Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

20
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan yang sama dengan anak normal. Hal tersebut telah dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 5 tentang hak dan kewajiban warga Negara. Bunyi Pasal 5 ayat (1) yaitu sebagai berikut: “Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.” Dengan demikian, maka siapapun warga negara baik itu yang terlahir normal maupun yang berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. 1 Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Pendidikan merupakan usaha sadar artinya tindakan mendidik bukan merupakan tidakan refleks atau spontan tanpa tujuan yang jelas, melainkan merupakan tindakan yang rasional, disengaja, disiapkan, direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (1) dinyatakannya bahwa setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh 1 Pasal 5 ayat (1) UU Sistem Pendidikan Nasional

Transcript of Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

Page 1: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Anak Berkebutuhan Khusus mempunyai hak untuk memperoleh

pendidikan yang sama dengan anak normal. Hal tersebut telah dinyatakan dalam

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 5 tentang

hak dan kewajiban warga Negara. Bunyi Pasal 5 ayat (1) yaitu sebagai berikut:

“Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan

yang bermutu.” Dengan demikian, maka siapapun warga negara baik itu yang

terlahir normal maupun yang berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama untuk

mendapatkan pendidikan.1

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003, Pendidikan merupakan usaha sadar artinya tindakan mendidik bukan

merupakan tidakan refleks atau spontan tanpa tujuan yang jelas, melainkan

merupakan tindakan yang rasional, disengaja, disiapkan, direncanakan untuk

mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (1) dinyatakannya

bahwa setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama memperoleh

1 Pasal 5 ayat (1) UU Sistem Pendidikan Nasional

Page 2: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

2

pendidikan. Hal ini menunjukan bahwa anak berkebutuhan khusus juga berhak

memperoleh kesempatan yang sama dengan anak normal lainnya dalam

pendidikan.2

Undang–Undang Tentang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 Pasal

51 menyatakan: “Anak yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan

kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan

pendidikan luar biasa.”3

Berdasar pada Undang-Undang maupun Perda Kabupaten Semarang No. 6

Tahun 2009 maka anak berkebutuhan khusus dengan kelainan fisik, mental,

intelegensi ataupun emosi juga berhak mendapatkan layanan pendidikan seperti

anak normal. Hal ini menunjukkan kewajiban pemerintah untuk

menyelenggarakan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Masih ada anak

berkebutuhan khusus yang tidak dapat mendapatkan haknya untuk mengenyam

pendidikan bahkan ada yang tidak bersekolah dan ada juga yang putus

sekolah.Anak berkebutuhan khusus cenderung diabaikan atau dianak tirikan.

Landasan hukum bagi kewajiban pemerintah terdapat pada Undang-

Undang No. 23 Tahun 2003, Pasal 53 ayat (1) menyatakan bahwa : “Pemerintah

bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-

Cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak

terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di Daerah terpencil.”

Pemda dan/atau masyarakat dapat menyelenggarakan Pendidikan

Menengah layanan tambahan bagi Peserta Didik yang memiliki kebutuhan

2 Pasal 31 ayat (1) UUD 1945

3 Pasal 51 Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Page 3: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

3

khusus karena kelainan fisik, mental, sosial, emosional, dan/atau memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa.4 Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang

mengalami gangguan fisik, mental, intelegensi, dan emosi sehingga membutuhkan

pembelajaran secara khusus.5

Pendidikan nasional dan sistem pendidikan nasional dapat dijumpai dalam

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam

undang-undang ini pendidikan didefinisikan sebagai, "Usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.” Pendidikan nasional didefinisikan sebagai, “Pendidikan yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan Nasional Indonesia

dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.” Sedangkan, yang dimaksud

dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah "Keseluruhan komponen pendidikan

yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.”6

Jadi dengan demikian, sistem pendidikan nasional dapat dianggap sebagai

jaringan satuan-satuan pendidikan yang dihimpun secara terpadu dan dikerahkan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

4 Pasal 24 ayat (1) Perda Kabupaten Semarang No. 6 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Pendidikan 5 Kosasih, Anak Berkebutuhan Khusus, Yrama Widya, Bandung, 2012, h. 1.

