Perbaikan Pak Jef

37
1. Latar Belakang Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik di rumah, tempat kerja bahkan di jalan atau tempat-tempat lain. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga paparan suhu tinggi dari matahari, listrik ataupun bahan kimia (Nugroho, 2012). Penderita luka bakar memerlukan perawatan secara khusus karena luka bakar berbeda dengan luka tubuh lain (seperti luka tusuk). Hal ini disebabkan karena pada luka bakar sering terdapat keadaan seperti ditempati kuman dengan patogenesis tinggi, terdapat banyak jaringan mati, mengeluarkan banyak air dan serum, terbuka untuk waktu yang lama, serta memerlukan jaringan untuk menutup (http://etd.eprints.ums.ac.id/15166/3/bab_1.pdf). Berat ringannya suatu luka bakar tergantung pada keadaan jaringan yang terbakar serta intensitas trauma 1

description

KULIAH

Transcript of Perbaikan Pak Jef

Page 1: Perbaikan Pak Jef

1. Latar Belakang

Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja

baik di rumah, tempat kerja bahkan di jalan atau tempat-tempat lain. Penyebab

luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga paparan suhu

tinggi dari matahari, listrik ataupun bahan kimia (Nugroho, 2012).

Penderita luka bakar memerlukan perawatan secara khusus karena luka

bakar berbeda dengan luka tubuh lain (seperti luka tusuk). Hal ini disebabkan

karena pada luka bakar sering terdapat keadaan seperti ditempati kuman dengan

patogenesis tinggi, terdapat banyak jaringan mati, mengeluarkan banyak air dan

serum, terbuka untuk waktu yang lama, serta memerlukan jaringan untuk

menutup (http://etd.eprints.ums.ac.id/15166/3/bab_1.pdf).

Berat ringannya suatu luka bakar tergantung pada keadaan jaringan yang

terbakar serta intensitas trauma panas. Kulit yang tebal, berpigmen banyak dan

banyak mempunyai kelenjer sebasea akan lebih tahan terhadap trauma panas

dibanding dengan kulit yang tipis dan kering (Nugroho, 2012).

Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain mencegah infeksi

dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berpoliferasi dan menutup

permukaan luka. Selain itu juga diperlukan senyawa yang memacu pembentukan

kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka.

Salah satu produk dari lebah yang digunakan masyarakat sejak jaman

dahulu untuk menyembuhkan luka termasuk luka bakar adalah propolis. Propolis

mengandung arginin dan asam ferulat dimana kedua senyawa ini memacu

1

Page 2: Perbaikan Pak Jef

pembentukan kolagen. Selain itu juga pada kandungan propolis terdapat

flavonoid dan senyawa lain yang bisa mencegah serangan bakteri, virus dan

jamur dari bagian luka bakar yang rentan terhadap infeksi (Mahani dkk, 2011).

Beberapa pengujian secara ilmiah mengenai khasiat dari propolis untuk

penyembuhan luka pernah dilaporkan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh

teguh santoso dengan judul Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Luka Bakar

Antara Olesan Propolis Asal Yogyakarta 5% Dan Teh Hijau Konsentrasi 6,4gr%

Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) yang menyimpulkan bahwa propolis 5%

paling berpengaruh pada persentase kesembuhan luka bakar dibandingkan

dengan Teh Hijau Konsentrasi 6,4gr%.

Berdasarkan uraian di atas maka penggunaan propolis sebagai obat

penyembuh luka bakar memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan di

NTT baik dari segi pembudidayaan lebah penghasil propolis maupun produksi

propolis itu sendiri. Selain itu penulis juga tertarik untuk membuat suatu

penilitian yang berbeda dimana penulis akan menggunakan propolis yang berasal

dari NTT dan dilakuakan variasi konsentrasi dalam kaitanya untuk penyembuhan

luka bakar. Hal inilah yang mendorong penulis melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Propolis Terhadap Efek Penyembuhan

Luka Bakar Pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand”.

