PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT TENTANG PENJABARAN … No.07 Tahun... · 2019. 4. 8. · Jawa Barat...

211
GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2019 TENTANG PENJABARAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. Bahwa dalam menyelenggarakan Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat melaksanakan Urusan Pemerintahan konkuren sesuai kewenangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi; b. bahwa Urusan Pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada pertimbangan a yang dilaksanakan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat; c. bahwa untuk melaksanakan Pasal 8 ayat (3) dan Pasal 9 ayat (4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2017 sebagaimana dimaksud pada pertimbangan huruf b serta fungsi penunjang Urusan Pemerintahan, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Jawa Barat tentang Penjabaran Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Djuli 1950) jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

Transcript of PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT TENTANG PENJABARAN … No.07 Tahun... · 2019. 4. 8. · Jawa Barat...

  • GUBERNUR JAWA BARAT

    PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2019

    TENTANG

    PENJABARAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    GUBERNUR JAWA BARAT,

    Menimbang : a. Bahwa dalam menyelenggarakan Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat melaksanakan Urusan

    Pemerintahan konkuren sesuai kewenangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang

    menjadi kewenangan Daerah provinsi;

    b. bahwa Urusan Pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud

    pada pertimbangan a yang dilaksanakan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2017 tentang

    Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat;

    c. bahwa untuk melaksanakan Pasal 8 ayat (3) dan Pasal 9 ayat (4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2017 sebagaimana dimaksud pada pertimbangan huruf b serta

    fungsi penunjang Urusan Pemerintahan, perlu menetapkan Peraturan Gubernur Jawa Barat tentang Penjabaran Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa

    Barat;

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan

    Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Djuli 1950) jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana

    telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan

    Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun

    2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

  • 2

    2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Republik Indonesia

    Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,

    Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

    3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Daerah

    Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

    4. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik

    Indonesia Nomor 5887);

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan

    Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 6041);

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerja Sama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

    2018 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6219);

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2018 tentang Tugas dan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat (Lembaran Negara Republik Indonesia

    Tahun 2018 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6224);

    8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2012

    tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 Nomor 3 Seri E, Tambahan

    Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 117) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan atas

    Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah

    Provinsi Jawa Barat Tahun 2015 Nomor 4 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 183);

    9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2017

    tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 Nomor 9 Tambahan Lembaran Daerah Provinsi

    Jawa Barat Nomor 211);

    MEMUTUSKAN :

    Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENJABARAN

    PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT.

  • 3

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Bagian Kesatu

    Pengertian

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:

    1. Daerah Provinsi adalah Daerah Provinsi Jawa Barat.

    2. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Gubernur sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah Provinsi yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

    daerah otonom.

    3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat.

    4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa

    Barat.

    5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Gubernur dan DPRD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

    6. Daerah Kabupaten/Kota adalah Daerah Kabupaten/Kota di

    Daerah Provinsi.

    7. Bupati/Wali Kota adalah Bupati/Wali Kota di Daerah Provinsi.

    8. Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang

    menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk melindungi, melayani,

    memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.

    9. Urusan Pemerintahan Konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan

    Daerah Kabupaten/Kota.

    10. Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang Wajib diselenggarakan oleh semua Daerah.

    11. Urusan Pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan

    yang Wajib diselenggarakan oleh Daerah Otonom sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.

    12. Penunjang Urusan Pemerintahan adalah unsur penunjang urusan pemerintahan yang meliputi perencanaan, keuangan,

    kepegawaian, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan dan fungsi penunjang lainnya sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan;

    13. Pelayanan Dasar adalah pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara.

    14. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada Daerah Otonom untuk melaksanakan sebagian

    Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah Provinsi kepada Daerah

    Kabupaten/Kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi.

  • 4

    15. Kerja Sama adalah kesepakatan antara dua pihak atau lebih dalam bentuk tertulis.

    16. Kerja Sama Daerah adalah kerja sama antara Daerah dengan

    Daerah lain dan/atau antara Daerah dengan pihak ketiga, dan/atau antara Daerah dengan lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri, yang dibuat secara tertulis serta

    menimbulkan hak dan kewajiban.

    17. Rincian Sub Urusan adalah rincian sub urusan kewenangan

    Daerah Provinsi.

    Bagian Kedua

    Maksud dan Tujuan

    Pasal 2

    (1) Peraturan Gubernur ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman Pemerintah Daerah Provinsi dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan.

    (2) Peraturan Gubernur ini bertujuan untuk:

    a. menjabarkan kewenangan dalam melaksanakan sub Urusan Pemerintahan Konkuren dan fungsi penunjang

    Urusan Pemerintahan; dan

    b. mensinergikan pelaksanaan program dan kegiatan dengan

    kewenangan Urusan Pemerintahan Konkuren dan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan Pemerintah Daerah Provinsi.

    BAB II

    RUANG LINGKUP

    Pasal 3

    Penjabaran rincian sub Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi

    meliputi:

    a. penjabaran rincian sub urusan konkuren pemerintahan Daerah Provinsi;

    b. penjabaran rincian pelaksanaan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan.

    BAB III

    URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN DAN FUNGSI

    PENUNJANG URUSAN PEMERINTAH

    Pasal 4

    (1) Urusan Pemerintahan Wajib Daerah Provinsi yang berkaitan dengan pelayanan dasar terdiri atas Urusan Pemerintahan bidang:

    a. pendidikan;

    b. kesehatan;

    c. pekerjaan umum dan penataan ruang;

  • 5

    d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman;

    e. ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat; dan

    f. sosial.

    (2) Urusan Pemerintahan Wajib Daerah Provinsi yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar terdiri atas Urusan

    Pemerintahan bidang:

    a. tenaga kerja;

    b. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;

    c. pangan;

    d. pertanahan;

    e. lingkungan hidup;

    f. administrasi kependudukan dan catatan sipil;

    g. pemberdayaan masyarakat desa;

    h. pengendalian penduduk dan keluarga berencana;

    i. perhubungan;

    j. komunikasi dan informatika;

    k. koperasi, usaha kecil, dan menengah;

    l. penanaman modal;

    m. kepemudaan dan olahraga;

    n. statistik;

    o. persandian;

    p. kebudayaan;

    q. perpustakaan; dan

    r. kearsipan.

    (3) Urusan Pemerintahan Pilihan Daerah Provinsi terdiri atas

    Urusan Pemerintah bidang:

    a. kelautan dan perikanan;

    b. pariwisata;

    c. pertanian;

    d. kehutanan;

    e. energi dan sumber daya mineral;

    f. perdagangan;

    g. perindustrian; dan

    h. transmigrasi.

    (4) Setiap bidang Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

    ayat (2), dan ayat (3), meliputi sub urusan, rincian sub urusan dan penjabarannya sebagaimana tercantum dalam Lampiran

    I, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

  • 6

    Pasal 5

    (1) Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan yang dilaksanakan Pemerintah Daerah Provinsi, terdiri atas:

    a. perencanaan;

    b. keuangan;

    c. kepegawaian;

    d. pendidikan dan pelatihan;

    e. penelitian dan pengembangan;

    f. pengawasan; dan

    g. fungsi penunjang urusan lainnya.

    (2) Setiap unsur fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dijabarkan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II, sebagai bagian

    yang tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

    Pasal 6

    Penyelenggaraan rincian sub Urusan Pemerintahan Konkuren sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) dan rincian unsur fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 6 ayat (2), berdasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional,

    dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan.

    BAB IV

    PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN

    Bagian Kesatu

    Umum

    Pasal 7

    (1) Urusan Pemerintahan Konkuren yang menjadi kewenangan

    Daerah provinsi diselenggarakan:

    a. sendiri oleh Daerah Provinsi;

    b. dengan cara menugasi Daerah Kabupaten/Kota

    berdasarkan asas Tugas Pembantuan; atau

    c. dengan cara menugasi Desa.

    (2) Penugasan kepada Daerah Kabupaten/Kota atau kepada Desa

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c, dengan ketentuan:

    a. untuk efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan serta sinkronisasi antara rencana kegiatan tugas pembantuan dengan rencana kegiatan

    pembangunan Daerah Provinsi; dan

    b. sesuai kemampuan keuangan Daerah Provinsi.

  • 7

    Bagian Kedua

    Penugasan

    Pasal 8

    (1) Penugasan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau kepada Desa diberikan untuk melaksanakan sebagian wewenang dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan

    Konkuren Daerah Provinsi.

    (2) Penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disertai

    dengan perencanaan dan pendanaan.

    (3) Pemberian penugasan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau kepada Desa, ditetapkan dengan

    Peraturan Gubernur.

    Pasal 9

    (1) Penyelenggaraan penugasan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau kepada Desa sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 9, dilaksanakan melalui pembahasan Tim Koordinasi Penyelenggaraan Penugasan Provinsi.

    (2) Tim Koordinasi Penyelenggaraan Penugasan Provinsi

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

    Pasal 10

    Penugasan yang diberikan kepada Pemerintah Desa tidak menjadi

    kewenangan yang dikelola sendiri oleh Pemerintah Desa.

    Pasal 11

    (1) Pemberian penugasan dapat dihentikan dalam hal:

    a. Pemerintah Daerah Provinsi mengubah kebijakan yang

    menyebabkan Urusan Pemerintahan tidak dapat dilanjutkan;

    b. pelaksanaan urusan pemerintahan tidak sesuai dengan

    ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau

    c. penerima tugas pembantuan/penugasan mengusulkan

    untuk dihentikan sebagian atau seluruhnya.

    (2) Penghentian penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

    (3) Penghentian penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan setelah mendapat masukan dari Tim Koordinasi

    Penyelenggaraan Penugasan, dengan tembusan kepada DPRD.

    Pasal 12

    (1) Pertanggungjawaban dan pelaporan penyelenggaraan penugasan dari Pemerintah Daerah Provinsi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan dari Daerah Provinsi

    kepada Desa, mencakup aspek pelaporan manajerial dan aspek pelaporan akuntabilitas.

  • 8

    (2) Aspek pelaporan manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari perkembangan realisasi penyerapan dana, pencapaian target keluaran, kendala yang dihadapi, dan saran

    tindak lanjut.

    (3) Aspek pelaporan akuntabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas laporan keuangan dan laporan barang.

    (4) Pertanggungjawaban dan pelaporan tugas pembantuan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotadan Pemerintah Desa

    penerima tugas pembantuan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (5) Mekanisme pertanggungjawaban, penyusunan, dan

    penyampaian pelaporan penyelenggaraan penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan

    Gubernur mengenai pemberian penugasan.

    BAB V

    PENGENDALIAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN

    Pasal 13

    Gubernur melakukan pengendalian dan pengawasan kepada

    Perangkat Daerah terhadap pelaksanaan Urusan Pemerintahan.

