PERANCANGAN FLAT PLATE DENGAN METODE PORTAL EKIVALEN DAN …digilib.unila.ac.id/56099/3/Skripsi Full...

64
PERANCANGAN FLAT PLATE DENGAN METODE PORTAL EKIVALEN DAN METODE ELEMEN HINGGA (Skripsi) Oleh FAJAR PUTRA SANJAYA 1115011026 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2018

Transcript of PERANCANGAN FLAT PLATE DENGAN METODE PORTAL EKIVALEN DAN …digilib.unila.ac.id/56099/3/Skripsi Full...

PERANCANGAN FLAT PLATE DENGAN METODE PORTAL EKIVALEN

DAN METODE ELEMEN HINGGA

(Skripsi)

Oleh

FAJAR PUTRA SANJAYA

1115011026

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2018

ABSTRAK

PERANCANGAN FLAT PLATE DENGAN METODE PORTAL EKIVALEN

DAN METODE ELEMEN HINGGA

Oleh

FAJAR PUTRA SANJAYA

Flate plate adalah pelat beton pejal dengan tebal merata yang mentransfer beban

secara langsung ke kolom pendukung tanpa bantuan balok atau kepala kolom atau

drop panel. Pelat jenis ini dapat dibuat dengan cepat karena bekisting dan susunan tulangan yang sederhana.

Flate plate direncanakan seragam dengan dimensi 5000x4000 mm sebanyak 9

panel, ketebalan pelat 150 mm dengan mutu beton 25 MPa, mutu tulangan 280

MPa dan berdasarkan ketentuan pada SNI 1727;2013 dan SNI 2847;2013. Analsis flat plate menggunakan metode portal ekivalen, metode elemen hingga dan

program SAP 2000 dan Microsoft Excel.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koreksi perbandingan momen antara metode portal ekivalen dengan SAP 2000 sebesar, sedangkan antar metode

elemen hingga dengan SAP2000 sebesar. Dalam perencanaan penulangan diperoleh jumlah dan diameter tulangan ditinjau dari nilai momen terbesar hasil

analisis metode portal ekivalen.

Kata kunci: Flate plate, Metode Portal Ekivalen, Metode Elemen Hingga

ABSTRACT

DESIGN OF FLAT PLATE WITH EQUIVALENT FRAME DESIGN

METHOD AND FINITE ELEMENT METHOD

By

FAJAR PUTRA SANJAYA

The flate plate is a thick, evenly solid concrete plate that transfers the load directly

to the support column without the aid of a beam or shear head or drop panel. This type of plate can be made quickly because of the formwork and simple

reinforcement arrangement.

The flate plate is planned to be uniform with dimensions of 5000x4000 mm as

many as 9 panels, plate thickness of 150 mm with 25 MPa concrete quality, quality of reinforcement 280 MPa and based on the provisions of SNI 1727; 2013

and SNI 2847; 2013. Flat plate analysis uses the equivalent frame design method, finite element method and SAP 2000 and Microsoft Excel programs.

Based of the results of the analysis, the comparison value of moments between the portal method equivalent to SAP 2000 is equal to, whereas between finite element

methods and SAP2000 is equal to. In the reinforcement plan, the number and diameter of the reinforcement were obtained in terms of the greatest moment

value resulting from the analysis of the equivalent frame design method

Keywords: Flat plate, Equivalent Frame Design Method, Finite Element Method

PERANCANGAN FLAT PLATE DENGAN METODE PORTAL EKIVALEN DAN METODE ELEMEN

HINGGA

Oleh

FAJAR PUTRA SANJAYA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 9 Juni 1993.

Penulis merupakan putra dari pasangan Alm. Bapak Darsi

Hasan dan Almh. Ibu Sri Yuswati, anak kedua dari 3

bersaudara.

Dengan rahmat Allah SWT. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak –

Kanak Aisiyah, Pringsewu pada tahun 1999, Sekolah Dasar Negeri 1 Pajaresuk,

Pringsewu pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pringsewu,

Pringsewu dan Sekolah Menengah Atas Negeri 71 Jakarta, Jakarta Timur.

Terakhir penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik

Sipil, Universitas Lampung pada tahun 2011.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa

Teknik Sipil (HIMATEKS) Universitas Lampung. Pada tahun 2014 penulis

melaksanakan kerja praktek pada Proyek Pembangunan Graving Dock dan

Pengembangan Dermaga Noahtu yang dilaksanakan oleh kontraktor PT. Waskita

Karya (Persero) Tbk. Yang berlokasi di Jl. Raya Soekarno-Hatta km 15 Srengsem,

Bandar Lampung. Pada Tahun 2015, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di

Desa Dwi Karya Mustika, Kabupaten Mesuji.

PERSEMBAHAN

Bismillahhirrohmanirrohim

Dengan kerendahan hati dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT

Kupersembahkan skripsiku kepada :

Kedua orang tuaku Alm. Bapak Darsi Hasan dan Almh. Ibu Sri Yuswati yang

telah mendoakan, mendidik, dan membesarkanku untuk mencapai keberhasilan

Kakakku Billy Graha Sanjaya dan adikku Irfan Matin Sanjaya yang telah

memberikan doa, motivasi, dan pelajaran hidup yang berharga

Keluarga besar Teknik Sipil Universitas Lampung, khususnya angkatan 2011

yang telah berjuang bersamaku semejak awal perkuliahan

Keluarga besar dari keluarga Hasan Mu’in dan keluarga Sarikun yang telah

mendukungku

Dan para dosen yang telah memberikan pendidikan selama perkuliahan

MOTTO HIDUP

“Ohana means family, family means no one gets left behind”

(Lilo in Lilo and Stitch)

“When one door of happiness closes, another opens; but often we look so long of the closed door that we do not see the one which has been

opened for us”

(Helen Keller)

“If it wasn’t hard, everyone would do it. It’s hard that makes it great”

(Tom Hanks)

“There are two great days in a person’s life – the day we are born and the day we discover why”

(William Barclay)

“Hoppipolla”

(Sigur Rós)

“Freedom is being you without anyone’s permission”

(Unknown Author)

SANWACANA

Assalamualaikum.Wr. Wb.

Alhamdulillahi Robbil Alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelsaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Perancangan Flat Plate dengan Metode Portal Ekivalen dan

Metode Elemen Hinggs” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan sebesar

– besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas

Lampung.

2. Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil,

Universitas Lampung.

3. Bayzoni, S.T., M.T., selaku dosen Pembimbing I Skripsi yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya untuk menyelesaikan skripsi

ini.

4. Ir. Eddy Purwanto, M.T., selaku dosen Pembimbing II Skripsi yang telah

membimbing dan memberikan saran yang membangun untuk

menyempurnakan skripsi ini.

5. Hasti Riakara Husni, S.T., M.T., selaku dosen Penguji Skripsi yang telah

memberikan kritik dan saran untuk skripsi ini.

6. Sasana Putra, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing akademik.

7. Seluruh Dosen dan para staf jurusan teknik sipil yang telah mendidik dan

membantu penulis dalam masa perkuliahan.

8. Orang tua yang tergantikan Alm. Bapak Darsi Hasan dan Almh. Ibu Sri

Yuswati yang telah sabar dan penuh perjuangan untuk membesarkan penulis

sehingga mampu menyelesaikan pendidikan di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Teknik, Universitas Lampung.

9. Kakakku Billy Graha Sanjaya dan adikku Irfan Matin Sanjaya yang telah

menjadi pengingat dan memberikan semangat dalam pengerjaan penelitian.

