peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

download peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

of 44

Transcript of peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    1/44

    PERAN TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH

    DALAM IMPLEMENTASI LITERASI INFORMASI

    DI INDONESIA:

    KAJIAN TERHADAP TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH

    YANG TELAH MENGIKUTI PELATIHAN LITERASI INFORMASI)

    Oleh:

    Hanna Chater ina George

    M l Eko Wiyant i

    Dwi Retno Wida ty

    PUSAT PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN PENGKAJIAN MINAT BACA

    DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA PERPUSTAKAAN

    PERPUSTAKAAN NASIONAL RI

    2011

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    2/44

    K A TA PEN G A N TA R

    Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca berdasarkan

    Surat Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI No. 3 Tahun 2001 mempunyai

    tugas pokok salah satunya adalah melaksanakan pembinaan dan pengembangan

    perpustakaan serta melakukan pengkajian, pembakuan dan akreditasi. Untuk itu telah

    dilakukan berbagai upaya, baik secara langsung maupun tidak langsung, salah satu

    upaya agar dapat melakukan pembinaan dan pengembangan perpustakaan secara tepat

    ma ka dilakukan k ajian literasi informasi perpustakaan sekolah.

    Penerapan literasi informasi telah membawa perubahan terhadap peran dan

    fung si perpustakaan sekolah. Tugas tenaga perpustakaan sekolah bukan lagi sebagai

    penjaga buku, memantau peminjaman dan pengembalian buku atau mengatur buku-

    buku di rak. Tenaga perpustakaan sekolah saat ini dan kedepan mem punyai tugas

    yang lebih penting dan strategis sebagai pekeija informasi professional yang

    meng elola informasi dari koleksi perpustakaan. Salah satu tugasnya yang berkaitan

    dengan hal ini adalah memperkenalkan kepada komunitas sekolah khususnya kepada

    peserta didik dan pendidik tentang bagaiman a mereka berinteraksi dengan inform asi.

    Salah satu program kegiatan perpustakaan yang dapat dilakukan bagi peserta

    didik dan pendidik dalam kaitan dengan interaksi dengan informasi ini adalah

    program literasi informasi. Program kegiatan literasi infomrasi adalah sebuah kegiatan

    yang bertujuan agar peserta didik men jadi orang-orang yan g melek informasi. Orang

    yang melek informasi adalah orang yang mampu menyadari kapan informasi

    diperlukan dan ia jug a mempunyai kemam puan untuk menem ukan, meng evaluasi dan

    men ggunaka n informasi tersebut secara efektif. Literasi informasi jug a merupakan

    pra-syarat dalam masyarakat informasi dan merupakan hak asasi manusia untuk

    belajar sepanjan g hayat.

    Kajian ini merupakan suatu penelitian yang bersifat deskriptif dalam arti

    bahwa hasil kajian ini mampu memberikan gambaran atau keadaan tertentu dengan

    cara mengembangkan konsep dan menghimpun fakta dari data yang terkumpul.

    Diharapkan Kajian ini merupakan bentuk kontribusi nyata dalam pengembangan

    program literasi informasi di sekolah-sekolah di Indonesia yang dapat memberikan

    i

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    3/44

    masukan kepada pembuat keputusan agar implementasi literasi informasi dapat

    diterapkan dengan lebih menyeluruh.

    Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dan bekerjasama didalam

    penyusunan Kajian Literasi Informasi Perpustakaan Sekolah ini kami sampaikan

    terimakasih.

    Jakarta, 2011

    Dra. Sri Sularsih, M . Si

    Kepala Perpustakaan N asional RI

    ii

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    4/44

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR i 

    DAFTAR ISI iii 

    BAB I PENDAHULUAN 1 

    1.1 Latar Belakang 4 

    1.2 Perumusan Masalah 4 

    1.3 Fokus Penelitian 4 

    1.4 Tujuan 4 

    1.5 Ma nfaat 5 

    1.6 Metod e penelitian 5 

    1.7 Da ftar Istilah 5 

    BAB II TINJAUAN LITERATUR 6 

    2.1 Literasi Informasi 6 

    2.2 Sejarah Singkat Perkemban gan Literasi Inform asi 8 

    2.3 Perpustakaan Sekolah dan Literasi Informasi 9 

    BAB III METOD OLOGI PENELITIAN 16

    A Jenis Penelitian 16

    B Populasi 16

    C Responden 16

    D Teknik Pengum pulan Data 17

    E Instrumen 17

    F Analisis Data 18 

    iii

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    5/44

    BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHA SAN 19

    4.1 Analisa Responden 19

    4.1.1 Proses Seleksi 19

    4.1.1.1 Seleksi Tahap 1 19 

    4.1.1.2 Seleksi Tahap 2 20 

    4.1.1.3 Seleksi Tahap 3 21 

    4.1.1.4 Seleksi Tahap 4 21

    Medan International School (MIS) 22

    A. Sekolah Menen gah Pertama (SMP) dan Sekolah Men engah Atas (SMA)

    Sutomo Medan 23

    B. Sekolah Ciputra Surabaya 25 

    C. Sekolah Men engah Atas (SMA) Santa Maria Surabaya 27 

    D. Sekolah Dian Harapan (SDH) Mak assar 29 

    E. Sekolah Men engah Atas Negeri (SMA N) 17 M akassar 30

    F. 4.1.1.5 Seleksi tahap 5 (akhir) 32 

    4.2 Peran Tenaga Perpustakaan Sekolah dalam Implem entasi Literasi Info rm asi .... 32 

    4.2.1 R dari Med an International School (MIS) 32

    4.2.2 E dari Sekolah Ciputra Surabaya 35 

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 41 

    5.1 Kesimpulan 41 

    5.2 Saran 42

    DAFTAR PUSTAKA 43 

    iv

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    6/44

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    7/44

    RI. Berbagai pelatihan jug a telah dilakukan oleh Perpustakaan Nasional dan ban yak

    pihak terkait seperti Kementerian Pendidikan Nasional serta berbagai instasi

    pendidikan di sekolah dan universitas serta organisasi profesi.

    Salah satu organisasi profesi yang mempunyai kepedulian terhadap

    implementasi literasi informasi ini adalah Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah

    Indonesia (APISI). Organisasi APISI ini dapat dikatakan sebagai salah satu organisasi

    profesi yang pertama kali mengkampanyekan kegiatan penerapan literasi informasi

    sebagai inisiatif dari tenaga pustakawan sekolah. Sejak pertama kali berdiri, tahun

    2006, APISI konsisten mengadakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan literasi

    informasi. Hal itu mendorong beberapa pihak untuk mulai melihat kaitan antara

    literasi informasi dan pekerjaan tenaga perpustakaan sekolah di Indonesia. Berbagai

    kajian tentang literasi informasi mulai bertumbuh seiring dengan kampanye literasi

    informasi yang dibawa APISI ke daerah-daerah yang tercakup dalam sekolah-sekolah

    j ej aringnya.

    Salah satu kegiatan dalam kaitan dengan pengembangan konsep literasi

    informasi ini yaitu pelaksaan Indonesia Wo rkshop on Information Literacy  pada tahun

    2008. APISI dengan dukungan penuh dari  International Federation of Library

    Associations and Institutions  (DFLA) dan  Action for Developm ent throug h Libraries

    Program  (ALP) mengadakan pelatihan literasi informasi yang menghasilkan sebuah

    dokumen yang berjudul

      Aplikasi Literasi Informasi dalam Kurikulum Nasional

    KTSP): Contoh Penerapan untuk Tingkat SD, SMP dan SMA.  Dokumen ini

    mengambil secara sampel acak Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) SD, SMP,

    SMA dan SMK dari berbagai sumber serta mencoba menganalisa seberapa jauh RPP

    ini mengand ung unsur kegiatan literasi inform asi. Hasilnya, unsur-un sur kegiatan

    literasi informasi tidak ditemukan secara utuh dalam setiap mata pelajar an. Hal ini

    disebabkan tidak adanya kesadaran dari pihak manajemen sekolah tentang pentingnya

    2

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    8/44

    literasi informasi yang terintegrasi dalam RPP, serta waktu yang terlalu pendek bagi

    pendidik untuk menuntaskan mata pelajaran yang harus disampaikan kepada peserta

    didik dalam suatu kurun waktu yang telah ditentukan. Doku men ini meny arankan

    agar literasi informasi diintegrasikan dalam kurikulum nasional Indonesia yaitu KTSP

    secara global dan memasukkan keterampilan ini dalam silabus dan RPP (APISI:2008,

    hal 64-65)

    Salah satu penelitian literasi informasi di tingkat universitas telah dilakukan

    oleh Laely Wahyuli tahun 2008 dalam tesisnya yang berju dul   Ketrampilan Instruktur

    Materi Information Literacy IL): studi kasus program Orientasi Belajar M ahasiswa

    OBM) Universitas Indonesia.  Penelitian ini mengupas keterampilan para instruktur

    yang memberikan sesi literasi informasi kepada mahasiswa baru di Universitas

    Indonesia. Penelitian ini jug a menyebu tkan bahwa pelatihan bagi instruktur literasi

    informasi merupakan salah satu sumber penting untuk memperlengkapi keterampilan

    literasi informasi mereka. Hal ini meng uatkan kajian yang akan dilakukan ini,

    mengingat tenaga perpustakaan sekolah adalah instruktur literasi informasi bagi para

    peserta didik di sekolah.

    Setelah lima tahun mengenalkan literasi informasi sebagai salah satu peran

    perpustakaan sekolah, sudah saatnya kajian literasi informasi di Indonesia ditinjau

    lebih jauh berkaitan dengan penerapannya yang beragam di sekolah-sekolah di

    Indonesia.

    Meski sudah beberapa tahun diperkenalkan di Indonesia, belum ada satu

    sekolah pun yang bisa menjadi model dalam penerapan literasi informasi khususnya

    berkaitan dengan peran tenaga perpustakaan sekolahnya. Untuk itu perlu ditemukan

    praktik-praktik terbaik di beberapa sekolah yang bisa diramu untuk menjadi contoh

    penerapan bagi sekolah-sekolah lainnya. Tamb ahan lagi, bahw a dalam Peraturan

    Menteri Pendidikan Nasional tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan

    3

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    9/44

    Sekolah Madrasah yang mencantumkan literasi informasi sebagai salah satu dimensi

    kom petensi yang harus dimiliki oleh tenaga perpustakaan sekolah.

    Dalam interaksi dengan peserta seminar dan pelatihan, APISI sering

    menemukan komentar atau pandangan peserta yang menunjukkan konsep literasi

    informasi yang dipahami secara sepotong-sepotong. Hal ini menyebabkan

    implementasi literasi informasi tidak utuh. Dalam praktiknya, tidak jarang tenaga

    perpustakaan sekolah mengalam i kebingungan dalam penerapan literasi inform asi di

    sekolah, khususnya berkaitan dengan peran dan posisi profesinya sebagai tenaga

    perpustakaan sekolah.

    1.2 Perum usan Ma salah

    Dengan demikian, maka perumusan masalah untuk kajian ini adalah:

    "Bagaimana peran tenaga perpustakaan sekolah yang pernah mengikuti pelatihan

    literasi informasi mengadakan program literasi inform asi kepada peserta d idik? "

    Penerapan literasi informasi di sekolah belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan

    model literasi informasi yang disampaikan pada International Workshop On

    Information Literacy tahun 2008.

    1.3 Fokus penelitian:

    Gambaran tentang peran tenaga perpustakaan sekolah yang pernah mengikuti

    pelatihan literasi informasi dalam mengadakan program literasi informasi kepada

    peserta didik yang dilaksanakan di Denpasar, Makassar, Med an, Surabaya dan Jakarta.

