PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI...

75
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI SALEP 3-6 DAN SABUN SULFUR 10% DENGAN SALEP 3-6 TUNGGAL PADA PENGOBATAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN UMMUL QURA Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh : Hana Qonita NIM: 1112103000054 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015

Transcript of PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI...

Page 1: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI

KOMBINASI SALEP 3-6 DAN SABUN SULFUR 10%

DENGAN SALEP 3-6 TUNGGAL PADA

PENGOBATAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN

UMMUL QURA

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

Hana Qonita

NIM: 1112103000054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1436 H/2015

Page 2: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI

KOMBINASI SALEP 3-6 DAN SABUN SULFUR 10%

DENGAN SALEP 3-6 TUNGGAL PADA

PENGOBATAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN

UMMUL QURA

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

Hana Qonita

NIM: 1112103000054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 3: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 11 September 2015

Hana Qonita

Page 4: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI

SALEP 3-6 DAN SABUN SULFUR 10% DENGAN SALEP 3-6

TUNGGAL PADA PENGOBATAN SKABIES DI PONDOK

PESANTREN UMMUL QURA

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Hana Qonita

NIM: 1112103000054

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Meizi Fachrizal Achmad, M.Biomed dr. Rahmatina, Sp.KK

NIP. 19790526 200501 2 005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 5: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

iv

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI

KOMBINASI SALEP 3-6 DAN SABUN SULFUR 10% DENGAN SALEP 3-6

TUNGGAL PADA PENGOBATAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN

UMMUL QURA yang diajukan oleh Hana Qonita (NIM: 1112103000054), telah

diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 11

September 2015. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelas Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan

Dokter.

Ciputat, 11 September 2015

Page 6: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat

dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta

salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi dengan judul “Efektivitas Terapi Kombinasi Salep 3-6

dan Sabun Sulfur 10% Dibandingkan Salep 3-6 Tunggal Pada Pengobatan Skabies

di Pondok Pesantren Ummul Qura” ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan

ini perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Achmad Zaki, Sp.OT selaku ketua Program Studi Pendidikan

Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf yang telah

membantu dan segenap dosen yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang sangat berguna bagi saya.

3. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS dan dr. Flori Ratna Sari,

Ph.D selaku penanggung jawab modul riset angkatan 2012 Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang telah

membimbing saya dan teman sejawat PSPD 2012 dalam penyusunan

skripsi ini.

4. dr. Raendi Rayendra, Sp.KK, M.Kes dan dr. Lucky Briliantina,

M.Biomed selaku penguji sidang skripsi, yang telah memberikan kritik

dan saran serta perbaikan penulisan yang membangun penyusunan

skripsi ini.

5. dr. Meizi Fachrizal Achmad, M.Biomed dan dr. Rahmatina, Sp.KK

selaku pembimbing penelitian, yang telah memberikan perhatian,

Page 7: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

vi

bimbingan, nasihat, pengarahan dan masukan yang berharga salam

penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Uswatun Chasanah selaku Pimpinan Pondok Pesantren Ummul

Qura beserta seluruh peserta penelitian atas kerja sama dan ketekunan

selama menjalani pemeriksaan sesuai jadwal sehingga penelitian ini

terlaksana dengan baik.

7. Kedua orang tua saya yaitu Ir. Arlin Salim dan Dr. Nursanita Nasution,

S.E, M.Ak serta saudara kandung saya yaitu Faris Faruqi, S.E, Hadi

Sabila Rosyad, S.E, Muhammad Yasin, S.Kom, Zaid Robbany, S.Si,

Umair Nasrullah dan Fathia Zahra yang telah memberikan dukungan,

doa, nasihat, dan bimbingan seumur hidup saya serta kerja keras dan

kasih sayangnya yang selalu menjadi alasan saya untuk terus berkarya.

8. Alfriyadi Rafles, Firda Fakhrena, Irwana Arif, Atina Nabila dan teman

sejawat PSPD UIN 2012 yang telah membantu, memberikan bantuan,

semangat, masukan serta berjuang bersama untuk menyelesaikan

skripsi ini.

Semoga segala keikhlasan dan kebaikan yang saya terima selama ini

mendapat balasan dan karunia yang tiada henti dari-Nya.

Akhir kata, harapan saya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca dan dengan kebesaran hati saya menerima kritik dan saran.

Ciputat, 11September 2015

Page 8: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

vii

ABSTRAK

Hana Qonita. Pendidikan Dokter. Perbandingan Efektivitas Terapi Kombinasi

Salep 3-6 dan Sabun Sulfur 10% Dengan Salep 3-6 Tunggal Sebagai Pengobatan

Skabies. 2012.

Latar Belakang: Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh

infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei. Prevalensi skabies di

Indonesia sebesar 4,60%-12,95% termasuk peringkat ketiga dari 12 penyakit kulit

lain. Angka kesembuhan pada penelitian Irma Binarso (1991) di panti asuhan

Semarang mencapai 69,05% dengan menggunakan salep 2-4. Sedangkan

kombinasi salep sulfur dan sabun non sulfur pada uji klinis oleh Alebiosu dkk di

Nigeria (2003) sebesar 100 %. Tujuan: Mengetahui efektivitas terapi kombinasi

salep 3-6 dan sabun sulfur 10% dibandingkan salep 3-6 tunggal dalam

kesembuhan klinis. Metode: Penelitian ini adalah penelitian uji klinis yang

dilakukan di Pondok Pesantren Ummul Qura, Tangerang Selatan selama 3 minggu.

Salep sulfur digunakan selama 3 hari dan sabun sulfur 10% digunakan 2 kali sehari

selama 3 minggu. Follow up dilakukan pada hari ke-7, 14, dan 21. Hasil: Angka

kesembuhan kelompok kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% dibandingkan

salep 3-6 tunggal pada follow up 1 84,6% dan 100% (p=0,283), follow up 2 100%

dan 100%, dan follow up 3 83,3% dan 75% (p=0,585). Kesimpulan: Tidak ada

perbedaan kesembuhan klinis skabies antara kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur

10% dengan salep 3-6 tunggal.

Kata Kunci: Skabies, Salep 3-6, Salep Sulfur 6%, Sabun Sulfur 10%,

Kesembuhan Klinis.

ABSTRACT

Hana Qonita. Medical Education Program. The Effectiveness of Combination

Therapy of Sulphur Ointment 3-6 and Sulphur Soap 10% Versus Ointment 3-6

Only For Scabies Treatment.

Background: Scabies is a skin diseasae caused by the infection and

infestation by Sarcoptes scabiei. The prevalence of scabies in Indonesia is about

4,60%-12,95% in percentage. It is the third most common case among the other 12

of skin disease in the country. The clinical cure of clinical trial study of ointment

product by Alebiosu et.al.in Nigeria (2003) using the combination of sulphur

benzoyl peroxide ointment and non sulphur soap is 100% in percentage.

Objective: To determine the effectiveness comparasion of clinical cure by

applying the combination of ointment 3-6 and sulphur soap 10% versus ointment

3-6 only against scabies disease. Method: This study is clinical study at Ummul

Qura Boarding School in South Tangerang done in 3 weeks. Sulphur ointment is

used for 3 days and sulphur soap 10% is used twice a day for 3 weeks. Follow-ups

are done on day 7, 14 and 21. Result: The percentage of clinical cure with

combination therapy of ointment 3-6 and sulphur soap 10% versus ointment 3-6

only are during follow up 1 84,6% and 100% (p=0,283), follow up 2 100% and

100% and follow up 3 83,3% and 75%. Conclusions: There were no difference of

Page 9: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

viii

clinical cure between the combination therapy of ointment 3-6 and sulphur soap

10% versus ointment 3-6 only in the treatment of scabies.

Keywords: Scabies, Ointment 3-6, Sulphur Ointment 6%, Sulphur Soap 10%,

Clinical Cure.

Page 10: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................................. vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3

1.3 Hipotesis ......................................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3

1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................................... 3

1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5

2.1 Skabies ............................................................................................................ 5

2.1.1 Definisi .................................................................................................... 5

2.1.2 Etiologi .................................................................................................... 5

2.1.2.1 Siklus Hidup ..................................................................................... 5

2.1.2.2 Transmisi .......................................................................................... 7

2.1.3 Faktor risiko ............................................................................................. 8

2.1.4 Patogenesis .............................................................................................. 8

2.1.5 Gejala klinis ........................................................................................... 10

2.1.6 Diagnosis ............................................................................................... 12

2.1.7 Tatalaksana ............................................................................................ 13

2.1.7.1 Obat Topikal ................................................................................... 14

a. Permetrin .................................................................................... 14

b. Lindane ...................................................................................... 14 c. Benzyl Benzoate ......................................................................... 15

d. Crotamiton ................................................................................. 15

e. Malation ..................................................................................... 16

f. Sulfur ......................................................................................... 16

2.1.7.2 Obat oral ......................................................................................... 17

a. Ivermectin .................................................................................. 17

2.1.8 Komplikasi............................................................................................. 19

2.1.9 Pencegahan ............................................................................................ 20

2.1.10 Prognosis ............................................................................................... 20

2.2 Salep 3-6 ....................................................................................................... 21

2.2.1 Asam Salisilat ........................................................................................ 21

Page 11: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

x

2.2.2 Sulfur ..................................................................................................... 22

2.3 Kerangka teori .............................................................................................. 24

2.4 Kerangka konsep .......................................................................................... 24

2.5 Definisi Operasional ..................................................................................... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 27

3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ......................................................... 27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 27

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................... 27

3.3.1 Jumlah Sampel ....................................................................................... 27

3.3.2 Cara Pengambilan Sampel ..................................................................... 28

3.3.3 Kriteria Sampel ...................................................................................... 28

3.3.3.1 Kriteria Inklusi ................................................................................ 28

3.3.3.2 Kriteria Ekslusi ............................................................................... 28

3.3.3.3 Kriteria Drop Out (DO) .................................................................. 29

3.4 Variabel ........................................................................................................ 29

3.4.1 Variabel Bebas ....................................................................................... 29

3.4.2 Variabel terikat ...................................................................................... 29

3.5 Alat dan Bahan ............................................................................................. 29

3.5.1 Alat ........................................................................................................ 29

3.5.2 Bahan ..................................................................................................... 29

3.6 Cara Kerja Penelitian .................................................................................... 29

3.7 Alur Penelitian .............................................................................................. 31

3.8 Manajemen Data ........................................................................................... 32

3.8.1 Pengumpulan Data ................................................................................. 32

3.8.2 Pengolahan Data .................................................................................... 32

3.8.3 Analisa Data .......................................................................................... 32

3.8.4 Rencana Penyajian Data ........................................................................ 32

3.9 Etika Penelitian ............................................................................................. 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 33

4.1 Prevalensi Skabies di pondok pesantren. ...................................................... 34

4.2 Karakteristik penderita.................................................................................. 35

4.2.1 Distribusi penderita berdasarkan jenis kelamin ..................................... 35

4.2.2 Distribusi penderita berdasarkan usia .................................................... 36

4.2.3 Distribusi penderita berdasarkan tingkat pendidikan ............................ 37

4.3 Hasil Uji Klinis ............................................................................................. 38

4.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 43

5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 43

5.2 Saran ............................................................................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45

LAMPIRAN .......................................................................................................... 49

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. 61

Page 12: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran mikroskopis tungau Sarcoptes scabiei. ............................. 5

Gambar 2.2 Siklus hidup Sarcoptes scabiei. ........................................................... 7

Gambar 2.3 Patogenesis hipersensitivitas tipe 4. .................................................. 10

Gambar 2.4 Predileksi skabies. ............................................................................. 11

Gambar 2.5 Gambaran umum lesi skabies dan terowongan pada sela-sela jari

dan buku-buku jari. .......................................................................... 12

