PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENGELOLAAN DANA WAKAF UANG PADA LEMBAGA WAKAF...
Transcript of PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENGELOLAAN DANA WAKAF UANG PADA LEMBAGA WAKAF...
1
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENGELOLAAN DANA WAKAF
UANG PADA LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR DAN LEMBAGA PPPA
DAARUL QUR’AN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh :
Indra Dwi Prasetyo
NIM : 1111046100061
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1439 H / 2018 M
1
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENGELOLAAN DANA WAKAF
UANG PADALEMBAGA WAKAF AL-AZHAR DAN LEMBAGA PPPA
DAARUL QUR’AN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh :
Indra Dwi Prasetyo
NIM : 1111046100061
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1439 H / 2018 M
1
1
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Indra Dwi Prasetyo
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 17 November 1993
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. H. Mali No. 55 RT 015/01
Kel. Duri Kosambi – Kec. Cengkareng
Jakarta Barat, 11750
Jenis Kelamin : Laki – laki
No. Telp : 08122 422 1908
E-mail : [email protected]
II. LATAR BELAKANG PENDIDIKAN
- 1999 – 2005 : SDN 01 Cengkareng Timur
- 2005 – 2008 : MTs N 8 Jakarta
- 2008 – 2011 : MAN 12 Jakarta
- 2011 – sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ii
iii
Perbandingan Efektifitas Pengelolaan Dana Wakaf Uang Pada Lembaga
Wakaf Al-Azhar dan Lembaga PPPA Daarul Qur’an
Oleh :
INDRA DWI PRASETYO
ABSTRAK
Wakaf sebagai salah satu instrumen fiskal dalam Islam yang memiliki
peranan penting dalam perekonomian. Wakaf uang sebagai suatu instrumen baru
dalam wakaf dan ekonomi Islam sebagai suatu praktik ibadah dan sarana
pencapaian kesejahteraan sosial. Pengembangan wakaf melalui wakaf uang tidak
bisa dilepas dari kualitas lembaga kenadziran yang memiliki peran untuk mengelola
dana wakaf uang. Di sinilah wakaf uang memiliki peran penting sebagai salah satu
sumber pendanaan alternative untuk program pengentasan kemiskinan umat Islam
di Indonesia.
Penelitian ini menganalisis efektifitas pengelolaan dana wakaf uang yang
dikelola pada dua lembaga yang sudah dikenal oleh masyarakat. Sejauh mana
efektifitas dana wakaf uang dapat dilihat dari penghimpunan, pengelolaan dan
penyaluran atau pendayagunaan dana wakaf uang oleh lembaga Wakaf Al-Azhar
Jakarta dan PPPA Daarul Qur’an Ciledug. Penelitian ini menggunakan metode
analisis deskriptif dengan cara mengumpulkan data-data aktual dan melaksanakan
studi kepustakaan dan beberapa literatur terulis.
Kata Kunci : efektifitas, penghimpunan dana wakaf, pengelolaan dana
wakaf, dan pendayagunaan dana wakaf
iv
Comparative Effectiveness Fund Management of Cash Waqf on Waqf
Al-Azhar Institution and PPPA Daarul Qur’an Institution
By :
INDRA DWI PRASETYO
ABSTRACT
One of the Islamic fiscal insrument is waqf that have been played a
significant role in economics. Cash waqf is a new instrument of waqf and Islamic
economics as a facility for the purpose of worship and to achieve social welfare.
Development of waqf by cash waqf can’t removed from the quality of nadzir
institutions that have a role to manage funds of cash waqf. This is where the cash
waqf has an important role as one of the alternative funding sources for poverty
alleviation program of Muslims in Indonesia.
This study analyzes the effectiveness of the fund management of cash waqf
managed at two institutions already known by the society. The extent to which the
effectiveness of funds cash waqf can be seen from fundraising, management, and
distribution or utilization of funds cash waqf by institution of Wakaf Al-Azhar
Jakarta and PPP Daarul Qur’an Ciledug. This study uses descriptive analysis
method by collecting actual data and conducting literature study and some written
literature.
Keywords : effectiveness, fundraising of waqf, fund management of
waqf, and fund utilization of waqf
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang dengan rahmat
dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi
(SE) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat
serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan umat Islam Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Didorong oleh itu penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Perbandingan Efektifitas
Pengelolaan Dana Wakaf Uang Pada Lembaga Wakaf Al-Azhar dan Lembaga
PPPA Daarul Qur’an”
Selama proses penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam proses
terbsebut tidak terlepas dari segala bantuan, bimbingan, motivasi dan do’a dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan juga selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan banyak waktu, pikiran, tenaga, dan perhatiannya kepada
penulis dalam memberikan pengarahannya.
2. AM. Hasan Ali, M.A. dan Dr. Abdurrauf, M.A., selaku Ketua Prodi
Muamalat dan Sekretaris Prodi Muamalat yang telah membantu penulis
secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.
3. Dr. Hasanudin M.Ag., selaku dosen Pembimbing Akademik yang sudah
senantiasa memotivasi dan mengarahkan penulis selama mengikuti
perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu dan
pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Segenap pihak lembaga Wakaf Al-Azhar Jakarta yang telah memberikan
izin bagi penulis untuk melakukan penelitian dan wawancara serta banyak
membantu dalam penulisan skripsi ini khususnya Bapak Nanda dan Bapak
vi
Helmi yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian di
Lembaga Wakaf Al-Azhar.
6. Segenap pihak lembaga PPPA Daarul Qur’an yang juga telah memberikan
izin untuk melakukan penelitian dan wawancara, khususnya Bapak Abdul
Siddiq dan Bapak Khairun yang telah meluangkan waktu untuk interview
dan membantu memberikan data yang penulis perlukan dalam
melaksanakan penelitian di PPPA Daarul Qur’an.
7. Ayahanda H.M. Yusroh, S.H. dan Ibunda Hj. Ida Darsawati, S.Pd. yang tak
pernah berhenti mendo’akan, memberi semangat, motivasi, dan kasih
sayang, dan dorongan spirit maupun materi serta pengorbanan yang tak
dapat diungkapkan dengan kata-kata. Serta kakakku Aditya Pratama
Ramadhan dan kedua adikku Anandita Tri Rahmawati dan Kemal Arya
Yudistira serta paman dan bibiku Abdul Gofur, Siti Maria Ulfa, Rita
Yuniarsih, Yosefudin yang selalu memberikan semangat, mengubah
kelelahan menjadi kecerian, kemalasan menjadi kegigihan dan juga
mendo’akan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Seluruh kerabat Perbankan Syariah angkatan 2011, khususnya kawan-
kawan PS-B yang telah memberikan semangat dan dukungannya, serta telah
berbagi pikiran selama masa perkuliahan. Khusunya Syamsul Bahri dan
Sherty Junita yang telah menjadi motivator dan selalu memberikan arahan
kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini. Terima kasih atas
segala apa yang telah kalian berikan kepada penulis.
9. Rekan-rekan rumah, rekan Warbel, rekan PasPus, rekan Majelis Irsyadul
‘Anam, rekan Majelis Malam Kamis, rekan Karang Taruna Unit RW 01 dan
Unit Kelurahan Duri Kosambi, khusunya bang Anqoriyyin Hisan, S.Ag.,
bang bang Asy’ari (G-Roy), Solihin Jakur, Adi Chachink, Intan Tirta A.,
Lily Septiani P, Abdul Gobel, Aditya Wiyaldi dan yang lainnya yang tidak
bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk kalian semua yang telah
memberikan dukungan, motivasi, dan do’a kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan. Kalian bukan hanya sekedar teman ataupun sahabat
bagi penulis, tetapi sudah seperti saudara. Selalu ada dikala penulis sedang
sedih ataupun senang.
vii
10. Kepada Indah Komala Sari yang telah menjadi penyemangat, yang selalu
mendorong penulis, tak henti mendo’akan dan menemani penulis disaat
proses penulisan skripsi ini.
11. Seluruh pihak ataupun rekan yang tidak penulis sebutkan satu persatu,
namun telah memberikan banyak bantuan dan kontribusi yang cukup besar
sehingga penulis dapat lulus menjalani perkuliahan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Semoga kontribusi dan amal baik kalian semua dibalas oleh Allah SWT
dengan pahala yang berlipat ganda. Dan penulis tidak akan pernah melupakan
semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.
Dan juga penulis menyadari akan kekurangan skripsi ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran kepada penulis yang sifatnya membangun demi
kebaikan skripsi ini dimasa mendatang.
Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak,
semoga Allah SWT memberikan kemudahan atas semuanya.
Amin Ya Robbal ‘Alamin
Jakarta, 15 Mei 2018
INDRA DWI PRASETYO
viii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi
Lembar SKL Ujian Komprehensif
Daftar Riwayat Hidup …………...…………………….……………………..… i
Lembar Pernyataan ……………..……………………..………………………. ii
Abstrak …………………………...…………………….……………………… iii
Kata Pengantar …………………...……………………………………………. v
Daftar Isi …………………………...………………………………………… viii
Daftar Gambar ………………………………………….……………….……. xi
Daftar Tabel …………………………………………….……………….……. xii
Daftar Lampiran ………………………………………...…………………… xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………….…… 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………………….… 7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………………….. 7
1. Pembatasan Masalah …………………………………………….. 7
2. Perumusan Masalah ……………………………………………... 7
D. Tujuan dan Manfaat …………………………………………....…..... 8
1. Tujuan ………………………………………………………........ 8
2. Manfaat ………………………………………………...……...… 8
E. Kajian Pustaka ………………………………………………..……... 9
F. Kerangka Teori …………………………………………..………..... 12
1. Teori Efektifitas …………………………………………..….… 12
2. Wakaf ………………………………………………………..…. 14
G. Metodologi Penelitian ……………………………………...……..... 17
ix
1. Jenis Penelitian ………………………………………..….…...... 17
2. Jenis Data dan Sumber Data …………………………….…..…. 17
3. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………... 18
H. Sistematika Penulisan ……………………………………………… 18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Wakaf Uang Dalam Fiqih …………………………………...….….. 20
B. Model Pengelolaan Wakaf Uang ……………………………........... 26
1. Pandangan Aktivis dan Ulama Kontemporer ………………...... 26
2. Bentuk Baru dalam Wakaf Uang ……………………….…….... 31
3. Indonesia ………………………………………………..…........ 32
4. Mesir …………………………………………………..….......... 39
5. Arab Saudi …………………………………………….……....... 40
6. Yordania ………………………………………………..……..... 41
7. Turki …………………………………………………………..... 42
8. Bangladesh ……………………………………………………... 43
BAB III PROFIL LEMBAGA
A. Wakaf Al-Azhar ……………………………………………….…… 44
1. Sejarah Pendirian ……………………………………….……… 44
2. Visi dan Misi ……………………………………..…………….. 45
3. Tujuan Wakaf Al-Azhar ……………………………………....... 46
4. Program Wakaf Al-Azhar ………………………...…………..... 46
5. Striktur Organisasi Wakaf Al-Azhar …………….…………....... 48
B. PPPA Daarul Qur’an ……………………………….…………......... 49
1. Sejarah Pendirian …………………………….…….……...….... 49
2. Visi dan Misi ………………………………….…….….............. 52
3. Tujuan PPPA Daarul Qur’an ……………….…….……...……... 53
4. Program PPPA Daarul Qur’an ………………….……..…….…. 53
5. Struktur Organisasi PPPA Daarul Qur’an …………..…….......... 61
BAB IV EFEKTIFITAS PENGELOLAAN DANA WAKAF UANG
A. Efektifitas Pengelolaan Dana Wakaf Uang Pada Lembaga Wakaf
x
Al-Azhar Jakarta ……………………………………….…………... 62
1. Pelaksanaan Penghimpunan Dana Wakaf Uang Lembaga
Wakaf Al-Azhar ……………………………………….……...... 62
2. Pelaksanaan Pengelolaan Dana Wakaf Uang Lembaga
Wakaf Al-Azhar ………………………………………............... 66
3. Strategi Penyaluran Dana Pengembangan Wakaf Uang
Lembaga Wakaf Al-Azhar ……………………….…….………. 74
B. Efektifitas Pengelolaan Dana Wakaf Uang Pada Lembaga Wakaf PPPA
Daarul Qur’an …………………………………………..…………... 79
1. Pelaksanaan Penghimpunan Dana Wakaf Uang Lembaga
PPPA Daarul Qur’an ………………………………...….…….... 79
2. Pelaksanaan Pengelolaan Dana Wakaf Uang Lembaga
PPPA Daarul Qur’an ………………………………...….…….... 81
3. Strategi Penyaluran dan Pengembangan Wakaf Uang
Lembaga PPPA Daarul Qur’an ……………………………........ 89
C. Persamaan dan Perbedaan Pengelolaan Dana Wakaf Uang
Pada Lembaga Wakaf Al-Azhar dengan Lembaga PPPA Daarul
Qur’an ……...................................................…………..………....... 94
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………….... 98
B. Saran ……………………………………………………………...... 99
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….….. 102
LAMPIRAN – LAMPIRAN ……………………………………………........ 107
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Konsep Dasar Hulu Hilir Program Pengentasan Kemiskinan
LAZ Al-Azhar & Wakaf Al-Azhar ……………….….………. . 69
Gambar 1.2 : Persentase Pengelolaan Dana Wakaf Uang …………………... 70
Gambar 1.3 : Persentase Pemanfaatan Hasil Wakaf Uang ………………….. 75
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Perbedaan Wakaf dengan Sedekah/Hibah ………..…….……… 2
Tabel 1.2 : Skema Potensi Wakaf Uang di Indonesia …………….…...…… 5
Tabel 2.1 : Penghimpunan Dana Wakaf Uang Lembaga Wakaf Al-Azhar
Periode 2013 – 2016 ………………………………….......….... 64
Tabel 2.2 : Laporan Surplus Keuangan Lembaga Wakaf Al-Azhar ……….. 65
Table 2.3 : Penerimaan Dana Wakaf dan Transaksi Wakaf Uang PPPA
Daarul Qur’an Periode 2013 – 2016 ……………….……......... 85
Tabel 2.4 : Laporan Surplus Keuangan PPPA Daarul Qur’an ……………. 87
Tabel 2.5 : Laporan Saldo Akhir Wakaf Uang Lembaga PPPA Daarul
Qur’an ……………………………………………...………..... 88
Tabel 2.6 : Laporan Penerimaan dan Penyaluran Dana Wakaf Uang
(per Desember 2013 dan 2014) ………………………….......... 88
Tabel 2.7 : Laporan Penerimaan dan Penyaluran Dana Wakaf Uang
(per Desember 2013 dan 2014) …….…………………………. 89
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Lembaga Wakaf Al-Azhar
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian Lembaga PPPA Daarul Qur’an
Lampiran 3 : Surat Keterangan Selesai Penelitian Lembaga Wakaf Al-Azhar
Lampiran 4 : Surat Keterangan Selesai Penelitian Lembaga PPPA Daarul
Qur’an
Lampiran 5 : Data Laporan Penghimpunan Wakaf Uang Lembaga Wakaf
Al-Azhar
Lampiran 6 : Data Laporan Keuangan PPPA Daarul Qur’an tahun 2013 – 2014
Lampiran 7 : Data Laporan Keuangan PPPA Daarul Qur’an tahun 2015 – 2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain zakat, infak, dan sedekah salah satu instrumen keuangan
Islam yang berbasis kesejahteraan masyarakat adalah wakaf. Pada
umumnya wakaf yang dikenal di tengah masyarakat adalah wakaf tanah
yang kemudian diperuntukkan bagi masjid, mushollah, ponpes, sekolah,
dan makam seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 1977 Pasal 5 tentang Perwakafan Tanah Milik yang berbunyi (1)
pihak yang mewakafkan tanahnya harus mengikrarkan kehendaknya secara
jelas dan tegas kepada Nadzir dihadapan Pejabat Akta Ikrar Wakaf
sebagaimana dimaksud pasal 9 ayat 2 yang kemudian menuangkannya
dalam bentuk Akta Ikrar Wakaf. Dengan disaksikan oleh sekurang-
kurangnya 2 orang saksi, dan (2) dalam keadaan tertentu, penyimpangan
dari ketentuan dimaksud dalam ayat 1 dapat dilaksanakan setelah terlebih
dahulu mendapat persetjuan Menteri Agama.1 Maka praktek ijtihad yang
telah berkembang pada saat ini dalam pendayagunaan wakaf adalah
wakaf uang/tunai.2
Wakaf telah dikenal dan dilaksanakan umat Islam sejak lama. Tetapi
selama ini kebanyakan umat Islam, khususnya di Indonesia, memahami
1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik,
http://www.bpn.go.id/DesktopModules/EasyDNNNews/DocumentDownload.ashx?portalid=0&moduleid=1670&articleid=1133&documentid=1225, diakses pada 23 Juni 2018.
2 Ummi Matul Ula, “Analisis Efisiensi Lembaga Pengelolaan Wakaf Tunai di Indonesia”, Jurnal Unbraw
2
bahwa wakaf hanya sebatas pemberian yang bentuknya berupa
barang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan. Karena itu, wakaf di
Indonesia pada umumnya digunakan untuk membangun masjid, musholah,
kuburan, pondok pesantren, rumah yatim piatu, dan madrasah. Pemanfaatan
benda wakaf masih berkisar pada hal-hal bersifat fisik, sehingga tidak
memberikan dampak ekonomi secara signifikan terhadap kesejahteraan
masyarakat.
Serta kadangkala pengertian wakaf dirancukan dengan pengertian
sedekah dan hibah. Padahal antara wakaf, sedekah, dan hibah tersebut
terdapat perbedaan-perbedaan penting. Perbandingan antara wakaf dengan
sedekah dan hibah sebagaimana disampaikan oleh Sudarsono (2008) dapat
dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1 Perbedaan Wakaf dengan Sedekah/Hibah3
Wakaf Sedekah/Hibah
Menyerahkan kepemilikan suatu
barang kepada orang lain.
Menyerahkan kepemilikan suatu
barang kepada pihak lain.
Hak milik atas barang dikembalikan
kepada Allah.
Hak milik atas barang dikembalikan
kepada penerima sedekah/hibah.
Objek wakaf tidak boleh diberikan
atau dijual kepada pihak lain.
Objek sedekah/hibah boleh diberikan
atau dijual kepada pihak lain.
Manfaat barang biasanya dinikmati
untuk kepentingan sosial.
Manfaat barang dinikmati oleh
penerima sedekah/hibah.
Objek wakaf biasanya kekal zatnya. Objek sedekah/hibah tidak harus
kekal dzatnya.
Pengelolaan objek wakaf diserahkan
kepada administrator yang disebut
Nazhir.
Pengelolaan objek sedekah/hibah
diserahkan kepada penerima.
3 Tangguh Pratysto, “Indikator Pengukuran Kinerja Lembaga Wakaf di Jakarta: Studi Kasus
Wakaf Al-Azhar, Badan Wakaf Indonesia, dan Tabung Wakaf Indonesia” (Skripsi S-1 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2012), h. 2.
3
Wakaf belum banyak dieksplorasi semaksimal mungkin, padahal
wakaf sangat potensial sebagai salah satu instrumen untuk pemberdayaan
ekonomi umat Islam. Karena itu, institusi wakaf menjadi sangat penting
untuk dikembangkan. Apalagi wakaf dikategorikan sebagai amal jariyah
yang pahalanya tidak pernah putus, walau yang memberi wakaf telah
meninggal.4 Namun, sampai saat ini peran wakaf masih belum dirasakan
manfaatnya oleh kepentingan umum.
Wakaf bisa dijadikan sebagai lembaga keuangan ekonomi yang
potensial untuk dikembangkan selama bisa dikelola secara optimal. Karena
institusi perwakafan merupakan salah satu asset kebudayaan nasional dari
aspek sosial yang perlu mendapat perhatian sebagai penopang hidup dan
harga diri bangsa. Sehingga, kondisi perwakafan di Indonesia saat ini perlu
mendapat perhatian ekstra dari pemerintah dan masyarakat untuk
pengembangan dan produktifitas yang pada umumnya baru berbentuk
benda tidak bergerak maupun benda bergerak termaksud wakaf tunai/uang
yang dikelola secara produktif.5
Disamping itu, lembaga wakaf merupakan sumber asset yang
memberikan manfaat sepanjang masa. Hampir semua rumah ibadah,
perguruan Islam dan lembaga-lembaga keagamaan Islam lainnya dibangun
diatas tanah wakaf. Karena perwakafan sudah dipraktikan oleh masyarakat
4 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai (Jakarta:
Direktorat Jenderal Bimas Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 39. 5 Departemen Agama RI, Perkembangan Pengelolahan Wakaf Di Indonesia (Jakarta: Proyek
Peningkatan Zakat dan Wakaf Direktorat Bimbingan Masyarakat dan Penyelenggaraan Haji, 2003), h. 2-3.
4
muslim Indonesia sejak Islam masuk di negeri ini. Sedangkan pemerintah
sudah mengaturnya dalam peraturan perundang-undangan, diantarnya
adalah UU Pokok Agraria (UU No. 5 Tahun 1960), PP No. 28 Tahun 1977
tentang Perwakafan Tanah Milik bahkan sebelum adanya peraturan
perundang-uandangan tersebut juga sudah diatur oleh hukum adat yang
sifatnya tidak tertulis dengan berlandaskan nilai-nilai Islam.6
Dengan adanya peraturan baru tentang wakaf, yaitu UU No. 41
Tahun 2004 tentang wakaf, Badan Wakaf Indonesia (BWI) telah diatur
secara jelas dan terperinci, yaitu pasal 47 sampai 61. Pada pasal 57
disebutkan bahwa untuk pertama kali, pengangkatan keanggotaan BWI
diusulkan kepada Presiden dan Menteri. Sedangkan BWI dibentuk dan
berkedudukan di ibukota NKRI dan dapat membentuk perwakilan di
provinsi atau kabupaten atau kota sesuai dengan kebutuhan.7
Sistem manajemen pengelolaan wakaf tunai pada lembaga-lembaga
pengelola wakaf merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan
paradigma baru wakaf di Indonesia. Kalau dalam paradigma lama wakaf
selama ini lebih menekankan pentingnya pelestarian dan keabadian benda
wakaf, maka dalam pengembangan paradigma baru wakaf lebih menitik
beratkan pada aspek pemanfaatan yang lebih nyata tanpa kehilangan
eksistensi benda wakaf itu sendiri. Untuk meningkatkan dan
mengembangkan aspek pemanfaatannya, tentu yang berperan sentral adalah
6 Departemen Agama RI, Perkembangan Pengelolahan Wakaf Di Indonesia (Jakarta: Proyek
Peningkatan Zakat dan Wakaf Direktorat Bimbingan Masyarakat dan Penyelenggaraan Haji, 2003), h. 84-85.
