PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 9 TAHUN 2015 · NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN...
Transcript of PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 9 TAHUN 2015 · NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN...
PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
NOMOR 9 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,
Menimbang : bahwa dalam rangka menyeragamkan penyusunan Indikator
Kinerja Utama (IKU), Rencana Strategis (Renstra), Rencana
Kinerja Tahunan (RKT), Perjanjian Kinerja (PK), dan Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) oleh seluruh pimpinan unit
kerja dan satuan kerja di lingkungan Badan Pusat Statistik
perlu menetapkan Pedoman Penyusunan Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Badan Pusat
Statistik dengan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Undang-Undang Nomor 16
Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 39 Tahun 1997, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3683);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Statistik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 96, Tambahan Lembaran
- 2 -
Negara Republik Indonesia Nomor 3854);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4614);
6. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan
Pusat Statistik;
7. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 80);
8. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) 2015-2019;
9. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun
2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah;
10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/15/M/PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum
Reformasi Birokrasi;
11. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 101 Tahun
1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi
Ilmu Statistik;
12. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 121 Tahun
2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan
Pusat Statistik di Daerah;
13. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat
Statistik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 116 Tahun 2014
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 643);
- 3 -
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS
KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN
PUSAT STATISTIK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang selanjutnya
disingkat SAKIP, adalah rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat,
dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran,
pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan
kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan
peningkatan kinerja instansi pemerintah.
2. Indikator Kinerja Utama yang selanjutnya disebut IKU adalah ukuran
keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi.
3. Rencana Strategis yang selanjutnya disebut Renstra adalah suatu proses
yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama periode 5 (lima)
tahun.
4. Rencana Kinerja Tahunan yang selanjutnya disebut RKT adalah
penjabaran dari Renstra yang memuat target kinerja dalam kurun waktu
satu tahun yang disusun oleh setiap unit kerja dan satuan kerja.
5. Dokumen Perjanjian Kinerja yang selanjutnya disebut Dokumen PK
adalah suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja
/perjanjian kinerja antara pejabat dan atasan langsungnya dalam
mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang
dimiliki oleh instansi.
6. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah adalah Laporan Kinerja tahunan
yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai
tujuan/sasaran strategis instansi.
7. Eselon II yang dimaksud termasuk Pusat Pendidikan dan Pelatihan
(Pusdiklat) dan Sekolah Tinggi Imu Statistik (STIS).
8. Unit kerja adalah eselon II di BPS Pusat.
9. Satuan kerja adalah organisasi di BPS yang memiliki dokumen DIPA.
- 4 -
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Pedoman penyusunan SAKIP disusun sebagai standar tahapan yang
harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja dalam
melaksanakan SAKIP, guna mendorong terwujudnya hasil pelaksanaan
tugas yang dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel) sehingga tercapai
penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih, dan bertanggung jawab
serta bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dalam upaya
mewujudkan Good Governance.
(2) Tujuan disusunnya pedoman penyusunan SAKIP meliputi:
a. terwujudnya pedoman dan standar dalam pengukuran kinerja;
b. terwujudnya persamaan persepsi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi;
c. terwujudnya alur tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari
pelaksanaaan tugas;
d. sebagai pedoman dalam pelaksanan kegiatan yang berkaitan
dengan pengukuran kinerja; dan
e. sebagai sarana pengendalian dan evaluasi atas kualitas pelaksanaan.
BAB III
RUANG LINGKUP PENGATURAN
Pasal 3
Ruang lingkup pedoman penyusunan SAKIP meliputi:
a. Indikator Kinerja Utama (IKU);
b. Rencana Strategis (Renstra);
c. Rencana Kinerja Tahunan (RKT);
d. Perjanjian Kinerja (PK);
e. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP).
BAB IV
TATA URUTAN PENYUSUNAN SAKIP
Pasal 4
Tata urutan dalam penyusunan SAKIP meliputi:
a. Indikator Kinerja Utama (IKU);
b. Rencana Strategis (Renstra);
c. Rencana Kinerja Tahunan (RKT);
- 5 -
d. Perjanjian Kinerja (PK); dan
e. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP).
Bagian Pertama
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Pasal 5
Kepala Badan Pusat Statistik wajib menetapkan IKU untuk:
a. Badan Pusat Statistik;
b. Eselon I;
c. Eselon II;
d. BPS Provinsi; dan
e. BPS Kabupaten/Kota.
Pasal 6
Penetapan IKU bertujuan untuk:
a. Memperoleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam
menyelenggarakan manajemen kinerja secara baik dan
b. Memperoleh ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan
sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan
peningkatan akuntabilitas kinerja.
Pasal 7
Penyusunan IKU meliputi:
a. IKU Badan Pusat Statistik sekurang-kurangnya merupakan indikator
hasil (outcome) sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi.
b. IKU Eselon I merupakan indikator hasil (outcome) dan atau keluaran
(output) yang setingkat lebih tinggi dari keluaran (output) unit kerja di
bawahnya.
c. IKU Eselon II sekurang-kurangnya merupakan indikator keluaran
(output).
d. IKU BPS Provinsi dan Kabupaten/Kota merupakan indikator hasil
(outcome) sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi dan atau
indikator keluaran (output).
Pasal 8
(1) Untuk meningkatkan efektifitas terhadap IKU yang telah disusun,
masing-masing unit kerja dan satuan kerja melakukan reviu secara
berkala.
- 6 -
(2) Reviu dilakukan secara berkala paling sedikit 1 tahun sekali.
(3) Reviu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk melengkapi
informasi yang dihasilkan dalam pengukuran kinerja.
(4) Reviu digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas
kinerja yang disesuaikan dengan perkembangan lingkungan, dengan
meneliti fakta yang ada berupa kendala, hambatan maupun informasi
lainnya.
Pasal 9
Kompilasi reviu IKU sebagaimana dimaksud pada pasal 5 dilakukan oleh Biro
Bina Program, mencakup:
a. Badan Pusat Statistik;
b. Eselon I;
c. Eselon II;
d. BPS Provinsi; dan
e. BPS Kabupaten/Kota.
Pasal 10
Pedoman Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU), tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala
Badan Pusat Statistik ini.
Bagian Kedua
Rencana Strategis (RENSTRA)
Pasal 11
Renstra wajib disusun oleh:
a. Badan Pusat Statistik;
b. Eselon I;
c. Eselon II;
d. BPS Provinsi; dan
e. BPS Kabupaten/Kota.
Pasal 12
Tujuan penyusunan Renstra sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
digunakan sebagai bahan rujukan dalam menyusun rencana kegiatan
tahunan, melaksanakan, memantau, mengendalikan, dan mengevaluasi atas
seluruh tugas dan fungsi unit kerja dan satuan kerja.
- 7 -
Pasal 13
(1) Renstra disusun sesuai dengan tugas, pokok, fungsi, dan kewenangan.
(2) Renstra BPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a disusun
dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN).
(3) Renstra Eselon I dan II sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b
dan c disusun dengan berpedoman pada Renstra BPS.
(4) Renstra BPS Provinsi dan Renstra BPS Kabupaten/Kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 huruf d dan e disusun dengan berpedoman pada
Renstra BPS dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD).
Pasal 14
(1) Untuk meningkatkan efektifitas terhadap Renstra yang telah disusun,
masing-masing unit kerja melakukan reviu secara berkala.
(2) Reviu dilakukan secara berkala paling sedikit 1 tahun sekali.
(3) Reviu digunakan untuk perbaikan kinerja yang disesuaikan dengan
perkembangan lingkungan, dengan meneliti fakta yang ada berupa
kendala hambatan maupun informasi lainnya.
(4) Reviu Renstra BPS dilakukan melalui Keputusan Kepala BPS.
Pasal 15
Pedoman Penyusunan Rencana Strategis (Renstra), tercantum dalam Lampiran
II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan
Pusat Statistik ini.
Bagian Ketiga
Rencana Kinerja Tahunan (RKT)
Pasal 16
RKT wajib disusun oleh:
a. Badan Pusat Statistik;
b. Eselon I;
c. Eselon II;
d. BPS Provinsi; dan
e. BPS Kabupaten/Kota.
- 8 -
Pasal 17
Tujuan penyusunan RKT oleh unit kerja dan satuan kerja untuk menjabarkan
Renstra ke dalam rencana kerja periode tahunan.
Pasal 18
Pedoman Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT), tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala
Badan Pusat Statistik ini.
Bagian Ketiga
Penyusunan Dokumen Perjanjian Kinerja (PK)
Pasal 19
Dokumen Perjanjian Kinerja wajib disusun oleh:
a. Badan Pusat Statistik;
b. Eselon I;
c. Eselon II;
d. BPS Provinsi; dan
e. BPS Kabupaten/Kota.
Pasal 20
Tujuan disusunnya dokumen PK untuk:
a. menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur;
b. sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan
sasaran unit kerja dan satuan kerja;
c. sebagai wujud komitmen antara pejabat dengan atasan langsungnya.
Pasal 21
Penyusunan Dokumen PK harus memperhatikan:
a. kontrak kinerja antara pejabat dengan atasan langsungnya;
b. dokumen perencanaan jangka menengah;
c. dokumen perencanaan kinerja tahunan;
d. dokumen penganggaran dan atau pelaksanaan anggaran.
Pasal 22
(1) Badan Pusat Statistik menyusun perjanjian kinerja dan ditandatangani
oleh Kepala Badan Pusat Statistik.
- 9 -
(2) Eselon I menyusun perjanjian kinerja setelah menerima dokumen
pelaksanaan anggaran dan ditandatangani oleh Kepala Badan Pusat
Statistik dan pejabat Eselon I.
(3) Eselon II menyusun perjanjian kinerja setelah menerima dokumen
pelaksanaan anggaran dan ditandatangani oleh pejabat Eselon I dan
pejabat Eselon II.
(4) Badan Pusat Statistik Provinsi menyusun perjanjian kinerja setelah
menerima dokumen pelaksanaan anggaran dan ditandatangani oleh
Sekretaris Utama dan Kepala BPS Provinsi.
(5) Badan Pusat Statistik Kabupaten/kota menyusun perjanjian kinerja setelah
menerima dokumen pelaksanaan anggaran dan ditandatangani oleh Kepala
BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota.
(6) Kepala Badan Pusat Statistik menyampaikan dokumen perjanjian kinerja
kepada Presiden melalui MenPAN dan RB selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan setelah tahun anggaran berjalan.
(7) Kepala BPS Provinsi menyampaikan dokumen perjanjian kinerja kepada
Sekretaris Utama melalui Biro Bina Program selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan setelah tahun anggaran berjalan.
(8) Kepala BPS Kabupaten/Kota menyampaikan dokumen perjanjian kinerja
kepada Kepala BPS Provinsi melalui Bagian Tata Usaha. BPS Provinsi
mengkompilasi dan mengirimkan kepada Sekretaris Utama melalui Biro
Bina Program selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran
berjalan.
Pasal 23
(1) Setiap triwulan BPS, Eselon I, Eselon II, BPS Provinsi dan BPS
Kabupaten/Kota melakukan pengukuran terhadap kinerja yang ditetapkan
dalam dokumen perjanjian kinerja.
(2) Pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan membandingkan antara target kinerja dan realisasi kinerja.
Pasal 24
(1) Pengelolaan data kinerja dilakukan dengan cara mencatat, mengolah, dan
mengumpulkan data kinerja.
- 10 -
(2) Pengelolaan data kinerja yang dimaksud mempertimbangkan kebutuhan
organisasi, kebutuhan manajerial, data/laporan keuangan yang dihasilkan
dari sistem akuntansi.
(3) Pengukuran kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1)
disampaikan dalam bentuk laporan monitoring kinerja triwulanan dan
disampaikan bersamaan dengan laporan keuangan triwulanan.
(4) Dalam laporan tersebut ditambahkan analisis terhadap program dan
kegiatan.
Pasal 25
Pedoman Penyusunan Perjanjian Kinerja (PK), tercantum dalam Lampiran IV
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan Pusat
Statistik ini.
Bagian Keempat
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah(LKIP)
Pasal 26
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah wajib disusun oleh:
a. Badan Pusat Statistik;
b. Eselon I;
c. Eselon II;
d. BPS Provinsi; dan
e. BPS Kabupaten/Kota.
