PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR DENGAN … · Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang Laporan...
Transcript of PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR DENGAN … · Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang Laporan...
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR
NOMOR 20/20/PADG/2018
TENTANG
LAPORAN KANTOR PUSAT BANK UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa guna efektivitas pelaksanaan tugas Bank Indonesia
di sektor moneter, makroprudensial, serta sistem
pembayaran dan pengelolaan uang rupiah yang lebih
efektif diperlukan dukungan informasi secara mingguan,
bulanan, triwulanan, dan tahunan yang tersedia secara
tepat waktu, benar, dan lengkap;
b. bahwa untuk menyediakan informasi secara tepat waktu,
benar, dan lengkap diperlukan pengembangan sistem
pelaporan kantor pusat bank umum;
c. bahwa untuk meningkatkan ketersediaan informasi secara
lebih lengkap, diperlukan penyempurnaan laporan serta
pedoman bagi bank dalam menyusun dan menyampaikan
laporan melalui sistem pelaporan kantor pusat bank
umum;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang Laporan
Kantor Pusat Bank Umum;
2ii
Mengingat : 1. Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/12/PBI/2012
tentang Laporan Kantor Pusat Bank Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 190,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5349);
2. Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 tentang
Uang Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6203);
3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009
tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran
dengan Menggunakan Kartu (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5000) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
14/2/PBI/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 11, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5275);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR TENTANG
LAPORAN KANTOR PUSAT BANK UMUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini yang dimaksud
dengan:
1. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan
termasuk kantor cabang dari bank yang berkedudukan di
luar negeri, serta bank umum syariah dan unit usaha
3ii
syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
yang mengatur mengenai perbankan syariah.
2. Bank Pelapor adalah Bank yang mempunyai kewajiban
menyampaikan laporan kantor pusat bank umum kepada
Bank Indonesia.
3. Sistem Laporan Kantor Pusat Bank Umum, yang
selanjutnya disebut Sistem LKPBU adalah sistem
penerimaan laporan (capturing) yang berbasis web melalui
jaringan ekstranet.
4. Laporan Kantor Pusat Bank Umum yang selanjutnya
disebut Laporan adalah laporan yang disusun dan
disampaikan oleh Bank Pelapor secara mingguan,
bulanan, triwulanan, dan/atau tahunan kepada Bank
Indonesia melalui Sistem LKPBU.
5. Online adalah penyampaian Laporan yang dilakukan
dengan mengirim rekaman data secara langsung melalui
jaringan komunikasi data kepada Bank Indonesia.
6. Offline adalah penyampaian Laporan yang dilakukan
dengan menyampaikan rekaman data dalam bentuk media
perekaman data elektronik kepada Bank Indonesia.
7. Hari Kerja adalah hari kerja Bank Indonesia yang
mewilayahi Bank Pelapor, tidak termasuk pada saat Bank
Indonesia menyelenggarakan kegiatan operasional
terbatas.
BAB II
BANK PELAPOR DAN CAKUPAN LAPORAN
Bagian Kesatu
Bank Pelapor LKPBU
Pasal 2
(1) Bank Pelapor wajib menyampaikan Laporan kepada Bank
Indonesia.
(2) Bank Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
4ii
a. kantor pusat dari Bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional;
b. kantor pusat dari Bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara syariah;
c. kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar
negeri; dan
d. unit usaha syariah.
Bagian Kedua
Cakupan Laporan LKPBU
Pasal 3
Laporan yang disampaikan Bank Pelapor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 meliputi:
a. Laporan yang disusun secara mingguan yaitu laporan
proyeksi arus kas;
b. Laporan yang disusun secara bulanan terdiri atas laporan:
1) kegiatan kustodian;
2) surat kredit berdokumen dalam negeri (SKBDN);
3) penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran dengan
menggunakan kartu (APMK) dan uang elektronik;
4) remittance tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri
dan tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia;
5) mutasi rekening pemerintah;
6) aktivitas Bank sebagai agen penjual produk
non-Bank berupa produk keuangan luar negeri;
7) transaksi perbankan melalui delivery channel
e-banking;
8) structured products berupa data:
a) outstanding transaksi structured products;
b) transaksi structured products yang bermasalah;
9) pejabat eksekutif;
10) jaringan kantor; dan
11) laporan keuangan publikasi bulanan;
c. Laporan yang disusun secara triwulanan terdiri atas
laporan:
1) penyelenggaraan kegiatan APMK dan uang elektronik;
5ii
2) aktivitas Bank sebagai agen penjual produk non-
Bank berupa data:
a) bancassurance; dan
b) reksadana;
3) laporan keuangan publikasi triwulanan; dan
4) penanganan dan penyelesaian pengaduan nasabah;
dan
d. Laporan yang disusun secara tahunan yaitu laporan
tenaga kerja perbankan.
