Perbaikan Pak Jef
-
Upload
kapten-jenggot -
Category
Documents
-
view
37 -
download
0
description
Transcript of Perbaikan Pak Jef
1. Latar Belakang
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja
baik di rumah, tempat kerja bahkan di jalan atau tempat-tempat lain. Penyebab
luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga paparan suhu
tinggi dari matahari, listrik ataupun bahan kimia (Nugroho, 2012).
Penderita luka bakar memerlukan perawatan secara khusus karena luka
bakar berbeda dengan luka tubuh lain (seperti luka tusuk). Hal ini disebabkan
karena pada luka bakar sering terdapat keadaan seperti ditempati kuman dengan
patogenesis tinggi, terdapat banyak jaringan mati, mengeluarkan banyak air dan
serum, terbuka untuk waktu yang lama, serta memerlukan jaringan untuk
menutup (http://etd.eprints.ums.ac.id/15166/3/bab_1.pdf).
Berat ringannya suatu luka bakar tergantung pada keadaan jaringan yang
terbakar serta intensitas trauma panas. Kulit yang tebal, berpigmen banyak dan
banyak mempunyai kelenjer sebasea akan lebih tahan terhadap trauma panas
dibanding dengan kulit yang tipis dan kering (Nugroho, 2012).
Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain mencegah infeksi
dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berpoliferasi dan menutup
permukaan luka. Selain itu juga diperlukan senyawa yang memacu pembentukan
kolagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka.
Salah satu produk dari lebah yang digunakan masyarakat sejak jaman
dahulu untuk menyembuhkan luka termasuk luka bakar adalah propolis. Propolis
mengandung arginin dan asam ferulat dimana kedua senyawa ini memacu
1
pembentukan kolagen. Selain itu juga pada kandungan propolis terdapat
flavonoid dan senyawa lain yang bisa mencegah serangan bakteri, virus dan
jamur dari bagian luka bakar yang rentan terhadap infeksi (Mahani dkk, 2011).
Beberapa pengujian secara ilmiah mengenai khasiat dari propolis untuk
penyembuhan luka pernah dilaporkan diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
teguh santoso dengan judul Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Luka Bakar
Antara Olesan Propolis Asal Yogyakarta 5% Dan Teh Hijau Konsentrasi 6,4gr%
Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) yang menyimpulkan bahwa propolis 5%
paling berpengaruh pada persentase kesembuhan luka bakar dibandingkan
dengan Teh Hijau Konsentrasi 6,4gr%.
Berdasarkan uraian di atas maka penggunaan propolis sebagai obat
penyembuh luka bakar memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan di
NTT baik dari segi pembudidayaan lebah penghasil propolis maupun produksi
propolis itu sendiri. Selain itu penulis juga tertarik untuk membuat suatu
penilitian yang berbeda dimana penulis akan menggunakan propolis yang berasal
dari NTT dan dilakuakan variasi konsentrasi dalam kaitanya untuk penyembuhan
luka bakar. Hal inilah yang mendorong penulis melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Propolis Terhadap Efek Penyembuhan
Luka Bakar Pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand”.
2. Rumusan Masalah
Apakah propolis mempunyai efek penyembuhan luka bakar pada kulit
punggung kelinci New Zealand?
2
3. Hipotesis
Ekstrak propolis mempunyai efek penyembuhan luka bakar pada kulit punggung
kelinci New Zealand.
4. Tujuan Penelitian
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui ada tidaknya efek penyembuhan luka bakar pada ekstrak
propolis.
b. Tujuan khusus
Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak propolis yang efektif menyembuhkan
luka bakar.
5. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di Jurusan Farmasi Kupang dan
menambah pengetahuan peneliti di bidang Farmakologi.
b. Bagi institusi
Menambah bahan pustaka bagi jurusan Farmasi dan sebagai bahan referensi
bagi peneliti selanjutnya.
c. Bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai efek penyembuhan
luka bakar ekstrak propolis dan konsentrasi propolis yang efektif untuk
penyembuhan luka bakar.
