Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan...

32
Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Tehnik Chapman dan Tehnik Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertutup Tibia dan Fibula di RSHS Bandung oleh: Fajar Mahda NPM 131621070001

Transcript of Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan...

Page 1: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Tehnik Chapman dan Tehnik Traksi Manual Pada Penanganan

Pasien Patah Tulang Tertutup Tibia dan Fibula di RSHS Bandung

oleh:Fajar Mahda

NPM 131621070001

DEPARTEMEN ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG

2011

Page 2: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

2

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Penelitian

Dengan semakin meningkatnya kemajuan teknologi saat ini, menjadikan

tingkat mobilitas manusia semakin tinggi, disertai dengan tingkat kesadaran

berlalulintas penduduk Indonesia yang masih rendah mengakibatkan sering

terjadinya kecelakaan lalulintas. Trauma yang diakibatkan dari kecelakaan yang

terjadi dapat berupa cedera kepala, cedera dada, cedera perut, cedera pelvis dan

anggota gerak atas atau anggota gerak bawah. Menurut statistik angka terjadinya

trauma anggota gerak bawah di tahun 2006 dilaporkan sebesar 30.836 kasus,1-2

sedangkan kasus patah tulang tibia tertutup merupakan kasus trauma pada

ekstermitas bawah yang sering ditemukan, terjadi karena kecelakaan lalulintas

khususnya kendaraan roda dua dimana lebih sering terjadi pada laki-laki

dibandingkan wanita, 41 kasus per 100 kasus pertahun pada laki-laki dan wanita

12 kasus per 100 kasus pertahun.3-4

Trauma pada anggota gerak bawah dapat menyebabkan terjadinya patah

tulang pada tibia baik patah tulang tibia terbuka atau tertutup. Patah tulang

terbuka adalah patah tulang yang terdapat hubungan antara dunia luar,

sedangkan patah tulang tertutup adalah patah tulang yang tidak terdapatnya

hubungan dengan dunia luar.5 Gustilo dan Anderson mengklasifikasikan patah

tulang terbuka menjadi derajat I, derajat II dan derajat III, sedangkan menurut

2

Page 3: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

3

terjadinya kerusakan pada jaringan disekitar patah tulang Tscherne

mengelompokan menjadi 4 derajat.6-7

Pada patah tulang akan terdapat kerusakan pada pembuluh darah yang

mensuplai nutrisi ke tulang, dapat berupa kerusakan arteri nutrien, arteri

metadiapisis atau periosteum, menyebabkan terakumulasinya hematom pada

daerah osseofascial mengakibatkan terdapatnya peningkatan tekanan pada daerah

kompartmen.6, 8-10

Tekanan kompartmen yang normal adalah 0-4 mm Hg dan 8-10 saat

sedang beraktivitas, dan bila terjadi peningkatan tekanan kompartmen dapat

menimbulkan sindroma kompartmen. Menurut Mubarak terjadinya suatu

sindroma kompartmen adalah bila tekanan kompartmen mencapai 30 mmHg,

sedangkan menurut Matsen tekanan kompartmen mencapai 45 mmHg, dan

menurut Whitesides tekanan kompartmen terjadi bila tekanan kurang 20 mmHg

dari tekanan diastolik. Gejala awal yang ditimbulkan ketika terjadi sindroma

kompartmen adalah nyeri (sensasi terbakar) yang timbul karena terjadinya

iskemik pada otot dan kurangnya sensibilitas, kemudian gejala lainnya yang

timbul kemudian adalah timbulnya kesemutan, pucat dan berkurangnya fungsi

kerja otot. Sindroma kompartmen bila tidak dilakukan tindakan membuka fascia

dalam jangka waktu kurang dari 6 jam akan menyebabkan terjadinya kerusakan

pada jaringan saraf, jaringan pembuluh darah dan otot.11

Penanganan patah tulang tibia tertutup dapat dilakukan tindakan konservatif

ataupun tindakan operatif. Jenis patah tulang yang terjadi dapat transvers, oblique,

