peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

82
- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2011 - 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASAMAN BARAT, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Pasaman Barat dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun rencana tata ruang wilayah; b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha; c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka perlu penjabaran ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; dan d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011 – 2031 dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok - Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 2. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

Transcript of peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

Page 1: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 1 -

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT

NOMOR 18 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PASAMAN BARAT

TAHUN 2011 - 2031

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASAMAN BARAT,

Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten

Pasaman Barat dengan memanfaatkan ruang wilayah secara

berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan

berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu disusun

rencana tata ruang wilayah;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan

pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat maka

rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi

investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah,

masyarakat, dan/atau dunia usaha;

c. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 26 tahun

2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah

No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional, maka perlu penjabaran ke dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten; dan

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasaman Barat

Tahun 2011 – 2031 dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok - Pokok Agraria (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

2043);

2. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990

tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3419);

Page 2: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 2 -

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992

tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3470);

4. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999

tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3888); sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2004 tantang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Tahun 86, Tambahan lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4412); 5. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002

tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

6. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2003 tentang Pembentukan

Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Solok Selatan, dan

Kabupaten Pasaman Barat di Provinsi Sumatera Barat

(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 153, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4348);

7. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004

tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 134, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3477);

8. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004

tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4411);

9. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4421);

10. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor

124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4436),sebagaimana telah diubah dengan Undang –Undang

Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun

2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5074);

11. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

Page 3: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 3 -

Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

12. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004

tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4444);

13. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007

tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4722);

14. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4723);

15. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang (Lembaran Negara Reublik Indonesia Tahun 2007

Nomor 68,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4725;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008

tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009

tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4966);

19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009

tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 83, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5014);

20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956);

21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3699);

22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009

tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074);

Page 4: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 4 -

23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011

tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188);

24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5234);

25. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun

1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian

Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998

Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3776);

26. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3034);

27. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun

2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);

28. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146,Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);

29. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun

2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4490);

30. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun

2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

31. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2006 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2006 Nomor 46,Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4624);

32. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun

2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1966 Nomor 86,Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4655);

33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun

2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah provinsi dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 86,Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4737);

Page 5: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 5 -

34. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun

2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 48,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4833);

35. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun

2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4987);

36. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun

2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5048);

37. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5086);

38. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi

Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010

Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5098);

39. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun

2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 17,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5099);

40. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun

2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1503);

41. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2010 tentang Wilayah Pertambangan(Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5110);

42. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan

Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5111);

43. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun

2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5112);

44. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun

2010 tentang Bentuk Tata Cara Peran Masyarakat dalam

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5160);

Page 6: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 6 -

45. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun

2011 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5160);

46. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun

2011 tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak

Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 61, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5221);

47. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008

tentang Tata cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah

Tentang Rencana Tata Ruang Daerah;

48. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009

tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

49. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009

tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten;

50. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2009

tentang Pedoman persetujuan Substansi Dalam Penetapan

Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Umum Tata

Ruang Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten/Kota beserta Rencana Rincinya;

51. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011

tentang Pedoman Penyusunan Produk Hukum Daerah;

52. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia

Nomor 630/KPTS/M/2008 tentang Penetapan Ruas-ruas

Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya

Sebagai Jalan Arteri dan Jalan Kolektor 1;

53. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia

Nomor 631/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas – ruas

Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional;

54. Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor

SK.304/Menhut-II/2011 tentang Perubahan Peruntukan

Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Bukan Hutan seluas ±

96.904 (Sembilan Puluh Enam Ribu Sembilan Ratus

Empat)Hektar, Perubahan Antar Fungsi Kawasan Hutan

Seluas ± 147.213 (Seratus Empat Puluh Tujuh Ribu Dua

Ratus Tiga Belas) Hektar dan Penunujukan Bukan Kawasan

Hutan Menjadi Kawasan Hutan Seluas ± 9.906 (Sembilan

Ribu Sembilan Ratus Enam) Hektar di Propinsi Sumatera

Barat;

55. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun

2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang.

56. Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Barat Nomor 7 tahun

2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)

Daerah Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2005-2025

(Lembaran Daerah Kabupaten Tahun 2010 Nomor 7 Seri D);

57. Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Barat Nomor 8 Tahun

2011 tentang Pemerintahan Nagari (Lembaran Daerah

Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011 Nomor 8 Seri D); dan

Page 7: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 7 -

58. Peraturan Daerah Kabupaten Pasaman Barat Nomor 11

Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) (Lembaran Daerah Kabupaten

Pasaman Barat Tahun 2011 Nomor 11 Seri D);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT

dan

BUPATI PASAMAN BARAT

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PASAMAN BARAT

TAHUN 2011 – 2031.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Pasaman Barat.

2. Bupati adalah Bupati Pasaman Barat.

3. Kabupaten adalah Kabupaten Pasaman Barat.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pasaman Barat.

5. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

6. Nagari adalah Kesatuan Masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas

wilayah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus ketentuan masyarakat

setempat, berdasarkan filosofi adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah dan

atau berdasarkan asal-usul dan adat minangkabau yang diakui dan dihormati.

7. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut dan ruang udara

termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia

dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan

kehidupannya.

8. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

9. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,

dan pengendalian pemanfaatan ruang.

10. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

11. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan

prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial

ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.

12. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang

meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk

fungsi budidaya.

Page 8: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 8 -

13. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

14. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,

pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.

15. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang

melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan

pengendalian pemanfaatan ruang.

16. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola

ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan

program beserta pembiayaannya.

17. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata

ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

18. Sistem perwilayahan adalah pembagian wilayah dalam kesatuan sistem

pelayanan, yang masing-masing memiliki kekhasan fungsi pengembangan.

19. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap

unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

administratif dan/atau aspek fungsionalp.

20. Hak atas tanah adalah hak sebagaimana dimaksud hak sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok – Pokok Agraria.

21. Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok,

yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik

yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

22. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya;

23. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam

dan sumberdaya buatan.

24. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya

manusia dan sumberdaya buatan;

25. Kawasan Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok

memproduksi hasil hutan.

26. Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan

lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi

sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan

yang menudukung prikehidupan dan penghidupan.

27. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,

termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan

sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,

pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

28. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman

perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

sosial dan kegiatan ekonomi.

29. Kawasan Resapan Air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi

untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi

(akuifer) yang berguna sebagai sumber air.

30. Kawasan Sekitar Danau/Waduk adalah kawasan sekeliling danau atau waduk

yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi

danau/waduk.

Page 9: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 9 -

31. Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat

kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi pertanian dan

pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukan oleh adanya

keterkaitan fungsional dan hierarkis keruangan satuan sistem permukiman dan

sistem agrobisnis.

32. Kawasan Minapolitan adalah kawasan pengembangan ekonomi berbasis usaha

penangkapan ikan yang dikembangkan secara terintegrasi oleh pemerintah,

swasta, dan masyarakat untuk menciptakan iklim usaha yang lebih baik untuk

pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat

pada suatu wilayah.

33. Kawasan Pesisir adalah wilayah pesisir tertentu yang ditunjukan dan atau

ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu, seperti karakter fisik,

biologi, sosial dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya.

34. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup

kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

35. Sempadan Pantai adalah kawasan perlindungan setempat sepanjang pantai

yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian dan

kesucian pantai, keselamatan bangunan, dan tersedianya ruang untuk lain

lintas umum.

36. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk

sungai buatan/ kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting

untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

37. Pusat Kegiatan Wilayah promosi yang selanjutnya disebut PKWp adalah pusat

kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian dapat ditetapkan sebagai PKW.

38. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan

yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa

kecamatan.

39. Pusat Kegiatan Lokal promosi yang selanjutnya disebut PKLp adalah pusat

kegiatan yang dipromosikan untuk dikemudian dapat ditetapkan sebagai PKL.

40. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau

beberapa nagari.

41. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat

permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar nagari.

42. Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten adalah jaringan prasarana

wilayah yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten dan

untuk melayani kegiatan yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana

skala kabupaten.

43. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi

lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di

bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali

jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

44. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap

unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

administratif dan atau aspek fungsional.

45. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam

satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya

kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.

Page 10: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 10 -

46. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-

batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan

lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat

perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan

fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan

fasilitas penunjang lainnya.

47. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan

batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan

pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun

penumpang dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat

berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan

pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan

intra dan antarmoda transportasi.

48. Kawasan Peruntukan Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan

tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem

yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman

tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta

manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan

dan masyarakat.

49. Kawasan Peruntukan Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan

dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya

secara berkelanjutan, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai

dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

50. Kawasan Peruntukan Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha

hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan

sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan,

dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk

mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.

51. Kawasan Peruntukan Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan

sumber daya fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin

peternakan, budi daya ternak, panen, pascapanen, pengolahan, pemasaran,

dan pengusahaannya.

52. Kawasan Peruntukan Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan

kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral,

batubara dan panas bumi yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi

kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,

pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

53. Pertambangan Mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa

bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.

54. Pertambangan Batubara adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat

di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal.

55. Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau

didirikan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

56. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan

utuh, menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan,

stabilitas, dan produktifitas lingkungan hidup.

57. Konservasi adalah pengelolaan pemanfaatan oleh manusia terhadap biosfer

sehingga dapat menghasilkan manfaat berkelanjutan yang terbesar kepada

generasi sekarang sementara mempertahankan potensinya untuk memenuhi

kebutuhan dan aspirasi generasi akan datang (suatu variasi defenisi

pembangunan berkelanjutan).

Page 11: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 11 -

58. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik

melalui membangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

menghadapi ancaman bencana.

59. Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,

klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada

suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan

mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk

menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

60. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk masyarakat

hukum adat, korporasi/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain

dalam penyelenggaraan penataan ruang.

61. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata

ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

62. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan

pemanfaatan.

63. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD

adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung Undang-

Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Kabupaten Pasaman

Barat dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam

koordinasi penataan ruang di daerah.

BAB II

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu

Tujuan Penataan Ruang

Pasal 2

Penataan ruang Kabupaten Pasaman Barat bertujuan untuk mewujudkan tata ruang

Kabupaten Pasaman Barat yang berbasis agro dan kelautan ditunjang sektor

industri yang dikelola secara integratif dan berkelanjutan.

Bagian Kedua

Kebijakan Penataan Ruang

Pasal 3

Kebijakan penataan ruang Kabupaten Pasaman Barat, terdiri atas :

a. pengembangan sumber daya lahan Kabupaten Pasaman Barat dilakukan dengan

mengutamakan sektor pertanian dan perkebunan yang ramah lingkungan;

b. pemanfaatan sumber daya kelautan dan pesisir dikelola dengan menggunakan

teknologi yang tepat dan didukung dengan infrastruktur yang memadai;

c. pemantapan fungsi kawasan konservasi sebagai penyangga ekosistem wilayah

Kabupaten Pasaman Barat dan sekitarnya; dan

d. pengembangan pusat-pusat permukiman secara tematik sesuai karakter dan

perannya sehingga tercipta sistem perkotaan yang saling menguatkan dalam

kesatuan wilayah Kabupaten Pasaman Barat.

Page 12: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 12 -

Bagian Ketiga

Strategi Penataan Ruang

Pasal 4

(1) Strategi pengembangan sumber daya lahan Kabupaten Pasaman Barat

dilakukan dengan mengutamakan sektor pertanian dan perkebunan yang

ramah lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, terdiri atas :

a. menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagai bagian dari

ketahanan pangan lokal;

b. menetapkan tata batas Kawasan Peruntukan Perkebunan sesuai dengan

daya dukung lahan yang ada;

c. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung pertanian dan

perkebunan yang sesuai dengan kebutuhan guna peningkatan produktivitas

komoditas; dan

d. mengembangkan kegiatan pertanian dan perkebunan organik yang

terintegrasi dengan peternakan.

(2) Strategi pemanfaatan sumber daya kelautan dan pesisir dikelola dengan

menggunakan teknologi yang tepat dan didukung dengan infrastruktur yang

memadai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, terdiri atas :

a. mengembangkan kawasan pesisir melalui pola minapolitan yang ramah

bencana;

b. mengembangkan prasarana pendukung perikanan tangkap dalam kerangka

peningkatan produksi yang lebih optimal;

c. mengembangkan pemanfaatan potensi kelautan non ikan;

d. menguatkan fungsi konservasi pantai dan laut dangkal; dan

e. mengembangkan kawasan wisata bahari melalui peningkatan prasarana dan

sarana penunjang yang memadai.

(3) Strategi pemantapan fungsi kawasan konservasi sebagai penyangga ekosistem

wilayah Kabupaten Pasaman Barat dan sekitarnya sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 huruf c, terdiri atas :

a. memantapkan tata batas kawasan lindung;

b. melakukan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan yang berfungsi lindung;

c. mengembangkan kegiatan penelitian, produk hutan non kayu dan ekowisata;

d. mengembangkan sabuk pengaman hijau kawasan lindung yang mempunyai

nilai ekonomi;

e. menguatkan fungsi hutan bakau sebagai bagian penyeimbang ekosistem

pesisir dan ekowisata; dan

f. menetapkan kawasan rawan bencana yang akan ditangani dengan

pendekatan mitigasi bencana pada kawasan yang telah dimanfaatkan

sebagai kawasan budi daya.

(4) Strategi pengembangan pusat-pusat permukiman secara tematik sesuai karakter

dan perannya sehingga tercipta sistem perkotaan yang saling menguatkan dalam

kesatuan wilayah Kabupaten Pasaman Barat sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3 huruf d, terdiri atas :

a. menguatkan fungsi Simpang Ampek sebagai pusat pemerintahan,

perdagangan dan jasa;

b. mengembangkan kawasan perkotaan Kinali sebagai pusat agroindustri yang

ramah lingkungan;

c. menguatkan fungsi Aia Bangih sebagai pusat kegiatan yang berbasis kelautan;

Page 13: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 13 -

d. mengembangkan pusat-pusat kegiatan pelayanan kawasan dan lingkungan

yang mendukung pengembangan potensi ekonomi wilayah hinterland-nya;

e. mengembangkan prasarana wilayah yang menunjang fungsi pusat-pusat

kegiatan dan pelayanan sehingga mempunyai peran yang optimal dalam

sistem wilayah ekonomi Pasaman Barat; dan

f. mengembangkan sistem mitigasi bencana untuk kawasan perkotaan yang

berada di kawasan rawan bencana.

BAB III

RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 5

(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Pasaman Barat, terdiri atas :

a. pusat – pusat kegiatan;

b. sistem jaringan prasarana utama; dan

c. sistem jaringan prasarana lainnya.

(2) Rencana struktur ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat

ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Pusat-pusat Kegiatan

Pasal 6

(1) Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Pasaman Barat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, terdiri atas :

a. PKWp;

b. PKLp;

c. PPK; dan

d. PPL.

(2) PKWp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu Simpang Ampek di

Kecamatan Pasaman.

(3) PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu Ujuang Gadiang di

Kecamatan Lembah Melintang.

(4) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas :

a. Kinali di Kecamatan Kinali; dan

b. Aia Bangih di Kecamatan Sungai Beremas.

(5) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdiri atas :

a. Sasak di Kecamatan Sasak Ranah Pasisie;

b. Simpang Tigo di Kecamatan Luhak Nan Duo;

c. Simpang Tigo Alin di Kecamatan Gunuang Tuleh;

d. Koto Dalam di Kecamatan Sungai Aua;

e. Silapiang di Kecamatan Ranah Batahan;

f. Parik di Kecamatan Lembah Melintang; dan

g. Talu di Kecamatan Talamau.

Page 14: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 14 -

Bagian Ketiga

Sistem Jaringan Prasarana Utama

Pasal 7

Sistem jaringan prasarana utama yang ada di Kabupaten Pasaman Barat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, terdiri atas :

a. sistem jaringan transportasi darat;

b. sistem jaringan transportasi laut; dan

c. sistem jaringan transportasi udara.

Paragraf 1

Sistem Jaringan Transportasi Darat

Pasal 8

(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf

a, terdiri atas :

a. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, terdiri atas jaringan jalan, jaringan

prasarana lalu lintas dan jaringan layanan lalu lintas; dan

b. jaringan kereta api.

(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :

a. Rencana pembangunan Koridor Pantai Barat Pulau Sumatera sebagai jalan

strategis nasional, yaitu jalan yang menyusuri kawasan pesisir, melintasi

Kecamatan Kinali - Sasak Ranah Pasisie - Sungai Aua - Koto Balingka -

Sungai Beremas;

b. jaringan jalan kolektor primer K1 yang ada di Kabupaten Pasaman Barat,

terdiri atas :

1. ruas jalan Padang Sawah – Simpang Ampek;

2. ruas jalan Simpang Ampek – Aia Balam;

3. ruas jalan Aia Balam – Silapiang; dan

4. ruas jalan Silapiang – batas Kabupaten Mandailing Natal Provinsi

Sumatera Utara.

c. jaringan jalan kolektor primer K2 yang ada di Kabupaten Pasaman Barat,

terdiri atas :

1. ruas jalan Aia Balam – Aia Bangih;

2. ruas jalan Talu – Simpang Ampek;

3. ruas jalan Simpang Ampek – Sasak; dan

4. ruas jalan Talu – batas Kabupaten Pasaman.

d. jaringan jalan kolektor primer K3 yang ada di Kabupaten Pasaman Barat,

terdiri atas :

1. ruas jalan Talu – Kampung Pinang – Sinuruik;

2. ruas jalan Batang Lingkin – Padang Tujuah – Koto tinggi – Bandarejo;

3. ruas jalan Koto Tinggi – Sidomulyo;

4. ruas jalan Pasaman Baru – Padang Tujuah;

5. ruas jalan Kapa – Simpang Tigo;

6. ruas jalan Batang Lingkin – Tanjuang Pangka;

7. ruas jalan Tanjuang Pangka – Durian Padang Hijau;

8. ruas jalan Aia Gadang – Maligi - Sasak;

9. ruas jalan Durian Kilangan – Koja – Mandiangin;

10. ruas jalan Lapau Tampuruang – Mandiangin;

Page 15: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 15 -

11. ruas jalan Kapunduang – Batas Kabupaten Pasaman;

12. ruas jalan Simpang Tigo Alin – Paraman Ampalu - Sitobu;

13. ruas jalan Paraman – Bukit Malintang – Bulu Laga – Sontang – Sungai

Aua;

14. ruas jalan Sungai Aua – Sikilang – Maligi;

15. ruas jalan simpang Sayur – Banjar Kapa – Sikabau;

16. ruas jalan Parik – Tamiang Ampalu – Simaninggir – Pengambiran –

Tombang Padang – Silapiang;

17. ruas jalan Bungo Tanjung – Teluk Tapang; dan

18. ruas jalan Kampung Mesjid – Desa Baru – Simpang Tenggo.

e. jaringan jalan lokal primer yang ada di Kabupaten Pasaman Barat, terdiri

atas :

1. ruas jalan jembatan Panjang – Simpang Tigo Abu;

2. ruas jalan Bangkok – Pasa Lamo;

3. ruas jalan Talu Pasa Teleng – Bangkok;

4. ruas jalan Lapau Durian – Tambang;

5. ruas jalan Lingkar – Harapan Tinggam;

6. ruas jalan Aia Salak – Aia Panasah;

7. ruas jalan Tinggam – Tombang;

