Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel...

26
PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR : 9 TAHUN 2010 T E N T A N G IZIN GANGGUAN DAN RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. bahwa guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan perlu dilakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan dengan mengatur izin gangguan atas setiap usaha/kegiatan dilokasi tertentu yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/atau gangguan; b. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pemberian izin sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas merupakan kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dan dapat dipungut retribusi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Izin Gangguan dan Retribusi Izin Gangguan. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

Transcript of Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel...

Page 1: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUASNOMOR : 9 TAHUN 2010

T E N T A N GIZIN GANGGUAN DAN RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS,

Menimbang : a. bahwa guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan perlu dilakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan dengan mengatur izin gangguan atas setiap usaha/kegiatan dilokasi tertentu yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/atau gangguan;

b. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pemberian izin sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas merupakan kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah dan dapat dipungut retribusi;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Izin Gangguan dan Retribusi Izin Gangguan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);

5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Page 2: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor: 5049);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;

12. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah;

13. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Kapuas;

14. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Kapuas.

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KAPUASdan

BUPATI KAPUAS

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN GANGGUAN DAN RETRIBUSI IZIN GANGGUAN.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang di maksud dengan :1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Kapuas.2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur

Penyelenggara Pemerintahan Daerah.3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah

lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah

4. Bupati adalah Bupati Kapuas.5. Badan Pelayanan Perijinan Terpadu yang selanjutnya disebut Badan adalah

Perangkat Daerah yang berwenang di Bidang Pelayanan Perijinan Terpadu.6. Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu yang selanjutnya disebut

Kepala Badan adalah Kepala Perangkat Daerah yang berwenang di Bidang Pelayanan Perijinan Terpadu.

7. Industri adalah Kegiatan mengolah bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau bahan baku menjadi bahan jadi.

2

Page 3: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

8. Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan di Daerah yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

9. Luas Ruang Usaha adalah luas lahan yang digunakan untuk kegiatan/usaha.10. Retribusi Daerah adalah Pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa

atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

11. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

12. Retribusi Izin Gangguan yang selanjutnya disebut retribusi adalah Pungutan Daerah atas pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan di Daerah yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

13. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapat izin gangguan dan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungut retribusi.

14. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

15. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

18. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

19. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah dan retribusi daerah.

20. Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan Daerah dan Retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

3

Page 4: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

BAB IIMAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2(1) Pemberian Izin Gangguan dimaksudkan untuk memudahkan Pemerintah

Daerah melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan atas setiap usaha/kegiatan dilokasi tertentu yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/atau gangguan.

(2) Pemberian Izin Gangguan bertujuan guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

BAB IIIRUANG LINGKUP

Pasal 3Yang diatur dalam Peraturan Daerah ini meliputi tata cara dan persyaratan izin gangguan beserta pemungutan retribusinya.

BAB IVPERIZINAN

Pasal 4(1) Setiap orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan/usaha yang

dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan wajib memiliki Izin Gangguan.

(2) Izin Gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan dan ditandatangani oleh Kepala Badan atas nama Bupati.

(3) Untuk memperoleh Izin Gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala Badan.

(4) Persyaratan permohonan Izin Gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :a. mengisi formulir permohonan izinb. melampirkan fotokopi KTP bagi usaha perorangan atau akta pendirian

usaha bagi yang berbadan hukum;c. melampirkan fotokopi status kepemilikan tanah;d. surat Pernyataan Tidak Keberatan dari tetangga yang berbatasan

langsung dan tetangga dengan radius 25 (dua puluh lima) meter dengan persetujuan lebih dari 60% (enam puluh persen) jumlah warga sekitar yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah ;

e. melampirkan fotokopi Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ;f. Rekomendasi dari Kepala Desa / Lurah dan Camat;g. Tanda Lunas Pembayaran PBB sampai dengan Tahun Berjalan;h. Surat Pernyataan Memasang Pengumuman Izin Gangguan dengan

meterai Rp. 6.000,-;i. Pasfoto berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak 3 (tiga) lembar.