    Pasal 14

    (1) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang ditugaskan

    kepada Kabupaten/Kota dan/atau penugasan kepada Desa.

    (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

    pemberian pedoman, standar, fasilitasi, dan bimbingan teknis, serta pemantauan dan evaluasi atas penyelenggaraan tugas pembantuan/penugasan.

    (3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan tugas

    pembantuan/penugasan.

    BAB VI

    KETENTUAN LAIN-LAIN

    Pasal 15

    Penjabaran rincian sub Urusan Pemerintahan Konkuren dan Penunjang Urusan Pemerintahan yang tercantum dalam

    Lampiran Peraturan Gubernur ini, dijadikan rujukan Perangkat Daerah dalam menyusun kegiatan perencanaan tugas pembantuan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan

    penugasan kepada Desa yang dituangkan dalam Rencana Kerja Perangkat Daerah.

  • 9

    BAB VII

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 16

    Pada saat Peraturan Gubernur ini berlaku, semua ketentuan yang berkaitan dengan penyelenggaraan bidang Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi dinyatakan masih berlaku

    sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Gubernur ini.

    Pasal 17

    Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

    Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Barat.

    Ditetapkan di Bandung pada tanggal 6 Maret 2019

    GUBERNUR JAWA BARAT,

    TTD

    MOCHAMAD RIDWAN KAMIL

    Diundangkan di Bandung

    pada tanggal 6 Maret 2019

    SEKRETARIS DAERAH PROVINSI

    JAWA BARAT,

    TTD

    IWA KARNIWA

    BERITA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2018 NOMOR

  • 10

  • 10

    LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT

    NOMOR : 7

    TAHUN : 2019

    TENTANG : PENJABARAN PENYELENGGARAAN

    URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

    RINCIAN SUB URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN

    A. URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    1. Manajemen pendidikan

    a. Pengelolaan pendidikan menengah

    1. Perumusan rencana strategis pengelolaan pendidikan menengah (SMA, SMK negeri dan swasta);

    2. Pengelolaan sistem informasi pendidikan menengah;

    3. Pemetaan pendidikan menengah yang menyangkut jenjang, jumlah, sarana prasarana, jurusan/keahlian, rombongan belajar, siswa, dan lain-lain;

    4. Perumusan pedoman pengelolaan sekolah;

    5. Perumusan pedoman proses pembelajaran;

    6. Perumusan pedoman pengelolaan sarana prasarana sekolah;

    7. Perumusan pedoman standarisasi dan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan;

    8. Perumusan pedoman penilaian dan ujian sekolah;

    9. Perumusan pedoman standarisasi biaya pendidikan (biaya sarana

    prasarana, operasional dan biaya peserta didik);

    10. Perumusan pedoman penerimaan peserta didik pendidikan menengah;

  • 11

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    11. Perumusan pedoman pengelolaan bantuan keuangan, hibah dan bansos

    bidang pendidikan menengah;

    12. Pelaksanaan pembinaan manajerial kepala sekolah;

    13. Pelaksanaan pembinaan proses pembelajaran;

    14. Pelaksanaan pembinaan pengelolaan sarana prasarana sekolah;

    15. Pelaksanaan pembinaan dan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga

    kependidikan;

    16. Pelaksanaan pembinaan penilaian, ujian sekolah dan ujian nasional;

    17. Pelaksanaan pembinaan pengelolaan biaya pendidikan (biaya sarana

    prasarana, operasional dan peserta didik);

    18. Pelaksanaan pembinaan penerimaan peserta didik pendidikan menengah;

    19. Pelaksanaan pemberian bantuan keuangan, hibah dan bansos bidang pendidikan menengah.

    b. Pengelolaan pendidikan khusus dan layanan

    khusus

    1. Perumusan rencana strategis pengelolaan pendidikan khusus dan layanan khusus (negeri dan swasta);

    2. Pengelolaan sistem informasi pendidikan khusus dan layanan khusus;

    3. Pemetaan pendidikan khusus dan layanan khusus yang menyangkut

    jenjang, jumlah, sarana prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan;

    4. Perumusan pedoman pengelolaan pendidikan khusus dan layanan khusus;

    5. Perumusan pedoman proses pembelajaran pendidikan khusus dan layanan

    khusus;

    6. Perumusan pedoman pengelolaan sarana prasarana satuan pendidikan

    khusus dan layanan khusus;

    7. Perumusan pedoman standarisasi dan peningkatan kompetensi pendidik

    dan tenaga kependidikan pendidikan khusus dan layanan khusus;

    8. Perumusan pedoman penilaian dan ujian pendidikan khusus dan layanan

    khusus;

  • 12

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    9. Perumusan pedoman standarisasi biaya pendidikan khusus dan layanan

    khusus (biaya sarana prasarana, operasional dan biaya peserta didik);

    10. Perumusan pedoman penerimaan peserta didik pendidikan khusus dan

    layanan khusus;

    11. Perumusan pedoman pengelolaan bantuan keuangan, hibah dan bansos bidang pendidikan khusus dan layanan khusus;

    12. Pelaksanaan pembinaan manajerial kepala satuan pendidikan khusus dan layanan khusus;

    13. Pelaksanaan pembinaan proses pembelajaran pendidikan khusus dan

    layanan khusus;

    14. Pelaksanaan pembinaan pengelolaan sarana prasarana satuan pendidikan

    khusus dan layanan khusus;

    15. Pelaksanaan pembinaan dan peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan khusus dan layanan khusus;

    16. Pelaksanaan pembinaan penilaian, ujian sekolah dan ujian nasional pendidikan khusus dan layanan khusus;

    17. Pelaksanaan pembinaan pengelolaan biaya pendidikan khusus dan layanan khusus (biaya sarana prasarana, operasional dan peserta didik);

    18. Pelaksanaan pembinaan penerimaan peserta didik pendidikan khusus dan

    layanan khusus;

    19. Pelaksanaan pemberian bantuan keuangan, hibah dan bansos bidang pendidikan khusus dan layanan khusus.

    2. Kurikulum Penetapan kurikulum

    muatan lokal pendidikan menengah dan muatan lokal

    pendidikan khusus

    1. Perumusan pedoman penyusunan kurikulum muatan lokal pendidikan menengah berbasis kearifan lokal;

    2. Perumusan pedoman penyusunan kurikulum muatan lokal pendidikan khusus berbasis kearifan lokal;

    3. Penetapan muatan lokal pendidikan menengah;

  • 13

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    4. Penetapan muatan lokal pendidikan khusus;

    5. Pembinaan implementasi kurikulum muatan lokal pada pendidikan menengah;

    6. Pembinaan implementasi kurikulum muatan lokal pada pendidikan khusus;

    7. Pelaksanaan peningkatan kompetensi tenaga pendidik dalam implementasi

    muatan lokal pada pendidikan menengah (perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dan penilaian);

    8. Pelaksanaan peningkatan kompetensi tenaga pendidik dalam implementasi

    muatan lokal pada pendidikan khusus (perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dan penilaian).

    3. Akreditasi Fasilitasi pelaksanaan

    akreditasi pendidikan menengah dan pendidikan khusus

    1. Pemetaan rencana pelaksanaan akreditasi pada jenjang pendidikan menengah (SMK, SMA negeri dan swasta);

    2. Koordinasi pelaksanaan akreditasi pada jenjang pendidikan menengah (SMK, SMA negeri dan swasta) dengan pihak berwenang;

    3. Fasilitasi pelaksanaan akreditasi bagi pendidikan menengah (SMK, SMA negeri dan swasta) oleh badan akreditasi sekolah;

    4. Pemetaan rencana pelaksanaan akreditasi pada pendidikan khusus;

    5. Koordinasi pelaksanaan akreditasi pada pendidikan khusus dengan pihak berwenang;

    6. Fasilitasi pelaksanaan akreditasi bagi pendidikan khusus oleh badan akreditasi sekolah.

    4. Pendidikan dan

    Tenaga Kependidikan

    Pemindahan pendidik dan

    tenaga kependidikan lintas Daerah Kabupaten/Kota

    dalam 1 (satu) Daerah Provinsi

    1. Pendataan pendidik dan tenaga kependidikan yang menyangkut jumlah,

    kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki;

    2. Pemetaan pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan menengah dan khusus (negeri dan swasta);

    3. Perumusan pedoman pengangkatan, mutasi dan promosi pendidik dan tenaga kependidikan dan kepala satuan pendidikan.

  • 14

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    5. Perizinan

    Pendidikan

    a. penerbitan izin pendidikan

    menengah yang diselenggarakan oleh

    masyarakat

    1. Perumusan pedoman perizinan pendidikan menengah yang

    diselenggarakan oleh masyarakat yang menyangkut :

    a. Pedoman pendirian;

    b. Pedoman operasional/penyelenggaraan; dan

    c. Pedoman memimpin bagi kepala satuan pendidikan.

    2. Pelaksanaan verifikasi terhadap permohonan perizinan pendidikan

    menengah yang diselenggarakan oleh masyarakat;

    3. Penetapan dan penerbitan izin pendidikan menengah yang diselenggarakan oleh masyarakat menyangkut :

    a. Izin rencana pendirian;

    b. Izin pendirian;

    c. Izin operasional/penyelenggaraan; dan

    d. Izin memimpin bagi kepala satuan pendidikan.

    4. Pelaksanaan pembinaan terhadap kelembagaan pendidikan menengah

    yang diselenggarakan oleh masyarakat.

    b. Penerbitan izin pendidikan

    khusus yang diselenggarakan oleh masyarakat.

    1. Perumusan pedoman perizinan pendidikan khusus yang diselenggarakan

    oleh masyarakat yang menyangkut :

    a. Pedoman pendirian;

    b. Pedoman operasional/penyelenggaraan; dan

    c. Pedoman memimpin bagi kepala satuan pendidikan.

    2. Pelaksanaan verifikasi terhadap permohonan perizinan pendidikan khusus

    yang diselenggarakan oleh masyarakat;

    3. Penetapan dan penerbitan izin pendidikan khusus yang diselenggarakan oleh masyarakat menyangkut :

    a. Izin rencana pendirian;

  • 15

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    b. Izin pendirian;

    c. Izin operasional/penyelenggaraan; dan

    d. Izin memimpin bagi kepala satuan pendidikan.

    4. Pelaksanaan pembinaan terhadap kelembagaan pendidikan khusus yang diselenggarakan oleh masyarakat.

    6. Bahasa dan Sastra Pembinaan bahasa dan

    sastra yang penuturannya

    lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1

    (satu) Daerah Provinsi.

