brown A. Understanding food: principles and preparation, fifth edition.

USA: Cengage Learning: 2015.

41. United States Department of Agriculture [Internet]. Basic report: 20481,

wheat flour, white, all-purpose, unenriched. [Dikutip 5 Oktober 2016]

Tersedia pada: https://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/show/6622.

42. United States Department of Agriculture [Internet]. Basic report: 20077,

wheat bran, crude. [Dikutip 5 Oktober 2016] Tersedia pada:

https://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/show/6541.

43. United States Department of Agriculture [Internet]. Basic report: 20078,

wheat germ, crude. [Dikutip 5 Oktober 2016 Tersedia pada:

https://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/show/6542.

44. Wirström T, Hilding A, Gu HF, Östenson C-G, Björklund A. Consumption

of whole grain reduces risk of deteriorating glucose tolerance, including

progression to prediabetes. Am J Clin Nutr 2013;97:179–87.

40

45. Afaghi A, Ghanei L, Ziaee A. Effect of low glycemic load diet with and

without wheat bran on glucose control in gestational diabetes mellitus: A

randomized trial. Indian J Endocrinol Metab 2013;17:689–92.

46. Nettleton JA, McKeown NM, Kanoni S, Lemaitre RN, Hivert M-F, Ngwa

J, et al. Interactions of dietary whole-grain intake with fasting glucose- and

insulin-related genetic loci in individuals of European descent: a meta-

analysis of 14 cohort studies. Diabetes Care 2010;33:2684–91.

47. Lankinen M, Schwab U, Kolehmainen M, Paananen J, Poutanen K,

Mykkänen H, et al. Whole grain products, fish and bilberries alter glucose

and lipid metabolism in a randomized, controlled trial: the Sysdimet study

PLoS ONE. 2011;6:e22646.

48. Eleazu CO. The concept of low glycemic index and glycemic load foods as

panacea for type 2 diabetes mellitus; prospects, challenges and solutions.

Afr Health Sci 2016;16:468–79.

49. Carreira MC, Lajolo FM, Menezes EW. Glycemic index: effect of food

storage under low temperature. Braz Arch Biol Technol 2004;47:569–74.

50. Nantel G. Carbohydrates in human nutrition. Food Nutr Agric. 1999:6-10.

51. Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian

kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2010.

52. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan edisi 6. Jakarta:

Epidemiologi Indonesia; 2014.

53. Apriani S. Perbandingan indeks glikemik dan beban glikemik antara bubur

kacang hijau dan bubur kacang hijau yang disertai ketan hitam [skripsi].

Jakarta; Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2015.

54. Daroh RR. Perbandingan indeks glikemik dan beban glikemik varian

makanan ringan berbahan dasar gandum [skripsi]. Jakarta; Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2015.

55. Enhas AR. Perbandingan indeks glikemik beberapa menu makanan

berbahan dasar nasi [skripsi]. Jakarta; Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta; 2014.

41

56. Kautsar MF. Perbandingan indeks glikemik berbagai jenis susu kemasan

[skripsi]. Jakarta; Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2014.

57. Lachtaria T. Indeks glikemik beberapa variasi sajian siomay [skripsi].

Jakarta; Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2013.

58. Luvi NZ. Perbandingan indeks glikemik dan beban glikemik antara bubur

ayam instan dan tradisional [skripsi]. Jakarta; Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta; 2015.

59. Mulyadi EP. Perbandingan respon glukosa darah terhadap macam variasi

roti isi berdasarkan nilai glycemic loadnya [skripsi]. Jakarta; Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2014.

60. Na'imah A. Indeks glikemik beberapa variasi sajian mi instan [skripsi].

Jakarta; Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2013.

61. Rahmawati HZ. Perbandingan indeks glikemik dan beban glikemik

beberapa makanan cepat saji [skripsi]. Jakarta; Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta; 2015.

62. Ro'fah S. Indeks glikemik donat dengan beberapa jenis topping [skripsi].

Jakarta; Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2013.

63. Sidik AJ. Perbedaan indeks glikemik dan beban glikemik dua varian biskuit

[skripsi]. Jakarta; Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2014.

64. Sugiarto EG. Perbandingan antara indeks dan beban glikemik ketoprak dan

lontong sayur [skripsi]. Jakarta; Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta; 2015.

