Perawatan Gangren Gigi

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup. Peranannya cukup besar dalam mempersiapkan zat makan sebelum absorbs nutrisi pada saluran pencernaan, disamping fungsi psikis dan sosial (Tampubolon, 2005). Gigi yang sehat tidak cukup hanya rapi dan putih saja, harus didukung oleh gusi, akar, dan tulang pendukung yang sehat. Gigi berfungsi dengan baik bila dalam keadaan sehat, sebaliknya gigi dan mulut yang tidak sehat akan menimbulkan masalah (Pintauli, 2008). Dalam usaha mempertahankan gigi tetap berada dalam lengkungnya dan berfungsi dengan baik, salah satu perawatan yang dilakukan adalah perawatan saluran akar. Perawatan ini terdiri dari tiga tahapan yaitu preparasi, sterilisasi, dan pengisian saluran akar. Preparasi saluran akar meliputi tindakan pembersihan dan pembentukan saluan akar (cleaning and shaping). Cleaning adalah tindakan pengambilan dan pembersihan seluruh jaringan pulpa serta jaringan nekrotik yang dapat memberi kesempatan tumbuhnya kuman. Shaping yaitu tindakan pembentukan saluran akar untuk persiapan pengisian (Grossman et al, 1995). 1

description

byk revisian

Transcript of Perawatan Gangren Gigi

Page 1: Perawatan Gangren Gigi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup.

Peranannya cukup besar dalam mempersiapkan zat makan sebelum absorbs

nutrisi pada saluran pencernaan, disamping fungsi psikis dan sosial

(Tampubolon, 2005). Gigi yang sehat tidak cukup hanya rapi dan putih saja,

harus didukung oleh gusi, akar, dan tulang pendukung yang sehat. Gigi

berfungsi dengan baik bila dalam keadaan sehat, sebaliknya gigi dan mulut

yang tidak sehat akan menimbulkan masalah (Pintauli, 2008).

Dalam usaha mempertahankan gigi tetap berada dalam lengkungnya dan

berfungsi dengan baik, salah satu perawatan yang dilakukan adalah perawatan

saluran akar. Perawatan ini terdiri dari tiga tahapan yaitu preparasi, sterilisasi,

dan pengisian saluran akar. Preparasi saluran akar meliputi tindakan pembersihan

dan pembentukan saluan akar (cleaning and shaping). Cleaning adalah tindakan

pengambilan dan pembersihan seluruh jaringan pulpa serta jaringan nekrotik

yang dapat memberi kesempatan tumbuhnya kuman. Shaping yaitu tindakan

pembentukan saluran akar untuk persiapan pengisian (Grossman et al, 1995).

Perawatan saluran akar merupakan prosedur perawatan gigi yang

bermaksud mempertahankan gigi dan kenyamanannya agar gigi yang sakit

dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya, tanpa simtom, dapat

berfungsi kembali dan tidak ada tanda-tanda patologik. Gigi yang sakit bila

dirawat dan direstorasi dengan baik akan bertahan seperti gigi vital selama

akarnya terletak pada jaringan sekitarnya yang sehat (Bence, 1990).

Gangren Pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati

sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan

sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan

menempati sebagian besar ruang pulpa (Kartini, 2009).

Perawatan pada gangren pulpa adalah dengan perawatan edontotik yaitu

pulpektomi nonvital.

1

Page 2: Perawatan Gangren Gigi

B. Manfaat

Penulisan referat ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu :

1. Memberikan informasi bagi profesi kedokteran gigi untuk meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan gigi khususnya perawatan gangren gigi.

2. Menambah wawasan tentang perawatan saluran akar salah satunya

perawatan pada gangren gigi.

2

Page 3: Perawatan Gangren Gigi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Pulpa

Pulpa adalah jaringan lunak yang terdiri dari pembuluh darah dan saraf,

yang menyuplai oksigen dan nutrisi untuk gigi, serta berperan dalam

menghasilkan kepekaan gigi. Fungsi utama pulpa adalah mengatur

pertumbuhan dan perkembangan gigi.

