PERATURAN MENTERI KEUANGAN

26

Transcript of PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Page 1: PERATURAN MENTERI KEUANGAN
Page 2: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGANNOMOR /PMK.010/201...TENTANGPERUSAHAAN PEMBIAYAANDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAMENTERI KEUANGAN,Menimbang:bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 8 danPasal 11Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang LembagaPembiayaan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangantentang Perusahaan Pembiayaan;Mengingat :1.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502);2.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 64);3.Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007tentang Perseroan Terbatas(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);4.

Page 3: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentangPencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5164);5.Peraturan PresidenNomor 9 Tahun 2009 tentang LembagaPembiayaan;6.Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010;7.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 634/KMK.013/1990 tentangPengadaan Barang Modal Berfasilitas Melalui Perusahaan SewaGuna Usaha (PerusahaanLeasing);8.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentangKegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing);-2-9.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri KeuanganNomor 143.1/PMK.01/2009;10.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 30/PMK.010/2010 tentangPenerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan NonBank;MEMUTUSKAN:Menetapkan :PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANGPERUSAHAANPEMBIAYAAN.BAB IKETENTUAN UMUMPasal 1Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan:1.Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.

Page 4: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

2.Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yangkhusus didirikanuntuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaankonsumen, dan/atau usaha kartu kredit.3.Pemberi Sewa Guna Usaha (Lessor) adalah Perusahaan Pembiayaanyang telah memperoleh izin usaha dari Menteri dan melakukankegiatan sewa guna usaha.4.Penyewa Guna Usaha (Lessee) adalah perusahaan atau peroranganyang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari PemberiSewa Guna Usaha.5.Pembeli Piutang (Factor) adalah Perusahaan Pembiayaan yang telahmemperoleh izin usaha dari Menteri dan melakukan kegiatan anjakpiutang.6.Penjual Piutang (Client) adalah perusahaan yang menjual piutangdagang jangka pendek kepada Pembeli Piutang.7.Penyedia Pembiayaan Konsumen adalahPerusahaan Pembiayaanyang telah memperoleh izin usaha dari Menteri dan melakukankegiatan pembiayaan konsumen.8.Konsumen adalah perusahaan atau perorangan yangmenerima-3-pembiayaan pengadaan barang, baik yang berwujud maupun tidakberwujud dari Penyedia Pembiayaan Konsumen.9.Penyedia PembiayaanKartu Kredit adalah Perusahaan Pembiayaanyang telah memperoleh izin usaha dari Ment

Page 5: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

eri dan melakukankegiatan pembiayaan kartu kredit.10.Pemegang Kartu Kredit adalah perorangan yang menerimapembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa denganmenggunakan kartu kredit dari Penyedia Pembiayaan Kartu Kredit.11.Badan Usaha Asing atau Lembaga Asing adalah badan atau lembagaberbadan hukum, baik swasta maupunpemerintah yang didirikantidak berdasarkan hukum Indonesia.12. Hari adalah hari kerja.13. Direksi adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai perseroan perbatas bagi Perusahaan Pembiayaanberbentuk badan hukum perseroan terbatas dan pengurussebagaimanadimaksuddalamundang-undangmengenaiperkoperasian bagi Perusahaan Pembiayaan berbentuk badan hukumkoperasi.14. DewanKomisaris adalah dewan komisaris sebagaimana dimaksuddalamundang-undangmengenaiperseroanperbatasbagiPerusahaan Pembiayaan berbentuk badan hukum perseroan terbatasdan pengawas sebagaimana dimaksud dalam undang-undangmengenai perkoperasian bagi Perusahaan Pembiayaan berbentukbadan hukum koperasi.15. KantorCabang adalah unit usaha dari suatu Perusahaan Pembiayaanyang menjalankan kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan.16. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 2 (dua)Perusahaan Pembiayaan atau lebih untuk meleburkan diri dengancara mendirikan 1 (satu) Perusahaan Pembiayaan baru yang karena