spiral atau comminutive, tergantung dari mekanisme trauma yang terjadi. Bila

Page 4: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

4

patah tulang dengan garis patahan transver, oblique, spiral atau simple

comminutive dengan angulasi ke anterior atau posterior kurang dari 10 derajat,

angulasi lateral atau medial kurang dari 5 derajat pada orang dewasa dan kurang

dari 10 derajat pada anak-anak, dengan kontak dari tulang lebih dari 50 persen

tanpa adanya rotasi (acceptable) dapat langsung dilakukan immobilisasi

menggunakan long leg casting. Sedangkan patah tulang tibia tertutup yang

nonacceptable dapat dilakukan tindakan konservatif (dilakukan reduksi tertutup

terlebih dahulu), ataupun dapat dilakukan tindakan operatif.3, 6-7, 12

Penatalaksanaan untuk patah tulang terutup tibia yang stabil meliputi

manipulasi tertutup untuk mendapatkan posisi fragment tulang seanatomis

mungkin, diikuti dengan immobilisasi long leg casting untuk memegang

fragment tulang hingga tulang menjadi union, kemudian diganti menjadi bracing

dan segera belajar berjalan, karena penyembuhan patah tulang akan di percepat

dengan adanya penekanan secara normal terhadap tulang.

Penggunaan tehnik traksi manual adalah metode yang paling sederhana

dengan cara dilakukan penarikan oleh operator dan dilakukan penahanan oleh

asisten atau menggunakan tehnik Chapman yang diperkenalkan tahun 1983 untuk

melakukan manipulasi tertutup pada patah tulang tertutup pada tibia, dan

membutuhkan alat berupa kasa rol 4 inci, dengan panjang kira-kira 1.5 meter,

kasa rol 6 inci, dan beban (gambar 2.1).

Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai tehnik

apakah yang lebih efektif untuk melakukan manipulasi tertutup pada penanganan

patah tulang tertutup tungkai bawah.

Page 5: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

5

1.2 Rumusan Masalah

Manakah yang lebih efektif manipulasi tertutup dengan menggunakan cara

manual traksi atau menggunakan tehnik Chapman untuk penanganan patah tulang

tertutup tungkai bawah yang dilakukan tindakan konservatif.

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui tehnik yang lebih efektif antara manual traksi atau tehnik

Chapman untuk tindakan reduksi tertutup pada patah tulang tertutup tungkai

bawah.

1.4 Kegunaan

Terdapatnya protap untuk melakukan reduksi tertutup pada patah tulang

tertutup tungkai bawah yang akan dilakukan tindakan konservatif .

Page 6: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1. Anatomi Tungkai Bawah

Tungkai bawah terletak dari lutut hingga sendi pergelangan kaki dan

berfungsi sebagai penopang dari berat badan tubuh. Panjang tulang tibia pada

orang dewasa berkisar 30 cm hingga 47 cm dengan vareasi diameter dari canal

medula tibia dapat berkisar antara 8 mm hingga 15 mm. Tulang tibia sebagian

besar terdiri dari diaphisis, dan membesar pada daerah distal dan proximalnya

yang terdiri dari tulang cancellous, yang bervareasi densitasnya tergantung dari

umur seseorang, dan status metabolism dari tulang. Canal medula pada tulang

tibia berasal dari proximal metapisis yang terdiri dari tulang cancellous hingga ke

distal dari metapisis. Daerah diaphisis tulang tibia mendapatkan nutrisi dari arteri

nutrient, cabang dari bagian posterior dari arteri tibialis posterior. Setelah masuk

pada daerah proximal dari tibialis posterior, arteri nutrient akan berjalan oblique

masuk kedalam diapisis dari tulang tibia di daerah sepertiga tengah bagian

proximalnya. Keadaan ini memudahkan terjadinya trauma pada arteri tersebut

dengan terjadinya patah tulang nonacceptable. Didalam canal medula arteri

tesebut akan berjalan ke distal dan proximal dan beranastomosis dengan arteri

endosteal metapisis. 3, 15

Tungkai bawah memiliki dua septa intermuscular, yaitu anterior dan

posterior yang berjalan melewati permukaan dalam dari fascia menuju fibula dan

6

Page 7: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

7

menutupi peroneal (lateral kompartmen tungaki bawah), dan terdapat tiga

kompartmen otot yang terpisah, yaitu anterior, lateral dan posterior (gambar 2.1).