10. Sahabat – sahabat dari grup “Pinggiran 11” yang telah memberikan hiburan

dan membantu selama masa perkuliahan.

11. Teman – teman dari grup Lab Hidrolika Universitas Lampung yang telah

membantu penulis menyelesaikan penelitian.

12. Keluarga Besar Teknik Sipil Universitas Lampung, terutama Teknik Sipil

angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena keluarga ini

terlalu besar.

13. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tak dapat

disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi penulis.

Selain itu semoga semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini

mendapat balasan yang baik dari Allah SWT. Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Bandar Lampung, Desember 2018

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3

C. Batasan Masalah ................................................................................................... 3

D. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 4

E. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Pelat .......................................................................... 5

1. Kondisi tipe pelat ............................................................................. 9

2. Pembebanan pelat ............................................................................ 11

3. Penulangan pelat .............................................................................. 21

B. Metode Elemen Hingga........................................................................ 23

1. Konsep umum metode elemen hingga............................................. 23

2. Matriks kekakuan elemen segiempat ............................................... 24

C. Metode Portal Ekivalen .................................................. ...................... 26

1. Konsep umum metode portal ekivalen ............................................ 26

2. Kolom ekivalen................................................................................ 28

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Umum ................................................................................................... 33

B. Data Penelitian ..................................................................................... 33

C. Prosedur Penelitian............................................................................................... 34

D. Kerangka Penelitian ............................................................................................. 44

IV. PEMBAHASAN

A. Analisis flat plate dengan metode portal ekivalen ...................................... 45

B. Pemodelan struktur dengan program SAP2000 versi 14 .......................... 60

C. Analisis flat plate dengan metode elemen hingga menggunakan elemen

segiempat 2D………………………………………………………….68

D. Perencanaan tulangan pelat ................................................................................ 76

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 80

B. Saran ......................................................................................................................... 80

LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Pelat dua arah .......................................................................................................... 5

2a Flate plate ................................................................................................................ 6

2b Flate slab .................................................................................................................. 6

3 Bagian pelat yang disertakan dengan balok ................................................... 9

4 Tepi jepit ................................................................................................................... 10

5 Tepi bebas ................................................................................................................ 10

6 Tumpuan sederhana ............................................................................................... 11

7 Perpanjangan minimum untuk tulangan pada slab tanpa balok…………….22

8 Pendeketan elemen hingga pada pelat.............................................................. 23

9 Derajat kebebasan kinematik di titik simpul elemen segiempat……….25

10 Pelat lantai tipikal ................................................................................................... 27

11 Portal bangunan tipikal ......................................................................................... 27

12 Penampang balok penahan punter ..................................................................... 29

13 Transfer momen antara pelat dan kolom ......................................................... 29

14 Kolom ekivalen ....................................................................................................... 30

15 Tampak atas denah bangunan ............................................................................. 34

16 Kotak New Model ................................................................................................... 36

17 Sistem koordinat baru ........................................................................................... 37

18 Garis grid dan pelat ............................................................................................... 37

19 Melakukan Set Select Mode ................................................................................ 38

20 Tampilan menu Devide Selected Area ............................................................. 38

21 Hasil dari Devide Selected Area ........................................................................ 39

22 Meng-input jenis material .................................................................................... 39

23 Memeriksa Area Sections .................................................................................... 40

24 Memasukkan data material .................................................................................. 40

25 Tampilan Area Uniform Loads untuk memasukkan

beban merata………………………………………………………………………..41

26 Output pelat setelah dimasukkan beban .......................................................... 41

27 Tampilan menu Analysis Option ....................................................................... 42

28 Deformasi pelat ....................................................................................................... 42

29 Momen pelat M11 dan M22................................................................................ 43

30 Diagram alir penelitian ......................................................................................... 44

31 Denah flat plate ....................................................................................................... 45

32 Denah jalur-jalur pelat arah x ............................................................................. 46

33 Denah jalur-jalur pelat arah y ............................................................................. 47

34 Lebar penampang balok-pelat ............................................................................ 48

35 Bentang AB .............................................................................................................. 54

36 Bentang BC .............................................................................................................. 55

37 Bidang momen bentang eksterior arah x dengan MPE ............................... 56

38 Bidang momen bentang interior arah x dengan MPE .................................. 56

39 Bidang momen bentang interior arah y dengan MPE .................................. 56

40 Bidang momen bentang eksterior arah y dengan MPE ............................... 56

41 Tampilan menu New Model ................................................................................ 60

42 Tampilan menu 3D Frames ................................................................................ 61

43 Tampilan menu input material kolom .............................................................. 62

44 Tampilan menu input material pelat ................................................................. 62

45 Tampilan input kombinasi beban ...................................................................... 63

46 Memasukkan beban mati dan beban hidup ..................................................... 63

47 Membagi area plat menjadi elemen .................................................................. 64

48 Pilihan hasil analisis pada SAP2000 ................................................................ 64

49 Deformasi pada SAP2000.................................................................................... 65

50 Momen lentur M11 struktur pelat dari program SAP 2000 ....................... 65

51 Momen lentur M22 struktur pelat dari program SAP 2000 ....................... 66

52 Bidang momen bentang eksterior arah x dengan SAP2000 ....................... 66

53 Bidang momen bentang interior arah x dengan SAP2000 ......................... 66

54 Bidang momen bentang eksterior arah y dengan SAP2000 ....................... 67

55 Bidang momen bentang interior arah y dengan SAP2000 ......................... 67

56 Denah elemen struktur pelat ............................................................................... 69

57 Diskritisasi pada pelat ........................................................................................... 70

58 Denah kuadran kiri atas dari pelat ..................................................................... 70

59 Bidang momen arah x dengan MEH ................................................................ 75

60 Bidang momen arah y dengan MEH ................................................................ 75

61 Susunan tulangan pada pelat ............................................................................... 76

62 Bagan skematik tulangan arah x ........................................................................ 78

63 Bagan skematik tulangan arah y ........................................................................ 79

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Tebal minimum pelat tanpa balok interior ......................................................... 7

2 Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo dan

beban hidup terpusat minimum……………………………………………….…...13

3 Beban mati ................................................................................................................... 19

4 Momen terfaktor negatif interior ........................................................................... 20

5 Momen terfaktor negatif eksterior ........................................................................ 20

6 Momen terfaktor positif ........................................................................................... 20

7 Analisis momen dengan Metode Cross ............................................................... 53

8 Distribusi momen jalur kolom dan jalur tengah ............................................... 57

9 Pembagian momen ke lajur kolom dan lajur tengah arah x .......................... 58

10 Pembagian momen ke lajur kolom dan lajur tengah arah y .......................... 59

11 Matriks kekakuan elemen segiempat ................................................................... 71

12 Matriks kekakuan global ......................................................................................... 72

13 Persentase koreksi momen MPE, MEH dan SAP2000 ................................... 75

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Struktur bangunan gedung terdiri dari beberapa komponen meliputi pelat,

balok anak, balok induk, kolom dan pondasi. Struktur pelat merupakan salah

satu elemen penting dalam suatu struktur bangunan. Realisasi struktur pelat

dapat dijumpai dalam gedung berupa pelat lantai ataupun pelat atap, jembatan

dan pelabuhan.

Pelat merupakan struktur bidang yang lurus (datar atau tidak melengkung)

yang tebalnya jauh lebih kecil dibanding dengan dimensinya yang lain.