3
6. Tinjauan Pustaka
a. Propolis
1) Pengertian
Propolis berasal dari bahasa yunani yakni pro yang artinya di depan dan
polis yang artinya kota. Istilah ini diberikan untuk menggambarkan
kegunaan propolis sebagai zat pelindung di pintu masuk sarang lebah
madu baik terhadap invasi serangga lain maupun terhadap cuaca
(Suranto, 2010). Propolis adalah sejenis resin yang dikumpulkan lebah
dari berbagai tumbuhan, kemudian dicampur dengan saliva dan berbagai
enzim dalam lebah sehingga menghasilkan resin baru yang berbeda
dengan resin asalnya dan digunakan untuk membangun sarang
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/43320/Bab
%20II.Tinjauan%20Pustaka%20%202009drn.pdf).
2) Komposisi propolis dan khasiat
Propolis mengandung senyawa yang begitu kompleks. Jumlah
senyawanya yang begitu kompleks menunjukan bermacam-macam efek
biologis dan aktifitas farmakologis. Saat ini diketahui lebih dari 180
senyawa yang terkandung dalam propolis. Unsur aktif yang penting
dalam farmakologi dan aktifitas biologis adalah flavonid (flavon,
flavonol, flavonon), senyawa fenolat serta senyawa aromatik (Mahani
dkk, 2011).
4
Selain itu propolis juga mengandung asam ferulat agglutinating, zat yang
dapat mempercepat proses pembekuan darah pada luka dan mengandung
arginin dimana zat ini dapat memperlancar sirkulasi, metabolisme dan
pernafasan sel dan mempercepat penyembuhan luka bakar.
(http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/viewFile/2571/1161)
Tabel 1. Komposisi Kimia Propolis
Kelas Komponen Jumlah Grup KomponenResin 45 – 55 % Flavonoid, asam fenolat dan esternyaLilin dan asam lemak
25 – 35 %Sebagian besar dari lilin lebah dan beberapa dari tanaman
Minyak esensial 10 % Senyawa volatile
Protein 5 %Protein kemungkinan berasal dari polen dan amino bebas
Senyawa organik lain dan mineral
5 %
14 macam mineral yang paling terkenal adalah Fe dan Zn. Sisanya seperti Au, Ag, Cs, Hg, La dan Sb. Senyawa organik lain seperti keton, asam benzoate dan esternya, gula serta vitamin (B3)
Sumber : krell (1996)
3) Apis Dorsata
1) Taksonomi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Klas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Subordo : Apocrita
5
Superfamili : Apoidea
Famili : Apidae
Subfamily : Apinae
Tribe : Apini
Genus : Apis
Species : A. dorsata
2) Nama lain
Ada pelbagai sebutan bagi lebah di Indonesia ini, yakni tawon gong
(Jawa), tawon odeng (Sunda), lebah gadang, lebah gantuang, lebah
kabau, lebah jawi (Sumatera barat), harinuan (Tapanuli), wani (kab.
Manggarai) sedangkan dalam bahasa inggris disebut giant honey bee
(Sihombing, 1997).
3) Ekologi dan penyebaran
Spesiaes ini berkembang hanya di kawasan sub-tropis dan tropis Asia
seperti Indonesia, Philippina dan pulau-pulau lainnya dan tidak
terdapat di luar Asia. Sejak jaman purba, madu lebah inilah yang
diburuh oleh penduduk dan diperdagangkan sebagai madu hutan dan
terkenal di kawasan Asia. Jenis lebah madu yang banyak diambil
madunya di alam Indonesia yakni Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Irian, pulau-pulau di NTB maupun NTT adalah Apis dorsata. Di
pulau Jawa lebah ini sudah jarang ditemukan (Sihombing, 1997).
6
4) Morfologi
Sarang A. dorsata dibuat hanya satu sisiran yang menggantung di
cabang pohon, tebing batu-batuan atau celah-celah bangunan. Ukuran
sarang bervariasi sesuai tahap perkembangan koloni dan musim
dengan ukuran panjang 30 – 40 cm sampai dengan 100 – 160 cm dan
tinggi sarang 100 cm. A. dorsata kuat dan agresif; manusia atau
hewan yang mendekat di sekitar sarangnya sering diserang. Lebah ini
memiliki komunikasi tanda bahaya yang lebih efektif dari spesies
lebah lainnya (Sihombing, 1997).
b. Penyarian
1) Pengertian
Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan
yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari,
mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak dapat larut
seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain (Anonim, 1986).
