PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8...

26
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Daerah diberikan kewenangan untuk menggali dan menggunakan potensi sumber-sumber penerimaan di Daerah dalam bentuk Pajak dan Retribusi Daerah guna mewujudkan kemandirian Daerah yang otonom; b. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya di bidang pelayanan pengujian kendaraan bermotor oleh Pemerintah Daerah, maka Peraturan Daerah 17 Tahun 2001 yang mengatur tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Tahun 1950 Nomor 41), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2730); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) ; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

Transcript of PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 8...

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN

NOMOR 8 TAHUN 2012

TENTANG

PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASURUAN,

Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Daerah diberikan kewenangan untuk

menggali dan menggunakan potensi sumber-sumber penerimaan di Daerah dalam bentuk Pajak dan Retribusi Daerah guna mewujudkan kemandirian

Daerah yang otonom;

b. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat khususnya di bidang pelayanan pengujian kendaraan bermotor oleh Pemerintah Daerah, maka

Peraturan Daerah 17 Tahun 2001 yang mengatur tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor perlu diganti;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan b, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Tahun 1950 Nomor 41), sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2730);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) ;

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4844);

2

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar Negara Tahun 2004

Nomor 126, Tambahan Lembar Negara Nomor 4438);

5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5025);

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5038);

7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor

5049);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun

1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang

Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3530);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005

Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang

Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5161);

13. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan

Peraturan Perundang-undangan;

14. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 63 Tahun 1993 tentang Persyaratan Ambang Batas dan Laik

Jalan Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan, Karoseri dan Bak Muatan serta Komponen-komponennya;

15. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 71 Tahun 1993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor;

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)di Pemerintahan Daerah ;

3

17. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 9 Tahun 2004 tentang Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 4 Tahun 2008 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Pasuruan

(Lembaran Daerah Kabupaten Pasuruan Tahun 2008 Nomor 04);

19. Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 12

Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 209);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN PASURUAN

dan

BUPATI PASURUAN

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAAN

DAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah daerah Kabupaten Pasuruan.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan.

3. Kepala Daerah adalah Bupati Pasuruan.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pasuruan.

5. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi

daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6. Kas Umum Daerah adalah Kas Umum Daerah Kabupaten Pasuruan.

7. Instansi Pemungut adalah Dinas Perhubungan Kabupaten Pasuruan.

8. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan

kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan

Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi

kolektif dan bentuk usaha tetap.

4

9. Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan

retribusi daerah.

10.Wajib retribusi adalah orang pribadi dan/atau badan yang menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi yang terhutang termasuk

pemungut atau pemotongan retribusi tertentu.

11.Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa

pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang disediakan dan/ atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

12.Jasa adalah kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

13.Jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

14.Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa pelayanan

pengujian kendaraan bermotor dari pemerintah daerah.

15.Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD,

adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh kepala daerah.

16.Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah

pokok retribusi yang terutang.

17.Insentif pemungutan retribusi yang selanjutnya disebut insentif adalah tambahan penghasilan yang diberikan sebagai penghargaan atas kinerja

tertentu dalam melaksanakan pemungutan retribusi.

18.Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan

data objek dan subjek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada wajib retribusi serta pengawasan penyetorannya.

19.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya

disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi

lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

20.Instansi Pemungut Retribusi adalah dinas perhubungan Kabupaten

Pasuruan.

21.Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengujian Kendaraan Bermotor yang

selanjutnya disebut UPTD adalah unit pelaksana teknis dinas perhubungan yang mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan pengujian kendaraan bermotor di daerah.

22.Penguji kendaraan bermotor adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi

tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan tugas pengujian kendaraan bermotor

yang diangkat menurut Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

5

23.Pengujian kendaraan bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji

dan/atau memeriksa bagian-bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus dalam rangka

pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan.

24.Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor yang selanjutnya disebut Uji

Berkala adalah pengujian kendaraan yang dilakukan secara berkala terhadap setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus.

25.Laik jalan adalah persyaratan minimum kondisi suatu kendaraan yang

harus dipenuhi agar terjaminnya keselamatan dan mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan lingkungan pada waktu dioperasikan

di jalan.

26.Kendaraan wajib uji adalah mobil penumpang umum, mobil bus, mobil barang, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus.

27.Bukti Lulus Uji adalah berupa buku uji/kartu uji dan tanda uji.