Ditinjau dari segi statika, kondisi tepi pelat bias bebas (free), bertumpuan

sederhana (simply supported) dan jepit, termasuk tumpuan elastis dan jepit

elastis atau dalam beberapa hal dapat berupa tumpuan titik/ terpusat. Beban

statis atau dinamis yang dipikul oleh pelat umumnya tegak lurus permukaan

pelat.

2

Flat plate (pelat datar) adalah pelat beton pejal dengan tebal merata yang

mentransfer beban secara langsung ke kolom pendukung tanpa bantuan balok

atau kepala kolom atau drop panel. Flat plate dapat dibuat dengan cepat

karena bekisting dan susunan tulangan yang sederhana. Pelat ini memerlukan

tinggi lantai terkecil untuk memberikan persyaratan tinggi ruangan dan

memberikan fleksibilitas terbaik dalam susunan kolom dan partisi. Pelat ini

juga memberikan sedikit penghalang untuk pencahayaan dan ketahanan api

yang tinggi karena hanya ada sedikit sudut-sudut tajam dimana pengelupasan

beton dapat terjadi. Flat plate mungkin merupakan sistem pelat yang paling

umum dipakai saat ini untuk hotel beton bertulang bertingkat banyak, motel,

apartemen, rumah sakit, dan asrama. Terdapat beberapa metode dasar untuk

menganalisis pelat, salah satunya yaitu Metode Portal Ekivalen.

Metode elemen hingga (MEH) d i m a k s u d k a n d a p a t membagi masalah

yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil atau elemen-elemen dimana

solusi yang lebih sederhana dapat dengan mudah diperoleh. Salah satu

penerapan MEH adalah analisis benda pejal yang dalam hal ini berkaitan

dengan perencanaan struktur pelat. Adapun program yang dipakai dengan

menerapkan Metode Elemen Hingga adalah program SAP2000 dan Microsoft

Excel.

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dibahas

dalam tugas akhir ini adalah mengetahui hasil perancangan flat plate berupa

momen lentur menggunakan Metode Elemen Hingga, Metode Portal Ekivalen

dan SAP2000.

C. Batasan Masalah

Batasan-batasan yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini sebagai

berikut :

1. Struktur pelat yang ditinjau merupakan flat plate tanpa balok dan tidak ada

drop panel.

2. Pembebanan struktur pelat sesuai dengan SNI 1727 2013.

3. Beban yang ditinjau hanya beban gravitasi.

4. Analisis pelat menggunakan teori Khirchoff-Love pada analisis metode

elemen hingga.

5. Pengaruh vibrasi pada pelat tidak diperhitungkan.

6. Analisis momen pada metode portal ekivalen menggunakan metode cross.

7. Perhitungan momen lentur menggunakan Metode Portal Ekivalen, Metode

Elemen Hingga dan pemodelan menggunakan SAP2000 versi14.

8. Penulangan menggunakan nilai-nilai gaya dari Metode Portal Ekivalen.

4

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah memahami bagaimana merencanakan flat

plate menggunakan metode portal ekivalen, metode elemen hingga dan

SAP2000 v14.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan referensi mengenai analisis flat plate dengan menggunakan

Metode Portal Ekivalen.

2. Memberikan referensi mengenai analisis flat plate Metode Elemen

Hingga dengan elemen segiempat dengan menggunakan Microsoft Excel.

3. Memberikian referensi mengenai penggunaan program SAP2000 versi 14

pada permodelan struktur pelat.

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Pelat

Pelat adalah elemen struktur datar yang memiliki ketebalan yang lebih kecil

dari dimensi lainnya. Pelat berdasarkan mekanisme transfer beban terdiri dari

pelat satu arah dan pelat dua arah.

Pada struktur pelat satu arah beban disalurkan ke balok kemudian beban

disalurkan ke kolom. Jika balok menyatu dengan ketebalan pelat itu sendiri,

menghasilkan sistem ditunjukkan. Beban ditransfer dalam dua arah. Pada

Gambar 1 beban di A ke B dan C oleh satu jalur pelat, kemudian dari B ke D

dan E, dan menuju ke pelat lainnya.

Sumber : Reinforced Concrete Mechanics and Design 6th

Edition, Macgregor, Wight

Gambar 1. Pelat dua arah

6

Pelat dua arah adalah sistem struktur yang efisien, ekonomis, dan luas. Dalam

prakteknya, pelat dua-arah mempunyai berbagai macam bentuk. Untuk beban

yang relatif ringan, contohnya apartemen atau gedung beraturan, digunakan

flat plates. Seperti pada gambar yaitu pelat dengan tebal merata yang

disokong kolom.

Flat slab merupakan sistem pelat beton bertulang yang strukturnya ditumpu

langsung oleh kolom- kolom tanpa apa adanya balok induk dan balok anak.

Untuk memperkuat pelat terhadap gaya geser, pons dan lentur dapat diberikan

penebalan pada daerah penumpu kolom terhadap pelat yang disebut drop

panel. Flat slab yang tidak diberi drop panel disebut flat plate.

(a) (b)

Sumber : Reinforced Concrete Mechanics and Design 6th

Edition, Macgregor, Wight

Gambar 2. (a) Flat plate (b) Flat slab

Menurut SNI 2847 2013 sistem pelat dua arah harus

melingkupi ketentuan sebagai berikut :

a. Tebal minimum pelat yang di desain sesuai dengan Pasal 9.5

harus seperti yang diisyaratkan sebagai berikut :

1) Untuk pelat tanpa balok interior yang membentang di antara

7

tumpuan dan mempunyai rasio bentang panjang terhadap bentang

pendek yang tidak lebih dari 2, tebal minimumnya harus memenuhi

ketentuan Tabel 1. dan tidak boleh kurang dari nilai berikut :

a) Dengan panel drop (drop panel) seperti yang digunakan untuk

mengurangi jumlah tulangan momen negatif pada kolom atau

tebal pelat perlu minimum maka tebal pelat adalah 100 mm.

b) Sedangkan jika menggunakan tanpa panel drop (drop panels)

tebal pelat adalah 125 mm.

Tabel 1. Tebal minimum pelat tanpa balok interior

Tanpa penebalan Dengan Penebalan

Tegangan

Panel

leleh fy Panel eksterior Panel interior Panel Eksterior Interior MPa

Tanpa Dengan Tanpa Dengan

balok balok balok balok

Pinggir pinggir Pinggir pinggir

280 ln / 33 ln / 36 ln / 36 ln / 36 ln / 40 ln / 40

420 ln / 30 ln / 33 ln / 33 ln / 33 ln / 36 ln / 36

520 ln / 28 ln / 31 ln / 31 ln / 31 ln / 34 ln / 34

Sumber : Tata Cara Perhitungan Bangunan Gedung SNI 2847 2013

2) Untuk pelat dengan balok yang membentang di antara tumpuan

pada semua sisinya, tebal minimumnya h harus memenuhi

ketentuan sebagai berikut :

a) Untuk αfm yang sama atau lebih kecil dari 0,2 harus

menggunakan tebal pelat sesuai point (1)

8

b) Untuk αfm lebih besar dari 0,2 tapi tidak lebih dari 2,0 maka h

tidak boleh kurang dari

h = ……………………………………..2.3 dan pelat tidak

boleh kurang dari 125 mm.

c) Untuk αfm lebih besar dari 2,0 ketebalan pelat minimum tidak

boleh kurang dari :

h =……………………………………........2.4

dan tidak boleh kurang dari 90 mm

h : Tebal pelat

ln : Panjang bentang bersih diukur muka ke muka tumpuan

arah bentang memanjang.

