Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau...

26
1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau di Maluku Menggunakan Teknik Rekonstruksi Artikel Ilmiah Peneliti : Chlief Septian Lekahena (692011054) Jasson Prestiliano, S.T.,M.Cs George Nicholas Huwae, S.Pd.,M.I.Kom Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Januari 2018

Transcript of Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau...

Page 1: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

1

Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya

Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau di Maluku

Menggunakan Teknik Rekonstruksi

Artikel Ilmiah

Peneliti :

Chlief Septian Lekahena (692011054)

Jasson Prestiliano, S.T.,M.Cs

George Nicholas Huwae, S.Pd.,M.I.Kom

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Januari 2018

Page 2: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

2

Page 3: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

3

Page 4: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

4

Page 5: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

5

Page 6: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

6

Page 7: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

7

Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya

Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau di Maluku

Menggunakan Teknik Rekonstruksi

1)Chlief Septian Lekahena,

2)Jasson Prestiliano, S.T.,M.Cs,

3)George Nicholas Huwae, S.Pd.,M.I.Kom

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia

Email: 1)

[email protected], 2)

[email protected], 3)

[email protected]

Abstract

The value of pela-gandong culture that exist in Maluku is the grip of life for people in

Maluku who live in religious. The value of pela-gandong culture can be seen in the history of

Nusalaut Island and Ambalau Island which is said to be the siblings and live in harmony

harmoniously. Speech of siblings who are now separated and embraced a different religion.

Until now there is no visual media that contains the historical documentation of the

separation of Nusalaut Island and Ambalau Island. Based on the existing problems,

qualitative research was made using linear strategy method, resulting in the design of the

documentary film of the history of the separation of Nusalaut Island and Ambalau Island in

Maluku using reconstruction technique as a medium of information in preserving pela-

gandong culture which became diversity among religious people.

Keywords : History, Cultural Values, Documentary Film, Nusalaut, Ambalau

Abstrak

Nilai budaya pela-gandong yang ada di Maluku merupakan pegangan hidup bagi

masyarakat di Maluku yang hidup dalam keberagamaan. Nilai budaya pela-gandong ini dapat

dilihat pada cerita sejarah Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau yang kononnya adalah saudara

kandung dan hidup dalam keharmonisan yang rukun. Keduanya merupakan adik-kakak kandung

yang kini telah terpisah dan menganut agama yang berbeda. Hingga saat ini belum adanya media

visual yang memuat dokumentasi sejarah terpisahnya Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau.

Berdasarkan masalah yang ada maka dibuatlah penelitian kualitatif menggunakan metode linear

strategi, sehingga menghasilkan perancangan film dokumenter sejarah terpisahnya Pulau Nusalaut

dan Pulau Ambalau di Maluku menggunakan teknik rekonsruksi sebagai media informasi dalam

melestarikan nilai budaya pela-gandong yang menjadi keberagaman antar umat beragama.

Kata Kunci: Sejarah, Nilai Kebudayaan, Film Dokumenter, Nusalaut, Ambalau 1)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2)

Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 3)

Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Page 8: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

8

1. Pendahuluan

Dalam perjalanan kehidupan masyarakat di Maluku pada awalnya, sudah

dikenal oleh berbagai bangsa-bangsa seperti dari bangsa Arab, bangsa China dan

bangsa-bangsa lain yang mendiami benua Eropa. Dengan perjumpaan itu, maka

sejak lama masyarakat Maluku telah membangun hubungan dengan bangsa-

bangsa lain dengan beradaban yang berbeda, sehingga Maluku memiliki

keunggulan-keunggulan tertentu dalam membangun relasi sosial antar sesama dari

berbagai peradaban [1]. Relasi sosial yang dimaksud diperkuat dengan adanya

nilai budaya sebagai dasar yang menjadi jati diri yakni nilai budaya cinta damai

yang dimiliki sejak leluhur. Dengan demikian, kebudayaan yang dikembangkan

adalah kebudayaan yang melambangkan persekutuan, kekeluargaan dan saling

menghargai dalam bentuk pela, gandong, basudara Salam dan Sarane sebagai

panggilan sehari-hari (bukan orang Islam dan orang Kristen) sebagai lambang

perdamaian yang sudah melekat pada jiwa dan semangat anak Maluku.

Nilai budaya yang sudah ditanamkan ini kemudian dipegang teguh oleh

masyarakat di Maluku sampai saat ini yang dikenal dengan sebutan Pela-

Gandong. Pela (kerabat) adalah sejarah hidup orang Maluku, yang di dalamnya

terkandung penghayatan akan nilai-nilai relasi antar manusia, baik yang diawali

dengan atau tanpa ketegangan. Dilihat dari sejarah terjadinya pela maka pela

dapat dikatakan sebagai solusi dalam menghadapi ketegangan dan persoalan-

persoalan hidup dengan menekankan perbaikan relasi antar manusia. Menurut

bahasa asli negeri-negeri di Maluku, pela memang bisa diartikan sebagai kerabat

(yang dipercaya) atau saudara, karena mereka yang berada di dalam ikatan pela

menganggap satu dengan yang lain, tanpa memandang usia dan kedudukan

sebagai kerabat, bahkan lebih dari sekedar kerabat yaitu sebagai saudara [2].

Gandong (berasal dari kata kandung atau kandungan) dan pela pada

dasarnya berbeda, namun memiliki nilai yang sama. Bahkan ada yang

menggolongkan gandong juga sebagai salah satu bentuk pela. Jika dua (atau

lebih) negeri memiliki hubungan gandong hal itu karena mereka merasa memiliki

asal usul yang sama, yaitu berasal dari satu keturunan, dari nenek moyang yang

sama [3]. Pela-gandong sebagaimana dipahami merupakan ikatan persaudaraan

yang sangat kuat. Kekuatan pela-gandong itu terletak pada nilai persaudaraan

sejati antara dua atau tiga negeri (desa/kampung). Nilai persaudaarn sejati itu

dapat bersifat kultural dan historis. Bersifat genealogis-kultural karena hubungan

pela-gandong itu bersumber pada nilai-nilai adat, misalnya secara kultural orang-

orang berasal dari dua atau tiga negeri yang berbeda itu memiliki satu pertalian

genealogis. Orang-orang dari negeri tersebut yang berbeda atau sama agamanya

itu berasal atau bersumber dari satu negeri asal dan satu nenek moyang.