28.Buku uji berkala adalah tanda bukti lulus uji berkala berbentuk buku

yang berisi data dan legitimasi hasil pengujian berkala setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, atau kendaraan khusus.

29.Tanda uji berkala adalah tanda bukti lulus uji berkala berbentuk plat

berisi data mengenai kode wilayah pengujian, nomor uji kendaraan dan masa berlaku yang dipasang secara permanen pada tempat tertentu di

kendaraan.

30.Tanda samping adalah tanda yang berisi informasi singkat hasil uji berkala yang dicantumkan/dipasang secara permanen dengan

menggunakan cat atau stiker pada bagian samping kanan, kiri kendaraan bermotor.

31.Bukti Lulus Uji adalah berupa buku uji/kartu uji dan tanda uji.

32.Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor.

33.Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas

rel.

34.Mobil penumpang adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang

memiliki tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.

35.Mobil bus adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki

tempat duduk lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.

36.Mobil barang adalah kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan barang.

37.Kereta gandengan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk

mengangkut barang yang seluruh bebannya ditumpu oleh alat itu sendiri dan dirancang untuk ditarik oleh kendaraan bermotor.

38.Kereta tempelan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang dirancang untuk ditarik dan sebagian bebannya ditumpu oleh kendaraan bermotor penariknya.

6

39.Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor yang dirancang khusus

yang memiliki fungsi dan rancang bangun tertentu antara lain kendaraan bermotor TNI, kendaraan bermotor POLRI, alat berat

bulldozer, tractor, mesin gilas (stoomwalts), forklift, loader, excavator, crane serta kendaraan khusus penyandang cacat.

40.Jumlah Berat Yang Diperbolehkan selanjutnya disebut JBB adalah berat

maksimum kendaraan bermotor berikut muatannya yang diperbolehkan menurut rancangannya.

41.Rubah Fungsi Kendaraan Bermotor adalah perubahan fungsi kendaraan

bermotor dari kendaraan bermotor umum menjadi kendaraan bermotor perorangan atau sebaliknya.

42.Persetujuan Teknis adalah surat keterangan yang diberikan kepada pemilik kendaraan yang telah mengalami perubahan spesifikasi teknis mengenai persyaratan tentang susunan, peralatan, perlengkapan,

ukuran, bentuk, karoseri, pemuatan, rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukannya, emisi gas buang, penggunaan, penggandengan dan penempelan kendaraan bermotor.

43.Uji ulang adalah pengujian kendaraan bermotor yang dilakukan

terhadap kendaraan wajib uji yang melakukan pelanggaran di jalan dalam hal pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan dan/ atau

terhadap kendaraan wajib uji yang dinyatakan tidak lulus uji berkala sebelumnya.

44.Penyidik adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia atau

pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.

45.Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah

data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan/atau untuk

tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan.

46.Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian

tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan

tersangkanya.

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 2

Ruang Lingkup Peraturan Daerah ini meliputi ketentuan penyelenggaraan Pengujian Kendaraan Bermotor dan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

7

BAB III

PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

Bagian Kesatu Pengujian Kendaraan Bermotor

Pasal 3

(1) Kendaraan bermotor wajib uji yang berada di daerah dan dioperasikan

di jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan serta wajib

dilakukan pengujian.

(2) Dikecualikan dari ketentuan wajib uji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah memperoleh sertifikasi atau registrasi uji tipe dibebaskan dari kewajiban uji berkala untuk yang pertama kali selama 6 (enam)

bulan terhitung sejak diterbitkan surat tanda nomor kendaraan untuk yang pertama kali.

(3) Pengujian kendaran bermotor sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengujian

Kendaraan Bermotor atau tempat lain yang memenuhi syarat dan dilakukan oleh penguji yang memiliki kompetensi penguji kendaraan bermotor.

(4) Tenaga Penguji sebagaimana dimaksud ayat (3) diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah atas usul Kepala Dinas.

Pasal 4

(1) Untuk dapat dilakukan pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3, pemilik kendaraan atau kuasanya wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada pejabat yang ditunjuk.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diajukan paling lambat 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan uji bagi : a. Kendaraan baru dan/ atau kendaraan mutasi masuk dan numpang uji

dari daerah lain; b. Permohonan kendaraan wajib uji yang telah berakhirnya masa uji

dan/ atau sebelum berakhirnya masa uji.

