Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota...

download Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Payakumbuh Tahun 2010 - 2030

of 98

description

.

Transcript of Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota...

  • ,l ,4i., **

    PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH

    NOMOR l TAHUN 2OI2

    TENTANG

    RENCANA TATA RUANG WIIAYAH KOTA PAYAKUMBUH

    TAHUN 2010-2030

  • PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH

    NOMOR 1 TAHUN 2012

    TENTANG

    RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PAYAKUMBUH

    TAHUN 2010-2030

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESADENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESADENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESADENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    WALIKOTA PAYAKUMBUH,

    Menimbang :a. bahwa dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 26

    Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka strategi dan arahan kebijakan struktur dan pola ruang wilayah nasional perlu dijabarkan kedalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Payakumbuh;

    b. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kota Payakumbuh dengan memanfaatkan ruang wilayah secara serasi, selaras, seimbang, berdaya guna, berhasil guna, berbudaya dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan memelihara ketahanan nasional, perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kota;

    c. bahwa dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintahan Kota Payakumbuh dan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat, maka Rencana Tata Ruang Wilayah Kota merupakan arahan dalam pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu yang dilaksanakan secara bersama oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha; dan

    d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c perlu membentuk peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Payakumbuh.

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1956 Tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1970 Tentang Pelaksanaan Pemerintahan Kotamadya Solok dan Payakumbuh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 19);

    2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

  • Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

    Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

    4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

    5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 Penyelenggaran Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

    7. Peraturan Pemerintah nomor 68 Tahun 2010 Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

    8. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Hutan Lindung;

    9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2004 tentang Mitigasi Bencana;

    10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan;

    11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah;

    12. Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 02 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2008 nomor 02);

    13. Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 03 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja dinas dilingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2008 Nomor 03);

    14. Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat dan Lembaga Teknis dilingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2008 nomor 04);

    15. Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Nomor 05 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Pemerintah Kota Payakumbuh (Lembaran Daerah Kota Payakumbuh Tahun 2008 nomor 05);

  • Dengan Persetujuan Bersama

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

    KOTA PAYAKUMBUH

    dan

    WALIKOTA PAYAKUMBUH

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

    WILAYAH KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2010 2030

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Bagian Kesatu

    Pengertian

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

    1. Daerah adalah Kota Payakumbuh.

    2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Payakumbuh.

    3. Kepala Daerah adalah Walikota Payakumbuh.

    4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Payakumbuh.

    5. Propinsi adalah Provinsi Sumatera Barat.

    6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

    7. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

    8. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kota dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kota yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kota selain untuk melayani kegiatan skala kota, meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem sumber daya air dan sistem jaringan lainnya.

    9. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budidaya sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kota yang dapat memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kota hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.

    10. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

    11. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

    12. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota yang selanjutnya disingkat RTRW Kota adalah RTRW Kota Payakumbuh.

  • 13. Rencana Detail Tata Ruang Kota yang selanjutnya disingkat RDTR Kota adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang untuk rencana tata ruang wilayah kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kota.

    14. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

    15. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya.

    16. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.

    17. Kawasan budi daya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan.

    18. Kawasan permukiman adalah kawasan di luar lahan konservasi yang diperlukan sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian yang berada di daerah perkotaan atau perdesaan.

    19. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan.

    20. Kota adalah pusat permukiman kegiatan penduduk yang mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam peraturan perundangan serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan.

    21. Pembangkit Listrik Tenaga Air yang selanjutnya disingkat PLTA adalah pembangkit listrik yang mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik.

    22. Prasarana kota adalah kelengkapan dasar fisik yang memungkinkan kawasan permukiman perkotaan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, yang meliputi jalan, saluran air bersih, saluran air limbah, saluran air hujan, pembuangan sampah, jaringan gas, jaringan listrik, dan telekomunikasi.

    23. Kawasan strategis kota adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, serta pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi.

    24. Sistem pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau budaya administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional yang mencakup kawasan pusat kota.

    25. Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau budaya administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional.

    26. Subpusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional.

    27. Pusat lingkungan adalah pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau administrasi lingkungan kota.

    28. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis.

  • 29. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

    30. Jaringan jalur kereta api adalah seluruh jalur kereta api yang terkait satu dengan yang lain yang menghubungkan berbagai tempat sehingga merupakan satu sistem.

    31. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

    32. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    33. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

    34. Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disebut RTNH adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan air.

    35. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disebut KDB adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

    36. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disebut KDH adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan.

    37. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.

    38. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disebut TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah.

    39. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disebut TPA adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

    40. Insentif adalah pemberian imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kegiatan yang didorong perwujudannya dalam rencana tata ruang.

    41. Disinsentif adalah penggunaan bentuk-bentuk kompensasi dalam pemanfaatan ruang.

    42. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

    43. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

  • Ruang di Kota Payakumbuh dab mempunyai fungsi membnatu pelaksanaan tugas Walikota dalam koordinasi penataan ruang di Daerah.

    44. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

    45. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.

    46. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.

    Bagian Kedua

    Peran dan Fungsi

    Pasal 2

    RTRW Kota Payakumbuh disusun sebagai alat operasionalisasi pelaksanaan pembangunan di Wilayah Kota Payakumbuh.

    Pasal 3

    RTRW Kota Payakumbuh menjadi pedoman untuk :

    a. acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);

    b. acuan dalam pemanfaatan ruang wilayah kota;

    c. acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kota;

    d. acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan pemerintah, masyarakat dan swasta;

    e. pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kota; dan

    f. dasar pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan acuan dalam administrasi pertanahan.

    Bagian Ketiga

    Ruang Lingkup Pengaturan

    Paragraf 1

    Muatan

    Pasal 4

    RTRW Kota Payakumbuh memuat:

    a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah Kota Payakumbuh;

    b. rencana struktur ruang wilayah kota Payakumbuh yang meliputi sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana kawasan;

    c. rencana pola ruang wilayah kota Payakumbuh yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya;

    d. penetapan kawasan strategis kota;

    e. arahan pemanfaatan ruang wilayah Kota Payakumbuh yang terdiri dari indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; dan

  • f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota Payakumbuh yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

    Paragraf 2

    Wilayah Perencanaan

    Pasal 5

    Wilayah perencanaan RTRW Kota Payakumbuh meliputi seluruh wilayah administrasi Kota Payakumbuh yang terdiri atas:

    a. Kecamatan Payakumbuh Barat;

    b. Kecamatan Payakumbuh Timur;

    c. Kecamatan Payakumbuh Utara;

    d. Kecamatan Payakumbuh Selatan; dan

    e. Kecamatan Lamposi Tigo Nagori.

    BAB II

    TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

    Bagian Kesatu

    Tujuan

    Pasal 6

    Penataan ruang wilayah Kota Payakumbuh bertujuan untuk mewujudkan Kota Payakumbuh sebagai Sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

    Bagian Kedua

    Kebijakan dan Strategi Pasal 7

    Kebijakan dan strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Payakumbuh meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang, pola ruang, dan kawasan strategis.

    Pasal 8

    (1) Kebijakan pengembangan struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 meliputi:

    a. penguatan fungsi dan peran pusat-pusat pelayanan kota;

    b. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan sarana transportasi yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Kota Payakumbuh; dan

    c. pengembangan pelayanan infrastruktur dasar.

    (2) Strategi untuk penguatan fungsi dan peran pusat-pusat pelayanan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

    a. mengembangkan pusat perdagangan/jasa regional Kota Payakumbuh untuk melayani penduduk Kota Payakumbuh dan wilayah di sekitarnya; dan

    b. merelokasi terminal lama dan membangun terminal baru.

  • (3) Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan sarana transportasi yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

    a. membuka akses bagian tengah Kota Payakumbuh sehingga dapat terhubung dengan wilayah sekitarnya hingga ke luar Provinsi Sumatera Barat;

    b. membangun jalan lingkar utara dan lingkar selatan;

    c. membangun jalan bebas hambatan;

    d. mengembangkan jaringan jalur kereta api lintas barat Pulau Sumatera Bagian Utara; dan

    e. membangun terminal penumpang Tipe A dan Terminal penumpang tipe C.

    (4) Strategi untuk pengembangan pelayanan infrastruktur dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

    a. meningkatkan kapasitas terpasang layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Payakumbuh dan mempersiapkan sumber mata air cadangan;

    b. mengembangkan jaringan perpipaan air minum yang melayani seluruh wilayah kota;

    c. menambah pelayanan sistem air minum non perpipaan dengan bantuan-bantuan sumur gali terlindungi serta Hidran Umum (HU) kepada masyarakat;

    d. menyediakan layanan jasa penyedotan kakus dengan skala layanan regional;

    e. melakukan pemeliharaan dan pengawasan saluran drainase eksisting dan pengembangannya melalui pemberdayaan masyarakat;

    f. menyediakan TPS;

    g. mengoperasikan TPA Regional dengan menggunakan metoda sanitary landfill;

    h. memperluas pengadaan telepon umum dan peningkatan jaringan telekomunikasi; dan

    i. membangun BTS/Menara bersama oleh operator penyelenggara telekomunikasi.

