PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

284
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA TANGERANG TAHUN 2005-2025

Transcript of PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

Page 1: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)

KOTA TANGERANG TAHUN 2005-2025

Page 2: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

1

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

Nomor 1 Tahun 2013

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

NOMOR 1 TAHUN 2013

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

TAHUN 2005-2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANGERANG,

Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan pembangunan daerah dalam

kurun waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan dapat terarah,

berkesinambungan, efektif dan efisien serta memenuhi

kepentingan masyarakat, perlu dibuat Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025;

b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 13 ayat (2) Undang-

undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional dan ketentuan Pasal 1 angka 2

Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005–2025,

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ditetapkan

dengan Peraturan Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan

Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah Tahun 2005-2025;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor

18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3518);

3. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

Page 3: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

2

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4817);

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

8. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Provinsi Banten Tahun 2005-2025;

9. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kota Tangerang (Lembaran Daerah Kota

Tangerang Tahun 2008 Nomor 1);

10. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang Nomor 2);

11. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Tahun 2012–2032, (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2012 Nomor 6,

Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang Nomor 6);

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TANGERANG

dan WALIKOTA TANGERANG

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN

JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025.

Page 4: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

3

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kota Tangerang.

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah Kota

Tangerang.

3. Walikota adalah Walikota Tangerang.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang.

5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut BAPPEDA adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang.

6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Organisasi/Lembaga pada Pemerintah Daerah

yang bertanggung jawab kepada Walikota dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,

Badan, Kantor, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Kecamatan.

7. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

8. Pembangunan Daerah adalah bagian dari kesatuan system pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh semua komponen masyarakat dan pemerintah menurut prakarsa

daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disebut RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disebut RPJMD adalah dokumen perencanaan

pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

11. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang di inginkan pada akhir periode perencanaan.

12. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

13. Arah Kebijakan adalah instrument perencanaan yang

memberikan panduan kepada Pemerintah Daerah agar lebih terarah dalam mencapai visi dan misi.

14. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD atau masyarakat, yang dikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah

untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah.

Page 5: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

4

BAB II

RUANG LINGKUP DAN FUNGSI

Pasal 2

(1) Program Pembangunan Daerah periode Tahun 2005-2025 dilaksanakan sesuai dengan RPJPD.

(2) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025 merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Kota Tangerang dalam bentuk

visi, misi dan arah kebijakan pembangunan daerah yang akan dicapai.

Pasal 3

RPJPD berfungsi sebagai Pedoman penyelenggaraan

pembangunan dan Penyusunan visi, misi dan program prioritas Walikota dan/atau RPJMD.

BAB III

SISTEMATIKA

Pasal 4

(1) RPJPD disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

BAB II : Gambaran Umum Kondisi Kota Tangerang

BAB III : Analisis Isu-isu Strategis

BAB IV : Visi dan Misi Pembangunan Kota Tangerang

BAB V : Arah Kebijakan Pembangunan Kota Tangerang

BAB VI : Kaidah Pelaksanaan

(2) Uraian secara rinci RPJPD sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB IV

PENGENDALIAN DAN EVALUASI

Pasal 5

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi

RPJPD.

(2) Pengendalian dan Evaluasi RPJPD paling lama dilaksanakan 5 (lima) tahun sekali sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang–undangan yang berlaku.

(3) Pengendalian dan Evaluasi oleh Walikota dalam

pelaksanaannya dilakukan oleh Bappeda untuk keseluruhan perencanaan pembangunan daerah dan oleh Kepala SKPD untuk program dan/atau kegiatan sesuai

dengan tugas pokok dan fungsinya.

Page 6: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

5

(4) Pengendalian oleh Bappeda meliputi pemantauan, supervisi

dan tindak lanjut penyimpangan terhadap pencapaian tujuan agar program dan kegiatan sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah.

(5) Evaluasi oleh Bappeda meliputi penilaian terhadap pelaksanaan proses perumusan dokumen rencana

pembangunan daerah, dan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah dan menghimpun, menganalisis dan menyusun hasil evaluasi Kepala SKPD

dalam rangka pencapaian rencana pembangunan daerah.

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 6

RPJMD yang telah ada masih tetap berlaku pada tanggal

Peraturan Daerah ini diundangkan.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 7

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya

dalam Lembaran Daerah Kota Tangerang.

Ditetapkan di Tangerang

Diundangkan di Tangerang

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2013 NOMOR 1

Page 7: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

i

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh, Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat karunia serta ridlho-Nya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Tangerang Tahun 2005-2025 telah dapat tersusun. Dokumen ini berisikan rencana pembangunan daerah Kota Tangerang dalam kerangka waktu jangka panjang (20 tahun), sesuai dengan lingkup kewenangan Kota Tangerang. Dalam rangka pelaksanaan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah sebagai dasar pelaksanaan pembangunan di daerah dalam kerangka waktu duapuluh tahunan. RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 yang akan dipergunakan oleh Pemerintah Kota Tangerang sebagai acuan untuk melaksanakan pembangunan dalam duapuluh tahun ke depan, disusun dengan memperhatikan keselarasannya dengan RPJP Nasional, RPJPD Provinsi Banten, serta merupakan hasil penjaringan aspirasi dari para pemangku kepentingan di Kota Tangerang. Akhir kata, Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam penyusunan RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 ini. Semoga keberadaan dokumen ini dapat bermanfaat khususnya dalam rangka pelaksanaan pembangunan di Kota Tangerang di masa mendatang. Wassalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh.

Tangerang, Desember 2012

TIM PENYUSUN

Page 8: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii DAFTAR TABEL .............................................................................................................. v DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. I - 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................................................. I - 1 1.2. Dasar Hukum .................................................................................................................... I - 4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJPD Dengan Dokumen

Rencana Pembangunan Lainnya ...................................................................................... I - 6 1.3.1. Ketentuan dan Kaidah Perencanaan Pembangunan

Jangka Panjang Daerah ................................................................................................... I - 6 1.4. Maksud dan Tujuan .......................................................................................................... I - 9 1.5. Sistematika Penulisan ....................................................................................................... I - 9

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI KOTA TANGERANG ...................................................... II - 1 2.1. Aspek Geografi dan Demografi ......................................................................................... II - 1 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah ...................................................................................... II - 1 2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah ...................................................................................... II - 12 2.1.3. Wilayah Rawan Bencana .................................................................................................. II - 21 2.1.4. Kondisi Demografi ........................................................................................................... II - 23 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat .................................................................................... II - 26 2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi .............................................................. II - 26 2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial ............................................................................................. II - 35 2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga .................................................................................... II - 37 2.3. Aspek Pelayanan Umum .................................................................................................. II - 38 2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib ........................................................................................... II - 38 2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan ......................................................................................... II - 132 2.4. Aspek Daya Saing Daerah ................................................................................................ II - 137 2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah ............................................................................... II - 137 2.4.2. Fokus Iklim Berinvestasi ................................................................................................... II - 141 2.4.3. Fokus Sumberdaya Manusia ............................................................................................ II - 142

BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS ...................................................................................... III - 1 3.1. Permasalahan Dan Tantangan Pembangunan Kota

Tangerang Tahun 2005-2025 ........................................................................................... III - 1 3.2. Isu Strategis Kota Tangerang Tahun 2005-2025 .............................................................. III - 7

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG ................................................. IV - 1 4.1. Visi Pembangunan Kota Tangerang 2005-2025 ............................................................... IV - 1 4.2. Misi Pembangunan Kota Tangerang 2005-2025 ............................................................... IV - 2 4.3. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang 2005-

2025 .................................................................................................................................. IV - 4

Page 9: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

iii

4.3.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berakhlak Mulia, Maju dan Berdaya Saing .................................................................................................................. IV - 4

4.3.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi Mewujudkan Perekonomian yang Maju dan Berdaya Saing .................................................................. IV - 4

4.3.3. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari .......................................................................... IV - 5

4.3.4. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi Mewujudkan Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota yang Memadai dan Berdaya Saing ........................................................................................................... IV - 5

4.3.5. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih................................................................................................................................ IV - 6

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG ........................................ V- 1 5.1 Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan ......................................................... V - 1 5.1.1. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan

Pada Misi Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Berakhlak Mulia, Maju Dan Berdaya Saing ....................................................................... V - 1

5.1.2. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Mewujudkan Perekonomian Yang Maju Dan Berdaya Saing ........................................................................................................... V - 13

5.1.3. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Mewujudkan Lingkungan Hidup Yang Asri Dan Lestari ....................................................................................................................... V - 24

5.1.4. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Pembangunan Mewujudkan Pelayanan Prasarana, Sarana Dan Fasilitas Kota Yang Memadai Dan Berdaya Saing ........................................................................................... V - 29

5.1.5. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih ................................................................................ V - 38

5.2. Tahapan Dan Prioritas Pembangunan .............................................................................. V - 48 5.2.1. RPJMD Ke-1 (2005-2008) ................................................................................................ V - 48 5.2.2. RPJMD Ke-2 (2009-2013) ................................................................................................ V - 50 5.2.3. RPJMD Ke-3 (2014-2018) ................................................................................................ V - 53 5.2.4. RPJMD Ke-4 (2019-2023) ................................................................................................ V - 55 5.2.5. RPJMD Ke-5 (2024-2025) ................................................................................................ V - 57

BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN ................................................................................................ VI - 1

Page 10: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas, Jumlah dan Batas Wilayah Administrasi Kota Tangerang ....................................... Ko II - 2 Tabel 2.2 Jarak Antar Ibukota Kecamatan di Kota Tangerang (Km) ................................................. II - 4 Tabel 2.3 Kondiasi Topografi Kota Tangerang .................................................................................. II - 5 Tabel 2.4 Daerah Aliran Sungai di Kota Tangerang .......................................................................... II - 8 Tabel 2.5 Situ/Rawa di Kota Tangerang ............................................................................................ II - 8 Tabel 2.6 Temperatur dan Kelembaban Udara di Kota Tangerang ................................................... II - 9 Tabel 2.7 Curah Hujan di Kota Tangerang ........................................................................................ II - 9 Tabel 2.8 Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kota Tangerang .................................................... II - 10 Tabel 2.9 Genangan Banjir Tahun 2011 ........................................................................................... II - 21 Tabel 2.10 Jumlah Kejadian dan Penyebab Kebakaran ..................................................................... II - 22 Tabel 2.11 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2010 ................................................................ II - 23 Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010 ............................................. II - 23 Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Usia dan Jenis Kelamin

Tahun 2010 ....................................................................................................................... II - 24 Tabel 2.14 PDRB Kota Tangerang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2008–2010 (Miliar Rupiah) ......................................................... II - 26 Tabel 2.15 PDRB Kota Tangerang Atas Dasar Harga Konstan (=2000) Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2008–2010 (Miliar Rupiah) ......................................................... II - 26 Tabel 2.16 Peranan Sektor Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun

2008–2010 ........................................................................................................................ II - 27 Tabel 2.17 Peranan Sektor Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan (=2000)

Tahun 2008–2010 ............................................................................................................. II - 27 Tabel 2.18 PDRB Per Kapita Kota Tangerang Tahun 2008–2010 ...................................................... II - 29 Tabel 2.19 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Tahun 2008–2010

(Dalam %) ......................................................................................................................... II - 30 Tabel 2.20 Laju Inflasi Harga .............................................................................................................. II - 31 Tabel 2.21 Tingkat Ketimpangan Pendapatan .................................................................................... II - 32 Tabel 2.22 Tingkat Distribusi Pendapatan 40% Penduduk Berpendapan Rendah .............................. II - 33 Tabel 2.23 Penduduk di Bawah Garis Kemiskinan.............................................................................. II - 34 Tabel 2.24 Angka Melek Huruf ............................................................................................................ II - 34 Tabel 2.25 Rata-rata Lama Sekolah.................................................................................................... II - 35 Tabel 2.26 Rasio Grup Kesenian Terhadap Penduduk ....................................................................... II - 36 Tabel 2.27 Angka Partisipasi Sekolah (Dikdas) .................................................................................. II - 37 Tabel 2.28 Angka Partisipasi Sekolah (Dikmen) ................................................................................. II - 38 Tabel 2.29 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah (Dikdas) ...................................... II - 39 Tabel 2.30 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SD .............................................. II - 40 Tabel 2.31 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MI ............................................... II - 41 Tabel 2.32 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMP ........................................... II - 41 Tabel 2.33 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MTs ............................................ II - 42 Tabel 2.34 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah (Dikmen) ..................................... II - 43 Tabel 2.35 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMA ........................................... II - 44

Page 11: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

v

Tabel 2.36 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMK ........................................... II - 45 Tabel 2.37 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MA .............................................. II - 46 Tabel 2.38 Rasio Guru/Murid (Dikdas) ................................................................................................ II - 47 Tabel 2.39 Rasio Guru/Murid SD ........................................................................................................ II - 47 Tabel 2.40 Rasio Guru/Murid MI ......................................................................................................... II - 48 Tabel 2.41 Rasio Guru/Murid SMP...................................................................................................... II - 49 Tabel 2.42 Rasio Guru/Murid MTs ...................................................................................................... II - 50 Tabel 2.43 Rasio Guru/Murid (Dikmen) ............................................................................................... II - 50 Tabel 2.44 Rasio Guru/Murid SMA...................................................................................................... II - 51 Tabel 2.45 Rasio Guru/Murid SMK...................................................................................................... II - 52 Tabel 2.46 Rasio Guru/Murid MA ........................................................................................................ II - 52 Tabel 2.47 Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ................................. II - 53 Tabel 2.48 Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI ................................................................................... II - 54 Tabel 2.49 Angka Putus Sekolah (APS) SD ........................................................................................ II - 55 Tabel 2.50 Angka Putus Sekolah (APS) MI ......................................................................................... II - 56 Tabel 2.51 Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs ............................................................................. II - 56 Tabel 2.52 Angka Putus Sekolah (APS) SMP ..................................................................................... II - 57 Tabel 2.53 Angka Putus Sekolah (APS) MTs ...................................................................................... II - 58 Tabel 2.54 Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA ...................................................................... II - 59 Tabel 2.55 Angka Putus Sekolah (APS) SMA ..................................................................................... II - 60 Tabel 2.56 Angka Putus Sekolah (APS) SMK ..................................................................................... II - 61 Tabel 2.57 Angka Putus Sekolah (APS) MA ....................................................................................... II - 62 Tabel 2.58 Angka Kelulusan (AL) SD/MI ............................................................................................. II - 63 Tabel 2.59 Angka Kelulusan (AL) SD .................................................................................................. II - 64 Tabel 2.60 Angka Kelulusan (AL) MI ................................................................................................... II - 65 Tabel 2.61 Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs ....................................................................................... II - 66 Tabel 2.62 Angka Kelulusan (AL) SMP ............................................................................................... II - 66 Tabel 2.63 Angka Kelulusan (AL) MTs ................................................................................................ II - 67 Tabel 2.64 Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA ................................................................................ II - 68 Tabel 2.65 Angka Kelulusan (AL) SMA ............................................................................................... II - 69 Tabel 2.66 Angka Kelulusan (AL) SMK ............................................................................................... II - 70 Tabel 2.67 Angka Kelulusan (AL) MA ................................................................................................. II - 71 Tabel 2.68 Angka Melanjutkan (AM) Dari SD/MI ke SMP/MTs ........................................................... II - 72 Tabel 2.69 Angka Melanjutkan (AM) Dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA .............................................. II - 73 Tabel 2.70 Persentase Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1/D4 ........................................................ II - 74 Tabel 2.71 Rasio Posyandu Per Satuan Balita ................................................................................... II - 74 Tabel 2.72 Rasio Puskesmas, Poliklinik, Puskesmas Pembantu Per Satuan

Penduduk .......................................................................................................................... II - 75 Tabel 2.73 Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk ........................................................................ II - 76 Tabel 2.74 Rasio Dokter Per Satuan Penduduk .................................................................................. II - 77 Tabel 2.75 Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk ...................................................................... II - 77 Tabel 2.76 Tingkat Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani .................................................. II - 78 Tabel 2.77 Tingkat Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan Atau Tenaga

Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan ............................................................ II - 79 Tabel 2.78 Tingkat Cakupan Kelurahan Universal Chil Immunization (UCI) ....................................... II - 80 Tabel 2.79 Tingkat Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan ................................................. II - 81

Page 12: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

vi

Tabel 2.80 Tingkat Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA ........................................................................................................................... II - 82

Tabel 2.81 Tingkat Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit DBD ................................................................................................................................... II - 83

Tabel 2.82 Tingkat Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Mayarakat Miskin ................................................................................................................................ II - 83

Tabel 2.83 Tingkat Cakupan Kunjungan Bayi ..................................................................................... II - 84 Tabel 2.84 Cakupan Puskesmas ........................................................................................................ II - 85 Tabel 2.85 Cakupan Puskesmas Pembantu ....................................................................................... II - 86 Tabel 2.86 Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk .................................................................... II - 86 Tabel 2.87 Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk ................................. II - 87 Tabel 2.88 Panjang Jalan Dilalui Roda 4 ............................................................................................ II - 88 Tabel 2.89 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJPD Yang Telah ditetapkan

Dengan Perda ................................................................................................................... II - 88 Tabel 2.90 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD Yang Telah

ditetapkan Dengan Perda/Perkada ................................................................................... II - 89 Tabel 2.91 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD Yang Telah ditetapkan

Dengan Perkada ............................................................................................................... II - 89 Tabel 2.92 Tingkat Penjabaran Program RPJMD Kedalam RKPD ..................................................... II - 90 Tabel 2.93 Rasio Ijin Trayek ................................................................................................................ II - 90 Tabel 2.94 Jumlah Uji KIR Angkutan Umum ....................................................................................... II - 90 Tabel 2.95 Jumlah Pelabuhan Laut/Bandara/Terminal Bis/Stasiun KA ............................................... II - 91 Tabel 2.96 Besarnya Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum ................................................... II - 91 Tabel 2.97 Tingkat Pemasangan Rambu-Rambu ............................................................................... II - 92 Tabel 2.98 Persentase Penanganan/Pelayanan Sampah ................................................................... II - 93 Tabel 2.99 Tingkat Pencemaran Status Mutu Air Tanah ..................................................................... II - 93 Tabel 2.100 Tingkat Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan AMDAL ...................................... II - 94 Tabel 2.101 Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk ................................. II - 95 Tabel 2.102 Tingkat Penegakan Hukum Lingkungan ............................................................................ II - 96 Tabel 2.103 Persentase Luas Lahan Bersertifikat ................................................................................. II - 97 Tabel 2.104 Tingkat Penyelesaian Kasus Tanah Negara ..................................................................... II - 97 Tabel 2.105 Tingkat Penyelesaian Ijin Lokasi ....................................................................................... II - 98 Tabel 2.106 Rasio Penduduk Ber-KTP Per Satuan Penduduk ............................................................. II - 99 Tabel 2.107 Rasio Bayi Berakte Kelahiran ............................................................................................ II - 100 Tabel 2.108 Rasio Pasangan Berakte Nikah ......................................................................................... II - 101 Tabel 2.109 Angka Kepemilikan KTP .................................................................................................... II - 101 Tabel 2.110 Angka Kepemilikan Akta Kelahiran ................................................................................... II - 102 Tabel 2.111 Ketersediaan Database Kependudukan Skala Kota .......................................................... II - 103 Tabel 2.112 Penerapan KTP Nasional berbasis NIK............................................................................. II - 103 Tabel 2.113 Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga............................................................................... II - 104 Tabel 2.114 Rasio Akseptor KB (Peserta KB Dibandingkan Dengan PUS) .......................................... II - 106 Tabel 2.115 Persentase Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I .......................................... II - 106 Tabel 2.116 Jumlah Sarana Sosial Seperti Panti Asuhan, Panti Jompo Dan Panti

Rehabilitasi ........................................................................................................................ II - 107 Tabel 2.117 Persentase PMKS Yang Memperoleh Bantuan Sosial Untuk

Pemenuhan Kebutuhan Dasar .......................................................................................... II - 108

Page 13: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

vii

Tabel 2.118 Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Dan Anak Jalanan ................................................................................................ II - 108

Tabel 2.119 Angka Partisipasi Angkatan Kerja ..................................................................................... II - 109 Tabel 2.120 Angka Sengketa Pengusaha-Pekerja Per Tahun .............................................................. II - 110 Tabel 2.121 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja .................................................................................... II - 110 Tabel 2.122 Tingkat Penempatan Pencari Kerja ................................................................................... II - 111 Tabel 2.123 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) .............................................................................. II - 111 Tabel 2.124 Tingkat Penyelesaian Perselisihan Buruh Dan Pengusaha Terhadap

Kebijakan Pemerintah Daerah ........................................................................................... II - 112 Tabel 2.125 Persentase Koperasi Aktif ................................................................................................. II - 112 Tabel 2.126 Persentase Usaha Mikro dan Kecil ................................................................................... II - 113 Tabel 2.127 Rasio Daya Serap Tenaga Kerja ....................................................................................... II - 114 Tabel 2.128 Frekuensi Penyelenggaraan Festival Seni Dan Budaya Daerah

Setiap Tahun ..................................................................................................................... II - 115 Tabel 2.129 Jumlah Sarana Penyelenggaraan Seni Dan Budaya Daerah ............................................ II - 115 Tabel 2.130 Jumlah Organisasi Kepemudaan Di Daerah ..................................................................... II - 116 Tabel 2.131 Frekuensi Kegiatan Kepemudaan Setiap Tahun ............................................................... II - 116 Tabel 2.132 Frekuensi Pembinaan LSM, Ormas dan OKP ................................................................... II - 117 Tabel 2.133 Frekuensi Pembinaan Politik Daerah ................................................................................ II - 118 Tabel 2.134 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Terhadap Penduduk .................................................. II - 118 Tabel 2.135 Rasio Jumlah Pos Siskamling Setiap Kelurahan ............................................................... II - 119 Tabel 2.136 Tingkat Penegakan Peraturan Daerah .............................................................................. II - 120 Tabel 2.137 Tingkat Cakupan Patroli Petugas Satuan Polisi Pamong Praja ......................................... II - 120 Tabel 2.138 Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3 (Ketertiban, Ketentraman,

Dan Keindahan) Di Kota .................................................................................................... II - 121 Tabel 2.139 Tingkat Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran Di Kota ............................................... II - 121 Tabel 2.140 Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate) Daerah Layanan

Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) ............................................................................ II - 122 Tabel 2.141 Sistem Informasi Manajemen Pemda ................................................................................ II - 123 Tabel 2.142 Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPM) ............................................................................................................. II - 123 Tabel 2.143 Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan PKK ........................................................................ II - 124 Tabel 2.144 Persentase PKK Aktif ........................................................................................................ II - 125 Tabel 2.145 Persentase Posyandu Aktif ............................................................................................... II - 125 Tabel 2.146 Tingkat Swadaya Masyarakat Terhadap Program Pemberdayaan

Masyarakat ........................................................................................................................ II - 126 Tabel 2.147 Buku ”Kabupaten / Kota Dalam Angka” ............................................................................. II - 127 Tabel 2.148 Buku ”PDRB Kabupaten / Kota” ........................................................................................ II - 127 Tabel 2.149 Tingkat Pengelolaan Arsip Secara Baku ........................................................................... II - 127 Tabel 2.150 Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan............................................................................ II - 128 Tabel 2.151 Rasio Wartel / Warnet Terhadap Penduduk ...................................................................... II - 128 Tabel 2.152 Jumlah Surat Kabar Nasional / Lokal ................................................................................ II - 129 Tabel 2.153 Jumlah Penyiaran Radio / TV Lokal .................................................................................. II - 129 Tabel 2.154 Web Site Milik Pemerintah Daerah .................................................................................... II - 130 Tabel 2.155 Rata-Rata Frekuensi Penyelenggaraan Pameran/Expo Setiap Tahun .............................. II - 130 Tabel 2.156 Jumlah Perpustakaan Di Daerah ....................................................................................... II - 131

Page 14: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

viii

Tabel 2.157 Tingkat Kunjungan Perpustakaan Dalam Tahun ............................................................... II - 131 Tabel 2.158 Tingkat Koleksi Buku Yang Tersedia Di Perpustakaan Daerah ......................................... II - 131 Tabel 2.159 Tingkat Produktivitas Padi / Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya Per

Hektar ................................................................................................................................ II - 132 Tabel 2.160 Tingkat Cakupan Bina Kelompok Petani ........................................................................... II - 133 Tabel 2.161 Nilai Hasil Produksi Perikanan .......................................................................................... II - 134 Tabel 2.162 Tingkat Konsumsi Ikan ...................................................................................................... II - 135 Tabel 2.163 Nilai Ekspor Bersih Perdagangan ...................................................................................... II - 135 Tabel 2.164 Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB ....................................................................... II - 136 Tabel 2.165 Tingkat Pertumbuhan Industri ........................................................................................... II - 136 Tabel 2.166 Tingkat Cakupan Bina Kelompok Pengrajin ...................................................................... II - 137 Tabel 2.167 Persentase Penduduk menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita

Sebulan ............................................................................................................................. II - 138 Tabel 2.168 Luasan Pemanfaatan Kawasan Lindung ........................................................................... II - 139 Tabel 2.169 Luasan Pemanfaatan Kawasan Budidaya ......................................................................... II - 139 Tabel 2.170 Wilayah Tidak Produktif ..................................................................................................... II - 140 Tabel 2.171 Wilayah Produktif .............................................................................................................. II - 140 Tabel 2.172 Prosentase Luas Wilayah Produktif ................................................................................... II - 141 Tabel 2.173 Angka Kriminalitas Yang Tertangani ................................................................................. II - 141 Tabel 2.174 Frekuensi Demo Setiap Tahun .......................................................................................... II - 142 Tabel 2.175 Angka Partisipasi Kasar Sekolah ...................................................................................... II - 143 Tabel 2.176 Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah ............................................................................ II - 144 Tabel 2.177 Angka Pendidikan Yang Ditamatkan ................................................................................. II - 145 Tabel 2.178 Rasio Ketergantungan Penduduk ...................................................................................... II - 146

Page 15: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

ix

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kedudukan dan Hubungan Antara RPJPD Kota Tangerang

Denngan Dokumen Perencanaan Pembangunan Lainnya Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah ................................... Ko I - 8

Gambar 1.2 Tahapan Penyusunan RPJPD Kota Tangerang ............................................................... Ko I - 10 Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kota Tangerang ...................................................................... Ko II - 3 Gambar 3.1 Diagram Keterkaitan Isu Strategis Pembangunan ............................................................ III - 9

Page 16: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

I - 1

1.1. LATAR BELAKANG

Lebih dari satu dasawarsa, berbagai perubahan telah terjadi pada kondisi masyarakat dan

wilayah sebagai hasil pelaksanaan pembangunan di Kota Tangerang sejak dibentuk melalui

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II

Tangerang. Dalam masa tersebut, peletakan dasar-dasar bagi suatu proses pembangunan

berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan rakyat di Kota Tangerang turut dipengaruhi oleh

berbagai rangkaian peristiwa nasional dan global. Gerakan reformasi sebagai buah dari krisis

ekonomi nasional pada tahun 1997 yang berkembang menjadi krisis multidimensi yang

berkepanjangan memberikan pengaruh pada perubahan sistem pemerintahan yang bersifat

sentralistik mengarah ke sistem desentralistik, dimana pemerintahan kabupaten/kota menjadi

pemerintahan yang otonom sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah.

Perkembangan pembangunan Kota Tangerang sampai dengan saat ini telah dirasakan

peningkatan hasil dan manfaatnya bagi masyarakat. Seiring dengan dinamika pembangunan,

B A B I

P E N D A H U L U A N

Page 17: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

I - 2

kebutuhan masyarakat dan tantangan pada masa mendatang diperlukan keterpaduan dan

keberlanjutan pembangunan sehingga tujuan dan harapan untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat Kota Tangerang dapat tercapai.

Langkah awal sebagai upaya untuk mewujudkan keterpaduan dan keberlanjutan

pembangunan, baik dalam lingkup wilayah (Keterpaduan pembangunan dalam konstelasi

Provinsi Banten dan Nasional) maupun lingkup waktu (menjamin keterpaduan dan

keberlanjutan pembangunan 5 (lima) tahunan dan tahunan daerah Kota Tangerang) maka

diperlukan perencanaan pembangunan jangka panjang daerah Kota Tangerang.

Perencanaan pembangunan jangka panjang ini diharapkan mampu mewujudkan

keterpaduan, keberlanjutan dan sinergitas pembangunan.

Perubahan paradigma dan pendekatan dalam perencanaan pembangunan nasional yang

dicanangkan melalui penetapan kebijakan peraturan perundang-undangan (UU No. 25 Tahun

2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP Nasional Tahun 2005-2025, dan

PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah serta Permendagri No. 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah) pada

prinsipnya merupakan upaya untuk menata kembali dan mengedepankan penyusunan

perencanaan pembangunan nasional dan daerah secara sistematis, terarah, terpadu,

menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan, serta menjamin keterkaitan dan konsistensi

antara perencanaan, pelaksanaan, serta pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana

pembangunan .

Terkait dengan perencanaan pembangunan yang akan menghasilkan rencana pembangunan

jangka panjang (RPJP), dalam UU No. 25 Tahun 2004, RPJP didefinisikan sebagai “dokumen

perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun" (Pasal 1 Ayat 4). Sesuai dengan kewajiban

diatas, daerah perlu mempersiapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP

Daerah) yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP

Nasional (UU No. 25 Tahun 2004 Pasal 5 Ayat 1).

Kewajiban penyusunan RPJP Daerah selanjutnya ditegaskan kembali melalui penetapan UU

No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-

2025 yang menyebutkan “RPJP Daerah yang telah ada masih tetap berlaku dan wajib

disesuaikan dengan RPJP Nasional paling lambat 1 (satu) tahun sejak diundangkan” (Pasal 8

Ayat 2).

Page 18: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

I - 3

Sebagai wujud implementasi amanat kebijakan peraturan perundang-undangan dan

kebutuhan pembangunan maka diperlukan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) Kota Tangerang Tahun 2005-2025 sebagai dokumen perencanaan pembangunan

Kota Tangerang untuk periode 20 (dua puluh) tahun ke depan yang memuat visi, misi, dan

arah kebijakan pembangunan daerah sesuai kondisi dan karakteristik daerah, serta mengacu

pada RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Banten. Selanjutnya RPJPD Kota Tangerang

tersebut akan menjadi pedoman bagi seluruh masyarakat dan pemangku-kepentingan

pembangunan dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, sebagai koridor dalam

penyusunan visi, misi dan program calon Walikota, dan juga pedoman dalam penyusunan

RPJM Daerah Kota Tangerang.

Melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional 2005-2025, telah ditetapkan pula visi pembangunan nasional tahun 2005–

2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Visi pembangunan nasional

tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional 2005-2025 sebagai

berikut: (1) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan

beradab berdasarkan falsafah Pancasila; (2) Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing; (3)

Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum; (4) Mewujudkan Indonesia aman,

damai, dan bersatu; (5) Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan; (6)

Mewujudkan Indonesia asri dan lestari; (7) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan

yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; serta (8) Mewujudkan

Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional. Visi dan misi pembangunan

nasional tersebut menjadi pedoman bagi seluruh Pemerintah Daerah dalam menetapkan visi

dan misi pembangunan jangka panjang daerah.

Berpijak pada hal-hal tersebut maka Pemerintah Kota Tangerang mengambil langkah untuk

menyusun dan menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota

Tangerang atau disingkat RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 untuk kurun waktu 20

tahun ke depan yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembangunan daerah dan

mendukung tercapainya pembangunan nasional, dalam bentuk visi, misi, dan arah kebijakan

pembangunan jangka panjang daerah.

Page 19: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

I - 4

1.2. DASAR HUKUM

Penyusunan RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 didasarkan pada peraturan

perundangan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat

II Tangerang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 18, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3518);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih

dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.

12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4725);

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

Page 20: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

I - 5

11. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan

Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4817);

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 21 tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan

Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan,

Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk

Hukum Daerah;

20. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Banten Tahun 2005-2025;

21. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan

Kota Tangerang (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2008 Nomor 1, Tambahan

Lembaran Daerah Kota Tangerang Nomor 1);

22. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2008 Nomor 2,

Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang Nomor 2);

Page 21: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

I - 6

23. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Tangerang Tahun 2012-2032 (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun

2012 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang Nomor 6).

1.3. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN RPJPD DENGAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN LAINNYA

1.3.1. Ketentuan Dan Kaidah Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah

A. Pengertian

Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional (Pasal 1 Ayat 4), Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang selanjutnya

disingkat RPJP didefinisikan sebagai ”dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh)

tahun”. Selanjutnya, penegasan mengenai pengertian RPJP tertuang dalam Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Pasal 150 Ayat 3), yang menguraikan

pengertian RPJP Daerah sebagai ”dokumen untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang

memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada RPJP nasional”.

Selain itu, dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 disebutkan pengertian RPJP Daerah sebagai

“Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005–2025 yang selanjutnya

disebut sebagai RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk

periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025” (Pasal 1

Ayat 2).

Merujuk pada ketentuan mengenai pengertian RPJP tersebut, maka Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Tangerang didefinisikan sebagai “dokumen

perencanaan pembangunan Kota Tangerang untuk periode 20 (dua puluh) tahun ke depan

yang memuat visi, misi, dan arah kebijakan pembangunan daerah sesuai kondisi dan

karakteristik daerah, serta mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Banten”.

B. Kedudukan dan Hubungan Antara RPJPD Dengan Dokumen Perencanaan Pembangunan Lainnya

Sesuai dengan salah satu asas sistem perencanaan pembangunan nasional (SPPN), bahwa

perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu,

menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. Sementara itu, ditetapkan pula salah satu

tujuan SPPN yaitu menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah,

Page 22: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

I - 7

antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah.

Selanjutnya, kedudukan RPJP Daerah Kota Tangerang berdasarkan keterkaitannya dengan

dokumen perencanaan antar pusat dan daerah, menurut hasil interpretasi terhadap ketentuan

didalam UU No. 25 Tahun 2004 dan PP No. 8 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:

RPJP Nasional dengan RPJP Daerah; Wilayah nasional terdiri dari berbagai daerah

otonom yang berkembang sesuai karakteristik setiap daerah namun saling menguatkan

dalam kerangka wilayah nasional. Terkait hal tersebut, maka untuk menjamin

terintegrasinya rencana pembangunan nasional dan daerah, sesuai amanat Undang-

Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

penyusunan RPJPD Kota Tangerang dilakukan dengan mengacu pada RPJP Nasional

dan RPJPD Provinsi Banten, melalui penyelarasan visi, misi maupun arah kebijakan

pembangunan jangka panjang

RPJP Daerah dengan Rencana Tata Ruang Wilayah: Rencana tata ruang merupakan

instrumen untuk mengarahkan aspek kewilayahan dalam bentuk alokasi kegiatan-

kegiatan sosial-ekonomi, pusat pelayanan, infrastruktur, serta permukiman yang saling

memperkuat satu dengan lainnya dalam kerangka pengembangan daerah yang

berkelanjutan. Oleh karenanya proses penyusunan RPJPD Kota Tangerang dilakukan

melalui penyelarasan antara arah kebijakan pembangunan daerah dengan pola struktur

dan pemanfaatan ruang sebagaimana yang termuat pada RTRW Kota Tangerang

RPJP Daerah dengan RPJM Daerah: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) yang memuat visi-misi dan arah kebijakan pembangunan daerah selama

jangka waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan adalah pedoman bagi penyusunan RPJMD,

yang hakekatnya merupakan penjabaran visi-misi kepala daerah selama periode 5 tahun.

Sepanjang kurun waktu 20 tahun, dapat terjadi beberapa kali pergantian kepala daerah,

namun visi-misi yang termuat dalam rencana pembangunan lima tahunan tetap mengacu

dan berada dalam koridor visi-misi pembangunan jangka panjang yang dirumuskan dan

ditetapkan secara bersama-sama oleh seluruh masyarakat. Oleh karena itu RPJPD Kota

Tangerang disusun dengan mempertimbangkan kesinambungan periode pembangunan

lima tahunan dan menjadi pedoman bagi rencana pembangunan lima tahunan di Kota

Tangerang yaitu periode 2005-2008; 2009-2013; 2014-2018; 2019-2023; 2024-2025

Page 23: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

I - 8

Gambar 1.1 Kedudukan dan Hubungan Antara RPJPD Kota Tangerang Dengan Dokumen Perencanaan Pembangunan Lainnya

Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah

Page 24: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

I - 9

1.4. MAKSUD DAN TUJUAN

Penyusunan RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 dimaksudkan untuk mewujudkan

keterpaduan, keberlanjutan, dan sinergitas pembangunan daerah Kota Tangerang dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berpijak pada maksud tersebut, tujuan

penyusunan RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 ditujukan untuk menjadi pedoman

penyelenggaraan pembangunan dan penyusunan visi, misi dan program prioritas calon

walikota dan/atau penyusunan RPJMD bagi seluruh pemangku-kepentingan (stakeholders)

Kota Tangerang periode tahun 2005-2025.

Adapun sasaran penyusunan RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 adalah sebagai

berikut:

1. Terumuskannya visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan Kota Tangerang

periode tahun 2005-2025, yang disepakati bersama oleh seluruh pemangku-kepentingan

pembangunan Kota Tangerang;

2. Terumuskannya sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan Kota Tangerang

periode tahun 2005-2025, yang disepakati bersama oleh seluruh pemangku-kepentingan

pembangunan Kota Tangerang;

3. Terumuskannya tahapan dan prioritas pembangunan Kota Tangerang periode tahun

2005-2025.

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 ini disusun dengan tata urut

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab II Gambaran Umum Kondisi Kota Tangerang

Bab III Analisis Isu-Isu Strategis

Bab IV Visi dan MIsi Kota Tangerang

Bab V Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Kota Tangerang

Bab VI Kaidah Pelaksanaan

Page 25: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 1

Gambaran umum kondisi daerah merupakan penjelasan tentang kondisi Kota Tangerang

yang ditinjau berdasarkan aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat,

aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah yang disesuaikan dengan struktur

kewenangan dan tingkatan pemerintahan daerah. Analisis terhadap gambaran umum kondisi

daerah akan menjadi basis atau pijakan dalam proses perumusan perencanaan

pembangunan daerah.

2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

A. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kota Tangerang secara resmi berdiri pada tanggal 28 Pebruari Tahun 1993 melalui

penetapan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah

B A B I I

GAMBARAN UMUM KONDISI KOTA TANGERANG

Page 26: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 2

Tingkat II Tangerang. Luas wilayah Kota Tangerang tercatat 183,78 km2 (termasuk luas

Bandara Soekarno-Hatta sebesar 19,69 km2). Secara administratif pada tahun 2011, Kota

Tangerang terbagi terbagi menjadi 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan serta 965 Rukun Warga

(RW) dan 4.768 Rukun Tetangga (RT).

Tabel 2.1 Luas, Jumlah dan Batas Wilayah Administrasi Kota Tangerang

No. Kecamatan Luas (Km²)

Jumlah Batas Wilayah Administrasi Kelurahan RW RT Utara Timur Selatan Barat

1 Batuceper 11,58 7 45 216 Kec. Benda Prov. DKI Jakarta

Kec. Cipondoh Kec. Tangerang

Kec. Neglasari

2 Benda*) 5,92 5 42 199 Kab. Tangerang

Prov. DKI Jakarta

Kec. Batuceper Kec. Neglasari

Kec. Neglasari

3 Cibodas 9,61 6 86 450 Kec. Karawaci Kec. Periuk

Kec. Pinang Kab. Tangerang

Kec. Jatiuwung

4 Ciledug 8,77 8 102 356 Kec. Karangtengah Kec. Pinang

Kec. Larangan Kab. Tangerang

Kab. Tangerang

5 Cipondoh 17,91 10 97 585 Kec. Batu Ceper Prov. DKI Jakarta

Kec. Karangtengah Prov. DKI Jakarta

Kec. Pinang dan Kec. Karangtengah

Kec. Tangerang

6 Jatiuwung 14,41 6 41 220 Kec. Periuk

Kec. Cibodas Kab. Tangerang

Kab. Tangerang

7 Karang Tengah

10,47 7 74 358 Kec. Cipondoh

Prov. DKI Jakarta

Kec. Ciledug Kec. Pinang

8 Karawaci 13,48 16 127 528 Kec. Neglasari Kec. Tangerang

Kec. Cibodas Kec. Cibodas Kec. Periuk

9 Larangan 9,40 8 89 407 Prov. DKI Jakarta

Prov. DKI Jakarta

Kab. Tangerang

Kec. Ciledug Kec. Karangtengah

10 Neglasari 16,08 7 50 240 Kab. Tangerang

Kec. Benda Kec. Batuceper

Kec. Tangerang Kec. Karawaci

Kab. Tangerang Kec. Periuk

11 Periuk 9,54 5 60 373 Kab. Tangerang

Kec. Neglasari Kec. Karawaci

Kec. Jatiuwung Kec. Cibodas

Kab. Tangerang

12 Pinang 21,59 11 74 438 Kec. Cipondoh Kec. Tangerang

Kec. Karangtengah

Kab. Tangerang

Kec. Cibodas

13 Tangerang 15,79 8 78 398 Kec. Neglasari Kec. Batuceper

Kec. Cipondoh Kec. Pinang

Kec. Pinang Kec. Karawaci

Tahun 2011 164,55 104 965 4.768 Tahun 2010 164,55 104 956 4.704

Tahun 2009 164,55 104 949 4.652

Tahun 2008 164,55 104 931 4.587

Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2012 *)Tidak termasuk luas Bandara Soekarno Hatta 19,69 km²

Page 27: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 3

B. Letak dan Kondisi Geografi

Secara geografis, Kota Tangerang yang berjarak 60 km dari Ibukota Provinsi Banten dan

berjarak 27 km dari Ibukota DKI Jakarta, merupakan wilayah yang terletak antara 60 6'

sampai 60 13' Lintang Selatan dan 1060 36' sampai 1060 42' Bujur Timur dengan batas

wilayahnya sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Kosambi

dan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang;

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang serta

Kecamatan Serpong Utara dan Kecamatan Pondok Aren Kota

Tangerang Selatan;

- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jakarta Barat dan Jakarta Selatan DKI Jakarta;

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Pasar Kemis dan Kecamatan

Cikupa Kabupaten Tangerang.

Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kota Tangerang

Diantara ke-13 kecamatan, Kecamatan Larangan merupakan kecamatan terjauh dari Ibukota

Tangerang (sekitar 14 km) dan Kecamatan Tangerang merupakan kecamatan terdekat dari

Ibukota Tangerang. Jarak paling jauh antar kecamatan adalah antara Kecamatan Larangan

Page 28: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 4

dengan Kecamatan Benda yaitu sekitar 21 km dan Jarak paling dekat antar kecamatan

adalah antara Kecamatan Cibodas dengan Kecamatan Jatiuwung yaitu sekitar 1 km.

Tabel 2.2 Jarak Antar Ibukota Kecamatan di Kota Tangerang (Km)

Kecamatan

Cile

dug

Lara

ngan

Kar

ang

Ten

gah

Cip

ondo

h

Pin

ang

Tan

gera

ng

Kar

awac

i

Cib

odas

Jatiu

wun

g

Per

iuk

Neg

lasa

ri

Bat

ucep

er

Ben

da

Ciledug 0 3 4 5 7 11 12 15 17 15 13 15 18

Larangan 3 0 3 8 10 14 15 18 20 18 16 18 21

Karang Tengah 4 3 0 6 8 12 13 16 18 16 14 11 14

Cipondoh 5 8 6 0 4 6 9 10 12 10 8 3 6

Pinang 7 10 8 4 0 7 4 3 5 3 9 11 14

Tangerang 11 14 12 6 7 0 4 6 7 4 2 4 7

Karawaci 12 15 13 9 4 4 0 2 4 6 6 8 11

Cibodas 15 18 16 10 3 6 2 0 1 5 8 10 13

Jatiuwung 17 20 18 12 5 7 4 1 0 3 9 11 14

Periuk 15 18 16 10 3 4 6 5 3 0 4 8 11

Neglasari 13 16 14 8 9 2 6 8 9 4 0 4 7

Batuceper 15 18 11 3 11 4 8 10 11 8 4 0 3

Benda 18 21 14 6 14 7 11 13 14 11 7 3 0

Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2012

C. Kondisi Topografi

Secara topografi, kondisi wilayah Kota Tangerang termasuk ke dalam wilayah dataran, yang

sebagian besar berada pada ketinggian 10-18 m di atas permukaan laut (dpl). Wilayah

bagian utara (meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Benda) memiliki ketinggian rata-

rata 10 m dpl, sedangkan di bagian selatan memiliki ketinggian 18 m dpl. Berdasarkan tingkat

kemiringan tanah, sebagian besar wilayah Kota Tangerang memiliki tingkat kemiringan antara

00–30 dan sebagian kecil, yaitu di bagian Selatan (wilayah Kelurahan Parung Serab,

Kelurahan Paninggilan Selatan, dan Kelurahan Cipadu Jaya) memiliki tingkat kemiringan

antara 30–80. Untuk lebih jelasnya, kondisi topografi dan ketinggian setiap kecamatan di Kota

Tangerang dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 29: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 5

Tabel 2.3 Kondisi Topografi Kota Tangerang

No. Kecamatan Kondisi Topografi

Kemiringan (%) Ketinggian dpl (m)

1 Batuceper 0-3% 14,0

2 Benda 0-3% 10,0

3 Cibodas 0-3% 14,0

4 Ciledug 3-8% 18,0

5 Cipondoh 0-3% 14,0

6 Jatiuwung 0-3% 14,0

7 Karangtengah 0-3% 18,0

9 Karawaci 0-3% 14,0

8 Larangan 3-8% 18,0

10 Neglasari 0-3% 14,0

12 Periuk 0-3% 14,0

11 Pinang 0-3% 14,0

13 Tangerang 0-3% 14,0

Kota Tangerang 0-3% 14,0

Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2012

D. Kondisi Geologi

Secara geologis, daerah Tangerang berada pada suatu tinggian struktur yang dikenal dengan

sebutan Tangerang High. Tinggian ini terdiri atas batuan Tersier yang memisahkan Cekungan

Jawa Barat Utara di bagian barat dengan Cekungan Sunda di bagian timur. Tinggian ini

dicirikan oleh kelurusan bawah permukaan berupa lipatan dan patahan nomal, berarah utara-

selatan. Di bagian timur patahan normal tersebut terbentuk cekungan pengendapan yang

disebut dengan Subcekungan Jakarta.

Tinggian ini terbentuk oleh batuan Tersier yang memisahkan cekungan Jawa Barat Utara di

bagian Barat dengan cekugan Sunda di bagian timur. Tinggian ini dicirikan oleh kelurusan

bawah permukaan berupa lipatan dan patahan nomal yang berarah Utara-Selatan. Di bagian

Timur patahan normal tersebut terbentuk cekungan pengendapan yang disebut dengan Sub

cekungan Jakarta.

Batuan yang menutupi Kota Tangerang terdiri dari endapan alluvium, endapan kipas alluvium

vulkanik muda, dan satuan Tuf Banten. Deskripsi singkat mengenai jenis batuan tersebut

adalah sebagai berikut:

Page 30: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 6

Satuan Batuan Tuf Banten Atas/Tuf Banten

Satuan ini terdiri atas lapisan tuf, tuf batu apung, dan batu pasir tufan yang berasal dari

letusan Gunung Rawa Danau. Tuf tersebut menunjukkan sifat yang lebih asam (pumice)

dibandingkan dengan batuan vulkanik yang diendapkan sesudahnya. Bagian atas satuan

tersebut menunjukkan adanya perubahan kondisi lingkungan pengendapan dari lingkungan

pengendapan di atas permukaan air menjadi di bawah permukaan air. Satuan ini berumur

sekitar dua juta tahun yang lalu (Plio-Plistosen).

Endapan Vulkanik Muda

Endapan ini terdiri dari material batupasir dan batu lempung tufan, endapan lahar, dan

konglomerat. Ukuran butiran pada endapan kipas aluvial ini akan berubah menjadi semakin

halus ke arah utara. Satuan ini terbentuk oleh material endapan volkanik yang berasal dari

gunung api di sebelah selatan Kabupaten Tangerang, seperti Gunung Salak dan Gunung

Gede-Pangrango.

Batuan ini diendapkan pada umur Plistosen (20.000 - dua juta tahun). Kipas aluvial vulkanik

tersebut terbentuk pada saat gunung api menghasilkan material vulkanik dengan jumlah

besar. Kemudian ketika menjadi jenuh air, tumpukan material tersebut bergerak ke bawah dan

membentuk aliran sungai. Ketika mencapai tempat yang datar, material tersebut akan

menyebar dan membentuk endapan seperti kipas yang disebut kipas aluvial.

Endapan Pantai dan Endapan Pematang Pantai

Endapan batuan ini berasal dari material batuan yang terbawa oleh aliran sungai dan berumur

antara 20.000 tahun hingga sekarang. Endapan tersebut tersusun oleh material lempung,

pasir halus dan kasar, dan konglomerat serta mengandung cangkang moluska. Endapan

aluvium tersebut dapat membentuk endapan delta, endapan rawa, endapan gosong pasir

pantai, dan endapan sungai dengan bentuk meander atau sungai teranyam.

Endapan Alluvium

Endapan ini terdiri dari lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal, dan bongkah, yang berumur

kuarter dan tersebar pada daerah pedataran serta sekitar aliran sungai.

E. Kondisi Hidrologi

Secara hidrologi, wilayah Kota Tangerang dilintasi oleh Sungai Cisadane yang membagi Kota

Tangerang menjadi dua bagian yaitu bagian Timur sungai dan bagian Barat sungai.

Kecamatan yang terletak di bagian Barat Sungai Cisadane meliputi Kecamatan Karawaci,

Page 31: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 7

Kecamatan Cibodas dan sebagian Kecamatan Tangerang. Sungai Cisadane yang memiliki

debit air 88 m3 per detik dan mengalir sejauh 13,8 Km.

Sungai-sungai lain seperti Sungai Cirarab yang merupakan batas sebelah Barat, Kecamatan

Jatiuwung dengan Kecamatan Pasar Kemis di Kabupaten Tangerang, Kali Ledug yang

merupakan anak Sungai Cirarab, Kali Sabi dan Kali Cimone, sungai-sungai tersebut berada di

sebelah Barat Sungai Cisadane, sedangkan pada bagian Timur Sungai Cisadane terdapat

pula sungai/kali yang meliputi Kali Pembuangan Cipondoh, Kali Angke, Kali Wetan, Kali

Pasanggrahan, Kali Cantiga, Kali Pondok Bahar. Di samping itu, di Kota Tangerang juga

terdapat saluran air yang meliputi Saluran Mokevart, Saluran Irigasi Induk Tanah Tinggi,

Saluran Induk Cisadane Barat, Saluran Induk Cisadane Timur dan Saluran Induk Cisadane

Utara.

Aliran sungai besar dan kecil ini sangat bermanfaat bagi penyediaan bahan baku air bersih

untuk pengembangan instalasi air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota

Tangerang. Persediaan air permukaan tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan air

kegiatan industri.

Selain sungai, di Kota Tangerang terdapat Situ Cipondoh yang berada di Kecamatan

Cipondoh dengan luas kurang lebih 1,26 Km2. Di sekitar Situ Cipondoh pada bagian yang

mengalami pendangkalan dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian lahan basah sehingga perlu

kontrol yang lebih ketat agar tidak beralih fungsi. Selama ini Situ Cipondoh difungsikan

sebagai pengendali banjir, irigasi, cadangan air baku dan rekreasi. Kondisi Situ Cipondoh saat

ini cenderung mengalami pendangkalan terutama di tepi situ karena banyak ditumbuhi

tanaman eceng gondok yang memenuhi permukaan air Situ Cipondoh.

Secara hidrologi, wilayah Kota Tangerang dilalui oleh 3 (tiga) aliran sungai yaitu sungai

Cisadane, kali Angke dan kali Cirarab dengan panjang daerah yang dilalui 29 Km. Selain

sungai, di Kota Tangerang juga terdapat situ/rawa sebanyak 6 (enam) buah yang memiliki

luas 152,31 Ha dengan kedalaman antara 2-3 meter. Kota Tangerang juga mempunyai 54

saluran pembuangan dengan total panjang 150,03 Km, dan 16 saluran irigasi dengan total

panjang mencapai 62.488,30 Km.

Untuk lebih jelasnya, kondisi hidrologi wilayah Kota Tangerang terutama tentang Daerah

Aliran Sungai bisa dilihat pada tabel di bawah berikut:

Page 32: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 8

Tabel 2.4 Daerah Aliran Sungai di Kota Tangerang

Nama Daerah Aliran Sungai

(DAS) Panjang (Km) Lebar (m) Tinggi (m) Debit (m³/detik)

DAS Cisadane 15,00 100,00 5,35 70 DAS Cirarab 4,00 11,00 3,5 12

DAS Angke 10,00 12,00 5,5 18

Jumlah 29,00 123,00

Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2012

Tabel 2.5 Situ/Rawa di Kota Tangerang

No. Nama Danau Luas (Ha) Kedalaman (m)

1 Situ/ Rawa Cipondoh 126,17 3

2 Situ/ Rawa Besar (Gede) 5,069 3 3 Situ/ Rawa Cangkring 6,17 3

4 Situ/ Rawa Bojong 0,6 2

5 Situ/ Rawa Kunciran 0,3 2 6 Situ/ Rawa Bulakan 15 2,5

Jumlah 152,31

Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2012

F. Kondisi Klimatologi

Keadaan iklim Kota Tangerang pada tahun 2010 didasarkan pada penelitian di Stasiun

Geofisika Kelas I Tangerang, yaitu berupa data temperatur (suhu) udara, kelembaban udara,

dan curah hujan. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 24,1°C–32,5°C, temperatur

maksimum tertinggi pada bulan April yaitu 34,2°C dan temperatur minimum terendah pada

bulan Oktober yaitu 23,4 °C, serta rata-rata kelembaban udara sekitar 81,2%. Sementara itu

volume curah Hujan di Kota Tangerang selama tahun 2010 adalah 1.858,23 mm, dengan

curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu 264,4 mm. sedangkan curah hujan

tertinggi dalam 1 hari adalah pada tanggal 18 Januari dengan volume mencapai 76,2 mm.

Dalam hal ini yang dimaksud curah hujan adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam

tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir dalam satuan milimeter

(mm). Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat

yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.

Untuk lebih memperjelas kondisi klimatologi Kota Tangerang, maka bisa dilihat pada tabel

berikut:

Page 33: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 9

Tabel 2.6 Temperatur dan Kelembaban Udara di Kota Tangerang

Bulan Kelembaban Udara

(%) Temperatur

Maximum (°C) Temperatur

Minimum (°C) Temperatur

Rata-rata (°C)

Januari 83,0 31,0 23,9 27,1 Februari 84,4 32,4 24,6 27,7

Maret 81,8 32,7 24,7 28,0

April 76,6 34,2 24,7 29,0

Mei 79,3 33,9 24,8 28,6 Juni 83,3 32,3 23,8 27,6

Juli 82,0 32,1 23,8 27,4

Agustus 80,0 32,5 23,9 27,7

September 84,1 32,1 23,6 27,0

Oktober 80,2 32,6 23,4 27,4

Nopember 79,3 32,8 24,3 27,9

Desember 80,5 31,9 23,8 27,3 Tahun 2010 81,2 32,5 24,1 27,7

Tahun 2009 79 32,7 23,7 27,7

Tahun 2008 79,67 32,26 23,67 27,31

Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, dalam Kota Tangerang Dalam Angka 2011

Tabel 2.7 Curah Hujan di Kota Tangerang

Bulan Banyak Hari Hujan

(hari) Banyak Curah

Hujan (mm) Curah Hujan Maksimum

Tanggal Volume (mm) Januari 18 264,4 18 76,2

Februari 13 213,6 18 53,3

Maret 17 214,8 29 58,0 April 6 55,4 29 28,9

Mei 14 67,8 23 18,0

Juni 18 184,5 7 72,3

Juli 13 124,1 17 34,0 Agustus 16 108,0 13 27,2

September 18 187,4 21 47,7

Oktober 13 181,7 25 69,7 Nopember 11 87,1 18 20,8

Desember 19 169,6 4 27,3

Tahun 2010 176 1.858,23

Tahun 2009 131 2.000,8 Tahun 2008 137 1.745,6

Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, dalam Kota Tangerang Dalam Angka 2011

G. Penggunaan Lahan

Peningkatan jumlah penduduk berdampak pada semakin meningkatnya pembangunan

khususnya pembangunan bidang pemukiman. Pembangunan tersebut tentunya

membutuhkan alokasi lahan tersendiri dan tidak dapat terpenuhi karena keterbatasan

persediaan lahan yang tidak berimbang dengan peningkatan penduduk.

Page 34: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 10

Imbas dari peningkatan penduduk dan pembangunan salah satunya dicerminkan dengan

tindakan pengalihan fungsi lahan dari lahan terbuka menjadi lahan terbangun. Perubahan

terjadi akibat meningkatnya kebutuhan manusia yaitu pemukiman, industri serta

pembangunan lain untuk menunjang kehidupan manusia.

Perubahan lahan yang terjadi di Kota Tangerang pada tahun 2011 yang paling besar yaitu

perubahan lahan dari lahan terbuka menjadi pemukiman, untuk lebih jelasnya perbandingan

penggunaan lahan di Kota Tangerang dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.8

Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kota Tangerang

No Penggunaan Lahan Tahun 2010 Luas (Ha)

Prosentasi Luasan

Pengunaan Lahan Tahun

2010

Tahun 2011 Luas (Ha)

Prosentasi Luasan

Penggunaan Lahan Tahun

2011

Selisih Luas (Ha)

1 Bangunan Bersejarah 0,706 0,004 0,706 0,004 0,000

2 Fasilitas Umum 236,680 1,302 289,033 1,590 -0,288

3 Gedung Pemerintah 40,169 0,221 40,517 0,223 -0,002

4 Infrastruktur Wilayah 12,070 0,066 12,070 0,066 0,000

5 Kawasan Perairan 593,066 3,262 593,066 3,262 0,000

6 Kawasan Pertanian 3.967,283 21,820 3.962,394 21,793 0,027

7 Lahan Terbuka 1.890,325 10,397 1.756,144 9,659 0,738

8 Lahan Terbuka Hijau 5.108,972 28,099 5.108,614 28,097 0,002

9 Pabrik Industri 731,122 4,021 734,836 4,042 -0,020

10 Pemukiman Teratur 1.132,839 6,231 1.215,420 6,685 -0,454

11 Pemukiman Tidak Teratur 2.871,510 15,793 2.871,510 15,793 0,000

12 Sarana Kesehatan 4,147 0,023 4,306 0,024 -0,001

13 Sarana Olah Raga 202,874 1,116 202,874 1,116 0,000

14 Sarana Pendidikan 33,047 0,182 33,076 0,182 0,000

15 Sarana Peribadatan 25,702 0,141 25,946 0,143 -0,001

16 Sarana Transportasi 1.331,288 7,322 1.331,288 7,322 0,000

Luas Total 18.181,800 100,000 18.181,800 100,000

Sumber : RTRW Kota Tangerang Tahun 2012-2032

Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2011 terjadi peningkatan luasan

lahan pada pemukiman teratur (82,581 Ha), fasilitas umum (52,353 Ha), pabrik industri (3,714

Ha), gedung pemerintahan (0,359 Ha), sarana peribadatan (0,244 Ha) , sarana kesehatan

(0,159 Ha) dan sarana pendidikan (0,029 Ha), yang mengalami pengurangan luasan adalah

lahan terbuka (134,181 Ha), kawasan pertanian (4,889 Ha) dan lahan terbuka hijau (0,357

Page 35: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 11

Ha) dan yang tidak mengalami perubahan adalah bangunan bersejarah, infrastruktur wilayah,

kawasan perairan, sarana olah raga dan sarana transportasi.