Pasal 27
Penyusunan LKIP tahunan bertujuan sebagai pertanggungjawaban atas hasil
pelaksanaan tugas dan fungsi kewenangan pengelolaan sumber daya dan
kebijakan berdasarkan perencanaan strategis yang telah ditetapkan.
Pasal 28
(1) Laporan Kinerja Badan Pusat Statistik disampaikan kepada Presiden
melalui Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi selambat-lambatnya tanggal 15 Maret tahun anggaran
berikutnya.
(2) Laporan Kinerja tingkat unit organisasi Eselon I, Eselon II dan BPS
Provinsi/Kabupaten/Kota disampaikan kepada Kepala Badan Pusat
Statistik melalui Biro Bina Program dan Inspektorat Wilayah selambat-
lambatnya tanggal 1 Maret tahun anggaran berikutnya.
- 11 -
Pasal 29
(1) LKIP tahunan berisi ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang
ditetapkan dalam dokumen PK dan dokumen perencanaan.
(2) Pencapaian sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-
kurangnya menyajikan informasi tentang:
a. pencapaian tujuan dan sasaran organisasi;
b. realisasi pencapaian indikator kinerja utama organisasi;
c. penjelasan yang memadai atas pencapaian kinerja; dan
d. perbandingan capaian indikator kinerja sampai dengan tahun berjalan
dengan target kinerja 5 (lima) tahunan yang direncanakan.
Pasal 30
Fokus pelaporan dalam Laporan Kinerja tahunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 meliputi:
a. Badan Pusat Statistik melaporkan pencapaian tujuan/sasaran strategis
yang bersifat hasil (outcome);
b. Eselon I melaporkan pencapaian tujuan/sasaran strategis yang bersifat
hasil (outcome) dan atau keluaran (output) penting;
c. Eselon II dan BPS Provinsi melaporkan pencapaian sasaran strategis yang
bersifat keluaran (output) penting dan atau keluaran (output) lainnya;
d. BPS Provinsi melaporkan pencapaian sasaran strategis yang bersifat
keluaran (output) penting dan atau keluaran (output) lainnya; dan
e. BPS Kabupaten/Kota melaporkan pencapaian sasaran strategis yang
bersifat keluaran (output) penting dan atau keluaran (output) lainnya.
Pasal 31
LKIP tahunan dimanfaatkan untuk:
a. bahan evaluasi akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan;
b. penyempurnaan dokumen perencanaan periode yang akan datang;
c. penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang; dan
d. penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan.
Pasal 32
(1) Pimpinan unit kerja melakukan pemantauan terhadap pencapaian target
kinerja secara berkala.
- 12 -
(2) Inspektorat melakukan reviu terhadap Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
yang telah disusun oleh Badan Pusat Statistik sebelum diserahkan kepada
Menpan dan RB;
(3) Inspektorat melakukan evaluasi terhadap LKIP tahunan yang telah disusun
oleh unit kerja dan satuan kerja di lingkungan Badan Pusat Statistik.
(4) Pengaturan mengenai evaluasi terhadap LKIP tahunan diatur dalam
peraturan Kepala Badan Pusat Statistik.
Pasal 33
Pedoman Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala
Badan Pusat Statistik ini.
BAB V
SANKSI
Pasal 34
Setiap unit kerja yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud
Pasal 11 , 16, 19 dan Pasal 26 dikenakan sanksi berupa teguran tertulis dari
Sekretaris Utama yang melaksanakannya sesuai ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
BAB VI
PENGAWASAN
Pasal 35
Pimpinan Badan Pusat Statistik dan masing-masing unit kerja dan satuan
kerja melaksanakan pengawasan terhadap Peraturan ini.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 36
Semua peraturan yang terkait dengan SAKIP yang telah ada sebelum
dikeluarkannya peraturan ini dinyatakan tetap berlaku dan paling lambat awal
tahun anggaran 2015 telah menyesuaikan dengan Peraturan ini.
- 13 -
BAB VIII
PENUTUP
Pasal 37
Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 Januari 2015
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,
SURYAMIN
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK
PEDOMAN PENYUSUNAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BPS
INDIKATOR KINERJA UTAMA
A. Latar Belakang
Dalam kerangka pembangunan good governance, kebijakan umum
pemerintah adalah ingin menjalankan pemerintahan yang berorientasi
pada hasil (result oriented government). Sehubungan dengan hal tersebut
maka sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang telah
dibangun dalam rangka upaya mewujudkan good governance dan
sekaligus result oriented government, perlu terus dikembangkan dan
informasi kinerjanya diintegrasikan ke dalam sistem penganggaran dan
pelaporan yang kemudian disebut penganggaran berbasis kinerja.
Melalui anggaran berbasis kinerja ini akan dapat dilakukan penelusuran
alokasi anggaran ke kinerja yang direncanakan, dan pada setiap akhir
tahun anggaran juga dapat dilakukan penelusuran realisasi anggaran
dengan capaian kinerjanya.
Salah satu upaya penerapan tata pemerintahan yang baik di Indonesia
adalah telah dikeluarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara, Nomor: PER/09/M.PAN/5/2007, Tanggal 31 Mei 2007,
tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di
Lingkungan Instansi Pemerintah. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara, Indikator Kinerja Utama (Key
Performance Indicators) adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan
dan sasaran strategis organisasi. Setiap instansi pemerintah wajib
menetapkan IKU secara formal untuk tujuan dan sasaran strategis
untuk masing-masing tingkatan (level) secara berjenjang. IKU instansi
pemerintah harus selaras antar tingkatan unit organisasi meliputi
indikator kinerja keluaran (output) dan hasil (outcome).
B. Pengertian Indikator Kinerja Utama
Berdasarkan Permenpan No 053 Tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis
Penyajian Kinerja, Pelaporan, dan Tata Cara Reviu, disebutkan bahwa
- 2 -
Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan ukuran keberhasilan yang
menggambarkan kinerja utama instansi pemerintah sesuai dengan tugas
fungsi serta mandat (core business) yang diemban. IKU dipilih dari
seperangkat indikator kinerja yang berhasil diidentifikasi dengan
memperhatikan proses bisnis organisasi dan kriteria indikator kinerja
yang baik. Dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja serta
lebih meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, maka
setiap Unit Organisasi perlu menetapkan Indikator Kinerja Utama
(IKU/Key Performance Indicators).
Dengan demikian kinerja utama terkandung dalam tujuan dan sasaran
strategis organisasi, sehingga IKU wajib ditetapkan secara formal untuk
tujuan dan sasaran strategis untuk masing-masing tingkatan (level)
secara berjenjang. Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan ukuran
keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi yang
wajib disusun pada tingkatan badan maupun Unit Eselon I dan II. Untuk
itu perlu menentukan apa yang menjadi kinerja utama, yaitu hal utama
apa yang akan diwujudkan oleh instansi/unit yang bersangkutan.
Indikator kinerja pada unit kerja (setingkat Eselon I) adalah indikator
hasil (outcome) dan atau keluaran (output) unit kerja di bawahnya.
Indikator kinerja pada unit kerja (setingkat Eselon II) sekurang-
kurangnya adalah indikator keluaran (output).
C. Tujuan Penetapan Indikator Kinerja Utama
Tujuan penetapan indikator kinerja utama di lingkungan Badan Pusat
Statistik adalah:
1. Untuk memperoleh informasi kinerja yang penting dan
diperlukan dalam menyelenggarakan manajemen kinerja secara
baik;
2. Untuk memperoleh ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu
tujuan dan sasaran strategis yang digunakan untuk perbaikan
kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja.
Dengan telah ditetapkannya IKU, Unit kerja di lingkungan Badan Pusat
Statistik wajib menggunakan IKU untuk beberapa dokumen, antara
lain:
1. Penyusunan Rencana Strategis,
2. Penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT),
3. Perencanaan Anggaran
- 3 -
4. Perjanjian Kinerja,
5. Pengukuran Kinerja,
6. Pelaporan Kinerja,
7. Evaluasi Kinerja Instansi Pemerintah.
Diagram keterkaitan IKU sebagai unsur penting dalam SAKIP
sebagai berikut:
INDIKATOR KINERJA UTAMA
Perencanaan
Strategis
Perencanaan
Kinerja Tahunan
Pelaporan KinerjaPenganggaran
Kinerja
Pengukuran Kinerja Penetapan Kinerja
Gambar 1. Diagram keterkaitan IKU
Dalam penyusunan perencanaan jangka menengah seperti Rencana
Strategis (Renstra) Unit Organisasi, maka IKU ini akan digunakan untuk
mengukur sejauh mana keberhasilan pelaksanaan dokumen
perencanaan tersebut. Dalam berbagai literatur selalu disebutkan
bahwa kriteria dokumen perencanaan yang baik adalah jika dokumen
tersebut dapat dievaluasi sejauh mana keberhasilannya. Evaluasi
keberhasilan tersebut hanya dapat dilakukan jika dalam dokumen
perencanaan telah dilengkapi dengan seperangkat Indikator Kinerja
Utama yang akan mengukur capaian pelaksanaan perencanaan.
Dalam perencanaan kinerja tahunan, maka IKU ini akan menjadi
pemandu dalam menentukan program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan pada suatu tahun tertentu. Dengan demikian setiap
tahunnya, Unit Organisasi harus merencanakan program dan kegiatan
sesuai dengan ukuran keberhasilan yang telah ditetapkan. Selanjutnya
program dan kegiatan yang telah direncanakan tersebut yang harus
diajukan usulan anggarannya dalam dokumen Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA) Unit Organisasi. Dengan pendekatan ini maka akan
diperoleh beberapa manfaat, yaitu:
- 4 -
1. Program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Unit Organisasi akan
terkait langsung dengan ukuran keberhasilan organisasi tersebut yang
merupakan penjabaran dari tugas dan fungsi organisasi;
2. Terdapat keselarasan antara indikator kinerja kegiatan dengan IKU
Unit Organisasi yang bersangkutan; dan
3. Anggaran hanya dipergunakan untuk program dan kegiatan yang
memang akan mendukung keberhasilan Unit Organisasi dalam upaya
pelaksanaan tugas dan fungsi.
Setelah pelaksanaan program dan kegiatan, maka dilakukan
pengukuran berdasarkan IKU yang telah ditetapkan tersebut. Hasil
pengukuran ini selanjutnya dituangkan dalam laporan kinerja instansi
yang bersangkutan serta sebagai dasar pelaksanaan evaluasi kinerja
untuk mewujudkan perbaikan kinerja secara berkesinambungan.
D. Penetapan IKU
Pemilihan dan penetapan Indikator Kinerja Utama harus memenuhi
karakteristik indikator kinerja yang baik dan cukup memadai guna
pengukuran kinerja unit organisasi yang bersangkutan. Indikator
ditetapkan secara spesifik untuk mengukur pencapaian kinerja
berkaitan dengan informasi kinerja (output dan outcome). Penetapan
indikator kinerja, perlu mempertimbangkan elemen SMART sebagai
berikut:
1. Specific: indikator jelas dan tidak bermakna ganda sehingga
mudah untuk dimengerti dan digunakan;
2. Measurable: indikator yang digunakan diukur dengan skala
penilaian tertentu yang disepakati, dapat berupa pengukuran secara
kuantitas dan kualitas;
3. Achievable: target kinerja dapat dicapai terkait dengan
kapasitas dan sumberdaya yang ada;
4. Relevant: indikator terkait secara logis dan langsung dengan
tugas institusi, serta realisasi tujuan dan sasaran institusi; dan
5. Time Bond/Frame: pencapaian kinerja dibatasi untuk
waktu/periode tertentu.
Indikator Kinerja Utama harus selaras antar tingkatan unit organisasi.
