PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR ......SUN dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing dengan...

22
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 23/ 1 /PADG/2021 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna penerbitan Surat Berharga Negara oleh Pemerintah yang terdiri atas Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara, Bank Indonesia melaksanakan kegiatan sebagai agen lelang Surat Berharga Negara di pasar perdana; b. bahwa untuk mengoptimalkan pelaksanaan lelang Surat Berharga Syariah Negara di pasar perdana, dilakukan penyesuaian pengaturan peserta dan pengajuan penawaran lelang Surat Berharga Syariah Negara; c. bahwa perlu diatur langkah penanganan dalam hal terjadi keadaan tidak normal dan/atau gangguan yang dapat mempengaruhi kelancaran pelaksanaan lelang Surat Berharga Negara dan/atau lelang Surat Berharga Negara tambahan; d. bahwa untuk mengoptimalkan pelaksanaan lelang Surat Berharga Negara dalam valuta asing, dilakukan penyempurnaan sistem lelang Surat Berharga Negara dalam valuta asing melalui Sistem Bank Indonesia- Electronic Trading Platform; e. bahwa Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 19/1/PADG/2017 tentang Pelaksanaan Lelang Surat

Transcript of PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR ......SUN dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing dengan...

  • PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR

    NOMOR 23/ 1 /PADG/2021

    TENTANG

    PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

    Menimbang : a. bahwa guna penerbitan Surat Berharga Negara oleh

    Pemerintah yang terdiri atas Surat Utang Negara dan

    Surat Berharga Syariah Negara, Bank Indonesia

    melaksanakan kegiatan sebagai agen lelang Surat

    Berharga Negara di pasar perdana;

    b. bahwa untuk mengoptimalkan pelaksanaan lelang Surat

    Berharga Syariah Negara di pasar perdana, dilakukan

    penyesuaian pengaturan peserta dan pengajuan

    penawaran lelang Surat Berharga Syariah Negara;

    c. bahwa perlu diatur langkah penanganan dalam hal terjadi

    keadaan tidak normal dan/atau gangguan yang dapat

    mempengaruhi kelancaran pelaksanaan lelang Surat

    Berharga Negara dan/atau lelang Surat Berharga Negara

    tambahan;

    d. bahwa untuk mengoptimalkan pelaksanaan lelang Surat

    Berharga Negara dalam valuta asing, dilakukan

    penyempurnaan sistem lelang Surat Berharga Negara

    dalam valuta asing melalui Sistem Bank Indonesia-

    Electronic Trading Platform;

    e. bahwa Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor

    19/1/PADG/2017 tentang Pelaksanaan Lelang Surat

  • 2

    Berharga Negara di Pasar Perdana sebagaimana telah

    diubah dengan Peraturan Anggota Dewan Gubernur

    Nomor 19/2/PADG/2017 perlu disesuaikan untuk

    mengoptimalkan pelaksanaan lelang Surat Berharga

    Negara di pasar perdana;

    f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

    dalam huruf a sampai dengan huruf e, perlu menetapkan

    Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang Pelaksanaan

    Lelang Surat Berharga Negara di Pasar Perdana;

    Mengingat : 1. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/13/PBI/2008

    tentang Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

    123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 4888) sebagaimana telah beberapa kali diubah,

    terakhir dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor

    17/19/PBI/2015 tentang Perubahan Kedua atas

    Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/13/PBI/2008

    tentang Lelang dan Penatausahaan Surat Berharga Negara

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

    274, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

    Nomor 5763);

    2. Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/18/PBI/2015 tentang

    Penyelenggaraan Transaksi, Penatausahaan Surat

    Berharga, dan Setelmen Dana Seketika (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 273, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5762)

    sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir

    dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor

    22/18/PBI/2020 tentang Perubahan Keempat atas

    Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/18/PBI/2015 tentang

    Penyelenggaraan Transaksi, Penatausahaan Surat

    Berharga, dan Setelmen Dana Seketika (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 226, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6561);

  • 3

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR TENTANG

    PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI

    PASAR PERDANA.

    BAB I

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini yang dimaksud

    dengan:

    1. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disingkat SBN

    adalah Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah

    Negara.

    2. Surat Utang Negara yang selanjutnya disingkat SUN

    adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan

    utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang

    dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara

    Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.

    3. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disingkat

    SBSN, atau dapat disebut Sukuk Negara adalah SBN yang

    diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti

    atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam

    mata uang rupiah maupun valuta asing.

    4. Surat Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkat

    SPN adalah SUN yang berjangka waktu sampai dengan 12

    (dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara

    diskonto.