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Kedudukan dan peran Kota Tangerang dalam konstelasi Jabotabek merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari peran Jakarta sebagai ibukota negara dan secara regional merupakan

bagian dari Kota Megapolitan Jabodetabekjur. Berpijak pada hal tersebut, Kota Tangerang

mempunyai beberapa kawasan yang memiliki potensi untuk dikembangkan, antara lain

sebagai berikut:

A. Kawasan Cagar Budaya

Kawasan cagar budaya yang potensial untuk dikembangkan meliputi:

Masjid Jami dan Makam Kali Pasir di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang;

Kelenteng Boen Tek Bio di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang;

Rumah Arsitektur Cina Benteng Heritage di Kelurahan Sukasari Kecamatan

Tangerang;

Stasiun Kereta Api Tangerang di Kelurahan Sukarasa Kecamatan Tangerang;

Lembaga Permasyarakatan Anak Pria di Kelurahan Sukarasa Kecamatan

Tangerang;

Lembaga Permasyarakatan Pemuda II A di Kelurahan Suka Asih Kecamatan

Tangerang;

Lembaga Permasyarakatan Anak Wanita di Kelurahan Tanah Tinggi Kecamatan

Tangerang;

Kelenteng Boen San Bio di kelurahan Keong Jaya Kecamatan Karawaci; dan

Bendungan Pasar Baru di Kelurahan Koang Jaya Kecamatan Karawaci.

B. Kawasan Strategis

1. Kawasan Pusat Kota Baru

Kawasan Pusat Kota Baru adalah kawasan pusat pelayanan kota yang terletak di

Kecamatan Tangerang. Arahan pengembangan Kawasan Pusat Kota Baru meliputi:

Mendorong pengembangan Pusat Kota Baru sebagai antisipasi perkembangan

kegiatan ekonomi Kota Tangerang;

Fungsi utama kawasan adalah sebagai pusat pemerintahan, perkantoran,

perdagangan dan jasa, dan pendidikan tinggi berwawasan lingkungan dengan

skala pelayanan regional dan global;

Page 36: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 12

Fungsi tambahan sebagai kawasan permukiman mengarah kepada

permukiman vertikal; dan

Memperhatikan intensitas ruang sehingga tersedia ruang terbuka hijau yang

cukup sebagai jantung hijau kota.

2. Kawasan Sepanjang Sisi Jalan Tol

Kawasan sepanjang sisi jalan tol (frontage toll) adalah kawasan di sepanjang sisi

Jalan Tol Jakarta – Tangerang. Dengan rencana pembangunan sisi Jalan Tol

Jakarta-Tangerang, kawasan sepanjang sisi jalan tol (frontage toll area) berpotensi

berkembang menjadi area pengembangan primer. Arahan pengembangan di

kawasan sepanjang sisi Jalan Tol Jakarta – Tangerang meliputi:

Pengembangan linier dan memita dibatasi, terutama di area sekitar persilangan

dengan jalan-jalan utama kota;

Fungsi utama kawasan untuk perumahan vertikal kepadatan menengah dan

perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan kota dan regional dengan

pengaturan bangunan yang ketat; dan

Mengembangkan sistem parkir tidak langsung (indirect parking) yang tidak

menganggu kelancaran pergerakan kendaraan.

3. Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan peruntukan industri adalah kawasan peruntukan industri yang ada di

Kecamatan Jatiuwung dan Kecamatan Periuk direncanakan untuk meningkatkan

kualitas layanan dengan rencana pengembangan kawasan peruntukan industri

terpadu. Arahan Pengembangan di kawasan peruntukan industri di Kecamatan

Jatiuwung dan Kecamatan Periuk meliputi:

Industri yang dapat dikembangkan adalah industri yang ramah lingkungan yang

dilengkapi dengan fasilitas penunjangnya terdiri dari: instalasi pengolahan air

limbah kawasan, penyediaan perumahan karyawan yang terintegrasi di dalam

kawasan; dan

Pembangunan jalan untuk jalur angkutan barang yang terpisah dari jalur

transportasi umum dan terminal angkutan barang menjadi pendukung rencana

penataan kawasan.

Penataan kawasan peruntukan industri menjadi sangat penting bagi perkembangan

ekonomi Kota Tangerang, mengingat sektor industri masih merupakan sektor

terbesar dalam PDRB dalam sepuluh tahun mendatang. Rencana regenerasi juga

menjadi upaya peningkatan nilai kompetitif kawasan peruntukan industri Kota

Tangerang dengan kegiatan sejenis di Jabodetabek. Dalam konsep kerjasama antar

Page 37: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 13

wilayah, direncanakan pengembangan kawasan peruntukan industri yang integrasi

dengan kawasan-kawasan industri di Provinsi Banten, khususnya Kabupaten

Tangerang dan Kabupaten Serang.

4. Kawasan Kota Lama

Kawasan Kota Lama mencakup areal seluas kurang lebih 30 (tiga puluh) hektar

yang berada di Kelurahan Sukasari dan Kelurahan Sukarasa, Kecamatan

Tangerang yang merupakan kawasan bersejarah paling menarik di Kota Tangerang,

karena menjadi titik pertemuan dan akulturasi budaya lokal. Arahan pengembangan

di kawasan Kota Lama meliputi:

Revitalisasi dan modifikasi nilai-nilai budaya lokal untuk membangkitkan

kembali fungsi dan aktivitas internal kawasan dengan mengintegrasikan tiga

karakter ruang dan fungsi, yaitu blok pecinan yang memiliki karakter ruang dan

arsitektur permukiman Cina, blok pendopo kabupaten – Masjid Agung yang

mempresentasikan budaya lokal Tangerang, dan blok stasiun kereta api yang

dibangun sejak jaman Belanda; dan

Pengembangan kegiatan dengan fungsi campuran, yaitu hunian, perdagangan

dan fasilitas publik skala kota.

Fungsi hunian dan perdagangan sebagai kegiatan utama kawasan harus tetap

dipertahankan terutama di Blok Pecinan. Kedua fungsi ini merupakan

komponen pendukung utama yang melekat di blok Pecinan dan harus terus

dikembangkan berdasar pada karakter sosial-ekonomi dan spatial yang ada.

Bangunan-bangunan dengan arsitektur Cina dan fungsi khusus yang menarik,

baik klenteng, masjid, rumah-rumah lama, pabrik kecap harus didukung untuk

dilindungi dan dilestarikan (building preservation and conservation). Demikian

juga berbagai aktivitas masyarakat yang berdasar pada tradisi budaya dan

ritual keagamaan yang ada di Blok Pecinan perlu didukung sebagai bagian

pengembangan kawasan wisata budaya.

Fungsi-fungsi lain yang mengganggu kegiatan utama, seperti: budi daya

burung walet dan pedagang kaki lima, harus segera dibatasi agar tidak

menghancurkan karakter lokasi. Demikian juga keberadaan Pasar Lama yang

memiliki sejarah panjang dan karakater aktivitas perdagangan yang spesifik

diarahkan tetap dipertahankan tetapi harus ditata kembali, terutama terkait

dengan kondisi perletakan dan sanitasi lingkungan yang sangat buruk

(perletakkan pedagang kaki lima yang semrawut dan mengganggu sirkulasi

lingkungan, kebersihan lingkungan dan penanganan sampah yang buruk).

Fungsi prasarana dan sarana umum skala kota, seperti pusat budaya dan seni

pertunjukan perlu dikembangkan di Blok Pendopo Kabupaten – Masjid Agung.

Page 38: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 14

Pengembangan fasilitas seni dan budaya diarahkan sebagai faktor pemicu

aktvitas skala kota (seperti festival seni dan budaya, festival ritual keagamaan,

serta festival musik anak muda) yang kemudian akan menjadi daya tarik

(attractiveness) kawasan Kota Lama ini bagi warga kota Tangerang sendiri

maupun pengunjung dari luar kota. keberhasilan pengembangan aktivitas seni

budaya skala kota akan menambah daya kompetisi kota (city competitiveness)

Kota Tangerang secara keseluruhan.

Fungsi Blok Stasiun Kota Tangerang harus ditata-ulang dan lebih diarahkan

untuk kegiatan-kegiatan perdangangan dan jasa yang mendukung

pengembangan wisata budaya. Terutama lahan yang langsung berhadapan

dengan Blok Pendopo Kabupaten diarahkan untuk pusat komersial campuran

(perdagangan, jasa dan perhotelan) dengan tema pengembangan sesuai

dengan karakter Pecinan. Sedangkan fungsi stasiun kereta api tetap

dipertahankan tetapi dengan skala pelayanan yang lebih ringan yakni

diturunkan dari fungsi stasiun utama kota (melayani penumpang dan distribusi

barang) menjadi hanya stasiun penumpang saja.

5. Kawasan Situ

Kawasan Situ meliputi Situ Cipondoh, Situ Bulakan, Situ Gede, Situ Cangkring, Situ

Bojong, dan Situ Kunciran. Arahan pengembangan pada kawasan situ meliputi:

Fungsi utama yang dikembangkan sebagai kawasan konservasi, pengendali

banjir, dan sumber air baku; dan

Kawasan situ dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata dengan

mempertimbangkan aspek ekologis.

6. Kawasan Sungai Cisadane

Kawasan Sungai Cisadane mencakup kawasan sempadan sepanjang sungai dan

perairannya yang berada di dalam Wilayah Kota Tangerang. Kawasan Sungai

Cisadane merupakan salah satu aset paling berharga bagi Kota Tangerang, selain

menjadi sumber air permukaan bagi penyediaan air bersih, kawasan ini terletak di

lokasi yang strategis – tepat di tengah kota. Demikian juga kualitas fisik sungai dan

aliran air masih relatif baik. Sungai Cisadane juga menjadi tempat berlangsungnya

festival budaya tahunan warga Kota Tangerang. Dengan kata lain Sungai Cisadane

telah menjadi salah satu citra kota (image of the city) yang melekat pada identitas

Kota Tangerang.

Secara prinsip, rencana pengembangan Kawasan Sungai Cisadane diarahkan

untuk melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan sungai, khususnya yang

Page 39: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 15

melintasi wilayah administrasi Kota Tangerang, dari jembatan Jalan Tol Jakarta-

Tangerang hingga Kampung Kelor di kecamatan Neglasari.

Arahan pengembangan pada kawasan sepanjang Sungai Cisadane meliputi:

Fungsi utama yang dikembangkan sebagai kawasan konservasi, pengendali

banjir, dan sumber air baku;

Penataan kawasan sepanjang sisi sungai merupakan orientasi penempatan

muka bangunan (riverfront) dan pengembangan konsep promenade (tempat

untuk berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan perairan); dan

Pemanfaatan Kawasan Sungai Cisadane untuk kegiatan wisata dan

pengembangan angkutan air pendukung wisata dengan mempertimbangkan

aspek ekologis.

Selain itu Kawasan Sungai Cisadane dibagi menjadi dua segmen rencana

pengembangan, meliputi:

1. Segmen Pertama: dari jalan tol perlintasan Jakarta-Merak ke Pintu Air.

Pengembangan segmen ini diarahkan untuk kawasan fungsi campuran taman

dengan pengendalian pembangunan yang ketat. Fungsi campur yang

dimaksud adalah perkantoran, studio, bengkel kerja (workshop), pendidikan,

galeri, ruang pamer (exhibition hall) dan perumahan vertikal dengan basis

kegiatan ekonomi tersier atau yang dikenal dengan istilah kegiatan ekonomi

kreatif (seni, desain, multimedia, fashion, arsitektur, animasi, film). Fungsi ini

merupakan bagian terintegrasi dari rencana pengembangan Pusat Kota Baru.

Sedang pengendalian pembangunan yang ketat rencanakan akan diterapkan

dengan beberapa aturan pembangunan (melalui mekanisme Koefisien Dasar

Bangunan/KDB, Koefisien Lanatai Bangunan/KLB, Koefisen Tapak

Basement/KTB, Koefisien Daerah Hijau/KDH, ketinggian bangunan/jumlah

lantai maksimal) dan panduan perancangan yang detail dan terpadu (panduan

perletakan ruang terbuka hijau, sistem drainase kawasan, pengolahan limbah).

2. Segmen Kedua: dari Pintu Air ke Kampung Kelor. Karena sebagian segmen ini

terletak di dalam Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP),

direncanakan sebagai kawasan lindung hijau, budidaya pertanian yang bernilai

tinggi (tanaman hias, ikan hias). Fungsi perumahan dibatasi

perkembangannya.

C. Kawasan Budidaya

1. Kawasan Perumahan

Arahan pengembangan kawasan perumahan tersebar di seluruh wilayah kota

meliputi:

Page 40: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 16

Perumahan dengan kepadatan tinggi yang diarahkan pada Kecamatan

Tangerang, sebagian Kecamatan Pinang, sebagian Kecamatan Benda,

Kecamatan Larangan, Kecamatan Cibodas, dan Kecamatan Periuk;

Perumahan dengan kepadatan sedang yang diarahkan pada Kecamatan

Neglasari, Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Ciledug, Kecamatan Karang

Tengah, Kecamatan Karawaci, dan Kecamatan Jatiuwung; dan

Perumahan dengan kepadatan rendah yang diarahkan pada sebagian

Kecamatan Benda, Kecamatan Batuceper, dan sebagian Kecamatan Pinang.

2. Kawasan Perdagangan Dan Jasa

Kawasan perdagangan dan jasa di wilayah Kota Tangerang meliputi:

Pasar tradisional;

Pusat perbelanjaan dan/atau pertokoan;

Toko modern;

Kawasan perdagangan khusus; dan

Kegiatan jasa.

Arahan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa meliputi :

a. Pengelolaan pasar tradisional meliputi:

Pengembangan direncanakan pada pusat-pusat lingkungan di setiap

wilayah kecamatan;

Melakukan penataan pasar tradisional yang ada agar dapat bersaing

dengan toko modern;

Peningkatan kualitas pelayanan diantaranya dengan memperbaiki sistem

sanitasi lingkungan, persampahan, menyediakan ruang parkir yang cukup,

dan RTH;

Meningkatkan aksesibilitas menuju pasar tradisional baik pengembangan

jaringan jalan maupun penyediaan moda transportasi; dan

Menyediakan ruang khusus untuk tempat berjualan pedagang kaki lima di

sekitar pasar.

b. Pengembangan pusat perbelanjaan meliputi:

Pengembangan pusat perbelanjaan pada kawasan pusat pelayanan kota

dan sub pusat pelayanan kota disesuaikan dengan ketentuan yang

berlaku; dan

Menyediakan areal parkir sesuai dengan standar yang berlaku, RTH, dan

ruang untuk kegiatan sektor informal.

Page 41: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 17

c. Pengembangan toko modern meliputi:

Penataan dan pengembangan toko modern sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku; dan

Menyediakan areal parkir sesuai dengan standar yang berlaku, RTH, dan

memperhatikan aksesibilitas keluar masuk kendaraan serta utilitas yang

dibutuhkan.

Pengembangan toko modern memperhitungkan kondisi sosial ekonomi

masyarakat, keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan menengah

yang ada di wilayah yang bersangkutan.

d. Kawasan perdagangan khusus berupa pengembangan pasar tekstil di

Kelurahan Cipadu dan Kelurahan Cipadu Jaya Kecamatan Larangan.

e. Pengembangan kegiatan jasa meliputi kegiatan perkantoran swasta,

perhotelan, dan juga beberapa fungsi yang dikenal dengan konsep MICE

(meeting, incentive, convention and event/exhibition) serta jasa lainnya yang

akan dikembangkan pada kawasan penunjang bandar udara, pusat pelayanan

kota, dan sub pusat pelayanan kota.

f. Kegiatan jasa dapat digabung dengan perdagangan dengan konsep mixuse

atau superblok yang akan dikembangkan pada kawasan pusat pelayanan kota,

sub pusat pelayanan kota, dan jalan arteri.

3. Kawasan Peruntukan Industri

Arahan pengembangan kawasan peruntukan industri, meliputi:

a. Kegiatan industri rumah tangga dan industri kecil dapat dikembangkan pada

kawasan perumahan dengan ketentuan kegiatan tidak menimbulkan dampak

negatif bagi lingkungan dan kawasan sekitarnya.

b. Kegiatan industri sedang atau industri menengah dan industri besar meliputi:

Mempertahankan kegiatan industri sedang atau industri menengah dan

industri besar yang sudah ada di Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan

Batuceper dan Kecamatan Periuk serta mengembangkan industri yang

ramah lingkungan;

Membatasi perkembangan industri sedang atau industri menengah dan

industri besar hanya pada industri yang sudah ada di Kecamatan

Karawaci, Kecamatan Tangerang, dan Kecamatan Cibodas;

Penataan kawasan peruntukan industri di Kecamatan Jatiuwung dengan

konsep industrial estate yang dilengkapi dengan penyediaan utilitas

terpadu, instalasi pengolahan air limbah terpadu, penambahan hunian

vertikal, dan jaringan angkutan umum dan barang; dan

Page 42: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 18

Membatasi perkembangan industri sedang atau industri menengah dan

industri besar yang ada di sepanjang Sungai Cisadane dengan

mengarahkan kepada industri non polutan;

c. Mengembangkan kegiatan industri kecil dan industri sedang atau menengah

yang ramah lingkungan pada kawasan pergudangan dengan menyediakan unit

pengolahan limbah, RTH dan fasilitas penunjangnya di Kecamatan Benda dan

Neglasari.

d. Mengembangkan kegiatan industri kreatif di seluruh wilayah Kota Tangerang

dengan ketentuan kegiatan industri tidak menimbulkan dampak negatif bagi

lingkungan dan kawasan sekitarnya. Industri kreatif didefinisikan sebagai

industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, keterampilan serta bakat

individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan

menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu

tersebut.

4. Kawasan Pariwisata

Arahan pengembangan kawasan pariwisata meliputi:

a. Pengembangan wisata alam dan rekreasi dikembangkan di Sungai Cisadane,

Situ Cipondoh dan Situ Bulakan;

b. Revitalisasi kota lama dengan fungsi campuran yaitu hunian, perdagangan,

fasilitas publik, dan wisata budaya di Kecamatan Tangerang;

c. Pengembangan wisata belanja di Kawasan Cipadu;

d. Pengembangan wisata kuliner di kawasan pasar lama;

e. Pengembangan wisata berbasis budaya lokal di Kecamatan Neglasari dan

Kecamatan Pinang; dan

f. Pengembangan kegiatan agro wisata di Kecamatan Pinang dan Kecamatan

Karang Tengah.

5. Kawasan Pertanian

Pengembangan kawasan pertanian meliputi:

a. Tanaman pangan dengan mempertahankan lahan pertanian/sawah irigasi

teknis sebagai kawasan pertanian pangan berkelanjutan di wilayah Kecamatan

Periuk, Kecamatan Neglasari, dan Kecamatan Benda;

b. Hortikultura terdiri atas:

Tanaman buah di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang;

Tanaman sayuran di Kecamatan Neglasari, Kecamatan Benda, dan

Kecamatan Periuk; dan

Page 43: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 19

Tanaman hias di Kecamatan Karang Tengah, Kecamatan Cipondoh, dan

Kecamatan Pinang;

c. Pengembangan kegiatan peternakan terintegrasi dengan kegiatan pertanian di

Bayur Kecamatan Periuk.

6. Kawasan Perikanan

Pengembangan kawasan perikanan meliputi:

a. Pengembangan kegiatan perikanan dengan memanfaatkan wilayah perairan

yang terdiri atas:

Perikanan tangkap pada wilayah sungai dan situ; dan

Perikanan budidaya air tawar berupa kolam

b. Pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak melebihi potensi lestari;

c. Pengembangan kegiatan perikanan untuk memenuhi kebutuhan skala kota

diarahkan pada Kecamatan Periuk, Cipondoh, dan Pinang; dan

d. Pemanfaatan situ untuk kegiatan budidaya ikan dengan system keramba jaring

apung tidak diperbolehkan.

7. Kawasan Peruntukan Penunjang Bandar Udara

Pengembangan kawasan peruntukan fasilitas penunjang bandar udara diarahkan

pada kawasan ancangan pendaratan dan Iepas landas sesudah jarak 1.100 m dari

ujung landasan dan kawasan kebisingan tingkat 2 dan 3 yang terletak di Kecamatan

Neglasari dan Kecamatan Benda.

Pengembangan kawasan peruntukan penunjang bandar udara meliputi:

a. Kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas sesudah jarak 1.100 m dari

ujung landasan dan kawasan kebisingan tingkat 2 dan 3 yang terletak di

Kecamatan Neglasari dan Kecamatan Benda;

b. Kawasan peruntukan fasilitas penunjang bandar udara merupakan kawasan

sekitar bandar udara yang ditetapkan sebagai kawasan budi daya prioritas;

c. Pengembangan kawasan peruntukan fasilitas penunjang bandar udara

diarahkan untuk kegiatan fasilitas yang menunjang secara langsung atau tidak

langsung kegiatan bandar udara.

Page 44: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 20

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

A. Bencana Banjir

Sebagaimana wilayah di Jabodetabek, Kota Tangerang juga tidak luput dari bencana banjir.

Bencana banjir yang terjadi di Kota Tangerang terparah terjadi pada tahun 2007 silam,

dimana selain terjadi korban material juga terdapat korban jiwa.

Berdasar pendataan Satkorlak Bencana Banjir Kota Tangerang tahun 2007 dan Dinas PU

Kota Tangerang, tercatat data-data banjir dan rumah yang terkena banjir tanggal 1-9 Januari

2007 adalah berada di 63 lokasi dengan tinggi genangan antara 0,4-3,0 meter, waktu

genangan antara 12 jam – 1 minggu, dan total luas genangan mencapai 518,5 Ha. Adapun

kawasan rawan bencana banjir di Kota Tangerang, meliputi:

1. Kecamatan Tangerang di Jalan MH. Thamrin Kelurahan Cikokol dan Jalan A. Damyati

Kelurahan Sukasari;

2. Kecamatan Jatiuwung di Perumahan Purati Kelurahan Alam Jaya;

3. Kecamatan Benda di Kampung Rawa Bamban Kelurahan Jurumudi Baru dan Kampung

Rawa Bokor Kelurahan benda;

4. Kecamatan Batuceper di Kelurahan Kebon Besar dan Kelurahan Poris Jaya;

5. Kecamatan Karawaci di Perumahan Pondok Arum Kelurahan Nambo Jaya, Perumahan

Bugel Indah Kelurahan Bugel, dan Saluran Pembuang Cipabuaran Kelurahan Pabuaran;

6. Kecamatan Cibodas di Kelurahan Panunggangan Barat, Kelurahan Uwung Jaya,

Kelurahan Cibodas Baru, dan Kelurahan Jatiuwung;

7. Kecamatan Periuk di Perumahan Total Persada Kelurahan Gembor, Perumahan Taman

Cibodas Kelurahan Sangiang Jaya, Perumahan Mutiara Pluit dan Perumahan Periuk

Damai Kelurahan Priuk;

8. Kecamatan Cipondoh di Kampung Candulan Kelurahan Petir, Jalan KH. Ahmad Dahlan

Kelurahan Gondrong, Perumahan Taman Royal dan Jalan KH. Hasyim Ashari Kelurahan

Cipondoh, Kelurahan Cipondoh Indah;

9. Kecamatan Pinang di Perumahan Pinang Griya Kelurahan Pinang, Perumahan Kunciran

Mas Indah Kelurahan Kunciran, Perumahan Taman Pinang Indah Kelurahan Nerogtog;

10. Kecamatan Karang Tengah di Perumahan Ciledug Indah I dan II Kelurahan Pedurenan,

Perumahan Pondok Bahar Kelurahan pondok Bahar, Komplek DDN dan Jalan Raden

Saleh Kelurahan Karang Mulya, Komplek Perdagangan Kelurahan Karang Timur, dan

Kelurahan Parung Jaya;

11. Kecamatan Ciledug di Perumahan Wisma Tajur dan Puri Kartika Kelurahan Tajur,

Kelurahan Parung Serab, Perumahan Griya Kencana, Perumahan Duren Villa;

Page 45: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 21

12. Kecamatan Larangan di Joglo Gebyuran dan Joglo Kelurahan Larangan Utara, Komplek

Kejaksaan, Kelurahan Larangan Indah, Kreo;

13. Kecamatan Neglasari di Pergudangan Bandara Mas Kelurahan Selapajang.

Pada tahun 2011, masih terjadi banjir di 21 lokasi yang tersebar di 10 kecamatan, dengan

luas genangan keseluruhan mencapai 35,3 ha dan ketinggian genangan maksimal mencapai

50 cm. Berikut ini genangan banjir di Kota Tangerang tahun 2011.

Tabel 2.9

Genangan Banjir Tahun 2011

No Kecamatan Lokasi Luas (ha) Tinggi (cm)

1 Ciledug Perumahan Puri Kartika (Kali Angke) 1,00 40

2 Larangan Joglo Jembatan Gebyuran (Kali Cantiga) 2,00 50

3 Karang Tengah Pondok Bahar (Kali Angke) 2,00 50

Kali Cantiga 0,50 40

Komplek Unilever (Kali Cantiga) 0,50 40

Kali Gili 0,30 40

Komplek DDN (kali Cantiga) 1,00 40

Ciledug Indah 1 dan 2 (kali Angke) 0,50 50

4 Cipondoh Kampung Candulan (Kali Angke) 3,00 40

5 Pinang Taman Pinang Indah (Kali Angke) 1,00 40

Perumahan Pinang Griya (Kali Angke) 3,00 50

6 Tangerang - - -

7 Karawaci Kali Cisarung 0,50 50

Cimone Permai (Belakang Terminal) 0,50 30

8 Cibodas Kali Cibodas (RW 01) 1,00 40

Kali Sabi 0,50 30

9 Jatiuwung Kali Keroncong 7,00 50

10 Periuk (Jembatan Amblas) Kali Keroncong 2,00 50

Jembatan (Kali Sabi) Cibodas 4,00 50

Kali Cirarab 0,50 50

11 Neglasari - - -

12 Batuceper - - -

13 Benda Rawa Bamban Daerah Rendah 4,00 50

Kelurahan Benda RW 01 dan 02 0,50 40

Kota Tangerang 35,30 -

Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2012

B. Bencana Kebakaran

Selain rawan bencana banjir, Kota Tangerang dengan kondisi permukiman yang padat juga

rawan bencana kebakaran. Sepanjang tahun 2011 terjadi 146 kasus peristiwa kebakaran di

Kota Tangerang. Secara umum penyebab kebakaran di Kota Tangerang dapat dibedakan

menjadi 3 yaitu arus pendek, kompor dan lain-lain. Penyebab utama kebakaran di Kota

Tangerang didominasi oleh arus pendek sebagaimana ditunjukkan kejadian kebakaran tahun

2009 dari 104 kejadian kebakaran 64 diantaranya disebabkan oleh arus pendek, tahun 2010

Page 46: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 22

dari 60 kejadian kebakaran 38 kejadian disebabkan oleh arus pendek. Begitu juga tahun 2011

dari 146 kejadian kebakaran 87 disebabkan oleh arus pendek.

Tabel 2.10 Jumlah Kejadian dan Penyebab Kebakaran

No Penyebab Tahun

2009 2010 2011

1 Arus Pendek 64 38 87

2 Kompor 8 6 11

3 Lain-lain 32 16 48

Jumlah 104 60 146

Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran, 2012

2.1.4. Kondisi Demografi

Kondisi demografis Kota Tangerang meliputi berbagai data/informasi terkait dengan

kependudukan antara lain: jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut jenis kelamin,

struktur usia, serta jenis pekerjaan dan pendidikan. Kondisi demografis ini tidak dapat

dilepaskan dengan kondisi geografisnya, seperti halnya Kota Tangerang sebagai hinterland

DKI Jakarta, maka pertumbuhan penduduknya tidak hanya dipengaruhi oleh kelahiran

(fertilitas), tetapi juga oleh perpindahan (migrasi).

Identifikasi terhadap jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut jenis kelamin, struktur

usia, jenis pekerjaan dan pendidikan sebagai bahan untuk memformulasikan kebijakan dan

program/kegiatan pembangunan.

A. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang besar merupakan potensi pembangunan jika memiliki kualitas yang

memadai, namun sebaliknya akan menjadi beban pembangunan. Oleh karena itu,

penanganan kependudukan tidak hanya pada upaya pengendalian jumlah penduduk tetapi

juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

Jumlah penduduk Kota Tangerang pada tahun 2010 diperkirakan sebanyak 1.798.601 jiwa,

meningkat tajam dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu 1.525.534 jiwa. Berdasarkan

distribusi penduduk, penduduk terbanyak berada di Kecamatan Cipondoh dengan jumlah

penduduk 216.346 jiwa, dan kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Larangan

dengan tingkat kepadatan 174,36 jiwa/ha. Rata-rata kepadatan penduduk Kota Tangerang

tahun 2010 adalah 109,3 jiwa/ha, dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata dalam 10

tahun terakhir menurut data BPS adalah sebesar 3,09% per tahun. Sementara itu, jumlah

Page 47: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 23

Rumah Tangga terbanyak terdapat di wilayah Kecamatan Cipondoh, yang diperkirakan

sebesar 53.167 RT, serta rata-rata jumlah anggota rumah tangga di seluruh wilayah Kota

Tangerang diperkirakan 3 – 4 jiwa per RT. Lebih jelasnya, kondisi persebaran jumlah

penduduk di wilayah Kota Tangerang bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.11 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2010

No. Kecamatan Rumah Tangga Penduduk (jiwa) Rata-rata Anggota

RT Kepadatan

(jiwa/ha)

1 Batuceper 24.471 90.590 3,70 78,23

2 Benda 21.809 83.017 3,81 140,23 3 Cibodas 38.304 142.479 3,72 148,26

4 Ciledug 36.461 147.023 4,03 167,64

5 Cipondoh 53.167 216.346 4,07 120,80 6 Jatiuwung 43.383 120.216 2,77 83,43

7 Karang Tengah 29.652 118.473 4,00 113,15

9 Karawaci 46.020 171.317 3,72 127,09

8 Larangan 40.885 163.901 4,01 174,36 10 Neglasari 25.355 103.504 4,08 64,37

12 Periuk 36.380 129.384 3,56 135,62

11 Pinang 40.093 160.206 4,00 74,20 13 Tangerang 38.448 152.145 3,96 96,36

Kota Tangerang 474.428 1.798.601 109,30

Sumber: BPS Kota Tangerang, 2011

Berdasarkan jenis kelamin, rasio penduduk laki-laki dengan perempuan di Kota Tangerang

tahun 2010 adalah 104,96. Berdasarkan umur, jumlah penduduk terbanyak adalah pada umur

25-29 tahun dan paling sedikit adalah pada umur 75 tahun ke atas.

B. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Selain jumlah penduduk, hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kependudukan

adalah komposisinya berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Berdasarkan data

BPS, penduduk Kota Tangerang tahun 2010 berdasarkan jenis kelamin dan persebarannya

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin

1 Batuceper 46.874 43.716 107,22 2 Benda 43.156 39.861 108,27

3 Cibodas 71.819 70.660 101,64

4 Ciledug 75.313 71.710 105,02 5 Cipondoh 109.894 106.452 103,23

Page 48: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 24

No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin

6 Jatiuwung 63.778 56.438 113,01

7 Karang Tengah 59.999 58.474 102,61 9 Karawaci 86.248 85.069 101,39

8 Larangan 83.580 80.321 104,06

10 Neglasari 53.859 49.645 108,49 12 Periuk 66.391 62.993 105,39

11 Pinang 81.651 78.555 103,94

13 Tangerang 78.481 73.664 106,54

Kota Tangerang 921.043 877.558 104,96 Sumber: BPS Kota Tangerang, 2011

C. Penduduk Menurut Struktur Usia

Informasi jumlah penduduk menurut struktur usia sangat bermanfaat sebagai masukan (input)

perencanaan pembangunan antara lain sebagai informasi awal untuk antisipasi penyediaan

berbagai fasilitas pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan. Informasi ini akan

memberikan gambaran tentang seberapa besar potensi Sumber Daya Manusia (SDM)

terutama untuk keperluan yang terkait dengan pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.

Jumlah penduduk menurut struktur usia di Kota Tangerang tahun 2009 dan tahun 2010

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2010

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0 - 4 89.165 83.992 173.157 5 - 9 81.995 77.433 159.428

10 - 14 72.311 68.865 141.176

15 - 19 76.601 79.237 155.838

20 - 24 94.285 93.883 188.168 25 - 29 109.215 106.367 215.582

30 - 34 98.374 94.395 192.769

35 - 39 83.040 76.283 159.323 40 - 44 67.090 60.905 127.995

45 - 49 50.901 47.231 98.132

50 - 54 39.346 35.042 74.388 55 - 59 27.304 21.247 48.551

60 - 64 14.152 12.516 26.668

65 - 69 8.331 8.207 16.538

70 – 74 4.870 5.767 10.637 75+ 4.063 6.188 10.251

Tahun 2010 921.043 877.558 1.798.601

Tahun 2009 820.132 832.458 1.652.590 Tahun 2008 755.724 775.942 1.531.666

Sumber: BPS Kota Tangerang, 2011

Page 49: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 25

Dari tabel di atas jumlah penduduk pada kelompok usia anak (0–14 tahun) jumlahnya

mencapai 473.761 jiwa atau 26.34% dari jumlah penduduk Kota Tangerang. Kondisi ini perlu

mendapat perhatian karena terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, dan

kesehatan. Seiring dengan jumlah proporsi usia anak dalam komposisi penduduk maka

peningkatan kualitas anak sebagai sumber daya manusia membutuhkan perhatian yang

besar.

Sedangkan jumlah penduduk pada kelompok usia (15–64 tahun) yang merupakan usia

produktif berjumlah 1.287.414 jiwa atau sekitar 71,58% dari jumlah penduduk Kota

Tangerang. Kondisi ini mengartikan bahwa potensi SDM dalam hal pendidikan, kesehatan,

dan ketenagakerjaan di Kota Tangerang tahun 2010 terlihat relatif besar, sedemikian

sehingga perlu adanya upaya antisipasi terhadap penyediaan sarana-prasarana pada tiga

bidang tersebut, terutama bidang ketenagakerjaan/lowongan kerja.

2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) barang

dan jasa yang ditimbulkan oleh faktor-faktor produksi yang diproduksi di suatu wilayah tertentu

dalam waktu tertentu (biasanya dalam tahun tertentu), tanpa memperhatikan kepemilikan

faktor-faktor produksinya. PDRB merupakan salah satu indikator untuk melihat kinerja makro

perekonomian daerah yang mampu menggambarkan pendapatan per kapita, strukur ekonomi,

dan laju pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Meskipun bukan merupakan pengukuran

yang sempurna, PDRB merupakan suatu pendekatan yang baik untuk pengukuran kinerja

ekonomi suatu daerah. Perhitungan PDRB dengan pendekatan produksi, merupakan jumlah

nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan berbagai unit produksi dalam jangka waktu satu

tahun. Unit-unit produksi yang digunakan secara umum dikelompokkan dalam 9 lapangan

usaha, yaitu: (1) Pertanian; (2) Pertambangan dan penggalian; (3) Industri pengolahan; (4)

Listrik, gas dan air minum; (5) Bangunan; (6) Perdagangan; (7) Pengangkutan dan

komunikasi; (8) Bank dan lembaga keuangan lainnya; dan (9) Jasa-jasa.

Penghitungan PDRB di dasarkan pada dua harga, yaitu harga berlaku (current price) dan

harga dasar/konstan (constant price). PDRB atas dasar harga berlaku (current price) adalah

jumlah nilai barang dan jasa, pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga

Page 50: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 26

berlaku pada tahun bersangkutan. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (constant

price) adalah jumlah barang dan jasa, pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai

dengan harga pasar yang tetap (tahun dasar). Besar kecilnya PDRB suatu daerah sangat

tergantung pada potensi sumber ekonomi yang dimiliki daerah tersebut.

Perkembangan PDRB harga berlaku dan PDRB harga konstan di Kota Tangerang adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.14 PDRB Kota Tangerang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun

2008–2010 (Miliar Rupiah)

Lapangan Usaha 2008 2009 2010

Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan 69,33 77,10 86,03

Pertambangan dan Penggalian - - -

Industri Pengolahan 22.536,28 23.451,63 25.579,85

Listrik, Gas, dan Air Bersih 337,89 348,94 406,03

Bangunan 864,512.4 1.041,62 1.340,45

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13.377,89 15.320,57 17.592,75

Pengangkutan dan Komunikasi 4.959,67 6.003,84 6.908,06

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1.485,82 1.775,18 2.163,64

Jasa-jasa 1.057,33 1.311,80 1.546,25

PDRB 44.688,73 49.330,67 55.623,07

Pertumbuhan PDRB (%) 13,55 10,39 12,21

Sumber: Buku Publikasi PDRB Kota Tangerang 2009, diolah tahun 2011

Tabel 2.15 PDRB Kota Tangerang Atas Dasar Harga Konstan (=2000) Menurut Lapangan Usaha

Tahun 2008–2010 (Miliar Rupiah)

Lapangan Usaha 2008 2009 2010

Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan 43,93 45,43 45,52

Pertambangan dan Penggalian - - -

Industri Pengolahan 13.229,93 13.502,46 14.061,09

Listrik, Gas, dan Air Bersih 253,76 268,71 288,40

Bangunan 481,08 532,51 591,52

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7.498,13 8.023,97 8.767,11

Pengangkutan dan Komunikasi 3.119,50 3.576,95 3.866,95

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 880,18 991,65 1.115,35

Jasa-jasa 560,49 620,85 691,58

PDRB 26.066,99 27.562,53 29.428,82

Sumber: Buku Publikasi PDRB Kota Tangerang 2009, diolah tahun 2011

Page 51: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 27

Tabel 2.16 Peranan Sektor Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008–2010

LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 0,16 0,16 0,15

Pertambangan dan Penggalian - - -

Industri Pengolahan 50,43 47,54 45,99

Listrik, Gas dan Air 0,76 0,71 0,73

Bangunan 1,93 2,11 2,41

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 29,94 31,06 31,63

Pengangkutan dan Komunikasi 11,10 12,17 12,42

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,32 3,60 3,89

Jasa-jasa 2,37 2,66 2,78

PDRB 100,00 100,00 100,00

Sumber: Buku Publikasi PDRB Kota Tangerang 2009, diolah tahun 2011

Tabel 2.17 Peranan Sektor Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan (=2000)

Tahun 2008–2010

Lapangan Usaha 2008 2009 2010*

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 0,16 0,16 0,15

Pertambangan dan Penggalian - -

Industri Pengolahan 50,43 48,99 47,78

Listrik, Gas dan Air 0,76 0,97 0,98

Bangunan 1,93 1,93 2,01

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 29,94 29,11 29,79

Pengangkutan dan Komunikasi 11,10 12,98 13,14

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,32 3,60 3,79

Jasa-jasa 2,37 2,25 2,35

PDRB 100,00 100,00 100,00

Sumber: Buku Publikasi PDRB Kota Tangerang 2009, diolah tahun 2011

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang dihasilkan dari

kegiatan produksi barang dan jasa selama tahun 2009 di Kota Tangerang adalah sebesar

Rp.49.330,67 Miliar. Nilai ini mengalami peningkatan sekitar 9.4% jika dibandingkan dengan

tahun sebelumnya.

Sementara itu, jika dilihat berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga konstan yang berasal dari

total produksi barang dan jasa tahun 2009 dikalikan dengan harga dasar tahun 2000 adalah

sebesar Rp.27.562,54 Miliar atau meningkat 5.4% dari tahun sebelumnya. Jika dilihat lebih

lanjut, PDRB Kota Tangerang berdasarkan harga konstan selama kurun waktu tiga tahun

terakhir cenderung meningkat dari Rp.24.505,12 miliar (tahun 2007) menjadi Rp.27.562,53

miliar (tahun 2009) atau sebesar Rp.3.057,44 miliar (12,48%). Dilihat dari angka absolut,

Page 52: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 28

sepanjang tahun 2007–2009 lapangan usaha yang mengalami peningkatan relatif besar

antara lain adalah: Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; serta

Industri Pengolahan; masing-masing sebesar Rp.1.355,19 miliar (20.32%), Rp.689,65 miliar

(23.89%), dan Rp.569,61 miliar (4.40%), sedangkan dilihat dari laju peningkatan, maka

lapangan usaha Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan, mempunyai laju peningkatan

paling tinggi, yaitu sebesar 29.42%.

Berdasarkan kontribusi terhadap PDRB, selama kurun waktu tiga tahun lapangan usaha

Industri Pengolahan serta lapangan usaha Perdagangan, Hotel, dan Restoran merupakan dua

penyumbang terbesar terhadap PDRB, yaitu 50,75% dan 28,40%. Walaupun demikian,

kecenderungan lapangan Industri Pengolahan terlihat semakin menurun, sedangkan

lapangan usaha Perdagangan, Hotel, dan Restoran, serta lapangan usaha Keuangan,

Persewaan, dan Jasa Perusahaan semakin meningkat. Hal ini mengartikan bahwa kedua

lapangan usaha tersebut berpotensi sebagai lapangan usaha yang mampu menyediakan

lapangan pekerjaan yang besar di samping lapangan usaha di bidang Industri Pengolahan.

Hal yang perlu diingat bahwa PDRB hanya merupakan angka agregat aktivitas ekonomi

suatu wilayah, sehingga belum mewakili derajat pemerataan hasil pembangunan. Disamping

itu perhitungan PDRB bukan hanya berdasar pada fungsi waktu saja, tapi juga merupakan

fungsi aktivitas ekonomi utama yang sangat dipengaruhi kondisi global lainnya seperti: kondisi

ekonomi dunia dan regional, alokasi belanja pemerintah, investasi masyarakat, pendapatan

masyarakat, kesempatan kerja, inflasi, dan lain-lain. Dengan demikian tolok ukur

kesuksesan/keberhasilan perekonomian tidak hanya dari angka PDRB saja melainkan harus

melibatkan indikator ekonomi lain yang menunjukkan kinerja pemerataan kesejahteraan suatu

wilayah.

B. Produk Domestik Regional Bruto (PDDRB) Per Kapita

Untuk menunjukkan bagaimana suatu daerah memiliki potensi pembangunan dapat dilihat

dari besaran pendapatan per kapitanya atau dalam hal ini sama dengan PDRB perkapita.

Dengan mengetahui perubahan besaran PDRB per kapita ini maka suatu daerah dapat

dikatakan menikmati hasil pembangunan untuk setiap penduduknya atau tidak. Yang dapat

diartikan pula bila PDRB perkapita meningkat berarti pemerintah telah menjalankan fungsi

pembangunannya dengan baik.

Dalam kurun waktu tiga tahun (2007–2010), PDRB Perkapita Kota Tangerang menunjukkan

peningkatan yang cukup baik. Pada tahun 2009 berdasarkan harga konstan tahun 2000,

PDRB perkapita di Kota Tangerang mencapai 26,09 juta rupiah, meningkat 10.04% dari tahun

Page 53: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 29

sebelumnya yaitu 23,1 juta rupiah. Apabila menggunakan harga berlaku, PDRB perkapita

tahun 2009 menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu 31,73 juta rupiah, meningkat 8,74%

dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, PDRB per kapita Kota Tangerang berdasarkan

harga konstan diperkirakan sebesar 16,37 juta rupiah atau menurun 7,67% (-7,67%) dari

tahun sebelumnya. Sedangkan berdasarkan harga berlaku, diperkirakan PDRB per kapita

sebesar 30,94 juta rupiah, menurun 2,46% (-2,46%) dari tahun sebelumnya. Penurunan ini

lebih disebabkan karena laju pertumbuhan penduduk yang tinggi diperkirakan sebesar 3,09%

berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, hal ini disebabkan tingginya tingkat migrasi masuk

penduduk dari luar Kota Tangerang sehingga tingginya laju pertumbuhan penduduk tidak

sebanding dengan laju pertumbuhan ekonomi, juga disebabkan pada tahun 2009 Kota

Tangerang mengalami perlambatan laju pertumbuhan ekonomi akibat inflasi sangat tinggi di

tahun 2008 dan imbas atau tekanan krisis keuangan dan global.

Secara keseluruhan, PDRB per kapita Kota Tangerang menunjukkan perubahan

(kecenderungan) yang meningkat, dalam pengertian lain peningkatan penduduk yang ada

masih dapat diserap oleh kapasitas produksi daerah yang ada. Perkembangan PDRB per

kapita Kota Tangerang dalam kurun waktu tiga tahun (2008–2010) dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 2.18 PDRB Per Kapita Kota Tangerang Tahun 2008–2010

Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan

Perkapita (juta) Pertumbuhan (%) Perkapita (juta) Pertumbuhan (%)

2008 29,18 11,84 17,02 4,74

2009 31,73 8,74 17,73 4,17

2010 30,94 (2,46) 16,37 (7,67)

Sumber: Buku Publikasi PDRB Kota Tangerang 2009

Sebagaimana penjelasan sebelumnya, bahwa PDRB perkapita hanya mewakili angka agregat

perekonomian suatu wilayah, sehingga tidak menggambarkan pendapatan riil masyarakat.

Besarnya pendapatan perkapita di satu wilayah seyogyanya diikuti pemerataan hasil-hasil

pembangunan sehingga mampu mewujudkan pemerataan pembangunan.

C. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Mengacu pada perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tangerang atas

dasar harga konstan (PDRB ADHK), laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kota Tangerang pada

tahun 2008 mencapai angka 6,37%, pada tahun 2009 mencapai angka 5,74%, dan pada

tahun 2010 diperkirakan mencapai angka 6,77%. Gambaran pertumbuhan ekonomi Kota

Tangerang tersebut, tampaknya juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang

Page 54: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 30

mencapai angka 5,59% pada tahun 2008, mencapai angka 4,30% pada tahun 2009, dan

diperkirakan mencapai angka 6,10% pada tahun 2010 serta pertumbuhan ekonomi provinsi

banten yang mencapai angka 5,83% pada tahun 2008, mencapai angka 4,69% pada tahun

2009, dan diperkirakan mencapai angka 5,94% pada tahun 2010.

Gambaran secara umum perkembangan laju pertumbuhan PDRB Kota Tangerang tahun

2007–2010, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.19 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Tahun 2008–2010

(Dalam %)

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000

2008 2009 2010

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 3,03 3,42 0,20

Pertambangan dan Penggalian - - -

Industri Pengolahan 2,20 2,06 4,14

Listrik, Gas, dan Air Minum 1,06 5,89 7,33

Bangunan 10,26 10,69 11,08

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 12,44 7,01 9,26

Pengangkutan dan Komunikasi 8,04 14,66 8,11

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 14,87 12,67 12,47

Jasa-jasa 11,60 10,77 11,39

LPE Kota Tangerang 6.37 5.74 6.77

LPE Provinsi Banten 5.83 4.69 5.94

LPE Nasional 5.59 4.30 6.10

Sumber: 2008-2009 (Buku Publikasi PDRB Kota Tangerang 2009, diolah tahun 2011

Dari tabel di atas, terlihat adanya korelasi antara kondisi perekonomian Kota Tangerang

dengan provinsi maupun nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh perekonomian

nasional, yang didalamnya telah mempertimbangkan berbagai faktor yang bersifat nasional

dan internasional, memiliki hubungan yang positif dan signifikan dalam mempengaruhi

perkembangan perekonomian Kota Tangerang secara keseluruhan. Dengan demikian,

berbagai skenario tentang perkiraan kenaikan ataupun penurunan pertumbuhan ekonomi

nasional akan senantiasa menjadi referensi utama dalam memperkirakan kondisi

perekonomian Kota Tangerang.

Secara sektoral, peningkatan pertumbuhan PDRB Kota Tangerang secara signifikan dialami

oleh sektor industri, Perdagangan, Hotel, dan Restoran serta bangunan. Besarnya minat

investor terutama pada sektor industri seperti sub sektor alas kaki, besi logam, kimia dan

tekstil serta pada sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran menyebabkan kedua sektor

utama tersebut menjadi lokomotif pertumbuhan sektor industri. Tren pembelian barang tahan

lama berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang terlihat meningkat pada

Page 55: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 31

triwulan laporan mengindikasikan adanya peningkatan pada sub sektor perdagangan yang

juga akan berimbas ke Kota Tangerang. Invetasi properti juga akan mendorong perekonomian

Kota Tangerang di 2011 di atas 6%. Pembukaan tiga kluster residential di kawasan Alam

Sutera, baik di Kota maupun Kabupaten Tangerang dengan jumlah total hingga 1.000 unit dan

juga dengan tingginya pembangunan properti komersial di kawasan tersebut akan mendorong

perekonomian di Sektor bangunan.

D. Laju Inflasi Harga

Pada tahun 2008, inflasi yang terjadi di Kota Tangerang melonjak tajam dari laju inflasi yang

terjadi pada tahun 2007. Kondisi ini tercermin dari melambungnya laju inflansi tahunan dari

angka 6.31% pada tahun 2007 menjadi angka 10.75% pada tahun 2008. Pada tahun 2009,

laju inflasi Kota Tangerang turun hingga mencapai angka 2.49%, dan pada tahun 2010

diperkirakan meningkat lagi hingga mencapai angka 6,08%. Walaupun demikian, laju inflasi

Kota Tangerang pada tahun 2010 masih di bawah laju inflasi Provinsi Banten dan laju inflasi

nasional, yaitu masing-masing sebesar 6,10% dan 6,96%. Level tekanan inflasi kelompok

volatile foods di Kota Tangerang yang fluktuasinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan

kota lainnya dipengaruhi oleh akses yang lebih dekat dan lebih baik dengan sumber pasokan

atau terminal distribusi baik dari pasar induk di DKI Jakarta maupun yang berada di

Tangerang. Aksebilitas yang terjamin ini akan menekan inflasi Kota Tangerang bergerak di

kisaran 6% atau di bawahnya.

Gambaran secara umum perkembangan laju inflasi Kota Tangerang dalam kurun waktu tiga

tahun (2008–2010) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.20 Laju Inflasi Harga

Tahun Inflasi (%)

Kota Tangerang Provinsi Banten Nasional

2008 10.75 11.47 11.06

2009 2.49 2.99 2.78

2010 6.08 6.10 6.96

Sumber: BPS Kota Tangerang 2009; diolah tahun 2011

E. Distribusi Pendapatan

Berbagai tolok ukur yang dapat digunakan untuk menghitung tingkat pemerataan pendapatan,

antara lain Kurva Conrad Lorenz, Corrado Gini Coeffisient, Kuznets Index, Oshima Index, dan

Page 56: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 32

Theil Decomposition Index. Namun yang paling banyak dan juga digunakan di Indonesia

adalah Gini Coeffisient atau lebih dikenal dengan nama Gini Ratio (GR).

Angka Gini Ratio berada antara 0 dan 1. GR bernilai 0 apabila merata mutlak dan bernilai 1

apabila tidak merata mutlak, keduanya merupakan kondisi yang sulit terjadi. Menurut H. T.

Oshima, ketimpangan rendah (low) bila GR kurang dari 0,3; ketimpangan sedang (moderate)

bila GR 0,3 sampai dengan 0,4 dan tinggi (high) bila GR lebih dari 0,4. Sedangkan menurut

Michael P. Todaro distribusi pendatan relatif merata (ketimpangan rendah) bila GR antara 0,2

sampai dengan 0,35; relatif timpang (ketimpangan sedang) bila GR lebih dari 0,35 dan kurang

dari 0,5 dan sangat timpang bila GR antara 0,5 sampai dengan 0,7.

Dengan demikian, semakin besar angka gini ratio menandakan semakin besar kesenjangan

dari distribusi pendapatan masyarakat di wilayah tersebut. GR Kota Tangerang pada tahun

2008 sebesar 0,30 naik dari tahun 2007 (0,20), kemudian naik kembali menjadi 0,37 di tahun

2009. Naiknya GR tersebut lebih diakibatkan adanya krisis keuangan dan inflasi sangat tinggi

yang telah menurunkan tingkat kesejahteraan penduduk Kota Tangerang, utamanya

kelompok menengah dan kaya. Sementara untuk kelompok sangat kaya tidak terpengaruh

dan cenderung meningkat.

Angka GR kembali membaik di tahun 2010, GR Kota Tangerang pada tahun 2010 adalah

sebesar 0,29. Secara keseluruhan dari tahun 2007-2010, ketimpangan di Kota Tangerang

masih berada dalam level yang masih dapat ditolerir (rendah atau sedang). Ketimpangan

tidak dapat dihindari, karena sesungguhnya pembangunan memang menciptakan adanya

ketimpangan. Pembangunan membutuhkan ketimpangan untuk dapat bergerak maju, namun

tentunya ketimpangan yang dapat diterima oleh seluruh pelaku ekonomi.

Gambaran secara lebih jelas tentang besarnya disparitas pendapatan antar penduduk di dan

tingkat distribusi pendapatan 40 % penduduk berpendapatan rendah Kota Tangerang bisa

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.21 Tingkat Ketimpangan Pendapatan

Tahun Indeks Gini

2008 0,30

2009 0,37

2010 0,29

Sumber : Kantor Litbang Statistik Kota Tangerang, 2011

Page 57: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 33

Kriteria relative inequality berdasarkan kriteria Montek S. Ahluwalia atau Bank Dunia adalah

sebagai berikut :

High inequality, jika 40% penduduk berpendapatan rendah menerima kurang dari 12 %

dari bagian pendapatan nasional/daerah.

Moderate inequality, jika 40% penduduk berpendapatan rendah menerima antara 12 %

sampai 17 % dari bagian pendapatan nasional/ daerah.

Low inequality, jika 40% penduduk berpendapatan rendah menerima lebih dari 17 %

dari bagian pendapatan nasional/daerah.

Tabel 2.22 Tingkat Distribusi Pendapatan 40% Penduduk Berpendapatan Rendah

Tahun Distribusi Pendapatan untuk 40% penduduk berpendapatan rendah (%)

2008 22,99

2009 18,8

2010 22,62

Sumber : Kantor Litbang Statistik Kota Tangerang, 2011

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa Angka ketimpangan/relative inequality Kota

Tangerang memiliki kecenderungan menurun sejak tahun 2007 (26,17%) hingga 2010.

Namun demikian masih berada dalam batas rendah atau masih tergolong low inequality. Hal

ini menunjukkan bahwa pembangunan di Kota Tangerang tetap memperhatikan

pembangunan/ kesejahteraan kelompok marijinal/kelompok berpendapatan rendah.

F. Tingkat Kemiskinan Penduduk

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan

dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai

ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan

makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Head

Count Index (HCI), yaitu Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.

Metode yang digunakan adalah menghitung garis kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua

komponen yaitu garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan bukan-makanan

(GKBM). Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan

dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per

kapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung kemiskinan adalah data SUSENAS

(Survei Sosial Ekonomi Nasional). Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei

Page 58: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 34

SPKKD (survei paket komoditi kebutuhan dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi

dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok non pangan. Berdasarkan data susesnas

maka Persentase penduduk yang berada di atas garis kemiskinan bisa dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 2.23 Penduduk di Bawah Garis Kemiskinan

No. Tahun Jumlah Rumah Tangga Kota

Tangerang Jumlah

Rumah Tangga Miskin % RTM

1 2008 387,984 31,254 8.06

2 2009 446,646 28,546 6.39

3 2010 486,329 28,546 5.87

Sumber : Biro Pusat Statistik, 2011

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

A. Angka Melek Huruf

Salah satu indikator kinerja penting dalam urusan pendidikan adalah angka melek huruf, yaitu

besaran nilai yang membandingkan antara banyaknya penduduk di suatu wilayah yang

berusia di atas 15 tahun yang mampu membaca huruf latin dengan banyaknya penduduk di

suatu wilayah yang berusia di atas 15 tahun. Indikator ini akan memperlihatkan seberapa

besar kemampuan kinerja bidang pendidikan dalam upaya mencerdaskan masyarakat di

wilayahnya dalam hal penguasaan dan kemampuan membaca huruf latin.

Angka Melek Huruf di Kota Tangerang pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 98,39%, yang

gambaran nilainya dari tahun 2006 – 2010 dibandingkan dengan AMH daerah lain di Provinsi

Banten bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.24

Angka Melek Huruf

Kab/Kota Angka Melek Huruf /AMH

2006 2007 2008 2009 2010

Kabupaten Pandeglang 95,5 96,3 96,3 96,3 96,35

Kabupaten Lebak 94,1 94,1 94,1 94,55 94,60

Kabupaten Tangerang 94,7 95,3 95,3 95,66 95,78

Kabupaten Serang 95,5 95,5 94,6 94,93 95,23

Kota Tangerang 97,2 98,3 98,3 98,35 98,39

Kota Cilegon 98,7 98,7 98,7 98,71 98,72

Page 59: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 35

Kab/Kota Angka Melek Huruf /AMH

2006 2007 2008 2009 2010

Kota Serang - - 95,9 96,27 96,47

Kota Tangerang Selatan - - - 98,14 98,15

Provinsi Banten 95,6 95,6 95,6 95,95 96,20

Sumber: IPM Kota Tangerang, 2011

B. Angka Rata-rata Lama Sekolah

Indikator kependidikan lainnya yang juga diperlukan dalam kaitannya dengan kinerja

bidang/urusan pendidikan adalah Angka Rata-rata Lama Sekolah, yaitu sebuah indikator

yang menggambarkan dan merepresentasikan tentang waktu Lama sekolah (tahun) untuk

penduduk usia 15 tahun ke atas di suatu daerah.

Angka Rata-rata Lama Sekolah di Kota Tangerang dalam kurun waktu tahun 2006–2010 serta

perbandingannya dengan daaerah lain di Provinsi Banten bias dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.25

Rata-rata Lama Sekolah

Kab./Kota Rata-rata Lama Sekolah

2006 2007 2008 2009 2010

Kabupaten Pandeglang 6,4 6,4 6,4 6,44 6,47

Kabupaten Lebak 6,2 6,2 6,2 6,22 6,24

Kabupaten Tangerang 8,9 8,9 8,9 8,93 8,94

Kabupaten Serang 7 7 7 7,04 7,05

Kota Tangerang 9,8 9,8 9,8 9,95 9,98

Kota Cilegon 9,6 9,6 9,6 9,66 9,67

Kota Serang - - 7 7,25 7,51

Kota Tangerang Selatan - - - 9,95 10,15

Provinsi Banten 8,1 8,1 8,1 8,15 8,32

Sumber: IPM Kota Tangerang, 2011

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

A. Rasio Group Kesenian Terhadap Jumlah Penduduk

Rasio Group Kesenian Terhadap Penduduk merupakan jumlah group kesenian per 10.000

penduduk. Dari tabel data di atas dapat dilihat bahwa rasio group kesenian terhadap

penduduk di Kota Tangerang tahun 2010 sebesar 3,02. Tercatat bahwa Kecamatan

Page 60: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 36

Tangerang memiliki rasio group kesenian terhadap penduduk tertinggi dibandingkan dengan

kecamatan lainnya dengan jumlah rasio 10,06. Sedangkan Kecamatan Jatiuwung menjadi

kecamatan yang paling rendah rasio group kesenian terhadap penduduknya yang hanya

sebesar 1,33. Penjelasan tentang uraian di atas bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.26

Rasio Grup Kesenian Terhadap Penduduk

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Grup Kesenian Jumlah Penduduk Rasio Grup Kesenian Terhadap Penduduk

1 Batuceper 24 90.590 2,65

2 Benda 33 83.017 3,98 3 Cibodas 41 142.479 2,88

4 Ciledug 46 147.023 3,13

5 Cipondoh 46 216.346 2,13 6 Jatiuwung 16 120.216 1,33

7 Karang Tengah 29 118.473 2,45

8 Karawaci 34 171.317 1,98

9 Larangan 42 163.901 2,56 10 Neglasari 20 103.504 1,93

11 Periuk 26 129.384 2,01

12 Pinang 33 160.206 2,06 13 Tangerang 153 152.145 10,06

Jumlah 543 1.798.601 3,02

Tahun 2009 1.652.590 Tahun 2008 1.531.666

Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, 2011 Jumlah Penduduk diambil dari Kota Tangerang Dalam Angka 2011

Page 61: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 37

2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib

A. Urusan Pendidikan

1. Angka Partisipasi Sekolah (APS)

a. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Dikdas

Angka Partisipasi Sekolah (Dikdas) merupakan Jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar

(7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar per 1.000 jumlah

penduduk usia pendidikan dasar.