42

LAMPIRAN

Lampiran 1

Lembar Surat Persetujuan Responden

FORMULIR INFORMED CONSENT

Nama saya Frizky Ramadhan, mahasiswa PSKPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

angkatan 2014 yang saat ini sedang melakukan penelitian berjudul

PERBANDINGAN INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN GLIKEMIK

MAKANAN SEREAL TANPA DAN DENGAN SUSU DISERTAI

PERBEDAAN SUHU PENYAJIAN. Pada penelitian ini saya akan meminta Anda

untuk mengonsumsi makanan standar berupa dekstrosa, yaitu gula dingin yang

dilarutkan dalam satu gelas air mineral dan makanan uji berupa sereal Nestle® Koko

Krunch rasa cokelat dan Diamond Milk® Susu UHT low fat high calcium pada pagi

hari setelah sebelumnya berpuasa selama 10-14 jam. Saya akan mengambil setetes

darah kapiler di ujung jari Anda pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120 setelah

gigitan pertama. Setelah selanjutnya dijelaskan dan mengerti mengenai tujuan,

manfaat, prosedur, dan risiko dalam penelitian, maka yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama :

Usia :

Alamat :

Program studi :

Semester :

dengan ini menyatakan diri untuk berpartisipasi dalam penelitian tersebut tanpa

paksaan dari segala pihak dan bersedia untuk menjadi responden sesuai prosedur

yang telah dijelaskan. Data pribadi mengenai responden dirahasiakan. Responden

berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian tersebut dengan alasan yang bisa

diterima.

Ciputat, 2017

Peneliti,

Frizky Ramadhan

Yang membuat pernyataan

( )

43

Lampiran 2

Lembar Status Kesehatan Responden

LEMBAR ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

PERBANDINGAN INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN GLIKEMIK

MAKANAN SEREAL TANPA DAN DENGAN SUSU DISERTAI

PERBEDAAN SUHU PENYAJIAN

Nama :

Usia : tahun

Berat badan : kg

Tinggi badan : cm

(selanjutnya diisi oleh peneliti)

Indeks massa tubuh : kg/m2

Glukosa darah puasa : mg/dl

Tanda vital

• Tekanan darah : mmHg

• Frekuensi napas : kali per menit

• Frekuensi nadi : kali per menit

• Suhu tubuh : °C

Riwayat penyakit

1. Apakah Anda menderita diabetes melitus?

Ya/Tidak

2. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit diabetes melitus?

Ya/Tidak. Jika ya, siapa?

3. Apakah Anda sedang hamil dan/atau menyusui?

Ya/Tidak

4. Apakah Anda menderita intoleransi laktosa?

Ya/Tidak

5. Apakah Anda memiliki alergi makanan dan/atau minuman?

Ya/Tidak. Jika ya, apa?

6. Apakah Anda mampu berpuasa 10-14 jam sebelum pemeriksaan?

Ya/Tidak

44

Lampiran 3

Data Hasil Pemeriksaan Kesehatan Responden

Inisial Usia

(tahun)

TD

(mmHg)

FN

(kali

per

menit)

FR

(kali

per

menit)

Suhu

(°C)

TB

(cm)

BB

(kg)

IMT

(kg/m2)

GDP

(mg/dl)

PRA 21 100/70 80 16 36,5 157 48 19,47 82

NR 20 100/70 84 20 36,9 158 55 22,03 75

SRA 20 100/80 81 15 36,5 155 45 18,73 75

AZ 21 110/70 77 17 36,5 176 63 20,34 86

RRR 20 110/80 76 16 36,6 160 53 20,70 89

QN 19 120/80 84 18 37,0 157 52 21,10 83

JL 20 100/80 76 15 36,4 169 70 24,51 99

PNA 20 110/70 72 14 36,3 160 48 18,75 91

TA 19 100/80 65 16 36,7 158 70 28,04 94

UMS 20 120/80 68 16 36,9 165 60 22,04 91

Keterangan:

• TD : Tekanan darah

• FN : Frekuensi nadi

• FR : Frekuensi respirasi

• TB : Tinggi badan

• BB : Berat badan

• IMT : Indeks massa tubuh

• GDP : Glukosa darah puasa

45

Lampiran 4

Informasi Nilai Gizi Makanan Uji

Informasi nilai gizi atau nutrition facts yang terkandung dalam kemasan sereal dan

susu.