Gambar 2.6 Gambaran tungau betina gravid, telur, dan skibala tungau pada

pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. .................................. 13

Gambar 2.7 Alur penatalaksanaan skabies............................................................ 19

Gambar 2.8 Struktur kimia asam salisilat. ............................................................ 21

Gambar 4.1 Perbandingan proporsi angka kesembuhan klinis pada kelompok

kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur dengan kelompok salep 3-6

tunggal pada follow up 3 minggu. .................................................... 40

Gambar 4.2 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi respons pasien terhadap

obat.. ................................................................................................. 41

Page 13: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengobatan untuk Skabies ..................................................................... 18

Tabel 4.1 Prevalensi skabies di Pondok Pesantren Ummul Qura .......................... 34

Tabel 4.2 Distribusi penderita skabies berdasarkan jenis kelamin. ....................... 35

Tabel 4.3 Distribusi penderita skabies berdasarkan usia ....................................... 36

Tabel 4.4 Distribusi penderita skabies berdasarkan tingkat pendidikan ................ 37

Tabel 4.5 Uji beda kesembuhan pada kedua kelompok penelitian. ....................... 38

Page 14: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

xiii

DAFTAR SINGKATAN

CDC : Center for Disease Control and Prevention

CD : Cluster of Differentiation

CD4+ : Helper T Cells

CD8+ : Killer T Cells

APC : Antigen Presenting Cells

IFN : Interferon

IL : Interleukin

NK : Natural Killer

PCR : Polymerase Chain Reaction

Page 15: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia berada di garis katulistiwa pada belahan dunia bagian timur,

tepatnya pada koordinat 06°LU-11°LS dan 94°-141°BT. Oleh karena itu Indonesia

beriklim tropis serta memiliki kelembaban yang tinggi, yaitu diatas 60%

berdasarkan data Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Sebagai negara yang beriklim tropis dan kelembaban yang tinggi, salah

satu penyakit yang memiliki prevalensi tinggi di Indonesia adalah penyakit

parasitik. Hal ini disebabkan karena kelembaban tersebut menunjang organisme

parasit untuk hidup. Salah satu penyakit parasitik yang menjadi masalah kesehatan

di Indonesia adalah skabies atau biasa dikenal kudis atau gudik.

Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI)

pada tahun 1986, skabies merupakan penyakit kulit tersering peringkat ketiga dari

12 penyakit kulit lain dengan prevalensi sebesar 4,60%-12,95%.1 Survei yang

dilakukan di sebuah Rumah Tahanan Negara, Medan menunjukkan prevalensi

skabies tahun 2009-2011 sebesar 42,9%.2 Berdasarkan data dari 9 rumah sakit di 7

kota besar di Indonesia pada tahun 2001, Jakarta merupakan daerah dengan

prevalensi skabies tertinggi yaitu 335 kasus di tiga rumah sakit menurut Kelompok

Studi Dermatologi Anak Indonesia (KSDAI).3 Di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusomo (RSCM) tahun 1988, dari 704 kasus skabies didapatkan 5,77%

kasus baru.4 Sementara, prevalensi skabies pada tahun 1989 sebesar 6% dan tahun

1990 sebesar 3,9%.4 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari

dan Saleha Sungkar di sebuah pondok pesantren X, Jakarta Timur pada tahun 2014

didapatkan prevalensi skabies sebesar 51,60% dengan kepadatan hunian tinggi.5

Dari prevalensi di atas, skabies umumnya ditemukan di daerah yang padat

penduduk dan diderita oleh sekelompok orang yang tinggal bersama yaitu seperti

asrama, pondok pesantren, panti, rumah tahanan, dan lain-lain.

Page 16: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

2

Pengobatan skabies yang sering dipakai di Indonesia yaitu krim permetrin

5 % dan salep sulfur. Permetrin merupakan obat lini pertama karena efektif dalam

membunuh semua stadium skabies dan memiliki efek toksik yang rendah. Tetapi

harga obat krim permetrin di Indonesia tergolong mahal. Salep 3-6 adalah obat

salep yang mengandung asam salisilat dan sulfur dengan perbandingan 1:2.

European Guideline Scabies tahun 2010 merekomendasikan regimen sulfur 6-33%

sebagai antiscabicid dan tersedia dalam sediaan yang bervariasi.13

Salep Sulfur

merupakan obat yang dapat membentuk hydrogen sulfida dan asam pentationat

pada jaringan hidup yang bersifat toksik terhadap tungau.32

Salep Sulfur 6% lebih

dipilih dan direkomendasikan sebagai terapi skabies.16

Sulfur tidak efektif terhadap

stadium telur sehingga dalam pemakaian obat ini harus digunakan lebih dari 3 hari

berturut-turut.12,13,16,25,26

Kekurangan dari obat salep sulfur adalah berbau,

mengotori pakaian dan kadang menimbulkan iritasi.16,37

Tetapi harga salep sulfur

lebih terjangkau dan lebih mudah didapat serta merupakan pilihan untuk terapi

massal.16

Dari penelitian yang dilakukan Moh. Amer dkk (1981), angka

kesembuhan mencapai 81,8% dengan menggunakan salep sulfur 5% dan angka

kesembuhan pada penelitian Irma Binarso di panti asuhan Semarang mencapai

69,05% dengan menggunakan salep 2-4 dan gameksan 1%.6

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Alebiosu dkk tentang uji klinis

produk salep yang mengandung Sulfur Benzoyl Peroksida (Sulfur BP) di Nigeria

tahun 2003 melaporkan sebanyak 41 (87,2%) dari 47 penderita skabies sembuh

dengan aplikasi salep selama 5 minggu.7 Dalam uji klinis tersebut juga

mengaplikasikan kombinasi salep yang mengandung Sulfur BP dengan sabun non

sulfur pada penderita skabies selama 6 minggu.7 Sebanyak 12 (100%) penderita

yang diberikan terapi kombinasi tersebut semuanya sembuh.7 Pada tahun 1940,

dilaporkan kasus skabies yang diterapi menggunakan sabun sulfur 18% dalam

sabun.8 Dalam 18 bulan sebanyak lebih dari 400 kasus skabies telah diterapi oleh

klinik dermatologi Rumah Sakit Ventura Country menggunakan sulfur

presipitatum 18% dalam sabun.8

Di Indonesia belum pernah dilaporkan penggunaan sabun sulfur untuk

terapi skabies baik hanya sabun sulfur maupun kombinasi salep sulfur dan sabun

Page 17: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

3

sulfur. Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, maka penelitian ini dilakukan

dengan observasi dan studi eksperimental untuk mengetahui perbandingan

efektivitas terapi kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% dengan salep 3-6

tunggal pada pengobatan skabies di Pondok Pesantren Ummul Qura.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terapi kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% lebih efektif

dibandingkan salep sulfur 3-6 tunggal pada pengobatan skabies di Pondok

Pesantren Ummul Qura?

1.3 Hipotesis

Terapi kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% lebih efektif

dibandingkan salep sulfur 3-6 tunggal pada pengobatan skabies di Pondok

Pesantren Ummul Qura.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbandingan efektivitas terapi kombinasi salep 3-6 dan

sabun sulfur 10% dengan salep 3-6 tunggal pada pengobatan skabies di Pondok

Pesantren Ummul Qura.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui prevalensi penyakit skabies di Pondok Pesantren Ummul

Qura.

2. Mengetahui distribusi penyakit skabies berdasarkan jenis kelamin di

Pondok Pesantren Ummul Qura.

3. Mengetahui distribusi penyakit skabies berdasarkan usia di Pondok

Pesantren Ummul Qura.

4. Mengetahui distribusi penyakit skabies berdasarkan tingkat pendidikan di

Pondok Pesantren Ummul Qura.

5. Mengetahui perbandingan efektivitas kombinasi salep 3-6 dan sabun

sulfur 10% dibandingkan dengan salep 3-6 tunggal pada pengobatan

skabies di Pondok Pesanten Ummul Qura

Page 18: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

4

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi dan edukasi kesehatan terutama warga Pondok

Pesantren Ummul Qura dan masyarakat sekitar.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal bagi penelitian

selanjutnya mengenai skabies terutama di lingkungan Pondok Pesantren

Ummul Qura.

Page 19: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skabies

2.1.1 Definisi

Skabies atau penyakit kudis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh

infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varietas hominis.9,10,14,17

2.1.2 Etiologi

Sarcoptes scabiei adalah arthropoda yang termasuk kelas Arachnida,

subclass Acari, ordo Astigmata, family Sarcoptida.14

Tungau ini merupakan parasit

obligat yang seluruh siklus hidupnya ada di manusia.9

Arthropoda ini adalah

organisme yang bertelur dan ukuran tungau betina dewasa sekitar 0,3-0,45 mm x

0,25-0,35 mm sedangkan tungau jantan dewasa berukuran lebih kecil yaitu sedikit

lebih besar dari setengah ukuran tungau betina.14

Tungau dewasa berbentuk oval

seperti mutiara, transparan, putih, dan tanpa mata.14,38

Bentuk larva dan nimpa

menyerupai tungau dewasa tetapi ukurannya lebih kecil.14

Tungau dewasa

memiliki 4 pasang kaki yang pendek sedangkan larva memiliki 3 pasang kaki.14,38

Gambar 2.1 Gambaran mikroskopis tungau Sarcoptes scabiei. Sumber: CDC,

2010. Diakses dari: http://www.cdc.gov/parasites/scabies/index.html.

2.1.2.1 Siklus Hidup

Siklus hidup Sarcoptes scabiei seumur hidup pada kulit manusia.38

Siklus

hidup tungau terdiri dari 4 stadium yaitu telur, larva, nimpa dan tungau dewasa.10

1. Tungau betina dewasa membuat terowongan dengan mengunyah dan

menggerakkan tubuhnya di stratum korneum sampai batas stratum

Page 20: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

6

2. granulosum kemudian meletakkan telur-telurnya pada 1cm panjang

terowongan sekitar 2-3 telur setiap hari.10,38

Bentuk telur oval dengan

panjang 0,10 – 0,15 mm. Telur menetas dalam 3 sampai 4 hari.10

3. Setelah telur menetas, larva bermigrasi ke permukaan kulit dan menggali

terowongan pendek ke dalam stratum korneum yang disebut molting

pouches.10

Larva hanya mempunyai 3 pasang kaki. Stadium larva

berlangsung selama 3 sampai 4 hari, kemudian mengalami pergantian

kulit.10

4. Setelah berganti kulit, larva berubah menjadi nimpa dengan 4 pasang

kaki.10

Larva dan nimpa dapat ditemukan di molting pouches atau di

folikel rambut dan terlihat seperti tungau dewasa tetapi lebih kecil.10

5. Tungau dewasa melakukan perkawinan di molting pouches.10

Tungau

jantan dewasa masuk ke molting pouches yang dibuat oleh tungau betina

kemudian meninggalkan tungau betina.10

Kemudian tungau betina yang

telah dibuahi meninggalkan molting pouches dan menggembara di

permukaan kulit sampai menemukan tempat yang cocok untuk menggali

terowongan yang permanen.10

Setelah tungau betina dewasa menemukan

tempat yang cocok, tungau tersebut menggali terowongan yang berkelok-

kelok kemudian meletakkan telur-telurnya sepanjang hidupnya selama 1-2

bulan.10

Sekitar 10% dari telur-telur tersebut berkembang menjadi tungau

dewasa.10

Tungau jantan hidup di permukaan kulit dan memasuki

terowongan untuk melakukan perkawinan.38

Tungau jantan membuat

lubang dangkal di kulit sampai menemukan terowongan tungau betina.10

Tungau-tungau jantan ini jarang terlihat.10

Page 21: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

7

Gambar 2.2 Siklus hidup Sarcoptes scabiei. Sumber: CDC, 2010. Diakses dari:

http://www.cdc.gov/parasites/scabies/biology.html.

