PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR ......SUN dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing dengan...
Transcript of PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR ......SUN dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing dengan...
-
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR
NOMOR 23/ 1 /PADG/2021
TENTANG
PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa guna penerbitan Surat Berharga Negara oleh
Pemerintah yang terdiri atas Surat Utang Negara dan
Surat Berharga Syariah Negara, Bank Indonesia
melaksanakan kegiatan sebagai agen lelang Surat
Berharga Negara di pasar perdana;
b. bahwa untuk mengoptimalkan pelaksanaan lelang Surat
Berharga Syariah Negara di pasar perdana, dilakukan
penyesuaian pengaturan peserta dan pengajuan
penawaran lelang Surat Berharga Syariah Negara;
c. bahwa perlu diatur langkah penanganan dalam hal terjadi
keadaan tidak normal dan/atau gangguan yang dapat
mempengaruhi kelancaran pelaksanaan lelang Surat
Berharga Negara dan/atau lelang Surat Berharga Negara
tambahan;
d. bahwa untuk mengoptimalkan pelaksanaan lelang Surat
Berharga Negara dalam valuta asing, dilakukan
penyempurnaan sistem lelang Surat Berharga Negara
dalam valuta asing melalui Sistem Bank Indonesia-
Electronic Trading Platform;
e. bahwa Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor
19/1/PADG/2017 tentang Pelaksanaan Lelang Surat
-
2
Berharga Negara di Pasar Perdana sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Anggota Dewan Gubernur
Nomor 19/2/PADG/2017 perlu disesuaikan untuk
mengoptimalkan pelaksanaan lelang Surat Berharga
Negara di pasar perdana;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a sampai dengan huruf e, perlu menetapkan
Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang Pelaksanaan
Lelang Surat Berharga Negara di Pasar Perdana;
Mengingat : 1. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/13/PBI/2008
tentang Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4888) sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
17/19/PBI/2015 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/13/PBI/2008
tentang Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
274, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5763);
2. Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/18/PBI/2015 tentang
Penyelenggaraan Transaksi, Penatausahaan Surat
Berharga, dan Setelmen Dana Seketika (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 273, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5762)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
22/18/PBI/2020 tentang Perubahan Keempat atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/18/PBI/2015 tentang
Penyelenggaraan Transaksi, Penatausahaan Surat
Berharga, dan Setelmen Dana Seketika (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 226, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6561);
-
3
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR TENTANG
PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI
PASAR PERDANA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini yang dimaksud
dengan:
1. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disingkat SBN
adalah Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah
Negara.
2. Surat Utang Negara yang selanjutnya disingkat SUN
adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan
utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang
dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara
Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.
3. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disingkat
SBSN, atau dapat disebut Sukuk Negara adalah SBN yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti
atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam
mata uang rupiah maupun valuta asing.
4. Surat Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkat
SPN adalah SUN yang berjangka waktu sampai dengan 12
(dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara
diskonto.
5. Obligasi Negara adalah SUN yang berjangka waktu lebih
dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan
pembayaran bunga secara diskonto.
6. SBSN Jangka Pendek atau disebut Surat Perbendaharaan
Negara Syariah adalah SBSN yang berjangka waktu
sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran
imbalan berupa kupon dan/atau secara diskonto.
-
4
7. SBSN Jangka Panjang adalah SBSN yang berjangka waktu
lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran
imbalan berupa kupon dan/atau secara diskonto.
8. Bank adalah bank umum termasuk kantor cabang dari
bank yang berkedudukan di luar negeri dan bank umum
syariah termasuk unit usaha syariah.
9. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
10. Lembaga Penjamin Simpanan yang selanjutnya disingkat
LPS adalah lembaga penjamin simpanan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004
tentang Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009.
11. Peserta Transaksi adalah pihak yang berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan dapat melakukan transaksi
SUN dan/atau SBSN dengan Pemerintah secara langsung.
12. Dealer Utama adalah Bank dan/atau perusahaan efek
yang ditunjuk oleh Menteri untuk menjalankan kewajiban
tertentu baik di pasar perdana maupun pasar sekunder
SUN dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing
dengan hak tertentu.
