BANGUNANGEDUNG

LAHAN BANGUNAN

BANGUNAN GEDUNG :

MEMENUHI PERSYARATAN TEKNIS :

. ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN

. STRUKTUR BANGUNAN

. PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN

. TRANSPORTASI DALAM GEDUNG

. PENCAHAYAAN

. INSTALASI LISTRIK, PENANGKAL PETIR, KOMUNIKASI

. INSTALASI GAS

. SANITASI GEDUNG

. VENTILASI DAN PENGKONDISIAN UDARA

. PENCAHAYAAN

. KEBISINGAN DAN GETARAN

. BAU

MEMENUHI PERSYARATAN ADMINISTRASI :

. IMB

. IJIN KELAYAKAN BANGUNAN

LAHAN :

MEMENUHI PERSYARATAN TEKNIS :

. DAYA DUKUNG- SESUAI PERUNTUKAN DAN INTENSITAS BANGUNAN- SARANA JALAN MASUK DAN KELUAR

MEMENUHI SYARAT ADNINISTRASI :

.SERTIFIKAT LAHAN

.KETERANGAN RENCANA KOTA

. PERATURAN BANGUNAN NASIONALNATIONAL BUILDING REGULATION

. PERATURAN BANGUNAN PROVINSIPROVINCIAL BUILDING REGULATION

. PERATURAN BANGUNAN KABUPATEN/KOTAKABUPATEN/KOTA BUILDING REGULATION

PERATURAN BANGUNAN /BUILDING REGULATION

. UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2002BANGUNAN GEDUNG.

. KEPUTUSAN MENTERI PU NO 441/KPTS/1998PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG

. KEPUTUSAN MENTERI KIMPRASWIL NO 332/KPTS/2002PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

. STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)

. UNDANG-UNDANG NO 18 TAHUN 1999JASA KONSTRUKSI

. PERATURAN PEMERINTAH NO 29 TAHUN 2000PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

. PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANGRENCANA UMUN TATA RUANG PROVINSI

. PERATURAN DAERAH PROVINSI TENTANGBANGUNAN GEDUNG DAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN

. PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA TENTANGRENCANA UMUM TATA RUANG KABUPATEN/KOTA

. PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA TENTANGBANGUNAN GEDUNG DAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN

. UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2002 TENTANGBANGUNAN GEDUNG.

. BAB I. KETENTUAN UMUM

. BAB II AZAS, TUJUAN, DAN LINGKUP

. BAB III FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

. BAB IV PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG- UMUM- PERSYARATAN ADMINISTRASI BANGUNAN GEDUNG- PERSYARATAN TATA BANGUNAN- PERSYARATAN PERUNTUKAN DAN INTENSITAS

BANGUNAN GEDUNG- PERSYARATAN ARSITEKTUR BANGUNAN GEDUNG- PERSYARATAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN- PERSYARATAN KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG- PERSYARATAN KESELAMATAN- PERSYARATAN KESEHATAN- PERSYARATAN KENYAMANAN- PERSYARATAN KEMUDAHAN- PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG FUNGSI KHUSUS

. BAB V PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG- UMUM- PEMBANGUNAN- PEMANFAATAN- PELESTARIAN- PEMBONGKARAN- HAK DAN KEWAJIBAN PEMILIK DAN PENGGUNA

BANGUNAN GEDUNG. BAB VI PERAN MASYARAKAT. BAB VII PEMBINAAN. BABVIII SANKSI. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN. BAB X KETENTUAN PENUTUP

( BERLAKU SATU TAHUN SEJAK DIUNDANGKAN16 DESEMBER 2002 16 DESEMBER 2003

. KEPUTUSAN MENTERI PU NO 441/KPTS/1998 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG

PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG MELIPUTI:

. PERUNTUKAN DAN INTENSITAS BANGUNAN- PERUNTUKAN, FUNGSI DAN KLASIFIKASI BANGUNAN- INTENSITAS BANGUNAN- GARIS SEMPADAN BANGUNAN

. ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN- ARSITEKTUR BANGUNAN- RUANG TERBUKA HIJAU PEKARANGAN- SIRKULASI, PERTANDAAN, DAN PENCAHAYAAN