(3) Pelaksanaan pengujian dilakukan tepat waktu sesuai permohonan uji

berkala.

(4) Untuk setiap permohonan pengujian kendaraan bermotor, perubahan dan/ atau penggantian tanda bukti lulus uji serta persetujuan teknis

dipungut biaya retribusi.

Pasal 5

(1) Setiap kendaraan wajib uji yang sudah dilakukan pengujian dinyatakan lulus uji jika memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan menurut ketentuan yang berlaku.

(2) Setiap kendaraan wajib uji yang dinyatakan lulus uji berkala diberikan

tanda bukti lulus uji yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia.

(3) Tanda bukti lulus uji sebagaimana dimaksud ayat (2) berlaku selama 6 (enam) bulan.

8

Pasal 6

(1) Pemilik kendaran harus melaporkan secara tertulis kepada pejabat yang

ditunjuk di daerah asal pelaksana pengujian yang menerbitkan buku uji, apabila : a. Terjadi kehilangan atau kerusakan; b. Kendaraan dimutasikan atau di numpang ujikan ke daerah lain;

c. Terjadi perubahan spesifikasi teknis kendaraan atau perubahan bentuk/modifikasi yang tidak sesuai dengan data kendaraan dalam buku uji; dan

d. Kendaraan yang mengalami rubah fungsi dan/atau alih kepemilikan sehingga tidak sesuai lagi dengan data yang tercantum dalam buku uji.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud ayat (1), maka untuk :

a. Kehilangan atau kerusakan buku uji diganti dengan buku uji baru; b. Kendaraan dimutasi-ujikan atau dinumpang-ujikan masuk/keluar

daerah harus dilengkapi dengan persetujuan teknis dari daerah asal; c. Kendaraan yang mengalami perubahan spesifikasi teknis atau mengalami

perubahan bentuk/modifikasi sehingga tidak sesuai lagi dengan data kendaraan dalam buku uji diberikan persetujuan teknis dan buku uji baru; dan

d. Kendaraan yang mengalami rubah fungsi dan/atau alih kepemilikan sehingga tidak sesuai lagi dengan data yang tercantum dalam buku uji diberikan persetujuan teknis dan buku uji baru.

(3) Penggantian buku uji baru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,

diberikan setelah dilengkapi Surat Keterangan Tanda Lapor Kehilangan dari Kepolisian Republik Indonesia, dikecualikan bagi buku uji yang rusak/tidak terbaca.

Bagian Kedua Ketentuan Tidak Lulus Uji dan Uji Ulang

Pasal 7

(1) Bagi kendaraan wajib uji yang setelah dilakukan pengujian dinyatakan tidak lulus uji, maka penguji wajib memberitahukan secara tertulis

kepada pemohon atau kuasanya tentang : a. Waktu dan tempat dilakukan pengujian ulang; dan b. Perbaikan-perbaikan atau penggantian komponen yang harus

dilakukan pemilik kendaraan.

(2) Bagi kendaraan wajib uji yang setelah dilakukan pengujian ulang tetap dinyatakan tidak lulus uji, maka diberikan kesempatan satu kali lagi.

(3) Pemilik atau kuasanya dapat mengajukan banding terhadap hasil

penilaian atau putusan penguji sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada atasan penguji.

(4) Pengajuan banding hanya dapat diajukan 1 (satu) kali.

(5) Pelaksanaan uji ulang atas permohonan banding tidak dipungut biaya.

9

Pasal 8

Pemilik kendaraan atau kuasanya yang melakukan uji ulang melewati batas

waktu yang telah ditetapkan, diberlakukan sebagai pemohon baru dan wajib daftar ulang.

Bagian Ketiga

Ketentuan Pengujian Kendaraan Bermotor

Pasal 9

Persyaratan dan tata cara permohonan dan pelaksanaan pengujian berkala kendaraan bermotor diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal 10

(1) Pemilik kendaraan wajib uji dapat memutasikan atau melakukan uji berkala di luar wilayah daerah tempat kendaraan tersebut terdaftar

dengan disertai ijin dari Pejabat yang berwenang.

(2) Persyaratan dan tata cara mutasi uji masuk/keluar dan, numpang uji masuk/keluar daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala

Daerah.