    Pasal 9

    (1) Kebijakan pengembangan pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 meliputi:

    a. pengembangan kawasan kawasan baru;

    b. pelestarian aset-aset budaya dan sejarah Kota Payakumbuh; dan

    c. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan.

    (2) Strategi untuk pengembangan kawasan kawasan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

    a. mencadangkan tanah bagi pengembangan kawasan industri;

    b. memberikan insentif bagi investor yang membangun kawasan industri;

    c. mengarahkan pusat peternakan terpadu;

  • d. membangun kawasan pusat pemerintahan Kota Payakumbuh yang terintegrasi dengan pengembangan RTH dan Islamic Center Kota Payakumbuh;

    e. membangun kawasan permukiman secara vertikal dan kompak di sekitar kawasan industri; dan

    f. membangun taman kota.

    (3) Strategi untuk pelestarian aset-aset budaya dan sejarah Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

    a. merevitalisasi fungsi bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sejarah sebagai objek wisata budaya; dan

    b. memberikan insentif terhadap bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai sosial budaya yang tinggi.

    (4) Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

    a. mendukung penetapan kawasan strategis dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;

    b. mengembangkan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;

    c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis dengan kawasan budi daya terbangun; dan

    d. membantu memelihara dan menjaga asset-aset Pertahanan/TNI.

    Pasal 10

    (1) Kebijakan terkait kawasan strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 meliputi:

    a. penetapan dan pengembangan kawasan-kawasan yang sudah ditetapkan sebagai kawasan strategis; dan

    b. pengembangan kegiatan ekonomi regional dan ekonomi kota unggulan sebagai penggerak utama kegiatan ekonomi Kota Payakumbuh.

    (2) Strategi untuk penetapan dan pengembangan kawasan-kawasan yang sudah ditetapkan sebagai kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

    a. membangun kawasan pariwisata; dan

    b. merevitalisasi kawasan pariwisata budaya.

    (3) Strategi untuk pengembangan kegiatan ekonomi regional dan ekonomi kota unggulan sebagai penggerak utama kegiatan ekonomi Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

    a. menetapkan kawasan industri Kota Payakumbuh pada kawasan lingkar utara sebagai kawasan strategis pusat pertumbuhan ekonomi kota; dan

    b. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

  • BAB III

    RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

    Bagian Kesatu

    Umum

    Pasal 11

    (1) Rencana struktur ruang wilayah Kota Payakumbuh meliputi:

    a. pusat-pusat kegiatan;

    b. sistem jaringan prasarana utama; dan

    c. sistem jaringan prasarana lainnya.

    (2) Pusat-pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi rencana sistem pusat pelayanan kota.

    (3) Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi rencana sistem jaringan transportasi.

    (4) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi rencana sistem jaringan energi, rencana sistem jaringan telekomunikasi, rencana sistem jaringan sumber daya air, dan rencana sistem infrastruktur perkotaan.

    (5) Rencana struktur ruang wilayah Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta Rencana Struktur Ruang Kota Payakumbuh dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Bagian Kedua

    Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota

    Pasal 12

    (1) Rencana sistem pusat pelayanan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi:

    a. pusat pelayanan kota;

    b. subpusat pelayanan kota; dan

    c. pusat lingkungan.

    (2) Pusat pelayanan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan dan jasa regional Kota Payakumbuh.

    (3) Pusat Pelayanan Kota (PPK) juga berfungsi sebagai Subpusat Pelayanan Kota (SPPK) I.

    Pasal 13

    Subpusat Pelayanan Kota (SPPK) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b terdiri dari:

    a. SPPK I mempunyai fungsi utama sebagai pusat pengembangan kawasan perkantoran dan jasa serta kawasan pendidikan, dengan pusat terletak di Payobadar;

    b. SPPK II mempunyai fungsi utama sebagai pusat pengembangan pertanian dan pusat pengembangan peternakan terpadu, dengan pusat terletak di Payobasung;

  • c. SPPK III mempunyai fungsi utama sebagai pusat pengembangan perkebunan, dengan pusat terletak di Payolinyam;

    d. SPPK IV mempunyai fubgsi utama sebagai pusat pengembangan kawasan industri dan pergudangan, dengan pusat terletak di Parik Muko Aia; dan

    e. SPPK V mempunyai fungsi utama sebagai pusat pengembangan agrowisata dan pusat pengembangan agribisnis, dengan pusat terletak di Pakan Sinayan.

    Pasal 14

    (1) Pusat Lingkungan (PL) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c merupakan pusat pelayanan yang terdekat untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

    (2) Berdasarkan hirarki, maka pusat lingkungan yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

    a. PPK/SPPK I yang terdiri dari 4 (empat) PL, yang meliputi:

    1. PL 1-1, dengan pusat di Kelurahan Daya Bangun;

    2. PL 1-2, dengan pusat di Kelurahan Balai Gadang;

    3. PL 1-3, dengan pusat di Kelurahan Balai Nan Duo; dan

    4. PL 1-4, dengan pusat di pada Kelurahan Ibuh.

    b. SPPK II terdiri dari 4 (empat) PL, yang meliputi:

    1. PL 2-1, dengan pusat di Kelurahan Payobadar;

    2. PL 2-2, dengan pusat di Kelurahan Sicincin Hilir;

    3. PL 2-3, dengan pusat di Kelurahan Padang Tiakar Mudik; dan

    4. PL 2-4, dengan pusat di Kelurahan Aur Kuning.

    c. SPPK III terdiri 2 (dua) PL, yang meliputi:

    1. PL 3-1, dengan pusat di Kelurahan Payobasung; dan

    2. PL 3-2, dengan pusat di Kelurahan Balai Batimah.

    d. SPPK IV terdiri 4 (empat) PL, yang meliputi:

    1. PL 4-1, dengan pusat di Kelurahan Payolinyam;

    2. PL 4-2, dengan pusat di Kelurahan Muaro;

    3. PL 4-3, dengan pusat di Kelurahan Payonibung; dan

    4. PL 4-4, dengan pusat di Kelurahan Cubadak Air.

    e. SPPK V terdiri dari 4 (empat) PL, yang meliputi:

    1. PL 5-1, dengan pusat di Kelurahan Sungai Durian;

    2. PL 5-2, dengan pusat di Kelurahan Koto Panjang Padang;

    3. PL 5-3, dengan pusat di Kelurahan Koto Tangah; dan

    4. PL 5-4, dengan pusat di Kelurahan Napar.

    f. SPPK VI terdiri dari 3 (tiga) PL, yang meliputi:

    1. PL 6-1, dengan pusat di Kelurahan Pakan Sinayan;

    2. PL 6-2, dengan pusat di Kelurahan Limo Kampung; dan

    3. PL 6-3, dengan pusat di Kelurahan Payolansek.

  • (3) Rencana Pembagian Pusat Pelayanan Kota Payakumbuh dijelaskan lebih rinci dalam tabel dan digambarkan dalam peta Rencana Pembagian Pusat Pelayanan Kota sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 15

    Seluruh kecamatan di Kota Payakumbuh akan diatur lebih lanjut dengan RDTR yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah tersendiri paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan sejak penetapan RTRW Kota Payakumbuh.

    Bagian Ketiga

    Rencana Sistem Jaringan Transportasi

    Pasal 16

    (1) Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan pergerakan barang dan jasa serta memfungsikannya sebagai katalisator dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.

    (2) Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

    a. sistem jaringan transportasi darat; dan

    b. sistem jaringan perkeretaapian.

    (3) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:

    a. jaringan jalan;

    b. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan

    c. jaringan pelayanan angkutan jalan.

    (4) Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi perkeretaapian umum.