Masa inkubasi sebelum timbul gejala klinis pada penderita skabies adalah

3 sampai 6 minggu untuk infestasi yang pertama kali.9 Tetapi mungkin bisa

sesingkat 1-2 hari pada kasus infestasi berulang.17

2.1.2.2 Transmisi

Tungau ini tidak dapat terbang atau lompat tetapi merayap sejauh 2,5 cm

per menit di atas permukaan kulit yang kering.14

Tungau dapat bertahan hidup

selama 24 sampai 36 jam pada suhu ruangan dan kelembaban rerata.14

Cara

penularan tungau ini dapat secara langsung yaitu kontak langsung antara kulit

dengan kulit, kontak seksual atau tidak langsung melalui benda yaitu pakaian,

seprai dan lain-lain.14,17

Tranmisi secara tidak langsung melalui benda mati terjadi

paling nyata pada crusted scabies.38

Kondisi ini sangat menular dan siapapun

yang berada di sekitar penderita berisiko terinfestasi tungau.38

Sekitar 6000

tungau/g per debris dari setiap seprai, lantai, gorden, kursi telah terdeteksi.38

Pada

sebuah penelitian menunjukkan bahwa tungau betina yang baru fertilisasi adalah

yang paling utama pada transmisi karena tungau betina dewasa jarang

meninggalkan terowongan.17

Transmisi utama adalah perpindahan tungau betina

yang telah dibuahi.14

Lebih dari 90% tungau yang imatur mati sebelum mencapai

tahap tungau dewasa.17

Pada infestasi pertama kali, peningkatan jumlah Sacroptes scabiei terjadi

selama lebih dari 4 minggu telah dilaporkan, biasanya 10-15 tungau (sekitar 3-50)

yang hidup di host.17,21

Sebaliknya, pada kasus yang lebih parah yaitu crusted

scabies, jumlah tungau sangat banyak sekitar ratusan sampai jutaan tungau yang

Page 22: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

8

berinfestasi dan terjadi penebalan kulit pada penderita dikarenakan gangguan

imun atau respon sensorik.17,21,38

Transmisi langsung dapat terjadi selama 15-20 menit dengan kontak

dekat. Pada iklim tropis dengan suhu 30oC dan kelembaban relatif 75%, tungau

betina dapat bertahan hidup selama 55-67 jam diluar host.17

Dengan demikian,

tungau betina berpontensi untuk bertransmisi secara tidak langsung.17

Telur

Sarcoptes scabiei dapat bertahan hidup pada suhu yang rendah lebih dari 10 hari

diluar host.17

Hal ini juga memungkinan telur berpotensi sebagai sumber

transmisi.17

2.1.3 Faktor risiko

Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian skabies adalah usia, jenis

kelamin, ras, hunian padat, higienitas, dan iklim.17

Semua kelompok umur dapat

terkena skabies, karena penularan dapat terjadi melalui transimisi langsung dan

tidak langsung.33

Pada penelitian Nanda (2014) terdapat hubungan antara umur

dengan kejadian skabies, bahwa semakin umur mendekati remaja mempunyai

risiko terkena skabies (OR=2,263).20

Beberapa faktor dapat membantu

penyebarannya adalah kemiskinan, hygiene yang jelek, seksual promiskuitas,

diagnosis yang salah, demografi, ekologi dan derajat sensitisasi individual.34

Tingkat pendidikan juga mempengaruhi prevalensi penyakit di komunitas.5

Individu dengan tingkat pendidikan rendah lebih berisiko tertular penyakit

skabies.18

2.1.4 Patogenesis

Tungau, telur, skibala atau feses tungau berperan sebagai iritan yang akan

merangsang sistem imun tubuh untuk mengerahkan komponen-

komponennya.17,21,35

Selama 3-4 minggu pertama setelah infestasi pertama

biasanya asimptomatik. Tetapi pada infestasi berulang, gejala klinis mungkin

muncul lebih cepat sekitar 1-2 hari.17

Dalam beberapa hari pertama, antibodi dan sistem imun spesifik lainnya

belum memberikan respon.22

Namun, terjadi perlawanan dari tubuh oleh sistem

imun nonspesifik yaitu inflamasi.22

Tanda inflamasi adalah kemerahan pada kulit,

panas, nyeri, bengkak dan fungsio laesa.22,23,24

Hal ini disebabkan karena

pengaruh amin vasoaktif seperti histamine, triptamin, dan mediator lainnya yang

Page 23: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

9

berasal dari mastosit.22,24

Mediator-mediator ini menyebabkankan gatal pada

kulit.22

Mediator-mediator lain yang juga berperan adalah prostaglandin, kinin

dan faktor kemotaktik seperti C5a, histamine, leukotrien.22,24

Faktor kemotaktik

akan menarik fagosit ke tempat inflamasi.22,24

Prostaglandin dan kinin

meningkatkan permeabilitas endotel sehingga fagosit seperti neutrofil dan

monosit akan menghancurkan antigen.22,24

Bila proses inflamasi oleh sistem imun non spesifik belum dapat

mengatasi infestasi tungau, maka imunitas spesifik akan terangsang.36

Sistem

imun spesifik yang berperan adalah reaksi delayed type hypersensitivity

(Hipersensitivitas tipe lambat) atau Hipersensitivitas tipe 4.17,21

Pada reaksi hipersensitivitas tipe 4, ketika pertama kali terekspos terhadap

antigen protein dari Sarcoptes scabiei.17,21

Hasil scabies gene discovery project

didapatkan bahwa alergen Sarcoptes scabiei homolog dengan tungau debu

rumah.17

Sel CD4+ mengenali antigen dan terkait dengan molekul kelas II pada

permukaan APC kemudian berdiferensiasi dari sel T CD4+ menjadi sel

Th1.22,23,24

Pada skabies respon imun didominasi oleh sel Th1 dengan sel T

CD4+, sedangkan pada crusted scabies respon imun yang mendominasi adalah

sel Th2 dan sel efektor predominan di kulit kemungkinan sel T CD8+.17

Beberapa

sel Th1 masuk ke sirkulasi dan berada pada pool memori sel T untuk waktu yang

lama.22,23,24

Sel-sel Th1 ini akan menyekresikan sitokin terutama IFN-γ, yang

bertanggung jawab terhadap ekspresi hipersensitivitas tipe lambat.22,23,24

Pada

analisis level sitokin, rasio IFN-γ/IL-4 tinggi pada skabies dan menstimulasi

peripheral blood mononuclear cells (PBMCs).17

Sedangkan pada crusted scabies,

kadar IL-5 dan IL-3 tinggi dan menstimulasi PBMCs.17

Ekspresi hipersensitivitas

tipe lambat ini bergantung pada sebagian besar sitokin yang disekresi oleh sel

Th1.22,23,24

Sitokin-sitokin yang dihasilkan dan efek yang ditimbulkan adalah sebagai

berikut.22,23,24

IFN-γ mengaktivasi makrofag. Paling penting sebagai aktivator makrofag

yang kuat. Makrofag yang teraktivasi berperan dalam mengeliminasi

antigen yang menyerang. IFN-γ juga akan memperbanyak diferensiasi sel

Th1.

Page 24: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

10

IL-12 adalah sitokin yang diproduksi makrofag dan sel dendritik. Sekresi

sitokin ini menginduksi diferensiasi sel T CD4+ menjadi sel Th1. IL-12

juga merupakan inducer poten dari sekresi IFN-γ oleh sel T dan sel NK.

Il-2 menyebabkan proliferasi parakrin dan autokrin dari sel T.

TNF dan limfotoksin akan meningkatkan sekresi dari prostasiklin, yang

meningkatkan aliran darah dan menyebabkan vasodilatasi lokal. Selain

itu, terjadi peningkatan ekspresi P-E-Selektin, molekul adhesi yang

mempromosikan penempelan limfosit dan monosit. Efek lain yang

ditimbulkan adalah induksi dan sekresi kemokin seoerti IL-8.

Kemokin diproduksi oleh sel T dan makrofag. Kemokin ini akan merekrut

lebih banyak lagi leukosit.

Gambar 2.3 Patogenesis hipersensitivitas tipe 4. Sumber: Goldys RA et al.

Immunology 5th

Ed, 2003, p 384.

Pada sebuah ekperimen menunjukkan bahwa tungau skabies dapat

menurunkan regulasi dari ekspresi banyak sitokin dan molekul adhesi dari sel

keratinosit epidermis kulit, fibroblast dermis, dan sel endotel mikrovaskular

dermis.17

2.1.5 Gejala klinis

Gejala klinis yang timbul disebabkan oleh reaksi imun host terhadap

tunggau betina yang menggali lubang ke dalam kulit dan produk dari tungau.11

Gejala klinis pada skabies adalah sebagai berikut.

1. Gatal hebat terutama saat malam hari.11,12,17, 25

Page 25: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

11

2. Gatal dapat timbul lebih dari 6 minggu setelah infeksi.9,17,25.

3. Pada individu dengan immune compromised, gatal mungkin tidak

ada.17,25

4. Lesi yang paling sering timbul adalah papula kecil.25

Lesi yang timbul

adalah papul, vesikel, pustul dan nodul.11

5. Lokasi papul dan terowongan yang disebabkan oleh tungau ini dapat

ditemukan di sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, lipat

ketiak bagian depan, siku, bokong, genitalia eksterna, lipat

payudara.12,25,38

Pada anak yang masih muda, sebagian bayi dan lansia,

infestasi terdapat terjadi di leher , kepala, telapak kaki, dan telapak

tangan.25,38

Gambar 2.4 Predileksi skabies. Sumber: CDC, 2010. Diakses dari:

http://www.cdc.gov/parasites/scabies/biology.html

6. Ambang gatal pada setiap individu berbeda. Mungkin pada beberapa

individu tidak ada gatal.25

Individu seperti ini disebut sebagai karier.38

7. Luka pada kulit diakibatkan oleh garukan yang berpotensi untuk infeksi

bakteri. Hal ini merupakan komplikasi yang paling sering terjadi.25

Page 26: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

12

Gambar 2.5 Gambaran umum lesi skabies dan terowongan pada sela-sela jari dan

buku-buku jari. Sumber: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 2012.

2.1.6 Diagnosis

Terdapat 4 tanda kardinal untuk menegakkan diagnosis yaitu sebagai

berikut.12

1. Pruritus nokturna, aktivitas tungau lebih tinggi pada malam

hari.12,25,26

2. Menyerang manusia secara kelompok, misalnya tinggal di asrama,

panti asuhan dan sebagainya.12

3. Adanya terowongan (kunikulus) berwarna putih atau keabu-abuan,

garis lurus atau berkelok, panjang sekitar 1 cm, pada ujung

terowongan terdapat papul atau vesikel.12

Bentuk terowongan yang

pendek, lurus atau kadang berkelok-kelok biasanya sulit ditemukan

pada tahap awal penyakit atau penderita memiliki eksoriasis pada

lesi.26,38

4. Menemukan tungau pada stadium hidup tungau ini.12,17,25

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal

tersebut.12

Pada komunitas di iklim tropis, skabies normal kemungkinan sulit

untuk di diagnosis di setiap pasien. Oleh karena itu dibedakan dari penyebab gatal

dan bentuk papul.17

Untuk mengkonfirmasi diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan langsung

dengan menemukan tungau dewasa atau imatur, telur atau feses tungau yang

Page 27: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

13

diambil pada terowongan kulit dengan cara dikorek.17,25,38

Kemudian diberi

potassium hydroxide dan dilihat di bawah mikroskop.17,25,38

Pemeriksaan

penunjang seperti dermatoskop, PCR atau serodiagnosis untuk menegakkan

diagnosis tidak digunakan di lingkungan tropis.17

Gambar 2.6 Gambaran tungau betina gravid, telur, dan skibala tungau pada

pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. Sumber: Fitzpatrick’s Dermatology

in General Medicine,2012.

