Perancangan Tourist Map Interaktif Objek Wisata Alam dan ...€¦ · Artikel Ilmiah . Peneliti:...

25
Perancangan Tourist Map Interaktif Objek Wisata Alam dan Sejarah Pulau Ambon (Studi Kasus Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku) Artikel Ilmiah Peneliti: Camelia Mariani Tetty (692010033) Martin Setyawan, S.T., M.Cs. Yesaya Sandang, M.Hum. Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2016

Transcript of Perancangan Tourist Map Interaktif Objek Wisata Alam dan ...€¦ · Artikel Ilmiah . Peneliti:...

  • Perancangan Tourist Map Interaktif

    Objek Wisata Alam dan Sejarah Pulau Ambon (Studi Kasus Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku)

    Artikel Ilmiah

    Peneliti: Camelia Mariani Tetty (692010033)

    Martin Setyawan, S.T., M.Cs.

    Yesaya Sandang, M.Hum.

    Program Studi Desain Komunikasi Visual

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Salatiga 2016

  • 1

    1. Pendahuluan Sebagai ibu kota Provinsi Maluku, Ambon memegang andil penting dalam

    pembangunan daerah, dan berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

    dengan aktivitas sosial, ekonomi, pemerintahan serta pendidikan tinggi di Provinsi

    Maluku, membawa pengaruh pada pertumbuhan penduduk, termasuk migrasi dari

    daerah-daerah sekitar. Kondisi ini terlihat pada perkembangan jumlah penduduk

    berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Ambon, pertumbuhan penduduk

    cenderung meningkat dalam perhitungan tahun 2012, mencapai 21% dari 1,2%

    pada tahun 2009, dan dengan pengecualian pada tahun 2010 pasca konflik

    komunal [1]. Oleh karena cengkih dan pala, Maluku menjadi wilayah yang

    menyimpan sisa-sisa perjalanan sejarah dunia. mulai dari berdirinya kerajaan

    Islam, masuknya bangsa Portugis pada tahun 1500-1600 dalam monopoli

    perdagangan cengkih dan pala, disusul kolonialisme Belanda dan bangsa-bangsa

    Eropa lainnya pada tahun 1602. Tidak hanya cengkih dan pala, pergeseran

    kekuasaan ke tangan Jepang yang yang haus akan kekayaan laut Maluku, serta

    perjuangan mencapai kemerdekaan [2]. Kolaborasi kekayaan alam, akulturasi

    budaya yang beriringan dengan originalitas budaya kebersamaan dalam

    kekeluargaan, menjadikan Ambon layak menyandang sebutan Manise, atau

    Ambon yang Cantik. Hingga kini, jumlah penduduk yang mencapai 395.423 jiwa

    pada tahun 2014, diharapkan turut bertanggungjawab terhadap 24 titik wisata

    bahari, dan 15 titik situs sejarah yang dimiliki Pulau Ambon sebagai tujuan

    wisata. Kekayaan alam dan warisan budaya Ambon seharusnya berbanding lurus

    dengan penyediaan layanan informasi yang memenuhi kebutuhan calon

    wisatawan, wisatawan bahkan masyarakat setempat secara berkesinambungan,

    terlepas dari pemanfaatan momentum salah satunya seperti Sail Banda pada tahun

    2010 silam yang secara otomatis turut menarik perhatian dunia untuk Ambon.

    Dalam rangka mengemas dan menyajikan informasi sebagai kebutuhan,

    Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku mengungkapkan kebijakan

    dan ketetapan pemerintah daerah dalam pengadaan media informasi pariwisata

    yang cenderung menggeserkan manfaat teknologi multimedia dan

    perkembangnnya. Sebagai contoh, booklet, brosur, leaflet peta lokasi objek

    wisata, dan media cetak lainnya, hingga kini masih merupakan media pokok

    sumber informasi dan promosi pariwisata yang memuat destinasi wisata pada 9

    Kabupaten dan 2 Kota di Provinsi Maluku. Dalam wawancara bersama Bidang

    Informasi dan Promosi Disbudpar Maluku, media cetak tersebut antara lain Peta

    lokasi objek wisata Pulau Ambon yang hanya berisi peta objek, booklet dan leaflet

    untuk Kabupetan Maluku Tengah, booklet dan leaflet wisata Pulau Ora,

    Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Tanah

    Tanimbar, Ibu Kota Tiakur, serta booklet Bandanaira, yang masing-masing hanya

    dapat diperoleh di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, atau

    lembaga tertentu yang menjalin kerjasama promosi. Keadaan ini mengakibatkan

    kurangnya informasi wisata bagi wisatawan dari media informasi pariwasata

    Provinsi Maluku yang praktis digunakan dan relevan dengan pariwisata yang ada.

    Menurut Muddin Wael, S.S sebagai staff pelaksana harian media informasi

    pariwisata Disbudpar, pengadaan media cetak berupa booklet pariwisata dan peta

    wisata yang berkelanjutan dengan asumsi data yang harus dibaharui pertahunnya,

  • 2

    menghabiskan anggaran sebesar Rp. 130.000.000,00 dan kurang lebih

    Rp.14.000.000,00 alokasi dana khusus pengembangan media Pulau Ambon dan

    belum termasuk pengadaan media untuk event nasional. Anggaran belanja yang

    cukup besar justru menyisakan booklet, leaflet dan lain sebagainya dalam jumlah

    banyak hanya menjadi inventaris Dinas. Di sisi lain, fasilitas web site resmi Dinas

    Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku menghabiskan anggaran lebih

    rendah dibandingkan pengadaan media cetak, yakni Rp,12.000.000,- per tahun

    tanpa input data yang up to date.

    Menanggapi hal ini, perlu adanya kreatifitas yang mengembangkan layanan

    informasi secara berkala, memuat semua informasi wisata Pulau Ambon yang

    menarik perhatian, sekaligus sebagai media promosi, menekan anggaran belanja

    daerah dengan memanfaatkan fasilitas penunjang informasi yang telah ada.