Gambar 1 Anatomi Gigi

Pulpa adalah suatu rongga di bawah lapisan dentin. Pulpa gigi banyak

memiliki kemiripan dengan jaringan ikat lain pada tubuh manusia, namun ia

memiliki karakteristik yang unik. Di dalam pulpa terdapat berbagai elemen

jaringan seperti pembuluh darah, persyarafan, serabut jaringan ikat, cairan

interstitial, dan sel-sel seperti fibroblast, odontoblast dan sel imun (Mozartha,

2008).

Pulpa adalah sistem mikrosirkuler, di mana komponen vaskular

terbesarnya adalah arteriol dan venula, yang memasuki pulpa melalui lubang

di ujung saluran akar gigi (foramen apikal). Karena dibatasi oleh dinding

3

Page 4: Perawatan Gangren Gigi

dentin yang kaku, perubahan volume di dalam rongga pulpa (misalnya saat

terjadi vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah) menjadi sangat terbatas

Di bagian terluar pulpa yang sehat adalah barisan sel odontoblast yaitu sel

pembentuk dentin. Uniknya, badan sel odontoblast berada di dalam pulpa,

sedangkan perpanjangan selnya (disebut serabut tomes) memasuki tubulus

dentin. Oleh sebab itu, adanya stimulus yang mengenai dentin baik rangsang

mekanis maupun suhu akan diteruskan ke pulpa. Sel odontoblast yang berada

di pulpa bagian coronal (yang menghadap mahkota gigi) lebih banyak

daripada bagian radikular (yaitu daerah akar gigi).

Di bawah lapisan sel odontoblast terdapat zona bebas sel (cell free zone),

di mana di zona ini hanya sedikit terdapat sel-sel dan mengandung pembuluh

darah kapiler dan serabut syaraf yang tidak bermyelin. Selanjutnya adalah

zona yang kaya akan sel, di mana selain terdapat fibroblast juga terdapat sel-

sel pertahanan seperti makrofag, sel dendritik dan limfosit.

Pulpa adalah fenomena yang kompleks, yang tidak hanya melibatkan

respon sensorik tapi juga aspek emosional dan konseptual. Gigi dipersyarafi

oleh banyak sekali serabut syaraf. Apapun bentuk rangsangan yang diterima

pulpa (perubahan suhu, rangsang mekanis, trauma) sensasi yang dihasilkan

adalah rasa sakit. Sistem sensorik pada pulpa membuatnya dapat

menghantarkan sinyal ke otak saat pulpa terancam, misalnya saat terjadi

karies mencapai pulpa.

Di dalam pulpa, terdapat dua jenis serabut syaraf yaitu serabut syaraf

bermyelin (serabut A) dan tanpa myelin (serabut C). Serabut sensorik pada

pulpa berasal dari syaraf trigeminal dan memasuki ujung akar pulpa melalui

foramen apikal. Serabut syaraf A terletak di daerah perbatasan dentin dan

pulpa, dan bila terstimulasi maka akan terasa rasa sakit yang tajam. Sedangkan

serabut syaraf C terdistribusi di seluruh kamar pulpa, bila serabut syaraf tipe

ini terangsang maka akan terasa rasa sakit yang lebih berat dan biasanya gigi

telah mengalami cedera, misalnya karena benturan atau karies mencapai pulpa

(Mozartha, 2008).

4

Page 5: Perawatan Gangren Gigi

Bila infeksi bakteri karena karies telah mencapai pulpa, akan terjadi

inflamasi (peradangan) pada pulpa dan lama kelamaan persyarafan dan

vaskularisasi pulpa dapat mengalami kematian

B. Gangren Pulpa

1. Definisi

Gangren pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati

sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan

sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan

menempati sebagian besar ruang pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak tersebut

akan mati dan menjadi antigen sel-sel sebagian besar pulpa yang masih

hidup (Kartini, 2009).

