PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013
Transcript of PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)
KOTA TANGERANG TAHUN 2005-2025
1
LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG
Nomor 1 Tahun 2013
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG
NOMOR 1 TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
TAHUN 2005-2025
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA TANGERANG,
Menimbang : a. bahwa agar pelaksanaan pembangunan daerah dalam
kurun waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan dapat terarah,
berkesinambungan, efektif dan efisien serta memenuhi
kepentingan masyarakat, perlu dibuat Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 13 ayat (2) Undang-
undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan ketentuan Pasal 1 angka 2
Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005–2025,
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Tahun 2005-2025;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor
18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3518);
3. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4817);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
8. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Provinsi Banten Tahun 2005-2025;
9. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Kota Tangerang (Lembaran Daerah Kota
Tangerang Tahun 2008 Nomor 1);
10. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang Nomor 2);
11. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Tahun 2012–2032, (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2012 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang Nomor 6);
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TANGERANG
dan WALIKOTA TANGERANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025.
3
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Tangerang.
2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah Kota
Tangerang.
3. Walikota adalah Walikota Tangerang.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tangerang.
5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut BAPPEDA adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Organisasi/Lembaga pada Pemerintah Daerah
yang bertanggung jawab kepada Walikota dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
Badan, Kantor, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Kecamatan.
7. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
8. Pembangunan Daerah adalah bagian dari kesatuan system pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh semua komponen masyarakat dan pemerintah menurut prakarsa
daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disebut RPJPD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
10. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disebut RPJMD adalah dokumen perencanaan
pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
11. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang di inginkan pada akhir periode perencanaan.
12. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
13. Arah Kebijakan adalah instrument perencanaan yang
memberikan panduan kepada Pemerintah Daerah agar lebih terarah dalam mencapai visi dan misi.
14. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD atau masyarakat, yang dikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah
untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah.
4
BAB II
RUANG LINGKUP DAN FUNGSI
Pasal 2
(1) Program Pembangunan Daerah periode Tahun 2005-2025 dilaksanakan sesuai dengan RPJPD.
(2) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025 merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Kota Tangerang dalam bentuk
visi, misi dan arah kebijakan pembangunan daerah yang akan dicapai.
Pasal 3
RPJPD berfungsi sebagai Pedoman penyelenggaraan
pembangunan dan Penyusunan visi, misi dan program prioritas Walikota dan/atau RPJMD.
BAB III
SISTEMATIKA
Pasal 4
(1) RPJPD disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Gambaran Umum Kondisi Kota Tangerang
BAB III : Analisis Isu-isu Strategis
BAB IV : Visi dan Misi Pembangunan Kota Tangerang
BAB V : Arah Kebijakan Pembangunan Kota Tangerang
BAB VI : Kaidah Pelaksanaan
(2) Uraian secara rinci RPJPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB IV
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Pasal 5
(1) Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi
RPJPD.
(2) Pengendalian dan Evaluasi RPJPD paling lama dilaksanakan 5 (lima) tahun sekali sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang–undangan yang berlaku.
(3) Pengendalian dan Evaluasi oleh Walikota dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh Bappeda untuk keseluruhan perencanaan pembangunan daerah dan oleh Kepala SKPD untuk program dan/atau kegiatan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya.
5
(4) Pengendalian oleh Bappeda meliputi pemantauan, supervisi
dan tindak lanjut penyimpangan terhadap pencapaian tujuan agar program dan kegiatan sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah.
(5) Evaluasi oleh Bappeda meliputi penilaian terhadap pelaksanaan proses perumusan dokumen rencana
pembangunan daerah, dan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan daerah dan menghimpun, menganalisis dan menyusun hasil evaluasi Kepala SKPD
dalam rangka pencapaian rencana pembangunan daerah.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 6
RPJMD yang telah ada masih tetap berlaku pada tanggal
Peraturan Daerah ini diundangkan.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 7
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kota Tangerang.
Ditetapkan di Tangerang
Diundangkan di Tangerang
LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2013 NOMOR 1
i
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh, Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat karunia serta ridlho-Nya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Tangerang Tahun 2005-2025 telah dapat tersusun. Dokumen ini berisikan rencana pembangunan daerah Kota Tangerang dalam kerangka waktu jangka panjang (20 tahun), sesuai dengan lingkup kewenangan Kota Tangerang. Dalam rangka pelaksanaan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah sebagai dasar pelaksanaan pembangunan di daerah dalam kerangka waktu duapuluh tahunan. RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 yang akan dipergunakan oleh Pemerintah Kota Tangerang sebagai acuan untuk melaksanakan pembangunan dalam duapuluh tahun ke depan, disusun dengan memperhatikan keselarasannya dengan RPJP Nasional, RPJPD Provinsi Banten, serta merupakan hasil penjaringan aspirasi dari para pemangku kepentingan di Kota Tangerang. Akhir kata, Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam penyusunan RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 ini. Semoga keberadaan dokumen ini dapat bermanfaat khususnya dalam rangka pelaksanaan pembangunan di Kota Tangerang di masa mendatang. Wassalamu’alaikum Warrahmatullah Wabarakatuh.
Tangerang, Desember 2012
TIM PENYUSUN
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii DAFTAR TABEL .............................................................................................................. v DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. I - 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................................................. I - 1 1.2. Dasar Hukum .................................................................................................................... I - 4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJPD Dengan Dokumen
Rencana Pembangunan Lainnya ...................................................................................... I - 6 1.3.1. Ketentuan dan Kaidah Perencanaan Pembangunan
Jangka Panjang Daerah ................................................................................................... I - 6 1.4. Maksud dan Tujuan .......................................................................................................... I - 9 1.5. Sistematika Penulisan ....................................................................................................... I - 9
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI KOTA TANGERANG ...................................................... II - 1 2.1. Aspek Geografi dan Demografi ......................................................................................... II - 1 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah ...................................................................................... II - 1 2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah ...................................................................................... II - 12 2.1.3. Wilayah Rawan Bencana .................................................................................................. II - 21 2.1.4. Kondisi Demografi ........................................................................................................... II - 23 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat .................................................................................... II - 26 2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi .............................................................. II - 26 2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial ............................................................................................. II - 35 2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga .................................................................................... II - 37 2.3. Aspek Pelayanan Umum .................................................................................................. II - 38 2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib ........................................................................................... II - 38 2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan ......................................................................................... II - 132 2.4. Aspek Daya Saing Daerah ................................................................................................ II - 137 2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah ............................................................................... II - 137 2.4.2. Fokus Iklim Berinvestasi ................................................................................................... II - 141 2.4.3. Fokus Sumberdaya Manusia ............................................................................................ II - 142
BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS ...................................................................................... III - 1 3.1. Permasalahan Dan Tantangan Pembangunan Kota
Tangerang Tahun 2005-2025 ........................................................................................... III - 1 3.2. Isu Strategis Kota Tangerang Tahun 2005-2025 .............................................................. III - 7
BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG ................................................. IV - 1 4.1. Visi Pembangunan Kota Tangerang 2005-2025 ............................................................... IV - 1 4.2. Misi Pembangunan Kota Tangerang 2005-2025 ............................................................... IV - 2 4.3. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang 2005-
2025 .................................................................................................................................. IV - 4
iii
4.3.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berakhlak Mulia, Maju dan Berdaya Saing .................................................................................................................. IV - 4
4.3.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi Mewujudkan Perekonomian yang Maju dan Berdaya Saing .................................................................. IV - 4
4.3.3. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari .......................................................................... IV - 5
4.3.4. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi Mewujudkan Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota yang Memadai dan Berdaya Saing ........................................................................................................... IV - 5
4.3.5. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih................................................................................................................................ IV - 6
BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG ........................................ V- 1 5.1 Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan ......................................................... V - 1 5.1.1. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan
Pada Misi Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Berakhlak Mulia, Maju Dan Berdaya Saing ....................................................................... V - 1
5.1.2. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Mewujudkan Perekonomian Yang Maju Dan Berdaya Saing ........................................................................................................... V - 13
5.1.3. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Mewujudkan Lingkungan Hidup Yang Asri Dan Lestari ....................................................................................................................... V - 24
5.1.4. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Pembangunan Mewujudkan Pelayanan Prasarana, Sarana Dan Fasilitas Kota Yang Memadai Dan Berdaya Saing ........................................................................................... V - 29
5.1.5. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih ................................................................................ V - 38
5.2. Tahapan Dan Prioritas Pembangunan .............................................................................. V - 48 5.2.1. RPJMD Ke-1 (2005-2008) ................................................................................................ V - 48 5.2.2. RPJMD Ke-2 (2009-2013) ................................................................................................ V - 50 5.2.3. RPJMD Ke-3 (2014-2018) ................................................................................................ V - 53 5.2.4. RPJMD Ke-4 (2019-2023) ................................................................................................ V - 55 5.2.5. RPJMD Ke-5 (2024-2025) ................................................................................................ V - 57
BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN ................................................................................................ VI - 1
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Luas, Jumlah dan Batas Wilayah Administrasi Kota Tangerang ....................................... Ko II - 2 Tabel 2.2 Jarak Antar Ibukota Kecamatan di Kota Tangerang (Km) ................................................. II - 4 Tabel 2.3 Kondiasi Topografi Kota Tangerang .................................................................................. II - 5 Tabel 2.4 Daerah Aliran Sungai di Kota Tangerang .......................................................................... II - 8 Tabel 2.5 Situ/Rawa di Kota Tangerang ............................................................................................ II - 8 Tabel 2.6 Temperatur dan Kelembaban Udara di Kota Tangerang ................................................... II - 9 Tabel 2.7 Curah Hujan di Kota Tangerang ........................................................................................ II - 9 Tabel 2.8 Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kota Tangerang .................................................... II - 10 Tabel 2.9 Genangan Banjir Tahun 2011 ........................................................................................... II - 21 Tabel 2.10 Jumlah Kejadian dan Penyebab Kebakaran ..................................................................... II - 22 Tabel 2.11 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2010 ................................................................ II - 23 Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010 ............................................. II - 23 Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Usia dan Jenis Kelamin
Tahun 2010 ....................................................................................................................... II - 24 Tabel 2.14 PDRB Kota Tangerang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2008–2010 (Miliar Rupiah) ......................................................... II - 26 Tabel 2.15 PDRB Kota Tangerang Atas Dasar Harga Konstan (=2000) Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2008–2010 (Miliar Rupiah) ......................................................... II - 26 Tabel 2.16 Peranan Sektor Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun
2008–2010 ........................................................................................................................ II - 27 Tabel 2.17 Peranan Sektor Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan (=2000)
Tahun 2008–2010 ............................................................................................................. II - 27 Tabel 2.18 PDRB Per Kapita Kota Tangerang Tahun 2008–2010 ...................................................... II - 29 Tabel 2.19 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Tahun 2008–2010
(Dalam %) ......................................................................................................................... II - 30 Tabel 2.20 Laju Inflasi Harga .............................................................................................................. II - 31 Tabel 2.21 Tingkat Ketimpangan Pendapatan .................................................................................... II - 32 Tabel 2.22 Tingkat Distribusi Pendapatan 40% Penduduk Berpendapan Rendah .............................. II - 33 Tabel 2.23 Penduduk di Bawah Garis Kemiskinan.............................................................................. II - 34 Tabel 2.24 Angka Melek Huruf ............................................................................................................ II - 34 Tabel 2.25 Rata-rata Lama Sekolah.................................................................................................... II - 35 Tabel 2.26 Rasio Grup Kesenian Terhadap Penduduk ....................................................................... II - 36 Tabel 2.27 Angka Partisipasi Sekolah (Dikdas) .................................................................................. II - 37 Tabel 2.28 Angka Partisipasi Sekolah (Dikmen) ................................................................................. II - 38 Tabel 2.29 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah (Dikdas) ...................................... II - 39 Tabel 2.30 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SD .............................................. II - 40 Tabel 2.31 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MI ............................................... II - 41 Tabel 2.32 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMP ........................................... II - 41 Tabel 2.33 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MTs ............................................ II - 42 Tabel 2.34 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah (Dikmen) ..................................... II - 43 Tabel 2.35 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMA ........................................... II - 44
v
Tabel 2.36 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMK ........................................... II - 45 Tabel 2.37 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MA .............................................. II - 46 Tabel 2.38 Rasio Guru/Murid (Dikdas) ................................................................................................ II - 47 Tabel 2.39 Rasio Guru/Murid SD ........................................................................................................ II - 47 Tabel 2.40 Rasio Guru/Murid MI ......................................................................................................... II - 48 Tabel 2.41 Rasio Guru/Murid SMP...................................................................................................... II - 49 Tabel 2.42 Rasio Guru/Murid MTs ...................................................................................................... II - 50 Tabel 2.43 Rasio Guru/Murid (Dikmen) ............................................................................................... II - 50 Tabel 2.44 Rasio Guru/Murid SMA...................................................................................................... II - 51 Tabel 2.45 Rasio Guru/Murid SMK...................................................................................................... II - 52 Tabel 2.46 Rasio Guru/Murid MA ........................................................................................................ II - 52 Tabel 2.47 Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ................................. II - 53 Tabel 2.48 Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI ................................................................................... II - 54 Tabel 2.49 Angka Putus Sekolah (APS) SD ........................................................................................ II - 55 Tabel 2.50 Angka Putus Sekolah (APS) MI ......................................................................................... II - 56 Tabel 2.51 Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs ............................................................................. II - 56 Tabel 2.52 Angka Putus Sekolah (APS) SMP ..................................................................................... II - 57 Tabel 2.53 Angka Putus Sekolah (APS) MTs ...................................................................................... II - 58 Tabel 2.54 Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA ...................................................................... II - 59 Tabel 2.55 Angka Putus Sekolah (APS) SMA ..................................................................................... II - 60 Tabel 2.56 Angka Putus Sekolah (APS) SMK ..................................................................................... II - 61 Tabel 2.57 Angka Putus Sekolah (APS) MA ....................................................................................... II - 62 Tabel 2.58 Angka Kelulusan (AL) SD/MI ............................................................................................. II - 63 Tabel 2.59 Angka Kelulusan (AL) SD .................................................................................................. II - 64 Tabel 2.60 Angka Kelulusan (AL) MI ................................................................................................... II - 65 Tabel 2.61 Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs ....................................................................................... II - 66 Tabel 2.62 Angka Kelulusan (AL) SMP ............................................................................................... II - 66 Tabel 2.63 Angka Kelulusan (AL) MTs ................................................................................................ II - 67 Tabel 2.64 Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA ................................................................................ II - 68 Tabel 2.65 Angka Kelulusan (AL) SMA ............................................................................................... II - 69 Tabel 2.66 Angka Kelulusan (AL) SMK ............................................................................................... II - 70 Tabel 2.67 Angka Kelulusan (AL) MA ................................................................................................. II - 71 Tabel 2.68 Angka Melanjutkan (AM) Dari SD/MI ke SMP/MTs ........................................................... II - 72 Tabel 2.69 Angka Melanjutkan (AM) Dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA .............................................. II - 73 Tabel 2.70 Persentase Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1/D4 ........................................................ II - 74 Tabel 2.71 Rasio Posyandu Per Satuan Balita ................................................................................... II - 74 Tabel 2.72 Rasio Puskesmas, Poliklinik, Puskesmas Pembantu Per Satuan
Penduduk .......................................................................................................................... II - 75 Tabel 2.73 Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk ........................................................................ II - 76 Tabel 2.74 Rasio Dokter Per Satuan Penduduk .................................................................................. II - 77 Tabel 2.75 Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk ...................................................................... II - 77 Tabel 2.76 Tingkat Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani .................................................. II - 78 Tabel 2.77 Tingkat Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan Atau Tenaga
Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan ............................................................ II - 79 Tabel 2.78 Tingkat Cakupan Kelurahan Universal Chil Immunization (UCI) ....................................... II - 80 Tabel 2.79 Tingkat Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan ................................................. II - 81
vi
Tabel 2.80 Tingkat Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA ........................................................................................................................... II - 82
Tabel 2.81 Tingkat Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit DBD ................................................................................................................................... II - 83
Tabel 2.82 Tingkat Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Mayarakat Miskin ................................................................................................................................ II - 83
Tabel 2.83 Tingkat Cakupan Kunjungan Bayi ..................................................................................... II - 84 Tabel 2.84 Cakupan Puskesmas ........................................................................................................ II - 85 Tabel 2.85 Cakupan Puskesmas Pembantu ....................................................................................... II - 86 Tabel 2.86 Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk .................................................................... II - 86 Tabel 2.87 Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk ................................. II - 87 Tabel 2.88 Panjang Jalan Dilalui Roda 4 ............................................................................................ II - 88 Tabel 2.89 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJPD Yang Telah ditetapkan
Dengan Perda ................................................................................................................... II - 88 Tabel 2.90 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD Yang Telah
ditetapkan Dengan Perda/Perkada ................................................................................... II - 89 Tabel 2.91 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD Yang Telah ditetapkan
Dengan Perkada ............................................................................................................... II - 89 Tabel 2.92 Tingkat Penjabaran Program RPJMD Kedalam RKPD ..................................................... II - 90 Tabel 2.93 Rasio Ijin Trayek ................................................................................................................ II - 90 Tabel 2.94 Jumlah Uji KIR Angkutan Umum ....................................................................................... II - 90 Tabel 2.95 Jumlah Pelabuhan Laut/Bandara/Terminal Bis/Stasiun KA ............................................... II - 91 Tabel 2.96 Besarnya Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum ................................................... II - 91 Tabel 2.97 Tingkat Pemasangan Rambu-Rambu ............................................................................... II - 92 Tabel 2.98 Persentase Penanganan/Pelayanan Sampah ................................................................... II - 93 Tabel 2.99 Tingkat Pencemaran Status Mutu Air Tanah ..................................................................... II - 93 Tabel 2.100 Tingkat Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan AMDAL ...................................... II - 94 Tabel 2.101 Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk ................................. II - 95 Tabel 2.102 Tingkat Penegakan Hukum Lingkungan ............................................................................ II - 96 Tabel 2.103 Persentase Luas Lahan Bersertifikat ................................................................................. II - 97 Tabel 2.104 Tingkat Penyelesaian Kasus Tanah Negara ..................................................................... II - 97 Tabel 2.105 Tingkat Penyelesaian Ijin Lokasi ....................................................................................... II - 98 Tabel 2.106 Rasio Penduduk Ber-KTP Per Satuan Penduduk ............................................................. II - 99 Tabel 2.107 Rasio Bayi Berakte Kelahiran ............................................................................................ II - 100 Tabel 2.108 Rasio Pasangan Berakte Nikah ......................................................................................... II - 101 Tabel 2.109 Angka Kepemilikan KTP .................................................................................................... II - 101 Tabel 2.110 Angka Kepemilikan Akta Kelahiran ................................................................................... II - 102 Tabel 2.111 Ketersediaan Database Kependudukan Skala Kota .......................................................... II - 103 Tabel 2.112 Penerapan KTP Nasional berbasis NIK............................................................................. II - 103 Tabel 2.113 Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga............................................................................... II - 104 Tabel 2.114 Rasio Akseptor KB (Peserta KB Dibandingkan Dengan PUS) .......................................... II - 106 Tabel 2.115 Persentase Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I .......................................... II - 106 Tabel 2.116 Jumlah Sarana Sosial Seperti Panti Asuhan, Panti Jompo Dan Panti
Rehabilitasi ........................................................................................................................ II - 107 Tabel 2.117 Persentase PMKS Yang Memperoleh Bantuan Sosial Untuk
Pemenuhan Kebutuhan Dasar .......................................................................................... II - 108
vii
Tabel 2.118 Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Dan Anak Jalanan ................................................................................................ II - 108
Tabel 2.119 Angka Partisipasi Angkatan Kerja ..................................................................................... II - 109 Tabel 2.120 Angka Sengketa Pengusaha-Pekerja Per Tahun .............................................................. II - 110 Tabel 2.121 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja .................................................................................... II - 110 Tabel 2.122 Tingkat Penempatan Pencari Kerja ................................................................................... II - 111 Tabel 2.123 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) .............................................................................. II - 111 Tabel 2.124 Tingkat Penyelesaian Perselisihan Buruh Dan Pengusaha Terhadap
Kebijakan Pemerintah Daerah ........................................................................................... II - 112 Tabel 2.125 Persentase Koperasi Aktif ................................................................................................. II - 112 Tabel 2.126 Persentase Usaha Mikro dan Kecil ................................................................................... II - 113 Tabel 2.127 Rasio Daya Serap Tenaga Kerja ....................................................................................... II - 114 Tabel 2.128 Frekuensi Penyelenggaraan Festival Seni Dan Budaya Daerah
Setiap Tahun ..................................................................................................................... II - 115 Tabel 2.129 Jumlah Sarana Penyelenggaraan Seni Dan Budaya Daerah ............................................ II - 115 Tabel 2.130 Jumlah Organisasi Kepemudaan Di Daerah ..................................................................... II - 116 Tabel 2.131 Frekuensi Kegiatan Kepemudaan Setiap Tahun ............................................................... II - 116 Tabel 2.132 Frekuensi Pembinaan LSM, Ormas dan OKP ................................................................... II - 117 Tabel 2.133 Frekuensi Pembinaan Politik Daerah ................................................................................ II - 118 Tabel 2.134 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Terhadap Penduduk .................................................. II - 118 Tabel 2.135 Rasio Jumlah Pos Siskamling Setiap Kelurahan ............................................................... II - 119 Tabel 2.136 Tingkat Penegakan Peraturan Daerah .............................................................................. II - 120 Tabel 2.137 Tingkat Cakupan Patroli Petugas Satuan Polisi Pamong Praja ......................................... II - 120 Tabel 2.138 Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3 (Ketertiban, Ketentraman,
Dan Keindahan) Di Kota .................................................................................................... II - 121 Tabel 2.139 Tingkat Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran Di Kota ............................................... II - 121 Tabel 2.140 Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate) Daerah Layanan
Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) ............................................................................ II - 122 Tabel 2.141 Sistem Informasi Manajemen Pemda ................................................................................ II - 123 Tabel 2.142 Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) ............................................................................................................. II - 123 Tabel 2.143 Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan PKK ........................................................................ II - 124 Tabel 2.144 Persentase PKK Aktif ........................................................................................................ II - 125 Tabel 2.145 Persentase Posyandu Aktif ............................................................................................... II - 125 Tabel 2.146 Tingkat Swadaya Masyarakat Terhadap Program Pemberdayaan
Masyarakat ........................................................................................................................ II - 126 Tabel 2.147 Buku ”Kabupaten / Kota Dalam Angka” ............................................................................. II - 127 Tabel 2.148 Buku ”PDRB Kabupaten / Kota” ........................................................................................ II - 127 Tabel 2.149 Tingkat Pengelolaan Arsip Secara Baku ........................................................................... II - 127 Tabel 2.150 Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan............................................................................ II - 128 Tabel 2.151 Rasio Wartel / Warnet Terhadap Penduduk ...................................................................... II - 128 Tabel 2.152 Jumlah Surat Kabar Nasional / Lokal ................................................................................ II - 129 Tabel 2.153 Jumlah Penyiaran Radio / TV Lokal .................................................................................. II - 129 Tabel 2.154 Web Site Milik Pemerintah Daerah .................................................................................... II - 130 Tabel 2.155 Rata-Rata Frekuensi Penyelenggaraan Pameran/Expo Setiap Tahun .............................. II - 130 Tabel 2.156 Jumlah Perpustakaan Di Daerah ....................................................................................... II - 131
viii
Tabel 2.157 Tingkat Kunjungan Perpustakaan Dalam Tahun ............................................................... II - 131 Tabel 2.158 Tingkat Koleksi Buku Yang Tersedia Di Perpustakaan Daerah ......................................... II - 131 Tabel 2.159 Tingkat Produktivitas Padi / Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya Per
Hektar ................................................................................................................................ II - 132 Tabel 2.160 Tingkat Cakupan Bina Kelompok Petani ........................................................................... II - 133 Tabel 2.161 Nilai Hasil Produksi Perikanan .......................................................................................... II - 134 Tabel 2.162 Tingkat Konsumsi Ikan ...................................................................................................... II - 135 Tabel 2.163 Nilai Ekspor Bersih Perdagangan ...................................................................................... II - 135 Tabel 2.164 Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB ....................................................................... II - 136 Tabel 2.165 Tingkat Pertumbuhan Industri ........................................................................................... II - 136 Tabel 2.166 Tingkat Cakupan Bina Kelompok Pengrajin ...................................................................... II - 137 Tabel 2.167 Persentase Penduduk menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita
Sebulan ............................................................................................................................. II - 138 Tabel 2.168 Luasan Pemanfaatan Kawasan Lindung ........................................................................... II - 139 Tabel 2.169 Luasan Pemanfaatan Kawasan Budidaya ......................................................................... II - 139 Tabel 2.170 Wilayah Tidak Produktif ..................................................................................................... II - 140 Tabel 2.171 Wilayah Produktif .............................................................................................................. II - 140 Tabel 2.172 Prosentase Luas Wilayah Produktif ................................................................................... II - 141 Tabel 2.173 Angka Kriminalitas Yang Tertangani ................................................................................. II - 141 Tabel 2.174 Frekuensi Demo Setiap Tahun .......................................................................................... II - 142 Tabel 2.175 Angka Partisipasi Kasar Sekolah ...................................................................................... II - 143 Tabel 2.176 Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah ............................................................................ II - 144 Tabel 2.177 Angka Pendidikan Yang Ditamatkan ................................................................................. II - 145 Tabel 2.178 Rasio Ketergantungan Penduduk ...................................................................................... II - 146
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kedudukan dan Hubungan Antara RPJPD Kota Tangerang
Denngan Dokumen Perencanaan Pembangunan Lainnya Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah ................................... Ko I - 8
Gambar 1.2 Tahapan Penyusunan RPJPD Kota Tangerang ............................................................... Ko I - 10 Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kota Tangerang ...................................................................... Ko II - 3 Gambar 3.1 Diagram Keterkaitan Isu Strategis Pembangunan ............................................................ III - 9
I - 1
1.1. LATAR BELAKANG
Lebih dari satu dasawarsa, berbagai perubahan telah terjadi pada kondisi masyarakat dan
wilayah sebagai hasil pelaksanaan pembangunan di Kota Tangerang sejak dibentuk melalui
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II
Tangerang. Dalam masa tersebut, peletakan dasar-dasar bagi suatu proses pembangunan
berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan rakyat di Kota Tangerang turut dipengaruhi oleh
berbagai rangkaian peristiwa nasional dan global. Gerakan reformasi sebagai buah dari krisis
ekonomi nasional pada tahun 1997 yang berkembang menjadi krisis multidimensi yang
berkepanjangan memberikan pengaruh pada perubahan sistem pemerintahan yang bersifat
sentralistik mengarah ke sistem desentralistik, dimana pemerintahan kabupaten/kota menjadi
pemerintahan yang otonom sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah.
Perkembangan pembangunan Kota Tangerang sampai dengan saat ini telah dirasakan
peningkatan hasil dan manfaatnya bagi masyarakat. Seiring dengan dinamika pembangunan,
B A B I
P E N D A H U L U A N
I - 2
kebutuhan masyarakat dan tantangan pada masa mendatang diperlukan keterpaduan dan
keberlanjutan pembangunan sehingga tujuan dan harapan untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat Kota Tangerang dapat tercapai.
Langkah awal sebagai upaya untuk mewujudkan keterpaduan dan keberlanjutan
pembangunan, baik dalam lingkup wilayah (Keterpaduan pembangunan dalam konstelasi
Provinsi Banten dan Nasional) maupun lingkup waktu (menjamin keterpaduan dan
keberlanjutan pembangunan 5 (lima) tahunan dan tahunan daerah Kota Tangerang) maka
diperlukan perencanaan pembangunan jangka panjang daerah Kota Tangerang.
Perencanaan pembangunan jangka panjang ini diharapkan mampu mewujudkan
keterpaduan, keberlanjutan dan sinergitas pembangunan.
Perubahan paradigma dan pendekatan dalam perencanaan pembangunan nasional yang
dicanangkan melalui penetapan kebijakan peraturan perundang-undangan (UU No. 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJP Nasional Tahun 2005-2025, dan
PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah serta Permendagri No. 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah) pada
prinsipnya merupakan upaya untuk menata kembali dan mengedepankan penyusunan
perencanaan pembangunan nasional dan daerah secara sistematis, terarah, terpadu,
menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan, serta menjamin keterkaitan dan konsistensi
antara perencanaan, pelaksanaan, serta pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana
pembangunan .
Terkait dengan perencanaan pembangunan yang akan menghasilkan rencana pembangunan
jangka panjang (RPJP), dalam UU No. 25 Tahun 2004, RPJP didefinisikan sebagai “dokumen
perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun" (Pasal 1 Ayat 4). Sesuai dengan kewajiban
diatas, daerah perlu mempersiapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP
Daerah) yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP
Nasional (UU No. 25 Tahun 2004 Pasal 5 Ayat 1).
Kewajiban penyusunan RPJP Daerah selanjutnya ditegaskan kembali melalui penetapan UU
No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-
2025 yang menyebutkan “RPJP Daerah yang telah ada masih tetap berlaku dan wajib
disesuaikan dengan RPJP Nasional paling lambat 1 (satu) tahun sejak diundangkan” (Pasal 8
Ayat 2).
I - 3
Sebagai wujud implementasi amanat kebijakan peraturan perundang-undangan dan
kebutuhan pembangunan maka diperlukan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kota Tangerang Tahun 2005-2025 sebagai dokumen perencanaan pembangunan
Kota Tangerang untuk periode 20 (dua puluh) tahun ke depan yang memuat visi, misi, dan
arah kebijakan pembangunan daerah sesuai kondisi dan karakteristik daerah, serta mengacu
pada RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Banten. Selanjutnya RPJPD Kota Tangerang
tersebut akan menjadi pedoman bagi seluruh masyarakat dan pemangku-kepentingan
pembangunan dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, sebagai koridor dalam
penyusunan visi, misi dan program calon Walikota, dan juga pedoman dalam penyusunan
RPJM Daerah Kota Tangerang.
Melalui Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025, telah ditetapkan pula visi pembangunan nasional tahun 2005–
2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Visi pembangunan nasional
tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional 2005-2025 sebagai
berikut: (1) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila; (2) Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing; (3)
Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum; (4) Mewujudkan Indonesia aman,
damai, dan bersatu; (5) Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan; (6)
Mewujudkan Indonesia asri dan lestari; (7) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan
yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; serta (8) Mewujudkan
Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional. Visi dan misi pembangunan
nasional tersebut menjadi pedoman bagi seluruh Pemerintah Daerah dalam menetapkan visi
dan misi pembangunan jangka panjang daerah.
Berpijak pada hal-hal tersebut maka Pemerintah Kota Tangerang mengambil langkah untuk
menyusun dan menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota
Tangerang atau disingkat RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 untuk kurun waktu 20
tahun ke depan yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembangunan daerah dan
mendukung tercapainya pembangunan nasional, dalam bentuk visi, misi, dan arah kebijakan
pembangunan jangka panjang daerah.
I - 4
1.2. DASAR HUKUM
Penyusunan RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 didasarkan pada peraturan
perundangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat
II Tangerang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 18, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3518);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.
12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
I - 5
11. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk
Hukum Daerah;
20. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Banten Tahun 2005-2025;
21. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan
Kota Tangerang (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2008 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Daerah Kota Tangerang Nomor 1);
22. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2008 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang Nomor 2);
I - 6
23. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Tangerang Tahun 2012-2032 (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun
2012 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kota Tangerang Nomor 6).
1.3. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN RPJPD DENGAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN LAINNYA
1.3.1. Ketentuan Dan Kaidah Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah
A. Pengertian
Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Pasal 1 Ayat 4), Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang selanjutnya
disingkat RPJP didefinisikan sebagai ”dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh)
tahun”. Selanjutnya, penegasan mengenai pengertian RPJP tertuang dalam Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Pasal 150 Ayat 3), yang menguraikan
pengertian RPJP Daerah sebagai ”dokumen untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun yang
memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada RPJP nasional”.
Selain itu, dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 disebutkan pengertian RPJP Daerah sebagai
“Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005–2025 yang selanjutnya
disebut sebagai RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk
periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025” (Pasal 1
Ayat 2).
Merujuk pada ketentuan mengenai pengertian RPJP tersebut, maka Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Tangerang didefinisikan sebagai “dokumen
perencanaan pembangunan Kota Tangerang untuk periode 20 (dua puluh) tahun ke depan
yang memuat visi, misi, dan arah kebijakan pembangunan daerah sesuai kondisi dan
karakteristik daerah, serta mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Banten”.
B. Kedudukan dan Hubungan Antara RPJPD Dengan Dokumen Perencanaan Pembangunan Lainnya
Sesuai dengan salah satu asas sistem perencanaan pembangunan nasional (SPPN), bahwa
perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu,
menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. Sementara itu, ditetapkan pula salah satu
tujuan SPPN yaitu menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah,
I - 7
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah.
Selanjutnya, kedudukan RPJP Daerah Kota Tangerang berdasarkan keterkaitannya dengan
dokumen perencanaan antar pusat dan daerah, menurut hasil interpretasi terhadap ketentuan
didalam UU No. 25 Tahun 2004 dan PP No. 8 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
RPJP Nasional dengan RPJP Daerah; Wilayah nasional terdiri dari berbagai daerah
otonom yang berkembang sesuai karakteristik setiap daerah namun saling menguatkan
dalam kerangka wilayah nasional. Terkait hal tersebut, maka untuk menjamin
terintegrasinya rencana pembangunan nasional dan daerah, sesuai amanat Undang-
Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
penyusunan RPJPD Kota Tangerang dilakukan dengan mengacu pada RPJP Nasional
dan RPJPD Provinsi Banten, melalui penyelarasan visi, misi maupun arah kebijakan
pembangunan jangka panjang
RPJP Daerah dengan Rencana Tata Ruang Wilayah: Rencana tata ruang merupakan
instrumen untuk mengarahkan aspek kewilayahan dalam bentuk alokasi kegiatan-
kegiatan sosial-ekonomi, pusat pelayanan, infrastruktur, serta permukiman yang saling
memperkuat satu dengan lainnya dalam kerangka pengembangan daerah yang
berkelanjutan. Oleh karenanya proses penyusunan RPJPD Kota Tangerang dilakukan
melalui penyelarasan antara arah kebijakan pembangunan daerah dengan pola struktur
dan pemanfaatan ruang sebagaimana yang termuat pada RTRW Kota Tangerang
RPJP Daerah dengan RPJM Daerah: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) yang memuat visi-misi dan arah kebijakan pembangunan daerah selama
jangka waktu 20 (dua puluh) tahun ke depan adalah pedoman bagi penyusunan RPJMD,
yang hakekatnya merupakan penjabaran visi-misi kepala daerah selama periode 5 tahun.
Sepanjang kurun waktu 20 tahun, dapat terjadi beberapa kali pergantian kepala daerah,
namun visi-misi yang termuat dalam rencana pembangunan lima tahunan tetap mengacu
dan berada dalam koridor visi-misi pembangunan jangka panjang yang dirumuskan dan
ditetapkan secara bersama-sama oleh seluruh masyarakat. Oleh karena itu RPJPD Kota
Tangerang disusun dengan mempertimbangkan kesinambungan periode pembangunan
lima tahunan dan menjadi pedoman bagi rencana pembangunan lima tahunan di Kota
Tangerang yaitu periode 2005-2008; 2009-2013; 2014-2018; 2019-2023; 2024-2025
I - 8
Gambar 1.1 Kedudukan dan Hubungan Antara RPJPD Kota Tangerang Dengan Dokumen Perencanaan Pembangunan Lainnya
Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Daerah
I - 9
1.4. MAKSUD DAN TUJUAN
Penyusunan RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 dimaksudkan untuk mewujudkan
keterpaduan, keberlanjutan, dan sinergitas pembangunan daerah Kota Tangerang dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berpijak pada maksud tersebut, tujuan
penyusunan RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 ditujukan untuk menjadi pedoman
penyelenggaraan pembangunan dan penyusunan visi, misi dan program prioritas calon
walikota dan/atau penyusunan RPJMD bagi seluruh pemangku-kepentingan (stakeholders)
Kota Tangerang periode tahun 2005-2025.
Adapun sasaran penyusunan RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 adalah sebagai
berikut:
1. Terumuskannya visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan Kota Tangerang
periode tahun 2005-2025, yang disepakati bersama oleh seluruh pemangku-kepentingan
pembangunan Kota Tangerang;
2. Terumuskannya sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan Kota Tangerang
periode tahun 2005-2025, yang disepakati bersama oleh seluruh pemangku-kepentingan
pembangunan Kota Tangerang;
3. Terumuskannya tahapan dan prioritas pembangunan Kota Tangerang periode tahun
2005-2025.
1.5. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 ini disusun dengan tata urut
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab II Gambaran Umum Kondisi Kota Tangerang
Bab III Analisis Isu-Isu Strategis
Bab IV Visi dan MIsi Kota Tangerang
Bab V Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Kota Tangerang
Bab VI Kaidah Pelaksanaan
II - 1
Gambaran umum kondisi daerah merupakan penjelasan tentang kondisi Kota Tangerang
yang ditinjau berdasarkan aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat,
aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah yang disesuaikan dengan struktur
kewenangan dan tingkatan pemerintahan daerah. Analisis terhadap gambaran umum kondisi
daerah akan menjadi basis atau pijakan dalam proses perumusan perencanaan
pembangunan daerah.
2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI
2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
A. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Kota Tangerang secara resmi berdiri pada tanggal 28 Pebruari Tahun 1993 melalui
penetapan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah
B A B I I
GAMBARAN UMUM KONDISI KOTA TANGERANG
II - 2
Tingkat II Tangerang. Luas wilayah Kota Tangerang tercatat 183,78 km2 (termasuk luas
Bandara Soekarno-Hatta sebesar 19,69 km2). Secara administratif pada tahun 2011, Kota
Tangerang terbagi terbagi menjadi 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan serta 965 Rukun Warga
(RW) dan 4.768 Rukun Tetangga (RT).
Tabel 2.1 Luas, Jumlah dan Batas Wilayah Administrasi Kota Tangerang
No. Kecamatan Luas (Km²)
Jumlah Batas Wilayah Administrasi Kelurahan RW RT Utara Timur Selatan Barat
1 Batuceper 11,58 7 45 216 Kec. Benda Prov. DKI Jakarta
Kec. Cipondoh Kec. Tangerang
Kec. Neglasari
2 Benda*) 5,92 5 42 199 Kab. Tangerang
Prov. DKI Jakarta
Kec. Batuceper Kec. Neglasari
Kec. Neglasari
3 Cibodas 9,61 6 86 450 Kec. Karawaci Kec. Periuk
Kec. Pinang Kab. Tangerang
Kec. Jatiuwung
4 Ciledug 8,77 8 102 356 Kec. Karangtengah Kec. Pinang
Kec. Larangan Kab. Tangerang
Kab. Tangerang
5 Cipondoh 17,91 10 97 585 Kec. Batu Ceper Prov. DKI Jakarta
Kec. Karangtengah Prov. DKI Jakarta
Kec. Pinang dan Kec. Karangtengah
Kec. Tangerang
6 Jatiuwung 14,41 6 41 220 Kec. Periuk
Kec. Cibodas Kab. Tangerang
Kab. Tangerang
7 Karang Tengah
10,47 7 74 358 Kec. Cipondoh
Prov. DKI Jakarta
Kec. Ciledug Kec. Pinang
8 Karawaci 13,48 16 127 528 Kec. Neglasari Kec. Tangerang
Kec. Cibodas Kec. Cibodas Kec. Periuk
9 Larangan 9,40 8 89 407 Prov. DKI Jakarta
Prov. DKI Jakarta
Kab. Tangerang
Kec. Ciledug Kec. Karangtengah
10 Neglasari 16,08 7 50 240 Kab. Tangerang
Kec. Benda Kec. Batuceper
Kec. Tangerang Kec. Karawaci
Kab. Tangerang Kec. Periuk
11 Periuk 9,54 5 60 373 Kab. Tangerang
Kec. Neglasari Kec. Karawaci
Kec. Jatiuwung Kec. Cibodas
Kab. Tangerang
12 Pinang 21,59 11 74 438 Kec. Cipondoh Kec. Tangerang
Kec. Karangtengah
Kab. Tangerang
Kec. Cibodas
13 Tangerang 15,79 8 78 398 Kec. Neglasari Kec. Batuceper
Kec. Cipondoh Kec. Pinang
Kec. Pinang Kec. Karawaci
Tahun 2011 164,55 104 965 4.768 Tahun 2010 164,55 104 956 4.704
Tahun 2009 164,55 104 949 4.652
Tahun 2008 164,55 104 931 4.587
Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2012 *)Tidak termasuk luas Bandara Soekarno Hatta 19,69 km²
II - 3
B. Letak dan Kondisi Geografi
Secara geografis, Kota Tangerang yang berjarak 60 km dari Ibukota Provinsi Banten dan
berjarak 27 km dari Ibukota DKI Jakarta, merupakan wilayah yang terletak antara 60 6'
sampai 60 13' Lintang Selatan dan 1060 36' sampai 1060 42' Bujur Timur dengan batas
wilayahnya sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Kosambi
dan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang;
- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang serta
Kecamatan Serpong Utara dan Kecamatan Pondok Aren Kota
Tangerang Selatan;
- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Jakarta Barat dan Jakarta Selatan DKI Jakarta;
- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Pasar Kemis dan Kecamatan
Cikupa Kabupaten Tangerang.
Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kota Tangerang
Diantara ke-13 kecamatan, Kecamatan Larangan merupakan kecamatan terjauh dari Ibukota
Tangerang (sekitar 14 km) dan Kecamatan Tangerang merupakan kecamatan terdekat dari
Ibukota Tangerang. Jarak paling jauh antar kecamatan adalah antara Kecamatan Larangan
II - 4
dengan Kecamatan Benda yaitu sekitar 21 km dan Jarak paling dekat antar kecamatan
adalah antara Kecamatan Cibodas dengan Kecamatan Jatiuwung yaitu sekitar 1 km.
Tabel 2.2 Jarak Antar Ibukota Kecamatan di Kota Tangerang (Km)
Kecamatan
Cile
dug
Lara
ngan
Kar
ang
Ten
gah
Cip
ondo
h
Pin
ang
Tan
gera
ng
Kar
awac
i
Cib
odas
Jatiu
wun
g
Per
iuk
Neg
lasa
ri
Bat
ucep
er
Ben
da
Ciledug 0 3 4 5 7 11 12 15 17 15 13 15 18
Larangan 3 0 3 8 10 14 15 18 20 18 16 18 21
Karang Tengah 4 3 0 6 8 12 13 16 18 16 14 11 14
Cipondoh 5 8 6 0 4 6 9 10 12 10 8 3 6
Pinang 7 10 8 4 0 7 4 3 5 3 9 11 14
Tangerang 11 14 12 6 7 0 4 6 7 4 2 4 7
Karawaci 12 15 13 9 4 4 0 2 4 6 6 8 11
Cibodas 15 18 16 10 3 6 2 0 1 5 8 10 13
Jatiuwung 17 20 18 12 5 7 4 1 0 3 9 11 14
Periuk 15 18 16 10 3 4 6 5 3 0 4 8 11
Neglasari 13 16 14 8 9 2 6 8 9 4 0 4 7
Batuceper 15 18 11 3 11 4 8 10 11 8 4 0 3
Benda 18 21 14 6 14 7 11 13 14 11 7 3 0
Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2012
C. Kondisi Topografi
Secara topografi, kondisi wilayah Kota Tangerang termasuk ke dalam wilayah dataran, yang
sebagian besar berada pada ketinggian 10-18 m di atas permukaan laut (dpl). Wilayah
bagian utara (meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Benda) memiliki ketinggian rata-
rata 10 m dpl, sedangkan di bagian selatan memiliki ketinggian 18 m dpl. Berdasarkan tingkat
kemiringan tanah, sebagian besar wilayah Kota Tangerang memiliki tingkat kemiringan antara
00–30 dan sebagian kecil, yaitu di bagian Selatan (wilayah Kelurahan Parung Serab,
Kelurahan Paninggilan Selatan, dan Kelurahan Cipadu Jaya) memiliki tingkat kemiringan
antara 30–80. Untuk lebih jelasnya, kondisi topografi dan ketinggian setiap kecamatan di Kota
Tangerang dapat dilihat pada tabel berikut:
II - 5
Tabel 2.3 Kondisi Topografi Kota Tangerang
No. Kecamatan Kondisi Topografi
Kemiringan (%) Ketinggian dpl (m)
1 Batuceper 0-3% 14,0
2 Benda 0-3% 10,0
3 Cibodas 0-3% 14,0
4 Ciledug 3-8% 18,0
5 Cipondoh 0-3% 14,0
6 Jatiuwung 0-3% 14,0
7 Karangtengah 0-3% 18,0
9 Karawaci 0-3% 14,0
8 Larangan 3-8% 18,0
10 Neglasari 0-3% 14,0
12 Periuk 0-3% 14,0
11 Pinang 0-3% 14,0
13 Tangerang 0-3% 14,0
Kota Tangerang 0-3% 14,0
Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2012
D. Kondisi Geologi
Secara geologis, daerah Tangerang berada pada suatu tinggian struktur yang dikenal dengan
sebutan Tangerang High. Tinggian ini terdiri atas batuan Tersier yang memisahkan Cekungan
Jawa Barat Utara di bagian barat dengan Cekungan Sunda di bagian timur. Tinggian ini
dicirikan oleh kelurusan bawah permukaan berupa lipatan dan patahan nomal, berarah utara-
selatan. Di bagian timur patahan normal tersebut terbentuk cekungan pengendapan yang
disebut dengan Subcekungan Jakarta.
Tinggian ini terbentuk oleh batuan Tersier yang memisahkan cekungan Jawa Barat Utara di
bagian Barat dengan cekugan Sunda di bagian timur. Tinggian ini dicirikan oleh kelurusan
bawah permukaan berupa lipatan dan patahan nomal yang berarah Utara-Selatan. Di bagian
Timur patahan normal tersebut terbentuk cekungan pengendapan yang disebut dengan Sub
cekungan Jakarta.
Batuan yang menutupi Kota Tangerang terdiri dari endapan alluvium, endapan kipas alluvium
vulkanik muda, dan satuan Tuf Banten. Deskripsi singkat mengenai jenis batuan tersebut
adalah sebagai berikut:
II - 6
Satuan Batuan Tuf Banten Atas/Tuf Banten
Satuan ini terdiri atas lapisan tuf, tuf batu apung, dan batu pasir tufan yang berasal dari
letusan Gunung Rawa Danau. Tuf tersebut menunjukkan sifat yang lebih asam (pumice)
dibandingkan dengan batuan vulkanik yang diendapkan sesudahnya. Bagian atas satuan
tersebut menunjukkan adanya perubahan kondisi lingkungan pengendapan dari lingkungan
pengendapan di atas permukaan air menjadi di bawah permukaan air. Satuan ini berumur
sekitar dua juta tahun yang lalu (Plio-Plistosen).
Endapan Vulkanik Muda
Endapan ini terdiri dari material batupasir dan batu lempung tufan, endapan lahar, dan
konglomerat. Ukuran butiran pada endapan kipas aluvial ini akan berubah menjadi semakin
halus ke arah utara. Satuan ini terbentuk oleh material endapan volkanik yang berasal dari
gunung api di sebelah selatan Kabupaten Tangerang, seperti Gunung Salak dan Gunung
Gede-Pangrango.
Batuan ini diendapkan pada umur Plistosen (20.000 - dua juta tahun). Kipas aluvial vulkanik
tersebut terbentuk pada saat gunung api menghasilkan material vulkanik dengan jumlah
besar. Kemudian ketika menjadi jenuh air, tumpukan material tersebut bergerak ke bawah dan
membentuk aliran sungai. Ketika mencapai tempat yang datar, material tersebut akan
menyebar dan membentuk endapan seperti kipas yang disebut kipas aluvial.
Endapan Pantai dan Endapan Pematang Pantai
Endapan batuan ini berasal dari material batuan yang terbawa oleh aliran sungai dan berumur
antara 20.000 tahun hingga sekarang. Endapan tersebut tersusun oleh material lempung,
pasir halus dan kasar, dan konglomerat serta mengandung cangkang moluska. Endapan
aluvium tersebut dapat membentuk endapan delta, endapan rawa, endapan gosong pasir
pantai, dan endapan sungai dengan bentuk meander atau sungai teranyam.
Endapan Alluvium
Endapan ini terdiri dari lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal, dan bongkah, yang berumur
kuarter dan tersebar pada daerah pedataran serta sekitar aliran sungai.
E. Kondisi Hidrologi
Secara hidrologi, wilayah Kota Tangerang dilintasi oleh Sungai Cisadane yang membagi Kota
Tangerang menjadi dua bagian yaitu bagian Timur sungai dan bagian Barat sungai.
Kecamatan yang terletak di bagian Barat Sungai Cisadane meliputi Kecamatan Karawaci,
II - 7
Kecamatan Cibodas dan sebagian Kecamatan Tangerang. Sungai Cisadane yang memiliki
debit air 88 m3 per detik dan mengalir sejauh 13,8 Km.
Sungai-sungai lain seperti Sungai Cirarab yang merupakan batas sebelah Barat, Kecamatan
Jatiuwung dengan Kecamatan Pasar Kemis di Kabupaten Tangerang, Kali Ledug yang
merupakan anak Sungai Cirarab, Kali Sabi dan Kali Cimone, sungai-sungai tersebut berada di
sebelah Barat Sungai Cisadane, sedangkan pada bagian Timur Sungai Cisadane terdapat
pula sungai/kali yang meliputi Kali Pembuangan Cipondoh, Kali Angke, Kali Wetan, Kali
Pasanggrahan, Kali Cantiga, Kali Pondok Bahar. Di samping itu, di Kota Tangerang juga
terdapat saluran air yang meliputi Saluran Mokevart, Saluran Irigasi Induk Tanah Tinggi,
Saluran Induk Cisadane Barat, Saluran Induk Cisadane Timur dan Saluran Induk Cisadane
Utara.
Aliran sungai besar dan kecil ini sangat bermanfaat bagi penyediaan bahan baku air bersih
untuk pengembangan instalasi air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
Tangerang. Persediaan air permukaan tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan air
kegiatan industri.
Selain sungai, di Kota Tangerang terdapat Situ Cipondoh yang berada di Kecamatan
Cipondoh dengan luas kurang lebih 1,26 Km2. Di sekitar Situ Cipondoh pada bagian yang
mengalami pendangkalan dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian lahan basah sehingga perlu
kontrol yang lebih ketat agar tidak beralih fungsi. Selama ini Situ Cipondoh difungsikan
sebagai pengendali banjir, irigasi, cadangan air baku dan rekreasi. Kondisi Situ Cipondoh saat
ini cenderung mengalami pendangkalan terutama di tepi situ karena banyak ditumbuhi
tanaman eceng gondok yang memenuhi permukaan air Situ Cipondoh.
Secara hidrologi, wilayah Kota Tangerang dilalui oleh 3 (tiga) aliran sungai yaitu sungai
Cisadane, kali Angke dan kali Cirarab dengan panjang daerah yang dilalui 29 Km. Selain
sungai, di Kota Tangerang juga terdapat situ/rawa sebanyak 6 (enam) buah yang memiliki
luas 152,31 Ha dengan kedalaman antara 2-3 meter. Kota Tangerang juga mempunyai 54
saluran pembuangan dengan total panjang 150,03 Km, dan 16 saluran irigasi dengan total
panjang mencapai 62.488,30 Km.
Untuk lebih jelasnya, kondisi hidrologi wilayah Kota Tangerang terutama tentang Daerah
Aliran Sungai bisa dilihat pada tabel di bawah berikut:
II - 8
Tabel 2.4 Daerah Aliran Sungai di Kota Tangerang
Nama Daerah Aliran Sungai
(DAS) Panjang (Km) Lebar (m) Tinggi (m) Debit (m³/detik)
DAS Cisadane 15,00 100,00 5,35 70 DAS Cirarab 4,00 11,00 3,5 12
DAS Angke 10,00 12,00 5,5 18
Jumlah 29,00 123,00
Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2012
Tabel 2.5 Situ/Rawa di Kota Tangerang
No. Nama Danau Luas (Ha) Kedalaman (m)
1 Situ/ Rawa Cipondoh 126,17 3
2 Situ/ Rawa Besar (Gede) 5,069 3 3 Situ/ Rawa Cangkring 6,17 3
4 Situ/ Rawa Bojong 0,6 2
5 Situ/ Rawa Kunciran 0,3 2 6 Situ/ Rawa Bulakan 15 2,5
Jumlah 152,31
Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2012
F. Kondisi Klimatologi
Keadaan iklim Kota Tangerang pada tahun 2010 didasarkan pada penelitian di Stasiun
Geofisika Kelas I Tangerang, yaitu berupa data temperatur (suhu) udara, kelembaban udara,
dan curah hujan. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 24,1°C–32,5°C, temperatur
maksimum tertinggi pada bulan April yaitu 34,2°C dan temperatur minimum terendah pada
bulan Oktober yaitu 23,4 °C, serta rata-rata kelembaban udara sekitar 81,2%. Sementara itu
volume curah Hujan di Kota Tangerang selama tahun 2010 adalah 1.858,23 mm, dengan
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu 264,4 mm. sedangkan curah hujan
tertinggi dalam 1 hari adalah pada tanggal 18 Januari dengan volume mencapai 76,2 mm.
Dalam hal ini yang dimaksud curah hujan adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam
tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir dalam satuan milimeter
(mm). Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat
yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
Untuk lebih memperjelas kondisi klimatologi Kota Tangerang, maka bisa dilihat pada tabel
berikut:
II - 9
Tabel 2.6 Temperatur dan Kelembaban Udara di Kota Tangerang
Bulan Kelembaban Udara
(%) Temperatur
Maximum (°C) Temperatur
Minimum (°C) Temperatur
Rata-rata (°C)
Januari 83,0 31,0 23,9 27,1 Februari 84,4 32,4 24,6 27,7
Maret 81,8 32,7 24,7 28,0
April 76,6 34,2 24,7 29,0
Mei 79,3 33,9 24,8 28,6 Juni 83,3 32,3 23,8 27,6
Juli 82,0 32,1 23,8 27,4
Agustus 80,0 32,5 23,9 27,7
September 84,1 32,1 23,6 27,0
Oktober 80,2 32,6 23,4 27,4
Nopember 79,3 32,8 24,3 27,9
Desember 80,5 31,9 23,8 27,3 Tahun 2010 81,2 32,5 24,1 27,7
Tahun 2009 79 32,7 23,7 27,7
Tahun 2008 79,67 32,26 23,67 27,31
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, dalam Kota Tangerang Dalam Angka 2011
Tabel 2.7 Curah Hujan di Kota Tangerang
Bulan Banyak Hari Hujan
(hari) Banyak Curah
Hujan (mm) Curah Hujan Maksimum
Tanggal Volume (mm) Januari 18 264,4 18 76,2
Februari 13 213,6 18 53,3
Maret 17 214,8 29 58,0 April 6 55,4 29 28,9
Mei 14 67,8 23 18,0
Juni 18 184,5 7 72,3
Juli 13 124,1 17 34,0 Agustus 16 108,0 13 27,2
September 18 187,4 21 47,7
Oktober 13 181,7 25 69,7 Nopember 11 87,1 18 20,8
Desember 19 169,6 4 27,3
Tahun 2010 176 1.858,23
Tahun 2009 131 2.000,8 Tahun 2008 137 1.745,6
Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika, dalam Kota Tangerang Dalam Angka 2011
G. Penggunaan Lahan
Peningkatan jumlah penduduk berdampak pada semakin meningkatnya pembangunan
khususnya pembangunan bidang pemukiman. Pembangunan tersebut tentunya
membutuhkan alokasi lahan tersendiri dan tidak dapat terpenuhi karena keterbatasan
persediaan lahan yang tidak berimbang dengan peningkatan penduduk.
II - 10
Imbas dari peningkatan penduduk dan pembangunan salah satunya dicerminkan dengan
tindakan pengalihan fungsi lahan dari lahan terbuka menjadi lahan terbangun. Perubahan
terjadi akibat meningkatnya kebutuhan manusia yaitu pemukiman, industri serta
pembangunan lain untuk menunjang kehidupan manusia.
Perubahan lahan yang terjadi di Kota Tangerang pada tahun 2011 yang paling besar yaitu
perubahan lahan dari lahan terbuka menjadi pemukiman, untuk lebih jelasnya perbandingan
penggunaan lahan di Kota Tangerang dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.8
Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kota Tangerang
No Penggunaan Lahan Tahun 2010 Luas (Ha)
Prosentasi Luasan
Pengunaan Lahan Tahun
2010
Tahun 2011 Luas (Ha)
Prosentasi Luasan
Penggunaan Lahan Tahun
2011
Selisih Luas (Ha)
1 Bangunan Bersejarah 0,706 0,004 0,706 0,004 0,000
2 Fasilitas Umum 236,680 1,302 289,033 1,590 -0,288
3 Gedung Pemerintah 40,169 0,221 40,517 0,223 -0,002
4 Infrastruktur Wilayah 12,070 0,066 12,070 0,066 0,000
5 Kawasan Perairan 593,066 3,262 593,066 3,262 0,000
6 Kawasan Pertanian 3.967,283 21,820 3.962,394 21,793 0,027
7 Lahan Terbuka 1.890,325 10,397 1.756,144 9,659 0,738
8 Lahan Terbuka Hijau 5.108,972 28,099 5.108,614 28,097 0,002
9 Pabrik Industri 731,122 4,021 734,836 4,042 -0,020
10 Pemukiman Teratur 1.132,839 6,231 1.215,420 6,685 -0,454
11 Pemukiman Tidak Teratur 2.871,510 15,793 2.871,510 15,793 0,000
12 Sarana Kesehatan 4,147 0,023 4,306 0,024 -0,001
13 Sarana Olah Raga 202,874 1,116 202,874 1,116 0,000
14 Sarana Pendidikan 33,047 0,182 33,076 0,182 0,000
15 Sarana Peribadatan 25,702 0,141 25,946 0,143 -0,001
16 Sarana Transportasi 1.331,288 7,322 1.331,288 7,322 0,000
Luas Total 18.181,800 100,000 18.181,800 100,000
Sumber : RTRW Kota Tangerang Tahun 2012-2032
Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2011 terjadi peningkatan luasan
lahan pada pemukiman teratur (82,581 Ha), fasilitas umum (52,353 Ha), pabrik industri (3,714
Ha), gedung pemerintahan (0,359 Ha), sarana peribadatan (0,244 Ha) , sarana kesehatan
(0,159 Ha) dan sarana pendidikan (0,029 Ha), yang mengalami pengurangan luasan adalah
lahan terbuka (134,181 Ha), kawasan pertanian (4,889 Ha) dan lahan terbuka hijau (0,357
II - 11
Ha) dan yang tidak mengalami perubahan adalah bangunan bersejarah, infrastruktur wilayah,
kawasan perairan, sarana olah raga dan sarana transportasi.
2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Kedudukan dan peran Kota Tangerang dalam konstelasi Jabotabek merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari peran Jakarta sebagai ibukota negara dan secara regional merupakan
bagian dari Kota Megapolitan Jabodetabekjur. Berpijak pada hal tersebut, Kota Tangerang
mempunyai beberapa kawasan yang memiliki potensi untuk dikembangkan, antara lain
sebagai berikut:
A. Kawasan Cagar Budaya
Kawasan cagar budaya yang potensial untuk dikembangkan meliputi:
Masjid Jami dan Makam Kali Pasir di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang;
Kelenteng Boen Tek Bio di Kelurahan Sukasari Kecamatan Tangerang;
Rumah Arsitektur Cina Benteng Heritage di Kelurahan Sukasari Kecamatan
Tangerang;
Stasiun Kereta Api Tangerang di Kelurahan Sukarasa Kecamatan Tangerang;
Lembaga Permasyarakatan Anak Pria di Kelurahan Sukarasa Kecamatan
Tangerang;
Lembaga Permasyarakatan Pemuda II A di Kelurahan Suka Asih Kecamatan
Tangerang;
Lembaga Permasyarakatan Anak Wanita di Kelurahan Tanah Tinggi Kecamatan
Tangerang;
Kelenteng Boen San Bio di kelurahan Keong Jaya Kecamatan Karawaci; dan
Bendungan Pasar Baru di Kelurahan Koang Jaya Kecamatan Karawaci.