BAB III
FORMAT LAPORAN
Bagian Kesatu
Format Laporan yang Disampaikan ke Bank Indonesia
Pasal 4
Penyusunan Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
mengacu pada pedoman penyusunan dan petunjuk teknis
Laporan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota
Dewan Gubernur ini, dengan menggunakan format sebagai
berikut:
a. Laporan yang disusun secara mingguan berupa laporan
proyeksi arus kas menggunakan form 707;
b. Laporan yang disusun secara bulanan terdiri atas:
1) kegiatan kustodian menggunakan form 101;
2) SKBDN:
a) transaksi SKBDN menggunakan form 201;
b) pembelian wesel SKBDN menggunakan form
202; dan
c) penjualan wesel SKBDN menggunakan form 203;
3) penyelenggaraan kegiatan APMK dan uang elektronik
bulanan:
a) penerbit kartu kredit menggunakan form 301;
b) penerbit selain kartu kredit menggunakan form
302;
6ii
c) acquirer menggunakan form 303;
d) infrastruktur menggunakan form 304;
e) fraud APMK dan uang elektronik mengunakan
form 306;
f) perkembangan layanan keuangan digital (LKD)
menggunakan form 314;
g) transaksi LKD menggunakan form 315;
h) agen LKD menggunakan form 316;
i) permasalahan LKD menggunakan form 317;
j) kartu kredit per regional menggunakan form 318;
k) kartu kredit per sektor usaha menggunakan form
319;
l) kartu kredit per kelompok usia menggunakan
form 320;
m) kartu kredit per kelompok penghasilan
pemegang kartu kredit menggunakan form 321;
n) kartu kredit per limit kartu kredit menggunakan
form 322;
o) kartu kredit berdasarkan jenis transaksi
menggunakan form 323; dan
p) informasi nominal revolving rate menggunakan
form 324;
4) remittance:
a) remittance dari TKI di luar negeri menggunakan
form 401; dan
b) remittance dari TKA di Indonesia menggunakan
form 402;
5) mutasi rekening pemerintah menggunakan form 501;
6) aktivitas keagenan produk keuangan luar negeri
menggunakan form 703;
7) transaksi perbankan melalui delivery channel
e-banking menggunakan form 704;
8) structured products berupa data:
a) outstanding transaksi structured products
menggunakan form 705; dan
b) transaksi structured products yang bermasalah
menggunakan form 706;
7ii
9) pejabat eksekutif:
a) pengangkatan, pergantian, dan pemberhentian
pejabat eksekutif menggunakan form 801; dan
b) riwayat pekerjaan individual pejabat eksekutif
menggunakan form 802;
10) jaringan kantor menggunakan form 807; dan
11) laporan keuangan publikasi bulanan menggunakan
form 901;
c. Laporan yang disusun secara triwulanan terdiri atas:
1) penyelenggaraan kegiatan APMK dan uang elektronik
triwulanan berupa penyelenggara kliring dan/atau
penyelesaian akhir (settlement) menggunakan form
305;
2) aktivitas Bank sebagai agen penjual produk non-
Bank berupa data:
a) bancassurance menggunakan form 701; dan
b) reksadana menggunakan form 702;
3) laporan keuangan publikasi triwulanan
menggunakan form 902;
4) penanganan dan penyelesaian pengaduan nasabah:
a) jenis produk dan permasalahan yang diadukan
menggunakan form 601;
b) pengaduan yang diselesaikan dalam masa
laporan menggunakan form 602;
c) penyebab pengaduan menggunakan form 603;
d) publikasi negatif menggunakan form 604; dan
e) penyelesaian sengketa menggunakan form 605;
dan
d. Laporan yang disusun secara tahunan berupa data tenaga
kerja perbankan terdiri atas:
1) struktur tenaga kerja menurut jenjang informasi
pendidikan, status tenaga kerja, jenis kelamin, usia,
pendidikan, dan jabatan menggunakan form 803;
2) perkembangan jumlah tenaga kerja pensiun, pensiun
dini, dan tenaga kerja yang diberhentikan
menggunakan form 804;
8ii
3) prediksi jumlah kebutuhan pegawai berdasarkan
jenis pekerjaan dan kualifikasi menggunakan form
805; dan
4) jumlah dan pelatihan karyawan menggunakan form
806.