Berbagai bentuk pengkhayatan akan nilai budaya pela-gandong ini dapat

dilihat pada aspek kehidupan masyarakat di Maluku, salah satunya sejarah

hubungan saudara pela-gandong antara Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau di

Maluku yang memiliki ikatan gandong namun berbeda agama. Hubungan saudara

gandong antara Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau berawal dari kisah tentang

dua orang bersaudara yang tinggal bersama dengan rukun dan harmonis sebagai

adik-kakak kandung. Pada masa itu keduanya hidup saling berdampingan dengan

tidak mengenal agama, sehingga dikatakan “animisme”. Animisme dapat

Page 9: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

9

dipahami sebagai suatu sistem kepercayaan dimana manusia religius, khususnya

orang-orang primitif, membubuhkan jiwa pada manusia dan juga pada setiap

makhluk dan benda mati [4].

Dengan demikian adik-kakak ini hidup pada masa primitif dan belum

mengenal agama, jauh sebelum masuknya penjajahan saat itu. Akibat perebutan

harta warisan yaitu sebatang pohon “sukun” yang tumbuh ditengah-tengah Pulau

Nusalaut, maka adik-kakak ini pun bersepakat dengan maksud menghindari

konflik antara adik-kakak tersebut. Kesepakatan mereka diawali dengan berpisah

pada sebatang pohon “sukun” yang menjadi awal perjalanan Pulau Ambalau,

meninggalkan Pulau Nusalaut. Cerita yang ditutur oleh kepala Desa Massawoy-

Ambalau, Bapak Abu Tukmuly mengatakan bahwa cerita ini masih memiliki

banyak versi yang ditutur oleh masing-masing desa/negeri. Bahkan dari Pulau

Nusalaut juga memiliki versi cerita yang berbeda, namun alasan utama tetap sama

yakni adik-kakak ini berpisah akibat karena pohon “sukun”. Dari berbagai cerita

yang didengar, dapat disimpulkan bahwa pendalaman cerita sejarah kedua pulau

ini hanya sebatas penuturan tua-tua adat tanpa adanya media visual yang dapat

menggambarkan terpisahnya kedua pulau ini. Kurangnya perhatian pemerintah

dalam mengembangkan cerita sejarah bagi generasi muda dalam proses

pembelajaran juga menjadi masalah. Cerita yang melatarbelakangi nilai budaya

pela-gandong dalam keberagaman ini kiranya dapat dikhayati bagi generasi muda

dalam meneruskan nilai budaya yang sudah turun-temurun. Berdasarkan masalah

yang ada maka dibuatlah sebuah media visual dengan mengangkat kembali cerita

sejarah terpisahnya Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau di Maluku, sebagai media

informasi bagi generasi muda dalam melestarikan nilai budaya pela-gandong.

Sejarah terpisahnya Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau dapat di tutur

kembali melalui media apapun, salah satunya media visual berupa film

dokumenter. Namun seiringnya perkembangan teknologi sampai saat ini, belum

adanya media visual yang dapat menceritakan kembali sejarah kedua pulau ini

terpisah. Film dokumenter mempunyai 2 (dua) syarat yang harus dipenuhi dalam

proses pembuatannya, yaitu: tidak ada usaha untuk menipu penonton dan

peristiwanya tidak bertentangan dengan rekonstruksinya [5]. Film dokumenter

berfungsi penting dalam usaha pelestarian budaya. Dengan diimbangi penelitian

yang mendalam dan pembuatan konsep penyajian yang menarik, film tersebut

dapat menjadi saksi sejarah yang tetap aktual dan terpercaya [6].

2. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian terdahulu mengenai pembuatan film dokumenter.

Penelitian pertama yang berjudul “Pembuatan Film Doumenter Drama Rudat

Dengan Menggunakan Pendekatan Rekonstruksi Sejarah”. Di pulau Lombok-

Nusa Tenggara Barat, ada salah satu kesenian daerah yang masih sangat kental

nilai budayanya bernama langkah Rudat. Langkah Rudat juga dikenal sebagai

langkah penyambutan untuk wisatawan [7]. Namun, perkembangan saat ini Rudat

kurang dikenal orang akibat tidak adanya lagi waktu yang disediakan oleh

pemerintah setempat saat menyambut tamu dari dalam maupun luar negeri.

Kedudukan Rudat sudah digantikan oleh ceramah dan sebagainya. Dengan

menyuguhkan pemandangan yang indah dan keramah-tamahan penduduk

Page 10: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

10

diharapkan dapat meningkatkan daya tarik wisatawan asing maupun wisatawan

lokal berkunjung ke pulau ini untuk menikmati nilai-nilai tradisi yang ada di pulau

Lombok, salah satu tradisi yang sampai saat ini masih ada ialah Rudat. Film ini

dibuat untuk menceritakan kembali sejarah Rudat dan menjadikannya salah satu

warisan budaya yang akan terus dikenang oleh masyarakat. Juga dapat mengemas

sejarah Rudat sesuai asal mula, filosofi dan perkembangan yang ada.

Penelitian kedua mengenai “Film Dokumenter Sejarah Drama Tari Gambuh

Desa Batuan”. Film ini menceritakan seni budaya yang hampir terlupakan oleh

generasi muda saat ini. Salah satunya adalah kesenian drama tari Gambuh.