1. Informasi nilai gizi sereal Nestle® Koko Krunch rasa cokelat

Jumlah takaran saji 30 gr dengan energi total 110 kkal dan energi dari lemak 10

kkal

No Nutrien Jumlah %AKG*

1 Lemak total 1 gr 8%

2 Protein 2 gr 10%

3 Karbohidrat total 23 gr 10%

4 Gula 9 gr

5 Serat pangan 1 gr 6%

6 Natrium 50 mg 4%

2. Informasi nilai gizi sereal Diamond Milk® Susu UHT low fat high calcium

Jumlah takaran saji 200 ml dengan energi total 90 kkal dan energi dari lemak 20

kkal

No Nutrien Jumlah %AKG*

1 Lemak total 2.5 gr 4%

2 Protein 5 gr 8%

3 Karbohidrat total 11 gr 4%

4 Gula 4 gr

5 Serat pangan 5 gr 18%

6 Natrium 150 mg 7%

7 Kalium 340 mg 7%

*Persen AKG berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal

46

Lampiran 5

Perhitungan Kebutuhan Makanan Uji

Karbohidrat total tanpa serat masing-masing makanan uji yang diberikan kepada

responden harus tepat 50 gr. Takaran makanan uji 2 dan makanan uji 3 yang

merupakan campuran dari sereal dan susu harus disesuaikan dengan perbandingan

takaran yang tertulis pada kemasan sereal, yaitu 30 gr sereal dengan setengah gelas

susu (100 ml). Tabel di bawah ini menjelaskan takaran makanan uji yang diberikan

kepada responden.

Makanan Sajian Karbohidrat

total tanpa

serat (gr)

Gula

(gr)

Serat

(gr)

Protein

(gr)

Lemak

(gr)

Energi

(kkal)

Sereal 68 g 49,87 20,4 2,27 4,53 2,27 249,33

Sereal +

susu

60 g +

200

ml

50,00 22,00 7,00 9,00 4,50 310,00

Sereal +

susu

dingin

60 g +

200

ml

50,00 22,00 7,00 9,00 4,50 310,00

Peneliti memilih takaran sereal 68 gr dengan jumlah karbohidrat total tanpa serat

49,87 gr karena lebih dekat ke 50 gr karbohidrat total tanpa serat dibandingkan 69

gr sereal dengan jumlah karbohidrat total tanpa serat 50,6 gr. Jumlah karbohidrat

total tanpa serat dari 30 gr sereal dan 100 ml susu adalah 25 gr, sehingga peneliti

memberikan makanan uji 2 dan makanan uji 3 kepada responden dua kali lipatnya.

47

Lampiran 6

Perhitungan Nilai Indeks Glikemik Dan Beban Glikemik

Untuk menghitung nilai indeks glikemik, pertama-tama dibuat grafik dengan waktu

pengambilan darah di sumbu X dan kadar glukosa darah di sumbu Y untuk seluruh

makanan standar dan makanan uji. Berikut contoh grafik dari data responden JL.

Selanjutnya hitung luas area di bawah kurva dengan nilai GDP sebagai batas

sumbu Y menggunakan rumus trapesium.

99

147150

154 155

140

121

80

90

100

110

120

130

140

150

160

0 15 30 45 60 90 120

GLU

KO

SA D

AR

AH

(mg/

dl)

WAKTU PENGAMBILAN DARAH(MENIT)

Makanan standar

80

110

118

128

115

94

82

60

70

80

90

100

110

120

130

140

0 15 30 45 60 90 120

GLU

KO

SA D

AR

AH

(mg/

dl)

WAKTU PENGAMBILAN DARAH(MENIT)

Sereal + susu

A

B C D

E F

A

B C D

E

F

48

1. Luas area pada kurva makanan standar

Luas area A = ((99−99)+(147−99)

2) ∗ 15 = 360

Luas area B = ((147−99)+(150−99)

2) ∗ 15 = 742,5

Luas area C = ((150−99)+(154−99)