B. Kawasan Strategis
1. Kawasan Pusat Kota Baru
Kawasan Pusat Kota Baru adalah kawasan pusat pelayanan kota yang terletak di
Kecamatan Tangerang. Arahan pengembangan Kawasan Pusat Kota Baru meliputi:
Mendorong pengembangan Pusat Kota Baru sebagai antisipasi perkembangan
kegiatan ekonomi Kota Tangerang;
Fungsi utama kawasan adalah sebagai pusat pemerintahan, perkantoran,
perdagangan dan jasa, dan pendidikan tinggi berwawasan lingkungan dengan
skala pelayanan regional dan global;
II - 12
Fungsi tambahan sebagai kawasan permukiman mengarah kepada
permukiman vertikal; dan
Memperhatikan intensitas ruang sehingga tersedia ruang terbuka hijau yang
cukup sebagai jantung hijau kota.
2. Kawasan Sepanjang Sisi Jalan Tol
Kawasan sepanjang sisi jalan tol (frontage toll) adalah kawasan di sepanjang sisi
Jalan Tol Jakarta – Tangerang. Dengan rencana pembangunan sisi Jalan Tol
Jakarta-Tangerang, kawasan sepanjang sisi jalan tol (frontage toll area) berpotensi
berkembang menjadi area pengembangan primer. Arahan pengembangan di
kawasan sepanjang sisi Jalan Tol Jakarta – Tangerang meliputi:
Pengembangan linier dan memita dibatasi, terutama di area sekitar persilangan
dengan jalan-jalan utama kota;
Fungsi utama kawasan untuk perumahan vertikal kepadatan menengah dan
perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan kota dan regional dengan
pengaturan bangunan yang ketat; dan
Mengembangkan sistem parkir tidak langsung (indirect parking) yang tidak
menganggu kelancaran pergerakan kendaraan.
3. Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan peruntukan industri adalah kawasan peruntukan industri yang ada di
Kecamatan Jatiuwung dan Kecamatan Periuk direncanakan untuk meningkatkan
kualitas layanan dengan rencana pengembangan kawasan peruntukan industri
terpadu. Arahan Pengembangan di kawasan peruntukan industri di Kecamatan
Jatiuwung dan Kecamatan Periuk meliputi:
Industri yang dapat dikembangkan adalah industri yang ramah lingkungan yang
dilengkapi dengan fasilitas penunjangnya terdiri dari: instalasi pengolahan air
limbah kawasan, penyediaan perumahan karyawan yang terintegrasi di dalam
kawasan; dan
Pembangunan jalan untuk jalur angkutan barang yang terpisah dari jalur
transportasi umum dan terminal angkutan barang menjadi pendukung rencana
penataan kawasan.
Penataan kawasan peruntukan industri menjadi sangat penting bagi perkembangan
ekonomi Kota Tangerang, mengingat sektor industri masih merupakan sektor
terbesar dalam PDRB dalam sepuluh tahun mendatang. Rencana regenerasi juga
menjadi upaya peningkatan nilai kompetitif kawasan peruntukan industri Kota
Tangerang dengan kegiatan sejenis di Jabodetabek. Dalam konsep kerjasama antar
II - 13
wilayah, direncanakan pengembangan kawasan peruntukan industri yang integrasi
dengan kawasan-kawasan industri di Provinsi Banten, khususnya Kabupaten
Tangerang dan Kabupaten Serang.
4. Kawasan Kota Lama
Kawasan Kota Lama mencakup areal seluas kurang lebih 30 (tiga puluh) hektar
yang berada di Kelurahan Sukasari dan Kelurahan Sukarasa, Kecamatan
Tangerang yang merupakan kawasan bersejarah paling menarik di Kota Tangerang,
karena menjadi titik pertemuan dan akulturasi budaya lokal. Arahan pengembangan
di kawasan Kota Lama meliputi:
Revitalisasi dan modifikasi nilai-nilai budaya lokal untuk membangkitkan
kembali fungsi dan aktivitas internal kawasan dengan mengintegrasikan tiga
karakter ruang dan fungsi, yaitu blok pecinan yang memiliki karakter ruang dan
arsitektur permukiman Cina, blok pendopo kabupaten – Masjid Agung yang
mempresentasikan budaya lokal Tangerang, dan blok stasiun kereta api yang
dibangun sejak jaman Belanda; dan
Pengembangan kegiatan dengan fungsi campuran, yaitu hunian, perdagangan
dan fasilitas publik skala kota.
Fungsi hunian dan perdagangan sebagai kegiatan utama kawasan harus tetap
dipertahankan terutama di Blok Pecinan. Kedua fungsi ini merupakan
komponen pendukung utama yang melekat di blok Pecinan dan harus terus
dikembangkan berdasar pada karakter sosial-ekonomi dan spatial yang ada.
Bangunan-bangunan dengan arsitektur Cina dan fungsi khusus yang menarik,
baik klenteng, masjid, rumah-rumah lama, pabrik kecap harus didukung untuk
dilindungi dan dilestarikan (building preservation and conservation). Demikian
juga berbagai aktivitas masyarakat yang berdasar pada tradisi budaya dan
ritual keagamaan yang ada di Blok Pecinan perlu didukung sebagai bagian
pengembangan kawasan wisata budaya.
Fungsi-fungsi lain yang mengganggu kegiatan utama, seperti: budi daya
burung walet dan pedagang kaki lima, harus segera dibatasi agar tidak
menghancurkan karakter lokasi. Demikian juga keberadaan Pasar Lama yang
memiliki sejarah panjang dan karakater aktivitas perdagangan yang spesifik
diarahkan tetap dipertahankan tetapi harus ditata kembali, terutama terkait
dengan kondisi perletakan dan sanitasi lingkungan yang sangat buruk
(perletakkan pedagang kaki lima yang semrawut dan mengganggu sirkulasi
lingkungan, kebersihan lingkungan dan penanganan sampah yang buruk).
Fungsi prasarana dan sarana umum skala kota, seperti pusat budaya dan seni
pertunjukan perlu dikembangkan di Blok Pendopo Kabupaten – Masjid Agung.
II - 14
Pengembangan fasilitas seni dan budaya diarahkan sebagai faktor pemicu
aktvitas skala kota (seperti festival seni dan budaya, festival ritual keagamaan,
serta festival musik anak muda) yang kemudian akan menjadi daya tarik
(attractiveness) kawasan Kota Lama ini bagi warga kota Tangerang sendiri
maupun pengunjung dari luar kota. keberhasilan pengembangan aktivitas seni
budaya skala kota akan menambah daya kompetisi kota (city competitiveness)
Kota Tangerang secara keseluruhan.
Fungsi Blok Stasiun Kota Tangerang harus ditata-ulang dan lebih diarahkan
untuk kegiatan-kegiatan perdangangan dan jasa yang mendukung
pengembangan wisata budaya. Terutama lahan yang langsung berhadapan
dengan Blok Pendopo Kabupaten diarahkan untuk pusat komersial campuran
(perdagangan, jasa dan perhotelan) dengan tema pengembangan sesuai
dengan karakter Pecinan. Sedangkan fungsi stasiun kereta api tetap
dipertahankan tetapi dengan skala pelayanan yang lebih ringan yakni
diturunkan dari fungsi stasiun utama kota (melayani penumpang dan distribusi
barang) menjadi hanya stasiun penumpang saja.
5. Kawasan Situ
Kawasan Situ meliputi Situ Cipondoh, Situ Bulakan, Situ Gede, Situ Cangkring, Situ
Bojong, dan Situ Kunciran. Arahan pengembangan pada kawasan situ meliputi:
Fungsi utama yang dikembangkan sebagai kawasan konservasi, pengendali
banjir, dan sumber air baku; dan
Kawasan situ dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata dengan
mempertimbangkan aspek ekologis.
6. Kawasan Sungai Cisadane
Kawasan Sungai Cisadane mencakup kawasan sempadan sepanjang sungai dan
perairannya yang berada di dalam Wilayah Kota Tangerang. Kawasan Sungai
Cisadane merupakan salah satu aset paling berharga bagi Kota Tangerang, selain
menjadi sumber air permukaan bagi penyediaan air bersih, kawasan ini terletak di
lokasi yang strategis – tepat di tengah kota. Demikian juga kualitas fisik sungai dan
aliran air masih relatif baik. Sungai Cisadane juga menjadi tempat berlangsungnya
festival budaya tahunan warga Kota Tangerang. Dengan kata lain Sungai Cisadane
telah menjadi salah satu citra kota (image of the city) yang melekat pada identitas
Kota Tangerang.
Secara prinsip, rencana pengembangan Kawasan Sungai Cisadane diarahkan
untuk melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan sungai, khususnya yang
II - 15
melintasi wilayah administrasi Kota Tangerang, dari jembatan Jalan Tol Jakarta-
Tangerang hingga Kampung Kelor di kecamatan Neglasari.
Arahan pengembangan pada kawasan sepanjang Sungai Cisadane meliputi:
Fungsi utama yang dikembangkan sebagai kawasan konservasi, pengendali
banjir, dan sumber air baku;
Penataan kawasan sepanjang sisi sungai merupakan orientasi penempatan
muka bangunan (riverfront) dan pengembangan konsep promenade (tempat
untuk berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan perairan); dan
Pemanfaatan Kawasan Sungai Cisadane untuk kegiatan wisata dan
pengembangan angkutan air pendukung wisata dengan mempertimbangkan
aspek ekologis.
Selain itu Kawasan Sungai Cisadane dibagi menjadi dua segmen rencana
pengembangan, meliputi:
1. Segmen Pertama: dari jalan tol perlintasan Jakarta-Merak ke Pintu Air.
Pengembangan segmen ini diarahkan untuk kawasan fungsi campuran taman
dengan pengendalian pembangunan yang ketat. Fungsi campur yang
dimaksud adalah perkantoran, studio, bengkel kerja (workshop), pendidikan,
galeri, ruang pamer (exhibition hall) dan perumahan vertikal dengan basis
kegiatan ekonomi tersier atau yang dikenal dengan istilah kegiatan ekonomi
kreatif (seni, desain, multimedia, fashion, arsitektur, animasi, film). Fungsi ini
merupakan bagian terintegrasi dari rencana pengembangan Pusat Kota Baru.
Sedang pengendalian pembangunan yang ketat rencanakan akan diterapkan
dengan beberapa aturan pembangunan (melalui mekanisme Koefisien Dasar
Bangunan/KDB, Koefisien Lanatai Bangunan/KLB, Koefisen Tapak
Basement/KTB, Koefisien Daerah Hijau/KDH, ketinggian bangunan/jumlah
lantai maksimal) dan panduan perancangan yang detail dan terpadu (panduan
perletakan ruang terbuka hijau, sistem drainase kawasan, pengolahan limbah).
2. Segmen Kedua: dari Pintu Air ke Kampung Kelor. Karena sebagian segmen ini
terletak di dalam Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP),
direncanakan sebagai kawasan lindung hijau, budidaya pertanian yang bernilai
tinggi (tanaman hias, ikan hias). Fungsi perumahan dibatasi
perkembangannya.
C. Kawasan Budidaya
1. Kawasan Perumahan
Arahan pengembangan kawasan perumahan tersebar di seluruh wilayah kota
meliputi:
II - 16
Perumahan dengan kepadatan tinggi yang diarahkan pada Kecamatan
Tangerang, sebagian Kecamatan Pinang, sebagian Kecamatan Benda,
Kecamatan Larangan, Kecamatan Cibodas, dan Kecamatan Periuk;
Perumahan dengan kepadatan sedang yang diarahkan pada Kecamatan
Neglasari, Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Ciledug, Kecamatan Karang
Tengah, Kecamatan Karawaci, dan Kecamatan Jatiuwung; dan
Perumahan dengan kepadatan rendah yang diarahkan pada sebagian
Kecamatan Benda, Kecamatan Batuceper, dan sebagian Kecamatan Pinang.
2. Kawasan Perdagangan Dan Jasa
Kawasan perdagangan dan jasa di wilayah Kota Tangerang meliputi:
Pasar tradisional;
Pusat perbelanjaan dan/atau pertokoan;
Toko modern;
Kawasan perdagangan khusus; dan
Kegiatan jasa.
Arahan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa meliputi :
a. Pengelolaan pasar tradisional meliputi:
Pengembangan direncanakan pada pusat-pusat lingkungan di setiap
wilayah kecamatan;
Melakukan penataan pasar tradisional yang ada agar dapat bersaing
dengan toko modern;
Peningkatan kualitas pelayanan diantaranya dengan memperbaiki sistem
sanitasi lingkungan, persampahan, menyediakan ruang parkir yang cukup,
dan RTH;
Meningkatkan aksesibilitas menuju pasar tradisional baik pengembangan
jaringan jalan maupun penyediaan moda transportasi; dan
Menyediakan ruang khusus untuk tempat berjualan pedagang kaki lima di
sekitar pasar.
b. Pengembangan pusat perbelanjaan meliputi:
Pengembangan pusat perbelanjaan pada kawasan pusat pelayanan kota
dan sub pusat pelayanan kota disesuaikan dengan ketentuan yang
berlaku; dan
Menyediakan areal parkir sesuai dengan standar yang berlaku, RTH, dan
ruang untuk kegiatan sektor informal.
II - 17
c. Pengembangan toko modern meliputi:
Penataan dan pengembangan toko modern sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; dan
Menyediakan areal parkir sesuai dengan standar yang berlaku, RTH, dan
memperhatikan aksesibilitas keluar masuk kendaraan serta utilitas yang
dibutuhkan.
Pengembangan toko modern memperhitungkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat, keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan menengah
yang ada di wilayah yang bersangkutan.
d. Kawasan perdagangan khusus berupa pengembangan pasar tekstil di
Kelurahan Cipadu dan Kelurahan Cipadu Jaya Kecamatan Larangan.
e. Pengembangan kegiatan jasa meliputi kegiatan perkantoran swasta,
perhotelan, dan juga beberapa fungsi yang dikenal dengan konsep MICE
(meeting, incentive, convention and event/exhibition) serta jasa lainnya yang
akan dikembangkan pada kawasan penunjang bandar udara, pusat pelayanan
kota, dan sub pusat pelayanan kota.
f. Kegiatan jasa dapat digabung dengan perdagangan dengan konsep mixuse
atau superblok yang akan dikembangkan pada kawasan pusat pelayanan kota,
sub pusat pelayanan kota, dan jalan arteri.
3. Kawasan Peruntukan Industri
Arahan pengembangan kawasan peruntukan industri, meliputi:
a. Kegiatan industri rumah tangga dan industri kecil dapat dikembangkan pada
kawasan perumahan dengan ketentuan kegiatan tidak menimbulkan dampak
negatif bagi lingkungan dan kawasan sekitarnya.
b. Kegiatan industri sedang atau industri menengah dan industri besar meliputi:
Mempertahankan kegiatan industri sedang atau industri menengah dan
industri besar yang sudah ada di Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan
Batuceper dan Kecamatan Periuk serta mengembangkan industri yang
ramah lingkungan;
Membatasi perkembangan industri sedang atau industri menengah dan
industri besar hanya pada industri yang sudah ada di Kecamatan
Karawaci, Kecamatan Tangerang, dan Kecamatan Cibodas;
Penataan kawasan peruntukan industri di Kecamatan Jatiuwung dengan
konsep industrial estate yang dilengkapi dengan penyediaan utilitas
terpadu, instalasi pengolahan air limbah terpadu, penambahan hunian
vertikal, dan jaringan angkutan umum dan barang; dan
II - 18
Membatasi perkembangan industri sedang atau industri menengah dan
industri besar yang ada di sepanjang Sungai Cisadane dengan
mengarahkan kepada industri non polutan;
c. Mengembangkan kegiatan industri kecil dan industri sedang atau menengah
yang ramah lingkungan pada kawasan pergudangan dengan menyediakan unit
pengolahan limbah, RTH dan fasilitas penunjangnya di Kecamatan Benda dan
Neglasari.
d. Mengembangkan kegiatan industri kreatif di seluruh wilayah Kota Tangerang
dengan ketentuan kegiatan industri tidak menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan dan kawasan sekitarnya. Industri kreatif didefinisikan sebagai
industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, keterampilan serta bakat
individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan
menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu
tersebut.
4. Kawasan Pariwisata
Arahan pengembangan kawasan pariwisata meliputi:
a. Pengembangan wisata alam dan rekreasi dikembangkan di Sungai Cisadane,
Situ Cipondoh dan Situ Bulakan;
b. Revitalisasi kota lama dengan fungsi campuran yaitu hunian, perdagangan,
fasilitas publik, dan wisata budaya di Kecamatan Tangerang;
c. Pengembangan wisata belanja di Kawasan Cipadu;
d. Pengembangan wisata kuliner di kawasan pasar lama;
e. Pengembangan wisata berbasis budaya lokal di Kecamatan Neglasari dan
Kecamatan Pinang; dan
f. Pengembangan kegiatan agro wisata di Kecamatan Pinang dan Kecamatan
Karang Tengah.
5. Kawasan Pertanian
Pengembangan kawasan pertanian meliputi:
a. Tanaman pangan dengan mempertahankan lahan pertanian/sawah irigasi
teknis sebagai kawasan pertanian pangan berkelanjutan di wilayah Kecamatan
Periuk, Kecamatan Neglasari, dan Kecamatan Benda;
b. Hortikultura terdiri atas:
Tanaman buah di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang;
Tanaman sayuran di Kecamatan Neglasari, Kecamatan Benda, dan
Kecamatan Periuk; dan
II - 19
Tanaman hias di Kecamatan Karang Tengah, Kecamatan Cipondoh, dan
Kecamatan Pinang;
c. Pengembangan kegiatan peternakan terintegrasi dengan kegiatan pertanian di
Bayur Kecamatan Periuk.
6. Kawasan Perikanan
Pengembangan kawasan perikanan meliputi:
a. Pengembangan kegiatan perikanan dengan memanfaatkan wilayah perairan
yang terdiri atas:
Perikanan tangkap pada wilayah sungai dan situ; dan
Perikanan budidaya air tawar berupa kolam
b. Pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak melebihi potensi lestari;
c. Pengembangan kegiatan perikanan untuk memenuhi kebutuhan skala kota
diarahkan pada Kecamatan Periuk, Cipondoh, dan Pinang; dan
d. Pemanfaatan situ untuk kegiatan budidaya ikan dengan system keramba jaring
apung tidak diperbolehkan.
7. Kawasan Peruntukan Penunjang Bandar Udara
Pengembangan kawasan peruntukan fasilitas penunjang bandar udara diarahkan
pada kawasan ancangan pendaratan dan Iepas landas sesudah jarak 1.100 m dari
ujung landasan dan kawasan kebisingan tingkat 2 dan 3 yang terletak di Kecamatan
Neglasari dan Kecamatan Benda.
Pengembangan kawasan peruntukan penunjang bandar udara meliputi:
a. Kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas sesudah jarak 1.100 m dari
ujung landasan dan kawasan kebisingan tingkat 2 dan 3 yang terletak di
Kecamatan Neglasari dan Kecamatan Benda;
b. Kawasan peruntukan fasilitas penunjang bandar udara merupakan kawasan
sekitar bandar udara yang ditetapkan sebagai kawasan budi daya prioritas;
c. Pengembangan kawasan peruntukan fasilitas penunjang bandar udara
diarahkan untuk kegiatan fasilitas yang menunjang secara langsung atau tidak
langsung kegiatan bandar udara.
II - 20
2.1.3. Wilayah Rawan Bencana
A. Bencana Banjir
Sebagaimana wilayah di Jabodetabek, Kota Tangerang juga tidak luput dari bencana banjir.
Bencana banjir yang terjadi di Kota Tangerang terparah terjadi pada tahun 2007 silam,
dimana selain terjadi korban material juga terdapat korban jiwa.
Berdasar pendataan Satkorlak Bencana Banjir Kota Tangerang tahun 2007 dan Dinas PU
Kota Tangerang, tercatat data-data banjir dan rumah yang terkena banjir tanggal 1-9 Januari
2007 adalah berada di 63 lokasi dengan tinggi genangan antara 0,4-3,0 meter, waktu
genangan antara 12 jam – 1 minggu, dan total luas genangan mencapai 518,5 Ha. Adapun
kawasan rawan bencana banjir di Kota Tangerang, meliputi:
1. Kecamatan Tangerang di Jalan MH. Thamrin Kelurahan Cikokol dan Jalan A. Damyati
Kelurahan Sukasari;
2. Kecamatan Jatiuwung di Perumahan Purati Kelurahan Alam Jaya;
3. Kecamatan Benda di Kampung Rawa Bamban Kelurahan Jurumudi Baru dan Kampung
Rawa Bokor Kelurahan benda;
4. Kecamatan Batuceper di Kelurahan Kebon Besar dan Kelurahan Poris Jaya;
5. Kecamatan Karawaci di Perumahan Pondok Arum Kelurahan Nambo Jaya, Perumahan
Bugel Indah Kelurahan Bugel, dan Saluran Pembuang Cipabuaran Kelurahan Pabuaran;
6. Kecamatan Cibodas di Kelurahan Panunggangan Barat, Kelurahan Uwung Jaya,
Kelurahan Cibodas Baru, dan Kelurahan Jatiuwung;
7. Kecamatan Periuk di Perumahan Total Persada Kelurahan Gembor, Perumahan Taman
Cibodas Kelurahan Sangiang Jaya, Perumahan Mutiara Pluit dan Perumahan Periuk
Damai Kelurahan Priuk;
8. Kecamatan Cipondoh di Kampung Candulan Kelurahan Petir, Jalan KH. Ahmad Dahlan
Kelurahan Gondrong, Perumahan Taman Royal dan Jalan KH. Hasyim Ashari Kelurahan
Cipondoh, Kelurahan Cipondoh Indah;
9. Kecamatan Pinang di Perumahan Pinang Griya Kelurahan Pinang, Perumahan Kunciran
Mas Indah Kelurahan Kunciran, Perumahan Taman Pinang Indah Kelurahan Nerogtog;
10. Kecamatan Karang Tengah di Perumahan Ciledug Indah I dan II Kelurahan Pedurenan,
Perumahan Pondok Bahar Kelurahan pondok Bahar, Komplek DDN dan Jalan Raden
Saleh Kelurahan Karang Mulya, Komplek Perdagangan Kelurahan Karang Timur, dan
Kelurahan Parung Jaya;
11. Kecamatan Ciledug di Perumahan Wisma Tajur dan Puri Kartika Kelurahan Tajur,
Kelurahan Parung Serab, Perumahan Griya Kencana, Perumahan Duren Villa;
II - 21
12. Kecamatan Larangan di Joglo Gebyuran dan Joglo Kelurahan Larangan Utara, Komplek
Kejaksaan, Kelurahan Larangan Indah, Kreo;
13. Kecamatan Neglasari di Pergudangan Bandara Mas Kelurahan Selapajang.
Pada tahun 2011, masih terjadi banjir di 21 lokasi yang tersebar di 10 kecamatan, dengan
luas genangan keseluruhan mencapai 35,3 ha dan ketinggian genangan maksimal mencapai
50 cm. Berikut ini genangan banjir di Kota Tangerang tahun 2011.
Tabel 2.9
Genangan Banjir Tahun 2011
No Kecamatan Lokasi Luas (ha) Tinggi (cm)
1 Ciledug Perumahan Puri Kartika (Kali Angke) 1,00 40
2 Larangan Joglo Jembatan Gebyuran (Kali Cantiga) 2,00 50
3 Karang Tengah Pondok Bahar (Kali Angke) 2,00 50
Kali Cantiga 0,50 40
Komplek Unilever (Kali Cantiga) 0,50 40
Kali Gili 0,30 40
Komplek DDN (kali Cantiga) 1,00 40
Ciledug Indah 1 dan 2 (kali Angke) 0,50 50
4 Cipondoh Kampung Candulan (Kali Angke) 3,00 40
5 Pinang Taman Pinang Indah (Kali Angke) 1,00 40
Perumahan Pinang Griya (Kali Angke) 3,00 50
6 Tangerang - - -
7 Karawaci Kali Cisarung 0,50 50
Cimone Permai (Belakang Terminal) 0,50 30
8 Cibodas Kali Cibodas (RW 01) 1,00 40
Kali Sabi 0,50 30
9 Jatiuwung Kali Keroncong 7,00 50
10 Periuk (Jembatan Amblas) Kali Keroncong 2,00 50
Jembatan (Kali Sabi) Cibodas 4,00 50
Kali Cirarab 0,50 50
11 Neglasari - - -
12 Batuceper - - -
13 Benda Rawa Bamban Daerah Rendah 4,00 50
Kelurahan Benda RW 01 dan 02 0,50 40
Kota Tangerang 35,30 -
Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka 2012
B. Bencana Kebakaran
Selain rawan bencana banjir, Kota Tangerang dengan kondisi permukiman yang padat juga
rawan bencana kebakaran. Sepanjang tahun 2011 terjadi 146 kasus peristiwa kebakaran di
Kota Tangerang. Secara umum penyebab kebakaran di Kota Tangerang dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu arus pendek, kompor dan lain-lain. Penyebab utama kebakaran di Kota
Tangerang didominasi oleh arus pendek sebagaimana ditunjukkan kejadian kebakaran tahun
2009 dari 104 kejadian kebakaran 64 diantaranya disebabkan oleh arus pendek, tahun 2010
II - 22
dari 60 kejadian kebakaran 38 kejadian disebabkan oleh arus pendek. Begitu juga tahun 2011
dari 146 kejadian kebakaran 87 disebabkan oleh arus pendek.
Tabel 2.10 Jumlah Kejadian dan Penyebab Kebakaran
No Penyebab Tahun
2009 2010 2011
1 Arus Pendek 64 38 87
2 Kompor 8 6 11
3 Lain-lain 32 16 48
Jumlah 104 60 146
Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran, 2012
2.1.4. Kondisi Demografi
Kondisi demografis Kota Tangerang meliputi berbagai data/informasi terkait dengan
kependudukan antara lain: jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut jenis kelamin,
struktur usia, serta jenis pekerjaan dan pendidikan. Kondisi demografis ini tidak dapat
dilepaskan dengan kondisi geografisnya, seperti halnya Kota Tangerang sebagai hinterland
DKI Jakarta, maka pertumbuhan penduduknya tidak hanya dipengaruhi oleh kelahiran
(fertilitas), tetapi juga oleh perpindahan (migrasi).
Identifikasi terhadap jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut jenis kelamin, struktur
usia, jenis pekerjaan dan pendidikan sebagai bahan untuk memformulasikan kebijakan dan
program/kegiatan pembangunan.
A. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang besar merupakan potensi pembangunan jika memiliki kualitas yang
memadai, namun sebaliknya akan menjadi beban pembangunan. Oleh karena itu,
penanganan kependudukan tidak hanya pada upaya pengendalian jumlah penduduk tetapi
juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Jumlah penduduk Kota Tangerang pada tahun 2010 diperkirakan sebanyak 1.798.601 jiwa,
meningkat tajam dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu 1.525.534 jiwa. Berdasarkan
distribusi penduduk, penduduk terbanyak berada di Kecamatan Cipondoh dengan jumlah
penduduk 216.346 jiwa, dan kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Larangan
dengan tingkat kepadatan 174,36 jiwa/ha. Rata-rata kepadatan penduduk Kota Tangerang
tahun 2010 adalah 109,3 jiwa/ha, dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata dalam 10
tahun terakhir menurut data BPS adalah sebesar 3,09% per tahun. Sementara itu, jumlah
II - 23
Rumah Tangga terbanyak terdapat di wilayah Kecamatan Cipondoh, yang diperkirakan
sebesar 53.167 RT, serta rata-rata jumlah anggota rumah tangga di seluruh wilayah Kota
Tangerang diperkirakan 3 – 4 jiwa per RT. Lebih jelasnya, kondisi persebaran jumlah
penduduk di wilayah Kota Tangerang bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.11 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2010
No. Kecamatan Rumah Tangga Penduduk (jiwa) Rata-rata Anggota
RT Kepadatan
(jiwa/ha)
1 Batuceper 24.471 90.590 3,70 78,23
2 Benda 21.809 83.017 3,81 140,23 3 Cibodas 38.304 142.479 3,72 148,26
4 Ciledug 36.461 147.023 4,03 167,64
5 Cipondoh 53.167 216.346 4,07 120,80 6 Jatiuwung 43.383 120.216 2,77 83,43
7 Karang Tengah 29.652 118.473 4,00 113,15
9 Karawaci 46.020 171.317 3,72 127,09
8 Larangan 40.885 163.901 4,01 174,36 10 Neglasari 25.355 103.504 4,08 64,37
12 Periuk 36.380 129.384 3,56 135,62
11 Pinang 40.093 160.206 4,00 74,20 13 Tangerang 38.448 152.145 3,96 96,36
Kota Tangerang 474.428 1.798.601 109,30
Sumber: BPS Kota Tangerang, 2011
Berdasarkan jenis kelamin, rasio penduduk laki-laki dengan perempuan di Kota Tangerang
tahun 2010 adalah 104,96. Berdasarkan umur, jumlah penduduk terbanyak adalah pada umur
25-29 tahun dan paling sedikit adalah pada umur 75 tahun ke atas.
B. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Selain jumlah penduduk, hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kependudukan
adalah komposisinya berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Berdasarkan data
BPS, penduduk Kota Tangerang tahun 2010 berdasarkan jenis kelamin dan persebarannya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2010
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin
1 Batuceper 46.874 43.716 107,22 2 Benda 43.156 39.861 108,27
3 Cibodas 71.819 70.660 101,64
4 Ciledug 75.313 71.710 105,02 5 Cipondoh 109.894 106.452 103,23
II - 24
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin
6 Jatiuwung 63.778 56.438 113,01
7 Karang Tengah 59.999 58.474 102,61 9 Karawaci 86.248 85.069 101,39
8 Larangan 83.580 80.321 104,06
10 Neglasari 53.859 49.645 108,49 12 Periuk 66.391 62.993 105,39
11 Pinang 81.651 78.555 103,94
13 Tangerang 78.481 73.664 106,54
Kota Tangerang 921.043 877.558 104,96 Sumber: BPS Kota Tangerang, 2011
C. Penduduk Menurut Struktur Usia
Informasi jumlah penduduk menurut struktur usia sangat bermanfaat sebagai masukan (input)
perencanaan pembangunan antara lain sebagai informasi awal untuk antisipasi penyediaan
berbagai fasilitas pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan. Informasi ini akan
memberikan gambaran tentang seberapa besar potensi Sumber Daya Manusia (SDM)
terutama untuk keperluan yang terkait dengan pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.
Jumlah penduduk menurut struktur usia di Kota Tangerang tahun 2009 dan tahun 2010
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2010
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0 - 4 89.165 83.992 173.157 5 - 9 81.995 77.433 159.428
10 - 14 72.311 68.865 141.176
15 - 19 76.601 79.237 155.838
20 - 24 94.285 93.883 188.168 25 - 29 109.215 106.367 215.582
30 - 34 98.374 94.395 192.769
35 - 39 83.040 76.283 159.323 40 - 44 67.090 60.905 127.995
45 - 49 50.901 47.231 98.132
50 - 54 39.346 35.042 74.388 55 - 59 27.304 21.247 48.551
60 - 64 14.152 12.516 26.668
65 - 69 8.331 8.207 16.538
70 – 74 4.870 5.767 10.637 75+ 4.063 6.188 10.251
Tahun 2010 921.043 877.558 1.798.601
Tahun 2009 820.132 832.458 1.652.590 Tahun 2008 755.724 775.942 1.531.666
Sumber: BPS Kota Tangerang, 2011
II - 25
Dari tabel di atas jumlah penduduk pada kelompok usia anak (0–14 tahun) jumlahnya
mencapai 473.761 jiwa atau 26.34% dari jumlah penduduk Kota Tangerang. Kondisi ini perlu
mendapat perhatian karena terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, dan
kesehatan. Seiring dengan jumlah proporsi usia anak dalam komposisi penduduk maka
peningkatan kualitas anak sebagai sumber daya manusia membutuhkan perhatian yang
besar.
Sedangkan jumlah penduduk pada kelompok usia (15–64 tahun) yang merupakan usia
produktif berjumlah 1.287.414 jiwa atau sekitar 71,58% dari jumlah penduduk Kota
Tangerang. Kondisi ini mengartikan bahwa potensi SDM dalam hal pendidikan, kesehatan,
dan ketenagakerjaan di Kota Tangerang tahun 2010 terlihat relatif besar, sedemikian
sehingga perlu adanya upaya antisipasi terhadap penyediaan sarana-prasarana pada tiga
bidang tersebut, terutama bidang ketenagakerjaan/lowongan kerja.
2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) barang
dan jasa yang ditimbulkan oleh faktor-faktor produksi yang diproduksi di suatu wilayah tertentu
dalam waktu tertentu (biasanya dalam tahun tertentu), tanpa memperhatikan kepemilikan
faktor-faktor produksinya. PDRB merupakan salah satu indikator untuk melihat kinerja makro
perekonomian daerah yang mampu menggambarkan pendapatan per kapita, strukur ekonomi,
dan laju pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Meskipun bukan merupakan pengukuran
yang sempurna, PDRB merupakan suatu pendekatan yang baik untuk pengukuran kinerja
ekonomi suatu daerah. Perhitungan PDRB dengan pendekatan produksi, merupakan jumlah
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan berbagai unit produksi dalam jangka waktu satu
tahun. Unit-unit produksi yang digunakan secara umum dikelompokkan dalam 9 lapangan
usaha, yaitu: (1) Pertanian; (2) Pertambangan dan penggalian; (3) Industri pengolahan; (4)
Listrik, gas dan air minum; (5) Bangunan; (6) Perdagangan; (7) Pengangkutan dan
komunikasi; (8) Bank dan lembaga keuangan lainnya; dan (9) Jasa-jasa.
Penghitungan PDRB di dasarkan pada dua harga, yaitu harga berlaku (current price) dan
harga dasar/konstan (constant price). PDRB atas dasar harga berlaku (current price) adalah
jumlah nilai barang dan jasa, pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga
II - 26
berlaku pada tahun bersangkutan. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (constant
price) adalah jumlah barang dan jasa, pendapatan atau pengeluaran yang dinilai sesuai
dengan harga pasar yang tetap (tahun dasar). Besar kecilnya PDRB suatu daerah sangat
tergantung pada potensi sumber ekonomi yang dimiliki daerah tersebut.
Perkembangan PDRB harga berlaku dan PDRB harga konstan di Kota Tangerang adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.14 PDRB Kota Tangerang Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun
2008–2010 (Miliar Rupiah)
Lapangan Usaha 2008 2009 2010
Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan 69,33 77,10 86,03
Pertambangan dan Penggalian - - -
Industri Pengolahan 22.536,28 23.451,63 25.579,85
Listrik, Gas, dan Air Bersih 337,89 348,94 406,03
Bangunan 864,512.4 1.041,62 1.340,45
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13.377,89 15.320,57 17.592,75
Pengangkutan dan Komunikasi 4.959,67 6.003,84 6.908,06
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1.485,82 1.775,18 2.163,64
Jasa-jasa 1.057,33 1.311,80 1.546,25
PDRB 44.688,73 49.330,67 55.623,07
Pertumbuhan PDRB (%) 13,55 10,39 12,21
Sumber: Buku Publikasi PDRB Kota Tangerang 2009, diolah tahun 2011
Tabel 2.15 PDRB Kota Tangerang Atas Dasar Harga Konstan (=2000) Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2008–2010 (Miliar Rupiah)
Lapangan Usaha 2008 2009 2010
Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan Perikanan 43,93 45,43 45,52
Pertambangan dan Penggalian - - -
Industri Pengolahan 13.229,93 13.502,46 14.061,09
Listrik, Gas, dan Air Bersih 253,76 268,71 288,40
Bangunan 481,08 532,51 591,52
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7.498,13 8.023,97 8.767,11
Pengangkutan dan Komunikasi 3.119,50 3.576,95 3.866,95
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 880,18 991,65 1.115,35
Jasa-jasa 560,49 620,85 691,58
PDRB 26.066,99 27.562,53 29.428,82
Sumber: Buku Publikasi PDRB Kota Tangerang 2009, diolah tahun 2011
II - 27
Tabel 2.16 Peranan Sektor Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008–2010
LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 0,16 0,16 0,15
Pertambangan dan Penggalian - - -
Industri Pengolahan 50,43 47,54 45,99
Listrik, Gas dan Air 0,76 0,71 0,73
Bangunan 1,93 2,11 2,41
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 29,94 31,06 31,63
Pengangkutan dan Komunikasi 11,10 12,17 12,42
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,32 3,60 3,89
Jasa-jasa 2,37 2,66 2,78
PDRB 100,00 100,00 100,00
Sumber: Buku Publikasi PDRB Kota Tangerang 2009, diolah tahun 2011
Tabel 2.17 Peranan Sektor Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan (=2000)
Tahun 2008–2010
Lapangan Usaha 2008 2009 2010*
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 0,16 0,16 0,15
Pertambangan dan Penggalian - -
Industri Pengolahan 50,43 48,99 47,78
Listrik, Gas dan Air 0,76 0,97 0,98
Bangunan 1,93 1,93 2,01
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 29,94 29,11 29,79
Pengangkutan dan Komunikasi 11,10 12,98 13,14
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,32 3,60 3,79
Jasa-jasa 2,37 2,25 2,35
PDRB 100,00 100,00 100,00
Sumber: Buku Publikasi PDRB Kota Tangerang 2009, diolah tahun 2011
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang dihasilkan dari
kegiatan produksi barang dan jasa selama tahun 2009 di Kota Tangerang adalah sebesar
Rp.49.330,67 Miliar. Nilai ini mengalami peningkatan sekitar 9.4% jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
Sementara itu, jika dilihat berdasarkan nilai PDRB atas dasar harga konstan yang berasal dari
total produksi barang dan jasa tahun 2009 dikalikan dengan harga dasar tahun 2000 adalah
sebesar Rp.27.562,54 Miliar atau meningkat 5.4% dari tahun sebelumnya. Jika dilihat lebih
lanjut, PDRB Kota Tangerang berdasarkan harga konstan selama kurun waktu tiga tahun
terakhir cenderung meningkat dari Rp.24.505,12 miliar (tahun 2007) menjadi Rp.27.562,53
miliar (tahun 2009) atau sebesar Rp.3.057,44 miliar (12,48%). Dilihat dari angka absolut,
II - 28
sepanjang tahun 2007–2009 lapangan usaha yang mengalami peningkatan relatif besar
antara lain adalah: Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; serta
Industri Pengolahan; masing-masing sebesar Rp.1.355,19 miliar (20.32%), Rp.689,65 miliar
(23.89%), dan Rp.569,61 miliar (4.40%), sedangkan dilihat dari laju peningkatan, maka
lapangan usaha Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan, mempunyai laju peningkatan
paling tinggi, yaitu sebesar 29.42%.
Berdasarkan kontribusi terhadap PDRB, selama kurun waktu tiga tahun lapangan usaha
Industri Pengolahan serta lapangan usaha Perdagangan, Hotel, dan Restoran merupakan dua
penyumbang terbesar terhadap PDRB, yaitu 50,75% dan 28,40%. Walaupun demikian,
kecenderungan lapangan Industri Pengolahan terlihat semakin menurun, sedangkan
lapangan usaha Perdagangan, Hotel, dan Restoran, serta lapangan usaha Keuangan,
Persewaan, dan Jasa Perusahaan semakin meningkat. Hal ini mengartikan bahwa kedua
lapangan usaha tersebut berpotensi sebagai lapangan usaha yang mampu menyediakan
lapangan pekerjaan yang besar di samping lapangan usaha di bidang Industri Pengolahan.
Hal yang perlu diingat bahwa PDRB hanya merupakan angka agregat aktivitas ekonomi
suatu wilayah, sehingga belum mewakili derajat pemerataan hasil pembangunan. Disamping
itu perhitungan PDRB bukan hanya berdasar pada fungsi waktu saja, tapi juga merupakan
fungsi aktivitas ekonomi utama yang sangat dipengaruhi kondisi global lainnya seperti: kondisi
ekonomi dunia dan regional, alokasi belanja pemerintah, investasi masyarakat, pendapatan
masyarakat, kesempatan kerja, inflasi, dan lain-lain. Dengan demikian tolok ukur
kesuksesan/keberhasilan perekonomian tidak hanya dari angka PDRB saja melainkan harus
melibatkan indikator ekonomi lain yang menunjukkan kinerja pemerataan kesejahteraan suatu
wilayah.
B. Produk Domestik Regional Bruto (PDDRB) Per Kapita
Untuk menunjukkan bagaimana suatu daerah memiliki potensi pembangunan dapat dilihat
dari besaran pendapatan per kapitanya atau dalam hal ini sama dengan PDRB perkapita.
Dengan mengetahui perubahan besaran PDRB per kapita ini maka suatu daerah dapat
dikatakan menikmati hasil pembangunan untuk setiap penduduknya atau tidak. Yang dapat
diartikan pula bila PDRB perkapita meningkat berarti pemerintah telah menjalankan fungsi
pembangunannya dengan baik.
Dalam kurun waktu tiga tahun (2007–2010), PDRB Perkapita Kota Tangerang menunjukkan
peningkatan yang cukup baik. Pada tahun 2009 berdasarkan harga konstan tahun 2000,
PDRB perkapita di Kota Tangerang mencapai 26,09 juta rupiah, meningkat 10.04% dari tahun
II - 29
sebelumnya yaitu 23,1 juta rupiah. Apabila menggunakan harga berlaku, PDRB perkapita
tahun 2009 menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu 31,73 juta rupiah, meningkat 8,74%
dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, PDRB per kapita Kota Tangerang berdasarkan
harga konstan diperkirakan sebesar 16,37 juta rupiah atau menurun 7,67% (-7,67%) dari
tahun sebelumnya. Sedangkan berdasarkan harga berlaku, diperkirakan PDRB per kapita
sebesar 30,94 juta rupiah, menurun 2,46% (-2,46%) dari tahun sebelumnya. Penurunan ini
lebih disebabkan karena laju pertumbuhan penduduk yang tinggi diperkirakan sebesar 3,09%
berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, hal ini disebabkan tingginya tingkat migrasi masuk
penduduk dari luar Kota Tangerang sehingga tingginya laju pertumbuhan penduduk tidak
sebanding dengan laju pertumbuhan ekonomi, juga disebabkan pada tahun 2009 Kota
Tangerang mengalami perlambatan laju pertumbuhan ekonomi akibat inflasi sangat tinggi di
tahun 2008 dan imbas atau tekanan krisis keuangan dan global.
Secara keseluruhan, PDRB per kapita Kota Tangerang menunjukkan perubahan
(kecenderungan) yang meningkat, dalam pengertian lain peningkatan penduduk yang ada
masih dapat diserap oleh kapasitas produksi daerah yang ada. Perkembangan PDRB per
kapita Kota Tangerang dalam kurun waktu tiga tahun (2008–2010) dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.18 PDRB Per Kapita Kota Tangerang Tahun 2008–2010
Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan
Perkapita (juta) Pertumbuhan (%) Perkapita (juta) Pertumbuhan (%)
2008 29,18 11,84 17,02 4,74
2009 31,73 8,74 17,73 4,17
2010 30,94 (2,46) 16,37 (7,67)
Sumber: Buku Publikasi PDRB Kota Tangerang 2009
Sebagaimana penjelasan sebelumnya, bahwa PDRB perkapita hanya mewakili angka agregat
perekonomian suatu wilayah, sehingga tidak menggambarkan pendapatan riil masyarakat.
Besarnya pendapatan perkapita di satu wilayah seyogyanya diikuti pemerataan hasil-hasil
pembangunan sehingga mampu mewujudkan pemerataan pembangunan.
C. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Mengacu pada perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Tangerang atas
dasar harga konstan (PDRB ADHK), laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kota Tangerang pada
tahun 2008 mencapai angka 6,37%, pada tahun 2009 mencapai angka 5,74%, dan pada
tahun 2010 diperkirakan mencapai angka 6,77%. Gambaran pertumbuhan ekonomi Kota
Tangerang tersebut, tampaknya juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang
II - 30
mencapai angka 5,59% pada tahun 2008, mencapai angka 4,30% pada tahun 2009, dan
diperkirakan mencapai angka 6,10% pada tahun 2010 serta pertumbuhan ekonomi provinsi
banten yang mencapai angka 5,83% pada tahun 2008, mencapai angka 4,69% pada tahun
2009, dan diperkirakan mencapai angka 5,94% pada tahun 2010.
Gambaran secara umum perkembangan laju pertumbuhan PDRB Kota Tangerang tahun
2007–2010, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.19 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Tahun 2008–2010
(Dalam %)
Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000
2008 2009 2010
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 3,03 3,42 0,20
Pertambangan dan Penggalian - - -
Industri Pengolahan 2,20 2,06 4,14
Listrik, Gas, dan Air Minum 1,06 5,89 7,33
Bangunan 10,26 10,69 11,08
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 12,44 7,01 9,26
Pengangkutan dan Komunikasi 8,04 14,66 8,11
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 14,87 12,67 12,47
Jasa-jasa 11,60 10,77 11,39
LPE Kota Tangerang 6.37 5.74 6.77
LPE Provinsi Banten 5.83 4.69 5.94
LPE Nasional 5.59 4.30 6.10
Sumber: 2008-2009 (Buku Publikasi PDRB Kota Tangerang 2009, diolah tahun 2011
Dari tabel di atas, terlihat adanya korelasi antara kondisi perekonomian Kota Tangerang
dengan provinsi maupun nasional. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh perekonomian
nasional, yang didalamnya telah mempertimbangkan berbagai faktor yang bersifat nasional
dan internasional, memiliki hubungan yang positif dan signifikan dalam mempengaruhi
perkembangan perekonomian Kota Tangerang secara keseluruhan. Dengan demikian,
berbagai skenario tentang perkiraan kenaikan ataupun penurunan pertumbuhan ekonomi
nasional akan senantiasa menjadi referensi utama dalam memperkirakan kondisi
perekonomian Kota Tangerang.
Secara sektoral, peningkatan pertumbuhan PDRB Kota Tangerang secara signifikan dialami
oleh sektor industri, Perdagangan, Hotel, dan Restoran serta bangunan. Besarnya minat
investor terutama pada sektor industri seperti sub sektor alas kaki, besi logam, kimia dan
tekstil serta pada sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran menyebabkan kedua sektor
utama tersebut menjadi lokomotif pertumbuhan sektor industri. Tren pembelian barang tahan
lama berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang terlihat meningkat pada
II - 31
triwulan laporan mengindikasikan adanya peningkatan pada sub sektor perdagangan yang
juga akan berimbas ke Kota Tangerang. Invetasi properti juga akan mendorong perekonomian
Kota Tangerang di 2011 di atas 6%. Pembukaan tiga kluster residential di kawasan Alam
Sutera, baik di Kota maupun Kabupaten Tangerang dengan jumlah total hingga 1.000 unit dan
juga dengan tingginya pembangunan properti komersial di kawasan tersebut akan mendorong
perekonomian di Sektor bangunan.
D. Laju Inflasi Harga
Pada tahun 2008, inflasi yang terjadi di Kota Tangerang melonjak tajam dari laju inflasi yang
terjadi pada tahun 2007. Kondisi ini tercermin dari melambungnya laju inflansi tahunan dari
angka 6.31% pada tahun 2007 menjadi angka 10.75% pada tahun 2008. Pada tahun 2009,
laju inflasi Kota Tangerang turun hingga mencapai angka 2.49%, dan pada tahun 2010
diperkirakan meningkat lagi hingga mencapai angka 6,08%. Walaupun demikian, laju inflasi
Kota Tangerang pada tahun 2010 masih di bawah laju inflasi Provinsi Banten dan laju inflasi
nasional, yaitu masing-masing sebesar 6,10% dan 6,96%. Level tekanan inflasi kelompok
volatile foods di Kota Tangerang yang fluktuasinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan
kota lainnya dipengaruhi oleh akses yang lebih dekat dan lebih baik dengan sumber pasokan
atau terminal distribusi baik dari pasar induk di DKI Jakarta maupun yang berada di
Tangerang. Aksebilitas yang terjamin ini akan menekan inflasi Kota Tangerang bergerak di
kisaran 6% atau di bawahnya.
Gambaran secara umum perkembangan laju inflasi Kota Tangerang dalam kurun waktu tiga
tahun (2008–2010) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.20 Laju Inflasi Harga
Tahun Inflasi (%)
Kota Tangerang Provinsi Banten Nasional
2008 10.75 11.47 11.06
2009 2.49 2.99 2.78
2010 6.08 6.10 6.96
Sumber: BPS Kota Tangerang 2009; diolah tahun 2011
E. Distribusi Pendapatan
Berbagai tolok ukur yang dapat digunakan untuk menghitung tingkat pemerataan pendapatan,
antara lain Kurva Conrad Lorenz, Corrado Gini Coeffisient, Kuznets Index, Oshima Index, dan
II - 32
Theil Decomposition Index. Namun yang paling banyak dan juga digunakan di Indonesia
adalah Gini Coeffisient atau lebih dikenal dengan nama Gini Ratio (GR).
Angka Gini Ratio berada antara 0 dan 1. GR bernilai 0 apabila merata mutlak dan bernilai 1
apabila tidak merata mutlak, keduanya merupakan kondisi yang sulit terjadi. Menurut H. T.
Oshima, ketimpangan rendah (low) bila GR kurang dari 0,3; ketimpangan sedang (moderate)
bila GR 0,3 sampai dengan 0,4 dan tinggi (high) bila GR lebih dari 0,4. Sedangkan menurut
Michael P. Todaro distribusi pendatan relatif merata (ketimpangan rendah) bila GR antara 0,2
sampai dengan 0,35; relatif timpang (ketimpangan sedang) bila GR lebih dari 0,35 dan kurang
dari 0,5 dan sangat timpang bila GR antara 0,5 sampai dengan 0,7.
Dengan demikian, semakin besar angka gini ratio menandakan semakin besar kesenjangan
dari distribusi pendapatan masyarakat di wilayah tersebut. GR Kota Tangerang pada tahun
2008 sebesar 0,30 naik dari tahun 2007 (0,20), kemudian naik kembali menjadi 0,37 di tahun
2009. Naiknya GR tersebut lebih diakibatkan adanya krisis keuangan dan inflasi sangat tinggi
yang telah menurunkan tingkat kesejahteraan penduduk Kota Tangerang, utamanya
kelompok menengah dan kaya. Sementara untuk kelompok sangat kaya tidak terpengaruh
dan cenderung meningkat.
Angka GR kembali membaik di tahun 2010, GR Kota Tangerang pada tahun 2010 adalah
sebesar 0,29. Secara keseluruhan dari tahun 2007-2010, ketimpangan di Kota Tangerang
masih berada dalam level yang masih dapat ditolerir (rendah atau sedang). Ketimpangan
tidak dapat dihindari, karena sesungguhnya pembangunan memang menciptakan adanya
ketimpangan. Pembangunan membutuhkan ketimpangan untuk dapat bergerak maju, namun
tentunya ketimpangan yang dapat diterima oleh seluruh pelaku ekonomi.
Gambaran secara lebih jelas tentang besarnya disparitas pendapatan antar penduduk di dan
tingkat distribusi pendapatan 40 % penduduk berpendapatan rendah Kota Tangerang bisa
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.21 Tingkat Ketimpangan Pendapatan
Tahun Indeks Gini
2008 0,30
2009 0,37
2010 0,29
Sumber : Kantor Litbang Statistik Kota Tangerang, 2011
II - 33
Kriteria relative inequality berdasarkan kriteria Montek S. Ahluwalia atau Bank Dunia adalah
sebagai berikut :
High inequality, jika 40% penduduk berpendapatan rendah menerima kurang dari 12 %
dari bagian pendapatan nasional/daerah.
Moderate inequality, jika 40% penduduk berpendapatan rendah menerima antara 12 %
sampai 17 % dari bagian pendapatan nasional/ daerah.
Low inequality, jika 40% penduduk berpendapatan rendah menerima lebih dari 17 %
dari bagian pendapatan nasional/daerah.
Tabel 2.22 Tingkat Distribusi Pendapatan 40% Penduduk Berpendapatan Rendah
Tahun Distribusi Pendapatan untuk 40% penduduk berpendapatan rendah (%)
2008 22,99
2009 18,8
2010 22,62
Sumber : Kantor Litbang Statistik Kota Tangerang, 2011
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa Angka ketimpangan/relative inequality Kota
Tangerang memiliki kecenderungan menurun sejak tahun 2007 (26,17%) hingga 2010.
Namun demikian masih berada dalam batas rendah atau masih tergolong low inequality. Hal
ini menunjukkan bahwa pembangunan di Kota Tangerang tetap memperhatikan
pembangunan/ kesejahteraan kelompok marijinal/kelompok berpendapatan rendah.
F. Tingkat Kemiskinan Penduduk
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan
dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan
makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Head
Count Index (HCI), yaitu Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
Metode yang digunakan adalah menghitung garis kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua
komponen yaitu garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan bukan-makanan
(GKBM). Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan
dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per
kapita perbulan dibawah garis kemiskinan.
Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung kemiskinan adalah data SUSENAS
(Survei Sosial Ekonomi Nasional). Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei
II - 34
SPKKD (survei paket komoditi kebutuhan dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi
dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok non pangan. Berdasarkan data susesnas
maka Persentase penduduk yang berada di atas garis kemiskinan bisa dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.23 Penduduk di Bawah Garis Kemiskinan
No. Tahun Jumlah Rumah Tangga Kota
Tangerang Jumlah
Rumah Tangga Miskin % RTM
1 2008 387,984 31,254 8.06
2 2009 446,646 28,546 6.39
3 2010 486,329 28,546 5.87
Sumber : Biro Pusat Statistik, 2011
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
A. Angka Melek Huruf
Salah satu indikator kinerja penting dalam urusan pendidikan adalah angka melek huruf, yaitu
besaran nilai yang membandingkan antara banyaknya penduduk di suatu wilayah yang
berusia di atas 15 tahun yang mampu membaca huruf latin dengan banyaknya penduduk di
suatu wilayah yang berusia di atas 15 tahun. Indikator ini akan memperlihatkan seberapa
besar kemampuan kinerja bidang pendidikan dalam upaya mencerdaskan masyarakat di
wilayahnya dalam hal penguasaan dan kemampuan membaca huruf latin.
Angka Melek Huruf di Kota Tangerang pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 98,39%, yang
gambaran nilainya dari tahun 2006 – 2010 dibandingkan dengan AMH daerah lain di Provinsi
Banten bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.24
Angka Melek Huruf
Kab/Kota Angka Melek Huruf /AMH
2006 2007 2008 2009 2010
Kabupaten Pandeglang 95,5 96,3 96,3 96,3 96,35
Kabupaten Lebak 94,1 94,1 94,1 94,55 94,60
Kabupaten Tangerang 94,7 95,3 95,3 95,66 95,78
Kabupaten Serang 95,5 95,5 94,6 94,93 95,23
Kota Tangerang 97,2 98,3 98,3 98,35 98,39
Kota Cilegon 98,7 98,7 98,7 98,71 98,72
II - 35
Kab/Kota Angka Melek Huruf /AMH
2006 2007 2008 2009 2010
Kota Serang - - 95,9 96,27 96,47
Kota Tangerang Selatan - - - 98,14 98,15
Provinsi Banten 95,6 95,6 95,6 95,95 96,20
Sumber: IPM Kota Tangerang, 2011
B. Angka Rata-rata Lama Sekolah
Indikator kependidikan lainnya yang juga diperlukan dalam kaitannya dengan kinerja
bidang/urusan pendidikan adalah Angka Rata-rata Lama Sekolah, yaitu sebuah indikator
yang menggambarkan dan merepresentasikan tentang waktu Lama sekolah (tahun) untuk
penduduk usia 15 tahun ke atas di suatu daerah.
Angka Rata-rata Lama Sekolah di Kota Tangerang dalam kurun waktu tahun 2006–2010 serta
perbandingannya dengan daaerah lain di Provinsi Banten bias dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.25
Rata-rata Lama Sekolah
Kab./Kota Rata-rata Lama Sekolah
2006 2007 2008 2009 2010
Kabupaten Pandeglang 6,4 6,4 6,4 6,44 6,47
Kabupaten Lebak 6,2 6,2 6,2 6,22 6,24
Kabupaten Tangerang 8,9 8,9 8,9 8,93 8,94
Kabupaten Serang 7 7 7 7,04 7,05
Kota Tangerang 9,8 9,8 9,8 9,95 9,98
Kota Cilegon 9,6 9,6 9,6 9,66 9,67
Kota Serang - - 7 7,25 7,51
Kota Tangerang Selatan - - - 9,95 10,15
Provinsi Banten 8,1 8,1 8,1 8,15 8,32
Sumber: IPM Kota Tangerang, 2011
2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga
A. Rasio Group Kesenian Terhadap Jumlah Penduduk
Rasio Group Kesenian Terhadap Penduduk merupakan jumlah group kesenian per 10.000
penduduk. Dari tabel data di atas dapat dilihat bahwa rasio group kesenian terhadap
penduduk di Kota Tangerang tahun 2010 sebesar 3,02. Tercatat bahwa Kecamatan
II - 36
Tangerang memiliki rasio group kesenian terhadap penduduk tertinggi dibandingkan dengan
kecamatan lainnya dengan jumlah rasio 10,06. Sedangkan Kecamatan Jatiuwung menjadi
kecamatan yang paling rendah rasio group kesenian terhadap penduduknya yang hanya
sebesar 1,33. Penjelasan tentang uraian di atas bisa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.26
Rasio Grup Kesenian Terhadap Penduduk
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Grup Kesenian Jumlah Penduduk Rasio Grup Kesenian Terhadap Penduduk
1 Batuceper 24 90.590 2,65
2 Benda 33 83.017 3,98 3 Cibodas 41 142.479 2,88
4 Ciledug 46 147.023 3,13
5 Cipondoh 46 216.346 2,13 6 Jatiuwung 16 120.216 1,33
7 Karang Tengah 29 118.473 2,45
8 Karawaci 34 171.317 1,98
9 Larangan 42 163.901 2,56 10 Neglasari 20 103.504 1,93
11 Periuk 26 129.384 2,01
12 Pinang 33 160.206 2,06 13 Tangerang 153 152.145 10,06
Jumlah 543 1.798.601 3,02
Tahun 2009 1.652.590 Tahun 2008 1.531.666
Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, 2011 Jumlah Penduduk diambil dari Kota Tangerang Dalam Angka 2011
II - 37
2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib
A. Urusan Pendidikan
1. Angka Partisipasi Sekolah (APS)
a. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Dikdas
Angka Partisipasi Sekolah (Dikdas) merupakan Jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar
(7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar per 1.000 jumlah
penduduk usia pendidikan dasar.
Tabel 2.27 Angka Partisipasi Sekolah (Dikdas)
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Murid Usia Pendidikan Dasar
Jumlah Penduduk Usia Pendidikan Dasar
Angka Partisipasi Sekolah (Dikdas)
1 Batuceper 10.438 13.443 776,46
2 Benda 9.012 13.043 690,95 3 Cibodas 16.980 13.590 1.249,45
4 Ciledug 21.414 22.562 949,12
5 Cipondoh 29.604 35.606 831,43
6 Jatiuwung 12.007 19.850 604,89 7 Karang Tengah 14.873 17.995 826,51
8 Karawaci 26.582 23.367 1.137,59
9 Larangan 14.206 23.527 603,82 10 Neglasari 12.745 16.485 773,13
11 Periuk 17.054 19.720 864,81
12 Pinang 18.057 24.798 728,16
13 Tangerang 33.321 21.009 1.586,03 Jumlah 236.293 264.995 891,69
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, jumlah angka partisipasi sekolah (Dikdas) Kota Tangerang tahun 2010
mencapai 891,69, yang berarti bahwa setiap 1.000 penduduk usia pendidikan dasar terdapat
891 orang yang bersekolah. Tercatat bahwa Kecamatan Tangerang memiliki angka partisipasi
sekolah (Dikdas) tertinggi di bandingkan dengan 12 kecamatan lainnya, yaitu mencapai
jumlah angka partisipasi sekolah (Dikdas) sebesar 1.586,03.
II - 38
b. Angka Partisipasi Sekolah Dikmen
Angka Partisipasi Sekolah (Dikmen) adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan
menengah (16-19 tahun) yang masih menempuh pendidikan menengah per 1.000 jumlah
penduduk usia pendidikan menengah.
