PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM file14. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang...
Transcript of PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM file14. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang...
BUPATI KOTABARU
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU
NOMOR 19 TAHUN 2014
TENTANG
IZIN PEMANFAATAN AIR LIMBAH KE TANAH UNTUK APLIKASI PADA TANAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KOTABARU,
Menimbang : a. bahwa pemanfaatan air limbah untuk kegiatan
pertanian sebagai subsitusi pupuk, meliorasi,
maupun untuk penyiraman memiliki potensi dampak pencemaran sehingga perlu dikendalikan
agar tidak berakibat negatif dalam perlakuannya
bagi lingkungan;
b. bahwa pemanfaatan air limbah pada tanah harus
ditempatkan pada prioritas tertinggi agar tidak
terjadi kesalahan yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan kerugian bagi masyarakat luas;
c. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 35 ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Izin
Pemanfaatan Air Limbah Ke Tanah Untuk Aplikasi
Pada Tanah;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang
Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3
Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah
Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 1820);
-2-
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2013);
4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3815) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999
tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 190, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3910);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000
tentang Pengendalian Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 267, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 4068);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas air Dan Pengendalian
Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4161);
-3-
12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4858);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang
Air Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4859);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang
Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5230);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);
18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan/atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 05
Tahun 1991 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Dati II Kotabaru (Lembaran
Daerah Kabupaten Kotabaru Dati II Kotabaru Tahun
1991 Nomor 02);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 19
Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Yang
Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten
Kotabaru (Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru Tahun 2007 Nomor 19);
-4-
22. Peraturan Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 22 Tahun 2014 tentang Izin Pengkajian Pemanfaatan Air
Limbah dan Pembuangan Air Limbah (Lembaran
Daerah Kabupaten Kotabaru Tahun 2014 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotabaru Nomor 14);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KOTABARU
dan BUPATI KOTABARU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN PEMANFAATAN
AIR LIMBAH KE TANAH UNTUK APLIKASI PADA TANAH.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Kotabaru.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Kotabaru.
4. Dinas/Badan adalah Dinas/Badan yang lingkup
tugas dan tanggungjawabnya di bidang lingkungan
hidup.
5. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang
tidak berbadan hukum.
6. Air limbah adalah air sisa dari suatu usaha
dan/atau kegiatan.
7. Baku mutu air limbah usaha dan atau kegiatan adalah ukuran batas atau kadar maksimum unsur
pencemar dan dan/atau jumlah unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke air atau sumber
air dari usaha dan atau kegiatan.
-5-
8. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui
baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
9. Air adalah semua air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air
fosil.
10. Sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan dibawah permukaan, termasuk dalam
pengertian ini akuifer, mata air, sungai, rawa,
danau, situ, waduk, dan muara.
11. Pemanfaatan air limbah untuk aplikasi pada tanah
adalah pemanfaatan air limbah suatu jenis usaha
dan/atau kegiatan, yang pada kondisi tertentu masih mengandung unsur-unsur yang dapat
dimanfaatkan, sebagai substitusi pupuk dan
penyiraman tanah pada lahan pembudidayaan
tanaman.
12. BOD adalah parameter pengukuran jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh bekteri untuk mengurai
hampir semua zat organik yang terlarut dan tersuspensi dalam air buangan.
13. Biomassa adalah tumbuhan atau bagian-bagiannya
yaitu bunga, biji, buah, daun, ranting, batang, dan akar, termasuk tanaman yang dihasilkan oleh
kegiatan pertanian, perkebunan, dan hutan
tanaman.
14. Runoff (air limpasan permukaan) adalah suatu
aliran yang mengalir di atas permukaan menuju
sungai, danau atau laut yang disebabkan curah
hujan melebihi laju infiltrasi.
15. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah yang
selanjutnya disebut PPNS Daerah adalah Pegawai
Negeri pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi
wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk
melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah.
BAB II MAKSUD DAN TUJUAN
Bagian Kesatu
Maksud
Pasal 2
Maksud dibentuknya Peraturan Daerah ini adalah
sebagai payung hukum pengelolaan dan perlindungan
lingkungan hidup di daerah pada lingkup pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi pada tanah.
-6-
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
Peraturan Daerah ini bertujuan untuk mengendalikan potensi pencemaran air dari kegiatan pembuangan air
limbah dan pemanfaatan air limbah.