6 Pasal 1 ayat (3) UU Sistem Pendidikan Nasional

Page 4: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

4

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional antara lain menegaskan dalam penjelasan Pasal 15

tentang Pendidikan Khusus disebutkan bahwa “Pendidikan Khusus merupakan

pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki

kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan

pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.”7

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dianggap berbeda dengan anak

normal. Ia dianggap sosok yang tidak berdaya yang perlu dikasihani. Pandangan

ini tidak sepenuhnya benar karena setiap anak mempunyai kekurangan juga

kelebihan masing-masing.Anak berkebutuhan khusus memerlukan perhatian, baik

itu dalam bentuk kasih sayang, pendidikan maupun dalam berinteraksi sosial.

Kelainan anak tidak memandang suku atau kasta.

Anak berkebutuhan khusus juga warga negara yang memiliki hak untuk

mendapatkan pendidikan. Hal tersebut sesuai amanat dalam UUD 1945, Pasal 31

ayat (1) bahwa setiap warga negara memperoleh kesempatan yang sama dalam

pendidikan.

Perbandingan penelitian dalam upaya mempertegas alasan skripsi

penulisan sebagai berikut:

Tabel I.1 Perbandingan Skripsi

Nama Happy Nova Eriska

(31 2009 065)

Antan Radityo

(31 2002 054)

7 Pasal 15 UU Sistem Pendidikan Nasional

Page 5: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

5

Nama Happy Nova Eriska

(31 2009 065)

Antan Radityo

(31 2002 054)

Judul Peraturan Daerah No. 6

Tahun 2009 Tentang

Penyelenggaraan Pendidikan

Khususnya (Mengenai Hak

Untuk Memperoleh

Pendidikan Bagi Anak

Autisme)

Pelaksanaan Hak

Pendidikan Anak Di

Dalam Undang-Undang

No. 23 Tentang

Perlindungan Anak Di

Kota Salatiga

Alasan Pemilihan

Judul

Titik tolak penelitian ini pada

Undang-Undang

Perlindungan Anak, penelitian

ini lebih difokuskan pada

layanan pendidikan anak

autisme dalam mendapatkan

pendidikan. Penulis

bermaksud untuk melakukan

penelitian hak anak autisme

dalam mendapatkan layanan

pendidikan dan pengajaran

ditinjau dari Perda No. 6

Tahun 2009, Kab. Semarang.

Titik tolak penelitian ini

pada Undang-Undang

Perlindungan Anak,

penelitian ini lebih

difokuskan pada anak-

anak yang kehilangan

haknya untuk

mendapatkan pendidikan.

Penulis bermaksud untuk

melakukan penelitian hak

anak untuk mendapatkan

pendidikan dan

pengajaran.

Rumusan masalah Apa faktor-faktor yang 1. Bagaimana

Page 6: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

6

Nama Happy Nova Eriska

(31 2009 065)

Antan Radityo

(31 2002 054)

mempengaruhi pelaksanaan

Perda No. 6 Tahun 2009

Kabupaten Semarang??

pemahaman

pemerintah kota

(pihak-pihak terkait),

orang tua, dan anak-

anak tentang hak

untuk mendapatkan

pendidikan seperti

diatur UU

Perlindungan Anak?

2. Apa hambatan2

dalam upaya

mewujudkan hak

anak untuk

pendidikan di Kota

Salatiga?

Tujuan Penelitian Mengetahui Apa faktor-

faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan Perda No. 6

Tahun 2009 Kabupaten

Semarang?

1. Mengetahui sejauh

mana tanggung jawab

pemerintah Kota

Salatiga dalam

memberikan sarana

dan prasarana

Page 7: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

7

Nama Happy Nova Eriska

(31 2009 065)

Antan Radityo

(31 2002 054)

pendidikan bagi anak-

anak yang bekerja

dipasar.