    5. Obligasi Negara adalah SUN yang berjangka waktu lebih

    dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan

    pembayaran bunga secara diskonto.

    6. SBSN Jangka Pendek atau disebut Surat Perbendaharaan

    Negara Syariah adalah SBSN yang berjangka waktu

    sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran

    imbalan berupa kupon dan/atau secara diskonto.

  • 4

    7. SBSN Jangka Panjang adalah SBSN yang berjangka waktu

    lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran

    imbalan berupa kupon dan/atau secara diskonto.

    8. Bank adalah bank umum termasuk kantor cabang dari

    bank yang berkedudukan di luar negeri dan bank umum

    syariah termasuk unit usaha syariah.

    9. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.

    10. Lembaga Penjamin Simpanan yang selanjutnya disingkat

    LPS adalah lembaga penjamin simpanan sebagaimana

    dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004

    tentang Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana telah

    diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009.

    11. Peserta Transaksi adalah pihak yang berdasarkan

    Peraturan Menteri Keuangan dapat melakukan transaksi

    SUN dan/atau SBSN dengan Pemerintah secara langsung.

    12. Dealer Utama adalah Bank dan/atau perusahaan efek

    yang ditunjuk oleh Menteri untuk menjalankan kewajiban

    tertentu baik di pasar perdana maupun pasar sekunder

    SUN dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing

    dengan hak tertentu.

    13. Dealer Utama SBSN adalah Bank dan/atau perusahaan efek

    yang ditunjuk oleh Menteri untuk menjalankan kewajiban

    tertentu baik di pasar perdana SBSN domestik maupun di

    pasar sekunder SBSN domestik dalam mata uang rupiah

    maupun dalam valuta asing dengan hak tertentu.

    14. Peserta Lelang SBSN Lainnya adalah institusi/lembaga

    yang dibentuk dan mempunyai kewenangan untuk

    mengelola dana di bidang tertentu berdasarkan

    peraturan perundangan-undangan, yang ditunjuk oleh

    Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

    atas nama Menteri sebagai peserta lelang SBSN.

    15. Pihak adalah orang perseorangan warga negara Indonesia

    maupun warga negara asing di manapun mereka

    bertempat tinggal, perusahaan, usaha bersama, baik

    Indonesia maupun asing di manapun mereka

    berkedudukan, Bank Indonesia, LPS, Dealer Utama,

  • 5

    Dealer Utama SBSN, dan/atau Peserta Lelang SBSN

    Lainnya.

    16. Lelang SBN adalah penjualan SBN di pasar perdana

    domestik oleh Pemerintah yang dilakukan dengan

    mekanisme lelang.

    17. Lelang SBN Tambahan (Greenshoe Option) yang

    selanjutnya disebut Lelang SBN Tambahan adalah

    penjualan SBN di pasar perdana dengan cara lelang yang

    dilaksanakan pada 1 (satu) hari kerja setelah tanggal

    pelaksanaan Lelang SBN.

    18. Imbal Hasil (Yield) adalah keuntungan yang diharapkan

    oleh investor dalam persentase per tahun.

    19. Penawaran Pembelian Kompetitif (Competitive Bidding)

    adalah pengajuan penawaran pembelian dengan

    mencantumkan volume dan tingkat Imbal Hasil (Yield)

    atau harga (price) yang diinginkan penawar.

    20. Penawaran Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive

    Bidding) adalah pengajuan penawaran pembelian dengan

    mencantumkan volume tanpa tingkat Imbal Hasil (Yield)

    atau harga (price) yang diinginkan penawar.

    21. Sistem Bank Indonesia-Electronic Trading Platform yang

    selanjutnya disebut Sistem BI-ETP adalah infrastruktur

    yang digunakan sebagai sarana transaksi yang dilakukan

    secara elektronik.

    22. Batas Paling Tinggi Nominal Penawaran (Broker Bidding

    Limit) adalah batas paling tinggi nominal penawaran yang

    diberikan oleh Pihak yang diwakili kepada Peserta

    Transaksi untuk dapat melakukan penawaran untuk dan

    atas nama Pihak yang diwakili.

    23. Sub-Registry adalah Bank Indonesia dan pihak yang

    memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Bank Indonesia

    sebagai peserta Bank Indonesia-Scripless Securities

    Settlement System untuk melakukan fungsi penatausahaan

    SBN bagi kepentingan nasabah.

    24. Setelmen adalah proses penyelesaian akhir transaksi SBN

    melalui pendebitan dan pengkreditan rekening giro

  • 6

    dan/atau rekening surat berharga dan/atau rekening

    lainnya di Bank Indonesia.