    Hadirnya multimedia dipercaya mampu menembus sasaran penyampain informasi

    wisata, dalam kolaborasi unsur-unsur teks, video, suara dan gambar, yang

    kemudian dikemas dalam sebuah Tourist Map objek wisata berbasis animasi

    interaktif sebagai visualisasi peta pariwisata pada media cetak. Agar pembahasan penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang telah

    dirumuskan, maka diperlukan batasan-batasan dalam penelitian yakni, pencarian

    tujuan wisata hanya dimulai dari Bandar udara Pattimura Ambon, Peta grafis yang

    dibuat hanya memvisualisasikan jalan-jalan utama, tidak termasuk jalan-jalan

    kecil, objek penelitian tujuan wisata hanya merupakan wisata alam dan sejarah

    khusus di wilayah Pulau Ambon, objek wisata yang divisualisasikan hanya berupa

    10 objek wisata alam dan 10 objek wisata sejarah, serta Informasi yang disalurkan

    berupa rute perjalanan wisata, jarak tempuh, akses dan transportasi ke lokasi

    wisata, fasilitas umum seperti tempat tinggal dan daya tarik objek wisata tersebut.

    2. Tinjuan Pustaka Perancangan hingga implementasi Tourist Map dapat menerobos jalur

    promosi destinasi wisata daerah seperti pada Perancangan Peta Interaktif 2D dan

    Tourist Guide Kepulauan Bangka Belitung oleh Jayanti. Penelitian ini

    menggambarkan keseluruhan Kepulaun Bangka Belitung secara kompleks

    bersama animasi murni dua dimensi [3]. Penelitian selanjutnya oleh Tri Nugraha

    yakni proyek Pembuatan Multimedia Interaktif Guna Memperkenalkan Kabupaten

    Lampung Barat. Aplikasi yang disajikan dalam 1 bahasa yakni bahasa Indonesia

    ini menargetkan wisatawan domestik [4]. Memperjelas perbedaannya dengan

    perancangan Tourist Map wisata Pulau Ambon, Tourist Map dirancang dalam dua

    bahasa, dengan desain interface yang berorientasi pada karakter objek penelitian,

    guna menyalurkan informasi wisata yang menarik juga informatif.

    Map pada dasarnya mengandung arti komunikasi, artinya merupakan suatu

    saluran antara pengirim pesan (pembuat peta) dengan penerima pesan (pembaca

    peta), dengan demikian peta digunakan untuk mengirim pesan yang berupa

    informasi tentang realita dalam wujud berupa gambar. Agar peta atau gambar

    tersebut dapat dimengerti, maka memerlukan kesamaan bahasa antara pembuat

    peta dan pembaca peta, dengan menerjemahkannya dalam bahasa symbol agar

    pembaca dapat mengerti [5].

  • 3

    Media Informasi merupakan bentuk jamak dari kata medium. Media atau

    medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya

    komunikasi dari pengirim menuju penerima [6]. Sedangkan pengertian dari

    informasi secara umum adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain

    yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi

    penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan

    datang [7].

    Animasi berasal dari bahasa latin Anima, yang secara harafiah berarti „jiwa‟

    (soul) Animare yang berarti „nafas kehidupan‟ (vital breath). merupakan

    serangkaian gambar gerak cepat yang continue atau terus-menerus yang memiliki

    hubungan satu dengan lainnya [8]. Animasi Komputer membuat hal-hal yang

    awalnya tidak mungkin digambarkan dengan animasi menjadi mungkin dan lebih

    mudah [9].

    Multimedia dan penggunaannya membantu penyampaian informasi dalam

    perancangan Tourist Map ini. Seperti yang disebutkan dalam hasil penelitian oleh

    Computer Technology Research bahwa sesorang hanya akan mendapat 20% dari

    apa yang mereka lihat dan 30% dari apa yang mereka dengar. Sedangkan

    multimedia mampu memberikan 50% dari keduanya, hingga 80% dari apa yang

    mereka lihat, dengar dan berinteraksi dalam waktu yang sama dan dengan desain

    antarmuka yang akan lebih menarik [10].

    Multimedia interaktif merupakan gabungan dari beberapa unsur multimedia

    seperti teks, gambar, animasi dan video yang dapat dikontrol oleh penggunanya

    [11]. Perancangan Interaktif Tourist Map adalah bentuk pengaplikasian

    Multimedia Interaktif, dimana user atau penggunan berperan sebagai controller.

    Objek secara etimologi berarti bentuk dan wisata adalah sebuah perjalanan,

    namun tidak semua perjalanan dapat dikatakan wisata [12]. Pengertian ini

    menjelaskan bahwa suatu tempat yang potensial, namun belum dikembangkan

    atau dikelola, belum dapat disebut objek wisata hingga adanya pihak pengelola

    tempat tersebut sebagai dasar kepariwisataan. Tanpa adanya pengelola dari tempat

    potensial itu, maka akan sulit untuk berkembang menjadi suatu objek wisata.

    Sebaliknya ketetapan sebagai objek wisata dengan potensi, keunikan, keindahan,

    dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan

    manusia akan menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

    Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang

    memanfaatkan potensi sumberdaya alam, baik dalam keadaan alami maupun

    setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh

    kesegaran jasmaniah dan rohaniah, men-dapatkan pengetahuan dan pengalaman

    serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam [13].

    Wisata sejarah merupakan bagian kecil wisata yang berorientasi pada objek

    wisata sosial budaya, dimana objek wisata sosial budaya dapat di manfaatkan dan

    dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata meliputi meseum, peninggalan

    sejarah, upacara adat, seni pertunjukan, dan kerajinan.

    Pulau Ambon atau Ambon Manise yang berarti Kota Ambon Yang Indah,

    Manis atau Cantik, merupakan kota terbesar di wilayah kepulauan Maluku dan

    menjadi pusat pelabuhan, pariwisata dan pendidikan di wilayah kepulauan

    Maluku [14]. Sejarah mencatat, pulau kecil Ambon adalah pusat pemerintahan

  • 4

    Belanda di Maluku pada abad k-15 itu, kini Pulau dan Kota Ambon tetap menjadi

    pusat aktifitas Provinsi Maluku [15]. Beranjak dari kekayaan sebagai alasan

    eksplorasi eropa di Maluku, khususnya pulau Ambon, kemajemukan yang lahir

    dari sana sempat membawa Ambon dalam kekerasan komunal yang terjadi antara

    tahun 1999-2002. Kurang lebih tiga tahun ada dalam pertempuhan darah, di akhir

    tahun 2009 Ambon menjadi salah satu situs perdamaian dunia dengan penetapan

    World Peace Gong oleh PBB tepat di pusat kota Ambon yang kemudian menarik

    masyarakat lokal untuk berproses dalam menjaga stabilitas keamanan dan

    kedamaian Ambon, termasuk pembangunan kepariwisataan di dalamnya.

    Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku resmi ditetapkan pada

    tanggal 6 Mei 1997 sebagai lembaga pemerintah daerah yang siap menjaga,

    melindungi, melestarikan seluruh aspek mengenai seni yang terkandung dalam

    kebudayaan daerah, melestarikan segala kekayaan sejarah dan alam sebagai tujuan

    wisata dan sebagai bentuk kebanggaan atas ciptaan Sang Kuasa bagi Indonesia. Adapun visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah terwujudnya Maluku

    sebagai destinasi pariwisata bahari dan budaya berbasis masyarakat, dalam rangka

    meningkatkan kesejahteraan dan persahabatan dalam 9 Kabupaten dan 2 Kota di

    Maluku.

    3. Metode Penelitian

    Pemetaan metode perancangan Tourist Map objek dan daya tarik wisata akan

    dijabarkan dalam bab ini. Tahap-tahapan penelitian yang dilakukan dalam

    penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Tahapan Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan adalah mixed methods reasearch atau

    metode campuran dengan eksploratoris sekuensial sebagai teknik pengumpulan

    data. Mixed methods merupakan metode penelitian yang mengkombinasikan atau

    menggabungkan antara metode kuantittif dan metode kualitatif untuk digunakan

    secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehinga diperoleh data yang

    lebih komprehensif, valid, reliable, dan obyektif. Metode kualitatif berfungsi

    untuk menemukan hipotesis pada kasus tertentu atau sampel terbatas, sedangkan

    metode kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis pada populasi yang lebih

    luas [16]. Perancangan Interaktif Tourist Map dengan mix methods atau metode

  • 5

    campuran pada tahap awal, dilakukan “collects and analyzes qualitative data and

    then followed by quantitative phase” atau pengumpulan data dan analisis data

    kualitatif sebagai data primer disusul pendekatan kuantitaif sebagai pendukung

    kebenaran data premir [17]. Metode penelitian dan strategi perancangan sistem

    pada dasarnya merupakan metode perancangan sistem yang digunakan untuk

    menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk [18]. Prototyping

    model merupakan proses untuk membangun sebuah model dari suatu sistem yang

    berorientasi pada kebutuhan user, dengan asumsi dapat dikembangkan lagi.

    Metode prototyping dapat dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2. Bagan prototyping model [19]

    Menurut Roger S.Pressman, Ph.D Metode Prototype bukanlah merupakan

    sesuatu yang lengkap, tetapi sesuatu yang harus dievaluasi dan dimodivikasi

    kembali [19]. Segala perubahan dapat kembali terjadi pada saat prototype dibuat

    untuk memenuhi kebutuhan pengguna dan pada saat yang sama memungkinkan

    pengembang untuk lebih memahami kebutuhan pengguna secara lebih baik.

    Berikut adalah tahapan metode prototype: (a) Komunikasi dan pengumpulan data

    awal, yaitu analisis terhadap kebutuhan pengguna (Dalam hal ini, wisatawan), (b)

    Quick Desain (desain cepat), yaitu pembuatan desain secara umum untuk

    selanjutnya dikembangkan kembali, (c) Pembentukan prototype yaitu pembuatan

    perangkat prototype termasuk pengujian dan penyempurnaan. (d) Evaluasi

    terhadap prototype, yaitu mengevaluasi prototype dan memperhalus analisis

    terhadap kebutuhan pengguna, (e) Perbaikan prototype, yaitu pembuatan tipe yang

    sebenarnya berdasarkan hasil dari evaluasi prototype, dan (f) Produksi Akhir,

    yaitu memproduksi perangkat secara benar sehingga dapat digunakan oleh

    pengguna. Teknik pengumpulan data untuk media Tourist Map ini diambil dari

    hasil: (1) Wawancara yang merupakan satu perangkat metodologi yang sering

    digunakan dalam penelitian kualitatif [20]. Dalam tahap ini, wawancara dilakukan

    dengan Bpk. Muddin Wael, S.S. selaku Staf Sie Promosi sekaligus sebagai Humas

    Informasi dan Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Maluku. Tabel 1

    merupkan hasil wawancara terstruktur dengan Bidang Promosi dan Publikasi

    pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku. Tabel 1. Hasil Wawancara Kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku

    No Pertanyaan Jawaban

    1 Media informasi apa saja yang sejauh ini dikelolah DisBudPar

    untuk pengembangan objek

    wisata?

    booklet, brosur, leaflet dan website dan beberapa CD video yang tidak

    lagi diupdate.

  • 6

    (2) Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

    sistematik terhadap gejala yan nampak atas objek penelitia [21]. Obeservasi yang

    dilakukan adalah pengamatan segala sesuatu yang terjadi dalam proses penyedian

    layanan informasi wisata. Dari proses pengamatan kepada Dinas Kebudayaan dan

    Pariwisata Provinsi Maluku, didapati beberapa masalah di dalamnya seperti,

    fasilitas internet yang tidak lagi direalisasikan pada Bidang Promosi Pariwisata,

    dan mengakibatkan lemahnya sistem update informasi. Selanjutnya, (3) Kuesioner

    atau angket yang merupakan daftar pertanyaan yang disertai lajur tempat jawaban,

    diberikan kepada tiga kelas responden yakni wisatawan lokal, domestik, dan

    manca negara, masing-masing sebanyak 30 responden. Gambar 3 merupkan

    persentase jawaban responden terhadap indeks pertanyaan objek wisata apa yang

    lebih menarik dikunjungi wisatawan jika endak berwisata ke Pulau Ambon.

    2 Berapa banyak anggaran yang kira-kira dialokasikan untuk pengembangan media?

    - Untuk penganggarannya, dalam 1 tahun ada 3 pos penganggaran yaitu:

    pesta Teluk sebagai Program Tahunan, cetak-mencetak leaflet dll, perjalanan Dinas dalam Exebisi Nasional.