    Pasal 17

    (1) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf a meliputi:

    a. jaringan jalan arteri primer meliputi ruas jalan Padang Bukittingggi Payakumbuh (Outter Ring Road) sebelah utara Kota Payakumbuh Riau: dengan ruas jalan Batas KotaSoekarno Hatta Jalan Diponegoro Jalan KH. Ahmad Dahlan sampai persimpangan Jalan Sudirman ke batas Kota Payakumbuh arah Pekanbaru;

    b. jaringan jalan arteri sekunder meliputi jalan lingkar dalam yang melalui Jalan Soekarno Hatta (simpang Jalan Diponegoro) Jalan Sudirman (sampai simpang Jalan KH. Ahmad Dahlan atau simpang Tj. Anau), Jalan Imam Bonjol dan Jalan Prof. Hamka;

    c. jaringan jalan kolektor primer meliputi Jalan Singa Harau (Simpang Bukik Sibaluik) Jalan Khatib Sulaiman simpang Jalan Pahlawan menuju Jalan WR Supratman Jalan Pinus Jalan Agus Salim Jalan Dt Parpatiah Nan Sabatang (simpang Jalan Syech Ibrahim Harun) menuju jalan Panglima Polem Jalan Gajah Mada persimpangan menuju Jalan Sudirman, Jalan Tan Malaka, Jalan

  • Veteran, Jalan Ahmad Yani dan Jalan Prof. M Yamin (menuju Batas Kota);

    d. jaringan jalan kolektor sekunder meliputi sebahagian Jalan Khatib Sulaiman, Jalan Latsitarda, Jalan H. Zainuddin Hamidy, Jalan M. Syafei, Jalan Kamboja, Jalan Kemuning, Jalan Raflesia, Jalan Asoka, Jalan Nusa Indah, Jalan Aster, Jalan Kenaga, Jalan Rasyid Taher, Jalan Minangkabau, Jalan Prof. M Nasrun, Jalan Siti Manggopoh, Jalan Palam, Jalan Cempaka, Jalan Flamboyan, Jalan Rajawali, Jalan RA. Kartini, Jalan Perkutut, Jalan Cendrawasih, Jalan Pacuan, Jalan Ade Irma Suryani, Jalan Duku, Jalan Pemuda I, Jalan Arbel, Jalan Kirab Remaja, Jalan Kaluwek, Jalan Cemara, sebagian Jalan WR. Supratman, Jalan Kihajar Dewantara, Jalan Mahoni, Jalan Sutan Hasanuddin, Jalan Gatot Subroto, Jalan Lampung, Jalan Riau, Jalan Aceh, Jalan Lhoksomawe, dan Jalan Surabaya;

    e. jaringan jalan lokal meliputi ruas-ruas jalan yang melayani pergerakan antar pusat-pusat permukiman;

    f. jaringan jalan lingkungan tersebar di seluruh wilayah kota, meliputi seluruh ruas jalan kecuali yang dikategorikan sebagai jalan arteri, kolektor, dan lokal; dan

    g. jaringan jalan bebas hambatan meliputi ruas jalan Pekanbaru-Bangkinang-Payakumbuh-Bukittinggi.

    (2) Rencana pengembangan jalan yang akan dilakukan meliputi simpang jalan Soekarno Hatta Jalan Sutan Syahrir Jalan Pahlawan Jalan Rasuna Said Jalan Dr. Sutomo menuju jalan Jend. Sudirman (simpang Kaniang Bukik).

    (3) Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat Wilayah Kota Payakumbuh digambarkan dalam peta Rencana Jaringan Jalan Kota Payakumbuh sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 18

    (1) Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf b meliputi terminal penumpang.

    (2) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

    a. terminal Tipe A terletak di sekitar kawasan Parit Muko Aia, Kecamatan Lamposi Tigo Nagori yang merupakan relokasi terminal Tipe C Koto Nan IV; dan

    b. terminal Tipe C yang melayani wilayah kabupaten/ kota terletak di setiap kecamatan yaitu Kecamatan Payakumbuh Utara, Kecamatan Payakumbuh Selatan, Kecamatan Payakumbuh Barat, Kecamatan Payakumbuh Timur, dan Kecamatan Payakumbuh Lamposi Tigo Nagori.

    (3) Rencana terminal penumpang di Kota Payakumbuh dijelaskan lebih rinci dalam RDTR.

    Pasal 19

    (1) Jaringan pelayanan angkutan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) huruf c meliputi trayek angkutan umum berupa trayek yang menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan dan pusat-sub pusat kegiatan.

    (2) Rencana pengembangan trayek angkutan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

  • a. lintasan Jalan Hj. Rky. Rasuna Said;

    b. lintasan Jalan Prof. Muhd. Yamin;

    c. lintasan Jalan Pahlawan - Jl. Khatib Sulaiman; dan

    d. lintasan Jalan Jend. Sudirman.

    Pasal 20

    (1) Sistem jaringan perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4) berupa perkeretaapian antar kota yang melayani angkutan penumpang dan barang dengan jalur Padang Panjang-Payakumbuh.

    (2) Stasiun kereta api kelas kecil ditetapkan di Kawasan Ngalau Sampik.

    Bagian Keempat

    Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

    Paragraf 1

    Sistem Jaringan Energi

    Pasal 21

    (1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi masa datang dalam jumlah yang memadai dan dalam upaya menyediakan akses berbagai macam jenis energi bagi segala lapisan masyarakat.

    (2) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

    a. jaringan tenaga listrik; dan

    b. jaringan pipa minyak dan gas bumi.

    (3) Jaringan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:

    a. pembangkit tenaga listrik; dan

    b. jaringan transmisi.

    (4) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a ditetapkan di PLTA Maninjau dan PLTA Batang Agam, PLTA Ombilin, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Salak, PLTA Koto Panjang.

    (5) Jaringan transmisi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b ditetapkan sebagai sistem interkoneksi Sumatera meliputi:

    a. jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dari Asahan Sumatera Utara sampai Muara Enim Sumatera Selatan;

    b. gardu induk Koto Panjang, gardu induk Payakumbuh, gardu induk Padang Panjang dan gardu induk Padang;

    c. tower arah Batang Agam yang berdaya sebesar 150 KV; dan

    d. gardu Hubung Panyulih, penyulang arah Situjuh, arah Limbanang, arah Halaban, Sicincin Mudik masing-masing berdaya 20 KV.

    (6) Penyediaan dan pemanfaatan jaringan pipa minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diatur lebih lanjut oleh penyelenggara minyak dan gas bumi.

    (7) Rencana Sistem Jaringan Energi Wilayah Kota Payakumbuh digambarkan dalam peta rencana Jaringan Transmisi dan Distribusi Jaringan Listrik Kota Payakumbuh sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

  • Paragraf 2

    Sistem Jaringan Telekomunikasi

    Pasal 22

    (1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat dan dunia usaha terhadap layanan telekomunikasi.

    (2) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

    a. jaringan tetap yang meliputi jaringan tetap lokal, sambungan langsung jarak jauh, sambungan internasional dan tertutup; dan

    b. jaringan bergerak meliputi jaringan bergerak terestrial dan satelit.

    (3) Jaringan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a ditetapkan secara terpisah untuk tiap kawasan dengan lokasi sentral telekomunikasi di Koto Nan IV.

    (4) Jaringan bergerak teresterial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b yang meliputi radio trangking dan radio panggil untuk umum akan ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara telekomunikasi, dengan arah pengembangan jaringan ke bagian utara dan barat kota.

    (5) Jaringan bergerak satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b yang meliputi menara bersama telekomunikasi (BTS) ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara telekomunikasi dengan memperhatikan efisiensi pelayanan, keamanan dan kenyamanan lingkungan sekitarnya.

    (6) Rencana sistem jaringan telekomunikasi Wilayah Kota Payakumbuh digambarkan dalam peta Rencana Sebaran Menara BTS Telekomunikasi Kota Payakumbuh sebagaimana Tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Paragraf 3

    Sistem Jaringan Sumber Daya Air

    Pasal 23

    (1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) bertujuan untuk memberikan akses secara adil kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan air agar dapat berperikehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.

    (2) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

    a. wilayah sungai;

    b. jaringan irigasi; dan

    c. sistem jaringan air baku untuk air minum.

    (3) Wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a yang melewati Kota Payakumbuh adalah Sungai Batang Agam, Sungai Batang Lampasi dan Sungai Batang Sinamar.

    (4) Jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b ditetapkan di Batang Lampasi, Batang Pulau, Batang Talawi, Batang Agam, Batang Tabik, Sei. Bai, Bandar Sei. Talang, Bendung Beringin, Sei. Dareh, Batang Sikali, Bandar Ngalau, dan Bandar Bulakan.

  • (5) Sistem jaringan air baku untuk air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi sumber mata air Batang Tabit, sumber mata air Sungai Dareh dan sumber mata air Sikamuruncing serta mempersiapkan mata air Bulakan sebagai cadangan sumber air baku.

