PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · TENTANG REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN...

21
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2012 TENTANG REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penge- lolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tam- bahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Reklamasi ...

Transcript of PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT … · TENTANG REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN...

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 122 TAHUN 2012

TENTANG

REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 34 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, perlu menetapkan

Peraturan Presiden tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penge-

lolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tam-

bahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG REKLAMASI DI WILAYAH

PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:

1. Reklamasi ...

- 2 -

1. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam

rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau

dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara

pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.

2. Pengerukan adalah kegiatan penggalian atau pengambilan

tanah dan batuan dasar baik di daratan maupun di bawah

air.

3. Pengurugan adalah kegiatan penimbunan tanah dan/atau

batuan di atas permukaan tanah dan/atau batuan.

4. Pengeringan lahan adalah kegiatan yang dilakukan untuk

mengubah perairan dan/atau daratan menjadi lahan kering

dengan cara pemompaan dan/atau dengan drainase.

5. Drainase adalah metode pengaliran air permukaan atau air

tanah agar perairan berubah menjadi lahan.

6. Material reklamasi adalah material yang digunakan untuk

tujuan reklamasi.

7. Kawasan Pemanfaatan Umum adalah bagian dari wilayah

pesisir yang ditetapkan peruntukkannya bagi berbagai

sektor kegiatan.

8. Kawasan Strategis Nasional Tertentu adalah kawasan yang

terkait dengan kedaulatan negara, pengendalian lingkungan

hidup, dan/atau situs warisan dunia, yang pengembangan-

nya diprioritaskan bagi kepentingan nasional.

9. Bencana pesisir adalah kejadian karena peristiwa alam atau

karena perbuatan orang yang menimbulkan perubahan sifat

fisik dan/atau hayati pesisir dan mengakibatkan korban

jiwa, harta, dan/atau kerusakan di wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil.

10. Rencana ...

- 3 -

10. Rencana zonasi adalah rencana yang menentukan arah

penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan

disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada

kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh

dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang

hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin.

11. Ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuh-tumbuhan,

hewan, organisme dan non organisme lain serta proses yang

menghubungkannya dalam membentuk keseimbangan,

stabilitas, dan produktivitas.

12. Rasio manfaat dan biaya [(Benefit Cost Ratio (B/C-R)] adalah

nilai perbandingan antara manfaat pada tingkat bunga yang

berlaku dari biaya yang didiskontokan dengan tingkat bunga

yang sama selama masa pelaksanaan reklamasi.

13. Nilai bersih perolehan sekarang [(Net Present Value (NPV)]

adalah selisih antara nilai investasi sekarang dengan nilai

penerimaan bersih dimasa yang akan datang.

14. Tingkat bunga pengembalian [(Internal Rate of Return (IRR)]

adalah menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai

sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan bersih

dimasa yang akan datang.

15. Jangka waktu pengembalian investasi [(Return of Investment

(ROI)] adalah metode untuk mencari prosentase (%) dari

manfaat atas perbandingan dari biaya yang akan dikeluar-

kan.

16. Prakiraan dampak lingkungan adalah prakiraan pengaruh

perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh

reklamasi.

17. Valuasi …

- 4 -

17. Valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan hidup

adalah upaya pengenaan nilai moneter terhadap sebagian

atau seluruh potensi sumber daya alam dan lingkungan

hidup, sesuai dengan tujuan pemanfaatannya.

18. Orang adalah orang perseorangan dan/atau badan hukum.

19. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah

Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai-

mana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

20. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati/walikota, dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelengara pemerintahan

daerah.

21. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan.

22. Keputusan kelayakan lingkungan hidup adalah keputusan

yang menyatakan kelayakan lingkungan hidup dari suatu

rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi

dengan analisis mengenai dampak lingkungan.

23. Rekomendasi upaya pengelolaan lingkungan hidup dan

upaya pemantauan lingkungan hidup, yang selanjutnya

disebut rekomendasi UKL-UPL adalah surat persetujuan

yang dikeluarkan oleh menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup, gubernur, bupati/walikota

sesuai dengan kewenangannya terhadap usaha dan/atau

kegiatan yang wajib UKL-UPL.

24. Izin ...

- 5 -

24. Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap

orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib

analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau UKL-UPL

dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha

dan/atau kegiatan.

Pasal 2

(1) Ruang lingkup Peraturan Presiden ini meliputi

perencanaan dan pelaksanaan reklamasi wilayah pesisir

dan pulau-pulau kecil.