Gambar 2 Gangren Gigi

2. Patofisiologi

Proses terjadinya gangren pulpa diawali oleh proses karies. Karies

dentis adalah suatu penghancuran struktur gigi (email, dentin dan

cementum) oleh aktivitas sel jasad renik (mikro-organisme) dalam dental

plak. Jadi proses karies hanya dapat terbentuk apabila terdapat 4 faktor

yang saling tumpang tindih. Adapun faktor-faktor tersebut adalah bakteri,

karbohidrat makanan, kerentanan permukaan gigi serta waktu. Perjalanan

gangrene pulpa dimulai dengan adanya karies yang mengenai email (karies

superfisialis), dimana terdapat lubang dangkal, tidak lebih dari 1mm.

Selanjutnya proses berlanjut menjadi karies pada dentin (karies media)

5

Page 6: Perawatan Gangren Gigi

yang disertai dengan rasa nyeri yang spontan pada saat pulpa terangsang

oleh suhu dingin atau makanan yang manis dan segera hilang jika

rangsangan dihilangkan. Karies dentin kemudian berlanjut menjadi karies

pada pulpa yang didiagnosa sebagai pulpitis. Pada pulpitis terdapat lubang

lebih dari 1mm. Pada pulpitis terjadi peradangan kamar pulpa yang berisi

saraf, pembuluh darah, dan pempuluh limfe, sehingga timbul rasa nyeri

yang hebat, jika proses karies berlanjut dan mencapai bagian yang lebih

dalam (karies profunda). Maka akan menyebabkan terjadinya gangren

pulpa yang ditandai dengan perubahan warna gigi terlihat berwarna

kecoklatan atau keabu-abuan, dan pada lubang perforasi tersebut tercium

bau busuk akibat dari proses pembusukan dari toksin kuman.

3. Gejala Klinik

Gejala yang didapat dari pulpa yang gangren bisa terjadi tanpa

keluhan sakit, dalam keadaan demikian terjadi perubahan warna gigi,

dimana gigi terlihat berwarna kecoklatan atau keabu-abuan. Pada gangren

pulpa dapat disebut juga gigi non vital dimana pada gigi tersebut sudah

tidak memberikan reaksi pada cavity test (tes dengan panas atau dingin)

dan pada lubang perforasi tercium bau busuk, gigi tersebut baru akan

memberikan rasa sakit apabila penderita minum atau makan benda yang

panas yang menyebabkan pemuaian gas dalam rongga pulpa tersebut yang

menekan ujung saraf akar gigi sebelahnya yang masih vital (Kartini,

2009).

4. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan objektif

(extra oral dan intra oral). Berdasarkan pemeriksaan klinis, secara objektif

didapatkan (Kartini, 2009) :

a. Karies profunda (+)

6

Page 7: Perawatan Gangren Gigi

b. Pemeriksaan penciuman

Dengan menggunakan pinset, ambil kapas lalu sentuhkan pada gigi

yang sakit kemudian cium kapasnya, hasilnya (+) akan tercium bau

busuk dari mulut pasien

c. Gigi yang rusak berubah warna menjadi abu-abu kehitaman.

d. Pemeriksaan foto rontgen

Terlihat suatu karies yang besar dan dalam, dan terlihat juga rongga

pulpa yang telah terbuka dan jaringan periodontium memperlihatkan

penebalan.