Tabel 2.28 Angka Partisipasi Sekolah (Dikmen)
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Murid Usia Pendidikan Menengah
Jumlah Penduduk Usia Pendidikan Menengah
Angka Partisipasi Sekolah (Dikmen)
1 Batuceper 1.734 4.620 375,32
2 Benda 1.112 4.420 251,58 3 Cibodas 1.860 4.861 382,64
4 Ciledug 5.694 7.452 764,09
5 Cipondoh 8.707 12.036 723,41 6 Jatiuwung 1.773 6.965 254,56
7 Karang Tengah 3.999 6.385 626,31
8 Karawaci 12.575 8.538 1.472,83 9 Larangan 1.349 8.173 165,06
10 Neglasari 2.437 5.904 412,77
11 Periuk 2.411 6.685 360,66
12 Pinang 3.018 8.594 351,18 13 Tangerang 22.226 7.711 2.882,38
Jumlah 68.895 92.344 746,07
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, angka partisipasi sekolah tingkat pendidikan
menengah di Kota Tangerang Tahun 2010 mencapai 746,07, yang berarti bahwa setiap 1.000
penduduk usia pendidikan menengah di Kota Tangerang terdapat 746 murid sekolah
pendidikan menengah. Jumlah tersebut menunjukkan tingkat pemahaman penduduk terhadap
pentingnya dunia pendidikan bagi generasi selanjutnya.
Berdasarkan kecamatan, terlihat bahwa terjadi kesenjangan antara Kecamatan Tangerang
dan Karawaci dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi aglomerasi pendidikan tingkat menengah di Kota Tangerang, yaitu pada
Kecamatan Tangerang dan Karawaci.
II - 39
c. Rasio Ketersediaan Sekolah
1. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah (Dikdas)
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah (Dikdas) merupakan Jumlah sekolah
tingkat pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Rasio ini
mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar.
Tabel 2.29 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah (Dikdas)
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Sekolah Pendidikan Dasar
Jumlah Penduduk Usia Pendidikan Dasar
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk
Usia Sekolah (Dikdas)
1 Batuceper 54 13.443 40,17
2 Benda 36 13.043 27,60 3 Cibodas 65 13.590 47,83
4 Ciledug 59 22.562 26,15
5 Cipondoh 100 35.606 28,09
6 Jatiuwung 40 19.850 20,15 7 Karang Tengah 53 17.995 29,45
8 Karawaci 97 23.367 41,51
9 Larangan 45 23.527 19,13 10 Neglasari 52 16.485 31,54
11 Periuk 60 19.720 30,43
12 Pinang 74 24.798 29,84
13 Tangerang 95 21.009 45,22 Jumlah 830 264.995 31,32
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, rasio ketersediaan sekolah / penduduk usia sekolah (Dikdas) di Kota
Tangerang tahun 2010 mencapai 31,32, yang berarti setiap 10.000 penduduk usia pendidikan
dasar terdapat 31 sekolah tingkat pendidikan dasar. Dari 13 (tiga belas) kecamatan di Kota
Tangerang, diperoleh, Kecamatan Tangerang memiliki rasio ketersediaan sekolah / penduduk
usia sekolah tingkat pendidikan dasar tertinggi dengan angka 45,22, sedangkan sebaliknya
Kecamatan Larangan mendapat peringkat terendah, dengan angka 19,13.
II - 40
2. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SD
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SD merupakan Jumlah sekolah tingkat
pendidikan Sekolah Dasar per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan Sekolah Dasar.
Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan
dasar.
Tabel 2.30
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SD
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Sekolah SD Jumlah Penduduk Usia
SD
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk
Usia Sekolah SD
1 Batuceper 30 9.025 33,24 2 Benda 20 8.797 22,74
3 Cibodas 46 9.587 47,98
4 Ciledug 35 15.577 22,47 5 Cipondoh 46 24.143 19,05
6 Jatiuwung 25 13.602 18,38
7 Karang Tengah 31 12.140 25,54
8 Karawaci 66 15.685 42,08 9 Larangan 32 16.089 19,89
10 Neglasari 33 11.033 29,91
11 Periuk 40 13.311 30,05 12 Pinang 47 17.098 27,49
13 Tangerang 53 14.332 36,98
Jumlah 504 180.419 27,93
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah
SD di Kota Tangerang Tahun 2010 adalah sebesar 27,93. Kecamatan Cibodas memiliki
jumlah rasio sebesar 47,98 yang merupakan jumlah rasio terbesar diantara 12 kecamatan
lainnya. Sedangkan rasio terendah dimiliki oleh Kecamatan Jatiuwung yang hanya 18,38.
3. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MI
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MI merupakan Jumlah sekolah tingkat
pendidikan Madrasah Ibtidaiyah per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan Madrasah
Ibtidaiyah. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia
pendidikan dasar.
II - 41
Tabel 2.31 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MI
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Sekolah MI Jumlah Penduduk Usia
MI
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk
Usia Sekolah MI 1 Batuceper 11 9.025 12,19
2 Benda 10 8.797 11,37
3 Cibodas 2 9.587 2,09 4 Ciledug 6 15.577 3,85
5 Cipondoh 20 24.143 8,28
6 Jatiuwung 7 13.602 5,15
7 Karang Tengah 5 12.140 4,12 8 Karawaci 7 15.685 4,46
9 Larangan 6 16.089 3,73
10 Neglasari 8 11.033 7,25 11 Periuk 5 13.311 3,76
12 Pinang 7 17.098 4,09
13 Tangerang 7 14.332 4,88 Jumlah 101 180.419 5,60
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, rasio ketersediaan sekolah / penduduk usia sekolah MI di Kota
Tangerang mencapai 5,60, yang berarti pada setiap 10.000 penduduk usia MI (7-12 tahun)
terdapat 5 sekolah MI. Dari 13 (tiga belas) kecamatan di Kota Tangerang, diperoleh,
Kecamatan Benda memiliki rasio ketersediaan sekolah / penduduk usia sekolah MI tertinggi
dengan jumlah 12,19, sedangkan sebaliknya Kecamatan Cibodas mendapat peringkat
terendah, dengan jumlah 2,09.
4. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMP
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMP merupakan Jumlah sekolah
tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan
Sekolah Menengah Pertama. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung
semua penduduk usia pendidikan dasar.
Tabel 2.32 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMP
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Sekolah SMP Jumlah Penduduk Usia
SMP
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMP
1 Batuceper 10 4.418 22,63
2 Benda 3 4.246 7,07
3 Cibodas 16 4.003 39,97
II - 42
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Sekolah SMP Jumlah Penduduk Usia
SMP
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMP
4 Ciledug 16 6.985 22,91
5 Cipondoh 25 11.463 21,81 6 Jatiuwung 5 6.248 8,00
7 Karang Tengah 14 5.855 23,91
8 Karawaci 18 7.682 23,43 9 Larangan 4 7.438 5,38
10 Neglasari 9 5.452 16,51
11 Periuk 11 6.409 17,16 12 Pinang 14 7.700 18,18
13 Tangerang 31 6.677 46,43
Jumlah 176 84.576 20,81
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah
SMP di Kota Tangerang Tahun 2010 adalah sebesar 2,27. Kecamatan Tangerang memiliki
jumlah rasio sebesar 5,16 yang merupakan jumlah rasio terbesar diantara 12 kecamatan
lainnya. Sedangkan rasio terendah diperoleh oleh Kecamatan Larangan yang hanya 0,61.
5. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MTs
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MTs merupakan jumlah sekolah
tingkat pendidikan Madrasah Tsanawiyah per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan
Madrasah Tsanawiyah. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua
penduduk usia pendidikan dasar.
Tabel 2.33 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MTs
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Sekolah MTs Jumlah Penduduk Usia
MTs
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MTs
1 Batuceper 3 4.418 6,79 2 Benda 3 4.246 7,07
3 Cibodas 1 4.003 2,50
4 Ciledug 2 6.985 2,86 5 Cipondoh 9 11.463 7,85
6 Jatiuwung 3 6.248 4,80
7 Karang Tengah 3 5.855 5,12
8 Karawaci 6 7.682 7,81 9 Larangan 3 7.438 4,03
10 Neglasari 2 5.452 3,67
11 Periuk 4 6.409 6,24
II - 43
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Sekolah MTs Jumlah Penduduk Usia
MTs
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MTs
12 Pinang 6 7.700 7,79
13 Tangerang 4 6.677 5,99 Jumlah 49 84.576 5,79
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah
MTs di Kota Tangerang Tahun 2010 adalah sebesar 5,79. Kecamatan Cipondoh memiliki
jumlah rasio sebesar 7,85 yang merupakan jumlah rasio terbesar diantara 12 kecamatan
lainnya. Sedangkan rasio terendah diperoleh oleh Kecamatan Cibodas yang hanya 2,50.
6. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah (Dikmen)
Tabel 2.34 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah (Dikmen)
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Sekolah Pendidikan Menengah
Jumlah Penduduk Usia Pendidikan Menengah
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk
Usia Sekolah (Dikmen)
1 Batuceper 12 4.620 25,97
2 Benda 6 4.420 13,57 3 Cibodas 9 4.861 18,51
4 Ciledug 17 7.452 22,81
5 Cipondoh 32 12.036 26,59 6 Jatiuwung 7 6.965 10,05
7 Karang Tengah 10 6.385 15,66
8 Karawaci 29 8.538 33,97
9 Larangan 6 8.173 7,34 10 Neglasari 8 5.904 13,55
11 Periuk 11 6.685 16,45
12 Pinang 19 8.594 22,11 13 Tangerang 35 7.711 45,39
Jumlah 201 92.344 21,77
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah (Dikmen) adalah Jumlah sekolah
tingkat pendidikan menengah per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah. Rasio
ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan
menengah. Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, rasio ketersediaan sekolah per
penduduk usia sekolah tingkat pendidikan menengah di Kota Tangerang Tahun 2010
mencapai 21,27, yang berarti bahwa setiap 10.000 penduduk usia pendidikan menengah di
Kota Tangerang terdapat 21 sekolah tingkat pendidikan menengah (SLTA).
II - 44
Untuk rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah (Dikmen) di Kecamatan
Tangerang sendiri mencapai 45,39 yang merupakan kecamatan yang memperoleh nilai
tertinggi di bandingkan dengan 12 kecamatan lainnya. Sedangkan rasio ketersediaan sekolah
per penduduk usia sekolah (Dikmen) terkecil diperoleh Kecamatan Larangan dengan nilai
7,34.
7. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMA
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMA adalah Jumlah sekolah tingkat
pendidikan Sekolah Menengah Atas per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan Sekolah
Menengah Atas. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk
usia pendidikan menengah.
Tabel 2.35 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMA
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Sekolah SMA Jumlah Penduduk Usia
SMA
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMA
1 Batuceper 4 4.620 8,66
2 Benda 2 4.420 4,52
3 Cibodas 7 4.861 14,40
4 Ciledug 8 7.452 10,74 5 Cipondoh 13 12.036 10,80
6 Jatiuwung 4 6.965 5,74
7 Karang Tengah 8 6.385 12,53 8 Karawaci 11 8.538 12,88
9 Larangan 1 8.173 1,22
10 Neglasari 2 5.904 3,39
11 Periuk 3 6.685 4,49 12 Pinang 10 8.594 11,64
13 Tangerang 14 7.711 18,16
Jumlah 87 92.344 9,42 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
BPS Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia
sekolah SMA di Kota Tangerang Tahun 2010 mencapai 9,42, yang berarti bahwa setiap
10.000 penduduk usia SMA di Kota Tangerang terdapat 9 SMA. Kecamatan Tangerang
berada di urutan teratas dengan jumlah rasio 18,16 sedangkan Kecamatan Larangan berada
pada urutan terbawah dengan jumlah rasio 1,22.
II - 45
8. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMK
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMK adalah jumlah sekolah tingkat
pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung
semua penduduk usia pendidikan menengah.
Tabel 2.36 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMK
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Sekolah SMK Jumlah Penduduk Usia
SMK
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah SMK
1 Batuceper 8 4.620 17,32
2 Benda 2 4.420 4,52
3 Cibodas 2 4.861 4,11
4 Ciledug 9 7.452 12,08 5 Cipondoh 16 12.036 13,29
6 Jatiuwung 2 6.965 2,87
7 Karang Tengah 2 6.385 3,13 8 Karawaci 14 8.538 16,40
9 Larangan 3 8.173 3,67
10 Neglasari 5 5.904 8,47 11 Periuk 6 6.685 8,98
12 Pinang 8 8.594 9,31
13 Tangerang 21 7.711 27,23
Jumlah 98 92.344 10,61 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
BPS Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia
sekolah SMA di Kota Tangerang Tahun 2010 mencapai 10,61, yang berarti setiap 10.000
penduduk usia SMK terdapat 10 SMK. Kecamatan Tangerang ada di urutan teratas dengan
jumlah rasio 27,23 sedangkan Kecamatan Jatiuwung berada pada urutan terbawah dengan
jumlah rasio 2,87.
9. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MA
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MA adalah Jumlah sekolah tingkat
pendidikan Madrasah Aliyah per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan Madrasah Aliyah.
Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan
menengah.
II - 46
Tabel 2.37 Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah MA
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Sekolah MA Jumlah Penduduk Usia
MA
Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk
Usia Sekolah MA 1 Batuceper 0 4.620 0,00
2 Benda 2 4.420 4,52
3 Cibodas 0 4.861 0,00 4 Ciledug 0 7.452 0,00
5 Cipondoh 3 12.036 2,49
6 Jatiuwung 1 6.965 1,44
7 Karang Tengah 0 6.385 0,00 8 Karawaci 4 8.538 4,68
9 Larangan 2 8.173 2,45
10 Neglasari 1 5.904 1,69 11 Periuk 2 6.685 2,99
12 Pinang 1 8.594 1,16
13 Tangerang 0 7.711 0,00 Jumlah 16 92.344 1,73
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia
sekolah MA di Kota Tangerang Tahun 2010 mencapai 1,73. Kecamatan Benda ada di urutan
teratas dengan jumlah rasio 4,52 sedangkan Kecamatan Batuceper, Kecamatan Cibodas,
Kecamatan Ciledug, Kecamatan Karang Tengah dan Kecamatan Tangerang berada pada
urutan terbawah dengan jumlah rasio 0,00, karena pada kecamatan-kecamatan tersebut tidak
terdapat MA.
d. Rasio Guru/Murid
1. Rasio Guru/Murid (Dikdas)
Rasio Guru/Murid (Dikdas) merupakan jumlah guru tingkat pendidikan dasar per 10.000
jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar, di
samping juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu
pengajaran.
II - 47
Tabel 2.38 Rasio Guru/Murid (Dikdas)
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Guru Pendidikan Dasar
Jumlah Murid Pendidikan Dasar
Rasio Guru/Murid (Dikdas)
1 Batuceper 676 12.543 538,95 2 Benda 547 11.455 477,52
3 Cibodas 927 19.709 470,34
4 Ciledug 1.180 24.255 486,50
5 Cipondoh 1.669 36.419 458,28 6 Jatiuwung 544 14.342 379,31
7 Karang Tengah 716 17.334 413,06
8 Karawaci 1.351 31.096 434,46 9 Larangan 745 16.694 446,27
10 Neglasari 746 15.098 494,11
11 Periuk 960 21.539 445,70 12 Pinang 937 22.299 420,20
13 Tangerang 1.910 40.161 475,59
Jumlah 12.908 282.944 456,20
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa rasio guru/murid tingkat pendidikan dasar di
Kota Tangerang pada tahun 2010 adalah sebesar 456,20, yang berarti setiap 10.000 murid
tingkat pendidikan dasar terdapat 456 guru. Dari 13 kecamatan di Kota Tangerang, rasio
guru/murid pada tingkat pendidikan dasar menunjukkan angka yang cenderung merata.
2. Rasio Guru/Murid SD
Rasio Guru/Murid SD merupakan jumlah guru tingkat pendidikan Sekolah Dasar per 10.000
jumlah murid pendidikan Sekolah Dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga
pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar
tercapai mutu pengajaran.
Tabel 2.39 Rasio Guru/Murid SD
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Guru SD Jumlah Murid SD Rasio Guru/Murid SD
1 Batuceper 354 7.587 466,59 2 Benda 256 6.017 425,46
3 Cibodas 559 13.322 419,61
4 Ciledug 671 16.021 418,83
5 Cipondoh 857 18.978 451,58 6 Jatiuwung 317 8.831 358,96
7 Karang Tengah 390 11.112 350,97
8 Karawaci 941 20.070 468,86 9 Larangan 520 12.030 432,25
II - 48
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Guru SD Jumlah Murid SD Rasio Guru/Murid SD
10 Neglasari 426 9.665 440,77 11 Periuk 622 16.016 388,36
12 Pinang 529 15.386 343,82
13 Tangerang 906 19.018 476,39 Jumlah 7.348 174.053 422,17
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa rasio guru/murid SD di Kota Tangerang pada
tahun 2010 adalah sebesar 422,17, yang berarti setiap 10.000 murid SD terdapat 422 guru
SD. Dari 13 kecamatan di Kota Tangerang, rasio guru/murid SD menunjukkan angka yang
hampir meratanya.
3. Rasio Guru/Murid MI
Rasio Guru/Murid MI merupakan Jumlah guru tingkat pendidikan Madrasah Ibtidaiyah per
10.000 jumlah murid pendidikan Madrasah Ibtidaiyah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan
tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar
tercapai mutu pengajaran.
Tabel 2.40 Rasio Guru/Murid MI
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Guru MI Jumlah Murid MI Rasio Guru/Murid MI 1 Batuceper 99 2.326 425,62
2 Benda 104 2.358 441,05
3 Cibodas 48 1.260 380,95 4 Ciledug 95 1.816 523,13
5 Cipondoh 224 4.122 543,43
6 Jatiuwung 52 1.679 309,71
7 Karang Tengah 45 1.021 440,74 8 Karawaci 44 1.363 322,82
9 Larangan 62 1.632 379,90
10 Neglasari 82 2.119 386,97 11 Periuk 67 1.266 529,23
12 Pinang 53 1.438 368,57
13 Tangerang 80 1.846 433,37 Jumlah 1.055 24.246 435,12
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa rasio guru/murid MI di Kota Tangerang pada
tahun 2010 adalah sebesar 435,12, yang berarti terdapat 435 guru MI setiap 10.000 murid MI.
Dari 13 kecamatan di Kota Tangerang, rasio guru/murid MI menunjukkan angka yang
cenderung merata.
II - 49
4. Rasio Guru/Murid SMP
Rasio Guru/Murid SMP merupakan Jumlah guru tingkat pendidikan Sekolah Menengah
Pertama per 10.000 jumlah murid pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Rasio ini
mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah
ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran.
Tabel 2.41 Rasio Guru/Murid SMP
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Guru SMP Jumlah Murid SMP Rasio Guru/Murid SMP
1 Batuceper 146 1.924 758,84 2 Benda 71 1.347 527,10
3 Cibodas 301 4.993 602,84
4 Ciledug 316 5.843 540,82 5 Cipondoh 420 10.998 381,89
6 Jatiuwung 106 2.653 399,55
7 Karang Tengah 250 4.185 597,37
8 Karawaci 234 8.164 286,62 9 Larangan 88 1.698 518,26
10 Neglasari 212 2.984 710,46
11 Periuk 165 2.712 608,41 12 Pinang 261 3.433 760,27
13 Tangerang 809 17.679 457,61
Jumlah 3.379 68.613 492,47
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa rasio guru/murid SMP di Kota Tangerang pada
tahun 2010 adalah sebesar 492,47, yang berarti setiap 10.000 murid SMP terdapat 492 guru
SMP. Dari 13 kecamatan di Kota Tangerang, rasio guru/murid SMP menunjukkan angka yang
cenderung merata.
5. Rasio Guru/Murid MTs
Rasio Guru/Murid MTs merupakan Jumlah guru tingkat pendidikan Madrasah Tsanawiyah per
10.000 jumlah murid pendidikan Madrasah Tsanawiyah. Rasio ini mengindikasikan
ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk
satu guru agar tercapai mutu pengajaran.
II - 50
Tabel 2.42 Rasio Guru/Murid MTs
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Guru MTs Jumlah Murid MTs Rasio Guru/Murid MTs
1 Batuceper 77 706 1.090,65
2 Benda 116 1.733 669,36 3 Cibodas 19 134 1.417,91
4 Ciledug 98 575 1.704,35
5 Cipondoh 168 2.321 723,83
6 Jatiuwung 69 1.179 585,24 7 Karang Tengah 31 1.016 305,12
8 Karawaci 132 1.499 880,59
9 Larangan 75 1.334 562,22 10 Neglasari 26 330 787,88
11 Periuk 106 1.545 686,08
12 Pinang 94 2.042 460,33
13 Tangerang 115 1.618 710,75 Jumlah 1.126 16.032 702,35
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa rasio guru/murid MTs di Kota Tangerang pada
tahun 2010 adalah sebesar 702,35, yang berarti bahwa setiap 10.000 murid Madrasah
Tsanawiyah terdapat 702 guru Madrasah Tsanawiyah.
6. Rasio Guru/Murid (Dikmen)
Rasio Guru/Murid (Dikmen) adalah jumlah guru tingkat pendidikan menengah per 10.000
jumlah murid pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar.
Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu
pengajaran.
Tabel 2.43 Rasio Guru/Murid (Dikmen)
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Guru Pendidikan Menengah
Jumlah Murid Pendidikan Menengah
Rasio Guru/Murid (Dikmen)
1 Batuceper 166 2.682 618,94
2 Benda 105 1.651 635,98
3 Cibodas 147 2.324 632,53 4 Ciledug 480 7.723 621,52
5 Cipondoh 508 10.788 470,89
6 Jatiuwung 105 2.384 440,44
7 Karang Tengah 274 5450 502,75 8 Karawaci 679 14625 464,27
9 Larangan 95 1.999 475,24
10 Neglasari 151 3.334 452,91 11 Periuk 184 3.054 602,49
II - 51
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Guru Pendidikan Menengah
Jumlah Murid Pendidikan Menengah
Rasio Guru/Murid (Dikmen)
12 Pinang 516 4.384 1.177,01
13 Tangerang 1.212 25.142 482,06
Jumlah 4.622 85.540 540,33 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, rasio guru/murid (Dikmen) di Kota Tangerang
Tahun 2010 mencapai 540,33, yang berarti bahwa pada setiap 10.000 murid sekolah
pendidikan menengah di Kota Tangerang terdapat 540 guru pendidikan menengah.
7. Rasio Guru/Murid SMA
Rasio Guru/Murid SMA adalah jumlah guru tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas per
10.000 jumlah murid pendidikan Sekolah Menengah Atas. Rasio ini mengindikasikan
ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk
satu guru agar tercapai mutu pengajaran.
Tabel 2.44 Rasio Guru/Murid SMA
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Guru SMA Jumlah Murid SMA Rasio Guru/Murid SMA
1 Batuceper 95 799 1.188,99 2 Benda 41 118 3.474,58
3 Cibodas 127 1.770 717,51
4 Ciledug 201 2.811 715,05 5 Cipondoh 183 5.501 332,67
6 Jatiuwung 53 1.381 383,78
7 Karang Tengah 200 3.880 515,46
8 Karawaci 316 8.696 363,39 9 Larangan 35 1.371 255,29
10 Neglasari 75 1.658 452,35
11 Periuk 61 1.608 379,35 12 Pinang 341 904 3.772,12
13 Tangerang 357 9.414 379,22
Jumlah 2.085 39.911 522,41 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, rasio guru/murid SMA di Kota Tangerang
Tahun 2010 mencapai 522,41, yang berarti pada setiap 10.000 murid SMA terdapat 522 guru
SMA.
II - 52
8. Rasio Guru/Murid SMK
Rasio Guru/Murid SMK adalah Jumlah guru tingkat pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan
per 10.000 jumlah murid pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Rasio ini mengindikasikan
ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk
satu guru agar tercapai mutu pengajaran.
Tabel 2.45 Rasio Guru/Murid SMK
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Guru SMK Jumlah Murid SMK Rasio Guru/Murid SMK
1 Batuceper 71 1.883 377,06
2 Benda 42 1.446 290,46
3 Cibodas 20 554 361,01 4 Ciledug 279 4.912 568,00
5 Cipondoh 273 4.999 546,11
6 Jatiuwung 38 585 649,57 7 Karang Tengah 74 1.570 471,34
8 Karawaci 304 5.324 571,00
9 Larangan 43 555 774,77
10 Neglasari 76 1.623 468,27 11 Periuk 80 904 884,96
12 Pinang 162 3.071 527,52
13 Tangerang 855 15.728 543,62 Jumlah 2.317 43.154 536,91
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, rasio guru/murid SMK di Kota Tangerang
Tahun 2010 mencapai 536,91, yang berarti bahwa pada setiap 10.000 murid SMK terdapat
536 guru SMK.
9. Rasio Guru/Murid MA
Rasio Guru/Murid MA adalah jumlah guru tingkat pendidikan Madrasah Aliyah per 10.000
jumlah murid pendidikan Madrasah Aliyah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga
pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar
tercapai mutu pengajaran.
Tabel 2.46 Rasio Guru/Murid MA
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Guru MA Jumlah Murid MA Rasio Guru/Murid MA
1 Batuceper 0 0 0,00
2 Benda 22 87 2.528,74
II - 53
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Guru MA Jumlah Murid MA Rasio Guru/Murid MA
3 Cibodas 0 0 0,00 4 Ciledug 0 0 0,00
5 Cipondoh 52 288 1.805,56
6 Jatiuwung 14 418 334,93 7 Karang Tengah 0 0 0,00
8 Karawaci 59 605 975,21
9 Larangan 17 73 2.328,77
10 Neglasari 0 53 0,00 11 Periuk 43 542 793,36
12 Pinang 13 409 317,85
13 Tangerang 0 0 0,00 Jumlah 220 2.475 888,89
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa, rasio guru/murid MA di Kota Tangerang Tahun
2010 mencapai 888,89, yang berarti setiap 10.000 murid MA terdapat 888 guru MA. Pada
beberapa kecamatan rasio menunjukkan angka 0, yang berarti pada kecamatan tersebut tidak
terdapat sekolah MA.
e. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah perbandingan
penduduk usia antara 4 hingga 6 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan anak
usia dini (PAUD) dibagi dengan jumlah penduduk berusia 4 hingga 6 tahun.
Tabel 2.47 Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Siswa Di Jenjang PAUD
Jumlah Penduduk Kelompok Usia 4-6
Tahun
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (%)
1 Batuceper 268 5.000 5,36 2 Benda 296 4.753 6,23
3 Cibodas 892 7.276 12,26
4 Ciledug 492 8.496 5,79 5 Cipondoh 635 12.993 4,89
6 Jatiuwung 1.195 6.086 19,64
7 Karang Tengah 256 6.210 4,12 8 Karawaci 829 8.426 9,84
9 Larangan 136 8.568 1,59
10 Neglasari 335 5.623 5,96
11 Periuk 784 7.068 11,09 12 Pinang 336 9.234 3,64
13 Tangerang 618 7.754 7,97
Jumlah 7.072 97.487 7,25 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
II - 54
Dari data yang diperoleh, APM PAUD Kota Tangerang adalah 7,25%, yang berarti terdapat
7,25% anak usia 4-6 tahun yang mengikuti PAUD di Kota Tangerang.
f. Angka Putus Sekolah (APS)
1. Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI
Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus
sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan SD/MI, dinyatakan dalam
persentase.
Tabel 2.48 Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI
No Kecamatan Jumlah Putus Sekolah
Pada Tingkat dan Jenjang SD/MI
Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan
Jenjang SD/MI Pada Tahun Ajaran Sebelumnya
Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI (%)
1 Batuceper 11 9.253 0,12 2 Benda 1 7.914 0,01
3 Cibodas 1 14.980 0,01
4 Ciledug 1 16.382 0,01 5 Cipondoh 10 21.684 0,05
6 Jatiuwung 1 9.447 0,01
7 Karang Tengah 3 10.278 0,03
8 Karawaci 6 20.155 0,03 9 Larangan 3 13.136 0,02
10 Neglasari 3 10.956 0,03
11 Periuk 4 16.370 0,02 12 Pinang 13 16.738 0,08
13 Tangerang 6 20.493 0,03
Tahun 2010 63 187.786 0,03 Tahun 2009 46 180.783 0,03
Tahun 2008 58 181.393 0,03
Tahun 2007 46 180.783 0,03
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa angka putus sekolah (APS) SD/MI di Kota
Tangerang tahun 2010 adalah 0,03%. Capaian tersebut sama seperti capaian APS SD/MI
pada tahun-tahun sebelumnya yakni tahun 2007, 2008 dan 2009. APS tertinggi dari 13
kecamatan di Kota Tangerang terdapat pada Kecamatan Batuceper dengan 0,12%,
sedangkan APS terendah yang hanya 0,01% terdapat pada beberapa kecamatan diantaranya
II - 55
adalah Kecamatan Benda, Kecamatan Cibodas, Kecamatan Ciledug dan Kecamatan
Jatiuwung.
2. Angka Putus Sekolah (APS) SD
Angka Putus Sekolah (APS) SD adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus
sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan SD, dinyatakan dalam
persentase.
Tabel 2.49 Angka Putus Sekolah (APS) SD
No Kecamatan Jumlah Putus Sekolah
Pada Tingkat dan Jenjang SD
Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan Jenjang SD Pada Tahun
Ajaran Sebelumnya
Angka Putus Sekolah (APS) SD (%)
1 Batuceper 8 7.201 0,11 2 Benda 0 5.654 0,00
3 Cibodas 0 13.486 0,00
4 Ciledug 0 14.618 0,00 5 Cipondoh 7 17.430 0,04
6 Jatiuwung 0 8.214 0,00
7 Karang Tengah 2 9.279 0,02
8 Karawaci 4 18.835 0,02 9 Larangan 2 11.487 0,02
10 Neglasari 2 9.305 0,02
11 Periuk 2 15.161 0,01 12 Pinang 11 15.500 0,07
13 Tangerang 5 18.884 0,03
Tahun 2010 43 165.054 0,03
Tahun 2009 33 161.554 0,02 Tahun 2008 58 162.203 0,04
Tahun 2007 64 147.075 0,04
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa angka putus sekolah (APS) SD di Kota
Tangerang tahun 2010 adalah 0,03%. Jika dilihat data sejak tahun 2007, APS Kota
Tangerang menunjukkan trend yang terus menurun, dimana kondisi ini berarti suatu
peningkatan kualitas siswa sehingga semakin sedikit yang putus sekolah.
3. Angka Putus Sekolah (APS) MI
Angka Putus Sekolah (APS) MI adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus sekolah
terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan MI, dinyatakan dalam persentase.
II - 56
Tabel 2.50 Angka Putus Sekolah (APS) MI
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan
Jenjang MI
Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan Jenjang MI Pada Tahun
Ajaran Sebelumnya
Angka Putus Sekolah (APS) MI (%)
1 Batuceper 3 2.052 0,15
2 Benda 1 2.260 0,04 3 Cibodas 1 1.494 0,07
4 Ciledug 1 1.764 0,06
5 Cipondoh 3 4.254 0,07 6 Jatiuwung 1 1.233 0,08
7 Karang Tengah 1 999 0,10
8 Karawaci 2 1.320 0,15
9 Larangan 1 1.649 0,06 10 Neglasari 1 1.651 0,06
11 Periuk 2 1.209 0,17
12 Pinang 2 1.238 0,16 13 Tangerang 1 1.609 0,06
Jumlah 20 22.732 0,09
Tahun 2009 13 19.229 0,07
Tahun 2008 0 19.190 0,00 Tahun 2007 0 19.190 0,00
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa angka putus sekolah (APS) MI di Kota
Tangerang tahun 2010 mencapai 0,09%. Angka tersebut meningkat dibandingkan 3 tahun
sebelumnya. Peningkatan ini menunjukkan terjadi penurunan kondisi pendidikan di MI,
dimana semakin banyak siswa yang putus sekolah.
4. Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs
Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus
sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan SMP/MTs, dinyatakan
dalam persentase.
Tabel 2.51 Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan Jenjang SMP/MTs
Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan Jenjang SMP/MTs Pada
Tahun Ajaran Sebelumnya
Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs (%)
1 Batuceper 11 2.622 0,42 2 Benda 21 2.771 0,76
II - 57
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan Jenjang SMP/MTs
Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan Jenjang SMP/MTs Pada
Tahun Ajaran Sebelumnya
Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs (%)
3 Cibodas 0 5.441 0,00
4 Ciledug 3 6.153 0,05 5 Cipondoh 32 10.553 0,30
6 Jatiuwung 7 3.752 0,19
7 Karang Tengah 2 4.451 0,04
8 Karawaci 4 9.257 0,04 9 Larangan 4 2.737 0,15
10 Neglasari 0 3.146 0,00
11 Periuk 0 3.834 0,00 12 Pinang 7 4.507 0,16
13 Tangerang 10 16.179 0,06
Jumlah 101 75.403 0,13
Tahun 2009 110 73.670 0,15 Tahun 2008 125 70.872 0,18
Tahun 2007 139 70.642 0,20
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa angka putus sekolah (APS) SMP/MTs di Kota
Tangerang tahun 2010 mencapai 0,13%. Bila dilihat sejak tahun 2007, angka ini menunjukkan
trend yang terus menurun, yang berarti bahwa terjadi kondisi yang membaik dalam hal
semakin sedikit siswa tingkat SLTP yang putus sekolah.
5. Angka Putus Sekolah (APS) SMP
Angka Putus Sekolah (APS) SMP adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus
sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan SMP, dinyatakan dalam
persentase.
Tabel 2.52 Angka Putus Sekolah (APS) SMP
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan
Jenjang SMP
Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan
Jenjang SMP Pada Tahun Ajaran Sebelumnya
Angka Putus Sekolah (APS) SMP (%)
1 Batuceper 11 1.992 0,55
2 Benda 19 1.473 1,29
3 Cibodas 0 5.352 0,00
4 Ciledug 0 5.647 0,00 5 Cipondoh 28 8.835 0,32
6 Jatiuwung 3 2.649 0,11
7 Karang Tengah 0 3.614 0,00 8 Karawaci 0 8.239 0,00
II - 58
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan
Jenjang SMP
Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan
Jenjang SMP Pada Tahun Ajaran Sebelumnya
Angka Putus Sekolah (APS) SMP (%)
9 Larangan 4 1.445 0,28
10 Neglasari 0 2.895 0,00 11 Periuk 0 2.657 0,00
12 Pinang 3 3.246 0,09
13 Tangerang 7 15.227 0,05
Jumlah 75 63.271 0,12 Tahun 2009 84 62.405 0,13
Tahun 2008 118 61.913 0,19
Tahun 2007 132 61.913 0,21 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa angka putus sekolah (APS) SMP di Kota
Tangerang tahun 2010 mencapai 0,12%. Angka ini menunjukkan trend yang terus menurun
sejak tahun 2007, yang berarti menunjukkan kondisi yang membaik dalam hal semakin sedikit
siswa SMP yang putus sekolah.
6. Angka Putus Sekolah (APS) MTs
Tabel 2.53 Angka Putus Sekolah (APS) MTs
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan
Jenjang MTs
Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan
Jenjang MTs Pada Tahun Ajaran Sebelumnya
Angka Putus Sekolah (APS) MTs (%)
1 Batuceper 0 630 0,00
2 Benda 2 1.298 0,15 3 Cibodas 0 89 0,00
4 Ciledug 3 506 0,59
5 Cipondoh 4 1.718 0,23 6 Jatiuwung 4 1.103 0,36
7 Karang Tengah 2 837 0,24
8 Karawaci 4 1.018 0,39
9 Larangan 0 1.292 0,00 10 Neglasari 0 251 0,00
11 Periuk 0 1.177 0,00
12 Pinang 4 1.261 0,32 13 Tangerang 3 952 0,32
Jumlah 26 12.132 0,21
Tahun 2009 26 11.265 0,23 Tahun 2008 7 8.959 0,08
Tahun 2007 7 8.959 0,08
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
II - 59
Angka Putus Sekolah (APS) MTs adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus
sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan MTs, dinyatakan dalam
persentase.
Dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa angka putus sekolah (APS) MTs di Kota
Tangerang tahun 2010 mencapai 0,21%. Angka ini menunjukkan trend yang terus meningkat
sejak tahun 2007, yang berarti terjadi penurunan kondisi pendidikan MTs dimana semakin
banyak siswa yang putus sekolah.
7. Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA
Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA adalah perbandingan antara jumlah siswa yang
putus sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA,
dinyatakan dalam persentase.
Tabel 2.54 Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan
Jenjang SMA/SMK/MA
Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan Jenjang SMA/SMK/MA
Pada Tahun Ajaran Sebelumnya
Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA (%)
1 Batuceper 5 976 0,51 2 Benda 1 410 0,24
3 Cibodas 5 1.341 0,37
4 Ciledug 20 3.269 0,61 5 Cipondoh 22 6.442 0,34
6 Jatiuwung 0 939 0,00
7 Karang Tengah 15 1.562 0,96
8 Karawaci 35 6.505 0,54 9 Larangan 2 738 0,27
10 Neglasari 10 1.328 0,75
11 Periuk 1 1.143 0,09 12 Pinang 3 1.289 0,23
13 Tangerang 22 12.184 0,18
Jumlah 141 38.126 0,37 Tahun 2009 278 67.312 0,41
Tahun 2008 454 59.231 0,77
Tahun 2007 440 59.231 0,74
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa angka putus sekolah (APS) SMA/SMK/MA di
Kota Tangerang tahun 2010 mencapai 0,37%. Angka ini menunjukkan trend yang terus
II - 60
menurun sejak tahun 2007, yang berarti menunjukkan kondisi yang terus membaik dimana
semakin sedikit siswa yang putus sekolah.
8. Angka Putus Sekolah (APS) SMA
Angka Putus Sekolah (APS) SMA adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus
sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan SMA, dinyatakan dalam
persentase.
Tabel 2.55 Angka Putus Sekolah (APS) SMA
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan
Jenjang SMA
Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan
Jenjang SMA Pada Tahun Ajaran Sebelumnya
Angka Putus Sekolah (APS) SMA (%)
1 Batuceper 5 565 0,88
2 Benda 0 61 0,00
3 Cibodas 5 1.153 0,43
4 Ciledug 0 1.062 0,00 5 Cipondoh 4 2.051 0,20
6 Jatiuwung 0 771 0,00
7 Karang Tengah 7 1.153 0,61 8 Karawaci 19 4.553 0,42
9 Larangan 2 521 0,38
10 Neglasari 3 969 0,31 11 Periuk 0 595 0,00
12 Pinang 2 290 0,69
13 Tangerang 0 4.291 0,00
Jumlah 47 18.035 0,26 Tahun 2009 88 31.840 0,28
Tahun 2008 85 29.341 0,29
Tahun 2007 85 29.341 0,29 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai angka
putus sekolah (APS) SMA sebesar 0,26%, jumlah tersebut menandakan perubahan lebih baik
daripada capaian APS SMA di tahun 2007, 2008 dan 2009 dengan masing-masing jumlah
0,28% di tahun 2009 dan 0,29% di tahun 2008 dan 2007. Berbicara mengenai tingkat APS
SMA di tingkat kecamatan Kota Tangerang ini, Kecamatan Benda, Kecamatan Ciledug,
Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Periuk dan Kecamatan Tangerang sudah lebih baik
dibandingkan dengan kecamatan lainnya, karena nilai APS SMA-nya 0%. Berbeda dengan
Kecamatan Batuceper, Kecamatan Batuceper ini memiliki tingkat APS SMA paling tinggi
diantara kecamatan lainnya dengan tingkat APS SMA sebesar 0,88%.
II - 61
9. Angka Putus Sekolah (APS) SMK
Angka Putus Sekolah (APS) SMK adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus
sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan SMK, dinyatakan dalam
persentase.
Tabel 2.56 Angka Putus Sekolah (APS) SMK
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan
Jenjang SMK
Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan
Jenjang SMK Pada Tahun Ajaran Sebelumnya
Angka Putus Sekolah (APS) SMK (%)
1 Batuceper 0 411 0,00 2 Benda 0 182 0,00
3 Cibodas 0 188 0,00
4 Ciledug 20 2.207 0,91
5 Cipondoh 17 3.913 0,43 6 Jatiuwung 0 142 0,00
7 Karang Tengah 8 409 1,96
8 Karawaci 16 1.334 1,20 9 Larangan 0 189 0,00
10 Neglasari 7 336 2,08
11 Periuk 0 252 0,00 12 Pinang 0 985 0,00
13 Tangerang 22 7.893 0,28
Jumlah 90 18.441 0,49
Tahun 2009 186 32.556 0,57 Tahun 2008 360 27.073 1,33
Tahun 2007 346 27.073 1,28
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai angka
putus sekolah (APS) SMK sebesar 0,49%, jumlah tersebut menandakan perubahan lebih baik
daripada capaian APS SMK di tahun 2007, 2008 dan 2009 dengan masing-masing jumlah
0,57% di tahun 2009, 1,33% di tahun 2008 dan 1,28% di tahun 2007. Berbicara mengenai
tingkat APS SMK di tingkat kecamatan Kota Tangerang ini, Kecamatan Batuceper,
Kecamatan Benda, Kecamatan Cibodas, Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Larangan,
Kecamatan Periuk dan Kecamatan Pinang sudah lebih baik dibandingkan dengan kecamatan
lainnya, karena nilai APS SMK-nya 0%. Berbeda dengan Kecamatan Neglasari, Kecamatan
Neglasari ini memiliki tingkat APS SMK paling tinggi diantara kecamatan lainnya dengan
tingkat APS SMK sebesar 0,88%.
II - 62
10. Angka Putus Sekolah (APS) MA
Angka Putus Sekolah (APS) MA adalah perbandingan antara jumlah siswa yang putus
sekolah terhadap jumlah siswa seluruhnya pada jenjang pendidikan MA, dinyatakan dalam
persentase.
Tabel 2.57 Angka Putus Sekolah (APS) MA
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Putus Sekolah Pada Tingkat dan
Jenjang MA
Jumlah Siswa Pada Tingkat Yang Sama dan Jenjang MA Pada Tahun
Ajaran Sebelumnya
Angka Putus Sekolah (APS) MA (%)
1 Batuceper 0 0 0,00 2 Benda 1 167 0,60
3 Cibodas 0 0 0,00
4 Ciledug 0 0 0,00 5 Cipondoh 1 478 0,21
6 Jatiuwung 0 26 0,00
7 Karang Tengah 0 0 0,00 8 Karawaci 0 618 0,00
9 Larangan 0 28 0,00
10 Neglasari 0 23 0,00
11 Periuk 1 296 0,34 12 Pinang 1 14 7,14
13 Tangerang 0 0 0,00
Jumlah 4 1.650 0,24 Tahun 2009 4 2916 0,14
Tahun 2008 9 2817 0,32
Tahun 2007 9 2817 0,32
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai angka
putus sekolah (APS) MA sebesar 0,24%, jumlah tersebut menandakan perubahan lebih baik
0,10% daripada capaian APS MA di tahun 2008 dan 2007. Tetapi lebih buruk daripada
capaian di tahun 2009 dengan tingkat APS MA-nya sebesar 0,14%. Berbicara mengenai
tingkat APS MA di tingkat kecamatan Kota Tangerang ini, Kecamatan Batuceper, Kecamatan
Cibodas, Kecamatan Ciledug, Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Karawaci, Kecamatan
Karang Tengah, Kecamatan Larangan, Kecamatan Neglasari dan Kecamatan Tangerang
sudah lebih baik dibandingkan dengan kecamatan lainnya, karena nilai APS MA-nya 0%.
Berbeda dengan Kecamatan Pinang, Kecamatan Pinang ini memiliki tingkat APS MA paling
tinggi diantara kecamatan lainnya dengan tingkat APS MA sebesar 7,14%.
II - 63
g. Angka Kelulusan (AL)
1. Angka Kelulusan (AL) SD/MI
Angka Kelulusan (AL) SD/MI adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang
pendidikan SD/MI terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama, dinyatakan
dalam persentase.
Tabel 2.58 Angka Kelulusan (AL) SD/MI
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Lulusan Pada Jenjang SD/MI
Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang
SD/MI Pada Tahun Sebelumnya
Angka Kelulusan (AL) SD/MI (%)
1 Batuceper 1.091 1.095 99,63
2 Benda 1.236 1.248 99,04 3 Cibodas 2.204 2.212 99,64
4 Ciledug 2.636 2.644 99,70
5 Cipondoh 2.798 2.805 99,75 6 Jatiuwung 1.291 1.296 99,61
7 Karang Tengah 1.340 1.347 99,48
8 Karawaci 2.947 2.952 99,83
9 Larangan 1.592 1.602 99,38 10 Neglasari 1.469 1.477 99,46
11 Periuk 2.076 2.088 99,43
12 Pinang 2.006 2.016 99,50 13 Tangerang 2.888 2.898 99,65
Jumlah 25.574 25.680 99,59
Tahun 2009 25.888 26.030 99,45
Tahun 2008 22.393 26.300 85,14 Tahun 2007 26.263 26.300 99,86
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka
Kelulusan (AL) SD/MI sebesar 99,59%, jumlah tersebut menandakan perubahan lebih baik
daripada capaian pada tahun sebelumnya, yakni tahun 2008 dan 2009, dimana pada tahun
2008 dan 2009 Angka Kelulusan (AL) SD/MI sebesar 85,14% dan 99,45%, walaupun masih
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan AL tahun 2007. Berbicara mengenai tingkat Angka
Kelulusan (AL) SD/MI di tingkat kecamatan Kota Tangerang ini, rata-rata semua kecamatan
memiliki nilai Angka Kelulusan (AL) SD/MI diatas 99%, hal ini menandakan bahwa kualitas
pendidikan tingkat SD/MI di Kota Tangerang sudah lebih baik dengan berhasil menelurkan
lebih banyak lulusan.
II - 64
2. Angka Kelulusan (AL) SD
Angka Kelulusan (AL) SD adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang
pendidikan SD terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama, dinyatakan
dalam persentase.
Tabel 2.59 Angka Kelulusan (AL) SD
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Lulusan Pada Jenjang SD
Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang
SD Pada Tahun Sebelumnya
Angka Kelulusan (AL) SD (%)
1 Batuceper 857 860 99,65
2 Benda 786 790 99,49 3 Cibodas 1.965 1.969 99,80
4 Ciledug 2.438 2.443 99,80
5 Cipondoh 2.312 2.315 99,87
6 Jatiuwung 1.173 1.177 99,66 7 Karang Tengah 1.228 1.233 99,59
8 Karawaci 2.802 2.804 99,93
9 Larangan 1.362 1.365 99,78 10 Neglasari 1.257 1.262 99,60
11 Periuk 1.935 1.942 99,64
12 Pinang 1.849 1.854 99,73
13 Tangerang 2.734 2.741 99,74 Jumlah 22.698 22.755 99,75
Tahun 2009 23.012 23.105 99,60
Tahun 2008 19.518 23.425 83,32 Tahun 2007 23.388 23.425 99,84
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka
Kelulusan (AL) SD sebesar 99,75%, jumlah tersebut menandakan perubahan lebih baik
daripada capaian pada tahun sebelumnya, yakni tahun 2008 dan 2009, dimana pada tahun
2008 dan 2009 Angka Kelulusan (AL) SD sebesar 83,32% dan 99,60%, walaupun sedikit lebih
rendah dibandingkan dengan tahun 2007.
Berbicara mengenai tingkat Angka Kelulusan (AL) SD di tingkat kecamatan Kota Tangerang
ini, rata-rata semua kecamatan memiliki nilai Angka Kelulusan (AL) SD diatas 99%, hal ini
menandakan bahwa kualitas pendidikan tingkat SD di Kota Tangerang sudah lebih baik
dengan berhasil menelurkan lebih banyak lulusan.
II - 65
3. Angka Kelulusan (AL) MI
Angka Kelulusan (AL) MI adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang
pendidikan MI terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama, dinyatakan
dalam persentase.
Tabel 2.60 Angka Kelulusan (AL) MI
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Lulusan Pada Jenjang MI
Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang
MI Pada Tahun Sebelumnya
Angka Kelulusan (AL) MI (%)
1 Batuceper 234 235 99,57
2 Benda 450 458 98,25 3 Cibodas 239 243 98,35
4 Ciledug 198 201 98,51
5 Cipondoh 486 490 99,18
6 Jatiuwung 118 119 99,16 7 Karang Tengah 112 114 98,25
8 Karawaci 145 148 97,97
9 Larangan 230 237 97,05 10 Neglasari 212 215 98,60
11 Periuk 141 146 96,58
12 Pinang 157 162 96,91
13 Tangerang 154 157 98,09 Jumlah 2.876 2.925 98,32
Tahun 2009 2.876 2.925 98,32
Tahun 2008 2.875 2.875 100,00 Tahun 2007 2.875 2.875 100,00
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka
Kelulusan (AL) MI sebesar 99,32%, capaian angka kelulusan tersebut menunjukkan kondisi
yang tetap seperti tahun 2009, dan menurun dibandingkan dengan angka kelulusan di tahun
2007 dan 2008 yang mencapai sempurna yakni 100%. Berdasarkan kecamatan, angka
kelulusan di masing-masing kecamatan menunjukkan angka yang setara.
4. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs
Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang
pendidikan SMP/MTs terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama,
dinyatakan dalam persentase.
II - 66
Tabel 2.61 Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Lulusan Pada Jenjang SMP/MTs
Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang SMP/MTs Pada Tahun
Sebelumnya
Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs (%)
1 Batuceper 969 1.017 95,28
2 Benda 890 911 97,69 3 Cibodas 1.895 1.914 99,01
4 Ciledug 2.721 2.747 99,05
5 Cipondoh 2.837 2.859 99,23 6 Jatiuwung 998 1.023 97,56
7 Karang Tengah 1.215 1.239 98,06
8 Karawaci 2.477 2.510 98,69
9 Larangan 730 769 94,93 10 Neglasari 1.013 1.042 97,22
11 Periuk 1.244 1.266 98,26
12 Pinang 1.256 1.285 97,74 13 Tangerang 5.069 5.095 99,49
Jumlah 23.314 23.677 98,47
Tahun 2009 22.730 22.805 99,67
Tahun 2008 21.153 20.703 102,17 Tahun 2007 21.153 20.703 102,17
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka
Kelulusan (AL) SMP/MTs sebesar 98,47%, capaian angka kelulusan tersebut menandakan
penurunan angka kelulusan apabila dibandingkan dengan angka kelulusan di 3 tahun
sebelumnya.
5. Angka Kelulusan (AL) SMP
Angka Kelulusan (AL) SMP adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang
pendidikan SMP terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama, dinyatakan
dalam persentase.
Tabel 2.62 Angka Kelulusan (AL) SMP
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Lulusan Pada Jenjang SMP
Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang
SMP Pada Tahun Sebelumnya
Angka Kelulusan (AL) SMP (%)
1 Batuceper 778 778 100,00 2 Benda 432 420 102,86
3 Cibodas 1.885 1.877 100,43
II - 67
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Lulusan Pada Jenjang SMP
Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang
SMP Pada Tahun Sebelumnya
Angka Kelulusan (AL) SMP (%)
4 Ciledug 2.573 2.565 100,31
5 Cipondoh 2.481 2.472 100,36
6 Jatiuwung 773 768 100,65
7 Karang Tengah 1.168 1.160 100,69 8 Karawaci 2.055 2.052 100,15
9 Larangan 558 552 101,09
10 Neglasari 955 950 100,53 11 Periuk 886 874 101,37
12 Pinang 918 915 100,33
13 Tangerang 4.613 4.604 100,20 Jumlah 20.075 19.987 100,44
Tahun 2009 19.491 19.551 99,69
Tahun 2008 18.488 18.010 102,65
Tahun 2007 18.488 18.010 102,65 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Angka kelulusan SMP pada tahun 2010 menunjukkan angka 100,44, yang berarti bahwa lebih
banyak siswa yang lulus SMP pada tahun 2010 dibandingkan dengan siswa yang tercatat
berada di kelas 3 SMP pada tahun ajaran sebelumnya. Hal ini perlu menjadi catatan
tersendiri, karena seharusnya nilai maksimal adalah 100, walau kemungkinan angka ini terjadi
dikarenakan adanya siswa-siswa pindahan dari luar Kota Tangerang setelah pencatatan
dilakukan pada tahun ajaran sebelumnya.
Tabel 2.63 Angka Kelulusan (AL) MTs
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Lulusan Pada Jenjang MTs
Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang
MTs Pada Tahun Sebelumnya
Angka Kelulusan (AL) MTs (%)
1 Batuceper 191 239 79,92 2 Benda 458 491 93,28
3 Cibodas 10 37 27,03
4 Ciledug 148 182 81,32 5 Cipondoh 356 387 91,99
6 Jatiuwung 225 255 88,24
7 Karang Tengah 47 79 59,49
8 Karawaci 422 458 92,14 9 Larangan 172 217 79,26
10 Neglasari 58 92 63,04
11 Periuk 358 392 91,33 12 Pinang 338 370 91,35
13 Tangerang 456 491 92,87
Jumlah 3.239 3.690 87,78
II - 68
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Lulusan Pada Jenjang MTs
Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang
MTs Pada Tahun Sebelumnya
Angka Kelulusan (AL) MTs (%)
Tahun 2009 3.239 3.254 99,54
Tahun 2008 2.665 2.693 98,96
Tahun 2007 2.665 2.693 98,96
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Angka Kelulusan (AL) MTs adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang
pendidikan MTs terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama, dinyatakan
dalam persentase. Angka kelulusan MTs Kota Tangerang pada tahun 2010 tercatat
mengalami penurunan dibandingkan 3 tahun sebelumnya.
6. Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA
Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus
jenjang pendidikan SMA/SMK/MA terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang
sama, dinyatakan dalam persentase.
Tabel 2.64 Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Lulusan Pada Jenjang SMA/SMK/MA
Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang
SMA/SMK/MA Pada Tahun Sebelumnya
Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA (%)
1 Batuceper 1.017 1.056 96,31 2 Benda 267 265 100,75
3 Cibodas 604 622 97,11
4 Ciledug 2.414 2.403 100,46 5 Cipondoh 2.301 2.319 99,22
6 Jatiuwung 675 686 98,40
7 Karang Tengah 1.520 1.524 99,74
8 Karawaci 3.476 3.545 98,05 9 Larangan 409 407 100,49
10 Neglasari 578 591 97,80
11 Periuk 539 565 95,40 12 Pinang 1.104 1.109 99,55
13 Tangerang 6.333 6.348 99,76
Jumlah 21.237 21.440 99,05
Tahun 2009 20.756 21.070 98,51 Tahun 2008 19.822 18.839 105,22
Tahun 2007 19.816 18.841 105,17
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
II - 69
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka
Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA sebesar 99,05%, capaian angka kelulusan tersebut
menandakan penurunan angka kelulusan apabila dibandingkan dengan angka kelulusan di
tahun 2008 yang mencapai 105,22%, tetapi lebih baik dari capaian tahun 2009 yang
mencapai 98,51%. Berbicara mengenai tingkat Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA di tingkat
kecamatan Kota Tangerang ini, rata-rata semua kecamatan memiliki nilai Angka Kelulusan
(AL) SMA/SMK/MA diatas 95%.
7. Angka Kelulusan (AL) SMA
Angka Kelulusan (AL) SMA adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang
pendidikan SMA terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama, dinyatakan
dalam persentase.
Tabel 2.65 Angka Kelulusan (AL) SMA
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Lulusan Pada Jenjang SMA
Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang
SMA Pada Tahun Sebelumnya
Angka Kelulusan (AL) SMA (%)
1 Batuceper 596 594 100,34 2 Benda 73 72 101,39
3 Cibodas 576 577 99,83
4 Ciledug 1.051 1.048 100,29 5 Cipondoh 975 978 99,69
6 Jatiuwung 324 322 100,62
7 Karang Tengah 1.194 1.190 100,34 8 Karawaci 1.991 1.995 99,80
9 Larangan 336 335 100,30
10 Neglasari 394 391 100,77
11 Periuk 310 311 99,68 12 Pinang 654 653 100,15
13 Tangerang 2.116 2.116 100,00
Jumlah 10.590 10.582 100,08 Tahun 2009 10.430 10.458 99,73
Tahun 2008 9.506 9.900 96,02
Tahun 2007 9.500 9.900 95,96
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka
Kelulusan (AL) SMA sebesar 100,08%, capaian angka kelulusan tersebut menandakan
kenaikan angka kelulusan apabila dibandingkan dengan angka kelulusan di 3 tahun
sebelumnya. Angka kelulusan SMA ini perlu menjadi catatan karena jumlah lulusan lebih
besar dari jumlah siswa yang seharusnya lulus, walaupun ada kemungkinan kelebihan angka
II - 70
ini dikarenakan adanya siswa pindahan setelah pencatatan jumlah siswa pada tahun
sebelumnya dilakukan.
8. Angka Kelulusan (AL) SMK
Angka Kelulusan (AL) SMK adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang
pendidikan SMK terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama, dinyatakan
dalam persentase.
Tabel 2.66 Angka Kelulusan (AL) SMK
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Lulusan Pada Jenjang SMK
Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang
SMK Pada Tahun Sebelumnya
Angka Kelulusan (AL) SMK (%)
1 Batuceper 421 462 91,13
2 Benda 20 25 80,00
3 Cibodas 28 45 62,22 4 Ciledug 1.363 1.355 100,59
5 Cipondoh 1.106 1.125 98,31
6 Jatiuwung 312 332 93,98
7 Karang Tengah 326 334 97,60 8 Karawaci 1.243 1.268 98,03
9 Larangan 34 42 80,95
10 Neglasari 134 159 84,28 11 Periuk 11 27 40,74
12 Pinang 395 410 96,34
13 Tangerang 4.217 4.232 99,65
Jumlah 9.610 9.816 97,90 Tahun 2009 9.449 9.692 97,49
Tahun 2008 9.639 8.262 116,67
Tahun 2007 9.639 8.262 116,67 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka
Kelulusan (AL) SMK sebesar 97,90%, capaian angka kelulusan tersebut menandakan
penurunan angka kelulusan apabila dibandingkan dengan angka kelulusan di tahun 2007 dan
2008 yang mencapai 116,67%, tetapi lebih baik dari capaian tahun 2009 yang mencapai
97,49%.
II - 71
9. Angka Kelulusan (AL) MA
Angka Kelulusan (AL) MA adalah perbandingan antara jumlah siswa yang lulus jenjang
pendidikan MA terhadap jumlah siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama, dinyatakan
dalam persentase.
Tabel 2.67 Angka Kelulusan (AL) MA
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Lulusan Pada Jenjang MA
Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi Pada Jenjang
MA Pada Tahun Sebelumnya
Angka Kelulusan (AL) MA (%)
1 Batuceper 0 0 0,00 2 Benda 174 168 103,57
3 Cibodas 0 0 0,00
4 Ciledug 0 0 0,00 5 Cipondoh 220 216 101,85
6 Jatiuwung 39 32 121,88
7 Karang Tengah 0 0 0,00 8 Karawaci 242 282 85,82
9 Larangan 39 30 130,00
10 Neglasari 50 41 121,95
11 Periuk 218 227 96,04 12 Pinang 55 46 119,57
13 Tangerang 0 0 0,00
Jumlah 1.037 1.042 99,52 Tahun 2009 877 920 95,33
Tahun 2008 677 677 100,00
Tahun 2007 677 679 99,71
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka
Kelulusan (AL) MA sebesar 99,52%, capaian angka kelulusan tersebut menunjukkan
penurunan angka kelulusan apabila dibandingkan dengan angka kelulusan di tahun 2008
yang mencapai sempurna yakni 100%, tetapi menunjukkan peningkatan apabila dibandingkan
dengan capaian di tahun 2009 yang mencapai 95,33%.
h. Angka Melanjutkan (AM)
1. Angka Melanjutkan (AM) Dari SD/MI Ke SMP/MTs
Angka Melanjutkan (AM) Dari SD/MI Ke SMP/MTs adalah perbandingan antara jumlah lulusan
jenjang sekolah dasar, termasuk MI, ula, dan paket A setara SD terhadap jumlah siswa baru
II - 72
tingkat 1 pada jenjang SMP, termasuk MTs, wustha, dan paket B setara SMP dinyatakan
dalam persentase.