αfm : Nilai rata-rata αf untuk semua balok tepi panel.

αf : Rasio kekakuan lentur penampang balok terhadap

kekakuan lentur lebar pelat yang dibatasi secara lateral

pada setiap sisi balok.

β : Rasio dimensi panjang terhadap pendek pada pelat

dua arah.

b. Untuk konstruksi monolit atau komposit penuh, suatu balok

mencangkup bagian pelat pada setiap sisi balok yang membentang

dengan jarak yang sama dengan proyeksi balok di atas atau dibawah

pelat tersebut, yang mana yang lebih besar tetapi tidak lebih besar dari

empat kali tebal pelat.

9

Sumber : Tata Cara Perhitungan Bangunan Gedung SNI 2847 2013

Gambar 3. Bagian pelat yang disertakan dengan balok.

1. Kondisi tepi pelat

Dalam teori lentur pelat, ada tiga komponen gaya dalam dalam yang harus

ditinjau, yaitu momen lentur, momen puntir dan gaya geser transversal.

Demikian pula, komponen perpindahan yang harus dipakai dalam

perumusan kondisi tepi adalah lendutan lateral dan kemiringan (putaran

sudut). Kondisi tepi pelat yang mengalami lentur umumnya dapat

digolongkan seperti berikut :

a. Tepi jepit

Jika tepi x = a pada pelat adalah jepit maka defleksi sepanjang tepi

adalah nol.

(w)x = 0………………………………………………………….2.5

x = 0, ( x = 0, x = a)………………………………………….2.6

Notasi :

w = Lendutan

= Perputaran sudut atau rotasi

10

Sumber : Teori Pelat dan Analisis, Szilard R.

Gambar 4. Tepi Jepit

b. Tepi bebas

Jika tepi pada pelat x = a adalah seluruhnya bebas, secara natural

diasumsikan sepanjang tepi tidak ada momen lentur dan momen puntir

dan juga tidak ada gaya geser vertikal. Sehingga,

(mx)x = ( x)x = 0 …………………………………2.7 (my)y

=

(

y)y

=

0 …………………………………2.8

Notasi :

M = Momen

= Gaya geser transversal

Sumber : Teori Pelat dan Analisis, Szilard R.

Gambar 5. Tepi Bebas

11

c. Tepi ditumpu Sederhana

Jika tepi x = a , dan pelat ditumpu sederhana maka defleksi sepanjang

tepi adalah nol. Pada waktu yang sama tepi dapat

berotasi secara bebas dan tidak ada lentur momen sepanjang tepi.

(w)x = 0……………………………………….2.9

(mx)x = ( +

(w)y

(my)y = (

+

x = 0………….…………………………..2.10

= 0………….…………………………..2.11

y = 0………….…………………………..2.12

Sumber : Teori Pelat dan Analisis, Szilard R.

Gambar 6. Tumpuan Sederhana

2. Pembebanan pelat

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pembebananan berarti

proses, cara, perbuatan membebani atau membebankan. Dalam hal ini

yaitu suatu proses atau cara membebankan suatu elemen struktur terhadap

tinjauan tertentu. Tinjauan pembebanan dapat dibedakan menjadi :

12

a. Kombinasi pembebanan

Konsep kombinasi pembebanan dalam SNI 1727 2013 antara lain:

1. Kuat perlu U untuk menahan beban mati D paling tidak harus sama

dengan

U= 1.4D ………………………………………….…....…..….2.13

2. Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan

juga beban atap A atau beban hujan R, atau beban salju S paling

tidak harus sama dengan

U = 1.2D + 1.6L +0.5 (A atau R atau S) ……………….....…2.14

3. Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus

diperhitungkan dalam perencanaan, maka pengaruh kombinasi

beban D, L, S dan W berikut harus ditinjau untuk menentukan nilai

U yang terbesar, yaitu:

U = 1.2D + 1,6 (L atau S atau R)+ 0.5 (A atau W)……….....2.15

4. Kombinasi beban juga harus memperhitungkan kemungkinan

beban hidup L, W ,S atau R yang penuh dan kosong untuk

mendapatkan kondisi yang paling berbahaya, yaitu:

U = 1,2 D+ 1,0 W + 1,0L + 0,5 (Lr atau S atau R) ……….…2.16

5. Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus

diperhitungkan dalam perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus

diambil sebagai:

U = 1.2D + 1.0L +1.0E …………………...……….……….…2.17

6. Beban gempa harus diperhitungkan sebagai satu kesatuan

pembebanan

U = 0.9D + 1.0E……………………………………………….2.18

13

7. Beban angin harus diperhitungkan sebagai satu kesatuan

pembebanan

U = 0.9D + 1.0W ………………………..…………………….2.19

b. Beban hidup

Beban hidup merupakan beban yang diakibatkan oleh pengguna atau

struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan beban

lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban

banjir atau beban mati.

Beban hidup yang digunakan dalam perancangan bangunan gedung

dan struktur lain harus beban maksimum yang diharapkan terjadi

akibat penghunian dan penggunaan bangunan gedung, akan tetapi tidak

boleh kurang dari beban merata minimum yang ditetapkan dalam

Tabel 2 yang berdasarkan pada peraturan pembebanan minimum

bangungan gedung SNI 1727 2013.

Tabel 2. Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo dan beban hidup

terpusat minimum

Hunian atau Penggunaan Merata psf (kN/m2) Terpusat

lb (kN)

Apartemen (lihat rumah tinggal)

Sistem lantai akses

Ruang kantor 50 (2,4) 2000 (8,9)

Ruang komputer 100 (4,79) 2000 (8,9)

Gedung persenjataan dan ruang latihan 150 (7,18)a

Ruang pertemuan 100 (4,79)

a

Kursi tetap (terikat di lantai)

Lobi 100 (4,79)a

Kursi dapat dipindahkan 100 (4,79)a

Panggung pertemuan 100 (4,79)a

Lantai podium 150 (7,18)a

14

Lanjutan Tabel 2. Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo dan beban

hidup terpusat minimum

1,5 kali beban hidup untuk daerah yang

Balkon dan dek tidak dilayani. Tidak

perlu melebihi 100

spf (4,79)

Jalur untuk akses pemeliharaan 40 (1,92) 300 (1,33)

100 (4,79)

Koridor sama seperti

Lantai pertama pelayanan hunian

Lantai lain kecuali disebutkan

lain

Ruang makan dan restoran 100 (4,79)a

Hunian (lihat rumah tinggal)

Ruang mesin elevator (pada daerah 2 in. x 2 300 (1,33)

in. [50 mm x 50 mm])

Konstruksi pelat lantai finishing ringan 200 (0,89)

(pada area 1 in. x 1 in. [25 mm x 25 mm])

Jalur penyelamatan terhadap keluarga 100 (4,79)

Hunian satu keluarga 40 (1,92)

Tangga permanen Lihat pasal 4.5

Garasi/parkir 40 (1,92)a,b,c

Mobil penumpang aja c

Truk dan bus

Susuran tangga, rel pengaman dan batang

Lihat pasal 4.5 pegangan

Helipad 60 (2,87)

de tidak e, f, g

boleh direduksi

Rumah sakit : Ruang operasi, laboratorium 60 (2,87) 1000 (4,45)

Ruang pasien 40 (1,92) 1000 (4,45)

Koridor di atas lantai pertama 80 (3,83) 1000 (4,45)

Hotel (lihat rumah tinggal)