Di kebanyakan daerah tropis, diagnosis bergantung pada gejala dan tanda

klinis.17

Simple clinically based diagnostic algorithm merupakan pendekatan

kombinasi dari gejala dan tanda klinis dan dapat digunakan untuk mendukung

diagnosis komunitas.17

2.1.7 Tatalaksana

Setelah diagnosis skabies ditegakkan, terapi yang dapat diberikan adalah

terapi spesifik yaitu antiskabies dan nonspesifik yaitu manajemen keluhan

sekunder akibat gatal, eczema dan kemungkinan pioderma.26

Pengobatan harus diberikan pada seluruh orang yang kontak dengan

penderita khususnya penderita karier, anggota keluarga dan kerabat dekat untuk

pencegahan dan menahan penyebaran.17,38

Seluruh pakaian, sarung bantal, seprai

dan handuk harus dicuci menggunakan air panas dan dikeringkan pada suhu yang

panas selama penderita mendapat pengobatan.38

Bahan atau barang yang tidak

dapat dicuci harus di dry-cleaning, disetrika, diletakkan di pengering tanpa dicuci,

Page 28: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

14

atau disimpan dalam kantong plastik tertutup pada tempat yang hangat selama 2

minggu.38

2.1.7.1 Obat Topikal

Obat topikal memiliki efektivitas yang tinggi.17

Prinsip pemilihan obat

berdasarkan efektivitas obat dan potensi toksik.26

Obat topikal harus diaplikasikan

mulai dari leher ke seluruh tubuh khususnya lipatan pada tangan dan kaki,

belahan bokong, umbilikus, di bawah kuku jari tangan dan kuku jari kaki, kecuali

mata, mulut dan kulit yang terluka.17,25,26,38

Digunakan selama periode spesifik

dan kemudian dibersihkan dari kulit.17

Semua terapi insektisida, aplikasi kedua

biasanya setelah 1 minggu terapi awal untuk mengurangi potensi reinfestasi.38

Absorpsi obat salep lebih tinggi pada bayi dan anak-anak dan agen topikal tidak

boleh diaplikasikan pada kulit yang hangat atau kulit yang basah setelah mandi.17

Pada negara berkembang, harga obat yang murah seperti sulfur dan benzyl

benzoate, lebih sering digunakan.17

a. Permetrin

Permetrin adalah piretroid, sintesis insektisida.16,26

Permetrin merupakan

pilihan pertama sebagai pengobatan skabies karena efek toksik yang rendah dan

efektif untuk semua stadium hidup tunggau.11,16,17

Permetrin digunakan selama 8-

12 jam.11

Pada bayi diaplikasikan kurang dari 6 jam.25

Permetrin tidak

direkomendasikan untuk bayi dibawah 2 bulan.26

Wanita hamil, menyusui dan

anak dibawah usia 2 tahun pemakaian permetrin dibatasi selama 2 jam pada 2 kali

aplikasi dengan jarak 1 minggu.38

Dosis per aplikasi untuk anak usia dibawah 1 tahun 4 g, anak usia 1-4

tahun 8 g, anak usia 5-11 tahun 15 g, anak usia diatas 12 tahun sampai dewasa 30

g, dan dewasa dengan ukuran tubuh besar mungkin membutuhkan lebih dari 60

g.25

b. Lindane

Lindane adalah gamma benzene hexacloride yang termasuk sebagai

insektisida.16

Krim atau lotion lindane adalah pengobatan alternatif jika tidak ada

permethrin.11

Efektivitas lindane sama dengan permetrin tetapi lindane dapat

menjadi toksik pada susunan saraf pusat.26

Gejala keracunan yang timbul setelah

Page 29: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

15

pemakaian lindane antara lain pusing, sakit kepala, mual, muntah, gelisah, tremor,

disorientasi, lemah, kelopak mata berkedut, kejang, gagal nafas, koma, bahkan

kematian.16

Terdapat beberapa bukti bahwa lindane mungkin berpengaruh pada

gangguan hematologi seperti anemia aplastic, trombositopenia dan pansitopenia.16

Lindane tidak di rekomendasikan bagi bayi atau anak-anak yang masih

kecil.16,25,26

Lindane diaplikasikan selama 12-24 jam dengan dosis untuk anak usia

diatas 12 tahun dan dewasa 200 ml untuk setiap pemakaian.25

c. Benzyl Benzoate

Benzyl Benzoate adalah ester dari asam bezoat dan benzyl alcohol yang

neurotoksik bagi tungau.16

Benzyl Benzoate dalam lotion diaplikasikan 3 kali

dalam 24 jam tanpa mandi.16,17

Iritasi kulit sementara dan rasa terbakar setelah

pemakaian biasanya terjadi pada lotion 25%.17

Tidak direkomendasikan untuk ibu

hamil atau menyusui, bayi serta anak-anak dibawah 12 tahun karena sering

menimbulkan iritasi.16,25

Untuk mengurangi iritas, benzyl benzoate dicairkan

sampai 12,5% untuk anak-anak dan 6,25% untuk bayi tetapi efektivitasnya

berkurang.17

Dapat menimbulkan dermatitis iritan pada wajah dan skrotum.16

Benzyl Benzoate sangat efektif jika digunakan dengan benar tetapi dapat

menimbulkan komplikasi gangguan saraf jika disalahgunakan.16,17

Dosis yang digunakan untuk anak usia diatas 12 tahun dan dewasa adalah

200 ml setiap pemakaian.25

d. Crotamiton

Crotamiton dalam 10 % cream atau lotion digunakan 2 kali sehari selama 5

sampai 7 hari setelah mandi dan berganti pakaian.16,26

Penggunaan crotamiton

dapat diulang 3 sampai 5 hari.17

Efek samping yang dapat ditimbulkan dari

pemaikan crotamiton adalah iritasi kulit.16

Crotamiton tidak direkomendasikan

karena kurang efektif dan toksik, tetapi efektif sebagai antipruritus.16,26

Direkomendasikan sebagai pilihan alternatif bagi bayi dan aman bagi ibu hamil

maupun menyusui.17

Crotamiton paling tidak efektif dibandingkan terapi lain.38

Page 30: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

16

e. Malation

Malation adalah insektisida golongan organofosfat yang bekerja dengan

cara memblokade enzim kolinesterase secara irreversibel.16

Malation 0,5%

diaplikasikan pada kulit selama 24 jam dan diulang setelah 3 sampai 4 hari.17,25

Dosis setiap aplikasi untuk anak usia diatas 1 tahun 20 ml, anak usia 1

sampai 4 tahun 40 ml, anak usia 5 sampai 11 tahun 100 ml, dan anak usia diatas

12 tahun sampai dewasa 200 ml.25

Namun saat ini Malation tidak digunakan lagi

karena berpotensi menimbulkan efek samping yang parah.16

f. Sulfur

Sulfur dalam bentuk salep lebih berguna dibandingkan dengan preparat

lain.16

. Salep Sulfur merupakan obat yang dapat membentuk hidrogen sulfida dan

asam pentationat pada jaringan hidup yang bersifat toksik terhadap tungau.32

Sulfur 2-10% dalam bentuk salep dan biasanya 6% lebih sering dipilih, efektif

terhadap stadium larva, nimfa dan dewasa tetapi tidak dapat membunuh telur.12,16

Oleh karena itu, pengobatan dengan sulfur presipitatum ini minimal digunakan

selama 3 hari agar larva menetas dari telurnya dan dapat dimatikan.12,16,25,26

Sulfur digunakan jika penderita tidak dapat mentolerasi lindane, permetrin atau

ivermectin dan direkomendasikan bagi bayi, anak-anak dan ibu hamil.16

Kekurangan dari sulfur ini adalah kurang efektif, menodai pakaian, berbau dan

pada keadaan yang panas atau lembab dapat menyebabkan dermatitis iritan.11,26

Sedangkan kelebihan dari sulfur diantaranya murah dan merupakan pilihan

sebagai terapi massal.16

Pemakaian sulfur dapat diulang setelah 10 hari jika

dibutuhkan.25

Efek samping yang dapat ditimbulkan dari penggunaan salep sulfur

adalah kulit kering dan iritasi.27

Kontraindikasi bagi penderita yang memiliki

alergi sulfonamide.27

Dosis yang digunakan untuk setiap pemakaian untuk anak usia kurang

dari 1 tahun 8 g, anak usia 1-4 tahun 12 g, anak usia 5-11 tahun 25 g, anak usia 12

tahun sampai dewasa 50 g.25

Ruam dan gatal mungkin masih menetap sampai lebih dari 2 minggu

sampai 4 minggu setelah pengobatan lengkap obat topikal.17,38

Gatal selama

periode ini umumnya menunjukkan “gatal pasca skabies”.38

Page 31: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

17

2.1.7.2 Obat oral

Obat topikal merupakan pilihan pertama, sedangkan oral ivermectin

diberikan untuk kasus recurrent, tidak sembuh dengan obat topikal, atau pasien

crusted scabies.17

a. Ivermectin

Ivermectin hampir sama dengan makrolit tertapi tidak memiliki efek

antimikroba.16

Ivermectin adalah substrat bagi jalur sitokrom P450 3A4 sehingga

perlu diperhatikan jika sedang mengkonsumsi obat yang dapat meningkatkan atau

menghambat kerja obat ivermectin.17

Ivermectin menstimulasi asam gamma

amino butirat pada ujung saraf presinaps dan meningkatkan ikatan di reseptor

postsinaps sehingga menekan konduksi dari impuls saraf pada sinaps saraf-otot

tungau.16

Efek samping ivermectin antara lain sakit kepala, gatal, nyeri sendi,

nyeri otot, demam, ruam makulopapular, dan limfadenopati.16

Kontraindikasi

bagi ibu hamil maupun menyusui, anak usia dibawah 5 tahun atau 15 kg serta

pasien yang alergi terhadap ivermectin dan gangguan sistem saraf pusat.16,38

Dosis ivermectin 0,2 mg/kgBB dalam dosis tunggal.16,17

Pengobatan dapat

diulang setelah 1-2 minggu.17

Page 32: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

18

Tabel 2.1 Pengobatan untuk Skabies

Obat Dosis Komentar

Krim permetrin 5% Pakai selama 8 jam,

diulang pada hari ke-7

Pengobatan yang paling

umum saat ini, kategori B

untuk wanita hamil,

toleransi sudah mulai

berkembang.

Lotion lindane 1% Pakai selama 8 jam,

diulang pada hari ke-7

US Food and Drug

Administration saat ini

memberlakukan

peringatan a“black blox”,

Dilarang di California.

Krim crotamiton 10% Pakai selama 8 jam pada

hari ke-1,2,3 dan 8

Memiliki antipruritus

yang baik, efektivitas

marginal.

Sulfur presipitatum 5-

10%

Pakai selama 8 jam pada

hari ke-1,2 dan 3

Dianggap aman pada

neonatus dan wanita

hamil. Data efikasi

terbatas, murah.

Lotion benzyl benzoate

10% Pakai selama 24 jam

Tidak tersedia di

Amerika Serikat

Ivermectin 200µg/kg Diminum pada hari ke-1

dan 8

Sangat efektif dan aman,

tidak direkomendasikan

untuk anak dibawah 15

kg, wanita hamil dan

menyusui.

aBlack box melarang digunakan pada bayi prematur dan individu dengan

gangguan kejang tidak dikontrol, serta perlu diperhatikan penggunaan pada bayi,

anak-anak, dan individu dengan kondisi kulit lain, seperti dermatitis dan

psoriasis, dan orang-orang dengan berat kurang dari 50 kg karena mereka

mungkin berisiko neurotoksisitas serius.

Sumber: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 2012.

