PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

232
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA (Dengan Pendekatan Psikologi) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir dan Syarat Untuk Mencapai Gelar Kesarjanaan Disusun oleh : Hesti Keristiani C0806014 JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULUTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

Page 1: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA

(Dengan Pendekatan Psikologi)

TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan

Mata Kuliah Tugas Akhir dan Syarat Untuk Mencapai Gelar Kesarjanaan

Disusun oleh :

Hesti Keristiani

C0806014

JURUSAN DESAIN INTERIOR

FAKULUTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERSETUJUAN

PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA (Dengan Pendekatan Psikologi)

Oleh : Hesti Keristiani

C0806014

Telah disetujui pada Mata Kuliah Kolokium dan Tugas Akhir

Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

2010

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn NIP. 19621221 199201 1 001

Lu’lu Purwaningrum, S. Sn, MT NIP. 19770612 20012 2 003

Mengetahui

Ketua Jurusan Desain Interior

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn NIP. 19621221 199201 1 001

Page 3: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENGESAHAN

PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA (Dengan Pendekatan Psikologi)

Oleh : Hesti Keristiani

C0806014

Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada sidang Tugas Akhir

Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

2010

Pada Hari Rabu, 27 Juli 2010

Tim Penguji :

1. Ketua Sidang : Drs. Ken Sunarko, M. Si 1. ( )

NIP. 19511128 198303 1 001

2. Sekretaris Sidang : Drs. IF. Bambang Sulistyono, S.sk., MTarch 2. ( )

NIP. 19621125 199303 1 001

3. Penguji I : Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn 3. ( )

NIP. 19621221 199201 1 001

4. Penguji II : Lu’lu Purwaningrum, S. Sn, MT 4. ( )

NIP. 19770612 20012 2 003

Mengetahui

Ketua Jurusan Desain Interior

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn NIP. 19621221 199201 1 001

Drs. Sudarno, MA NIP. 19530314 198506 1 001

Page 4: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Mengatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul

“PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA (Dengan Pendekatan Psikologi)” adalah

benar-benar karya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal

yang bukan karya saya dalam Tugas Akhir ini diberi citasi (kutipan) dan

ditunjukan dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana.

Surakarta, Agustus 2010

Yang membuat pernyataan

Hesti Keristiani

C0806014

Page 5: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah

teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu,

dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

(1 Timotius 4 : 12)

Hidup yang berarti adalah hidup yang mempunyai visi yang jelas, dan melangkah

ke arah tujuan yang pasti.

(Visi Victory)

Kemenangan bukan tujuan hidup namun layak diperjuangkan karena di dalamnya

ada kepuasan, gairah dan banyak hal positif lainnya.

(Visi Victory)

Salah satu kunci sukses yang umum adalah membiasakan diri melakukan hal-hal

yang tidak disukai para pecundang.

(Visi Victory)

Yang perlu dilakukan ketika mengalami kegagalan adalah bangkit dan maju lagi.

(Visi Victory)

Page 6: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan pimpinan

Bapak dan Ibu di Surga

Kedua kakakku di Wonogiri dan Jakarta

Kak Titus yang selalu memberi semangat

Page 7: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas pimpinan yang diberikan

kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

“PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN

PSIKOLOGI”. Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan

kurikulum guna menempuh ujian dalam rangka mencapai gelar kesarjanaan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini

masih jauh dari sempurna, berhubungan dengan keterbatasan yang penulis miliki.

Walaupun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar esensi dari

perancangan tersebut tercakup dalam Laporan Tugas Akhir ini dan dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala

bantuan yang telah diberikan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam rangka penyelesaian penyusunan Laporan Tugas Akhir ini,

terutama kepada :

1. Drs. Sudarno, MA selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rahmanu Widayat, M. Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior,

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sekaligus sebagai Pembimbing I yang selalu memberikan pengarahan,

bimbingan dan petunjuk kepada penulis.

Page 8: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

3. Lu’lu’ Purwaningrum, S. Sn, MT selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir.

4. iik Endang Siti W, S. Sn, M. Ds, selaku Koordinator Tugas Akhir yang

telah dengan sabar memberikan pengarahan dan semangat kepada kami

semua.

5. Civitas akademik dan semua pihak yang menjadi bagian dalam Universitas

yang telah membantu baik secara langsung dan tidak langsung.

6. Bapak dan Ibu di Surga yang telah membesarkan dan mendidik penulis

hingga dapat mencapai level seperti sekaranng.

7. Kedua kakakku di Wonogiri dan Jakarta yang telah memberikan dukungan

moril dan materiil dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.

8. Kak Titus terkasih yang selalu memberikan semangat dan selalu

mendampingi penulis dalam menyusun Tugas Akhir.

9. Ketua Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) di Jakarta yang telah

memberikan informasi kepada penulis.

10. Ketua Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) di Surakarta Bp. Drs.

Mardianto dan seluruh staf pengajar yang telah memberikan informasi

yang berguna untuk Tugas Akhir ini.

11. Para staf karyawan Prof. Dr. Soeharso di Surakarta yang telah mengijinkan

penulis melakukan survey dan wawancara untuk mengumpulkan informasi

yang dibutuhkan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

12. Teman-teman seperjuangan Tugas Akhir yang saling memberikan

semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir.

Page 9: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

13. Sahabat-sahabatku Mila, Nino, Awang dan Uma yang selalu ada dalam

suka dan duka.

Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Surakarta, Agustus 2010

Hesti Keristiani

Page 10: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

ABSTRAK

Hesti Keristiani. C0806014. 2010. Perancangan Interior Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta. Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Perancangan Interior Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta merupakan judul dari proyek interior ini. Dengan latar belakang kurangnya fasilitas pendidikan dan kesehatan yang aksesibel dan ergonomis bagi tuna daksa yang membuat tuna daksa tidak dapat beraktivitas dengan mandiri.

Perancangan Interior Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta dibatasi dengan perancangan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang aksesibel dan ergonomis bagi tuna daksa.

Tujuan perancangan Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa ini adalah untuk meningkatkan taraf kehidupan para tuna daksa dari berbagai aspek, yaitu aspek pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja.

Penelitian ini dilaksanakan pada sebuah yayasan yang menyediakan fasilitas pendidikan dan ketrampilan khusus untuk anak cacat, yaitu Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) di Jakarta dan YPAC di Surakarta serta BBRSBD Prof. Dr. Soeharso di Surakarta.

Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta dengan pendekatan psikologi adalah tempat yang memberikan fasilitas rehabilitasi yang dapat membantu para tuna daksa untuk hidup layaknya manusia normal, tanpa adanya perbedaan perlakuan dari orang-orang di sekitarnya serta membantu permasalahan psikis yang dihadapi dengan terapi yang dituangkan ke dalam interior yang secara tidak langsung dapat membantu mengatasi masalah kepribadian yang dialami oleh penyandang cacat. Bentuk rehabilitasi yang diberikan berupa rehabilitasi pendidikan, rehabilitasi karya dan rehabilitasi medis dan psikologis.

Fasilitas yang dirancang dalam Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa antara lain fasilitas pendidikan, ketrampilan dan terapi.

Tema perancangan Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta adalah Form follow functions atau bentuk mengikuti fungsi yang ingin diciptakan. Bentuk-bentuk sederhana yang mudah dioperasikan oleh setiap tuna daksa dan disesuaikan dengan kondisi fisik yang sekaliguus berfungsi untuk terapi dan melatih kemandirian.

Page 11: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI Hal

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………….. iv

HALAMAN MOTTO ……………………………………………………….. v

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………... vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

ABSTRAKSI …………………………………………………………………. x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………. xv

DAFTAR DIAGRAM ……………………………………………………... xvii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Batasan Masalah .................................................................................. 3

C. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

D. Tujuan Perancangan ............................................................................. 6

E. Manfaat Perancangan ........................................................................... 6

F. Metode Desain ..................................................................................... 7

G. Skema Langkah Desain ........................................................................ 9

H. Sistematika Penulisan .......................................................................... 10

BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................. 13

ASPEK RUANG , DIMENSI, MANUSIA……………….. 13 Tinjauan Umum Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Bagi Tuna Daksa di Surakarta

a. Pengertian Judul .................................................................... 15

Tinjauan Umum Tuna Daksa

a. Pengertian Tuna Daksa ......................................................... 16

b. Faktor Penyebab Tuna Daksa................................................ 18

c. Klasifikasi Tuna Daksa ......................................................... 21

Page 12: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

d. Karakteristik Tuna Daksa ...................................................... 23

e. Masalah Tuna Daksa ............................................................. 24

f. Kebutuhan Kehidupan Tuna Daksa ...................................... 25

Tinjauan Alat Bantu Gerak

a. Prosthetis & Orthotis ............................................................. 26

b. Alat bantu untuk tuna daksa .................................................. 27

Tinjauan Aksesibilitas

a. Prinsip Aksesibilitas .............................................................. 31

b. Asas Aksesibilitas ................................................................. 31

c. Faktor yang Mempengaruhi Aksesibilitas ............................ 33

d. Pengaruh Setting Ruang Terhadap Aksesibilitas .................. 34

Tinjauan Umum Psikologi

a. Pengertian Umum Psikologi ................................................. 37

b. Ruang Lingkup Psikologi ...................................................... 42

c. Sejarah Psikologi ................................................................... 42

d. Psikologi Perkembangan ....................................................... 43

6. Tinjauan Umum Modern

a. Pengertian Modern ................................................................ 52

b. Sejarah Singkat Arsitektur Modern ....................................... 52

c. Ciri-ciri Modern .................................................................... 52

B. TINJUAN RUANG

a. Kantor/Sekretariat ................................................................. 53

b. Ruang Rehabilitasi Medis ..................................................... 54

c. Ruang Rehabilitasi Pendidikan ............................................. 55

d. Ruang Rehabilitasi Karya/Ketrampilan ................................ 58

e. Bengkel Prothetis & Orthotis ................................................ 59

f. Pintu ...................................................................................... 60

g. Ramp ..................................................................................... 63

h. Toilet ..................................................................................... 65

i. Perlengkapan dan Peralatan Kontrol ..................................... 69

C. Tinjauan Sistem Sirkulasi

a. Pengertian Sirkulasi .............................................................. 71

Page 13: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

b. Unsur-unsur Sirkulasi ........................................................... 71

c. Sirkulasi Internal Bangunan .................................................. 74

D. Tinjauan Organisasi Ruang

a. Pengertian Sirkulasi .............................................................. 80

E. Komponen Pembentuk Ruang

a. Lantai .................................................................................... 84

b. Dinding .................................................................................. 86

c. Ceiling ................................................................................... 88

F. Interior Sistem

1. Pencahayaan .......................................................................... 91

2. Penghawaan .......................................................................... 94

3. Akustik .................................................................................. 94

4. Sound System ........................................................................ 96

5. Sistem Keamanan .................................................................. 96

G. Furniture

a. Furniture ................................................................................ 98

H. Pertimbangan Desain

1. Bentuk…………………………………………………….. 100

2. Warna …………………………………………………….. 102

3. Elemen Estetis………………………….. …………………104

4. Tema………………………………………………………. 104

BAB III STUDI LAPANGAN ……………………………………………… 105

1. Yayasan Pembinaan Anak Cacat Jakarta…………….. 105 a. Diskripsi YPAC Jakarta

1. Latar Belakang………………………………………………. 105

2. Struktur Organisasi…………………………………………. 106

3. Fasilitas Pendidikan dan Ketrampilan……………………….. 106

4. Pelayanan Medis……………………………………………. 110

5. Pelayanan Sosial……………………………………………. 110

6. Aksesibilitas………………………………………………… 111

Page 14: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

b. Tinjauan Sirkulasi

1. Operasional………………………………………………….. 111

2. Aktivitas ................................................................................ 111

c. Zoning dan Grouping ............................................................... 114

d. Elemen Pembentuk Ruang.

1. Lantai .................................................................................... 114

2. Dinding .................................................................................. 114

3. Ceilling .................................................................................. 114

e. Interior Sistem

1. Pencahayaan .......................................................................... 115

2. Penghawaan .......................................................................... 115

3. Akustik .................................................................................. 115

4. Sistem Keamanan .................................................................. 115

f. Furniture .................................................................................... 115

g. Pertimbangan Desain

1. Bentuk ................................................................................... 116

2. Warna ................................................................................... 116

3. Elemen Estetis ....................................................................... 116

4. Tema ...................................................................................... 116

2. BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta ........................ 106 a. Diskripsi Museum BBRSBD Prof. Dr. Soeharso

1. Latar Belakang ...................................................................... 117

2. Struktur Organisasi ............................................................... 118

3. Tahap Pelayanan Rehabilitasi ............................................... 120

4. Tahap Penyaluran dan Bimbingan Lanjut ............................. 127

5. Aksesibilitas .......................................................................... 128

b. Tinjauan Sirkulasi

1. Operasional ........................................................................... 129

2. Aktivitas ............................................................................. 129

c. Zoning dan Grouping ............................................................... 131

d. Elemen Pembentuk Ruang

a. Lantai ................................................................................. 132

Page 15: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

b. Dinding ............................................................................... 132

c. Ceilling ............................................................................... 132

e. Sistem Interior

a. Pencahayaan ....................................................................... 132

b. Penghawaan ....................................................................... 132

c. Akustik ............................................................................... 132

d. Sistem Keamanan ............................................................... 123

f. Furniture ................................................................................. 133

g. Pertimbangan Desain

a. Bentuk ................................................................................ 133

b. Warna ................................................................................ 133

c. Elemen Estetis .................................................................... 133

d. Tema ................................................................................... 133

3. Yayasan Pembinaan Anak Cacat Surakarta ................. 134 a. Diskripsi Museum YPAC Surakarta

1. Latar Belakang ...................................................................... 134

2. Pelayanan Pendidikan ........................................................... 134

3. Pelayanan Pendidikan/Pravokasional ................................... 137

4. Pelayanan Medis ................................................................... 137

5. Pelayanan Rehabilitasi Sosial ............................................... 141

6. Pelayanan Psikologi .............................................................. 141

7. Aksesibilitas .......................................................................... 141

b. Tinjauan Sirkulasi

1. Operasional ........................................................................ 143

2. Aktivitas ............................................................................. 143

c. Zoning dan Grouping ............................................................ 146

d. Elemen Pembentuk Ruang

a. Lantai ................................................................................. 146

b. Dinding ............................................................................... 146

c. Ceilling ............................................................................... 147

e. Sistem Interior

a. Pencahayaan ....................................................................... 147

Page 16: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

b. Penghawaan ....................................................................... 147

c. Akustik ............................................................................... 147

d. Sistem Keamanan ............................................................... 147

f. Furniture ................................................................................. 147

g. Pertimbangan Desain

a. Bentuk ................................................................................ 148

b. Warna ................................................................................ 148

c. Elemen Estetis .................................................................... 148

d. Tema ................................................................................... 148

BAB IV DESAIN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA ................................. 149

A. Analisis Eksisting

1. Asumsi Lokasi .......................................................................... 149

2. Potensi Lingkungan ................................................................. 150

3. Denah Eksisting .............................................................................

152

B. Programing 

1. Status Kelembagaan ................................................................ 152

2. Struktur Organisasi .................................................................. 153

3. Sistem Opersional .................................................................... 153

4. Program Kegiatan

a. Program Kegiatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Bagi Tuna Daksa di Surakarta .......................................... 154

b. Pola Kegiatan Manusia ...................................................... 155

5. Koleksi/Benda Inventaris ......................................................... 158

6. Fasilitas Ruang ......................................................................... 159

7. Besaran Ruang ......................................................................... 160

a. Kegiatan Pengelolaan ......................................................... 160

b. Kegiatan Rehabilitasi Pendidikan ...................................... 161

c. Kegiatan Rehabilitasi Medis & Psikis ............................... 163

d. Kegiatan Service ................................................................ 164

8. Sistem Organisasi Ruang

Page 17: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

a. Analisa Alternatif Organisasi Ruang ................................. 167

b. Program Ruang .................................................................. 169

9. Sistem Sirkulasi

a. Analisa Sirkulasi Secara Umum ........................................ 170

b. Analisa Penerapan Pola Sirkulasi ...................................... 170

10. Hubungan Antar Ruang

a. Hubungan Ruang Secara Makro ........................................ 171

b. Hubungan Ruang Secara Mikro ......................................... 171

11. Zoning dan Grouping ............................................................... 171

C. Konsep Perancangan ............................................................ 174

1. Ide Dasar .................................................................................. 174

2. Tema ......................................................................................... 175

3. Aspek Suasana dan Karakter Ruang

a. Karakter ............................................................................. 176

b. Suasana .............................................................................. 176

4. Aspek Penataan Ruang/ Layout

a. Pertimbangan ..................................................................... 177

5. Aspek Pembentuk Ruang

a. Lantai ................................................................................. 177

b. Dinding .............................................................................. 181

c. Ceiling ............................................................................... 183

6. Interior Sistem ......................................................................... 186

7. Desain Furniture

a. Analisa ............................................................................... 192

b. Dimensi .............................................................................. 193

8. Elemen Estetis .......................................................................... 195

9. Skema Bentuk, Bahan dan Warna

a. Bentuk ............................................................................... 195

b. Bahan ................................................................................ 196

c. Warna ................................................................................ 197

10. Sistem Keamanan ..................................................................... 197

11. Aksesbilitas .............................................................................. 198

Page 18: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan .......................................................................................... 199

2. Saran ..................................................................................................... 210

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Denah Asli

2. Denah Perubahan

3. Denah Eksisting

4. Layout

5. Floor Plan

6. Ceiling Plan

7. Tampak/Potongan

8. Aksonometri

9. Detail Konstruksi

10. Gambar Furniture

11. Sketsa Furniture

12. Sketsa Perspektif

Page 19: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

DAFTAR GAMBAR

Gbr II.1 : Karakteristik penyandang cacat berdasarkan kebutuhan gerak ......... 20

Gbr II.2 : Karakteristik penyandang cacat berdasarkan kondisi tubuh ............... 21

Gbr II.3 : Ruang bebas pada pintu untuk runag gerak ....................................... 62

Gbr II.4 : Pintu dengan plat tendang dan pegangan pintu ................................... 62

Gbr II.5 : Pegangan pintu otomatis ..................................................................... 62

Gbr II.6 : Tipikal ramp ........................................................................................ 64

Gbr II.7 : Kemiringan ramp ............................................................................... 64

Gbr II.8 : Kemiringan ramp dan pintu di ujung ramp ......................................... 65

Gbr II.9 : Letak ramp untuk trotoar .................................................................... 65

Gbr II.10 : Analisa ruang gerak toilet dengan pendekatan

diagonal dan pendekatan samping ................................................... 67

Gbr II.11 : Sirkulasi masuk dan tinggi perletakan kloset ................................... 67

Gbr II.12 : Ruang gerak dalam toilet dan perletakan urinoir .............................. 68

Gbr II.13 : Kran wudhu dan potongan bilik pancuran ....................................... 68

Gbr II.14 : Tipikal pemasangan dan ketinggian washtafel ................................ 68

Gbr II.15 : Tipe washtafel dengan penutup bawah dan perletakan kran ............ 69

Gbr II.16 : Ruang bebas area washtafel ............................................................. 69

Gbr II.17 : Perletakan peralatan ......................................................................... 71

Gbr II.18 : Hubungan jalur-ruang melalui ruang-ruang ..................................... 77

Gbr II.19 : Hubungan jalur-ruang menembus ruang-ruang ............................... 77

Gbr II.20 : Hubungan jalur-ruang berakhir pada ruang-ruang ........................... 78

Gbr III.1 : SLB “D-D1 Tunadaksa” YPAC Jakarta ............................................ 105

Gbr III.2 : Ruang kelas TK ................................................................................. 108

Gbr III.3 : Furniture untuk kelas TK ................................................................... 108

Gbr III.4 : Ruang kelas bahasa (kanan) dan

Page 20: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

menggambar (kiri) untuk SMP.......................................................... 108

Gbr III.5 : Ruang menenun (kanan) dan kelas ketrampilan ................................ 109

Gbr III.6 : Pembekalan ketrampilan oleh guru dari Jepang ................................ 109

Gbr III.7 : Ruang pembuatan sepatu khusus penyandang cacat (brace) ............. 109

Gbr III.8 : Tangga darurat dan ramp ................................................................... 111

Gbr III.9 : Furniture pada R. Kelas dan R. Ketrampilan YPAC Jakarta ............. 115

Gbr III.10 : BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta ....................................... 118

Gbr III.11 : Kelas menjahit untuk putra .............................................................. 122

Gbr III.12 : Kelas menjahit untuk putri ............................................................... 123

Gbr III.13 : Kelas fotografi dan kamar gelap untuk mencetak foto .................... 123

Gbr III.14 : Kelas reparasi sepeda motor ............................................................ 124

Gbr III.15 : Kelas salon kecantikan..................................................................... 124

Gbr III.16 : Ruang ketrampilan dan display untuk hasil kerajinan .................... 124

Gbr III.17 : Bengkel las dan bubut ...................................................................... 125

Gbr III.18 : Kelas pertukangan............................................................................ 125

Gbr III.19 : Ruang komputer ............................................................................... 126

Gbr III.20 : Bengkel pembuatan tangan &kaki tiruan (kanan)

dan display Prothese & Orthese (kiri) .............................................. 126

Gbr III.21 : Ramp yang terletak di luar bangunan serta

railing pegangan untuk tangan ........................................................ 128

Gbr III.22 : Ramp memakai bahan keramik yang licin dan

tidak aman untuk digunakan ........................................................... 129

Gbr III.23 : Ruang kelas untuk SD-D ................................................................. 135

Gbr III.24 : Ruang kelas SDLB-D1 .................................................................... 135

Gbr III.25 : Ruang kelas SMPLB-D ................................................................... 135

Gbr III.26 : Ruang kelas SMALB-D1 yang berkapasitas 8 anak ........................ 136

Gbr III.27 : Ruang perpustakaan YPAC Surakarta ............................................. 136

Gbr III.28 : Ruang kelas untuk ketrampilan yang biasa

Page 21: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

digunakan oleh siswa didik YPAC Surakarta ................................. 137

Gbr III.29 : Standing frame dan parallel bar ..................................................... 138

Gbr III.30 : Tripot, tempat duduk dan wall bar ................................................. 138

Gbr III.31 : Kolam untuk hydroterapi ................................................................ 139

Gbr III.32 : Ruang untuk terapi bicara ............................................................... 139

Gbr III.33 : Ruang okupasi dilengkapi dengan matras

sebagai alat bantu untuk terapi ........................................................ 140

Gbr III.34 : Asrama putri yang juga digunakan untuk terapi ............................. 141

Gbr III.35 : Ramp yang menghubungkan level lantai

yang rendah dan tinggi .................................................................... 142

Gbr III.36 : Ramp untuk menuju kelas di lantai 2 .............................................. 142

Gbr III.37 : Tangga darurat menuju lantai 2 ....................................................... 142

Gbr III.38 : Gedung serbaguna / gedung pertemuan ........................................... 143

Gbr IV.1 : Denah asumsi lokasi .......................................................................... 150

Gbr IV.2 : Peta kota Surakarta ............................................................................ 150

Page 22: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxii

DAFTAR TABEL Tabel II.1 : Ciri-ciri arsitektur modern ................................................................ 52

Tabel II.2 : Tipe Pencapaian Sirkulasi ................................................................ 73

Tabel II.3 : Tipe Pintu Masuk ............................................................................. 74

Tabel II.4 : Pemanfaatan natural light dan artificial light .................................. 94

Tabel II.5 : Karakter bentuk ................................................................................ 101

Tabel III.1a : Aktivitas pengunjung YPAC Jakarta ............................................ 112

Tabel III.1b : Aktivitas pengelolaYPAC Jakarta ................................................ 112

Tabel III.1c : Aktivitas tenaga medis YPAC Jakarta .......................................... 113

Tabel III.2a : Aktivitas pengunjung BBRSBD Surakarta ................................... 129

Tabel III.2b : Aktivitas pengelola BBRSBD Surakarta ...................................... 130

Tabel III.2c : Aktivitas tenaga medis BBRSBD Surakarta ................................. 130

Tabel III.3a : Aktivitas pengunjung YPAC Surakarta ....................................... 144

Tabel III.3b : Aktivitas pengelolaYPAC Surakarta ............................................ 144

Tabel III.3c : Aktivitas tenaga medis YPAC Surakarta ...................................... 145

Tabel IV.1 : Daftar Furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan

bagi Tuna Daksa di Surakarta ......................................................... 158

Tabel IV.2 : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan

bagi Tuna Daksa di Surakarta ......................................................... 159

Tabel IV.3a : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan

bagi Tuna Daksa di Surakarta ....................................................... 160

Tabel IV.3b : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan

bagi Tuna Daksa di Surakarta ....................................................... 162

Tabel IV.3c : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan

bagi Tuna Daksa di Surakarta ....................................................... 163

Tabel IV.3d : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan

bagi Tuna Daksa di Surakarta ...................................................... 163

Tabel IV.3e : Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan

bagi Tuna Daksa di Surakarta ...................................................... 163

Tabel IV.4 : Alternatif organisasi ruang Pusat Pendidikan dan

Page 23: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiii

Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ......................................... 168

Tabel IV.5 : Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang......................................... 168

Tabel IV.6 : Hasil Analisa Organisasi Ruang ..................................................... 169

Tabel IV.7 : Analisa tipe sirkulasi pengunjung

berdasar studi lapangan .................................................................. 170

Tabel IV.8a : Hubungan ruang secara makro...................................................... 170

Tabel IV.8b : Hubungan ruang secara mikro ...................................................... 171

Tabel IV.9 : Analisa zoning grouping ................................................................. 174

Tabel IV.10a : Analisa pemilihan bahan untuk lantai ......................................... 181

Tabel IV.10b : Analisa pemilihan bahan untuk dinding ..................................... 183

Tabel IV.10c : Analisa pemilihan bahan untuk ceiling ....................................... 186

Tabel IV.11 : Interior sistem ............................................................................... 192

Tabel IV.12a : Kelompok kegiatan dan dimensi furniture .................................. 193

Tabel IV.12b : Kelompok kegiatan dan dimensi furniture ................................. 193

Tabel IV.12c : Kelompok kegiatan dan dimensi furniture .................................. 194

Tabel IV.13a : Analisa karakter bentuk ............................................................. 195

Tabel IV.13b : Analisa karakter bahan ............................................................. 195

Tabel IV.13c : Analisa karakter warna .............................................................. 196

Tabel IV.14a : Sistem keamanan terhadap kejahatan manusia ........................... 198

Tabel IV.14b : Sistem keamanan terhadap bahya kebakaran ............................ 198

Tabel V.1 : Program ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Bagi Tuna Daksa di Surakarta ........................................................ 201

Tabel V.2 : Organisasi ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Bagi Tuna Daksa di Surakarta ......................................................... 202

Tabel V.3 : Sistem sirkulasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Bagi Tuna Daksa di Surakarta ......................................................... 202

Tabel V.4a : Unsur pembentuk ruang (lantai) ..................................................... 203

Tabel V.4b : Unsur pembentuk ruang (dinding) ................................................ 203

Tabel V.4c : Unsur pembentuk ruang (ceiling) ................................................... 203

Tabel V.5 : Interior Sistem .................................................................................. 205

Tabel V.6 : Sistem keamanan.............................................................................. 209

Page 24: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram I.1 : Skema Langkah Desain ................................................................ 11

Diagram III.1 : Struktur organisasi SLB “D-D1

Tunadaksa” YPAC Jakarta .......................................................... 106

Diagram III.2 : Struktur organisasi

BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta .................................. 120

Diagram IV.1 : Struktur organisasi .................................................................... 152

Diagram IV.2 : Program kegiatan Kepala Yayasan ........................................... 155

Diagram IV.3 : Program kegiatan Bidang Tata Usaha ...................................... 155

Diagram IV.4 : Program kegiatan Bidang Program & Advokasi Sosial ............ 155

Diagram IV.5 : Program kegiatan Bidang Rehabilitasi Sosial ........................... 156

Diagram IV.6 : Program kegiatan Bidang Penyaluran

& Bimbingan Lanjut ................................................................. 156

Diagram IV.7 : Program kegiatan tenaga pendidik / guru .................................. 156

Diagram IV.8 : Program kegiatan siswa didik .................................................... 157

Diagram IV.9 : Program kegiatan penyandang cacat umum ............................. 157

Diagram IV.10 : Program kegiatan orang tua ..................................................... 157

Diagram IV.11 : Program kegiatan ahli fisioterapi ............................................ 157

Diagram IV.12 : Program kegiatan ahli hydroterapi ........................................... 158

Diagram IV.13 : Program kegiatan ahli terapi okupasi....................................... 153

Diagram IV.14 : Program kegiatan psikolog ...................................................... 153

Diagram IV.15 : Program kegiatan pasien penyandang cacat ............................ 153

Diagram IV.16 : Program kegiatan pembuatan alat bantu gerak ........................ 154

Page 25: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan tuna daksa akan fasilitas umum yang aksesibel ternyata

belum memadai. Fasilitas umum berupa tempat pendidikan, tempat kesehatan

atau terapi, ataupun tempat-tempat umum lainnya belum dapat dimanfaatkan

secara optimal, karena terbatasnya aksesibilitas yang disediakan. Sehingga

perlu adanya tempat umum yang memiliki aksesibilitas yang tinggi untuk

membantu tuna daksa dalam beraktivitas secara mandiri.

Tuna daksa menurut Sutjihati Soemantri diartikan sebagai ”suatu

keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan

pada tulang, otot, atau sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat

disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh

pembawaan lahir.” (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 2005 :

121).

Dalam Resolusi PBB Tahun 1993 tentang Peraturan dan Standar

Persamaan Kesempatan Bagi Penyandang Cacat, Pemerintah Indonesia

bertujuan untuk menghilangkan rintangan bagi penyandang cacat di dalam

lingkungan fisik dengan mengembangkan standar dan pedoman serta

memberlakukan undang-undang. Hal ini untuk menjamin aksesibilitas pada

fasilitas publik sebagai pelayanan masyarakat.. Salah satu butir resolusi dari

UNESCAP, 1998 adalah pentingnya merumuskan implementasi pedoman

teknis dan peraturan perundang-undangan guna meningkatkan akses bagi

Page 26: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

penyandang cacat dalam fasilitas publik. Dikuatkan dengan adanya Biwako

Millenium (2003-2012), 10 tahun kedua setelah Dasawarsa 1992-2002 di Asia

Pasifik, Indonesia telah menandatangani kesepakatan untuk memfasilitasi

penyandang cacat di berbagai sektor. Adapun PBB membuat pedoman

penerapan dalam desain atau rancangan yang aksesibel terdiri atas:

1. Bangunan itu memungkinkan untuk dicapai.

2. Bangunan itu memungkinkan untuk dimasuki.

3. Bangunan itu memungkinkan untuk digunakan semua fasilitasnya.

4. Bangunan itu memungkinkan untuk dicapai, dimasuki dan digunakan

semua fasilitasnya secara mandiri, tanpa ada perasaan bahwa seseorang

akan menjadi objek belas kasihan dari orang lain.