Gambuh berbentuk total teater karena di dalamnya terpadu dengan baik dan

harmonis elemen-elemen tari, vocal/dialog, musik, drama, sastra dan seni rupa

sehingga menjadi inspirator seni pertunjukan yang lahir kemudian. Film

dokumenter sejarah drama tari Gambuh Desa Batuan menganut jenis film

dokumenter sejarah, namun dalam beberapa bagian akan dimunculkan unsur

rekonstruksi berbantuan animasi 2D, di mana film ini nantinya akan menceritakan

bagaimana awal mula drama tari Gambuh muncul hingga berkembang sampai

sekarang di Desa Batuan. [8].

Sesuai dengan kedua penelitian tersebut, maka keunggulan dari penelitian

ini adalah memperkenalkan nilai budaya pela-gandong sebagai keberagaman

dalam kehidupan beragama di Maluku. Dengan mengangkat cerita sejarah Pulau

Nusalaut dan Pulau Ambalau yang memiliki kepercayaan yang berbeda, hingga

saat ini kedua pulau ini masih memegang teguh nilai budaya pela-gandong

sebagai keberagaman antar umat beragama. Dengan merekonstruksi proses

terpisahnya adik-kakak demi menghindari perdebatan diantara keduanya, dapat

menjadi media informasi bagi generasi muda dalam melestarikan nilai budaya

yang sudah ada sejak leluhur. Secara geografis Pulau Nusalaut berada pada

Provinsi Maluku, Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah, sedangkan

Pulau Ambalau terletak pada Kecamatan Ambalau, Kabupaten Buru Selatan,

Provinsi Maluku. Pulau Nusalaut dalam sejarah adalah kakak (Kristen) dan Pulau

Ambalau adalah adik (Islam) yang hidup dengan kepercayaan masing-masing.

Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau dulunya merupakan sebuah pulau besar yang

bernama “Nusahulawano” artinya, pulau yang dikelilingi laut. Kononnya ada dua

orang bersaudara kandung yang terlahir dari rahim ibu yang sama.

Gambar 1. Peta Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau

Cerita yang melatarbelakangi kehidupan adik-kakak yang tinggal bersama

ini, harus diperhadapkan pada sebuah kesepakatan bersama demi peninggalan

warisan orangtua. Kesepakatan dimulai dengan berpisah pada sebatang pohon

Page 11: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

11

“sukun” yang merupakan warisan orangtua adik-kakak tersebut. Saat malam tiba,

terjadi keajaiban alam yang menimpa adik-kakak yang sedang tidur. Pulau

“Nusahulawano” terbelah menjadi dua bagian, begitu juga pohon “sukun” yang

menjadi awal perjalanan Pulau Ambalau, ikut terbelah menjadi dua bagian. Dari

ujung pohon sampai ke akar-akar ada bersama pulau yang satunya yang diberi

nama Pulau Ambalau artinya, “ombak di laut” dan yang setengahnya ikut

bersama Pulau Nusalaut. Pulau Nusalaut merupakan tujuh negeri yang

mayoritasnya beragama Kristen yaitu, negeri Ameth, Akoon, Abubu, Titawaai,

Leinitu, Sila dan Nalahia. Sedangkan Pulau Ambalau terdiri dari tujuh desa

dengan mayoritas Islam di antaranya, desa Kampung Baru, Ulima, Masawoy,

Lumoy, Elara, Selasi dan Siwar. Film dokumenter ini dibuat sebagai media

pembelajaran tentang cerita sejarah Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau yang

mengandung nilai budaya pela-gandong dalam keberagaman umat beragama.

Film adalah salah satu industri kreatif berupa tontonan yang punya peran

menghibur, itu adalah fungsi yang paling konkret dan mudah. Film sebagai

teknologi layar kini bisa digunakan untuk komunikasi sosial, iklan, kampanye

politik, seminar akademis, dan aktifitas pendidikan. Film secara efektif mampu

membentuk, mengarahkan, menggugat atau pun merusakkan gambaran dan

pengertian tentang realitas. Ini bisa terjadi karena film dapat memainkan persepsi,

emosi, imajinasi, pengetahuan dan perasaan penontonnya [9].

Film dokumenter merupakan film yang menyajikan realita melalui berbagai

cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan, yaitu untuk propaganda,

pendidikan atau tujuan lain. Kenyataan-kenyataan dan argumen-argumen yang

disampaikan di dalamnya, menguak kembali sejarah atau nilai-nilai luhur budaya

yang mulai dilupakan oleh generasi sekarang [10].

Dokumenter bentuk rekonstruksi dapat ditemui pada dokumenter investigasi

sejarah, termasuk pula pada film etnografi dan antropologi visual. Dalam tipe ini,

pecahan-pecahan atau bagian-bagian peristiwa masa lampau maupun masa kini

disusun atau direkonstruksi berdasarkan fakta sejarah. Pada saat merekonstruksi

suatu peristiwa, latar belakang sejarah, periode, serta lingkungan alam dan

masyarakatnya menjadi bagian dari konstruksi peristiwa tersebut [11]. Biasanya

ada kesulitan tersendiri dalam mempresentasikannya kepada penonton sehingga

harus dibantu dengan rekonstruksi peristiwanya. Rekonstruksi yang dilakukan

tidak membutuhkan pemain, lokasi, kostum, make-up dan lighting yang persis

dengan kejadiannya, sehingga sangat berbeda doku-drama yang memang

membutuhkan keotentikan yang tinggi.

Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas

tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut

sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat

mengemban cerita) [12].