    (6) Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Wilayah Kota Payakumbuh dilengkapi dengan peta Rencana Jaringan Irigasi Kota Payakumbuh sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Paragraf 4

    Sistem Jaringan Infrastruktur Perkotaan

    Pasal 24

    Sistem jaringan infrastruktur perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) meliputi:

    a. sistem penyediaan air minum;

    b. sistem pengelolaan air limbah kota;

    c. sistem persampahan kota;

    d. sistem drainase kota;

    e. penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki;

    f. jalur evakuasi bencana;

    g. sistem proteksi kebakaran; dan

    h. sistem perparkiran;

    Pasal 25

    (1) Sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a bertujuan untuk menjamin kuantitas, kualitas, kontinuitas penyediaan air minum bagi penduduk dan kegiatan ekonomi serta meningkatkan efisiensi dan cakupan pelayanan.

    (2) Sistem penyediaan air minum meliputi:

    a. jaringan perpipaan; dan

    b. jaringan non-perpipaan.

    (3) Jaringan perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan dengan kapasitas produksi di Kota Payakumbuh sebesar kurang lebih 197,35 liter/orang/detik.

    (4) Daerah pelayanan air minum dilayani oleh PDAM Tirta Dharma Kota Payakumbuh.

    (5) Jaringan non-perpipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air diatur lebih lanjut oleh Dinas Tata Ruang dan Kebersihan Kota Payakumbuh.

    (6) Rencana Pengembangan Pelayanan Jaringan Air Minum dilengkapi dengan peta Rencana Pengembangan Pelayanan Jaringan Air Minum Kota

  • Payakumbuh sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 26

    (1) Sistem pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b bertujuan untuk pengurangan, pemanfaatan kembali, dan pengolahan bagi limbah dari kegiatan permukiman dan kegiatan ekonomi dengan memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku.

    (2) Sistem pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

    a. sistem pengelolaan air limbah domestik; dan

    b. sistem pengelolaan air limbah non domestik.

    (3) Sistem pembuangan air limbah domestik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:

    a. sistem pembuangan air limbah terpusat; dan/atau

    b. sistem pembuangan air limbah setempat.

    (4) Sistem pengelolaan air limbah terpusat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat, kawasan perumahan dan kawasan permukiman padat di Kota Payakumbuh, dan khusus untuk limbah tinja diolah pada Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) yang berlokasi di Kecamatan Lamposi Tigo Nagori.

    (5) Sistem pengelolaan air limbah setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dilakukan secara individual melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat pada kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat di Kota Payakumbuh.

    (6) Pengelolaan Limbah non domestik termasuk untuk kawasan industri akan ditangani melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada masing-masing kawasan yang ditetapkan, dan khusus untuk kawasan industri berlokasi di Padang Sikabu Kecamatan Lamposi Tigo Nagori.

    (7) Sistem pengelolaan air limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) diatur menurut peraturan perundangan.

    (8) Rencana Sistem Pengelolaan Air Limbah Wilayah Kota Payakumbuh digambarkan dalam peta Rencana Layanan Pengolahan Limbah Kota Payakumbuh sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 27

    (1) Sistem persampahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.

    (2) Sistem persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari TPS, TPST dan TPA Regional.

  • (3) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan pada setiap unit lingkungan permukiman dan pusat-pusat kegiatan di wilayah Kota Payakumbuh.

    (4) TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan di setiap RW atau Kawasan seluas 500-1.000 meter persegi.

    (5) TPA regional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan seluas kurang lebih 8 (delapan) hektar di Kawasan Kapalo Koto dengan menggunakan metode sanitary landfill

    (6) Mengurangi volume timbulan sampah dengan mengembangkan sistem reduce, reuse, recycle (3R) dalam pengelolaan persampahan.

    (7) Rencana Sistem Persampahan Wilayah Kota Payakumbuh digambarkan dalam peta Rencana Sistem Persampahan Kota Payakumbuh sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 28

    (1) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf d bertujuan untuk mengurangi genangan air bagi kawasan permukiman, industri, perdagangan, perkantoran, persawahan, dan jalan.

    (2) Sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jaringan drainase makro dan mikro.

    (3) Jaringan drainase makro sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bagian dari sistem pada masing-masing DAS di Kota Payakumbuh.

    (4) Jaringan drainase mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari drainase primer, sekunder, dan tersier yang ditetapkan dengan menggunakan pendekatan Sub-DAS pada masing-masing Kecamatan di Kota Payakumbuh.

    (5) Rencana Sistem Jaringan Drainase Wilayah Kota Payakumbuh digambarkan dalam peta Rencana Jaringan Drainase Kota Payakumbuh sebagaimana tercantum dalam Lampiran X yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 29

    (1) Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf e berfungsi untuk memfasilitasi pejalan kaki dari suatu tempat ketempat lain dengan berkesinambungan, lancar, selamat, aman dan nyaman.

    (2) Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki yang ditetapkan bermanfaat untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki.

    (3) Lebar jaringan jalan pejalan kaki diarahkan sebagai berikut:

    a. pada ruas Jalan Ahmad Yani dan Jalan Tan Malaka lebar pedesterian way diarahkan dengan lebar 2 4 meter;

    b. pada ruas Jalan Pacuan, Jalan RKY Rasuna Said, Jalan Semangka, Jalan Veteran, Jalan Soekarno - Hatta, lebar pedesterian way diarahkan dengan lebar 2 3 meter; dan

    c. pada ruas-ruas jalan lingkungan lebar pedestrian way diarahkan dengan lebar 2 2,75 meter.

  • (4) Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki digambarkan dalam peta Rencana Pedestrian (tempat pejalan kaki) Kota Payakumbuh sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 30

    (1) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf f meliputi ruang evakuasi dan jalur penyelamatan (escape road) merupakan ruang terbuka dan jalan-jalan kota yang dikembangkan sebagai jalur pelarian ke bangunan atau kawasan penyelamatan dan wilayah yang aman apabila terjadi bencana alam.

    (2) Ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di Lapangan Kapten Tantawi, Lapangan Kubu Gadang dan RTH lainnya

    (3) Jalan-jalan yang ditetapkan sebagai jalur penyelamatan (escape road) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Jalan Sudirman, Jalan Soekarno Hatta, jalan-jalan di sekitar Lapangan Poliko dan Kawasan Kubu Gadang, serta jalan-jalan yang mengarah ke lapangan terbuka lainnya.

    (4) Jalur evakuasi bencana digambarkan dalam peta Jalur Evakuasi Bencana Kota Payakumbuh sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Pasal 31 (1) Pengembangan sistem proteksi kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    24 huruf g bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran dalam lingkup kota, lingkungan, dan bangunan.

    (2) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencerminkan layanan yang disepakati oleh pemangku kepentingan yang meliputi layanan:

    a. pecegahan kebakaran; b. pemberdayaan peran masyarakat; c. pemadam kebakaran; dan d. penyelamatan jiwa dan harta benda.

    (3) Lokasi hydrant kebakaran tersebar di setiap persimpangan jalan utama di seluruh wilayah kota dan fasilitas umum kota.

    (4) Sistem proteksi kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dalam Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota Payakumbuh.

    Pasal 32

    (1) Sistem perparkiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf h berfungsi untuk menunjang peningkatan kinerja ruas jalan Kota Payakumbuh.

    (2) Penyediaan lahan untuk tempat parkir (off street parking) ditetapkan di kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran dan pemerintahan, dan fasilitas umum lainnya.

    (3) Pengenaan disinsentif bagi pembangunan yang tidak memiliki fasilitas parkir diatur lebih lanjut dengan peraturan walikota.

    BAB IV

    RENCANA POLA RUANG

  • WILAYAH KOTA PAYAKUMBUH

    Bagian Kesatu

    Umum

    Pasal 33

    (1) Rencana pola ruang wilayah Kota Payakumbuh, meliputi:

    a. kawasan lindung kurang lebih seluas 2.988,94 hektar (37,16 persen); dan

    b. kawasan budi daya kurang lebih seluas 5.054,06 hektar (60,89 persen).

    (2) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

    a. hutan lindung;

    b. kawasan perlindungan setempat;

    c. RTH;

    d. kawasan cagar budaya; dan

    e. kawasan rawan bencana alam.

    (3) Kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

    a. kawasan peruntukan perumahan;

    b. kawasan perdagangan dan jasa;

    c. kawasan pusat pemerintahan dan perkantoran;

    d. kawasan peruntukan industri dan pergudangan;

    e. kawasan peruntukan pariwisata;

    f. kawasan RTNH;

    g. kawasan ruang evakuasi bencana;

    h. kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal; dan

    i. kawasan peruntukan lainnya.

    (4) Pola ruang kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam Peta Rencana Pola Ruang Kota Payakumbuh dengan tingkat ketelitian 1:25.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Bagian Kedua

    Kawasan Lindung

    Paragraf 1

    Hutan Lindung

    Pasal 34

    (1) Hutan Lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf a bertujuan untuk mencegah terjadinya erosi, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologi untuk menjamin ketersediaan unsur hara, air tanah, dan air permukaan.

