Perbaikan manajemen pemeliharaan untuk peningkatan produksi kakap putih di bpbl batam

4
PERBAIKAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI BENIH KAKAP PUTIH DI BPBL BATAM Further information, please contact: ROMI NOVRIADI, S.Pd.Kim, M.Sc PHPI Ahli Balai Perikanan Budidaya Laut Batam Usaha budidaya ikan Kakap putih Lates calcarifer saat ini mulai menjadi salah satu daya tarik karena memiliki harga jual cukup tinggi dan waktu panen yang lebih cepat jika dibandingkan dengan beberapa komoditas ikan laut lainnya. Permintaan pasar tidak hanya terbatas dalam kondisi hidup, namun juga terbuka lebar untuk berbagai hasil pengolahan baik untuk pasar domestik maupun mancanegara, seperti Amerika Serikat dan Australia. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan produksi budidaya seiring dengan meningkatnya permintaan pasar tersebut adalah dengan meningkatkan jumlah produksi benih Kakap putih yang berkualitas. Berbagai ujicoba dan penerapan perbaikan manajemen pemeiharaan untuk peningkatan produksi benih Kakap putih dimaksud telah dilakukan di Balai Perikanan Budidaya Laut Batam, diantaranya adalah dengan menerapkan sistem resirkulasi untuk optimalisasi kualitas air media pemeliharaan, heat shock water treatment dan klorinasi yang terintegrasi dalam satu sistem pengelolaan. Gambar 1. Sistem resirkulasi (kiri) dan aplikasi heat shock water treatment (kanan) sebagai bagian perbaikan manajemen produksi benih Kakap Putih di BPBL Batam

Transcript of Perbaikan manajemen pemeliharaan untuk peningkatan produksi kakap putih di bpbl batam

Page 1: Perbaikan manajemen pemeliharaan untuk peningkatan produksi kakap putih di bpbl batam

PERBAIKAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN

UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI BENIH

KAKAP PUTIH DI BPBL BATAM

Further information, please contact:

ROMI NOVRIADI, S.Pd.Kim, M.Sc

PHPI Ahli Balai Perikanan Budidaya Laut Batam

Usaha budidaya ikan Kakap putih Lates calcarifer saat ini mulai menjadi salah satu daya

tarik karena memiliki harga jual cukup tinggi dan waktu panen yang lebih cepat jika

dibandingkan dengan beberapa komoditas ikan laut lainnya. Permintaan pasar tidak hanya

terbatas dalam kondisi hidup, namun juga terbuka lebar untuk berbagai hasil pengolahan baik

untuk pasar domestik maupun mancanegara, seperti Amerika Serikat dan Australia. Salah satu

cara untuk memenuhi kebutuhan produksi budidaya seiring dengan meningkatnya permintaan

pasar tersebut adalah dengan meningkatkan jumlah produksi benih Kakap putih yang berkualitas.

Berbagai ujicoba dan penerapan perbaikan manajemen pemeiharaan untuk peningkatan

produksi benih Kakap putih dimaksud telah dilakukan di Balai Perikanan Budidaya Laut Batam,

diantaranya adalah dengan menerapkan sistem resirkulasi untuk optimalisasi kualitas air media

pemeliharaan, heat shock water treatment dan klorinasi yang terintegrasi dalam satu sistem

pengelolaan.

Gambar 1. Sistem resirkulasi (kiri) dan aplikasi heat shock water treatment (kanan) sebagai

bagian perbaikan manajemen produksi benih Kakap Putih di BPBL Batam

Page 2: Perbaikan manajemen pemeliharaan untuk peningkatan produksi kakap putih di bpbl batam

Perbaikan manajemen pemeliharaan dimulai dengan sistem sterilisasi untuk media dan

alat pemeliharaan. Sterilisasi media awal pemeliharan dilakukan dengan menggunakan klorin 25

pm selama 12 jam untuk menghasilkan air laut yang steril dan bebas kontaminan. Proses

sterilisasi kemudian dilanjutkan dengan dengan penambahan larutan Natrium thiosulfat

(Na2S2O3) dengan dosis yang sama (25 ppm) untuk menetralisir residu zat klorin yang mungkin

masih tersisa dalam media pemeliharaan. Sebelum digunakan, analisa rutin air bebas klorin

sangat direkomendasikan untuk memastikan bahwa air yang digunakan sepenuhnya telah bebas

dari residu klorin tersebut. Sementara untuk peralatan, sterilisasi dilakukan dengan merendam

seluruh peralatan pada air yang telah diberi larutan klorin dengan dosis 50 ppm selama 6 jam,

kemudian dibilas hingga bersih.