13. Dealer Utama SBSN adalah Bank dan/atau perusahaan efek
yang ditunjuk oleh Menteri untuk menjalankan kewajiban
tertentu baik di pasar perdana SBSN domestik maupun di
pasar sekunder SBSN domestik dalam mata uang rupiah
maupun dalam valuta asing dengan hak tertentu.
14. Peserta Lelang SBSN Lainnya adalah institusi/lembaga
yang dibentuk dan mempunyai kewenangan untuk
mengelola dana di bidang tertentu berdasarkan
peraturan perundangan-undangan, yang ditunjuk oleh
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
atas nama Menteri sebagai peserta lelang SBSN.
15. Pihak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia
maupun warga negara asing di manapun mereka
bertempat tinggal, perusahaan, usaha bersama, baik
Indonesia maupun asing di manapun mereka
berkedudukan, Bank Indonesia, LPS, Dealer Utama,
-
5
Dealer Utama SBSN, dan/atau Peserta Lelang SBSN
Lainnya.
16. Lelang SBN adalah penjualan SBN di pasar perdana
domestik oleh Pemerintah yang dilakukan dengan
mekanisme lelang.
17. Lelang SBN Tambahan (Greenshoe Option) yang
selanjutnya disebut Lelang SBN Tambahan adalah
penjualan SBN di pasar perdana dengan cara lelang yang
dilaksanakan pada 1 (satu) hari kerja setelah tanggal
pelaksanaan Lelang SBN.
18. Imbal Hasil (Yield) adalah keuntungan yang diharapkan
oleh investor dalam persentase per tahun.
19. Penawaran Pembelian Kompetitif (Competitive Bidding)
adalah pengajuan penawaran pembelian dengan
mencantumkan volume dan tingkat Imbal Hasil (Yield)
atau harga (price) yang diinginkan penawar.
20. Penawaran Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive
Bidding) adalah pengajuan penawaran pembelian dengan
mencantumkan volume tanpa tingkat Imbal Hasil (Yield)
atau harga (price) yang diinginkan penawar.
21. Sistem Bank Indonesia-Electronic Trading Platform yang
selanjutnya disebut Sistem BI-ETP adalah infrastruktur
yang digunakan sebagai sarana transaksi yang dilakukan
secara elektronik.
22. Batas Paling Tinggi Nominal Penawaran (Broker Bidding
Limit) adalah batas paling tinggi nominal penawaran yang
diberikan oleh Pihak yang diwakili kepada Peserta
Transaksi untuk dapat melakukan penawaran untuk dan
atas nama Pihak yang diwakili.
23. Sub-Registry adalah Bank Indonesia dan pihak yang
memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Bank Indonesia
sebagai peserta Bank Indonesia-Scripless Securities
Settlement System untuk melakukan fungsi penatausahaan
SBN bagi kepentingan nasabah.
24. Setelmen adalah proses penyelesaian akhir transaksi SBN
melalui pendebitan dan pengkreditan rekening giro
-
6
dan/atau rekening surat berharga dan/atau rekening
lainnya di Bank Indonesia.
25. Sistem Laporan Harian Bank Umum yang selanjutnya
disebut Sistem LHBU adalah sarana pelaporan Bank
kepada Bank Indonesia secara harian termasuk
penyediaan informasi pasar uang dan pengumuman dari
Bank Indonesia.
26. Laporan Bank Umum Terintegrasi adalah informasi yang
disusun dan disampaikan oleh pelapor kepada Bank
Indonesia secara terintegrasi dalam format dan definisi
yang seragam sesuai metadata yang ditetapkan oleh
otoritas, termasuk penyediaan informasi pasar uang dan
pengumuman.
27. Rekening Surat Berharga adalah rekening peserta Bank
Indonesia-Scripless Securities Settlement System dalam mata
uang rupiah dan/atau valuta asing yang ditatausahakan di
Bank Indonesia dalam rangka pencatatan kepemilikan dan
Setelmen atas transaksi SBN, transaksi dengan Bank
Indonesia, transaksi pasar keuangan, dan/atau fasilitas
likuiditas intrahari.