    1.4 Tujuan:

    1. Untuk mendapatkan gambaran peran tenaga perpustakaan sekolah dalam penerapan

    program literasi informasi di sekolah yang telah mengaplikasikan program literasi

    informasi

    2. Untuk mendapat gambaran hal-hal apa yang menjadi hambatan implementasi

    literasi informa si dalam kegiatan yang dilakukan oleh tenaga perpustakaan sekolah

    3. Untuk mendapat gambaran hal-hal apa yang menjadi penunjang implementasi

    literasi inform asi dalam kegiatan yang dilakukan oleh tenaga perpustakaan sekolah

    4

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    10/44

    1.5 Manfaat:

    • Sebagai bentuk kontribusi nyata dalam pengem bangan program literasi informasi di

    sekolah-sekolah di Indonesia.

    • Sebagai kajian yang mem berikan masukan kepada pem buat keputusan agar

    implementasi literasi inform asi dapat diterapkan d engan lebih meny eluruh

    1.6 M etode penelitian

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode ku alitatif deskriptif.

    Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang menampilkan hasil dan

    mengo lah data yang sifatnya deskriptif seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan ,

    foto, rekaman video dan lain sebagainya (Poerwandari, 20 01:64)

    Populasi penelitian ini adalah peserta tenaga perpustakaan sekolah (pustakawan

    sekolah) di Indonesia.

    Sampel dipilih dari mereka yang sudah mengikuti "Workshop on Information

    Literacy"yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia

    (APISI) bekeija sama dengan IFLA tahun 2008.

    1.7 Da fta r istilah

    1. Tenaga Perpustakaan Seko lah (TPS): pustakawan sekolah

    2. Peserta didik: siswa sekolah

    3. Pendidik: guru

    4. Program literasi informasi: serangkaian kegiatan terencana yang mencakup kegiatan

    pengajaran langkah-langkah pemecahan masalah yang mencakup: kegiatan

    pengajaran keterampilan mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi sumber

    infomrasi, mengakses informasi, menggunakan informasi, menulis hasil temuan dan

    mempresentasikan penemuan.

    5

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    11/44

    B A B U

    TINJAUAN LITERATUR

    Tinjauan literatur bertujuan untuk mempertajam metodologi, memperdalam

    kajian teoritis, dan memperoleh informasi mengenai penelitian sejenis yang telah dilakukan

    oleh para peneliti lain. Kajian teoritis ini dapat diperoleh melalui sumber-sumber informasi

    baik dalam bentuk tercetak seperti buku, artikel jurnal, majalah, dan lain-lain maupun yang

    diperoleh melalui sumber-sumber elektronik seperti internet. Hal terpenting tentunya

    informasi tersebut harus relevan den gan topik yang akan diteliti. Melalui tinjauan literatur ini

    diharapkan muncul pemahaman akan keterkaitan antara pelbagai sumber-sumber informasi

    yang ditemui tentang suatu subyek tertentu.

    2.1. Literasi Inform asi

    Information is the réduction of uncertainty  (Buckland, 1991 dalam

    Marchionini, 1995 dalam www.ils.unc.edu/~march/isee book.pdf). Informasi diketahui

    sebagai fakta sehingga dapat berubah setiap waktu, berbeda antar kebudayaan, dapat

    diubah menurut penekanan dan tergantung pada interpretasi masing-masing. Informasi

    saat ini sangat berlimpah jika ditinjau baik dari segi bentuk, jenis, dan isinya.

    Perkembangan teknologi berperan penuh dalam penyebaran dan penciptaan informasi

    yang mengakibatkan adanya pergeseran dari keberadaan masyarakat industri menjadi

    masyarakat informasi atau masyarakat pengetahuan, yaitu masyarakat yang

    memperlakukan informasi dan pengetahuan sebagai aset yang penting.

    Informasi mengalir deras tiap detik melalui keran-keran sum ber - sumber

    informasi sebagai hasil dari kem ajuan teknologi informasi dan kom unikasi. Dengan

    keberadaan informasi yang berlimpah ini, diperlukan suatu perangkat keterampilan

    dalam mencari, menyaring, mengelola, dan menemukan kembali informasi secara tepat

    dan efektif. Keterampilan ini diperlukan tidak hanya dalam konteks dunia pendidikan.

    Pada praktiknya bisa diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia khususnya

    dalam kegiatan merumuskan dan memecahkan masalah. Keterampilan ini dapat

    diperoleh m elalui peng ajaran keterampilan literasi informasi.

    Kata literasi dewasa ini tidak lagi diasosiasikan dengan "baca tulis" melainkan

    dengan belajar sepanjang hayat. Berbagai definisi literasi informasi bermunculan.

    11

    http://www.ils.unc.edu/~march/iseehttp://www.ils.unc.edu/~march/isee

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    12/44

    BAB II

    TINJAUAN LITERATUR

    Tinjauan literatur bertujuan untuk mempertajam metodologi, memperdalam

    kajian teoritis, dan memperoleh informasi mengenai penelitian sejenis yang telah dilakukan

    oleh para peneliti lain. Kajian teoritis ini dapat diperoleh melalui sumber-sumber informasi

    baik dalam bentuk tercetak seperti buku, artikel jurnal, majalah, dan lain-lain maupun yang

    diperoleh melalui sumber-sumber elektronik seperti internet. Hal terpenting tentunya

    informasi tersebut harus relevan den gan topik yang akan diteliti. Melalui tinjauan literatur ini

    diharapkan muncul pemahaman akan keterkaitan antara pelbagai sumber-sumber informasi

    yang ditemui tentang suatu subyek tertentu.

    2.1. Literasi Inform asi

    Information is the réduction of uncertainty  (Buckland, 1991 dalam

    Marchionini, 1995 dalam www.ils.unc.edu/~march/isee book.pdf). Informasi diketahui

    sebagai fakta sehingga dapat berubah setiap waktu, berbeda antar kebudayaan, dapat

    diubah menurut penekanan dan tergantung pada interpretasi masing-masing. Informasi

    saat ini sangat berlimpah jika ditinjau baik dari segi bentuk, jenis, dan isinya.

    Perkembangan teknologi berperan penuh dalam penyebaran dan penciptaan informasi

    yang mengakibatkan adanya pergeseran dari keberadaan masyarakat industri menjadi

    masyarakat informasi atau masyarakat pengetahuan, yaitu masyarakat yang

    memperlakukan informasi dan pengetahuan sebagai aset yang penting.

    Informasi mengalir deras tiap detik melalui keran-keran sum ber - sumber

    informasi sebagai hasil dari kem ajuan teknologi informasi dan kom unikasi. Dengan

    keberadaan informasi yang berlimpah ini, diperlukan suatu perangkat keterampilan

    dalam mencari, menyaring, mengelola, dan menemukan kembali informasi secara tepat

    dan efektif. Keterampilan ini diperlukan tidak hanya dalam konteks dunia pendidikan.

    Pada praktiknya bisa diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia khususnya

    dalam kegiatan merumuskan dan memecahkan masalah. Keterampilan ini dapat

    diperoleh m elalui peng ajaran keterampilan literasi informasi.

    Kata literasi dewasa ini tidak lagi diasosiasikan dengan "baca tulis" melainkan

    dengan belajar sepanjang hayat. Berbagai definisi literasi informasi bermunculan.

    7

    http://www.ils.unc.edu/~march/iseehttp://www.ils.unc.edu/~march/isee

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    13/44

    Literasi informasi merupakan kemampuan untuk menyadari kebutuhan informasi dan

    saat informasi diperlukan, mengidentifikasi dan menemukan lokasi informasi yang

    diperlukan, mengevaluasi informasi secara kritis, mengorganisasikan dan

    mengintegrasikan informasi ke dalam pengetahuan yang sudah ada, memanfaatkan serta

    meng komu nikasikannya secara efektif, legal dan etis (UNES CO, 2 005).

    Definisi lainnya dari literasi informasi yaitu mengarahkan pengetahuan akan

    kesadaran dan kebutuhan informasi seseorang, dan kemampuan untuk mengidentifikasi,

    menemukan, mengevaluasi, mengorganisasi dan secara efektif menciptakan,

    menggunakan, mengkomunikasikan informasi untuk mencari solusi atas masalah yang

    dihadapi. Literasi informasi juga merupakan persyaratan untuk berpartisipasi dalam

    masyarakat informasi, dan merupakan hak asasi manusia untuk belajar sepanjang hayat

    (Perpustakaan N asional R.I., 2007 ).

    Dengan demikian, literasi informasi dapat dipahami sebagai sebuah

    kemampuan untuk memahami betapa pentingnya informasi, bagaimana memperoleh

    informasi melalui sumber-sumber informasi yang valid dan berguna untuk mencari

    solusi dari suatu permasalahan dalam kehidupan. Literasi informasi membutuhkan

    kemampuan analisis, kreatifitas dan daya kritis dari pengguna informasi. Setelah

    memperoleh informasi pengguna dituntut untuk dapat mempergunakannya secara

    efektif, efesien, dan beretika. Informasi yang diperoleh tersebut dapat dipergunakan

    atau dikomunikasikan baik secara tertulis maup un lisan. Hal yang terpenting adalah

    adanya transfer informasi dalam kehidupan nyata seseorang atau pengguna informasi

    yang membentuk sebuah pengetahuan baru baginya.

    Agar literasi informasi bisa berdaya guna, maka diperlukan pelbagai sumber

    informasi, salah satunya adalah perpustakaan. Di Indonesia, pengelolaan perpustakaan

    masih sangat tradisional untuk bisa disebut sebagai salah satu sarana literasi informasi.

    Diperlukan manajemen yang baik dalam pengelolaan perpustakaan. Tenaga

    perpustakaan harus memiliki kemampuan mengajar, senantiasa memperbaharui

    pengetahuan (willingness to learn)  dan memiliki kemampuan praktis serta selalu

    berupaya mengikuti perkembangan literasi informasi. Untuk itu, diperlukan sebuah

    strategi agar manajemen perpustakaan bisa memenuhi kebutuhan pengguna

    perpustakaan akan literasi informasi. Misalnya, tenaga perpustakaan harus bisa melatih

    pendidik, peserta didik dan pengguna perpustakaan lainnya dalam literasi informasi.

    Tenaga perpustakaan sekolah perlu melakukan pendekatan-pendekatan yang bisa

    8

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    14/44

    menarik empati para pengguna perpustakaan agar pengetahuan literasi informasi yang

    disampaikan bisa merangsang pem ikiran kritis pengguna perpustakaan.

    Peningkatan kemampuan tenaga perpustakaan secara terus menerus,

    diharapkan akan bisa mempercapat implementasi literasi informasi secara menyeluruh

    di Indonesia. Dorongan dan pelatihan agar tenaga perpustakaan memahami literasi

    informasi membutuhkan strategi dan metodelogi yang baik. Model-model pelatihan

    yang diberikan harus dimodifikasi sesuai kebutuhan peserta, misalnya dengan

    menggunakan metodologi pendidikan orang dewasa atau andragogi.

    Selain peningkatan kemampuan

     

    c p city building) untuk tenaga perpustakaan,

    infrastruktur perpustakaan juga perlu ditingkatkan. Mulai dari koleksi perpustakaan,

    aksesibiliti informasi, ruangan, perlengkapan dan alat-alat lainnya yang memudahkan

    pengguna perpustakaan\untuk mendapatkan akses informasi dengan cepat dan mudah.

    2.2. Sejarah Singkat Perkembang an Literasi Informa si

    Istilah literasi informasi muncul pertama kali di Amerika pada tahun 1974.