Tabel 2.27 Angka Partisipasi Sekolah (Dikdas)

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Murid Usia Pendidikan Dasar

Jumlah Penduduk Usia Pendidikan Dasar

Angka Partisipasi Sekolah (Dikdas)

1 Batuceper 10.438 13.443 776,46

2 Benda 9.012 13.043 690,95 3 Cibodas 16.980 13.590 1.249,45

4 Ciledug 21.414 22.562 949,12

5 Cipondoh 29.604 35.606 831,43

6 Jatiuwung 12.007 19.850 604,89 7 Karang Tengah 14.873 17.995 826,51

8 Karawaci 26.582 23.367 1.137,59

9 Larangan 14.206 23.527 603,82 10 Neglasari 12.745 16.485 773,13

11 Periuk 17.054 19.720 864,81

12 Pinang 18.057 24.798 728,16

13 Tangerang 33.321 21.009 1.586,03 Jumlah 236.293 264.995 891,69

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, jumlah angka partisipasi sekolah (Dikdas) Kota Tangerang tahun 2010

mencapai 891,69, yang berarti bahwa setiap 1.000 penduduk usia pendidikan dasar terdapat

891 orang yang bersekolah. Tercatat bahwa Kecamatan Tangerang memiliki angka partisipasi

sekolah (Dikdas) tertinggi di bandingkan dengan 12 kecamatan lainnya, yaitu mencapai

jumlah angka partisipasi sekolah (Dikdas) sebesar 1.586,03.

Page 62: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 38

b. Angka Partisipasi Sekolah Dikmen

Angka Partisipasi Sekolah (Dikmen) adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan

menengah (16-19 tahun) yang masih menempuh pendidikan menengah per 1.000 jumlah

penduduk usia pendidikan menengah.

Tabel 2.28 Angka Partisipasi Sekolah (Dikmen)

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Murid Usia Pendidikan Menengah

Jumlah Penduduk Usia Pendidikan Menengah

Angka Partisipasi Sekolah (Dikmen)

1 Batuceper 1.734 4.620 375,32

2 Benda 1.112 4.420 251,58 3 Cibodas 1.860 4.861 382,64

4 Ciledug 5.694 7.452 764,09

5 Cipondoh 8.707 12.036 723,41 6 Jatiuwung 1.773 6.965 254,56

7 Karang Tengah 3.999 6.385 626,31

8 Karawaci 12.575 8.538 1.472,83 9 Larangan 1.349 8.173 165,06

10 Neglasari 2.437 5.904 412,77

11 Periuk 2.411 6.685 360,66

12 Pinang 3.018 8.594 351,18 13 Tangerang 22.226 7.711 2.882,38

Jumlah 68.895 92.344 746,07

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, angka partisipasi sekolah tingkat pendidikan

menengah di Kota Tangerang Tahun 2010 mencapai 746,07, yang berarti bahwa setiap 1.000

penduduk usia pendidikan menengah di Kota Tangerang terdapat 746 murid sekolah

pendidikan menengah. Jumlah tersebut menunjukkan tingkat pemahaman penduduk terhadap

pentingnya dunia pendidikan bagi generasi selanjutnya.

Berdasarkan kecamatan, terlihat bahwa terjadi kesenjangan antara Kecamatan Tangerang

dan Karawaci dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya. Hal ini menunjukkan

bahwa terjadi aglomerasi pendidikan tingkat menengah di Kota Tangerang, yaitu pada

Kecamatan Tangerang dan Karawaci.

Page 63: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 39

c. Rasio Ketersediaan Sekolah

1. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah (Dikdas)

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah (Dikdas) merupakan Jumlah sekolah

tingkat pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Rasio ini

mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar.

Tabel 2.29 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah (Dikdas)

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Sekolah Pendidikan Dasar

Jumlah Penduduk Usia Pendidikan Dasar

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk

Usia Sekolah (Dikdas)

1 Batuceper 54 13.443 40,17

2 Benda 36 13.043 27,60 3 Cibodas 65 13.590 47,83

4 Ciledug 59 22.562 26,15

5 Cipondoh 100 35.606 28,09

6 Jatiuwung 40 19.850 20,15 7 Karang Tengah 53 17.995 29,45

8 Karawaci 97 23.367 41,51

9 Larangan 45 23.527 19,13 10 Neglasari 52 16.485 31,54

11 Periuk 60 19.720 30,43

12 Pinang 74 24.798 29,84

13 Tangerang 95 21.009 45,22 Jumlah 830 264.995 31,32

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, rasio ketersediaan sekolah / penduduk usia sekolah (Dikdas) di Kota

Tangerang tahun 2010 mencapai 31,32, yang berarti setiap 10.000 penduduk usia pendidikan

dasar terdapat 31 sekolah tingkat pendidikan dasar. Dari 13 (tiga belas) kecamatan di Kota

Tangerang, diperoleh, Kecamatan Tangerang memiliki rasio ketersediaan sekolah / penduduk

usia sekolah tingkat pendidikan dasar tertinggi dengan angka 45,22, sedangkan sebaliknya

Kecamatan Larangan mendapat peringkat terendah, dengan angka 19,13.

Page 64: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 40

2. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SD

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SD merupakan Jumlah sekolah tingkat

pendidikan Sekolah Dasar per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan Sekolah Dasar.

Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan

dasar.

Tabel 2.30

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SD

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Sekolah SD Jumlah Penduduk Usia

SD

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk

Usia Sekolah SD

1 Batuceper 30 9.025 33,24 2 Benda 20 8.797 22,74

3 Cibodas 46 9.587 47,98

4 Ciledug 35 15.577 22,47 5 Cipondoh 46 24.143 19,05

6 Jatiuwung 25 13.602 18,38

7 Karang Tengah 31 12.140 25,54

8 Karawaci 66 15.685 42,08 9 Larangan 32 16.089 19,89

10 Neglasari 33 11.033 29,91

11 Periuk 40 13.311 30,05 12 Pinang 47 17.098 27,49

13 Tangerang 53 14.332 36,98

Jumlah 504 180.419 27,93

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah

SD di Kota Tangerang Tahun 2010 adalah sebesar 27,93. Kecamatan Cibodas memiliki

jumlah rasio sebesar 47,98 yang merupakan jumlah rasio terbesar diantara 12 kecamatan

lainnya. Sedangkan rasio terendah dimiliki oleh Kecamatan Jatiuwung yang hanya 18,38.

3. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MI

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MI merupakan Jumlah sekolah tingkat

pendidikan Madrasah Ibtidaiyah per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan Madrasah

Ibtidaiyah. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia

pendidikan dasar.

Page 65: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 41

Tabel 2.31 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MI

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Sekolah MI Jumlah Penduduk Usia

MI

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk

Usia Sekolah MI 1 Batuceper 11 9.025 12,19

2 Benda 10 8.797 11,37

3 Cibodas 2 9.587 2,09 4 Ciledug 6 15.577 3,85

5 Cipondoh 20 24.143 8,28

6 Jatiuwung 7 13.602 5,15

7 Karang Tengah 5 12.140 4,12 8 Karawaci 7 15.685 4,46

9 Larangan 6 16.089 3,73

10 Neglasari 8 11.033 7,25 11 Periuk 5 13.311 3,76

12 Pinang 7 17.098 4,09

13 Tangerang 7 14.332 4,88 Jumlah 101 180.419 5,60

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, rasio ketersediaan sekolah / penduduk usia sekolah MI di Kota

Tangerang mencapai 5,60, yang berarti pada setiap 10.000 penduduk usia MI (7-12 tahun)

terdapat 5 sekolah MI. Dari 13 (tiga belas) kecamatan di Kota Tangerang, diperoleh,

Kecamatan Benda memiliki rasio ketersediaan sekolah / penduduk usia sekolah MI tertinggi

dengan jumlah 12,19, sedangkan sebaliknya Kecamatan Cibodas mendapat peringkat

terendah, dengan jumlah 2,09.

4. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMP

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMP merupakan Jumlah sekolah

tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan

Sekolah Menengah Pertama. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung

semua penduduk usia pendidikan dasar.

Tabel 2.32 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMP

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Sekolah SMP Jumlah Penduduk Usia

SMP

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMP

1 Batuceper 10 4.418 22,63

2 Benda 3 4.246 7,07

3 Cibodas 16 4.003 39,97

Page 66: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 42

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Sekolah SMP Jumlah Penduduk Usia

SMP

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMP

4 Ciledug 16 6.985 22,91

5 Cipondoh 25 11.463 21,81 6 Jatiuwung 5 6.248 8,00

7 Karang Tengah 14 5.855 23,91

8 Karawaci 18 7.682 23,43 9 Larangan 4 7.438 5,38

10 Neglasari 9 5.452 16,51

11 Periuk 11 6.409 17,16 12 Pinang 14 7.700 18,18

13 Tangerang 31 6.677 46,43

Jumlah 176 84.576 20,81

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah

SMP di Kota Tangerang Tahun 2010 adalah sebesar 2,27. Kecamatan Tangerang memiliki

jumlah rasio sebesar 5,16 yang merupakan jumlah rasio terbesar diantara 12 kecamatan

lainnya. Sedangkan rasio terendah diperoleh oleh Kecamatan Larangan yang hanya 0,61.

5. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MTs

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MTs merupakan jumlah sekolah

tingkat pendidikan Madrasah Tsanawiyah per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan

Madrasah Tsanawiyah. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua

penduduk usia pendidikan dasar.

Tabel 2.33 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MTs

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Sekolah MTs Jumlah Penduduk Usia

MTs

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MTs

1 Batuceper 3 4.418 6,79 2 Benda 3 4.246 7,07

3 Cibodas 1 4.003 2,50

4 Ciledug 2 6.985 2,86 5 Cipondoh 9 11.463 7,85

6 Jatiuwung 3 6.248 4,80

7 Karang Tengah 3 5.855 5,12

8 Karawaci 6 7.682 7,81 9 Larangan 3 7.438 4,03

10 Neglasari 2 5.452 3,67

11 Periuk 4 6.409 6,24

Page 67: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 43

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Sekolah MTs Jumlah Penduduk Usia

MTs

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MTs

12 Pinang 6 7.700 7,79

13 Tangerang 4 6.677 5,99 Jumlah 49 84.576 5,79

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah

MTs di Kota Tangerang Tahun 2010 adalah sebesar 5,79. Kecamatan Cipondoh memiliki

jumlah rasio sebesar 7,85 yang merupakan jumlah rasio terbesar diantara 12 kecamatan

lainnya. Sedangkan rasio terendah diperoleh oleh Kecamatan Cibodas yang hanya 2,50.

6. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah (Dikmen)

Tabel 2.34 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah (Dikmen)

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Sekolah Pendidikan Menengah

Jumlah Penduduk Usia Pendidikan Menengah

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk

Usia Sekolah (Dikmen)

1 Batuceper 12 4.620 25,97

2 Benda 6 4.420 13,57 3 Cibodas 9 4.861 18,51

4 Ciledug 17 7.452 22,81

5 Cipondoh 32 12.036 26,59 6 Jatiuwung 7 6.965 10,05

7 Karang Tengah 10 6.385 15,66

8 Karawaci 29 8.538 33,97

9 Larangan 6 8.173 7,34 10 Neglasari 8 5.904 13,55

11 Periuk 11 6.685 16,45

12 Pinang 19 8.594 22,11 13 Tangerang 35 7.711 45,39

Jumlah 201 92.344 21,77

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah (Dikmen) adalah Jumlah sekolah

tingkat pendidikan menengah per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah. Rasio

ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan

menengah. Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, rasio ketersediaan sekolah per

penduduk usia sekolah tingkat pendidikan menengah di Kota Tangerang Tahun 2010

mencapai 21,27, yang berarti bahwa setiap 10.000 penduduk usia pendidikan menengah di

Kota Tangerang terdapat 21 sekolah tingkat pendidikan menengah (SLTA).

Page 68: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 44

Untuk rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah (Dikmen) di Kecamatan

Tangerang sendiri mencapai 45,39 yang merupakan kecamatan yang memperoleh nilai

tertinggi di bandingkan dengan 12 kecamatan lainnya. Sedangkan rasio ketersediaan sekolah

per penduduk usia sekolah (Dikmen) terkecil diperoleh Kecamatan Larangan dengan nilai

7,34.

7. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMA

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMA adalah Jumlah sekolah tingkat

pendidikan Sekolah Menengah Atas per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan Sekolah

Menengah Atas. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk

usia pendidikan menengah.

Tabel 2.35 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMA

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Sekolah SMA Jumlah Penduduk Usia

SMA

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMA

1 Batuceper 4 4.620 8,66

2 Benda 2 4.420 4,52

3 Cibodas 7 4.861 14,40

4 Ciledug 8 7.452 10,74 5 Cipondoh 13 12.036 10,80

6 Jatiuwung 4 6.965 5,74

7 Karang Tengah 8 6.385 12,53 8 Karawaci 11 8.538 12,88

9 Larangan 1 8.173 1,22

10 Neglasari 2 5.904 3,39

11 Periuk 3 6.685 4,49 12 Pinang 10 8.594 11,64

13 Tangerang 14 7.711 18,16

Jumlah 87 92.344 9,42 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

BPS Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia

sekolah SMA di Kota Tangerang Tahun 2010 mencapai 9,42, yang berarti bahwa setiap

10.000 penduduk usia SMA di Kota Tangerang terdapat 9 SMA. Kecamatan Tangerang

berada di urutan teratas dengan jumlah rasio 18,16 sedangkan Kecamatan Larangan berada

pada urutan terbawah dengan jumlah rasio 1,22.

Page 69: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 45

8. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMK

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMK adalah jumlah sekolah tingkat

pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan

Sekolah Menengah Kejuruan. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung

semua penduduk usia pendidikan menengah.

Tabel 2.36 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMK

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Sekolah SMK Jumlah Penduduk Usia

SMK

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMK

1 Batuceper 8 4.620 17,32

2 Benda 2 4.420 4,52

3 Cibodas 2 4.861 4,11

4 Ciledug 9 7.452 12,08 5 Cipondoh 16 12.036 13,29

6 Jatiuwung 2 6.965 2,87

7 Karang Tengah 2 6.385 3,13 8 Karawaci 14 8.538 16,40

9 Larangan 3 8.173 3,67

10 Neglasari 5 5.904 8,47 11 Periuk 6 6.685 8,98

12 Pinang 8 8.594 9,31

13 Tangerang 21 7.711 27,23

Jumlah 98 92.344 10,61 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

BPS Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia

sekolah SMA di Kota Tangerang Tahun 2010 mencapai 10,61, yang berarti setiap 10.000

penduduk usia SMK terdapat 10 SMK. Kecamatan Tangerang ada di urutan teratas dengan

jumlah rasio 27,23 sedangkan Kecamatan Jatiuwung berada pada urutan terbawah dengan

jumlah rasio 2,87.

9. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MA

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MA adalah Jumlah sekolah tingkat

pendidikan Madrasah Aliyah per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan Madrasah Aliyah.

Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan

menengah.

Page 70: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 46

Tabel 2.37 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MA

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Sekolah MA Jumlah Penduduk Usia

MA

Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk

Usia Sekolah MA 1 Batuceper 0 4.620 0,00

2 Benda 2 4.420 4,52

3 Cibodas 0 4.861 0,00 4 Ciledug 0 7.452 0,00

5 Cipondoh 3 12.036 2,49

6 Jatiuwung 1 6.965 1,44

7 Karang Tengah 0 6.385 0,00 8 Karawaci 4 8.538 4,68

9 Larangan 2 8.173 2,45

10 Neglasari 1 5.904 1,69 11 Periuk 2 6.685 2,99

12 Pinang 1 8.594 1,16

13 Tangerang 0 7.711 0,00 Jumlah 16 92.344 1,73

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia

sekolah MA di Kota Tangerang Tahun 2010 mencapai 1,73. Kecamatan Benda ada di urutan

teratas dengan jumlah rasio 4,52 sedangkan Kecamatan Batuceper, Kecamatan Cibodas,

Kecamatan Ciledug, Kecamatan Karang Tengah dan Kecamatan Tangerang berada pada

urutan terbawah dengan jumlah rasio 0,00, karena pada kecamatan-kecamatan tersebut tidak

terdapat MA.

d. Rasio Guru/Murid

1. Rasio Guru/Murid (Dikdas)

Rasio Guru/Murid (Dikdas) merupakan jumlah guru tingkat pendidikan dasar per 10.000

jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar, di

samping juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu

pengajaran.

Page 71: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 47

Tabel 2.38 Rasio Guru/Murid (Dikdas)

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Guru Pendidikan Dasar

Jumlah Murid Pendidikan Dasar

Rasio Guru/Murid (Dikdas)

1 Batuceper 676 12.543 538,95 2 Benda 547 11.455 477,52

3 Cibodas 927 19.709 470,34

4 Ciledug 1.180 24.255 486,50

5 Cipondoh 1.669 36.419 458,28 6 Jatiuwung 544 14.342 379,31

7 Karang Tengah 716 17.334 413,06

8 Karawaci 1.351 31.096 434,46 9 Larangan 745 16.694 446,27

10 Neglasari 746 15.098 494,11

11 Periuk 960 21.539 445,70 12 Pinang 937 22.299 420,20

13 Tangerang 1.910 40.161 475,59

Jumlah 12.908 282.944 456,20

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa rasio guru/murid tingkat pendidikan dasar di

Kota Tangerang pada tahun 2010 adalah sebesar 456,20, yang berarti setiap 10.000 murid

tingkat pendidikan dasar terdapat 456 guru. Dari 13 kecamatan di Kota Tangerang, rasio

guru/murid pada tingkat pendidikan dasar menunjukkan angka yang cenderung merata.

2. Rasio Guru/Murid SD

Rasio Guru/Murid SD merupakan jumlah guru tingkat pendidikan Sekolah Dasar per 10.000

jumlah murid pendidikan Sekolah Dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga

pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar

tercapai mutu pengajaran.

Tabel 2.39 Rasio Guru/Murid SD

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Guru SD Jumlah Murid SD Rasio Guru/Murid SD

1 Batuceper 354 7.587 466,59 2 Benda 256 6.017 425,46

3 Cibodas 559 13.322 419,61

4 Ciledug 671 16.021 418,83

5 Cipondoh 857 18.978 451,58 6 Jatiuwung 317 8.831 358,96

7 Karang Tengah 390 11.112 350,97

8 Karawaci 941 20.070 468,86 9 Larangan 520 12.030 432,25

Page 72: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 48

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Guru SD Jumlah Murid SD Rasio Guru/Murid SD

10 Neglasari 426 9.665 440,77 11 Periuk 622 16.016 388,36

12 Pinang 529 15.386 343,82

13 Tangerang 906 19.018 476,39 Jumlah 7.348 174.053 422,17

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa rasio guru/murid SD di Kota Tangerang pada

tahun 2010 adalah sebesar 422,17, yang berarti setiap 10.000 murid SD terdapat 422 guru

SD. Dari 13 kecamatan di Kota Tangerang, rasio guru/murid SD menunjukkan angka yang

hampir meratanya.

3. Rasio Guru/Murid MI

Rasio Guru/Murid MI merupakan Jumlah guru tingkat pendidikan Madrasah Ibtidaiyah per

10.000 jumlah murid pendidikan Madrasah Ibtidaiyah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan

tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar

tercapai mutu pengajaran.

Tabel 2.40 Rasio Guru/Murid MI

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Guru MI Jumlah Murid MI Rasio Guru/Murid MI 1 Batuceper 99 2.326 425,62

2 Benda 104 2.358 441,05

3 Cibodas 48 1.260 380,95 4 Ciledug 95 1.816 523,13

5 Cipondoh 224 4.122 543,43

6 Jatiuwung 52 1.679 309,71

7 Karang Tengah 45 1.021 440,74 8 Karawaci 44 1.363 322,82

9 Larangan 62 1.632 379,90

10 Neglasari 82 2.119 386,97 11 Periuk 67 1.266 529,23

12 Pinang 53 1.438 368,57

13 Tangerang 80 1.846 433,37 Jumlah 1.055 24.246 435,12

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa rasio guru/murid MI di Kota Tangerang pada

tahun 2010 adalah sebesar 435,12, yang berarti terdapat 435 guru MI setiap 10.000 murid MI.

Dari 13 kecamatan di Kota Tangerang, rasio guru/murid MI menunjukkan angka yang

cenderung merata.

Page 73: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 49

4. Rasio Guru/Murid SMP

Rasio Guru/Murid SMP merupakan Jumlah guru tingkat pendidikan Sekolah Menengah

Pertama per 10.000 jumlah murid pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Rasio ini

mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah

ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.

Tabel 2.41 Rasio Guru/Murid SMP

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Guru SMP Jumlah Murid SMP Rasio Guru/Murid SMP

1 Batuceper 146 1.924 758,84 2 Benda 71 1.347 527,10

3 Cibodas 301 4.993 602,84

4 Ciledug 316 5.843 540,82 5 Cipondoh 420 10.998 381,89

6 Jatiuwung 106 2.653 399,55

7 Karang Tengah 250 4.185 597,37

8 Karawaci 234 8.164 286,62 9 Larangan 88 1.698 518,26

10 Neglasari 212 2.984 710,46

11 Periuk 165 2.712 608,41 12 Pinang 261 3.433 760,27

13 Tangerang 809 17.679 457,61

Jumlah 3.379 68.613 492,47

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa rasio guru/murid SMP di Kota Tangerang pada

tahun 2010 adalah sebesar 492,47, yang berarti setiap 10.000 murid SMP terdapat 492 guru

SMP. Dari 13 kecamatan di Kota Tangerang, rasio guru/murid SMP menunjukkan angka yang

cenderung merata.

5. Rasio Guru/Murid MTs

Rasio Guru/Murid MTs merupakan Jumlah guru tingkat pendidikan Madrasah Tsanawiyah per

10.000 jumlah murid pendidikan Madrasah Tsanawiyah. Rasio ini mengindikasikan

ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk

satu guru agar tercapai mutu pengajaran.

Page 74: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 50

Tabel 2.42 Rasio Guru/Murid MTs

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Guru MTs Jumlah Murid MTs Rasio Guru/Murid MTs

1 Batuceper 77 706 1.090,65

2 Benda 116 1.733 669,36 3 Cibodas 19 134 1.417,91

4 Ciledug 98 575 1.704,35

5 Cipondoh 168 2.321 723,83

6 Jatiuwung 69 1.179 585,24 7 Karang Tengah 31 1.016 305,12

8 Karawaci 132 1.499 880,59

9 Larangan 75 1.334 562,22 10 Neglasari 26 330 787,88

11 Periuk 106 1.545 686,08

12 Pinang 94 2.042 460,33

13 Tangerang 115 1.618 710,75 Jumlah 1.126 16.032 702,35

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa rasio guru/murid MTs di Kota Tangerang pada

tahun 2010 adalah sebesar 702,35, yang berarti bahwa setiap 10.000 murid Madrasah

Tsanawiyah terdapat 702 guru Madrasah Tsanawiyah.

6. Rasio Guru/Murid (Dikmen)

Rasio Guru/Murid (Dikmen) adalah jumlah guru tingkat pendidikan menengah per 10.000

jumlah murid pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar.

Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu

pengajaran.

Tabel 2.43 Rasio Guru/Murid (Dikmen)

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Guru Pendidikan Menengah

Jumlah Murid Pendidikan Menengah

Rasio Guru/Murid (Dikmen)

1 Batuceper 166 2.682 618,94

2 Benda 105 1.651 635,98

3 Cibodas 147 2.324 632,53 4 Ciledug 480 7.723 621,52

5 Cipondoh 508 10.788 470,89

6 Jatiuwung 105 2.384 440,44

7 Karang Tengah 274 5450 502,75 8 Karawaci 679 14625 464,27

9 Larangan 95 1.999 475,24

10 Neglasari 151 3.334 452,91 11 Periuk 184 3.054 602,49

Page 75: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 51

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Guru Pendidikan Menengah

Jumlah Murid Pendidikan Menengah

Rasio Guru/Murid (Dikmen)

12 Pinang 516 4.384 1.177,01

13 Tangerang 1.212 25.142 482,06

Jumlah 4.622 85.540 540,33 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, rasio guru/murid (Dikmen) di Kota Tangerang

Tahun 2010 mencapai 540,33, yang berarti bahwa pada setiap 10.000 murid sekolah

pendidikan menengah di Kota Tangerang terdapat 540 guru pendidikan menengah.

7. Rasio Guru/Murid SMA

Rasio Guru/Murid SMA adalah jumlah guru tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas per

10.000 jumlah murid pendidikan Sekolah Menengah Atas. Rasio ini mengindikasikan

ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk

satu guru agar tercapai mutu pengajaran.

Tabel 2.44 Rasio Guru/Murid SMA

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Guru SMA Jumlah Murid SMA Rasio Guru/Murid SMA

1 Batuceper 95 799 1.188,99 2 Benda 41 118 3.474,58

3 Cibodas 127 1.770 717,51

4 Ciledug 201 2.811 715,05 5 Cipondoh 183 5.501 332,67

6 Jatiuwung 53 1.381 383,78

7 Karang Tengah 200 3.880 515,46

8 Karawaci 316 8.696 363,39 9 Larangan 35 1.371 255,29

10 Neglasari 75 1.658 452,35

11 Periuk 61 1.608 379,35 12 Pinang 341 904 3.772,12

13 Tangerang 357 9.414 379,22

Jumlah 2.085 39.911 522,41 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, rasio guru/murid SMA di Kota Tangerang

Tahun 2010 mencapai 522,41, yang berarti pada setiap 10.000 murid SMA terdapat 522 guru

SMA.

Page 76: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 52

8. Rasio Guru/Murid SMK

Rasio Guru/Murid SMK adalah Jumlah guru tingkat pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan

per 10.000 jumlah murid pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Rasio ini mengindikasikan

ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk

satu guru agar tercapai mutu pengajaran.

Tabel 2.45 Rasio Guru/Murid SMK

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Guru SMK Jumlah Murid SMK Rasio Guru/Murid SMK

1 Batuceper 71 1.883 377,06

2 Benda 42 1.446 290,46

3 Cibodas 20 554 361,01 4 Ciledug 279 4.912 568,00

5 Cipondoh 273 4.999 546,11

6 Jatiuwung 38 585 649,57 7 Karang Tengah 74 1.570 471,34

8 Karawaci 304 5.324 571,00

9 Larangan 43 555 774,77

10 Neglasari 76 1.623 468,27 11 Periuk 80 904 884,96

12 Pinang 162 3.071 527,52

13 Tangerang 855 15.728 543,62 Jumlah 2.317 43.154 536,91

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, rasio guru/murid SMK di Kota Tangerang

Tahun 2010 mencapai 536,91, yang berarti bahwa pada setiap 10.000 murid SMK terdapat

536 guru SMK.

9. Rasio Guru/Murid MA

Rasio Guru/Murid MA adalah jumlah guru tingkat pendidikan Madrasah Aliyah per 10.000

jumlah murid pendidikan Madrasah Aliyah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga

pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar

tercapai mutu pengajaran.

Tabel 2.46 Rasio Guru/Murid MA

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Guru MA Jumlah Murid MA Rasio Guru/Murid MA

1 Batuceper 0 0 0,00

2 Benda 22 87 2.528,74

Page 77: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 53

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Guru MA Jumlah Murid MA Rasio Guru/Murid MA

3 Cibodas 0 0 0,00 4 Ciledug 0 0 0,00

5 Cipondoh 52 288 1.805,56

6 Jatiuwung 14 418 334,93 7 Karang Tengah 0 0 0,00

8 Karawaci 59 605 975,21

9 Larangan 17 73 2.328,77

10 Neglasari 0 53 0,00 11 Periuk 43 542 793,36

12 Pinang 13 409 317,85

13 Tangerang 0 0 0,00 Jumlah 220 2.475 888,89

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, rasio guru/murid MA di Kota Tangerang Tahun

2010 mencapai 888,89, yang berarti setiap 10.000 murid MA terdapat 888 guru MA. Pada

beberapa kecamatan rasio menunjukkan angka 0, yang berarti pada kecamatan tersebut tidak

terdapat sekolah MA.

e. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah perbandingan

penduduk usia antara 4 hingga 6 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan anak

usia dini (PAUD) dibagi dengan jumlah penduduk berusia 4 hingga 6 tahun.

Tabel 2.47 Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Siswa Di Jenjang PAUD

Jumlah Penduduk Kelompok Usia 4-6

Tahun

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (%)

1 Batuceper 268 5.000 5,36 2 Benda 296 4.753 6,23

3 Cibodas 892 7.276 12,26

4 Ciledug 492 8.496 5,79 5 Cipondoh 635 12.993 4,89

6 Jatiuwung 1.195 6.086 19,64

7 Karang Tengah 256 6.210 4,12 8 Karawaci 829 8.426 9,84

9 Larangan 136 8.568 1,59

10 Neglasari 335 5.623 5,96

11 Periuk 784 7.068 11,09 12 Pinang 336 9.234 3,64

13 Tangerang 618 7.754 7,97

Jumlah 7.072 97.487 7,25 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Page 78: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 54

Dari data yang diperoleh, APM PAUD Kota Tangerang adalah 7,25%, yang berarti terdapat

7,25% anak usia 4-6 tahun yang mengikuti PAUD di Kota Tangerang.

f. Angka Putus Sekolah (APS)

1. Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI

Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus

sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan SD/MI, dinyatakan dalam

persentase.

Tabel 2.48 Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI

No Kecamatan Jumlah Putus Sekolah

Pada Tingkat dan Jenjang SD/MI

Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan

Jenjang SD/MI Pada Tahun Ajaran Sebelumnya

Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI (%)

1 Batuceper 11 9.253 0,12 2 Benda 1 7.914 0,01

3 Cibodas 1 14.980 0,01

4 Ciledug 1 16.382 0,01 5 Cipondoh 10 21.684 0,05

6 Jatiuwung 1 9.447 0,01

7 Karang Tengah 3 10.278 0,03

8 Karawaci 6 20.155 0,03 9 Larangan 3 13.136 0,02

10 Neglasari 3 10.956 0,03

11 Periuk 4 16.370 0,02 12 Pinang 13 16.738 0,08

13 Tangerang 6 20.493 0,03

Tahun 2010 63 187.786 0,03 Tahun 2009 46 180.783 0,03

Tahun 2008 58 181.393 0,03

Tahun 2007 46 180.783 0,03

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa angka putus sekolah (APS) SD/MI di Kota

Tangerang tahun 2010 adalah 0,03%. Capaian tersebut sama seperti capaian APS SD/MI

pada tahun-tahun sebelumnya yakni tahun 2007, 2008 dan 2009. APS tertinggi dari 13

kecamatan di Kota Tangerang terdapat pada Kecamatan Batuceper dengan 0,12%,

sedangkan APS terendah yang hanya 0,01% terdapat pada beberapa kecamatan diantaranya

Page 79: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 55

adalah Kecamatan Benda, Kecamatan Cibodas, Kecamatan Ciledug dan Kecamatan

Jatiuwung.

2. Angka Putus Sekolah (APS) SD

Angka Putus Sekolah (APS) SD adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus

sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan SD, dinyatakan dalam

persentase.

Tabel 2.49 Angka Putus Sekolah (APS) SD

No Kecamatan Jumlah Putus Sekolah

Pada Tingkat dan Jenjang SD

Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan Jenjang SD Pada Tahun

Ajaran Sebelumnya

Angka Putus Sekolah (APS) SD (%)

1 Batuceper 8 7.201 0,11 2 Benda 0 5.654 0,00

3 Cibodas 0 13.486 0,00

4 Ciledug 0 14.618 0,00 5 Cipondoh 7 17.430 0,04

6 Jatiuwung 0 8.214 0,00

7 Karang Tengah 2 9.279 0,02

8 Karawaci 4 18.835 0,02 9 Larangan 2 11.487 0,02

10 Neglasari 2 9.305 0,02

11 Periuk 2 15.161 0,01 12 Pinang 11 15.500 0,07

13 Tangerang 5 18.884 0,03

Tahun 2010 43 165.054 0,03

Tahun 2009 33 161.554 0,02 Tahun 2008 58 162.203 0,04

Tahun 2007 64 147.075 0,04

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa angka putus sekolah (APS) SD di Kota

Tangerang tahun 2010 adalah 0,03%. Jika dilihat data sejak tahun 2007, APS Kota

Tangerang menunjukkan trend yang terus menurun, dimana kondisi ini berarti suatu

peningkatan kualitas siswa sehingga semakin sedikit yang putus sekolah.

3. Angka Putus Sekolah (APS) MI

Angka Putus Sekolah (APS) MI adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus sekolah

terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan MI, dinyatakan dalam persentase.

Page 80: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 56

Tabel 2.50 Angka Putus Sekolah (APS) MI

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan

Jenjang MI

Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan Jenjang MI Pada Tahun

Ajaran Sebelumnya

Angka Putus Sekolah (APS) MI (%)

1 Batuceper 3 2.052 0,15

2 Benda 1 2.260 0,04 3 Cibodas 1 1.494 0,07

4 Ciledug 1 1.764 0,06

5 Cipondoh 3 4.254 0,07 6 Jatiuwung 1 1.233 0,08

7 Karang Tengah 1 999 0,10

8 Karawaci 2 1.320 0,15

9 Larangan 1 1.649 0,06 10 Neglasari 1 1.651 0,06

11 Periuk 2 1.209 0,17

12 Pinang 2 1.238 0,16 13 Tangerang 1 1.609 0,06

Jumlah 20 22.732 0,09

Tahun 2009 13 19.229 0,07

Tahun 2008 0 19.190 0,00 Tahun 2007 0 19.190 0,00

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa angka putus sekolah (APS) MI di Kota

Tangerang tahun 2010 mencapai 0,09%. Angka tersebut meningkat dibandingkan 3 tahun

sebelumnya. Peningkatan ini menunjukkan terjadi penurunan kondisi pendidikan di MI,

dimana semakin banyak siswa yang putus sekolah.

4. Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs

Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus

sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan SMP/MTs, dinyatakan

dalam persentase.

Tabel 2.51 Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan Jenjang SMP/MTs

Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan Jenjang SMP/MTs Pada

Tahun Ajaran Sebelumnya

Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs (%)

1 Batuceper 11 2.622 0,42 2 Benda 21 2.771 0,76

Page 81: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 57

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan Jenjang SMP/MTs

Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan Jenjang SMP/MTs Pada

Tahun Ajaran Sebelumnya

Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs (%)

3 Cibodas 0 5.441 0,00

4 Ciledug 3 6.153 0,05 5 Cipondoh 32 10.553 0,30

6 Jatiuwung 7 3.752 0,19

7 Karang Tengah 2 4.451 0,04

8 Karawaci 4 9.257 0,04 9 Larangan 4 2.737 0,15

10 Neglasari 0 3.146 0,00

11 Periuk 0 3.834 0,00 12 Pinang 7 4.507 0,16

13 Tangerang 10 16.179 0,06

Jumlah 101 75.403 0,13

Tahun 2009 110 73.670 0,15 Tahun 2008 125 70.872 0,18

Tahun 2007 139 70.642 0,20

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa angka putus sekolah (APS) SMP/MTs di Kota

Tangerang tahun 2010 mencapai 0,13%. Bila dilihat sejak tahun 2007, angka ini menunjukkan

trend yang terus menurun, yang berarti bahwa terjadi kondisi yang membaik dalam hal

semakin sedikit siswa tingkat SLTP yang putus sekolah.

5. Angka Putus Sekolah (APS) SMP

Angka Putus Sekolah (APS) SMP adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus

sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan SMP, dinyatakan dalam

persentase.

Tabel 2.52 Angka Putus Sekolah (APS) SMP

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan

Jenjang SMP

Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan

Jenjang SMP Pada Tahun Ajaran Sebelumnya

Angka Putus Sekolah (APS) SMP (%)

1 Batuceper 11 1.992 0,55

2 Benda 19 1.473 1,29

3 Cibodas 0 5.352 0,00

4 Ciledug 0 5.647 0,00 5 Cipondoh 28 8.835 0,32

6 Jatiuwung 3 2.649 0,11

7 Karang Tengah 0 3.614 0,00 8 Karawaci 0 8.239 0,00

Page 82: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 58

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan

Jenjang SMP

Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan

Jenjang SMP Pada Tahun Ajaran Sebelumnya

Angka Putus Sekolah (APS) SMP (%)

9 Larangan 4 1.445 0,28

10 Neglasari 0 2.895 0,00 11 Periuk 0 2.657 0,00

12 Pinang 3 3.246 0,09

13 Tangerang 7 15.227 0,05

Jumlah 75 63.271 0,12 Tahun 2009 84 62.405 0,13

Tahun 2008 118 61.913 0,19

Tahun 2007 132 61.913 0,21 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa angka putus sekolah (APS) SMP di Kota

Tangerang tahun 2010 mencapai 0,12%. Angka ini menunjukkan trend yang terus menurun

sejak tahun 2007, yang berarti menunjukkan kondisi yang membaik dalam hal semakin sedikit

siswa SMP yang putus sekolah.

6. Angka Putus Sekolah (APS) MTs

Tabel 2.53 Angka Putus Sekolah (APS) MTs

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan

Jenjang MTs

Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan

Jenjang MTs Pada Tahun Ajaran Sebelumnya

Angka Putus Sekolah (APS) MTs (%)

1 Batuceper 0 630 0,00

2 Benda 2 1.298 0,15 3 Cibodas 0 89 0,00

4 Ciledug 3 506 0,59

5 Cipondoh 4 1.718 0,23 6 Jatiuwung 4 1.103 0,36

7 Karang Tengah 2 837 0,24

8 Karawaci 4 1.018 0,39

9 Larangan 0 1.292 0,00 10 Neglasari 0 251 0,00

11 Periuk 0 1.177 0,00

12 Pinang 4 1.261 0,32 13 Tangerang 3 952 0,32

Jumlah 26 12.132 0,21

Tahun 2009 26 11.265 0,23 Tahun 2008 7 8.959 0,08

Tahun 2007 7 8.959 0,08

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Page 83: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 59

Angka Putus Sekolah (APS) MTs adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus

sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan MTs, dinyatakan dalam

persentase.

Dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa angka putus sekolah (APS) MTs di Kota

Tangerang tahun 2010 mencapai 0,21%. Angka ini menunjukkan trend yang terus meningkat

sejak tahun 2007, yang berarti terjadi penurunan kondisi pendidikan MTs dimana semakin

banyak siswa yang putus sekolah.

7. Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA

Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA adalah perbandingan antara jumlah siswa yang

putus sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA,

dinyatakan dalam persentase.

Tabel 2.54 Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan

Jenjang SMA/SMK/MA

Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan Jenjang SMA/SMK/MA

Pada Tahun Ajaran Sebelumnya

Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA (%)

1 Batuceper 5 976 0,51 2 Benda 1 410 0,24

3 Cibodas 5 1.341 0,37

4 Ciledug 20 3.269 0,61 5 Cipondoh 22 6.442 0,34

6 Jatiuwung 0 939 0,00

7 Karang Tengah 15 1.562 0,96

8 Karawaci 35 6.505 0,54 9 Larangan 2 738 0,27

10 Neglasari 10 1.328 0,75

11 Periuk 1 1.143 0,09 12 Pinang 3 1.289 0,23

13 Tangerang 22 12.184 0,18

Jumlah 141 38.126 0,37 Tahun 2009 278 67.312 0,41

Tahun 2008 454 59.231 0,77

Tahun 2007 440 59.231 0,74

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa angka putus sekolah (APS) SMA/SMK/MA di

Kota Tangerang tahun 2010 mencapai 0,37%. Angka ini menunjukkan trend yang terus

Page 84: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 60

menurun sejak tahun 2007, yang berarti menunjukkan kondisi yang terus membaik dimana

semakin sedikit siswa yang putus sekolah.

8. Angka Putus Sekolah (APS) SMA

Angka Putus Sekolah (APS) SMA adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus

sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan SMA, dinyatakan dalam

persentase.

Tabel 2.55 Angka Putus Sekolah (APS) SMA

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan

Jenjang SMA

Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan

Jenjang SMA Pada Tahun Ajaran Sebelumnya

Angka Putus Sekolah (APS) SMA (%)

1 Batuceper 5 565 0,88

2 Benda 0 61 0,00

3 Cibodas 5 1.153 0,43

4 Ciledug 0 1.062 0,00 5 Cipondoh 4 2.051 0,20

6 Jatiuwung 0 771 0,00

7 Karang Tengah 7 1.153 0,61 8 Karawaci 19 4.553 0,42

9 Larangan 2 521 0,38

10 Neglasari 3 969 0,31 11 Periuk 0 595 0,00

12 Pinang 2 290 0,69

13 Tangerang 0 4.291 0,00

Jumlah 47 18.035 0,26 Tahun 2009 88 31.840 0,28

Tahun 2008 85 29.341 0,29

Tahun 2007 85 29.341 0,29 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai angka

putus sekolah (APS) SMA sebesar 0,26%, jumlah tersebut menandakan perubahan lebih baik

daripada capaian APS SMA di tahun 2007, 2008 dan 2009 dengan masing-masing jumlah

0,28% di tahun 2009 dan 0,29% di tahun 2008 dan 2007. Berbicara mengenai tingkat APS

SMA di tingkat kecamatan Kota Tangerang ini, Kecamatan Benda, Kecamatan Ciledug,

Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Periuk dan Kecamatan Tangerang sudah lebih baik

dibandingkan dengan kecamatan lainnya, karena nilai APS SMA-nya 0%. Berbeda dengan

Kecamatan Batuceper, Kecamatan Batuceper ini memiliki tingkat APS SMA paling tinggi

diantara kecamatan lainnya dengan tingkat APS SMA sebesar 0,88%.

Page 85: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 61

9. Angka Putus Sekolah (APS) SMK

Angka Putus Sekolah (APS) SMK adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus

sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan SMK, dinyatakan dalam

persentase.

Tabel 2.56 Angka Putus Sekolah (APS) SMK

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan

Jenjang SMK

Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan

Jenjang SMK Pada Tahun Ajaran Sebelumnya

Angka Putus Sekolah (APS) SMK (%)

1 Batuceper 0 411 0,00 2 Benda 0 182 0,00

3 Cibodas 0 188 0,00

4 Ciledug 20 2.207 0,91

5 Cipondoh 17 3.913 0,43 6 Jatiuwung 0 142 0,00

7 Karang Tengah 8 409 1,96

8 Karawaci 16 1.334 1,20 9 Larangan 0 189 0,00

10 Neglasari 7 336 2,08

11 Periuk 0 252 0,00 12 Pinang 0 985 0,00

13 Tangerang 22 7.893 0,28

Jumlah 90 18.441 0,49

Tahun 2009 186 32.556 0,57 Tahun 2008 360 27.073 1,33

Tahun 2007 346 27.073 1,28

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai angka

putus sekolah (APS) SMK sebesar 0,49%, jumlah tersebut menandakan perubahan lebih baik

daripada capaian APS SMK di tahun 2007, 2008 dan 2009 dengan masing-masing jumlah

0,57% di tahun 2009, 1,33% di tahun 2008 dan 1,28% di tahun 2007. Berbicara mengenai

tingkat APS SMK di tingkat kecamatan Kota Tangerang ini, Kecamatan Batuceper,

Kecamatan Benda, Kecamatan Cibodas, Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Larangan,

Kecamatan Periuk dan Kecamatan Pinang sudah lebih baik dibandingkan dengan kecamatan

lainnya, karena nilai APS SMK-nya 0%. Berbeda dengan Kecamatan Neglasari, Kecamatan

Neglasari ini memiliki tingkat APS SMK paling tinggi diantara kecamatan lainnya dengan

tingkat APS SMK sebesar 0,88%.

Page 86: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 62

10. Angka Putus Sekolah (APS) MA

Angka Putus Sekolah (APS) MA adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus

sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan MA, dinyatakan dalam

persentase.

Tabel 2.57 Angka Putus Sekolah (APS) MA

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan

Jenjang MA

Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan Jenjang MA Pada Tahun

Ajaran Sebelumnya

Angka Putus Sekolah (APS) MA (%)

1 Batuceper 0 0 0,00 2 Benda 1 167 0,60

3 Cibodas 0 0 0,00

4 Ciledug 0 0 0,00 5 Cipondoh 1 478 0,21

6 Jatiuwung 0 26 0,00

7 Karang Tengah 0 0 0,00 8 Karawaci 0 618 0,00

9 Larangan 0 28 0,00

10 Neglasari 0 23 0,00

11 Periuk 1 296 0,34 12 Pinang 1 14 7,14

13 Tangerang 0 0 0,00

Jumlah 4 1.650 0,24 Tahun 2009 4 2916 0,14

Tahun 2008 9 2817 0,32

Tahun 2007 9 2817 0,32

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai angka

putus sekolah (APS) MA sebesar 0,24%, jumlah tersebut menandakan perubahan lebih baik

0,10% daripada capaian APS MA di tahun 2008 dan 2007. Tetapi lebih buruk daripada

capaian di tahun 2009 dengan tingkat APS MA-nya sebesar 0,14%. Berbicara mengenai

tingkat APS MA di tingkat kecamatan Kota Tangerang ini, Kecamatan Batuceper, Kecamatan

Cibodas, Kecamatan Ciledug, Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Karawaci, Kecamatan

Karang Tengah, Kecamatan Larangan, Kecamatan Neglasari dan Kecamatan Tangerang

sudah lebih baik dibandingkan dengan kecamatan lainnya, karena nilai APS MA-nya 0%.

Berbeda dengan Kecamatan Pinang, Kecamatan Pinang ini memiliki tingkat APS MA paling

tinggi diantara kecamatan lainnya dengan tingkat APS MA sebesar 7,14%.

Page 87: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 63

g. Angka Kelulusan (AL)

1. Angka Kelulusan (AL) SD/MI

Angka Kelulusan (AL) SD/MI adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang

pendidikan SD/MI terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama, dinyatakan

dalam persentase.

Tabel 2.58 Angka Kelulusan (AL) SD/MI

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Lulusan Pada Jenjang SD/MI

Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang

SD/MI Pada Tahun Sebelumnya

Angka Kelulusan (AL) SD/MI (%)

1 Batuceper 1.091 1.095 99,63

2 Benda 1.236 1.248 99,04 3 Cibodas 2.204 2.212 99,64

4 Ciledug 2.636 2.644 99,70

5 Cipondoh 2.798 2.805 99,75 6 Jatiuwung 1.291 1.296 99,61

7 Karang Tengah 1.340 1.347 99,48

8 Karawaci 2.947 2.952 99,83

9 Larangan 1.592 1.602 99,38 10 Neglasari 1.469 1.477 99,46

11 Periuk 2.076 2.088 99,43

12 Pinang 2.006 2.016 99,50 13 Tangerang 2.888 2.898 99,65

Jumlah 25.574 25.680 99,59

Tahun 2009 25.888 26.030 99,45

Tahun 2008 22.393 26.300 85,14 Tahun 2007 26.263 26.300 99,86

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka

Kelulusan (AL) SD/MI sebesar 99,59%, jumlah tersebut menandakan perubahan lebih baik

daripada capaian pada tahun sebelumnya, yakni tahun 2008 dan 2009, dimana pada tahun

2008 dan 2009 Angka Kelulusan (AL) SD/MI sebesar 85,14% dan 99,45%, walaupun masih

sedikit lebih rendah dibandingkan dengan AL tahun 2007. Berbicara mengenai tingkat Angka

Kelulusan (AL) SD/MI di tingkat kecamatan Kota Tangerang ini, rata-rata semua kecamatan

memiliki nilai Angka Kelulusan (AL) SD/MI diatas 99%, hal ini menandakan bahwa kualitas

pendidikan tingkat SD/MI di Kota Tangerang sudah lebih baik dengan berhasil menelurkan

lebih banyak lulusan.

Page 88: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 64

2. Angka Kelulusan (AL) SD

Angka Kelulusan (AL) SD adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang

pendidikan SD terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama, dinyatakan

dalam persentase.

Tabel 2.59 Angka Kelulusan (AL) SD

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Lulusan Pada Jenjang SD

Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang

SD Pada Tahun Sebelumnya

Angka Kelulusan (AL) SD (%)

1 Batuceper 857 860 99,65

2 Benda 786 790 99,49 3 Cibodas 1.965 1.969 99,80

4 Ciledug 2.438 2.443 99,80

5 Cipondoh 2.312 2.315 99,87

6 Jatiuwung 1.173 1.177 99,66 7 Karang Tengah 1.228 1.233 99,59

8 Karawaci 2.802 2.804 99,93

9 Larangan 1.362 1.365 99,78 10 Neglasari 1.257 1.262 99,60

11 Periuk 1.935 1.942 99,64

12 Pinang 1.849 1.854 99,73

13 Tangerang 2.734 2.741 99,74 Jumlah 22.698 22.755 99,75

Tahun 2009 23.012 23.105 99,60

Tahun 2008 19.518 23.425 83,32 Tahun 2007 23.388 23.425 99,84

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka

Kelulusan (AL) SD sebesar 99,75%, jumlah tersebut menandakan perubahan lebih baik

daripada capaian pada tahun sebelumnya, yakni tahun 2008 dan 2009, dimana pada tahun

2008 dan 2009 Angka Kelulusan (AL) SD sebesar 83,32% dan 99,60%, walaupun sedikit lebih

rendah dibandingkan dengan tahun 2007.

Berbicara mengenai tingkat Angka Kelulusan (AL) SD di tingkat kecamatan Kota Tangerang

ini, rata-rata semua kecamatan memiliki nilai Angka Kelulusan (AL) SD diatas 99%, hal ini

menandakan bahwa kualitas pendidikan tingkat SD di Kota Tangerang sudah lebih baik

dengan berhasil menelurkan lebih banyak lulusan.

Page 89: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 65

3. Angka Kelulusan (AL) MI

Angka Kelulusan (AL) MI adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang

pendidikan MI terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama, dinyatakan

dalam persentase.

Tabel 2.60 Angka Kelulusan (AL) MI

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Lulusan Pada Jenjang MI

Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang

MI Pada Tahun Sebelumnya

Angka Kelulusan (AL) MI (%)

1 Batuceper 234 235 99,57

2 Benda 450 458 98,25 3 Cibodas 239 243 98,35

4 Ciledug 198 201 98,51

5 Cipondoh 486 490 99,18

6 Jatiuwung 118 119 99,16 7 Karang Tengah 112 114 98,25

8 Karawaci 145 148 97,97

9 Larangan 230 237 97,05 10 Neglasari 212 215 98,60

11 Periuk 141 146 96,58

12 Pinang 157 162 96,91

13 Tangerang 154 157 98,09 Jumlah 2.876 2.925 98,32

Tahun 2009 2.876 2.925 98,32

Tahun 2008 2.875 2.875 100,00 Tahun 2007 2.875 2.875 100,00

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka

Kelulusan (AL) MI sebesar 99,32%, capaian angka kelulusan tersebut menunjukkan kondisi

yang tetap seperti tahun 2009, dan menurun dibandingkan dengan angka kelulusan di tahun

2007 dan 2008 yang mencapai sempurna yakni 100%. Berdasarkan kecamatan, angka

kelulusan di masing-masing kecamatan menunjukkan angka yang setara.

4. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs

Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang

pendidikan SMP/MTs terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama,

dinyatakan dalam persentase.

Page 90: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 66

Tabel 2.61 Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Lulusan Pada Jenjang SMP/MTs

Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang SMP/MTs Pada Tahun

Sebelumnya

Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs (%)

1 Batuceper 969 1.017 95,28

2 Benda 890 911 97,69 3 Cibodas 1.895 1.914 99,01

4 Ciledug 2.721 2.747 99,05

5 Cipondoh 2.837 2.859 99,23 6 Jatiuwung 998 1.023 97,56

7 Karang Tengah 1.215 1.239 98,06

8 Karawaci 2.477 2.510 98,69

9 Larangan 730 769 94,93 10 Neglasari 1.013 1.042 97,22

11 Periuk 1.244 1.266 98,26

12 Pinang 1.256 1.285 97,74 13 Tangerang 5.069 5.095 99,49

Jumlah 23.314 23.677 98,47

Tahun 2009 22.730 22.805 99,67

Tahun 2008 21.153 20.703 102,17 Tahun 2007 21.153 20.703 102,17

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka

Kelulusan (AL) SMP/MTs sebesar 98,47%, capaian angka kelulusan tersebut menandakan

penurunan angka kelulusan apabila dibandingkan dengan angka kelulusan di 3 tahun

sebelumnya.

5. Angka Kelulusan (AL) SMP

Angka Kelulusan (AL) SMP adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang

pendidikan SMP terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama, dinyatakan

dalam persentase.

Tabel 2.62 Angka Kelulusan (AL) SMP

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Lulusan Pada Jenjang SMP

Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang

SMP Pada Tahun Sebelumnya

Angka Kelulusan (AL) SMP (%)

1 Batuceper 778 778 100,00 2 Benda 432 420 102,86

3 Cibodas 1.885 1.877 100,43

Page 91: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 67

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Lulusan Pada Jenjang SMP

Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang

SMP Pada Tahun Sebelumnya

Angka Kelulusan (AL) SMP (%)

4 Ciledug 2.573 2.565 100,31

5 Cipondoh 2.481 2.472 100,36

6 Jatiuwung 773 768 100,65

7 Karang Tengah 1.168 1.160 100,69 8 Karawaci 2.055 2.052 100,15

9 Larangan 558 552 101,09

10 Neglasari 955 950 100,53 11 Periuk 886 874 101,37

12 Pinang 918 915 100,33

13 Tangerang 4.613 4.604 100,20 Jumlah 20.075 19.987 100,44

Tahun 2009 19.491 19.551 99,69

Tahun 2008 18.488 18.010 102,65

Tahun 2007 18.488 18.010 102,65 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Angka kelulusan SMP pada tahun 2010 menunjukkan angka 100,44, yang berarti bahwa lebih

banyak siswa yang lulus SMP pada tahun 2010 dibandingkan dengan siswa yang tercatat

berada di kelas 3 SMP pada tahun ajaran sebelumnya. Hal ini perlu menjadi catatan

tersendiri, karena seharusnya nilai maksimal adalah 100, walau kemungkinan angka ini terjadi

dikarenakan adanya siswa-siswa pindahan dari luar Kota Tangerang setelah pencatatan

dilakukan pada tahun ajaran sebelumnya.

Tabel 2.63 Angka Kelulusan (AL) MTs

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Lulusan Pada Jenjang MTs

Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang

MTs Pada Tahun Sebelumnya

Angka Kelulusan (AL) MTs (%)

1 Batuceper 191 239 79,92 2 Benda 458 491 93,28

3 Cibodas 10 37 27,03

4 Ciledug 148 182 81,32 5 Cipondoh 356 387 91,99

6 Jatiuwung 225 255 88,24

7 Karang Tengah 47 79 59,49

8 Karawaci 422 458 92,14 9 Larangan 172 217 79,26

10 Neglasari 58 92 63,04

11 Periuk 358 392 91,33 12 Pinang 338 370 91,35

13 Tangerang 456 491 92,87

Jumlah 3.239 3.690 87,78

Page 92: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 68

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Lulusan Pada Jenjang MTs

Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang

MTs Pada Tahun Sebelumnya

Angka Kelulusan (AL) MTs (%)

Tahun 2009 3.239 3.254 99,54

Tahun 2008 2.665 2.693 98,96

Tahun 2007 2.665 2.693 98,96

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Angka Kelulusan (AL) MTs adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang

pendidikan MTs terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama, dinyatakan

dalam persentase. Angka kelulusan MTs Kota Tangerang pada tahun 2010 tercatat

mengalami penurunan dibandingkan 3 tahun sebelumnya.

6. Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA

Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus

jenjang pendidikan SMA/SMK/MA terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang

sama, dinyatakan dalam persentase.

Tabel 2.64 Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Lulusan Pada Jenjang SMA/SMK/MA

Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang

SMA/SMK/MA Pada Tahun Sebelumnya

Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA (%)

1 Batuceper 1.017 1.056 96,31 2 Benda 267 265 100,75

3 Cibodas 604 622 97,11

4 Ciledug 2.414 2.403 100,46 5 Cipondoh 2.301 2.319 99,22

6 Jatiuwung 675 686 98,40

7 Karang Tengah 1.520 1.524 99,74

8 Karawaci 3.476 3.545 98,05 9 Larangan 409 407 100,49

10 Neglasari 578 591 97,80

11 Periuk 539 565 95,40 12 Pinang 1.104 1.109 99,55

13 Tangerang 6.333 6.348 99,76

Jumlah 21.237 21.440 99,05

Tahun 2009 20.756 21.070 98,51 Tahun 2008 19.822 18.839 105,22

Tahun 2007 19.816 18.841 105,17

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Page 93: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 69

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka

Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA sebesar 99,05%, capaian angka kelulusan tersebut

menandakan penurunan angka kelulusan apabila dibandingkan dengan angka kelulusan di

tahun 2008 yang mencapai 105,22%, tetapi lebih baik dari capaian tahun 2009 yang

mencapai 98,51%. Berbicara mengenai tingkat Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA di tingkat

kecamatan Kota Tangerang ini, rata-rata semua kecamatan memiliki nilai Angka Kelulusan

(AL) SMA/SMK/MA diatas 95%.

7. Angka Kelulusan (AL) SMA

Angka Kelulusan (AL) SMA adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang

pendidikan SMA terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama, dinyatakan

dalam persentase.

Tabel 2.65 Angka Kelulusan (AL) SMA

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Lulusan Pada Jenjang SMA

Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang

SMA Pada Tahun Sebelumnya

Angka Kelulusan (AL) SMA (%)

1 Batuceper 596 594 100,34 2 Benda 73 72 101,39

3 Cibodas 576 577 99,83

4 Ciledug 1.051 1.048 100,29 5 Cipondoh 975 978 99,69

6 Jatiuwung 324 322 100,62

7 Karang Tengah 1.194 1.190 100,34 8 Karawaci 1.991 1.995 99,80

9 Larangan 336 335 100,30

10 Neglasari 394 391 100,77

11 Periuk 310 311 99,68 12 Pinang 654 653 100,15

13 Tangerang 2.116 2.116 100,00

Jumlah 10.590 10.582 100,08 Tahun 2009 10.430 10.458 99,73

Tahun 2008 9.506 9.900 96,02

Tahun 2007 9.500 9.900 95,96

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka

Kelulusan (AL) SMA sebesar 100,08%, capaian angka kelulusan tersebut menandakan

kenaikan angka kelulusan apabila dibandingkan dengan angka kelulusan di 3 tahun

sebelumnya. Angka kelulusan SMA ini perlu menjadi catatan karena jumlah lulusan lebih

besar dari jumlah siswa yang seharusnya lulus, walaupun ada kemungkinan kelebihan angka

Page 94: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 70

ini dikarenakan adanya siswa pindahan setelah pencatatan jumlah siswa pada tahun

sebelumnya dilakukan.

8. Angka Kelulusan (AL) SMK

Angka Kelulusan (AL) SMK adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang

pendidikan SMK terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama, dinyatakan

dalam persentase.

Tabel 2.66 Angka Kelulusan (AL) SMK

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Lulusan Pada Jenjang SMK

Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang

SMK Pada Tahun Sebelumnya

Angka Kelulusan (AL) SMK (%)

1 Batuceper 421 462 91,13

2 Benda 20 25 80,00

3 Cibodas 28 45 62,22 4 Ciledug 1.363 1.355 100,59

5 Cipondoh 1.106 1.125 98,31

6 Jatiuwung 312 332 93,98

7 Karang Tengah 326 334 97,60 8 Karawaci 1.243 1.268 98,03

9 Larangan 34 42 80,95

10 Neglasari 134 159 84,28 11 Periuk 11 27 40,74

12 Pinang 395 410 96,34

13 Tangerang 4.217 4.232 99,65

Jumlah 9.610 9.816 97,90 Tahun 2009 9.449 9.692 97,49

Tahun 2008 9.639 8.262 116,67

Tahun 2007 9.639 8.262 116,67 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka

Kelulusan (AL) SMK sebesar 97,90%, capaian angka kelulusan tersebut menandakan

penurunan angka kelulusan apabila dibandingkan dengan angka kelulusan di tahun 2007 dan

2008 yang mencapai 116,67%, tetapi lebih baik dari capaian tahun 2009 yang mencapai

97,49%.