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif, yang membantu penulis mendekatkan diri dengan subjek

yang diteliti. Dengan didasarkan pada pertimbangan bahwa penelitian bermaksud

membuat keadaan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

Page 12: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

12

sifat-sifat populasi daerah tersebut [13]. Untuk strategi penelitian menggunakan

linear strategy yakni menetapkan urutan logis pada tahapan perancangan

sederhana yang sudah dipahami komponennya, dan telah berulangkali

dilaksanakan [14]. Tahap perancangan yang menggunakan linear strategy dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Perancangan linear strategy

Tahap pertama dalam perancangan film dokumenter ini adalah identifikasi

masalah. Data yang diperoleh dari wawancara bersama Bapak Ali Loilatu

berperan sebagai tua-tua adat Desa Elara-Pulau Ambalau, menyatakan bahwa

cerita terpisahnya kedua pulau ini pada umumnya sama, yaitu terpisah akibat

sebatang pohon “sukun”. Namun masalah yang ditemukan dalam penelitian ini

adalah belum adanya media visual yang dapat menceritakan kembali sejarah

terpisahnya Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau, seiring berkembangnya teknologi

sekarang ini. Selain itu kurangnya pendalaman cerita sejarah dalam melestarikan

nilai budaya pela-gandong sebagai keberagaman antar umat beragama yang ada di

Maluku. Tahap kedua yaitu pengumpulan data menggunakan teknik pengumpulan

data primer dan sekunder.

Data primer adalah proses wawancara (interview) yang dilakukan dengan

komunikasi secara lisan kepada narasumber yang terkait atau dianggap cukup

memiliki informasi untuk mendapatkan sejumlah data yang relevan dengan

masalah yang dibahas [15]. Selain itu data sekunder dilakukan untuk memperkuat

data primer yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan. Proses ini dilakukan

dengan membaca buku dan sumber-sumber kepustakaan lainnya yang mendukung

penelitian tersebut. Kajian informasi dari internet juga akan membantu

mendapatkan informasi data tambahan mengenai masalah yang bersangkutan.

Tahap terakhir untuk memperoleh data adalah dengan observasi langsung ke

lapangan dengan tujuan untuk mengetahui suasana dan atmosfer serta kehidupan

masyarakat di kawasan Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau.

Tahap ketiga dalam perancangan linear strategy adalah perancangan film

dokumenter. Perancangan desain dalam film dokumenter ini meliputi: pra

produksi, produksi dan pasca produksi, yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Perancangan Desain

Pra Produksi Script

Video

Produksi

Pasca Produksi

Storyline

Treatment

Storyboard

Audio

Editing

Rendering

Mastering

Tahap 1

Identifikasi

Masalah

Tahap 2

Pengumpulan

Data

Tahap 3

Perancangan

Film

Tahap 4

Pengujian

dan Evaluasi

Page 13: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

13

Dalam tahapan pra produksi perancangan rekonstruksi film dokumenter

sejarah terpisahnya Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau di Maluku, terdiri dari

beberapa proses yang harus dikerjakan, seperti Script, Storyline, Treatment dan

Storyboard. Proses ini sangat diperlukan dalam pembuatan film dokumenter

maupun pembuatan video lainnya. Ide dari film ini adalah menyajikan informasi

kepada masyarakat di Maluku bagaimana cerita sejarah Pulau Nusalaut dan Pulau

Ambalau terpisah dalam melestarikan nilai budaya pela-gandong yang terkandung

didalam cerita sejarah kedua pulau ini.

Script sebenarnya merupakan suatu manuskrip atau naskah yang berisi

spesifikasi suatu penyajian dalam setiap medium [16]. Script pada perancangan

film dokumenter ini telah dilampirkan kedalam footage video sebagai subtitle

atau teks bersama narasumber, maupun pada rekonstruksi adik-kakak saat

bersepakat dibawah pohon “sukun” yang menjadi awal perjalanan Pulau

Ambalau, meninggalkan Pulau Nusalaut.

Storyline adalah keseluruhan cerita dari awal sampai akhir dalam berbagai

bentuk tulisan, script, screenplay, copyplay, stageplay dan berbagai coretan teks

sementara lainnya nanti bisa digabung-gabungkan menjadi satu cerita utuh [17].

Berikut adalah storyline dari film dokumenter sejarah terpisahnya Pulau Nusalaut

dan Pulau Ambalau d Maluku.

“Pela-gandong sebagai salah satu nilai budaya orang Maluku yang hingga

saat ini masih menjadi pegangan hidup masyarakat di Maluku. Begitu pula di

Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau yang masih memegang teguh nilai

kebudayaan ini. Keberedaan Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau ini memberi nilai

positif dimana kedua pulau ini merupakan saudara kandung, tetapi keduanya

menganut agama yang berbeda. Kononnya adik-kakak ini tinggal bersama dan

hidup saling membantu satu dengan yang lainnya. Berpisahnya adik-kakak ini

dikarenakan sebatang pohon “sukun” yang merupakan warisan dari orangtua

mereka. Perpisahan adik-kakak ini pun berdampak hingga saat ini yang ditandai

dengan bekas perjalanan Pulau Ambalau saat terpisah dari Pulau Nusalaut.

Kemudian koordinasi yang dilakukan kedua pulau untuk pendidikan yang merata

antar kedua pulau. Nilai keagamaan yang terkandung dalam cerita sejarah ini juga

yang menjadi penting, dimana Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau yang masih

memegang teguh nilai kebudayaan pela-gandong ini akan menambah informasi

bagi generasi muda saat ini dalam melestarikan nilai budaya pela-gandong yang

sudah ada sejak leluhur”.

Treatment adalah sebuah dokumen pendek yang menjabarkan inti dari ide

cerita tersebut. Suatu ide cerita terkadang dibuatkan banyak treatment untuk

mencari perbandingan [18].