Perpustakaan

Ruang baca 60 (2,87) 1000 (4,45)

Ruang penyimpanan 150 (7,18)a, h

1000 (4,45) Koridor di atas lantai pertama 80 (3,83) 1000 (4,45)

Pabrik 125 (6,00)

a 2000 (8,90) Ringan

Berat 250 (11,97)a

3000 (13,40)

15

Lanjutan Tabel 2. Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo dan beban

hidup terpusat minimum

Gedung perkantoran : Ruang arsip dan computer harus

dirancang untuk beban yang lebih berat

berdasarkan pada perkiraan hunian

Lobi dan koridor lantai pertama 100 (4,79) 2000 (8,90)

Kantor 50 (2,40) 2000 (8,90)

Koridor di atas lantai pertama 80 (3,83) 2000 (8,90)

Lembaga hukum Blok sel 40 (1,92)

Koridor 100 (4,79)

Tempat rekreasi 75 (3,89)

a

Tempat bowling, kolam renang, dan penggunaan yang sama

100 (4,79)a

Bangsal dansa dan ruang dansa

Gimnasium 100 (4,79)a

Tempat menonton baik terbuka atau tertutup 100 (4,79)a, k

Stadium dan tribun/arena dengan tempat 60 (2,87)a, k

duduk tetap (terikat pada lantai)

Rumah tinggal 10 (0,48)

l

Hunian (satu keluarga dan dua keluarga) Loteng yang tidak dapat didiami

20 (0,96)m

tanpa gudang Loteng yang dapat didiami dengan

gudang 30 (1,44)

Loteng yang dapat didiami dan ruang

tidur 40 (1,92)

Semua rumah hunian tinggal lainnya

Ruang pribadi dan koridor yang 40 (1,92) melayani mereka

Ruang publika dan koridor yang melayani 100 (4,79)

mereka

Atap i

Atap datar, berbubung dan lengkung 20 (0,96)n

Atap digunakan untuk taman atap

100 (4,79)

Atap yang digunakan untuk tujuan lain

Sama seperti hunian

Atap yang digunakan untuk hunian lainnya

dilayani a

Awning dan kanopi 5 (0,24) tidak boleh

Konstruksi pabrik yang didukung

direduksi

oleh struktur rangka kaku ringan

5 (0,24) tidak boleh 200 (0,89) Rangka tumpu layar penutup

direduks,berdasarkan

luas tributari dari

atap yang ditumpu

oleh rangka

16

Lanjutan Tabel 2. Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo dan beban

hidup terpusat minimum

Semua konstruksi lainnya 20 (0,96) 2000 (0,89)

Komponen struktur atap utama, yang

terhubung langsung dengan pekerjaan

lantai

Titik panel panel tunggal dari batang

bawah rangka atap atau setiap titik 300 (1,33)

sepanjang komponen struktur utama

yang mendukung atap di atas pabrik,

gudang, dan perbaikan garasi

Semua komponen struktur atap utama 300 (1,33)

lainnya

Semua permukaan atap dengan bebabn

pekerja pemeliharaan

Sekolah

Ruang kelas 40 (1,92) 1000 (4,5)

Koridor di atas lantai pertama 80 (3,83) 1000 (4,5)

Koridor lantai pertama 100 (4,79) 1000 (4,5)

Bak-bak/scuttles, rusuk untuk atap kaca dan 200 (0,89)

langit- langit yang dapat diakses

Pinggir jalan untuk pejalan kaki, jalan lintas 250 (11,97)a,p

8000 q kendaraan dan lahan/jalan untuk truk-truk (35,6)

Tangga dan jalan keluar 100 (4,79) 300r

Rumah tinggal untuk satu dan dua 40 (1,92) 300r

keluarga saja

Gudang di atas langit-langit 20 (0,96)

Gudang penyimpan barang sebelum

disalurkan ke pengecer (diadaptasi menjadi

gudang penyimpanan, harus dirancang untuk

beban lebih berat) 125 (6,00)

a

Ringan

Berat 250 (11,97)a

Toko Eceran

Lantai pertama 100 (4,79) 1000 (4,45) Lantai di atasnya 75 (3,59) 1000 (4,45)

Grosir, di semua lantai 125 (6,00)a

1000 (4,45)

Penghalang kendaraan Lihat pasal 4.5

Susuran jalan dan panggung yang 60 (2,87)

ditinggikan (selain jalan keluarkan)

Pekarangan dan teras, jalur pejalan kaki 100 (4,79)a

Sumber : Peraturan Pembebanan Bangunan Gedung SNI 1727 2013

a Reduksi beban hidup untuk penggunaan ini tidak diizinkan oleh Pasal 4.7 kecuali

dinyatakan pengecualian secara spesifik.

17

b Lantai dalam garasi atau bagian dari bangunan gedung yang digunakan

untuk penyimpanan kendaraan bermotor harus dirancang terhadap beban hidup merata terdistribusi dalam Tabel 4-1 atau beban terpusat berikut:(1) untuk garasi yang dibatasi untuk kendaraan penumpang yang mengakomodasi tidak lebih dari sembilan penumpang, 3000 lb (13,35 kN) bekerja pada daerah seluar 4.5 in. x 4.5 in.(114 mm x 114 mm) sebagai jejak dongkrak; dan (2) untuk struktur parkir mekanik tanpa pelat atau dek yan digunakan untuk penyimpang mobil penumpang saja, 2250 lb (10 kN) per roda.

c Desain untuk truk dan bus harus sesuai dengan AASTHO LRFD Bridge

Design Specification; walaupun demikian ketentuan dari persyaratan beban fatik dan dinamis tidak perlu diterapkan.

d Beban merata sebesar 40 psf (1,92 kN/m2) merupakan dasar desain

helikopter yang memiliki berat pada saat lepas landas maksimum 3000 lbs (13.35 kN) atau kurang. Beban ini tidak boleh direduksi.

e Pelabelan kapasitas helikopter harus dipasang sesuai dengan pihak yang berwenang.

f Dua beban terpusat tunggal, yang berjarak setiap 8 ft (2,44 m) harus dipasang pada daerah pendaratan (mewakilkan dua palang utama helikopter, baik tipe palang atau tipe roda) setiap memiliki besarnya 0,75xberat tinggal landas maksimum helikopter dan di tempatkan untuk menghasilkan efek beban maksimum pada elemen struktur yang ditinjau. beban terpusat harus dipasang meliputi suatu luasan dari 8 in. x 8 in. (200 mm x 200 mm) dan tidak boleh sepusat dengan beban hidup merata ataupun terpusat lain.

g Suatu beban pusat tunggal sebesar 3000 lbs (13.35 kN) harus dipasang pada suatu luas 4,5 in. x 4,5 in. (114 mm x 114 mm), di tempatkan sedemikian rupa untuk menghasilkan efek beban maksimum pada elemen struktur yang ditinjau. Beban terpusat tersebut tidak perlu dianggap bekerja sepusat dengan beban hidup terpusat atau merata lainnya.

h Beban yang bekerja pada lantai ruang penyimpanan rak yang tidak bergerak dan rak buku perpustakaan dua sisi memiliki batasan berikut: (1) Tinggi nominal rak bukutidak boleh lebih dari 90 in. (2290 mm); (2) tebal rak tidak lebih dari 12 in. (305 mm) untuk setiap sisi; dan (3) rak buku dua sisi yang memiliki baris pararel harus dipisahkan oleh celah yang tidak kurang dari lebar 36 in. (914 mm).