    25. Sistem Laporan Harian Bank Umum yang selanjutnya

    disebut Sistem LHBU adalah sarana pelaporan Bank

    kepada Bank Indonesia secara harian termasuk

    penyediaan informasi pasar uang dan pengumuman dari

    Bank Indonesia.

    26. Laporan Bank Umum Terintegrasi adalah informasi yang

    disusun dan disampaikan oleh pelapor kepada Bank

    Indonesia secara terintegrasi dalam format dan definisi

    yang seragam sesuai metadata yang ditetapkan oleh

    otoritas, termasuk penyediaan informasi pasar uang dan

    pengumuman.

    27. Rekening Surat Berharga adalah rekening peserta Bank

    Indonesia-Scripless Securities Settlement System dalam mata

    uang rupiah dan/atau valuta asing yang ditatausahakan di

    Bank Indonesia dalam rangka pencatatan kepemilikan dan

    Setelmen atas transaksi SBN, transaksi dengan Bank

    Indonesia, transaksi pasar keuangan, dan/atau fasilitas

    likuiditas intrahari.

    BAB II

    PELAKSANAAN LELANG SBN

    Bagian Kesatu

    Persiapan Rencana Lelang SBN

    Pasal 2

    Bank Indonesia menyelenggarakan Lelang SBN berdasarkan

    rencana yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan

    Pembiayaan dan Risiko untuk dan atas nama Menteri.

    Pasal 3

    (1) Peserta Transaksi pada lelang SUN terdiri atas:

    a. Dealer Utama;

    b. Bank Indonesia; dan/atau

    c. LPS.

  • 7

    (2) Peserta Transaksi pada lelang SBSN terdiri atas:

    a. Dealer Utama SBSN;

    b. Bank Indonesia;

    c. LPS; dan/atau

    d. Peserta Lelang SBSN Lainnya.

    (3) Peserta Transaksi pada lelang SUN diatur dengan

    ketentuan:

    a. untuk lelang SPN diikuti oleh:

    1. Dealer Utama;

    2. Bank Indonesia; dan/atau

    3. LPS; dan

    b. untuk lelang Obligasi Negara diikuti oleh:

    1. Dealer Utama; dan/atau

    2. LPS.

    (4) Peserta Transaksi pada lelang SBSN diatur dengan

    ketentuan:

    a. untuk lelang SBSN Jangka Pendek diikuti oleh:

    1. Dealer Utama SBSN;

    2. Bank Indonesia;

    3. LPS; dan/atau

    4. Peserta Lelang SBSN Lainnya; dan

    b. untuk lelang SBSN Jangka Panjang diikuti oleh:

    1. Dealer Utama SBSN;

    2. LPS; dan/atau

    3. Peserta Lelang SBSN Lainnya.

    Pasal 4

    (1) Dealer Utama dapat mengajukan penawaran lelang SUN

    atas nama diri sendiri dan/atau atas nama Pihak selain

    Bank Indonesia dan LPS sesuai dengan Peraturan Menteri

    Keuangan mengenai lelang surat utang negara di pasar

    perdana domestik.

    (2) Dealer Utama SBSN dapat mengajukan penawaran lelang

    SBSN atas nama diri sendiri dan/atau atas nama Pihak

    selain Bank Indonesia, LPS, dan Peserta Lelang SBSN

    Lainnya sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

  • 8

    mengenai lelang surat berharga syariah negara di pasar

    perdana domestik.

    (3) Bank Indonesia, LPS, dan Peserta Lelang SBSN Lainnya

    mengajukan penawaran Lelang SBN hanya untuk dan atas

    nama diri sendiri.

    Pasal 5

    (1) Penawaran Lelang SBN dilakukan dengan mengajukan

    Penawaran Pembelian Kompetitif (Competitive Bidding)

    dan/atau Penawaran Pembelian Nonkompetitif (Non-

    competitive Bidding) dalam suatu periode waktu (window

    time) penawaran yang telah ditentukan dan diumumkan

    sebelumnya.

    (2) Penawaran Pembelian Kompetitif (Competitive Bidding)

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

    mencantumkan:

    a. volume dan tingkat Imbal Hasil (Yield) yang

    diinginkan penawar, dalam hal Lelang SBN dengan

    pembayaran kupon/imbalan tetap (fixed coupon)

    atau pembayaran bunga/imbalan secara diskonto;

    atau

    b. volume dan harga (price) yang diinginkan penawar,

    dalam hal Lelang SBN dengan kupon/imbalan

    mengambang (floating coupon).