Tabel 2.68 Angka Melanjutkan (AM) Dari SD/MI Ke SMP/MTs
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Siswa Baru Tingkat I Pada Jenjang
SMP/MTs
Jumlah Lulusan Pada Jenjang SD/MI Tahun Ajaran Sebelumnya
Angka Melanjutkan (AM) Dari SD/MI Ke SMP/MTs
(%)
1 Batuceper 860 1.091 78,83 2 Benda 1.135 1.236 91,83
3 Cibodas 1.752 2.204 79,49
4 Ciledug 2.181 2.636 82,74 5 Cipondoh 2.923 2.798 104,47
6 Jatiuwung 1.280 1.291 99,15
7 Karang Tengah 1.689 1.340 126,04
8 Karawaci 3.043 2.947 103,26 9 Larangan 1.168 1.592 73,37
10 Neglasari 1.095 1.469 74,54
11 Periuk 1.504 2.076 72,45 12 Pinang 1.609 2.006 80,21
13 Tangerang 5.232 2.888 181,16
Jumlah 25.471 25.574 99,60 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka
Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs sebesar 99,60%. Berbicara mengenai tingkat
Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs di tingkat kecamatan Kota Tangerang ini,
semua kecamatan memiliki angka melanjutkan yang bervariatif, yang berada pada kisaran
72% sampai dengan 181%. Dari 13 kecamatan di Kota Tangerang ini, Angka Melanjutkan
(AL) dari SD/MI ke SMP/MTs Kecamatan Tangerang menjadi kecamatan yang paling tinggi
jumlah angka melanjutkannya dengan tingkat melanjutkan sebanyak 181,16%, berbeda
dengan Kecamatan Periuk yang hanya mencapai 72,45%.
2. Angka Melanjutkan (AM) Dari SMP/MTs Ke SMA/SMK/MA
Angka Melanjutkan (AM) Dari SMP/MTs Ke SMA/SMK/MA adalah perbandingan antara
jumlah lulusan SMP dan sederajat (termasuk MTs, wustha, dan paket B setara SMP)
terhadap jumlah siswa baru tingkat 1 pada SM (termasuk SMA, SMK, MA, dan paket C setara
SMA), dinyatakan dalam persentase.
II - 73
Tabel 2.69 Angka Melanjutkan (AM) Dari SMP/MTs Ke SMA/SMK/MA
No Kecamatan
Tahun 2010 Jumlah Siswa Baru
Tingkat I Pada Jenjang SMA/SMK/MA
Jumlah Lulusan Pada Jenjang SMP/MTs
Tahun Ajaran Sebelumnya
Angka Melanjutkan (AM) Dari SMP/MTs Ke SMA/SMK/MA (%)
1 Batuceper 1.140 969 117,65
2 Benda 571 890 64,16 3 Cibodas 851 1.895 44,91
4 Ciledug 2.565 2.721 94,27
5 Cipondoh 3.727 2.837 131,37 6 Jatiuwung 556 998 55,71
7 Karang Tengah 1.449 1.215 119,26
8 Karawaci 3.568 2.477 144,05
9 Larangan 602 730 82,47 10 Neglasari 1.016 1.013 100,30
11 Periuk 948 1.244 76,21
12 Pinang 2.031 1.256 161,70 13 Tangerang 6.951 5.069 137,13
Jumlah 25.975 23.314 111,41
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai Angka
Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs Ke SMA/SMK/MA sebesar 111,41%. Angka melanjutkan
yang melebihi 100% ini menunjukkan bahwa banyak siswa SMA/SMK/MA yang berasal dari
wilayah Kota Tangerang.
Berbicara mengenai tingkat Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs Ke SMA/SMK/MA di
tingkat kecamatan Kota Tangerang ini, semua kecamatan memiliki angka melanjutkan yang
bervariatif, yang berada pada kisaran 44% sampai dengan 161%. Dari 13 kecamatan di Kota
Tangerang ini, Angka Melanjutkan (AL) dari SMP/MTs Ke SMA/SMK/MA Kecamatan Pinang
menjadi kecamatan yang paling tinggi jumlah angka melanjutkannya dengan tingkat
melanjutkan sebanyak 161,70%, berbeda dengan Kecamatan Cibodas yang hanya mencapai
44,91%.
II - 74
i. Persentase Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1/D4
Tabel 2.70
Persentase Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1/D4
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Guru SD/MI/SMP/MTs/SMA/
SMK/MA Berijazah Kualifikasi S1/D4
Jumlah Guru SD/MI/SMP/MTs/
SMA/SMK/MA
Persentase Guru Yang Memenuhi Kualifikasi
S1/D4 (%)
1 Batuceper 530 842 62,95
2 Benda 405 652 62,12
3 Cibodas 725 1.074 67,50 4 Ciledug 1.290 1.660 77,71
5 Cipondoh 1.615 2.177 74,18
6 Jatiuwung 424 649 65,33 7 Karang Tengah 770 990 77,78
8 Karawaci 1.459 2.030 71,87
9 Larangan 614 840 73,10 10 Neglasari 580 897 64,66
11 Periuk 750 1.144 65,56
12 Pinang 1.162 1.453 79,97
13 Tangerang 2.508 3.122 80,33 Jumlah 12.832 17.530 73,20
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki persentase
guru yang memenuhi kualifikasi S1/D4 sebesar 73,20%. Berdasarkan kecamatan, persentase
guru yang memenuhi kualifikasi S1/D4 menunjukkan angka yang setara di tiap kecamatan.
B. Urusan Kesehatan
1. Rasio Posyandu Per Satuan Balita
Rasio Posyandu Per Satuan Balita merupakan jumlah posyandu per 1.000 balita.
Tabel 2.71 Rasio Posyandu Per Satuan Balita
No Kecamatan Jumlah Posyandu Jumlah Balita Rasio Posyandu Per
Satuan Balita 1 Batuceper 53 5.286 10,03
2 Benda 49 3.202 15,30
3 Cibodas 94 8.112 11,59 4 Ciledug 101 6.973 14,48
5 Cipondoh 95 8.914 10,66
6 Jatiuwung 55 8.639 6,37 7 Karang Tengah 74 4.180 17,70
II - 75
No Kecamatan Jumlah Posyandu Jumlah Balita Rasio Posyandu Per
Satuan Balita 8 Karawaci 130 8.856 14,68
9 Larangan 97 7.563 12,83
10 Neglasari 60 7.331 8,18
11 Periuk 63 7.231 8,71 12 Pinang 86 5.627 15,28
13 Tangerang 74 5.073 14,59
Tahun 2010 1.031 86.987 11,85 Tahun 2009 997 76.279 13,07
Tahun 2008 982 85.238 11,52
Tahun 2007 957 93.542 10,23
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel data Rasio Posyandu Per Satuan Balita tahun 2010, Kota Tangerang
memiliki rasio sebesar 11,85, yang berarti setiap 1.000 balita terdapat 11 posyandu. Jika
dilihat data tahun-tahun sebelumnya, walaupun menurun dibandingkan tahun 2009 akan
tetapi rasio posyandu menunjukkan trend yang terus meningkat sejak tahun 2007.
2. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Puskesmas Pembantu Per Satuan Penduduk
Rasio Puskesmas, Poliklinik, Puskesmas Pembantu Per Satuan Penduduk adalah jumlah
puskesmas, poliklinik, pustu per 1.000 penduduk.
Tabel 2.72 Rasio Puskesmas, Poliklinik, Puskesmas Pembantu Per Satuan Penduduk
No Kecamatan Jumlah Puskesmas,
Poliklinik, Puskesmas Pembantu
Jumlah Penduduk
Rasio Puskesmas, Poliklinik, Puskesmas Pembantu Per Satuan
Penduduk
1 Batuceper 2 90.590 0,02 2 Benda 4 83.017 0,05
3 Cibodas 2 142.479 0,01
4 Ciledug 2 147.023 0,01 5 Cipondoh 4 216.346 0,02
6 Jatiuwung 1 120.216 0,01
7 Karang Tengah 3 118.473 0,03
8 Karawaci 5 171.317 0,03 9 Larangan 3 163.901 0,02
10 Neglasari 3 103.504 0,03
11 Periuk 4 129.384 0,03 12 Pinang 4 160.206 0,02
13 Tangerang 2 152.145 0,01
Tahun 2010 39 1.798.601 0,02 Tahun 2009 39 1.652.590 0,02
Tahun 2008 38 1.531.666 0,02
Tahun 2007 38 1.508.414 0,03
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
II - 76
Dilihat dari tabel data Rasio Puskesmas, Poliklinik, Puskesmas Pembantu Per Satuan
Penduduk tahun 2010, Kota Tangerang memiliki rasio sebesar 0,02, yang berarti setiap 1.000
penduduk terdapat 0,02 puskesmas atau dengan kata lain setiap 100.000 penduduk terdapat
2 puskesmas. Angka ini menunjukkan trend yang tetap jika dibandingkan dengan angka 3
tahun sebelumnya.
3. Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk
Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk adalah jumlah rumah sakit per 1.000 penduduk.
Rasio ini mengukur ketersediaan fasilitas rumah sakit berdasarkan jumlah penduduk.
Tabel 2.73 Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk
No Kecamatan Jumlah Rumah Sakit Jumlah Penduduk Rasio Rumah Sakit Per
Satuan Penduduk 1 Batuceper 0 90.590 0,00
2 Benda 0 83.017 0,00
3 Cibodas 1 142.479 0,01 4 Ciledug 3 147.023 0,02
5 Cipondoh 0 216.346 0,00
6 Jatiuwung 3 120.216 0,02
7 Karang Tengah 2 118.473 0,02 8 Karawaci 4 171.317 0,02
9 Larangan 1 163.901 0,01
10 Neglasari 1 103.504 0,01 11 Periuk 1 129.384 0,01
12 Pinang 1 160.206 0,01
13 Tangerang 6 152.145 0,04 Tahun 2010 23 1.798.601 0,01
Tahun 2009 23 1.652.590 0,01
Tahun 2008 21 1.531.666 0,01
Tahun 2007 18 1.508.414 0,01 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011
BPS Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel data Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk tahun 2010, Kota Tangerang
memiliki rasio sebesar 0,01, yang berarti terdapat 1 rumah sakit per 100.000 penduduk.
Berdasarkan data per kecamatan, dapat dilihat bahwa masih terjadi pemusatan penyediaan
sarana rumah sakit pada Kecamatan Tangerang dan Karawaci.
4. Rasio Dokter Per Satuan Penduduk
Rasio Dokter Per Satuan Penduduk adalah jumlah dokter per 1.000 penduduk. Rasio ini
mengukur ketersediaan akses penduduk terhadap tenaga dokter.
II - 77
Tabel 2.74 Rasio Dokter Per Satuan Penduduk
No Kecamatan Jumlah Dokter Jumlah Penduduk Rasio Dokter Per Satuan Penduduk
1 Batuceper 5 90.590 0,06
2 Benda 4 83.017 0,05 3 Cibodas 29 142.479 0,20
4 Ciledug 24 147.023 0,16
5 Cipondoh 10 216.346 0,05 6 Jatiuwung 23 120.216 0,19
7 Karang Tengah 29 118.473 0,24
8 Karawaci 34 171.317 0,20
9 Larangan 20 163.901 0,12 10 Neglasari 25 103.504 0,24
11 Periuk 10 129.384 0,08
12 Pinang 13 160.206 0,08 13 Tangerang 90 152.145 0,59
Tahun 2010 316 1.798.601 0,18
Tahun 2009 282 1.652.590 0,17
Tahun 2008 234 1.531.666 0,15 Tahun 2007 202 1.508.414 0,13
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel data Rasio Dokter Per Satuan Penduduk tahun 2010, Kota Tangerang
memiliki rasio sebesar 0,18, yang berarti terdapat 18 dokter setiap 100.000 penduduk. Angka
ini menunjukkan trend yang terus meningkat sejak tahun 2007.
Berdasarkan data per kecamatan, masih terjadi pengumpulan dokter pada Kecamatan
Tangerang, berbanding terbalik dengan Kecamatan Batuceper dan Benda yang rasio dokter
per penduduknya sangat kecil.
5. Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk
Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk adalah jumlah tenaga medis per 1.000 penduduk.
Rasio ini mengukur ketersediaan akses penduduk terhadap tenaga medis.
Tabel 2.75 Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk
No Kecamatan Jumlah Tenaga Medis Jumlah Penduduk Rasio Tenaga Medis Per
Satuan Penduduk
1 Batuceper 9 90.590 0,10 2 Benda 9 83.017 0,11
3 Cibodas 75 142.479 0,53
4 Ciledug 114 147.023 0,78
II - 78
5 Cipondoh 18 216.346 0,08
6 Jatiuwung 71 120.216 0,59
7 Karang Tengah 85 118.473 0,72 8 Karawaci 134 171.317 0,78
9 Larangan 62 163.901 0,38
10 Neglasari 57 103.504 0,55 11 Periuk 40 129.384 0,31
12 Pinang 51 160.206 0,32
13 Tangerang 407 152.145 2,68
Tahun 2010 1.132 1.798.601 0,63 Tahun 2009 1.049 1.652.590 0,63
Tahun 2008 903 1.531.666 0,59
Tahun 2007 861 1.508.414 0,57 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011
BPS Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel data Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk tahun 2010, Kota
Tangerang memiliki rasio sebesar 0,63, yang berarti bahwa terdapat 63 tenaga medis per
100.000 penduduk. Angka ini menunjukkan trend yang terus meningkat sejak tahun 2007.
6. Tingkat Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani
Tabel 2.76 Tingkat Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani
No Kecamatan
Jumlah Komplikasi Kebidanan Yang
Mendapat Penanganan Definitif Di Satu Wilayah
Kerja Pada Kurun Waktu Tertentu
Jumlah Ibu Dengan Komplikasi Kebidanan Di Satu Wilayah Kerja
Pada Kurun Waktu Tertentu
Tingkat Cakupan Komplikasi Kebidanan
Yang Ditangani (%)
1 Batuceper 171 375 45,60
2 Benda 193 313 61,66 3 Cibodas 456 619 73,67
4 Ciledug 325 512 63,48
5 Cipondoh 806 765 105,36
6 Jatiuwung 131 554 23,65 7 Karang Tengah 325 478 67,99
8 Karawaci 533 769 69,31
9 Larangan 327 648 50,46 10 Neglasari 324 430 75,35
11 Periuk 349 511 68,30
12 Pinang 711 630 112,86 13 Tangerang 636 610 104,26
Tahun 2010 5.287 7.214 73,29
Tahun 2009 4.002 7.214 55,48
Tahun 2008 1.793 7.065 25,38 Tahun 2007 791 5.144 15,38
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011
II - 79
Dilihat dari tabel data Tingkat Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani tahun 2010,
Kota Tangerang memiliki jumlah sebesar 73,29%. Hal ini menunjukkan kenaikan jumlah
dibandingkan dengan 3 tahun sebelumnya. Dari ke 13 kecamatan di Kota Tangerang,
Kecamatan Pinang memiliki jumlah paling tinggi diantara kecamatan lainnya dengan jumlah
sebanyak 112,86%. Berbeda sebaliknya dengan Kecamatan Jatiuwung yang hanya mencapai
23,65%.
7. Tingkat Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan Atau Tenaga Kesehatan Yang
Memiliki Kompetensi Kebidanan
Tabel 2.77 Tingkat Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan Atau Tenaga Kesehatan Yang
Memiliki Kompetensi Kebidanan
No Kecamatan
Jumlah Ibu Bersalin Yang Ditolong Oleh
Tenaga Kesehatan Di Satu Wilayah Kerja Pada Kurun Waktu
Tertentu
Jumlah Seluruh Sasaran Ibu Bersalin Di
Satu Wilayah Kerja Pada Kurun Waktu
Yang Sama
Tingkat Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan Atau Tenaga
Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi
Kebidanan (%)
1 Batuceper 1.532 1.793 85,44
2 Benda 1.168 1.499 77,92
3 Cibodas 2.557 2.961 86,36 4 Ciledug 2.157 2.452 87,97
5 Cipondoh 3.148 3.659 86,03
6 Jatiuwung 2.436 2.652 91,86 7 Karang Tengah 1.933 2.286 84,56
8 Karawaci 3.240 3.677 88,12
9 Larangan 2.769 3.102 89,26 10 Neglasari 1.731 2.058 84,11
11 Periuk 1.972 2.444 80,69
12 Pinang 2.592 3.014 86,00
13 Tangerang 2.581 2.918 88,45 Jumlah 29.816 34.515 86,39
Tahun 2009 30.081 34.515 87,15
Tahun 2008 34.531 41.569 83,07 Tahun 2007 33.482 40.828 82,01
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel data Tingkat Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan Atau Tenaga
Kesehatan Yang Memiliki Kompetensi Kebidanan tahun 2010, Kota Tangerang memiliki
cakupan pertolongan sebesar 86,39%. Bila dibandingkan dengan data 3 tahun sebelumnya,
angka ini menunjukkan trend yang terus meningkat. Dari ke 13 kecamatan di Kota Tangerang,
Kecamatan Jatiuwung memiliki tingkat rasio paling tinggi diantara kecamatan lainnya dengan
jumlah rasio sebanyak 91,86%. Berbeda sebaliknya dengan Kecamatan Benda yang hanya
mencapai 77,92%.
II - 80
8. Tingkat Cakupan Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
Tabel 2.78 Tingkat Cakupan Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)
No Kecamatan Jumlah Kelurahan UCI Jumlah Seluruh
Kelurahan
Tingkat Cakupan Kelurahan Universal Child Immunization
(UCI) (%) 1 Batuceper 6 7 85,71
2 Benda 5 5 100,00
3 Cibodas 6 6 100,00 4 Ciledug 7 8 87,50
5 Cipondoh 10 10 100,00
6 Jatiuwung 6 6 100,00 7 Karang Tengah 7 7 100,00
8 Karawaci 16 16 100,00
9 Larangan 8 8 100,00
10 Neglasari 7 7 100,00 11 Periuk 5 5 100,00
12 Pinang 11 11 100,00
13 Tangerang 8 8 100,00 Tahun 2010 102 104 98,08
Tahun 2009 92 104 88,46
Tahun 2008 92 104 88,46
Tahun 2007 97 104 93,27 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel data Tingkat Cakupan Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) tahun
2010, Kota Tangerang memiliki cakupan kelurahan UCI sebesar 98,08%. Hal ini menunjukkan
kenaikan jumlah dibandingkan dengan 3 tahun sebelumnya.
Bila dilihat dari proporsi tingkat cakupan kelurahan UCI per kecamatan di Kota Tangerang,
jumlahnya hampir homogen dengan nilai rata-rata 100%, hanya saja Kecamatan Batuceper
dan Kecamatan Ciledug berada di poin 85,7% dan 87,5%.
II - 81
9. Tingkat Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Tabel 2.79 Tingkat Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
No Kecamatan
Jumlah Balita Gizi Buruk Mendapat
Perawatan Di Sarana Pelayanan Kesehatan Di Satu Wilayah Kerja
Pada Kurun Waktu Tertentu
Jumlah Seluruh Balita Gizi Buruk Yang
Ditemukan Di Satu Wilayah Kerja Pada Kurun Waktu Yang
Sama
Tingkat Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat
Perawatan (%)
1 Batuceper 27 27 100,00
2 Benda 9 9 100,00 3 Cibodas 7 7 100,00
4 Ciledug 11 11 100,00
5 Cipondoh 46 46 100,00 6 Jatiuwung 19 19 100,00
7 Karang Tengah 24 24 100,00
8 Karawaci 30 30 100,00
9 Larangan 17 17 100,00 10 Neglasari 25 25 100,00
11 Periuk 13 13 100,00
12 Pinang 21 21 100,00 13 Tangerang 26 26 100,00
Tahun 2010 275 275 100,00
Tahun 2009 246 246 100,00
Tahun 2008 131 131 100,00 Tahun 2007 141 141 100,00
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel data Tingkat Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan tahun 2010,
Kota Tangerang memiliki cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan sebesar 100%.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan sudah
sangat baik, begitu pula dengan tahun 2007, 2008 dan 2009 sudah mencapai 100%. Hal ini
juga tentunya sesuai dengan harapan masyarakat di Kota Tangerang.
II - 82
10. Tingkat Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA
Tabel 2.80 Tingkat Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA
No Kecamatan
Jumlah Penderita Baru TBC BTA (+) Yang
Ditemukan dan Diobati Di Satu Wilayah Kerja Selama Satu Tahun
Jumlah Perkiraan Penderita Baru TBC
BTA (+) Dalam Kurun Waktu Yang Sama
Tingkat Cakupan Penemuan Dan
Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA (%)
1 Batuceper 57 82 69,51 2 Benda 62 68 91,18
3 Cibodas 57 135 42,22
4 Ciledug 101 111 90,99
5 Cipondoh 97 166 58,43 6 Jatiuwung 54 121 44,63
7 Karang Tengah 72 104 69,23
8 Karawaci 131 167 78,44 9 Larangan 67 141 47,52
10 Neglasari 98 94 104,26
11 Periuk 51 111 45,95 12 Pinang 113 137 82,48
13 Tangerang 111 133 83,46
Tahun 2010 1.071 1.570 68,22
Tahun 2009 1.146 1.570 72,99 Tahun 2008 1.085 1.685 64,39
Tahun 2007 1.222 1.655 73,84
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel data Tingkat Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit TBC
BTA tahun 2010, Kota Tangerang memiliki cakupan penemuan dan penanganan penderita
penyakit TBC BTA sebesar 68,22%. Capaian ini bila dibandingkan dengan capaian pada
tahun 2009 memiliki hasil yang lebih rendah, tetapi lebih tinggi 3,83% apabila dibandingkan
dengan capaian di tahun 2008. Berbicara mengenai tingkat cakupan penemuan dan
penanganan penderita penyakit TBC BTA per kecamatan di Kota Tangerang ini, penemuan
dan penanganan terbaik diperoleh oleh Kecamatan Neglasari dengan jumlah 104,26%,
berbeda dengan Kecamatan Cibodas, kecamatan yang menyandang sebagai kecamatan
yang mempunyai predikat terendah (untuk kasus ini) dari 13 kecamatan yang ada di Kota
Tangerang yang hanya mencapai 42,22% saja.
II - 83
11. Tingkat Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit DBD
Tabel 2.81 Tingkat Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit DBD
No Kecamatan
Jumlah Penderita DBD Yang Ditemukan
Ditangani Sesuai SOP Di Satu Wilayah Kerja Selama Satu Tahun
Jumlah Penderita DBD Yang Ditemukan Di Satu Wilayah Dalam Kurun Waktu Yang
Sama
Tingkat Cakupan Penemuan Dan
Penanganan Penderita Penyakit DBD (%)
1 Batuceper 37 37 100,00 2 Benda 28 28 100,00
3 Cibodas 69 69 100,00
4 Ciledug 62 62 100,00
5 Cipondoh 147 147 100,00 6 Jatiuwung 121 121 100,00
7 Karang Tengah 45 45 100,00
8 Karawaci 138 138 100,00 9 Larangan 64 64 100,00
10 Neglasari 19 19 100,00
11 Periuk 97 97 100,00 12 Pinang 107 107 100,00
13 Tangerang 107 107 100,00
Tahun 2010 1.041 1.041 100,00
Tahun 2009 845 845 100,00 Tahun 2008 932 932 100,00
Tahun 2007 1.361 1.361 100,00
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel data Tingkat Cakupan Penemuan Dan Penanganan Penderita Penyakit DBD
tahun 2010, Kota Tangerang memiliki cakupan penemuan dan penanganan penderita
penyakit DBD sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa capaian yang diraih oleh Kota
Tangerang sudah sangat baik, yaitu sudah mencapai 100%, dimana kondisi ini tidak berubah
sejak tahun 2007. Hal ini juga tentunya sesuai dengan harapan masyarakat di Kota
Tangerang.
12. Tingkat Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin
Tabel 2.82 Tingkat Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin
No Kecamatan Jumlah Pasien Miskin di Sarana Kesehatan Strata-2 dan Strata-3
Jumlah masyarakat miskin yang berkunjung
ke Sarana Kesehatan Strata-2 dan Strata-3
Tingkat Cakupan Pelayanan Kesehatan
Rujukan Pasien Masyarakat Miskin
1 Batuceper 959 26.408 3,63 2 Benda 935 24.723 3,78
3 Cibodas 50 19.585 0,26
4 Ciledug 210 23.157 0,91
II - 84
No Kecamatan Jumlah Pasien Miskin di Sarana Kesehatan Strata-2 dan Strata-3
Jumlah masyarakat miskin yang berkunjung
ke Sarana Kesehatan Strata-2 dan Strata-3
Tingkat Cakupan Pelayanan Kesehatan
Rujukan Pasien Masyarakat Miskin
5 Cipondoh 985 26.977 3,65 6 Jatiuwung 368 18.962 1,94
7 Karang Tengah 299 20.647 1,45
8 Karawaci 1.116 44.731 2,49
9 Larangan 118 23.444 0,50 10 Neglasari 352 55.133 0,64
11 Periuk 251 30.706 0,82
12 Pinang 120 29.117 0,41 13 Tangerang 5.772 21.700 26,60
Tahun 2010 11.536 365.290 3,16
Tahun 2009 7.453 376.694 1,98 Tahun 2008 6.525 246.800 2,64
Tahun 2007 813 134.438 0,60
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel data Tingkat Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat
Miskin tahun 2010, Kota Tangerang memiliki cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien
masyarakat miskin sebesar 3,16%. Capaian ini mengalami peningkatan apabila dibandingkan
dengan capaian 3 tahun sebelumnya. Berbicara mengenai tingkat cakupan pelayanan
kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin per kecamatan di Kota Tangerang ini,
pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin terbaik diperoleh oleh Kecamatan
Tangerang dengan jumlah 26,60%, sebaliknya Kecamatan Cibodas yang menyandang
sebagai kecamatan yang mempunyai predikat terendah (untuk kasus ini) dari 13 kecamatan
yang ada di Kota Tangerang yang hanya mencapai 0,26% saja.
13. Tingkat Cakupan Kunjungan Bayi
Tabel 2.83 Tingkat Cakupan Kunjungan Bayi
No Kecamatan
Jumlah Bayi Memperoleh Pelayanan
Kesehatan Sesuai Standar Di Satu Wilayah
Kerja Dalam Kurun Waktu Tertentu
Jumlah Seluruh Bayi Lahir Hidup Di Satu
Wilayah Kerja Dalam Kurun Waktu Yang
Sama
Tingkat Cakupan Kunjungan Bayi (%)
1 Batuceper 1.486 1.623 91,56 2 Benda 1.311 1.357 96,61
3 Cibodas 2.581 2.681 96,27
4 Ciledug 2.003 2.220 90,23 5 Cipondoh 3.060 3.314 92,34
6 Jatiuwung 2.363 2.401 98,42
7 Karang Tengah 2.047 2.071 98,84 8 Karawaci 3.167 3.329 95,13
9 Larangan 2.591 2.808 92,27
II - 85
No Kecamatan
Jumlah Bayi Memperoleh Pelayanan
Kesehatan Sesuai Standar Di Satu Wilayah
Kerja Dalam Kurun Waktu Tertentu
Jumlah Seluruh Bayi Lahir Hidup Di Satu
Wilayah Kerja Dalam Kurun Waktu Yang
Sama
Tingkat Cakupan Kunjungan Bayi (%)
10 Neglasari 1.803 1.864 96,73
11 Periuk 1.997 2.213 90,24 12 Pinang 2.652 2.729 97,18
13 Tangerang 2.520 2.642 95,38
Tahun 2010 29.581 31.252 94,65
Tahun 2009 29.897 31.252 95,66 Tahun 2008 35.990 39.332 91,50
Tahun 2007 37.723 38.629 97,65
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel data Tingkat Cakupan Kunjungan Bayi tahun 2010, Kota Tangerang memiliki
cakupan kunjungan bayi sebesar 94,65%. Walaupun menunjukkan angka yang telah
mendekati 100% (sempurna), akan tetapi berdasarkan data sejak tahun 2007 angka ini
menunjukkan trend yang cenderung menurun. Berbicara mengenai rata-rata tingkat cakupan
kunjungan bayi per kecamatan di Kota Tangerang ini, rata-rata capaian per kecamatan lebih
dari 90%, hal ini menunjukkan masyarakat semakin memahami akan pentingnya kesehatan
untuk anak-anak bayi-nya.
14. Cakupan Puskesmas
Tabel 2.84 Cakupan Puskesmas
No. Uraian
Tahun 2010
Jumlah Puskesmas Jumlah Kecamatan Cakupan Puskesmas
(%)
1 Kota Tangerang 30 13 230,77
Tahun 2009 25 13 192,31
Tahun 2008 25 13 192,31
Tahun 2007 25 13 192,31
Sumber: BPS Kota Tangerang, 2011
Berdasarkan data, tingkat cakupan Puskesmas di Kota Tangerang tahun 2010 telah mencapai
230,77%, atau lebih dari 2 kali lipat dari kebutuhan minimal Puskesmas di perkotaan yang
hanya 1 Puskesmas per kecamatan. Kondisi ini meningkat dibandingkan 3 tahun sebelumnya.
II - 86
15. Cakupan Puskesmas Pembantu
Tabel 2.85 Cakupan Puskesmas Pembantu
No. Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Puskesmas Pembantu
Jumlah Kelurahan Cakupan Puskesmas
Pembantu (%)
1 Batuceper 0 7 0,00 2 Benda 2 5 40,00
3 Cibodas 0 6 0,00
4 Ciledug 0 8 0,00 5 Cipondoh 0 10 0,00
6 Jatiuwung 0 6 0,00
7 Karang Tengah 0 7 0,00 8 Karawaci 1 16 6,25
9 Larangan 1 8 12,50
10 Neglasari 1 7 14,29
11 Periuk 2 5 40,00 12 Pinang 2 11 18,18
13 Tangerang 0 8 0,00
Tahun 2010 9 104 8,65 Tahun 2009 13 104 12,50
Tahun 2008 13 104 12,50
Tahun 2007 13 104 12,50
Sumber: BPS Kota Tangerang, 2011
Cakupan puskesmas pembantu menunjukkan tingkat cakupan pelayanan puskesmas
pembantu, yang membandingkan antara jumlah puskesmas pembantu dengan jumlah
kelurahan. Tingkat cakupan puskesmas pembantu di Kota Tangerang tahun 2010 mencapai
8,65%, menurun dibandingkan 3 tahun sebelumnya. Akan tetapi sebagaimana telah
dijelaskan pada indikator sebelumnya, penurunan cakupan puskesmas pembantu ini diiringi
dengan peningkatan cakupan puskesmas, sehingga bukan merupakan penurunan pelayanan
terhadap masyarakat.
C. Urusan Perumahan
1. Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk
Tabel 2.86 Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk
No Kecamatan Jumlah Tempat Ibadah Jumlah Penduduk Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk
1 Batuceper 91 90.590 1,00
2 Benda 143 83.017 1,72
3 Cibodas 172 142.479 1,21 4 Ciledug 181 147.023 1,23
II - 87
No Kecamatan Jumlah Tempat Ibadah Jumlah Penduduk Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk
5 Cipondoh 166 216.346 0,77
6 Jatiuwung 117 120.216 0,97
7 Karang Tengah 137 118.473 1,16
8 Karawaci 220 171.317 1,28 9 Larangan 23 163.901 0,14
10 Neglasari 168 103.504 1,62
11 Periuk 157 129.384 1,21 12 Pinang 212 160.206 1,32
13 Tangerang 150 152.145 0,99
Jumlah 1.937 1.798.601 1,08
Sumber: BPS Kota Tangerang, 2011
Rasio tempat ibadah per satuan penduduk membandingkan tingkat ketersediaan tempat
ibadah per 1.000 penduduk. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk di Kota Tangerang
tahun 2010 adalah 1,08, yang berarti bahwa setiap 1.000 penduduk di Kota Tangerang
terdapat 1 tempat ibadah.
2. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk
Tabel 2.87 Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk
No Kecamatan Jumlah Daya Tampung
TPS (m³) Jumlah Penduduk
Rasio Tempat Pembuangan Sampah
(TPS) Per Satuan Penduduk
1 Batuceper 80 90.590 0,88 2 Benda 44 83.017 0,53
3 Cibodas 102 142.479 0,72
4 Ciledug 50 147.023 0,34
5 Cipondoh 46 216.346 0,21 6 Jatiuwung 78 120.216 0,65
7 Karang Tengah 22 118.473 0,19
8 Karawaci 132 171.317 0,77 9 Larangan 16 163.901 0,10
10 Neglasari 54 103.504 0,52
11 Periuk 23 129.384 0,18
12 Pinang 60 160.206 0,37 13 Tangerang 313 152.145 2,06
Jumlah 1.020 1.798.601 0,57
Tahun 2009 852 1.652.590 0,52 Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, 2011
BPS Kota Tangerang, 2011
Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk adalah jumlah daya
tampung tempat pembuangan sampah per 1.000 jumlah penduduk. Dari data tahun 2010
diketahui bahwa rasio TPS per satuan penduduk adalah 0,57, yang berarti terdapat TPS
II - 88
dengan daya tampung 0,57 m³ setiap 1.000 penduduk. Angka rasio tahun 2010 tersebut telah
mengalami peningkatan yang berarti dibandingkan tahun 2009 dengan angka rasio 0,52.
D. Urusan Pekerjaaan Umum
1. Panjang Jalan Dilalui Roda 4
Tabel 2.88 Panjang Jalan Dilalui Roda 4
No Kecamatan Jumlah Panjang Jalan
(Km) Jumlah Penduduk
Panjang Jalan Dilalui Roda 4
1 Batuceper 90.590 0,00000 2 Benda 83.017 0,00000
3 Cibodas 142.479 0,00000
4 Ciledug 147.023 0,00000 5 Cipondoh 216.346 0,00000
6 Jatiuwung 120.216 0,00000
7 Karang Tengah 118.473 0,00000
8 Karawaci 171.317 0,00000 9 Larangan 163.901 0,00000
10 Neglasari 103.504 0,00000
11 Periuk 129.384 0,00000 12 Pinang 160.206 0,00000
13 Tangerang 152.145 0,00000
Jumlah 372,78 1.798.601 0,00021
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Panjang jalan dilalui roda 4 merupakan indikator yang membandingkan antara panjang jalan
yang dapat dilalui roda 4 yang tersedia di Kota Tangerang dengan jumlah penduduk. Rasio ini
pada tahun 2010 di Kota Tangerang menunjukkan angka 0,00021, atau bisa diartikan bahwa
setiap 100 penduduk di Kota Tangerang terdapat 21 meter jalan yang dapat dilalui roda 4.
E. Urusan Perencanaan Pembangunan
2. Tersedianya Dokumen Perencanaan: RPJPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda
Tabel 2.89 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda
No. Uraian Ketersediaan 1 Dokumen Perencanaan RPJPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda Tahun 2010 Tidak Ada
2 Dokumen Perencanaan RPJPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda Tahun 2009 Tidak Ada
3 Dokumen Perencanaan RPJPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda Tahun 2008 Tidak Ada
4 Dokumen Perencanaan RPJPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda Tahun 2007 Tidak Ada Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang, 2011
II - 89
Dari tabel data di atas dapat disimpulkan bahwa dengan tidak adanya dokumen perencanaan
RPJPD yang telah ditetapkan dengan Perda maka Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah tidak dapat dikomparasikan dengan realisasi pembangunan jangka panjang daerah
tahun yang bersangkutan. Begitu pula dengan tahun-tahun sebelumnya.
3. Tersedianya Dokumen Perencanaan: RPJMD Yang Telah ditetapkan Dengan
Perda/Perkada
Tabel 2.90 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD Yang Telah ditetapkan Dengan
Perda/Perkada
No. Uraian Ketersediaan
1 Dokumen Perencanaan RPJMD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda/Perkada Tahun 2010
Ada
2 Dokumen Perencanaan RPJMD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda/Perkada Tahun 2009
Ada
3 Dokumen Perencanaan RPJMD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda/Perkada Tahun 2008
Ada
4 Dokumen Perencanaan RPJMD Yang Telah ditetapkan Dengan Perda/Perkada Tahun 2007
Ada
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya dokumen perencanaan
RPJMD yang telah ditetapkan dengan Perda/Perkada maka Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah dapat dikomparasikan dengan realisasi pembangunan jangka menengah
daerah tahun yang bersangkutan. Begitu pula dengan tahun-tahun sebelumnya. Sehingga
dapat diketahui apakah sudah sesuai dengan program atau tidak.
4. Tersedianya Dokumen Perencanaan: RKPD Yang Telah ditetapkan Dengan
Perkada
Tabel 2.91 Tersedianya Dokumen Perencanaan : RKPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perkada
No. Uraian Ketersediaan
1 Dokumen Perencanaan RKPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perkada Tahun 2010 Ada
2 Dokumen Perencanaan RKPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perkada Tahun 2009 Ada 3 Dokumen Perencanaan RKPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perkada Tahun 2008 Ada
4 Dokumen Perencanaan RKPD Yang Telah ditetapkan Dengan Perkada Tahun 2007 Ada
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang, 2011
RKPD sebagai salah satu dokumen perencanaan pembangunan daerah mutlak dibutuhkan
suatu daerah dalam merencanakan pembangunannya. Tersedianya dokumen RKPD di Kota
II - 90
Tangerang tahun 2010 maupun 3 tahun sebelumnya menunjukkan bahwa pemerintah Kota
Tangerang telah bersungguh-sungguh dalam merencanakan pembangunan daerah guna
mensejahterakan masyarakat Kota Tangerang.
5. Tingkat Penjabaran Program RPJMD Kedalam RKPD
Tabel 2.92 Tingkat Penjabaran Program RPJMD Kedalam RKPD
No. Uraian Jumlah
1. Jumlah Program RKPD Tahun Berkenaan 131
2. Jumlah Program RPJMD Yang Harus Dilaksanakan Tahun Berkenaan 131 3. Tingkat Penjabaran Program RPJMD Kedalam RKPD (%) 100,00
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat penjabaran program RPJMD ke
dalam RKPD sudah sesuai dengan program / rencana.
F. Urusan Perhubungan
1. Rasio Ijin Trayek
Tabel 2.93 Rasio Ijin Trayek
No. Uraian 2007 2008 2009 2010 1. Jumlah Ijin Trayek Yang Dikeluarkan 2.467 2.498 2.523 2.530
2. Jumlah Trayek 2.565 2.565 2.565 2.565
3. Rasio Ijin Trayek (%) 96,18 97,39 98,36 98,64 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Tangerang, 2011
Rasio Ijin Trayek adalah perbandingan jumlah ijin trayek yang dikeluarkan selama 1 (satu)
tahun terhadap jumlah penduduk. Dari daftar tabel di atas, rasio ijin trayek pada tahun 2010
mencapai 98,64%, hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari rasio ijin trayek pada 3 tahun
sebelumnya.
2. Jumlah Uji KIR Angkutan Umum
Tabel 2.94 Jumlah Uji KIR Angkutan Umum
No. Uraian 2007 2008 2009 2010 1. Jumlah Uji KIR Angkutan Umum 44.516 46.823 46.860 40.825
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Tangerang, 2011
II - 91
Jumlah Uji KIR Angkutan Umum adalah jumlah uji KIR angkutan umum selama 1 (satu) tahun.
Dari daftar tabel di atas, jumlah uji KIR angkutan umum pada tahun 2010 adalah sebanyak
40.825 unit. Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni
mencapai jumlah 44.516 unit untuk tahun 2007, 46.823 unit untuk tahun 2008 dan 46.860 unit
untuk tahun 2009.
3. Jumlah Pelabuhan Laut/Bandara/Terminal Bis/Stasiun KA
Tabel 2.95 Jumlah Pelabuhan Laut/Bandara/Terminal Bis/Stasiun KA
No. Uraian 2007 2008 2009 2010
1 Pelabuhan Laut 0 0 0 0
2 Bandara 1 1 1 1 3 Terminal Bis 5 5 5 5
4 Stasiun Kereta Api 4 4 4 4
Jumlah 10 10 10 10 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Tangerang, 2011
Dari daftar tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah terminal bis Kota Tangerang masih
lebih banyak mendominasi dari tempat berkumpulnya suatu armada transportasi umum
lainnya, hal ini ditandai dengan banyaknya sarana terminal bis yang mencapai 5 buah.
Sementara itu terminal bis disusul oleh stasiun kereta api yang mencapai 4 buah dan bandara
1 buah. Jumlah ini tidak berubah sejak tahun 2007.
4. Besarnya Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum
Tabel 2.96 Besarnya Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum
No. Uraian 2007 2008 2009 2010
1 Pengujian Pertama:
A. Mobil Barang, Mobil Bus, Tractor Head dan Kendaraan Khusus
Rp 25.000 Rp 25.000 Rp 25.000 Rp 25.000
B. Mobil Penumpang, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan
Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000
2 Pengujian Berkala
A. Mobil Barang, Mobil Bus, Tractor Head dan Kendaraan Khusus
Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000
B. Mobil Penumpang, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan
Rp 15.000 Rp 15.000 Rp 15.000 Rp 15.000
3 Denda Retribusi:
A. Mobil Barang, Mobil Bus, Tractor Head dan Kendaraan Khusus
Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000
B. Mobil Penumpang, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan
Rp 15.000 Rp 15.000 Rp 15.000 Rp 15.000
4 Sanksi Administrasi:
II - 92
No. Uraian 2007 2008 2009 2010
A. Mobil Barang, Mobil Bus, Tractor Head dan Kendaraan Khusus
Rp 400 Rp 400 Rp 400 Rp 400
B. Mobil Penumpang, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan
Rp 300 Rp 300 Rp 300 Rp 300
5 Buku Uji Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 5.000 6 Tanda Uji (Sepasang) Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 5.000
7 Tanda Samping Rp 7.500 Rp 7.500 Rp 7.500 Rp 7.500
8 Penilaian Kondisi teknis: A. Mobil Barang, Mobil Bus, Tractor Head
dan Kendaraan Khusus Rp 35.000 Rp 35.000 Rp 35.000 Rp 35.000
B. Mobil Penumpang, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan
Rp 25.000 Rp 25.000 Rp 25.000 Rp 25.000
C. Sepeda Motor Rp 10.000 Rp 10.000 Rp 10.000 Rp 10.000
9 Penggantian Buku Uji/Tanda Uji Yang Hilang/Rusak
Rp 25.000 Rp 25.000 Rp 25.000 Rp 25.000
10 Rekomendasi Numpang Uji Keluar Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000
11 Rekomendasi Mutasi Keluar Rp 35.000 Rp 35.000 Rp 35.000 Rp 35.000 Jumlah Rp 283.200 Rp 283.200 Rp 283.200 Rp 283.200
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Tangerang, 2011
Dari daftar tabel di atas, dapat diketahui bahwa besarnya biaya pengujian kelayakan angkutan
umum di Kota Tangerang tahun 2010 adalah Rp. 283.200,- . Besaran biaya pengujian
kelayakan angkutan umum tahun 2010 ini sama dengan besaran biaya di 3 tahun
sebelumnya.
Tabel 2.97 Tingkat Pemasangan Rambu-Rambu
No. Uraian 2008 2009 2010
1 Jumlah Rambu Terpasang 1.037 1.071 1.112 2 Jumlah Rambu yang Seharusnya Tersedia - - -
3 Tingkat Pemasangan Rambu-rambu - - -
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Tangerang, 2011
Dari daftar tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pemasangan rambu-rambu tahun 2010
di Kota Tangerang mencapai 1.112 unit. Di tahun 2010 ini menunjukkan bahwa tingkat
pemasangan rambu-rambu sudah jauh lebih banyak dibandingkan dengan tingkat
pemasangan rambu-rambu di tahun 2008 dan tahun 2009.
II - 93
G. Urusan Lingkungan Hidup
1. Persentase Penanganan/Pelayanan Sampah
Tabel 2.98 Persentase Penanganan/Pelayanan Sampah
No Kecamatan Volume Sampah Yang
Ditangani Volume Produksi
Sampah
Persentase Penanganan/ Pelayanan
Sampah (%) 1 Batuceper 132.000,00 231.741,44 56,96
2 Benda 99.000,00 188.030,08 52,65
3 Cibodas 207.000,00 269.933,44 76,69 4 Ciledug 282.000,00 330.296,96 85,38
5 Cipondoh 357.000,00 480.186,56 74,35
6 Jatiuwung 285.000,00 319.824,96 89,11
7 Karang Tengah 144.000,00 266.353,92 54,06 8 Karawaci 372.000,00 380.069,76 97,88
9 Larangan 135.000,00 368.338,88 36,65
10 Neglasari 105.000,00 202.453,44 51,86 11 Periuk 135.000,00 289.072,00 46,70
12 Pinang 144.000,00 359.224,32 40,09
13 Tangerang 534.000,00 341.355,84 156,43 Tahun 2010 2.931.000,00 4.026.881,60 72,79
Tahun 2009 2.362.700,00 3.356.174,80 70,40
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, 2011
Persentase Penanganan/Pelayanan Sampah adalah Proporsi volume sampah yang ditangani
terhadap volume produksi sampah. Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa persentase
penanganan/pelayanan sampah di Kota Tangerang tahun 2010 mencapai 72,79%, angka
capaian ini lebih baik dibandingkan dengan capaian di tahun 2009 yang mendapatkan
70,40%. Persentase paling tinggi penanganan/pelayanan sampah di kecamatan Kota
Tangerang sendiri diperoleh oleh Kecamatan Tangerang dengan capaian 156,43%,
sedangkan paling rendah diperoleh oleh Kecamatan Larangan yang hanya mencapai 36,65%.
2. Tingkat Pencemaran Status Mutu Air Tanah
Tabel 2.99 Tingkat Pencemaran Status Mutu Air Tanah
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Parameter yang Melebihi Baku Mutu
Jumlah Parameter yang Dipantau
Tingkat Pencemaran Status Mutu Air Tanah
(%)
1 Batuceper 3 78 3,85 2 Benda 5 78 6,41
3 Cibodas 1 78 1,28
4 Ciledug 2 78 2,56
II - 94
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Parameter yang Melebihi Baku Mutu
Jumlah Parameter yang Dipantau
Tingkat Pencemaran Status Mutu Air Tanah
(%)
5 Cipondoh 0 78 0,00
6 Jatiuwung 1 78 1,28 7 Karang Tengah 0 78 0,00
8 Karawaci 3 78 3,85
9 Larangan 2 78 2,56 10 Neglasari 3 78 3,85
11 Periuk 0 78 0,00
12 Pinang 0 78 0,00 13 Tangerang 1 78 1,28
Jumlah 21 1.014 2,07
Tahun 2009 49 1.352 3,62
Tahun 2008 2,31 Tahun 2007 1,85
Sumber: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pencemaran status mutu air tanah di
Kota Tangerang tahun 2010 mencapai 2,07%. Hal ini merupakan capaian yang lebih baik
dibandingkan dengan capaian di tahun 2008 dan 2009 yang masing-masing mencapai 2,31%
dan 3,62%. Hal ini juga merupakan dampak dari kesadaran masyarakat yang mulai tumbuh
sadar dan peduli akan lingkungannya sendiri.
Jika tingkat pencemaran status mutu air tanah dilihat dari tingkat kecamatan, maka
kecamatan dengan tingkat paling baik dengan tingkat status mutu air tanahnya sebesar 0%
diperoleh oleh Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Karawaci, Kecamatan Periuk dan
Kecamatan Pinang. Sedangkan sebaliknya capaian tertinggi tingkat pencemaran status mutu
air tanahnya diperoleh oleh Kecamatan Benda yaitu sebesar 6,41%.
3. Tingkat Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan AMDAL
Tabel 2.100 Tingkat Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan AMDAL
No Kecamatan
Tahun 2010 Jumlah Perusahaan Wajib AMDAL Yang
Telah Diawasi
Jumlah Seluruh Perusahaan Wajib
AMDAL
Tingkat Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan AMDAL
(%)
1 Batuceper 0 4 0,00
2 Benda 0 3 0,00 3 Cibodas 0 1 0,00
4 Ciledug 0 1 0,00
5 Cipondoh 0 4 0,00 6 Jatiuwung 1 3 33,33
7 Karang Tengah 0 1 0,00
II - 95
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Perusahaan Wajib AMDAL Yang
Telah Diawasi
Jumlah Seluruh Perusahaan Wajib
AMDAL
Tingkat Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan AMDAL
(%) 8 Karawaci 1 4 25,00
9 Larangan 0 0 0,00
10 Neglasari 0 3 0,00
11 Periuk 0 2 0,00 12 Pinang 1 2 50,00
13 Tangerang 0 13 0,00
Tahun 2010 3 41 7,32 Sumber: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat cakupan pengawasan terhadap
pelaksanaan AMDAL di Kota Tangerang tahun 2010 mencapai 7,32%. Angka ini
menunjukkan bahwa tingkat pengawasan terhadap perusahaan wajib AMDAL masih sangat
kurang di Kota Tangerang. Jika tingkat cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL
dilihat dari tingkat kecamatan, maka kecamatan dengan tingkat paling baik dengan tingkat
pelaksanaan AMDAL-nya yang sebesar 50% diperoleh oleh Kecamatan Pinang.
4. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk
Tabel 2.101 Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Daya Tampung TPS (m³)
Jumlah Penduduk
Rasio Tempat Pembuangan Sampah
(TPS) Per Satuan Penduduk (%)
1 Batuceper 80,00 90.590 0,088
2 Benda 44,00 83.017 0,053
3 Cibodas 102,00 142.479 0,072 4 Ciledug 50,00 147.023 0,034
5 Cipondoh 46,00 216.346 0,021
6 Jatiuwung 78,00 120.216 0,065 7 Karang Tengah 22,00 118.473 0,019
8 Karawaci 132,00 171.317 0,077
9 Larangan 16,00 163.901 0,010
10 Neglasari 54,00 103.504 0,052 11 Periuk 23,00 129.384 0,018
12 Pinang 60,00 160.206 0,037
13 Tangerang 313,00 152.145 0,206 Tahun 2010 1.020,00 1.798.601 0,057
Tahun 2009 852,00 1.652.590 0,052
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
II - 96
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per
satuan penduduk di Kota Tangerang tahun 2010 mencapai 0,057%, angka capaian ini lebih
baik dibandingkan dengan capaian di tahun 2009 yang mendapatkan 0,052%. Rasio tempat
pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk Kota Tangerang paling baik/paling tinggi
diperoleh oleh kecamatan Tangerang dengan capaian 0,206%, sedangkan paling buruk
diperoleh oleh Kecamatan Larangan yang hanya mencapai 0,01%.
5. Tingkat Penegakan Hukum Lingkungan
Tabel 2.102 Tingkat Penegakan Hukum Lingkungan
No Kecamatan
Tahun 2010 Jumlah Kasus
Lingkungan Yang Diselesaikan Pemda
Jumlah Kasus Lingkungan Yang Ada
Tingkat Penegakan Hukum Lingkungan (%)
1 Batuceper 1 1 100,00
2 Benda 0 0 0,00
3 Cibodas 1 1 100,00 4 Ciledug 1 1 100,00
5 Cipondoh 0 0 0,00
6 Jatiuwung 1 1 100,00 7 Karang Tengah 1 1 100,00
8 Karawaci 1 1 100,00
9 Larangan 0 0 0,00
10 Neglasari 1 1 100,00 11 Periuk 2 2 100,00
12 Pinang 0 0 0,00
13 Tangerang 0 0 0,00 Jumlah 9 9 100,00
Sumber: Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat penegakan hukum lingkungan di Kota
Tangerang tahun 2010 mencapai sempurna yakni 100%. Dari ke 13 kecamatan di Kota
Tangerang yang memiliki kasus lingkungan yang diselesaikan Pemda dan yang telah
diselesaikan dengan baik yaitu Kecamatan Batuceper, Kecamatan Cibodas, Kecamatan
Ciledug, Kecamatan Jatiuwung, Kecamatan Karawaci, Kecamatan Karang Tengah,
Kecamatan Neglasari dan Kecamatan Periuk.
II - 97
H. Urusan Pertanahan
1. Persentase Luas Lahan Bersertifikat
Tabel 2.103 Persentase Luas Lahan Bersertifikat
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Luas Lahan Bersertifikat
Jumlah Luas Wilayah Persentase Luas Lahan
Bersertifikat (%) 1 Batuceper 3.623.561,00 8.528.300,00 42,49
2 Benda 6.407.615,00 11.118.500,00 57,63
3 Cibodas 3.185.536,00 9.181.800,00 34,69
4 Ciledug 4.837.431,00 8.790.900,00 55,03 5 Cipondoh 34.608.014,00 20.002.900,00 173,01
6 Jatiuwung 5.459.486,00 14.341.000,00 38,07
7 Karang Tengah 3.769.637,00 10.165.100,00 37,08 8 Karawaci 6.355.900,00 13.165.700,00 48,28
9 Larangan 55.438.046,00 8.078.700,00 686,22
10 Neglasari 7.405.859,00 14.672.100,00 50,48 11 Periuk 7.006.404,00 11.456.800,00 61,15
12 Pinang 3.954.570,00 19.455.400,00 20,33
13 Tangerang 4.380.986,00 15.535.400,00 28,20
Jumlah 146.433.045,00 164.492.600,00 89,02 Sumber: Dinas Tata Kota, Kota Tangerang, 2011
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase luas lahan bersertifikat di Kota
Tangerang tahun 2010 adalah sebesar 89,02%. Angka ini cukup baik yang berarti
menunjukkan kesadaran masyarakat akan kepemilikan sertifikat sekaligus menunjukkan
kinerja pemerintah daerah dalam hal pertanahan. Akan tetapi yang perlu catatan tersendiri,
pada tabel di atas terlihat bahwa pada Kecamatan Larangan dan Kecamatan Cipondoh
persentase lahan bersertifikat lebih besar dari 100%, yang berarti luas lahan bersertifikat lebih
besar dibandingkan luas wilayahnya. Hal ini perlu diperiksa kembali karena sangat berpotensi
menimbulkan permasalahan pertanahan di kemudian hari.
2. Tingkat Penyelesaian Kasus Tanah Negara
Tabel 2.104 Tingkat Penyelesaian Kasus Tanah Negara
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Kasus Yang Diselesaikan
Jumlah Kasus Yang Terdaftar
Tingkat Penyelesaian Kasus Tanah Negara
(%) 1 Batuceper 0 0 0,00
2 Benda 0 0 0,00
3 Cibodas 0 0 0,00
II - 98
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Kasus Yang Diselesaikan
Jumlah Kasus Yang Terdaftar
Tingkat Penyelesaian Kasus Tanah Negara
(%)
4 Ciledug 0 0 0,00
5 Cipondoh 0 0 0,00 6 Jatiuwung 0 0 0,00
7 Karang Tengah 0 0 0,00
8 Karawaci 0 0 0,00 9 Larangan 0 0 0,00
10 Neglasari 0 0 0,00
11 Periuk 0 0 0,00 12 Pinang 0 0 0,00
13 Tangerang 0 0 0,00
Jumlah 0 0 0,00
Sumber: Dinas Tata Kota, Kota Tangerang, 2011
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 tidak terdapat kasus tanah negara
di Kota Tangerang, sehingga tingkat penyelesaiannya pun menjadi 0%
3. Tingkat Penyelesaian Ijin Lokasi
Tabel 2.105 Tingkat Penyelesaian Ijin Lokasi
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Ijin Lokasi Jumlah Permohonan Ijin
Lokasi Tingkat Penyelesaian
Ijin Lokasi (%) 1 Batuceper 0 0 0,00
2 Benda 0 0 0,00
3 Cibodas 2 2 100,00
4 Ciledug 1 1 100,00 5 Cipondoh 1 2 50,00
6 Jatiuwung 0 0 0,00
7 Karang Tengah 0 0 0,00 8 Karawaci 0 0 0,00
9 Larangan 0 0 0,00
10 Neglasari 1 1 100,00 11 Periuk 0 0 0,00
12 Pinang 2 2 100,00
13 Tangerang 0 0 0,00
Jumlah 7 8 87,50 Sumber: Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat penyelesaian ijin lokasi di Kota
Tangerang tahun 2010 mencapai 87,5%. Hampir seluruhnya dari 5 kecamatan di Kota
Tangerang yang memiliki tingkat penyelesaian ijin lokasi mencapai 100% yaitu Kecamatan
Cibodas, Kecamatan Neglasari dan Kecamatan Pinang, sedangkan Kecamatan Cipondoh
baru mencapai 50%.
II - 99
I. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil
1. Rasio Penduduk Ber-KTP Per Satuan Penduduk
Tabel 2.106 Rasio Penduduk Ber-KTP Per Satuan Penduduk
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Penduduk Usia > 17 Tahun Yang Ber-
KTP
Jumlah Penduduk Usia > 17 Tahun Atau Yang
Telah Menikah
Rasio Penduduk Ber-KTP Per Satuan
Penduduk
1 Batuceper 69.876 69.497 1,01
2 Benda 53.668 53.377 1,01 3 Cibodas 115.428 114.803 1,01
4 Ciledug 93.002 9.498 9,79
5 Cipondoh 134.481 133.752 1,01
6 Jatiuwung 80.113 79.679 1,01 7 Karang Tengah 78.149 77.726 1,01
8 Karawaci 137.307 136.563 1,01
9 Larangan 111.287 110.684 1,01 10 Neglasari 82.491 80.044 1,03
11 Periuk 93.026 92.522 1,01
12 Pinang 113.457 112.842 1,01 13 Tangerang 112.081 111.474 1,01
Jumlah 1.274.366 1.182.461 1,08
Tahun 2009 1.171.847 1.167.683 1,00
Tahun 2008 1.385.645 1.363.355 1,02 Tahun 2007 1.572.456 1.531.666 1,03
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Rasio Penduduk Ber-KTP Per Satuan Penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk usia
17 tahun ke atas yang ber-KTP terhadap jumlah penduduk usia 17 tahun ke atas atau telah
menikah. Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai
rasio penduduk ber-KTP per satuan penduduk sebesar 1,08, yang berarti bahwa lebih banyak
penduduk Kota Tangerang yang ber-KTP dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota
Tangerang yang seharusnya ber-KTP. Hal ini perlu dicermati lebih jauh, karena bisa
mengindikasikan adanya kepemilikan lebih dari 1 KTP per orang, dan bahkan hal ini telah
berlangsung sejak 2007.
II - 100
2. Rasio Bayi Berakte Kelahiran
Tabel 2.107 Rasio Bayi Berakte Kelahiran
No Kecamatan
Tahun 2010 Jumlah Bayi Lahir Yang
Mempunyai Akte Kelahiran
Jumlah Keseluruhan Bayi Lahir
Rasio Bayi Berakte Kelahiran
1 Batuceper 1.287 1.622 79,35
2 Benda 988 1.246 79,29
3 Cibodas 2.126 2.679 79,36 4 Ciledug 1.713 2.159 79,34
5 Cipondoh 2.477 3.122 79,34
6 Jatiuwung 1.475 1.860 79,30 7 Karang Tengah 1.439 1.814 79,33
8 Karawaci 2.529 3.187 79,35
9 Larangan 2.049 2.583 79,33
10 Neglasari 1.519 1.915 79,32 11 Periuk 1.713 2.159 79,34
12 Pinang 2.089 2.634 79,31
13 Tangerang 2.064 2.602 79,32 Jumlah 23.468 29.582 79,33
Tahun 2009 22.189 31.252 71,00
Tahun 2008 38.292 39.332 97,36 Tahun 2007 28.634 33.482 85,52
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang, 2011
Rasio Bayi Berakte Kelahiran adalah Perbandingan jumlah bayi lahir dalam 1 tahun yang
berakte kelahiran terhadap jumlah bayi lahir pada tahun yang sama. Dilihat dari data tahun
2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai rasio bayi berakte kelahiran
sebesar 79,33, capaian bayi berakte kelahiran tersebut menunjukkan penurunan rasio bayi
berakte kelahiran apabila dibandingkan dengan rasio bayi berakte kelahiran di tahun 2008
yang mencapai 97,36. Tetapi berbeda halnya jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang
mencapai 71,00, capaian tahun 2010 ini meningkat 9,33.
Berbicara mengenai rasio bayi berakte kelahiran di tingkat kecamatan Kota Tangerang ini,
rata-rata berada pada range 79,00. Dimana Kecamatan Cibodas memiliki rasio tertinggi
dengan jumlah rasio sebesar 79,36 dan Kecamatan Benda memiliki rasio terendah dengan
jumlah rasio sebesar 79,29.