2. Untuk

mendeskripsikan

tentang berbagai

hambatan dalam

upaya untuk

mendapatkan hak

anak untuk

pendidikan di Kota

Salatiga.

Definisi Operasional Anak Autisme adalah: anak

yang mengalami gangguan

perkembangan yang terjadi

pada anak yang mengalami

kondisi menutup diri yang

menyebabkan anak

mengalami keterbatasan dari

segi komunikasi, interaksi

sosial, dan perilaku di

Anak-anak yang

kehilangan haknya untuk

mendapatkan pendidikan.

penulis bermaksud untuk

melakukan penelitian hak

anak untuk mendapatkan

pendidikan dan

pengajaran. Anak yang

dimaksud di sini adalah

Page 8: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

8

Nama Happy Nova Eriska

(31 2009 065)

Antan Radityo

(31 2002 054)

wilayah. Kabupaten

Semarang

anak-anak yang bekerja

di pasar pada wilayah

Kota Salatiga.

Antan Radityo, dalam penelitiannya pada Undang-undang Perlindungan

Anak, penelitian ini lebih difokuskan pada anak-anak yang kehilangan haknya

untuk mendapatkan pendidikan. Penulis bermaksud untuk melakukan penelitian

hak anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran.8 Penelitian tersebut

mengupas sejauh mana tanggung jawab pemerintah Kota Salatiga dalam

memberikan sarana dan prasarana pendidikan bagi anak-anak yang bekerja di

pasar, mendeskripsikan tentang berbagai hambatan dalam upaya untuk

mendapatkan hak anak untuk pendidikan di Kota Salatiga. Penelitian tersebut

dilakukan untuk anak normal dalam arti tidak mengalami cacat emosional, fisik

atau mental. Bagaimana perwujudan hak anak tersebut, mengapa anak tersebut

masuk sekolah luar biasa, apa faktor penyebabnya, serta bagaimana anak autis

mendapatkan layanan pendidikan akan menjadi kupasan penelitian.

Pada penelitian ini peneliti akan mengulas tentang anak berkebutuhan

khusus yaitu anak yang mengalami gangguan fisik, mental, intelegensi atau emosi

dalam hubungannya dengan Perda Kabupaten Semarang No. 6 Tahun 2009

tentang Penyelenggaraan Pendidikan Paragraf Ketiga mengatur tentang

Pendidikan Menengah Layanan Tambahan dan Khusus tentang Penyelenggaraan

8 Stefanus Antan Radhityo (312002054), Pelaksanaan Hak Pendidikan Anak di Dalam UU No. 23

Tentang Perlindungan Anak di Kota Salatiga

Page 9: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

9

Layanan Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus oleh pemerintah dan

masyarakat, lebih khusus Perda Kabupaten Semarang No. 6 Tahun 2009 mengatur

mengenai anak autisme diatur dalam beberapa Pasal di bawah ini :

1. Pasal 1 ayat (22) mengenai pendidikan khusus diselenggarakan secara inklusif

pada Satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan

Menengah.

2. Pasal 5 ayat 1 jalur pendidikan tediri atas Pendidikan Formal, Non Formal,

dan Informal yang dapat saling melengkapi.

3. Pasal 12 ayat (2) huruf b dan ayat (4) mengenai penyelenggaraan pendidikan

bagi anak usia dini yang menjadi urusan wajib dari Pemda dan dilaksanakan di

setiap Kecamatan.

4. Pasal 16 ayat (2) huruf a dan b mengenai penyelenggaraan pendidikan dasar

bagi anak berkebutuhan khusus (SDLB dan SMPLB) yang dapat

diselenggarakan Pemda.

5. Pasal 19 ayat (1) pemerintah daerah dan masyarakat menyelenggarakan dapat

pendidikan dasar layanan bagi anak berkebutuhan khusus karena kelainan

fisik, mental, sosial, emosional, atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat

istimewa.

