peraturan-pedoman-perilaku

10
KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERILAKU BAGI PELAKSANA KHUSUS DAN PETUGAS PENERIMA LAPORAN MASYARAKAT, VERIFIKASI, ANOTASI, PEMANTAUAN, PERSIDANGAN, PEMERIKSAAN, DAN INVESTIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga citra dan martabat Komisi Yudisial dalam melaksanakan tugas wajib berpedoman pada Pedoman Perilaku Pelaksana Khusus dan Petugas Penerima Laporan Masyarakat, Verifikasi, Anotasi, Pemantauan, Pemeriksaan dan Investigasi Komisi Yudisial; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Sekretaris Jenderal tentang Pedoman Perilaku Pelaksana Khusus dan Petugas Penerima Laporan Masyarakat, Verifikasi, Anotasi, Pemantauan, Persidangan, Pemeriksaan, dan Investigasi; Mengingat : 1. Pasal 24B Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang–Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4415);

description

sdwd

Transcript of peraturan-pedoman-perilaku

Page 1: peraturan-pedoman-perilaku

KOMISI YUDISIAL

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 04 TAHUN 2013

TENTANG

PEDOMAN PERILAKU BAGI PELAKSANA KHUSUS DAN PETUGAS

PENERIMA LAPORAN MASYARAKAT, VERIFIKASI, ANOTASI,

PEMANTAUAN, PERSIDANGAN, PEMERIKSAAN, DAN INVESTIGASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk menjaga citra dan martabat

Komisi Yudisial dalam melaksanakan tugas

wajib berpedoman pada Pedoman Perilaku

Pelaksana Khusus dan Petugas Penerima

Laporan Masyarakat, Verifikasi, Anotasi,

Pemantauan, Pemeriksaan dan Investigasi

Komisi Yudisial;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan

Peraturan Sekretaris Jenderal tentang Pedoman

Perilaku Pelaksana Khusus dan Petugas

Penerima Laporan Masyarakat, Verifikasi,

Anotasi, Pemantauan, Persidangan,

Pemeriksaan, dan Investigasi;

Mengingat : 1. Pasal 24B Undang–Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang–Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

89, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4415);

Page 2: peraturan-pedoman-perilaku

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Komisi Yudisial selanjutnya disebut Lembaga adalah lembaga negara

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

2. Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial, selanjutnya disebut Sekretaris

Jenderal, adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial sebagaimana telah diubah

dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010

tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

74);

4. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2012

tentang Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial;

5. Peraturan Komisi Yudisial Nomor 3 Tahun 2011

tentang Pengawasan Hakim;

6. Peraturan Komisi Yudisial Nomor 4 Tahun 2013

tentang Tata Cara Penanganan Laporan

Masyarakat;

7. Peraturan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial

Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011

tentang Kode Etik Pegawai Sekretariat Jenderal

Komisi Yudisial Republik Indonesia.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL

TENTANG PEDOMAN PERILAKU PELAKSANA KHUSUS

DAN PETUGAS PENERIMA LAPORAN MASYARAKAT,

VERIFIKASI, ANOTASI, PEMANTAUAN, PERSIDANGAN,

PEMERIKSAAN, DAN INVESTIGASI

Page 3: peraturan-pedoman-perilaku

3. Pelaksana Khusus adalah Tenaga Ahli yang ditunjuk oleh Ketua, Wakil

Ketua atau Sekretaris Jenderal untuk melakukan verifikasi, anotasi,

pemantauan, pemeriksaan dan/atau investigasi.

4. Petugas adalah pegawai Komisi Yudisial yang ditunjuk oleh Sekretaris

Jenderal dalam hal ini Kepala Biro untuk melakukan tugas penerimaan

laporan masyarakat, verifikasi, anotasi, pemantauan, persidangan,

pemeriksaan dan investigasi.

5. Kepala Biro adalah Kepala Biro Pengawasan Perilaku Hakim atau Kepala

Biro Investigasi.

6. Pelapor adalah orang perseorangan, kelompok orang, badan publik,

badan hukum, korporasi atau lembaga swadaya masyarakat yang

berdomisili di wilayah Indonesia atau di luar wilayah Indonesia yang

melaporkan kepada Komisi Yudisial tentang dugaan pelanggaran

Pedoman perilaku petugas dan Pedoman Perilaku Hakim.

7. Terlapor adalah hakim yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik

dan Pedoman Perilaku Hakim.