    Paul Zurkowski menggunakan istilah information literacy  untuk pertama kalinya dalam

    makalah yang diajukannya kepada U.S.  National Commission on Libraries and

    Information Science  (NCLIS). Zurkowski berpendapat bahwa seorang pekerja

    memerlukan kemampuan khusus dalam menggunakan beraneka ragam sumber

    informasi dalam melaksanakan tugasnya. Orang yang memiliki kemampuan inilah yang

    disebut sebagai orang yang  information literate  atau melek informasi. Pendapat ini

    dijadikan acuan akan sebuah awal dari kebangkitan kesadaran akan pentingnya literasi

    informasi bagi kalangan masyarakat um um.

    Program pendidikan literasi informasi mulai diterapkan di lingkungan

    perguruan tinggi pada pertengahan tahun 1980an. Selama kurun waktu 1980an, konsep

    literasi informasi mulai dikembangkan dan mulai memainkan peranan yang lebih besar

    dalam dunia pendidikan, khususnya di perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi.

    Pada tahun 1987, American Library Association (ALA) membentuk komisi literasi

    informasi dengan tugas mengkaji peran informasi di dunia pendidikan, bisnis,

    pemerintahan, dan kehidupan sehari-hari. Komisi ini sampai pada sebuah kesimpulan

    definisi akan literasi informasi.

    Awal 1990an, definisi literasi informasi yang dibuat oleh American Library

    Association (ALA) secara umum dapat diterima. Pada saat yang sama di Amerika,

    forum nasional tentang literasi informasi dibentuk sebagai jawaban atas rekomendasi

    9

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    15/44

    dari komisi literasi informasi ALA . Beberapa kegiatan di bidang literasi informasi m ulai

    dilakukan melalui beberapa proyek baik di Amerika maupun negara lain. Salah satunya,

    UNESCO dan forum nasional di Amerika mensponsori 2 konferensi internasional

    tentang literasi informasi di Praha, Republik Cekoslovakia (2003) dan di Alexandria,

    Mesir (2005).

    Di Indonesia, literasi informasi mulai dikenalkan kepada para tenaga

    perpustakaan pada awal tahun 2000. Perpustakaan Nasional R.I. sejak tahun 2005 mulai

    mengenalkan literasi informasi kepada tenaga perpustakaan di perpustakaan sekolah,

    perguruan tinggi dan umum melalui berbagai seminar dan lokakarya. UNESCO, pada

    tahun 2006 bekeijasama dengan Perpustakaan Nasional R.I. dan Pusat Dokumentasi dan

    Informasi Ilmiah LIPI serta Kementerian Negara Riset dan Teknologi

    menyelenggarakan lokakarya tentang literasi informasi yang ditujukan kepada guru,

    pustakawan sekolah dan k epala sekolah.

    Asosiasi Pekeija Informasi Sekolah Indonesia (APISI) sebagai salah satu

    organisasi profesi pekerja informasi profesional juga menyelenggarakan kegiatan

    serupa. Selain itu juga diselenggarakan uji coba dan cara membangun kompetensi

    tersebut pada tingkat sekolah menengah. A PISI yang identik dengan p enyebaran literasi

    informasi karena acap kali mengadakan acara yang erat kaitannya dengan literasi

    informasi dan gaungnya semakin terasa saat berhasil mengadakan acara   Indonesia

    Wo rkshop for Information Literacy  (I-WIL) yang dibiayai oleh International Fédération

    of Library Association (IFLA).

    Selain itu, ada jug a Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) yang turut berpartisipasi

    menyebarkan literasi informasi. IPI bahkan menjadikan literasi informasi sebagai tema

    kongresnya yang ke-10 di Denpasar, Bali pada November 2006. Departemen

    Pendidikan Nasional dalam menyusun standar kompetensi tenaga perpustakaan sekolah

    melalui Badan Standar Nasional Pendidikan pada tahun 2007 menetapkan literasi

    informasi sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga perpustakaan

    sekolah.

    2.3. Perpustakaan Sekolah dan Literasi Informasi

    Perpustakaan sekolah didefinisikan sebagai perpustakaan yang berada pada

    satuan pendidikan dasar dan menengah yang merupakan bagian integral dari kegiatan

    sekolah yang bersangkutan, dan merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung

    tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan (Perpustakaan Nasional RI,

    10

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    16/44

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    17/44

    mengajar, juga bisa memperoleh pengetahuan yang m endukung ilmu pelajaran yang

    disampaikan oleh pendidik di kelas. Banyak alasan kondisi perpustakaan di sekolah

    mengalami kondisi miris seperti hasil penelitian tersebut. Selain belum adanya

    pemahaman tentang pentingnya literasi informasi oleh pengambil kebijakan, baik

    pemerintah maupun manajemen sekolah, faktor biaya, koleksi perpustakaan,

    ruang/bangunan dan lainnya tentu perlu mend apat perhatian kita bersam a.

    Perpustakaan adalah salah satu sarana penunjang dalam proses belajar

    mengajar di sekolah (Undang-undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007

    tentang perpustakaan). Perpustakaan sekolah dewasa ini bukan hanya merupakan unit

    keija yang menyediakan bacaan guna menambah pengetahuan dan wawasan bagi

    peserta didik, tapi juga merupakan bagian yang integral pembelajaran. Artinya,

    penyelenggaraan perpustakaan sekolah harus sejalan dengan visi dan misi sekolah,

    dengan mengadakan bahan bacaan bermutu yang sesuai kurikulum, menyelenggarakan

    kegiatan yang berkaitan dengan bidang studi, dan kegiatan penunjang lain, misalnya

    berkaitan dengan peristiwa penting yang diperingati di sekolah (Dady P. Rachmananta

    Jakarta, Desember 2006 Kepala Perpustakaan Nasional RI,

    http://archive.ifla.org/VII/sl 1/pubs/School libraryGuidelines-id.pdf).

    Indonesia telah mengadopsi standardisasi yang di tetapkan oleh

    IFLA/UNESCO dalam pengembangan perpustakaan, termasuk perpustakaan sekolah.

    Manifesto perpustakaan sekolah yang diterbitkan oleh IFLA/UNESCO menyatakan

    bahwa perpustakaan sekolah dalam pendidikan dan pembelajaran untuk semua.

    Manifesto ini memberikan kewajiban kepada Pemerintah melalui Kementerian yang

    mengurus Pendidikan mengembangkan kebijakan, strategi dan perencanaan yang

    berkaitan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran untuk semua.

    Perpustakaan sekolah menyediakan inform asi dan ide yang merupakan fondasi

    agar berfung si secara baik di dalam m asyarakat masa kini yan g berbasis informa si dan

    pengetahuan. Perpustakaan sekolah merupakan sarana bagi para siswa agar terampil

    belajar sepanjang hayat dan mampu mengembangkan daya pikir agar mereka dapat

    hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab.

    Perpustakaan sekolah hendaknya dikelola dalam kerangk a ker ja kebijakan

    yang tersusun secara jelas. Kebijakan perpustakaan sekolah disusun dengan

    mem pertimbangkan berbagai kebijakan dan kebutuh an sekolah yang meny eluruh,

    12

    http://archive.ifla.org/VII/slhttp://archive.ifla.org/VII/sl

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    18/44

    serta mencerminkan etos, tujuan dan sasaran maup un kenyataan sekolah. Kebijakan

    tersebut menentukan kapan, di mana, untuk siapa dan oleh siapa potensi maksimal

    akan dilaksanakan. Kebijakan perpustakaan akan dapat dilaksanakan bila komunitas

    sekolah menduk ung dan mem berikan sumbangan pada maksud dan tujuan yang

    ditetapkan di dalam kebijakan. Karena itu, kebijakan tersebut harus tertulis dengan

    sebanyak mungkin keterlibatan yang beijalan secara dinamis, melalui banyak

    konsultasi yang dapat diterapkan, serta hendakn ya disebarkan seluas mun gkin

    melalui med ia cetak.

    Dengan demikian, filosofi, ide, konsep dan maksud untuk pelaksanaan dan

    pengembangannya akan makin jelas serta dimengerti dan diterima, sehingga hal itu

    dapat segera dikerjakan secara efektif dan penuh semangat. Kebijakan tersebut harus

    komp rehensif serta dapat dilaksanakan. Kebijakan perpustakaan sekolah tidak boleh

    ditulis oleh tenaga perpustakaan sekolah sendirian, tetapi harus melibatkan para

    pendidik dan manajemen senior. Konsep kebijakan harus dikonsultasikan secara luas

    di sekolah dan mendapat dukungan melalui diskusi terbuka yang mendalam .

    Dokum en dan rencana kerja berikutnya akan men jelaskan peranan perpustakaan

    dalam hubungan nya dengan berbagai aspek berikut:

    • kurikulum sekolah

    • metode pem belajaran di sekolah

    • memenuhi standar dan kriteria nasional dan lokal

    • kebutuhan pengem bangan pribadi dan pem belajaran murid dan

    • Kebutuhan tenaga pendidikan bagi staf dan men ingkatkan aras keberhasilan.

    (http://archive.ifla.org/VII/sll/pubs/SchoolLibraryGuidelines-id.pdf)  

    Badan Standarisasi Nasional Indonesia juga telah menerbitkan Standar

    Perpustakaan sekolah. Standar Nasional Indonesia untuk perpustakaan sekolah

    ditetapkan tanggal 23 Februari 2009 dengan kode SNI 7329:2009. Standar ini

    bermaksud agar Perpustakaan Sekolah memiliki acuan manajemen perpustakaan yang

    berlaku pada perpustakaan sekolah baik negeri maupun swasta yang meliputi

    pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

    13

    http://archive.ifla.org/VII/sll/pubs/SchoolLibraryGuidelines-id.pdfhttp://archive.ifla.org/VII/sll/pubs/SchoolLibraryGuidelines-id.pdf

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    19/44

    5. Bagaimana pustakawan sekolah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan literasi

    informasi di sekolah? (Kuesioner

     NO

     3.16: 3.17 dan Wawan cara No 3.)

    6. Bagaimana pustakawan melakukan pengawasan terhadap kegiatan literasi

    informasi di sekolahnya ? (Wawancara No 4.)

    Instrumen penelitian di atas secara lengkap d apat dilihat pada lamp iran laporan ini.

    . Ana lisis Data

    Analisa data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan,

    mengategorikan data, mencari tema atau pola dengan maksud untuk memahami

    maknanya. Analisis data disajikan dengan memberikan penjelasan terhadap data yang

    diperoleh.

    19

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    20/44

    BAB IV

    Analisa Hasil Penelitian dan P em bahasa n

    4.1. Analisa Responden

    Proses pemilihan responden untuk kajian ini diawali dari penyeleksian awal

    melalui direktori APISI tahun 2011 yang memuat semua peserta yang pernah mengikuti

    seminar dan pelatihan literasi informasi yang dilakukan dari kurun waktu 2006-2011.

    Alasan penggunaan direktori APISI karena dalam kurun waktu tersebut, APISI

    melakukan keija sama dengan berbagai instansi dan lembaga swasta maupun pemerintah,

    termasuk Perpustakaan Nasional baik itu di Bali maupun Jakarta, yang dianggap cukup

    mew akili kriteria pemilihan calon responden kajian ini.

    4.1.1. Proses Seleksi

    4.1.1.1. Seleksi Tahap 1

    Penyeleksian dari empat ratus empat belas (414) nama yang tercatat pernah

    mengikuti seminar dan pelatihan literasi informasi, dipersempit dengan memilih

    nama-nama yang mengikuti pelatihan literasi informasi, dan bukan seminar literasi

    informasi. Proses pemilihan ini dianggap penting, karena peserta yang yang

    mengikuti pelatihan dianggap mempunyai kesempatan untuk menyerap konsep

    literasi informasi ini lebih dalam ketimbang mereka yang hanya mengikuti seminar.