    (3) Penawaran Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive

    Bidding) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

    dengan mencantumkan:

    a. volume tanpa tingkat Imbal Hasil (Yield) yang

    diinginkan penawar, dalam hal Lelang SBN dengan

    pembayaran kupon/imbalan tetap (fixed coupon) atau

    pembayaran bunga/imbalan secara diskonto; atau

    b. volume tanpa harga (price) yang diinginkan penawar,

    dalam hal Lelang SBN dengan pembayaran

    kupon/imbalan mengambang (floating coupon).

  • 9

    Pasal 6

    (1) Dalam hal Dealer Utama mengajukan penawaran lelang

    SUN dalam rupiah untuk dan atas nama diri sendiri atau

    untuk dan atas nama Pihak selain Bank Indonesia

    dan/atau LPS, penawaran dapat dilakukan dengan cara

    Penawaran Pembelian Kompetitif (Competitive Bidding)

    dan/atau Penawaran Pembelian Nonkompetitif (Non-

    competitive Bidding).

    (2) Dalam hal Dealer Utama mengajukan penawaran lelang

    SUN dalam valuta asing untuk dan atas nama diri sendiri,

    atau untuk dan atas nama Pihak selain LPS, dilakukan

    dengan ketentuan:

    a. penawaran pada lelang SPN dalam valuta asing

    dilakukan dengan cara Penawaran Pembelian

    Kompetitif (Competitive Bidding); dan

    b. penawaran pada lelang Obligasi Negara dalam valuta

    asing dilakukan dengan cara Penawaran Pembelian

    Kompetitif (Competitive Bidding) dan/atau Penawaran

    Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive Bidding).

    Pasal 7

    Dalam hal Dealer Utama SBSN mengajukan penawaran lelang

    SBSN untuk dan atas nama diri sendiri dan/atau untuk dan

    atas nama Pihak selain Bank Indonesia, LPS, dan/atau Peserta

    Lelang SBSN Lainnya, penawaran dapat dilakukan dengan cara

    Penawaran Pembelian Kompetitif (Competitive Bidding)

    dan/atau Penawaran Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive

    Bidding).

    Pasal 8

    Bank Indonesia dapat mengajukan penawaran Lelang SBN

    berupa SPN dan SBSN Jangka Pendek dengan ketentuan:

    a. penawaran dilakukan secara langsung tanpa melalui

    Dealer Utama dan/atau Dealer Utama SBSN; dan

    b. penawaran hanya dilakukan dengan cara Penawaran

    Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive Bidding).

  • 10

    Pasal 9

    LPS dapat mengajukan penawaran Lelang SBN dengan

    ketentuan:

    a. penawaran dilakukan secara langsung tanpa melalui

    Dealer Utama dan/atau Dealer Utama SBSN; dan

    b. penawaran hanya dilakukan dengan cara Penawaran

    Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive Bidding).

    Pasal 10

    Peserta Lelang SBSN Lainnya dapat mengajukan penawaran

    Lelang SBSN dengan ketentuan:

    a. penawaran dilakukan secara langsung tanpa melalui Dealer

    Utama SBSN; dan

    b. penawaran hanya dilakukan dengan cara Penawaran

    Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive Bidding).

    Pasal 11

    (1) Lelang SBN dalam rupiah dilakukan pada hari Selasa mulai

    pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB atau hari

    kerja dan/atau waktu lain yang ditetapkan Direktur

    Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk dan

    atas nama Menteri.

    (2) Lelang SBN dalam valuta asing dilaksanakan pada hari

    Senin mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 11.00

    WIB atau pada hari kerja dan/atau waktu lain yang

    ditetapkan Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan

    Risiko untuk dan atas nama Menteri.

    (3) Dalam hal Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan

    Risiko untuk dan atas nama Menteri menetapkan waktu

    lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Bank

    Indonesia mengumumkan perubahan tersebut melalui

    Sistem BI-ETP, Sistem LHBU, Laporan Bank Umum

    Terintegrasi, dan/atau sarana lain yang digunakan oleh

    Bank Indonesia.

  • 11

    Pasal 12

    Pengajuan penawaran Lelang SBN menggunakan Sistem BI-ETP

    dan/atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

    Pasal 13

    (1) Bank yang mengajukan penawaran Lelang SBN melalui

    Dealer Utama dan/atau Dealer Utama SBSN harus

    menetapkan Batas Paling Tinggi Nominal Penawaran

    (Broker Bidding Limit) per hari untuk Lelang SBN bagi

    Dealer Utama dan/atau Dealer Utama SBSN.