BAB II
PELAKSANAAN LELANG SBN
Bagian Kesatu
Persiapan Rencana Lelang SBN
Pasal 2
Bank Indonesia menyelenggarakan Lelang SBN berdasarkan
rencana yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan
Pembiayaan dan Risiko untuk dan atas nama Menteri.
Pasal 3
(1) Peserta Transaksi pada lelang SUN terdiri atas:
a. Dealer Utama;
b. Bank Indonesia; dan/atau
c. LPS.
-
7
(2) Peserta Transaksi pada lelang SBSN terdiri atas:
a. Dealer Utama SBSN;
b. Bank Indonesia;
c. LPS; dan/atau
d. Peserta Lelang SBSN Lainnya.
(3) Peserta Transaksi pada lelang SUN diatur dengan
ketentuan:
a. untuk lelang SPN diikuti oleh:
1. Dealer Utama;
2. Bank Indonesia; dan/atau
3. LPS; dan
b. untuk lelang Obligasi Negara diikuti oleh:
1. Dealer Utama; dan/atau
2. LPS.
(4) Peserta Transaksi pada lelang SBSN diatur dengan
ketentuan:
a. untuk lelang SBSN Jangka Pendek diikuti oleh:
1. Dealer Utama SBSN;
2. Bank Indonesia;
3. LPS; dan/atau
4. Peserta Lelang SBSN Lainnya; dan
b. untuk lelang SBSN Jangka Panjang diikuti oleh:
1. Dealer Utama SBSN;
2. LPS; dan/atau
3. Peserta Lelang SBSN Lainnya.
Pasal 4
(1) Dealer Utama dapat mengajukan penawaran lelang SUN
atas nama diri sendiri dan/atau atas nama Pihak selain
Bank Indonesia dan LPS sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan mengenai lelang surat utang negara di pasar
perdana domestik.
(2) Dealer Utama SBSN dapat mengajukan penawaran lelang
SBSN atas nama diri sendiri dan/atau atas nama Pihak
selain Bank Indonesia, LPS, dan Peserta Lelang SBSN
Lainnya sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
-
8
mengenai lelang surat berharga syariah negara di pasar
perdana domestik.
(3) Bank Indonesia, LPS, dan Peserta Lelang SBSN Lainnya
mengajukan penawaran Lelang SBN hanya untuk dan atas
nama diri sendiri.
Pasal 5
(1) Penawaran Lelang SBN dilakukan dengan mengajukan
Penawaran Pembelian Kompetitif (Competitive Bidding)
dan/atau Penawaran Pembelian Nonkompetitif (Non-
competitive Bidding) dalam suatu periode waktu (window
time) penawaran yang telah ditentukan dan diumumkan
sebelumnya.
(2) Penawaran Pembelian Kompetitif (Competitive Bidding)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
mencantumkan:
a. volume dan tingkat Imbal Hasil (Yield) yang
diinginkan penawar, dalam hal Lelang SBN dengan
pembayaran kupon/imbalan tetap (fixed coupon)
atau pembayaran bunga/imbalan secara diskonto;
atau
b. volume dan harga (price) yang diinginkan penawar,
dalam hal Lelang SBN dengan kupon/imbalan
mengambang (floating coupon).
(3) Penawaran Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive
Bidding) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan mencantumkan:
a. volume tanpa tingkat Imbal Hasil (Yield) yang
diinginkan penawar, dalam hal Lelang SBN dengan
pembayaran kupon/imbalan tetap (fixed coupon) atau
pembayaran bunga/imbalan secara diskonto; atau
b. volume tanpa harga (price) yang diinginkan penawar,
dalam hal Lelang SBN dengan pembayaran
kupon/imbalan mengambang (floating coupon).