    (2) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di kawasan Kubu Gadang, Kecamatan Payakumbuh Barat kurang lebih seluas 346,75 hektar (4,31 persen).

  • Paragraf

    Kawasan Perlindungan Setempat

    Pasal 35

    (1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf b bertujuan untuk melindungi keberlangsungan sumber air baku, ekosistem daratan, keseimbangan lingkungan kawasan, menciptakan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat, serta meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.

    (2) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

    a. sempadan sungai;

    b. sempadan rel kereta api;

    c. sempadan SUTET; dan

    d. sempadan mata air.

    (3) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a ditetapkan di:

    a. Sungai Batang Agam, Sungai Batang Lampasi dan Sungai Batang Sinamar, dengan lebar 15 (lima belas) meter, diukur dari bibir sungai; dan

    b. Sungai Talang, Sungai Batang Sikali dan Sungai Baih, dengan lebar 10 (sepuluh) meter diukur dari bibir sungai.

    (4) Sempadan kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah kawasan di sisi kiri dan kanan rel kereta api dengan jarak minimal 20 (dua puluh) meter.

    (5) Sempadan SUTET sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c adalah kawasan di sisi kiri dan kanan saluran udara tegangan ekstra tinggi dengan jarak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    (6) Sempadan mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d adalah daratan di sekeliling mata air Bulakan yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi mata air dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter.

    Pasal 36

    (1) Kawasan RTH kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf c bertujuan untuk sebagai jalur hijau dan penyeimbang ekosistem.

    (2) RTH kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan luas minimum 30 (tiga puluh) persen dari luas kota.

    (3) Kawasan RTH kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

    a. RTH pekarangan;

    b. RTH kawasan wisata;

    c. RTH fungsi tertentu; dan

    d. RTH jalur hijau jalan.

    (4) Kawasan RTH pekarangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a ditetapkan di kawasan perumahan, pusat pemerintahan dan Islamic Centre, yang berupa taman kota.

  • (5) Kawasan RTH kawasan wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b ditetapkan di kawasan sekitar Agrowisata Ngalau yang befungsi sebagai hutan kota.

    (6) Kawasan RTH fungsi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c ditetapkan di kawasan sempadan jalan, sungai, SUTET, sabuk hijau, rel kereta api, kawasan pertanian lahan basah beririgasi teknis, jalur hijau dan kawasan pemakaman umum Padang Karambia.

    (7) Kawasan RTH jalur hijau jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d ditetapkan di ruang pejalan kaki, sepanjang pinggir jalan dan median jalan.

    Pasal 37

    (1) Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf d bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang perlu dipertahankan keberadaannya.

    (2) Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

    a. kawasan perkampungan tradisional Kawasan Balai Kaliki; dan

    b. kawasan patung Ratapan Ibu sebagai Monumen Bersejarah.

    Pasal 38

    (1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf e bertujuan untuk memberikan perlindungan semaksimal mungkin atas kemungkinan bencana terhadap fungsi lingkungan hidup dan kegiatan lainnya.

    (2) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

    a. kawasan rawan tanah longsor; dan

    b. kawasan rawan angin puting beliung.

    (3) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan di:

    a. Kecamatan Payakumbuh Barat pada kawasan perbukitan dengan struktur geologi dan lapisan tanah yang rentan dengan kemiringan lereng lebih dari 40 (empat puluh) persen, yang meliputi kawasan Ngalau Balai Panjang, Pakan Sinayan, dan kawasan Kubu Gadang bagian barat; dan

    b. Kecamatan Payakumbuh Selatan pada kawasan perbukitan dengan struktur geologi dan lapisan tanah yang rentan dengan kemiringan lereng lebih dari 40 (empat puluh) persen, yang meliputi kawasan Ampangan dan Kapalo Koto.

    (4) Kawasan rawan angin puting beliung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki karakteristik dan kecenderungan terjadi di kawasan Utara dan Timur Kota Payakumbuh.

    Bagian Ketiga

    Kawasan Budi Daya

    Pasal 39

  • (1) Kawasan perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf a bertujuan untuk:

    a. memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat;

    b. mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur;

    c. memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional; dan

    d. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan bidang-bidang lain.

    (2) Kawasan peruntukan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

    a. perumahan dengan kepadatan tinggi;

    b. perumahan dengan kepadatan sedang; dan

    c. perumahan dengan kepadatan rendah.

    (3) Perumahan berkepadatan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a ditetapkan di Kelurahan Ranah, Kubu Gadang, Balai Gadang, Balai Gurun, Koto Baru, Parak Batung, Parik Rantang, Tanjung Pauh, Tanjung Gadang, Labuh Baru, Nunang, dan Bulakan Balai Kandi.

    (4) Perumahan berkepadatan sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b ditetapkan di Kelurahan Ibuh, Padang Tinggi, Balai Nan Duo, dan Piliang.

    (5) Perumahan berkepadatan rendah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c ditetapkan tersebar di seluruh kecamatan.

    Pasal 40

    (1) Kawasan peruntukkan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf b bertujuan untuk menyediakan ruang bagi pengembangan sektor ekonomi melalui pasar tradisional, pusat perbelanjaan, toko modern dan kawasan perdagangan khusus.

    (2) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

    a. pasar tradisional;

    b. pusat perbelanjaan dan/atau pertokoan;

    c. toko modern; dan

    d. kawasan perdagangan khusus.

    (3) Pasar tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, ditetapkan di pusat-pusat SPPK.

    (4) Pusat perbelanjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, ditetapkan di Labuh Baru, dan pengembangannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

    (5) Toko modern sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, ditetapkan di koridor Jalan Soekarno Hatta, Jalan Sudirman dan Koridor Jalan A. Yani serta tersebar dipusat-pusat SPPK.

    (6) Kawasan perdagangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d berupa pasar ternak dan tempat persinggahan ditetapkan di Koto Panjang dan di kawasan Wisata Ngalau.

  • Pasal 41

    (1) Kawasan pusat pemerintahan dan perkantoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf c bertujuan untuk:

    a. menyediakan ruang bagi kegiatan kepemerintahan Kota Payakumbuh;

    b. terciptanya kinerja pemerintahan yang efektif dan efisien; dan

    c. terjalinnya hubungan kinerja antar dinas dalam satu kawasan.

    (2) Kawasan pusat pemerintahan dan perkantoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kawasan yang difungsikan untuk kegiatan kepemerintahan Kota Payakumbuh dan kegiatan perkantoran jasa swasta.

    (3) Kawasan pusat pemerintahan Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan di Kawasan Pusat Kota Kelurahan Bunian sebagai land mark kota seluas kurang lebih 4 (empat) hektar, dan kawasan perkantoran pemerintahan di kawasan Kubu Gadang.

    (4) Kawasan perkantoran jasa swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan di Jalan Soekarno Hatta, Jalan Sudirman, Jalan Lingkar dalam koridor Jalan Imam Bonjol, Jalan Prof. Hamka, dan Jalan RA Kartini.

    Pasal 42

    (1) Kawasan peruntukan industri dan pergudangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf d bertujuan untuk:

    a. meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing industri; dan

    b. menyediakan ruang bagi pengembangan sektor ekonomi melalui lapangan usaha industri pengolahan dan industri pergudangan.

    (2) Kawasan peruntukan industri dan pergudangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

    a. industri kecil dan/atau industri rumah tangga; dan

    b. industri menengah.

    (3) Industri kecil dan/atau industri rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditetapkan di setiap kecamatan dan dapat bercampur dengan lingkungan permukiman dengan ketentuan kegiatan industri tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kawasan sekitarnya.

    (4) Industri menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan di:

    a. sepanjang koridor jalan arteri primer terintegrasi dengan kawasan pergudangan dan jasa pendukungnya;

    b. kawasan Padang Sikabu seluas kurang lebih 6 (enam) hektar, dikembangkan sebagai pusat pengembangan industri serta fasilitas pendukungnya; dan

    c. sekitar Jalan Lingkar Utara.

    (5) Pergudangan yang dikembangkan meliputi kegiatan distribusi, penyimpanan dan pemasaran ditetapkan di koridor arteri primer.

    Pasal 43

  • (1) Kawasan peruntukkan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf e bertujuan untuk menyelenggarakan jasa pariwisata atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan

    usaha lain yang terkait di bidang tersebut.

    (2) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

    a. pariwisata budaya;

    b. pariwisata alam; dan

    c. pariwisata buatan.

    (3) Pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, lokasinya tersebar di seluruh kecamatan.