3. Rasio Pasangan Berakte Nikah
Rasio Pasangan Berakte Nikah adalah perbandingan jumlah pasangan nikah dalam 1 tahun
yang berakte terhadap jumlah keseluruhan pasangan nikah pada tahun yang sama.
II - 101
Tabel 2.108 Rasio Pasangan Berakte Nikah
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Pasangan Nikah Berakte Nikah
Jumlah Keseluruhan Pasangan Nikah
Rasio Pasangan Berakte Nikah
1 Batuceper 35.965 46.579 0,77 2 Benda 28.501 37.498 0,76
3 Cibodas 59.037 71.220 0,83
4 Ciledug 47.501 58.159 0,82
5 Cipondoh 69.216 86.627 0,80 6 Jatiuwung 41.394 57.410 0,72
7 Karang Tengah 40.037 50.177 0,80
8 Karawaci 70.573 87.165 0,81 9 Larangan 57.001 69.331 0,82
10 Neglasari 42.072 53.472 0,79
11 Periuk 47.501 59.732 0,80 12 Pinang 58.358 73.496 0,79
13 Tangerang 57.680 70.425 0,82
Jumlah 654.836 821.291 0,80
Tahun 2009 653.870 755.087 0,87 Tahun 2008 653.197 658.205 0,99
Tahun 2007 500.553 625.317 0,80
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai rasio
pasangan berakte nikah sebesar 0,80, capaian pasangan berakte nikah tersebut
menunjukkan penurunan rasio pasangan berakte nikah apabila dibandingkan dengan tahun
2008 dan 2009 yang masing-masing mencapai 0,99 dan 0,87. Hal ini mungkin disebabkan
menurunnya pemahaman masyarakat Kota Tangerang terhadap pentingnya memiliki akte
nikah dari pasangan yang hendak menikah. Rasio ini cenderung merata di tiap kecamatan di
Kota Tangerang.
4. Angka Kepemilikan KTP
Tabel 2.109 Angka Kepemilikan KTP
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Penduduk Yang Memiliki KTP
Jumlah Penduduk Wajib KTP (Berusia > 17 Tahun Dan/Atau Sudah
Menikah)
Angka Kepemilikan KTP (%)
1 Batuceper 69.876 69.497 100,55
2 Benda 53.668 53.377 100,55 3 Cibodas 115.428 114.803 100,54
4 Ciledug 93.002 9.498 979,17
5 Cipondoh 134.481 133.752 100,55 6 Jatiuwung 80.113 79.679 100,54
II - 102
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Penduduk Yang Memiliki KTP
Jumlah Penduduk Wajib KTP (Berusia > 17 Tahun Dan/Atau Sudah
Menikah)
Angka Kepemilikan KTP (%)
7 Karang Tengah 78.149 77.726 100,54
8 Karawaci 137.307 136.563 100,54
9 Larangan 111.287 110.684 100,54
10 Neglasari 82.491 80.044 103,06 11 Periuk 93.026 92.522 100,54
12 Pinang 113.457 112.842 100,55
13 Tangerang 112.081 111.474 100,54 Jumlah 1.274.366 1.182.461 107,77
Tahun 2009 1.171.847 1.167.683 100,36
Tahun 2008 1.385.645 1.363.355 101,63 Tahun 2007 1.572.456 1.531.666 102,66
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Indikator ini sama seperti indikator rasio penduduk ber-KTP yang telah diuraikan sebelumnya,
dimana perbedaan indikator ini adalah pada penggunaan angka rasio dan persentase. Dilihat
dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki angka kepemilikan
KTP sebesar 107,77%, yang berarti bahwa lebih banyak penduduk Kota Tangerang yang ber-
KTP dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Tangerang yang seharusnya ber-KTP. Hal
ini perlu dicermati lebih jauh, karena bisa mengindikasikan adanya kepemilikan lebih dari 1
KTP per orang, dan bahkan hal ini telah berlangsung sejak 2007, dan cenderung mengalami
peningkatan.
5. Kepemilikan Akta Kelahiran Per 1.000 Penduduk
Tabel 2.110 Angka Kepemilikan Akta Kelahiran
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Penduduk Yang Memiliki Akta Kelahiran
Jumlah Penduduk Kepemilikan Akta
Kelahiran
1 Batuceper 84.446 90.590 932,18 2 Benda 65.278 83.017 786,32
3 Cibodas 133.179 142.479 934,73
4 Ciledug 110.668 147.023 752,73
5 Cipondoh 161.829 216.346 748,01 6 Jatiuwung 91.775 120.216 763,42
7 Karang Tengah 97.296 118.473 821,25
8 Karawaci 161.941 171.317 945,27 9 Larangan 132.439 163.901 808,04
10 Neglasari 102.046 103.504 985,91
11 Periuk 117.712 129.384 909,79
12 Pinang 137.147 160.206 856,07 13 Tangerang 136.947 152.145 900,11
II - 103
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Penduduk Yang Memiliki Akta Kelahiran
Jumlah Penduduk Kepemilikan Akta
Kelahiran
Jumlah 1.532.703 1.798.601 852,16
Tahun 2009 1.450.650 1.652.590 877,80
Tahun 2008 1.410.640 1.531.666 920,98 Tahun 2007 1.372.351 1.508.414 909,80
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki nilai angka
kepemilikan akta kelahiran sebesar 852,16, yang berarti bahwa setiap 1.000 penduduk Kota
Tangerang terdapat 852 orang yang memiliki akta kelahiran, atau setara dengan 85,2%.
Angka ini menunjukkan trend penurunan sejak tahun 2007. Berdasarkan kecamatan, angka
kepemilikan akta kelahiran cenderung merata di tiap kecamatan di Kota Tangerang.
6. Ketersediaan Database Kependudukan Skala Kota
Tabel 2.111 Ketersediaan Database Kependudukan Skala Kota
No. Uraian Ketersediaan
1 Database Kependudukan Skala Kota Tahun 2010 Tersedia
2 Database Kependudukan Skala Kota Tahun 2009 Tersedia 3 Database Kependudukan Skala Kota Tahun 2008 Tersedia
4 Database Kependudukan Skala Kota Tahun 2007 Tidak Tersedia
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang, 2011
Dapat dilihat dari tabel di atas bahwa mulai tahun 2008 lalu, Kota Tangerang memiliki
database kependudukan skala kota. Hal ini dapat membantu pemerintah dalam mengambil
kebijakannya.
7. Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK
Tabel 2.112 Penerapan KTP Nasional berbasis NIK
No. Kecamatan Tahun 2010
Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK (Sudah/Belum) 1 Batuceper Sudah
2 Benda Sudah
3 Cibodas Sudah 4 Ciledug Sudah
5 Cipondoh Sudah
6 Jatiuwung Sudah
7 Karang Tengah Sudah 8 Karawaci Sudah
II - 104
No. Kecamatan Tahun 2010
Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK (Sudah/Belum)
9 Larangan Sudah 10 Neglasari Sudah
11 Periuk Sudah
12 Pinang Sudah 13 Tangerang Sudah
Tahun 2009 Sudah
Tahun 2008 Sudah
Tahun 2007 Sudah Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang, 2011
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sejak tahun 2007 Kota Tangerang telah
menerapkan KTP Nasional berbasis NIK, dan hal ini telah merata di tiap kecamatan di Kota
Tangerang.
J. Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
1. Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga
Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga adalah jumlah anak dibagi dengan jumlah keluarga.
Tabel 2.113 Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Anak Jumlah Keluarga Rata-Rata Jumlah Anak
Per Keluarga
1 Batuceper 41.627 24.471 1,70 2 Benda 36.892 21.809 1,69
3 Cibodas 58.449 38.304 1,53
4 Ciledug 57.522 36.461 1,58
5 Cipondoh 82.720 53.167 1,56 6 Jatiuwung 37.359 43.383 0,86
7 Karang Tengah 49.045 29.652 1,65
8 Karawaci 74.992 46.020 1,63 9 Larangan 62.921 40.885 1,54
10 Neglasari 50.987 25.355 2,01
11 Periuk 52.202 36.380 1,43
12 Pinang 65.163 40.093 1,63 13 Tangerang 62.369 38.448 1,62
Jumlah 732.248 474.428 1,54
Tahun 2009 692.437 446.646 1,55 Tahun 2008 640.400 387.984 1,65
Tahun 2007 601.342 382.740 1,57
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
II - 105
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki rata-rata
jumlah anak per keluarga sebesar 1,54, angka ini menunjukkan trend yang cenderung
menurun sejak tahun 2007. Berbicara mengenai rata-rata jumlah anak per keluarga di tingkat
kecamatan Kota Tangerang ini, Kecamatan Neglasari memiliki rata-rata jumlah anak per
keluarga tertinggi dibandingkan dengan 12 kecamatan lainnya dengan rata-rata 2,01 anak per
keluarga, sedangkan Kecamatan Jatiuwung memiliki angka terendah yaitu 0,86.
2. Rasio Akseptor KB
Rasio Akseptor KB (Peserta KB Dibandingkan Dengan PUS) adalah Jumlah akseptor KB
dalam periode 1 (satu) tahun per 100 pasangan usia subur pada tahun yang sama.
Tabel 2.114 Rasio Akseptor KB (Peserta KB Dibandingkan Dengan PUS)
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Akseptor KB Jumlah Pasangan Usia
Subur Rasio Akseptor KB
1 Batuceper 9.958 14.438 68,97
2 Benda 9.140 12.368 73,90
3 Cibodas 13.276 18.373 72,26
4 Ciledug 14.133 20.170 70,07 5 Cipondoh 20.564 31.417 65,46
6 Jatiuwung 12.487 17.295 72,20
7 Karang Tengah 13.039 16.260 80,19 8 Karawaci 16.622 24.102 68,97
9 Larangan 12.617 19.637 64,25
10 Neglasari 11.240 15.988 70,30 11 Periuk 13.412 18.616 72,05
12 Pinang 17.193 24.538 70,07
13 Tangerang 13.939 18.885 73,81
Jumlah 177.620 252.087 70,46 Tahun 2009 184.924 264.130 70,01
Tahun 2008 184.174 259.584 70,95
Tahun 2007 173.876 247.237 70,33 Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki rasio akseptor
KB sebesar 70,46, dimana ini masih setara dengan capaian tahun-tahun sebelumnya sejak
2007. Berbicara mengenai rasio akseptor KB di tingkat kecamatan Kota Tangerang ini,
Kecamatan Karang Tengah memiliki rasio akseptor KB tertinggi dibandingkan dengan 12
kecamatan lainnya dengan skor 80,19, sedangkan Kecamatan Larangan memiliki angka
terendah dengan skor 64,25.
II - 106
3. Persentase Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I
Tabel 2.115 Persentase Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Keluarga Pra Sejahtera Dan Sejahtera I
Jumlah Keluarga Persentase Keluarga
Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I (%)
1 Batuceper 5.707 24.471 23,32 2 Benda 6.534 21.809 29,96
3 Cibodas 6.660 38.304 17,39
4 Ciledug 5.269 36.461 14,45
5 Cipondoh 8.628 53.167 16,23 6 Jatiuwung 7.381 43.383 17,01
7 Karang Tengah 5.894 29.652 19,88
8 Karawaci 11.298 46.020 24,55 9 Larangan 7.006 40.885 17,14
10 Neglasari 10.014 25.355 39,50
11 Periuk 4.781 36.380 13,14 12 Pinang 8.639 40.093 21,55
13 Tangerang 5.421 38.448 14,10
Jumlah 93.232 474.428 19,65
Tahun 2009 82.159 446.646 18,39 Tahun 2008 76.643 387.984 19,75
Tahun 2007 73.504 382.740 19,20
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki persentase
keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I sebesar 19,65%, yang berarti bahwa terdapat
19,65% keluarga di Kota Tangerang yang masih berada pada tingkatan pra sejahtera dan
sejahtera I. Jika dilihat sejak 3 tahun sebelumnya, angka ini cenderung tetap sejak tahun
2007. Jika dilihat persentase keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I di tingkat
kecamatan Kota Tangerang ini, Kecamatan Neglasari memiliki persentase tertinggi
dibandingkan dengan 12 kecamatan lainnya dengan angka 39,50%, sedangkan Kecamatan
Periuk memiliki persentase terendah dengan angka 13,14%.
II - 107
K. Urusan Sosial
1. Jumlah Sarana Sosial Seperti Panti Asuhan, Panti Jompo Dan Panti Rehabilitasi
Tabel 2.116 Jumlah Sarana Sosial Seperti Panti Asuhan, Panti Jompo Dan Panti Rehabilitasi
No Kecamatan Tahun 2010
(Jumlah Sarana Sosial Seperti Panti Asuhan, Panti Jompo Dan Panti Rehabilitasi)
1 Batuceper 3
2 Benda 0
3 Cibodas 0 4 Ciledug 1
5 Cipondoh 3
6 Jatiuwung 0
7 Karang Tengah 1 8 Karawaci 2
9 Larangan 6
10 Neglasari 5 11 Periuk 2
12 Pinang 2
13 Tangerang 2 Jumlah 27
Tahun 2009 27
Tahun 2008 27
Tahun 2007 27 Sumber: Dinas Sosial Kota Tangerang, 2011
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah sarana sosial seperti Panti Asuhan, Panti
Jompo dan Panti Rehabilitasi di Kota Tangerang tahun 2010 terdapat 27 unit, jumlah ini sama
dengan 3 tahun sebelumnya. Dilihat dari jumlah sarana sosial di tingkat kecamatan,
Kecamatan Larangan memiliki jumlah sarana sosial paling banyak diantara 12 kecamatan
lainnya yakni berjumlah 6 unit, sedangkan berbeda sebaliknya dengan Kecamatan Benda,
Kecamatan Cibodas dan Kecamatan Jatiuwung yang tidak memiliki sama sekali sarana sosial
tersebut.
II - 108
2. Persentase PMKS Yang Memperoleh Bantuan Sosial Untuk Pemenuhan Kebutuhan
Dasar
Tabel 2.117 Persentase PMKS Yang Memperoleh Bantuan Sosial Untuk Pemenuhan Kebutuhan
Dasar
No Uraian
Tahun 2010
Jumlah PMKS Skala Kota Yang Memperoleh Bantuan Sosial Dalam 1
Tahun
Jumlah PMKS Skala Kota Dalam 1 Tahun
Yang Seharusnya Memperoleh Bantuan
Sosial
Persentase PMKS Yang Memperoleh Bantuan
Sosial Untuk Pemenuhan Kebutuhan
Dasar (%)
1 Kota Tangerang 2.623 52.771 4,97 Tahun 2009 1.135 57.888 1,96
Sumber: Dinas Sosial Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki persentase
PKMS yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar sebesar 4,97%,
jumlah ini meningkat 3,01% dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya memperoleh
capaian 1,96%. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya perhatian pemerintah terhadap
penduduk miskin.
3. Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Dan
Anak Jalanan
Tabel 2.118 Persentase Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Dan Anak
Jalanan
No Uraian
Tahun 2010
Jumlah PMKS Yang Tertangani
Jumlah PMKS Yang Ada
Persentase Penanganan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) Dan Anak Jalanan (%)
1 Kota Tangerang 2.623 52.771 4,97 Tahun 2009 1.135 57.888 1,96
Sumber: Dinas Sosial Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki persentase
penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PKMS) dan anak jalanan sebesar
4,97%, jumlah ini meningkat 3,01% dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya
memperoleh capaian 1,96%. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya perhatian pemerintah
terhadap penduduk miskin dan anak jalanan.
II - 109
L. Urusan Ketenagakerjaan
1. Angka Partisipasi Angkatan Kerja
Angka Partisipasi Angkatan Kerja adalah jumlah angkatan kerja usia 15 tahun ke atas per
jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka ini menggambarkan jumlah angkatan kerja
dari keseluruhan penduduk.
Tabel 2.119 Angka Partisipasi Angkatan Kerja
No Kecamatan Tahun 2010
Angkatan Kerja 15 Th Ke Atas
Jumlah Penduduk Usia 15 Th Ke Atas
Angka Partisipasi Angkatan Kerja
1 Kota Tangerang 847.552 1.324.840 63,97 Tahun 2009 835.534 1.216.763 68,67
Tahun 2008 705.021 1.136.625 62,03
Tahun 2007 683.291 1.116.727 61,19 Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2011
BPS Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki angka
partisipasi angkatan kerja sebesar 63,97 atau setara dengan 63,97%, dimana jumlah ini
menurun dibandingkan dengan tahun 2009, akan tetapi jika dilihat trend sejak tahun 2007
menunjukkan trend yang terus meningkat.
2. Angka Sengketa Pengusaha-Pekerja Per Tahun
Angka Sengketa Pengusaha-Pekerja Per Tahun mengindikasikan hubungan antara
pengusaha sebagai pemilik modal dan pekerja sebagai penyedia jasa tenaga. Semakin tinggi
sengketa antara pengusaha dengan pekerja menunjukkan adanya ketidakharmonisan yang
berakibat pada penurunan investasi.
II - 110
Tabel 2.120 Angka Sengketa Pengusaha-Pekerja Per Tahun
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Sengketa Pengusaha-Pekerja
Jumlah Perusahaan Angka Sengketa
Pengusaha-Pekerja Per Tahun
1 Kota Tangerang 148 2.205 67,12
Tahun 2009 137 2.040 67,16
Tahun 2008 145 1.913 75,80 Tahun 2007 151 1.992 75,80
Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki angka
sengketa pengusaha-pekerja per tahun sebesar 67,12, yang berarti terjadi 67 kasus sengketa
setiap 1.000 perusahaan di Kota Tangerang. Jumlah ini cenderung menurun dibandingkan
dengan 3 tahun terakhir.
3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Tabel 2.121 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Penduduk Angkatan Kerja
Jumlah Penduduk Usia Kerja (Usia 15-64
Tahun)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)
1 Kota Tangerang 847.552 1.287.414 65,83
Tahun 2009 835.534 1.161.617 71,93 Tahun 2008 705.021 1.095.290 64,37
Tahun 2007 683.291 1.079.192 63,32
Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki tingkat
partisipasi angkatan kerja sebesar 65,83%, jumlah ini menurun dibandingkan dengan tahun
2009, akan tetapi menunjukkan trend yang meningkat sejak tahun 2007. Hal ini
mengindikasikan semakin meningkatnya penduduk urban yang diterima kerja di entitas bisnis
Kota Tangerang.
II - 111
4. Tingkat Penempatan Pencari Kerja
Tabel 2.122 Tingkat Penempatan Pencari Kerja
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Pencari Kerja Yang Ditempatkan
Jumlah Pencari Kerja Yang Mendaftar
Tingkat Penempatan Pencari Kerja (%)
1 Kota Tangerang 14.288 32.679 43,72 Tahun 2009 12.744 12.744 100,00
Tahun 2008 10.212 29.052 35,15
Tahun 2007 9.844 29.024 33,92 Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki tingkat
penempatan pencari kerja sebesar 43,72%, jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan
dengan angka tahun 2009, akan tetapi menunjukkan trend yang terus meningkat sejak tahun
2007.
5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tabel 2.123 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Pengangguran Terbuka Usia Angkatan
Kerja
Jumlah Penduduk Angkatan Kerja
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) (%)
1 Kota Tangerang 92.378 847.552 10,90 Tahun 2009 130.122 835.534 15,57
Tahun 2008 84.443 705.021 11,98
Tahun 2007 139.587 683.291 20,43 Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki tingkat
pengangguran terbuka sebesar 10,90%, jumlah ini menunjukkan trend yang terus menurun
sejak tahun 2007. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyaknya penduduk Kota
Tangerang yang memiliki pekerjaan.
II - 112
6. Tingkat Penyelesaian Perselisihan Buruh dan Pengusaha Terhadap Kebijakan
Pemerintah Daerah
Tabel 2.124 Tingkat Penyelesaian Perselisihan Buruh Dan Pengusaha Terhadap Kebijakan
Pemerintah Daerah
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Penyelesaian Perselisihan Buruh dan
Perusahaan Dengan Kebijakan
Jumlah Kejadian Perselisihan Buruh dan
Pengusaha Dengan Kebijakan Pemerintah
Daerah
Tingkat Penyelesaian Perselisihan Buruh Dan
Pengusaha Terhadap Kebijakan Pemerintah
Daerah (%)
1 Kota Tangerang 122 148 82,43 Tahun 2009 116 137 84,67
Tahun 2008 134 145 92,41
Tahun 2007 132 151 87,42 Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki tingkat
penyelesaian perselisihan buruh dan pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah
sebesar 82,43%, jumlah ini cenderung menurun sejak tahun 2007. Hal ini mengindikasikan
bahwa terjadi penurunan kinerja dalam upaya menyelesaikan perselisihan buruh dan
pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah.
M. Urusan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
1. Persentase Koperasi Aktif
Tabel 2.125 Persentase Koperasi Aktif
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Koperasi Aktif Jumlah Seluruh
Koperasi Persentase Koperasi
Aktif (%) 1 Batuceper 30 64 46,88
2 Benda 36 59 61,02
3 Cibodas 34 93 36,56 4 Ciledug 23 55 41,82
5 Cipondoh 51 91 56,04
6 Jatiuwung 64 88 72,73
7 Karang Tengah 27 55 49,09 8 Karawaci 63 145 43,45
9 Larangan 23 51 45,10
10 Neglasari 29 43 67,44 11 Periuk 37 59 62,71
12 Pinang 31 67 46,27
II - 113
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Koperasi Aktif Jumlah Seluruh
Koperasi Persentase Koperasi
Aktif (%)
13 Tangerang 31 190 16,32
Jumlah 479 1.060 45,19
Tahun 2009 498 1.029 48,40 Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang, 2011
Persentase Koperasi Aktif adalah Proporsi jumlah koperasi aktif terhadap jumlah seluruh
koperasi. Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki
persentase koperasi aktif sebesar 45,19%, jumlah ini cenderung menurun dibandingkan
dengan tahun 2009 yang mencapai 48,40%. Hal ini mengindikasikan bahwa menurunnya
minat masyarakat dalam mengembangkan koperasi di Kota Tangerang, sehingga ada
beberapa koperasi yang tutup/tidak beroperasi lagi. Berbicara mengenai persentase koperasi
di tingkat kecamatan di Kota Tangerang ini, dapat diketahui bahwa Kecamatan Jatiuwung
memiliki persentase koperasi aktif lebih banyak daripada 12 kecamatan lainnya yaitu sebesar
72,73% sedangkan Kecamatan Tangerang memiliki persentase koperasi aktif paling kecil
yaitu sebesar 16,32% saja.
2. Persentase Usaha Mikro dan Kecil
Tabel 2.126 Persentase Usaha Mikro dan Kecil
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Usaha Mikro dan Kecil
Jumlah Seluruh UKM Persentase Usaha Mikro dan Kecil (%)
1 Batuceper 10.685 10.685 100,00 2 Benda 9.769 9.769 100,00
3 Cibodas 11.365 11.365 100,00
4 Ciledug 9.178 9.178 100,00 5 Cipondoh 11.677 11.677 100,00
6 Jatiuwung 9.859 9.859 100,00
7 Karang Tengah 8.707 8.707 100,00
8 Karawaci 10.463 10.463 100,00 9 Larangan 10.847 10.847 100,00
10 Neglasari 8.727 8.727 100,00
11 Periuk 7.827 7.827 100,00 12 Pinang 8.769 8.769 100,00
13 Tangerang 10.512 10.512 100,00
Jumlah 128.385 128.385 100,00 Tahun 2009 128.385 128.385 100,00
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki persentase
usaha mikro dan kecil sebesar 100%, jumlah ini cenderung stabil dibandingkan dengan tahun
2009 yang mencapai 100% juga. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh UKM di Kota Tangerang
II - 114
merupakan usaha mikro dan kecil, sehingga perlu bimbingan dan pembinaan dari pemerintah
Kota Tangerang dalam mengembangkannya. Berbicara mengenai persentase koperasi di
tingkat kecamatan di Kota Tangerang ini, dapat diketahui bahwa dari ke 13 kecamatan yang
ada semuanya memiliki persentase usaha mikro dan kecil sebesar 100%.
N. Urusan Penanaman Modal
1. Rasio Daya Serap Tenaga Kerja
Rasio Daya Serap Tenaga Kerja adalah perbandingan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada
perusahaan PMA/PMDN terhadap jumlah seluruh PMDN dan PMA.
Tabel 2.127 Rasio Daya Serap Tenaga Kerja
No. Tahun
Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Pada Perusahaan PMDN /
PMA
Jumlah Seluruh PMDN / PMA
Rasio Daya Serap Tenaga Kerja
1 Tahun 2010 284.489 2.205 129,02
Tahun 2009 269.111 2.040 131,92
Tahun 2008 263.598 1.913 137,79
Tahun 2007 286.444 1.992 143,80 Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki rasio daya
serap tenaga kerja sebesar 129,02, yang berarti bahwa setiap PMDN/PMA rata-rata
menyerap 129 tenaga kerja. Jumlah ini cenderung mengalami penurunan dibandingkan
dengan 3 tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan semakin menurunnya daya serap tenaga
kerja dari penduduk Kota Tangerang terhadap entitas bisnis yang ada di Kota Tangerang.
II - 115
O. Urusan Kebudayaan
1. Frekuensi Penyelenggaraan Festival Seni Dan Budaya Daerah Setiap Tahun
Tabel 2.128 Frekuensi Penyelenggaraan Festival Seni Dan Budaya Daerah Setiap Tahun
No. Uraian Jumlah
1 Jumlah Penyelenggaraan Festival Seni Dan Budaya Daerah Tahun 2010 14
2 Jumlah Penyelenggaraan Festival Seni Dan Budaya Daerah Tahun 2009 12 3 Jumlah Penyelenggaraan Festival Seni Dan Budaya Daerah Tahun 2008 10
4 Jumlah Penyelenggaraan Festival Seni Dan Budaya Daerah Tahun 2007 10
Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki frekuensi
penyelenggaraan festival seni dan budaya daerah setiap tahun sebesar 14 kali, jumlah ini
cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun
2007, 2008 dan 2009 yang mencapai 10 sampai 12 kali dalam satu tahun. Hal ini
membuktikan bahwa semakin meningkatnya minat masyarakat dalam bidang seni dan budaya
daerah, sehingga festival seni dan budaya daerah lebih banyak digelar.
2. Jumlah Sarana Penyelenggaraan Seni Dan Budaya Daerah
Tabel 2.129 Jumlah Sarana Penyelenggaraan Seni Dan Budaya Daerah
No. Uraian Jumlah
1 Jumlah Sarana Penyelenggaraan Seni Dan Budaya Daerah Tahun 2010 14
2 Jumlah Sarana Penyelenggaraan Seni Dan Budaya Daerah Tahun 2009 12
3 Jumlah Sarana Penyelenggaraan Seni Dan Budaya Daerah Tahun 2008 10 4 Jumlah Sarana Penyelenggaraan Seni Dan Budaya Daerah Tahun 2007 9
Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota Tangerang memiliki jumlah sarana
penyelenggaraan seni dan budaya daerah sebanyak 14 buah, jumlah ini cenderung
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2007, 2008 dan
2009. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya peran dari pemerintah maupun masyarakat
(swasta) dalam bidang seni dan budaya daerah, sehingga jumlah sarana seni dan budaya
daerah menjadi lebih banyak.
II - 116
P. Urusan Kepemudaan dan Olahraga
1. Jumlah Organisasi Kepemudaan Di Daerah
Tabel 2.130 Jumlah Organisasi Kepemudaan Di Daerah
No. Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Organisasi Pemuda
1 Batuceper 10 2 Benda 7
3 Cibodas 7
4 Ciledug 11
5 Cipondoh 18 6 Jatiuwung 6
7 Karang Tengah 9
8 Karawaci 23 9 Larangan 7
10 Neglasari 8
11 Periuk 6
12 Pinang 13 13 Tangerang 24
Jumlah 149
Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, 2011
Jumlah Organisasi Kepemudaan Di Daerah adalah jumlah organisasi pemuda yang aktif
sampai dengan tahun pengukuran. Dilihat dari data tahun 2010 di atas, diketahui bahwa Kota
Tangerang memiliki jumlah organisasi pemuda sebanyak 149 buah. Dari 13 kecamatan yang
ada di Kota Tangerang ini, Kecamatan Tangerang memiliki jumlah organisasi pemuda paling
banyak daripada 12 kecamatan lainnya sebanyak 24 buah sedangkan Kecamatan Periuk
memiliki jumlah organisasi pemuda paling sedikit hanya berjumlah 6 buah.
2. Frekuensi Kegiatan Kepemudaan Setiap Tahun
Tabel 2.131 Frekuensi Kegiatan Kepemudaan Setiap Tahun
No. Kecamatan Tahun 2010
Keterangan Jumlah Kegiatan Kepemudaan
1 Batuceper 7 Masing-masing kecamatan 7 kegiatan yaitu:
2 Benda 7 1. Diklat Paskibra
3 Cibodas 7 2. Training Centre (TC) Paskibra 4 Ciledug 7 3. Pelatihan Wirausaha Bagi Pemuda
5 Cipondoh 7 4. Pelatihan Dasar Kepemimpinan Bagi Pemuda
6 Jatiuwung 7 5. Standar Mutu Organisasi Pemuda 7 Karang Tengah 7 6. Penyuluhan Bahaya Narkoba Bagi Pemuda
8 Karawaci 7 7. Pertukaran Pemuda Antar Daerah
II - 117
No. Kecamatan Tahun 2010
Keterangan Jumlah Kegiatan Kepemudaan
9 Larangan 7
10 Neglasari 7
11 Periuk 7 12 Pinang 7
13 Tangerang 7
Jumlah Tiap Kecamatan 7
Tahun 2009 1 1 Keg. Yaitu Pertukaran Pemuda Antar Daerah Sumber: Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Tangerang, 2011
Frekuensi kegiatan kepemudaan di Kota Tangerang pada tahun 2010 berjumlah 7 kegiatan di
masing-masing kecamatan. Hal ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya
berjumlah 1 kegiatan.
Q. Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
1. Frekuensi Pembinaan LSM, Ormas dan OKP
Tabel 2.132 Frekuensi Pembinaan LSM, Ormas dan OKP
No. Kecamatan Tahun 2010
Jumlah kegiatan Pembinaan Terhadap LSM, Ormas dan OKP
1 Kota Tangerang 1 Tahun 2009 0
Tahun 2008 0
Tahun 2007 0
Sumber: Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel tahun 2010 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah kegiatan pembinaan
terhadap LSM, Ormas dan OKP di Kota Tangerang adalah sebanyak 1 kali. Tahun
sebelumnya belum pernah diadakan kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP.
II - 118
2. Frekuensi Pembinaan Politik Daerah
Tabel 2.133 Frekuensi Pembinaan Politik Daerah
No. Kecamatan Tahun 2010
Jumlah kegiatan Pembinaan Politik Daerah 1 Kota Tangerang 4
Tahun 2009 2
Sumber: Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel tahun 2010 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah kegiatan pembinaan politik
daerah di Kota Tangerang adalah sebanyak 4 kali, meningkat dibandingkan tahun 2009,
dimana pernah diadakan kegiatan pembinaan politik daerah sebanyak 2 kali.
R. Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
1. Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Terhadap Penduduk
Tabel 2.134 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Terhadap Penduduk
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Polisi Pamong Praja
Jumlah Penduduk Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Per 10.000 Penduduk
1 Batuceper 9 90.590 0,99
2 Benda 8 83.017 0,96
3 Cibodas 18 142.479 1,26
4 Ciledug 12 147.023 0,82 5 Cipondoh 12 216.346 0,55
6 Jatiuwung 17 120.216 1,41
7 Karang Tengah 10 118.473 0,84 8 Karawaci 9 171.317 0,53
9 Larangan 11 163.901 0,67
10 Neglasari 10 103.504 0,97
11 Periuk 8 129.384 0,62 12 Pinang 13 160.206 0,81
13 Tangerang 10 152.145 0,66
Jumlah 147 1.798.601 0,82 Tahun 2009 142 1.652.590 0,86
Tahun 2008 138 1.531.666 0,90
Tahun 2007 135 1.508.414 0,89 Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang, 2011
II - 119
Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Terhadap Penduduk adalah Rasio jumlah polisi Pamong
Praja per 10.000 penduduk. Dilihat dari tabel tahun 2010 di atas, dapat diketahui bahwa rasio
jumlah Polisi Pamong Praja terhadap penduduk di Kota Tangerang adalah sebanyak 0,82,
yang berarti setiap 10.000 penduduk terdapat 1 Polisi Pamong Praja. Angka ini cenderung
menunjukkan trend yang menurun sejak tahun 2007. Kecamatan Jatiuwung memiliki rasio
jumlah Polisi Pamong Praja terhadap penduduk terbanyak dengan jumlah rasio 1,41
sedangkan Kecamatan Karawaci terrendah dengan rasio 0,53.
2. Rasio Jumlah Pos Siskamling Setiap Kelurahan
Tabel 2.135 Rasio Jumlah Pos Siskamling Setiap Kelurahan
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Pos Siskamling Jumlah Kelurahan Rasio Jumlah Pos Siskamling Setiap
Kelurahan
1 Batuceper 15 7 2,14 2 Benda 13 5 2,60
3 Cibodas 24 6 4,00
4 Ciledug 37 8 4,63 5 Cipondoh 44 10 4,40
6 Jatiuwung 18 6 3,00
7 Karang Tengah 41 7 5,86
8 Karawaci 46 16 2,88 9 Larangan 31 8 3,88
10 Neglasari 11 7 1,57
11 Periuk 19 5 3,80 12 Pinang 32 11 2,91
13 Tangerang 22 8 2,75
Jumlah 353 104 3,39
Tahun 2009 353 104 3,39 Tahun 2008 353 104 3,39
Tahun 2007 353 104 3,39
Sumber: Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Tangerang dalam Kota Tangerang Dalam Angka 2011
Rasio Jumlah Pos Siskamling Setiap Kelurahan adalah Perbandingan jumlah pos siskamling
selama 1 (satu) tahun dengan jumlah desa/kelurahan. Dilihat dari tabel tahun 2010 di atas,
dapat diketahui bahwa rasio jumlah pos siskamling setiap kelurahan di Kota Tangerang
adalah 3,39, yang berarti rata-rata di tiap kelurahan terdapat 3 pos siskamling. Angka ini tidak
berubah sejak tahun 2007. Rasio jumlah pos siskamling tertinggi terdapat pada Kecamatan
Karang Tengah dengan angka 5,86, dan yang terrendah terdapat pada Kecamatan Neglasari
dengan angka 1,57.
II - 120
3. Tingkat Penegakan Peraturan Daerah
Tabel 2.136 Tingkat Penegakan Peraturan Daerah
No Kecamatan
Tahun 2010 Jumlah Penyelesaian Penegakan Peraturan
Daerah
Jumlah Pelanggaran Peraturan Daerah
Tingkat Penegakan Peraturan Daerah (%)
1 Kota Tangerang 8.262 10.294 80,26
Tahun 2009 10.920 4.232 258,03
Tahun 2008 7.752 10.483 73,95 Tahun 2007 6.950 7.059 98,46
Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat penegakan peraturan daerah di Kota
Tangerang tahun 2010 mencapai 80,26%, dimana angka ini cenderung mengalami penurunan
sejak tahun 2007.
4. Tingkat Cakupan Patroli Petugas Satuan Polisi Pamong Praja
Tabel 2.137 Tingkat Cakupan Patroli Petugas Satuan Polisi Pamong Praja
No. Uraian 2007 2008 2009 2010
1. Jumlah Patroli Petugas Satuan Polisi Pamong Praja Pemantauan dan Penyelesaian Pelanggaran K3 Dalam 24 Jam
365 365 365 365
Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa Tingkat Cakupan Patroli Petugas Satuan
Polisi Pamong Praja di Kota Tangerang tahun 2010 mencapai 356 kali, dimana jumlah ini
tidak berubah sejak tahun 2007.
II - 121
5. Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3 (Ketertiban, Ketentraman, Dan Keindahan)
Di Kota
Tabel 2.138
Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3 (Ketertiban, Ketentraman, Dan Keindahan) Di Kota
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Pelanggaran K3 Yang Terselesaikan
Jumlah Pelanggaran K3 Yang Dilaporkan Masyarakat Dan
Teridentifikasi Oleh Satpol PP
Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3
(Ketertiban, Ketentraman, Dan
Keindahan) Di Kota (%)
1 Batuceper 9 94.919 0,01
2 Benda 8 77.060 0,01 3 Cibodas 18 146.943 0,01
4 Ciledug 12 122.965 0,01
5 Cipondoh 12 181.373 0,01 6 Jatiuwung 17 107.914 0,02
7 Karang Tengah 10 105.839 0,01
8 Karawaci 9 181.373 0,00
9 Larangan 11 141.878 0,01 10 Neglasari 10 110.428 0,01
11 Periuk 8 124.427 0,01
12 Pinang 13 150.019 0,01 13 Tangerang 10 144.692 0,01
Jumlah 147 1.689.830 0,01
Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa Tingkat Penyelesaian Pelanggaran K3 di Kota
Tangerang tahun 2010 hanya sebesar 0,01%. Hal ini berarti bahwa tingkat penyelesaian
pelanggaran K3 di Kota Tangerang masih sangat rendah.
6. Tingkat Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran Di Kota
Tabel 2.139 Tingkat Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran Di Kota
No Kecamatan
Tahun 2010
Jangkauan Luas Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)
Luas Wilayah Tingkat Cakupan
Pelayanan Bencana Kebakaran Di Kota (%)
1 Batuceper 38,50 8,53 115,00
2 Benda 0,00 11,12 0,00
3 Cibodas 0,00 9,18 0,00
4 Ciledug 38,50 8,79 137,00 5 Cipondoh 0,00 20,00 0,00
6 Jatiuwung 38,50 14,34 82,00
7 Karang Tengah 0,00 10,17 0,00 8 Karawaci 0,00 13,17 0,00
II - 122
No Kecamatan
Tahun 2010
Jangkauan Luas Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)
Luas Wilayah Tingkat Cakupan
Pelayanan Bencana Kebakaran Di Kota (%)
9 Larangan 0,00 8,08 0,00
10 Neglasari 0,00 14,67 0,00 11 Periuk 0,00 11,46 0,00
12 Pinang 0,00 19,46 0,00
13 Tangerang 38,50 15,54 69,00 Jumlah 154,00 164,49 101,00
Tahun 2009 154,00 164,49 101,00
Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa Tingkat Cakupan Pelayanan Bencana
Kebakaran di Kota Tangerang tahun 2010 adalah 101%, sama halnya dengan capaian tahun
2009. Kecamatan Ciledug menjadi kecamatan dengan tingkat cakupan pelayanan bencana
kebakaran di kota terbaik yang mencapai 137%.
7. Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate) Daerah Layanan Wilayah
Manajemen Kebakaran (WMK)
Tabel 2.140 Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate) Daerah Layanan Wilayah Manajemen
Kebakaran (WMK)
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Kasus Kebakaran Di WMK
Yang Tertangani Dalam Waktu Maksimal 15
Menit
Jumlah Kasus Kebakaran Dalam Jangkauan WMK
Tingkat Waktu Tanggap Daerah Layanan
Wilayah Manajemen Kebakaran (%)
1 Batuceper 3 5 60,00 2 Benda 1 6 16,67
3 Cibodas 3 4 75,00
4 Ciledug 1 7 14,29
5 Cipondoh 7 19 36,84 6 Jatiuwung 8 14 57,14
7 Karang Tengah 1 10 10,00
8 Karawaci 8 16 50,00 9 Larangan 2 11 18,18
10 Neglasari 7 10 70,00
11 Periuk 5 8 62,50
12 Pinang 2 8 25,00 13 Tangerang 12 18 66,67
Jumlah 60 136 44,12
Tahun 2009 106 114 92,98 Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa Tingkat Waktu Tanggap daerah Layanan
WMK di Kota Tangerang tahun 2010 adalah 44,12%, berkurang jauh bila dibandingkan
II - 123
dengan capaian pada tahun 2009 yang mencapai 92,98%. Di tingkat kecamatan Kota
Tangerang sendiri, kecamatan yang paling baik tingkat waktu tanggap daerah layanan WMK-
nya yaitu Kecamatan Cibodas dengan tingkat waktu tanggap sebesar 75%, sebaliknya
Kecamatan Karang Tengah yang memiliki tingkat waktu tanggap terrendah sebesar 10%.
8. Sistem Informasi Manajemen Pemda
Tabel 2.141 Sistem Informasi Manajemen Pemda
No. Uraian 2009 2010 1. Jumlah Sistem Informasi Manajemen Pemda Yang Telah Dibuat Oleh
Pemda 7 10
Sumber: Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Tangerang, 2011
Dapat kita lihat dan bandingkan bahwa jumlah sistem informasi manajemen Pemda yang
telah dibuat oleh Pemda pada tahun 2010 mencapai 10 buah, meningkat dibandingkan tahun
2009 yang hanya berjumlah 7 buah.
S. Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
1. Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
Tabel 2.142 Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
No Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Kelompok Binaan LPM
Jumlah LPM
Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
1 Batuceper 7 7 1,00
2 Benda 5 5 1,00 3 Cibodas 6 6 1,00
4 Ciledug 8 8 1,00
5 Cipondoh 10 10 1,00
6 Jatiuwung 6 6 1,00 7 Karang Tengah 7 7 1,00
8 Karawaci 16 16 1,00
9 Larangan 8 8 1,00 10 Neglasari 7 7 1,00
11 Periuk 5 5 1,00
12 Pinang 11 11 1,00
13 Tangerang 8 8 1,00 Jumlah 104 104 1,00
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Tangerang, 2011
II - 124
Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah kelompok binaan LPM di
Kota Tangerang tahun 2010 adalah 1,00 atau setara dengan 100%. Di tingkat kecamatan
Kota Tangerang sendiri, seluruh kecamatannya mencapai nilai 100%.
2. Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan PKK
Tabel 2.143 Rata-Rata Jumlah Kelompok Binaan PKK
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Kelompok Binaan PKK
Jumlah PKK Rata-Rata Jumlah
Kelompok Binaan PKK 1 Batuceper 260 7 37,14
2 Benda 1.067 5 213,40
3 Cibodas 1.807 6 301,17 4 Ciledug 1.064 8 133,00
5 Cipondoh 2.760 10 276,00
6 Jatiuwung 865 6 144,17
7 Karang Tengah 2.086 7 298,00 8 Karawaci 1.036 16 64,75
9 Larangan 1.217 8 152,13
10 Neglasari 1.392 7 198,86 11 Periuk 1.178 5 235,60
12 Pinang 3.390 11 308,18
13 Tangerang 573 8 71,63 Jumlah 18.695 104 179,76
Tahun 2009 18.695 104 179,76
Tahun 2008 18.695 104 179,76
Tahun 2007 18.695 104 179,76 Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah kelompok binaan PKK di Kota
Tangerang tahun 2010 mencapai angka 179,76, yang berarti bahwa rata-rata setiap PKK
mempunyai 179 kelompok binaan. Angka ini tidak berubah sejak tahun 2007. Di tingkat
kecamatan Kota Tangerang sendiri, Kecamatan Pinang memperoleh rata-rata paling tinggi
dibandingkan dengan 12 kecamatan lainnya yang mencapai angka 308, sedangkan
Kecamatan Batuceper terrendah yaitu hanya mencapai 37.
II - 125
3. Persentase PKK Aktif
Tabel 2.144 Persentase PKK Aktif
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah PKK Aktif Jumlah Seluruh PKK Persentase PKK Aktif
(%)
1 Batuceper 7 7 100,00 2 Benda 5 5 100,00
3 Cibodas 6 6 100,00
4 Ciledug 8 8 100,00 5 Cipondoh 10 10 100,00
6 Jatiuwung 6 6 100,00
7 Karang Tengah 7 7 100,00 8 Karawaci 16 16 100,00
9 Larangan 8 8 100,00
10 Neglasari 7 7 100,00
11 Periuk 5 5 100,00 12 Pinang 11 11 100,00
13 Tangerang 8 8 100,00
Jumlah 104 104 100,00 Tahun 2009 104 104 100,00
Tahun 2008 104 104 100,00
Tahun 2007 104 104 100,00
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa persentase PKK aktif di Kota Tangerang
tahun 2010 mencapai 100%, yang berarti seluruh PKK di Kota Tangerang merupakan PKK
aktif, dan hal tersebut sudah berlangsung sejak tahun 2007.
4. Persentase Posyandu Aktif
Tabel 2.145 Persentase Posyandu Aktif
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Posyandu Aktif Jumlah Total Posyandu Persentase Posyandu
Aktif (%)
1 Batuceper 50 50 100,00
2 Benda 49 49 100,00 3 Cibodas 94 94 100,00
4 Ciledug 98 98 100,00
5 Cipondoh 91 91 100,00 6 Jatiuwung 56 56 100,00
7 Karang Tengah 63 63 100,00
8 Karawaci 130 130 100,00
9 Larangan 96 96 100,00 10 Neglasari 58 58 100,00
11 Periuk 61 61 100,00
II - 126
No Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Posyandu Aktif Jumlah Total Posyandu Persentase Posyandu
Aktif (%)
12 Pinang 82 82 100,00
13 Tangerang 72 72 100,00
Jumlah 1.000 1.000 100,00 Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa persentase posyandu aktif di Kota Tangerang
tahun 2010 mencapai 100%, yang berarti seluruh posyandu di Kota Tangerang merupakan
posyandu yang aktif.
5. Tingkat Swadaya Masyarakat Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat
Tabel 2.146 Tingkat Swadaya Masyarakat Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat
No Kecamatan
Tahun 2010 Jumlah Swadaya
Masyarakat Mendukung Program Pemberdayaan
Masyarakat
Total Pasca Program Pemberdayaan
Masyarakat
Tingkat Swadaya Masyarakat Terhadap
Program Pemberdayaan Masyarakat (%)
1 Batuceper 125.250.000 626.250.000 20,00
2 Benda 155.250.000 776.250.000 20,00 3 Cibodas 57.000.000 285.000.000 20,00
4 Ciledug 0 0 0,00
5 Cipondoh 94.672.000 550.000.000 17,21 6 Jatiuwung 53.000.000 265.000.000 20,00
7 Karang Tengah 174.249.000 871.250.000 20,00
8 Karawaci 82.501.500 408.750.000 20,18 9 Larangan 0 0 0,00
10 Neglasari 205.068.500 1.042.500.000 19,67
11 Periuk 97.630.600 482.500.000 20,23
12 Pinang 67.000.000 335.000.000 20,00 13 Tangerang 40.450.000 190.000.000 21,29
Jumlah 1.152.071.600 5.832.500.000 19,75
Tahun 2009 716.910.200 2.899.464.000 24,73 Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat swadaya masyarakat terhadap
program pemberdayaan masyarakat di Kota Tangerang tahun 2010 mencapai 19,75%.
Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2009 yang mencapai 24,73%.
Di tingkat kecamatan, Kecamatan Tangerang menjadi kecamatan yang tingkat swadaya
masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakatnya paling tinggi dibandingkan
dengan 12 kecamatan lainnya dengan nilai 21,29%, berbeda sebaliknya dengan Kecamatan
Ciledug dan Kecamatan Larangan yang memiliki capaian 0%.
II - 127
T. Urusan Statistik
1. Buku ”Kabupaten/Kota Dalam Angka”
Tabel 2.147 Buku ”Kabupaten / Kota Dalam Angka”
No. Uraian Ketersediaan
1. Buku ”Kabupaten/Kota Dalam Angka” Tahun 2010 ada
Tahun 2009 ada Tahun 2008 ada
Tahun 2007 ada
Sumber: Kantor Penelitian, Pengembangan dan Statistik Kota Tangerang, 2011
Kota Tangerang memiliki buku Kota Tangerang Dalam Angka sejak tahun 2007 sampai
dengan 2010.
2. Buku ”PDRB Kabupaten/Kota”
Tabel 2.148 Buku ”PDRB Kabupaten / Kota”
No. Uraian Ketersediaan
1. Buku ”PDRB Kabupaten/Kota” Tahun 2010 Ada
Tahun 2009 Ada Tahun 2008 Ada
Tahun 2007 Ada
Sumber: Kantor Penelitian, Pengembangan dan Statistik Kota Tangerang, 2011
Kota Tangerang memiliki buku PDRB Kota Tangerang sejak tahun 2007 sampai dengan
2010.
U. Urusan Kearsipan
1. Tingkat Pengelolaan Arsip Secara Baku
Tabel 2.149 Tingkat Pengelolaan Arsip Secara Baku
No. Uraian Tahun 2010
1. Jumlah SKPD Yang Telah Menerapkan Arsip Secara Baku 50 2. Jumlah SKPD 50
3. Tingkat Pengelolaan Arsip Secara Baku (%) 100,00
Tahun 2009 50,00
Tahun 2008 50,00 Tahun 2007 44,00
Sumber: Kantor Arsip Daerah Kota Tangerang, 2011
II - 128
Dilihat dari daftar tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pengelolaan arsip secara baku
di Kota Tangerang tahun 2010 ini telah mencapai 100%, meningkat jauh dibandingkan
dengan 3 tahun sebelumnya.
2. Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan
Tabel 2.150 Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan
No. Uraian Jumlah
1 Kegiatan Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan Tahun 2010 2
2 Kegiatan Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan Tahun 2009 2 3 Kegiatan Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan Tahun 2008 2
4 Kegiatan Peningkatan SDM Pengelola Kearsipan Tahun 2007 1
Sumber: Kantor Arsip Daerah Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari daftar tabel di atas, dapat diketahui bahwa kegiatan peningkatan SDM pengelola
kearsipan di Kota Tangerang tahun 2010 ini berjumlah 2 kali, dan cenderung tetap sejak
tahun 2008.
V. Urusan Komunikasi dan Informatika
1. Rasio Wartel/Warnet Terhadap Penduduk
Rasio Wartel/Warnet Terhadap Penduduk adalah jumlah wartel/warnet per 1.000 penduduk.
Tabel 2.151 Rasio Wartel / Warnet Terhadap Penduduk
No. Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Wartel/Warnet Jumlah Penduduk Rasio Wartel/Warnet Terhadap Penduduk
1 Batuceper 16 90.590 0,18 2 Benda 17 83.017 0,20
3 Cibodas 30 142.479 0,21
4 Ciledug 62 147.023 0,42
5 Cipondoh 46 216.346 0,21 6 Jatiuwung 26 120.216 0,22
7 Karang Tengah 50 118.473 0,42
8 Karawaci 59 171.317 0,34 9 Larangan 31 163.901 0,19
10 Neglasari 24 103.504 0,23
11 Periuk 33 129.384 0,26 12 Pinang 46 160.206 0,29
II - 129
No. Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Wartel/Warnet Jumlah Penduduk Rasio Wartel/Warnet Terhadap Penduduk
13 Tangerang 26 152.145 0,17
Jumlah 466 1.798.601 0,26
Sumber: Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui rasio wartel/warnet terhadap penduduk di Kota
Tangerang tahun 2010 ini mencapai 0,26, yang berarti bahwa setiap 100.000 penduduk di
Kota Tangerang terdapat 26 wartel/warnet, atau dengan kata lain setiap 4.000 penduduk
terdapat 1 wartel/warnet.
2. Jumlah Surat Kabar Nasional / Lokal
Tabel 2.152 Jumlah Surat Kabar Nasional / Lokal
No. Uraian Jumlah
1. Jumlah Surat Kabar Lokal 6
2. Jumlah Surat Kabar Nasional - Jumlah 6
Tahun 2009 (Surat Kabar Nasional) 16
Tahun 2008 16 Tahun 2007 14
Sumber: Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Tangerang, 2011
Jumlah Surat Kabar Nasional / Lokal adalah Banyaknya jenis surat kabar terbitan
nasional/lokal yang masuk ke daerah. Dilihat dari daftar tabel di atas, dapat diketahui jumlah
surat kabar lokal di Kota Tangerang tahun 2010 ini sebanyak 6 jenis, jumlah ini tidak didukung
oleh data mengenai berapa banyak jumlah surat kabar nasional yang beredar di Kota
Tangerang. Tahun 2008 dan 2009 jumlah surat kabar nasional/lokal ada 16 jenis sedangkan
tahun 2007 hanya 14 jenis.
3. Jumlah Penyiaran Radio / TV Lokal
Tabel 2.153 Jumlah Penyiaran Radio / TV Lokal
No. Uraian Jumlah
1. Jumlah Penyiaran Radio 5 2. Jumlah Penyiaran TV 1
Jumlah 6
Tahun 2009 (Radio) 5
Tahun 2008 5 Tahun 2007 5
Sumber: Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Tangerang, 2011
II - 130
Jumlah Penyiaran Radio / TV Lokal adalah banyaknya penyiaran radio/TV nasional maupun
lokal yang masuk ke daerah. Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui jumlah penyiaran
radio/TV lokal di Kota Tangerang tahun 2010 ini sebanyak 6 buah, jumlah ini lebih banyak
dibandingkan dengan tahun 2007, 2008 dan 2009 yang hanya mencapai 5 buah.
4. Web Site Milik Pemerintah Daerah
Tabel 2.154 Web Site Milik Pemerintah Daerah
No. Uraian Ketersediaan 1. Web Site Milik Pemerintah Daerah Ada
Tahun 2009 Ada
Sumber: Dinas Informasi dan Komunikasi Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari daftar tabel di atas, dapat diketahui bahwa Pemerintah Kota Tangerang memiliki
web site sendiri dari tahun 2009 lalu.
5. Rata-Rata Frekuensi Penyelenggaraan Pameran/Expo Setiap Tahun
Tabel 2.155 Rata-Rata Frekuensi Penyelenggaraan Pameran/Expo Setiap Tahun
No. Uraian Jumlah
1 Jumlah Pameran / Expo Yang Dilaksanakan Tahun 2010 7
2 Jumlah Pameran / Expo Yang Dilaksanakan Tahun 2009 7
3 Jumlah Pameran / Expo Yang Dilaksanakan Tahun 2008 7 4 Jumlah Pameran / Expo Yang Dilaksanakan Tahun 2007 6
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata frekuensi penyelenggaraan
pameran/expo setiap tahun di Kota Tangerang tahun 2010 ini sebanyak 7 kali pelaksanaan,
jumlah ini sama dengan jumlah penyelenggaraan expo pada tahun 2008 dan 2009 lalu dan
lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2007 yang hanya menyelenggarakan sebanyak 6
kali.
II - 131
W. Urusan Perpustakaan
1. Jumlah Perpustakaan Di Daerah
Tabel 2.156 Jumlah Perpustakaan Di Daerah
No. Uraian Tahun 2010
1. Jumlah Perpustakaan di Daerah 303
Sumber: Kantor Perpustakaan Daerah Kota Tangerang, 2011
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah perpustakaan di Kota Tangerang tahun 2010
sebanyak 303 buah.
2. Tingkat Kunjungan Perpustakaan Dalam Tahun
Tingkat Kunjungan Perpustakaan Dalam Tahun adalah Jumlah pengunjung perpustakaan per
tahun.
Tabel 2.157 Tingkat Kunjungan Perpustakaan Dalam Tahun
No. Uraian Tahun 2010
1. Jumlah Kunjungan Ke Perpustakaan Selama Satu Tahun 38.374
2. Jumlah Orang Dalam Populasi Yang Harus Dilayani 1.500.000
3. Tingkat Kunjungan Perpustakaan Dalam 1 Tahun 0,03 Sumber: Kantor Perpustakaan Daerah Kota Tangerang, 2011
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat kunjungan perpustakaan di Kota Tangerang
tahun 2010 mencapai 0,03.
3. Tingkat Koleksi Buku Yang Tersedia Di Perpustakaan Daerah
Tabel 2.158 Tingkat Koleksi Buku Yang Tersedia Di Perpustakaan Daerah
No. Uraian Tahun 2010
1. Jumlah Koleksi Judul Buku Yang Tersedia Di Perpustakaan Daerah 37.281 2. Jumlah Buku Yang Tersedia Di Perpustakaan Daerah 47.030
3. Tingkat Koleksi Buku Yang Tersedia Di Perpustakaan Daerah 0,79
Tahun 2009 0,33
Tahun 2008 0,33 Tahun 2007 0,33
Sumber: Kantor Perpustakaan Daerah Kota Tangerang, 2011
II - 132
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat koleksi buku yang tersedia di perpustakaan
daerah Kota Tangerang tahun 2010 mencapai 0,79. Jumlah ini meningkat dari tingkat koleksi
buku di perpustakaan daerah tahun sebelumnya yakni dari tahun 2007 sampai 2009 yang
mencapai 0,33.
2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan
A. Urusan Pertanian
1. Tingkat Produktivitas Padi / Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya Per Hektar
Tabel 2.159 Tingkat Produktivitas Padi / Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya Per Hektar
No Kecamatan
Produksi Tanaman Padi/Bahan Pangan
Utama Lokal Lainnya (Ton)
Luas Areal Tanaman Padi/Bahan Pangan
Utama Lokal Lainnya (Ha)
Tingkat Produktivitas Padi / Bahan Pangan Utama
Lokal Lainnya Per Hektar (ton/ha)
1 Batuceper 4.591,00 755,00 608,08
2 Benda 2.216,20 348,00 636,84
3 Cibodas 48,30 9,00 536,67
4 Ciledug 0,00 0,00 0,00 5 Cipondoh 173,30 45,00 385,11
6 Jatiuwung 0,00 0,00 0,00
7 Karang Tengah 124,80 24,00 520,00 8 Karawaci 0,00 0,00 0,00
9 Larangan 0,00 0,00 0,00
10 Neglasari 229,70 43,00 534,19 11 Periuk 606,00 100,00 606,00
12 Pinang 441,60 82,00 538,54
13 Tangerang 0,00 0,00 0,00
Tahun 2010 8.436,00 1.406,00 600,00 Tahun 2009 9.869,16 1.495,00 660,14
Tahun 2008 10.611,41 1.624,00 653,41
Sumber: Dinas Pertanian Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat produktivitas padi/bahan pangan
utama lokal lainnya per hektar di Kota Tangerang adalah sebesar 600 ton/ha, capaian di
tahun 2010 ini mengalami penurunan dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 dan
2009 yang masing-masing mencapai 653 dan 660 ton/ha. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh
gagalnya panen raya di tahun 2010 ini. Berbicara mengenai capaian tingkat produktivitas
padi/bahan pangan utama lokal lainnya per hektar di tingkat kecamatan Kota Tangerang,
kecamatan tertinggi tingkat produktivitasnya diraih oleh Kecamatan Benda dengan capaian
produktivitas sebesar 636 ton/ha, sedangkan kecamatan terendah tingkat produktivitasnya
II - 133
adalah Kecamatan Cipondoh yang hanya 385 ton/ha. Selain itu di Kota Tangerang terdapat 5
kecamatan yang tidak mempunyai lahan pertanian, yakni Kecamatan Ciledug, Kecamatan
Jatiuwung, Kecamatan Karawaci, Kecamatan Larangan dan Kecamatan Tangerang.
2. Tingkat Cakupan Bina Kelompok Petani
Tabel 2.160 Tingkat Cakupan Bina Kelompok Petani
No Kecamatan Jumlah Kelompok Petani Yang Mendapat Bantuan
Pemda Jumlah Kelompok Petani
Tingkat Cakupan Bina Kelompok Petani (%)
1. Batuceper 2 5 40,00
2. Benda 1 6 16,67
3. Cibodas 1 1 100,00 4. Ciledug 0 1 0,00
5. Cipondoh 1 3 33,33
6. Jatiuwung 0 0 0,00 7. Karang Tengah 2 4 50,00
8. Karawaci 0 2 0,00
9. Larangan 0 3 0,00
10. Neglasari 3 9 33,33 11. Periuk 1 5 20,00
12. Pinang 1 15 6,67
13. Tangerang 1 1 100,00 Tahun 2010 13 55 23,64
Tahun 2009 9 57 15,79
Tahun 2008 7 27 25,93 Tahun 2007 8 27 29,63
Sumber: Dinas Pertanian Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa tingkat cakupan bina kelompok petani di
Kota Tangerang adalah sebesar 23,64%, capaian di tahun 2010 ini mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun 2009 dimana hanya mencapai 15,79% dan mengalami
penurunan dibandingkan dengan capaian pada tahun 2007 dan 2008 yang masing-masing
mencapai 29,63% dan 25,93%. Berbicara mengenai tingkat cakupan bina kelompok petani di
tingkat kecamatan Kota Tangerang, kecamatan tertinggi dengan tingkat cakupan bina
kelompok petaninya diraih oleh Kecamatan Cibodas dan Kecamatan Tangerang dengan
capaian sempurna sebesar 100%, sedangkan kecamatan terendah tingkat cakupan bina
kelompok petaninya diraih oleh 4 kecamatan sekaligus yakni Kecamatan Ciledug, Kecamatan
Jatiuwung, Kecamatan Karawaci dan Kecamatan Larangan dengan jumlah 0%, hal ini
disebabkan karena tidak adanya kelompok petani yang mendapat bantuan dari Pemda.
