PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN …jdih.kkp.go.id/peraturan/per-20-men-2006.pdf · STATUTA...

27
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 20/MEN/2006 TENTANG STATUTA SEKOLAH TINGGI PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberi pedoman untuk perencanaan, pengembangan program, dan penyelenggaraan kegiatan fungsional pada Sekolah Tinggi Perikanan dipandang perlu menetapkan Statuta Sekolah Tinggi Perikanan; b. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan; Mengingat : 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 118 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4433); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 115 Tahun 1999 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3859); 4. Keputusan Presiden Nomor 126 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1993 tentang Pendirian Sekolah Tinggi Perikanan; 5. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004; 6. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005; 7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;

Transcript of PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN …jdih.kkp.go.id/peraturan/per-20-men-2006.pdf · STATUTA...

PERATURAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 20/MEN/2006

TENTANG

STATUTA SEKOLAH TINGGI PERIKANAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberi pedoman untuk perencanaan, pengembangan program, dan penyelenggaraan kegiatan

fungsional pada Sekolah Tinggi Perikanan dipandang perlu menetapkan Statuta Sekolah Tinggi Perikanan;

b. bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan;

Mengingat : 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 118 Tahun

2004, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4433);

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 115 Tahun 1999 Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3859);

4. Keputusan Presiden Nomor 126 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1993

tentang Pendirian Sekolah Tinggi Perikanan;

5. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004;

6. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 sebagaimana

telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;

7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,

Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata

Kerja Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;

8. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2006;

9. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Departemen

Kelautan dan Perikanan;

10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 19/MEN/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Perikanan;

11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER.07/MEN/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor PER.13/MEN/2006;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

TENTANG STATUTA SEKOLAH TINGGI PERIKANAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Sekolah Tinggi Perikanan, yang selanjutnya disingkat STP, adalah

Perguruan Tinggi di lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan, yang

menyelenggarakan pendidikan tinggi profesional yang bertaraf internasional

di bidang kelautan dan perikanan.

2. Statuta Sekolah Tinggi Perikanan, yang selanjutnya disebut Statuta STP,

adalah pedoman dasar penyelenggaraan kegiatan yang dipakai sebagai

acuan untuk merencanakan, mengembangkan program, dan

menyelenggarakan kegiatan fungsional sesuai dengan tujuan STP, berisi

dasar yang dipakai sebagai rujukan pengembangan peraturan umum,

peraturan akademik, dan prosedur operasional.

3. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

4. Pengajaran adalah pengembangan penalaran peserta didik untuk

mendalami kaidah-kaidah keilmuan sebagai pelaksanaan tugas fungsional

dosen yang terdiri dari pemilihan dan pengorganisasian materi, pelaksanaan

kegiatan pembelajaran, dan penilaian proses serta hasil pembelajaran

sesuai dengan sasaran kurikulum yang telah ditentukan.

5. Lembaga Penyelenggara STP adalah Departemen Kelautan dan Perikanan.

6. Menteri adalah Menteri Kelautan dan Perikanan.

7. Sekretaris Jenderal adalah Sekretaris Jenderal Departemen Kelautan dan

Perikanan.

8. Ketua adalah Ketua STP.

9. Senat STP adalah badan normatif dan perwakilan tertinggi di lingkungan

STP.

10. Dewan penyantun adalah badan yang beranggotakan tokoh-tokoh

masyarakat dan berfungsi membantu dalam hal mengasuh dan membantu

memecahkan permasalahan di STP.

11. Sivitas Akademika adalah satuan yang terdiri dari dosen dan taruna pada

STP.

12. Dosen Biasa adalah dosen yang diangkat oleh Menteri dan ditempatkan

sebagai tenaga tetap pada STP.

13. Dosen Luar Biasa adalah dosen bukan tenaga tetap yang diangkat oleh

Ketua untuk melaksanakan tugas mengajar selama jangka waktu tertentu.

14. Dosen Tamu adalah seorang ahli yang diundang dan ditetapkan oleh Ketua

untuk mengajar di STP selama jangka waktu tertentu.

15. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan STP.

16. Taruna adalah peserta didik yang terdaftar dan mengikuti pendidikan di

STP.

17. Alumni adalah lulusan Akademi Usaha Perikanan, lulusan Pendidikan dan

Latihan Ahli Usaha Perikanan, dan lulusan STP

18. Sumber Daya Pendidikan STP adalah pendukung dan penunjang

pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi yang terdiri dari sumber daya

manusia, sarana dan prasarana, serta sumber dana dan pembiayaan yang

berasal dari Pemerintah, bantuan luar negeri, masyarakat, dan perorangan.

19. Tridarma Perguruan Tinggi adalah kegiatan pendidikan, penelitian, dan

pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan STP.

20. Senat Taruna STP adalah organisasi ketarunaan di STP yang merupakan

perwakilan tertinggi taruna.

21. Kode Etik adalah norma-norma yang harus dijunjung tinggi oleh sivitas

akademika STP sebagai landasan tingkah laku yang memiliki nilai kebenaran

berkenaan dengan moral atau akhlak.

22. Pendidikan reguler adalah pendidikan tinggi meliputi Program Diploma I,

Diploma II, Diploma III, Diploma IV, dan Program Spesialis.

23. Pendidikan Nonreguler adalah pendidikan yang meliputi Program

Profisiensi dan Program Pelatihan.

BAB II

DASAR, VISI, MISI, DAN TUJUAN

Pasal 2

STP berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pasal 3

Visi STP adalah terwujudnya STP sebagai lembaga pendidikan dan pelatihan yang mampu mengantisipasi perkembangan teknologi yang bertaraf internasional.