-
9
Pasal 6
(1) Dalam hal Dealer Utama mengajukan penawaran lelang
SUN dalam rupiah untuk dan atas nama diri sendiri atau
untuk dan atas nama Pihak selain Bank Indonesia
dan/atau LPS, penawaran dapat dilakukan dengan cara
Penawaran Pembelian Kompetitif (Competitive Bidding)
dan/atau Penawaran Pembelian Nonkompetitif (Non-
competitive Bidding).
(2) Dalam hal Dealer Utama mengajukan penawaran lelang
SUN dalam valuta asing untuk dan atas nama diri sendiri,
atau untuk dan atas nama Pihak selain LPS, dilakukan
dengan ketentuan:
a. penawaran pada lelang SPN dalam valuta asing
dilakukan dengan cara Penawaran Pembelian
Kompetitif (Competitive Bidding); dan
b. penawaran pada lelang Obligasi Negara dalam valuta
asing dilakukan dengan cara Penawaran Pembelian
Kompetitif (Competitive Bidding) dan/atau Penawaran
Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive Bidding).
Pasal 7
Dalam hal Dealer Utama SBSN mengajukan penawaran lelang
SBSN untuk dan atas nama diri sendiri dan/atau untuk dan
atas nama Pihak selain Bank Indonesia, LPS, dan/atau Peserta
Lelang SBSN Lainnya, penawaran dapat dilakukan dengan cara
Penawaran Pembelian Kompetitif (Competitive Bidding)
dan/atau Penawaran Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive
Bidding).
Pasal 8
Bank Indonesia dapat mengajukan penawaran Lelang SBN
berupa SPN dan SBSN Jangka Pendek dengan ketentuan:
a. penawaran dilakukan secara langsung tanpa melalui
Dealer Utama dan/atau Dealer Utama SBSN; dan
b. penawaran hanya dilakukan dengan cara Penawaran
Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive Bidding).
-
10
Pasal 9
LPS dapat mengajukan penawaran Lelang SBN dengan
ketentuan:
a. penawaran dilakukan secara langsung tanpa melalui
Dealer Utama dan/atau Dealer Utama SBSN; dan
b. penawaran hanya dilakukan dengan cara Penawaran
Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive Bidding).
Pasal 10
Peserta Lelang SBSN Lainnya dapat mengajukan penawaran
Lelang SBSN dengan ketentuan:
a. penawaran dilakukan secara langsung tanpa melalui Dealer
Utama SBSN; dan
b. penawaran hanya dilakukan dengan cara Penawaran
Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive Bidding).
Pasal 11
(1) Lelang SBN dalam rupiah dilakukan pada hari Selasa mulai
pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB atau hari
kerja dan/atau waktu lain yang ditetapkan Direktur
Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk dan
atas nama Menteri.
(2) Lelang SBN dalam valuta asing dilaksanakan pada hari
Senin mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 11.00
WIB atau pada hari kerja dan/atau waktu lain yang
ditetapkan Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan
Risiko untuk dan atas nama Menteri.
(3) Dalam hal Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan
Risiko untuk dan atas nama Menteri menetapkan waktu
lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Bank
Indonesia mengumumkan perubahan tersebut melalui
Sistem BI-ETP, Sistem LHBU, Laporan Bank Umum
Terintegrasi, dan/atau sarana lain yang digunakan oleh
Bank Indonesia.
-
11
Pasal 12
Pengajuan penawaran Lelang SBN menggunakan Sistem BI-ETP
dan/atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Pasal 13
(1) Bank yang mengajukan penawaran Lelang SBN melalui
Dealer Utama dan/atau Dealer Utama SBSN harus
menetapkan Batas Paling Tinggi Nominal Penawaran
(Broker Bidding Limit) per hari untuk Lelang SBN bagi
Dealer Utama dan/atau Dealer Utama SBSN.
(2) Dealer Utama atau Dealer Utama SBSN harus
memperhatikan Batas Paling Tinggi Nominal Penawaran
(Broker Bidding Limit) per hari dalam pengajuan penawaran
Lelang SBN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal
7.
Pasal 14
(1) Pihak yang tidak memiliki Rekening Surat Berharga yang
mengajukan penawaran Lelang SBN harus menunjuk Sub-
Registry untuk pelaksanaan Setelmen hasil Lelang SBN.