2) Simplisia
Simplisia adalah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari kata
simple, berarti satu atau sederhana (Gunawan, 2004). Simplisia adalah
bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia dibedakan 3 macam, pertama simplisia
nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan
7
atau eksudat tumbuhan. Kedua, simplisia hewani adalah simplisia berupa
hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan
oleh hewan atau belum berupa zat-zat kimia murni. Ketiga, simplisia
pelikan (mineral) yang belum diolah dengan cara-cara sederhana dan
belum berupa zat kimia murni (anonim, 1977).
3) Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh
cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi
serbuk (Anonim, 1979). Pada ekstrak tumbuhan jika bahan
pengekstaraksinya sebagian atau seluruhnya diuapkan, maka diperoleh
ekstrak yang dikelompokkan menurut sifat-sifatnya menjadi ekstrak
encer (extractum tenue), ekstrak kental (extractum spissum), ekstrak
kering (extractum siccum), ekstrak cair (extractum fluidum) (Voigt,
1994).
4) Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan
penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel,
maka larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang
8
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan
di dalam sel. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang
mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak
mengandung benzoin, sitrak dan lain-lain. Maserasi pada umunya
dilakukan dengan cara: 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang
cocok dimasukan ke dalam bejana, kemudian dituang dengan 75 bagian
cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari
cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas
diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan
deserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana
ditutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari.
Kemudian endapan dipisahkan (Anonim, 1986).
5) Cairan penyari
Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor.
Penyarian di farmakope Indonesia menetapkan bahwa sebagai cairan
penyari adalah air, etanol. Etanol-air atau eter. Air memiliki keuntungan
yakni lebih murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak mudah menguap
dan tidak mudah terbakar, tidak beracun dan alamiah. Keburukannya
adalah air merupakan tempat tumbuh bagi kuman, kapang dan khamir.
Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif. Kapang
dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20 % ke atas, tidak beracun, netral,
9
absorpsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air pada segala
perbandingan, panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit
(Anonim, 1986).
6) Menguapkan cairan pengekstraksi
Untuk menguapkan digunakan alat-alat dengan sebuah wadah
penyulingan dibawah tekanan hampa pada suatu penangas air paling
tinggi 50°C yang memiliki dasar rata sehingga ekstrak yang akan
dikentalkan mudah diambil (Voigt, 1994). Pada penguapan rotasi-hampa
udara suatu film halus dari cairan yang diuapkan terbentuk melalui
putaran labu dalam sebuah pemanasan pada dinding labu. Melalui
pembesaran permukaan penguapan maka penguapan berlangsung lebih
singkat. Melalui pengaturan dalamnya pencelupan ke dalam penangas
air, suhu penangas, hampa udara dan suhu pendingin maka kondisi
optimal setiap saat terpenuhi (Voigt, 1994).
c. Luka Bakar
1) Pengertian
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau tak
langsung dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia
dan radiasi (Nugroho, 2012).
2) Penyebab luka bakar
Penyebab luka bakar dapat digolongkan dalam beberapa jenis yakni
flame (Kobaran api di tubuh), flash (Jilatan api ke tubuh), scald (Terkena
10
air panas), kontak panas (Tersentuh benda panas), akibat sengatan listrik,
akibat bahan kimia, sun burn (Sengatan matahari) (Nugroho, 2012).
3) Derajat luka bakar
Derajat dan besarnya kerusakan akibat panas ini tergantung kepada
besarnya suhu dan lama kontak. Secara umum derajat luka bakar dapat
dibagi menjadi 3 stadium:
1) Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superfecial), kulit kering,
hiperemik berupa eritem. Tidak dijumpai bulae, Nyeri karena ujung-
ujung saraf sensorik teriritasi, Penyembuhan terjadi secara spontan
dalam waktu 5-10 hari.
2) Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai bulae, nyeri karena
ujung-ujung saraf sensorik teriritasi, dasar luka berwarna merah atau
pucat, sering terletak lebih tinggi di atas kulit normal. Luka bakar
derajat II dibedakan atas 2 yakni derajat II dangkal meliputi
kerusakan mengenai superficial dari dermis, penyembuhan terjadi
secara spontan dalam waktu 10-14 hari dan derajat II dalam meliputi
kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis, penyembuhan
terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
11
3) Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih
dalam, organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea mengalami kerusakan, tidak dijumpai bulae, kulit
yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, karena kering, letaknya
lebih rendah dibandingkan kulit, terjadi koagulasi protein seperti
epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar. Penyembuhan
terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar
luka.