2. Rumusan Masalah

Apakah propolis mempunyai efek penyembuhan luka bakar pada kulit

punggung kelinci New Zealand?

2

Page 3: Perbaikan Pak Jef

3. Hipotesis

Ekstrak propolis mempunyai efek penyembuhan luka bakar pada kulit punggung

kelinci New Zealand.

4. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Untuk mengetahui ada tidaknya efek penyembuhan luka bakar pada ekstrak

propolis.

b. Tujuan khusus

Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak propolis yang efektif menyembuhkan

luka bakar.

5. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti

Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di Jurusan Farmasi Kupang dan

menambah pengetahuan peneliti di bidang Farmakologi.

b. Bagi institusi

Menambah bahan pustaka bagi jurusan Farmasi dan sebagai bahan referensi

bagi peneliti selanjutnya.

c. Bagi masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai efek penyembuhan

luka bakar ekstrak propolis dan konsentrasi propolis yang efektif untuk

penyembuhan luka bakar.

3

Page 4: Perbaikan Pak Jef

6. Tinjauan Pustaka

a. Propolis

1) Pengertian

Propolis berasal dari bahasa yunani yakni pro yang artinya di depan dan

polis yang artinya kota. Istilah ini diberikan untuk menggambarkan

kegunaan propolis sebagai zat pelindung di pintu masuk sarang lebah

madu baik terhadap invasi serangga lain maupun terhadap cuaca

(Suranto, 2010). Propolis adalah sejenis resin yang dikumpulkan lebah

dari berbagai tumbuhan, kemudian dicampur dengan saliva dan berbagai

enzim dalam lebah sehingga menghasilkan resin baru yang berbeda

dengan resin asalnya dan digunakan untuk membangun sarang

(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/43320/Bab

%20II.Tinjauan%20Pustaka%20%202009drn.pdf).

2) Komposisi propolis dan khasiat

Propolis mengandung senyawa yang begitu kompleks. Jumlah

senyawanya yang begitu kompleks menunjukan bermacam-macam efek

biologis dan aktifitas farmakologis. Saat ini diketahui lebih dari 180

senyawa yang terkandung dalam propolis. Unsur aktif yang penting

dalam farmakologi dan aktifitas biologis adalah flavonid (flavon,

flavonol, flavonon), senyawa fenolat serta senyawa aromatik (Mahani

dkk, 2011).

4

Page 5: Perbaikan Pak Jef

Selain itu propolis juga mengandung asam ferulat agglutinating, zat yang

dapat mempercepat proses pembekuan darah pada luka dan mengandung

arginin dimana zat ini dapat memperlancar sirkulasi, metabolisme dan

pernafasan sel dan mempercepat penyembuhan luka bakar.

(http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/viewFile/2571/1161)

Tabel 1. Komposisi Kimia Propolis

Kelas Komponen Jumlah Grup KomponenResin 45 – 55 % Flavonoid, asam fenolat dan esternyaLilin dan asam lemak

25 – 35 %Sebagian besar dari lilin lebah dan beberapa dari tanaman

Minyak esensial 10 % Senyawa volatile

Protein 5 %Protein kemungkinan berasal dari polen dan amino bebas

Senyawa organik lain dan mineral

5 %

14 macam mineral yang paling terkenal adalah Fe dan Zn. Sisanya seperti Au, Ag, Cs, Hg, La dan Sb. Senyawa organik lain seperti keton, asam benzoate dan esternya, gula serta vitamin (B3)

Sumber : krell (1996)

3) Apis Dorsata

1) Taksonomi

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Klas : Insecta

Ordo : Hymenoptera

Subordo : Apocrita

5

Page 6: Perbaikan Pak Jef

Superfamili : Apoidea

Famili : Apidae

Subfamily : Apinae

Tribe : Apini

Genus : Apis

Species : A. dorsata

2) Nama lain

Ada pelbagai sebutan bagi lebah di Indonesia ini, yakni tawon gong

(Jawa), tawon odeng (Sunda), lebah gadang, lebah gantuang, lebah

kabau, lebah jawi (Sumatera barat), harinuan (Tapanuli), wani (kab.