6. Pasal 21 ayat (3) huruf c mengamanatkan pendidikan menengah (SMALB).

7. Pasal 24 ayat (1) mengenai pendidikan layanan tambahan dan khusus bagi

anak-anak yang berkebutuhan khusus yang dapat diselenggarakan oleh

Pemerintah dan atau masyarakat.

Page 10: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

10

Dari beberapa Pasal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa Pemda hanya

wajib menyelenggarakan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus hanya pada

aras Pendidikan Anak Usia Dini saja, sedangkan untuk pendidikan dasar sampai

dengan pendidikan menengah dan pendidikan tambahan khusus bukan merupakan

urusan wajib Pemda, tetapi Pemda dapar menyelenggarakannya sesuai dengan

kemampuan keuangan dari Pemda.

Berdasar payung hukum yang ada bahwa anak berkebutuhan khusus juga

berhak memperoleh layanan pendidikan dan fakta tentang anak berkebutuhan

khusus yang terabaikan.Maka penulis ingin menitik beratkan penelitian tentang

Perda No. 6 Tahun 2009 yang dikaitkan dengan perwujudan hak anak

berkebutuhan khusus terutama anak autisme dalam memperoleh pendidikan.

Dengan fokus tersebut penulis tertarik untuk mengangkat judul ”Pelaksanaan

Peraturan Daerah Kabupaten Semarang No. 6 Tahun 2009 Tentang Hak

Untuk Memperoleh Pendidikan Bagi Anak Autisme.”

Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari perbedaan

interpretasi makna terhadap hal yang bersifat esensial yang dapat menimbulkan

kerancuan dalam mengartikan judul, maksud dari penelitian serta digunakan

sebagai penjelas secara redaksional agar mudah dipahami. Definisi operasional

meliputi :

1. Hak

Selain hak anak sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 UU No. 23 Tahun

2002, khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh

Page 11: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

11

pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga

berhak mendapatkan pendidikan khusus.

2. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

3. Pendidikan Khusus

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelaianan

fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki kecerdasan dan bakat istimewa.

Contoh dalam hal ini misalnya pendidikan luar biasa untuk anak tuna rungu,

pendidikan untuk anak tuna grahita, pendidikan untuk tunanetra.

4. Anak Berkebutuhan Khusus

Anak yang mengalami gangguan fisik, mental, intelegensi, dan emosi

sehingga memerlukan pembelajaran khusus.

5. Autisme

Gangguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami

kondisi menutup diri yang menyebabkan anak mengalami keterbatasan dari segi

komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.

Page 12: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

12

Bagaimana proses pembelajaran pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus lebih fokus pada anak autisme dan hambatan layanan pendidikan bagi

anak autisme di Kabupaten Semarang. Apakah anak autisme sudah mendapat

layanan pendidikan dengan baik sebagai hak anak, bagaimana sarana prasarana

pendidikan bagi anak autis, bagaimana ketersediaan pendidik bagi anak autis di

Kabupaten Semarang.

Berdasar payung hukum yang ada bahwa anak berkebutuhan khusus juga

berhak memperoleh layanan pendidikan dan fakta tentang anak berkebutuhan

khusus yang terabaikan. Maka penulis ingin menitik beratkan penelitian tentang

Perda No. 6 Tahun 2009 yang dikaitkan dengan perwujudan hak anak

berkebutuhan khusus terutama anak autisme dalam memperoleh pendidikan.

Dengan fokus tersebut penulis tertarik untuk mengangkat judul, ”Pelaksanaan

Perda No. 6 Tahun 2009 Kabupaten Semarang Tentang Hak Untuk Memperoleh

Pendidikan Bagi Anak Autisme.”