Dalam workshop Kesempatan Kerja Bagi Penyandang Cacat, Asosiasi

Pengusaha Indonesia berpendapat bahwa para tuna daksa masih mempunyai

kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan asalkan tetap memenuhi kualifikasi

yang dibutuhkan oleh perusahaan dan tidak dalam kategori cacat yang berat

sehingga tidak mengganggu produktivitas perusahaan dan mampu bersaing.

Pernyataan tersebut memberikan peluang bagi para tuna daksa untuk

berlomba-lomba meningkatkan kualitas pendidikan dan ketrampilan sehingga

dapat bersaing di dunia kerja.

Sejak berdirinya Rehabilitasi Centrum pada tahun 1950 kota Surakarta

dikenal sebagai ”Kota Rehabilitasi” karena merupakan kota perintis upaya

rehabilitasi penyandang cacat. Sehingga banyak lembaga yang terkait dengan

rehabilitasi penyandang cacat, seperti Yayasan Pembinaan Anak Cacat,

Page 27: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Rumah Sakit Orthopedi, tempat pelatihan, hingga Badan Pembinaan Olahraga

Cacat, Yayasan Paraplegia dan Lembaga Pendamping Diffabel serta lembaga

yang terkait dengan diffabel. Selain itu di kota Surakarta juga terdapat

politeknik kesehatan khusus fisioterapi, okupasi terapi dan orthotik prostetik.

Berdasarkan beberapa uraian diatas maka Pusat Pendidikan dan

Pelatihan bagi Tuna Daksa ini perlu direalisasikan karena tempat ini sangat

membantu para tuna daksa dalam menjalani hidup layaknya orang normal

yang mendapat perlakuan dan perhatian yang sama. Pusat Pendidikan dan

Pelatihan bagi Tuna Daksa ini memberikan fasilitas berupa pendidikan,

fasilitas ketrampilan serta terapi bagi kesehatan tuna daksa.

B. Batasan Masalah

Ditinjau dari aspek kondisi dan potensi dalam perancangan pusat

pendidikan dan pelatihan ini, masalah terkait yang dihadapi antara lain :

1. Aspek aksesbilitas : penyediaan aksesbilitas yang memenuhi standar

ergonomi sehingga dapat membantu para penyandang cacat untuk

bermobilisasi dengan aman dan nyaman.

2. Aspek pengelolaan : dalam memenuhi kebutuhan operasional fasilitas

dalam obyek tersebut harus berjalan dengan baik.

3. Aspek masyarakat : membantu masyarakat (penyandang cacat) untuk

mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang berguna untuk masa depan,

serta membantu penyandang cacat untuk meningkatkan rasa percaya diri

dan mampu berinteraksi dengan masyarakat luas.

Page 28: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Batasan masalah yang diambil dalam Desain Interior Pusat Pendidikan

dan Pelatihan bagi Tuna Daksa ini antara lain :

a. Batasan ruang

1) Bagian Pelayanan Administrasi Pusat

a) Ruang Kepala Sekolah & Wakil Kepala Sekolah

b) Ruang Kantor Guru

2) Bagian Pelayanan Rehabilitasi

a) Seksi Medis / Terapi

b) Psikolog

3) Bagian Pendidikan & Ketrampilan

a) Seksi Pendidikan

b) Seksi Ketrampilan

4) R. Pengukuran Prothetis dan Orthotis

b. Sasaran

1) Sasaran pengunjung (segmentasi)

a) Para penyandang cacat

b) Masyarakat umum

c) Peneliti, pengajar, maupun pelajar dan mahasiswa yang ingin

melakukan penelitian

2) Sasaran perancangan bangunan

Sasaran Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi

Tuna Daksa yang ditujukan untuk memberikan suatu alternatif

rancangan interior dengan pendekatan psikologi dan

mengutamakan aksesbilitas yang ergonomis.

Page 29: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Sasaran Desain yang ingin dicapai secara keseluruhan membuat

bagian-bagian unsur perancangan interior ke dalam perencanaan Desain

Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa dengan

memperhatikan faktor-faktor kenyamanan dan keamanan bagi penggunanya

dengan berpijak pada norma dan ketentuan desain yang ada.

C. Rumusan Masalah

Memfokuskan pada kebutuhan akan kenyamanan beraktivitas dalam

kegiatan belajar mengajar sekaligus perannya dalam meningkatkan kondisi

kejiwaan pengguna dengan bimbingan konseling yang diberikan, Desain

Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa ditekankan pada:

1. Bagaimana merencanakan dan merancang interior Pusat Pendidikan dan

Pelatihan bagi Tuna Daksa sebagai tempat pendidikan dan pelatihan

formal dengan fasilitas yang aksesibel serta ergonomis untuk para tuna

daksa?

2. Bagaimana merancang sistem pelayanan Pusat Pendidikan dan Pelatihan

bagi Tuna Daksa sehingga dapat menciptakan suasana interior sebagai

pusat pendidikan formal yang nyaman sehingga berpengaruh pada

keadaan psikologis pengguna baik itu pengajar maupun kelayan yang

akan belajar di dalamnya?

3. Bagaimana memasukkan tema interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan

bagi Tuna Daksa yang dapat meningkatkan semangat belajar mengajar

sehingga tidak menimbulkan kebosanan baik bagi pengajar maupun

kelayan?

Page 30: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

D. Tujuan Perancangan

1. Mewujudkan perancangan interior pusat pendidikan dan pelatihan untuk

penyandang cacat tubuh dengan mengutamakan aksesbilitas bagi para

penyandang cacat tubuh sehingga dapat bermobilisasi dengan aman dan

nyaman.

2. Mewujudkan perancangan furniture yang disesuaikan dengan kondisi

pengguna dan mengutamakan kenyamanannya sehingga tercipta suasana

yang kondusif dan membantu kegiatan belajar mengajar yang merupakan

kegiatan utama dalam perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi

Tuna Daksa ini.

E. Manfaat Perancangan

Manfaat yang diperoleh dari perancangan ini adalah:

1. Manfaat Praktis

Data yang diperoleh akan menambah referensi bagi fakultas dan jurusan.

2. Manfaat Teoritis

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

3. Fungsi Keluar

a. Tersedianya fasilitas bagi para penyandang cacat tubuh untuk

memperoleh pendidikan dan pelatihan yang mampu menjadi bekal

untuk masa depan.

b. Timbulnya rasa kesetaraan hak antara masyarakat umum dan para

penyandang cacat tubuh dalam memperoleh pendidikan dan

kesempatan kerja, masyarakat diharapkan mampu memberikan

Page 31: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

dorongan semangat sehingga para penyandang cacat tubuh tidak

merasa dikucilkan atau dikurangi haknya.

Ditinjau dari fungsi dan tujuannya, perencanaan Pusat Pendidikan dan

Pelatihan bagi Tuna Daksa ini secara umum meliputi penyediaan

aksesbilitas yang membantu penyandang cacat tubuh untuk bergerak dengan

leluasa dan aman serta adanya pendidikan dan pelatihan yang berguna bagi

penyandang cacat tubuh untuk terjun langsung ke dunia kerja sesuai dengan

bidang yang telah ditekuni. Suasana ruang yang diolah dengan warna yang

berpengaruh pada kejiwaan juga membantu meningkatkan tingkat percaya

diri pada penyandang cacat tubuh untuk mampu menyerap ilmu serta dapat

berkreasi untuk menemukan sesuatu yang baru.

F. Metode Desain

1. Permasalahan

Kurangnya fasilitas pendidikan dan kesehatan yang aksesibel bagi

tuna daksa menuntut adanya sebuah perancangan yang dapat

menyediakan fasilitas tersebut secara aksesibel dan ergonomis untuk

tuna daksa. Fasilitas tersebut diharapkan dapat membantu para tuna

daksa untuk mendapat pendidikan dan pelayan kesehatan dengan baik.

Untuk dapat merancang fasilitas yang aksesibel dan ergonomis

bagi tuna daksa perlu adanya studi pembanding baik dari studi literatur

maupun studi lapangan yang berkaitan dengan proyek yang dirancang.

Berdasarkan studi literatur dapat disimpulkan bahwa desain untuk tuna

daksa difokuskan pada kemudahan dalam pengoperasian berbagai

Page 32: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

fasilitas seperti furniture dan peralatan yang lain. Serta pemilihan warna

yang memiliki intensitas sedang sehingga tidak mengganggu

penglihatan. Sedangkan dari studi lapangan yang dilakukan diperoleh

data dalam PP 72 Tahun 1995 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Sekolah Luar Biasa, jumlah maksimum anak yang dapat dididik adalah 8

anak.

2. Bentuk Perancangan

Berdasarkan studi literatur dan studi lapangan yang telah dilakukan

maka dapat disimpulkan aspek-aspek yang dapat membantu dalam

perancangan ini. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan psikologi

yang menekankan pada keadaan lingkungan yang dapat membantu tuna

daksa dalam beraktivitas secara mandiri.

Dari hasil analisa diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem

sirkulasi yang dipakai adalah sistem sirkulasi langsung yang

memudahkan tuna daksa untuk mengakses ruang yang ingin dituju.

Sedangkan sistem organisasi ruang yang diterapkan adalah sistem cluster

yang menempatkan ruang berdasarkan fungsi ruang itu sendiri.

Ide dasar desain interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna

Daksa di Surakarta di Surakarta berawal dari semboyan Ki Hajar

Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso dan

tut muri handayani. Sedangkan tema yang dipakai adalah Form Follow

Functions yang membantu tuna daksa untuk beraktivitas secara mandiri.

Karakter modern dipilih dengan pertimbangan tidak rumit dan bersifat

terang dan terbuka sehingga tercipta suasana tenang, aman dan nyaman.

Page 33: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Bentuk yang digunakan adalah bentuk bulat yang aman, serta bangun

matematika yang digunakan sebagai ikon untuk mendesain furniture.

Warna yang dipakai adalah warna krem, kuning dan hijau dengan

intensitas warna sedang. Penggunaan ramp, railing, dan pintu dengan

plat tendang yang aksesibel membantu tuna daksa dalam bermobilisasi.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini, antara lain :

a. Informan

Informasi yang diperoleh berasal dari pengajar maupun staf

karyawan yang bekerja di bidang pendidikan dan pelatihan serta

tempat rehabilitasi penyandang cacat sebagai subyek yang

dianggap mengerti tentang informasi yang dibutuhkan dalam

perancangan ini.

b. Arsip dan Dokumen Visual

Arsip dan dokumen yang dijadikan literatur adalah buku-

buku yang memuat tentang klasifikasi penyandang cacat tubuh dan

buku-buku lain yang menunjang pengetahuan peneliti tentang cacat

tubuh. Buku yang dipakai antara lain Pengantar Pendidikan Anak

Tuna Daksa, Handbook Prof. Dr. Soeharso Surakarta, Panduan

Penyediaan Aksesbilitas pada Bangunan dan Lingkungan, dll.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Dalam hal ini peneliti melakukan observasi lokasi yang bisa

dijadikan referensi dan materi pembanding tentang hal-hal yang

Page 34: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

berkaitan dengan proyek Desain Interior ini, terutama dalam

bidang interior, misalnya tentang desain furniture, aksesbilitas,

ergonomi, dsb. Observasi dilakukan dengan mempergunakan alat

bantu berupa kamera digital, alat tulis, dsb.

b. Wawancara Mendalam ( In Dept Interviewing )

Wawancara dalam pengumpulan data ini bersifat open–ended

dan mendalam dilakukan secara tidak formal. Wawancara ini

dilakukan pada waktu dan konteks yang dianggap tepat guna

mendapatkan data yang rinci dan mendalam.

c. Content Analisis

Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang

bersumber dari arsip dan dokumen yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti.

Page 35: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

G. Skema Langkah Desain

H. Sistematika Penulisan

1. BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan mencakup Latar Belakang Masalah yang meliputi

penyebab terjadinya kecacatan serta berbagai permasalahan yang

dialami oleh para penyandang cacat, Pembatasan dan Perumusan

Masalah, Tujuan dan sasaran, serta Metodologi yang meliputi metode

sistematika pembahasan.

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Mengemukakan Kajian Teoritis tentang Proyek Desain Interior

Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta, yang

meliputi pembahasan teori tentang ruang dan manusia, yang di

Diagram I. 1 Skema Langkah Desain

Latar Belakang

Tujuan

Penentuan Tema

Faktor Perancangan

Sasaran Desain

Kebutuhan Ruang

Batasan Perancangan

Pemecahan Masalah

Unsur Desain

Interior Sistem & Sistem Keamanan

Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan di Surakarta

Ide Gagasan Data Lapangan

Data Literatur Rumusan

Analisa Analisa

Aspek Pelaku Aspek Objek

Kajian Materi Pusat

Rehabilitasi

Pengelola & Pengunjung

Sirkulasi Zoning & Grouping

Fungsi, karakter, suasana dan dimensi ruang

Norma Desain (bahan, efisiensi, teknik,estetis)

Aktivitas

Page 36: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

dalamnya mencakup tentang pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi,

komponen pembentuk ruang, hubungan antar ruang, sistem interior,

sistem keamanan, sistem aksesbilititas yang berguna untuk para

penyandang cacat dalam bermobilisasi.

3. BAB III KAJIAN LAPANGAN

Merupakan hasil studi observasi di lapangan, baik sebagai dasar

acuan atas pemilihan lokasi perencanaan, maupun sebagai bahan

pembanding dan bahan pengayaan bagi proses analisa dari konsep

Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di

Surakarta.

4. BAB IV DESAIN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA

a. Analisis Eksisting

1) Analisa lingkungan (keluar) termasuk di dalamnya view, akses,

arah cahaya, dll.

2) Analisa Interior termasuk di dalamnya akses, sirkulasi dan

human dimension.

b. Programing

1) Status Kelembagaan Proyek

2) Struktur Organisasi

3) Sistem Operasional

4) Program Kegiatan (kegiatan obyek TA dan kegiatan manusia)

5) Fasilitas Pengisi Ruang

6) Fasilitas Ruang

Page 37: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

7) Besaran Ruang (studi ruang dan anthropometri)

8) Sistem Sirkulasi

9) Hubungan Antar Ruang

10) Zoning dan Grouping

c. Konsep Desain

1) Ide Dasar Desain

a) Paradigma, slogan, dll

b) Bentuk

c) Suasana

2) Tema

a) Sebagai pemecahan masalah

b) Sebagai dekorasi

3) Aspek Suasana dan Karakter Ruang

4) Aspek penataan ruang/lay out

a) Sistem sirkulasi dan organisai ruang

5) Aspek Pembentuk Ruang

6) Aspek Bentuk, Bahan dan Warna

7) Interior Sistem (pencahayaan, penghawaan, akustik)

8) Desain Furniture

9) Desain Elemen Estetis

10) Sistem Keamanan (kebakaran dan keamanan)

11) Aksesbilitas (fasilitas)

5. BAB V KEPUTUSAN DESAIN

a. Kesimpulan

Page 38: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Merupakan kesimpulan dari proses analisis yang sekaligus

merupakan konsep Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan

bagi Tuna Daksa di Surakarta.

b. Daftar pustaka

c. Lampiran

Aspek

Sosial,

Politik Dan

Page 39: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

BAB II

KAJIAN TEORI

A. ASPEK RUANG DAN DIMENSI

1. Tinjauan Umum Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna

Daksa di Surakarta dengan Pendekatan Psikologi

a. Pengertian Judul

1) Pusat : Pokok atau inti dari sesuatu.

2) Pendidikan : Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya dan masyarakat. (UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003)

3) Tuna daksa : Suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai

akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, atau

sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat

disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan, atau dapat juga

disebabkan oleh pembawaan lahir. Tuna daksa sering juga

diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan

individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang

atau otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu

untuk mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri. (T.

Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 2005 : 121)

15

Page 40: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

4) Psikologi : Ilmu yang menyelidiki dan membahas tentang

perbuatan dan tingkah laku manusia. (Zulkifli, L. Psikologi

Perkembangan, 1986 : 5)

5) Psikologi : Studi ilmiah tentang kegiatan-kegiatan individu

hubungannya dengan lingkungan. (Woodworth & Marquis,

1961)

Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa

dengan pendekatan psikologi adalah tempat yang memberikan fasilitas

rehabilitasi yang dapat membantu orang-orang diffable untuk hidup

layaknya manusia normal, tanpa adanya perbedaan perlakuan dari

orang-orang di sekitarnya serta membantu permasalahan psikis yang

dihadapi dengan terapi yang dituangkan ke dalam interior yang secara

tidak langsung dapat membantu mengatasi masalah kepribadian yang

dialami oleh penyandang cacat. Bentuk rehabilitasi yang diberikan

berupa rehabilitasi pendidikan, rehabilitasi karya dan rehabilitasi medis

dan psikologis.

2. Tinjauan Umum Tuna Daksa / Cacat Tubuh

a. Pengertian Tuna Daksa / Cacat Tubuh

Cacat adalah kekurangan yang menyebabkan nilai atau

mutunya kurang baik atau kurang sempurna (yang terdapat pada

badan, benda batin atau akhlak). (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

1989 : 143)

Tuna daksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu

sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot,

Page 41: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

atau sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat

disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan, atau dapat juga

disebabkan oleh pembawaan lahir. Tuna daksa sering juga

diartikan sebagai suatu kondisi yang menghambat kegiatan

individu sebagai akibat kerusakan atau gangguan pada tulang atau

otot, sehingga mengurangi kapasitas normal individu untuk

mengikuti pendidikan dan untuk berdiri sendiri. (T. Sutjihati

Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 2005 : 121)

Tuna daksa adalah orang yang mengalami kelainan organ

gerak tubuh, terutama gangguan gerak. (Ahmad Toha Muslim &

M. Sugiarmin, Orthopedi Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa : 6)

Menurut The American Public Health Association seseorang

dapat dianggap cacat (handicapped) bila ia dalam batas-batas

tertentu tidak dapat bermain, belajar, bekerja atau melakukan hal-

hal lain yang dapat dilakukan oleh orang-orang sebayanya

(seumur); bila ia terhalang dalam mencapai kemampuan

sepenuhnya, baik jasmani, mental maupun rohani. (dalam Erwin

Andriyanto, 2002)

Penyandang cacat tubuh adalah seseorang yang mempunyai

ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas pada tataran aktivitas

manusia normal, sebagai akibat dari kerusakan pada sebagain atau

semua anggota tubuh tertentu.

Page 42: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b. Faktor Penyebab Tuna Daksa / Cacat Tubuh

Faktor-faktor penyebab terjadinya kecacatan pada tubuh

dapat dijabarkan sebagai berikut, yaitu :

1) Berdasarkan Penyebab Kecacatan

a) Bawaan Lahir

1. Karena faktor genetik (poliomilitis).

2. Karena konsumsi gizi yang kurang.

3. Karena kontaminasi bahan kimia / radiasi yang

menyebabkan kelainan bentuk atau tidak adanya anggota

tubuh.

b) Penyakit

1. Virus polio.

2. Penyakit kelamin/gonorhoe yang menyebabkan cacat sendi

atau tulang.

3. TBC pada balita.

4. Kurang darah pada otak sehingga otak kurang berfungsi

untuk megkoordinasi organ tubuh.

5. Rusaknya susunan saraf pada tungkai yang mengakibatkan

penderita layu pada kaki.

6. Diabetes.

c) Kecelakaan lalu lintas / kecelakaan kerja

d) Akibat perang atau bencana alam

Page 43: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

2) Berdasarkan Tingkat Kecacatan / Derajat Kecacatan Tubuh

a) Ringan yaitu cacat yang tidak terlalu banyak memerlukan

pertolongan karena dapat mengurus diri sendiri dalam

kehidupan.

Tanda-tanda gangguan ini antara lain :

1. Mampu ambulasi jalan tanpa bantuan

2. Mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa

bantuan

3. Mampu berkomunikasi baik dengan bahasa lisan

b) Sedang yaitu cacat yang memerlukan pertolongan khusus

agar dapat hidup berdampingan dengan masyarakat.

Tanda-tanda gangguan ini antara lain :

1. Adanya hambatan dalam mobilisasi dan memelihara

diri sendiri sehingga perlu bantuan

2. Hambatan berkomunikasi mulai terlihat

c) Berat yaitu penyandang cacat yang tidak bisa hidup tanpa

pertolongan orang lain dan tetap memerlukan perawatan

khusus walaupun pertolongan sudah diberikan.

Tanda-tanda gangguan ini antara lain :

1. Hambatan mobilisasi sehingga penderita hanya tinggal

di tempat tidur atau memakai kursi roda

2. Perlu bantuan penuh dalam melakuakan kegiatan

sehari-hari

3. Hambatan komunikasi

Page 44: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3) Berdasarkan Kebutuhan Alat Gerak

a) Non Ambulant Wheelchair yaitu penyandang cacat yang

tidak dapat berjalan dan membutuhkan bantuan kursi roda.

b) Semi Ambulant yaitu penyandang cacat yang dapat bergerak

dan membutuhkan bantuan alat gerak seperti krug, tongkat,

brace dan frame walk.

c) Ambulant yaitu penyandang cacat yang dapat bergerak

tanpa menggunakan alat bantu. (dalam Samuel Abdul Anis,

2008)

4) Berdasarkan Kondisi yang Dialami

a) Paraplegia yaitu cidera tulang belakang sehingga

mengalami kelumpuhan sebagian.

b) Diplegia yaitu cidera pada keempat anggota gerak.

c) Tetraplegia / quadriplegia yaitu cidera tulang belakang

sehingga terjadi kelumpuhan total.

d) Ampute yaitu cidera serius pada bagian tubuh sehingga

harus menghilangkan anggota gerak / badan tersebut.

(dalam Samuel Abdul Anis, 2008)

Gambar II.1 Karakteristik penyandang cacat berdasarkan kebutuhan alat gerak Sumber : Anis, Samuel Abdul, 2008

Ambulant Semi Ambulant Non Ambulant Wheelchair

Page 45: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

c. Klasifikasi Tuna Daksa

Menurut Frances G. Koenig, tuna daksa dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Kerusakan yang dibawa sejak lahir / keturunan, meliputi :

a) Club-foot (kaki seperti tongkat)

b) Club-hand (tangan seperti tongkat)

c) Polydactylism (jari yang lebih dari 5 pada masing-masing

tangan atau kaki)

d) Syndactylism (jari-jari yang berselaput atau menempel satu

sama lain)

e) Torticollis (gangguan pada leher sehingga kepala terkulai

ke muka)

f) Spina-bifida (sebagian dari sumsum tulang belakang tidak

tertutup)

g) Cretinism (kerdil/katai)

h) Mycrocephalus (kepala yang kecil, tidak normal)

i) Hydrocephalus (kepala yang besar karena berisi cairan)

Gambar II.2 Karakteristik penyandang cacat berdasarkan kondisi tubuh Sumber : Anis, Samuel Abdul, 2008

Paralegia Tetraplegia Ampute

Page 46: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

j) Clefpalats (langit-langit mulut berlubang)

k) Herelip (gangguan pada bibir dan mulut)

l) Congenital hip dislocation (kelumpuhan pada bagian paha)

m) Congenital amputation (bayi yang dilahirkan tanpa anggota

tubuh tertentu)

n) Frederish ataxia (kerusakan pada sumsum tulang belakang)

o) Coxa valga (gangguan pada sendi paha, terlalu besar)

p) Syphilis (kerusakan pada tulang dan sendi akibat penyakit

syphilis)

2) Kerusakan pada waktu kelahiran

a) Erb’s Palsy (kerusakan pada syaraf lengan akibat tertekan

atau tertarik waktu kelahiran)

b) Fragilitas Osium (tulang yang rapuh dan mudah patah)

3) Infeksi

a) Tuberkolosis tulang (menyerang sendi paha sehingga

menjadi kaku)

b) Osteomyelitis (radang di dalam dan di sekeliling sumsum

tulang belakang karena bakteri)

c) Poliomyelitits (infeksi virus yang mungkin menyebabkan

kelumpuhan)

d) Pott’s disease (tuberkolosis sumsum tulang belakang)

e) Still’s disease (radang pada tulang yang menyebabkan

kerusakan pada tulang)

f) Tuberkolosis pada lutut atau sendi lain

Page 47: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

4) Kondisi traumatik

a) Amputasi (anggota tubuh dibuang akibat kecelakaan)

b) Kecelakaan akibat luka bakar

c) Patah tulang

5) Tumor

a) Oxostosis (tumor tulang)

b) Osteosis fibrosa cystica (kista atau kantung yang berisi

cairan dalam tulang)

6) Kondisi-kondisi lain

a) Flatfeet (telapak kaki yang rata, tidak berteluk)

b) Kyphosis (bagian belakang sumsum tulang belakang yang

cekung)

c) Lordosis (bagian muka sumsum tulang belakang yang

cekung)

d) Perthes’ disease (sendi paha yang rusak atau mengalami

kelianan)

e) Rickets (tulang yang lunak karena nutrisi, menyebabkan

kerusakan tulang dan sendi)

f) Scilosis (tulang belakang yang berputar, bahu dan paha

yang miring)

d. Karakteristik Tuna Daksa

Karakteristik penyandang cacat dapat diuraikan sebagai

berikut:

Page 48: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

a) Karakteristik Kisik

1. Kelumpuhan salah satu anggota gerak badan menyebabkan

penderita harus menggunakan alat bantu.

2. Anggota badan dalam keadaan tidak utuh atau tidak

sempurna yang menyebabkan kesulitan dalam beraktivitas

dan kurang percaya diri, sehingga memerlukan anggota

badan tiruan.

3. Kesulitan berbicara dialami sebagian besar penyandang

cacat tubuh yang disertai dengan gangguan otak.

4. Pendengaran kurang sehat

5. Penglihatan kurang peka (dalam Samuel Abdul Anis, 2008)

b) Karakteristik Mental

Masalah kejiwaan sering menyertai penyandang cacat tubuh.

Keadaan fisik yang terganggu tersebut dapat menyebabkan

tekanan jiwa, yang selanjutnya dapat menghambat

perkembangan hidup penyandang cacat tubuh. Masalah

kejiwaan tersebut dapat berupa rasa rendah diri, putus asa,

pemarah dan apatis. (dalam Samuel Abdul Anis, 2008)

e. Masalah Tuna Daksa

Masalah-masalah yang dihadapi oleh tuna daksa meliputi :

1) Masalah Fisik

Masalah fisik dapat berupa kelumpuhan anggota gerak

atas, anggota gerak bawah atau pada otot-otot penegak

Page 49: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

punggung. Kelumpuhan ini dapat sebagian atau dapat

keseluruhan.

2) Masalah Gangguan Fungsi

a) Gangguan fungsi mobilisasi, mulai dari gangguan

berguling, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan yang

merupakan gangguan fungsi utama kaki. Sedangkan

gangguan fungsi tangan dapat berupa gangguan

mobilisasi meraih, memegang atau menggenggam.

b) Gangguan fungsi mental yaitu menghadapi masalah

penyesuaian pendidikan maupun penyesuaian sosial.

c) Gangguan kemampuan kegiatan fisik sehari-hari, dapat

berupa gangguan komunikasi, menolong diri sendiri

maupun mengikuti kegiatan hidupnya sehari-hari.

(dalam Samuel Abdul Anis, 2008)

f. Kebutuhan Kehidupan Tuna Daksa

Kebutuhan tuna daksa dapat berupa :

a. Kebutuhan komunikasi

b. Kebutuhan mobilisasi

c. Kebutuhan memelihara diri sendiri (activities of daily

living/ADL)

d. Kebutuhan sosial

e. Kebutuhan psikologis

f. Kebutuhan pendidikan

g. Kebutuhan kekaryaan

Page 50: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

3. Alat Bantu Gerak

Selain perlunya aksesibilitas tersebut diatas, tuna daksa juga

memerlukan alat bantu gerak berupa :

a. Prosthetis

Prosthetis adalah alat Bantu yang menggantikan bagian tubuh

yang hilang. (Ahmad Toha Muslim & M. Sugirmin, Orthopedi

Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa, 1996 : 168)

Fungsi prosthetis dari bagian tubuh yang hilang akan

diupayakan mendekati fungsi tubuh tersebut pada sisi yang normal

atau umumnya pada orang normal. Prosthetis terbuat dari bahan

plastik resin, kayu, dan besi. Desain prosthetis antara lain :

1) Soket

2) Sendi prothesa

3) Alat terminal

4) Tali-tali

b. Orthosis

Orthosis adalah alat yang melekat pada tubuh atau anggota

gerak tubuh. (Ahmad Toha Muslim & M. Sugirmin, Orthopedi

Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa, 1996 : 178)

Orthosis berfungsi untuk :

1) Menghilangkan rasa nyeri karena alat ini membatasi gerak dan

mengurangi tekanan yang berasal dari berat badan.

2) Mengistirahatkan anggota tubuh yang lemah.

3) Mengurangi tekanan ke arah panjang tulang.

Page 51: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

4) Mencegah dan mengoreksi deformitas sendi.

5) Memperbaiki fungsi.

Bahan yang biasa digunakan adalah :

a) Logam untuk komponen bar atau lempengan logam sebagai batang

untuk posisi tegak. Bahan yang paling sering dipakai adalah

campuran besi dan alumunium (duralumunium). Bahan ini cukup

kuat untuk menahan berat badan tetapi ringan. Bahan ini adalah

bahan plastik yang kuat.

b) Bahan kulit untuk tali pengikat kuf pada paha (tighcuff) pengikat

sendi kaki dari samping kiri atau akanan dan dari muka dan

belakang (knee cuff), pengikat alat pada betis (calf cuff). Kulit

digunakan untuk menahan stabilitas pergelangan kaki berupa tali

khusus disebut T. strap karena berbentuk huruf T. tali pengikat

pinggan berupa sabuk dan dihubungkan dengan pangkal brace

sehingga saat jalan brace menjadi stabil. (Ahmad Toha Muslim &

M. Sugirmin, Orthopedi Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa,

1996 : 180)

Alat bantu untuk tuna daksa adalah :

a) Alat bantu jalan (Gait Aid)

Alat bantu jalan adalah alat yang digunakan untuk menambah

kelancaran jalan atau ambulasi tuna daksa. Fungsi utama alat bantu

jalan adalah :

1. Menambah stabilisasi tubuh selama ambulasi

Page 52: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

2. Memberikan tambahan informasi sensoris dari bagian tubuh ke

otak

3. Mengurangi beban pada sistem muskuloskeletal yang kurang

kuat menahan beban

4. Membantu kecepatan gerak selama ambulasi

Jenis alat bantu jalan antara lain :

a. Tongkat (Cane)

b. Kruk (Crutches)

c. Walker

b) Kursi roda (whellchair)

Kursi roda adalah alat alternatif untuk kegiatan mobilisasi

apabila tubuh sudah kurang kemampuannya, baik akibat kondisi

neuromuskuloskeletal atau fungsi jantung dan paru-paru yang

menurun. (Ahmad Toha Muslim & M. Sugirmin, Orthopedi Dalam

Pendidikan Anak Tuna Daksa, 1996 : 195-200)

4. Aksesibilitas

Menurut buku Panduan Penyediaan Aksesibilitas pada Bangunan

dan Lingkungan, penyandang cacat sama halnya penduduk Indonesia

lainnya memiliki hak yang sama di seluruh bidang kehidupan. Hal ini

memiliki arti tidak adanya segala bentuk perbedaan atau diskriminasi

atas kecacatan yang dimilliki. Kurangnya fasilitas pelayanan yang

mudah dijangkau (aksesibel) merupakan hambatan bagi penyandang

cacat untuk melaksanakan fungsi sosialnya. Oleh sebab itu dalam

mewujudkan kesamaan, kesetaraan, kedudukan dan hak kewajiban

Page 53: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

serta peran serta penyandang cacat diperlukan sarana dan upaya yang

memadai, terpadu dan berkesinambungan yang pada akhirnya dapat

mencapai kemandirian dan kesejahteraan penyandang cacat. (Panduan

Penyediaan Akesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan, 2005 : 2-3)

Menurut UU no. 4/1997 tentang Penyandang Cacat menerangkan

bahwa penyediaan aksesbilitas penyandang cacat diupayakan

berdasarkan kebutuhan penyandang cacat sesuai dengan jenis dan

derajad kecacatan serta sesuai dengan standart yang ditentukan. (Drs.