(5) Formulir Permohonan Izin Gangguan sebagaimana dimasud pada ayat (4) huruf a paling sedikit memuat :a. nama penanggung jawab usaha/kegiatan;b. nama perusahaan;c. alamat perusahaan;d. bidang usaha/kegiatan;e. lokasi kegiatanf. nomor telepon perusahaan;g. wakil perusahaan yang dapat dihubungi;h. ketersediaan sarana dan prasarana teknis yang diperlukan dalam

menjalankan usaha; dan

4

Page 5: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

i. pernyataan permohonan izin tentang kesanggupan memenuhi ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(6) Apabila terjadi perubahan kegiatan/jenis usaha, atau memperluas tempat kegiatan usaha, maka Izin Gangguan yang telah diberikan harus diperbaharui dengan mengajukan permohonan izin kepada Bupati melalui Kepala Badan.

(7) Setiap orang pribadi atau Badan yang akan mendirikan dan/atau memperluas kegiatan/usahanya yang dapat menimbulkan pencemaran, wajib melengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Usaha Kelola Lingkungan (UKL) / Usaha Pengelola Lingkungan (UPL).

Pasal 5(1) Kegiatan/usaha yang dapat menimbulkan gangguan dengan indeks

gangguan besar/tinggi, sedang dan kecil adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini.

(2) Apabila terjadi penambahan kegiatan/usaha yang dapat menimbulkan gangguan dengan indeks gangguan besar/tinggi, sedang dan kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.

(3) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 6(1) Jangka waktu berlakunya Izin Gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) adalah selama kegiatan usaha berlangsung.(2) Dalam rangka pengendalian dan pengawasan atas Izin Gangguan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilakukan pendaftaran ulang setiap 1 (satu) tahun sekali.

(3) Pendaftaran ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus diajukan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum jatuh tempo pendaftaran ulang.

Pasal 7(1) Untuk pendaftaran ulang kepada Pemohon diberikan Surat Tanda Daftar

Ulang Izin Gangguan.(2) Syarat-syarat daftar ulang Izin Gangguan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 6 ayat (2) adalah sebagai berikut :a. Surat Permohonan Daftar Ulangb. Fotocopy Surat Izin Gangguan yang bersangkutanc. Fotocopy KTP Pemohond. Tanda Lunas Pembayaran PBB sampai dengan Tahun Berjalane. Pasfoto berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

(3) Bentuk / format Izin Gangguan dan Daftar Ulang Izin Gangguan ditetapkan oleh Bupati melalui Kepala Badan.

Pasal 8Apabila persyaratan yang diberikan oleh pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (4) dan Pasal 7 ayat (2) ternyata tidak benar, maka Izin Gangguan yang telah diterbitkan oleh Bupati melalui Kepala Badan batal demi hukum.

Pasal 9Setiap pemindahan hak Izin Gangguan, pemilik baru diwajibkan mengajukan permohonan izin baru atas namanya sendiri dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal pemindahan hak, dengan persyaratan dan tata cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

5

Page 6: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

Pasal 10(1) Izin Gangguan dinyatakan tidak berlaku lagi apabila :

a. pemegang izin menghentikan kegiatan usahanya;b. pemegang izin mengubah/menambah jenis usaha dan/atau memperluas

tempat kegiatan/usaha tanpa mengajukan perubahan kepada Kepala Badan;

c. pemegang izin tidak mendaftar ulang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. dihentikan usahanya karena melanggar Peraturan Perundang-Undangan.

(2) Apabila pemegang Izin menghentikan atau menutup kegiatan/ usahanya wajib memberitahukan dan mengembalikan izin dimaksud kepada Bupati melalui Kepala Badan.

BAB VNAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI

Pasal 11Dengan nama Retribusi Izin Gangguan dipungut retribusi atas pemberian Izin Gangguan.