7 Departemen Agama RI, Perkembangan Pengelolahan Wakaf Di Indonesia (Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf Direktorat Bimbingan Masyarakat dan Penyelenggaraan Haji, 2003), h. 97-98.
5
sistem manajemen pengelolaan yang ditetapkan. Dalam menjalankan
manajemen pengelolaan wakaf tunai, suatu lembaga harus mempunyai
target kualitas, kuantitas maupun waktu untuk mencapai efektifitas.
Mayoritas pengelola wakaf telah mempraktikkan pencatatan
administrasi, membuat kegiatan berdasarkan perencanaan, melakukan
pengelolaan keuangan secara transparan, mengambil keputusan
berdasarkan musyawarah organisasi, dan sebagainya. Manajemen wakaf
telah melakukan pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan
pengembangan harta wakaf.8
Penelitian ini perlu dilakukan sebab wakaf tunai dianggap fenomena
baru ditengah masyarakat Indonesia dan memiliki potensi besar di tengah
status Indonesia sebagai Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar
di dunia. Menurut Mustafa Edwin Nasution, potensi wakaf di Indonesia
dengan jumlah umat muslim yang dermawan diperkirakan sebesar 10 juta
jiwa dengan rata-rata penghasilan Rp 500.000,- hingga Rp 10.000.000,-,
maka paling tidak akan terkumpul dana sekitar 3 triliun per tahun dari dana
wakaf seperti perhitungan tabel berikut.9
Tabel 1.2 Skema Potensi Wakaf Uang di Indonesia
Tingkat
Penghasilan per
bulan
Jumlah
Muslim
Besar Wakaf
per bulan
Potensi
Wakaf Uang
per bulan
Potensi
Wakaf Uang
per tahun
Rp 500.000 4 juta Rp 5.000 Rp 20 M Rp 240 M
8 Andy Agung Prihatna, dkk., Wakaf, Tuhan dan Agenda Kemanusiaan studi tentang wakaf
dalam perspektif keadilan sosial di Indonesia (Jakarta: Center For The Study Of Religion and Culture (CSRC), 2006), Cet. 1, h. 140.
9 M. Nur Rianto Al Arif, “Efek Multiplier Wakaf Uang dan Pengaruhnya Terhadap Program Pengentasan Kemiskinan”, Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum, Vol. 46 No. I (Januari-Juni 2012): h. 302.
6
Rp 1 juta – 2 juta 3 juta Rp 10.000 Rp 30 M Rp 360 M
Rp 2 juta – 5 juta 2 juta Rp 50.000 Rp 100 M Rp 1,2 T
≥ Rp 5 juta 1 juta Rp 100.000 Rp 100 M Rp 1,2
Total Rp 3 Triliun
Untuk mengetahui suatu lembaga pengelola wakaf dapat mencapai
tingkat efektifitas harus dilakukan analisis keefektifan pada sistem
manajemennya. Maka melalui model ini penulis ingin mengkaji serta
menganalisis efektifitas pengelolaan dana wakaf uang/tunai pada dua
lembaga, yaitu Lembaga Wakaf Al-Azhar dan Lembaga PPPA Daarul
Qur’an.
Adapun lembaga Wakaf Al-Azhar merupakan lembaga yang
dibentuk oleh Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar untuk
mengembangkan serta mengelola wakaf produktif dalam mendukung
aktifitas pendidikan dan dakwah. Sedangkan lembaga PPPA Daarul Qur’an
Ciledug merupakan lembaga sosial yang berbasis tahfidzul qur’an yang
bertujuan untuk kemandirian ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan. Oleh
karena itu, penulis skripsi memilih judul “PERBANDINGAN
EFEKTIFITAS PENGELOLAAN DANA WAKAF UANG PADA
LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR DAN LEMBAGA PPPA DAARUL
QUR’AN”
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang dapat diidentifikasi
penulis adalah sebagai berikut :
1. Mekanisme yang dilakukan Lembaga Wakaf Al-Azhar dan Lembaga
PPPA Daarul Qur’an pada proses penghimpunan dana wakaf uang.
2. Sistem atau manejemen pengelolaan dana pada Lembaga Wakaf Al-
Azhar dan Lembaga PPPA Daarul Qur’an untuk mengembangakan dana
wakaf uang yang ada.
3. Strategi yang dilakukan Lembaga Wakaf Al-Azhar dan Lembaga PPPA
Daarul Qur’an dalam proses pemanfaatan dan penyaluran dana wakaf
uang.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penulis skripsi berfokus pada permasalahan yang akan dibahas dan
mencapai hasil yang diharapkan, maka penulis merasa perlu membatasi
objek yang dikaji. Disini penulis hanya akan membahas mengenai ruang
lingkup keefektifan sistem pengelolaan dana wakaf tunai pada Lembaga
Wakaf Al-Azhar Jakarta dan Lembaga PPPA Daarul Qur’an Ciledug pada
periode tahun 2013 – 2016.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan paparan dari latar belakang di atas serta
untuk memperjelas objek penelitian, maka penulis membatasi dan
merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
8
1. Bagaimana proses penghimpunan dana wakaf uang yang
dilakukan Lembaga Wakaf Al-Azhar dan Lembaga PPPA
Daarul Qur’an ?
2. Bagaimana sistem pengelolaan dana wakaf uang pada Lembaga
Wakaf Al-Azhar dan Lemaga PPPA Daarul Qur’an ?
3. Manakah lembaga yang lebih efektif dalam penyaluran dan
pemanfaatan dana wakaf uang antara Lembaga Wakaf Al-Azhar
dengan Lembaga PPPA Daarul Qur’an ?
D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui mekanisme penghimpunan dana wakaf tunai
pada Wakaf Al-Azhar Jakarta dan PPPA Daarul Qur’an Ciledug.
b. Untuk mengetahui sistem pengelolaan dana wakaf tunai pada Wakaf
Al-Azhar Jakarta dan PPPA Daarul Qur’an Ciledug.
c. Untuk mengetahui efektifitas penyaluran dan pemanfaatan dana
wakaf tunai pada Wakaf Al-Azhar Jakarta dan PPPA Daarul Qur’an
Ciledug.
2. Manfaat
1. Bagi Penulis
Diharapkan menjadi sumbangsih keilmuan dan pemikiran mengenai
pengelolaan dana wakaf tunai yang dikelola oleh Wakaf Al-Azhar
Jakarta dan PPPA Daarul Qur’an Ciledug bagi masyarakat.
2. Bagi Wakaf Al-Azhar Jakarta dan PPPA Daarul Qur’an
9
Hasil penelitian ini dapat diharapkan memberikan sumbangan
pemikiran kepada kedua lembaga tersebut dalam mengetahui sejauh
mana efektifitas pengelolaan dana wakaf tunai secara profesional
dan tepat sasaran untuk memberikan manfaat yang cukup besar dan
lembaga tersebut harus lebih dikembangkan agar wakaf tunai dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan umum.
3. Bagi Masyarakat
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
kepada masyarakat umum untuk mengetahui sejauh mana efektifitas
pengelolaan dana wakaf tunai pada Wakaf Al-Azhar dan PPPA
Daarul Qur’an, sehingga dapat merubah pola pikir masyarakat
umum yang beranggapan bahwa wakaf hanya sebatas wakaf tanah
dan bangunan. Dan agar masyarakat dapat termotivasi dan
berpartisipasi lebih aktif lagi untuk menyalurkan dananya ke
lembaga pengelola wakaf tunai demi meningkatkan perekonomian
Indonesia serta untuk mengurangi kemiskinan.
4. Bagi Fakultas Syariah dan Hukum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan tambahan sumber
referensi dan sarana pemikiran bagi kalangan akademisi dalam
menunjang penulis yang lain.
E. Kajian Pustaka
Dalam telaah pustaka ini dideskripsikan beberapa karya ilmiah
kajian-kajian tentang wakaf tunai dan buku-buku penunjang yang lainnya.
10
Muhyar Fanani yang menulis jurnal dengan judul “Pengelolaan
Wakaf Tunai”, mengatakan bahwa persoalan yang mendasar pada
pengelolaan wakaf tunai ialah pada manajemen. Ada beberapa persoalan
yang ditemukan pada beberapa lembaga pengelola wakaf tunai (TWI,
PKPU, dan BMM), yaitu kurangnya diseminasi tentang wakaf tunai di
kalangan masyarakat, kurangnya jumlah nadzir yang professional, system
pencarian dana yang kurang efektif, lemahnya sistem manajemen, kekuatan
pembelian uang yang tidak terlindungi, dan variabilitas prioritas distribusi.
Jurnal berjudul “Analisis Efisiensi Lembaga Pengelola Wakaf Tunai
di Indonesia” yang ditulis oleh Ummi Matul Ula yang mengatakan di
Indonesia pada rentan tahun tertentu memiliki 3 lembaga wakaf tunai yang
tingkat efisiensinya 100%, yaitu Baitul Maal Muamalat di tahun 2009 dan
2010, Pos Keadilan Peduli Umat di tahun 2011 dan 2013, dan Tabung
Wakaf Indonesia di tahun 2011. Menurutnya tidak efisiennya lembaga
wakaf tunai di Indonesia disebabkan penggunaan input yang tidak
proporsional dengan pengoptimalan outputnya.
Anisa Fitria Utami dan Munawar Ismail menuliskan jurnal yang
berjudul “Implementasi Pengelola Wakaf Tunai (Studi pada Baitul Maal
Hidayatullah & Yayasan Dana Sosial Al-Falah)”, dalam jurnal ini mereka
mengatakan dari kedua lembaga ini diketahui bahwa implementasi dana
wakaf tunai dinilai belum produktif. Karena kurangnya pemahaman BMH
dan YDSF dalam mengelola dana wakaf tunai, sehingga kedua lembaga
hanya mengelola dana umat itu sesuai dengan tujuan masing-masing
lembaga. Dimana dana wakaf tunai yang terkumpul dari masyarakat
11
langsung dirubah menjadi bangunan pondok pesantren dan mushaf Al-
Qur’an.
Jurnal dengan judul ”Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Wakaf
Uang” yang ditulis oleh dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta M. Nur
Rianto Al-Arif mengatakan dalam system pengelolaan wakaf uang tidak
banyak berbeda dengan wakaf bangunan atau tanah, nazhir bertugas untuk
menginvestasikan dana sesuai syariah dengan satu syarat: nilai nominal
uang yang diinvestasikan tidak boleh berkurang. Seorang wakif dapat
menentukan jenis peruntukan harta wakafnya, seperti pemberdayaan
komunitas secara integral. Seperti pemberdayaan pendidikan,
pemberdayaan keseharan, pemberdayaan social dan pemberdayaan
ekonomi suatu komunitas. Untuk mewujudkan hal ini perlu didorong dari
kesadaran masyarakat sendiri agar berperan aktif dalam gerakan wakaf
tunai.
Syafrudin Arif yang menulis jurnal berjudul “Wakaf Tunai Sebagai
Alternatif Mekanisme Redistribusi Keuangan Islam” mengatakan bahwa
agama sangat berperan dalam mengurangi angka kemiskinan yang bersifat
“structural” dan ketimpangan pendapatan yang terjadi melalui zakat dan
wakaf. Karena dalam mengatasi atau mengurangi kemiskinan ini tidak
hanya Negara yang harus berperan menanganinya. Dimana dalam ajaran
agama Islam zakat dan wakaf sngat berpotensi mengurangi angka
kemiskinan dan kehidupan ekonomi yang serba kekurangan pada
masyarakat. Hal ini dapat terwujud, jika masyarakat telah memahami dasar
hukum dan potensi wakaf tunai.
12
F. Kerangka Teori
1. Teori Efektifitas
a. Pengertian Efektifitas
Dua konsep utama untuk mengukur prestasi kerja manajemen adalah
efesiensi dan efektifitas. Efektifitas berasal dari kata efektif yang
mempunyai beberapa arti antara lain ada efeknya (akibat, pengaruh, dan
kesan), manjur atau mujarab, membawa hasil dan mulai berlaku tentang
Undang-Undang atau peraturan.10
Menurut ahli manajemen Peter F. Drucker efektifitas erat kaitannya
dengan efisiensi. Efisiensi berarti mengerjakan sesuatu dengan benar
(doing the right things). Efektifitas merupakan kemampuan untuk
memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.11
Menurut E. Mulyasa dalam bukunya manajemen berbasis sekolah
menjelaskan efektifitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang
melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju, selanjutnya dijelaskan
bahwa efektifitas berkaitan erat dengan perbandingan antara tingkat
pencapaian tujuan dan rencana yang telah disusun sebelumnya atau
perbandingan hasil nyata dengan hasil yang direncanakan.12
Efektifitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan,
semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian
10 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 250. 11 T. Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPPE, 1998), h. 7. 12 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 82.
13
tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan.
Efektifitas berfokus pada outcome (hasil) program atau kegiatan yang
dinilai. Dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi
tujuan yang diharapkan (spending wisely).13
Sedangkan pengertian efektifitas menurut Schemerhon John R. Jr.
(1986:35) ialah “ Efektifitas adalah pencapaian target output yang
diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya
(OA) dengan output realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS)
disebut efektif ”.14
b. Tolak Ukur Penilaian Efektifitas
Dengan melihat perspektif keefektifan diatas, maka dalam mencapai
efektifitas kerja atau efisiensi haruslah dipenuhi syarat-syarat ataupun
ukuran sebagai berikut :
1. Kegunaan, yaitu agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan
fungsi-fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil,
berkesinambungan dan sederhana.
2. Ketetapan dan obyektivitas, maksudnya semua rencana harus
dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas, nyata dan
akurat
3. Ruang lingkup, yaitu perlu memperhatikan prinsip-prinsip
kelengkapan (comprehensiveness), kepaduan (unity), dan
konsistensi (consistency)
13 Mahmudi, Manajemen Kinerja Sektor Publik (Yogyakarta: Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, 2005), h. 92. 14 Danfar, Definisi/Pengertian Efektifitas,
https://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/, diakses pada 10 Mei 2017
14
4. Efektifitas biaya, dalam hal ini efektivitas biaya menyangkut
waktu, usaha dan aliran emosional
5. Akuntabilitas, terdapat dua aspek akuntabilitas; pertama tanggung
jawab atas pelaksanaan; kedua tanggung jawab atas implementasi
6. Ketepatan waktu, yaitu suatu perencanaan, perubahan-perubahan
yang terjadi sangat cepat akan dapat menyebabkan rencana tidak
tepat atau sesuai untuk berbagai perbedaan waktu.15
2. Wakaf
Menurut tujuannya dana publik dalam Islam dapat dibedakan
menjadi tiga kategori, yakni bertujuan sosial, profesional, dan komersial.
Yang dimaksud dengan dana sosial adalah dana yang diperuntukan sebagai
bantuan sosial, baik langsung diterimakan oleh orang-orang yang
membutuhkannya secara personal/kelompok, atau tidak langsung melalui
suatu badan badan sebagai pengelola dana sosial atau organisasi yang
bergerak di bidang sosial kemasyarakatan untuk didistribusikan kepada
masyarakat banyak, tidak untuk kepentingan sendiri, atau kelompok politik
tertentu. Ia merupakan suatu bantuan cuma-cuma untuk meningkatkan taraf
hidup atau kesejahteraan seseorang atau masyarakat. Sedangkan dana
profesional yang dimaksud adalah dana-dana yang untuk mengelolanya
diperlukan keterampilan tertentu dan khusus, karena dana tersebut
dimaksudkan sebagai dana berputar, meskipun peruntukannya adalah
sosial. Yang dimaksud disini adalah dana wakaf. Dan dana komersial
15 Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPPE, 2003), h. 103-105.
15
merupakan dana-dana yang dimaksudkan sebagai keperluan investasi atau
bisnis.16
Wakaf adalah suatu kata yang berasal dari bahas Arab, yaitu waqf
yang berarti menahan, menghentikan atau mengekang. Kata lain yang searti
dengan kata waqf, adalah habasa. Kata waqf diucapkan dalam bahasa
Indonesia dengan wakaf.
Benda wakaf adalah segala benda baik benda bergerak atau tidak
bergerak yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan
bernilai menurut ajaran Islam.17
Dasar hukum wakaf dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman :
لن ت نالواآلبرحتى تنفرقوا مرا تربون وما ت نفرقوا مرن سىءفإرن الل بر رم هر Artinya :
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebijakan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja
yang kamu nafkahkan,maka sesungguhnya Allah mengetahuinya”. QS. Ali-
Imran : 92
Dan juga ayat :
نا برل فر مثل الذرين ينفرقون أمول فر سبرملر اللر كمثلر حبة أنبرتت سبع س ا ة حبة يضعرف لرمن يشآء كلىر سنب ة مىر والل ع وسر والل رم
16 Kurniawati, Kedermawanan Kaum Muslimin, Potensi dan Realita Zakat Masyarakat di
Indonesia (Jakarta: Piramedia, 2004), h. 1-2 17 Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Pasal 215 ayat (4)
16
Artinya :
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya yang menumbuhkan di jalan Allah adalah serupa
dengan sebutir biji benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
QS. Al-Baqarah : 261.
Urusan wakaf merupakan amalan ibadah muamalah/sedekah
sunnah, oleh karena itu aturannya dapat dicampuri tangan manusia dengan
pembaruan dalam bentuk ijtihad, karena hukum wakaf belum sepenuhnya
jelas dan gamblang, maka dari itu perlu dilakukan ijtihad demi
pengembangan dan kemudahan pelaksanaannya berdasarkan hukum nas
yang sudah ada. Wakaf uang merupakan terjemahan langsung dari cash
waqf, wakaf uang juga dimaknai wakaf tunai.18
Departemen Agama sendiri mengartikan wakaf uang merupakan
wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok, lembaga atau badan hukum
dalam bentuk uang. Dengan demikian wakaf uang merupakan salah satu
bentuk wakaf yang diserahkan oleh seorang wakif kepada Nazir dalam
bentuk uang kontan.19 Benda apa saja sepanjang ia tidak dapat musnah
setelah diambil manfaatnya, dapat diwakafkan. Uang pun termasuk benda
yang dapat diwakafkan (wakaf tunai), sepanjang uang tersebut
18 “Wakaf Uang Tunai”, http://muhammadiyahmalang.blogspot.com/2010/03/wakaf-
uang-tunai.html, diakses 12 Agustus 2016. 19 “Wakaf Uang Tunai”, http://muhammadiyahmalang.blogspot.com/2010/03/wakaf-
uang-tunai.html, diakses 12 Agustus 2016.
17
dimanfaatkan sesuai dengan tujuan akad wakaf dan tidak habis atau musnah.
Jadi uang dapat saja diwakafkan dengan mekanisme membelanjakan uang
tersebut pada benda-benda yang memiliki sifat tidak musnah.20
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif yaitu metode
penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis dari
sumber-sumber yang diperoleh. Lalu dianalisis lebih lanjut dan
kemudian diambil suatu kesimpulan. Penelitian kualitatif menurut
Bogdan dan Tailor seperti yang dikutip oleh Lexy J. Maleong yaitu
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang diamati.21
2. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang penulis dapatkan adalah Data Primer dan Data Sekunder.
Dara Primer bersumber dari wawancara pada pihak-pihak terkait, yaitu
dari Lembaga Wakaf Al-Azhar dan Lembaga PPPA Daarul Qur’an.
Sedangkan Data Sekunder penulis dapatkan dari literatur-literatur lain
seperti Al-Qur’an, hadits, Undang-Undang tentang zakat dan wakaf,
makalah-makalah zakat dan wakaf dan lain-lain yang bersangkutan
dengan skripsi ini.
20 Diah Lukita Sari, dkk., “Wakaf Tunai”, http://ekonomi-syariah.com, diakses pada 12
Agustus 2016.
21 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), cet.11, h. 3.
18
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu dengan membaca
literatur-literatur yang ada di perpustakaan yang berhubungan erat
dengan pendayagunaan dana zakat dan wakaf uang secara produktif
guna merumuskan teori, pendapat, definisi, dll.
b. Penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian langsung
terjun ke lapangan untuk memperoleh data-data yang berkaitan
dengan pokok-pokok permasalahan dengan menggunakan teknik
sebagai berikut :
1) Dokumentasi, yaitu menyelidiki dokumen-dokumen tertulis
untuk memperoleh data, seperti berkas-berkas, arsip, internet,
majalah, dll.
2) Wawancara, yaitu pengambilan data dengan menggunakan
tanya jawab yang ditujukan kepada pihak Wakaf Al-Azhar dan
PPPA Daarul Qur’an mengenai penyaluran wakaf uang.
3) Observasi, yaitu merupakan sebuah proses penelitian secara
mendalam untuk mengetahui keefektifan pemberdayaan dana
Wakaf Uang.
H. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode dan teknik
penulisan serta sistematika penulisan.
19
BAB II : Kajian Teori
Berisi tentang wakaf uang dalam pandangan ilmu fiqih, pengelolaan wakaf
uang pada masa Rasulullah saw. dan para sahabat serta masa ulama
terdahulu, diikuti bagaimana pendapat ulama kontemporer dan aktivis-
aktivis mengenai wakaf uang dan pengelolaan wakaf uang secara umum
pada masa kini.
BAB III : Gambaran Umum Lembaga Sosial
Dalam bab ini penulis memaparkan gambaran secara umum mengenai
Lembaga Wakaf Al-Azhar dan Lembaga PPPA Daarul Qur’an, diantaranya
sejarah Wakaf Al-Azhar da PPPA Daarul Qur’an, latar belakang bersirinya,
visi, misi, tugas dan fungsi, tujuan pengelolaan dana wakaf uang, dan
program-program kedua lembaga.
BAB IV : Pembahasan
Dalam bab ini penulis akan menjelaskan bagaimana tentang proses
pengelolaan dana wakaf uang mulai dari penghimpunan, pengelolaan
hingga penyaluran dana wakaf. Selain itu juga dijelaskan bagaimana
Lembaga Wakaf Al-Azhar dan Lembaga PPPA Daarul Qur’an menjalankan
proses kerja sama dengan lembaga lain untuk mengembangkan dana wakaf
uang.