    1. Perumusan bahasa dan sastra yang diajarkan pada pendidikan menengah

    dan pendidikan khusus;

    2. Perumusan pedoman pelaksanaan penggunaan bahasa dan sastra yang

    penuturannya lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah Provinsi;

    3. Pembinaan terhadap pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan

    menengah dan khusus dalam hal implementasi bahasa dan sastra yang penuturannya lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah

    Provinsi;

    4. Pelaksanaan pembinaan implementasi penggunaan bahasa dan sastra yang penuturannya lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah

    Provinsi;

    5. Pelaksanaan pembinaan dan evaluasi terhadap penggunaan bahasa dan sastra yang penuturannya lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu)

    Daerah Provinsi.

  • 16

    B. URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KESEHATAN

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    1. Upaya Kesehatan

    a. Pengelolaan Upaya

    Kesehatan Perorangan (UKP) rujukan tingkat Daerah Provinsi/lintas

    Daerah Kabupaten/Kota.

    1. Pengelolaan dan fasilitasi pelayanan kesehatan rujukan;

    2. Pengelolaan dan fasilitasi pemantauan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan bidang laboratorium melalui uji profisiensi / pemantapan mutu eksternal;

    3. Pengelolaan dan fasilitasi surveilans dan imunisasi;

    4. Pengelolaan dan fasilitasi pencegahan dan pengendalian penyakit menular;

    5. Pengelolaan dan fasilitasi pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular serta kesehatan jiwa;

    6. Pengelolaan dan fasilitasi pelayanan kesehatan primer dan kesehatan

    tradisional;

    7. Pengkajian kebijakan, pengelolaan, dan fasilitasi pembiayaan dan jaminan

    kesehatan.

    b. Pengelolaan Upaya

    Kesehatan Masyarakat (UKM) Daerah Provinsi dan

    rujukan tingkat Daerah Provinsi/lintas Daerah Kabupaten /Kota.

    1. Pengelolaan dan fasilitasi kesehatan keluarga dan gizi;

    2. Pengelolaan dan fasilitasi kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan

    kesehatan olah raga;

    3. Pengelolaan dan fasilitasi Kejadian Luar Biasa (KLB);

    4. Pengelolaan dan fasilitasi promosi dan pemberdayaan masyarakat bidang

    kesehatan;

    5. Pelaksanaan fasilitasi pengelolaan program, koordinasi, evaluasi dan

    pelaporan bidang kesehatan masyarakat;

    6. Pengkajian kebijakan, pengelolaan, dan fasilitasi pembiayaan dan jaminan kesehatan.

    c. Penerbitan izin rumah sakit

    kelas B dan fasilitas pelayanan kesehatan

    tingkat Daerah Provinsi.

    1. Penyiapan kajian/fasilitasi rekomendasi teknis;

    2. Penerbitan izin mendirikan dan izin operasional rumah sakit kelas B dan

    fasilitas pelayanan kesehatan tingkat Daerah Provinsi;

    3. Pengawasan dan evaluasi izin rumah sakit kelas B dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat Daerah Provinsi.

  • 17

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    d. Penerbitan rekomendasi/

    usulan permohonan survei

    akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan.

    1. Pengelolaan dan fasilitasi mutu pelayanan kesehatan (telaahan

    administrasi, visitasi dan koordinasi;

    2. Pemberian rekomendasi izin rumah sakit kelas A;

    3. Pemberian masukan untuk penerbitan izin rumah sakit kelas C dan D.

    2. Sumber Daya

    Manusia (SDM) kesehatan

    Perencanaan dan

    pengembangan SDM kesehatan untuk UKM dan

    UKP Daerah Provinsi

    Pengelolaan dan fasilitasi sumber daya manusia kesehatan.

    3. Sediaan farmasi,

    alat kesehatan, dan makanan minuman

    a. Penerbitan pengakuan

    Pedagang Besar Farmasi (PBF) cabang dan cabang Penyalur Alat Kesehatan

    (PAK).

    b. Penerbitan izin Usaha Kecil

    Obat tradisional (UKOT).

    1. Penerbitan pengakuan Pedagang Besar Farmasi (PBF) cabang dan cabang

    Penyalur Alat Kesehatan (PAK);

    2. Penerbitan izin Usaha Kecil Obat tradisional (UKOT).

    4. Pemberdayaan

    masyarakat bidang kesehatan

    Pemberdayaan masyarakat

    bidang kesehatan melalui tokoh Provinsi, kelompok masyarakat, organisasi

    swadaya masyarakat dan dunia usaha tingkat Provinsi.

    Pengelolaan dan fasilitasi promosi dan pemberdayaan masyarakat bidang

    kesehatan.

  • 18

    C. URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    1. Sumber Daya Air

    (SDA)

    a. Pengelolaan SDA dan

    bangunan pengaman pantai pada wilayah sungai lintas Daerah

    Kabupaten/Kota:

    1. Penatagunaan sumber

    daya air 1. Perencanaan wilayah sungai, meliputi :

    a. Penyusunan pola pengelolaan, rencana pengelolaan dan pra studi

    kelayakan sumber daya air;

    b. Pelaksanaan pola pengelolaan, rencana dan studi kelayakan sumber

    daya air;

    c. Sosialisasi NSPK pola pengelolaan, rencana dan studi kelayakan sumber

    daya air;

    d. Bimbingan teknis dan supervisi di bidang pola pengelolaan, rencana dan

    studi kelayakan sumber daya air.

    2. Pengaturan dan pemantauan sumber daya air, meliputi :

    a. Penyusunan kebijakan pengaturan dan pemantauan sumber daya air;

    b. Bimbingan teknis dan pemberdayaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) bidang sumber daya air;

    c. Sosialisasi NSPK (Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria) pengaturan dan pemantauan sumber daya air; dan

    d. Monitoring dan evaluasi.

    3. Kelembagaan sumber daya air, meliputi :

    a. Sosialisasi NSPK kelembagaan sumber daya air;

    b. Pemantauan dan evaluasi kelembagaan sumber daya air;

    c. Pembentukan dan penetapan wadah koordinasi sumber daya air beserta sekretariat;

  • 19

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    d. Pembinaan teknis dan fasilitasi kegiatan komisi irigasi Kabupaten/Kota;

    e. Pembinaan teknis tata kelola air / P3A (Petani Pemakai Air) di tingkat tersier atau kuarter.

    4. Pemanfaatan sumber daya air, meliputi :

    a. Penyusunan NSPK perizinan, rekomendasi dan pelaksanaan administrasi perizinan dan kerja sama pemerintah dengan badan usaha di bidang

    pemanfaatan sumber daya air;

    b. Penyusunan studi kelayakan kerja sama pemerintah dengan badan usaha di bidang pemanfaatan sumber daya air;

    c. Penyiapan rekomendasi dan pelaksanaan administrasi perizinan penggunaan dan pengusahaan di bidang pemanfaatan sumber daya air;

    d. Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kerja sama pemerintah dengan badan usaha di bidang pemanfaatan sumber daya air;

    e. Pencatatan meter air, perhitungan Nilai Perolehan Air (NPA), penerbitan

    rekomendasi teknis, dan pengawasan pelaksanaan izin.

    5. Hidrologi dan lingkungan sumber daya air meliputi :

    a. Pembinaan pengelolaan hidrologi wilayah sungai dan kualitas air pada sumber air;

    b. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan hidrologi wilayah sungai dan

    kualitas air pada sumber air;

    c. Penyusunan kajian mengenai lingkungan strategis sumber daya air dan isu-isu global yang terkait;

    d. Koordinasi dan penyusunan strategi pengelolaan penanganan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim;

    e. Pengumpulan dan analisis data hidrologi dan kualitas air pada sumber air;

    f. Publikasi data hidrologi dan kualitas air.

  • 20

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    2. Pengembangan

    jaringan sumber daya

    air

    1. Perencanaan sumber daya air, meliputi :

    a. Fasilitasi perumusan kebijakan dan strategi, program pengelolaan, prioritas pengelolaan, evaluasi kelayakan program, dan perumusan

    rencana kerja tahunan pengelolaan sumber daya air;

    b. Sosialisasi NSPK di bidang fasilitasi perumusan kebijakan dan strategi, program pengelolaan, prioritas pengelolaan, evaluasi kelayakan program, dan perumusan rencana kerja tahunan pengelolaan sumber daya air;

    c. Bimbingan teknis dan supervisi di bidang fasilitasi perumusan kebijakan dan strategi, program pengelolaan, prioritas pengelolaan, evaluasi

    kelayakan program, dan perumusan rencana kerja tahunan pengelolaan sumber daya air;

    d. Fasilitasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dan strategi, program pengelolaan, prioritas pengelolaan, evaluasi kelayakan program, dan

    perumusan rencana kerja tahunan pengelolaan sumber daya air.

    2. Keterpaduan program, meliputi :

    a. Perumusan kebijakan keterpaduan program;

    b. Pelaksanaan kebijakan keterpaduan program;

    c. Sosialisasi NSPK di bidang fasilitasi penyusunan program dan anggaran serta pelaksanaan verifikasi dan audit anggaran;

    d. Bimbingan teknis dan supervisi.

    3. Evaluasi dan manajemen mutu, meliputi :

    a. Sosialisasi NSPK dan kriteria evaluasi kinerja dan penyelenggaraan manajemen mutu pelaksanaan program penyelenggaraan pengelolaan

    sumber daya air;

    b. Evaluasi dan penyelenggaraan manajemen mutu pelaksanaan program penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air;

    c. Penyusunan laporan kinerja.

    4. Pengelolaan sistem informasi dan data sumber daya air;

    5. Pelaksanaan kerja sama pengembangan sumber daya air.

  • 21

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    3. Sungai dan pantai 1. Pengelolaan sungai dan pantai;

    2. Perencanaan, meliputi :

    a. Sosialisasi NSPK sungai dan pantai;

    b. Penyusunan rencana, program, dan anggaran kegiatan sungai dan pantai, serta drainase utama perkotaan;

    c. Penyusunan studi kelayakan kegiatan sungai dan pantai, serta drainase utama perkotaan;

    d. Perencanaan rehabilitasi konstruksi bangunan sungai, bangunan pengendali banjir dan bangunan pengaman pantai;

    e. Perencanaan pembangunan konstruksi bangunan sungai, bangunan pengendali banjir dan bangunan pengaman pantai.

    3. Pelaksanaan (sungai), meliputi :

    a. Pembinaan pelaksanaan NSPK kegiatan sungai;

    b. Pembinaan pengendalian konstruksi kegiatan sungai;

    c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan progres dan hasil audit pelaksanaan kegiatan konstruksi sungai;

    d. Pembinaan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana sungai;

    e. Pelaksanaan rehabilitasi konstruksi bangunan sungai;

    f. Rehabilitasi konstruksi bangunan pengendali banjir;

    g. Pembangunan konstruksi bangunan sungai dan bangunan pengendali

    banjir;

    h. Pengaturan daerah sempadan sungai.