Untuk menentukan apakah pulpa masih dapat diselamatkan, bisa

dilakukan beberapa pengujian:

a. Diberi Rangsang Dingin

Rangsang dihentikan, nyeri hilang artinya pulpa sehat. Pulpa

dipertahankan dengan mencabut bagian gigi yang membusuk dan

menambalnya. Jika nyeri tetap, meskipun rangsang nyeri sudah

dihilangkan atau jika nyeri timbul secara spontan, maka pulpa tidak

dapat dipertahankan.

b. Penguji Pulpa Elektrik

Alat ini digunakan untuk menunjukkan apakah pulpa masih hidup,

bukan untuk menentukan apakah pulpa masih sehat, jika penderita

merasakan aliran listrik pada giginya, berarti pulpa masih hidup

c. Mengetuk Gigi Dengan Sebuah Alat

Jika dengan pengetukan gigi timbul nyeri, berarti peradangan telah

menyebar ke jaringan tulang dan sekitarnya.

d. Rontgen Gigi

Dilakukan untuk mengetahui adanya pembusukan gigi dan

menunjukkan apakah penyebaran peradangan telah menyebabkan

pengeroposan tulang disekitar akar gigi.

5. Komplikasi

Gigi gangren jika dibiarkan akan menjadi pusat bibit penyakit (focal

infection) baik ke jaringan sekitar maupun ke organ-organ lain. Jaringan

7

Page 8: Perawatan Gangren Gigi

sekitar yang bias infeksi misalnya: periodentitis, periostitis, ostitis,

osteomyelitis, dan macam-macam abses dan sebagainya. Sedangkan

organ-organ lain yang bisa terinfeksi misalnya: mata, kulit, jantung

(Anonim, 2010).

Dengan demikian, gangren pulpa akan menyebabkan periodentitis

akut, kemudian kronis. Dalam keadaan kronis, toksin akan mengiritasi

jaringan sekitar, sehingga akan membentuk granulum, dan granulum inilah

yang akan menjadi focal infection (Anonim, 2010).

C. Perawatan Gangren Gigi

1. Perawatan Saluran Akar

Perawatan saluran akar merupakan salah satu upaya untuk

mempertahankan gigi selama mungkin di dalam mulut. Tujuan dari

perawatan saluran akar adalah mengeliminasi sumber infeksi dan inflamasi

akibat penyakit pulpa dan periapeks. Keberhasilan perawatan saluran akar

sangat dipengaruhi oleh Triad Endodontic yaitu : preparasi akses (endo

acces), preparasi saluran akar (cleaning and shaping), serta pengisian

saluran akar (obturation) (Grossman et al, 1995).

a. Preparasi akses

Preparasi akses adalah preparasi kamar pulpa yang mempunyai

tujuan untuk membersihkan dan membentuk kavitas kamar pulpa

untuk mendapatkan jalan ke saluran akar dengan membuang seluruh

atap pulpa, dan bila perlu sebagian dinding kamar pulpa yang

menghalangi masuknya alat selama preparasi saluran akar. Hasil yang

diharapkan dari preparasi akses adalah dapat menentukan jumlah dan

letak orifis pada dasar kamar pulpa (Tarigan, 2002).

Gambar 3. Tampak oklusal gigi setelah dilakukan preparasi akses

8

Page 9: Perawatan Gangren Gigi

b. Preparasi saluran akar

Preparasi saluran akar dilakukan setelah akses diperoleh. Prinsip

preparasi saluran akar yang dikemukakan oleh Black (modifikasi

Ingle) antara lain : bentuk ragangan (outline form), bentuk konvenien,

pembersihan saluran akar, bentuk retensi, dan resistensi (Tarigan,

2002). Macam-macam teknik preparasi saluran akar:

1) COWN-DOWN

Teknik “crown-down pressureless” dan teknik step-down

adalah modifikasi dari teknik step-back. Ketiga teknik ini

menghasilkan hasil yang serupa yakni bentuk preparasi seperti

corong yang lebar dengan pelebaran daerah apeks yang kecil.

Seperti teknik step-back, teknik-teknik ini terutama bermanfaat

pada saluran akar kecil di molar mandibula dan maksila. Para

pendukung teknik ini menganjurkan agar saluran akar sedapatnya

dibersihkan dengan baik dahulu sebelum instrumen ditempatkan ke

daerah apeks sehingga kemungkinan terjadinya ekstrusi debris ke

jaringan periapeks dapat dikurangi.