Indikator kinerja utama pada setiap tingkatan unit organisasi dalam hal
ini meliputi indikator kinerja kementerian (impact atau ultimate
outcome), indikator hasil (outcome), dan indikator keluaran (output)
- 5 -
dengan tatanan sebagai berikut:
a. lndikator kinerja utama pada tingkat Kementerian adalah
indikator impact atau ultimate outcome yang mencerminkan kinerja
pencapaian dari misi Kementerian sesuai dengan kewenangan, tugas
dan fungsi;
b. lndikator kinerja utama pada unit organisasi setingkat Eselon I
adalah indikator hasil (outcome) yang mencerminkan kinerja
pencapaian dari program yang dilaksanakan oleh Unit Kerja Eselon I
yang bersangkutan;
c. lndikator kinerja utama pada unit organisasi setingkat eselon II
atau unit kerja mandiri (STIS, Pusdiklat, BPS Provinsi dan BPS
Kabupaten/Kota) adalah indikator keluaran (output) yang
mencerminkan kinerja pencapaian dari pelaksanaan kegiatan di
Eselon II atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
Beberapa tipe indikator kinerja
a. Kualitatif
Menggunakan skala, misalnya: baik, cukup, kurang
b. Kuantitatif absolut
Menggunakan angka absolut, misalnya: 30 orang, 80 unit
c. Persentase
Menggunakan angka persentase, misalnya: 50%, 100%
d. Rasio
Membandingkan angka absolut dengan angka absolut lain yang
terkait, misalnya: rasio jumlah guru dibandingkan jumlah murid
e. Rata-rata
Angka rata-rata dari suatu populasi atau total kejadian, misalnya:
rata-rata biaya pelatihan per peserta dalam suatu diklat
f. Indeks
Angka patokan dari beberapa variable ke jadian berdasarkan suatu
rumus tertentu, misalnya: indeks harga saham, indeks
pembangunan manusia.
Pemilihan dan penetapan indikator kinerja utama harus
mempertimbangkan beberapa hal berikut ini itu:
a. Rencana strategis, kebijakan umum dan atau dokumen strategis
lainnya;
b. Bidang kewenangan, tugas dan fungsi, serta peran lainnya;
c. Kebutuhan inforrnasi kinerja untuk penyelenggaraan akuntabilitas
- 6 -
kinerja; dan
d. Kebutuhan data statistik pemerintah.
Gambar 2. Pemilihan dan Penetapan IKU
E. Penetapan Indikator Kinerja Utama di BPS
Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, metode
pemilihan Indikator Kinerja Program (Outcome) dibagi menjadi dua
bagian:
1. Berasal dari kelompok data dan informasi yang tersedia
Indikator kinerja program dapat disusun dengan menggunakan
indikator yang telah tersedia. Contoh: Pertumbuhan Ekspor Non-
Migas; Nation Brand Index (NBI), dan Logistic Performance Index
(LPI).
2. Berasal dari kelompok data dan informasi yang dikumpulkan sendiri:
a. Indikator kinerja program berasal dari indikator kinerja kegiatan
terpenting;
b. Indikator kinerja program merupakan Indeks komposit dari
indikator-indikator kinerja kegiatannya; dan
c. Indikator kinerja program merupakan indikator survei
penilaian pencapaian kinerja program
Metode pemilihan Indikator Kinerja Kegiatan (Output) adalah sebagai
berikut:
1. Indikator kinerja kegiatan terdiri dari menjadi: indikator kuantitas,
indikator kualitas, dan indikator harga; dan
2. Indikator-indikator kinerja kegiatan harus dapat mendorong
tercapainya output kegiatan yang telah ditetapkan.
- 7 -
F. Langkah-langkah Penetapan Indikator Kinerja Utama
Langkah-langkah umum dalam penentuan IKU dapat dijelaskan secara
rinci sebagai berikut:
1. Tahap Pertama: Klarifikasi Apa yang Menjadi Kinerja Utama,
Pernyataan Hasil (Result Statement) atau Tujuan dan Sasaran yang
Ingin Dicapai.
Untuk menetapkan suatu indikator kinerja yang baik perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Secara hati-hati tentukan hasil yang akan dicapai;
b. Hindari pernyataan hasil yang terlalu luas atau makro;
c. Pastikan jenis perubahan yang dimaksudkan;
d. Pastikan dimana perubahan akan terjadi;
e. Identifikasikan target khusus perubahan dengan lebih cepat; dan
f. Pelajari kegiatan dan strategi yang diarahkan dalam mengupayakan
perubahan.
2. Tahap Kedua: Menyusun Daftar Awal IKU Yang Mungkin Dapat
Digunakan.
Terdapat beberapa jenis indikator kinerja yang dapat digunakan untuk
mengukur suatu outcome, namun dari indikator-indikator kinerja
tersebut biasanya hanya beberapa indikator saja yang dapat
digunakan dengan tepat. Dalam menyusun daftar awal indikator
kinerja, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Brainstorming oleh tim;
b. Konsultasi dengan para ahli di bidang yang sedang dibahas; dan
c. Menggunakan pengalaman pihak lain dengan kegiatan yang sama.
3. Tahap Ketiga: Penilaian Setiap IKU yang Terdapat Dalam Daftar Awal.
Penilaian dilakukan dengan membandingkan setiap indikator kinerja
dalam daftar dengan kriterianya. Dengan skala sederhana, misalnya
satu sampai lima, setiap indikator kinerja yang dievaluasi dapat
ditetapkan nilainya. Pendekatan dengan metode ini harus ditetapkan
secara fleksibel dan dengan pertimbangan yang matang, karena setiap
kriteria tidak memiliki bobot yang sama.
4. Tahap Keempat: Memilih IKU
Tahap akhir dari proses ini adalah memilih IKU. Indikator-indikator
kinerja tersebut, harus disusun dalam suatu set indikator yang
- 8 -
optimal yang dapat memenuhi kebutuhan manajemen dan harus
selektif. Pilih indikator kinerja yang dapat mewakili dimensi yang
paling mendasar dan penting dari setiap tujuan dan sasaran.
Kepala Unit Organisasi wajib menetapkan IKU di lingkungan
organisasinya yang merupakan gambaran ukuran-ukuran
keberhasilan dari sasaran/tujuan organisasi masing-masing. IKU
ditingkat Unit Organisasi tersebut kemudian akan diselaraskan oleh
Tim di tingkat Kementerian (terdiri dari unsur perencanaan,
pengawasan internal, dan dari unit kerja lainnya) dalam rangka
menetapkan IKU di tingkat Kementerian.
Penyusunan indikator kinerja utama ini cukup memakan waktu,
karena harus dapat memenuhi berbagai kebutuhan akan informasi
kinerja yang diminta oleh berbagai sistem pelaporan. Paling tidak
harus diidentifikasikan beberapa kebutuhan untuk tujuan pelaporan:
1. Keuangan;
2. Kinerja; dan
3. Program-program prioritas secara regional dan nasional.
Oleh karena itu, pertimbangan penyusunan indikator utama yang
digunakan oleh kementerian juga harus mengacu pada kebutuhan
kebutuhan informasi untuk hal-hal tersebut di atas. Sehingga dengan
demikian satu sistem dapat memproduksi berbagai informasi yang
digunakan di dalam pelaporan-pelaporan tersebut.
Proses selanjutnya setelah IKU ini ditetapkan akan dimanfaatkan
dalam proses perencanaan, penganggaran, pengukuran dan pelaporan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
G. Penyusunan IKU
IKU Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota disusun dari Perka
IKU BPS yang telah ditetapkan, yang didalamnya terdapat IKU untuk
IKU Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota. IKU tersebut
untuk selanjutnya dilegalisir oleh pimpinan Eselon I, II, atau BPS
Provinsi/Kabupaten/Kota masing-masing penyusun IKU.
Kerangka kerja penyusunan seperangkat IKU merupakan keseluruhan
pola tindak mulai dari identifikasi dan pengumpulan sejumlah indikator
pada daftar awal (list) yang diusulkan sampai pada penilaian, seleksi
pemilihan, penentuan pemilihan, penetapan resmi dan
pengorganisasian penerapannya. Kerangka kerja ini merupakan inti dari
petunjuk ini agar dapat dihasilkan indikator-indikator yang baik dalam
- 9 -
proses ini. Untuk membantu penyusunan IKU ini, dapat digunakan
formulir yang dilampirkan pada petunjuk ini.
H. Pengembangan IKU
Penggunaan seperangkat IKU haruslah direviu secara berkala setelah
disusun dan diserahkan, mengingat prioritas mungkin saja berubah dari
waktu ke waktu. Reviu dan pengembangan sangat perlu dilakukan
terutama jika terdapat perubahan arah kebijakan yang signifikan. Reviu
pelaksanaan IKU ini diperlukan jika terdapat perubahan program dan
kegiatan agar tetap memiliki indikator kinerja yang valid yang dapat
digunakan untuk pengukuran kinerja dan pengendalian pelaksanaan
program dan kegiatan.
Pada dasarnya reviu pelaksanaan IKU ini merupakan kewajiban bagi
manajemen di masing-masing tingkatan organisasi. Namun demikian
agar pelaksanaan reviu ini dapat dilakukan secara terintegrasi, maka
unit pengawasan internal (Inspektorat Utama) dapat mengkoordinasikan
pelaksanaan reviu ini.
I. Penerapan IKU
BPS menentukan seperangkat IKU berdasarkan tatanan organisasi dan
tanggung jawab masing-masing unit kerja dan satuan kerja (Eselon I, II,
atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota). Pada saat penyusunan Renstra
BPS agar perencanaan berbasiskan kinerja dan menjadi lebih terukur
semestinya sudah ditentukan indikator kinerja yang digunakan untuk
mengukur kemajuan dan keberhasilan instansi.
IKU pada Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota sebelumnya
telah ditetapkan melalui Peraturan Kepala BPS sehingga unit organisasi
di bawahnya langsung mengadopsi untuk diterapkan pada seluruh
komponen SAKIP.
- 10 -
TABEL LAMPIRAN I/1
MEKANISME PENYUSUNAN
INDIKATOR KINERJA UTAMA
INDIKATOR KINERJA UTAMA
…………………………………………
1. Nama Unit Organisasi : .................................................................
2. Tugas : .................................................................
3. Fungsi : .................................................................
No Tujuan/Sasaran Indikator
Kinerja
Utama
Penanggung
jawab
Sumber
Data
Penjelasan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,
……………………….
INDIKATOR KINERJA UTAMA
…………………………………………
1. Nama Unit Organisasi : .................................................................
2. Tugas : .................................................................
3. Fungsi : .................................................................
No Tujuan/Sasaran Indikator
Kinerja
Utama
Penanggung
jawab
Sumber
Data
Penjelasan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pimpinan Eselon I, II, atau
BPS Provinsi/Kabupaten/Kota
……………………………………
- 11 -
Petunjuk pengisian:
1. No, adalah no urut dari sasaran strategis
2. Tujuan/Sasaran, adalah uraian tujuan/sasaran yang ada pada renstra
yang akan dijabarkan indikator kinerja utamanya
3. Indikator Kinerja Utama, adalah pemilihan dan penetapan indikator
kinerja utama yang harus memenuhi karakteristik indikator kinerja
yang baik dan cukup memadai guna pengukuran kinerja unit
organisasi yang bersangkutan
4. Penanggung jawab, adalah unit organisasi yang menangani
pelaksanaan baik dari segi target sampai dengan pendanaan indikator
yang bersangkutan.
5. Sumber data, rujukan untuk memperoleh nilai dalam mengukur target
dan realisasi indikator
6. Penjelasan, keterangan untuk memperjelas bagaimana cara mengukur
berhasil atau tidaknya indikator tersebut.
7. IKU ditandatangani oleh Pejabat Eselon I/II penyusun IKU dan
dibubuhi cap Cap BPS atau BPS Prov/Kab.
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,
SURYAMIN
LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS
A. Rencana Strategis BPS
Perencanaan strategis merupakan proses sistematis dan berkelanjutan
dari pengambilan keputusan yang berisiko tentang masa depan, dengan
memanfaatkan sebanyak-banyaknya pengetahuan yang antisipatif, dan
mengorganisasi secara sistematis usaha-usaha melaksanakan
keputusan tersebut serta mengukur hasilnya melalui umpan balik yang
terorganisasi dan sistematis.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas programnya, serta
agar mampu eksis dan unggul dalam persaingan yang semakin ketat
dalam lingkungan yang berubah sangat cepat seperti dewasa ini, maka
instansi pemerintah harus terus menerus melakukan perubahan kearah
yang lebih baik. Perubahan tersebut harus disusun dalam suatu
tahapan yang konsisten dan berkelanjutan, yang mengarah kepada
peningkatan akuntabilitas dan kinerja yang berorientasi kepada
pencapaian hasil. Perencanaan strategis merupakan langkah awal yang
harus dilakukan oleh instansi dan merupakan suatu proses yang
berorientasi pada hasil yang akan dicapai selama kurun waktu 1 (satu)
sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi,
peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul.