    Dari 414 nama, yang masuk dalam kriteria mereka yang pernah mengikuti pelatihan

    literasi informasi adalah sebanyak 25 orang (sekitar 6%). Selain pernah mengikuti

    pelatihan literasi informasi, ke-dua puluh lima orang ini jug a m erupakan orang-orang

    yang mempunyai tingkat keaktifan dalam kurun lima tahun terakhir dalam mengikuti

    beberapa kegiatan, mengambil bagian dalam diskusi-diskusi informasi dan aktif

    dalam komunikasi di milist perpustakaan secara umum maupun komunitas

    perpustakaan sekolah. Tingkat pemahaman literasi informasi mereka juga diamati

    dengan cara dialog mereka dalam pertemuan-pertemuan, pertanyaan yang diajukan

    maupun s haring pengalaman di tempat bekerja.

    21

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    21/44

    4.1.1.2. Seleksi Tahap 2

    Peneliti mengirimkan kuesioner (lihat lampiran) melalui surat elektronik

    kepada ke duapuluh lima orang ini dan sebanyak empat belas (14) orang (56%)

    meng embalikan kuesioner yang dikirimkan. Ada dua kuesion or yang kembali

    namun sama sekali tidak berkaitan dengan jenis perpustakaan yang dikaji yaitu

    responden dari perguruan tinggi. Mereka yang tidak mengembalikan mempunyai

    beberapa alasan, seperti tidak menerima kuesioner yang dikirim lewat surat

    elektronik, sudah tidak bekerja lagi di perpustakaan sekolah, atau sama sekali tidak

    dapat di kontak. Dengan demikian dari kuesioner yang kembali ada dua belas (12)

    responden (50% ) yang memenuhi kriteria kajian .

    Berikut ini adalah gambaran secara umum berdasarkan kuesioner yang kembali

    dari ke dua belas responden tentang profil sekolah, profil perpustakaan serta input

    mereka terhadap implementasi literasi inform asi di tempat m ereka bek erja:

    A. Profil Sekolah

    Rata-rata jumlah staf adalah 3 orang.

    Rata-rata jum lah koleksi 10.000 - 25.000 ek semplar

    Jam buka perpustakaan: 8 -

      10

     jam/hari

    B. Jenis layanan berdasarkan urutan dari yang paling banyak diterapkan:

    - Sirkulasi

    - Layanan Referensi

    - Layanan berbasis teknologi informasi

    - Layanan Audio Visual

    - Layanan fotokopi

    - Literasi informa si dan Program Perpustakaan

    Kepala sekolah mendukung perpustakaan dan kegiatan literasi informasi

    Implementasi literasi informasi yaitu mengadak an prog ram literasi inform asi

    C. Implemen tasi Literasi Informasi

    D. Faktor Pendukung implementasi

    - Dukung an dari pihak terkait (pendidik, kepala sekolah, peserta didik)

    - Sarana dan prasarana

    - Pengetahuan akan literasi informasi oleh SDM dab jenis sekolah yang

    terintegrasi dengan literasi informasi

    - Proses belajar mengajar

    E. Faktor Pengham bat implementasi

    22

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    22/44

    - Kurangny a pengetahuan literasi informasi

    - Kurangnya keijasama dengan pendidik

    - Kurangnya sarana dan prasarana

    - Padatnya jam pem belajaran di sekolah

    - Kurangnya SDM

    - Kurang pengharagaan terhadap keberadaan perpustakaan

    - Belum ada Standard dan kurikulum literasi informasi di tingkat nasional

    - Kurangnya alokasi dana

    F. Saran untuk pe rbaikan literasi informa si

    - membuat desain kurikulum berbasis literasi informasi dengan dukungan

    pemerintah

    - sosialisasi literasi informasi ke seluruh komunitas sekolah dan meningkatkan

    kualitas SDM di perpustakaan

    - menambah jumlah pustakawan dan meningkatkan peran perpustakaan dan

    tenaga perpustakaan dengna dukungan dari berbagai pihak; mengadakan

    pelatihan literasi inform asi untuk pendidik dan kepala sekolah

    - meningkatkan sarana dan prasarana di perpustakaan

    4.1.1.3. Seleksi Tahap 3

    Untuk memenuhi kriteria cakupan perwakilan wilayah Indonesia, yaitu

    Indonesia bagian Barat, Tengah dan Timur, dari proses seleksi tahap dua, responden

    yang memenuhi kriteria cakupan wilayah ini adalah tujuh orang. Ketujuh orang ini

    adalah dua orang dari daerah Medan, Sumatra Utara dan dua orang dari Surabaya,

    Jawa Timur sebagai perwakilan Indonesia bagian Barat. Perwakilan dari wilayah

    Indonesia Tengah adalah dua orang yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan

    serta yang mewakili dari Indonesia bagian Timur adalah satu orang dari Denpasar,

    Bali.

    4.1.1.4. Seleksi Tahap 4

    Peneliti melakukan kunjungan terhadap tujuh sekolah dari responden dari hasil

    seleksi tahap 3 untuk melakukan verifikasi data, penilaian kriteria sekaligus

    observasi langsung perpustakaan dan sekolah mereka.

    Berikut ini adalah profil responden dan gambaran tentang perpustakaan sekolah

    mereka:

    23

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    23/44

    A. Medan International School MIS)

    Sekilas Tentang M edan International School MIS)

    Medan International School berdiri sejak tahun 1969 dan mulai menjalankan

    aktifitasnya di gedung yang sekarang sejak tahun 1980. MIS terbagi atas 2

    jenjang, yaitu PYP (dari Pendidikan Pra Sekolah sampai Kelas 5), dan MYP dari

    Kelas 6 sampai Kelas 10. Kepala sekolah dan koordinator MYP dan PYP

    merupakan bagian dari Leadership Team. Guru-guru yang mengajar di MIS telah

    memiliki spesialisasi masing-masing di bidang musik, seni visual, Bahasa

    Indonesia, drama, teknologi dan pendidikan jasmani. Guru-guru di jenjang PYP

    umum nya mengajarkan berbagai mata pelajaran, tetapi di jenj ang M YP sudah ada

    spesialisasi untuk bidang yang me reka kuasai sesuai dengan latar belaka ng

    pendidikan. Guru-guru di MIS merupakan guru yang memiliki kualifikasi yang

    tinggi, berpengalaman, pernah mengajar di sekolah internasional dan menguasai

    bahasa Inggris.

    MIS menerima akreditasi dari EBO (International Baccalauratte Organization)

    untuk program MYP pada tahun 2002 dan PYP pada tahun 2003. MIS sukses

    dalam evaluasi 5 tahunan untuk program MYP pada tahun 2006 dan 2011. Untuk

    jenjang PYP tercatat sukses melalui program evaluasi 5 tahunan pada tahun 2007

    dan tahun 2012 ini akan kembali menemui evaluasi. Selain terakreditasi dari IBO,

    MIS juga mendapatkan akreditasi dari The Western Association of Schools and

    Colleges (WASC ) yang merupakan process peninjauan eksternal yang berasal dari

    USA. MIS terakreditasi WASC sampai tahun 2013. Selain itu, MIS juga tercatat

    sebagai bagian dari East Asian Regional Council of Schools (EARCOS) yang

    merupakan jaringan sekolah-sekolah, khususnya yang dioperasikan secara mand iri

    dan terisolasi dari sekolah-sekolah lain.

    MIS memiliki beragam fasilitas yang sangat menarik seperti auditorium besar,

    gymnasium, kolam renang, ruang musik, laboratorium komputer dan science,

    ruang kelas ber-AC dan luas, taman bermain yang luas, lapangan olahraga yang

    besar dan jug a perpustakaan yang luas dan memiliki koleksi yang selalu up-to-

    date. Saat ini, MIS memiliki jumlah murid sebanyak 150 orang dengan jumlah

    karyawan sebesar 50 orang.

    24

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    24/44

    Sekilas Tentang Perpustakaan M edan International School

    Perpustakaan MIS menempati sebuah ruangan yang letaknya berhadap-

    hadapan dengan ruang kepala sekolah. Dengan jumlah koleksinya yang sebanyak

    lebih dari 10.000 eksemplar, perpustakaan MIS dikelola oleh seorang pustakawan.

    Untuk layanan perpustakaan dibuka setiap hari Senin-Jumat dan dimulai dari jam

    08.00-16.00. Jenis-jenis layanan yang tersedia di perpustakaan MIS diantaranya:

    layanan sirkulasi, internet cafe, ruang audio-visual.

    Profil Tenaga Perpustakaan M edan Internasional School

    Perpustakaan Medan International School dikelola oleh seorang pustakawan

    yang sudah berpengalaman dalam mengelola sebuah perpustakaan dan m erupakan

    lulusan program saijana dari Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera

    Utara. Selain berpengalaman, pustakawan MIS juga merupakan pustakawan yang

    aktif mengikuti pelbagai pelatihan dan seminar di dunia ilmu perpustakaan,

    diantaranya pernah mengikuti pelatihan Indonesia Workshop on Information

    Literacy (I-WIL) yang diselenggarakan oleh Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah

    Indonesia (APISI) di Bogor pada tanggal 7-11 Juli 2008.

    B. Sekolah Menengah Pertama S MP ) dan Sekolah Menenga h Atas SM A)

    Sutomo 1 Medan

    Sekilas tentang SMP dan SM A Sutomo Medan

    Awalnya disebut dengan Sekolah Sutung (Sumatera Timur) yang didirikan

    pada tahun 1926. Pada tanggal 25 Februari 1958, tiga tokoh masyarakat masing-

    masing Soo Lean Tooi, Oei Moh Toan dan Kho Peng Huat (Hadi Kusuma)

    memprakarsai pembentukan suatu yayasan yang bergerak di bidang pendidikan.

    Niat ini timbul karena menyadari bahwa masyarakat kota Medan pada saat itu

    membutuhkan sebuah wadah yang dapat menyelenggarakan pendidikan sesuai

    dengan sistem pendidika nasional yang berazaskan Pancasila dan UU D 1945.

    Sejalan dengan pembentukan Yayasan Perguruan Sutomo, nama sekolah ini

    berubah menjadi Sutomo. Awalnya Sutomo hanya menyediakan pendidikan pada

    jenjang SD hingga SMA. Jenjang TK diperkenalkan pada

    tahun 1964 sementara

     play group

      dimulai pada tahun 1992. Perkembangan

    selanjutnya, Perguruan Sutomo saat ini mencakup Sutomo 1 yang terdiri dari

      play

    group,

      TK, SD, SMP, dan SMA, dan Sutomo 2 yang terdiri dari TK, SD, SMP,

    25

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    25/44

    dan SMA. Di antara keduanya, Sutomo 1 merupakan sekolah yang lebih dominan

    dan dikenal luas. Dari segi fasilitas, SMP dan SM A Su tomo 1 M edan difasilitasi

    dengan berbagai laboratorium dan ruang multimedia sebagai penu njang kegiatan

    belajar mengajar. Diantaranya laboratorium bahasa, komputer, kimia, biologi,

    fisika dan kimia. Sekolah ini juga memiliki beragam ekstra ko-kurikuler.

    Sejak tahun pelajaran 1995/96, dibuka "kelas plus" (kelas unggulan) yang

    bertujuan menampung siswa-siswi paling berprestasi, di mana penyajian materi

    pelajaran lebih cepat dibandingkan dengan kelas umum. Pada tahun 2001, SMA

    Sutomo 1 diberikan izin oleh Diijen Pendidikan Pusat untuk membuka Kelas

    Akselerasi di mana pendidikan SMA dapat diselesaikan dalam jangka waktu 2

    tahun. Pada tahun 2005 dibuka Kelas Internasional ya ng masih dalam tahap

    "rintisan" sebelum dioperasikan sepenuhnya pada tahun 2007/2008. Kelas

    Internasional menggunakan materi pelajaran yang disajikan dalam bahasa Inggris.