2) STEP-BACK PASIF

Teknik step-back pasif menggunakan kombinasi instrumen

genggam (kirgi) dan instrumen rotatif (GGD dan rimer Peeso)

dalam upaya memperoleh bentuk corong yang memadai sebelum

preparasi saluran akarnya. Dengan teknik ini, pelebaran saluran

dapat dilakukan secara gradual dan tidak dapt dipaksakan dalam

arah apeks ke korona. Teknik ini dapat diaplikasikan juga pada

setiap tipe saluran akar, gampang dikuasai, mengurangi terjadinya

kecelakaan prosedur, dan nyaman bagi pasien serta operatornya.

c. Pengisian saluran akar

Pengisian saluran akar merupakan tahap yang sangat kritis dalam

menentukan keberhasilan perswatan saluran akar. Pengisian saluran

akar bertujuan untuk menutup hubungan antara rongga mulut dengan

9

Page 10: Perawatan Gangren Gigi

jaringan periapikal. Pengisian saluran akar harus dilakukan secara

hermetis dalam 3 dimensi baik ke arah apikal, lateral, maupun koronal

untuk menghindari terjadinya kebocoran yang dapat menyebabkan

regangnya perawatan saluran akar. Untuk itu bahan pengisi tidak

hanya memadati saluran akar utama tetapi juga harus dapat masuk ke

dalam saluran akar tambahan, saluran lateral, isthmus, dan foramen

aksesori (Tarigan,2002).

Salah satu bahan pengisi saluran akar adalah gutta perca. Gutta

perca merupakan suatu bahan pengisi yang sangat diperlukan karena

tidak mengerut setelah insersi kecuali dibuat plastis dengan suatu

pelarut atau pemanasan. Bahan tersebut mudah disterilkan sebelum

dimasukkan dan tidak mendorong pertumbuhan bakteri, radiopak,

mudah dikeluarkan dari saluran akar dan paling sedikit mengiritasi

jaringan periapikal dari semua bahan pengisi saluran akar. Gutta

percha dikombinasikan dengan semen saluran akar atau sealer untak

menjamin pengisian dan penutupan saluran akar yang tepat.

Gambar 4.

Gambar radiologis hasil pengisian

2. Pulpektomi

Pulpektomi adalah pengangkatan seluruh jaringan pulpa. Pulpektomi

merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah mengalami

kerusakan yang bersifat irreversibel atau untuk gigi dengan kerusakan

jaringan keras yang luas. Meskipun perawatan ini memakan waktu yang

10

Page 11: Perawatan Gangren Gigi

lama dan lebih sukar daripada pulp capping atau pulpotomi namun lebih

disukai karena hasil perawatannya dapat diprediksi dengan baik. Jika

seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta saluran akar diisi dengan

baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula.

Hal – hal yang harus diperhatikan pada perawatan pulpektomi :

a. Diutamakan memakai file daripada reamer.

Gambar 5. K-File

b. Memakai tekanan yang ringan untuk menghindari pengisian saluran

akar yang berlebihan (overfilling).

c. Diutamakan sterilisasi dengan obat – obatan daripada secara mekanis.

d. Pemakaian alat – alat tidak sampai melewati bagian apikal gigi.

Pulpektomi nonvital, perawatan saluran akar ini sering dilakukan

pada gigi anterior yang mempunyai saluran akar satu, walaupun kini telah

banyak dilakukan pada gigi posterior dengan saluan akar lebih dari satu.

Gigi yang dirawat secara pulpektomi nonvital adalah gigi dengan gangren

pulpa atau nekrosis (Tarigan, 2002).