Mardianto, Kepala YPAC Surakarta, 2010)

Penanganan dan pelayanan masalah sosial penyandang cacat di

Indonesia dilaks

anakan melalui sistem panti dan rehabilitasi berbasis masyarakat

(RBM). Lembaga pelayanan sosial bagi penyandang cacat pada

hakekatnya melaksanakan program pelayanan sosial bagi penyandang

cacat sesuai dengan fungsinya, yaitu :

a. Sebagai tempat pelayanan dan rehabilitasi sosial

b. Sebagai tempat pendidikan dan penelitian

c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan (laboratorium untuk

pengembangan metode intervensi)

d. Sebagai tempat informasi dan rujukan

Fungsi-fungsi yang dimiliki lembaga pelayanan sosial bagi

penyandang cacat diharapkan mampu menumbuhkembangkan fungsi

sosial penyandang cacat, rasa percaya diri dan memiliki ketrampilan

vokasional yang dapat digunakan untuk melakukan suatu usaha /

Page 54: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

karya. Hal ini tentunya harus didukung dengan sarana dan fasilitas

lembaga bagi penyandang cacat yang memadai termasuk aksesbilitas

yang tersedia.

Sampai saat ini akesibilitas bagi penyandang cacat khususnya

pada lembaga pelayanan sosial yang memberikan pelayanan bagi

penyandang cacat belum dapat dikatakan memadai. Hal ini disebabkan

masih adanya pandangan bahwa penyediaan aksesibilitas merupakan

sesuatu yang memerlukan biaya tinggi, akhirya penyediaan aksesbilitas

menjadi kebutuhan lembaga yang tidak dijadikan prioritas sebagai

bagian dari proses pelayanan bagi penyandang cacat.

Aksesibilitas penyandang cacat bersifat fisik dan non fisik.

Kondisi tersebut menjadi pemikiran untuk berupaya menghilangkan

perbedaan yang ada dengan diterbitkannya Rencana Aksi Nasional

Penyandang Cacat Indonesia tahun 2004-2013. Dalam RAN tersebut

diuraikan Program Penyediaan Aksesibilitas pada lingkungan dan

transportasi umum sebagai wujud tanggung jawab bersama dalam

rangka mensejahterakan penyandang cacat. (Panduan Penyediaan

Akesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan, 2005 : 5)

1) Prinsip-Prinsip Aksesibilitas

Menurut UNESCAP Publication “Promotion On The Non-

Handicapping Environment in Asia-Pacific Countries” prinsip-

prinsip aksesbilitas untuk penyandang cacat dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Page 55: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

a) Setiap orang harus dapat mencapai ke suatu bangunan /

lingkungan umum dengan mudah dan aman.

b) Setelah mencapai tempat / lingkungan tersebut selanjutnya

harus dapat masuk ke bangunan / lingkungan tersebut.

c) Setelah masuk ke ruang / bangunan tersebut, penyandang cacat

harus dapat memakai fasilitas yang tersedia.

d) Penyediaan aksesbilitas adalah suatu kewajiban. (Panduan

Penyediaan Akesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan, 2005

: 5)

2) Asas-Asas Aksesibilias

a) Kemudahan

Kemudahan adalah setiap orang dapat mencapai semua

tempat atau bangunan yang bersifat umum dsalam suatu

lingkungan.

Asas aksesibilitas dilihat dari kegunaan dapat dinilai dari

kemudahan pencapaian ruang yang berhubungan dengan

setting ruang pada site plan (organisasi ruang), sifat ruang, jalur

dan sirkulasi. (Peraturan Perundang-Undangan Penyandang

Cacat Nasional dan Internasional, 2001).

b) Kegunaan

Kegunaan yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan

semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu

lingkungan.

Page 56: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Asas aksesibilitas dilihat dari kegunaan dapat dinilai dari

penggunaan maksimal untuk aktivitas tertentu dan fasilitas

yang ada di dalam ruangan seperti tombol dan stop kontak.

Menurut standart dari Keputusan menteri Pekerjaan Umum RI

No. 468/KPS/1998 tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas

Bangunan Umum dan Lingkungan, tombol dan stop kontak

dipasang pada tempat yang posisi dan tingginya sesuai dan

mudah dijangkau oleh penyandang cacat. (Peraturan

Perundang-Undangan Penyandang Cacat Nasional dan

Internasional, 2001)

c) Keselamatan

Keselamatan yaitu setiap bangunan dalam suatu

lingkungan terbangun harus memperhatikan keselamatan bagi

semua orang.

Asas aksesibilitas dilihat dari keselamatan dalam

memasuki ruang dan beraktivitas di dalam ruang dinilai dari

kecuramanan ramp dan tekstur lantai. (Peraturan Perundang-

Undangan Penyandang Cacat Nasional dan Internasional, 2001)

d) Kemandirian

Kemandirian yaitu setiap orang harus bisa mencapai,

masuk dan mempergunakan semua tempat dalam suatu

lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.

(Peraturan Perundang-Undangan Penyandang Cacat Nasional

dan Internasional, 2001)

Page 57: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aksesibilitas

a) Sirkulasi

Jalur sirkulasi atau rute aksesibel adalah jalur lintasan

yang aksesibel, menghubungkan suatu elemen atau ruang,

dengan elemen atau ruang lainnya dari suatu bangunan. Rute

aksesibel interior termasuk koridor, lantai, ramp, dan lift. Rute

eksterior termasuk ruang akses parker, trotoar pada jalan

kendaraan dan ramp.standart ukuran lebar minimal untuk rute

aksesibel 1 jalur adalah 110 cm, sedanngkan yang 2 jalur

adalah 160 cm. Permukaan rute aksesibel harus bertekstur

sehingga tidak licin dan memerlukan pegangan rambat untuk

menjamin pengguna terutama pada belokan yang berbahaya

(Departemen Pekerjaan Umum, 1998).

Pemakai kursi roda membutuhkan 110 cm dan pemakai

ktuk membutuhkan 95 cm untuk bersirkulasi (Departemen

Pekerjaan Umum, 1998).

b) Visual

Menurut Panero. J (1979 : 287), “the visual field” adalah

bagian dari ruang yang terukur pada pandangan mata lurus

pada saat kepala dalam keadaan diam. Dari pengertian di atas

dapat diambil kesimpulan bahwa visibilitas adalah jangkauan

pandang mata saat kepala dalam keadaan diam. (dalam M.

Sholahuddin, 2006)

Page 58: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Penciptaan suatu tempat yang diperuntukkan bagi

penyandang cacat harus memeprhatikan jarak pandang mata

dari pemakai kursi roda. Sebagai contoh adalah panel kaca

pada pintu yang sejajar dengan mata pemakai kursi roda. Hal

ini memudahkan pemakai kursi roda untuk dapat melihat ke

dalam suatu ruang sebelum mereka memasukinya. Penempatan

televisi, rak-rak penyimpanan serta alat-alat umum lainnya

harus memperhatikan jarak pandang dari pemakai kursi roda.

(dalam M. Sholahuddin, 2006)

4) Pengaruh Setting Ruang Terhadap Aksesibilitas

a) Ukuran dan Bentuk

b) Perabot dan Penataannya

Perpustakaan

1. Rak baca

Menurut Persyaratan Teknis Aksesibilitas, batas jangkauan

ke atas pemakai kursi roda adalah 140 cm. (dalam M.

Sholahuddin, 2006)

2. Meja Petugas

Dr. Suma’mur menetapkan kriteria permukaan meja adalah

setinggi siku (orang normal). Bagi pemakai kursi roda

menurut Time Saver Standards, seorang pemakai kursi roda

membutuhkan ruang untuk kakinya sebesar 66 cm. (dalam

M. Sholahuddin, 2006)

Page 59: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

3. Kursi Petugas

Kursi yang ideal bagi penyandang cacat menurut Robert

James Sorenson adalah yang mempunyai sandaran tangan

yang berfungsi untuk membantu penyandang cacat

(khususnya pemakai kursi roda dan pemakai kruk) untuk

bangkit dari atau akan duduk di kursi dan stabil untuk

dijadikan tumpuan berat badan saat bangkit atau akan

duduk di kursi. (dalam M. Sholahuddin, 2006)

4. Rak Berkas

Menurut Persyaratan Teknis Aksesibilitas, batas jangkauan

ke atas pemakai kursi roda adalah 140 cm. (dalam M.

Sholahuddin, 2006)

c) Warna

Warna dapat digunakan dalam dekorasi sebuah ruang,

yang disediakan sebagai pemndu bagi pengguna bangunan

terutama sekali berguna bagi orang-orang yang memiliki cacat

visual. “Brightness Differentials” menurut James Holmes-

Siedle (1996) ditentukan oleh perbedaan refleksi warna-warna

yang muncul pada permukaan. Jumlah “high-contrast”

maksimum dari kombinasi warna meliputi :

1. Putih dan hitam

2. Kuning dan hitam

3. Kuning dan biru

4. Putih dan biru

Page 60: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

5. Merah dan putih

6. Abu-abu dan putih

Menurut Satrsowinoto (1985), ditinjau dari sudut

fisiologis ada beberapa warna yang mudah atau bisa diindera

mata yaitu yang memiliki panjang gelombang antara 380-750

milimikron. Warna krem masuk dalam golongan warna kuning

yang memiliki panjang gelombang kurang lebih 600

milimikron. Untuk meningkatkan fungsi fisiologi mata,

penggunaan warna dengan panjang gelombang tinggi antara

500-700 (antara warna hijau, merah ataui oranye) perlu untuk

beberapa ruang (misalnya toilet) serta beberapa elemen ruang-

ruang (misalnya saklar lampu, stop kontak, pegangan pintu dan

grendel). (dalam M. Sholahuddin, 2006)

d) Pencahayaan

Menurut Walter Kohler (1959), lubang cahaya optimal

adalah 20% dari luas lantai. (dalam M. Sholahuddin, 2006)

e) Penghawaan

Suhu nyaman “thermal comfort” adalah 24-270C

(Wignjosoebroto, 2003), 26-270C (Sastrowinoto, 2003), dan

27,60C (Suma’mur, 1989).

f) Suara

Menurut Mangunwijaya (1997), tingkat kualitas suara

ditentukan dari lamanya bunyi, intensitas dan frekuensi.

Page 61: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Menurut Walter Kohler (1959), intensitas suara dihitung

dengan rumus : (dalam M. Sholahuddin, 2006)

----------

5. Tinjauan Umum Psikologi

a. Pengertian Psikologi

Psikologi berasal dari kata psyche dan logos. Psyche berarti

jiwa dan logos berarti ilmu, sehingga psikologi dapat diartikan

sebagai ilmu yang menyelidiki dan membahas tentang perbuatan

dan tingkah laku manusia. (Zulkifli, L. Psikologi Perkembangan,

1986 : 5)

Psikologi dapat diartikan juga sebagai ilmu yang mempelajari

sifat-sifat kejiwaan manusia dengan cara mengkaji sisi perilaku dan

kepribadiannya, dengan penadangan bahwa setiap perilaku

manusia berkaitan dengan latar belakang kejiwaannya. (Mursidin,

Psikologi Umum, 2010 : 13)

Berikut adalah beberapa pengertian psikologi menurut

Wisnubrata Hendrojuwono :

1) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari adanya jiwa dan

kehidupan jiwa (Bigot, Kohnstamm, dan Palland, 1954)

2) Psikologi adalah suatu studi sisitematik tentang tingkah laku

(Garrett, 1961)

W I =

4µd2

Page 62: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

3) Psikologi adalah studi ilmiah tentang kegiatan-kegiatan

individu hubungannya dengan lingkungan. (Woodworth &

Marquis, 1961)

4) Psikologi adalah suatu ilmu tentang tingkah laku organisme.

(Zimbardo, 1971)

5) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku dan

proses mental. (Hilgard, Atkinson, dan Atkinson, 1975)

6) Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku manusia yang

meliputi penerapannya kepada manusia. (Morgan, King, dan

Robinson, 1979)

7) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari laku manusia.

(Singgih Dirgagunarsa)

8) Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang memepelajai tentang

hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir. (Plato dan

Aristoteles)

9) Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang memepelajari tingkah

laku lahiriah dengan menggunakan metode observasi yang

objektif terhadap rangsangan dan jawaban (respons). (John

Broadus Watson)

10) Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari

pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia,

seperti perasaan panca indra, pikiran, merasa (feeling), dan

kehendak. (Wilhelm Wundt)

Page 63: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

11) Psikologi ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas

individu sejak dalam kandungan sampai meninggal dunia

dalam hubungannya dengan alam sekitar. (Woodworth dan

Marquis)

12) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari secara sistematis

tentang pengalaman dan tingkah laku manusia dan hewan,

normal dan abnormal, individu dan sosial. (Knight and Knight)

13) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia

dan hewan. (Hilgerf dan Clifford T. Morgan)

14) Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang manusia, oleh

karena itu berhubungan dengan ilmu-ilmu lainnya,

sebagaimana berhubungan dengan sosiologi dan biologi.

(Ruch)

15) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat manusia.

(Edwin G. Boring dan Herbert S. Langfeld)

16) Psikologi adalah ilmu yang mempelajari respons yang

diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya.

{(Garden Murphy) (Ahmad Fauzi, 1999:12)}

Dari definisi di atas dapat dikemukakan kategori-kategori

penting dari psikologi, yaitu :

a) Psikologi sebagai ilmu, artinya dalam psikologi terdapat ciri-

ciri penting salah satu bidang ilmu yang merupakan bagian dari

disiplin ilmu-ilmu sosial. Psikologi merupakan akumulasi

pengetahuan yang sistematis dan observatif.

Page 64: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

b) Manusia atau binatang, merupakan objek yang sama dalam

psikologi. Hanya saja, manuisa bergerak dengan perilaku yang

dinamis dan berubah-ubah, sedangkan binatang bergerak

mengikuti insting yang sifatnya kebiasaan yang mengikat

kepada instingnya.

c) Psikologi mempelajari tingkah laku manusia sebagai gejala

yang tampak dan dijadikan bahan kajian dalam melihat

keadaan kejiwaan manusia atau hewan yang sesungguhnya.

d) Lingkungan sebagai daya tarik atau dorong munculnya

perilaku, yang kemudian menghubungkan psikologi dengan

sosiologi. Pengaruh lingkungan terhadap terbentuknya perilaku

manusia sangat kuat. Dalam perspektif psikologi, lingkungan

menjadi latar belakang yang cukup menentukan terbentuknya

perilaku dan sifat-sifat kejiwaan manusia.

e) Respons manusia terhadap lingkungan di sekitarnya berakibat

pada pola kehidupan.

f) Aktivitas manusia secara psikis yang dapat bersifat

instrumental maupun yang radikal dari kesadaran maupun

ketidaksadaran manusia.

g) Hakikat perilaku manusia, artinya bukan semata-mata realitas

perilaku yang tampak mudah diketahui secara kasat mata,

melainkan latar belakang dan substansi yang muncul dan

terpolakannya perilaku, baik sebagai karakteristik kejiwaan

Page 65: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

manusia maupun sebagai refleksi dari bentuk-bentuk perilaku

temporal manusia. (Mursidin, Psikologi Umum, 2010 : 18)

Ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku sebenarnya

terdiri dari sejumlah ilmu pengetahuan yang tergabung dalam

psychological sciences. Sebagai kelompok science termuda,

pengetahuan psikologi berada di bawah pengaruh filsafat.

Pengetahuan psikologi terdiri dari :

1. Psikologi Umum

2. Psikologi Pendidikan

3. Psikolgi Belajar

4. Psikologi Dalam

5. Kesehatan Mental

6. Psikologi Perkembangan (psikologi anak, psikologi remaja dan

psikologi orang dewasa)

b. Ruang Lingkup Psikologi

Menurut Nigel C. Benson dan Simon Grove (2000 : 7),

bagian-bagian yang dikaji oleh psikologi terdiri atas delapan

bagian, yaitu:

1) Psikologi Perkembangan

2) Psikologi Sosial

3) Psikologi Perbandingan

4) Psikologi Individual

5) Psikologi Kognitif

6) Bio-Psikologi

Page 66: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

7) Psikologi Kesehatan

8) Psikologi Organisasi (Mursidin, Psikologi Umum, 2010 : 23)

c. Sejarah Psikologi

Perkembangan psikologi sebagai ilmu diawali oleh

pandangan-pandangan para filsuf tentang jiwa. Pada tahun 1879,

laboratorium psikologi pertama kali didirikan oleh Wilhelm Wundt

(1832-1920) di kota Leipzig, Jerman. Dengan demikian, sebelum

Wilhelm merintis psikologi sebagai ilmu, ada masa ketika jiwa

dipelajari dan dikaji dengan pendekatan filosofis dan fisiologis.

Para filsuf Yunani adalah perancang utama lahirnya psikologi,

yaitu pemahaman dan kajian perilaku manusia dalam perspektif

yang ilmiah yang didasarkan pada penelitian yang objektif dan

eksperimentalistik.

Para filsuf Yunani kuno yang merenungi secara komtemplatif

tentang jiwa adalah Plato, Aristoteles, dan Socrates. Pemahaman

filosofis tentang jiwa belum merupakan kajian psikologi, bahkan

sampai abad petengahan, jiwa masih menjadi bagian pengkajian

filsafat. Para tokoh falsafat adalah Rene Descartes dengan teori

kesadaran, Wilhelm dengan teori kesejahteraan psikofisik atau

Psychophysical Paralellism, dan John Locke dengan teori Tabula

Rasa. (Rosleny Marliany, Psikologi Umum, 2010:53)

d. Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan dapat disebut dengan Psikologi

Anak atau Psikologi Genetik. Pokok bahasan dari psikologi

Page 67: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

perkembangan adalah perkembangan rohani manusia yang dialami

dari lahir sampai dewasa. Dalam proses perkembangan ini terjadi

perubahan yang terus-menerus, tetapi perkembangan ini tetap

merupakan suatu kesatuan. Masa perkembangan tersebut di

antaranya masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak sekolah, masa

remaja (pubertas dan adolesen) serta masa dewasa. (Zulkifli, L.

Psikologi Perkembangan, 1986 : 5)

Selama hidup manusia tidak pernah statis, dari lahir sampai

meninggal manusia selalu mengalami perubahan. Sehubungan

dengan perubahan tersebut dikenal dua macam perubahan, yaitu :

1) Pertumbuhan yang diartikan sebagai perubahan yang bersifat

kuantitatif, yaitu bertambahnya ukuran dan struktur.

2) Perkembangan yang diartikan sebagai perubahan kualitatif,

yaitu peubahan yang progresif, koheren, dan teratur.

Sensor motorik pada masa kanak-kanak belum sesempurna

orang dewasa. Sensor motorik adalah segala sesuatu yang ada

hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam

perkembangan motoris, unsur-unsur yang menentukan ialah otot,

saraf dan otak. Ketiga unsur itu melaksanakan masing-masing

peranannya secara “interaksi positif”, artinya unsur-unsur yang

satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan

unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih

sempurna keadaannya. Selain mengandalkan kekuatan otot,

ternyata kesempurnaan otak juga turut menentukan keadaan. Anak

Page 68: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

yang pertumbuhan otaknya terganggu tampak kurang terampil

dalam menggerakkan tubuhnya. (Zulkifli, L. Psikologi

Perkembangan, 1986 : 41)

Gerakan-gerakan motorik dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

a) Motorik Statis

Gerakan tubuh untuk memperoleh keseimbangan, misalnya

keserasian gerakan tangan dan kaki pada waktu berjalan.

b) Motorik Ketangkasan

Gerakan untuk melaksanakan tindakan yang berwujud

ketangkasan dan ketrampilan, misalnya gerak melempar,

menangkap, dll.

c) Motorik Penguasaan

Gerakan utntuk mengendalikan otot-otot, roman muka, dll.

Pada anak yang terganggu motoriknya akan berdampak pada

kurangnya rasa percaya diri. Untuk mengatasi hal tersebut maka

perlu diberikan kesempatan untuk berlatih, bermain dan belajar

agar sensor motoriknya dapat berkembang dengan baik. (Zulkifli,

L. Psikologi Perkembangan, 1986 : 43)

Aspek-aspek perkembangan anak secara umum adalah

sebagai berikut :

1. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik mempunyai pengaruh langsung

terhadap anak karena menentukan hal-hal yang dapat dilakukan

oleh anak dan secara tidak langsung baik terhadap dirinya

Page 69: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

sendiri maupun terhadap orang lain. Perkembangan fisik yang

normal memungkinkan anak menyesuaikan diri pada situasi

yang ada dengan tuntutan sosial untuk usianya, sedangkan

perkembangan fisik yang menyimpang akan menghambat

penyesuaian anak tersebut.

Kerusakan fisik yang dialami anak akan mempengaruhi

diri anak dengan keparahan kerusakan tersebut, masa terjadinya

kerusakan, gangguan terhadap kegiatannya, reaksi orang-orang

di sekitar, dan perbedaan anak tersebut dengan anak-anak

seusianya. Pengaruh psikologi kecelakaan yang dialami sering

lebih merusak dan bertahan pada gangguan fisiknya dengan

demikian akan mempengaruhi kepercayaan anak kepada

dirinya sendiri dan sering menimbulkan rasa malu yang

digeneralisasikan. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar

Biasa, 2005 : 4)

2. Perkembangan Kemampuan Kognitif

Piaget memandang intelegensi sebagai suatu proses

adaptif dan menekankan bahwa adaptasi melibatkan fungsi

intelektual. Piaget membahas proses adaptasi yang diartikan

sebagai keseimbangan antara organisme dan kegiatan

lingkungannya. Dengan demikian lingkungan dipandang

sebagai suatu hal yang terus-menerus mendorong organisme

untuk menyesuaikan diri terhadap situasi realitas, demikian

pula secara timbal balik organisme secara konstan menghadapi

Page 70: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

lingkungannya sebagai suatu struktur yang merupakan bagian

dari dirinya. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa,

2005 : 5-22)

3. Perkembangan Emosi

Pentingnya peranan emosi dalam perkembanagn diri

seseorang akan terlihat melalui akibat yang muncul sebagai

akibat deprivasi emosi. Deprivasi emosi diartikan sebagai

keadaan saat seorang anak kurang memperoleh kesempatan

untuk mendapatkan pengalaman emosional yang

menyenangkan, khusunya kasih sayang, kegembiraan,

kesenangan, dan rasa ingin tahu.

Deprivasi emosi berpengaruh terhadap anak, khususnya

pada tahun-tahun pertama perkembangan dalam bentuk

kelambatan perkembangan fisik, perkembangan motorik,

perkembangan bicara, perkembangan intelektual, terhambat

dalam pergaulan dengan anak-anak lain, dan anak-anak

tersebut biasanya mementingkan diri sendiri dan sangat

menuntut pada orang-orang di sekelilingnya. (T. Sutjihati

Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 2005 : 22-34)

4. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial berarti dikuasainya kemampuan

untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan-tuntutan

masyarakat. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa,

2005 : 22-34-40)

Page 71: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Sedangkan aspek-aspek perkembangan anak tuna daksa

adalah sebagai berikut :

a. Perkembangan Kognitif

Keadaan tuna daksa menyebabkan gangguan dan

hambatan dalam ketrampilan motorik seseorang dan hal ini

akan berpengaruh terhadap perkembangan ketrampilan motorik

yang lebih kompleks pada tahap berikutnya. Keterbatasan ini

sangat membatasi ruang gerak kehidupan orang itu. Menurut

Piaget, orang tersebut tidak mampu memperoleh skema baru

dalam beradaptasi dengan suatu laju perkembangan yang

normal. Keterlambatan perkembangan ini diawali dengan

hambatan dalam fungsi motorik sederhana yang akan

berpengaruh terhadap kegiatan eksplorasi lingkungan seseorang

secara wajar yang akhirnya berpengaruh pada perkembangan

kognitif orang itu.

Menurut Piaget, semakin besar hambatan yang dialami

dalam berasimilasi dan berkomunikasi dengan lingkungannya,

maka orang tersebut akan mengalami hambatan yang lebih

besar pula dalam perkembangan kognitifnya yang kemudian

berdampak pada masalah adaptasinya sendiri. Waktu terjadinya

ketunadaksaan juga berpengaruh pada kemapuan individu

tersebut. Jika ketunadaksan terjadi pada usia dini maka hal ini

akan menghambat usaha menguasai ketrampilan dan

menghambat fungsi normal secara keseluruhan. Jika terjadi

Page 72: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

pada usia yang sudah menginjak remaja / dewasa, setidak-

tidaknya orang tersebut sudah menguasai ketrampilan dan

fungsi-fungsi sudah berkembang sampai titik perkembangan

tertentu. Walaupun demikian hal ini berarti suatu kemunduran

bagi orang tersebut karena orang tersebut pernah mengalami

keadaan sebagai orang normal dan akan sulit untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan tuna daksa tersebut.

Secara umum dapat dikatakan bahwa sampai batas usia

tertentu ketunadaksan akan mempengaruhi laju perkembangan

dan tipe perkembangan seseorang. Ketunadaksaan yang dialami

pada usia dewasa menunjukkan efek yang lebih kecil terhadap

laju perkembangan tetapi menimbulkan pengaruh psikologik

yang lebih besar. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar

Biasa, 1996 : 104)

b. Keadaan Intelegensi

Pada sebagian besar tuna daksa, keadaan atau kelainan

tubuh tidak langsung menimbulkan kesulitan belajar dan

perkembangan intelegensi. Lain halnya dengan penderita

Celebral Palsy, kelainan yang diderita secara langsung

menimbulkan kesulitan belajar dan perkembangan intelegensi.

Penderita Celebral Palsy banyak megalami kesulitan dalam

berkomunikasi, persepsi maupun kontrol gerak. (T. Sutjihati

Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 1996 : 105)

Page 73: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

c. Perkembangan Bahasa

Pada tuna daksa jenis polio, perkembangan bahasa tidak

begitu berbeda dengan orang normal, lain halnya dengan

penderita Celebral Palsy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

gangguan bicara dapat ditemui pada hampir setiap penderita

Celebral Palsy. Terjadinya kelainan bicara pada penderita

Celebral Palsy disebabkan oleh ketidakmampuan dalam

koordinasi motorik organ bicaranya akibat kerusakan atau

kelainan sistem neuromotor. Gangguan bicara pada penderita

Celebral Palsy biasanya berupa kesulitan artikulasi, phonasi

dan sistem respirasi. Adanya gangguan bicara pada penderita

Celebral Palsy mengakibatkan masalah psikologik, karena

kesulitan dalam menyampaikan pikiran dan keinginan seperti

orang normal. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar

Biasa, 1996 : 106)

d. Perkembangan Emosi

Ketunadaksaan secara khusus tidak menimbulkan

gangguan pada kehidupan emosi tuna daksa sendiri. Masalah

yang sering muncul sehubungan dengan sikap dan perlakuan

orang-orang normal yang berinteraksi dengan tuna daksa. Usia

ketika ketunadaksaan mulai terjadi ikut mempengaruhi

perkembanngan emosi penderita. Seseorang yang mengalami

ketunadaksaan sejak kecil mengalami perkembangan emosi

secara bertahap. Sedangkan orang yang mengalami

Page 74: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

ketunadaksaan pada saat dewasa mengalami perkembangan

emosi secara mendadak. (T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak

Luar Biasa, 1996 : 107)

e. Perkembangan Sosial

Keterbatasan kemampuan tuna daksa sering kali

menyebabkan tuna daksa menarik diri dari pergaulan

masyarakat yang mempunyai norma prestasi yang jauh di luar

jangkaunnya. Selain itu faktor usia juga merupakan hal penting

bagi perkembangan sosial tuna daksa tuna daksa sering kali

tidak dapat berpartisipasi penuh dalam kegiatan bermasyarakat

terutama dalam kelompok sosial yang bersifat resmi. (T.

Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, 1996 : 107-108)

f. Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian secara keseluruhan

dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain :

1) Tingkat ketidakmampuan akibat ketunadaksaan, merupakan

suatu variabel penting dalam perkembangan meskipun hal

ini tidak dapat terlepas dari perlakuan orang normal

terhadap tuna daksa.

2) Usia ketika ketunadaksaan terjadi, sampai batas tertentu

berpengaruh terhadap laju perkembangan individu.

3) Nampak atau tidaknya kondisi tuna daksa menunjukkan

pengaruh terhadap perkembangan kepribadian individu,

terutama mengenai gambar tubuhnya.

Page 75: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

4) Dukungan keluarga dan masyarakat terhadap tuna daksa

memiliki pengaruh besar karena sikap keluarga dan

masyarakat tersebut memepengaruhi perkembangan

kepribadian orang tersebut.

Sikap masyarakat terhadap tuna daksa menunjukkan

pengaruh yang sangat menentukan terhadap perkembangan

kepribadian individu yang bersangkutan. (T. Sutjihati Somantri,

Psikologi Anak Luar Biasa, 1996 : 109-110)

6. Tinjauan Umum Modern

a. Pengertian Modern

Modern atau arsitektur modern merupakan perkembangan

dari klasik Barat, berubah secara revolusioner sejalan dengan

Revolusi Industri mulai awal abad XIX. Pada masa ini terjadi

perubahan pola hidup dan pola pikir secara besar-besaran.

b. Sejarah Singkat Arsitektur Modern

Perubahan mendasar dalam sejarah arsitektur adalah saat

hadirnya arsitektur modern. Antara tahun 1880-1890 terjadi

semacam revolusi industri kedua dalam bentuk rasionalisme dan

penggunaan mesin secara besar-besaran. Pada masa ini terjadi

“ledakan” jenis bangunan yang pada masa sebelumnya tidak ada.