Dengan pendekatan perencanaan strategis yang jelas dan sinergis,
instansi lebih dapat menyelaraskan visi dan misinya dengan potensi,
peluang, dan kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan
akuntabilitas kinerjanya.
Dalam implementasi SAKIP, perencanaan strategis merupakan langkah
awal untuk melaksanakan mandat, merupakan paduan dari
implementasi strategic management dan strategic thinking yang dinamis.
Rencana Strategis (Renstra) merupakan dokumen penting untuk masa
- 2 -
depan sebagai produk dari sistem pemerintahan yang berorientasi pada
hasil dan proses sekaligus.
Pedoman Rencana Strategis BPS mengacu pada Peraturan Menteri PPN
Nomer 5 Tahun 2014 tentang pedoman penyusunan dan penelaahan
rencana strategis.
Gambar 3. Tahapan Penyusunan Rencana Strategis
1. Tahap persiapan memerlukan:
• Hasil Identifikasi isu-isu strategis atau pilihan-pilihan strategis yang
akan dihadapi dalam jangka waktu pelaksanaan Renstra BPS,
• Hasil Identifikasi struktur organisasi berserta tupoksinya sebagai
dasar untuk melihat dan menentukan lingkup kewenangan BPS,
dan
• Hasil Identifikasi kebutuhan data-data dan informasi yang
diperlukan sebagai bahan pengambilan keputusan selama tahap
penyusunan Renstra BPS.
2. Kondisi Umum BPS
Evaluasi pencapaian program dan kegiatan didasarkan pada sasaran
dan atau standar kinerja yang telah ditetapkan. Hasil aspirasi
masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan barang publik, layanan
publik, dan regulasi dalam lingkup kewenangan BPS
3. Potensi Dan Permasalahan BPS
Hasil-hasil identifikasi permasalahan, potensi, kelemahan, peluang
serta tantangan dalam jangka menengah yang dilakukan sendiri oleh
BPS dan berdasarkan RPJMN pada sektor yang menjadi kewenangan
BPS.
4. Visi BPS
Rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai oleh BPS pada
akhir periode perencanaan.
Rumusan Visi BPS:
• Visi harus dapat memberikan arah pandangan kedepan terkait
dengan kinerja dan peranan organisasi BPS;
- 3 -
• Visi harus dapat memberikan gambaran tentang kondisi masa
depan yang ingin diwujudkan oleh organisasi BPS;
• Visi harus ditetapkan secara rasional, realistis dan mudah
dipahami;
• Visi harus dirumuskan secara singkat, padat dan mudah diingat;
dan
• Visi harus dapat dilaksanakan secara konsisten dalam pencapaian.
5. Misi BPS
Rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi.
Rumusan Misi BPS:
• Misi harus sejalan dengan visi organisasi dan berlaku pada periode
tertentu;
• Misi harus dapat menyatakan apa yang akan dicapai (pada level
impact) dan bagaimana mencapainya dalam periode tertentu,
beserta ukuran-ukuran pencapaiannya;
• Misi harus dapat menggambarkan tindakan (upaya-upaya) sesuai
dengan tupoksi BPS; dan
• Misi harus dapat menjembatani dalam penyusunan tujuan,
sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan yang
dilaksanakan BPS.
6. Tujuan BPS
Rumusan Tujuan:
• Sejalan dengan Visi dan Misi BPS;
• Menunjukkan kondisi yang ingin dicapai (5 tahun mendatang);
• Dicapai dengan kemampuan yang dimiliki oleh BPS; dan
• Dapat mengarahkan perumusan sasaran strategis, arah kebijakan
dan strategi, serta program dan kegiatan dalam rangka
merealisasikan misi BPS.
7. Sasaran Strategis BPS
Rumusan Sasaran Strategis:
• Ukuran pencapaian Tujuan BPS;
• Mencerminkan berfungsinya outcomes dari semua program dalam
BPS;
• Dirumuskan sama dengan sasaran pembangunan yang ada dalam
RPJMN maupun RPJPN sesuai bidang tugas fungsi BPS dan/atau
- 4 -
setingkat lebih rendah dari sasaran pembangunan RPJMN namun
tetap sesuai dengan visi, misi dan tugas fungsi BPS;
• Memiliki sebab akibat (causality) secara logis dengan sasaran
pembangunan dalam RPJMN maupun RPJPN;
• Dirumuskan dengan jelas dan terukur; dan
• Sasaran strategis BPS harus dilengkapi dengan indikator dan target
kinerja.
8. Arah Kebijakan Dan Strategi Nasional
Sesuai dengan penugasan RPJMN (Buku I dan/atau Buku II dan/atau
Buku III), termasuk di dalamnya penjelasan mengenai penugasan BPS
terkait Program Lintas.
9. Arah Kebijakan Dan Strategi BPS
Uraian bersifat lengkap (tidak hanya mencakup yang dilakukan
langsung oleh BPS tetapi juga mempertimbangkan keterlibatan daerah
dan swasta berikut pendanaan yang diperlukan untuk melaksanakan
kebijakan dan strategi tersebut.
Uraian kebijakan yang dilaksanakan melalui Program dan/atau Lintas
Program dalam BPS. Uraian dilengkapi dengan indikator-indikator
kinerja outcome dari masing-masing Program.
10. Kerangka Regulasi
• Gambaran umum Kerangka Regulasi yang dibutuhkan oleh BPS
dalam pelaksanaan tugas, fungsi serta kewenangannya.
• Penjabaran mengenai peranan Kerangka Regulasi dalam
mendukung pencapaian Sasaran Strategis BPS.
• Penuangan Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi
dalam Matriks Kerangka Regulasi.
11. Uraian Kerangka Pendanaan meliputi:
• Kebutuhan pendanaan secara keseluruhan untuk mencapai
Sasaran Strategis, meliputi sumber pendanaan dari APBN
(Pemerintah) maupun dari pihak Swasta.
• Penjelasan mengenai pemenuhan kebutuhan pendanaan yang
menggunakan sumber-sumber pendanaan di luar dari APBN (Non-
APBN) seperti: PPP (KPS), CSR, dan seterusnya.
• Rincian Penghitungan Prakiraan Maju, disajikan dalam bentuk
Tabel Penghitungan Prakiraan Maju.
Langkah-langkah penentuan Target dan Pendanaan antara lain:
- 5 -
• Penyiapan sumber data RKA-KL Tahun berjalan, sampai pada level
komponen;
• Evaluasi data RKA K/L tahun 2014, meliputi: Identifikasi
keberlanjutan Program, Kegiatan, Output dan Komponen;
Penyempurnaan Output dan Identifikasi Komponen dan Biaya
Komponen.
• Rekapitulasi hasil Review Baseline;
• Penghitungan tahun 2015;
• Penghitungan tahun 2016-2019.
B. Rencana Strategis Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota
1. Pengertian
Rencana Strategis Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota
bertujuan untuk menjabarkan amanat pembangunan statistik jangka
menengah (Renstra BPS). Hasilnya berupa dokumen perencanaan
pembangunan yang lebih spesifik dan operasional dan berisi
rancangan kegiatan dengan kinerja yang terukur berdasarkan
ketersediaan anggaran dalam jangka menengah. Sasaran hasil
(outcome) masing-masing program agar sinergis dengan sasaran
dalam Renstra BPS. Selanjutnya sasaran keluaran (output) dari
masing-masing kegiatan pokok harus sinergis dengan sasaran hasil
(outcome) dari program induknya.
Sumber pendanaan kegiatan berasal dari APBN dan atau sumber luar
negeri melalui mekanisme yang berlaku. Efektivitas dan efisiensi
anggaran sangat bergantung pada ketajaman dalam menentukan
sasaran, indikator kinerja, dan kegiatan prioritas untuk mencapai
sasaran-sasaran pembangunan dimaksud. Selain itu, terdapat pula
beberapa kegiatan yang dikelola Daerah dimana faktor koordinasi
harus diperhitungkan secara seksama.
Renstra Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota memuat visi,
misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, serta program dan kegiatan
yang dilengkapi indikator kinerja utama dan target (target setting)
sesuai tugas dan fungsi, serta mengacu pada Renstra BPS. Penyajian
informasi tentang hasil (outcome) dan keluaran (output), maupun
sumberdaya yang tercantum di dalam dokumen Rencana Strategis ini
bersifat indikatif.
- 6 -
2. Sistematika dan Mekanisme Penyusunan
Penyusunan dokumen Rencana Strategis untuk Eselon I, II, atau BPS
Provinsi/Kabupaten/Kota, mengikuti sistematika sebagaimana
LAMPIRAN 1 dilengkapi matrik kinerja sebagaimana LAMPIRAN 2 dan
matrik pendanaan sebagaimana LAMPIRAN 3. Selanjutnya dalam hal
penetapan Renstra Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota
harus melalui Keputusan Pimpinan Eselon I, II, atau BPS
Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
Gambar 4. Penyusunan Rencana Strategis untuk Eselon I, II, atau BPS
Provinsi/Kabupaten/Kota
Langkah I : Visi dan Misi menyesuaikan dengan visi dan misi BPS
Langkah II : Tujuan Dan Sasaran Strategis Menyesuaikan Dengan
Tujuan Dan Sasaran Strategis Renstra BPS
Langkah III : Penyusunan Arah Kebijakan, Strategi Menyesuaikan
Dengan Arah Kebijakan, Strategi BPS
Langkah VI : Penyusunan Program dan Kegiatan
Langkah VII : Penyusunan Target dan Pendanaan
- 7 -
Gambar 5. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Strategis untuk
Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota
a. Penyusunan Visi dan Misi
Visi yang terdapat di dalam Rencana Strategis Eselon I, II, atau BPS
Provinsi/Kabupaten/Kota merupakan keadaan yang ingin dicapai oleh
Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota pada akhir periode
perencanaan. Sedangkan Misi Eselon I, II, atau BPS
Provinsi/Kabupaten/Kota merupakan rumusan umum mengenai upaya-
upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visinya. Masing-
masing misi memiliki tujuan yang dilengkapi dengan sasaran.
Tujuan dan sasaran Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota
tingkat capaiannya dirancang secara cermat dan terukur. Oleh karena
itu, indikator-indikator tujuan dan sasaran, yang bersifat kualitatif
maupun kuantitatif wajib untuk dicantumkan. Indikator tujuan dan
sasaran merupakan tolok ukur dalam menilai keberhasilan dan
kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran suatu unit organisasi yang
telah ditetapkan.
Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota juga menyusun strategi,
kebijakan, dan pendanaan termasuk rencana sumber pendanaannya.
Selain bertanggung jawab di lingkup kewenangannya sendiri, Eselon I, II,
- 8 -
atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota memiliki sasaran-sasaran khusus
yang harus dicapai sesuai dengan tugas dan fungsinya, dalam rangka
mendukung implementasi terhadap fokus prioritas atau kegiatan
prioritas di BPS yang sejalan dengan prioritas nasional.
Strategi dan pendanaan Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota
disusun sampai dengan detil kegiatan dalam Eselon I, II, atau BPS
Provinsi/Kabupaten/Kota yang dilengkapi dengan indikator kinerja
output dari kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan. Detail kinerja
dan rencana pendanaan program dan kegiatan disusun dalam matriks
Kinerja dan matriks Pendanaan Eselon I, II, atau BPS
Provinsi/Kabupaten/Kota.
Pada akhirnya seluruh Visi, Misi, tujuan dan sasaran serta strategi pada
Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota harus selaras dengan
apa yang telah dirumuskan di BPS. Visi pada Renstra Eselon I, II, atau
BPS Provinsi/Kabupaten/Kota dicantumkan visi BPS. Perumusan
berbagai komponen perencanaan pada Eselon I, II, atau BPS
Provinsi/Kabupaten/Kota juga harus merupakan penjabaran dari
perumusan perencanaan BPS.
b. Penyusunan Strategi dan Kebijakan
Strategi akan memperjelas makna dari suatu rencana strategis,
khususnya sasaran tahunan dengan identifikasi rincian yang sifatnya
spesifik. Dengan kata lain, strategi merupakan terjemahan pemikiran
kepada tindakan operasional sehari-hari dari semua komponen Eselon I,
II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota.
Strategi menentukan garis besar pedoman pencapaian tujuan dan
sasaran. Strategi memerlukan persepsi dan tekanan khusus dalam
bentuk kebijakan. Kebijakan merupakan pedoman pelaksanaan
tindakan-tindakan tertentu.