Page 33: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

19

Alur penatalaksanaan skabies

Gambar 2.7 Alur penatalaksanaan skabies. Sumber: Panduan Pelayanan Medis

Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan

Kelamin (PERDOSKI). 2011.

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi yang timbul adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh

garukan.17

Bakteri yang menginfeksi jejas pada kulit diantaranya Streptococcus

pyogenes, dapat berkembang menjadi glomerulonefritis.17,38

Pada bayi telah dilaporkan di Gambia, kemungkinan adanya hubungan

skabies dengan bakterial sepsis yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus

Page 34: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

20

tetapi untuk saat ini belum dapat dibuktikan lebih lanjut.17

Infeksi bakteri

sekunder harus diobati dengan antibiotik.16

Limfangitis dan septikemis telah dilaporkan pada crusted scabies.38

Infestasi skabies juga dapat memicu terjadi pemfigoid bulosa.38

2.1.9 Pencegahan

Untuk memutus rantai transmisi skabies, media yang dapat menjadi

transmisi tidak langsung seperti pakaian, seprai, dan lain-lain harus dicuci

menggunakan air panas diatas 50oC selama 10 menit.

17,27

Jika tidak dapat dilakukan, maka pakaian, seprai dan lain-lain serta bahan

yang tidak dapat dicuci seperti kasur ditempatkan pada suhu yang panas selama

20 menit atau dimasukkan kedalam plastik selama 5-7 hari minggu.27

2.1.10 Prognosis

Syarat keberhasilan untuk pengobatan skabies adalah sebagai berikut.11

1. Diagnosis yang tepat.

2. Eliminasi tungau menggunakan anti-skabies dengan aplikasi yang tepat.

3. Pengobatan untuk gejala klinis.

4. Pengobatan untuk infeksi sekunder jika ada.

Penyebab pengobatan gagal diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Aplikasi obat topikal tidak sesuai yang dianjurkan.16

Kesalahan yang

sering terjadi adalah pengaplikasian obat topikal hanya pada daerah

yang terkena saja tidak dari leher ke seluruh tubuh.16

2. Aplikasi yang tidak adekuat.16

3. Reinfestasi skabies.16

Infestasi kembali skabies ini sering terjadi,

kemungkinan disebabkan oleh aplikasi obat topikal kurang, tidak semua

penderita skabies teridentifikasi, pengobatan pada seluruh kasus skabies

termasuk pasien, tenaga medis, keluarga, dan lainnya gagal, masih

terpapar atau kontak dengan individu yang skabies dan penggunaan obat

steroid selama masa pengobatan.27

4. Resisten telah dilaporkan pada penggunaan obat lindane, permetrin dan

crotamiton.16

Page 35: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

21

Serta menghilangkan faktor predisposisi, prognosis dari penyakit ini

adalah baik.11

2.2 Salep 3-6

Salep 3-6 terdiri atas campuran asam salisilat 3% dan sulfur 6%. Obat ini

telah dipakai sejak dahulu untuk mengobati skabies.16

2.2.1 Asam Salisilat

Gambar 2. 8 Struktur kimia asam salisilat. Sumber: PubChem. Diakses dari:

http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov.

Nama kimia 2-Hydroxybenzoic acid, dengan rumus kimia C7H6O3

merupakan senyawa yang diperoleh dari kulit pohon willow putih dan daun dari

tanaman wintergreen. Asam salisilat dapat berbentuk bubuk kering, cairan dan

butiran kristal berwarna putih dan tidak berbau.

Asam salisilat bersifat bakteriostatik, fungisida, dan keratolitik.31

Sebagai

obat, asam salisilat digunakan secara topikal sebagai anti infeksi, antifungal dan

keratolitik dan dapat digunakan bersama dengan bahan lain seperti asam benzoat,

tar, resorsin dan sulfur.31

Bila dikombinasikan dengan sulfur, efeknya sinergik.39

Pada konsentrasi 2% bersifat keratoplastik, dalam salap digunakan untuk

merangsang epitel pada ulkus yang telah bersih.39

Pada konsentrasi 3%-20%

bersifat keratolitik, digunakan untuk dermatosis yang hiperkeratolitik.39

Asam

salisilat 3%-5% juga bersifat mempertinggi absorbs perkutan bahan-bahan aktif.39

Pada konsentrasi tinggi 30%-60% bersifat destruktif digunakan sebagai

Page 36: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

22

pengobatan halus dan veruka.39

Asam salisilat tidak digunakan untuk sistemik

karena dapat menyebabkan efek iritasi yang parah pada mukosa saluran cerna dan

jaringan lain.28

Konsentrasi yang tinggi yaitu diatas 20% dapat memberikan efek

terbakar pada kulit sehingga penggunaan obat yang berlebihan dapat

menyebabkan nekrosis pada jaringan normal.28

Asam salisilat diabsorpsi secara cepat pada kulit, khususnya jika

diaplikasikan dalam bentuk salep.29

Efek samping dari asam salisilat adalah iritasi

ringan dan dermatitis kontak, sedangkan pemakaian luas dapat mengakibatkan

gejala seperti keracunan asam salisilat sistemik.30

Gejala keracunan asam salisilat

diantaranya mual, muntah, rasa tidak enak di epigastrium, tinnitus, gangguan

pendengaran, berkeringat, vasodilatasi perifer, takipneu dan hiperpneu.31

2.2.2 Sulfur

Sulfur atau Belerang adalah unsur kimia yang berbentuk zat padat kristal

kuning.30

Di alam, belerang ditemukan sebagai unsur murni atau mineral sulfida

dan sulfat.30

Belerang dapat berbentuk serbuk kering, cairan, kristal, padatan dan

gas.30

Sulfur murni tidak berbau, tetapi dalam bentuk hidrogen sulfida bau seperti

telur busuk.30

Yang digunakan ialah sulfur yang terhalus, yaitu sulfur

presipitatum (belerang endap) berupa bubuk kuning kehijauan.39

Sulfur bersifat antiseboroik, antiakne, antiskabies, antibakteri positif-

Gram, dan anti jamur.39

Biasanya dipakai dalam konsentrasi 4%-20%.39

Sulfur

topikal 5-10% dalam bentuk salep digunakan sebagai pengobatan skabies.32

Mekanisme kerja sulfur topikal dengan cara membentuk hidrogen sulfida

dan/atau asam polithionik yang mendesak aktivitas germisida (zat pembunuh

mikroorganisme) dan toksik bagi Sarcoptes scabiei.32

Sulfur presipitatum dalam sabun terkandung sulfur 10% dan dapat

dikombinasikan dengan asam salisilat dengan kandungan sulfur 10%, asam

salisilat 3%.30

Sabun sulfur digosokkan dengan lembut pada seluruh tubuh

terutama yang terdapat lesi sampai berbusa selama 3-5 menit.37

Kemudian bilas

secara menyeluruh menggunakan air hangat.37

Pemakaian sabun diulang kembali

dan bilas.37

Sabun sulfur 10% digunakan 2 kali sehari setiap mandi.37

Pada

sebuah penelitian uji klinis produk salep oleh Alebiosu dkk di Nigeria (2003),

observasi dilakukan pada minggu ke-6 setelah diberikan pengobatan kombinasi

Page 37: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

23

salep sulfur dan sabun non sulfur.7 Sabun sulfur disimpan pada suhu antara 15

o-

30oC.

37 Salep sulfur dikombinasikan dengan asam salisilat dengan perbandingan

1:2. Salep 3-6 terdiri dari 3% asam salisilat dan 6% sulfur, lebih dipilih.12,16

Sebelum memakai salep, bersihkan seluruh tubuh dengan sabun dan air dan

keringkan.37

Salep sulfur dioleskan secara lembut di seluruh tubuh mulai dari

leher kebawah sebelum tidur selama 3 hari.12,16,25,26,37

Salep sulfur dihapus dengan

mandi setelah 24 jam pemakaian salep terkahir, kemudian salep dioleskan

kembali.25,37

Penyimpanan salep sulfur pada keadaan tertutup dengan suhu 15o-

30oC dan hindari terjadi pembekuan.

37

Pada penelitian Moh.Amer (1981) terhadap 22 bayi yang diberi

pengobatan salep sulfur 5% didapatkan angka kesembuhan klinis sebanyak 15

orang (68,2%) pada follow up 1 dan 18 orang (81,8%) pada follow up 2.6

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Eka (2004) terhadap 16 santri

dari 3 pondok pesantren di wilayah Kabupaten Kendal menggunakan salep sulfur

2-4, didapatkan angka kesembuhan klinis sebanyak 2 orang (12,5%) pada follow

up 1, 11 orang (68,8%) pada follow up 2, dan 14 orang (87,5%) pada follow up

3.15

Page 38: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

24

2.3 Kerangka teori

2.4 Kerangka konsep

Page 39: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

25

2.5 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Salep 3-6 Salep 3-6

merupakan salep

yang mengandung

zat aktif asam

salisiliat 3% dan

sulfur 6% yang

efektif untuk

mengobati

penyakit

skabies.39

Aplikasikan salep

3-6 seluruh tubuh

mulai dari leher ke

bawah selama 8

jam 3 hari

berturut-turut.38

Salep 3-6

diaplikasikan ulang

setelah wudhu

pada bagian salep

yang terhapus oleh

air.

Catatan harian

pemakaian salep

3-6

1. Ya

2. Tidak

Kriteria :

1. Ya :

Salep 3-6 telah

diaplikasikan sesuai

arahan

2. Tidak :

Salep 3-6 tidak atau

kurang lengkap

diaplikasikannya

Nominal

Sabun sulfur

10%

Sabun sulfur 10%

merupakan terapi

topikal dalam

sediaan sabun

yang mengandung

10% sulfur.37

Aplikasikan sabun

sulfur tiap mandi

pagi dan sore 3-5

menit selama 6

minggu.7,37

Catatan harian

pemakaian

sabun sulfur

1. Ya

2. Tidak

Kriteria :

1. Ya :

Sabun sulfur

diaplikasikan sesuai

arahan

2. Tidak :

Sabun sulfur tidak

atau kurang lengkap

diaplikasikannya

Nominal

Page 40: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

26

Kesembuhan

klinis

skabies

Kesembuhan

klinis skabies

ditandai dengan

tidak ada lesi baru

dalam dua

minggu, papul,

dan vesikel

meenghilang

80%.40

Anamnesis dan

pemeriksaan fisik

setelah

pengobatan di

minggu pertama,

minggu kedua dan

minggu ketiga

Catatan kontrol

minggu

pertama,

minggu kedua

dan

minggu ketiga

1. Sembuh

2. Tidak Sembuh

Kriteria:

1. Sembuh : Tidak

ada lesi baru

dalam dua

minggu, papul

dan vesikel

menghi lang

80%.4 0

2.Tidak Sembuh:

Terdapat lesi baru

pada kontrol 1

minggu kemudian.40

Nominal

Page 41: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian uji klinis untuk mengetahui kecepatan

sembuh penyakit skabies dengan terapi kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10%

dibandingkan salep 3-6 tunggal.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Ummul Qura, Pondok Cabe

selama 3 minggu dimulai dari tanggal 21 Maret 2015 sampai 11 April 2015.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah santri dari Pondok Pesantren Ummul Qura yang

memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Sampel penelitian yang diambil

sebanyak jumlah perhitungan sampel.

3.3.1 Jumlah Sampel

Penelitian ini menggunakan rumus besar sampel penelitian analitik

kategorik tidak berpasangan sebagai berikut.