Manggarai) sedangkan dalam bahasa inggris disebut giant honey bee

(Sihombing, 1997).

3) Ekologi dan penyebaran

Spesiaes ini berkembang hanya di kawasan sub-tropis dan tropis Asia

seperti Indonesia, Philippina dan pulau-pulau lainnya dan tidak

terdapat di luar Asia. Sejak jaman purba, madu lebah inilah yang

diburuh oleh penduduk dan diperdagangkan sebagai madu hutan dan

terkenal di kawasan Asia. Jenis lebah madu yang banyak diambil

madunya di alam Indonesia yakni Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,

Irian, pulau-pulau di NTB maupun NTT adalah Apis dorsata. Di

pulau Jawa lebah ini sudah jarang ditemukan (Sihombing, 1997).

6

Page 7: Perbaikan Pak Jef

4) Morfologi

Sarang A. dorsata dibuat hanya satu sisiran yang menggantung di

cabang pohon, tebing batu-batuan atau celah-celah bangunan. Ukuran

sarang bervariasi sesuai tahap perkembangan koloni dan musim

dengan ukuran panjang 30 – 40 cm sampai dengan 100 – 160 cm dan

tinggi sarang 100 cm. A. dorsata kuat dan agresif; manusia atau

hewan yang mendekat di sekitar sarangnya sering diserang. Lebah ini

memiliki komunikasi tanda bahaya yang lebih efektif dari spesies

lebah lainnya (Sihombing, 1997).

b. Penyarian

1) Pengertian

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan

yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari,

mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak dapat larut

seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain (Anonim, 1986).

2) Simplisia

Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari kata

simple, berarti satu atau sederhana (Gunawan, 2004). Simplisia adalah

bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami

pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang

telah dikeringkan. Simplisia dibedakan 3 macam, pertama simplisia

nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan

7

Page 8: Perbaikan Pak Jef

atau eksudat tumbuhan. Kedua, simplisia hewani adalah simplisia berupa

hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan

oleh hewan atau belum berupa zat-zat kimia murni. Ketiga, simplisia

pelikan (mineral) yang belum diolah dengan cara-cara sederhana dan

belum berupa zat kimia murni (anonim, 1977).

3) Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh

cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi

serbuk (Anonim, 1979). Pada ekstrak tumbuhan jika bahan

pengekstaraksinya sebagian atau seluruhnya diuapkan, maka diperoleh

ekstrak yang dikelompokkan menurut sifat-sifatnya menjadi ekstrak

encer (extractum tenue), ekstrak kental (extractum spissum), ekstrak

kering (extractum siccum), ekstrak cair (extractum fluidum) (Voigt,

1994).

4) Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan

penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel,

maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang

8

Page 9: Perbaikan Pak Jef

sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan

di dalam sel. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang

mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak

mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak

mengandung benzoin, sitrak dan lain-lain. Maserasi pada umunya

dilakukan dengan cara: 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang

cocok dimasukan ke dalam bejana, kemudian dituang dengan 75 bagian

cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari

cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas

diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan

deserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana

ditutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari.

Kemudian endapan dipisahkan (Anonim, 1986).

5) Cairan penyari

Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor.

Penyarian di farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan

penyari adalah air, etanol. Etanol-air atau eter. Air memiliki keuntungan

yakni lebih murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak mudah menguap

dan tidak mudah terbakar, tidak beracun dan alamiah. Keburukannya

adalah air merupakan tempat tumbuh bagi kuman, kapang dan khamir.

Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif. Kapang

dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20 % ke atas, tidak beracun, netral,

9

Page 10: Perbaikan Pak Jef

absorpsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala

perbandingan, panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit

(Anonim, 1986).