BAB V : Penutup
Berisi uraian tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
20
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Wakaf Uang Dalam Fiqih
Dalam pengertian etimologi, wakaf berarti menahan atau mencegah
melakukan sesuatu. Sementara itu, para ulama berbeda pendapat tentang
definisi wakaf secara terminologi. Menurut Faishal Haq, perbedaan definisi
wakaf para ulama madzhab ini dikarenakan wakaf mempunyai 25 arti lebih
meski yang lazim dipakai adalah arti menahan atau mencegah. Arti-arti
yang banyak ini mempengaruhi para mujtahid dalam menetapkan definisi
wakaf.22
Pada dasarnya pengertian wakaf adalah menahan harta yang bisa
diambil manfaaatnya dengan tetap kekalnya dzat harta itu sendiri
dan mentasharrufkan kemanfaatannya di jalan kebaikan dengan tujuan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Konsekuensi dari hal ini adalah dzat
harta benda yang diwakafkan tidak boleh ditasharrufkan. Sebab yang
ditasharrufkan adalah manfaatnya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh
penulis kitab Kifayah al-Akhyar sebagai berikut :23
ف في نتفاع به مع بقاء عينه ممنوع من التصر وحده في الشرع حبس مال يمكن ال
با إلى الله عينه وت ف منافعه في البر تقر تقي الدين أبي بكر بن محمد الحسيني -صر
22 M. Wahib Aziz, “Wakaf Tunai Dalam Perspektif Hukum Islam”, International Journal
Ihya’ ‘Ulum Al-Din, Vol. 19 No. 1 (2017): h. 6. 23 Penjelasan Mengenai Wakaf Uang, http://www.nu.or.id/post/read/53746/penjelasan-
mengenai-wakaf-uang, diakses pada 20 Juni 2018.
21
دار -الحصني الدمشقي الشافعي، كفاية الأخيار فى حل غاية الختصار، سورابايا
256، ص. 1العلم، ج،
“Definisi wakaf menurut syara’ adalah menahan harta benda yang
memungkinkan untuk mengambil manfaatnya beserta kekalnya dzat harta
benda itu sendiri, dilarang untuk mentasaharrufkan dzatnya. Sedang
mentasharrufkan kemanfaatannya itu dalam hal kebaikan dengan tujuan
mendekatkan diri kepada Allah SWT.” (Taqiyyuddin Abi Bakr bin
Muhammad al-Husaini al-Hishni ad-Dimasyqi asy-Syafi’i, Kifayah al-
Akhyar fi Halli Ghayah al-Ikhtishar, Surabaya-Dar al-‘Ilm, tt, juz, 1, h.
256).
Menurut istilah, wakaf uang adalah bagian dari istilah wakaf.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mendefinisikan wakaf uang dalam
fatwanya tentang kebolehan wakaf pada 11 Mei 2002 yang menyatakan
bahwa wakaf uang (cash wakaf/waqf al-nuqud) adalah wakaf yang
dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam
bentuk uang tunai, termasuk dalam pengertian ini adalah surat-surat
berharga. Definisi ini kemudian diperkuat oleh lahirnya UU No. 41/2004
dan Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2006 tentang wakaf yang
menyatakan bahwa uang termasuk bagian dari benda wakaf. Adapun
definisi wakaf yang dimaksud dalam UU No. 41/2004 tentang wakaf pasal
1 ayat 1: Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
22
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya
guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.24
Para ahli fiqih terdahulu telah mengenal wakaf uang. Sebagian
diantara mereka ada yang memperbolehkan, dan sebagian ada yang
melarangnya. Permasalahannya adalah kemungkinan penggunaannya
merusak barang wakafnya atau tidak. Sebagian ahli fikih yang
memperbolehkan wakaf uang apabila dipergunakan untuk hiasan
berdasarkan dalil qiyas bahwa penyewaan uang untuk tujuan ini
diperbolehkan, sekalipun hal ini masih diperdebatkan. Sebagian
memperbolehkan untuk tujuan dipinjamkan. Sebagian lagi
memperbolehkan untuk diinvestasikan dalam usaha bagi untung
(mudharabah) yang keuntungannya disalurkan sesuai tujuan wakaf.25
Hadits Riwayat Al-Bukhari
أصا ب أرضا بخيبر, عن ابن عمر رضي الل عنهما أن عمر بن الخطا ب
, إن ى فأتى الن بى صل ى الل عليه و سل م يستأ مره فيها, فقال : يا ر سو الل
أصبت أرضا بخيبر لم أصب ما لا قط أنفس عندى منه, فما تأمرنى به؟
قال : إن شــت حبست أصلها فتصد ق بها
“Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a. bahwa Umar bin al-Khatab r.a.
memperoleh tanah di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi SAW untuk
24 Hendra Kholid, Wakaf Uang Perspektif Hukum dan Ekonomi Islam,
https://bwi.or.id/index.php/in/publikasi/artikel/815-wakaf-uang-perspektif-hukum-dan-ekonomi-
islam.html, diakses pada 20 Juni 2018. 25 DR. Mundzir Qahaf, Manajemen wakaf produktif (Jakarta: Khalifa, 2007), Cet. III, hlm.
198.
23
meminta petunjuk mengenai tanah itu. Ia berkata, “wahai rasulullah, saya
memperoleh tanah di Khaibar yang belum pernah saya peroleh harta yang
lebih bagiku melebihi tanah tersebut, apa perintah engkau kepadaku
mengenainya ? Nabi SAW menjawab: Jika mau, kamu tahan pokoknya dan
kamu sedekahkan hasilnya.”
Pada hadits ini, hadits ini dijadikan pijakan hukum karena
menganggap bahwa wakaf uang memiliki hakikat yang sama dengan tanah,
yakni harta pokoknya tetap dan hasilnya dapat dikeluarkan. Dengan
mekanisme wakaf uang yang telah ditentukan, pokok harta akan dijamin
kelestariannya dan hasil usaha atas penggunaan uang tersebut dapat dipakai
untuk mendanai kepentingan umat.26
Berdasarkan hadits diatas pula Imam Nawawi menarik beberapa
kesimpulan penting, di antaranya :27
1. Hadits ini menjadi dasar sahnya wakaf dalam Islam
2. Harta wakaf tidak boleh dijual atau dihibahkan atau diwariskan
3. Syarat-syarat waqif (pemberi wakaf) perlu diperhatikan
4. Pentingnya memberikan dana melalui wakaf kepada kaum muslimin,
diantaranya sanak family
5. Pentingnya mengadakan musyawarah dengan orang yang pandai untuk
mengelola suatu kekayaan.
Terdapat silang pendapat mengenai hukum wakaf uang. Iman al-
Bukhari meriwayatkan bahwa Imam Az-Zuhri (w. 124 H) salah satu ulama
26 Wakaf Uang Dalam Perspektif Fikih, diakses pada 20 September 2016 dari
http://www.wakafcenter.com/baca-wakaf-uang-dalam-perspektif-fikih.html 27 Mustafa Edwin Nasution, M.Sc., MAEP, Ph.D. dan Dr. Uswatunn Hasanah, Wakaf
Tunai – Inovasi Finansial Islam (Jakarta: PSTT-UI, 2006), Cet. II., hlm. 93
24
terkemuka dan peletak dasar tadwin al-hadist memfatwakan bahwa wakaf
dinar dan dirham dianjurkan untuk pembangunan sarana sosial, dakwah, dan
pendidikan umat Islam. Adapun dengan cara menjadikan uang tersebut
sebagai modal usaha dan menyalurkan keuntungannya.28 Hal ini senada
dengan pendapat Wahbah az-Zuhaili yang menyatakan bahwa madzhab
Hanafi membolehkan wakaf tunai sebagai pengecualian, atas dasar Istihsan
bi al’Urf, dengan alasan karena telah banyak dipraktikkan masyarakat.29
Dasar argumentasi mazhab Hanafi adalah hadits yang diriwayatkan oleh
Abdullah bin Mas’ud
فما رأى المسلمون حسنا فهو عند الله حسن, وما رأوا سيأ فهو عند الله
سيء
“Apa yang dipandang baik oleh kaum muslim, maka dalam pandangan
Allah adalah baik, dan apa yang diapndang buruk oleh kaum muslimin
maka dalam pandangan Allah pun buruk”. (Musnad Ahmad)30
Ibn Abidin berpendapat bahwa wakaf uang tidak boleh atau tidak
sah. Hal ini dikarenakan wakaf uang yang dikatakan kebiasaan merupakan
kebiasaan bangsa romawi, sedangkan bangsa lain wakaf uang bukanlah
kebiasaan. Senada dengan Ibn Abidin, Mazhab Syafi’i juga berpandangan
bahwa wakaf uang tidak boleh, seperti yang disampaikan Muhyiddin an-
Nawawi (t.th./XV: 325) dalam kitab al-Majmu’nya. Menurutnya, Mazhab
28 Sudirman Hasan, Wakaf Uang : perspektif fiqih, Hukum Positif, dan Manajemen
(Malang: UIN-Maliki Press, 2011), hlm. 23 29 Muhammad Djakfar, Wakaf Tunai Sebagai Potensi Pengembangan Ekonomi Di
Indonesia (Sebuah Analisis antara Peluang dan Tantangan), hlm. 4. 30 Hasan, Wakaf Uang, hlm. 28
25
Syafi’i tidak membolehkan wakaf uang karena dinar dan dirham akan
lenyap ketika dibayarkan sehingga tidak ada lagi wujudnya.31
Menurut al-Dimyathi, dalam buku I’ana al-Talibin Jilid III, yang
popular di banyak pesantren di Indonesia (mayoritas Mazhab Syafi’i) tidak
membolehkan penjualan berbagai benda wakaf. Menurutnya lebih baik
masjid roboh dari pada ditukar atau dijual dengan benda wakaf yang lebih
baik.32
Menurut catatan sejarawan Muslim, al-Maqrizi, sebagaimana
dikutip oleh Doris Behrens dan Abouseif, pada Dinasti Abbasiyah terdapat
banyak jenis wakaf produktif. Misalnya, wakaf kolam air yang digunakan
untuk mengairi lahan pertanian. Wakaf produktif lainnya adalah wakaf
apartemen, ruko, kanal, dan tanah pertanian. Seperti wakaf Ibn Tulun yang
mewakafkan apartemen miliknya, hasil dari wakaf apartemen sanggup
mendanai kegiatan keagamaan dan sarana public seperti masjid, rumah sakit
dan jembatan.33
Perbedaan pendapat di atas, bahwa alasan boleh dan tidak bolehnya
wakaf uang berkisar pada wujud uang. Apakah wujud uang itu setelah
digunakan atau dibayarkan masih ada seperti semula, terpelihara, dan dapat
menghasilkan keuntungan lagi pada waktu yang lama ? Namun kalau
melihat perkembangan sistem perekonomian yang berkembang sekarang,
sangat mungkin untuk melaksanakan wakaf uang. Misalnya uang yang
31 Hasan, Wakaf Uang, hlm. 28-29 32 Chaider S. Bamualim, Irfan Abubakar, dkk., Wakaf, Tuhan, dan Agenda Kemanusiaan
: Studi tentang Wakaf dalam Perspektif Keadilan Sosial di Indonesia (Jakarta: CSRC UIN Jakarta,
2006), Cet. I, hlm. 106 33 Bamualim, Wakaf, Tuhan, dan Agenda Kemanusiaan, hlm. 32-33
26
diwakafkan ini dijadikan modal usaha seperti yang dikatakan oleh Madzhab
Hanafi atau diinvestasikan dalam wujud saham perusahaan yang kuat atau
didepositokan di perbankan syariah dan keuntungannya dapat disalurkan
sebagai hasil wakaf. Wakaf uang yang diinvestasikan dalam wujud saham
atau deposito, wujud atau lebih tepatnya nilai uang tetap terpelihara dan
menghasilkan keuntungan dalam jangka waktu yang lama.34
B. Model Pengelolaan Wakaf Uang
1. Pandangan Aktivis dan Ulama Kontemporer
Pada wakaf tanah, yang dapat menikmati harta wakaf tanah dan
bangunan adalah rakyat yang berdomisili di sekitar harta wakaf tersebut
berada. Sementara rakyat miskin sudah sangat tersebar luas di seluruh
Indonesia, sehingga dibutuhkan sumber pendanaan baru yang tidak
terikat tempat dan waktu. Seiring dengan kebutuhan dana untuk
pengentasan kemiskinan yang sangat besar dan lokasinya tersebar di
luar daerah para wakif tersebut, timbullah pemikiran untuk berwakaf
dengan uang. Uang bersifat fleksibel dan tidak mengenal batas wilayah
pendistribusian (Abdul Ghofur Anshori)35
MUI membolehkan wakaf uang dengan fatwa yang dikeluarkan
pada tanggal 11 Mei 2002. Dalam fatwa tersebut ditetapkan bahwa
wakaf uang merupakan wakaf yang dilakukan seorang kelompok orang,
lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang (cash). Termasuk dalam
34 Hasan, Wakaf Uang, hlm. 29 35 Rachmadi Usman, S.H., M.H., Hukum Perwakafan di Indonesia (Jakarta: Sinar
Grafika, 2013), hlm. 106
27
pengertian uang adalah surat-surat berharga. Wakaf uang hanya boleh
disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar’i.
Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual,
dihibahkan atau diwariskan.36
Menurut Mustafa E. Nasution, M.Sc., MAEP, Ph.D. peranan
wakaf tunai sebagai salah satu unsur kegiatan di sektor volunteer yang
dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
serta mengurangi ketergantungan hutang dalam menggerakkan roda
perekonomian.37 Konsep Sertifikat Wakaf Tunai (SWT) yang
dipresentasikan oleh Prof. Mannan di Third Harvard University Forum
on Isamic Finance pada Oktober 1999 merupakan usaha inovasi
finansial di bidang perwakafan yang kalau berhasil dijalankan dengan
baik akan mampu memberikan manfaat untuk kesejahteraan umat.
Wakaf tunai membuka peluang yang unik bagi penciptaan investasi di
bidang keagamaan, pendidikan, dan pelayanan sosial. 38
Mustafa lanjutnya mengatakan bahwa pemerintah perlu
menyadari pentingnya untuk menggerakan sektor volunteer guna
menyejahterakan masyarakat dengan membuat Undang-Undang yang
menjamin mobilisasi dana wakaf dari sektor ini. Dan perlu dibentuknya
suatu organisasi yang benar-benar menghayati akan tujuan yang
diharapkan dari pemanfaatan dana wakaf ini. Keberhasilan
menggerakan sektor volunteer ini jelas akan meningkatkan
36 Hasan, Wakaf Uang, hlm. 29-30. 37 Mustafa dan Uswatunn, Wakaf Tunai – , hlm. 30 38 Mustafa dan Uswatunn, Wakaf Tunai – , hlm. 42
28
kesejahteraan rakyat. Ketergantungan pemerintah akan dana yang
berasal dari sektor konvensional akan berkurang dengan keberhasilan
dalam menggerakan sektor volunteer ini.39
Dalam istilah manajemen keuangan memobilisasi dana (funding)
lebih mudah dari pada menanamkan dana (investment). Dalam
pengelolaan kekayaan dana wakaf tunai yang menjadi masalah pokok
ialah bagaimana kemampuan pengelola dalam menginvestasikan dana
wakaf yang ada. Kemampuan menginvestasi tidak lepas dari manajemen
resiko. Dengan semakin canggihnya ilmu manajemen investasi maupun
manajemen resiko investasi maka semakin terbuka peluang bagi
investasi wakaf untuk berkembang. Dari segi ilmu risk management
hukum “diversitas” yang mengatakan semakin luas ruang lingkup
penebaran menginvestasi dana kita semakin kecil resiko dan semakin
solid hasil kucuran (earning) yang kita peroleh (Prof. Drs. Amir R.
Batubara).40
Menurut cendikiawan muslim Sayyid Ameer Ali, hukum wakaf
merupakan cabang yang terpenting dalam hukum Islam, karena ia
terjalin ke dalam seluruh kehidupan ibadah dan perekonomian sosial
kaum muslim. Bahkan disebutnya sebagai bagian tersulit dari hukum
Islam (Fyzee). Sejalan dengan itu Mohammad Zain bin Othman
menyatakan “the institutions of waqf in Islam has contributed n great
deal to and played an important role in building of society and it will
39 Mustafa dan Uswatunn, Wakaf Tunai – , hlm. 48-49 40 Mustafa dan Uswatunn, Wakaf Tunai – , hlm. 83
29
continued so since the Muslims are really sincere in fulfilling their
duties to the Almighty as were th early Muslims” (Mohammad Zain bin
Othman). Pernyataan ini sesuai dengan sifat dari wakaf menurut Islam.
Muhammad Yousuf Farooqi menyatakan “the waqf in Islam has been
considered a permanent sourced of reward from Allah as long as
beneficieries receive the benefit of it” (Muhammad Yousuf Farooqi).41
Pada dasarnya pengertian wakaf adalah menahan harta yang bisa
diambil manfaatnya dengan tetap kekalnya dzat harta itu sendiri dan
mentasharrufkan manfaatnya di jalan kebaikan dengan tujuan
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Konsekuensi dari hal ini adalah
dzat harta benda yang diwakafkan tidak boleh ditasharrufkan. Sebab
yang ditasharrufkan adalah manfaatnya. Para ulama terdahulu
sebenarnya telah menyatakan bahwa wakaf uang itu ada yang tidak
boleh dilakukan dan ada yang membolehkannya. Mengacu pada
pendapat yang membolehkan melakukan wakaf uang, Ibnu Syihab Az-
Zuhri, maka Ust. Mahbub Ma’afi Ramdlan mengatakan bahwa wakaf
uang termasuk dalam dari infak. Sebab, infak adalah menggunakan atau
membelanjakan harta benda untuk berbagai kebaikan, seperti untuk
pergi haji, umrah, menafkahkan keluarga, menunaikan zakat, dan lain
sebagainya. Termasuk di dalamnya adalah wakaf dengan berbagai
macamnya.42
41 Rachmadi, Hukum Perwakafan, hlm. 118-119. 42 Penjelasan Mengenai Wakaf Uang, http://www.nu.or.id/post/read/53746/penjelasan-
mengenai-wakaf-uang, diakses pada tanggal 5 Desember 2016.
30
Budi Indra Agusci, M.Si. selaku direktur Wakaf Bani Umar
mengatakan wakaf uang adalah wakaf berupa uang yang dapat dikelola
secara produktif, dan hasilnya dimanfaatkan untuk mauquf alaih.
Menurutnya, wakaf uang ini akan menjadi salah satu instrument
kekuatan ekonomi yang sangat dahsyat untuk memberdayakan dan
membangun ekonomi umat. Sehingga terjadi pemerataan ekonomi di
kalangan masyarakat. Dan kemudian, membuka lapangan kerja baru,
dan akan banyak yang dapat dilakukan dari hasil dana wakaf uang.
Setali tiga uang, pendapat Budi diamine oleh Sopyan Tsauri, M.Si. yang
juga sebagai akademisi dan aktivis wakaf di Tangerang, bahwa memang
harus dimulai gerakan secara massif. Pergerakan secara massif, tak
terlepas adanya edukasi yang massif juga kepada masyarakat. Sehingga,
masyarakat akan mengetahui, apa yang sebenar yang dimaksud dengan
wakaf uang.43
Dr. Ahmad Zain An-Najah, MA. Mengatakan dari dua pendapat
para ulama terdahulu yang mengatakan tidak boleh melakukan wakaf
uang dan boleh melakukan wakaf uang, pendapat yang mendekati
kebenaran adalah pendapat yang mengatakan boleh berwakaf
menggunakan uang, karena tujuan disyariatkan wakaf adalah menahan
pokoknya dan menyebarkan manfaat darinya. Dan wakaf uang yang
dimaksud bukanlah dzat uangnya tapi nilainya, sehingga bias diganti
dengan uang lainnya, selama nilainya sama. Kebolehan wakaf tunai ini
43 Dengan 20.000, Anda Sudah Bisa Berwakaf Tunai, http://wakafbaniumar.org/dengan-
20-000-anda-sudah-bisa-berwakaf-tunai/, diakses pada 5 Desember 2016.
31
telah ditetapkan pada konferensi ke-15, Majma’ al-Fiqh al-Islam OKI,
No. 140, di Mascot, Oman, pada tanggal 14 – 19 Muharram 1425 H / 6
– 11 Maret 2004 M. Selain itu, MUI juga telah mengeluarkan fatwa
kebolehan wakaf tunai, pada tanggal 11 Mei 2002.44
2. Bentuk Baru dalam Wakaf Uang
a. Wakaf uang dalam investasi
Biasanya wakaf uang disini dibentuk atas asas bagi untung
(mudharabah) atau berdasarkan penyewaan pengelola. Dalam hal
ini, uang yang diwakafkan kepada badan atau yayasan yang
menerima pinjaman usaha bagi untung (mudharabah), atau kepada
yayasan yang dikelola oleh pengelola sewaan. Sedangkan hasil dari
pinjaman uang untuk usaha bagi untung diberikan sebgai amal
kebaikan sesuai dengan tujuan wakaf.45
b. Bentuk baru dalam wakaf keuntungan uang
Pada praktiknya bentuk wakaf keuntungan uang ini sangat
banyak dan tidak bias dibatasi, akan tetapi tidak terlepas dari 2 hal,
yaitu (1) wakaf benda yang dapat diproduksi hingga batas waktu
tertentu. Wakaf keuntungan uang ini bias dilakukan untuk sementara
atau selamanya. Maka tidak diragukan lagi bahwa wakaf
mengandung makna pemanfaatan yang terjadi secara berulang-
ulang, sebab itu pulalah yang terkandung dalam pengertian
“shadaqah jariyah”. (2) Wakaf bagian persentase dari keuntungan
44 Hukum Wakaf Tunai, http://www.ahmadzain.com/read/ilmu/420/hukum-wakaf-tunai/,
diakses pada tanggal 5 Desember 2016. 45 Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, hlm. 199.