BAB III
PEMANFAATAN AIR LIMBAH
Pasal 4
(1) Setiap orang yang akan memanfaatkan air limbah ke
tanah untuk aplikasi pada tanah wajib mendapat izin tertulis dari Bupati.
(2) Air limbah yang dapat dimanfaatkan adalah air
limbah biomassa dari hasil pertanian atau
perkebunan dengan baku mutu yang diperkenankan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan.
Pasal 5
Pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi pada
tanah tidak dapat dilakukan pada lahan:
a. gambut;
b. dengan permeabilitas lebih besar 15 cm/jam;
c. dengan permeabilitas kurang dari 1,5 cm/jam;
d. dengan kedalaman air tanah kurang dari 2 meter.
BAB IV SYARAT PENGAJUAN PERMOHONAN IZIN
Pasal 6
(1) Pemohon izin adalah setiap orang yang telah melakukan pengkajian dan memenuhi kewajiban
pelaporan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Daerah tentang Izin Pengkajian Pemanfaatan Air Limbah dan Pembuangan Limbah Cair.
(2) Hasil pengkajian yang telah lewat dari jangka waktu
2 (dua) tahun terhitung sejak berakhirnya jangka waktu izin pengkajian tidak dapat dijadikan dasar
permohonan izin Pemanfaatan Air Limbah Ke Tanah
Untuk Aplikasi Pada Tanah.
-7-
Pasal 7
Persyaratan yang wajib dilengkapi untuk pengajuan
permohonan izin pengkajian pemanfaatan air limbah
ketanah untuk aplikasi pada tanah meliputi :
a. persyaratan administrasi :
1. mengisi formulir permohonan.
2. melampirkan copy :
a) identitas kependudukan pemilik usaha
dan/atau kegiatan (KTP Yang masih berlaku);
b) bukti kepemilikan lahan atau hak penguasaan atas lahan yang akan
dipergunakan;
c) bukti pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan untuk tahun terakhir;
d) dokumen AMDAL/UKL/UPL yang telah
mencantumkan rencana pelaksanaan
pemanfaatan air limbah;
e) izin lingkungan atau surat kelayakan lingkungan; dan
f) persetujuan masyarakat yang berada pada radius 500 meter dari lokasi pemanfaatan.
3. untuk Badan Usaha melampirkan copy :
a) dokumen akta Pendirian Badan Usaha;
b) Surat Izin Usaha;
c) Surat Izin Lokasi Perkebunan (HGU); dan
d) Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Pabrik/Industri.
b. persyaratan teknis :
1. gambar pemetaan dan keterangan lokasi,
meliputi :
a) lokasi sumber air limbah yang
dimanfaatkan;
b) lokasi pemanfaatan;
c) lokasi lahan kontrol untuk pembanding; dan
d) lokasi sumber air terdekat.
2. deskripsi pelaksanaan pemanfaatan, meliputi :
a) teknologi pemanfaatan yang digunakan dan
dilengkapi design teknisnya;
b) dosis dan frekuensi pemanfaatan;
c) volume dan kualitas air limbah yang
dimanfaatkan;
d) jenis tanaman yang dibudidayakan;
e) teknik pengamanan terjadinya air larian
(runoff);
-8-
f) lokasi, teknik/metode, jenis parameter yang
dipantau terhadap air limbah, air tanah, dan kualitas tanah; dan
g) pengkajian dilaksanakan pada lahan minimal 10 % sampai dengan 20% dari luas
lahan yang akan digunakan untuk
pemanfaatan air limbah serta pada jenis tanah yang mewakili seluruh jenis tanah di
lahan pemanfaatan air limbah dengan BOD
tidak boleh melebihi 5000 mg/liter dan nilai pH berkisar antara 6 sampai dengan 9.
Pasal 8
(1) Pengajuan permohonan dinyatakan diterima apabila
pemohon telah memenuhi semua ketentuan persyaratan dan diberikan bukti penerimaan oleh
Kepala Dinas/Badan.
(2) Pengajuan permohonan izin yang telah memenuhi kelengkapan persyaratan oleh Kepala Dinas/Badan
wajib segera disampaikan kepada Bupati.