Page 95: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 71

9. Angka Kelulusan (AL) MA

Angka Kelulusan (AL) MA adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang

pendidikan MA terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama, dinyatakan

dalam persentase.

Tabel 2.67 Angka Kelulusan (AL) MA

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Lulusan Pada Jenjang MA

Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang

MA Pada Tahun Sebelumnya

Angka Kelulusan (AL) MA (%)

1 Batuceper 0 0 0,00 2 Benda 174 168 103,57

3 Cibodas 0 0 0,00

4 Ciledug 0 0 0,00 5 Cipondoh 220 216 101,85

6 Jatiuwung 39 32 121,88

7 Karang Tengah 0 0 0,00 8 Karawaci 242 282 85,82

9 Larangan 39 30 130,00

10 Neglasari 50 41 121,95

11 Periuk 218 227 96,04 12 Pinang 55 46 119,57

13 Tangerang 0 0 0,00

Jumlah 1.037 1.042 99,52 Tahun 2009 877 920 95,33

Tahun 2008 677 677 100,00

Tahun 2007 677 679 99,71

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka

Kelulusan (AL) MA sebesar 99,52%, capaian angka kelulusan tersebut menunjukkan

penurunan angka kelulusan apabila dibandingkan dengan angka kelulusan di tahun 2008

yang mencapai sempurna yakni 100%, tetapi menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan

dengan capaian di tahun 2009 yang mencapai 95,33%.

h. Angka Melanjutkan (AM)

1. Angka Melanjutkan (AM) Dari SD/MI Ke SMP/MTs

Angka Melanjutkan (AM) Dari SD/MI Ke SMP/MTs adalah perbandingan antara jumlah lulusan

jenjang sekolah dasar, termasuk MI, ula, dan paket A setara SD terhadap jumlah siswa baru

Page 96: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 72

tingkat 1 pada jenjang SMP, termasuk MTs, wustha, dan paket B setara SMP dinyatakan

dalam persentase.

Tabel 2.68 Angka Melanjutkan (AM) Dari SD/MI Ke SMP/MTs

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Siswa Baru Tingkat I Pada Jenjang

SMP/MTs

Jumlah Lulusan Pada Jenjang SD/MI Tahun Ajaran Sebelumnya

Angka Melanjutkan (AM) Dari SD/MI Ke SMP/MTs

(%)

1 Batuceper 860 1.091 78,83 2 Benda 1.135 1.236 91,83

3 Cibodas 1.752 2.204 79,49

4 Ciledug 2.181 2.636 82,74 5 Cipondoh 2.923 2.798 104,47

6 Jatiuwung 1.280 1.291 99,15

7 Karang Tengah 1.689 1.340 126,04

8 Karawaci 3.043 2.947 103,26 9 Larangan 1.168 1.592 73,37

10 Neglasari 1.095 1.469 74,54

11 Periuk 1.504 2.076 72,45 12 Pinang 1.609 2.006 80,21

13 Tangerang 5.232 2.888 181,16

Jumlah 25.471 25.574 99,60 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka

Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs sebesar 99,60%. Berbicara mengenai tingkat

Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs di tingkat kecamatan Kota Tangerang ini,

semua kecamatan memiliki angka melanjutkan yang bervariatif, yang berada pada kisaran

72% sampai dengan 181%. Dari 13 kecamatan di Kota Tangerang ini, Angka Melanjutkan

(AL) dari SD/MI ke SMP/MTs Kecamatan Tangerang menjadi kecamatan yang paling tinggi

jumlah angka melanjutkannya dengan tingkat melanjutkan sebanyak 181,16%, berbeda

dengan Kecamatan Periuk yang hanya mencapai 72,45%.

2. Angka Melanjutkan (AM) Dari SMP/MTs Ke SMA/SMK/MA

Angka Melanjutkan (AM) Dari SMP/MTs Ke SMA/SMK/MA adalah perbandingan antara

jumlah lulusan SMP dan sederajat (termasuk MTs, wustha, dan paket B setara SMP)

terhadap jumlah siswa baru tingkat 1 pada SM (termasuk SMA, SMK, MA, dan paket C setara

SMA), dinyatakan dalam persentase.

Page 97: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 73

Tabel 2.69 Angka Melanjutkan (AM) Dari SMP/MTs Ke SMA/SMK/MA

No Kecamatan

Tahun 2010 Jumlah Siswa Baru

Tingkat I Pada Jenjang SMA/SMK/MA

Jumlah Lulusan Pada Jenjang SMP/MTs

Tahun Ajaran Sebelumnya

Angka Melanjutkan (AM) Dari SMP/MTs Ke SMA/SMK/MA (%)

1 Batuceper 1.140 969 117,65

2 Benda 571 890 64,16 3 Cibodas 851 1.895 44,91

4 Ciledug 2.565 2.721 94,27

5 Cipondoh 3.727 2.837 131,37 6 Jatiuwung 556 998 55,71

7 Karang Tengah 1.449 1.215 119,26

8 Karawaci 3.568 2.477 144,05

9 Larangan 602 730 82,47 10 Neglasari 1.016 1.013 100,30

11 Periuk 948 1.244 76,21

12 Pinang 2.031 1.256 161,70 13 Tangerang 6.951 5.069 137,13

Jumlah 25.975 23.314 111,41

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka

Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs Ke SMA/SMK/MA sebesar 111,41%. Angka melanjutkan

yang melebihi 100% ini menunjukkan bahwa banyak siswa SMA/SMK/MA yang berasal dari

wilayah Kota Tangerang.

Berbicara mengenai tingkat Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs Ke SMA/SMK/MA di

tingkat kecamatan Kota Tangerang ini, semua kecamatan memiliki angka melanjutkan yang

bervariatif, yang berada pada kisaran 44% sampai dengan 161%. Dari 13 kecamatan di Kota

Tangerang ini, Angka Melanjutkan (AL) dari SMP/MTs Ke SMA/SMK/MA Kecamatan Pinang

menjadi kecamatan yang paling tinggi jumlah angka melanjutkannya dengan tingkat

melanjutkan sebanyak 161,70%, berbeda dengan Kecamatan Cibodas yang hanya mencapai

44,91%.

Page 98: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 74

i. Persentase Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1/D4

Tabel 2.70

Persentase Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1/D4

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Guru SD/MI/SMP/MTs/SMA/

SMK/MA Berijazah Kualifikasi S1/D4

Jumlah Guru SD/MI/SMP/MTs/

SMA/SMK/MA

Persentase Guru Yang Memenuhi Kualifikasi

S1/D4 (%)

1 Batuceper 530 842 62,95

2 Benda 405 652 62,12

3 Cibodas 725 1.074 67,50 4 Ciledug 1.290 1.660 77,71

5 Cipondoh 1.615 2.177 74,18

6 Jatiuwung 424 649 65,33 7 Karang Tengah 770 990 77,78

8 Karawaci 1.459 2.030 71,87

9 Larangan 614 840 73,10 10 Neglasari 580 897 64,66

11 Periuk 750 1.144 65,56

12 Pinang 1.162 1.453 79,97

13 Tangerang 2.508 3.122 80,33 Jumlah 12.832 17.530 73,20

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki persentase

guru yang memenuhi kualifikasi S1/D4 sebesar 73,20%. Berdasarkan kecamatan, persentase

guru yang memenuhi kualifikasi S1/D4 menunjukkan angka yang setara di tiap kecamatan.

B. Urusan Kesehatan

1. Rasio Posyandu Per Satuan Balita

Rasio Posyandu Per Satuan Balita merupakan jumlah posyandu per 1.000 balita.

Tabel 2.71 Rasio Posyandu Per Satuan Balita

No Kecamatan Jumlah Posyandu Jumlah Balita Rasio Posyandu Per

Satuan Balita 1 Batuceper 53 5.286 10,03

2 Benda 49 3.202 15,30

3 Cibodas 94 8.112 11,59 4 Ciledug 101 6.973 14,48

5 Cipondoh 95 8.914 10,66

6 Jatiuwung 55 8.639 6,37 7 Karang Tengah 74 4.180 17,70

Page 99: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 75

No Kecamatan Jumlah Posyandu Jumlah Balita Rasio Posyandu Per

Satuan Balita 8 Karawaci 130 8.856 14,68

9 Larangan 97 7.563 12,83

10 Neglasari 60 7.331 8,18

11 Periuk 63 7.231 8,71 12 Pinang 86 5.627 15,28

13 Tangerang 74 5.073 14,59

Tahun 2010 1.031 86.987 11,85 Tahun 2009 997 76.279 13,07

Tahun 2008 982 85.238 11,52

Tahun 2007 957 93.542 10,23

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel data Rasio Posyandu Per Satuan Balita tahun 2010, Kota Tangerang

memiliki rasio sebesar 11,85, yang berarti setiap 1.000 balita terdapat 11 posyandu. Jika

dilihat data tahun-tahun sebelumnya, walaupun menurun dibandingkan tahun 2009 akan

tetapi rasio posyandu menunjukkan trend yang terus meningkat sejak tahun 2007.

2. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Puskesmas Pembantu Per Satuan Penduduk

Rasio Puskesmas, Poliklinik, Puskesmas Pembantu Per Satuan Penduduk adalah jumlah

puskesmas, poliklinik, pustu per 1.000 penduduk.

Tabel 2.72 Rasio Puskesmas, Poliklinik, Puskesmas Pembantu Per Satuan Penduduk

No Kecamatan Jumlah Puskesmas,

Poliklinik, Puskesmas Pembantu

Jumlah Penduduk

Rasio Puskesmas, Poliklinik, Puskesmas Pembantu Per Satuan

Penduduk

1 Batuceper 2 90.590 0,02 2 Benda 4 83.017 0,05

3 Cibodas 2 142.479 0,01

4 Ciledug 2 147.023 0,01 5 Cipondoh 4 216.346 0,02

6 Jatiuwung 1 120.216 0,01

7 Karang Tengah 3 118.473 0,03

8 Karawaci 5 171.317 0,03 9 Larangan 3 163.901 0,02

10 Neglasari 3 103.504 0,03

11 Periuk 4 129.384 0,03 12 Pinang 4 160.206 0,02

13 Tangerang 2 152.145 0,01

Tahun 2010 39 1.798.601 0,02 Tahun 2009 39 1.652.590 0,02

Tahun 2008 38 1.531.666 0,02

Tahun 2007 38 1.508.414 0,03

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Page 100: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 76

Dilihat dari tabel data Rasio Puskesmas, Poliklinik, Puskesmas Pembantu Per Satuan

Penduduk tahun 2010, Kota Tangerang memiliki rasio sebesar 0,02, yang berarti setiap 1.000

penduduk terdapat 0,02 puskesmas atau dengan kata lain setiap 100.000 penduduk terdapat

2 puskesmas. Angka ini menunjukkan trend yang tetap jika dibandingkan dengan angka 3

tahun sebelumnya.

3. Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk

Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk adalah jumlah rumah sakit per 1.000 penduduk.

Rasio ini mengukur ketersediaan fasilitas rumah sakit berdasarkan jumlah penduduk.

Tabel 2.73 Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk

No Kecamatan Jumlah Rumah Sakit Jumlah Penduduk Rasio Rumah Sakit Per

Satuan Penduduk 1 Batuceper 0 90.590 0,00

2 Benda 0 83.017 0,00

3 Cibodas 1 142.479 0,01 4 Ciledug 3 147.023 0,02

5 Cipondoh 0 216.346 0,00

6 Jatiuwung 3 120.216 0,02

7 Karang Tengah 2 118.473 0,02 8 Karawaci 4 171.317 0,02

9 Larangan 1 163.901 0,01

10 Neglasari 1 103.504 0,01 11 Periuk 1 129.384 0,01

12 Pinang 1 160.206 0,01

13 Tangerang 6 152.145 0,04 Tahun 2010 23 1.798.601 0,01

Tahun 2009 23 1.652.590 0,01

Tahun 2008 21 1.531.666 0,01

Tahun 2007 18 1.508.414 0,01 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011

BPS Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel data Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk tahun 2010, Kota Tangerang

memiliki rasio sebesar 0,01, yang berarti terdapat 1 rumah sakit per 100.000 penduduk.

Berdasarkan data per kecamatan, dapat dilihat bahwa masih terjadi pemusatan penyediaan

sarana rumah sakit pada Kecamatan Tangerang dan Karawaci.

4. Rasio Dokter Per Satuan Penduduk

Rasio Dokter Per Satuan Penduduk adalah jumlah dokter per 1.000 penduduk. Rasio ini

mengukur ketersediaan akses penduduk terhadap tenaga dokter.

Page 101: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 77

Tabel 2.74 Rasio Dokter Per Satuan Penduduk

No Kecamatan Jumlah Dokter Jumlah Penduduk Rasio Dokter Per Satuan Penduduk

1 Batuceper 5 90.590 0,06

2 Benda 4 83.017 0,05 3 Cibodas 29 142.479 0,20

4 Ciledug 24 147.023 0,16

5 Cipondoh 10 216.346 0,05 6 Jatiuwung 23 120.216 0,19

7 Karang Tengah 29 118.473 0,24

8 Karawaci 34 171.317 0,20

9 Larangan 20 163.901 0,12 10 Neglasari 25 103.504 0,24

11 Periuk 10 129.384 0,08

12 Pinang 13 160.206 0,08 13 Tangerang 90 152.145 0,59

Tahun 2010 316 1.798.601 0,18

Tahun 2009 282 1.652.590 0,17

Tahun 2008 234 1.531.666 0,15 Tahun 2007 202 1.508.414 0,13

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel data Rasio Dokter Per Satuan Penduduk tahun 2010, Kota Tangerang

memiliki rasio sebesar 0,18, yang berarti terdapat 18 dokter setiap 100.000 penduduk. Angka

ini menunjukkan trend yang terus meningkat sejak tahun 2007.

Berdasarkan data per kecamatan, masih terjadi pengumpulan dokter pada Kecamatan

Tangerang, berbanding terbalik dengan Kecamatan Batuceper dan Benda yang rasio dokter

per penduduknya sangat kecil.

5. Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk

Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk adalah jumlah tenaga medis per 1.000 penduduk.

Rasio ini mengukur ketersediaan akses penduduk terhadap tenaga medis.

Tabel 2.75 Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk

No Kecamatan Jumlah Tenaga Medis Jumlah Penduduk Rasio Tenaga Medis Per

Satuan Penduduk

1 Batuceper 9 90.590 0,10 2 Benda 9 83.017 0,11

3 Cibodas 75 142.479 0,53

4 Ciledug 114 147.023 0,78

Page 102: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 78

5 Cipondoh 18 216.346 0,08

6 Jatiuwung 71 120.216 0,59

7 Karang Tengah 85 118.473 0,72 8 Karawaci 134 171.317 0,78

9 Larangan 62 163.901 0,38

10 Neglasari 57 103.504 0,55 11 Periuk 40 129.384 0,31

12 Pinang 51 160.206 0,32

13 Tangerang 407 152.145 2,68

Tahun 2010 1.132 1.798.601 0,63 Tahun 2009 1.049 1.652.590 0,63

Tahun 2008 903 1.531.666 0,59

Tahun 2007 861 1.508.414 0,57 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011

BPS Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel data Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk tahun 2010, Kota

Tangerang memiliki rasio sebesar 0,63, yang berarti bahwa terdapat 63 tenaga medis per

100.000 penduduk. Angka ini menunjukkan trend yang terus meningkat sejak tahun 2007.

6. Tingkat Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani

Tabel 2.76 Tingkat Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani

No Kecamatan

Jumlah Komplikasi Kebidanan Yang

Mendapat Penanganan Definitif Di Satu Wilayah

Kerja Pada Kurun Waktu Tertentu

Jumlah Ibu Dengan Komplikasi Kebidanan Di Satu Wilayah Kerja

Pada Kurun Waktu Tertentu

Tingkat Cakupan Komplikasi Kebidanan

Yang Ditangani (%)

1 Batuceper 171 375 45,60

2 Benda 193 313 61,66 3 Cibodas 456 619 73,67

4 Ciledug 325 512 63,48

5 Cipondoh 806 765 105,36

6 Jatiuwung 131 554 23,65 7 Karang Tengah 325 478 67,99

8 Karawaci 533 769 69,31

9 Larangan 327 648 50,46 10 Neglasari 324 430 75,35

11 Periuk 349 511 68,30

12 Pinang 711 630 112,86 13 Tangerang 636 610 104,26

Tahun 2010 5.287 7.214 73,29

Tahun 2009 4.002 7.214 55,48

Tahun 2008 1.793 7.065 25,38 Tahun 2007 791 5.144 15,38

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011

Page 103: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 79

Dilihat dari tabel data Tingkat Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani tahun 2010,

Kota Tangerang memiliki jumlah sebesar 73,29%. Hal ini menunjukkan kenaikan jumlah

dibandingkan dengan 3 tahun sebelumnya. Dari ke 13 kecamatan di Kota Tangerang,

Kecamatan Pinang memiliki jumlah paling tinggi diantara kecamatan lainnya dengan jumlah

sebanyak 112,86%. Berbeda sebaliknya dengan Kecamatan Jatiuwung yang hanya mencapai

23,65%.

7. Tingkat Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan Atau Tenaga Kesehatan Yang

Memiliki Kompetensi Kebidanan

Tabel 2.77 Tingkat Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan Atau Tenaga Kesehatan Yang

Memiliki Kompetensi Kebidanan

No Kecamatan

Jumlah Ibu Bersalin Yang Ditolong Oleh

Tenaga Kesehatan Di Satu Wilayah Kerja Pada Kurun Waktu

Tertentu

Jumlah Seluruh Sasaran Ibu Bersalin Di

Satu Wilayah Kerja Pada Kurun Waktu

Yang Sama

Tingkat Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan Atau Tenaga

Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi

Kebidanan (%)

1 Batuceper 1.532 1.793 85,44

2 Benda 1.168 1.499 77,92

3 Cibodas 2.557 2.961 86,36 4 Ciledug 2.157 2.452 87,97

5 Cipondoh 3.148 3.659 86,03

6 Jatiuwung 2.436 2.652 91,86 7 Karang Tengah 1.933 2.286 84,56

8 Karawaci 3.240 3.677 88,12

9 Larangan 2.769 3.102 89,26 10 Neglasari 1.731 2.058 84,11

11 Periuk 1.972 2.444 80,69

12 Pinang 2.592 3.014 86,00

13 Tangerang 2.581 2.918 88,45 Jumlah 29.816 34.515 86,39

Tahun 2009 30.081 34.515 87,15

Tahun 2008 34.531 41.569 83,07 Tahun 2007 33.482 40.828 82,01

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel data Tingkat Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan Atau Tenaga

Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan tahun 2010, Kota Tangerang memiliki

cakupan pertolongan sebesar 86,39%. Bila dibandingkan dengan data 3 tahun sebelumnya,

angka ini menunjukkan trend yang terus meningkat. Dari ke 13 kecamatan di Kota Tangerang,

Kecamatan Jatiuwung memiliki tingkat rasio paling tinggi diantara kecamatan lainnya dengan

jumlah rasio sebanyak 91,86%. Berbeda sebaliknya dengan Kecamatan Benda yang hanya

mencapai 77,92%.

Page 104: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 80

8. Tingkat Cakupan Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

Tabel 2.78 Tingkat Cakupan Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

No Kecamatan Jumlah Kelurahan UCI Jumlah Seluruh

Kelurahan

Tingkat Cakupan Kelurahan Universal Child Immunization

(UCI) (%) 1 Batuceper 6 7 85,71

2 Benda 5 5 100,00

3 Cibodas 6 6 100,00 4 Ciledug 7 8 87,50

5 Cipondoh 10 10 100,00

6 Jatiuwung 6 6 100,00 7 Karang Tengah 7 7 100,00

8 Karawaci 16 16 100,00

9 Larangan 8 8 100,00

10 Neglasari 7 7 100,00 11 Periuk 5 5 100,00

12 Pinang 11 11 100,00

13 Tangerang 8 8 100,00 Tahun 2010 102 104 98,08

Tahun 2009 92 104 88,46

Tahun 2008 92 104 88,46

Tahun 2007 97 104 93,27 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel data Tingkat Cakupan Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) tahun

2010, Kota Tangerang memiliki cakupan kelurahan UCI sebesar 98,08%. Hal ini menunjukkan

kenaikan jumlah dibandingkan dengan 3 tahun sebelumnya.

Bila dilihat dari proporsi tingkat cakupan kelurahan UCI per kecamatan di Kota Tangerang,

jumlahnya hampir homogen dengan nilai rata-rata 100%, hanya saja Kecamatan Batuceper

dan Kecamatan Ciledug berada di poin 85,7% dan 87,5%.

Page 105: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 81

9. Tingkat Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Tabel 2.79 Tingkat Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

No Kecamatan

Jumlah Balita Gizi Buruk Mendapat

Perawatan Di Sarana Pelayanan Kesehatan Di Satu Wilayah Kerja

Pada Kurun Waktu Tertentu

Jumlah Seluruh Balita Gizi Buruk Yang

Ditemukan Di Satu Wilayah Kerja Pada Kurun Waktu Yang

Sama

Tingkat Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat

Perawatan (%)

1 Batuceper 27 27 100,00

2 Benda 9 9 100,00 3 Cibodas 7 7 100,00

4 Ciledug 11 11 100,00

5 Cipondoh 46 46 100,00 6 Jatiuwung 19 19 100,00

7 Karang Tengah 24 24 100,00

8 Karawaci 30 30 100,00

9 Larangan 17 17 100,00 10 Neglasari 25 25 100,00

11 Periuk 13 13 100,00

12 Pinang 21 21 100,00 13 Tangerang 26 26 100,00

Tahun 2010 275 275 100,00

Tahun 2009 246 246 100,00

Tahun 2008 131 131 100,00 Tahun 2007 141 141 100,00

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel data Tingkat Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan tahun 2010,

Kota Tangerang memiliki cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan sebesar 100%.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan sudah

sangat baik, begitu pula dengan tahun 2007, 2008 dan 2009 sudah mencapai 100%. Hal ini

juga tentunya sesuai dengan harapan masyarakat di Kota Tangerang.

Page 106: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 82

10. Tingkat Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA

Tabel 2.80 Tingkat Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA

No Kecamatan

Jumlah Penderita Baru TBC BTA (+) Yang

Ditemukan dan Diobati Di Satu Wilayah Kerja Selama Satu Tahun

Jumlah Perkiraan Penderita Baru TBC

BTA (+) Dalam Kurun Waktu Yang Sama

Tingkat Cakupan Penemuan Dan

Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA (%)

1 Batuceper 57 82 69,51 2 Benda 62 68 91,18

3 Cibodas 57 135 42,22

4 Ciledug 101 111 90,99

5 Cipondoh 97 166 58,43 6 Jatiuwung 54 121 44,63

7 Karang Tengah 72 104 69,23

8 Karawaci 131 167 78,44 9 Larangan 67 141 47,52

10 Neglasari 98 94 104,26

11 Periuk 51 111 45,95 12 Pinang 113 137 82,48

13 Tangerang 111 133 83,46

Tahun 2010 1.071 1.570 68,22

Tahun 2009 1.146 1.570 72,99 Tahun 2008 1.085 1.685 64,39

Tahun 2007 1.222 1.655 73,84

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel data Tingkat Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit TBC

BTA tahun 2010, Kota Tangerang memiliki cakupan penemuan dan penanganan penderita

penyakit TBC BTA sebesar 68,22%. Capaian ini bila dibandingkan dengan capaian pada

tahun 2009 memiliki hasil yang lebih rendah, tetapi lebih tinggi 3,83% apabila dibandingkan

dengan capaian di tahun 2008. Berbicara mengenai tingkat cakupan penemuan dan

penanganan penderita penyakit TBC BTA per kecamatan di Kota Tangerang ini, penemuan

dan penanganan terbaik diperoleh oleh Kecamatan Neglasari dengan jumlah 104,26%,

berbeda dengan Kecamatan Cibodas, kecamatan yang menyandang sebagai kecamatan

yang mempunyai predikat terendah (untuk kasus ini) dari 13 kecamatan yang ada di Kota

Tangerang yang hanya mencapai 42,22% saja.

Page 107: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 83

11. Tingkat Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit DBD

Tabel 2.81 Tingkat Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit DBD

No Kecamatan

Jumlah Penderita DBD Yang Ditemukan

Ditangani Sesuai SOP Di Satu Wilayah Kerja Selama Satu Tahun

Jumlah Penderita DBD Yang Ditemukan Di Satu Wilayah Dalam Kurun Waktu Yang

Sama

Tingkat Cakupan Penemuan Dan

Penanganan Penderita Penyakit DBD (%)

1 Batuceper 37 37 100,00 2 Benda 28 28 100,00

3 Cibodas 69 69 100,00

4 Ciledug 62 62 100,00

5 Cipondoh 147 147 100,00 6 Jatiuwung 121 121 100,00

7 Karang Tengah 45 45 100,00

8 Karawaci 138 138 100,00 9 Larangan 64 64 100,00

10 Neglasari 19 19 100,00

11 Periuk 97 97 100,00 12 Pinang 107 107 100,00

13 Tangerang 107 107 100,00

Tahun 2010 1.041 1.041 100,00

Tahun 2009 845 845 100,00 Tahun 2008 932 932 100,00

Tahun 2007 1.361 1.361 100,00

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel data Tingkat Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit DBD

tahun 2010, Kota Tangerang memiliki cakupan penemuan dan penanganan penderita

penyakit DBD sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa capaian yang diraih oleh Kota

Tangerang sudah sangat baik, yaitu sudah mencapai 100%, dimana kondisi ini tidak berubah

sejak tahun 2007. Hal ini juga tentunya sesuai dengan harapan masyarakat di Kota

Tangerang.

12. Tingkat Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin

Tabel 2.82 Tingkat Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin

No Kecamatan Jumlah Pasien Miskin di Sarana Kesehatan Strata-2 dan Strata-3

Jumlah masyarakat miskin yang berkunjung

ke Sarana Kesehatan Strata-2 dan Strata-3

Tingkat Cakupan Pelayanan Kesehatan

Rujukan Pasien Masyarakat Miskin

1 Batuceper 959 26.408 3,63 2 Benda 935 24.723 3,78

3 Cibodas 50 19.585 0,26

4 Ciledug 210 23.157 0,91

Page 108: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 84

No Kecamatan Jumlah Pasien Miskin di Sarana Kesehatan Strata-2 dan Strata-3

Jumlah masyarakat miskin yang berkunjung

ke Sarana Kesehatan Strata-2 dan Strata-3

Tingkat Cakupan Pelayanan Kesehatan

Rujukan Pasien Masyarakat Miskin

5 Cipondoh 985 26.977 3,65 6 Jatiuwung 368 18.962 1,94

7 Karang Tengah 299 20.647 1,45

8 Karawaci 1.116 44.731 2,49

9 Larangan 118 23.444 0,50 10 Neglasari 352 55.133 0,64

11 Periuk 251 30.706 0,82

12 Pinang 120 29.117 0,41 13 Tangerang 5.772 21.700 26,60

Tahun 2010 11.536 365.290 3,16

Tahun 2009 7.453 376.694 1,98 Tahun 2008 6.525 246.800 2,64

Tahun 2007 813 134.438 0,60

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel data Tingkat Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat

Miskin tahun 2010, Kota Tangerang memiliki cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien

masyarakat miskin sebesar 3,16%. Capaian ini mengalami peningkatan apabila dibandingkan

dengan capaian 3 tahun sebelumnya. Berbicara mengenai tingkat cakupan pelayanan

kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin per kecamatan di Kota Tangerang ini,

pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin terbaik diperoleh oleh Kecamatan

Tangerang dengan jumlah 26,60%, sebaliknya Kecamatan Cibodas yang menyandang

sebagai kecamatan yang mempunyai predikat terendah (untuk kasus ini) dari 13 kecamatan

yang ada di Kota Tangerang yang hanya mencapai 0,26% saja.

13. Tingkat Cakupan Kunjungan Bayi

Tabel 2.83 Tingkat Cakupan Kunjungan Bayi

No Kecamatan

Jumlah Bayi Memperoleh Pelayanan

Kesehatan Sesuai Standar Di Satu Wilayah

Kerja Dalam Kurun Waktu Tertentu

Jumlah Seluruh Bayi Lahir Hidup Di Satu

Wilayah Kerja Dalam Kurun Waktu Yang

Sama

Tingkat Cakupan Kunjungan Bayi (%)

1 Batuceper 1.486 1.623 91,56 2 Benda 1.311 1.357 96,61

3 Cibodas 2.581 2.681 96,27

4 Ciledug 2.003 2.220 90,23 5 Cipondoh 3.060 3.314 92,34

6 Jatiuwung 2.363 2.401 98,42

7 Karang Tengah 2.047 2.071 98,84 8 Karawaci 3.167 3.329 95,13

9 Larangan 2.591 2.808 92,27

Page 109: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 85

No Kecamatan

Jumlah Bayi Memperoleh Pelayanan

Kesehatan Sesuai Standar Di Satu Wilayah

Kerja Dalam Kurun Waktu Tertentu

Jumlah Seluruh Bayi Lahir Hidup Di Satu

Wilayah Kerja Dalam Kurun Waktu Yang

Sama

Tingkat Cakupan Kunjungan Bayi (%)

10 Neglasari 1.803 1.864 96,73

11 Periuk 1.997 2.213 90,24 12 Pinang 2.652 2.729 97,18

13 Tangerang 2.520 2.642 95,38

Tahun 2010 29.581 31.252 94,65

Tahun 2009 29.897 31.252 95,66 Tahun 2008 35.990 39.332 91,50

Tahun 2007 37.723 38.629 97,65

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel data Tingkat Cakupan Kunjungan Bayi tahun 2010, Kota Tangerang memiliki

cakupan kunjungan bayi sebesar 94,65%. Walaupun menunjukkan angka yang telah

mendekati 100% (sempurna), akan tetapi berdasarkan data sejak tahun 2007 angka ini

menunjukkan trend yang cenderung menurun. Berbicara mengenai rata-rata tingkat cakupan

kunjungan bayi per kecamatan di Kota Tangerang ini, rata-rata capaian per kecamatan lebih

dari 90%, hal ini menunjukkan masyarakat semakin memahami akan pentingnya kesehatan

untuk anak-anak bayi-nya.

14. Cakupan Puskesmas

Tabel 2.84 Cakupan Puskesmas

No. Uraian

Tahun 2010

Jumlah Puskesmas Jumlah Kecamatan Cakupan Puskesmas

(%)

1 Kota Tangerang 30 13 230,77

Tahun 2009 25 13 192,31

Tahun 2008 25 13 192,31

Tahun 2007 25 13 192,31

Sumber: BPS Kota Tangerang, 2011

Berdasarkan data, tingkat cakupan Puskesmas di Kota Tangerang tahun 2010 telah mencapai

230,77%, atau lebih dari 2 kali lipat dari kebutuhan minimal Puskesmas di perkotaan yang

hanya 1 Puskesmas per kecamatan. Kondisi ini meningkat dibandingkan 3 tahun sebelumnya.

Page 110: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 86

15. Cakupan Puskesmas Pembantu

Tabel 2.85 Cakupan Puskesmas Pembantu

No. Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Puskesmas Pembantu

Jumlah Kelurahan Cakupan Puskesmas

Pembantu (%)

1 Batuceper 0 7 0,00 2 Benda 2 5 40,00

3 Cibodas 0 6 0,00

4 Ciledug 0 8 0,00 5 Cipondoh 0 10 0,00

6 Jatiuwung 0 6 0,00

7 Karang Tengah 0 7 0,00 8 Karawaci 1 16 6,25

9 Larangan 1 8 12,50

10 Neglasari 1 7 14,29

11 Periuk 2 5 40,00 12 Pinang 2 11 18,18

13 Tangerang 0 8 0,00

Tahun 2010 9 104 8,65 Tahun 2009 13 104 12,50

Tahun 2008 13 104 12,50

Tahun 2007 13 104 12,50

Sumber: BPS Kota Tangerang, 2011

Cakupan puskesmas pembantu menunjukkan tingkat cakupan pelayanan puskesmas

pembantu, yang membandingkan antara jumlah puskesmas pembantu dengan jumlah

kelurahan. Tingkat cakupan puskesmas pembantu di Kota Tangerang tahun 2010 mencapai

8,65%, menurun dibandingkan 3 tahun sebelumnya. Akan tetapi sebagaimana telah

dijelaskan pada indikator sebelumnya, penurunan cakupan puskesmas pembantu ini diiringi

dengan peningkatan cakupan puskesmas, sehingga bukan merupakan penurunan pelayanan

terhadap masyarakat.

C. Urusan Perumahan

1. Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk

Tabel 2.86 Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk

No Kecamatan Jumlah Tempat Ibadah Jumlah Penduduk Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk

1 Batuceper 91 90.590 1,00

2 Benda 143 83.017 1,72

3 Cibodas 172 142.479 1,21 4 Ciledug 181 147.023 1,23

Page 111: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 87

No Kecamatan Jumlah Tempat Ibadah Jumlah Penduduk Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk

5 Cipondoh 166 216.346 0,77

6 Jatiuwung 117 120.216 0,97

7 Karang Tengah 137 118.473 1,16

8 Karawaci 220 171.317 1,28 9 Larangan 23 163.901 0,14

10 Neglasari 168 103.504 1,62

11 Periuk 157 129.384 1,21 12 Pinang 212 160.206 1,32

13 Tangerang 150 152.145 0,99

Jumlah 1.937 1.798.601 1,08

Sumber: BPS Kota Tangerang, 2011

Rasio tempat ibadah per satuan penduduk membandingkan tingkat ketersediaan tempat

ibadah per 1.000 penduduk. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk di Kota Tangerang

tahun 2010 adalah 1,08, yang berarti bahwa setiap 1.000 penduduk di Kota Tangerang

terdapat 1 tempat ibadah.

2. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk

Tabel 2.87 Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk

No Kecamatan Jumlah Daya Tampung

TPS (m³) Jumlah Penduduk

Rasio Tempat Pembuangan Sampah

(TPS) Per Satuan Penduduk

1 Batuceper 80 90.590 0,88 2 Benda 44 83.017 0,53

3 Cibodas 102 142.479 0,72

4 Ciledug 50 147.023 0,34

5 Cipondoh 46 216.346 0,21 6 Jatiuwung 78 120.216 0,65

7 Karang Tengah 22 118.473 0,19

8 Karawaci 132 171.317 0,77 9 Larangan 16 163.901 0,10

10 Neglasari 54 103.504 0,52

11 Periuk 23 129.384 0,18

12 Pinang 60 160.206 0,37 13 Tangerang 313 152.145 2,06

Jumlah 1.020 1.798.601 0,57

Tahun 2009 852 1.652.590 0,52 Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, 2011

BPS Kota Tangerang, 2011

Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk adalah jumlah daya

tampung tempat pembuangan sampah per 1.000 jumlah penduduk. Dari data tahun 2010

diketahui bahwa rasio TPS per satuan penduduk adalah 0,57, yang berarti terdapat TPS

Page 112: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 88

dengan daya tampung 0,57 m³ setiap 1.000 penduduk. Angka rasio tahun 2010 tersebut telah

mengalami peningkatan yang berarti dibandingkan tahun 2009 dengan angka rasio 0,52.

D. Urusan Pekerjaaan Umum

1. Panjang Jalan Dilalui Roda 4

Tabel 2.88 Panjang Jalan Dilalui Roda 4

No Kecamatan Jumlah Panjang Jalan

(Km) Jumlah Penduduk

Panjang Jalan Dilalui Roda 4

1 Batuceper 90.590 0,00000 2 Benda 83.017 0,00000

3 Cibodas 142.479 0,00000

4 Ciledug 147.023 0,00000 5 Cipondoh 216.346 0,00000

6 Jatiuwung 120.216 0,00000

7 Karang Tengah 118.473 0,00000

8 Karawaci 171.317 0,00000 9 Larangan 163.901 0,00000

10 Neglasari 103.504 0,00000

11 Periuk 129.384 0,00000 12 Pinang 160.206 0,00000

13 Tangerang 152.145 0,00000

Jumlah 372,78 1.798.601 0,00021

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Panjang jalan dilalui roda 4 merupakan indikator yang membandingkan antara panjang jalan

yang dapat dilalui roda 4 yang tersedia di Kota Tangerang dengan jumlah penduduk. Rasio ini

pada tahun 2010 di Kota Tangerang menunjukkan angka 0,00021, atau bisa diartikan bahwa

setiap 100 penduduk di Kota Tangerang terdapat 21 meter jalan yang dapat dilalui roda 4.

E. Urusan Perencanaan Pembangunan

2. Tersedianya Dokumen Perencanaan: RPJPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda

Tabel 2.89 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda

No. Uraian Ketersediaan 1 Dokumen Perencanaan RPJPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda Tahun 2010 Tidak Ada

2 Dokumen Perencanaan RPJPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda Tahun 2009 Tidak Ada

3 Dokumen Perencanaan RPJPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda Tahun 2008 Tidak Ada

4 Dokumen Perencanaan RPJPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda Tahun 2007 Tidak Ada Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang, 2011

Page 113: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 89

Dari tabel data di atas dapat disimpulkan bahwa dengan tidak adanya dokumen perencanaan

RPJPD yang telah ditetapkan dengan Perda maka Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah tidak dapat dikomparasikan dengan realisasi pembangunan jangka panjang daerah

tahun yang bersangkutan. Begitu pula dengan tahun-tahun sebelumnya.

3. Tersedianya Dokumen Perencanaan: RPJMD Yang Telah ditetapkan Dengan

Perda/Perkada

Tabel 2.90 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD Yang Telah ditetapkan Dengan

Perda/Perkada

No. Uraian Ketersediaan

1 Dokumen Perencanaan RPJMD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda/Perkada Tahun 2010

Ada

2 Dokumen Perencanaan RPJMD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda/Perkada Tahun 2009

Ada

3 Dokumen Perencanaan RPJMD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda/Perkada Tahun 2008

Ada

4 Dokumen Perencanaan RPJMD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda/Perkada Tahun 2007

Ada

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya dokumen perencanaan

RPJMD yang telah ditetapkan dengan Perda/Perkada maka Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah dapat dikomparasikan dengan realisasi pembangunan jangka menengah

daerah tahun yang bersangkutan. Begitu pula dengan tahun-tahun sebelumnya. Sehingga

dapat diketahui apakah sudah sesuai dengan program atau tidak.

4. Tersedianya Dokumen Perencanaan: RKPD Yang Telah ditetapkan Dengan

Perkada

Tabel 2.91 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perkada

No. Uraian Ketersediaan

1 Dokumen Perencanaan RKPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perkada Tahun 2010 Ada

2 Dokumen Perencanaan RKPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perkada Tahun 2009 Ada 3 Dokumen Perencanaan RKPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perkada Tahun 2008 Ada

4 Dokumen Perencanaan RKPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perkada Tahun 2007 Ada

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang, 2011

RKPD sebagai salah satu dokumen perencanaan pembangunan daerah mutlak dibutuhkan

suatu daerah dalam merencanakan pembangunannya. Tersedianya dokumen RKPD di Kota

Page 114: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 90

Tangerang tahun 2010 maupun 3 tahun sebelumnya menunjukkan bahwa pemerintah Kota

Tangerang telah bersungguh-sungguh dalam merencanakan pembangunan daerah guna

mensejahterakan masyarakat Kota Tangerang.

5. Tingkat Penjabaran Program RPJMD Kedalam RKPD

Tabel 2.92 Tingkat Penjabaran Program RPJMD Kedalam RKPD

No. Uraian Jumlah

1. Jumlah Program RKPD Tahun Berkenaan 131

2. Jumlah Program RPJMD Yang Harus Dilaksanakan Tahun Berkenaan 131 3. Tingkat Penjabaran Program RPJMD Kedalam RKPD (%) 100,00

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat penjabaran program RPJMD ke

dalam RKPD sudah sesuai dengan program / rencana.

F. Urusan Perhubungan

1. Rasio Ijin Trayek

Tabel 2.93 Rasio Ijin Trayek

No. Uraian 2007 2008 2009 2010 1. Jumlah Ijin Trayek Yang Dikeluarkan 2.467 2.498 2.523 2.530

2. Jumlah Trayek 2.565 2.565 2.565 2.565

3. Rasio Ijin Trayek (%) 96,18 97,39 98,36 98,64 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Tangerang, 2011

Rasio Ijin Trayek adalah perbandingan jumlah ijin trayek yang dikeluarkan selama 1 (satu)

tahun terhadap jumlah penduduk. Dari daftar tabel di atas, rasio ijin trayek pada tahun 2010

mencapai 98,64%, hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari rasio ijin trayek pada 3 tahun

sebelumnya.

2. Jumlah Uji KIR Angkutan Umum

Tabel 2.94 Jumlah Uji KIR Angkutan Umum

No. Uraian 2007 2008 2009 2010 1. Jumlah Uji KIR Angkutan Umum 44.516 46.823 46.860 40.825

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Tangerang, 2011

Page 115: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 91

Jumlah Uji KIR Angkutan Umum adalah jumlah uji KIR angkutan umum selama 1 (satu) tahun.

Dari daftar tabel di atas, jumlah uji KIR angkutan umum pada tahun 2010 adalah sebanyak

40.825 unit. Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni

mencapai jumlah 44.516 unit untuk tahun 2007, 46.823 unit untuk tahun 2008 dan 46.860 unit

untuk tahun 2009.

3. Jumlah Pelabuhan Laut/Bandara/Terminal Bis/Stasiun KA

Tabel 2.95 Jumlah Pelabuhan Laut/Bandara/Terminal Bis/Stasiun KA

No. Uraian 2007 2008 2009 2010

1 Pelabuhan Laut 0 0 0 0

2 Bandara 1 1 1 1 3 Terminal Bis 5 5 5 5

4 Stasiun Kereta Api 4 4 4 4

Jumlah 10 10 10 10 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Tangerang, 2011

Dari daftar tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah terminal bis Kota Tangerang masih

lebih banyak mendominasi dari tempat berkumpulnya suatu armada transportasi umum

lainnya, hal ini ditandai dengan banyaknya sarana terminal bis yang mencapai 5 buah.

Sementara itu terminal bis disusul oleh stasiun kereta api yang mencapai 4 buah dan bandara

1 buah. Jumlah ini tidak berubah sejak tahun 2007.

4. Besarnya Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum

Tabel 2.96 Besarnya Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum

No. Uraian 2007 2008 2009 2010

1 Pengujian Pertama:

A. Mobil Barang, Mobil Bus, Tractor Head dan Kendaraan Khusus

Rp 25.000 Rp 25.000 Rp 25.000 Rp 25.000

B. Mobil Penumpang, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan

Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000

2 Pengujian Berkala

A. Mobil Barang, Mobil Bus, Tractor Head dan Kendaraan Khusus

Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000

B. Mobil Penumpang, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan

Rp 15.000 Rp 15.000 Rp 15.000 Rp 15.000

3 Denda Retribusi:

A. Mobil Barang, Mobil Bus, Tractor Head dan Kendaraan Khusus

Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000

B. Mobil Penumpang, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan

Rp 15.000 Rp 15.000 Rp 15.000 Rp 15.000

4 Sanksi Administrasi:

Page 116: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 92

No. Uraian 2007 2008 2009 2010

A. Mobil Barang, Mobil Bus, Tractor Head dan Kendaraan Khusus

Rp 400 Rp 400 Rp 400 Rp 400

B. Mobil Penumpang, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan

Rp 300 Rp 300 Rp 300 Rp 300

5 Buku Uji Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 5.000 6 Tanda Uji (Sepasang) Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 5.000

7 Tanda Samping Rp 7.500 Rp 7.500 Rp 7.500 Rp 7.500

8 Penilaian Kondisi teknis: A. Mobil Barang, Mobil Bus, Tractor Head

dan Kendaraan Khusus Rp 35.000 Rp 35.000 Rp 35.000 Rp 35.000

B. Mobil Penumpang, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan

Rp 25.000 Rp 25.000 Rp 25.000 Rp 25.000

C. Sepeda Motor Rp 10.000 Rp 10.000 Rp 10.000 Rp 10.000

9 Penggantian Buku Uji/Tanda Uji Yang Hilang/Rusak

Rp 25.000 Rp 25.000 Rp 25.000 Rp 25.000

10 Rekomendasi Numpang Uji Keluar Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000

11 Rekomendasi Mutasi Keluar Rp 35.000 Rp 35.000 Rp 35.000 Rp 35.000 Jumlah Rp 283.200 Rp 283.200 Rp 283.200 Rp 283.200

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Tangerang, 2011

Dari daftar tabel di atas, dapat diketahui bahwa besarnya biaya pengujian kelayakan angkutan

umum di Kota Tangerang tahun 2010 adalah Rp. 283.200,- . Besaran biaya pengujian

kelayakan angkutan umum tahun 2010 ini sama dengan besaran biaya di 3 tahun

sebelumnya.

Tabel 2.97 Tingkat Pemasangan Rambu-Rambu

No. Uraian 2008 2009 2010

1 Jumlah Rambu Terpasang 1.037 1.071 1.112 2 Jumlah Rambu yang Seharusnya Tersedia - - -

3 Tingkat Pemasangan Rambu-rambu - - -

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Tangerang, 2011

Dari daftar tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pemasangan rambu-rambu tahun 2010

di Kota Tangerang mencapai 1.112 unit. Di tahun 2010 ini menunjukkan bahwa tingkat

pemasangan rambu-rambu sudah jauh lebih banyak dibandingkan dengan tingkat

pemasangan rambu-rambu di tahun 2008 dan tahun 2009.

Page 117: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 93

G. Urusan Lingkungan Hidup

1. Persentase Penanganan/Pelayanan Sampah

Tabel 2.98 Persentase Penanganan/Pelayanan Sampah

No Kecamatan Volume Sampah Yang

Ditangani Volume Produksi

Sampah

Persentase Penanganan/ Pelayanan

Sampah (%) 1 Batuceper 132.000,00 231.741,44 56,96

2 Benda 99.000,00 188.030,08 52,65

3 Cibodas 207.000,00 269.933,44 76,69 4 Ciledug 282.000,00 330.296,96 85,38

5 Cipondoh 357.000,00 480.186,56 74,35

6 Jatiuwung 285.000,00 319.824,96 89,11

7 Karang Tengah 144.000,00 266.353,92 54,06 8 Karawaci 372.000,00 380.069,76 97,88

9 Larangan 135.000,00 368.338,88 36,65

10 Neglasari 105.000,00 202.453,44 51,86 11 Periuk 135.000,00 289.072,00 46,70

12 Pinang 144.000,00 359.224,32 40,09

13 Tangerang 534.000,00 341.355,84 156,43 Tahun 2010 2.931.000,00 4.026.881,60 72,79

Tahun 2009 2.362.700,00 3.356.174,80 70,40

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, 2011

Persentase Penanganan/Pelayanan Sampah adalah Proporsi volume sampah yang ditangani

terhadap volume produksi sampah. Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa persentase

penanganan/pelayanan sampah di Kota Tangerang tahun 2010 mencapai 72,79%, angka

capaian ini lebih baik dibandingkan dengan capaian di tahun 2009 yang mendapatkan

70,40%. Persentase paling tinggi penanganan/pelayanan sampah di kecamatan Kota

Tangerang sendiri diperoleh oleh Kecamatan Tangerang dengan capaian 156,43%,

sedangkan paling rendah diperoleh oleh Kecamatan Larangan yang hanya mencapai 36,65%.

2. Tingkat Pencemaran Status Mutu Air Tanah

Tabel 2.99 Tingkat Pencemaran Status Mutu Air Tanah

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Parameter yang Melebihi Baku Mutu

Jumlah Parameter yang Dipantau

Tingkat Pencemaran Status Mutu Air Tanah

(%)

1 Batuceper 3 78 3,85 2 Benda 5 78 6,41

3 Cibodas 1 78 1,28

4 Ciledug 2 78 2,56

Page 118: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 94

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Parameter yang Melebihi Baku Mutu

Jumlah Parameter yang Dipantau

Tingkat Pencemaran Status Mutu Air Tanah

(%)

5 Cipondoh 0 78 0,00

6 Jatiuwung 1 78 1,28 7 Karang Tengah 0 78 0,00

8 Karawaci 3 78 3,85

9 Larangan 2 78 2,56 10 Neglasari 3 78 3,85

11 Periuk 0 78 0,00

12 Pinang 0 78 0,00 13 Tangerang 1 78 1,28

Jumlah 21 1.014 2,07

Tahun 2009 49 1.352 3,62

Tahun 2008 2,31 Tahun 2007 1,85

Sumber: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pencemaran status mutu air tanah di

Kota Tangerang tahun 2010 mencapai 2,07%. Hal ini merupakan capaian yang lebih baik

dibandingkan dengan capaian di tahun 2008 dan 2009 yang masing-masing mencapai 2,31%

dan 3,62%. Hal ini juga merupakan dampak dari kesadaran masyarakat yang mulai tumbuh

sadar dan peduli akan lingkungannya sendiri.

Jika tingkat pencemaran status mutu air tanah dilihat dari tingkat kecamatan, maka

kecamatan dengan tingkat paling baik dengan tingkat status mutu air tanahnya sebesar 0%

diperoleh oleh Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Karawaci, Kecamatan Periuk dan

Kecamatan Pinang. Sedangkan sebaliknya capaian tertinggi tingkat pencemaran status mutu

air tanahnya diperoleh oleh Kecamatan Benda yaitu sebesar 6,41%.

3. Tingkat Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan AMDAL

Tabel 2.100 Tingkat Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan AMDAL

No Kecamatan

Tahun 2010 Jumlah Perusahaan Wajib AMDAL Yang

Telah Diawasi

Jumlah Seluruh Perusahaan Wajib

AMDAL

Tingkat Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan AMDAL

(%)

1 Batuceper 0 4 0,00

2 Benda 0 3 0,00 3 Cibodas 0 1 0,00

4 Ciledug 0 1 0,00

5 Cipondoh 0 4 0,00 6 Jatiuwung 1 3 33,33

7 Karang Tengah 0 1 0,00

Page 119: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 95

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Perusahaan Wajib AMDAL Yang

Telah Diawasi

Jumlah Seluruh Perusahaan Wajib

AMDAL

Tingkat Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan AMDAL

(%) 8 Karawaci 1 4 25,00

9 Larangan 0 0 0,00

10 Neglasari 0 3 0,00

11 Periuk 0 2 0,00 12 Pinang 1 2 50,00

13 Tangerang 0 13 0,00

Tahun 2010 3 41 7,32 Sumber: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat cakupan pengawasan terhadap

pelaksanaan AMDAL di Kota Tangerang tahun 2010 mencapai 7,32%. Angka ini

menunjukkan bahwa tingkat pengawasan terhadap perusahaan wajib AMDAL masih sangat

kurang di Kota Tangerang. Jika tingkat cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL

dilihat dari tingkat kecamatan, maka kecamatan dengan tingkat paling baik dengan tingkat

pelaksanaan AMDAL-nya yang sebesar 50% diperoleh oleh Kecamatan Pinang.

4. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk

Tabel 2.101 Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Daya Tampung TPS (m³)

Jumlah Penduduk

Rasio Tempat Pembuangan Sampah

(TPS) Per Satuan Penduduk (%)

1 Batuceper 80,00 90.590 0,088

2 Benda 44,00 83.017 0,053

3 Cibodas 102,00 142.479 0,072 4 Ciledug 50,00 147.023 0,034

5 Cipondoh 46,00 216.346 0,021

6 Jatiuwung 78,00 120.216 0,065 7 Karang Tengah 22,00 118.473 0,019

8 Karawaci 132,00 171.317 0,077

9 Larangan 16,00 163.901 0,010

10 Neglasari 54,00 103.504 0,052 11 Periuk 23,00 129.384 0,018

12 Pinang 60,00 160.206 0,037

13 Tangerang 313,00 152.145 0,206 Tahun 2010 1.020,00 1.798.601 0,057

Tahun 2009 852,00 1.652.590 0,052

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Page 120: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 96

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per

satuan penduduk di Kota Tangerang tahun 2010 mencapai 0,057%, angka capaian ini lebih

baik dibandingkan dengan capaian di tahun 2009 yang mendapatkan 0,052%. Rasio tempat

pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk Kota Tangerang paling baik/paling tinggi

diperoleh oleh kecamatan Tangerang dengan capaian 0,206%, sedangkan paling buruk

diperoleh oleh Kecamatan Larangan yang hanya mencapai 0,01%.

5. Tingkat Penegakan Hukum Lingkungan

Tabel 2.102 Tingkat Penegakan Hukum Lingkungan

No Kecamatan

Tahun 2010 Jumlah Kasus

Lingkungan Yang Diselesaikan Pemda

Jumlah Kasus Lingkungan Yang Ada

Tingkat Penegakan Hukum Lingkungan (%)

1 Batuceper 1 1 100,00

2 Benda 0 0 0,00

3 Cibodas 1 1 100,00 4 Ciledug 1 1 100,00

5 Cipondoh 0 0 0,00

6 Jatiuwung 1 1 100,00 7 Karang Tengah 1 1 100,00

8 Karawaci 1 1 100,00

9 Larangan 0 0 0,00

10 Neglasari 1 1 100,00 11 Periuk 2 2 100,00

12 Pinang 0 0 0,00

13 Tangerang 0 0 0,00 Jumlah 9 9 100,00

Sumber: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat penegakan hukum lingkungan di Kota

Tangerang tahun 2010 mencapai sempurna yakni 100%. Dari ke 13 kecamatan di Kota

Tangerang yang memiliki kasus lingkungan yang diselesaikan Pemda dan yang telah

diselesaikan dengan baik yaitu Kecamatan Batuceper, Kecamatan Cibodas, Kecamatan

Ciledug, Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Karawaci, Kecamatan Karang Tengah,

Kecamatan Neglasari dan Kecamatan Periuk.

Page 121: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 97

H. Urusan Pertanahan

1. Persentase Luas Lahan Bersertifikat

Tabel 2.103 Persentase Luas Lahan Bersertifikat

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Luas Lahan Bersertifikat

Jumlah Luas Wilayah Persentase Luas Lahan

Bersertifikat (%) 1 Batuceper 3.623.561,00 8.528.300,00 42,49

2 Benda 6.407.615,00 11.118.500,00 57,63

3 Cibodas 3.185.536,00 9.181.800,00 34,69

4 Ciledug 4.837.431,00 8.790.900,00 55,03 5 Cipondoh 34.608.014,00 20.002.900,00 173,01

6 Jatiuwung 5.459.486,00 14.341.000,00 38,07

7 Karang Tengah 3.769.637,00 10.165.100,00 37,08 8 Karawaci 6.355.900,00 13.165.700,00 48,28

9 Larangan 55.438.046,00 8.078.700,00 686,22

10 Neglasari 7.405.859,00 14.672.100,00 50,48 11 Periuk 7.006.404,00 11.456.800,00 61,15

12 Pinang 3.954.570,00 19.455.400,00 20,33

13 Tangerang 4.380.986,00 15.535.400,00 28,20

Jumlah 146.433.045,00 164.492.600,00 89,02 Sumber: Dinas Tata Kota, Kota Tangerang, 2011

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase luas lahan bersertifikat di Kota

Tangerang tahun 2010 adalah sebesar 89,02%. Angka ini cukup baik yang berarti

menunjukkan kesadaran masyarakat akan kepemilikan sertifikat sekaligus menunjukkan

kinerja pemerintah daerah dalam hal pertanahan. Akan tetapi yang perlu catatan tersendiri,

pada tabel di atas terlihat bahwa pada Kecamatan Larangan dan Kecamatan Cipondoh

persentase lahan bersertifikat lebih besar dari 100%, yang berarti luas lahan bersertifikat lebih

besar dibandingkan luas wilayahnya. Hal ini perlu diperiksa kembali karena sangat berpotensi

menimbulkan permasalahan pertanahan di kemudian hari.

2. Tingkat Penyelesaian Kasus Tanah Negara

Tabel 2.104 Tingkat Penyelesaian Kasus Tanah Negara

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Kasus Yang Diselesaikan

Jumlah Kasus Yang Terdaftar

Tingkat Penyelesaian Kasus Tanah Negara

(%) 1 Batuceper 0 0 0,00

2 Benda 0 0 0,00

3 Cibodas 0 0 0,00

Page 122: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 98

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Kasus Yang Diselesaikan

Jumlah Kasus Yang Terdaftar

Tingkat Penyelesaian Kasus Tanah Negara

(%)

4 Ciledug 0 0 0,00

5 Cipondoh 0 0 0,00 6 Jatiuwung 0 0 0,00

7 Karang Tengah 0 0 0,00

8 Karawaci 0 0 0,00 9 Larangan 0 0 0,00

10 Neglasari 0 0 0,00

11 Periuk 0 0 0,00 12 Pinang 0 0 0,00

13 Tangerang 0 0 0,00

Jumlah 0 0 0,00

Sumber: Dinas Tata Kota, Kota Tangerang, 2011

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 tidak terdapat kasus tanah negara

di Kota Tangerang, sehingga tingkat penyelesaiannya pun menjadi 0%

3. Tingkat Penyelesaian Ijin Lokasi

Tabel 2.105 Tingkat Penyelesaian Ijin Lokasi

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Ijin Lokasi Jumlah Permohonan Ijin

Lokasi Tingkat Penyelesaian

Ijin Lokasi (%) 1 Batuceper 0 0 0,00

2 Benda 0 0 0,00

3 Cibodas 2 2 100,00

4 Ciledug 1 1 100,00 5 Cipondoh 1 2 50,00

6 Jatiuwung 0 0 0,00

7 Karang Tengah 0 0 0,00 8 Karawaci 0 0 0,00

9 Larangan 0 0 0,00

10 Neglasari 1 1 100,00 11 Periuk 0 0 0,00

12 Pinang 2 2 100,00

13 Tangerang 0 0 0,00

Jumlah 7 8 87,50 Sumber: Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat penyelesaian ijin lokasi di Kota

Tangerang tahun 2010 mencapai 87,5%. Hampir seluruhnya dari 5 kecamatan di Kota

Tangerang yang memiliki tingkat penyelesaian ijin lokasi mencapai 100% yaitu Kecamatan

Cibodas, Kecamatan Neglasari dan Kecamatan Pinang, sedangkan Kecamatan Cipondoh

baru mencapai 50%.

Page 123: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 99

I. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil

1. Rasio Penduduk Ber-KTP Per Satuan Penduduk

Tabel 2.106 Rasio Penduduk Ber-KTP Per Satuan Penduduk

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Penduduk Usia > 17 Tahun Yang Ber-

KTP

Jumlah Penduduk Usia > 17 Tahun Atau Yang

Telah Menikah

Rasio Penduduk Ber-KTP Per Satuan

Penduduk

1 Batuceper 69.876 69.497 1,01

2 Benda 53.668 53.377 1,01 3 Cibodas 115.428 114.803 1,01

4 Ciledug 93.002 9.498 9,79

5 Cipondoh 134.481 133.752 1,01

6 Jatiuwung 80.113 79.679 1,01 7 Karang Tengah 78.149 77.726 1,01

8 Karawaci 137.307 136.563 1,01

9 Larangan 111.287 110.684 1,01 10 Neglasari 82.491 80.044 1,03

11 Periuk 93.026 92.522 1,01

12 Pinang 113.457 112.842 1,01 13 Tangerang 112.081 111.474 1,01

Jumlah 1.274.366 1.182.461 1,08

Tahun 2009 1.171.847 1.167.683 1,00

Tahun 2008 1.385.645 1.363.355 1,02 Tahun 2007 1.572.456 1.531.666 1,03

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Rasio Penduduk Ber-KTP Per Satuan Penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk usia

17 tahun ke atas yang ber-KTP terhadap jumlah penduduk usia 17 tahun ke atas atau telah

menikah. Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai

rasio penduduk ber-KTP per satuan penduduk sebesar 1,08, yang berarti bahwa lebih banyak

penduduk Kota Tangerang yang ber-KTP dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota

Tangerang yang seharusnya ber-KTP. Hal ini perlu dicermati lebih jauh, karena bisa

mengindikasikan adanya kepemilikan lebih dari 1 KTP per orang, dan bahkan hal ini telah

berlangsung sejak 2007.