    4. Pelaksanaan (pantai), meliputi :

    a. Pembinaan pelaksanaan NSPK kegiatan pantai;

    b. Pembinaan pengendalian konstruksi kegiatan pantai;

  • 22

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan progres dan hasil audit

    pelaksanaan kegiatan konstruksi pantai;

    d. Pembinaan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan

    prasarana pada pantai;

    e. Rehabilitasi konstruksi bangunan pengaman pantai;

    f. Pembangunan konstruksi bangunan pantai;

    g. Pengaturan daerah sempadan pantai.

    5. Bimbingan teknik, meliputi:

    a. Pengelolaan sungai dan pantai serta pengelolaan drainase utama

    perkotaan;

    b. Pelaksanaan kesiapan konstruksi sungai dan pantai serta pengelolaan

    drainase utama perkotaan;

    c. Pembinaan penyusunan rencana operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pada sungai dan pantai serta pengelolaan drainase utama

    perkotaan;

    d. Pembinaan penyelenggaraan audit teknik serta pengelolan drainase

    utama perkotaan; dan

    e. Penyiapan penyusunan dokumen detail desain konstruksi sungai dan pantai.

    4. Waduk / situ / danau

    / embung 1. Pelaksanaan perlindungan dan pelestarian waduk / situ / danau /

    embung;

    2. Pengaturan prasarana dan sarana waduk / situ / danau / embung;

    3. Perlindungan waduk / situ / danau / embung berkaitan dengan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada waduk / situ / danau /

    embung;

    4. Pengaturan daerah sempadan waduk / situ / danau / embung;

  • 23

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    5. Pengawetan air waduk / situ / danau / embung;

    6. Pemeliharaan keberadaan dan ketersediaan air atau kuantitas waduk / situ / danau / embung sesuai fungsi dan manfaatnya;

    7. Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran waduk / situ / danau / embung:

    a. Pengendalian dan pemulihan kualitas air yang masuk ke waduk / situ /

    danau / embung;

    b. Perbaikan kualitas air pada waduk / situ / danau / embung; dan

    c. Pencegahan masuknya pencemaran air pada waduk / situ / danau /

    embung.

    8. Penatagunaan waduk / situ / danau / embung:

    a. Penetapan zona pemanfaatan waduk / situ / danau / embung; dan

    b. Penetapan peruntukan air waduk / situ / danau / embung.

    9. Pengaturan penggunaan waduk / situ / danau / embung;

    10. Perencanaan pengembangan waduk / situ / danau / embung;

    11. Perencanaan pengendalian daya rusak air waduk / situ / danau / embung;

    12. Pembangunan waduk / situ / danau / embung;

    13. Pencegahan daya rusak air waduk / situ / danau / embung melalui upaya fisik dan non fisik;

    14. Penanggulangan daya rusak air waduk / situ / danau / embung melalui mitigasi bencana;

    15. Pemulihan melalui peningkatan fungsi lingkungan hidup dan sistem

    prasarana waduk / situ / danau / embung;

    16. Pengawasan dan pengendalian daerah sempadan waduk / situ / danau / embung.

  • 24

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    5. Air baku 1. Air baku untuk Rumah Tangga, Perkotaan dan Industri (RKI), meliputi :

    a. Survey dan investigasi jaringan air baku;

    b. Perencanaan teknis jaringan air baku;

    c. Pembangunan jaringan air baku;

    d. Operasi dan pemeliharaan jaringan air baku;

    e. Rehabilitasi jaringan air baku;

    f. Pengembangan jaringan air baku.

    2. Penyusunan perencanaan air baku dan pemberian bimbingan dan bantuan teknik pengelolaan air baku;

    3. Pelaksanaan penyediaan air baku dan monitoring dan evaluasi;

    4. Pelaksanaan konservasi air baku.

    6. Mata air Konservasi mata air, terdiri dari perlindungan, pelestarian, pengawetan, pendayagunaan dan pengawasan serta pengendalian mata air.

    7. Operasi dan pemeliharaan

    1. Perencanaan, pelaksanaan dan pembinaan teknis operasi dan pemeliharaan sungai, pantai, irigasi, bendungan dan danau;

    2. Fasilitasi jaringan sumber daya air daerah.

    8. Aset Inventarisasi, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pemutakhiran hasil inventarisasi aset irigasi dan sumber daya air.

    b. Pengembangan dan

    pengelolaan sistem irigasi primer dan sekunder pada daerah irigasi yang

    luasnya 1000 ha – 3000 ha, dan daerah irigasi

    lintas Daerah Kabupaten/Kota

  • 25

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    1. Sistem irigasi primer

    dan sekunder yang

    luasnya 1.000 ha - 3.000 ha dan irigasi lintas Kabupaten/Kota

    1. Perencanaan, meliputi :

    a. Sosialisasi NSPK irigasi;

    b. Penyusunan rencana, program, dan anggaran kegiatan irigasi;

    c. Penyusunan rancangan studi kelayakan kegiatan irigasi;

    d. Penyusunan rencana detail rehabilitasi jaringan irigasi;

    e. Penyusunan rencana detail peningkatan jaringan irigasi;

    f. Penyusunan rencana detail pembangunan jaringan irigasi.

    2. Pelaksanaan, meliputi :

    a. Pembinaan pelaksanaan NSPK kegiatan irigasi;

    b. Pembinaan pengendalian konstruksi kegiatan irigasi;

    c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan progres dan hasil audit irigasi;

    d. Pembinaan persiapan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pada irigasi;

    e. Pelaksanaan rehabilitasi konstruksi irigasi;

    f. Peningkatan konstruksi irigasi;

    g. Pelaksanaan pembangunan konstruksi irigasi;

    h. Pengaturan daerah sempadan sungai.

    3. Bimbingan teknis, meliputi :

    a. Bimbingan dan bantuan teknis pengelolaan irigasi;

    b. Pelaksanaan kesiapan konstruksi irigasi;

    c. Pembinaan penyusunan rencana operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pada irigasi;

    d. Pembinaan penyelenggaraan audit teknis; dan

    e. Penyusunan dokumen detail desain konstruksi irigasi.

  • 26

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    2. Pengelolaan dan

    pengembangan sistem

    drainase yang terhubung langsung dengan sungai lintas

    Daerah Kabupaten/Kota

    1. Perencanaan, meliputi :

    a. Sosialisasi NSPK pengelolaan drainase utama perkotaan;

    b. Penyusunan rencana, program, dan anggaran kegiatan pengelolaan

    drainase utama perkotaan;

    c. Penyusunan rancangan studi kelayakan kegiatan pengelolaan drainase utama perkotaan.

    2. Pelaksanaan, meliputi :

    a. Pembinaan pelaksanaan NSPK kegiatan pengelolaan drainase utama perkotaan;

    b. Pembinaan pengendalian konstruksi kegiatan pengelolaan drainase utama perkotaan;

    c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan progres dan hasil audit pelaksanaan kegiatan konstruksi pengelolaan drainase utama perkotaan; dan

    d. Pembinaan persiapan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana pada pengelolaan drainase utama perkotaan.

    2. Air Minum Pengelolaan dan

    pengembangan SPAM lintas Daerah Kabupaten/Kota.

    1. Penyusunan bahan kebijakan dan kelembagaan bidang penyediaan air minum;

    2. Penyelenggaraan prasarana permukiman bidang penyediaan air minum;

    3. Fasilitasi dalam pengembangan invetasi dan kerja sama penyediaan air minum;

    4. Pengelolaan data penyediaan air minum tingkat Daerah Provinsi;

    5. Pelaksanaan pemberdayaan komunitas serta pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penyediaan air minum;

    6. Pembinaan bidang penyediaan air minum permukiman kepada Kabupaten/Kota;

  • 27

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    7. Verifikasi dan menyusun bahan rekomendasi terhadap permohonan

    bantuan keuangan dan bantuan hibah/bantuan sosial di bidang penyediaan air minum;

    8. Koordinasi dan fasilitasi kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota serta pihak ketiga dalam penyediaan air minum;

    9. Monitoring dan evaluasi bidang penyediaan air minum.

    3. Persampahan Pengembangan sistem dan

    pengelolaan persampahan

    regional.

    Pembinaan, pengaturan, pembangunan, pengawasan dan pengendalian

    bidang persampahan regional meliputi :

    a. Penyusunan bahan kebijakan dan kelembagaan aspek persampahan;

    b. Penyelenggaraan prasarana permukiman aspek persampahan;

    c. Fasilitasi dalam pengembangan investasi dan kerja sama aspek persampahan;

    d. Pengelolaan data aspek persampahan tingkat Provinsi;

    e. Pelaksanaan pemberdayaan komunitas serta pengembangan keswadayaan masyarakat dalam aspek persampahan;

    f. Pembinaan aspek persampahan kepada Kabupaten/Kota;

    g. Verifikasi dan menyusun bahan rekomendasi terhadap permohonan bantuan keuangan dan bantuan hibah/bantuan sosial di bidang

    persampahan;

    h. Koordinasi dan fasilitasi kerja sama dan kemitraan dengan unit

    kerja/instansi/lembaga Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota serta pihak ketiga dalam pengembangan sistem dan pengelolaan persampahan;

    i. Monitoring dan evaluasi aspek persampahan.

  • 28

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    4. Air Limbah Pengelolaan dan

    pengembangan sistem air

    limbah domestik regional.

    Pembinaan, pengaturan, pembangunan, pengawasan dan pengendalian air

    limbah domestik regional meliputi :

    a. Penyusunan bahan kebijakan dan kelembagaan air limbah domestik;

    b. Penyelenggaraan prasarana air limbah domestik di permukiman;

    c. Fasilitasi dalam pengembangan investasi dan kerja sama air limbah domestik;

    d. Pengelolaan data air limbah domestik tingkat Provinsi;

    e. Pelaksanaan pemberdayaan komunitas serta pengembangan keswadayaan masyarakat dalam aspek air limbah domestik;

    f. Pembinaan aspek air limbah domestik kepada Kabupaten/Kota;

    g. Verifikasi dan penyusunan bahan rekomendasi terhadap permohonan bantuan keuangan dan bantuan hibah/bantuan sosial di bidang air limbah domestik;

    h. Koordinasi dan fasilitasi kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota

    serta pihak ketiga dalam pengembangan dan pengelolaan air limbah domestik;

    i. Monitoring dan evaluasi air limbah domestik.

    5. Drainase Pengelolaan dan

    pengembangan sistem drainase yang terhubung

    langsung dengan sungai lintas Daerah Kabupaten/Kota.