Pasal 11

(1) Bagi pemilik kendaraan atau kuasanya yang telah mendaftarkan untuk uji berkala dan tidak dapat melakukan uji tepat pada waktunya, maka yang bersangkutan wajib melaporkan secara tertulis kepada pejabat yang ditunjuk dengan menyebut alasan-alasan yang sah.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud ayat (1), pejabat yang ditunjuk menetapkan jadwal baru untuk uji berkala.

BAB IV

RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

Bagian Kesatu Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 12

Dengan nama Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dipungut retribusi sebagai pembayaran atas jasa pelayanan pengujian kendaraan bermotor

yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 13

Obyek Retribusi Kendaraan Bermotor adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor wajib uji yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

10

Pasal 14

(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan

dan/atau menikmati jasa pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.

(2) Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk

melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

Bagian Kedua Golongan Retribusi

Pasal 15

Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor digolongkan dalam retribusi jasa umum.

Bagian Ketiga Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 16

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan, fekwensi pengujian dan jumlah kendaraan yang diuji.

Bagian Keempat

Prinsip dan Sasaran Penetapan dan Peninjauan Tarif Retribusi

Pasal 17

(1) Prinsip penetapan tarif ditentukan dengan memperhatikan biaya

penyediaan jasa, kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) termasuk biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan biaya modal.

Pasal 18

(1) Besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut :

NO JENIS PELAYANAN JENIS KENDARAAN

BESAR RETRIBUSI

1 2 3 4

I. Biaya Pengujian Kendaraan

Bermotor

1. a. Pengujian Berkala Untuk Yang Pertama Kali - JBB < 3.500 kg - JBB > 3.500 kg

Semua jenis kendaraan

Rp. Rp.

50.000,- 60.000,-

11

1 2 3 4

b. Pengujian Berkala - JBB < 3.500 kg

- JBB > 3.500 kg

Rp. Rp.

30.000,- 40.000,-

2. Bukti Lulus Uji :

a. Buku Uji

b. Tanda Uji/ Plat Uji c. Tanda Samping

Semua jenis

kendaraan

Rp.

Rp. Rp.

10.000,-

7.500,- 2.500,-

3. Pelayanan Persetujuan Teknis

Terhadap Kendaraan Wajib Uji Yang Melakukan : a. Uji Berkala Pertama Kali. b. Perubahan Bentuk/Modifikasi.

c. Mutasi Uji Masuk/Keluar Daerah.

d. Numpang Uji Masuk/Keluar

Daerah. e. Perubahan Fungsi Kendaraan. f. Perubahan Kepemilikan

Kendaraan.

Semua jenis kendaraan

Rp.

30.000,-

(2) Tarif retribusi sebagaimana dimaksud ayat (2) ditinjau kembali paling

lama 3 (tiga) tahun sekali.

(3) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.

Bagian Kelima

Wilayah Pemungutan

Pasal 19

Retribusi dipungut di wilayah Daerah tempat pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.

Bagian Keenam Masa Retribusi dan Saat Retribusi Terutang

Pasal 20

Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 6 (enam) bulan yaitu batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan pelayanan pengujian

kendaraan bermotor yang lamanya sama dengan jangka waktu pelayanan diberikan.

Pasal 21

Saat retribusi terutang terjadi dalam masa retribusi sejak pelayanan diberikan atau sejak saat diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

12

Bagian Ketujuh Tata Cara Pemungutan

Pasal 22

(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis dan kartu langganan dalam bentuk stiker yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah.

(3) SKRD dan dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicetak oleh Dinas setelah mendapat porporasi dari Dinas yang berwenang.

(4) Tata Cara pelaksanaan pemungutan retribusi diatur dengan Peraturan

Kepala Daerah.

Bagian Kedelapan Penentuan Pembayaran, Tempat Pembayaran, Angsuran

Dan Penundaan Pembayaran

Pasal 23

(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilakukan secara

tunai/lunas.

(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari

sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didahului dengan Surat Teguran.

(4) Hasil pemungutan retribusi disetor secara bruto ke Kas Umum Daerah

paling lama 1 hari kerja.

(5) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur oleh Kepala Daerah.

Pasal 24

(1) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud Pasal 23 menggunakan

SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.