8. ruas jalan Talu – Talao;

9. ruas jalan Pilubang Kajai – Pasia Putiah;

10. ruas jalan Pasia Putiah – Tombang;

11. ruas jalan Limpato – Pilubang Kajai;

12. ruas jalan Tampuniak – Aia Putiah

13. ruas jalan Sinuruik – Kampuang Paraman;

14. ruas jalan Galewang – Rimbo Sakampuang;

15. ruas jalan Durian Utan – Paraman;

16. ruas jalan Tinggam – Tanah Udang;

17. ruas jalan Lingkar – Bangkok;

18. ruas jalan Lingkar – Koto Panjang;

19. ruas jalan Sianok – Sinurut;

20. ruas jalan Simpang III Ophir – Simpang Bedeng;

21. ruas jalan Simpang III Ophir – Koto Tinggi;

22. ruas jalan Simpang Bedeng – Koto Baru;

23. ruas jalan Simpang Kapa – Padang Lawas;

24. ruas jalan Simpang Padang Panjang – Kampuang Jambu;

25. ruas Jalan KKN – Pasaman Baru;

26. ruas jalan Padang Tujuah – Koto Tinggi;

27. ruas jalan Batang Biu – Tanjuang Pangka;

28. ruas jalan Jambak – Padang Laweh;

29. ruas jalan Padang Baru Bandar – Taluak Pagang;

30. ruas jalan Sasak – Pondok;

31. ruas jalan Pondok – Kampung Tigo;

32. ruas jalan Rabi Jonggor – Simpang Lolo;

33. ruas jalan Paraman Ampalu – Siligawan;

34. ruas jalan Sungai Aua – Simpang Gadang;

35. ruas jalan Sontang – Tinggiran;

36. ruas jalan Tambang Padang Hilir – Sontang;

37. ruas jalan Ujuang Gadiang – Situak;

38. ruas jalan Parik – Lubuak Gadang;

39. ruas jalan Desa Simpang – Kelapa Tani Sukirman;

Page 16: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 16 -

40. ruas jalan Aek Nabirong – Parik;

41. ruas jalan Parik – Danau Karuah;

42. ruas jalan Keliling – Kota Parik;

43. ruas jalan Parik – Koto Laweh;

44. ruas jalan Parik – Tanah Datar;

45. ruas jalan Silawai – Bedeng Barat;

46. ruas jalan TPI Aia Bangih – Padang Jajaran;

47. ruas jalan Pasar Baru – Kampuang Padang;

48. ruas jalan Koto Sambilan – Sawang Aru;

49. ruas jalan Lingkar SMP 2 Silawai;

50. ruas jalan Silayang – Lubuak Gobing;

51. ruas jalan Tamiang Tangah – Tanjung Larangan;

52. ruas jalan Paraman Sawah – Kampuang Pinang;

53. ruas jalan Aek Nabirong – Batas Sumatera Utara;

54. ruas jalan Tanjung Larangan – Paninjauan;

55. ruas jalan Aia Runding – Translok;

56. ruas jalan Simpang Tolang – Batas BTN;

57. ruas jalan Silayang – Batang Laping;

58. ruas jalan Aek Nabirong – Kampuang Pinang;

59. ruas jalan Pintu Padang – Aia Karak;

60. ruas jalan Kampung Duren – Pasia Panjang;

61. ruas jalan Kantor Camat – Aia Pasak;

62. ruas jalan Mangkata – Silapiang;

63. ruas jalan Kampung Mesjid – Bedeng Barat;

64. ruas jalan Kapunduang – Ladang Panjang;

65. ruas jalan Durian Kilangan – Aia Maruok;

66. ruas jalan Sidodadi – Padang Canduah;

67. Sidodadi – Batang Tabik;

68. ruas jalan Lapau Tampuruang – Sumber Agung;

69. ruas jalan Pasar Bangun Rejo – Padang Canduah;

70. ruas jalan Pasar Bangun Rejo – Sidomukti;

71. ruas jalan Simpang Base Camp – Sungai Balai;

72. ruas jalan Simpang Panco – Koto Padang;

73. ruas jalan Padang Kadok – Batih – Batih;

74. ruas jalan Aia Maruok – Durian Kandang;

75. ruas jalan Koto Padang – Banjar Durian Gadang;

76. ruas jalan Katiagan – Batas Agam;

77. ruas jalan Kantor Camat Kinali – Mandiangin;

78. ruas jalan Sidodadi – Mandiangin;

79. ruas jalan Simpang TSG – Solo;

80. ruas jalan Lagan – SMP N 3 Kinali;

81. ruas jalan MAN Kinali – Lapai;

82. ruas jalan Aia Putiah – Tambau;

83. ruas jalan Koto Baru – Padang Balimbiang;

84. ruas jalan Malasiro – Lubuak Gadang;

85. ruas jalan Pasar Paneh – Kampuang Dalam;

86. ruas jalan Kapa Sarok – Kampuang Dalam;

87. ruas jalan Simpang Tigo – Durian Tigo Batang;

88. ruas jalan Jalan Lingkungan Maha Karya;

89. ruas jalan Laban – Pematang Jambu;

90. ruas jalan Sukomananti – Rimbo Janduang;

Page 17: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 17 -

91. ruas jalan Pinaga – Talang Kuning;

92. ruas jalan Pasaman Baru – Lintang Utara;

93. ruas jalan Sidomulyo – Lambah Binuang;

94. ruas jalan Bancah Talang – Rimbo janduang;

95. ruas jalan Simpang Cahaya Baru – Katimaha;

96. ruas jalan Sukomananti – Kampuang Lambah;

97. ruas jalan Kampuang Cubadak – Rimbo Binuang;

98. ruas jalan Batang Tian – Batang Biu;

99. ruas jalan Ladang Rimbo – Pinaga;

100. ruas jalan Kampuang Padang – (Buli – Buli);

101. ruas jalan Talao – Pinaga;

102. ruas jalan Tani Saiyo – Kampuang Dalam;

103. ruas jalan Banjar Laweh – Pinaga;

104. ruas jalan Kampuang Baru – Batang Mandau;

105. ruas jalan Banjar Bilalang;

106. ruas jalan Jorong Padang – Durian Hijau;

107. ruas jalan Simpang Bedeng – Koto Baru;

108. ruas jalan Batang Tian – Padang Langkuang;

109. ruas Jalan KKN – Kampuang Cubadak;

110. ruas jalan Yaptip – Pasaman Permai;

111. ruas jalan Kampung Cubadak – Pasaman Baru;

112. ruas jalan Pisang Hutan – Rantau Panjang;

113. ruas jalan Taluak Pagang – Rantau Panjang;

114. ruas jalan Sasak – TPI Baru;

115. ruas jalan Sialang – PDR;

116. ruas jalan Sasak – Rantau Panjang;

117. ruas jalan Paraman Ampalu – Tanjuang Balit;

118. ruas jalan Muaro Kiawai – Pulutan;

119. ruas jalan Muaro Kiawai – Pasa Lamo;

120. ruas Jalan Lingkar – Pasa Paraman;

121. ruas jalan Paraman Ampalu – Sungai Magelang;

122. ruas jalan Ponpes Nurul Huda – Trans Kiawai;

123. ruas jalan Simpang Translok – Sungai Aua;

124. ruas jalan Sungai Aua – Paraman Ampalu;

125. ruas jalan Keliling Sungai Aua;

126. ruas jalan Kantor Camat Koto Dalam – Koto Dalam;

127. ruas jalan Karya Makmur – Ampar Putih;

128. ruas jalan Bukik Malintang – Jorong Sarasah Talang;

129. ruas jalan Pasar Sontang – SD Pematang Sontang;

130. ruas jalan Sontang – Sarasah Batuang;

131. ruas jalan Aia Haji – Jorong Sakato Jaya;

132. ruas jalan Sontang – Tamunarang;

133. ruas jalan keliling Kota – Ujuang Gadiang;

134. ruas jalan Ujuang Gadiang – Batang Gunung;

135. ruas jalan Ranah Salido – Kampuang Sawah;

136. ruas jalan Salur – Sukaramai;

137. ruas jalan Batang Gunuang – Padang Sapek;

138. ruas jalan Kuamang – Kampuang Dalam;

139. ruas jalan Gunung Tuo – Lubuak Alai;

140. ruas jalan Ranah Salido – Batang Gunuang;

141. ruas jalan Jalan Ampera – Koto Pinang;

Page 18: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 18 -

142. ruas jalan simpang Ampek Koto – Batang Gunuang;

143. ruas jalan Tanah Datar – Aia Janiah (Koto Balingka);

144. ruas jalan Banjar Bahar – Simpang Bakrie;

145. ruas jalan MAN – Tombang Jarum;

146. ruas jalan Setia Baru – Sikabau;

147. ruas jalan Aek Nabirong – Kampuang Pinang;

148. ruas jalan Tanah Datar – Air Janiah;

149. ruas jalan Limau Sariang – Lubuak Gadang

150. ruas jalan Simpang (Lapangan Bola) – Takate;

151. ruas jalan Silawai Tangah – Banjar Alang;

152. ruas Jalan Lingkar Pulau Panjang;

153. ruas jalan Sawang Aru – Sikabau;

154. ruas jalan Tambang Padang – Silayang Mudik;

155. ruas Jalan Keliling Desa – Silapiang;

156. ruas jalan Paraman Sawah – Sawah Mudik;

157. ruas jalan Simpang Tolang – Batas BTN;

158. ruas jalan Silayang – Batang Laping;

159. ruas jalan Pintu Padang – Aia Karak;

160. ruas jalan Kampung Duren – Pasir Panjang;

161. ruas jalan Kantor Camat – Aia Pasak;

162. ruas jalan Mangkata – Silapiang; dan

163. ruas jalan Aia Bangih – Keliling Kota.

(3) Jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

terdiri atas :

a. terminal penumpang tipe B terdapat di Simpang Ampek.

b. terminal penumpang tipe C terdapat di Ujuang Gadiang.

c. terminal barang terdapat di Simpang Ampek, Aia Bangih dan Kinali.

(4) Jaringan layanan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

terdiri atas :

a. trayek angkutan barang.

b. trayek angkutan penumpang.

(5) Trayek angkutan penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b,

terdiri atas :

a. trayek Angkutan Kota Antar Propinsi (AKAP), terdiri atas :

1. Simpang Ampek – Sidempuan – Medan; dan

2. Simpang Ampek – Pekanbaru – Dumai.

b. trayek Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP), terdiri atas :

1. Simpang Ampek – Pariaman – Padang;

2. Simpang Ampek – Lubuk Basung – Bukittinggi;

3. Simpang Ampek – Panti – Lubuk Sikaping;

4. Simpang Ampek – Panti – Rao; dan

5. Simpang Ampek – Kumpulan – Lubuk Sikaping.

(6) Jaringan kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas :

a. pembangunan jaringan jalur kereta api umum, terdiri atas :

1. jalur Padang – Lubuk Alung;

2. jalur Lubuk – Nareh;

3. jalur Nareh – Sungai Limau;

4. jalur Sungai Limau – Kinali;

5. jalur Kinali – Luhak Nan Duo;

6. jalur Kinali – Simpang Ampek;

7. jalur Simpang Ampek – Koto Dalam;

Page 19: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 19 -

8. jalur Koto Dalam – Ujuang Gadiang; dan

9. jalur Ujuang Gadiang – Aia Bangih.

(7) Stasiun kereta api, terdapat di Kinali, Simpang Ampek dan Aia Bangih.

Paragraf 2

Sistem Jaringan Transportasi Laut

Pasal 9

(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf

b, meliputi :

a. tatanan kepelabuhanan; dan

b. alur pelayaran.

(2) Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Kabupaten Pasaman Barat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :

a. Pelabuhan pengumpul Teluk Tapang di Kecamatan Sungai Beremas.

b. Pelabuhan pengumpan Sasak di Kecamatan Sasak Ranah Pasisie; dan

(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :

a. alur pelayaran pelabuhan pengumpul Teluk Tapang, terdiri atas :

1. Teluk Bayur – Teluk Tapang;

2. Teluk tapang – Belawan – Teluk Tapang; dan

3. Teluk tapang – Nias – Teluk Tapang.

b. alur pelayaran pelabuhan pengumpan Sasak, terdiri atas :

1. Sasak – Aia Bangih – Pulau Panjang; dan

2. Sasak – Katiagan – Tiku.

Paragraf 3

Sistem Jaringan Transportasi Udara

Pasal 10

(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf

c, terdiri atas :

a. tatanan kebandarudaraan; dan

b. ruang udara untuk penerbangan.

(2) Tatanan kebandarudaraan di Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a berupa Bandar Udara untuk umum Simpang Ampek.

(3) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

diatur lebih lanjut dalam rencana induk bandar udara.

Bagian Keempat

Sistem jaringan Prasarana Lainnya

Pasal 11

Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat

(1) huruf c, terdiri atas:

a. sistem jaringan energi;

b. sistem jaringan telekomunikasi;

c. sistem jaringan sumber daya air; dan

d. sistem jaringan prasarana pengelolaan lingkungan.

Page 20: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 20 -

Paragraf 1

Sistem Jaringan Energi

Pasal 12

(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a, terdiri

atas :

a. pembangkit tenaga listrik; dan

b. jaringan prasarana energi.

(2) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri

atas :

a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), terdapat di kecamatan Sungai

Beremas dan Simpang Ampek;

b. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) terdapat di Kecamatan

Sungai aua, Gunuaqng Tuleh, Lembah Melintang, dan Koto Balingka; dan

c. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terdapat di Kecamatan Kinali dan

Sungai aua, Ranah Batahan, dan Koto balingka.

(3) Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri

atas :

a. gardu induk, terdapat di Kecamatan Pasaman dan Sungai Beremas; dan

b. jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) yang

menghubungkan Kecamatan Kinali, Luhak Nan Duo, Pasaman, Gunuang

Tuleh, Sungai Aua, Lembah Melintang, Koto Balingka dengan Ranah

Batahan.

Paragraf 2

Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 13

(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b,

terdiri atas :

a. sistem jaringan kabel;

b. sistem jaringan nirkabel; dan

c. sistem jaringan satelit.

(2) Sistem jaringan kabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas

jaringan akses, alat pelanggan dan pendukung jaringan kabel yang terdapat di

Kecamatan Pasaman, Lembah Melintang, Luhak Nan Duo dan Kinali.

(3) Sistem Jaringan Nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri

atas :

a. telekomunikasi publik terdiri atas akses nirkabel terrestrial berupa menara

telekomunikasi yang terdapat di seluruh Kecamatan;

b. telekomunikasi non publik terdiri atas :

1. pemancar radio penerbangan di Kecamatan Luhak Nan Duo;

2. pemancar radio Beacon/ Radar di Kecamatan Luhak Nan Duo;

3. pemancar radio navigasi di Kecamatan Sungai Beremas dan Sasak Ranah

Pasisie; dan

4. repeater radio amatir di Kecamatan Kinali, Luhak Nan Duo, Talamau,

Lembah Melintang, dan Gunuang Tuleh.

5. pemancar radio maritim Kecamatan Sungai Beremas dan Sasak Ranah

Pasisie.

Page 21: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 21 -

c. pemancar siaran (broadcast) terdiri atas :

1. pemancar siaran TV di Padang Tujuah; dan

2. pemancar siaran radio di Kecamatan Luhak Nan Duo, Pasaman, dan

Lembah Melintang.

(4) Sistem jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas

sistem telekomunikasi interkoneksi nasional untuk Mikro Digital dan

interkoneksi Sumatera Barat-Pariaman - Pasaman Barat untuk Serat Optik dan

Mikro Analog.

(5) Pengembangan prasarana telekomunikasi dilakukan hingga ke kawasan

perdesaan yang belum terjangkau sarana prasarana telekomunikasi.

(6) Pengembangan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan pelayanan sosial

dan ekonomi wilayah berupa kegiatan pemerintahan, pariwisata, industri,

agropolitan, minapolitan, kawasan pesisir, pelayaran dan kawasan wisata.

Paragraf 3

Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 14

(1) Sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf

c, terdiri atas :

a. wilayah sungai lintas provinsi;

b. wilayah sungai lintas kabupaten/Kota;

c. daerah irigasi;

d. prasarana air baku untuk air bersih;

e. sistem pengendalian banjir; dan

f. sistem pengamanan pantai.

(2) Wilayah sungai lintas provinsi yang ada di Kabupaten Pasaman Barat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :

a. wilayah sungai Batang Tonga;

b. wilayah sungai Batahan, dan

c. wilayah sungai Batang Bayang.

(3) Wilayah sungai lintas kabupaten yang ada di Kabupaten Pasaman Barat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu Wilayah Sungai Masang -

Pasaman.

(4) Pengembangan wilayah sungai lintas provinsi dan lintas kabupaten/kota

dilakukan secara terpadu dalam penataan ruang, upaya konservasi dan

pemanfaatan sungai lintas provinsi dan lintas kabupaten/Kota.

(5) Pengembangan wilayah sungai dilakukan melalui pendekatan DAS dan

cekungan air tanah serta keterpaduannya dengan pola ruang dengan

memperhatikan keseimbangan pemanfaatan sumber daya air permukaan dan

air tanah.

(6) Pengembangan penatagunaan air pada DAS diselenggarakan kegiatan

penyusunan dan penetapan neraca penatagunaan sumberdaya air dengan

mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(7) Daerah irigasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, terdiri atas:

a. daerah irigasi lintas Kabupaten yang menjadi kewenangan Pemerintah di

wilayah kabupaten terdiri atas :

1. daerah irigasi Batang Tonga;

2. daerah irigasi Batahan; dan

3. daerah irigasi Batang Bayang.

Page 22: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 22 -

b. daerah irigasi lintas Kabupaten yang menjadi kewenangan Pemerintah

Provinsi di wilayah kabupaten terdiri atas :

1. daerah irigasi Kapar Ampu; dan

2. daerah irigasi Lubuk Gobing.

c. daerah irigasi yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten terdiri atas :

1. daerah irigasi Air Dingin;

2. daerah irigasi Ampu Kariang;

3. daerah irigasi Ampu Rimbi;

4. daerah irigasi Aur Kuning;

5. daerah irigasi Bandarejo;

6. daerah irigasi Banja Anau;

7. daerah irigasi Banja Sukomenanti;

8. daerah irigasi Batang Alin;

9. daerah irigasi Batang Ingu;

10. daerah irigasi Batang Kando;

11. daerah irigasi Batang Kariang;

12. daerah irigasi Batang Karumie;

13. daerah irigasi Batang Kenaikan;

14. daerah irigasi Batang Kinali;

15. daerah irigasi Batang Lampang;

16. daerah irigasi Batang Mandiangin;

17. daerah irigasi Batang Nango;

18. daerah irigasi Batang Paku;

19. daerah irigasi Batang Pinaga;

20. daerah irigasi Batang Sarik;

21. daerah irigasi Batang Sopan;

22. daerah irigasi Bandar Rambah;

23. daerah irigasi Batang Bunut Alamanda;

24. daerah irigasi Batang Kinali Rantau Panjang;

25. daerah irigasi Bunga Tanjung;

26. daerah irigasi Danau Karuah;

27. daerah irigasi Bandar Partupangan;

28. daerah irigasi Durian Kapalo Kambiang;

29. daerah irigasi Ladang Rimbo;

30. daerah irigasi Lubuk Anai;

31. daerah irigasi Lubuk Barantai;

32. daerah irigasi Lubuk Subahan;

33. daerah irigasi Pandulangan;

34. daerah irigasi Pelita I Sungai Abuk;

35. daerah irigasi Punggai Bawah;

36. daerah irigasi Situak;

37. daerah irigasi Talang Kuning;

38. daerah irigasi Tamiang Ampalu;

39. daerah irigasi Taming;

40. daerah irigasi Tanjung Durian;

41. daerah irigasi Tinggiran;

42. daerah irigasi Air Talang;

43. daerah irigasi Batang Siau – Siau; dan

44. daerah irigasi Batang Talau Hilir.