    - Untuk pengadaan brosur dan leaflet sendiri dalam ABT DisBudPar

    sebanyak Rp.170.000.000,00 belum termasuk pengadaan media untuk event seperti Exebisi Nasional.

    - Untuk website, dalam ABT tercatat Rp.2.000.000,00 untuk

    maintenance/bulan.

    3 Berdasarkan data jumlah media informasi yang ada dan

    penganggarannya, kendala apa saja yang pernah bahkan sering terjadi

    dalam proses pengadaan dan

    pengembangan media? Apakah pihak Bidang Informasi dan Promosi

    Pariwsiata puas dengan pengadaan

    mendia informasi yang sampai kini

    masih diprogramkan?

    - Dalam pengadaannya, hanya saja pengadaan media informasi yang

    ada jauh di bawah keefktifannya jika dibandingkan layanan informasi

    daerah lain yang lebih memanfaatkan kemajuan teknologi. Hal itu terlihat

    saat exebisi nasioal yg dibuat kementrian industry kreatif dan pariwisata.

    - Dari keselurah program yang sudah dikerjakan dalam Bidang kami,

    jelas kami belum puas dengan booklet, brosur, leaflet yang ada.

    Pengadaan media tiap tahunnya terbukti tidak terpakai dengan baik.

    Masih banyak booklet yang tersisa, sama saja dengan membuang-buang

    anggaran. Iya, kita tebatas dengan anggaran. 170.000.000,00 sudah harus

    cukup untuk semua pengadaan.

    - Selanjutnya, mengenai website juga mengalami kendala. Biaya

    maintenance website terus berjalan tanpa update informasi yang penting

    di dalamnya. Hal ini sangat disayangkan. Kita butuh kreatifitas. Kita

    butuh kreatifitas. ini sangat disayangkan.

    4 Pernakah pihak pengelolah media memikirkan atau bahkan telah mengupayakan memperbaiki metode

    layanan informasi yang telah ada?

    “Maluku Luas, banyak kekayaan yang belum kita ekspose. Ambon juga

    punya sejuta pesona. Kita ingin media yang lebih baik lagi untuk menampung semua. Booklet dan leaflet memang baik, hanya belum

    mampu menyentuh tujuan kita. Padahal kiblat pariwisata Indonesia kini

    mengarah pada Indonesia bagian Timur. Kalau boleh, website kita aktifkan kembali, olah kembali isinya supaya lebih berguna. Sementara

    dengan media internet Dinas dulu. Siapa tau, setelah diolah ada perhatian

    Kepala Dinas supaya diperjuangkan lagi apa yang harus kita punya. Selain itu, di Bandara pattimura sementara dalam proses pengadaan

    media Kiosk dan kita sementara memikirkan cara apa lagi untuk

    pemanfaatannya”.

  • 7

    Gambar 3. Persentase Jawaban Responden

    Terhadap Pertanyaan Pertama

    Selanjutnya, Gambar 4 merupakan jawaban atas pertanyaan kedua yang

    meminta responden memberikan jawabannya terkait media informasi apa yang

    lebih banyak memberikan informasi wisata bagi responden.

    Gambar 4. Persentase Jawaban Responden

    Terhadap Pertanyaan Kedua

    Dari data di atas membuktikan minimnya akses situs web resmi Dinas

    Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku beserta media cetak yang sejauh ini

    menjadi media informasi dan promosi wisata Pulau Ambon. Keadaan ini

    memperjelas hasil pendekatan kualitatif yang telah ada mengenai bahan evaluasi

    kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku dibandingkan situs web lainnya

    yang lebih banyak digunakan sebagai media informasi pariwsata Ambon.

    Gambar 4 merupakan jawaban responden terkait jumlah objek wisata alam

    yang responden ketahui dari sumber informasi yang disediakan Dinas

    Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.

    Gambar 5. Persentase Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan ketiga

    6.70%

    33.30%

    6.70%

    53.30%

    Intensitas Penggunaan Media Informasi Wisata Oleh Wisatawan

    Situs Resmi Web Sites

    Booklet & Brosur Intrapersonal

    33.30%

    26.70% 6.70%

    33.30%

    Persentase Perolehan Informasi Objek Wisata Alam

    < 5 < 15 > 15 Tidak Ada

    40%

    26.70%

    32.30%

    0 Indeks Tujuan Wisata Oleh Wisatawan

    Wisata Alam Wisata SejarahAlam dan Sejarah Lain-lain

  • 8

    Keadaan ini menggambarkan minimnya media informasi yang informatif

    bagi wisatawan. Jawaban responden yang banyak atas tidak satupun objek wisata

    yang mereka ketahui melalui layanan media informasi oleh Disbupar, juga

    menghasilkan beberapa keluhan responden dalam wawancara tidak terstruktur

    terhadap Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku terkait kebutuhan wisatawan

    akan media informasi yang informatif dan praktis digunakan.

    Masalah yang sama juga terjadi untuk informasi objek wisata sejarah.

    Presentase jawaban responden terkait jumlah objek wisata sejarah yang responden

    ketahui dari media informasi booklet, brosur, atau web site, oleh Dinas

    Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku dapat di lihat pada Gambar 6.

    Gambar 6. Persentase Jawaban Responden

    Terhadap Pertanyaan Keempat

    Cara lain untuk mempeoleh data dari responden atau objek penelitian adalah

    dengan menggunakan teknik dokumentasi. (4) Teknik dokumentasi

    memungkinkan perolehan dokumen-dokumen resmi sebagai bagian dari

    pendekatan kualitatif. Adapun hasil riset data kualitatif yang dilakukukan pada

    Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, terdapat 24 objek wisata pulau Ambon, yaitu:

    Tabel 2. Rekam data jumlah objek wisata alam Pulau Ambon [22]