RUANG LUAR BANGUNAN- PENGELOLAAN DAMPAK LINGKUNGAN

. STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG- PERSYARATAN STRUKTUR DAN BAHAN- PEMBEBANAN- STRUKTUR ATAS- STRUKTUR BAWAH- KEANDALAN STRUKTUR- DEMOLISI STRUKTUR

. PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN- SISTEM PROTEKSI PASIF- SISTEM PROTEKSI AKTIF

. SARANA JALAN MASUK DAN KELUAR- FUNGSI DAN PERSYARATAN KINERJA- KETENTUAN JALAN KELUAR- KONSTRUKSI JALAN KELUAR- AKSES BAGI PENYANDANG CACAT

. TRANSPORTASI DALAM GEDUNG- LIF- TANGGA BERJALAN DAN LANTAI BERJALAN

. PENCAHAYAAN DARURAT, TANDA ARAH KELUAR, DANSISTEM PERINGATAN BAHAYA- SISTEM PENCAHAYAAN DARURAT- TANDA ARAH KELUAR- SISTEM PERINGATAN BAHAYA

. INSTALASI LISTRIK, PENANGKAL PETIR, DANKOMUNIKASI DALAM GEDUNG- INSTALASI LISTRIK- INSTALASI PENANGKAL PETIR- INSTALASI KOMUNIKASI DALAM GEDUNG

. INSTALASI GAS- INSTALASI GAS PEMBAKARAN- INSTALASI GAS MEDIK

. SANITASI DALAM GEDUNG- SISTEM PLAMBING- SALURAN AIR HUJAN- PERSAMPAHAN

. VENTILASI DAN PENGKONDISIAN UDARA- VENTILASI- PENGKONDISIAN UDARA

. PENCAHAYAAN- KEBUTUHAN PENCAHAYAAN- PENCAHAYAAN BUATAN- PENCAHAYAAN ALAMI- PENGENDALIAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN

. KEBISINGAN DAN GETARAN- KEBISINGAN- GETARAN

PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

. BAB I UMUM- PENGERTIAN- ASAS PEMBANGUNAN BANGUNAN

GEDUNG NEGARA- MAKSUD DAN TUJUAN- LINGKUP MATERI PEDOMAN

BAB II PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNGNEGARA- KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG NEGARA- TIPE BANGUNAN RUMAH NEGARA- STANDAR LUAS- PERSYARATAN TEKNIS- PERSYARATAN ADNINISTRASI

BAB III TAHAPAN PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA- TAHAP PERSIAPAN- TAHAP PERENCANAAN KONSTRUKSI- TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI- TAHAP PEMELIHARAAN KONSTRUKSI- PENDAFTARAN BANGUNAN GEDUNG

NEGARA

BAB IV PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BANGUNANGEDUNG NEGARA- UMUM- STANDAR HARGA SATUAN TERTINGGI- KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN- PEMBIAYAAN BANGUNAN/KOMPONEN

BANGUNAN TERTENTU- BIAYA PEKERJAAN NON STANDAR- PROSENTASE KOMPONEN PEKERJAAN

BANGUNAN GEDUNG NEGARA

BAB V TATA CARA PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA- PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN

BANGUNAN GEDUNG NEGARA- ORGANISASI DAN TATA LAKSANA- PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN

TERTENTU- PEMELIHARAAN/PERAWATAN

BANGUNAN GEDUNG NEGARA

STANDAR NASIONAL BANGUNAN GEDUNG

. PERENCANAAN TAHAN GEMPA

. PERENCANAAN STRUKTUR BETON

. PERENCANAAN STRUKTUR BAJA

. SARANA JALAN UNTUK PENEYELAMATANTERHADAP BAHAYA KEBAKARAN

. SISTEM SPLINKER OTOMATIK UNTUKBAHAYA KEBAKARAN

. AKSES BANGUNAN DAN AKSES LINGKUNGANUNTUK PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN

. SISTEM PROTEKSI PASIF PENCEGAHANBAHAYA KEBAKARAN

. SISTEM PIPA TEGAK DAN SLANG UNTUKPENCEGAHAN KEBAKARAN

. SISTEM DETEKSI DAN ALARM KEBAKARANUNTUK PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN

. INSTALASI POMPA UNTUK PROTEKSI BAHAYAKEBAKARAN

. SISTEM PENGENDALIAN ASAP KEBAKARAN

. PENCAHAYAAN DARURAT, TANDA ARAH DANSISTEM PERINGATAN BAHAYA

. SISTEM VENTILASI DAN PENGKONDISIANUDARA

. SISTEM PENCAHAYAAN BUATAN

. SISTEM PENCAHAYAAN ALAMI

. SISTEM PLUMBING

KEPUTUSAN MENTERI PU NO 10/KPTS/2000 TENTANG KETENTUAN TEKNIS PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARANPADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN

KEPUTUSAN MENTERI PU NO 11/KPTS/2000 TENTANG KETENTUAN TEKNIS MANAJEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN PERKOTAAN

KEPUTUSAN MENTERI PU NO 448/KPTS/1998 TENTANG PERSYARATAN TEKNISAKSESIBILITAS PADA BANGUNAN UMUM DAN LINGKUNGAN

. RENCANA UMUM TATA RUANG PROVINSI :

. ARAHAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDI DAYA

. ARAHAN PENGELOLAAN KAWASAN PERDESAAN, KAWASAN PERKOTAAN, DAN KAWASAN TERTENTU

. ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KEHUTANAN, PERTANIAN, PERTAMBANGAN, PERINDUSTRIAN, PARIWISATA, DAN KAW LAINNYA

. ARAHAN PENGEMBANGAN SISTEM PUSAT PERNUKIMAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

. ARAHAN PENGEMBANGAN SISTEM PRASARANA WILAYAH MELIPUTI PRASARANA TRANSPORTASI,TELEKOMUNIKASI,ENERGI, PENGAIRAN, DAN PRASARANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

. ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN YANG DIPRIORITASKAN

. ARAHAN KEBIJAKSANAAN TATA GUNA TANAH, TATA GUNA AIR, TATA GUNA UDARA, DAN TATA GUNASUMBER DAYA ALAM LAINNYA, SERTA MEMPERHATIKAN KETERPADUAN DENGAN SUMBER DAYAMANUSIA DAN SUMBER DAYA BUATAN.

PEDOMAN BAGI :

. PERUMUSAN KEBIJAKAN POKOK PEMANFAATAN RUANG DI WILAYAH PROVINSI

. MEWUJUDKAN KETERPADUAN, KETERKAITAN, DAN KESEIMBANGAN PERKEMBANGAN ANTAR WILAYAH PROVINSI SERTA KESERASIAN ANTAR SEKTOR.

. PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTAMADYA YANG MERUPAKAN DASAR DALAM PENGAWASANTERHADAP PERIZINAN LOKASI PEMBANGUNAN

JANGKA WAKTU ADALAH 15 TAHUNDITETAPKAN DENGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI

RENCANA UMUM TATA RUANG KABUPATEN/KOTAMADYA :

. PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDI DAYA

. PENGELOLAAN KAWASAN PERDESAAN, KAWASAN PERKOTAAN, DAN KAWASAN TERTENTU

. PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN KEHUTANAN, PERTANIAN, PERTAMBANGAN, PERINDUSTRIAN, PARIWISATA, DAN KAW LAINNYA

. PENGEMBANGAN SISTEM PUSAT PERNUKIMAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

. SISTEM PRASARANA PRASARANA TRANSPORTASI, TELEKOMUNIKASI, ENERGI, PENGAIRAN, DAN PRASARANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

. PENATAGUNAAN TANAH, PENATAGUNAAN AIR, PENATAGUNAAN UDARA, DAN PENATAGUNAANSUMBER DAYA ALAM LAINNYA, SERTA MEMPERHATIKAN KETERPADUAN DENGAN SUMBER DAYAMANUSIA DAN SUMBER DAYA BUATAN.