(8) Prasarana air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

huruf d berupa pemanfaatan sumber daya air baku untuk keperluan air bersih

Page 23: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 23 -

untuk kawasan perkotaan di Kecamatan Pasaman, Lembah Malintang, Luhak

Nan Duo, Kinali, dan Sungai aua.

(9) Pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau serta sumber air

lainnya, antara lain embung/bendungan, waduk, dan bangunan penampung air

lainnya untuk penyediaan air baku di seluruh kecamatan terutama untuk

Kecamatan Ranah Batahan, Lembah Melintang, Talamau, Pasaman, Luhak Nan

Duo dan Kecamatan Kinali yang merupakan Kawasan Peruntukan Pertanian

tanaman pangan.

(10) Peningkatan dan pemeliharaan sumberdaya air yang berskala regional guna

menjaga kelestarian lingkungan dilakukan pada seluruh sungai yang berhulu di

hutan lindung di bagian timur.

(11) Sistem pengendalian Banjir sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf e

berupa pembangunan prasarana pengendalian banjir di Kecamatan Sasak

Ranah Pasisie, Pasaman, Luhak Nan Duo dan Gunuang Tuleh.

(12) Sistem pengamanan pantai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f

berupa pengamanan abrasi pantai di sepanjang pesisir pantai Aia Bangih -

Sasak.

Paragraf 4

Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

Pasal 15

(1) Sistem jaringan prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 11 huruf d, terdiri atas :

a. sistem jaringan persampahan;

b. sistem jaringan air minum;

c. sistem jaringan prasarana pengelolaan air limbah;

d. sistem jaringan drainase; dan

e. jalur dan ruang evakuasi bencana.

(2) Sistem jaringan prasarana pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) huruf a, terdiri atas :

a. Pengembangan Tempat Penampungan Sementara (TPS) terdapat di

Kecamatan Kinali, Luhak Nan Duo, Sasak Ranan Pasisie, Pasaman,

Talamau, Gunuang Tuleh, Lembah Melintang, Ranah Batahan, Sungai Aua

dan Sungai Beremas; dan

b. Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem sanitary

landfill terdapat di Kecamatan Gunuang Tuleh.

(3) Jaringan prasarana air minum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b,

yaitu sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) yang dikembangkan pada pusat-

pusat permukiman dengan memanfaatkan air permukaan, meliputi :

a. PKWp Simpang Ampek;

b. PKLp Ujuang Gadiang; dan

c. PPK Kinali dan Aia Bangih.

(4) Jaringan prasarana pengelolaan air limbah sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) huruf c, terdiri atas :

a. sistem pembuangan air limbah, yaitu kombinasi antara sistem saluran air

limbah perkotaan dengan sistem drainase;

b. sistem pengelolaan limbah domestik dan non domestik menggunakan sistem

setempat (on-site sanitation) dengan sistem terpusat diarahkan pada

kawasan perkotaan dengan penduduk yang memiliki kepadatan tinggi; dan

Page 24: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 24 -

c. pengembangan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).

(5) Sistem prasarana drainase sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d,

terdiri atas :

a. saluran drainase primer, yaitu drainase alamiah berupa sungai besar

maupun sungai sungai kecil yang terdapat di seluruh kecamatan;

b. saluran drainase sekunder, yaitu sistem jaringan drainase kawasan

pemukiman, perkantoran, kawasan komersial, industri dan lainnya yang

terdapat di seluruh kecamatan.

(6) Jalur dan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf

e terdiri atas :

a. jalur evakuasi bencana meliputi:

1. jalur jalan kolektor di wilayah Kabupaten;

2. jalur jalan lokal di setiap kecamatan;

3. jalur jalan lingkungan disetiap nagari.

b. ruang evakuasi bencana meliputi:

1. perkantoran meliputi kantor Bupati, Kecamatan, dan Desa/Nagari;

2. balai desa/nagari;

3. bangunan sekolah di setiap desa/nagari; dan

4. lapangan terbuka di setiap desa/nagari.

BAB IV

RENCANA POLA RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 16

(1) Rencana pola ruang wilayah meliputi rencana kawasan lindung dan kawasan

budidaya.

(2) Rencana pola ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian

1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II, yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Kawasan Lindung

Pasal 17

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), terdiri atas :

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;

c. kawasan perlindungan setempat;

d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;

e. kawasan rawan bencana alam;

f. kawasan lindung geologi; dan

g. kawasan lindung lainnya.

Page 25: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 25 -

Paragraf 1

Kawasan Hutan Lindung

Pasal 18

Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a terdapat di

Kecamatan Sungai Beremas, Ranah Batahan, Koto Balingka, Sungai Aua, Lembah

Melintang, Gunuang Tuleh, Talamau, Pasaman, Luhak Nan Duo, Sasak Ranah

Pasisie dan Kinali dengan luas kurang lebih 79.222 Ha (tujuh puluh sembilan ribu

sembilan ratus dua puluh dua hektar).

Paragraf 2

Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

Pasal 19

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b, yaitu kawasan gambut dan resapan

air yang terdapat di Kecamatan Sungai Beremas, Koto Balingka, Lembah Melintang,

Sungai Aua, Gunuang Tuleh, Pasaman, Sasak Ranah Pesisie, Luhak Nan Duo dan

Kinali dengan luas kurang lebih 11.853 Ha (sebelas ribu delapan ratus lima puluh

tiga hektar).

Paragraf 3

Kawasan Perlindungan Setempat

Pasal 20

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf

c, terdiri atas :

a. kawasan sempadan pantai terdapat di Kecamatan Sungai Baremas, Sasak

Ranah Pasisie, dan Kinali;

b. kawasan sempadan sungai terdapat di seluruh aliran sungai yang ada di

kabupaten, baik yang mengalir di kawasan permukiman maupun di luar

kawasan permukiman, meliputi Batang Gasang, Batang Kinali, Mandiangin,

Sialang, Bayur, Pasaman, Sikilang dan Aia Bangih;

c. kawasan sekitar waduk/bendungan Batang Tonga; dan

d. kawasan sekitar mata air, yaitu kawasan hulu – hulu sungai yang berasal

dari kawasan lindung terdapat di Kecamatan Sungai Beremas, Ranah

Batahan, Koto Balingka, Lembah Melintang, Sungai Aua, Gunuang Tuleh,

Talamau, Pasaman, Luhak Nan Duo dan Kinali.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan perlindungan setempat sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 4

Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

Pasal 21

(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 17 huruf d, terdiri atas :

Page 26: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 26 -

a. kawasan suaka alam terdapat di Kecamatan Pasaman dan Gunung Talamau

dengan luas lebih kurang 8 Ha (delapan hektar); dan

b. kawasan pantai berhutan bakau terdapat di Kecamatan Sungai Beremas,

Koto Balingka, dan Lembah Malintang dengan luas lebih kurang 422 Ha

(empat ratus dua puluh dua hektar).

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan dan pengaturan kawasan suaka

alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

di tetapkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 5

Kawasan Rawan Bencana Alam

Pasal 22

(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf e,

terdiri atas :

a. kawasan rawan tanah longsor terdapat di seluruh wilayah kabupaten

terutama di Kecamatan Talamau, Gunuang Tuleh, Talamau, Pasaman,

Luhak Nan Duo dan Kinali;

b. Kawasan Rawan Gelombang Pasang terdapat di kawasan pesisir yang

meliputi Kecamatan Sungai Beremas, Koto Balingka, Sungai Aua, Sasak

Ranah Pasisie dan Kinali; dan

c. kawasan rawan banjir terdapat di Kecamatan Sasak Ranah Pasisie,

Pasaman, Luhak Nan Duo dan Gunuang Tuleh.

Paragraf 6

Kawasan Lindung Geologi

Pasal 23

(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf f, terdiri

atas :

a. kawasan rawan bencana alam geologi; dan

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.

(2) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a, terdiri atas :

a. kawasan rawan gempa bumi, terdapat di seluruh kecamatan;

b. kawasan rawan gerakan tanah, terdiri atas zona kerentanan gerakan tanah

tinggi yang terdapat di bagian utara Kecamatan Ranah Batahan, Koto

Balingka, Lembah Melintang, Sungai Aua, Gunuang Tuleh, Talamau,

Pasaman, Luhak Nan Duo dan Kinali;

c. kawasan yang terletak di zona patahan aktif, terdapat di seluruh kecamatan;

d. kawasan rawan tsunami, terdapat di Kecamatan Sungai Beremas, koto

Balingka, Sungai Aua, Sasak Ranah Pasisie, Luhak Nan Duo dan Kinali; dan

e. kawasan rawan abrasi terdapat di kecamatan Ranah Pasisie dan Sungai

Beremas.

(3) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas kawasan sekitar mata air meliputi

kawasan hulu – hulu sungai yang berasal dari kawasan lindung terdapat di

Kecamatan Sungai Beremas, Ranah Batahan, Koto Balingka, Lembah

Melintang, Sungai Aua, Gunuang Tuleh, Talamau, Pasaman, Luhak Nan Duo

dan Kinali.

Page 27: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 27 -

Paragraf 7

Kawasan Lindung Lainnya

Pasal 24

(1) Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf g, yaitu

kawasan konservasi laut daerah yang dikembangkan pada kawasan pesisir,

terdiri atas :

a. mangrove terdapat di Katiagan, Mandiangin, Muara Bingung, Muara

Tanjung, Sasak, Seberang Muaro Sasak, Muaro Sasak, Maligi, Sikilang,

Sikabau, Aia Bangih, Pulau Panjang, Pulau Unggas, Pulau Harimau, Pulau

Tamiang, Pulau Pigago dengan luas kurang lebih 6047 Ha (enam ribu empat

puluh tujuh hektar);

b. terumbu karang terdapat di Pulau Panjang, Pulau Telur, Pulau Pigogo, Pulau

Tamiang, Gosong Bidai, Gosong Bidai Satu, Gosong Bidai Dua, GosongTelur,

Gosong Sikilang dengan luas kurang lebih 245 Ha (dua ratus empat puluh

lima hektar);

c. Padang Lamun terdapat di Teluk Tapang, Pulau Panjang, Pulau Unggas,

Pulau Harimau, Pulau Tamiang, Pulau Pigogo, Mandiangin dengan luas

kurang lebih 75 Ha (tujuh puluh lima hektar); dan

d. Estuaria terdapat di Aia Bangih, Sikabau, Sikilang, Maligi, Muaro Sasak,

Sasak, Muara Bingung, Mandiangin, Katiagan dengan luas kurang lebih

3040 Ha (tiga ribu empat puluh hektar).

Bagian Ketiga

Kawasan Budidaya

Pasal 25

Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1), terdiri atas :

a. kawasan peruntukan hutan produksi;

b. kawasan peruntukan pertanian;

c. kawasan peruntukan perikanan;

d. kawasan peruntukan pertambangan;

e. kawasan peruntukan industri;

f. kawasan peruntukan pariwisata;

g. kawasan peruntukan permukiman; dan

h. kawasan peruntukan lainnya.

Paragraf 1

Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Pasal 26

(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25

huruf a, terdiri atas :

a. kawasan hutan produksi terbatas; dan

b. kawasan hutan produksi tetap.

(2) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

terdapat di Kecamatan Gunuang Tuleh, Talamau, Pasaman, Luhak Nan Duo

Page 28: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 28 -

dan Kinali dengan luas kurang lebih 8.721 Ha (delapan ribu tujuh ratus dua

puluh satu hektar).

(3) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

terdapat di Kecamatan Sungai Beremas, Gunuang Tuleh, Pasaman dan Kinali

dengan luas kurang lebih 15.925 Ha (lima belas ribu sembilan ratus dua puluh

lima hektar).

Paragraf 2

Kawasan Peruntukan Pertanian

Pasal 27

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf

b, terdiri atas :

a. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan;

b. kawasan peruntukan pertanian hortikultura;

c. kawasan peruntukan perkebunan; dan

d. kawasan peruntukan peternakan.

(2) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a, terdapat di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih

112.401 Ha (seratus dua belas ribu empat ratus satu hektar).

(3) Kawasan peruntukan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b, terdapat di seluruh kecamatan dengan luas lebih kurang lebih

33.737 Ha (tiga puluh tiga ribu tujuh ratus tiga puluh tujuh hektar).

(4) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,

terdapat di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih 97.942 Ha (sembilan

puluh tujuh ribu sembilan ratus empat puluh dua hektar).

(5) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,

terdapat di seluruh kecamatan.

Paragraf 3

Kawasan Peruntukan Perikanan

Pasal 28

(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf

c, terdiri atas :

a. kawasan peruntukan perikanan tangkap;

b. kawasan peruntukan budidaya perikanan;

c. kawasan pengolahan ikan; dan

d. pelabuhan pendaratan ikan.

(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

huruf a terdapat di seluruh perairan di kabupaten Pasaman Barat.

(3) Kawasan peruntukan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) huruf b terdiri atas :

a. kawasan budidaya air payau terdapat di Kecamatan Kinali, Sasak Ranah

Pasisie, Koto Balingka, Sungai Aua, dan Sungai Beremas;

b. kawasan budidaya air tawar terdapat di seluruh kecamatan; dan

c. kawasan budidaya air laut terdapat di kecamatan kinali, Sasak Ranah

Pasisie, Sungai Aua, Koto Balingka dan Sungai Beremas.

Page 29: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 29 -

(4) Kawasan pengolahan Ikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c

terdapat di Kecamatan Sasak Ranah Pasisie dan Sungai beremas.

(5) Pelabuhan Pendaratan Ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,

terdiri atas :

a. pelabuhan pendaratan ikan Aia Bangih di Kecamatan Sungai Beremas; dan

b. pelabuhan pendaratan ikan Sasak di Kecamatan Sasak Ranah Pasisie.

Paragraf 4

Kawasan Peruntukan Pertambangan

Pasal 29

(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25

huruf d, yaitu kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara.

(2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batubara sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), terdiri atas :

a. bahan galian batu bara terdapat di Kecamatan Koto Balingka;

b. bahan logam timah hitam terdapat di Kecamatan Ranah Batahan;

c. bahan logam pasir besi terdapat di Kecamatan Kinali dan Sungai Beremas;

d. bahan logam biji besi terdapat di Kecamatan Ranah Batahan dan Sungai

Beremas;

e. bahan logam tembaga terdapat di Kecamatan Ranah Batahan;

f. bahan logam mangan terdapat di Kecamatan Pasaman dan Kecamatan

Ranah Batahan;

g. bahan galian industri andesit terdapat di Kecamatan Talamau;

h. bahan galian industri batu gamping terdapat di Kecamatan Gunuang Tuleh;

i. bahan galian industri dunit terdapat di Kecamatan Pasaman;

j. bahan galian industri granit terdapat di Kecamatan Sungai Beremas dan di

Gunuang Tuleh; dan

k. bahan galian industri kaolin terdapat di Kecamatan Sungai Beremas.

Paragraf 5

Kawasan Peruntukan Industri

Pasal 30

(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf e,

terdiri atas :

a. kawasan peruntukan industri besar;

b. kawasan peruntukan industri sedang; dan

c. kawasan peruntukan industri rumah tangga.

(2) Kawasan peruntukan industri besar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

huruf a, terdiri atas :

a. kawasan peruntukan industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan,

perikanan laut, dan hasil laut terdapat di Kecamatan Pasaman, Kinali, Luhak

Nan Duo, Sungai Aua, dan Lembah Melintang; dan

b. kawasan peruntukan industri pengolahan ikan terdapat di Kecamatan

Sungai Beremas.

(3) kawasan peruntukan industri sedang terdapat di kawasan agropolitan,

minapolitan dan sekitar pelabuhan laut.

(4) kawasan peruntukan industri rumah tangga terdapat di seluruh kecamatan.

Page 30: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 30 -

Paragraf 6

Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pasal 31

(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf

f, terdiri atas :

a. kawasan peruntukan pariwisata budaya;

b. kawasan peruntukan pariwisata alam;dan

c. kawasan peruntukan pariwisata buatan.

(1) Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

huruf a, yaitu kawasan wisata budaya dan sejarah terutama wisata religius

yang terdapat di Kecamatan Gunuang Tuleh, serta pengembangan wisata

budaya lainnya yang terdapat di seluruh wilayah kabupaten.

(2) Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

huruf b, yaitu kawasan wisata alam berupa wisata bahari yang terdapat di

Kecamatan Sungai Beremas dan wisata danau yang terdapat di Kecamatan Koto

Balingka dan Sungai aua.

(3) Kawasan peruntukan pariwisata buatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

huruf c, terdiri atas :

a. pemandian terdapat di Kecamatan Pasaman;

b. pemancingan terdapat di Kecamatan Pasaman, Sasak Ranah Pasisie, Kinali,

Ranah Batahan, dan Sungai Beremas; dan

c. arena balap motor (motor cross) terdapat di Kecamatan Pasaman.

Paragraf 7

Kawasan Peruntukan Permukiman

Pasal 32

(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25

huruf g, terdiri atas :

a. kawasan peruntukan permukiman perkotaan; dan

b. kawasan peruntukan permukiman perdesaan.

(6) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan terdapat di Simpang Ampek,

Ujuang Gadiang, Kinali, Sasak, Silapiang, Simpang Tiga Alin, Parik dan Koto

Dalam dengan luas kurang lebih 3.375 Ha (tiga ribu tiga ratus tujuh puluh lima

hektar).

(7) Kawasan peruntukan permukiman perdesaan mengikuti pola pengembangan

kawasan agropolitan yang terdapat di Kecamatan Lembah Melintang dan/

minapolitan yang terdapat di Kecamatan Sungai Beremas.

Paragraf 8

Kawasan Peruntukan Lainnya

Pasal 33

(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf h,

yaitu kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan.

(2) Kawasan budidaya peruntukan pertahanan dan keamanan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

Page 31: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 31 -

a. kawasan kantor Komando Rayon Militer (Koramil)

b. kawasan kantor Kepolisian Resor (Polres) Kabupaten Pasaman Barat; dan

c. kawasan kantor Kepolisian Sektor (Polsek), terdiri atas:

1. kantor Kepolisian Sektor Aia Bangih di Kecamatan Sungai Beremas;

2. kantor kepolisian sektor Silapiang di Kecamatan Ranah Batahan;

3. kantor kepolisian sektor Parik di Kecamatan Koto Balingka;

4. kantor kepolisian sektor Koto Dalam di Kecamatan Sungai aua;

5. kantor kepolisian sektor Ujuang Gadiang di Kecamatan Lembah

Melintang;

6. kantor kepolisian sektor Simpang Tigo Alin di Kecamatan Gunuang Tuleh;

7. kantor kepolisian sektor Talu di Kecamatan Talamau;

8. kantor kepolisian sektor Simpang Ampekdi Kecamatan Pasaman;

9. kantor kepolisian sektor Simpang III di Kecamatan Luhak Nan duo;

10. kantor kepolisian sektor Sasak di Kecamatan Ranah Pasisie; dan

11. kantor kepolisian sektor Kinali di Kecamatan Kinali.