6) Menguapkan cairan pengekstraksi

Untuk menguapkan digunakan alat-alat dengan sebuah wadah

penyulingan dibawah tekanan hampa pada suatu penangas air paling

tinggi 50°C yang memiliki dasar rata sehingga ekstrak yang akan

dikentalkan mudah diambil (Voigt, 1994). Pada penguapan rotasi-hampa

udara suatu film halus dari cairan yang diuapkan terbentuk melalui

putaran labu dalam sebuah pemanasan pada dinding labu. Melalui

pembesaran permukaan penguapan maka penguapan berlangsung lebih

singkat. Melalui pengaturan dalamnya pencelupan ke dalam penangas

air, suhu penangas, hampa udara dan suhu pendingin maka kondisi

optimal setiap saat terpenuhi (Voigt, 1994).

c. Luka Bakar

1) Pengertian

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau tak

langsung dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia

dan radiasi (Nugroho, 2012).

2) Penyebab luka bakar

Penyebab luka bakar dapat digolongkan dalam beberapa jenis yakni

flame (Kobaran api di tubuh), flash (Jilatan api ke tubuh), scald (Terkena

10

Page 11: Perbaikan Pak Jef

air panas), kontak panas (Tersentuh benda panas), akibat sengatan listrik,

akibat bahan kimia, sun burn (Sengatan matahari) (Nugroho, 2012).

3) Derajat luka bakar

Derajat dan besarnya kerusakan akibat panas ini tergantung kepada

besarnya suhu dan lama kontak. Secara umum derajat luka bakar dapat

dibagi menjadi 3 stadium:

1) Luka bakar derajat I

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superfecial), kulit kering,

hiperemik berupa eritem. Tidak dijumpai bulae, Nyeri karena ujung-

ujung saraf sensorik teriritasi, Penyembuhan terjadi secara spontan

dalam waktu 5-10 hari.

2) Luka bakar derajat II

Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi

inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai bulae, nyeri karena

ujung-ujung saraf sensorik teriritasi, dasar luka berwarna merah atau

pucat, sering terletak lebih tinggi di atas kulit normal. Luka bakar

derajat II dibedakan atas 2 yakni derajat II dangkal meliputi

kerusakan mengenai superficial dari dermis, penyembuhan terjadi

secara spontan dalam waktu 10-14 hari dan derajat II dalam meliputi

kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis, penyembuhan

terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

11

Page 12: Perbaikan Pak Jef

3) Luka bakar derajat III

Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih

dalam, organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,

kelenjar sebasea mengalami kerusakan, tidak dijumpai bulae, kulit

yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, karena kering, letaknya

lebih rendah dibandingkan kulit, terjadi koagulasi protein seperti

epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar. Penyembuhan

terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar

luka.

(Yefta, 2001)

4) Penyembuhan luka bakar

Proses penyembuhan luka bakar terbagi dalam tiga fase:

1) Fase inflamasi

Fase yang berentang dari saat terjadinya luka bakar sampai 3 – 4 hari

pasca luka bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan vaskuler dan

proliferasi seluler. Daerah luka mengalami agregasi trombosit dan

mengeluarkan serotonin mulai timbul epitelisasi Fase yang dimulai

pada hari ke 4-20 pasca luka bakar.

2) Fase Fibroblastik

Pada fase ini timbul sebukan fibroblast yang membentuk kolagen

yang tampak secara klinis sebagai jaringan granulasi yang berwarna

kemerahan.

12

Page 13: Perbaikan Pak Jef

3) Fase Maturasi

Terjadi proses pematangan kolagen. Penurunan aktivitas selular dan

vaskular, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1 tahun dan

berakhir dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat,

tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.

(http://etd.eprints.ums.ac.id/15166/3/bab_1.pdf)

d. Kelinci

1) Karakteristik kelinci

Kelinci jarang sekali bersuara, hanya dalam keadaan nyeri luar biasa ia

bersuara. Kelinci pada umumnya cenderung untuk berontak apabila

keamanannya terganggu. Suhu rektal pada kelincisehat adalah antara

38,5-40° C, pada umumnya 39,5° C. Suhu rektal ini berubah apabila

hewan tersebut tereksitasi, ataupun karena gangguan lingkungan. Laju

respirasi kelinci dewasa normal adalah 38-65 per menit,

2) Cara memperlakukan Kelinci

Kelinci harus diperlakukan dengan halus namun sigap, karena ia

cenderung untuk berontak. Memperlakukan kelinci jangan dengan

mengangkat pada telinganya. Untuk menangkapnya, pada leher kelinci

dipegang dengan tangan kiri, pantatnya diangkat dengan tangan kanan

kemudian didekapkan ke dekat tubuh.