Treatment dalam pembuatan film dokumenter ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Treatment

1. EXT–AMBON–SIANG HARI

Latarbelakang konflik yang terjadi di Maluku pada

tahun 1999 sampai 2004

(Long Shot, Medium Shot)

2. INT– RUANG TAMU–SIANG HARI

Wawancara bersama narasumber dari Desa Masawoy

Pulau Ambalau yang menceritakan kesamaan dari

Pulau Nusalaut dengan Pulau Ambalau

(Medium Close Up)

3. INT–DEPAN GEREJA–SORE HARI 4. INT–DEPAN MASJID–SORE HARI

Page 14: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

14

Papan nama salah satu Gereja di Negeri Ameth Pulau

Nusalaut memberi gambaran tujuh (7) negeri Kristen di

pulau Nusalaut - (Medium Shot, Panning Right)

Salah satu Masjid di Desa Ulima Pulau Ambalau

dengan simbolis tujuh (7) desa mayoritas Islam

(Long Shot, Tilting Up)

5. INT–LAPANGAN UPACARA–SIANG HARI

Patung pahlawan Indonesia Christina M. Tijahahu yang

berada ditengah-tengah lapangan Desa Abubu Pulau

Nusalaut - (Panning Right, Long Shot)

6. INT–JALANAN DESA–SIANG HARI

Suasana aktivitas masyarakat Desa Ulima Pulau

Ambalau yang saling menegur satu sama lain

(Long Shot, Still)

7. INT–RUANG TAMU–SIANG HARI

Wawancara kepada narasumber kedua mengenai sebab

akibat adik-kakak Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau

terpisah - (Medium Close Up)

8. INT–DALAM HUTAN–SIANG HARI

Rekonstruksi penggambaran adik-kakak kandung

yang tinggal bersama dan hidup saling membantu

(Low Angle, Panning Left)

9. INT–DALAM HUTAN–SORE HARI

Rekostruksi adik-kakak saat melakukan kesepakatn

untuk berpisah tepat dibawah pohon sukun yang

menjadi awal perjalanan Pulau Ambalau

(Still, Medium Close Up)

10. INT–RUANG TAMU–SORE HARI

Wawancara bersama narasumber yang menjelaskan

alasan adik-kakak Pulau Nusalaut dan Pulau

Ambalau ini berpisah

(Medium Close Up)

11. INT–KAMAR TIDUR–MALAM HARI

Rekonstruksi adik-kakak Pulau Nusalaut dan Pulau

Ambalau yang sedang tidur malam, saat sebelum

mereka berpisah

(Low Angle, Medium Shot)

12. INT–DALAM SPEED BOAT–SIANG HARI

Lokasi beberapa pulau kecil yang tidak berpenghuni

dan menjadi bekas atau saksi nyata perjalanan Pulau

Ambalau terpisah dengan Pulau Nusalaut

(Long Shot, High Angle)

13. INT–SAMPING RUMAH–SORE HARI

Anak-anak Desa Masawoy Pulau Ambalau yang

sedang bermain bersama-sama

(Medium Shot)

14. INT –RUANG TAMU–SIANG HARI

Wawancara dengan narasumber mengenai kerjasama

yang dilakukan kedua generasi Pulau Nusalaut dan

Pulau Ambalau - (Medium Close Up)

15. INT–DEPAN RUMAH–SIANG HARI

Anak-anak di Pulau Nusalau yang baru pulang sekolah

dan melakukan perjalanan menuju rumah mereka

masing-masing - (Long Shot, Low Angle)

16. EXT–RUANG TAMU–SORE HARI

Wawancara dengan narasumber serta closing

segment yang menjadi pesan bagi masyarakat di

Maluku - (Medium Close Up)

Storyboard merupakan rangkaian gambar sketsa yang merepresentasikan

alur sebuah cerita. Langkah ini nantinya bertujuan untuk memudahkan dalam

mengaplikasikan pengambilan gambar menggunakan kamera [19].

Untuk perancangan storyboard film dokumenter ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel. 2 Storyboard

No Gambar Jenis shoot Durasi Keterangan

1

Long Shot,

Medium Shot

0:29-0:58 Latar belakang konflik yang

terjadi di Maluku pada tahun

1999-2004.

Backsound : Sounds Of War -

Petteri Sainio

2

Medium

Close Up

01 : 25 Wawancara kepada narasumber

cerita Pulau Nusalaut dan Pulau

Ambalau.

Backsound: lagu Maluku

Page 15: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

15

3

Panning

Right, Long

Shot

01 : 34

Salah satu Gereja di negeri

Ameth-Nusalaut.

Backsound : lagu Maluku dan

suara narasumber yang sedang

bercerita

4

Long Shot,

Tilt Up

01 : 43 Salah satu Masjid di desa

Ulima-Ambalau

Backsound : lagu Maluku dan

suara narasumber yang sedang

bercerita

5

Long Shoot 01 : 52 Pemandangan negeri Abubu-

Nusalaut

Backsound : lagu Maluku dan

suara narasumber

6

Long Shot 01 : 57 Pemandangan desa Ulima-

Ambalau

Backsound : lagu Maluku dan

suara narasumber

7

Medium

Close Up

02 : 21 Wawancara dengan narasumber

yang menceritakan berpisahnya

adik-kakak ini

Backsound : lagu Maluku dan

suara narasumber

8

Medium

Close Up,

Panning Left,

Low Angle

02 : 46 Ilustrasi/rekonstruksi adik-

kakak Nusalaut dan Ambalau

Backsound : lagu Maluku dan

suara VO sebagai pengantar

cerita

9

Medium

Close Up

03 : 06 Ilustrasi/rekonstruksi adik-

kakak saat bersepakat untuk

berpisah di pohon sukun

Page 16: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

16

10

Medium

Close Up

04 : 13 Narasumber yang menjelaskan

proses berpisahnya Pulau

Nusalaut dan Pulau Ambalau

Backsound : lagu daerah

Maluku bapa ceda

11

High Angle,

Medium

Close Up

04 : 28 Ilutrasi/rekonstuksi saat adik-

kakak sedang tidur malam dan

akan terpisah hingga fajar

Backsound : lagu daerah

Maluku bapa ceda dan suara

narasumber

12

Long Shot 04 : 55 Pemandangan Pulau Molana-

Maluku Tengah, bekas

perjalanan Pulau Ambalau

terpisah

Backsound : lagu daerah

Maluku tanah pusaka dan suara

narasumber

13

Medium Close Up

05 : 55 Anak-anak di desa Masawoy-

Ambalau yang sedang bermain

Backsound : lagu daerah

Maluku-Gandong e dan suara

narasumber

14

Medium Shot 06 : 09 Narasumber yang menjelaskan

koordinasi Pulau Nusalaut dan

Pulau Ambalau

Backsound : lagu daerah

Maluku-Gandong e dan suara

narasumber

15

Low Angle,

Long Shot

06 : 19 Anak-anak yang baru pulang

sekolah di Pulau Nusalaut

Backsound : lagu daerah

Maluku-Gandong e dan suara

narasumber

Page 17: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

17

16

Medium

Close Up

06 : 56 Narasumber yang memberi

penjelasan tentang

persaudaraan Pulau Nusalaut

dan Ambalau bukan sekedar

“pela”

Backsound : lagu daerah

Maluku-Gandong e

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap produksi film dokumenter ini adalah

melakukan pengambilan gambar sesuai dengan storyboard, serta wawancara

bersama “tua-tua adat” maupun kepala desa yang masih mengetahui cerita adik-

kakak Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau.