Pasal 34

(1) Pemanfaatan kawasan untuk peruntukan lain selain sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 26 – 32 dapat dilaksanakan apabila tidak mengganggu fungsi

kawasan yang bersangkutan dan tidak melanggar Ketentuan Umum Peraturan

Zonasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilaksanakan setelah adanya kajian komprehensif dan setelah mendapat

rekomendasi dari badan atau pejabat yang bertugas mengkoordinasikan

penataan ruang di Kabupaten Pasaman Barat.

BAB V

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Pasal 35

(1) Kawasan strategis yang ada di Kabupaten Pasaman Barat, terdiri atas :

a. Kawasan Strategis Simpang Ampek;

b. Kawasan Strategis Kinali; dan

c. Kawasan Strategis Aia Bangih.

(2) Rencana kawasan strategis digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian

1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III, yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 36

Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1),

terdiri atas :

a. Kawasan Strategis Simpang Ampek yang merupakan kawasan strategis dari

sudut kepentingan Ekonomi.

b. Kawasan Strategis Kinali yang merupakan kawasan strategis dari sudut

kepentingan Ekonomi; dan

c. Kawasan Strategis Aia Bangih yang merupakan kawasan strategis dari sudut

kepentingan Ekonomi.

Page 32: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 32 -

BAB VI

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 37

(1) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten berpedoman pada rencana struktur

ruang, pola ruang dan Kawasan Strategis Kabupaten.

(2) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dilaksanakan melalui penyusunan dan

pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya.

(3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 38

(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2)

disusun berdasarkan indikasi program utama 5 (lima) tahunan yang ditetapkan

dalam Lampiran IV, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Daerah ini.

(2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi

swasta dan kerja sama pendanaan.

(3) Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Bagian Kedua

Arahan Pemanfaatan Rencana Struktur Ruang

Pasal 39

(1) Arahan pemanfaatan ruang dalam rangka perwujudan struktur ruang

dilakukan melalui perwujudan pusat-pusat kegiatan berupa sistem perkotaan

yang meliputi PKWp, PKLp, PPK, PPL dan perwujudan pengembangan sistem

prasarana wilayah.

(2) Perwujudan PKWp Simpang Ampek dilakukan melalui :

a. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR);

b. penyusunan Rencana Tata Ruang (RTR);

c. penyusunan Zoning Regulation;

d. penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

e. penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK);

f. penyusunan Rencana Induk Ruang Terbuka Hijau (RTH);

g. penetapan Peraturan Daerah;

h. penetapan Peraturan Bupati;

i. penataan bangunan dan lingkungan permukiman;

j. pengembangan baru kawasan perkantoran pemerintah/swasta;

k. pengembangan baru fasilitas umum/Sosial;

l. pengembangan baru kawasan permukiman;

Page 33: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 33 -

m. pengembangan baru Ruang Terbuka Hijau (RTH);

n. pengembangan baru infrastruktur kawasan permukiman;

o. pembangunan dan pengembangan kawasan perdagangan;

p. pembangunan dan pengembangan kawasan industri; dan

q. pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman.

(3) Perwujudan PKLp Ujuang Gadiang dilakukan melalui :

a. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR);

b. penyusunan zoning regulation kawasan;

c. penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

d. penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK);

e. penyusunan Rencana Induk Ruang Terbuka Hijau (RTH)

f. penetapan Peraturan Daerah;

g. penetapan Peraturan Bupati;

h. penataan bangunan dan lingkungan permukiman;

i. pembangunan dan pengembangan kawasan perkantoran

pemerintah/swasta;

j. pembangunan dan pengembangan fasilitas umum/sosial;

k. pembangunan dan pengembangan kawasan perdagangan;

l. pembangunan dan pengembangan kawasan industri;

m. pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman;

n. pembangunan dan pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH); dan

o. pembangunan dan pengembangan infrastruktur kawasan permukiman.

Pasal 40

(4) Perwujudan PPK Kinali dilakukan melalui :

a. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR);

b. penyusunan zoning regulation;

c. penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

d. penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK);

e. penyusunan Rencana Induk Kawasan Agropolitan;

f. pembangunan dan pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

g. pembangunan dan pengembangan fasilitas perkantoran;

h. pembangunan dan pengembangan fasilitas u mum/sosial;

i. pembangunan dan pengembangan kawasan agropolitan;

j. pembangunan dan pengembangan infrastruktur kawasan permukiman

perdesaan :

1. pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan desa dan pusat

pertumbuhan; dan

2. penyediaan infrastruktur bagi desa terpencil dan tertinggal.

k. peningkatan kualitas permukiman kumuh dan nelayan :

1. penanggulangan kemiskinan perdesaan;

2. penataan dan perbaikan lingkungan permukiman; dan

3. peremajaan kawasan kumuh dan nelayan.

l. pengembangan kawasan perumahan dan permukiman masyarakat

berpenghasilan rendah :

Page 34: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 34 -

1. penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan

jalan lingkungan); dan

2. penyediaan infrastruktur permukiman di daerah terpencil.

(5) Perwujudan PPK Aia Bangih dilakukan melalui :

a. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR);

b. penyusunan zoning regulation;

c. penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

d. penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK);

e. penyusunan Rencana Induk Kawasan Minapolitan;

f. pembangunan dan pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

g. pembangunan dan pengembangan fasilitas perkantoran;

h. pembangunan dan pengembangan fasilitas u mum/sosial;

i. pembangunan dan pengembangan kawasan minapolitan; dan

j. pembangunan dan pengembangan infrastruktur kawasan permukiman

perdesaan :

1. pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan desa dan pusat

pertumbuhan; dan

2. penyediaan infrastruktur bagi desa terpencil dan tertinggal.

k. peningkatan kualitas permukiman kumuh dan nelayan :

1. penanggulangan kemiskinan perdesaan;

2. penataan dan perbaikan lingkungan permukiman; dan

3. peremajaan kawasan kumuh dan nelayan.

l. pengembangan kawasan perumahan dan permukiman masyarakat

berpenghasilan rendah :

1. penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan

jalan lingkungan); dan

2. penyediaan infrastruktur permukiman di daerah terpencil.

Pasal 41

(1) Perwujudan PPL Sasak diupayakan melalui:

a. pengembangan fasilitas perkantoran;

b. pengembangan fasilitas umum/sosial;

c. pembangunan infrastruktur kawasan permukiman perdesaan :

1. pengembangan kawasan perdesaan;

2. pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan desa dan pusat

pertumbuhan; dan

3. penyediaan infrastruktur bagi desa terpencil dan tertinggal.

d. peningkatan kualitas permukiman kumuh dan nelayan :

1. penanggulangan kemiskinan perdesaan;

2. penataan dan perbaikan lingkungan permukiman; dan

3. peremajaan kawasan kumuh dan nelayan.

e. pengembangan kawasan perumahan dan permukiman masyarakat

berpenghasilan rendah :

1. penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan

jalan lingkungan); dan

Page 35: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 35 -

2. penyediaan infrastruktur permukiman di daerah terpencil.

(2) Perwujudan PPL Simpang Tiga dilakukan melalui:

a. pengembangan fasilitas perkantoran;

b. pengembangan fasilitas umum/sosial;

c. pembangunan infrastruktur kawasan permukiman perdesaan :

1. pengembangan kawasan perdesaan;

2. pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan desa dan pusat

pertumbuhan; dan

3. penyediaan infrastruktur bagi desa terpencil dan tertinggal.

d. pengembangan kawasan perumahan dan permukiman masyarakat

berpenghasilan rendah :

1. penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan

jalan lingkungan); dan

2. penyediaan infrastruktur permukiman di daerah terpencil.

(3) Perwujudan PPL Simpang Tiga Alin dilakukan melalui:

a. pengembangan fasilitas perkantoran;

b. pengembangan fasilitas umum/sosial;

c. pembangunan infrastruktur kawasan permukiman perdesaan :

1. pengembangan kawasan perdesaan;

2. pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan desa dan pusat

pertumbuhan; dan

3. penyediaan infrastruktur bagi desa terpencil dan tertinggal.

d. pengembangan kawasan perumahan dan permukiman masyarakat

berpenghasilan rendah :

1. penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan

jalan lingkungan); dan

2. penyediaan infrastruktur permukiman di daerah terpencil.

(4) Perwujudan PPL Koto Dalam dilakukan melalui:

a. pengembangan fasilitas perkantoran;

b. pengembangan fasilitas umum/sosial;

c. pembangunan infrastruktur kawasan permukiman perdesaan :

1. pengembangan kawasan perdesaan;

2. pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan desa dan pusat

pertumbuhan; dan

3. penyediaan infrastruktur bagi desa terpencil dan tertinggal.

d. pengembangan kawasan perumahan dan permukiman masyarakat

berpenghasilan rendah :

1. penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan

jalan lingkungan); dan

2. penyediaan infrastruktur permukiman di daerah terpencil.

(5) Perwujudan PPL Silapiang dilakukan melalui:

a. pengembangan fasilitas perkantoran;

b. pengembangan fasilitas umum/sosial;

c. pembangunan infrastruktur kawasan permukiman perdesaan :

1. pengembangan kawasan perdesaan;

Page 36: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 36 -

2. pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan desa dan pusat

pertumbuhan; dan

3. penyediaan infrastruktur bagi desa terpencil dan tertinggal.

d. pengembangan kawasan perumahan dan permukiman masyarakat

berpenghasilan rendah :

1. penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan

jalan lingkungan); dan

2. penyediaan infrastruktur permukiman di daerah terpencil.

(6) Perwujudan PPL Parik dilakukan melalui:

a. pengembangan fasilitas perkantoran;

b. pengembangan fasilitas umum/sosial;

c. pembangunan infrastruktur kawasan permukiman perdesaan :

1. pengembangan kawasan perdesaan;

2. pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan desa dan pusat

pertumbuhan; dan

3. penyediaan infrastruktur bagi desa terpencil dan tertinggal.

f. peningkatan kualitas permukiman kumuh dan nelayan :

1. penanggulangan kemiskinan perdesaan;

2. penataan dan perbaikan lingkungan permukiman; dan

3. peremajaan kawasan kumuh dan nelayan.

d. pengembangan kawasan perumahan dan permukiman masyarakat

berpenghasilan rendah :

1. penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan

jalan lingkungan); dan

2. penyediaan infrastruktur permukiman di daerah terpencil.

(7) Perwujudan PPL Talu dilakukan melalui:

a. pengembangan fasilitas perkantoran;

b. pengembangan fasilitas umum/sosial;

c. pembangunan infrastruktur kawasan permukiman perdesaan :

1. pengembangan kawasan perdesaan;

2. pengembangan kawasan terpilih pusat pengembangan desa dan pusat

pertumbuhan; dan

3. penyediaan infrastruktur bagi desa terpencil dan tertinggal.

d. pengembangan kawasan perumahan dan permukiman masyarakat

berpenghasilan rendah :

1. penyediaan infrastruktur permukiman (air bersih, sanitasi, drainase dan

jalan lingkungan); dan

2. penyediaan infrastruktur permukiman di daerah terpencil.

Pasal 42

Perwujudan pengembangan sistem prasarana wilayah meliputi:

a. perwujudan pengembangan sistem prasarana transportasi;

b. perwujudan pengembangan sistem prasarana energi dan sumberdaya mineral;

c. perwujudan pengembangan sistem prasarana telekomunikasi;

d. perwujudan pengembangan sistem prasarana sumberdaya air; dan

e. perwujudan pengembangan sistem prasarana Lingkungan.

Page 37: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 37 -

Pasal 43

(1) Perwujudan pengembangan sistem prasarana transportasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 42 huruf a terdiri atas:

a. program transportasi darat;

b. program transportasi udara; dan

c. program transportasi laut.

(2) Perwujudan pengembangan sistem prasarana transportasi darat sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf a dilakukan melalui:

a. penyusunan rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan

b. penyusunan rencana umum sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan

jalan

c. peyusunan rencana umum keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan

d. peningkatan kompetensi sumberdaya manusia lalu lintas dan angkutan

jalan

e. pembangunan jaringan jalan strategis nasional koridor pantai sumatera

f. pembangunan jaringan jalan nasional yang berfungsi sebagai kolektor primer

K1 :

1. ruas jalan Padang Sawah – Simpang Ampek;

2. ruas jalan Simpang Ampek – Aia Balam;

3. ruas jalan Aia Balam – Silapiang; dan

4. ruas jalan Silapiang – batas Kabupaten Mandailing Natal Provinsi

Sumatera Utara.

f. pembangunan jaringan jalan kolektor primer K2 :

1. ruas jalan Aia Balam – Aia Bangih;

2. ruas jalan Talu – Simpang Ampek;

3. ruas jalan Simpang Ampek – Sasak; dan

4. ruas jalan Talu – batas Kabupaten Pasaman.

g. pembangunan jaringan jalan kolektor primer K3 :

1. ruas jalan Talu – Kampung Pinang – Sinuruik;

2. ruas jalan Batang Lingkin – Padang Tujuah – Koto tinggi – Bandarejo;

3. ruas jalan Koto Tinggi – Sidumulyo;

4. ruas jalan Pasaman Baru – Padang Tujuah;

5. ruas jalan Kapa – Simpang III;

6. ruas jalan Batang Lingkin – Tanjuang Pangka;

7. ruas jalan Tanjuang Pangka – Durian Padang Hijau;

8. ruas jalan Aia Gadang – Maligi - Sasak;

9. ruas jalan Durian Kilangan – Koja – Mandiangin;

10. ruas jalan Lapau Tampuruang – Mandiangin;

11. ruas jalan Kapunduang – Batas Kabupaten Pasaman;

12. ruas jalan Simpang Tigo Alin – Paraman Ampalu - Sitobu;

13. ruas jalan Paraman – Bukit Malintang – Bulu Laga – Sontang – Sungai

Aua;

14. ruas jalan Sungai Aua – Sikilang – Maligi;

15. ruas jalan simpang Sayur – Banjar Kapar – Sikabau;

16. ruas jalan Parik – Tamiang Ampalu – Simaninggir – Pengambiran –

Tombang Padang – Silapiang;

17. ruas jalan Bungo Tanjung – Teluk Tapang; dan

18. ruas jalan Kampung Mesjid – Desa Baru – Simpang Tenggo.

Page 38: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 38 -

h. pembangunan jaringan jalan lokal primer :

1. ruas jalan jembatan Panjang – Simpang Tigo Abu;

2. ruas jalan Bangkok – Pasa Lamo;

3. ruas jalan Talu Pasa Teleng – Bangkok;

4. ruas jalan Lapau Durian – Tambang;

5. ruas jalan Lingkar – Harapan Tinggam;

6. ruas jalan Aia Salak – Aia Panasah;

7. ruas jalan Tinggam – Tombang;

8. ruas jalan Talu – Talao;

9. ruas jalan Pilubang Kajai – Pasia Putiah;

10. ruas jalan Pasia Putiah – Tombang;

11. ruas jalan Limpato – Pilubang Kajai;

12. ruas jalan Tampuniak – Aia Putiah

13. ruas jalan Sinuruik – Kampuang Paraman;

14. ruas jalan Galewang – Rimbo Sakampuang;

15. ruas jalan Durian Utan – Paraman;

16. ruas jalan Tinggam – Tanah Udang;

17. ruas jalan Lingkar – Bangkok;

18. ruas jalan Lingkar – Koto Panjang;

19. ruas jalan Sianok – Sinurut;

20. ruas jalan Simpang III Ophir – Simpang Bedeng;

21. ruas jalan Simpang III Ophir – Koto Tinggi;

22. ruas jalan Simpang Bedeng – Koto Baru;

23. ruas jalan Simpang Kapa – Padang Lawas;

24. ruas jalan Simpang Padang Panjang – Kampuang Jambu;

25. ruas Jalan KKN – Pasaman Baru;

26. ruas jalan Padang Tujuah – Koto Tinggi;

27. ruas jalan Batang Biu – Tanjuang Pangka;

28. ruas jalan Jambak – Padang Laweh;

29. ruas jalan Padang Baru Bandar – Taluak Pagang;

30. ruas jalan Sasak – Pondok;

31. ruas jalan Pondok – Kampung Tigo;

32. ruas jalan Robi Jonggor – Simpang Lolo;

33. ruas jalan Paraman Ampalu – Siligawan;

34. ruas jalan Sungai Aua – Simpang Gadang;

35. ruas jalan Sontang – Tinggiran;

36. ruas jalan Tambang Padang Hilir – Sontang;

37. ruas jalan Ujuang Gadiang – Situak;

38. ruas jalan Parik – Lubuak Gadang;

39. ruas jalan Desa Simpang – Kelapa Tani Sukirman;

40. ruas jalan Aek Nabirong – Parik;

41. ruas jalan Parik – Danau Karuah;

42. ruas jalan Keliling – Kota Parik;

43. ruas jalan Parik – Koto Laweh;

44. ruas jalan Parik – Tanah Datar;

45. ruas jalan Silawai – Bedeng Barat;

46. ruas jalan TPI Aia Bangih – Padang Jajaran;

47. ruas jalan Pasar Baru – Kampuang Padang;

48. ruas jalan Koto Sambilan – Sawang Aru;

49. ruas jalan Lingkar SMP 2 Silawai;

50. ruas jalan Silayang – Lubuak Gobing;

Page 39: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 39 -

51. ruas jalan Tamiang Tangah – Tanjung Larangan;

52. ruas jalan Paraman Sawah – Kampuang Pinang;

53. ruas jalan Aek Nabirong – Batas Sumatera Utara;

54. ruas jalan Tanjung Larangan – Paninjauan;

55. ruas jalan Aia Runding – Translok;

56. ruas jalan Simpang Tolang – Batas BTN;

57. ruas jalan Silayang – Batang Laping;

58. ruas jalan Aek Nabirong – Kampuang Pinang;

59. ruas jalan Pintu Padang – Aia Karak;

60. ruas jalan Kampung Duren – Pasia Panjang;

61. ruas jalan Kantor Camat – Aia Pasak;

62. ruas jalan Mangkata – Silapiang;

63. ruas jalan Kampung Mesjid – Bedeng Barat;

64. ruas jalan Kapunduang – Ladang Panjang;

65. ruas jalan Durian Kilangan – Aia Maruok;

66. ruas jalan Sidodadi – Padang Canduah;

67. Sidodadi – Batang Tabik;

68. ruas jalan Lapau Tampuruang – Sumber Agung;

69. ruas jalan Pasar Bangun Rejo – Padang Canduah;

70. ruas jalan Pasar Bangun Rejo – Sidomukti;

71. ruas jalan Simpang Base Camp – Sungai Balai;

72. ruas jalan Simpang Panco – Koto Padang;

73. ruas jalan Padang Kadok – (Batih – Batih);

74. ruas jalan Aia Maruok – Durian Kandang;

75. ruas jalan Koto Padang – Banjar Durian Gadang;