(http://www.scribd.com/doc/55081717/Hewan-Uji-Dalam-Eksperimen-

Farmakologi)

13

Page 14: Perbaikan Pak Jef

3) Anestesi

Senyawa anestetika yang digunakan pada penelitian ini adalah etil

klorida. Etil klorida merupakan anestesi topikal secara aerosol dengan

cara membekukan kulit. Ketika digunakan secara topikal pada kulit, etil

klorida membentuk efek pendinginan pada permukaan kulit dengan cara

menguap secara cepat. Dingin yang diciptakan oleh semprotan tersebut

mengganggu kemampuan tubuh untuk merasakan sakit.

(http://andreasjosef.files.wordpress.com/2009/12/ethyl-chloride1.pptx)

7. Metode penelitian

a. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni (Sudrajat dkk, 2005).

b. Lokasi dan waktu penelitian

1) Lokasi penelitian adalah di laboratorium Farmakologi jurusan Farmasi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.

2) Waktu penelitian adalah pada bulan Juni – Juli tahun 2012

c. Variable penelitian

1) Variabel bebas : Konsentrasi propolis

2) Variabel terikat : Kecepatan penyembuhan luka bakar

3) Variabel pengganggu : Jenis lebah, cara panen, penyimpanan propoilis,

ekosistem lebah penghasil propolis, kondisi fisik

dan psikis kelinci.

14

Page 15: Perbaikan Pak Jef

Bagan 1. Hubungan antar variabel

Keterangan :

Variabel yang di teliti

Variabel yang tidak diteliti

d. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitan ini adalah kelinci New Zealand berjumlah 15 ekor,

berjenis kelamin jantan dengan umur 2 – 3 bulan.

e. Defenisi operasional

1) Propolis adalah ekstrak yang diperoleh dengan cara mengekstraksi sarang

lebah (raw propolis) A. dorsata asal desa Oelpuah kabupaten Kupang

Tengah menggunakan etanol 70% dengan metode meserasi.

2) Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh alat penginduksi panas

(logam, diameter 2 cm) yang dipijarkan di atas api bebas selama 5 menit

dan ditempelkan pada punggung kelinci selama 3 detik sehingga

mengakibatkan luka bakar derajat dua dangkal.

15

Variabel Bebas

Konsentrasi Propolis

Variabel Terikat

Kecepatan Penyembuhan Luka

Variabel Pengganggu

Jenis lebah, cara panen, penyimpanan propoilis, ekosistem lebah penghasil propolis, kondisi fisik dan psikis kelinci.

Page 16: Perbaikan Pak Jef

3) Hewan uji adalah hewan yang digunakan dalam penelitian dalam hal ini

kelinci New Zealand jantan dengan umur 2 – 3 bulan.

4) Penyembuhan luka bakar adalah proses penyembuhan luka bakar yang

ditandai dengan tertutupnya luka bakar oleh jaringan epitetel dimana pada

pengamatan diameter luka bakar menjadi 0

f. Alat dan bahan

1) Alat

a) Alat penginduksi panas (logam, diameter 2 cm)

b) Neraca kasar

c) Neraca analitik (Murakami model US-80)

d) Bunsen

e) Rotavapor (Eyela N-1000)

f) Jangka sorong (Vernier Calipers)

g) Erlenmeyer 1000 ml (Iwaki-Pyrex)

h) Orbital shaker SO1 (Stuart Scientific)