Bagian Kedua
Format Laporan yang Disampaikan oleh Bank Pelapor
Pasal 5
(1) Kantor pusat Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional wajib menyampaikan Laporan
dengan format sebagai berikut:
a. form 101;
b. form 201;
c. form 202;
d. form 203;
e. form 301;
f. form 302;
g. form 303;
h. form 304;
i. form 305;
j. form 306;
k. form 314;
l. form 315;
m. form 316;
n. form 317;
o. form 318;
p. form 319;
q. form 320;
r. form 321;
s. form 322;
t. form 323;
u. form 324;
v. form 401;
w. form 402;
x. form 501;
9ii
y. form 601;
z. form 602;
aa. form 603;
bb. form 604;
cc. form 605;
dd. form 701;
ee. form 702;
ff. form 703;
gg. form 704;
hh. form 705;
ii. form 706;
jj. form 707;
kk. form 801;
ll. form 802;
mm. form 803;
nn. form 804;
oo. form 805;
pp. form 806;
qq. form 807;
rr. form 901; dan
ss. form 902.
(2) Kantor pusat Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah wajib menyampaikan
Laporan dengan format sebagai berikut:
a. form 101;
b. form 201;
c. form 202;
d. form 203;
e. form 301;
f. form 302;
g. form 303;
h. form 304;
i. form 305;
j. form 306;
k. form 314;
l. form 315;
m. form 316;
10ii
n. form 317;
o. form 318;
p. form 319;
q. form 320;
r. form 321;
s. form 322;
t. form 323;
u. form 324;
v. form 401;
w. form 402;
x. form 501;
y. form 601;
z. form 602;
aa. form 603;
bb. form 604;
cc. form 605;
dd. form 701;
ee. form 702;
ff. form 704;
gg. form 707;
hh. form 801;
ii. form 802;
jj. form 803;
kk. form 804;
ll. form 805;
mm. form 806;
nn. form 807;
oo. form 901; dan
pp. form 902.
(3) Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar
negeri wajib menyampaikan Laporan dengan format
sebagai berikut:
a. form 101;
b. form 201;
c. form 202;
d. form 203;
e. form 301;
11ii
f. form 302;
g. form 303;
h. form 304;
i. form 305;
j. form 306;
k. form 314;
l. form 315;
m. form 316;
n. form 317;
o. form 318;
p. form 319;
q. form 320;
r. form 321;
s. form 322;
t. form 323;
u. form 324;
v. form 401;
w. form 402;
x. form 501;
y. form 601;
z. form 602;
aa. form 603;
bb. form 604;
cc. form 605;
dd. form 701;
ee. form 702;
ff. form 703;
gg. form 704;
hh. form 705;
ii. form 706;
jj. form 707;
kk. form 801;
ll. form 802;
mm. form 803;
nn. form 804;
oo. form 805;
pp. form 806;
12ii
qq. form 807;
rr. form 901; dan
ss. form 902.
(4) Unit usaha syariah wajib menyampaikan Laporan dengan
format sebagai berikut:
a. form 301;
b. form 302;
c. form 303;
d. form 304;
e. form 305;
f. form 306;
g. form 314;
h. form 315;
i. form 316;
j. form 317;
k. form 318;
l. form 319;
m. form 320;
n. form 321;
o. form 322;
p. form 323;
q. form 324; dan
r. form 902.