Pada anterior kompartmen terdapat otot ektensor dari kaki dan ankle,

yaitu bagian medial tungaki bawah diisi oleh permukaan lateral ektensor dari

tibia, dan sebelah lateral tungaki bawah diisi oleh permukaan lateral ektensor dari

fibula dan anterior septum intermuscular. Anterior kompartmen dari tungkai

bawah diselubungi oleh fascia terdalam dan semua otot mendapatkan persarafan

dari deep peroneal nerve, sedangkan arteri yang berada didalam anterior

kompartmen adalah arteri tibialis anterior.

Pada lateral kompartmen ditutupi oleh bagian anterior dari septum

intermuscular di bagian depannya sedangkan dibagian belakang ditutupi oleh

bagian posterior dari septum intermuscular, dan oleh fibula di bagian medial.

kompartmen ini terdapat otot peroneal dan superficial peroneal nerve yang

mensupali semua otot didalam lateal kompartmen, tidak ada arteri yang berjalan

di dalam kompartmen ini dan otot mendapatkan suplai melalui cabang dari

peronela arteri.

Pada kompartmen posterior mengandung otot-otot flexor dari kaki dan

ankle. kompartmen ini dipisahkan dari kompartmen lain oleh fibro-osseous

komplek (lateral dari peroneal kompartmen, posterior dari septum intermuscularis

dan bagian posterior medial dari permukaan fibula, sebelah anterior dari extensor

kompartmen oleh interosseos membrane dan permukaan posterior dari tibia).

Nervus tibialis mempersarafi semua otot di posterior kompartmen, dan arteri

tibialis posterior mensuplai semua otot di kompartmen ini. Posterior kompartmen

Page 8: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

8

terdiri dari dua kelompok otot, superficial yang terdiri dari otot gastrocnemius,

soleus dan plantaris sedangkan deep terdiri dari otot tibialis posterior, flexor

digitorum longus dan flexor halusisi longus yang dipisahkan oleh fascia.16

Gambar 2.1. kompartmen di tungkai bawah

Dikutip dari: Thompson17

2.1.2 Patah tulang Tibia Tertutup

Patah tulang adalah terjadinya kerusakan struktur dari kortek tulang, dapat

berupa terjadi retakan, hancur ataupun terpuntirnya struktur dari kortek tulang.

Patah tulang dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya karena benturan

secara langsung, karena suatu tekanan, ataupun terdapatnya kelemahan dari

struktur tulang. Patah tulang dikarenakan oleh benturan dapat terjadi secara

langsung ataupun tidak langsung, dengan adanya benturan secara langsung tulang

akan patah pada daerah yang terkena benturan tersebut dan terjadi juga kerusakan

dari jaringan disekitarnya. Ketika terjadi patah pada suatu tulang, akan timbul

suatu reaksi proses penyembuha dari tulang, diantaranya terdapat proses

Page 9: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

9

terbentuknya hematom, dikarenakan kerusakan dari pembuluh darah yang terjadi

disekitar patahan tulang. Perdarahan yang terjadi secara masif dapat terakumulasi

di daerah osseo-fascial pada tungkai bawah yang mengakibatkan terjadinya

peningkatan tekanan pada kompartmen, disertai trauma yang besar yang terjadi

pada otot mengakibatkan permeabilitas dinding kapiler akan meningkat sehingga

otot menjadi edema mengakibatkan tekanan kompartmen menjadi lebih

meningkat. 8

2.1.3 Klasifikisasi kerusakan jaringan

Klasifikasi kerusakan jaringan disekitar patah tulang yang sering digunakan

hingga saat ini adalah menurut klasifikasi Tscherne, yang membagi derajat

kerusakan jaringan menjadi 4 kategori (Table 2.1)9, 18.

.

Table 2.1 Klasifikasi Kerusakan Jaringan Pada Patah tulang Tertutup

Menurut Tscherne

Derajat Kerusakan jaringan

0 Dapat diabaikan

1 Luka pada daerah kulit atau membran mukosa, atau memar pada daerah

permukaan pada jaringan disekitarnya

2 Memar pada otot yang hebat, terdapat abrasi kulit yang terkontaminasi

3 Dapat terjadi sindroma kompartmen, kerusakan pada pembuluh darah yang perlu

tindakan opreratif untuk memperbaikinya, skin degloving, crush injury.