2) Bahan

a) Raw propolis yaitu sarang lebah Apis dorsata yang telah diambil

madunya asal desa Oelpuah kabupaten Kupang Tengah

b) Propolis X

c) Etanol 70%

d) Akuades

e) Etil klorida

16

Page 17: Perbaikan Pak Jef

g. Skrining fitokima serbuk simplisia

1) Flavonoida

Tabel 3. Uji Kualitatif Golongan Flavonoid

Pereaksi Golongan flavonoid Warna hasil reaksiCH3COONa Antosianidin MerahFeCl3 Antosianidin BiruNa2CO3 Antosianidin Ungu, biru, atau hijau

CH3COOPbKalkon JinggaAuron MerahFlavon Jingga hingga krem

NaOH 0.1 NKalkon dan auron Merah hingga unguFlavonol dan flavon Kuning

H2SO4 pekatFlavonol dan flavon KuningFlavonol Jingga hingga kremKalkon Merah

(sumber Harbone,1987)

2) Arginin

Menggunakan reaksi sukaguchi dimana pereaksi yang digunakan adalah

naftol dan natriumhipobromit. Pada dasarnya reaksi ini memberikan hasil

positif apabila ada gugus guanidine. Jadi arginin atau protein yang

mengandung arginin dapat menghasilkan warna merah

(http://www.scribd.com/agi_i5/d/22835054-Reaksi-Analisa)

h. Prosedur peneltian

1) Ekstrak propolis

Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan pelarut etanol 70%.

Sebanyak kurang lebih 200 gram propolis yang diperoleh dari sarang

lebah A. dorsata direndam dengan 650 ml etanol 70%, ditutup lalu

17

Page 18: Perbaikan Pak Jef

disimpan di ruang gelap dan dikocok berulang selama satu minggu.

Setelah itu, filtrate diambil dan residu dimaserasi kembali dengan 50 ml

etanol. Selanjutnya filtrate diambil setiap hari selama satu minggu.

Setelah tujuh hari, atau setelah dihasilkan warna jernih, maserasi diakhiri.

Setelah filtrat ekstrak propolis diperoleh, dilakukan pemekatan dengan

menggunakan rotavapor pada suhu ± 40° C. Ekstrak pekat ini ditimbang

untuk mendapatkan nilai rendemennya.

(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/43320/Bab

%20III.Metode%20Penelitian%202009drn.pdf)

2) Prosedur kerja

a) Cukur rambut pada punggung kelinci

b) Anestesi kelinci menggunakan etil klorida yang diseprotkan pada

kulit punggung kelinci.

c) Buat luka bakar pada punggung kelinci menggunakan penginduksi

panas (logam, diameter 2 cm) yang dipanaskan pada api bebas selama

5 menit yang kemudian ditempelkan pada punggung kelinci selama 3

detik.

d) Olesi masing-masing luka bakar dengan control positif, control

negative dan bahan uji. Lakukan pengolesan tiap hari 1 kali sehari

selama 20 hari pengujian.

18

Page 19: Perbaikan Pak Jef

e) Amati efek penyembuhan luka bakar setiap hari, sampai luka bakar

sembuh (diameter nol), catat hasil pengamatan.

(Ningsih dkk, 2006)

i. Analisis data

1) Analisis data dengan anava one away dan uji SNK (Sudrajat dkk, 2005)

2) Perhitungan prosentase penyembuhan dilakukan dengan rumus:

Px=d 12−dx2

d 12 x 100%

Keterangan:

Px = prosentase penyembuhan hari ke-x

d1 = diameter luka hari pertama

dx = diameter luka hari ke-x

(Ningsih dkk, 2006)

j. Jadwal penelitian

No Kegiatan Waktu

1 Pencarian masalah penelitian Januari – Maret 20122 Pengusulan judul penelitian April 20123 Survei alat dan bahan April 20124 Penyusunan proposal Mei 20125 Survei sampel Mei 20126 Seminar proposal 6 Juni – 13 Juni 20127 Pelaksanaan penelitian, penyusunan

KTI dan ujian KTI14 Juni – 30 Juli 2012

19

Page 20: Perbaikan Pak Jef

k. Rincian biaya

No Jenis Pengeluaran Jumlah

1 Raw propolis Rp. 200.000,-2 Etanol 70% Rp. 100.000,-3 Propolis x Rp. 100.000,-4 Kelinci New Zealand 15 ekor Rp. 500.000,-5 Penyusunan proposal dan KTI Rp. 100.000,-5 Transportasi Rp. 100.000,-

Total + 10 % biaya tak terduga Rp. 1.110.000,-

20

Page 21: Perbaikan Pak Jef

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1977. Materia Madika Indonesia Jilid I. Jakarta: Depkes RI

……….. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI.