2) ∗ 15 = 795

Luas area D = ((154−99)+(155−99)

2) ∗ 15 = 832,5

Luas area E = ((155−99)+(140−99)

2) ∗ 30 = 1455

Luas area F = ((140−99)+(121−99)

2) ∗ 30 = 945

Total luas area = 5130

2. Luas area pada kurva sereal dengan susu

Luas area A = ((80−80)+(110−80)

2) ∗ 15 = 225

Luas area B = ((110−80)+(118−80)

2) ∗ 15 = 510

Luas area C = ((118−80)+(128−80)

2) ∗ 15 = 645

Luas area D = ((128−80)+(115−80)

2) ∗ 15 = 622,5

Luas area E = ((115−80)+(94−80)

2) ∗ 30 = 735

Luas area F = ((94−80)+(82−80)

2) ∗ 30 = 240

Total luas area = 2977,5

Nilai indeks glikemik dihitung dengan cara total luas area kurva sereal dengan

susu dibagi total luas area kurva makanan standar lalu dikali 100.

IG = (2977.5

5130) ∗ 100 = 58,04

Nilai beban glikemik dihitung dengan cara nilai IG dikali jumlah karbohidrat total

tanpa serat dari satu porsi sereal + susu lalu dibagi 100.

BG = 58.04∗25

100 = 14,51

49

Lampiran 7

Hasil Uji Statistik

1. Uji normalitas data umur, GDP, TD, FN, FR, T, TB, BB, IMT

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

GDP 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

Sistol 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

Diastol 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

FN 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

FR 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

T 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

TB 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

BB 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

IMT 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Umur Mean 20.00 .211

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 19.52

Upper Bound 20.48

5% Trimmed Mean 20.00

Median 20.00

Variance .444

Std. Deviation .667

Minimum 19

Maximum 21

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness .000 .687

Kurtosis .080 1.334

GDP Mean 86.50 2.487

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 80.87

Upper Bound 92.13

5% Trimmed Mean 86.44

50

Median 87.50

Variance 61.833

Std. Deviation 7.863

Minimum 75

Maximum 99

Range 24

Interquartile Range 12

Skewness -.172 .687

Kurtosis -.687 1.334

Sistol Mean 107.00 2.603

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 101.11

Upper Bound 112.89

5% Trimmed Mean 106.67

Median 105.00

Variance 67.778

Std. Deviation 8.233

Minimum 100

Maximum 120

Range 20

Interquartile Range 13

Skewness .687 .687

Kurtosis -1.043 1.334

Diastol Mean 76.00 1.633

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 72.31

Upper Bound 79.69

5% Trimmed Mean 76.11

Median 80.00

Variance 26.667

Std. Deviation 5.164

Minimum 70

Maximum 80

Range 10

Interquartile Range 10

Skewness -.484 .687

Kurtosis -2.277 1.334

FN Mean 76.30 2.028

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 71.71

Upper Bound 80.89

5% Trimmed Mean 76.50

51

Median 76.50

Variance 41.122

Std. Deviation 6.413

Minimum 65

Maximum 84

Range 19

Interquartile Range 11

Skewness -.541 .687

Kurtosis -.584 1.334

FR Mean 16.30 .539

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 15.08

Upper Bound 17.52

5% Trimmed Mean 16.22

Median 16.00

Variance 2.900

Std. Deviation 1.703

Minimum 14

Maximum 20

Range 6

Interquartile Range 2

Skewness 1.104 .687

Kurtosis 1.623 1.334

T Mean 36.630 .0746

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 36.461

Upper Bound 36.799

5% Trimmed Mean 36.628

Median 36.550

Variance .056

Std. Deviation .2359

Minimum 36.3

Maximum 37.0

Range .7

Interquartile Range .4

Skewness .377 .687

Kurtosis -1.176 1.334

TB Mean 161.50 2.083

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 156.79

Upper Bound 166.21

5% Trimmed Mean 161.06

52

Median 159.00

Variance 43.389

Std. Deviation 6.587

Minimum 155

Maximum 176

Range 21

Interquartile Range 9

Skewness 1.440 .687

Kurtosis 1.508 1.334

BB Mean 56.40 2.849

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 49.96

Upper Bound 62.84

5% Trimmed Mean 56.28

Median 54.00

Variance 81.156

Std. Deviation 9.009

Minimum 45

Maximum 70

Range 25

Interquartile Range 17

Skewness .488 .687

Kurtosis -1.097 1.334

IMT Mean 21.571115475

189448

.9057829191

99916

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 19.522092156

581090

Upper Bound 23.620138793

797807

5% Trimmed Mean 21.369524571

409972

Median 20.899657757

414090

Variance 8.204

Std. Deviation 2.8643370903

47994

Minimum 18.730489073

881373

Maximum 28.040378144

528116

53

Range 9.3098890706

46744

Interquartile Range 3.3636070893

31659

Skewness 1.413 .687

Kurtosis 2.070 1.334

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Umur .300 10 .011 .815 10 .022