    Kurikulum yang dipergunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

    (KTSP). Lebih dari 15 ribu siswa bersekolah di Perguruan Sutomo. Mayoritas

    siswanya adalah warga keturunan Tionghoa (sekitar 80%), sedangkan etnis

    Tionghoa mewakili 40% komposisi guru. Kebanyakan guru di SD Sutomo 1

    adalah masyarakat etnis Tionghoa, sedangkan kebanyakan guru di SMP/SMA

    Sutomo 1 adalah masyarakat etnis Batak.

    Sekilas Tentang Perpustakaan SMP dan SMA Sutomo I Medan

    Perpustakaan SMP dan SMA Sutomo I Medan memiliki jumlah koleksi

    sebanyak 12.000 judul dan kurang lebih 18.000 eksemplar. Menemp ati sebuah

    ruangan yang luas yang berada di lantai 1, perpustakaannya dilengkapi dengan

    sistem terkomputerisasi (menggunakan Senayan Library Information and

    Management System (SLIMS)) baik itu dalam proses pencarian buku,

    peminjaman dan pengembalian. Selain itu juga disediakan ruang baca, 4 buah

    komputer yang bisa digunakan oleh siswa maup un guru untuk meng akses internet

    dan tersedia jaringan W iFi. Perpustakaan SM P dan SM A Sutom o I Medan

    beroperasion al dari hari Senin-Sabtu dari ja m 08.00-16.35. Un tuk jen is layan an

    yang disediakan, selain layanan sirkulasi fotocopy, referensi dan audio-visual.

    Saat ini, Kepala Sekolah SMA Sutomo I Medan memberikan dukungan

    terhadap perpustakaan berupa penyediaan kebutuhan seperti komputer, barcode

    scanner, barcode printer, printer, TV, in focus, audio system, scanner, pembelian

    koleksi dan mendukung perwujudan perpustakaan menjadi perpustakaan digital

    26

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    26/44

    yang online. Setiap harinya, perpustakaan sangat ramai dikunjungi oleh siswa,

    baik yang hanya membaca di perpustakaan, belajar maupun berdiskusi.

    Profil Tenaga Perpustakaan SMP dan SMA Sutomo I Medan

    Perpustakaan SMP dan SMA Sutomo I Medan dikelola oleh 3 orang staf yang

    memiliki latar belakang pendidikan di bidang ilmu perpustakaan. Diantara ke-3

    staf perpustakaa n tersebut, 1 orang dipercaya sebaga i koordinator pe rpustaka an.

    Koordinator perpustakaannya merupakan sarjana ilmu perpustakaan lulusan dari

    Universitas Sumatera Utara dan berpengalaman sebagai pustakawan. Selain aktif

    mengikuti berbagai pelatihan di dunia ilmu perpustakaan, diantaranya pelatihan

    Indonesia Workshop on Information Literacy

      (IWIL), koordinator

    perpustakaannya juga aktif memberikan pelatihan dalam penggunaan SLIMS di

    wilayah Medan dan sekitarnya.

    C. Sekolah Ciputra Surabaya

    Sekilas Tentang Sekolah C iputra Surabaya

    Sekolah Ciputra, berdiri pada tahun 1996 dan merupakan salah satu sekolah

    yang tergabung dalam International Baccalaureate Organization (IBO) sejak tahun

    2004. Sekolah Ciputra Surabaya diakui sebagai sekolah International Baccalaureate

    (IB) yang menempati lahan yang paling luas di Indonesia. Sekolah Ciputra juga

    dikenal sebagai satu-satunya sekolah IB di Surabaya dan Jawa Timur yang

    menawarkan 3 program IB, dari mulai Kelompok Bermain hingga Kelas 12. Untuk

    Primary Years Programme (PYP) mencakup pendidikan bagi siswa di kelompok

    bermain, Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Untuk IB Middle Years

    Programme mencakup pendidikan bagi siswa Kelas 7-10 dan untuk IB Diploma

    Programme m encakup pendidikan bagi siswa kelas 11-12.

    Saat ini, siswa yang naik ke kelas 11 dapat memilih pelajaran Ilmu Alam atau

    Ilmu Sosial dalam 2 tahun program pendidikan nasional yang mengacu kepada

    matrikulasi lokal. Semua program yang terdapat di sekolah ini diajarkan dengan

    menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris oleh guru-guru asing yang

    berpengalaman dan guru berkewarganegaraan Indonesia yang telah terlatih untuk

    program IB. Sebagai sekolah yang bersifat plural, Sekolah Ciputra menyediakan

    berbagai kelas agama seperti agama Kristen, Katolik, Budha, Hindu dan Islam.

    27

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    27/44

    Jumlah siswa Sekolah Ciputra untuk jenjang Kelompok Bermain hingga

    sekolah dasar saat ini sebanyak 400 orang dengan kurang lebih 102 staf.

    Terakreditasi A, fasilitas yang terdapat di Sekolah Ciputra sangat lengkap. Fasilitas-

    fasilitas yang dapat digunakan oleh siswa tersebut antara lain akses ke lapangan

    olahraga dan sepakbola, gymnasium, lapangan basket, ruang seni, musik dan drama,

    laboratorium computer, ruang teknologi dan laboratorium ilmu alam. Tahun ini

    adalah tahun ke-3 dari proyek 4 tahun Sekolah Ciputra dalam menyediakan teknologi

    interaktif di setiap ruang belajar. Sebuah ruang pertunjukan drama dan musik yang

    men yediakan kursi seban yak 630 buah sudah selesai dibangun pa da akhir tah un

    kemarin.

    Sekilas Tentang Perpustakaan Sek olah Ciputra S urabaya

    Perpustakaan di Sekolah Ciputra Surabaya lebih dikenal sebagai Learning

    Resource Centre. Di dalamnya terdapat 2 perpustakaan sesuai dengan jenjang

    pendidikan yang dilayani, yaitu perpustakaan SD dan perpustakaan SMP/SMA.

    Jumlah koleksi yang mereka miliki sebanyak 25. 257 eksemplar yang terdiri atas

    koleksi buku, majalah, permainan edukasi, video dan CD dalam bahasa Inggris,

    Mandarin dan bahasa Indonesia. Perpustakaan dibuka dari jam 07.30 sampai jam

    15.00.

    Dengan jenis layanan terbuka, perpustakaan Sekolah Ciputra Surabaya

    memiliki beragam jenis layanan yang disesuaikan dengan jenjang siswa yang

    dilayani. Perpustakaan sekolah dasar, selain diisi oleh ruang koleksi, juga dilengkapi

    dengan ruang belajar mengajar dan beberapa computer untuk mengakses internet.

    Untuk perpustakaan jenjang SMP/SMA di Sekolah Ciputra juga menyediakan

    beberapa komputer dengan akses internet dan ruang audio visual. Di dalamnya juga

    terdapat 3 studio rekaman digital dan sebuah radio transmission booth.

    Pada bukan Juni 2009, perpustakaan sekolah dasarnya terpilih sebagai

    perpustakaan sekolah dasar terbaik di Indonesia dalam hal penyediaan layanan yang

    mendukung program-program sekolah. Untuk itu, perpustakaannya memperoleh

    hadiah sebesar Rp. 30.000.000,- untuk pengembangan perpustakaan selanjutnya.

    Petugas perpustakaan Sekolah Ciputra bekeija sama dengan guru kelas dari mulai

    jenja ng kelompok bermain hingga kelas 6 untuk menduku ng

     Program mes of Inquiry,

    pengembangan minat baca untuk perkembangan kemampuan umum dan juga

    28

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    28/44

    pengembangan literasi dalam bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Mandarin dan

    bahasa asli ibu.

    Profil Tenaga Perpustakaan S ekolah C iputra Surabaya

    Perpustakaan Sekolah Ciputra memiliki jumlah staf sebanyak 3 orang yang

    salah satu diantaranya menjabat sebagai seorang guru perpustakaan. Denga n mem iliki

    latar belakang ilmu kesusastraan Inggris, ia sukses membawa perpustakaan sekolah

    dasar Ciputra memenangi Lomba Perpustakaan Tingkat Sekolah Dasar pada tahun

    2009. Awalnya dipercaya sebagai asisten guru, saat ini ia diberi wewenang untuk

    mengembangkan sumber-sumber pembelajaran di Sekolah Ciputra. Selain aktif

    mengikuti berbagai pelatihan dan seminar di dunia ilmu perpustakaan, ia juga aktif

    memberikan berbagai pelatihan bagi sekolah-sekolah lokal di wilayah Jawa Timur.

    D .  Sekolah Meneng ah Atas SMA ) Santa Maria Suraba ya

    Sekilas Tentang Sekolah Menen gah Atas SMA ) Santa Maria Surabaya

    Sejarah SMA Santa Maria Surabaya dimulai dari kedatangan lima Suster

    Ursulin ke Surabaya pada tanggal 14 Oktober 1863. Awalnya, suster-suster Ursulin

    tersebut membangun sebuah komunitas di Kepa njen. Lalu, berpindah di kawasan Jl.

    Raya Kupa ng yang sekarang dikenal dengan nama Jl. Raya D armo. A tas permintaan

    Pastor Van den Elsen, SJ., lima suster Ursulin tersebut datang dari Batavia ke

    Kepanjen, Surabaya. Mereka datang untuk menangani karya pendidikan dan panti

    asuhan.

    Adapun sekolah yang didirikan di Kepan jen (Krembangan) w aktu itu adalah Sekolah

    Dasar (1863), Sekolah Keterampilan Putri (1874), Sekolah TK (Froobel 1877), dan

    Sekolah Pendidikan Guru (Kwekschool 1877). Sekolah ini awalnya didirikan untuk

    murid-murid berkebangsaan Belanda.

    Sementara, Biara Ursulin Kepanjen sendiri mendirikan filialnya di Jl. Kupang

    (sekarang Jl. Raya D armo). Misi m ereka terus berlanjut hingga pada tanggal 26 Juni

    1922 di Jalan Kupang (sekarang jalan Raya Darmo) didirikan sebuah sekolah dengan

    nama "Santa M aria". Pada tanggal 1 Juli 1922, sekolah Santa Maria mulai menerima

    siswa baru dengan jumlah : TK 4 0 Siswa, SD 96 Siswa, H.B.S. 59 siswa, dan sekolah

    Pendidikan Guru (SPG Catharina) 33 Siswa. H.B.S. kemudian berkembang menjadi

    SMA Santa Maria dan secara administratif lahir tahun 1951.

    29

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    29/44

    Seperti halnya sekolah Ursulin lainnya, SMA Santa Maria Surabaya yang

    berlokasi di Jalan Raya Darmo 49 Surabaya,ini juga memiliki semboyan

    "SER VIA M" yang berarti "Saya Mengabdi". Pada permulaan tahun pelajaran baru di

    bulan Agustus 1951, Santa Maria mulai menerima m urid SMA untuk kelas 1 bagian

    B. Semua murid yang diterima adalah putri dan 23 siswinya tinggal di asrama. Di

    tahun pelajaran baru, itu pula SMA mendapatkan 4 kelas dan kelas-kelas semuanya

    penuh. SMA Santa Maria Surabaya saat ini memiliki siswa sebanyak 587 orang dan

    jumlah staf yang ada sebanyak 54 orang. Untuk kurikulum yang diterapkan, SMA

    Santa Maria menggunakan K TSP dan terakreditasi A.