    (2) Dealer Utama atau Dealer Utama SBSN harus

    memperhatikan Batas Paling Tinggi Nominal Penawaran

    (Broker Bidding Limit) per hari dalam pengajuan penawaran

    Lelang SBN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal

    7.

    Pasal 14

    (1) Pihak yang tidak memiliki Rekening Surat Berharga yang

    mengajukan penawaran Lelang SBN harus menunjuk Sub-

    Registry untuk pelaksanaan Setelmen hasil Lelang SBN.

    (2) Sub-Registry yang ditunjuk untuk pelaksanaan Setelmen

    hasil Lelang SBN harus menetapkan Batas Paling Tinggi

    Nominal Penawaran (Broker Bidding Limit) per hari untuk

    Lelang SBN bagi Peserta Transaksi untuk kepentingan Pihak

    yang menunjuk Sub-Registry sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1).

    Bagian Kedua

    Pengumuman Rencana Lelang SBN

    Pasal 15

    (1) Bank Indonesia mengumumkan rencana Lelang SBN

    paling lambat 1 (satu) hari kerja sebelum hari pelaksanaan

    Lelang SBN melalui Sistem BI-ETP, Sistem LHBU, Laporan

    Bank Umum Terintegrasi, dan/atau sarana lain yang

    digunakan oleh Bank Indonesia.

  • 12

    (2) Pengumuman rencana Lelang SBN sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:

    a. seri SBN dan tanggal jatuh waktu;

    b. mata uang;

    c. target indikatif SBN yang ditawarkan;

    d. tanggal dan waktu pelaksanaan Lelang SBN;

    e. tanggal Setelmen; dan

    f. tanggal pengumuman hasil Lelang SBN.

    Bagian Ketiga

    Pengajuan Penawaran Lelang SBN

    Pasal 16

    (1) Peserta Transaksi mengajukan penawaran pada hari

    pelaksanaan Lelang SBN, dengan ketentuan:

    a. penawaran nominal dan tingkat diskonto atau tingkat

    Imbal Hasil (Yield) atau harga (price) untuk

    Penawaran Pembelian Kompetitif (Competitive

    Bidding); dan/atau

    b. penawaran nominal untuk Penawaran Pembelian

    Nonkompetitif (Non-competitive Bidding).

    (2) Peserta Transaksi mengajukan penawaran Lelang SBN

    untuk Penawaran Pembelian Kompetitif (Competitive

    Bidding), dengan ketentuan:

    a. pengajuan penawaran nominal dari masing-masing

    Peserta Transaksi Lelang SBN dalam rupiah paling

    sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan

    selebihnya dengan kelipatan Rp100.000.000,00

    (seratus juta rupiah);

    b. pengajuan penawaran nominal dari setiap Peserta

    Transaksi Lelang SBN dalam valuta asing paling

    sedikit USD100,000.00 (seratus ribu dolar Amerika

    Serikat) dan selebihnya dengan kelipatan

    USD10,000.00 (sepuluh ribu dolar Amerika Serikat);

    c. penawaran diskonto atau tingkat Imbal Hasil (Yield)

    diajukan dengan kelipatan 1/100 (satu per seratus)

    atau 0,01000 (nol koma nol satu nol nol nol); dan

  • 13

    d. penawaran harga (price) diajukan dengan kelipatan

    0,05% (nol koma nol lima persen).

    (3) Peserta Transaksi yang mengajukan penawaran Lelang

    SBN untuk Penawaran Pembelian Nonkompetitif (Non-

    competitive Bidding) melakukan pengajuan penawaran

    nominal sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud

    pada ayat (2) huruf a dan huruf b.

    (4) Peserta Transaksi bertanggung jawab atas kebenaran data

    penawaran pembelian Lelang SBN.

    (5) Peserta Transaksi dapat melakukan koreksi atas setiap

    penawaran pembelian yang diajukan dalam periode waktu

    (window time) transaksi Lelang SBN.

    (6) Peserta Transaksi yang telah mengajukan penawaran

    pembelian Lelang SBN tidak dapat membatalkan

    penawaran.

    Bagian Keempat

    Penetapan Hasil Lelang SBN

    Pasal 17

    Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk

    dan atas nama Menteri menetapkan hasil Lelang SBN pada

    tanggal pelaksanaan lelang, yang paling sedikit mencakup:

    a. pemenang lelang;

    b. nilai nominal;

    c. tingkat Imbal Hasil (Yield) atau harga (price) untuk lelang

    SUN atau tingkat imbalan dan/atau diskonto untuk lelang

    SBSN dalam rupiah; dan

    d. jenis dan nilai aset SBSN untuk lelang SBSN dalam rupiah.