Pada masa modernisme awal, teori-teori keindahan

khususnya dalam arsitektur oleh Pugin, Ruskin, Moris dll

Page 76: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

berkembang secara radikal menentang klasikisme. Teori ini lebih

menekankan pada fungsionalisme dan purisme atau kemurnian.

c. Ciri-ciri Modern

IDEOLOGI

- Satu gaya internasional

- Berupa khayalan, idealis

- Fungsinoal

- Arsitek sebagai nabi, memegang peranan penting

dalam perancangan

- Elitis untuk setiap manusia

- Bersifat menyeluruh dan luas

STYLE

- Bersifat lurus ke depan

- Sederhana

- Bentuk abstrak

- Mempertahankan kemurnian

- Estetika mesin, logika, sirkulasi, teknologi, mekanikal

- Anti ornamen

- Anti historis

- Anti humor

- Anti simbol

IDE

DESAIN

- Pemisahan fungsi

- Volume bukan massa

- Transparan

B. TINJUAN RUANG

1. Kantor / Sekretariat

a. Pengertian

Area yang digunakan untuk bekerja, baik bekerja secara

pribadi (kantor pribadi) maupun secara bersama-sama (kantor

Tabel II. 1 Ciri-ciri arsitektur modern

Page 77: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

publik). Area ini menggambarkan kredibilitas perusahaan, instansi

maupun badan usaha serta perorangan yang bekerja di dalamnya.

Penyatuan kepentingan ekonomi dan faktor-faktor manusia dalam

proses perancangan akan membutuhkan kepekaan dan

kewaspadaan perancang yang lebih besar pada hubungan dimensi

manusia dan ruang interior.

b. Fungsi

1) Area untuk bekerja pihak pengelola atau yayasan. Merupakan

area beraktivitas yang berhubungan dengan program kegiatan

manusia, baik pengelola maupun pengunjung.

2) Area untuk memberikan informasi berkenaan dengan fasilitas

rehabilitasi yang diberikan.

c. Fasilitas

1) Tersedia meja informasi yang terletak di area lobi/resepsionis.

Serta kursi tunggu untuk para pengunjung.

2) Tersedia meja-meja kerja serta berbagai alat penunjang lainnya,

seperti lemari penyimpanan, rak buku, dll.

Ruang-ruang yang terdapat di kantor/sekretariat adalah :

a) Lobi

b) Ruang Kepala & Wakil Kepala Yayasan

c) Ruang Kepala Sekolah & Wakil Kepala Sekolah

d) Ruang Guru

e) Ruang Advokasi

f) Ruang Assesment

Page 78: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Ruang yang digunakan untuk melakukan tes fisik bagi para

calon peserta didik untuk mengetahui kemampuan dalam

melaksanakan tugas pekerjaan yang akan diberikan. (Handbook

Prof. Dr. Soeharso Surakarta, 2009 : 15)

2. Ruang Rehabilitasi Medis

a. Pengertian

Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang terpadu, dengan

pendekatan medik, psikologi sosial-edukasional–vokasional untuk

mencapai kemampuan fungsional semaksimal mungkin.

Ruang yang digunakan untuk melakukan kegiatan pelayanan

kesehatan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan medis,

psikososial, educational, dan vokasional untuk mencapai

kemampuan fungsional seoptimal mungkin.

b. Fungsi

1) Meningkatkan kemampuan fungsional pasien berdasarkan

kemampuan yang masih dimiliki.

2) Untuk mempertahankan/meningkatkan kualitas hidup

masyarakat dengan cara mencegah, mengurangi

impairment/kelainan, disability/ketidakmampuan dan

handicap/ketunaan beserta dampaknya melalui peningkatan

fungsi semaksimal mungkin sehingga dapat melakukan

fungsinya di masyarakat.

Page 79: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

c. Fasilitas

1) Tersedianya fasilitas kesehatan, seperti tempat tidur atau

matras.

2) Tersedia area untuk berkonsultasi antara tenaga medis dan

pasien.

3) Tersedianya area loket pendaftaran serta ruang tunggu pasien

berupa kursi atau sofa tunggu.

Ruang-ruang pendukung dalam ruang rehabilitasi medis adalah :

a) Ruang Fisioterapi

Ruang yang dipakai untuk melakukan terapi berupa

pemijatan maupun terapi yang dikhususkan untuk melatih anggota

gerak tubuh serta keseimbangan tubuh yang tergganggu akibat

pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sempurna. Adapun

fasilitas yang tersedia di ruang fisioterapi adalah :

1. Matras (2x3 m)

2. Crawler

3. Walker

4. Tripot

5. Wall Bar

6. Paralel Bar

7. Standing Frame

8. Alat untuk duduk

9. Lemari

b) Ruang Hydroterapi

Ruang yang digunakan untuk melakukan terapi yang

memakai media air, baik air dingin maupun air panas. Adapun

fasilitas yang tersedia di ruang hydroterapi adalah :

1. Kolam untuk menampung air yang digunakan untuk terapi.

Page 80: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

2. Area untuk berganti pakaian.

c) Ruang Terapi Okupasi

Ruang yang dipakai untuk melakukan terapi pengobatan

untuk gangguan fisik,mental dan sosial dengan melakukan aktivitas

yang bermakna untuk mencapai tingkat kemandirian yang optimal.

Adapun fasilitas yang tersedia di ruang terapi okupasi adalah :

1. Matras (2x3 m)

2. Bola keseimbangan

3. Mainan untuk anak-anak

d) Ruang Terapi Psikologi

Ruang yang dipakai untuk berkonsultasi dengan psikolog

mengenai masalah yang berhubungan dengan kepribadian,

pergaulan, etika, dan masalah sosial masyarakat.

e) Ruang Pengukuran Prothetis & Orthotis

f) Loket Pendaftaran Pasien

g) Ruang Tunggu

3. Ruang Rehabilitasi Pendidikan

a. Pengertian

1) Definisi awam

Suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan, kebiasaan

dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang

menjadi warga negara yang baik. Tujuannya untuk

mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi

seseorang.

Page 81: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

2) Menurut kamus dan ensiklopedi

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dengan usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara,

dan pembuatan mendidik. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

“Education is a social science that encompasses teaching and

learning specific knowledge, beliefs, and skills. The word

education is derived from the Latin educare meaning to raise, to

bring up, to train, to rear, via educationis, bringing up, raising.”

(Ensiklopedi Wikipedia)

3) Menurut Undang-Undang

a) UU SISDIKNAS No. 2 Tahun 1989

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta

didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan

bagi peranannya di masa yang akan datang.

b) UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

4) Menurut bahasa (etimologi)

a) Bahasa Yunani: berasal dari kata

Page 82: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Pedagogi, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos”

artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi

dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak (the

art and science of teaching children).

b) Bahasa Romawi: berasal dari kata

Educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan

merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan

di dunia.

5) Menurut para ahli

Pendidikan adalah berbagai upaya dan usaha yang

dilakukan orang dewasa untuk mendidik nalar peserta didik dan

mengatur moral mereka. (Warta Politeknik Negeri Jakarta, April

2007)

a) Langefeld : mendidik adalah membimbing anak dalam

mencapai kedewasaan.

b) Heageveld: mendidik adalah membantu anak dalam mencapai

kedewasaan.

c) Bojonegoro: mendidik adalah memberi tuntunan kepada

manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan

perkembangannya sampai tercapai kedewasaan.

d) Ki Hajar Dewantara: mengartikan pendidikan sebagai daya

upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani

anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup

Page 83: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan

masyarakatnya.

e) Rosseau: mendidik adalah memberikan pembekalan yang

tidak ada pada masa anak-anak, tapi dibutuhkan pada masa

dewasa.

6) Definisi psikologi

Pendidikan mencakup segala bentuk aktivitas yang akan

memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat dengan tujuan

untuk mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai

konsekuensi atau akibat dari partisipasi individu dalam

kegiatan belajar.

Jadi yang dimaksud dengan ruang rehabilitasi pendidikan

adalah ruang yang digunakan untuk memberikan bimbingan,

pengajaran, dan latihan secara terstruktur guna

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya dan masyarakat.

b. Fungsi

1) Sebagai sarana untuk berinteraksi antara tenaga pendidik dan

peserta didik.

2) Sarana untuk mendapatkan informasi tentang ilmu

pengetahuan, teknologi dan hal-hal yang berhubungan dengan

sosial masyarakat.

Page 84: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

c. Fasilitas

1) Tersedia prasarana yang menunjang pendidikan, seperti alat

peraga materi pendidikan.

2) Tersedia meja kursi untuk belajar, serta papan untuk menulis.

Ruang-ruang yang termasuk dalam ruang rahabilitasi pendidikan

adalah sebagai berikut :

1. Ruang Kelas

2. Ruang Pendidikan Orang Tua

3. Perpustakaan

4. Ruang Rehabilitasi Karya/Ketrampilan

a. Pengertian

Ruang yang dipakai untuk melakukan berbagai aktivitas yang

berguna untuk kemampuan latih serta dapat menjadi bekal untuk

terjun ke masyarakat dan sekaligus menjadi metode terapi yang

dapat membantu melatih anggota gerak yang tergganggu.

b. Fungsi

1) Sebagai sarana untuk mengembangkan bakat dan kemampuan

latih seseorang.

2) Sebagai area yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan

kerja serta kemampuan motoriknya.

c. Fasilitas

1) Area kerja yang terdiri dari meja kursi untuk bekerja.

2) Ruang Ketrampilan

Page 85: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

5. Bengkel Prothetis & Orthotis

a. Pengertian

Prothetis adalah alat Bantu yang menggantikan bagian tubuh

yang hilang.

Orthotis adalah alat yang diterapkan atau melekat pada tubuh

atau anggota gerak tubuh.

Jadi yang dimaksud dengan bengkel Prothetis & Orthotis

adalah ruang yang dipakai untuk membuat berbagai alat bantu yang

berguna untuk membantu mobilisasi penyandang cacat atau untuk

mengurangi rasa nyeri atau sakit pada bagian tubuh yang

tergganggu. (Ahmad Toha Muslim & M. Sugirmin, Orthopedi

Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa : 195-200)

b. Fungsi

1) Sebagai sarana untuk membantu penyandang cacat untuk

beraktivitas dengan lebih baik.

c. Fasilitas

1) Tersedia meja kerja untuk pembuatan alat-alat prothetis &

orthotis.

2) Mesin-mesin untuk mencetak bahan baku prothetis & orthotis.

6. Pintu

a. Pengertian

Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang

merupakan tempat untuk masuk dan keluar, pada umumnya

Page 86: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

dilengkapi dengan penutup (daun pintu). (dalam M.

Sholahuddin, 2006)

b. Fungsi

Menurut Wibisono, W. E. (1981), fungsi utama dari sebuah

pintu adalah :

1) Akses dari suatu ruangan kebagian ruangan lain

2) Sebagai pelindung privasi

3) Sebagai rintangan pengaman

4) Sebagai rintangan dari batas suatu lingkungan (Persyaratan

Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan)

c. Analisa Khusus

1) Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan

ditutp oleh penyandang cacat.

2) Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar minimal 90 cm,

dan pintu-pintu yang kurang penting memiliki lebar

minimal 80 cm.

3) Di daerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari

adanya ramp atau perbedaan ketinggian lantai.

4) Jenis pintu yang penggunaannya tidak dianjurkan adalah

pintu geser, pintu yang berat, dan sulit untuk

dibuka/ditutup, pintu dengan dua daun pintu yang

berukuran kecil, pintu yang terbuka ke dua arah (dorong

dan tarik) dan pintu dengan bentuk pegangan yang sulit

dioperasikan.

Page 87: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

5) Hindari penggunaan bahan lantai yang licin di sekitar pintu.

6) Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu

dapat menutup dengan sempurna, karena pintu yang

terbuka sebagian dapat membahayakan penyandang cacat.

7) Plat tendang yang diletakkan di bagian bawah pintu

diperlukan bagi pengguna kursi roda. (Persyaratan

Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan)

Gambar II. 3 Ruang bebas pada pintu untuk penyandang cacat Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010

Gambar II. 4 Pintu dengan plat tendang dan pegangan pintu Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010

Page 88: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

7. Ramp

a. Pengertian

Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan

kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak

dapat menggunakan tangga.

b. Analisa Khusus

1) Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh

melebihi 7 derajat, perhitungan kemiringan tersebut tidak

termasuk awalan atau akhiran ramp (crub ramps/landing).

Kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan

maksimum 6 derajat.

2) Panjang mendatar dari suatu ramp (dengan kemiringan 7

derajat) tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp

dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang.

3) Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi

pengaman, dan 120 cm dengan tepi pengaman. Untuk ramp

Gambar II. 5 Pegangan pintu otomatis Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010

Page 89: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

yang juga digunakan sekaligus untuk pejalan kaki dan

pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara

seksama lebarnya, sehingga bisa dipakai untuk kedua

fungsi tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan

fungsi sendiri-sendiri.

4) Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu

ramp harus bebas dan datar sehingga memungkinkan

sekurang-kurangnya untuk memutar kursi roda dengan

ukuran minimal 160 cm.

5) Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus

memiliki tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan.

6) Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang

untuk menghalangi roda kursi roda agar tidak teperosok

atau keluar dari jalur ramp. Apabila berbatasan langsung

dengan lalu lintas jalan umum atau persimpangan harus

dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan

umum.

7) Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan

(handrail) yang dijamin kekuatannya dengan ketinggian

yang sesuai. (Persyaratan Aksesibilitas pada Bangunan

Gedung dan Lingkungan)

Page 90: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Gambar II. 6 Tipikal ramp Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010

Gambar II. 7 Kemiringan ramp Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010

Gambar II. 8 Kemiringan ramp dan pintu di ujung ramp Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010

Page 91: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

8. Toilet

a. Pengertian

Toilet adalah fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang

(tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil)

pada bangunan atau fasilitas umum lainnya.

b. Analisa Khusus

1) Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus

dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol dengan sistem

cetak timbul “penyandang cacat” pada bagian luarnya.

2) Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak

yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.

3) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan

ketinggian pengguna kursi roda skitar 45-50 cm.

Gambar II. 9 Letak ramp untuk trotoar Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010

Page 92: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

4) Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan

pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi den

ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan

penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki

bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu

pergerakan pengguna kursi roda.

5) Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan

pelengkapan-perlengkapan seperti tempat sabun dan

pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah

digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan fisik dan

bisa dijangkau pengguna kursi roda.

6) Semua kran sebaiknya dengan menggunakan sistem

pengungkit dipasang pada washtafel, dll.

7) Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.

8) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan

pengguna kursi roda.

9) Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga

bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.

10) Pada tempat-tenpat yang mudah dicapai, seperti pada

daerah pintu masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol

bunyi darurat (emergency sound button) bila sewaktu-

waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. (Persyaratan

Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan)

Page 93: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Gambar II. 10 Analisa ruang gerak toilet dengan pendekatan diagonal dan pendekatan samping

Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010

Gambar II. 12 Ruang gerak dalam toilet dan perletakan urinoir Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010

Gambar II. 11 Sirkulasi masuk dan tinggi perletakan kloset Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010

Page 94: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Gambar II. 13 Kran wudhu dan potongan bilik pancuran Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010

Gambar II. 14 Tipikal pemasangan dan ketinggian washtafel Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010

Gambar II. 15 Tipe washtafel dengan penutup bawah dan perletakan kran Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010

Page 95: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

9. Perlengkapan dan Peralatan Kontrol

a. Pengertian

Perlengkapan dan peralatan kontrol merupakan perlengkapan

dan peralatan pada bangunan yang bias mempermudah semua

orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua, orang

sakit, balita dan ibu-ibu hamil) untuk melakukan control

peralatan tertentu, seperti sistem alarm, tombol/stop kontak dan

pencahayaan.

b. Analisa Khusus

1) Sistem alarm/peringatan

a) Harus tersedia peralatan peringatan yang terdirir dari

sistem peringatan suarta (vocal alarms), sistem

peringatan bergetar (vibrating alarms) dan berbagai

Gambar II. 16 Ruang bebas area washtafel Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010

Page 96: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

petunjuk serta penandaan untuk melarikan diri pada

situasi darurat.

b) Stop kontak harus dipasang dekat tempat tidur untuk

memeprmudah pengoperasian sistem alarm, termasuk

perlatan bergetar (vibrating alarms) di bawah bantal.

c) Semua pengontrol peralatan listrik harus dapat

dioperasikan dengan satu tangan dan tidak memerlukan

pegangan yang sangat kencang atau sampai dengan

memutar lengan.

2) Tombol dan stop kontak

Tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi

dan tingginya sesuai dan mudah dijangkau oleh penyandang

cacat. (Persyaratan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung

dan Lingkungan)

Gambar II. 17 Perletakan peralatan Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010

Page 97: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

C. Tinjauan Sistem Sirkulasi

1. Pengertian Sirkulasi

Sirkulasi dapat mengarah dan membimbing perjalanan atau tapak

yang terjadi dalam ruang. Sirkulasi memberikan kesinambungan pada

pengunjung terhadap fungsi ruang, antara lain dengan penggunaan

tanda pada ruang sebagai penunjuk arah jalan tersendiri (Pamudji

Suptandar, 1999 : 4)

2. Unsur-Unsur Sirkulasi

a. Pencapaian Bangunan

Pendekatan ke sebuah bangunan dan jalan masuknya

mungkin berbeda-beda dalam waktu tempuh, dari beberapa

langkah menuju ruang-ruang singkat suatu jalur panjang dan

berbelok-belok.

Terdapat 3 tipe pencapaian ke dalam bangunan, yaitu :

Tipe Pencapaian Sirkulasi Gambar Langsung, suatu pendekatan yang

mengarah langsung ke suatu tempat

masuk, melalui sebuah jalan yang

segaris dengan alur sumbu bangunan.

Tujuan visual yang mengakhiri

pencapaian ini jelas, dapat merupakan

fasade muka seluruhnya dari sebuah

bangunan atau suatu perluasan tempat

masuk di dalam bidang.

Tersamar, pendekatan yang samar-

samar meningkatkan efek perspektif

pada fasade depan dan bentuk suatu

bangunan. Jalur dapat diubah arahnya

Page 98: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Tipe Pencapaian Sirkulasi

satu atau beberapa kali untuk

menghambat dan memperpanjang

urutan pencapaian. Jika sebuah

bangunan didekati pada sudut yang

ekstrim, jalan masuk dapat

memproyeksikan apa yang ada di luar

fasade sehingga dapat terlihat lebih

jelas.

Gambar

Berputar, sebuah jalan berputar

memperpanjang urutan pencapaian dan

mempertegas bentuk tiga dimensi suatu

bangunan sewaktu bergerak

mengelilingi tipe bangunan. Jalan

masuk bangunan mungkin dapat dilihat

terputus-putus selama waktu

pendekatan untuk memperjelas

posisinya atau dapat tersembunyi

sampai di tempat kedatangan.

b. Jalan Masuk ke dalam Bangunan

Untuk memasuki bangunan, sebuah ruang dalam bangunan,

atau suatu daerah dari ruang eksterior, akan melibatkan kegiatan

menembus bidang verikal yang memisahkan sebuah ruang dari

lainnya. Pada situasi normal sebuah dinding dipergunakan untuk

menetapkan dan melingkupi sebuah atau sederetan ruang-ruang,

maka jalan masuk disediakan berupa sebuah bukaan pada bidang

Tabel II. 2 Tipe Pencapaian Sirkulasi Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 2000 : 231

Page 99: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

dinding. Bentuk bukaan dapat berupa sebuah lubang sederhana

pada dinding sampai ke bentuk pintu gerbang yang tegas dan rumit.

Tanpa mengabaikan bentuk ruang yang dimasuki atau bentuk

pelingkup ruangnya, jalan masuk ke dalam ruang paling baik

ditandai dengan mendirikan sebuah bidang nyata atau tersamar,

yang tegak lurus pada jalur pencapaian. Pintu masuk dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

Gambar Tipe Pintu Masuk

Pintu masuk rata

mempertahankan

kontinuitas permukaan

dinding dan jika diinginkan

dapat juga dibuat tersamar.

Pintu masuk yang

menjorok ke luar

membentuk sebuah ruang

transisi, menunjukkan

fungsinya sebagai

pendekatan dan

memberikan perlindungan

di atasnya.

Pintu masuk yang

menjorok ke dalam

memberikan perlindungan

dan menerima sebagian

ruang eksterior menjadi

bagian dalam bangunan.

Gambar II. 3 Tipe Pintu Masuk Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 2000 : 239

Page 100: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Pada masing-masing pintu masuk di atas, bentuk pintu masuk

dapat serupa dengan ruang yang sedang dimasuki dan berfungsi

sebagai ruang pengantar. Jalan masuk dapat juga berlawanan

dengan bentuk ruangnya untuk memperkuat batas-batas dan

menekankan karakternya sebagai suatu tempat.

Pintu masuk dapat diletakkan terpusat di dalam bidang depan

sebuah bangunan, atau dapat ditempatkan di luar pusat bangunan

dan menciptakan keadaan simetris di sekitar bukaan. Letak sebuah

pintu masuk yang relatif terhadap bentuk ruang yang dimasuki

akan menentukan konfigurasi alur dan pola aktivitas di dalam

ruang.

Pengertian suatu pintu masuk secara visual dapat diperkuat

dengan:

1) Membuat bukaan lebih rendah, lebih lebar, atau lebih sempit

daripada yang seharusnya.

2) Membuat pintu masuk sangat curam atau berliku-liku.

3) Membuat bukaan lebih artistik dengan ornament atau hiasan-

hiasan dekoratif.

c. Konfigurasi Jalur

1) Sirkulasi Linier

Sirkulasi ini memiliki garis-garis yang

berkesinambungan pada satu arah atau lebih.

Merupakan sirkkulasi yang lurus, namun dapat

Page 101: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

melengkung atau terdiri dari segmen-segmen, memotong jalan lain,

bercabang atau membentuk kisaran (loop).

2) Sirkulasi Grid

Memiliki karakter yang dapat memungkinkan

gerakan bebas dalam banyak arah yang

berbeda-beda. Terdiri dari dua set jalur yang

berpotongan.

3) Sirkuasi Radial

Sikulasi ini melibatkan konvergensi pada

suatu titik pusat yang fungsional dan

memudahkan pencapaian titik-titik tersebut

yang merupakan tujuan bagi penumpang.

4) Sirkulasi Organik

Sirkulasi ini paling peka terhadap kondisi

tapak, kadang-kadang mengorbankan fungsi

atau logik dari sistem tersebut dan penafsiran

yang mudah.

5) Sirkulasi Jaringan

Suatu bentuk jaringan yang terdiri dari

beberapa jalan yang menghubungkan titik

tertentu dalam ruangan.

Page 102: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

d. Hubungan Jalan-Ruang

1) Melalui Ruang-ruang

a) Kesatuan dari setiap ruang dipertahankan.

b) Konfigurasi jalan yang fleksibel.

c) Ruang-ruang perantara dapat dipergunakan untuk

menghubungkan jalan dengan ruang-ruangnya.

2) Menembus Ruang-ruang

a) Jalan dapat menembus sebuah ruang menurut sumbunya,

miring atai sepanjang sisinya.

b) Dalam memotong sebuah ruang, suatu jalan menimbulkan

pola-pola istirahat dan gerak di dalamnya.

Gambar II. 18 Hubungan jalur-ruang melalui ruang-ruang Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 2000 : 264

Gambar II. 19 Hubungan jalur-ruang menembus ruang-ruang Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 2000 : 264

Page 103: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

3) Berakhir Dalam Ruang

a) Lokasi ruang menentukan jalan.

b) Hubungan jalan dan ruang digunakan untuk pendekatan dan

jalan masuk ruang-ruang penting yang fungsional dan

simbolis.

e. Bentuk Ruang Sirkulasi

Ruang-ruang pergerakan membentuk suatu kesatuan bagian

dari setiap organisasi bangunan dan memakan volume bangunan

yang cukup besar. Jika dilihat hanya sebagai alat penghubung

fungsional, maka jalur sirkulasi tidak akan ada akhirnya, seolah

ruang yang menyerupai koridor. Bentuk sebuah ruang sirkulasi

ditentukan oleh :

1) Batas-batas yang ditetapkan.

2) Bentuk yang berkaitan dengan bentuk ruang-ruang yang

dihubungkan.

3) Kualitas skala, proprsi, cahaya, dan pemandangan yang

dipertegas.

4) Terbukanya jalan masuk ke dalamnya.

Gambar II. 20 Hubungan jalur-ruang berakhir pada ruang-ruang Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan, 2000 : 264

Page 104: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

5) Perannya terhadap perubahan-perubahan ketinggian lantai

dengan tangga-tangga dan landaian.

Ruang sirkulasi dapat berbentuk :

6) Tertutup

Membentuk galeri umum atau koridor pribadi yang berkaitan

dengan ruang-ruang yang dihubungkan melalui pintu-pintu

mauk pada bidang dinding.

7) Terbuka pada salah satu sisinya

Membentuk balkon atau galeri yang memberikan kontinuitas

visual dan kontinuitas ruang dengan ruang-ruang yang

dihubungkan.

8) Terbuka pada kedua sisinya

Membentuk deretan kolom untuk jalan lintas yang menjadi

sebuah perluasan fisik dari ruang yang ditembusnya.

3. Sirkulasi Internal Bangunan

1) Sirkulasi Vertikal

Adalah cara pencapaian pada lantai tertentu dalam bangunan secara

vertikal atau cara mencapai aruang tertentu yang berada diatasnya

dan sebaliknya. Sirkulasi vertikal juga ditekankan sebagai jalur

darurat bila suatu saat terjadi bencana. Sirkulasi ini dapat dilakukan

dengan menggunakan beberapa fasilitas, seperti : ramp, tangga,

eskalator dan lift.

2) Sirkulasi Horizontal

a) Sistem Memusat

Page 105: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Yaitu hall berfungsi sebagai pusat entrance dari berbagai

ruang. Sistem ini sesuai diterapkan pada ruang-ruang pamer.

Untuk lebih jelasnya pada sistem memusat bisa di lihat pada

diagram berikut :

b) Sistem Jalur Tunggal

Sistem dengan menggunakan koridor sebagai penghubung

antar ruang-ruang utama dan hall berada diujung koridor

tersebut. Sistem ini seakan diterapkan pada ruang-ruang

pertemuan.

D. Tinjauan Organisasi Ruang

Penyusunan setiap ruang dapat menjelaskan tingkat kepentingan dan

fungsi-fungsi ruang tersebut secara relatif atau pesan simbolisnya di dalam

suatu bangunan.

Syarat-syarat organisasi ruang adalah :

1. Memiliki fungsi-fungsi khusus atau persyaratan bentuk khusus

2. Penggunaan yang fleksibel dan dapat dengan bebas dimanipulasi

3. Memiliki fungsi atau kepentingan tunggal dan unik terhadap suatu

organisasi bangunan

4. Membutuhkan bukaan ke ruang luar untuk mendapatkan cahaya,

ventilasi, view atau pencapaian ke luar bangunan

5. Harus dapat dipisahkan untuk kepentingan pribadi

6. Mudah dicapai

Page 106: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Menurut Francis D.K. Ching ada lima bentuk organisasi ruang, yaitu:

a. Organisasi Terpusat

Pusat suatu ruang dominan, pengelompokan

sejumlah ruang sekunder dihadapkan. Organisasi

terpusat bersifat stabil.

Organisasi ini merupakan komposisi terpusat yang dikelompokkan

mengelilingi sebuah ruang yang besar dan dominan.

Kelebihannya adalah :

1) Memiliki pusat kegiatan atau orientasi dengan efisiensi dan

efektivitas yang tinggi.

2) Menciptakan konfigurasi keseluruhan ruang yang secara geometris

teratur dan simetris terhadap dua sumbu atau lebih.

Kelemahannya adalah :

Karena bentuknya yang teratur harus cukup ruang untuk

mengumpulkan sejumlah ruang sekunder disekitarnya.

b. Organisasi Linear

Organisasi linier terdiri dari serderetan ruang

yang berhubungan langsung satu dengan yang

lain atau dihubungkan melalui ruang linier

yang berbeda dan terpisah. Organisasi linier biasanya terdiri dari

ruang-ruang yang berulang, baik dalam hal ukuran, bentuk dan fungsi.

Kelebihannya adalah :

Page 107: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Dapat berfungsi sebagai penunjuk arah sekaligus

menggambarkan gerak pemekaran dan pertumbuhan karena

karakternya yang memanjang.

Kelemahannya adalah :

Bentuk ruangnya kurang variatif tetapi dapat memaksimalkan

pencapaian ukuran luas.

c. Organisasi Radial

Organisasi ruang jenis ini memadukan unsur-

unsur organisasi terpusat dan linier. Organisasi

ini terdiri dari ruang pusat yang dominan, dan

sejumlah organisasi linier berkembang seperti

bentuk jari. Organisasi ini adalah sebuah bentuk ekstrovert yang

mengembang ke luar lingkupnya. Bentuk lengan-lengan linier ini dapat

meluas dan menggabungkan dirinya pada unsur-unsur tertentu atau

benda-benda lain.

Kelebihannya adalah :

Mudah menyesuaikan dengan kondisi lingkungan.

Kelemahannya adalah :

Membutuhkan banyak ruang.

d. Organisasi Cluster

Organisasi ini menggunakan pertimbangan

penempatan peletakan sebagai dasar untuk

menghubungkan suatu ruang terhadap ruang

lainnya. Seringkali penghubung terdiri dari sel

Page 108: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

sel ruang yang berulang dan memiliki fungsi-fungsi serupa dan

memiliki persamaan sifat visual seperti halnya bentuk dan orientasi.

Suatu organisasi cluster dapat juga menerima ruang-ruang yang

berlainan ukuran, bentuk dan fungsi tetapi masih berhubungan satu

dengan yang lain berdasarkan penempatan dan ukuran visual seperti

simetri atau menurut sumbu.

Kelebihannya adalah :

1) Organisasi ini dapat menerima ruang yang berlainan ukuran,

bentuk dan fungsinya tetapi berhubungan satu sama lain

berdasarkan penempatan dan ukuran visual seperti simetri atau

menurut sumbu.

2) Bentuknya luwes dapat menyesuaikan perubahan dan pertumbuhan

langsung tanpa mempengaruhi karakternya, karena polanya tidak

berasal dari konsep geometri yang kaku.

Kelemahannya adalah :

Tidak adanya tempat utama yang terkandung di dalam pola

organisasi cluster, signifikasi sebuah ruang ditegaskan pada ukuran,

bentuk atau orientasi di dalam polanya.

e. Organisasi Grid

Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan

ruang-ruang yang posisinya dalam ruang dan

hubungan antar ruang diatur oleh pola grid

tiga dimensi atau bidang. Suatu grid dibentuk

dengan menetapkan sebuah pola teratur dari

Page 109: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

titik-titik yang menentukan pamer-pamer dari dua pasang garis sejajar.