II - 134
B. Urusan Kelautan dan Perikanan
1. Nilai Hasil Produksi Perikanan
Tabel 2.161 Nilai Hasil Produksi Perikanan
No Kecamatan Jumlah Produksi Ikan
(Ton) Target Daerah (Ton)
Nilai Hasil Produksi Perikanan (%)
1 Batuceper 14,72 15,00 98,13 2 Benda 60,00 65,00 92,31
3 Cibodas 9,60 10,00 96,00
4 Ciledug 11,62 11,00 105,64 5 Cipondoh 65,00 65,00 100,00
6 Jatiuwung 11,50 11,00 104,55
7 Karang Tengah 12,70 12,70 100,00
8 Karawaci 40,00 38,00 105,26 9 Larangan 10,50 9,50 110,53
10 Neglasari 51,00 53,00 96,23
11 Periuk 52,00 50,00 104,00 12 Pinang 65,00 80,00 81,25
13 Tangerang 9,70 10,00 97,00
Tahun 2010 413,34 430,20 96,08 Tahun 2009 394,53 324,79 121,47
Tahun 2008 282,46 262,00 107,81
Tahun 2007 262,95 263,06 99,96
Sumber: Dinas Pertanian Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel data di atas dapat diketahui bahwa nilai hasil produksi perikanan di Kota
Tangerang adalah sebesar 96,08% dari target yang telah ditetapkan sebelumnya. Capaian di
tahun 2010 ini mengalami penurunan dibandingkan dengan capaian pada tahun 2007, 2008
dan 2009 yang masing-masing mencapai 99,96%, 107,81% dan 121,47%. Berbicara
mengenai nilai hasil produksi perikanan di tingkat kecamatan Kota Tangerang, Kecamatan
Ciledug memperoleh capaian tertinggi dibandingkan dengan 12 kecamatan lainnya yakni
sebesar 105,64%, berbeda sebaliknya dengan Kecamatan Pinang yang hanya mencapai
81,25%.
II - 135
2. Tingkat Konsumsi Ikan
Tabel 2.162 Tingkat Konsumsi Ikan
No. Kecamatan Jumlah Konsumsi Ikan
(Ton) Target Daerah (Ton) Tingkat Konsumsi Ikan (%)
1 Batuceper 2.098,66 2.273,51 92,31
2 Benda 1.704,57 1.849,44 92,17 3 Cibodas 3.250,38 3.523,45 92,25
4 Ciledug 2.722,45 2.957,84 92,04
5 Cipondoh 4.012,91 4.361,86 92,00 6 Jatiuwung 2.382,74 2.579,42 92,38
7 Karang Tengah 2.345,39 2.534,42 92,54
8 Karawaci 4.021,04 4.354,92 92,33 9 Larangan 3.151,11 3.420,47 92,13
10 Neglasari 2.441,56 2.649,07 92,17
11 Periuk 2.752,33 2.982,20 92,29
12 Pinang 3.322,92 3.605,34 92,17 13 Tangerang 3.200,59 3.471,04 92,21
Tahun 2010 37.406,65 40.562,98 92,22
Tahun 2009 32.112,49 33.561,75 95,68 Sumber: Dinas Pertanian Kota Tangerang, 2011
Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi ikan di Kota Tangerang
adalah sebesar 92,22% dari target yang telah ditetapkan sebelumnya, capaian di tahun 2010
ini mengalami penurunan dibandingkan dengan capaian pada tahun 2009 yang mencapai
95,68%. Berbicara mengenai tingkat konsumsi ikan di tingkat kecamatan Kota Tangerang,
seluruh kecamatan hampir memiliki tingkat konsumsi ikan yang cenderung merata.
C. Urusan Perdagangan
1. Nilai Ekspor Bersih Perdagangan
Tabel 2.163 Nilai Ekspor Bersih Perdagangan
No. Uraian Tahun 2010
1. Nilai Ekspor Perdagangan $ 10.183.865,38 2. Nilai Impor Perdagangan $ 6.751.375,00
3. Nilai Ekspor Bersih Perdagangan $ 3.432.490,38
Tahun 2009 $ 141.198.103,94 Tahun 2008 $ 22.135.740,01
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang, 2011
II - 136
Dilihat dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa nilai ekspor bersih perdagangan di Kota
Tangerang adalah sebesar $3.432.490,38, capaian di tahun 2010 ini mengalami penurunan
yang cukup signifikan dibandingkan dengan capaian pada tahun 2008 dan 2009 yang masing-
masing mencapai $22.135.740,01 dan $141.198.103,94.
D. Urusan Perindustrian
2. Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB
Tabel 2.164 Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB
No. Uraian (%) 1 Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB Tahun 2010 47,57
2 Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB Tahun 2009 48,99
3 Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB Tahun 2008 50,75 4 Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB Tahun 2007 52,83
Sumber: Kantor Penelitian, Pengembangan dan Statistik Kota Tangerang, 2011
Jumlah kontribusi sektor industri terhadap PDRB di Kota Tangerang tahun 2010 mencapai
47,57% dimana capaian ini lebih rendah dibandingkan dengan capaian yang diraih tahun
2007, 2008 dan 2009 yang masing-masing mencapai 52,83%, 50,75% dan 47,57%.
3. Tingkat Pertumbuhan Industri
Tabel 2.165 Tingkat Pertumbuhan Industri
No. Uraian 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Industri 2.261 2.373 2.595 2.220
2 Tingkat Pertumbuhan Industri (%) 4,72 8,55 -16,89 Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang, 2011
Jumlah tingkat pertumbuhan industri di Kota Tangerang tahun 2010 mencapai -16,89%.
Jumlah ini menurun jauh dibandingkan dengan capaian 3 tahun sebelumnya yang berada di
angka positif.
II - 137
4. Tingkat Cakupan Bina Kelompok Pengrajin
Tabel 2.166
Tingkat Cakupan Bina Kelompok Pengrajin
No. Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Kelompok Pengrajin Yang Mendapatkan Bantuan
Binaan Pemda
Jumlah Kelompok Pengrajin
Tingkat Cakupan Bina Kelompok Pengrajin
(%) 1 Batuceper 2 7 28,57
2 Benda 0 0 0,00
3 Cibodas 0 0 0,00
4 Ciledug 0 0 0,00 5 Cipondoh 0 0 0,00
6 Jatiuwung 0 0 0,00
7 Karang Tengah 0 0 0,00 8 Karawaci 0 0 0,00
9 Larangan 0 0 0,00
10 Neglasari 0 0 0,00
11 Periuk 0 0 0,00 12 Pinang 0 0 0,00
13 Tangerang 0 0 0,00
Jumlah 2 7 28,57 Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang, 2011
Dari tabel tingkat cakupan bina kelompok pengrajin Kota Tangerang tahun 2010 di atas, dapat
diketahui bahwa hanya terdapat satu kecamatan yang memiliki tingkat cakupan bina
kelompok pengrajin, kecamatan itu adalah Kecamatan Batuceper dengan tingkat cakupan
sebesar 28,57%
2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH
2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
A. Angka Konsumsi Rumahtangga Pangan Per Kapita
Besarnya pendapatan yang diterima suatu rumah tangga merupakan penentu tingkat
kesejahteraan rumah tangga tersebut. Namun data pendapatan yang akurat sangat sulit
diperoleh sehingga pendekatan yang sering digunakan pada setiap survei, termasuk
Susenas, adalah melalui pendekatan pengeluaran rumah tangga. Dimana, penduduk dengan
pendapatan yang lebih besar akan memiliki pengeluaran yang lebih besar pula, meskipun
dengan jenis pengeluaran yang berbeda.
II - 138
Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa pengeluaran perkapita selama sebulan penduduk
Kota Tangerang pada tahun 2010 paling banyak (28,03 %) berada pada golongan
pengeluaran Rp 400.000 – Rp 599.999. Rata-rata pengeluaran perkapita selama sebulan di
Kota Tangerang adalah Rp 774.337,16 dengan rata-rata pengeluaran makanan
Rp.376.328,34 (48,60 %) dan bukan makanan Rp 398.008,82 (51,40 %). Pengeluaran
perkapita sebulan, paling banyak adalah untuk perumahan (25,49 %), makanan dan minuman
jadi (19,00 %) serta barang dan jasa (selain pendidikan dan kesehatan) 10,80 %
Perumahan dan fasilitasnya menjadi alokasi konsumsi terbesar penduduk di Kota Tangerang
pada tahun 2010. Kebutuhan untuk memperoleh tempat tinggal yang layak menjadi prioritas
utama. Konsumsi makanan dan minuman jadi merupakan pengeluaran terbesar kedua. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan oleh penduduk Kota Tangerang yang berprofesi sebagai
pekerja memilih makanan dan minuman jadi sebagai solusi bagi ‘mereka’ yang merasa lebih
praktis dan tidak sempat memasak sendiri makanannya.
Bagi penduduk dengan golongan pengeluaran kurang dari Rp 300.000, perbandingan antara
konsumsi makanan dan bukan makanan adalah 56,04 % dan 43,96 %. Alokasi pengeluaran
rumah tangga paling banyak digunakan untuk keperluan perumahan (26,10 %), padi-padian
seperti beras (13,11 %), dan makanan dan minuman jadi (13,09 %).
Semakin besar pendapatan, maka komposisi pengeluaran untuk makanan dan bukan
makanan akan berubah. Pengeluaran untuk makanan akan semakin menurun dan sebaliknya
pengeluaran untuk bukan makanan akan meningkat. Pada tabel 8.2 dapat dilihat bahwa
penduduk dengan golongan pengeluaran lebih dari Rp 2.000.000,- memiliki perbandingan
pengeluaran makanan dan bukan makanan yang berbeda dengan golongan pengeluaran
kurang dari Rp 300.000,-. Pada golongan pengeluaran ini, perbandingannya dalah 38,36 %
dan 61,64 %. Pada tahun 2010 di Kota Tangerang, penduduk dengan golongan pengeluaran
ini paling banyak mengalokasikan pendapatannya untuk makanan dan minuman jadi (28,07
%), perumahan (24,30 %) serta barang dan jasa (selain pendidikan dan kesehatan) 12,69 %.
Tabel 2.167
Persentase Penduduk menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan
Golongan pengeluaran (Rp. ) Tahun (%)
2008 2009 2010
300.000 - 399.999 3,52 10,72 7,04
400.000 - 599.999 21,15 27,36 28,03
600.000 - 799.999 31,15 20,58 25,55
800.000 - 999.999 15,97 10,2 13,56
1.000.000 - 1.499.999 11,19 14,51 16,95
II - 139
Golongan pengeluaran (Rp. ) Tahun (%)
2008 2009 2010
1.500.000 - 1.999.999 6,04 4,37 4,95
2.000.000 ke atas 4,14 8,62 2,74
Jumlah 100 100 100 Sumber: Kantor Litbangstat Kota Tangerang, 2011
B. Rasio Wilayah Produktif dan Non Produktif
Indikator penting dalam untuk melihat kinerja ketata-ruangan antara lain adalah rasio wilayah
produktif dan non produktif. Nilai rasio ini merupakan gambaran dari wilayah produktif dan
pemanfaatannya serta wilayah non produktif yang bisa dikembangkan.
Seperti diketahui bahwa lahan di Kota Tangerang terbagi atas kawasan Lindung dan
Kawasan Budidaya, sedangkan kawasan budidaya terbagi atas lahan yang produktif dan non
produktif. Gambaran tentang penggunaan/pemanfaatan lahan serta besaran wilayah
produktif dan non produktif beserta rasionya di Kota Tangerang pada tahun 2010 bisa dilihat
pada tabel-tabel berikut:
Tabel 2.168 Luasan Pemanfaatan Kawasan Lindung
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Sungai, Situ dan Waduk 215,7 1,2%
2. Ruang Terbuka Hijau 1.227,7 6,7%
Jumlah 1.443,4 7,9% Sumber: Dinas Tata Kota, 2011
Tabel 2.169 Luasan Pemanfaatan Kawasan Budidaya
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) (%)
1. IPA 14,3 0,1%
2. Industri 315,1 1,7%
3. Kuburan 63,8 0,4%
4. Lapangan Golf 160,1 0,9%
5. Lembaga Pemasyarakatan 8,1 0,0%
6. Pasar 9,4 0,1%
7. Pendidikan 33,2 0,2%
8. Perdagangan 91,9 0,5%
9. Perkantoran 225,0 1,2%
II - 140
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) (%)
10. Perumahan 7.052,6 38,7%
11. Rumah Sakit 23,9 0,1%
12. Sawah 3.557,5 19,5%
13. Stadion 4,8 0,0%
14. TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) 14,9 0,1%
15. Tanah Kosong 3.279,6 18,0%
16. Tempat Peribadatan 6,9 0,0%
17. Terminal 8,6 0,0%
18. Lain 169,6 0,9%
19. Bandara Soekarno-Hatta 1.736,2 9,5%
Jumlah 16.775,6 92,1%
Sumber: Dinas Tata Kota, 2011
Tabel 2.170
Wilayah Tidak Produktif
No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) (%)
1. Tanah Kosong 3.279,6 18,0%
Jumlah 3.279,6 18,0% Sumber: Bappeda, 2011
Tabel 2.171 Wilayah Produktif
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) (%)
1. IPA 14,3 0,10%
2. Industri 315,1 1,70%
3. Kuburan 63,8 0,40%
4. Lapangan Golf 160,1 0,90%
5. Lembaga Pemasyarakatan 8,1 0,00%
6. Pasar 9,4 0,10%
7. Pendidikan 33,2 0,20%
8. Perdagangan 91,9 0,50%
9. Perkantoran 225 1,20%
10. Perumahan 7.052,60 38,70%
11. Rumah Sakit 23,9 0,10%
12. Sawah 3.557,50 19,50%
13. Stadion 4,8 0,00%
14. TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) 14,9 0,10%
15. Tempat Peribadatan 6,9 0,00%
16. Terminal 8,6 0,00%
17. Lain 169,6 0,90%
18. Bandara Soekarno-Hatta 1.736,20 9,50%
T O T A L 13.496,00 74,10%
Sumber: Dinas Tata Kota, 2011
II - 141
Tabel 2.172
Prosentase Luas Wilayah Produktif
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012**
1. Luas Wilayah Produktif 13.496,00 13.496,00 13.496,00 13.496,00 13.496,00
2. Luas Seluruh Wilayah Budidaya
16.775,60 16.775,60 16.775,60 16.775,60 16.775,60
3. Rasio (1./2.) 80,45% 80,45% 80,45% 80,45% 80,45%
Sumber: Dinas Tata Kota, 2011
2.4.2. Fokus Iklim Berinvestasi
A. Angka kriminalitas Yang Tertangani
Dalam rangka meningkatkan investasi daerah, hal penting yang harus ada antara lain adalah
penciptaan iklim investasi yang kondusif di daerah. Indikator penting dalam kaitannya dengan
iklim investasi daerah antara lain besaran Angka Kriminalitas yang tertangani. Indikator ini
merupakan rasio antara jumlah kriminalitas yang terjadi di daerah yang tertangani oleh aparat
penegak hokum (satpol pp/polisi/kejaksaan) terhadap 10.000 jumlah penduduk.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kesatuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang,
besarnya Angka Kriminalitas yang tertangani di Kota Tangerang adalah 0,31. Secara lebih
jelas gambaran tentang Angka Kriminalitas yang tertangani di Kota Tangerang bias dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2.173
Angka Kriminalitas Yang Tertangani
No. Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Tindak Kriminal Tertangani Dalam 1 Tahun
Jumlah Penduduk
Angka Kriminalitas Yang Tertangani
1 Batuceper 4 94.919 0,42 2 Benda 6 77.060 0,78 3 Cibodas 2 146.943 0,14
4 Ciledug 4 122.965 0,33 5 Cipondoh 3 181.662 0,17 6 Jatiuwung 7 107.914 0,65 7 Karang Tengah 2 105.839 0,19
8 Karawaci 3 181.373 0,17 9 Larangan - 141.878 0,00
10 Neglasari 7 110.428 0,63 11 Periuk 4 124.427 0,32
II - 142
No. Kecamatan Tahun 2010
Jumlah Tindak Kriminal Tertangani Dalam 1 Tahun
Jumlah Penduduk
Angka Kriminalitas Yang Tertangani
12 Pinang 8 150.019 0,53 13 Tangerang 2 144.692 0,14
Total 52 1.690.119 0,31 Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang, 2011
B. Frekuensi Demo Per Tahun
Selain Angka Kriminalitas yang tertangani, indikator lainnya terkait dengan penciptaan iklim
investasi yang kondusif adalah Frekuensi Demo setiap tahun. Selama tahun 2010, jumlah
frekuensi demo yang terjadi di Kota Tangerang adalah:
Tabel 2.174
Frekuensi Demo Setiap Tahun
No. Tahun Jumlah Demo Dalam Satu Tahun (Kali)
1 2010 2
2 2009 3
3 2008 2
4 2007 4 Sumber: Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang, 2011
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah demo dalam satu tahun di Kota Tangerang
pada tahun 2010 mencapai 2 kali. Frekuensi demo pada tahun ini cenderung mengalami
penurunan dibandingkan dengan frekuensi demo di tahun 2007 dan 2009.
2.4.3. Fokus Sumberdaya Manusia
A. Angka Partisipasi Sekolah
Indikator Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator yang menggambarkan
tentang perbandingan jumlah murid sekolah di berbagai tingkatan pendidikan terhadap jumlah
penduduk usia sekolah di suatu wilayah tertentu. Angka Partisipasi Sekolah terdiri dari Angka
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
II - 143
Nilai-nilai dari indikator APK dan APM berbagai tingkatan pendidikan di Kota Tangerang akan
diuraikan pada tabel-tabel berikut:
Tabel 2.175
Angka Partisipasi Kasar Sekolah
No. Kecamatan
Tahun 2010
Banyaknya Murid SD, SLTP, SLTA (jiwa)
Banyaknya Penduduk Usia 7-12 Tahun, 13-15 Tahun,
16-18 Tahun (jiwa)
Angka Partisipasi Kasar
Sekolah 1 Batuceper 15.353 18.063 85,00 2 Benda 12.780 17.463 73,18
3 Cibodas 23.914 18.451 129,61 4 Ciledug 32.617 30.014 108,67 5 Cipondoh 44.784 47.642 94,00 6 Jatiuwung 16.910 26.815 63,06
7 Karang Tengah 21.904 24.380 89,84 8 Karawaci 45.109 31.905 141,39 9 Larangan 18.588 31.700 58,64
10 Neglasari 18.241 22.389 81,47
11 Periuk 24.508 26.405 92,82 12 Pinang 26.699 33.392 79,96 13 Tangerang 63.356 28.720 220,60
Tahun 2010 364.763 357.339 102,08
Tahun 2009 341.670 329.604 103,66 Tahun 2008 325.324 319.389 101,86 Tahun 2007 245.493 333.844 73,54
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011 BPS Kota Tangerang, 2011
Angka Partisipasi Kasar (APK) Sekolah merupakan perbandingan jumlah siswa pada tingkat
pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun. Jika
melihat data dari tahun 2008 sampai tahun 2010, Angka Partisipasi Kasar Sekolah di Kota
Tangerang mengalami kenaikan.
Angka partisipasi kasar sekolah di Kota Tangerang lebih besar dari 100, yang berarti bahwa
murid sekolah di Kota Tangerang tahun 2010 lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang seharusnya bersekolah. Hal ini menunjukkan bahwa banyak murid sekolah di
Kota Tangerang yang berasal dari luar Kota Tangerang.
Selain itu dari tabel di atas dapat juga dilihat terjadi aglomerasi pendidikan di Kota Tangerang,
yaitu di Kecamatan Tangerang, yang ditunjukkan dengan angka partisipasi kasar yang
mencapai 220,6, yang berarti murid di Kecamatan Tangerang sebagian besar berasal dari
luar Kecamatan Tangerang. Sebaliknya, pada Kecamatan Larangan angka partisipasi kasar
II - 144
hanya 58,64 yang berarti banyak penduduk di Kecamatan Larangan yang bersekolah di luar
Kecamatan Larangan.
Tabel 2.176
Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah
No. Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Siswa Usia 4-6 Tahun Di Jenjang PAUD, Usia 7-12 Tahun Di Jenjang SD/MI/Paket A, Usia
13- 15 Tahun Di Jenjang SMP/MTs/Paket B, Usia 16- 18
Tahun Di Jenjang SMA/SMK/MA/Paket C
Jumlah Penduduk Kelompok Usia 4-
6 Tahun, 7-12 Tahun, 13-15 Tahun, 16-18
Tahun
Angka Partisipasi
Murni (APM) Sekolah (%)
1 Batuceper 12.172 23.063 52,78 2 Benda 10.223 22.216 46,02 3 Cibodas 19.067 25.727 74,11 4 Ciledug 27.361 38.510 71,05
5 Cipondoh 38.627 60.635 63,70 6 Jatiuwung 14.005 32.901 42,57 7 Karang Tengah 19.096 30.590 62,43
8 Karawaci 39.788 40.331 98,65 9 Larangan 15.759 40.268 39,14
10 Neglasari 15.400 28.012 54,98 11 Periuk 19.646 33.473 58,69
12 Pinang 21.316 42.626 50,01 13 Tangerang 55.717 36.474 152,76
Jumlah 308.177 454.826 67,76 Tahun 2009 280.464 329.604 85,09
Tahun 2008 263.415 319.389 82,47 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang, 2011
BPS Kota Tangerang, 2011
Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga
18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SMP/SMA dibagi dengan jumlah
penduduk berusia 7 hingga 18 tahun. Dari data Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah tahun
2010, APM Sekolah Kota Tangerang mengalami penurunan dibandingkan 2 tahun
sebelumnya. Kecamatan Tangerang memiliki tingkat APM tertinggi di Kota Tangerang dengan
jumlah 165,68%, sedangkan Kecamatan Batuceper menduduki peringkat terbawah dengan
jumlah APM sebesar 42,14%.
B. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan
Selain indikator Angka Partisipasi Sekolah (APS), indikator lainnya yang terkait dengan
sumberdaya manusia adalah indikator Angka Pendidikan Yang Ditamatkan. Indikator ini
II - 145
menggambarkan tentang banyaknya siswa di setiap tingkatan pendidikan yang mampu
menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah
negeri maupun swasta dengan mendapatkan surat tanda tamat belajar/ijazah.
Gambaran lebih jelas tentang nilai indikator Angka Pendidikan Yang Ditamatkan di Kota
Tangerang adalah sebagai berikut:
Tabel 2.177
Angka Pendidikan Yang Ditamatkan
No Kecamatan Tahun 2010
Penduduk Tamat (SD, SLTP, SLTA, Univ.)
Jumlah Penduduk Angka Pendidikan Yang Ditamatkan
1 Batuceper 65.974 90.590 72,83 2 Benda 51.490 83.017 62,02 3 Cibodas 109.669 142.479 76,97
4 Ciledug 91.624 147.023 62,32 5 Cipondoh 131.685 216.346 60,87 6 Jatiuwung 92.348 120.216 76,82 7 Karang Tengah 80.147 118.473 67,65
8 Karawaci 136.860 171.317 79,89 9 Larangan 106.372 163.901 64,90
10 Neglasari 76.117 103.504 73,54 11 Periuk 91.727 129.384 70,90
12 Pinang 101.127 160.206 63,12 13 Tangerang 104.540 152.145 68,71
Jumlah 1.239.680 1.798.601 68,92 Sumber: BPS Kota Tangerang, 2011
Berdasarkan tabel di atas, angka pendidikan yang ditamatkan di Kota Tangerang tahun 2010
adalah 68,92 yang berarti kurang lebih terdapat 68,92% penduduk yang tamat suatu jenjang
sekolah, sedangkan sisanya 31,08% merupakan penduduk yang tidak pernah menamatkan
suatu jenjang pendidikan.
C. Rasio Ketergantungan Penduduk
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa informasi jumlah penduduk menurut struktur usia
sangat bermanfaat sebagai masukan (input) perencanaan pembangunan antara lain sebagai
informasi awal untuk antisipasi penyediaan berbagai fasilitas pendidikan, kesehatan, dan
lapangan pekerjaan. Informasi ini akan memberikan gambaran tentang seberapa besar
potensi Sumber Daya Manusia (SDM) terutama untuk keperluan yang terkait dengan
pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.
II - 146
Selain itu, informasi ini juga diperlukan untuk melihat besarnya nilai rasio ketergantungan
penduduk sebagai gambaran perbandingan antara penduduk usia tidak produktif (0–14 tahun
dan > 65 tahun) terhadap penduduk usia produktif (15–64 tahun).
Gambaran tentang rasio ketergantungan penduduk di Kota Tangerang bias dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.178
Rasio Ketergantungan Penduduk
No. Kecamatan
Tahun 2010
Jumlah Penduduk Usia < 15 Tahun
Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun s.d.
64 Tahun
Jumlah Penduduk Usia
> 64 Tahun
Rasio Ketergantungan Penduduk (%)
1 Batuceper 24.062 64.850 1.678 39,69
2 Benda 22.827 58.479 1.711 41,96 3 Cibodas 36.257 103.246 2.976 38,00 4 Ciledug 40.835 103.145 3.043 42,54 5 Cipondoh 62.558 149.308 4.480 44,90
6 Jatiuwung 28.110 91.134 972 31,91 7 Karang Tengah 30.720 85.034 2.719 39,32 8 Karawaci 41.686 125.641 3.990 36,35 9 Larangan 42.301 118.164 3.436 38,71
10 Neglasari 27.877 72.783 2.844 42,21 11 Periuk 34.533 92.770 2.081 39,47 12 Pinang 44.468 112.400 3.338 42,53 13 Tangerang 37.527 110.460 4.158 37,74
Total 473.761 1.287.414 37.426 39,71 Tahun 2009 435.827 1.161.617 55.146 42,27 Tahun 2008 395.041 1.095.290 41.335 39,84
Tahun 2007 391.687 1.079.192 37.535 39,77 Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang, 2011
Dari tabel data di atas, dapat diketahui bahwa rasio ketergantungan penduduk di Kota
Tangerang tahun 2010 mencapai 39,71%. Jumlah capaian ini mengalami penurunan
dibandingkan dengan jumlah capaian pada tahun 2007, 2008 dan 2009 yang masing-masing
mencapai 39,77%, 39,84% dan 42,27%.
Berbicara mengenai rasio ketergantungan penduduk di tingkat kecamatan, rasio terbaik
dengan capaian terendah ketergantungan penduduknya diperoleh oleh kecamatan Jatiuwung
yang hanya mencapai 31,91%, sedangkan berbeda sebaliknya dengan Kecamatan Cipondoh
yang memiliki ketergantungan penduduk terbesar, yaitu 44,90%.
III - 1
3.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG TAHUN 2005-2025
Berpijak pada analisis kondisi umum Kota Tangerang maka permasalahan pembangunan
yang dihadapi dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah adalah sebagai
berikut:
No. Urusan Pemerintahan
Daerah / Aspek Pembangunan
Permasalahan
Sumber Daya Manusia, Kemiskinan dan Kesejahteraan Sosial
1 Pendidikan (Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum)
• Peningkatan kualitas pendidikan SDM masyarakat belum memadai dengan kebutuhan pembangunan dan dunia kerja (link and match antara kualitas pendididikan yang dihasilkan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh pembangunan dan dunia kerja/usaha)
• Daya saing berupa kemampuan adaptasi dan penguasaan IPTEK SDM masyarakat belum memadai sehingga melemahkan posisi tawar dalam persaingan (kompetisi) SDM pada lingkup regional, nasional dan internasional
B A B I I I
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
III - 2
No. Urusan Pemerintahan
Daerah / Aspek Pembangunan
Permasalahan
• Pengembangan pendidikan kewirausahaan belum sepenuhnya mampu mencetak SDM masyarakat yang berjiwa wirausaha
2 Perpustakaan (Aspek Pelayanan Umum)
• Minat dan budaya baca masyarakat belum sepenuhnya tumbuh menjadi budaya hidup masyarakat
• Tingkat pelayanan media perpustakaan yang berkualitas belum merata untuk menjangkau seluruh wilayah
3 Kebudayaan (Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum)
• Pemahaman dan implementasi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam kehidupan bermnasyarakat semakin memudar
• Arus globalisasi dan modernisasi budaya luar yang negatif cenderung mudah menjadi gaya hidup masyarakat
• Pelestarian dan pengelolaan cagar budaya belum optimal
4 Kesehatan (Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum)
• Akses masyarakat terhadap tingkat pelayanan kesehatan yang bermutu perlu ditingkatkan untuk seluruh lapisan masyarakat
• Tingkat kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat belum sepenuhnya menjadi budaya hidup masyarakat
• Dampak perubahan iklim global terhadap berkembangnya penyakit mendorong melemahnya daya tahan dan kualitas kesehatan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat
5 Kepemudaan dan Olahraga (Aspek Pelayanan Umum)
• Peran dan kapasitas pemuda belum diberdayakan secara optimal dalam mendukung kegiatan pembangunan
• Peningkatan ketersediaan dan kualitas fasilitas olahraga belum merata
• Pemasyarakatan olahraga belum sepenuhnya tumbuh menjadi perilaku hidup sehat masyarakat
• Pembinaan prestasi olah raga belum memadai
6 Kependudukan dan Catatan Sipil (Aspek Pelayanan Umum)
• Perkembangan dan pertumbuhan penduduk masih tinggi yang apabila tidak dikendalikan dengan baik dapat berpotensi meningkatkan kerawanan sosial dan menurunkan daya dukung ruang dan lingkungan hidup
• Penegakan tertib administrasi dan manajemen kependudukan belum optimal dalam upaya pengendalian kependudukan
7 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera (Aspek Pelayanan Umum)
• Tingkat pelayanan keluarga berencana yang berkualitas belum sepenuhnya menjangkau seluruh lapisan masyarakat
• Pemberdayaan kapasitas dan potensi ekonomi keluarga belum optimal untuk mendorong peningkatan kesejahteraan keluarga
• Keterbatasan akses keluarga prasejahtera terhadap sistem ekonomi formal.
8 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Aspek Pelayanan Umum)
• Peran dan kapasitas perempuan belum optimal diberdayakan • Perlindungan anak terhadap rawan kekerasan dan eksploitasi
tenaga kerja belum optimal • Fasilitas kota dan lingkungan permukiman belum memadai
untuk memenuhi kebutuhan aktivitas anak (Kota Layak Huni) dan melindungi aktivitas perempuan
III - 3
No. Urusan Pemerintahan
Daerah / Aspek Pembangunan
Permasalahan
9 Pemberdayaan Masyarakat (Aspek Pelayanan Umum)
• Kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan belum dikembangkan secara optimal sesuai potensinya
• Kapasitas masyarakat belum diberdayakan secara optimal sebagai pelaku utama pembangunan
10 Sosial (Aspek Pelayanan Umum)
• Pengentasan kemiskinan belum tuntas dan belum fokus sesuai dengan struktur permasalahan masyarakat miskin.
• Kerawanan sosial cenderung meningkat • Tingkat dan cakupan pelayanan perlindungan dan
pemberdayaan PMKS belum optimal • Pemanfaatan sumberdaya untuk peningkatan kesejahteraan
sosial dalam masyarakat belum optimal diberdayakan
11 Ketenagakerjaan (Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)
• Tingkat pengangguran terbuka cukup tinggi • Terbatasnya akses dan daya saing tenaga kerja lokal
terhadap kesempatan kerja • Terbatasnya ketersediaan lapangan kerja • Kualitas dan kompetensi tenaga kerja belum memadai
dengan spesifikasi kebutuhan pembangunan dan dunia kerja • Rawan perselisihan hubungan industrial dan perlindungan
tenaga kerja • Jaminan kesejahteraan tenaga kerja yang masih rendah
12 Ketahanan Pangan (Aspek Pelayanan Umum)
• Rawan ketahanan pangan akibat ketergantungan terhadap daerah produksi dan distribusi pangan
• Daya beli masyarakat terhadap produk pangan cenderung menurun akibat semakin meningkatnya beban ekonomi dan harga pangan
No. Urusan Pemerintahan
Daerah / Aspek Pembangunan
Permasalahan
Daya Saing Perekonomian
1 Koperasi dan UKM (Aspek Pelayanan Umum)
• Kapasitas dan kualitas SDM dan kelembagaan koperasi dan UKM masih belum memadai
• Keterbatasaan akses koperasi dan UKM terhadap permodalan dan pasar
• Kualitas produk koperasi dan UKM kurang kompetitif di pasar regional dan nasional
• Kemitraan usaha antara koperasi dan UKM dengan pelaku usaha besar belum optimal
2 Penanaman Modal (Aspek Pelayanan Umum)
• Kapasitas pelayanan dan potensi pengembangan penanaman modal yang berkualitas belum memadai
• Regulasi penanaman modal belum sepenuhnya kondusif • Pengembangan dunia usaha belum berorientasi kepada
investasi yang ramah lingkungan
3 Pertanian (Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)
• Ketersediaan lahan pertanian semakin terbatas karena semakin tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian
III - 4
No. Urusan Pemerintahan
Daerah / Aspek Pembangunan
Permasalahan
• Penurunan tingkat kesuburan lahan dan perkembangan hama pertanian seiring dengan perubahan iklim global dan penurunan kualitas lingkungan hidup
• Ketergantungan terhadap daerah produksi dan sistem distribusi produk pertanian (termasuk peternakan)
• Kualitas dan produktivitas hasil pertanian cenderung menurun
• Kualitas dan kapasitas SDM pertanian yang cenderung menurun
• Belum berkembang usaha pertanian modern yang didukung dunia usaha agribisnis.
• Nilai tambah usaha pertanian lebih rendah dari usaha aktivitas perkotaan menyebabkab kecenderungan alih profesi dari petani ke aktivitas perkotaan
4 Kelautan dan Perikanan (Aspek Pelayanan Umum)
• Ketersediaan lahan perikanan budidaya terbatas • Penurunan kualitas sumber daya air yang mengakibatkan
menurunnya kualitas dan produktivitas hasil perikanan budidaya
• Pemanfaatan sumber daya air untuk usaha perikanan budidaya belum optimal
• Ketergantungan terhadap daerah produksi dan sistem distribusi produk perikanan
• Nilai tambah usaha perikanan budidaya lebih rendah dari aktivitas perkotaan menyebabkan alih profesi dari petani perikanan ke aktivitas perkotaan
5 Perindustrian (Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)
• Keberadaan industri cenderung meningkatkan beban pencemaran lingkungan
• Krisis air bawah tanah karena meningkatnya eksploitasi penggunaan air untuk kebutuhan industri
• Pengunaan energi tidak ramah lingkungan untuk menggerakan produksi industri
• Keterbatasan fasilitas dan pengendalian pengelolan limbah industri belum memadai
• Kualitas dan kapasitas SDM dan kelembagaan IKM yang belum memadai
• Keterbatasan akses IKM pada permodalan dan pasar • Daya saing produk IKM kurang kompetitif di pasar regional
dan nasional • Kemitraan usaha antara IKM dengan industri besar belum
terjalin dengan baik
6 Perdagangan (Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)
• Perkembangan kawasan perdagangan sangat pesat, namun belum tertata dengan baik
• Pengembangan kawasan perdagangan kurang memperhatikan ketersediaan ruang terbuka hijau, pengelolaan sampah dan dampak lingkungan hidup,
• Pengembangan perdagangan belum bersinergi dengan promosi dan pemasaran potensi komoditi unggulan daerah.
• Kualitas fasilitas perdagangan tradisional belum memadai
III - 5
No. Urusan Pemerintahan
Daerah / Aspek Pembangunan
Permasalahan
7 Pariwisata (Aspek Pelayanan Umum)
• Pemanfaatan sungai dan situ belum dikelola secara optimal menjadi destinasi obyek wisata
• Pengembangan destinasi wisata non alami (seperti: wisata budaya, wisata kuliner, wisata religi, dll ) belum berkembang dengan baik
No. Urusan Pemerintahan
Daerah / Aspek Pembangunan
Permasalahan
Penataan Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
1 Penataan Ruang (Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)
• Dokumen rencana rinci tata ruang belum tersosialisasikan dengan baik
• Pelanggaran pemanfaatan ruang yang cenderung menurunkan daya dukung ruang dan lingkungan
• Pengendalian pemanfaatan ruang yang belum optimal • Penegakan aturan penataan ruang yang belum memadai • Tingkat partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam
penataan ruang belum optimal
2 Pekerjaan Umum (Aspek Pelayanan Umum)
• Kerusakan sumber daya air (sungai, situ dan air tanah) • Pemanfaatan sempadan sungai dan situ untuk kegiatan
budidaya sehingga menurunkan kapasitas dan fungsi sungai dan situ
• Pendangkalan sungai dan situ • Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan sumber
daya air belum optimal
3 Energi dan Sumber Daya Mineral (Aspek Pelayanan Umum)
• Krisis energi yang disebakan oleh semaikin menurunnya ketersediaan energi (listrik dan bahan bakar minyak) namun kebutuhannya semakin besar seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat
• Kesadaran dan budaya hemat energi masyarakat masih rendah
• Penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan cenderung meningkat sementara pemanfaatan energi ramah lingkungan belum berkembang dengan baik
4 Lingkungan Hidup (Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)
• Degradasi kualitas lingkungan hidup karena semakin tingginya beban pencemaran, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas perkotaan
• Kesadaran dan perilaku hidup masyarakat yang ramah lingkungan belum sepenuhnya tumbuh dengan baik
• Volume sampah terus meningkat • Upaya peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan
persampahan sangat berat untuk mengimbangi beban peningkatan volume sampah
• Kapasitas dan kualitas pengelolaan TPA dan TPST belum optimal dan merata
• Program 3R dalam pengelolaan persampahan belum optimal
III - 6
No. Urusan Pemerintahan
Daerah / Aspek Pembangunan
Permasalahan
• Keterbatasan ruang terbuka hijau • Pengembangan dan penataan RTH belum optimal karena
terkendala keterbatasan lahan terbuka.
No. Urusan Pemerintahan
Daerah/ Aspek Pembangunan
Permasalahan
Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota
1 Pekerjaan Umum (Aspek Pelayanan Umum)
• Ketersediaan dan kapasitas sistem jaringan jalan belum memadai
• Ketersediaan, kapasitas dan kualitas sistem jaringan drainase belum memadai
2 Perumahan (Aspek Pelayanan Umum)
• Keterbatasan akses masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan rumah layak huni dan terjangkau
• Perkembangan perumahan horizontal sangat pesat sehingga mengurangi daya dukung ruang dan lingkungan
• Keberadaan kawasan kumuh • Cakupan dan kualitas pelayanan air bersih belum memadai • Menurunnya ketersediaan dan kualitas sumber air baku untuk
kebutuhan air bersih • Pengelolaan air limbah domestik belum memadai • Cakupan dan kualitas pelayanaan bencana kebakaran dan
banjir belum optimal
3 Perhubungan (Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)
• Beban arus lalulintas yang semakin tinggi, baik pergerakan internal maupun eksternal.
• Pemanfaatan terminal yang belum optimal • Kapasitas pelayanaan angkutan umum masal belum optimal • Pengunaan energi transportasi yang tidak ramah lingkungan
sehingga menimbulkan pencemaran • Penerangan jalan umum belum memadai dan merata • Penggunaan sumber energi penerangan jalan umum yang
tidak ramah lingkungan • Rawan gangguan (kebisingan) suara pada kawasan sekitar
bandar udara • Pelayanan uji emisi dan pengendalian emisi kendaraan belum
optimal
4 Komunikasi dan Informatika (Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)
• Kualitas dan dan daya saing pelayanan komunikasi dan informatika belum optimal
• Efek negatif radiasi penggunaan jaringan selular dan telematika terhadap kesehatan
• Pengembangan sistem jaringan komunikasi (tower telekomunikasi selular dan jaringan kabel atas/bawah tanah) belum tertata dengan baik.
III - 7
No. Urusan Pemerintahan Daerah/
Aspek Pembangunan Permasalahan
Pemerintahan dan Pelayanan Publik
1 Perencanaan Pembangunan (Aspek Pelayanan Umum)
• Keterbatasan sistem pendataan yang mutakhir untuk kebutuhan perencanaan pembangunan
• Integrasi system perencanaan pembangunan dengan system penganggaran belum optimal
• Belum optimalnya mekanisme pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
• Integrasi dan sinkronisasi perencanaan pembanggunan antar daerah dan antara pemerintah pusat dan provinsi belum optimal.
• Belum optimalnya pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam perencanaan pembangunan
2 Statistik (Aspek Pelayanan Umum) • Ketersediaan dan kualitas data statistik yang mutakhir belum optimal
3 Pertanahan (Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum)
• Pelayanan pertanahan yang belum optimal • Rawan sengketa status kepemilikan tanah • Kendala pembebasan tanah untuk penyediaan
infrastruktur dan fasilitas umum • Penataan aset-aset tanah pemerintah daerah belum
optimal
4 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri (Aspek Pelayanan Umum)
• Kualitas demokrasi yang belum optimal • Rawan konflik masyarakat akibat permasalahan politik
5 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian (Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum, Aspek Daya Saing)
• Tingkat pelayanan publik belum optimal • Kualitas dan profesionalisme SDM aparatur belum
memadai • Kelembagaan perangkat daerah yang belum ramping
struktur dan kaya fungsi • Kapasitas keuangan daerah yang belum optimal
6 Kearsipan (Aspek Pelayanan Umum)
• Keterbatasan media penyimpanan arsip yang tidak mampu mendukung keberadaan arisip manual yang jumlah terus meningkat
• Pelayanan kerasipan yang modern dan berkualitas belum memadai
3.2. ISU STRATEGIS KOTA TANGERANG TAHUN 2005-2025
Isu strategis didapatkan dari hasil analisis kondisi internal dan eksternal Kota Tangerang saat
ini, sebagaimana digambarkan dalam uraian kondisi dan tantangan pembangunan Kota
Tangerang. Penentuan isu-isu strategis tersebut yakni dengan menggunakan metode simulasi
dinamik sebab-akibat dengan mencari keterkaitan masing-masing isu satu sama lainnya.
Kemudian masing-masing isu tersebut dianalisis apakah sebagai penyebab isu yang lain atau
menjadi akibat dari isu tersebut. Metode brainstorming digunakan dalam analisis sebab-akibat
III - 8
tersebut. Secara diagramatis keterkaitan isu-isu strategis pembangunan di Kota Tangerang
sebagaimana digambarkan pada Gambar 3.1.
Berpijak pada analisis kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka isu
strategis yang menjadi agenda dan prioritas pembangunan Kota Tangerang tahun 2005-2025
adalah sebagai berikut:
1. Kualitas sumber daya manusia, kemiskinan dan kesejahteraan sosial
Isu kualitas sumberdaya manusia, kemiskinan dan kesejahteraan sosial merupakan isu
yang sangat substansial dalam kerangka pembangunan daerah Kota Tangerang. Hal
tersebut terkait dengan fungsi manusia itu sendiri sebagai subjek dan juga sekaligus
objek dari kegiatan pembangunan, sehingga seluruh upaya pembangunan pada
dasarnya ditujukan untuk menunjang kelangsungan aktivitas manusia. Kesejahteraan
sosial masyarakat merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tujuan
pembangunan Kota Tangerang. Taraf kesejahteraan sosial masyarakat merupakan salah
satu indikator tercapai atau tidaknya progam-program pembagunan yang telah
dilaksanakan.
2. Kualitas dan daya saing perekonomian
Struktur perekonomian daerah Kota Tangerang yang didominasi oleh sektor industri,
pada satu sisi memberikan dampak positif terhadap tingginya laju pertumbuhan ekonomi
daerah, namun di sisi lain dampak negatif yang ditimbulkan yaitu kerawanan sosial serta
pencemaran lingkungan. Hal tersebut dikarenakan sektor industri yang berkembang di
Kota Tangerang bukan merupakan industri yang berbasis sumberdaya lokal, namun
merupakan industri yang padat modal serta membutuhkan tenaga kerja dengan skill atau
keahlian khusus. Disamping itu, perekonomian yang didominasi oleh industri strukturnya
relatif lemah dan sangat rawan terhadap adanya gejolak perekonomian. Oleh karena itu,
kegiatan-kegiatan ekonomi kerakyatan yang berbasis sumberdaya lokal berupa UKM dan
Koperasi harus lebih ditingkatkan kinerjanya agar dapat berperan lebih signifikan dalam
pekerkomian daerah.
3. Penataan ruang, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
Sebagaimana umumnya kawasan perkotaan yang memiliki lahan yang sangat terbatas,
Kota Tangerang dihadapkan dengan semakin menurunnya luas lahan terbuka akibat
semakin intensifnya penggunaan lahan khususnya untuk permukiman. Dengan
kecenderungan demikian, maka konsistensi terhadap implementasi perda penataan
ruang harus diupayakan guna mencegah terjadinya konversi lahan yang masif sehingga
akan berakibat pada menurunnya daya dukung lahan. Lebih jauh lagi, aktivitas di
III - 9
kawasan perkotaan yang sangat tinggi tanpa diimbangi oleh upaya pengendalian
lingkungan, pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan yang
akan sangat merugikan bagi kelangsungan pembangunan.
III - 10
Gambar 3.1
Diagram Keterkaitan Permasalahan dan Isu Strategis Pembangunan
Perlindungan dan pemberdayaan
(PMKS)
KUALITAS SDM, KEMISKINAN, DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan kesejahteraan
keluarga
Aktualisasi Norma Agama
dan Budaya
Pelestarian dan pengelolaan kekayaan
dan keragaman budaya
Aksesibilitas dan derajat kesehatan masyarakat
Pengendalian kependudukan
Aksesibilitas, kualitas dan daya saing pendidikan
masyarakat
Kualitas dan peran pemuda dalam pembangunan dan
olah raga
Migrasi keluar Migrasi masuk
KUALITAS DAN DAYA SAING
PEREKONOMIAN
Stabilitas dan pertumbuhan ekonomi
didukung investasi
Kualitas perekonomian dan pemberdayaan usaha
kecil dan menengah (UKM) dan koperasi
Kerjasama antar daerah dalam penyediaan pangan
Pengangguran dan
produktivitas tenaga kerja
Produktivitas, kualitas dan daya saing perekonomian
KINERJA PEMERINTAHAN DAN PELAYANAN PUBLIK
SERTA KUALITAS KETENTRAMAN,
KETERTIBAN, DEMOKRASI DAN HUKUM
Kinerja penyelenggaraan pemerintahan
Kondusifitas ketentraman dan ketertiban umum
Kapasitas dan kemandirian keuangan
daerah
Ketaatan dan supremasi hukum
Kualitas kehidupan demokrasi
Kualitas dan daya saing pelayanan publik
PENINGKATAN DAYA DUKUNG DAN KUALITAS
PELAYANAN PRASARANA, SARANA, DAN FASILITAS KOTA
Kemacetan dan pelayanan transportasi yang nyaman, aman, terjangkau dan ramah
lingkungan
Banjir
Kualitas pelayanan
pengelolaan limbah
Cakupan dan kualitas
pelayanan persampahan
Rawan bencana kebakaran
Kualitas pelayanan fasilitas jasa
Distribusi, kapasitas dan, kualitas fasilitas
perdagangan tradisional dan modern
Cakupan dan kualitas pelayanan telekomunikasi, telematika dan informatika
Kawasan kumuh
permukiman
Penyediaan dan kualitas rumah layak huni dan terjangkau
Cakupan dan kualitas pelayanan air bersih
PENATAAN RUANG, PENGELOLAAN SUMBER
DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
Kualitas penataan ruang
Degradasi kualitas
lingkungan hidup
Pengelolaan dan pelestarian sumber
daya alam
III - 11
4. Peningkatan daya dukung dan kualitas pelayanan prasarana, sarana dan fasilitas
kota
Peningkatan daya dukung dan pelayanan prasarana dan sarana serta fasilitas kota
merupakan hal yang krusial dilakukan. Hal tersebut mengingat dampak yang sangat
signifikan yang dapat ditimbulkan akibat kurang memadainya daya dukung infrastruktur
tersebut, baik dampak secara sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Secara sosial,
dampak yang ditimbulkan akibat keterbatasan infrastruktur wilayah adalah semakin
meningkatnya kerawanan sosial yang mengancam ketentraman dan ketertiban umum.
Dari sisi ekonomi, dampak yang ditimbulkan adalah menurunnya aksesibilitas
pergerakan barang dan angkutan sehingga kegiatan koleksi dan distribusi menjadi
terganggu. Adapun dari sisi lingkungan, berbagai dampak yang dapat ditimbulkan
diantaranya banjir, kawasan kumuh, kurangnya suplai air bersih, dll.
5. Kinerja pemerintahan dan pelayanan publik serta kualitas ketentraman, ketertiban,
demokrasi dan hukum
Kinerja pemerintahan dan pelayanan publik serta kualitas ketentraman, ketertiban,
demokrasi dan hukum merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan di Kota
Tangerang. Kinerja birokrasi yang efisien dan efektif dengan sistem kelembagaan dan
ketatalaksanaan pemerintahan yang profesional dan akuntabel pada gilirannya dapat
memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Dengan meningkatnya
pelayanan kepada masyarakat maka diharapkan masyarakat akan semakin produktif dan
pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahateraannya.
Dengan demikian, pembangunan Kota Tangerang dalam dua puluh tahun ke depan
hendaknya harus memperhatikan isu-isu tersebut di atas agar dapat mewujudkan peran dan
fungsi kota baik dalam hirarkhinya di lingkup regional dan nasional, maupun lingkup internal
Kota Tangerang sendiri.
IV - 1
4.1. VISI PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG 2005-2025
Berdasarkan kondisi eksisting dan tantangan yang akan dihadapi dalam 20 tahun mendatang
serta dengan mempertimbangkan modal dasar yang dimiliki, maka Visi Pembangunan Jangka
Panjang Kota Tangerang Tahun 2005-2025 adalah:
“KOTA INDUSTRI, PERDAGANGAN DAN JASA YANG MAJU DAN LESTARI
BERLANDASKAN AKHLAKUL KARIMAH”
Kota Industri, Perdagangan dan Jasa dimaksudkan sebagai karakter kewilayahan serta
perekonomian wilayah yang akan melekat pada Kota Tangerang hingga tahun 2025. Karakter
tersebut sejalan dengan identitas ‘Kota Seribu Industri’ yang disandang Kota Tangerang
hingga saat ini, sekaligus didasarkan pada potensi pengembangannya dimasa mendatang.
Industri, perdagangan dan jasa selain sebagai basis perekonomian Kota Tangerang, juga
B A B I V
VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG
IV - 2
akan menjadi tempat bergantungnya sebagian besar masyarakat dalam memenuhi hajat
hidupnya.
Maju, dimaksudkan sebagai kondisi yang diharapkan bagi Kota Tangerang untuk termasuk
dalam jajaran kota-kota dengan peringkat terbaik di Indonesia. Kondisi Kota Tangerang yang
maju pada tahun 2025 ditandai dari: Sosial ditandai dengan sumberdaya manusia
berpendidikan yang tinggi, angka harapan hidup yang lebih tinggi, laju pertumbuhan
penduduk yang lebih kecil, kualitas pelayanan sosial yang lebih baik, serta produktivitas yang
makin tinggi; Perekonomian ditandai dengan struktur ekonomi berbasis industri dan jasa yang
tangguh, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, serta tingkat penyerapan tenaga kerja yang
tinggi; Pemerintahan ditandai dengan meningkatnya kualitas pelayanan publik, meningkatnya
ketentraman dan ketertiban umum, meningkatnya peran serta rakyat secara nyata dan aktif
dalam segala aspek kehidupan, terwujudnya supremasi hukum dan terpeliharanya budaya
demokrasi.
Lestari, dimaksudkan sebagai kondisi dimana penyelenggaraan pembangunan tidak semata
diorientasikan pada upaya menumbuhkembangkan perekonomian, namun juga harus berpijak
pada prinsip untuk menjaga daya dukung dan daya tampung kota berdasarkan berbagai
sumberdaya yang tersedia, sehingga pembangunan secara lestari dan berkelanjutan
merupakan orientasi yang harus sejalan. Untuk itu, kedepan pembangunan Kota Tangerang
dilaksanakan dengan secara sungguh-sungguh memperhatikan aspek kelestarian lingkungan,
baik fisik dan non fisik. Dengan kata lain pembangunan diarahkan untuk mencapai
keseimbangan antara pembangunan dengan kelestarian lingkungan yang akan diwariskan
kepada generasi yang akan datang. Selain itu pembangunan yang berwawasan lingkungan
juga mengharuskan dipenuhinya kebutuhan dasar dan kesempatan kepada seluruh
masyarakat untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Dalam kerangka pencapaian visi tersebut, maka „Akhlakul Karimah‟ (Akhlak Mulia) menjadi
prinsip dasar yang merupakan landasan utama penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan di Kota Tangerang selama periode 2005-2025. Akhlakul Karimah diharapkan
menjadi landasan moral dan etika dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
4.2. MISI PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG 2005-2025
Dalam mewujudkan Visi Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 tersebut maka
akan ditempuh melalui 5 (lima) Misi Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025
sebagai berikut:
IV - 3
1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berakhlak Mulia, Maju dan Berdaya Saing
Misi Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berakhlak Mulia, Maju dan Berdaya Saing
adalah pembangunan yang diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia yang
sehat jasmani, rohani dan sosial, memiliki tingkat pendidikan dan kompetensi yang tinggi,
memiliki daya saing, berakhlak mulia, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur agama dan
budaya.
2. Mewujudkan Perekonomian yang Maju dan Berdaya Saing
Misi Mewujudkan Perekonomian yang Maju dan Berdaya Saing adalah pembangunan
yang diarahkan untuk mengembangkan dan memperkuat perekonomian daerah yang
berdaya saing dan berorientasi pada keunggulan komparatif dan kompetitif dengan
berbasis pada potensi yang dimiliki daerah, untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pemerataan ekonomi
yang berkeadilan, didukung oleh tenaga kerja yang berkualitas dan produktif, serta
regulasi yang mendukung penciptaan iklim investasi yang kondusif.
3. Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari
Misi Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari adalah pembangunan yang
diarahkan untuk mengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup secara
berkelanjutan, menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan, serta menjaga
keseimbangan pemanfaatan ruang yang serasi antara kawasan lindung dan budidaya,
dan antara kawasan maju dan kawasan tertinggal.
4. Mewujudkan Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota yang Memadai dan
Berdaya Saing
Misi Mewujudkan Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota yang Memadai dan
Berdaya Saing adalah pembangunan yang diarahkan pada perwujudan kota yang bersih,
indah, tertib dan aman. Kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perkotaan akan
terus ditingkatkan untuk dapat mengarah kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat
dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan.
5. Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih
Misi Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih adalah
penyelenggaraan pemerintahan diarahkan pada pelaksanaan otonomi daerah yang
nyata dan bertanggung jawab dengan menerapkan prinsip-prinsip Good Governance
dengan meningkatkan partisipasi masyarakat, membangun akuntabilitas kepemerintahan
yang bertanggung jawab, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), peningkatan
IV - 4
efisiensi birokrasi, kemitraan yang serasi antar legislatif dengan eksekutif, dan
penciptaan stabilitas politik dan konsistensi dalam penegakan hukum.
4.3. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG 2005-2025
4.3.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi
Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berakhlak Mulia, Maju dan Berdaya
Saing
Adapun tujuan dan sasaran jangka panjang pembangunan pada misi ini adalah sebagai
berikut:
TUJUAN SASARAN JANGKA PANJANG
1.1 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang bermoral, berbudaya dan bermartabat
1.1.1 Terwujudnya masyarakat yang bermoral, berbudaya dan bermartabat
1.2 Meningkatkan aksesibilitas, kualitas dan daya saing pendidikan masyarakat
1.2.1 Terwujudnya masyarakat yang cerdas dan berdaya saing
1.3 Meningkatkan aksesibilitas dan derajat kesehatan masyarakat
1.3.1 Terwujudnya masyarakat yang sehat
1.4 Meningkatkan kesejahteraan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
1.4.1 Terwujudnya peningkatan kualitas hidup dan keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
1.5 Meningkatkan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak serta kesejahteraan keluarga
1.5.1 Terwujudnya keberdayaan perempuan, perlindungan anak dan kesejahteraan keluarga
1.6 Mengendalikan perkembangan penduduk
1.6.1 Terkendalinya pertumbuhan penduduk dan terkelolanya administrasi kependudukan
1.7 Meningkatkan peran dan kualitas pemuda dalam pembangunan dan olah raga
1.7.1 Terwujudnya peran aktif pemuda dalam pembangunan
1.7.2 Terwujudnya budaya olahraga masyarakat dan prestasi olah raga
4.3.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi
Mewujudkan Perekonomian yang Maju dan Berdaya Saing
Adapun tujuan dan sasaran jangka panjang pembangunan pada misi ini adalah sebagai
berikut:
TUJUAN SASARAN JANGKA PANJANG
2.1 Meningkatkan pertumbuhan dan kualitas perekonomian
2.1.1 Terwujudnya perekonomian yang merata, maju dan berdaya saing
IV - 5
TUJUAN SASARAN JANGKA PANJANG
2.2 Meningkatkan daya saing produk perekonomian yang berbasis pada sumber daya lokal, keunggulan kompetitif dan berorientasi pasar
2.2.1 Terwujudnya agribisnis pertanian dan perikanan yang berkualitas dan berdaya saing
2.2.2 Terwujudnya industri yang berkualitas dan berdaya saing
2.2.3 Terwujudnya perdagangan yang maju (modern) dan berdaya saing
2.2.4 Terwujudnya pelayanan jasa pariwisata yang berkualitas dan berdaya saing
2.3 Meningkatkan ketahanan pangan masyarakat
2.3.1 Terwujudnya ketahanan pangan masyarakat yang kokoh
2.4 Meningkatkan kesempatan kerja dan produktivitas tenaga kerja
2.4.1 Terwujudnya kesempatan kerja yang luas
2.4.2 Meningkatnya kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja
4.3.3. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi
Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari
Adapun tujuan dan sasaran jangka panjang pembangunan pada misi ini adalah sebagai
berikut:
TUJUAN SASARAN JANGKA PANJANG
3.1 Meningkatkan kualitas penataan ruang 3.1.1 Terwujudnya tata ruang kota yang berkualitas
3.2 Meningkatkan pengelolaan dan pelestarian sumber daya alam
3.2.1 Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam
3.3 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup
3.3.1 Terwujudnya lingkungan hidup yang berkualitas
4.3.4. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi
Mewujudkan Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota yang Memadai
dan Berdaya Saing
Adapun tujuan dan sasaran jangka panjang pembangunan pada misi ini adalah sebagai
berikut:
TUJUAN SASARAN JANGKA PANJANG
4.1 Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana dasar kota
4.1.1 Terwujudnya layanan transportasi yang nyaman, aman, handal, ramah lingkungan dan terjangkau
4.1.2 Terwujudnya pelayanan drainase yang memadai untuk meminimalkan kerawanan banjir
4.1.3 Terwujudnya pelayanan air bersih yang merata, berkualitas dan terjangkau
4.1.4 Terwujudnya pelayanan persampahan yang memadai dan berkualitas untuk menciptakan kebersihan kota
IV - 6
TUJUAN SASARAN JANGKA PANJANG
4.1.5 Terwujudnya pelayanan pengelolaan limbah yang memadai, berkualitas dan ramah lingkungan
4.1.6 Terwujudnya pelayanan pemadam kebakaran yang memadai dan berkualitas untuk meminimalkan kerawanan kebakaran
4.1.7 Terwujudnya pelayanan telekomunikasi, telematika dan informatika yang memadai, berkuallitas dan berdaya saing
4.2 Meningkatkan pelayanan fasilitas ekonomi kota
4.2.1 Terwujudnya pelayanan fasilitas perdagangan yang maju dan berdaya saing
4.2.2 Terwujudnya pelayanan fasilitas jasa yang maju dan berdaya saing
4.3 Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana permukiman
4.3.1 Terwujudnya perumahan yang layak huni dan terjangkau
4.3.2 Terwujudnya lingkungan permukiman yang tidak kumuh
4.3.5. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2005-2025 Pada Misi
Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih
Adapun tujuan dan sasaran jangka panjang pembangunan pada misi ini adalah sebagai
berikut:
TUJUAN SASARAN JANGKA PANJANG
5.1 Meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintahan
5.1.1 Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik
5.2 Meningkatkan kualitas pelayanan publik
5.2.1 Terwujudnya pelayanan publik yang prima
5.3 Meningkatkan kapasitas keuangan dan pembiayaan pembangunan daerah
5.3.1 Terwujudnya kapasitas dan pengelolaan keuangan daerah yang memadai dan akuntabel
5.4 Meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi
5.4.1 Terwujudnya masyarakat yang demokratis
5.5 Meningkatkan ketaatan hukum masyarakat
5.5.1 Terwujudnya masyarakat yang sadar, patuh dan taat hukum
5.6 Meningkatkan ketentraman dan ketertiban umum
5.6.1 Terwujudnya lingkungan masyarakat yang tentram dan tertib
5.7 Meningkatkan pengelolaan bencana 5.7.1 Terkelolanya penanganan bencana secara cepat dan tepat
V - 1
5.1. SASARAN POKOK DAN ARAH KEBIJKAAN PEMBANGUNAN
Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan pada setiap sasaran
jangka panjang pembangunan Kota Tangerang 2005-2025.