GDP .128 10 .200* .955 10 .726

Sistol .302 10 .010 .781 10 .008

Diastol .381 10 .000 .640 10 .000

FN .181 10 .200* .937 10 .523

FR .270 10 .037 .904 10 .243

T .209 10 .200* .924 10 .392

TB .290 10 .017 .833 10 .036

BB .162 10 .200* .915 10 .320

IMT .235 10 .124 .869 10 .097

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

2. Uji normalitas data indeks glikemik dan beban glikemik

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

IGKoko 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

IGSusu 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

IGDingin 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

BGKoko 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

BGSusu 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

BGDingin 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

IGKoko Mean 59.59536503

0463014

9.549658167

011108

54

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 37.99253740

5684460

Upper Bound 81.19819265

5241570

5% Trimmed Mean 58.96038540

5155336

Median 57.25504025

6950020

Variance 911.960

Std. Deviation 30.19867068

3783742

Minimum 21.18408880

6660500

Maximum 109.4362745

09803940

Range 88.25218570

3143440

Interquartile Range 56.11894209

8614820

Skewness .237 .687

Kurtosis -1.302 1.334

IGSusu Mean 57.46316822

7653440

6.476893315

917458

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 42.81141762

0370946

Upper Bound 72.11491883

4935930

5% Trimmed Mean 57.01021359

1718816

Median 60.05654554

2085246

Variance 419.501

Std. Deviation 20.48173504

0219675

Minimum 29.79790792

0017074

Maximum 93.28161198

2113030

55

Range 63.48370406

2095960

Interquartile Range 33.44098387

1483270

Skewness .131 .687

Kurtosis -.550 1.334

IGDingin Mean 50.56874890

0229040

7.445848503

846233

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 33.72506937

4142980

Upper Bound 67.41242842

6315100

5% Trimmed Mean 49.22072166

4679510

Median 44.08376433

8842880

Variance 554.407

Std. Deviation 23.54584038

4711095

Minimum 26.23455048

2532875

Maximum 99.16743755

7816840

Range 72.93288707

5283960

Interquartile Range 38.23482647

4772800

Skewness .973 .687

Kurtosis .387 1.334

BGKoko Mean 13.11098030

6701862

2.100924796

742444

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 8.358358229

250580

Upper Bound 17.86360238

4153143

5% Trimmed Mean 12.97128478

9134172

Median 12.59610885

6529003

Variance 44.139

56

Std. Deviation 6.643707550

432423

Minimum 4.660499537

4653100

Maximum 24.07598039

21568650

Range 19.41548085

46915550

Interquartile Range 12.34616726

16952600

Skewness .237 .687

Kurtosis -1.302 1.334

BGSusu Mean 14.36579205

6913358

1.619223328

979364

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 10.70285440

5092735

Upper Bound 18.02872970

8733980

5% Trimmed Mean 14.25255339

7929704

Median 15.01413638

5521311

Variance 26.219

Std. Deviation 5.120433760

054918

Minimum 7.449476980

004269

Maximum 23.32040299

5528255

Range 15.87092601

5523986

Interquartile Range 8.360245967

870817

Skewness .131 .687

Kurtosis -.550 1.334

BGDingin Mean 12.64218722

5057260

1.861462125

961559

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 8.431267343

535744

57

Upper Bound 16.85310710

6578776

5% Trimmed Mean 12.30518041

6169877

Median 11.02094108

4710720

Variance 34.650

Std. Deviation 5.886460096

177775

Minimum 6.558637620

633218

Maximum 24.79185938