32
uang,baik secara keseluruhan atau hasil bersih saja bagi lembaga
investasi yang menyelenggarakan penggalangan dana untuk
investasi, ditambah zakat wajib harus diberikan kepada orang-orang
yang berhak menurut syariat Islam.46
c. Wakaf cadangan pada perusahaan perseroan
Sistem ini dalam mengatur kegiatannya berdasarkan system
yang diterapkan dalam yayasan yang banyak mendapat perlakuan
istimewa secara pribadi dan tanggung jawab terbatas, serta
kemungkinan berlanjutnya usia yayasan melebihi usia pendirinya
atau pemiliknya.47
3. Indonesia
Di Indonesia, lembaga yang khusus mengelola dana wakaf uang dan
beroperasi secara nasional adah Badan Wakaf Indonesia (BWI). Tugas
utama BWI ialah mengkoordinir nazhir-nazhir yang sudah ada dana atau
mengelola secara mandiri terhadap harta wakaf yang dipercayakan,
khususnya wakaf uang. Sedangkan, untuk wakaf yang ada dan sudah
berjalan di tengah masyarakat dalam bentuk benda tidak bergerak, perlu
dilakukan pengamanan dan dalam benda wakaf yang mempunyai nilai
produktif perlu didorong untuk dilakukan pengelolaan yang bersifat
produktif.48
46 Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, hlm. 202-203. 47 Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, hlm. 205-206. 48 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia,
hlm. 33.
33
Dibutuhkan sistem pengelolaan yang tepat agar dana yang sudah
terkumpul dari masyarakat dapat diberdayakan secara maksimal, antara
lain sebagai berikut :49
a. Memberi peran perbankan syariah
Menurut Tim Penyusun Makalah dari Biro Perbankan
Syariah Bank Indonesia (BI) yang berjudul “Peranan Perbankan
Syariah dalam Wakaf Tunai”, yaitu :
1. Bank syariah sebagai nazhir penerima, penyalur, dan
pengelola dana wakaf
Disini bank syariah mendapat kewenangan penuh untuk
menjadi nazhir, muali dari penerima, pengelola, dan
penyalur dana wakaf. Fungsi bank syariah yang seperti ini
sama dengan yang dilakukan SIBL di Bangladesh.
2. Bank syariah sebagai nazhir penerima dan penyalur dana
wakaf
Disini bank syariah hanya sebagai nazhir penerima dan
penyalur. Sedangkan fungsi pengelola dana dilakukan oleh
lembaga lain yang dengan sendirinya tanggung jawab
pengelolaan dana, termasuk hubungan kerja sama dengan
lembaga penjamin ada di pengelola dana wakaf itu.
3. Bank syariah sebagai pengelola (fund manager) dana wakaf
Pada sistem ini keunggulan perbankan syariah berupa
kemampuan professional dalam pengelolaan dana digunakan
49 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia,
hlm. 36-67.
34
secara efektif. Tanggung jawab pengelolaan dana serta
hubungan kerja sama dengan lembaga penjamin berada pada
lembaga perbankan syariah.
4. Bank syariah sebagai kustodi
Sistem ini dibuat untuk mengantisipasi jika bank syariah
tidak diberikan kesempatan untuk berperan secara optimal
dalam pengelolaan wakaf uang. Dalam sistem ini
keunggulan perbankan syariah berupa kemampuan
mengelola dana, jaringan informasi dan data distribusi, tidak
dimanfaatkan secara efektif di dalam pengelolaan dana
wakaf tunai maupun penyalurannya. Sedangkan keunggulan
berupa jaringan kantor masih dimanfaatkan.
5. Bank syariah sebagai kasir BWI
Sistem ini hamper sama dengan sistem 4 dalam hal wakif
menyetorkan dana wakaf ke bank untuk dimasukkan ke
rekening BWI. Perbedaannya adalah bank syariah tidak
mengadministrasikan sertifikat wakaf tunai yang diterbitka
BWI. Rekening BWI dipelihara oleh bank syariah seperti
rekening-rekening lainnyayang akan mendapat bonus atau
bagi hasil sesuai dengan prinsip syariah yang digunakan.
b. Posisi LKS dalam peraturan perundangan wakaf
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang ditunjuk oleh
Menteri berdasarkan saran dan pertimbangan dari BWI. Saran dan
35
pertimbangan yang dikeluarkan BWI tersebut setelah
mempertimbangkan saran instansi terkait, yaitu :
a. Menyampaikan permohonan tertulis kepada menteri;
b. Melampirkan anggaran dasar dan pengesahaan sebagai badan
hukum;
c. Memiliki kantor operasional di Indonesia;
d. Bergerak dibidang keuangan syariah; dan
e. Memiliki fungsi menerima titipan
c. Membentuk Lembaga Investasi Dana
Salah satu cara pemberdayaan dana wakaf uang ialah dengan
mekanisme investasi. Adapun jenis investasi yang harus digalang
hanya dapat dilakukan pada instrument keuangan yang sesuai
dengan syariah Islam dan tidak mengandung riba. Selain penentuan
tipe investasi dilihat dari jangka waktu investasi, dana wakaf harus
diinvestasikan dengan pertimbangan keamanan investasi dan tingkat
probabilitas usaha.
d. Menjalin Kemitraan Usaha
Menjalin kemitraan usaha dengan perusahaan ventura
merupakan salah satu cara untuk mengembangkan dana wakaf uang
yang disetor waqif. Beberapa pertimbangan atas pemilihan
perusahaan modal ventura :
1. Bentuk dan mekanisme kerja perusahaan modal ventura
sangat sesuai dengan model pembiayaan dalam sistem
keuangan Islam.
36
2. Dana yang berasal dari wakaf uang dapat digunakan untuk
jangka waktu yang relatif panjang dalam bentuk penyertaan.
3. Membangun hubungan bisnis yang lebih intensif dan
berkesinambungan antara lembaga wakaf dan perusahaan
modal ventura yang menjamin perkembangan usaha bagi
keduanya.
4. Aspek pengawasan penyertaan dana pada perusahaan modal
ventura lebih mudah.
e. Memberi Peran Lembaga Penjamin Syariah
Upaya memayungi agar usaha-usaha pemberdayaan dana
wakaf uang tidak berkurang, apalagi hilang karena lost dalam
usahanya, maka diperlukan lembaga penjamin syariah. Oleh karena
itu, asuransi syariah yang akan memayungi usaha pemberdayaan
wakaf uang, dalam kontrak yang akan digunakan bukan kontrak jual
beli melainkan kontrak tolong menolong (takafuli). Kontrak ini
merupakan alternatif yang sah dan dibenarkan dalam melepaskan
diri dari praktik yang diharamkan pada asuransi konvensional.
f. Membuka Jaringan dan Kerjasama Wakaf
Untuk memberikan support sistem dalam pemberdayaan
dana wakaf BWI diharuskan membentuk lembaga-lembaga yang
bias memudahkan manajerial dan finansial dalam pengelolaan
wakaf di seluruh penjuru tanah air. Oleh karena itu, hal0hal yang
bias dilakukan dalam rangka membangun jaringan dan kerja sama
wakaf adalah membentuk :
37
1. Jaringan lembaga-lembaga wakaf
Sudah banyak nazhir wakaf di Indonesia seperti Ponpes As-
Salam, Gontor Ponorogo, Yayasan UII Yogyakarta, Univ.
Sultan Agung Semarang, UMI Makasar, UISU Medan,
Dompet Dhuafa Republika, Pos Keadilan Peduli Umat
(PKPU), Baitul Maal Muamalat. Dalam rangka
mengefektifkan peran dan pemberdayaan secara signifikan
diperlukan jaringan informasi dan komunikasi serta kerja
sama yang efektif antara lembaga-lembaga tersebut.
2. Jaringan kepakaran wakaf
Selain kerja sama di bidang kelembagaan, juga harus
dikembangkan kerja sama kepakaran dalam bidang wakaf.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kajian-kajian yang
bersifat konseptual maupun teknik pengembangan dan
pengelolaan wakaf. Dengan menjalin jaringan kepakaran
wakaf ini diharapkan dapat menemukan inovasi-inovasi baru
dalam pemberdayaan potensi ekonomi wakaf secara lebih
menyejahterakan.
3. Jaringan permodalan, investasi dan pengembangan
Di Indonesia sendiri yang sangat memungkinkan untuk
dijadikan ujung tombak permodalan dan investasi adalah
perbankan syariah, sertifikat wakaf tunai, sertifikat wakaf
investasi dan lembaga atau perorangan yang memiliki modal
38
cukup dalam pengembangan pemberdayaan dana wakaf
secara umum.
4. Jaringan informasi dan komunikasi
Hal ini yang masih menjadi problem bagi Indonesia dalam
upaya pemberdayaan dana wakaf uang meskipun sebenarnya
berbagai lembaga wakaf maupun kementerian wakaf di
Mesir, Oman, Qatar, Syria, Lebanon, Kuwait, dll sudah
mengembangkan situs website yang dapat diakses.
Sebenarnya hal ini harus dipikirkan dan dicari solusinya
untuk pengembangan jaringan informasi dan komunikasi
lembaga-lembaga wakaf agar lebih praktis dan dapat diakses
oleh semua lapisan masyarakat.
5. Penerbitan media wakaf
Sudah saatnya pemerintah merintis pendirian Jurnal atau
Majalah tentang wakaf dalam bahasa Indonesia atau bahasa
Melayu yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Islam di
ASEAN mengingat kebutuhan untuk mensosialisasikan
proyek pengembangan wakaf itu sendiri.
g. Meningkatkan Political Will Pemerintah
Setelah regulasi perundangan wakaf sudah ditangani dengan
baik dan pola kemitraan dengan beberapa pihak yang terkait dengan
pemberdayaan wakaf sudah terjalin, maka pemerintah harus
mengadakan political will dalam regulasi peraturan perundangan
39
yang terkait. Hal ini harus dilakukan pemerintah dalam rangka mem-
back up secara utuh agar wakaf dapat dikelola secara professional.
4. Mesir50
Di negeri ini wakaf telah berkembang dengan menakjubkan karena
memang dikelola secara profesioal. Mulanya di Mesir masih terdapat
bentuk wakaf yang dilakukan oleh dan untuk keluarga atau bahkan
pribadi. Tetapi pada tahun 1946 pemerintah Mesir mengeluarkan
Undang-Undang yang mengatur dan menegaskan bahwa wakaf
keluarga bersifat sementara. Dan pada tahun1971 pemerintah Mesir
membentuk badan wakaf yang bertugas melakukan kerjasama dalam
memeriksa tujuan peraturan-peraturan dan program-program
pengembangan wakaf. Badan wakaf ini juga bertugas sebagai pengawas
yang mengusut dan melaksanakan semua pendistribusian wakaf agar
sesuai tujuan. Selain itu, badan wakaf tersebut berwenang untuk
membuat perencanaan, mendistribusikan hasil wakaf setiap bulan
dengan diikuti kegiatan di daerah, membangun dan mengembangkan
lembaga wakaf, dan membuat laporan serta menginformasikan hasil
kerjanya di masyarakat.
Untuk mengembangkan dan mengelola harta wakaf secara lebih
efektif, badan wakaf menitipkan hasil harta wakaf di bank-bank Islam.
Disamping itu, badan wakaf juga berpartisipasi dalam mendirikan bank-
bank Islam, bekerjasama dengan sejumlah perusahaan, membeli saham
50 Achmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif “Sebuah
Upaya Progresif untuk Kesejahteraan Umat” (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006), Cet. III, hlm. 32-
35
40
dan obligasi perusahaan penting dan memanfaatkan lahan kosong agar
menjadi produktif sehingga perkembangan wakaf yang dikelola secara
professional sangat bermanfaat untuk membantu kehidupan para kaum
dhuafa, fakir-miskin, bahkan sampai penyediaan fasilitas kesehatan
berupa rumah sakit dan obat-obatan.
5. Arab Saudi51
Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia membuat peraturan bagi Majelis
Tinggi Wakaf dengan menetapkan No. 574 tangal 16 Rajab 1386 sesuai
dengan Surat Keputusan Kerajaan No. M/35, tanggal 18 Rajab 1386.
Adapun anggota Majelis Tinggi Wakaf terdiri atas wakil Kementerian
Haji dan Wakaf, ahli hukum Islam dari Kementerian Kehakiman, wakil
dari Kementerian (Departemen) Keuangan dan Ekonomi, Direktur
Kepurbakalaan serta tiga anggota dari kalangan cendikiawan dan
wartawan.
Wakaf yang ada di Saudi Arabia bentuknya bermacam-macam
seperti hotel, tanah, bangunan (rumah) penduduk, took, kebun, dan
tempat ibadah. Dari macam-macam harta wakaf tersebut ada yang
diwakafkan untuk dua kota suci,yaitu Mekkah dan Madinah.
Pemanfaatan hasil wakaf yang utama adalah untuk memperbaiki dan
membangun wakaf yang ada agar wakaf tersebut kekal dengan tetap
melaksanakan syarat-syarat yang diajukan oleh wakif. Sementara dalam
pengelolaan wakaf, Arab Saudi juga melakukan praktik dengan
menunjuk pengelola (nadzir). Dimana nazhir tersebut bertugas untuk
51 Djunaidi dan Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, hlm. 35-37
41
membuat perencanaan dalam pengembangan harta wakaf,
mensosialisasikan program yang telah disepakati, melaksanakan tugas
dalam mendistribusikan hasil wakaf kepada yang membutuhkan,
memelihara dan mengawasi untuk kelanggengan aset wakaf dan
membuat laporan kepada Kerajaan (mamlakah) dalam pelaksanaan dan
pengelolaan wakaf.
6. Yordania52
Secara administrative, pelaksanaan pengelolaan wakaf di Kerajaan
Yordania didasarkann pada Undang-Undang Wakaf Islam No. 25/1947
yang kemudian diperkuat oleh Undang-Undang Wakaf No. 26/1966.
Kementerian Wakaf diberi wewenang untuk membelanjakan hasil
pengembangan wakaf sesuai dengan rencana-rencana yang telah
digariskan oleh Direktorak Keuangan.
Pada tahun 1984, Kmenterian Wakaf memperoleh pendapatan dari
pengembangan wakaf senilai 1,030 juta dinar Yordania yang kemudian
dialokasikan untuk menjalankan beberapa proyek (wilayah Tepi Timur
dan Tepi Barat). Adapun proyek yang yang dilaksanakan itu terdapat di
Tepi Timur antara lain adalah pembangunan kantor-kantor wakaf di
Amman, pembangunan apartemen hunian di Amman, dan beberapa
proyek lainnya. Sedangkan proyek yang dilaksanakan di Tepi Barat
antara lain adalah kantor-kantor, pertokoan, dan pusat perdagangan di
tanah-tanah wakaf.
52 Djunaidi dan Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, hlm. 37-41
42
Yang menarik adalah bahwa wizarat al-Auquf mampu ikut serta
dalam meningkatkan peranan perempuan dalam pembangunan. Untuk
mencapai tujuan yang diharapkan, Kementerian Wakaf menggunakan
bergagai cara untuk mengembangkan wakaf, antara lain :
1. Mengembangkan hasil harta wakaf itu sendiri;
2. Menyewakan tanah-tanah wakaf dalam waktu yang lama;
3. Kementerian Wakaf meminjam uang kepada pemerintah untuk
membangun proyek-proyek pembangunan tanah wakaf yang ada
di kota Amman, Aqabah dan lain-lain;
4. Menanami tanaman-tanaman di tanah pertanian.
Dari sini semakin jelas bahwa wakaf yang dipraktikkan di Yordania
maupun negara lain, meskipun sepintas lalu, masih menerapkan bentuk
wakaf yang konvensional tetapi sesungguhnya pengembangannya sudah
dilakukan sedemikian rupa sehingga mampu dimanfaatkan untuk
mensejahteraan masyarakat.
7. Turki53
Untuk memobilisasi sumber-sumber wakaf dan membiayai
bermacam-macam jenis proyek joint-venture telah didirikan Waqf Bank
dan Finance Coorporation. Pada tahun 1925 harta wakafnya mencapai
¾ dari luas lahan produktif di Turki.
Sejauh ini ada dua pelayanan yang diberikan oleh Direktorat
Jenderal Wakaf, yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan
dan sosial. Pelayanan kesehatan diberikan melalui wakaf-wakaf runah
53 Djunaidi dan Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, hlm. 41-42
43
sakit. Upaya Dirjen Wakaf Turki melalui upaya komersil terhadap harta
wakaf adalah dengan melakukan kerjasama dan investasi di berbagai
lembaga, antara lain Yvalik and Aydem Olive oil Corporation, Tasdelen
Healthy Water Corporation, Auqaf Guraba Hospital, Taskim Hotel
(Sheraton), Turkish Is Bank, Ayden Textile Industry dan lain-lain.
8. Bangladesh54
Di Bangladesh wakaf telah dikelola oleh Social Investment Bank
Ltd. (SIBL). Bank ini telah mengembangkan Pasar Modal Sosial (the
Voluntary Capital Market). Instrument-instrumen keuangan Islam yang
telah dikembangkan, antara lain; surat obligasi pembangunan perangkat
wakaf (Waqf Properties Development Bond), sertifikat wakaf tunai
(Cash Waqf Deposit Certificate), sertifikat wakaf keluarga (Family
Waqf Certificate), obligasi pembangunan perangkat masjid (Mosque
Properties Development Bond), saham komunitas masjid (Mosque
Community Share), Quard e-Hasana Certificate, sertifikat pembayaran
zakat (Zakat/Ushar Payment Certificate), sertifikat simpanan haji (Hajj
Saving Sertificate), dan lain-lain.
Di Bangladesh, terdapat ± 85% dari total pendapatan pajak pada
tahun 1995-1996 berupa pajak tidak langsung. Sebagian besar pajak
tidak langsung dapat dikonversikan sebagai bentuk tanggung jawab
sosial melalui penerbitan Sertifikat Wakaf Tunai. Sertifikat tersebut
dapat menggantikan sebagian atau seluruh pajak penghasilan untuk
pembiayaan pembangunan infrastruktur kemanusiaan dan sosial.
54 Djunaidi dan Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, hlm. 42-44
44
BAB III
PROFIL LEMBAGA WAKAF AL-AZHAR DAN PPPA DAARUL QUR’AN
A. WAKAF AL-AZHAR
1. Sejarah Pendirian55
Lembaga wakaf al-azhar adalah pengelola wakaf yang dibentuk oleh
Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar untuk mengembangkan serta
mengelola wakaf produktif dalam mendukung aktifitas pendidikan dan
dakwah. Beraktifitas dengan mendayagunakan sumber daya dan
partisipasi masyarakat, berorientasi pada produktifitas wakaf untuk
mendukung YPI Al-Azhar dalam mewujudkan pendidikan yang
berkualitas serta pengembangan dakwa agar lebih mendunia.
Wakaf Al-Azhar lahir terinspirasi oleh pengelolaan Wakaf Al-Azhar
Kairo di Mesir yang berkembang pesat dengan mengelola wakaf
produktif berupa : rumah sakit, apartemen, hotel, perkebunan serta
menjalankan berbagai usaha sehingga dapat memberikan beasiswa
kepada 400.000 mahasiswa, memberikan insentif yang memadai kepada
11.000 dosen dan mampu mengembangkan dakwa serta mengirimkan
banyak ulama ke mancanegara. Maka dengan dukungan semua pihak
YPI Al-Azhar berikhtiar mengembangkan wakaf produktif sebagai
wujud pemberdayaan ekonomi ummat untuk masa depan pendidikan
dan dakwah.
55 Tentang Kami, http://www.wakafalazhar.or.id/hal/9-Tentang+Kami/, diakases pada 13
Mei 2017
45
Pengelolaan wakaf al-azhar melakukan aktifitas berdasarkan SK
YPI Al-Azhar Nomor: 10/VIIKEP/YPIA-P/1431. 2010. Ditetapkan di
Jakarta pada tanggal 3 Sya’ban 1431 H / 15 Juli 2010. Tertanda: H. hariri
Hady (Ketua Umum) dan H. Badruzzaman Busyairi (sekretaris umum).
Dari pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwa LAZ Al-Azhar
didirikan karena terinspirasi oleh Wakaf Al-Azhar Kairo yang mampu
memberikan beasiswa kepada 400.000 mahasiswa, menggaji 11.000
dosen, serta mampu mendirikan berbagai bangunan yang hasilnya untuk
kepentingan ummat, serta untuk mengembakangkan pendidikan islam
serta dakwah islam.
2. Visi dan Misi Wakaf Al-Azhar Jakarta56
a. Visi
“Menjadi institusi pengelolaan wakaf yang professional, transparan
dan dipercaya masyarakat serta mempunyai kemampuan dan
integritas untuk mengembangkan perwakafan nasional”.
b. Misi
“Menjadikan Wakaf Al-Azhar sebagai lembaga professional yang
mampu mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta wakaf
untuk mendukung kepntingan pendidikan dan dakwah ditingkat
nasional serta internasional”.Menumbuhkan dan mendayagunakan
aset masyarakat melalui ekonomi berkeadilan.
56 Tentang Kami, http://www.wakafalazhar.or.id/hal/9-Tentang+Kami/, diakases pada 13
Mei 2017
46
3. Tujuan Wakaf Al-Azhar Jakarta
Wakaf Al-Azhar merupakan Penjaga & Pengelola harta Wakaf
yang dibentuk oleh Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar guna
mengembangkan serta mengelola Wakaf produktif untuk
mendukung aktifitas lembaga zakat Al Azhar dalam pengentasan
kemiskinan hulu hilir di 5 sektor yaitu agama – pendidikan –
kesehatan – ekonomi & infrastruktur di 34 propinsi se-Nusantara.57
4. Program Wakaf Al-Azhar Jakarta58
Secara garis besar Wakaf Al-Azhar mempunyai program-
program wakaf produktif sebagai berikut :
1. Wakaf Produktif Sektor Properti
a. Rumah Wakaf
b. Apartemen Wakaf
c. Airport Hotel Gambir Anom
2. Wakaf produktif Sektor Transportasi – Bis Wakaf
3. Wakaf Produktif Sektor Perkebunan – Kebun Jabon Wakaf
4. Wakaf Produktif Sektor Peternakan – KUB Ternak Binaan LAZ Al-
Azhar
Masyarakat miskin dengan kearifan lokal yang cocok untuk
peternakan ikut program ternak berkelanjutan Laz Al Azhar dgn 3
tahun di bina melalui 2 tahapan : Pemenuhan kebutuhan dasar &
57 Wawancara pribadi dengan Bapak Nanda, Direktur Wakaf Al-Azhar Jakarta, 23 Mei 2017. 58 Materi Sharing Wakaf Al-Azhar oleh Bapak Nanda, Direktur Wakaf Al-Azhar Jakarta, 23
Mei 2017.
47
penguatan kemandirian ekonomi melalui pendampingan – pelatihan
– akses modal qardhul hasan – akses pasar tradisional.