PEDOMAN UNTUK :

. PERUMUSAN KEBIJAKSANAAN POKOK PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KAB/KOTA

. MEWUJUDKAN KETERPADUAN, KETERKAITAN, DAN KESEIMBANGAN PERKEMBANGAN ANTAR WILAYAHKAB/KOTA SERTA KESERASIAN ANTAR SEKTOR

. PENYUSUNAN RENCANA RINCI TATA RUANG KAB/KOTA

. PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DALAM MEMANFAATKAN RUANG BAGI KEGIATAN PEMBANGUNAN

. DASAR UNTUK PENERBITAN PERIZINAN LOKASI PEMBANGUNAN

JANGKA WAKTU 10 TAHUNDITETAPKAN DENGAN PERATURAN DAERAH

KONSEP PEMBANGUNAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNGMENGHADAPI GEMPA

Falsafah perencanaan ketahanan gempa dari suatu struktur gedung, yaitu bahwa akibat gempa yangkuat struktur mengalami kerusakan berat, tetapi karena tidak runtuh dapat mencegah terjadinya Korban manusia, sedangkan akibat gempa ringan sampai sedang kenyamanan penghuni tetap terjamin, Kerusakan jang terjadi masih dapat diperbaiki dan pelayanan fital fungsi gedung tetap dapat berjalan.

Gempa rencana yang diperhitungkan periode 500 tahun, sehingga dengan usia bangunan 50 tahunkemungkinan terjadinya gempa terhadap bangunan tersebut menjadi 10 %

GAYA HORIZONTAL ADALAHARAH GAYA GEMPA PADASTRUKTUR BANGUNAN GEDUNG

KONSTRUKSI YANG DIANJURKANDIPERKUAT PADA SIMPUL-SIMPULSAMBUNGAN STRUKTUR

KONSEP PEMBANGUNAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNGMENGHADAPI TSUNAMI

Falsafah perencanaan ketahanan suatu struktur bangunan gedung terhadap tsunami adalah membangunstruktur bangunan yang dapat memecah dan kuat menahan hempasan gelombang yang menerpanyaSerta memiliki area yang lebih tinggi dari muka air gelombang tsunami sebagai sarana penyelamatan diri para penghuninya.

ARAH DAN TINGGI GELOMBANG TSUNAMI

laut

pantai

STRUKTUR YANG DAPAT MEMECAH DAN KUAT MENAHAN GELOMBANG TSUNAMI SERTA MEMILIKI AREA YANG LEBIH TINGGI DARI MUKA GELOMBANG

laut

pantai

PRINSIP-PRINSIP / POLA DISAIN BANGUNAN GEDUNGUNTUK MITIGASI TSUNAMI DAN GEMPA

1. WAKTU UNTUK LARI KETEMPAT TINGGI DAN AMANDibutuhkan waktu 10 - 20 menit untuk mencapai tempat yang tinggi setelah adanya gempa bumi

2. LARI KETEMPAT TINGGI YANG MANAbangunan yang disiapkan untuk mitigasi bencana tzunami dan gempa bumi yang telahada pengaturan dan petunjuk bagi siapa saja menyelamatkan diri pada bangunan tersebut.

3. STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG YANG DIBANGUNStruktur bangunan kuat menahan gempa bumi dan memiliki area yang lebih tinggi dari mukagelombang tsunami yang menerpa bangunan tersebut.

4. CARA NAIK KEATASuntuk naik ke atas disiapkan tangga dengan lebar minimal 1,2 meter dengan reiling penahanyang kuat (bukan tangga putar), dan bagi penyendang cacat dapat disediakan kerekan

5. ARAH BANGUNAN SEJAJAR ATAU BENTUK YANG DAPAT MEMECAH ARAH TSUNAMIbentuk bangunan memanjang sejajar dengan arah tsunami atau atau dibuat dinding pemecah arah tsunami atau pada lantai dasar dengan struktur rangkadapat mengurangi tekanan gelombang tsunami

6. SAFETY BELT / SABUK PENGAMANPada lantai beton yang dijadikan tempat menghindar dari tsunami disiapkan angker-angker yang dilengkapi safety belt / sabuk keselamatan yang dapat dipakai untuk mengikatkan diri sebagai alat bertahan dari arus tsunami