√ √

√ √

Keterangan

n = jumlah sampel tiap kelompok

Zα = derivat baku alfa 1-arah 5% = 1,64

Page 42: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

28

Zβ = derivat baku beta 20%= 0,84

P2 = proporsi kesembuhan salep standar menurut pustaka = 0,69

Q2 = 1-P2= 1-0,69= 0,31

P1-P2 = selisih proporsi minimal= 0,20

P1 = proporsi kesembuhan obat yang diuji = P2+0,20 = 0,69+0,20= 0,89

Q1 = 1-P1= 1-0,89 = 0,11

P =

Q = 1- P = 1- 0,79 = 0,21

Berdasarkan rumus tersebut, dibutuhkan minimal 26 orang untuk setiap

kelompok perlakuan sehingga jumlah sampel 52 orang.

3.3.2 Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara consecutive

sampling. Semua santri yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi

termasuk sebagai sampel penelitian sampai jumlah sampel terpenuhi.

Sebagai parameter evaluasi kesembuhan klinis skabies digunakan kontrol

positif dan kontrol negatif dengan jumlah kontrol masing-masing 1 orang yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.3.3 Kriteria Sampel

3.3.3.1 Kriteria Inklusi

1. Santri dengan gejala klinis skabies dan memenuhi kriteria diagnosis

skabies.

2. Santri yang belum mendapatkan pengobatan skabies.

3. Santri Pondok Pesantren Ummul Qura yang bersedia menjadi sampel

peneilitian.

4. Santri yang tinggal serta menginap di Pondok Pesantren Ummul Qura.

3.3.3.2 Kriteria Ekslusi

1. Santri dengan komplikasi skabies seperti penyakit infeksi sekunder.

2. Santri dengan riwayat hipersensitivitas terhadap obat sulfur.

Page 43: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

29

3.3.3.3 Kriteria Drop Out (DO)

1. Santri yang tidak mengikuti pengobatan sesuai anjuran sebagai sampel

penelitian.

2. Santri yang mengundurkan diri dari sampel penelitian.

3.4 Variabel

3.4.1 Variabel Bebas

Salep 3-6 dan sabun sulfur 10%

Salep 3-6

3.4.2 Variabel terikat

Kesembuhan skabies

3.5 Alat dan Bahan

3.5.1 Alat

Hand schoen

Kaca pembesar

Senter

Kamera

Catatan harian pemakaian obat

3.5.2 Bahan

Salep 3-6

Sabun sulfur 10% yaitu Sabun JF Sulfur®

Sabun non-sulfur dan non-antiseptik yaitu Sabun Giv®

3.6 Cara Kerja Penelitian

1. Dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis

skabies kepada seluruh santri.

2. Sampel diambil secara consecutive sampling berdasarkan kriteria inklusi

dan kriteria eksklusi.

3. Pengisian Informed Consent oleh santri yang bersedia mengikuti

penelitian.

Page 44: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

30

4. Sampel yang terkumpul dibagi menjadi dua kelompok dengan alokasi

sampel secara randomisasi sederhana (simple randomization).

5. Kelompok I diberi pengobatan kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10%

dan Kelompok II diberi pengobatan salep 3-6 dan sabun non sulfur

maupun nonantiseptik.

6. Aplikasi salep 3-6 sebelum tidur selama 8 jam 3 hari berturut-turut,

dioleskan seluruh tubuh mulai dari leher sampai kaki. Sabun sulfur 10%

dipakai setiap mandi 2x per hari selama 6 minggu.

7. Observasi pemakaian obat dan dikontrol oleh pengawas pemakai obat

dengan catatan harian pemakaian obat masing-masing santri.

8. Setelah 1 minggu dari hari pertama pemakaian obat dilakukan evaluasi

klinis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik kembali untuk menilai

kesembuhan penyakit skabies.

9. Jika tidak terdapat kesembuhan klinis skabies maka pengobatan diulang

kembali pada hari ke 7.

10. Observasi dilakukan dalam kurun waktu 3 minggu kemudian data yang

diperoleh diolah.

Page 45: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

31

3.7 Alur Penelitian

Page 46: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

32

3.8 Manajemen Data

3.8.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik

untuk menegakkan diagnosis kerja skabies dan menentukan kesembuhan klinis

skabies.

3.8.2 Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan SPSS versi 21.

3.8.3 Analisa Data

Analisa perbedaan efektivitas obat dilakukan dengan menggunakan uji

Fisher’s Exact.

3.8.4 Rencana Penyajian Data

Data hasil penelitian secara deskriptif dan analitik dalam bentuk tabel,

grafik dan gambar.

3.9 Etika Penelitian

a. Mendapat persetujuan untuk melakukan penelitian dari Kaprodi

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Mendapat persetujuan untuk melakukan penelitian dari Komite Etik

Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

c. Mendapat persetujuan untuk melakukan penelitian dari pihak Pondok

Pesantren Ummul Qura.

d. Semua subjek penelitian akan diberikan penjelasan secara lisan dan

tertulis mengenai tujuan dan cara penelitian.

e. Penelitian ini akan dijalankan setalah mendapatkan persetujuan secara

sukarela (informed consent) dari sampel.

f. Subjek yang akan diteliti berhak menolak untuk tidak mengikuti

penelitian.

Page 47: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik kulit pada

240 santri Pondok Pesantren Ummul Qura, didapatkan 44 santri skabies dengan 20

santri skabies dengan infeksi sekunder dan 24 santri skabies tanpa infeksi

sekunder. Berdasarkan pengambilan sampel dengan consecutive sampling serta

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan 24 santri memenuhi kriteria

tersebut sebagai sampel penelitian. Jumlah sampel tidak sesuai dengan perhitungan

besar sampel yaitu 52 orang. Hal ini dikarenakan kurangnya waktu penelitian dan

kejadian skabies saat pengambilan sampel di Pondok Pesantren Ummul Qura

sedikit.

Dari 24 santri sampel penelitian dilakukan alokasi sampel menggunakan

random sampling sehingga didapatkan 13 santri diberikan pengobatan kombinasi

salep 3-6 dan sabun sulfur dan 11 santri diberikan pengobatan salep 3-6 tunggal.

Sebagai parameter kesembuhan klinis digunakan kontrol positif dan

kontrol negatif dengan jumlah kontrol masing-masing 1 orang yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi. Kontrol positif diberikan pengobatan dengan obat

standar yaitu permetrin 5% dan di evaluasi 1 minggu berikutnya. Hasil evaluasi

pengobatan permetrin 5% didapatkan hasil sesuai panduan praktik klinik

departemen penyakit kulit dan kelamin RSCM tahun 2012 yaitu tidak terdapat lesi

baru, papul dan vesikel menghilang >80%. Sedangkan kontrol negatif tidak

diberikan pengobatan skabies apapun dan didapatkan hasil tidak ada perbaikan

rasa gatal dan lesi kulit setelah evaluasi 1 minggu berikutnya.

Page 48: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

34

4.1 Prevalensi Skabies di pondok pesantren.

Prevalensi Skabies di Pondok Pesanten Ummul Qura dapat dilihat pada

tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.12Prevalensi skabies di Pondok Pesantren Ummul Qura

Kejadian Frekuensi Persentase (%)

Skabies Dengan Infeksi

Sekuder 20 8,3%

18,3% Tanpa Infeksi

Sekunder 24 10%

Tidak Skabies 196 81,7 %

Jumlah 240 100,0 %

Pondok pesantren tempat dilakukan penelitian ini adalah pondok pesantren

Ummul Qura di Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan. Dari 240 santri yang

diperiksa didapatkan 44 santri (18,3%) yang menderita skabies. Skabies dengan

infeksi sekunder sejumlah 20 santri (8,3%) dan skabies tanpa infeksi sekunder

sejumlah 24 santri (10%). Prevalensi skabies ini termasuk rendah sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Eka (2004), prevalensi skabies di 3 pondok

pesantren wilayah Kendal sebesar 18,1 %.15

Pada penelitian ini, prevalensi skabies yang rendah kemungkinan

disebabkan oleh berbagai hal sebagai berikut.

1. Fluktuasi kejadian skabies berhubungan dengan perubahan musim. Penelitian

ini dilakukan pada bulan maret akhir sampai april awal saat musim kemarau.

Variasi prevalensi skabies di berbagai tempat kemungkinan disebabkan oleh

faktor usia, jenis kelamin, ras, kepadatan hunian, higienitas, dan musim.17

Berdasarkan data BMKG, daerah tropis memiliki suhu hangat biasanya diatas

22oC. Sedangkan pada musim kemarau, suhu udara tinggi yaitu >30

oC dan

kelembaban udara rendah mencapai 55%. Kondisi ini tidak mendukung

kelangsungan hidup tungau Sarcoptes scabiei. Pada iklim tropis dengan suhu

30oC dan kelembaban relatif 75%, tungau betina dapat bertahan hidup selama

55-67 jam diluar host.17

Page 49: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

35

2. Berdasarkan observasi, santri tidak tidur menggunakan kasur tetapi tidur di

lantai. Peneliti menduga transmisi skabies secara tidak langsung seperti

melalui kasur, seprai, dan selimut kejadiannya rendah sehingga transmisi

skabies secara langsung lebih berperan yaitu kontak langsung antara kulit

dengan kulit pada santri di Pondok Pesantren Ummul Qura.

4.2 Karakteristik penderita

4.2.1 Distribusi penderita berdasarkan jenis kelamin

Distribusi penderita skabies berdasarkan jenis kelamin di Pondok Pesantren

Ummul Qura dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.23Distribusi penderita skabies berdasarkan jenis kelamin.

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-Laki 30 68,2 %

Perempuan 14 31,8 %

Jumlah 44 100,0 %

Dari 44 santri yang menderita skabies, penderita santri laki-laki adalah 30

santri (68,2%), lebih banyak dibandingkan dengan santri perempuan 14 santri

(31,8%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Eka (2004), jumlah

penderita skabies laki-laki 27 santri (84,4%) dan perempuan 5 santri (15,4%).15

Penelitian Suci dkk (2013) juga menunjukkan hasil yang sama yaitu sebagian

besar laki-laki 76 orang (55,1%) dibandingkan perempuan 62 orang (44,9%).18

Penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari dan Saleha Sungkar (2014) menunjukkan

prevalensi skabies berhubungan dengan jenis kelamin (p=0,048) prevalensi

skabies santri laki-laki 66 (57,4%) sedangkan prevalensi skabies santri perempuan

33 (42,9%).5

Penyebab hal ini diduga karena higienitas personal laki-laki kurang.

Perempuan lebih cenderung menjaga kebersihan dan penampilan diri sedangkan

laki-laki tidak memperhatikan penampilan diri sehingga berpengaruh terhadap

perawatan kebersihan diri.18

Higienitas dan penampilan diri antara lain seperti

perilaku saling meminjam pakaian dan handuk, kebiasaan mandi, dan kebiasaan

mengganti pakaian, kebiasaan memakai selimut bersama, dan kebiasaan mencuci

Page 50: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

36

pakaian bersama berhubungan dengan kejadian skabies.19

Pada penelitian Suci dkk

(2013) menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kejadian skabies dengan

personal hygiene (p<0,05).18

4.2.2 Distribusi penderita berdasarkan usia

Menurut Depkes RI (2009), kategori usia adalah sebagai berikut.

1. Masa balita : 0-5 tahun

2. Masa kanak-kanak : 5-11 tahun

3. Masa remaja awal : 12-16 tahun

4. Masa remaja akhir : 17-25 tahun

5. Masa dewasa awal : 26-35 tahun

6. Masa dewasa akhir : 46-55 tahun

7. Masa lansia awal : 56-65 tahun

8. Masa lansia akhir : 65-sampai atas.

Berdasarkan kategori usia diatas maka distribusi penderita skabies

berdasarkan usia di Pondok Pesantren Ummul Qura dapat dilihat pada tabel 4.3

berikut ini.