1) Strategi dan Arah Kebijakan BPS:
Strategi dan Arah Kebijakan BPS memuat langkah-langkah berupa
program-program dan rencana pendanaan indikatif untuk
memecahkan permasalahan penting dan mendesak dalam kurun
waktu tertentu (jangka menengah) serta memiliki dampak yang besar
terhadap pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis. Uraian
juga dilengkapi dengan kelembagaan, ketatalaksanaan, pengelolaan
SDM, dan struktur organisasi untuk melaksanakan misi dan
mencapai visi yang ditetapkan.
- 9 -
2) Strategi dan Kebijakan Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten
/Kota:
Strategi dan Kebijakan Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten
/Kota, memuat langkah-langkah berupa program, kegiatan-kegiatan,
dan rencana pendanaan indikatif untuk memecahkan permasalahan
penting dan mendesak dalam jangka menengah, serta memiliki
dampak besar terhadap pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran
unit organisasi. Program tersebut mencakup kegiatan-kegiatan
prioritas dalam Renstra Eselon I, II, atau BPS Provinsi
/Kabupaten/Kota.
c. Penyusunan Program
Program merupakan instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih
kegiatan yang dilaksanakan oleh Eselon I, II, atau BPS
Provinsi/Kabupaten/Kota untuk mencapai sasaran dan tujuan serta
memperoleh alokasi anggaran. Program di Eselon I, II, atau BPS
Provinsi/Kabupaten/Kota terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu:
1) Program Teknis
Program Teknis merupakan program yang menghasilkan pelayanan
kepada masyarakat (pelayanan eksternal).
2) Program Generik
Program Generik merupakan program yang digunakan oleh Eselon I,
II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersifat pelayanan
internal untuk mendukung pelayanan aparatur dan atau
administrasi pemerintahan (pelayanan internal).
Kriteria rumusan outcome program adalah sebagai berikut:
a) Mencerminkan sasaran kinerja Eselon I, II, atau BPS
Provinsi/Kabupaten/Kota;
b) Outcome harus dapat mendukung pencapaian kinerja BPS; dan
c) Outcome harus dapat dievaluasi berdasarkan periode waktu tertentu.
Hasil atau outcome diukur dengan indikator outcome yang
mencerminkan kinerja program, dalam kerangka akuntabilitas
organisasi merupakan ukuran pencapaian kinerja unit kerja
setingkat Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota.
d. Penyusunan Target dan Pendanaan
1) Target Kinerja
Target kinerja ditetapkan setelah penyusunan indikator kinerja. Target
kinerja menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan
- 10 -
dicapai oleh Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota. Dasar
penentuan target kinerja (target setting) antara lain:
a) Ketersediaan sumber daya yang dimiliki seperti pendanaan yang
tersedia, SDM, dan peralatan;
b) Target kinerja pada Renstra BPS; dan
c) Hasil evaluasi terhadap perjanjian kinerja periode sebelumnya.
2) Pendanaan
Pendanaan dalam strategi kebijakan merupakan uraian yang bersifat
lengkap, tidak hanya mencakup yang dilakukan langsung unit kerja
bersangkutan, tetapi juga mempertimbangkan keterlibatan peran
daerah dan swasta berikut pendanaan yang diperlukan untuk
melaksanakannya.
Uraian juga dilengkapi dengan kelembagaan, ketatalaksanaan,
pengelolaan SDM, dan struktur organisasi untuk melaksanakan misi
dalam mencapai visi yang ditetapkan. Setiap uraian strategi kebijakan
dan pendanaan dilaksanakan melalui Program dan/atau Lintas
Program dan harus dilengkapi dengan indikator-indikator kinerja
outcome dari masing-masing Program tersebut serta rencana sumber
pendanaannya.
Sumber pendanaan Program dan/atau Lintas Program dapat berasal
antara lain dari Pemerintah (Pusat dan Daerah) dan swasta (investasi
dari pihak swasta dalam negeri atau luar negeri melalui mekanisme
Triple-P atau Public Private Partnership).
Langkah penyusunan pendanaan unit Eselon I adalah sebagai berikut:
a) Penelaahan (reviu) program dan kegiatan
Penelaahan program dan kegiatan bertujuan untuk menetapkan
apakah program dan kegiatan pada periode Renstra Eselon I, II,
atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota sebelumnya akan dilanjutkan
atau ditinjau kembali berdasarkan evaluasi yang dilakukan
terhadap pencapaian sasaran dan target kinerja.
b) Penyusunan program dan kegiatan
Penyusunan program dan kegiatan mencakup penyusunan
indikator kinerja beserta target kinerjanya.
c) Penyusunan anggaran bagi program dan kegiatan
Anggaran tahun dasar (2015) diperoleh dari hasil pemetaan antara
pendanaan program dan kegiatan periode lima tahun sebelumnya
- 11 -
dan hasil evaluasi terhadap struktur program dan kegiatan baru
(Renstra BPS periode 2015-2019).
d) Menyusun Prakiraan Maju Jangka Menengah
Perhitungan prakiraan maju dilakukan untuk tahun anggaran
2016, 2017, 2018, hingga 2019 menggunakan tahun dasar 2015.
Penyusunan prakiraan maju jangka menengah dilakukan dengan
menggunakan baseline terhadap struktur program dan kegiatan
baru, minimal harus memperhitungkan:
(1) Kebutuhan untuk pembayaran gaji dan tunjangan termasuk
renumerasi dalam konteks Reformasi Birokrasi, yang
disesuaikan terhadap basis data kepegawaian;
(2) Kebutuhan operasional dan pemeliharaan kantor termasuk di
dalamnya pembayaran untuk tunggakan pada pihak ketiga;
(3) Kebutuhan anggaran untuk kegiatan yang bersifat tahun jamak
(multi years);dan
(4) Kebutuhan penyelesaian kegiatan yang telah dilaksanakan.
- 12 -
TABEL LAMPIRAN II/1
SISTEMATIKA PENULISAN RENCANA STRATEGIS BPS
BAB I Pendahuluan
1.1. Kondisi Umum
• Evaluasi pencapaian program dan kegiatan didasarkan pada
sasaran dan atau standar kinerja yang telah ditetapkan.
• Hasil aspirasi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan
barang publik, layanan publik, dan regulasi dalam lingkup
kewenangan BPS.
1.2. Potensi dan Permasalahan
Hasil-hasil identifikasi permasalahan, potensi, kelemahan,
peluang serta tantangan dalam jangka menengah yang
dilakukan sendiri oleh BPS dan berdasarkan RPJMN pada sektor
yang menjadi kewenangan BPS.
BAB II Visi, Misi, dan Tujuan
2.1. Visi BPS
Rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai oleh BPS
pada akhir periode perencanaan.
Rumusan Visi
• Visi harus dapat memberikan arah pandangan kedepan terkait
dengan kinerja dan peranan BPS;
• Visi harus dapat memberikan gambaran tentang kondisi masa
depan yang ingin diwujudkan oleh BPS;
• Visi harus ditetapkan secara rasional, realistis dan mudah
dipahami;
• Visi harus dirumuskan secara singkat, padat dan mudah
diingat; dan
• Visi harus dapat dilaksanakan secara konsisten dalam
pencapaian.
2.2. Misi BPS
Rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi
Rumusan Misi
• Misi harus sejalan dengan visi BPS dan berlaku pada periode
tertentu.
• Misi harus dapat menyatakan apa yang akan dicapai (pada
- 13 -
level impact) dan bagaimana mencapainya dalam periode
tertentu, beserta ukuran-ukuran pencapaiannya.
• Misi harus dapat menggambarkan tindakan (upaya-upaya)
sesuai dengan tupoksi BPS.
• Misi harus dapat menjembatani dalam penyusunan tujuan,
sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan yang
dilaksanakan BPS.
2.3. Tujuan BPS
Rumusan Tujuan:
• Sejalan dengan Visi dan Misi BPS;
• Menunjukkan kondisi yang ingin dicapai (5 tahun mendatang);
• Dicapai dengan kemampuan yang dimiliki oleh BPS;
• Dapat mengarahkan perumusan sasaran strategis, arah
kebijakan dan strategi, serta program dan kegiatan dalam
rangka merealisasikan misi BPS.
2.4. Sasaran Strategis BPS
Rumusan Sasaran Strategis:
• Ukuran pencapaian Tujuan BPS;
• Mencerminkan berfungsinya outcomes dari semua program
BPS;
• Dirumuskan sama dengan sasaran pembangunan yang ada
dalam RPJMN maupun RPJPN sesuai bidang tugas fungsi BPS
dan atau setingkat lebih rendah dari sasaran pembangunan
RPJMN namun tetap sesuai dengan visi, misi dan tugas fungsi
BPS;
• Memiliki sebab akibat (causality) secara logis dengan sasaran
pembangunan dalam RPJMN maupun RPJPN;
• Dirumuskan dengan jelas dan terukur; dan
• Sasaran strategis BPS harus dilengkapi dengan indikator dan
target kinerja.
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi, dan
Kerangka Kelembagaan
3.1. Arah dan Kebijakan dan Strategi Nasional
Sesuai dengan penugasan RPJMN (Buku I dan/atau Buku
II dan/atau Buku III), termasuk di dalamnya penjelasan
mengenai penugasan K/L terkait Program Lintas.
- 14 -
3.2. Arah dan Kebijakan dan Strategi BPS
• Uraian bersifat lengkap (tidak hanya mencakup yang
dilakukan langsung oleh BPS tetapi juga memper-timbangkan
keterlibatan daerah dan swasta berikut pendanaan yang
diperlukan).
• Uraian kebijakan yang dilaksanakan melalui Program dan
atau Lintas Program di BPS.
• Uraian dilengkapi dengan indikator-indikator kinerja outcome
dari masing-masing Program.
3.3. Kerangka Regulasi
• Gambaran umum Kerangka Regulasi yang dibutuhkan oleh
BPS dalam pelaksanaan tugas, fungsi serta kewenangannya.
• Penjabaran mengenai peranan Kerangka Regulasi dalam
mendukung pencapaian Sasaran Strategis BPS.
• Penuangan Arah Kerangka Regulasi dan atau Kebutuhan
Regulasi dalam Matriks Kerangka Regulasi.
3.4. Kerangka Kelembagaan
Uraian Kerangka Kelembagaan meliputi:
• Kebutuhan fungsi dan struktur organisasi yang diperlukan
dalam upaya pencapaian sasaran strategis;
• Tata laksana yang diperlukan antar unit organisasi, baik
internal maupun eksternal;
• Pengelolaan sumberdaya manusia, termasuk di dalamnya
mengenai kebutuhan sumberdaya manusia secara kualitas
maupun kuantitas.
• Kerangka kelembagaan disusun untuk mampu menopang dan
mewujudkan berbagai aturan atau rencana kerja menjadi
kenyataan dengan mempertimbangkan:
A. Pencapaian visi dan misi BPS;
B. Struktur organisasi dan kebutuhan sumberdaya harus
benar-benar disesuaikan dengan kapasitas pengelolaan
sumberdaya di BPS; dan
C. Ketersediaan anggaran BPS.
- 15 -
BAB IV Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan
4.1. Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan
Langkah-langkah penentuan Target dan Pendanaan antara lain:
• Penyiapan sumber data RKA-KL Tahun berjalan, sampai pada
level komponen;
• Evaluasi data RKA-KL tahun 2014, meliputi: Identifikasi
keberlanjutan Program, Kegiatan, Output dan Komponen;
• Penyempurnaan Output dan Identifikasi Komponen dan Biaya
Komponen;
• Rekapitulasi hasil Review Baseline;
• Penghitungan tahun 2015; dan
• Penghitungan tahun 2016-2019.
BAB V Penutup
Lampiran
Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan BPS
Lampiran 2. Matriks Kerangka Regulasi
- 16 -
TABEL LAMPIRAN II/2
SISTEMATIKA PENULISAN RENCANA STRATEGIS ESELON I, II, ATAU
BPS PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
BAB I Pendahuluan
1.1. Kondisi Umum (Eselon 1, 2, atau BPS Provinsi/Kab/Kota)
• Evaluasi pencapaian program dan kegiatan didasarkan
pada sasaran dan atau standar kinerja yang telah
ditetapkan.