(2) Peraturan Presiden ini dikecualikan bagi reklamasi di:

a. Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan Daerah Lingkungan

Kepentingan (DLKp) pelabuhan utama dan pelabuhan

pengumpul serta di wilayah perairan terminal khusus;

b. lokasi pertambangan, minyak, gas bumi, dan panas

bumi; dan

c. kawasan hutan dalam rangka pemulihan dan/atau

perbaikan hutan.

(3) Reklamasi tidak dapat dilakukan pada kawasan konservasi

dan alur laut.

BAB II

PERENCANAAN REKLAMASI

Pasal 3

(1) Pemerintah, pemerintah daerah, dan setiap orang yang akan

melaksanakan reklamasi wajib membuat perencanaan rekla-

masi.

(2) Perencanaan …

- 6 -

(2) Perencanaan reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan melalui kegiatan:

a. penentuan lokasi;

b. penyusunan rencana induk;

c. studi kelayakan; dan

d. penyusunan rancangan detail.

Pasal 4

(1) Penentuan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

ayat (2) huruf a dilakukan berdasarkan Rencana Zonasi

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi,

Kabupaten/Kota dan/atau Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota.

(2) Penentuan lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi penentuan:

a. lokasi reklamasi; dan

b. lokasi sumber material reklamasi.

(3) Penentuan lokasi reklamasi dan lokasi sumber material

reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib mem-

pertimbangkan aspek teknis, aspek lingkungan hidup, dan

aspek sosial ekonomi (tabulasi).

Pasal 5

Aspek teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3)

meliputi hidro-oceanografi, hidrologi, batimetri, topografi, geo-

morfologi, dan/atau geoteknik.

Pasal 6 …

- 7 -

Pasal 6

(1) Hidro-oceanografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

meliputi pasang surut, arus, gelombang, dan sedimen

dasar laut.

(2) Hidrologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi

curah hujan, air tanah, debit air sungai/saluran, dan air

limpasan.

(3) Batimetri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi

kontur kedalaman dasar perairan.

(4) Topografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi

kontur permukaan daratan.

(5) Geomorfologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

meliputi bentuk dan tipologi pantai.

(6) Geoteknik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi

sifat-sifat fisis dan mekanis lapisan tanah.

Pasal 7

Aspek lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

ayat (3) berupa kondisi lingkungan hidup.

Pasal 8

Kondisi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal

7 meliputi kualitas air laut, kualitas air tanah, kualitas udara,

kondisi ekosistem pesisir (mangrove, lamun, terumbu karang),

flora dan fauna darat, serta biota perairan.

Pasal 9

Aspek sosial ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

ayat (3) meliputi demografi, akses publik, dan potensi relokasi.

Pasal 10 …

- 8 -

Pasal 10

(1) Demografi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 meliputi

jumlah penduduk, kepadatan penduduk, pendapatan, mata

pencaharian, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan.

(2) Akses publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

meliputi jalan dan jalur transportasi masyarakat serta

informasi terkait pembangunan reklamasi.

(3) Potensi relokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

meliputi lahan yang bisa digunakan untuk relokasi

penduduk serta fasilitas sarana dan prasarana lainnya.

Pasal 11

Penyusunan rencana induk reklamasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b harus memperhatikan:

a. kajian lingkungan hidup strategis;

b. kesesuaian dengan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi, Kabupaten/Kota

dan/atau Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional,

Provinsi, Kabupaten/Kota;

c. sarana prasarana fisik di lahan reklamasi dan di sekitar

lahan yang di reklamasi;

d. akses publik;

e. fasilitas umum;

f. kondisi ekosistem pesisir;

g. kepemilikan dan/atau penguasaan lahan;

h. pranata sosial;

i. aktivitas ekonomi;

j. kependudukan;

k. kearifan ...

- 9 -

k. kearifan lokal; dan

l. daerah cagar budaya dan situs sejarah.

Pasal 12

Penyusunan rencana induk sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 paling sedikit memuat:

a. rencana peruntukan lahan reklamasi;

b. kebutuhan fasilitas terkait dengan peruntukan reklamasi;

c. tahapan pembangunan;

d. rencana pengembangan; dan

e. jangka waktu pelaksanaan reklamasi.

Pasal 13

(1) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat

(2) huruf c meliputi:

a. teknis;

b. ekonomi-finansial; dan

c. lingkungan hidup.

(2) Kelayakan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a meliputi kelayakan hidro-oceanografi, hidrologi,

batimetri, topografi, geomorfologi, dan geoteknik.