Pasal 9
Proses perizinan dilaksanakan selama 90 (sembilan
puluh) hari kerja terhitung sejak diberikannya bukti
penerimaan pengajuan permohonan oleh Kepala Dinas/Badan.
BAB V
EVALUASI PENGAJUAN PERMOHONAN IZIN
Pasal 10
(1) Setiap permohonan izin pemanfaatan wajib
dilakukan evaluasi.
(2) Evaluasi dilakukan oleh Dinas/Badan dengan lingkup tugas dan tanggungjawabnya meliputi
bidang pengendalian dampak lingkungan
berdasarkan penugasan oleh Bupati.
(3) Teknis dan prosedur pelaksanaan evaluasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
(4) Berdasarkan hasil evaluasi Dinas/Badan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyusun rekomendasi untuk disampaikan kepada Bupati.
-9-
BAB VI PENERBITAN ATAU PENOLAKAN PEMBERIAN IZIN
Pasal 11
Penerbitan atau penolakan pemberian izin oleh Bupati
berdasarkan hasil evaluasi dan rekomendasi dari Dinas/Badan yang bertanggungjawab melaksanakan
evaluasi.
BAB VII
JANGKA WAKTU IZIN DAN PEMBAHARUAN IZIN
Pasal 12
Izin berlaku selama 5 (lima) tahun dan wajib
diperbaharui setiap 1 (satu) tahun.
BAB VIII
KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN
Pasal 13
Setiap pemegang izin berkewajiban untuk :
a. melaksanakan pemantauan dan pengujian terhadap:
1. kualitas air limbah yang dimanfaatkan;
2. kualitas tanah di lokasi pengkajian pemanfaatan
air limbah dan lokasi kontrol;
3. kualitas air tanah pada sumur pantau.
b. memenuhi baku mutu air limbah, yakni BOD < 5000
mg/liter dan pH berkisar antara 6 sampai dengan 9;
c. melaksanakan analis lingkungan, sekurang-
kurangnya meliputi :
1. pembudidayaan ikan, hewan dan tanaman;
2. pengaruh terhadap kualitas tanah dan air tanah; dan
3. pengaruh terhadap kesehatan masyarakat.
d. melaksanakan pelaporan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali atas hasil pemantauan dan
pengujian serta analisis lingkungan kepada Bupati
melalui Dinas/Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dengan tembusan kepada Gubernur
dan Menteri Negara Lingkungan Hidup;
e. memberikan informasi yang benar dan akurat kepada pejabat berwenang mengenai pelaksanaan
pemanfaatan air limbah;
f. melaksanakan pengamanan, penanganan dan pemulihan kondisi lingkungan apabila terjadi runoff.
-10-
BAB IX
LARANGAN
Pasal 14
Setiap pemegang izin dilarang melakukan :
a. Runoff (air limpasan permukaan) atau mengalirkan
air dari lokasi pemanfaatan ke sungai atau sumber
air terdekat dengan lokasi pemanfaatan;
b. pengenceran air limbah yang dimanfaatkan;
c. pembuangan air limbah pada tanah diluar lokasi
yang ditetapkan;
d. pembuangan air limbah ke sungai bila air limbahnya
melebihi ketentuan yang berlaku untuk kegiatan
yang telah ditetapkan.
BAB X
PENGAWASAN
Pasal 15
Bupati atau pejabat yang ditunjuk melakukan
pengawasan ketaatan penanggungjawab usaha dan atau kegiatan dalam melaksanakan ketentuan peraturan
daerah ini.
Pasal 16
(1) Bupati mengangkat Pejabat Pengawas Lingkungan
Daerah.
(2) Pejabat Pengawas Lingkungan Daerah bertugas
untuk melakukan pengawasan terhadap ketaatan
pemegang izin.
