PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31 /PJ/20 12

38
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- NOMOR PER- 31 31 /PJ/20 /PJ/20 12 12 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN DENGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN KEGIATAN ORANG PRIBADI PEKERJAAN, JASA, DAN KEGIATAN ORANG PRIBADI Kementerian Keuangan Republik Kementerian Keuangan Republik Indonesia Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Direktorat Jenderal Pajak Tahun Tahun 2013 2013

description

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2013. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31 /PJ/20 12. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31 /PJ/20 12

Page 1: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAKPAJAK

NOMOR PER-NOMOR PER- 31 31/PJ/20/PJ/201212

PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26 PASAL 21 DAN/ATAU PAJAK PENGHASILAN PASAL 26

SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN, JASA, DAN KEGIATAN ORANG PRIBADIKEGIATAN ORANG PRIBADI

Kementerian Keuangan Republik IndonesiaKementerian Keuangan Republik IndonesiaDirektorat Jenderal PajakDirektorat Jenderal PajakTahun Tahun 20132013

Page 2: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

SPDN SPLN

1. Pekerjaan;2. Jasa;3. Kegiatanyang dilakukan orang pribadi

PPh Pasal 21 PPh Pasal 26

Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain dengan

nama/bentuk apapun

Page 3: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Pemotong PPh Pasal 21/26

• pemberi kerja yang terdiri dari:

a. orang pribadi dan badan;

b. cabang, perwakilan atau unit, dalam hal yang melakukan sebagian atau seluruh administrasi yang terkait dengan pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain adalah cabang, perwakilan atau unit tersebut.

• bendahara atau pemegang kas pemerintah • dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga

Kerja dan badan-badan lain• orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan

bebas serta badan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan penyerahan jasa

• Penyelenggara kegiatan

Page 4: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Pemberi Kerja Bukan PemotongPPh Pasal 21/26

• Kantor perwakilan negara asing• Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan

Menteri Keuangan• Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata memperkerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

Page 5: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Penerima Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 21/26

• pegawai;• penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,

THT, JHT, termasuk ahli warisnya;• bukan pegawai;

• anggota dewan komisaris/pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai;

• mantan pegawai;• peserta kegiatan:

– Peserta perlombaan– Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, kunjungan kerja– Peserta/anggota kepanitiaan– Peserta pendidikan, pelatihan dan magang– Peserta kegiatan lainnya

Page 6: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Penghasilan yang Dikenakan PPh Pasal 21/26

• penghasilan pegawai tetap baik teratur maupun tidak teratur• penghasilan penerima pensiun secara teratur• uang pesangon, pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan

hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati jangka waktu 2 tahun;

• penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas• imbalan kepada bukan pegawai;• imbalan kepada peserta kegiatan;• imbalan kepada dewan komisaris/pengawas yang bukan

merupakan pegawai tetap pada perusahaan yang sama;• imbalan kepada mantan pegawai;• penarikan dana pensiun oleh pegawai.

• Wajib Pajak PPh Final• Wajib Pajak Norma Penghitungan

Khusus

Termasuk:Natura/Kenikmatan dari:

Page 7: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Penghitungan Besarnya Penghasilan

Uang rupiah Uang asing Natura/kenikmatanan

sesuai dengan yang diterima/diperoleh

Kurs MenteriKeuangan

Harga Pasar

Page 8: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Penghasilan yang Tidak Dikenakan PPh Pasal 21/26

• Pembayaran manfaat atau santunan asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea siswa

• Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah• Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah

disahkan Menkeu, iuran THT/JHT yang dibayar pemberi kerja

• Zakat/sumbangan wajib keagamaan dari badan/lembaga yang dibentuk/disahkan pemerintah

• Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l UU PPh

Page 9: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Setiap Masa Pajak, kecuali Masa Pajak terakhir

PPh Pasal 21:PPh Pasal 21:Pegawai tetap dan Penerima Pensiun BerkalaPegawai tetap dan Penerima Pensiun Berkala

Masa Pajak terakhir

Perkiraan Penghasilan Neto yang akan diterima selama setahun,Penghasilan teratur sebulan dikali 12

Selisih antara PPh yang terutang atas seluruh penghasilan kena pajak selama setahun dengan PPh yang telah dipotong masa-masa sebelumnya

Page 10: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Disetahunkan Tidak Disetahunkan