8. Pihak yang berkepentingan adalah pemohon, pelapor, terlapor dan pihak

lain terkait.

9. Saksi adalah seseorang yang mengetahui, melihat, dan mengalami

sendiri atas suatu pelanggaran Kode Etik dengan menyebut alasan dari

pengetahuannya itu.

10. Ahli adalah seseorang yang memiliki keahlian khusu tentang hal yang

diperlukan untuk membuat terang suatu laporan dan/atau informasi

untuk kepentingan pemeriksaan.

11. Klarifikasi adalah keterangan yang disampaikan oleh Pelaksana

Khusus dan/atau Petugas berkaitan dengan dugaan pelanggaran

pedoman perilaku.

BAB II

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Peraturan ini bertujuan untuk menjaga martabat, kehormatan, citra dan

kredibilitas pelaksana khusus dan petugas dalam melakukan penerimaan

laporan masyarakat, verifikasi, anotasi, pemantauan,persidangan,

pemeriksaan dan investigasi.

Pasal 3

Peraturan ini berlaku bagi Pelaksana Khusus dan Pegawai pada Biro

Pengawasan Perilaku Hakim dan Biro Investigasi

Page 4: peraturan-pedoman-perilaku

BAB III

NILAI-NILAI DASAR

Pasal 4

Pelaksana Khusus dan Petugas wajib menerapkan nilai-nilai dasar sebagai

berikut :

a. integritas, yaitu sikap, perilaku, dan jujur terhadap diri sendiri dan

lingkungan, bersikap objektif dalam menghadapi permasalahan.

b. profesional, yaitu berpengetahuan luas dan berketerampilan tinggi sehingga

memiliki kompetensi handal dan berkomitmen memberikan hasil terbaik.

c. transparan, yaitu setiap pelaksanaan tugas dapat terukur dan dapat

dipertanggungjawabkan serta senantiasa dievaluasi secara berkala dan

terbuka.

d. religius, yaitu berkeyakinan bahwa setiap tindakan yang dilakukan berada

di bawah pengawasan Tuhan Yang Maha Mengetahui, dan mengawali setiap

tindakan selalu didasari niat sehingga apa yang dilakukan harus lebih baik

dari sebelumnya.

e. produktif, yaitu mampu bekerja secara sistematis, terarah, dengan orientasi

hasil kerja yang berkualitas sesuai dengan standar kinerja yang telah

ditetapkan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara efektif

dan efisien serta dapat dipertanggungjawabkan.

BAB IV

KEWAJIBAN DAN LARANGAN

Bagian Kesatu

Kewajiban

Pasal 5

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Pelaksana Khusus dan

Petugas wajib :

a. menerapkan prinsip independen dan imparsial

b. menerapkan prinsip kejujuran dan objektifitas;

c. menerapkan prinsip kehati-hatian dan ketelitian;

d. menjalankan pekerjaan sesuai tugas dan wewenangnya;

e. menghormati, mempercayai dan dapat bekerjasama dengan baik;

f. menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan ekonomis;

g. mempunyai komitmen tinggi untuk bekerja sesuai dengan standar yang

telah ditetapkan;

h. menjaga dan menyimpan rahasia negara dan/atau rahasia jabatan;

Page 5: peraturan-pedoman-perilaku

Bagian Kedua

Larangan

Pasal 6

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Pelaksana Khusus dan

Petugas dilarang:

a. menerima pemberian atau fasilitas dalam bentuk apapun baik langsung

maupun tidak langsung yang diduga atau patut diduga dapat

mempengaruhi pelaksanaan tugas dan wewenangnya;

b. menangani laporan apabila mempunyai hubungan keluarga, kelompok

maupun pertemanan dengan pihak yang berkepentingan;

c. memberikan nasehat hukum dalam kasus/perkara yang melibatkan

pelapor;

d. merangkap jabatan dan/atau profesi yang menimbulkan benturan

kepentingan dengan tugas dan wewenangnya;

e. memberikan janji kepada pihak yang berkepentingan di luar tugas dan

kewenangannya;

f. menyalahgunakan data dan/atau informasi yang berkaitan dengan

jabatan, tugas dan wewenangnya untuk kepentingan pribadi, golongan

atau pihak lain;

g. melakukan komunikasi atau mengadakan pertemuan atau suatu aktifitas

dengan pihak yang berkepentingan untuk keuntungan pribadi atau

kelompok;

h. melakukan intimidasi atau tekanan kepada para pihak yang

berkepentingan;