    No Nama Objek Wisata Alam Lokasi Objek

    1 Pintu Kota Desa Air Low- Latuhalat

    2 Pantai Santai Desa Latuhalat

    3 Pantai Lelisa/Collin Desa Latuhalat

    4 Taman Laut Namalatu Desa Latuhalat

    5 Pantai Felawatu Desa Seri

    6 Pantai Halong Sepanjang Pantai Desa Halong

    7 Pantai Naku Desa Naku, Jazirah Leitimur

    8 Pantai Amahusu Desa Amahusu

    9 Pantai Pasir Putih Air Manis Desa Tawiri

    10 Pantai Lawena Desa Hutumury, Leitimur

    Selatan

    11 Pantai Larier Desa Wakasihu, Leihitu Barat

    12 Goa Leaekang Desa Kusu-Kusu

    13 Goa dan Pantai Hukurila Desa Hukurila

    14 Taman Laut Air Low Sepanjang Pantai Desa Air Low

    33.30%

    26.70% 6.70%

    33.30%

    Persentase Perolehan Informasi Objek Wisata Alam

    < 5 < 15 > 15 Tidak Ada

  • 9

    Latar belakang bekas jajahan dan perjuangan juga mencetak pulau Ambon

    dengan 15 destinasi wisata sejarah. Berikut, daftar 15 destinasi wisata sejarah

    menurut data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku:

    Tabel 3. Rekam data jumlah objek wisata sejarah Pulau Ambon [22]

    Dalam pemeliharaan objek wisata, fungsi control Dinas Kebudayaan dan

    Pariwisata Provinsi Maluku terus melakukan rekap data statistik jumlah

    wisatawan atas 24 objek wisata alam dan 15 objek wisata sejarah di Pulau

    Ambon.

    Perancangan sistem memuat plot atau alur cerita secara garis besar dalam tiga

    babak pokok dari keseluruhan plot, yakni opening scene, main body sebagai ide

    pokok, dan closing, merupakan peran dan ciri storyline [23]. Dalam kasus ini,

    opening scene Tourist Map Pulau Ambon dimulai dengan judul aplikasi

    “Amboina Tourism Map Info”. Konsep layanan informasi dalam aplikasi disajikan

    dalam dua bahasa, bahasa Indonesia sebagai bahasa asli di mana media informasi

    ini dibuat, dan bahasa Inggris sehingga sebagai bahasa yang paling banyak

    digunakan di negara-negara di dunia dari total 172 bahasa dunia yang tercatat

    [24]. Gambar 5 adalah sketsa desain interface/antarmuka media informasi.

    15 Taman Laut Eri Sepanjang Pantai Desa Eri-

    Latuhalat

    16 Taman Laut Tanjong Titik Akhir Desa Latuhalat

    17 Taman Laut Amuhusu Sepanjang Pantai Amuhusu-

    Latuhalat

    18 Taman Laut Seri

    19 Taman Laut Hative Besar Desa Hative Besar

    20 Taman Laut Wayame Pantai Wayame-Hative

    21 Wisata Bahari Tulehu Desa Tulehu

    22 Wisata Bahari Hukurila Desa Hukurila

    23 Wisata Bahari Ureng Desa Ureng

    24 Gunung Sirimau Desa Soya

    No. Nama Objek Wisata Lokasi Objek

    1 Benteng New Victoria Pusat Kota Ambon

    2 Museum Siwalima Taman Makmur-Airsalobar,

    Ambon

    3 Tugu Pattimura Pusat Kota Ambon

    4 Tugu Martha Christina Tiahahu Karang Panjang, Ambon

    5 Patung Slamet Riyadi Pusat Kota Ambon

    6 Gong Perdamaian Dunia Pusat Kota Ambon

    7 Monument Rumphius Lokasi Yayasan Xaverius Ambon

    8 Tugu Dooland Kudamati, Ambon

    9 Tugu Trikora Jl. Diponegoro, Kota Ambon

    10 Masjid Wapauwe Desa Kaitetu, Leitimur

    11 Gereja Tua Hila Desa Hila, Leitimur

    12 Benteng Amsterdam Desa Hila

    13 Taman Makam Pahlawan Australia Jl. Kapaha, Tantui Ambon

    14 Monumen Australia Desa Tawiri

    15 Beringin Memorial Desa Tawiri

  • 10

    Gambar 7. Quick Desain Interface Media

    Dalam main body, akan ada dua menu utama berupa Historical Site Map, dan

    Natures Site Map yang menyediakan informasi rute perjalanan user dari Bandara

    Pattimura yang disajikan dengan teknik mothion graphic animation pada peta

    pulau Ambon. Dalam main body, user juga disediakan tiga menu lainnya berupa,

    Discovery pulau Ambon yang memuat video selayang pandang Pulau Ambon,

    Galery foto yang di-upload dari jejaring sosial basis foto, serta calendar events

    sebagai informasi penting lainnya atas moment terbaik di pulau Ambon dalam

    tahun berjalan. Interface akan terus bergulir melalui aksi user in, back, exit.

    Berlanjut pada closing, tampilan akan bergulir ke bumper out dengan konten

    ucapan “Terima kasih”, disusul logo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku

    dan brand “Woderful Indonesia”. Main menu dalam rancangan media Tourist

    Map, berorientasi atas budaya Pela Gandong, Masohi dan Makan Patita yang

    menjadi tradisi atau kebiasaan adat yang mempererat relasi antar suku dan agama

    di Ambon-Maluku. Makan Patita berarti makan bersama, dimana para raja dan

    keluarganya, kepala-kepala adat dan masyarakat biasa duduk bersama membentuk

    formasi panjang untuk makan bersama. Biasanya makan yang dihidangkan adalah

    makanan tradisional Ambon, seperti umbi-umbian, colo-colo, ikan bakar, dan

    sebagainya. Gambar 8 adalah quick desain sketsa warna opening dan main menu

    pada rancangan Media Informasi Tourist Map.

    Gambar 8 Sketsa Warna Desain Interface Opening dan Main Menu Media

    Sementara itu, desain icon pada Media Informasi Tourist Map ini

    diorientasikan atas konsep komoditi utama Maluku, yakni Cengkeh dan Pala.

    Gambar 9 merupakan sketsa rencana desain icon penunjuk lokasi wisata, yang

    mengkolaborasikan stilasi Cengkeh dan Pala, sebelum dan sesudah pewarnaan.

  • 11

    Gambar 9 Sketsa Icon Penunjuk Lokasi Wisata

    Pada perancangannya secara keseluruhan, jenis warna yang digunakan dalam

    perancangan Media Informasi Tourist Map ini, merupakan warna-warna pokok

    dan warna pendukung. Gambar 10 merupakan gambar warna utama yang dipilih,

    yaitu hijau, coklat muda, dan biru.