(3) Blangko isian SKRD sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih lanjut

oleh Kepala Daerah.

Pasal 25

(1) Retribusi dibayarkan pada Kas Umum Daerah atau Bank yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

(2) Selain pada kas daerah atau bank yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembayaran retribusi dapat dilakukan pada

Bendaharawan Penerimaan atau petugas yang ditunjuk pada SKPD yang menangani Retribusi Kendaraan Bermotor.

13

Pasal 26

(1) Dalam hal Wajib Retribusi tidak dapat membayar tepat pada waktunya

atau kurang membayar, dapat mengajukan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran kepada Kepala Daerah.

(2) Permohonan angsuran atau penundaan pembayaran sebagaimana dimaksud ayat (1) harus menyebutkan alasan yang jelas.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai angsuran dan penundaan pembayaran diatur oleh Kepala Daerah.

Bagian Kesembilan Tata Cara Penagihan

Pasal 27

(1) Penagihan retribusi yang terutang menggunakan STRD dan didahului

dengan surat teguran.

(2) Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai

awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.

(3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau surat

peringatan atau surat lain yang sejenis disampaikan, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

(4) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala Daerah

atau Pejabat yang ditunjuk.

Bagian Kesepuluh Tata Cara Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi

Pasal 28

(1) Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib

Retribusi.

(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan melihat fungsi objek retribusi.

(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah.

Bagian Kesebelas

Kedaluwarsa Penagihan Retribusi

Pasal 29

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun sejak saat terutangnya retribusi, kecuali jika wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

14

(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertanggung jika : a. diterbitkan Surat Teguran; atau

b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi, baik langsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat

tegurat tersebut.

(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, adalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan

masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan

angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan wajib retribusi.

Bagian Keduabelas

Tata Cara Penghapusan Piutang Retribusi Yang Kedaluwarsa

Pasal 30

(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk

melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Kepala Daerah menetapkan keputusan penghapusan piutang retribusi

yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Tata Cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

Bagian Ketigabelas Keberatan

Pasal 31

(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen

lain yang dipersamakan.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.

(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi

dan pelaksanaan penagihan Retribusi.

15

Pasal 32

(1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak

tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk

memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi,bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Kepala Daerah.

(3) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima

seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.

(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang

diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 33

(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran Retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 12

(dua belas) bulan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

Bagian Keempat Belas Pengembalian Kelebihan Pembayaran

Pasal 34

(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat

mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah

dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)

bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB atau SKRDLB.

(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah

lewat 2 (dua) bulan, Kepala Daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran Retribusi.

16

BAB V

INSENTIF PEMUNGUT

Pasal 35

(1) SKPD yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(3) Tata cara penetapan, pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 36

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah

diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan

tindak pidana di bidang retribusi daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat

oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau

laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan

sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah; d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan

tindak pidana di bidang retribusi daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas

penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah; g. menyuruh berhenti dan/ atau melarang seseorang meninggalkan

ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/ atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa

sebagai tersangka atau saksi;

17

j. menghentikan penyidikan; dan/atau k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan

tindak pidana di bidang retribusi daerah sesuai dengan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai

dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB VII KETENTUAN SANKSI

Bagian Kesatu

Sanksi Administrasi

Pasal 37

(1) Wajib Retribusi yang tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih

dengan menggunakan STRD;

(2) Kendaraan wajib uji yang dinyatakan tidak lulus uji dan tidak dapat memenuhi perbaikan atau kekurangan persyaratan teknis laik jalan sesuai waktu yang ditentukan, dikenakan sebagai pemohon baru

ditambah biaya keterlambatan uji.

(3) Denda sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan penerimaan daerah.