76. ruas jalan Katiagan – Batas Agam;

77. ruas jalan Kantor Camat Kinali – Mandiangin;

78. ruas jalan Sidodadi – Mandiangin;

79. ruas jalan Simpang TSG – Solo;

80. ruas jalan Lagan – SMP N 3 Kinali;

81. ruas jalan MAN Kinali – Lapai;

82. ruas jalan Aia Putiah – Tambau;

83. ruas jalan Koto Baru – Padang Balimbiang;

84. ruas jalan Malasiro – Lubuak Gadang;

85. ruas jalan Pasar Paneh – Kampuang Dalam;

86. ruas jalan Kapa Sarok – Kampuang Dalam;

87. ruas jalan Simpang Tigo – Durian Tigo Batang;

88. ruas jalan Jalan Lingkungan Maha Karya;

89. ruas jalan Laban – Pematang Jambu;

90. ruas jalan Sukomananti – Rimbo Janduang;

91. ruas jalan Pinaga – Talang Kuning;

92. ruas jalan Pasaman Baru – Lintang Utara;

93. ruas jalan Sidomulyo – Lambah Binuang;

94. ruas jalan Bancah Talang – Rimbo janduang;

95. ruas jalan Simpang Cahaya Baru – Katimaha;

96. ruas jalan Sukomananti – Kampuang Lambah;

97. ruas jalan Kampuang Cubadak – Rimbo Binuang;

98. ruas jalan Batang Tian – Batang Biu;

99. ruas jalan Ladang Rimbo – Pinaga;

100. ruas jalan Kampuang Padang – (Buli – Buli);

101. ruas jalan Talao – Pinaga;

Page 40: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 40 -

102. ruas jalan Tani Saiyo – Kampuang Dalam;

103. ruas jalan Banjar Laweh – Pinaga;

104. ruas jalan Kampuang Baru – Batang Mandau;

105. ruas jalan Banjar Bilalang;

106. ruas jalan Jorong Padang – Durian Hijau;

107. ruas jalan Simpang Bedeng – Koto Baru;

108. ruas jalan Batang Tian – Padang Langkuang;

109. ruas Jalan KKN – Kampuang Cubadak;

110. ruas jalan Yaptip – Pasaman Permai;

111. ruas jalan Kampung Cubadak – Pasaman Baru;

112. ruas jalan Pisang Hutan – Rantau Panjang;

113. ruas jalan Taluak Pagang – Rantau Panjang;

114. ruas jalan Sasak – TPI Baru;

115. ruas jalan Sialang – PDR;

116. ruas jalan Sasak – Rantau Panjang;

117. ruas jalan Paraman Ampalu – Tanjuang Balit;

118. ruas jalan Muaro Kiawai – Pulutan;

119. ruas jalan Muaro Kiawai – Pasa Lamo;

120. ruas Jalan Lingkar – Pasa Paraman;

121. ruas jalan Paraman Ampalu – Sungai Magelang;

122. ruas jalan Ponpes Nurul Huda – Trans Kiawai;

123. ruas jalan Simpang Translok – Sungai Aua;

124. ruas jalan Sungai Aua – Paraman Ampalu;

125. ruas jalan Keliling Sungai Aua;

126. ruas jalan Kantor Camat Koto Dalam – Koto Dalam;

127. ruas jalan Karya Makmur – Ampar Putih;

128. ruas jalan Bukik Malintang – Jorong Sarasah Talang;

129. ruas jalan Pasar Sontang – SD Pematang Sontang;

130. ruas jalan Sontang – Sarasah Batuang;

131. ruas jalan Aia Haji – Jorong Sakato Jaya;

132. ruas jalan Sontang – Tamunarang;

133. ruas jalan keliling Kota – Ujuang Gadiang;

134. ruas jalan Ujuang Gadiang – Batang Gunung;

135. ruas jalan Ranah Salido – Kampuang Sawah;

136. ruas jalan Salur – Sukaramai;

137. ruas jalan Batang Gunuang – Padang Sapek;

138. ruas jalan Kuamang – Kampuang Dalam;

139. ruas jalan Gunung Tuo – Lubuak Alai;

140. ruas jalan Ranah Salido – Batang Gunuang;

141. ruas jalan Jalan Ampera – Koto Pinang;

142. ruas jalan simpang Ampek Koto – Batang Gunuang;

143. ruas jalan Tanah Datar – Aia Janiah (Koto Balingka);

144. ruas jalan Banjar Bahar – Simpang Bakrie;

145. ruas jalan MAN – Tombang Jarum;

146. ruas jalan Setia Baru – Sikabau;

147. ruas jalan Aek Nabirong – Kampuang Pinang;

148. ruas jalan Tanah Datar – Air Janiah;

149. ruas jalan Limau Sariang – Lubuak Gadang

150. ruas jalan Simpang (Lapangan Bola) – Takate;

151. ruas jalan Silawai Tangah – Banjar Alang;

152. ruas Jalan Lingkar Pulau Panjang;

Page 41: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 41 -

153. ruas jalan Sawang Aru – Sikabau;

154. ruas jalan Tambang Padang – Silayang Mudik;

155. ruas Jalan Keliling Desa – Silapiang;

156. ruas jalan Paraman Sawah – Sawah Mudik;

157. ruas jalan Simpang Tolang – Batas BTN;

158. ruas jalan Silayang – Batang Laping;

159. ruas jalan Pintu Padang – Aia Karak;

160. ruas jalan Kampung Duren – Pasir Panjang;

161. ruas jalan Kantor Camat – Aia Pasak;

162. ruas jalan Mangkata – Silapiang; dan

163. ruas jalan Aia Bangih – Keliling Kota.

i. pembangunan terminal type B;

j. pembangunan terminal type C;

k. pembangunan terminal angkutan barang Simpang Ampek;

l. pembangunan terminal angkutan barang Kinali;

m. pembangunan terminal angkutan barang Aia bangiah;

n. penyusunan rencana induk perkeretaapian;

o. peraturan bupati;

p. pembangunan jalur kereta api umum trans sumatera;

q. pembangunan stasiun kereta api kinali;

r. pembangunan stasiun kereta api Simpang Ampek; dan

s. pembangunan stasiun kereta api Aia bangiah;

(3) Perwujudan pengembangan sistem prasarana transportasi udara sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf b dilakukan melalui :

a. pemantapan bandar udara umum Simpang Ampek;

b. penyusunan rencana induk bandar udara umum Simpang Ampek; dan

c. pembangunan bandar udara umum Simpang Ampek.

(4) Perwujudan pengembangan sistem prasarana transportasi laut sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf c dilakukan melalui :

a. penyusunan rencana induk pelabuhan;

b. penyusunan rencana trayek tetap dan teratur angkutan laut;

c. penetapan peraturan bupati;

d. pemantapan pelabuhan pengumpul teluk tapang;

e. pembangunan pelabuhan pengumpul teluk tapang;

f. pengerukan alur pelayaran dan kolam pelabuhan teluk tapang;

g. pembangunan pelabuhan pengumpan sasak;

h. pembangunan pelabuhan pendaratan ikan sasak; dan

i. pembangunan pelabuhan pendaratan ikan aia bangiah.

Pasal 44

Perwujudan pengembangan sistem prasarana energi dan sumberdaya mineral

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf b dilakukan melalui:

a. optimalisasi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD);

b. optimalisasi dan pembangunan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH);

c. optimalisasi dan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS);

d. optimalisasi dan pengembangan gardu induk; dan

e. pembangunan dan pengembangan jaringan saluran udara tegangan extra tinggi

(SUTET).

Page 42: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 42 -

Pasal 45

Perwujudan pengembangan sistem prasarana telekomunikasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 42 huruf c dilakukan melalui:

a. optimalisasi jaringan telekomunikasi publik meliputi jaringan tetap (fixed line),

sentral jaringan bergerak seluler, dan sistem jaringan telkom lainnya.

b. Pembangunan dan pengembangan jaringan telekomunikasi non publik untuk

menunjang kegiatan Navigasi Penerbangan, Pelayaran dan Meteorologi.

c. optimalisasi dan pengembangan pemancar siaran TV daerah di Padang Tujuah;

d. optimalisasi dan pengembangan pemancar siaran radio di Kecamatan Luhak Nan

Duo, Pasaman dan Lembah Melintang;

e. pengembangan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan pelayanan sosial

dan ekonomi wilayah berupa kegiatan pemerintahan, pariwisata, industri,

agropolitan, minapolitan, kawasan pesisir, pelayaran dan kawasan;

f. pembangunan dan pengembangan menara telkomunikasi/ BTS (Base

Transmision Station);

g. pengembangan prasarana telekomunikasi kawasan perdesaan yang belum

terjangkau sarana prasarana telekomunikasi; dan

h. optimalisasi dan pengembangan sistem telekomunikasi interkoneksi nasional

untuk mikro digital dan interkoneksi sumatera barat-pariaman - pasaman barat

untuk serat optik dan mikro analog.

Pasal 46

Perwujudan pengembangan sistem prasarana sumberdaya air sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 42 huruf d dilakukan melalui:

a. konservasi dan penatagunaan air pada daerah aliran sungai (DAS);

b. penyusunan dan penetapan neraca penatagunaan sumberdaya air;

c. peningkatan dan pemeliharaan sumberdaya air yang berskala regional guna

menjaga kelestarian lingkungan dilakukan pada seluruh sungai yang berhulu di

hutan lindung di bagian timur;

d. pengembangan, pengelolaan dan konservasi pemanfaatan sumber daya air baku

untuk keperluan air bersih untuk kawasan perkotaan;

e. pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau serta sumber air

lainnya, antara lain embung/bendungan, waduk, dan bangunan penampung air

lainnya untuk penyediaan sumber air baku dan pertanian; dan

f. pemeliharaan dan pengembangan daerah irigasi :

1. daerah irigasi Batang Tongar;

2. daerah irigasi Batahan;

3. daerah irigasi Batang Bayang;

4. daerah irigasi Kapar Ampu;

5. daerah irigasi Lubuk Gobing;

6. daerah irigasi Air Dingin;

7. daerah irigasi Ampu Kariang;

8. daerah irigasi Ampu Kariang;

9. daerah irigasi Ampu Rimbi;

10. daerah irigasi Aur Kuning;

11. daerah irigasi Bandarejo;

12. daerah irigasi Banja Anau;

13. daerah irigasi Banja Sukomenanti;

14. daerah irigasi Batang Alin;

Page 43: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 43 -

15. daerah irigasi Batang Ingu;

16. daerah irigasi Batang Kando;

17. daerah irigasi Batang Kariang;

18. daerah irigasi Batang Karumie;

19. daerah irigasi Batang Kenaikan;

20. daerah irigasi Batang Kinali;

21. daerah irigasi Batang Lampang;

22. daerah irigasi Batang Mandiangin;

23. daerah irigasi Batang Nango;

24. daerah irigasi batang Paku;

25. daerah irigasi Batang Pinaga;

26. daerah irigasi Batang Sarik;

27. daerah irigasi Batang Sopan;

28. daerah irigasi Bandar Rambah;

29. daerah irigasi Batang Bunut Alamanda;

30. daerah irigasi Batang Kinali Rantau Panjang;

31. daerah irigasi Bunga Tanjung;

32. daerah irigasi Danau Karuah;

33. daerah irigasi Bandar Partupangan;

34. daerah irigasi Durian Kapalo Kambiang;

35. daerah irigasi Ladang Rimbo;

36. daerah irigasi Lubuk Anai;

37. daerah irigasi Lubuk Barantai;

38. daerah irigasi Lubuk Subahan;

39. daerah irigasi Pandulangan;

40. daerah irigasi Pelita I Sungai Abuk;

41. daerah irigasi Punggai Bawah;

42. daerah irigasi Situak;

43. daerah irigasi Talang Kuning;

44. daerah irigasi Tamiang Ampalu;

45. daerah irigasi Taming;

46. daerah irigasi Tanjung Durian;

47. daerah irigasi Tinggiran;

48. daerah irigasi Air Talang;

49. daerah irigasi Batang Siau – Siau; dan

50. daerah irigasi Batang Talau Hilir.

g. pembangunan dan pengembangan saluran air hujan/drainase;

h. pembangunan prasarana pengendalian banjir; dan

i. pembangunan prasarana pengamanan abrasi pantai di sepanjang pesisir pantai

Aia bangiah – Sasak.

Pasal 47

Perwujudan pengembangan sistem prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 42 huruf e dilakukan melalui :

a. pengembangan dan pembangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) di

seluruh kecamatan;

b. pengembangan dan pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan

sistem sanitary landfill;

c. penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM);

Page 44: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 44 -

d. pembangunan dan pengembangan prasarana Sistem Penyediaan Air Minum

(SPAM);

e. pemeliharaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM);

f. penguatan kelembagaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM);

g. pembangunan prasarana sistem pembuangan air limbah;

h. pembangunan dan pengembangan sistem pengelolaan limbah domestik dan non

domestik menggunakan sistem setempat (on-site sanitation) dengan sistem

terpusat untuk kawasan perkotaan dengan penduduk yang memiliki kepadatan

tinggi;

i. pengembangan dan pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT);

j. penyusunan rencana induk sistem drainase;

k. pengelolaan dan pemeliharaan prasarana sistem drainase primer;

l. pembangunan prasarana sistem drainase sekunder;

m. pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan prasarana sistem drainase

sekunder;

n. pembangunan dan pengembangan jalur evakuasi bencana;

o. pembangunan dan pengembangan ruang evakuasi bencana; dan

p. pengelolaan dan pemeliharaan ruang evakuasi bencana.

Bagian Kedua

Arahan Pemanfaatan Rencana Pola Ruang

Pasal 48

Arahan pemanfaatan ruang dalam rangka perwujudan pola ruang dilakukan

melalui :

a. perwujudan kawasan lindung; dan

b. perwujudan kawasan budidaya.

Pasal 49

Perwujudan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf a, terdiri

atas:

a. pengelolaan kawasan hutan lindung

b. pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;

c. pengelolaan kawasan perlindungan setempat;

d. pengelolaan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;

e. pengelolaan kawasan rawan bencana alam;

f. pengelolaan kawasan lindung geologi; dan

g. pengelolaan kawasan konservasi laut daerah.

Pasal 50

Pengelolaan kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf a

dilakukan melalui:

a. rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan hutan lindung; dan

b. pengembangan pengelolaan kawasan lindung.

Page 45: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 45 -

Pasal 51

Pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf b dilakukan melalui :

a. rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan yang memberikan perlindungan

terhadap kawasan bawahannya; dan

b. pengembangan pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap

kawasan bawahannya.

Pasal 52

Pengelolaan kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49

huruf c dilakukan melalui:

a. rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan sempadan pantai;

b. pengembangan pengelolaan kawasan sempadan pantai;

c. rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan sempadan sungai;

d. pengembangan pengelolaan kawasan sempadan sungai;

e. rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan sekitar waduk/bendungan batang

tongar, batang batahan dan batang bayang;

f. pengembangan pengelolaan kawasan sekitar waduk/bendungan batang tongar,

batang batahan dan batang bayang;

g. rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan sekitar mata air; dan

h. pengembangan pengelolaan kawasan sekitar mata air.

Pasal 53

Pengelolaan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 49 huruf d dilakukan melalui:

a. rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan suaka alam;

b. pengembangan pengelolaan kawasan suaka alam;

c. rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan pantai berhutan bakau; dan

d. pengembangan pengelolaan kawasan pantai berhutan bakau.

Pasal 54

(1) Pengelolaan kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal

49 huruf e dilakukan melalui:

a. mitigasi dan pemetaan daerah rawan gelombang longsor;

b. mitigasi dan pemetaan daerah rawan gelombang pasang;

c. mitigasi dan pemetaan daerah rawan gelombang banjir; dan

d. pembangunan sarana dan prasarana untuk mengantisipasi bencana, baik

yang bersifat struktural maupun non struktural.

(2) Penetapan mitigasi dan pemetaan kawasan rawan bencana alam akan diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Page 46: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 46 -

Pasal 55

Pengelolaan kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 49

huruf f dilakukan melalui :

a. mitigasi dan pemetaan kawasan rawan bencana gempa bumi;

b. mitigasi dan pemetaan kawasan rawan gerakan tanah;

c. mitigasi dan pemetaan kawasan yang terletak di zona patahan aktif.

d. mitigasi dan pemetaan kawasan rawan bencana alam tsunami;

e. mitigasi dan pemetaan kawasan rawan abrasi;

f. pengaturan kegiatan manusia di kawasan rawan bencana geologi untuk

melindungi manusia dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara

tidak langsung oleh perbuatan manusia;

g. melakukan upaya untuk mengurangi/ meniadakan resiko bencana geologi seperti

melakukan penghijauan pada lahan kritis;

h. melakukan sosialisasi mitigasi bencana geologi pada masyarakat, terutama

masyarakat yang berada pada/dekat dengan daerah rawan gempa bumi, gerakan

tanah, zona patahan/sesar dan rawan tsunami;

i. rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan yang memberikan perlindungan

terhadap air tanah; dan

j. pengembangan pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap

air tanah.

Pasal 56

Pengelolaan kawasan konservasi laut daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Pasal 49 huruf g dilakukan melalui:

a. penetapan tata batas kawasan konservasi laut daerah;

b. penyusunan masterplan, program pembangunan dan upaya pelestarian Kawasan

konservasi laut daerah;

c. pembanguan fasilitas dan utilitas penunjang kawasan konservasi laut daerah;

d. penyediaan perangkat keras dan lunak untuk mendukung kegiatan kawasan

konservasi laut daerah;

e. rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan mangrove;

f. pengembangan pengelolaan kawasan mangrove;

g. rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan karang;

h. pengembangan pengelolaan kawasan karang;

i. rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan padang lamun;

j. pengembangan pengelolaan kawasan padang lamun;

k. rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan estuaria; dan

l. pengembangan pengelolaan kawasan estuaria.

Pasal 57

Perwujudan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf b,

terdiri atas:

a. pengembangan kawasan hutan produksi

b. pengembangan kawasan peruntukan pertanian;

Page 47: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 47 -

c. pengembangan kawasan peruntukan perikanan;

d. pengembangan kawasan peruntukan pertambangan;

e. pengembangan kawasan industri;

f. pengembangan kawasan pariwisata; dan

g. pengembangan kawasan permukiman;

h. pengembangan kawasan peruntukan lainnya.

Pasal 58

Pengembangan kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57

huruf a dilakukan melalui:

a. pengembangan dan pengendalian kawasan hutan produksi terbatas;

b. pengembangan dan pengendalian kawasan hutan produksi tetap;

Pasal 59

(1) Pengembangan Kawasan Peruntukan Pertanian sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 57 huruf b terdiri atas:

a. pengembangan kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan dan

hortikultura;

b. pengembangan kawasan peruntukan perkebunan; dan

c. pengembangan kawasan peruntukan peternakan.

(2) Pengembangan Kawasan Peruntukan Pertanian tanaman pangan dan

hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan melalui:

a. pengembangan dan pengendalian kawasan andalan untuk pertanian

tanaman pangan; dan

b. pengembangan dan pengendalian kawasan andalan untuk pertanian

hortikultura.