i. melakukan hal-hal yang tidak terkait dengan tugas dan kewenangan

untuk mendapatkan manfaat/keuntungan tertentu dari pihak-pihak yang

terkait dengan penanganan laporan;

j. merangkap jabatan sebagai advokat untuk beracara secara aktif di

pengadilan atau jabatan lainnya yang dapat menimbulkan benturan

kepentingan dengan pelaksanaan fungsi dan kewenangan Komisi Yudisial;

k. menyampaikan data dan/atau informasi yang diketahui, di dengar, atau

didengarnya terutama berkaitan dengan tugas-tugasnya yang wajib

dirahasikan kepada media massa maupun kepada pihak-pihak lain yang

tidak berhak tanpa persetujuan dari pimpinan Komisi Yudisial.

Page 6: peraturan-pedoman-perilaku

BAB V

PENGAWASAN DAN SANKSI

Bagian Kesatu

Pengawasan

Pasal 7

Pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan ini dilakukan oleh;

(1) pimpinan di setiap unit kerja;

(2) rekan kerja;

(3) masyarakat.

Bagian Kedua

Sanksi

Pasal 8

(1) Petugas dan Pelaksana Khusus yang melakukan pelanggaran terhadap

ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 dan Pasal 6 dikenakan

sanksi.

(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis;

c. pemberhentian sementara;

d. pemberhentian tetap.

(3) Selain sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan sanksi

tambahan berupa pengembalian uang dan/atau barang dan fasilitas

lainnya yang telah diperoleh secara tidak sah.

(4) Sanksi yang dikenakan dalam peraturan ini tidak membebaskan petugas

yang melakukan pelanggaran dari pengenaan sanksi sebagaimana diatur

dalam peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil dan Kode Etik Pegawai

Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia.

BAB VI

TATA CARA PENYAMPAIAN

DUGAAN PELANGGARAN PEDOMAN PERILAKU

Pasal 9

(1) Dugaan terhadap pelanggaran Pedoman Perilaku dapat berupa aduan

dan/atau temuan.

(2) Setiap orang yang mengetahui adanya dugaan pelanggaran pedoman

perilaku oleh Pelaksana Khusus dan/atau Petugas dapat menyampaikan

dugaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pimpinan unit kerja

secara hierarki.

(3) Penyampaian aduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

secara tertulis atau secara langsung dengan menyebutkan pelanggaran

yang dilakukan, bukti-bukti, dan identitas.

Page 7: peraturan-pedoman-perilaku

(4) Pimpinan unit kerja atau Sekretaris Jenderal wajib merahasiakan aduan

dan identitas pengadu.

BAB VII

KLARIFIKASI

Pasal 10

(1) Pimpinan unit kerja atau Sekretaris Jenderal dapat melakukan klarifikasi

kepada Pejabat Pelaksana Khusus dan/atau Petugas yang diduga

melakukan pelanggaran pedoman perilaku.

(2) Klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara lisan

dan/atau tulisan paling lama 3 (tiga) hari sejak aduan dan/atau temuan

disampaikan.

(3) Pimpinan unit kerja dapat memberikan rekomendasi kepada Sekretaris

Jenderal untuk mengajukan Petugas yang diduga melakukan pelanggaran

terhadap pedoman perilaku ke Majelis Kode Etik setelah melakukan

klarifikasi terhadap dugaan pelanggaran.

(4) Sekretaris Jenderal dapat memberikan rekomendasi kepada Ketua Komisi

Yudisial untuk mengajukan Pelaksana Khusus yang diduga melakukan

pelanggaran terhadap pedoman perilaku ke Majelis Kode Etik Pelaksana

Khusus setelah melakukan klarifikasi terhadap dugaan pelanggaran.

(1) Penyampaian rekomendasi sebagaimana dimakasud pada ayat (3) dan

ayat (4) dilakukan paling lama 5 (lima) hari setelah klarifikasi.

BAB VIII

MAJELIS KODE ETIK

Pasal 11

(1) Dalam hal pelanggaran pedoman perilaku dilakukan oleh Petugas dapat

dibentuk Majelis Kode Etik.

(2) Pembentukan, tugas, dan kewajiban Majelis Kode Etik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Sekretaris Jenderal

Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Pegawai Sekretariat Jenderal

Komisi Yudisial Republik Indonesia.