(5) Kewajiban penyampaian form 301, form 302, form 303,
form 304, form 305, form 306, form 314, form 315, form
316, form 317, form 318, form 319, form 320, form 321,
form 322, form 323, dan form 324 sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur sebagai
berikut:
a. Bank Pelapor yang menyelenggarakan kegiatan
sebagai penerbit kartu kredit wajib menyampaikan
form 301, form 306, form 318, form 319, form 320,
form 321, form 322, form 323, dan form 324;
b. Bank Pelapor yang menyelenggarakan kegiatan
sebagai penerbit kartu automated teller machine
(ATM) atau kartu debet wajib menyampaikan form
302 dan form 306;
13ii
c. Bank Pelapor yang menyelenggarakan kegiatan
sebagai penerbit uang elektronik wajib
menyampaikan form 302, form 304, dan form 306;
d. Bank Pelapor yang menyelenggarakan kegiatan
sebagai acquirer kartu kredit wajib menyampaikan
form 303, form 304, form 306, form 318, form 319, form
320, form 321, form 322, dan form 323;
e. Bank Pelapor yang menyelenggarakan kegiatan
sebagai acquirer kartu ATM atau kartu debet
dan/atau acquirer uang elektronik wajib
menyampaikan form 303, form 304, dan form 306;
f. Bank Pelapor yang menyelenggarakan kegiatan
sebagai penyelenggara kliring dan/atau
penyelenggara penyelesaian akhir (settlement) wajib
menyampaikan form 305; dan
g. Bank Pelapor yang menyelenggarakan kegiatan LKD
wajib menyampaikan form 314, form 315, form 316,
dan form 317.
Bagian Ketiga
Format Laporan atas Kegiatan atau Aktivitas Tertentu
Pasal 6
(1) Bank Pelapor yang tidak menyelenggarakan kegiatan
kustodian tidak menyampaikan form 101.
(2) Bank Pelapor yang tidak menyelenggarakan kegiatan
APMK dan uang elektronik tidak menyampaikan form 301,
form 302, form 303, form 304, form 305, form 306, form
314, form 315, form 316, form 317, form 318, form 319,
form 320, form 321, form 322, form 323, dan form 324.
(3) Bank Pelapor yang belum memperoleh persetujuan dari
Bank Indonesia terhadap rencana penyelenggaraan
kegiatan LKD, tidak menyampaikan form 314, form 315,
form 316, dan form 317.
(4) Bank Pelapor yang tidak menyelenggarakan aktivitas
bancassurance tidak menyampaikan form 701.
14ii
(5) Bank Pelapor yang tidak menyelenggarakan aktivitas
sebagai agen penjual reksadana tidak menyampaikan form
702.
(6) Bank Pelapor yang tidak menyelenggarakan aktivitas
keagenan produk keuangan luar negeri tidak
menyampaikan form 703.
(7) Bank Pelapor yang tidak menyelenggarakan transaksi
perbankan melalui delivery channel e-banking tidak
menyampaikan form 704.
(8) Bank Pelapor yang tidak menyelenggarakan kegiatan
structured products tidak menyampaikan form 705 dan
form 706.
BAB IV
PENYAMPAIAN LAPORAN DAN KOREKSI LAPORAN
Bagian Kesatu
Tata Cara Penyampaian Laporan, Form Header, dan/atau
Koreksi Laporan Secara Online
Pasal 7
(1) Sebelum menyampaikan Laporan, Bank Pelapor
melakukan validasi teknis sesuai dengan spesifikasi
sebagaimana ditetapkan dalam pedoman penyusunan dan
petunjuk teknis Laporan sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran.
(2) Bank Pelapor wajib menyampaikan form sesuai dengan
jenis Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
(3) Dalam hal Bank Pelapor tidak memiliki data Laporan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yang wajib
disampaikan selama periode Laporan, Bank Pelapor tetap
wajib menyampaikan Laporan dengan cara
menyampaikan form header.
(4) Kewajiban menyampaikan form header sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tidak berlaku bagi Bank Pelapor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
15ii
Pasal 8
(1) Tata Cara Penyampaian Laporan, form header, dan/atau
koreksi Laporan bagi Bank Pelapor yang melakukan
penggabungan atau peleburan dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. sampai dengan 1 (satu) Hari Kerja sebelum tanggal
operasional pelaksanaan penggabungan atau
peleburan, penyampaian Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan tetap dilakukan secara
terpisah untuk masing-masing Bank Pelapor;
b. sejak tanggal operasional Bank Pelapor hasil
penggabungan atau peleburan, penyampaian
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan
dilakukan oleh Bank Pelapor hasil penggabungan
atau peleburan.
(2) Dalam hal izin penyelenggaraan terkait Pelaporan belum
dicabut oleh otoritas terkait, Bank Pelapor wajib
menyampaikan Laporan kepada Bank Indonesia.