Pasal 4 Misi STP adalah: a. mewujudkan lembaga pendidikan tinggi perikanan profesional yang bertaraf

internasional; b. mewujudkan program pendidikan unggulan baik vokasi maupun profesi dan

akademik; c. melaksanakan dan mengembangkan penelitian terapan dalam bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi kelautan dan perikanan;

d. melaksanakan dan mengembangkan pola dan mutu pengabdian masyarakat

yang berbasis kelautan dan perikanan; e. melaksanakan dan mengembangkan kerja sama dengan perguruan tinggi,

perusahaan swasta, asosiasi profesi, dan lembaga lain di dalam dan luar

negeri.

Pasal 5

Tujuan STP adalah menyiapkan sumber daya manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, profesional, dan berkualitas untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli

dibidang perikanan yang berwawasan bisnis, dengan penguasaan teknis dan manajerial yang mampu secara mandiri mengelola dan mengembangkan usaha

perikanan bertanggung jawab.

BAB III IDENTITAS

Bagian Pertama

Nama, Domisili, dan Waktu

Pasal 6

(1) Perguruan Tinggi ini disebut Sekolah Tinggi Perikanan (STP).

(2) STP berdomisili di Jalan AUP, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

(3) Perguruan Tinggi ini didirikan pada tanggal 7 September 1962 untuk jangka

waktu yang tidak terbatas.

Bagian Kedua Lambang, Bendera, Hymne, dan Busana Akademik

Pasal 7

(1) Lambang STP berupa gambar dan tulisan sebagai berikut:

a. Gambar kompas dengan arah delapan penjuru angin berwarna kuning

emas melambangkan bahwa taruna berasal dari segenap penjuru tanah

air dan siap menjelajahi lautan; b. Gambar ikan torani berwarna kuning emas melambangkan sikap yang

tangkas, cekatan, dan kreatif dalam melaksanakan tugas;

c. Gambar bintang timur berwarna putih melambangkan cita-cita luhur

dengan tidak melupakan sifat-sifat budaya ketimuran; d. Gambar gelombang samudera berwarna putih melambangkan semangat

yang bergelora tanpa berhenti;

e. Gambar rumput laut dengan akar bercabang lima berwarna kuning emas melambangkan jangkauan ilmu yang dipelajari mulai dari dasar

perairan sampai ke permukaannya dengan tetap setia mengamalkan Pancasila dan UUD 1945;

f. Tulisan Sekolah Tinggi Perikanan berwarna putih melengkung

memayungi lambang;

g. Tulisan Sasanti Jalanidhitah Sarva Jivitam berwarna hitam di dalam pita berwarna putih mengandung arti laut merupakan sumber kehidupan.

(2) Lambang STP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam

Lampiran Peraturan ini.

Pasal 8

(1) Bendera STP berbentuk empat persegi panjang berwarna biru tua dengan

lambang STP di tengahnya.

(2) Bendera sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berskala panjang dengan

lebar 3 (tiga) berbanding 2 (dua).

(3) Pataka STP berukuran lebih kecil dibanding bendera STP dengan seluruh

tepinya dihiasi rumbai benang berwarna kuning emas.

(4) Gambar Bendera dan Pataka STP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (3), tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

Pasal 9

(1) “Hymne Sekolah Tinggi Perikanan” merupakan lagu resmi STP yang

diperdengarkan pada setiap upacara resmi STP yang pelaksanaannya diatur

oleh Ketua.

(2) Partitur “Hyme Sekolah Tinggi Perikanan” sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.

Pasal 10

(1) Busana akademik di lingkungan STP terdiri dari:

a. Busana Senat STP;

b. Busana Taruna.

(2) Busana Senat STP berbentuk toga dan topi.

(3) Busana Taruna STP merupakan seragam pakaian dinas taruna STP. (4) Bentuk, warna, dan penggunaan busana ditetapkan oleh Ketua STP.

BAB IV

ORGANISASI

Bagian Pertama

Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Susunan Organisasi

Pasal 11

(1) STP adalah Perguruan Tinggi Kedinasan di lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Menteri.

(2) Pembinaan STP secara teknis akademik dilakukan oleh Menteri Pendidikan Nasional melalui Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, dan pembinaan teknis operasional dan administratif dilakukan oleh Badan Pengembangan Sumber

Daya Manusia Kelautan dan Perikanan.

(3) STP mempunyai tugas menyelenggarakan program pendidikan profesional keahlian di bidang perikanan.

(4) STP mempunyai fungsi menyelenggarakan:

a. pelaksanaan pendidikan keahlian di bidang perikanan; b. pelaksanaan pengembangan pendidikan di bidang perikanan;

c. pelaksanaan penelitian terapan teknologi perikanan;

d. pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat; e. pelaksanaan pembinaan sivitas akademika dan hubungannya dengan

lingkungan;

f. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

(5) Organisasi STP terdiri dari unsur-unsur:

a. Dewan Penyantun;

b. Pimpinan: Ketua dan Pembantu Ketua; c. Senat STP;

d. Pelaksana Akademik; e. Pelaksana Administrasi; f. Penunjang;

g. Kelompok Dosen.

Bagian Kedua

Dewan Penyantun

Pasal 12

(1) Dewan Penyantun terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat yang diangkat oleh

Ketua.

(2) Dewan Penyantun mempunyai tugas membantu Ketua dalam hal membantu

memecahkan permasalahan STP.

Pasal 13

(1) Susunan Pengurus Dewan Penyantun terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan

Anggota.

(2) Ketua dan Sekretaris Pengurus Dewan Penyantun dipilih oleh dan di antara

para anggota Dewan Penyantun.

(3) Masa jabatan Ketua dan Sekretaris Pengurus Dewan Penyantun selama 4

(empat) tahun.

Bagian Ketiga

Unsur Pimpinan

Pasal 14

(1) Unsur Pimpinan STP terdiri dari Ketua dan 3 (tiga) Pembantu Ketua.