k Sebagai tambahan dari beban hidup vertikal, desain harus termasuk gaya goyang horizontal yang bekerja pada setiap baris dari dudukan sebagai berikut: dipasang beban dudukan 24 lb/ft dari dudukan bekerja dalam arah sejajar dari setiap baris dudukan dan10 lb/ft dari dudukan yang bekerja

18

dalam arah tegak lurus dari setiap baris dudukan. Gaya goyang horizontal,

tegak lurus dan pararel tidak perlu bekerja bersamaan.

l Ruang di bawah atap yang tidak bisa didiami tanpa gudang adalah tempat dimana tinggi bersih maksimum antara joist dan kasau kurang dari 42 in. (1067 mm), atau dimana tidak ada dua atau lebih rangka batang yang bersebelahan dengan konfigurasi badan yang mampu mengakomodasi suatu persegi dengan ukuran tinggi 42 in. (1067 mm), lebar 24 in. (610 mm), atau lebih besar, diantara bidang rangka-rangka batang. Beban hidup tidak perlu dipasang sepusat dengan persyaratan beban hidup lain.

m Ruang di bawah atap yang tidak bisa didiami tanpa gudang adalah tempat dimana tinggi bersih maksimum antara joist dan kasau kurang dari 42 in. (1067 mm), atau dimana tidak ada dua atau lebih rangka batang yang bersebelahan dengan konfigurasi badan yang mampu mengakomodasi suatu persegi dengan ukuran tinggi 42 in (1067 mm) lebar 24 in. (610 mm), atau lebih besar, diantara bidang rangka-rangka batang. Pada rangka batang tersebut beban hidup hanya boleh dipasang pada batang-batang bawah dimana dua kondisi harus dipenuhi sebagai berikut:

i. Ruang bawah atap bisa diakses dari bukaan dari ukuran lebar 20 in. (508 mm) dan panjang 30 in. (762 mm) yang di tempatkan pada tinggi bersih 30 in. (762 mm); dan

ii. kemiringan dari batang bagian bawah rangka batang tidak boleh lebih besar dari dua unit vertikal ke 12 unit horizontal (kemiringan 9,5%). Sisa dari bagian bawah rangka batang harus didesain untuk beban hidup tidak

terpusat terdistribusi merata tidak kurang dari 10 lb/ ft2 (0,48 kN/m

2).

n Bila beban hidup atap merata direduksi sampai kecil dari 20 lb/ft

2 (0,96

kN/m2) menurut Pasal 4.8.1 dan digunakan untuk mendesain komponen

struktur ditata sedemikian untuk membuat kesinambungan, beban hidup atap yang terreduksi harus dipasang ke bentang-bentang bersebelahan atau alternatif, dipilih yang menghasilkan efek beban terbesar.

o Atap digunakan untuk keperluan lain harus didesain untuk beban-beban yang sesuai sebagaimana yang diminta oleh pihak yang berwenang.

p Beban merata lain sesuai dengan metode yang disetujui, yang berisi ketentuan untuk pembebanan truk, juga harus dipertimbangkan jika perlu.

q Beban roda terpusat harus digunakan pada daerah 4,5 in. x 4,5 in. (114 mm

x 114 mm).

r Beban terpusat minimum pada pijakan tangga (seluas 2 in. x 2 in. [50 mm x 50 mm])

harus dipasang tidak sepusat dengan beban merata.

19

c. Beban mati

Beban mati merupakan berat seluruh bahan konstruksi bangunan

gedung yang terpasang, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, tangga,

dinding partisi tetap, finishing, klading gedung, komponen arsitektural

dan struktur lainnya serta peralatan layan yang terpasang lain termasuk

berat keran.

Tabel 3. Beban mati

No Beban Hidup Besar Beban

1 Baja 7.850 kg/m3

2 Batu Alam 2.600 kg/m3

3 Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat 1.500 kg/m3

tumpuk)

4 Batu karang (berat tumpuk) 700 kg/m3

5 Batu pecah 1.450 kg/m3

6 Besi tuang 7.250 kg/m3

7 Beton 2.200 kg/m3

8 Beton bertulang 2.400 kg/m3

9 Kayu (Kelas I) 1.000 kg/m3

10 Kerikil, koral (kering udara sampai lembap, 1.650 kg/m3

tanpa diayak)

11 Pasangan bata merah 1.700 kg/m3

12 Pasangan batu belah, batu belat, batu gunung 2.200 kg/m3

13 Pasangan batu ceta 2.200 kg/m3

14 Pasangan batu karang 1.450 kg/m3

15 Pasir (kering udara sampai lembab) 1.600 kg/m3

16 Pasir (jenuh air) 1.800 kg/m3

17 Pasir kerikil, koral (kering udara sampai 1.850 kg/m3

lembab)

18 Tanah, lempung dan lanau (kering udara 1.700 kg/m3

sampai lembab)

19 Tanah, lempung dan lanau (basah) 2.000 kg/m3

20 Tanah hitam 11.400 kg/m3

Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987

20

d. Momen terfaktor pada lajur kolom dan lajur tengah

Dalam perencanaannya momen lajur kolom diproporsikan dapat

menahan beban momen terkfaktor dalam persen yang diatur dalam SNI

2847:2013 sebagai berikut :

Tabel 4. Momen terfaktor negatif interior

l2/l1 0,5 1,0 2,0

α1 l2 / l1 = 0 75 75 75

α1 l2 / l1 ≥ 1,0 90 75 45 Sumber : Tata Cara Perhitungan Bangunan Gedung SNI 2847 2013

Tabel 5. Momen terfaktor negatif eksterior

l2/l1 0,5 1,0 2,0

α1 l2 / l1 = 0 βt = 0 100 100 100

βt ≥ 2,5

75 75 75

α1 l2 / l1 ≥ 1,0 βt = 0 100 100 100

βt ≥ 2,5

90 75 45

Sumber : Tata Cara Perhitungan Bangunan Gedung SNI 2847 2013

Tabel 6. Momen terfaktor positif

l2/l1 0,5 1,0 2,0

α1 l2 / l1 = 0 60 60 60

α1 l2 / l1 ≥ 1,0 90 75 45 Sumber : Tata Cara Perhitungan Bangunan Gedung SNI 2847 2013

21

3. Penulangan pelat

Dalam perencanaan penulangan pelat dua arah yang tercantum pada SNI

2847:2013 pasal 7.12.2.1 bahwa tulangan pelat ditentukan oleh momen-

momen pada penampang kritis, tapi tidak tidak boleh dari yang

disyaratkan yaitu luasan tulangan susut dan suhu harus menyediakan

paling sedikit memiliki rasio luas tulangan terhadap luas bruto penampang

beton sebagai berikut, tetapi tidak kurang dari 0,0014:

(a) Slab yang menggunakan batang tulangan ulir Mutu 280 atau 350

sebesar 0,0020.

(b) Slab yang menggunakan batang tulangan ulir atau tulangan kawat las

Mutu 420 sebesar 0,0018.

(c) Slab yang menggunakan tulangan dengan tegangan leleh melebihi

420 MPa yang diukur pada regangan leleh sebesar 0,35 persen :

…………………………………………………….... 2.20

Spasi tulangan pada penampang kritis tidak boleh melebihi dua kali tebal

slab, kecuali untuk bagian luas slab konstruksi sel atau berusuk. Pada slab

yang melintasi ruang sel, tulangan harus disediakan seperti disyaratkan

oleh pasal 7.12.