Bagian Kedua
Batas Waktu Penyampaian Laporan, Form Header, dan/atau
Koreksi Laporan Secara Online
Pasal 9
(1) Batas waktu penyampaian Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan yang disusun secara mingguan
diatur sebagai berikut:
a. Bank Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf a pada setiap hari
Jumat.
b. Dalam hal hari Jumat bukan merupakan Hari Kerja
maka Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
a disampaikan kepada Bank Indonesia pada Hari
Kerja sebelumnya:
16ii
(2) Batas waktu penyampaian Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan yang disusun secara bulanan
diatur sebagai berikut:
a. Bank Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf b angka 1, angka 2,
angka 4, angka 5, angka 7, angka 8, angka 9, dan
angka 10 paling lambat 5 (lima) Hari Kerja pada awal
bulan Laporan berikutnya.
b. Bank Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf b angka 11 paling
lambat 5 (lima) Hari Kerja pada awal 2 (dua) bulan
Laporan berikutnya.
c. Bank Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf b angka 3 dan angka
6 paling lambat tanggal 15 pada bulan Laporan
berikutnya.
(3) Batas waktu penyampaian Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan yang disusun secara
triwulanan diatur sebagai berikut:
a. Bank Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf c angka 4 paling
lambat:
1) 5 (lima) Hari Kerja pada awal bulan April untuk
triwulan I;
2) 5 (lima) Hari Kerja pada awal bulan Juli untuk
triwulan II;
3) 5 (lima) Hari Kerja pada awal bulan Oktober
untuk triwulan III; dan
4) 5 (lima) Hari Kerja pada awal bulan Januari
untuk triwulan IV.
b. Bank Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana
17ii
dimaksud dalam Pasal 4 huruf c angka 1 dan angka
2 paling lambat:
1) tanggal 15 bulan April untuk triwulan I;
2) tanggal 15 bulan Juli untuk triwulan II;
3) tanggal 15 bulan Oktober untuk triwulan III;dan
4) tanggal 15 bulan Januari untuk triwulan IV.
c. Bank Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf c angka 3 paling
lambat:
1) tanggal 15 bulan Mei untuk triwulan I;
2) tanggal 15 bulan Agustus untuk triwulan II;
3) tanggal 15 bulan November untuk triwulan III;
dan
4) tanggal 15 bulan April untuk triwulan IV.
(4) Untuk Laporan yang disusun secara tahunan, Bank
Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf d paling lambat tanggal 15 Februari tahun
berikutnya.
(5) Dalam hal batas waktu penyampaian Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c, ayat (3) huruf b dan huruf c, serta
ayat (4) bukan Hari Kerja, penyampaian Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan dilakukan paling
lambat pada Hari Kerja berikutnya.
Bagian Ketiga
Penyampaian Laporan, Form Header, dan/atau Koreksi
Laporan Secara Online
Pasal 10
(1) Sistem LKPBU secara Online digunakan untuk
penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan sampai dengan akhir bulan periode penyampaian
Laporan.
18ii
(2) Khusus untuk laporan proyeksi arus kas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, Sistem LKPBU secara
Online hanya dapat digunakan sampai dengan 2 (dua) Hari
Kerja setelah hari Jumat.
(3) Pelapor dinyatakan telah menyampaikan Laporan, form
header, dan/atau koreksi Laporan kepada Bank Indonesia
yang dibuktikan dengan tanda terima dari Sistem LKPBU.
Bagian Keempat
Penyampaian Laporan, Form Header, dan/atau Koreksi
Laporan Secara Offline
Pasal 11
(1) Penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan yang dilakukan melampaui batas waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dilakukan secara
Offline.
(2) Dalam hal Bank Pelapor mengalami gangguan teknis pada
batas waktu penyampaian Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9, Bank Pelapor wajib
menyampaikan Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan secara Offline kepada Bank Indonesia.
(3) Bank Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis mengenai
gangguan teknis yang dialami yang ditandatangani oleh
pejabat Bank Pelapor yang berwenang pada hari terjadinya
gangguan teknis kepada Bank Indonesia dengan alamat:
a. Departemen Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan, Jl.
M. H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, bagi Bank
Pelapor yang berkedudukan di wilayah kerja Kantor
Pusat Bank Indonesia; atau
b. Departemen Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan, Jl.
M. H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 dengan tembusan
kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat,
bagi Bank Pelapor yang berkedudukan di luar wilayah
kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.
19ii
(4) Bank Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
menyampaikan Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan secara Offline kepada Bank Indonesia dengan
alamat:
a. Departemen Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan, Jl.
M. H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, bagi Bank
Pelapor yang berkedudukan di wilayah kerja Kantor
Pusat Bank Indonesia paling lambat pukul 10.00 WIB
pada Hari Kerja berikutnya; atau
b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang mewilayahi
Bank Pelapor yang berkedudukan di luar wilayah
kerja Kantor Pusat Bank Indonesia paling lambat
pukul 10.00 waktu setempat pada Hari Kerja
berikutnya.