(2) Pembantu Ketua terdiri dari:

a. Pembantu Ketua Bidang Akademik (Puket I);

b. Pembantu Ketua Bidang Administrasi Umum (Puket II);

c. Pembantu Ketua Bidang Ketarunaan (Puket III).

Pasal 15

(1) Ketua STP mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan pendidikan,

penelitian terapan, dan pengabdian kepada masyarakat, serta membina

tenaga kependidikan, taruna, tenaga administrasi, dan pengelolaan

administrasi STP, serta membina hubungan dengan lingkungannya.

(2) Bilamana Ketua berhalangan tidak tetap, Puket I bertindak sebagai

Pelaksana Harian Ketua.

(3) Bilamana Ketua berhalangan tetap, Menteri mengangkat pejabat sementara

Ketua sebelum diangkat Ketua yang baru.

Pasal 16

Ketua diangkat dan diberhentikan oleh Menteri yang sebelumnya dapat

memperhatikan usulan Senat STP, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 17

(1) Masa jabatan Ketua paling lama 4 (empat) tahun. (2) Setelah masa jabatan selesai, Ketua dapat diangkat kembali dengan

ketentuan tidak boleh lebih dari 2 (dua) kali masa jabatan berturut-turut.

Pasal 18

(1) Pembantu Ketua I STP bidang akademik yaitu dosen yang mempunyai tugas

tambahan membantu Ketua dalam memimpin pelaksanaan pendidikan,

penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

(2) Pembantu Ketua II STP bidang administrasi umum yaitu dosen yang

mempunyai tugas tambahan membantu Ketua dalam memimpin

pelaksanaan kegiatan di bidang keuangan dan administrasi umum.

(3) Pembantu Ketua III STP bidang ketarunaan dan alumni yaitu dosen yang

mempunyai tugas tambahan membantu Ketua dalam memimpin

pelaksanaan kegiatan di bidang pembinaan dan pelayanan kesejahteraan

taruna.

(4) Pembantu Ketua I, II, dan III diangkat dan diberhentikan oleh Ketua

dengan memperhatikan saran dan pertimbangan Senat.

(5) Masa jabatan Pembantu Ketua paling lama 4 (empat) tahun dan dapat

dipilih kembali paling banyak 2 (dua) kali masa jabatan berturut-turut.

Bagian Keempat Senat STP

Pasal 19

(1) Senat STP merupakan badan normatif dan perwakilan tertinggi di STP. (2) Senat STP terdiri dari:

a. Ketua Senat merangkap anggota; b. Sekretaris Senat merangkap anggota; c. Anggota meliputi:

1) Guru Besar;

2) Para Pembantu Ketua STP; 3) Para Ketua Jurusan; 4) Wakil dosen;

5) Unsur lain yang ditetapkan oleh Senat STP.

(3) Ketua Senat STP dijabat oleh Ketua sedangkan Sekretaris Senat

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, yang dipilih diantara

anggota Senat.

(4) Anggota Senat yang berasal dari wakil dosen biasa dipilih oleh dan dari

dosen tiap program studi.

(5) Masa jabatan anggota senat paling lama 4 (empat) tahun.

(6) Pergantian antarwaktu anggota senat dapat dilaksanakan dengan ketentuan

yang berlaku.

Pasal 20

Senat STP mempunyai tugas pokok: a. merumuskan konsep kebijakan akademik dan pengembangan STP; b. menyusun konsep kebijakan penilaian prestasi akademik dan pengembangan

kecakapan serta kepribadian sivitas akademika;

c. merumuskan norma dan tolak ukur penyelenggaraan STP; d. memberikan pertimbangan atas Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja

STP yang disusun oleh Ketua; e. mengevaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan; f. merumuskan peraturan pelaksanaan kebebasan akademik, kebebasan mimbar

akademik, dan otonomi keilmuan pada STP;

g. memberikan pertimbangan kepada penyelenggara STP berkenaan dengan calon-calon yang diusulkan untuk diangkat menjadi Ketua dan Pembantu Ketua serta dosen yang dicalonkan memangku jabatan akademik di atas

Lektor;

h. memberikan pertimbangan dan/atau persetujuan untuk pengangkatan dan kenaikan jabatan Dosen Biasa;

i. menegakkan kode etik yang berlaku bagi sivitas akademika.

Pasal 21

(1) Senat STP bersidang sekurang-kurangnya 4 (empat) kali dalam setahun, di

luar sidang upacara Dies Natalis dan Wisuda.

(2) Sidang Senat STP dinyatakan sah, apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya

2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota Senat STP.

(3) Keputusan sidang Senat STP didasarkan atas musyawarah untuk mufakat

dan apabila tidak tercapai mufakat, maka keputusan didasarkan pada suara

terbanyak dari anggota yang hadir.

Pasal 22

Apabila diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan tugas STP, Ketua Senat STP

dapat membentuk komisi-komisi yang beranggotakan Senat STP, dan apabila

dianggap perlu anggota komisi dapat ditambah di luar anggota Senat STP.

Bagian Kelima

Unsur Pelaksana Akademik

Pasal 23

Pelaksana Akademik terdiri dari: a. Jurusan; b. Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat;

c. Laboratorium/bengkel latih/kapal latih/tambak latih; d. Kelompok Dosen.

Pasal 24

(1) Jurusan merupakan unsur pelaksana akademik yang mempunyai tugas

melaksanakan pendidikan vokasi dan profesi perikanan.

(2) Jurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan (TPI); b. Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPH);

c. Jurusan Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Perairan (TPS);

d. Jurusan Penyuluhan Perikanan (PP).

(3) Jurusan lain dapat dibuka sesuai kebutuhan sumber daya manusia dan

perkembangan iptek perikanan dan kelautan berdasarkan ketentuan yang

berlaku.

(4) Jurusan terdiri dari: a. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan;

b. Program Studi; c. Kelompok Dosen; d. Laboratorium/bengkel latih/kapal latih/tambak latih.