Page 124: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 100

2. Rasio Bayi Berakte Kelahiran

Tabel 2.107 Rasio Bayi Berakte Kelahiran

No Kecamatan

Tahun 2010 Jumlah Bayi Lahir Yang

Mempunyai Akte Kelahiran

Jumlah Keseluruhan Bayi Lahir

Rasio Bayi Berakte Kelahiran

1 Batuceper 1.287 1.622 79,35

2 Benda 988 1.246 79,29

3 Cibodas 2.126 2.679 79,36 4 Ciledug 1.713 2.159 79,34

5 Cipondoh 2.477 3.122 79,34

6 Jatiuwung 1.475 1.860 79,30 7 Karang Tengah 1.439 1.814 79,33

8 Karawaci 2.529 3.187 79,35

9 Larangan 2.049 2.583 79,33

10 Neglasari 1.519 1.915 79,32 11 Periuk 1.713 2.159 79,34

12 Pinang 2.089 2.634 79,31

13 Tangerang 2.064 2.602 79,32 Jumlah 23.468 29.582 79,33

Tahun 2009 22.189 31.252 71,00

Tahun 2008 38.292 39.332 97,36 Tahun 2007 28.634 33.482 85,52

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang, 2011

Rasio Bayi Berakte Kelahiran adalah Perbandingan jumlah bayi lahir dalam 1 tahun yang

berakte kelahiran terhadap jumlah bayi lahir pada tahun yang sama. Dilihat dari data tahun

2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai rasio bayi berakte kelahiran

sebesar 79,33, capaian bayi berakte kelahiran tersebut menunjukkan penurunan rasio bayi

berakte kelahiran apabila dibandingkan dengan rasio bayi berakte kelahiran di tahun 2008

yang mencapai 97,36. Tetapi berbeda halnya jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang

mencapai 71,00, capaian tahun 2010 ini meningkat 9,33.

Berbicara mengenai rasio bayi berakte kelahiran di tingkat kecamatan Kota Tangerang ini,

rata-rata berada pada range 79,00. Dimana Kecamatan Cibodas memiliki rasio tertinggi

dengan jumlah rasio sebesar 79,36 dan Kecamatan Benda memiliki rasio terendah dengan

jumlah rasio sebesar 79,29.

3. Rasio Pasangan Berakte Nikah

Rasio Pasangan Berakte Nikah adalah perbandingan jumlah pasangan nikah dalam 1 tahun

yang berakte terhadap jumlah keseluruhan pasangan nikah pada tahun yang sama.

Page 125: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 101

Tabel 2.108 Rasio Pasangan Berakte Nikah

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Pasangan Nikah Berakte Nikah

Jumlah Keseluruhan Pasangan Nikah

Rasio Pasangan Berakte Nikah

1 Batuceper 35.965 46.579 0,77 2 Benda 28.501 37.498 0,76

3 Cibodas 59.037 71.220 0,83

4 Ciledug 47.501 58.159 0,82

5 Cipondoh 69.216 86.627 0,80 6 Jatiuwung 41.394 57.410 0,72

7 Karang Tengah 40.037 50.177 0,80

8 Karawaci 70.573 87.165 0,81 9 Larangan 57.001 69.331 0,82

10 Neglasari 42.072 53.472 0,79

11 Periuk 47.501 59.732 0,80 12 Pinang 58.358 73.496 0,79

13 Tangerang 57.680 70.425 0,82

Jumlah 654.836 821.291 0,80

Tahun 2009 653.870 755.087 0,87 Tahun 2008 653.197 658.205 0,99

Tahun 2007 500.553 625.317 0,80

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai rasio

pasangan berakte nikah sebesar 0,80, capaian pasangan berakte nikah tersebut

menunjukkan penurunan rasio pasangan berakte nikah apabila dibandingkan dengan tahun

2008 dan 2009 yang masing-masing mencapai 0,99 dan 0,87. Hal ini mungkin disebabkan

menurunnya pemahaman masyarakat Kota Tangerang terhadap pentingnya memiliki akte

nikah dari pasangan yang hendak menikah. Rasio ini cenderung merata di tiap kecamatan di

Kota Tangerang.

4. Angka Kepemilikan KTP

Tabel 2.109 Angka Kepemilikan KTP

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Penduduk Yang Memiliki KTP

Jumlah Penduduk Wajib KTP (Berusia > 17 Tahun Dan/Atau Sudah

Menikah)

Angka Kepemilikan KTP (%)

1 Batuceper 69.876 69.497 100,55

2 Benda 53.668 53.377 100,55 3 Cibodas 115.428 114.803 100,54

4 Ciledug 93.002 9.498 979,17

5 Cipondoh 134.481 133.752 100,55 6 Jatiuwung 80.113 79.679 100,54

Page 126: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 102

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Penduduk Yang Memiliki KTP

Jumlah Penduduk Wajib KTP (Berusia > 17 Tahun Dan/Atau Sudah

Menikah)

Angka Kepemilikan KTP (%)

7 Karang Tengah 78.149 77.726 100,54

8 Karawaci 137.307 136.563 100,54

9 Larangan 111.287 110.684 100,54

10 Neglasari 82.491 80.044 103,06 11 Periuk 93.026 92.522 100,54

12 Pinang 113.457 112.842 100,55

13 Tangerang 112.081 111.474 100,54 Jumlah 1.274.366 1.182.461 107,77

Tahun 2009 1.171.847 1.167.683 100,36

Tahun 2008 1.385.645 1.363.355 101,63 Tahun 2007 1.572.456 1.531.666 102,66

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Indikator ini sama seperti indikator rasio penduduk ber-KTP yang telah diuraikan sebelumnya,

dimana perbedaan indikator ini adalah pada penggunaan angka rasio dan persentase. Dilihat

dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki angka kepemilikan

KTP sebesar 107,77%, yang berarti bahwa lebih banyak penduduk Kota Tangerang yang ber-

KTP dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Tangerang yang seharusnya ber-KTP. Hal

ini perlu dicermati lebih jauh, karena bisa mengindikasikan adanya kepemilikan lebih dari 1

KTP per orang, dan bahkan hal ini telah berlangsung sejak 2007, dan cenderung mengalami

peningkatan.

5. Kepemilikan Akta Kelahiran Per 1.000 Penduduk

Tabel 2.110 Angka Kepemilikan Akta Kelahiran

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Penduduk Yang Memiliki Akta Kelahiran

Jumlah Penduduk Kepemilikan Akta

Kelahiran

1 Batuceper 84.446 90.590 932,18 2 Benda 65.278 83.017 786,32

3 Cibodas 133.179 142.479 934,73

4 Ciledug 110.668 147.023 752,73

5 Cipondoh 161.829 216.346 748,01 6 Jatiuwung 91.775 120.216 763,42

7 Karang Tengah 97.296 118.473 821,25

8 Karawaci 161.941 171.317 945,27 9 Larangan 132.439 163.901 808,04

10 Neglasari 102.046 103.504 985,91

11 Periuk 117.712 129.384 909,79

12 Pinang 137.147 160.206 856,07 13 Tangerang 136.947 152.145 900,11

Page 127: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 103

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Penduduk Yang Memiliki Akta Kelahiran

Jumlah Penduduk Kepemilikan Akta

Kelahiran

Jumlah 1.532.703 1.798.601 852,16

Tahun 2009 1.450.650 1.652.590 877,80

Tahun 2008 1.410.640 1.531.666 920,98 Tahun 2007 1.372.351 1.508.414 909,80

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai angka

kepemilikan akta kelahiran sebesar 852,16, yang berarti bahwa setiap 1.000 penduduk Kota

Tangerang terdapat 852 orang yang memiliki akta kelahiran, atau setara dengan 85,2%.

Angka ini menunjukkan trend penurunan sejak tahun 2007. Berdasarkan kecamatan, angka

kepemilikan akta kelahiran cenderung merata di tiap kecamatan di Kota Tangerang.

6. Ketersediaan Database Kependudukan Skala Kota

Tabel 2.111 Ketersediaan Database Kependudukan Skala Kota

No. Uraian Ketersediaan

1 Database Kependudukan Skala Kota Tahun 2010 Tersedia

2 Database Kependudukan Skala Kota Tahun 2009 Tersedia 3 Database Kependudukan Skala Kota Tahun 2008 Tersedia

4 Database Kependudukan Skala Kota Tahun 2007 Tidak Tersedia

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang, 2011

Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa mulai tahun 2008 lalu, Kota Tangerang memiliki

database kependudukan skala kota. Hal ini dapat membantu pemerintah dalam mengambil

kebijakannya.

7. Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK

Tabel 2.112 Penerapan KTP Nasional berbasis NIK

No. Kecamatan Tahun 2010

Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK (Sudah/Belum) 1 Batuceper Sudah

2 Benda Sudah

3 Cibodas Sudah 4 Ciledug Sudah

5 Cipondoh Sudah

6 Jatiuwung Sudah

7 Karang Tengah Sudah 8 Karawaci Sudah

Page 128: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 104

No. Kecamatan Tahun 2010

Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK (Sudah/Belum)

9 Larangan Sudah 10 Neglasari Sudah

11 Periuk Sudah

12 Pinang Sudah 13 Tangerang Sudah

Tahun 2009 Sudah

Tahun 2008 Sudah

Tahun 2007 Sudah Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang, 2011

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sejak tahun 2007 Kota Tangerang telah

menerapkan KTP Nasional berbasis NIK, dan hal ini telah merata di tiap kecamatan di Kota

Tangerang.

J. Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

1. Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga

Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga adalah jumlah anak dibagi dengan jumlah keluarga.

Tabel 2.113 Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Anak Jumlah Keluarga Rata-Rata Jumlah Anak

Per Keluarga

1 Batuceper 41.627 24.471 1,70 2 Benda 36.892 21.809 1,69

3 Cibodas 58.449 38.304 1,53

4 Ciledug 57.522 36.461 1,58

5 Cipondoh 82.720 53.167 1,56 6 Jatiuwung 37.359 43.383 0,86

7 Karang Tengah 49.045 29.652 1,65

8 Karawaci 74.992 46.020 1,63 9 Larangan 62.921 40.885 1,54

10 Neglasari 50.987 25.355 2,01

11 Periuk 52.202 36.380 1,43

12 Pinang 65.163 40.093 1,63 13 Tangerang 62.369 38.448 1,62

Jumlah 732.248 474.428 1,54

Tahun 2009 692.437 446.646 1,55 Tahun 2008 640.400 387.984 1,65

Tahun 2007 601.342 382.740 1,57

Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Page 129: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 105

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki rata-rata

jumlah anak per keluarga sebesar 1,54, angka ini menunjukkan trend yang cenderung

menurun sejak tahun 2007. Berbicara mengenai rata-rata jumlah anak per keluarga di tingkat

kecamatan Kota Tangerang ini, Kecamatan Neglasari memiliki rata-rata jumlah anak per

keluarga tertinggi dibandingkan dengan 12 kecamatan lainnya dengan rata-rata 2,01 anak per

keluarga, sedangkan Kecamatan Jatiuwung memiliki angka terendah yaitu 0,86.

2. Rasio Akseptor KB

Rasio Akseptor KB (Peserta KB Dibandingkan Dengan PUS) adalah Jumlah akseptor KB

dalam periode 1 (satu) tahun per 100 pasangan usia subur pada tahun yang sama.

Tabel 2.114 Rasio Akseptor KB (Peserta KB Dibandingkan Dengan PUS)

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Akseptor KB Jumlah Pasangan Usia

Subur Rasio Akseptor KB

1 Batuceper 9.958 14.438 68,97

2 Benda 9.140 12.368 73,90

3 Cibodas 13.276 18.373 72,26

4 Ciledug 14.133 20.170 70,07 5 Cipondoh 20.564 31.417 65,46

6 Jatiuwung 12.487 17.295 72,20

7 Karang Tengah 13.039 16.260 80,19 8 Karawaci 16.622 24.102 68,97

9 Larangan 12.617 19.637 64,25

10 Neglasari 11.240 15.988 70,30 11 Periuk 13.412 18.616 72,05

12 Pinang 17.193 24.538 70,07

13 Tangerang 13.939 18.885 73,81

Jumlah 177.620 252.087 70,46 Tahun 2009 184.924 264.130 70,01

Tahun 2008 184.174 259.584 70,95

Tahun 2007 173.876 247.237 70,33 Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki rasio akseptor

KB sebesar 70,46, dimana ini masih setara dengan capaian tahun-tahun sebelumnya sejak

2007. Berbicara mengenai rasio akseptor KB di tingkat kecamatan Kota Tangerang ini,

Kecamatan Karang Tengah memiliki rasio akseptor KB tertinggi dibandingkan dengan 12

kecamatan lainnya dengan skor 80,19, sedangkan Kecamatan Larangan memiliki angka

terendah dengan skor 64,25.

Page 130: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 106

3. Persentase Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I

Tabel 2.115 Persentase Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Keluarga Pra Sejahtera Dan Sejahtera I

Jumlah Keluarga Persentase Keluarga

Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I (%)

1 Batuceper 5.707 24.471 23,32 2 Benda 6.534 21.809 29,96

3 Cibodas 6.660 38.304 17,39

4 Ciledug 5.269 36.461 14,45

5 Cipondoh 8.628 53.167 16,23 6 Jatiuwung 7.381 43.383 17,01

7 Karang Tengah 5.894 29.652 19,88

8 Karawaci 11.298 46.020 24,55 9 Larangan 7.006 40.885 17,14

10 Neglasari 10.014 25.355 39,50

11 Periuk 4.781 36.380 13,14 12 Pinang 8.639 40.093 21,55

13 Tangerang 5.421 38.448 14,10

Jumlah 93.232 474.428 19,65

Tahun 2009 82.159 446.646 18,39 Tahun 2008 76.643 387.984 19,75

Tahun 2007 73.504 382.740 19,20

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki persentase

keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I sebesar 19,65%, yang berarti bahwa terdapat

19,65% keluarga di Kota Tangerang yang masih berada pada tingkatan pra sejahtera dan

sejahtera I. Jika dilihat sejak 3 tahun sebelumnya, angka ini cenderung tetap sejak tahun

2007. Jika dilihat persentase keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I di tingkat

kecamatan Kota Tangerang ini, Kecamatan Neglasari memiliki persentase tertinggi

dibandingkan dengan 12 kecamatan lainnya dengan angka 39,50%, sedangkan Kecamatan

Periuk memiliki persentase terendah dengan angka 13,14%.

Page 131: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 107

K. Urusan Sosial

1. Jumlah Sarana Sosial Seperti Panti Asuhan, Panti Jompo Dan Panti Rehabilitasi

Tabel 2.116 Jumlah Sarana Sosial Seperti Panti Asuhan, Panti Jompo Dan Panti Rehabilitasi

No Kecamatan Tahun 2010

(Jumlah Sarana Sosial Seperti Panti Asuhan, Panti Jompo Dan Panti Rehabilitasi)

1 Batuceper 3

2 Benda 0

3 Cibodas 0 4 Ciledug 1

5 Cipondoh 3

6 Jatiuwung 0

7 Karang Tengah 1 8 Karawaci 2

9 Larangan 6

10 Neglasari 5 11 Periuk 2

12 Pinang 2

13 Tangerang 2 Jumlah 27

Tahun 2009 27

Tahun 2008 27

Tahun 2007 27 Sumber: Dinas Sosial Kota Tangerang, 2011

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah sarana sosial seperti Panti Asuhan, Panti

Jompo dan Panti Rehabilitasi di Kota Tangerang tahun 2010 terdapat 27 unit, jumlah ini sama

dengan 3 tahun sebelumnya. Dilihat dari jumlah sarana sosial di tingkat kecamatan,

Kecamatan Larangan memiliki jumlah sarana sosial paling banyak diantara 12 kecamatan

lainnya yakni berjumlah 6 unit, sedangkan berbeda sebaliknya dengan Kecamatan Benda,

Kecamatan Cibodas dan Kecamatan Jatiuwung yang tidak memiliki sama sekali sarana sosial

tersebut.

Page 132: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 108

2. Persentase PMKS Yang Memperoleh Bantuan Sosial Untuk Pemenuhan Kebutuhan

Dasar

Tabel 2.117 Persentase PMKS Yang Memperoleh Bantuan Sosial Untuk Pemenuhan Kebutuhan

Dasar

No Uraian

Tahun 2010

Jumlah PMKS Skala Kota Yang Memperoleh Bantuan Sosial Dalam 1

Tahun

Jumlah PMKS Skala Kota Dalam 1 Tahun

Yang Seharusnya Memperoleh Bantuan

Sosial

Persentase PMKS Yang Memperoleh Bantuan

Sosial Untuk Pemenuhan Kebutuhan

Dasar (%)

1 Kota Tangerang 2.623 52.771 4,97 Tahun 2009 1.135 57.888 1,96

Sumber: Dinas Sosial Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki persentase

PKMS yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar sebesar 4,97%,

jumlah ini meningkat 3,01% dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya memperoleh

capaian 1,96%. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya perhatian pemerintah terhadap

penduduk miskin.

3. Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Dan

Anak Jalanan

Tabel 2.118 Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Dan Anak

Jalanan

No Uraian

Tahun 2010

Jumlah PMKS Yang Tertangani

Jumlah PMKS Yang Ada

Persentase Penanganan Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) Dan Anak Jalanan (%)

1 Kota Tangerang 2.623 52.771 4,97 Tahun 2009 1.135 57.888 1,96

Sumber: Dinas Sosial Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki persentase

penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PKMS) dan anak jalanan sebesar

4,97%, jumlah ini meningkat 3,01% dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya

memperoleh capaian 1,96%. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya perhatian pemerintah

terhadap penduduk miskin dan anak jalanan.

Page 133: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 109

L. Urusan Ketenagakerjaan

1. Angka Partisipasi Angkatan Kerja

Angka Partisipasi Angkatan Kerja adalah jumlah angkatan kerja usia 15 tahun ke atas per

jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka ini menggambarkan jumlah angkatan kerja

dari keseluruhan penduduk.

Tabel 2.119 Angka Partisipasi Angkatan Kerja

No Kecamatan Tahun 2010

Angkatan Kerja 15 Th Ke Atas

Jumlah Penduduk Usia 15 Th Ke Atas

Angka Partisipasi Angkatan Kerja

1 Kota Tangerang 847.552 1.324.840 63,97 Tahun 2009 835.534 1.216.763 68,67

Tahun 2008 705.021 1.136.625 62,03

Tahun 2007 683.291 1.116.727 61,19 Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2011

BPS Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki angka

partisipasi angkatan kerja sebesar 63,97 atau setara dengan 63,97%, dimana jumlah ini

menurun dibandingkan dengan tahun 2009, akan tetapi jika dilihat trend sejak tahun 2007

menunjukkan trend yang terus meningkat.

2. Angka Sengketa Pengusaha-Pekerja Per Tahun

Angka Sengketa Pengusaha-Pekerja Per Tahun mengindikasikan hubungan antara

pengusaha sebagai pemilik modal dan pekerja sebagai penyedia jasa tenaga. Semakin tinggi

sengketa antara pengusaha dengan pekerja menunjukkan adanya ketidakharmonisan yang

berakibat pada penurunan investasi.

Page 134: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 110

Tabel 2.120 Angka Sengketa Pengusaha-Pekerja Per Tahun

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Sengketa Pengusaha-Pekerja

Jumlah Perusahaan Angka Sengketa

Pengusaha-Pekerja Per Tahun

1 Kota Tangerang 148 2.205 67,12

Tahun 2009 137 2.040 67,16

Tahun 2008 145 1.913 75,80 Tahun 2007 151 1.992 75,80

Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki angka

sengketa pengusaha-pekerja per tahun sebesar 67,12, yang berarti terjadi 67 kasus sengketa

setiap 1.000 perusahaan di Kota Tangerang. Jumlah ini cenderung menurun dibandingkan

dengan 3 tahun terakhir.

3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Tabel 2.121 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Penduduk Angkatan Kerja

Jumlah Penduduk Usia Kerja (Usia 15-64

Tahun)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)

1 Kota Tangerang 847.552 1.287.414 65,83

Tahun 2009 835.534 1.161.617 71,93 Tahun 2008 705.021 1.095.290 64,37

Tahun 2007 683.291 1.079.192 63,32

Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki tingkat

partisipasi angkatan kerja sebesar 65,83%, jumlah ini menurun dibandingkan dengan tahun

2009, akan tetapi menunjukkan trend yang meningkat sejak tahun 2007. Hal ini

mengindikasikan semakin meningkatnya penduduk urban yang diterima kerja di entitas bisnis

Kota Tangerang.

Page 135: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 111

4. Tingkat Penempatan Pencari Kerja

Tabel 2.122 Tingkat Penempatan Pencari Kerja

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Pencari Kerja Yang Ditempatkan

Jumlah Pencari Kerja Yang Mendaftar

Tingkat Penempatan Pencari Kerja (%)

1 Kota Tangerang 14.288 32.679 43,72 Tahun 2009 12.744 12.744 100,00

Tahun 2008 10.212 29.052 35,15

Tahun 2007 9.844 29.024 33,92 Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki tingkat

penempatan pencari kerja sebesar 43,72%, jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan

dengan angka tahun 2009, akan tetapi menunjukkan trend yang terus meningkat sejak tahun

2007.

5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Tabel 2.123 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Pengangguran Terbuka Usia Angkatan

Kerja

Jumlah Penduduk Angkatan Kerja

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) (%)

1 Kota Tangerang 92.378 847.552 10,90 Tahun 2009 130.122 835.534 15,57

Tahun 2008 84.443 705.021 11,98

Tahun 2007 139.587 683.291 20,43 Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki tingkat

pengangguran terbuka sebesar 10,90%, jumlah ini menunjukkan trend yang terus menurun

sejak tahun 2007. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyaknya penduduk Kota

Tangerang yang memiliki pekerjaan.

Page 136: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 112

6. Tingkat Penyelesaian Perselisihan Buruh dan Pengusaha Terhadap Kebijakan

Pemerintah Daerah

Tabel 2.124 Tingkat Penyelesaian Perselisihan Buruh Dan Pengusaha Terhadap Kebijakan

Pemerintah Daerah

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Penyelesaian Perselisihan Buruh dan

Perusahaan Dengan Kebijakan

Jumlah Kejadian Perselisihan Buruh dan

Pengusaha Dengan Kebijakan Pemerintah

Daerah

Tingkat Penyelesaian Perselisihan Buruh Dan

Pengusaha Terhadap Kebijakan Pemerintah

Daerah (%)

1 Kota Tangerang 122 148 82,43 Tahun 2009 116 137 84,67

Tahun 2008 134 145 92,41

Tahun 2007 132 151 87,42 Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki tingkat

penyelesaian perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah

sebesar 82,43%, jumlah ini cenderung menurun sejak tahun 2007. Hal ini mengindikasikan

bahwa terjadi penurunan kinerja dalam upaya menyelesaikan perselisihan buruh dan

pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah.

M. Urusan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah

1. Persentase Koperasi Aktif

Tabel 2.125 Persentase Koperasi Aktif

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Koperasi Aktif Jumlah Seluruh

Koperasi Persentase Koperasi

Aktif (%) 1 Batuceper 30 64 46,88

2 Benda 36 59 61,02

3 Cibodas 34 93 36,56 4 Ciledug 23 55 41,82

5 Cipondoh 51 91 56,04

6 Jatiuwung 64 88 72,73

7 Karang Tengah 27 55 49,09 8 Karawaci 63 145 43,45

9 Larangan 23 51 45,10

10 Neglasari 29 43 67,44 11 Periuk 37 59 62,71

12 Pinang 31 67 46,27

Page 137: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 113

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Koperasi Aktif Jumlah Seluruh

Koperasi Persentase Koperasi

Aktif (%)

13 Tangerang 31 190 16,32

Jumlah 479 1.060 45,19

Tahun 2009 498 1.029 48,40 Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang, 2011

Persentase Koperasi Aktif adalah Proporsi jumlah koperasi aktif terhadap jumlah seluruh

koperasi. Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki

persentase koperasi aktif sebesar 45,19%, jumlah ini cenderung menurun dibandingkan

dengan tahun 2009 yang mencapai 48,40%. Hal ini mengindikasikan bahwa menurunnya

minat masyarakat dalam mengembangkan koperasi di Kota Tangerang, sehingga ada

beberapa koperasi yang tutup/tidak beroperasi lagi. Berbicara mengenai persentase koperasi

di tingkat kecamatan di Kota Tangerang ini, dapat diketahui bahwa Kecamatan Jatiuwung

memiliki persentase koperasi aktif lebih banyak daripada 12 kecamatan lainnya yaitu sebesar

72,73% sedangkan Kecamatan Tangerang memiliki persentase koperasi aktif paling kecil

yaitu sebesar 16,32% saja.

2. Persentase Usaha Mikro dan Kecil

Tabel 2.126 Persentase Usaha Mikro dan Kecil

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Usaha Mikro dan Kecil

Jumlah Seluruh UKM Persentase Usaha Mikro dan Kecil (%)

1 Batuceper 10.685 10.685 100,00 2 Benda 9.769 9.769 100,00

3 Cibodas 11.365 11.365 100,00

4 Ciledug 9.178 9.178 100,00 5 Cipondoh 11.677 11.677 100,00

6 Jatiuwung 9.859 9.859 100,00

7 Karang Tengah 8.707 8.707 100,00

8 Karawaci 10.463 10.463 100,00 9 Larangan 10.847 10.847 100,00

10 Neglasari 8.727 8.727 100,00

11 Periuk 7.827 7.827 100,00 12 Pinang 8.769 8.769 100,00

13 Tangerang 10.512 10.512 100,00

Jumlah 128.385 128.385 100,00 Tahun 2009 128.385 128.385 100,00

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki persentase

usaha mikro dan kecil sebesar 100%, jumlah ini cenderung stabil dibandingkan dengan tahun

2009 yang mencapai 100% juga. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh UKM di Kota Tangerang

Page 138: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 114

merupakan usaha mikro dan kecil, sehingga perlu bimbingan dan pembinaan dari pemerintah

Kota Tangerang dalam mengembangkannya. Berbicara mengenai persentase koperasi di

tingkat kecamatan di Kota Tangerang ini, dapat diketahui bahwa dari ke 13 kecamatan yang

ada semuanya memiliki persentase usaha mikro dan kecil sebesar 100%.

N. Urusan Penanaman Modal

1. Rasio Daya Serap Tenaga Kerja

Rasio Daya Serap Tenaga Kerja adalah perbandingan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada

perusahaan PMA/PMDN terhadap jumlah seluruh PMDN dan PMA.

Tabel 2.127 Rasio Daya Serap Tenaga Kerja

No. Tahun

Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Pada Perusahaan PMDN /

PMA

Jumlah Seluruh PMDN / PMA

Rasio Daya Serap Tenaga Kerja

1 Tahun 2010 284.489 2.205 129,02

Tahun 2009 269.111 2.040 131,92

Tahun 2008 263.598 1.913 137,79

Tahun 2007 286.444 1.992 143,80 Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki rasio daya

serap tenaga kerja sebesar 129,02, yang berarti bahwa setiap PMDN/PMA rata-rata

menyerap 129 tenaga kerja. Jumlah ini cenderung mengalami penurunan dibandingkan

dengan 3 tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan semakin menurunnya daya serap tenaga

kerja dari penduduk Kota Tangerang terhadap entitas bisnis yang ada di Kota Tangerang.

Page 139: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 115

O. Urusan Kebudayaan

1. Frekuensi Penyelenggaraan Festival Seni Dan Budaya Daerah Setiap Tahun

Tabel 2.128 Frekuensi Penyelenggaraan Festival Seni Dan Budaya Daerah Setiap Tahun

No. Uraian Jumlah

1 Jumlah Penyelenggaraan Festival Seni Dan Budaya Daerah Tahun 2010 14

2 Jumlah Penyelenggaraan Festival Seni Dan Budaya Daerah Tahun 2009 12 3 Jumlah Penyelenggaraan Festival Seni Dan Budaya Daerah Tahun 2008 10

4 Jumlah Penyelenggaraan Festival Seni Dan Budaya Daerah Tahun 2007 10

Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki frekuensi

penyelenggaraan festival seni dan budaya daerah setiap tahun sebesar 14 kali, jumlah ini

cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun

2007, 2008 dan 2009 yang mencapai 10 sampai 12 kali dalam satu tahun. Hal ini

membuktikan bahwa semakin meningkatnya minat masyarakat dalam bidang seni dan budaya

daerah, sehingga festival seni dan budaya daerah lebih banyak digelar.

2. Jumlah Sarana Penyelenggaraan Seni Dan Budaya Daerah

Tabel 2.129 Jumlah Sarana Penyelenggaraan Seni Dan Budaya Daerah

No. Uraian Jumlah

1 Jumlah Sarana Penyelenggaraan Seni Dan Budaya Daerah Tahun 2010 14

2 Jumlah Sarana Penyelenggaraan Seni Dan Budaya Daerah Tahun 2009 12

3 Jumlah Sarana Penyelenggaraan Seni Dan Budaya Daerah Tahun 2008 10 4 Jumlah Sarana Penyelenggaraan Seni Dan Budaya Daerah Tahun 2007 9

Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki jumlah sarana

penyelenggaraan seni dan budaya daerah sebanyak 14 buah, jumlah ini cenderung

mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2007, 2008 dan

2009. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya peran dari pemerintah maupun masyarakat

(swasta) dalam bidang seni dan budaya daerah, sehingga jumlah sarana seni dan budaya

daerah menjadi lebih banyak.

Page 140: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 116

P. Urusan Kepemudaan dan Olahraga

1. Jumlah Organisasi Kepemudaan Di Daerah

Tabel 2.130 Jumlah Organisasi Kepemudaan Di Daerah

No. Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Organisasi Pemuda

1 Batuceper 10 2 Benda 7

3 Cibodas 7

4 Ciledug 11

5 Cipondoh 18 6 Jatiuwung 6

7 Karang Tengah 9

8 Karawaci 23 9 Larangan 7

10 Neglasari 8

11 Periuk 6

12 Pinang 13 13 Tangerang 24

Jumlah 149

Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, 2011

Jumlah Organisasi Kepemudaan Di Daerah adalah jumlah organisasi pemuda yang aktif

sampai dengan tahun pengukuran. Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota

Tangerang memiliki jumlah organisasi pemuda sebanyak 149 buah. Dari 13 kecamatan yang

ada di Kota Tangerang ini, Kecamatan Tangerang memiliki jumlah organisasi pemuda paling

banyak daripada 12 kecamatan lainnya sebanyak 24 buah sedangkan Kecamatan Periuk

memiliki jumlah organisasi pemuda paling sedikit hanya berjumlah 6 buah.

2. Frekuensi Kegiatan Kepemudaan Setiap Tahun

Tabel 2.131 Frekuensi Kegiatan Kepemudaan Setiap Tahun

No. Kecamatan Tahun 2010

Keterangan Jumlah Kegiatan Kepemudaan

1 Batuceper 7 Masing-masing kecamatan 7 kegiatan yaitu:

2 Benda 7 1. Diklat Paskibra

3 Cibodas 7 2. Training Centre (TC) Paskibra 4 Ciledug 7 3. Pelatihan Wirausaha Bagi Pemuda

5 Cipondoh 7 4. Pelatihan Dasar Kepemimpinan Bagi Pemuda

6 Jatiuwung 7 5. Standar Mutu Organisasi Pemuda 7 Karang Tengah 7 6. Penyuluhan Bahaya Narkoba Bagi Pemuda

8 Karawaci 7 7. Pertukaran Pemuda Antar Daerah

Page 141: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 117

No. Kecamatan Tahun 2010

Keterangan Jumlah Kegiatan Kepemudaan

9 Larangan 7

10 Neglasari 7

11 Periuk 7 12 Pinang 7

13 Tangerang 7

Jumlah Tiap Kecamatan 7

Tahun 2009 1 1 Keg. Yaitu Pertukaran Pemuda Antar Daerah Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, 2011

Frekuensi kegiatan kepemudaan di Kota Tangerang pada tahun 2010 berjumlah 7 kegiatan di

masing-masing kecamatan. Hal ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya

berjumlah 1 kegiatan.

Q. Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

1. Frekuensi Pembinaan LSM, Ormas dan OKP

Tabel 2.132 Frekuensi Pembinaan LSM, Ormas dan OKP

No. Kecamatan Tahun 2010

Jumlah kegiatan Pembinaan Terhadap LSM, Ormas dan OKP

1 Kota Tangerang 1 Tahun 2009 0

Tahun 2008 0

Tahun 2007 0

Sumber: Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel tahun 2010 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah kegiatan pembinaan

terhadap LSM, Ormas dan OKP di Kota Tangerang adalah sebanyak 1 kali. Tahun

sebelumnya belum pernah diadakan kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP.

Page 142: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 118

2. Frekuensi Pembinaan Politik Daerah

Tabel 2.133 Frekuensi Pembinaan Politik Daerah

No. Kecamatan Tahun 2010

Jumlah kegiatan Pembinaan Politik Daerah 1 Kota Tangerang 4

Tahun 2009 2

Sumber: Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel tahun 2010 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah kegiatan pembinaan politik

daerah di Kota Tangerang adalah sebanyak 4 kali, meningkat dibandingkan tahun 2009,

dimana pernah diadakan kegiatan pembinaan politik daerah sebanyak 2 kali.

R. Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

1. Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Terhadap Penduduk

Tabel 2.134 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Terhadap Penduduk

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Polisi Pamong Praja

Jumlah Penduduk Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Per 10.000 Penduduk

1 Batuceper 9 90.590 0,99

2 Benda 8 83.017 0,96

3 Cibodas 18 142.479 1,26

4 Ciledug 12 147.023 0,82 5 Cipondoh 12 216.346 0,55

6 Jatiuwung 17 120.216 1,41

7 Karang Tengah 10 118.473 0,84 8 Karawaci 9 171.317 0,53

9 Larangan 11 163.901 0,67

10 Neglasari 10 103.504 0,97

11 Periuk 8 129.384 0,62 12 Pinang 13 160.206 0,81

13 Tangerang 10 152.145 0,66

Jumlah 147 1.798.601 0,82 Tahun 2009 142 1.652.590 0,86

Tahun 2008 138 1.531.666 0,90

Tahun 2007 135 1.508.414 0,89 Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang, 2011

Page 143: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 119

Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Terhadap Penduduk adalah Rasio jumlah polisi Pamong

Praja per 10.000 penduduk. Dilihat dari tabel tahun 2010 di atas, dapat diketahui bahwa rasio

jumlah Polisi Pamong Praja terhadap penduduk di Kota Tangerang adalah sebanyak 0,82,

yang berarti setiap 10.000 penduduk terdapat 1 Polisi Pamong Praja. Angka ini cenderung

menunjukkan trend yang menurun sejak tahun 2007. Kecamatan Jatiuwung memiliki rasio

jumlah Polisi Pamong Praja terhadap penduduk terbanyak dengan jumlah rasio 1,41

sedangkan Kecamatan Karawaci terrendah dengan rasio 0,53.

2. Rasio Jumlah Pos Siskamling Setiap Kelurahan

Tabel 2.135 Rasio Jumlah Pos Siskamling Setiap Kelurahan

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Pos Siskamling Jumlah Kelurahan Rasio Jumlah Pos Siskamling Setiap

Kelurahan

1 Batuceper 15 7 2,14 2 Benda 13 5 2,60

3 Cibodas 24 6 4,00

4 Ciledug 37 8 4,63 5 Cipondoh 44 10 4,40

6 Jatiuwung 18 6 3,00

7 Karang Tengah 41 7 5,86

8 Karawaci 46 16 2,88 9 Larangan 31 8 3,88

10 Neglasari 11 7 1,57

11 Periuk 19 5 3,80 12 Pinang 32 11 2,91

13 Tangerang 22 8 2,75

Jumlah 353 104 3,39

Tahun 2009 353 104 3,39 Tahun 2008 353 104 3,39

Tahun 2007 353 104 3,39

Sumber: Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Tangerang dalam Kota Tangerang Dalam Angka 2011

Rasio Jumlah Pos Siskamling Setiap Kelurahan adalah Perbandingan jumlah pos siskamling

selama 1 (satu) tahun dengan jumlah desa/kelurahan. Dilihat dari tabel tahun 2010 di atas,

dapat diketahui bahwa rasio jumlah pos siskamling setiap kelurahan di Kota Tangerang

adalah 3,39, yang berarti rata-rata di tiap kelurahan terdapat 3 pos siskamling. Angka ini tidak

berubah sejak tahun 2007. Rasio jumlah pos siskamling tertinggi terdapat pada Kecamatan

Karang Tengah dengan angka 5,86, dan yang terrendah terdapat pada Kecamatan Neglasari

dengan angka 1,57.

Page 144: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 120

3. Tingkat Penegakan Peraturan Daerah

Tabel 2.136 Tingkat Penegakan Peraturan Daerah

No Kecamatan

Tahun 2010 Jumlah Penyelesaian Penegakan Peraturan

Daerah

Jumlah Pelanggaran Peraturan Daerah

Tingkat Penegakan Peraturan Daerah (%)

1 Kota Tangerang 8.262 10.294 80,26

Tahun 2009 10.920 4.232 258,03

Tahun 2008 7.752 10.483 73,95 Tahun 2007 6.950 7.059 98,46

Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat penegakan peraturan daerah di Kota

Tangerang tahun 2010 mencapai 80,26%, dimana angka ini cenderung mengalami penurunan

sejak tahun 2007.

4. Tingkat Cakupan Patroli Petugas Satuan Polisi Pamong Praja

Tabel 2.137 Tingkat Cakupan Patroli Petugas Satuan Polisi Pamong Praja

No. Uraian 2007 2008 2009 2010

1. Jumlah Patroli Petugas Satuan Polisi Pamong Praja Pemantauan dan Penyelesaian Pelanggaran K3 Dalam 24 Jam

365 365 365 365

Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa Tingkat Cakupan Patroli Petugas Satuan

Polisi Pamong Praja di Kota Tangerang tahun 2010 mencapai 356 kali, dimana jumlah ini

tidak berubah sejak tahun 2007.

Page 145: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 121

5. Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3 (Ketertiban, Ketentraman, Dan Keindahan)

Di Kota

Tabel 2.138

Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3 (Ketertiban, Ketentraman, Dan Keindahan) Di Kota

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Pelanggaran K3 Yang Terselesaikan

Jumlah Pelanggaran K3 Yang Dilaporkan Masyarakat Dan

Teridentifikasi Oleh Satpol PP

Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3

(Ketertiban, Ketentraman, Dan

Keindahan) Di Kota (%)

1 Batuceper 9 94.919 0,01

2 Benda 8 77.060 0,01 3 Cibodas 18 146.943 0,01

4 Ciledug 12 122.965 0,01

5 Cipondoh 12 181.373 0,01 6 Jatiuwung 17 107.914 0,02

7 Karang Tengah 10 105.839 0,01

8 Karawaci 9 181.373 0,00

9 Larangan 11 141.878 0,01 10 Neglasari 10 110.428 0,01

11 Periuk 8 124.427 0,01

12 Pinang 13 150.019 0,01 13 Tangerang 10 144.692 0,01

Jumlah 147 1.689.830 0,01

Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3 di Kota

Tangerang tahun 2010 hanya sebesar 0,01%. Hal ini berarti bahwa tingkat penyelesaian

pelanggaran K3 di Kota Tangerang masih sangat rendah.

6. Tingkat Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran Di Kota

Tabel 2.139 Tingkat Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran Di Kota

No Kecamatan

Tahun 2010

Jangkauan Luas Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)

Luas Wilayah Tingkat Cakupan

Pelayanan Bencana Kebakaran Di Kota (%)

1 Batuceper 38,50 8,53 115,00

2 Benda 0,00 11,12 0,00

3 Cibodas 0,00 9,18 0,00

4 Ciledug 38,50 8,79 137,00 5 Cipondoh 0,00 20,00 0,00

6 Jatiuwung 38,50 14,34 82,00

7 Karang Tengah 0,00 10,17 0,00 8 Karawaci 0,00 13,17 0,00

Page 146: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 122

No Kecamatan

Tahun 2010

Jangkauan Luas Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)

Luas Wilayah Tingkat Cakupan

Pelayanan Bencana Kebakaran Di Kota (%)

9 Larangan 0,00 8,08 0,00

10 Neglasari 0,00 14,67 0,00 11 Periuk 0,00 11,46 0,00

12 Pinang 0,00 19,46 0,00

13 Tangerang 38,50 15,54 69,00 Jumlah 154,00 164,49 101,00

Tahun 2009 154,00 164,49 101,00

Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa Tingkat Cakupan Pelayanan Bencana

Kebakaran di Kota Tangerang tahun 2010 adalah 101%, sama halnya dengan capaian tahun

2009. Kecamatan Ciledug menjadi kecamatan dengan tingkat cakupan pelayanan bencana

kebakaran di kota terbaik yang mencapai 137%.

7. Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate) Daerah Layanan Wilayah

Manajemen Kebakaran (WMK)

Tabel 2.140 Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate) Daerah Layanan Wilayah Manajemen

Kebakaran (WMK)

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Kasus Kebakaran Di WMK

Yang Tertangani Dalam Waktu Maksimal 15

Menit

Jumlah Kasus Kebakaran Dalam Jangkauan WMK

Tingkat Waktu Tanggap Daerah Layanan

Wilayah Manajemen Kebakaran (%)

1 Batuceper 3 5 60,00 2 Benda 1 6 16,67

3 Cibodas 3 4 75,00

4 Ciledug 1 7 14,29

5 Cipondoh 7 19 36,84 6 Jatiuwung 8 14 57,14

7 Karang Tengah 1 10 10,00

8 Karawaci 8 16 50,00 9 Larangan 2 11 18,18

10 Neglasari 7 10 70,00

11 Periuk 5 8 62,50

12 Pinang 2 8 25,00 13 Tangerang 12 18 66,67

Jumlah 60 136 44,12

Tahun 2009 106 114 92,98 Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa Tingkat Waktu Tanggap daerah Layanan

WMK di Kota Tangerang tahun 2010 adalah 44,12%, berkurang jauh bila dibandingkan

Page 147: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 123

dengan capaian pada tahun 2009 yang mencapai 92,98%. Di tingkat kecamatan Kota

Tangerang sendiri, kecamatan yang paling baik tingkat waktu tanggap daerah layanan WMK-

nya yaitu Kecamatan Cibodas dengan tingkat waktu tanggap sebesar 75%, sebaliknya

Kecamatan Karang Tengah yang memiliki tingkat waktu tanggap terrendah sebesar 10%.

8. Sistem Informasi Manajemen Pemda

Tabel 2.141 Sistem Informasi Manajemen Pemda

No. Uraian 2009 2010 1. Jumlah Sistem Informasi Manajemen Pemda Yang Telah Dibuat Oleh

Pemda 7 10

Sumber: Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Tangerang, 2011

Dapat kita lihat dan bandingkan bahwa jumlah sistem informasi manajemen Pemda yang

telah dibuat oleh Pemda pada tahun 2010 mencapai 10 buah, meningkat dibandingkan tahun

2009 yang hanya berjumlah 7 buah.

S. Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

1. Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

Tabel 2.142 Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

No Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Kelompok Binaan LPM

Jumlah LPM

Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

1 Batuceper 7 7 1,00

2 Benda 5 5 1,00 3 Cibodas 6 6 1,00

4 Ciledug 8 8 1,00

5 Cipondoh 10 10 1,00

6 Jatiuwung 6 6 1,00 7 Karang Tengah 7 7 1,00

8 Karawaci 16 16 1,00

9 Larangan 8 8 1,00 10 Neglasari 7 7 1,00

11 Periuk 5 5 1,00

12 Pinang 11 11 1,00

13 Tangerang 8 8 1,00 Jumlah 104 104 1,00

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Tangerang, 2011

Page 148: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 124

Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah kelompok binaan LPM di

Kota Tangerang tahun 2010 adalah 1,00 atau setara dengan 100%. Di tingkat kecamatan

Kota Tangerang sendiri, seluruh kecamatannya mencapai nilai 100%.

2. Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan PKK

Tabel 2.143 Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan PKK

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Kelompok Binaan PKK

Jumlah PKK Rata-Rata Jumlah

Kelompok Binaan PKK 1 Batuceper 260 7 37,14

2 Benda 1.067 5 213,40

3 Cibodas 1.807 6 301,17 4 Ciledug 1.064 8 133,00

5 Cipondoh 2.760 10 276,00

6 Jatiuwung 865 6 144,17

7 Karang Tengah 2.086 7 298,00 8 Karawaci 1.036 16 64,75

9 Larangan 1.217 8 152,13

10 Neglasari 1.392 7 198,86 11 Periuk 1.178 5 235,60

12 Pinang 3.390 11 308,18

13 Tangerang 573 8 71,63 Jumlah 18.695 104 179,76

Tahun 2009 18.695 104 179,76

Tahun 2008 18.695 104 179,76

Tahun 2007 18.695 104 179,76 Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah kelompok binaan PKK di Kota

Tangerang tahun 2010 mencapai angka 179,76, yang berarti bahwa rata-rata setiap PKK

mempunyai 179 kelompok binaan. Angka ini tidak berubah sejak tahun 2007. Di tingkat

kecamatan Kota Tangerang sendiri, Kecamatan Pinang memperoleh rata-rata paling tinggi

dibandingkan dengan 12 kecamatan lainnya yang mencapai angka 308, sedangkan

Kecamatan Batuceper terrendah yaitu hanya mencapai 37.

Page 149: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 125

3. Persentase PKK Aktif

Tabel 2.144 Persentase PKK Aktif

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah PKK Aktif Jumlah Seluruh PKK Persentase PKK Aktif

(%)

1 Batuceper 7 7 100,00 2 Benda 5 5 100,00

3 Cibodas 6 6 100,00

4 Ciledug 8 8 100,00 5 Cipondoh 10 10 100,00

6 Jatiuwung 6 6 100,00

7 Karang Tengah 7 7 100,00 8 Karawaci 16 16 100,00

9 Larangan 8 8 100,00

10 Neglasari 7 7 100,00

11 Periuk 5 5 100,00 12 Pinang 11 11 100,00

13 Tangerang 8 8 100,00

Jumlah 104 104 100,00 Tahun 2009 104 104 100,00

Tahun 2008 104 104 100,00

Tahun 2007 104 104 100,00

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa persentase PKK aktif di Kota Tangerang

tahun 2010 mencapai 100%, yang berarti seluruh PKK di Kota Tangerang merupakan PKK

aktif, dan hal tersebut sudah berlangsung sejak tahun 2007.

4. Persentase Posyandu Aktif

Tabel 2.145 Persentase Posyandu Aktif

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Posyandu Aktif Jumlah Total Posyandu Persentase Posyandu

Aktif (%)

1 Batuceper 50 50 100,00

2 Benda 49 49 100,00 3 Cibodas 94 94 100,00

4 Ciledug 98 98 100,00

5 Cipondoh 91 91 100,00 6 Jatiuwung 56 56 100,00

7 Karang Tengah 63 63 100,00

8 Karawaci 130 130 100,00

9 Larangan 96 96 100,00 10 Neglasari 58 58 100,00

11 Periuk 61 61 100,00

Page 150: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 126

No Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Posyandu Aktif Jumlah Total Posyandu Persentase Posyandu

Aktif (%)

12 Pinang 82 82 100,00

13 Tangerang 72 72 100,00

Jumlah 1.000 1.000 100,00 Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa persentase posyandu aktif di Kota Tangerang

tahun 2010 mencapai 100%, yang berarti seluruh posyandu di Kota Tangerang merupakan

posyandu yang aktif.

5. Tingkat Swadaya Masyarakat Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat

Tabel 2.146 Tingkat Swadaya Masyarakat Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat

No Kecamatan

Tahun 2010 Jumlah Swadaya

Masyarakat Mendukung Program Pemberdayaan

Masyarakat

Total Pasca Program Pemberdayaan

Masyarakat

Tingkat Swadaya Masyarakat Terhadap

Program Pemberdayaan Masyarakat (%)

1 Batuceper 125.250.000 626.250.000 20,00

2 Benda 155.250.000 776.250.000 20,00 3 Cibodas 57.000.000 285.000.000 20,00

4 Ciledug 0 0 0,00

5 Cipondoh 94.672.000 550.000.000 17,21 6 Jatiuwung 53.000.000 265.000.000 20,00

7 Karang Tengah 174.249.000 871.250.000 20,00

8 Karawaci 82.501.500 408.750.000 20,18 9 Larangan 0 0 0,00

10 Neglasari 205.068.500 1.042.500.000 19,67

11 Periuk 97.630.600 482.500.000 20,23

12 Pinang 67.000.000 335.000.000 20,00 13 Tangerang 40.450.000 190.000.000 21,29

Jumlah 1.152.071.600 5.832.500.000 19,75

Tahun 2009 716.910.200 2.899.464.000 24,73 Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat swadaya masyarakat terhadap

program pemberdayaan masyarakat di Kota Tangerang tahun 2010 mencapai 19,75%.

Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai 24,73%.

Di tingkat kecamatan, Kecamatan Tangerang menjadi kecamatan yang tingkat swadaya

masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakatnya paling tinggi dibandingkan

dengan 12 kecamatan lainnya dengan nilai 21,29%, berbeda sebaliknya dengan Kecamatan

Ciledug dan Kecamatan Larangan yang memiliki capaian 0%.

Page 151: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 127

T. Urusan Statistik

1. Buku ”Kabupaten/Kota Dalam Angka”

Tabel 2.147 Buku ”Kabupaten / Kota Dalam Angka”

No. Uraian Ketersediaan

1. Buku ”Kabupaten/Kota Dalam Angka” Tahun 2010 ada

Tahun 2009 ada Tahun 2008 ada

Tahun 2007 ada

Sumber: Kantor Penelitian, Pengembangan dan Statistik Kota Tangerang, 2011

Kota Tangerang memiliki buku Kota Tangerang Dalam Angka sejak tahun 2007 sampai

dengan 2010.

2. Buku ”PDRB Kabupaten/Kota”

Tabel 2.148 Buku ”PDRB Kabupaten / Kota”

No. Uraian Ketersediaan

1. Buku ”PDRB Kabupaten/Kota” Tahun 2010 Ada

Tahun 2009 Ada Tahun 2008 Ada

Tahun 2007 Ada

Sumber: Kantor Penelitian, Pengembangan dan Statistik Kota Tangerang, 2011

Kota Tangerang memiliki buku PDRB Kota Tangerang sejak tahun 2007 sampai dengan

2010.

U. Urusan Kearsipan

1. Tingkat Pengelolaan Arsip Secara Baku

Tabel 2.149 Tingkat Pengelolaan Arsip Secara Baku

No. Uraian Tahun 2010

1. Jumlah SKPD Yang Telah Menerapkan Arsip Secara Baku 50 2. Jumlah SKPD 50

3. Tingkat Pengelolaan Arsip Secara Baku (%) 100,00

Tahun 2009 50,00

Tahun 2008 50,00 Tahun 2007 44,00

Sumber: Kantor Arsip Daerah Kota Tangerang, 2011

Page 152: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 128

Dilihat dari daftar tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pengelolaan arsip secara baku

di Kota Tangerang tahun 2010 ini telah mencapai 100%, meningkat jauh dibandingkan

dengan 3 tahun sebelumnya.

2. Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan

Tabel 2.150 Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan

No. Uraian Jumlah

1 Kegiatan Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan Tahun 2010 2

2 Kegiatan Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan Tahun 2009 2 3 Kegiatan Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan Tahun 2008 2

4 Kegiatan Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan Tahun 2007 1

Sumber: Kantor Arsip Daerah Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari daftar tabel di atas, dapat diketahui bahwa kegiatan peningkatan SDM pengelola

kearsipan di Kota Tangerang tahun 2010 ini berjumlah 2 kali, dan cenderung tetap sejak

tahun 2008.

V. Urusan Komunikasi dan Informatika

1. Rasio Wartel/Warnet Terhadap Penduduk

Rasio Wartel/Warnet Terhadap Penduduk adalah jumlah wartel/warnet per 1.000 penduduk.

Tabel 2.151 Rasio Wartel / Warnet Terhadap Penduduk

No. Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Wartel/Warnet Jumlah Penduduk Rasio Wartel/Warnet Terhadap Penduduk

1 Batuceper 16 90.590 0,18 2 Benda 17 83.017 0,20

3 Cibodas 30 142.479 0,21

4 Ciledug 62 147.023 0,42

5 Cipondoh 46 216.346 0,21 6 Jatiuwung 26 120.216 0,22

7 Karang Tengah 50 118.473 0,42

8 Karawaci 59 171.317 0,34 9 Larangan 31 163.901 0,19

10 Neglasari 24 103.504 0,23

11 Periuk 33 129.384 0,26 12 Pinang 46 160.206 0,29

Page 153: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 129

No. Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Wartel/Warnet Jumlah Penduduk Rasio Wartel/Warnet Terhadap Penduduk

13 Tangerang 26 152.145 0,17

Jumlah 466 1.798.601 0,26

Sumber: Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui rasio wartel/warnet terhadap penduduk di Kota

Tangerang tahun 2010 ini mencapai 0,26, yang berarti bahwa setiap 100.000 penduduk di

Kota Tangerang terdapat 26 wartel/warnet, atau dengan kata lain setiap 4.000 penduduk

terdapat 1 wartel/warnet.

2. Jumlah Surat Kabar Nasional / Lokal

Tabel 2.152 Jumlah Surat Kabar Nasional / Lokal

No. Uraian Jumlah

1. Jumlah Surat Kabar Lokal 6

2. Jumlah Surat Kabar Nasional - Jumlah 6

Tahun 2009 (Surat Kabar Nasional) 16

Tahun 2008 16 Tahun 2007 14

Sumber: Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Tangerang, 2011

Jumlah Surat Kabar Nasional / Lokal adalah Banyaknya jenis surat kabar terbitan

nasional/lokal yang masuk ke daerah. Dilihat dari daftar tabel di atas, dapat diketahui jumlah

surat kabar lokal di Kota Tangerang tahun 2010 ini sebanyak 6 jenis, jumlah ini tidak didukung

oleh data mengenai berapa banyak jumlah surat kabar nasional yang beredar di Kota

Tangerang. Tahun 2008 dan 2009 jumlah surat kabar nasional/lokal ada 16 jenis sedangkan

tahun 2007 hanya 14 jenis.

3. Jumlah Penyiaran Radio / TV Lokal

Tabel 2.153 Jumlah Penyiaran Radio / TV Lokal

No. Uraian Jumlah

1. Jumlah Penyiaran Radio 5 2. Jumlah Penyiaran TV 1

Jumlah 6

Tahun 2009 (Radio) 5

Tahun 2008 5 Tahun 2007 5

Sumber: Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Tangerang, 2011

Page 154: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 130

Jumlah Penyiaran Radio / TV Lokal adalah banyaknya penyiaran radio/TV nasional maupun

lokal yang masuk ke daerah. Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui jumlah penyiaran

radio/TV lokal di Kota Tangerang tahun 2010 ini sebanyak 6 buah, jumlah ini lebih banyak

dibandingkan dengan tahun 2007, 2008 dan 2009 yang hanya mencapai 5 buah.

4. Web Site Milik Pemerintah Daerah

Tabel 2.154 Web Site Milik Pemerintah Daerah

No. Uraian Ketersediaan 1. Web Site Milik Pemerintah Daerah Ada

Tahun 2009 Ada

Sumber: Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari daftar tabel di atas, dapat diketahui bahwa Pemerintah Kota Tangerang memiliki

web site sendiri dari tahun 2009 lalu.

5. Rata-Rata Frekuensi Penyelenggaraan Pameran/Expo Setiap Tahun

Tabel 2.155 Rata-Rata Frekuensi Penyelenggaraan Pameran/Expo Setiap Tahun

No. Uraian Jumlah

1 Jumlah Pameran / Expo Yang Dilaksanakan Tahun 2010 7

2 Jumlah Pameran / Expo Yang Dilaksanakan Tahun 2009 7

3 Jumlah Pameran / Expo Yang Dilaksanakan Tahun 2008 7 4 Jumlah Pameran / Expo Yang Dilaksanakan Tahun 2007 6

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata frekuensi penyelenggaraan

pameran/expo setiap tahun di Kota Tangerang tahun 2010 ini sebanyak 7 kali pelaksanaan,

jumlah ini sama dengan jumlah penyelenggaraan expo pada tahun 2008 dan 2009 lalu dan

lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2007 yang hanya menyelenggarakan sebanyak 6

kali.

Page 155: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 131

W. Urusan Perpustakaan

1. Jumlah Perpustakaan Di Daerah

Tabel 2.156 Jumlah Perpustakaan Di Daerah

No. Uraian Tahun 2010

1. Jumlah Perpustakaan di Daerah 303

Sumber: Kantor Perpustakaan Daerah Kota Tangerang, 2011

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah perpustakaan di Kota Tangerang tahun 2010

sebanyak 303 buah.

2. Tingkat Kunjungan Perpustakaan Dalam Tahun

Tingkat Kunjungan Perpustakaan Dalam Tahun adalah Jumlah pengunjung perpustakaan per

tahun.

Tabel 2.157 Tingkat Kunjungan Perpustakaan Dalam Tahun

No. Uraian Tahun 2010

1. Jumlah Kunjungan Ke Perpustakaan Selama Satu Tahun 38.374

2. Jumlah Orang Dalam Populasi Yang Harus Dilayani 1.500.000

3. Tingkat Kunjungan Perpustakaan Dalam 1 Tahun 0,03 Sumber: Kantor Perpustakaan Daerah Kota Tangerang, 2011

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat kunjungan perpustakaan di Kota Tangerang

tahun 2010 mencapai 0,03.

3. Tingkat Koleksi Buku Yang Tersedia Di Perpustakaan Daerah

Tabel 2.158 Tingkat Koleksi Buku Yang Tersedia Di Perpustakaan Daerah

No. Uraian Tahun 2010

1. Jumlah Koleksi Judul Buku Yang Tersedia Di Perpustakaan Daerah 37.281 2. Jumlah Buku Yang Tersedia Di Perpustakaan Daerah 47.030

3. Tingkat Koleksi Buku Yang Tersedia Di Perpustakaan Daerah 0,79

Tahun 2009 0,33

Tahun 2008 0,33 Tahun 2007 0,33

Sumber: Kantor Perpustakaan Daerah Kota Tangerang, 2011

Page 156: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 132

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat koleksi buku yang tersedia di perpustakaan

daerah Kota Tangerang tahun 2010 mencapai 0,79. Jumlah ini meningkat dari tingkat koleksi

buku di perpustakaan daerah tahun sebelumnya yakni dari tahun 2007 sampai 2009 yang

mencapai 0,33.