Dikutib dari : Skinner,dkk. 9, 18

Page 10: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

10

2.1.4 Pengelolaan patah tulang tertutup berdasarkan kerusakan jaringan

disekitarnya.

Penanganan patah tulang tertutup secara umum adalah dilakukannya tindakan

reduksi untuk mendapatkan posisi fragment yang acceptable, diikuti dengan

fiksasi fragment patah tulang hingga tercapainya union, sementara itu dilakukan

latihan pergerakan pada daerah sendi.8

1. Reduksi tertutup.

Tujuan dari dilakukannya reduksi adalah tercapainnya posisi

fragment tulang yang adekuat dan tercapainya garis patahan yang normal

pada fragment tulang. Semakin besar kontak antara fragment tulang, maka

akan semakin besar kemampuan untuk tulang menyambung. Reduksi

tertutup dapat dicapai dalam anastesi umum atau regional serta diberikan

obat untuk relaksasi otot, dengan tehnik (1) traksi, (2) disimpaksi, (3)

reduksi.

2. Immobilisasi fragment patah tulang

Beberapa tehnik dapat dilakukan untuk tindakan immobilisasi,

diantaranya (1) countinous traksi (2) cast splintage, (3) functional bracing,

(4) internal fixation, (5) external fixation.

3. Rehabilitasi

Latihan pada otot dan sendi diantaranya bertujuan untuk

mengurangi edema, mengembalikan pergerakan sendi, kekuatan otot dan

tidak hanya untuk mengembalikan fungsi satu ekstermitas saja, tapi

Page 11: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

11

mengembalikan fungsi tubuh secara keseluruhan sehingga pasien dapat

kembali beraktifitas sehari-hari.