Suatu organisasi grid dapat memiliki hubungan bersama meskipun

berbeda dalam ukuran, bentuk dan fungsi.

Kelebihannya adalah :

1) Organisasi grid dapat memiliki hubungan bersama meskipun

berbeda dalam ukuran, bentuk dan fungsi.

2) Suatu grid juga dapat mengalami perubahan bentuk yang lain

dengan cara pengurangan, penambahan kepadatan atau dibuat

berlapis dan identitasnya sebagai sebuah grid dipertahankan oleh

kemampuan mengorganisir ruang.

Kelemahannya adalah :

Dalam aspek bentuk, posisi, hubungan antar ruang semua diatur

oleh pola grid tiga dimensi atau bidang sehingga sifatnya tidak

fleksibel. (Francis, D.K. Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan,

2000:189)

E. Komponen Pembentuk Ruang

1. Lantai

Analisa Umum

a. Definisi

Lantai adalah bagian bangunan yang penting, yang

berhubungan langsung dengan beban, baik beban mati maupun

beban hidup atau bergerak.

Lantai merupakan bidang ruang interior yang datar dan

memiliki dasar yang rata. Sebagai bidang dasar yang menyangga

Page 110: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

aktivitas interior dan perabot. Lantai harus berstruktur sehingga

mampu memikul beban, permukaannya harus kuat untuk menahan

penggunaan dan aus yang terus-menerus. (Francis. D. K. Ching,

Ilustrasi Desain Interior, 1996 : 162)

b. Fungsi

Sebagai dasar untuk beraktivitas dan sebagai alas dari suatu ruang.

c. Sifat

Lantai dapat membentuk sifat tertentu sesuai dengan fungsinya.

d. Karakter

Pemilihan bahan, pola dan warna sesuai dengan suasana ruang

yang akan dicapai.

e. Persyaratan lantai

1) Kuat dan tahan terhadap aus

2) Untuk bagian lantai yang mudah basah, disarankan untuk

menghindari penggunaan material lantai yang keras dan licin.

3) Menyerap atau memantulkan suara.

4) Mudah dibersihkan.

f. Bahan penutup lantai

1) Batu : keramik, marmer, granit, dll.

2) Gelas : kaca

3) Kayu : parquet, papan kayu

4) Fiber karpet

Analisa Khusus

a) Permukaan lantai anti slip dan tidak menyilaukan

Page 111: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

b) Tidak memiliki perbedaan ketinggian

c) Jika lantai harus miring, kemiringan lantai maksimal 2,5%

d) Untuk ramp memiliki lebar standart 63,5 cm

e) Tidak boleh menggunakan karpet karena menghambat gerak kursi

roda

f) Tidak memakai banyak pola lantai yang membingungkan (dalam

M. Sholahuddin, 2006)

2. Dinding

Analisa Umum

a. Definisi

Dinding adalah bidang datar yang vertikal yang membentuk

ruang-ruang di dalam bangunan, sebagai unsur desain bidang

dinding menyatu dengan lantai dan ceiling.

Dinding adalah elemen arsitektur yang penting untuk setiap

bangunan. Dinding berfungsi sebagai struktur pemikul lantai di

atas permukaan tanah, langit-langit dan atap. Menjadi muka

bangunan dan memberi proteksi dan privasi pada ruang interior

yang dibentuk. (Francis. D. K. Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan

Tatanan, 1996 : 176)

b. Fungsi

Dinding berfungsi untuk membatasi ruang yang satu dengan

ruang lain sesuai dengan fungsi ruang tersebut. Selain itu juga

sebagai penopang dinding diatasnya (bearing wall). (dalam Doni

Sudrajat, 2008)

Page 112: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

c. Sifat

Dinding dapat menentukan suasana ruang, misalnya dinding

yang bersifat permanen dan non-permanen. (dalam Doni Sudrajat,

2008)

d. Karakter

Pemilihan warna, tekstur dan pola dinding juga dapat

menentukan karakter ruang sesuai dengan fungsi ruang tersebut.

(dalam Doni Sudrajat, 2008)

e. Persyaratan dinding

1) Tidak tembus cahaya dan tembus pandang

2) Kuat, tahan getaran dan tidak mudah retak

3) Kedap suara

4) Mudah perawatannya

5) Tahan terhadap perubahan cuaca (panas, hujan) (dalam Doni

Sudrajat, 2008)

f. Bahan penutup dinding

1) Batu : marmer, andesit

2) Kayu : triplek, bambu

3) Gelas : kaca

4) Cat : cat tembok

5) Karpet

Analisa Khusus

a) Memakai bahan yang aman (ditutup dengan karpet) untuk

mengurangi resiko kecelakaan

Page 113: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

b) Dinding harus kontras dengan lantai dan ceiling (Panduan

Penyediaan Aksesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan,

2005:73)

3. Ceiling

Analisa Umum

a. Definisi

Ceiling adalah sebuah bidang yang terletak diatas garis

pandang normal manusia. Ceiling memainkan peran visual penting

dalam pembentukan ruang interior dan dimensi vertikalnya.

Ceiling adalah elemen yang menjadi naungan dalam desain interior

dan menyediakan perlindungan fisik maupun psikologis untuk

semua yang ada di bawahnya. (Francis. D. K. Ching, Arsitektur

Bentuk Ruang dan Tatanan, 1996 : 192)

b. Fungsi

Berfungsi sebgai penutup uang, tempat elemen-elmen

elektrikal dan mekanikal seperti lampu, AC, plumbing, dll. (dalam

Doni Sudrajat, 2008)

c. Bahan penutup ceiling

1) Gypsumboard

2) Kaca

3) Internit

4) Papan kayu

5) Fiberglass

6) Akrilik

7) Metal

Page 114: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

d. Penentuan ketinggian

Penentuan ketinggian ceiling didasarkan pada fungsi ceiling

itu sendiri, ditekankan pada proporsi ruang (panjang, lebar, dan

tinggi). Ceiling yang tinggi cenderung menjadikan ruang terasa

terbuka, segar, dan luas. Sedangkan ceiling yang rendah

mempertegas kualitas naungannya dan cenderung menciptakan

suasana intim dan ramah. Mengubah ketinggian ceiling dalam

suatu ruang atau dari satu ruang ke ruang lain dapat membantu

membentuk batas-batas spasial dan membedakan daerah-daerah

yang bersebelahan. (dalam Doni Sudrajat, 2008)

e. Persyaratan ceiling

1) Tahan terhadap kelembaban

2) Mudah perawatannya

3) Konstruksi yang kuat

4) Memiliki nilai estetis

5) Dapat berfungsi sebagai alat akustik (meredam dan

menghantarkan suara) (dalam Doni Sudrajat, 2008)

Analisa Khusus

a) Ketinggian ceiling sekitar 4 m untuk menciptakan kesan lapang

dan terbuka.

b) Memakai permainan level untuk menciptakan suasana atraktif atau

penuh semangat dan menciptakan batas-batas fungsi ruang.

Page 115: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

F. Interior Sistem

1. Pencahayaan

a. Analisa Sistem Pencahayaan

1) Pencahayaan Alami (Natural Lighting)

Pencahayaan yang berasal dari sinar matahari, bulan, api dan

sumber-sumber lain dari alam (fosfor, dsb). (Suptandar, J.

Pamudji, 1999:218-219)

Pemanfaatan pencahayaan alami, dengan cara :

a) Mengurangi penggunaan lampu pada siang hari

b) Memaksimalkan masuknya cahaya alami

2) Pencahayaan Buatan (Artificial Lighting)

Pencahayaan yang berasal dari cahaya buatan manusia.

Misalnya cahaya lilin, sinar lampu, dll. (Suptandar, J. Pamudji,

1999:224)

Fungsi:

a) Mendukung pencahayaan dalam ruangan yang tidak terjangkau

pencahayaan siang hari.

b) Digunakan bersama dengan natural light untuk mereduksi

terang gelap sumber cahaya langit.

c) Menciptakan kondisi penerangan dalam ruang menurut aktifitas

dan kebutuhan. (Kaufman,1981)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pencahayaan:

1. Kuat penerangan sumber cahaya

2. Distribusi cahaya

Page 116: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

3. Refleksi dinding dan plafon

Kategori lampu listrik

a. Lampu pijar

b. Lampu pelepasan gas (discharge), terdiri dari:

1) Fluorescent

2) lampu natrium tekanan rendah (SOX)

3) lampu natrium tekanan tinggi (SON)

4) lampu merkuri tekanan tingg

5) lampu metal halide

c. Electroluminescent

Pengendalian sumber cahaya buatan

1) Penyala-matian baris lampu yang sejajar lubang cahaya

2) Peredupan (dimmer) lampu

b. Teknik Pencahayaan

1) Teknik pencahayaan pada dinding

a) Backlight, sumber cahaya disembunyikan pada panel

dinding, berfungsi lebih kepada estetis.

2) Teknik pencahayaan pada plafond

a) Cove, merupakan tipe pencahayaan tidak langsung, dimana

proyeksi pada dinding yang mengandung cahaya lampu

dipantulkan ke arah plafond.

b) Ceilling Mounted light, adalah teknik penempatan lampu di

dalam plafond untuk mengurangi udara panas.

Page 117: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Perbandingan Natural Lighting & Artificial Lighting

Pembanding Natural Lighting Artificial Lighting

KEUNTUNGAN

Natural light is free Memberi kuat penerangan hingga tingkat pencahayaan paling tinggi

Memberikan kenyamanan psikologis bagi mata

Penerangan ruang hingga 24 jam sehari

Menghasilkan penampakan objek lebih tegas dan jelas

Memberikan fleksibilitas perencanaan ruang dalam (lorong, kedalaman ruang, ruang di tengah)

Memungkinkan penggunaan ruang secara multifungsi, misalnya: auditorium sekaligus ruang konser, pertunjukan, teater, dance

KERUGIAN

Pencahayaan alami Tidak ekonomis Terbatas pada waktu siang

penempatan sumber cahaya hari 8.00 - 16.00 yang keliru mengaburkan

tingkat iluminasi yang berbeda tergantung musim

Pandangan ruang dalam bayangan, detail, pantulan silau)

Warna cahaya lampu dapat

Membutuhkan perangkat mengaburkan warna asli obyek penghalang silau langit

2. Penghawaan

a. Analisa Sistem Penghawaan

1) Penghawaan Alami

Tabel II. 4 Pemanfaatan natural light dan artificial light Sumber : Materi mata kuliah Architectural Interior Sistem

Page 118: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Berasal dari alam, dapat diperoleh dengan menggunakan

bukaan-bukaan yang dapat menjadi jalan distribusi udara segar.

2) Penghawaan Buatan

Penghawaan buatan juga disebut dengan Active Building

System. Menggunakan alat bantu (komponen teknologi) dalam

mengkondisikan udara yang dingin.

b. Penerapan Sistem Penghawaan

1) Penghawaan dilakukan dengan menggunakan Air Conditioner

(AC) Window dan Split.

2) Penggunaan exhaust untuk menyerap udara dalam keluar

ruang.

3. Akustik

Sistem akustik adalah sistem yang digunakan untuk mengatur

tingkat kebisingan suatu ruang atau bangunan. Desain akustik ruang

dalam arsitektur merupakan perencanaan dan perancangan ruang

dengan memperhatikan sumber bunyi yang mengganggu ruangan.

a. Analisa Sistem Akustik

1) Sistem akustik dapat mengurangi atau menyerap bunyi yang

ditimbulkan baik dari dalam maupun luar ruangan sesuai

dengan fungsi ruang atau bangunan.

2) Sistem akustik dapat menghantarkan bunyi yang ingin

disampaikan.

b. Material Akustik

1) Mengatasi kebisingan (Noise Barrier)

Page 119: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

a) Kayu

b) Batu/bata/beton

c) Logam

d) Kaca

2) Memantulkan bunyi

a) Fiberglass

b) Stirofoam

c) Multipleks

d) Lembaran logam

e) Kayu

f) Bata plester

g) Lembaran logam yang dibuat berlubang

3) Menyerap bunyi

a) Material lunak berpori (spons)

b) Material berserat (rockwool atau glasswool)

c) Material berserat dilapisi membran tidak tembus (rockwool

berlapis membran impervious)

d) Material serat dilapis panel berpori (Christina E.

Mediastika, 2009 : 103-110)

4. Sound System

Digunakan untuk menyalurkan suara dari alat pemutar musik ke

seluruh bagian ruang publik kecuali pada quiteroom ruang

perpustakaan. Selain itu, sound system digunakan juga sebagai alat

Page 120: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

informasi untuk memanggil atau mengumumkan informasi kepada

pihak pengunjung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa.

5. Keamanan

a. Sistem Perlindungan Dalam (Interior Protection System)

Bermanfaat dalam pengamanan gedung, apabila ternyata

sistem parameter gagal berfungsi, misalnya bila pelaku kriminal

telah berhasil menyelinap masuk dan bersembunyi di dalam

gedung sebelum saatnya pintu-pintu ditutup. Contohnya yang

paling sederhana dari jenis ini ialah kunci.

Interior protection system diantaranya adalah:

1) Saklar magnetic (magnetic contac switch).

2) Pita kertas logam (metal foil tape).

3) Sensor pemberitahuan/pencegah bila kaca pecah (glass breaking

sensor).

4) Kamera pemantau (photo electronic eyes).

5) Pendeteksi getaran (vibration detectors).

6) Pemberitahuan/peringatan getaran (internal vibration sensor).

7) Alat pemasuk data pada pintu (acces control by remote door

control).

8) Pengubah sinar infra merah (passive infra-red) (dalam Aziz

Danang Satoto, 2006)

b. Pengamanan Terhadap Kebakaran.

Bagian penting dalam perencanaan pengisolasian bencana

(api) adalah dengan menempatkan tangga pada tempat yang tepat.

Page 121: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Tangga utama mungkin tidak dapat didesain seperti ini, tapi tangga

sekunder untuk umum dan staf hendaknya diletakkan di dekat

dinding dan pintu.

1) Ada dua sistem alat pendeteksi yang dikenal yaitu:

a) Pendeteksi panas (thermal detector), yang akan bereaksi

terhadap perubahan suhu. Alat ini akan bereakis pada

tempratur maksimum yang melampaui batas, misalnya 700

C.

b) Pendeteksi asap (smoke detector), yang bereaksi terhadap

gas atau aerosol yang keluar pada saat kebakaran. Detektor

ini dapat digunakan pada area yang tidak berisi material-

material yang mudah terbakar dan dapat menyebabkan

penyebaran asap yang cepat.

c) Pendeteksi api (flame detector), bereaksi pada nyala api.

2) Alat pendeteksi kebakaran harus memenuhi syarat sebagi

berikut :

a) Dipasang dengan tepat dengan jumlah yang cukup dan

disesuaikan dengan ilmu ukur ruang.

b) Dipilih dan diselaraskan pada kemungkinan bahaya

kebakaran.

c) Dirakit agar alarm sebaiknya bereaksi ketika ada tanda-

tanda kebakaran.

Page 122: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

3) Mengenai alat pemadam kebakaran yang dapat dipilih

dibawah ini:

a) Sistem penyemprotan (sprinkle system)

b) Sistem pemadaman dengan gas (gas system)

c) Tabung pemadam api (portable fire extinguisher) (dalam

Aziz Danang Satoto, 2008)

G. Furniture

Furniture merupakan bagian penting dalam interior, dan secara garis

besar dibagi menjadi dua yaitu :

1. Barang-barang bergerak bebas, dalam arti ini tidak menyatu atau tidak

terlihat pada elemen-elemen ruang, misalnya kursi dan meja.

2. Barang-barang yang masih terikat dengan ruang dimana barang itu

berada (built-in). Contoh : rak, lemari yang menyatu dengan dinding,

tempat duduk yang menjadi satu dengan lantai.

Furniture yang dibutuhkan dapat ditentukan melalui macam

kegiatannya untuk itu perlu adanya pengelompokan furniture seperti

dibawah ini :

a. Sifat Peletakan.

Terdiri dari Bulit – in dan Furniture yang bergerak bebas.

b. Ukuran.

Ukuran adalah penting terutama dalam penyesuaian dengan besaran

ruang dan kebutuhan dalam penggunaan.

c. Bentuk.

Page 123: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

d. Fungsional/Struktural, adalah furniture yang didesain atas dasar

kepentingan fungsi dan pemanfaatan bahan dan teknik yang maksimal.

e. Tema, adalah kelompok furniture yang secara visual memberi suatu

tema tertentu.

f. Khusus, adalah furniture yang direncanakan khusus guna suatu

kepentingan.

Penyusunan letak furniture (lay-out furniture) dilakukan dengan

pertimbangan yang seksama dari pokok-pokok permasalahan berikut ini :

1) Penentuan daerah aktif dan pasif.

a) Daerah aktif adalah daerah dimana terjadi kegiatan dengan

frekuensi tinggi dan bersifat cepat, misalnya jalan untuk lalu lintas

(flow), gang (lorong), daerah depan pintu, dan sebagainya.

b) Daerah pasif adalah daerah yang mempunyai kegiatan dengan

frekuensi rendah dan bersifat lambat dan lama. Daerah ini sesuai

digunakan untuk kegiatan seperti untuk tempat duduk.

2) Bentuk Kegiatan.

Bentuk kegiatan menentukan susunan letak serta kelengkapan

furniture. (dalam Aziz Danang Satoto, 2006)

H. Pertimbangan Desain

1. Bentuk

Sifat-sifat bentuk :

a. Posisi

Page 124: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

Letak dari sebuah bentuk adalah relatif terhadap lingkungannya

atau lingkungan visual di mana bantik tersebut terlihat.

b. Orientasi

Arah dari sebuah bentuk relative terhadap bidang dasar, arah mata

angi, bentuk-bentu benda lain, atau terhadap seseorang yang

melihatnya.

c. Inersa Visual

Merupakan tingkat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk. Inersa

visual suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasinya

relatif terhadap bidang dasar, gaya tarik bumi dan garis pandangan

manusia.

Sifat-sifat bentuk dipengaruhi oleh :

1) Perspektif yang berbeda memeprlihatkan wujud atau aspek-aspek

bentuk dalam pandangan mata mnusia.

2) Jarak terhadap bentuk menentukan ukuran yang tampak

3) Keadaan pencahayaan saat melihat bentuk akan mempengaruhi

kejelasan dan wujud serta strukturnya.

4) Lingkungan visual yang mengelilingi benda mempengaruhi

kemampuan dalam menterjemahkan dan megidentifikasikan bentuk

tersebut. (Francis. D. K. Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan

Tatanan, 1996 : 192)

Page 125: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Bentuk memiliki karakter sebagai berikut :

Bentuk Karakter Lingkaran Lingkaran adalah sesuatu yang berpusat,

memiliki arah ke dalam dan pada umumnya bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya. Penempatan sebuah lingkaran pada pusat suatu bidang akan memperkuat sifat dasarnya sebagai poros.

Persegi atau bujur sangkar

Bujur sangkar atau persegi menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk ini merupaan bentuk yang statis dan netral serta memiliki arah tertentu. Bentuk-bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar.

Segitiga

Segitiga menunjukkan stabilitas. Jika terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika diletakkan pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila terletak dalam posisi yang tepat pada suatu keseimbangan, atau menjadi tidak stabil dan cenderung jtu ke salah satu sisinya.

2. Warna

Warna merupakan sebuah fenomena pencahayaan dan persepsi

visual yang menjelaskan persepsi individu dalam corak, intensitas dan

nada. Warna adalah atribut yang paling menyolok yang membedakan

suatu bentuk dari lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot

visual suatu bentuk.

Warna memiliki tiga dimensi, yaitu :

a. Hue : asal usul dimana kita mengenal dan membedakan warna.

b. Value : tingkat terang dan gelap terhadap hitam atau putih suatu

warna.

Tabel II. 5 Karakter bentuk Sumber : Francis D. K Ching, Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, 2000 : 39-41

Page 126: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

c. Intensitas : tingkat kemurnian dan kepekatan suatu warna jika

dibandingkan dengan warna yang kualitasnya sama. (Francis DK

Ching, Ilustrasi Desain Interior, 1996: 108).

Menurut Faber Birren, warna yang nyaman untuk dilihat adalah

“Visibility is one factor in color that may be readily measured. The

ability to see clearly may be determined by experiment and test and

requires neither feeling nor judgment. As has previously been

mentioned, the eye sees best in white, yellowish, or yellow-ish green

light and worst in blue light.” (Faber Birren, Color Psychology and

Color Therapy, 1961:243)

Tipe-tipe warna menurut Faber Birren dapat dijelaskan sebagai

berikut “it is logical to use cool colors such as green or blue where the

working condition exposes the employee to relatively high

temperatures. Consversly, warm tones of ivory, cream, or peach are

suitable to soften up a vaulty or chilly space and compensate for lack

of natural light.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy,

1961:249)

Warna-warna yang berfungsi sebagai penunjuk keamanan menurut Faber Birren adalah “yellow (or yellow and black bands) is standard to mark strike-against, stumbling, or failing hazards. It is paited on obstructions, low beams, dead ends, the edges of platforms and pits. Being the color of highest visibility in the spectrum, it is conspicuous under all lighting conditions ang well adapted to the above purpose.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy, 1961:253)

“Orange is standard for acute hazards likely to cut, crush, burn, or shock the worker. It is painted around the edges of cutting machines and rollers. On the inside areas of machine guards and electric switch boxes, it shouts loudly when such devices are removed or left open.

Green is standard to identify first aid equipment, cabinets for stretchers, gas masks, medicines, and the like.

Page 127: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Red is reserved entirely and exclusively for marking of fire protection devices. It is painted on walls behind extinguishers, on floors to prevent obstruction, on valves and fittings for hose connections.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy, 1961:253)

Spesifikasi warna menurut Faber Birren adalah sebagai berikut :

1) Hospitals

“…warm tones such as peach and rose are desirable for the maternity division where the patient may not be seriously ill and where a will to get well is the spirit to be encouraged. Cool tones of blues, greens, grays become appropriate for chronic patient who should be reconciled to a more prolonged stay.” (Faber Birren, Color Psychology and Color Therapy, 1961:264)

2) Schools

“Elementary schoolrooms are best “color conditions” in warm tones of yellow, peach, pink. These color are stimulating to young minds and are favorable for “emotionally determined actions”, as Goldstein has noted. In secondary grades, tones of green, blue-green, blue, and gray are recommended to avoid emotional distraction and to aid mental concentration.” (Faber Birren, Color Ppsychology and Color Therapy, 1961:264)

3. Elemen Estetis

Aksesoris dalam Desain Interior merujuk pada benda-benda yang

memberi kekayaan estetika dan keindahan dalam ruang, benda-benda

tersebut dapat menimbulkan kegembiraan visual untuk mata, tekstur

yang menarik untuk diraba atau sebagai stimulan perasaan. Pada

akhirnya, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama, aksesoris adalah

bukti jelas hunian.

Kekayaan visual dan rasa pada suatu tatanan interior dapat berupa :

a. Manfaat : alat-alat dan objek-objek yang memang berguna.

b. Incidental : Elemen-elemen dan kelengkapan arsitektur

Page 128: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

c. Dekoratif : benda seni dan tanaman. (Francis DK Ching,

Ilustrasi Desain Interior, 1996: 272-275).

4. Tema

Tema dalam perancangan Desain Interior merupakan hal yang

penting, tema dapat menimbulkan suatu suasana dan membentuk

karakter ruangan tertentu.

Sebuah tema harus dapat menjawab dan memberikan pemecahan

bagi permasalahan desain, sehingga tampilan desain yang dihasilkan

dapat memenuhi tuntutan kegiatan dan fungsi ruang yang

sesungguhnya.

Page 129: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

BAB III

TINJAUAN LAPANGAN

A. YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) JAKARTA

1. Latar Belakang

YPAC ini terletak di Jl. Hang Lekiu III / 19 Kebayoran Baru,

Jakarta Selatan. Yayasan ini berdiri pada 5 November 1954 oleh (Alm)

Ibu Sumarno Sosroatmojo dan diprakarsai oleh (Alm) Prof. Dr.

Soeharso. Yayasan ini berbentuk Organisasi Sosial Nirlaba (Non

Profit), sehingga dana yang dibutuhkan untuk opeasional berasal dari

bantuan pemerintah, swasta, perorangan, maupun bantuan lain yang

tidak mengikat. Pada awal berdiri sekolah ini bernama Yayasan

Pemeliharaan Anak Tjajtat Pusat, kemudian berganti nama menjadi

Yayasan Pemeliharaan Anak Cacat Nasional.

Gambar III. 1 SLB “D-D1 Tunadaksa” YPAC Jakarta Sumber : dok pribadi, 2009

Page 130: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

2. Struktur Organisasi YPAC Jakarta

3. Fasilitas Pendidikan & Ketrampilan

Pendidikan untuk siswa penyandang tunadaksa di YPAC Jakarta

adalah sebagai berikut:

a. Taman Kanak-kanak Khusus Tunadaksa

b. Pendidikan Dasar Khusus Tuna Daksa (9 tahun), terdiri dari SD 6

tahun dan SMP 3 tahun.

1) SD Khusus Tuna Daksa Ringan (D) untuk siswa berkecerdasan

rata-rata / di atas rata-rata

Kepala Sekolah Tim Ahli

Komite Sekolah Tata Usaha

Wakil Kepala Sekolah I

Wakil Kepala Sekolah II

TKLB

SDLB

SMPLB Khusus

SMPLB

SMALB

SMALB Karya

SISWA

Diagram III. 1 Struktur organisasi SLB “D-D1 Tunadaksa” YPAC Jakarta Sumber : data lapangan, 2009

Page 131: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

2) SD Khusus Tuna Daksa Sedang (D1) untuk siswa

berkecerdasan di bawah rata-rata (cacat ganda)

3) SMP Khusus Tuna Daksa Sedang (D1) merupakan jenjang

lanjutan SD Khusus Tunadaksa (D1)

c. Pendidikan Menengah, meliputi Sekolah Menengah Atas Khusus

Tuna Daksa Sedang (D1) yang merupakan lanjutan dari SMP

Khusus Tuna Daksa Sedang (D1)

d. Latihan Kerja Terlindung / Unit Karya (Sheltered Workshop).

Program ketrampilan yang diberikan adalah :

1) Menenun (membuat kain pel)

2) Kerajinan tangan

3) Merakit kepala korek api (bekerja sama dengan PT. Tokai)

4) Pertanian (tanaman hydroponic dan tanaman hias)

5) Membuat telur asin

6) Membuat sari minuman (nata de coco dan nata de radia)

7) Membuat sablon

e. Kegiatan pendukung

1) Pramuka

2) Olahraga

3) Terapi musik

Page 132: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Gambar III. 2 Ruang kelas TK Sumber : dok pribadi, 2009

Gambar III. 3 Furniture untuk kelas TK Sumber : dok pribadi, 2009

Gambar III. 4 Ruang kelas bahasa (kanan) dan menggambar (kiri) untuk SMP Sumber : dok pribadi, 2009

Page 133: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Gambar III. 5 Ruang menenun (kanan) dan kelas ketrampilan Sumber : dok pribadi, 2009

Gambar III. 6 Pembekalan ketrampilan oleh guru dari Jepang Sumber : dok pribadi, 2009

Gambar III. 7 Ruang pembuatan sepatu khusus penyandang cacat (brace) Sumber : dok pribadi, 2009

Page 134: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

4. Layanan Medis

Pelayanan medis yang diberikan oleh YPAC Jakarta untuk para

penyandang cacat tubuh adalah sebagai berikut :

a. Poliklinik

b. Fisioterapi

c. Terapi wicara

d. Hydroteraphy (latihan renang)

e. Terapi Okupasi

f. Pengawasan kesehatan umum / gigi

g. Bengkel pembuatan alat bantu gerak (sepatu Orthopedia dan sepatu

penyangga / brace)

5. Layanan Sosial

a. Asrama untuk karyawan dan anak yatim piatu asuhan YPAC

Jakarta.

b. Pendidikan untuk oranng tua penderita (Parents Education).

c. Rekreasi untuk sosialisasi anak.

d. Mencari keluarga angkat bagi yang memerlukan.

e. Tempat penitipan anak untuk anak Celebral Palsy (CP) berumur 2-

12 tahun yang belum dapat bersekolah. Celebral Palsy adalah

kelainan pada otak yang mengakibatkan kerusakan pada fungsi

motorik (gerak).

Unit penyantunan untuk anak berumur 12 tahun ke atas yang hanya

mampu latih.

Page 135: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

6. Aksesibilitas

Sekolah yang terdiri dari beberapa bangunan ini memiliki

berbagai fasilitas pendukung yang dapat membantu para penyandang

cacat untuk bermobilisasi dengan baik. Fasilitas tersebut antara lain

ramp, railing pegangan tangan, dll.

7. Sirkulasi dan Aktivitas

Waktu operasional

Senin-Jumat : 07.30-14.30 WIB

YPAC Jakarta tutup pada hari libur nasional serta hari Sabtu dan

Minggu.

Aktivitas Pengunjung

PELAKU AKTIVITAS FASILITAS

Peserta didik SLB

- Belajar formal dan

ketrampilan

Ruang kelas

penddidikan dan

ketrampilan

Gambar III. 8 Tangga darurat dan ramp Sumber : dok pribadi, 2009

Page 136: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

- Ke toilet Lavatory

Pasien rehabilitasi

- Mendaftar untuk periksa Loket

- Menunggu Ruang tunggu

- Pemeriksaan/rehabilitasi Ruang rehabilitasi

Aktivitas Pengelola

PELAKU AKTIVITAS FASILITAS

Pengelola sekolah

- Menyambut tamu Ruang tamu atau

ruang tunggu

- Rapat Ruang rapat

- Ke toilet Lavatory

- Ibadah Mushola

Pengelola rehabilitasi

- Mengelola administrasi Ruang kantor dan

administrasi

- Rapat Ruang rapat

- Ke toilet Lavatory

- Ibadah Mushola

Aktivitas Tenaga Medis

PELAKU AKTIVITAS FASILITAS

Terapis

Memeriksa pasien Ruang fisioterapi,

ruang hydroterapi,

ruang okupasi

terapi, ruang

terapi wicara

- Ke toilet Lavatory

- Ibadah Mushola

Pemeriksaan kesehatan Ruang dokter gigi

Tabel III. 1a Aktivitas pengunjung YPAC Jakarta Sumber : data lapangan, 2009

Tabel III. 1b Aktivitas pengelolaYPAC Jakarta Sumber : data lapangan, 2009

Page 137: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Dokter umum

umum/gigi

- Ke toilet Lavatory

- Ibadah Mushola

Psikolog - Memberikan bimbingan

psikologis

Ruang bimbingan

psikologis

Tenaga prothetis &

orthetis

Membuat alat bantu

prothetis & orthotis

Bengkel kerja

prothetis & othotis

- Ke toilet Lavatory

- Ibadah Mushola

8. Zoning dan Grouping

a. Zoning

Bangunan ini terbagi dalam beberapa zona (publik, semi

publik, privat dan servis) dengan prosentase zona publik dan semi

publik yang lebih dominan.

b. Grouping

Publik : Ruang terapi

Semi Publik : Ruang kelas, perpustakaan, ruang ketrampilan

Ruang Privat : Kantor, asrama.