    Bagian Kelima

    Pengumuman Hasil Lelang SBN

    Pasal 18

    (1) Bank Indonesia mengumumkan hasil Lelang SBN yang

    telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan

    Pembiayaan dan Risiko untuk dan atas nama Menteri

  • 14

    kepada Peserta Transaksi melalui Sistem BI-ETP, Sistem

    LHBU, Laporan Bank Umum Terintegrasi, dan/atau sarana

    lain yang digunakan oleh Bank Indonesia pada hari

    pelaksanaan Lelang SBN.

    (2) Bank Indonesia menyampaikan pengumuman hasil Lelang

    SBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan

    ketentuan:

    a. pengumuman kepada seluruh Peserta Transaksi Lelang

    SBN melalui Sistem BI-ETP, Sistem LHBU, Laporan

    Bank Umum Terintegrasi, dan/atau sarana lain yang

    digunakan oleh Bank Indonesia paling sedikit

    memuat:

    1. kuantitas lelang secara keseluruhan;

    2. rata-rata tertimbang tingkat diskonto dan/atau

    imbalan, tingkat Imbal Hasil (Yield), atau harga

    (price); dan

    3. tingkat bunga atau tingkat imbalan untuk

    Obligasi Negara atau SBSN Jangka Panjang

    dengan kupon;

    b. pengumuman kepada masing-masing Peserta

    Transaksi Lelang SBN pada hari pelaksanaan Lelang

    SBN melalui Sistem BI-ETP dan/atau sarana lain yang

    ditetapkan oleh Bank Indonesia paling sedikit memuat:

    1. nama pemenang;

    2. nilai nominal yang dimenangkan; dan

    3. tingkat diskonto, tingkat Imbal Hasil (Yield), atau

    harga (price).

    (3) Dalam hal Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan

    Risiko untuk dan atas nama Menteri menetapkan tidak

    ada pemenang lelang, Bank Indonesia mengumumkan

    penetapan tersebut melalui Sistem BI-ETP, Sistem LHBU,

    Laporan Bank Umum Terintegrasi, dan/atau sarana lain

    yang digunakan oleh Bank Indonesia.

  • 15

    Bagian Keenam

    Setelmen Hasil Lelang SBN

    Pasal 19

    Setelmen hasil Lelang SBN yang telah ditetapkan oleh Direktur

    Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk dan atas

    nama Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17

    dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia

    mengenai penatausahaan surat berharga negara.

    BAB III

    PELAKSANAAN LELANG SBN TAMBAHAN

    Bagian Kesatu

    Persiapan Rencana Lelang SBN Tambahan

    Pasal 20

    (1) Bank Indonesia menyelenggarakan Lelang SBN Tambahan

    berdasarkan rencana yang ditetapkan Direktur Jenderal

    Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk dan atas nama

    Menteri.

    (2) Lelang SBN Tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) terdiri atas lelang SUN tambahan dan/atau lelang

    SBSN tambahan.

    Pasal 21

    (1) Peserta Transaksi pada lelang SUN tambahan merupakan

    Peserta Transaksi pada lelang SUN yang telah mengajukan

    Penawaran Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive

    Bidding) pada lelang SUN.

    (2) Peserta Transaksi yang dapat mengajukan penawaran

    pada lelang SUN tambahan sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) diatur dengan ketentuan:

    a. untuk lelang SPN diikuti oleh:

    1. Dealer Utama;

    2. Bank Indonesia; dan/atau

    3. LPS,

  • 16

    dengan mengajukan Penawaran Pembelian

    Nonkompetitif (Non-competitive Bidding); dan

    b. untuk lelang Obligasi Negara diikuti oleh:

    1. Dealer Utama; dan/atau

    2. LPS,

    dengan mengajukan Penawaran Pembelian

    Nonkompetitif (Non-competitive Bidding).

    (3) Dealer Utama dapat mengajukan penawaran lelang SUN

    tambahan atas nama diri sendiri dan/atau atas nama

    Pihak selain Bank Indonesia dan LPS sesuai dengan

    Peraturan Menteri Keuangan mengenai lelang surat utang

    negara di pasar perdana domestik.

    Pasal 22

    (1) Peserta Transaksi pada lelang SBSN tambahan merupakan

    Peserta Transaksi pada lelang SBSN yang telah mengajukan

    penawaran pembelian pada lelang SBSN.

