PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK … · Software requirement specification yielded by adapting...
Transcript of PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK … · Software requirement specification yielded by adapting...
HASIL PENELITIAN
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI
AKADEMIK INFORMAL:
STUDI KASUS
CAMBRIDGE ENGLISH COURSE
JAKARTA
Oleh :
Zulhalim, SKom, MTI
STMIK JAYAKARTA
JAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas karunia Allah yang Maha Esa atas
karunia yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penyusunan hasil penelitian yang
berjudul “PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK INFORMAL:
STUDI KASUS CAMBRIDGE ENGLISH COURSE JAKARTA” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Hasil penelitian ini penulus susun sebagai salah satu
perwujudan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yang akan dijadikan untuk menambah
perbendaharaan di Perpustakaan STIE / STMIK Jayakarta.
Penulis memilih pembahasan mengenai Sistem Informasi Akademik
dikarenakan pentingnya peranan sistem informasi bagi suatu lembaga pendidikan
khusus nya bidang informal. Pembahasan mulai dari pendaftaran siswa, pelaksanaan
belajar- mengajar sampai dengan kelulusan siswa. Semoga hasil penelitian ini dapat
berguna bagi lembaga pendidikan informal dan citivitas akademika STIE/STMIK
Jayakarta.
Jakarta, Nopember 2011
Penulis,
ii
ABSTRACT
Academic administration service is one of business process that maintain by an
institutional education in interaction with their customers. The service gift mechanism which
effective, efficient and do not make any complicated for student have come to be competitive
advantage for that institution. Manual services which automation a system not yet of course
reply the customer satisfaction. On that account, analysis to customer needs require to be
seen through deeper and entire all requirements to system require to be managed better.
Online Academic Information System is one of the online applications which needed
by Cambridge English Course Jakarta to serve an good academic service to the student which
it is used to done by manual/offline and usually not integrated. Some weakness which occur
on existing offline system and existence of policy change about adding branch in the future
trigger the existence of this Online Academic Information System, besides caused by its
desire from students to get the service which facilitating them with no difficulties.
To make this project success, a complete and well documented software requirements
becomes the main requisite. Software requirement specification yielded by adapting Rational
Unified Process (RUP) methodology is expected to help this software developer. In this
project, RUP adaptation particularly business modeling and requirement discipline will be
conformed to characters of application being developed.
iii
ABSTRAK
Pelayanan administrasi akademik merupakan salah satu proses bisnis yang dijalankan
oleh suatu lembaga pendidikan terkait dengan interaksinya kepada customer. Mekanisme
pemberian layanan yang efektif, efisien serta tidak menyulitkan mahasiswa telah menjadi
suatu competitive advantage bagi suatu perguruan tinggi saat ini. Layanan manual yang
diotomasi ke dalam suatu sistem belum tentu menjawab kepuasan pelanggan. Oleh sebab itu,
analisa terhadap customer needs perlu diselami lebih dalam dan seluruh requirement
terhadap sistem perlu dikelola dengan baik.
Sistem Informasi Akademik Online merupakan sebuah aplikasi online yang
diperlukan oleh Cambridge English Course Jakarta dalam memberikan layanan akademik
kepada siswa yang selama ini dijalankan melalui sistem offline. Beberapa kelemahan yang ada
pada sistem offline dan adanya perubahan kebijakan yang berlaku dari pihak akademik
mengenai rencana penambahan cabang dan kerjasama dengan tempat pelatihan yang lain
turut memicu keberadaan Sistem Informasi Akademik Online ini, selain karena adanya
keinginan dari siswa untuk memperoleh layanan yang memudahkan mereka.
Spesifikasi kebutuhan perangkat lunak yang lengkap dan terdokumentasi dengan baik
sangat dibutuhkan untuk menunjang berhasilnya pengembangan aplikasi ini. Dengan
memanfaatkan metodologi Rational Unified Process (RUP) diharapkan spesifikasi yang
dihasilkan dapat membantu dan mempermudah Departemen Pengembangan dalam
pengembangan aplikasi ini. Adaptasi RUP khususnya disiplin business modeling dan
requirement dalam proyek ini akan disesuaikan dengan karakter aplikasi yang akan
dikembangkan.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pada era Teknologi Informasi sekarang, software sudah menjadi elemen
yang paling signifikan untuk membantu organisasi untuk meningkatkan
kinerja dan produktivitas. Dengan perkembangan tekonolgi informasi yagn
semakin pesat ini, sekolah - sekolah baik formal maupun informal mulai
menerapkan sebuah sistem informasi akademik berbasis Web guna
memudahkan orang - orang yang berkepentingan untuk mengakses sistem ini.
Sistem Informasi Akademik (SIAK) tidak bersifat komersil (tidak dijual
bebas dipasaran) sehingga pembuatannya bersifat tailor made. Oleh karena
pembuatannya yang bersifat tailor made tersebut, apabila ingin
mengembangkan sebuah SIAK yang baru maka Software Development
Process harus dilalui oleh pengembang terlebih dahulu, baru akhirnya dapat
menghasilkan sebuah SIAK untuk kebutuhannya.
Untuk memudahkan para pengembang software maka akan dibuat
sebuah generic model untuk SIAK. Dimana dalam pengembangan model
tersebut akan menggunakan metode 'RUP'. Sehingga ketika pengembang ingin
mengembangkan SIAK baru, tinggal hanya menambahkan fitur - fitur baru
untuk spesifik kegiatan bisnis dia.
RUP merupakan salah satu metodologi yang merupakan kumpulan
beberapa best practices dalam proses rekayasa perangkat lunak. Selain
merupakan metodologi yang lengkap, RUP juga didukung oleh perangkat
pengembangan yang baik dalam implementasinya. Proyek akhir ini akan
membahas bagaimana RUP digunakan dalam menentukan spesifikasi
perangkat lunak dalam domain masalah di pendidikan.
Setelah membuat generic model dari SIAK maka sebagai implementasi
dari model tersebut akan dibuat sebuah prototipe aplikasi dari SIAK dengan
mengambil Studi Kasus Cambridge English Course Jakarta.
Dengan adanya sistem ini diharapkan para stakeholder (baik owner,
siswa dan staff) mendapatkan informasi yang akurat dan update. Karena
modul ini sangat diperlukan oleh Lembaga Pendidikan dalam kegiatan
1
operasionalnya sehari-hari, maka diharapkan pengembangannya tepat waktu,
tidak melebihi anggaran, dan perangkat lunak yang dihasilkan sesuai dengan
kebutuhan dan berkualitas tinggi. Spesifikasi kebutuhan perangkat lunak yang
lengkap dan terdokumentasi dengan baik sangat dibutuhkan untuk menunjang
berhasilnya pengembangan modul ini.
Selain itu dengan adanya sistem ini diharapkan tidak hanya sebagai
tool/alat bantu dalam kegiatan operasional dalam sebuah institusi pendidikan
namun juga dapat dijadikan sebagai entry barrier dan enablers dalam bersaing.
I.2. I.3.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai dalam proyek akhir ini adalah
mengembangkan generic model dari Sistem Informasi Akademik (SIAK) yang
dapat diakses melalui internet.
Selain itu menentukan kebutuhan dan prasyarat perangkat lunak Sistem
Informasi Akademik Online yang sesuai dengan kebutuhan stakeholder.
Spesifikasi dan prasyarat perangkat lunak ini dihasilkan dengan memetakan
prosedur kerja dan proses bisnis yang ada. Spesifikasi dan prasyarat yang
dihasilkan dapat digunakan sebagai dasar implementasi selanjutnya.
Manfaat yang diberikan proyek akhir ini adalah mempermudah
pengembang perangkat lunak untuk membangun suatu perangkat lunak yang
dapat digunakan oleh pihak Lembaga Pendidikan Informal untuk mendukung
kegiatan pengelolaan/administrasi siswa.
Batasan
Batasan pengerjaan proyek akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Lingkup pekerjaan yang akan dilakukan dibatasi pada dua core process
disciplines dalam RUP, yaitu business modelling dan requirements.
Hasilnya akan dituangkan dalam dokumen standar RUP untuk kedua
proses utama tersebut. , antara lain : dokumen Software Requirement
Specification (SRS), dokumen vision, dokumen usecase specification dan
dokumen glossary. Dokumen-dokumen ini disusun dengan mengikuti
pedoman dan template yang diberikan oleh RUP.
2. Spesifikasi yang akan dikembangkan tidak mencakup :
a. Modul Administrasi User dan pengaturan hak akses-nya
2
b. Aplikasi Keuangan
c. Data kursus.
d. Proses - proses di luar bisnis proses bisnis inti dari domain pendidikan
seperti Human Resource Management, procurement, technology
development, firm infrastructure
I.4. Sistematika Penulisan
Penulisan proyek akhir ini akan dibagi dalam 7 bab dan disusun
dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I
BAB II
BAB II BAB IV
: Pendahuluan
Berisi latar belakang pembuatan proyek akhir. Tujuan dan
manfaat penulisan proyek akhir dan metodologi pengembangan.
: Profil Cambridge English Course
Jakarta
Berisi profil singkat mengenai Cambridge English Course.
Sejarah, visi dan misi serta struktur organisasinya.
: Landasan Teori
Membahas secara umum mengenai metodologi pengembangan
spesifikasi perangkat lunak RUP dalam penentuan spesifikasi dan
prasyarat perangkat lunak.
: Pemodelan Proses Bisnis Sistem Informasi Akademik Online
Membahas tentang workflow layanan Sistem Informasi
Akademik online dan menggambarkannya dalam bentuk diagram
aktvitas yang menjadi dasar untuk mengidentifikasi business
worker dan business worker operation dan untuk menentukan
proses mana yang akan diotomasi dengan bantuan perangkat
lunak.
BAB V
BAB VI
: Analisa Kebutuhan Perangkat Lunak
Menjelaskan tentang pendefinisian perangkat lunak berdasarkan
hasil pemodelan bisnis yang telah dilakukan sebelumnya.
: Implementasi RUP
Membahas tentang pemilihan aktivitas dalam kerangka kerja
RUP dan cuztomization workflow yang ada di RUP guna
diterapkan dalam pengerjaan proyek akhir ini.
3
BAB VII : Penutup
Berisi kesimpulan yang merupakan evaluasi dari seluruh kegiatan
dalam proyek akhir ini serta saran untuk pengembangan lebih
lanjut
4
BAB II
PROFIL CAMBRIDGE ENGLISH COURSE
JAKARTA
II.1.
Sejarah Cambridge English Course Jakarta
Cambridge English Course didirikan pada bulan 01 Juni 2000
dengan tujuan untuk mentransformasi sistem pengetahuan dibidang Teknologi
Informasi, sistem peluang pengembangan profesionalisme melalui
peningkatan skill di bidang Teknologi Informasi, serta menyiapkan tenaga
kerja yang handal bagi perusahaan-perusahaan dalam menghadapi AFTA.
Untuk menghadapi tantangan ini maka Cambridge English Course
memiliki rasa tanggung jawab yang sangat besar untuk dapat meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia yang ada saat ini. Cambridge English
Course berusaha untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan dengan
membuat kurikulum yang dapat dengan mudah mentransfer ilmu-ilmu yang
dibutuhkan dalam pengembangan Teknologi Informasi dimana pendidikan
Teknologi Informasi ini juga harus
diimbangi dengan penyediaan sarana pendidikan yang berkualitas dan
memadai. Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan bidang Teknologi
Informasi memerlukan biaya yang tidak sedikit oleh karena itu masih sedikit
sekali orang-orang yang bisa menikmati pendidikan di bidang ini. Dengan
demikian, diperlukan dana yang cukup besar untuk mewujudkan SDM yang
berkualitas dan mampu bersaing dalam bidang Teknologi Informasi.
Cambridg Campus menyediakan program-program pendidikan yang
mengupas habis tentang teknologi e-commerce. Cambridge English Course
menawarkan program profesional yang dapat menjadikan masyarakat menjadi
seorang Profesional TI. Program Cambridge English Course terdiri dari 3 jenis
yaitu:
• Professional Cambridge Expert (1 Tahun)
• Short Programs (1 bulan) :
Web Programmer
Web Developer
Web Design
Professional Class for Database
5
Professional VB Developer dll
• Special Application Training
WAP Database Application
Java mobile (J2ME) Application Training
Seluruh materi disampaikan dalam Bahasa Indonesia. Hal ini
dimaksudkan agar setiap siswa dapat lebih cepat memahami dan menguasai
materi yang dipelajari. Setiap materi telah dirancang sedemikian rupa agar
dapat membuat siswa menjadi ahli pada bidang Teknologi Informasi.
Untuk memudahkan siswa yang berkualitas, setiap siswa akan
ditantang dengan rancangan kasus-kasus latihan mandiri yang kami berikan
melalui Program Interaktif. Program ini akan memberikan motivasi untuk
melatih kemampuan siswa dalam menyelesaikan setiap kasus yang diberikan
dengan metoda belajar profesional (lihat Metode Belajar).
Seiring dengan semakin matangnya usia Cambridge English Course
dalam
penyelenggaran dan bimbingan konsultasi IT kepada siswanya,Cambridge
English Course mulai melebarkan sayapnya dalam pembangunan dan
pengembangan aplikasi sistem informasi. Pembangunan dan pengembangan
sistem informasi ini ditujukan untuk dapat menambah keuntungan secara
umum terhadap proses
bisnis ataupun aktifitas instansi,perusahaan,badan usaha,ataupun
pribadi.Dengan penggunaan IT dan sistem informasi yang handal diharapkan
proses bisnis ataupun aktifitas sehari-hari yang cheaper ,better dan faster
dapat diwujudkan.
II.2. Visi dan Misi
Lembaga Pendidikan Cambridge Campus, bermaksud untuk
menyelenggarakan sekolah non formal diseluruh tingkatan yang berbasis dan
berkompetensi khusus dalam bidang Teknologi Informasi (Information
Technology) dan diharapkan dapat terlaksana diseluruh Indonesia.
Adapun tujuannya adalah: Memasyarakatkan Information Technology
secara meluas dan merata ditengah-tengah masyarakat tentang betapa
pentingnya arti dan manfaat Information Technology dalam pergaulan,
6
pekerjaan sebagai suatu System jaringan kerjasama (Networking). Adapun
Visi dan Misi Cambridge English Course adalah sebagai
berikut:
VISI
Cambridge English Course sebagai wahana dan pelopor pengembangan
Information
Technology untuk mewujudkan masyarakat IT
MISI
Membangun dan mengembangkan sistim informasi yang handal dengan
menggunakan IT
Mengutamakan kemampuan dalam bidang IT sebagai upaya untuk
memiliki kompetensi dan berbasis IT
Melaksanakan pendidikan IT disetiap jenjang pendidikan sedini mungkin
dan secara luas dalam rangka akselerasi masyarakat yang sadar IT
Mendayagunakan tenaga profesional IT sebagai sumber daya dan
menciptakan lingkungan yang bernuansa dan bernafaskan IT
Menggunakan tools kit (alat bantu) yang senantiasa sejalan dan seiring
dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat
Menciptakan tenaga profesional IT yang dapat menjadi enterpreneur dan
warga dunia
II.3. Strategi
• Cambridge English Course menjalin kerjasama dengan instansi,
perusahaan, badan usaha, ataupun pribadi dalam pem bangunan dan
pengembangan sistem informasi dengan menggunakan perangkat high
technology.
• Cambridge English Course menjadikan siswa/peserta pelatihan sebagai
subjek didalam proses pengembangan dan penyebarluasan IT.
• Cambridge English Course mengadakan hubungan kerjasama yang erat
dengan
institusi terkait sebagai partnership serta menjalin hubungan koordinasi
dengan lembaga yang memiliki kompetensi yang sama dalam
penyelenggaraan pelatihan IT.
7
• Cambridge English Course menjalin kerjasama dengan instansi,
perusahaan, badan
usaha, ataupun pribadi dalam mengadakan sosialisai kemajuan Teknologi
Informasi.
• Cambridge English Course menjalin kerjasama dengan instansi,
perusahaan, badan
usaha, ataupun pribadi dalam menyediakan tenaga profesional bidang IT.
• Cambridge English Course menjalin kerjasama dengan instansi,
perusahaan, badan
usaha, ataupun pribadi dalam membentuk serta mematangkan nilai-nilai
luhur bangsa kepada siswa pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
• Cambridge English Course menjalin kerjasama dengan instansi,
perusahaan, badan
usaha, ataupun pribadi dalam meningkatkan dan mengoptimalkan potensi
diri siswa.
II.4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Cambridge English Course dirancang secara
spesifik, terutama untuk dapat mendukung Visi dan Misi yang telah dicanangkan.
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Cambridge
English Course
8
BAB III
LANDASAN TEORI
III.1. Rational Unified Proses
Rational Unified Process (RUP) merupakan suatu metode rekayasa
perangkat lunak yang dikembangkan dengan mengumpulkan berbagai best
practise yang terdapat dalam industri pengembangan perangkat lunak. Ciri
utama metode ini adalah menggunakan use-case driven dan pendekatan iteratif
untuk siklus pengembangan perangkat lunak. Dalam pendekatan ini,
pengembangan diorganisasikan sebagai serangkaian proyek kecil yang pendek
dan mempunyai waktu pengembangan yang tetap yang disebut sebagai iterasi.
[CRA02]. Setiap iterasi terdiri dari aktivitas analisa kebutuhan, perancangan,
implementasi, dan pengujian. Perangkat lunak akan semakin lengkap seiring
dengan iterasi yang dilakukan. Karena itu pendekatan ini disebut iterative and
incremental development [CRA02]. Gambar 2.1 menunjukkan secara
keseluruhan arsitektur yang dimiliki RUP [RUP03][PHI00].
Gambar 3.1: Arsitektur Rational Unified Process [RUP03]
9
RUP menggunakan konsep object oriented dengan aktifitas yang
berfokus pada pengembangan model dengan menggunakan unified model
language (UML). UML adalah bahasa standar untuk penulisan blueprint
perangkat lunak [BOO99]. UML dapat digunakan untuk memvisualisasikan,
mendefinisikan, membangun, dan mendokumentasikan artifact pengembangan
perangkat lunak.
Dalam gambar 3.1 dapat dilihat bahwa RUP memiliki dua dimensi,
yaitu [RUP03]:
1. Dimensi pertama digambarkan secara horizontal. Dimensi ini mewakili
aspek-aspek dinamis dari pengembangan perangkat lunak. Aspek ini
dijabarkan dalam tahapan pengembangan atau fase. Setiap fase akan
memiliki suatu major milestone yang menandakan akhir dari awal dari fase
selanjutnya. Setiap fase dapat terdiri dari satu atau beberapa iterasi.
2. Dimensi kedua digambarkan secara vertikal. Dimensi ini mewakili aspek-
aspek statis dari proses pengembangan perangkat lunak yang
dikelompokkan ke dalam beberapa disiplin. Proses pengembangan
perangkat lunak yang dijelaskan kedalam beberapa disiplin terdiri dari
empat elemen penting, yakni who is doing what, how and when
III.1.1. Dimensi Dinamis
RUP membagi siklus pengembangan perangkat lunak atau siklus hidup
perangkat lunak ke dalam empat sequential phases, yaitu:
• Inception
Fokus utama fase ini adalah mendapatkan pemahaman mengenai
keseluruhan requirement perangkat lunak dan menentukan lingkup
pengembangan perangkat lunak tersebut. Milestone fase ini disebut
lifecycle objective yang memberikan gambaran mengenai kelangsungan
hidup suatu proyek. Secara garis besar lifecycle objective terdiri dari ruang
lingkup dan batasan dari proyek, perkiraan biaya dan waktu, dan
penentuan risiko-risiko yang akan dihadapi. Melalui fase inception akan
diperoleh kesepakatan antara semua pihak yang terlibat dalam proyek
tersebut (stakeholder) untuk menentukan apakah suatu proyek layak yang
mungkin untuk dilanjutkan atau tidak.
10
• Elaboration
Fokus utama fase ini terletak pada requirement perangkat lunak. Beberapa
fungsi perangkat lunak yang penting dan kritis mulai dirancang dan
diimplementasikan. Milestone fase ini disebut lifecycle architecture yang
merupakan arsitektur sistem yang menjadi landasan dalam melakukan
perancangan dan implementasi fase selanjutnya. Untuk menghasilkan
arsitektur sistem ini diperlukan pemahaman yang luas dan umum
mengenai sistem yang ingin dihasilkan, termasuk didalamnya
fungsionalitas utama dan kebutuhan non fungsional serta batasan-batasan
dari sistem yang akan dikembangkan.
• Construction
Fokus fase ini terletak pada rancangan dan implementasi perangkat lunak
dimana prototipe awal yang dihasilkan dalam fase sebelumnya akan
dikembangkan hingga menjadi first operational product. Milestone fase ini
adalah initial operational capability. Dalam fase ini sistem akan
dikembangkan berdasarkan baseline architecture yang telah dihasilkan
dalam fase sebelumnya. Jika sistem telah siap untuk melalui beta testing
maka milestone fase ini telah terpenuhi.
• Transition
Fokus fase ini adalah untuk memastikan apakah perangkat lunak atau
sistem yang dihasilkan telah memenuhi batasan kualitas yang ditentukan.
Dalam fase ini dilakukan pengujian produk, perbaikan bugs yang
ditemukan, memberikan pelatihan bagi pengguna, atau melakukan
penyesuaian fitur-fitur perangkat lunak (minor adjustment) berdasarkan
saran dan masukan dari pengguna. Milestone fase ini adalah product
release yang siap digunakan oleh pengguna akhir. Pada akhir fase ini
seharusnya semua lifecycle objective yang telah didefinisikan pada fase
inception harus telah dipenuhi dan proyek ini siap untuk ditutup.
Selesainya suatu lifecycle mungkin merupakan awal suatu lifecycle lainnya
untuk produk yang sama.
11
III.1.2. Dimensi Statis
Dimensi statis RUP diorganisasikan ke dalam beberapa disiplin.
Suatu disiplin merupakan kumpulan dari berbagai aktivitas yang perlu
dilakukan oleh individu maupun tim yang memiliki peran tertentu untuk
menghasilkan suatu artifact. Rangkaian aktivitas dalam suatu disiplin
dijabarkan dalam suatu workflow. RUP mendefinisikan sembilan disiplin
yang perlu dilakukan dalam mengembangkan suatu produk perangkat lunak,
yaitu [RUP03]:
• Business Modeling
Tujuannya untuk memahami struktur dan dinamika organisasi dimana
sistem akan dikembangkan, permasalahan yang dihadapinya dan
mengidentifikasi langkah-langkah perbaikan yang dapat dilakukan, serta
memastikan customer, end-user, dan pengembang mempunyai persepsi
yang sama terhadap target organisasi serta memperoleh requirement yang
diperlukan untuk mendukung pencapaian target organisasi.
• Requirement
Tujuan disiplin ini adalah membuat dan memelihara kesepakatan yang
telah ada antara customer atau stakeholder lainnya mengenai apa yang
dapat dilakukan oleh sistem, memberikan pengertian yang lebih baik
mengenai kebutuhan sistem kepada pihak pengembang, menentukan
batasan dan lingkup sistem, menyediakan landasan perkiraan biaya dan
waktu yang dibutuhkan dan perencaan iterasi yang akan dilakukan, serta
menentukan user-interface sistem sesuai dengan kebutuhan.
• Analysis and Design
Tujuan disiplin ini adalah melakukan transformasi requirement ke dalam
bentuk rancangan sistem yang akan dikembangkan, menyusun robust
architecture, dan melakukan perubahan terhadap rancangan agar sesuai
dengan lingkungan implementasi.
• Implementation
Tujuan disiplin ini adalah untuk menentukan pengelompokan atau
organisasi program, mengimplementasikan semua kelas dan objek ke
dalam bentuk komponen seperti source file, binary, executable dan
12
lainnya, melakukan pengujian terhadap komponen-komponen yang telah
dikembangkan, dan mengintegrasikan komponen-komponen yang telah
dihasilkan tersebut ke dalam satu executable system.
• Test
Fokus utama disiplin ini adalah melakukan evaluasi dan pengujian
terhadap kualitas produk. Hal ini dilakukan dengan mencari dan
mendokumentasikan defect yang ada, menjaga kualitas perangkat lunak,
membuktikan keabsahan asumsi yang dibuat dalam rancangan dan
spesifikasi kebutuhan melalui suatu demonstrasi yang nyata, melakukan
validasi terhadap fungsi perangkat lunak yang telah dirancang dan
kesesuaian implementasi kebutuhan perangkat lunak.
• Deployment
Disiplin ini menjelaskan mengenai aktivitas-aktivitas yang perlu dilakukan
untuk memastikan produk perangkat lunak telah siap digunakan oleh end-
user.
• Configuration and Change Manegement
Disiplin ini bertujuan untuk memastikan berbagai artifact yang dihasilkan
dalam suatu proyek tetap terjaga integritasnya, mengelola perubahan
artifact berdasarkan kebijakan yang berlaku, dan melakukan penelusuran
perubahan atau versi.
• Project Management
Disiplin ini bertujuan untuk menyediakan kerangka kerja yang digunakan
untuk mengelola proyek, menyediakan pedoman praktis untuk
perencanaan, pemilihan staf, pelaksanaan dan pemantauan suatu proyek,
dan pengelolaan risiko proyek
• Environment
Disiplin ini bertujuan untuk menyediakan hal-hal yang dibutuhkan baik itu
berupa proses maupun alat bantu yang akan mendukung tim pengembang
untuk menghasilkan suatu produk perangkat lunak.
III.2. Skenario dalam Pemodelan Bisnis
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan pemodelan bisnis
dilaksanakan sesuai dengan ruang lingkup pemodelan bisnis yang
13
bersangkutan. Ruang lingkup pemodelan bisnis tergantung pada konteks dan
kebutuhan yang ingin dicapai. Ada beberapa jenis skenario yang dapat
digunakan, yaitu:
• Organizaition chart
Apabila perangkat lunak yang akan dikembangkan tidak bertujuan untuk
mengubah bisnis ataupun proses bisnis, maka pemodelan bisnis yang
dilakukan cukup dengan membangun penjelasan singkat mengenai
organisasi dan proses-proses yang ada dalam organisasi yang bersangkutan
guna mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan-
kebutuhan perangkat lunak atau aplikasi yang akan dikembangkan.
• Domain modeling
Apabila perangkat lunak yang akan dikembangkan bertujuan untuk
mengelola dan mempresentasikan informasi seperti sistem perbankan atau
order management system, maka pemodelan bisnis yang dilakukan adalah
membangun model informasi pada level bisnis saja tanpa
mempertimbangkan alur kerja dalam bisnis secara keseluruhan.
• One business many systems
Apabila suatu sistem yang akan dibangun berupa sistem yang sangat besar
atau keluarga aplikasi, maka pemodelan bisnis dilakukan untuk
mendapatkan kebutuhan fungsional perangkat lunak dan menjadi masukan
untuk membangun arsitektur keluarga aplikasi yang bersangkutan.
• Generic Business Model
Apabila perangkat lunak yang dikembangkan akan digunakan oleh
berbagai organisasi sebagai contoh aplikasi untuk sales support atau
billing application, maka upaya-upaya yang dilakukan dalam pemodelan
bisnis untuk menyesuaikan perangkat lunak dengan kebutuhan organisasi
dapat diabaikan.
• New business
Jika suatu organisasi menginginkan suatu line of business yang baru dan
membangun sistem informasi yang mendukungnya, maka pemodelan
bisnis yang dilakukan tidak hanya sebatas mengidentifikasi kebutuhan
perangkat lunak namun juga melakukan penilaian kelayakan antara
requirement yang ada dengan line of business yang baru itu.
14
• Revamp
Jika suatu organisasi memutuskan untuk melakukan perubahan terhadap
cara mereka melakukan proses bisnis, maka pemodelan bisnis yang
dilakukan umumnya juga meliputi business reengineering.
III.3. Model Bisnis dan Model Sistem
Salah satu keunggulan pendekatan pemodelan bisnis adalah
kemudahan untuk menghasilkan requirement perangkat lunak. Perubahan dari
model bisnis menjadi kebutuhan sistem dapat dilakukan seperti digambarkan
berikut ini.
Gambar 3.2: Hubungan Antara Model Bisnis dan Model Sistem [RUP03]
Gambar 3.3: Empat Lapisan dalam Arsitektur Sistem [RUP03]
15
Model bisnis merupakan masukan use-case view dan logical view yang
disajikan dalam analysis model seperti yang tampak dalam gambar 3.3 di atas.
Ada beberapa mekanisme utama pada tingkat analisa yang dapat
dipertimbangkan, yaitu:
• Untuk setiap business use-case yang akan mendapat dukungan dari sistem
akan diidentifikasi sebagai sub sistem dalam analysis model.
• Untuk setiap business worker yang akan didukung oleh sistem identifikasi
use-case yang merepresentasikan apa yang akan diotomasi.
• Untuk setiap business entity yang akan didukung oleh sistem, identifikasi
identity classess dalam analysis model. Beberapa diantaranya adalah
kandidat yang dipertimbangkan sebagai key mechanism dan component
entity dalam sistem.
• Untuk setiap cluster dari business entity - kelompok entiti bisnis yang
hanya digunakan dalam satu business use-case atau sebuah grup yang
sangat berhubungan dengan business entity- buat sebuah sub sistem dalam
business specific layer.
III.3.1. Relasi antara Business Model dan Business Actor dengan Sistem
Untuk mengidentifikasi use-case untuk sistem informasi, mulai
dengan business worker dalam business analysis model sperti dalam
gambar 3.4. Untuk setiap business worker, lakukan:
• Tentukan apakah business worker tersebut akan menggunakan
sistem informasi yang akan dibangun.
• Jika ya, identifikasi sebuah system actor dalam model system use-
case tersebut. Mulai dengan membuat actor dengan nama yang
sama dengan business worker.
• Untuk setiap business use-case dimana business worker
berpartisipasi, buatlah sebuah system use-case.
• Ulangi langkah di atas untuk semua business worker.
16
Gambar 3.4: Dari Business worker & Use-case Menjadi System
Actor & Use-case [RUP03]
Gambar 3.5 merupakan contoh perubahan dari model bisnis
menjadi model sistem pada proses bisnis transaksi keuangan (money
transaction) suatu bank. Dalam melakukan transaksi keuangan,
customer sebagai business actor akan berinteraksi dengan clerk
ataupun loan specialist yang berperan sebagai business worker. Ketika
melakukan transaksi keuangan clerk maupun loan specialist perlu
melakukan pengecekan terhadap profil, account ataupun catatan
pinjaman customer tersebut. Diharapkan pengecekan ini dapat
dilakukan dengan bantuan suatu sistem. Dengan demikian clerk dan
loan specialist merupakan business worker yang berinteraksi secara
langsung dengan sistem, artinya clerk dan loan specialist merupakan
kandidat system actor.
17
III.3.2.
Gambar 3.5: Ilustrasi Perubahan Business worker Menjadi Kandidat
System Actor [RUP03]
Business Worker Yang Diotomasi
Untuk setiap business worker yang akan diotomasi dengan
menggunakan sistem informasi dapat diidentifikasi sebagai kandidat
system use-case dan untuk setiap business actor yang secara langsung
akan menggunakan sistem informasi dapat diidentifikasi sebagai
kandiat system actor seperti yang diilustrasikan dalam gambar 3.6.
Apabila pada proses bisnis money transaction terdapat perubahan
skenario dimana transaksi dilakukan melalui internet banking maka
customer dapat berinteraksi langsung dengan sistem untuk melakukan
transaksi dan fungsi clerk untuk mengecek profil, account, serta
catatan pinjaman akan digantikan oleh sistem. Hal ini berarti customer
sebagai business actor akan menjadi kandidat system actor dan fungsi
clerk akan dmasukkan dalam system use-case money transaction.
18
III.3.3.
Gambar 3.6: Perubahan Business Actor Menjadi Kandidat System
Actor [RUP03]
Business Model dan Entity classes dalam Analysis Model
Untuk setiap business entity dan attribut dari business entity
yang akan dikeloka oleh sistem informasi dapat diidentifikasi sebagai
entity class dari sistem. Gambar 3.7 menunjukkan perubahan business
entity menjad entity class, dimana profil, account, serta catatan
peminjaman customer merupakan entitas yang peru dikelola oleh
sistem.
19
Gambar 3.7: Perubahan Business entity Menjadi Entity class [RUP03]
III.4. Pengelolaan Kebutuhan Perangkat Lunak
Kebutuhan perangkat lunak dapat didefinisikan sebagai [LEF03][OBE02]:
a. Kemampuan perangkat lunak yang dibutuhkan oleh pengguna untuk
menyelesaikan masalah guna mencapai suatu tujuan.
b. Kemampuan perangkat lunak yang harus dimiliki oleh suatu sistem atau
komponen sistem untuk memenuhi kontrak, standar, dan dokumentasi lain
yang diwajibkan.
Kebutuhan perangkat lunak ini harus dikelola dengan baik agar proyek
pengembangan perangkat lunak tersebut sukses. Kesalahan pendefinisian
kebutuhan merupakan kesalahan yang paling banyak terjadi dan paling mahal
untuk diperbaiki [LEF03]. Karena kebutuhan merupakan hal yang harus
dipenuhi oleh sistem yang sedang dibangun, dan kesesuaian kebutuhan
tersebut akan menentukan kesuksesan proyek, maka diperlukan upaya untuk
mengetahui tentang kebutuhan yang diperlukan, menuliskannya,
20
mengorganisasikannya, dan menelusuri setiap perubahannya. Karena itu
pengelolaaan kebutuhan adalah [OBE02]:
a. pendekatan sitematik untuk memperoleh, mengorganisasikan, dan
mendokumentasikan kebutuhan suatu sistem, dan
b. suatu proses untuk membangun dan memelihara kesepakatan antara
customer dengan tim proyek menyangkut perubahan kebutuhan sistem
yang dikembangkan.
RUP sebagai suatu metodologi juga menyediakan panduan bagaimana
mengelola kebutuhan perangkat lunak ini. Pengelolaan kebutuhan perangkat
lunak ini dijelaskan dalam disiplin requirement. Keahlian yang dibutuhkan
dalam mengelola kebutuhan perangkat lunak ini adalah:
i. Menganalisa masalah
ii. Memahami kebutuhan stakeholder
iii. Mendefinisikan sistem
iv. Mengelola ruang lingkup sistem
v. Memperbaiki definisi sistem
vi. Mengelola perubahan kebutuhan
III.5. Pelayanan Akademik saat ini
Pelayanan Akademik yang ada pada saat ini masih bersifat manual dan
belum terintegrasi. Dimana data - data siswa masih dalam bentuk file
Microsoft Word dan Excel. Proses tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengunjung datang ke Cambridge Campus, bagian sales dan marketing akan
menyambut kedatangan pengunjung.
2. Lalu pengunjung akan bertanya mengenai kursus - kursus yang ada di
Cambridge Campus.
3. Setelah mendapatkan penjelasan yang cukup dan merasa tertarik maka
pengunjung akan diberikan form pendaftaran dan pengunjung akan
mengisi form tersebut.
4. Apabila hanya berminat saja maka pengunjung diminta untuk
mencatat/menuliskan data - datanya di dalam buku tamu.
5. Setelah diisi dengan lengkap, maka pengunjung akan diminta untuk
memberikan sejumlah biaya registrasi dan kursus kepada bagian sales &
marketing.
21
6. Apabila data dalam form belum lengkap, bagian sales & marketing
meminta pengunjung untuk mengisinya dengan secara lengkap.
7. Setelah menyerahkan biaya registrasi dan kursus ke sales & marketing,
maka bagian sales & marketing akan memberikan tanda bukti pembayaran
(kwitansi) kepada pengunjung.
8. Selain kwitansi, pengunjung akan diberikan modul kursus sesuai dengan
mata kursus yang diminati.
9. Setelah mendapatkan modul kursus, pengunjung akan diberikan jadwal
kursus oleh bagian sales & marketing.
10. Bagian sales & marketing akan memberikan salinan kwitansi kepada
bagian accounting untuk dibukukan.
11. Setelah datang waktu kursus (jadwal) maka pengunjung akan berubah
menjadi seorang siswa. Dan selanjutnya proses belajar dan mengajar yang
akan dipandu oleh pengajar akan berjalan .
12. Setelah selesai proses belajar selesai, maka pengajar akan memberikan
sebuah proyek akhir sesuai dengan mata kursus yang diambil.
13. Apabila siswa sudah selesai menyelesaikan pembuatan proyek akhir, maka
siswa dapat mempresentasikan hasil proyek akhir. Dan proyek akhir
tersebut akan di nilai oleh bagian pengajar.
14. Apabila lulus, maka bagian sertifikat akan membuat dan mencetak
sertifikat serta memberikannya kepada siswa sebagai tanda bahwa proses
belajar dan mengajar telah selesai.
15. Apabila siswa belum lulus (masih banyak perbaikan dan perubahan), maka
dia harus memperbaiki terlebih dahulu proyek akhir miliknya tersebut.
Dan setelah selesai, siswa tersebut bisa mempresentasikan kembali ke
pengajar untuk dinilai.
22
Berikut adalah gambaran proses layanan akademik pada saat ini:
Gambar 3.8. Pelayanan Akademik saat ini
Dengan menggunakan sistem yang sudah ada sekarang, ditemukan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Data yang ada tidak terintegrasi dan tidak terkendali.
2. Lama waktu respon atas suatu permintaan, baik itu informasi kelas yang
sedang berjalan, kelas yang akan dibuka, lalu jumlah siswa dan pencetakan
sertifikat, sehingga menyebabkan Quality of Service menjadi rendah.
3. Kemungkinan terjadinya duplikasi data sangat besar karena masih
menggunakan pengolah kata dan data yang standard.
23
BAB IV
PEMODELAN PROSES BISNIS
SISTEM INFORMASI AKADEMIK ONLINE
Pemodelan proses bisnis ini dilakukan dengan menggambarkan rangkaian
proses bisnis ke dalam bentuk diagram aktivitas. Tujuan utama pemodelan bisnis ini
adalah untuk mengidentifikasi business worker, business worker operation dan
business entity. Dari pemodelan bisnis ini selanjutnya akan diturunkan menjadi
spesifikasi kebutuhan perangkat lunak SIAK online yang akan dijelaskan pada bab
selanjutnya. IV.1. Alasan Menggunakan Aplikasi Berbasis Web
Setelah melihat permasalahan yang ada di dalam sistem layanan akademik
Cambridge English Course dan juga melihat visi, misi dan strategi Cambridge
English Course yang akan memperluas jaringan dan tempat pelatihan IT ke
beberapa tempat yang lain sehingga dibutuhkan sebuah sistem yang akan
mengakomodir data yang terpusat maka dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa dibutuhkan sebuah
sistem informasi yang mempunyai karakteristik, yaitu:
- terintegrasi
- dapat diakses kapan saja dan dimana saja.
- data yang terkini/up to date.
- sejalan dengan visi, misi serta strategi perusahaan.
- data terpusat
Sistem informasi yang mempunyai ciri - ciri sesuai dengan diatas adalah
sistem informasi yang berbasis web. Dimana dampak positif dari sistem
informasi berbasis web itu antara lain:
- meningkatkan waktu respon terhadap permintaan
- meningkatkan kualitas pelayanan.
- Sebagai media promosi untuk
- Sebagai salah satu alat bersaing
- Meningkatkan produktivitas pegawai.
24
Maka untuk itulah dirancang sebuah sistem informasi yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan yaitu sistem informasi akademik online.
IV.2. Business Worker, Business Worker Operation, dan Business Entity
Berdasarkan hasil analisa pada proses operasional seperti yang
dijelaskan dalam bagian sebelumnya, maka dapat disusun rincian lengkap
daftar business worker, business worker operation dan business entity.
Business worker dan business worker operation akan menjadi masukan untuk
melakukan identifikasi kebutuhan perangkat lunak yang akan dijelaskan di bab
5. Sedangkan business entity akan menjadi masukan untuk tahapan analisa dan
perancangan. Tahap analisa dan perancangan ini tidak akan dijelaskan dalam
proyek akhir ini karena di luar lingkup pengerjaan proyek akhir yang telah
ditetapkan. Berikut ini adalah daftar business worker, business worker
operation, dan business entity.
IV.2.1. Rincian Business Worker
Identifikasi business worker ini dimulai dengan mengevaluasi posisi
untuk mendapatkan peran spesifik yang dilakukan masing-masing
posisi yang ada. Selain itu diidentifikasi juga peran yang dilakukan
oleh sistem lain yang terhubung langsung dengan Sistem Informasi
Akademik online yang akan dikembangkan ini. Pada penjelasan
sebelumnya, business worker yang digambarkan dalam business
analysis model adalah business worker yang diidentifikasi dari
posisi. Tabel berikut menunjukkan daftar business worker yang
berhasil diidentifikasi pada tahap ini.
Tabel 4.1. Business Worker
No.
1
2
Business worker
Business Marketing
Business Pengajar
Peran
Berperan dalam melakukan registrasi dan menerima
pembayaran dari siswa.
Berperan dalam melakukan :
- kegiatan belajar mengajar
- memberikan tugas proyek akhir -
membimbing tugas proyek akhir
- menguji kelayakan proyek akhir yang dibuat
25
3 Business Berperan dalam membuat, mencetak dan memberikan Administrator sertifikat kepada siswa yang telah menyelesaikan kursus
dan telah lulus dari pengujian kelayakan proyek akhir
siswa.
IV.2.2. Rincian Business Worker Operation
Identifikasi business worker operation ini dilakukan dengan
menganalisa setiap aktivitas yang ada dalam setiap diagram aktivitas diatas dan
melengkapinya dengan melakukan identifikasi aktivitas untuk setiap business
worker yang ada. Tabel berikut menunjukkan daftar business worker operation
yang berhasil diidentifikasi dalam proses analisa kegiatan operasional harian
ini.
Tabel 4.2. Business Worker Operation
No.
1
2
3
4
Business Worker
Operation
Pendaftaran
Pengajaran
Pembuatan Proyek
Akhir
Sertifikat
Deskripsi
Melakukan kegiatan pendaftaran
siswa serta menerima pembayaran
biaya kursus
Melakukan kegiatan belajar dan
mengajar
Memberikan, membimbing serta
menguji proyek akhir
Membuat, mencetak dan
memberikan sertifikat kepada
siswa yang telah lulus kursus
Business worker
yang terlibat
Business Marketing
Business Pengajar
Business Pengajar
Business
Administrator
IV.2.3. Rincian Business Actor
Identifikasi business actor ini dilakukan dengan menganalisa setiap
entity (orang, sistem atau sesuatu) yang berinteraksi dengan bisnis. Tabel
berikut menunjukkan daftar business Actor yang berhasil diidentifikasi dalam
sistem layanan SIAK Online ini.
Tabel 4.3. Business Actor
No. Business Actor Peran
1 Siswa Berperan aktif terhadap sistem dalam melakukan
pendaftaran, pengajaran, pembuatan proyek akhir dan
sertiikat.
IV.2.4. Rincian Business Entity
Identifikasi business entity dilakukan dengan menganalisa setiap
aktivitas yang ada dalam diagram aktivitas di atas dan setiap business worker
26
operation yang ada. Tabel berikut menunjukkan daftar business entity yang
berhasil diidentifikasi dalam proses analisa kegiatan operasional harian ini.
Tabel 4.4. Business Entity
No Business Deskripsi Dimanipulasi Terlibat
Entity Oleh Dalam
1 Pendaftaran Meyimpan data-data tentang pendaftaran Marketing Pendaftaran siswa
IV.3. Object Modelling System
Selanjutnya untuk mendeskripsikan hubungan business actor, business
worker dan business entity pada aktifitas proses sistem SIAK Online di atas
akan digambarkan pada diagram business object model dan business analysis
model berikut ini :
Gambar 4.1. Business object model sistem SIAK Online
27
Gambar 4.1. Business analysis model sistem SIAK Online
28
BAB V
ANALISA KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK
Identifikasi kebutuhan lunak merupakan hal yang penting dalam
pengembangan perangkat lunak. Pada proyek akhir ini, identifikasi kebutuhan
dilakukan berdasarkan hasil pemodelan bisnis seperti yang telah dijelaskan pada bab
IV. Bab ini akan menjelaskan proses identifikasi kebutuhan perangkat lunak dan
hasilnya yang dituangkan dalam bentuk kebutuhan fungsional dan kebutuhan non
fungsional perangkat lunak.
V.1.
Metode Penyusunan Kebutuhan Perangkat Lunak
Kebutuhan perangkat lunak diturunkan dari model bisnis yang
dihasilkan dalam bab sebelumnya. Dalam mengidentifikasi kebutuhan
perangkat lunak ini penulis menggunakan acuan yang diberikan oleh RUP
seperti yang telah dijelaskan pada bagian III.3. Pemetaan model bisnis ke
model bisnis untuk menentukan kebutuhan perangkat lunak dapat dilihat
dalam tabel berikut 5.1.
Tabel 5.1 Pemetaan model bisnis ke model sistem
No Model Bisnis Model Sistem
1 Business use-case Subsistem
2 Business worker Actor
3 Business worker operation Use case
4 Business entity Class dalam analysis model,
Kebutuhan perangkat lunak yang dihasilkan akan dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kebutuhan fungsional dan non-fungsional. Kebutuhan
perangkat lunak ini akan ditunagkan ke dalam dokumen software requirement
specification. Kebutuhan fungsional akan dimodelkan dalam bentuk diagram
use-case dan untuk setiap use-case yang ada akan dibuat spesifikasinya.
Sedangkan kebutuhan non fungsional akan dijelaskan dalam dokumen
supplementary specification.
29
V.2. V.3.
Pemetaan Dari Aktivitas Menjadi Use-Case
Langkah-langkah dilakukan pemetaan dari aktivitas menjadi use-case
adalah:
1. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang akan didukung oleh perangkat
lunak.
2. Mengorganisakan use-case dengan mengidentifikasi include dan extend
relationship serta generalisasi.
3. Memastikan bahwa use-case yang dihasilkan mudah dipahami dan
dipelihara. Kriteria RUP untuk memastikan hal ini adalah [SAN05]:
c. Setiap use-case tidak memiliki ketergantungan dengan use-case
lainnya.
d. Perubahan yang terjadi pada suatu use-case yang memiliki include use-
case tidak akan mempengaruhi include use-case tersebut, demikian
pula sebaliknya.
e. Beberapa use-case yang memiliki kesamaan pola kerja dan tujuan
sebaiknya digabungkan menjadi satu.
f. Use-case yang memiliki peluang untuk menjadi terlalu kompleks
sebaiknya dipisahkan menjadi beberapa use-case.
g. Setiap use-case yang harus memiliki nama yang unik, jelas, intuitive,
dan memiliki makna yang menjelaskan maksud use-case secara
keseluruhan.
Hasil pemetaan dari aktivitas menjadi use-case secara lengkap dapat dilihat
pada tabel berikut ini. Tabel ini menjelaskan nama use-case beserta penjelasan
aktivitas awal/business worker operation.
Identifikasi Actor
Identifikasi actor diturunkan dari business worker. Selain dari business
worker, ada satu aktor lagi yaitu mahasiswa. Business Siswa merupakan yang
secara langsung akan menggunakan sistem informasi sehingga diidentifikasi
sebagai kandidat system actor. Berikut ini daftar actor yang ada dalam aplikasi
SIAK online ini.
30
Tabel 5.2: Daftar Actor
No Nama Actor Deskripsi
1
2.
3
4
5
6
Pengunjung
Siswa Pengajar
Administrator
Marketing
General Manager
Aktor yang berperan dalam mengunjungi situs SIAK online dimana setelah dia mengakses SIAK online, dia dapat
mendaftarkan diri ke dalam situs ataupun kalau sudah terdaftar dia bisa
masuk ke dalam situs. Aktor yang berperan untuk ikut dalam suatu kursus. Actor yang berperan dalam memberikan status perubahan atas siswa apakah seorang siswa sudah lulus suatu kursus atau belum. Actor yang berperan dalam memelihara content, memelihara user, siswa dan pengajar. Actor yang berperan dalam memelihara content dan memberikan persetujuan kepada seorang calon siswa untuk ikut ke dalam suatu
mata kursus setelah membayar sejumlah biaya kursus. Actor yang berperan dalam melihat laporan siswa beserta grafik.
V.4. Kebutuhan Fungsional Perangkat Lunak
Identifikasi kebutuhan fungsional perangkat lunak ini diturunkan dari
business worker operation. Setelah dilakukan pemetaan awal yang
menghasilkan kandidat sistem use-case, langkah selanjutnya adalah
merestrukturisasi use-case tersebut sampai diperoleh model use-case yang
sesuai dengan kebutuhan stakeholder. Use-case yang dihasilkan dapat
digambarkan dalam diagram seperti yang ditunjukkan gambar 5.1. Tabel 5.3
menjelaskan rincian kebutuhan fungsional yang ada dalam gambar 5.1 tersebut
secara garis besar.
31
Gambar 5.1. Usecase SIAK online
Tabel 5.3: Kebutuhan Fungsional Perangkat Lunak
No Use-case Deskripsi Aktor
1 Login Aktifitas login dari pengguna untuk masuk ke dalam Pengunjung sistem
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Register Browse Course View Promotion Administrasi Course Administrasi Pengajar
Administrasi Siswa
Administrasi User
Enroll Course
Enrollment Approval
Aktifitas mendaftarkan diri ke dalam sistem
Aktifitas melihat daftar kursus yang tersedia
Aktifitas melihat promosi yang ada. Aktifitas menambah, merubah dan menghapus course yang akan buka Aktifitas menambah, merubah, menghapus serta mengatur hak merubah status siswa dari setiap pengajar Aktifitas menambah, merubah siswa. setelah seorang yang terdaftar di dalam sistem SIAK menyerahkan biaya pendaftaran ke bagian sales &
marketing. Aktifitas menambah, merubah dan menghapus user (baik itu General Manager, Marketing, ataupun Administrator) Aktifitas mendaftarkan diri (siswa) ke dalam suatu kursus Aktifitas menyetujui bahwa seorang siswa boleh ikut dalam suatu kelas apabila dia sudah
Pengunjung
Pengunjung
Pengunjung Administrator
Administrator
Administrator
Administrator
Siswa
Marketing
32
No Use-case Deskripsi Aktor menyerahkan sejumlah biaya kursus
11 Input FeedBack Aktifitas memasukkan komentar, kritik dan saran Siswa atas penyelenggaraan pelatihan baik kepada instansi,
pengajar ataupun staf.
12
13
14 15
16
17
18
19
20
Print Certificate
View Berita View FeedBack View Grafik
View Jadwal View Rencana Kelas
View Running Class
View Siswa
Change Status Siswa
Aktifitas mencetak sertifikat kursus sebagai tanda berakhirnya proses kegiatan belajar mengajar atas suatu mata pelajaran kursus, dimana kegiatan ini di awali dengan pengecekan status seorang siswa sudah lulus untuk suatau mata kursus atau belum. Aktifitas melihat berita terbaru Aktifitas melihat komentar, kritik dan saran yang telah di masukkan/dikirimkan oleh siswa Aktifitas melihat grafik/statistik kursus Aktifitas melihat jadwal kursus Aktifitas melihat rencana kelas yang akan dibuka
Aktifitas melihat kelas yang sedang berjalan pada bulan yang bersangkutan Aktifitas melihat siswa untuk suatu mata kursus tertentu Aktifitas merubah status siswa dari belum lulus menjadi lulus untuk sebuah mata kursus
Administrator
Siswa General Manager General Manager Siswa
Siswa General Manager
General Manager
Pengajar
Gambar 5.2 Class Diagram Sistem Informasi Akademik Online
33
V.5. Kebutuhan Non-Fungsional Perangkat Lunak
Identifikasi kebutuhan non-fungsional diturunkan dari kebutuhan
stakeholder yang tidak dapat dimodelkan dengan use-case. Kebutuhan non
fungsional ini dikelompokkan menjadi usability, reliability, performance, dan
supportability. Daftar kebutuhan non-fungsional ini dapat dilihat dalam
dokumen supplementary specification. Beberapa contoh kebutuhan non-
fungsional pada sistem SIAK Online adalah:
Meminimalisasi terjadinya kesalahan pencatatan data
Mencegah terjadinya penyimpanan data yang redundant
Mudah digunakan
Toleransi terhadap anggaran biaya sekitar 5 persen
Pencarian data tidak boleh lebih dari 10 detik
Total sistem breakdown 0 persen pada server agar seluruh transaksi
dapat diselesaikan(bukan disebabkan oleh force majeure)
Mudah digunakan
Hak akses pengguna harus didefinisikan dengan jelas
Response time terhadap transaksi yang dilakukan dibawah 4 menit
Dapat melayani 300 pelanggan sekaligus secara bersamaan online
Permasalahan dalam sistem harus dapat ditangani dalam waktu paling
lama 1 x 24 jam
Sistem Mampu Beroperasi selama 24 jam selama hari kerja
34
BAB VI
IMPLEMENTASI RUP
VI.1. Workflow
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang adaptasi metodologi
RUP dalam penyelesaian proyek akhir ini. Penulis mengacu pada RUP versi
2003.06.12.01. Langkah-langkah penyelesaian proyek akhir ini disusun
berdasarkan panduan yang diberikan RUP khususnya dalam disiplin business
modeling dan requirement. Tidak semua aktivitas dalam metologi RUP
dilakukan dan tidak semua artifactnya dibuat dalam proyek akhir ini.
Penyesuaian aktivitas dan artifact ini dilakukan agar penerapan RUP dalam
proyek ini menjadi lebih sederhana dan spesifik sesuai dengan karakter proyek
yang penulis kerjakan.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan penulis dalam melakukan
penyesuaian metodologi RUP adalah:
Proyek akhir ini dilakukan untuk menentukan spesifikasi dan prasyarat
perangkat lunak sistem SIAK Online yang disesuaikan dengan
kebutuhan stakeholder.
Aplikasi ini dibuat untuk mengotomasi layanan akademik antara pihak
penyelenggara pelatihan dan siswa ke sistem berbasis web (online) agar
diperoleh mekanisme layanan yang efektif dan efisien serta yang
terpenting adalah customer satisfaction.
Proses bisnis yang menjadi sentral permasalahan bukan merupakan
bisnis baru melainkan perubahan dari bisnis (proses operasional) yang
ada yang semula dijalankan secara manual oleh bagian Sales &
Marketing dan Administrator.
Perangkat lunak ini hanya akan digunakan dalam lingkungan internal
Cambridge English Course dan tidak dipasarkan kepada pihak ketiga.
Jumlah tim pengembang yang terlibat dalam proyek ini sangat kecil.
Berdasarkan pertimbangan di atas dan konsultasi dengan pembimbing,
maka proyek ini hanya akan menekankan dalam dua disiplin utama, yaitu
35
business modeling dan requirement serta dua fase yaitu inception dan
elaboration. Bagian yang ditandai dengan elips pada gambar 6.1 menunjukkan
tahapan yang akan dilakukan dalam proyek ini:
Gambar 6.1: Fokus Pelaksanaan Proyek [RUP03]
Karena implementasi RUP dalam proyek ini bersifat custumization,
maka aktivitas-aktivitas yang ada dalam business modeling tidak akan
dilakukan semua. Gambar 6.2 menunjukkan aktivitas apa saja yang penulis
lakukan dalam disiplin business modeling.
Berdasarkan landasan teori di bab 3, skenario pemodelan bisnis yang
sesuai dengan proyek ini adalah skenario 6 (revamp). Dengan berpedoman
pada karakteristik proyek dan skenario business modelling yang digunakan
maka workflow detail develop a domain model tidak perlu dilakukan.
Workflow business yang akan dilakukan diperlihatkan seperti yang ditunjukan
dalam gambar berikut:
36
Gambar 6.2: Workflow Business modeling Yang Dilakukan
Requiremet workflow mengikuti workflow yang telah ditetapkan dan
tidak ada workflow detail yang tidak dilakukan, hanya saja titik berat workflow
detail yang dilakukan tidak sama antara fase inception dan fase elaboration.
Fase inception dititikberatkan untuk memahami masalah/problem domain
sehingga workflow detail yang dilakukan adalah 'Analyze The Problem' dan
'Understand The Stakeholder Needs' untuk menghasilkan system vision
document. Requirement workflow pada fase inception adalah sebagai berikut:
37
Gambar 6.3: Requirement Workflow pada Fase Inception
Sedangkan pada fase elaboration titik beratnya adalah pembuatan
software requirement specification sesuai dengan proses bisnis yang menjadi
fokus iterasi yang sedang berjalan. Untuk setiap iterasi akan dilakukan analisa
kebutuhan sistem dan stakeholder, pendefinisian kebutuhan perangkat lunak
dan bagaimana mengelola kebutuhan tersebut dengan baik. Gambar di bawah
ini menunjukkan requirement workflow dilakukan dalam tahap elaboration:
38
Gambar 6.4: Requirement Workflow pada Fase Elaboration
Setelah menentukan pemilihan model dan workflow detail yang akan
dilalui dalam setiap disiplin yang dipilih, langkah selanjutnya adalah
menentukan aktivitas-aktivitas yang lebih rinci dalam fase inception dan
elaboration. Penentuan aktivitas ini didasarkan pada workflow detail yang
dipilih untuk setiap disiplin yang dilakukan. Penjelasan rinci tentang aktivitas
dalam setiap fase akan dijelaskan dalam sub bab berikut.
VI.2. Fase Inception
Berdasarkan workflow detail yang akan dilakukan, maka penulis
menyusun rincian aktivitas apa saja yang akan dilakukan dalam fase inception
berdasarkan workflow detail tersebut. Bagian ini akan menjelaskan tentang
rincian langkah-langkah yang akan dilakukan dalam fase inception.
39
VI.2.1. Mendefinisikan model bisnis dan vision
Tahap ini bertujuan untuk menyusun vision dan model bisnis
dari permasalahan yang ada sehingga diperoleh informasi yang cukup
tentang status bisnis yang ada dan stakeholder terkait. Hasil dari tahap
ini akan digunakan untuk menyusun dokumen vision sistem.
Langkah-langkah dalam pendefinisian model bisnis dan vision
sebagai berikut:
2. Set and adjust goals -business modeling discipline
Aktivitas ini bertujuan untuk menentukan target yang ingin dicapai
dari proyek ini, batasan dari kegiatan dan upaya yang dilakukan
selama business modeling serta menjelaskan target yang
diharapkan dan stakeholder system.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam aktivitas ini adalah:
• Mendefinisikan batasan target organisasi
Dilakukan dengan membuat asumsi-asumsi mengenai target
yang dimiliki oleh Universitas. Hasil dari aktivitas ini akan
dimasukkan dalam dokumen vision bagian positioning.
• Mengidentifikasi stakeholder
Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari
dokumen terkait dan melakukan wawancara langsung pada
pengguna utama. Dari aktivitas ini akan dihasilkan profil
stakeholder dan customer beserta kebtuhannya. Hasilnya akan
menjadi bagian dari stakeholder and customer description
dalam dokumen vision.
• Mengidentifikasi batasan yang dapat menghambat pelaksanaan
Beberapa faktor yang dapat menghambat pelaksanaan proyek
adalah politik, ekonomi, lingkungan, teknis, kelayakan, dan
sistem lainnya yang berinteraksi dengan sistem yang akan
dikembangkan. Proyek ini hanya menganalisa faktor-faktor
yang mempengaruhi kondisi serta lingkungan pengguna atau
sistem yang akan menjadi bagian stakeholder and customer
description dalam vision. Faktor yang mempengaruhi pasar
tidak akan dievaluasi karena produk ini dikembangkan dan
40
digunakan hanya untuk lingkungan Cambridge English Course dan tidak
dipasarkan kepada pihak ketiga.
• Mengidentifikasi masalah yang dihadapi
Tujuan aktivitas ini adalah untuk mengetahui masalah-masalah
yang mungkin dihadapi oleh calon pengguna dan akan
dicarikan pemecahannya dengan membangun aplikasi ini. Hasil
dari aktivitas ini akan dituangkan dalam bagian problem
statement dalam dokumen vision.
• Menentukan prioritas dari proses bisnis yang akan diotomasi
Dalam aktivitas ini akan ditentukan prioritas proses operasional
layanan akademik yang akan diotomasi serta prioritas
pengembangannya. Hasilnya akan dimasukkan dalam bagian
precedence and priority dalam vision.
Role: business process analyst
Artifact: draft awal vision
3. Maintain business rule - disiplin business modeling
Business rule adalah penjelasan tentang kebijakan atau kondisi
yang harus dipenuhi oleh bisnis. Tujuan aktivitas ini adalah:
• Menentukan business rule yang mempengaruhi proyek
• Mendefinisikan business rule dengan lebih detil
Role: business process analyst
Artifact: hasil dari aktivitas ini adalah dokmen business rule yang
akan digunakan sebagai dasar penyusunan dokumen spefisikasi
perangkat lunak, spesifikasi use-case, supplementary specification,
dan alur algoritma dalam tahapan perancangan.
4. Capture common business vocabulary - disiplin business modeling
Tujuan aktivitas ini adalah untuk mendefinisikan kosakata umum
yang digunakan dalam pengembangan sistem SIAK Online ini,
baik yang merupakan istilah bisnis maupun istilah teknis. Hal ini
membantu konsistensi penggunaan istilah dan menghindari
terjadinya salah persepsi mengenai suatu istilah tertentu. Pencarian
41
kosakata ini dilakukan dengan studi literatur khususnya dalam
dokumen spesifikasi bisnis.
Referensi: dokumen spesifikasi bisnis analisa aktivitas
Role: business process analyst
Artifact: dalam proyek akhir ini semua istilah dan kosa kata
dirangkum dalam dokumen glossary.
5. Develop requirement management plan - disiplin requirement
Aktivitas ini dilakukan dengan tujuan untuk:
• Membuat rencana untuk mendokumentasikan atribut
requirement dan pedoman penelusuran (traceability)
requirement.
• Mengelola requirement produk yang akan dikembangkan.
Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan
requirement management plan ini adalah:
• Membangun traceability
• Menenukan atribut-atribut requirement
• Mempersiapkan tools yang akan digunakan untuk mengelola
requirement
Role: System analyst
Artifact: dokumen requirement management plan
6. Elicit stakeholder request - disiplin requirement
Identifikasi stakeholder request dalam proyek ini dilakukan dengan
menentukan sumber-sumber kebutuhan dan prioritasnya dan
kemudian melakukan pengumpulan informasi melalui wawancara
terhadap terkait. Pada dasarnya aktivitas ini dilakukan dengan
tujuan untuk:
• Memahami siapa stakeholder proyek •
Mengidentifikasi stakeholder sistem
• Mendefinisikan batasan sistem
• Menggambarkan fitur-fitur utama yang dimiliki oleh sistem.
Role: system analyst
42
Artifact: hasil identifikasi stakeholder request dan prioritasnya
akan disajikan dalam dokumen stakeholder request.
7. Develop vision - disiplin requirement
Dalam aktivitas ini dilakukan penyusunan dokumen vision sesuai
dengan template yang diberikan oleh RUP. Input dokumen vision
ini diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya khususnya
langakah 'set and adjust ojective'. Tujuan dari penyusunan
dokumen ini adalah:
• menyamakan persepsi tentang permasalahan yang dihadapi
• mengidentifikasi stakeholder sistem
• mendefinisikan batasan sistem
• menggambarkan fitur-fitur utama yang dimiliki oleh sistem
Role: system analyst
Artifact: hasil aktivitas ini adalah dokumen vision
VI.2.2. Mendefinisikan fungsi sistem
Setelah mendapakan gambaran tentang deskripsi, sasaran,
batasan proyek, serta stakeholder request, langkah selanjutnya adalah
mendapatkan gambaran tentang fungsi perangkat lunak yang akan
dibangun. Pada tahap ini akan dilakukan pemodelan business worker
dan entity. Selanjutnya disusun requirement management plan.
Langkah terakhir adalah menentukan actor dan use-case dalam sistem
berdasarkan business worker dan activity diagram yang telah
dikembangkan sebelumnya. Gambar 6.5 menunjukkan aktivitas dan
artifact yang dihasilkan dalam tahap ini. Bagian berikutnya akan
menjelaskan aktivitas-aktivitas dalam gambar tersebut satu demi satu.
43
Gambar 6.5: Langkah-langkah Dalam Pendefinisian Fungsi Sistem [RUP03]
Aktivitas-aktivitas yang ada dalam gambar 5.6 di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Find business actors and usecase - business modeling discipline
Tujuan dari aktifitas ini untuk memberikan gambaran umum
mengenai proses bisnis dan memodelkannya ke dalam diagram
business usecase model.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam aktifitas ini adalah :
• Find business actors, dilakukan dengan mengidentifikasi pihak-
pihak yang akan berinteraksi dengan layanan SIAK Online
• Find business usecases, dilakukan dengan mengidentifikasi
proses-proses yang dilakukan dalam bisnis dan layanan yang
diharapkan dari system SIAK Online
• Membuat prioritas utama terhadap proses bisnis yang terdapat
dalam layanan SIAK online yang telah diidentifikasi
• Membuat alur kerja yang terdapat dalam setiap business
usecase
Role : business process analyst
Artifact : business actor, business usecase model,business
usecase, dan apabila ditemukan business rule yang
baru maka dimasukkan ke dalam dokum supplementary
specification.
44
2. Find business workers and entities - disiplin business modeling
Aktivitas ini dilakukan untuk mengidentifikasi semua peran,
serahan, dan event dalam bisnis dan menggambarkan bagaimana
business worker dan entity membentuk use-case realization. Hal
ini akan digambarkan dalam activity diagram dalam business
object model. Untuk setiap business worker diidentifikasi pada use-
case apa dia terlibat.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan aktivitas ini
adalah:
• Mengidentifikasi business worker dengan mengidentifikasi
semua peran yang terlibat dalam alur kerja.
• Mengidentifikasi business entity dilakukan dengan memeriksa
hal-hal yang dihasilkan atau digunakan business worker dalam
melaksanakan perannya.
• Untuk setiap business worker yang ada diidentifikasi apa yang
dilakukannya dalam melaksanakan perannya. Hal ini akan
membentuk business use-case.
• Membuat use-case realization dengan nama yang sama untuk
setiap business use-case. Business use-case realization ini
dibuat dalam bentuk activity diagram berdasarkan alur kerja
yang telah dijabarkan pada aktvitas sebelumnya. Activity
diagram yang dibuat akan dijelasakan pada bab 5.
Role: business designer
Artifact: business analysis model/business object model (business
entity only), business entity, business worker, business use-case
(outline), business use-case realization (activity diagram)
3. Find actors and usecase - requirement discipline
Tujuan dari activity ini dalam inception phase adalah membangun
gambaran umum mengenai kebutuhan perangkat lunak. Penjelasan
detail mengenai activity ini dapat dilihat pada bab V proyek akhir
45
ini yang menjelaskan bagaimana mengubah business object model
menjadi kebutuhan perangkat lunak.
Role : system analyst
Artifact : Actors, usecase, usecase model (outlined)
VI.2.3. Kategori Kebutuhan
Dari fase inception diperoleh gambaran apa yang akan dalam
perangkat lunak Analisa Aktivitas ini beserta prioritas
pengembangannya. Selain itu ditentukan pula deskripsi, tujuan, dan
batasan proyek yang dituangkan dalam dokumen vision. Fungsionalitas
yang akan dikembangkan dalam proyek ini dibuat dalam bentuk use-
case model yang menggambarkan requirement yang harus dipenuhi
oleh perangkat lunak ini.
Berdasarkan prioritas fungsi yang harus ada dalam perangkat
lunak SIAK online, maka requirement perangkat lunak SIAK online
ini dibagi menjadi dua kategori (dari prioritas tertinggi ke prioritas
terendah), yaitu:
1. Kategori 1: requirement yang mendukung proses layanan
pendaftaran, pengajaran, status proyek akhir dan pembuatan
sertifikat.
2. Kategori 2: requirement yang mendukung proses layanan SIAK,
reporting serta melengkapi sistem SIAK Online yang akan
dikembangkan.
VI.3. Fase Elaboration
Pada fase elaboration ini, pengerjaan proyek dititikberatkan pada
pengelolaan requirement perangkat lunak yang telah diidentifikasi.
Pendefinisian rincian kebutuhan dilakukan secara bertahap sesuai dengan
prioritas yang telah ditetapkan. Bagian ini akan menjelaskan tentang
pembagian iterasi yang dilakukan dalam pengerjaan proyek di fase
elaboration dan langkah-langkah yang dilakukan dalam setiap iterasi.
46
VI.3.1. Penentuan Iterasi
Pembagian iterasi dilakukan berdasarkan prioritas requirement yang
mendukung suatu proses bisnis. Karena ada dua kategori requirement yang
akan dikembangkan maka ada dua iterasi yang dilakukan. Kedua iterasi yang
akan dilakukan adalah:
1. Iterasi 1: modul pendaftaran, pengajaran, status proyek akhir siswa dan
cetak sertifikat
Iterasi ini menitikberatkan pada requirement perangkat lunak yang
termasuk pada kategori 1. Di akhir iterasi ini diharapkan spesifikasi
kebutuhan yang termasuk kategori satu sudah diidentifikasi dengan jelas
disertai dokumen spesifikasi setiap use-case yang terlibat. Selanjutnya
requirement yang dihasilkan akan dievaluasi apakah sudah sesuai dengan
kebutuhan stakeholder atau tidak. Hasil evaluasi digunakan untuk
menetukan fokus iterasi selanjutnya. Jika hasil evauasi menunjukkan
bahwa requirement yang dihasilkan masih terdapat kekurangan maka
iterasi kedua akan tetap mengidentifikasi requirement kategori satu dengan
area yang lebih spesifik sesuai dengan kekurangan yang ditemukan.
2. Iterasi 2: modul cetak laporan, grafik, jadwal dan content
Fokus iterasi ini adalah pendefinisian requirement kategori dua. Pada
iterasi ini pengembangan sistem SIAK online akan dilengkapi sampai jadi
seutuhnya. Jika hasil evaluasi terhadap hasil iterasi ini kurang lengkap
maka iterasi selanjutnya akan fokus pada requirement dan proses bisnis
kategori 2.
Penjelasan tentang aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam setiap iterasi akan
dijelaskan pada bagian berikut ini.
VI.3.2. Melengkapi Model Bisnis
Pada bagian ini akan dilakukan serangkaian aktivitas untuk melengkapi
model bisnis yang sudah dibuat dalam fase sebelumnya. Proses bisnis yang
menjadi fokus tergantung pada titik berat setiap iterasi yang sedang dilakukan.
Aktifitas-aktifitas yang dilakukan adalah :
47
1. Detail business use case - business modeling discipline
Focus dari aktifitas ini adalah mendetailkan alur kerja dalam setiap usecase
termasuk didalamnya alternate flow maupun sub flow. Langkah - langkah
yang dilakukan dalam aktifitas ini adalah :
• Memberikan keterangan lebih detail mengenai alur kerja yang terdapat
dalam business use case.
• Melakukan strukturisasi alur kerja yang telah diidentifikasi ke dalam
sub workflow atau optional workflow
• Mendeskripsikan special requirement dari suatu business use case
Role
Artifact
: business designer
: business usecase yang telah dilengkapi dengan alternate
flow dan subflow. Apabila ditemukan business rule yang baru
maka dimasukkan ke dalam daftar dokumen supplementary
specification.
2. Find business workers and entities - disiplin business modeling
Tujuan aktivitas ini adalah melengkapi object model yang dikembangkan
dalam fase/iterasi sebelumnya sesuai dengan proses bisnis yang menjadi
fokus iterasi yang sedang berjalan. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam aktivitas ini adalah:
• Mereview business object model sebelumnya.
• Mengidentifikasi business worker dengan mengidentifikasi semua
peran yang terlibat dalam alur kerja dan business use-case yang telah
diidentifikasi pada fase sebelumnya.
• Untuk setiap business worker tentukan dalam business use-case apa
dia terlibat.
• Mengidentifikasi business entity dengan memeriksa hal-hal yang
dihasilkan atau digunakan oleh business worker dalam melaksanakan
perannya berdasarkan business use-case yang telah didapat
sebelumnya.
• Membuat use-case realization untuk setiap business use-case. Business
use-case realization ini dibuat dengan nama yang sama dengan
business use-casenya.
48
• Melakukan strukturisasi business object model
Role: business designer
Artifact: business worker, business entitiy, business use-case, business
use-case realization (activity diagram)
3. Define automation requirements - business modeling discipline
Tujuan dari aktifitas ini adalah mengidentifikasi bagian-bagian dari proses
bisnis yang dapat diotomasi dengan bantuan system. Hasil tersebut
kemudian dituangkan dalam diagram system usecase untuk menambahkan
system usecase yang telah dikembangkan pada phase sebelumnya.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam aktifitas ini adalah :
• Explore new technologies dilakukan untuk membangun pemahaman
yang baik mengenai teknologi-teknologi yang mungkin untuk
dimanfaatkan dalam pengembangan system
• Identify system actor and usecase
Secara detail teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi system
actor dan usecase dapat dilihat dalam bab analisa kebutuhan pada
laporan proyek akhir ini.
Role : business designer
Artifact : system usecase
4. Detail a business entity - disiplin business modeling
Tujuan aktivitas ini adalah untuk memastikan bahwa business entity dapat
menyediakan behavior yang dibutuhkan dan mengevaluasi hubungan
struktural antar business entity. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
aktivitas ini adalah:
• Menentukan area responsibility
• Mendefinisikan operasi yang dikenakan terhadap business entity yang
bersangkutan
• Mendefinisikan attribut setiap business entity
• Menganalisa hubungan antar business entity yang ada
Role: business designer
Artifact: business entity dengan attributnya dan business event
49
5. Melengkapi glossary, business rule, dan vision
Selama melakukan aktivitas pendefinisian business worker dan business
entity, aktivitas lain yang harus dilakukan adalah melengkapi glossary
dengan istilah-istilah bisnis dan teknir, mereview business rule, dan
memperbaiki dokumen vision. Dokumen vision yang dihasilkan dalam
tahap ini lebih lengkap dan disertai dengan dokumen supplementary
specification.
VI.3.3. Mengelola Perubahan Kebutuhan
Dalam proses pengembangan perangkat lunak biasanya akan terjadi
perubahan atau penentuan prioritas kebutuhan, baik yang datang dari user
maupun dari stakeholder yang lain. Perubahan tersebut bisa berupa
penambahan kebutuhan baru, pengubahan ataupun membuang kebutuhan yang
telah diidentifikasi sebelumnya. Agar semua perubahan yang ada tetap tercatat
dengan baik dan semua pihak dapat mengetahui status pengembangan terbaru,
maka perubahan tersebut harus dikelola dengan baik. RUP memberikan
panduan bagaimana mengelola perubahan kebutuhan. Dalam proyek ini
aktivitas tersebut akan disesuaikan dengan ruang lingkup proyek. Berikut ini
langkah-langkah yang dilakukan dalam mengelola kebutuhan perangkat lunak:
1. Manage dependencies - disiplin requirement
Setiap penambahan ataupun perubahan pada suatu requirement perlu
ditelusuri apa penyebab perubahan tersebut dan apa akibat yang
ditimbulkannya serta siapa yang meminta perubahan tersebut. Dalam
proyek akhir ini, tools yang digunakan oleh penulis dalam mengelola
perubahan dan ketergantungannya adalah Rational RequisitePro.
Perubahan akan diimplementasikan jika sudah disetujui oleh project
sponsor. Dampak penambahan dan perubahan terhadap requirement
perangkat lunak dapat mempengaruhi attribut dan traceability dari
requirement yang bersangkutan. Selain itu perubahan dapat juga
mempengaruhi artifact yang ada misalnya vision, use-case model, use-case
specification, dan software requirement specification.
Langkah-langkah yag dilakukan dalam aktivitas ini adalah:
• Menentukan attribut requirement yang berubah
50
• Membuat dan memeriksa traceability akibat perubahan yang terjadi
• Mengelola perubahan requirement dengan mengupdate dokumen
terkait dan membuat traceability matrix yang up-to-date
Role: system analyst
Artifact: requirement attribute dan dokumen lain yang terpengaruh
perubahan tersebut
2. Structure the use-case model - disiplin requirement
Perubahan requirement dapat menyebabkan perubahan struktur use-case
model yang telah dibuat. Karena itu perlu dilakukan strukturisasi use-case
yang ada. Langkah-langkah untuk melakukan strukturisasi use-case
adalah:
• Mengidentifikasi requirement umum.
• Membuat include relationship, extend relationship, dan generalization
antara use-case yang ada.
Role: system analyst
Artifact: use-case model (restructure)
3. Prioritize use-case - disiplin requirement
Perubahan requirement juga dapat menyebabkan berubahnya prioritas
suatu use-case yang menjelaskan tentang requirement tersebut. Untuk itu
perlu dilakukan prioritasi use-case yang ada terkait dengan perubahan
yang dilakukan. Aktivitas ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
• Menentukan prioritas use-case dan skenario
• Mendokumentasikan use-case view
Role: software architect
Artifact: requirement attribute
Gambar 6.6 menunjukkan urutan aktivitas yang dilakukan dalam
mengelola perubahan kebutuhan seperti yang telah dijelaskan di atas.
51
Gambar 6.6: Langkah-langkah Dalam Mengelola Perubahan Kebutuhan [RUP03]
VI.3.4. Membuat Rincian Kebutuhan Perangkat Lunak
Kebutuhan fungsional perangkat lunak didefinisikan dalam dokumen
use-case specification. Sedangkan kebutuhan non-fungsional
didokumentasikan dalam supplementary specification. Aktivitas-aktivitas yang
perlu dilakukan untuk melengkapi detil kebutuhan perangkat lunak sebagai
berikut
1. Detail a use-case - disiplin requirement
Dalam membuat detil suatu use-case, hal utama yang harus dibuat adalah
basic flow yang menggambarkan primary scenario dan alternate flow yang
menggambarkan secondary scenario. Basic flow disusun berdasarkan
sudut pandang actor dan ditulis untuk urutan kegitan yang normal dan
tanpa masalah. Dalam basic flow ini setidaknya menjelaskan bagaimana
suatu use-case dimulai dan berakhir dan menjelaskan pertukaran data yang
terjadi antara actor dan sistem.
52
Selain basic flow, diidentifikasi juga alternate flow dan kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam suatu use-case. Hal ini dapat dilakukan dengan
memeriksa setiap event dari basic flow dengan menjawab pertanyaan
apakah kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi atau apakah ada action
lain yang mungkin dilakukan oleh actor. Setelah kemungkinan alternate
flow diidentifikasi maka setiap alternate flow tersebut diberi nama dan
penjelasan lengkap mengenai detil event dan langkah-langkah yang terjadi
dari awal hingga akhir.
Jadi aktivitas ini bertujuan untuk menggambarkan satu atau lebih flow of
event dari suatu use-case dengan cukup detil sebagai dasar pengembangan
perangkat lunak. Sedangkan langkah-langkah yang dapat dilakukan
adalah:
• Mereview dan memperbaiki skenario (optional)
• Membuat detil flow of event
• Melakukan strukturisasi flow of event
• Menggambarkan hubungannya dengan actor dan use-case lain
• Mendefinisikan kebutuhan khusus
• Mendefinisikan pre condition (optional)
• Mendefinisikan post condition (optional)
• Mendefinisikan extention point (jika ada)
Role: requirement specifier
Artifact: use-case specification untuk setiap use-case, supplementary
specification
2. Detail a software requirements - disiplin requirement
Aktivitas ini bertujuan untuk mengumpulkan dan mengorganisasikan
sekumpulan artifact yang menggambarkan kebutuhan perangkat lunak
suatu sistem atau sub sistem dengan lengkap. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan adalah:
• Membuat detil kebutuhan perangkat lunak dengan melengkapi
supplementary specification dan membuat software requirement
specification (SRS)
53
• Membuat laporan pendukung misalnya traceability matrix dan
requirement attribute
Role: requirements specifier
Artifact: software requirement specification, supplementary spesification
3. Review requirement - disiplin requirement
Fokus kegiatan ini adalah memastikan semua kebutuhan fungsional telah
didefinisikan dan memastikan semua dokumen use-case, SRS, dan
supplementary specification yang dihasilkan pada iterasi yang
bersangkutan telah terdokumentasi dengan baik dan benar berdasarkan
check points yang diberikan oleh RUP. Hasil review ini digunakan sebagai
dasar untuk menentukan fokus iterasi selanjutnya. Apabila hasil review
menyatakan masih ada kekurangan, maka perlu dilakukan pengulangan
iterasi dengan fokus proses bisnis atau requirement yang lebih spesifik
sesuai dengan hasil review.
Role: technical reviewer
Artifact: review record
Gambar 6.7 menunjukkan rangkaian aktivitas yang dilakukan untuk
membuat detil kebutuhan perangkat lunak dalam fase elaboration.
54
Gambar 6.7: Langkah-langkah Dalam Membuat Detil Kebutuhan Perangkat
Lunak [RUP03]
55
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1. Kesimpulan
Setelah melakukan pengembangan aplikasi Sistem Informasi
Akademik Online dengan menggunakan RUP dalam proyek akhir ini ada
beberapa kesimpulan yang dapat diambil, yaitu:
1. Ditemukan beberapa kendala dalam proses penggunaan metodologi RUP
ini, seperti :
• Banyak dokumen - dokumen yang harus dilengkapi
• Menentukan skenario business modellingnya terkait dengan scope
sistem
• Untuk requirement, elicitation requirement itu harus jeli
• Membagi aktifitas - aktifitas menjadi beberapa iterasi.
2. Diperlukan pemahaman yang baik tentang metodologi RUP baik
aktivitas-aktivitas dalam suatu workflow ataupun isi dari setiap artifact
yang seharusnya dibuat agar proses penyederhaan dan adaptasi RUP
menjadi lebih mudah.
3. Adaptasi dan penyederhanaan aktivitas-aktivitas pengembangan
perangkat lunak yang diberikan oleh RUP sebaiknya dilakukan pada
awal dimulainya proyek tersebut. Hal ini bertujuan agar proses dan
tahapan pengembangan menjadi lebih sederhana dan lebih spesifik
sesuai dengan karakter dari proyek tersebut.
4. Requirement perangkat lunak dapat diturunkan dari model bisnis yang
diperoleh dari disiplin business modeling. Dalam konteks domain
modeling, RUP kurang memberikan panduan untuk menurunkan model
bisnis menjadi requirement karena penekanan domain modeling adalah
pemodelan business worker dan business entity dan tidak ada aktivitas
untuk mengidentifikasi business actor dan business use-case. Pada
proyek akhir ini, untuk mendapat requirement yang dituangkan dalam
bentuk use-case model, penulis melakukan pendekatan dengan
mengidentifikasi business worker operation untuk setiap business
56
worker yang terlibat. Hal ini akan digunakan sebagai kandidat use-case
dalam pemodelan sistem.
5. Untuk dapat mengimplementasikan model bisnis yang dihasilkan dalam
proyek akhir ini harus dilakukan beberapa tahap yang merupakan
tahapan lanjutan dalam RUP sehingga akan mendapatkan gambaran
lengkap mengenai rancangan sistem secara keseluruhan.
VII.2.
Saran
Saran - saran dari penulis adalah:
1. Pelaksanaan disiplin analisa dan perancangan sebaiknya menggunakan
business analysis model yang telah dihasilkan dalam proyek ini karena
penekanan domain modeling akan banyak membantu dalam identifikasi
class dalam disiplin ini.
2. Diharapkan hasil yang diperoleh dari proyek akhir ini dapat menjadi
dasar dalam pengembangan Sistem Informasi Akademik selanjutnya.
57
DAFTAR PUSTAKA
[BOO99]
[CYB00]
[CRA02]
[LEF03]
[OBE02]
[RUP03]
[SAN05]
Booch, G., Rumbaugh, J., dan Jacobson, I. 1999. Unified Modelling
Language - User's Guide. Addision Wesley.
Cyber Campus, Company Profile. 2000.
Larman, Craig. 2002. Applying UML and Patterns, 2nd Edition.
Prentice Hall.
Leffingwell, Dean dan Don, Widrig. 2003. Managing Software
Requirement: A Use Case Approach, 2nd Edition ion. Boston:Addision
Wesley.
Oberg, R., Probasco, L., dan Ericsson, M. 2002. Applying
Requirements Management with Use Cases. Rational Software White
Paper.
Rational Unified Process version 2003..
Sandhiyadnya, I.N. 2005. Penerapan Metodologi Rational Unified
Process Dalam Menentukan Spesifikasi dan Prasyarat Perangkat Lunak
Pendukung Operasional Help Desk Yang Sesuai Dengan Microsoft
Operational Framework, Proyek Akhir Kekhususan Teknologi
Informasi, Program Magister Ilmu Komputer, Fakultas Ilmu
Komputer, Universitas Indonesia. Jakarta.
58