Laz Al-Azhar merekomendasi Binaannya di sektor
Peternakan yg sudah 3 tahun di bina & mandiri, untuk diberi akses
modal wakaf Al-Azhar melalui program wakaf produktif
peternakan.
Wakaf Al-Azhar sebelum memberi akses modal
memberikan akses market yaitu Aqiqah & Qurban komunitas Al-
Azhar, sehingga pemberian akses modal untuk scale up &
pemenuhan permintaan pasar.
90% dari keuntungan bagi hasil antara wakaf Al Azhar
dengan Peternak binaan Laz Al Azhar, mengalir menjadi sedekah
jariyah untuk Program Ternak Berkelanjutan sehingga bisa
mencetak peternak-peternak lain dari masyarakat miskin yang
berbasis peternak.
5. Wakaf Produktif Sektor Pertanian – KUB Tani Bina LAZ Al-Azhar
Masyarakat miskin dengan kearifan lokal yang cocok untuk
pertanian ikut program pertanian berkelanjutan Laz Al-Azhar dgn 3
tahun di bina melalui 2 tahapan : Pemenuhan kebutuhan dasar &
penguatan kemandirian ekonomi melalui pendampingan – pelatihan
– akses modal qardhul hasan – akses pasar tradisional.
Laz Al-Azhar merekomendasi Binaannya di sektor Pertanian
yg sudah 3 tahun di bina & mandiri, untuk diberi akses modal wakaf
Al Azhar melalui program wakaf produktif pertanian.
48
Wakaf Al-Azhar sebelum memberi akses modal
memberikan akses market yaitu Wakaf Mart sebagai stand buyer &
gudang rabat untuk di jual ke komunitas Al-Azhar, sehingga
pemberian akses modal untuk scale up & pemenuhan permintaan
pasar.
90% dari keuntungan bagi hasil antara wakaf Al Azhar
dengan Petani binaan Laz Al Azhar, mengalir menjadi sedekah
jariyah untuk Program Pertanian Berkelanjutan sehingga bisa
mencetak Petani lain dari Masyarakat Miskin yang berbasis
Pertanian.
5. Struktur Organisasi Wakaf Al-Azhar59
Struktur adalah cara sesuatu disusun/dibangun.60 Sedangkan
organisasi adalah pola tata hubungan yang mantap diantara unsur-
unsur organisasi.61 Sedangkan struktur organisasi adalah bagaimana
pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara
formal.62
a. Dewan Syariah
Ketua : H. Shobahussurur
Anggota : H. Amliwazir Saidi
H. Yusuf Mansur
59 Tentang Kami, http://www.wakafalazhar.or.id/hal/9-Tentang+Kami/, diakases pada 13
Mei 2017 60 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2008, Cet. IV), Hlm. 1342 61 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa - , hlm. 1342 62 Sthepen P. Robbins, Perilaku Organisasi Buku 2 (Jakarta: Salemba Empat, 2008), hlm. 214
49
b. Dewan Pengawas
Ketua : H. Nasroul Hamzah
Anggota : H. Soewarsono Suryadi
H. Hendra Nurtjahyo
c. Badan Pelaksana
Ketua : H. Muhammad Nazif
Wakil Ketua : H. Makhfud Makmun
Sekertaris : H. Muhammad Suhadi
Wakil Sekertaris : H. Syamsir Kamaludin
Bendahara : H. Suhaji Lestiadi
Wakil Bendahara : M. Anwar Sani
d. Struktur Eksekutif
Direktur : Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis
GM Kelembagaan : Suryaningsih
B. PPPA Daarul Qur’an
1. Sejarah Pendirian63
Tahun 2003, dengan bismillah Ust. Yusuf Mansur mengambil 8
anak yatim dan dhuafa di sekitar rumahnya, di kampong Ketapang,
Tangerang, untuk dipondokkan & disekolahkan agar menjadi santri
penghafal Qur’an.
63 Sejarah PPPA Daarul Qur’an, https://pppa.or.id/sejarah/pppa/daqu/, diakses pada 13 Mei
2017
50
“Siapa yang memberikan syafa’at yang baik, niscaya ia akan
memperoleh bagian (pahala) dari padanya …” (QS. An-Nisa : 85)
“Sungguh” kata Nabi Muhammad SAW, “Allah mempunyai
keluarga diantara manusia”. Para sahabatpun bertanya, “siapakah
mereka Ya Rasulallah ?” Rasul menjawab, “Para ahli Al-Qur’an.
Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya”. (HR. Ahmad)
Ust. Yusuf Mansur juga menjadikan para santri sebagai partner
dalam menjaga hafalan Al-Qur’an, shalat berjama’ah, shalat malam dan
shalat dhuha. Santri bertambah 13 orang ketika kemudian Wisatahati
(kenbaga dakwah yang digagas Ust. Yusuf Masur) melirik Kampung
Bulak Santri di penghujung tahun 2004 sebagai field project Ponpes
Daarul Qur’an Indonesia. Ini sebuah kampong Betawi yang masih asri,
sejuk, penduduknya pun ramah dan masih religious, banyak asset
ummat, wakaf tanah dan sarjana agamanya.
Sejak awal berdirinya pesantren, Ust. Yusuf Mansur tidak mau
menjadi donator tungal, beliau mengajak banyak orang agar ikut andil
dalam lading amal ini. Ada yang menanggung berasnya santri, ada yang
lauknya, pakaiannya, bahkan ada yang sifatnya temporer yaitu
menanggung buka puasanya saja. Alhadulillah, sejalan dengan
perkembangan pesantren dan dakwah Wisatahati di media, donatorpun
bertambah banyak.
Wisatahati, melalui Program donasi Pembibitan Penghafal L-
Qur’an nya (PPPA) menarik perhatian banyak masyarakat, program
51
donasi yang diluncurkan dengan cukup sedekah Rp. 20.000,-/bulan,
mengundang bayak orang untuk ikut menjad donator dan terlibat dalam
program yang bertujuan mulia ini, yaitu mencetak generasi unggul yang
juga menjadi penghafal Al-Qur’an.
Melihat pesatnya perkembangan PPPA, maka Wisatahati merasa
perlu untuk menjadikan PPPA bukan hanya sebagai laboratorium
sedekah saja, tapi betul-betul menjadi Lembaga Sedekah yang
independen dangan penanganan yang professional dengan orang-orang
professional dan berpengalaman di bawah naungan Yayasan Daarul
Qur’an.
Hal ini diikrarkan pada tanggal 29 Mei 2007 saat lanching logo
PPPA Daarul Qur’an di Balai Sarbini. Bagi sebuah lembaga sosial yang
sudah menghimoun dana sedekah dan wakaf secara Nasional dan telah
mensosialisasikan program melalui media sosial, maka diperlukan
program yang dapat menyentuh seluruh elemen masyarakat tanpa
meninggalkan tujuan utaa sebagai lembaga pembibit dan pecetak
penghafal Al-Qur’an.
Selain menunjukkan eksistensi embaga, program ini dapat
menambah image dan networking lembaga. Kini PPPA Daarul Qur’an
telah menjadi lembaga sedekah yang amanah dan professional dan telah
menggulirkan serta melakukan berbagai program untuk pemulian Al-
Qur’an. PPPA pun telah mendirikan cabang di berbagai daerah dan
manca negara.
52
a. Legalitas Operasional PPPA Daarul Qur’an64
Legalitas Operasional PPPA Daarul Qur’an berada dibawah
naungan Yayasan Daarul Qur’an Nusantara. Yayasan Daarul
Qur’an Nusantara berada di Tangerang, didirikan berdasarkan akta
nomor 24 tanggal 11 Mei 2007 yang dibuat oleh notaris Edi
Priyono, SH. Akta pendirian Yayasan Daarul Qur’an telah disahkan
per tanggal 27 Agustus 2007 berdasarkan Keputusan Menteri
Hukun dan Hak Asasi Manusia RI, Direktorat Jendral Administrasi
Hukum Umum dengan No. C-2704.HT.01.02.TH.2007.
2. Visi dan Misi65
a. Visi
“membangun masyarakat madani berbasis tahfidzul qur’an untuk
kemandirian ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan bertumpu
pada sumberdaya local yang berpotensi pada kemuliaan Al-Qu’an.”
b. Misi
1. Menjadikan tahfidzul qur’an sebagai budaya hidup masyarakat
Indonesia.
2. Mewujudkan kemandirian ekonomi, pangan, pendidikan, dan
kemandirian teknologi berbasis tahfidzul qur’an.
3. Menjadikan Indonesia bebas buta Al-Qur’an.
4. Menjadilembaga yang megeinspirasi masyarakat untuk peduli
dan berpihak pada kaum lemah melalui nilai-nilai sedekah.
64 Legal Formal, https://pppa.or.id/legal/formal/pppa/daqu/, diakses pada 13 Mei 2017 65 Visi Misi PPPA Daarul Qur’an, https://pppa.or.id/visimisi/pppa/daqu/, diakses pada 13
Mei 2017
53
5. Menjadilembaga pengelolah sedekah professional, transparan,
akuntabel, dan terpercaya
3. Tujuan PPPA Daarul Qur’an
Sedari awal, PPPA Daarul Qur’an berkonsentrasi dalam upaya
membangun kesadaran masyarakat untuk kembali pada Al-Qur’an
dengan menggulirkan program-program yang bertujuan untuk membibit
dan mencetak penghafal Al-Qur’an.66
4. Program PPPA Daarul Qur’an
Secara garis besar lembaga PPPA Daarul Qur’an mempunyai
program-program yang diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu (1)
Pendidikan dan Dakwah, (2) Sosial dan Kemanusiaan, dan (3)
Pengembangan Masyarakat.
1. Pendidikan dan Dakwah
Pada program Pendidikan dan Dawah ini masih ada 6 unit program
yang dikelola oleh PPPA Daarul Qur’an, yaitu :
a. Rumah Tahfidz Center (RTC)67
RTC adalah unit program PPPA Daarul Qur’an yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan program Rumah Tahfidz
di Indonesia dan luar negeri meliputi pembinaan, pengawasan,
dan pengembangannya.
66 Wawancara pribadi dengan Bapak Abdul Sidik, direktur keuangan PPPA Daarul Qur’an,
Ciledug 8 Agustus 2017. 67 Rumah Tahfidz Center, https://pppa.or.id/detail.php?idsub=44&idkat=3&idit=27, diakses
pada 13 Mei 2017
54
RTC dibentuk untuk melaksanakan tugas fungsi dan peran
penataan, pembinaan, pengembangan, pengawasan gerakan
Rumah Tahfidz di seluruh Indonesia dan luar negeri.
b. Beasiswa Tahfidz Qur’an (BTQ)68
BTQ adalah bantuan biaya pendidikan kepada para pelajar,
santri atau mahasiswa yang memiliki komitmen untuk menjadi
calon pendakwah. BTQ berupa biaya pendidikan, kaderisasi,
dan pendampingan. BTQ diberikan dalam jangka waktu
program 1 tahun dengan monitoring dan evaluasi per 3 bulan.
Pendampingan (peningkatan kapasitas) dilakukan 6 bulan
sekali dengan laporan progress per bulan.
Tujuan diadakan program BTQ, yaitu (1) mendukung pelajar,
santri, dan mahasiswa yang memiliki kualitas untuk menjadi
pendakwah yang siap terjun ke masyarakat; (2) membentuk
calon-calon pemimpin bangsa masa depan yang memiliki
karakter baik berbasis tahfidzul qur’an; dan (3) membangun
jaringan dan kaderisasi actor program PPPA Daarul Qur’an.
c. Simpatik Guru69
Simpatik Guru adalah program bantuan honor untuk guru, da’i,
dan para pendakwah Al-Qur’an yang telah mengabdi dalam
dunia pendidikan dan dakwah selama minimal 3 tahun. Bantuan
ini diberikan untuk jangka waktu 3 tahun setelah assessment
68 Beasiswa Tahfidz Qur’an, https://pppa.or.id/detail.php?idsub=44&idkat=3&idit=28,
diakses pada 13 Mei 2017 69 Simpatik Guru, https://pppa.or.id/detail.php?idsub=44&idkat=3&idit=29, diakses pada 13
Mei
55
dengan evaluasi dan monitoring 6 bulanan. Besarnya bantuan
atas dasar cakupan dakwah. Sedangkan, pendamping diberikan
per 6 bulan untuk peningkatan kapasitas penerima program
Simpatik Guru.
Prograsm Simpatik Guru mempunyai tujuan, yaitu (1)
memberikan dukungan kepada guru, da’i, dan para pendakawah
Al-Qur’an dalam menjalankan pengabdian di dunia pendidikan
dan dakwah; (2) memberikan pembinaan dan pendampingan
kepada guru, da’i, dan para pendakwah Al-Qur’an untuk
meningkatkan kapasitas dan kompetensi dalam mengajar dan
memdidik; dan (3) membantu gerakan dakwah Al-Qur’an ke
seluruh daerah.
d. Qur’an Call70
Qur’an Call adalah program layanan menghafal Al-Qur’an
menggunakan fasilitas telefon dengan layanan 24 jam.
Tujuan program layanan Qur’an Call untuk memberikan
kemudahan kepada masyarakat yang sibuk tetapi tetap bisa
belajar dan menghafal Al-Qur’an melalui telefon.
e. Mobile Qur’an (MOQU)71
MOQU adalah suatu program edukasi dinamis berbasis
teknologi dan story telling berbasis tahfidzul Qur’an yang
70 Qur’an Call, https://pppa.or.id/detail.php?idsub=44&idkat=3&idit=30, diakses pada 13
Mei 2017 71 Mobile Qur’an, https://pppa.or.id/detail.php?idsub=44&idkat=3&idit=31, diakses pada
13 Mei 2017
56
diperuntukkan komunitas, sekolah, majelis taklim, dan
masyarakat pada umumnya.
Tujuan aktivitas program MOQU ialah : (1) Memberi motivasi
terutama kepada anak-anak untuk cinta kepada Al-Qur’an; (2)
Mengajak kepada orang tua dan masyarakat untuk mendukung
aktivitas menghafal Al-Qur’an; (3) Mengenalkan DAQU Value
kepada masyarakat melalui dongeng yang berbasis multimedia;
(4) Inisiasi gerakan Rumah Tahfidz di berbagai wilayah; dan
(5) Membangun spirit generasi Qur’ani di tengah masyarakat.
f. Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an72
Dengan Visi dan cita-cita besar, kami ingin mewujudkan dalam
bentuk pembangunan 100 pesantren tahfidz Qur’an di seluruh
Indonesia. 100 pesantren ini Insya Allah akan menjadi
pembibitan para penghafal Qur’an di Indonesia dan juga
sebagai tempat lahirnya generasi baru yang akan membawa
perubahan bagi Indonesia. Pesantren ini nantinya akan bisa
dinikmati oleh anak-anak Indonesia dari berbagai kalangan
dengan sistim subsidi silang dan pemberian beasiswa.
Tahun 2016 Pesantren Daarul Qur’an dibeberapa kota di
Indonesia, Malang, Banyuwangi, Cilegon, Jambi, Palembang
dan Tangerang, menyelesaikan pembangunan Masjid Tahfidz
Daarul Qur’an Pusat dan Masjid Pesantren Daarul Qur’an.
72 Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an,
https://pppa.or.id/detail.php?idsub=44&idkat=3&idit=37, diakses pada 13 Mei 2017
57
2. Sosial dan Kemanusiaan
Pada program Sosial dan Kemanusiaan ini ada 3 unit program yang
dikelola oleh PPPA Daarul Qur’an, yaitu :
a. Santri Siaga Bencana (SIGAB)73
SIGAB (Santri Siaga Bencana) adalah program sosial
kemanusiaan untuk aksi paskabencana di wilayah terdampak
baik bencana alam, sosial, dan kejadian luar biasa. SIGAB
melingkupi aktivitas emergency, rehabilitasi, atau rekonstruksi
wilayah terdampak. antri adalah orang, komunitas, dan
kelompok masyarakat tertentu dengan berbagai profesi yang
berpihak dan bersedia bergerak dalam dunia kemanusiaan.
Program SIGAB ini memiliki tujuan berikut: (1) Adanya Rapid
Risk Assessment (RRA) dalam penanganan kebencanaan; (2)
Melakukan aksi efektif dan efisien dalam penanganan
kebencanaan; (3) Melakukan Community Based Disaster
Management berpusat di masjid, rumah tahfidz, atau madrasah;
dan (4) Membangun mental masyarakat di wilayah terdampak
bencana berbasis tahfidzul Qur’an.
b. Layanan Ambulans Gratis74
Program layanan kepada masyarakat dalam menyiapkan
fasilitas kendaraan untuk mengangkut jenazah dan layanan
rujuk pasien.
73 Santri Siaga Bencana (SIGAB), https://pppa.or.id/detail.php?idsub=45&idkat=3&idit=33,
diakses pada 13 Mei 2017 74 Layanan Ambulans Gratis, https://pppa.or.id/detail.php?idsub=45&idkat=3&idit=34,
diakses pada 13 Mei 2017
58
Program ini bertujuan untuk (1) Mempermudah masyarakat
umum mendapatkan pertolongan rujukan pasien dan
transportasi pengantaran jenazah;(2) Menjadi ikhtiar melayani
masyarakat bidang sosial kemanusiaan; dan (3) Menjadi ikhtiar
pelayanan kesehatan masyarakat umum, wilayah terdampak
bencana, dan event-event sosial kemanusiaan.
c. Klinik Daqu Sehat75
Pada tahun 2010 Klinik Daqu Sehat didirikan di Kota Malang,
pendirian Klinik ini sebagai ikhtiar untuk memberikan fasilitas
kesehatan yang berkualitas dan murah bagi ibu hamil dan sesuai
dengan ajaran Islam. Dengan sistem subsidi silang Klinik Daqu
Sehat memberikan pelayan cuma-cuma bagi masyarakat
Dhuafa. Selain di Malang Daqu Sehat juga telah didirikan di
Kota Magelang, Jawa Tengah. Insya Allah klinik Daqu Sehat
juga akan didirikan di beberapa kota di Indonesia lainnya.
Tahun ini Klinik Daqu Sehat Magelang dan Malang telah
melakukan melayani lebih dari 20.000 pasien ibu hamil dan
pasien umum. Selain itu juga telah melakukan pengobatan
gratis kepada 3.565 jiwa serta melakukan pendampingan
riyadhoh kepada pasien.
Penanganan medis untuk para ibu hamil dan pasien umum,
dengan terapi Al-Quran. Pasien ibu hamil yang datang ke
75 Klinik Daqu Sehat, https://pppa.or.id/detail.php?idsub=45&idkat=3&idit=38, diakses
pada 13 Mei 2017
59
Klinik Daqu Sehat, tak hanya dapat penanganan medis umum,
tetapi juga dapat terapi Al-Quran yang dirancang khusus. Para
orang tua, bisa menyiapkan anak-ankanya jadi penghafal Al-
Quran sejak dini. Para pasien akan dapat dua resep. Yakni,
resep obat umum dan resep terapi Al-Quran, juga panduan
riyadhoh bagi ibu hamil dan pasien umum. Layanan medic
meliputi: Poli Umum, Poli Bidan, UGD 24 jam, Rawat Inap,
Operasi minor, Khitan, Imunisasi, Pemeriksaan Kehamilan,
Persalinan, Laboratorium, Kamar Obat, dan Rekam jantung
(EKG). Klinik juga dilengkapi fasilitas rawat inap, kesediaan
ambulance, dokter dan para medis profesional.
3. Pengambangan Masyarakat
Pada program Pengembangan Masyarakat ini ada 2 unit program
yang dikelola oleh PPPA Daarul Qur’an, yaitu :
a. Kampung Qur’an76
Kampung Qur’an adalah program dakwah Al-Qur’an berbasis
kawasan, lingkungan, komunitas yang berada di daerah
marginal, terpencil, minoritas, bekas bencana, dan kawasan
yang jauh dari akses peradaban. Program ini meliputi program
fisik dan non fisik. Program fisik melalui pendekatan
infrastruktur publik dan hunian. Program non fisik melalui
76 Kampung Qur’an, https://pppa.or.id/detail.php?idsub=46&idkat=3&idit=35, diakses pada
tanggal 13 Mei 2017
60
pendekatan dakwah dengan pendirian rumah tahfidz,
pendampingan masyarakat, dan pemberdayaan.
Tujuan aktivitas Program Kampung Qur’an adalah membangun
kawasan yang dihuni oleh masyarakat religius berbasis
tahfidzul Qur’an dan menciptakan kemandirian masyarakat
dalam hal kemandirian ekonomi, sosial, pendidikan yang
bertumpu pada sumber daya lokal.
b. Daqu Agrotechno77
Saat ini Daarul Qur’an telah mengembangkan perkebunan dan
persawahan yang pengelolaanya dilakukan secara mandiri
melalui Daqu Agrotecho, saat ini puluhan hektar lahan baik
sawah, ladang, perkebunan telah dikelola dan hasilnya telah
dipergunakan untuk Pesantren dan Rumah Tahfidz. Daqu
Argotchno merupakan pusat pengembangan dan pelatihan
pertanian terpadu yang mengedepankan teknologi ramah
lingkungan, sekaligus menjadi tempat wisata agro dan religi,
yang didalamnya ada beberapa program- program antara lain :
1. Klaster Pertanian Terpadu (KPT)
2. Pusat Pengembangan dan Pelatihan Jamur Tiram (P3JT)
3. Program Pengembangan Hidroponik
4. Program Sepuluh Ribu Hektar Sawit
5. Program Sepuluh Ribu Hektar Jabon
77 Daqu Agrotechno, https://pppa.or.id/program/pppa/daqu/46/3/39/daqu-agrotechno,
diakses pada tanggal 13 Mei 2017
61
6. Agrotech Logistic
7. Program Peternakan
8. Pengelolaan Lahan Sedekah dan Wakaf
5. Struktur Organisasi PPPA Daarul Qur’an78
Direktur Utama : M. Anwar Sani
Direktur Eksekutif : Darmawan E. Setiadi
GM Keuangan & Umum : Abdul Sidik
GM Fundairising : Irfan Yudha
GM Pendayagunaan : Jahidin
GM Legal & Asset : Nanang Ismuhartoyo
GM Komunikasi & PR : Dwi Kartika
GM HRD : M. Yusuf
GM Rumah Tahfidz Center : Ust. Sholehudin
78 Manajemen, https://pppa.or.id/manajemen/pppa/daqu/, diakses pada 13 Mei 2017
62
BAB IV
EFEKTIFITAS PENGELOLAAN DANA WAKAF UANG
A. Efektifitas Pengelolaan Dana Wakaf Tunai Pada Lembaga Wakaf Al-
Azhar Jakarta
1. Pelaksanaan penghimpunan dana wakaf tunai lembaga Wakaf Al-
Azhar79
Model penghimpunan dana untuk program wakaf produktif pada
LAZ APU sebagai mitra penghimpunan dan penyaluran dari lembaga
Wakaf Al-Azhar menjalankan programnya secara umum terbagi
menjadi dua metode, yaitu direct marketing dan indirect marketing.