Pasal 38

(1) Setiap kendaraan wajib uji yang terlambat melakukan uji berkala

melewati batas akhir masa berlaku tanda bukti lulus uji dikenakan

denda Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) setiap bulan keterlambatan paling banyak 36 (tiga puluh enam) bulan;

(2) Kendaraan bermotor wajib uji yang akan melaksanakan uji harus didaftarkan paling lambat 1 (satu) hari sebelum pelaksanaan uji, apabila

kendaraan bermotor wajib uji yang telah didaftarkan ternyata tidak datang pada saat pelaksanaan uji dikenakan denda sebesar 20 % (dua puluh persen) dari biaya pengujian kendaraan bermotor;

Pasal 39

Biaya Penggantian Bukti Lulus Uji dikenakan apabila :

a. Buku uji rusak karena kesalahan pemilik dikenakan biaya Rp. 50.000,- b. Buku uji hilang dikenakan biaya Rp. 100.000,- c. Plat uji rusak/hilang dikenakan biaya Rp. 25.000,-

18

Bagian Kedua Sanksi Pidana

Pasal 40

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3

(tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penerimaan

Negara.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 41

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 17 Tahun 2001 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor (Lembaran Daerah Kabupaten Pasuruan Tahun 2001

Nomor 17, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 35) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 42

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pasuruan.

Ditetapkan di Pasuruan pada tanggal 19 Maret 2012

BUPATI PASURUAN,

ttd,

Diundangkan di Pasuruan DADE ANGGA

pada tanggal 19 Maret 2012

SEKRETARIS DAERAH,

ttd,

AGUS SUTIADJI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2012 NOMOR 08

19

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN

NOMOR 8 TAHUN 2012

TENTANG

PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

I. PENJELASAN UMUM

Bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

khususnya pemilik kendaraan bermotor wajib uji dan dalam rangka memberikan jaminan keselamatan terhadap penggunaan kendaraan bermotor di jalan, telah diatur ketentuan mengenai Pengujian Kendaraan

Bermotor. Dalam Peraturan Daerah ini dimaksud mengatur kewajiban orang pribadi atau badan yang menggunakan dan/atau menikmati pelayanan pengujian kendaraan bermotor yang diberikan Pemerintah Daerah dan atas pemberian pelayanan pengujian kendaraan bermotor

dipungut retribusi dengan nama Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor.

Transportasi memiliki peranan yang penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, pemerataan pembangunan di segala

bidang. Hal ini dapat dilihat pada meningkatnya kebutuhan jasa angkutan untuk mobilitas orang dan/ atau barang dari dan ke pelosok wilayah daerah. Kendaraan bermotor beserta rangkaiannya merupakan

sarana transportasi darat yang banyak dipergunakan orang. Agar kendaraan bermotor dan rangkaiannya dapat dipakai dengan aman, selamat, berumur panjang, tidak membahayakan penumpangnya maupun orang lain maka harus selalu dirawat dan diperiksa melalui

pengujian kendaraan bermotor secara berkala.

Dalam Peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaanya menyebutkan bahwa setiap kendaraan bermotor dan rangkaiannya yang dioperasikan di jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan

serta wajib dilakukan pengujian.

Adapun tujuan dari penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor adalah :

1. Memberi jaminan keselamatan secara teknis terhadap penggunaan kendaraan bermotor di jalan.

2. Menjaga kelestarian lingkungan dari kemungkinan pencemaran udara yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor di jalan.

3. Memberikan pelayanan umum kepada masyarakat seperti informasi tentang daya angkut, kondisi teknis kendaraan bermotor dan sebagainya.

Dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 17 Tahun 2001 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor perlu ditinjau kembali guna disesuaikan substansi yang

mengatur tentang retribusi daerah sesuai Undang-undang Nomor 28

20

Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Peninjauan kembali terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 17 Tahun 2001 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

dimaksudkan untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan dan rasionalisasi pembiayaan yang dibutuhkan dalam pemberian pelayanan dibidang pengujian kendaraan bermotor. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, perlu membentuk Peraturan

Daerah tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dengan mencabut ketentuan retribusi sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 17 Tahun 2001

tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Adanya pengertian tentang istilah dalam

pasal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya salah tafsir dalam memahami

dan melaksanakan pasal-pasal yang bersangkutan. Hal ini diperlukan, karena istilah-istilah tersebut mengandung

pengertian yang baku dan teknis dalam bidang pengujian kendaraan bermotor dan retribusi daerah

Pasal 1 angka 1 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 2 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 3 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 4 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 5 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 6 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 7 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 8 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 9 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 10 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 11 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 12 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 13 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 14 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 15 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 16 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 17 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 18 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 19 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 20 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 21 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 22 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 23 : Cukup jelas

21

Pasal 1 angka 24 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 25 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 26 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 27 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 28 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 29 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 30 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 31 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 32 : Termasuk dalam pengertian kendaraan

bermotor adalah kereta gandengan, kereta tempelan yang dirangkai dengan kendaraan

penariknya

Pasal 1 angka 33 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 34 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 35 : Termasuk dalam pengertian mobil bus

adalah kendaraan bermotor yang memiliki jarak sumbu /wheel base 3.000 mm (tiga ribu milimeter) atau lebih walaupun jumlah tempat duduknya kurang dari 8 (delapan)

orang tidak termasuk pengemudi.