2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan

A. Urusan Pertanian

1. Tingkat Produktivitas Padi / Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya Per Hektar

Tabel 2.159 Tingkat Produktivitas Padi / Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya Per Hektar

No Kecamatan

Produksi Tanaman Padi/Bahan Pangan

Utama Lokal Lainnya (Ton)

Luas Areal Tanaman Padi/Bahan Pangan

Utama Lokal Lainnya (Ha)

Tingkat Produktivitas Padi / Bahan Pangan Utama

Lokal Lainnya Per Hektar (ton/ha)

1 Batuceper 4.591,00 755,00 608,08

2 Benda 2.216,20 348,00 636,84

3 Cibodas 48,30 9,00 536,67

4 Ciledug 0,00 0,00 0,00 5 Cipondoh 173,30 45,00 385,11

6 Jatiuwung 0,00 0,00 0,00

7 Karang Tengah 124,80 24,00 520,00 8 Karawaci 0,00 0,00 0,00

9 Larangan 0,00 0,00 0,00

10 Neglasari 229,70 43,00 534,19 11 Periuk 606,00 100,00 606,00

12 Pinang 441,60 82,00 538,54

13 Tangerang 0,00 0,00 0,00

Tahun 2010 8.436,00 1.406,00 600,00 Tahun 2009 9.869,16 1.495,00 660,14

Tahun 2008 10.611,41 1.624,00 653,41

Sumber: Dinas Pertanian Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat produktivitas padi/bahan pangan

utama lokal lainnya per hektar di Kota Tangerang adalah sebesar 600 ton/ha, capaian di

tahun 2010 ini mengalami penurunan dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 dan

2009 yang masing-masing mencapai 653 dan 660 ton/ha. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh

gagalnya panen raya di tahun 2010 ini. Berbicara mengenai capaian tingkat produktivitas

padi/bahan pangan utama lokal lainnya per hektar di tingkat kecamatan Kota Tangerang,

kecamatan tertinggi tingkat produktivitasnya diraih oleh Kecamatan Benda dengan capaian

produktivitas sebesar 636 ton/ha, sedangkan kecamatan terendah tingkat produktivitasnya

Page 157: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 133

adalah Kecamatan Cipondoh yang hanya 385 ton/ha. Selain itu di Kota Tangerang terdapat 5

kecamatan yang tidak mempunyai lahan pertanian, yakni Kecamatan Ciledug, Kecamatan

Jatiuwung, Kecamatan Karawaci, Kecamatan Larangan dan Kecamatan Tangerang.

2. Tingkat Cakupan Bina Kelompok Petani

Tabel 2.160 Tingkat Cakupan Bina Kelompok Petani

No Kecamatan Jumlah Kelompok Petani Yang Mendapat Bantuan

Pemda Jumlah Kelompok Petani

Tingkat Cakupan Bina Kelompok Petani (%)

1. Batuceper 2 5 40,00

2. Benda 1 6 16,67

3. Cibodas 1 1 100,00 4. Ciledug 0 1 0,00

5. Cipondoh 1 3 33,33

6. Jatiuwung 0 0 0,00 7. Karang Tengah 2 4 50,00

8. Karawaci 0 2 0,00

9. Larangan 0 3 0,00

10. Neglasari 3 9 33,33 11. Periuk 1 5 20,00

12. Pinang 1 15 6,67

13. Tangerang 1 1 100,00 Tahun 2010 13 55 23,64

Tahun 2009 9 57 15,79

Tahun 2008 7 27 25,93 Tahun 2007 8 27 29,63

Sumber: Dinas Pertanian Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat cakupan bina kelompok petani di

Kota Tangerang adalah sebesar 23,64%, capaian di tahun 2010 ini mengalami kenaikan

dibandingkan dengan tahun 2009 dimana hanya mencapai 15,79% dan mengalami

penurunan dibandingkan dengan capaian pada tahun 2007 dan 2008 yang masing-masing

mencapai 29,63% dan 25,93%. Berbicara mengenai tingkat cakupan bina kelompok petani di

tingkat kecamatan Kota Tangerang, kecamatan tertinggi dengan tingkat cakupan bina

kelompok petaninya diraih oleh Kecamatan Cibodas dan Kecamatan Tangerang dengan

capaian sempurna sebesar 100%, sedangkan kecamatan terendah tingkat cakupan bina

kelompok petaninya diraih oleh 4 kecamatan sekaligus yakni Kecamatan Ciledug, Kecamatan

Jatiuwung, Kecamatan Karawaci dan Kecamatan Larangan dengan jumlah 0%, hal ini

disebabkan karena tidak adanya kelompok petani yang mendapat bantuan dari Pemda.

Page 158: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 134

B. Urusan Kelautan dan Perikanan

1. Nilai Hasil Produksi Perikanan

Tabel 2.161 Nilai Hasil Produksi Perikanan

No Kecamatan Jumlah Produksi Ikan

(Ton) Target Daerah (Ton)

Nilai Hasil Produksi Perikanan (%)

1 Batuceper 14,72 15,00 98,13 2 Benda 60,00 65,00 92,31

3 Cibodas 9,60 10,00 96,00

4 Ciledug 11,62 11,00 105,64 5 Cipondoh 65,00 65,00 100,00

6 Jatiuwung 11,50 11,00 104,55

7 Karang Tengah 12,70 12,70 100,00

8 Karawaci 40,00 38,00 105,26 9 Larangan 10,50 9,50 110,53

10 Neglasari 51,00 53,00 96,23

11 Periuk 52,00 50,00 104,00 12 Pinang 65,00 80,00 81,25

13 Tangerang 9,70 10,00 97,00

Tahun 2010 413,34 430,20 96,08 Tahun 2009 394,53 324,79 121,47

Tahun 2008 282,46 262,00 107,81

Tahun 2007 262,95 263,06 99,96

Sumber: Dinas Pertanian Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa nilai hasil produksi perikanan di Kota

Tangerang adalah sebesar 96,08% dari target yang telah ditetapkan sebelumnya. Capaian di

tahun 2010 ini mengalami penurunan dibandingkan dengan capaian pada tahun 2007, 2008

dan 2009 yang masing-masing mencapai 99,96%, 107,81% dan 121,47%. Berbicara

mengenai nilai hasil produksi perikanan di tingkat kecamatan Kota Tangerang, Kecamatan

Ciledug memperoleh capaian tertinggi dibandingkan dengan 12 kecamatan lainnya yakni

sebesar 105,64%, berbeda sebaliknya dengan Kecamatan Pinang yang hanya mencapai

81,25%.

Page 159: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 135

2. Tingkat Konsumsi Ikan

Tabel 2.162 Tingkat Konsumsi Ikan

No. Kecamatan Jumlah Konsumsi Ikan

(Ton) Target Daerah (Ton) Tingkat Konsumsi Ikan (%)

1 Batuceper 2.098,66 2.273,51 92,31

2 Benda 1.704,57 1.849,44 92,17 3 Cibodas 3.250,38 3.523,45 92,25

4 Ciledug 2.722,45 2.957,84 92,04

5 Cipondoh 4.012,91 4.361,86 92,00 6 Jatiuwung 2.382,74 2.579,42 92,38

7 Karang Tengah 2.345,39 2.534,42 92,54

8 Karawaci 4.021,04 4.354,92 92,33 9 Larangan 3.151,11 3.420,47 92,13

10 Neglasari 2.441,56 2.649,07 92,17

11 Periuk 2.752,33 2.982,20 92,29

12 Pinang 3.322,92 3.605,34 92,17 13 Tangerang 3.200,59 3.471,04 92,21

Tahun 2010 37.406,65 40.562,98 92,22

Tahun 2009 32.112,49 33.561,75 95,68 Sumber: Dinas Pertanian Kota Tangerang, 2011

Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi ikan di Kota Tangerang

adalah sebesar 92,22% dari target yang telah ditetapkan sebelumnya, capaian di tahun 2010

ini mengalami penurunan dibandingkan dengan capaian pada tahun 2009 yang mencapai

95,68%. Berbicara mengenai tingkat konsumsi ikan di tingkat kecamatan Kota Tangerang,

seluruh kecamatan hampir memiliki tingkat konsumsi ikan yang cenderung merata.

C. Urusan Perdagangan

1. Nilai Ekspor Bersih Perdagangan

Tabel 2.163 Nilai Ekspor Bersih Perdagangan

No. Uraian Tahun 2010

1. Nilai Ekspor Perdagangan $ 10.183.865,38 2. Nilai Impor Perdagangan $ 6.751.375,00

3. Nilai Ekspor Bersih Perdagangan $ 3.432.490,38

Tahun 2009 $ 141.198.103,94 Tahun 2008 $ 22.135.740,01

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang, 2011

Page 160: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 136

Dilihat dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa nilai ekspor bersih perdagangan di Kota

Tangerang adalah sebesar $3.432.490,38, capaian di tahun 2010 ini mengalami penurunan

yang cukup signifikan dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 dan 2009 yang masing-

masing mencapai $22.135.740,01 dan $141.198.103,94.

D. Urusan Perindustrian

2. Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB

Tabel 2.164 Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB

No. Uraian (%) 1 Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB Tahun 2010 47,57

2 Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB Tahun 2009 48,99

3 Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB Tahun 2008 50,75 4 Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB Tahun 2007 52,83

Sumber: Kantor Penelitian, Pengembangan dan Statistik Kota Tangerang, 2011

Jumlah kontribusi sektor industri terhadap PDRB di Kota Tangerang tahun 2010 mencapai

47,57% dimana capaian ini lebih rendah dibandingkan dengan capaian yang diraih tahun

2007, 2008 dan 2009 yang masing-masing mencapai 52,83%, 50,75% dan 47,57%.

3. Tingkat Pertumbuhan Industri

Tabel 2.165 Tingkat Pertumbuhan Industri

No. Uraian 2007 2008 2009 2010

1 Jumlah Industri 2.261 2.373 2.595 2.220

2 Tingkat Pertumbuhan Industri (%) 4,72 8,55 -16,89 Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang, 2011

Jumlah tingkat pertumbuhan industri di Kota Tangerang tahun 2010 mencapai -16,89%.

Jumlah ini menurun jauh dibandingkan dengan capaian 3 tahun sebelumnya yang berada di

angka positif.

Page 161: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 137

4. Tingkat Cakupan Bina Kelompok Pengrajin

Tabel 2.166

Tingkat Cakupan Bina Kelompok Pengrajin

No. Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Kelompok Pengrajin Yang Mendapatkan Bantuan

Binaan Pemda

Jumlah Kelompok Pengrajin

Tingkat Cakupan Bina Kelompok Pengrajin

(%) 1 Batuceper 2 7 28,57

2 Benda 0 0 0,00

3 Cibodas 0 0 0,00

4 Ciledug 0 0 0,00 5 Cipondoh 0 0 0,00

6 Jatiuwung 0 0 0,00

7 Karang Tengah 0 0 0,00 8 Karawaci 0 0 0,00

9 Larangan 0 0 0,00

10 Neglasari 0 0 0,00

11 Periuk 0 0 0,00 12 Pinang 0 0 0,00

13 Tangerang 0 0 0,00

Jumlah 2 7 28,57 Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang, 2011

Dari tabel tingkat cakupan bina kelompok pengrajin Kota Tangerang tahun 2010 di atas, dapat

diketahui bahwa hanya terdapat satu kecamatan yang memiliki tingkat cakupan bina

kelompok pengrajin, kecamatan itu adalah Kecamatan Batuceper dengan tingkat cakupan

sebesar 28,57%

2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH

2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

A. Angka Konsumsi Rumahtangga Pangan Per Kapita

Besarnya pendapatan yang diterima suatu rumah tangga merupakan penentu tingkat

kesejahteraan rumah tangga tersebut. Namun data pendapatan yang akurat sangat sulit

diperoleh sehingga pendekatan yang sering digunakan pada setiap survei, termasuk

Susenas, adalah melalui pendekatan pengeluaran rumah tangga. Dimana, penduduk dengan

pendapatan yang lebih besar akan memiliki pengeluaran yang lebih besar pula, meskipun

dengan jenis pengeluaran yang berbeda.

Page 162: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 138

Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa pengeluaran perkapita selama sebulan penduduk

Kota Tangerang pada tahun 2010 paling banyak (28,03 %) berada pada golongan

pengeluaran Rp 400.000 – Rp 599.999. Rata-rata pengeluaran perkapita selama sebulan di

Kota Tangerang adalah Rp 774.337,16 dengan rata-rata pengeluaran makanan

Rp.376.328,34 (48,60 %) dan bukan makanan Rp 398.008,82 (51,40 %). Pengeluaran

perkapita sebulan, paling banyak adalah untuk perumahan (25,49 %), makanan dan minuman

jadi (19,00 %) serta barang dan jasa (selain pendidikan dan kesehatan) 10,80 %

Perumahan dan fasilitasnya menjadi alokasi konsumsi terbesar penduduk di Kota Tangerang

pada tahun 2010. Kebutuhan untuk memperoleh tempat tinggal yang layak menjadi prioritas

utama. Konsumsi makanan dan minuman jadi merupakan pengeluaran terbesar kedua. Hal ini

kemungkinan besar disebabkan oleh penduduk Kota Tangerang yang berprofesi sebagai

pekerja memilih makanan dan minuman jadi sebagai solusi bagi ‘mereka’ yang merasa lebih

praktis dan tidak sempat memasak sendiri makanannya.

Bagi penduduk dengan golongan pengeluaran kurang dari Rp 300.000, perbandingan antara

konsumsi makanan dan bukan makanan adalah 56,04 % dan 43,96 %. Alokasi pengeluaran

rumah tangga paling banyak digunakan untuk keperluan perumahan (26,10 %), padi-padian

seperti beras (13,11 %), dan makanan dan minuman jadi (13,09 %).

Semakin besar pendapatan, maka komposisi pengeluaran untuk makanan dan bukan

makanan akan berubah. Pengeluaran untuk makanan akan semakin menurun dan sebaliknya

pengeluaran untuk bukan makanan akan meningkat. Pada tabel 8.2 dapat dilihat bahwa

penduduk dengan golongan pengeluaran lebih dari Rp 2.000.000,- memiliki perbandingan

pengeluaran makanan dan bukan makanan yang berbeda dengan golongan pengeluaran

kurang dari Rp 300.000,-. Pada golongan pengeluaran ini, perbandingannya dalah 38,36 %

dan 61,64 %. Pada tahun 2010 di Kota Tangerang, penduduk dengan golongan pengeluaran

ini paling banyak mengalokasikan pendapatannya untuk makanan dan minuman jadi (28,07

%), perumahan (24,30 %) serta barang dan jasa (selain pendidikan dan kesehatan) 12,69 %.

Tabel 2.167

Persentase Penduduk menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan

Golongan pengeluaran (Rp. ) Tahun (%)

2008 2009 2010

300.000 - 399.999 3,52 10,72 7,04

400.000 - 599.999 21,15 27,36 28,03

600.000 - 799.999 31,15 20,58 25,55

800.000 - 999.999 15,97 10,2 13,56

1.000.000 - 1.499.999 11,19 14,51 16,95

Page 163: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 139

Golongan pengeluaran (Rp. ) Tahun (%)

2008 2009 2010

1.500.000 - 1.999.999 6,04 4,37 4,95

2.000.000 ke atas 4,14 8,62 2,74

Jumlah 100 100 100 Sumber: Kantor Litbangstat Kota Tangerang, 2011

B. Rasio Wilayah Produktif dan Non Produktif

Indikator penting dalam untuk melihat kinerja ketata-ruangan antara lain adalah rasio wilayah

produktif dan non produktif. Nilai rasio ini merupakan gambaran dari wilayah produktif dan

pemanfaatannya serta wilayah non produktif yang bisa dikembangkan.

Seperti diketahui bahwa lahan di Kota Tangerang terbagi atas kawasan Lindung dan

Kawasan Budidaya, sedangkan kawasan budidaya terbagi atas lahan yang produktif dan non

produktif. Gambaran tentang penggunaan/pemanfaatan lahan serta besaran wilayah

produktif dan non produktif beserta rasionya di Kota Tangerang pada tahun 2010 bisa dilihat

pada tabel-tabel berikut:

Tabel 2.168 Luasan Pemanfaatan Kawasan Lindung

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1. Sungai, Situ dan Waduk 215,7 1,2%

2. Ruang Terbuka Hijau 1.227,7 6,7%

Jumlah 1.443,4 7,9% Sumber: Dinas Tata Kota, 2011

Tabel 2.169 Luasan Pemanfaatan Kawasan Budidaya

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) (%)

1. IPA 14,3 0,1%

2. Industri 315,1 1,7%

3. Kuburan 63,8 0,4%

4. Lapangan Golf 160,1 0,9%

5. Lembaga Pemasyarakatan 8,1 0,0%

6. Pasar 9,4 0,1%

7. Pendidikan 33,2 0,2%

8. Perdagangan 91,9 0,5%

9. Perkantoran 225,0 1,2%

Page 164: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 140

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) (%)

10. Perumahan 7.052,6 38,7%

11. Rumah Sakit 23,9 0,1%

12. Sawah 3.557,5 19,5%

13. Stadion 4,8 0,0%

14. TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) 14,9 0,1%

15. Tanah Kosong 3.279,6 18,0%

16. Tempat Peribadatan 6,9 0,0%

17. Terminal 8,6 0,0%

18. Lain 169,6 0,9%

19. Bandara Soekarno-Hatta 1.736,2 9,5%

Jumlah 16.775,6 92,1%

Sumber: Dinas Tata Kota, 2011

Tabel 2.170

Wilayah Tidak Produktif

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) (%)

1. Tanah Kosong 3.279,6 18,0%

Jumlah 3.279,6 18,0% Sumber: Bappeda, 2011

Tabel 2.171 Wilayah Produktif

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) (%)

1. IPA 14,3 0,10%

2. Industri 315,1 1,70%

3. Kuburan 63,8 0,40%

4. Lapangan Golf 160,1 0,90%

5. Lembaga Pemasyarakatan 8,1 0,00%

6. Pasar 9,4 0,10%

7. Pendidikan 33,2 0,20%

8. Perdagangan 91,9 0,50%

9. Perkantoran 225 1,20%

10. Perumahan 7.052,60 38,70%

11. Rumah Sakit 23,9 0,10%

12. Sawah 3.557,50 19,50%

13. Stadion 4,8 0,00%

14. TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) 14,9 0,10%

15. Tempat Peribadatan 6,9 0,00%

16. Terminal 8,6 0,00%

17. Lain 169,6 0,90%

18. Bandara Soekarno-Hatta 1.736,20 9,50%

T O T A L 13.496,00 74,10%

Sumber: Dinas Tata Kota, 2011

Page 165: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 141

Tabel 2.172

Prosentase Luas Wilayah Produktif

No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012**

1. Luas Wilayah Produktif 13.496,00 13.496,00 13.496,00 13.496,00 13.496,00

2. Luas Seluruh Wilayah Budidaya

16.775,60 16.775,60 16.775,60 16.775,60 16.775,60

3. Rasio (1./2.) 80,45% 80,45% 80,45% 80,45% 80,45%

Sumber: Dinas Tata Kota, 2011

2.4.2. Fokus Iklim Berinvestasi

A. Angka kriminalitas Yang Tertangani

Dalam rangka meningkatkan investasi daerah, hal penting yang harus ada antara lain adalah

penciptaan iklim investasi yang kondusif di daerah. Indikator penting dalam kaitannya dengan

iklim investasi daerah antara lain besaran Angka Kriminalitas yang tertangani. Indikator ini

merupakan rasio antara jumlah kriminalitas yang terjadi di daerah yang tertangani oleh aparat

penegak hokum (satpol pp/polisi/kejaksaan) terhadap 10.000 jumlah penduduk.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kesatuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang,

besarnya Angka Kriminalitas yang tertangani di Kota Tangerang adalah 0,31. Secara lebih

jelas gambaran tentang Angka Kriminalitas yang tertangani di Kota Tangerang bias dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 2.173

Angka Kriminalitas Yang Tertangani

No. Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Tindak Kriminal Tertangani Dalam 1 Tahun

Jumlah Penduduk

Angka Kriminalitas Yang Tertangani

1 Batuceper 4 94.919 0,42 2 Benda 6 77.060 0,78 3 Cibodas 2 146.943 0,14

4 Ciledug 4 122.965 0,33 5 Cipondoh 3 181.662 0,17 6 Jatiuwung 7 107.914 0,65 7 Karang Tengah 2 105.839 0,19

8 Karawaci 3 181.373 0,17 9 Larangan - 141.878 0,00

10 Neglasari 7 110.428 0,63 11 Periuk 4 124.427 0,32

Page 166: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 142

No. Kecamatan Tahun 2010

Jumlah Tindak Kriminal Tertangani Dalam 1 Tahun

Jumlah Penduduk

Angka Kriminalitas Yang Tertangani

12 Pinang 8 150.019 0,53 13 Tangerang 2 144.692 0,14

Total 52 1.690.119 0,31 Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang, 2011

B. Frekuensi Demo Per Tahun

Selain Angka Kriminalitas yang tertangani, indikator lainnya terkait dengan penciptaan iklim

investasi yang kondusif adalah Frekuensi Demo setiap tahun. Selama tahun 2010, jumlah

frekuensi demo yang terjadi di Kota Tangerang adalah:

Tabel 2.174

Frekuensi Demo Setiap Tahun

No. Tahun Jumlah Demo Dalam Satu Tahun (Kali)

1 2010 2

2 2009 3

3 2008 2

4 2007 4 Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang, 2011

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah demo dalam satu tahun di Kota Tangerang

pada tahun 2010 mencapai 2 kali. Frekuensi demo pada tahun ini cenderung mengalami

penurunan dibandingkan dengan frekuensi demo di tahun 2007 dan 2009.

2.4.3. Fokus Sumberdaya Manusia

A. Angka Partisipasi Sekolah

Indikator Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator yang menggambarkan

tentang perbandingan jumlah murid sekolah di berbagai tingkatan pendidikan terhadap jumlah

penduduk usia sekolah di suatu wilayah tertentu. Angka Partisipasi Sekolah terdiri dari Angka

Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).

Page 167: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 143

Nilai-nilai dari indikator APK dan APM berbagai tingkatan pendidikan di Kota Tangerang akan

diuraikan pada tabel-tabel berikut:

Tabel 2.175

Angka Partisipasi Kasar Sekolah

No. Kecamatan

Tahun 2010

Banyaknya Murid SD, SLTP, SLTA (jiwa)

Banyaknya Penduduk Usia 7-12 Tahun, 13-15 Tahun,

16-18 Tahun (jiwa)

Angka Partisipasi Kasar

Sekolah 1 Batuceper 15.353 18.063 85,00 2 Benda 12.780 17.463 73,18

3 Cibodas 23.914 18.451 129,61 4 Ciledug 32.617 30.014 108,67 5 Cipondoh 44.784 47.642 94,00 6 Jatiuwung 16.910 26.815 63,06

7 Karang Tengah 21.904 24.380 89,84 8 Karawaci 45.109 31.905 141,39 9 Larangan 18.588 31.700 58,64

10 Neglasari 18.241 22.389 81,47

11 Periuk 24.508 26.405 92,82 12 Pinang 26.699 33.392 79,96 13 Tangerang 63.356 28.720 220,60

Tahun 2010 364.763 357.339 102,08

Tahun 2009 341.670 329.604 103,66 Tahun 2008 325.324 319.389 101,86 Tahun 2007 245.493 333.844 73,54

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011

Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah merupakan perbandingan jumlah siswa pada tingkat

pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun. Jika

melihat data dari tahun 2008 sampai tahun 2010, Angka Partisipasi Kasar Sekolah di Kota

Tangerang mengalami kenaikan.

Angka partisipasi kasar sekolah di Kota Tangerang lebih besar dari 100, yang berarti bahwa

murid sekolah di Kota Tangerang tahun 2010 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

penduduk yang seharusnya bersekolah. Hal ini menunjukkan bahwa banyak murid sekolah di

Kota Tangerang yang berasal dari luar Kota Tangerang.

Selain itu dari tabel di atas dapat juga dilihat terjadi aglomerasi pendidikan di Kota Tangerang,

yaitu di Kecamatan Tangerang, yang ditunjukkan dengan angka partisipasi kasar yang

mencapai 220,6, yang berarti murid di Kecamatan Tangerang sebagian besar berasal dari

luar Kecamatan Tangerang. Sebaliknya, pada Kecamatan Larangan angka partisipasi kasar

Page 168: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 144

hanya 58,64 yang berarti banyak penduduk di Kecamatan Larangan yang bersekolah di luar

Kecamatan Larangan.

Tabel 2.176

Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah

No. Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Siswa Usia 4-6 Tahun Di Jenjang PAUD, Usia 7-12 Tahun Di Jenjang SD/MI/Paket A, Usia

13- 15 Tahun Di Jenjang SMP/MTs/Paket B, Usia 16- 18

Tahun Di Jenjang SMA/SMK/MA/Paket C

Jumlah Penduduk Kelompok Usia 4-

6 Tahun, 7-12 Tahun, 13-15 Tahun, 16-18

Tahun

Angka Partisipasi

Murni (APM) Sekolah (%)

1 Batuceper 12.172 23.063 52,78 2 Benda 10.223 22.216 46,02 3 Cibodas 19.067 25.727 74,11 4 Ciledug 27.361 38.510 71,05

5 Cipondoh 38.627 60.635 63,70 6 Jatiuwung 14.005 32.901 42,57 7 Karang Tengah 19.096 30.590 62,43

8 Karawaci 39.788 40.331 98,65 9 Larangan 15.759 40.268 39,14

10 Neglasari 15.400 28.012 54,98 11 Periuk 19.646 33.473 58,69

12 Pinang 21.316 42.626 50,01 13 Tangerang 55.717 36.474 152,76

Jumlah 308.177 454.826 67,76 Tahun 2009 280.464 329.604 85,09

Tahun 2008 263.415 319.389 82,47 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011

BPS Kota Tangerang, 2011

Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga

18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SMP/SMA dibagi dengan jumlah

penduduk berusia 7 hingga 18 tahun. Dari data Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah tahun

2010, APM Sekolah Kota Tangerang mengalami penurunan dibandingkan 2 tahun

sebelumnya. Kecamatan Tangerang memiliki tingkat APM tertinggi di Kota Tangerang dengan

jumlah 165,68%, sedangkan Kecamatan Batuceper menduduki peringkat terbawah dengan

jumlah APM sebesar 42,14%.

B. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan

Selain indikator Angka Partisipasi Sekolah (APS), indikator lainnya yang terkait dengan

sumberdaya manusia adalah indikator Angka Pendidikan Yang Ditamatkan. Indikator ini

Page 169: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 145

menggambarkan tentang banyaknya siswa di setiap tingkatan pendidikan yang mampu

menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah

negeri maupun swasta dengan mendapatkan surat tanda tamat belajar/ijazah.

Gambaran lebih jelas tentang nilai indikator Angka Pendidikan Yang Ditamatkan di Kota

Tangerang adalah sebagai berikut:

Tabel 2.177

Angka Pendidikan Yang Ditamatkan

No Kecamatan Tahun 2010

Penduduk Tamat (SD, SLTP, SLTA, Univ.)

Jumlah Penduduk Angka Pendidikan Yang Ditamatkan

1 Batuceper 65.974 90.590 72,83 2 Benda 51.490 83.017 62,02 3 Cibodas 109.669 142.479 76,97

4 Ciledug 91.624 147.023 62,32 5 Cipondoh 131.685 216.346 60,87 6 Jatiuwung 92.348 120.216 76,82 7 Karang Tengah 80.147 118.473 67,65

8 Karawaci 136.860 171.317 79,89 9 Larangan 106.372 163.901 64,90

10 Neglasari 76.117 103.504 73,54 11 Periuk 91.727 129.384 70,90

12 Pinang 101.127 160.206 63,12 13 Tangerang 104.540 152.145 68,71

Jumlah 1.239.680 1.798.601 68,92 Sumber: BPS Kota Tangerang, 2011

Berdasarkan tabel di atas, angka pendidikan yang ditamatkan di Kota Tangerang tahun 2010

adalah 68,92 yang berarti kurang lebih terdapat 68,92% penduduk yang tamat suatu jenjang

sekolah, sedangkan sisanya 31,08% merupakan penduduk yang tidak pernah menamatkan

suatu jenjang pendidikan.

C. Rasio Ketergantungan Penduduk

Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa informasi jumlah penduduk menurut struktur usia

sangat bermanfaat sebagai masukan (input) perencanaan pembangunan antara lain sebagai

informasi awal untuk antisipasi penyediaan berbagai fasilitas pendidikan, kesehatan, dan

lapangan pekerjaan. Informasi ini akan memberikan gambaran tentang seberapa besar

potensi Sumber Daya Manusia (SDM) terutama untuk keperluan yang terkait dengan

pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.

Page 170: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

II - 146

Selain itu, informasi ini juga diperlukan untuk melihat besarnya nilai rasio ketergantungan

penduduk sebagai gambaran perbandingan antara penduduk usia tidak produktif (0–14 tahun

dan > 65 tahun) terhadap penduduk usia produktif (15–64 tahun).

Gambaran tentang rasio ketergantungan penduduk di Kota Tangerang bias dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 2.178

Rasio Ketergantungan Penduduk

No. Kecamatan

Tahun 2010

Jumlah Penduduk Usia < 15 Tahun

Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun s.d.

64 Tahun

Jumlah Penduduk Usia

> 64 Tahun

Rasio Ketergantungan Penduduk (%)

1 Batuceper 24.062 64.850 1.678 39,69

2 Benda 22.827 58.479 1.711 41,96 3 Cibodas 36.257 103.246 2.976 38,00 4 Ciledug 40.835 103.145 3.043 42,54 5 Cipondoh 62.558 149.308 4.480 44,90

6 Jatiuwung 28.110 91.134 972 31,91 7 Karang Tengah 30.720 85.034 2.719 39,32 8 Karawaci 41.686 125.641 3.990 36,35 9 Larangan 42.301 118.164 3.436 38,71

10 Neglasari 27.877 72.783 2.844 42,21 11 Periuk 34.533 92.770 2.081 39,47 12 Pinang 44.468 112.400 3.338 42,53 13 Tangerang 37.527 110.460 4.158 37,74

Total 473.761 1.287.414 37.426 39,71 Tahun 2009 435.827 1.161.617 55.146 42,27 Tahun 2008 395.041 1.095.290 41.335 39,84

Tahun 2007 391.687 1.079.192 37.535 39,77 Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2011

Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa rasio ketergantungan penduduk di Kota

Tangerang tahun 2010 mencapai 39,71%. Jumlah capaian ini mengalami penurunan

dibandingkan dengan jumlah capaian pada tahun 2007, 2008 dan 2009 yang masing-masing

mencapai 39,77%, 39,84% dan 42,27%.

Berbicara mengenai rasio ketergantungan penduduk di tingkat kecamatan, rasio terbaik

dengan capaian terendah ketergantungan penduduknya diperoleh oleh kecamatan Jatiuwung

yang hanya mencapai 31,91%, sedangkan berbeda sebaliknya dengan Kecamatan Cipondoh

yang memiliki ketergantungan penduduk terbesar, yaitu 44,90%.

Page 171: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

III - 1

3.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG TAHUN 2005-2025

Berpijak pada analisis kondisi umum Kota Tangerang maka permasalahan pembangunan

yang dihadapi dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah adalah sebagai

berikut:

No. Urusan Pemerintahan

Daerah / Aspek Pembangunan

Permasalahan

Sumber Daya Manusia, Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial

1 Pendidikan (Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum)

• Peningkatan kualitas pendidikan SDM masyarakat belum memadai dengan kebutuhan pembangunan dan dunia kerja (link and match antara kualitas pendididikan yang dihasilkan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pembangunan dan dunia kerja/usaha)

• Daya saing berupa kemampuan adaptasi dan penguasaan IPTEK SDM masyarakat belum memadai sehingga melemahkan posisi tawar dalam persaingan (kompetisi) SDM pada lingkup regional, nasional dan internasional

B A B I I I

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Page 172: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

III - 2

No. Urusan Pemerintahan

Daerah / Aspek Pembangunan

Permasalahan

• Pengembangan pendidikan kewirausahaan belum sepenuhnya mampu mencetak SDM masyarakat yang berjiwa wirausaha

2 Perpustakaan (Aspek Pelayanan Umum)

• Minat dan budaya baca masyarakat belum sepenuhnya tumbuh menjadi budaya hidup masyarakat

• Tingkat pelayanan media perpustakaan yang berkualitas belum merata untuk menjangkau seluruh wilayah

3 Kebudayaan (Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum)

• Pemahaman dan implementasi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam kehidupan bermnasyarakat semakin memudar

• Arus globalisasi dan modernisasi budaya luar yang negatif cenderung mudah menjadi gaya hidup masyarakat

• Pelestarian dan pengelolaan cagar budaya belum optimal

4 Kesehatan (Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum)

• Akses masyarakat terhadap tingkat pelayanan kesehatan yang bermutu perlu ditingkatkan untuk seluruh lapisan masyarakat

• Tingkat kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat belum sepenuhnya menjadi budaya hidup masyarakat

• Dampak perubahan iklim global terhadap berkembangnya penyakit mendorong melemahnya daya tahan dan kualitas kesehatan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat

5 Kepemudaan dan Olahraga (Aspek Pelayanan Umum)

• Peran dan kapasitas pemuda belum diberdayakan secara optimal dalam mendukung kegiatan pembangunan

• Peningkatan ketersediaan dan kualitas fasilitas olahraga belum merata

• Pemasyarakatan olahraga belum sepenuhnya tumbuh menjadi perilaku hidup sehat masyarakat

• Pembinaan prestasi olah raga belum memadai

6 Kependudukan dan Catatan Sipil (Aspek Pelayanan Umum)

• Perkembangan dan pertumbuhan penduduk masih tinggi yang apabila tidak dikendalikan dengan baik dapat berpotensi meningkatkan kerawanan sosial dan menurunkan daya dukung ruang dan lingkungan hidup

• Penegakan tertib administrasi dan manajemen kependudukan belum optimal dalam upaya pengendalian kependudukan

7 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (Aspek Pelayanan Umum)

• Tingkat pelayanan keluarga berencana yang berkualitas belum sepenuhnya menjangkau seluruh lapisan masyarakat

• Pemberdayaan kapasitas dan potensi ekonomi keluarga belum optimal untuk mendorong peningkatan kesejahteraan keluarga

• Keterbatasan akses keluarga prasejahtera terhadap sistem ekonomi formal.

8 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Aspek Pelayanan Umum)

• Peran dan kapasitas perempuan belum optimal diberdayakan • Perlindungan anak terhadap rawan kekerasan dan eksploitasi

tenaga kerja belum optimal • Fasilitas kota dan lingkungan permukiman belum memadai

untuk memenuhi kebutuhan aktivitas anak (Kota Layak Huni) dan melindungi aktivitas perempuan

Page 173: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

III - 3

No. Urusan Pemerintahan

Daerah / Aspek Pembangunan

Permasalahan

9 Pemberdayaan Masyarakat (Aspek Pelayanan Umum)

• Kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan belum dikembangkan secara optimal sesuai potensinya

• Kapasitas masyarakat belum diberdayakan secara optimal sebagai pelaku utama pembangunan

10 Sosial (Aspek Pelayanan Umum)

• Pengentasan kemiskinan belum tuntas dan belum fokus sesuai dengan struktur permasalahan masyarakat miskin.

• Kerawanan sosial cenderung meningkat • Tingkat dan cakupan pelayanan perlindungan dan

pemberdayaan PMKS belum optimal • Pemanfaatan sumberdaya untuk peningkatan kesejahteraan

sosial dalam masyarakat belum optimal diberdayakan

11 Ketenagakerjaan (Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)

• Tingkat pengangguran terbuka cukup tinggi • Terbatasnya akses dan daya saing tenaga kerja lokal

terhadap kesempatan kerja • Terbatasnya ketersediaan lapangan kerja • Kualitas dan kompetensi tenaga kerja belum memadai

dengan spesifikasi kebutuhan pembangunan dan dunia kerja • Rawan perselisihan hubungan industrial dan perlindungan

tenaga kerja • Jaminan kesejahteraan tenaga kerja yang masih rendah

12 Ketahanan Pangan (Aspek Pelayanan Umum)

• Rawan ketahanan pangan akibat ketergantungan terhadap daerah produksi dan distribusi pangan

• Daya beli masyarakat terhadap produk pangan cenderung menurun akibat semakin meningkatnya beban ekonomi dan harga pangan

No. Urusan Pemerintahan

Daerah / Aspek Pembangunan

Permasalahan

Daya Saing Perekonomian

1 Koperasi dan UKM (Aspek Pelayanan Umum)

• Kapasitas dan kualitas SDM dan kelembagaan koperasi dan UKM masih belum memadai

• Keterbatasaan akses koperasi dan UKM terhadap permodalan dan pasar

• Kualitas produk koperasi dan UKM kurang kompetitif di pasar regional dan nasional

• Kemitraan usaha antara koperasi dan UKM dengan pelaku usaha besar belum optimal

2 Penanaman Modal (Aspek Pelayanan Umum)

• Kapasitas pelayanan dan potensi pengembangan penanaman modal yang berkualitas belum memadai

• Regulasi penanaman modal belum sepenuhnya kondusif • Pengembangan dunia usaha belum berorientasi kepada

investasi yang ramah lingkungan

3 Pertanian (Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)

• Ketersediaan lahan pertanian semakin terbatas karena semakin tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian

Page 174: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

III - 4

No. Urusan Pemerintahan

Daerah / Aspek Pembangunan

Permasalahan

• Penurunan tingkat kesuburan lahan dan perkembangan hama pertanian seiring dengan perubahan iklim global dan penurunan kualitas lingkungan hidup

• Ketergantungan terhadap daerah produksi dan sistem distribusi produk pertanian (termasuk peternakan)

• Kualitas dan produktivitas hasil pertanian cenderung menurun

• Kualitas dan kapasitas SDM pertanian yang cenderung menurun

• Belum berkembang usaha pertanian modern yang didukung dunia usaha agribisnis.

• Nilai tambah usaha pertanian lebih rendah dari usaha aktivitas perkotaan menyebabkab kecenderungan alih profesi dari petani ke aktivitas perkotaan

4 Kelautan dan Perikanan (Aspek Pelayanan Umum)

• Ketersediaan lahan perikanan budidaya terbatas • Penurunan kualitas sumber daya air yang mengakibatkan

menurunnya kualitas dan produktivitas hasil perikanan budidaya

• Pemanfaatan sumber daya air untuk usaha perikanan budidaya belum optimal

• Ketergantungan terhadap daerah produksi dan sistem distribusi produk perikanan

• Nilai tambah usaha perikanan budidaya lebih rendah dari aktivitas perkotaan menyebabkan alih profesi dari petani perikanan ke aktivitas perkotaan

5 Perindustrian (Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)

• Keberadaan industri cenderung meningkatkan beban pencemaran lingkungan

• Krisis air bawah tanah karena meningkatnya eksploitasi penggunaan air untuk kebutuhan industri

• Pengunaan energi tidak ramah lingkungan untuk menggerakan produksi industri

• Keterbatasan fasilitas dan pengendalian pengelolan limbah industri belum memadai

• Kualitas dan kapasitas SDM dan kelembagaan IKM yang belum memadai

• Keterbatasan akses IKM pada permodalan dan pasar • Daya saing produk IKM kurang kompetitif di pasar regional

dan nasional • Kemitraan usaha antara IKM dengan industri besar belum

terjalin dengan baik

6 Perdagangan (Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)

• Perkembangan kawasan perdagangan sangat pesat, namun belum tertata dengan baik

• Pengembangan kawasan perdagangan kurang memperhatikan ketersediaan ruang terbuka hijau, pengelolaan sampah dan dampak lingkungan hidup,

• Pengembangan perdagangan belum bersinergi dengan promosi dan pemasaran potensi komoditi unggulan daerah.

• Kualitas fasilitas perdagangan tradisional belum memadai

Page 175: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

III - 5

No. Urusan Pemerintahan

Daerah / Aspek Pembangunan

Permasalahan

7 Pariwisata (Aspek Pelayanan Umum)

• Pemanfaatan sungai dan situ belum dikelola secara optimal menjadi destinasi obyek wisata

• Pengembangan destinasi wisata non alami (seperti: wisata budaya, wisata kuliner, wisata religi, dll ) belum berkembang dengan baik

No. Urusan Pemerintahan

Daerah / Aspek Pembangunan

Permasalahan

Penataan Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

1 Penataan Ruang (Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)

• Dokumen rencana rinci tata ruang belum tersosialisasikan dengan baik

• Pelanggaran pemanfaatan ruang yang cenderung menurunkan daya dukung ruang dan lingkungan

• Pengendalian pemanfaatan ruang yang belum optimal • Penegakan aturan penataan ruang yang belum memadai • Tingkat partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam

penataan ruang belum optimal

2 Pekerjaan Umum (Aspek Pelayanan Umum)

• Kerusakan sumber daya air (sungai, situ dan air tanah) • Pemanfaatan sempadan sungai dan situ untuk kegiatan

budidaya sehingga menurunkan kapasitas dan fungsi sungai dan situ

• Pendangkalan sungai dan situ • Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan sumber

daya air belum optimal

3 Energi dan Sumber Daya Mineral (Aspek Pelayanan Umum)

• Krisis energi yang disebakan oleh semaikin menurunnya ketersediaan energi (listrik dan bahan bakar minyak) namun kebutuhannya semakin besar seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat

• Kesadaran dan budaya hemat energi masyarakat masih rendah

• Penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan cenderung meningkat sementara pemanfaatan energi ramah lingkungan belum berkembang dengan baik

4 Lingkungan Hidup (Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)

• Degradasi kualitas lingkungan hidup karena semakin tingginya beban pencemaran, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas perkotaan

• Kesadaran dan perilaku hidup masyarakat yang ramah lingkungan belum sepenuhnya tumbuh dengan baik

• Volume sampah terus meningkat • Upaya peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan

persampahan sangat berat untuk mengimbangi beban peningkatan volume sampah

• Kapasitas dan kualitas pengelolaan TPA dan TPST belum optimal dan merata

• Program 3R dalam pengelolaan persampahan belum optimal

Page 176: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

III - 6

No. Urusan Pemerintahan

Daerah / Aspek Pembangunan

Permasalahan

• Keterbatasan ruang terbuka hijau • Pengembangan dan penataan RTH belum optimal karena

terkendala keterbatasan lahan terbuka.

No. Urusan Pemerintahan

Daerah/ Aspek Pembangunan

Permasalahan

Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota

1 Pekerjaan Umum (Aspek Pelayanan Umum)

• Ketersediaan dan kapasitas sistem jaringan jalan belum memadai

• Ketersediaan, kapasitas dan kualitas sistem jaringan drainase belum memadai

2 Perumahan (Aspek Pelayanan Umum)

• Keterbatasan akses masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan rumah layak huni dan terjangkau

• Perkembangan perumahan horizontal sangat pesat sehingga mengurangi daya dukung ruang dan lingkungan

• Keberadaan kawasan kumuh • Cakupan dan kualitas pelayanan air bersih belum memadai • Menurunnya ketersediaan dan kualitas sumber air baku untuk

kebutuhan air bersih • Pengelolaan air limbah domestik belum memadai • Cakupan dan kualitas pelayanaan bencana kebakaran dan

banjir belum optimal

3 Perhubungan (Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)

• Beban arus lalulintas yang semakin tinggi, baik pergerakan internal maupun eksternal.

• Pemanfaatan terminal yang belum optimal • Kapasitas pelayanaan angkutan umum masal belum optimal • Pengunaan energi transportasi yang tidak ramah lingkungan

sehingga menimbulkan pencemaran • Penerangan jalan umum belum memadai dan merata • Penggunaan sumber energi penerangan jalan umum yang

tidak ramah lingkungan • Rawan gangguan (kebisingan) suara pada kawasan sekitar

bandar udara • Pelayanan uji emisi dan pengendalian emisi kendaraan belum

optimal

4 Komunikasi dan Informatika (Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)

• Kualitas dan dan daya saing pelayanan komunikasi dan informatika belum optimal

• Efek negatif radiasi penggunaan jaringan selular dan telematika terhadap kesehatan

• Pengembangan sistem jaringan komunikasi (tower telekomunikasi selular dan jaringan kabel atas/bawah tanah) belum tertata dengan baik.

Page 177: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

III - 7

No. Urusan Pemerintahan Daerah/

Aspek Pembangunan Permasalahan

Pemerintahan dan Pelayanan Publik

1 Perencanaan Pembangunan (Aspek Pelayanan Umum)

• Keterbatasan sistem pendataan yang mutakhir untuk kebutuhan perencanaan pembangunan

• Integrasi system perencanaan pembangunan dengan system penganggaran belum optimal

• Belum optimalnya mekanisme pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan

• Integrasi dan sinkronisasi perencanaan pembanggunan antar daerah dan antara pemerintah pusat dan provinsi belum optimal.

• Belum optimalnya pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam perencanaan pembangunan

2 Statistik (Aspek Pelayanan Umum) • Ketersediaan dan kualitas data statistik yang mutakhir belum optimal

3 Pertanahan (Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum)

• Pelayanan pertanahan yang belum optimal • Rawan sengketa status kepemilikan tanah • Kendala pembebasan tanah untuk penyediaan

infrastruktur dan fasilitas umum • Penataan aset-aset tanah pemerintah daerah belum

optimal

4 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri (Aspek Pelayanan Umum)

• Kualitas demokrasi yang belum optimal • Rawan konflik masyarakat akibat permasalahan politik

5 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian (Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)

• Tingkat pelayanan publik belum optimal • Kualitas dan profesionalisme SDM aparatur belum

memadai • Kelembagaan perangkat daerah yang belum ramping

struktur dan kaya fungsi • Kapasitas keuangan daerah yang belum optimal

6 Kearsipan (Aspek Pelayanan Umum)

• Keterbatasan media penyimpanan arsip yang tidak mampu mendukung keberadaan arisip manual yang jumlah terus meningkat

• Pelayanan kerasipan yang modern dan berkualitas belum memadai

3.2. ISU STRATEGIS KOTA TANGERANG TAHUN 2005-2025

Isu strategis didapatkan dari hasil analisis kondisi internal dan eksternal Kota Tangerang saat

ini, sebagaimana digambarkan dalam uraian kondisi dan tantangan pembangunan Kota

Tangerang. Penentuan isu-isu strategis tersebut yakni dengan menggunakan metode simulasi

dinamik sebab-akibat dengan mencari keterkaitan masing-masing isu satu sama lainnya.

Kemudian masing-masing isu tersebut dianalisis apakah sebagai penyebab isu yang lain atau

menjadi akibat dari isu tersebut. Metode brainstorming digunakan dalam analisis sebab-akibat

Page 178: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

III - 8

tersebut. Secara diagramatis keterkaitan isu-isu strategis pembangunan di Kota Tangerang

sebagaimana digambarkan pada Gambar 3.1.

Berpijak pada analisis kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka isu

strategis yang menjadi agenda dan prioritas pembangunan Kota Tangerang tahun 2005-2025

adalah sebagai berikut:

1. Kualitas sumber daya manusia, kemiskinan dan kesejahteraan sosial

Isu kualitas sumberdaya manusia, kemiskinan dan kesejahteraan sosial merupakan isu

yang sangat substansial dalam kerangka pembangunan daerah Kota Tangerang. Hal

tersebut terkait dengan fungsi manusia itu sendiri sebagai subjek dan juga sekaligus

objek dari kegiatan pembangunan, sehingga seluruh upaya pembangunan pada

dasarnya ditujukan untuk menunjang kelangsungan aktivitas manusia. Kesejahteraan

sosial masyarakat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tujuan

pembangunan Kota Tangerang. Taraf kesejahteraan sosial masyarakat merupakan salah

satu indikator tercapai atau tidaknya progam-program pembagunan yang telah

dilaksanakan.

2. Kualitas dan daya saing perekonomian

Struktur perekonomian daerah Kota Tangerang yang didominasi oleh sektor industri,

pada satu sisi memberikan dampak positif terhadap tingginya laju pertumbuhan ekonomi

daerah, namun di sisi lain dampak negatif yang ditimbulkan yaitu kerawanan sosial serta

pencemaran lingkungan. Hal tersebut dikarenakan sektor industri yang berkembang di

Kota Tangerang bukan merupakan industri yang berbasis sumberdaya lokal, namun

merupakan industri yang padat modal serta membutuhkan tenaga kerja dengan skill atau

keahlian khusus. Disamping itu, perekonomian yang didominasi oleh industri strukturnya

relatif lemah dan sangat rawan terhadap adanya gejolak perekonomian. Oleh karena itu,

kegiatan-kegiatan ekonomi kerakyatan yang berbasis sumberdaya lokal berupa UKM dan

Koperasi harus lebih ditingkatkan kinerjanya agar dapat berperan lebih signifikan dalam

pekerkomian daerah.

3. Penataan ruang, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup

Sebagaimana umumnya kawasan perkotaan yang memiliki lahan yang sangat terbatas,

Kota Tangerang dihadapkan dengan semakin menurunnya luas lahan terbuka akibat

semakin intensifnya penggunaan lahan khususnya untuk permukiman. Dengan

kecenderungan demikian, maka konsistensi terhadap implementasi perda penataan

ruang harus diupayakan guna mencegah terjadinya konversi lahan yang masif sehingga

akan berakibat pada menurunnya daya dukung lahan. Lebih jauh lagi, aktivitas di

Page 179: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

III - 9

kawasan perkotaan yang sangat tinggi tanpa diimbangi oleh upaya pengendalian

lingkungan, pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan yang

akan sangat merugikan bagi kelangsungan pembangunan.

Page 180: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

III - 10

Gambar 3.1

Diagram Keterkaitan Permasalahan dan Isu Strategis Pembangunan

Perlindungan dan pemberdayaan

(PMKS)

KUALITAS SDM, KEMISKINAN, DAN

KESEJAHTERAAN SOSIAL

Pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan kesejahteraan

keluarga

Aktualisasi Norma Agama

dan Budaya

Pelestarian dan pengelolaan kekayaan

dan keragaman budaya

Aksesibilitas dan derajat kesehatan masyarakat

Pengendalian kependudukan

Aksesibilitas, kualitas dan daya saing pendidikan

masyarakat

Kualitas dan peran pemuda dalam pembangunan dan

olah raga

Migrasi keluar Migrasi masuk

KUALITAS DAN DAYA SAING

PEREKONOMIAN

Stabilitas dan pertumbuhan ekonomi

didukung investasi

Kualitas perekonomian dan pemberdayaan usaha

kecil dan menengah (UKM) dan koperasi

Kerjasama antar daerah dalam penyediaan pangan

Pengangguran dan

produktivitas tenaga kerja

Produktivitas, kualitas dan daya saing perekonomian

KINERJA PEMERINTAHAN DAN PELAYANAN PUBLIK

SERTA KUALITAS KETENTRAMAN,

KETERTIBAN, DEMOKRASI DAN HUKUM

Kinerja penyelenggaraan pemerintahan

Kondusifitas ketentraman dan ketertiban umum

Kapasitas dan kemandirian keuangan

daerah

Ketaatan dan supremasi hukum

Kualitas kehidupan demokrasi

Kualitas dan daya saing pelayanan publik

PENINGKATAN DAYA DUKUNG DAN KUALITAS

PELAYANAN PRASARANA, SARANA, DAN FASILITAS KOTA

Kemacetan dan pelayanan transportasi yang nyaman, aman, terjangkau dan ramah

lingkungan

Banjir

Kualitas pelayanan

pengelolaan limbah

Cakupan dan kualitas

pelayanan persampahan

Rawan bencana kebakaran

Kualitas pelayanan fasilitas jasa

Distribusi, kapasitas dan, kualitas fasilitas

perdagangan tradisional dan modern

Cakupan dan kualitas pelayanan telekomunikasi, telematika dan informatika

Kawasan kumuh

permukiman

Penyediaan dan kualitas rumah layak huni dan terjangkau

Cakupan dan kualitas pelayanan air bersih

PENATAAN RUANG, PENGELOLAAN SUMBER

DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Kualitas penataan ruang

Degradasi kualitas

lingkungan hidup

Pengelolaan dan pelestarian sumber

daya alam

Page 181: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

III - 11

4. Peningkatan daya dukung dan kualitas pelayanan prasarana, sarana dan fasilitas

kota

Peningkatan daya dukung dan pelayanan prasarana dan sarana serta fasilitas kota

merupakan hal yang krusial dilakukan. Hal tersebut mengingat dampak yang sangat

signifikan yang dapat ditimbulkan akibat kurang memadainya daya dukung infrastruktur

tersebut, baik dampak secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Secara sosial,

dampak yang ditimbulkan akibat keterbatasan infrastruktur wilayah adalah semakin

meningkatnya kerawanan sosial yang mengancam ketentraman dan ketertiban umum.

Dari sisi ekonomi, dampak yang ditimbulkan adalah menurunnya aksesibilitas

pergerakan barang dan angkutan sehingga kegiatan koleksi dan distribusi menjadi

terganggu. Adapun dari sisi lingkungan, berbagai dampak yang dapat ditimbulkan

diantaranya banjir, kawasan kumuh, kurangnya suplai air bersih, dll.

5. Kinerja pemerintahan dan pelayanan publik serta kualitas ketentraman, ketertiban,

demokrasi dan hukum

Kinerja pemerintahan dan pelayanan publik serta kualitas ketentraman, ketertiban,

demokrasi dan hukum merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan di Kota

Tangerang. Kinerja birokrasi yang efisien dan efektif dengan sistem kelembagaan dan

ketatalaksanaan pemerintahan yang profesional dan akuntabel pada gilirannya dapat

memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Dengan meningkatnya

pelayanan kepada masyarakat maka diharapkan masyarakat akan semakin produktif dan

pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahateraannya.

Dengan demikian, pembangunan Kota Tangerang dalam dua puluh tahun ke depan

hendaknya harus memperhatikan isu-isu tersebut di atas agar dapat mewujudkan peran dan

fungsi kota baik dalam hirarkhinya di lingkup regional dan nasional, maupun lingkup internal

Kota Tangerang sendiri.

Page 182: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

IV - 1

4.1. VISI PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG 2005-2025

Berdasarkan kondisi eksisting dan tantangan yang akan dihadapi dalam 20 tahun mendatang

serta dengan mempertimbangkan modal dasar yang dimiliki, maka Visi Pembangunan Jangka

Panjang Kota Tangerang Tahun 2005-2025 adalah:

“KOTA INDUSTRI, PERDAGANGAN DAN JASA YANG MAJU DAN LESTARI

BERLANDASKAN AKHLAKUL KARIMAH”

Kota Industri, Perdagangan dan Jasa dimaksudkan sebagai karakter kewilayahan serta

perekonomian wilayah yang akan melekat pada Kota Tangerang hingga tahun 2025. Karakter

tersebut sejalan dengan identitas ‘Kota Seribu Industri’ yang disandang Kota Tangerang

hingga saat ini, sekaligus didasarkan pada potensi pengembangannya dimasa mendatang.

Industri, perdagangan dan jasa selain sebagai basis perekonomian Kota Tangerang, juga

B A B I V

VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG

Page 183: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

IV - 2

akan menjadi tempat bergantungnya sebagian besar masyarakat dalam memenuhi hajat

hidupnya.

Maju, dimaksudkan sebagai kondisi yang diharapkan bagi Kota Tangerang untuk termasuk

dalam jajaran kota-kota dengan peringkat terbaik di Indonesia. Kondisi Kota Tangerang yang

maju pada tahun 2025 ditandai dari: Sosial ditandai dengan sumberdaya manusia

berpendidikan yang tinggi, angka harapan hidup yang lebih tinggi, laju pertumbuhan

penduduk yang lebih kecil, kualitas pelayanan sosial yang lebih baik, serta produktivitas yang

makin tinggi; Perekonomian ditandai dengan struktur ekonomi berbasis industri dan jasa yang

tangguh, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, serta tingkat penyerapan tenaga kerja yang

tinggi; Pemerintahan ditandai dengan meningkatnya kualitas pelayanan publik, meningkatnya

ketentraman dan ketertiban umum, meningkatnya peran serta rakyat secara nyata dan aktif

dalam segala aspek kehidupan, terwujudnya supremasi hukum dan terpeliharanya budaya

demokrasi.

Lestari, dimaksudkan sebagai kondisi dimana penyelenggaraan pembangunan tidak semata

diorientasikan pada upaya menumbuhkembangkan perekonomian, namun juga harus berpijak

pada prinsip untuk menjaga daya dukung dan daya tampung kota berdasarkan berbagai

sumberdaya yang tersedia, sehingga pembangunan secara lestari dan berkelanjutan

merupakan orientasi yang harus sejalan. Untuk itu, kedepan pembangunan Kota Tangerang

dilaksanakan dengan secara sungguh-sungguh memperhatikan aspek kelestarian lingkungan,

baik fisik dan non fisik. Dengan kata lain pembangunan diarahkan untuk mencapai

keseimbangan antara pembangunan dengan kelestarian lingkungan yang akan diwariskan

kepada generasi yang akan datang. Selain itu pembangunan yang berwawasan lingkungan

juga mengharuskan dipenuhinya kebutuhan dasar dan kesempatan kepada seluruh

masyarakat untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Dalam kerangka pencapaian visi tersebut, maka „Akhlakul Karimah‟ (Akhlak Mulia) menjadi

prinsip dasar yang merupakan landasan utama penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan di Kota Tangerang selama periode 2005-2025. Akhlakul Karimah diharapkan

menjadi landasan moral dan etika dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

4.2. MISI PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG 2005-2025

Dalam mewujudkan Visi Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 tersebut maka

akan ditempuh melalui 5 (lima) Misi Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025

sebagai berikut:

Page 184: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

IV - 3

1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berakhlak Mulia, Maju dan Berdaya Saing

Misi Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berakhlak Mulia, Maju dan Berdaya Saing

adalah pembangunan yang diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia yang

sehat jasmani, rohani dan sosial, memiliki tingkat pendidikan dan kompetensi yang tinggi,

memiliki daya saing, berakhlak mulia, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur agama dan

budaya.

2. Mewujudkan Perekonomian yang Maju dan Berdaya Saing

Misi Mewujudkan Perekonomian yang Maju dan Berdaya Saing adalah pembangunan

yang diarahkan untuk mengembangkan dan memperkuat perekonomian daerah yang

berdaya saing dan berorientasi pada keunggulan komparatif dan kompetitif dengan

berbasis pada potensi yang dimiliki daerah, untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan

dasar masyarakat, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pemerataan ekonomi

yang berkeadilan, didukung oleh tenaga kerja yang berkualitas dan produktif, serta

regulasi yang mendukung penciptaan iklim investasi yang kondusif.

3. Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari

Misi Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari adalah pembangunan yang

diarahkan untuk mengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup secara

berkelanjutan, menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan, serta menjaga

keseimbangan pemanfaatan ruang yang serasi antara kawasan lindung dan budidaya,

dan antara kawasan maju dan kawasan tertinggal.

4. Mewujudkan Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota yang Memadai dan

Berdaya Saing

Misi Mewujudkan Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota yang Memadai dan

Berdaya Saing adalah pembangunan yang diarahkan pada perwujudan kota yang bersih,

indah, tertib dan aman. Kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perkotaan akan

terus ditingkatkan untuk dapat mengarah kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat

dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan.

5. Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih

Misi Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih adalah

penyelenggaraan pemerintahan diarahkan pada pelaksanaan otonomi daerah yang

nyata dan bertanggung jawab dengan menerapkan prinsip-prinsip Good Governance

dengan meningkatkan partisipasi masyarakat, membangun akuntabilitas kepemerintahan

yang bertanggung jawab, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), peningkatan

Page 185: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

IV - 4

efisiensi birokrasi, kemitraan yang serasi antar legislatif dengan eksekutif, dan

penciptaan stabilitas politik dan konsistensi dalam penegakan hukum.