    (2) Peserta Transaksi pada lelang SBSN tambahan diatur

    dengan ketentuan:

    a. untuk lelang SBSN Jangka Pendek diikuti oleh:

    1. Dealer Utama SBSN;

    2. Bank Indonesia;

    3. LPS; dan/atau

    4. Peserta Lelang SBSN Lainnya;

    b. untuk lelang SBSN Jangka Panjang diikuti oleh:

    1. Dealer Utama SBSN;

    2. LPS; dan/atau

    3. Peserta Lelang SBSN Lainnya.

    (3) Dealer Utama SBSN dapat mengajukan penawaran lelang

    SBSN tambahan atas nama diri sendiri dan/atau atas

    nama Pihak selain Bank Indonesia, LPS, dan Peserta

    Lelang SBSN Lainnya sesuai dengan Peraturan Menteri

    Keuangan mengenai lelang surat berharga syariah negara

    di pasar perdana domestik.

    (4) Peserta Transaksi pada lelang SBSN tambahan mengajukan

    penawaran pembelian lelang SBSN tambahan dengan

  • 17

    Penawaran Pembelian Nonkompetitif (Non-competitive

    Bidding).

    Pasal 23

    (1) Lelang SBN Tambahan dilaksanakan pada hari kerja mulai

    pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB atau pada

    waktu lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal

    Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk dan atas nama

    Menteri.

    (2) Dalam hal Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan

    Risiko untuk dan atas nama Menteri menetapkan waktu

    lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia

    mengumumkan perubahan tersebut melalui Sistem BI-

    ETP, Sistem LHBU, Laporan Bank Umum Terintegrasi,

    dan/atau sarana lain yang digunakan oleh Bank

    Indonesia.

    Pasal 24

    Pengajuan penawaran Lelang SBN Tambahan menggunakan

    Sistem BI-ETP dan/atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank

    Indonesia.

    Bagian Kedua

    Pengumuman Rencana Lelang SBN Tambahan

    Pasal 25

    (1) Bank Indonesia mengumumkan rencana Lelang SBN

    Tambahan melalui Sistem BI-ETP, Sistem LHBU, Laporan

    Bank Umum Terintegrasi, dan/atau sarana lain yang

    digunakan oleh Bank Indonesia setelah penetapan

    rencana Lelang SBN Tambahan oleh Direktur Jenderal

    Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk dan atas nama

    Menteri.

    (2) Pengumuman rencana Lelang SBN Tambahan

    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit

    memuat:

    a. nama Peserta Transaksi Lelang SBN Tambahan;

  • 18

    b. seri SBN dan tanggal jatuh waktu;

    c. tanggal dan waktu pelaksanaan Lelang SBN

    Tambahan;

    d. tingkat Imbal Hasil (Yield);

    e. tanggal Setelmen; dan

    f. tanggal pengumuman hasil Lelang SBN Tambahan.

    Bagian Ketiga

    Pengajuan Penawaran Lelang SBN Tambahan

    Pasal 26

    (1) Penawaran pembelian pada lelang SUN tambahan

    dilakukan dengan mengajukan volume penawaran SUN.

    (2) Pengajuan penawaran pada lelang SUN tambahan dibatasi

    paling tinggi sebesar Penawaran Pembelian Nonkompetitif

    (Non-competitive Bidding) dalam lelang SUN pada masing-

    masing seri SUN yang ditawarkan.

    Pasal 27

    (1) Penawaran pembelian pada lelang SBSN tambahan

    dilakukan dengan Penawaran Pembelian Nonkompetitif

    (Non-competitive Bidding).

    (2) Total penawaran pembelian setiap Peserta Transaksi

    lelang SBSN tambahan dibatasi paling banyak sebesar

    total penawaran pembelian setiap peserta pada lelang

    SBSN untuk seri SBSN yang ditawarkan dalam lelang

    SBSN tambahan.

    Pasal 28

    (1) Pengajuan penawaran pada Lelang SBN Tambahan

    mengacu pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 16 ayat (2) huruf a dan huruf b.

    (2) Peserta Transaksi bertanggung jawab atas kebenaran data

    penawaran pembelian Lelang SBN Tambahan.

    (3) Peserta Transaksi dapat melakukan koreksi atas setiap

    penawaran pembelian yang diajukan dalam periode waktu

    (window time) transaksi Lelang SBN Tambahan.

  • 19

    (4) Peserta Transaksi yang telah mengajukan penawaran

    pembelian Lelang SBN Tambahan tidak dapat

    membatalkan penawaran.

    Bagian Keempat

    Penetapan Hasil Lelang SBN Tambahan

    Pasal 29

    Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk

    dan atas nama Menteri menetapkan hasil Lelang SBN Tambahan.