Page 6: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

hukum memperoleh aset, kewajiban, dan ekuitas dari PerusahaanPembiayaan yang meleburkan diri dan status badan hukumPerusahaan Pembiayaan yang meleburkan diri berakhir karenahukum.17.Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 1(satu) Perusahaan Pembiayaan atau lebih untuk menggabungkandiri dengan Perusahaan Pembiayaan lain yang telah ada yangmengakibatkan aset, kewajiban, dan ekuitas dari PerusahaanPembiayaan yang menggabungkan diri beralih karena hukumkepada Perusahaan Pembiayaan yang menerima penggabungan dan-4-selanjutnya status badan hukum Perusahaan Pembiayaan yangmenggabungkan diri berakhir karena hukum.18.Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan olehbadan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih sahamPerusahaanPembiayaanyangmengakibatkanberalihnyapengendalian atas Perusahaan Pembiayaan tersebut.19.Pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan olehPerusahaanPembiayaanuntukmemisahkanusahayangmengakibatkan seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas PerusahaanPembiayaan beralih karena hukum kepada 2 (dua) PerusahaanPembiayaan atau lebih atau sebagian aset, kewajiban, dan ekuitasPerusahaan Pembiayaan beralih karena hukum kepada 1 (satu)perusahaan atau lebih.20.Aset Produktif adalah semua aset yang dimiliki oleh PerusahaanPembiayaan dengan maksud untuk memperoleh penghasilan.21. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatanPerusahaan Pembiayaan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh

Page 7: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah.22.Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari kantor pusat PerusahaanPembiayaan yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atauunit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah.23.Ijarahadalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna(manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu denganpembayaran sewa (ujrah), antara Perusahaan Pembiayaan sebagaipemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) tanpa diikutipengalihan kepemilikan barang itu sendiri.24.Ijarah Muntahiyah Bittamlikadalah akad penyaluran dana untukpemindahan hak guna (manfaat) atassuatu barang dalam waktutertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), antara PerusahaanPembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa(musta’jir) disertai opsi pemindahan hak milik atas barang tersebutkepada penyewa setelah selesai masa sewa.25.Wakalah bil Ujraadalah pelimpahan kuasa oleh satu pihak (almuwakkil) kepada pihak lain (al wakil) dalam hal-hal yang bolehdiwakilkan dengan pemberian keuntungan (ujrah

Page 8: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

).26.Murabahahadalah akad pembiayaan untuk pengadaan suatu barangdengan menegaskan harga belinya (harga perolehan) kepada pembelidan pembeli membayarnya secara angsuran dengan harga lebih-5-sebagai laba.27.Salamadalah akad pembiayaan untuk pengadaan suatu barangdengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengansyarat-syarat tertentu yang disepakati para pihak.28.Istishna’adalah akad pembiayaan untuk pemesanan pembuatanbarang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yangdisepakati antara pemesan (pembeli,mustashni`) dan penjual(pembuat,shani`) dengan harga yang disepakati bersama oleh parapihak.29. Ketua adalahKetua Badan Pengawas Pasar Modal dan LembagaKeuangan.30. KepalaBiro adalah Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan, BadanPengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.BAB IIKEGIATAN USAHAPasal 2Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan meliputi:a. sewa guna usaha;b. anjak piutang;c. usaha kartu kredit; dan/ataud. pembiayaan konsumen.Pasal 3(1)Sewa guna usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a wajibdilakukan dalam bentuk pembiayaan pengadaan barang modalkepadaPenyewa Guna Usaha untuk jangka waktu tertentu melalui