4.3. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG 2005-2025

4.3.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi

Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berakhlak Mulia, Maju dan Berdaya

Saing

Adapun tujuan dan sasaran jangka panjang pembangunan pada misi ini adalah sebagai

berikut:

TUJUAN SASARAN JANGKA PANJANG

1.1 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang bermoral, berbudaya dan bermartabat

1.1.1 Terwujudnya masyarakat yang bermoral, berbudaya dan bermartabat

1.2 Meningkatkan aksesibilitas, kualitas dan daya saing pendidikan masyarakat

1.2.1 Terwujudnya masyarakat yang cerdas dan berdaya saing

1.3 Meningkatkan aksesibilitas dan derajat kesehatan masyarakat

1.3.1 Terwujudnya masyarakat yang sehat

1.4 Meningkatkan kesejahteraan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

1.4.1 Terwujudnya peningkatan kualitas hidup dan keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

1.5 Meningkatkan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak serta kesejahteraan keluarga

1.5.1 Terwujudnya keberdayaan perempuan, perlindungan anak dan kesejahteraan keluarga

1.6 Mengendalikan perkembangan penduduk

1.6.1 Terkendalinya pertumbuhan penduduk dan terkelolanya administrasi kependudukan

1.7 Meningkatkan peran dan kualitas pemuda dalam pembangunan dan olah raga

1.7.1 Terwujudnya peran aktif pemuda dalam pembangunan

1.7.2 Terwujudnya budaya olahraga masyarakat dan prestasi olah raga

4.3.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi

Mewujudkan Perekonomian yang Maju dan Berdaya Saing

Adapun tujuan dan sasaran jangka panjang pembangunan pada misi ini adalah sebagai

berikut:

TUJUAN SASARAN JANGKA PANJANG

2.1 Meningkatkan pertumbuhan dan kualitas perekonomian

2.1.1 Terwujudnya perekonomian yang merata, maju dan berdaya saing

Page 186: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

IV - 5

TUJUAN SASARAN JANGKA PANJANG

2.2 Meningkatkan daya saing produk perekonomian yang berbasis pada sumber daya lokal, keunggulan kompetitif dan berorientasi pasar

2.2.1 Terwujudnya agribisnis pertanian dan perikanan yang berkualitas dan berdaya saing

2.2.2 Terwujudnya industri yang berkualitas dan berdaya saing

2.2.3 Terwujudnya perdagangan yang maju (modern) dan berdaya saing

2.2.4 Terwujudnya pelayanan jasa pariwisata yang berkualitas dan berdaya saing

2.3 Meningkatkan ketahanan pangan masyarakat

2.3.1 Terwujudnya ketahanan pangan masyarakat yang kokoh

2.4 Meningkatkan kesempatan kerja dan produktivitas tenaga kerja

2.4.1 Terwujudnya kesempatan kerja yang luas

2.4.2 Meningkatnya kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja

4.3.3. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi

Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari

Adapun tujuan dan sasaran jangka panjang pembangunan pada misi ini adalah sebagai

berikut:

TUJUAN SASARAN JANGKA PANJANG

3.1 Meningkatkan kualitas penataan ruang 3.1.1 Terwujudnya tata ruang kota yang berkualitas

3.2 Meningkatkan pengelolaan dan pelestarian sumber daya alam

3.2.1 Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam

3.3 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup

3.3.1 Terwujudnya lingkungan hidup yang berkualitas

4.3.4. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi

Mewujudkan Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota yang Memadai

dan Berdaya Saing

Adapun tujuan dan sasaran jangka panjang pembangunan pada misi ini adalah sebagai

berikut:

TUJUAN SASARAN JANGKA PANJANG

4.1 Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana dasar kota

4.1.1 Terwujudnya layanan transportasi yang nyaman, aman, handal, ramah lingkungan dan terjangkau

4.1.2 Terwujudnya pelayanan drainase yang memadai untuk meminimalkan kerawanan banjir

4.1.3 Terwujudnya pelayanan air bersih yang merata, berkualitas dan terjangkau

4.1.4 Terwujudnya pelayanan persampahan yang memadai dan berkualitas untuk menciptakan kebersihan kota

Page 187: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

IV - 6

TUJUAN SASARAN JANGKA PANJANG

4.1.5 Terwujudnya pelayanan pengelolaan limbah yang memadai, berkualitas dan ramah lingkungan

4.1.6 Terwujudnya pelayanan pemadam kebakaran yang memadai dan berkualitas untuk meminimalkan kerawanan kebakaran

4.1.7 Terwujudnya pelayanan telekomunikasi, telematika dan informatika yang memadai, berkuallitas dan berdaya saing

4.2 Meningkatkan pelayanan fasilitas ekonomi kota

4.2.1 Terwujudnya pelayanan fasilitas perdagangan yang maju dan berdaya saing

4.2.2 Terwujudnya pelayanan fasilitas jasa yang maju dan berdaya saing

4.3 Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana permukiman

4.3.1 Terwujudnya perumahan yang layak huni dan terjangkau

4.3.2 Terwujudnya lingkungan permukiman yang tidak kumuh

4.3.5. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi

Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih

Adapun tujuan dan sasaran jangka panjang pembangunan pada misi ini adalah sebagai

berikut:

TUJUAN SASARAN JANGKA PANJANG

5.1 Meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan

5.1.1 Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik

5.2 Meningkatkan kualitas pelayanan publik

5.2.1 Terwujudnya pelayanan publik yang prima

5.3 Meningkatkan kapasitas keuangan dan pembiayaan pembangunan daerah

5.3.1 Terwujudnya kapasitas dan pengelolaan keuangan daerah yang memadai dan akuntabel

5.4 Meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi

5.4.1 Terwujudnya masyarakat yang demokratis

5.5 Meningkatkan ketaatan hukum masyarakat

5.5.1 Terwujudnya masyarakat yang sadar, patuh dan taat hukum

5.6 Meningkatkan ketentraman dan ketertiban umum

5.6.1 Terwujudnya lingkungan masyarakat yang tentram dan tertib

5.7 Meningkatkan pengelolaan bencana 5.7.1 Terkelolanya penanganan bencana secara cepat dan tepat

Page 188: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 1

5.1. SASARAN POKOK DAN ARAH KEBIJKAAN PEMBANGUNAN

Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan pada setiap sasaran

jangka panjang pembangunan Kota Tangerang 2005-2025.

5.1.1. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Berakhlak Mulia, Maju Dan Berdaya Saing

Terwujudnya masyarakat yang sehat, cerdas dan berakhlak mulia yang mendasarkan setiap

tindakan kepada norma dan nilai luhur agama dan budaya serta menguasai ilmu pengetahuan

dan teknologi merupakan modal dasar tercapainya sasaran pembangunan di bidang lainnya.

B A B V

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG

Page 189: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 2

A. Pembangunan moral dan budaya masyarakat merupakan modal bagi terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

Dengan terwujudnya masyarakat yang bermoral dan memiliki jati diri serta berbudaya dan bermartabat diharapkan mampu menjadi faktor

pendukung pelaksanaan dan pencapaian target-target pembangunan. Pembangunan. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan

pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : terwujudnya masyarakat yang bermoral, berbudaya

dan bermartabat.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya pemahaman norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat

Peningkatan pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan

Peningkatan kapasitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan

Meningkatnya implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat

Peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan

Peningkatan kapasitas dan kualitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan

Meningkatnya kualitas implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat

Peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan

Peningkatan kapasitas dan kualitas kelembaga-an dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan

Meningkatnya kualitas implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat

Peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan

Peningkatan kapasitas dan kualitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan

Meningkatnya kualitas implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat

Peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan

Peningkatan kapasitas dan kualitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan

Page 190: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 3

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya

Pembinaan kerukunan hidup beragama

Pelestarian tata nilai sosial dan budaya

Pengelolaan dan pengembangan kekayaan dan keragaman budaya

Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya

Pembinaan kerukunan hidup beragama

Pelestarian tata nilai sosial dan budaya

Pengelolaan dan pengembangan kekayaan dan keragaman budaya

Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya

Pembinaan kerukunan hidup beragama

Pelestarian tata nilai sosial dan budaya

Pengelolaan dan pengem-bangan kekayaan dan keragaman budaya

Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya

Pembinaan kerukunan hidup beragama

Pelestarian tata nilai sosial dan budaya

Pengelolaan dan pengembang-an kekayaan dan keragaman budaya

Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya

Pembinaan kerukunan hidup beragama

Pelestarian tata nilai sosial dan budaya

Pengelolaan dan pengembang-an kekayaan dan keragaman budaya

Page 191: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 4

B. Pembangunan pendidikan diselenggarakan secara integral oleh institusi pendidikan, masyarakat, dan pemerintah daerah untuk mencapai kualitas

sumber daya manusia yang beriman dan bertakwa, berahlak mulia, berkepribadian, cerdas, kreatif, produktif, inovatif, mandiri, menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi, unggul dalam persaingan, serta mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan tuntutan kebutuhan pasar tenaga

kerja dan pembangunan daerah. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran

pembangunan jangka panjang : terwujudnya masyarakat yang cerdas dan berdaya saing.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya akses pendidikan masyarakat

Peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan

Peningkatan ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan

Penyiapan manajemen pelayanan pendidikan

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyeleng-garaan pendidikan

Meningkatnya akses dan kualitas pendidikan masyarakat

Peningkatan ketersediaan dan kualitas prasarana dan sarana pendidikan

Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

Peningkatan manajemen pelayanan pendidikan

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyeleng-garaan pendidikan

Meningkatnya akses, kualitas dan daya saing pendidikan masyarakat

Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pendidikan

Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

Penguatan manajemen pelayanan pendidikan

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyeleng-garaan pendidikan

Meningkatnya akses, kualitas dan daya saing pendidikan masyarakat

Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pendidikan

Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

Opimalisasi manajemen pelayanan pendidikan

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyeleng-garaan pendidikan

Meningkatnya akses, kualitas dan daya saing pendidikan masyarakat

Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pendidikan

Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

Optimalisasi manajemen pelayanan pendidikan

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyeleng-garaan pendidikan

Page 192: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 5

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta

Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta

Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta

Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta

Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta

Penumbuhan minat dan budaya baca masyarakat

Peningkatan minat dan budaya baca masyarakat

Penyiapan sistem kompetensi pendidikan yang berwawasan IPTEK dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan, dunia usaha, dan pembentukan jiwa kewirausahaan

Penguatan minat dan budaya baca masyarakat

Peningkatan kualitas kompetensi pendidikan yang berwawasan IPTEK dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan, dunia usaha, dan pembentukan jiwa kewirausahaan

Optimalisasi minat dan budaya baca masyarakat

Peningkatan daya saing kompetensi pendidikan yang berwawasan IPTEK dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan, dunia usaha, dan pembentukan jiwa kewirausahaan

Optimalisasi minat dan budaya baca masyarakat

Optimalisasi daya saing kompetensi pendidikan yang berwawasan IPTEK dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan, dunia usaha, dan pembentukan jiwa kewirausahaan

Page 193: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 6

C. Pembangunan kesehatan dilaksanakan secara simultan dengan titik berat pada kesehatan ibu dan anak, sanitasi, peningkatan kualitas gizi

masyarakat, peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, pengembangan peran lembaga kesehatan masyarakat sebagai

pusat pemberdayaan untuk membentuk lingkungan dan perilaku sehat. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan

untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : terwujudnya masyarakat yang sehat.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya akses kesehatan masyarakat

Penyediaan prasarana dan sarana kesehatan

Penyediaan tenaga kesehatan

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan

Penyiapan manajemen pelayanan kesehatan

Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat

Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat

Pengembang-an penyediaan dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan

Peningkatan mutu tenaga kesehatan

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan

Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan

Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat

Optimalisasi dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan

Peningkatan mutu tenaga kesehatan

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan

Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan

Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat

Optimalisasi dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan

Peningkatan mutu tenaga kesehatan

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan

Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan

Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat

Optimalisasi dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan

Peningkatan mutu tenaga kesehatan

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan

Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan

Page 194: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 7

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat

Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat

Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat

Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat

Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan

Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular

Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan

Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular

Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan

Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular

Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan

Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular

Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan

Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular

Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat

Page 195: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 8

D. Pembangunan kesejahteraan sosial dilaksanakan secara simultan melalui sistem perlindungan sosial dan jaminan sosial, penguatan modal sosial

dan nilai-nilai lokal masyarakat, penyelenggaraan pelayanan sosial yang bersifat pencegahan, rehabilitatif dan promotif bagi Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian

sasaran pembangunan jangka panjang : terwujudnya peningkatan kualitas hidup dan keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan

sosial (PMKS).

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Penyiapan dan pembinaan kelembagaan kesejahteraan sosial

Penyediaan prasarana dan sarana pelayanan PMKS

Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan, modal dan manajemen usaha)

Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Pemberdayaankelembagaan pemberdayaan kelembagaan sosial

Pengembang-an dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan PMKS

Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan,

Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Peningkatan pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial

Pengembang-an dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan PMKS

Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan,

Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Peningkatan pemberdayaan dan kapasitas kelembagaan kesejahteraan sosial

Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan PMKS

Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan, modal dan

Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Peningkatan kapasitas dan kualitas kesejahteraan sosial

Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan PMKS

Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan, modal dan manajemen

Page 196: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 9

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Perlindungan dan rehabilitasi PMKS

Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS

modal dan manajemen usaha)

Perlindungan dan rehabilitasi PMKS

Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS

modal dan manajemen usaha)

Perlindungan dan rehabilitasi PMKS

Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS

manajemen usaha)

Perlindungan dan rehabilitasi PMKS

Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS

usaha)

Perlindungan dan rehabilitasi PMKS

Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS

Page 197: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 10

E. Pembangunan dan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan bagian integral dari pembangunan sumberdaya manusia

secara utuh. Peran strategis perempuan sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga serta dapat membantu menopang kebutuhan

ekonomi keluarga menjadikannya sebagai faktor penting dalam peningkatan kesejahteraan keluarga. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan

arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : terwujudnya keberdayaan perempuan,

perlindungan anak dan kesejahteraan keluarga.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak

Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga

Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak

Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan

Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak

Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga

Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak

Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan

Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak

Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga

Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak

Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan

Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak

Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga

Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak

Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan

Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak

Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga

Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak

Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan

Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera

Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera

Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera

Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera

Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera

Page 198: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 11

F. Pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk merupakan hal penting dalam rangka pembangunan sumberdaya manusia. Tingginya

jumlah penduduk, jika tidak dikelola secara bijaksana dapat menimbulkan efek negatif bagi pembangunan daerah. Berikut ini diuraikan sasaran

pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : terkendalinya pertumbuhan

penduduk dan terkelolanya administrasi kependudukan.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Terkendalinya pertumbuhan penduduk

Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana

Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana

Terkendalinya pertumbuhan penduduk

Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana

Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana

Terkendalinya pertumbuhan penduduk

Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana

Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana

Terkendalinya pertumbuhan penduduk

Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana

Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana

Terkendalinya pertumbuhan penduduk

Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana

Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana

Tertibnya administrasi kependudukan

Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan

Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan

Peningkatan kerjasama kependudukan antar daerah

Tertibnya administrasi kependudukan

Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan

Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan

Peningkatan kerjasama kependudukan antar daerah

Tertibnya administrasi kependudukan

Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan

Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan

Peningkatan kerjasama kependudukan antar daerah

Tertibnya administrasi kependudukan

Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan

Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan

Peningkatan kerjasama kependudukan antar daerah

Tertibnya administrasi kependudukan

Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan

Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan

Peningkatan kerjasama kependudukan antar daerah

Page 199: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 12

G. Pembangunan pemuda dan olahraga sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan SDM diselenggarakan untuk memberikan

dukungan nyata pada upaya peningkatan kualitas masyarakat yang memiliki kompetensi dan daya saing serta membentuk karakter masyarakat

yang memiliki semangat dan daya juang yang tinggi. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung

pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : terwujudnya peran aktif pemuda dalam pembangunan dan terwujudnya budaya

olahraga masyarakat dan prestasi olah raga.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan

Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga

Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan

Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda

Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga

Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga

Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan

Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga

Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan

Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda

Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga

Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga

Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan

Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga

Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan

Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda

Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga

Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga

Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan

Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga

Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan

Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda

Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga

Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga

Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan

Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga

Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan

Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda

Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga

Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga

Page 200: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 13

5.1.2. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Mewujudkan

Perekonomian Yang Maju Dan Berdaya Saing

Arah pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi harus berlangsung secara

berkelanjutan dan berkualitas. Pertumbuhan ekonomi harus dapat meningkatkan

kemakmuran bagi seluruh masyarakat secara adil dan proporsional dengan didukung oleh

iklim usaha yang berdaya saing. Keberhasilan pencapaian visi pembangunan jangka panjang

ditentukan oleh kemampuan daerah untuk memanfaatkan potensi wilayah melalui

pengembangan kegiatan utama (core business) secara berkelanjutan.

A. Pengembangan penanaman modal/investasi daerah diselenggarakan untuk perwujudan

iklim investasi yang menarik melalui pemberian insentif dan kemudahan kepada investor

dalam bentuk penyediaan sarana, prasarana dan stimulan, pemberian bantuan teknis,

keringan biaya dan percepatan pemberian izin usaha. Investasi yang dikembangkan

dalam rangka peningkatan ekonomi daerah akan dipergunakan sebesar-besarnya untuk

pencapaian kemakmuran bagi masyarakat. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil,

Menengah dan Koperasi (UMKMK) dilakukan secara terintegrasi melalui pembentukan

usaha yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi serta berdaya saing, sehingga

mampu memberikan kontribusi untuk memperkuat perekonomian domestik. Peningkatan

daya saing UMKMK sebagai bagian integral dari kegiatan ekonomi daerah

diselenggarakan melalui peningkatan kompetensi dan penguatan kewirausahaan,

pengembangan kemitraan, peningkatan produktivitas yang didukung upaya peningkatan

adaptasi terhadap kebutuhan pasar serta pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan

teknologi dalam iklim usaha yang sehat. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah

kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka

panjang : Terwujudnya perekonomian yang merata, maju dan berdaya saing.

Page 201: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 14

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya investasi

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi

Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat

Penyiapan sistem pelayanan investasi

Jaminan kepastian hukum berusaha

Promosi investasi

Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha

Pembinaan manajemen usaha bagi pelaku usaha

Fasilitasi modal usaha

Meningkatnya investasi

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi

Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat

Penyederhana-an dan percepatan pelayanan investasi

Jaminan kepastian hukum berusaha

Peningkatan cakupan dan kualitas promosi investasi

Peningkatan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha

Peningkatan kapasitas manajemen usaha bagi pelaku usaha

Peningkatan fasilitasi modal usaha

Meningkatnya investasi

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi

Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat

Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan investasi

Jaminan kepastian hukum berusaha

Peningkatan cakupan dan kualitas promosi investasi

Peningkatan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha

Peningkatan kapasitas manajemen usaha bagi pelaku usaha

Peningkatan fasilitasi modal usaha bagi pelaku usaha

Meningkatnya investasi

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi

Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat

Peningkatan kualitas dan daya saing pelayanan investasi

Jaminan kepastian hukum berusaha

Peningkatan cakupan dan kualitas promosi investasi

Peningkatan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha

Peningkatan kapasitas manajemen usaha bagi pelaku usaha

Peningkatan fasilitasi modal usaha bagi pelaku usaha

Meningkatnya investasi

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi

Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat

Optimalisasi kualitas dan daya saing pelayanan investasi

Jaminan kepastian hukum berusaha

Peningkatan cakupan dan kualitas promosi investasi

Peningkatan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha

Peningkatan kapasitas manajemen usaha bagi pelaku usaha

Peningkatan fasilitasi modal usaha bagi pelaku usaha

Page 202: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 15

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha

Fasilitasi kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah

Pembinaan dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Peningkatan fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha

Peningkatan fasilitasi kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Peningkatan fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha

Peningkatan fasilitasi kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Peningkatan fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha

Peningkatan kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Peningkatan fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha

Penguatan kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Page 203: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 16

B. Efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah sektor pertanian dalam arti luas ditingkatkan agar mampu bersaing serta untuk memperkuat basis

produksi daerah. Hal tersebut merupakan faktor strategis karena berkenaan dengan pengentasan kemiskinan dan penguatan ketahanan pangan.

Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang :

Terwujudnya agribisnis pertanian dan perikanan yang berkualitas dan berdaya saing.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya produktivitas produk agribisnis pertanian dan perikanan

Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM

Pembinaan manajemen usaha

Fasilitasi modal usaha

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Meningkatnya produktivitas, dan kualitas produk agribisnis pertanian dan perikanan

Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM

Pembinaan manajemen usaha

Fasilitasi modal usaha

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Meningkatnya produktivitas, dan kualitas produk agribisnis pertanian dan perikanan

Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM

Pembinaan manajemen usaha

Fasilitasi modal usaha

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk agribisnis pertanian dan perikanan

Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM

Pembinaan manajemen usaha

Fasilitasi modal usaha

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk agribisnis pertanian dan perikanan

Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM

Pembinaan manajemen usaha

Fasilitasi modal usaha

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Page 204: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 17

C. Pembangunan industri diselenggarakan dalam rangka mewujudkan industri yang berdaya saing, baik di pasar lokal maupun internasional, dan

terkait dengan pengembangan industri kecil dan menengah, dengan struktur industri yang mantap dan berkeadilan serta mendorong

perkembangan ekonomi daerah. Struktur industri dalam hal penguasaan usaha dijauhkan dari praktik monopoli melalui penegakan persaingan

usaha yang sehat dan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar. Struktur industri dalam hal skala usaha akan diperkuat dengan

menjadikan industri kecil dan menengah sebagai basis industri yang sehat, sehingga mampu tumbuh dan terintegrasi dalam mata rantai

pertambahan nilai dengan industri hilir dan industri berskala besar. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan

untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya industri yang berkualitas dan berdaya saing.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya produktivitas produk industri

Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk industri

Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk industri

Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk industri

Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk industri

Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Page 205: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 18

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar

Page 206: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 19

D. Pengembangan perdagangan diselenggarakan untuk memperluas akses pasar lokal, regional dan internasional serta memperkokoh sistem

distribusi yang efisien dan efektif yang menjamin kepastian berusaha. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan

untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya perdagangan yang maju (modern) dan berdaya saing.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya produktivitas produk perdagangan

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar

Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk perdagangan

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar

Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk perdagangan

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar

Meningkatnya produktivitas kualitas dan daya saing produk perdagangan

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar

Meningkatnya produktivitas kualitas dan daya saing produk perdagangan

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar

Page 207: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 20

E. Kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi dan meningkatkan citra daerah, meningkatkan kesejahteraan

masyarakat lokal, serta memberikan perluasan kesempatan kerja. Pengembangan kepariwisataan memanfaatkan keragaman potensi daerah

secara arif dan berkelanjutan, serta mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengembangan budaya lokal. Berikut ini diuraikan sasaran

pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya pelayanan

jasa pariwisata yang berkualitas dan berdaya saing.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya ketersediaan pelayanan jasa pariwisata

Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata

Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata

Pengembang-an dan peningkatan sarana pelayanan pariwisata

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas pelayanan jasa pariwisata

Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata

Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata

Pengembang-an dan peningkatan sarana pelayanan pariwisata

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah

Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan jasa pariwisata

Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata

Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata

Pengembang-an dan peningkatan sarana pelayanan pariwisata

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah

Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan jasa pariwisata

Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata

Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata

Pengembang-an dan peningkatan sarana pelayanan pariwisata

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah

Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan jasa pariwisata

Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata

Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata

Pengembang-an dan peningkatan sarana pelayanan pariwisata

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah

Page 208: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 21

F. Pengembangan ketahanan pangan masyarakat diselenggarakan melalui peningkatan efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah sektor pertanian

dalam arti luas untuk memperkuat basis produksi daerah. Disamping itu pengembangan kerjasama perdagangan pangan antar daerah perlu

ditingkatkan. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan

jangka panjang : Terwujudnya ketahanan pangan masyarakat yang kokoh.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Memadainya ketersediaan pangan

Peningkatan produktivitas tanaman pangan

Peningkatan kerjasama antar-daerah dalam penyediaan pangan

Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan

Memadainya ketersediaan pangan

Peningkatan produktivitas tanaman pangan

Peningkatan kerjasama antar-daerah dalam penyediaan pangan

Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan

Memadainya ketersediaan pangan

Peningkatan produktivitas tanaman pangan

Peningkatan kerjasama antar-daerah dalam penyediaan pangan

Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan

Memadainya ketersediaan pangan

Peningkatan produktivitas tanaman pangan

Peningkatan kerjasama antar-daerah dalam penyediaan pangan

Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan

Memadainya ketersediaan pangan

Peningkatan produktivitas tanaman pangan

Peningkatan kerjasama antardaerah dalam penyediaan pangan

Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan

Page 209: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 22

G. Pengembangan ketenagakerjaan diselenggarakan untuk mendorong tersedianya lapangan kerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Disamping itu pekerja diharapkan mempunyai produktivitas yang tinggi sehingga dapat bersaing serta menghasilkan nilai tambah yang tinggi

melalui pelatihan dan pemberian dukungan bagi program-program pelatihan yang strategis untuk efektivitas dan efisiensi peningkatan kualitas

tenaga kerja sebagai bagian integral dari investasi sumber daya manusia. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan

pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : terwujudnya kesempatan kerja yang luas dan

meningkatnya kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya kesempatan kerja

Menurunnya tingkat pengangguran

Meningkatnya produktivitas tenaga kerja

Peningkatan kompetensi, kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja dan wirausaha

Perluasan penciptaan kesempatan kerja dan penempatan kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri

Pengelolaan iklim kerja yang kondusif melalui hubungan industrial

Meningkatnya kesempatan kerja

Menurunnya tingkat pengangguran

Meningkatnya produktivitas tenaga kerja

Peningkatan kompetensi, kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja dan wirausaha

Perluasan penciptaan kesempatan kerja dan penempatan kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri

Pengelolaan iklim kerja yang kondusif melalui hubungan industrial

Meningkatnya kesempatan kerja

Menurunnya tingkat pengangguran

Meningkatnya kualitas produktivitas tenaga kerja

Peningkatan kompetensi, kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja dan wirausaha

Perluasan penciptaan kesempatan kerja dan penempatan kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri

Pengelolaan iklim kerja yang kondusif melalui hubungan industrial

Peningkatan

Meningkatnya kesempatan kerja

Menurunnya tingkat pengangguran

Meningkatnya kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja

Peningkatan kompetensi, kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja dan wirausaha

Perluasan penciptaan kesempatan kerja dan penempatan kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri

Pengelolaan iklim kerja yang kondusif melalui hubungan industrial

Peningkatan

Meningkatnya kesempatan kerja

Menurunnya tingkat pengangguran

Meningkatnya kualitas dan dan daya saing produktivitas tenaga kerja

Peningkatan kompetensi, kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja dan wirausaha

Perluasan penciptaan kesempatan kerja dan penempatan kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri

Pengelolaan iklim kerja yang kondusif melalui hubungan industrial

Page 210: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 23

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja dan penegakan hukum

Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerjaan

Fasilitasi kerjasamaa ketenagakerjaan dengan dunia usaha

Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja dan penegakan hukum

Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerjaan

Fasilitasi kerjasama ketenagakerjaan dengan dunia usaha

intensitas dan kualitas pengawasan ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja dan penegakan hukum

Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerjaan

Fasilitasi kerjasama ketenagakerjaan dengan dunia usaha

intensitas dan kualitas pengawasan ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja dan penegakan hukum

Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerjaan

Fasilitasi kerjasama ketenagakerjaan dengan dunia usaha

Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja dan penegakan hukum

Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerjaan

Fasilitasi kerjasamaa ketenagakerjaan dengan dunia usaha

Page 211: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 24

5.1.3. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Mewujudkan Lingkungan Hidup Yang Asri Dan Lestari

Lingkungan hidup yang asri dan lestari diharapkan akan meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjamin tersedianya sumber daya yang

berkelanjutan bagi pembangunan. Karena itu, untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan, daya dukung lingkungan memegang peran penting

dalam proses pembangunan. Penerapan prinsip–prinsip pembangunan berkelanjutan dan sinergitas implementasi di seluruh sektor dan wilayah

menjadi prasyarat utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan.

A. Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar

pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan. Dalam rangka mengoptimalkan penataan ruang maka perlu ditingkatkan

kompetensi sumber daya manusia dan kelembagaan di bidang penataan ruang; kualitas rencana tata ruang; dan efektivitas penerapan dan

penegakan hukum dalam perencanaan, pemanfaatan, maupun pengendalian pemanfaatan ruang. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah

kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya tata ruang kota yang

berkualitas.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang

Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang

Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota

Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola

Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang

Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang

Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota

Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola

Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang

Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang

Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota

Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola

Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang

Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang

Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota

Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola

Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang

Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang

Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota

Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola

Page 212: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 25

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

pemanfaatan ruang kota

Penataan dan pengembang-an kawasan strategis kota

Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota

Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang

pemanfaatan ruang kota

Penataan dan pengembang-an kawasan strategis kota

Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota

Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang

pemanfaatan ruang kota

Penataan dan pengembang-an kawasan strategis kota

Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota

Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang

pemanfaatan ruang kota

Penataan dan pengembang-an kawasan strategis kota

Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota

Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang

pemanfaatan ruang kota

Penataan dan pengembang-an kawasan strategis kota

Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota

Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang

Page 213: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 26

B. Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara

konsisten di segala bidang. Pembangunan ekonomi diarahkan pada pemanfaatan jasa lingkungan yang ramah lingkungan sehingga tidak

mempercepat terjadinya degradasi dan pencemaran lingkungan. Pemulihan dan rehabilitasi kondisi lingkungan hidup diprioritaskan pada upaya

peningkatan daya dukung lingkungan dalam menunjang pembangunan berkelanjutan. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan

pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya

alam.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam

Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya

Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung

Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam

Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya

Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung

Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam

Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya

Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung

Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam

Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya

Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung

Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam

Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya

Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung

Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah

Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah

Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah

Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah

Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah

Page 214: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 27

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya air

Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya air

Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya air

Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya air

Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya air

Page 215: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 28

C. Sementara itu, kesadaran masyarakat untuk berperilaku ramah lingkungan merupakan aspek penting untuk memperoleh kualitas lingkungan yang

layak. Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat ditempuh melalui peningkatan pendidikan lingkungan sejak dini, sosialisasi, komunikasi dan

informasi lingkungan, serta memperkenalkan berbagai kearifan lokal kepada seluruh lapisan masyarakat. Berikut ini diuraikan sasaran pokok

dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya lingkungan hidup

yang berkualitas.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau

Menurunnya tingkat pencemaran

Pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi ramah lingkungan dalam pengembang-an aktivitas budi daya

Penataan dan pengembang-an kawasan ruang terbuka hijau

Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup

Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau

Menurunnya tingkat pencemaran

Pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi ramah lingkungan dalam pengembang-an aktivitas budi daya

Penataan dan pengembang-an kawasan ruang terbuka hijau

Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup

Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau

Menurunnya tingkat pencemaran

Pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi ramah lingkungan dalam pengembang-an aktivitas budi daya

Penataan dan pengembang-an kawasan ruang terbuka hijau

Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup

Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau

Menurunnya tingkat pencemaran

Pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi ramah lingkungan dalam pengembang-an aktivitas budi daya

Penataan dan pengembang-an kawasan ruang terbuka hijau

Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup

Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau

Menurunnya tingkat pencemaran

Pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi ramah lingkungan dalam pengembang-an aktivitas budi daya

Penataan dan pengembang-an kawasan ruang terbuka hijau

Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup

Page 216: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 29

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup

Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup

Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup

Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup

Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup

Page 217: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 30

5.1.4. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Pembangunan Mewujudkan Pelayanan Prasarana, Sarana Dan Fasilitas

Kota Yang Memadai Dan Berdaya Saing

Pembangunan prasarana, sarana dan fasilitas kota yang meliputi infrastruktur transportasi, sumber daya air dan irigasi, energi, telekomunikasi, sarana

dan prasarana pemukiman, dan lain-lain, diarahkan untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan infrastuktur dalam rangka mendukung peningkatan

aktivitas perekonomian, sosial, dan budaya dengan memperhatikan keserasian pembangunan antar wilayah serta daya dukung lingkungan.

Pengembangan prasarana, sarana dan fasilitas kota dilaksanakan dengan meningkatkan peran serta masyarakat melalui investasi swasta, yang

diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas ketersediaan prasarana, sarana dan fasilitas kota.

A. Pembangunan transportasi dilaksanakan untuk mendukung kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui

pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar wilayah serta membentuk struktur ruang

sesuai rencana tata ruang wilayah.Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian

sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya layanan transportasi yang nyaman, aman, handal, ramah lingkungan dan

terjangkau.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya ketersediaan jaringan jalan dan jembatan

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan jalan dan jembatan

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas jaringan jalan dan jembatan

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan jalan dan jembatan

Peningkatan daya dukung dan kualitas jalan dan jembatan

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas jaringan jalan dan jembatan

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan jalan dan jembatan

Peningkatan daya dukung dan kualitas jalan dan jembatan

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas jaringan jalan dan jembatan

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan jalan dan jembatan

Peningkatan daya dukung dan kualitas jalan dan jembatan

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas jaringan jalan dan jembatan

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan jalan dan jembatan

Peningkatan daya dukung dan kualitas jalan dan jembatan

Page 218: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 31

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya ketersediaan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal

Penataan dan penyediaan sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat yang nyaman, aman, terjangkau dan ramah lingkungan

Meningkatnya ketersediaan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat dan sungai yang nyaman, aman, terjangkau dan ramah lingkungan

Meningkatnya kualitas pelayanan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal

Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal

Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat dan sungai yang nyaman, aman, terjangkau dan ramah lingkungan

Meningkatnya kualitas pelayanan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal

Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal

Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat dan sungai yang nyaman, aman, terjangkau dan ramah lingkungan

Meningkatnya kualitas pelayanan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal

Peningkatan kualitas layanan sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal

Peningkatan kualitas layanan sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat dan sungai yang nyaman, aman, terjangkau dan ramah lingkungan

Page 219: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 32

B. Pengembangan infrastruktur sumber daya air dilakukan melalui upaya konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air,

pengendalian daya rusak air, serta peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. Adapun pembangunan

infrastruktur sumber daya air diupayakan untuk penyediaan air baku melalui pengembangan dan pengelolaan sumber air sekaligus sebagai

pengendali banjir dan daya rusak air, peningkatan keterpaduan pengelolaan daerah aliran sungai, optimalisasi penggunaan air permukaan dan

peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan pemanfaatan air yang berwawasan lingkungan. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah

kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya pelayanan drainase yang

memadai untuk meminimalkan kerawanan banjir dan Terwujudnya pelayanan air bersih yang merata, berkualitas dan terjangkau.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya ketersediaan drainase

Menurunnya lokasi rawan banjir

Meningkatnya cakupan pelayanan air bersih

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan drainase

Peningkatan kapasitas sarana pengolahan air bersih

Penataan sistem jaringan air bersih

Meningkatnya ketersediaan drainase

Menurunnya lokasi rawan banjir

Meningkatnya cakupan pelayanan air bersih

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan drainase

Peningkatan kapasitas sarana pengolahan air bersih

Penataan dan pengembang-an layanan sistem jaringan air bersih

Meningkatnya kualitas pelayanan drainase

Menurunnya lokasi rawan banjir

Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan air bersih

Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan drainase

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengolahan air bersih

Penataan dan pengembang-an layanan sistem jaringan air bersih

Meningkatnya kualitas pelayanan drainase

Menurunnya lokasi rawan banjir

Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan air bersih

Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan drainase

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengolahan air bersih

Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan air bersih

Meningkatnya kualitas pelayanan drainase

Menurunnya lokasi rawan banjir

Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan air bersih

Optimalisasi kualitas layanan sistem jaringan drainase

Optimalisasi kapasitas dan kualitas sarana pengolahan air bersih

Optimalisasi layanan sistem jaringan air bersih

Page 220: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 33

C. Pengelolaan sarana dan prasarana persampahan dan limbah ditempuh melalui pengembangan sistem komunal perkotaan. Pembangunan

prasarana pengelolaan sampah dan pengolahan air limbah dilaksanakan melalui peningkatan kerjasama antara pemerintah, swasta, dan

masyarakat/kelompok masyarakat, sehingga secara bertahap peran pemerintah akan terus berkurang yang pada akhirnya hanya berperan

sebagai fasilitator dan regulator saja. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian

sasaran pembangunan jangka panjang: Terwujudnya pelayanan persampahan yang memadai dan berkualitas untuk menciptakan

kebersihan kota dan Terwujudnya pelayanan pengelolaan limbah yang memadai, berkualitas dan ramah lingkungan

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya cakupan pelayanan persampahan

Penataan TPA dan TPS

Peningkatan ketersediaan sarana dan teknologi persampahan

Penataan manajemen persampahan

Meningkatnya cakupan pelayanan persampahan

Penataan TPA dan TPS

Peningkatan ketersediaan dan kualitas sarana dan teknologi persampahan

Penataan manajemen persampahan

Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan persampahan

Peningkatan kapasitas TPA dan TPS

Peningkatan ketersediaan dan kualitas sarana dan teknologi persampahan

Peningkatan kualitas manajemen persampahan

Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan persampahan

Peningkatan pendayaguna-an sarana dan teknologi persampahan

Peningkatan kapasitas manajemen persampahan

Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan persampahan

Optimalisasi pendayaguna-an sarana dan teknologi persampahan

Optimalisasi manajemen persampahan

Page 221: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 34

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah

Penataan dan pengembang-an sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu

Peningkatan kapasitas sarana pengelolaan limbah terpadu

Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah

Penataan dan pengembang-an sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu

Peningkatan kapasitas sarana pengelolaan limbah terpadu

Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah

Penataan dan pengembang-an sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengelolaan limbah terpadu

Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah

Peningkatan kualitas sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengelolaan limbah terpadu

Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah

Optimalisasi sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengelolaan limbah terpadu

Page 222: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 35

D. Pembangunan infrastruktur permukiman diutamakan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana dasar permukiman yang memadai,

khususnya mengenai pelayanan pemadam kebakaran pada wilayah-wilayah padat dan rawan kebakaran. Berikut ini diuraikan sasaran pokok

dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya pelayanan pemadam

kebakaran yang memadai dan berkualitas untuk meminimalkan kerawanan kebakaran.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran

Peningkatan kapasitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran

Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran

Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran

Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran

Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran

Page 223: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 36

E. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informatika diupayakan untuk meningkatkan akses dan cakupan pelayanan masyarakat terhadap

telekomunikasi dan informasi, dengan prioritas pengembangan pada wilayah yang memiliki teledensitas rendah. Berikut ini diuraikan sasaran

pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya pelayanan

telekomunikasi,telematika dan informatika yang memadai, berkualitas dan berdaya saing

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan informatika

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan telekomuni-kasi, telematika dan informatika

Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomuni-kasi, telematika dan informatika

Meningkatnya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan informatika

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan telekomuni-kasi, telematika dan informatika

Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomuni-kasi, telematika dan informatika

Meningkatnya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan informatika

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan telekomuni-kasi, telematika dan informatika

Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomuni-kasi, telematika dan informatika

Meningkatnya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan informatika

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan telekomuni-kasi, telematika dan informatika

Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomuni-kasi, telematika dan informatika

Meningkatnya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan informatika

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan telekomuni-kasi, telematika dan informatika

Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomuni-kasi, telematika dan informatika

Page 224: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 37

F. Pembangunan fasilitas perkotaan diutamakan untuk menunjang kegiatan utama ekonomi Kota Tangerang yaitu di sektor perdagangan dan jasa.

Fasilitas perkotaan dikembangkan dalam upaya menata dan meningkatkan fungsi pelayanan fasilitas tersebut. Berikut ini diuraikan sasaran

pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya pelayanan

fasilitas perdagangan yang maju dan berdaya saing. dan Terwujudnya pelayanan fasilitas jasa yang maju dan berdaya saing.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya ketersediaan pelayanan fasilitas perdagangan

Meningkatnya pelayanan fasilitas jasa

Penataan, pasar tradisional

Penataan sistem dan fasilitas perdagangan modern

Penataan, pengembangan, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran

Penataan, pengembangan dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan

Peningkatan pelayanan fasilitas perdagangan

Meningkatnya pelayanan fasilitas jasa

Penataan, pasar tradisional

Penataan sistem dan fasilitas perdagangan modern

Penataan, pengembangan, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran

Penataan, pengembangan dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan

Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas perdagangan

Meningkatnya pelayanan fasilitas jasa

Penataan, pengembangan, dan peningkatan kualitas layanan pasar tradisional

Pengembangan sistem dan fasilitas perdagangan modern

Penataan, pengembangan, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran

Penataan, pengembangan dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan

Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas perdagangan

Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas jasa

pengembangan dan peningkatan kualitas layanan pasar tradisional

Peningkatan kualitas dan pengembangan sistem dan fasilitas perdagangan modern

Penataan, pengembangan, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran

Penataan, pengembangan dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan

Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas perdagangan

Meningkatnya daya saing pelayanan fasilitas jasa

Optimalisasi dan peningkatan kualitas layanan pasar tradisional

Penataan dan pengembangan sistem dan fasilitas perdagangan modern

Penataan, pengembangan, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran

Penataan, pengembangan dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan

Page 225: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 38

G. Pengembangan sarana perumahan di Kota Tangerang diprioritaskan pada pembangunan rumah-rumah susun sederhana terutama di kawasan

padat penduduk. Hal ini diupayakan mengingat semakin terbatasnya ketersediaan lahan permukiman, sementara kebutuhan akan perumahan

terus meningkat. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan

jangka panjang : Terwujudnya perumahan yang layak huni dan terjangkau.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya ketersediaan rumah yang layak huni dan terjangkau

Pengembang-an perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau

Pengembang-an perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau

Rehabilitasi rumah layak huni

Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha

Pemberian insentif dan disinsentif bagi

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau

Pengembang-an perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau

Pengembang-an perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau

Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni

Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha

Pemberian insentif dan

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau

Pengendalian pengembangan perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau

Pengembang-an perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau

Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni

Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau

Pengendalian pengembangan perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau

Peningkatan pengembangan perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau

Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni

Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau

Pengendalian pengembangan perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau

Perluasan dan peningkatan perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau

Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni

Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha

Page 226: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 39

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

pelaku usaha pengembang perumahan

disinsentif bagi pelaku usaha pengembang perumahan

Pemberian insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha pengembang perumahan

Pemberian insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha pengembang perumahan

Pemberian insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha pengembang perumahan

Sementara itu, luasan kawasan kumuh permukiman di Kota Tangerang semakin meningkat setiap tahunnya. Kondisi ini sejalan dengan

rendahnya daya beli masyarakat terhadap fasilitas rumah layak huni, sehingga menyebabkan semakin padatnya kawasan permukiman. Berikut

ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang :

Terwujudnya lingkungan permukiman yang tidak kumuh.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh

Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman

Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman

Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh

Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman

Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman

Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh

Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman

Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman

Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh

Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman

Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman

Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh

Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman

Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman

Page 227: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 40

5.1.5. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih

Untuk mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih, perlu adanya perubahan

perilaku aparatur pemerintah yang dilandasi peningkatan etos kerja, profesionalitas,

peraturan, sistem dan prosedur, dan sistem karier yang lebih terarah dan mampu menjamin

kesejahteraan pegawai sesuai dengan kinerjanya. Hal tersebut didukung oleh penegakan

hukum yang konsisten, dan ketersediaan produk hukum yang mendukung peningkatan

kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah serta perubahan perilaku politik seluruh

kekuatan politik masyarakat dalam menciptakan demokrasi berbasis etika dan nilai-nilai

budaya daerah, sehingga mampu mewujudkan keadaan yang aman, tertib, dan tentram

dalam melaksanakan pembangunan.

A. Kapasitas dan kapabilitas aparatur pemerintah harus disertai dengan optimalisasi

kemahiran beradaptasi dalam menggunakan perangkat teknologi berbasis informasi

yang mempunyai daya saing terutama pemanfaatan dalam proses pengambilan

keputusan yang berdampak terhadap kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Peningkatan profesionalitas aparatur ditunjang pula oleh struktur organisasi tata kerja

yang lebih efisien dan efektif. Pembangunan bidang statistik, kearsipan serta

perencanaan pembangunan diselenggarakan melalui pembenahan pengelolaan data dan

informasi pembangunan secara terpadu, komprehensif, terbaharui dengan

memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi serta peningkatan kualitas

perencanaan dan pengendalian pembangunan. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan

arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan

jangka panjang : Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi

pada pelayanan publik

Page 228: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 41

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur

Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah

Penataan kelembagaan

Pemenuhan ketersediaan dan peningkatan kualitas SDM aparatur

Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur

Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah

Peningkatan kualitas kearsipan daerah

Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah

Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur

Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah

Penataan kelembagaan

Pemenuhan ketersediaan dan peningkatan kualitas SDM aparatur

Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur

Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah

Peningkatan kualitas kearsipan daerah

Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah

Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur

Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah

Penataan kelembagaan

Pemenuhan ketersediaan dan peningkatan kualitas SDM aparatur

Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur

Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah

Peningkatan kualitas kearsipan daerah

Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah

Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur

Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah

Optimalisasi tata kerja kelembagaan

Peningkatan kapasitas dan kualitas SDM aparatur

Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur

Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah

Peningkatan kualitas kearsipan daerah

Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah

Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur

Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah

Optimalisasi tata kerja kelembagaan

Peningkatan kapasitas dan kualitas SDM aparatur

Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur

Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah

Peningkatan kualitas kearsipan daerah

Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah

Page 229: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 42

B. Penyelenggaraan pelayanan publik ditingkatkan melalui pengembangan manajemen pemerintahan yang ditopang oleh aparatur yang profesional,

bertanggung jawab, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta menjunjung tinggi etika, dan bebas KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme),

dengan wadah struktur kelembagaan daerah yang memiliki ukuran yang tepat guna mewujudkan birokrasi yang efisien. Berikut ini diuraikan

sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya

pelayanan publik yang prima.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya kualitas pelayanan publik

Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik

Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik

Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan

Meningkatnya kualitas pelayanan publik

Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik

Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik

Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan

Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan publik

Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik

Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik

Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan

Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan publik

Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik

Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik

Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan

Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan publik

Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik

Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik

Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan

Page 230: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 43

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah

Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan

Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah

Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan

Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah

Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan

Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah

Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan

Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah

Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan

Page 231: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 44

Disamping itu, peningkatan kapasitas keuangan daerah sebagai sumber pembiayaan pembangunan diupayakan melalui diversifikasi dan

ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah yang didukung dengan peningkatan manajemen dan pengelolaan keuangan yang lebih efektif

dan efisien. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan

jangka panjang : Terwujudnya kapasitas dan pengelolaan keuangan daerah yang memadai dan akuntabel.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya pendapatan daerah

Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah

Peningkatan kapasitas pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah

Meningkatnya pendapatan daerah

Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah

Ekstensifikasi, intensifikasi dan optimalisasi sumber dan kapasitas pendapatan daerah

Meningkatnya pendapatan daerah

Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah

Ekstensifikasi, intensifikasi dan optimalisasi sumber dan kapasitas pendapatan daerah

Meningkatnya pendapatan daerah

Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah

Ekstensifikasi, intensifikasi dan optimalisasi sumber dan kapasitas pendapatan daerah

Meningkatnya pendapatan daerah

Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah

Ekstensifikasi, intensifikasi dan optimalisasi sumber dan kapasitas pendapatan daerah

Page 232: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 45

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah

Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah

Peningkatan kapasitas belanja daerah yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan publik

Peningkatan kualitas penyelenggaraan tata kelola keuangan daerah

Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah

Peningkatan kapasitas belanja daerah yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan publik

Peningkatan kualitas penyelenggaraan tata kelola keuangan daerah

Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah

Peningkatan kapasitas belanja daerah yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan publik

Peningkatan kualitas penyelenggaraan tata kelola keuangan daerah

Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah

Peningkatan kapasitas belanja daerah yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan publik

Peningkatan kualitas penyelenggaraan tata kelola keuangan daerah

Page 233: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 46

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan daerah dari masyarakat dan swasta

Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan daerah

Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan daerah dari masyarakat dan swasta

Peningkatan kapasitas dan kualitas pembiayaan swadaya masyarakat

Pengembang-an dan peningkatan kualitas kemitraan dan kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah

Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan daerah dari masyarakat dan swasta

Peningkatan kapasitas dan kualitas pembiayaan swadaya masyarakat

Pengembang-an dan peningkatan kualitas kemitraan dan kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah

Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan daerah dari masyarakat dan swasta

Peningkatan kapasitas dan kualitas pembiayaan swadaya masyarakat

Pengembang-an dan peningkatan kualitas kemitraan dan kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah

Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan daerah dari masyarakat dan swasta

Peningkatan kapasitas dan kualitas pembiayaan swadaya masyarakat

Pengembang-an dan peningkatan kualitas kemitraan dan kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah

Page 234: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 47

Pembangunan politik diselenggarakan untuk mewujudkan demokrasi yang berbasis etika dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, yang

dicapai melalui konsensus seluruh pemangku kepentingan untuk berperan sesuai fungsinya masing-masing yang didukung oleh kemapanan

suprastruktur dan infrastruktur politik, sehingga dapat meredam potensi konflik baik yang bersifat vertikal maupun horizontal. Berikut ini diuraikan

sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya

masyarakat yang demokratis.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya pemahaman prinsip demokrasi masyarakat

Peningkatan pemahaman dan penghayatan tata nilai demokrasi

Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik

Meningkatnya pemahaman prinsip demokrasi masyarakat

Peningkatan pemahaman dan penghayatan tata nilai demokrasi

Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik

Meningkatnya penerapan prinsip demokrasi masyarakat

Peningkatan implementasi tata nilai demokrasi

Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik

Meningkatnya penerapan prinsip demokrasi masyarakat

Peningkatan implementasi tata nilai demokrasi

Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik

Meningkatnya penerapan prinsip demokrasi masyarakat

Peningkatan implementasi tata nilai demokrasi

Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik

Page 235: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 48

Adapun pembangunan hukum ditujukan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan terutama pelayanan publik melalui proses

penyusunan produk hukum yang aspiratif dan partisipatif, tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi dan dapat memenuhi tuntutan

perkembangan jaman. Produk hukum yang ditetapkan harus diikuti dengan penegakkan hukum yang konsisten didukung aparat penegak hukum

yang bersih dan kesadaran hukum masyarakat yang tinggi. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk

mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya masyarakat yang sadar, patuh dan taat hukum.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya kesadaran, kepatuhan dan penegakan supremasi hukum

Peningkatan pemahaman, penghayatan dan implementasi tata nilai hukum

Penataan produk hukum daerah

Penegakan supremasi hukum

Meningkatnya kesadaran, kepatuhan dan penegakan supremasi hukum

Peningkatan pemahaman, penghayatan dan implementasi tata nilai hukum

Penataan produk hukum daerah

Penegakan supremasi hukum

Meningkatnya kesadaran, kepatuhan dan penegakan supremasi hukum

Peningkatan pemahaman, penghayatan dan implementasi tata nilai hukum

Penataan produk hukum daerah

Penegakan supremasi hukum

Meningkatnya kesadaran, kepatuhan dan penegakan supremasi hukum

Peningkatan pemahaman, penghayatan dan implementasi tata nilai hukum

Penataan produk hukum daerah

Penegakan supremasi hukum

Meningkatnya kesadaran, kepatuhan dan penegakan supremasi hukum

Peningkatan pemahaman, penghayatan dan implementasi tata nilai hukum

Penataan produk hukum daerah

Penegakan supremasi hukum

Page 236: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 49

Sementara itu, pembangunan ketentraman dan ketertiban masyarakat diselenggarakan untuk mewujudkan tertib sosial berlandasan hukum.

Ketentraman dan ketertiban masyarakat merupakan faktor utama dan berperan dalam menciptakan situasi kondusif bagi keberlanjutan

pembangunan. Dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman, tentram, dan tertib perlu didukung konsistensi penegakan hukum dengan

aparat hukum yang bersih dan lembaga peradilan yang kuat dan independen. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan

pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya lingkungan masyarakat yang tentram

dan tertib.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum

Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib

Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum

Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum

Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib

Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum

Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum

Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib

Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum

Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum

Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib

Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum

Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum

Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib

Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum

Page 237: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 50

Bencana adalah suatu gangguang serius terhadap keberhasilan suatu komunitas dan masyarakat yang mengakibatkan kerugian manusia, materi,

ekonomi atau lingkungan yang meluas yang melampaui kemampuan komunitas atau masyarakat yang terkena dampak untuk mengatasi dengan

menggunakan sumber daya mereka sendiri. Pengelolaan bencana merupakan upaya yang sistematis yang meliputi upaya mitigasi bencana,

penanganan tanggap darurat bencana dan rehabilitasi pasca bencana. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan

untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terkelolanya penanganan bencana secara cepat dan tepat.

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Meningkatnya penanganan bencana

Mitigasi bencana

Peningkatan penanganan tanggap darurat bencana

Peningkatan pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana

Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana

Meningkatnya penanganan bencana

Mitigasi bencana

Peningkatan penanganan tanggap darurat bencana

Peningkatan pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana

Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana

Meningkatnya penanganan bencana

Mitigasi bencana

Peningkatan penanganan tanggap darurat bencana

Peningkatan pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana

Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana

Meningkatnya penanganan bencana

Mitigasi bencana

Peningkatan penanganan tanggap darurat bencana

Peningkatan pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana

Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana

Meningkatnya penanganan bencana

Mitigasi bencana

Peningkatan penanganan tanggap darurat bencana

Peningkatan pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana

Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana

Page 238: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 51

5.2. TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN

Upaya perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang Kota Tangerang dilaksanakan

secara bertahap dalam kerangka pembangunan jangka menengah. Untuk itu diperlukan

adanya tahapan dan prioritas pembangunan yang akan menjadi agenda dalam rencana

pembangunan jangka menengah. Tahapan dan prioritas pembangunan yang ditetapkan

mencerminkan urgensi permasalahan yang hendak diselesaikan, tanpa mengabaikan

permasalahan lainnya. Oleh karena itu, tekanan prioritas pembangunan dalam setiap tahapan

berbeda-beda, tetapi tetap berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam

rangka mewujudkan sasaran pembangunan jangka panjang.

5.2.1. RENSTRADA PERIODE 2005-2008

Pembangunan jangka menengah periode tahun 2005-2008 ditujukan untuk menyiapkan

keunggulan daerah, yaitu dalam rangka mempersiapkan kekuatan dan kemampuan potensi

dan sumberdaya daerah yang akan menjadi pondasi menuju kondisi Kota Tangerang yang

maju dan lestari. Pembangunan pada periode tahun 2005-2008 menekankan pada upaya

mengembangkan sektor-sektor ekonomi unggulan (core competenses) daerah; meningkatkan

peran serta masyarakat dalam pembangunan kota; meningkatkan keberdayaan dan

kemandirian masyarakat dalam pembangunan; mewujudkan keserasian dan keharmonisan

masyarakat kota yang berbudaya; menyediakan dan meningkatkan pelayanan dasar (basic

services) di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur serta utilitas umum dan fasilitas

sosial perkotaan bagi masyarakat; menyediakan permukiman dan perumahan layak huni bagi

masyarakat; membangun SDM (aparatur pemda, DPRD, dan masyarakat), organisasi, dan

sistem manajemen kepemerintahan, yang didukung sarana prasarana kepemerintahan yang

memadai; membangun karakter mulia segenap stakeholders pembangunan kota;

membangun dan meningkatkan keharmonisan hubungan antar stakeholders pembangunan;

menciptakan suasana aman dan nyaman bagi masyarakat serta sistem kewaspadaan

masyarakat terhadap situasi tanggap darurat; menciptakan pola kesinambungan dan

keseimbangan ekologi dalam pembangunan; dan membangun kesadaran ekologis (ecological

awareness) masyarakat dalam pembangunan.

Prioritas pembangunan RENSTRADA Kota Tangerang Tahun 2005-2008 ditujukan pada

upaya sebagai berikut:

1. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia

ditekankan pada : Percepatan penuntasan wajib belajar sembilan tahun; Rintisan wajib

Page 239: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 52

belajar dua belas tahun; Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dasar; Rintisan

sekolah berstandar nasional/internasional; Pemberantasan buta aksara; Peningkatan

derajat kesehatan melalui penyiapan tenaga kesehatan strategis; Pengembangan

puskesmas dan rumah sakit; Peningkatan surveilans epidemiologi; Promosi dan

penyebarluasan informasi kesehatan; Peningkatan kerukunan hidup baik interumat

maupun antarumat beragama; Penanaman nilai-nilai tradisional, budaya dan kearifan

lokal masyarakat.

2. Penanggulangan Kemiskinan dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial

Prioritas pembangunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan peningkatan

kesejahteraan sosial ditekankan pada : Pelayanan pendidikan bagi keluarga miskin;

Pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin; Peningkatan kualitas dan kuantitas

kesejahteraan sosial perseorangan, keluarga, kelompok dan komunitas masyarakat;

Peningkatan keberdayaan dan perlindungan penyandang masalah kesejahteraan sosial

(PMKS); Pengendalian pertumbuhan penduduk.

3. Peningkatan Kualitas Perekonomian

Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan kualitas perekonomian ditekankan

pada : Peningkatan kesejahteraan petani; Perbaikan infrastruktur pendukung pertanian;

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pertanian; Pengendalian alih fungsi lahan

pertanian; Peningkatan produktivitas pertanian; Pengembangan sistem agribisnis

pertanian; Penguatan struktur industri; Peningkatan kesempatan kerja di sektor industri;

Pendayagunaan potensi lokal; Pengembangan industri potensial dan

menumbuhkembangkan industri kecil menengah sebagai pendukung industri besar;

Penyiapan pranata UMKM dan Koperasi; Penataan objek dan daya tarik wisata;

Peningkatan infrastruktur pendukung pariwisata; Penyiapan prasarana dan saran iklim

investasi; Inventarisasi dan promosi potensi investasi; Peningkatan kompetensi dan daya

saing tenaga kerja; Perbaikan hubungan industrial.

4. Peningkatan Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota

Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan pelayanan prasarana, sarana dan

fasilitas kota ditekankan pada : Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan infrastruktur

wilayah; Revitalisasi infrastruktur wilayah yang telah ada; Penyiapan pranata pendukung

pengembangan infrastruktur wilayah; Penyusunan perencanaan strategis dan kajian

teknis, Pengembangan kelembagaan pengelola; Pengembangan kerja sama antara

pemerintah dengan swasta dan masyarakat dalam pelayanan prasarana dan sarana.

Page 240: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 53

5. Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Prioritas pembangunan dalam rangka pengelolaan tata ruang, sumber daya alam dan

lingkungan hidup ditekankan pada : Peningkatan kualitas penataan ruang; Peningkatan

daya dukung lingkungan; Pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi

lingkungan; Peningkatan upaya penegakan hukum lingkungan; Penyediaan berbagai

pedoman, tolok ukur, baku mutu, sistem pemantauan dan evaluasi pengelolaan

lingkungan; Pengembangan upaya mitigasi bencana.

6. Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih

Prioritas pembangunan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan

bersih ditekankan pada : Penataan organisasi perangkat daerah; Peningkatan kompetensi

dan profesionalisme pegawai; Penguatan unit-unit pelayanan publik; Perluasan

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen pemerintahan;

Peningkatan efektivitas dan daya guna keuangan daerah; Penurunan tingkat kerawanan

sosial dan angka kriminalitas; Penataan hukum daerah; Penciptaan landasan hukum

untuk memperkuat pelaksanaan otonomi daerah; Penguatan semangat kebangsaan;

Pemahaman hak dan kewajiban dalam kehidupan demokrasi.

Pelaksanaan prioritas pembangunan RENSTRADA pada periode tahun 2005-2008 tersebut

telah berhasil meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang tahun 2008

yang diindikasikan dengan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 74,70

point.

5.2.2. RPJMD Periode 2009-2013

Pembangunan jangka menengah periode tahun 2009-2013 ditujukan untuk memantapkan

keunggulan daerah, yaitu dari pencapaian hasil pembangunan pada periode sebelumnya.

Pembangunan pada periode tahun 2009-2013 menekankan pada upaya peningkatan

pengendalian pertumbuhan penduduk, peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan

pelayanan sosial, peningkatan kualitas penataan ruang, pengendalian dan pemulihan

kerusakan lingkungan, percepatan peningkatan daya dukung dan pelayanan infrastruktur

perkotaan, peningkatan investasi dan pemberdayaan KUKM, serta pemantapan tata kelola

pemerintahan daerah.

Prioritas pembangunan RPJMD Kota Tangerang Tahun 2009-2013 ditujukan pada upaya

sebagai berikut:

Page 241: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 54

1. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia

ditekankan pada : Penuntasan wajib belajar sembilan tahun; Akselerasi penuntasan wajib

belajar dua belas tahun; Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan menengah;

Peningkatan kompetensi dan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan;

Pengembangan sekolah kejuruan berbasis kompetensi dan keunggulan lokal;

Pengembangan sekolah berstandar nasional/internasional; Penuntasan buta aksara;

Peningkatan lingkungan kehidupan yang sehat; Pengembangan sistem kesehatan;

Peningkatan upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit menular dan

tidak menular; Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan; Peningkatan

pelayanan kesehatan terutama Ibu dan anak; Implementasi dan aktualisasi pemahaman

dan pengamalan agama dalam kehidupan bermasyarakat; Peningkatan pelestarian dan

pemahaman nilai-nilai tradisional, budaya dan kearifan lokal masyarakat.