Pada tahap pasca produksi dilakukan proses editing yang memuat

pencahayaan/color grading serta perancangan audio, sesuai dengan pengambilan

gambar yang sudah dilakukan pada tahap produksi. Pada proses editing digunakan

aplikasi editing yang sering digunakan untuk menggabungkan penggalan-

penggalan video menjadi satu cerita. Proses ini dilakukan untuk menggabungkan

tiap video footage.

Editing pada perancangan film dokumenter ini adalah salah satu proses

dimana file video saat produksi, diseleksi satu per satu untuk kemudian dipotong

(cut to cut) dan digabungkan menjadi satu footage video. Untuk Timeline footage

video editing dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Editing Video

Color Grading atau yang sering disebut dengan pencahayaan ini merupakan

proses mengatur tata cahaya pada setiap scene agar terlihat lebih menarik. Pada

tahap ini dilakukan koreksi warna untuk mendapatkan kesan cerita sejarah yang

sudah turun temurun. Dengan menggunakan RGB curve untuk mengatur cahaya

dengan warna dingin agar terlihat lebih santai dan menarik, sehingga dapat

menampilkan warna pemandangan yang ada pada tiap scene. Dapat dilihat pada

Gambar 5.

Page 18: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

18

Sebelum Grading Setelah Grading

Gambar 5. Color Grading

Audio sendiri merupakan proses penempatan audio untuk scene video

perancangan film dokumenter ini. Namun suara narasumber yang menceritakan

sejarah Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau dibawakan bersamaan dengan audio

yang mendukung jalannya cerita. Beberapa audio yang digunakan adalah audio

dengan ciri khas Maluku, dengan berbagai jenis genre yang berbeda dapat dilihat

pada Gambar 6.

Gambar 6. Audio Editing

Proses terakhir dari perancangan film dokumenter ini adalah rendering dan

mastering. Rendering merupakan tahap penggabungan berkas editing menjadi

sebuah file video. Seperti pada proses editing, yang dilakukan adalah mengatur

settingan rendering seperti resolusi dan format video. Setelah selesai rendering,

maka tahap selanjutnya adalah Export Media. Berkas file akan diproses melalui

Encoder Media menjadi sebuah format video agar dapat ditayangkan dalam

sebuah file video dengan format MPEG 2 (Moving Pictucres Expers Group).

Mastering merupakan proses akhir dari perancangan film dokumenter

sejarah terpisahnya Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau di Maluku. Setelah proses

burning selesai maka pembuatan film dokumenter ini telah selesai, sesuai dengan

tahapan pra produksi sampai pasca produksi.

Gambar 7. Rendering dan Export Media

Page 19: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

19

4. Hasil dan Pembahasan

Hasil dari perancangan rekonstruksi film dokumenter sejarah terpisahnya

Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau di Maluku. Berikut adalah hasil dari

perancangan rekonstruksi film dokumenter ini.

Gambar 8. Scene 1 latarbelakang konflik yang terjadi di Maluku

Gambar 8 adalah scene pertama dengan latarbelakang konflik yang terjadi di

Maluku. Pada bagian ini hanya menjadi tegasan bahwa film dokumenter ini dibuat

sebagai media pembelajaran bagi henerasi muda dalam melestarikan nilai budaya

pela-gandong tanpa harus ada konflik yang terjadi.

Gambar 9. Scene 2 wawancara kepada kepala Desa Masawoy Pulau Ambalau

Pada gambar 9 menunjukkan proses wawancara bersama narasumber yang

masih mengetahui sejarah terpisahnya Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau. Shot

yang digunakan adalah Medium Shot sehingga dapat menampilkan ekspresi dari

narasumber yang sedang bercerita.

Gambar 10. Scene 3 Gereja di Negeri Ameth Pulau Nusalaut

Page 20: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

20

Gambar 10 menunjukan depan gereja di Negeri Ameth Pulau Nusalaut.

Scene ini hanya memberi informasi bahwa di Pulau Nusalaut adalah murni tujuh

negeri Kristen. Shot yang digunakan adalah Panning Right untuk menampilkan

sebagian dari sisi Gereja, kearah depan Gereja.

Gambar 11. Scene 4 Masjid di Desa Ulima Pulau Ambalau

Pada scene ini hampir sama dengan scene sebelumnya, bahwa bagian ini

hanya ingin menyampaikan di Pulau Ambalau juga memiliki tujuh desa dengan

mayoritas beragama Islam. Gambar 11 menggunakan jenis shot Tilting Up dimana

kamera bergerak dari bawah keatas untuk menampilkan bangunan Masjid secara

keseluruhan.

Gambar 12. Scene 5 pemandangan Negeri Abubu Pulau Nusalaut

Gambar 12 menampilkan salah satu negeri yang ada di Pulau Nusalaut,

tepatnya di Negeri Abubu yang merupakan tanah kelahiran pahlawan Indonesia

Christina Martha Tijahahu. Jenis shot pada scene ini adalah Panning Right untuk

menampilkan pemandangan laut yang mirip dengan pulau Ambalau.