Pada kasus-kasus patah tulang tertutup harus di perhatikan juga kondisi

jaringan di sekitar patahan. Menurut klasifikasi Tscherne derajat 0 dan 1 dapat

dilakukan tindakan definitive secara langsung baik operatif atau nonoperatif,

sedangkan derajat 2, tindakan operatif atau nonoperatif harus ditunda terlebih

dahulu, karena sering timbul edema, sedangkan derajat 3 bila terdapat sindroma

kompartmen harus dilakukan tindakan fasciotomy kemudian tulang di dilakukan

external fixsasi.7, 9-10, 12, 18-19

2.1.5 Tekanan Kompartmen

Tekanan kompartmen dapat meningkat dikarenakan adanya perdarahan di

dalam kompartmen, iskemia yang terjadi pada otot, dan yang terakhir disebabkan

karena edema. Pada fase hematom akan terjadinya peningkatan tekanan

kompartmen karena terjadinya kerusakan pada pembuluh darah yang

mengakibatkan darah berkumpul di daerah ossiofascial dan mendesak

kompartmen kesegala sisi, pembuluh darah dapat juga terputus, tertekan atau

memar, terjadi karena langsung dari trauma atau karena terkena bagian dari

patahan tulang. Walaupun secara visual pembuluh darah arteri tanpak normal,

tunika intima dapat terjadi kerusakan sehingga aliran pembuluh darah menjadi

terganggu, akibatnya aliran darah menjadi berkurang atau menghilang, sehingga

terjadinya iskemik dan otot menjadi edema sehingga meningkatkan tekanan

kompartmen. Edema juga dapat terjadi dikarenakan proses trauma yang terjadi

Page 12: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

12

pada otot yang mengakibatkan terjadinya peningkatan permeabilitas dinding

kapiler sehingga terjadinya peningkatan cairan interstisial.20 Pasien dengan

kondisi tekanan kompartmen yang meningkat sering mengeluhkan nyari pada

tungkai yang mengalami trauma khususnya bila digerakan dan berkurangnya

sensasi pada kulit, daerah trauma biasanya menjadi dingin dan pucat, dan denyut

nadi menjadi lemah bahkan menghilang.8, 21

2.1.6 Reduksi tertutup patah tulang tibia

Salah satu penatalaksanaan patah tulang tertutup tibia yang nonacceptable

meliputi reduksi tertutup untuk mendapatkan posisi fragment tulang seanatomis

mungkin, diikuti dengan immobilisasi long leg casting untuk memegang

fragment tulang hingga tulang menyatu, kemudian diganti menggunakan bracing

dan segera belajar berjalan, karena penyembuhan patah tulang akan di percepat

dengan adanya penekanan secara normal terhadap tulang. Komplikasi yang terjadi

saat melakukan reduksi tertutup diantaranya adalah terjadinya trauma kembali

pada jaringan lunak disekitar patah tulang yang mengakibatkan terjadinya proses

inflamasi sehingga otot menjadi edema dan tekanan kompartmen akan lebih

meningkat. 8, 12, 19, 22

Page 13: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

13

2.2 Kerangka Pemikiran, Premis dan Hipotesis

2.2.1 Kerangka Pemikiran

Penelitian sebelumnya tentang manipulasi tertutup pada tungkai bawah

telah dilakukan oleh Chapman pada tahun 1983, dimana dalam penelitiannya

dilakukan suatu manipulasi tertutup dengan kondisi traksi dilakukan dengan cara

pasien dalam posisi berbaring, dengan tungkai yang akan dilakukan traksi

dilakukan fleksi pada sendi lutut sebesar 90 derajat dan dilakukan pemasangan

beban, kemudian dilakukan pemasangan immobilisasi dengan long leg casting

dalam posisi posisi pasien supine dengan sendi lutut fleksi 90 derajat.

Gambar 2.2. Tehnik Manipulasi tertutup pada patah tulang tertutup tungkai bawah menurut Chapman.

Dikutib dari : Schmidt AH.

Dari penelitian sebelumnya belum ada yang menilai tehnik apakah yang

lebih efektif untuk melakukan manipulasi tertutup pada penanganan patah tulang

tertutup tungkai bawah.

Page 14: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

14

p

Gambar 2.3. Alur kerangka pemikiran

2.2.2 Premis

Premis 1

Tungkai bawah terletak dari lutut hingga sendi pergelangan kaki dan

berfungsi sebagai penopang dari berat badan tubuh. 3, 15

Premis 2

Tindakan konservatif patah tulang tertutup tibia dan fibula dengan cara

melakukan manipulasi tertutup pada tulang yang tidak stabil dengan harapan

tercapainya patahan tulang yang stabil. 8

Pasien patah tulang tertutup tungkai

bawah tidak stabil

Pemberian analgetik intravena

Reduksi tertutup dengan traksi

manual

Reduksi tertutup dengan

tehnik Chapman

Fragment patahan tulang akan

segaris sesuai dengan posisi

normal tergantung kemampun

operator

Fragment patahan tulang akan

segaris sesuai dengan posisi

normal sesuai gaya gravitas

Page 15: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

15

Premis 3

Penelitian sebelumnya tentang manipulasi tertutup pada tungkai bawah

telah dilakukan oleh Chapman pada tahun 1983 kemudian dilakukan pemasangan

immobilisasi dengan long leg casting.

2.2.3 Hipotesis

Manipulasi tertutup pada patah tulang tertutup tungkai bawah

menggunakan tehnik Chapman lebih efektif dibandingkan dengan tehnik traksi

manual.

Page 16: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

16

BAB III

BAHAN DAN METODA PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Sebagai Subjek penelitian adalah pasien dewasa dan anak-anak dengan

patah tulang tertutup pada tungkai bawah kasus baru yang datang ke RS Hasan

Sadikin Bandung.

Kriteria inklusi:

1. Pasien anak-anak dan dewasa dengan patah tulang tertutup pada tungkai

bawah, dengan garis patahan transver, oblique, spiral, simple comminutive

tidak stabil (angulasi anterior dan posterior > 100 , angulasi lateral atau

medial > 50 untuk dewasa dan 10 0 untuk anak-anak, kontak dari tulang <

50 %) yang direncanakan dilakukan tindakan konservatife.

2. Waktu terjadinya trauma hingga dilakukan tindakan manipulasi tertutup

kurang dari 6 jam.

3. Pasien sebelumnya tidak pernah ditangani oleh selain tim kesehatan

(contoh : dukun patah tulang)

4. Pasien dengan hemodinamik yang stabil

5. Pasien dapat bekerja sama saat dilakukan tindakan.

6. Pasien setuju untuk dilakukan penilitian

Kriteria eksklusi:

1. Pasien tidak setuju dilakukan penelitian.

3.2 Metoda Penelitian 16

Page 17: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

17

Desain penelitian ini adalah studi Quasieksperimantal.