(5) Ketua Jurusan yaitu dosen pada STP yang mempunyai tugas memimpin,

melaksanakan, dan mengembangkan pendidikan dan pengajaran, serta

pembinaan sivitas akademika.

(6) Ketua Jurusan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada

Ketua.

(7) Sekretaris Jurusan yaitu dosen pada STP yang mempunyai tugas melakukan

pelayanan administrasi semua kegiatan jurusan.

(8) Sekretaris Jurusan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab

kepada Ketua Jurusan.

(9) Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan diangkat dan diberhentikan oleh

Ketua setelah mendapat pertimbangan Senat STP sesuai dengan usulan

jurusan, untuk masa jabatan paling lama 4 (empat) tahun.

Pasal 25

(1) Jurusan dapat memiliki satu atau lebih program studi.

(2) Program studi merupakan kesatuan rencana belajar sebagai pedoman

penyelenggaraan pendidikan vokasi dan profesi yang diselenggarakan atas

dasar suatu kurikulum, dan ditujukan agar taruna dapat menguasai

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan sasaran

kurikulum.

(3) Program studi yang dimiliki oleh masing-masing jurusan adalah: a. Jurusan TPI meliputi Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan (TPI),

dan Program Studi Permesinan Perikanan (MP);

b. Jurusan TPH meliputi Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPH);

c. Jurusan TPS meliputi Program Studi Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Perairan dan Program Studi Teknologi Akuakultur (TAK);

d. Jurusan PP meliputi Program Studi Penyuluhan Perikanan (PP).

(4) Program studi dapat dibuka sesuai kebutuhan sumber daya manusia dan

perkembangan iptek perikanan dan kelautan berdasarkan ketentuan yang

berlaku.

Pasal 26

(1) Penyelenggaraan program studi dipimpin oleh Ketua Program Studi.

(2) Ketua Program Studi dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua Jurusan.

(3) Ketua Program Studi diangkat dan diberhentikan oleh Ketua, atas usul

Ketua Jurusan.

(4) Masa jabatan Ketua Program Studi paling lama 4 (empat) tahun.

Pasal 27

(1) Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (PPPM) mempunyai

tugas menyelenggarakan kegiatan penelitian terapan dan pengabdian

kepada masyarakat.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas tersebut pada ayat (1), PPPM mempunyai

fungsi: a. penelitian terapan di bidang teknologi dan penyuluhan perikanan sesuai

dengan jurusan yang ada;

b. penyebaran informasi hasil penelitian terapan;

c. pengenalan ilmu dan teknologi kepada masyarakat; d. peningkatan keterkaitan program STP dengan kebutuhan masyarakat.

(3) PPPM terdiri dari: a. Ketua PPPM;

b. Sekretaris PPPM; c. Kelompok Dosen.

(4) Ketua PPPM yaitu dosen pada STP yang mempunyai tugas memimpin

kegiatan PPPM. (5) Ketua PPPM dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada

Ketua.

(6) Sekretaris PPPM yaitu dosen STP, yang mempunyai tugas melakukan

pelayanan administrasi kegiatan PPPM.

(7) Sekretaris PPPM dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua PPPM.

(8) Ketua PPPM dan Sekretaris PPPM diangkat dan diberhentikan oleh Ketua setelah mendapat pertimbangan Senat STP.

(9) Masa jabatan Ketua dan Sekretaris PPPM paling lama 4 (empat) tahun.

(10) PPPM dalam melaksanakan tugasnya dapat membentuk unit-unit studi

sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 28

(1) Laboratorium/bengkel latih/kapal latih/tambak latih dipimpin seorang dosen yang keahliannya telah memenuhi persyaratan sesuai dengan cabang ilmu

pengetahuan dan teknologi.

(2) Ketua laboratorium/bengkel latih/kapal latih/tambak latih dalam

melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua Jurusan.

Bagian Keenam Pelaksana Administrasi

Pasal 29

Pelaksana Administrasi terdiri dari:

a. Bagian Administrasi Akademik dan Ketarunaan;

b. Bagian Administrasi Umum, dan; c. Bagian Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan.

Pasal 30 (1) Bagian Administrasi Akademik dan Ketarunaan adalah pelaksana

administrasi yang mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi di bidang akademik, ketarunaan, alumni, dan kerja sama.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bagian

Administrasi Akademik dan Ketarunaan menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan administrasi pendidikan dan kerja sama;

b. pelaksanaan administrasi tenaga kependidikan; c. pelaksanaan administrasi ketarunaan dan alumni; d. pelaksanaan administrasi kesejahteraan taruna.

Pasal 31

Bagian Admnistrasi Akademik dan Ketarunaan terdiri dari:

a. Subbagian Pendidikan dan Kerja Sama; b. Subbagian Tenaga Kependidikan; c. Subbagian Ketarunaan dan Alumni;

d. Subbagian Asrama dan Kesejahteraan Taruna.

Pasal 32

(1) Subbagian Pendidikan dan Kerja Sama mempunyai tugas melakukan

administrasi pendidikan dan pengajaran, penelitian terapan, dan

pengabdian kepada masyarakat serta administrasi kerja sama. (2) Subbagian Tenaga Kependidikan mempunyai tugas melakukan urusan

administrasi tenaga kependidikan.

(3) Subbagian Ketarunaan dan Alumni mempunyai tugas melakukan urusan

registrasi, statistik, administrasi ketarunaan, dan alumni.

(4) Subbagian Asrama dan Kesejahteraan Taruna mempunyai tugas melakukan

urusan administrasi sarana dan prasarana serta kesejahteraan taruna.