• Hasil aspirasi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan
barang publik, layanan publik, dan regulasi dalam lingkup
kewenangan.
1.2. Potensi dan Permasalahan (Eselon 1, 2, atau BPS
Provinsi/Kab/Kota)
Hasil-hasil identifikasi permasalahan, potensi, kelemahan,
peluang serta tantangan dalam jangka menengah yang
dilakukan sendiri oleh Eselon 1, 2, atau BPS Provinsi
/Kab/Kota
BAB II Visi, Misi, dan Tujuan
2.1. Visi (Eselon 1, 2, atau BPS Provinsi/Kab/Kota)
Rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai oleh
Eselon 1, 2, atau BPS Provinsi/Kab/Kota pada akhir periode
perencanaan.
Rumusan Visi
• Visi harus dapat memberikan arah pandangan kedepan
terkait dengan kinerja dan peranan organisasi Eselon 1, 2,
atau BPS Provinsi/Kab/Kota;
• Visi harus dapat memberikan gambaran tentang kondisi
masa depan yang ingin diwujudkan oleh organisasi Eselon
1, 2, atau BPS Provinsi/Kab/Kota;
• Visi harus ditetapkan secara rasional, realistis dan mudah
dipahami;
• Visi harus dirumuskan secara singkat, padat dan mudah
diingat; dan
• Visi harus dapat dilaksanakan secara konsisten dalam
pencapaian.
2.2. Misi (Eselon 1, 2, atau BPS Provinsi/Kab/Kota)
- 17 -
Rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi
Rumusan Misi
• Misi harus sejalan dengan visi organisasi dan berlaku pada
periode tertentu.
• Misi harus dapat menyatakan apa yang akan dicapai (pada
level impact) dan bagaimana mencapainya dalam periode
tertentu, beserta ukuran-ukuran pencapaiannya.
• Misi harus dapat menggambarkan tindakan (upaya-upaya)
sesuai dengan tupoksi Eselon 1, 2, atau BPS
Provinsi/Kab/Kota.
• Misi harus dapat menjembatani dalam penyusunan tujuan,
sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan yang
dilaksanakan Eselon 1, 2, atau BPS Provinsi/Kab/Kota.
2.3. Tujuan Eselon 1, 2, atau BPS Provinsi/Kab/Kota
Rumusan Tujuan:
• Sejalan dengan Visi dan Misi Eselon 1, 2, atau BPS
Provinsi/Kab/Kota;
• Menunjukkan kondisi yang ingin dicapai (5 tahun
mendatang);
• Dicapai dengan kemampuan yang dimiliki oleh Eselon 1, 2,
atau BPS Provinsi/Kab/Kota;
• Dapat mengarahkan perumusan sasaran strategis, arah
kebijakan dan strategi, serta program dan kegiatan dalam
rangka merealisasikan misi Eselon 1, 2, atau BPS
Provinsi/Kab/Kota.
2.4. Sasaran Strategis Eselon 1, 2, atau BPS Provinsi/Kab/Kota
Rumusan Sasaran Strategis:
• Ukuran pencapaian Tujuan Eselon 1, 2, atau BPS
Provinsi/Kab/Kota;
• Mencerminkan berfungsinya outcomes dari semua program
dalam Eselon 1, 2, atau BPS Provinsi/Kab/Kota;
• Dirumuskan sama dengan sasaran strategis yang ada dalam
Renstra BPS sesuai bidang tugas fungsi Eselon 1, 2, atau
BPS Provinsi/Kab/Kota dan atau setingkat lebih rendah dari
sasaran strategis yang ada dalam Renstra BPS namun tetap
- 18 -
sesuai dengan visi, misi dan tugas fungsi Eselon 1, 2, atau
BPS Provinsi/Kab/Kota yang bersangkutan;
• Memiliki sebab akibat (causality) secara logis dengan
sasaran pembangunan dalam Renstra BPS;
• Dirumuskan dengan jelas dan terukur;
• Sasaran strategis Eselon 1, 2, atau BPS Provinsi/Kab/Kota
harus dilengkapi dengan indikator dan target kinerja.
BAB III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi, dan
Kerangka Kelembagaan
3.1. Arah dan Kebijakan dan Strategi Nasional
Sesuai dengan penugasan RPJMN (Buku I dan/atau Buku II
dan/atau Buku III), termasuk di dalamnya penjelasan mengenai
penugasan BPS terkait Program Lintas.
3.2. Arah dan Kebijakan dan Strategi Eselon 1, 2, atau BPS
Provinsi/Kab/Kota
• Uraian bersifat lengkap (tidak hanya mencakup yang
dilakukan langsung oleh Eselon 1, 2, atau BPS
Provinsi/Kab/Kota tetapi juga mempertimbangkan
keterlibatan daerah dan swasta berikut pendanaan yang
diperlukan untuk melaksanakan.
• Uraian kebijakan yang dilaksanakan melalui Program dan
atau Lintas Program dalam Eselon 1, 2, atau BPS
Provinsi/Kab/Kota yang bersangkutan
• Uraian dilengkapi dengan indikator-indikator kinerja outcome
dari masing-masing Program
3.3. Arah dan Kebijakan dan Strategi Eselon 1, 2, atau BPS
Provinsi/Kab/Kota
• Uraian dilengkapi dengan indikator-indikator kinerja outcome
dari masing-masing Indikator Kinerja Utama Eselon 1, 2, atau
BPS Provinsi/Kab/Kota
BAB IV Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan
4.1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Eselon 1, 2, atau BPS
Provinsi/Kab/Kota
• Berdasarkan Matriks Kinerja dan Pendanaan BPS RI
BAB V Penutup
- 19 -
TABEL LAMPIRAN II/3
MEKANISME PENYUSUNAN ARAH DAN KEBIJAKAN ESELON I, II, atau BPS
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
TABEL ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPS
No Tujuan/Sasaran Indikator
Kinerja
Arah
Kebijakan Strategi Program
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
TABEL ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ESELON I, II, atau BPS
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
No Tujuan/Sasaran Indikator
Kinerja
Arah
Kebijakan Strategi Program
(1) (2) (3) (4) (5)
Keterangan:
1) Tujuan/Sasaran disesuaikan dengan Renstra BPS, sehingga isi dari
Tujuan/Sasaran tersebut diambil sebagaimana tugas, fungsi, dan
kewenangan Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota;
2) Indikator Kinerja disesuaikan dengan Renstra BPS, sehingga isi dari
Indikator Kinerja tersebut diambil sebagaimana tugas, fungsi, dan
kewenangan Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota;
3) Arah Kebijakan disesuaikan dengan Renstra BPS, sehingga isi dari
Arah Kebijakan tersebut diambil sebagaimana tugas, fungsi, dan
kewenangan Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota;
4) Strategi disesuaikan dengan Renstra BPS, sehingga isi dari Strategi
tersebut diambil sebagaimana tugas, fungsi, dan kewenangan Eselon I,
II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota; dan
5) Program diisi sama dengan Renstra BPS.
- 20 -
TABEL LAMPIRAN II/4
MEKANISME PENYUSUNAN MATRIKS KINERJA ESELON I, II, atau BPS
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
TABEL MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN ESELON I, II, atau BPS
PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
Progr
am/
Kegia
tan
Tujuan/Sas
aran
Program
(Outcome)/
Sasaran
Kegiatan
(Output)
Target Alokasi Anggaran
(Dalam Juta Rupiah)
Unit
Organ
isasi
20
15
20
16
20
17
20
18
20
19
20
15
20
16
20
17
20
18
20
19
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (1
0)
(1
1)
(1
2) (13)
Tujuan 1.
Indikator
Tujuan 1 xx xx xx Xx xx
Sasaran 1.
Indikator
Sasaran 1 xx xx xx Xx xx
Tujuan 2
Indikator
Tujuan 2 xx xx xx Xx xx
Sasaran 2
Indikator
Sasaran 1 xx xx xx xx xx
dst
Progr
am
Kegia
tan
Sasaran
Kegiatan
(Output) 1
xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx
Indikator
1 xx xx xx xx xx
Sasaran
Kegiatan
(Output) 2
xx xx xx xx xx
Indikator
2 xx xx xx xx xx
Diisi dari IKU Eselon I, II,
atau BPS Provinsi/
Kabupaten/Kota yang telah
ditetapkan
Alokasi anggaran diisi menyesuaikan Matriks
Kinerja dan Pendanaan dalam Renstra BPS RI
- 21 -
Keterangan:
1) Tujuan dan sasaran program beserta indikatornya disusun dari IKU
Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota yang telah ditetapkan.
2) Target untuk indikator tujuan dan sasaran program ditentukan sesuai
dengan kondisi Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota.
3) Program/kegiatan diisi sesuai dengan program kegiatan yang ada di
Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota.
4) Target output kegiatan dan indikatornya ditentukan sesuai dengan
kondisi Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota.
5) Alokasi anggaran diisi pada output kegiatan menyesuaikan Matriks
Kinerja dan Pendanaan dalam Renstra BPS.
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,
SURYAMIN
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN
Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai
penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana
strategis yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai
kegiatan tahunan. Dalam rencana kinerja ditetapkan rencana capaian
kinerja tahunan untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat
sasaran dan kegiatan.
D. Dokumen Rencana Kinerja Tahunan
Dokumen Rencana Kinerja Tahunan memuat informasi tentang:
1. Sasaran yang ingin dicapai dalam tahun yang bersangkutan;
2. Indikator kinerja sasaran (IKU), dan rencana capaiannya (Target); dan
3. Program, Kegiatan, serta kelompok indikator kinerja dan rencana
capaiannya.
4. Selain itu dimuat pula keterangan yang antara lain menjelaskan
keterkaitan kegiatan dengan sasaran, kebijakan dengan programnya,
serta keterkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
Unit Organisasi/sektor lain.Target yang ditetapkan merupakan target
yang akan dicapai pada tahun tertentu sebagai turunan dari Renstra.
E. Komponen Rencana Kinerja
Adapun komponen rencana kinerja meliputi:
1. Sasaran, adalah sasaran yang sama dimuat pada dokumen
Renstra beserta uraian indikatornya, selanjutnya ditetapkan
rencana tingkat capaiannya (targetnya).
2. Program, yang berada dalam lingkup kebijakan sebagaimana
tertuang dalam strategi yang diuraikan pada dokumen Renstra.
3. Kegiatan, adalah tindakan nyata dalam jangka waktu tertentu yang
dilakukan oleh instansi pemerintah sesuai dengan kebijakan dan
program yang ditetapkan dengan memanfaatkan sumber daya yang
ada untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu. Dalam komponen
- 2 -
kegiatan ini ditetapkan indikator kinerja kegiatan dan rencana
capaiannya.
4. Indikator Kinerja, adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah
ditetapkan.
Indikator kinerja kegiatan dikategorikan dalam kelompok:
a. Masukan (Inputs): yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan kegiatan dan program untuk menghasilkan output,
seperti: dana, SDM, waktu, material, teknologi, dan sebagainya.
b. Keluaran (outputs) : adalah segala sesuatu berupa produk/jasa
sebagai hasil langsung dari pelaksanaan kegiatan dan program
berdasarkan masukan yang digunakan, seperti jumlah dokumen,
Rumah Tangga, Perusahaan hasil pencacahan, publikasi, Tabel,
Laporan, Website, dsb.
c. Hasil (outcomes): merupakan ukuran seberapa jauh setiap
produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
masyarakat, seperti: jumlah publikasi, laporan, peta yang di
butuhkan pengguna data, jumlah masyarakat yang mengakses
data BPS, peningkatan dan pemahaman pengguna data Statistik
Tenaga Kerja, tercapainya kompetensi aparatur pegawai golongan
II yang berbasis kinerja, dsb
d. Manfaat (benefits): kegunaan suatu keluaran (outputs) yang
dirasakan langsung oleh masyarakat, seperti fasilitas website yang
dapat diakses, publikasi, laporan, peta yang dimanfaatkan
pengguna data untuk keperluannya, dsb.
e. Dampak (impacts): ukuran tingkat pengaruh sosial ekonomi,
lingkungan atau kepentingan umum pada masyarakat.