    Bagian Kelima

    Pengumuman Hasil Lelang SBN Tambahan

    Pasal 30

    (1) Bank Indonesia mengumumkan hasil Lelang SBN

    Tambahan yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal

    Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk dan atas nama

    Menteri kepada Peserta Transaksi pada Lelang SBN

    Tambahan melalui Sistem BI-ETP, Sistem LHBU, Laporan

    Bank Umum Terintegrasi, dan/atau sarana lain yang

    digunakan oleh Bank Indonesia pada hari pelaksanaan

    Lelang SBN Tambahan.

    (2) Bank Indonesia menyampaikan pengumuman hasil Lelang

    SBN Tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    dengan ketentuan:

    a. pengumuman kepada seluruh Peserta Transaksi pada

    Lelang SBN Tambahan melalui Sistem BI-ETP, Sistem

    LHBU, Laporan Bank Umum Terintegrasi, dan/atau

    sarana lain yang digunakan oleh Bank Indonesia

    paling sedikit memuat:

    1. seri SBN; dan

    2. nilai nominal; dan

    b. pengumuman kepada masing-masing Peserta

    Transaksi Lelang SBN Tambahan pada hari

    pelaksanaan Lelang SBN Tambahan melalui Sistem BI-

  • 20

    ETP dan/atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank

    Indonesia paling sedikit memuat:

    1. nama pemenang;

    2. nilai nominal yang dimenangkan; dan/atau

    3. imbal hasil rata-rata tertimbang atau harga rata-

    rata tertimbang.

    Bagian Keenam

    Setelmen Hasil Lelang SBN Tambahan

    Pasal 31

    Setelmen hasil Lelang SBN Tambahan yang telah ditetapkan

    oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

    untuk dan atas nama Menteri sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 29 dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Bank

    Indonesia mengenai penatausahaan surat berharga negara.

    BAB IV

    KEADAAN TIDAK NORMAL PADA PELAKSANAAN LELANG

    SBN DAN LELANG SBN TAMBAHAN

    Pasal 32

    (1) Dalam hal terjadi keadaan tidak normal pada pelaksanaan

    Lelang SBN atau Lelang SBN Tambahan yang

    mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pada tahapan

    persiapan dan/atau tahapan pelaksanaan, Bank

    Indonesia akan mengumumkan keputusan Direktur

    Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko untuk dan

    atas nama Menteri terhadap pelaksanaan lelang dan

    Setelmen melalui Sistem LHBU, Laporan Bank Umum

    Terintegrasi, dan/atau sarana lain yang digunakan oleh

    Bank Indonesia.

    (2) Keadaan tidak normal sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) terjadi dalam hal terdapat situasi atau kondisi yang

    mengakibatkan adanya gangguan atau kerusakan pada

    perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi,

    aplikasi, maupun sarana pendukung teknologi informasi

  • 21

    yang ada pada Direktorat Jenderal Pengelolaan

    Pembiayaan dan Risiko dan/atau Bank Indonesia yang

    dapat disebabkan oleh alam, manusia, dan/atau teknologi

    sehingga memengaruhi kelancaran pelaksanaan Lelang

    SBN dan/atau Lelang SBN Tambahan pada tahapan

    persiapan atau tahapan pelaksanaan.

    Pasal 33

    Dalam hal keadaan tidak normal terjadi pada Peserta Transaksi

    pada waktu pelaksanaan lelang, Bank Indonesia membantu

    Peserta Transaksi melakukan upaya pemulihan dengan

    mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai

    penyelenggaraan transaksi melalui Sistem BI-ETP.

    BAB V

    KETENTUAN PENUTUP

    Pasal 34

    Pada saat Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai

    berlaku:

    a. Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor

    19/1/PADG/2017 tanggal 10 Februari 2017 tentang

    Pelaksanaan Lelang Surat Berharga Negara di Pasar

    Perdana; dan

    b. Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor

    19/2/PADG/2017 tanggal 16 Maret 2017 tentang

    Perubahan Atas Peraturan Anggota Dewan Gubernur

    Nomor 19/1/PADG/2017 tentang Pelaksanaan Lelang

    Surat Berharga Negara di Pasar Perdana,

    dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

    Pasal 35

    Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada

    tanggal ditetapkan.

  • 22

    Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan penempatan

    Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini dengan

    penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

    Ditetapkan di Jakarta

    pada tanggal 8 Januari 2021

    ANGGOTA DEWAN GUBERNUR,

    TTD

    DESTRY DAMAYANTI