(2) Sub-Registry yang ditunjuk untuk pelaksanaan Setelmen
hasil Lelang SBN harus menetapkan Batas Paling Tinggi
Nominal Penawaran (Broker Bidding Limit) per hari untuk
Lelang SBN bagi Peserta Transaksi untuk kepentingan Pihak
yang menunjuk Sub-Registry sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
Bagian Kedua
Pengumuman Rencana Lelang SBN
Pasal 15
(1) Bank Indonesia mengumumkan rencana Lelang SBN
paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum hari pelaksanaan
Lelang SBN melalui Sistem BI-ETP, Sistem LHBU, Laporan
Bank Umum Terintegrasi, dan/atau sarana lain yang
digunakan oleh Bank Indonesia.
-
12
(2) Pengumuman rencana Lelang SBN sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. seri SBN dan tanggal jatuh waktu;
b. mata uang;
c. target indikatif SBN yang ditawarkan;
d. tanggal dan waktu pelaksanaan Lelang SBN;
e. tanggal Setelmen; dan
f. tanggal pengumuman hasil Lelang SBN.
Bagian Ketiga
Pengajuan Penawaran Lelang SBN
Pasal 16
(1) Peserta Transaksi mengajukan penawaran pada hari
pelaksanaan Lelang SBN, dengan ketentuan:
a. penawaran nominal dan tingkat diskonto atau tingkat
Imbal Hasil (Yield) atau harga (price) untuk
Penawaran Pembelian Kompetitif (Competitive
Bidding); dan/atau
b. penawaran nominal untuk Penawaran Pembelian
Nonkompetitif (Non-competitive Bidding).
(2) Peserta Transaksi mengajukan penawaran Lelang SBN
untuk Penawaran Pembelian Kompetitif (Competitive
Bidding), dengan ketentuan:
a. pengajuan penawaran nominal dari masing-masing
Peserta Transaksi Lelang SBN dalam rupiah paling
sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan
selebihnya dengan kelipatan Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah);
b. pengajuan penawaran nominal dari setiap Peserta
Transaksi Lelang SBN dalam valuta asing paling
sedikit USD100,000.00 (seratus ribu dolar Amerika
Serikat) dan selebihnya dengan kelipatan
USD10,000.00 (sepuluh ribu dolar Amerika Serikat);
c. penawaran diskonto atau tingkat Imbal Hasil (Yield)
diajukan dengan kelipatan 1/100 (satu per seratus)
atau 0,01000 (nol koma nol satu nol nol nol); dan
-
13
d. penawaran harga (price) diajukan dengan kelipatan
0,05% (nol koma nol lima persen).
(3) Peserta Transaksi yang mengajukan penawaran Lelang
SBN untuk Penawaran Pembelian Nonkompetitif (Non-
competitive Bidding) melakukan pengajuan penawaran
nominal sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a dan huruf b.
(4) Peserta Transaksi bertanggung jawab atas kebenaran data
penawaran pembelian Lelang SBN.
(5) Peserta Transaksi dapat melakukan koreksi atas setiap
penawaran pembelian yang diajukan dalam periode waktu
(window time) transaksi Lelang SBN.
(6) Peserta Transaksi yang telah mengajukan penawaran
pembelian Lelang SBN tidak dapat membatalkan
penawaran.
Bagian Keempat
Penetapan Hasil Lelang SBN
Pasal 17
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk
dan atas nama Menteri menetapkan hasil Lelang SBN pada
tanggal pelaksanaan lelang, yang paling sedikit mencakup:
a. pemenang lelang;
b. nilai nominal;
c. tingkat Imbal Hasil (Yield) atau harga (price) untuk lelang
SUN atau tingkat imbalan dan/atau diskonto untuk lelang
SBSN dalam rupiah; dan
d. jenis dan nilai aset SBSN untuk lelang SBSN dalam rupiah.