Page 8: peraturan-pedoman-perilaku

BAB IX

MAJELIS KODE ETIK PELAKSANA KHUSUS

Bagian Kesatu

Pembentukan Majelis Kode Etik Pelaksana Khusus

Pasal 12

(1) Dalam hal pelanggaran pedoman perilaku dilakukan oleh Pelaksana

Khusus dapat dibentuk Majelis Kode Etik Pelaksana Khusus.

(2) Ketua Komisi Yudisial membentuk Majelis Kode Etik Pelaksana Khusus

untuk memeriksa dugaan pelanggaran pedoman perilaku yang dilakukan

oleh Pelaksana Khusus.

(3) Susunan Majelis Kode Etik Pelaksana Khusus terdiri dari 1 (satu) orang

Ketua dan 2 (dua) orang anggota.

(4) Majelis Kode Etik Pelaksana Khusus adalah anggota Komisi Yudisial

Republik Indonesia yang dibantu oleh Sekretaris Jenderal bertindak

sebagai sekretaris.

(5) Sekretaris Jenderal dapat mendelegasikan kepada Pejabat Eselon II di

lingkungan Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial.

Bagian Kedua

Tugas dan Kewajiban

Pasal 13

Majelis Kode Etik Pelaksana Khusus mempunyai tugas dan kewajiban :

a. melakukan panggilan secara tertulis kepada Pelaksana Khusus yang

diduga melakukan pelanggaran terhadap pedoman perilaku.

b. melakukan panggilan kedua kepada Pelaksana Khusus yang diduga

melakukan pelanggaran terhadap pedoman perilaku paling lama 5 (hari)

setelah panggilan pertama, apabila Pelaksana Khusus yang diduga

melanggar pedoman perilaku tidak memenuhi panggilan pertama.

c. memberi kesempatan kepada Pelaksana Khusus yang diduga melakukan

pelanggaran pedoman perilaku untuk membela haknya.

d. membuat keputusan atas dugaan pelanggaran pedoman perilaku dan

menyampaikan keputusan kepada Ketua Komisi Yudisial untuk

menjatuhkan sanksi.

e. menjaga kerahasian seluruh proses sidang Majelis Kode Etik Pelaksana

Khusus.

Page 9: peraturan-pedoman-perilaku

Bagian Ketiga

Sidang Majelis Kode Etik Pelaksana Khusus

Pasal 14

(1) Majelis Kode Etik Pelaksana Khusus menetapkan waktu sidang paling

lama14 (empat belas) hari setelah menerima rekomendasi dari Sekretaris

Jenderal.

(2) Pelaksana Khusus yang diduga melakukan pelanggaran pedoman perilaku

wajib hadir dalam sidang Majelis Kode Etik Pelaksana Khusus dan tidak

dapat diwakilkan atau didampingi oleh pihak lain.

(3) Surat panggilan kepada Pelaksana Khusus yang diduga melakukan

pelanggaran pedoman perilaku paling lama diterima 3 (tiga) hari sebelum

dilakukan sidang Majelis Kode Etik Pelaksana Khusus.

(4) Sidang Majelis Kode Etik Pelaksana Khusus bersifat tertutup.

(5) Pelaksana Khusus yang diduga melakukan pelanggaran pedoman perilaku

berhak untuk melakukan pembelaan diri, mengajukan saksi dan/atau

bukti-bukti.

(6) Dalam hal Pelaksana Khusus yang diduga melakukan pelanggaran

pedoman perilaku telah dipanggil secara patut dalam sidang Majelis Kode

Etik Pelaksana Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) namun tidak

hadir, Majelis Kehormatan Etik dapat menunda sidang dan menetapkan

sidang berikutnya.

(7) Apabila Pelaksana Khusus yang diduga melakukan pelanggaran terhadap

pedoman perilaku tidak hadir meskipun telah dipanggil secara patut,

Majelis Kehormatan Etik Pelaksana Khusus dapat melakukan sidang

tanpa kehadiran yang bersangkutan.

(8) Pengambilan putusan dilakukan secara musyawarah mufakat dan apabila

tidak tercapai mufakat, maka putusan diambil berdasarkan suara

terbanyak.

(9) Majelis Majelis Kehormatan Etik Pelaksana Khusus wajib menyampaikan

keputusan kepada Ketua Komisi Yudisial paling lama 7 (tujuh) hari

setelah sidang dilakukan.

Page 10: peraturan-pedoman-perilaku

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 15

Peraturan Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial ini berlaku sejak tanggal di

tetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 4 Maret 2013

Sekretaris Jenderal

Muzayyin Mahbub