Penetapan indikator kegiatan harus didasarkan pada perkiraan
yang realistis dengan memperhatikan tujuan dan sasaran serta
data pendukung yang harus diorganisir. Indikator kinerja
dimaksud hendaknya harus: (1) spesifik dan jelas; (2) dapat
diukur secara obyektif; (3) relevan dengan tujuan dan sasaran;
dan (4) tidak bias.
f. Formulir Rencana Kinerja Tahunan: Dokumen Rencana Kinerja
sebagaimana diuraikan di atas dituangkan dalam Formulir
Rencana Kinerja Tahunan pada anak lampiran III/1.
- 3 -
TABEL LAMPIRAN III/1
SISTEMATIKA PENULISAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPS, ESELON I, II
atau BPS PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
Rencana Kinerja Tahunan
BPS, Eselon I, II, atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota
1. Unit Organisasi/Satuan Kerja : …………………….
2. Tahun : ……………………..
Sasaran
Strategis
Indikator
Kinerja
Target
Kegiatan
Indikator
Output
Satuan
Target
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Jumlah Anggaran Kegiatan: Rp. ………………….
Pimpinan BPS, Eselon I, II, atau
BPS Provinsi/Kabupaten/Kota
…………………………….
Cara Pengisian :
Tahun : Ditulis tahun laporan.
Kolom (1) : Ditulis uraian sasaran yang telah ditetapkan dan
direncanakan untuk tahun ybs sesuai dalam dokumen
Renstra.
Kolom (2) : Ditulis indikator kinerja yang mengindikasikan tercapainya
sasaran sebagaimana dirumuskan pada dokumen Renstra.
Setiap sasaran dapat memiliki lebih dari satu indikator
kinerja.
Kolom (3) : Ditulis rencana tingkat capaian (target) masing-masing
indikator sasaran. Target harus ditetapkan secara realistis
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki BPS, Eselon I, II,
atau BPS Provinsi/Kabupaten/Kota.
Diisi jumlah anggaran pada masing-
masing kegiatan di BPS, Eselon I, II, atau
BPS Provinsi/Kabupaten/Kota
- 4 -
Kolom (4) : Ditulis nama kegiatan yang dilaksanakan tahun bersangkutan
sesuai DIPA.
Kolom (5) : Ditulis uraian indikator kegiatan berdasarkan kelompok
indikator kegiatan.
Kolom (6) : Ditulis satuan dari setiap indikator kinerja kegiatan.
Kolom (7) : Ditulis rencana tingkat capaian (target) masing-masing
indikator kegiatan.
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,
SURYAMIN
LAMPIRAN IV PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK
PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA BPS
A. Pengertian
Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan
penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan
instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan
yang disertai dengan indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja,
terwujudlah komitmen penerima amanah dan kesepakatan antara
penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu
berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang
tersedia. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang
dihasilkan atas kegiatan tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja
(outcome) yang seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun
sebelumnya. Dengan demikian target kinerja yang diperjanjikan juga
mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun
sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya.
B. Tujuan Penyusunan Perjanjian Kinerja
1. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah
untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan
kinerja Aparatur;
2. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja
aparatur;
3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan
dan sasaran organisasi dan sebagai dasar pemberian penghargaan dan
sanksi;
4. Sebagai dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan monitoring,
evaluasi dan supervisi atas perkembangan/kemajuan kinerja
penerima amanah;
5. Sebagai dasar dalam penetapan sasaran kinerja pegawai.
- 2 -
C. Penyusunan Perjanjian Kinerja
1. Pihak yang menyusun Perjanjian kinerja
a) Kepala Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik menyusun Perjanjian Kinerja tingkat
Lembaga dan ditandatangani oleh Kepala Badan Pusat Statistik.
b) Pimpinan unit kerja eselon I
Perjanjian Kinerja di tingkat unit kerja eselon I ditandatangani oleh
pejabat yang bersangkutan dan disetujui oleh Kepala Badan Pusat
Statistik.
c) Pimpinan unit kerja eselon II
Perjanjian Kinerja di tingkat unit kerja eselon II ditandatangani
oleh pejabat yang bersangkutan dan disetujui oleh atasan
langsung pejabat eselon II tersebut.
d) Pimpinan Satuan Kerja BPS Provinsi
Perjanjian kinerja di tingkat satuan kerja BPS Provinsi
ditandatangani oleh pimpinan satuan kerja dan Sekretaris Utama.
e) Pimpinan Satuan Kerja BPS Kabupaten/Kota
Perjanjian kinerja di tingkat satuan kerja BPS Kabupaten/Kota
ditandatangani oleh pimpinan satuan kerja dan Kepala BPS
Provinsi.
2. Waktu penyusunan perjanjian kinerja
Perjanjian kinerja harus disusun setelah Badan Pusat Statistik
menerima dokumen pelaksanaan anggaran, paling lambat satu bulan
setelah dokumen anggaran disahkan.
3. Penggunaan Sasaran dan Indikator
Perjanjian Kinerja menyajikan Indikator Kinerja Utama yang
menggambarkan hasil-hasil yang utama dan kondisi yang seharusnya,
tanpa mengesampingkan indikator lain yang relevan.
a) Untuk tingkat Badan Pusat Statistik sasaran yang digunakan
menggambarkan dampak dan outcome yang dihasilkan serta
menggunakan Indikator Kinerja Utama Badan Pusat Statistik dan
indikator kinerja lain yang relevan.
b) Untuk tingkat Eselon I sasaran yang digunakan menggambarkan
dampak pada bidangnya dan outcome yang dihasilkan serta
menggunakan Indikator Kinerja Utama Eselon I dan indikator
kinerja lain yang relevan.
- 3 -
c) Untuk tingkat Eselon II sasaran yang digunakan menggambarkan
outcome dan output pada bidangnya serta menggunakan Indikator
Kinerja Utama Eselon II dan indikator kinerja lain yang relevan.
d) Untuk tingkat Satuan Kerja sasaran yang digunakan
menggambarkan outcome dan output serta menggunakan
Indikator Kinerja Utama satuan kerja bersangkutan dan indikator
kinerja lain yang relevan.
D. Format Perjanjian Kinerja
Secara umum format Perjanjian Kinerja (PK) terdiri atas 2 (dua) bagian,
yaitu Pernyataan Perjanjian Kinerja dan Lampiran Perjanjian Kinerja.
Selain itu harus juga diperhatikan muatan yang disajikan dalam
perjanjian kinerja tersebut.
1. Pernyataan Perjanjian Kinerja
Pernyataan Perjanjian Kinerja ini paling tidak terdiri atas:
a. Pernyataan untuk mewujudkan suatu kinerja pada suatu tahun
tertentu;
b. Tanda tangan pihak yang berjanji/para pihak yang bersepakat.
Contoh Formulir Perjanjian Kinerja:
1) Badan Pusat Statistik terdapat pada anak lampiran IV/1.
2) Unit Kerja/Satuan Kerja terdapat pada anak lampiran IV/2.
2. Lampiran Perjanjian Kinerja
Lampiran Perjanjian Kinerja merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam dokumen perjanjian kinerja. Informasi yang
disajikan dalam lampiran perjanjian kinerja disesuaikan dengan
tingkatnya, sebagaimana ilustrasi pada anak lampiran berikut:
Contoh Formulir Lampiran Perjanjian Kinerja:
1) Badan Pusat Statistik terdapat pada anak lampiran IV/3.
2) Unit Kerja/Satuan Kerja terdapat pada anak lampiran IV/4.
E. Revisi dan Perubahan Perjanjian Kinerja
Perjanjian Kinerja dapat direvisi atau disesuaikan dalam hal terjadi
kondisi sebagai berikut:
• Terjadi pergantian atau mutasi pejabat;
• Perubahan dalam strategi yang mempengaruhi pencapaian tujuan
dan sasaran (perubahan program, kegiatan dan alokasi anggaran);
• Perubahan prioritas atau asumsi yang berakibat secara
signifikan dalam proses pencapaian tujuan dan sasaran.
- 4 -
TABEL LAMPIRAN IV/1
PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA
TINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK
PERJANJIAN KINERJA TAHUN ..........................
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,
transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama :
Jabatan :
berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran
perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah
seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan.
Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi
tanggung jawab kami.
........................., .......................
Kepala Badan Pusat Statistik
- 5 -
TABEL LAMPIRAN IV/2
PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA
TINGKAT UNIT KERJA/SATUAN KERJA
PERJANJIAN KINERJA TAHUN ..........................
Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,
transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama :
Jabatan :
selanjutnya disebut pihak pertama
Nama :
Jabatan :
selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua
Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya
sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka
menengah seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan.
Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi
tanggung jawab kami.
Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan
melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan
mengambil tindakan yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan
dan sanksi.
......................,................
Pihak Kedua, Pihak Pertama,
........................................... ..........................................
- 6 -
TABEL LAMPIRAN IV/3
CONTOH FORMULIR LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA
BADAN PUSAT STATISTIK
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 20XX
BADAN PUSAT STATISTIK
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3) (4)
Program Anggaran
1........................... Rp ...............................
2........................... Rp ...............................
..................., .............20XX
Kepala Badan Pusat Statistik
................................................................
( )
Penjelasan pengisian terhadap lampiran di atas adalah sebagai berikut:
1) Pada kolom (1) diisi no urut;
2) Pada kolom (2) diisi dengan sasaran strategis Badan Pusat Statistik atau
kondisi terakhir yang seharusnya terwujud pada tahun yang
bersangkutan;
3) Pada kolom (3) diisi dengan indikator kinerja utama dan indikator lain
dari Badan Pusat Statistik yang relevan dengan sasaran atau kondisi
yang ingin diwujudkan;
- 7 -
4) Pada kolom (4) diisi dengan target kinerja yang akan dicapai atau
seharusnya dicapai oleh Badan Pusat Statistik;
5) Pada kolom Program diisi dengan nama program Badan Pusat Statistik
yang terkait dengan sasaran yang akan dicapai;
6) Pada kolom Anggaran diisi dengan besaran anggaran yang dialokasikan
untuk mewujudkan sasaran yang diperjanjikan.
- 8 -
TABEL LAMPIRAN IV/4
CONTOH FORMULIR LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA
UNIT KERJA/SATUAN KERJA
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 20XX
UNIT KERJA/SATUAN KERJA
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3) (4)
Program/Kegiatan Anggaran
1........................... Rp ...............................
2........................... Rp ...............................
..........................., ..................20XX
Atasan Pimpinan Unit Kerja/ Pimpinan Unit Kerja/
Satuan Kerja Satuan Kerja
( ) ( )
Penjelasan pengisian lampiran di atas adalah sebagai berikut:
1) Pada kolom (1) diisi no urut;
2) Pada kolom (2) diisi dengan sasaran program unit kerja/satuan kerja
atau kondisi terakhir yang seharusnya terwujud pada tahun yang
bersangkutan setelah dilaksanakannya program tersebut;
3) Pada kolom (3) diisi dengan indikator kinerja utama dan indikator lain
dari unit kerja/satuan kerja yang relevan dengan sasaran program
atau kondisi yang ingin diwujudkan;
- 9 -
4) Pada kolom (4) diisi dengan target kinerja yang akan dicapai atau
seharusnya dicapai oleh unit kerja/satuan kerja pada tahun tersebut;
5) Pada kolom Kegiatan diisi dengan nama kegiatan unit kerja pada
tahun tersebut;
6) Pada kolom Anggaran diisi dengan besar anggaran yang dialokasikan
oleh unit kerja untuk mencapai sasaran program yang dimaksud.
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,
SURYAMIN
LAMPIRAN V PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK
PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
A. Pengertian Pelaporan Kinerja
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas
dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas
penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan
laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta
pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap
pengukuran kinerja.
B. Tujuan pelaporan Kinerja
1. Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat
atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai,
2. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi pemerintah
untuk meningkatkan kinerjanya.
C. Format laporan kinerja
Pada dasarnya laporan kinerja disusun oleh setiap tingkatan organisasi
yang menyusun perjanjian kinerja dan menyajikan informasi tentang:
1. Uraian singkat organisasi;
2. Rencana dan target kinerja yang ditetapkan;
3. Pengukuran kinerja;
4. Evaluasi dan analisis kinerja untuk setiap sasaran strategis atau hasil
program/kegiatan dan kondisi terakhir yang seharusnya terwujud.
Analisis ini juga mencakup atas efisiensi penggunaan sumber daya.