Bagian Kelima
Pengumuman Hasil Lelang SBN
Pasal 18
(1) Bank Indonesia mengumumkan hasil Lelang SBN yang
telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan
Pembiayaan dan Risiko untuk dan atas nama Menteri
-
14
kepada Peserta Transaksi melalui Sistem BI-ETP, Sistem
LHBU, Laporan Bank Umum Terintegrasi, dan/atau sarana
lain yang digunakan oleh Bank Indonesia pada hari
pelaksanaan Lelang SBN.
(2) Bank Indonesia menyampaikan pengumuman hasil Lelang
SBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan
ketentuan:
a. pengumuman kepada seluruh Peserta Transaksi Lelang
SBN melalui Sistem BI-ETP, Sistem LHBU, Laporan
Bank Umum Terintegrasi, dan/atau sarana lain yang
digunakan oleh Bank Indonesia paling sedikit
memuat:
1. kuantitas lelang secara keseluruhan;
2. rata-rata tertimbang tingkat diskonto dan/atau
imbalan, tingkat Imbal Hasil (Yield), atau harga
(price); dan
3. tingkat bunga atau tingkat imbalan untuk
Obligasi Negara atau SBSN Jangka Panjang
dengan kupon;
b. pengumuman kepada masing-masing Peserta
Transaksi Lelang SBN pada hari pelaksanaan Lelang
SBN melalui Sistem BI-ETP dan/atau sarana lain yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia paling sedikit memuat:
1. nama pemenang;
2. nilai nominal yang dimenangkan; dan
3. tingkat diskonto, tingkat Imbal Hasil (Yield), atau
harga (price).
(3) Dalam hal Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan
Risiko untuk dan atas nama Menteri menetapkan tidak
ada pemenang lelang, Bank Indonesia mengumumkan
penetapan tersebut melalui Sistem BI-ETP, Sistem LHBU,
Laporan Bank Umum Terintegrasi, dan/atau sarana lain
yang digunakan oleh Bank Indonesia.
-
15
Bagian Keenam
Setelmen Hasil Lelang SBN
Pasal 19
Setelmen hasil Lelang SBN yang telah ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk dan atas
nama Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia
mengenai penatausahaan surat berharga negara.
BAB III
PELAKSANAAN LELANG SBN TAMBAHAN
Bagian Kesatu
Persiapan Rencana Lelang SBN Tambahan
Pasal 20
(1) Bank Indonesia menyelenggarakan Lelang SBN Tambahan
berdasarkan rencana yang ditetapkan Direktur Jenderal
Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk dan atas nama
Menteri.
(2) Lelang SBN Tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas lelang SUN tambahan dan/atau lelang
SBSN tambahan.
Pasal 21
(1) Peserta Transaksi pada lelang SUN tambahan merupakan
Peserta Transaksi pada lelang SUN yang telah mengajukan
Penawaran Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive
Bidding) pada lelang SUN.
(2) Peserta Transaksi yang dapat mengajukan penawaran
pada lelang SUN tambahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan ketentuan:
a. untuk lelang SPN diikuti oleh:
1. Dealer Utama;
2. Bank Indonesia; dan/atau
3. LPS,
-
16
dengan mengajukan Penawaran Pembelian
Nonkompetitif (Non-competitive Bidding); dan
b. untuk lelang Obligasi Negara diikuti oleh:
1. Dealer Utama; dan/atau
2. LPS,
dengan mengajukan Penawaran Pembelian
Nonkompetitif (Non-competitive Bidding).
(3) Dealer Utama dapat mengajukan penawaran lelang SUN
tambahan atas nama diri sendiri dan/atau atas nama
Pihak selain Bank Indonesia dan LPS sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan mengenai lelang surat utang
negara di pasar perdana domestik.
Pasal 22
(1) Peserta Transaksi pada lelang SBSN tambahan merupakan
Peserta Transaksi pada lelang SBSN yang telah mengajukan
penawaran pembelian pada lelang SBSN.