Pasal 1 angka 36 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 37 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 38 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 39 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 40 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 41 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 42 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 43 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 44 : Cukup jelas

Pasal 1 angka 45 : Cukup jelas

Pasal 2 : Cukup jelas

Pasal 3 ayat (1) : Yang dimaksud “yang berada di daerah”

adalah kendaraan bermotor yang sudah didaftarkan di UPTD Pengujian Kendaraan

Bermotor Kabupaten Pasuruan dan/ atau kendaraan bermotor yang beroperasi lebih dari 3 (tiga) bulan. Kewajiban uji kendaraan

ini juga berlaku terhadap kendaraan-kendaraan milik pemerintah

Pasal 3 ayat (2) : Kendaraan yang dibebaskan dari kewajiban uji berkala, harus didaftarkan kepada Unit

Pelaksana Pengujian kendaraan bermotor di wilayahnya selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum masa pembebasan uji berkala berakhir dan setelah itu wajib

dilaksanakan pengujian

22

Pasal 3 ayat (3) : Cukup jelas

Pasal 3 ayat (4) : Cukup jelas

Pasal 4 ayat (1) : Cukup jelas

Pasal 4 ayat (2) : Tanda bukti lulus uji terdiri dari buku uji, tanda uji (plat uji/sticker) dan tanda samping

Pasal 3 ayat (3) : Pelaksanaan pengujian dapat diajukan pada tanggal batas masa berlaku tanda bukti lulus uji atau sebelumnya

Pasal 3 ayat (4) : Termasuk dalam persetujuan teknis adalah : a. Uji Berkala Pertama Kali. b. Perubahan Bentuk/Modifikasi. c. Mutasi Uji Masuk/Keluar Daerah.

d. Numpang Uji Masuk/Keluar Daerah. e. Perubahan Fungsi Kendaraan. f. Perubahan Kepemilikan Kendaraan

Bermotor

Pasal 5 : Cukup jelas

Pasal 6 : Cukup jelas Pasal 7 ayat (1) : Cukup jelas

Pasal 7 ayat (2) : Bilamana hasil penilaian uji ulang tetap

dinyatakan tidak lulus uji, pemilik kendaraan atau kuasanya dapat memperbaiki dan melengkapi kekurangannya serta mengajukan

permintaan uji ulang yang ke-2 (dua) atau yang terakhir

Pasal 7 ayat (3) : Terhadap permohonan banding Atasan

Penguji dapat menolak dengan disertai alasan teknis atau menerima dengan memerintahkan kepada penguji lainnya untuk melakukan uji ulang

Pasal 7 ayat (4) : Cukup jelas

Pasal 7 ayat (5) : Dalam hal pemohon melaksanakan uji ulang pada waktu dan tempat yang telah

ditetapkan oleh penguji, pelaksanaan uji ulang tersebut tidak dipungut biaya.

Sebaliknya dalam hal pemohon melaksanakan uji ulang lewat batas waktu

dan tempat yang telah ditetapkan oleh penguji, maka pelaksanaan uji ulang tersebut terhadap pemohon dipungut biaya sebagaimana pemohon baru

Pasal 8 : Cukup jelas

23

Pasal 9 : Cukup jelas Pasal 10 ayat (1) : Karena ada suatu keperluan operasional

kendaraan wajib uji dapat dimutasikan dan dimintakan uji berkala di luar wilayah Kabupaten Pasuruan, sebaliknya kendaraan dari luar daerah berdasarkan

ijin dapat mengajukan permohonan uji berkala di UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor Kabupaten Pasuruan