    Dalam usaha mendukung kegiatan belajar mengajar, SMA Santa Maria

    menyediakan berbagai fasilitas yang lengkap, memadai, dan representatif, seperti:

    Laboratorium Fisika, Laboratorium Kimia, Laboratorium Biologi, Laboratorium

    Bahasa, Laboratorium IPS, dan Laboratorium Multimedia. SMA Santa Maria pun

    telah dilengkapi fasilitas online Internet 24 jam dan bebrapa pendukung fasilitas lain

    seperti: Ruang kelas yang semuanya telah ber-^C, Ruang radio, Ruang karawitan,

    Ruang agama, Ruang serba guna, Ruang tari, Ruang band, Ruang Unit Kesehatan

    Sekolah, Gerai jurnalistik, Bangsal olahraga indoor, Lapangan olahraga outdoor,

    Sanggar seni, Bengkel seni dan aula.

    Sekilas Tentang Perpustakaan SMA Santa Maria Surabaya

    Perpustakaan SMA Santa Maria Surabaya memiliki jumlah koleksi sebanyak

    6.710 judul dan 16. 210 eksemplar. Untuk jam buka perpustakaan dimulai dari jam

    07.00-15.00 dari hari Senin hingga Sabtu. Jenis layanan yang disediakan di

    perpustakaannya adalah layanan sirkulasi, layanan internet dengan menyediakan

    mesin printer, fotocopy dan juga dilengkapi dengan fasilitas TV berlangganan yang

    penggunaannya harus melalui pendampingan oleh guru bidang studi. Perpustakaan

    SMA Santa Maria Surabaya telah menerapkan sistem otomasi dan saat ini

    menggunakan software yang dikembangkan sendiri yang terintegrasi dengan sekolah.

    Profil Tenaga Perpustakaan SMA Santa Maria Surabaya

    Perpustakaan SMA Santa Maria Surabaya dikelola oleh 3 orang staf yang salah

    satunya memiliki latar belakang ilmu perpustakaan. Sedangkan staf lainnya di

    perpustakaan memiliki latar belakang ilmu administrasi. Adapun tenaga

    perpustakaannya pernah mengikuti seminar tetapi belum pernah mengikuti pelatihan

    di bidang literasi informasi.

    30

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    30/44

    E .  Sekolah Dian Harapan SDH) Ma kassar

    Sekilas Tentang Sekolah Dian Harapan SDH) Makassar

    Sekolah Dian Harapan (SDH) Makassar dibangun oleh Yayasan Pelita

    Harapan pada tahun 2003 diatas lahan seluas 27. 500 m

    2

    . Sebagai sekolah nasional

    plus yang memiliki sarana pendidikan bertaraf internasional, pada setiap proses

    belajar mengajarnya menggunakan 2 bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa

    Inggris sebagai bahasa pengantar. Di SDH Makassar terdapat tingkatan pendidikan

    mulai dari TK, SD, SMP dan SMU dimana untuk pelajaran di tingkat TK diantarkan

    dalam Bahasa Inggris sedangkan untuk jenjang SD penggunaan Bahasa Inggris

    terutama pada mata pelajaran Bahasa Inggris, ilmu sosial, IPA dan Matematika dan

    selebihnya menggunakan Bahasa Indonesia. Untuk pelajaran Bahasa Inggris dan

    Matematika diberlakukan sistem tingkatan dengan tujuan agar para siswa dapat

    ditangani dengan lebih baik.

    Untuk siswa/i SMP dan SMU dalam kegiatan belajar mengajarnya

    menggunakan buku dan pendekatan pembelajaran seperti yang digunakan di

    Amerika dengan tujuan menambah keterampilan membaca, menulis, berbicara dan

    mendengar dalam B ahasa Inggris. Saat ini, jum lah siswa yang terdapat di SD H

    Makassar sebanyak kurang lebih 900 siswa. Jumlah staf yang bekerja di SDH

    Makassar sebanyak kurang lebih 100 orang. Kurikulum yang digunakan di sekolah

    ini mengadopsi kurikulum nasional (terakreditasi A) dan luar negeri.

    Berbagai kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga, seni musik, seni rupa, seni

    tari, teater, English Club, Math Club, Science Club, C omputer Club, tata boga hingga

    jurnalistik tersedia di sekolah ini dengan tujuan mencari dan mengasah minat dan

    bakat siswa/i. Fasilitas yang terdapat di SDH Makassar diantaranya ruangan kelas

    ber AC, laboratorium sains, laboratorium komputer dengan fasilitas internet, sarana

    olahraga, ruang kesenian dan kreatifitas, perpustakaan, unit kesehatan sekolah, ruang

    serba guna, ruang audio visual, tempat bermain indoor dan outdoor, toko buku dan

    kantin.

    Sekilas Tentang Perpustakaan Sekolah Dian Harapan SDH) Makassar

    Perpustakaan Sekolah Dian Harapan (SDH) Makassar menempati sebuah

    ruangan yang luas yang melayani seluruh staf dan siswa/i dari jenjang TK hingga

    SMU. D engan jum lah koleksi sebanyak kurang lebih 18. 200 judul yang terdiri dari

    beragam jenis koleksi seperti buku, majalah, poster, koran, koleksi audio visual, dan

    31

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    31/44

    lain-lain. Perpustakaan SDH Makassar buka dari hari Senin-Jumat dari jam 07.00-

    15.30. Jenis layanan yang disediakan yaitu layanan sirkulasi, referensi, teacher

    resource, dan alat peraga. Untuk mendukung pencarin informasi, perpustakaan

    menyediakan beberapa computer yang dapat mengakses ke internet. Saat ini

    perpustakaan SDH Makassar sudah menerapkan system otomasi di perpustakaan

    dengan menggunakan library system yang bernama Winneba go.

    Profil Tenaga Perpustakaan Sekolah Dian Harapan SDH) Makassar

    Perpustakaan SDH Makassar dikelola oleh 3 orang staf yang satupun tidak

    memiliki latar belakang bidang ilmu perpustakaan. Salah satu dari staf senior di SDH

    Makassar pernah mengikuti seminar mengenai literasi informasi. 2 orang staf

    perpustakaan yang lain tercatat sebagai guru perpustakaan yang memiliki latar

    belakang keguruan dalam ilmu sosial.

    F. Sekolah Meneng ah Atas Negri SMA N) 17 Ma kassar

    Sekilas Tentang Sekolah Menengah Atas SMA N) 17 M akassar

    SMA Negeri 17 Makassar mulai beroperasi pada bulan Januari 1992 atas

    prakarsa para tokoh pendidikan di Daerah Sulawesi Selatan, Kanw il Depdikbud yang

    mendapat dukungan sepenuhnya dari Pemda Tingkat I Sulawesi Selatan kerjasama

    dengan Pengurus Yayasan Latimojong berupaya untuk mendirikan sebuah sekolah

    unggulan di setiap daerah propinsi di seluruh Indonesia. Sekolah ini menempati areal

    yang luasnya kurang lebih 3 Hektar dengan fasilitas gedung-gedung peninggalan

    Fakultas Teknik UNHAS di Jalan Sunu Nomor 11 Makassar. Pada tanggal 23

    Agustus 1993, SMA N egeri 17 Makassar secara resmi disahkan keberadaannya oleh

    pemerintah dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 0313/0/1993

    Tahun Ajaran 1992/1993 dan mulai beroperasi sejak 2 Januari 1993.

    Tenaga pengajar merupakan guru - guru pilihan dari SMA N egeri dan

    Universitas Negeri di Makassar dan sekitarnya. Sekolah ini mendapat predikat SMA

    Unggulan sejak mulai beroperasi dan terakreditasi A Plus. Sebagai salah satu SMA

    Unggulan di Sulawesi S elatan, SM A Negeri 17 Makassar m emiliki sarana dan

    prasarana pendidikan yang cukup memadai. Fasilitas pendidikan yang tersedia

    diantaranya : ruang belajar 18 ruang, ruang perpustakaan 1 buah, laboratorium

    multimedia 1 buah, laboratorium IPA 3 buah, laboratorium kom puter, laboratorium

    Bahasa 1 buah. SM A Negeri 17 Makassar disamping m enyediakan fasilitas

    32

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    32/44

    pendidikan yang memadai, juga menyediakan berbagai fasilitas olah raga seperti:

    Lapangan Volly, Lapangan Basket, dan Lapangan Tennis.

    Di samping itu juga tersedia berbagai fasilitas tambahan yang diharapkan dapat

    men junjang kegiatan belajar menga jar siswa, sarana tersebut terintegrasi di dalam

    kampus SMA Negeri 17 Makassar, diantaranya: Aula 1 buah, Asram a Siswa dengan

    kapasitas 96 orang

      1

      buah, Kantin siswa; yang dikenal dengan 'Kafe 17', Masjid yang

    cukup megah dan besar yang menjadi pusat kegiatan pendidikan Agama Islam,

    Lapangan Upacara, dilengkapi dengan CCTV Di setiap Ruang Kelas, Suasana

    Lingkungan Sekolah dengan Konsep Green School. Kurikulum yang digunakan di

    SMAN 17 Makassar merupakan kurikulum KTSP 2006 dan sebagai Rintisan

    Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) sekolah ini menggunakan kurikulum dari

    Cambridge. Jumlah siswa/i di SMAN 17 Mak assar sebanyak 600 orang.

    Sekilas Tentang Perpustakaan Sekolah Menengah A tas SMAN ) 17

    Makassar

    Perpustakaan SMAN 17 Makassar dikelola oleh seorang kepala perpustakaan

    yang tidak memiliki latar belakang ilmu perpustakaan dan 1 orang tenaga

    administrasi. Setiap hari Senin-Sabtu, perpustakaan beroperasi dari jam 07.00-14.00.

    Jumlah koleksi yang dimiliki sebanyak 1201 judul dan 5535 eksemplar yang

    kebanyakan diantaranya merupakan koleksi buku teks. Jenis koleksi yang dimiliki

    adalah buku, majalah dan koran. Perpustakaan dilengkapi dengan bebe rapa perangkat

    komputer dan laptop, sebuah mesin printer dan scanner juga seperangkat TV dan

    audio visual. Jenis layanan yang disediakan adalah layanan sirkulasi, referensi,

    internet, dan audio visual. Perpustakaan SMAN 17 Makassar telah terotomasi dengan

    menggunakan Senayan Library and Information Management System (SL1MS).

    Profil Tenaga Perpustakaan Sekolah Menengah Atas SMAN ) 17 Makassar

    Tenaga perpustakaan SMAN 17 Makassar dikenal sebagai sosok yang aktif

    dalam mengembangkan dunia kepustakawanan di Makassar. Pernah mengikuti

    pelatihan mengenai literasi informasi, ia pun aktif dalam menggerakkan organisasi

    kepustakawanan sekolah dan mengadakan berbagai pelatihan. Prestasi yang pernah

    diraih oleh kepala perpustakaan SMAN 17 Makassar ini adalah sebagai pustakawan

    teladan di tingkat nasional.

    33

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    33/44

    4.1.1.5. Seleksi Tahap 5 akhir)

    Hasil dari kunjungan, verifikasi dan penilaian kriteria pada Seleksi Tahap 4,

    maka diputuskan dua responden yang lolos seleksi dan dianggap mem enuhi seluruh

    kriteria dalam kajian ini untuk dibahas dan dikaji lebih dalam lagi. Kedua responden

    tersebut adalah R (inisial dari nama panggilan sebenarnya) dari Medan International

    School, Sumatra Utara dan E (inisial dari nama panggilan sebenarnya) dari Sekolah

    Ciputra, Surabaya, Jawa Timur.