3. Penatalaksanaan

a. Pada kunjungan pertama dilakukan anestesi untuk pembukaan akses,

setelah terbuka, dilakukan anestesi intrapulpa, dan pengambilan

jaringan pulpa. Setelah akses terbuka terlihat orifis akar distal dan

mesiobukal serta mesiolingual, kemudian kavitas ditutup dengan

tambalan sementara dengan medikamen ChKM.

11

Page 12: Perawatan Gangren Gigi

Gambar 6

Gambaran radiografis setelah dilakukan pembukaan akses

b. Pada kunjungan kedua dilakukan pengukuran panjang kerja dengan

cara memasukkan alat ke dalam saluran akar. Pada gambar radiografis

terlihat apeks akar distal dan mesiobukal menyatu di bagian apeks.

Kemudian dilanjutkan dengan preparasi saluran akar dengan

menggunakan Protaper manual.

Gambar 7.Gambar radiografis pengukuran panjang kerja

menggunakan file pada tiga saluran akar

c. Pengisian dilakukan pada kunjungan berikutnya dengan metode

kombinasi menggunakan gutapercha non-ISO pada akar distal sedang

pada akar mesiobukal dan mesiolingual menggunakan guttapercha

thermoplasticized.

12

Page 13: Perawatan Gangren Gigi

Gambar 8

Hasil pengisian saluran akar menggunakan kombinasi guttap

percha thermoplasticized dan guttap percha 6 % non iso dari aspek oklusal

Jumlah kunjungan, waktu pelaksanaannya dan sejauh mana

instrumen dilakukan ditentukan oleh tanda dan gejala pada tiap kunjungan.

Artinya saluran akar diisi setelah kering dan semua tanda dan gejala telah

hilang.

4. Restorasi

Gigi pasca perawatan endodontik akan lebih rapuh (brittle) yang

disebabkan karena kandungan air yang berkurang, adanya kavitas yang

membesar didalam sehingga email tidak mendapat dukungan dentin, dan

akibat pengambilan jaringan gigi pada saat dilakukan preparasi kamar

pulpa dan saluran akar sehingga tekanan fungsional pada tonjol akan

menyebabkan terjadinya fraktur (Bence, 1990).

Atas dasar konsep tersebut maka dibutuhkan restorasi pasca

perawatan endodontik yang dapat menambah resistensi gigi terhadap

fraktur akibat dari pemakaian gigi. Dengan demikian restorasi pasca

endodontik pada gigi anterior kadang-kadang memerlukan penguat pada

daerah servikal yang merupakan daerah yang paling kritis fraktur.

Bahan restorasi merupakan salah satu bahan yang banyak dipakai

dibidang kedokteran gigi. Bahan restorasi berfungsi untuk memperbaiki

dan merestorasi struktur gigi yang rusak. Tujuan restorasi gigi tidak hanya

13

Page 14: Perawatan Gangren Gigi

membuang penyakit dan mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga

mengembalikan fungsinya.

Secara garis besar bahan restorasi gigi dapat dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu bahan restorasi plastis dan non plastis atau rigid. Yang

termasuk dalam kelompok bahan plastis adalah amalgam,  composite dan

glass ionomer cement (GIC), sedangkan kelompok non plastis (rigid)

adalah inlay dan onlay, mahkota full veneer, mahkota logam porselen, dan

mahkotan jaket porselen.

Dari sekian banyak jenis bahan restorasi, bahan plastis seperti

amalgam, komposit dan GIC merupakan bahan restorasi yang paling

banyak digunakan dalam dunia kedokteran gigi (Lutfan, 2011).

a. Dental Amalgam

Merupakan bahan yang paling banyak digunakan oleh dokter

gigi, khususnya untuk tumpatan gigi posterior. Sejak pergantian abad

ini, formulasinya tidak banyak berubah, yang mencerminkan bahwa

bahan tambalan lain tidak ada yang seideal amalgam. Komponen

utama amalgam terdiri dari liquid yaitu logam merkuri dan

bubuk/powder yaitu logam paduan yang kandungan utamanya terdiri

dari perak, timah, dan tembaga. Selain itu juga terkandung logam-

logam lain dengan persentase yang lebih kecil. Kedua komponen

tersebut direaksikan membentuk tambalan amalgam yang akan

mengeras, dengan warna logam yang kontras dengan warna gigi.