Tabel 4.34 Distribusi penderita skabies berdasarkan usia

Kelompok usia Frekuensi Persentase

≤ 11 tahun 3 6,8 %

12 - 16 tahun 39 88,6 %

> 16 tahun 2 4,5 %

Jumlah 44 100,0 %

Pada tabel diatas, hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah penderita

skabies lebih banyak pada kelompok usia 12-16 tahun yaitu sebanyak 39 santri

(88,6%), sedangkan kelompok usia ≤ 11 tahun sebanyak 3 santri (6,8%), dan

kelompok usia >16 tahun sebanyak 2 santri (4,5%). Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian Eka (2004) didapatkan hasil pada kelompok usia 11-15 tahun

sebanyak 21 orang (66%).15

Penelitian Riris (2010) menunjukkan bahwa kelompok

umur 12-14 tahun lebih banyak menderita skabies yaitu sebanyak 53 orang

(55,79%) dibandingkan kelompok umur 15-17 tahun sebanyak 30 orang

(31,58%).19

Pada penelitian Suci dkk (2013), santri yang skabies paling banyak

Page 51: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

37

berusia 13 tahun sebesar 26,8% diikuti usia 16 tahun sebesar 20,3% , usia 14 tahun

18,1% dan usia 15 tahun 13,8%.18

Penelitian yang dilakukan oleh Nanda (2014)

terdapat hubungan antara umur dengan kejadian skabies. Penelitian tersebut

menunjukkan semakin umur responden mendekati remaja mempunyai risiko

terkena skabies (OR=2,263).20

Hasil ini sesuai dengan teori prevalensi skabies tertinggi adalah anak-anak

sampai remaja, kemudian menurun pada kelompok dewasa muda, dan meningkat

kembali pada lansia.17

4.2.3 Distribusi penderita berdasarkan tingkat pendidikan

Distribusi penderita skabies berdasarkan tingkat pendidikan di Pondok

Pesantren Ummul Qura dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.45 Distribusi penderita skabies berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

MTS/SMP 38 86,4 %

MA/SMA 6 13,6 %

Jumlah 44 100,0 %

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah penderita skabies lebih banyak

pada tingkat pendidikan MTS/SMP yaitu sebanyak 38 santri (86,4%)

dibandingkan dengan santri MA/SMA sebanyak 6 santri (13,6%). Hasil penelitian

ini sesuai dengaan penelitian Ratnasari dan Saleha Sungkar (2014), terdapat

perbedaan bermakna (p=0,023) prevalensi skabies pada santri MTS/SMP (58,1%)

lebih tinggi dibandingkan santri MA/SMA (41,3%).5

Pada penelitian Suci dkk

(2013), kejadian skabies paling banyak pada tingkat pendidikan Wustha/SMP

yaitu sebanyak 110 orang (79,7%).18

Tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan pengetahuan termasuk

pengetahuan tentang kesehatan.5 Umumnya tingkat pendidikan mempengaruhi

prevalensi penyakit di komunitas.5 Hal ini dikarenakan orang dengan tingkat

pendidikan rendah memiliki kesadaran yang rendah mengenai pentingnya higiene

pribadi dan tidak mengetahui bahwa higiene buruk berperan penting dalam

penularan penyakit.5 Responden dengan tingkat pendidikan rendah lebih berisiko

Page 52: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

38

tertular penyakit skabies.18

Semakin tinggi pendidikan sesorang semakin banyak

mendapatkan pelajaran bagaimana cara pencegahan penyakit menular.18

4.3 Hasil Uji Klinis

Uji klinis yang dilakukan hanya pada 24 santri yang skabies dikarenakan

20 santri skabies yang lain sudah mengalami infeksi sekunder. Jumlah responden

dengan alokasi random sampling adalah kelompok I yang diberikan pengobatan

kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% sebanyak 13 santri dan kelompok II

yang diberikan pengobatan salep 3-6 tunggal sebanyak 11 santri.

Penentuan uji klinis sembuh dan tidak sembuh pada santri yang skabies

berdasarkan parameter kontrol positif dan kontrol negatif yang diberikan

pengobatan obat standar yaitu permetrin. Hasil uji klinis penelitian ini adalah

sebagai berikut.

Tabel 4.56 Uji beda kesembuhan pada kedua kelompok penelitian.

Follow up Kelompok

Perlakuaan

Sembuh Tidak Sembuh

P Frekuensi

Presentase

(%) Frekuensi

Presentase

(%)

Follow up

1

Salep 3-6 dan

sabun sulfur 11 84,6% 2 15,4%

0,283

Salep 3-6

saja 11 100% 0 0,0%

Follow up

2

Salep 3-6 dan

sabun sulfur 13 100% 0 0,0%

-

Salep 3-6

saja 11 100% 0 0,0%

Follow up

3

Salep 3-6 dan

sabun sulfur 10 83,3% 3 16,7%

0,585

Salep 3-6

saja 9 75,0% 2 25,0%

Berdasarkan parameter kontrol positif dan kontrol negatif yang mengacu

pada kriteria sembuh panduan praktik klinik RSCM tahun 2012 yaitu kesembuhan

klinis adalah tidak ada lesi baru dalam dua minggu, papul dan vesikel menghilang

Page 53: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

39

80%.40

Hasil angka kesembuhan klinis pada penelitian ini didapatkan kelompok

dengan perlakuan kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% pada follow up 1

sebanyak 11 santri (84,6%), follow up 2 sebanyak 13 santri (100%), dan follow up

3 sebanyak 10 santri (83,3%).

Angka kesembuhan klinis kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur pada

penelitian ini termasuk tinggi pada setiap follow up sesuai dengan uji klinis produk

salep di Nigeria (2003) oleh Alebiosu dkk pada 12 penderita skabies

mengaplikasikan kombinasi salep Sulfur BP dengan sabun non sulfur selama 6

minggu, didapatkan hasil sebanyak 100% penderita sembuh.7

Hasil angka kesembuhan klinis kelompok dengan perlakuan salep 3-6

tunggal pada penelitian ini menunjukkan pada follow up 1 sebanyak 11 santri

(100%), follow up 2 sebanyak 11 santri (100%) dan follow up 3 sebanyak 9 santri

(75,0%). Angka kesembuhan klinis salep 3-6 tunggal juga termasuk tinggi.

Sedangkan pada penelitian Moh.Amer (1981) terhadap 22 bayi yang diberi

pengobatan salep sulfur 5% didapatkan angka kesembuhan klinis sebanyak 15

orang (68,2%) pada follow up 1 dan 18 orang (81,8%) pada follow up 2.6 Pada

penelitian yang dilakukan oleh Eka (2004) terhadap 16 santri dari 3 pondok

pesantren di wilayah Kabupaten Kendal menggunakan salep sulfur 2-4 selama 3

hari berturut-turut dengan observasi selama 3 minggu, didapatkan angka

kesembuhan klinis sebanyak 2 orang (12,5%) pada follow up 1, 11 orang (68,8%)

pada follow up 2, dan 14 orang (87,5%) pada follow up 3.15

Selisih perbedaan kesembuhan pada kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur

10% dengan salep 3-6 tunggal yang kecil kemungkinan disebabkan oleh beberapa

hal sebagai berikut.

1. Jumlah sampel sedikit dan waktu penelitian yang kurang sehingga

hasil perbandingan proporsi kesembuhan antar kedua kelompok

menjadi tidak bermakna secara statistik (p>0,05).

2 Efektivitas sabun sulfur baru dapat dinilai dengan waktu observasi

yang lebih lama. Pada sebuah penelitian uji klinis produk salep oleh

Alebiosu dkk di Nigeria (2003), observasi dilakukan pada minggu ke-

6 setelah diberikan pengobatan kombinasi salep sulfur dan sabun non

Page 54: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

40

sulfur.7 Pada penelitian ini sabun sulfur digunakan selama 3 minggu,

sehingga efektivitas sabun tidak dapat dinilai.

Gambar 4.19Perbandingan proporsi angka kesembuhan klinis pada kelompok

kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur dengan kelompok salep 3-6 tunggal pada

follow up 3 minggu.

Dari uji Fisher’s Exact antara kelompok kombinasi salep 3-6 dan sabun

sulfur dengan kelompok salep 3-6 tunggal didapatkan pada follow up 1 nilai

p=0,283 dan follow up 3 nilai p=0,585 yang berarti tidak terdapat perbedaan

bermakna proporsi kesembuhan antar kelompok serta pada follow up 2 proporsi

kesembuhan antar kelompok konstan 100% sehingga uji statistik tidak dapat

dilakukan. Hal ini juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan.

Berdasarkan jumlah santri yang sembuh pada follow up 1, kelompok

kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% sebesar 84,6% sedangkan kelompok

salep 3-6 tunggal sebesar 100%. Demikian juga pada follow up 2, jumlah santri

yang sembuh pada kelompok kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% sebesar

100% dan kelompok salep 3-6 tunggal sebanyak 100%. Sedangkan pada follow up

3, kelompok kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% sebesar 83,3% dan

kelompok salep 3-6 tunggal sebesar 75%. Hal ini menunjukkan bahwa baik

kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% maupun salep 3-6 tunggal efektif dalam

mengobati skabies karena tidak terdapat perbedaan efektivitas pengobatan yang

84,6

100

83,3

100 100

75

0

20

40

60

80

100

120

Follow up 1 Follow up 2 Follow up 3

Per

sen

tase

(%

)

Follow up minggu ke-

Perbandingan Proporsi Kesembuhan Klinis

salep 3-6 dan sabun sulfur

salep 3-6

p=0,585

p=0,283

Page 55: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

41

signifikan di setiap follow up antar kedua kelompok berdasarkan jumlah santri

yang sembuh.

Pada follow up 1 didapatkan angka kesembuhan klinis kombinasi salep 3-6

dan sabun sulfur sebesar 84,6 % dan salep 3-6 tunggal sebesar 100%. Hal

disebabkan oleh berbagai respons pasien yang berbeda terhadap obat. Berbagai

faktor yang dapat mempengaruhi respons pasien terhadap obat diantaranya sebagai

berikut.41

Gambar 4.210Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi respons pasien terhadap

obat. Sumber: Farmakologi dan Terapi, FKUI,2007.

Pada follow up 3 penelitian ini didapatkan 4 orang mengalami reinfestasi

skabies, hal ini kemungkinan disebabkan oleh transmisi dari lingkungan sekitar

dan tatalaksana non farmakologi seperti merendam pakaian pada suhu >50oC

selama 10 menit atau menyimpan pakaian dalam plastik selama 5-7 hari dan

menjemur kasur pada suhu yang panas selama 20 menit tidak dilakukan.

Page 56: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

42

4.4 Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Jumlah sampel penelitian tidak memenuhi perhitungan besar

sampel. Hal ini dikarenakan waktu penelitian yang kurang dan

kejadian skabies saat pengambilan sampel di Pondok Pesantren

Ummul Qura sedikit.

2. Penelitian ini hanya melakukan tatalaksana farmakologi berupa

pengobatan menggunakan salep 3-6 dan sabun sulfur 10% dan

tidak melakukan tatalaksana non farmakologi seperti memutus

rantai transmisi skabies dengan cara merendam pakaian pada suhu

>50oC selama 10 menit atau menyimpan pakaian dalam plastik

selama 5-7 hari dan menjemur kasur pada suhu yang panas selama

20 menit tidak dilakukan.

Page 57: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

43

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan yang

telah dibahas sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Prevalensi penyakit skabies di Pondok Pesantren Ummul Qura sebesar

18,3%.

2. Distribusi penyakit skabies berdasarkan jenis kelamin di Pondok

Pesantren Ummul Qura, lebih banyak pada laki-laki yaitu sebesar

68,2% dibandingkan perempuan 31,8%.

3. Distribusi penyakit skabies berdasarkan usia di Pondok Pesantren

Ummul Qura, lebih banyak pada kelompok usia 12-16 tahun yaitu

sebesar 88,6%.