    Gambar 10. Pallet Warna Utama

    Warna coklat dalam desain melambangkan kebijaksanaan, dan warna alam

    yaitu tanah [25]. Selain itu warna coklat muda dalam desain media ini mengarah

    pada warna alamiah pasir sebagai salah satu icon wisata alam di Pulau Ambon.

    Permaianan tranparansi dengan warna putih dalam desain memvisualisasikan

    kelembutan angin dan ombak di pantai.

    Warna pendukung gambar 11 dalam desan media informasi Tourist Map ini

    menggunakan warna cerah seperti untuk memberikan kesan cantik, dekat, akrab

    [26].

    Gambar 11. Pallet Warna Pendukung

    Dalam perancangannya, Tourist Map membutuhkan tipografi atau huruf yang

    berkenan dengan maksud dan tujuan desain secara utuh. Tipografi berperan

    penting dalam penggambaran identitas sebuah buku atau dalam hal ini, desain

    interface. Pemilihan font dekoratif Brush Script MT untuk judul media

    mengesankan karakter kelembutan dan kemolekan alam Ambon. Gambar 12

    adalah font Brush Script MT untuk title media informasi.

    Gambar 12. Huruf Dekoratif Brush Script MT

    Untuk sub judul, dan isi dari Media Informasi Tourist Map, pilihan huruf

    Raavi ditetapkan untuk memberikan kesan simple, informatif, sesuai dengan

    karakteristik Ambon dan tujuan media Tourist Map. Selain itu, huruf Raavi dalam

    penggunaannya mudah dibaca. Gambar 13 adalah sampel huruf Raavi.

  • 12

    Gambar 13. Huruf Raavi

    Dalam membangun prototype Tourist Map terdiri dari 4 tahapan Proses

    yakni proses editing animasi opening, proses editing animasi rute perjalanan pada

    peta dan input data keterangan objek, editing video discovery Ambon, editing

    galery, proses penggabungan animasi dan video ke dalam media interaktif. Proses

    pembuatan animasi opening atau pembuka dilakukan dengan menggabungkan

    beberapa elemen multimedia yakni penggabungan gambar yang telah dibuat,

    menambahkan efek suara pendukung, serta menambahkan teknik pergerakan

    animasi (rotation, opacity, position, transition, scale dan masking). Setelah proses

    pembuatan animasi opening selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah

    melakukan animasi rute perjalanan menuju lokasi objek wisata pada peta Pulau

    Ambon. Selanjutnya, dilakukan proses editing video discovery atau

    selayangpandang pulau Ambon dengan aplikasi editing video. Melengkapi

    keseluruhan animasi, proses penggabungan tidak terlepas dari penganimasian

    button/tombol, dan penambahan backsound. Animasi tombol disesuaikan dengan

    fungsi tombol, dan backsound berupa instrumen lagu-lagu Ambon yang

    menambah kesan mempesona. Penggabungan komponen dalam media Tourist

    Map diakhiri dengan proses rendering. Rendering adalah menggabungkan semua

    komponen pembentuk aplikasi baik video, audio, teks, efek, filter, dan lain

    sebagainya menjadi satu kesatuan yang tidak bisa diubah-ubah lagi [27]. Proses

    rendering Media Informasi Tourist Map menghasilkan file dengan formal .swf.

    Tahap evaluasi prototyping mengalami 3 kali proses evaluasi dimulai dari

    quick desain yang menghasilkan prototype 1, evaluasi prototype kedua yang

    menghasilkan prototype 2, dan evaluasi prototype ke-tiga sebagai prototype akhir.

    Sesuai ketetapannya, evaluasi produk dilakukan oleh pihak Dinas Kebudayaan

    dan Pariwisata Provinsi Maluku sebagai klient atau pelanggan dalam perancangan

    Media Informasi Tourist Map dimaksud. Evaluasi dilakukan guna mengetahui

    standar kelayakan media apakah sesuai dengan permintaan klient sebelum

    diaplikasikan kedalam media informasi untuk dikonsumsi wisatwan.

    Evaluasi prototype media Tourist Map pertama kali dievaluasi oleh admin

    dan pengelolah semua media publikasi, informasi dan promosi pariwisata Maluku.

    Bapak Ramsie Saimima sebagai pengelola media, dalam evaluasinya meminta

    perubahan konsep Media Informasi dengan wood texturing untuk memperkuat

    konsep Makan Patita, dengan title “Stuck In Amboina ?”, pilihan font menjadi

    Hobo Std, tambahan loggin name dalam media informasi sebagai salam pembuka

    aplikasi dan dapat dikembangkan lagi menjadi ID user, perubahan desain icon

    objek wisata, serta tambahan ornamen Merah Putih pada setiap halaman aplikasi.

    Perubahan pada prototype ini dapat dilihat pada Gambar 14.

  • 13

    Gambar 14. Hasil Evaluasi Prototype 1

    Evaluasi tahap kedua, dilakukan setelah perbaikan aplikasi pada tahap pertama

    selesai. Evaluasi pada tahap ini menghasilkan perubahan desain button pada main

    menu, icon penunjuk objek wisata, perbaikan desain button back, sound, dan exit

    yang disesuaikan dengan button pada main menu. Selanjutnya, positioning seperti

    penempatan bendera Merah Putih, ornament etnik Maluku yang perlu

    diperbaharui kembali penempatannya. Gambar 15 merupkan hasil evaluasi

    prototype 2.

    Gambar 15. Hasil Evaluasi Prototype 2

    Evaluasi tahap ketiga, dilakukan setelah perbaikan aplikasi pada tahap kedua

    selesai. Pada tahap ini merupakan tahap protyping terakhir dan dievaluasi oleh

    Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, Ir. Vera Ellen

    Tomasoa. Dalam evaluasinya, Ir. Tomasoa memberikan apresiasi atas rancangan

    interface yang telah ada, hanya menitikberatkan isi dari informasi wisata yang

    disalurkan, disusul desain media yang sekaligus mampu memperlihatkan Ambon

    dengan sejuta pesonanya terutama laut. Ikan, terumbu karang, dan semua

    kekayaan laut Pulau Ambon harus ditonjolkan dalam media Tourist Map. Ikon-

    ikon Pulau Ambon, seperti bintang laut, kerang, dan Ambon Frogfish atau biota

    laut lainnya yang terkenal langkah dan ditemukan di perairan Pulau Ambon. Ir.