Gambar 13. Scene 6 pemandangan Desa Ulima Pulau Ambalau

Page 21: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

21

Gambar diatas menunjukan kehidupan yang terjadi di Pulau Ambalau

dengan masyarakat yang majemuk. Jenis shot yang digunakan adalah Still, Long

Shot sehingga terlihat aktivitas yang terjadi di desa tersebut.

Gambar 14. Scene 7 wawancara bersama narasumber

Gambar 14 adalah scene wawancara dengan narasumber yang menjelaskan

penyebab adik-kakak ini terpisah Dengan jenis shot yang digunakan Medium

Close Up untuk memperlihatkan ekspresi narasumber yang sedang bercerita.

Gambar 15. Scene 8 rekonstruksi adik-kakak Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau

Gambar 15 menunjukan scene rekonstruksi adik-kakak yang tinggal

bersama dan saling membantu satu dengan yang lainnya.. Rekonstruksi dibuat

untuk memperkuat pesan nilai budaya pela-gandong tentang hubungan

persaudaraan. Jenis shot yang diguakan adalah Low Angle, Panning Left

mengikuti adik-kakak yang sedang berjalan menuju ke pohon sukun.

Gambar 16. Scene 9 rekonstruksi adik-kakak yang melakukan kesepakatan

Scene 9 adalah bagian adik-kakak saat melakukan kesepakatan untuk

berpisah di pohon “sukun” yang menjadi saksi sejarah Pulau Nusalaut dan Pulau

Page 22: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

22

Ambalau. Jenis shot yang digunakan adalah Medium Close Up dengan posisi

kamera sejajar dengan objek batang pohon.

Gambar 17. Scene 10 wawancara kepada narasumber

Gambar 17 scene 10 kembali menampilkan ekspresi narasumber yang

sedang menceritakan dampak yang terjadi setelah adik-kakak Pulau Nusalaut dan

Pulau Ambalau ini terpisah. Jenis shot pada scene ini adalah Medium Close Up.

Gambar 18. Scene 11 rekonstruksi adik-kakak

Pada scene ini hanya rekonstruksi adik-kakak yang terpisah dan dampak

setelah mereka terpisah. Peristiwa yang terjadi saat malam hari, hingga menjelang

pagi dan posisi Pulau Ambalau sudah terlepas dari Pulau Nusalaut. Jenis shot

yang digunakan adalah Low Angel dimana posisi kamera sejajar kebawah untuk

memperjelas posisi adik-kakak saat sedang tidur.

Gambar 19. Scene 12 bekas peninggalan perjalanan Pulau Ambalau

Ketiga gambar tersebut merupakan bekas peninggalan sejarah terpisahnya

Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau. Pulau-pulau ini tidak berpenghuni sehingga

Page 23: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

23

menjadi tempat wisatawan berkunjung. Jenis shot yang digunakan adalah Long

Shot, High Angle untuk menampilkan pemandangan pulau-pulau tersebut.

Gambar 20. Scene 13 anak-anak di desa Massawoy-Ambalau

Pada scene ini menampilkan beberapa anak yang sedang bermain. Scene ini

menceritakan ketika dibentuknya koordinasi antara generasi Pulau Nusalaut dan

Pulau Ambalau untuk bagaimana anak-anak di Pulau Ambalau mendapatkan

pendidikan. Jenis shot yang digunakan adalah Medium Close Up sehingga terlihat

beberapa anak di belakang sedang bermain bersama.

Gambar 21. Scene 14 wawancara bersama narasumber

Scene 14 menampilkan narasumber yang sedang menceritakan koordinasi

yang dilakukan antara Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau dalam menjalin

hubungan yang lebih harmonis sebagai adik-kakak kandung. Jenis shoot yang

digunakan Medium Close Up.

Gambar 22. Scene 15 anak-anak di Nusalaut saat pulang sekolah

Gambar 23 menceritakan bangunan sekolah dan Gereja yang ada di Pulau

Nusalaut, merupakan pembangunan yang dilakukan oleh generasi Pulau Ambalau.

Page 24: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

24

Ini merupakan usaha menjalin kerjasama antara adik-kakak Pulau Nusalaut dan

Pulau Ambalau yang telah terpisah itu. Jenis pengambilan gambar Long Shot

dengan kamera sejajar anak-anak saat mereka pulang sekolah.

Gambar 23. Scene 16 wawancara narsumber cerita Nusalaut dan Ambalau

Gambar 23 dengan scene 17 merupakan scene terakhir dimana narasumber

memberi penjelasan bahwa Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau memiliki

hubungan bukan sekedar “pela” (kerabat) namun mereka terlahir dari rahim Ibu

yang sama dan merupakan satu darah, adik-kakak kandung. Jenis shot Medum

Close Up.

5. Pengujian

Evaluasi film dokumenter ini dilakukan kepada seorang Pdt.Wesly Johanes.

Sesuai penuturannya, dikatakan bahwa secara sosio-historis Pulau Nusalaut dan

Pulau Ambalau adalah sebuah kesadaran yang utuh bahwa mereka berasal dari

satu nenek moyang yang pernah menetap pada suatu wilayah teritorial yang sama.

Oleh karena itu media informasi dalam bentuk film dokumenter ini, sudah dapat

menegaskan bahwa orang Maluku khususnya Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau

bukanlah dua, melainkan satu keutuhan yang sejati dalam “hidop orang

basudara”. Kedepannya, audio visual ini dapat dikhayati oleh masyarakat di

Maluku pada umumnya dan lebih khusus untuk generasi muda Pulau Nusaluat

dan Pulau Ambalau, agar dapat dikembangkan lagi untuk meningkatkan

kreativitas. Akhirnya dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan memiliki kualifikasi sebagai suatu

karya ilmiah yang dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan.