Indikasi penggunaan bahan amalgam yaitu gigi molar (geraham) yang

menerima beban kunyah paling besar, dapat digunakan baik pada gigi

tetap maupun pada anak-anak.

1) Kelebihan Amalgam :

a) Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang

paling kuat dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam

melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat bertahan

dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut asalkan

tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.

14

Page 15: Perawatan Gangren Gigi

b) Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan

lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus

karena faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi

seperti gaya kunyah dan cairan mulut.

c) Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah

dan tidak terlalu “technique sensitive” bila dibandingkan

dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan dalam salah

satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan

kekuatan bahan tambal resin komposit.

d) Biayanya relatif lebih rendah

2) Kekurangan Amalgam :

a) Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras

dengan warna gigi, sehingga tidak dapat diindikasikan untuk

gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat

diutamakan.

b) Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi

tambalan yang berbatasan langsung dengan gigi dapat

menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga tampak

membayang kehitaman.

c) Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi

dengan logam yang terkandung dalam bahan tambal amalgam.

Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan pasien

terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap

rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut

tidak berlangsung lama dan berangsur hilang setelah pasien

dapat beradaptasi.

b. Komposit

Generasi resin komposit yang kini beredar mulai dikenal di akhir

tahun enam puluhan. Sejak itu, bahan tersebut merupakan bahan

restorasi anterior yang banyak dipakai karena pemakaiannya gampang,

warnanya baik, dan mempunyai sifat fisik yang lebih baik

15

Page 16: Perawatan Gangren Gigi

dibandingkan dengan bahan tumpatan lain. Sejak akhir tahun enam

puluhan tersebut, perubahan komposisi dan pengembangan formulasi

kimianya relatif sedikit. Bahan yang terlebih dulu diciptakan adalah

bahan yang sifatnya autopolimerisasi (swapolimer), sedangkan bahan

yang lebih baru adalah bahan yang polimerisasinya dibantu dengan

sinar. Resin komposit mempunyai derajat translusensi yang tinggi.

Warnanya tergantung pada macam serta ukuran pasi dan pewarna yang

dipilih oleh pabrik pembuatnya, mengingat resin itu sendiri sebenarnya

transparan. Dalam jangka panjang, warna restorasi resin komposit

dapat bertahan cukup baik. Biokompabilitas resin komposit kurang

baik jika dibandingkan dengan bahan restorasi semen glass ionomer,

karena resin komposit merupakan bahan yang iritan terhadap pulpa

jika pulpa tidak dilindungi oleh bahan pelapik. Agar pulpa terhindar

dari kerusakan, dinding dentin harus dilapisi oleh semen pelapik yang

sesuai, sedangkan teknik etsa untuk memperoleh bonding mekanis

hanya dilakukan di email perifer. 

c. Semen Ionomer Kaca (SIK)

Semen Ionomer Kaca (SIK) merupakan salah satu bahan restorasi

yang banyak digunakan oleh dokter gigi karena mempunyai beberapa

keunggulan, yaitu preparasinya dapat minimal, ikatan dengan jaringan

gigi secara khemis, melepas fluor dalam jangka panjang, estetis,

biokompatibel, daya larut rendah, translusen, dan bersifat anti bakteri.

Komposisi semen ionomer kaca (SIK) terdiri atas bubuk dan

cairan. Bubuk terdiri atas kaca kalsium fluoroaluminosilikat yang larut

asam dan cairannya merupakan larutan asam poliakrilik. Reaksi

pengerasan dimulai ketika bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan larutan

asam poliakrilik dicampur, kemudian menghasilkan reaksi asam-basa

dimana bubuk kaca fluoroaluminosilikat sebagai basanya.