Page 9: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

angsuran dengan mengalihkan secara substansial seluruh risiko danmanfaat barang modal (sewa pembiayaan).(2)Selain melakukan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Pemberi Sewa Guna Usaha dapatmelakukan pembiayaan pengadaanbarang modal kepada Penyewa Guna Usaha untuk jangka waktutertentu melalui angsuran tanpa mengalihkan secara substansialseluruh risiko dan manfaat barang modal (sewa operasi).(3) Sewa guna usaha sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan (2) dapatdilakukan sebagai berikut:-6-a. Pemberi SewaGuna Usaha melakukan Sewa Guna Usaha atasbarang modal dari pemasok bagi Penyewa Guna Usaha (directlease); dan/ataub. Pemberi SewaGuna Usaha membeli barang Penyewa Guna Usahayang kemudian disewagunausahakan kembali (sale and leaseback).(4)Sewa guna usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), danayat (3) antara Pemberi Sewa Guna Usaha dan Penyewa Guna Usahawajib diikat dengan perjanjian tertulis.(5) Sepanjang perjanjian sewa guna usaha masih berlaku, hak milik atasbarang modal obyek transaksi sewa guna usaha berada pada PemberiSewa Guna Usaha.Pasal 4(1)Anjak piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, wajibdilakukan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendekyang memiliki jatuh tempo paling lama 2 (dua) tahun.(2) Piutang dagangjangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:a. piutang dari transaksi perdagangan; dan/ataub. piutangdari kegiatan usaha pembiayaan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2.(3) Anjak piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

Page 10: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

a. Anjak piutang tanpa jaminan dari Penjual Piutang (withoutrecourse); dan/ataub. Anjak piutang dengan jaminan dari Penjual Piutang (withrecourse).(4)Dalam anjak piutang tanpa jaminan dari Penjual Piutangsebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, seluruh risiko atastidak tertagihnya piutang yang dijual kepada Pembeli Piutangditanggung Pembeli Piutang.(5)Dalam anjak piutang dengan jaminan dari Penjual Piutangsebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, sebagian atau seluruhrisiko tidak tertagihnya piutang yang dijual kepada Pembeli Piutangditanggung Penjual Piutang.(6) Anjak piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), danayat (3) antara Pembeli Piutang dan Penjual Piutang wajib diikatdengan perjanjian tertulis.-7-Pasal 5(1) Usaha kartu kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c,wajib dilakukandalam bentuk kegiatan pembiayaan untukpembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit.(2) Usaha kartu kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antaraPenyedia Pembiayaan Kartu Kredit dan Pemegang Kartu Kreditwajib diikat dengan perjanjian tertulis.(3) Penyedia Pembiayaan Kartu Kredit harusmengikuti ketentuan BankIndonesia sepanjang berkaitan dengan sistem pembayaran.Pasal 6(1) Pembiayaan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 hurufd, wajib dilakukan dalam bentuk pembiayaan untuk pengadaanbarang, baik yang berwujud maupun tidak berwujud,berdasarkan

Page 11: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

kebutuhan Konsumen dengan pembayaran secara angsuran.(2) Selain bentuk pembiayaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1),Penyedia Pembiayaan Konsumen dapat melakukan pembiayaandalam bentuk pembiayaan kembali atas barang milik Konsumenyang pengadaannya berasal dari Penyedia Pembiayaan Konsumenyang sama, dengan pembayaran secara angsuran.(3) Kebutuhan Konsumensebagaimana dimaksud pada ayat (1), antaralain meliputi:a. Pembiayaan kendaraan bermotor;b. Pembiayaan alat-alat rumah tangga;c. Pembiayaan barang-barang elektronik;d. Pembiayaan perumahan.(4) Pembiayaan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat(2), dan ayat (3) antara Penyedia Pembiayaan Konsumen danKonsumen wajib diikat dengan perjanjian tertulis.Pasal 7Ketentuanmengenaipokok-pokokperjanjiantertuliskegiatanPerusahaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4),Pasal 4 ayat (6), Pasal 5 ayat (2), dan Pasal 6 ayat (4),diatur lebih lanjutdalam Peraturan Ketua.