Pasal 12(1) Obyek Retribusi adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang

pribadi atau Badan yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/atau gangguan, termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara terus-menerus untuk mencegah terjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, atau kesehatan umum, memelihara ketertiban lingkungan dan memenuhi norma keselamatan dan kesehatan kerja.

(2) Tidak termasuk obyek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

Pasal 13Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan/usaha, perubahan kegiatan/jenis usaha atau perluasan tempat kegiatan/usaha yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/atau gangguan.

BAB VIGOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 14Retribusi termasuk ke dalam golongan retribusi perizinan tertentu.

BAB VIICARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 15(1) Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan luas ruang tempat

kegiatan/usaha, indeks lokasi dan indeks gangguan.(2) Luas ruang tempat kegiatan/usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah luas bangunan yang dihitung sebagai jumlah luas setiap lantai.(3) Indeks lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),ditetapkan sebagai

berikut:a. Jalan Nasional indeks ……………. 5b. Jalan Provinsi indeks ……………. 4

6

Page 7: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

c. Jalan Kota / Kabupaten indeks ……………. 3d. Jalan Lingkungan indeks ……………. 2

(4) Indeks gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sebagai berikut :a. gangguan besar/tinggi indeks …………… 5b. gangguan sedang indeks …………… 3c. gangguan kecil indeks …………… 2

BAB VIIIPRINSIP YANG DIANUT DALAM PENETAPAN

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 16(1) Prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi

didasarkan pada tujuan untuk menutup biaya penyelenggaraan pemberian izin gangguan.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin, pengecekan dan pengukuran ruang tempat kegiatan/usaha, biaya pemeriksaan dan biaya transportasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian.

BAB IXSTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 17

(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi yang merupakan tarif dasar ditetapkan sebagai berikut :a. Untuk luas ruang s/d 100 m2 …….. Rp. 500,-/m2

b. Untuk luas ruang selebihnya di atas 100 m2 ………………….… Rp. 250,-/m2

(2) Besarnya retribusi ditetapkan berdasarkan perhitungan Luas Tempat Kegiatan/Usaha x Indeks Gangguan x Indeks Lokasi x Tarif Dasar Retribusi (perkalian antara Luas Tempat Kegiatan/Usaha, Indeks Gangguan, Indeks Lokasi dan Tarif Dasar Retribusi).

(3) Tarif retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.(4) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan

dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.(5) Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan

dengan Peraturan Bupati.

Pasal 18(1) Pendaftaran ulang dan/atau pemindahan hak kepemilikan izin dikenakan

retribusi sebesar 30% (tiga puluh persen) dari retribusi izin.(2) Apabila pada pendaftaran ulang terjadi perubahan/ penambahan jenis

kegiatan/usaha dan/atau memperluas tempat kegiatan/usaha dipungut retribusi sesuai perubahan luas dan atau jenis kegiatan/usahanya.

BAB XWILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 19Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Daerah kecuali tempat kegiatan/usaha yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

7

Page 8: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

BAB XIMASA RETRIBUSI

Pasal 20(1) Masa retribusi adalah jangka waktu berlakunya izin gangguan(2) Retribusi terutang dalam masa retribusi terjadi sejak diterbitkannya SKRD

atau dokumen lain yang dipersamakan, diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB XIIPENENTUAN PEMBAYARAN, TEMPAT PEMBAYARAN,

ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN

Pasal 21(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang

dipersamakan.(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat berupa karcis, kupon dan kartu langganan.

Pasal 22(1) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang

ditunjuk sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Dalam hal pembayaran dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Daerah paling lambat 1x24 jam.

Pasal 23(1) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 diberikan

tanda bukti pembayaran berupa SSRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.(3) Bentuk, isi, kualitas, ukuran buku dan tanda bukti pembayaran retribusi

sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 24(1) Bupati dapat memberikan keringanan pembayaran retribusi berupa

angsuran atau penundaan pembayaran.(2) Tata cara pemberian keringanan pembayaran retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XIIISANKSI ADMINISTRASI

Pasal 25Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktu atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi diasamping berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.