Pasal 10 ayat (2) : Cukup jelas Pasal 11 ayat (1) : Yang dimaksud dengan menyebutkan

alasan-alasan yang sah adalah surat

keterangan lapor yang diketahui dan disahkan oleh Pejabat Yang Ditunjuk dengan melampirkan : a. Surat Keterangan bengkel bagi kendaraan

yang rusak. b. Surat Keterangan Penahanan bagi

kendaraan dari yang berwajib karena

pelanggaran lalu lintas atau pelanggaran akibat tindak pidana lainnya

Pasal 11 ayat (2) : Cukup jelas

Pasal 12 : Cukup jelas Pasal 13 : Cukup jelas

Pasal 14 : Cukup jelas

Pasal 15 : Cukup jelas Pasal 16 : Cukup jelas

Pasal 17 : Cukup jelas Pasal 18 : Cukup jelas

Pasal 19 : Cukup jelas Pasal 20 : Cukup jelas

Pasal 21 : Cukup jelas Pasal 22 : Cukup jelas

Pasal 23 : Cukup jelas

Pasal 24 : Cukup jelas Pasal 25 : Cukup jelas

24

Pasal 26 : Cukup jelas Pasal 27 : Cukup jelas

Pasal 28 ayat (1) : Pengurangan, keringanan dan

penghapusan retribusi kepada wajib retribusi diberikan setelah mendapat

evaluasi dan rekomendasi dari Dinas Perhubungan dengan Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah.

Pengurangan, keringanan dan penghapusan retribusi dapat diberikan dalam rangka memperingati hari-hari tertentu antara lain Hari Jadi Kabupaten

Pasuruan, Hari Perhubungan dan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia

Pasal 28 ayat (2) : Cukup jelas

Pasal 28 ayat (3) : Cukup jelas

Pasal 28 ayat (4) : Cukup jelas

Pasal 29 ayat (1) : Saat kedaluwarsa penagihan retribusi ini perlu ditetapkan untuk memberi kepastian hukum kapan utang retribusi tersebut tidak dapat ditagih lagi

Pasal 29 ayat (2) huruf a : Dalam hal diterbitkan Surat Teguran kadaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.

Pasal 29 ayat (2) huruf b : Yang dimaksud dengan pengakuan utang

Retribusi secara langsung adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan

belum melunasinya kepada pemerintah Daerah.

Yang dimaksud dengan pengakuan utang secara tidak langsung adalah Wajib

Retribusi tidak secara nyata-nyata langsung menyatakan bahwa ia mengakui mempunyai utang Retribusi kepada

Pemerintah Daerah. Contoh :

- Wajib Retribusi mengajukan permohonan angsuran / penundaan pembayaran.

- Wajib Retribusi mengajukan permohonan keberatan.

Pasal 29 ayat (3) : Cukup jelas

Pasal 29 ayat (4) : Cukup jelas

Pasal 29 ayat (5) : Cukup jelas

25

Pasal 30 : Cukup jelas Pasal 31 : Cukup jelas

Pasal 32 : Cukup jelas Pasal 33 : Cukup jelas

Pasal 34 : Cukup jelas

Pasal 35 ayat (1) : Yang dimaksud dengan “SKPD yang melaksanakan pemungutan” adalah dinas/ badan/ lembaga yang tugas pokok dan fungsinya melaksanakan pemungutan

Pajak dan Retribusi

Pasal 35 ayat (2) : Cukup jelas

Pasal 35 ayat (3) : Pemberian insentif dimaksudkan untuk meningkatkan :

a. Kinerja SKPD. b. Semangat kerja bagi pejabat atau

pegawai SKPD.

c. Pelayanan kepada masyarakat. d. Pendapatan daerah.

Pasal 36 ayat (1) : - Penyidik dibidang Retribusi daerah adalah

pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

- Penyidikan tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur dalam Undang-

undang Hukum Acara Pidana dan Peraturan Pelaksanaannya.

Pasal 36 ayat (2) : Cukup jelas.

Pasal 36 ayat (3) : Cukup jelas.

Pasal 36 ayat (4) : Cukup jelas. Pasal 37 : Cukup jelas.

Pasal 38 ayat (1) : Ketentuan ini dimaksudkan untuk

memberikan dorongan peringatan lepada pemilik atau pemegang kendaraan agar

mengujikan kendaraannya secara berkala dan tepat waktu.

Pasal 38 ayat (2) : Cukup jelas.

Pasal 39 : Cukup jelas. Pasal 40 : Cukup jelas.

26

Pasal 41 : Cukup jelas. Pasal 42 : Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 240