(3) Kelayakan ekonomi-finansial sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b meliputi kelayakan analisis:

a. rasio manfaat dan biaya [(Benefit Cost Ratio (B/C-R)];

b. nilai bersih perolehan sekarang [(Net Present Value

(NPV)];

c. tingkat bunga pengembalian [(Internal Rate of Return

(IRR)];

d. jangka …

- 10 -

d. jangka waktu pengembalian investasi [(Return of

Investment (ROI)]; dan

e. valuasi ekonomi lingkungan sumber daya alam dan

lingkungan hidup.

(4) Kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c didasarkan atas keputusan kelayakan

lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL.

Pasal 14

(1) Rancangan detail sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

ayat (2) huruf d disusun berdasarkan rencana induk dan

studi kelayakan.

(2) Rancangan detail sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sekurang-kurangnya memuat rancangan:

a. penyiapan lahan dan pembuatan prasarana/fasilitas pe-

nunjang reklamasi;

b. pembersihan dan/atau perataan tanah;

c. pembuatan dinding penahan tanah dan/atau pemecah

gelombang;

d. pengangkutan material reklamasi dari lokasi sumber

material darat dan/atau laut;

e. perbaikan tanah dasar;

f. pengurugan material reklamasi;

g. penanganan, penebaran dan penimbunan material

reklamasi dari darat dan/atau laut;

h. pengeringan, perataan dan pematangan lahan reklamasi;

dan

i. sistem drainase.

(3) Penyusunan …

- 11 -

(3) Penyusunan rancangan detail sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib memasukkan mitigasi bencana dan memuat

rincian waktu pelaksanaan reklamasi.

BAB III

PERIZINAN REKLAMASI

Pasal 15

Pemerintah, pemerintah daerah, dan setiap orang yang akan

melaksanakan reklamasi wajib memiliki izin lokasi dan izin

pelaksanaan reklamasi.

Pasal 16

(1) Untuk memperoleh izin lokasi dan izin pelaksanaan

reklamasi, Pemerintah, pemerintah daerah dan setiap

orang wajib terlebih dahulu mengajukan permohonan

kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota.

(2) Menteri memberikan izin lokasi dan izin pelaksanaan

reklamasi pada Kawasan Strategis Nasional Tertentu,

kegiatan reklamasi lintas provinsi, dan kegiatan reklamasi

di pelabuhan perikanan yang dikelola oleh Pemerintah.

(3) Pemberian izin lokasi dan izin pelaksanaan reklamasi pada

Kawasan Strategis Nasional Tertentu dan kegiatan

reklamasi lintas provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) diberikan setelah mendapat pertimbangan dari bupati/

walikota dan gubernur.

(4) Gubernur dan bupati/walikota memberikan izin lokasi dan

izin pelaksanaan reklamasi dalam wilayah sesuai dengan

kewenangannya dan kegiatan reklamasi di pelabuhan

perikanan yang dikelola oleh pemerintah daerah.

Pasal 17 …

- 12 -

Pasal 17

(1) Permohonan izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15 wajib dilengkapi dengan:

a. identitas pemohon;

b. proposal reklamasi;

c. peta lokasi dengan koordinat geografis; dan

d. bukti kesesuaian lokasi reklamasi dengan Rencana

Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)

dan/atau Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dari

instansi yang berwenang.

(2) Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai kewenang-

annya memberikan atau menolak permohonan izin lokasi

dalam waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja sejak

permohonan diterima secara lengkap.

(3) Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) diberikan secara tertulis disertai alasan penolakan.

(4) Apabila dalam jangka waktu 20 (dua puluh) hari kerja tidak

memberikan atau menolak permohonan, maka

permohonan dianggap disetujui dan wajib mengeluarkan

izin.

(5) Setiap pemegang izin lokasi dalam jangka waktu paling

lambat 2 (dua) tahun wajib menyusun:

a. rencana induk;

b. studi kelayakan; dan

c. rancangan detail reklamasi.

Pasal 18

(1) Permohonan izin pelaksanaan reklamasi sebagaimana di-

maksud dalam Pasal 15 wajib dilengkapi dengan:

a. izin …

- 13 -

a. izin lokasi;

b. rencana induk reklamasi;

c. izin lingkungan;

d. dokumen studi kelayakan teknis dan ekonomi finansial;

e. dokumen rancangan detail reklamasi;

f. metoda pelaksanaan dan jadwal pelaksanaan reklamasi;

dan

g. bukti kepemilikan dan/atau penguasaan lahan.

(2) Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai kewenang-

annya memberikan atau menolak permohonan izin

pelaksanaan reklamasi dalam waktu paling lambat 45

(empat puluh lima) hari kerja sejak permohonan diterima

secara lengkap.