5.1.1. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang Berakhlak Mulia, Maju Dan Berdaya Saing
Terwujudnya masyarakat yang sehat, cerdas dan berakhlak mulia yang mendasarkan setiap
tindakan kepada norma dan nilai luhur agama dan budaya serta menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi merupakan modal dasar tercapainya sasaran pembangunan di bidang lainnya.
B A B V
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG
V - 2
A. Pembangunan moral dan budaya masyarakat merupakan modal bagi terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Dengan terwujudnya masyarakat yang bermoral dan memiliki jati diri serta berbudaya dan bermartabat diharapkan mampu menjadi faktor
pendukung pelaksanaan dan pencapaian target-target pembangunan. Pembangunan. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan
pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : terwujudnya masyarakat yang bermoral, berbudaya
dan bermartabat.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya pemahaman norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat
Peningkatan pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan
Peningkatan kapasitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan
Meningkatnya implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat
Peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan
Peningkatan kapasitas dan kualitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan
Meningkatnya kualitas implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat
Peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan
Peningkatan kapasitas dan kualitas kelembaga-an dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan
Meningkatnya kualitas implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat
Peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan
Peningkatan kapasitas dan kualitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan
Meningkatnya kualitas implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat
Peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan
Peningkatan kapasitas dan kualitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan
V - 3
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya
Pembinaan kerukunan hidup beragama
Pelestarian tata nilai sosial dan budaya
Pengelolaan dan pengembangan kekayaan dan keragaman budaya
Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya
Pembinaan kerukunan hidup beragama
Pelestarian tata nilai sosial dan budaya
Pengelolaan dan pengembangan kekayaan dan keragaman budaya
Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya
Pembinaan kerukunan hidup beragama
Pelestarian tata nilai sosial dan budaya
Pengelolaan dan pengem-bangan kekayaan dan keragaman budaya
Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya
Pembinaan kerukunan hidup beragama
Pelestarian tata nilai sosial dan budaya
Pengelolaan dan pengembang-an kekayaan dan keragaman budaya
Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya
Pembinaan kerukunan hidup beragama
Pelestarian tata nilai sosial dan budaya
Pengelolaan dan pengembang-an kekayaan dan keragaman budaya
V - 4
B. Pembangunan pendidikan diselenggarakan secara integral oleh institusi pendidikan, masyarakat, dan pemerintah daerah untuk mencapai kualitas
sumber daya manusia yang beriman dan bertakwa, berahlak mulia, berkepribadian, cerdas, kreatif, produktif, inovatif, mandiri, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, unggul dalam persaingan, serta mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan tuntutan kebutuhan pasar tenaga
kerja dan pembangunan daerah. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran
pembangunan jangka panjang : terwujudnya masyarakat yang cerdas dan berdaya saing.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya akses pendidikan masyarakat
Peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan
Peningkatan ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan
Penyiapan manajemen pelayanan pendidikan
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyeleng-garaan pendidikan
Meningkatnya akses dan kualitas pendidikan masyarakat
Peningkatan ketersediaan dan kualitas prasarana dan sarana pendidikan
Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
Peningkatan manajemen pelayanan pendidikan
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyeleng-garaan pendidikan
Meningkatnya akses, kualitas dan daya saing pendidikan masyarakat
Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pendidikan
Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
Penguatan manajemen pelayanan pendidikan
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyeleng-garaan pendidikan
Meningkatnya akses, kualitas dan daya saing pendidikan masyarakat
Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pendidikan
Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
Opimalisasi manajemen pelayanan pendidikan
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyeleng-garaan pendidikan
Meningkatnya akses, kualitas dan daya saing pendidikan masyarakat
Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pendidikan
Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
Optimalisasi manajemen pelayanan pendidikan
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyeleng-garaan pendidikan
V - 5
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta
Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta
Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta
Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta
Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta
Penumbuhan minat dan budaya baca masyarakat
Peningkatan minat dan budaya baca masyarakat
Penyiapan sistem kompetensi pendidikan yang berwawasan IPTEK dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan, dunia usaha, dan pembentukan jiwa kewirausahaan
Penguatan minat dan budaya baca masyarakat
Peningkatan kualitas kompetensi pendidikan yang berwawasan IPTEK dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan, dunia usaha, dan pembentukan jiwa kewirausahaan
Optimalisasi minat dan budaya baca masyarakat
Peningkatan daya saing kompetensi pendidikan yang berwawasan IPTEK dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan, dunia usaha, dan pembentukan jiwa kewirausahaan
Optimalisasi minat dan budaya baca masyarakat
Optimalisasi daya saing kompetensi pendidikan yang berwawasan IPTEK dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan, dunia usaha, dan pembentukan jiwa kewirausahaan
V - 6
C. Pembangunan kesehatan dilaksanakan secara simultan dengan titik berat pada kesehatan ibu dan anak, sanitasi, peningkatan kualitas gizi
masyarakat, peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, pengembangan peran lembaga kesehatan masyarakat sebagai
pusat pemberdayaan untuk membentuk lingkungan dan perilaku sehat. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan
untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : terwujudnya masyarakat yang sehat.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya akses kesehatan masyarakat
Penyediaan prasarana dan sarana kesehatan
Penyediaan tenaga kesehatan
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan
Penyiapan manajemen pelayanan kesehatan
Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat
Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat
Pengembang-an penyediaan dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan
Peningkatan mutu tenaga kesehatan
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan
Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan
Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat
Optimalisasi dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan
Peningkatan mutu tenaga kesehatan
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan
Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan
Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat
Optimalisasi dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan
Peningkatan mutu tenaga kesehatan
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan
Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan
Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat
Optimalisasi dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan
Peningkatan mutu tenaga kesehatan
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan
Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan
V - 7
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat
Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat
Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat
Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat
Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan
Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular
Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan
Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular
Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan
Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular
Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan
Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular
Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan
Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular
Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat
V - 8
D. Pembangunan kesejahteraan sosial dilaksanakan secara simultan melalui sistem perlindungan sosial dan jaminan sosial, penguatan modal sosial
dan nilai-nilai lokal masyarakat, penyelenggaraan pelayanan sosial yang bersifat pencegahan, rehabilitatif dan promotif bagi Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian
sasaran pembangunan jangka panjang : terwujudnya peningkatan kualitas hidup dan keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan
sosial (PMKS).
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Penyiapan dan pembinaan kelembagaan kesejahteraan sosial
Penyediaan prasarana dan sarana pelayanan PMKS
Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan, modal dan manajemen usaha)
Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Pemberdayaankelembagaan pemberdayaan kelembagaan sosial
Pengembang-an dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan PMKS
Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan,
Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Peningkatan pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial
Pengembang-an dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan PMKS
Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan,
Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Peningkatan pemberdayaan dan kapasitas kelembagaan kesejahteraan sosial
Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan PMKS
Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan, modal dan
Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Peningkatan kapasitas dan kualitas kesejahteraan sosial
Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan PMKS
Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan, modal dan manajemen
V - 9
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Perlindungan dan rehabilitasi PMKS
Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS
modal dan manajemen usaha)
Perlindungan dan rehabilitasi PMKS
Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS
modal dan manajemen usaha)
Perlindungan dan rehabilitasi PMKS
Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS
manajemen usaha)
Perlindungan dan rehabilitasi PMKS
Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS
usaha)
Perlindungan dan rehabilitasi PMKS
Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS
V - 10
E. Pembangunan dan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan bagian integral dari pembangunan sumberdaya manusia
secara utuh. Peran strategis perempuan sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga serta dapat membantu menopang kebutuhan
ekonomi keluarga menjadikannya sebagai faktor penting dalam peningkatan kesejahteraan keluarga. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan
arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : terwujudnya keberdayaan perempuan,
perlindungan anak dan kesejahteraan keluarga.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga
Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak
Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan
Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga
Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak
Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan
Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga
Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak
Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan
Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga
Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak
Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan
Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga
Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak
Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan
Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera
Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera
Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera
Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera
Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera
V - 11
F. Pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk merupakan hal penting dalam rangka pembangunan sumberdaya manusia. Tingginya
jumlah penduduk, jika tidak dikelola secara bijaksana dapat menimbulkan efek negatif bagi pembangunan daerah. Berikut ini diuraikan sasaran
pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : terkendalinya pertumbuhan
penduduk dan terkelolanya administrasi kependudukan.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Terkendalinya pertumbuhan penduduk
Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana
Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana
Terkendalinya pertumbuhan penduduk
Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana
Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana
Terkendalinya pertumbuhan penduduk
Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana
Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana
Terkendalinya pertumbuhan penduduk
Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana
Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana
Terkendalinya pertumbuhan penduduk
Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana
Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana
Tertibnya administrasi kependudukan
Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan
Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan
Peningkatan kerjasama kependudukan antar daerah
Tertibnya administrasi kependudukan
Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan
Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan
Peningkatan kerjasama kependudukan antar daerah
Tertibnya administrasi kependudukan
Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan
Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan
Peningkatan kerjasama kependudukan antar daerah
Tertibnya administrasi kependudukan
Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan
Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan
Peningkatan kerjasama kependudukan antar daerah
Tertibnya administrasi kependudukan
Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan
Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan
Peningkatan kerjasama kependudukan antar daerah
V - 12
G. Pembangunan pemuda dan olahraga sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan SDM diselenggarakan untuk memberikan
dukungan nyata pada upaya peningkatan kualitas masyarakat yang memiliki kompetensi dan daya saing serta membentuk karakter masyarakat
yang memiliki semangat dan daya juang yang tinggi. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung
pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : terwujudnya peran aktif pemuda dalam pembangunan dan terwujudnya budaya
olahraga masyarakat dan prestasi olah raga.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan
Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga
Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan
Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda
Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga
Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga
Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan
Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga
Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan
Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda
Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga
Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga
Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan
Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga
Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan
Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda
Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga
Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga
Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan
Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga
Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan
Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda
Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga
Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga
Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan
Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga
Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan
Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda
Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga
Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga
V - 13
5.1.2. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Mewujudkan
Perekonomian Yang Maju Dan Berdaya Saing
Arah pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi harus berlangsung secara
berkelanjutan dan berkualitas. Pertumbuhan ekonomi harus dapat meningkatkan
kemakmuran bagi seluruh masyarakat secara adil dan proporsional dengan didukung oleh
iklim usaha yang berdaya saing. Keberhasilan pencapaian visi pembangunan jangka panjang
ditentukan oleh kemampuan daerah untuk memanfaatkan potensi wilayah melalui
pengembangan kegiatan utama (core business) secara berkelanjutan.
A. Pengembangan penanaman modal/investasi daerah diselenggarakan untuk perwujudan
iklim investasi yang menarik melalui pemberian insentif dan kemudahan kepada investor
dalam bentuk penyediaan sarana, prasarana dan stimulan, pemberian bantuan teknis,
keringan biaya dan percepatan pemberian izin usaha. Investasi yang dikembangkan
dalam rangka peningkatan ekonomi daerah akan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
pencapaian kemakmuran bagi masyarakat. Pengembangan Usaha Mikro, Kecil,
Menengah dan Koperasi (UMKMK) dilakukan secara terintegrasi melalui pembentukan
usaha yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi serta berdaya saing, sehingga
mampu memberikan kontribusi untuk memperkuat perekonomian domestik. Peningkatan
daya saing UMKMK sebagai bagian integral dari kegiatan ekonomi daerah
diselenggarakan melalui peningkatan kompetensi dan penguatan kewirausahaan,
pengembangan kemitraan, peningkatan produktivitas yang didukung upaya peningkatan
adaptasi terhadap kebutuhan pasar serta pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan
teknologi dalam iklim usaha yang sehat. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah
kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka
panjang : Terwujudnya perekonomian yang merata, maju dan berdaya saing.
V - 14
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya investasi
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat
Penyiapan sistem pelayanan investasi
Jaminan kepastian hukum berusaha
Promosi investasi
Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha
Pembinaan manajemen usaha bagi pelaku usaha
Fasilitasi modal usaha
Meningkatnya investasi
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat
Penyederhana-an dan percepatan pelayanan investasi
Jaminan kepastian hukum berusaha
Peningkatan cakupan dan kualitas promosi investasi
Peningkatan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha
Peningkatan kapasitas manajemen usaha bagi pelaku usaha
Peningkatan fasilitasi modal usaha
Meningkatnya investasi
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat
Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan investasi
Jaminan kepastian hukum berusaha
Peningkatan cakupan dan kualitas promosi investasi
Peningkatan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha
Peningkatan kapasitas manajemen usaha bagi pelaku usaha
Peningkatan fasilitasi modal usaha bagi pelaku usaha
Meningkatnya investasi
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat
Peningkatan kualitas dan daya saing pelayanan investasi
Jaminan kepastian hukum berusaha
Peningkatan cakupan dan kualitas promosi investasi
Peningkatan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha
Peningkatan kapasitas manajemen usaha bagi pelaku usaha
Peningkatan fasilitasi modal usaha bagi pelaku usaha
Meningkatnya investasi
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat
Optimalisasi kualitas dan daya saing pelayanan investasi
Jaminan kepastian hukum berusaha
Peningkatan cakupan dan kualitas promosi investasi
Peningkatan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha
Peningkatan kapasitas manajemen usaha bagi pelaku usaha
Peningkatan fasilitasi modal usaha bagi pelaku usaha
V - 15
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha
Fasilitasi kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah
Pembinaan dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
Peningkatan fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha
Peningkatan fasilitasi kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
Peningkatan fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha
Peningkatan fasilitasi kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
Peningkatan fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha
Peningkatan kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
Peningkatan fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha
Penguatan kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
V - 16
B. Efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah sektor pertanian dalam arti luas ditingkatkan agar mampu bersaing serta untuk memperkuat basis
produksi daerah. Hal tersebut merupakan faktor strategis karena berkenaan dengan pengentasan kemiskinan dan penguatan ketahanan pangan.
Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang :
Terwujudnya agribisnis pertanian dan perikanan yang berkualitas dan berdaya saing.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya produktivitas produk agribisnis pertanian dan perikanan
Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM
Pembinaan manajemen usaha
Fasilitasi modal usaha
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
Meningkatnya produktivitas, dan kualitas produk agribisnis pertanian dan perikanan
Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM
Pembinaan manajemen usaha
Fasilitasi modal usaha
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
Meningkatnya produktivitas, dan kualitas produk agribisnis pertanian dan perikanan
Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM
Pembinaan manajemen usaha
Fasilitasi modal usaha
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk agribisnis pertanian dan perikanan
Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM
Pembinaan manajemen usaha
Fasilitasi modal usaha
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk agribisnis pertanian dan perikanan
Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM
Pembinaan manajemen usaha
Fasilitasi modal usaha
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
V - 17
C. Pembangunan industri diselenggarakan dalam rangka mewujudkan industri yang berdaya saing, baik di pasar lokal maupun internasional, dan
terkait dengan pengembangan industri kecil dan menengah, dengan struktur industri yang mantap dan berkeadilan serta mendorong
perkembangan ekonomi daerah. Struktur industri dalam hal penguasaan usaha dijauhkan dari praktik monopoli melalui penegakan persaingan
usaha yang sehat dan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar. Struktur industri dalam hal skala usaha akan diperkuat dengan
menjadikan industri kecil dan menengah sebagai basis industri yang sehat, sehingga mampu tumbuh dan terintegrasi dalam mata rantai
pertambahan nilai dengan industri hilir dan industri berskala besar. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan
untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya industri yang berkualitas dan berdaya saing.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya produktivitas produk industri
Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk industri
Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk industri
Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk industri
Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk industri
Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan
Fasilitasi aksesibilitas pasar
V - 18
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar
V - 19
D. Pengembangan perdagangan diselenggarakan untuk memperluas akses pasar lokal, regional dan internasional serta memperkokoh sistem
distribusi yang efisien dan efektif yang menjamin kepastian berusaha. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan
untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya perdagangan yang maju (modern) dan berdaya saing.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya produktivitas produk perdagangan
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar
Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk perdagangan
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar
Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk perdagangan
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar
Meningkatnya produktivitas kualitas dan daya saing produk perdagangan
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar
Meningkatnya produktivitas kualitas dan daya saing produk perdagangan
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar
V - 20
E. Kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi dan meningkatkan citra daerah, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal, serta memberikan perluasan kesempatan kerja. Pengembangan kepariwisataan memanfaatkan keragaman potensi daerah
secara arif dan berkelanjutan, serta mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengembangan budaya lokal. Berikut ini diuraikan sasaran
pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya pelayanan
jasa pariwisata yang berkualitas dan berdaya saing.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya ketersediaan pelayanan jasa pariwisata
Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata
Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata
Pengembang-an dan peningkatan sarana pelayanan pariwisata
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas pelayanan jasa pariwisata
Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata
Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata
Pengembang-an dan peningkatan sarana pelayanan pariwisata
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah
Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan jasa pariwisata
Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata
Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata
Pengembang-an dan peningkatan sarana pelayanan pariwisata
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah
Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan jasa pariwisata
Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata
Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata
Pengembang-an dan peningkatan sarana pelayanan pariwisata
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah
Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan jasa pariwisata
Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata
Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata
Pengembang-an dan peningkatan sarana pelayanan pariwisata
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah
V - 21
F. Pengembangan ketahanan pangan masyarakat diselenggarakan melalui peningkatan efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah sektor pertanian
dalam arti luas untuk memperkuat basis produksi daerah. Disamping itu pengembangan kerjasama perdagangan pangan antar daerah perlu
ditingkatkan. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan
jangka panjang : Terwujudnya ketahanan pangan masyarakat yang kokoh.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Memadainya ketersediaan pangan
Peningkatan produktivitas tanaman pangan
Peningkatan kerjasama antar-daerah dalam penyediaan pangan
Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan
Memadainya ketersediaan pangan
Peningkatan produktivitas tanaman pangan
Peningkatan kerjasama antar-daerah dalam penyediaan pangan
Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan
Memadainya ketersediaan pangan
Peningkatan produktivitas tanaman pangan
Peningkatan kerjasama antar-daerah dalam penyediaan pangan
Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan
Memadainya ketersediaan pangan
Peningkatan produktivitas tanaman pangan
Peningkatan kerjasama antar-daerah dalam penyediaan pangan
Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan
Memadainya ketersediaan pangan
Peningkatan produktivitas tanaman pangan
Peningkatan kerjasama antardaerah dalam penyediaan pangan
Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan
V - 22
G. Pengembangan ketenagakerjaan diselenggarakan untuk mendorong tersedianya lapangan kerja serta meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Disamping itu pekerja diharapkan mempunyai produktivitas yang tinggi sehingga dapat bersaing serta menghasilkan nilai tambah yang tinggi
melalui pelatihan dan pemberian dukungan bagi program-program pelatihan yang strategis untuk efektivitas dan efisiensi peningkatan kualitas
tenaga kerja sebagai bagian integral dari investasi sumber daya manusia. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan
pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : terwujudnya kesempatan kerja yang luas dan
meningkatnya kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya kesempatan kerja
Menurunnya tingkat pengangguran
Meningkatnya produktivitas tenaga kerja
Peningkatan kompetensi, kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja dan wirausaha
Perluasan penciptaan kesempatan kerja dan penempatan kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri
Pengelolaan iklim kerja yang kondusif melalui hubungan industrial
Meningkatnya kesempatan kerja
Menurunnya tingkat pengangguran
Meningkatnya produktivitas tenaga kerja
Peningkatan kompetensi, kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja dan wirausaha
Perluasan penciptaan kesempatan kerja dan penempatan kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri
Pengelolaan iklim kerja yang kondusif melalui hubungan industrial
Meningkatnya kesempatan kerja
Menurunnya tingkat pengangguran
Meningkatnya kualitas produktivitas tenaga kerja
Peningkatan kompetensi, kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja dan wirausaha
Perluasan penciptaan kesempatan kerja dan penempatan kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri
Pengelolaan iklim kerja yang kondusif melalui hubungan industrial
Peningkatan
Meningkatnya kesempatan kerja
Menurunnya tingkat pengangguran
Meningkatnya kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja
Peningkatan kompetensi, kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja dan wirausaha
Perluasan penciptaan kesempatan kerja dan penempatan kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri
Pengelolaan iklim kerja yang kondusif melalui hubungan industrial
Peningkatan
Meningkatnya kesempatan kerja
Menurunnya tingkat pengangguran
Meningkatnya kualitas dan dan daya saing produktivitas tenaga kerja
Peningkatan kompetensi, kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja dan wirausaha
Perluasan penciptaan kesempatan kerja dan penempatan kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri
Pengelolaan iklim kerja yang kondusif melalui hubungan industrial
V - 23
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja dan penegakan hukum
Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerjaan
Fasilitasi kerjasamaa ketenagakerjaan dengan dunia usaha
Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja dan penegakan hukum
Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerjaan
Fasilitasi kerjasama ketenagakerjaan dengan dunia usaha
intensitas dan kualitas pengawasan ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja dan penegakan hukum
Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerjaan
Fasilitasi kerjasama ketenagakerjaan dengan dunia usaha
intensitas dan kualitas pengawasan ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja dan penegakan hukum
Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerjaan
Fasilitasi kerjasama ketenagakerjaan dengan dunia usaha
Peningkatan intensitas dan kualitas pengawasan ketenagakerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja dan penegakan hukum
Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerjaan
Fasilitasi kerjasamaa ketenagakerjaan dengan dunia usaha
V - 24
5.1.3. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Mewujudkan Lingkungan Hidup Yang Asri Dan Lestari
Lingkungan hidup yang asri dan lestari diharapkan akan meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjamin tersedianya sumber daya yang
berkelanjutan bagi pembangunan. Karena itu, untuk mewujudkan keberhasilan pembangunan, daya dukung lingkungan memegang peran penting
dalam proses pembangunan. Penerapan prinsip–prinsip pembangunan berkelanjutan dan sinergitas implementasi di seluruh sektor dan wilayah
menjadi prasyarat utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan.
A. Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar
pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan. Dalam rangka mengoptimalkan penataan ruang maka perlu ditingkatkan
kompetensi sumber daya manusia dan kelembagaan di bidang penataan ruang; kualitas rencana tata ruang; dan efektivitas penerapan dan
penegakan hukum dalam perencanaan, pemanfaatan, maupun pengendalian pemanfaatan ruang. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah
kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya tata ruang kota yang
berkualitas.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang
Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota
Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola
Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang
Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota
Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola
Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang
Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota
Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola
Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang
Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota
Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola
Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang
Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota
Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola
V - 25
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
pemanfaatan ruang kota
Penataan dan pengembang-an kawasan strategis kota
Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota
Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang
pemanfaatan ruang kota
Penataan dan pengembang-an kawasan strategis kota
Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota
Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang
pemanfaatan ruang kota
Penataan dan pengembang-an kawasan strategis kota
Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota
Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang
pemanfaatan ruang kota
Penataan dan pengembang-an kawasan strategis kota
Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota
Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang
pemanfaatan ruang kota
Penataan dan pengembang-an kawasan strategis kota
Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota
Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penataan ruang
V - 26
B. Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara
konsisten di segala bidang. Pembangunan ekonomi diarahkan pada pemanfaatan jasa lingkungan yang ramah lingkungan sehingga tidak
mempercepat terjadinya degradasi dan pencemaran lingkungan. Pemulihan dan rehabilitasi kondisi lingkungan hidup diprioritaskan pada upaya
peningkatan daya dukung lingkungan dalam menunjang pembangunan berkelanjutan. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan
pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya
alam.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam
Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya
Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung
Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam
Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya
Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung
Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam
Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya
Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung
Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam
Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya
Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung
Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam
Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya
Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung
Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah
Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah
Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah
Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah
Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah
V - 27
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya air
Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya air
Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya air
Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya air
Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya air
V - 28
C. Sementara itu, kesadaran masyarakat untuk berperilaku ramah lingkungan merupakan aspek penting untuk memperoleh kualitas lingkungan yang
layak. Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat ditempuh melalui peningkatan pendidikan lingkungan sejak dini, sosialisasi, komunikasi dan
informasi lingkungan, serta memperkenalkan berbagai kearifan lokal kepada seluruh lapisan masyarakat. Berikut ini diuraikan sasaran pokok
dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya lingkungan hidup
yang berkualitas.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau
Menurunnya tingkat pencemaran
Pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi ramah lingkungan dalam pengembang-an aktivitas budi daya
Penataan dan pengembang-an kawasan ruang terbuka hijau
Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup
Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau
Menurunnya tingkat pencemaran
Pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi ramah lingkungan dalam pengembang-an aktivitas budi daya
Penataan dan pengembang-an kawasan ruang terbuka hijau
Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup
Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau
Menurunnya tingkat pencemaran
Pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi ramah lingkungan dalam pengembang-an aktivitas budi daya
Penataan dan pengembang-an kawasan ruang terbuka hijau
Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup
Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau
Menurunnya tingkat pencemaran
Pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi ramah lingkungan dalam pengembang-an aktivitas budi daya
Penataan dan pengembang-an kawasan ruang terbuka hijau
Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup
Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau
Menurunnya tingkat pencemaran
Pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi ramah lingkungan dalam pengembang-an aktivitas budi daya
Penataan dan pengembang-an kawasan ruang terbuka hijau
Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup
V - 29
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup
Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup
Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup
Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup
Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup
V - 30
5.1.4. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Pembangunan Mewujudkan Pelayanan Prasarana, Sarana Dan Fasilitas
Kota Yang Memadai Dan Berdaya Saing
Pembangunan prasarana, sarana dan fasilitas kota yang meliputi infrastruktur transportasi, sumber daya air dan irigasi, energi, telekomunikasi, sarana
dan prasarana pemukiman, dan lain-lain, diarahkan untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan infrastuktur dalam rangka mendukung peningkatan
aktivitas perekonomian, sosial, dan budaya dengan memperhatikan keserasian pembangunan antar wilayah serta daya dukung lingkungan.
Pengembangan prasarana, sarana dan fasilitas kota dilaksanakan dengan meningkatkan peran serta masyarakat melalui investasi swasta, yang
diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas ketersediaan prasarana, sarana dan fasilitas kota.
A. Pembangunan transportasi dilaksanakan untuk mendukung kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui
pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar wilayah serta membentuk struktur ruang
sesuai rencana tata ruang wilayah.Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian
sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya layanan transportasi yang nyaman, aman, handal, ramah lingkungan dan
terjangkau.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya ketersediaan jaringan jalan dan jembatan
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan jalan dan jembatan
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas jaringan jalan dan jembatan
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan jalan dan jembatan
Peningkatan daya dukung dan kualitas jalan dan jembatan
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas jaringan jalan dan jembatan
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan jalan dan jembatan
Peningkatan daya dukung dan kualitas jalan dan jembatan
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas jaringan jalan dan jembatan
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan jalan dan jembatan
Peningkatan daya dukung dan kualitas jalan dan jembatan
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas jaringan jalan dan jembatan
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan jalan dan jembatan
Peningkatan daya dukung dan kualitas jalan dan jembatan
V - 31
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya ketersediaan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal
Penataan dan penyediaan sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat yang nyaman, aman, terjangkau dan ramah lingkungan
Meningkatnya ketersediaan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat dan sungai yang nyaman, aman, terjangkau dan ramah lingkungan
Meningkatnya kualitas pelayanan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal
Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal
Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat dan sungai yang nyaman, aman, terjangkau dan ramah lingkungan
Meningkatnya kualitas pelayanan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal
Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal
Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat dan sungai yang nyaman, aman, terjangkau dan ramah lingkungan
Meningkatnya kualitas pelayanan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal
Peningkatan kualitas layanan sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal
Peningkatan kualitas layanan sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat dan sungai yang nyaman, aman, terjangkau dan ramah lingkungan
V - 32
B. Pengembangan infrastruktur sumber daya air dilakukan melalui upaya konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air,
pengendalian daya rusak air, serta peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. Adapun pembangunan
infrastruktur sumber daya air diupayakan untuk penyediaan air baku melalui pengembangan dan pengelolaan sumber air sekaligus sebagai
pengendali banjir dan daya rusak air, peningkatan keterpaduan pengelolaan daerah aliran sungai, optimalisasi penggunaan air permukaan dan
peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan pemanfaatan air yang berwawasan lingkungan. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah
kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya pelayanan drainase yang
memadai untuk meminimalkan kerawanan banjir dan Terwujudnya pelayanan air bersih yang merata, berkualitas dan terjangkau.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya ketersediaan drainase
Menurunnya lokasi rawan banjir
Meningkatnya cakupan pelayanan air bersih
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan drainase
Peningkatan kapasitas sarana pengolahan air bersih
Penataan sistem jaringan air bersih
Meningkatnya ketersediaan drainase
Menurunnya lokasi rawan banjir
Meningkatnya cakupan pelayanan air bersih
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan drainase
Peningkatan kapasitas sarana pengolahan air bersih
Penataan dan pengembang-an layanan sistem jaringan air bersih
Meningkatnya kualitas pelayanan drainase
Menurunnya lokasi rawan banjir
Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan air bersih
Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan drainase
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengolahan air bersih
Penataan dan pengembang-an layanan sistem jaringan air bersih
Meningkatnya kualitas pelayanan drainase
Menurunnya lokasi rawan banjir
Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan air bersih
Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan drainase
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengolahan air bersih
Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan air bersih
Meningkatnya kualitas pelayanan drainase
Menurunnya lokasi rawan banjir
Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan air bersih
Optimalisasi kualitas layanan sistem jaringan drainase
Optimalisasi kapasitas dan kualitas sarana pengolahan air bersih
Optimalisasi layanan sistem jaringan air bersih
V - 33
C. Pengelolaan sarana dan prasarana persampahan dan limbah ditempuh melalui pengembangan sistem komunal perkotaan. Pembangunan
prasarana pengelolaan sampah dan pengolahan air limbah dilaksanakan melalui peningkatan kerjasama antara pemerintah, swasta, dan
masyarakat/kelompok masyarakat, sehingga secara bertahap peran pemerintah akan terus berkurang yang pada akhirnya hanya berperan
sebagai fasilitator dan regulator saja. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian
sasaran pembangunan jangka panjang: Terwujudnya pelayanan persampahan yang memadai dan berkualitas untuk menciptakan
kebersihan kota dan Terwujudnya pelayanan pengelolaan limbah yang memadai, berkualitas dan ramah lingkungan
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya cakupan pelayanan persampahan
Penataan TPA dan TPS
Peningkatan ketersediaan sarana dan teknologi persampahan
Penataan manajemen persampahan
Meningkatnya cakupan pelayanan persampahan
Penataan TPA dan TPS
Peningkatan ketersediaan dan kualitas sarana dan teknologi persampahan
Penataan manajemen persampahan
Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan persampahan
Peningkatan kapasitas TPA dan TPS
Peningkatan ketersediaan dan kualitas sarana dan teknologi persampahan
Peningkatan kualitas manajemen persampahan
Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan persampahan
Peningkatan pendayaguna-an sarana dan teknologi persampahan
Peningkatan kapasitas manajemen persampahan
Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan persampahan
Optimalisasi pendayaguna-an sarana dan teknologi persampahan
Optimalisasi manajemen persampahan
V - 34
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah
Penataan dan pengembang-an sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu
Peningkatan kapasitas sarana pengelolaan limbah terpadu
Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah
Penataan dan pengembang-an sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu
Peningkatan kapasitas sarana pengelolaan limbah terpadu
Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah
Penataan dan pengembang-an sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengelolaan limbah terpadu
Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah
Peningkatan kualitas sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengelolaan limbah terpadu
Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah
Optimalisasi sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengelolaan limbah terpadu
V - 35
D. Pembangunan infrastruktur permukiman diutamakan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana dasar permukiman yang memadai,
khususnya mengenai pelayanan pemadam kebakaran pada wilayah-wilayah padat dan rawan kebakaran. Berikut ini diuraikan sasaran pokok
dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya pelayanan pemadam
kebakaran yang memadai dan berkualitas untuk meminimalkan kerawanan kebakaran.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran
Peningkatan kapasitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran
Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran
Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran
Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran
Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran
V - 36
E. Pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan informatika diupayakan untuk meningkatkan akses dan cakupan pelayanan masyarakat terhadap
telekomunikasi dan informasi, dengan prioritas pengembangan pada wilayah yang memiliki teledensitas rendah. Berikut ini diuraikan sasaran
pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya pelayanan
telekomunikasi,telematika dan informatika yang memadai, berkualitas dan berdaya saing
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan informatika
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan telekomuni-kasi, telematika dan informatika
Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomuni-kasi, telematika dan informatika
Meningkatnya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan informatika
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan telekomuni-kasi, telematika dan informatika
Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomuni-kasi, telematika dan informatika
Meningkatnya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan informatika
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan telekomuni-kasi, telematika dan informatika
Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomuni-kasi, telematika dan informatika
Meningkatnya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan informatika
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan telekomuni-kasi, telematika dan informatika
Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomuni-kasi, telematika dan informatika
Meningkatnya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan informatika
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan telekomuni-kasi, telematika dan informatika
Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomuni-kasi, telematika dan informatika
V - 37
F. Pembangunan fasilitas perkotaan diutamakan untuk menunjang kegiatan utama ekonomi Kota Tangerang yaitu di sektor perdagangan dan jasa.
Fasilitas perkotaan dikembangkan dalam upaya menata dan meningkatkan fungsi pelayanan fasilitas tersebut. Berikut ini diuraikan sasaran
pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya pelayanan
fasilitas perdagangan yang maju dan berdaya saing. dan Terwujudnya pelayanan fasilitas jasa yang maju dan berdaya saing.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya ketersediaan pelayanan fasilitas perdagangan
Meningkatnya pelayanan fasilitas jasa
Penataan, pasar tradisional
Penataan sistem dan fasilitas perdagangan modern
Penataan, pengembangan, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran
Penataan, pengembangan dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan
Peningkatan pelayanan fasilitas perdagangan
Meningkatnya pelayanan fasilitas jasa
Penataan, pasar tradisional
Penataan sistem dan fasilitas perdagangan modern
Penataan, pengembangan, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran
Penataan, pengembangan dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan
Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas perdagangan
Meningkatnya pelayanan fasilitas jasa
Penataan, pengembangan, dan peningkatan kualitas layanan pasar tradisional
Pengembangan sistem dan fasilitas perdagangan modern
Penataan, pengembangan, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran
Penataan, pengembangan dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan
Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas perdagangan
Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas jasa
pengembangan dan peningkatan kualitas layanan pasar tradisional
Peningkatan kualitas dan pengembangan sistem dan fasilitas perdagangan modern
Penataan, pengembangan, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran
Penataan, pengembangan dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan
Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas perdagangan
Meningkatnya daya saing pelayanan fasilitas jasa
Optimalisasi dan peningkatan kualitas layanan pasar tradisional
Penataan dan pengembangan sistem dan fasilitas perdagangan modern
Penataan, pengembangan, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran
Penataan, pengembangan dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan
V - 38
G. Pengembangan sarana perumahan di Kota Tangerang diprioritaskan pada pembangunan rumah-rumah susun sederhana terutama di kawasan
padat penduduk. Hal ini diupayakan mengingat semakin terbatasnya ketersediaan lahan permukiman, sementara kebutuhan akan perumahan
terus meningkat. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan
jangka panjang : Terwujudnya perumahan yang layak huni dan terjangkau.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya ketersediaan rumah yang layak huni dan terjangkau
Pengembang-an perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau
Pengembang-an perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau
Rehabilitasi rumah layak huni
Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha
Pemberian insentif dan disinsentif bagi
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau
Pengembang-an perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau
Pengembang-an perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau
Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni
Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha
Pemberian insentif dan
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau
Pengendalian pengembangan perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau
Pengembang-an perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau
Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni
Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau
Pengendalian pengembangan perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau
Peningkatan pengembangan perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau
Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni
Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau
Pengendalian pengembangan perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau
Perluasan dan peningkatan perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau
Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni
Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha
V - 39
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
pelaku usaha pengembang perumahan
disinsentif bagi pelaku usaha pengembang perumahan
Pemberian insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha pengembang perumahan
Pemberian insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha pengembang perumahan
Pemberian insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha pengembang perumahan
Sementara itu, luasan kawasan kumuh permukiman di Kota Tangerang semakin meningkat setiap tahunnya. Kondisi ini sejalan dengan
rendahnya daya beli masyarakat terhadap fasilitas rumah layak huni, sehingga menyebabkan semakin padatnya kawasan permukiman. Berikut
ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang :
Terwujudnya lingkungan permukiman yang tidak kumuh.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh
Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman
Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman
Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh
Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman
Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman
Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh
Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman
Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman
Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh
Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman
Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman
Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh
Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman
Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman
V - 40
5.1.5. Sasaran Pokok Dan Arah Kebijakan Pembangunan Pada Misi Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih
Untuk mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih, perlu adanya perubahan
perilaku aparatur pemerintah yang dilandasi peningkatan etos kerja, profesionalitas,
peraturan, sistem dan prosedur, dan sistem karier yang lebih terarah dan mampu menjamin
kesejahteraan pegawai sesuai dengan kinerjanya. Hal tersebut didukung oleh penegakan
hukum yang konsisten, dan ketersediaan produk hukum yang mendukung peningkatan
kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah serta perubahan perilaku politik seluruh
kekuatan politik masyarakat dalam menciptakan demokrasi berbasis etika dan nilai-nilai
budaya daerah, sehingga mampu mewujudkan keadaan yang aman, tertib, dan tentram
dalam melaksanakan pembangunan.
A. Kapasitas dan kapabilitas aparatur pemerintah harus disertai dengan optimalisasi
kemahiran beradaptasi dalam menggunakan perangkat teknologi berbasis informasi
yang mempunyai daya saing terutama pemanfaatan dalam proses pengambilan
keputusan yang berdampak terhadap kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Peningkatan profesionalitas aparatur ditunjang pula oleh struktur organisasi tata kerja
yang lebih efisien dan efektif. Pembangunan bidang statistik, kearsipan serta
perencanaan pembangunan diselenggarakan melalui pembenahan pengelolaan data dan
informasi pembangunan secara terpadu, komprehensif, terbaharui dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi serta peningkatan kualitas
perencanaan dan pengendalian pembangunan. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan
arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan
jangka panjang : Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi
pada pelayanan publik
V - 41
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur
Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah
Penataan kelembagaan
Pemenuhan ketersediaan dan peningkatan kualitas SDM aparatur
Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur
Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah
Peningkatan kualitas kearsipan daerah
Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah
Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur
Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah
Penataan kelembagaan
Pemenuhan ketersediaan dan peningkatan kualitas SDM aparatur
Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur
Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah
Peningkatan kualitas kearsipan daerah
Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah
Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur
Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah
Penataan kelembagaan
Pemenuhan ketersediaan dan peningkatan kualitas SDM aparatur
Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur
Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah
Peningkatan kualitas kearsipan daerah
Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah
Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur
Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah
Optimalisasi tata kerja kelembagaan
Peningkatan kapasitas dan kualitas SDM aparatur
Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur
Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah
Peningkatan kualitas kearsipan daerah
Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah
Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur
Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah
Optimalisasi tata kerja kelembagaan
Peningkatan kapasitas dan kualitas SDM aparatur
Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur
Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah
Peningkatan kualitas kearsipan daerah
Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah
V - 42
B. Penyelenggaraan pelayanan publik ditingkatkan melalui pengembangan manajemen pemerintahan yang ditopang oleh aparatur yang profesional,
bertanggung jawab, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta menjunjung tinggi etika, dan bebas KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme),
dengan wadah struktur kelembagaan daerah yang memiliki ukuran yang tepat guna mewujudkan birokrasi yang efisien. Berikut ini diuraikan
sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya
pelayanan publik yang prima.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya kualitas pelayanan publik
Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik
Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik
Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan
Meningkatnya kualitas pelayanan publik
Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik
Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik
Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan
Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan publik
Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik
Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik
Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan
Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan publik
Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik
Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik
Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan
Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan publik
Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik
Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik
Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan
V - 43
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah
Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan
Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah
Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan
Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah
Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan
Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah
Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan
Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah
Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan
V - 44
Disamping itu, peningkatan kapasitas keuangan daerah sebagai sumber pembiayaan pembangunan diupayakan melalui diversifikasi dan
ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah yang didukung dengan peningkatan manajemen dan pengelolaan keuangan yang lebih efektif
dan efisien. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan
jangka panjang : Terwujudnya kapasitas dan pengelolaan keuangan daerah yang memadai dan akuntabel.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya pendapatan daerah
Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah
Peningkatan kapasitas pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah
Meningkatnya pendapatan daerah
Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah
Ekstensifikasi, intensifikasi dan optimalisasi sumber dan kapasitas pendapatan daerah
Meningkatnya pendapatan daerah
Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah
Ekstensifikasi, intensifikasi dan optimalisasi sumber dan kapasitas pendapatan daerah
Meningkatnya pendapatan daerah
Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah
Ekstensifikasi, intensifikasi dan optimalisasi sumber dan kapasitas pendapatan daerah
Meningkatnya pendapatan daerah
Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah
Ekstensifikasi, intensifikasi dan optimalisasi sumber dan kapasitas pendapatan daerah
V - 45
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah
Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah
Peningkatan kapasitas belanja daerah yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan publik
Peningkatan kualitas penyelenggaraan tata kelola keuangan daerah
Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah
Peningkatan kapasitas belanja daerah yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan publik
Peningkatan kualitas penyelenggaraan tata kelola keuangan daerah
Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah
Peningkatan kapasitas belanja daerah yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan publik
Peningkatan kualitas penyelenggaraan tata kelola keuangan daerah
Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah
Peningkatan kapasitas belanja daerah yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan publik
Peningkatan kualitas penyelenggaraan tata kelola keuangan daerah
V - 46
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan daerah dari masyarakat dan swasta
Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan daerah
Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan daerah dari masyarakat dan swasta
Peningkatan kapasitas dan kualitas pembiayaan swadaya masyarakat
Pengembang-an dan peningkatan kualitas kemitraan dan kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah
Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan daerah dari masyarakat dan swasta
Peningkatan kapasitas dan kualitas pembiayaan swadaya masyarakat
Pengembang-an dan peningkatan kualitas kemitraan dan kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah
Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan daerah dari masyarakat dan swasta
Peningkatan kapasitas dan kualitas pembiayaan swadaya masyarakat
Pengembang-an dan peningkatan kualitas kemitraan dan kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah
Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan daerah dari masyarakat dan swasta
Peningkatan kapasitas dan kualitas pembiayaan swadaya masyarakat
Pengembang-an dan peningkatan kualitas kemitraan dan kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah
V - 47
Pembangunan politik diselenggarakan untuk mewujudkan demokrasi yang berbasis etika dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, yang
dicapai melalui konsensus seluruh pemangku kepentingan untuk berperan sesuai fungsinya masing-masing yang didukung oleh kemapanan
suprastruktur dan infrastruktur politik, sehingga dapat meredam potensi konflik baik yang bersifat vertikal maupun horizontal. Berikut ini diuraikan
sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya
masyarakat yang demokratis.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya pemahaman prinsip demokrasi masyarakat
Peningkatan pemahaman dan penghayatan tata nilai demokrasi
Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik
Meningkatnya pemahaman prinsip demokrasi masyarakat
Peningkatan pemahaman dan penghayatan tata nilai demokrasi
Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik
Meningkatnya penerapan prinsip demokrasi masyarakat
Peningkatan implementasi tata nilai demokrasi
Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik
Meningkatnya penerapan prinsip demokrasi masyarakat
Peningkatan implementasi tata nilai demokrasi
Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik
Meningkatnya penerapan prinsip demokrasi masyarakat
Peningkatan implementasi tata nilai demokrasi
Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik
V - 48
Adapun pembangunan hukum ditujukan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan terutama pelayanan publik melalui proses
penyusunan produk hukum yang aspiratif dan partisipatif, tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi dan dapat memenuhi tuntutan
perkembangan jaman. Produk hukum yang ditetapkan harus diikuti dengan penegakkan hukum yang konsisten didukung aparat penegak hukum
yang bersih dan kesadaran hukum masyarakat yang tinggi. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan untuk
mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya masyarakat yang sadar, patuh dan taat hukum.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya kesadaran, kepatuhan dan penegakan supremasi hukum
Peningkatan pemahaman, penghayatan dan implementasi tata nilai hukum
Penataan produk hukum daerah
Penegakan supremasi hukum
Meningkatnya kesadaran, kepatuhan dan penegakan supremasi hukum
Peningkatan pemahaman, penghayatan dan implementasi tata nilai hukum
Penataan produk hukum daerah
Penegakan supremasi hukum
Meningkatnya kesadaran, kepatuhan dan penegakan supremasi hukum
Peningkatan pemahaman, penghayatan dan implementasi tata nilai hukum
Penataan produk hukum daerah
Penegakan supremasi hukum
Meningkatnya kesadaran, kepatuhan dan penegakan supremasi hukum
Peningkatan pemahaman, penghayatan dan implementasi tata nilai hukum
Penataan produk hukum daerah
Penegakan supremasi hukum
Meningkatnya kesadaran, kepatuhan dan penegakan supremasi hukum
Peningkatan pemahaman, penghayatan dan implementasi tata nilai hukum
Penataan produk hukum daerah
Penegakan supremasi hukum
V - 49
Sementara itu, pembangunan ketentraman dan ketertiban masyarakat diselenggarakan untuk mewujudkan tertib sosial berlandasan hukum.
Ketentraman dan ketertiban masyarakat merupakan faktor utama dan berperan dalam menciptakan situasi kondusif bagi keberlanjutan
pembangunan. Dalam mewujudkan kehidupan masyarakat yang aman, tentram, dan tertib perlu didukung konsistensi penegakan hukum dengan
aparat hukum yang bersih dan lembaga peradilan yang kuat dan independen. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan
pembangunan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terwujudnya lingkungan masyarakat yang tentram
dan tertib.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum
Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib
Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum
Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum
Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib
Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum
Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum
Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib
Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum
Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum
Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib
Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum
Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum
Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib
Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum
V - 50
Bencana adalah suatu gangguang serius terhadap keberhasilan suatu komunitas dan masyarakat yang mengakibatkan kerugian manusia, materi,
ekonomi atau lingkungan yang meluas yang melampaui kemampuan komunitas atau masyarakat yang terkena dampak untuk mengatasi dengan
menggunakan sumber daya mereka sendiri. Pengelolaan bencana merupakan upaya yang sistematis yang meliputi upaya mitigasi bencana,
penanganan tanggap darurat bencana dan rehabilitasi pasca bencana. Berikut ini diuraikan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan
untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan jangka panjang : Terkelolanya penanganan bencana secara cepat dan tepat.
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Meningkatnya penanganan bencana
Mitigasi bencana
Peningkatan penanganan tanggap darurat bencana
Peningkatan pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana
Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana
Meningkatnya penanganan bencana
Mitigasi bencana
Peningkatan penanganan tanggap darurat bencana
Peningkatan pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana
Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana
Meningkatnya penanganan bencana
Mitigasi bencana
Peningkatan penanganan tanggap darurat bencana
Peningkatan pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana
Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana
Meningkatnya penanganan bencana
Mitigasi bencana
Peningkatan penanganan tanggap darurat bencana
Peningkatan pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana
Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana
Meningkatnya penanganan bencana
Mitigasi bencana
Peningkatan penanganan tanggap darurat bencana
Peningkatan pelayanan penyelamatan dan evakuasi korban bencana
Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana
V - 51
5.2. TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN
Upaya perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang Kota Tangerang dilaksanakan
secara bertahap dalam kerangka pembangunan jangka menengah. Untuk itu diperlukan
adanya tahapan dan prioritas pembangunan yang akan menjadi agenda dalam rencana
pembangunan jangka menengah. Tahapan dan prioritas pembangunan yang ditetapkan
mencerminkan urgensi permasalahan yang hendak diselesaikan, tanpa mengabaikan
permasalahan lainnya. Oleh karena itu, tekanan prioritas pembangunan dalam setiap tahapan
berbeda-beda, tetapi tetap berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam
rangka mewujudkan sasaran pembangunan jangka panjang.
5.2.1. RENSTRADA PERIODE 2005-2008
Pembangunan jangka menengah periode tahun 2005-2008 ditujukan untuk menyiapkan
keunggulan daerah, yaitu dalam rangka mempersiapkan kekuatan dan kemampuan potensi
dan sumberdaya daerah yang akan menjadi pondasi menuju kondisi Kota Tangerang yang
maju dan lestari. Pembangunan pada periode tahun 2005-2008 menekankan pada upaya
mengembangkan sektor-sektor ekonomi unggulan (core competenses) daerah; meningkatkan
peran serta masyarakat dalam pembangunan kota; meningkatkan keberdayaan dan
kemandirian masyarakat dalam pembangunan; mewujudkan keserasian dan keharmonisan
masyarakat kota yang berbudaya; menyediakan dan meningkatkan pelayanan dasar (basic
services) di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur serta utilitas umum dan fasilitas
sosial perkotaan bagi masyarakat; menyediakan permukiman dan perumahan layak huni bagi
masyarakat; membangun SDM (aparatur pemda, DPRD, dan masyarakat), organisasi, dan
sistem manajemen kepemerintahan, yang didukung sarana prasarana kepemerintahan yang
memadai; membangun karakter mulia segenap stakeholders pembangunan kota;
membangun dan meningkatkan keharmonisan hubungan antar stakeholders pembangunan;
menciptakan suasana aman dan nyaman bagi masyarakat serta sistem kewaspadaan
masyarakat terhadap situasi tanggap darurat; menciptakan pola kesinambungan dan
keseimbangan ekologi dalam pembangunan; dan membangun kesadaran ekologis (ecological
awareness) masyarakat dalam pembangunan.
Prioritas pembangunan RENSTRADA Kota Tangerang Tahun 2005-2008 ditujukan pada
upaya sebagai berikut:
1. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia
ditekankan pada : Percepatan penuntasan wajib belajar sembilan tahun; Rintisan wajib
V - 52
belajar dua belas tahun; Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dasar; Rintisan
sekolah berstandar nasional/internasional; Pemberantasan buta aksara; Peningkatan
derajat kesehatan melalui penyiapan tenaga kesehatan strategis; Pengembangan
puskesmas dan rumah sakit; Peningkatan surveilans epidemiologi; Promosi dan
penyebarluasan informasi kesehatan; Peningkatan kerukunan hidup baik interumat
maupun antarumat beragama; Penanaman nilai-nilai tradisional, budaya dan kearifan
lokal masyarakat.
2. Penanggulangan Kemiskinan dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Prioritas pembangunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan peningkatan
kesejahteraan sosial ditekankan pada : Pelayanan pendidikan bagi keluarga miskin;
Pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin; Peningkatan kualitas dan kuantitas
kesejahteraan sosial perseorangan, keluarga, kelompok dan komunitas masyarakat;
Peningkatan keberdayaan dan perlindungan penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS); Pengendalian pertumbuhan penduduk.
3. Peningkatan Kualitas Perekonomian
Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan kualitas perekonomian ditekankan
pada : Peningkatan kesejahteraan petani; Perbaikan infrastruktur pendukung pertanian;
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pertanian; Pengendalian alih fungsi lahan
pertanian; Peningkatan produktivitas pertanian; Pengembangan sistem agribisnis
pertanian; Penguatan struktur industri; Peningkatan kesempatan kerja di sektor industri;
Pendayagunaan potensi lokal; Pengembangan industri potensial dan
menumbuhkembangkan industri kecil menengah sebagai pendukung industri besar;
Penyiapan pranata UMKM dan Koperasi; Penataan objek dan daya tarik wisata;
Peningkatan infrastruktur pendukung pariwisata; Penyiapan prasarana dan saran iklim
investasi; Inventarisasi dan promosi potensi investasi; Peningkatan kompetensi dan daya
saing tenaga kerja; Perbaikan hubungan industrial.
4. Peningkatan Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota
Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan pelayanan prasarana, sarana dan
fasilitas kota ditekankan pada : Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan infrastruktur
wilayah; Revitalisasi infrastruktur wilayah yang telah ada; Penyiapan pranata pendukung
pengembangan infrastruktur wilayah; Penyusunan perencanaan strategis dan kajian
teknis, Pengembangan kelembagaan pengelola; Pengembangan kerja sama antara
pemerintah dengan swasta dan masyarakat dalam pelayanan prasarana dan sarana.
V - 53
5. Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Prioritas pembangunan dalam rangka pengelolaan tata ruang, sumber daya alam dan
lingkungan hidup ditekankan pada : Peningkatan kualitas penataan ruang; Peningkatan
daya dukung lingkungan; Pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi
lingkungan; Peningkatan upaya penegakan hukum lingkungan; Penyediaan berbagai
pedoman, tolok ukur, baku mutu, sistem pemantauan dan evaluasi pengelolaan
lingkungan; Pengembangan upaya mitigasi bencana.
6. Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih
Prioritas pembangunan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
bersih ditekankan pada : Penataan organisasi perangkat daerah; Peningkatan kompetensi
dan profesionalisme pegawai; Penguatan unit-unit pelayanan publik; Perluasan
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen pemerintahan;
Peningkatan efektivitas dan daya guna keuangan daerah; Penurunan tingkat kerawanan
sosial dan angka kriminalitas; Penataan hukum daerah; Penciptaan landasan hukum
untuk memperkuat pelaksanaan otonomi daerah; Penguatan semangat kebangsaan;
Pemahaman hak dan kewajiban dalam kehidupan demokrasi.
Pelaksanaan prioritas pembangunan RENSTRADA pada periode tahun 2005-2008 tersebut
telah berhasil meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang tahun 2008
yang diindikasikan dengan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 74,70
point.
5.2.2. RPJMD Periode 2009-2013
Pembangunan jangka menengah periode tahun 2009-2013 ditujukan untuk memantapkan
keunggulan daerah, yaitu dari pencapaian hasil pembangunan pada periode sebelumnya.
Pembangunan pada periode tahun 2009-2013 menekankan pada upaya peningkatan
pengendalian pertumbuhan penduduk, peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan
pelayanan sosial, peningkatan kualitas penataan ruang, pengendalian dan pemulihan
kerusakan lingkungan, percepatan peningkatan daya dukung dan pelayanan infrastruktur
perkotaan, peningkatan investasi dan pemberdayaan KUKM, serta pemantapan tata kelola
pemerintahan daerah.
Prioritas pembangunan RPJMD Kota Tangerang Tahun 2009-2013 ditujukan pada upaya
sebagai berikut:
V - 54
1. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia
ditekankan pada : Penuntasan wajib belajar sembilan tahun; Akselerasi penuntasan wajib
belajar dua belas tahun; Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan menengah;
Peningkatan kompetensi dan kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan;
Pengembangan sekolah kejuruan berbasis kompetensi dan keunggulan lokal;
Pengembangan sekolah berstandar nasional/internasional; Penuntasan buta aksara;
Peningkatan lingkungan kehidupan yang sehat; Pengembangan sistem kesehatan;
Peningkatan upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit menular dan
tidak menular; Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan; Peningkatan
pelayanan kesehatan terutama Ibu dan anak; Implementasi dan aktualisasi pemahaman
dan pengamalan agama dalam kehidupan bermasyarakat; Peningkatan pelestarian dan
pemahaman nilai-nilai tradisional, budaya dan kearifan lokal masyarakat.
2. Penanggulangan Kemiskinan dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Prioritas pembangunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan peningkatan
kesejahteraan sosial ditekankan pada : Pelayanan pendidikan bagi keluarga miskin;
Pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin; Peningkatan kualitas dan kuantitas
kesejahteraan sosial perseorangan, keluarga, kelompok dan komunitas masyarakat;
Peningkatan keberdayaan dan perlindungan penyandang masalah kesejahteraan sosial
(PMKS); Pengendalian pertumbuhan penduduk; Penataan penyelenggaraan sistem
administrasi kependudukan; Penataan persebaran penduduk baik di dalam maupun
keluar daerah.
3. Peningkatan Kualitas Perekonomian
Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan kualitas perekonomian ditekankan
pada : Pemantapan sistem agribisnis pertanian; Peningkatan peran sektor industri kecil
dan menengah dalam struktur industri; Peningkatan kemitraaan antar industri;
Pengembangan industri-industri andalan sebagai kekuatan penggerak pertumbuhan
ekonomi daerah; Penataan distribusi barang yang efektif dan efisien; Peningkatan ekspor
produk daerah; Peningkatan pemberdayaan UMKM dan Koperasi; Pengembangan bisnis
UMKM dan Koperasi; Pengembangan produk wisata unggulan; Peningkatan kinerja objek
dan daya tarik wisata yang berdaya saing; Peningkatan kualitas sarana dan prasarana
pariwisata berstandar internasional; Peningkatan iklim investasi yang kondusif;
Pengembangan kerjasama investasi; Peningkatan kompetensi dan daya saing tenaga
kerja; Pemantapan unsur tripartit dalam meningkatkan produktivitas, kualitas dan
kesejahteraan pekerja.
V - 55
4. Peningkatan Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota
Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan pelayanan prasarana, sarana dan
fasilitas kota ditekankan pada : Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan infrastruktur
wilayah; Revitalisasi infrastruktur wilayah yang telah ada; Operasionalisasi pranata
pendukung pengembangan infrastruktur wilayah; Pengembangan sistem transportasi
massal; Peningkatan kerja sama antara pemerintah dengan swasta dan masyarakat
dalam pengelolaan prasarana dan sarana.
5. Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Prioritas pembangunan dalam rangka pengelolaan tata ruang, sumber daya alam dan
lingkungan hidup ditekankan pada : Aktualisasi pemanfaatan ruang yang serasi;
Implementasi pengendalian pemanfaatan ruang secara konsisten; Pemantapan pranata
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup; Peningkatan pengelolaan sumber
daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan; Pengembangan perilaku ramah lingkungan;
Peningkatan upaya penegakan hukum lingkungan; Peningkatan upaya mitigasi bencana.
6. Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih
Prioritas pembangunan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
bersih ditekankan pada : Penataan organisasi perangkat daerah; Peningkatan kompetensi
dan profesionalisme pegawai; Penempatan pegawai sesuai dengan kompetensi;
Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam berbagai aspek; Penerapan teknologi
informasi dan komunikasi dalam manajemen pemerintahan; Peningkatan efektivitas dan
daya guna keuangan daerah; Pendayagunaan aset-aset daerah; Pembangunan sinergi
penyelenggaraan keamanan dan ketertiban masyarakat; Penataan hukum daerah;
Pembangunan budaya hukum; Pemantapan kehidupan demokrasi; Pemantapan
semangat kebangsaan; Pemantapan peran dan fungsi partai politik; Penguatan peran
masyarakat madani (civil society); Pengembangan kelembagaan demokrasi.
Pelaksanaan prioritas pembangunan RPJMD periode tahun 2009-2013, diiharapkan dapat
mewujudkan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang dibandingkan
periode tahun sebelumnya yang diindikasikan dengan semakin meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dari 74,70 point pada tahun 2008 menjadi 75,98 point pada
tahun 2013.
V - 56
5.2.3. RPJMD Periode 2014-2018
Pembangunan jangka menengah periode tahun 2014-2018 ditujukan sebagai persiapan
menuju kondisi Kota Tangerang yang maju dan lestari, dengan berbekal pencapaian
kondisi kemandirian daerah yang menjadi orientasi pada tahapan pembangunan sebelumnya.
Pembangunan pada periode tahun 2014-2018 menekankan pada upaya peningkatan daya
saing kompetitif perekonomian; pembentukan sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat; peningkatan daya dukung dan
pelayanan infrastruktur perkotaan; pengendalian penggunaan lahan; pengendalian dan
pemulihan kerusakan lingkungan; serta peningkatan kualitas pelayanan publik.