Ruang Servis : Lavatory, gudang, mushola

9. Elemen Pembentuk Ruang

a. Lantai

Setiap ruang di YPAC Jakarta menggunakan lantai keramik

dengan jenis dan ukuran yang berbeda. Sedangkan untuk kamar

Tabel III. 1c Aktivitas tenaga medis YPAC Jakarta Sumber : data lapangan, 2009

Page 138: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

mandi menggunakan keramik bermotif yang tidak licin karena

memiliki tekstur garis-garis.

b. Dinding

Secara umum dindingnya menggunakan material yang biasa

dipakai yaitu semen, batu bata dan plester. Untuk finishingnya

menggunakan cat dinding warna putih dan krem.

c. Ceiling

Seluruh ruang di YPAC Jakarta menggunakan ceiling

berbahan gypsumboard finishing cat tembok warna putih.

Sedangkan untuk selasar menggunakan internit berwarna putih

sebagai penutup ceilingnya.

10. Interior Sistem

a. Pencahayaan

Pencahayaan pada ruang-ruang YPAC Jakarta memanfaatkan

pencahayaan alami dari sinar matahari yang masuk melalui jendela.

Sedangkan pencahayaan buatan menggunakan lampu TL dan

downlight.

b. Penghawaan

Sirkulasi udara diperoleh dari bukaan berupa pintu dan

ventilasi, serta penggunaan fan untuk membantu penghawaan jika

diperlukan.

c. Akustik

Bahan-bahan peredam suara belum diperhitungkan dengan

baik, hanya menggunakan bahan-bahan seperti karpet dan kayu.

Page 139: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

d. Sistem Keamanan

Untuk sistem keamanan ruang sendiri menggunakan kunci.

Untuk sistem keamanan gedung masih dilakukan secara manual.

11. Furniture

Furniture pada YPAC Jakarta terbuat dari kayu dengan finishing

cat duco atau pelitur.

12. Pertimbangan Desain

a. Bentuk

Bentuk bangunan dan furniture pada YPAC Jakarta memakai

bentuk yang konvensional, yaitu kotak.

b. Warna

Warna yang menjadi dominan pada bangunan YPAC Jakarta

adalah warna putih. Sedangkan warna furniture lebih beragam,

yaitu merah, hijau dan coklat.

c. Elemen Estetis

Elemen estetis terlihat pada pemilihan warna pada furniture, yaitu

merah dan hijau.

Gambar III. 9 Furniture pada R. Kelas dan R. Ketrampilan YPAC Jakarta Sumber : dok pribadi, 2009

Page 140: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

d. Tema

Tema yang dipakai adalah warna yang dapat menarik perhatian

anak didik untuk belajar.

B. BBRSBD PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA

1. Latar Belakang

Awal berdirinya BBRSBD Prof. Dr. Soeharso dipicu oleh

banyaknya korban perang pada tahun 1945-1950. Sejak saat itu

dimulailah pembuatan tangan dan kaki tiruan (Prothese) di garasi

mobil Rumah Sakit Umum Surakarta yang dipelopori oleh (alm) Prof.

Dr. Soeharso dan (alm) R. Soeroto Reksopranoto. Karena usaha

tersebut mendapat perhatian dari Kementrian Kesehatan maka pada

tahun 1950 didirikan Rehabilitasi Centrum oleh Jend. Gatot Subroto,

kemudian pada tahun 1951 Jend. Gatot Subroto menyerahkan

bangunan itu kepada (alm) Prof. Dr. Soeharso. Pada tanggal 28

Agustus 1951 berdirilah Balai Pembangunan Penderita Cacat

(Rehabilitasi Centrum) pertama di Indonesia.

Balai Pembangunan Penderita Cacat (Rehabilitasi Centrum) ini

bertugas untuk membuat tangan dan kaki tiruan (prothese) serta

memberikan pendidikan dan pelatihan untuk para penyandang cacat

yang menunggu prothese tersebut selesai dikerjakan. Kemudian Balai

Pembangunan Penderita Cacat (Rehabilitasi Centrum) berubaha nama

menjadi Lembaga Rehabilitasi Penderita Cacat (LRPC), dan pada

tahun 1982 berubah kembali menjadi Pusat Rehabilitasi Penderita

Page 141: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

Cacat Tubuh (PRPCT) “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta. Pada tahun

1994 PRPCT “Prof. Dr. Soeharso” berubah menjadi Pusat Rehabilitasi

Sosial Bina Daksa (PRSBD) “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta. Setelah

SK Menteri Sosial RI Nomor: 55/HUK/2003 turun maka pada tanggal

23 Juli 2003 PRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta diubah menjadi

Balai Besar Sosial Bina Daksa (BBRSBD) “Prof. Dr. Soeharso”

Surakarta.

Selain melayani masyarakat umum yang menderita kecacatan,

BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta juga membantu para

penyandang cacat yang berasal dari ABRI.

2. Stuktur Organisasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor: 55/HUK/2003

tanggal 23 Juli 2003, Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa

(BBRSBD) Prof. Dr. Soeharso Surakarta dipimpin oleh seorang

Kepala Balai dengan dibantu oleh satu Kepala Bagian dan tiga Kepala

Bidang, Kelompok Jabatan Fungsionl, dan empat Kepala Instalasi,

meliputi :

Gambar III. 10 BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta Sumber : dok pribadi, 2010

Page 142: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

a. Bagian Tata Usaha, terdiri dari 3 Sub Bagian :

1) Sub Bagian Umum

2) Sub Bagian Kepegawaian

3) Sub Bagian Keuangan

b. Bidang Program dan Advokasi Sosial, tediri dari 3 Seksi :

1) Seksi Program

2) Seksi Advokasi

3) Seksi Evaluasi dan Laporan

4) Bidang Rehabilitasi Sosial, terdiri dari 3 Seksi :

5) Seksi Identifikasi

6) Seksi Bimbingan Sosial

7) Seksi Bimbingan Ketrampilan

c. Bidang Penyaluran dan Bibingan Lanjut, terdiri :

1) Seksi Penyaluran

2) Seksi Kerjasama

3) Seksi Bimbingan Lanjut

d. Instalasi, terdiri dari 4 Instalasi :

1) Instalasi Bengkel Prothese dan Orthosis

2) Instalasi Perawatan Revalidasi

3) Instalasi Penambahan Pengetahuan Lanjut

4) Instalasi Unit Produksi (Workshop)

e. Kelompok Jabatan Fungsional

Struktur organisasi BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta

menurut SK Mensos RI No : 55/HUK/2003 adalah sebagai berikut:

Page 143: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

3. Tahap Pelayanan Rehabilitasi

a. Pelayanan Rehabilitasi Medik

Pelayanan ini meliputi operasi bedah orthopedi, perawatan

kesehatan, fisioterapi, occupational therapy dan pemberian alat

bantu orthopedi.

b. Pelayanan Rehabilitasi Sosial Psikologi

Kepala

Bagian Tata Usaha

Sub Bagian

Keuangan

Sub Bagian

UmumSub Bagian

Kepegawaian

Bidang Rehabilitasi

Sosial

Bidang Penyaluran &

Bimbingan Lanjut

Bidang Program &

Advokasi Sosial

Seksi Program

Seksi Advokasi

Seksi Evaluasi &

Laporan

Seksi Identifikasi

Seksi Bim. Sosial

Seksi Bim.

Ketrampilan

Seksi Penyaluran

Seksi Kerjasama

Seksi Bim. Lanjut

Kelompok Fungsional

Instalasi Bengkel Prothese &

Instalasi Perawatan Revalidasi

Instalasi Penambahan Pengetahuan

Instalasi Unit Produksi (workshop)

Diagram III. 2 Struktur organisasi BBRSBD “Prof. Dr. Soeharso” Surakarta Sumber : data lapangan, 2010

Page 144: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

Bimbingan mental psikologis, bimbingan sosial, terapi kelompok

dan konseling individu.

c. Pemberian Penambahan Pengetahuan

Usaha untuk meningkatkan pengetahuan pada tingkat pendidikan

tertentu untuk memenuhi persyaratan masuk salah satu jenis

ketrampilan.

d. Bimbingan Penyuluhan Pemilihan Pekerjaan (Vicational Guidance)

Bimbingan dan penyuluhan untuk memberikan bantuan kepada

kelayan agar dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi

dalam keitannya dengan pekerjaan.

e. Vocational Assesment

Kegiatan pemeriksaan terhadap berbagai ciri khas kelayan yang

menyangkut kemampuannya dalam melaksanakan tugas pekerjaan.

f. Case Conference

Dilakukan untuk merencanakan pelayanan rehabilitasi bagi

kelayan, termasuk pnentuan vak / ketrampilan kerja yang dilakukan

oleh Tim Rehabilitasi yang terdiri dari berbagai profesi antara lain :

1) Officer Rehabilitation

2) Assistance Rehabilitation

3) General Officer Manager

4) Medical Officer

5) Care Medical Officer

6) Technician of Prothetic & Orthotic

7) Pshychologist

Page 145: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

8) Social Worker

9) Revalidation

10) Paedagoog

11) Vocational Guidance Officer

12) Spiritual Guidance Officer

13) Chief of Instructure

14) Head of Dormitories

15) Social Assistance

16) Placement Officer

g. Bimbingan Ketrampilan Kerja

Bimbingan kerja ini dilakukakn selama 8 bulan, meliputi berbagai

ketrampilan sebagai berikut :

1) Penjahitan putra

Gambar III. 11 Kelas menjahit untuk putra Sumber : dok pribadi, 2010

Page 146: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

2) Penjahitan putri

3) Fotografi

Gambar III. 12 Kelas menjahit untuk putri Sumber : dok pribadi, 2010

Gambar III. 13 Kelas fotografi dan kamar gelap untuk mencetak foto Sumber : dok pribadi, 2010

Page 147: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

4) Reparasi sepeda motor

5) Salon kecantikan

6) Handycraft

Gambar III. 14 Kelas reparasi sepeda motor Sumber : dok pribadi, 2010

Gambar III. 15 Kelas salon kecantikan Sumber : dok pribadi, 2010

Gambar III. 16 Ruang ketrampilan dan display untuk hasil kerajinan Sumber : dok pribadi, 2010

Page 148: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

7) Percetakan

8) Pertukangan las dan bubut

9) Pertukangan kayu

10) Pelitur

11) Ukit kayu

12) Elektronika

13) Border

14) Komputer

Gambar III. 17 Bengkel las dan bubut Sumber : dok pribadi, 2010

Gambar III. 18 Kelas pertukangan Sumber : dok pribadi, 2010

Page 149: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

15) Machine sewing

16) Bengkel prtothese dan orthese

h. Praktek Kerja Lapangan

Memberikan bekal kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan

kepada kelayan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja.

Gambar III. 19 Ruang komputer Sumber : dok pribadi, 2010

Gambar III. 20 Bengkel pembuatan tangan & kaki tiruan (kanan) dan display Prothese & Orthese (kiri)

Sumber : dok pribadi, 2010

Page 150: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

i. Bimbingan Kewirausahaan

Mempersiapkan kelayan yang akan kembali ke masyarakat

sehingga mampu untuk mengahadapi persaingan bisnis yang

berkembang di masyarakat.

j. Praktek Belajar Kerja

Praktek ini dilaksanakan di perusahaan atau home industri selama 2

minggu sebelum kelayan megikuti ujian. Hal ini bertujuan untk

mendapat pengalaman beradaptasi dengan dunia kerja dan

membentuk kesiapan mental dan fisik kelayan.

k. Ujian Ketrampilan Kerja

Mengevaluasi kemampuan kelayan pada akhir bimbingan

ketrampilan yang telah dilaksanakan selama 8 bulan.

4. Tahap Penyaluran dan Bimbingan Lanjut

a. Tahap Penyaluran

Penempatan / penyaluran kerja bagi para kelayan berpedoman

pada:

1) Self Employment yaitu penyaluran kerja yang diarahkan untuk

dapat mandiri / berwiraswata.

2) Open Employment yaitu system penyaluran kerja secara

terbuka, dalam artian para kelayan dapat disalurkan ke

perusahaan yang membutuhkan.

3) Sheltered Employment yaitu system penyaluran kerja yang

dilakukan dalam bentuk terlindung, karena penyandang cacat

belum memungkinkan untuk bekerja secara mandiri.

Page 151: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Pelaksanaan penyaluran dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

a) Dikembalikan ke Kantor Dinas Sosial pengirim

b) Mendiri pribadi

c) Melalui perusahaan, home industri dan instansi

d) Melalui LBK, KUBE, Sheltered Workshop

b. Tahap Bimbingan Lanjut & Terminasi

Proses peningkatan dan pemantapan aktualisasi / kualitas

kemampuan fisik, mental, sosial dan vokasional eks kelayan

melalui bimbingan peningkatan hidup bermasyarakat,

pengembangan usaha kerja, bimbingan pemantapan / peningkatan

usaha kerja serta mengkaji kesiapan untuk terminasi.

5. Aksesibilitas

Penyediaan aksesbilitas sebagai fasilitas utama yang membantu

para penyandang cacat sangat perlu diperhatikan agar para pengguna

dapat memanfaatkan fasilitas tersebut untuk dapat beraktivitas secara

leluasa.

Gambar III. 21 Ramp yang terletak di luar bangunan serta railing pegangan untuk tangan Sumber : dok pribadi, 2010

Page 152: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

6. Sirkulasi dan Aktivitas

Waktu operasional

Senin-Jumat : 08.00-14.00 WIB

Prof. Dr. Soeharso Surakarta tutup pada hari libur nasional serta hari

Sabtu dan Minggu.

Aktivitas Pengunjung

PELAKU AKTIVITAS FASILITAS

Peserta didik

(ketrampilan)

- Belajar formal dan

ketrampilan

Ruang kelas

penddidikan dan

ketrampilan

- Istirahat/tidur Kamar asrama

- Ke toilet Lavatory

Pasien rehabilitasi

- Mendaftar untuk periksa Loket

- Menunggu Ruang tunggu

- Pemeriksaan/rehabilitasi Ruang rehabilitasi

Gambar III. 22 Ramp memakai bahan keramik yang licin dan tidak aman untuk digunakan Sumber : dok pribadi, 2010

Tabel III. 2a Aktivitas pengunjung BBRSBD Surakarta Sumber : data lapangan, 2010

Page 153: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

Aktivitas Pengelola

PELAKU AKTIVITAS FASILITAS

Pengelola rehabilitasi

- Menyambut tamu Ruang tamu atau

ruang tunggu

- Melakukan pekerjaan Kantor administrasi

- Rapat Ruang rapat

- Mengelola administrasi Ruang kantor dan

administrasi

- Seminar/lokakarya Gedung pertemuan

- Melakukan pengawasan

rehabilitasi

Ruang kepala

- Melakukan cek fisik Ruang assesment

- Ke toilet Lavatory

- Ibadah Mushola

Aktivitas Tenaga Medis

PELAKU AKTIVITAS FASILITAS

Terapis

Memeriksa pasien Ruang fisioterapi

dan ruang okupasi

terapi.

- Ke toilet Lavatory

- Ibadah Mushola

Dokter umum

Pemeriksaan kesehatan

umum/gigi

Ruang dokter gigi

- Ke toilet Lavatory

- Ibadah Mushola

Psikolog - Memberikan bimbingan

psikis

Ruang bimbingan

psikologi

Membuat alat bantu Bengkel kerja

Tabel III. 2b Aktivitas pengelola BBRSBD Surakarta Sumber : data lapangan, 2010

Page 154: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

Tenaga prothetis &

orthetis

prothetis & orthotis prothetis & othotis

- Ke toilet Lavatory

- Ibadah Mushola

7. Zoning dan Grouping

a. Zoning

Bangunan ini terbagi dalam beberapa zona (publik, semi

publik, privat dan servis) dengan prosentase zona publik dan semi

publik yang lebih dominan.

b. Grouping

Publik : Ruang terapi dan klinik

Semi Publik : Perpustakaan, ruang ketrampilan

Ruang Privat : Kantor, asrama.

Ruang Servis : Lavatory, gudang, mushola

8. Elemen Pembentuk Ruang

a. Lantai

Setiap ruang di Prof. Dr. Soeharso Surakarta menggunakan

lantai keramik dengan jenis dan ukuran yang berbeda.

b. Dinding

Secara umum dindingnya menggunakan material yang biasa

dipakai yaitu semen, batu bata dan plester. Untuk finishingnya

menggunakan cat dinding warna krem.

Tabel III. 2c Aktivitas tenaga medis BBRSBD Surakarta Sumber : data lapangan, 2010

Page 155: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

c. Ceiling

Seluruh ruang di Prof. Dr. Soeharso Surakarta menggunakan

ceiling berbahan gypsumboard finishing cat tembok warna putih.

9. Interior Sistem

a. Pencahayaan

Pencahayaan pada ruang-ruang Prof. Dr. Soeharso Surakarta

memanfaatkan pencahayaan alami dari sinar matahari yang masuk

melalui jendela. Sedangkan pencahayaan buatan menggunakan

lampu TL.

b. Penghawaan

Sirkulasi udara diperoleh dari bukaan berupa pintu dan

ventilasi, serta penggunaan fan untuk membantu penghawaan jika

diperlukan.

c. Akustik

Bahan-bahan peredam suara belum diperhitungkan dengan

baik, hanya menggunakan bahan-bahan seperti karpet dan kayu.

d. Sistem Keamanan

Untuk sistem keamanan ruang sendiri menggunakan kunci.

Untuk sistem keamanan gedung masih dilakukan secara manual.

10. Furniture

Furniture yang ada memakai bentuk-bentuk konvensional yang

tetap disesuaikan dengan kebutuhan penyandang cacat.

Page 156: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

11. Pertimbangan Desain

a) Bentuk

Bentuk bangunan dan furniture pada BBRSBD Prof. Dr. Soeharso

Surakarta memakai bentuk kotak.

b) Warna

Warna yang dipakai pada bangunan BBRSBD Prof. Dr. Soeharso

Surakarta adalah warna krem dan coklat.

c) Elemen Estetis

Perancangan interior bangunan ini tidak memiliki elemen estetis

yang dapat menjadi point of view dalam perancangan BBRSBD

Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

d) Tema

Tema yang dipakai adalah tema lingkungan yang dapat dilihat pada

pemilihan warna coklat dan banyaknya tanaman yang ada di sekitar

lingkungan BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

C. YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SURAKARTA

1. Latar Belakang

Yayasan sosial ini terletak di Jl. Slamet Riyadi No. 364

Surakarta, berdiri pada tanggal 5 Februari 1953 yang diprakarsai oleh

Prof Dr. Soeharso. Yayasan sosial nirlaba ini bertujuan untuk

mengembangkan potensi anak cacat dan melatih kemandirian serta

memperjuangkan kesetaraan hak anak cacat.

Page 157: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

2. Pelayanan Pendidikan

a. Unit SLB-D untuk penyandang cacat tubuh yang terdiri dari TK,

SD, dan SMP.

b. Unit SLB-D1 untuk penyandang cacat tubuh yang disertai cacat

mental. Unit ini terdiri dari TK, SD, SMPLB, dan SMALB.

Menurut PP 72 Tahun 1995 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Sekolah Luar Biasa, jumlah maksimum anak yang dapat dididik adalah

8 anak. Hal ini menyebabkan besaran ruang kelas yang dibutuhkan

juga terbatas. Tujuan diadakannya peraturan ini adalah untuk

memudahkan dalam menanam konsep belajar pada anak, terutama

untuk anak yang memiliki kecerdasan dibawah normal. Pendidikan

untuk Sekolah Luar Biasa perlu menggunakan alat peraga untuk

mempermudah dalam proses belajar mengajar, sedangkan waktu satu

mata pelajaran yang diperlukan adalah 2x35 menit.

Gambar III. 23 Ruang kelas untuk SD-D Sumber : dok pribadi, 2010

Page 158: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

134

Gambar III. 24 Ruang kelas SDLB-D1 Sumber : dok pribadi, 2010

Gambar III. 26 Ruang kelas SMALB-D1 yang berkapasitas 8 anak Sumber : dok pribadi, 2010

Gambar III. 25 Ruang kelas SMPLB-D Sumber : dok pribadi, 2010

Page 159: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

135

Fasilitas pendukung pendidikan yang dimiliki oleh YPAC

Surakarta adalah ruang perpustakan yang dapat digunakan oleh anak

didik, orang tua siswa maupun untuk umum.

Selain kegiatan pendidikan sekolah, yayasan ini juga

menyediakan kegiatan ekstrakulikuler yang terdiri dari :

1) Pramuka

2) Kesenian

3) Ketrampilan

4) Olah raga

5) Komputer

3. Pelayanan Ketrampilan / Pravokasional

Layanan ini diberikan kepada siswa lulusan SLB atau juga untuk

penyandang cacat yang berasal dari luar yayasan. Kegiatan

ketrampilan yang diberikan antara lain membuat kerajinan dari manik-

manik, membuat kain pel, dll. Kegiatan tersebut selain membantu para

penyandang cacat agar memiliki kemandirian dalam bekerja juga

Gambar III. 27 Ruang perpustakaan YPAC Surakarta Sumber : dok pribadi, 2010

Page 160: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

136

sebagai terapi untuk membantu saraf motorik agar dapat bergerak

dengan lebih leluasa.

4. Layanan Medis

Pelayanan yang diberikan antara lain :

a. Fisioterapi

Terapi ini diberikan untuk penderita gangguan pertumbuhan atau

keseimbangan tubuh. Terapi dilakukan dengan memijat dan

menggerakan bagian tubuh tertentu agar tubuh tidak terasa kaku

dan dapat bergerak dengan lebih baik.

Gambar III. 28 Ruang kelas untuk ketrampilan yang biasa digunakan oleh siswa didik YPAC Surakarta

Sumber : dok pribadi, 2010

Gambar III. 29 Standing frame dan parallel bar Sumber : dok pribadi, 2010

Page 161: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

137

b. Hydroterapi

Terapi ini juga diberikan untuk penderita gangguan

pertumbuhan dan keseimbangan tubuh. Media yang digunakan

Gambar III. 31 Kolam untuk hydroterapi Sumber : dok pribadi, 2010

Gambar III. 30 Tripot, tempat duduk dan wall bar Sumber : dok pribadi, 2010

Page 162: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

138

adalah air, biasanya penderita diterapi di dalam kolam renang

sehingga saraf motoriknya dapat terlatih dengan perlahan-lahan.

c. Terapi Wicara

Tujuan dari terapi ini adalah untuk membantu penderita untuk

dapat berkomunikasi dengan baik, karena pada dasarnya terapi ini

diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan bicara, bahasa

dan suara serta gangguan menelan dan sistem pernapasan.

Ruang ini dilengkapi dengan lapisan kedap suara agar suara

yang ditimbulkan tidak terdengar sampai keluar. Begitu pula

dengan suara yang berasal dari luar ruangan tidak dapat masuk ke

dalam, sehingga tidak mengganggu konsentrasi pasien yang sedang

diterapi.

d. Terapi Okupasi

Terapi ini untuk melatih pasien yang mengalami gangguan

fisik, mental dan sosial melalui aktivitas yang bermakna untuk

mencapai tingkat kemandirian optimal dalam fungsional harian.

Gambar III. 32 Ruang untuk terapi bicara Sumber : dok pribadi, 2010

Page 163: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

139

e. Pembuatan alat bantu gerak / jalan

Selain memberikan terapi medis, yayasan ini juga membantu

para penyandang cacat yang memerlukan alat bantu gerak, seperti

prothese, brace, kruk, walker, kursi roda, dll.

f. Terapi Prana

Teknik pengobatan ini betujuan untuk membantu

meregenerasi otak, mempercepat penyembuhan dan meningkatkan

kecerdasan. Terapi ini bermanfaat untuk penderita gangguan

bicara, gangguan tingkah laku sosial, dll.

5. Layanan Rehabilitasi Sosial

Bagi para penyandang cacat yang berasal dari luar kota

disediakan asrama (putra-putri). Selain untuk tempat tinggal asrama ini

juga digunakan untuk tempat terapi.

Gambar III. 33 Ruang okupasi dilengkapi dengan matras sebagai alat bantu untuk terapi

Sumber : dok pribadi, 2010

Page 164: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

140

6. Layanan Psikologi

Pelayanan ini diberikan untuk membantu para penyandang cacat

untuk berkonsultasi tentang masalah serta kesulitan yang dihadapi agar

tidak menghambat dalam proses pengobatan maupun proses belajar.

7. Aksesibilitas

Selain untuk membantu para penyandang cacat dalam

beraktivitas, syarat bangunan yang berfungsi sebagai lembaga

pelayanan sosial bagi penyandang cacat, maka yayasan ini juga

dilengkapi dengan aksesbilitas sebagai berikut :

a. Ramp

Gambar III. 34 Asrama putri yang juga digunakan untuk terapi Sumber : dok pribadi, 2010

Gambar III. 35 Ramp yang menghubungkan level lantai yang rendah dan tinggi Sumber : dok pribadi, 2010

Page 165: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

141

b. Tangga

Gambar II. 36 Ramp untuk menuju kelas di lantai 2 Sumber : dok pribadi, 2010

Gambar III. 37 Tangga darurat menuju lantai 2 Sumber : dok pribadi, 2010

Gambar III. 38 Gedung serbaguna / gedung pertemuan Sumber : dok pribadi, 2010

Page 166: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

142

Selain berbagai ruang yang berfungsi untuk pelayanan

pendidikan dan rehabilitasi di atas, YPAC Surakarta juga memiliki

gedung serbaguna yang biasa digunakan untuk seminar maupun

pertemuan lain yang berhubungan dengan penyandang cacat.

8. Sirkulasi dan Aktivitas

Waktu operasional

Senin-Sabtu : 07.00-14.00 WIB

YPAC Surakarta tutup pada hari libur nasional serta hari Sabtu dan

Minggu.

Aktivitas pengunjung

PELAKU AKTIVITAS FASILITAS

Peserta didik SLB

(ketrampilan)

- Belajar formal dan

ketrampilan

Ruang kelas

penddidikan

Perpustakaan

- Istirahat/tidur Kamar asrama

- Ke toilet Lavatory

Peserta didik

(ketrampilan)

- Melakukan ketrampilan Ruang ketrampilan

Orang tua - Belajar Ruang pendidikan

orang tua

Perpustakaan

Pasien rehabilitasi

- Mendaftar untuk periksa Loket

- Menunggu Ruang tunggu

- Pemeriksaan/rehabilitasi Ruang rehabilitasi

Tabel III. 3a Aktivitas pengunjung YPAC Surakarta Sumber : data lapangan, 2010

Page 167: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

143

Aktivitas Pengelola

PELAKU AKTIVITAS FASILITAS

Pengelola rehabilitasi

- Menyambut tamu Ruang tamu atau

ruang tunggu

- Melakukan pekerjaan Kantor administrasi

- Rapat Ruang rapat

- Mengelola administrasi Ruang kantor dan

administrasi

- Seminar/lokakarya Gedung pertemuan

- Melakukan pengawasan

rehabilitasi

Ruang kepala

- Melakukan cek fisik Ruang assesment

- Ke toilet Lavatory

- Ibadah Mushola

Pengelola sekolah

- Bekerja Kantor (ruang

kepala sekolah dan

ruang guru)

Aktivitas Tenaga Medis

PELAKU AKTIVITAS FASILITAS

Terapis

Memeriksa pasien Ruang fisioterapi,

ruang hydroterapi,

ruang terapi

wicara dan ruang

okupasi terapi.

- Ke toilet Lavatory

- Ibadah Mushola

Pemeriksaan kesehatan Ruang dokter gigi

Tabel III. 3b Aktivitas pengelolaYPAC Surakarta Sumber : data lapangan, 2010

Page 168: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

144

Dokter umum umum/gigi

- Ke toilet Lavatory

- Ibadah Mushola

Psikolog - Memberikan bimbingan

psikis

Ruang bimbingan

psikologi

Tenaga prothetis &

orthetis

Membuat alat bantu

prothetis & orthotis

Bengkel kerja

prothetis & othotis

- Ke toilet Lavatory

- Ibadah Mushola

9. Zoning dan Grouping

a. Zoning

Bangunan ini terbagi dalam beberapa zona (publik, semi

publik, privat dan servis) dengan prosentase zona publik dan semi

publik yang lebih dominan.

b. Grouping

Publik : Ruang terapi

Semi Publik : Ruang kelas, perpustakaan, ruang ketrampilan

Ruang Privat : Kantor, asrama.

Ruang Servis : Lavatory, gudang, mushola

10. Elemen Pembentuk Ruang

a. Lantai

Beberapa ruang di YPAC Surakarta menggunakan lantai

keramik dengan jenis, ukuran dan warna yang berbeda. Sedangkan

pada ruang-ruang yang lain menggunakan tegel.

Tabel III. 3c Aktivitas tenaga medis YPAC Surakarta Sumber : data lapangan, 2010

Page 169: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

145

b. Dinding

Secara umum dindingnya menggunakan material yang biasa

dipakai yaitu semen, batu bata dan plester. Untuk finishingnya

menggunakan cat dinding warna krem, biru muda dan putih.

c. Ceiling

Beberapa ruang di YPAC Surakarta menggunakan ceiling

dari cor beton yang difinishing dengan cat warna putih dan krem.

Sedangkan beberapa ruang menggunakan ceiling berbahan internit

warna putih.

11. Interior Sistem

a. Pencahayaan

Pencahayaan pada ruang-ruang YPAC Solo memanfaatkan

pencahayaan alami dari sinar matahari yang masuk melalui jendela.

Sedangkan pencahayaan buatan menggunakan lampu TL.

b. Penghawaan

Sirkulasi udara diperoleh dari bukaan berupa pintu dan

ventilasi, serta penggunaan fan untuk membantu penghawaan jika

diperlukan.

c. Akustik

Bahan-bahan peredam suara belum diperhitungkan dengan

baik, hanya menggunakan bahan-bahan seperti karpet dan kayu.

d. Sistem Keamanan

Untuk sistem keamanan ruang sendiri menggunakan kunci.

Untuk sistem keamanan gedung masih dilakukan secara manual.

Page 170: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

146

12. Furniture

Furniture yang ada di YPAC Surakarta memakai bentuk yang

konvensional, yaitu kotak.