1. WP OP DN meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia selamanya;

2. Orang asing mulai bekerja di Indonesia pada tahun berjalan untuk jangka waktu lebih dari 6 bulan;

3. Karyawan pindah cabang

1. WP OP DN mulai bekerja pada tahun berjalan;

2. WP OP DN pindah kerja ke pemberi kerja yang lain

Masa Perolehan Penghasilan Kurang dari 12 Bulan

Page 11: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Pegawai tetap

Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi Dibayar Pemberi Kerja Uang Pensiun Berkala

Dikurangi dengan

1. Biaya jabatan, 5% dari pengh. Bruto maks. Rp6.000.000 per tahun atau Rp500.000 per bulan

2. Iuran pensiun, THT/JHT yang dibayar sendiri

Dikurangi dengan

Biaya Pensiun, 5% dari pengh. Bruto maks. Rp2.400.000 per tahun atau Rp200.000 perbulan

Penerima pensiun

Penghasilan Neto (setahun/disetahunkan)

Dikurangi PTKP

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Pasal 17

Penghitungan PPh Pasal 21

Page 12: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Rp24.300.000,- Untuk diri Wajib Pajak

Rp2.025.000,-

Rp2.025.000,-

Tambahan utk WP Kawin

Tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yg menjadi tanggungan sepenuhnya maksimal 3 orang

penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun kalender atau awal bulan dari bagian tahun kalender

PTKP: PMK 162/PMK.011/2012

Page 13: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Hanya untuk diri sendiri

KawinKawinKawinKawin

1. Diri sendiri;2. Tanggungan maks 3.

TTidakidakKawinKawinTTidakidakKawinKawin

1. Diri sendiri;2. Status kawin;3. Tanggungan maks 3.

KawinKawinSuami tidak Suami tidak

berpenghasilanberpenghasilan

KawinKawinSuami tidak Suami tidak

berpenghasilanberpenghasilan

menunjukkan ket. tertulis dari pemerintah daerah setempat serendah-rendahnya kecamatan bahwa suami tidak menerima/

memperoleh penghasilan

PTKP Karyawati

Page 14: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

5%5%Sampai dengan Rp 50 juta

15%15%Diatas Rp 50 juta s.d. Rp 250 juta

25%25%Diatas Rp 250 juta s.d. Rp 500 juta

30%30%Di atas Rp 500 juta

Sesuai Sesuai Pasal 17 ayat Pasal 17 ayat

(1) huruf a(1) huruf aUU PPhUU PPh

Tarif

Page 15: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Upah/Uang Saku Harian, Mingguan, Satuan, Borongan

Dibayarkan Bulanan Atau Jumlah Upah Kumulatif satu bulan melebihi Rp 7.000.000

Upah/Uang Saku Harian

≤ 200.000 > 200.000

Tidak Dipotong Dikurangi 200.000

Dipotong 5%

Upah kumulatif > Rp2,025 jt s.d. Rp7 jt sebulan

Upah sehari dikurangi PTKP sehari

Tarif PPh 21 = 5%

Dikali 12

Dikurangi PTKP Setahun

Penghasilan Kena Pajak

Dikenakan Tarif Ps 17

PPh Ps 21 Setahun

Dibagi 12

PPh Pasal 21 Sebulan

PPh Pasal 21Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja

Lepas

Page 16: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

SI POLAN MENERIMA UPAH HARIAN SEBESART Rp 210.000 PERHARIPENGHITUNGAN PPh PASAL 21 ADALAH :

UPAH SEHARI DIKURANGI BATAS PENGHASILAN YANG TIDAK KENA PAJAKRp210.000 – Rp200.000 = Rp10.000PPh 21 terutang : 5% x Rp10.000 = Rp500

JIKA SI POLAN TIDAK MEMILIKI NPWP MAKA DIPOTONG PPh 20% LEBIH TINGGI SEHINGGA MENJADI :5% X 20% X Rp10.000 = Rp600

CONTOH PENGHITUNGAN PEGAWAI HARIAN, TENAGA HARIAN LEPAS

PENERIMA UPAH SATUAN/BORONGAN

Page 17: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Penghitungan PPh Pasal 21

ATAS PENGHASILAN BERUPA UPAH HARIAN, MINGGUAN,SATUAN, BORONGAN, DAN UANG SAKU HARIAN

PKP SEBULAN

PPh SETAHUN

DIBAYAR BULANAN

DIKURANGI PTKP SEBULAN

PKP DISETAHUNKANX

TARIF PPh Ps.17

PPh SEBULANPPh SEBULAN

JIKA WP TDK MEMILIKI NPWP MAKA

TARIFNYA 20% LEBIH TINGGI

Page 18: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Dit.P2Humas 18

Polan (belum menikah) pada bulan Juli 2009 bekerja selama 11 hari kerja pada sebagai upah harian pada penambahan ruang SD Negeri 007 Jakarta Utara dengan menerima upah sebesar Rp140.000,00 per hari.