(Yefta, 2001)
4) Penyembuhan luka bakar
Proses penyembuhan luka bakar terbagi dalam tiga fase:
1) Fase inflamasi
Fase yang berentang dari saat terjadinya luka bakar sampai 3 – 4 hari
pasca luka bakar. Dalam fase ini terjadi perubahan vaskuler dan
proliferasi seluler. Daerah luka mengalami agregasi trombosit dan
mengeluarkan serotonin mulai timbul epitelisasi Fase yang dimulai
pada hari ke 4-20 pasca luka bakar.
2) Fase Fibroblastik
Pada fase ini timbul sebukan fibroblast yang membentuk kolagen
yang tampak secara klinis sebagai jaringan granulasi yang berwarna
kemerahan.
12
3) Fase Maturasi
Terjadi proses pematangan kolagen. Penurunan aktivitas selular dan
vaskular, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1 tahun dan
berakhir dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat,
tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.
(http://etd.eprints.ums.ac.id/15166/3/bab_1.pdf)
d. Kelinci
1) Karakteristik kelinci
Kelinci jarang sekali bersuara, hanya dalam keadaan nyeri luar biasa ia
bersuara. Kelinci pada umumnya cenderung untuk berontak apabila
keamanannya terganggu. Suhu rektal pada kelincisehat adalah antara
38,5-40° C, pada umumnya 39,5° C. Suhu rektal ini berubah apabila
hewan tersebut tereksitasi, ataupun karena gangguan lingkungan. Laju
respirasi kelinci dewasa normal adalah 38-65 per menit,
2) Cara memperlakukan Kelinci
Kelinci harus diperlakukan dengan halus namun sigap, karena ia
cenderung untuk berontak. Memperlakukan kelinci jangan dengan
mengangkat pada telinganya. Untuk menangkapnya, pada leher kelinci
dipegang dengan tangan kiri, pantatnya diangkat dengan tangan kanan
kemudian didekapkan ke dekat tubuh.
(http://www.scribd.com/doc/55081717/Hewan-Uji-Dalam-Eksperimen-
Farmakologi)
13
3) Anestesi
Senyawa anestetika yang digunakan pada penelitian ini adalah etil
klorida. Etil klorida merupakan anestesi topikal secara aerosol dengan
cara membekukan kulit. Ketika digunakan secara topikal pada kulit, etil
klorida membentuk efek pendinginan pada permukaan kulit dengan cara
menguap secara cepat. Dingin yang diciptakan oleh semprotan tersebut
mengganggu kemampuan tubuh untuk merasakan sakit.
(http://andreasjosef.files.wordpress.com/2009/12/ethyl-chloride1.pptx)
7. Metode penelitian
a. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni (Sudrajat dkk, 2005).
b. Lokasi dan waktu penelitian
1) Lokasi penelitian adalah di laboratorium Farmakologi jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.
2) Waktu penelitian adalah pada bulan Juni – Juli tahun 2012
c. Variable penelitian
1) Variabel bebas : Konsentrasi propolis
2) Variabel terikat : Kecepatan penyembuhan luka bakar
3) Variabel pengganggu : Jenis lebah, cara panen, penyimpanan propoilis,
ekosistem lebah penghasil propolis, kondisi fisik
dan psikis kelinci.
14
Bagan 1. Hubungan antar variabel
Keterangan :
Variabel yang di teliti
Variabel yang tidak diteliti
d. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitan ini adalah kelinci New Zealand berjumlah 15 ekor,
berjenis kelamin jantan dengan umur 2 – 3 bulan.
e. Defenisi operasional
1) Propolis adalah ekstrak yang diperoleh dengan cara mengekstraksi sarang
lebah (raw propolis) A. dorsata asal desa Oelpuah kabupaten Kupang
Tengah menggunakan etanol 70% dengan metode meserasi.
2) Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh alat penginduksi panas
(logam, diameter 2 cm) yang dipijarkan di atas api bebas selama 5 menit
dan ditempelkan pada punggung kelinci selama 3 detik sehingga
mengakibatkan luka bakar derajat dua dangkal.
15
Variabel Bebas
Konsentrasi Propolis
Variabel Terikat
Kecepatan Penyembuhan Luka
Variabel Pengganggu
Jenis lebah, cara panen, penyimpanan propoilis, ekosistem lebah penghasil propolis, kondisi fisik dan psikis kelinci.