(3) Pejabat Pengawas Lingkungan Daerah berwenang :
a. melakukan pemantauan yang meliputi
pengamatan, pemotretan, perekaman audio
visual, dan pengukuran;
b. meminta keterangan kepada masyarakat yang
berkepentingan, karyawan yang bersangkutan,
konsultan, kontraktor, dan perangkat pemerintahan setempat;
c. membuat salinan dari dokumen dan atau
membuat catatan yang diperlukan, data hasil swapantau, dokumen surat keputusan
organisasi perusahaan;
d. memasuki tempat tertentu;
-11-
e. mengambil contoh dari air limbah dari sumbernya, air limbah yang diaplikasi, media
tanah dilokasi dan lahan kontrol;
f. memeriksa peralatan yang digunakan dalam
proses aplikasi pada tanah, utilitas, dan instalasi pengamanan terjadinya runoff;
g. memeriksa instalasi, dan atau alat transportasi;
h. serta meminta keterangan dari pihak yang bertanggungjawab atas usaha dan atau kegiatan;
(4) Kewenangan membuat catatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) huruf c meliputi pembuatan denah, sketsa, gambar, peta, dan atau
deskripsi yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
pengawasan.
Pasal 17
Pejabat pengawas dalam melaksanakan tugasnya wajib
memperlihatkan surat tugas dan atau tanda pengenal.
BAB XI PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 18
(1) Setiap orang yang menduga atau mengetahui terjadinya pencemaran akibat dari runoff dari
pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi
pada tanah, wajib melaporkan kepada Pejabat yang
berwenang.
(2) Pejabat yang berwenang yang menerima laporan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
mencatat :
a. tanggal pelaporan;
b. waktu dan tempat;
c. peristiwa yang terjadi;
d. sumber penyebab; dan
e. perkiraan dampak.
(3) Pejabat yang berwenang yang menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam jangka
waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari terhitung
sejak tanggal diterimanya laporan, wajib
meneruskannya kepada Bupati.
(4) Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib
segera melakukan verifikasi untuk mengetahui
tentang kebenaran terjadinya pelanggaran dan atau terjadinya pencemaran.
-12-
(5) Apabila hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) menunjukkan telah terjadinya runoff, maka Bupati wajib memerintahkan penanggung
jawab usaha dan atau kegiatan untuk
menanggulangi pencemaran dan pemulihan fungsi lingkungan.
Pasal 19
Dalam hal penanggung jawab usaha dan atau kegiatan
tidak melakukan tindakan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 huruf f Bupati dapat melaksanakan atau menugaskan pihak ketiga untuk melaksanakannya atas
beban biaya penanggung jawab usaha dan atau kegiatan
yang bersangkutan.
Pasal 20
Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan atau
pihak ketiga yang ditunjuk untuk melakukan penanggulangan darurat terjadinya pencemaran dari
runoff dan pemulihan lingkungan, wajib menyampaikan
laporannya kepada Bupati.
Pasal 21
Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran Dan/Atau Perusakan
Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18, Pasal 19 dan Pasal 20 diatur dengan Peraturan
Bupati.
BAB XII SANKSI
Bagian Kesatu
Sanksi Administratif
Pasal 22
(1) Setiap penanggungjawab usaha dan atau kegiatan
yang melanggar ketentuan Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Bupati berwenang menjatuhkan sanksi
administrasi.
(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dapat berupa :
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan usaha dan atau kegiatan;
-13-
c. penghentian sementara usaha dan atau
kegiatan;
d. pembekuan izin;
e. pencabutan izin.
(3) Penjatuhan sanksi ditentukan sesuai dengan berat
dan ringannya pelanggaran yang dilakukan.
(4) Izin dapat dicabut secara langsung dalam hal diketahui dikemudian hari pemohon telah
menyampaikan data yang tidak benar sebagai
pemenuhan syarat permohonan pengajuan izin.
(5) Pencabutan izin dapat dilakukan sekaligus dengan
izin lainnya apabila terbukti pemegang izin
melakukan dumping limbah dilokasi yang ditetapkan untuk pemanfaatan air limbah ketanah untuk
aplikasi pada tanah.
Bagian Kedua
Paksaan Pemerintahan, Uang Paksa Dan Ganti Kerugian
Pasal 23
(1) Setiap pemegang izin yang tidak melaksanakan
kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 atas kondisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 Bupati berwenang menerapkan paksaan
pemerintahan atau uang paksa.
(2) Setiap pemegang izin yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan yang menimbulkan kerugian
pada orang lain atau lingkungan hidup, wajib
membayar ganti kerugian dan atau melakukan tindakan tertentu.
(3) Selain pembebanan untuk melakukan tindakan
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hakim dapat menetapkan pembayaran uang paksa
atas setiap hari keterlambatan penyelesaian
tindakan tertentu tersebut.