BAB XIVPENAGIHAN

Pasal 26(1) Apabila wajib retribusi tidak membayar atau kurang membayar retribusi yang

terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat melaksanakan penagihan atas retribusi yang terutang dengan menggunakan STRD atau surat lain yang sejenis.

8

Page 9: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

(2) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran.

(3) STRD atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo.

(4) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah STRD atau surat lain yang sejenis dikeluarkan, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

BAB XVKEBERATAN

Pasal 27(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau

Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan

disertai alasan-alasan yang jelas.(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan

sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika wajib retribusi dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan wajib retribusi.

(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 28(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat

keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 29(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan

pembayaran retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

BAB XVIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 30(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan

permohonan pengembalian kepada Bupati.(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya

permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

9

Page 10: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

(4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran retribusi.

(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XVIIPENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUWARSA

Pasal 31(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah

melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali jika wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:a. diterbitkan Surat Teguran; ataub. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung

maupun tidak langsung.(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.

(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib retribusi.

Pasal 32(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk

melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Retribusi yang sudah

kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).(3) Tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur

dengan Peraturan Bupati.

BAB XVIIIPEMANFAATAN

Pasal 33(1) Pemanfaatan dari penerimaan retribusi sebagian dikembalikan kepada

Badan dan digunakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan pemberian izin gangguan oleh Pemerintah Daerah yang penggunaannya diatur oleh Bupati.

(2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

10

Page 11: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

BAB XIXINSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 34(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi dapat diberi insentif atas

dasar pencapaian kinerja tertentu.(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

BAB XXPENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN

Pasal 35(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh

Bupati dengan melibatkan instansi terkait.(2) Bupati melalui Kepala Badan berwenang melakukan pemeriksaan untuk

menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah ini.

(3) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib:a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen

yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan obyek retribusi yang terutang;

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau

c. memberikan keterangan yang diperlukan.(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan retribusi diatur

dengan Peraturan Bupati.

BAB XXIPENYIDIKAN

Pasal 36(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah

diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perizinan, perpajakan daerah dan retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh Pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau

laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perizinan, perpajakan daerah dan retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perizinan, perpajakan Daerah dan retribusi;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perizinan, perpajakan daerah dan retribusi;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perizinan, perpajakan daerah dan retribusi;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

11

Page 12: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perizinan, perpajakan daerah dan retribusi;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah dan retribusi;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atauk. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak

pidana di bidang perizinan, perpajakan daerah dan retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XXIIKETENTUAN PIDANA

Pasal 37(1) Barang siapa melanggar ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan ayat (6), Pasal 6

ayat (2), dan Pasal 10 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).

(2) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan Keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi Terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah pelanggaran.

(4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan Penerimaan Negara

BAB XXIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 38Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur kemudian dengan Peraturan Bupati.

Pasal 39Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini:1. Peraturan Daerah Kabupaten Kapuas Nomor 13 Tahun 1999 tentang

Retribusi Izin Gangguan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.2. Surat Izin Tempat Usaha (SITU) disatukan dengan Izin Gangguan dengan

sebutan Izin Gangguan / Surat Izin Tempat Usaha (SITU).

12

Page 13: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

Pasal 40

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang dapat mengetahuinya, dan memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya pada Lembaran Daerah Kabupaten Kapuas.

Diundangkan di Kuala Kapuaspada tanggal 14 Agustus 2010

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KAPUAS,

cap dtt

NURUL EDY

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS TAHUN 2010 NOMOR: 9

13

Ditetapkan di Kuala Kapuaspada tanggal 14 Agustus 2010

B U P A T I K A P U A S,

cap dtt

MUHAMMAD MAWARDI

Page 14: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

KEGIATAN/USAHA YANG MENIMBULKAN GANGGUAN

I. Kegiatan/Usaha Yang Menggunakan Mesin.

a. Intensitas Gangguan Tinggi/Besar terdiri dari :1. Industri Perakitan Kendaraan Bermotor.