Keadaan ini jelas memerlukan pendekatan khusus dalam memberikan

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Data yang penulis peroleh tentang

anak berkebutuhan khusus dari survey pra penelitian menunjukkan bahwa di Desa

Harjosari, Kecamatan Bawen penulis temukan ada 1 anak berkebutuhan khusus

yang tidak sekolah, di kelurahan Gowongan, Kecamatan Ungaran Barat terdapat 1

anak, di Desa Jambu, Kecamatan Jambu penulis temui 2 anak berkebutuhan

khusus belum masuk ke Sekolah Luar Biasa.9

9 Wawancara dengan Bakor PLB Kab. Semarang, pada tanggal 15 Juni 2013

Page 13: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

13

Berdasar fakta lapangan upaya mensukseskan wajib belajar, dipandang

perlu meningkatkan perhatian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus, baik

yang telah memasuki sekolah umum tetapi belum mendapatkan pelayanan

pendidikan khusus maupun anak-anak berkebutuhan khusus yang belum sempat

mengenyam pendidikan sama sekali karena tidak diterima di sekolah terdekat atau

karena lokasi Sekolah Luar Biasa. Bagaimana bentuk perwujudan hak anak

berkebutuhan khusus dalam memperoleh pendidikan perlu dicermati lebih

mendalam. Anak berkebutuhan khusus perlu diberi kesempatan dan peluang yang

sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah

terdekat, sudah tentu sekolah terdekat tersebut perlu dipersiapkan segala

sesuatunya baik mengenai program perencanaan pendidikan, fasilitas yang ada

dan bagaimana guru-guru di Sekolah Luar Biasa.

Dasar Hukum Perda Kabupaten Semarang yang mengatur tentang

pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus yaitu Perda Nomor 6 Tahun

2009 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Dalam Bab III , Pasal 24 ayat (1)

Perda Kabupaten Semarang yang berbunyi : “Pemda dan/atau masyarakat dapat

menyelenggarakan Pendidikan Menengah layanan tambahan bagi peserta didik

yang memiliki kebutuhan khusus karena kelainan fisik, sosial, mental, emosional

dan / atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.” Pasal tersebut

mengatur tentang pendidikan bagi peserta didik yang mempunyai kebutuhan

khusus karena kelainan fisik, sosial, emosional dan /atau memiliki potensi

Page 14: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

14

kecerdasan dan bakat istimewa.10

Pasal tersebut menjelaskan bahwa pemerintah

dan masyarakat bertanggung jawab tentang terselenggaranya pendidikan bagi

anak berkebutuhan khusus.

Pendidikan Luar Biasa adalah Pendidikan khusus untuk peserta didik yang

berkelainan yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa Satuan Pendidikan

khusus pada Satuan Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan

PendidikanMenengah.

Latar belakang fakta dan data yang menunjukkan adanya anak

berkebutuhan khusus yang belum masuk sekolah serta ada anak berkebutuhan

khusus yang sudah masuk pada SLB yang tersebar di Kabupaten Semarang yaitu

di SLB Negeri Ungaran, SLB-A Putera Mandiri Ungaran, SLB Dharma Bhakti

Bergas, SLB Bina Putra Ambarawa, dan SLB Muhammadiyah Susukan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat (1) menyebutkan setiap warga negara

mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, serta

adanya Perda yang mengatur tentang penyelenggaraan sekolah luar biasa bagi

anak berkebutuhan khusus demi pemerataan pendidikan.11

Maka penulis akan

melakukan penelitian tentang layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus

sebagai implementasi Perda Nomor 6 Tahun 2009, Kabupaten Semarang.