-14-
Pasal 24
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 mengacu pada ketentuan dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan
Perundang-Undangan lainnya.
BAB XIII
PENYIDIKAN
Pasal 25
(1) Selain oleh Pejabat Penyidik Umum, Penyidikan atas
tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ini dilakukan oleh PPNS di lingkungan Pemerintah
Daerah yang pengangkatannya sesuai dengan
Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat sekaligus merupakan Pejabat Pengawas Lingkungan
Daerah yang diangkat oleh Bupati.
(3) Dalam melakukan tugas Penyidikan, PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang :
a. menerima laporan atau pengaduan dari
seseorang adanya tindak pidana pelanggaran;
b. melakukan tindakan pertama pada kejadian dan
melakukan pemeriksaan saat itu ditempat;
c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa Tanda Pengenal diri tersangka;
d. melakukan penyitaan benda dan/atau surat;
e. memanggil seseorang untuk didengar dan
diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
f. mendatangkan orang ahli yang dipergunakan
dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
g. mengadakan penghentian penyidikan setelah
mendapat Petunjuk dari Penyidik bahwa tidak
terdapat Bukti atau Peristiwa tersebut bukan merupakan tindak Pidana dan selanjutnya
melalui Penyidik memberitahukan hal tersebut
kepada Penuntut Umum, tersangka dan keluarganya.
-15-
BAB XIV
SANKSI PIDANA
Pasal 26
Setiap pelanggaran hukum yang mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan hidup dipidana
sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
BAB XV
KETENTUAN KHUSUS
Pasal 27
Jenis tanah spesifik atau air limbah hasil dari jenis
tertentu yang memerlukan perhatian dan pedoman
khusus dalam bentuk pemanfaatannya dan
penambahan persyaratan akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 28
(1) Setiap izin pemanfaatan air limbah ke tanah untuk
aplikasi pada tanah yang telah diberikan sebelum
berlakunya peraturan daerah ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan habis masa berlakunya.
(2) Setiap izin yang akan berakhir masa berlakunya
wajib mengikuti ketentuan dalam Peraturan Daerah
ini.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka :
a. semua ketentuan peraturan pelaksanaan didaerah yang mengatur tentang pemanfaatan air limbah ke
tanah untuk aplikasi pada tanah yang telah ada
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan
peraturan daerah ini;
b. Peraturan Daerah yang telah ada mengatur tentang pemanfaatan air limbah ke tanah untuk aplikasi
pada tanah dinyatakan tidak berlaku.
- 16 -
Pasal 30
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Kotabaru.
Ditetapkan di Kotabaru
pada tanggal 18 November 2014
BUPATI KOTABARU,
H. IRHAMI RIDJANI
Diundangkan di Kotabaru
pada tanggal 18 November 2014
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTABARU,
H. SURIANSYAH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU
TAHUN 2014 NOMOR 19
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU, PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN : 169/2014
- 1 -
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU
NOMOR TAHUN 2014
TENTANG
IZIN PEMANFAATAN AIR LIMBAH KE TANAH
UNTUK APLIKASI PADA TANAH
I. UMUM
Air limbah yang dihasilkan dari industri pertanian atau
perkebunan dapat dimanfaatkan untuk pemupukan pada tanah perkebunan karena air limbah tersebut pada kondisi tertentu masih
mengandung unsur-unsur hara yang dapat dimanfaatkan oleh
tanaman.
Pemupukan dengan air limbah ini pada umumnya dilakukan dengan mengalirkan air limbah yang berasal dari kolam penanganan
limbah ke parit-parit yang ada di perkebunan. Akan tetapi di sisi lain,
pemanfaatan air limbah pada tanah juga secara potensial menimbulkan pencemaran lingkungan atau bahkan akan
menyebabkan kematian tanaman di kawasan pemanfaatan air limbah
itu sendiri. Dengan melihat kondisi tersebut di atas dan untuk mengurangi
resiko pencemaran lingkungan yang terjadi maka pemanfaatan air
limbah pada tanah dapat dilakukan setelah pemrakarsa melakukan pengkajian dan mendapat izin dari Bupati. Hal ini sesuai dengan
ketentuan Pasal 35 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas
- 2 -
Ayat (2) Dimaksudkan apabila dikemudian hari ada penggunaan jenis
air limbah yang belum jelas identifikasinya dan tidak
termasuk kategori yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
maka diperlukan adanya persetujuan dari Menteri Lingkungan Hidup serta pedoman dalam menetapkan
persyaratan dan kelayakan pemanfaatannya.