Pasal 33 (1) Bagian Administrasi Umum adalah pelaksana administrasi yang mempunyai

tugas memberikan pelayanan di bidang persuratan, keuangan,

kepegawaian, perlengkapan, rumah tangga, hubungan masyarakat, organisasi, dan tata laksana.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bagian Administrasi Umum menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan administrasi kepegawaian;

b. pelaksanaan administrasi keuangan;

c. pelaksanaan administrasi persuratan; d. pelaksanaan administrasi perlengkapan; e. pelaksanaan administrasi rumah tangga;

f. pelaksanaan administrasi hubungan masyarakat; g. pelaksanaan organisasi dan tata laksana.

Pasal 34

Bagian Administrasi Umum terdiri dari:

a. Subbagian Kepegawaian; b. Subbagian Keuangan; c. Subbagian Tata Usaha.

Pasal 35

(1) Subbagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian.

(2) Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan keuangan.

(3) Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan persuratan, perlengkapan, rumah tangga, dan hubungan masyarakat.

Pasal 36

(1) Bagian Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan adalah pelaksana

administrasi yang mempunyai tugas memberikan pelayanan di bidang latihan lapangan teknologi dan penyuluhan perikanan, serta pelayanan kegiatan penelitian terapan, dan pengabdian kepada masyarakat

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bagian Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan pelatihan lapangan;

b. pelaksanaan pelayanan kegiatan penelitian terapan; c. pelaksanaan pelayanan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Pasal 37

Bagian Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan terdiri dari:

a. Subbagian Program Penyelenggara Pelatihan;

b. Subbagian Sarana Pelatihan.

Pasal 38

(1) Subbagian Program Penyelenggara Pelatihan mempunyai tugas melakukan

urusan penyusunan program pelaksanaan kegiatan studi dan pelatihan serta urusan tata usaha kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan surat

menyurat. (2) Subbagian Sarana Pelatihan mempunyai tugas melakukan urusan pelayanan

dan operasional kegiatan studi dan pelatihan lapangan.

Pasal 39

(1) Unsur penunjang terdiri dari: a. Unit Pembinaan Taruna dan Asrama;

b. Unit Sarana Latihan Laut; c. Unit Sarana Latihan Darat; d. Unit Perpustakaan;

e. Unit Komputer;

f. Unit Pengkajian Lingkungan Perikanan dan Kelautan; g. Unit Sertifikasi Profisiensi; h. Unit-unit lain sesuai kebutuhan.

(2) Masing-masing unsur penunjang sebagaimana yang disebut pada ayat (1) dipimpin oleh seorang Kepala Unit, yang dalam melaksanakan tugasnya

bertanggung jawab kepada Ketua.

(3) Pengangkatan dan pemberhentian Kepala Unit sebagaimana tersebut dalam

Pasal 39 ayat (2) ditetapkan oleh Ketua.

Pasal 40

Unit Pembinaan Ketarunaan dan Asrama adalah unsur penunjang kegiatan

akademik yang mempunyai tugas memberikan pelayanan kesejahteraan dan pembinaan kehidupan taruna.

Pasal 41

Unit Sarana Latihan Laut adalah unsur penunjang kegiatan akademik yang

mempunyai tugas melakukan penyiapan sarana latihan laut untuk pelaksanaan kegiatan akademik, penelitian teknologi perikanan dan lingkungan perairan, serta pengabdian kepada masyarakat.

Pasal 42

Unit Sarana Latihan Darat adalah unsur penunjang kegiatan akademik yang

mempunyai tugas melakukan penyiapan sarana laboratorium dan bengkel latih

untuk pelaksanaan kegiatan akademik, penelitian, dan pengabdian kepada

masyarakat.

Pasal 43

Unit Perpustakaan adalah unsur penunjang kegiatan akademik yang mempunyai

tugas menyediakan bahan pustaka dan pelayanan perpustakaan untuk keperluan

STP dan masyarakat.

Pasal 44

Unit Komputer adalah unsur penunjang kegiatan akademik dan administrasi yang

mempunyai tugas memberikan pelayanan dibidang komputer serta melakukan

pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan informasi.

Pasal 45

Unit Sertifikasi Profisiensi adalah unsur penunjang kegiatan akademik yang

mempunyai tugas memberikan pelayanan sertifikasi profisiensi.

Pasal 46

Unit Pengkajian Lingkungan Perikanan dan Kelautan adalah unsur penunjang

akademik yang mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengkajian

lingkungan kelautan dan perikanan.

Bagian Ketujuh

Tenaga Kependidikan

Pasal 47

(1) Tenaga Kependidikan di STP terdiri dari dosen dan tenaga penunjang

akademik.

(2) Jenjang jabatan akademik dosen di STP terdiri dari: Asisten Ahli, Lektor,

Lektor Kepala, dan Guru Besar.

(3) Wewenang dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian dosen diatur

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 48

(1) Syarat umum untuk menjadi dosen STP adalah: a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. berwawasan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

c. memiliki kualitas dan kualifikasi sebagai tenaga pengajar;

d. mempunyai moral dan integritas yang tinggi;

e. memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan negara.

(2) Syarat khusus untuk menjadi dosen STP adalah:

a. pendidikan minimal sarjana atau Diploma IV; b. Indek Prestasi (IP) minimal 3,0;

c. memiliki kompetensi sesuai kebutuhan lembaga pendidikan perikanan;

d. memiliki kemampuan berbahasa Inggris sesuai standar yang ditentukan oleh Ketua;

e. memiliki kemampuan mengoperasikan komputer;

f. lulus seleksi dosen sesuai dengan kriteria yang ditetapkan Ketua.

BAB V

TATA KERJA

Pasal 49

Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan

STP wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik di

lingkungan masing-masing maupun antarsatuan organisasi di lingkungan STP

serta dengan instansi lain di luar STP sesuai dengan bidangnya.

Pasal 50

(1) Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi pelaksanaan pekerjaan

bawahannya masing-masing, dan apabila terjadi penyimpangan wajib

mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(2) Setiap pimpinan organisasi bertanggung jawab memimpin dan

mengkoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan

bimbingan serta penunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

Pasal 51

(1) Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk

dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.