(3) Pengembangan Kawasan Peruntukan Perkebunan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b dilakukan melalui:

a. pengembangan dan rehabilitasi kawasan andalan untuk perkebunan;

b. penetapan kawasan, sentra dan komoditas unggulan;

c. pelaksanaan pembudidayaan komoditas unggulan yang dikembangkan;

d. pembangunan prasarana dan sarana yang dibutuhkan dalam peningkatan

produktivitas lahan;

e. pembangunan jalan produksi; dan

f. pembangunan industri pengolahan pasca panen.

(4) Pengembangan Kawasan Peruntukan Peternakan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c dilakukan melalui:

a. pengembangan dan rehabilitasi kawasan andalan untuk peternakan;

b. menetapkan sentra-sentra peternakan sesuai dengan jenis ternak yang

dikembangkan; dan

c. membangun infrastruktur sesuai kebutuhan dan teknik pengembangan

ternak.

Page 48: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 48 -

Pasal 60

Pengembangan Kawasan Peruntukan Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

57 huruf c dilakukan melalui:

a. pengembangan dan rehabilitasi kawasan andalan untuk perikanan tangkap;

b. pengembangan dan rehabilitasi kawasan andalan untuk budi daya perikanan air

payau;

c. pengembangan dan rehabilitasi kawasan budidaya perikanan air tawar;

d. pengembangan dan rehabilitasi kawasan budidaya perikanan air laut; dan

e. pengembangan dan rehabilitasi kawasan andalan untuk Industri pengolahan

ikan.

Pasal 61

Pengembangan Kawasan Peruntukan Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 57 huruf d dilakukan melalui:

a. pengembangan dan rehabilitasi kawasan andalan untuk pertambangan mineral

dan batubara;

b. penyusunan peraturan daerah tentang ijin pengelolaan dan seleksi usaha;

c. penyusunan studi kelayakan tentang pegelolaan wilayah pertambangan; dan

d. penyusunan kajian lingkungan wilayah pertambangan.

Pasal 62

Pengembangan kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 huruf e

dilakukan melalui pengembangan industri unggulan, terdiri atas:

a. pengembangan dan rehabilitasi kawasan andalan untuk industri besar

pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan;

b. pengembangan dan rehabilitasi kawasan andalan untuk industri sedang

pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan;

c. pengembangan dan rehabilitasi kawasan andalan untuk industri rumah tangga

pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan; dan

d. peningkatan pelayanan dan pembangunan prasarana penunjang kegiatan

industri.

Pasal 63

Pengembangan kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 huruf g

meliputi:

a. penyusunan rencana induk pengembangan pariwisata daerah;

b. penetapan peraturan bupati;

c. pengembangan dan rehabilitasi kawasan andalan untuk wisata budaya, sejarah,

dan religi;

d. pengembangan dan rehabilitasi kawasan andalan untuk wisata alam;

e. pengembangan dan rehabilitasi kawasan andalan untuk wisata buatan;

f. pembangunan sarana prasarana pendukung pariwisata; dan

g. percepatan pembangunan infarstruktur.

Page 49: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 49 -

Pasal 64

Pengembangan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 huruf

g meliputi:

a. pengembangan dan rehabilitasi kawasan peruntukan permukiman perkotaan;

dan

b. pengembangan dan rehabilitasi kawasan permukiman perdesaan.

Pasal 65

Pengembangan kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57

huruf g meliputi Pengembangan dan Pengendalian Kawasan pertahanan dan

keamanan.

Bagian Ketiga

Arahan Pemanfaatan Rencana Kawasan Strategis

Pasal 66

Arahan pemanfaatan ruang dalam rangka perwujudan kawasan strategis dilakukan

melalui:

a. rehabilitasi/revitalisasi kawasan strategis

b. pengembangan dan peningkatan kualitas kawasan strategis

BAB VII

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 67

(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten digunakan

sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah

Kabupaten.

(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas :

a. ketentuan umum peraturan zonasi;

b. ketentuan perizinan;

c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan

d. arahan sanksi.

Bagian Kedua

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 68

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem Kabupaten sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 67 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah

daerah dalam menyusun peraturan zonasi.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas :

Page 50: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 50 -

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya; dan

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar sistem jaringan

prassarana provinsi dan kabupaten.

Pasal 69

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 68 ayat (2) huruf a meliputi:

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan resapan air;

c. kawasan perlindungan setempat

d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;

e. kawasan rawan bencana;

f. kawasan rawan bencana geologi; dan

g. kawasan konservasi laut daerah.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 68 ayat (2) huruf b meliputi:

a. kawasan hutan produksi;

b. Kawasan Peruntukan Perkebunan;

c. Kawasan Peruntukan Pertanian;

d. Kawasan Peruntukan Perikanan;

e. Kawasan Peruntukan Pertambangan;

f. kawasan industri;

g. kawasan pariwisata;

h. kawasan permukiman; dan

i. Kawasan peruntukan lainnya.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana provinsi

dan kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (2) huruf c

meliputi:

a. sistem perkotaan;

b. sistem jaringan transportasi;

c. sistem jaringan prasarana energi;

d. sistem jaringan prasarana telekomunikasi;

e. sistem jaringan sumberdaya air; dan

f. sistem prasarana lingkungan.

Pragraf 1

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Lindung

Pasal 70

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 69 ayat (1) huruf a ditetapkan sebagai berikut:

a. pemanfaatan kawasan pada hutan lindung dilakukan dengan ketentuan:

1. tidak diperbolehkan mengurangi, mengubah atau menghilangkan fungsi

utamanya;

2. pengolahan tanah terbatas;

3. diperbolehkan dengan syarat tidak menimbulkan dampak negatif terhadap

biofisik dan sosial ekonomi;

Page 51: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 51 -

4. tidak diperbolehkan menggunakan peralatan mekanis dan alat berat; dan

5. diperbolehkan dengan syarat tidak membangun sarana dan prasarana yang

mengubah bentang alam.

b. kegiatan pertambangan di kawasan hutan lindung diperbolehkan dengan syarat

tidak dilakukan secara terbuka, dan harus dilakukan reklamasi areal bekas

penambangan sehingga kembali berfungsi sebagai kawasan lindung;

c. kawasan hutan lindung dapat dikelola atau dipinjampakaikan, diperbolehkan

dengan syarat mengikuti prosedur dan sesuai peraturan perundang-undangan

yang berlaku;

d. pembangunan prasarana wilayah yang harus melintasi hutan lindung dapat

dilakukan dengan ketentuan :

1. diperbolehkan dengan syarat tidak menyebabkan terjadinya perkembangan

pemanfaatan ruang budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut; dan

2. diperbolehkan dengan syarat mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh

Menteri Kehutanan.

Pasal 71

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan resapan air sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b ditetapkan sebagai berikut :

a. diperbolehkan dengan syarat dalam kawasan resapan air tidak diperkenankan

adanya kegiatan budidaya;

b. permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan resapan air sebelum

ditetapkan sebagai kawasan lindung masih diperkenankan dengan ketentuan :

1. diperbolehkan dengan syarat tingkat kerapatan bangunan rendah (KDB

maksimum 20%, dan KLB maksimum 40%);

2. diperbolehkan dengan syarat perkerasan permukaan menggunakan bahan

yang memiliki daya serap air tinggi; dan

3. diperbolehkan dengan syarat dalam kawasan resapan air wajib dibangun

sumur-sumur resapan sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 72

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf c meliputi:

a. ketentuan umum peraturan zonasi sempadan pantai;

b. ketentuan umum peraturan zonasi sempadan sungai;

c. ketentuan umum peraturan zonasi sempadan danau dan/atau waduk; dan

d. ketentuan umum peraturan zonasi sempadan mata air.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan pantai sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:

a. kawasan sempadan pantai ditetapkan 100 meter dari titik pasang tertinggi;

b. dalam kawasan sempadan pantai yang termasuk dalam zona inti wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil tidak diperbolehkan dilakukan kegiatan

budidaya kecuali kegiatan penelitian, bangunan pengendali air, dan sistem

peringatan dini (early warning system);

Page 52: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 52 -

c. dalam kawasan sempadan pantai yang termasuk zona pemanfaatan terbatas

dalam wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil diperbolehkan dilakukan

kegiatan budidaya pesisir, ekowisata, dan perikanan tradisional; dan

d. dalam kawasan sempadan pantai yang termasuk zona lain dalam wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil diperperbolehkan dilakukan kegiatan budidaya

sesuai peruntukan kawasan dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan sungai sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b ditetapkan sebagai berikut:

a. kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai,

termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai

manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai dengan

lebar sempadan sebagai berikut:

1. bertanggul dan berada dalam kawasan permukiman dengan lebar paling

sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;

2. tidak bertanggul dan berada diluar kawasan permukiman dengan lebar

minimal paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan

3. tidak bertanggul pada sungai kecil di luar kawasan permukiman dengan

lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.

b. dalam kawasan sempadan sungai tidak diperbolehkan dilakukan kegiatan

budidaya yang mengakibatkan terganggunya fungsi sungai;

c. dalam kawasan sempadan sungai masih diperbolehkan dibangun prasarana

wilayah dan utilitas lainnya dengan ketentuan:

1. diperbolehkan dengan syarat tidak menyebabkan terjadinya

perkembangan pemanfaatan ruang budidaya di sepanjang jaringan

prasarana tersebut; dan

2. diperbolehkan dengan syarat dilakukan sesuai ketentuan peraturan yang

berlaku.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan danau dan/atau waduk

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditetapkan sebagai berikut :

a. lebar sempadan danau atau waduk adalah 50 (lima puluh) sampai dengan

100 (seratus) meter dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi;

b. dalam kawasan sempadan waduk/danau tidak diperbolehkan dilakukan

kegiatan budidaya yang dapat merusak fungsi danau/waduk;

c. dalam kawasan sempadan waduk/danau diperbolehkan dilakukan kegiatan

penunjang pariwisata alam seseuai ketentuan yang berlaku; dan

d. dalam kawasan sempadan sungai diperbolehkan dibangun prasarana

wilayah dan untilitas lainnya dengan ketentuan :

1. diperbolehkan dengan syarat tidak menyebabkan terjadinya

perkembangan pemanfaatan ruang budidaya di sekitar jaringan

prasarana tersebut; dan

2. diperbolehkan dengan syarat pembangunannya dilakukan sesuai

ketentuan peraturan yang berlaku.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan mata air sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf d ditetapkan sebagai berikut :

a. dalam kawasan sempadan mata air tidak diperbolehkan dilakukan kegiatan

budidaya yang dapat merusak mata air; dan

b. dalam kawasan sempadan mata air diperbolehkan dilakukan kegiatan

penunjang pariwisata alam sesuai ketentuan yang berlaku.

Page 53: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 53 -

Pasal 73

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan cagar alam sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 69 ayat (1) huruf d ditetapkan sebagai berikut:

a. dalam kawasan cagar alam diperbolehkan dilakukan kegiatan untuk kepentingan

penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kegiatan

lainnya yang menunjang budidaya

b. tidak diperbolehkan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan

fungsi kawasan.

c. tidak diperbolehkan dilakukan kegiatan budidaya yang mengakibatkan rusak dan

menurunnya fungsi kawasan; dan

d. diperbolehkan dilakukan kegiatan pariwisata alam secara terbatas dan kegiatan

penelitian.

Pasal 74

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf e ditetapkan sebagai berikut :

a. perkembangan kawasan permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan

rawan bencana alam harus dibatasi dan diterapkan peraturan bangunan

(building code) sesuai dengan potensi bahaya/bencana alam, serta dilengkapi

jalur evakuasi;

b. kegiatan-kegiatan vital/strategis diarahkan untuk tidak dibangun pada kawasan

rawan bencana;

c. dalam kawasan rawan bencana diperbolehkan dilakukan pembangunan

prasarana penunjang untuk mengurangi resiko bencana alam dan pemasangan

sitem peringatan dini (early warning system); dan

d. dalam kawasan rawan bencana alam diperbolehkan adanya kegiatan budidaya

lain seperti pertanian, perkebunan, dan kehutanan, serta bangunan yang

berfungsi untuk mengurangi resiko yang timbul akibat bencana alam.

Pasal 75

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan rawan bencana geologi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf f ditetapkan sebagai berikut :

a. kegiatan permukiman yang sudah terlanjur terbangun pada kawasan rawan

bencana geologi harus mengikuti peraturan bangunan (building code) yang sesuai

dengan potensi bencana geologi yang mungkin timbul dan dibangun jalur

evakuasi;

b. pada kawasan bencana alam geologi budidaya permukiman dibatasi dan

bangunan yang ada hatus mengikuti ketentuan bangunan pada kawasan rawan

bencana alam geologi;

c. pada kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah tidak

diperbolehkan adanya bangunan terkecuali bangunan yang terkait dengan sistem

jaringan prasarana wilayah dan pengendali air;

d. dalam kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah

diperbolehkan budidaya pertanian, perkebunan dan kehutanan sepanjang tidak

mengganggu fungsi lindung terhadap air tanah; dan

Page 54: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 54 -

e. pada kawasan lindung geologi diperbolehkan dilakukan budidaya pertanian,

perkebunan dan kehutanan.

Pasal 76

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan konservasi laut daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf g ditentukan sebagai berikut :

a. kawasan konservasi laut daerah tidak diperbolehkan dialihfungsikan menjadi

kegiatan budidaya;

b. dalam kawasan konservasi laut daerah diperbolehkan dikembangkan kegiatan

hutan kemasyarakatan tanpa mengganggu fungsi utama kawasan;

c. dalam kawasan konservasi laut daerah diperbolehkan dikembangkan kegiatan

ekowisata selama tidak mengganggu fungsi utama kawasan; dan

d. pembangunan sarana dan prasarana dalam kawasan konservasi laut daerah

diperbolehkan dengan syarat menunjang fungsi kawasan.

Paragraf 2

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya

Pasal 77

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 69 ayat (2) huruf a ditetapkan sebagai berikut:

a. tidak diperbolehkan adanya kegiatan budidaya kecuali kegiatan kehutanan dan

pembangunan sistem jaringan prasarana wilayah dan bangunan terkait dengan

pengelolaan budidaya hutan produksi;

b. tidak diperbolehkan dalam kawasan hutan produksi tetap dan hutan produksi

terbatas dialihfungsikan untuk kegiatan lain di luar kehutanan setelah potensi

hutan tersebut dimanfaatkan dan sesuai peraturan perundangan yang berlaku;

c. tidak diperbolehkan kegiatan kehutanan dalam kawasan hutan produksi dan

hutan produksi terbatas menimbulkan dampak gangguan lingkungan seperti

bencana alam; dan

d. sebelum kegiatan pengelolaan hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas

dilakukan wajib dilakukan studi kelayakan dan studi AMDAL yang hasilnya

disetujui oleh tim evaluasi dari lembaga yang berwenang.

Pasal 78

Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Peruntukan Perkebunan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) huruf b ditetapkan sebagai berikut :

a. tidak diperbolehkan dalam kawasan peruntukan perkebunan dan perkebunan

rakyat penanaman jenis tanaman perkebunan yang bersifat menyerap air dalam

jumlah banyak, terutama Kawasan Peruntukan Perkebunan yang berlokasi di

daerah hulu/kawasan resapan air;

b. tidak diperbolehkan dalam kawasan peruntukan perkebunan besar merubah

jenis tanaman perkebunan yang tidak sesuai dengan perizinan yang diberikan;

c. diperbolehkan dalam Kawasan Peruntukan Perkebunan besar dan perkebunan

rakyat bangunan yang bersifat mendukung kegiatan perkebunan dan jaringan

prasarana wilayah;

Page 55: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 55 -

d. diperbolehkan alih fungsi Kawasan Peruntukan Perkebunan menjadi fungsi

lainnya sepanjang sesuai dan mengikuti ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

e. sebelum kegiatan perkebunan besar dilaksanakan, wajib dilakukan kajian

lingkungan; dan

f. tidak diperbolehkan kegiatan perkebunan dilakukan di dalam kawasan lindung.

Pasal 79

Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Peruntukan Pertanian sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) huruf c ditetapkan sebagai berikut:

a. tidak diperbolehkan kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan lahan basah

dan lahan kering menggunakan lahan yang dikelola dengan mengabaikan

kelestarian lingkungan, misalnya penggunaan pupuk yang menimbulkan dampak

negatif terhadap lingkungan, dan pengolahan tanah yang tidak memperhatikan

aspek konservasi;

b. tidak diperbolehkan dalam pengelolaan pertanian tanaman pangan lahan basah

pemborosan penggunaan sumber air;

c. diperbolehkan peruntukan budidaya pertanian pangan lahan basah dan lahan

kering untuk dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, kecuali lahan pertanian tanaman pangan yang telah

mempunyai ketetapan hukum;

d. diperbolehkan pada kawasan budidaya pertanian adanya bangunan prasarana

wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan pertanian;

e. diperbolehkan dalam Kawasan Peruntukan Pertanian dilakukan kegiatan wisata

alam secara terbatas, penelitian dan pendidikan; dan

f. tidak diperbolehkan kegiatan pertanian dilakukan di dalam kawasan lindung.

Pasal 80

Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Peruntukan Perikanan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) huruf d ditetapkan sebagai berikut :

a. tidak diperbolehkan kawasan budidaya perikanan berdekatan dengan kawasan

yang bersifat polutif;

b. diperbolehkan dalam Kawasan Peruntukan Perikanan adanya kegiatan lain yang

bersifat mendukung kegiatan perikanan dan pembangunan sistem jaringan

prasarana sesuai ketentuan yang berlaku;

c. diperbolehkan Kawasan Peruntukan Perikanan untuk dialihfungsikan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d. diperbolehkan dalam Kawasan Peruntukan Perikanan dilakukan kegiatan wisata

alam secara terbatas, penelitian dan pendidikan; dan

e. tidak diperbolehkan kegiatan perikanan dilakukan di dalam kawasan lindung.

Pasal 81

Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Peruntukan Peternakan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) huruf e ditetapkan sebagai berikut:

Page 56: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 56 -

a. tidak diperbolehkan kawasan budidaya peternakan berdekatan dengan kawasan

permukiman;

b. diperbolehkan dalam Kawasan Peruntukan Peternakan adanya kegiatan lain

yang bersifat mendukung kegiatan peternakan dan pembangunan sistem jaringan

prasarana sesuai ketentuan yang berlaku;

c. diperbolehkan Kawasan Peruntukan Peternakan untuk dialihfungsikan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d. diperbolehkan dalam Kawasan Peruntukan Peternakan dilakukan kegiatan wisata

alam secara terbatas, penelitian dan pendidikan; dan

e. tidak diperbolehkan kegiatan peternakan dilakukan di dalam kawasan lindung.

Pasal 82

Ketentuan umum peraturan zonasi Kawasan Peruntukan Pertambangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) huruf f ditetapkan sebagai berikut:

a. kegiatan usaha pertambangan sepenuhnya harus mengikuti ketentuan yang

berlaku di bidang pertambangan;

b. tidak diperbolehkan kegiatan usaha pertambangan dilakukan tanpa izin dari

instansi/pejabat yang berwenang;

c. kawasan pascatambang wajib dilakukan rehabilitasi (reklamasi dan/atau

revitalisasi) sehingga dapat digunakan kembali untuk kegiatan lain, seperti

pertanian, kehutanan, dan pariwisata;

d. diperbolehkan pada Kawasan Peruntukan Pertambangan adanya kegiatan lain

yang bersifat mendukung kegiatan pertambangan;

e. diperbolehkan kegiatan permukiman secara terbatas untuk menunjang kegiatan

pertambangan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek keselamatan; dan

f. sebelum kegiatan pertambangan dilakukan wajib dilakukan kajian lingkungan.