Page 12: PERATURAN MENTERI KEUANGAN
Page 13: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGANNOMOR /PMK.010/201...TENTANGPERUSAHAAN PEMBIAYAANDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAMENTERI KEUANGAN,Menimbang:bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 8 danPasal 11Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang LembagaPembiayaan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangantentang Perusahaan Pembiayaan;Mengingat :1.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502);2.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 64);3.Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007tentang Perseroan Terbatas(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);4.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentangPencegahan danPemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2010 Nomor 122, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5164);5.Peraturan PresidenNomor 9 Tahun 2009 tentang LembagaPembiayaan;6.Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010;7.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 634/KMK.013/1990 tentang

Page 14: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Pengadaan Barang Modal Berfasilitas Melalui Perusahaan SewaGuna Usaha (PerusahaanLeasing);8.Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentangKegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing);-2-9.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentangOrganisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri KeuanganNomor 143.1/PMK.01/2009;10.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 30/PMK.010/2010 tentangPenerapan Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan NonBank;MEMUTUSKAN:Menetapkan :PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANGPERUSAHAANPEMBIAYAAN.BAB IKETENTUAN UMUMPasal 1Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan:1.Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.2.Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yangkhusus didirikanuntuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaankonsumen, dan/atau usaha kartu kredit.3.Pemberi Sewa Guna Usaha (Lessor) adalah Perusahaan Pembiayaanyang telah memperoleh izin usaha dari Menteri dan melakukankegiatan sewa guna usaha.4.Penyewa Guna Usaha (

Page 15: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lessee) adalah perusahaan atau peroranganyang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari PemberiSewa Guna Usaha.5.Pembeli Piutang (Factor) adalah Perusahaan Pembiayaan yang telahmemperoleh izin usaha dari Menteri dan melakukan kegiatan anjakpiutang.6.Penjual Piutang (Client) adalah perusahaan yang menjual piutangdagang jangka pendek kepada Pembeli Piutang.7.Penyedia Pembiayaan Konsumen adalahPerusahaan Pembiayaanyang telah memperoleh izin usaha dari Menteri dan melakukankegiatan pembiayaan konsumen.8.Konsumen adalah perusahaan atau perorangan yangmenerima-3-pembiayaan pengadaan barang, baik yang berwujud maupun tidakberwujud dari Penyedia Pembiayaan Konsumen.9.Penyedia PembiayaanKartu Kredit adalah Perusahaan Pembiayaanyang telah memperoleh izin usaha dari Menteri dan melakukankegiatan pembiayaan kartu kredit.10.Pemegang Kartu Kredit adalah perorangan yang menerimapembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa denganmenggunakan kartu kredit dari Penyedia Pembiayaan Kartu Kredit.11.Badan Usaha Asing atau Lembaga Asing adalah badan atau lembagaberbadan hukum, baik swasta maupunpemerintah yang didirikantidak berdasarkan hukum Indonesia.12. Hari adalah hari kerja.13. Direksi adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam undang-

Page 16: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

undang mengenai perseroan perbatas bagi Perusahaan Pembiayaanberbentuk badan hukum perseroan terbatas dan pengurussebagaimanadimaksuddalamundang-undangmengenaiperkoperasian bagi Perusahaan Pembiayaan berbentuk badan hukumkoperasi.14. DewanKomisaris adalah dewan komisaris sebagaimana dimaksuddalamundang-undangmengenaiperseroanperbatasbagiPerusahaan Pembiayaan berbentuk badan hukum perseroan terbatasdan pengawas sebagaimana dimaksud dalam undang-undangmengenai perkoperasian bagi Perusahaan Pembiayaan berbentukbadan hukum koperasi.15. KantorCabang adalah unit usaha dari suatu Perusahaan Pembiayaanyang menjalankan kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan.16. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 2 (dua)Perusahaan Pembiayaan atau lebih untuk meleburkan diri dengancara mendirikan 1 (satu) Perusahaan Pembiayaan baru yang karenahukum memperoleh aset, kewajiban, dan ekuitas dari PerusahaanPembiayaan yang meleburkan diri dan status badan hukumPerusahaan Pembiayaan yang meleburkan diri berakhir karenahukum.17.Penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 1(satu) Perusahaan Pembiayaan atau lebih untuk menggabungkandiri dengan Perusahaan Pembiayaan lain yang telah ada yangmengakibatkan aset, kewajiban, dan ekuitas dari PerusahaanPembiayaan yang menggabungkan diri beralih karena hukumkepada Perusahaan Pembiayaan yang menerima penggabungan dan-4-