Dalam model direct marketing lembaga LAZ APU menggunakan
metode offline dan online.
Metode offline adalah metode yang digunakan LAZ APU secara
langsung seperti face to face antara petugas LAZ APU dengan para
pewakif. Sedangkan model online merupakan model atau layanan
fasilitas yang diberikan oleh LAZ APU untuk para wakif melalui
layanan internet.
Metode indirect marketing adalah model penghimpunan yang
dilakukan LAZ APU dalam bentuk iklan melalui media masa, seperti
televisi, radio, koran, facebook, dan website.
Adapun fasilitas layanan yang disediakan LAZ APU untuk
memberikan kemudahan berwakaf bagi para wakif antara lain :
79 Wawancara pribadi dengan Bapak Nanda, Direktur Wakaf Al-Azhar Jakarta, 23 Mei
2017.
63
a. Gerai Sedekah
Fasilitas layanan penerimaan dana umat mulai dari zakat, infaq,
sedekah, dan wakaf yang dilakukan di kantor pusat dan cabang LAZ
APU, serta stand yang dibuka pada berbagai event kegiatan LAZ
APU.
b. Internet Banking
Melalui fasilitas layanan transaksi perbankan dengan jaringan
internet yang terhubung selama 24 jam, para wakif yang memiliki
jasa layanan Internet Banking bisa mewakafkan hartanya melalui
Bank tertentu yang sudah ditetapkan oleh lembaga.
c. Call Centre
Dengan menghubungi nomor kantor pusat (021 – 722 1504). Para
pewakif dapat diberikan kemudahan bila ingin berwakaf tunai
melalui LAZ APU. Selain itu, LAZ APU juga memberikan layanan
WA Canter dengan menghubungi 0812 1939 0233.
d. Jemput sedekah
Kemudahan yang diberikan lembaga LAZ APU bagi para muzakki
atau wakif yang ingin menyedekahkan atau mewakafkan harta
dengan menghubungi nomor kantor pusat.
Dengan kemudahan yang diberikan oleh LAZ APU untuk para
muzakki, wakif, dan donatur yang ingin menyedekahkan atau
mewakafkan hartanya. Terhitung sejak tahun 2013 sampai tahun 2016
LAZ APU telah berhasil menghimpun dana wakaf tunai dari para
pewakif sebesar Rp 3,768,830,628 yang kemudian diserahkan kepada
64
lembaga Wakaf Al-Azhar selaku lembaga yang melakukan kegiatan
pengelolaan dana wakaf tunai.
Berikut ini tabel penghimpunan dana wakaf tunai yang telah
dilakukan Wakaf Al-Azhar selama 4 tahun dari 2013 sampai 2016.
Tabel 2.1
Penghimpunan Dana Wakaf Lembaga Wakaf Al-Azhar
Periode 2013 – 2016
(dalam satuann rupiah)
Tahun Penghimpunan
(Tunai)
Penghimpunan
(Bank)
Penghimpunan
(Tunai + Bank)
2013 1,136,748,240 1,136,748,240
2014 341,139,000 1,734,251,000 2,075,390,000
2015 168,418,500 168,418,500
2016 45,984,000 342,289,888 388,273,888
Total
Akumulasi 1,692,289,740 2,076,540,888 3,768,830,628
Sumber : Laporan Keuangan Wakaf Al-Azhar Per Agustus 2017.
Dilihat dari tabel di atas, menunjukkan bahwa lembaga Wakaf Al-
Azhar selama 4 tahun berhasil menghimpun dana sebesar total Rp
3,768,830,628,-.
Selama periode 4 tahun ini, lembaga Wakaf Al-Azhar mengalami
fluktuasi dalam menghimpun dana umat melalui wakaf tunai. Pada
periode 2 tahun pertama, dana umat yang berhasil terhimpun mengalami
peningkatan yang signfikan sebesar Rp 938,641,760,- . Namun ditahun
berikutnya (2015) dana yang berhasil dihimpun oleh lembaga
mengalami penurunan yang paling signifikan sebesar Rp
1,906,971,500,-. Turun jauh hingga 200% dari yang berhasil dihimpun
65
dari tahun 2014 sebesar Rp 2,075,390,000,-. Pada periode selanjutnya
(2015-2016) lembaga Wakaf Al-Azhar berhasil mengalami peningkatan
dalam menghimpun dana umat sebesar Rp 219,855,388,-.
Dari total seluruh dana wakaf tunai yang berhasil dihimpun,
lembaga Wakaf Al-Azhar lebih banyak menghimpun dana wakaf tunai
dari lembaga perbankan dibanding dari wakif perorangan dengan selisih
penghimpunan sebesar Rp 384,251,148,-.
Dilihat dari total penghimpunan dana wakaf tunai yang telah
dikumpulkan, lembaga Wakaf Al-Azhar dapat dibilang cukup baik
dalam menghimpun dana umat berupa wakaf tunai. Namun lembaga ini
masih harus meningkatkan kualitas dalam menghimpun dana umat,
terutama dari sisi wakif perorangan. Dimana dalam periode 4 tahun ini,
setiap tahunnya dana yang dihimpun dari wakif perorangan selalu
mengalami penurunan dana yang dihimpun. Tentunya ini menjadi
pekerjaan rumah tersendiri bagi lembaga Wakaf Al-Azhar dalam
menghimpun dana umat, baik dari wakaf tunai, wakaf kendaraan, wakaf
tanah dan bangunan, dan yang lainnya.
Berikut ini merupakan tabel penyaluran dana wakaf tunai yang
dilakukan lembaga Wakaf Al-Azhar selama 4 tahun terkahit (2013-
2016).
Tabel 2.2
Laporan Perolehan Surplus Keuangan Lembaga Wakaf Al-Azhar
(dalam satuan rupiah)
Tahun Surplus / (Defisit)
2013 1,136,748,240
66
2014 2,046,510,000
2015 125,193,500
2016 344,633,888
Total 3,653,085,628
Sumber : Laporan Keuangan Wakaf Al-Azhar Per Agustus 2017
Seperti halnya dalam penghimpun dana wakaf tunai, dalam
perolehan surplus keuangan pun lembaga Wakaf Al-Azhar juga
mengalami naik dan turun. Dapat dilihat pada tabel di atas ditahun 2014
lembaga Wakaf Al-Azhar mendapat surplus hampir 2 kali lipat dngan
selisih sebesar Rp 909,761,760,-. Namun ditahun selanjutnya, jumlah
surplus yang diperoleh menurun jauh ke angka Rp 125,193,500,-. Hal
ini tentunya menjadi sebuah tugas berat yang harus segera diperbaiki
oleh Nazhir wakaf tunai pada lembaga Wakaf Al-Azhar. Walaupun
setahun berikutnya (2016) kembali mengalami kenaikan surplus, namun
masih tetap menjadi pekerjaan rumah untuk lembaga Wakaf Al-Azhar
itu sendiri untuk memperbaiki segala sistem baik dalam penghimpunan,
pengelolaan, serta penyaluran dana yang terkumpul dalam menjalankan
atau mengelola dana umat yang telah dititipkan.
2. Pelaksanaan pengelolaan dana wakaf uang lembaga Wakaf Al-
Azhar
Pengelolaan yang dilakukan oleh lembaga Wakaf Al-Azhar Jakarta
berasal dari dana wakaf yang dihimpun oleh LAZ APU Al-Azhar
sebagai mitra lembaga Wakaf Al-Azhar melalui fasilitas yang diberikan
67
untuk memudahkan proses penghimpunan dana wakaf, seperti fasilitas
akad tunai, transfer melalui rekening bank tertentu, dan jemput wakaf.80
Dalam koridor hukum positif Indonesia, tugas nazhir dalam
mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf adalah :81
a. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf;
b. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan
tujuan, fungsi dan peruntukannya;
c. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf;
d. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada BWI
Manajemen Wakaf Al-Azhar berusaha menjalankan tugas sebagai
nazhir dengan sebaik-baiknya untuk mengelola dan mengembangkan
asset wakaf untuk memperoleh keuntungan maksimal dan sesuai
syariah. Pengelola wakaf harus bersifat professional dan proporsional.
Karena lembaga Wakaf Al-Azhar memiliki beberapa fokus usaha dalam
memproduktifkan asset wakafnya, maka lembaga ini berusaha
menempatkan petugas atau orang yang professional untuk mengelola
dana umat ini.
Pada proses pengelolaan ini meliputi pengelolaan keuangan oleh
divisi keuangan dan mengalokasikan dana umat pada bisnis-bisnis yang
sudah direncanakan oleh manajemen Wakaf Al-Azhar, diantaranya
bidang transportasi, perkebunan, dan property. Pengelolaan dana umat
80 Wawancara pribadi dengan Bapak Nanda, Direktur Wakaf Al-Azhar Jakarta, 23 Mei
2017. 81 M. Attamimy, dkk, Himpunan Perundang-Undangan Tentang Wakaf, (Jakarta:
Kementerian Agama RI, 3002), hlm. 45
68
untuk bisnis dilaksanakan dengan cara berkerjasama dengan para
konsultan bisnis (advisor).
Berbagai kerjasama tersebut dilakukan agar strategi bisnis untuk
mengembangkan harta wakaf berjalan dengan baik. Maka dari itu pihak
Wakaf Al-Azhar menyerahkan pengelolaan asset/dana umat kepada
pihak-pihak di luar manajemen wakaf yang professional dan kompeten
di bidangnya dan juga dikelola secara syariah. Tentunya semua
kerjasama ini berada dibawah pengawasan Wakaf Al-Azhar. Dalam
mengelola harta benda wakaf, Undang-Undang memperbolehkan nazhir
bekerjasama dengan pihak lain sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 42
Tahun 2006 Bab V Pasal 45 No (2) tentang pengelolaan dan
pengembangan.82
Sesuai dengan program yang dilakukan oleh Wakaf Al-Azhar untuk
mengentaskan kemiskinan hulu hilir di Indonesia. Berikut merupakan
konsep yang dilakukan oleh lembaga Wakaf Al-Azhar.
82 M. Attamimy, dkk, Himpunan Perundang-Undangan Tentang Wakaf, (Jakarta:
Kementerian Agama RI, 3002), hlm. 62
69
Gambar 1.1
Pada gambar di atas, jelas bahwa LAZ Al-Azhar dan Wakaf Al-
Azhar ingin mengentaskan kemiskinan di Indonesia mulai dari
dasarnya. Pertama mengingatkan kepada seluruh umat muslim untuk
membayar zakatnya sebagai pembersihan dari apa yang telah mereka
dapatkan. Setelah menekankan untuk membayar zakat, lalu kedua
lembaga ini berusaha mengingatkan keutamaan bersedekah yang
menjadi penguat atau penopang dari zakat yang telah dikeluarkan.
Setelah kesadaran membayar zakat dan bersedekah sudah mulai
tumbuh, lembaga Al-Azhar mulai melakukan sosialisasi tentang
pentingnya berwakaf sebagai modal awal mengentaskan kemiskinan
bagi negara. Melalui harta wakaf yang terkumpul dari umat, lembaga
akan mengelola harta wakaf dengan mencari mitra wakaf atau
70
40%
20%
10% 10% 10% 10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Bank Syariah,BPRS, BMT
Properti ReksadanaSyariah
Pertanian &Perkebunan
Perternakan Transportasi
Gambar 1.2Persentase Pengelolaan Dana Wakaf Uang
mendirikan mitra sendiri yang dikelolah masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat itu sendiri.
Lalu yang terakhir ialah mengingatkan kepada umat untuk segera
melakukan investasi dan asuransi, tentunya dengan konsep syariah pula.
Dimana hal ini dimaksudkan agar masyarakat tidak kembali lagi pada
zona kemiskinan yang telah lama dirasakan oleh negara Indonesia.
Lembaga Wakaf Al-Azhar menetapkan persentase pengelolaan dana
wakaf tunai yang terkumpul sebagai berikut :
Dari seluruh dana wakaf tunai yang terkumpul di LAZ APU,
lembaga Wakaf Al-Azhar kemudian membagi atau menyebarkan dana
tersebut untuk dikelola dan dikembangkan secara produktif pada 5
sasaran, yaitu 40% diinvestasikan ke Lembaga Keuangan Syariah; 20%
diinvestasi untuk bidang properti; 10% diivestasi ke Reksadana Syariah;
10% diinvestasi pada program pertanian dan perkebunan; 10%
71
diinvestasikan ke program perternakan dan 10% diakomodasikan untuk
bagian transportasi.83
Dari seluruh pembagian persentase pengelolaan dana wakaf tunai
yang dilakukan seperti gambar diatas, lembaga Wakaf Al-Azhar hanya
menggunakan dana wakaf tunai yang diterima dari LAZ APU. Dana
yang dikelola oleh lembaga Wakaf Al-Azhar hanya dana wakaf tunai,
tidak dicampur oleh dana sedekah yang lainnya. Hal ini karena lembaga
Wakaf Al-Azhar selaku nazhir yang bertugas hanya untuk mengelola
dana wakaf tunai untuk dikembangkan secara produktif.
Pembagian atau penyebaran dana umat yang seperti ini sengaja
dilakukan oleh lembaga Wakaf Al-Azhar untuk mengurangi resiko
karena poin penting pada wakaf baik benda ataupun harta ialah menahan
pokoknya dan menyedekahkan hasilnya.
Namun bukan berarti keseluruhan hasil yang diperoleh dari
pengelolaan harta wakaf disalurkan kembali kepada mauquf alaih
seutuhnya. Pihak lembaga boleh mengambil beberapa persen dari hasil
yang didapat digunakan untuk keperluan operasional. Seperti yang telah
diatur dalam hukum negara Republik Indonesia, UU Wakaf hanya
mengatur tentang besaran upah yang berhak diterima oleh nazhir, yaitu
tidak boleh lebih dari 10%.84 Bukan berarti hanya 10% saja yang boleh
diambil oleh lembaga. Karena pengelolaan dan pengembangan harta
83 Materi Sharing Wakaf Al-Azhar oleh Bapak Nanda, Direktur Wakaf Al-Azhar Jakarta, 23
Mei 2017. 84 Muhamad Muflih Hidayat, Peran Nazhir Wakaf Al-Azhar Dalam Pengelolaan dan
Pengembangan Wakaf Produktif, (Skripsi Fakultas Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta, 2015), hlm. 55
72
benda wakaf juga memerlukan biaya operasional dan biaya untuk
merawat aset wakaf.
Keunggulan lembaga Wakaf Al-Azhar dari lembaga lainnya adalah
dalam hal inovasi program. Wakaf Al-Azhar memiliki program-
program inovatif, diantaranya (1) wakaf produktif sektor properti yang
meliputi Rumah Wakaf, Apartement Wakaf, dan Airport Hotel Gambir
Anom; (2) wakaf produktif sektor transportasi melalui program Bis
Wakaf; (3) wakaf produktif sektor perkebunan melalui Kebon Jabon
Wakaf.
a. Wakaf Properti
Wakaf properti merupakan salah satu bisnis pengelolaan wakaf
yang memiliki prospek yang bagus. Dari sektor properti ini terbagi
jadi 3 jenis wakaf, yaitu (1) rumah wakaf yang terletak di Perumahan
Bella Cassa di daerah Pancoran Mas, Kota Depok. Pengelolaan yang
dilakukan secara swakelola oleh Wakaf Al-Azhar ini memiliki nilai
kontrak rumah yang manfaatnya mengalir sebesar 25 juta pertahun.
(2) apartment wakaf yang berada di Apartemen Cassablanca East,
Duren Sawit, Jak-Tim. Nilai kontrak dari apartemen wakaf ini
sebesar 20 juta per tahun. Dan (3) Airport Hotel Gambir Anom yang
berlokasi di Jl. Raya Embarkasi Haji, Kab. Boyolali, Jawa Tengah.
Nilai manfaat yang didapat dari sini sebesar 5 juta per bulan/per
vilatel.
b. Wakaf Transportasi
73
Saat ini lembaga wakaf Al-Azhar sudah memiliki 3 bis besar
yang manfaatnya mengalir sebesar 70 juta per bulan. Dan 5 bis
medium yang manfaatnya mengalir sebesar 50 juta per bulan.
Pengelolaan bis ini disinergikan dengan Agung Holiday Trans &
Koperasi Syariah Pesantren Darul Imam Lombok Utara.
c. Wakaf Perkebunan
Wakaf Pohon Jabon ini adalah salah satu bentuk upaya
memproduktifkan lahan wakaf agar segera berdaya guna bagi masa
depan pendidikan dan dakwah sesuai dengan cita-cita besar Wakaf
Produktif Al-Azhar. Teknis pelaksanaannya melalui kerjasama
agribisnis penanaman pohon jabon dan singkong di tanah wakaf
yang berlokasi di Ciseeng, Bogor. Sebagai permulaan, Wakaf Al-
Azhar telah mendayagunakan tanah wakaf yang terletak di Desa
Cibentang, Kab. Bogor seluas lebih kurang 2,5 hektar untuk
ditanami 1.550 pohon jabon dan 31.250 tanaman singkong. Setiap
semesternya, program wakaf produktif sektor perkebunan ini
menghasilkan manfaat sebesar 750 juta.
Ketiga program tersebut merupakan program-program
unggulan yang dilakukan Wakaf Al-Azhar untuk mengelola dan
mengembangkan dana dari wakaf tunai yang terkumpul melalui
LAZ APU.
Dari wakaf perkebunan jabon sendiri misalnya, dari sistem
wakaf ini sudah dipastikan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dari hasil profitnya. Selain itu, para petani yang
74
mengurus perkebunan ini juga ikut turut meningkatkan produksi
dalam negeri yang berdampak pada penerimaan negara yang akan
meningkat.
3. Strategi penyaluran dan pengembangan wakaf uang lembaga
Wakaf Al-Azhar
Wakaf Al-Azhar adalah penjaga dan pengelola wakaf yang dibentuk
oleh Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar guna mengembangkan
serta mengelola wakaf produktif untuk mendukung aktifitas lembaga
zakat Al-Azhar dalam pengentasan kemiskinan hulu hilir di 5 sektor
yaitu agama – pendidikan – kesehatan – ekonomi & infrastruktur di 34
provinsi se-Indonesia.
Mengelola wakaf tidak seperti mengelola sedekah atau zakat yang
secara langsung dana yang terkumpul disalurkan kepada mustahik.
Berbeda dengan wakaf, sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad SAW,
kita harus menahan pokok hartanya dan menyedekahkan hasilnya. Maka
tak heran jika proses pengelolaan dan pengembangan hartanya
memakan waktu yang relative lama.
Dalam himpunan peraturan perundang-undangan tentang wakaf,
hasil pengelolaan wakaf harta benda wakaf hanya dapat digunakan
untuk :
a. Sarana dan kegiatan ibadah
b. Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan
c. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa
d. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat
75
10%
30%
60%
Gambar 1.3
Persentase Pemanfaatan Hasil Wakaf Uang
Operasional Pemeliharaan Aset Mauquf Alaih
e. Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan
dengan syariat dan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan di atas, wakaf Al-
Azhar ingin menggunakan hasil pengelolaan wakaf untuk beasiswa
pendidikan di sekolah milik YPI Al-Azhar atau sekolah lainnya. Juga
untuk membiayai aktifitas dakwah, misalnya mengirim para da’i ke
daerah-daerah Indonesia. Dan wakaf Al-Azhar juga ingin mengikuti
sistem pendidikan Al-Azhar Kairo dimana pelajar yang bersekolah di
sana diberikan beasiswa dari hasil pengelolaan dana wakaf.
Manajemen Wakaf Al-Azhar menetapkan besaran persentase
pemanfaatan dari hasil wakaf sebagai berikut :
Dari seluruh profit yang diperoleh oleh Wakaf Al-Azhar 10%
diambil oleh lembaga untuk membiayai operasional lembaga dalam
menjalani program pengelolaan wakaf tunai berupa pengadaan alat tulis
kantor (ATK), pengadaan transportasi dan akomodasi, biaya internet
dan telepon, pengadaan atau service komputer, dan biaya sewa dan
pemeliharaan kantor Wakaf Al-Azhar.
76
Lalu 30% dari hasil profit yang diperoleh digunakan untuk
pemeliharaan aset wakaf itu sendiri berupa perawatan bus pada wakaf
transportasi, pengelolaan perkebunan, pemeliharaan
kontrakan/apartemen pada wakaf properti, dan untuk pemeliharaan aset
wakaf tunai yang lainnya.
Sementara, setelah hasil profit tersebut diambil 10% untuk
operasional dan 30% untuk pemeliharaan aset. Sisa 60% dari hasil profit
tersebut dikembalikan atau digunakan untuk penyaluran kepada mauquf
alaih melalui LAZ APU.
Mauquf alaih adalah pihak yang berhak menerima hasil dari
produktifitas aset wakaf. Wakaf Al-Azhar tidak memiliki divisi untuk
penyaluran. Lembaga ini hanya fokus pada pelaksanaan pengelolaannya
dan mengembangkan aset yang ada. Untuk pelaksanaan penghimpunan
dan penyaluran dana umat ini, Wakaf Al-Azar bekerja sama dengan
Lembaga Amil Zakat (LAZ) Al-Azhar Peduli Umat (APU). Tentunya
program penyaluran yang dikerjakan bersama harus sesuai dengan visi
dan misi Wakaf Al-Azhar, yaitu mengentaskan kemiskinan hulu hilir 5
sektor (agama – pendidikan – kesehatan – ekonomi & infrastruktur) di
Indonesia.85
Setiap tahunnya LAZ APU yang berperan menyalurkan hasil dari
keuntungan harta wakaf membutuhkan kurang lebih dana sebesar 30 M
85 Wawancara pribadi dengan Bapak Nanda, Direktur Wakaf Al-Azhar Jakarta, 23 Mei
2017.