Pasal 5
Kualifikasi lahan dimaksud tidak dapat dilakukan karena akan
mudah terjadi aliran air (runoff) yang berakibat tercemarnya air.
Pasal 6
Ayat (1) Pengkajian yang dimaksud adalah pengkajian yang
dilaksanakan berdasarkan izin pengkajian yang telah
diberikan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
Ayat (2) Dimaksudkan ketentuan ini menggunakan dasar kadaluarsa
pengkajian agar pemprakarsa berlaku serius dalam upaya
yang akan dilakukannya, selain itu faktor geografis dan iklim dapat merubah kondisi lokasi sehingga pengkajian yang
sudah lama dilakukan dapat tidak sesuai dengan kondisi
terbaru, berbeda halnya dengan apabila sudah dilaksanakan pemantauan wajib terus dilaksanakan sehingga perubahan
geografis ataupun iklim dalam diatasi atau melakukan
penghentian kegiatan.
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
- 3 -
Ayat (3) Dimaksudkan ketentuan teknis ini diatur dengan Peraturan
Bupati sesuai dengan kedudukannya, dimana pengaturan ini
sekurang-kurangnya memuat pengaturan tentang teknis,
meliputi : a. Pengecekan ulang dokumen yang diajukan;
b. Kewajiban pemprakarsa melakukan presentasi tertulis dan
lapangan; c. Verifikasi teknis untuk mengetahui kelayakan teknis dari
permohonan izin;
d. Evaluasi terhadap muatan teknis laporan hasil pengkajian dan ketepatan teknis analisis dan teknis evaluasi data;
e. Evaluasi terhadap kesesuaian muatan laporan hasil
pengkajian dengan persyaratan dalam persetujuan pengkajian yang meliputi media yang harus dipantau,
parameter yang harus dipantau dan metode analisis;
f. Pengecekan kelapangan untuk membuktikan kesesuaian
dengan laporan hasil, kondisi titik pemantauan; g. Pengambilan sampel serta pengujiannya pada
laboratorium untuk mencari indikasi ada tidak
pencemaran terjadi; h. Penyusunan rekomendasi kepada Bupati.
Ayat (4)
Proses evaluasi dilaksanakan secara menyeluruh dari dokumen pelaksanaan pengkajian, pelaksanaan pengkajian
dan laporan hasil pengkajian. Data hasil pemantauan yang
dilaksanakan selama pengkajian mempunyai porsi yang besar di dalam penetapan izin. Setiap jenis pemanfaatan dengan
jenis air limbah dan jenis lahan yang berbeda akan secara
spesifik memberikan hasil pengkajian yang berbeda-beda.
Data hasil pemantauan kualitas air tanah ini diperlukan untuk mengetahui besaran potensi pencemaran air tanah dari
kegiatan pemanfaatan air limbah pada tanah. Data hasil
pemantauan dan informasi lain yang diperoleh dari pelaksanaan pengkajian tersebut akan menjadi salah satu
dasar evaluasi teknis persetujuan pemberian izin.
Pasal 11
Izin dapat diterbitkan apabila rekomendasi menyatakan dapat
diberikan dengan hasil evaluasi terhadap permohonan izin menunjukan tidak terdapat adanya indikasi pencemaran dan atau
kerusakan lingkungan dalam pelaksanaan pengkajian
pemanfaatan air limbah. Sebaliknya pPenolakan izin dilakukan apabila rekomendasai menyatakan tidak dapat diberikan dengan
hasil evaluasi terhadap permohonan izin menunjukan terdapat
indikasi pencemaran dan atau kerusakan lingkangan.
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
- 4 -
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15 Cukup jelas
Pasal 16 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 17 Cukup jelas
Pasal 18 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
- 5 -
Ayat (4) Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Besaran uang paksa ditetapkan dengan Putusan Pengadilan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 24 Cukup jelas
Pasal 25
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 29 Cukup jelas
Pasal 30 Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU
NOMOR 12