2. Industri Tekstil (Pemintalan, Pertenunan, Pengelantangan, Pencelupan, Pencetakan, Penyempurnaan).

3. Industri Farmasi.

4. Industri Kimia.

5. Industri Semen.

6. Industri Penyemakan/Pengawetan Kulit.

7. Industri Penggilingan Batu.

8. Industri Kertas/Pulp.

9. Industri Batu Batery Kering.

10. Industri Logam Elektro Plating/Pencelupan Logam.

11. Industri Separator Accu.

12. Industri Karoseri.

13. Industri Marmer.

14. Industri Besi, Baja.

15. Industri Minyak Goreng.

16. Industri Margarine.

17. Industri Pupuk.

18. Industri Barang dari Plastik.

19. Industri Peralatan Rumah Tangga.

20. Industri Tepung Beras.

21. Industri Tepung Tapioka.

22. Industri Tepung Ubi Jalar.

23. Industri Tepung Ikan.

24. Industri Kayu lapis.

25. Industri Garmen dengan Pencucian.

26. Industri Gula Pasir.

27. Industri Karet Buatan.

28. Industri Pestisida.

29. Industri Cat, Pernis, Lak.

30. Industri Sabun, Tapal Gigi.

31. Industri Kosmetika.

32. Industri Perekat.

33. Industri Barang Peledak.

14

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUASNOMOR : 9 TAHUN 2010TANGGAL : 14 agustus 2010

Page 15: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

34. Industri Korek Api.

35. Industri Pembersihan/Penggilang Minyak Bumi.

36. Industri Kaca Lembaran.

37. Industri Kapur.

38. Industri Pengecoran dan Peleburan Logam.

39. Industri Logam.

40. Industri Paku, Engsel dan sejenisnya.

41. Industri Suku Cadang.

42. Industri Mesin Tekstil, Mesin Percetakan, Mesin Jahit dan sejenisnya.

43. Industri Transformator dan sejenisnya.

44. Industri Vulkanisir Ban.

45. Industri Panel Listrik.

46. Industri Industri Kapal/Perahu.

47. Industri Kendaraan Roda Dua atau lebih.

48. Industri Komponen dan Perlengkapan Kendaraan Bermotor.

49. Industri Sepeda.

50. Industri Pembekuan/Pengalengan Ikan/Udang.

51. Industri Pencelupan.

52. Industri Batik.

53. Industri Pengasapan Karet, Remilling dan Crumb Rubber.

54. Industri Peti Kemas.

55. Pabrik Teh.

56. Pabrik Tahu.

57. Pabrik Ban.

58. Pabrik Enternit.

59. Huller/Tempat Penyosotan Beras.

60. Bengkel Kendaraan Bermotor.

61. Bengkel Bubut.

62. Rumah Potong Hewan.

63. Pabrik Soun, Bihun.

64. Industri Minyak Pelumas.

65. Industri Melamine/Fiber Glas.

66. Pengolah Aspal/Hotmix.

67. Industri Media Rekam.

68. Industri Kemasan Kaleng

b. Intensitas Gangguan Sedang, terdiri dari :1. Pabrik Mie, Macaroni, Spageti, dan sejenisnya.