(2) Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahan,

wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan untuk memberi petunjuk kepada bawahan.

Pasal 52

Pembantu Ketua, Ketua Jurusan, Ketua PPPM, Kepala Unsur Penunjang, dan

Kepala Bagian menyampaikan laporan kepada Ketua, dan Kepala Bagian

Administrasi Umum menyusun laporan STP.

Pasal 53 Dalam menyampaikan laporan masing-masing kepada atasannya, tembusan

laporan wajib disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional

mempunyai hubungan kerja. Pasal 54

Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh kepala satuan di bawahnya dan dalam rangka memberikan bimbingan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat berkala.

BAB VI

PENYELENGGARAAN TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

Bagian Pertama Penyelenggaraan Pendidikan

Pasal 55

(1) Pendidikan yang diselenggarakan oleh STP meliputi jenjang vokasi, profesi,

dan spesialis di bidang perikanan dan kelautan.

(2) Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga meliputi keahlian

sertifikasi bidang teknologi penangkapan, budidaya, pengolahan,

permesinan, pengelolaan sumber daya, dan penyuluhan serta sertifikasi lain

yang terkait dengan usaha perikanan dan kelautan.

Pasal 56

(1) Bahasa pengantar di STP adalah Bahasa Indonesia.

(2) Bahasa asing dapat digunakan untuk pelaksanaan perkuliahan dan

meningkatkan kemampuan berbahasa taruna dalam berkomunikasi dan

menguasai materi pendidikan.

Pasal 57

(1) STP dapat menyelenggarakan program Diploma I, Diploma II, Diploma III,

Diploma IV, dan Spesialis, serta profisiensi lainnya.

(2) Penyelenggaraan pendidikan di STP berdasarkan kurikulum yang ditetapkan oleh Menteri.

(3) Satu tahun Akademik STP dibagi dalam 2 (dua) semester yang masing-masing terdiri dari minimum 16 (enam belas) minggu.

(4) Pada akhir penyelenggaraan program pendidikan diadakan wisuda.

Pasal 58

(1) Lama pendidikan Program Diploma I di STP ditempuh dalam waktu 2 (dua)

semester.

(2) Lama pendidikan Program Diploma II di STP ditempuh dalam waktu 4

(empat) semester.

(3) Lama pendidikan Program Diploma III di STP ditempuh dalam waktu 6

(enam) semester.

(4) Lama pendidikan Program Diploma IV di STP ditempuh dalam waktu 8

(delapan) semester.

(5) Lama pendidikan Program Spesialias di STP ditempuh dalam waktu 4

(empat) semester.

(6) Lama pendidikan Profisiensi di STP ditempuh dalam waktu sesuai dengan

kompetensi yang dibutuhkan.

Pasal 59

(1) Persyaratan penerimaan calon Taruna atau peserta didik lainnya di STP

ditetapkan oleh Ketua.

(2) Bagi Warga Negara Asing disamping memenuhi syarat-syarat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), wajib melalui prosedur berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pelaksanaan seleksi calon Taruna atau peserta didik lainnya di STP

ditetapkan oleh Ketua.

Pasal 60

(1) Penyelenggaraan pendidikan di STP dilaksanakan atas dasar kurikulum yang

disusun dengan pedoman yang berlaku dan berorientasi pada kompetensi

kerja di bidang perikanan dan kelautan.

(2) Penyelenggaraan pendidikan di STP menggunakan sistem kredit semester

dan/atau sistem paket.

(3) Beban studi dan masa studi maksimum untuk menyelesaikan setiap

program studi ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Pasal 61

(1) Evaluasi terhadap kegiatan dan kemajuan belajar taruna yang mengikuti

kegiatan pendidikan reguler dilakukan secara berkala dalam bentuk ujian,

kehadiran, pelaksanaan tugas, dan pengamatan oleh dosen.

(2) Ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi ujian tengah semester,

ujian akhir semester, dan ujian akhir program studi.

(3) Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan kisaran huruf A sampai E yang

memiliki kisaran bobot 4 (empat) sampai 0 (nol).

(4) Penyelenggaraan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih

lanjut oleh Ketua.

Pasal 62

Evaluasi hasil belajar pendidikan nonreguler ditetapkan oleh Ketua, sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Bagian Kedua Penyelenggaraan Penelitian

Pasal 63

(1) Kegiatan penelitian dilaksanakan secara perorangan atau kelompok, baik

oleh dosen maupun taruna atau pihak lain sesuai dengan bidang

keahliannya.

(2) Kegiatan penelitian dapat dilaksanakan di laboratorium, bengkel, kapal

perikanan, atau tempat lain yang dapat mendukung pelaksanaan penelitian.

(3) Hasil penelitian diseminarkan, dipublikasikan, didesiminasikan, dan

didokumentasikan.

(4) Hasil penelitian yang dipublikasikan dan didesiminasikan dapat dimintakan

hak cipta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan penelitian dan

pendokumentasian hasil-hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), (2), (3), dan (4) ditetapkan oleh Ketua.

Bagian Ketiga

Penyelenggaraan Pengabdian Kepada Masyarakat

Pasal 64

(1) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan guna mengamalkan

ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan masyarakat.

(2) Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan secara perorangan atau

kelompok, baik oleh dosen maupun taruna atau pihak lain sesuai dengan

bidang keahliannya.

Bagian Keempat

Pemberian Ijazah Gelar, Sertifikat, dan Upacara Akademik

Pasal 65

(1) STP memberikan ijazah atau sertifikat sebagai bukti kelulusan kepada taruna dan atau peserta didik lainnya sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah diikuti.