Prioritas pembangunan RPJMD Kota Tangerang Tahun 2014-2018 ditujukan pada upaya
sebagai berikut:
1. Pemantapan Kualitas Sumber Daya Manusia
Prioritas pembangunan dalam rangka pemantapan kualitas sumber daya manusia
ditekankan pada : Perintisan wajib belajar dua belas tahun; Peningkatan kualitas lembaga
PAUD formal dan non formal; Pengembangan pendidikan keterampilan dan penguasaan
IPTEK bagi masyarakat; Peningkatan sekolah kejuruan berbasis kompetensi dan
keunggulan lokal; Peningkatan upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalian
penyakit menular dan tidak menular; Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga
kesehatan; Peningkatan pelayanan kesehatan terutama ibu dan anak; Peningkatan
kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan; Implementasi dan
aktualisasi pemahaman dan pengamalan agama dalam kehidupan bermasyarakat;
Implementasi dan aktualisasi nilai-nilai tradisional, budaya dan kearifan lokal masyarakat
sebagai faktor penyeimbang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Pengentasan Kemiskinan dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Prioritas pembangunan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan peningkatan
kesejahteraan sosial ditekankan pada : Pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi
keluarga miskin; Peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan sosial perseorangan,
keluarga, kelompok dan komunitas masyarakat; Peningkatan keberdayaan dan
perlindungan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS); Pengendalian
pertumbuhan penduduk; Peningkatan pemberdayaan keluarga berkualitas; Pemantapan
sistem administrasi kependudukan; Penataan persebaran penduduk baik di dalam
maupun keluar daerah.
V - 57
3. Pemantapan Kualitas Perekonomian
Prioritas pembangunan dalam rangka pemantapan kualitas perekonomian ditekankan
pada : Pemantapan sistem agribisnis pertanian; Pemantapan mutu produk pertanian;
Pengembangan teknologi pertanian; Penciptaan lingkungan usaha yang nyaman dan
kondusif; Pengembangan kemampuan inovasi; Peningkatan kemampuan sumber daya
industri; Pengembangan industri kecil yang tangguh; Perluasan kawasan perdagangan
ekspor; Penataan distribusi barang; Pemberdayaan produk dalam negeri dan
pengembangan pasar dalam negeri; Peningkatan kualitas, daya saing serta kehandalan
UMKM dan Koperasi; Penciptaan destinasi wisata; Peningkatan dan pemantapan regulasi
di bidang investasi; Perluasan kerjasama investasi; Pemantapan kompetensi dan daya
saing tenaga kerja; Pemantapan unsur tripartit dalam meningkatkan produktivitas, kualitas
dan kesejahteraan pekerja.
4. Pemantapan Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota
Prioritas pembangunan dalam rangka pemantapan pelayanan prasarana, sarana dan
fasilitas kota ditekankan pada : Percepatan pembangunan dan pemerataan infrastruktur
wilayah; Pemantapan kualitas dan kuantitas pelayanan infrastruktur wilayah; Revitalisasi
infrastruktur wilayah yang telah ada; Pengembangan sistem transportasi massal (Mass
Rapid Transport); Perluasan kerja sama antara pemerintah dengan swasta dan
masyarakat dalam pengelolaan prasarana dan sarana.
5. Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Prioritas pembangunan dalam rangka pengelolaan tata ruang, sumber daya alam dan
lingkungan hidup ditekankan pada : Pemantapan sistem pengendalian serta koordinasi
dalam pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, serta pengawasan penataan ruang;
Peningkatan potensi sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup; Optimalisasi
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang serasi dengan daya dukung
lingkungan; Peningkatan perilaku ramah lingkungan; Pengembangan sistem informasi
sumber daya alam dan lingkungan hidup; Peningkatan konsistensi penegakan hukum
dalam pengendalian lingkungan; Peningkatan efisiensi dan efektivitas nilai tambah dalam
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
6. Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih
Prioritas pembangunan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
bersih ditekankan pada : Pemantapan profesionalitas aparatur didukung oleh penataan
sistem, prosedur, dan standarisasi kualitas pelayanan; Pemantapan teknologi informasi
dan komunikasi dalam manajemen pemerintahan dan pelayanan publik; Pengembangan
budaya organisasi berorientasi pelayan; Peningkatan harmonisasi hubungan antar tingkat
V - 58
pemerintahan dan dengan pemangku kepentingan lainnya; Peningkatan daya guna
kekayaan dan aset daerah; Optimalisasi kinerja Organisasi Perangkat Daerah dalam
pengelolaan belanja daerah; Penurunan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat;
Optimalisasi potensi masyarakat dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban
masyarakat; Pemantapan penegakan hukum dan perlindungan hak asasi manusia (HAM);
Harmonisasi produk hukum; Perwujudan produk hukum yang memihak kepentingan
masyarakat; Peningkatan budaya hukum; Perwujudan demokrasi pada proses politik;
Pemantapan semangat kebangsaan; Pengembangan kemandirian partai politik;
Pemantapan peran masyarakat madani (civil society); Perluasan akses partisipasi publik.
Pelaksanaan prioritas pembangunan RPJMD periode tahun 2014-2018, diiharapkan dapat
mewujudkan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang dibandingkan
periode tahun sebelumnya yang diindikasikan dengan semakin meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dari 75,98 point pada tahun 2013 menjadi 77,30 point pada
tahun 2018.
5.2.4. RPJMD Periode 2019-2023
Pembangunan jangka menengah periode tahun 2019-2023 merupakan tahap awal
pembentukan Kota Tangerang sebagai ‘Kota yang Maju dan Lestari’. Pembangunan
pada periode tahun 2019-2023 menekankan pada upaya pemantapan daya saing kompetitif
perekonomian secara nasional dan global; pembentukan sumber daya manusia berkualitas
dan berdaya saing; peningkatan daya dukung dan pelayanan infrastruktur perkotaan;
pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan, serta peningkatan kualitas pelayanan
publik.
Prioritas pembangunan RPJMD Kota Tangerang Tahun 2019-2023 ditujukan pada upaya
sebagai berikut:
1. Peningkatan Daya Saing Sumber Daya Manusia
Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan daya saing sumber daya manusia
ditekankan pada : Penuntasan wajib belajar dua belas tahun; Perintisan wajib belajar lima
belas tahun; Peningkatan kualitas lembaga PAUD formal dan non formal; Pengembangan
sekolah kejuruan berbasis kompetensi dan keunggulan lokal berskala nasional dan
internasional; Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang dipadukan dengan
muatan kurikulum internasional; Peningkatan pendidikan keterampilan dan penguasaan
IPTEK bagi masyarakat; Peningkatan upaya pencegahan, pemberantasan dan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular; Pengembangan dan penguatan sistem
V - 59
kesehatan; Peningkatan jumlah, jenis, mutu tenaga kesehatan; Pemberdayaan profesi
kesehatan (institusi); Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam meningkatkan
derajat kesehatan; Implementasi dan aktualisasi pemahaman dan pengamalan nilai-nilai
keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat; Implementasi dan aktualisasi nilai-nilai
tradisional, budaya dan kearifan lokal masyarakat sebagai faktor penyeimbang
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Pengentasan Kemiskinan dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Prioritas pembangunan dalam rangka pengentasan kemiskinan dan peningkatan
kesejahteraan sosial ditekankan pada : Jaminan sosial pendidikan dan kesehatan bagi
keluarga miskin; Peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan sosial perseorangan,
keluarga, kelompok dan komunitas masyarakat; Peningkatan advokasi, pemberdayaan
dan perlindungan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS); Pengendalian
pertumbuhan penduduk; Peningkatan kemandirian dan kesejahteraan keluarga; Penataan
persebaran penduduk baik di dalam maupun keluar daerah.
3. Peningkatan Daya Saing Perekonomian
Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan daya saing perekonomian ditekankan
pada : Pemantapan sistem agribisnis pertanian; Pengembangan dan penerapan teknologi
pertanian; Perkuatan potensi industri strategis; Penciptaan kesempatan kerja dalam
jumlah besar; Pengoptimalan pendayagunaan potensi lokal; Perluasan jaringan
perdagangan luar negeri; Pengembangan jaringan kelembagaan UMKM dan Koperasi;
Peningkatan kehandalan UMKM dan Koperasi sebagai penggerak perekonomian daerah;
Pemantapan kinerja pemangku kepentingan pariwisata; Pengembangan kelembagaan
pariwisata; Penataan destinasi pariwisata; Penciptaan daya tarik wisata; Pengembangan
investasi yang memiliki daya saing dengan basis ilmu pengetahuan dan teknologi;
Pemantapan kompetensi, daya saing dan jiwa kewirausahaan tenaga kerja;
Penumbuhkembangan hubungan industrial untuk meningkatkan produktivitas, kualitas,
dan kesejahteraan pekerja.
4. Peningkatan Kualitas Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota
Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan prasarana, sarana
dan fasilitas kota ditekankan pada : Pemantapan pengelolaan infrastruktur wilayah;
Pembangunan dan pemerataan infrastruktur wilayah; Pemantapan kualitas pelayanan
infrastruktur wilayah; Revitalisasi infrastruktur wilayah yang telah ada; Pengembangan
sistem transportasi massal (Mass Rapid Transport); Pemantapan kerja sama antara
pemerintah dengan swasta dan masyarakat dalam pengelolaan prasarana dan sarana.
V - 60
5. Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Prioritas pembangunan dalam rangka pengelolaan tata ruang, sumber daya alam dan
lingkungan hidup ditekankan pada : Pemantapan sistem pengendalian serta koordinasi
dalam pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, serta pengawasan penataan ruang;
Peningkatan nilai tambah potensi sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup;
Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang serasi dengan
daya dukung lingkungan; Pembudayaan perilaku ramah lingkungan di kalangan
masyarakat; Pemantapan sistem pemantauan, pengendalian dan informasi sumber daya
alam dan lingkungan hidup; Peningkatan konsistensi penegakan hukum dalam
pengendalian lingkungan; Peningkatan efisiensi, efektivitas, dan nilai tambah dalam
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
6. Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih
Prioritas pembangunan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
bersih ditekankan pada : Penguatan dan pemantapan profesionalitas aparatur dalam
pelayanan publik didukung sistem, prosedur, serta standarisasi kualitas pelayan serta
budaya organisasi; Pemantapan teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen
pemerintahan dan pelayanan publik; Peningkatan daya guna dan hasil guna kekayaan
dan aset daerah; Optimalisasi potensi masyarakat dalam pemeliharaan keamanan dan
ketertiban masyarakat; Harmonisasi produk hukum; Pemantapan penegakan hukum dan
perlindungan hak asasi manusia (HAM); Perwujudan produk hukum yang memihak
kepentingan masyarakat; Penanaman budaya taat hukum di masyarakat; Pemantapan
peran masyarakat madani (civil society).
Pelaksanaan prioritas pembangunan RPJMD periode tahun 2019-2023, diiharapkan dapat
mewujudkan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang dibandingkan
periode tahun sebelumnya yang diindikasikan dengan semakin meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dari 77,30 point pada tahun 2018 menjadi 78,63 point pada
tahun 2023.
5.2.5. RPJMD Periode 2024-2025
Pembangunan jangka menengah periode tahun 2024-2025 merupakan perwujudan Kota
Tangerang sebagai ‘Kota yang Maju dan Lestari’. Prioritas pembangunan pada periode
tahun 2024-2025 menekankan pada upaya pemantapan kualitas dan daya saing kompetitif
perekonomian secara nasional dan global; pemantapan kualitas dan daya saing sumber daya
manusia; pemantapan kualitas dan daya dukung pelayanan infrastruktur wilayah;
V - 61
pengawasan dan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan, serta pemantapan
kualitas pelayanan publik.
Prioritas pembangunan RPJMD Kota Tangerang Tahun 2024-2025 ditujukan pada upaya
sebagai berikut:
1. Pemantapan Daya Saing Sumber Daya Manusia
Prioritas pembangunan dalam rangka pemantapan daya saing sumber daya manusia
ditekankan pada : Penuntasan wajib belajar lima belas tahun; Pemantapan lembaga
PAUD sebagai media penyiapan menuju jenjang pendidikan dasar; Pengembangan
sekolah kejuruan berbasis kompetensi dan keunggulan lokal berskala nasional dan
internasional; Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang dipadukan dengan
muatan kurikulum internasional; Peningkatan pendidikan keterampilan dan penguasaan
IPTEK bagi masyarakat; Peningkatan upaya pencegahan, pemberantasan dan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular; Peningkatan kualitas dan kuantitas
sarana dan prasarana pelayanan kesehatan; Peningkatan jumlah, jenis, mutu tenaga
kesehatan serta pemberdayaan profesi kesehatan (institusi); Implementasi dan aktualisasi
nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat; Pemantapan ketahan budaya
lokal/daerah dalam kehidupan global.
2. Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Prioritas pembangunan dalam rangka peningkatan kesejahteraan sosial ditekankan pada:
Peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan sosial perseorangan, keluarga,
kelompok dan komunitas masyarakat; Peningkatan advokasi, pemberdayaan dan
perlindungan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS); Pengendalian
pertumbuhan penduduk; Peningkatan keluarga kecil berkualitas; Penataan persebaran
penduduk yang mandiri dan berkualitas.
3. Pemantapan Daya Saing Perekonomian
Prioritas pembangunan dalam rangka pemantapan daya saing perekonomian ditekankan
pada : Penguatan keunggulan kompetitif produk pertanian; Penguatan industri yang
berkelanjutan melalui pengembangan dan pengelolaan sumber daya alam secara optimal
dan memanfaatkan bahan baku terbaharukan, Penanganan industri ramah lingkungan;
Penguatan jaringan antar industri; Perluasan jaringan perdagangan dalam dan luar
negeri; Pemantapan kehandalan UMKM dan Koperasi sebagai penggerak perekonomian
daerah; Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan berprinsip pada terjaminnya
keberlanjutan sumber daya pariwisata yang terintegrasi dengan lingkungan, alam,
budaya, dan manusia; Pengembangan investasi yang memiliki daya saing dengan basis
ilmu pengetahuan dan teknologi; Pemantapan kompetensi, daya saing dan jiwa
V - 62
kewirausahaan tenaga kerja; Pembudayaan hubungan industrial untuk meningkatkan
produktivitas, kualitas, dan kesejahteraan pekerja.
4. Pemantapan Kualitas Pelayanan Prasarana, Sarana dan Fasilitas Kota
Prioritas pembangunan dalam rangka pemantapan kualitas pelayanan prasarana, sarana
dan fasilitas kota ditekankan pada : Pemantapan infrastruktur wilayah yang telah
terbangun; Pemantapan kualitas pelayanan infrastruktur wilayah; Pemantapan sistem
transportasi massal (Mass Rapid Transport); Pemantapan kerja sama antara pemerintah
dengan swasta dan masyarakat dalam pengelolaan prasarana dan sarana.
5. Pengelolaan Tata Ruang, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Prioritas pembangunan dalam rangka pengelolaan tata ruang, sumber daya alam dan
lingkungan hidup ditekankan pada : Pemantapan koordinasi yang sistematis dalam
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang; Perbaikan terus
menerus pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup; Pemantapan perilaku dan
budaya ramah lingkungan di masyarakat; Pemantapan efisiensi, efektivitas, dan nilai
tambah dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
6. Penyelenggaraan Pemerintahan yang Baik dan Bersih
Prioritas pembangunan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
bersih ditekankan pada : Pemantapan profesionalitas aparatur dalam pelayanan publik
didukung sistem, prosedur, serta standarisasi kualitas pelayan; Pemantapan teknologi
informasi dan komunikasi dalam manajemen pemerintahan dan pelayanan publik;
Pemantapan kinerja penyelenggaraan pelayanan publik yang bermutu dan akuntabel di
semua bidang; Peningkatan daya guna dan hasil guna kekayaan dan aset daerah yang
transparan dan akuntabel; Pemantapan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat;
Perwujudan fungsi hukum dalam melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat; Pemantapan budaya taat hukum di masyarakat; Pemantapan peran
masyarakat madani (civil society).
Pelaksanaan prioritas pembangunan RPJMD periode tahun 2024-2025, diiharapkan dapat
mewujudkan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang dibandingkan
periode tahun sebelumnya yang diindikasikan dengan semakin meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dari 78,63 point pada tahun 2023 menjadi 79,16 point pada
tahun 2025.
VI - 1
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Tangerang Tahun 2005-2025
adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah yang memuat visi, misi dan arah
kebijakan pembangunan daerah Kota Tangerang untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung
sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025. Oleh karena itu RPJPD Kota Tangerang Tahun
2005-2025 disusun dengan mempertimbangkan kesinambungan periode pembangunan lima
tahunan sehingga menjadi pedoman bagi rencana pembangunan lima tahunan di Kota
Tangerang yaitu periode 2005-2008; 2009-2013; 2014-2018; 2019-2023; 2024-2025
Dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota
Tangerang Tahun 2005-2025 maka ditetapkan kaidah pelaksanaan sebagai berikut:
1. Walikota Tangerang menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJPD Kota
Tangerang Tahun 2005-2025 kepada masyarakat.
2. RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 menjadi pedoman dalam penyusunan visi,
misi dan program prioritas Calon Walikota Tangerang dan/atau penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Tangerang dalam periode tahun 2005-2025.
B A B VI
KAIDAH PELAKSANAAN
VI - 2
3. Walikota Tangerang melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJPD Kota
Tangerang Tahun 2005-2025.
4. Walikota Tangerang berkewajiban memberikan informasi mengenai hasil evaluasi
pelaksanaan RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025.
5. RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 dapat diubah dalam hal:
Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan dan
substansi yang dirumuskan belum sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan;
Terjadi perubahan yang mendasar; atau
Merugikan kepentingan nasional.
6. Perubahan RPJPD Kota Tangerang Tahun 2005-2025 ditetapkan dengan peraturan
daerah.
Komitmen dari seluruh pemangku kepentingan pembangunan yang kuat dan demokratis,
konsistensi kebijakan Pemerintah Kota Tangerang, keberpihakan kepada rakyat dan peran
serta masyarakat dan dunia usaha secara aktif merupakan faktor-faktor yang menentukan
keberhasilan pembangunan dalam mewujudkan Visi Pembangunan Kota Tangerang Tahun
2005-2025 “Kota Industri, Perdagangan dan Jasa yang Maju dan Lestari Berlandaskan
Akhlakul Karimah”.
--- oOo ---
LAMPIRAN
MATRIK VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN JANGKA PANJANG, SASARAN POKOK DAN ARAH KEBIJAKAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA TANGERANG TAHUN 2005-2025
1
MATRIK VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN JANGKA PANJANG, SASARAN POKOK DAN ARAH KEBIJAKAN
RPJPD KOTA TANGERANG TAHUN 2005-2025
VISI
KOTA INDUSTRI, PERDAGANGAN DAN JASA YANG MAJU DAN LESTARI BERLANDASKAN AKHLAKUL KARIMAH
MISI 1
MEWUJUDKAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERAKHLAK MULIA, MAJU DAN BERDAYA SAING
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERMORAL, BERBUDAYA DAN BERMARTABAT
Terwujudnya masyarakat yang bermoral, berbudaya dan bermartabat
Meningkatnya pemahaman norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat
Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya
Peningkatan pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan
Peningkatan kapasitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan
Pembinaan kerukunan hidup beragama
Pelestarian tata nilai sosial dan budaya
Meningkatnya implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat
Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya
Peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan
Peningkatan kapasitas dan kualitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan
Pembinaan kerukunan hidup beragama
Pelestarian tata nilai sosial dan budaya
Meningkatnya kualitas implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat
Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya
Peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan
Peningkatan kapasitas dan kualitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan
Pembinaan kerukunan hidup beragama
Pelestarian tata nilai sosial dan budaya
Meningkatnya kualitas implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat
Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya
Peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan
Peningkatan kapasitas dan kualitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan
Pembinaan kerukunan hidup beragama
Pelestarian tata nilai sosial dan budaya
Meningkatnya kualitas implementasi norma agama dan tata nilai sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat
Terpeliharanya kerukunan hidup beragama dan pelestarian keragaman dan kekayaan budaya
Peningkatan kualitas pendidikan keagamaan, sosial dan kebudayaan
Peningkatan kapasitas dan kualitas kelembagaan dan sarana keagamaan, sosial dan kebudayaan
Pembinaan kerukunan hidup beragama
Pelestarian tata nilai sosial dan budaya
2
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Pengelolaan dan pengembangan kekayaan dan keragaman budaya
Pengelolaan dan pengembangan kekayaan dan keragaman budaya
Pengelolaan dan pengembangan kekayaan dan keragaman budaya
Pengelolaan dan pengembangan kekayaan dan keragaman budaya
Pengelolaan dan pengembangan kekayaan dan keragaman budaya
MENINGKATKAN AKSESIBILITAS, KUALITAS DAN DAYA SAING PENDIDIKAN MASYARAKAT
Terwujudnya masyarakat yang cerdas dan berdaya saing
Meningkatnya akses pendidikan masyarakat
Peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana pendidikan
Peningkatan ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan
Penyiiapan manajemen pelayanan pendidikan
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyelenggaraan pendidikan
Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta
Meningkatnya akses dan kualitas pendidikan masyarakat
Peningkatan ketersediaan dan kualitas prasarana dan sarana pendidikan
Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
Peningkatan manajemen pelayanan pendidikan
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyelenggaraan pendidikan
Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta
Meningkatnya akses, kualitas dan daya saing pendidikan masyarakat
Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pendidikan
Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
Penguatan manajemen pelayanan pendidikan
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyelenggaraan pendidikan
Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta
Meningkatnya akses, kualitas dan daya saing pendidikan masyarakat
Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pendidikan
Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
Opimalisasi manajemen pelayanan pendidikan
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyelenggaraan pendidikan
Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta
Meningkatnya akses, kualitas dan daya saing pendidikan masyarakat
Peningkatan kualitas prasarana dan sarana pendidikan
Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
Optimalisasi manajemen pelayanan pendidikan
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyelenggaraan pendidikan
Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas kelembagaan pendidikan swasta
3
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Penumbuhan minat dan budaya baca masyarakat
Peningkatan minat dan budaya baca masyarakat
Penyiapan sistem kompetensi pendidikan yang berwawasan IPTEK dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan, dunia usaha, dan pembentukan jiwa kewirausahaan
Penguatan minat dan budaya baca masyarakat
Peningkatan kualitas kompetensi pendidikan yang berwawasan IPTEK dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan, dunia usaha, dan pembentukan jiwa kewirausahaan
Optimalisasi minat dan budaya baca masyarakat
Peningkatan daya saing kompetensi pendidikan yang berwawasan IPTEK dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan, dunia usaha, dan pembentukan jiwa kewirausahaan
Optimalisasi minat dan budaya baca masyarakat
Optimalisasi daya saing kompetensi pendidikan yang berwawasan IPTEK dan berorientasi pada kebutuhan pembangunan, dunia usaha, dan pembentukan jiwa kewirausahaan
4
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
MENINGKATKAN AKSESIBILITAS DAN DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT
Terwujudnya masyarakat yang sehat
Meningkatnya akses kesehatan masyarakat
Penyediaan prasarana dan sarana kesehatan
Penyediaan tenaga kesehatan
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan
Penyiapan manajemen pelayanan kesehatan
Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan
Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat
Pengembang-an penyediaan dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan
Peningkatan mutu tenaga kesehatan
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan
Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan
Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan
Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat
Optimalisasi dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan
Peningkatan mutu tenaga kesehatan
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan
Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan
Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan
Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat
Optimalisasi dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan
Peningkatan mutu tenaga kesehatan
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan
Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan
Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan
Meningkatnya akses dan kualitas kesehatan masyarakat
Optimalisasi dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan
Peningkatan mutu tenaga kesehatan
Pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat dan makanan
Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan
Perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan
5
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular
Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat
Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular
Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat
Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular
Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat
Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular
Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat
Pencegahan dan penanggulang-an penyakit menular
Pembinaan dan fasilitasi kelembagaan kesehatan masyarakat
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL (PMKS)
Terwujudnya peningkatan kualitas hidup dan keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Penyiapan dan pembinaan kelembagaan pemberdayaan PMKS
Penyediaan prasarana dan sarana pelayanan PMKS
Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan, modal dan manajemen usaha)
Perlindungan dan rehabilitasi
Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Peningkatan kapasitas kelembagaan pemberdayaan PMKS
Pengembang-an dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan PMKS
Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan, modal dan manajemen
Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Peningkatan kapasitas kelembagaan pemberdayaan PMKS
Pengembang-an dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan PMKS
Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan, modal dan manajemen
Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Peningkatan kapasitas kelembagaan pemberdayaan PMKS
Pengembang-an dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan PMKS
Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan, modal dan manajemen
Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Meningkatnya keberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)
Peningkatan kapasitas kelembagaan pemberdayaan PMKS
Pengembang-an dan peningkatan kualitas prasarana dan sarana pelayanan PMKS
Pembinaan dan peningkatan akses PMKS terhadap sumber daya produktif (pelatihan keterampilan, modal dan manajemen
6
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
PMKS
Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS
usaha)
Perlindungan dan rehabilitasi PMKS
Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS
usaha)
Perlindungan dan rehabilitasi PMKS
Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS
usaha)
Perlindungan dan rehabilitasi PMKS
Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS
usaha)
Perlindungan dan rehabilitasi PMKS
Fasilitasi jaminan sosial bagi PMKS
MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK SERTA KESEJAHTERAAN KELUARGA
Terwujudnya keberdayaan perempuan, perlindungan anak dan kesejahteraan keluarga
Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga
Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak
Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan
Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera
Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga
Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak
Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan
Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera
Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga
Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak
Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan
Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera
Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga
Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak
Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan
Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera
Meningkatnya keberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Membaiknya tingkat kesejahteraan keluarga
Fasilitasi dan pembinaan kapasitas kelembagaan perempuan dan perlindungan anak
Pembinaan dan pelatihan keterampilan dan manajemen usaha bagi perempuan
Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sejahtera
MENGENDALIKAN PERKEMBANGAN PENDUDUK
Terkendalinya pertumbuhan penduduk dan terkelolanya administrasi
Terkendalinya pertumbuhan penduduk
Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana
Terkendalinya pertumbuhan penduduk
Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana
Terkendalinya pertumbuhan penduduk
Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana
Terkendalinya pertumbuhan penduduk
Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana
Terkendalinya pertumbuhan penduduk
Peningkatan kapasitas kelembagaan keluarga berencana
7
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
kependudukan Tertibnya administrasi kependudukan
Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana
Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan
Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan
Peningkatan kerjasama kependudukan antardaerah
Tertibnya administrasi kependudukan
Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana
Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan
Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan
Peningkatan kerjasama kependudukan antardaerah
Tertibnya administrasi kependudukan
Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana
Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan
Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan
Peningkatan kerjasama kependudukan antardaerah
Tertibnya administrasi kependudukan
Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana
Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan
Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan
Peningkatan kerjasama kependudukan antardaerah
Tertibnya administrasi kependudukan
Peningkatan kualitas pelayanan keluarga berencana
Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan
Pengendalian dan pengawasan manajemen kependudukan
Peningkatan kerjasama kependudukan antardaerah
MENINGKATKAN PERAN DAN KUALITAS PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN DAN OLAH RAGA
Terwujudnya peran aktif pemuda dalam pembangunan
Terwujudnya budaya olahraga masyarakat dan prestasi olah raga
Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan
Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga
Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan
Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda
Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan
Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga
Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan
Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda
Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan
Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga
Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan
Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda
Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan
Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga
Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan
Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda
Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan
Meningkatnya pemasyarakat-an dan prestasi olah raga
Peningkatan kapasitas kelembagaan kepemudaan
Pembinaan pendidikan dan keterampilan usaha dan berusaha bagi pemuda
8
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRADA PERIODE 2005-2008
RPJMD PERIODE 2009-2013
RPJMD PERIODE 2014-2018
RPJMD PERIODE 2019-2023
RPJMD PERIODE 2024-2025
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga
Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga
Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga
Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga
Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga
Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga
Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga
Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga
Pembinaan dan pemasyarakat-an olah raga
Peningkatan pelayanan prasarana dan sarana olah raga
9
MISI 2
MEWUJUDKAN PEREKONOMIAN YANG MAJU DAN BERDAYA SAING
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN KUALITAS PEREKONOMIAN
Terwujudnya perekonomian yang merata, maju dan berdaya saing
Meningkatnya investasi
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat
Penyiapan sistem pelayanan investasi
Jaminan kepastian hukum berusaha
Promosi investasi
Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha
Pembinaan manajemen usaha bagi pelaku usaha
Fasilitasi modal usaha
Meningkatnya investasi
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat
Penyederhana-an dan percepatan pelayanan investasi
Jaminan kepastian hukum berusaha
Peningkatan cakupan dan kualitas promosi investasi
Peningkatan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha
Peningkatan kapasitas manajemen usaha bagi pelaku usaha
Peningkatan fasilitasi modal usaha
Meningkatnya investasi
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat
Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan investasi
Jaminan kepastian hukum berusaha
Peningkatan cakupan dan kualitas promosi investasi
Peningkatan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha
Peningkatan kapasitas manajemen usaha bagi pelaku usaha
Peningkatan fasilitasi modal usaha bagi pelaku usaha
Meningkatnya investasi
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat
Peningkatan kualitas dan daya saing pelayanan investasi
Jaminan kepastian hukum berusaha
Peningkatan cakupan dan kualitas promosi investasi
Peningkatan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha
Peningkatan kapasitas manajemen usaha bagi pelaku usaha
Peningkatan fasilitasi modal usaha bagi pelaku usaha
Meningkatnya investasi
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi
Meningkatnya kemampuan perekonomian masyarakat
Optimalisasi kualitas dan daya saing pelayanan investasi
Jaminan kepastian hukum berusaha
Peningkatan cakupan dan kualitas promosi investasi
Peningkatan keterampilan dan keahlian SDM bagi pelaku usaha
Peningkatan kapasitas manajemen usaha bagi pelaku usaha
Peningkatan fasilitasi modal usaha bagi pelaku usaha
10
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha
Fasilitasi kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah
Pembinaan dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
Peningkatan fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha
Peningkatan fasilitasi kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
Peningkatan fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha
Peningkatan fasilitasi kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
Peningkatan fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha
Peningkatan kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
Peningkatan fasilitasi aksesibilitas pasar bagi pelaku usaha
Penguatan kemitraan usaha antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
MENINGKATKAN DAYA SAING PRODUK PEREKONOMIAN YANG BERBASIS PADA SUMBER DAYA LOKAL, KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN BERORIENTASI PASAR
Terwujudnya agribisnis pertanian dan perikanan yang berkualitas dan berdaya saing
Meningkatnya produktivitas produk agribisnis pertanian dan perikanan
Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM
Pembinaan manajemen usaha
Fasilitasi modal usaha
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Meningkatnya produktivitas, dan kualitas produk agribisnis pertanian dan perikanan
Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM
Pembinaan manajemen usaha
Fasilitasi modal usaha
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Meningkatnya produktivitas, dan kualitas produk agribisnis pertanian dan perikanan
Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM
Pembinaan manajemen usaha
Fasilitasi modal usaha
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk agribisnis pertanian dan perikanan
Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM
Pembinaan manajemen usaha
Fasilitasi modal usaha
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk agribisnis pertanian dan perikanan
Pembinaan keterampilan dan keahlian SDM
Pembinaan manajemen usaha
Fasilitasi modal usaha
Fasilitasi aksesibilitas pasar
11
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Pembinaan, pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi tepat guna dalam pengembang-an produk
12
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Terwujudnya industri yang berkualitas dan berdaya saing
Meningkatnya produktivitas produk industri
Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar
Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk industri
Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar
Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk industri
Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar
Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk industri
Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar
Meningkatnya produktivitas, kualitas dan daya saing produk industri
Optimalisasi dan pengembang-an industri pengolahan padat karya dan padat teknologi yang ramah lingkungan
Fasilitasi aksesibilitas pasar
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku industri besar dengan pelaku industri kecil dan menengah
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah yang mendukung produk utama industri besar
13
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Terwujudnya perdagangan yang maju (modern) dan berdaya saing
Meningkatnya produktivitas produk perdagangan
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar
Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk perdagangan
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar
Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk perdagangan
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar
Meningkatnya produktivitas kualitas dan daya saing produk perdagangan
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar
Meningkatnya produktivitas kualitas dan daya saing produk perdagangan
Fasilitasi kerjasama perdagangan
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha perdagangan besar (modern) dengan pelaku usaha perdagangan kecil dan menengah (masyarakat)
Pengembang-an dan peningkatan kualitas produk perdagangan yang berorientasi pasar
Terwujudnya pelayanan jasa pariwisata yang berkualitas dan berdaya saing
Meningkatnya ketersediaan pelayanan jasa pariwisata
Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata
Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata
Pengembang-an dan
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas pelayanan jasa pariwisata
Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata
Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata
Pengembang-an dan
Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan jasa pariwisata
Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata
Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata
Pengembang-an dan
Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan jasa pariwisata
Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata
Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata
Pengembang-an dan
Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan jasa pariwisata
Fasilitasi pemasaran dan kerjasama pariwisata
Penataan dan pengembang-an destinasi pariwisata
Pengembang-an dan
14
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
peningkatan sarana pelayanan pariwisata
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah
peningkatan sarana pelayanan pariwisata
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah
peningkatan sarana pelayanan pariwisata
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah
peningkatan sarana pelayanan pariwisata
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah
peningkatan sarana pelayanan pariwisata
Fasilitasi kemitraan usaha antara pelaku usaha pariwisata besar dengan pelaku usaha pariwisata kecil dan menengah
MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT
Terwujudnya ketahanan pangan masyarakat yang kokoh
Memadainya ketersediaan pangan
Peningkatan produktivitas tanaman pangan
Peningkatan kerjasama antardaerah dalam penyediaan pangan
Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan
Memadainya ketersediaan pangan
Peningkatan produktivitas tanaman pangan
Peningkatan kerjasama antardaerah dalam penyediaan pangan
Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan
Memadainya ketersediaan pangan
Peningkatan produktivitas tanaman pangan
Peningkatan kerjasama antardaerah dalam penyediaan pangan
Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan
Memadainya ketersediaan pangan
Peningkatan produktivitas tanaman pangan
Peningkatan kerjasama antardaerah dalam penyediaan pangan
Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan
Memadainya ketersediaan pangan
Peningkatan produktivitas tanaman pangan
Peningkatan kerjasama antardaerah dalam penyediaan pangan
Pengaturan tata niaga perdagangan bahan pangan
15
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA
Terwujudnya kesempatan kerja yang luas
Meningkatnya kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja
Meningkatnya kesempatan kerja
Menurunnya tingkat pengangguran
Meningkatnya produktivitas tenaga kerja
Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerja-an
Pembinaan, pendidikan dan pelatihan ketenagakerja-an
Fasilitasi kerjasamaa ketenagakerja-an dengan dunia usaha
Fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial
Meningkatnya kesempatan kerja
Menurunnya tingkat pengangguran
Meningkatnya produktivitas tenaga kerja
Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerja-an
Pembinaan, pendidikan dan pelatihan ketenagakerja-an
Fasilitasi kerjasamaa ketenagakerja-an dengan dunia usaha
Fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial
Meningkatnya kesempatan kerja
Menurunnya tingkat pengangguran
Meningkatnya kualitas produktivitas tenaga kerja
Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerja-an
Pembinaan, pendidikan dan pelatihan ketenagakerja-an
Fasilitasi kerjasamaa ketenagakerja-an dengan dunia usaha
Fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial
Meningkatnya kesempatan kerja
Menurunnya tingkat pengangguran
Meningkatnya kualitas dan daya saing produktivitas tenaga kerja
Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerja-an
Pembinaan, pendidikan dan pelatihan ketenagakerja-an
Fasilitasi kerjasamaa ketenagakerja-an dengan dunia usaha
Fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial
Meningkatnya kesempatan kerja
Menurunnya tingkat pengangguran
Meningkatnya kualitas dan dan daya saing produktivitas tenaga kerja
Peningkatan kapasitas dan pelayanan lembaga ketenagakerja-an
Pembinaan, pendidikan dan pelatihan ketenagakerja-an
Fasilitasi kerjasamaa ketenagakerja-an dengan dunia usaha
Fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial
16
MISI 3
MEWUJUDKAN LINGKUNGAN HIDUP YANG ASRI DAN LESTARI
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
MENINGKATKAN KUALITAS PENATAAN RUANG
Terwujudnya tata ruang kota yang berkualitas
Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang
Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota
Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang kota
Penataan dan pengembangan kawasan strategis kota
Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota
Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang
Peningkatan partisipasi masyarakat
Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang
Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota
Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang kota
Penataan dan pengembangan kawasan strategis kota
Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota
Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penataan
Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang
Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota
Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang kota
Penataan dan pengembangan kawasan strategis kota
Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota
Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang
Peningkatan partisipasi masyarakat
Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang
Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota
Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang kota
Penataan dan pengembangan kawasan strategis kota
Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota
Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penataan
Meningkatnyaketersediaan dan kelengkapan rencana tata ruang
Meningkatnya pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
Penataan dan peningkatan kualitas rencana tata ruang wilayah kota
Penataan dan optimalisasi fungsi pelayanan, struktur ruang dan pola pemanfaatan ruang kota
Penataan dan pengembangan kawasan strategis kota
Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota
Peningkatan kapasitas kelembagaan penataan ruang
Peningkatan partisipasi masyarakat
17
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
dalam penataan ruang
ruang dalam penataan ruang
ruang dalam penataan ruang
MENINGKATKAN PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN SUMBER DAYA ALAM
Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam
Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam
Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya
Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung
Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam
Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya
Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung
Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam
Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya
Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung
Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam
Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya
Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung
Terjaganya kualitas dan kelestarian sumber daya alam
Penataan dan optimalisasi pengelolaan fungsi lahan pada kawasan budi daya
Penataan dan pelestarian fungsi lahan pada kawasan lindung
Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah
Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan
Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah
Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan
Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah
Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat
Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah
Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan
Pemulihan, rehabilitasi, pelestarian dan pengelolaan situ, sungai, embung, bendungan dan air bawah tanah
Pembinaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelolaan sumber daya air
Peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan
18
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
dan pelestarian sumber daya air
dan pelestarian sumber daya air
dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya air
dan pelestarian sumber daya air
dan pelestarian sumber daya air
MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP
Terwujudnya lingkungan hidup yang berkualitas
Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau
Menurunnya tingkat pencemaran
Pengembangan dan pendayagunaan teknologi ramah lingkungan dalam pengembangan aktivitas budi daya
Penataan dan pengembangan kawasan ruang terbuka hijau
Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup
Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup
Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau
Menurunnya tingkat pencemaran
Pengembangan dan pendayagunaan teknologi ramah lingkungan dalam pengembangan aktivitas budi daya
Penataan dan pengembangan kawasan ruang terbuka hijau
Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup
Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup
Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau
Menurunnya tingkat pencemaran
Pengembang-an dan pendayaguna-an teknologi ramah lingkungan dalam pengembangan aktivitas budi daya
Penataan dan pengembangan kawasan ruang terbuka hijau
Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup
Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup
Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau
Menurunnya tingkat pencemaran
Pengembangan dan pendayagunaan teknologi ramah lingkungan dalam pengembangan aktivitas budi daya
Penataan dan pengembangan kawasan ruang terbuka hijau
Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup
Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup
Terjaganya daya dukung ruang terbuka hijau
Menurunnya tingkat pencemaran
Pengembangan dan pendayagunaan teknologi ramah lingkungan dalam pengembangan aktivitas budi daya
Penataan dan pengembangan kawasan ruang terbuka hijau
Pengendalian dan penegakan supremasi hukum lingkungan hidup
Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup
19
MISI 4
MEWUJUDKAN PELAYANAN PRASARANA, SARANA DAN FASILITAS KOTA YANG MEMADAI DAN BERDAYA SAING
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
MENINGKATKAN PELAYANAN PRASARANA DAN SARANA DASAR KOTA
Terwujudnya layanan transportasi yang nyaman, aman, handal, ramah lingkungan dan terjangkau
Meningkatnya ketersediaan jaringan jalan dan jembatan
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan jalan dan jembatan
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas jaringan jalan dan jembatan
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan jalan dan jembatan
Peningkatan daya dukung dan kualitas jalan dan jembatan
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas jaringan jalan dan jembatan
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan jalan dan jembatan
Peningkatan daya dukung dan kualitas jalan dan jembatan
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas jaringan jalan dan jembatan
Penataan dan pengembangan sistem jaringan jalan dan jembatan
Peningkatan daya dukung dan kualitas jalan dan jembatan
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas jaringan jalan dan jembatan
Penataan dan pengembangan sistem jaringan jalan dan jembatan
Peningkatan daya dukung dan kualitas jalan dan jembatan
Meningkatnya ketersediaan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal
Penataan dan penyediaan sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat yang nyaman, aman, terjangkau
Meningkatnya ketersediaan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat dan sungai yang nyaman, aman,
Meningkatnya kualitas pelayanan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal
Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal
Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan dan moda angkutan umum masal
Meningkatnya kualitas pelayanan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal
Pengembangan dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal
Pengembangan dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat dan sungai yang nyaman, aman, terjangkau dan
Meningkatnya kualitas pelayanan sistem jaringan terminal dan angkutan umum masal
Peningkatan kualitas layanan sistem jaringan, peningkatan daya dukung dan kualitas sarana terminal
Peningkatan kualitas layanan sistem jaringan dan moda angkutan umum masal darat dan sungai yang nyaman, aman, terjangkau dan ramah lingkungan
20
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
dan ramah lingkungan
terjangkau dan ramah lingkungan
darat dan sungai yang nyaman, aman, terjangkau dan ramah lingkungan
ramah lingkungan
Terwujudnya pelayanan drainase yang memadai untuk meminimalkan kerawanan banjir
Meningkatnya ketersediaan drainase
Menurunnya lokasi rawan banjir
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan drainase
Meningkatnya ketersediaan drainase
Menurunnya lokasi rawan banjir
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan drainase
Meningkatnya kualitas pelayanan drainase
Menurunnya lokasi rawan banjir
Pengembang-an dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan drainase
Meningkatnya kualitas pelayanan drainase
Menurunnya lokasi rawan banjir
pengembangan dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan drainase
Meningkatnya kualitas pelayanan drainase
Menurunnya lokasi rawan banjir
Optimalisasi kualitas layanan sistem jaringan drainase
Terwujudnya pelayanan air bersih yang merata, berkualitas dan terjangkau
Meningkatnya cakupan pelayanan air bersih
Peningkatan kapasitas sarana pengolahan air bersih
Penataan sistem jaringan air bersih
Meningkatnya cakupan pelayanan air bersih
Peningkatan kapasitas sarana pengolahan air bersih
Penataan dan pengembang-an layanan sistem jaringan air bersih
Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan air bersih
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengolahan air bersih
Penataan dan pengembang-an layanan sistem jaringan air bersih
Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan air bersih
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengolahan air bersih
Pengembangan dan peningkatan kualitas layanan sistem jaringan air bersih
Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan air bersih
Optimalisasi kapasitas dan kualitas sarana pengolahan air bersih
Optimalisasi layanan sistem jaringan air bersih
Terwujudnya pelayanan persampahan yang memadai dan berkualitas untuk menciptakan kebersihan kota
Meningkatnya cakupan pelayanan persampahan
Penataan TPA dan TPS
Peningkatan ketersediaan sarana dan teknologi persampahan
Penataan manajemen
Meningkatnya cakupan pelayanan persampahan
Penataan TPA dan TPS
Peningkatan ketersediaan dan kualitas sarana dan teknologi persampahan
Penataan
Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan persampahan
Peningkatan kapasitas TPA dan TPS
Peningkatan ketersediaan dan kualitas sarana dan teknologi persampahan
Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan persampahan
Peningkatan pendayagunaan sarana dan teknologi persampahan
Peningkatan kapasitas manajemen persampahan
Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan persampahan
Optimalisasi pendayagunaan sarana dan teknologi persampahan
Optimalisasi manajemen persampahan
21
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
persampahan manajemen persampahan
Peningkatan kualitas manajemen persampahan
Terwujudnya pelayanan pengelolaan limbah yang memadai, berkualitas dan ramah lingkungan
Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah
Penataan dan pengembang-an sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu
Peningkatan kapasitas sarana pengelolaan limbah terpadu
Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah
Penataan dan pengembang-an sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu
Peningkatan kapasitas sarana pengelolaan limbah terpadu
Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah
Penataan dan pengembang-an sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengelolaan limbah terpadu
Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah
Peningkatan kualitas sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengelolaan limbah terpadu
Meningkatnya pelayanan pengelolaan limbah
Optimalisasi sistem dan teknologi pengelolaan limbah terpadu
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana pengelolaan limbah terpadu
Terwujudnya pelayanan pemadam kebakaran yang memadai dan berkualitas untuk meminimalkan kerawanan kebakaran
Meningkatknya pelayanan pemadam kebakaran
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran
Peningkatan kapasitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran
Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran
Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran
Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran
Penataan dan pengembangan sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran
Meningkatnya pelayanan pemadam kebakaran
Penataan dan pengembangan sistem jaringan prasarana pemadam kebakaran
Peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi pemadam kebakaran
Terwujudnya pelayanan telekomuni-kasi,telematika dan
Meningkatnya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan informatika
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan telekomuni-
Meningkatknya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan telekomuni-
Meningkatnya pelayanan telekomunikasi telematika dan informatika
Penataan dan pengembang-an sistem jaringan telekomuni-
Meningkatnya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan
Penataan dan pengembangan sistem jaringan telekomunikasi, telematika dan
Meningkatnya pelayanan telekomuni-kasi, telematika dan
Penataan dan pengembangan sistem jaringan telekomunikasi, telematika dan
22
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
informatika yang memadai, berkuallitas dan berdaya saing
kasi, telematika dan informatika
Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomuni-kasi, telematika dan informatika
informatika kasi, telematika dan informatika
Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomuni-kasi, telematika dan informatika
kasi, telematika dan informatika
Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomuni-kasi, telematika dan informatika
informatika informatika
Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomunikasi, telematika dan informatika
informatika informatika
Fasilitasi peningkatan kapasitas dan kualitas sarana dan teknologi telekomunikasi, telematika dan informatika
MENINGKATKAN PELAYANAN FASILITAS EKONOMI KOTA
Terwujudnya pelayanan fasilitas perdagangan yang maju dan berdaya saing
Meningkatnya ketersediaan pelayanan fasilitas perdagangan
Penataan, pasar tradisional
Penataan sistem dan fasilitas perdagangan modern
Peningkatan pelayanan fasilitas perdagangan
Penataan, pasar tradisional
Penataan sistem dan fasilitas perdagangan modern
Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas perdagangan
Penataan, pengembangan, dan peningkatan kualitas layanan pasar tradisional
Pengembang-an sistem dan fasilitas perdagangan modern
Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas perdagangan
pengembangan dan peningkatan kualitas layanan pasar tradisional
Peningkatan kualitas dan pengembangan sistem dan fasilitas perdagangan modern
Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas perdagangan
Optimalisasi dan dan peningkatan kualitas layanan pasar tradisional
Penataan dan pengembangan sistem dan fasilitas perdagangan modern
Terwujudnya pelayanan fasilitas jasa yang maju dan berdaya saing
Meningkatnya pelayanan fasilitas jasa
Penataan, pengembang-an, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran
Meningkatnya pelayanan fasilitas jasa
Penataan, pengembang-an, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran
Meningkatnya pelayanan fasilitas jasa
Penataan, pengembang-an, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran
Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas jasa
Penataan, pengembangan, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran
Meningkatnya daya saing pelayanan fasilitas jasa
Penataan, pengembangan, peningkatan kualitas fasilitas hotel dan restoran
Penataan, pengembangan,
23
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Penataan, pengembang-an, dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan
Penataan, pengembangan, dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan
Penataan, pengembangan, dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan
Penataan, pengembangan, dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan
dan peningkatan kualitas fasilitas jasa keuangan dan perbankan
MENINGKATKAN PELAYANAN PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN
Terwujudnya perumahan yang layak huni dan terjangkau
Meningkatnya ketersediaan rumah yang layak huni dan terjangkau
Pengembang-an perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau
Pengembang-an perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau
Rehabilitasi rumah layak huni
Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha
Pemberian insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau
Pengembang-an perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau
Pengembang-an perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau
Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni
Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha
Pemberian insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha pengembang
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau
Pengendalian pengembangan perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau
Pengembang-an perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau
Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni
Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha
Pemberian insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau
Pengendalian pengembangan perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau
Peningkatan pengembangan perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau
Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni
Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha
Pemberian insentif dan disinsentif bagi
Meningkatnya ketersediaan dan kualitas rumah yang layak huni dan terjangkau
Pengendalian pengembangan perumahan horizontal yang layak huni dan terjangkau
Perluasan dan peningkatan perumahan vertikal yang layak huni dan terjangkau
Fasilitasi rehabilitasi rumah layak huni
Fasilitasi dan kerjasama pembiayaan pembangunan perumahan dengan dunia usaha
Pemberian insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha
24
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
pengembang perumahan
perumahan pengembang perumahan
pelaku usaha pengembang perumahan
pengembang perumahan
Terwujudnya lingkungan permukiman yang tidak kumuh
Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh
Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman
Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman
Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh
Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman
Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman
Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh
Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman
Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman
Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh
Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman
Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman
Menurunnya kawasan kumuh permukiman kumuh
Peningkatan daya dukung dan kualitas prasarana dan sarana dasar permukiman
Peningkatan daya dukung dan kualitas sanitasi lingkungan permukiman
25
MISI 5
MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN BERSIH
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
MENINGKATKAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
Terwujudnya penyelenggaraanpemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik
Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur
Penataan kelembagaan
Pemenuhan ketersediaan dan peningkatan kualitas SDM aparatur
Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur
Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur
Penataan kelembagaan
Pemenuhan ketersediaan dan peningkatan kualitas SDM aparatur
Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur
Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur
Penataan kelembagaan
Pemenuhan ketersediaan dan peningkatan kualitas SDM aparatur
Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur
Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur
Optimalisasi tata kerja kelembagaan
Peningkatan kapasitas dan kualitas SDM aparatur
Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur
Meningkatnya kapasitas dan kualitas sumber daya aparatur
Optimalisasi tata kerja kelembagaan
Peningkatan kapasitas dan kualitas SDM aparatur
Peningkatan kapasitas dan kualitas prasarana dan sarana aparatur
Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah
Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah
Peningkatan kualitas kearsipan daerah
Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi
Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah
Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah
Peningkatan kualitas kearsipan daerah
Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi
Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah
Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah
Peningkatan kualitas kearsipan daerah
Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi
Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah
Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah
Peningkatan kualitas kearsipan daerah
Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi
Meningkatnya kualitas data, informasi, perencanaan, dan pengawasan pembangunan daerah
Pemutakhiran data dan informasi pembangunan daerah
Peningkatan kualitas kearsipan daerah
Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi
26
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
pelaksanaan rencana pembangunan daerah
pelaksanaan rencana pembangunan daerah
pelaksanaan rencana pembangunan daerah
pelaksanaan rencana pembangunan daerah
pelaksanaan rencana pembangunan daerah
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
Terwujudnya pelayanan publik yang prima
Meningkatnya kualitas pelayanan publik
Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik
Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik
Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan
Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah
Meningkatnya kualitas pelayanan publik
Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik
Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik
Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan
Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah
Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan publik
Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik
Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik
Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan
Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah
Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan publik
Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik
Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik
Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan
Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah
Meningkatnya kualitas dan daya saing pelayanan publik
Penataan dan optimalisasi penyelenggara-an standar pelayanan minimal pelayanan publik
Peningkatan kapasitas dan kualitas sumber daya pelayanan publik
Desentralisasi secara bertahap kewenangan pelayanan publik kepada kecamatan dan kelurahan
Peningkatan kualitas pelayanan informasi pembangunan daerah
27
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan
Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan
Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan
Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan
Peningkatan kualitas pelayanan pertanahan
MENINGKATKAN KAPASITAS KEUANGAN DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Terwujudnya kapasitas dan pengelolaan keuangan daerah yang memadai dan akuntabel
Meningkatnya pendapatan daerah
Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah
Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah
Peningkatan kapasitas pendapatan dan pengelolaan keuangan daerah
Meningkatnya pendapatan daerah
Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah
Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah
Ekstensifikasi, intensifikasi dan optimalisasi sumber dan kapasitas pendapatan daerah
Peningkatan kapasitas belanja daerah yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan publik
Peningkatan kualitas penyeleng-garaan tata kelola keuangan daerah
Meningkatnya pendapatan daerah
Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah
Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah
Ekstensifikasi, intensifikasi dan optimalisasi sumber dan kapasitas pendapatan daerah
Peningkatan kapasitas belanja daerah yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan publik
Peningkatan kualitas penyeleng-garaan tata kelola keuangan daerah
Meningkatnya pendapatan daerah
Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah
Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah
Ekstensifikasi, intensifikasi dan optimalisasi sumber dan kapasitas pendapatan daerah
Peningkatan kapasitas belanja daerah yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan publik
Peningkatan kualitas penyeleng-garaan tata kelola keuangan daerah
Meningkatnya pendapatan daerah
Meningkatnya efektivitas alokasi belanja daerah
Meningkatnya tertib administasi pengelolaan keuangan daerah
Ekstensifikasi, intensifikasi dan optimalisasi sumber dan kapasitas pendapatan daerah
Peningkatan kapasitas belanja daerah yang berorientasi langsung pada kebutuhan masyarakat dan pelayanan publik
Peningkatan kualitas penyeleng-garaan tata kelola keuangan daerah
Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan
Peningkatan partisipasi aktif masyarakat dan dunia
Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan
Peningkatan kapasitas dan kualitas pembiayaan
Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan
Peningkatan kapasitas dan kualitas pembiayaan
Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan
Peningkatan kapasitas dan kualitas pembiayaan
Meningkatnya kontribusi pembiayaan pembangunan
Peningkatan kapasitas dan kualitas pembiayaan
28
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
daerah dari masyarakat dan swasta
usaha dalam pembiayaan pembangunan daerah
daerah dari masyarakat dan swasta
swadaya masyarakat
Pengembang-an dan peningkatan kualitas kemitraan dan kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah
daerah dari masyarakat dan swasta
swadaya masyarakat
Pengembang-an dan peningkatan kualitas kemitraan dan kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah
daerah dari masyarakat dan swasta
swadaya masyarakat
Pengembang-an dan peningkatan kualitas kemitraan dan kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah
daerah dari masyarakat dan swasta
swadaya masyarakat
Pengembang-an dan peningkatan kualitas kemitraan dan kerjasama operasional dengan pihak swasta dalam pembiayaan dan pelaksanaan pembangunan daerah
MENINGKATKAN KUALITAS KEHIDUPAN DEMOKRASI
Terwujudnya masyarakat yang demokratis
Meningkatnya pemahaman prinsip demokrasi masyarakat
Peningkatan pemahaman dan penghayatan tata nilai demokrasi
Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik
Meningkatnya pemahaman prinsip demokrasi masyarakat
Peningkatan pemahaman dan penghayatan tata nilai demokrasi
Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik
Meningkatnya penerapan prinsip demokrasi masyarakat
Peningkatan implementasi tata nilai demokrasi
Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik
Meningkatnya penerapan prinsip demokrasi masyarakat
Peningkatan implementasi tata nilai demokrasi
Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik
Meningkatnya penerapan prinsip demokrasi masyarakat
Peningkatan implementasi tata nilai demokrasi
Pembinaan dan peningkatan kapasitas organisasi masyarakat dan politik
MENINGKATKAN KETAATAN HUKUM MASYARAKAT
Terwujudnya masyarakat yang
Meningkatnya kesadaran,
Peningkatan pemahaman,
Meningkatnya kesadaran,
Peningkatan pemahaman,
Meningkatnya kesadaran,
Peningkatan pemahaman,
Meningkatnya kesadaran,
Peningkatan pemahaman,
Meningkatnya kesadaran,
Peningkatan pemahaman,
29
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
sadar, patuh dan taat hukum
kepatuhan dan penegakan supremasi hukum
penghayatan dan implementasi tata nilai hukum
Penataan produk hukum daerah
Penegakan supremasi hukum
kepatuhan dan penegakan supremasi hukum
penghayatan dan implementasi tata nilai hukum
Penataan produk hukum daerah
Penegakan supremasi hukum
kepatuhan dan penegakan supremasi hukum
penghayatan dan implementasi tata nilai hukum
Penataan produk hukum daerah
Penegakan supremasi hukum
kepatuhan dan penegakan supremasi hukum
penghayatan dan implementasi tata nilai hukum
Penataan produk hukum daerah
Penegakan supremasi hukum
kepatuhan dan penegakan supremasi hukum
penghayatan dan implementasi tata nilai hukum
Penataan produk hukum daerah
Penegakan supremasi hukum
MENINGKATKAN KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM
Terwujudnya lingkungan masyarakat yang tentram dan tertib
Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum
Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib
Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggara-an ketentraman dan ketertiban umum
Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum
Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib
Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggara-an ketentraman dan ketertiban umum
Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum
Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib
Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggara-an ketentraman dan ketertiban umum
Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum
Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib
Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggara-an ketentraman dan ketertiban umum
Menurunnya tingkat gangguan ketentraman dan ketertiban umum
Peningkatan kesadaran dan penegakan budaya dan perilaku tentram dan tertib
Peningkatan kemitraan masyarakat dalam penyelenggara-an ketentraman dan ketertiban umum
MENINGKATKAN PENGELOLAAN BENCANA
Terkelolanya penanganan bencana secara cepat dan tepat
Meningkatnya penanganan bencana
Mitigasi bencana
Peningkatan penanganan
Meningkatnya penanganan bencana
Mitigasi bencana
Peningkatan penanganan
Meningkatnya penanganan bencana
Mitigasi bencana
Peningkatan penanganan
Meningkatnya penanganan bencana
Mitigasi bencana
Peningkatan penanganan
Meningkatnya penanganan bencana
Mitigasi bencana
Peningkatan penanganan
30
TUJUAN / SASARAN JANGKA
PANJANG
RENSTRDA/RPJMD KE-1 (2005-2008)
RPJMD KE-2 (2009-2013)
RPJMD KE-3 (2014-2018)
RPJMD KE-4 (2019-2023)
RPJMD KE-5 (2024-2025)
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
SASARAN POKOK
ARAH KEBIJAKAN
tanggap darurat bencana
Peningkatan pelayanan penyelematan dan evakuasi korban bencana
Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana
tanggap darurat bencana
Peningkatan pelayanan penyelematan dan evakuasi korban bencana
Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana
tanggap darurat bencana
Peningkatan pelayanan penyelematan dan evakuasi korban bencana
Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana
tanggap darurat bencana
Peningkatan pelayanan penyelematan dan evakuasi korban bencana
Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana
tanggap darurat bencana
Peningkatan pelayanan penyelematan dan evakuasi korban bencana
Peningkatan pelayanan rehabilitasi pasca bencana
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG
NOMOR 1 TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
KOTA TANGERANG TAHUN 2005 – 2025
I. UMUM
Rencana Pembangunan JangkaPanjang (RPJP) Daerah Kota
Tangerang Tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan sebagai penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Kota Tangerang dalam bentuk visi, misi, dan arah
pembangunan daerah untuk masa 20 tahun kedepan, mulai kurun waktu tahun 2005 hingga tahun 2025.
RPJP Daerah Kota Tangerang disusun dengan mengacu pada
RPJP Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dengan demikian, dokumen ini lebih bersifat visioner dan hanya memuat hal-hal yang mendasar sehingga memberi keleluasaan
yang cukup bagi penyusunan rencana pembangunan jangka menengah dan tahunan daerah.
Pelaksanaan RPJP Daerah Kota Tangerang tahun 2005-2025
terbagi atas tahapan perencanaan pembangunan dalam periodisasi
perencanaan pembangunan jangka menengah daerah 5 (lima) tahunan. Dengan demikian RPJP Daerah Kota Tangerang digunakan sebagai
pedoman dalam menyusun RPJM Daerah Kota Tangerang sesuai dengan visi, misi, dan program Kepala Daerah yang dipilih secara langsung oleh rakyat.
Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah Kota Tangerang Tahun
2005-2025 terdiri dari 6 (enam) bab dan 7 (tujuh) pasal yang memuat
pengertian- pengertian, ruang lingkup dan fungsi RPJP Daerah, pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJP Daerah Kota
Tangerang, serta lampiran yang merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dari Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah Kota Tangerang yang berisi visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang
daerah Kota Tangerang Tahun 2005-2025.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5 Cukup Jelas
Pasal 6 Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1