    Pembinaan, pengaturan, pembangunan, pengawasan dan pengendalian penyediaan air minum meliputi :

    a. Penyusunan bahan kebijakan dan kelembagaan drainase permukiman;

    b. Penyelenggaraan prasarana permukiman aspek drainase permukiman;

    c. Fasilitasi dalam pengembangan investasi dan kerja sama aspek drainase

    permukiman;

    d. Pengelolaan data aspek drainase permukiman tingkat Provinsi;

    e. Pelaksanaan pemberdayaan komunitas serta pengembangan keswadayaan

    masyarakat dalam aspek drainase permukiman;

    f. Pembinaan aspek drainase permukiman kepada Kabupaten/Kota;

  • 29

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    g. Verifikasi dan penyusunan bahan rekomendasi terhadap permohonan

    bantuan keuangan dan bantuan hibah/bantuan sosial di bidang drainase permukiman;

    h. Koordinasi dan fasilitasi kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota

    serta pihak ketiga dalam pengelolaan drainase permukiman;

    i. Monitoring dan evaluasi aspek drainase permukiman.

    6. Permukiman Penyelenggaraan

    infrastruktur pada

    permukiman di kawasan strategis Daerah Provinsi.

    Pembinaan, pengaturan, pembangunan, pengawasan dan pengendalian

    bidang permukiman meliputi :

    a. Pengkajian bahan kebijakan, koordinasi, pembinaan dan pengendalian teknis di bidang permukiman;

    b. Pengkajian dan pengembangan permukiman lintas Kabupaten/Kota, bencana alam yang bersifat stimulan;

    c. Kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga Pemerintah Pusat, provinsi dan Kabupaten/Kota serta pihak ketiga dalam hal kelembagaan dan investasi dalam rangka meningkatkan

    pengembangan permukiman bagi MBR;

    d. Pelaksanaan pemberdayaan komunitas serta pengembangan keswadayaan masyarakat dalam bidang pengembangan permukiman;

    e. Penyusunan bahan verifikasi, rekomendasi dan pemantauan terhadap permohonan dan realisasi bantuan keuangan dan hibah/bantuan sosial

    di bidang pengembangan permukiman;

    f. Monitoring dan evaluasi pengembangan permukiman.

    7. Bangunan Gedung a. Penetapan bangunan gedung untuk kepentingan

    strategis Daerah Provinsi.

    b. Penyelenggaraan

    bangunan gedung untuk kepentingan strategis

    Pembinaan, pengaturan, pembangunan, pengawasan dan pengendalian bangunan gedung meliputi :

    a. Penyusunan bahan kebijakan teknis penyelenggaraan bangunan gedung;

    b. Pengembangan kelembagaan penyelenggaraan bangunan gedung;

  • 30

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    Daerah Provinsi. c. Penyelenggaraan bangunan gedung yang memiliki kepentingan strategis

    Daerah Provinsi;

    d. Fasilitasi dalam pengembangan investasi dan kerja sama penyelenggaraan

    bangunan gedung;

    e. Pengelolaan data penyelenggaraan bangunan gedung tingkat Provinsi;

    f. Pelaksanaan pemberdayaan komunitas serta pengembangan keswadayaan

    masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung;

    g. Pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung kepada Kabupaten/Kota;

    h. Pembinaan teknis dan penyelesaian permasalahan dalam

    penyelenggaraan bangunan gedung negara dan gedung daerah;

    i. Pelaksanaan wewenang Provinsi dalam penatausahaan rumah negara;

    j. Verifikasi dan penyusunan bahan rekomendasi terhadap permohonan bantuan keuangan dan bantuan hibah/bantuan sosial di bidang penyelenggaraan bangunan gedung negara;

    k. Koordinasi dan fasilitasi kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/ lembaga Pemerintah Pusat, provinsi dan Kabupaten/Kota

    serta pihak ketiga dalam penyelenggaraan bangunan gedung;

    l. Monitoring dan evaluasi bangunan gedung.

    8. Penataan

    Bangunan dan

    Lingkungannya

    Penyelenggaraan penataan

    bangunan dan lingkungan di

    kawasan strategis Daerah Provinsi dan penataan

    bangunan dan lingkungannya lintas Daerah Kabupaten /Kota.

    Pembinaan, pengaturan, pembangunan, pengawasan dan pengendalian

    penataan bangunan dan lingkungan meliputi :

    a. Penyusunan bahan kebijakan teknis penataan bangunan dan lingkungan;

    b. Pengembangan kelembagaan penataan bangunan dan lingkungan;

    c. Penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan yang memiliki kepentingan strategis daerah Provinsi;

    d. Fasilitasi dalam pengembangan investasi dan kerja sama penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan;

  • 31

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    e. Pengelolaan data penataan bangunan dan lingkungan tingkat Provinsi;

    f. Pelaksanaan pemberdayaan komunitas serta pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan;

    g. Pembinaan penataan bangunan dan lingkungan kepada Kabupaten/Kota;

    h. Pembinaan teknis dan penyelesaian permasalahan dalam penataan bangunan dan lingkungan;

    i. Verifikasi dan penyusunan bahan rekomendasi terhadap permohonan bantuan keuangan dan bantuan hibah/bantuan sosial di bidang penataan bangunan dan lingkungan;

    j. Koordinasi dan fasilitasi kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga Pemerintah Pusat, provinsi dan Kabupaten/Kota

    serta pihak ketiga dalam penataan bangunan dan lingkungan;

    k. Monitoring dan evaluasi penataan bangunan dan lingkungan.

    9. Jalan Penyelenggaraan Jalan Provinsi

    1. Pengaturan jalan provinsi :

    a. Penetapan ruas jalan menurut fungsinya dalam sistem jaringan jalan

    sekunder, jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer selain jalan arteri dan jalan kolektor yang menghubungkan antar ibukota

    provinsi dalam sistem jaringan jalan primer, jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer, serta jalan lingkungan dalam sistem jaringan jalan primer;

    b. Penetapan status ruas jalan sebagai jalan Provinsi;

    c. Penetapan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana

    jalan;

    d. Penetapan Rencana Umum jangka panjang jaringan jalan Provinsi;

    e. Penetapan Rencana Umum jangka menengah jaringan jalan Provinsi;

    f. Penetapan Standar Pelayanan Minimal jaringan jalan dan standar pelayanan minimal ruas jalan Provinsi.

  • 32

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    2. Pembinaan jalan Provinsi :

    a. Penyusunan pedoman dan standar teknis, pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia;

    b. Penelitian dan pengembangan jalan.

    3. Pembangunan jalan Provinsi :

    a. Pemrogaman dan penganggaran;

    b. Perencanaan teknis;

    c. Pelaksanaan konstruksi;

    d. Pengoperasian dan pemeliharaan jalan.

    4. Pengawasan jalan Provinsi meliputi kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertib pengaturan, pembinaan, dan pembangunan jalan :

    a. Pemberian izin pemanfaatan ruang pengawasan jalan Provinsi;

    b. Pemberian dispensasi penggunaan ruang manfaat jalan yang memerlukan perlakuan khusus terhadap konstruksi jalan dan

    jembatan.

    5. Verifikasi dan penyusunan bahan rekomendasi terhadap permohonan

    bantuan keuangan dan bantuan hibah/bantuan sosial di bidang jalan;

    6. Koordinasi dan fasilitasi kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga Pemerintah Pusat, provinsi dan Kabupaten/Kota

    serta pihak ketiga dalam penyelenggaraan jalan;

    7. Monitoring dan evaluasi aspek penyelenggaraan jalan.

    10. Jasa Konstruksi a. Penyelenggaraan pelatihan

    tenaga ahli konstruksi 1. Penyusunan bahan NSPK penyelenggaraan pekerjaan jasa konstruksi;

    2. Pelatihan penyedia jasa, pengguna jasa dan masyarakat tentang NSPK

    penyelenggaraan pekerjaan jasa konstruksi;

    3. Pemberian bantuan dan bimbingan teknis/penyuluhan kepada pengguna

    jasa, penyedia jasa dan masyarakat;

  • 33

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    4. Penyusunan kajian sebagai bahan kebijakan, koordinasi, pembinaan dan

    pengendalian teknis di bidang konstruksi;

    5. Pemberdayaan terhadap penyedia jasa, pengguna jasa maupun

    masyarakat.

    b. Penyelenggaraan sistem

    informasi jasa konstruksi cakupan Daerah Provinsi.

    1. Pengembangan sistem informasi jasa konstruksi dalam wilayah Provinsi;

    2. Peningkatan kemampuan teknologi jasa konstruksi dalam wilayah

    Provinsi;

    3. Pelaksanaan pemberdayaan terhadap LPJK Daerah dan asosiasi di Provinsi;

    4. Penelitian dan pengembangan jasa konstruksi dalam wilayah Provinsi.

    c. Penyelenggaraan

    Pengaturan Jasa

    Konstruksi, Pemberdayaan Jasa Konstruksi serta Pengawasan, Data dan

    Informasi

    1. Pengaturan Jasa Konstruksi :

    a. Penyusunan bahan kebijakan teknis pengaturan jasa konstruksi;

    b. Fasilitasi pengaturan jasa konstruksi;

    c. Penyiapan dan penyusunan bahan NSPK penyelenggaraan pekerjaan

    jasa konstruksi;

    d. Penyampaian NSPK tentang pengaturan jasa konstruksi kepada

    penyedia jasa, pengguna jasa dan masyarakat;

    e. Pengawasan terhadap lembaga pengembangan jasa konstruksi Daerah dan asosiasi jasa konstruksi;

    f. Penyusunan bahan verifikasi, rekomendasi dan pemantauan terhadap permohonan dan realisasi bantuan keuangan dan hibah/bantuan sosial di bidang pengaturan jasa konstruksi;

    g. Penyusunan bahan saran pertimbangan di bidang pengaturan jasa

    konstruksi sebagai bahan penetapan kebijakan Pemerintah Daerah.

    2. Pemberdayaan Jasa Konstruksi :

    a. Penyusunan bahan kebijakan teknis di bidang pemberdayaan jasa konstruksi;

    b. Fasilitasi pemberdayaan jasa konstruksi;

  • 34

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    c. Penyiapan dan penyusunan bahan NSPK dalam rangka pemberdayaan

    jasa konstruksi;

    d. Pelatihan, bantuan teknis dan bimbingan teknis kepada pengguna

    jasa, penyedia jasa dan masyarakat;

    e. Pemanfaatan teknologi dan hasil penelitian di bidang jasa konstruksi;

    f. Pembangunan gedung Provinsi yang memiliki strategis kepentingan

    Provinsi.

    g. Pemberian bantuan tenaga teknis/asesor dalam rangka pelatihan;

    h. Fasilitasi forum jasa konstruksi Daerah;

    i. Fasilitasi pemberdayaan terhadap Lembaga pengembangan jasa konstruksi Daerah dan asosiasi;

    j. Koordinasi dan fasilitasi kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga Pemerintah Pusat, provinsi dan Kabupaten

    /Kota serta pihak ketiga dalam pemberdayaan jasa konstruksi.

    k. Monitoring pemberdayaan jasa konstruksi;

    l. Penyusunan bahan verifikasi, rekomendasi dan pemantauan terhadap

    permohonan dan realisasi bantuan keuangan dan hibah/bantuan sosial di bidang pemberdayaan jasa konstruksi;

    m. Penyusunan bahan saran pertimbangan di bidang pemberdayaan jasa konstruksi sebagai bahan penetapan kebijakan Pemerintah Daerah.