    (4) Pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b ditetapkan di:

    a. lokasi objek utama terdiri dari Wisata Alam Ngalau Indah, Wisata Alam Ngalau Sampik, Wisata Alam Panorama Ampangan, Bukit Panjang Patah Sembilan dan Wisata Fauna Pacu Itik, Pacu Jawi dan Pacu Belut; dan

    b. lokasi objek wisata pendukung, yang meliputi:

    1. Wisata Sejarah Rumah Gadang Tuanku lareh, Mesjid Tuo Balai nan Duo, Tugu Ratapan Ibu, Tugu Perjuangan Bukik Sibaluik, dan makam Pejuang Balai Jariang; dan

    2. Pacu Kuda Tradisional.

    (5) Pariwisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c ditetapkan di kawasan Wisata Ngalau.

    Pasal 44

    (1) Kawasan RTNH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf f bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan sirkulasi sistem perkotaan yang selaras dan seimbang dalam penataan kawasan perkotaan di Kota Payakumbuh.

    (2) Kawasan RTNH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan ruang terbuka yang tidak ditanami pepohonan yang dipergunakan untuk berbagai kegiatan terdiri atas:

    a. pelataran parkir;

    b. trotoar/pendestrian;

    c. lapangan upacara; dan

    d. lapangan bermain.

    (3) Kawasan RTNH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan pada sepanjang jalan utama Kota Payakumbuh yang memililiki jalur pejalan kaki, bekas perkantoran bupati Lima Puluh Kota, Pasar Ibuh dan komplek pertokoan Payakumbuh.

    Pasal 45

    (1) Kawasan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf g bertujuan untuk menyediakan lokasi yang aman apabila terjadi bencana alam merupakan ruang terbuka yang dikembangkan sebagai kawasan penyelamatan dan wilayah yang aman apabila terjadi bencana alam di Kota Payakumbuh.

  • (2) Kawasan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di Lapangan Kapten Tantawi dan Lapangan Kubu Gadang.

    Pasal 46

    (1) Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf h bertujuan untuk lebih menertibkan dan mengurangi kesemrautan dan kemacetan pada kawasan pusat kota.

    (2) Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan dalam satu kawasan dengan kemudahan akses dan ketersediaan sarana dan prasarana penunjangnya.

    (3) Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

    a. pelataran pedagang kaki lima di Pusat Pasar Harian Ibuh; dan

    b. kawasan sisi Jalan Soekarno Hatta dan pada Jalan A. Yani yang terletak pada kawasan antara Pusat Pertokoan Blok Barat dan Blok Timur.

    Pasal 47

    (1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (3) huruf i bertujuan untuk menyediakan ruang bagi pengembangan sektor ekonomi, energi, pertahanan, dan sosial.

    (2) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

    a. kawasan pertanian;

    b. kawasan pendidikan;

    c. kawasan kesehatan;

    d. kawasan gardu induk PLN; dan

    e. kawasan pertahanan.

    (3) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:

    a. kawasan peternakan terpadu bertujuan untuk menciptakan pemusatan kegiatan budi daya peternakan terpadu ditetapkan di kawasan Koto Panjang;

    b. kawasan perkebunan dikembangkan di Kecamatan Payakumbuh Selatan, Kecamatan Payakumbuh Utara, Kecamatan Payakumbuh Timur, Kecamatan Payakumbuh Barat dan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori; dan

    c. kawasan pertanian pangan berkelanjutan dikembangkan di Kecamatan Payakumbuh Utara, Payakumbuh Selatan, Kecamatan Payakumbuh Timur dan Kecamatan Lamposi Tigo Nagori.

    (4) Kawasan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah kegiatan layanan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta, dengan arahan penetapan di SPPK I, SPPK II dan SPPK V.

    (5) Kawasan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan layanan kesehatan bagi manusia maupun hewan piaraan yang dilakukan baik oleh Pemerintah maupun swasta, seperti: rumah sakit di Balai Kaliki dan Koto Baru, serta Pusat Kesehatan

  • Masyarakat (Puskesmas) di Payolansek, Padang Karambia, Balai Nan Tuo, Sicincin Hilir dan Balai Jariang.

    (6) Kawasan gardu induk PLN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d meliputi kegiatan pusat distribusi listrik dalam sistem interkoneksi Sumatera, yang ditetapkan di Kelurahan Sicincin Mudik.

    (7) Kawasan pertahanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e meliputi kawasan Batalyon Infanteri 131 Braja Sakti di Kelurahan Ranah Payakumbuh Timur .

    BAB V

    PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

    Pasal 48

    Kawasan strategis adalah kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap:

    a. tata ruang di wilayah sekitarnya;

    b. besarnya kontribusi kawasan terhadap perekonomian Kota

    Payakumbuh sendiri;

    c. skala pelayanan dan dampak kegiatan sosial budaya terhadap tata

    ruang di sekitarnya;

    d. nilai-nilai ekologis; dan

    e. peningkatan kesejahteraan masyarakat.

    Bagian Kesatu

    Umum

    Pasal 49 (1) Kawasan strategis kota terdiri atas:

    a. kawasan strategis bidang pertumbuhan ekonomi;

    b. kawasan strategis bidang sosial budaya;

    c. kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; dan

    d. kawasan strategis bidang pertahanan dan keamanan negara.

    (2) Rencana kawasan strategis kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan pada Peta Kawasan Strategis Kota Payakumbuh sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Bagian Kedua

    Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi

    Pasal 50

    (1) Kawasan strategis bidang pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) huruf a adalah kawasan yang memiliki nilai strategis kota dengan kepentingan pertumbuhan ekonomi kota.

    (2) Kawasan strategis bidang pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

    a. kawasan pusat kota yang berfungsi sebagai kawasan pusat perdagangan regional dan skala kota yang terletak pada kawasan sekitar kelurahan Koto Baru, Bunian, Parak Batung, Parit Rantang, Daya Bangun dan Labuah Baru;

  • b. pusat perdagangan hasil-hasil pertanian dan perkebunan yang terletak pada kawasan Pasar Ibuh;

    c. pusat pengembangan peternakan terpadu, yang terletak pada kawasan Koto Panjang; dan

    d. pusat pengembangan industri dan pergudangan, di koridor jalan lingkar utara Kota Payakumbuh.

    Bagian Ketiga

    Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya

    Pasal 51

    (1) Kawasan strategis bidang sosial budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) huruf b adalah kawasan yang nilai-nilai sosial budayanya perlu dijaga dan dikembangkan untuk menggambarkan peristiwa dan/atau lokasi sejarah dan budaya yang pernah terjadi.

    (2) Kawasan strategis bidang sosial budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di:

    a. kawasan pusat kantor Walikota dan Islamic Center, yang terletak pada kawasan pusat kota, yang merupakan kawasan landmark serta kawasan perkantoran di kawasan Kubu Gadang; dan

    b. kawasan cagar budaya yang merupakan perkampungan tradisional di Balai Kaliki.

    Bagian Keempat

    Kawasan Strategis Bidang Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

    Pasal 52

    (1) Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) huruf c adalah kawasan yang memiliki nilai strategis kota dengan kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

    (2) Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan di kawasan Wisata Ngalau yang berfungsi sebagai kawasan pengembangan agrowisata.

    Bagian Kelima

    Kawasan Strategis Bidang Pertahanan dan Keamanan Negara

    Pasal 53

    (1) Kawasan strategis bidang pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) huruf d adalah kawasan yang memiliki pengaruh penting dalam pengembangan pertahanan dan keamanan negara terdiri atas:

    a. mendukung penetapan kawasan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategic nasional; dan

    b. peruntukan kawasan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi, daerah uji coba system persenjataan dan/atau kawasan industri sistem pertahanan.

    (2) Kawasan strategis bidang pertahanan dan keamanan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Kawasan Batalyon Infantri 131/Braja Sakti di Kelurahan Ranah Kecamatan Payakumbuh Utara.

  • BAB VI

    ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

    WILAYAH KOTA PAYAKUMBUH

    Bagian Kesatu

    Umum

    Pasal 54

    (1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota merupakan perwujudan rencana struktur ruang, pola ruang, dan kawasan-kawasan strategis kota.

    (2) Arahan pemanfaatan ruang terdiri atas:

    a. indikasi program utama;

    b. indikasi lokasi;

    c. indikasi sumber pendanaan;

    d. indikasi pelaksana kegiatan; dan

    e. waktu pelaksanaan.

    (3) Indikasi program utama pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:

    a. indikasi program utama perwujudan struktur ruang;

    b. indikasi program utama perwujudan pola ruang; dan

    c. indikasi program utama perwujudan kawasan strategis kota.

    (4) Indikasi lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b mencakup wilayah administrasi dan kawasan Kota Payakumbuh.

    (5) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas dana Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kota, swasta dan masyarakat.

    (6) Indikasi pelaksana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri atas Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kota, swasta dan masyarakat.