Anak berkebutuhan khusus mencakup: autisme, cereblal palsy, down

syndrome, indigo, kesulitan belajar, sindrom asperger, thalassemia, tunadaksa,

10

Pasal 24 ayat (1) Perda Kab. Semarang Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan

Pendidikan. 11

Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Page 15: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

15

tunagrahita, tunalaras, tunanetra, tunarungu.12

Mengingat banyaknya jenis anak

berkebutuhan khusus maka demi kecermatan penelitian peneliti lebih mengarah

kelainan tentang autisme. Autisme adalah gangguan perkembangan yang terjadi

pada anak yang mengalami kondisi menutup diri. Gangguan ini mengakibatkan

anak mengalami keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial dan perilaku.13

Realitas pelaksanaan Perda tersebut dalam memberikan layanan terhadap

anak autisme. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana bagi mereka,

bagaimana perencanaan dan pelaksanaan program pendidikan bagi anak autisme,

kendala apa yang dihadapi dan bagaimana sinkronisasinya dengan Perda tersebut

akan menjadi fokus penelitian. Fokus yang dimaksud adalah mengetahui

pelaksanaaan proses pembelajaran pendidikan bagi anak autisme di Kabupaten

Semarang dan mengetahui hambatan layanan pendidikan bagi anak autisme di

Kabupaten Semarang.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pada permasalahan, dalam penelitian ini secara

khusus, pokok-pokok permasalahan yang ingin dibahas tentang layanan anak

autisme yang dikaitkan dengan Perda No. 6 Tahun 2009, pada penelitian ini

adalah sebagai berikut: Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Perda

No. 6 Tahun 2009 Kabupaten Semarang?

1. Tujuan Penelitian

12

Kosasih, Anak Berkebutuhan Khusus, Yrama Widya, Bandung, 2012, H. 3-5. 13

Kosasih, Anak Berkebutuhan Khusus, Yrama Widya, Bandung, 2012, h.3.

Page 16: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

16

Dalam penelitian ini penulis lakukan dengan tujuan sebagai berikut:

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Perda No. 6 Tahun

2009 Kabupaten Semarang.

2. Manfaat Penelitian

Setelah penulis menyelesaikan kajian ilmiah tentang Pelaksanaan Perda

No.6 Tahun 2009 Kabupaten Semarang, Tentang Penyelenggaraan Pendidikan

Dikaitkan dengan Perwujudan Hak Anak Autisme, manfaat yang diharapkan

yaitu:

2.1 Dari sudut akademik:

a. Sebagai kajian hukum implementasi Perda No. 6 Tahun 2009,

khususnya , mengenai layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus.

b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang perwujudan

perlindungan pendidikan anak berkebutuhan khusus terutama bagi

anak autisme.

c. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang layanan

pendidikan anak autisme di Kabupaten Semarang.

2.2 Dari sudut sosial praktis:

a. Bagi Pemkab, sebagai masukan atas pelaksanaan Perda No. 6 Tahun

2009 di Kabupaten Semarang.

Page 17: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

17

b. Bagi peneliti, merupakan bahan informasi, untuk memahami

perwujudan hak anak berkebutuhan khusus dalam memperoleh

pendidikan.

c. Bagi para orang tua, merupakan bahan masukan sebagai langkah yang

strategis dan dinamis dalam pemenuhan hak di lingkungan keluarga,

khususnya keluarga yang mempunyai putra/putri abnormal

(berkebutuhan khusus).

3. Metode Penelitian

Dalam rangka penulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian yang

berfungsi sebagai pedoman dalam upaya memperoleh data dan informasi yang

valid untuk penelitian, antara lain:

3.1 Metode Pendekatan

Yuridis sosiologis, yaitu penelitian yang mengamati bagaimana hukum

diterapkan, digunakan dan dipakai dalam masyarakat, karena pada saat hukum itu

dijalankan dalam masyarakat, maka terjadilah interaksi antar hukum dan perilaku

masyarakat yang menggunakannya. 14

5.2 Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah metode deskritif menuju eksploratif,

karena penelitian deskriptif sebagai langkah pertama penelitian yang lebih

14

Rahardjo Satjipto, Sosiologi Hukum (Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah), Surakarta,

Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2002, h.109.

Page 18: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

18

mendalam untuk penelitian eksploratif. Disini penulis terjun langsung ke lapangan

untuk melakukan penelitian dan menggali data dari berbagai pihak diantaranya

orang tua dari anak berkebutuhan khusus.