    3. Pengawasan, Data dan Informasi :

    a. Penyusunan bahan kebijakan teknis di bidang pengawasan, data dan

    informasi;

    b. Penyusunan bahan pengawasan penyelenggaraan jasa konstruksi;

    c. Pengawasan dan pengendalian kegiatan jasa konstruksi;

    d. Pengawasan tata lingkungan yang bersifat lintas Kabupaten/Kota;

    e. Pengawasan tertib usaha penyelenggaraan pekerjaan konstruksi tingkat Provinsi;

  • 35

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    f. Pengawasan terhadap LPJK;

    g. Pengolahan, penyediaan data dan informasi yang berkaitan dengan bina marga dan penataan ruang;

    h. Fasilitasi di bidang pengawasan, data dan informasi;

    i. Monitoring pengawasan, data dan informasi jasa konstruksi;

    j. Penyusunan bahan verifikasi, rekomendasi dan pemantauan terhadap permohonan dan realisasi bantuan keuangan dan hibah/bantuan sosial di bidang pengawasan, data dan informasi;

    k. Penyusunan bahan saran pertimbangan di bidang pengawasan, data dan informasi sebagai bahan penetapan kebijakan Pemerintah Daerah.

    11. Penataan Ruang Penyelenggaraan penataan

    ruang Daerah Provinsi

    1. Pengaturan Penataan Ruang

    a. Perumusan kebijakan penataan ruang tingkat Provinsi;

    b. Penyusunan rencana strategis tata ruang kawasan;

    c. Penetapan pedoman pelaksanaan NSPK bidang penataan ruang;

    d. Penetapan kriteria penentuan dan perubahan fungsi ruang kawasan

    lintas Kabupaten/Kota;

    e. Penetapan kawasan strategis Provinsi;

    f. Fasilitasi, koordinasi dan kerja sama penataan ruang kawasan;

    g. Pemberian arahan pengelolaan kawasan andalan sebagai bagian RTRWP.

    2. Pembinaan Penataan Ruang :

    a. Koordinasi dan fasilitasi penyelenggaraan penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota;

    b. Sosialisasi NSPK bidang penataan ruang;

    c. Sosialisasi SPM bidang penataan ruang;

    d. Pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan penataan

    ruang;

  • 36

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    e. Pendidikan dan pelatihan;

    f. Penelitian dan pengembangan;

    g. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang

    Provinsi;

    h. Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat;

    i. Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.

    3. Pembangunan Penataan Ruang

    a. Perencanaan Tata Ruang :

    1) Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP);

    2) Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi;

    3) Penetapan rencana detail tata ruang untuk RTRWP.

    b. Pemanfaatan Ruang :

    1) Pemanfaatan kawasan strategis Provinsi;

    2) Pemanfaatan kawasan andalan sebagai bagian dari RTRWP;

    3) Pemanfaatan investasi di kawasan strategis Provinsi dan kawasan

    lintas Kabupaten/Kota bekerja sama dengan pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha;

    4) Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi RTRWP dan rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi;

    5) Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur

    dan pola pemanfaatan ruang wilayah Provinsi dan kawasan strategis Provinsi;

    6) Pelaksanaan pembangunan sesuai program pemanfaatan ruang

    wilayah Provinsi dan kawasan strategis Provinsi.

  • 37

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang

    1) Pengendalian dan pemanfaatan ruang wilayah Provinsi termasuk lintas Kabupaten/Kota;

    2) Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis Provinsi;

    3) Penyusunan peraturan zonasi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang Provinsi;

    4) Pemberian izin pemanfaatan ruang yang sesuai dengan RTRWP;

    5) Pembatalan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRWP;

    6) Pemberian pertimbangan atau penyelesaian permasalahan penataan ruang yang tidak dapat diselesaikan pada tingkat Kabupaten/Kota;

    7) Fasilitasi pengendalian pemanfaatan ruang antar Daerah Kabupaten/Kota;

    8) Pembentukan lembaga yang bertugas dalam pelaksanaan

    pengendalian pemanfaatan ruang tingkat Provinsi.

    4. Pengawasan penataan ruang :

    Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang di wilayah Provinsi.

  • 38

    D. URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    1. Perumahan a. Penyediaan dan

    rehabilitasi rumah korban bencana Provinsi;

    b. Fasilitasi penyediaan

    rumah bagi masyarakat yang terkena relokasi

    program Pemerintah Daerah Provinsi.

    Pembinaan, pengaturan, pembangunan, pengawasan dan pengendalian bidang perumahan meliputi :

    a. Pengkajian bahan kebijakan, koordinasi, pembinaan dan pengendalian teknis di bidang perumahan;

    b. Pelaksanaan urusan pemerintahan Provinsi bidang perumahan meliputi

    rumah umum (rumah tapak dan rumah susun sederhana sewa) dan rumah khusus dan swadaya;

    c. Pengkajian dan pengembangan perumahan lintas Kabupaten/Kota,

    bencana alam yang bersifat stimulan;

    d. Pelaksanaan kerja sama dan kemitraan dengan unit

    kerja/instansi/lembaga Pemerintah Pusat, provinsi dan Kabupaten/Kota serta pihak ketiga dalam hal kelembagaan dan investasi dalam rangka meningkatkan penyediaan perumahan bagi MBR;

    e. Pelaksanaan pemberdayaan komunitas serta pengembangan keswadayaan masyarakat dalam aspek perumahan;

    f. Penyusunan bahan verifikasi, rekomendasi dan pemantauan terhadap permohonan dan realisasi bantuan keuangan dan hibah/bantuan sosial di bidang perumahan;

    g. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan Provinsi bidang perumahan.

    2. Kawasan

    Permukiman

    Penataan dan peningkatan

    kualitas kawasan permukiman kumuh dengan luas 10 (sepuluh) ha sampai

    dengan di bawah 15 (lima belas) ha.

    Pembinaan, pengaturan, pembangunan, pengawasan dan pengendalian bidang kawasan permukiman meliputi :

    a. Pengkajian bahan kebijakan, koordinasi, pembinaan dan pengendalian

    teknis di bidang kawasan permukiman;

    b. Penataan kawasan permukiman perkotaan, perdesaan dan

    penyelenggaraan sarana kawasan permukiman;

  • 39

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    c. Penataan kawasan kumuh dan pengembangan kawasan permukiman;

    d. Pengkajian dan pengembangan kawasan permukiman lintas Kabupaten/Kota;

    e. Pelaksanaan pemberdayaan komunitas dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam bidang kawasan permukiman;

    f. Pelaksanaan kerja sama dan kemitraan dengan unit

    kerja/instansi/lembaga Pemerintah Pusat, provinsi dan Kabupaten/Kota serta pihak ketiga dalam hal kelembagaan dan investasi untuk meningkatkan kualitas kawasan permukiman;

    g. Penyusunan bahan verifikasi, rekomendasi dan pemantauan terhadap permohonan dan realisasi bantuan keuangan dan hibah/bantuan sosial di

    bidang kawasan permukiman;

    h. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan Provinsi bidang kawasan permukiman.

    3. Prasarana, Sarana,

    dan Utilitas Umum (PSU)

    Penyelenggaraan PSU permukiman.

    Pembinaan, pengaturan, pembangunan, pengawasan dan pengendalian bidang PSU meliputi:

    a. Pengkajian bahan kebijakan, koordinasi, pembinaan dan pengendalian teknis di bidang PSU;

    b. Pelaksanaan urusan pemerintahan Provinsi bidang PSU meliputi

    prasarana, sarana dan utilitas umum;

    c. Pengkajian dan pengembangan PSU lintas Kabupaten/Kota, bencana alam

    yang bersifat stimulan;

    d. Kerja sama dan kemitraan dengan unit kerja/instansi/lembaga Pemerintah Pusat, provinsi dan Kabupaten/Kota serta pihak ketiga dalam

    hal kelembagaan dan investasi untuk meningkatkan penyediaan PSU bagi MBR;

    e. Pelaksanaan pemberdayaan komunitas serta pengembangan keswadayaan masyarakat dalam bidang PSU;

  • 40

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    f. Penyusunan bahan verifikasi, rekomendasi dan pemantauan terhadap

    permohonan dan realisasi bantuan keuangan dan hibah/bantuan sosial di bidang PSU;

    g. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan Provinsi bidang PSU.

    4. Sertifikasi,

    Kualifikasi,

    Klasifikasi, dan

    Registrasi Bidang Perumahan dan Kawasan

    Permukiman

    Sertifikasi dan registrasi

    bagi orang atau badan hukum yang melaksanakan

    perancangan dan perencanaan rumah serta perencanaan PSU tingkat

    kemampuan menengah.

    Pelaksanaan sertifikasi dan registrasi bagi orang atau badan hukum yang

    melaksanakan perancangan dan perencanaan rumah serta perencanaan PSU tingkat kemampuan menengah berdasarkan Standar Kompetensi Kerja

    Nasional Indonesia (SKKNI).

    E. URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KETENTERAMAN DAN KETERTIBAN UMUM SERTA PERLINDUNGAN MASYARAKAT

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    1. Ketenteraman dan

    Ketertiban Umum

    a. Penanganan gangguan

    ketenteraman dan ketertiban umum lintas Daerah Kabupaten/Kota

    dalam 1 (satu) Daerah Provinsi.

    b. Penegakan Perda Provinsi dan peraturan gubernur.

    c. Pembinaan PPNS Provinsi.

    1. Pembinaan dan pengendalian ketenteraman dan ketertiban umum dalam upaya persatuan dan kesatuan bangsa;

    2. Pemberian saran, pertimbangan dan rekomendasi mengenai keamanan dan ketertiban serta rekomendasi pelaksanaan penelitian, praktek kerja

    lapangan dan kuliah kerja nyata;

    3. Penyelenggaraan koordinasi dan kerja sama dengan instansi/lembaga terkait lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam hal keamanan dan

    ketertiban;

    4. Penyelenggaraan koordinasi program dan pengembangan, penegakan peraturan perundang-undangan Daerah, ketertiban umum dan

    ketenteraman masyarakat, serta perlindungan masyarakat;

  • 41

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    5. Perumusan rencana pelaksanaan penegakan peraturan perundang-

    undangan Daerah, ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, serta perlindungan masyarakat;

    6. Pembinaan, pelaporan, evaluasi dan monitoring pelaksanaan tugas Pol PP dan PPNS dalam penegakan peraturan perundang-undangan Daerah, ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, sera perlindungan

    masyarakat;

    7. Perumusan kebijakan strategis dan teknis penegakan peraturan perundang-undangan Daerah, ketertiban umum dan ketenteraman

    masyarakat, serta perlindungan masyarakat.