(5) Dalam hal terjadi gangguan teknis di Bank Indonesia,
Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis dan/atau
menggunakan sarana lainnya kepada Bank Pelapor.
(6) Dalam hal gangguan teknis sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) terjadi pada batas waktu penyampaian Laporan,
form header, dan/atau koreksi Laporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9, Bank Pelapor wajib
menyampaikan Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan pada Hari Kerja berikutnya secara Offline.
(7) Bank Pelapor yang tidak dapat menyampaikan Laporan,
form header, dan/atau koreksi Laporan karena keadaan
memaksa (force majeure) wajib segera memberitahukan
secara tertulis disertai penjelasan mengenai penyebab
terjadinya keadaan memaksa (force majeure) yang
ditandatangani oleh pejabat Bank Pelapor yang berwenang
kepada Bank Indonesia dengan alamat:
a. Departemen Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan, Jl.
M. H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, bagi Bank
Pelapor yang berkedudukan di wilayah kerja Kantor
Pusat Bank Indonesia; atau
b. Departemen Pengelolaan dan Kepatuhan Laporan, Jl.
M. H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 dengan tembusan
kepada Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat,
20ii
bagi Bank Pelapor yang berkedudukan di luar wilayah
kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.
BAB VI
TATA CARA PENGENAAN SANKSI
Pasal 12
(1) Bank Pelapor yang terlambat menyampaikan Laporan atau
form header setelah batas waktu penyampaian Laporan
atau form header sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) dan ayat (2) dikenakan sanksi kewajiban
membayar sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)
untuk setiap form per Hari Kerja keterlambatan dan paling
banyak sebesar Rp7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus
ribu rupiah) untuk setiap form.
(2) Bank Pelapor yang terlambat menyampaikan Laporan atau
form header setelah batas waktu penyampaian Laporan
atau form header sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (3) dan ayat (4) dikenakan sanksi kewajiban
membayar sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)
untuk setiap form per Hari Kerja keterlambatan dan paling
banyak sebesar Rp15.000.000,00 (lima belas juta rupiah)
untuk setiap form.
Pasal 13
Bank Pelapor yang terlambat menyampaikan koreksi Laporan
setelah batas waktu penyampaian koreksi Laporan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 namun masih dalam
periode Online sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00
(lima puluh ribu rupiah) untuk setiap form per Hari Kerja
keterlambatan dan paling banyak sebesar Rp750.000,00 (tujuh
ratus lima puluh ribu rupiah) untuk setiap form.
Pasal 14
Bank Pelapor yang menyampaikan koreksi Laporan melebihi
periode Online sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
21ii
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00
(lima puluh ribu rupiah) untuk setiap item data dan paling
banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk setiap
form.
Pasal 15
Selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12, Pasal 13, dan/atau Pasal 14, Bank Pelapor dikenakan
sanksi berupa teguran tertulis dalam hal Bank Pelapor belum
menyampaikan Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 10, dan
Pasal 11 sampai periode penyampaian Laporan berikutnya.
Pasal 16
Bank Pelapor yang tidak menyampaikan pemberitahuan
tertulis perihal gangguan teknis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (3) dan/atau perihal keadaan memaksa (force
majeure) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (7)
dikenakan sanksi teguran tertulis.
Pasal 17
(1) Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14
dilakukan oleh Bank Indonesia dengan cara mendebet
rekening giro rupiah Bank Pelapor pada Bank Indonesia.
(2) Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis kepada
Bank Pelapor mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh
Bank Pelapor dan besarnya sanksi kewajiban membayar
yang dikenakan.
BAB VII
PENYAMPAIAN PERTANYAAN DAN/ATAU KORESPONDENSI
Pasal 18
Dalam hal terdapat pertanyaan yang berkaitan dengan sistem,
materi, dan/atau ketentuan mengenai Laporan, Bank Pelapor
dapat menyampaikan pertanyaan dimaksud kepada BICARA
22ii
Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin Nomor 2 Jakarta 10350, Telp
021-131 atau melalui surat elektronik dengan alamat
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Pada saat Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai
berlaku:
a. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/31/DPNP tanggal
31 Oktober 2012 perihal Laporan Kantor Pusat Bank
Umum;
b. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 17/1/DSta tanggal
26 Januari 2015 perihal Perubahan atas Surat Edaran
Bank Indonesia Nomor 14/31/DPNP tanggal 31 Oktober
2012 perihal Laporan Kantor Pusat Bank Umum; dan
c. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/26/DSta tanggal
22 November 2016 perihal Perubahan Kedua atas Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 14/31/DPNP tanggal 31
Oktober 2012 perihal Laporan Kantor Pusat Bank Umum,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 20
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada
tanggal 1 September 2018.