22

Perhitungan area yang membutuhan tulangan berdasarkan pada persamaan

berikut :

….………………..………………………..…………. 2.21

Untuk pelat nilai jd = 0,90 sampai 0,95. Diasumsikan dengan nilai 0.925

pada trial pertama. Setelah trial telah dihitung akan didapatkan nilai tebal

zona tekanan (a) untuk penampang momen maksimum, tebal dari zona

tekanan akan didapat dan digunakan untuk menghitung nilai yang lebih

tepat dari jd = d – a/2.

Untuk pelat tanpa balok diperbolehkan penulangan diputus dan

perpanjangan minimum yang telah ditetapkan seperti Gambar 7. berikut :

Sumber : Tata Cara Perhitungan Bangunan Gedung SNI 2847 2013

Gambar 7. Perpanjangan minimum untuk tulangan pada slab tanpa balok.

23

B. Metode Elemen Hingga

1. Konsep umum metode elemen hingga

Menurut Szilard (1974), Metode elemen hingga (finite element)

memperluas metode matriks perpindahan ke analitis kontinuum struktural.

Kontinum elastis suatu pelat diganti dengan struktur pengganti, yang

terdiri dari elemen-elemen diskrit yang saling berhubungan hanya dititik-

titik simpul. Hubungan ini bersifat sedemikian rupa hingga kontinuitas

tegangan dan perpindahan yang sebenarnya pada pelat bisa didekati oleh

perpindahan titik simpul elemen tersebut. Pada masalah pelat, dilakukan

dengan membagi kontinum asli menjadi sejumlah elemen pelat, yang

dibatasi oleh garis-garis pertemuan yang lurus atau lengkung dan

memiliki semua sifat bahan yang sama seperti pelat semula.

Sumber : Teori Pelat dan Analisis, Szilard R.

Gambar 8. Pendeketan elemen hingga pada pelat

24

Energi potensial pada struktur pelat dapat dirumuskan sebagai berikut : Π ∫∫(V ) ∫ { }T{ } dV - ∫∫(V ) ∫ {d }T{P } dV …..………………2.22

Prinsip energi potensial minimum menghasilkan persamaan matriks

berikut :

[k ] {d } – {P } = 0 …………………………………………………….2.23

yang bisa dituliskan sebagai : {d } = [k ]

-1 {P }……………………………………………………..…2.24

Notasi : { } { } {d } {P } [k ]

: Matriks regangan : Matriks tegangan

: Gaya luar

: Matriks perpindahan

: Matriks kekakuan pelat total

2. Matriks kekakuan elemen segiempat

Bila pelat memikul gaya sebidang, maka setiap titik simpul memiliki dua

derajat kebebasan kinematik, yakni dua translasi sebidang (ui dan vi).

Pada kasus lentur setiap titik simpul bisa bertranslasi dalam arah lateral

dan berputar terhadap sumbu X dan Y. Dengan menerapkan teori lendutan

kecil, pengaruh membran dan lentur dapat dipisahkan.

25

Gambar 9. Derajat kebebasan kinematik di titik simpul elemen segiempat.

Matriks kekakuan yang selaras dengan 12 koordinat simpul dapat

dihitung dengan

[S*] = ∫ ∫ ………………………….…….2.25

Untuk elemen isotropis dalam buku Analisa Struktur karya A. Ghali,

persamaan tersebut memberikan

[S*] = [T][S**][T]…………………………………………...2.26

[N] = …………………………………………………....2.27

dengan

[T] = …………………………...2.28 [ ]

[Ts] = [ ]…………………………………………………2.29

26

dan [S**] ditentukan oleh persamaan 2.30

Jika elemen memikul beban merata q dalam arah z, maka persamaan

untuk vektor beban konsisten menjadi,

[Q*q] = ∫ ∫ ……………………………………2.30

[Q*q] adalah dua belas gaya yang selaras dengan parameter perpindahan

titik simpul sehingga evaluasi dengan persamaan ini menghasilkan,

[Q*q] = …………………………………………..2.31

{}

C. Metode Portal Ekivalen

1. Konsep umum metode portal ekivalen

Metode ini mengasumsikan pelat lantai dan balok-balok pemikul beban

bekerja sama dalam memikul beban. Masing-masing rangka terdiri dari

sebaris kolom atau tumpuan dan lajur pelat-balok, dibatasi dalam arah

lateral oleh garis tengah panel pada masing-masing sisi dari sumbu kolom

atau tumpuan, seperti pada gambar berikut :

27

Gambar 10. Pelat lantai tipikal

Kolom atau tumpuan dianggap dihubungkan pada lajur pelat-balok oleh

komponen puntir yang arahnya transversal terhadap arah bentang yang

ditinjau momennya dan memanjang hingga garis tengah panel-panel pada

masing-masing sisi kolom

Gambar 11. Portal bangunan tipikal

28

2. Kolom ekivalen

Kolom dianggap menyatu dengan balok-pelat transversal terhadap

bentangan yang ditinjau melalui aksi torsi. Balok pelat yang mengalami

torsi ini membentang dari garis sumbu-garis sumbu panel yang membatasi

masing-masing sisi dari balok pelat yang ditinjau.

Aksi torsi dari balok-pelat transversal akan mengurangi kekakuan lentur

efektif dari kolom aktual. Efek ini diperhitungkan dalam analisis dalam

bentuk Kolom Ekivalen yang mempunyai kekakuan lentur lebih kecil dari

kolom aktualnya.

…………………………………………………………….2.33

Besarnya nilai kekakuan lentur kolom ekivalen dapat ditentukan sebagai

berikut :

………………………………………………….…2.34

dimana kekakuan torsi (Kt) dapat ditentukan sebagai berikut

Kt = ……………………………………………………2.35

C = ( ) …………………………………………..2.36

dimana : KEk : kekakuan lentur kolom ekivalen

: jumlah kekakuan kolom aktual di atas dan di bawah

pelat

29

Kt

Ebp

l2

C2

: kekakuan torsi

: modulus elastisitas balok-pelat

: lebar balok-pelat yang ditinjau

: ukuran kolom dalam arah l2

x : dimensi keseluruhan yang lebih pendek dari bagian

persegi suatu penampang

y : dimensi keseluruhan yang lebih panjang dari bagian

persegi suatu penampang

Gambar 12. Penampang balok penahan puntir

Gambar 13. Transfer momen antara pelat dan kolom

30

Gambar 14. Kolom ekivalen

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Umum

Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan dalam

melakukan penelitian guna memperoleh pemecahan masalah dengan maksud

dan tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis.

B. Data Penelitian

Akan dirancang flat plate yang dianalisis strukturnya berdasarkan SNI 2847

2013 dengan spesifikasi sebagai berikut :

Material : beton

Mutu beton (f’c) : 25 MPa

Mutu baja tulangan (fy) : 280 MPa

Berat jenis beton : 2400 kg/m3

Modulus elastisitas : 23500 MPa

Poisson ratio : 0,3

34

Denah bangunan ditunjukkan pada Gambar 15 berikut ini:

Gambar 15. Tampak atas denah bangunan

C. Prosedur Penelitian

Dalam pengerjaan penelitian ini dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai

berikut :

1. Menyiapkan data penelitian

2. Melakukan studi literatur

3. Merencanakan dengan data penelitian yang telah ditentukan dengan

beberapa metode yang akan digunakan :

a. Metode Elemen Hingga

1) Mendefinisikan permasalahan analisis, memilih model elemen

hingga dan merencanakan model mesh.