77
untuk diserahkan kepada mauquf alaih yang sudah ada jumlahnya atau
yang sudah ditetapkan oleh Wakaf AL-Azhar itu sendiri.86
Berikut adalah daftar mauquf alaih yang sudah terdata oleh LAZ
APU setiap tahunnya :87
400 layanan jenazah gratis per tahun
500 beasiswa khusus kelas 3 SMA di 10 provinsi per tahun
240 beasiswa fullboarding siap kerja per tahun
18.000 keluarga program Desa Gemilang di 35 Desa 14 Provinsi
per tahun
5.000 keluarga penerima bantuan kebutuhan dasar per tahun
998 keluarga program kemandiraian ekonomi sejuta berdaya
250 yatim dhuafa program My Heart for Yatim
2.500 keluarga lebih korban bencana alam penerima bantuan
Dampak dari penyaluran yang dilakukan oleh LAZ APU dapat
langsung dirasakan oleh mauqif alaih yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, meningkatkan tingkat pendidikan
masyarakat desa, menciptakan lapangan kerja yang membantu
meningkatnya produksi dalam negeri dan juga tambahan modal bagi
para petani dan peternak. Selain itu para masyarakat yang kurang
mampu juga dapat menggunakan jasa layanan jenazah gratis yang di
sediakan oleh LAZ APU.
86 Wawancara pribadi dengan Bapak Nanda, Direktur Wakaf Al-Azhar Jakarta, 23 Mei
2017. 87 Materi Sharing Wakaf Al-Azhar oleh Bapak Nanda, Direktur Wakaf Al-Azhar Jakarta, 23
Mei 2017.
78
Setelah kesejahteraan masyarakat meningkat, dipastikan daya beli
masyarakat pun akan ikut bertambah. Kenaikan daya beli konsumen ini
berimplikasi pada peningkatan jumlah konsumsi masyarakat secara
langsung, karena saat ini masyarakat memiliki pendapatan yang lebih
tinggi untuk dibelanjakan. Peningkatan jumlah barang yang diminta
oleh konsumen secara langsung akan menggeser permintaan agregat di
dalam perekonomian. Kenaikan permintaan agregat ini direspons secara
positif oleh responden dengan meningkatkan kapasitas produksi,
sehingga hal ini berarti akan meningkatkan investasi. Peningkatan
kapasitas produksi akan mampu meningkatkan penerimaan negara,
salah satunya penerimaan dalam bentuk pajak. Penerimaan negara
semakin meningkat, semakin meningkat pula dana pembangunan
negara. Hal ini akan memberikan pengaruh secara tidak langsung
kepada peningkatan pendapatan wakif. Sehingga terlihat bahwa wakaf
uang mampu memberikan pengaruh yang secara langsung dapat
meningkatkan pendapatan wakif maupun pengaruh tidak langsung yang
distimulus dengan mekanisme dalam perekonomian.
Hal ini secara langsung dan tidak langsung akan mampu menjadi
pengaruh yang signifikan dalam program pengentasan kemiskinan.
Semakin besar wakaf uang yang mampu dikelola, maka akan semakin
besar pula pengaruh wakaf uang dalam perekonimian terutama dalam
pengentasan kemiskinan.
79
B. Efektifitas Dana Wakaf Uang Pada Lembaga Wakaf PPPA Daarul
Qur’an
1. Pelaksanaan penghimpunan dana wakaf uang lembaga PPPA
Daarul Qur’an
Penerimaan dana wakaf dari para pewakif dapat dilakukan melalui
transfer ke bank yang telah ditentukan lembaga atau dengan
menggunakan kartu debit/kredit dari berbagai bank serta mendatangi
langsung petugas yang berada di kantor lembaga PPPA Daarul Qur’an.
Setiap penerimaan dana zakat, infaq, sedekah, dan wakaf (ziswaf) yang
sah disetor seluruhnya tanpa ada pengurangan biaya apapun. Rekening
yang disediakan oleh lembaga PPPA Daarul Qur’an terbagi menjadi 3
rekening berdasarkan alokasi dananya, yaitu rekening sedekah, rekening
pembangunan pesantren, dan rekening sedekah produktif.
Dengan kemudahan proses akad wakaf uang di PPPA Daarul Qur’an
yang hanya dengan perucapan niat dan mengisi data wakaf tunai
dihadapan Nadzir.
Selain dengan pewakif yang datang langsung ke lembaga PPPA
Daarul Qur’an atau dengan menyetor ke rekening bank tertentu, PPPA
Daarul Qur’an juga menghimpun dana ziswaf dengan beberapa cara,
yaitu :
a. Jemput Sedekah
Layanan jemput sedekah dengan menghubungi (021) 73453000
memudahkan wakif untuk mewakafkan hartanya, karena nadzir
dating langsung menjemput harta yang diwakafkan oelh wakif.
80
Selain itu juga dengan membuka stand untuk mengumpulkan dana
ziswaf diberbagai tempat dan acara.
b. Gerai Sedekah
Dengan fasilitas yang diberikan oleh PPPA Daarul Qur’an di kantor
pusat dan di kantor cabang di berbagai kegiatan PPPA Daarul
Qur’an para pewakif dapat datang langsung ke kantor pusat atau
kantor cabang untuk mewakafkan hartanya. Pewakif langsung bisa
bertemu dengan nadzir, kemudian mengucapkan niat untuk
mewakafkan hartanya dan mengisi data wakaf tunai kepada nadzir.
c. Media Sosial
Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat dizaman sekarang,
lembaga PPPA Daarul Qur’an juga melakukan penghimpunan dana
melalui media sosial, yang diantaranya dapat diakses melalui
website, internet banking, sms banking, melalui iklan pada chanel tv
milik PPPA Daarul Qur’an, serta bisa juga melalui fanspage
facebook dan twitter milik PPPA Daarul Qur’an.
d. SMS Banking
Program ini memudahkan donatur untuk mewakafkan sebagian
hartanya melalui SMS Mandiri ke SMS Center : 0812 6437 2004.
Dengan format : SEDEKAH (spasi) Nominal (Contoh : SEDEKAH
500.000), untuk sedekah sebesar lima ratus ribu rupiah. Dan jika
ingin berwakaf, dengan format : WAKAF (spasi) Nominal (Contoh
: WAKAF 500.000).
e. Internet Banking
81
Melalui program ini, PPPA Daarul Qur’an memberikan layanan
fasilitas perbankan jaringan internet selama 24 jam, bagi nasabah
bank tertentu yang memiliki jasa layaan internet Banking.
f. Media Cetak
Selain sudah menggunakan media sosial, lembaga PPPA Daarul
Qur’an juga masih menggunakan media cetak sebagai cara untuk
menghimpun dana ziswaf dari masyarakat, antara lain dengan
menyebar brosur di tempat-tempat dan acara tertentu, membuat
spanduk dan baliho yang ditempatkan di tempat tertentu.
g. Call Center dan SMS Center
Dengan menghubungi call center (021 – 500 311) atau via SMS ke
0815 1900 2828. Dengan program ini para pewakif yang ingin
bertanya mengenai wakaf dan kegiatan-kegiatan lain lembaga PPPA
Daarul Qur’an.
2. Pelaksanaan pengelolaan dana wakaf uang lembaga PPPA Daarul
Qur’an
PPPA Daarul Qur’an berusaha untuk mengoptimalkan pengelolaan
dana wakaf yang diberikan oleh wakif. Dana wakaf yang dikelola
berasal dari dana wakaf yang dihimpun melalui berbagai fasilitas yang
disediakan oleh lembaga PPPA Daarul Qur’an. Ini bisa dilihat dari
pendapatan dana wakaf yang terhimpun dari tahun 2013 – 2016 sebesar
Rp 36.411.866.883,-.88 Hal ini dapat dikatakan berhasil dalam
menghimpun dana umat berupa wakaf.
88 Laporan Posisi Keuangan PPPA Daarul Qur’an tahun 2013 - 2016
82
Dalam penyaluran dana yang terhimpun dari umat (dana zakat,
infak, sedekah, wakaf) digunakan untuk wakaf produktif yang lebih
condong ke arah pembangunan asset, seperti pembangunan pesantren
dan sekolah Daarul Qur’an, pembangunan/renovasi masjid,
pembangunan rumah tahfidz. Berikut merupakan daftar nama dan lokasi
pesantren dan sekolah yang dibangun oleh pengelola dana umat PPPA
Daarul Qur’an :
a. Pesantren Daarul Qur’an
1. Pondok Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Al-Khairaat
Beralamat di (Kampung Qur’an) Jl. Thamrin Ketapang, Kel.
Ketapang Kec. Cipondoh – Kota Tangerang, Banten 15146
No. telp 021 – 5542 000
Beralamat di Jl. Ir. Putuhera No. 34, Kota Ambon Baguala
No. telp 0813 9852 4746
2. Pondok Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an Al-Jannah
Beralamat di Jl. Perum Tegal Salam, Cariu – Bogor, Indonesia
No. telp 021 – 8996 1107
3. Santri I’daad
Beralamat di (Kampung Qur’an) Jl. Thamrin Ketapang, Kel.
Ketapang Kec. Cipondoh – Kota Tangerang, Banten 15146
No. telp 021 – 5542 000
b. Sekolah Daarul Qur’an
1. Daarul Qur’an International Primary School
83
Beralamat di (Kampung Qur’an) Jl. Thamrin Ketapang, Kel.
Ketapang Kec. Cipondoh – Kota Tangerang, Banten 15146
No. telp 021 – 5542 000
Beralamat di Jl. Pahlawan No. 153 Gg. Gergaji Palem, Kel.
Mugahsari Kec. Semarang Selatan – Kota Semarang, Jawa Tengah
50243
No. telp 024 – 8310 133
2. SMP Daarul Qur’an National Plus
Beralamat di (Kampung Qur’an) Jl. Thamrin Ketapang, Kel.
Ketapang Kec. Cipondoh – Kota Tangerang, Banten 15146
No. telp 021 – 5542 000
Beralamat di (Kampung Bulak Santri) Jl. Sandong Raya, Kel.
Pondok Pucung Kec. Karang Tengah – Kota Tangerang, Banten
15157
No. telp 021 – 7345 6409
3. Daarul Qur’an International Pre-School
Beralamat di (Kampung Qur’an) Jl. Thamrin Ketapang, Kel.
Ketapang Kec. Cipondoh – Kota Tangerang, Banten 15146
No. telp 021 – 5542 000
Beralamat di Jl. Pahlawan No. 153 Gg. Gergaji Palem, Kel.
Mugahsari Kec. Semarang Selatan – Kota Semarang, Jawa Tengah
50243
No. telp 024 – 8310 133
4. Sekolah Daarul Qur’an International – Bandung
84
Beralamat di Jl. Gegerkalong Girang Baru No. 11
Kota Bandung – Jawa Barat 40154
No. telp 022 – 7612 3430
5. STMIK Antar Bangsa
Kampus I beralamat di Graha Daarul Qur’an, Kawasan Bisnis CBD
Ciledug Blok A3 No. 21 Karang Tengah, Kota Tangerang – Banten
No. telp 021 – 73444 734
Kampus II beralamat di (Kampung Qur’an) Jl. Thamrin Ketapang,
Kel. Ketapang Kec. Cipondoh – Kota Tangerang, Banten 15146
No. telp 021 – 5542 000
Dari dana wakaf tunai yang telah terhimpun seluruhnya dialokasikan
oleh PPPA Daarul Qur’an untuk membangun sarana dan fasilitas untuk
kepentingan umat seperti yang sudah dipaparkan di atas. Lalu untuk
proses pengelolaan sarana dan fasilitas tersebut pihak PPPA Daarul
Qur’an memanfaatkan dana sedekah yang lain dari para muzakki dan
donatur yang menyedekahkan hartanya untuk kepentingan umat.
Selain dari sedekah, untuk pembiayaan pengelolaan aset wakaf tunai
tersebut juga dari kegiatan pengelola aset wakaf tersebut. Contohnya,
pada aset sekolah dan pesantren. Untuk membiyai dan merawat aset
wakaf ini, pengelola sekolah dan pesantren menggunakan dana dari
iuran sekolah tersebut. Sehingga aset wakaf ini dapat terpelihara
pokoknya dan terasa manfaatnya untuk umum.
Dari beberapa fasilitas dan sarana yang disediakan oleh PPPA
Daarul Qur’an bisa langsung dirasakan oleh para masyarakat yang ingin
85
menjadi tahfidz qur’an. Jadi dengan disediakannya sekolah atau
pesantren yang berbasis Al-Qur’an ini para peserta didik yang memang
mempunyai bakat atau yang berniat untuk menjadi penghafal Al-Qur’an
bisa. PPPA Daarul Qur’an jelas sangat membantu dan memberikan
kemudahan untuk yang ingin menjadi tahfidz Qu’an saat ini, tidak
seperti sebelum adanya fasilitas dan sarana yang diberikan PPPA Daarul
Qur’an.
Berikut ini adalah wakaf tunai yang dihimpun PPPA Daarul Qur’an
(tahun 2013 – 2016).
Tabel 2.3
Penerimaan Dana Wakaf dan Transaksi Wakaf Tunai
Tahun 2013 – 2016
(dalam rupiah)
No Tahun Jumlah Wakif Jumlah Dana Wakaf
1 2013 791 12,124,992,657
2 2014 936 11,306,813,604
3 2015 887 5,605,823,223
4 2016 297 7,374,237,399
Jumlah 2911 36,411,866,883
Sumber : Laporan keuangan PPPA Daarul Qur’an tahun 2013-2016
Dilihat dari tabel (jumlah wakif) diatas penghimpunan wakaf uang
lembaga PPPA Daarul Qur’an dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2016 sebanyak 2911 wakif. Selama 3 tahun awal jumlah wakif
mengalami fluktuasi yang tidak terlalu signifikan. Namun ditahun 2016
penurunan jumlah wakif terlihat sangat signifikan dari tahun
sebelumnya. Dimana pada tahun 2016 hanya sebanyak 297 wakif yang
melakukan transaksi wakaf uang di PPPA Daarul Qur’an.
86
Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa penghimpunan dana wakaf
uang yang diberikan oleh wakif kepada lembaga PPPA Daarul Qur’an
sudah efektif karena perubahan jumlah wakif tidak terlalu signifikan,
hanya ditahun terakhir saja jumlah wakif di PPPA Daarrul Qur’an
mengalami penurunan yang signifikan.
Dilihat dari tabel (jumlah dana wakaf) di atas menunjukan bahwa
setiap tahunnya dari tahun 2013 sampai tahun 2015 mengalami
penurunan dalam pendapatan wakaf . jumlah dana wakaf yang
terkumpul selama 3 tahun tersebut berjumlah Rp 29.037.629.484,-. Pada
tahun 2013 terkumpul dana wakaf sebesar Rp 12.124.992.657,-. Pada
tahun 2014 terkumpul dana wakaf sebesar Rp 11.306.813.604,-
berkurang sebesar Rp 818.179.053,-. Pada tahun 2015 pendapatan
wakaf PPPA Daarul Qur’an berjumlah Rp 5.605.823.223,- mengalami
penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya sebesar Rp
5.700.990.381,-. Pada tahun 2016 PPPA Daarul Qur’an mengumpulkan
dana wakaf sebesar Rp 7.374.237.399,-, kembali mengalami kenaikan
sebesar Rp 1.768.414.176,-
Dilihat dari data keuangan PPPA Daarul Qur’an dapat disimpulkan
bahwa lembaga ini sudah tidak efektif lagi dalam penghimpun dana
wakaf dikarenakan 3 dari 4 tahunnya selalu mengalami grafik
penurunan. Terutama pada tahun 2015 yang mengalami penurunan yang
sangat signifikan dari tahun 2014 sebesar Rp 5.700.990.381,-. Dimana
angka penurunan ini lebih besar disbanding dengan angka
pendapatannya yang sebesar Rp 5.605.823.223,-. Walaupun dengan
87
angka penurunan di 3 tahun tersebut, masih dapat dikatakan bahwa
potensi wakaf di Indonesia masih sangat tinggi dimana selama 4 tahun
dana wakaf tunai terkumpul lebih dari 35 Miliar.
Dari data di atas juga dapat dikatakan bahwa penghimpunan dana
wakaf tunai PPPA Daarul Qur’an sudah bagus, namun masih harus
ditingkatkan lagi kinerja dalam menghimpun dana wakaf agar tidak
mengalami penurunan dan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat
(wakif) agar semakin banyak masyarakat yang ingin mewakafkan
sebagian hartanya.
Tabel 2.4
Laporan Surplus/(Defisit) Keuangan PPPA Daarul Qur’an
(dalam rupiah)
No Tahun Jumlah Surplus / (Defisit)
1 2013 (967,302,343)
2 2014 (6,263,450,796)
3 2015 (4,631,682,067)
4 2016 (2,808,741,444)
Jumlah (14,671,176,650)
Sumber : Laporan keuangan PPPA Daarul Qur’an tahun 2013-2016
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selama 4 tahun terakhir PPPA
Daarul Qur’an selalu mengalami defisit jika dihitung dalam posisi
pengurangan antara penerimaan dengan pengeluaran total Wakaf dalam
kurun waktu 1 tahun. Tetapi tidak terdapat defisit pada saldo akhir dana
wakaf tunai per tahunnya. Namun defisit yang terjadi setiap tahunnya
dalam penerimaan wakaf dapat menyebabkan pengurangan total saldo
akhir dana wakaf tunai diakhir tahunnya seperti tabel dibawah ini.
88
Tabel 2.5
Laporan Saldo Akhir Wakaf Uang Lembaga PPPA Daarul Qur’an
No. Tahun Saldo Akhir (Rp) Persentase Penurunan
1 2013 14,713,874,127 106.57%
2 2014 8,450,423,331 174.12%
3 2015 3,818,741,265 221.29%
4 2016 1,009,999,821 378.09%
Sumber : Laporan keuangan PPPA Daarul Qur’an tahun 2013-2016
Hal ini membuktikan bahwa program wakaf tunai yang dikelola
masih belum optimal. Dikarenakan sejak 2013 hingga tahun 2016,
persentase saldo akhir dana wakaf tunai selalu mengalami penurunan
yang cukup signifikan. Hal ini akan menjadi sebuah tugas bagi Lembaga
PPPA Daarul Qur’an untuk merubah mekanisme penghimpunan dana
umat sektor wakaf tunai ini.
Berikut ini adalah data penghimpunan dan penyaluran dana wakaf
tunai yang dilakukan lembaga PPPA Daarul Qur’an terhitung dari tahun
2013 – 2016.
Tabel 2.6
Laporan Penerimaan dan Penyaluran Dana Wakaf Uang (per 31
Desember 2013 dan 2014)
(dalam rupiah)
Dana Wakaf 2014 2013
Penerimaan 11,306,813,604 12,124,992,657
Jumlah Penerimaan Dana Wakaf 11,306,813,604 12,124,992,657
Penyaluran 17,570,264,400 13,092,295,000
Jumlah Penyaluran Dana Wakaf 17,570,264,400 13,092,295,000
89
Surplus / (Defisit) (6,263,450,796) (967,302,343)
Saldo Awal 14,713,874,127 15,681,176,469
Saldo Akhir 8,450,423,331 14,713,874,126
Sumber : Laporan Perubahan Dana PPPA Daarul Qur’an per Desember 2013 dan 2014
Tabel 2.7
Laporan Penerimaan dan Penyaluran Dana Wakaf Uang (per 31
Desember 2015 dan 2016)
(dalam rupiah)
Dana Wakaf 2016 2015
Penerimaan 7,374,237,399 5,605,823,223
Jumlah Penerimaan Dana Wakaf 7,374,237,399 5,605,823,223
Penyaluran 10,182,978,843 10,237,505,290
Jumlah Penyaluran Dana Wakaf 10,182,978,843 10,237,505,290
Surplus / (Defisit) (2,808,741,444) (4,631,682,067)
Saldo Awal 3,818,741,265 8,450,423,332
Saldo Akhir 1,009,999,821 3,818,741,265
Sumber : Laporan Aktivitas PPPA Daarul Qur’an per Desember 2016 dan 2015
3. Strategi Penyaluran dan Pengembangan Wakaf Uang Lembaga
PPPA Daarul Qur’an
Dalam hal ini PPPA Daarul Qur’an telah berhasil dalam melakukan
program wakaf uang mulai dari penghimpunan, pengelolaan, dan
penyaluran dana wakaf uang secara tepat sasaran dengan tujuan untuk
pembangunan fasilitas untuk masyarakat seperti masjid, sekolah, rumah
tahfidz, dll.
Tingkat pendapatan wakaf uang PPPA Daarul Qur’an juga
menunjukkan hasil yang sangat baik dengan mengumpulkan dana
90
sebesar Rp 36,411,866,883,- terhitung dari per-Desember 2013 sampai
dengan 2016. Namun, tingkat penghimpunan dana wakaf tunai selalu
mengalami penurunan selama 4 tahun terakhir. Hal ini membuktikan
bahwa lembaga PPPA Daarul Qur’an dalam penghimpunan dana wakaf
tunai sudah kurang efektif lagi. Dari segi pengelolaan, dan penyaluran
kembali sudah bisa dikatakan efektif dan sesuai sasaran. Target untuk
penyaluran dana wakaf uang yang tertuju pada pembangunan aset
seperti sekolah, pesantren, masjid, rumah tahfidz membuktikan bahwa
pencapaian tujuan dari lembaga PPPA Daarul Qur’an sudah tercapai
walaupun masih harus dioptimalkan. PPPA Daarul Qur’an cukup efektif
untuk meningkatkan hasil pengelolaan dana wakaf uang dengan
meningkakan kesejahteraan umat dengan menjadikan Tahfidzul Qur’an
sebagai budaya hidup masyarakat Indonesia sejak usia dini,
mewujudkan kemandirian ekonomi, pangan, pendidikan, dan
kemandirian teknologi berbasis Tahfidzul Qur’an. Selain itu lembaga
PPPA Daarul Qur’an juga bertujuan untuk membebaskan masyarakat
Indonesia buta Al-Qur’an dan menjadi lembaga yang menginspirasi
masyarakat untuk peduli dan berpihak pada kaum lemah dan para
Tahfidz Qur’an melalui nilai-nilai sedekah.
Setiap lembaga atau organisasi atau perusahaan atau yang lainnya
pasti memiliki cara atau strategi tersendiri untuk memajukan dan
mengembangkan lembaga atau organisasi tersebut. Begitu juga dengan
lembaga PPPA Daarul Qur’an mempunyai beberapa langkah dan
strategi dalam mengembangkan wakaf uang, diantaranya :
91
a. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) ke-
Nadziran yang dimiliki dengan mengadakan program edukasi
dan sosialisasi wakaf seperti penyuluhan, seminar, dan
pengadaan buku-buku penunjang pelaksanaan wakaf.
b. Training Center, sebagai pusat pengembangan dalam bidang
pembibitan pelatihan konsultasi dan kajian Al-Qur’an. Program
untuk masyarakat antara lain:
1. Majelis Konseling yaitu sarana untuk berkonsutasi sebagai
masalah dan diasuh oleh para asaatidz PPPA Daarul Qur’an.