PPh Pasal 21 terutang: Penghasilan per hari Rp140.000,00 Batas penghasilan bruto yang tidak dikenakan PPh atas upah

Rp150.000,00

Sehingga tidak terutang PPh Pasal 21

Pada hari ke-10 dalam bulan Juli (bulan yg sama), Polan telah menerima penghasilan melebihi Rp1.320.000,00, yaitu Rp140.000,00 x 10 = Rp1.400.000,00. Maka PPh Pasal 21 atas penghasilan Polan dihitung sebagai berikut:

PPh Pasal 21 terutang: Penghasilan 10 hari Rp1.400.000,00 PTKP 10 hari 10 x (Rp15.840.000,00/ 360)

Rp 440.000,00

Penghasilan harian terutang PPh Pasal 21 Rp 960.000,00 PPh Pasal 21 yg harus dipotong pada hari-10 ( 5% x Rp960.000,00)

Rp 48.000,00

Apabila Polan juga mendapat upah yg jumlahnya sama pada hari ke-11 maka Pasal 21 yang terutang : 11 x Rp140.000,00 Rp1.540.000,00 PTKP 11 hari {11 x (Rp15.840.000,00/ 360)}

Rp 484.000,00

Penghasilan harian terutang PPh Pasal 21 Rp1.056.000,00 PPh Pasal 21 (5% x Rp1.056.000,00) Rp52.800,00 PPh Pasal 21 yg sudah dipotong s.d hari ke-10 Rp48.000,00 - PPh Pasal 21 harus dipotong pada hari ke-11 Rp4.800,00 Apabila Polan tidak memiliki NPWP, maka akan dipotong Bendahara 20% lebih tinggi dari tarif 5% atau menjadi dikenakan tarif 6%

CONTOH PENGHITUNGAN PEGAWAI HARIAN, TENAGA HARIAN LEPASPENERIMA UPAH SATUAN/BORONGAN

Page 19: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Dit.P2Humas

TENAGA AHLI YG MELAKUKAN PEKERJAAN BEBAS

(BUKAN PEGAWAI)

TERDIRI DARI :

- PENGACARA - KONSULTAN- AKUNTAN - NOTARIS - ARSITEK - PENILAI- DOKTER - AKTUARIS

DIPOTONG PPH PS.21 DENGAN TARIF PASAL 17

DARI DASAR PENGENAAN & PEMOTONGAN PPh PASAL 21

HONORARIUM, KOMISI, FEE, DAN IMBALAN SEJENISNYA DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN

MENERIMA PENGHASILAN BERUPA

DASAR PENGENAAN & PEMOTONGAN

PPh PASAL 21 ADALAH 50% DARI JUMLAH

PENGHASILAN BRUTO

JIKA WP TDK MEMILIKI NPWP MAKATARIFNYA 20% LEBIH TINGGI

Page 20: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Dit.P2Humas 20

CONTOH PENGHITUNGANPPh PASAL 21

Contoh 1

dr. Slamet Taramandi (tenaga ahli), menerima honorarium sebesar Rp 10.000.000,-

Penghitungan PPh Pasal 21

5% x (50% x Rp10.000.000) = 5% x (Rp5.000.000) = Rp250.000

PPh Pasal 21 adalah tarif Pasal 17 UU PPh dari Dasar Pengenaan dan Pemotongan PPh Pasal 21

Jika Dr. Slamet tidak punya NPWP

5% x (50% x Rp 10.000.000)x 120% = Rp300.000,-5% x (Rp5.000.000) x 120% = Rp300.000,-

Contoh 2

Benny Ganteng SH, LLM (memiliki NPWP) menerima honorarium sebagai pengacara sebesar Rp100.000.000,-

Penghitungan PPh Pasal 21 :5% x (50% x Rp100.000.000) =5% x (Rp50.000.000) = Rp2.500.000