(2) Peserta Transaksi pada lelang SBSN tambahan diatur
dengan ketentuan:
a. untuk lelang SBSN Jangka Pendek diikuti oleh:
1. Dealer Utama SBSN;
2. Bank Indonesia;
3. LPS; dan/atau
4. Peserta Lelang SBSN Lainnya;
b. untuk lelang SBSN Jangka Panjang diikuti oleh:
1. Dealer Utama SBSN;
2. LPS; dan/atau
3. Peserta Lelang SBSN Lainnya.
(3) Dealer Utama SBSN dapat mengajukan penawaran lelang
SBSN tambahan atas nama diri sendiri dan/atau atas
nama Pihak selain Bank Indonesia, LPS, dan Peserta
Lelang SBSN Lainnya sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan mengenai lelang surat berharga syariah negara
di pasar perdana domestik.
(4) Peserta Transaksi pada lelang SBSN tambahan mengajukan
penawaran pembelian lelang SBSN tambahan dengan
-
17
Penawaran Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive
Bidding).
Pasal 23
(1) Lelang SBN Tambahan dilaksanakan pada hari kerja mulai
pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB atau pada
waktu lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk dan atas nama
Menteri.
(2) Dalam hal Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan
Risiko untuk dan atas nama Menteri menetapkan waktu
lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia
mengumumkan perubahan tersebut melalui Sistem BI-
ETP, Sistem LHBU, Laporan Bank Umum Terintegrasi,
dan/atau sarana lain yang digunakan oleh Bank
Indonesia.
Pasal 24
Pengajuan penawaran Lelang SBN Tambahan menggunakan
Sistem BI-ETP dan/atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
Bagian Kedua
Pengumuman Rencana Lelang SBN Tambahan
Pasal 25
(1) Bank Indonesia mengumumkan rencana Lelang SBN
Tambahan melalui Sistem BI-ETP, Sistem LHBU, Laporan
Bank Umum Terintegrasi, dan/atau sarana lain yang
digunakan oleh Bank Indonesia setelah penetapan
rencana Lelang SBN Tambahan oleh Direktur Jenderal
Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk dan atas nama
Menteri.
(2) Pengumuman rencana Lelang SBN Tambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
memuat:
a. nama Peserta Transaksi Lelang SBN Tambahan;
-
18
b. seri SBN dan tanggal jatuh waktu;
c. tanggal dan waktu pelaksanaan Lelang SBN
Tambahan;
d. tingkat Imbal Hasil (Yield);
e. tanggal Setelmen; dan
f. tanggal pengumuman hasil Lelang SBN Tambahan.
Bagian Ketiga
Pengajuan Penawaran Lelang SBN Tambahan
Pasal 26
(1) Penawaran pembelian pada lelang SUN tambahan
dilakukan dengan mengajukan volume penawaran SUN.
(2) Pengajuan penawaran pada lelang SUN tambahan dibatasi
paling tinggi sebesar Penawaran Pembelian Nonkompetitif
(Non-competitive Bidding) dalam lelang SUN pada masing-
masing seri SUN yang ditawarkan.
Pasal 27
(1) Penawaran pembelian pada lelang SBSN tambahan
dilakukan dengan Penawaran Pembelian Nonkompetitif
(Non-competitive Bidding).
(2) Total penawaran pembelian setiap Peserta Transaksi
lelang SBSN tambahan dibatasi paling banyak sebesar
total penawaran pembelian setiap peserta pada lelang
SBSN untuk seri SBSN yang ditawarkan dalam lelang
SBSN tambahan.
Pasal 28
(1) Pengajuan penawaran pada Lelang SBN Tambahan
mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 ayat (2) huruf a dan huruf b.
(2) Peserta Transaksi bertanggung jawab atas kebenaran data
penawaran pembelian Lelang SBN Tambahan.
(3) Peserta Transaksi dapat melakukan koreksi atas setiap
penawaran pembelian yang diajukan dalam periode waktu
(window time) transaksi Lelang SBN Tambahan.
-
19
(4) Peserta Transaksi yang telah mengajukan penawaran
pembelian Lelang SBN Tambahan tidak dapat
membatalkan penawaran.