2. Q-Learn yaitu program belajar Al-Qur’an mulai dari tingkat
awal sampai mahir membaca dan maneulis Al-Qur’an serta
belajar cara menghafal Al-Qur’an.
3. Pusat Kajian Qur’an Terpadu (PUQAT) yaitu pusat kajian
yang mempunyai tujuan mencetak penghafal Al-Qur’an.
Selain dari segi SDM nya, PPPA Daarul Qur’an juga mempunyai
beberapa program khusus untuk mengembangkan dana wakaf tunai
yang telah terhimpun dari umat, yaitu :
1. Rumah Susun Tahfidz
Program ini merupakan pembangunan hunian berbentuk tingkat
yang nyaman, sehat dan islami. Program ini telah dimulai sejak
tahun 2013 M yang membangun 2 rusun di wilayah Jakarta dan
Surabaya serta diberikan kepada keluarga kurang mampu, para
da’i, dan keluarga penghafal Al-Qur’an.
2. Tempat Pemakaman Umum
92
Kawasan taman makam muslim dari keluarga yang kurang
mampu dengan pelayanan secara gratis mulai dari pelayanan
ambulance jenazah hingga tanah makam. Program ini
merupakan salah satu solusi membantu para keluarga kurang
mampu yang mengalami kesulitan memakamkan jenazah
keluarga dan sanak saudara yang meninggal.
3. Pusat Pengembangan Pertanian Organik
Program pengelolaan lahan dan sawah ini merupakan ikhtiar
PPPA Daarul Qur’an untuk menyelamatkan aset tanah dan
sawah yang tidak produktif untuk dikelola dengan teknologi
yang ramah lingkungan agar menghasilkan produk pertanian
yang sehat bebas dari pestisida. Laboratorium seluas 6 hektar
terletak di Kadudampit, Sukabumi. Pusat pengembangan ini
mendampingi para petani kecil di seluruh Indonesia melalui
pelatihan teknik bertani organik hingga pestisida nabati sendiri.
Ketergantungan pada pestisida yang merusak tubuh harus segera
dihentikan. Program ini juga didukung dengan program sedekah
sawah Daarul Qur’an yang mulai membebaskan lahan dan
sawah untuk dikelola dengan teknologi berbasis organik yang
hasilnya untuk menyejahterakan para petani Indonesia dan
mendukung dakwah di Nusantara.
4. Kampung Qur’an
Merupakan program dakwah Al-Qur’an berbasis kawasan,
lingkungan, komunitas yang berada di daerah marjinal,
93
terpencil, minoritas, bekas bencana, dan kawasaan yang jauh
dari akses peradaban. Program ini meliputi program fisik dan
non fisik. Program fisik melalui pendekatan infrastruktur publik
dan hunian. Program non fisik melalui pendekatan dakwah
dengan mendirikan rumah tahfudz, pemdampingan masyarakat,
dan pemberdayaan.
Setelah 5 lokasi Kampung Qur’an di Merapi, NTT, Bromo,
Danau Lindu, Halmahera Barat, dan Lampung. PPPA Daarul
Qur’an akan mengembangkan 5 lokasi baru Kampung Qur’an di
Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Makasar, Banten, dan
Papua.
5. DAQU Preneur
Merupakan program ikhtiar mencetak generasi muda produktif
dengan life skill dan pengetahuan serta berakhlak Qur’ani.
Penerima program DAQU Preneur ini adalah kaum muda di usia
yang masih produktif namun tidak mampu secara ekonomi dan
tidak memiliki kesempatan untuk belajar di Rumah Diklat
Daarul Qur’an.
DAQU Preneur akan mendidik para penerima program agar
memiliki keahlian dan keterampilan khusus secara intensif.
Secara pengetahuan dan keagamaan, para penerima program
mampu menjadi probadi yang cerdas dan menjadi aktor
perubahan di tengah masyarakat sekitar.89
89 Profil Lembaga PPPA Daarul Qur’an
94
Program-program unggulan ini dapat dengan mudah dirasakan oleh
seluruh masyarakat setempat yang kekurangan secara finansial. Bagi
para masyarakat yang masih buta Al-Qur’an baik membaca dan menulis
Al-Qur’an bisa mengikuti program yang disediakan di Kampung Qur’an
di beberapa daerah di Indonesia. Bagi para petani, mereka bisa
mendapatkan tambahan modal usaha dan belajar untuk bercocok tanam
secara organik agar mengurangi penggunaan pestisida yang selama ini
telah digunakan oleh petani. Untuk para pemuda yang bertekad menjadi
pengusaha sukses dimasa depan bisa mengikuti program yang
disediakan oleh PPPA Daarul Qur’an melalui program DaQu Preneur.
Seluruh fasilitas dan program unggulan ini memang bisa langsung
dirasakan oleh seluruh masyarakat. Dengan program-program ini
dimaksudkan untuk melatih masyarakat yang mandiri bagi dirinya dan
keluarga. Setelah menjadi masyarakat yang mandiri dan mampu
bersaing di dunia usaha, mereka dengan sendirinya mampu
meningkatkan kesejahteraan bagi dirinya dan keluarganya. Dan apabila
sudah mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi, secara langsung
dan tidak langsung masyarakat ini mulai bisa terlepas dari kemiskinan
dan ketidaktahuan.
C. Persamaan Dan Perbedaan Pengelolaan Dana Wakaf Uang pada
Lembaga Wakaf Al-Azhar dengan Lembaga PPPA Daarul Qur’an
Dari penjelasan proses pengelolaan wakaf tunai mulai dari
penghimpunan, pengelolaan, hingga penyaluran dari kedua lembaga ini
memiliki beberapa persamaan dan perbedaan, yaitu :
95
a. Persamaan
Dari proses penghimpunan kedua lembaga ini cenderung memiliki
persamaan dalam menghimpun dana wakaf tunai dari para wakif, yaitu
dengan secara langsung dan tidak langsung, melalui media masa, dan
memanfaatkan kecanggihan teknologi yang sudah semakin
berkembang.
Persamaan yang lain ialah tujuan kedua lembaga dalam mengelola
wakaf tunai ini yaitu agar bisa membantu pemerintah untuk
mengentaskan kemiskinan di Indonesia yang selama ini menjadi
masalah nasional. Terutama memajukan perekonomian masyarakat
muslim sendiri.
b. Perbedaan
Pada sistem penghimpunan dana juga terdapat beberapa perbedaan
antara kedua lembaga ini. Yaitu pada lembaga Wakaf Al-Azhar, proses
penghimpunan dan penyaluran dana wakaf tunai bekerja sama dengan
Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Umat. Disini wakaf Al-Azhar
hanya bertugas sebagai pengelola dari dana wakaf tunai yang telah
terhimpun. Sedangkan pada lembaga PPPA Daarul Qur;an, lembaga
menghimpun sendiri dana wakaf tunai dari pewakif bersamaan dengan
penghimpunan dana lain (zakat, infaq, dan sedekah).
Perbedaan yang sangat terlihat kedua lembaga ini ialah pada proses
pengelolaan dana wakaf tunai yang telah terhimpun. Dimana pada
lembaga Wakaf Al-Azhar dana yang sudah terhimpun digunakan untuk
berinvestasi yang kemudian profit dari investasi tersebut dialokasikan
96
kepada mauquf alaih yang dibedakan menjadi 2 sektor, yaitu sektor
ekonomi dan sektor non-ekonomi, seperti sosial dan pendidikan. Hasil
wakaf tunai yang diberikan kepada sektor ekonomi yaitu dalam bentuk
dana bergulir berupa bantuan tambahan modal. Sementara profit dari
investasi yang dialokasikan untuk sektor non-ekonomi baik untuk sosial
dan pendidikan bersifat bantuan konsumtif kepada mauquf alaih.
Sedangkan pengelolaan yang dilakukan oleh lembaga PPPA Daarul
Qur’an dari seluruh dana wakaf tunai yang telah terhimpun dari para
wakif ialah dengan membangun beberapa fasilitas dan sarana
pendidikan berbasis Al-Qur’an dan merenovasi bangunan masjid.
Dimana fasilitas yang telah didirikan oleh PPPA Daarul Qur’an dapat
dirasakan langsung manfaatnya bagi seluruh masyarakat. Dan dalam hal
perawatan fasilitas dan sarana yang berdiri dari dana wakaf tunai ini,
lembaga PPPA Daarul Qur’an memanfaatkan dana dari infaq dan
sedekah dari para donatur.
Pada segi penyaluran dana wakaf tunai itu juga memiliki perbedaan.
Pada lembaga Wakaf Al-Azhar, penyaluran dari hasil pengelolaan dana
wakaf tunai dibedakan secara 2 sektor, yaitu sektor ekonomi dan non-
ekonomi. Hasil wakaf uang yang diberikan kepada sektor ekonomi yaitu
dalam bentuk dana bergulir. Bantuan tambahan modal yang diberikan
dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga
produksi barang dan jasa dalam perekonomian akan meningkat.
Sementara hasil investasi wakaf uang yang dialokasikan untuk sektor
97
non-ekonomi baik untuk sektor sosial dan pendidikan bersifat bantuan
konsumtif kepada mauquf alaih.
Sementara penyaluran yang diberikan kepada mauquf alaih dari
PPPA Daarul Qur’an yaitu dengan para penerima manfaat barang wakaf
bisa ikut langsung merasakan dari adanya sarana dan fasilitas yang
disediakan. Tentunya bukan hanya sekedar merasakan manfaatnya saja,
tapi didalamnya ada pelatihan-pelatihan yang melatih para masyarakat
untuk menjadi masyarakat yang mandiri, yang mampu menghidupi
dirinya dan keluarganya secara berkecukupan.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada proses penghimpunan dana umat berupa wakaf uang, baik
Lembaga Wakaf Al-Azhar maupun Lembaga PPPA Daarul Qur’an
sudah berhasil dan mampu menerima dan menghimpun dana wakaf
uang. Pada Lembaga Wakaf Al-Azhar terhitung sejak per-desember
2013 sampai desember 2016 telah berhasil menghimpun dana wakaf
tunai sebersat Rp 3,768,830,628. Sedangkan pada Lembaga PPPA
Daarul Qur’an telah berhasil melakukan program penghimpunan dana
wakaf uang selama 4 tahun sejak 2013 sampai 2016 dengan berhasil
menghimpun dana wakaf uang sebesar Rp 36,411,866,883. Hal ini
membuktikan bahwa penghimpunan yang dilakukan kedua lembaga
sudah dikatakan berhasil.
2. Dari seluruh dana wakaf uang yang terkumpul, Lembaga Wakaf Al-
Azhar sesuai dengan tujuan lembaga ini telah berhasil dalam usahanya
mengentaskan kemiskinan di Nusantara dengan skema wakaf produktif
bagi masyarakat pedesaan melalui program wakaf perkebunan jabon
dan juga mendirikan sarana dan prasarana untuk umat berupa
transportasi dann bidang properti yang hasil keuntungannya disalurkan
kembali kepada mauquf alaih. Dengan tujuan lembaga adalah untuk
meningkatkan kebangkitan ekonomi islam yang 90% keuntunggan
99
bersih dari pengelolaan wakaf produktifnya menjadi sedekah jariyah
yang terus menerus mengalir ke LAZ APU untuk program komprehensif
pengentasan kemiskinan hulu hilir di 5 sektor, yaitu agama, pendidikan,
kesehatan, ekonomi dan insfrastruktur di 34 provinsi se Nusantara.
Sedangkan PPPA Daarul Qur’an mengelola dana umat ini dengan
mendirikan sarana keagamaan dan sarana pendidikan berbasis Al-
Qur’an berupa pesantren tahfidz, sekolah agama berbasis Al-Qur’an,
dan lembaga pelatihan.
3. Pada program penyaluran dana wakaf uang, lembaga Wakaf Al-Azhar
lebih efektif dalam proses penyalurannya. Melalui LAZ APU sebagai
mitra penyaluran, Lembaga Wakaf Al-Azhar sudah berhasil untuk
menyalurkan hasil dari keuntungan pengelolaan wakaf uang secara
produktif kepada para mauquf alaih yang datanya sudah terdata oleh
LAZ APU. Dimana dana yang dibutuhkan oleh LAZ APU setiap
tahunnya sebesar 30M untuk disalurkan kepada para mauquf alaih.
Sedangkan PPPA Daarul Qur’an masih belum efektif dalam
menyalurkan hasil pengelolaan dana wakaf uang karena dari dana wakaf
uang yang terhimpun oleh lembaga dijadikan sarana dan prasarana,
tidak mengelola dana wakaf uang secara produktif yang dapat
menghasilkan keuntungan.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan ini maka ada
beberapa saran yang penulis berikan kepada kedua lembaga ini sebagai
berikut :
100
1. Memperhatikan betapa pentingnya peran dari wakaf uang bagi
perkembangan ekonomi umat dan kemajuan dunia Islam itu sendiri,
maka direkomendasikan agar wakaf uang lebih disosialisasikan kepada
masyarakat, supaya masyarakat Islam memahami akan arti pentingnya
wakaf uang dan selanjutnya mengimplementasikan dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari.
2. Melihat potensi wakaf uang yang yang telah dihimpun dari masyarakat
oleh kedua lembaga menunjukkan bahwa sebenarnya wakaf uang ini
sangat potensial untuk menguatkan perekonomian umat islam dan
bangsa Indonesia. Hanya tinggal lembaga kenadziran yang harus
berinovasi dan harus mempunyai strategi yang tepat untuk mengajak
masyarakat untuk berwakaf.
3. Dari seluruh potensi dana wakaf yang terhimpun. Lembaga kenadziran
harus benar-benar mengelola dana wakaf ini dengan baik agar mendapat
hasil keuntungan yang maksimal untuk disalurkan kepada para mauquf
alaih dengan mencari partner bisnis yang bisa menghasilkan
keuntungan maksimal atau dengan menyediakan lapangan kerja yang
dikelola oleh masyarakat.
4. Dalam penggunaan harta wakaf ini lembaga kenadziran tetap harus
berpegangan kepada prinsip-prinsip yang telah diatur oleh Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul.
5. Sesuai dengan konsep wakaf uang itu sendiri, selain digunakan untuk
berinvestasi yang kemudian hasilnya disalurkan kepada mauquf alaih,
akan terasa lebih prduktif jika dana wakaf uang digunakan untuk
101
pengembangan yang melibatkan masyarakat secara langsung. Karena
model wakaf uang ini memiliki daya jangkau serta mobilisasi yang jauh
lebih merata di tengah-tengah masyarakat dibandingkan dengan model
wakaf tradisional yang sudah lama kita kenal.
102
Daftar Pustaka
Ula, Ummi Matul. “Analisis Efisiensi Lembaga Pengelolaan Wakaf Tunai di
Indonesia.” Jurnal Unbraw.
“Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah
Milik.” Artikel diakses pada 23 Juni 2018 dari
http://www.bpn.go.id/DesktopModules/EasyDNNNews/DocumentDo
wnload.ashx?portalid=0&moduleid=1670&articleid=1133&documenti
d=1225.
Pratysto, Tangguh, “Indikator Pengukuran Kinerja Lembaga Wakaf di Jakarta:
Studi Kasus Wakaf Al-Azhar, Badan Wakaf Indonesia, dan Tabung
Wakaf Indonesia.” Skripsi S-1 Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia, 2012.
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai.
Jakarta: Dirjen Bimas Islam Departemen Agama RI. 2005.
Departemen Agama RI. Perkembangan Pengelolahan Wakaf Di Indonesia. Jakarta:
Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf Direktorat Bimbingan
Masyarakat dan Penyelenggaraan Haji. 2003.
Departemen Agama RI. Perkembangan Pengelolahan Wakaf Di Indonesia. Jakarta:
Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf Direktorat Bimbingan
Masyarakat Islam. 2006.
Prihatna, Andy Agung, dkk. Wakaf, Tuhan dan Agenda Kemanusiaan studi tentang
wakaf dalam perspektif keadilan sosial di Indonesia. Jakarta: Center For
The Study Of Religion and Culture (CSRC). 2006.
103
Al Arif, M. Nur Rianto. Efek Multiplier Wakaf Uang dan Pengaruhnya Terhadap
Program Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum.
Vol. 46 No. I. 2012.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 1997.
Handoko, T. Manajemen. Yogyakarta: BPPE, 1998.
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Mahmudi. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, 2005.
Danfar, Definisi/Pengertian Efektifitas. Artikel diakses pada 10 Mei 2017 dari
https://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/.
Handoko, Hani. Manajemen. Yogyakarta: BPPE, 2003.
Kurniawati. Kedermawanan Kaum Muslimin, Potensi dan Realita Zakat
Masyarakat di Indonesia. Jakarta: Piramedia, 2004.
Kompilasi Hukum Islam di Indonesia
“Wakaf Uang Tunai.” Artikel diakses pada 12 Agustus 2016 dari
http://muhammadiyahmalang.blogspot.com/2010/03/wakaf-uang-
tunai.html.
Sari, Diah Lukita, dkk., “Wakaf Tunai.” Artikel diakses pada 12 Agustus 2016 dari
http://ekonomi-syariah.com.
Maleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Cet. 11. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2000.
Qahaf , Mundzir. Manajemen wakaf produktif. Jakarta: Khalifa. Cet. III. 2007.
104
Aziz, M. Wahib. “Wakaf Tunai Dalam Perspektif Hukum Islam” International
Journal Ihya’ ‘Ulum Al-Din. Vol. 19 No. 1 (2017)
Djunaidi, Ahmad dan Thobieb Al-Asyhar. Menuju Era Wakaf Produktif “Sebuah
Upaya Progresif untuk Kesejahteraan Umat.” cet. III. Jakarta: Mitra
Abadi Press, 2016.
Kholid, Hendra. “Wakaf Uang Perspektif Hukum dan Ekonomi Islam.” Artikel
diakses pada 20 Juni 2018 dari
https://bwi.or.id/index.php/in/publikasi/artikel/815-wakaf-uang-
perspektif-hukum-dan-ekonomi-islam.html.
Wakaf Uang Dalam Perspektif Fikih. Artikel diakses pada 20 September 2016 dari
http://www.wakafcenter.com/baca-wakaf-uang-dalam-perspektif-
fikih.html.
Nasution, Mustafa Edwin dan Uswatunn Hasanah. Wakaf Tunai – Inovasi Finansial
Islam. cet. II. Jakarta: PSTT-UI, 2006.
Hasan, Sudirman. Wakaf Uang : Perspektif Fiqih, Hukum Positif, dan Manajemen.
Malang: UIN-Maliki Press, 2011.
Djakfar, Muhammad. Wakaf Tunai Sebagai Potensi Pengembangan Ekonomi Di
Indonesia (Sebuah Analisis antara Peluang dan Tantangan)
Bamualim, Chaider S., dkk. Wakaf, Tuhan, dan Agenda Kemanusiaan : Studi
tentang Wakaf dalam Perspektif Keadilan Sosial di Indonesia. cet. 1.
Jakarta: CSRC UIN Jakarta, 2006.
Direktorat Pemberdayaan Wakaf. Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai di
Indonesia. Jakarta: Dirjen Bimas Islam. 2006.
Usman, Rachmadi. Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. 2013.
105
Hidayat, Muhamad Muflih. “Peran Nadzir Wakaf Al-Azhar Dalam Pengelolaan dan
Pengembangan Wakaf Produktif.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Penjelasan Mengenai Wakaf Uang. Artikel diakses pada tanggal 5 Desember 2016
dari http://www.nu.or.id/post/read/53746/penjelasan-mengenai-wakaf-
uang.
Dengan 20.000, Anda Sudah Bisa Berwakaf Tunai. Artikel diakses pada 5
Desember 2016 dari http://wakafbaniumar.org/dengan-20-000-anda-
sudah-bisa-berwakaf-tunai/.
Hukum Wakaf Tunai. Artikel diakses pada tanggal 5 Desember 2016 dari
http://www.ahmadzain.com/read/ilmu/420/hukum-wakaf-tunai/.
Profil Wakaf Al-Azhar. Tentang Kami. Artikel diakases pada 13 Mei 2017 dari
http://www.wakafalazhar.or.id/hal/9-Tentang+Kami/.
Interview Pribadi dengan Bapak Nanda Direktur Wakaf Al-Azhar, Jakarta, 23 Mei
2017.
Materi Sharing Wakaf Al-Azhar oleh Bapak Nanda. Direktur Wakaf Al-Azhar
Jakarta. 2017.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama. Cet. IV. 2008.
Robbins, Sthepen P. Perilaku Organisasi Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. 2008.
Interview Pribadi dengan Bapak Abdul Sidik Direktur Keuangan Lembaga PPPA
Daarul Qur’an Ciledug, Tangerang, 8 Agustus 2017.
Profil PPPA Daarul Qur’an. Sejarah PPPA Daarul Qur’an. Artikel diakses pada
13 Mei 2017 dari https://pppa.or.id/sejarah/pppa/daqu/.
106
Profil PPPA Daarul Qur’an. Legal Formal. Artikel diakses pada 13 Mei 2017 dari
https://pppa.or.id/legal/formal/pppa/daqu/.
Profil PPPA Daarul Qur’an. Visi Misi PPPA Daarul Qur’an. Artikel diakses pada
13 Mei 2017 dari https://pppa.or.id/visimisi/pppa/daqu/.
Program PPPA Daarul Qur’an. Artikel diakses pada 13 Mei 2017 dari
https://pppa.or.id/detail.php?idsub=44&idkat=3&idit=27.
Struktur PPPA Daarul Qur’an. Manajemen. Artikel diakses pada 13 Mei 2017 dari
https://pppa.or.id/manajemen/pppa/daqu/.
Attamimy, M., dkk. Himpunan Perundang-Undangan Tentang Wakaf. Jakarta:
Kementerian Agama RI. 2003.
Laporan Posisi Keuangan PPPA Daarul Qur’an tahun 2013 – 2016.
Laporan Keuangan Wakaf AL-Azhar tahun 2013 – 2016
107
LAMPIRAN – LAMPIRAN
108
109
110
111
112
113
114
115
116