(3) Penolakan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) diberikan secara tertulis disertai alasan penolakan.

(4) Apabila dalam jangka waktu 45 (empat puluh lima) hari

kerja tidak memberikan atau menolak permohonan, maka

permohonan dianggap disetujui dan wajib mengeluarkan

izin.

(5) Setiap pemegang izin pelaksanaan reklamasi dalam jangka

waktu paling lambat 1 (satu) tahun wajib melaksanakan:

a. pembangunan fisik sejak diterbitkan izin pelaksanaan

reklamasi;

b. menyampaikan laporan secara berkala setiap 4 (empat)

bulan sekali kepada instansi pemberi izin;

c. reklamasi sesuai dengan rancangan detail; dan

d. reklamasi sesuai dengan izin lingkungan.

Pasal 19 …

- 14 -

Pasal 19

(1) Izin lokasi reklamasi berlaku untuk jangka waktu 2 (dua)

tahun dan dapat diperpanjang paling lama 2 (dua) tahun.

(2) Izin pelaksanaan reklamasi berlaku untuk jangka waktu

paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang paling

lama 5 (lima) tahun dengan mempertimbangkan metode

dan jadwal reklamasi.

(3) Menteri, gubernur, dan bupati/walikota paling lambat 14

(empat belas) hari kerja terhitung sejak menerima

permohonan perpanjangan izin pelaksanaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) telah memberikan perpanjangan

atau penolakan perpanjangan permohonan izin pelaksana-

an reklamasi.

(4) Penolakan permohonan perpanjangan sebagaimana di-

maksud pada ayat (3) diberikan secara tertulis disertai

alasan penolakan.

(5) Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja

tidak memberikan atau menolak permohonan, maka

permohonan perpanjangan dianggap disetujui dan wajib

mengeluarkan izin.

Pasal 20

(1) Izin pelaksanaan reklamasi dapat dicabut apabila:

a. tidak sesuai dengan perencanaan reklamasi; dan/atau

b. izin lingkungan dicabut.

(2) Pencabutan izin pelaksanaan reklamasi sebagaimana di-

maksud pada ayat (1) dilakukan dengan tahapan:

a. memberikan …

- 15 -

a. memberikan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali

berturut-turut, masing-masing dalam tenggang waktu 1

(satu) bulan oleh Menteri, gubernur, dan bupati/

walikota;

b. dalam hal peringatan tertulis sebagaimana dimaksud

pada huruf a tidak dipatuhi, selanjutnya dilakukan

pembekuan selama 1 (satu) bulan; dan

c. apabila pembekuan sebagaimana dimaksud pada huruf

b tidak dipatuhi, selanjutnya dilakukan pencabutan.

Pasal 21

Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan reklamasi diatur

oleh Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya.

BAB IV

PELAKSANAAN REKLAMASI

Pasal 22

(1) Pelaksanaan reklamasi dilakukan sesuai dengan perenca-

naan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sampai dengan

Pasal 14.

(2) Pelaksanaan reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan dengan cara:

a. pengurugan;

b. pengeringan lahan; dan/atau

c. drainase.

Pasal 23

Pengurugan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2)

huruf a dilaksanakan dengan cara:

a. pembangunan …

- 16 -

a. pembangunan tanggul mengelilingi daerah yang akan di-

reklamasi;

b. penebaran material reklamasi dilaksanakan lapis demi lapis

melalui penimbunan material dari daratan dan/atau

pemompaan secara hidrolis (hydraulic fill) material dari

perairan;

c. perataan lahan reklamasi;

d. pematangan lahan melalui pemasangan peralatan penge-

ringan vertikal (vertical drain) dan pemadatan lahan; dan

e. penimbunan tanah lapisan terakhir (finishing).

Pasal 24

Pengeringan lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

ayat (2) huruf b dilakukan dengan cara:

a. pembangunan tanggul kedap air mengelilingi daerah yang

akan direklamasi;

b. pemompaan air dilaksanakan pada lahan yang akan dire-

klamasi;

c. perbaikan tanah dasar melalui penimbunan dan pemadatan

tanah; dan

d. pembuatan jaringan drainase dan/atau pompanisasi me-

lingkari lahan reklamasi.

Pasal 25

Drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) huruf

c dilakukan dengan cara membuat sistem pengaliran air

dengan atau tanpa pintu-pintu pengatur dan elevasi muka

tanah masih lebih tinggi dari elevasi muka air laut.