13. Pertimbangan Desain

a. Bentuk

Bentuk bangunan pada YPAC Surakarta memakai bentuk kotak

yang terdiri dari beberapa bangunan yang dihubungkan dengan

koridor.

b. Warna

Warna yang dipakai pada bangunan YPAC Surakarta adalah warna

krem, putih dan coklat.

c. Elemen Estetis

Perancangan interior bangunan ini tidak memiliki elemen estetis

yang dapat menjadi point of view dalam perancangan YPAC

Surakarta.

d. Tema

Tema yang dipakai adalah tema lingkungan yang dapat dilihat pada

pemilihan warna coklat.

Page 171: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

147

BAB IV

DESAIN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA

A. ANALISA EKSISTING

1. Asumsi Lokasi

Pemilihan lokasi pelayanan sosial bagi penyandang cacat, perlu

diperhatikan kriteria – kriteria sebagai berikut :

a. Lokasi pelayanan sosial bagi penyandang cacat harus strategis, yaitu

mudah dijangkau oleh umum.

b. Lokasi harus sehat, pengertiannya yaitu :

1. Lokasinya tidak berada di daerah perindustrian yang banyak terjadi

polusi udara maupun pencemaran lainnya.

2. Lokasi tersebut bukan daerah dengan tanah berlumpur atau tanah

rawa maupun tanah yang berpasir. Lokasi tidak berada di tanah

yang masih aktif (tanah gerak) yang dapat menyebabkan lantai

bangunan retak atau bergelombang.

3. Tersedianya sarana maupun fasilitas penunjang operasional.

4. Tidak berada di daerah yang memiliki tingkat kebisingan yang

tinggi.

Berdasarkan pertimbangan kriteria di atas maka lokasi Pusat

Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta menurut kondisi

daerah setempat adalah :

Page 172: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

148

a. Berada di pinggiran kota yang cukup strategis agar proses rehabilitasi

tidak terganggu dengan kebisingan dan mudah dijangkau.

b. Lokasi dekat dengan tempat pelayanan umum lainnya.

2. Potensi Lingkungan

Kota Surakarta didirikan pada tahun 1745, ditandai dengan

kepindahan ibukota Keraton Mataram dari Kartasura ke Desa Sala setelah

pemberontakan orang-orang Tionghoa yang dipimpin oleh Mas Garendi

Gambar IV.1 Denah asumsi lokasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Gambar IV.2 Peta kota Surakarta Sumber : www.google .com

Page 173: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

149

melawan kekuasaan Pakubuwono (PB) II. Sebelum kepindahan Keraton

Mataram, Desa Sala merupakan desa perdikan yang memiliki Bandar

(pelabuhan besar) di kampung Mojo yang berada di pinggiran Bengawan

Sala. Sunan Pakubuwana II lalu memerintahkan Tumenggung

Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta komandan pasukan

Belanda J.A.B. van Hohendorff untuk mencari lokasi Ibukota Kerajaan

Mataram Islam yang baru. Maka dibangunlah keraton baru di Surakarta

pada tahun 1745, 20 km ke arah tenggara dari Kartasura di desa Sala di

tepi Bengawan Solo.

Pada perkembangannya sekarang, Kota Surakarta berkembang

menjadi kota perdagangan yang pesat. Berada di lintasan strategis jalur

selatan Jawa yang menghubungan Jakarta dan Surabaya. Kota Surakarta

sendiri dikelilingi oleh wilayah hinterland; Sukoharjo dan Wonogiri di

bagian selatan, Klaten di Barat Daya dan Boyolali di Utara, serta

Karanganyar di sebelah Timur, dan Sragen di bagian timur laut.

Merupakan pusat pertemuan perdagangan barang dan jasa yang strategis.

Kota Surakarta memiliki luas wilayah 44 Km2 dengan jumlah

penduduk mencapai 561.509 jiwa penduduk tetap, dan fluktuasi hunian

sirkuler mencapai 1.200.000 jiwa pada siang hari, merupakan kota kecil

yang padat dan riuh dengan pelbagai kegiatan ekonomi.

Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan dan 51 kelurahan.

Berdasarkan data Pemerintah Kota Surakarta jumlah penduduk kota

Surakarta adalah 561.509 jiwa. Mata pencaharian penduduk kota terdiri

Page 174: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

150

dari buruh, pedagang, pegawai, dan sektor informal. (Surakarta Dalam

Angka, BPS Surakarta, 2006)

Kota Surakarta dikenal sebagai ”Kota Rehabilitasi”. Selain sebagai

daerah perintis upaya rehabilitasi penyandang cacat atau diffabel, di

Surakarta juga terdapat berbagai lembaga yang terkait dengan rehabilitasi

diffabel. Mulai dari yayasan pembinaan anak cacat, rumah sakit ortopedi,

tempat pelatihan, hingga badan pembinaan olahraga cacat, yayasan

paraplegia, dan lembaga pendamping diffabel, serta lembaga yang terkait

dengan diffabel. Bahkan di kota Surakarta juga terdapat politeknik

kesehatan khusus fisioterapi, okupasi terapi, dan orthotik prosthetik.

3. Denah Eksisting

Berdasar asumsi lokasi dan lingkungan maka muncul beberapa alternatif

penerapan bangunan di lapangan :

a. View, Bangunan menghadap ke utara, menghindari arah sinar

matahari secara langsung terutama pada ME.

b. Noise, tanaman dipakai untuk mengurangi kebisingan sehingga tidak

mengganggu kegiatan pendidikan dan pelatihan.

B. PROGRAMING

1. Status Kelembagaan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta ini

merupakan lembaga pelayanan sosial untuk penyandang cacat yang

dikelola oleh lembaga swasta, dengan melibatkan instansi pemerintah

pusat dan daerah serta BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta.

Page 175: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

151

2. Struktur Organisasi

3. Sistem Operasional

Setelah melakukan studi lapangan maka dasar pertimbangan

penyusunan waktu operasional yaitu :

a. Efisiensi kegiatan pengelola

b. Waktu operasional (kegiatan belajar) peserta didik (pendidikan formal

dan ketrampilan)

c. Kegiatan rehabilitasi medis dan psikologi

Diagram IV.1 Struktur organisasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Page 176: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

152

d. Faktor penunjang, jam istirahat, hari libur untuk pengelola dan

penyandang cacat

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka waktu operasional Pusat

Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta adalah :

1) Kegiatan Pengelola

a. Hari Senin – Kamis : pukul 07.30 – 14.00 WIB

b. Hari Jumat : pukul 07.30 – 11.30 WIB

2) Kegiatan Pendidikan dan Ketrampilan

a. Hari Senin – Kamis : pukul 07.30 – 12.00 WIB

b. Hari Jumat : pukul 07.30 – 11.00 WIB

3) Kegiatan Rehabilitasi Medis dan Psikologi

a. Hari Senin – Kamis : pukul 09.00 – 14.00 WIB

b. Hari Jumat : pukul 09.00 – 11.00 WIB

4) Kegiatan Pembuatan Alat Bantu Gerak

a. Hari Senin – Kamis : pukul 07.30 – 14.00 WIB

b. Hari Jumat : pukul 07.30 – 11.00 WIB

4. Program Kegiatan

a. Program Kegiatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna

Daksa di Surakarta

1) Kegiatan pendidikan dan ketrampilan yang ditujukan untuk siswa

didik, orang tua siswa, maupun penyandang cacat secara umum.

2) Kegiatan rehabilitasi medis dan psikologis untuk penyandang

cacat.

Page 177: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

153

3) Kegiatan pembuatan dan perbaikan alat bantu gerak (brace, kruk,

prothese, kursi roda, dll) untuk para penyandang cacat.

b. Program Kegiatan Manusia

1. Kegiatan Pengelola

2. Kegiatan Pendidikan & Ketrampilan

a) Tenaga Pendidik / Guru

b) Peserta Didik (SLB)

Datang/Pulang ME/SE

Kantor / Administrasi

Lavatory

Rapat

Diagram IV.2 Program kegiatan Bidang Tata Usaha Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Datang/Pulang ME/SE

Kelas

Lavatory

- SDLB (1-6) - SMPLB (1-3) - SMALB (1-3) - Perpustakaan

Diagram IV.4 Program kegiatan siswa didik Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Datang/Pulang ME/SE

Kantor Guru

Lavatory

- SDLB (1-6) - SMPLB (1-3) - SMALB (1-3)

Diagram IV.3 Program kegiatan tenaga pendidik / guru Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Page 178: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

154

c) Penyandang Cacat (Umum)

3. Kegiatan Orang Tua

4. Kegiatan Tim Medis

a) Ahli Fisioterapi

Datang/Pulang ME/SE

Kelas

Lavatory

- R. Handycraft - R. Jahit - R. Komputer - R. Bordir

Diagram IV.5 Program kegiatan penyandang cacat umum Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Datang/Pulang ME/SE

R. Tunggu

Lavatory

- R. Pendidikan Orang Tua

- Perpustakaan

Diagram IV.6 Program kegiatan orang tua Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Diagram IV.7 Program kegiatan ahli fisioterapi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Datang/Pulang ME/SE

Lavatory

- R. Fisioterapi

Page 179: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

155

b) Ahli Hydroterapi

c) Ahli Okupasi Terapi

5. Psikolog

6. Pasien Penyandang Cacat

Diagram IV.8 Program kegiatan ahli hydroterapi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Diagram IV.9 Program kegiatan ahli terapi okupasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Diagram IV.10 Program kegiatan psikolog Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Diagram IV.11 Program kegiatan pasien penyandang cacat Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Datang/Pulang ME/SE

Loket Pendaftaran

Lavatory

- R. Tunggu

- R. Terapi

Datang/Pulang ME/SE

Lavatory

- R. Hydroterapi

Datang/Pulang ME/SE

Lavatory

- R. Terapi Okupasi

Datang/Pulang ME/SE

Lavatory

- R. Bimbingan Psikologi

Page 180: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

156

7. Kegiatan Pembuatan Alat Bantu Gerak

5. Koleksi / Benda Inventaris

Nama Ruang Furniture Ruang Kepala Sekolah &

Wakil Kepala Sekolah

Meja, kursi kerja, lemari

penyimpanan

Ruang Guru Meja, kursi kerja, lemari

penyimpanan

Perpustakaan Rak buku, meja, kursi

Ruang Kelas Meja, kursi, kursi roda, lemari

untuk alat peraga, papan tulis

Ruang Pendidikan Orang Tua Meja, kursi kerja, lemari

penyimpanan

Ruang Ketrampilan Meja, kursi, lemari cabinet,

etalase

Ruang Fisioterapi Matras, wall bar, parallel bar,

alat untuk duduk, lemari kabinet

Ruang Hydroterapi & R. Ganti Kolam untuk air terapi, lemari

cabinet, tempat tidur

Ruang Okupasi Terapi Matras, lemari kabinet

Ruang Bimbingan Psikologi Meja, kursi

Loket Pendaftaran Pasien Meja, kursi kerja, lemari

penyimpanan

Ruang Tunggu Kursi tunggu

Diagram IV.12 Program kegiatan pembuatan alat bantu gerak Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Datang/Pulang ME/SE

R. Pengukuran Prothesis & Orthotis

Lavatory

Page 181: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

157

R. Pengukuran Prothesis &

Orthosis

Meja, kursi kerja, tempat tidur

Lavatory Kloset, tempat tissu, kran air

6. Fasilitas Ruang

ZONA KEGIATAN RUANG SIFAT RUANG

Pengelola

- Pengelolaan - R. Kepala

Sekolah & Wakil

Privat

Pendidikan - Pendidikan - R. Guru Semi

Publik

Rehabilitasi

- Pelayanan rehabilitasi

- Pendidikan formal

- Ketrampilan kerja

- Pendaftaran

- Menunggu

- Pengobatan medis

- Pembuatan alat bantu

gerak

- R. Kelas

- R. Pendidikan

Orang Tua

- Perpustakaan

- R.Ketrampilan

- Loket

- R. Tunggu

- R. Terapi

- R. Ganti

- R. Pengukuran

Prothesis &

Orthotis

Publik

Service Ke kamar kecil - Lavatory Service

Tabel IV. 2 Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Tabel IV. 1 Daftar Furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Page 182: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

158

7. Besaran Ruang

a. Kegiatan Pengelolaan

Ruang Kapasitas Kalkulasi Ruang Luasan Sumber R. Kepala Sekolah & Wakil

3 orang - R. Kepala Sekolah Luas furniture = (7,797 m²) + (7,797 m² x 15%) = 8,966 m² Sirkulasi = (3 x 1,1)+ (3 x 1,1 x 15%) = 3,33 m² Besaran ruang = 8,966 m² + 3,33 m² = 12,296 m² Toleransi = 12,296 m² x 25% = 3,074 m² - R. Wakil Kepala Sekolah Luas furniture = (12,881 m²) + (12,881 m² x 15%) = 13,159 m² Sirkulasi = (6 x 1,1)+ (6 x 1,1 x 15%) = 7,272 m² Besaran ruang = 13,159 m² + 7,272 m² = 20,431 m² Toleransi = 20,431 m² x 25% = 0,204 m²

- R. Kepala Sekolah 12,296 m² + 3,074 m² = 15,37 m² - R. Wakil Kepala Sekolah 20,431 m² + 0,204 m² = 20,635 m²

DM Asumsi

Keb. Ruang

R. Guru 12 orang Luas furniture = (31,95 m²) + (31,95 m² x 15%) = 32,419 m² Sirkulasi = (12 x 1,1)+ (12 x 1,1 x 15%) = 15,18 m² Besaran ruang = 32,419 m² + 15,18 m² = 47,599 m² Toleransi = 47,599 m² x 25% = 11,899 m²

47,599 m² + 11,899 m² = 59,498 m²

Asumsi Keb.

Ruang

Total minimun ruang yang dibutuhkan 95,503 m²

Tabel IV. 3.a Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Page 183: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

159

b. Kegiatan Rehabilitasi Pendidikan

Ruang Kapasitas Kalkulasi Ruang Luasan Sumber R. Kelas 12 ruang @

6 orang Luas furniture = (15,847 m²) + (15,847 m² x 15%) = 18,224 m² Sirkulasi = (6 x 1,1)+ (6 x 1,1 x 15%) = 7,272 m² Besaran ruang = 18,224 m²+ 7,272 m²= 25,496 m² Toleransi = 25,496 m² x 25% = 6,374 m²

25,496 m² + 6,374 m² = 31,87 m² (1 ruang kelas) 31,87 m² x 12 = 382,44 m² (12 ruang kelas)

Asumsi Keb.

Ruang

R.

Pendidikan

Orang Tua

10 orang Luas furniture = (26,225 m²) + (26,225 m² x 15%) = 26,637 m² Sirkulasi = (10 x 1)+ (10 x 1x 15%) = 11,5 m² Besaran ruang = 26,637 m² + 11,5 m² = 36,137 m² Toleransi = 36,137 m² x 25% = 9,534 m²

36,137 m² + 9,534 m² = 45,671 m²

Asumsi Keb.

Ruang

Perpustakaan 10 orang Luas furniture = (39,092 m²) + (39,092 m² x 15%) = 44,955m² Sirkulasi = (10 x 1,1)+ (10 x 1,1 x 15%) = 12,65 m² Besaran ruang = 44,955 m² + 12,65 m² = 57,605 m² Toleransi = 57,605 m² x 25% = 14,401 m²

57,605 m² + 14,401 m² = 72,006 m²

TSS Asumsi

Keb. Ruang

R.

Ketrampilan

4 ruang @ 5 orang

- R. Handycraft Luas furniture = (14,787 m²) + (14,787 m² x 15%) = 17,005 m² Sirkulasi = (5 x 1,1)+ (5 x 1,1 x 15%) = 6,325 m² Besaran ruang = 17,005 m² + 6,325 m² = 23,330

29,162 m² + 38,075 m² + 15,908 m² + 19,646 m² = 102,791 m²

Page 184: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

160

m² Toleransi = 23,33 m² x 25% = 5,832 m² Luas = 23,33 m² + 5,832 = 29,162 m²

- R. Jahit Luas furniture = (20,987 m²) + (20,987 m² x 15%) = 24,135 m² Sirkulasi = (5 x 1,1)+ (5 x 1,1 x 15%) = 6,325 m² Besaran ruang = 24,135 m² + 6,325 m² = 30,460 m² Toleransi = 30,460 m² x 25% = 7,615 m² Luas = 30,460 m² + 7,615 m² = 38,075 m² - R. Komputer Luas furniture = (5,567 m²) + (5,567 m² x 15%) = 6,402 m² Sirkulasi = (5 x 1,1)+ (5 x 1,1 x 15%) = 6,325 m² Besaran ruang = 6,402 m² + 6,325 m² = 12,727 m² Toleransi = 12,727 m² x 25% = 3,181 m² Luas = 12,727 m² + 3,181 m² = 15,908 m² - R. Bordir Luas furniture = (8,167 m²) + (8,167 m² x 15%) = 9,392 m² Sirkulasi = (5 x 1,1)+ (5 x 1,1 x 15%) = 6,325 m² Besaran ruang = 9,392

Page 185: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

161

m² + 6,325 m² = 15,717 m² Toleransi = 15,717 m² x 25% = 3,929 m² Luas = 15,717 m² + 3,929 m² = 19,646 m²

Total minimun ruang yang dibutuhkan 543,41 m²

c. Kegiatan Rehabilitasi Medis & Psikis

Ruang Kapasitas

Kalkulasi Ruang Luasan Sumber

Loket

4 orang

Luas furniture = (8,706 m²) + (8,706 m² x 15%) = 10,011 m² Sirkulasi = (4 x 1,1)+ (4 x 1,1 x 15%) = 5,126 m² Besaran ruang = 10,001 m² + 5,126 m² = 15,137 m² Toleransi = 15,126 m² x 25% = 3,784 m²

15,126 m² + 3,784 m² = 18,921 m²

NAD Asumsi

Keb. Ruang

R. Tunggu 2 orang Luas furniture = (1,74 m²) + (1,74 m² x 15%) = 2,001 m² Sirkulasi = (2 x 1,1)+ (2 x 1,1 x 15%) = 2,563 m² Besaran ruang = 2,001 m² + 2,563 m² = 4,564 m² Toleransi = 4,564 m² x 25% = 1,141 m²

4,564 m² + 1,141m²= 5,705 m²

NAD Asumsi

Keb. Ruang

R. Fisioterapi 4 orang Luas furniture = (26,488 m²) + (26,488 m² x 15%) = 30,461 m² Sirkulasi = (4 x 1,1)+ (4 x 1,1 x 15%) = 5,126 m²

35,587 m² + 8,896 m² = 44,483 m²

Asumsi Keb.

Ruang

Tabel IV. 3.b Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Page 186: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

162

Besaran ruang = 30,461 m² + 5,126 m² = 35,587 m² Toleransi = 35,587 m² x 25% = 8,896 m²

R.

Hydroterapi

2 orang Luas furniture = (4 m²) + (4 m² x 15%) = 4,6 m² Sirkulasi = (2 x 1,1)+ (2 x 1,1 x 15%) = 2,563 m² Besaran ruang = 4,6 m² + 2,563 m² = 7,163 m² Toleransi = 7,163m² x 25% = 0,071 m²

7,163m² + 0,071 m² = 7,234 m²

Asumsi Keb.

Ruang

R. Ganti 2 orang Sirkulasi = (2 x 1,1)+ (2 x 1,1 x 15%) = 2,563 m²

2,563 m² Asumsi Keb.

RuangR. Okupasi Terapi

4 orang Luas furniture = (18,756 m²) + (18,756 m² x 15%) = 21,569 m² Sirkulasi = (4 x 1,1)+ (4 x 1,1 x 15%) = 5,126 m² Besaran ruang = 21,569 m² + 5,126 m² = 26,695 m² Toleransi = 26,695 m² x 25% = 6,673 m²

26,695 m² + 6,673 m² = 33,368 m²

Asumsi Keb.

Ruang

R. Bimbingan Psikologi

2 orang Luas furniture = (5,657 m²) + (5,657 m² x 15%) = 6,415 m² Sirkulasi = (2 x 1,1)+ (2 x 1,1 x 15%) = 2,563 m² Besaran ruang = 6,415 m² + 2,563 m² = 30,195 m² Toleransi = 6,415 m² x 25% = 2,244 m²

6,415 m² + 2,244 m² = 11,222 m²

Asumsi Keb.

Ruang

R. Pengukuran

4 orang Luas furniture = (54,89 m²) + 54,89 m² x 15%) =

68,249 m² + 17,062 m² =

Asumsi Keb.

Page 187: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

163

Prothetis & Orthotis

63,123 m² Sirkulasi = (4 x 1,1)+ (4 x 1,1 x 15%) = 5,126 m² Besaran ruang = 63,123 m² + 5,126 m² = 68,249 m² Toleransi = 68,249 m² x 25% = 17,062 m²

85,311 m² Ruang

Total minimun ruang yang dibutuhkan 257,99 m²

d. Kegiatan Service

Ruang Kapasitas Kalkulasi Ruang Luasan Sumber Lavatory 8 ruang

Luas furniture = (0,603 m²) + (0,603 m² x 15%) = 0,693 m² Sirkulasi = (1 x 1,1)+ (1 x 1,1 x 15%) = 1,281 m² Besaran ruang = 0,693 m² + 1,281 m² = 1,884 m² Toleransi = 1,884 m² x 25% = 0,471 m²

1,884 m² + 0,471 m² = 2,35 m² (1 ruang) 2,35 m² x 8 = 18,845 m² (8 ruang)

PPA Asumsi

Keb. Ruang

Total minimun ruang yang dibutuhkan 150,76 m²

Luasan total minimum kebutuhan ruang :

No. Fasilitas Luas 1.

2.

3.

4.

Pengelolaan

Rehabilitasi Pendidikan

Rehabilitasi Medis & Psikis

Kegiatan Service

95,503 m²

543,41 m²

257,99 m²

150,76 m²

Luas Total 1047,663 m²

Tabel IV. 3.c Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Tabel IV. 3.d Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Tabel IV. 3. e Besaran ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Page 188: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

164

Besaran ruang direncanakan disesuaikan menurut kebutuhan dan

standard yang telah diterapkan dengan menggunakan standard dari :

- NAD : Neufert Architect Data

- TSS : Time Saver Standart for Buildings Type, Joseph de Chiara

- DM : Dimensi Manusia & Ruang Interior

- PPA : Panduan Penyediaan Aksesibilitas pada Bangunan dan

Lingkungan

- Analisa kebutuhan ruang

8. Sistem Organisasi Ruang

Hasil analisa sistem organisasi ruang pada studi lapangan :

YPAC Jakarta memakai sistem organisasi cluster dengan

mengedepankan fungsi ruang dan bangunan. Bangunan utama seperti

rehabilitasi dan kantor sekretariat berada di area luar sehingga pengunjung

langsung dapat masuk ke kantor atau tempat rehabilitasi. Sedangkan

tempat pendidikan berada di bagian dalam untuk meminimalkan

kebisingan yang mengganggu kegaiatan belajar. Jalan masuk ke bangunan

dibuat jelas agar pengunjung yang pertama kali datang mengetahui akses

masuk-keluar bangunan. Sehingga dalam analisis ini secara umum

penerapan ruang pada YPAC Jakarta adalah pola clutser terbuka dan pola

sirkulasi langsung.

Prof. Dr. Soeharso Surakarta memakai sistem organisasi terpusat.

Aktivitas manusia terpusat pada inti area bangunan, sehingga dapat

menciptakan efektivitas kerja yang tinggi. Sehingga dalam analisis ini

Page 189: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

165

secara umum penerapan ruang pada Prof. Dr. Soeharso Surakarta adalah

pola terpusat tertutup dan pola sirkulasi memutar.

YPAC Surakarta memakai sistem organisasi cluster tertutup. Sehingga

dalam analisis ini secara umum penerapan ruang pada YPAC Surakarta

adalah pola clutser tertutup dan pola sirkulasi memutar.

Dari analisa studi lapangan, sebagai pertimbangan dalam pemilihan

organisasi ruang yang selaras dengan fungsi dan sasaran desain Diffable

Centre di Surakarta, dengan pertimbangan tema dan ide pemikiran desain

meliputi :

Ruang gerak yang cukup

Pengelompokan fungsi

ruang

Kebutuhan pencapaian

Tingkat efisiensi ruang

Tingkat efisiensi sirkulasi

Interior sistem

a) Analisa Alternatif Organisasi Ruang

Bentuk Organisasi Ruang Keterangan Organisasi Cluster

Menempatkan ruang-ruang

berdasarkan fungsinya, untuk

mempermudah pencapaian serta

efektivitas sirkulasi.

Kelebihan, dapat menyesuaikan

dengan keadaan sekitar.

Kekurangan, tidak memiliki

prioritas ruang.

Organisasi Terpusat Pengelompokan ruang terlihat

jelas dalam bentuk dan ukuran.

Kelebihan, memiliki tingkat

efiseinsi dan efektivitas yang

tinggi.

Page 190: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

166

Kekurangan, memerlukan aea

yang luas untuk menempatkan

ruang-ruang sekunder.

Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang

Pertimbangan Penilaian Terpusat Cluster

Tingkat efisiensi ruang + + Pengelompokan fungsi ruang + + Aksesibilitas + - Arah pandang - +

Dari hasil analisa diatas, bentuk organisasi ruang yang digunakan

adalah organisasi cluster. Organisasi ini memudahkan dalam

pengelompokan ruang yang didasarkan pada fungsinya. Selain itu juga

memiliki sirkulasi yang cukup efektif sehingga memudahkan pencapaian

ke ruang yang lain.

b) Program ruang

ZONA KEGIATAN RUANG SIFAT RUANG

Pengelola - Pengelola - R. Kepala Sekolah

& Wakil

Privat

Pendidikan - Pendidikan - R. Guru Publik

- Pendidikan

- Ketrampilan

kerja

- Pendaftaran

- R. Psikolog

- R. Kelas

- R. Pendidikan

Orang Tua

Tabel IV. 5 Hasil Analisa Bentuk Organisasi Ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Tabel IV. 4 Alternatif organisasi ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Page 191: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

167

Rehabilitasi

- Menunggu

- Pengobatan

medis

- Pembuatan alat

bantu gerak

- Perpustakaan

- R. Ketrampilan

- Loket

- R. Tunggu

- R. Terapi

- R. Pengukuran

Prothesis &

Orthosis

Semi publik

Service - Ke kamar kecil - Lavatory Service

9. Sistem Sirkulasi

a. Analisa sirkulasi secara umum

Sistem sirkulasi ruang yang dianalisa dalam studi lapangan

merupakan paduan antara sirkulasi memutar (looping) dan langsung.

Analisa konfigurasi sirkulasi yang dipakai secara global, yaitu :

Sirkulasi Horizontal Gambar Memutar

Sirkulasi diarahkan ke seluruh bangunan

menurut pengelompokan fungsi ruang

yang ada. Pengunjung dapat

mengelilingi bangunan untuk mencapai

ruang yang diinginkan.

Langsung

Pengunjung dapat langsung menuju

ruang yang dikehendaki. Jalan masuk

bangunan tampak jelas, sehingga

sirkulasi tidak terlihat rumit.

Tabel IV. 6 Hasil Analisa Organisasi Ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Page 192: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

168

Sirkulasi Vertikal Keterangan Ramp

Membantu mobilisasi pemakai kursi

roda untuk beraktivitas. Kemiringan

ramp sekitar 2,5 % dan lebar 63,5 cm.

10. Hubungan Antar Ruang

a. Hubungan Ruang Secara Makro

Tabel IV. 7 Analisa tipe sirkulasi pengunjung berdasar studi lapangan

Diagram IV. 8a Hubungan ruang secara makro

Page 193: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

169

b. Hubungan Ruang Secara Mikro

11. Zoning & Grouping

Dalam penentuan zoning dan grouping pada Pusat Pendidikan dan

Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta, terdapat beberapa pertimbangan-

pertimbangan yang harus diterapkan agar dalam perencanaannya dapat

mewujudkan suatu sistem yang baik, beberapa pertimbangan tersebut

antara lain :

a. Pertimbangan umum :

1) Pencapaian sirkulasi dari pengelola dan pengunjung yang baik dan

terarah.

2) Menciptakan hubungan antar ruang saling terkait dan

aksesibilitasnya terarah.

Diagram IV. 8b Hubungan ruang secara mikro

Page 194: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

170

b. Pertimbangan khusus :

1) Kelompok kegiatan

Kelompok pengelola

Kelompok tuna daksa : penyandang cacat yang berasal dari

masyarakat luas yang ingin mendapat pelatihan vokasional serta

peserta didik SLB

Kelompok tenaga medis : para terapis dan psikolog

2) Jenis kegiatan

Rehabilitasi pendidikan formal & ketrampilan

Rehabilitasi medis dan psikis

Penentuan zoning dan grouping berdasarkan atas pertimbangan sifat

kegiatan dan kegunaan ruang terhadap site dalam Pusat Pendidikan dan

Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta. Dengan dasar pertimbangan

tersebut, kriteria ruang dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna

Daksa di Surakarta terbagi dalam beberapa zona sebagai berikut :

1) Zona Publik

Merupakan pengelompokan ruang yang berhubungan dengan

kepentingan umum dan dapat dijangkau oleh semua pengunjung dan

dapat dengan mudah dicapai dari luar bangunan yaitu ruang fasilitas

penunjang.

2) Zona Semi Publik

Merupakan pengelompokan ruang yang dapat digunakan oleh

publik maupun oleh personalia. Zona ini sebagian besar ditempati oleh

Page 195: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

171

fasilitas personalia dan sebagian fasilitas pengunjung yang

memungkinkan interaksi antar pengunjung dengan personalia .

3) Zona Privat

Merupakan pengelompokan ruang yang hanya digunakan oleh

staf dan karyawan Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di

Surakarta dan tertutup untuk umum, yang termasuk di dalamnya adalah

fasilitas pengelola.

4) Zona Servis

Merupakan pengelompokan ruang sebagai area pelayanan yang

menunjang segala kegiatan dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi

Tuna Daksa di Surakarta dan digunakan oleh pengunjung (umum)

maupun oleh personalia.

Page 196: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

172

Analisa Zoning Grouping

Analisa Keterangan

Kelebihan

Memiliki

pengelompokan

ruang berdasarkan

fungsi sehingga

memudahkan

pengunjung untuk

mencapai ruang-

ruang yang

diinginkan.

Kekurangan

Pada zona rehabilitasi

terdapat lorong

panjang.

C. KONSEP DESAIN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN BAGI TUNA DAKSA DI SURAKARTA

1. Ide Dasar Desain

Ide dasar desain interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna

Daksa di Surakarta di Surakarta berawal dari semboyan Ki Hajar

Tabel IV. 9 Analisa zoning grouping

Page 197: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

173

Dewantara yaitu ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso dan

tut muri handayani. Ketiga semboyan tersebut berarti :

a) Ing ngarso sung tulodho berarti memberikan teladan.

b) Ing madya mangun karso berarti memberikan ide-ide pemikiran atau

gagasan.

c) Tut muri handayani berarti memberikan dorongan.