    Tomasoa dalam evaluasinya juga meminta perubahan closing aplikasi dengan

    branding Pariwsata Maluku yakni “Spice Island an Exotic Marine Paradise”.

    Gambar 16 merupkan hasil evaluasi akhir.

    Gambar 16. Hasil Evaluasi Prototype 3

    4. Hasil Perancangan Media Intro merupakan halaman awal ketika aplikasi dijalankan. Pada bagian ini,

    judul aplikasi “Stuck in Amboina ?” memberikan kesan tawaran informasi bagi

  • 14

    wisatawan yang membutuhkan informasi pariwisata Ambon. Halaman Home

    dengan main menu di dalamnya berisi seluruh informasi pariwisata Ambon. Menu

    Home dapat di lihat pada Gambar 17.

    Gambar 17. Menu Home

    Selanjutnya, Gambar 18 adalah antarmuka dalam menu Nature Site Map dan

    Historical Site Map. Di dalam antarmuka site map ini, terdapat button/tombol

    untuk mempermudah user dalam mencari informasi dengan masing-masing 10

    icon penunjuk lokasi wisata, gallery foto daya tarik objek wisata di dalam

    penjelasan deskripsi objek.

    Gambar 18. Antarmuka Site Map

    Menu Gallery, Discovery, beserta Calender Events tahunan dalam data Dinas

    Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku melengkapi informasi pariwisata

    yang telah dirancang. Menu Gallery disiapkan sebagai tool untuk memberikan

    informasi lokasi wisata berdasarkan gambar yang diambil, Discovery video atau

    video singkat yang mempresentasikan pariwisata Ambon, serta informasi kegiatan

    menarik lainnya yang dapat dinikmati di Pulau Ambon. Gambar 19 adalah

    halaman Gallery, Discovery dan Calender Events Pulau Ambon sebagai

    tambahan informasi dengan perubahan background sesuai evaluasi klient.

    Gambar 19. Halaman Gallery & Calender Events

    Pada bagian akhir dari aplikasi ini, branding pariwisata Maluku “Spice Island

    and Exotic Marine Paradise” menjadi bagian penting dari aplikasi ini yang berarti

    Maluku sebagai provinsi rempah-rempah dengan pesona surga bawa laut yang

    eksotis. Bersamaan dengan ini, logo Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan

  • 15

    Wonderful Indonesia sebagai pelindung dan penanggung jawab aplikasi

    kepariwisataan Maluku, turut disertakan di dalamnya. Selain itu, sebagai label dan

    bentuk penghargaan dalam penelitian ini, logo Fakultas Teknologi Informasi dan

    Universitas Kristen Satya Wacana turut disertakan. Gambar 20 merupakan

    halaman penutup aplikasi.

    Gambar 20. Perubahan Halaman Penutup

    Apliasi Media Informasi Tourist Map yang telah siap kemudian dikemas

    dalam bentuk kepingan CD dengan cover CD berukuran panjang x lebar yakni

    18.5 cm x 12.8 cm yang akan diserahkan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

    Maluku untuk lebih utama diaplikasikan ke media website “tourismmaluku.org”,

    disusul persiapan pengaplikasian pada media Kiosk di Bandar udara Pattimura

    Ambon.

    Setelah proses merancang dan membangun media sebagai produk selesai

    dilakukan, maka proses selanjutnya adalah pengujian produk. Pengujian produk

    secara kuantitatif melalui kuesioner dilakukan pada Universitas Kristen Satya

    Wacana dengan jumlah responden sebanyak 30 orang untuk dengan kriteria usia

    diatas 18 tahun, dan secara ekonomi mampu melakukan perjalanan wisata ke

    Pulau Ambon. Tahapan pertama adalah pengujian dengan menggunakan

    kuesioner kepada 30 responden dengan 10 pernyataan Pengujian yang bertujuan

    untuk mengetahui sejauh mana aplikasi ini dapat berfungsi baik dan sudah sesuai

    atau tidak bagi pengguna baik dalam hal desain, materi dan manfaat. Dari

    kuisioner juga digunakan sebagai pengukur minat para siswa akan aplikasi yang

    dibuat. Pernyataan nomer 1 sampai 5 menanyakan tentang ketertarikan responden

    mengenai aplikasi yang dibuat. Perhitungan hasil penilaian kuisioner responden

    menggunakan skala Likert. Hasil pengujian responden dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data Hasil Pengujian Kuantitatif

    No

    Pernyataan

    Tanggapan

    Sangat

    Setuju

    Setuju Netral Tidak

    Setuju

    Sangat

    Tidak

    Setuju

    1 Icons dalam media Informasi

    sudah didesain menarik.

    10 11 9 0 0

    2 Pemilihan warna dalam desain

    media informasi sudah sesuai

    8 13 4 0 0

    3 Antarmuka media informasi 2 21 7 0 0

  • 16

    Skor ideal untuk respon sangat setuju adalah 150, respon setuju 120, respon

    netral 90, tidak setuju 60, dan sangat tidak setuju adalah 30 yang berarti nilai

    maksimal respon adalah 150. Dari tabel hasil pengujian responden dapat dilihat

    bahwa respon dengan jawaban sangat tidak setuju dan tidak setuju tidak ada,

    respon dengan nilai netral sebanyak 57 atau 38% dari 100% yang diinginkan,

    respon dengan jawaban setuju sebanyak 162 atau 108%, dan respon sangat setuju

    sebanyak 76 atau 50,6%. Hasil pengujian tersebut masuk dalam kriteria

    interpretasi skor sangat kuat, dengan rentang angka 81% – 100%. Secara

    keseluruhan total respon yang dinilai setuju mendapatkan persentase terbesar jadi

    dapat disimpulkan bahwa aplikasi telah memenuhi kebutuhan user.

    Menurut hasil wawancara kepada ibu Fany Sabandar selaku staf layanan

    penyediaan media informasi pariwisata, segi informasi dalam aplikasi sesuai

    kebutuhan dinas. Aplikasi telah memuat semua informasi dalam booklet dan

    brosur yang pernah diadakan Dinas Pariwisata. Dari segi penggunaannya, media

    ini dinilai mudah dimengerti oleh para pengguna media computer.

    Dari segi tampilan serta animasi media ini dinilai sudah menarik.

    Berdasarkan wawancara kepada Ibu Fany dapat disimpulkan bahwa media

    informasi pariwisata berupa Tourist Map ini dinilai mampu menjawab masalah

    informasi publikasi ketika diterapkan pada beberapa fasilitas layanan informasi

    sudah didesain menarik

    4 Text bacaan dalam media

    informasi jelas dan dapat dibaca.

    5 23 2 0 0

    5 Konsep Media Informasi dapat

    dimengerti.

    5 12 13 0 0

    6 Media Informasi telah

    memberikan informasi lokasi

    objek wisata secara jelas.

    8 20 2 0 0

    7 Media Informasi telah

    memberikan informasi daya

    tarik wisata secara jelas.

    8 14 8 0 0

    8 Aplikasi Media Informasi lebih

    informatif dibandingkan media

    cetak.

    14 15 1 0 0

    9 Media Informasi Pariwisata

    Ambon mudah digunakan.

    10 14 6 0 0

    10 Media Informasi pariwisata

    Pulau Ambon sangat membantu

    wisatawan dalam memperoleh

    informasi objek wisata.

    6 19 5 0 0

    Persentase 76 162 57 0 0

  • 17

    bagi calon wisatawan, serta dapat membantu promosi Pariwisata Maluku dalam

    beberapa event nasional.

    5. Simpulan Berdasarkan hasil perancangan dan evaluasi media Informasi Tourist Map

    Objek Wisata Alam dan Sejarah Pulau Ambon maka dapat disimpulkan bahwa

    media Tourist Map dapat digunakan sebagai alternatif dalam kegiatan penyediaan

    informasi dengan pemanfaatan teknologi informasi yang telaha ada. Ekonomis

    bagi Dinas Kebudayaan Pariwisata Provinsi Maluku, mudah diakses wisatawan

    selama wisatawan memliki akses internet untuk perencanaan perjalanan wisata,

    dan wisatawan yang menggunakan layanan Kiosk pada Bandara Pattimura

    Ambon.

    Berkaitan dengan media Tourist Map, maka terdapat beberapa saran yang

    dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan dalam penelitian mendatang. Media

    Tourist Map selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan seluruh informasi

    objek wisata dalam total jumlah objek yang seharusnya, juga pengelolaan system

    informasi peta yang lebih detail dan interaktif guna menjawab kebutuhan user dari

    berbagai titik asal di Pulau Ambon, pengembangan feed back dari masukan user

    name menjadi lebih bermanfaat. Dalam hal teknologi yakni mengaplikasikan

    media Tourist Map ke dalam smartphone, ataupun teknologi lain yang

    berkembang.

    6. Daftar Pustaka [1] Badan Pusat Statistik Kota Ambon, 2014, Kota Ambon dalam Angka,

    Ambon: Badan Pusat Statistik Kota Ambon.

    [2] Pattikayhatu, J A, 1973, Hari Lahir Kota Ambon, Ambon: Departemen P&K. [3] Jayanti, Dwi, 2012, Perancangan peta interaktif 2d dan tourist guide

    kepulauan bangka belitung sebagai Media promosi pariwisata,

    http://repository.amikom.ac.id/files/PUBLIKASI_08.11.2083.pdf. Diakses

    tanggal 20 November 2014.

    [4] Nugraha, Tri, 2011, Pembuatan Multimedia Interaktif Guna Memperkenalkan Kabupaten Lampung Barat,

    http://repository.amikom.ac.id/index.php. Diakses tanggal 20 November

    2014.

    [5] Prihandito, Aryono, Cs M, 1988, Proyeksi Peta, Yogyakarta: Kanisius. [6] Heinich, R, Molenda, M, Russell, J D, & Smaldino, 2002, Instructional media

    and technology for learning, 7th edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

    [7] Gordon, Davis, 1990, Management information System conceptual foundations, Structure and development, Jakarta: Informatika.

    [8] John & Shadily, Hassan, Dalam Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia, 2000.

    [9] Djalle, Z G, 2008, The Making of 3D Animation Movie Using 3D Studio Max, Jakarta: Informatika.

    [10] Hofstetter, fred, Tomas. 2001. Multimedia Literacy. McGraw Hill Inc. [11] Vaughan, Tay, 2006, Multimedia Making it Work edisi 6. Yogyakarta: Andi

    Offset.

    http://repository.amikom.ac.id/files/PUBLIKASI_08.11.2083.pdfhttp://repository.amikom.ac.id/index.php

  • 18

    [12] Suyitno, 2001, Perencanaan Wisata; Tour Planning, Yogyakarta: Kanisius. [13] Anonymous, 1993, Peluang dan Tantangan Ekspor Produk Perikanan

    Indonesia di Pasar Internasional pada Era PJPT I,. (Makalah Seminar

    Nasional), Yogyakarta: University Club UGM.

    [14] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, 2009, Marine Paradise, Ambon: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.

    [15] Pattikaihatu J, A & Leirissa, R, 2004, Ambonku Doeloe, kini, Esok, Ambon: Pemerintah Kota Ambon.

    [16] Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

    [17] McMillan, J H, Schumacher, S. 2001, Research in education: A conceptual introduction (5th ed.). New York: Longman.

    [18] Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

    [19] Pressman, Roger, 1992, Software Engineering A Practtitioner's Approach, McGraw Hill Inc.

    [20] Denzin dan Lincoln, 2009, Handbook of Qualitative Research, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    [21] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku, 2013, Ambon Island, Ambon: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Maluku.

    [22] Margono, 2000, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. [23] Hart, John, 2013, The Art of The Storyboard. US: Focal Press. [24] Hamidia, Muzayyinatul, 2015, Peran Bahasa Inggris,

    http://www.belt.sch.id/newsdetail/5. Diakses tanggal 24 April 2016.

    [25] Sanyoto S, Ebdi, 2009, Nirmana Elemen-Elemen Seni dan Desain, Yogyakarta: Jalasutra.

    [26] Ruslant, Rosady, 2008, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, edisi ke 9. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada.

    [27] Komputer, Wahana, 2008, Video Editing dan Video Production, Jakarta: PT Elek Media Komputindo.

    http://www.belt.sch.id/newsdetail/5