Pasal 83

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 69 ayat (2) huruf g ditetapkan sebagai berikut:

a. untuk meningkatkan produktifitas dan kelestarian lingkungan pengembangan

kawasan industri harus memperhatikan aspek ekologis;

b. tidak diperbolehkan lokasi kawasan industri berbatasan langsung dengan

kawasan permukiman;

c. diperbolehkan pada kawasan industri adanya permukiman penunjang kegiatan

industri yang dibangun sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

d. diperbolehkan pada kawasan industri adanya sarana dan prasarana wilayah

sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

e. pengembangan kawasan industri harus dilengkapi dengan jalur hijau (greenbelt)

sebagai penyangga antar fungsi kawasan, dan sarana pengolahan limbah.

f. pengembangan zona industri yang terletak pada sepanjang jalan arteri atau

kolektor harus dilengkapi dengan frontage road untuk kelancaran aksesibilitas;

dan

g. setiap kegiatan industri wajib dilakukan kajian lingkungan.

Page 57: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 57 -

Pasal 84

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 69 ayat (2) huruf h ditetapkan sebagai berikut :

a. tidak diperbolehkan pada kawasan pariwisata alam dilakukan kegiatan yang

dapat menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama yang menjadi obyek wisata

alam;

b. tidak diperbolehkan dalam kawasan pariwisata dibangun permukiman dan

industri yang tidak terkait dengan kegiatan pariwisata;

c. diperbolehkan dalam kawasan pariwisata adanya sarana dan prasarana yang

mendukung kegiatan pariwisata dan sistem prasarana wilayah sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

d. diperbolehkan pada kawasan pariwisata dilakukan penelitian dan pendidikan.

e. tidak diperbolehkan pada kawasan pariwisata alam adanya bangunan lain

kecuali bangunan pendukung kegiatan wisata alam; dan

f. pengembangan pariwisata wajib dilakukan kajian lingkungan.

Pasal 85

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan permukiman sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 69 ayat (2) huruf i ditetapkan sebagai berikut:

a. diperbolehkan peruntukan kawasan permukiman untuk dialihfungsikan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. diperbolehkan pada kawasan permukiman adanya sarana dan prasarana

pendukung fasilitas permukiman sesuai dengan petunjuk teknis dan peraturan

yang berlaku;

c. diperbolehkan dalam kawasan permukiman dibangun prasarana wilayah sesuai

dengan ketentuan peraturan yang berlaku;

d. kawasan permukiman harus dilengkapi dengan fasilitas sosial termasuk Ruang

Terbuka Hijau (RTH) perkotaan dengan luas paling sedikit 30% dari luas kawsan

perkotaan;

e. diperbolehkan dalam kawasan permukiman adanya kegiatan industri skala

rumah tangga dan fasilitas sosial ekonomi lainnya dengan skala pelayanan

lingkungan;

f. tidak diperbolehkan kawasan permukiman dibangun di dalam kawasan

lindung/konservasi dan lahan pertanian dengan irigasi teknis;

g. tidak diperbolehkan dalam kawasan permukiman dikembangkan kegiatan yang

mengganggu fungsi permukiman dan kelangsungan kehidupan sosial

masyarakat.

h. pengembangan kawasan permukiman harus dilakukan sesuai ketentuan

peraturan yang berlaku di bidang perumahan dan permukiman;

i. pembangunan hunian dan kegiatan lainnya di kawasan permukiman harus

sesuai dengan peraturan teknis dan peraturan lainnya yang berlaku (KDB, KLB,

sempadan bangunan, dan lain sebagainya); dan

j. pada kawasan permukiman perkotaan harus disediakan prasarana dan sarana

dasar pendukung permukiman yang tersambung dengan sistem prasarana

perkotaan yang sudah ada.

Page 58: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 58 -

Pasal 86

Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan lainnya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) huruf j ditetapkan sebagai berikut :

a. diperbolehkan kawasan peruntukan lainnya untuk dialihfungsikan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. diperbolehkan adanya sarana dan prasarana pendukung fasilitas peruntukan

lainnya sesuai dengan petunjuk teknis dan peraturan yang berlaku.

c. alokasi peruntukan yang diperbolehkan adalah lahan terbuka (darat dan perairan

laut) yang belum secara khusus ditetapkan fungsi pemanfaatannya dan belum

banyak dimanfaatkan oleh manusia serta memiliki akses yang memadai untuk

pembangunan infrastruktur.

d. tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang merusak fungsi ekosistem daerah

kawasan peruntukan lainnya.

e. pembangunan kawasan peruntukan lainnya harus sesuai dengan peraturan

teknis dan peraturan lainnya yang terkait (KDB, KLB, sempadan bangunan, dan

lain sebagainya).

Paragraf 3

Ketentuan umum Peraturan Zonasi Sistem Jaringan

Prasarana dan Sarana Provinsi dan Kabupaten

Pasal 87

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 69 ayat (3) huruf a ditetapkan sebagai berikut :

a. diperbolehkan dengan syarat sesuai dengan fungsi dan peranan perkotaan yang

bersangkutan;

b. diperbolehkan dengan syarat sesuai dengan karakteristik fisik perkotaan dan

sosial budaya masyarakatnya;

c. diperbolehkan dengan syarat mengacu pada standar teknik perencanaan yang

berlaku;

d. tidak diperbolehkan pemerintah kabupaten merubah sistem perkotaan yang telah

ditetapkan pada sistem nasional dan provinsi, kecuali atas usulan pemerintah

kabupaten dan disepakati bersama;

e. pemerintah kabupaten wajib memelihara dan mengamankan sistem perkotaan

nasional dan provinsi yang ada di wilayah kabupaten Pasaman Barat.

Pasal 88

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 69 ayat (3) huruf bmeliputi:

a. transportasi darat :

1. tidak diperbolehkan adanya kegiatan yang dapat menimbulkan hambatan lalu

lintas regional di sepanjang sistem jaringan jalan nasional dan provinsi;

2. tidak diperbolehkan adanya akses langsung dari bangunan ke jalan di

sepanjang sistem jaringan jalan nasional dan provinsi;

Page 59: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 59 -

3. bangunan di sepanjang sistem jaringan jalan nasional dan provinsi

diperbolehkan dengan syarat harus memilki sempadan bangunan yang sesuai

dengan ketentuan;

4. lebar ruang pengawasan jalan ditentukan dari tepi jalan paling sedikit dengan

ukuran sebagai berikut :

a. jalan kolektor primer 10 (sepuluh) meter;

b. jalan lokal primer 7 (tujuh) meter;

c. jalan lokal primer 5 (lima) meter;

d. jembatan 100 (seratus) meter ke arah hilir dan hulu;

5. lokasi terminal tipe B dan C diarahkan lokasi yang strategis dan memiliki

akses ke jalan kolektor primer sesuai peraturan perundangan yang berlaku;

b. transportasi laut :

1. pelabuhan laut harus memiliki kelengkapan fasilitas pendukung sesuai

dengan fungsi dari pelabuhan tersebut; dan

2. pelabuhan laut harus memiliki akses ke jalan kolektor primer;

c. transportasi udara :

1. untuk mendirikan, mengubah atau melestarikan bangunan serta menanam

atau memelihara pepohonan di dalam kawasan keselamatan operasi

penerbangan (KKOP) tidak boleh melebihi batas ketinggian KKOP; dan

2. bandar udara harus memilki akses ke jalan kolektor primer.

3. Peraturan zonasi ruang udara disekitar bandar udara lebih lanjut diatur

dalam peraturan perudang-undangan yang berlaku.

d. pengembangan kawasan yang menimbulkan bangkitan lalu lintas diharuskan

membuat analisa dampak lingkungan lalu-lintas.

Pasal 89

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana energi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 69 ayat (3) huruf c ditetapkan bahwa pada ruang yang berada

di bawah SUTET tidak diperbolehkan adanya bangunan permukiman sesuai

ketentuan yang berlaku.

Pasal 90

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan prasarana telekomunikasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (3) huruf d ditetapkan sebagai berikut :

a. ruang bebas di sekitar menara berjari-jari minimum sama dengan tinggi menara;

b. diarahkan untuk menggunakan menara telekomunikasi secara bersama-sama

diantara para penyedia layanan telekomunikasi (provider).

Pasal 91

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 69 ayat (3) huruf e ditetapkan sebagaimana telah diatur pada

ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat.

Page 60: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 60 -

Pasal 92

Ketentuan umum peraturan zonasi sistem prasarana lingkungan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 69 ayat (3) huruf f yang berupa Tempat Pengolahan Sampah

Terpadu (TPST) ditetapkan sebagai berikut :

a. tidak diperbolehkan TPST berdekatan dengan kawasan permukiman;

b. lokasi TPST harus wajib dilakukan kajian lingkungan;

c. pengelolaan sampah dalam TPST dilakukan dengan sistem sanitary landfill sesuai

ketentuan peraturan yang berlaku;

d. dalam lingkungan TPST disediakan prasarana penunjang pengelolaan sampah.

Bagian Ketiga

Ketentuan Perizinan

Pasal 93

(1) Perizinan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 67 ayat (2) huruf b

merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin

pemanfaatan ruang sesuai rencana struktur ruang dan pola ruang yang

ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini;

(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan

kewenangannya dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur atau

mekanisme sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(4) Izin pemanfaatan ruang yang memiliki dampak skala kabupaten diberikan atau

mendapat rekomendasi dari Bupati; dan

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan perizinan wilayah kabupaten diatur

dengan Peraturan Bupati.

Bagian Keempat

Ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif

Pasal 94

(1) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 67 ayat (2) huruf c merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang

dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.

(2) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif meliputi:

a. ketentuan umum insentif-disinsentif; dan

b. ketentuan khusus insentif-disinsentif

Pasal 95

(1) Ketentuan umum pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana yang

dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2) huruf a berisikan arahan pemberlakuan

insentif dan disinsentif untuk berbagai pemanfaatan ruang secara umum;

(2) Ketentuan khusus pemberian insentif dan disinsentif sebagaiamana yang

dimaksud dalam Pasal 94 ayat (2) huruf b ditujukan untuk pemberlakuan

Page 61: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 61 -

insentif dan disinsentif secara langsung pada jenis-jenis pemanfaatan ruang

atau kawasan tertentu.

Pasal 96

(1) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur

ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan zonasi yang diatur

dalam Peraturan Daerah ini;

(2) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah,

dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam

Peraturan Daerah ini;

Pasal 97

(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang

wilayah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten kepada tingkat pemerintah yang

lebih rendah (kecamatan/ desa) dan kepada masyarakat

(perorangan/kelompok);

(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi

berwenang sesuai dengan kewenangannya;

(3) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan menurut prosedur

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

(4) Insentif dan pengenaan disinsentif diberikan oleh Bupati

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai ketentuan pemberian insentif dan disinsentif

diatur dengan Keputusan Bupati.

Pragraf 1

Ketentuan Umum Pemberian Insentif dan Disinsentif

Pasal 98

(1) Pemberian insentif diberlakukan pada pemanfaatan ruang yang didorong

perkembangannya dan sesuai dengan rencana tata ruang.

(2) Pemberian disinsentif diberlakukan bagi kawasan yang dibatasi atau

dikendalikan perkembangannya bahkan dilarang dikembangkan untuk kegiatan

budidaya.

(3) Ketentuan pemberian insentif sebagaimana yang dimaksud ayat (1) meliputi :

a. pemberian keringanan atau penundaan pajak (tax holiday) dan kemudahan

proses perizinan;

b. penyediaan sarana dan prasarana kawasan oleh pemerintah untuk

memperingan biaya investasi oleh pemohon izin;

c. pemberian kompensasi terhadap kawasan terbangun lama sebelum rencana

tata ruang ditetapkan dan tidak sesuai tata ruang serta dapat menimbulkan

dampak terhadap lingkungan;

d. pemberian kemudahan dalam perizinan untuk kegiatan yang menimbulkan

dampak positif.

(4) Ketentuan pemberian disinsentif sebagaimana yang dimaksud ayat (2) meliputi :

Page 62: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 62 -

a. pengenaan pajak yang tinggi terhadap kegiatan yang berlokasi di daerah

yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti pusat kota, kawasan komersial,

daerah yang memiliki tingkat kepadatan tinggi;

b. penolakan pemberian izin perpanjangan hak guna usaha, hak guna

bangunan terhadap kegiatan yang terlanjur tidak sesuai dengan rencana tata

ruang dan peraturan zonasi;

c. peniadaan sarana dan prasarana bagi daerah yang tidak dipacu

pengembangannya, atau pengembangannya dibatasi;

d. penolakan pemberian izin pemanfaatan ruang budidaya yang akan

dilakukan di dalam kawasan lindung;

Pragraf 2

Ketentuan Khusus Pemberian Insentif dan Disinsentif

Pasal 99

(1) Pemberian insentif khusus ditujukan pada pola ruang tertentu yang dinilai

harus didorong pemanfaatannya, meliputi :

a. kawasan pesisir dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya

kelautan dan perikanan;

b. kawasan wisata guna peningkatan pendapatan masyarakat dan pendapatan

asli daerah.

(2) Pemberian disinsentif khusus ditujukan pada pola ruang tertentu yang dinilai

harus dibatasi dan/atau dikendalikan pemanfaatannya, meliputi:

a. kawasan rawan bencana, meliputi rawan bencana longsor, gempa, tsunami

atau gelombang pasang dan banjir;

b. kawasan suaka alam yang menjadi salah satu paru-paru Provinsi Sumatera

Barat, pelestarian alam, cagar alam dan wisata alam.

Pasal 100

(1) Ketentuan pemberian insentif sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 98 ayat

(3) huruf a meliputi :

a. insentif fiskal; dan

b. insentif non-fiskal

(2) Pemberian insentif fiskal sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a

meliputi :

a. penghapusan retribusi;

b. pengurangan atau penghapusan PBB melalui mekanisme restitusi pajak oleh

dana APBD;

c. bantuan subsidi, modal bergulir atau penyertaan modal.

(3) Pemberian insentif non-fiskal sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf

b meliputi:

a. kemudahan dalam perizinan bagi pengusaha;

b. penyediaan dan atau kemudahan memperoleh sarana dan prasarana

permukiman;

c. bantuan peningkatan keberdayaan pelaku usaha terkait;

d. penyediaan prasarana pendukung produksi dan pemasaran produk.

Page 63: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 63 -

Pasal 101

(1) Ketentuan pemberian disinsentif sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 98

ayat (4) meliputi disinsentif non-fiskal, berupa tidak diberikannya sarana dan

prasarana permukiman yang memungkinkan pengalihan fungsi lahan pertanian

menjadi perumahan atau kegiatan komersial.

(2) Ketentuan pemberian disinsentif sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 98

ayat (4) huruf a hanya diberlakukan disinsentif non fiskal, meliputi :

a. pembatasan penyediaan prasarana dan sarana permukiman untuk

mencegah perkembangan permukiman lebih lanjut;

b. penolakan pemberian prasarana dan sarana permukiman untuk kawasan

lindung;

c. penyediaan prasarana dan sarana permukiman hanya diperbolehkan untuk

memenuhi kebutuhan penduduk yang sudah ada saja.

Bagian Kelima

Arahan Sanksi

Pasal 102

(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (2) huruf d

merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pengenaan sanksi

administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang.

(2) Pengenaan sanksi administratif berfungsi sebagai :

a. perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi

kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang; dan

b. penertiban pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

(3) Pengenaan sanksi administratif ditetapkan berdasarkan :

a. hasil pengawasan penataan ruang;

b. tingkat simpangan implementasi rencana tata ruang;

c. kesepakatan antar instansi yang berwenang; dan

d. peraturan perundang-undangan sektor terkait lainnya.

(4) Pengenaan sanksi administratif dilakukan secara berjenjang dalam bentuk :

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penghentian sementara pelayanan umum;

d. penutupan lokasi;

e. pencabutan izin;

f. pembatalan izin;

g. pembongkaran bangunan;

h. pemulihan fungsi ruang.

Pasal 103

(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (4) huruf a

diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban pelanggaran

Page 64: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 64 -

pemanfaatan ruang melalui penerbitan surat peringatan tertulis sebanyak-

banyaknya 3 (tiga) kali;

(2) Penghentian kegiatan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat

(4) huruf b dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari pejabat yang

berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

b. apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan sementara,

pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan menerbitkan surat

keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara secara paksa terhadap

kegiatan pemanfaatan ruang;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penghentian

kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan tindakan penertiban

oleh aparat penertiban;

d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang

melakukan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan

penghentian kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa; dan

e. setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang berwenang

melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang dihentikan

tidak beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya kewajiban pelanggar

untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang

dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

(3) Penghentian sementara pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal

102 ayat (4) huruf c dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum

dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran

pemanfaatan ruang (membuat surat pemberitahuan penghentian sementara

pelayanan umum);

b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

pejabat yang berwenang melakukan penertiban menerbitkan surat

keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum

kepada pelanggar dengan memuat rincian jenis-jenis pelayanan umum yang

akan diputus;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban memberitahukan

kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penghentian sementara

pelayanan umum yang akan segera dilaksanakan, disertai rincian jenis-jenis

pelayanan umum yang akan diputus;

d. pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia jasa

pelayanan umum untuk menghentikan pelayanan kepada pelanggar, disertai

penjelasan secukupnya;

e. penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada pelanggar;

dan

f. pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara pelayanan

umum dilakukan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum

kepada pelanggar sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk

menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan

ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

(4) Penutupan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (4) huruf d

dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

Page 65: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 65 -

a. Penerbitan surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang

melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

b. Apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan, pejabat

yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penutupan

lokasi kepada pelanggar;

c. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penutupan

lokasi yang akan segera dilaksanakan;

d. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang

dengan bantuan aparat penertiban melakukan penutupan lokasi secara

paksa; dan

e. Pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk

memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan

pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan

ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan

ruang yang berlaku.

(5) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (4) huruf e

dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin oleh pejabat

yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi

pencabutan izin pemanfaatan ruang;

c. pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar mengenai

pengenaan sanksi pencabutan izin;

d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban mengajukan

permohonan pencabutan izin kepada pejabat yang memiliki kewenangan

untuk melakukan pencabutan izin;

e. pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin

menerbitkan keputusan pencabutan izin;

f. memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah

dicabut, sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan

ruang secara permanen yang telah dicabut izinnya; dan

g. apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan kegiatan

pemanfaatan yang telah dicabut izinnya, pejabat yang berwenang melakukan

penertiban kegiatan tanpa izin sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

(6) Pembatalan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (4) huruf f

dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. membuat lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara pemanfaatan

ruang menurut dokumen perizinan dengan arahan pola pemanfaatan ruang

dalam rencana tata ruang yang berlaku;

b. memberitahukan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal rencana

pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil langkah-langkah

yang diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal akibat pembatalan izin;

c. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang berwenang

melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

d. memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan pembatalan izin;

Page 66: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 66 -

e. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang memiliki

kewenangan untuk melakukan pembatalan izin; dan

f. memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah

dibatalkan.