(2) Bentuk, isi, ukuran ijazah, dan sertifikat ditetapkan lebih lanjut oleh Ketua

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(3) Predikat lulusan pendidikan reguler meliputi: a. Predikat Dengan Pujian diberikan kepada lulusan yang mempunyai

Indek Prestasi Kumulatif 3,51 – 4,00, tanpa nilai C dan D serta nilai

kondite minimal C; b. Predikat Sangat Memuaskan diberikan kepada lulusan yang mempunyai

Indek Prestasi Kumulatif 2,76 – 3,50, tanpa nilai D serta nilai kondite

minimal C;

c. Predikat Memuaskan diberikan kepada lulusan yang mempunyai Indek Prestasi Kumulatif 2,50 – 2,75 serta nilai kondite minimal C.

Pasal 66

(1) Lulusan peserta didik reguler STP dapat diberikan hak untuk menggunakan sebutan profesional.

(2) Jenis Sebutan profesional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:

a. Ahli Pratama (A.P) bagi lulusan Program Diploma I; b. Ahli Muda (A.Ma) bagi lulusan Program Diploma II; c. Ahli Madya (A.Md) bagi lulusan Program Diploma III;

d. Sarjana Sain Terapan (SST) bagi lulusan Program Diploma IV;

e. Magister (M) bagi lulusan Program Spesialis. (3) Sebutan gelar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditempatkan di

belakang nama pemilik hak atas penggunaan sebutan yang bersangkutan.

Pasal 67

(1) STP menyelenggarakan upacara akademik berupa upacara pelantikan taruna/peserta didik, Wisuda, Dies Natalis, dan pemberian tanda

penghargaan akademik. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata upacara akademik ditetapkan oleh

Ketua.

Bagian Kelima

Kebebasan Akademik dan Otonomi Keilmuan

Pasal 68

(1) Setiap anggota sivitas akademika di lingkungan STP memiliki kebebasan akademik yang terkait dengan pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi secara bertanggung jawab dan mandiri.

(2) Ketua mengupayakan dan menjamin agar setiap anggota sivitas akademika

dapat melaksanakan kebebasan akademik dilandasi oleh kode etik.

(3) Dalam melaksanakan Kebebasan akademik sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), setiap anggota sivitas akademika harus mengupayakan agar

kegiatan serta hasilnya tidak merugikan pelaksanaan kegiatan akademik

STP.

(4) Dalam melaksanakan kebebasan akademik sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), Ketua dapat mengizinkan sumber daya STP, sepanjang kegiatan

tersebut tidak merugikan pihak lain, atau semata-mata untuk memperoleh

keuntungan materi bagi pribadi yang melakukannya.

Pasal 69

(1) Kebebasan Mimbar Akademik merupakan bagian dari Kebebasan akademik

di lingkungan STP yang memungkinkan dosen menyampaikan pikiran dan

pendapat berdasarkan norma dan kaidah keilmuan.

(2) Ketua dapat mengundang tenaga ahli dari luar STP untuk menyampaikan

pikiran dan pendapat sesuai dengan norma dan kaidah keilmuan dalam

rangka pelaksanaan kebebasan mimbar akademik.

Pasal 70

(1) Pelaksanaan kebebasan akademik diarahkan untuk memanfaatkan

terwujudnya pengembangan diri sivitas akademika, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

(2) Dalam merumuskan pengaturan pelaksanaan kebebasan akademik, Senat

STP harus berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 71

(1) STP dan sivitas akademika berpedoman pada otonomi keilmuan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(2) Perwujudan otonomi keilmuan pada STP diatur dan dikelola oleh Senat STP.

Bagian Keenam

Kerja Sama

Pasal 72

(1) Dalam pelaksanaan kegiatan akademik, STP dapat melaksanakan kerja

sama dengan perguruan tinggi dan/atau lembaga-lembaga lain baik dalam

negeri maupun di luar negeri.

(2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berbentuk: a. tukar menukar dosen dan/atau taruna dalam penyelenggaraan kegiatan

akademik;

b. pemanfaatan bersama sumber daya dalam pelaksanaan kegiatan

akademik; c. penerbitan bersama karya ilmiah;

d. penyelenggaraan bersama seminar atau kegiatan ilmiah lain;

e. bentuk-bentuk lain yang dianggap perlu. (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan

setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri.

BAB VII

TARUNA DAN ALUMNI

Bagian Pertama Taruna

Pasal 73

(1) Taruna mempunyai hak:

a. menggunakan kebebasan akademik secara bertanggung jawab untuk

menuntut dan mengkaji ilmu sesuai dengan norma dan kaidah yang

berlaku dalam lingkungan akademik; b. memperoleh pendidikan dan pengajaran sebaik-baiknya dan layanan

bidang akademik;

c. memanfaatkan fasilitas STP dalam rangka kelancaran proses belajar;

d. mendapat bimbingan dari dosen yang bertanggung jawab atas program studi yang diikutinya dalam penyelesaian studinya;

e. memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan program studi

yang diikutinya serta hasil belajarnya; f. memperoleh bimbingan dan penyuluhan serta layanan kesejahteraan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di STP; g. memanfaatkan sumber daya STP secara individu atau melalui

perwakilan/organisasi ketarunaan untuk mengurus dan mengatur

kesejahteraan, minat, dan tata kehidupan bermasyarakat sesuai dengan

prosedur dan peraturan yang berlaku di STP; h. mengembangkan minat dan bakat serta ikut dalam kegiatan organisasi

ketarunaan di STP.

(2) Taruna mempunyai kewajiban: a. mengamalkan Pancasila serta mentaati semua ketentuan dan

perundang-undangan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik

Indonesia; b. mematuhi peraturan/ketentuan yang berlaku pada STP; c. menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan masyarakat kampus dan

lingkungannya;

d. ikut memelihara sarana dan prasarana, kebersihan, ketertiban, dan keamanan STP;

e. menghargai ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian;

f. menjaga kewibawaan dan nama baik STP;

g. menjunjung tinggi kebudayaan nasional.