Page 17: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

selanjutnya status badan hukum Perusahaan Pembiayaan yangmenggabungkan diri berakhir karena hukum.18.Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan olehbadan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih sahamPerusahaanPembiayaanyangmengakibatkanberalihnyapengendalian atas Perusahaan Pembiayaan tersebut.19.Pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan olehPerusahaanPembiayaanuntukmemisahkanusahayangmengakibatkan seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas PerusahaanPembiayaan beralih karena hukum kepada 2 (dua) PerusahaanPembiayaan atau lebih atau sebagian aset, kewajiban, dan ekuitasPerusahaan Pembiayaan beralih karena hukum kepada 1 (satu)perusahaan atau lebih.20.Aset Produktif adalah semua aset yang dimiliki oleh PerusahaanPembiayaan dengan maksud untuk memperoleh penghasilan.21. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatanPerusahaan Pembiayaan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan olehlembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah.22.Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari kantor pusat PerusahaanPembiayaan yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atauunit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah.23.Ijarahadalah akad penyaluran dana untuk pemindahan hak guna(manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu denganpembayaran sewa (ujrah), antara Perusahaan Pembiayaan sebagai

Page 18: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) tanpa diikutipengalihan kepemilikan barang itu sendiri.24.Ijarah Muntahiyah Bittamlikadalah akad penyaluran dana untukpemindahan hak guna (manfaat) atassuatu barang dalam waktutertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), antara PerusahaanPembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa(musta’jir) disertai opsi pemindahan hak milik atas barang tersebutkepada penyewa setelah selesai masa sewa.25.Wakalah bil Ujraadalah pelimpahan kuasa oleh satu pihak (almuwakkil) kepada pihak lain (al wakil) dalam hal-hal yang bolehdiwakilkan dengan pemberian keuntungan (ujrah).26.Murabahahadalah akad pembiayaan untuk pengadaan suatu barangdengan menegaskan harga belinya (harga perolehan) kepada pembelidan pembeli membayarnya secara angsuran dengan harga lebih-5-sebagai laba.27.Salamadalah akad pembiayaan untuk pengadaan suatu barangdengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu dengansyarat-syarat tertentu yang disepakati para pihak.

Page 19: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

28.Istishna’adalah akad pembiayaan untuk pemesanan pembuatanbarang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yangdisepakati antara pemesan (pembeli,mustashni`) dan penjual(pembuat,shani`) dengan harga yang disepakati bersama oleh parapihak.29. Ketua adalahKetua Badan Pengawas Pasar Modal dan LembagaKeuangan.30. KepalaBiro adalah Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan, BadanPengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.BAB IIKEGIATAN USAHAPasal 2Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan meliputi:a. sewa guna usaha;b. anjak piutang;c. usaha kartu kredit; dan/ataud. pembiayaan konsumen.Pasal 3(1)Sewa guna usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a wajibdilakukan dalam bentuk pembiayaan pengadaan barang modalkepadaPenyewa Guna Usaha untuk jangka waktu tertentu melaluiangsuran dengan mengalihkan secara substansial seluruh risiko danmanfaat barang modal (sewa pembiayaan).(2)Selain melakukan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Pemberi Sewa Guna Usaha dapatmelakukan pembiayaan pengadaanbarang modal kepada Penyewa Guna Usaha untuk jangka waktutertentu melalui angsuran tanpa mengalihkan secara substansialseluruh risiko dan manfaat barang modal (sewa operasi).(3) Sewa guna usaha sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dan (2) dapatdilakukan sebagai berikut:-6-a. Pemberi Sewa