……….. 1986. Sediaan Galenika. Jakarta: Depkes RI.

Etil Klorida, http://andreasjosef.files.wordpress.com/2009/12/ethyl-chloride1.pptx (06 juni 2012)

Gunawan, Didik dan Mulyani, Sri. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya.

Khasiat Propolis Untuk penyembuhan Luka bakar, http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/viewFile/2571/1161 (14 mei 2012)

Moenadjat, Yefta. 2001. Luka Bakar Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Mohani dkk. 2011. Keajaiban Propolis Trigona. Jakarta: Pustaka Bunda.

Ningsih, Dian Riana. 2009. Potensi Propolis Trigona Spp Pandeglang Sebagai Pemacu Pertumbuhan Pada Sapi Peranakan Ongole. Bogor: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/43320 (14 mei 2012)

Ningsih, Dwi dan Pamuji, Gunawan. 2006. Petunjuk Praktikum Farmakologi. Surakarta: Universitas Setia Budi

Nugroho, Taufan. 2012. Mengungkap Tentang Luka Bakar & Artristis Reumatoid. Yogyakarta: Nuh Medika.

Pujilestari, Rini. 2007. Efek Penyembuhan Luka Bakar Krim Ekstrak Etanolik Daun Nanas (Ananas Comosus Merr) Pada Kulit Punggung Kelinci Jantan New Zealand. Surakarta: http://etd.eprints.ums.ac.id/15166/3/bab_1.pdf (14 Mei 2012).

Reaksi Analisa Protein, http://www.scribd.com/agi_i5/d/22835054-Reaksi-Analisa (02 Juni 2012)

21

Page 22: Perbaikan Pak Jef

Santoso, Teguh. 2010. Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Luka Bakar Antara Olesan Propolis 5% Dan Teh Hijau Konsentrasi 6,4gr% Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus). Yogyakarta: http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/viewFile/2571/1161 (14 mei 2012).

Sihombing. 1997. Ilmu Ternak Madu. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Singagerda, Linda Kirana. 2008/2009. Metode Farmakologi Dan Toksikologi; Hewan Uji dalam Eksperimen Farmakologi. Bandung: http://www.scribd.com/doc/55081717/Hewan-Uji-Dalam-Eksperimen-Farmakologi (03 juni 2012)

Sudrajat dan Subana, M. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Penerbit Pustaka Setia bandung.

Suranto, Adji. 2010. Dahsyatnya Propolis Untuk Menggempur Penyakit. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Voigt, Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

22

Page 23: Perbaikan Pak Jef

LAMPIRAN SKEMA KERJA

1. Pembuatan ekstrak propolis

23

Sarang lebah A. dorsata

Meserasi dengan pelarut etanol 70%

Penyaringan

Filtrat

Evaporasi

Ekstrak pekat Propolis

Diulang 14 kali

Residu

Page 24: Perbaikan Pak Jef

2. Skema prosedur kerja

24

Cukur rambut pada punggung kelinci

Buat luka bakar dengan alat penginduksi paanas. Ukur diameter luka bakar

Oles luka bakar masing-masing dengan control (+), control (-) dan bahan obat uji tiap hari 1 kali sehari sampai luka bakar sembuh.

(diameter luka 0, bila luka sudah tertutup jaringan baru)

Amati penyembuhan luka bakar dengan mengukur diameter luka bakar tiap hari

Penentuan waktu penyembuhan luka bakar pada punggung kelinci

Anestesi kelinci menggunakan etil klorida yang disemprotkan pada kulit punggung kelinci