1) Kelebihan Semen Ionomer Kaca:

a) Bahan tambal ini meraih popularitas karena sifatnya yang dapat

melepas fluor yang sangat berperan sebagai antikaries. Dengan

16

Page 17: Perawatan Gangren Gigi

adanya bahan tambal ini, resiko kemungkinan untuk terjadinya

karies sekunder di bawah tambalan jauh lebih kecil dibanding

bila menggunakan bahan tambal lain.

b) Biokompatibilitas bahan ini terhadap jaringan sangat baik

(tidak menimbulkan reaksi merugikan terhadap tubuh).

c) Material ini melekat dengan baik ke struktur gigi karena

mekanisme perlekatannya adalah secara kimia yaitu dengan

pertukaran ion antara tambalan dan gigi. Oleh karena itu pula,

gigi tidak perlu diasah terlalu banyak seperti halnya bila

menggunakan bahan tambal lain. Pengasahan perlu dilakukan

untuk mendapatkan bentuk kavitas yang dapat ‘memegang’

bahan tambal.

2) Kekurangan Semen Ionomer Kaca:

a) Kekuatannya lebih rendah bila dibandingkan bahan tambal lain,

sehingga tidak disarankan untuk digunakan pada gigi yang

menerima beban kunyah besar seperti gigi molar (geraham).

b) Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan

secara jelas antara tambalan dan permukaan gigi asli.

c) Tambalan semen ionomer kaca lebih mudah aus dibanding

tambalan lain.

17

Page 18: Perawatan Gangren Gigi

BAB III

KESIMPULAN

Gangren gigi adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati sebagai

sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah

sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar

ruang pulpa

Perawatan endodontik khususnya pulpektomi non vital pada kasus gangren

gigi sangat penting dilakukan untuk mencegah gigi agar tidak dicabut, pasien

tetap memiliki gigi asli dalam keadaan sehat, karena gigi dapat berfungsi seperti

semula, dan gigi dapat dipakai sebagai tumpuan gigi tiruan lepasan . Keberhasilan

perawatan saluran akar sangat dipengaruhi oleh Triad Endodontic yaitu : preparasi

akses (endo acces), preparasi saluran akar (cleaning and shaping), serta pengisian

saluran akar (obturation). Selain itu usaha perawatan yang dilakukan juga untuk

melindungi pulpa yang terluka dari peradangan dan kerusakan lebih lanjut.

Gigi pasca perawatan endodontik akan lebih rapuh atas dasar konsep

tersebut maka dibutuhkan restorasi pasca perawatan endodontik yang dapat

menambah resistensi gigi terhadap fraktur akibat dari pemakaian gigi.

18

Page 19: Perawatan Gangren Gigi

DAFTAR PUSTAKA

Bence, R. 1990. Edontotik Klinik. UI press. Jakarta

Grossman, L.I., Oliet, S. and Del Rio, C.E. 1995. Ilmu Edontotik Dalam Praktek.

EGC. Jakarta

Kartini, Ani. 2009. Gangren Pulpa. (online).

(http://Infogigi.com/gangrenpulpa.htm, diakses 9 September 2010)

Lutfan, Muhammad. 2011. Bahan Restorasi (online),

(http://dentalhome.wordpress.com/2008/09/ Diakses 15 September 2011)

Mozartha M. 2008. Anatomi Gigi. Klik Dokter Menuju Sehat. (online).

(http://gigi.klikdokter.com/subpage.php?id=&sub=42, diakses 9

September 2010)

Pintauli S,. 2008. Menuju Gigi Dan Mulut Sehat. Medan. USU press.

Tampubolon N S,. 2005. Dampak Karies Gigi Dan Periodental Terhadap Kualitas

Hidup. USU press.

Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC.

TIM FKG UMS. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Gigi Dan Mulut Semester

VIII. UMS. Surakarta

19