2. Penanggulangan Kemiskinan dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial

Prioritas pembangunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan peningkatan

kesejahteraan sosial ditekankan pada : Pelayanan pendidikan bagi keluarga miskin;

Pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin; Peningkatan kualitas dan kuantitas

kesejahteraan sosial perseorangan, keluarga, kelompok dan komunitas masyarakat;

Peningkatan keberdayaan dan perlindungan penyandang masalah kesejahteraan sosial

(PMKS); Pengendalian pertumbuhan penduduk; Penataan penyelenggaraan sistem

administrasi kependudukan; Penataan persebaran penduduk baik di dalam maupun

keluar daerah.

3. Peningkatan Kualitas Perekonomian

Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan kualitas perekonomian ditekankan

pada : Pemantapan sistem agribisnis pertanian; Peningkatan peran sektor industri kecil

dan menengah dalam struktur industri; Peningkatan kemitraaan antar industri;

Pengembangan industri-industri andalan sebagai kekuatan penggerak pertumbuhan

ekonomi daerah; Penataan distribusi barang yang efektif dan efisien; Peningkatan ekspor

produk daerah; Peningkatan pemberdayaan UMKM dan Koperasi; Pengembangan bisnis

UMKM dan Koperasi; Pengembangan produk wisata unggulan; Peningkatan kinerja objek

dan daya tarik wisata yang berdaya saing; Peningkatan kualitas sarana dan prasarana

pariwisata berstandar internasional; Peningkatan iklim investasi yang kondusif;

Pengembangan kerjasama investasi; Peningkatan kompetensi dan daya saing tenaga

kerja; Pemantapan unsur tripartit dalam meningkatkan produktivitas, kualitas dan

kesejahteraan pekerja.

Page 242: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 55

4. Peningkatan Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota

Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan pelayanan prasarana, sarana dan

fasilitas kota ditekankan pada : Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan infrastruktur

wilayah; Revitalisasi infrastruktur wilayah yang telah ada; Operasionalisasi pranata

pendukung pengembangan infrastruktur wilayah; Pengembangan sistem transportasi

massal; Peningkatan kerja sama antara pemerintah dengan swasta dan masyarakat

dalam pengelolaan prasarana dan sarana.

5. Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Prioritas pembangunan dalam rangka pengelolaan tata ruang, sumber daya alam dan

lingkungan hidup ditekankan pada : Aktualisasi pemanfaatan ruang yang serasi;

Implementasi pengendalian pemanfaatan ruang secara konsisten; Pemantapan pranata

pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup; Peningkatan pengelolaan sumber

daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan; Pengembangan perilaku ramah lingkungan;

Peningkatan upaya penegakan hukum lingkungan; Peningkatan upaya mitigasi bencana.

6. Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih

Prioritas pembangunan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan

bersih ditekankan pada : Penataan organisasi perangkat daerah; Peningkatan kompetensi

dan profesionalisme pegawai; Penempatan pegawai sesuai dengan kompetensi;

Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam berbagai aspek; Penerapan teknologi

informasi dan komunikasi dalam manajemen pemerintahan; Peningkatan efektivitas dan

daya guna keuangan daerah; Pendayagunaan aset-aset daerah; Pembangunan sinergi

penyelenggaraan keamanan dan ketertiban masyarakat; Penataan hukum daerah;

Pembangunan budaya hukum; Pemantapan kehidupan demokrasi; Pemantapan

semangat kebangsaan; Pemantapan peran dan fungsi partai politik; Penguatan peran

masyarakat madani (civil society); Pengembangan kelembagaan demokrasi.

Pelaksanaan prioritas pembangunan RPJMD periode tahun 2009-2013, diiharapkan dapat

mewujudkan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang dibandingkan

periode tahun sebelumnya yang diindikasikan dengan semakin meningkatnya Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) dari 74,70 point pada tahun 2008 menjadi 75,98 point pada

tahun 2013.

Page 243: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 56

5.2.3. RPJMD Periode 2014-2018

Pembangunan jangka menengah periode tahun 2014-2018 ditujukan sebagai persiapan

menuju kondisi Kota Tangerang yang maju dan lestari, dengan berbekal pencapaian

kondisi kemandirian daerah yang menjadi orientasi pada tahapan pembangunan sebelumnya.

Pembangunan pada periode tahun 2014-2018 menekankan pada upaya peningkatan daya

saing kompetitif perekonomian; pembentukan sumber daya manusia berkualitas serta

kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat; peningkatan daya dukung dan

pelayanan infrastruktur perkotaan; pengendalian penggunaan lahan; pengendalian dan

pemulihan kerusakan lingkungan; serta peningkatan kualitas pelayanan publik.

Prioritas pembangunan RPJMD Kota Tangerang Tahun 2014-2018 ditujukan pada upaya

sebagai berikut:

1. Pemantapan Kualitas Sumber Daya Manusia

Prioritas pembangunan dalam rangka pemantapan kualitas sumber daya manusia

ditekankan pada : Perintisan wajib belajar dua belas tahun; Peningkatan kualitas lembaga

PAUD formal dan non formal; Pengembangan pendidikan keterampilan dan penguasaan

IPTEK bagi masyarakat; Peningkatan sekolah kejuruan berbasis kompetensi dan

keunggulan lokal; Peningkatan upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalian

penyakit menular dan tidak menular; Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga

kesehatan; Peningkatan pelayanan kesehatan terutama ibu dan anak; Peningkatan

kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan; Implementasi dan

aktualisasi pemahaman dan pengamalan agama dalam kehidupan bermasyarakat;

Implementasi dan aktualisasi nilai-nilai tradisional, budaya dan kearifan lokal masyarakat

sebagai faktor penyeimbang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Pengentasan Kemiskinan dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial

Prioritas pembangunan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan peningkatan

kesejahteraan sosial ditekankan pada : Pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi

keluarga miskin; Peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan sosial perseorangan,

keluarga, kelompok dan komunitas masyarakat; Peningkatan keberdayaan dan

perlindungan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS); Pengendalian

pertumbuhan penduduk; Peningkatan pemberdayaan keluarga berkualitas; Pemantapan

sistem administrasi kependudukan; Penataan persebaran penduduk baik di dalam

maupun keluar daerah.

Page 244: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 57

3. Pemantapan Kualitas Perekonomian

Prioritas pembangunan dalam rangka pemantapan kualitas perekonomian ditekankan

pada : Pemantapan sistem agribisnis pertanian; Pemantapan mutu produk pertanian;

Pengembangan teknologi pertanian; Penciptaan lingkungan usaha yang nyaman dan

kondusif; Pengembangan kemampuan inovasi; Peningkatan kemampuan sumber daya

industri; Pengembangan industri kecil yang tangguh; Perluasan kawasan perdagangan

ekspor; Penataan distribusi barang; Pemberdayaan produk dalam negeri dan

pengembangan pasar dalam negeri; Peningkatan kualitas, daya saing serta kehandalan

UMKM dan Koperasi; Penciptaan destinasi wisata; Peningkatan dan pemantapan regulasi

di bidang investasi; Perluasan kerjasama investasi; Pemantapan kompetensi dan daya

saing tenaga kerja; Pemantapan unsur tripartit dalam meningkatkan produktivitas, kualitas

dan kesejahteraan pekerja.

4. Pemantapan Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota

Prioritas pembangunan dalam rangka pemantapan pelayanan prasarana, sarana dan

fasilitas kota ditekankan pada : Percepatan pembangunan dan pemerataan infrastruktur

wilayah; Pemantapan kualitas dan kuantitas pelayanan infrastruktur wilayah; Revitalisasi

infrastruktur wilayah yang telah ada; Pengembangan sistem transportasi massal (Mass

Rapid Transport); Perluasan kerja sama antara pemerintah dengan swasta dan

masyarakat dalam pengelolaan prasarana dan sarana.

5. Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Prioritas pembangunan dalam rangka pengelolaan tata ruang, sumber daya alam dan

lingkungan hidup ditekankan pada : Pemantapan sistem pengendalian serta koordinasi

dalam pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, serta pengawasan penataan ruang;

Peningkatan potensi sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup; Optimalisasi

pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang serasi dengan daya dukung

lingkungan; Peningkatan perilaku ramah lingkungan; Pengembangan sistem informasi

sumber daya alam dan lingkungan hidup; Peningkatan konsistensi penegakan hukum

dalam pengendalian lingkungan; Peningkatan efisiensi dan efektivitas nilai tambah dalam

pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

6. Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih

Prioritas pembangunan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan

bersih ditekankan pada : Pemantapan profesionalitas aparatur didukung oleh penataan

sistem, prosedur, dan standarisasi kualitas pelayanan; Pemantapan teknologi informasi

dan komunikasi dalam manajemen pemerintahan dan pelayanan publik; Pengembangan

budaya organisasi berorientasi pelayan; Peningkatan harmonisasi hubungan antar tingkat

Page 245: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 58

pemerintahan dan dengan pemangku kepentingan lainnya; Peningkatan daya guna

kekayaan dan aset daerah; Optimalisasi kinerja Organisasi Perangkat Daerah dalam

pengelolaan belanja daerah; Penurunan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat;

Optimalisasi potensi masyarakat dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban

masyarakat; Pemantapan penegakan hukum dan perlindungan hak asasi manusia (HAM);

Harmonisasi produk hukum; Perwujudan produk hukum yang memihak kepentingan

masyarakat; Peningkatan budaya hukum; Perwujudan demokrasi pada proses politik;

Pemantapan semangat kebangsaan; Pengembangan kemandirian partai politik;

Pemantapan peran masyarakat madani (civil society); Perluasan akses partisipasi publik.

Pelaksanaan prioritas pembangunan RPJMD periode tahun 2014-2018, diiharapkan dapat

mewujudkan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang dibandingkan

periode tahun sebelumnya yang diindikasikan dengan semakin meningkatnya Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) dari 75,98 point pada tahun 2013 menjadi 77,30 point pada

tahun 2018.

5.2.4. RPJMD Periode 2019-2023

Pembangunan jangka menengah periode tahun 2019-2023 merupakan tahap awal

pembentukan Kota Tangerang sebagai ‘Kota yang Maju dan Lestari’. Pembangunan

pada periode tahun 2019-2023 menekankan pada upaya pemantapan daya saing kompetitif

perekonomian secara nasional dan global; pembentukan sumber daya manusia berkualitas

dan berdaya saing; peningkatan daya dukung dan pelayanan infrastruktur perkotaan;

pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan, serta peningkatan kualitas pelayanan

publik.

Prioritas pembangunan RPJMD Kota Tangerang Tahun 2019-2023 ditujukan pada upaya

sebagai berikut:

1. Peningkatan Daya Saing Sumber Daya Manusia

Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan daya saing sumber daya manusia

ditekankan pada : Penuntasan wajib belajar dua belas tahun; Perintisan wajib belajar lima

belas tahun; Peningkatan kualitas lembaga PAUD formal dan non formal; Pengembangan

sekolah kejuruan berbasis kompetensi dan keunggulan lokal berskala nasional dan

internasional; Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang dipadukan dengan

muatan kurikulum internasional; Peningkatan pendidikan keterampilan dan penguasaan

IPTEK bagi masyarakat; Peningkatan upaya pencegahan, pemberantasan dan

pengendalian penyakit menular dan tidak menular; Pengembangan dan penguatan sistem

Page 246: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 59

kesehatan; Peningkatan jumlah, jenis, mutu tenaga kesehatan; Pemberdayaan profesi

kesehatan (institusi); Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam meningkatkan

derajat kesehatan; Implementasi dan aktualisasi pemahaman dan pengamalan nilai-nilai

keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat; Implementasi dan aktualisasi nilai-nilai

tradisional, budaya dan kearifan lokal masyarakat sebagai faktor penyeimbang

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Pengentasan Kemiskinan dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial

Prioritas pembangunan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan peningkatan

kesejahteraan sosial ditekankan pada : Jaminan sosial pendidikan dan kesehatan bagi

keluarga miskin; Peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan sosial perseorangan,

keluarga, kelompok dan komunitas masyarakat; Peningkatan advokasi, pemberdayaan

dan perlindungan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS); Pengendalian

pertumbuhan penduduk; Peningkatan kemandirian dan kesejahteraan keluarga; Penataan

persebaran penduduk baik di dalam maupun keluar daerah.

3. Peningkatan Daya Saing Perekonomian

Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan daya saing perekonomian ditekankan

pada : Pemantapan sistem agribisnis pertanian; Pengembangan dan penerapan teknologi

pertanian; Perkuatan potensi industri strategis; Penciptaan kesempatan kerja dalam

jumlah besar; Pengoptimalan pendayagunaan potensi lokal; Perluasan jaringan

perdagangan luar negeri; Pengembangan jaringan kelembagaan UMKM dan Koperasi;

Peningkatan kehandalan UMKM dan Koperasi sebagai penggerak perekonomian daerah;

Pemantapan kinerja pemangku kepentingan pariwisata; Pengembangan kelembagaan

pariwisata; Penataan destinasi pariwisata; Penciptaan daya tarik wisata; Pengembangan

investasi yang memiliki daya saing dengan basis ilmu pengetahuan dan teknologi;

Pemantapan kompetensi, daya saing dan jiwa kewirausahaan tenaga kerja;

Penumbuhkembangan hubungan industrial untuk meningkatkan produktivitas, kualitas,

dan kesejahteraan pekerja.

4. Peningkatan Kualitas Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota

Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan prasarana, sarana

dan fasilitas kota ditekankan pada : Pemantapan pengelolaan infrastruktur wilayah;

Pembangunan dan pemerataan infrastruktur wilayah; Pemantapan kualitas pelayanan

infrastruktur wilayah; Revitalisasi infrastruktur wilayah yang telah ada; Pengembangan

sistem transportasi massal (Mass Rapid Transport); Pemantapan kerja sama antara

pemerintah dengan swasta dan masyarakat dalam pengelolaan prasarana dan sarana.

Page 247: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 60

5. Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Prioritas pembangunan dalam rangka pengelolaan tata ruang, sumber daya alam dan

lingkungan hidup ditekankan pada : Pemantapan sistem pengendalian serta koordinasi

dalam pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, serta pengawasan penataan ruang;

Peningkatan nilai tambah potensi sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup;

Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang serasi dengan

daya dukung lingkungan; Pembudayaan perilaku ramah lingkungan di kalangan

masyarakat; Pemantapan sistem pemantauan, pengendalian dan informasi sumber daya

alam dan lingkungan hidup; Peningkatan konsistensi penegakan hukum dalam

pengendalian lingkungan; Peningkatan efisiensi, efektivitas, dan nilai tambah dalam

pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

6. Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih

Prioritas pembangunan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan

bersih ditekankan pada : Penguatan dan pemantapan profesionalitas aparatur dalam

pelayanan publik didukung sistem, prosedur, serta standarisasi kualitas pelayan serta

budaya organisasi; Pemantapan teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen

pemerintahan dan pelayanan publik; Peningkatan daya guna dan hasil guna kekayaan

dan aset daerah; Optimalisasi potensi masyarakat dalam pemeliharaan keamanan dan

ketertiban masyarakat; Harmonisasi produk hukum; Pemantapan penegakan hukum dan

perlindungan hak asasi manusia (HAM); Perwujudan produk hukum yang memihak

kepentingan masyarakat; Penanaman budaya taat hukum di masyarakat; Pemantapan

peran masyarakat madani (civil society).

Pelaksanaan prioritas pembangunan RPJMD periode tahun 2019-2023, diiharapkan dapat

mewujudkan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang dibandingkan

periode tahun sebelumnya yang diindikasikan dengan semakin meningkatnya Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) dari 77,30 point pada tahun 2018 menjadi 78,63 point pada

tahun 2023.

5.2.5. RPJMD Periode 2024-2025

Pembangunan jangka menengah periode tahun 2024-2025 merupakan perwujudan Kota

Tangerang sebagai ‘Kota yang Maju dan Lestari’. Prioritas pembangunan pada periode

tahun 2024-2025 menekankan pada upaya pemantapan kualitas dan daya saing kompetitif

perekonomian secara nasional dan global; pemantapan kualitas dan daya saing sumber daya

manusia; pemantapan kualitas dan daya dukung pelayanan infrastruktur wilayah;

Page 248: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 61

pengawasan dan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan, serta pemantapan

kualitas pelayanan publik.

Prioritas pembangunan RPJMD Kota Tangerang Tahun 2024-2025 ditujukan pada upaya

sebagai berikut:

1. Pemantapan Daya Saing Sumber Daya Manusia

Prioritas pembangunan dalam rangka pemantapan daya saing sumber daya manusia

ditekankan pada : Penuntasan wajib belajar lima belas tahun; Pemantapan lembaga

PAUD sebagai media penyiapan menuju jenjang pendidikan dasar; Pengembangan

sekolah kejuruan berbasis kompetensi dan keunggulan lokal berskala nasional dan

internasional; Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang dipadukan dengan

muatan kurikulum internasional; Peningkatan pendidikan keterampilan dan penguasaan

IPTEK bagi masyarakat; Peningkatan upaya pencegahan, pemberantasan dan

pengendalian penyakit menular dan tidak menular; Peningkatan kualitas dan kuantitas

sarana dan prasarana pelayanan kesehatan; Peningkatan jumlah, jenis, mutu tenaga

kesehatan serta pemberdayaan profesi kesehatan (institusi); Implementasi dan aktualisasi

nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat; Pemantapan ketahan budaya

lokal/daerah dalam kehidupan global.

2. Peningkatan Kesejahteraan Sosial

Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosial ditekankan pada:

Peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan sosial perseorangan, keluarga,

kelompok dan komunitas masyarakat; Peningkatan advokasi, pemberdayaan dan

perlindungan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS); Pengendalian

pertumbuhan penduduk; Peningkatan keluarga kecil berkualitas; Penataan persebaran

penduduk yang mandiri dan berkualitas.

3. Pemantapan Daya Saing Perekonomian

Prioritas pembangunan dalam rangka pemantapan daya saing perekonomian ditekankan

pada : Penguatan keunggulan kompetitif produk pertanian; Penguatan industri yang

berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber daya alam secara optimal

dan memanfaatkan bahan baku terbaharukan, Penanganan industri ramah lingkungan;

Penguatan jaringan antar industri; Perluasan jaringan perdagangan dalam dan luar

negeri; Pemantapan kehandalan UMKM dan Koperasi sebagai penggerak perekonomian

daerah; Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan berprinsip pada terjaminnya

keberlanjutan sumber daya pariwisata yang terintegrasi dengan lingkungan, alam,

budaya, dan manusia; Pengembangan investasi yang memiliki daya saing dengan basis

ilmu pengetahuan dan teknologi; Pemantapan kompetensi, daya saing dan jiwa

Page 249: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

V - 62

kewirausahaan tenaga kerja; Pembudayaan hubungan industrial untuk meningkatkan

produktivitas, kualitas, dan kesejahteraan pekerja.

4. Pemantapan Kualitas Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota

Prioritas pembangunan dalam rangka pemantapan kualitas pelayanan prasarana, sarana

dan fasilitas kota ditekankan pada : Pemantapan infrastruktur wilayah yang telah

terbangun; Pemantapan kualitas pelayanan infrastruktur wilayah; Pemantapan sistem

transportasi massal (Mass Rapid Transport); Pemantapan kerja sama antara pemerintah

dengan swasta dan masyarakat dalam pengelolaan prasarana dan sarana.

5. Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Prioritas pembangunan dalam rangka pengelolaan tata ruang, sumber daya alam dan

lingkungan hidup ditekankan pada : Pemantapan koordinasi yang sistematis dalam

pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang; Perbaikan terus

menerus pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup; Pemantapan perilaku dan

budaya ramah lingkungan di masyarakat; Pemantapan efisiensi, efektivitas, dan nilai

tambah dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

6. Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih

Prioritas pembangunan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan

bersih ditekankan pada : Pemantapan profesionalitas aparatur dalam pelayanan publik

didukung sistem, prosedur, serta standarisasi kualitas pelayan; Pemantapan teknologi

informasi dan komunikasi dalam manajemen pemerintahan dan pelayanan publik;

Pemantapan kinerja penyelenggaraan pelayanan publik yang bermutu dan akuntabel di

semua bidang; Peningkatan daya guna dan hasil guna kekayaan dan aset daerah yang

transparan dan akuntabel; Pemantapan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat;

Perwujudan fungsi hukum dalam melindungi dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat; Pemantapan budaya taat hukum di masyarakat; Pemantapan peran

masyarakat madani (civil society).

Pelaksanaan prioritas pembangunan RPJMD periode tahun 2024-2025, diiharapkan dapat

mewujudkan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang dibandingkan

periode tahun sebelumnya yang diindikasikan dengan semakin meningkatnya Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) dari 78,63 point pada tahun 2023 menjadi 79,16 point pada

tahun 2025.

Page 250: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

VI - 1

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Tangerang Tahun 2005-2025

adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah yang memuat visi, misi dan arah

kebijakan pembangunan daerah Kota Tangerang untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung

sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025. Oleh karena itu RPJPD Kota Tangerang Tahun

2005-2025 disusun dengan mempertimbangkan kesinambungan periode pembangunan lima

tahunan sehingga menjadi pedoman bagi rencana pembangunan lima tahunan di Kota

Tangerang yaitu periode 2005-2008; 2009-2013; 2014-2018; 2019-2023; 2024-2025

Dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota

Tangerang Tahun 2005-2025 maka ditetapkan kaidah pelaksanaan sebagai berikut:

1. Walikota Tangerang menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJPD Kota

Tangerang Tahun 2005-2025 kepada masyarakat.

2. RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 menjadi pedoman dalam penyusunan visi,

misi dan program prioritas Calon Walikota Tangerang dan/atau penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang dan Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang dalam periode tahun 2005-2025.

B A B VI

KAIDAH PELAKSANAAN

Page 251: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

VI - 2

3. Walikota Tangerang melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJPD Kota

Tangerang Tahun 2005-2025.

4. Walikota Tangerang berkewajiban memberikan informasi mengenai hasil evaluasi

pelaksanaan RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025.

5. RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 dapat diubah dalam hal:

Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan dan

substansi yang dirumuskan belum sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan;

Terjadi perubahan yang mendasar; atau

Merugikan kepentingan nasional.

6. Perubahan RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 ditetapkan dengan peraturan

daerah.

Komitmen dari seluruh pemangku kepentingan pembangunan yang kuat dan demokratis,

konsistensi kebijakan Pemerintah Kota Tangerang, keberpihakan kepada rakyat dan peran

serta masyarakat dan dunia usaha secara aktif merupakan faktor-faktor yang menentukan

keberhasilan pembangunan dalam mewujudkan Visi Pembangunan Kota Tangerang Tahun

2005-2025 “Kota Industri, Perdagangan dan Jasa yang Maju dan Lestari Berlandaskan

Akhlakul Karimah”.

--- oOo ---

Page 252: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

LAMPIRAN

MATRIK VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN JANGKA PANJANG, SASARAN POKOK DAN ARAH KEBIJAKAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA TANGERANG TAHUN 2005-2025

Page 253: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

1

MATRIK VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN JANGKA PANJANG, SASARAN POKOK DAN ARAH KEBIJAKAN

RPJPD KOTA TANGERANG TAHUN 2005-2025

VISI

KOTA INDUSTRI, PERDAGANGAN DAN JASA YANG MAJU DAN LESTARI BERLANDASKAN AKHLAKUL KARIMAH

MISI 1

MEWUJUDKAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERAKHLAK MULIA, MAJU DAN BERDAYA SAING

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERMORAL, BERBUDAYA DAN BERMARTABAT

Terwujudnya masyarakat yang bermoral, berbudaya dan bermartabat

Meningkatnya pemahaman norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat

Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya

Peningkatan pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan

Peningkatan kapasitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan

Pembinaan kerukunan hidup beragama

Pelestarian tata nilai sosial dan budaya

Meningkatnya implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat

Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya

Peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan

Peningkatan kapasitas dan kualitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan

Pembinaan kerukunan hidup beragama

Pelestarian tata nilai sosial dan budaya

Meningkatnya kualitas implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat

Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya

Peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan

Peningkatan kapasitas dan kualitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan

Pembinaan kerukunan hidup beragama

Pelestarian tata nilai sosial dan budaya

Meningkatnya kualitas implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat

Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya

Peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan

Peningkatan kapasitas dan kualitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan

Pembinaan kerukunan hidup beragama

Pelestarian tata nilai sosial dan budaya

Meningkatnya kualitas implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat

Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya

Peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan

Peningkatan kapasitas dan kualitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan

Pembinaan kerukunan hidup beragama

Pelestarian tata nilai sosial dan budaya

Page 254: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

2

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Pengelolaan dan pengembangan kekayaan dan keragaman budaya

Pengelolaan dan pengembangan kekayaan dan keragaman budaya

Pengelolaan dan pengembangan kekayaan dan keragaman budaya

Pengelolaan dan pengembangan kekayaan dan keragaman budaya

Pengelolaan dan pengembangan kekayaan dan keragaman budaya

MENINGKATKAN AKSESIBILITAS, KUALITAS DAN DAYA SAING PENDIDIKAN MASYARAKAT

Terwujudnya masyarakat yang cerdas dan berdaya saing

Meningkatnya akses pendidikan masyarakat

Peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan

Peningkatan ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan

Penyiiapan manajemen pelayanan pendidikan

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyelenggaraan pendidikan

Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta

Meningkatnya akses dan kualitas pendidikan masyarakat

Peningkatan ketersediaan dan kualitas prasarana dan sarana pendidikan

Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

Peningkatan manajemen pelayanan pendidikan

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyelenggaraan pendidikan

Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta

Meningkatnya akses, kualitas dan daya saing pendidikan masyarakat

Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pendidikan

Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

Penguatan manajemen pelayanan pendidikan

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyelenggaraan pendidikan

Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta

Meningkatnya akses, kualitas dan daya saing pendidikan masyarakat

Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pendidikan

Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

Opimalisasi manajemen pelayanan pendidikan

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyelenggaraan pendidikan

Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta

Meningkatnya akses, kualitas dan daya saing pendidikan masyarakat

Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pendidikan

Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

Optimalisasi manajemen pelayanan pendidikan

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyelenggaraan pendidikan

Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta

Page 255: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

3

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Penumbuhan minat dan budaya baca masyarakat

Peningkatan minat dan budaya baca masyarakat

Penyiapan sistem kompetensi pendidikan yang berwawasan IPTEK dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan, dunia usaha, dan pembentukan jiwa kewirausahaan

Penguatan minat dan budaya baca masyarakat

Peningkatan kualitas kompetensi pendidikan yang berwawasan IPTEK dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan, dunia usaha, dan pembentukan jiwa kewirausahaan

Optimalisasi minat dan budaya baca masyarakat

Peningkatan daya saing kompetensi pendidikan yang berwawasan IPTEK dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan, dunia usaha, dan pembentukan jiwa kewirausahaan

Optimalisasi minat dan budaya baca masyarakat

Optimalisasi daya saing kompetensi pendidikan yang berwawasan IPTEK dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan, dunia usaha, dan pembentukan jiwa kewirausahaan

Page 256: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

4

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

MENINGKATKAN AKSESIBILITAS DAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT

Terwujudnya masyarakat yang sehat

Meningkatnya akses kesehatan masyarakat

Penyediaan prasarana dan sarana kesehatan

Penyediaan tenaga kesehatan

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan

Penyiapan manajemen pelayanan kesehatan

Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan

Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat

Pengembang-an penyediaan dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan

Peningkatan mutu tenaga kesehatan

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan

Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan

Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan

Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat

Optimalisasi dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan

Peningkatan mutu tenaga kesehatan

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan

Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan

Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan

Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat

Optimalisasi dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan

Peningkatan mutu tenaga kesehatan

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan

Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan

Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan

Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat

Optimalisasi dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan

Peningkatan mutu tenaga kesehatan

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan

Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan

Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan

Page 257: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

5

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular

Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat

Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular

Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat

Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular

Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat

Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular

Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat

Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular

Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat

MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS)

Terwujudnya peningkatan kualitas hidup dan keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Penyiapan dan pembinaan kelembagaan pemberdayaan PMKS

Penyediaan prasarana dan sarana pelayanan PMKS

Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan, modal dan manajemen usaha)

Perlindungan dan rehabilitasi

Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Peningkatan kapasitas kelembagaan pemberdayaan PMKS

Pengembang-an dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan PMKS

Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan, modal dan manajemen

Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Peningkatan kapasitas kelembagaan pemberdayaan PMKS

Pengembang-an dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan PMKS

Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan, modal dan manajemen

Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Peningkatan kapasitas kelembagaan pemberdayaan PMKS

Pengembang-an dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan PMKS

Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan, modal dan manajemen

Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

Peningkatan kapasitas kelembagaan pemberdayaan PMKS

Pengembang-an dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan PMKS

Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan, modal dan manajemen

Page 258: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

6

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

PMKS

Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS

usaha)

Perlindungan dan rehabilitasi PMKS

Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS

usaha)

Perlindungan dan rehabilitasi PMKS

Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS

usaha)

Perlindungan dan rehabilitasi PMKS

Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS

usaha)

Perlindungan dan rehabilitasi PMKS

Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS

MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK SERTA KESEJAHTERAAN KELUARGA

Terwujudnya keberdayaan perempuan, perlindungan anak dan kesejahteraan keluarga

Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak

Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga

Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak

Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan

Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera

Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak

Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga

Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak

Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan

Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera

Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak

Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga

Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak

Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan

Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera

Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak

Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga

Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak

Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan

Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera

Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak

Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga

Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak

Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan

Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera

MENGENDALIKAN PERKEMBANGAN PENDUDUK

Terkendalinya pertumbuhan penduduk dan terkelolanya administrasi

Terkendalinya pertumbuhan penduduk

Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana

Terkendalinya pertumbuhan penduduk

Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana

Terkendalinya pertumbuhan penduduk

Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana

Terkendalinya pertumbuhan penduduk

Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana

Terkendalinya pertumbuhan penduduk

Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana

Page 259: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

7

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

kependudukan Tertibnya administrasi kependudukan

Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana

Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan

Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan

Peningkatan kerjasama kependudukan antardaerah

Tertibnya administrasi kependudukan

Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana

Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan

Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan

Peningkatan kerjasama kependudukan antardaerah

Tertibnya administrasi kependudukan

Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana

Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan

Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan

Peningkatan kerjasama kependudukan antardaerah

Tertibnya administrasi kependudukan

Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana

Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan

Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan

Peningkatan kerjasama kependudukan antardaerah

Tertibnya administrasi kependudukan

Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana

Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan

Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan

Peningkatan kerjasama kependudukan antardaerah

MENINGKATKAN PERAN DAN KUALITAS PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN DAN OLAH RAGA

Terwujudnya peran aktif pemuda dalam pembangunan

Terwujudnya budaya olahraga masyarakat dan prestasi olah raga

Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan

Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga

Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan

Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda

Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan

Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga

Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan

Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda

Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan

Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga

Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan

Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda

Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan

Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga

Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan

Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda

Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan

Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga

Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan

Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda

Page 260: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

8

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRADA PERIODE 2005-2008

RPJMD PERIODE 2009-2013

RPJMD PERIODE 2014-2018

RPJMD PERIODE 2019-2023

RPJMD PERIODE 2024-2025

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga

Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga

Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga

Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga

Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga

Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga

Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga

Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga

Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga

Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga

Page 261: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

9

MISI 2

MEWUJUDKAN PEREKONOMIAN YANG MAJU DAN BERDAYA SAING

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN KUALITAS PEREKONOMIAN

Terwujudnya perekonomian yang merata, maju dan berdaya saing

Meningkatnya investasi

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi

Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat

Penyiapan sistem pelayanan investasi

Jaminan kepastian hukum berusaha

Promosi investasi

Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha

Pembinaan manajemen usaha bagi pelaku usaha

Fasilitasi modal usaha

Meningkatnya investasi

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi

Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat

Penyederhana-an dan percepatan pelayanan investasi

Jaminan kepastian hukum berusaha

Peningkatan cakupan dan kualitas promosi investasi

Peningkatan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha

Peningkatan kapasitas manajemen usaha bagi pelaku usaha

Peningkatan fasilitasi modal usaha

Meningkatnya investasi

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi

Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat

Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan investasi

Jaminan kepastian hukum berusaha

Peningkatan cakupan dan kualitas promosi investasi

Peningkatan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha

Peningkatan kapasitas manajemen usaha bagi pelaku usaha

Peningkatan fasilitasi modal usaha bagi pelaku usaha

Meningkatnya investasi

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi

Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat

Peningkatan kualitas dan daya saing pelayanan investasi

Jaminan kepastian hukum berusaha

Peningkatan cakupan dan kualitas promosi investasi

Peningkatan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha

Peningkatan kapasitas manajemen usaha bagi pelaku usaha

Peningkatan fasilitasi modal usaha bagi pelaku usaha

Meningkatnya investasi

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi

Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat

Optimalisasi kualitas dan daya saing pelayanan investasi

Jaminan kepastian hukum berusaha

Peningkatan cakupan dan kualitas promosi investasi

Peningkatan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha

Peningkatan kapasitas manajemen usaha bagi pelaku usaha

Peningkatan fasilitasi modal usaha bagi pelaku usaha

Page 262: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

10

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha

Fasilitasi kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah

Pembinaan dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Peningkatan fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha

Peningkatan fasilitasi kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Peningkatan fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha

Peningkatan fasilitasi kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Peningkatan fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha

Peningkatan kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Peningkatan fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha

Penguatan kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

MENINGKATKAN DAYA SAING PRODUK PEREKONOMIAN YANG BERBASIS PADA SUMBER DAYA LOKAL, KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN BERORIENTASI PASAR

Terwujudnya agribisnis pertanian dan perikanan yang berkualitas dan berdaya saing

Meningkatnya produktivitas produk agribisnis pertanian dan perikanan

Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM

Pembinaan manajemen usaha

Fasilitasi modal usaha

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Meningkatnya produktivitas, dan kualitas produk agribisnis pertanian dan perikanan

Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM

Pembinaan manajemen usaha

Fasilitasi modal usaha

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Meningkatnya produktivitas, dan kualitas produk agribisnis pertanian dan perikanan

Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM

Pembinaan manajemen usaha

Fasilitasi modal usaha

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk agribisnis pertanian dan perikanan

Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM

Pembinaan manajemen usaha

Fasilitasi modal usaha

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk agribisnis pertanian dan perikanan

Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM

Pembinaan manajemen usaha

Fasilitasi modal usaha

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Page 263: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

11

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk

Page 264: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

12

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Terwujudnya industri yang berkualitas dan berdaya saing

Meningkatnya produktivitas produk industri

Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar

Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk industri

Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar

Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk industri

Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar

Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk industri

Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar

Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk industri

Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan

Fasilitasi aksesibilitas pasar

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar

Page 265: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

13

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Terwujudnya perdagangan yang maju (modern) dan berdaya saing

Meningkatnya produktivitas produk perdagangan

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar

Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk perdagangan

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar

Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk perdagangan

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar

Meningkatnya produktivitas kualitas dan daya saing produk perdagangan

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar

Meningkatnya produktivitas kualitas dan daya saing produk perdagangan

Fasilitasi kerjasama perdagangan

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)

Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar

Terwujudnya pelayanan jasa pariwisata yang berkualitas dan berdaya saing

Meningkatnya ketersediaan pelayanan jasa pariwisata

Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata

Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata

Pengembang-an dan

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas pelayanan jasa pariwisata

Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata

Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata

Pengembang-an dan

Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan jasa pariwisata

Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata

Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata

Pengembang-an dan

Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan jasa pariwisata

Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata

Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata

Pengembang-an dan

Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan jasa pariwisata

Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata

Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata

Pengembang-an dan

Page 266: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

14

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

peningkatan sarana pelayanan pariwisata

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah

peningkatan sarana pelayanan pariwisata

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah

peningkatan sarana pelayanan pariwisata

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah

peningkatan sarana pelayanan pariwisata

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah

peningkatan sarana pelayanan pariwisata

Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah

MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT

Terwujudnya ketahanan pangan masyarakat yang kokoh

Memadainya ketersediaan pangan

Peningkatan produktivitas tanaman pangan

Peningkatan kerjasama antardaerah dalam penyediaan pangan

Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan

Memadainya ketersediaan pangan

Peningkatan produktivitas tanaman pangan

Peningkatan kerjasama antardaerah dalam penyediaan pangan

Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan

Memadainya ketersediaan pangan

Peningkatan produktivitas tanaman pangan

Peningkatan kerjasama antardaerah dalam penyediaan pangan

Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan

Memadainya ketersediaan pangan

Peningkatan produktivitas tanaman pangan

Peningkatan kerjasama antardaerah dalam penyediaan pangan

Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan

Memadainya ketersediaan pangan

Peningkatan produktivitas tanaman pangan

Peningkatan kerjasama antardaerah dalam penyediaan pangan

Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan

Page 267: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

15

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

Terwujudnya kesempatan kerja yang luas

Meningkatnya kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja

Meningkatnya kesempatan kerja

Menurunnya tingkat pengangguran

Meningkatnya produktivitas tenaga kerja

Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerja-an

Pembinaan, pendidikan dan pelatihan ketenagakerja-an

Fasilitasi kerjasamaa ketenagakerja-an dengan dunia usaha

Fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial

Meningkatnya kesempatan kerja

Menurunnya tingkat pengangguran

Meningkatnya produktivitas tenaga kerja

Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerja-an

Pembinaan, pendidikan dan pelatihan ketenagakerja-an

Fasilitasi kerjasamaa ketenagakerja-an dengan dunia usaha

Fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial

Meningkatnya kesempatan kerja

Menurunnya tingkat pengangguran

Meningkatnya kualitas produktivitas tenaga kerja

Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerja-an

Pembinaan, pendidikan dan pelatihan ketenagakerja-an

Fasilitasi kerjasamaa ketenagakerja-an dengan dunia usaha

Fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial

Meningkatnya kesempatan kerja

Menurunnya tingkat pengangguran

Meningkatnya kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja

Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerja-an

Pembinaan, pendidikan dan pelatihan ketenagakerja-an

Fasilitasi kerjasamaa ketenagakerja-an dengan dunia usaha

Fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial

Meningkatnya kesempatan kerja

Menurunnya tingkat pengangguran

Meningkatnya kualitas dan dan daya saing produktivitas tenaga kerja

Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerja-an

Pembinaan, pendidikan dan pelatihan ketenagakerja-an

Fasilitasi kerjasamaa ketenagakerja-an dengan dunia usaha

Fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial

Page 268: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

16

MISI 3

MEWUJUDKAN LINGKUNGAN HIDUP YANG ASRI DAN LESTARI

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

MENINGKATKAN KUALITAS PENATAAN RUANG

Terwujudnya tata ruang kota yang berkualitas

Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang

Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang

Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota

Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang kota

Penataan dan pengembangan kawasan strategis kota

Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota

Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang

Peningkatan partisipasi masyarakat

Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang

Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang

Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota

Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang kota

Penataan dan pengembangan kawasan strategis kota

Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota

Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penataan

Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang

Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang

Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota

Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang kota

Penataan dan pengembangan kawasan strategis kota

Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota

Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang

Peningkatan partisipasi masyarakat

Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang

Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang

Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota

Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang kota

Penataan dan pengembangan kawasan strategis kota

Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota

Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang

Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penataan

Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang

Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang

Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota

Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang kota

Penataan dan pengembangan kawasan strategis kota

Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota

Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang

Peningkatan partisipasi masyarakat

Page 269: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

17

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

dalam penataan ruang

ruang dalam penataan ruang

ruang dalam penataan ruang

MENINGKATKAN PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA ALAM

Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam

Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam

Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya

Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung

Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam

Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya

Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung

Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam

Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya

Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung

Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam

Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya

Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung

Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam

Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya

Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung

Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah

Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan

Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah

Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan

Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah

Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat

Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah

Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan

Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah

Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air

Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan

Page 270: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

18

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

dan pelestarian sumber daya air

dan pelestarian sumber daya air

dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya air

dan pelestarian sumber daya air

dan pelestarian sumber daya air

MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

Terwujudnya lingkungan hidup yang berkualitas

Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau

Menurunnya tingkat pencemaran

Pengembangan dan pendayagunaan teknologi ramah lingkungan dalam pengembangan aktivitas budi daya

Penataan dan pengembangan kawasan ruang terbuka hijau

Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup

Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup

Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau

Menurunnya tingkat pencemaran

Pengembangan dan pendayagunaan teknologi ramah lingkungan dalam pengembangan aktivitas budi daya

Penataan dan pengembangan kawasan ruang terbuka hijau

Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup

Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup

Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau

Menurunnya tingkat pencemaran

Pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi ramah lingkungan dalam pengembangan aktivitas budi daya

Penataan dan pengembangan kawasan ruang terbuka hijau

Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup

Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup

Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau

Menurunnya tingkat pencemaran

Pengembangan dan pendayagunaan teknologi ramah lingkungan dalam pengembangan aktivitas budi daya

Penataan dan pengembangan kawasan ruang terbuka hijau

Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup

Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup

Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau

Menurunnya tingkat pencemaran

Pengembangan dan pendayagunaan teknologi ramah lingkungan dalam pengembangan aktivitas budi daya

Penataan dan pengembangan kawasan ruang terbuka hijau

Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup

Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup

Page 271: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

19

MISI 4

MEWUJUDKAN PELAYANAN PRASARANA, SARANA DAN FASILITAS KOTA YANG MEMADAI DAN BERDAYA SAING

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

MENINGKATKAN PELAYANAN PRASARANA DAN SARANA DASAR KOTA

Terwujudnya layanan transportasi yang nyaman, aman, handal, ramah lingkungan dan terjangkau

Meningkatnya ketersediaan jaringan jalan dan jembatan

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan jalan dan jembatan

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas jaringan jalan dan jembatan

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan jalan dan jembatan

Peningkatan daya dukung dan kualitas jalan dan jembatan

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas jaringan jalan dan jembatan

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan jalan dan jembatan

Peningkatan daya dukung dan kualitas jalan dan jembatan

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas jaringan jalan dan jembatan

Penataan dan pengembangan sistem jaringan jalan dan jembatan

Peningkatan daya dukung dan kualitas jalan dan jembatan

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas jaringan jalan dan jembatan

Penataan dan pengembangan sistem jaringan jalan dan jembatan

Peningkatan daya dukung dan kualitas jalan dan jembatan

Meningkatnya ketersediaan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal

Penataan dan penyediaan sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat yang nyaman, aman, terjangkau

Meningkatnya ketersediaan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat dan sungai yang nyaman, aman,

Meningkatnya kualitas pelayanan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal

Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal

Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan dan moda angkutan umum masal

Meningkatnya kualitas pelayanan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal

Pengembangan dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal

Pengembangan dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat dan sungai yang nyaman, aman, terjangkau dan

Meningkatnya kualitas pelayanan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal

Peningkatan kualitas layanan sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal

Peningkatan kualitas layanan sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat dan sungai yang nyaman, aman, terjangkau dan ramah lingkungan

Page 272: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

20

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

dan ramah lingkungan

terjangkau dan ramah lingkungan

darat dan sungai yang nyaman, aman, terjangkau dan ramah lingkungan

ramah lingkungan

Terwujudnya pelayanan drainase yang memadai untuk meminimalkan kerawanan banjir

Meningkatnya ketersediaan drainase

Menurunnya lokasi rawan banjir

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan drainase

Meningkatnya ketersediaan drainase

Menurunnya lokasi rawan banjir

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan drainase

Meningkatnya kualitas pelayanan drainase

Menurunnya lokasi rawan banjir

Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan drainase

Meningkatnya kualitas pelayanan drainase

Menurunnya lokasi rawan banjir

pengembangan dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan drainase

Meningkatnya kualitas pelayanan drainase

Menurunnya lokasi rawan banjir

Optimalisasi kualitas layanan sistem jaringan drainase

Terwujudnya pelayanan air bersih yang merata, berkualitas dan terjangkau

Meningkatnya cakupan pelayanan air bersih

Peningkatan kapasitas sarana pengolahan air bersih

Penataan sistem jaringan air bersih

Meningkatnya cakupan pelayanan air bersih

Peningkatan kapasitas sarana pengolahan air bersih

Penataan dan pengembang-an layanan sistem jaringan air bersih

Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan air bersih

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengolahan air bersih

Penataan dan pengembang-an layanan sistem jaringan air bersih

Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan air bersih

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengolahan air bersih

Pengembangan dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan air bersih

Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan air bersih

Optimalisasi kapasitas dan kualitas sarana pengolahan air bersih

Optimalisasi layanan sistem jaringan air bersih

Terwujudnya pelayanan persampahan yang memadai dan berkualitas untuk menciptakan kebersihan kota

Meningkatnya cakupan pelayanan persampahan

Penataan TPA dan TPS

Peningkatan ketersediaan sarana dan teknologi persampahan

Penataan manajemen

Meningkatnya cakupan pelayanan persampahan

Penataan TPA dan TPS

Peningkatan ketersediaan dan kualitas sarana dan teknologi persampahan

Penataan

Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan persampahan

Peningkatan kapasitas TPA dan TPS

Peningkatan ketersediaan dan kualitas sarana dan teknologi persampahan

Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan persampahan

Peningkatan pendayagunaan sarana dan teknologi persampahan

Peningkatan kapasitas manajemen persampahan

Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan persampahan

Optimalisasi pendayagunaan sarana dan teknologi persampahan

Optimalisasi manajemen persampahan

Page 273: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

21

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

persampahan manajemen persampahan

Peningkatan kualitas manajemen persampahan

Terwujudnya pelayanan pengelolaan limbah yang memadai, berkualitas dan ramah lingkungan

Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah

Penataan dan pengembang-an sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu

Peningkatan kapasitas sarana pengelolaan limbah terpadu

Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah

Penataan dan pengembang-an sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu

Peningkatan kapasitas sarana pengelolaan limbah terpadu

Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah

Penataan dan pengembang-an sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengelolaan limbah terpadu

Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah

Peningkatan kualitas sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengelolaan limbah terpadu

Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah

Optimalisasi sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengelolaan limbah terpadu

Terwujudnya pelayanan pemadam kebakaran yang memadai dan berkualitas untuk meminimalkan kerawanan kebakaran

Meningkatknya pelayanan pemadam kebakaran

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran

Peningkatan kapasitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran

Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran

Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran

Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran

Penataan dan pengembangan sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran

Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran

Penataan dan pengembangan sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran

Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran

Terwujudnya pelayanan telekomuni-kasi,telematika dan

Meningkatnya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan informatika

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan telekomuni-

Meningkatknya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan telekomuni-

Meningkatnya pelayanan telekomunikasi telematika dan informatika

Penataan dan pengembang-an sistem jaringan telekomuni-

Meningkatnya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan

Penataan dan pengembangan sistem jaringan telekomunikasi, telematika dan

Meningkatnya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan

Penataan dan pengembangan sistem jaringan telekomunikasi, telematika dan

Page 274: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

22

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

informatika yang memadai, berkuallitas dan berdaya saing

kasi, telematika dan informatika

Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomuni-kasi, telematika dan informatika

informatika kasi, telematika dan informatika

Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomuni-kasi, telematika dan informatika

kasi, telematika dan informatika

Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomuni-kasi, telematika dan informatika

informatika informatika

Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomunikasi, telematika dan informatika

informatika informatika

Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomunikasi, telematika dan informatika

MENINGKATKAN PELAYANAN FASILITAS EKONOMI KOTA

Terwujudnya pelayanan fasilitas perdagangan yang maju dan berdaya saing

Meningkatnya ketersediaan pelayanan fasilitas perdagangan

Penataan, pasar tradisional

Penataan sistem dan fasilitas perdagangan modern

Peningkatan pelayanan fasilitas perdagangan

Penataan, pasar tradisional

Penataan sistem dan fasilitas perdagangan modern

Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas perdagangan

Penataan, pengembangan, dan peningkatan kualitas layanan pasar tradisional

Pengembang-an sistem dan fasilitas perdagangan modern

Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas perdagangan

pengembangan dan peningkatan kualitas layanan pasar tradisional

Peningkatan kualitas dan pengembangan sistem dan fasilitas perdagangan modern

Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas perdagangan

Optimalisasi dan dan peningkatan kualitas layanan pasar tradisional

Penataan dan pengembangan sistem dan fasilitas perdagangan modern

Terwujudnya pelayanan fasilitas jasa yang maju dan berdaya saing

Meningkatnya pelayanan fasilitas jasa

Penataan, pengembang-an, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran

Meningkatnya pelayanan fasilitas jasa

Penataan, pengembang-an, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran

Meningkatnya pelayanan fasilitas jasa

Penataan, pengembang-an, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran

Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas jasa

Penataan, pengembangan, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran

Meningkatnya daya saing pelayanan fasilitas jasa

Penataan, pengembangan, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran

Penataan, pengembangan,

Page 275: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

23

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Penataan, pengembang-an, dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan

Penataan, pengembangan, dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan

Penataan, pengembangan, dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan

Penataan, pengembangan, dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan

dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan

MENINGKATKAN PELAYANAN PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

Terwujudnya perumahan yang layak huni dan terjangkau

Meningkatnya ketersediaan rumah yang layak huni dan terjangkau

Pengembang-an perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau

Pengembang-an perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau

Rehabilitasi rumah layak huni

Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha

Pemberian insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau

Pengembang-an perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau

Pengembang-an perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau

Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni

Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha

Pemberian insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha pengembang

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau

Pengendalian pengembangan perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau

Pengembang-an perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau

Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni

Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha

Pemberian insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau

Pengendalian pengembangan perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau

Peningkatan pengembangan perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau

Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni

Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha

Pemberian insentif dan disinsentif bagi

Meningkatnya ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau

Pengendalian pengembangan perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau

Perluasan dan peningkatan perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau

Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni

Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha

Pemberian insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha

Page 276: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

24

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

pengembang perumahan

perumahan pengembang perumahan

pelaku usaha pengembang perumahan

pengembang perumahan

Terwujudnya lingkungan permukiman yang tidak kumuh

Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh

Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman

Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman

Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh

Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman

Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman

Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh

Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman

Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman

Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh

Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman

Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman

Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh

Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman

Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman

Page 277: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

25

MISI 5

MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

MENINGKATKAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

Terwujudnya penyelenggaraanpemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik

Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur

Penataan kelembagaan

Pemenuhan ketersediaan dan peningkatan kualitas SDM aparatur

Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur

Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur

Penataan kelembagaan

Pemenuhan ketersediaan dan peningkatan kualitas SDM aparatur

Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur

Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur

Penataan kelembagaan

Pemenuhan ketersediaan dan peningkatan kualitas SDM aparatur

Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur

Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur

Optimalisasi tata kerja kelembagaan

Peningkatan kapasitas dan kualitas SDM aparatur

Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur

Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur

Optimalisasi tata kerja kelembagaan

Peningkatan kapasitas dan kualitas SDM aparatur

Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur

Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah

Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah

Peningkatan kualitas kearsipan daerah

Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi

Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah

Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah

Peningkatan kualitas kearsipan daerah

Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi

Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah

Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah

Peningkatan kualitas kearsipan daerah

Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi

Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah

Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah

Peningkatan kualitas kearsipan daerah

Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi

Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah

Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah

Peningkatan kualitas kearsipan daerah

Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi

Page 278: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

26

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

pelaksanaan rencana pembangunan daerah

pelaksanaan rencana pembangunan daerah

pelaksanaan rencana pembangunan daerah

pelaksanaan rencana pembangunan daerah

pelaksanaan rencana pembangunan daerah

MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

Terwujudnya pelayanan publik yang prima

Meningkatnya kualitas pelayanan publik

Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik

Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik

Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan

Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah

Meningkatnya kualitas pelayanan publik

Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik

Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik

Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan

Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah

Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan publik

Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik

Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik

Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan

Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah

Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan publik

Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik

Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik

Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan

Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah

Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan publik

Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik

Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik

Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan

Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah

Page 279: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

27

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan

Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan

Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan

Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan

Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan

MENINGKATKAN KAPASITAS KEUANGAN DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Terwujudnya kapasitas dan pengelolaan keuangan daerah yang memadai dan akuntabel

Meningkatnya pendapatan daerah

Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah

Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah

Peningkatan kapasitas pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah

Meningkatnya pendapatan daerah

Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah

Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah

Ekstensifikasi, intensifikasi dan optimalisasi sumber dan kapasitas pendapatan daerah

Peningkatan kapasitas belanja daerah yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan publik

Peningkatan kualitas penyeleng-garaan tata kelola keuangan daerah

Meningkatnya pendapatan daerah

Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah

Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah

Ekstensifikasi, intensifikasi dan optimalisasi sumber dan kapasitas pendapatan daerah

Peningkatan kapasitas belanja daerah yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan publik

Peningkatan kualitas penyeleng-garaan tata kelola keuangan daerah

Meningkatnya pendapatan daerah

Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah

Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah

Ekstensifikasi, intensifikasi dan optimalisasi sumber dan kapasitas pendapatan daerah

Peningkatan kapasitas belanja daerah yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan publik

Peningkatan kualitas penyeleng-garaan tata kelola keuangan daerah

Meningkatnya pendapatan daerah

Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah

Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah

Ekstensifikasi, intensifikasi dan optimalisasi sumber dan kapasitas pendapatan daerah

Peningkatan kapasitas belanja daerah yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan publik

Peningkatan kualitas penyeleng-garaan tata kelola keuangan daerah

Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan

Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dan dunia

Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan

Peningkatan kapasitas dan kualitas pembiayaan

Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan

Peningkatan kapasitas dan kualitas pembiayaan

Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan

Peningkatan kapasitas dan kualitas pembiayaan

Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan

Peningkatan kapasitas dan kualitas pembiayaan

Page 280: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

28

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

daerah dari masyarakat dan swasta

usaha dalam pembiayaan pembangunan daerah

daerah dari masyarakat dan swasta

swadaya masyarakat

Pengembang-an dan peningkatan kualitas kemitraan dan kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah

daerah dari masyarakat dan swasta

swadaya masyarakat

Pengembang-an dan peningkatan kualitas kemitraan dan kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah

daerah dari masyarakat dan swasta

swadaya masyarakat

Pengembang-an dan peningkatan kualitas kemitraan dan kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah

daerah dari masyarakat dan swasta

swadaya masyarakat

Pengembang-an dan peningkatan kualitas kemitraan dan kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah

MENINGKATKAN KUALITAS KEHIDUPAN DEMOKRASI

Terwujudnya masyarakat yang demokratis

Meningkatnya pemahaman prinsip demokrasi masyarakat

Peningkatan pemahaman dan penghayatan tata nilai demokrasi

Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik

Meningkatnya pemahaman prinsip demokrasi masyarakat

Peningkatan pemahaman dan penghayatan tata nilai demokrasi

Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik

Meningkatnya penerapan prinsip demokrasi masyarakat

Peningkatan implementasi tata nilai demokrasi

Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik

Meningkatnya penerapan prinsip demokrasi masyarakat

Peningkatan implementasi tata nilai demokrasi

Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik

Meningkatnya penerapan prinsip demokrasi masyarakat

Peningkatan implementasi tata nilai demokrasi

Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik

MENINGKATKAN KETAATAN HUKUM MASYARAKAT

Terwujudnya masyarakat yang

Meningkatnya kesadaran,

Peningkatan pemahaman,

Meningkatnya kesadaran,

Peningkatan pemahaman,

Meningkatnya kesadaran,

Peningkatan pemahaman,

Meningkatnya kesadaran,

Peningkatan pemahaman,

Meningkatnya kesadaran,

Peningkatan pemahaman,

Page 281: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

29

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

sadar, patuh dan taat hukum

kepatuhan dan penegakan supremasi hukum

penghayatan dan implementasi tata nilai hukum

Penataan produk hukum daerah

Penegakan supremasi hukum

kepatuhan dan penegakan supremasi hukum

penghayatan dan implementasi tata nilai hukum

Penataan produk hukum daerah

Penegakan supremasi hukum

kepatuhan dan penegakan supremasi hukum

penghayatan dan implementasi tata nilai hukum

Penataan produk hukum daerah

Penegakan supremasi hukum

kepatuhan dan penegakan supremasi hukum

penghayatan dan implementasi tata nilai hukum

Penataan produk hukum daerah

Penegakan supremasi hukum

kepatuhan dan penegakan supremasi hukum

penghayatan dan implementasi tata nilai hukum

Penataan produk hukum daerah

Penegakan supremasi hukum

MENINGKATKAN KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM

Terwujudnya lingkungan masyarakat yang tentram dan tertib

Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum

Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib

Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggara-an ketentraman dan ketertiban umum

Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum

Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib

Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggara-an ketentraman dan ketertiban umum

Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum

Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib

Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggara-an ketentraman dan ketertiban umum

Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum

Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib

Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggara-an ketentraman dan ketertiban umum

Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum

Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib

Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggara-an ketentraman dan ketertiban umum

MENINGKATKAN PENGELOLAAN BENCANA

Terkelolanya penanganan bencana secara cepat dan tepat

Meningkatnya penanganan bencana

Mitigasi bencana

Peningkatan penanganan

Meningkatnya penanganan bencana

Mitigasi bencana

Peningkatan penanganan

Meningkatnya penanganan bencana

Mitigasi bencana

Peningkatan penanganan

Meningkatnya penanganan bencana

Mitigasi bencana

Peningkatan penanganan

Meningkatnya penanganan bencana

Mitigasi bencana

Peningkatan penanganan

Page 282: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

30

TUJUAN / SASARAN JANGKA

PANJANG

RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)

RPJMD KE-2 (2009-2013)

RPJMD KE-3 (2014-2018)

RPJMD KE-4 (2019-2023)

RPJMD KE-5 (2024-2025)

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

SASARAN POKOK

ARAH KEBIJAKAN

tanggap darurat bencana

Peningkatan pelayanan penyelematan dan evakuasi korban bencana

Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana

tanggap darurat bencana

Peningkatan pelayanan penyelematan dan evakuasi korban bencana

Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana

tanggap darurat bencana

Peningkatan pelayanan penyelematan dan evakuasi korban bencana

Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana

tanggap darurat bencana

Peningkatan pelayanan penyelematan dan evakuasi korban bencana

Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana

tanggap darurat bencana

Peningkatan pelayanan penyelematan dan evakuasi korban bencana

Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana

Page 283: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

NOMOR 1 TAHUN 2013

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

KOTA TANGERANG TAHUN 2005 – 2025

I. UMUM

Rencana Pembangunan JangkaPanjang (RPJP) Daerah Kota

Tangerang Tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan sebagai penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Kota Tangerang dalam bentuk visi, misi, dan arah

pembangunan daerah untuk masa 20 tahun kedepan, mulai kurun waktu tahun 2005 hingga tahun 2025.

RPJP Daerah Kota Tangerang disusun dengan mengacu pada

RPJP Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang

Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dengan demikian, dokumen ini lebih bersifat visioner dan hanya memuat hal-hal yang mendasar sehingga memberi keleluasaan

yang cukup bagi penyusunan rencana pembangunan jangka menengah dan tahunan daerah.

Pelaksanaan RPJP Daerah Kota Tangerang tahun 2005-2025

terbagi atas tahapan perencanaan pembangunan dalam periodisasi

perencanaan pembangunan jangka menengah daerah 5 (lima) tahunan. Dengan demikian RPJP Daerah Kota Tangerang digunakan sebagai

pedoman dalam menyusun RPJM Daerah Kota Tangerang sesuai dengan visi, misi, dan program Kepala Daerah yang dipilih secara langsung oleh rakyat.

Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah Kota Tangerang Tahun

2005-2025 terdiri dari 6 (enam) bab dan 7 (tujuh) pasal yang memuat

pengertian- pengertian, ruang lingkup dan fungsi RPJP Daerah, pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJP Daerah Kota

Tangerang, serta lampiran yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dari Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah Kota Tangerang yang berisi visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang

daerah Kota Tangerang Tahun 2005-2025.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup Jelas

Pasal 2

Cukup Jelas

Page 284: PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013

Pasal 3

Cukup Jelas Pasal 4

Cukup Jelas

Pasal 5 Cukup Jelas

Pasal 6 Cukup Jelas

Pasal 7

Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1