Bagian Keempat
Penetapan Hasil Lelang SBN Tambahan
Pasal 29
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk
dan atas nama Menteri menetapkan hasil Lelang SBN Tambahan.
Bagian Kelima
Pengumuman Hasil Lelang SBN Tambahan
Pasal 30
(1) Bank Indonesia mengumumkan hasil Lelang SBN
Tambahan yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk dan atas nama
Menteri kepada Peserta Transaksi pada Lelang SBN
Tambahan melalui Sistem BI-ETP, Sistem LHBU, Laporan
Bank Umum Terintegrasi, dan/atau sarana lain yang
digunakan oleh Bank Indonesia pada hari pelaksanaan
Lelang SBN Tambahan.
(2) Bank Indonesia menyampaikan pengumuman hasil Lelang
SBN Tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan ketentuan:
a. pengumuman kepada seluruh Peserta Transaksi pada
Lelang SBN Tambahan melalui Sistem BI-ETP, Sistem
LHBU, Laporan Bank Umum Terintegrasi, dan/atau
sarana lain yang digunakan oleh Bank Indonesia
paling sedikit memuat:
1. seri SBN; dan
2. nilai nominal; dan
b. pengumuman kepada masing-masing Peserta
Transaksi Lelang SBN Tambahan pada hari
pelaksanaan Lelang SBN Tambahan melalui Sistem BI-
-
20
ETP dan/atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia paling sedikit memuat:
1. nama pemenang;
2. nilai nominal yang dimenangkan; dan/atau
3. imbal hasil rata-rata tertimbang atau harga rata-
rata tertimbang.
Bagian Keenam
Setelmen Hasil Lelang SBN Tambahan
Pasal 31
Setelmen hasil Lelang SBN Tambahan yang telah ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
untuk dan atas nama Menteri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia mengenai penatausahaan surat berharga negara.
BAB IV
KEADAAN TIDAK NORMAL PADA PELAKSANAAN LELANG
SBN DAN LELANG SBN TAMBAHAN
Pasal 32
(1) Dalam hal terjadi keadaan tidak normal pada pelaksanaan
Lelang SBN atau Lelang SBN Tambahan yang
mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pada tahapan
persiapan dan/atau tahapan pelaksanaan, Bank
Indonesia akan mengumumkan keputusan Direktur
Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk dan
atas nama Menteri terhadap pelaksanaan lelang dan
Setelmen melalui Sistem LHBU, Laporan Bank Umum
Terintegrasi, dan/atau sarana lain yang digunakan oleh
Bank Indonesia.
(2) Keadaan tidak normal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terjadi dalam hal terdapat situasi atau kondisi yang
mengakibatkan adanya gangguan atau kerusakan pada
perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi,
aplikasi, maupun sarana pendukung teknologi informasi
-
21
yang ada pada Direktorat Jenderal Pengelolaan
Pembiayaan dan Risiko dan/atau Bank Indonesia yang
dapat disebabkan oleh alam, manusia, dan/atau teknologi
sehingga memengaruhi kelancaran pelaksanaan Lelang
SBN dan/atau Lelang SBN Tambahan pada tahapan
persiapan atau tahapan pelaksanaan.
Pasal 33
Dalam hal keadaan tidak normal terjadi pada Peserta Transaksi
pada waktu pelaksanaan lelang, Bank Indonesia membantu
Peserta Transaksi melakukan upaya pemulihan dengan
mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai
penyelenggaraan transaksi melalui Sistem BI-ETP.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Pada saat Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai
berlaku:
a. Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor
19/1/PADG/2017 tanggal 10 Februari 2017 tentang
Pelaksanaan Lelang Surat Berharga Negara di Pasar
Perdana; dan
b. Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor
19/2/PADG/2017 tanggal 16 Maret 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Anggota Dewan Gubernur
Nomor 19/1/PADG/2017 tentang Pelaksanaan Lelang
Surat Berharga Negara di Pasar Perdana,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 35
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.
-
22
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan penempatan
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 8 Januari 2021
ANGGOTA DEWAN GUBERNUR,
TTD
DESTRY DAMAYANTI