Pasal 26 …

- 17 -

Pasal 26

Pelaksanaan reklamasi wajib menjaga dan memperhatikan:

a. keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat;

b. keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan kepen-

tingan pelestarian fungsi lingkungan pesisir dan pulau-

pulau kecil; serta

c. persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan penim-

bunan material.

Pasal 27

Keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a dilakukan

dengan:

a. memberikan akses kepada masyarakat menuju pantai;

b. mempertahankan mata pencaharian penduduk sebagai nela-

yan, pembudidaya ikan, dan usaha kelautan dan perikanan

lainnya;

c. memberikan kompensasi/ganti kerugian kepada masyarakat

sekitar yang terkena dampak reklamasi;

d. merelokasi permukiman bagi masyarakat yang berada pada

lokasi reklamasi; dan/atau

e. memberdayakan masyarakat sekitar yang terkena dampak

reklamasi.

Pasal 28

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan reklamasi ter-

hadap keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat

diatur oleh Menteri.

Pasal 29 …

- 18 -

Pasal 29

Untuk menjaga keseimbangan antara kepentingan pemanfaat-

an dan kepentingan pelestarian fungsi lingkungan pesisir dan

pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26

huruf b pelaksana reklamasi wajib mengurangi dampak:

a. perubahan hidro-oceanografi yang meliputi arus, gelombang,

dan kualitas sedimen dasar laut;

b. perubahan sistem aliran air dan drainase;

c. peningkatan volume/frekuensi banjir dan/atau genangan;

d. perubahan batimetri;

e. perubahan morfologi dan tipologi pantai;

f. penurunan kualitas air dan pencemaran lingkungan hidup;

dan

g. degradasi ekosistem pesisir.

Pasal 30

(1) Persyaratan teknis pengambilan, pengerukan, dan penim-

bunan material sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26

huruf c meliputi:

a. metode pengambilan, pengerukan, dan penimbunan

material yang digunakan tidak mengakibatkan pence-

maran lingkungan hidup, merusak ekosistem, semburan

lumpur (mud explosion), gelombang lumpur (mud wave),

bencana pesisir serta mematikan keberlanjutan

kehidupan dan penghidupan masyarakat; dan

b. material reklamasi merupakan tanah dominan pasir dan

tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3).

(2) Metode ...

- 19 -

(2) Metode pengambilan material timbunan di darat dapat

menggunakan:

a. peledakan untuk material batuan; dan/atau

b. peralatan mekanik untuk material batuan dan tanah.

(3) Metode pengerukan material timbunan di perairan dilaku-

kan dengan menggunakan kapal sesuai jenis dan kepadat-

an material.

(4) Metode penimbunan material timbunan dilakukan dengan:

a. mengangkut material dengan dumptruck, dituangkan di

lokasi reklamasi, dihamparkan dengan bulldozer dan

diratakan dengan grader, setelah itu dipadatkan untuk

lokasi sumber material di darat;

b. mengangkut material dengan kapal, ditebarkan dengan

cara penyemprotan lapis demi lapis dan dipadatkan

untuk lokasi sumber material di perairan; dan

c. menggunakan kantong pasir (sand bag) dan silt barricade

untuk mencegah pencemaran lingkungan laut.

BAB V

MONITORING DAN EVALUASI

Pasal 31

(1) Monitoring dan evaluasi reklamasi dilakukan oleh Menteri,

menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,

gubernur, bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk

sesuai dengan kewenangannya.

(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana yang dimaksud pada

ayat (1) dilakukan pada tahap pelaksanaan reklamasi agar

sesuai dengan perencanaan dan izin lingkungan.

BAB VI ...

- 20 -

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 32

(1) Permohonan izin lokasi reklamasi dan izin pelaksanaan

reklamasi yang diajukan sebelum ditetapkannya Peraturan

Presiden ini diproses sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku sebelum ditetapkannya

Peraturan Presiden ini.

(2) Izin lokasi reklamasi dan izin pelaksanaan reklamasi yang

telah diterbitkan sebelum ditetapkannya Peraturan

Presiden ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan

jangka waktu izin berakhir.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 33

Semua peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

kegiatan reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

yang telah ada, sepanjang tidak bertentangan dengan

Peraturan Presiden ini, tetap berlaku sampai dengan

dikeluarkannya peraturan pelaksanaan yang baru.

Pasal 34

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal diundang-

kan.

Agar …

- 21 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengun-

dangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 5 Desember 2012

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 6 Desember 2012

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 267

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KABINET RI

Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat,

ttd.

Agus Sumartono, S.H., M.H.