Page 21: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

21

HONORARIUM, KOMISI, FEE, DAN IMBALAN SEJENISNYA DENGAN NAMA DAN

DALAM BENTUK APAPUN APAPUN

DIPOTONG PPh Ps.21 DENGAN TARIF Ps. 17 DARI JUMLAH BRUTO

DITERIMA

JIKA WP TDK MEMILIKI NPWP MAKA

TARIFNYA 20% LEBIH TINGGI

• SENIMAN, OLAHRAGAWAN;• PENASEHAT, PENGAJAR, PELATIH, PENCERAMAH,

PENYULUH & MODERATOR, • PENGARANG PENELITI, DAN PENERJEMAH;• PEMBERI JASA DLM SEGALA BDG TERMASUK TEKNIK,

KOMPUTER DAN SISTEM APLIKASINYA TELEKOMUNIKASI,,

ELEKTRONIKA, FOTOGRAPHI, EKONOMI DAN SOSIAL • AGEN IKLAN;• PENGAWAS, PENGELOLA PROYEK;• PESERTA PERLOMBAAN, PESERTA RAPAT, KONFERENSI,

PERTEMUAN ATAU KUNJUNGAN KERJA, PESERTA ATAU

• ANGGOTA PANITIA, PESERTA PENDIDIKAN, PELATIHAN & MAGANG DLL;

• PEMBAWA PESANAN/PENEMU LANGGANAN/PERANTARA

• DISTRIBUTOR PERUSAHAAN MULTILEVEL MARKETING ATAU DIRECT SELLING

• PETUGAS DINAS LUAR ASURANSI YG TDK BERSTATUS SBG PEGAWAI;

• PENJAJA BARANG DAGANGAN YG TDK BERSTATUS PEGAWAI; DAN/ATAU

• PENERIMA PENGHASILAN BUKAN PEGAWAI LAINNYA

IMBALAN KEPADA BUKAN PEGAWAIYANG TIDAK MEMILIKI NPWP ATAU

DIBAYARKAN TIDAK BERKESINAMBUNGAN*

BUKAN PEGAWAI

* JIKA MEMILIKI NPWP ATAU IMBALAN YG DIBERIKAN BERKESINAMBUNGAN MAKA LIHAT KETENTUAN PADA HALAMAN 12

Page 22: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

CONTOH PENGHITUNGANPPh PASAL 21

Contoh 1

Benny adalah penyanyi menerima honorarium sebesar Rp 10.000.000,- atas

Penghitungan PPh Pasal 21

5% x Rp10.000.000) = Rp500.000,-

Jika Benny tidak memiliki NPWP, penghitungan PPh Pasal 21 :(5% x 120%) x Rp10.000.000,- = Rp600.000

Contoh 2

Polan adalah pelawak menerima honorarium sebesar Rp50.000.000,- Penghitungan PPh Pasal 21 :

5% x Rp50.000.000 = Rp2.500.000,-

Jika Polam tidak memiliki NPWP, penghitungan PPh Pasal 21 : (5% x 120) x Rp50.000.000 = Rp3.000.000

Page 23: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

berkesinambunganBerkesinambungan

Exc. Pasal 13 ayat (1)Tidak

berkesinambungan

(50 % x Ph Bruto)-

PTKP sebulan,Dihitung secara

kumulatif

(50 % x Ph Bruto)

Dihitung secara kumulatif

(50 % x Ph Bruto)

Dalam hal Dokter Yang Praktik di RS/Klinik Jumlah Penghasilan Bruto adalah

Sebesar Jasa Dokter Yang Dibayarkan Pasien melalui RS/Klinik sebelumDipotong Biaya-Biaya atau Bagi Hasil RS/Klinik

PPh Pasal 21:Bukan Pegawai

Page 24: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Tarif Pasal 17 atas Penghasilan Bruto

PPh Pasal 21:Lainnya

Dewan Komisaris/Pengawas nonPegawai tetap

Mantan PegawaiPeserta program

Pensiun yang masihBerstatus pegawai

honorarium atau imbalan yang

bersifat tidak teratur

jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan

lain yang bersifat tidak teratur

penarikan dana pensiun

Page 25: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Tarif Pasal 17 UU PPh

Penghasilan Bruto

Penghasilan Bruto merupakan pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah

PPh Pasal 21:Peserta Kegiatan

Page 26: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

PEGAWAI

BUKAN PEGAWAI

TIDAK BERKESINAMBUNGAN

BERKESINAMBUNGAN

PENSIUNAN

TETAP

TIDAK TETAP

Ph NETO - PTKP

BULANAN

HARIAN

Ph BRUTO - PTKP

(50% X Ph Bruto) Kumulatif

50 % x Ph Bruto

Ph NETO - PTKPBERKALA

Ph BRUTO – 200 RIBU

Ph BRUTO(>2,025jt s.d.7jt) –

PTKP Harian

Ph Bruto Kumulatif

BERKESINAMBUNGAN exc Psl 13 (1)

((50% X Ph Bruto) - PTKP bulanan) Kumulatif

PESERTA KEGIATAN

Ph BRUTO(>7jt) – PTKP

KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI,PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI

Ph Bruto

Page 27: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Penerima Penghasilan Tidak ber-NPWP

PPh Pasal 21 sebesar 120% lebih tinggi daripada PPh

Pasal 21 yang seharusnya (20% lebih tinggi)

Tidak berlaku untuk PPh Pasal 21 yang bersifat final

Setelah pemotongan PPh Pasal 21 bulan

Desember

sebelum pemotongan PPh Pasal 21 bulan

DesemberBer-NPWP

Diperhitungkan oleh pemotong dengan

PPh Pasal 21 bulan-bulan selanjutnya

merupakan kredit pajak dalam SPT

Tahunan PPh

Page 28: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Ketentuan Khusus

1. Uang Pesangon2. Uang Manfaat Pensiun3. THT/JHT yang dibayarkan sekaligus

Penghasilan bersumber dari APBN/D yang diterima oleh Pejabat Negara, PNS, Anggota, TNI/Polri, dan Pensiunannya

PP 68 Tahun 2010 PP 80 Tahun 2010

Page 29: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

PPh Pasal 26

Tarif Pasal 26:20 %

Penghasilan Bruto

MemperhatikanKetentuan P3B

Page 30: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Saat terutangPPh Pasal 21/26

Penerima penghasilan

akhir bulan dilaku-kannya pembayaranatau akhir bulanterutangnya penghasilan

Pemotong

Saat dilakukannyapembayaran

atausaat terutangnya

penghasilan

Page 31: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Kewajiban Pemotong

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP• Wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh

Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender.• PPh Pasal 21/26 yang dipotong wajib disetor ke Kantor Pos atau

Bank paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir.• Pemotong Pajak wajib lapor sekalipun nihil, paling lama 20 hari

setelah Masa Pajak berakhir.• Wajib Membuat Catatan atau Kertas Kerja Perhitungan PPh Ps.

21/26 Untuk Setiap Masa Pajak• Wajib Menyimpan Catatan atau Kertas Kerja Sesuai Ketentuan• Wajib Membuat Bukti Potong dan Memberikannya Kepada

Penerima Penghasilan

Page 32: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21

• Untuk pegawai tetap/penerima pensiun berkala:

– dibuat sekali setahun (Form 1721 A1/A2)

– diberikan paling lama 1 bulan setelah akhir tahun atau pegawai berhenti

• Untuk selain pegawai tetap/penerima pensiun berkala:

– Dibuat setiap kali ada pemotongan

– Jika dalam satu bulan > 1 kali pembayaran maka bukti potong dapat dibuat sekali dalam satu bulan

• Bukti Potong PPh Pasal 21 Tidak wajib dilampirkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21

Page 33: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Kewajiban Penerima Penghasilan

• Wajib Mendaftarkan Diri ke KPP

• Pegawai, Penerima Pensiun Berkala, dan Bukan Pegawai tertentu Wajib Membuat Surat Pernyataan Yang Berisi Jumlah Tanggungan Keluarga Pada Awal Tahun Kalender Atau Pada Saat Menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri

• Wajib Menyerahkan Surat Pernyataan Tanggungan Keluarga kpd Pemotong Pajak Pada Saat Mulai Bekerja Atau Mulai Pensiun

• Wajib Membuat Surat Pernyataan Baru Dalam Hal Terjadi Perubahan Tanggungan Keluarga Paling Lambat Sebelum Mulai Tahun Kalender Berikutnya

Page 34: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Contoh Penghitungan PPh Pasal 21