Page 20: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Guna Usaha melakukan Sewa Guna Usaha atasbarang modal dari pemasok bagi Penyewa Guna Usaha (directlease); dan/ataub. Pemberi SewaGuna Usaha membeli barang Penyewa Guna Usahayang kemudian disewagunausahakan kembali (sale and leaseback).(4)Sewa guna usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), danayat (3) antara Pemberi Sewa Guna Usaha dan Penyewa Guna Usahawajib diikat dengan perjanjian tertulis.(5) Sepanjang perjanjian sewa guna usaha masih berlaku, hak milik atasbarang modal obyek transaksi sewa guna usaha berada pada PemberiSewa Guna Usaha.Pasal 4(1)Anjak piutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, wajibdilakukan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendekyang memiliki jatuh tempo paling lama 2 (dua) tahun.(2) Piutang dagangjangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:a. piutang dari transaksi perdagangan; dan/ataub. piutangdari kegiatan usaha pembiayaan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2.(3) Anjak piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. Anjak piutang tanpa jaminan dari Penjual Piutang (withoutrecourse); dan/ataub. Anjak piutang dengan jaminan dari Penjual Piutang (withrecourse).(4)Dalam anjak piutang tanpa jaminan dari Penjual Piutangsebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, seluruh risiko atastidak tertagihnya piutang yang dijual kepada Pembeli Piutangditanggung Pembeli Piutang.

Page 21: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

(5)Dalam anjak piutang dengan jaminan dari Penjual Piutangsebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, sebagian atau seluruhrisiko tidak tertagihnya piutang yang dijual kepada Pembeli Piutangditanggung Penjual Piutang.(6) Anjak piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), danayat (3) antara Pembeli Piutang dan Penjual Piutang wajib diikatdengan perjanjian tertulis.-7-Pasal 5(1) Usaha kartu kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c,wajib dilakukandalam bentuk kegiatan pembiayaan untukpembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit.(2) Usaha kartu kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antaraPenyedia Pembiayaan Kartu Kredit dan Pemegang Kartu Kreditwajib diikat dengan perjanjian tertulis.(3) Penyedia Pembiayaan Kartu Kredit harusmengikuti ketentuan BankIndonesia sepanjang berkaitan dengan sistem pembayaran.Pasal 6(1) Pembiayaan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 hurufd, wajib dilakukan dalam bentuk pembiayaan untuk pengadaanbarang, baik yang berwujud maupun tidak berwujud,berdasarkankebutuhan Konsumen dengan pembayaran secara angsuran.(2) Selain bentuk pembiayaan sebagaimana dimaksudpada ayat (1),Penyedia Pembiayaan Konsumen dapat melakukan pembiayaandalam bentuk pembiayaan kembali atas barang milik Konsumenyang pengadaannya berasal dari Penyedia Pembiayaan Konsumenyang sama, dengan pembayaran secara angsuran.(3) Kebutuhan Konsumensebagaimana dimaksud pada ayat (1), antaralain meliputi:a. Pembiayaan kendaraan bermotor;b. Pembiayaan alat-alat rumah tangga;c. Pembiayaan barang-barang elektronik;

Page 22: PERATURAN MENTERI KEUANGAN

d. Pembiayaan perumahan.(4) Pembiayaan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat(2), dan ayat (3) antara Penyedia Pembiayaan Konsumen danKonsumen wajib diikat dengan perjanjian tertulis.Pasal 7Ketentuanmengenaipokok-pokokperjanjiantertuliskegiatanPerusahaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4),Pasal 4 ayat (6), Pasal 5 ayat (2), dan Pasal 6 ayat (4),diatur lebih lanjutdalam Peraturan Ketua.