35

2) Memasukan data seperti material, node, kondisi tepi pelat sesuai

dengan data yang akan direncanakan pada struktur pelat.

3) Menghitung matriks kekakuan lokal menggunakan Microsoft

Excel.

4) Merakit matriks lokal untuk bentuk matriks kekakuan global pada

sistem matriks menggunakan bantuan Microsoft Excel.

5) Menghitung perpindahan dan gaya nodal dengan memasukan

beban pada tiap nodal.

6) Menghitung nilai tegangan pada elemen pelat.

7) Menghitung nilai momen pada elemen pelat.

8) Menghitung penulangan pada elemen pelat.

b. Metode Portal Ekivalen

1) Menentukan tebal pelat lantai.

2) Menghitung beban maksimum menggunakan kombinasi

pembebanan berdasarkan SNI 2847 2013.

3) Mengasumsikan bentang pelat sepanjang kolom sebagai portal

kaku.

4) Mengasumsikan ujung-ujung kolom terjepit.

5) Menghitung koefisien-koefisien distribusi momen untuk pelat.

6) Menghitung koefisien-koefisien distribusi momen kolom.

7) Menghitung koefisien-koefisien distribusi momen kolom ekivalen

8) Menghitung faktor distribusi momen.

9) Menghitung momen menggunakan Metode Cross dengan bantuan

Microsoft Excel.

36

10) Mendistribusikan momen-momen pada portal ekivalen menuju

lajur tengah dan lajur kolom.

11) Mendesain penulangan yang dibutuhkan

12) Cek geser.

c. Pemodelan struktur dan analisis struktur pelat menggunakan SAP2000

versi 14. Adapun tahap dalam analisis pemodelan struktur pelat

menggunakan SAP2000 versi 14 sebagai berikut :

1. Garis Grid dan Gambar Model Struktur

a. Klik menu FILE, New Model atau klik tombol New Model.

b. Klik drop-down untuk menentukan satuan

Gambar 16. Kotak New Model

c. Kemudian memilih Grid Only sehingga tampil kotak New

Coord/Grid System.

d. Pada kotak New Coor/Grid System:

37

Klik tab Cartesian Karena model adalah bidang

XY maka pada kotak Number of grid Lines : o Isi X direction dengan 2.

o Isi Y direction dengan 2. o Isi Z direction dengan 1.

Pada kotak Grid Spacing : o

Isi X direction dengan 4. o Isi Y direction dengan 6.

Klik OK.

Gambar 17. Sistem koordinat baru.

Gambar 18. Garis grid dan pelat.

e. Pastikan tombol Snap to Points and Grid Intersections

pada toolbar samping kiri aktif

f. Klik tombol Draw Rectangular Area pada toolbar samping

kiri lalu klik pada pelat

g. Klik tombol Set Select Mode lalu klik pada area pelat yang

sudah digambar

38

Gambar 19. Melakukan Set Select Mode

h. Klik Edit menu, Edit Area dan kemudian Devide Area.

Selanjutnya akan muncul kotak Devide Selected Areas.

Gambar 20. Tampilan menu Devide Selected Area.

39

Gambar 21. Hasil dari Devide Selected Area.

i. Klik tepi dari pelat untuk memberikan tumpuan yaitu dengan

memilih menu Assign > Joint > Restrains > pilih jenis

tumpuan).

2. Material dan Penampang Pelat

a. Klik menu Define > Materials.

b. Pilih jenis bahan dan klik Modify/Show Material dan terbuka

kotak Material Property Data.

Gambar 22. Meng-input jenis material

40

c. Klik menu Define > Area Sections, kemudian klik tombol

Modify/Show Sections untuk menampilkan kotak Area Sections

Data.

Gambar 23. Memeriksa Area Sections.

Gambar 24. Memasukkan data material

d. Untuk memasukan pembebanan pada pelat adalah dengan

memilih Assign > Area Loads > Uniform Shells (untuk beban

merata pada pelat).

41

Gambar 25. Tampilan Area Uniform Loads untuk memasukkan

beban merata

Gambar 26. Output pelat setelah dimasukkan beban

e. Memilih Set Analysis Options dengan memilih XY Plane

karena struktur adalah pelat.

42

Gambar 27. Tampilan menu Analysis Option.

3. Analisis Pelat

a. Melakukan analisa struktur dengan Analyze > Run Analyze >

Run Now. Klik Display > Show Deformed Shape > OK untuk

melihat hasil deformasi dari pelat.

Gambar 28. Deformasi pelat

43

b. Momen struktur pelat pada SAP 2000 adalah M11 (momen

arah memanjang) dan M22 (momen arah memendek).

Gambar 29. Momen pelat M11 dan M22

44

D. Kerangka Penelitian

Adapun tahapan penelitian dapat dilihat pada flow chart di bawah ini :

Mulai

Persiapan Data

Studi Literatur

Mendesain pelat dengan

spesifikasi teknis bangunan

Menganalisis pelat Menganalisa pelat

menggunakan Metode Menganalisis pelat menggunakan Metode

Portal Ekivalen menggunakan SAP2000 Elemen Hingga

dengan Microsoft Excel dengan Microsoft Excel

Memperoleh nilai Memperoleh nilai Memperoleh nilai

momen momen momen

Desain penulangan pelat

Pembahasan

Selesai

Gambar 30. Diagram alir penelitian

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Nilai tebal pelat diperoleh sebesar 0,15 m yang digunakan pada analisis

tiap metode.

2. Hasil dari analisis flate plate menggunakan metode elemen hingga dan

metode portal ekivalen memiliki perbedaan cukup besar. Hal tersebut

disebabkan pada analisis menggunakan metode elemen hingga hanya

meninjau flat plate tanpa mengikutsertakan kolom, sedangkan pada

metode portal ekivalen momen ditransfer menuju kolom.

2. Perencanaan penulangan pelat menggunakan nilai momen yang didapatkan

dari metode portal ekivalen dapat dilihat pada Gambar 59 dan Gambar 60.

B. Saran

1. Tugas akhir ini penulis hanya membahas gaya akibat beban gravitasi.

Untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik jika gaya akibat beban lateral

seperti beban angin atau beban gempa diperhitungkan.

81

2. Jenis pelat lantai yang direncanakan hanya satu jenis yaitu flate plate.

Pembahasan selanjutnya akan lebih baik dibandingkan dengan jenis-jenis

pelat lainnya.

3. Diharapkan dalam menganilisis struktur pelat menggunakan metode portal

ekivalen dan metode elemen hingga harus memperhatikan jenis pelat,

tumpuan pada pelat, jenis elemen, jumlah elemen berdasarkan pedoman

atau aturan yang berlaku.

4. Penilitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan jenis dan jumlah

elemen yang berbeda dalam menganalisis menggunakan metode elemen

hingga sehingga bisa didapatkan perbandingan dan hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

. 1987. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung.

Jakarta. Dinas Pekerjaan Umum.

. 2013. SNI 1727 Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung

dan Bangunan Lain. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional.

. 2013. SNI 2847 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung,

Jakarta. Badan Standarisasi Nasional.

Ghali, A. 1978. Analisis Struktur. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Katili, I. 2003. Metode Elemen Hingga untuk Pelat Lentur. Jakarta. Universitas

Indonesia (UI-Press)

Slizard, R. 1974. Teori dan Analisis Pelat Metode Klasik dan Numerik. Jakarta.

Erlangga.

Ugural, A.C. 1999. Stresses in Plates and Shells. Singapore. The McGraw-Hill

Companies, Inc