    (7) Indikasi waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d terdiri atas 4 (empat) tahapan, yaitu:

    a. tahap pertama, yaitu tahun 2010 2014, diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan pengembangan;

    b. tahap kedua, yaitu tahun 2015 2019, diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan pengembangan;

    c. tahap ketiga, yaitu tahun 2020 2024, diprioritaskan pada pengembangan dan pemantapan; dan

    d. tahap keempat, yaitu tahun 2025 2030, diprioritaskan pada pemantapan.

    (8) Indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi pelaksana kegiatan, dan waktu pelaksanaan yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel Lampiran XIV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

    Bagian Kedua

    Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang

    Pasal 55

  • (1) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (3) huruf a meliputi indikasi program untuk perwujudan sistem pusat pelayanan kota dan infrastruktur serta perwujudan sistem jaringan prasarana perkotaan.

    (2) Indikasi program utama perwujudan sistem pusat kegiatan dan infrastruktur serta sistem jaringan prasarana perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi indikasi program utama perwujudan sistem pusat pelayanan kota, jaringan transportasi, jaringan telekomunikasi, jaringan energi/kelistrikan, jaringan sumber daya air, penyediaan air minum, pengelolaan air limbah, dan pengelolaan persampahan, jaringan drainase, dan system proteksi kebakaran.

    Pasal 56

    (1) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) pada tahap pertama, diprioritaskan pada:

    a. perwujudan pusat pelayanan kota dan subpusat pelayanan kota;

    b. pengembangan jaringan transportasi meliputi peningkatan dan revitalisasi jalan arteri pimer, kolektor sekunder, angkutan umum, dan pembangunan terminal tipe A;

    c. pengembangan kawasan parkir;

    d. Pengembangan jaringan energy listrik meliputi pembangkit tenaga listrik gardu induk, dan jaringan transmisi;

    e. pengembangan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan bergerak;

    f. pengembangan prasarana air baku dan pelestarian sumber daya air;

    g. pengembangan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan;

    h. pengembangan jaringan air limbah setempat dan pembangunan IPAL terpusat;

    i. pengembangan pengelolaan persampahan meliputi TPS, TPST dan pengoperasian TPA regional.

    j. pengembangan jaringan drainase makro dan mikro; dan

    k. peningkatan fungsi rencana induk sistem proteksi kebakaran;

    (2) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang wilayah Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) pada tahap kedua, diprioritaskan pada:

    a. pengembangan pusat pelayanan kota dan subpusat pelayanan kota meliputi kawasan pertumbuhan ekonomi regional, pusat perdagangan, dan pemerintahan;

    b. peningkatan jaringan transportasi meliputi peningkatan jalan arteri, kolektor sekunder, angkutan umum, dan pembangunan terminal tipe C;

    c. peningkatan dan pembangunan kawasan parkir;

    d. peningkatan jaringan telekomunikasi meliputi pembangunan jaringan telekomunikasi, peningkatan kualitas pelayanan, dan pembangunan warung telekomunikasi;

  • e. peningkatan jaringan energi listrik meliputi pembangunan instalasi baru dan pengoperasian kabel bawah tanah;

    f. peningkatan prasarana air baku dan pelestarian sumber daya air;

    g. peningkatan jaringan air minum perpipaan meliputi penambahan kapasitas debit air;

    h. pengembangan sistem tangki komunal, peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah, pengembangan saluran dan pipa utama saluran air limbah, dan pembuatan instalasi pengolahan setempat untuk kegiatan industri, rumah sakit, hotel, dan restoran;

    i. pengoperasian TPA regional, rehabilitasi TPS, peningkatan pelayanan persampahan, dan usaha reduksi melalui pengomposan, daur ulang, dan pemilahan sampah;

    j. peningkatan jaringan drainase makro dan mikro meliputi pembuatan saluran drainase tersier, dan normalisasi sungai; dan

    k. pengembangan fungsi rencana induk sistem proteksi kebakaran;

    (3) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) pada tahap ketiga, diprioritaskan pada:

    a. peningkatan fungsi pusat pelayanan kota dan subpusat pelayanan kota meliputi kawasan pertumbuhan ekonomi regional, pusat perdagangan, dan pemerintahan;

    b. penyelenggaraan jalan bebas hambatan dan jalan kolektor primer, peningkatan kondisi jembatan, revitalisasi jaringan perkeretaapian, dan penertiban kegiatan yang mengganggu perlintasan jalur kereta api;

    c. revitalisasi peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan;

    d. pemantapan kawasan parkir;

    e. pemantapan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga listrik, gardu induk, dan jaringan transmisi;

    f. pemantapan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan bergerak;

    g. pemantapan prasarana air baku dan pelestarian sumber daya air;

    h. pemantapan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan;

    i. pemantapan sistem tangki komunal, peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah, pengembangan saluran dan pipa utama saluran air limbah, dan pembuatan instalasi pengolahan setempat untuk kegiatan industri, rumah sakit, hotel, dan restoran;

    j. pemantapan jaringan drainase makro dan mikro meliputi pembuatan saluran drainase tersier, normalisasi sungai, dan penyusunan Rencana Induk Sistem Drainase Kota Payakumbuh;

    k. pemantapan TPA regional, rehabilitasi TPS, peningkatan pelayanan persampahan, dan usaha reduksi melalui pengomposan, daur ulang, dan pemilahan sampah; dan

    l. pemantapan fungsi rencana induk sistem proteksi kebakaran;

    (4) Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) huruf a pada tahap keempat, diprioritaskan pada:

    a. pemantapan fungsi pusat pelayanan kota dan subpusat pelayanan kota;

  • b. pemantapan jaringan transportasi meliputi transportasi jalan, jalur kereta api, dan stasiun kereta api;

    c. pemantapan kawasan parkir;

    d. pemantapan jaringan energi listrik meliputi pembangkit tenaga listrik, gardu induk, dan jaringan transmisi;

    e. pemantapan jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap dan bergerak;

    f. pemantapan jaringan sumber daya air, dan jaringan sungai;

    g. pemantapan jaringan air minum perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan;

    h. pemantapan sistem tangki komunal, peningkatan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah, pengembangan saluran dan pipa utama saluran air limbah, dan pembuatan instalasi pengolahan setempat untuk kegiatan industri, rumah sakit, hotel, dan restoran; dan

    i. pemantapan persampahan TPS, TPST dan TPA regional

    j. pemantapan jaringan drainase makro dan mikro meliputi perbaikan sistem drainase, dan peningkatan kapasitas drainase mikro yang ada;

    Bagian Ketiga

    Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang

    Pasal 57

    (1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (3) huruf b meliputi indikasi program untuk perwujudan kawasan lindung dan perwujudan kawasan budi daya.

    (2) Indikasi program utama perwujudan kawasan lindung dan perwujudan kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi indikasi program untuk perwujudan kawasan lindung yang terdiri dari perlindungan setempat, cagar budaya, RTH dan rawan bencana, serta indikasi program untuk perwujudan kawasan budidaya yang terdiri dari kawasan peruntukkan, perumahan, perdagangan dan jasa, pusat pemerintahan dan perkantoran, industri dan pergudangan, pariwisata, ruang untuk sektor informal dan kawasan peruntukan lainnya.

    Pasal 58

    (1) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) pada tahap pertama, diprioritaskan pada:

    a. pengendalian dan pengembangan sempadan sungai, sempadan mata air, sempadan rel kereta api, pembangunan RTH, dan pengelolaan bangunan warisan budaya;

    b. pengembangan Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun kawasan perumahan, dan pembangunan infrastruktur dasar;

    c. pengembangan dan penyusunan pedoman pengembangan kawasan perdagangan dan jasa serta fasilitas penunjangnya, dan pemerataan

  • fasilitas perdagangan menurut skala pelayanan dan struktur ruang kota;

    d. pengembangan dan peningkatan pusat perkantoran pemerintahan dan kawasan pemerintahan;

    e. pembangunan infrastruktur dasar kawasan industri, pengembangan industri kecil dan/atau industri rumah tangga, pengembangan industri menengah, dan pengembangan pergudangan;

    f. pengembangan fasilitas pendukung kegiatan pariwisata;

    g. pengelolaan kegiatan pedagang kaki lima; dan

    h. pembangunan kawasan peruntukan lainnya, relokasi kawasan peruntukan lainnya yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, pemeliharaan dan rehabilitasi.