Budiyanta pada tahun 2013 bekerja di PT Aman Bahagia dengan gaji sebulan Rp 8.000.000 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp. 200.000 Budiyanta menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Juli 2013 menerima kenaikan gaji, menjadi Rp 10.000.000 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2013. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut, Budiyanta menerima rapel sejumlah Rp 12.000.000 (kekurangan gaji untuk masa Januari s.d. Mei 2013). Pada bulan Oktober 2013 menerima bonus tahunan sebesar Rp 20.000.000

Page 35: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

A. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap - Gaji BulananGaji sebulan Rp 8.000.000 Pengurangan :

Biaya Jabatan (5% xRp 8.000.000) Rp 400.000 Iuran Pensiun Rp 200.000 Rp 600.000

Penghasilan Neto sebulan Rp 7.400.000 Penghasilan Neto setahun (12 x Rp 7.400.000,00 ) Rp 88.800.000 PTKP setahun :

- untuk diri sendiri Rp 24.300.000 - tambahan WP kawin Rp 2.025.000 Rp 26.325.000

Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 62.475.000 PPh Pasal 21 terutang :

5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000 15% x Rp 12.475.000,00 = Rp 1.871.000

Rp 4.371.000 PPh Pasal 21 sebulan

Rp 4.371.000,00 : 12 = Rp 364.250

Page 36: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

B. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Uang RapelGaji sebulan Rp 10.000.000 Pengurangan :

Biaya Jabatan (5% xRp 10.000.000) = Rp 500.000 Iuran Pensiun = Rp 200.000 Rp 700.000

Penghasilan Neto sebulan Rp 9.300.000 Penghasilan Neto setahun ( 12 x Rp 9.300.000,00 ) Rp 111.600.000 PTKP setahun :

- untuk diri sendiri Rp 24.300.000 - tambahan WP kawin Rp 2.025.000 Rp 26.325.000

Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 85.275.000 PPh Pasal 21 setahun :

5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000 15% x Rp 35.275.000,00 = Rp 5.291.000

Rp 7.791.000 PPh Pasal 21 sebulan

Rp 7.791.000,00 : 12 Rp 649.250 PPh Pasal 21 Januari s.d Juni 2013 seharusnya adalah :6 x Rp 649.250,00 Rp 3.895.500 PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Juni 20136 x Rp 364.250,00 (dari perhitungan contoh A) Rp 2.185.500 PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 1.710.000

Page 37: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

C. Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran BonusGaji setahun (12 x Rp 10.000.000,00) Rp 120.000.000 Bonus Rp 20.000.000 Penghasilan bruto setahun Rp 140.000.000 Pengurangan :

Biaya Jabatan (5% xRp 140.000.000,00) = Rp 7.000.000,00*Biaya Jabatan dlm setahun maksimal Rp 6.000.000,00 Rp 6.000.000 Iuran Pensiun (12 x Rp 200.000,00) Rp 2.400.000 Rp 8.400.000

Penghasilan Neto setahun Gaji + Bonus Rp 131.600.000 PTKP setahun :

- untuk diri sendiri Rp 24.300.000 - tambahan WP kawin Rp 2.025.000 Rp 26.325.000

Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 105.275.000 PPh Pasal 21 setahun atas Gaji + Bonus :

5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000 15% x Rp 55.275.000,00 = Rp 8.291.250

10.791.250 *PPh Pasal 21 setahun dibulatkan Rp 10.791.000

PPh Pasal 21 atas Gaji (dari contoh B) Rp 7.791.000 PPh Pasal 21 atas Bonus Rp 3.000.000

Page 38: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-  31 /PJ/20 12

Rifki Zain seorang PNS golongan IVa di Kantor Imigrasi Medan berdasarkan data pada bulan Maret 2013 Rifki Zain memperolah gaji perbulan Rp.2.822.200,00, tunjangan jabatan Rp.540.000,00 perbulan dan mempunyai 3 orang anak.

Pada tanggal 25 Maret 2013 Kantor Imigrasi Medan membayar honor tim kepada Rifki Zain sebesar Rp.1.200.000,00.

Mendapatkan rapel kenaikan gaji pada bulan Juli 2013 karena kenaikan gaji berkala sehingga gaji Rifki Zain menjadi Rp.2.906.200,00.

Pada Bulan Agustus 2013 ditugaskan di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara dengan memperoleh tunjangan jabatan Rp.3.000.000,00 per bulan dan dari Kantor Imigrasi Medan hanya mendapatkan gaji dan tunjangan selain tunjangan jabatan.

Contoh Penghitungan PPh Pasal 21