Penebaran larva pada media air yang bebas kontaminan dilakukan dengan kepadatan 10-

20 ekor per liter dan volume air pada masa awal pemeliharaan adalah 8 m3. Selama masa

pemeliharaan, larva diberikan pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami yang digunakan

adalah fitoplankton jenis Nannochloropsis oculata, zooplankton jenis Brachionus plicatilis /

rotifera, dan naupli artemia. Skema pemberian pakan yang dilakukan oleh BPBL Batam untuk

peningkatan produksi Kakap putih tersaji pada gambar berikut:

Pemberian pakan dengan jumlah dan kualitas yang baik akan sangat berpengaruh

terhadap ketahanan dan perkembangan larva. Oleh karena itu, BPBL batam menerapkan strategi

pemberian pakan pada masa awal pemeliharaan dengan menggunakan Nannochloropsis oculata

pada saat larva berumur D2-D15 dengan kepadatan 3-5 x 105 sel/ml. Pemberian Rotifera dilakukan

pada saat larva berada pada fase D3-D20. Jumlah awal Rotifera yang diberikan sebanyak 5-10

indvidu/ml dengan jumlah yang semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur larva.

Pemberian Artemia dapat diberikan pada larva mulai umur D15. Jumlah awal Artemia yang

0 5 15 10 20 25 30

Alga

Rotifera

Naupli Artemia

Pellet

Hari

Page 3: Perbaikan manajemen pemeliharaan untuk peningkatan produksi kakap putih di bpbl batam

diberikan adalah sebanyak 1 indvidu/ml dengan jumlah yang semakin meningkat seiring dengan

pertambahan umur larva. Pakan buatan berupa pelet mulai diperkenalkan ke larva pada umur

D14. Ukuran pakan pelet untuk larva ikan bervariasi mulai dari 200-800 µm disesuaikan dengan

bukaan mulut ikan. Pakan pelet dapat diberikan secara manual yaitu dengan menebarkannya

sedikit demi sedikit dan secara langsung pada media pemeliharaan atau juga dapat dilakukan

dengan menggunakan automatic feeder.

Perbaikan manajemen pemeliharaan larva kemudian dilakukan dengan pengamatan rutin

kualitas air, khususnya untuk parameter yang sangat berpengaruh terhadap fisiologi benih Kakap

putih. Pengamatan kualitas air secara langsung dilakukan untuk parameter pH, oksigen terlarut,

suhu dan salinitas. Sementara untuk analisa laboratorium dilakukan untuk parameter Ammonia

(NH3), Nitrit (NO2), Nitrat (NO3), Posfat (PO4) dan kekeruhan. Seluruh hasil pengamatan menjadi

salah satu acuan untuk tindakan pengendalian dan perbaikan kualitas media pemeliharaan.

Disamping analisa rutin, aplikasi sistem resirkulasi dengan menerapkan filter mekanik, biologis

dan kimia yang disertai dengan sistem Ultraviolet terbukti mampu mningkatkan produksi benih

di BPBL Batam.

Perbaikan manajemen pemeliharaan lainnya yang konsisten diterapkan pada

pemeliharaan larva (dan benih) ikan kakap putih di BPBL Batam adalah dengan menerapkan

shocking temperature dengan penggunaan water heater guna menjaga suhu media pemeliharaan

agar berada pada kondisi optimal. Berdasarkan hasil pengamatan, larva dan benih ikan kakap

putih selalu mengalami gangguan pertumbuhan bila suhu media air berada di bawah 30 0C

selama 3 hari berturut-turut. Penggunaan water heater ini terbukti efektif untuk mengatasi

kondisi stress akibat perubahan lingkungan dan meminimalisasi dampak serangan penyakit pada

ikan melalui peningkatan sistem kekebalan tubuh.

Secara ekonomis, aplikasi berbagai perbaikan manajemen pemeliharaan ini sangat

ekonomis karena secara nyata mampu meningkatkan tingkat kelulushidupan larva. Dengan

perhitungan kasar mampu memberikan keuntungan 60 juta dengan pay back perio dapat

diperoleh setelah 10 (sepuluh) bulan masa produksi.

Page 4: Perbaikan manajemen pemeliharaan untuk peningkatan produksi kakap putih di bpbl batam

Gambar 2. Benih Kakap putih yang dihasilkan oleh BPBL Batam melalui perbaikan manajemen

produksi

Modal usaha

Modal usaha untuk hatcheri pendederan meliputi komponen sebagai berikut :

Modal Investasi Rp.

Bak pemeliharaan + filter beratap 24.000.000

Pompa air laut 4.000.000

Pompa celup 1.500.000

Blower 2.500.000

Generator 15.000.000

Sistem air 1.000.000

Lainnya 2.000.000

Total Biaya 50.000.000

Keuntungan dan kehilangan

Komponen ini merupakan pendapatan dari penjualan benih kakap putih dikurangi dengan

semua biaya operasional dan bukan operasional.

Biaya operasional Rp.

Benih 10.000 ekor X 4 siklus X Rp. 1.000 40.000.000

Pakan buatan 10.000.000

Listrik 5.000.000

Tenaga kerja 12.000.000

Lainnya 3.000.000

Biaya non operasional

Depresi (Modal Usaha X 10%) 5.000.000

Bunga Bank 10% 5.000.000

Total Biaya 80.000.000

Pendapatan

28.000 benih X Rp. 5.000 140.000.000

Keuntungan

Pendapatan-Total Biaya 60.000.000

Periode Pembayaran Kembali : (50.000.000/60.000.000) X 12 bulan = 9,9 bulan