23ii
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan penempatan
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Agustus 2018
ANGGOTA DEWAN GUBERNUR,
TTD
MIRZA ADITYASWARA
i
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR
NOMOR 20/20/PADG/2018
TENTANG
LAPORAN KANTOR PUSAT BANK UMUM
I. UMUM
Guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan Sistem
LKPBU untuk menghasilkan informasi yang lebih utuh, komprehensif, dan
berkualitas, perlu dilakukan perluasan cakupan kandungan informasi yang
dilaporkan serta penyempurnaan sistem dan tata cara penyampaian
Laporan.
Terkait dengan perluasan cakupan kandungan informasi tersebut
perlu dilakukan penyempurnaan terhadap Pedoman Penyusunan dan
Petunjuk Teknis Laporan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
2ii
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Contoh 1:
Bank Pelapor X melakukan penggabungan dengan Bank Pelapor
Y menjadi Bank Pelapor X yang mulai operasional pada tanggal
22 Juli 2019. Dalam hal ini, kewajiban pelaporan bulanan
dilakukan sebagai berikut:
a. Bank Pelapor X dan Bank Pelapor Y menyampaikan Laporan
pada bulan Juli 2019 yang berisi data bulan Juni 2019;
b. Bank Pelapor X menyampaikan Laporan pada bulan Agustus
2019 yang berisi data bulan Juli 2019 dari Bank Pelapor X
sebelum penggabungan dan dari Bank Pelapor X hasil
penggabungan.
c. Bank Pelapor Y menyampaikan Laporan pada bulan Agustus
2019 yang berisi data tanggal 1 sampai dengan 21 Juli 2019.
Contoh 2:
Bank Pelapor X melakukan penggabungan dengan Bank Pelapor
Y menjadi Bank Pelapor X yang mulai operasional pada tanggal
22 Juli 2019. Dalam hal ini kewajiban pelaporan triwulanan
dilakukan sebagai berikut:
a. Bank Pelapor X dan Bank Pelapor Y menyampaikan Laporan
pada bulan Juli 2019 yang berisi data triwulan II 2019
(akumulasi data bulan April, Mei, Juni 2019);
b. Bank Pelapor X menyampaikan Laporan triwulan III 2019
pada bulan Oktober 2019 yang berisi data bulan Juli 2019
3ii
dari Bank Pelapor X sebelum penggabungan dan dari Bank
Pelapor X hasil penggabungan yang diakumulasikan dengan
data bulan Agustus dan September 2019.
c. Bank Pelapor Y menyampaikan Laporan triwulan III 2019
pada bulan Oktober 2019 yang berisi data tanggal 1 sampai
dengan 21 Juli 2019.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Huruf a
Contoh:
Laporan proyeksi arus kas periode tanggal 6 sampai dengan
tanggal 10 Agustus 2018 disampaikan pada hari Jumat
tanggal 3 Agustus 2018.
Huruf b
Contoh:
Laporan proyeksi arus kas periode tanggal 20 sampai dengan
tanggal 24 Agustus 2018 yang seharusnya disampaikan pada
hari Jumat tanggal 17 Agustus 2018 menjadi disampaikan
pada hari Kamis tanggal 16 Agustus 2018, karena tanggal 17
Agustus 2018 merupakan hari libur.
Ayat (2)
Huruf a
Contoh:
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan kegiatan
kustodian bulan Agustus 2018 disampaikan paling lambat
pada hari Jumat tanggal 7 September 2018.
Huruf b
Contoh:
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan keuangan
publikasi bank bulan Agustus 2018 disampaikan paling
lambat pada hari Jumat tanggal 5 Oktober 2018.
4ii
Huruf c
Contoh:
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan penerbit
kartu kredit bulan Desember 2018 disampaikan paling
lambat pada hari Selasa tanggal 15 Januari 2019.