    (2) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) pada tahap kedua, diprioritaskan pada:

    a. peningkatan fungsi sempadan sungai, sempadan mata air, sempadan rel kereta api, pembangunan RTH, dan pengelolaan bangunan warisan budaya;

    b. pengembangan Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun kawasan perumahan dan pembangunan infrastruktur dasar;

    c. pengembangan dan penyusunan pedoman pengembangan kawasan perdagangan dan jasa serta fasilitas penunjangnya, dan pemerataan fasilitas perdagangan menurut skala pelayanan dan struktur ruang kota;

    d. rehabilitasi dan peningkatan fungsi kawasan peruntukan pusat pemerintahan dan perkantoran;

    e. pembangunan dan peningkatan fungsi infrastruktur dasar kawasan industri, pengembangan industri kecil dan/atau industri rumah tangga, pengembangan industri menengah, dan pengembangan pergudangan;

    f. pengembangan fasilitas pendukung pariwisata;

    g. pengelolaan kegiatan pedagang kaki lima; dan

    h. pembangunan kawasan peruntukan lainnya, relokasi kawasan peruntukan lainnya yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, pemeliharaan dan rehabilitasi.

    (3) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) pada tahap ketiga, diprioritaskan pada:

    a. pemantapan sempadan sungai, sempadan mata air, sempadan rel kereta api, pembangunan RTH, dan pengelolaan bangunan warisan budaya;

    b. pemantapan Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun kawasan perumahan dan infrastruktur dasar;

    c. pengembangan fasilitas pendukung pariwisata; dan

    d. pemantapan kawasan peruntukan lainnya, relokasi kawasan peruntukan lainnya yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, pemeliharaan dan rehabilitasi.

    (4) Indikasi program utama perwujudan pola ruang wilayah Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (2) pada tahap keempat, diprioritaskan pada:

  • a. pemantapan sempadan sungai, sempadan mata air, sempadan rel kereta api, pembangunan RTH, dan pengelolaan bangunan warisan budaya; dan

    b. pemantapan Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun kawasan perumahan dan infrastruktur dasar.

    Bagian Keempat

    Indikasi Program Utama Perwujudan Kawasan Strategis

    Pasal 59

    (1) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (3) huruf c meliputi indikasi program untuk perwujudan kawasan strategis.

    (2) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis dalam ayat (1) meliputi indikasi program untuk perwujudan kawasan strategis bidang ekonomi, kawasan strategis bidang sosial dan budaya, kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan, dan kawasan strategis bidang pertahanan dan keamanan negara.

    Pasal 60

    (1) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) pada tahap pertama, diproritaskan pada :

    a. peningkatan fungsi dan pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi;

    b. penataan dan pembangunan fasilitas kawasan Pasar Ibuh; dan

    c. peningkatan fungsi kawasan pertahanan.

    (2) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) pada tahap kedua, diproritaskan pada :

    a. penataan dan pembangunan fasilitas kawasan Pasar Ibuh, pengembangan kawasan strategis sosial dan budaya;

    b. pengembangan dan pembangunan fasilitas kawasan peternakan terpadu Koto Panjang;

    c. penataan dan pembangunan fasilitas kawasan koridor lingkar utara;

    d. pembangunan pasar-pasar pusat SPPK;

    e. penataan kawasan perkantoran pemerintahan Kubu Gadang;

    f. revitalisasi kawasan Balai Kaliki;

    g. pembangunan kawasan agrowisata Ngalau Indah;

    h. pembangunan kawasan wisata Bukit Patah Sembilan; dan

    i. pengembangan kawasan pertahanan.

    (3) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) pada tahap ketiga, diproritaskan pada:

    a. pengembangan dan pembangunan fasilitas kawasan peternakan terpadu Koto Panjang;

    b. penataan dan pembangunan fasilitas kawasan koridor lingkar utara;

    c. pembangunan pasar-pasar pusat SPPK;

    d. penataan kawasan perkantoran pemerintahan Kubu Gadang;

  • e. revitalisasi kawasan Balai Kaliki;

    f. pembangunan kawasan agrowisata Ngalau Indah;

    g. pembangunan kawasan wisata Bukit Patah Sembilan; dan

    h. pemantapan kawasan pertahanan.

    (4) Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) pada tahap keempat, diproritaskan pada :

    a. pembangunan kawasan agrowisata Ngalau Indah; dan

    b. pembangunan kawasan wisata Bukit Patah Sembilan.

    Bagian Kelima

    Indikasi Sumber Pendanaan

    Pasal 61

    (1) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2) huruf b terdiri atas dana pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur di wilayah Kota Payakumbuh dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belaja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Investasi swasta, dan atau kerjasama pendanaan.

    (2) Kerjasama pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (3) Pengelolaan aset hasil kerjasama Pemerintah-swasta dapat dilakukan sesuai dengan analisa kelayakan ekonomi dan finansial.

    BAB VII

    KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

    Bagian Kesatu

    Umum

    Pasal 62

    (1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota Payakumbuh digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota Payakumbuh.

    (2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas:

    a. ketentuan umum peraturan zonasi;

    b. ketentuan umum perizinan;

    c. ketentuan umum pemberian insentif dan disinsentif; dan

    d. arahan sanksi.

    Bagian Kedua

    Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

    Pasal 63

    (1) Ketentuan umum peraturan zonasi wilayah Kota Payakumbuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh dalam menyusun peraturan zonasi.

  • (2) Ketentuan umum peraturan zonasi memuat:

    a. ketentuan umum kegiatan yang diperbolehkan, kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat, dan kegiatan yang dilarang;

    b. ketentuan umum intensitas pemanfaatan ruang;

    c. ketentuan umum prasarana dan sarana minimum terkait pengendalian pemanfaatan ruang; dan

    d. ketentuan khusus sesuai dengan karakter masing-masing zona.

    (3) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (2) huruf a meliputi:

    a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk struktur ruang; dan

    b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk pola ruang.

    Paragraf 1

    Ketentuan Umum Peraturan Zonasi untuk Struktur Ruang

    Pasal 64

    Ketentuan umum peraturan zonasi untuk struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (3) huruf a, meliputi:

    a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan jalan arteri primer; dan

    b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sekitar rel kereta api.

    Pasal 65

    (1) Peraturan zonasi untuk jaringan jalan arteri primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 huruf a meliputi:

    a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan arteri primer dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;

    b. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang sisi jalan arteri primer;

    c. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jalan arteri primer yang memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan; dan

    d. dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang pengawasan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditentukan dari tepi badan jalan paling sedikit dengan ukuran15 (lima belas) meter.

    (2) Peraturan zonasi sekitar rel kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 huruf b meliputi:

    a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api dilakukan dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;

    b. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang pengawasan jalur kereta api yang dapat mengganggu kepentingan operasi dan keselamatan transportasi perkeretaapian;

    c. pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta api;

    d. pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta

  • api dan jalan; dan

    e. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api dengan memperhatikan dampak lingkungan dan kebutuhan pengembangan jaringan jalur kereta api.

    Paragraf 2

    Ketentuan Umum Peraturan Zonasi untuk Pola Ruang

    Pasal 66

    (1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pola ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (3) huruf b meliputi:

    a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung; dan

    b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budi daya.

    (2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:

    a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat;

    b. ketentuan umum peraturan zonasi RTH kota;

    c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan cagar budaya; dan

    d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana.

    (3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budi daya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

    a. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perumahan;

    b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perdagangan dan jasa;

    c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pusat pemerintahan dan perkantoran;

    d. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan kawasan industri dan pergudangan;

    e. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pariwisata; dan

    f. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan lainnya.

    Pasal 67

    (1) Peraturan zonasi kawasan yang memberikan perlindungan kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf a meliputi:

    a. peraturan zonasi untuk sempadan sungai; dan

    b. peraturan zonasi untuk sempadan sekitar mata air.

    (2) Peraturan zonasi untuk sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diarahkan dengan ketentuan:

    a. batas sempadan sungai paling rendah disesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan; dan

    b. tidak diperkenankan adanya budi daya termasuk mendirikan bangunan, kecuali bangunan yang menunjang fungsi kawasan dan/atau bangunan yang merupakan bagian dari suatu jaringan atau transmisi bagi kepentingan umum.

  • (3) Peraturan zonasi untuk sempadan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diarahkan dengan ketentuan:

    a. pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam, mengganggu kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian fungsi lingkungan hidup;

    b. pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau

    c. kegiatan yang merusak kualitas air, mata air serta mengganggu aliran air.

    Pasal 68

    Peraturan zonasi RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (2) huruf b diarahkan dengan ketentuan sebagai berikut:

    a. zona RTH adalah untuk RTH kawasan perlindungan setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan kereta api, RTH sempadan SUTET, taman kota, hutan kota, dan pemakaman umum;

    b. kegiatan yang dilarang adalah kegiatan perdagangan dan jasa yang memanfaatkan ruang fasilitas umum, menimbulkan limbah serta polusi, serta mengakibatkan terganggunya fungsi RTH;

    c. proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30 (tiga puluh) persen ya