3.3. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Variabel bebas:

Patah tulang tertutup tungkai bawah yang di lakukan manipulasi tertutup

menggunakan tehnik Chapman dan tehnik traksi manual.

Variabel tergantung:

Nilai sudut angulasi anterior, posterior, lateral, medial, rotasi dan pemendekan

tulang.

3.4. Metode Penarikan Sampel

3.4.1 Ukuran Sampel

Rumus yang digunakan berdasarkan Ferderer : RAL = (t-1) (n-1) > 15.

t = Jumlah perlakuan

n = Jumlah sampel

(n-1) > 15 n = 16

Jumlah sampel selanjutnya ditambah 20% dengan tujuan sebagai cadangan

sampel bila terjadi drop-out.

n1 = n/1-y

n = Jumlah sampel

n1 = Jumlah sampel kontrol dengan drop out

Page 18: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

18

y = prosentase drop out

n1 = 16/ 1-0.2

n1 = 20 (jumlah sampel untuk kontrol)

n2 = 20 (jumlah sampel untuk perlakuan)

3.4.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah setiap pasien yang

datang ke emergency RSHS Bandung dengan patah tulang tertutup tungkai bawah

yang tergolong kriteria inklusi bulan September 2010 hingga Februari 2011.

Gambar 3.1. Alur kerangka kerja

BAB IV

Pasien patah tulang tertutup tungkai bawah

nonacceptable

Pemberian informconcent

Dibandingkan acceptability antara reduksi tertutup menggunakan traksi manual dan tehnik Chapman

Dilakukan reduksi tertutup menggunakan tehnik Chapman

Dilakukan reduksi tertutup menggunakan traksi manual

Pemberian analgetik intravenaKetorolac 30 mg

Page 19: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

19

HASIL

Pada bulan September 2010 hingga Februari 2011 dilakukan penelitan

untuk membandingkan teknik mana yang lebih efektif untuk melakukan reduksi

tertutup antara teknik manual traksi dan teknik Chapman. Pada teknik traksi

manual manula dilakukan traksi pada 20 sampel dan pada teknik Chapman

dilkaukan pada 20 sampel dengan memberikan beban seberat 15 kg selama 15

menit dan pada kedua kelompok dibandingkan teknik mana yang hasilnya lebih

acceptable

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian dicantumkan pada tabel menurut kelompok uji yang

dilakukan. Hasil pemeriksaan menunjukkan hasil yang berbeda untuk masing-

masing uji. Hasil selengkapnya tercantum pada tabel 4.1 dan 4.2.

Table 4.1 Hasil Acceptability Reduksi Tertutup Menggunakan Teknik Chapman

No Medrec Nama Umur Sex Coronal Sagital KontakPre

reduksiPost

reduksiPre

reduksiPost

reduksiPre

reduksiPost

Reduksi

1 0001034200 Dodi supriadi

18 L 10 3 20 2 <50% >50%

2 0001020401 Noneng 31 P 11 2 17 4 >50% >50%3 0000967901 Kinanti 18 P 7 3 18 3 <50% >50%4 0000957701 Yayan 26 L 12 2 10 4 >50% >50%5 0000995102 Reza

zanuarika17 P 15 3 20 3 <50% >50%

6 0000993002 Iyang 16 L 13 1 12 2 <50% >50%7 0000957204 Ayi sujana 46 L 4 1 4 1 >50% >50%8 0001035407 Nana

permana45 L 15 2 6 1 <50% >50%

10 0000939108 Evi saepul nurdin

26 L 7 1 4 1 >50% >50%

11 00081000413

Asep mulya

20 L 6 2 18 4 <50% >50%

12 0000677113 Sentry agustina

23 P 10 3 22 5 <50% >50%

19

Page 20: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

20

13 0000976814 Ade mulyati

36 P 4 1 15 2 >50% >50%

14 0000991414 Syamsyiar 50 L 11 4 17 3 <50% >50%15 0000986715 Ahadiat 57 L 2 2 20 2 <50% >50%16 0001026415 Andi 20 L 5 1 10 1 >50% >50%17 0000942316 Tina

marlina24 P 7 2 20 15 <50% <50%

18 0001024117 Iis 24 P 5 2 10 1 >50% >50%19 0000997718 Carman 60 L 12 1 13 2 <50% >50%20 0001005419 Siti sahara 24 P 4 1 13 1 <50% >50%