    2. Bencana Penanggulangan bencana

    Provinsi. Penyiapan rencana penanggulangan bencana, rencana aksi daerah

    penanggulangan bencana, rencana kontingensi, rencana operasional penanggulangan bencana, rencana rehabilitasi dan rekonstruksi yang meliputi

    a. Perumusan kebijakan teknis bidang penanggulangan bencana Daerah;

    b. Fasilitasi pembentukan dan pembinaan Forum Pengurangan Risiko Bencana;

    c. Penyiapan peta rawan dan risiko bencana;

    d. Sosialisasi sadar bencana dan risiko bencana;

    e. Penyiapan Satgas Pusdalops Penanggulangan Bencana;

    f. Pelatihan, gladi, simulasi penanggulangan bencana;

    g. Penyiapan sistem informasi, peringatan dini, dan kesiapsiagaan bencana;

    h. Fasilitasi dan koordinasi pengurangan risiko bencana dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan;

    i. Fasilitasi penanganan mitigasi struktural dan non struktural dalam

    penanggulangan bencana;

    j. Fasilitasi penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana;

  • 42

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    k. Penyiapan sistem logistik, peralatan, dan pemenuhan kebutuhan korban

    dalam penanggulangan bencana;

    l. Penanganan dan pendampingan dalam kedaruratan bencana;

    m. Penyiapan Tim Reaksi Cepat dalam penanggulangan bencana;

    n. Penyiapan status kedaruratan dan pos komando dalam fase kedaruratan bencana;

    o. Pengkajian kerusakan dan kehilangan akibat dampak bencana;

    p. Fasilitasi dan koordinasi pemulihan kondisi, kehidupan dan penghidupan pasca bencana;

    q. Fasilitasi dan koordinasi rehabilitasi dan rekonstruksi akibat bencana;

    r. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi aspek kebencanaan;

    s. Fasilitasi dan pelaksanaan peningkatan kapasitas kelembagaan penanggulangan bencana daerah;

    t. Fasilitasi dan pelaksanaan peningkatan kapasitas sumberdaya

    penanggulangan bencana;

    u. Penyelenggaraan standardisasi dan prosedur tetap;

    v. Pengumpulan dan penyaluran uang dan barang;

    w. Pemantauan dan evaluasi penanggulangan bencana.

    3. Kebakaran Penyelenggaraan pemetaan

    rawan kebakaran. 1. Penyiapan peta rawan dan risiko kebakaran hutan dan lahan;

    2. Penyiapan sekretariat posko pengendalian kebakaran hutan dan lahan;

    3. Penyiapan sistem informasi, peringatan dini, dan kesiapsiagaan

    kebakaran hutan dan lahan;

    4. Sosialisasi peta daerah rawan kebakaran.

  • 43

    F. URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG SOSIAL

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    1. Pemberdayaan Sosial

    a. Penerbitan izin pengumpulan sumbangan

    lintas Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah Provinsi.

    1. Penerbitan izin pengumpulan sumbangan sosial (Pengumpulan Uang atau Barang / PUB);

    2. Penerbitan izin Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah (UGB).

    b. Pemberdayaan potensi sumber kesejahteraan

    sosial Provinsi.

    1. Penyusunan bahan kebijakan teknis di bidang pendayagunaan potensi sumber kesejahteraan sosial dan sumbangan sosial serta pemberdayaan

    masyarakat dan komunitas adat;

    2. Sosialisasi program pendayagunaan potensi sumber kesejahteraan sosial, dan sumbangan sosial serta pemberdayaan masyarakat dan komunitas

    adat;

    3. Pendayagunaan potensi sumber kesejahteraan sosial (dunia usaha) dan

    sumbangan sosial serta pemberdayaan masyarakat dan komunitas adat;

    4. Pengawasan terhadap penyelenggaraan undian gratis berhadiah dan pengumpulan uang atau barang;

    5. Penyusunan bahan penyidikan dan penyegelan terhadap penyelenggaraan undian gratis berhadiah dan pengumpulan uang atau barang;

    6. Pelaksanaan identifikasi, verifikasi dan fasilitasi pendayagunaan potensi

    sumber kesejahteraan sosial, dan sumbangan sosial serta pemberdayaan masyarakat dan komunitas adat;

    7. Monitoring dan evaluasi di bidang pendayagunaan potensi sumber kesejahteraan sosial dan sumbangan sosial serta pemberdayaan masyarakat dan komunitas adat.

    2. Penanganan Warga Negara

    Migran Korban Tindak Kekerasan

    Pemulangan warga negara migran korban tindak

    kekerasan dari titik debarkasi di Daerah Provinsi untuk dipulangkan ke Daerah

    Kabupaten/Kota asal.

    1. Pelaksanaan assesment awal terhadap pekerja migran korban tindak kekerasan;

    2. Pelayanan penampungan sementara bagi pekerja migran korban tindak kekerasan;

    3. Fasilitasi pemulangan pekerja migran korban tindak kekerasan.

  • 44

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    3. Rehabilitasi Sosial 1. Rehabilitasi sosial

    bukan/tidak termasuk

    bekas korban penyalahgunaan NAPZA, orang dengan Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency Syndrome yang memerlukan rehabilitasi pada panti.

    1. Penyusunan bahan kebijakan teknis di bidang rehabilitasi sosial;

    2. Penyelenggaraan rehabilitasi sosial, meliputi rehabilitasi sosial anak dan lanjut usia, rehabilitasi sosial penyandang disabilitas, rehabilitasi tuna

    sosial, korban tindak kekerasan dan korban perdagangan orang;

    3. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi bidang rehabilitasi sosial;

    4. Pengkajian bahan verifikasi, rekomendasi dan pemantauan terhadap

    permohonan dan realisasi bantuan keuangan dan bantuan sosial di bidang rehabilitasi sosial;

    5. Penyelenggaraan sosialisasi rehabilitasi sosial anak dan lanjut usia,

    penyandang disabilitas, rehabilitasi tuna sosial, korban tindak kekerasan dan korban perdagangan orang;

    6. Pembinaan, monitoring dan evaluasi serta pengawasan kepada UPTD Pemerintah dan LKS lingkup rehabilitasi sosial.

    2. Penanggulangan masalah sosial yang bersifat lintas Kabupaten/Kota.

    1. Rehabilitasi sosial dasar penyandang disabilitas terlantar di dalam panti;

    2. Rehabilitasi sosial dasar anak terlantar di dalam panti;

    3. Rehabilitasi sosial dasar lanjut usia terlantar di dalam panti;

    4. Rehabilitasi sosial dasar tuna sosial khususnya gelandangan dan pengemis di dalam panti;

    5. Perlindungan dan jaminan sosial pada saat dan setelah tanggap darurat bencana bagi korban bencana Provinsi.

    4. Perlindungan dan

    Jaminan Sosial a. Penerbitan izin orang tua

    angkat untuk pengangkatan anak antar WNI dan pengangkatan

    anak oleh orang tua tunggal.

    1. Pemeriksaan administratif terhadap permohonan usulan pengangkatan

    anak;

    2. Penilaian kelayakan calon orang tua angkat dan calon anak angkat melalui home visit I;

    3. Penerbitan Surat Keputusan pengasuhan sementara selama 6 bulan bagi calon orang tua yang lengkap (suami istri) atau selama 1 tahun bagi calon

    orang tua yang masih single;

  • 45

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    4. Pelaksanaan home visit ke II terkait perkembangan kondisi anak setelah

    mendapatkan pengasuhan;

    5. Fasilitasi penyelenggaraan sidang Tim Pertimbangan Ijin Pengangkatan

    Anak (PIPA) guna membahas diterima atau ditolaknya usulan pengangkatan anak yang diajukan;

    6. Penerbitan surat persetujuan / penolakan pengangkatan anak

    (rekomendasi);

    7. Pengajuan rekomendasi dan berkas usulan pengangkatan anak ke pengadilan;

    8. Pendampingan sidang pengadilan dan penetapan pengangkatan anak.

    b. Pengelolaan data fakir

    miskin cakupan Daerah Provinsi.

    1. Penyusunan bahan kebijakan teknis penanganan fakir miskin;

    2. Verifikasi dan validasi data fakir miskin;

    3. Fasilitasi, koordinasi serta sosialisasi kebijakan dan strategi penanganan

    fakir miskin;

    4. Pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian kebijakan dan strategi dan program penanganan fakir miskin lintas Kabupaten/Kota;

    5. Pengkajian bahan verifikasi, rekomendasi dan pemantauan terhadap permohonan dan realisasi hibah, bantuan keuangan dan bantuan sosial penanganan fakir miskin.

    5. Penanganan

    Bencana

    Penyediaan kebutuhan dasar

    dan pemulihan trauma bagi korban bencana Provinsi.

    1. Penyediaan dapur umum;

    2. Penyediaan sandang;

    3. Fasilitasi penampungan sementara;

    4. Trauma healing;

    5. Pembinaan dan peningkatan kapasitas relawan bencana;

    6. Penyaluran logistik untuk Kabupaten/Kota;

    7. Monitoring dan evaluasi penyaluran logistik.

  • 46

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    6. Taman Makam

    Pahlawan

    Pemeliharaan taman makam

    pahlawan nasional Provinsi. 1. Pelayanan pemeliharaan seluruh komponen/bangunan taman makam

    pahlawan;

    2. Pelayanan pemakaman;

    3. Pelayanan ziarah taman makam pahlawan.

    G. URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG TENAGA KERJA

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    1. Pelatihan Kerja dan Produktivitas

    Tenaga Kerja

    a. Pelaksanaan pelatihan

    berdasarkan klaster kompetensi.