4. Distribusi penyakit skabies berdasarkan tingkat pendidikan di Pondok

Pesantren Ummul Qura, lebih banyak pada tingkat pendidikan

MTS/SMP yaitu sebesar 86,4%.

5. Tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik pada perbandingan

efektivitas kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% dengan salep 3-6

tunggal dalam pengobatan skabies di Pondok Pesantren Ummul Qura.

Angka kesembuhan klinis kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10%

pada follow up 1 sebesar 84,6%, follow up 2 sebesar 100%, dan follow

up 3 sebesar 83,3%, sedangkan angka kesembuhan klinis salep 3-6

tunggal pada follow up 1 sebanyak 11 santri (100%), follow up 2

sebanyak 11 santri (100%) dan follow up 3 sebanyak 9 santri (75,0%).

6. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi

kombinasi salep 3-6 dan sabun sulfur 10% tidak lebih efektif

dibandingkan salep 3-6 tunggal pada pengobatan skabies di Pondok

Pesantren Ummul Qura.

Page 58: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

44

5.2 Saran

1. Dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan jumlah sampel

lebih banyak sesuai rumus penelitian analitik. Dilakukan penelitian

lanjutan dengan menggunakan waktu yang lebih lama untuk observasi.

2. Dilakukan penelitian lanjutan untuk menilai efek samping dari obat

salep sulfur 6%.

3. Pihak Pondok Pesantren Ummul Qura menyelenggarakan penyuluhan

dan edukasi mengenai higienitas personal untuk meminimalisir dan

mengubah perilaku saling pinjam pakaian dan handuk, serta

mengurangi kepadatan hunian ruang tidur.

Page 59: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

45

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan RI.

Jakarta;1987.

2. Kristina RS. Pengaruh Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene

Terhadap Kejadian Penyakit Skabies Pada Warga Binaan Pemasyarakatan

Yang Berobat Ke Klinik Di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan[Tesis].

Medan: Universitas Sumatera Utara; 2012.

3. Tabri F. Skabies Pada Bayi dan Anak. Dalam : Boediardja SA, Sugito TL,

Kurniati DD, Elandari, editor. Infeksi Kulit Pada Bayi dan Anak. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI; 2003. h. 62-80

4. Saleha S. Skabies. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia;

1995. h. 4-9.

5. Amajida FR, Saleha S. Prevalensi Skabies dan Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Di Pesantren X, Jakarta Timur. eJKI. Vol. 2, No.1, April

2014. Diperoleh tanggal 25 Februari 2015 dari http://www.journal.ui.ac.id.

6. Binarso I. Skabies di panti asuhan se Kota Madya Semarang Hasil

perbandingan pengobatan salep 2-4 dan gameksan 1%. Semarang: Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro Bagian Kulit dan Kelamin;1991.

7. CO Alebiosu, A Ogunledun, DS Ogunleye. A Report of Clinical Trial

Conducted on Toto Ointment and Soap Products. J Natl Med Assoc. 2003

Jan; 95(1): 95–105.

8. Harold PT. Scabies: Its Treatment With a Special Sulfur Soap. Cal West

Med. 1940 Dec; 53(6): 271–272.

9. Olivier C. Scabies. N Engl J Med 2006; 354(16):1718-27.

10. Saleha S. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Ed 4. Jakarta: Badan

Penerbit FKUI; 2008.

11. Graham J, Mike S. Scabies: diagnosis and treatment. BMJ 2005; 331:619-

622.

Page 60: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

46

12. Ronny PH. Skabies. Dalam: Adhi D, Mochtar H, Siti A, editor. Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010.

13. GR Scott. European Guideline for The Magement of Scabies. Int J STD

AIDS. 2011 Jun;22(6):301-3.

14. CDC. Scabies. 2010. Available from: http://www.cdc.gov.

15. Eka NC. Uji Banding Efektifitas Krim Permetrin 5% dan Salep 2-4 Pada

Pengobatan Skabies[Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2004.

16. K Karthikeyan. Treatment of Scabies: Newer Perspectives. Postgrad Med J

2005;81:7-11.

17. RJ Hay, AC Steer, D Engelman, S Walton. Scabies In The Developing

World – Its Prevalence, Complications, And Management. Clin Microbiol

Infect 2012; 18:313-23.

18. Suci CA, Rima S, Gayatri. Hubungan Personal Hygiene Dengan Kejadian

Skabies Di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pecah,

Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2013. Jurnal Kesehatan

Andalas,2013;2(3):164-7. Diakses pada tanggal 6 Juni 2015 dari

http://www.jurnal.fk.unand.ac.id.

19. Riris NR. Hubungan Antara Faktor Pengetahuan dan Perilaku dengan

Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta[Skripsi].

Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2010.

20. Nanda IWH. Hubungan Karakteristik, Faktor Lingkungan dan Perilaku

Dengan Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Darul Amanah Desa

Kabunan Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal. 2014. Diakses pada

tanggal 6 Juni 2015 dari http://www.eprints.dinus.ac.id.

21. Megan B. Scabies. Medscape. Diakses pada tanggal 19 Juni 2015 dari

http://www.medscape.com.

22. Karnen GB. Imunologi Dasar. Edisi 9. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2010.

h.380-95.

23. Kumar, Abbas, Fausto. Robins and Cotran: Pathologic Basis of Disease.

Ed.7. China: Elsevier Saunders;2005.

24. Abbas AK, Lichtman AH. Basic Immunology. Ed. 3. Elsevier

Saunders;2009. h.201-7.

Page 61: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

47

25. The International Foundation For Dermatology. Management of Scabies.

2015. Diakses pada tanggal 19 Juni 2015 dari http://www.ifd.org.

26. WA Dodd. Itching Skin in Children. BCMJ, Vol. 46, No.10, December

2004. h.510-515.

27. Michigan Departement of Community Health. Scabies Prevention and

Control Manual. May 2005.

28. American Society of Health-System Pharmacists. American Hospital

Formulary Service: Drug Information. GK McEvoy(ed.). 2007. h.3545

29. JG Hardman, LE Limbird. Goodman and Gilman’s The Pharmacological

Basis of Therapeutics. Edisi 10. New York, NY: McGraw-Hill;2001. h.700

30. Martindale. Dermatological Agents. Dalam: Martindale The Extra

Pharmacooeia. Edisi 29. London: The Pharmaceutical Press; 1989:931-33.

31. International Programme on Chemical Safety. Poisons Information

Monograph: Salicylic Acid (PIM 642). 1998. Diakses pada tanggal 21 Juni

2015 dari http://www.inchem.org.

32. American Society of Health-System Pharmacists. American Hospital

Formulary Service:Drug Information. Bethesda, MD. 2011.

33. Brown RG, Bruns T. Lecture Notes Dermatology. Edisi 8. Jakarta:Penerbit

Erlangga;2002. h.42-47.

34. Marwali H. Penyakit Kulit. Jakarta: Gramedia;2008. h.100.

35. Thomas PH. Clinical Dermatology. China: Mosby;2003. h.497-505.

36. Siti BK. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI;2007. h:182

37. Anonymous. Sulfur (Topikal). Drugs. 1993. Diakses pada tanggal 23 Juni

2015 dari http://www.drugs.com.

38. Lowell AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, Klaus W.

Skabies. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Ed 8. Mc Graw

Hill;2012. h. 2569-72.

39. Adhi D. Pengobatan topikal dalam bidang dermatologi. Jakarta: Yayasan

Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia;1994.

40. Anonymous. Skabies. Panduan Praktik Klinik Departemen Penyakit Kulit

dan Kelamin. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo; 2012.

Page 62: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

48

41. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi.

Ed 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2007.

Page 63: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

49

Lampiran 1

Surat Permohonan EthicalApproval Penelitian

Page 64: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

50

Lampiran 2

Tanda terima Permohonan Ethical Approval Penelitian

Page 65: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

51

Lampiran 3

Surat Permohonan Izin Penelitian

Page 66: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

52

Lampiran 4

Pemberian Informasi Penelitian

Page 67: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

53

Lampiran 5

Informed Consent

Page 68: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

54

(lanjutan)

Page 69: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

55

(lanjutan)

Page 70: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

56

Lampiran 6

Dokumentasi Follow Up

Pemeriksaan Fisik Follow Up 1 Follow Up 2 Follow Up 3

Kontrol Positif

Kontrol Negatif

Page 71: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

57

(Lanjutan)

Pemeriksaan Fisik Follow Up 1 Follow Up 2 Follow Up 3

Sampel 1

Sampel 2

Page 72: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

58

Lampiran 7

Hasil Uji Statistik

KELOMPOK PERLAKUAN * FOLLOW UP 1 Crosstabulation

FOLLOW UP 1 Total

Sembuh Tidak

Sembuh

KELOMPOK

PERLAKUAN

Salep 3-6 dan

sabun sulfur

Count 11 2 13

% within KELOMPOK

PERLAKUAN 84.6% 15.4% 100.0%

Salep 3-6

tunggal

Count 11 0 11

% within KELOMPOK

PERLAKUAN 100.0% 0.0% 100.0%

Total

Count 22 2 24

% within KELOMPOK

PERLAKUAN 91.7% 8.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.846a 1 .174

Continuity Correctionb .381 1 .537

Likelihood Ratio 2.606 1 .106

Fisher's Exact Test .482 .283

Linear-by-Linear

Association 1.769 1 .183

N of Valid Cases 24

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .92.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 73: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

59

(lanjutan)

Chi-Square Tests

Value

Pearson Chi-Square .a

N of Valid Cases 24

a. No statistics are computed

because FOLLOW UP 2 is a

constant.

KELOMPOK PERLAKUAN * FOLLOW UP 3 Crosstabulation

FOLLOW UP 3 Total

Sembuh Tidak

Sembuh

KELOMPOK

PERLAKUAN

Salep 3-6 dan

sabun sulfur

Count 10 3 13

% within KELOMPOK

PERLAKUAN 76.9% 23.1% 100.0%

Salep 3-6

tunggal

Count 9 2 11

% within KELOMPOK

PERLAKUAN 81.8% 18.2% 100.0%

Total

Count 19 5 24

% within KELOMPOK

PERLAKUAN 79.2% 20.8% 100.0%

KELOMPOK PERLAKUAN * FOLLOW UP 2 Crosstabulation

FOLLOW UP 2 Total

Sembuh

KELOMPOK

PERLAKUAN

Salep 3-6 dan

sabun sulfur

Count 13 13

% within KELOMPOK

PERLAKUAN 100.0% 100.0%

Salep 3-6 tunggal

Count 11 11

% within KELOMPOK

PERLAKUAN 100.0% 100.0%

Total

Count 24 24

% within KELOMPOK

PERLAKUAN 100.0% 100.0%

Page 74: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

60

(lanjutan)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .087a 1 .769

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .087 1 .768

Fisher's Exact Test 1.000 .585

Linear-by-Linear

Association .083 1 .773

N of Valid Cases 24

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.29.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 75: PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TERAPI KOMBINASI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29492/1/Hana... · pemeriksaan mikroskopik dari kerokan kulit. ..... 13 Gambar 2.7

61

Lampiran 8

Riwayat Hidup Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Hana Qonita

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 31 Mei 1995

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat :Jl. Raya Muchtar Telaga Golf CXII No.12,

Sawangan, Depok.

No. Telepon/HP : 0896-6446-3130

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1998-2000 : TK Nur Al-Hidayah Tebet Barat, Jakarta

2000-2003 : SD Negeri 06 Petang Tebet Barat, Jakarta

2003-2005 : SD Negeri 01 Pagi Menteng Atas, Jakarta

2005-2006 : SD Negeri 07 Pagi Pengadegan, Jakarta

2006-2009 : SMP Islam Nurul Fikri Boarding School Serang, Banten

2009-2010 : SMA Islam Nurul Fikri Boarding School Serang, Banten

2010-2012 : SMA Negeri 06 Depok

2012-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta