Perancangan Kriptografi Block Cipher Berbasis pada...
Transcript of Perancangan Kriptografi Block Cipher Berbasis pada...
1
Perancangan Kriptografi Block Cipher Berbasis Pada
Teknik Formasi Permainan Bola
Artikel Ilmiah
Peneliti :
Fredly Dick Paliama (672009234)
Alz Danny Wowor, S.Si., M.Cs.
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
April 2016
2
Perancangan Kriptografi Block Cipher Berbasis Pada
Teknik Formasi Permainan Bola
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer
Peneliti :
Fredly Dick Paliama (672009234)
Alz Danny Wowor, S.Si., M.Cs.
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
April 2016
3
4
5
6
7
8
9
Perancangan Kriptografi Block Cipher Berbasis Pada
Teknik Formasi Permainan Bola
1Fredly Dick Paliama,
2Alz Danny Wowor
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1)
Abstract
Cryptography plays an important role in the security of the data or information. On the other
hand, many cryptographic been solved by cryptanalyst, so that vital information may become
unsafe. Creating a block cipher algorithm is to replace the old algorithm also to improve
messaging security. In this research, to design a cryptographic cipher block using the
technique of football games as pattern formation randomization in plaintext. in the
encryption and decryption process is designed twelve rounds to get the ciphertext and
plaintext after XOR-ed with a key that has been regenerated. the avalanche effect refers to a
desirable property of cryptographic algorithms, typically block ciphers and cryptographic
hash functions. When an input is changed slightly, the output changes significantly. In the
case of high-quality block ciphers, such a small change in either the key or the plaintext
should cause a drastic change in the ciphertext.
Keywords: block cipher, cryptography, symmetric key, groove formation technique of
football games, ASCII
Abstrak
Kriptografi sangat berperan dalam keamanan suatu data atau informasi. Di sisi lain,
kriptografi banyak yang telah dipecahkan oleh kriptanalis, sehingga informasi
penting tersebut menjadi tidak aman. Membuat algoritma cipher blok adalah untuk
menggantikan algoritma yang lama juga untuk memperbaiki kemanan pesan. Dari
penelitain ini, untuk merancang sebuah kriptografi block cipher menggunakan teknik
formasi permainan bola sebagai pola pengacakan pada plainteks. proses enkripsi dan
dekripsi dirancang sebanyak dua belas putaran untuk mendapatkan cipherteks dan
plainteks setelah di-XOR dengan kunci yang sudah diregenerasi. Avalanche efek
mengacu pada properti yang diinginkan dari algoritma kriptografi, biasanya blok
cipher dan fungsi hash kriptografi. ketika sebuah input berubah sedikit, perubahan
output yang signifikan. Dalam kasus cipher blok berkualitas tinggi, seperti perubahan
kecil di kunci atau plaintext harus menyebabkan perubahan drastis dalam ciphertext.
Kata Kunci : block cipher, kriptografi, kunci simetris, alur teknik formasi permainan
bola, ASCII
1)
Mahasiwa Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas
Kristen SatyaWacana 2)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana 3)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana
10
1. Pendahuluan
Sekarang ini banyak teknologi yang begitu pesat memungkinkan manusia dapat
melakukan komunikasi dan saling bertukar informasi/data secara jarak jauh.
Kemanan dan Kerahasiaan data merupakan aspek penting dalam komunikasi data.
Metode ini biasanya dibuat dengan menempatkan berbagai teknik dalam aturan
matematika yang membentuk sebuah algoritma, maka dibutuhkan cara untuk
pengamanan data dan pesan yaitu dengan menggunakan kriptografi. Salah satu
algoritma kriptografi modern yang biasa digunakan adalah Block Cipher. Pada Block
Cipher, rangkaian bit-bit plainteks dibagi menjadi blok-blok bit dengan panjang sama
[1].
Banyak teknik kriptografi yang diimplementasikan untuk mengamankan
informasi, tetapi kondisi sekarang ini banyak juga cara ataupun usaha yang dilakukan
oleh kriptanalis untuk memecahkannya. Suatu hal yang penting dalam pengiriman
pesan adalah keamanan yang dapat menjaga informasi tersebut agar tidak mudah
diketahui atau dimanipulasi oleh pihak-pihak lain. Salah satu solusi yang dapat
dilakukan adalah memodifikasi kriptografi yang sudah dipecahkan atau menciptakan
kriptografi yang baru sehingga dapat menjadi alternatif untuk pengamanan pesan.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini dirancang
kriptografi baru dari Block Cipher yang berbasis pada teknik formasi permainan bola.
Keunikan dari teknik formasi permainan bola ini adalah dengan memasukkan bit
secara horizontal. Kemudian putarannya sesuai dengan arah jarum jam sebagai
pengacakan pada plaintext yang sudah diubah ke dalam bit dan dikombinasikan
dengan proses XOR dimana kunci yang sudah diregenerasi dan diterapkan pada block
yang berukuran (64-bit).
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah teknik kriptografi baru
yaitu algoritma Block Cipher berbasis pada teknik formasi permainan bola, kemudian
dapat digunakan dalam rancangan kriptografi simetris yang berbasis blok cipher.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu dan dasar teori akan dibahas pada bagian ini. Penelitian
terdahulu membahas tentang penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, yang
kemudian dapat digunakan sebagai pembanding dan atau sebagai acuan pada
penelitian ini. Penelitian terdahulu yang pertama berjudul “Tweakable Block
Ciphers”, menjelaskan bahwa kriptografi yang diusulkan mempunyai input ketiga
selain pesan dan kunci, yaitu “tweak”. Tweak melayani banyak kegunaan sama yang
vektor inisialisasi lakukan untuk mode CBC (Cipher Block Chaining) atau pada mode
OCB, hasil penelitian tersebut mengusulkan bahwa rancangan mudah untuk
dirancang dan biaya tambahan pembuatan adalah kecil [2].
Penelitian kedua dengan judul “Kriptografi Kunci Simetris Dengan Menggunakan
Algoritma Crypton”, menjelaskan bahwa semakin kompleks metode pengacakan
11
yang digunakan maka akan semakin sulit untuk membongkar pesan yang terenkripsi
ke bentuk aslinya dengan syarat kunci atau private key tidak boleh dipublikasikan
kepada umum. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dirancang Swap Box pada
perancangan ini supaya dapat lebih mengacak plainteks dengan kunci yang
diinputkan [3].
Kemudian penelitian yang ketiga “Perancangan Kriptografi Block Cipher
Berbasis pada Alur Clamshell’s Growth Rings”, perancangan kriptografi yang dibuat
sebanyak 8 putaran proses dan berukuran 64-bit dimana pada proses regenerasi
plainteksnya menggunakan alur Clamshell’s Growth Rings. Penelitian ini dipakai
sebagai dasar untuk melanjutkan perancangan kriptografi berbasis pada teknik
formasi permainan bola [4].
Selanjutnya akan dibahas dasar-dasar teori yang digunakan sebagai dasar untuk
merancang kriptografi dalam penelitian ini. Kriptografi adalah ilmu yang
mempelajari teknik-teknik yang berhubungan dengan aspek keamanan informasi
seperti kerahasiaan, integritas data, dan otentikasi [5].
Block cipher atau cipher blok digolongkan sebagai kriptografi moderen. Input dan
output dari algoritma block cipher berupa blok dan setiap blok terdiri dari beberapa
bit (1 blok terdiri dari 64-bit atau 128-bit) [6]. Block cipher juga merupakan
algoritma kunci simetri atau kriptografi kunci privat, dimana kunci untuk enkripsi
sama dengan kunci untuk dekripsi [1]. Secara umum block cipher dapat ditunjukkan
pada Gambar 1.
Gambar 1 Skema Proses Enkripsi-Dekripsi Pada Block Cipher
Misalkan blok plainteks (P) yang berukuran n bit
npppP ,,, 21 (1)
Blok cipherteks (C) maka blok C adalah
ncccC ,,, 21 (2)
Kunci (K) maka kunci adalah
nkkkK ,,, 21 (3)
Sehingga proses Enkripsi adalah
12
CPEk (4)
Proses dekripsi adalah
PCDk (C) = P (5)
Suatu kriptografi dapat disebut sebagai teknik, harus melalui uji kriptosistem
terlebih dahulu yaitu dengan diuji dengan metode Stinson.
Definisi 2. [7] terdiri dari 5-tuple (Five tuple) (P, C, K, E, D) yang memenuhi
kondisi :
1. P adalah himpunan berhingga dari plainteks,
2. C adalah himpunan berhingga dari cipherteks,
3. K merupakan ruang kunci (Keyspace), adalah himpunan berhingga dari
kunci,
4. Untuk setiap , terdapat aturan enkripsi dan berkorespodensi
dengan aturan dekripsi Setiap dan adalah
fungsi sedemikian hingga ( ( )) untuk setiap plaintext
Definisi 2.1: Untuk mengetahui besaran nilai algoritma kriptografi yang
dirancang mampu untuk mengacak plainteks yang diinputkan maka digunakan nilai
keacakan yang diproleh dari persamaan (6):
(6)
Dimana nilai acak Yi untuk tiap karakter diperoleh dari perbandingan antara selisih
plainteks pi dengan cipherteks ci terhadap plainteks pi. Dari persamaan 1 maka untuk
mencari nilai keacakan menggunakan rumus:
∑
(7)
Diferensiasi data adalah perbandingan selisih antar dua titik. Dalam kalkulus,
metode ini sering disebut sebagai turunan atau kemiringan dari data. Jika diberikan
kumpulan data ((x1,y1), (x2,y2), (x3,y3), …, (xn,yn)) dengan syarat bahwa xi<xi+1 dimana
i = 1…n. Data-data tersebut dapat divisualisasikan ke dalam koordinat Cartesius
untuk setiap x sebagai variabel bebas dan y atau kadang ditulis sebagai f(x) sebagai
variabel tak bebas. Untuk menentukan diferensiasi data pada dua titik maka
persamaan yang dapat dibentuk sebagai berikut: Dy
Dx=
(yb - ya )
(xa - xb ) (8)
dengan (xa, ya) sebagai titik pertama, dan titik berikutnya adalah (xb, yb). Apabila
terdapat n data maka untuk menentukan rata-rata dari diferensiasi data dapat di cari
untuk melihat tren dari setiap data Rataan diferensiasi (Rd) untuk melihat diberikan
pada Persamaan (9).
13
(9)
3. Metode Dan Perancangan Algoritma
Langkah-langkah proses rancangan yang dilakukan penelitian dalam
menyelesaikan algoritma kriptografi berbasis teknik formasi permainan bola
dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian pada gambar 2, dapa dijelaskan sebagai berikut :
Tahap pertama: Pengumpulan bahan yaitu mencari pola yang akan digunakan
dalam proses perancangan algoritma baru serta mengumpulkan referensi yang ada.
Tahap kedua: Menganalisis masalah tentang keamanan kriptografi block cipher
kemudian dijadikan landasan perancangan algoritma baru. Rumusan masalah yang
dibahas dalam perancangan kriptografi block cipher berbasis teknik formasi pada
permainan bola yaitu : 1) Plaintext dan kunci dibatasi maksimal 8 karakter; 2) Block-
block yang digunakan pada perancangan kriptografi berbasis teknik formasi
permainan bola menggunakan block 8×8 (64-bit); 3) Pola yang digunakan pada
rancangan adalah teknik formasi permainan bola. Tahap ketiga: Merancang
algoritma menggunakan teknik formasi permainan bola, kemudian membuat
rancangan enkripsi dan dekripsi yang diterapkan dalam block cipher dengan ukuran
block 8×8, kemudian enkripsi dan dekripsi pada kunci dibuat sesuai dengan alur yang
telah ditentukan pada kunci. Tahap keempat: Pengujian kriptografi dilakukan secara
manual dimulai dari memasukkan plaintext, kemudian mengubah teks ke dalam bit
dan melakukan proses enkripsi dan dekripsi. Tahap kelima: Menulis laporan dari
hasil penelitian yang sudah dilakukan dari tahap awal hingga tahap akhir.
14
Batasan masalah dari penelitian ini yaitu : 1) Proses enkripsi dan dekripsi
dilakukan pada teks; 2) Jumlah kunci dan plaintext terbatas yaitu menampung 8
karakter serta proses putarannya terdiri dari 4 putaran untuk menghasilkan Cipherteks
1; 3) Panjang block adalah 64-bit; 4) Perancangan kriptografi dalam penelitian ini
tidak untuk menguji kriptanalis.
Perancangan Kriptografi Block Cipher Berbasis Pada Teknik Formasi Permainan
Bola dibuat sebanyak 12 Putaran. Untuk menghasilkan cipherteks 1 menggunakan 4
pola proses. proses rancangan kriptografi secara umum bisa dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Rancangan Umum Enkripsi dan Dekripsi
Rancangan kriptografi block cipher ini dibuat dalam 64-bit untuk 1 blok, sehingga
setiap Proses Pi dan proses Ki beroperasi dengan 64-bit. Secara keseluruhan
kriptografi ini dirancang sebanyak dua belas putaran, setiap putaran terdiri dari proses
plainteks ke-i dan juga proses kunci ke-i. Pada plainteks dan kunci untuk tiap putaran
memerlukan 8 karakter yang dijadikan bit menggunakan tabel ASCII dengan 64-bit,
kemudian setiap putaran terdapat dua proses yang mengoperasikan dua inputan yang
berbeda yaitu plainteks dan kunci. Untuk Proses Plainteks-I (PPi) mengoperasikan
plainteks dan Proses Kunci-I (PKi) meregenerasi kunci sehingga pada setiap putaran
diperoleh kunci yang berbeda. Setelah itu dilakukan proses XOR antara Proses
Plainteks-i dan Proses Kunci-i akan diperoleh Putaran Cipherteks-I (PCi). Secara
umum diberikan pada Persamaan (10).
PCi = (PPiPKi) (10)
dimanai = 1, ..., 4.
15
Dari hasil setiap putaran PCi akan menjadi inputan pada PPi+1 dan hal yang sama
juga untuk setiap PKi adalah input untuk PKi+1 dengan i = 1, ...,12. Sehingga secara
keseluruhan cipherteks adalah PC12. Sebaliknya proses dekripsi merupakan proses
kebalikan dari proses enkripsi sehingga hasil akhir adalah kembali menjadi plainteks
awal.
Selanjutnya setiap bit akan menempati satu kotak, sehingga diperlukan 64 kotak
yang sesuai dengan 8 karakter pada tabel ASCII. Rancangan ini secara tidak langsung
untuk melakukan satu kali proses dalam satu ukuran blok yang akan memerlukan 8
karakter atau 64-bit. Gambar 4 ditujukkan contoh kotak 64-bit dimana setiap bit
),,,,( 64321 pppp
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16
P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24
P25 P26 P27 P28 P29 P30 P31 P32
P33 P34 P35 P36 P37 P38 P39 P40
P41 P42 P43 P44 P45 P46 P47 P48
P49 P50 P51 P52 P53 P54 P55 P56
P57 P58 P59 P60 P61 P62 P63 P64 Gambar 4. Contoh Kotak 64-bit
Berdasarkan pemasukan bit ke dalam kotak pada Gambar 4 yang dilakukan secara
horizontal, sehingga akan membentuk keacakan bit. Sebagai contoh, diperoleh urutan
bit berdasarkan karakter sebagai berikut :
(11)
Persamaan (11) menunjukkan urutan ambil bit, dimana )8,,1(; iK i adalah
karakter baru yang sudah tersusun dari pengambilan bit yang ada. Bagian selanjutnya,
berdasarkan masuk bit dan ambil bit, dirancang algoritma yang berbasis pada Teknik
Formasi Permainan Bola.
4. Hasil dan pembahasan
Bagian ini akan dijelaskan hasil yang diteliti, yaitu Perancangan Kriptografi Block
Cipher Berbasis Pada Teknik Formasi Permainan Bola. Selanjutnya hasil
pembahasan dan perancangan kriptografi ini diuji sebagai sebuah kripto sistem.
,,,,,
,,,,,
,,,,,
,,,,,,
646356556261545360595251585750498,7
484740394645383744433635424134336,5
323124233029222128272019262518174,3
161587131265121143109212,1
ppppppppppppppppK
ppppppppppppppppK
ppppppppppppppppK
ppppppppppppppppK
16
Rancangan kriptografi block cipher yang baru, dilakukan perancangan dengan
pola yang telah ditentukan.
Gambar 5. Alur Teknik Perputaran Bola
Rancangan algoritma yang di buat pada Gambar 6 menjelaskan bahwa proses
perputaran dimulai dari 4 kotak pertama sebelah kiri yang dilakukan secara
horizontal. Kemudian pada kotak berikutnya proses yang dilakukan sama seperti pada
proses pertama sampai pada perputaran terakhir.
Dalam proses rancangan kriptografi block cipher ukuran setiap blok yang
digunakan 8 x 8 dengan jumah 64-bit sebagai blok pertama adalah 6421 ,,, aaa ,
dengan mengikuti proses Masuk Bit sesuai dengan Gambar 5 dan penempatan untuk
setiap 8 bit diatur berdasarkan kotak-kotak kecil tertentu. Pemasukkan setiap bit
diperjelas pada Gambar 7 dan Gambar 8.
Gambar 6. Alur Masuk TPB Gambar 7. Alur Ambil TPB
Alur pada teknik perputaran bola digunakan untuk karakter plainteks. Setiap alur
disesuaikan dengan 64 blok, dalam bit 64,321 ,,, pppp , maka pemasukan dan
pengambilan bit untuk alur perputaran bola dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar
9.
17
Gambar 8. Contoh Masukan Bit Secara Horizontal
pada Kotak 64 bit
Gambar 9. Contoh Ambil Bit Secara Alur TPB
pada Kotak 64 bit
Pemasukan bit pada Gambar 8 dilakukan secara horizontal dan pada Gambar 9
yaitu proses pengambilan bit menggunakan alur teknik perputaran bola. Dimana
setiap kotak 64 bit sudah teracak pada bagian masing – masing sesuai dengan pola
yang telah dibuat pada Gambar 4.
Perancangan kriptografi block cipher yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan proses XOR dengan kunci yang dibuat. Proses kunci yang digunakan
dengan cara pergeseran bit pada setiap baris, untuk lebih jelas proses kunci dapat
dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11
.
Gambar 10. Alur Masuk Kunci Gambar 11. Alur Ambil Kunci Formasi Bola
Alur disesuaikan dengan 64 bit, dimana setiap bit kunci dari 64,321 ,,, rrrr , maka
cara pemasukan dan pengambilan bit dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13.
18
Gambar 12. Masuk Bit Secara Horizontal
pada Kotak 64 bit Gambar 13. Ambil Bit Sesuai Pola Kunci
pada Kotak 64 bit
Dengan mengikuti proses pada Gambar 12 maka proses ambil bit dilakukan
dengan cara pergersaran. Pengaturan bit dibuat secara horizontal, sehingga
pengurutan bit bisa dilihat pada gambar 14. Untuk lebih jelasnya pergeseran bit dapat
dilihat pada persamaan berikut :
(12)
Pada persamaan (12) menunjukkan pergeseran bit, dimana )8,,1(; iK i
merupakan karakter baru yang tersusun dari bit yang diambil sesuai alur yang dibuat.
sehingga bit diambil dengan alur pergeseran bit dan akan menghasilkan delapan
karakter yang urutan bit sudah teracak.
Dalam perancangan ini dilakukan satu proses yaitu enkripsi. Proses enkripsi pada
perancangan kriptografi berbasis pada formasi permainan bola dilakukan 12 putaran.
1 putaran dilakukan dengan cara 4 proses pada masing-masing putaran untuk
menghasilkan cipherteks baru. Proses awal menerima masukan plainteks dan kunci
yang dikonversi ke dalam table ASCII, kemudian menjadi bilangan biner. Seperti
yang sudah dibahas sebelumnya, bit plainteks dan kunci dimasukkan secara
horizontal. setelah itu proses pengambilan bit plainteks dengan menggunakan alur
perputaran dan pengambilan bit kunci menggunakan alur pergeseran bit, maka hasil
yang diperoleh lebih acak. Proses enkripsi dapat dilihat pada Gambar 14.
.,,,,,,,
,,,,,,,,
,,,,,,,,
,,,,,,,,
,,,,,,,,
63626160595857648
52515049565554537
23222120191817243
1211109161514132
218765431
rrrrrrrrK
rrrrrrrrK
rrrrrrrrK
rrrrrrrrK
rrrrrrrrK
19
Gambar 14. Rancangan Proses Enkripsi
Berikut ini merupakan proses enkripsi pada kriptografi block cipher dengan pola
formasi permainan bola, yang secara umum diberikan pada Gambar 15. Selanjutnya
adalah proses enkripsi dijelaskan sebagai berikut :
a. Dalam proses enkripsi dimulai dari plaintext mengubah ke ASCII,
kemudian ke biner dan masukkan bit sehingga hasil yang didapat adalah
plaintext 1. Pada bagian kanan dapat dilihat proses kunci yang dimulai
dengan biner mengubah ke ASCII dan masukkan kunci, jadi hasil yang akan
didapat yaitu geser bit 1. Sehingga plaintext 1 dan kunci 1 jika di-XOR
maka hasilnya ciphertext 1.
b. Dari ciphertext 1 masukkan bit, jika di proses dengan putaran 2 akan
menghasilan plaintext 2. Maka key 2 dan plaintext 2 jika di-XOR maka hasil
yang akan didapat ciphertext 2.
c. Dari ciphertext 2 masukkan bit, jika di proses dengan putaran 3 akan
menghasilan plaintext 3. Maka key 3 dan plaintext 3 jika di-XOR maka hasil
yang didapat ciphertext 3.
d. Dari ciphertext 3 masukkan bit. Jika di proses dengan putaran 4 akan
menghasilkan plaintext 4. Maka key 4 dan plaintext 4 jika di-XOR akan
menghasilkan ciphertext 4.
20
e. Selanjutnya Pada proses enkripsi yang dibuat sebenarnya sampai pada 12
ciphertext. Tetapi dalam proses yang ada pada Gambar 15 hanya sampai
ciphertext 4, untuk menghasilkan proses pola pada ciphertext 1.
Proses dekripsi merupakan kebalikan dari proses enkripsi, dimulai dari kunci
kemudian diproses terlebih dahulu hingga mengasilkan K4. Selanjutnya di-XOR
antara cipherteks dengan K4 mendapatkan hasil P4. Kemudian hasil P4 dimasukkan
mengikuti pola pengambilan keempat, setalah itu untuk pengambilan bit sesuai pola
pemasukan keempat untuk mendapatkan C3. Proses ini berlangsung hingga 4 putaran,
diamana P1 diproses dengan K1 akan menghasilkan teks plainteks (P) dan teks kunci
(K) yang semula.
Secara umum, proses enkripsi dapat dinotasikan sebagai berikut. Dimisalkan
plainteks adalah X dan kunci adalah Y, maka dapat dinyatakan
plainteks:X={x1,x2,x3…..x8}, n|8, n∈ Z+.
},{
},,{
},,{
},,{
86878
241918173
16111092
83211
nnnn pppx
ppppx
ppppx
ppppx
(13)
Sedangkan untuk kunci Y={y1,y2,y3…..y8}, n|8, n∈ Z+.
(14)
Untuk membuktikan proses enkripsi pada formasi permainan bola maka
dilakukan perhitungan secara manual. Pada proses enkripsi menggunakan contoh teks
“THESMOKE” sebagai plainteks dan “BIGDICKS” sebagai kunci. Proses yang
dijelaskan dalam pembahasan ini adalah proses pada Putaran 2. Plainteks
“THESMOKE” dan kunci “BIGDICKS” yang sudah dibuat menjadi biner adalah
T → 01010100
H → 01001000
E → 01000101
S → 01010011
M → 01001101
O → 01001111
K → 01001010
E → 01000101
B →01000010
I → 01001001
G → 01000111
D → 01000100
I → 01001001
C → 01000011
K → 01001011
S → 01010011
},,{
},,{
},,{
},,{
86878
241918173
16111092
83211
nnnn rrry
rrrry
rrrry
rrrry
21
Dengan mengkuti alur formasi permainan bola dan pergeseran bit yang sudah di
dijelaskan pada Gambar 7 dan Gambar 8 pada plainteks dan kunci. Maka untuk
putaran 1 akan menghasilkan
Untuk putaran 2 masukkan bit dan pergeseran bit mengikuti alur yang sama pada
Gambar 8 dan Gambar 12. Maka untuk hasil dari putaran 2 menghasilkan “11000101,
00011110, 01101000, 01100000, 00001010, 11110001, 00000101 00010100 ” .
Untuk putaran 2 masukkan bit dan pergeseran bit mengikuti alur yang sama pada
Gambar 8 dan Gambar 12. Maka untuk hasil dari putaran 2 menghasilkan “10000010,
10011111, 01010101, 00010010, 11000100, 01011010, 10010111, 10010101” .
Hasil dari bit pada putaran 2 akan diproses pada putaran 3 sampai putaran 12,
begitu juga urutan kunci yang diproses dengan desain berbeda di tiap prosesnya.
Maka hasil plainteks dan kunci pada putaran 12 akan menghasilkan deret bit
cipherteks “00101011, 11100111, 01110101, 10000011, 11000100, 01011010
10011111 11010001” dan ditunjukan dalam bentuk grafik pada Gambar 15.
Gambar 15. Grafik Hasil Enkripsi TPB
Pada proses dekripsi dilakukan dengan proses kebalikan dari proses enkripsi.
Dengan inputan cipherteks “00101011 11100111 01110101 10000011 11000100
0
100
200
300
1 2 3 4 5 6 7 8
Plainteks
Cipherteks
P1 11001100 01010100 11001011 00100100 10011000 11000101 01001110 10110010
K1 00001001 01001010 10100011 01000100 10010010 00110100 01001011 10100110
C1 11000101 00011110 01101000 01100000 00001010 11110001 00000101 00010100
P2 11000000 11010101 01101111 01010110 01010110 01101110 10111010 00110011
K2 01000010 01001010 00111010 01000100 10010010 00110100 00101101 10100110
C2 10000010 10011111 01010101 00010010 11000100 01011010 10010111 10010101
22
01011010 10011111 11010001” dan dengan teks kunci “BIGDICKS” maka dilakukan
proses dekripsi, seperti yang ditunjukan pada Gambar 14 sehingga plainteks
diperoleh “THESMOKE”.
Pengujian Kriptosistem
Kriptografi dapat dikatakan sebagai sebuah teknik kriptografi jika memenuhi 5-
tuple yaitu P, C, K, E, dan D [7]. Akan ditunjukan bahwa perancangan ini memenuhi
kelima (5-tuple). P adalah himpunan berhingga dari plainteks. Dalam penelitian
perancangan ini menggunakan 256 karakter ASCII yang di ambil dari table ASCII,
himpunan plainteks pada alur Teknik Formasi Bola merupakan himpunan berhingga.
C adalah himpunan berhingga dari cipherteks. Cipherteks dihasilkan dalam 256
karakter ASCII. K, keyspace adalah himpunan berhingga dari kunci. Jumlah ruang
kunci yang dipakai dalam perancangan ini adalah 256 karakter yang diambil dari
tabel ASCII. Sehingga ruang kunci merupakan himpunan berhingga . E, enkripsi, dan
D, dekripsi, setiap dan adalah fungsi sedemikian hingga
( ( )) untuk setiap plainteks . Pembahasan sebelumnya telah
membahas proses enkripsi dan dekripsi sehingga telah memenuhi tuple E dan D.
Karena telah memenuhi kelima kondisi maka Alur Teknik Formasi Bola merupakan
sebuah sistem kriptografi.
Nilai Keacakan dan Diferensiasi Data
nilai keacakan korelasi dan diferensiasi data dilakukan untuk melihat seberapa
baik rancangan kriptogtafi yang berbasis pada formasi permainan bola. Maka hasil
yang diperoleh adalah nilai korelasi dan difensiasi data, untuk menunjukkan bahwa
banyaknya proses yang berbasis pada nilai tidak berpengaruh pada kekuatan
algoritma untuk menyamarkan plainteks. lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Nilai Korelasi dan Diferensiasi Data
23
Sebagai implementasi dan algoritma ini maka dibuat sebuah peracangan
kriptografi berbasis pada teknik formasi permainan bola dengan membuat alur, pada
Gambar 16 menjelaskan bahwa hasil dari nilai korelasi dan diferensiasi data memiliki
nilai yang berbeda pada setiap proses. Pada plainteks 12 hasil yang diambil pada
proses keempat dengan nilai korelasi -0.62710732 dan nilai diferensiasi 123.1428571,
jika nilai korelasi lemah maka semakin baik kriptografi yang dibuat.
Pengujian Avalanche Effect
Pengujian-pengujian yang sebelumnya lebih pada alur dan proses enkripsi dan
dekripsi. Bagian ini akan ditunjukkan kalau rancangan ini mempunyai Avalanche
Effect (AE). Pengujian ini biasanya dilakukan untuk kriptografi block cipher atau
kriptografi berbasis fungsi Hash. Pada kriptografi tersebut apabila sudah mempunyai
Avalanche Effect maka sudah dapat dikatakan dapat menahan serangan kriptanalisis
karena merumitkan dan menjadi tidak mungkin untuk pengujian secara statistika dan
juga menghilangkan hubungan korespodensi satu ke satu antara plainteks dan
cipherteks.
Selain menguji Avalanche Effect, rancangan ini juga dilakukan pengujian ekstrim
yaitu dengan memasukkan plainteks dan kunci dengan bit 0. Dalam hal ini berarti
akan terdapat satu blok yang isinya terdiri dari bit 0, baik pada blok plainteks maupun
blok kunci. Pada rancangan ini apabila plinteks dan cipherteks seluruh bitnya 0, maka
diperoleh cipherteks 2BE77583C45A9FD1. Hasil ini menunjukkan bahwa kriptografi
ini sangat baik sebagai rancangan sebagai sebuah block cipher, karena pengujian
ekstrim ini, maka akan terdapat arena terbukti dengan mengubah 1 buah bit saja pada
plainteks, dapat merubah seluruh cipherteks yang ada. Kekuatan ini menujukkan
bahwa kriptografi rancangan mempunyai Avalanche Effect yang baik.
Dari hasil yang telah dibuat, untuk mendapatkan hasil Avalanche Effect dari
peracangan kriptografi yang berbasis pada formasi permainan bola. Maka dibuat
plainteks 1 (THESMOKE) dan plainteks 2 (THESNOKE) untuk putaran 1 sampai
putaran 12. Pada setiap putaran akan menghasilkan banyak bit dan hasil Avalanche
Effect serta nilai rata-rata dari putaran yang ada. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat
pada Tabel 1. Tabel 1 Nilai Rata-Rata Banyak Bit dan Avalanche effect
Putaran Banyak Bit Avalanche Effect
Putaran 1 2 3.125
Putaran 2 2 3.125
Putaran 3 2 3.125
Putaran 4 2 3.125
Putaran 5 2 3.125
Putaran 6 2 3.125
Putaran 7 2 3.125
Putaran 8 2 3.125
Putaran 9 2 3.125
Putaran 10 2 3.125
Putaran 11 2 3.125
24
Putaran 12 2 3.125
Rata-Rata 2 3.125
(15)
Pengujian avalanche effect yang telah dibuat menunjukan bahwa setiap putaran
memiliki banyak bit dari nilai rata-rata yaitu 2 bit dan Avalanche Effect memiliki nilai
rata-rata yaitu 3.125. Untuk melihat hasil grafik dari Avalanche Effect, bisa dilihat
pada Gambar 18.
Gambar 18 Hasil Grafik Avalanche Effect
Pada Gambar 18 telah menjelaskan bahwa proses grafik Avalanche Effect
mendapatkan hasil dari putaran 1 hingga putaran 12 yaitu 3.125 dan garis dari grafik
tersebut horizontal.
5. Simpulan
Penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa
perancangan kriptografi berbasis pada teknik formasi permainan bola dapat
melakukan proses enkripsi dan dekripsi. Perancang ini telah memenuhi syarat 5-tuple
dari sebuah kriptosistem, sehingga dapat disebut sebagai sebuah kriptografi.
Pengujian korelasi pada setiap putaran memiliki hubungan korelasi yang berbeda.
Nilai korelasi plaintext terhadap ciphertext secara statistik yang dihasilkan pada
proses berkisar pada nilai -0,62710732 dan juga hasil avalanche effect dari setiap
nilai rata-rata plaintext yaitu 3.125, yang artinya nilai plaintext dan ciphertext tidak
saling berhubungan, sehingga dapat dikatakan bahwa algoritma kriptografi yang
dirancang dapat menyamarkan plaintext.
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
AE
AE
125.3%10064/2%100
bittotal
berbedabitAE
25
6. Daftar Pustaka
[1] Munir, Rinaldi, 2006, Kriptografi, Informatika. Bandung, Indonesia.
[2] Liskov, Moses., Ronald L. Rivest, & David Wagner. 2002. Tweakable Block
Ciphers. Lecture Notes in Computer Science. Volume 2442, pp. 31-46
[3] Dafid, 2006. Kriptografi Kunci Simetris Dengan Menggunakan Algoritma
Crypton, Jurnal Ilmiah STIMIK GI MDP, Volume 2 Nomor 3, Oktober 2006.
[4] Santoso, H.Y., Wowor, A.D., & Pakereng, Magdalena A.I. 2015. Perancangan
Kriptografi Block Cipher Berbasis pada Alur Clamshell’s Growth Rings.
Prociding SeTISI Universitas Kristen Maranatha. Volume 1, hal. 48-53
[5] Menezes, A.J., P.C. van Oorschot, & S.A. Vanstone. 1997. Handbook of
Applied Cryptography, CRC Press
[6] Ariyus, Dony. 2006. Kriptografi Keamanan Data dan Komunikasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu
[7] Stinson, D.R. 1995. Cryptography Theory and Practice. Florida: CRC Press,
Inc.