    Prof i l TPS

    Jabatan

    oOa

    Pustakawan

    IVIIO

    Guru Pustakawan

    Lama

    memangku

    jabatan 2 tahun

    Latar

    belakang

    pendidikan

    nggris

    S1 Ilmu

    Perpustakaan

    Pelatihan

    literasi

    informasi

    yang pernah

    diikuti

    on Information

    Literacy l-WIL/APISI)

    Indonesia Workshop

    on Information

    Literacy I-

    WIL/APISI) - 2008

    UPH-APISI 2007

    Prof i l Seko lah

    Jenis sekolah

    International School

    International School

    Kurikulum

    PYP - IBO

    IBO-WASC

    Jumlah staff

    120 orang

    50 orang

    Jumlah murid 400 orang

    150 orang

    Akreditasi

    sekolah

    A Nasional)

    WASC

    International)

    Prof i l Perpus taka

    •a

    i n

    i

    Jumlah

    koleksi

    I

      2525

    _

    >

     10 000 items

    Jam buka

    perpustakaan 07.30-15.00 08.00 -16.00

    Jenis

    layanan

    perpustakaan

    Sirkulasi, Fiksi, Non

    Fiksi, Internet café,

    Ruang Audio visual

    Tabel 1 Prof i l Responden

    4.2. Peran Tenaga Perpustakaan Sekolah dalam Implementasi Literasi Informasi

    4.2.1.  R dari Med an International School M IS)

    R adalah tenaga perpustakaan sekolah dengan jabatan Guru Pustakawan di Medan

    International School dan telah men jabat sebagai pustakawan di sana selama 2 tahun. R

    34

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    34/44

    mempunyai latar belakang pendidikan Ilmu Perpustakaan Strata 1 yang diperolehnya

    dari Universitas Sumatra Utara.

    Perencanaan Kegiatan Literasi Informasi

    Kegiatan literasi informasi telah dilakukan oleh R sejak lama, bahkan sebelum

    ia men gikuti pelatihan literasi inform asi pertam anya di tahun 2008 . Keg iatan literasi

    informasi ini diterapkan bukan sa ja oleh tenaga perpustakaan sekolah, melainkan oleh

    pendidik baik secara mandiri maupun secara kolaborasi dengan tenaga perpustakaan

    sekolah. Kepala sekolah MIS, yang tadinya adalah Kepala Perpustakaan, m enjelaskan

    bahwa MIS menerapkan konsep

      library is the heart of the school

      (Perpustakaan adalah

    jantung sekolah).

    Kepala sekolah mengajarkan

      critical thinking

      kepada semua pendidik sebagai

    bagian dari kegiatan

      professional developmen t

      yang wajib diikuti oleh semua

    pendidik, asisten pendidik dan tenaga perpustakaan sekolah.

      Critical thinking

    merupakan satu bagian dari unsur kurikulum yang diterapkan oleh MIS. Secara

    bersamaan dan kaitannya dengan kurikulum PYP International Baccalaureate,

    ketermapilan literasi informasi diberikan melalui pengajaran

      Information Procès s,

    sebuah modul literasi informasi yang banyak digunakan di Australia.

      Information

    Pro cess

     terdiri dari:

    1. Keterampilan mendefinisikan kebutuhan informasi

    2. Keterampilan menem ukan informasi

    3. Keterampilan mem ilih informasi

    4. Ketermpilan mengorganisasi informasi

    5. Keterampilan menciptakan dan mem bagi informasi

    6. Keterampilan mengevaluasi proses dan produk

    (http://www.asla.org.au/pubs/ws/accomm at2.htm,  diakses tanggal 8

    Februari 2012)

    Dengan demikian, jelas sudah bahwa keterampilan literasi informasi di MIS

    sudah dikuasai oleh pendidik untuk kemudian diintegrasikan dalam pembelajaran

    mereka di kelas-kelas. Laporan para guru langsung dikomunikasikan kepada Kepala

    Sekolah sebagai pengawas kegiatan belajar me ngajar secara keseluruhan di sekolah.

    R sebagai tenaga perpustakaan sekolah berperan sebagai pendukung kegiatan

    belajar men gajar di sekolah khususnya pada bagian pemanfaa tan perpustakaan . R

    mengambil peran mengajarkan

      library skills

      kepada peserta didik melalui kerja sama

    dengan para pendidik.

    35

    http://www.asla.org.au/pubs/ws/accommat2.htmhttp://www.asla.org.au/pubs/ws/accommat2.htm

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    35/44

    Pelaksanaan Kegiatan Literasi Informasi

    Pada proses kegiatan belajar mengajar, pendidik sudah memasukkan unsur-

    unsur literasi informasi dalam kegiatan pelajaran di kelas. R memberi dukungan

    terhadap kegiatan literasi informasi di kelas dengan membekali para peserta didik,

    library skills

      yaitu cara menggunakan perpustakaan dan sumber-sumber informasi di

    dalamnya.

    Selain itu, R juga mempunyai kegiatan ekstra kurikuler kepada peserta didik

    yang kemudian disebut dengan

      student librarian.

      Kegiatan ini adalah salah satu

    pilihan ekstra kurikuler sekolah bagi peserta didik yang gemar perpustakaa n. Me reka

    diberi [engajaran tentang

      library skills,

      penomerna DDC,

      shelving,

      mengetik,

    pembagian buku Fiksi dan Non Fiksi,

      library manner.

      Ha l yang didapat dari kegiatan

    ini adalah tenaga perpustakan akan terbantu jika perpustakaan sedang ramai

    dikunjungi oleh para pesrta didik dan pendidik . Selain itu, dengan men getahu i cara

    shelving

      buku-buku di rak, mereka mengerti penempatan buku-buku di perpustakaan

    dan mereka mengetahui letak buku-buku tertentu yang mereka sukai.

      Student

    Librarian

      juga mempunyai tingkatan pembelajaran seperti kegiatan pembuatna poster,

    review buku-buku serta promosi perpustakaan. Hasil pekerjaan mereka, akan

    dipresentasikan dalam acara sekolah yaitu

      assembly.

      Saat

      assembly

      dilakukan, teman-

    teman mereka, para pendidik bahkan orang tua hadir untuk mendengarkan hasil

    kegiatan mereka dalam memproduksi suatu hal yang berkaitan dengan program

    student librarian.

      Pendidik dan para orang tua dapat memberi penilaian terhadap hasil

    presentasi me reka. Penilaian ini akan didiskusikan saat pertem uan orang tua dan

    pendidik dalam waktu yang telah ditentukan.

    Pelaksanaan kegiatan literasi informasi di MIS sangat terbantu dengan jenis

    kurikulum yang diimplementasikan yaitu PYP IB dan WASC. Kedua kurikulum ini

    memberi peluang besar kepada pendidik untuk m emberikan

      research project

      bagi para

    peserta didik dalam proses belajar mereka. Dam pak langsung terhadap perpustakaan

    adalah, kegunaan sumber-sumber koleksi mereka yang meningkat pemanfaatannya

    saat para peserta didik me nyelesaikan

     research project

      mereka.

    Hasil dari kegiatan ini, mereka bukan saja mendapat nilai dari pendidik,

    melainkan usaha mereka juga diketahui oleh teman-teman mereka maupun pendidik

    lainnya dan para orang tua saat mereka harus mempresentasikan hasil kerja mereka

    pada

      school assembly

      yang diadakan secara rutin. Tentu saja, kegiatan ini akan

    36

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    36/44

    mem pertajam kemampuan presentasi mereka di depan orang banyak sebagai salah satu

    keterampilan literasi informasi yang mereka kuasai.

    Dampak terhadap layanan perpustakaan juga meningkat. Untungnya,

    perpustakaan MIS mempunyai sebuah program yang bernama

      trust library.

      Trust

    library adalah sebuah program yang berlandaskan kepercayaan kepada komunitas

    sekolah dalam proses pinjam kembali koleksi perpustakaan. MIS jug a

    mengimplementasikan MYP sebagai salah satu program International Baccalaureate-

    nya. Para peserta didik di level MP Y sudah diajarkan untuk man diri khususn ya d alam

    program

      trust library

      tadi. Selain itu murid MYP juga sudah memahami penggunaan

    perpustakaan karena sejak mereka PYP, ketermapilan penggunaan perpustakaan

    sekolah sudah diajarkan.Dengan demikian, peningkatan pemakaian perpustakaan

    sekolah, tidak terlalu berdampak langsung terhadap kerepotan R, karena adanya

    program

      trust library

      ini.

    Selain itu, progam

      student librarian,

      yang sudah menyiapkan para peserta

    didik yang mengambil bagian dalam kegiatan ektra kurikuler ini juga dapat diandalkan

    sebagai 'asisten' R khususnya saat ada pendidik atau peserta didik baru, karena

    mereka yang dapat mengambil peran untuk menjadi

      tour leader

      yang memperkenalkan

    perpustakaan dan layanannya bahkan juga

      tour

      sekolah.

    Pengevaluasian Kegiatan Literasi Informasi

    Kegiatan evaluasi dilakukan oleh Kepala Sekolah terhadap kegiatan

    pembelajaran secara menyeluruh, karena literasi informasi sudah masuk dalam

    kebijak an sekolah me skipun tidak tertulis. Setelah sekian lam a diimplem entasika n

    kegiatan literasi informasi ini, evaluasi tidak mengubah pola kegiatan implementasi

    secara

      significant,

      karena apa yang sudah diterapkan dianggap sudah merupakan

    kegiatan yang tepat dalam kaitan penempatan perpustakaan sekolah sebagai jantung

    sekolah.

    .2. E dari Sekolah Ciputra Surabaya

    E yang berlatar belakang sastra Inggris ini semula adalah guru di sekolah

    Ciputra Surabaya. Ketika ada posisi kosong dalam formasi perpustakaan sebagai guru

    perpustakaan, E dipromosikan untuk menempati posisi tersebut sejak tahun 2004

    hingga kini.

    37

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    37/44

    Pengem bangan dan Perencanaan Program Literasi Informasi

    E mengembangkan program literasi informasi untuk tingkat sekolah dasar,

    mulai dari kelas 1 hingga kelas 6. Pengemasan program literasi informasi yang dibuat

    E tidak seperti implementasi literasi informasi pada umumnya yang mengacu pada

    suatu mod ul literasi informasi yang sudah ada. E me ngem bang kan program literasi

    informasi ini dengan memasukkan tiga unsur penting yang tidak lepas satu dan

    lainnya. Ke - tiga unsur itu adalah:

    a. Library skills

    b. Reading skills

    c. Research skills

    Hal yang dilakukan dalam mengem bangkan suatu unit pembelajaran dari salah

    satu topik yang ingin disampaikan adalah dengan menggunakan metode observasi

    peserta didik, observasi pendidik dalam menyampaikan pelajaran di kelas dan rapat-

    rapat yang diadakan berkaitan dengan kegiatan pem bela jaran di sekolah . Observasi

    pada peserta didik dilakukannya saat waktu istirahat siang, saat peserta didik masuk ke

    perpustakaan. E mengamati apa yang mereka keijakan di perpustakaan misalnya ia

    mengamati permainan apa yang mereka mainkan. Setiba di rumah, hasil observasi ini

    diolah kem bali. Observasi pada pendidik, dilakukan saat ia me ndap at ijin untuk

    masuk ke kelas rekan pendidik yang mempunyai hubungan baik dengan dirinya dan

    yang memberinya ijin untuk mengobservasi proses pelajaran di kelasnya. Ia juga

    menawarkan diri jika pendidik tersebut membutuhkan bantuannya. Dari observasi di

    kelas ini, E juga sering mendapat ide-ide untuk menge mbangkan program

    pembelajarannya.

    Ide-ide pembelajaran ini muncul berdasarkan pengalaman sehari-hari. Lebih

    jauh, dari observasi ini ia dapat mengindetifikasi kebutuhan dari peserta didik untuk

    kemudian dijadikan masukan untuk pelajaran yang diberikannya. Menu rut E, inti dari

    literasi informasi adalah

      daily life.