Pasal 74

Senat Taruna STP

(1) Untuk melaksanakan peningkatan penalaran, minat, kegemaran dan

kesejahteraan taruna, dibentuk Senat Taruna STP.

(2) Senat Taruna STP merupakan satu-satunya organisasi formal ketarunaan

yang diakui di STP.

(3) Pengurus Senat Taruna STP dipilih di antara dan oleh anggota taruna serta

disahkan oleh Ketua. (4) Tugas dan fungsi Senat Taruna STP diatur dalam Anggaran Dasar Senat

Taruna STP yang disahkan oleh Ketua.

Bagian Kedua

Alumni

Pasal 75

(1) Korps alumni yang selanjutnya disebut Koral AUP/STP adalah satu-satunya

organisasi alumni yang bertujuan membina hubungan dengan STP dalam upaya untuk mendukung pencapaian tujuan dan pengembangan STP.

(2) Alumni berkewajiban menjaga nama baik STP.

(3) Alumni mempunyai hak mendapatkan informasi dan pelayanan akademik dan administrasi dari STP.

BAB VIII PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN

Pasal 76

(1) Perencanaan dan Pengembangan STP, dituangkan dalam Rencana Induk

Pengembangan (RIP), Rencana Pengembangan (RP), dan Rencana Kegiatan

Tahunan (RKT).

(2) RIP berisi strategi serta penjabarannya dalam bentuk kebijakan dan

program, yang menentukan arah pengembangan STP untuk jangka waktu

25 (dua puluh lima) tahun.

(3) RP merupakan penjabaran lebih lanjut dari RIP, untuk jangka waktu 5

(lima) tahun.

(4) RKT merupakan penjabaran lebih lanjut dari RP untuk jangka waktu 1

(satu) tahun.

(5) RIP, RP, dan RKT disusun oleh Senat STP dan disahkan oleh Ketua.

BAB IX

KODE ETIK, PENGHARGAAN, DAN SANKSI

Bagian Pertama

Kode Etik

Pasal 77

(1) Kode Etik merupakan pedoman, sikap dan tingkah laku tenaga

kependidikan, administrasi, dan taruna.

(2) Kode Etik STP terdiri dari Kode Etik Dosen, Kode Etik Tenaga Penunjang

Akademik, Kode Etik Tenaga Administrasi, dan Kode Etik Taruna.

(3) Materi Kode Etik disusun oleh Senat STP dan ditetapkan oleh Ketua.

Bagian Kedua Penghargaan

Pasal 78

(1) Dosen, Tenaga Penunjang Akademik, Tenaga Administrasi, Taruna, dan

pihak lain yang berprestasi tanpa melanggar kode etik dan berjasa bagi

kemajuan STP dapat diberikan penghargaan.

(2) Jenis, bentuk, dan tata cara pemberian penghargaan diatur sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Ketiga Sanksi

Pasal 79

(1) Dosen, Tenaga Penunjang Akademik, dan Tenaga Administrasi yang

melakukan pelanggaran kode etik dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Taruna yang melakukan pelanggaran kode etik taruna dapat dikenakan

sanksi, yang jenis dan tata caranya diatur lebih lanjut oleh Ketua STP.

BAB X SUMBER DAYA

Pasal 80

(1) Pencapaian visi dan misi STP dilakukan dengan mengupayakan,

mendayagunakan, dan mengembangkan sumber daya.

(2) Sumber daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari sumber daya

manusia, sarana, prasarana, dan sumber dana serta pembiayaan.

(3) Sumber daya dapat berupa sumber daya yang dimiliki STP dan pihak lain.

Pasal 81

(1) Pengembangan sumber daya manusia meliputi peningkatan kompetensi,

profisiensi, dan sikap.

(2) Pengembangan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan serta keteladanan.

Pasal 82

Sarana dan prasarana diupayakan dan dikembangkan sesuai dengan standar

nasional maupun internasional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pasal 83

(1) Sumber dana dan pembiayaan penyelenggaraan STP berasal dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara baik rutin maupun pembangunan serta

sumber dana lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

(2) Pembiayaan penyelenggaraan STP dikelola sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

BAB XI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 84

Pembinaan STP secara teknis akademik dilakukan oleh Menteri yang bertanggung

jawab di bidang pendidikan melalui Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dan

pembinaan secara teknis operasional dan administrasi dilakukan oleh Menteri

melalui Sekretaris Jenderal.

Pasal 85

(1) Pembinaan dan pengawasan secara berkala dilakukan untuk meningkatkan

mutu lulusan dan pengembangan STP.

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan melalui monitoring dan evaluasi terhadap kurikulum, mutu dan

jumlah tenaga kependidikan, perkembangan prestasi akademik dan

kepribadian taruna, pelaksanaan pendidikan, sarana dan prasarana, tata

laksana administrasi akademik, kepegawaian, keuangan, dan

kerumahtanggaan.

(3) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan kegiatan dan administrasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan melalui pengawasan

melekat, pengawasan fungsional, dan pengawasan oleh masyarakat.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 86

(1) Sejak diberlakukannya Statuta STP ini, segala ketentuan yang bertentangan

dengan Statuta ini dinyatakan tidak berlaku.

(2) Hal-hal yang belum diatur dalam Statuta STP ini akan diatur lebih lanjut

dalam ketentuan lain yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Statuta

STP ini.

BAB XIII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 87

Dengan berlakunya Peraturan ini maka Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor KEP.21/MEN/2003 tentang Statuta Sekolah Tinggi Perikanan

dan segala ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan ini dinyatakan tidak

berlaku.

Pasal 88

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 Agustus 2006

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

ttd.

FREDDY NUMBERI

Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi

ttd.

Narmoko Prasmadji