    1. Pembinaan dan penyelenggaraan pelatihan kerja skala Provinsi;

    2. Pelatihan dan pengukuran produktivitas skala Provinsi;

    3. Peningkatan produktivitas di wilayah Provinsi;

    4. Penyelenggaraan pengkajian bahan petunjuk teknis penyelenggaraan

    pelatihan ketenagakerjaan;

    5. Penyelenggaraan kerja sama dan pemasaran;

    6. Perencanaan dan pengembangan analisis kebutuhan pelatihan ketenagakerjaan;

    7. Penyelenggaraan pelatihan ketenagakerjaan;

    8. Pengembangan kurikulum dan silabi pelatihan ketenagakerjaan;

    9. Pengembangan kualifikasi dan kompetensi infrastruktur;

    10. Fasilitasi konsultasi, kemitraan dan kerja sama kelembagaan;

    11. Pengelolaan informasi pelatihan kerja;

    12. Penyelenggaraan pengkajian bahan usulan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung pelatihan ketenagakerjaan;

    13. Pengendalian pelaksanaan kerja;

    14. Pelatihan kerja, pemagangan, dan fasilitasi sertifikasi kompetensi kerja

    untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja.

  • 47

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    b. Pelaksanaan akreditasi

    lembaga pelatihan kerja.

    1. Penyusunan bahan kebijakan teknis akreditasi LPK Pemerintah dan

    LPKS;

    2. Pembinaan dan pengendalian teknis akreditasi LPK Pemerintah dan

    LPKS;

    3. Perencanaan akreditasi yang meliputi kelengkapan barang;

    4. Pengendalian kegiatan standarisasi sertifikasi dan kompetensi;

    5. Pendataan dan informasi akreditasi lembaga se Jawa Barat;

    6. Bimbingan teknis asesor akreditasi LPK;

    7. Pelaksanaan akreditasi lembaga pelatihan kerja;

    8. Pembinaan lembaga sertifikasi profesi, akreditasi dan penyusunan bahan sarana prasarana LPK.

    c. Konsultansi produktivitas pada perusahaan

    menengah.

    1. Penyusunan bahan kebijakan teknis, koordinasi pembinaan dan pengendalian aspek penguatan produktivitas di lembaga pelatihan kerja

    dan perusahaan;

    2. Penyiapan bahan pembinaan bagi pelaksanaan penguatan produktivitas di lembaga pelatihan kerja dan perusahaan;

    3. Pembinaan bagi pelaku usaha;

    4. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi aspek penguatan produktivitas.

    d. Pengukuran produktivitas

    tingkat Daerah Provinsi. 1. Pelaksanaan analisa pengukuran produktivitas yang mencakup

    keseluruhan input yang digunakan (kualitas SDM, bahan baku, penguasaan dan penerapan teknologi, iklim persaingan, pembangunan

    yang belum merata);

    2. Pelaksanaan analisa pengukuran berdasarkan data statistik (hasil survey

    sosial ekonomi nasional, survey angkatan kerja nasional, produk domestik regional bruto) dan indikator pengukuran daya saing;

    3. Pelaksanaan perbandingan produktivitas berdasarkan pilar-pilar

    (ekonomi, infrastruktur, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, urusan pasar, teknologi, dan kemudahan berusaha).

  • 48

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    2. Penempatan

    Tenaga Kerja

    a. Pelayanan antar kerja

    lintas Daerah

    Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah Provinsi.

    Fasilitasi pembekalan/penempatan tenaga kerja antar kerja lokal meliputi:

    a. Penerbitan Surat Persetujuan Penempatan Tenaga Kerja Antar Kerja Antar Daerah (SPP-AKAD) skala Provinsi;

    b. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi program pendayagunaan Tenaga Kerja Mandiri (TKM) skala Provinsi;

    c. Koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi pelaksanaan program usaha

    mandiri dan sektor informal serta program padat karya skala Provinsi;

    d. Fasilitasi Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP);

    e. Pengkajian perjanjian penempatan;

    f. Pembinaan terhadap keluarga yang ditinggalkan dalam pemanfaatan finansial yang dikirim;

    g. Izin Pendirian Kantor Cabang Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Antar Kerja Antar Daerah Skala Provinsi.

    b. Penerbitan izin LPTKS lebih dari 1 (satu) Daerah

    Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah Provinsi.

    Fasilitasi penerbitan syarat teknis Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) kantor cabang, LPTKS di Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi meliputi :

    1. Penerbitan dan pengendalian izin pendirian Lembaga Bursa Kerja/ LPTKS dan Lembaga Penyuluhan dan Bimbingan Jabatan skala Provinsi;

    2. Penerbitan rekomendasi izin operasional Tenaga Kerja Swasta (TKS) Luar

    Negeri, TKS Indonesia, lembaga sukarela Indonesia yang akan beroperasi lebih dari 1 (satu) Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi;

    3. Pembinaan, pengendalian, dan pengawasan pendayagunaan TKS dan lembaga sukarela skala Provinsi;

    4. Pembinaan dan pengawasan administrasi terhadap Kantor Cabang

    Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS);

    5. Pemberian surat pengantar rekrut kepada PPTKIS yang akan merekrut

    calon tenaga kerja Indonesia.

  • 49

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    c. Pengelolaan informasi

    pasar kerja dalam 1 (satu) Daerah Provinsi.

    1. Pengumpulan, pengolahan data hasil kegiatan antar kerja dan

    penyebarluasan informasi pasar kerja (IPK) melalui offline/online;

    2. Pelaksanaan dan fasilitasi pengembangan sistem informasi pasar kerja;

    3. Penyusunan sistem dan penyebarluasan informasi pasar kerja di wilayah

    Provinsi;

    4. Fasilitasi pemberian informasi pasar kerja dan bimbingan jabatan kepada

    pencari kerja dan pengguna tenaga kerja skala Provinsi;

    5. Pembinaan, monitoring, evaluasi, dan pendataan jabatan fungsional

    pengantar kerja tingkat Provinsi;

    6. Pengumpulan data informasi lowongan kerja ke luar negeri;

    7. Pengelolaan data penempatan Tenaga Kerja Indonesia asal Jawa Barat;

    8. Pengelolaan data kepulangan Tenaga Kerja Indonesia asal Jawa Barat;

    9. Pengelolaan data kasus/masalah Tenaga Kerja Indonesia asal Jawa Barat pada pra, selama dan purna;

    10. Pengembangan dan pengintegrasian sistem informasi lowongan pekerjaan dan bursa kerja.

    d. Perlindungan TKI di luar

    negeri (pra dan purna penempatan) di Daerah

    Provinsi.

    1. Pengelolaan data dan informasi penempatan TKI asal daerah Provinsi dan ke luar negeri;

    2. Penyelenggaraan optimalisasi peran satuan tugas TKI asal Daerah

    Provinsi;

    3. Pemantauan pelaksanaan layanan terpadu di Daerah Kabupaten/Kota;

    4. Pembinaan dan pengendalian terhadap instansi yang terkait penyelenggaraan TKI ke luar negeri;

    5. Pendampingan dan monitoring penempatan, perlindungan dan

    pemulangan TKI;

    6. Pengkajian perjanjian kerja antara TKI dengan pengguna, meliputi syarat-

    syarat kerja, hak dan kewajiban masing-masing pihak;

    7. Pemberian konsultasi, bimbingan dan pelayanan informasi bagi TKLN;

  • 50

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    8. Penyelenggaraan fasilitasi peran masyarakat pemerhati dalam pemberian

    saran pengembangan perlindungan dan penempatan TKI asal Jawa Barat;

    9. Penyelenggaraan pendampingan penyelesaian permasalahan pada massa

    pra dan purna;

    10. Perlindungan TKI bermasalah dan purna;

    11. Fasilitasi perlindungan bagi anak dan pembinaan mental kerohanian

    terhadap anak dan keluarga yang ditinggalkan TKI;

    12. Monitoring kasus terhadap penyelesaian kasus TKI di negara penempatan yang dilaksanakan oleh PPTKIS;

    13. Pembentukan Satuan Tugas Pelayanan TKI Terpadu dalam merumuskan bahan kebijakan untuk menetapkan strategi dalam mengintegrasikan

    pelayanan TKI terpadu;

    14. Penyelenggaraan fasilitasi pemberdayaan purna TKI dengan menjalin kemitraan dengan lembaga pemerhati buruh migran dan unsur

    masyarakat lainnya.

    e. Pengesahan RPTKA

    perpanjangan yang tidak mengandung perubahan jabatan, jumlah TKA, dan

    lokasi kerja dalam 1 (satu) Daerah Provinsi.

    Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) yang tidak

    mengandung perubahan nama jabatan, jumlah dan lokasi.

    f. Penerbitan perpanjangan IMTA yang lokasi kerja

    lebih dari 1 (satu) Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah Provinsi.

    Perpanjangan izin menggunakan tenaga kerja (IMTA) TKA yang bekerja lebih dari satu wilayah Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi.

    3. Hubungan Industrial

    a. Pengesahan peraturan perusahaan dan

    pendaftaran perjanjian kerja bersama untuk yang mempunyai wilayah kerja

    1. Pembinaan pembuatan Perjanjian Kerja (PK), Peraturan Perusahaan (PP), Perjanjian Kerja Bersama (PKB), dan outsourching;

    2. Pelaksanaan pelayanan dan analisa dokumen pengesahan PP dan PKB.

  • 51

    NO SUB URUSAN DAERAH PROVINSI RINCIAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI

    lebih dari 1 (satu)

    Kabupaten/Kota dalam 1 (satu) Daerah Provinsi.

    b. Pencegahan dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial,

    mogok kerja dan penutupan perusahaan

    yang berakibat / berdampak pada kepentingan di 1 (satu)

    Daerah Provinsi.

    1. Penyusunan bahan penetapan pedoman dan petunjuk teknis penyelesaian perselisihan hubungan industrial, dan pemogokan pekerja bagi mediator, konsiliator dan arbiter pembinaan hubungan industrial;

    2. Penyusunan bahan penetapan peta kerawanan dan pelaksanaan deteksi dini masalah ketenagakerjaan;

    3. Penyusunan bahan fasilitasi pencegahan dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial, mogok kerja dan penutupan perusahaan lintas Kabupaten/Kota;

    4. Pembinaan kepada mediator, konsiliator dan arbiter hubungan industrial skala Provinsi;

    5. Penyusunan bahan koordinasi dengan lembaga/organisasi/instansi terkait dalam penyelesaian perselisihan hubungan industrial;

    6. Penyusunan bahan tindak lanjut pengaduan masyarakat berkaitan

    dengan perselisihan hubungan industrial;

    7. Penyusunan bahan penyusunan formasi, pendaftaran dan seleksi calon mediator, konsiliator, arbiter hubungan industrial dan calon hakim ad-hoc pada Pengadilan Hubungan Industrial di wilayah Provinsi;

    8. Monitoring dan evaluasi aspek pencegahan dan penyelesaian perselisihan

    hubungan industrial.

    c. Penempatan upah

    minimum Provinsi (UMP), upah minimum sektoral Provinsi (UMSP), upah

    minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan upah minimum

    sektoral Kabupaten/Kota (UMSK).

    1. Penyusunan bahan kebijakan teknis pengupahan dan peningkatan