Ayat (3)
Huruf a
Contoh:
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan
penanganan dan pengaduan nasabah untuk triwulan III
tahun 2018 disampaikan paling lambat tanggal 5 Oktober
2018. Data yang dilaporkan merupakan akumulasi data dari
tanggal 1 Juli 2018 sampai dengan tanggal 30 September
2018.
Huruf b
Contoh:
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan
penyelenggara kliring dan/atau penyelesaian akhir
(settlement) untuk triwulan III tahun 2018 disampaikan
paling lambat tanggal 15 Oktober 2018.
Huruf c
Contoh:
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan keuangan
publikasi Bank untuk triwulan III posisi akhir bulan
September 2018 disampaikan paling lambat tanggal 15
November 2018.
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan keuangan
publikasi Bank untuk triwulan IV posisi akhir bulan
Desember 2018 disampaikan paling lambat tanggal 15 April
2019.
Ayat (4)
Contoh:
Laporan, form header dan/atau koreksi Laporan tenaga kerja
perbankan untuk tahun 2018 disampaikan kepada Bank
Indonesia paling lambat pada tanggal 15 Februari 2019.
5ii
Ayat (5)
Contoh 1:
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan penerbit kartu
kredit bulan Agustus 2018 disampaikan paling lambat hari Senin
tanggal 17 September 2018, karena tanggal 15 September 2018
merupakan hari libur.
Contoh 2:
Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan penyelenggara
kliring dan/atau penyelesaian akhir (settlement) untuk triwulan II
tahun 2018 disampaikan paling lambat hari Senin tanggal 16 Juli
2018, karena tanggal 15 Juli 2018 merupakan hari libur.
Pasal 10
Ayat (1)
Contoh 1:
Bank Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan kegiatan kustodian bulan September
2018 secara Online paling lambat 5 (lima) Hari Kerja pada awal
bulan Oktober 2018. Sistem LKPBU secara Online hanya dapat
digunakan untuk penyampaian Laporan, form header, dan/atau
koreksi Laporan kegiatan kustodian sampai dengan akhir Oktober
2018.
Contoh 2:
Bank Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan bancassurance untuk triwulan III
tahun 2018 secara Online paling lambat tanggal 15 Oktober 2018.
Sistem LKPBU secara Online hanya dapat digunakan untuk
penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan
bancassurance sampai dengan akhir Oktober 2018.
Contoh 3:
Bank Pelapor wajib menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan tenaga kerja perbankan untuk tahun
2018 secara Online paling lambat tanggal 15 Februari 2019.
Sistem LKPBU secara Online hanya dapat digunakan untuk
penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan
tenaga kerja perbankan sampai dengan akhir Februari 2019.
6ii
Ayat (2)
Contoh:
Bank Pelapor menyampaikan Laporan, form header, dan/atau
koreksi Laporan proyeksi arus kas untuk periode tanggal 8
sampai dengan 12 Oktober 2018 secara Online pada hari Jumat
pada tanggal 5 Oktober 2018. Sistem LKPBU secara Online hanya
dapat digunakan untuk penyampaian Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan proyeksi arus kas sampai dengan
tanggal 9 Oktober 2018.
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan gangguan teknis di Bank Pelapor adalah
gangguan yang menyebabkan Bank Pelapor tidak dapat
menyampaikan Laporan, form header, dan/atau koreksi Laporan
secara Online kepada Bank Indonesia, antara lain karena
gangguan pada sistem di internal Bank Pelapor.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Contoh:
Pada tanggal 5 Oktober 2018 Bank Pelapor X mengalami
gangguan teknis sehingga tidak dapat menyampaikan Laporan,
form header, dan/atau koreksi Laporan secara Online. Bank
Pelapor X wajib menyampaikan Laporan, form/header, dan/atau
koreksi Laporan secara Offline paling lambat tanggal 8 Oktober
2018 pukul 10.00 waktu setempat.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan gangguan teknis di Bank Indonesia
adalah gangguan yang menyebabkan Bank Indonesia tidak dapat
menerima penyampaian Laporan, form header, dan/atau koreksi
Laporan secara Online dari Bank Pelapor, antara lain karena
gangguan pada jaringan telekomunikasi dan/atau penyebab
lainnya.
7ii
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (force majeure) adalah
keadaan yang secara nyata menyebabkan Bank Pelapor tidak
dapat menyusun dan menyampaikan Laporan, form header,
dan/atau koreksi Laporan, antara lain kebakaran, kerusuhan
massa, terorisme, bom, perang, sabotase, serta bencana alam
seperti gempa bumi dan banjir.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.