9454213

Range 18.23322176

8820997

Interquartile Range 9.558706618

693200

Skewness .973 .687

Kurtosis .387 1.334

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

IGKoko .165 10 .200* .934 10 .493

IGSusu .111 10 .200* .962 10 .803

IGDingin .195 10 .200* .897 10 .204

BGKoko .165 10 .200* .934 10 .493

BGSusu .111 10 .200* .962 10 .803

BGDingin .195 10 .200* .897 10 .204

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

3. Uji repeated measures ANOVA dan pairwise comparison indeks glikemik

Multivariate Testsa

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.

IG Pillai's Trace .072 .309b 2.000 8.000 .743

Wilks' Lambda .928 .309b 2.000 8.000 .743

Hotelling's Trace .077 .309b 2.000 8.000 .743

58

Roy's Largest Root .077 .309b 2.000 8.000 .743

a. Design: Intercept

Within Subjects Design: IG

b. Exact statistic

Pairwise Comparisons

Measure: MEASURE_1

(I) IG (J) IG

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.a

95% Confidence Interval for

Differencea

Lower Bound Upper Bound

1 2 2.132 11.977 .863 -24.962 29.227

3 9.027 14.475 .548 -23.718 41.771

2 1 -2.132 11.977 .863 -29.227 24.962

3 6.894 8.534 .440 -12.411 26.200

3 1 -9.027 14.475 .548 -41.771 23.718

2 -6.894 8.534 .440 -26.200 12.411

Based on estimated marginal means

a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no

adjustments).

4. Uji repeated measures ANOVA dan pairwise comparison beban glikemik

Multivariate Testsa

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.

BG Pillai's Trace .083 .361b 2.000 8.000 .708

Wilks' Lambda .917 .361b 2.000 8.000 .708

Hotelling's Trace .090 .361b 2.000 8.000 .708

Roy's Largest Root .090 .361b 2.000 8.000 .708

a. Design: Intercept

Within Subjects Design: BG

b. Exact statistic

Pairwise Comparisons

Measure: MEASURE_1

(I) BG (J) BG

Mean

Difference (I-

J) Std. Error Sig.a

95% Confidence Interval for

Differencea

Lower Bound Upper Bound

1 2 -1.255 2.757 .660 -7.492 4.983

3 .469 3.367 .892 -7.148 8.086

2 1 1.255 2.757 .660 -4.983 7.492

59

3 1.724 2.134 .440 -3.103 6.550

3 1 -.469 3.367 .892 -8.086 7.148

2 -1.724 2.134 .440 -6.550 3.103

Based on estimated marginal means

a. Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no

adjustments).

60

Lampiran 8

Dokumentasi

61

Lampiran 9

Riwayat Hidup Peneliti

Nama : Frizky Ramadhan

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 11 Januari 1997

Alamat : Jl. Ciputat Baru Raya No.32 RT 002 RW 05 Sawah Lama,

Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten 15413

Nomor handphone : +6285691022097

E-mail : [email protected]

Riwayat pendidikan :

• SD Negeri 1 Ciputat (2002-2008)

• SMP Negeri 87 Jakarta (2008-2011)

• SMA Negeri 47 Jakarta (2011-2014)

• PSKPD FKIK UIN Jakarta (2014-sekarang)

Riwayat organisasi :

• Pengurus Departemen Kajian Studi dan Profesi Himpunan Mahasiswa

Program Studi Pendidikan Dokter UIN Jakarta Periode 2015-2016

• Ketua Sie. Pendidikan Program Studi Pendidikan Dokter UIN Jakarta

Angkatan 2014 Periode 2015-2016

• Wakil Kepala Departemen Kajian Studi dan Profesi Himpunan Mahasiswa

Program Studi Pendidikan Dokter UIN Jakarta Periode 2016-2017

• Divisi Sukses Sie. Pendidikan Program Studi Pendidikan Dokter UIN

Jakarta Angkatan 2014 Periode 2016-2017

• Staff Public Relation Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia

Periode 2016-2017

• National Coordinator of Public Relation Ikatan Senat Mahasiswa

Kedokteran Indonesia Periode 2017-sekarang