: Nonacceptable

Table 4.2 Hasil Acceptability Reduksi Tertutup Menggunakan Manual Traksi

No Medrec Nama Umur Sex Coronal Sagital KontakPre

reduksiPost

reduksiPre

reduksiPost

reduksiPre

reduksiPost

Reduksi

1 0000956823 Jainur S 46 L 12 5 17 2 <50% >50%2 0001033123 Sahudi 53 L 10 4 15 1 >50% >50%3 0000951524 M Arif 27 L 6 3 10 3 >50% >50%4 0000810127 Agiska 16 P 7 2 16 3 >50% >50%5 0000966127 Yana 20 L 10 1 20 5 <50% >50%6 0001005028 Aneng 48 L 7 4 22 5 <50% >50%7 0001035028 Rokayah 48 P 15 2 7 2 >50% >50%8 0000992129 Sudrajat 48 L 7 1 15 7 <50% >50%9 0000975329 Irfan 21 L 16 3 10 4 <50% >50%10 0001030132 Deden S 48 L 15 4 10 3 <50% >50%11 0000942533 Wanti 15 P 20 2 30 5 <50% >50%12 0000986834 Agus S 17 L 4 1 20 2 <50% >50%13 0001007941 Dewi 26 P 10 1 30 6 <50% >50%14 0001032041 Indra 34 L 20 2 17 2 <50% >50%15 0001001442 Euis R 34 P 18 4 20 5 <50% >50%16 0000897542 Dede 41 L 17 5 19 5 <50% >50%17 0000979242 Suradi B 46 L 20 11 20 17 <50% <50%18 0000943543 Sukaesih 54 P 10 5 30 15 <50% <50%19 0000961944 Iit nuryadi 38 L 20 10 5 2 <50% <50%20 0000971344 Candra 27 L 15 17 15 10 <50% <50%

: Nonacceptable

4.2 Pembahasan

Hasil pada penelitian ini berupa data hasil perbandingan acceptability

teknik traksi manual dan teknik Chapman yang di lakukan pada pasien dengan

Page 21: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

21

patah tulang tibia tertutup yang nonacceptable dengan hasil terdapat perbedaan

hasil acceptability antara teknik traksi manula dan teknik Chapman, dimana pada

teknik traksi manula terdapat empat pasien dari duapuluh pasien dengan hasil

yang nonacceptable, sedangkan dengan menggunakan teknik Chapman hanya

terdapat satu pasien dengan hasil nonacceptable dari duapuluh pasien yang

diperiksa.

4.3 Uji Hipotesis

Hipotesis : Manipulasi tertutup pada patah tulang tertutup tungkai bawah

menggunakan tehnik Chapman lebih efektif dibandingkan dengan tehnik traksi

manual.

Faktor pendukung untuk pengujian hipotesis berikut ini:

1. Pada teknik traksi manula terdapat empat pasien dari duapuluh pasien

patah tulang tertutup tungkai bawah yang dilakukan reduksi tertutup

dengan hasil nonacceptable.

2. Pada teknik Chapman hanya terdapat satu pasien dari duapuluh pasien

patah tulang tertutup tungkai bawah yang dilakukan reduksi tertutup

dengan hasil nonacceptable.

Simpulan :

Hipotesis ditolak Manipulasi tertutup pada patah tulang tertutup

tungkai bawah menggunakan tehnik Chapman bih efektif

dibandingkan dengan tehnik traksi manual.

Page 22: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

22

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Teknik Chapman terbukti lebih efektif dibandingkan teknik traksi manual

untuk mereduksi patah tulang tertutup tibia nonacceptable yang akan dilakukan

tindakan reduksi tertutup.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka temuan penelitian ini dapat dijadikan

acuan prosedur tetap (PROTAP) untuk melakuan reduksi tertutup pada patah

tulang tertutup tibia yang nonacceptable dengam menggunakan teknik Chapman.

22

Page 23: Perbandingan Efektifitas Manipulasi Tertutup Menggunakan Cara dan Cara Traksi Manual Pada Penanganan Pasien Patah Tulang Tertut.doc

23

DAFTAR PUSTAKA