Dari ketiga semboyan tersebut dapat diambil kesimpulan untuk

menciptakan desain Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di

Surakarta yang dapat memberikan teladan, motivasi dan semangat bagi

manusia di dalamnya terutama untuk tuna daksa yang direhabilitasi.

Dorongan yang diberikan meliputi berbagai aspek, yaitu pendidikan,

rehabilitasi karya dan rehabilitasi medis serta psikologi.

2. Tema Desain Interior

Desain interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di

Surakarta ini dirancang atas dasar permasalahan pokok yang dihadapi oleh

tuna daksa, yaitu permasalahan fisik dan rehabilitasi baik rehabilitasi

pendidikan, karya, medis dan psikologis. Dari permasalahan-permasalahan

tersebut muncul istilah form follow functions yang digunakan sebagai

dasar untuk pemilihan tema. Form follow functions atau bentuk mengikuti

fungsi yang ingin diciptakan. Bentuk-bentuk sederhana yang mudah

dioperasikan oleh setiap tuna daksa dan disesuaikan dengan kondisi fisik

yang sekaligus berfungsi untuk terapi dan melatih kemandirian.

Page 198: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

174

Desain interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di

Surakarta ini menggunakan tema yang berasal dari esensi istilah Form

Follow Functions.

3. Atmosfer Desain Interior

Terkait dengan tema desain yang dijabarkan diatas maka suasana

yang akan ditampilkan pada interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi

Tuna Daksa di Surakarta ini adalah modern. Pertimbangannya adalah

sebagai tindak lanjut dari penjabaran tema dalam usaha pemecahan

masalah.

Penjabaran suasana modern, yaitu:

a. Karakter

Suasana modern dipilih dengan pertimbangan-pertimbangan

sebagai berikut :

1) Tidak memiliki bentuk yang rumit, memudahkan tuna daksa

untuk beraktivitas secara normal (meminimalkan bantuan dari

orang lain).

2) Membuat sifat ruang yang “ terang dan terbuka” juga sebagai

salah satu usaha lanjutan dari pemecahan masalah di atas, yaitu

untuk melatih kemandirian dan sosialisasi dengan orang lain.

Kesan modern ditekankan pada bentuk-bentuk yang minimalis

dan fungsional yang dapat disampaikan melalui pemilihan

bentuk dan desain.

b. Suasana

1) Tenang : nyaman untuk kepentingan rehabilitasi

Page 199: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

175

2) Aman : aksesibilitas

3) Terang : berkesan jujur dan terbuka

Pencapaian suasana tersebut dapat dilakukan dengan :

Menggunakan bahan-bahan yang aman

Memakai banyak bukaan untuk menciptakan suasana jujur dan

terbuka

4. Desain Layout

a. Pertimbangan

Dasar pertimbangan untuk menentukan pengorganisasian ruang adalah

sebagai berikut :

1) Tingkat efisiensi ruang dan ruang gerak yang cukup.

2) Pengelompokan fungsi ruang dan kebutuhan pencapaiannya.

3) Hirarki ruang, adanya urutan ruang berdasarkan kepentingannya.

5. Pembentuk Ruang

Komponen pembentuk ruang pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan

bagi Tuna Daksa di Surakarta, ditentukan berdasarkan hasil analisis studi

lapangan dan studi literatur, yaitu :

a) Lantai

Analisa Khusus

Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan Keterangan

R. Kepala Sekolah & Wakil

Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung

Keramik tekstur

Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area

Page 200: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

176

suasana tema interior

R. Guru Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior

Keramik tekstur

Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area

Perpustakaan Kuat menahan beban dan gesek Tahan terhadap kelembaban Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Multi fungsi sebagai akustik Mendukung suasana tema interior

Keramik tekstur Karpet

Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area

R. Kelas Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Nyaman dan aman Mudah dalam perawatan dan pembersihan Multi fungsi sebagai akustik Mendukung suasana tema interior

Keramik tekstur

Karpet

Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area

R. Ketrampilan

Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Memiliki bermacam warna Mudah dalam perawatan dan

Keramik tekstur

Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area

Page 201: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

177

pembersihan Mendukung suasana tema interior

R. Pendidikan Orang Tua

Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Multi fungsi sebagai akustik Mendukung suasana tema interior

Keramik tekstur Karpet

Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area

R. Fisioterapi

Aman dan lunak Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Kuat menahan beban dan gesek

Keramik tekstur Karpet

Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area

R. Hydroterapi

Tidak licin dan tahan lembab Mudah dalam perawatan dan pembersihan

Keramik tekstur

Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area

R. Ganti Tidak licin dan tahan lembab Mudah dalam perawatan dan pembersihan

Keramik tekstur

Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area

R. Terapi Okupasi

Aman dan lunak Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Kuat menahan beban dan gesek

Keramik tekstur Karpet

Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area

Page 202: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

178

R. Psikolog

Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior

Keramik tekstur

Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area

Loket

Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Memiliki bermacam warna Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior

Keramik tekstur

Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area

R. Tunggu

Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Memiliki bermacam warna Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior

Keramik tekstur

Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area

R. Pengukuran Prothesis & Orthosis

Kuat menahan beban dan gesek Tidak licin dan anti slip Memiliki bermacam warna Mudah dalam perawatan dan pembersihan Mendukung suasana tema interior

Keramik tekstur

Pola lantai sesuai dan mendukung arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area

Lavatory Tidak licin dan anti slip

Keramik tekstur

Pola lantai sesuai dan mendukung

Page 203: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

179

Mudah dalam perawatan dan pembersihan

arahan tema serta untuk mempertegas daerah sirkulasi dan untuk perbedaan area

b) Dinding

Analisa Khusus

Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan R. Kepala Sekolah & Wakil

Tahan lama Tahan gesekan Tidak mudah kotor Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior

Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper

R. Guru Tahan lama Tahan gesekan Tidak mudah kotor Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior

Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper

Perpustakaan Tahan terhadap kelembaban Berfungsi sebagai akustik Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang sederhana Mendukung suasana tema interior

Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper

R. Kelas Tahan lama Tahan gesekan Tahan air Tidak mudah kotor Berfungsi sebagai akustik Mudah perawatan dan

Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper

Tabel IV. 10a Analisa pemilihan bahan untuk lantai

Page 204: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

180

pembersihan Alternatif warna dan motif yang sederhana Mendukung suasana tema interior

R. Ketrampilan

Tahan lama Tahan gesekan Tahan air Tidak mudah kotor Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang sederhana Mendukung suasana tema interior

Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper

R. Pendidikan Orang Tua

Tahan lama Tahan gesekan Tahan air Tidak mudah kotor Berfungsi sebagai akustik Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang sederhana Mendukung suasana tema interior

Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper

R. Fisioterapi Aman dan lunak Memiliki pelindung sudut dinding Berfungsi sebagai akustik

Vinil Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper

R. Hydroterapi Mampu menahan kelembaban dan tidak licin Mudah dalam perawatan dan pembersihan

Keramik dinding Dinding bata plester finishing cat tembok

R. Ganti Tidak licin dan tahan lembab Mudah dalam perawatan dan pembersihan

Keramik dinding Dinding bata plester finishing cat tembok

R. Terapi Okupasi Aman dan lunak Memiliki pelindung sudut dinding Berfungsi sebagai akustik

Vinil Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper

R. Psikolog Berfungsi sebagai akustik Kayu

Page 205: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

181

Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior

Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper

Loket

Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior

Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper

R. Tunggu

Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior

Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper

R. Pengukuran Prothesis & Orthosis

Mudah perawatan dan pembersihan Alternatif warna dan motif yang beragam Mendukung suasana tema interior

Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok atau wallpaper

Lavatory Mampu menahan kelembaban dan tidak licin Mudah perawatan dan pembersihan

Keramik

c) Ceiling

Analisa Khusus

Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan R. Kepala Sekolah & Wakil

Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan

Gypsumboard Panel kayu Akrilik

R. Guru Membantu sistem pencahayaan alami

Gypsumboard Panel kayu

Tabel IV. 10b Analisa pemilihan bahan untuk dinding

Page 206: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

182

Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan

Akrilik

Perpustakaan Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan

Gypsumboard Panel kayu

R. Kelas Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan

Gypsumboard Panel kayu

R. Ketrampilan

Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan

Gypsumboard Panel kayu Akrilik

R. Pendidikan Orang Tua

Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan

Gypsumboard Panel kayu

R. Fisioterapi Multifungsi dengan akustik dan membantu

Gypsumboard Panel kayu

Page 207: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

183

sistem pencahayaan alami Aman dan tidak mengandung zat berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan Tahan panas dan mudah dalam perawatan

Akrilik

R. Hydroterapi Mampu menahan kelembaban Mudah dalam perawatan dan pembersihan

Gypsumboard Akrilik

R. Ganti Mampu menahan kelembaban Mudah dalam perawatan dan pembersihan Aman dan tidak mengandung zat berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan

Gypsumboard

R. Terapi Okupasi Multifungsi dengan akustik dan membantu sistem pencahayaan alami Aman dan tidak mengandung zat berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan Tahan panas dan mudah dalam perawatan

Gypsumboard Panel kayu Akrilik

R. Bimbingan Psikologi

Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Tahan panas dan mudah dalam perawatan

Gypsumboard Panel kayu Akrilik

R. Pengukuran Prothesis & Orthosis

Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan

Gypsumboard Panel kayu Akrilik

Loket

Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior

Gypsumboard Panel kayu Akrilik

Page 208: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

184

Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan

R. Tunggu

Membantu sistem pencahayaan alami Menarik dan mendukung tema interior Kaya desain, motif dan warna Tahan panas dan mudah dalam perawatan

Gypsumboard Panel kayu Akrilik

Lavatory Mampu menahan kelembaban Tahan panas dan mudah dalam perawatan

Gypsumboard

6. Interior Sistem

Analisa Khusus

RUANG CAPAIAN KEBUTUHAN

ALTERNATIF SISTEM INTERIOR

R. K

epal

a Se

kola

h &

Wak

il

Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diataisi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Penghawaan : Nyaman / standard

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC

Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi

Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

R. G

uru

Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diataisi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan :

Tabel IV. 10c Analisa pemilihan bahan untuk ceiling

Page 209: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

185

Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Penghawaan : Nyaman / standard

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC

Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi

Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

Perp

usta

kaan

Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Penghawaan : Nyaman / standard

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC

Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi

Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

R. K

elas

Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Penghawaan : Nyaman / standard

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC

Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi

Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

Page 210: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

186

tingkat kebisingan

R. K

etra

mpi

lan

Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Penghawaan : Nyaman / standard

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC

Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi

Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

R. P

endi

dika

n O

rang

Tua

Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Penghawaan : Nyaman / standard

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC

Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi

Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

R. F

isio

tera

pi

Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Page 211: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

187

Penghawaan : Nyaman / standard

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC

Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi

Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

R. H

ydro

tera

pi

Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Penghawaan : Nyaman / standard Dapat mengurangi kelembaban udara yang ditimbulkan oleh uap air

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding

Sistem buatan : Dengan menggunakan fan

Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi

Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

R. G

anti

Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Penghawaan : Nyaman / standard

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC

Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi

Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

Page 212: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

188

R. T

erap

i Oku

pasi

Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Penghawaan : Nyaman/standard

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC

Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi

Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

R. B

imbi

ngan

Psi

kolo

gi

Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Penghawaan : Nyaman / standard

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC

Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi Mendukung fungsi ruang

Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

R. P

engu

kura

n Pr

othe

sis &

Orth

osis

Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Page 213: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

189

Penghawaan : Nyaman / standard

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC

Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi Mendukung fungsi ruang

Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

Loke

t

Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Penghawaan : Nyaman/standard

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC

Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi

Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

R. T

ungg

u

Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Penghawaan : Nyaman/standard

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC

Page 214: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

190

Akustik : Dapat menyerap/ mengurangi bunyi

Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

Lava

tory

Pencahayaan : Merata Tidak menimbulkan panas Dirancang otomatis tersambung dengan pintu

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang masuk melalui ventilasi

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah

Penghawaan : Nyaman / standard

Sistem alami : Menggunakan lubang angin atau ventilasi di dinding

Sistem buatan : Dengan menggunakan exhaust fan

Akustik : Dapat menyerap bunyi, mengurangi Mendukung fungsi ruang

Bahan berpori penyerap bunyi : gypsumboard dan kayu

7. Desain Furniture

a. Analisa

Pertimbangan dalam pemilihan bentuk dan desain furniture di

dalam Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

secara umum adalah:

1) Furniture didesain dan disesuaikan dengan fungsi dan kubutuhan

yang ada (form follow function)

2) Furniture didesain sesuai dengan ruang gerak dan dimensi

manusia (ergonomic).

3) Furniture digunakan sebagai sarana pendukung kegiatan dan

aktivitas di dalam Museum (compatible).

4) Bentuk dan bahan furniture harus mampu mengurangi resiko

dalam ruang museum dan memberikan kenyamanan bagi

penggunannya (savety)

Tabel IV. 11 Interior sistem Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Page 215: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

191

5) Bentuk dan bahan furniture harus memberikan kontribusi positif

bagi museum dan memberikan efek psikologis bagi para

penggunanya (positive effect)

6) Desain furniture harus bersifat fleksible dan dapat dipindah-

pindahkan sehingga mampu untuk disesuaikan dalam segala

kondisi ruang terkait, pengguna dan bahan museum (portable)

b. Dimensi

Diambil total ukuran rata–rata kebutuhan aktifitas.

1) Kelompok Kegiatan Pengelolaan

PELAKU KEGIATAN FASILITAS DIMENSI Kepala & Wakil

Kepala Sekolah

- Rapat/ pertemuan

- Kerja

- Meja & kursi rapat

- Meja & kursi kerja

- Meja komputer

- Lemari kabinet

- Meja & kursi tamu

- Rak buku - Kursi roda

150 x 250 x 75

100 x 80 x 75

60 x 80 x 75

80 x 40 x 180

150 x 150 x 45

100 x 40 x 180

110 x 80 x 45

Tenaga

Pendidik/Guru

- -

2) Kelompok Tuna Daksa

PELAKU KEGIATAN FASILITAS DIMENSI Peserta Didik

(SLB)

Belajar - Meja & kursi

kerja

- Kursi roda

- Rak buku

- Lemari

kabinet

100 x 80 x 75

110 x 80 x 45

100 x 40 x 70

120 x 60 x 180

Penyandang

cacat umum

Orang tua

Tabel IV. 12a Kelompok kegiatan dan dimensi furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Tabel IV. 12b Kelompok kegiatan dan dimensi furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Page 216: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

192

3) Kelompok Tenaga Medis

PELAKU KEGIATAN FASILITAS DIMENSI Fisioterapis Memijat

pasien

(terapi)

- Matras

- Wall bar

- Parallel bar

- Lemari kabinet

300 x 200 x 10

120 x 20 x 254

200 x 60 x 70

80 x 40 x 70

Hydroterapis Melakukan

terapi

- Kolam air

untuk terapi

- Lemari cabinet

- Tempat tidur

200 x 200 x 70

80 x 40 x 70

100 x 200 x 50

Okupasiterapis Melakukan

terapi

- Matras

- Lemari kabinet

300 x 200 x 10

80 x 40 x 70

Psikolog Melakukan

bimbingan

psikis

- Meja & kursi

kerja

- Lemari kabinet

100 x 80 x 75

80 x 40 x 180

Pembuat alat

bantu prothetis

& orthotis

Membuat

alat bantu

gerak

- Meja & kursi

kerja

- Lemari cabinet

- Tempat tidur

100 x 80 x 75

80 x 40 x 180

100 x 200 x 50

8. Elemen Estetis

Elemen estetis yang digunakan berdasarkan pada pemilihan bahan,

bentuk dan warna yang kemudian diolah sehingga dapat menciptakan

sesuatu yang baru, indah, dan fungsional. Untuk dapat menciptakan

sesuatu yang indah, harus berpedoman pada :

Keutuhan (unity)

Penonjolan (dominance)

Keseimbangan (balance)

Tabel IV. 12c Kelompok kegiatan dan dimensi furniture Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Page 217: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

193

9. Skema Bentuk, Bahan & Warna

a. Bentuk

Bentuk Karakter Lingkaran

Stabil

Memiliki arah pandang ke dalam

Berfungsi sebagai pusat

Persegi atau bujur

sangkar

Murni dan rasional

Statis dan netral

Segitiga Stabil

Menunjukkan keseimbangan

b. Bahan

JENIS BAHAN KARAKTER Keramik Kuat, padat, sejuk, resmi atau memberikan

kesan santai pada suatu ruang.

Karpet Lembut, lentur, nyaman, aman dan hangat.

Dapat juga berfungsi sebagai akustik.

Cat tembok Sederhana

Kaca Membuat ruang terasa luas dan terbuka,

Tabel IV. 13a Analisa karakter bentuk

Page 218: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

194

modern.

Gypsumboard Modern

Panel kayu Hangat, menyatu dengan alam, berfungsi

sebagai akustik (meredam atau mengurangi

kebisingan)

c. Warna

1. Krem : Hangat, agresif, aktif, mengesankan, halus, memberi

ruangan berkesan kecil dan objek berkesan besar.

2. Kuning : Ceria, cerah, menstimulasi kesejukan, semangat, aktif,

menghamburkan dan menambah terang refleksi, namun akan

membosankan bila terlalu banyak digunakan.

3. Hijau : Ceria namun kalem, kuat, segar, relaks, natural, membuat

ruangan berkesan luas, namun jauh dari kesan monoton,

mengundang depresi, dan menjemukan bila digunakan terlalu

banyak.

Tabel IV. 13c Analisa karakter warna

Tabel IV. 13b Analisa karakter bahan

Page 219: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

195

10. Sistem Keamanan

a) Pengamanan Terhadap Kejahatan Manusia

b) T

c) P

e

n

g

a

d) Terhadap Bahaya Kebakaran

Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan

Seluruh Ruang

• Dapat bekerja secara otomatis.

• Dapat memantau dan segera mendeteksi lokasi kejadian.

Dapat membantu petugas untuk mencegah lebih dini hal – hal yang tidak diinginkan.

CCTV (Close Circuit Television) Memiliki hasil rekaman gambar pada setiap bagian ruangan yang perlu pengawasan, rekaman ini dapat diputar kembali sebagai bukti dalam suatu kasus Heavy duty door contact Sejenis sensor yang dipasang untuk memproteksi pintu dan jendela yang terbuat dari besi atau logam.

Shock sensor / vibrationsensor Dipasang pada setiap kaca, yang digunakan untuk menangkap getaran bila seseorang mencoba untuk membuka atau merusak kaca. Kedua alat ini baru bereaksi setelah terjadi proses perusakan pada benda atau bidang yang diproteksinya.

Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan

Seluruh

Ruang

• Dapat mendeteksi api dan

bekerja secara otomatis.

• Dapat memadamkan api

dalam pencapaian area yang

luas.

• Dapat dengan segera

• Pendeteksi panas

(thermal detector)

• Sprinkle

• Emergency

lighting and

fixture

Tabel IV. 14a Sistem keamanan terhadap kejahatan manusia Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Page 220: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

196

11. Aksesibilitas

Akses masuk Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di

Surakarta menggunakan tangga pada pintu masuk utama dan ramp

untuk penyandang cacat.

Sirkulasi ruang menggunakan jalur sirkulasi normal (aisel) dan

koridor.

Untuk ramp minimal lebar 25” (63,5 cm) sesuai standard Chairbound

People, Barrier free design,1977.

memadamkan api yang

besar.

• Dapat diletakkan di ruang

mana saja.

• Multipurpose dry

– chemical

extinguisher

Tabel IV. 14b Sistem keamanan terhadap bahya kebakaran Pusat Pendidikan dan Pelatihan bagi Tuna Daksa di Surakarta

Page 221: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

197

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna

Daksa Di Surakarta

1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta adalah

tempat yang memberikan fasilitas rehabilitasi yang dapat membantu orang-

orang diffabel untuk hidup layaknya manusia normal, tanpa adanya

perbedaan perlakuan dari orang-orang di sekitarnya serta membantu

permasalahan psikis yang dihadapi dengan terapi yang dituangkan ke dalam

interior yang secara tidak langsung dapat membantu mengatasi masalah

kepribadian yang dialami oleh penyandang cacat. Bentuk rehabilitasi yang

diberikan berupa rehabilitasi pendidikan, rehabilitasi karya dan rehabilitasi

medis dan psikologis.

2. Lokasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta

berada di Jl. Ki Hajar Dewantara, belakang UNS Surakarta. Daerah ini

sangat strategis dan mudah diakses dari berbagai arah serta jauh dari area

industri yang dapat berbahaya bagi kesehatan kelayan.

3. Sasaran dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta

ini adalah para tuna daksa baik yang berasal dari dalam kota maupun luar

kota yang ingin mendapatkan rehabilitasi pendidikan dan medis.

4. Misi yang diemban adalah untuk meningkatkan taraf kehidupan para tuna

daksa dari berbagai aspek, yaitu aspek pendidikan, kesehatan dan

kesempatan kerja.

Page 222: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

198

5. Suasana dan karakter yang akan ditampilkan pada Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta adalah modern tindak lanjut dari

penjabaran tema dalam usaha pemecahan masalah.

6. Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di

Surakarta dibatasi dengan objek perancangan rehabilitasi pendidikan dan

karya, rehabilitasi medis serta psikologi.

B. Konsep Desain Interior Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa

Di Surakarta

Konsep Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa Di Surakarta

adalah untuk memecahkan masalah melalui pendekatan psikologis yang

diterapkan ke dalam interior. Efisiensi, efektivitas dan fungsional memiliki

pengaruh penting dalam aspek psikologis pengunjung. Pertimbangan

perancangan ini adalah :

1. Program

a. Konsep perwujudan fisik Interior rehabilitasi pendidikan, medis, dan

karya yang mampu memenuhi efisiensi, efektivitas, ergonomi, psikologis

pengguna di setiap kegiatan yang ditampung.

b. Penganalisaan kegiatan yang diwadahi di setiap ruangya hingga pola

aktivitas pada setiap kegiatan tersebut senantiasa memperhatikan

komponen pembentuk ruang, system interior, system display materi

koleksi dan sistem keamanan serta aksesibilitas.

Page 223: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

199

c. Penciptaan suasana Interior pada fasilitas dengan memperhatikan faktor

fungsional dan efek psikologis yang timbul pada pengunjung sehingga

menjadi sebuah kesatuan ruang yang fungsional.

2. Program Ruang

ZONA KEGIATAN RUANG SIFAT RUANG

Pengelola - Pengelolaan - R. Kepala Sekolah & Wakil

Privat

Pendidikan - Pendidikan - R. Guru Semi Publik

Rehabilitasi

- Pelayanan rehabilitasi

- Pendidikan formal

- Ketrampilan kerja

- Pendaftaran

- Menunggu

- Pengobatan medis

- Pembuatan alat bantu

gerak

- R. Kelas - R. Pendidikan

Orang Tua - Perpustakaan - R.Ketrampilan - Loket - R. Tunggu - R. Terapi - R. Ganti - R. Pengukuran

Prothesis & Orthotis

Publik

Service Ke kamar kecil - Lavatory Service

3. Organisasi Ruang

Bentuk organisasi ruang yang digunakan adalah organisasi cluster.

Organisasi ini memudahkan dalam pengelompokan ruang yang didasarkan

pada fungsinya. Selain itu juga memiliki sirkulasi yang cukup efektif

sehingga memudahkan pencapaian ke ruang yang lain.

Tabel V. 1 Program ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta

Page 224: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

200

Bentuk Organisasi Ruang Keterangan Organisasi Cluster

Menempatkan ruang-ruang

berdasarkan fungsinya, untuk

mempermudah pencapaian serta

efektivitas sirkulasi.

Kelebihan, dapat menyesuaikan

dengan keadaan sekitar.

Kekurangan, tidak memiliki

prioritas ruang.

4. Sistem Sirkulasi

Sistem sirkulasi yang dipakai adalah sistem sirkulasi langsung yang

terlihat tidak rumit.

Sirkulasi Horizontal Gambar Langsung

Pengunjung dapat langsung menuju

ruang yang dikehendaki. Jalan masuk

bangunan tampak jelas, sehingga

sirkulasi tidak terlihat rumit.

5. Tema

Tema perancangan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa

Di Surakarta adalah Form follow functions atau bentuk mengikuti fungsi

yang ingin diciptakan. Bentuk-bentuk sederhana yang mudah dioperasikan

oleh setiap tuna daksa dan disesuaikan dengan kondisi fisik yang sekaligus

berfungsi untuk terapi dan melatih kemandirian.

Tabel V. 2 Organisasi ruang Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta

Tabel V. 3 Sistem sirkulasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta

Page 225: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

201

6. Komponen Pembentuk Ruang

a. Lantai

Kelompok Kegiatan Alternatif Bahan Kegiatan Pengelolaan Keramik Rehabilitasi Pendidikan

Keramik Karpet

Rehabilitasi Medis Keramik Karpet

Service Keramik

b. Dinding

Kelompok Kegiatan Alternatif Bahan Kegiatan Pengelolaan Kayu

Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok

Rehabilitasi Pendidikan

Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok

Rehabilitasi Medis Kayu Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok

Service Keramik Gypsumboard Dinding bata plester finishing cat tembok

c. Ceiling

Kelompok Kegiatan Alternatif Bahan Kegiatan Pengelolaan Gypsumboard

Panel kayu Rehabilitasi Pendidikan

Gypsumboard Panel kayu

Rehabilitasi Medis Gypsumboard Panel kayu

Service Gypsumboard Panel kayu

Tabel V. 4a Unsur pembentuk ruang (lantai)

Tabel V.4b Unsur pembentuk ruang (dinding)

Tabel V. 4c Unsur pembentuk ruang (ceiling)

Page 226: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

202

7. Pemilihan Bentuk dan warna

a. Bentuk

Menggunakan bentuk bulat yang bersifat stabil dan terkesan aman,

karena tidak memiliki sudut-sudut tajam yang membahayakan. Bentuk

lain yang dipakai adalah kotak atau persegi yang bersifat murni dan

rasional serta netral yang melambangkan keterbukaan dan egaliter. Selain

itu menggunakaan bentuk bangun matematika sebagai ikon dalam

mendesain furniture.

b. Warna

Krem : Hangat, agresif, aktif, mengesankan, halus, memberi ruangan

berkesan kecil dan objek berkesan besar.

Kuning : Ceria, cerah, menstimulasi kesejukan, semangat, aktif,

menghamburkan dan menambah terang refleksi, namun akan

membosankan bila terlalu banyak digunakan.

Hijau : Ceria namun kalem, kuat, segar, relaks, natural, membuat

ruangan berkesan luas, namun jauh dari kesan monoton,

mengundang depresi, dan menjemukan bila digunakan terlalu

banyak.

Page 227: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

203

8. Interior Sistem

RUANG ALTERNATIF SISTEM INTERIOR

. Psi

kolo

g

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan dengan kaca, dan logam melalui ceiling dan floor.

Sistem buatan : Pencahayaan umum dicapai dengan penggunaan luminous ceiling, lampu tunggal, lampu flourecent Lampu fluorescent jenis colour matching/nor light Lampu pijar dalam armature dengan filter warna

Sistem alami : Dengan kisi-kisi di dinding yang apabila diperlukan dapat dibuka dan ditutup

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC jenis split untuk menetralisir panas Diterapkan melalui pemakaian material komponen pembentuk ruang.

R. K

elas

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan comiche

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

R. P

endi

dika

n O

rang

Tua

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

Page 228: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

204

Perp

usta

kaan

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

R. K

etra

mpi

lan

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

Loke

t R

. Tun

ggu

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

Page 229: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

205

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

R. T

erap

i

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

R. P

engu

kura

n P

roth

esis

& O

rthos

is Sistem alami :

Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diatasi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan corniche

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati ditutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

Page 230: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

206

R. K

epal

a Se

kola

h &

Wak

il

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diataisi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan comiche

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi di dinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

R. G

uru

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang direfleksikan melalui instansi kaca, logam, silau matahari diataisi dengan tirai, kerai atau pepohonan

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah atau dengan comiche

Sistem alami : Dengan menggunakan kisi-kisi didinding yang dibuka apabila AC mati di tutup bila tidak digunakan

Sistem buatan : Dengan menggunakan AC Bahan berpori penyerap bunyi : karpet, gypsumboard dan kayu

Lava

tory

Sistem alami : Dengan sinar matahari yang masuk melalui ventilasi

Sistem buatan : Sistem buatan dengan lampu downlight dengan arahan sinar kebawah

Sistem alami : Menggunakan lubang angin atau ventilasi di dinding

Sistem buatan : Dengan menggunakan exhaust fan Bahan berpori penyerap bunyi : gypsumboard

Tabel V. 5 Interior Sistem

Page 231: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

207

9. Sistem Keamanan

10. Furniture

Pertimbangan dalam pemilihan bentuk dan desain furniture di dalam

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa di Surakarta secara umum

adalah:

1) Furniture didesain dan disesuaikan dengan fungsi dan kubutuhan yang

ada (form follow function)

2) Furniture didesain sesuai dengan ruang gerak dan dimensi manusia

(ergonomic).

3) Furniture digunakan sebagai sarana pendukung kegiatan dan aktivitas di

dalam (compatible).

4) Bentuk dan bahan furniture harus mampu mengurangi resiko dalam

ruang dan memberikan kenyamanan bagi penggunannya (savety)

5) Bentuk dan bahan furniture harus memberikan kontribusi positif bagi dan

memberikan efek psikologis bagi para penggunanya (positive effect)

6) Desain furniture harus bersifat fleksible dan dapat dipindah-pindahkan

sehingga mampu untuk disesuaikan dalam segala kondisi ruang terkait,

pengguna dan bahan (portable)

11. Aksesiblitas

a. Akses masuk Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Tuna Daksa

menggunakan tangga pada pintu masuk utama dan ramp untuk

penyandang cacat.

b. Sirkulasi ruang menggunakan jalur sirkulasi normal (aisel) dan koridor.

Ruang Kejahatn Manusia Kebakaran

Seluruh Ruang

• Shock sensor / vibrationsensor

• CCTV (Close Circuit Television)

• Heavy duty door contact

• Pendeteksi panas (thermal detector)

• Sprinkle

Tabel V. 6 Sistem keamanan

Page 232: PERANCANGAN INTERIOR PUSAT PENDIDIKAN DAN ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

208

C. Saran

Sebagai usaha untuk memecahkan permasalahan yang ada di kalangan tuna

daksa dengan melakukan pendekatan psikologis yang dituangkan ke dalam

interior untuk memberikan taraf kehidupan yang lebih baik.

Unsur-unsur interior seperti furniture, sirkulasi, bentuk dan warna, dan

elemen estetis hendaknya dianalisis sesuai dengan fungsinya agar berkaitan

dengan tema yang diinginkan agar mendukung capaian perwujudan interior yang

diharapkan. Selain itu tema yang dikupas menjadi dasar pertimbangan unsur-

unsur interior sehingga mencapai hasil optimal dari ruang yang diinginkan