      Mengapa hasil akhir literasi informasi ini adalah

    pembentukkan pembelajar seumur hidup, karena konteks pem belajaran mereka adalah

    kontekstual. Dengan demikian, E mengaku bahw a unit pelajarannya tidak ia buat

    baru, melainkan ia hanya menyusun dari apa yang sudah dialami berdasarkan

    obesrvasi itu.

    E sudah menerapkan kegiatan berbasis ke-tiga keterampilan di atas sejak 7-8

    tahun yang lalu. Ia berangkat dari

      research skills

      yang kemudian di

    breakdown

     menjadi

    beberapa keterampilan. Misalnya, research itu bisa dikembangkan dalam bentuk

    38

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    38/44

    baca an atau dalam bentuk eksperimen. Contoh lain adalah, untuk untuk keteram pilan

    finding

      (note: menem ukan informasi), maka perlu keterampilan mem baca atau

    keterampilan mencari informasi di internet. Ke-dua hal tadi perlu diajarkan, karena

    tidak semua orang tahu bagaimana mencari informasi lewat internet. Contoh lain

    adalah record (note: pencatatan) maka keterampilan yang perlu di ajarkan adalah

    notetaking, typing

      dan

      paraphrasing.

    Perencanaan jangka panjang secara terstruktur memang tidak ada, namun E

    mempunyai target bahwa di kelas 6, peserta didik di kelas ini sudah tahu bagaimana

    caranya membuat sitasi, menulis referensi, mencari perbandingan lewat buku,

    melakukan interview.

      Perencanaan jangka pendek dibuat sendiri oleh E tanpa campur

    tangan orang lain. Jika perencana an ini sudah matang, m aka akan disosialisasika n

    dengan rekan-rekan pendidik lainnya. Dari pihak sekolah penjadwalan untuk kelas

    perpustakaan adalah seminggu sekali. Sedangkan di luar itu, jadwal E lebih fleksibel,

    tergantung dari permintaan pendidik.

    Pelaksanaan Program Literasi Informasi

    Pada awalnya, E berusaha meyakinkan kepala sekolah tentang pentingnya

    penerapan literasi informasi. Ia mengatakan bahwa komunitas sekolah perlu

    menyadari bahwa hal ini penting. Untuk itu perlu ditanamkan aspek-aspek literasi

    informasi ini dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya peserta didik perlu diajarkan

    keteram pilan tertentu dan harus jela s hasil apa yang haru s kelihata n dari proses

    pemb elajaran itu. Akhirnya kepala sekolah bisa men erima argumentasi E dan

    akhirnya m enyetujui jadw al rutin tiap minggu selama satu jam dan jadw al tidak tetap

    yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

    Sesuai dengan kesepakatan itu maka pelaksanaan program kegiatan literasi

    informasi ini masuk dalam dua jenis kegiatan pelaksanaan. Pertama dalam jadwal

    tetap seminggu sekali yang sudah ditentukan pihak sekolah, dan kedua adalah jadwal

    tidak tetap yang diberikan sesuai kebutuhan pendidik di kelas. Meskipun kegiatan

    literasi informasi ini tidak mengacu pada suatu model tertentu, namun E mempunyai

    target - target pembelajaran literasi infomrasi yang melebihi dari apa yang diangkat

    dari modul literasi yang sudah ada.

    Hal penting dari kegiatan yang dilakukan oleh E adalah pengembangan

    kegiatan pembelajaran berdasarkan kebutuhan dan pengenalannya terhadap peserta

    didik yang diasuhnya. Contohnya adalah saat ada satu anak yang mem punyai sebuah

    kebiasaan 'aneh' di luar kebiasaan teman-teman sekelasnya, yaitu menghafal angka-

    39

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    39/44

    angka yang dilihatnya. Tidak jarang ia mem perhatikan papan k erja yang ada di ruang

    kerja E. Hal ini menjadi catatan tersendiri bagi E, karena pada suatu ketika, catatan

    nomor telepon yang biasanya ada di papan kerja di ruangannya hilang. Hal yang

    dilakukannya adalah ia memanggil anak yang berkebiasaan 'aneh' tadi dan

    menanyakan nomor-nomor yang dilihatnya di papan kerja tersebut.

    Salah satu program yang dikembangkan berdasarkan hasil observasi dan

    kebutuhan dari peserta didik adalah mem buat mereka untuk bertanya. E mendapati

    bahwa kelompok peserta didik dalam salah satu kelas yang harus diajarkan cenderung

    diam dan tidak suka bertanya. E menyadari bajw a topik yang disukai mereka adalah

    mencari barang atau  murder.  Ide yang tercetus untuk unit pelajaran yang

    dikembangkannya adalah dengan permainan  Treasure Hunt.  Gam e ini meng haruskan

    mereka memecahkan suatu persoalan, dengan aturan main, semakin baik pertanyaan

    yang dilontarkan maka semakin banyak petunjuk yang me reka peroleh. Sebaliknya,

    jika mereka melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang jelek, maka waktu mereka akan

    semakin panja ng untuk mem ecahkan misteri itu. Pertanyaan - pertanya an itu

    ditujukan kepada E. Dengan demikian, mereka berlom ba-lom ba untuk bertanya.

    Kegiatan ini berlangsung lebih dari satu kali pertemuan. Meskipun membuat ektra

    pekerjaan bagi E, namun E justru belajar dalam mengembangkan games ini di tiap

    minggunya untuk terus mempertahankan minat peserta didik dalam proses

    pem belajaran pemecahan m asalah ini. Ketika di akhir pelajaran, terlontar pertanyaan

    dari mereka, mengapa sam pai ia dibunuh (dalam kasu s game ini). Me nurut E , refleksi

    ini lah yang merupakan bagian yang penting. Pem bahasan lang kah-langkah awal saat

    mereka mulai mem ecahkan misteri permainan ini dibahas. E meng aku ia berlajar

    metode cara berpikir mereka, dan lebih mudah baginya untuk memasukkan pelajaran

    yang ingin disampaikan melalui hal-hal yang m enjad i mina t mereka.

    Itu sebabnya, E tidak mengembangkan suatu pakem terstruktur dalam metode

    pembelajaran ini. Dari kegiatan permainan diatas, jelas sekali proses yang tercantum

    dalam keterampilan literasi informasi itu, seperti: merumuskan masalah (memecahkan

    misteri pembunuhan); mencari informasi (dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

    kepada E). Proses pencarian informasi ini kemudian mendongkrak cara berpikir kritis

    mereka melalui pertanyaan bagus yang harus mereka buat sesuai aturan main yang

    dibuat. Kemudian mereka menyusun informasi yang diperoleh dengan mencoba

    memecahkan misteri itu. Meskipun pada pelajaran ini tidak ada secara nyata

    keterampilan presentasi, namun E menekankan bahwa dalam pembelajaran ini

    40

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    40/44

    penekanan ditekankan pada evaluasi atau refleksi yang dilakukan secara bersama-

    sama. Dengan demikian mereka belajar dari proses pemecahan masalah dan proses

    saat mereka mengum pulkan informasi untuk mem ecahkan m asalah tersebut.

    Contoh di atas adalah salah satu kegiatan literasi informasi yang terjadwal.

    Kegiatan kolaborasi terjadi saat ada pendidik yang sudah mempunyai bahan pelajaran

    dan perlu bantuan E untuk mengajari suatu keterampilan tertentu. Dalam bentuk

    kerjasama seperti ini tidak jarang E memberikan kisi-kisi pembelajaran yang

    diinginkan pendidik tersebut untuk disampaikan oleh yang bersangkutan.

    Masalah akan muncul jika E berhalangan hadir di sekolah. Staf perpustakaan

    ataupun pendidik lainnya tidak dapat menggantikan posisinya meskipun ia sudah

    menyiapkan bahan pelajaran yang perlu disampaikan dan hanya perlu dibacakan di

    depan kelas. Hal ini disebabkan karena mereka tidak mempunyai keterampilan

    mengajar seperti yang dimiliki oleh E. Pada kenyataannya, justru staf perpustakaan ini

    adalah mereka yang seringkah menjadi 'kelinci percobaa n' untuk metode

    pem belajaran baru yang dikembangkan di perpustakaan. Ketika ia mem berikan

    pelajaran di perpustakaan tidak jarang staf perpustakaan juga tertarik untuk

    mendengarkan bahkan terlibat dalam proses tanya jawab, yang tentu saja

    mengherankan peserta didik yang sedang belajar saat itu. Hal itu merupakan masu kan

    buat E bahwa m etode pembelajarannya berhasil.

    Kadang E juga m endapat respon negatif dari usaha-usaha yang dilakukannya.

    Bentuk respon negatif adalah saat para pendidik sudah lebih dulu berkata mereka bisa

    melakukan tahapan literasi informasi ini misalnya mencari data lewat internet. Pada

    kenyataannya mereka tidak menyadari bahwa mereka tidak memahami tehnik

    penelusuran yang dapat membantu mereka untuk mendapatkan informasi yang lebih

    baik. Meskipun dem ikian E tidak merasa terganggu dengan respon-respon dem ikian,

    ia tetap pada prinsipnya untuk terus menjalankan program-program yang dianggapnya

    baik bagi peserta didiknya.

    Pengevaluasian Kegiatan Literasi Informasi

    Keg iatan evaluasi dilakukan baik mandiri di setiap saat dirasa perlu. Hal ini

    dinyatakan oleh E, bahwa dengan fleksibilitas program yang dbuatnya akan memberi

    kefleksibilitasan baginya juga untuk berhenti saat ia melihat peserta didik mulai bosan

    dan meneruskan pembelajaran saat peserta didik menemukan minat pada suatu

    kegiatan pembe lajaran yang mereka nikmati, seperti permainan

      Treasure Hunts

      tadi.

    41

  • 8/16/2019 peran_tenaga_perpustakaan_sekolah_dalam_implementasi_literasi_informasi_di_indonesia.pdf

    41/44

    Lebih jauh lagi, evaluasi program secara keseluruhan dilakukan tiap tahun.

    Me nurut E, karen faktor - faktor kem amp uan peserta didik yang berbeda, teknologi

    yang berkembang dengan cepat merupakan faktor perubahan program pem belajaran di

    kelas tertentu, turun ke kelas sebelum nya. Hal ini pernah terja di saat program

    pembelajaran kelas 4 akhirnya diajarkan pada kelas 2 di tahun selanjutnya. Hal ini

    membuatnya harus terus kreatif menciptakan program baru seperti untuk kelas 4 yang

    bahannya turun ke kelas 2 ini.

    Tambahan Profil E

    Dari hasil pengumpulan data, maka peneliti merasa perlu untuk memberikan

    tambahan informasi tentang E. E merasa bahwa ia harus terus belajar

    mengem bangkan dirinya dalam konteks pemb elajaran literasi informasi ini. Proses

    pembelajaran ini dianggap penting karena ia jug a ha rus terus m enerus

    mengem bangkan pelajaran yang selalu berubah tiap tahunnya. E merasa tidak perlu

    mengembangkan pakem program pembelajaran karena menurutnya metode

    pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.

    Bagi E, menjadi pendidik adalah panggilan hidupnya. Ada kepuasan yang tak

    terbayarkan dan perasaan senang luar biasa jika ia dapat memformulasikan suatu

    program dan bukan saja peserta didik yang m enikmati kegiatan pe mbelajaran tersebut,

    namun juga staf perpustakaan yang ikut masuk dalam kegiatan pembelajaran di

    perpustakaan itu.

    E pernah ditawarkan dan duduk dalam posisi sebagai

      Team Leader

      yang

    dilakoninya selama tiga tahun. Namun ia