2. Pabrik Sepatu.

3. Pabrik Minyak Jarak.

15

Page 16: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

4. Pabrik Minyak Kayu Putih.

5. Percetakan.

6. Industri Bumbu Masak.

7. Industri Pengolahan dan Pengawetan Daging.

8. Industri Pengolahan Buah-buahan dan Sayur-sayuran.

9. Industri Pengolahan Kopi, Biji Coklat, Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

10. Industri Roti, Kue dan sejenisnya.

11. Industri Gula Merah.

12. Industri Bubuk Coklat.

13. Industri Rokok Putih.

14. Industri Pemintalan Benang.

15. Industri Pertenunan.

16. Industri Pengelantangan.

17. Industri Pencetakan dan Penyempurnaan Tekstil.

18. Industri Batik Perinting.

19. Industri Karung Goni.

20. Industri Pengolahan Kayu dan Rotan.

21. Industri Makanan Ternak.

22. Industri Tinta.

23. Industri Porselin.

24. Industri Barang-barang Pecah Belah.

25. Industri Keramik.

26. Industri Alat Pertukangan, Perkayuan.

27. Industri Alat Komunikasi.

28. Industri alat dari Aluminium.

29. Industri Komponen elektronika.

30. Industri Kabel Listrik dan Telepon.

31. Industri Lampu dan perlengkapannya.

32. Industri Alat Photografi.

33. Industri Penggilingan Padi.

34. Industri Susu.

35. Industri Karton.

36. Industri Serat kapas.

37. Loundry.

38. Industri Kemasan Karton.

c. Intensitas Gangguan Kecil, terdiri dari :

1. Pabrik Bata Merah/Batako, Genteng.

2. Pabrik Es Batu.

16

Page 17: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

3. Pabrik Garam.

4. Pergudangan.

5. Tambak Udang.

6. Perusahaan Pencucian Kendaraan.

7. Perusahaan Setrum Accu.

8. Konpeksi.

9. Industri Kerajinan Rumah Tangga.

10. Industri Perakitan Elektronik.

11. Industri Sirop.

12. Industri Perajutan.

13. Industri Permadani.

14. Industri Kapuk.

15. Industri Garmen tanpa pencucian.

16. Industri Kecap, Tauco.

17. Industri Kerupuk.

18. Industri Petis, Terasi.

19. Industri Minuman.

20. Industri Pengeringan, Pengolahan Tembakau.

21. Industri Alat Musik.

22. Industri Mainan Anak-anak.

23. Industri Alat-alat Tulis/Gambar.

24. Industri Permata/Barang Perhiasan.

25. Industri Jamu.

26. Catering.

27. Bioskop.

28. Industri Radio, TV dan sejenisnya.

29. percetakan / fotocopy.

II. Kegiatan/usaha Yang Tidak Menggunakan Mesin

a. Intensitas Gangguan Besar/Tinggi, terdiri dari :

1.Hotel bertaraf Internasional.

2.Restoran.

3.Bengkel Kendaraan Bermotor.

4.Pembibitan Ayam Ras.

5.Peternakan Babi.

6.Peternakan Kera.

7.Peternakan Ayam/Unggas.

8.Peternakan Sapi Perah.

9.Rumah Potong Unggas.

10. Pompa Bensin, BBG.

17

Page 18: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas

11. Perusahaan/Distributor Penjual Gas dan Elpiji.

12. Toko Bahan Kimia.

13. Pool Kendaraan.

14. Usaha Pengelolaan Sarang Burung Walet.

15. Menara Telekomunikasi.

b. Intensitas Gangguan Sedang, terdiri dari :

1.Perusahaan Bawang Goreng.

2.Super Market/Swalayan.

3.Rumah Bersalin.

4.Balai Latihan Kerja.

5.Klinik.

6.Hotel Melati.

7.Tempat Rekreasi.

8.Billiard.

9.Toko Besi dan Bahan Bangunan.

10. Mesin Ketangkasan.

c. Intensitas Gangguan Kecil, terdiri dari :

1.Industri Kerajinan Rumah Tangga

2.Kolam Renang.

3.Perusahaan Meubel.

4.Pabrik Tempe, Oncom.

5.Gedung Olah Raga yang dikomersilkan.

6.WC yang dikomersilkan.

7.Kantor.

8.Penyewaan Alat-alat Pesta.

9.Grosir.

10. Gedung Serba Guna.

11. Lapangan Golf.

12. Health Center.

13. Toko.

18

B U P A T I K A P U A S,

Cap dtt

MUHAMMAD MAWARDI

Page 19: Peraturan Daerah Kota Tangerang · Web viewRumah Bersalin. Balai Latihan Kerja. Klinik. Hotel Melati. Tempat Rekreasi. Billiard. Toko Besi dan Bahan Bangunan. Mesin Ketangkasan. Intensitas