(7) Pembongkaran bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (4)

huruf g dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. menerbitkan surat pemberitahuan perintah pembongkaran bangunan dari

pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan

ruang;

b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

pejabat yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat

keputusan pengenaan sanksi pembongkaran bangunan;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban memberitahukan

kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pembongkaran bangunan

yang akan segera dilaksanakan; dan

d. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang

melakukan tindakan penertiban dengan bantuan aparat penertiban

melakukan pembongkaran bangunan secara paksa.

(8) Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102 ayat (4) huruf

h dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-bagian

yang harus dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya;

b. pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan

ruang menerbitkan surat pemberitahuan perintah pemulihan fungsi ruang;

c. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

pejabat yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat

keputusan pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang;

d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban, memberitahukan

kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang yang

harus dilaksanakan pelanggar dalam jangka waktu tertentu;

e. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dan melakukan

pengawasan pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang;

f. apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum

melaksanakan pemulihan fungsi ruang, pejabat yang bertanggung jawab

melakukan tindakan penertiban dapat melakukan tindakan paksa untuk

melakukan pemulihan fungsi ruang; dan

g. apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai kegiatan

pemulihan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan penetapan

pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh pemerintah atas beban pelanggar

di kemudian hari.

Pasal 104

Denda administratif dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama dengan

pengenaan sanksi administratif dan besarannya ditetapkan oleh Pemerintah

Kabupaten.

Page 67: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 67 -

Pasal 105

Ketentuan pengenaan sanksi administratif ini dapat diatur lebih lanjut melalui

Peraturan Bupati.

BAB VIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 106

Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang telah

ditetapkan dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

BAB IX

KELEMBAGAAN

Pasal 107

(1) Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan

kerjasama antar sektor/antar daerah bidang penataan ruang dibentuk Badan

Koordinasi Penataan ruang Daerah Kabupaten;

(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan Ruang

Daerah Kabupaten sebagaiman dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Bupati.

(3) Ketentuan mengenai kelembagaan akan didelegasikan ke Peraturan Bupati.

BAB X

HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT

DALAM PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu

Hak Masyarakat

Pasal 108

Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah, masyarakat berhak:

a. berperan dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan

pengendalian pemanfaatan ruang;

b. mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah,

c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari

penataan ruang;

d. memperoleh pergantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat

pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;

e. mendapat perlindungan dari kegiatan-kegiatan yang merugikan; dan

f. mengawasi pihak-pihak yang melakukan penyelenggaraan tata ruang

Page 68: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 68 -

Bagian Kedua

Kewajiban Masyarakat

Pasal 109

Kewajiban masyarakat dalam penataan ruang wilayah terdiri atas :

a. mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang diberikan; dan

c. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Pasal 110

(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana

dimaksud pada Pasal 109 dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan

kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan ruang yang

ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dilakukan masyarakat secara

turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya

dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi, dan struktur pemanfaatan

ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras, dan

seimbang.

Bagian Ketiga

Peran Masyarakat

Pasal 111

Peran masyarakat dalam penataan ruang di Daerah dilakukan antara lain melalui:

a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;

b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan

c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

Pasal 112

Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 huruf a pada

tahap perencanaan tata ruang dapat berupa :

a. memberikan masukan mengenai :

1. penentuan arah pengembangan wilayah;

2. potensi dan masalah pembangunan;

3. perumusan rencana tata ruang; dan

4. penyusunan rencana struktur dan pola ruang.

b. menyampaikan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang; dan

c. melakukan kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama

unsur masyarakat.

Pasal 113

Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 huruf b dalam

pemanfaatan ruang dapat berupa:

Page 69: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 69 -

a. melakukan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan

rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b. menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;

c. memberikan dukungan bantuan teknik, keahlian, dan/atau dana dalam

pengelolaan pemanfaatan ruang;

d. meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang

darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan

kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. melakukan kerjasama pengelolaan ruang dengan Pemerintah, pemerintah daerah,

dan/atau dan pihak lainnya secara bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan

penataan ruang;

f. menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan dan SDA;

g. melakukan usaha investasi dan/atau jasa keahlian; dan

h. mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah atau pihak lain apabila

kegiatan pembangunan yang dilaksanakan merugikan.

Pasal 114

Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111 huruf c dalam

pengendalian pemanfaatan ruang dapat berupa:

a. memberikan masukan mengenai arahan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan

disinsentif serta pengenaan sanksi;

b. turut serta memantau dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang,

rencana tata ruang yang telah ditetapkan, dan pemenuhan standar pelayanan

minimal di bidang penataan ruang;

c. melaporkan kepada instansi/pejabat yang berwenang dalam hal menemukan

kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah

ditetapkan dan adanya indikasi kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan,

tidak memenuhi standar pelayanan minimal dan/atau masalah yang terjadi di

masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang;

d. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat publik yang dipandang tidak

sesuai dengan rencana tata ruang; dan

e. mengajukan gugatan pembatalan izin dan/atau penghentian pembangunan yang

tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada instansi/pejabat yang berwenang.

Pasal 115

(1) Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan secara

langsung dan/atau tertulis.

(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disampaikan

kepada bupati.

(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat disampaikan

melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.

Pasal 116

Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah daerah membangun

sistem informasi dan dokumentasi penataan ruang yang dapat diakses dengan

mudah oleh masyarakat.

Page 70: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 70 -

Pasal 117

Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan.

BAB XI

KETENTUAN LAIN – LAIN

Pasal 118

(1) RTRW Kabupaten sebagaimana dimaksud dilengkapi dengan lampiran berupa

buku Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011 –

2031 dan album peta skala 1:50.000.

(2) Buku RTRW Kabupaten Pasaman Barat dan album peta sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 119

Rencana tata ruang wilayah Kabupaten menjadi pedoman untuk:

a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;

b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;

c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten;

d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor;

e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan

f. penataan ruang kawasan strategis Kabupaten.

Pasal 120

(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pasaman Barat adalah

20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima)

tahun.

(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana

alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah yang ditetapkan

dengan peraturan perundang-undangan, Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Pasaman Barat dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam

5 (lima) tahun.

(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan

apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang mempengaruhi

pemanfaatan ruang kabupaten dan/atau dinamika internal wilayah.

BAB XII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 121

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan pelaksanaan

yang berkaitan dengan penataan ruang Daerah yang telah ada dinyatakan

berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan

Peraturan Daerah ini.

(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:

Page 71: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 71 -

a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan

ketentuan Peraturan Daerah ini ini tetap berlaku sesuai dengan masa

berlakunya;

b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan

ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:

1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut

disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;

2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, pemanfaatan ruang

dilakukan sampai izin terkait habis masa berlakunya dan dilakukan

penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;

dan

3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak

memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan

berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat

dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan

izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak;

c. pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan

Peraturan Daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan Peraturan Daerah

ini;

d. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin ditentukan

sebagai berikut:

1. yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, pemanfaatan

ruang yang bersangkutan ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan

Daerah ini;

2. yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, dipercepat untuk

mendapatkan izin yang diperlukan.

BAB XIII

PENUTUP

Pasal 122

(1) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang

mengenai teknis pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah, diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Bupati.

(2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah

ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pasaman Barat.

ditetapkan di Simpang Ampek

pada tanggal 17 Desember 2012

BUPATI PASAMAN BARAT,

H. BAHARUDIN R

Page 72: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 72 -

Diundangkan di Simpang Ampek

pada tanggal 17 Desember 2012

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN PASAMAN BARAT,

YULRIZAL BAHARIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT TAHUN 2012 NOMOR 18

Page 73: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 73 -

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT

NOMOR TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PASAMAN BARAT

TAHUN 2011 - 2031

I. UMUM

Sesuai dengan amanat pasal 25 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2006

tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRW)

merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang

daerah; penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah; pemanfaatan

ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten; mewujudkan

keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor; penetapan lokasi dan

fungsi ruang untuk investasi; dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten.

Oleh karena itu, RTRW Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011-2031 disusun

dengan mempertimbangkan dinamika pembangunan yang berkembang, antara lain

tantangan globalisasi, otonomi dan aspirasi daerah, keseimbangan perkembangan

antara Kawasan Utara dan Kawasan Timur Wilayah Kabupaten Pasaman Barat,

kondisi wilayah Kabupaten Pasaman Barat yang rentan terhadap bencana, dampak

pemanasan global, pengembangan potensi kelautan dan pesisir, dan peran teknologi

dalam memanfaatkan ruang.

Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut, upaya upaya

pembangunan daerah juga harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan,

dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan

sumberdaya dapat diarahkan secara berhasil guna dan berdaya guna. Salah satu hal

penting yang dibutuhkan untuk mencpai maksud tersebut adalah peningkatan

keterpaduan dan keserasian pembangunan di segala bidang pembangunan, yang

secara spasial dirumuskan dalam RTRW Kabupaten Pasaman Barat.

Penggunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal,

bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan dan daya dukungnya, dengan

mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran masayarakat Pasaman Barat,

memperkuat struktur ekonomi yang memberikan efek pengganda yang maksimum

terhadap pengembangan industri pengolahan dan jasa dengan tetap memperhatikan

kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup serta keanekaragaman

hayati guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

RTRW memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna

air, dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan

yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan

kependudukan yang serasi dan disusun melalui pendekatan wilayah dengan

memperhatikan sifat lingkungan dan sosial. Untuk menyusun itu , penyusunan

RTRW ini didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang

wilayah Kabupaten Pasaman Barat antara lain, meliputi untuk mewujudkan tata

ruang wilayah Kabupaten Pasaman Barat yang berbasis agro dan kelautan ditunjang

sektor industri yang dikelola secara integratif dan berkelanjutan, yang diterjemahkan

Page 74: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 74 -

dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah

Kabupaten Pasaman Barat. Struktur ruang wilayah Kabupaten Pasaman Barat

mencakup pusat-pusat kegiatan, sistem prasarana utama dan sistem prasarana

lainnya. Pola ruang wilayah mencakup kawasan lindung dan kawasan budi daya

termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang prospektif dikembangkan

serta kawasan strategis kabupaten.

Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang RTRW ini juga

menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang, kawasan andalan, dan

kawasan strategis kabupaten; arahan pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi

program utama jangka menengah lima tahunan; serta arahan pengendalian dan

pemanfaatan ruang yang terdiri atas peraturan zonasi, perizinan, insentif dan

disinsntif, dan sanksi.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup Jelas

Pasal 2

Cukup Jelas

Pasal 3

Yang dimaksud “kebijakan penataan ruang Kabupaten Pasaman Barat” adalah

rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar dalam

pemanfaatan ruang darat, laut, dan udara termasuk ruang di dalam bumi

untuk mencapai tujuan penataan ruang Kabupaten Pasaman Barat.

Pasal 4

Yang dimaksud “strategi penataan ruang Kabupaten Pasaman Barat” adalah

langkah-langkah pelaksanaan kebijakan penataan ruang Kabupaten Pasaman

Barat

Pasal 5

Cukup Jelas

Pasal 6

Cukup Jelas

Pasal 7

Cukup Jelas

Pasal 8

Cukup Jelas

Pasal 9

Cukup Jelas

Pasal 10

Cukup Jelas

Pasal 11

Cukup Jelas

Page 75: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 75 -

Pasal 12

Cukup Jelas

Pasal 13

Ayat (1)

Huruf b

Yang dimaksud Jaringan telepon fixed line adalah Link Transmisi

Nirkabel Lokal menggunakan seluler, Microwave, atau teknologi

radio untuk menghubungkan Pelanggan di lokasi tetap untuk

pertukaran lokal.

Pasal 14

Cukup Jelas

Pasal 15

Cukup Jelas

Pasal 16

Cukup Jelas

Pasal 17

Cukup Jelas

Pasal 18

Cukup Jelas

Pasal 19

Cukup Jelas

Pasal 20

Cukup Jelas

Pasal 21

Cukup Jelas

Pasal 22

Cukup Jelas

Pasal 23

Cukup Jelas

Pasal 24

Cukup Jelas

Pasal 25

Kawasan budi daya menggambarkan kegiatan dominan yang berkembang di

dalam kawasan tersebut. Dengan demikian masih dimungkinkan keberadaan

kegiatan budi daya lainnya didalam kawasan tersebut. Sebagai contoh, pada

kawasan industri dapat dikembangkan perumahan untuk para pekerja di

kawasan peruntukan industri. Peruntukan kawasan budi daya dimaksudkan

untuk memudahkan pengelolaan kegiatan termasuk dalam penyediaan

prasarana dan sarana penunjang, penaganan dampak lingkungan, penerapan

mekanisme insentif, dan sebagainya. Hal ini didasarkan pada pertimbangan

bahwa penyediaan prasarana dan sarana penunjang kegiatan akan lebih

Page 76: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 76 -

efisien apabila kegiatan yang ditunjangnya memiliki besaran yang

memungkinkan tercapainya skala ekonomi dalam penyediaan prasarana dan

sarana. Peruntukan kawasan budi daya disesuaikan dengan kebijakan

pembangunan yang ada.

Huruf a

Kawasan peruntukan Hutan produksi dimaksudkan untuk

menyediakan komoditas hasil hutan untuk memenuhi kebutuhan

untuk industri, sekaligus untuk melindungi kawasan hutan yang

ditetapkan sebagai hutan lindung dan hutan konservasi dari

kerusakan akibat pengambilan hasil hutan yang tidak terkendali.

Huruf b

Kawasan peruntukan pertanian selain dimaksudkan untuk

mendukung ketahanan pangan nasional juga dimaksudkan untuk

memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan penyediaan

lapangan kerja.

Huruf c

Kawasan peruntukan perikanan dapat berada di ruang darat,

ruang laut, dan diluar kawasan lindung.

Huruf d

Kawasan peruntukan pertambangan dimaksudkan untuk

mengarahkan agar kegiatan pertambangan dapat berlangsung

secara efisien dan produktif tanpa menimbulkan dampak negatif

terhadap lingkungan.

Huruf e

Kawasan peruntukan industri dimaksudkan untuk mengarahkan

agar kegiatan industri dapat berlangsung secara efisien dan

produktif, mendorong pemenfaatan sumberdya setempat,

pengendalian dampak lingkungan, dan sebagainya.

Huruf f

Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan yang didominasi

oleh fungsi kepariwisataan dapat mencakup sebagian areal dalam

kawasan lindung atau kawasan budi daya lainnya dimana

terdapat konsentrasi daya tarik dan fasilitas penunjang

pariwisata.

Kebutuhan pariwisata berkaitan dengan segala sesuatu yang

berhubungan dengan wisata, termasuk pengelolaan objek dan

daya tarik wisata yang mencakup :

1) Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,

yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna; dan

2) Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang

berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan

sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru,

wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan tempat hiburan.

Huruf g

Kawasan peruntukan permukiman harus dilengkapi dengan

prasarana dan sarana lingkungan, serta tempat kerja yang

Page 77: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 77 -

memberikan pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk

mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi

permukiman tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.

Kawasan peruntukan permukiman merupakan bagian dari

lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa

kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Huruf h

Kawasan peruntukan lainnya mencakup kawasan tempat

beribadah, kawasan pendidikan, dan kawasan pertahanan dan

keamanan.

Pasal 26

Cukup Jelas

Pasal 27

Cukup Jelas

Pasal 28

Cukup Jelas

Pasal 29

Cukup Jelas

Pasal 30

Cukup Jelas

Pasal 31

Cukup Jelas

Pasal 32

Cukup Jelas

Pasal 33

Cukup Jelas

Pasal 34

Cukup Jelas

Pasal 35

Cukup Jelas

Pasal 36

Cukup Jelas

Pasal 37

Cukup Jelas

Pasal 38

Cukup Jelas

Pasal 39

Cukup Jelas

Page 78: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 78 -

Pasal 40

Cukup Jelas

Pasal 41

Cukup Jelas

Pasal 42

Cukup Jelas

Pasal 43

Cukup Jelas

Pasal 44

Cukup Jelas

Pasal 45

Cukup Jelas

Pasal 46

Cukup Jelas

Pasal 47

Cukup Jelas

Pasal 48

Cukup Jelas

Pasal 49

Cukup Jelas

Pasal 50

Cukup Jelas

Pasal 51

Cukup Jelas

Pasal 52

Cukup Jelas

Pasal 53

Cukup Jelas

Pasal 54

Cukup Jelas

Pasal 55

Cukup Jelas

Pasal 56

Cukup Jelas

Pasal 57

Cukup Jelas

Pasal 58

Cukup Jelas

Page 79: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 79 -

Pasal 59

Cukup Jelas

Pasal 60

Cukup Jelas

Pasal 61

Cukup Jelas

Pasal 62

Cukup Jelas

Pasal 63

Cukup Jelas

Pasal 64

Cukup Jelas

Pasal 65

Cukup Jelas

Pasal 66

Cukup Jelas

Pasal 67

Cukup Jelas

Pasal 68

Cukup Jelas

Pasal 69

Cukup Jelas

Pasal 70

Cukup Jelas

Pasal 71

Cukup Jelas

Pasal 72

Cukup Jelas

Pasal 73

Cukup Jelas

Pasal 74

Cukup Jelas

Pasal 75

Cukup Jelas

Pasal 76

Cukup Jelas

Pasal 77

Cukup Jelas

Page 80: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 80 -

Pasal 78

Cukup Jelas

Pasal 79

Cukup Jelas

Pasal 80

Cukup Jelas

Pasal 81

Cukup Jelas

Pasal 82

Cukup Jelas

Pasal 83

Cukup Jelas

Pasal 84

Cukup Jelas

Pasal 85

Cukup Jelas

Pasal 86

Cukup Jelas

Pasal 87

Cukup Jelas

Pasal 88

Cukup Jelas

Pasal 89

Cukup Jelas

Pasal 90

Cukup Jelas

Pasal 91

Cukup Jelas

Pasal 92

Cukup Jelas

Pasal 93

Cukup Jelas

Pasal 94

Cukup Jelas

Pasal 95

Cukup Jelas

Pasal 96

Cukup Jelas

Page 81: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 81 -

Pasal 97

Cukup Jelas

Pasal 98

Cukup Jelas

Pasal 99

Cukup Jelas

Pasal 100

Cukup Jelas

Pasal 101

Cukup Jelas

Pasal 102

Cukup Jelas

Pasal 103

Cukup Jelas

Pasal 104

Cukup Jelas

Pasal 105

Cukup Jelas

Pasal 106

Cukup Jelas

Pasal 107

Cukup Jelas

Pasal 108

Cukup Jelas

Pasal 109

Cukup Jelas

Pasal 110

Cukup Jelas

Pasal 111

Cukup Jelas

Pasal 112

Cukup Jelas

Pasal 113

Cukup Jelas

Pasal 114

Cukup Jelas

Pasal 115

Cukup Jelas

Page 82: peraturan daerah kabupaten pasaman barat nomor 18 tahun 2012 ...

- 82 -

Pasal 116

Cukup Jelas

Pasal 117

Cukup Jelas

Pasal 118

Cukup Jelas

Pasal 119

Cukup Jelas

Pasal 120

Cukup Jelas

Pasal 121

Cukup Jelas

Pasal 122

Cukup Jelas