Kemudian evaluasi berikutnya dilakukan kepada masyarakat di Negeri

Abubu-Nusalaut, bernama Bapak Athang Tanamal. Dikatakan bahwa dari segi

cerita sudah merakyat dan masyarakat lebih paham lagi yang dibarengi dengan

film dokumenter, lebih memperkuat cerita rakyat warisan leluhur. Bagi generasi

muda, film dokumenter ini sangat bermanfaat serta menambah pemahaman dan

wawasan bagaimana hidup orang basudara adik dan kakak, walapun beda agama

Kristen dan Islam. Film dokumenter ini juga merupakan media informasi bagi

umumnya, terutama bagi masyarakat Pulau Nusalaut dan Pulau Ambalau. Semoga

film dokumenter ini menjadi contoh, sarana berkaca bagi masyarakat di Maluku

yang baru terlepas dari konflik, bagaimana hidup orang basudara Kristen dan

Islam.

Page 25: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

25

Evaluasi juga dilakukan kepada seorang praktisi Bonardo Aritonang sebagai

pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi, Program Studi Broadcast

UKSW-Salatiga. Dari sudut pandang multimedia, Beliau menyampaikan bahwa

pengambilan cinematography dan audio yang dihasilkan sudah cukup bagus.

Namun beberapa scene dalam wawancara bersama narasumber belum maksimal

seperti kurangnya pencahayaan menyebabkan gambar yang dihasilkan kurang

maksimal. Kemudian pada akhir film belum memberikan pesan moral yang dapat

ditegaskan melalui cerita tersebut. Namun secara keseluruhan dalam pembuatan

film ini dapat menjadi media informasi yang baik bagi masyarakat di Maluku

dalam melestarikan nilai budaya pela-gandong, khususnya adik-kakak Pulau

Nusalaut dan Pulau Ambalau yang memeluk kepercayaannya masing-masing.

6. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan telah menghasilkan sebuah media visual

berupa perancangan film dokumenter sejarah terpisahnya Pulau Nusalaut dan

Pulau Ambalau di Maluku menggunakan teknik rekonstruksi, sebagai media

informasi bagi masyarakat umum yang ada di Maluku, serta sebagai media

pembelajaran bagi generasi muda dalam melestarikan nilai budaya pela-gandong

dalam suatu keberagaman antar umat beragama. Proses perancangan yang

mencakup tahap pra produksi samapi pasca produksi telah diakukan sesuai dengan

tahap pengerjaan. Kemudian hasil perancangan film dokumenter ini akan

direkomendasikan bagi pemerintah daerah di Maluku agar dapat mengembangkan

cerita sejarah dalam melestarikan nilai budaya pela-gandong yang terkandung

didalamnya. Karena sebagai orang Maluku yang lahir di Maluku, besar di Maluku

dan punya tanggungjawab dalam membangun Maluku kedepannya menjadi

daerah yang rukun antar umat beragama melalui nilai budaya pela-gandong.

Adapun saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya dimana

narasumber yang dihadirkan lebih diperhatikan untuk settingan lokasi wawancara.

Narasumber yang dihadirkan dalam sebuah film dokumenter merupakan saksi

kunci yang mengetahui dan sosok yang menghidupkan cerita dalam sebuah film

dokumenter.

7. Pustaka

[1] Waileruny, S. 2011. Membongkar Konspirasi di Balik Konflik Maluku,

Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

[2] Ruhulessin, J. Chr. 2005. Etika Publik. Menggali dari Tradisi Pela di

Maluku, Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana

[3] Hehanussa, J. 2009. PELA dan GANDONG: Sebuah Model untuk

Kehidupan Bersama dalam Konteks Pluralisme Agama di Maluku,

Univeristas Kristen Duta Wacana

[4] Dhavamony, M. 1973. Phenomonology of Religion, Roma, Gregorian

University Press

[5] Bazin, Andre. 2005. What is Cenema?, California: University of

California Press.

Page 26: Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpisahnya Pulau ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16884/2/T1_692011054_Full...1 Perancangan Film Dokumenter Sejarah Terpis. ahnya. Pulau

26

[6] Onny Prihantono, PM. 2009. Strategi Pembuatan Film Dokumenter yang

Tepat untuk Mengangkat Tradisi-Tradisi di Balik Reog Ponorogo,

Surabaya: Universitas Kristen Petra

[7] Yolanda, Okky. 2016. Film dokumenter Drama Rudat dengan

Menggunakan Pendekatan Rekonstruksi Sejarah, Surabaya: STIKOM

[8] I Narawidia, Nyoman. 2017. Film Dokumenter Sejarah Drama Tari

Gambuh Desa Batuan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja: Bali

[9] Manurung, E. Maria. 2017. Paradoks dan Manajemen Kreativitas dalam

Industri Film Indonesia, Salatiga: Disertasi, Universitas Kristen Satya

Wacana.

[10] Fachruddin, A. 2015. Cara Kreatif Memproduksi Program TV,

Yogyakarta, Penerbit: Andi, Universitas Mercu Buana

[11] Ayawaila, Gerson. R. 2008. Dokumenter-Dari Ide Sampai Produksi,

Jakarta: FFTV-IKJ Press.

[12] Sarwono, Jonathan (2007). Metode Riset untuk Desain Komunikasi

Visual, Yogyakarta: Andi.

[13] Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali

[14] Nirwana, A. 2012. Perancangan Situs Jaringan dan Media Promosi TK Al-

Azha Kids World Malang, STMIK Asia Malang

[15] Solehman. 2009. Film Dokumenter Kota Tua di Atas Sepeda Ontel,

Jakarta: Universitas Indonusa Esa Unggul

[16] Sutisno, P. C. S. 1993. Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan

Video, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

[17] Gumelar, M.S. 2011. Academic Writing, Jakarta: Universitas Multimedia

Nusantara

[18] Ketut, Ni. S. 2009. PIXAR-Kisah Heroik Steve Jobs Merebut Kembali

Apple Inc. Melalui Studio Animasi Pixar, Yogyakarta, B-First: PT Bentang

Pustaka

[19] Jubilee, Enterprise. 2010. 30 Bisnis Ide Bagi Siapa Pun, Jakarta: PT Elex

Media Komputindo