Dari penelitian eksploratif dimungkinkan untuk memulai penelitian

deskriptif yang bertujuan untuk menganalisis data yang ada seteliti mungkin

dengan tujuan menguraikan secara sistematis serta menjelaskan keadaan yang

sebenarnya.15

5.3 Sumber Data

Penulis menggunakan sumber data yang berasal dari:

a. Data Primer yaitu metode pengumpulan data yang di lakukan melalui

wawancara langsung. Wawancara langsung dilakukan dengan

mempersiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan sebagai pedoman untuk

mendapatkan informasi sesuai dengan situasi dan kodisi yang sebenarnya.

Wawancara dilakukan terhadap Ketua Bakor LB Kab. Semarang, SLB N

Ungaran, Diknas Kab. Semarang, orang tua dari anak berkebutuhan

khusus dan guru-guru SLB.

b. Data Sekunder yaitu metode pengumpulan data melalui penelitian

kepustakaan. Dalam penulisan ini data sekunder diperoleh dari studi

literatur, undang-undang, ketentuan-ketentuan mengenai hak-hak anak

berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan, Perda No. 6 Tahun

2009 dan Peraturan Perundang-undangan lainnya yang mendukung.

15

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta, Ghalia

Indonesia, 1982, h. 117.

Page 19: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

19

c. Unit Amatan dan Unit Analisis

- Unit amatan dari penelitian ini yaitu: Undang-undang Perlindungan

Anak, Perda Kab. Semarang No. 6 Tahun 2009, Orang Tua dari anak

berkebutuhan khusus, Ketua Bakor LB Kab. Semarang, Diknas Kab.

Semarang dan guru-guru SLB.

- Unit analisis: Pelaksanaan Perda No. 6 Tahun 2009 Kabupaten

Semarang Tentang Hak Untuk Memperoleh Pendidikan bagi Anak

Autisme.

5.4 Metode Kualitatif

Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural

setting) dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Oleh

karena penelitian ini disebut kualitatif. Metode kualitatif berusaha

memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku

manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.

Responden dalam metode kualitatif berkembang terus (snowball)

secara bertujuan (purposive) sampai data yang dikumpulkan dianggap

memuaskan. Alat pengumpul data atau instrument penelitian dalam

metode kualitatif ialah si peneliti sendiri. Jadi, peneliti merupakan key

instrument, dalam mengumpulkan data, si peneliti harus terjun sendiri ke

lapangan secara aktif. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah

wawancara ke TKLB/SDLB/SMPLB/SMALB Kabupaten Semarang

Tahun 2013.

Page 20: Peratuaran Daerah No.6 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan ...

20

5.5 Teknik Penyajian Data

Tujuan penelitian dapat dicapai dan disimpulkan, maka data yang

terkumpul mengenai Pelaksanaan Perda No. 6 Tahun 2009 Kabupaten

Semarang Tentang Hak Untuk Memperoleh Pendidikan Bagi Anak

Autisme dilakukan dengan melalui beberapa kegiatan. Pengumpulan data

kemudian diperiksa dan diteliti sehingga data dapat

dipertanggungjawabkan sesuai kenyataan. Kegiatan ini dilakukan agar

kelengkapan jawaban yang diterima, jelas, konsisten jawaban atau

informasi, relevansi bagi penelitian yang dilakukan, maupun keragaman

data yang diterima oleh peneliti dapat dijamin akurat.

5.6 Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan bersifat kualitatif, yaitu

analisa yang tidak mendasarkan pada data yang eksak dalam bentuk

angka-angka melainkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan saja. Data

yang diperoleh dikumpulkan dan disusun secara sistematis kemudian

diadakan analisa data secara kualitatif berdasarkan disiplin ilmu hukum

dan dibantu dengan ilmu sosial lainnya baru diterapkan dalam bentuk

penulisan skripsi. Disamping itu hanya hasil-hasil penelitian yang

dipandang relevan akan dipilih untuk menyusun kesimpulan akhir.