3) Hewan uji adalah hewan yang digunakan dalam penelitian dalam hal ini
kelinci New Zealand jantan dengan umur 2 – 3 bulan.
4) Penyembuhan luka bakar adalah proses penyembuhan luka bakar yang
ditandai dengan tertutupnya luka bakar oleh jaringan epitetel dimana pada
pengamatan diameter luka bakar menjadi 0
f. Alat dan bahan
1) Alat
a) Alat penginduksi panas (logam, diameter 2 cm)
b) Neraca kasar
c) Neraca analitik (Murakami model US-80)
d) Bunsen
e) Rotavapor (Eyela N-1000)
f) Jangka sorong (Vernier Calipers)
g) Erlenmeyer 1000 ml (Iwaki-Pyrex)
h) Orbital shaker SO1 (Stuart Scientific)
2) Bahan
a) Raw propolis yaitu sarang lebah Apis dorsata yang telah diambil
madunya asal desa Oelpuah kabupaten Kupang Tengah
b) Propolis X
c) Etanol 70%
d) Akuades
e) Etil klorida
16
g. Skrining fitokima serbuk simplisia
1) Flavonoida
Tabel 3. Uji Kualitatif Golongan Flavonoid
Pereaksi Golongan flavonoid Warna hasil reaksiCH3COONa Antosianidin MerahFeCl3 Antosianidin BiruNa2CO3 Antosianidin Ungu, biru, atau hijau
CH3COOPbKalkon JinggaAuron MerahFlavon Jingga hingga krem
NaOH 0.1 NKalkon dan auron Merah hingga unguFlavonol dan flavon Kuning
H2SO4 pekatFlavonol dan flavon KuningFlavonol Jingga hingga kremKalkon Merah
(sumber Harbone,1987)
2) Arginin
Menggunakan reaksi sukaguchi dimana pereaksi yang digunakan adalah
naftol dan natriumhipobromit. Pada dasarnya reaksi ini memberikan hasil
positif apabila ada gugus guanidine. Jadi arginin atau protein yang
mengandung arginin dapat menghasilkan warna merah
(http://www.scribd.com/agi_i5/d/22835054-Reaksi-Analisa)
h. Prosedur peneltian
1) Ekstrak propolis
Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan pelarut etanol 70%.
Sebanyak kurang lebih 200 gram propolis yang diperoleh dari sarang
lebah A. dorsata direndam dengan 650 ml etanol 70%, ditutup lalu
17
disimpan di ruang gelap dan dikocok berulang selama satu minggu.
Setelah itu, filtrate diambil dan residu dimaserasi kembali dengan 50 ml
etanol. Selanjutnya filtrate diambil setiap hari selama satu minggu.
Setelah tujuh hari, atau setelah dihasilkan warna jernih, maserasi diakhiri.
Setelah filtrat ekstrak propolis diperoleh, dilakukan pemekatan dengan
menggunakan rotavapor pada suhu ± 40° C. Ekstrak pekat ini ditimbang
untuk mendapatkan nilai rendemennya.
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/43320/Bab
%20III.Metode%20Penelitian%202009drn.pdf)
2) Prosedur kerja
a) Cukur rambut pada punggung kelinci
b) Anestesi kelinci menggunakan etil klorida yang diseprotkan pada
kulit punggung kelinci.
c) Buat luka bakar pada punggung kelinci menggunakan penginduksi
panas (logam, diameter 2 cm) yang dipanaskan pada api bebas selama
5 menit yang kemudian ditempelkan pada punggung kelinci selama 3
detik.
d) Olesi masing-masing luka bakar dengan control positif, control
negative dan bahan uji. Lakukan pengolesan tiap hari 1 kali sehari
selama 20 hari pengujian.
18
e) Amati efek penyembuhan luka bakar setiap hari, sampai luka bakar
sembuh (diameter nol), catat hasil pengamatan.