(Contoh Format laporan kinerja terdapat pada anak lampiran V/1)
D. Penyampaian Laporan Kinerja
Pimpinan unit kerja eselon II menyampaikan Laporan Kinerja kepada
Pimpinan unit kerja eselon I berdasarkan perjanjian kinerja yang
disepakati. Pimpinan unit kerja eselon I menyusun Laporan Kinerja
- 2 -
tahunan tingkat eselon I berdasarkan perjanjian kinerja yang disepakati
dan menyampaikan kepada Kepala Badan Pusat Statistik.
Kepala BPS Kabupaten/Kota menyampaikan Laporan Kinerja kepada
Kepala BPS Provinsi. Kepala BPS Provinsi menyusun laporan kinerja
tahunan tingkat provinsi berdasarkan perjanjian kinerja yang disepakati
dan menyampaikannya kepada Sekretaris Utama Badan Pusat Statistik.
Kepala Badan Pusat Statistik menyusun Laporan Kinerja tahunan tingkat
Lembaga berdasarkan perjanjian kinerja yang ditandatangani dan
menyampaikan kepada Menteri Keuangan, Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
E. Pengukuran Kinerja
Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah
pengukuran kinerja dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam
pelayanan publik dan meningkatkan akuntabilitas dengan melakukan
klarifikasi output dan outcome yang akan dan seharusnya dicapai untuk
memudahkan terwujudnya organisasi yang akuntabel.
Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara kinerja
yang (seharusnya) terjadi dengan kinerja yang diharapkan. Pengukuran
kinerja ini dilakukan secara berkala (triwulan) dan tahunan. Pengukuran
dan pembandingan kinerja dalam laporan kinerja harus cukup
menggambarkan posisi kinerja instansi pemerintah.
F. Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang menggambarkan
tewujudnya kinerja, tercapainya hasil program dan hasil kegiatan.
Indikator kinerja instansi pemerintah harus selaras antar tingkatan unit
organisasi. Indikator kinerja yang digunakan harus memenuhi kriteria
spesifik, dapat diukur, dapat dicapai, relevan, dan sesuai dengan kurun
waktu tertentu.
G. Indikator Kinerja Utama
Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan ukuran keberhasilan yang
menggambarkan kinerja utama instansi pemerintah sesuai dengan tugas
fungsi serta mandat (core business) yang diemban. IKU dipilih dari
- 3 -
seperangkat indikator kinerja yang berhasil diidentifikasi dengan
memperhatikan proses bisnis organisasi dan kriteria indikator kinerja
yang baik. IKU ditetapkan oleh Kepala Badan Pusat Statistik sebagai
dasar penilaian untuk setiap tingkatan organisasi. Indikator Kinerja pada
tingkat Badan Pusat Statistik sekurang-kurangnya adalah indikator hasil
(outcome) sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsinya
masing-masing. Indikator kinerja pada unit kerja (setingkat Eselon I)
adalah indikator hasil (outcome) dan atau keluaran (output) yang
setingkat lebih tinggi dari keluaran (output) unit kerja dibawahnya.
Indikator kinerja pada unit kerja (setingkat Eselon II) sekurang-kurangnya
adalah indikator keluaran (output).
H. Pengumpulan Data Kinerja
Sebagai salah satu bentuk transparansi dan akuntabilitas serta untuk
memudahkan pengelolaan kinerja, maka data kinerja harus dikumpulkan
dan dirangkum. Pengumpulan dan perangkuman harus memperhatikan
indikator kinerja yang digunakan, frekuensi pengumpulan data,
penanggungjawab, mekanisme perhitungan dan media yang digunakan.
- 4 -
TABEL LAMPIRAN V/1
CONTOH FORMAT LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
Sistematika laporan yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan
penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan
utama (strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.
Bab II Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun
yang bersangkutan.
Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk
setiap pernyataan kinerja sasaran strategis Organisasi sesuai
dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan
analisis capaian kinerja sebagai berikut:
1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun
ini;
2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian
kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun
terakhir;
3. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini
dengan target jangka menengah yang terdapat dalam
dokumen perencanaan strategis organisasi;
4. Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar
nasional (jika ada);
5. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan
/penurunan kinerja serta alternative solusi yang telah
dilakukan;
6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
7. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan
ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja).
- 5 -
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan
dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja
organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja
organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan
dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.
Lampiran:
1) Perjanjian Kinerja
2) Lain-lain yang dianggap perlu
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,
SURYAMIN
LAMPIRAN VI PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK
PEDOMAN TATA CARA REVIU ATAS LAPORAN KINERJA
A. Pengertian Reviu atas laporan kinerja
Reviu adalah penelaahan atas laporan kinerja untuk memastikan
bahwa laporan kinerja telah menyajikan informasi kinerja yang andal,
akurat dan berkualitas.
B. Tujuan
Tujuan reviu atas laporan kinerja instansi pemerintah adalah:
a. Membantu penyelenggaraan sistem akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah.
b. Memberikan keyakinan terbatas mengenai akurasi, keandalan,
dan keabsahan data/informasi kinerja Instansi Pemerintah sehingga
dapat menghasilkan Laporan Kinerja yang berkualitas.
Untuk mencapai hal tersebut diatas, maka apabila pereviu menemukan
kelemahan dalam penyelenggaraan manajemen kinerja dan kesalahan
penyajian data/informasi dan penyajian laporan kinerja, maka unit
pengelola kinerja harus segera melakukan perbaikan atau koreksi atas
kelemahan/kesalahan tersebut secara berjenjang.
C. Tata Cara Reviu
1. Pihak yang melaksanakan reviu
Laporan kinerja harus direviu oleh auditor Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah atau tim yang dibentuk untuk itu.
2. Waktu pelaksanaan reviu
Tahapan reviu laporan kinerja merupakan bagian tidak terpisahkan
dari tahapan pelaporan kinerja. Reviu dilaksanakan secara paralel
dengan pelaksanaan manajemen kinerja dan penyusunan Laporan
- 2 -
Kinerja Instansi Pemerintah. Reviu harus sudah selesai sebelum
ditandatangani pimpinan dan sebelum disampaikan kepada
Menteri PAN dan RB.
3. Ruang lingkup pelaksanaan reviu
a) Metode pengumpulan data/informasi
Hal ini dilakukan terkait untuk menguji keandalan dan
akurasi data/informasi kinerja yang disajikan dalam Laporan
Kinerja.
b) Penelaahan penyelenggaraan SAKIP secara ringkas
Hal ini dilakukan untuk menilai keselarasan antara
perencanaan strategis di tingkat Badan Pusat Statistik dengan
perencanaan strategis unit dibawahnya, terutama dalam hal
keselarasan sasaran, indikator kinerja, program dan
kegiatannya.
c) Penyusunan kertas kerja reviu
Kertas kerja reviu, setidaknya mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1) Hasil pengujian atas keandalan dan akurasi data atau
informasi kinerja dalam laporan kinerja;
2) Telaahan atas aktivitas penyelenggaraan SAKIP;
3) Hal yang direviu dan langkah-langkah reviu yang
dilaksanakan;
4) Hasil pelaksanaan langkah-langkah reviu dan kesimpulan
/catatan pereviu.
d) Setelah melakukan reviu, pereviu harus membuat surat
pernyataan telah direviu dan surat tersebut merupakan bagian
dari laporan kinerja.
e) Reviu dilakukan hanya atas laporan kinerja tingkat Badan
Pusat Statistik saja.
4. Pelaporan reviu
Rangkaian aktivitas dalam pelaporan reviu dititikberatkan pada
pertanggungjawaban pelaksanaan reviu yang pada pokoknya
mengungkapkan prosedur reviu yang dilakukan, kesalahan atau
kelemahan yang ditemui, langkah perbaikan yang
disepakati, langkah perbaikan yang telah dilakukan dan saran
perbaikan yang tidak atau belum dilaksanakan, laporan tersebut
merupakan dasar penyusunan pernyataan telah direviu.
- 3 -
Hasil pelaporan reviu merupakan dasar bagi pereviu untuk
membuat pernyataan telah direviu, yang antara lain menyatakan
bahwa:
a) Reviu telah dilakukan atas laporan kinerja untuk tahun yang
bersangkutan.
b) Reviu telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman reviu laporan
kinerja.
c) Semua informasi yang dimuat dalam laporan reviu adalah
penyajian manajemen.
d) Tujuan reviu adalah untuk memberikan keyakinan
mengenai akurasi, keandalan dan keabsahan informasi
kinerja dalam laporan kinerja kepada pimpinan instansi
pemerintah.
e) Simpulan reviu yaitu apakah laporan kinerja telah menyajikan
informasi kinerja yang handal, akurat dan absah.
f) Paragraph penjelas (apabila diperlukan) yang menguraikan
perbaikan penyelenggaraan SAKIP dan koreksi atas penyajian
laporan kinerja yang belum atau belum selesai dilakukan oleh
unit pengelola kerja.
Contoh Formulir Pernyataan Telah Direviu terdapat pada anak
lampiran VI/1, dan contoh Formulir Checklist Reviu terdapat
pada anak lampiran VI/2.
TABEL LAMPIRAN VI/1
CONTOH PERNYATAAN FORMULIR TELAH DIREVIU
PERNYATAAN TELAH DIREVIU
BADAN PUSAT STATISTIK
TAHUN ANGGARAN
Kami telah mereviu Laporan Kinerja instansi pemerintah Badan Pusat
Statistik untuk tahun anggaran………….. sesuai Pedoman Reviu atas
Laporan Kinerja. Substansi informasi yang dimuat dalam Laporan
Kinerja menjadi tanggung jawab manajemen Badan Pusat Statistik.
Reviu bertujuan untuk memberikan keyakinan terbatas laporan
kinerja telah disajikan secara akurat, andal, dan valid.
Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat kondisi atau hal-hal yang
menimbulkan perbedaan dalam meyakini keandalan informasi yang
disajikan di dalam laporan kinerja ini.
(Nama Kota), (tanggal, bulan, tahun)
Inspektur ..................................
(nama Penanda tangan)
NIP
- 2 -
TABEL LAMPIRAN VI/2
CONTOH FORMULIR
CHECKLIST REVIU
No Pernyataan Check list
I Format 1. Laporan Kinerja telah menampilkan
data penting BPS
2. Laporan Kinerja telah menyajikan
informasi target kinerja
3. Laporan Kinerja telah menyajikan
capaian kinerja BPS yang memadai
4. Telah menyajikan dengan lampiran
yang mendukung informasi pada
badan laporan
5. Telah menyajikan upaya perbaikan
ke depan
6. Telah menyajikan akuntablitas
keuangan
II Mekanisme
penyusunan
1. Laporan Kinerja BPS disusun oleh
unit kerja yang memiliki tugas
fungsi untuk itu
2. Informasi yang disampaikan dalam
Laporan Kinerja telah didukung
dengan data yang memadai
3. Telah terdapat mekanisme
penyampaian data dan informasi
dari unit kerja ke unit penyusun
Laporan Kinerja
4. Telah ditetapkan penanggung jawab
pengumpulan data/informasi di
setiap unit kerja
5. Data/informasi kinerja yang
disampaikan dalam Laporan Kinerja
telah diyakini keandalannya
6. Analisis/penjelasan dalam Laporan
Kinerja telah diketahui oleh unit
kerja terkait
- 3 -
III Substansi 1. Tujuan/sasaran dalam Laporan
Kinerja telah sesuai dengan
tujuan/sasaran dalam perjanjian
kinerja
2. Tujuan/sasaran dalam Laporan
Kinerja telah selaras dengan rencana
strategis
3. Jika butir 1 dan 2 jawabannya tidak,
maka terdapat penjelasan yang
memadai
4. Tujuan/sasaran dalam Laporan
Kinerja telah sesuai dengan
tujuan/sasaran dalam Indikator
Kinerja
5. Tujuan/sasaran dalam Laporan
Kinerja telah sesuai dengan
tujuan/sasaran dalam Indikator
Kinerja Utama
6. Jika butir 4 dan 5 jawabannya tidak,
maka terdapat penjelasan yang
memadai
7. Telah terdapat perbandingan data
kinerja dengan tahun lalu, standar
nasional dan sebagainya yang
bermanfaat
8. IKU dan IK telah cukup mengukur
tujuan/sasaran
9. Jika “tidak” telah terdapat
penjelasan yang memadai
10. IKU dan IK telah SMART
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK,
SURYAMIN
- 4 -