(Ningsih dkk, 2006)
i. Analisis data
1) Analisis data dengan anava one away dan uji SNK (Sudrajat dkk, 2005)
2) Perhitungan prosentase penyembuhan dilakukan dengan rumus:
Px=d 12−dx2
d 12 x 100%
Keterangan:
Px = prosentase penyembuhan hari ke-x
d1 = diameter luka hari pertama
dx = diameter luka hari ke-x
(Ningsih dkk, 2006)
j. Jadwal penelitian
No Kegiatan Waktu
1 Pencarian masalah penelitian Januari – Maret 20122 Pengusulan judul penelitian April 20123 Survei alat dan bahan April 20124 Penyusunan proposal Mei 20125 Survei sampel Mei 20126 Seminar proposal 6 Juni – 13 Juni 20127 Pelaksanaan penelitian, penyusunan
KTI dan ujian KTI14 Juni – 30 Juli 2012
19
k. Rincian biaya
No Jenis Pengeluaran Jumlah
1 Raw propolis Rp. 200.000,-2 Etanol 70% Rp. 100.000,-3 Propolis x Rp. 100.000,-4 Kelinci New Zealand 15 ekor Rp. 500.000,-5 Penyusunan proposal dan KTI Rp. 100.000,-5 Transportasi Rp. 100.000,-
Total + 10 % biaya tak terduga Rp. 1.110.000,-
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1977. Materia Madika Indonesia Jilid I. Jakarta: Depkes RI
……….. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI.
……….. 1986. Sediaan Galenika. Jakarta: Depkes RI.
Etil Klorida, http://andreasjosef.files.wordpress.com/2009/12/ethyl-chloride1.pptx (06 juni 2012)
Gunawan, Didik dan Mulyani, Sri. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya.
Khasiat Propolis Untuk penyembuhan Luka bakar, http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/viewFile/2571/1161 (14 mei 2012)
Moenadjat, Yefta. 2001. Luka Bakar Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Mohani dkk. 2011. Keajaiban Propolis Trigona. Jakarta: Pustaka Bunda.
Ningsih, Dian Riana. 2009. Potensi Propolis Trigona Spp Pandeglang Sebagai Pemacu Pertumbuhan Pada Sapi Peranakan Ongole. Bogor: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/43320 (14 mei 2012)
Ningsih, Dwi dan Pamuji, Gunawan. 2006. Petunjuk Praktikum Farmakologi. Surakarta: Universitas Setia Budi
Nugroho, Taufan. 2012. Mengungkap Tentang Luka Bakar & Artristis Reumatoid. Yogyakarta: Nuh Medika.
Pujilestari, Rini. 2007. Efek Penyembuhan Luka Bakar Krim Ekstrak Etanolik Daun Nanas (Ananas Comosus Merr) Pada Kulit Punggung Kelinci Jantan New Zealand. Surakarta: http://etd.eprints.ums.ac.id/15166/3/bab_1.pdf (14 Mei 2012).
Reaksi Analisa Protein, http://www.scribd.com/agi_i5/d/22835054-Reaksi-Analisa (02 Juni 2012)
21
Santoso, Teguh. 2010. Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Luka Bakar Antara Olesan Propolis 5% Dan Teh Hijau Konsentrasi 6,4gr% Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus). Yogyakarta: http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/viewFile/2571/1161 (14 mei 2012).
Sihombing. 1997. Ilmu Ternak Madu. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Singagerda, Linda Kirana. 2008/2009. Metode Farmakologi Dan Toksikologi; Hewan Uji dalam Eksperimen Farmakologi. Bandung: http://www.scribd.com/doc/55081717/Hewan-Uji-Dalam-Eksperimen-Farmakologi (03 juni 2012)
Sudrajat dan Subana, M. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Penerbit Pustaka Setia bandung.
Suranto, Adji. 2010. Dahsyatnya Propolis Untuk Menggempur Penyakit. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
Voigt, Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
22
LAMPIRAN SKEMA KERJA
1. Pembuatan ekstrak propolis
23
Sarang lebah A. dorsata
Meserasi dengan pelarut etanol 70%
Penyaringan
Filtrat
Evaporasi
Ekstrak pekat Propolis
Diulang 14 kali
Residu
2. Skema prosedur kerja
24
Cukur rambut pada punggung kelinci
Buat luka bakar dengan alat penginduksi paanas. Ukur diameter luka bakar
Oles luka bakar masing-masing dengan control (+), control (-) dan bahan obat uji tiap hari 1 kali sehari sampai luka bakar sembuh.
(diameter luka 0, bila luka sudah tertutup jaringan baru)
Amati penyembuhan luka bakar dengan mengukur diameter luka bakar tiap hari
Penentuan waktu penyembuhan luka bakar pada punggung kelinci
Anestesi kelinci menggunakan etil klorida yang disemprotkan pada kulit punggung kelinci